1. Jma Vol 1 No 1

122
ISSN 2089-1628 Volume 1, Nomor 1, April 2013 JURNAL MANAJEMEN & AKUNTANSI ANALISA PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA ASURANSI INHEALTH PADA PT.ASURANSI JIWA JIWA INHEALTH INDONESIA (PT AJII) CABANG PEKANBARU Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti 1-25 PENERAPAN PRINSIP MUDHARABAH DI PT. BANK SYARIAH “XYZ” CABANG PEKANBARU Moh. Erwin Soaduan, Armis 26-45 ANALISIS REALISASI BELANJA NON PEGAWAI SATUAN KERJA DALAM LINGKUP KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA PEKANBARU TAHUN ANGGARAN 2011 Kodik Wibowo, Azinar Djas, Deviana Syofyan 46-71 PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA PT. AGUNG OUTOMALL PEKANBARU Vety Adriane Nahuway, Wismar Harianto 72-91 ANALISIS PERMINTAAN BAN MELALUI WORSHOP CRW PECTECH SERVICE INDONESIA DI PEKANBARU Alnika Aprina, Chairul Bachri, Rahmi Zainal 92-115

description

rteryeryhrehreye

Transcript of 1. Jma Vol 1 No 1

  • [Type text]

    ISSN 2089-1628

    Volume 1, Nomor 1, April 2013

    JURNAL MANAJEMEN & AKUNTANSI

    ANALISA PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN

    KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA ASURANSI

    INHEALTH PADA PT.ASURANSI JIWA JIWA INHEALTH

    INDONESIA (PT AJII) CABANG PEKANBARU Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    1-25

    PENERAPAN PRINSIP MUDHARABAH DI PT. BANK SYARIAH

    XYZ CABANG PEKANBARU Moh. Erwin Soaduan, Armis

    26-45

    ANALISIS REALISASI BELANJA NON PEGAWAI

    SATUAN KERJA DALAM LINGKUP KANTOR

    PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

    PEKANBARU TAHUN ANGGARAN 2011

    Kodik Wibowo, Azinar Djas, Deviana Syofyan

    46-71

    PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL TERHADAP LOYALITAS

    KONSUMEN PADA PT. AGUNG OUTOMALL PEKANBARU Vety Adriane Nahuway, Wismar Harianto

    72-91

    ANALISIS PERMINTAAN BAN MELALUI WORSHOP

    CRW PECTECH SERVICE INDONESIA DI PEKANBARU Alnika Aprina, Chairul Bachri, Rahmi Zainal

    92-115

  • [Type text]

    JURNAL MANAJEMEN & AKUNTANSI Volume 1, Nomor 1, April 2013

    Penasehat : Ketua STIE Persada Bunda

    Editor in chief : Raden Rudi Alhempi

    Managing Editor : Vety Adriane Nahuway

    Diana

    Dewan Editor : Jupiter Rahadiansyah Mundung

    Mitra Bestari : Sri Yani Kusumastuti (Universitas Trisakti) Nirdukita Ratnawati (Universitas Trisakti)

    Sudarno (STIE PELITA Pekanbaru)

    Hardi Salioso (Universitas Islam Riau Pekanbaru)

    Haznil Zainal (STIE Persada Bunda)

    Sekretaris : Hadi Hartono

    Layout : Deviana Sofyan

    Sirkulasi : Jupiter Alamat Redaksi : STIE Persada Bunda

    Jl. Diponegoro 42, Pekanbaru, Riau

    Telp: 0761- 23181

    Fax : 0761- 40218 Email: [email protected]

    Jurnal Manajemen & Akuntansi diterbitkan 3 kali dalam setahun sebagai

    media informasi dan komunikasi. Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan

    Pengabdian Kepada Masyarakat STIE Persada Bunda Pekanbaru. Redaksi

    menerima tulisan ilmiah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain, resensi, atau tanggapan atas suatu artikel. Redaksi berhak mengubah atau

    memperbaiki bahasa tanpa mengubah materi tulisan. Setiap tulisan bukan

    cerminan pandangan Dewan Editor. Proses publikasi tulisan dilakukan melalui blind review process yang ditetapkan editor.

    Diterbitkan: April 2013

  • JURNAL MANAJEMEN & AKUNTANSI

    Volume 1, Nomor 1, April 2013

    DAFTAR ISI

    ANALISA PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN

    KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA ASURANSI

    INHEALTH PADA PT.ASURANSI JIWA JIWA INHEALTH

    INDONESIA (PT AJII) CABANG PEKANBARU Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    1-25

    PENERAPAN PRINSIP MUDHARABAH DI PT. BANK SHARIA

    XYZ CABANG PEKANBARU Moh. Erwin Soaduan, Armis

    26-45

    ANALISIS REALISASI BELANJA NON PEGAWAI

    SATUAN KERJA DALAM LINGKUP KANTOR

    PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

    PEKANBARU TAHUN ANGGARAN 2011

    Kodik Wibowo, Azinar Djas, Deviana Syofyan

    46-71

    PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL TERHADAP

    LOYALITAS KONSUMEN PADA PT. AGUNG OUTOMALL

    PEKANBARU Vety Adriane Nahuway

    72-91

    ANALISIS PERMINTAAN BAN MELALUI WORSHOP

    CRW PECTECH SERVICE INDONESIA DI PEKANBARU Alnika Aprina, Chairul Bachri, Rahmi Zainal

    92-115

  • [Type text]

    Halaman ini sengaja dikosongkan

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    ANALISA PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN

    DALAM MENGGUNAKAN JASA ASURANSI INHEALTH PADA

    PT.ASURANSI JIWA JIWA INHEALTH INDONESIA

    (PT AJII) CABANG PEKANBARU

    Rismanelly STIE Persada Bunda Pekanbaru

    R. Rudi Alhempi STIE Persada Bunda Pekanbaru

    Desi Susanti STIE Persada Bunda Pekanbaru

    Abstract

    This research aims is to know about the impact of service marketing in PT AJII Cabang Pekanbaru toward the customer decision and to find out the dominant

    factor that influence the marketing of Inhealth Insurance at PT AJII Cabang

    Pekanbaru. The populations of this research are 107.518, but only 99

    respondent uses as the sample by using Slovin model and the accidental sampling. The analysis tools to answer the hypothesis of this study are the

    multifunctional regression analysis. This study results show that product, price,

    promotion and process have a simultanously effect to the customer decision. But partially only product, price, promotion have a significant effect to the customer

    decision but the process doesnt have significant effect to the customer decision. According to the study, the dominant influence on customer decision is product.

    Keywords: product, price, promotion, process, customer decision

    PENDAHULUAN

    Asuransi dapat dijadilan sebagai alat untuk pengumpulan dana atau modal yang

    dilakukan secara terus menerus, asuransi juga merupakan salah satu instrument pengumpulan dana masyarakat dengan adanya pembayaran premi asuransi ke

    perusahaan-perusahaan asuransi tersebut.

    Pekanbaru sebagai ibukota propinsi Riau berdasarkan data Biro Pusat Statistik maka jumlah penduduk pada tahun 2010 kurang lebih 740 ribu jiwa.

    Menjadikan kota Pekanbaru memiliki potensi yang besar untuk asuransi

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    2

    kesehatan. Produk jasa asuransi kesehatan pad PT Asuransi Jiwa Inhealth

    Indonesia (PT AJII) adalah Asuransi Inhelath yang dapat menjadi suatu

    kebutuhan dan amat dirasakan manfaatnya. Sehingga dengan berasuransi para orang tua dapat merasa tenang dan dapat mengurangi beban tanggungan yang

    harus mereka keluarkan untuk biaya kesehatan anak.

    PT AJII merupakan anak perusahaan PT Askes (Persero) yang merupakan

    pengelola asuransi jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan, veteran dan perintis kemerdekaan beserta keluarga. InHealth didirikan pada tanggal 2 Oktober 2008.

    Asuransi Inhealth adalah salah satu produk asuransi yang ditawarkan oleh PT

    AJII, asuransi ini merupakan salah satu bentuk asuransi kesehatan berupa dana pengobatan kesehatan rawat inap dan rawat jalan bagi pemegang polis.

    Sebagai mana diketahui bahwa keberhasilan bidang asuransi dalam mencapai

    tujuannya ditentukan oleh program asuransi itu sendiri. Disamping itu

    perkembangan jumlah nasabah dalam sektor asuransi ini ditentukan pula oleh keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk-produknya karena sektor

    asuransi seperti halnya industri-industri lainnya yang menjual produk-produk

    jasa.

    Dalam usaha pemasarannya perusahaan asuransi perlu memperhatikan keadaan

    pasar atau keadaan konsumennya. Penerapan pemasaran sangat berpengaruh

    dalam pengambilan keputusan untuk memasarkan suatu jasa. Penerapan pemasaran yang dapat diterapkan adalah penetapan harga yang terjangkau dan

    cukup bersaing, promosi yang menarik, dan kualitas pelayanan yang diberikan.

    Promosi yang kurang efektif juga dapat menjadi salah satu penyebab kurang

    berminatnya masyarakat menggunakan jasa asuransi. Kurangnya promosi dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang program asuransi

    InHealth, masyarakat lebih mengenal Askes sehingga pemahaman masyarakat

    asuransi InHealth adalah Askes padahal keduanya merupakan program asuransi yang berbeda.

    Dari penjelasan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan adalah:

    1. Bagaimanakah pemasaran jasa yang dijalankan oleh PT AJII Cabang Pekanbaru terhadap keputusan konsumen.

    2. Faktor-faktor apa yang paling dominan mempengaruhi pemasaran jasa asuransi InHealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru.

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pengertian Manajemen

    Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2010: 1) berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur

    berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen

    merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Karena

    manajemen diartikan mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita.

    Selanjutnya menurut Hasibuan (2010: 40) fungsi-fungsi dari manajemen adalah

    sebagai berikut:

    1. Perencanaan (planning), adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang

    ada.

    2. Pengarahan, adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

    Berdasarkan uraian di atas makpa dapat disimpulkan bahwa manajemen

    merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk merencanakan, mengorganisir,

    mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dalam perusahaan agar berjalan dengan efektif dan efisien.

    Pengertian Pemasaran

    Konsep pemasaran adalah suatu orientasi pengelolaan yang menganut pandangan bahwa tugas kunci organisasi adalah menetapkan kebutuhan dan

    keinginan pasar yang menjadi sasaran dan menyesuaikan organisasi dengan

    tujuan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih efektif dan efisien.

    Konsep pemasaran timbul sebagai usaha untuk memperbaiki posisi perusahaan yang berada dalam keadaan pasar persaingan yang ketat.

    Menurut Kotler dalam Amir (2005:4) menyatakan bahwa pemasaran adalah

    merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran

    yang bebas atas produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.

