-1-jdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/docs/1554857541-61578375.pdf · Lima, maka Bupati wajib...

24
jdih.tubankab.go.id BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa kegiatan pedagang kaki lima sebagai salah satu usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu dilakukan penataan dan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya; b. bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah pedagang kaki lima di Kabupaten Tuban akan berdampak pada estetika, kebersihan, fungsi prasarana kawasan perkotaan serta kelancaran lalu lintas, sehingga perlu dilakukan penataan dan pemberdayaan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta mewujudkan lingkungan kota yang bersih, sehat, indah, tertib dan aman; c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, maka Bupati wajib melakukan penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;

Transcript of -1-jdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/docs/1554857541-61578375.pdf · Lima, maka Bupati wajib...

-1-

jdih.tubankab.go.id

BUPATI TUBAN

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR 11 TAHUN 2018

TENTANG

PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TUBAN,

Menimbang : a. bahwa kegiatan pedagang kaki lima sebagai salah satu

usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha

perdagangan sektor informal perlu dilakukan penataan

dan pemberdayaan untuk meningkatkan dan

mengembangkan usahanya;

b. bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah

pedagang kaki lima di Kabupaten Tuban akan

berdampak pada estetika, kebersihan, fungsi prasarana

kawasan perkotaan serta kelancaran lalu lintas,

sehingga perlu dilakukan penataan dan pemberdayaan

yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian

serta mewujudkan lingkungan kota yang bersih, sehat,

indah, tertib dan aman;

c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki

Lima, maka Bupati wajib melakukan penataan dan

pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;

-2-

jdih.tubankab.go.id

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam

Lingkungan Propinsi Djawa Timur (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4441);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

-3-

jdih.tubankab.go.id

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679);

10. Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang

Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki

Lima;

11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012

tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 09 Tahun

2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tuban Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten

Tuban Tahun 2012 Seri E Nomor 24);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 16 Tahun

2014 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman

Masyarakat (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban

Tahun 2015 Seri E Nomor 09);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN

dan

BUPATI TUBAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN DAN

PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA.

-4-

jdih.tubankab.go.id

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten

Tuban.

3. Bupati adalah Bupati Tuban.

4. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL

adalah pelaku usaha yang melakukan usaha

perdagangan dengan menggunakan sarana usaha

bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan

prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan

dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang

bersifat sementara/tidak menetap.

5. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah melalui penetapan lokasi binaan

untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban

dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan

kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan,

ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan

dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan

masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan

iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL

sehingga mampu tumbuh dan berkembang baik

kualitas maupun kuantitas usahanya.

7. Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha

PKL yang berada di lahan dan/atau bangunan milik

Pemerintah Daerah dan/atau swasta.

8. Lokasi Binaan adalah lokasi yang telah ditetapkan

peruntukannya bagi PKL yang diatur oleh Pemerintah

Daerah, baik bersifat permanen maupun sementara.

9. Tanda Daftar Usaha yang selanjutnya disingkat TDU

adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang

ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL

sekaligus sebagai alat kendali untuk pemberdayaan dan

pengembangan usaha PKL di lokasi yang ditetapkan

oleh Pemeritah Daerah.

-5-

jdih.tubankab.go.id

10. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan

untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

11. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum

acara pidana untuk mencari serta mengumpulkan

bukti-bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna

menemukan tersangkanya.

12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,

yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen

perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

13. Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang selanjutnya

disingkat RTRW adalah RTRW Kabupaten Tuban Tahun

2012-2032.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penataan dan Pemberdayaan PKL diselenggarakan

berdasarkan asas:

a. kesamaan;

b. pengayoman;

c. kemanusiaan;

d. keadilan; dan

e. kepastian hukum.

Pasal 3

Tujuan Penataan dan Pemberdayaan PKL adalah:

a. memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui

penetapan lokasi sesuai dengan peruntukannya;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan

usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh

dan mandiri;

c. mewujudkan Daerah yang bersih, sehat, indah, tertib,

dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan

yang memadai dan berwawasan lingkungan.

d. mampu menjadi daya tarik pariwisata di Daerah

sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah

dan kesejahteraan masyarakat.