    Fungsi pemasaran adalah merupakan aktifitas yang penting untuk dilakukan dalam bidang kegiatan pemasaran. Beberapa fungsi manajemen pemasaran yang

    dikemukakan Swasta dan Sukotjo (2007:182-183):

    1. Fungsi pemasaran meliputi sebagai fungsi pertukaran seperti kegiatan penjualan

    2. Sebagai fungsi penyedia fisik yang merupakan kegiatan dalam pengangkutan

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    4

    3. Sebagai fungsi panjang yang merupakan bidang dalam standarisasi barang dan grading

    Keberhasilan suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan penjualan produknya dipengaruhi oleh faktor-faktor. Menurut Swastha (2005: 42) faktor-faktor yang

    mempengaruhi penjualan adalah:

    1. Kondisi dan kemampuan penjualan. Di sini penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya, agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tersebut perusahaan harus

    memenuhi beberapa masalah penting yang sangat terkait yaitu jenis dan

    karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk, syarat penjualan 2. Kondisi pasar. Pasar sebagai tempat bertemunya pembeli dengan penjual

    dapat juga mempengaruhi kegiatan penjualan suatu produk, faktor

    kondisi pasar yang perlu dipertahankan.

    3. Modal. Untuk memperkenelkan barangnya kepada pembeli atau konsumen diperlukan adanya usaha promosi dan sebagainya.

    4. Kondisi Organisasi. Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian sendiri yang dipegang orang-orang tertentu.

    5. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penjualan seperti lingkungan ekstern dan intern. Pihak ekstren adalah pembeli sedangkan pihak intern

    adalah produsen atau perusahaan, faktor-faktor lainya seperti: periklanan, peragaan, pemberian hadiah.

    Kegiatan pemasaran menurut Swastha dan Sukotjo (2007: 179-180) merupakan

    kegiatan yang produktif karena, memiliki unsur kegunaan yaitu:

    1. Form utility yaitu kegunaan karena bentuk adalah kegiatan yang meningkatkan barang dengan jalan merubah bentuk tersebut menjadi

    barang lain yang secara umum lebih bermanfaat.

    2. Place utility yaitu kegunaan karena tempat adalah kegiatan yang merubah nilai suatu barang menjadi lebih berguna karena telah terjadi

    proses pemindahan dari satu tempat ke tempat lain.

    3. Time utility yaitu kegunaan karena waktu yaitu kegiatan yang menambah kegunaan suatu barang karena ada proses waktu atau karena

    ada perbedaan waktu.

    4. Possesion ulitlity yaitu kegunaan karena milik, adalah kegiatan yang menyebabkan bertambah kegunaan suatu barang karena telah terjadi proses pemindahan dari satu pihak ke pihak lain.

    Pengertian jasa menurut pendapat Tjiptono (2001: 6) adalah sebagai aktivitas,

    manfaat/kepuasan yang ditawarkan untuk dijual misalnya adalah jasa dokter gigi, jasa pengacara, bengkel, travel biro dan lain-lain. Adapun karakteristik

    atau ciri-ciri dari jasa itu sendiri adalah sebagai berikut (Tjiptono, 2001: 14):

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    5

    1. Intangibility yaitu perbuatan atau kerja atau usaha yang tidak bisa, dimiliki, tidak dapat dililiat, diraba hanya bisa dirasakan.

    2. Inseparability yaitu produk yang dijual, diproduksi, dikonsumsi secara bersamaan dimana penyedia jasa dan pelanggaan keduanya

    mempengaruhi jasa yang dihasilkan.

    3. Variability yaitu memiliki variasi bentuk, kualitas dan jenis, hal ini tergantung pada siapa, dimana, dan kapan jasa dihasilkan.

    4. Perishability yaitu tidak tahan lama untuk disimpan.

    Sementara itu Tjiptono (2001: 231) menambahkan ada 5 (lima) faktor dominan

    atau penentu jasa yaitu: 1. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa

    sesuai dnegan yang dijanjikan terpercaya dan akurat, konsisten dan

    kesesuaian pelayanan.

    2. Daya tanggap (responsvieness) yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan

    cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan/complaint yang diajukan

    konsumen. 3. Kepastian (Assurance), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk

    menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah

    dikemukakan kepada konsumen. 4. Empati (empathy), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk

    lebih peduli mmeberikan perhatian secara pribadi kepada langganan.

    Misalnya karyawan atau pengusaha harus mencoba menempatkan diri

    sebagai pelanggan. Jika pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi untuk mencapai persetujuan yang harmonis dengan menunjukkan rasa

    peduli yang tulus.

    5. Berwujud (Tangible), yaitu berupa fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi.

    Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

    Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Adapun yang dimaksud marketing mix yaitu

    kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem

    pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan

    sistem distribusi (Swastha, 2005: 42).

    Marketing mix adalah merupakan kombinasi varible atau kegiatan yang

    merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh

    perusahaan untuk mempengaruhi reaksi pembeli atau konsumen. Jadi marketing mix terdiri dari himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh

    perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    6

    Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh

    perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan tugas/kegiatan pemasarannya

    (Assauri, 2009:198).

    Keempat unsur bauran pemasaran tersebut adalah (Assauri, 2009:198):

    1. Produk yaitu bagaimana karakteristik dan ciri-ciri produk yang ditetapkan

    2. Harga yaitu bagaimana kebijaksanaan penetapan harga diputuskan 3. Distribusi yaitu bagaimana pendistribusian produk yang dilakukan 4. Promosi yaitu bagaimana koordinasi cara promosi yang dilakukan.

    Dalam bisnis jasa, segmentasi pasar-pasar dilakukan terutama karena perbedaan tingkah laku pengguna jasa (Customer Behavior) sehingga perusahaan tentunya

    harus mempunyai strategi berbeda untuk menjangkau jenis-jenis pengguna jasa

    tertentu. Faktor yang paling dominan yang dapat membedakan pengguna jasa

    adalah: 1. Tingkat pendapatannya 2. Tingkat status sosialnya 3. Keperluan harga

    Bauran pemasaran produk dengan bauran pemasaran jasa pada dasarnya sama,

    namun pada bauran pemasaran jasa bukan hanya 4 elemen yang harus

    diperhatikan melainkan 8 elemen. Berikut ini pendapat Lovelock dan Wright (2007:18).

    Ketika membahas strategi untuk memasarkan barang manufaktur, tenaga

    pemasar biasanya memperhatikan empat unsur strategis dasar yaitu produk,

    harga, tempat (distribusi), promosi (komunikasi). Tetapi sifat jasa yang melibatkan berbagai aspek keterlibatan pelanggan dalam produksi dan

    pentingnya faktor waktu, membutuhkan unsur strategis lainnya juga. Maka

    digunakan model 8P manajemen jasa terpadu. Kedelapan unsur jasa tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Produk 2. Tempat dan waktu (place and time) 3. Proses (process) 4. Produktivitas dan kualitas (productivity & quality) 5. Orang 6. Promosi dan edukasi 7. Bukti fisik 8. Harga dan biaya jasa lainnya

    Untuk lebih jelasnya berikut ini uraian mengenai kedelapan elemen jasa tersebut.

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    7

    1. Produk (Product)

    Manajer harus memilih fitur-fitur produk inti (baik barang maupun jasa) dan

    beberapa elemen jasa pelengkap yang mengelilinginya, dengan merujuk manfaat yang diinginkan pelanggan dan seberapa tinggi daya saing produk

    tersebut (Lovelock dan Wright, 2007: 18).

    Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud

    termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik perusahaan dan pelayanan yang diterima oleh pembeli guna memuaskan

    keinginan (Alma, 2009: 98).

    Penjualan jasa berbeda dengan penjualan produk, perbedaan itu terletak pada kenyataan bahwa produk dengan ciri-ciri fisik dan penampilannya dapat dilihat,

    diraba dan dievaluasi, sedangkan jasa tidak demikian. Bila dalam membeli suatu

    produk, secara jelas dapat dipilih kategorinya, maka pelayanan jasa masalahnya

    seringkali tergantung kategori pelayanan jasa apa yang dipilih. Misalnya pembeli memilih jenis pelayanan jasa profesional, maka hasil dari kegiataan

    pelayanan jasa itu seringkali hanya dapat diidentifikasikan dalam pengertian

    kriteria tidak terwujud, umpamanya mengenai tingkat efisiensi, keterampilan, produktivitas atau kesejahteraan organisasi. Berbeda dengan produk, maka

    jarang dapat diberikan jaminan tentang hasil atau daya hidup efektifitasnya.

    Dalam penjualan jasa perlu diperhatikan konsep-konsep sebagai berikut. 1. Menekan ketidakpastian.

    Suatu pelayanan jasa professional harus dapat menngurangi segala

    ketidakpastian pembeli jasa yang sering terkait dalam dunia bisnis.

    Suatu layanan jasa akan dinilai dampak manfaat terhadap keperluan pembeli jasa.

    2. Memahami problema Pelayanan jasa harus dapat memahami problema yang utama pada pembeli jasa. Oleh karena itu pemberi layanan jasa harus mengenal

    dengan baik pembeli jasa.

    3. Pembeli professional Pelayanan jasa harus diberikan oleh orang yang mampu memberikan

    layanan jasa agar mempunyai arti.

    2. Tempat dan Waktu (Place dan Time)

    Pengiriman elemen produk melibatkan keputusan tentang tempat dan waktu pengiriman dan mungkin melibatkan saluran distribusi fisik atau elektronik,

    bergantung pada sifat jasa yang diberikan. Perusahaan dapat mengirimkan jasa

    kepada pelanggan secara langsung atau melalui organisasi perantara, seperti toko ritel yang dimiliki perusahaan lain, yang mendapat komisi berupa

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    8

    persentase harga jual untuk melakukan hal yang terkait dengan penjualan,

    pelayanan atau berhubungan dengan pelanggan (Lovelock dan Wright,

    2007:18).

    Pemilihan lokasi selalu menyinggung tentang padatnya perumahan, lalulintas

    kendaraan, lalulintas pejalan kaki, dan sebagainya yang menjadi pertimbangan.

    Ada beberapa pandangan sebelum pendirian tempat suatu usaha yaitu (Torsina,

    2001:16).

    1. Apakah tempat tersebut aman dari perampokan, kekerasan dan kenakalan pihak luar?

    2. Sesuaikah daerah tersebut dengan jenis usaha kita? 3. Apakah lokasinya merupakan tempat yang mudah dilihat, dan mudah

    dicari?

    4. Apakah lokasi tersebut terletak pada jalan yang sempit dan rusak/sulit/jalan buntu bagi pejalan kaki maupun berkendaraan?

    5. Mudahkah dan banyakkah orang atau kendaraan yang berlalu lalang atau singgah ketempat tersebut? dan juga perhatikan tata-traffic dan

    tanda-tanda larangan lalulintas yang bisa mengganggu kelancaran persinggahan ketempat usaha kita?

    6. Kalau lokasi di pinggir jalan raya, maka pemilihan sebelah kiri atau kanan lintas. Apakah ia terletak disisi masuk ke tempat pemukiman atau keluar dari tempat pemukiman?

    7. Bagaimana lokasi/site tetangganya? apakah lokasi ini bersebelahan dengan tempat-tempat yang jorok, kotor, bau dan sangat ribut?

    8. Bagaimana persaingan yang terjadi di daerah tersebut antara jenis usaha/dagangan yang sama dengan yang ingin ditawarkan kepada

    konsumen?

    3. Proses (Process)

    Untuk menciptakan dan menyampaikan elemen produk kepada pelanggan

    diperlukan desain dan implementasi dari proses yang efektif. Sebuah proses

    menjelaskan metode dan urutan kerja dari sistem yang beroperasi. Proses yang desainnya buruk akan mengganggu pelanggan karena kelambatan, birokrasi dan

    penyampaian jasa yang tidak efektif. Sama halnya, proses yang buruk

    menyulitkan para staf di garis depan untuk melakukan tugasnya dengan baik,

    yang berakibat rendahnya produktivitas, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan.

    4. Produktivitas dan Kualitas Jasa

    Produktivitas dan kualitas yang sering juga dipisahkan satu sama lain, harus dilihat sebagai dua sisi mata uang yang sama. Tidak ada perusahaan jasa yang

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    9

    sanggup menangani kedua elemen ini secara sendiri-sendiri. Meningkatkan

    produktivitas sangat penting untuk menjaga agar biaya tetap terkendali, tetapi

    manajer harus berhati-hati untuk tidak mengurangi tingkat layanan yang tidak disukai pelanggan. Kualitas jasa yang didefenisikan pelanggan, berperan

    penting bagi diferensiasi produk dan bagi pembentukan loyalitas pelanggan.

    Tetapi, investasi untuk peningkatan kualitas tanpa menyadari keseimbangan

    antara peningkatan biaya dan peningkatan pendapatan akan membahayakan keuntungan perusahaan (Lovelock dan Wright, 2007:19).

    Untuk memasarkan produk yang bersifat jasa, maka unsur pelayanan kepada

    konsumen memegang peranan yang sangat penting karena produksi yang bersifat jasa, tidak berwujud dan hanya dapat dirasakan. Apabila unsur ini

    diabaikan berarti telah menghilangkan sifat dasar yang mendukung program

    pemasaran jasa. Secara umum, pelayanan adalah kerja yang dilakukan untuk

    memberi manfaat bagi yang lainnya (Cusson, 2005:33).

    Ada enam pendekatan untuk meningkatkan pelayanan (Kotler, 2005: 239):

    1. Mengharuskan para penyedia jasa bekerja lebih keras dengan kualitas yang lebih tinggi. Bekerja lebih keras bukanlah merupakan pemecahan yang tepat, tetapi bekerja dengan keaslian yang tinggi, yang dapat

    dilakukan melalui prosedur, seleksi dan pelatihan yang baik.

    2. Meningkatkan pelayanan dengan melepaskan beberapa mutu. 3. Mengindustrialisasikan pelayanan dengan menambahkan peralatan dan

    melakukan standarisasi produksi.

    4. Mengurangi pelayanan dengan melakukan suatu pemecahan produk. 5. Mendisain pelayanan yang lebih efektif 6. Memberikan konsumen insentif dengan menukarkan pekerjaan yang

    biasa dilakukan karyawan perusahaan untuk dikerjakan sendiri.

    Pelayanan yang baik atau bermutu menurut Wyckof dalam Tjiptono (2001:141) dikenal dengan nama Service Excellence yaitu:

    1. Keamanan. Suatu keadaan dimana para pengguna jasa merasa tenang tidak terganggu oleh perasan takut maupun khawatir sehingga dapat mempercayakan keselamatan dininya pada pemberi jasa.

    2. Kenyamanan. Kenyamanan adalah suatu keadaan dimana, penguna jasa merasa puas atas kondisi fasilitas yang diberikan seperti tempat yang

    bersih, kondisi peralatan baru dan lain-lain. 3. Keramahan. Keramahan adalah suatu keadaan dimana pengguna jasa

    merasa diperlakukan dengan baik, sopan santun dan penuh perhatian

    oleh pemberi jasa. 4. Ketepatan waktu. Suatu pelayanan dikatakan tepat waktu apabila jangka

    waktu pelayanan oleh pemberi jasa sesuai atau tepat dengan waktu yang

    dijanjikan ke pelanggan.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    10

    5. Orang

    Banyak jasa yang bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara

    pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti ketika memotong rambut dan makan di restoran). Sifat dari interaksi ini, sangat mempengaruhi persepsi

    pelanggan terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang

    mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan

    jasa tersebut. Perusahaan jasa yang berhasil menyediakan upaya yang cukup besar untuk merekrut, melatih dan memotivasi karyawannya, khususnya tetapi

    bukan semata-mata orang, yang berhubungan langsung dengan pelanggan

    (Lovelock dan Wright, 2007:20).

    6. Promosi dan Pendidikan

    Perusahaan dapat mengajarkan mereka tentang manfaat jasa, dimana dan kapan

    mendapatkannya, dan bagaimana terlibat dalam proses. Komunikasi dapat

    disampaikan oleh orang-orang seperti tenaga penjual dan pelatih atau melalui media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, reklame, brosur dan situs

    Web (Lovelock dan Wright, 2007: 20)..

    Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan

    pertukaran dalam pemasaran semua jenis kegiatan pemasaran untuk mendorong

    pemasaran (Swastha dan Sukotjo, 2007: 349).

    Promosi adalah usaha-usaha untuk mengenalkan barang/jasa kepada

    masyarakat, dengan harapan dapat tercapai transaksi (jual beli). Cara melakukan

    promosi (Mahfoedsz, 2010; 3):

    1. Periklanan, setiap bentuk presentasi yang dikemukakan secara tidak langsung (tanpa personil) dan promosi ide, barang, atau jasa yang

    dilakukan oleh sponsor tertentu.

    2. Personal selling, presentasi langsung yang dilakukan oleh personil wiraniaga perusahaan dengan tujuan menjual dan menjalin hubungan

    dengan konsumen.

    3. Promosi penjualan, motivasi jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa

    4. Hubungan masyarakat, membangun hubungan baik dengan berbagai publik perusahaan dengan tujuan mendapatkan publisitas yang luas,

    membangun citra positif perusahaan, dan mengatasi gossip, laporan,

    serta berbagai event yang dapat merugikan perusahaan.

    Tujuan promosi menurut Machfoedz (2010: 32) adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menarik konsumen baru

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    11

    2. Mengkomunikasikan produk baru 3. Meningkatkan jumlah konsumen untuk produk yang telah dikenal

    secara luas 4. Menginformasikan kepada konsumen tentang peningkatan kualitas

    produk

    5. Mengajak konsumen untuk mendatangi toko tempat penjualan produk 6. Memotivasi konsumen agar membeli suatu produk

    7. Bukti Fisik

    Lovelock dan Wright (2007: 20) menyatakan bahwa gedung, tanah, kendaraan,

    perabotan interior, perlengkapan, anggota staf, tanda-tanda, barang cetakan dan petunjuk yang terlihat lainnya yang memberi bukti atau kualitas jasa.

    Perusahaan jasa perlu mengelola bukti fisik secara hati-hati karena dapat

    mempengaruhi masa kesan pelanggan. Dalam jasa yang hanya memiliki sedikit

    elemen berwujud seperti asuransi, iklan sering digunakan untuk menciptakan lambang-lambang bermakna tertentu. Misalnya payung mungkin

    melambangkan perlindungan dan benteng melambangkan keamanan.

    Fasilitas pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai out come dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen untuk

    memperoleh kepuasaan. Fasilitas meliputi aktivitas untuk memberikan

    kegunaan waktu dan tempat (Time and Utility) termasuk pelayanan pra transaksi, saat transaksi dan pasca transaksi

    8. Harga dan Biaya Jasa Lainnya

    Mahal atau murahnya suatu harga pada dasamya adalah persepsi konsumen,

    adakalanya suatu produk dianggap murah oleh seorang konsumen namun dianggap mahal oleh konsumen yang lain. Perbedaan ini muncul dari perbedaan

    mengenai persepsi konsumen dan manfaat yang diterima dengan mengkonsumsi

    suatu produk. Apabila produk dipersepsikan berkualitas tinggi dan manfaatnya dianggap

    banyak maka harga akan dinilai murah. Tetapi apabila persepsi konsumen

    terhadap kualitas rendah dan manfaatnya dianggap kurang maka harga umumnya dianggap mahal.

    Harga suatu barang atau jasa merupakan faktor yang menentukan tingkat

    permintaan pasar dan dapat menentukan posisi perusahaan dalam persaingan.

    Kemampuan perusahaan dalam persaingan akan mempengaruhi pula tinggi rendahnya volume penjualan yang dapat dicapai serta secara langsung akan

    memberikan pengaruh bagi tingkat keuntungan perusahaan.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    12

    Menurut Sutojo (2001: 27) yang dimaksud dengan harga adalah nilai tukar

    barang atau jasa dan berbagai macam manfaat lain yang bersangkutan dengan

    barang atau jasa. Harga yang disepakati adalah harga dari penggunaan uang tersebut untuk jangka panjang waktu yang ditentukan bersama. Harga ini

    dinyatakan dalam persen (%) persatuan waktu yang disesuaikan dengan

    kebiasaan yang berlaku dan dinamakan tingkat bunga. Jadi, tingkat bunga

    adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atau penggunaan untuk jangka waktu tertentu (Budiono, 2001: 2).

    Tingkat bunga sebagai variable sensitive sangat menentukan dalam mencapai

    tujuan perusahaan yang ingin dicapai. Dalam kebijaksanaan harga, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan mempertimbangkan antara lain biaya dan

    keuntungan.

    Adapun faktor-faktor yang selalu mempengaruhi tingkat harga adalah (Swastha

    dan Sukotjo, 2007; 211): 1. Kondisi perekonomian. Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi tingkat

    harga yang berlaku, pada periode resesi misalnya harga lebih cenderung

    rendah. 2. Penawaran dan Permintaan. Tingkat harga yang lebih rendah akan

    mengakibatkan jumlah permintaan akan produk terbatas lebih rendah,

    maka akan mendorong jumlah yang ditawarkan lebih sedikit. 3. Elastisitas Permintaan. Faktor lain yang mempengaruhi penentuan harga

    adalah sifat permintaan pasar apabila terjadi kenaikan harga, maka

    penjualan akan menurun dan sebaliknya bila terjadi penawaran harga

    maka permintaan akan mengalami peningkatan. 4. Persaingan. Harga yang ditetapkan berdasarkan persaingan yaitu

    penetapan harga berdasarkan rata-rata perusahaan sejenis.

    5. Biaya. Biaya merupakan dasar dalam penetapan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak menutupi biaya akan mengakibatkan. kerugian.