-6-

jdih.tubankab.go.id

BAB III

KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 4

Pemerintah Daerah melalui Perangkat Daerah yang

membidangi urusan PKL wajib melakukan Penataan dan

Pemberdayaan PKL.

Pasal 5

Program Penataan dan Pemberdayaan PKL sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 disusun dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang Perencanaan Pembangunan Daerah.

BAB IV

PENATAAN PKL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 6

(1) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

dilakukan terhadap PKL dan lokasi tempat kegiatan

PKL.

(2) Penataan lokasi tempat kegiatan PKL sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan di kawasan

perkotaan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban.

Pasal 7

Perangkat Daerah yang membidangi urusan PKL

melakukan Penataan PKL dengan cara :

a. pendataan PKL;

b. pendaftaran PKL;

c. penetapan lokasi PKL;

d. pemindahan/penghapusan lokasi PKL; dan

e. peremajaan lokasi PKL.

-7-

jdih.tubankab.go.id

Bagian Kedua

Pendataan PKL

Pasal 8

Bupati melalui Perangkat Daerah yang mebidangi PKL

melakukan pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 huruf a dengan cara:

a. membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan;

b. memetakan lokasi; dan

c. melakukan validasi/pemutakhiran data.

Pasal 9

(1) Pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

dilakukan berdasarkan:

a. identitas PKL;

b. lokasi PKL;

c. jenis tempat usaha;

d. bidang usaha; dan

e. modal usaha.

(2) Data PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digunakan sebagai dasar untuk Penataan dan

Pemberdayaan PKL.

Pasal 10

(1) Identitas PKL dalam Pendataan PKL sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a didasarkan

pada Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga yang

masih berlaku.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), untuk kegiatan tertentu dan ditempat

tertentu sesuai dengan kearifan lokal.

Pasal 11

(1) Lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(1) huruf b terdiri atas:

a. lokasi PKL sesuai peruntukannya; dan

b. lokasi PKL tidak sesuai peruntukannya.

(2) Lokasi PKL sesuai peruntukannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. lokasi PKL yang bersifat permanen; dan

b. lokasi PKL yang bersifat sementara.

-8-

jdih.tubankab.go.id

(3) Lokasi PKL tidak sesuai dengan peruntukannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan

lokasi bukan peruntukan tempat berusaha PKL.

Pasal 12

(1) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a merupakan

lokasi yang bersifat tetap yang diperuntukkan sebagai

tempat usaha PKL.

(2) Lokasi PKL yang bersifat sementara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b merupakan

lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal, dan bersifat

sementara.

(3) Lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 13

Jenis tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. jenis tempat usaha tidak bergerak; dan

b. jenis tempat usaha bergerak.

Pasal 14

(1) Jenis tempat usaha tidak bergerak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 huruf a terdiri atas:

a. gelaran;

b. lesehan;

c. tenda; dan

d. kios.

(2) Jenis tempat usaha bergerak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 huruf b terdiri atas:

a. bermotor; dan

b. tidak bermotor.

(3) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) huruf a terdiri atas;

a. kendaraan bermotor roda dua;

b. kendaraan bermotor roda tiga; dan

c. kendaraan bermotor roda empat.

(4) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) huruf b antara lain gerobak beroda dan sepeda.

-9-

jdih.tubankab.go.id

Pasal 15

(1) Bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(1) huruf d meliputi barang dan/atau jasa.

(2) Bidang usaha barang dan/atau jasa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Pendaftaran PKL

Pasal 16

(1) Pendaftaran PKL dilakukan oleh Perangkat Daerah yang

membidangi urusan PKL bersama dengan Kelurahan/

Desa setempat.

(2) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk pengendalian PKL dan menjamin

kepastian hukum berusaha.