    Sebaliknya suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya

    produk maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. 6. Tujuan Perusahaan. Setiap perusahaan selalu mempunyai tujuan yang

    sama dengan perusahaan lain, seperti volume penjualan, penguasaan

    pasar, kembalinya modal yang ditanamkan dalam jangka waktu

    tertentu.

    Menurut Assauri (2009:22) dalam menetapkan harga jual produk ataupun jasa,

    perusahaan harus memperhatikan beberapa berbagai pihak, antara lain

    konsumen akhir, penyalur, pesaing, pemasok dana, para pekerja, dann pemerintah. Hal ini perlu diperhatikan karena tingkat harga tidak terlepas dari:

    1. Daya beli konsumen 2. Reaksi para pesaing

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    13

    3. Jenis produk 4. Elastisitas permintaan 5. Tingkat keuntungan perusahaan

    4. Keputusan Pembelian Konsumen

    Seluruh kegiatan manajemen pemasaran dikonsentrasikan pada tujuan

    utamanya, yaitu kepuasan konsumen. Feedback dari konsumen merupakan

    informasi penting bagi manajemen untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Pada bagian lain konsep, model, maupun alat analisis yang cukup

    menarik dipakai dalam penelitian yang terkait dengan perilaku konsumen

    adalah: pentahapan keputusan konsumen, hirarki efek promosi, model multiatribut untuk sikap dan perilaku konsumen dari fishbein, diagram kartesius

    dan ekuitas merek (Umar, 2003;244).

    Dalam pengambilan keputusan membeli seseorang atau kelompok pasar akan

    melalui tahap-tahap proses pengambilan keputusan konsumen. Tahap-tahap tersebut menggambarkan bagaimana seorang konsumen mengawali keputusan

    pembeliannya. Tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan

    membeli yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Tunggal, 2002:61 )

    Lebih jelasnya dari masing-masing tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut (Tunggal, 2002:61).

    1. Tahap pengenalan masalah Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan yaitu pembeli

    mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh

    stimulasi. Stimulasi ini bisa datang dari dalam ( internal ) misalnya seseorang merasa lapar, dan karena dorongan dari luar (eksternal)

    misalnya ingin mentraktir teman.

    2. Tahap pencarian informasi Seseorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih banyak

    informasi tetapi mungkin juga tidak. Konsumen dapat memperoleh

    informasi dari beberapa sumber yaitu: a. Sumber pribadi: keluarga, teman b. Sumber komersial: Iklan, wiaraniaga c. Sumber public: Media massa d. Sumber Pengalaman: Pemerikasaan, Penggunaan produk

    3. Tahap Evaluasi Alternatif Dalam hal ini konsumen sangat berbeda evaluasinya karena tergantung

    pada pilihan atribut produk, sesuai atau tidak dengan keinginan mereka.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    14

    Konsumen juga bebeda tingkat pemenuhan kebutuhannya, faktor merek

    juga sangat menentukan alternatif. Akhirnya pertimbangan konsumen

    ialah kepuasan total terhadap alternatif yang Ia ambil

    4. Tahap Membeli Tahap ini adalah tahap yang harus diambil setelah melalui tahapan diatas,

    tetapi ada 2 faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua

    adalah faktor situasi yang tidak diharapkan

    5. Tahap Tingkah Laku Pasca Pembelian Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah membeli

    produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas serta akan terlibat

    dalam tingkah laku pasca pembelian yang menarik perhatian pemasar.

    Secara sistematis proses keputusan konsumen merupakan ungkapan dari kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi dan membentuk proses

    keputusan. Ada tiga kelompok pengaruh utama yang mempengaruhi perilaku

    konsumen dalam proses keputusan konsumen yaitu (Pride & Ferrel, 2000:190):

    1. Faktor Pribadi

    Pengaruh pribadi menggambarkan akibat dan pernyataan-pernyataan mengenai

    produk yang dibuat oleh seseorang terhadap sikap dan kemungkinan. akan membelinya. Faktor pribadi terdiri atas tiga kategori yaitu (Pride dan William,

    2000;191):

    1. Faktor demografi yaitu ciri-ciri individu seperti jenis kelamin, usia, ras, suku, bangsa, pendapatan, sekilas kehidupan keluarga, dan pekerjaan.

    2. Faktor situasional yaitu keadaan atau kondisi eksternal yang ada ketika konsumen membuat keputusan pembelian. Kadang-kadang konsumen

    terlibat dalam pengambilan keputusan pembelian sebagai akibat dan suatu yang tidak diperkirakan semulanya.

    3. Tingkat keterlibatan yaitu pentingnya produk dan besarnya minat terhadap produk dalam situasi tertentu seperti harga produk yang mahal, resiko yang tinggi, dan situasi tertentu.

    2. Faktor psikologi

    Faktor-faktor psikologi yang bekerja dalam diri individu, sebagian menetapkan

    perilaku umum orang-orang tersebut dan dengan tujuan mempengaruhi perilaku konsumen. Yang termasuk faktor psikologi yaitu (Pride dan William, 2000

    ;121):

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    15

    1. Persepsi yaitu proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginter prestasikan masukan informasi untuk menghasilkan makna

    2. Motif yaitu kekuatan energi internal yang mengarah dan kegiatan seseorang kearah pemenuhan kebutuhan atau pemenuhan sasaran

    3. Kemampuan dan pengetahuan yaitu kemampuan, kesanggupan dan efisiensi dalam melakukan tugas tertentu. Kemampuan mencakup baik

    pelajaran maupun pengetahuan. 4. Sikap yaitu pengetahuan dan perasaan positif atau negatif terhadap

    sebuah objek atau kegiatan tertentu.

    5. Kepribadian yaitu semua ciri-ciri internal dan perilaku yang membuat seseorang itu unik.

    3. Faktor sosial

    Faktor sosial merupakan kekuatan-kekuatan yang dikerahkan oleh orang lain

    terhadap perilaku pembelian. Faktor-faktor sosial itu yaitu (Pride dan William, 2000;121):

    1. Peran dan pengaruh keluarga merupakan kelompok yang paling kuat pengaruhnya terhadap persepsi dan perilaku seseorang

    2. Kelompok referensi yaitu individu mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu sedemikian rupa sehingga mengambil nilai, sikap,

    atau perilaku anggota kelompok. 3. Kelas sosial yaitu sebuah kelompok yang terbuka untuk orang individu

    yang memiliki tingkat sosial yang serupa.

    4. Budaya dan sub budaya yaitu sesuatu yang disekitar manusia dibuat oleh manusia itu sendiri.

    Hipotesis

    Berdasarkan perumusan masalah dan dikaitkan pula dengan teori-teori yang

    digunakan, maka dapat diambil suatu hipotesis, yaitu:

    1. Diduga bauran pemasaran jasa yang dijalankan oleh PT Asuransi Jiwa Indonesia InHealth Cabang Pekanbaru adalah produk, harga, promosi

    dan proses.

    2. Diduga faktor bauran pemasaran jasa yang paling dominan adalah harga polis asuransi.

    METODE PENELITIAN

    1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis mengambil objek pada PT Asuransi Jiwa InHealth

    Indonesia Cabang Pekanbaru yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    16

    Pekanbaru. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2011 dan berlangsung hingga

    penelitian ini selesai dilaksanakan.

    2. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah dari keseluruhan objek yang akan

    diteliti yaitu nasabah asuransi, karena banyaknya jumlah populasi dan karena

    keterbatasan waktu dan tenaga maka dilakukan pengambilan sampel sebagian

    dari populasi yang akan diteliti dan dapat mewakili keseluruhan populasi yang berjumlah 107.518 orang. Mengingat jumlah populasi yang sangat besar, maka

    dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebagian saja. Maka cara

    pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003: 146) sebagai berikut:

    2.1 eN

    Nn

    Maka banyaknya sampel yang diambil adalah:

    9,99

    1,0.518.1071

    518.1072

    n

    Jadi sampel yang diambil adalah 99 orang dengan metode accidental sampling.

    Adapun teknik pengambilan sampel adalah dengan metode accidental.

    3. Jenis dan Sumber Data

    Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

    dan data skunder.

    1. Data primer adalah mencakup materi informasi yang diperoleh dari penelitian langsung dari tempat yang menjadi objek berupa data yang

    belum diolah yang diperoleh dari konsumen/nasabah.

    2. Data sekunder adalah mencakup struktur organisasi perusahaan dalam jumlah nasabah, sejarah PT AJII Cabang Pekanbaru.

    4. Metode Pengumpulan Data

    Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Wawancara (interview) adalah proses tanya jawab yang berlangsung

    secara lisan yang dilakukan kepada pimpinan asuransi.

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    17

    2. Kuesioner adalah daftar yang berisikan pertanyaan yang diajukan kepada pihak responden yang ada hubungannya dengan penulisan

    skripsi ini.

    5. Variabel & Operasionalisasi Variabel

    Variabel dan operasional variabel yang digunakan dalam tulisan ini tersaji pada

    Tabel 1.

    Tabel 1 Konsep Operasional

    Variabel Indikator Skala

    Keputusan konsumen adalah

    ungkapan dari kompleksitas

    faktor-faktor yang mempengaruhi dan

    membentuk proses keputusan

    (Pride & Ferrel, 2000)

    1. Faktor Pribadi

    a. Usia

    b. Pendapatan c. Pekerjaan.

    d. Harga

    2. Faktor psikologi. a. Proses pemilihan

    b. Motif penggunaan jasa

    c. Pengetahuan tentang jasa

    3. Faktor sosial a. Pengaruh keluarga

    b. Pengaruh rekan kerja

    Ordinal

    Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun

    tidak berwujud termasuk di

    dalamnya masalah warna,

    harga, nama baik pabrik, nama baik perusahaan dan pelayanan

    yang diterima oleh pembeli

    guna memuaskan keinginan (Alma, 2009: 98).

    1. Produk asuransi yang menarik 2. Produk jasa yang sesuai

    kebutuhan

    3. Spesifikasi pelayanan 4. Fasilitas pengobatan yang

    lengkap

    Ordinal

    Harga adalah nilai tukar barang

    atau jasa dan berbagai macam

    manfaat lain yang bersangkutan dengan barang

    atau jasa (Sutojo, 2001: 27)

    1. Tarif terjangkau 2. Tarif sesuai dengan kualitas

    jasa 3. Tarif cukup bersaing 4. Tarif sering berubah-ubah

    Ordinal

    Promosi adalah arus informasi

    atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan

    seseorang atau organisasi

    kepada tindakan yang

    1. Promosi menarik 2. Promosi efektif 3. Media promosi yang digunakan 4. Frekuensi dalam melakukan

    promosi

    Ordinal

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    18

    Variabel Indikator Skala

    menciptakan pertukaran dalam

    pemasaran semua jenis

    kegiatan pemasaran (Swastha dan Sukotjo, 2007:349).

    5. Promosi melalui media elektronik

    6. 6. Promosi dalam bentuk brosur

    Proses adalah metode dan

    urutan kerja dari sistem yang

    beroperasi (Lovelock dan Wright, 2007:18)

    1. Pengikatan atau perjanjian 2. Pembayaran premi 3. Klaim individu 4. Pelayanan oleh petugas

    Inhealth

    6. Metode Analisis Data

    Dalam menganalisa data,digunakan metode deskriptif dimana data yang

    digunakan berhasil dikumpulkan selanjutnya dihubungkan dengan teori-teori

    yang terkait sebagaimana telah dimuat dalam telaah pustaka dan kemudian diambil kesimpulan.

    1. Validitas instrumen penelitian Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

    dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiono,

    2002). Cara pengukuran validitas angket kompetensi menggunakan

    teknik korelasi dengan r pearson atau koefisien korelasi produk momen pearson dengan taraf signifikan 5%.

    2. Reliabilitas instrumen Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan teknik alpha cronbach. Reliabilitas instrumen dianggap andal jika memiliki koefisien

    reliabilitas =0,6 (besar atau sama dengan 0,6).

    3. Analisis Regresi Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh fungsional

    antara variable X dengan variable Y dengan menggunakan model sebagai

    berikut (Sugiyono, 2009: 277):

    Y = o + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + e

    Keterangan:

    Y = Keputusan Konsumen

    a = Nilai garis regresi, yaitu apabila nilai X sama dengan 1 (bilangan konstan)

    = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y X1 = Nilai variable X1 Produk

    X2 = Nilai variable X2 Harga

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    19

    X3 = Nilai variable X3 Promosi

    X4 = Nilai variable X4 Proses

    7. Pengujian Hipotesis

    Uji-F

    Uji-F digunakan untuk menguji perilaku konsumen secara simultan atau secara

    bersama-sama. Adapun rumus untuk menghitung Fhitung dalam uji F adalah:

    1/1/

    2

    2

    knR

    kRF

    Dimana:

    F : F hitung R : koefisien determinasi

    k : jumlah variable penelitian

    n : jumlah sampel

    Uji-t (korelasi parsial)

    Uji-t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable bebas

    terhadap variabel terikat secara individual (parsial) dan dan untuk mengetahui

    variabel bebas yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap variabel terikat dengan mengukur hubungan antara variabel bebas dengan variable

    terikat dengan asumsi variabel bebas lainnya bersifat tetap atau konstan.

    Nilai t yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada tabel distribusi dengan tingkat signifikansi () sebesar 0,05. Kriteria untuk uji t ini adalah:

    t hitung > t tabel atau P value < atau signifikansi > ; maka Ho ditolak t hitung < t tabel atau P value > atau signifikansi < ; maka Ho diterima

    Pengolahan data penelitian ini diprooleh dari hasil perhitungan menggunakan

    SPSS For Windows Versi 16.00. Dan dari hasil perhitungan SPSS for Windows ini akan diperoleh nilai F hitung, t hitung, koefisien determinasi berganda (R

    2)

    dan koefisien determinasi (R) merupakan unsur kesesuaian garis linear

    berganda terhadap suatu data pada table model summary.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Keputusan konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor

    internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi

    keputusan pembelian seperti gaya hidup, persepsi, sikap, kepribadian dan lain-

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    20

    lain. Sedangkan faktor ekstenal merupakan seperti faktor produk, harga,

    promosi, dan proses. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen.

    Pengujian Kualitas Data: Uji Validitas dan Reliabilitas

    Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas angket

    yang digunakan. Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan

    skor butir dengan skor total. Untuk mengetahui apakah item yang diuji valid

    atau tidak, hasil korelasi dibandingkan dengan angka titik tabel korelasi dengan taraf signifikansi 1% atau 5%.

    Berdasarkan Tabel 2, keempat pertanyaan yang diajukan dalam variabel produk

    (X1) semuanya memiliki r hitung > r tabel. Dari hasil olahan SPSS dapat dilihat bahwa semua pertanyaan untuk variabel independent dan dependen adalah

    Valid. Hal ini dapat dilihat alpha significant < alpha 0,05. Atau dapat

    membandingkan dengan r tabel. Dengan jumlah Sampel 99, N=99 maka df = N-

    2=97. Jadi diperoleh r tabel = 0,297. Dengan demikian semua butir pertanyaan variabel independen dan dependen adalah valid.

    Pengujian realibitas atau keandalan instrument dilakukan dengan menggunakan

    rumus Alpha Cronbach. Hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dari faktor produk, faktor harga, faktor promosi, proses

    dan keputusan konsumen didapatkan harga Koefisien Alpha yang lebih besar

    dari nilai kritis 0,6 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan untuk pengambilan data variabel produk, harga, promosi, proses dan keputusan

    konsumen adalah reliable/andal.

    Analisis Regresi

    Hasil estimasi persamaan regresi tersaji dalam Tabel 3. Persamaan regresi yang diestimasi adalah

    Y = 2,616+ 0,795X1 + 0,213X2+ 0,493X3 + 0,002X4

    Dari persamaan tersebut diperoleh nilai koefisien regresi dari kelima variabel bebas yaitu b1, b2, b3 dan b4 bertanda positif. Artinya bahwa

    variabel produk, harga, promosi, dan proses mempunyai hubungan positif

    dengan keputusan untuk membeli jasa asuransi pada PT AJII Cabang Pekanbaru. Semakin bagus produk, semakin bagus harga, semakin gencar

    promosi, dan semakin bagus proses pengajuan asuransi, semakin banya k

    masyarakat akan membeli jasa asuransi dari PT AJII Cabang Pekanbaru.

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    21

    Tabel 2. Nilai r hitung dan r tabel Varibel

    Variabel R hitung r tabel Keterangan -hitung - kritis Keterangan

    Produk

    X1.1 0,710 0,297 Valid 0.789 0,600 Reliabel X1.2 0,782 0,297 Valid 0.751 0,600 Reliabel

    X1.3 0,838 0,297 Valid 0.712 0,600 Reliabel

    X1.4 0,840 0,297 Valid 0.744 0,600 Reliabel Harga

    X2.1 0,742 0,297 Valid 0.557 0,600 Reliabel

    X2.2 0,719 0,297 Valid 0.575 0,600 Reliabel

    X2.3 0,740 0,297 Valid 0.568 0,600 Reliabel X2.4 0,652 0,297 Valid 0.705 0,600 Reliabel

    Promosi

    X3.1 0,672 0,297 Valid 0.783 0,600 Reliabel X3.2 0,720 0,297 Valid 0.763 0,600 Reliabel

    X3.3 0,790 0,297 Valid 0.744 0,600 Reliabel

    X.3.4 0,816 0,297 Valid 0.733 0,600 Reliabel

    X3.5 0,666 0,297 Valid 0.779 0,600 Reliabel X3.6 0,575 0,297 Valid 0.807 0,600 Reliabel

    Proses

    X4.1 0,651 0,297 Valid 0.764 0,600 Reliabel X4.2 0,735 0,297 Valid 0.669 0,600 Reliabel

    X4.3 0,681 0,297 Valid 0.645 0,600 Reliabel

    X4.4 0,672 0,297 Valid 0.659 0,600 Reliabel Keputusan

    Y1.1 0,786 0,297 Valid 0.815 0,600 Reliabel

    Y.1.2 0,796 0,297 Valid 0.807 0,600 Reliabel

    Y.1.3 0,777 0,297 Valid 0.811 0,600 Reliabel Y1.4 0,825 0,297 Valid 0.799 0,600 Reliabel

    Y1.5 0,670 0,297 Valid 0.828 0,600 Reliabel

    Y1.6 0,605 0,297 Valid 0.837 0,600 Reliabel Y1.7 0,541 0,297 Valid 0.847 0,600 Reliabel

    Sumber: hasil SPSS

    Uji-F (Uji Simultan)

    Dari tabel ANOVA dapat disimpulkan bahwa F hitung = 52,271 sedang F Tabel

    = 2,312 dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian F hitung > Ftabel, maka variabel X1, X2, X3 dan X4 secara bersama-sama berpengaruh significant

    terhadap variabel Y. Sedangkan jika dilihat dari sig < , 0.05. Maka dapat dikatakan variabel X1, X2, X3 dan X4 secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel Y.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    22

    Uji t (Parsial)

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS di atas maka dapat

    diperoleh hasil sebagai berikut: DF = n - k 1 = 99 5-1 = 93 = 0,05 Maka t tabel (0,05;93) adalah 1,985

    Tabel 3. Hasil Perhitungan Regresi Keputusan Penggunaan/ Pembelian

    Jasa Asuransi pada PT AJII Cabang Pekanbaru

    Variabel Koefisien T- statistik Probabilitas Keterangan

    Konstanta 2,616

    X1 (Produk) 0,795 5,502 0,000 * X2 (Harga) 0,213 1,666 0,099 **

    X3 (Promosi) 0,493 4,526 0,000 *

    X4 (Proses) 0,002 0,020 0,984

    Koef. Determinan (R2) 0,677

    Koefisien Korelasi (R) 0,831

    Nilai F-Hitung 52,271 * Keterangan: * signifikan pada alpha 1%, ** signifikan pada alpha 10% Sumber: Data Olahan (n=100)

    Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

    a. Variabel produk (X1) memiliki t-hitung sebesar 5,502 sedangkan t-tabel yaitu (0,05;93) = 1,985 karena t hitung (5,502) > dari t tabel (1,985)

    maka H0ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian variabel X1 (produk) berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa

    asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru. Untuk indikator variabel

    produk yang paling mendapat respon setuju oleh konsumen adalah produk

    yang menarik. Untuk itu manajemen perusahaan dapat melakukan upaya mempengaruhi keputusan konsumen dengan memperhatikan variasi produk

    dan varians untuk masing-masing produk, karena hal inilah yang mendorong

    konsumen melakukan pembelian produk jasa asuransi.

    b. Variabel harga (X2) memiliki t-hitung sebesar 1,666 sedangkan t-tabel yaitu (0,05;93) = 1,985, karena t hitung (1,666) < dari t tabel (1,985)

    maka H0 diterima dan Hi ditolak. Dengan demikian variabel X2 (harga) tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa

    asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru. Meskipun variabel harga

    tidak berpengaruh terhadap keputusan keputusan konsumen menggunakan

    jasa asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru, namun manajemen perusahaan perlu menjaga stabilitas tarif dan menetapkan tarif yang

    terjangkau serta mampu bersaing dengan asuransi lainnya, sehingga dapat

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    23

    menarik minat konsumen untuk menggunakan jasa asuransi Inhealth pada

    PT AJII Cabang Pekanbaru.

    c. Variabel promosi (X3) memiliki nilai t-hitung sebesar 4,526 sedangkan t-tabel yaitu (0,05;93) = 1,985, karena t hitung (4,526) > dari t tabel

    (1,985) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian variabel X 3

    (promosi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

    konsumen dalam menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru. Variabel promosi berpengaruh terhadap keputusan konsumen

    menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru dan

    indikator yang paling banyak mendapat respon setuju dari responden adalah promosi yang menarik. Untuk itu manajemen perusahaan perlu

    memperhatikan masalah promosi produk agar lebih dikenal oleh masyarakat.

    d. Variabel proses (X4) memiliki nilai t-hitung sebesar 0,020 sedangkan t-tabel yaitu (0,05;93) = 1,985, karena t hitung (0,020) < dari t tabel (1,985) maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian variabel X 4

    (proses) tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam

    menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru. Meskipun variabel proses tidak berpengaruh terhadap keputusan keputusan

    konsumen menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang

    Pekanbaru, namun manajemen perusahaan perlu menjaga agar proses pengikatan atau perjanjian asuransi Inhealth tepat, proses pembayaran premi

    asuransi Inhealth cukup cepat, proses klaim individu asuransi Inhealth cepat.