Pasal 17

(1) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

dilakukan terhadap 2 (dua) kategori PKL yaitu:

a. PKL lama; dan

b. PKL baru.

(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

melengkapi dan menyampaikan berkas pendaftaran

usaha kepada Perangkat Daerah yang membidangi

urusan PKL.

Pasal 18

(1) PKL lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat

(1) huruf a dengan kriteria sebagai berikut:

a. PKL yang pada saat pendataan sudah berusaha di

lahan atau lokasi sesuai peruntukannya; dan/atau

b. PKL yang pada saat pendataan sudah berusaha di

lahan atau lokasi yang tidak sesuai peruntukannya

dan ditetapkan sebagai lokasi sementara.

(2) PKL yang sudah berusaha di lahan atau lokasi yang

tidak sesuai peruntukannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan relokasi.

-10-

jdih.tubankab.go.id

Pasal 19

(1) PKL baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)

huruf b merupakan PKL yang pada saat pendataan

belum pernah berusaha sebagai PKL di Daerah.

(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mengajukan permohonan pendaftaran untuk berusaha

pada lokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

melalui Perangkat Daerah yang membidangi urusan PKL.

Pasal 20

(1) Pendaftaran usaha bagi PKL sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 ayat (2) meliputi:

a. permohonan TDU;

b. penerbitan TDU;

c. perpanjangan TDU; dan

d. pencabutan dan tidak berlakunya TDU.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran

usaha bagi PKL diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Penetapan Lokasi PKL

Pasal 21

(1) Bupati menetapkan lokasi binaan sesuai peruntukannya

sebagai lokasi tempat kegiatan usaha PKL.

(2) Penetapan lokasi binaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan

umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi, keamanan,

ketertiban, kesehatan, kebersihan lingkungan dan sesuai

dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Tuban.

(3) Lokasi binaan yang telah ditetapkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilengkapi dengan papan nama

lokasi dan rambu atau tanda yang menerangkan batasan

jumlah PKL sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

(4) Lokasi PKL binaan hanya boleh ditempati oleh PKL yang

sudah memiliki TDU.

Pasal 22

(1) Lokasi binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,

terdiri atas:

-11-

jdih.tubankab.go.id

a. lokasi permanen; dan

b. lokasi sementara.

(2) Lokasi binaan yang bersifat permanen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan

aksesabilitas, dan sarana serta prasarana antara lain

fasilitas listrik, air, tempat sampah dan toilet umum.

(3) Lokasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a diarahkan untuk menjadi kawasan atau pusat-

pusat bidang usaha promosi, produksi unggulan daerah.

(4) Lokasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan lokasi tempat usaha PKL yang

terjadwal sampai jangka waktu yang ditetapkan oleh

Bupati.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi binaan yang

bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Pemindahan PKL dan Penghapusan Lokasi PKL

Pasal 23

(1) PKL yang menempati lokasi yang tidak sesuai

peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat

(3) dapat dilakukan pemindahan atau relokasi PKL ke

tempat/ruang yang sesuai peruntukannya.

(2) Penghapusan lokasi tempat berusaha PKL yang telah

dipindahkan, ditertibkan dan ditata sesuai dengan fungsi

peruntukannya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan PKL dan

penghapusan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keenam

Peremajaan Lokasi PKL

Pasal 24

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan peremajaan lokasi

PKL pada lokasi binaan.

(2) Peremajaan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan

utilitas kota.

-12-

jdih.tubankab.go.id

BAB V

HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 25

PKL mempunyai hak:

a. mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL;

b. melakukan kegiatan usaha di lokasi yang telah

ditetapkan;

c. mendapatkan informasi dan sosialisasi atau

pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha di lokasi

yang bersangkutan;

d. mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan dan

pendampingan dalam pengembangan usahanya; dan

e. mendapatkan pendampingan dalam mendapatkan

pinjaman permodalan dengan mitra bank.

Pasal 26

PKL mempunyai kewajiban:

a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. mendaftarkan usahanya untuk memperoleh TDU;

c. mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditetapkan

oleh Bupati;

d. memelihara keindahan, ketertiban, keamanan,

kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat usaha;

e. menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau

jasa serta peralatan dagangan dengan tertib dan teratur;

f. tidak mengganggu lalu lintas dan kepentingan umum;

g. menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa

menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun, apabila

lokasi usaha tidak ditempati selama 1 (satu) bulan atau

sewaktu-waktu lokasi tersebut dibutuhkan oleh

Pemerintah Daerah; dan

h. menempati tempat atau lokasi usaha yang telah

ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai TDU yang

dimiliki.

Pasal 27

(1) PKL dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang

tidak ditetapkan untuk lokasi PKL;

-13-

jdih.tubankab.go.id

b. merombak, menambah dan mengubah fungsi serta

fasilitas yang ada di tempat atau lokasi usaha PKL

yang telah ditetapkan dan/atau ditentukan Bupati;

c. menempati lahan atau lokasi PKL untuk kegiatan

tempat tinggal;

d. berpindah tempat atau lokasi dan/atau

memindahtangankan TDU PKL tanpa sepengetahuan

dan seizin Bupati;

e. menelantarkan dan/atau membiarkan kosong lokasi

tempat usaha tanpa kegiatan secara terus-menerus

selama 1 (satu) bulan;

f. mengganti bidang usaha dan/atau memperdagangkan

barang ilegal;

g. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak

dan/atau mengubah bentuk trotoar, fasilitas umum,

dan/atau bangunan di sekitarnya;

h. menggunakan badan jalan untuk tempat usaha,

kecuali yang ditetapkan untuk lokasi PKL terjadwal

dan terkendali;

i. berdagang diluar jadwal usaha;

j. berdagang menggunakan kendaraan di tempat-tempat

parkir, pemberhentian sementara atau trotoar; dan

k. memperjualbelikan atau menyewakan tempat usaha

PKL kepada pedagang lainnya.

(2) Berdagang diluar jadwal usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf i diatur dalam peraturan Bupati.

BAB VI

PEMBERDAYAAN PKL

Pasal 28

(1) Pemberdayaan usaha PKL berasaskan :

a. demokrasi ekonomi;

b. kebersamaan;

c. efisiensi berkeadilan;

d. berkelanjutan;

e. berwawasan lingkungan; dan

f. kemandirian.

(2) Pemberdayaan usaha PKL sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) menjadi satu kesatuan dengan Pasal 2 Peraturan

Daerah ini.

-14-

jdih.tubankab.go.id

Pasal 29

Bupati melalui Perangkat Daerah yang membidangi urusan

PKL melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 antara lain melalui:

a. peningkatan kemampuan berusaha;

b. fasilitasi akses permodalan;

c. fasilitasi bantuan sarana dagang;

d. penguatan kelembagaan;

e. fasilitasi peningkatan produksi;

f. pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi; dan

g. pembinaan dan bimbingan teknis.

Pasal 30

(1) Bupati dalam melakukan pemberdayaan PKL

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 antara lain

dapat dilakukan melalui kemitraan dengan dunia usaha

melalui program tanggung jawab sosial perusahaan/

CSR (Corporate Social Responsibility).

(2) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah sesuai

dengan bidang usaha berdasarkan data PKL yang

mempunyai TDU.

(3) Bentuk kemitraan dengan dunia usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. penataan peremajaan tempat usaha PKL;

b. peningkatan kemampuan berwirausaha melalui

bimbingan, pelatihan dan bantuan permodalan;

c. promosi usaha dan event pada lokasi binaan; dan

d. berperan aktif dalam penataan PKL di kawasan

perkotaan agar menjadi lebih tertib, bersih, indah

dan nyaman.

(4) Khusus untuk usaha toko Swalayan, bentuk kemitraan

dalam upaya pemberdayaan terhadap PKL ini adalah

dalam bentuk penyediaan lokasi berjualan yang

representatif dan terjangkau bagi PKL.