    Sehingga semakin meyakinkan konsumen untuk menggunakan jasa asuransi

    Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru.

    3. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

    Nilai korelasi pada hasil penelitian ini adalah 0,831 artinya hubungan

    antara variabel independen yaitu produk, harga/tarif, promosi dan proses dengan keputusan pembelian adalah 0.831 yang berarti hubungan

    berkategori kuat dan positif.

    Pengukuran dilakukan dengan menghitung angka koefisien determinasi berganda (R

    2) mendekati 1 maka makin tepat suatu garis linier

    dipergunakan sebagai pendekatan terhadap penelitian. Persamaan regresi

    selalu disertai dengan R2 sebagai ukuran kecocokan.

    Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Adj. R2 sebesar 0,677 hal ini

    menunjukkan bahwa 67,70% perubahan pada keputusan konsumen dalam

    menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT AJII Cabang Pekanbaru

    ditentukan oleh variabel bebas yakni produk, harga, promosi dan proses sedangkan 32,30% lagi ditentukan oleh faktor lain yang tidak diamati

    dalam penelitian ini.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 1-25 (April 2013)

    24

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran

    penelitian sebagai berikut: 1. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa secara simultan produk,

    harga dan promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    keputusan konsumen menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT AJII

    Cabang Pekanbaru. Artinya semakin baik produk, harga dan promosi maka keputusan konsumen menggunakan jasa asuransi Inhealth pada PT.

    AJII Cabang Pekanbaru akan semakin positif. Hasil uji secara parsial (uji

    t) variabel produk, harga dan promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan keputusan konsumen menggunakan jasa asuransi Inhealth pada

    PT AJII Cabang Pekanbaru.

    2. Variable bebas yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan

    konsumen adalah variable produk (X1), kemudian variabel promosi (X3), variabel harga (X2) dan terakhir variabel proses (X4).

    DAFTAR PUSTAKA

    Alma, Buchari, 2009, Manajemen Pemasaran dan Manajemen Jasa, Penerbit

    Alfabeta, Bandung

    Amir, M. Taufiq, 2005, Dinamika Pemasaran, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta

    Assauri, Syofyan, 2009, Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep, dan Strategi,

    Penerbit Rajawali, Jakarta

    Budiono, 2001, Ekonomi Serri Sinopsis, Penerbit BPFE, Yogyakarta Bulletin Asuransi, 2004, Synergistic Selling, Jakarta

    Cusson, Robert, R., 2005, Manajemen Pemasaran Jasa, Terjemahan Edwardus,

    Prenhallindo, Jakarta Foster, D.W., 2002, Dasar-dasar Marketing, Erlangga, Jakarta

    Hasibuan, Malayu H., 2010, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Bumi

    Aksara, Jakarta Kim, Panglay dan Hazil, 2003, Marketing Suatu Pengantar, PT. Pembangunan,

    Jakarta

    Koswara, Sonni, 2002, Topik Pemasaran Praktis Indonesia, PT. Gramedia

    Pustaka Utama, Jakarta Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan,

    Implementasi dan Pengendalian, Terjemahan Adi zakaria Afif, Edisi

    Ketujuh, penerbit LPFEUI, Jakarta Kotler, Phillip, dan Gary Amstrong, 2004, Dasar-dasar Pemasaran,

    Terjemahan Alexander Sindoro, Erlangga, Jakarta

  • Rismanelly, R. Rudi Alhempi, Desi Susanti

    25

    Lovelock, Christopher H., dan Lauren Wright, 2007, Manajemen Pemasaran

    Jasa, Terjemahan Agus Widyantoro, Penerbit Indeks, Jakarta

    Machfoedz, Machmoed, 2010, Komunikasi Pemasaran Modern, Cakra Ilmu, Jakarta

    Nitisemito, Alex S., 2007, Marketing, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

    Radiosunu, 2005, Manajemen Pemasaran, Rineka Cipta, Jakarta

    Reksohadiprodjo, Sukanto, 2010, Dasar-dasar Manajemen, BPFE, Yogyakarta Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung

    Sumarni, Murti, 2001, Pengantar Perasuransian, Penerbit Liberty, Yogyakarta

    Sutojo, Siswanto, 2001, Kerangka Dasaar Manajemen Pemasaran, Penerbit PT. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta

    Swastha, Basu, 2005, Azas-Azas Marketing, Penerbit Liberty, Yogyakarta

    ________ dan Ibnu Sukotjo, 2007, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga,

    Cetakan Ketigabelas, Liberty, Yogyakarta Terry, George, 2006, Prinsip-prinsip Manajemen, Terjemahan J. Smith DFM,

    Bumi Aksara, Jakarta

    Tjiptono, Fandy, 2001, Manajemen Jasa, Andi Offset, Yogyakarta Torsina, M., 2001, Usaha Restoran Yang Sukses, PT. Buana Ilmu Populer,

    Kelompok Gramedia, Jakarta

    Tunggal, Amin Wijaya, 2002, Manajemen Pemasaran Kontemporer, Rineka Cipta, Jakarta

    Umar, Husein, 2003, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta

    Business Research Center, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

    Winardi, 2003, Manajemen Pemasaran, Alfabeta, Jakarta

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 26-45 (April 2013)

    PENERAPAN PRINSIP MUDHARABAH DI PT BANK SYARIAH

    XYZ CABANG PEKANBARU

    Moh. Erwin Soaduan STIE Persada Bunda Pekanbaru

    Armis Dosen Fak. Ekonomi Univ. Islam Riau Pekanbaru

    Abstract

    PT Bank Sharia XYZ as well as other Islamic Bank has a product that is a product of funding, financing and services. And one of the products are

    products mudharabah financing. Sharing system in mudharabah product is a

    form of real effort in the Islamic banking community with memandirikan will strengthen economic and social development, strengthen business

    competitiveness in a free market society, and create justice.

    This study classified into qualitative research using descriptive. Model analysis

    of the data used is an interactive analysis model developed by Miles and Huberman consisting of data reduction, data presentation and drawing

    conclusions. This study examines the calculation of the profit sharing ratio in

    the financing of mudharabah at PT Bank Sharia XYZ Branch Pekanbaru.

    The results of this study is the first: In mudharabah muthlaqah Financing Bank

    Sharia XYZ Branch Pekanbaru provide facilities as well as the full right and

    authority to mudharib or client/mudharib to conduct business and manage the

    funds raised from this mudharabah accordance with the wants and it will be mentioned in agreement or contract/contract agreed by both parties. While the

    latter are the hallmarks of mudharabah namely 1) the Bank will enjoy an

    increase in results at the customer's business profits increased, 2) the Bank is not obligated to pay for the results to the client funding is fixed, but adjusted

    earnings/results of operations of banks so that banks do not have a negative the

    spread. 3) Return of principal financing adjusted cash flow so as not to burden the customer. And 4) the Bank will be more selective and careful search for

    businesses not only in accordance with sharia, but also has good prospects.

    While the weakness of this mudharabah are: 1) Side Stream, customers use

    traditional funding is not as mentioned in the contract, 2) Negligent and intentional errors and 3) Concealment by the customer when the customer gains

    dishonest.

    Keywords: financing, mudharabah, sharia, bank

  • Moh. Erwin Soaduan, Armis

    27

    PENDAHULUAN

    Keberadaan lembaga perbankan selain berpengaruh terhadap dunia usaha,

    dimana hampir semua dunia usaha mengandalkan jasa keuangan perbankan, juga telah banyak menyerap jutaan orang tenaga kerja. Fungsi utama bank

    merupakan fungsi yang sangat penting bagi masyarakat dan dunia usaha adalah

    sebagai tempat penyimpanan dana, dan memberikan kredit/pembiayaan kepada

    masyarakat. Di Indonesia fungsi bank diartikan sebagai agent of development (Djumhana, 2000: 86).

    Undang-undang No. 21 Tahun 2008 telah mengatur semua kegiatan perbankan

    berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang

    memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.1 Sedangkan

    Pembiayaan merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

    dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

    bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang

    murabahah, salam, dan istisna, transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

    transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

    syariah dan/atau unit usaha syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

    setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi

    hasil.2

    Sistem bagi hasil penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil di buat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. Maka

    dalam suatu proyek yang dilakukan nasabah, sistem bagi hasil mempunyai

    keuntungan sebab tidak akan menimbulkan negatif spread, pertumbuhan modal negatif, dalam permodalan Bank sebagaimana yang biasa terjadi dalam

    perbankan konvensional yang menggunakan sistem bunga. Hal itu terjadi, di

    satu pihak disebabkan karena adanya tingkat suku bunga deposito yang tinggi, dan dilain pihak bunga kredit dibebani tingkat bunga yang rendah untuk

    menarik para investor menanamkan modalnya apabila mengalami kerugian akan

    ditanggung bersama (Antonio, 2001: 61).

    Dari latar belakang tersebut maka terdapat berapa masalah yang menjadi tema pembahasan paper ini yaitu adalah bagaimanakah penerapan pada prinsip

    mudharabah pada PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru? Bagaimanakah

    1 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Pasal 1 Angka 12 2 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Pasal 1 Angka 25

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 26-45 (April 2013)

    28

    pihak Bank menyelesaikan pembiayaan mudharabah yang bermasalah pada PT

    Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru? Sanksi apakah yang diberlakukan

    kepada mudharib bila melanggar perjanjian dalam akad pembiayaan Mudharabah?

    Bertitik tolak dari permasalahan yang telah dilakukan di atas, maka tujuan yang

    hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan perjanjian

    pembiayaan mudharabah pada PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru, menganalisis upaya pihak Bank dalam menyelesaikan pembiayaan mudharabah

    yang bermasalah pada PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru, dan

    menganalisis sanksi yang diberlakukan kepada mudharib bila melanggar perjanjian dalam akad pembiayaan Mudharabah?

    TINJAUAN PUSTAKA

    Keberadaan perbankan Islam di tanah air telah mendapat landasan yang kokoh

    setelah adanya paket deregulasi yaitu, berkaitan dengan berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Undang Undang No.7

    Tahun 1992 yang direvisi melalui Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang

    Perbankan yang dengan tegas mengakui keberadaaan dan berfungsinya sistem bagi hasil dalam bank syariah. Dengan demikian pembiayaan mudharabah

    dengan prinsip bagi hasil yang diterapkan dalam perbankan syariah merupakan

    cerminan dari kegiatan muamalah yang berlandaskan syariah Islam ketika melakukan kegiatan usaha. Perbankan syariah dalam menerapkan prinsip bagi

    hasil dapat dilakukan dengan beberapa akad, yaitu akad pembiayaan al-

    musyarakah, al-murabahah dan al-mudharabah untuk kegiatan pembiayaan

    modal usaha, ataupun penyaluran biaya kepada mereka yang kekurangan dana tetapi memiliki keterampilan untuk menjalankan bisnis dengan suatu

    keuntungan tidak pasti yang mungkin dapat atau juga mungkin tidak dapat

    diwujudkan (Saed, 2004: 110).

    Secara umum mudharabah dibagi kepada dua jenis, yaitu:

    1. Mudharabah Muthlaqah, yaitu suatu bentuk kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib tanpa membatasi spesifikasi jenis usahanya, sepanjang usaha tersebut dianggap baik dan bisa memberi keuntungan.

    2. Mudharabah Muqayyadah, yaitu shahibul maal menentukan syarat atau pembatasan kepada pengelola dana dalam menjalankan usaha. Maka

    inti mekanisme dari pada mudharabah itu sendiri pada dasarnya terletak pada kerjasama yang baik antara pemberi modal dan pengelola dana

    dengan dasar kepercayaan, kerjasama inilah yang merupakan karakter

    utama dalam pelaksanaan perjanjian mudharabah di perbankan syariah.

  • Moh. Erwin Soaduan, Armis

    29

    Secara bahasa perjanjian menurut jumhur ulama dikatakan dengan Akad, dan

    secara terminologi akad didefinisikan dengan Pertalian ijab (pernyataan

    melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerima) sesuai dengan kehendak syariat yang mempengaruhi pada objek perikatan (Saed, 2004: 8-10).

    Untuk mewujudkan suatu kesepakatan dalam sebuah kontrak dalam setiap

    perjanjian sebagaimana dalam rukun akad, mesti ada kehendak dari pada pihak

    yang ingin mengikatkan diri, artinya kebebasan untuk mengikatkan diri tersebut menjadi sebuah syarat yang membuat suatu perjanjian menjadi sah atau tidak,

    kemudian karena pada prinsipnya perjanjian pembiayaan mudharabah tidak ada

    jaminan, artinya bahwa perjanjian ini hanya didasari kepada kepercayaan bank terhadap nasabah/mudharib, maka dengan sendirinya seorang

    nasabah/mudharib akan melaksanakan kewajibannya sebagaimana halnya

    dengan Bank Syariah juga harus memperhatikan kepentingan dari

    nasabah/mudharib dalam situasi tertentu (Suharnoko, 2004: 4).

    Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama

    pemberi modal sedangkan pihak kedua memanfaatkan untuk tujuan-tujuan

    usaha dan keuntungan dari usaha tersebut akan dibagikan di antara mereka berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam akad (kontrak).

    3

    Perjanjian pembiayaan adalah perjanjian berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

    tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.4

    METODA PENELITIAN

    Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan sebuah penelitian hukum normatif. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pembiayaan

    bagi hasil (Mudharabah) di PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru, dengan

    demikian penelitian ini menempatkan kaidah-kaidah hukum terkait dengan bagi hasil (Mudharabah) di bank syariah, dalam arti sejauh mana hukum dalam

    mengatur tentang bagi hasil, mekanisme dan pelaksanaan perjanjiannya.

    Penelitian ini menggunakan tehnik penelitian Lapangan (Field Research).

    Alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi dokumen yang

    bersumber dari bahan hukum primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat,

    seperti Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah,

    Undang- Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Bank Indonesia No. 2 Tahun 2004, Himpunan Dewan Syariah Nasional Majelis

    3 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Op Cit, hlm. 40 4 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 ayat 12

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 26-45 (April 2013)

    30

    Ulama Indonesia No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah,

    Fiqh Islam, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta peraturan-peraturan

    lain yang relevan dan wawancara dengan pihak PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa hasil-hasil

    seminar atau penemuan ilmiah lainnya, bahkan dokumen pribadi atau

    pandangan kalangan pakar hukum sepanjang hal itu berhubungan dengan objek

    telaahan penelitian ini (Soemitro, 1982: 24).

    Bahan hukum tersier dalam penelitian ini dipergunakan untuk memberikan

    penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus

    hukum, kamus hukum ekonomi, majalah dan jurnal ilmiah. Pengumpulan data dimulai dengan melakukan identifikasi seluruh data yag relevan dengan

    permasalahan,penelitian, setelah data teridentifikasi baru dilakukan inventarisasi

    data-data, kemudian data yang terkumpul akan dikelompokkan atau dipilah-

    pilah untuk digunakan proses analisis data.

    Pelaksanaan pembiayaan Mudharabah

    A. Perjanjian Dalam Hukum Islam

    Islam adalah agama yang di ridhoi Allah SWT dan bersifat rahmatan lil alamin yang mengandung makna sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh

    alam. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perjanjian dan perikatan dalam

    hukum Islam berikut dikemukakan beberapa pendapat kalangan ulama fiqhiyah, antara lain yaitu:

    Pertama, menurut Wahbah Alzuhaily secara etimologi akad adalah ikatan

    antara dua perkara baik ikatan secara nyata maupun secara maknawi dari

    satu segi maupun dari dua segi (Al-Juhaili, 1989: 80).

    Sedangkan kalimat al-ahdu dapat disamakan dengan istilah perjanjian atau overeenkomst, yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain

    (Gemala Dewi, 2006: 45).

    Kedua, dalam pandangan ulama syafiiyah, Hanafiyah dan Hanabilah, akad merupakan segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang

    berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, pembebasan.

    B. Unsur-Unsur Perjanjian (Akad) Dalam Hukum Islam

    Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam perjanjian atau akad adalah

    sebagai berikut:

  • Moh. Erwin Soaduan, Armis

    31

    1. Pernyataan Untuk Mengikatkan Diri.

    Akad melalui tulisan dibolehkan baik bagi orang yang mampu berbicara atau

    tidak dengan syarat tulisan tersebut harus jelas, tampak dan dapat dipahami oleh kedua belah pihak, hal ini sesuai dengan kaedah yang dibuat oleh ulama.

    Persyaratan akad melalui perbuatan bisa dilakukan asal perbuatan tersebut

    menunjukkan saling meridhoi. Dalam hal ini ulama Hanafiyah dan Hanabilah

    menambahkan bolehnya perbuatan menjadi ijab dan qabul tersebut kepada perbuatan terhadap barang-barang yang sudah diketahui secara umum oleh

    manusia (Antonio, 2001: 49).

    2. Pihak-Pihak Yang Berjanji (Berakad)

    Pihak yang berjanji atau berakad diharuskan sama-sama mempunyai kecakapan

    hukum dalam tindakan hukum. Dalam istilah fiqhnya harus Mukallaf dengan

    arti lain orang yang hendak melakukan perjanjian tersebut sudah dewasa

    menurut ketentuan hukum yang berlaku. Kemudian diharuskan juga yang berakad itu sehat akalnya artinya tidak sedang mengalami gangguan jiwa atau

    gila, maka pada tahap ini kapasitas seseorang telah sempurna, sebab telah

    mampu untuk bersikap dan bertindak demi keamanan dalam mengelola dan mengontrol usaha bisnisnya dengan bijaksana (Gemala Dewi, 2006: 53).

    3. Objek Perjanjian (Akad).

    Objek akad atau perjanjian adalah sesuatu atau benda-benda yang dijadikan akad dan dikenakan padanya akibat hukum yang di timbulkan. Bentuk objek

    akad tersebut dapat berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud

    seumpama manfaatnya (Gemala Dewi, 2006: 60).

    Untuk Objek akad harus memenuhi syarat sebagai berikut:

    a. Objek akad tersebut harus diakui oleh syara, dengan ketentuan objeknya harus:

    1). Berbentuk harta 2). Dimiliki oleh seseorang

    3). Bernilai harta menurut harta dalam Islam (Thaib, 2005: 8).

    b. Objek akad tersebut harus ada dan bisa diserahkan ketika

    berlangsungnya akad.

    Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kesalah pahaman di antara para

    pihak yang dapat menjadi perselisihan dikemudian hari. Jika objek dalam perjanjian tersebut berupa benda maka bentuk, fungsi, dan keadaan, faedahnya

    ada cacat pada benda objek akad dimaksud.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 26-45 (April 2013)

    32

    C. Jenis- Jenis Perjanjian Dalam Hukum Islam

    Perjanjian atau akad dalam hukum Islam dibagi beberapa macam, dimana tiap

    macamnya akad tergantung dari sudut pandang mana dilihat, apabila dilihat dari segi keabsahannya menurut syara, akad atau perjanjian dibagi kepada dua macam yaitu:

    1. Perjanjian atau akad yang sahih

    Perjanjian yang sahih adalah perjanjian yang telah memenuhi rukun dan syarat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syara. oleh karena itu konsekuwensi yang ditimbulkan akan mengikat para pihak yang berjanji atau yang berakad

    (Antonio, 2001: 66).

    2. Akad yang tidak sahih

    Akad yang tidak sahih atau tidak sah adalah akad/perjanjian yang tidak

    memenuhi unsur rukun dan unsur syarat, artinya akad ini tak mempunyai

    dampak hukum atau tidak sah.

    Ulama Fiqh membaginya kepada tiga macam, yaitu:

    a. Akad yang mengikat dan tidak bisa dibatalkan sama sekali, seperti akad

    perkawinan, dalam hal ini akad yang tidak boleh dibatalkan kecuali dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh syara untuk membatalkannnya, seumpama melalui thalaq dan khulu.

    b. Akad yang mengikat tetapi bisa dibatalkan atas kehendak kedua belah pihak, seperti akad jual beli, sewa menyewa atau al-muzaraah (kerjasama dalam bidang pertanian), maka dalam hal ini para pihak

    dibenarkan untuk melakukan khiyar artinya ada hak para pihak untuk

    memilih apakah meneruskan akad yang telah memenuhi rukun tersebut atau membatalkannya.

    c. Akad yang hanya mengikat salah satu pihak seperti al rahn dan al

    kafalah (Thaib, 2005: 17-18).

    D. Pengaturan Perjanjian Mudharabah

    Dengan di sahkannya Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2008 tentang

    Perbankan Syariah yang mengatur tentang pembiayaan mudharabah di perbankan syariah landasan bagi mudharib serta sahibul maal dalam melakukan

    perjanjian pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah) telah semakin

  • Moh. Erwin Soaduan, Armis

    33

    memiliki landasan hukum, hal ini merupakan era baru bagi usaha perbankan

    syariah di Indonesia.5

    E. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

    Pembiayaan dalam Islam merupakan perintah dalam Al-Quran dan ucapan dari Nabi Muhammad S.A.W, jadi hukum Islam berasal dari teks yang terungkap

    dari sebuah norma yang saling berhubungan yang melarang kegiatan

    pengambilan keuntungan (intrest making) dan kegiatan spekulatif yang tidak pantas (Nasution, 2004: 11).