(5) Ketentuan mengenai penyediaan lokasi berjualan PKL

oleh toko Swalayan dimaksud pada ayat (4) diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Bupati.

-15-

jdih.tubankab.go.id

BAB VII

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu

Monitoring dan Evaluasi

Pasal 31

(1) Bupati melalui Perangkat Daerah yang membidangi

urusan PKL melakukan monitoring dan evaluasi

terhadap penataan dan pemberdayaan PKL.

(2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2

(dua) kali dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu

apabila diperlukan.

Bagian Kedua

Pelaporan

Pasal 32

(1) Bupati menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

penataan dan pemberdayaan PKL kepada Gubernur

Jawa Timur dengan tembusan kepada Menteri Dalam

Negeri.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan paling lambat pada akhir bulan Februari

tahun berikutnya.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 33

(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan

pemberdayaan PKL yang dilaksanakan oleh Perangkat

Daerah yang membidangi urusan PKL.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan

pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 34

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penataan dan

pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33 ayat (1) dibentuk Tim Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan PKL.

-16-

jdih.tubankab.go.id

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Keputusan Bupati.

BAB IX

PEMBIAYAAN

Pasal 35

Pembiayaan atas pelaksanaan penataan dan

pemberdayaan PKL bersumber dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Tuban; dan/atau

b. Sumber pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB X

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 36

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 22 dan Pasal

23 dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

b. denda;

c. pencabutan TDU; dan/atau

d. pembongkaran.

(3) Mekanisme dan tata cara pengenaan sanksi

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 37

(1) Selain Penyidik Umum, penyidikan atas tindak

pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri

Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah .

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berwenang:

-17-

jdih.tubankab.go.id

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang

mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran

peraturan daerah;

b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di

tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan

memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penggeledahan;

e. melakukan pemasukan rumah dan/ atau tempat

kegiatan usaha;

f. melakukan pemeriksaan surat dan barang bukti;

g. melakukan pengambilan barang bukti, kartu

identitas diri yang sah dan/atau surat;

h. melakukan penyegelan;

i. melakukan pengambilan barang bukti, kartu

identitas diri yang sah dan/atau surat;

j. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

k. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

l. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

m. mengadakan penghentian penyidikan dalam hal

terdapat tidak cukup bukti dan/ atau peristiwa

tersebut bukan merupakan tindak pidana;

n. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan

menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut

Umum melalui Penyidik Polisi Negara Republik

Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 38

(1) Setiap orang dan/atau Badan yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,

selain dikenakan sanksi administrasi dapat pula

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak

Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

-18-

jdih.tubankab.go.id

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah pelanggaran.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 39

Pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan

Pasal 9 dilaksanakan paling lama 1 (satu) tahun setelah

Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 40

Peraturan pelaksana dari Peraturan Daerah ini ditetapkan

paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan

Daerah ini diundangkan.

Pasal 41

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Tuban.

Ditetapkan di Tuban

pada tanggal 4 Desember 2018

BUPATI TUBAN,

ttd.

H. FATHUL HUDA

Diundangkan di Tuban

pada tanggal 4 Desember 2018

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN TUBAN,

ttd.

BUDI WIYANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2018 SERI E NOMOR 58

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN, PROVINSI JAWA

TIMUR NOMOR 355-11/2018.

-19-

jdih.tubankab.go.id

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR 11 TAHUN 2018

TENTANG

PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

I. UMUM

Kegiatan PKL sebagai salah satu usaha ekonomi kerakyatan

yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu

dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan

usahanya serta dalam upaya meningkatkan kebersihan, ketertiban

dan keindahan sebagai wujud terciptanya kondisi yang kondusif

terhadap ketentraman dan keteriban umum yang merupakan

kebutuhan hidup orang banyak, maka dipandang perlu melakukan

penataan dan pemberdayaan PKL dalam menjalankan kegiatan

usahanya dengan harapan adanya keseimbangan antara

penyelenggaraan kepentingan umum/pemerintah dan upaya

meningkatkan taraf hidup untuk kesejahteraan rakyat melalui

kegiatan ekonomi rakyat yang dilakukan oleh masyarakat termasuk

didalamnya PKL.