    Secara umum pembiayaan dalam bank syariah menurut sifat penggunaannya di

    bagi kepada dua bagian sebagai berikut.

    1. Pembiayaan Produktif

    Pembiayaan produktif merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

    kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu, untuk peningkatan usaha, baik usaha

    produksi, perdagangan maupun investasi (Antonio, 2001: 160). Dan menurut keperluannya pembiayaan produktif ini dibagai menjadi dua hal yaitu:

    a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

    b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan Utility of place dari suatu barang.

    Pembiayaan modal kerja yang dilaksanakan oleh bank syariah dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah bukan dengan meminjamkan uang tunai, tetapi dengan menjamin hubungan kemitraan (partnership) dengan

    nasabah (Antonio, 2001: 162).

    2. Pembiayaan Investasi

    Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah/mudharib untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan perluasan

    usaha(ekspansi), pada umumnya pembiayaan ini diberikan dalam jumlah besar

    serta pengendapan dana ini cukup lama, sehingga perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan

    pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah

    semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu baru disusun jadwal amortisasi yang

    merupakan angsuran pembiayaan.

    5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 25 huruf a

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 26-45 (April 2013)

    34

    3. Pembiayaan konsumtif

    Keamanan atau safety mencerminkan bahwa prestasi yang diberikan dalam

    bentuk uang, barang akan terjamin dalam pengembaliannya, sehingga keuntungan atau profitability akan menjadi kenyataan seperti yang diharapkan

    karena pada dasarnya profitability merupakan tujuan dari pembiayaan tersebut.

    F. Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah

    Secara umum pembiayaan mudharabah dibagi kepada dua jenis, yaitu:

    1. Pembiayaan mudharabah mutlhaqah (General investment)

    Pembiayaan secara mudharabah muthlaqah adalah suatu pembiayaan dalam

    bentuk kerja sama antara shahibul maal dalam hal ini bank syariah dengan mudharib atau nasabah yang cakupannya amat luas dan tidak dibatasi oleh

    spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis, kalau dalam pemabahasan

    ulama fiqh salafussaleh seringkali menyebutnya dengan contoh if al ma syita artinya lakukan sesukamu (Antonio, 1999: 173). Maka jenis usaha yang akan dijalankan secara mutlak diputuskan oleh mudharib yang dianggap sesuai,

    sehingga tidak terikat dan terbatas, tetapi ada satu hal yang tidak boleh

    dilakukan mudharib tanpa seijin bank syariah yaitu nasabah atau mudharib tidak boleh meminjamkan modalnya atau memudharabahkannya lagi kepada pihak

    lain (Ascary, 2007: 65).

    2. Pembiayaan mudharabah muqayyadah

    Pembiayaan mudharabah muqayyadah disebut juga dengan istilah retrected

    mudharabah/ specifed mudharabah, yaitu kebalikan dari pembiayaan

    mudharabah mutlaqah, dalam pembiayaan ini mudharib dibatasi dengan batasan

    jenis usaha, waktu, tempat usaha (Antonio, 2001: 173).

    Untuk jenis pembiayaan mudharabah muqayyadah ini pihak bank syariah dapat

    memberikan batasan-batasan yang sudah baku kepada nasabah/mudharib,

    namun di dalam PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru, pembiayaan Mudharabah muqayyadah ini tidak ada dilaksanakan.

    G. Kriteria Penerima Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah

    Berdasarkan prinsip mudharabah bank syariah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dana tersebut, sehingga langkah-langkah dalam

    proses penyaluran pembiayaan mudharabah ini sesuai dengan karakter dan

    standart dalam penyaluran dana. Sebelum memberikan pembiayaan pihak bank

    syariah melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap calon mudharib atau nasabah/mudharib yang mengajukan permohonan pembiayaan.

  • Moh. Erwin Soaduan, Armis

    35

    Langkah-langkah yang di ambil oleh bank syariah dalam pembiayaan pada saat

    calon nasabah/mudharib menyampaikan atau mengajukan usul permohonan

    pinjamannya adalah sebagai berikut.

    a. Tahap Permohonan Pembiayaan

    Pada tahap ini bank syariah akan memeriksa kelengkapan berkas permohonan

    pembiayaan yang dimohonkan oleh nasabah/mudharib sesuai dengan kebutuhan

    analisis yang diperlukan. Yang tidak kalah pentingnya adalah meneliti keabsahan surat permohonan pembiayaan, apakah telah ditanda tangani oleh

    pengurus atau yang berwenang sesuai dengan akte pendirian perusahaan

    (Zulkifli, 2003: 144).

    b. Tahap Penelitian Berkas Investigasi Pembiayaan

    Selain melakukan penelitian terhadap kelengkapan berkas permohonan

    pembiayaan yang diajukan akan dilakukan juga peninjauan ke lapangan, seperti

    lokasi kantor, lokasi usaha akan diperiksa kebenarannya yang meliputi posisi lokasi apakah di tempat yang strategis, berorientasi konsumen atau berorientasi

    bahan baku (Zulkifli, 2003: 143).

    c. Analisis Pembiayaan

    Sesuai dengan wawancara yang diperoleh dari PT Bank Syariah XYZ

    Pekanbaru. Pihak PT Bank Syariah XYZ dalam menetapkan kriteria pertama

    yang harus dipenuhi oleh penerima pembiayaan mudharabah adalah:

    1) Orang atau badan usaha harus Amanah

    Dengan adanya sifat amanah dalam diri nasabah/mudharib akan membuat

    investor yaitu PT Bank Syariah XYZ merasa aman dan tidak khawatir

    ketika memberikan pembiayaan mudharabah. Dalam ilmu Psikologi di kenal teori bahwa manusia beraksi terhadap apa yang dipercayainya

    sebagai suatu kenyataan dan terhadap kenyataan itu sendiri (Nasution,

    2004: 2).

    2) Telah menjadi nasabah di PT Bank Syariah XYZ Cabnag Pekanbaru

    minimal satu (1) tahun.

    Dalam melaksanakan analisis terhadap permohonan pembiayaan yang diajukan kepadanya, bank syariah setidaknya harus memuat analisis 5 C

    yang merupakan standarisasi minimal yang lazim dipergunakan di

    kalangan perbankan.

  • Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1. No. 1, 26-45 (April 2013)

    36

    Setelah melewati semua tahap analisis tersebut maka pihak bank dapat

    mengambil keputusan apakah permohonan calon nasabah/mudharib tadi dapat

    diterima atau ditolak. Namun pada kondisi ini calon nasabah/mudharib tetap masih dapat merundingkan hal-hal yang belum sesuai menurutnya dengan pihak

    bank agar diantara kedua belah pihak tercapai kata sepakat. Apabila terjadi

    penolakan dari pihak bank terhadap permohonan pembiayaan yang diajukan

    oleh calon nasabah/mudharib maka akan berlaku beberapa hal sebagai berikut:

    a) Penolakan tersebut harus disampaikan secara tertulis kepada calon nasabah/ mudharib beserta dengan alasan-alasannya.

    b) Pengembalian semua berkas permohonan, kecuali surat permohonan pembiayaan.

    c) Bila yang ditolak oleh bank adalah permohonan perpanjangan pembiayaan maka hal itu berarti jangka waktu dari pembiayaan tersebut

    tidak bisa diperpanjang lagi, dengan demikian nasabah nasabah/mudharib diberitahukan agar segera menyelesaikan semua

    kewajibannya.

    d) Bila permohonan tambahan fasilitas pembiayaan ditolak, nasabah tetap dapat menikmati limit dari fasilitas pembiayaan yang telah disetujui

    semula (Zulkifli, 2003: 150).

    H. Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah

    Jaminan pembiayaan mudharabah merupakan tuntutan kepada mudharib untuk

    mengembalikan modal shahibul maal dalam keadaan semula baik untung

    maupun rugi (Zulkifli, 2003: 177). Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan

    Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah dinyatakan bahwa pada prinsipnya dalam pembiayaan

    Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan

    penyimpangan, Lembaga Keuangan Syariah dapat meminta Jaminan dari Mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila

    mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah

    disepakati bersama dalam akad.6 Untuk memastikan kinerja nasabah/mudharib

    sesuai dengan syarat-syarat yang terdapat dalam kontrak, biasanya pihak bank

    mempersyaratkan bagi pemohon pembiayaan mudharabah untuk menyatakan

    jenis jaminan yang dapat mereka berikan kepada bank syariah (Saed, 2004: 86).

    Dengan keuntungan yang didapat oleh bank merupakan keuntungan juga pihak nasabah dan berpengaruh kepada besarnya nilai bagi hasil yang diterima oleh

    kedua belah pihak sehingga akan menarik minat masyarakat lainnya untuk

    menyimpan atau menginvestasikan uangnya pada bank syariah tersebut karena

    6 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Op Cit, hlm. 45

  • Moh. Erwin Soaduan, Armis

    37

    otomatis dana yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat juga lebih besar

    (Wirdyaningsih, 2005: 261).

    Untuk lebih menjamin pengembalian dana yang diberikan pihak bank kepada nasabah/mudharib, pihak bank dapat menyarankan kepada nasabah/mudharib

    supaya untuk memasukkan proyek pembiayaan atau usaha yang dikelola

    nasabah/mudharib tersebut ke asuransi seperti syariah Takaful, hal ini berguna

    untuk menjamin ketika sewaktu-waktu nasabah/mudharib mengalami musibah maka pihak asuransi akan melunasi hutangnya, dengan kata lain tagihan hutang

    dari nasabah/mudharib tersebut akan beralih kepada pihak asuransi.

    I. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank

    Syariah XYZ Cabang Pekanbaru

    Perjanjian mudharabah merupakan salah satu produk bagi hasil yang

    dilaksanakan oleh PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru, dengan

    berdasarkan prinsip syariah pada umumnya. PT Bank Syariah XYZ Cabang Pekanbaru pada prakteknya menerapkan prinsip pembiayaan mudharabah

    Muthlaqah dengan memberikan fasilitas dan otoritas serta hak sepenuhnya

    kepada nasabah/mudharib untuk melakukan usaha dan mengelola dana yang diperoleh dari pembiayaan mudharabah ini sesuai dengan yang diinginkannya

    dan hal tersebut akan disebutkan dalam perjanjian atau akad/kontrak yang

    disepakati oleh kedua belah pihak.

    Dari Tabel 1, terlihat bahwa peningkatan pembiayaan mudharabah di PT Bank

    Syariah XYZ Cabang Pekanbaru belum menunjukkan peningkatan yang

    signifikan dari segi kuantitas. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya

    prinsip kehati-hatian Bank dalam me