Pemerintah Daerah dalam memberikan perlindungan pada PKL

untuk menjalankan kegiatan usahanya dengan masyarakat tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

tidak melanggar ketertiban umum dan tetap mengutamakan

kepentingan umum. Penataan dan pemberdayaan terhadap PKL yang

diatur dalam Peraturan Daerah merupakan bentuk kepedulian

pemerintah daerah dalam mendukung perekonomian masyarakat

khususnya PKL dan dapat menciptakan situasi perekonomian yang

kondusif.

Suhubungan dengan hal tersebut diatas guna memberikan

landasan hukum dalam penataan dan pemberdayaan PKL agar

dapat memenuhi kepentingan Pemerintah Daerah dan pedagang

serta melindungi masyarakat diperlukan peraturan tentang penataan

dan pemberdayaan PKL yang dituangkan dalam Peraturan Daerah

ini.

-20-

jdih.tubankab.go.id

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud Asas “kesamaan” adalah bahwa

penyelenggaraan penataan dan pembinaan PKL tidak boleh

membedakan agama, suku, ras, golongan dan gender atau

status sosial.

Huruf b

Yang dimaksud dengan asas “pengayoman” adalah

penyelenggaraan penataan dan pembinaan PKL harus

memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan

ketentraman di masyarakat.

Huruf c

Yang dimaksud dengan asas “kemanusiaan” adalah

penyelenggaraan penataan dan pemberdayaan PKL harus

mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak

asasi manusia serta harkat dan martabat setiap PKL secara

proporsional.

Huruf d

Yang dimaksud dengan asas “keadilan” adalah bahwa

penyelenggaraan penataan dan pemberdayaan PKL harus

mencerminkan keadilan bagi setiap PKL tanpa terkecuali.

Huruf e.

yang dimaksud dengan asas “kepastian hukum” adalah

bahwa penyelenggaraan penataan dan pemberdayaan PKL

harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat

melalui jaminan asas kepastian hukum.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

-2-

-21-

jdih.tubankab.go.id

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “gelaran” adalah tempat usaha

untuk memperjualbelikan barang/jasa tanpa tempat

duduk yaitu di atas tanah atau lantai.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “lesehan” adalah tempat untuk

memperjualbelikan barang/jasa sembari duduk diatas

alas duduk.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “tenda” adalah tempat usaha

untuk memperjualbelikan barang/jasa yang bersifat

sementara dengan menggunakan penutup berupa kain

yang dipakai sebagai atap atau langit-langit.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “selter” adalah tempat usaha

untuk memperjualbelikan barang/jasa berupa bangunan

kecil beratap untuk tempat berteduh yang sifatnya

sementara.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “bermotor” adalah tempat usaha

PKL yang bergerak/dapat berpindah tempat dengan

menggunakan kendaraan bermotor roda dua, kendaraan

bermotor roda tiga atau kendaraan bermotor roda empat.

-3-

-22-

jdih.tubankab.go.id

Huruf b

Yang dimaksud dengan “tidak bermotor” adalah tempat

usaha PKL yang bergerak/dapat berpindah tempat dengan

menggunakan kendaraan tidak bermotor, antara lain

gerobak beroda atau sepeda.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Yang dimaksud barang dan/atau jasa antara lain: kuliner,

kerajinan, tanaman, burung, ikan hias, baju, sepatu dan

tas, barang antik, barang baru dan bekas, pijat, servis

kompor, buah dan sayur.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas.

-4-

-23-

jdih.tubankab.go.id

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah

pemberdayaan PKL diselenggarakan sebagai kesatuan

dari pembangunan perekonomian daerah untuk

mewujudkan kemakmuran rakyat.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “kebersamaan” adalah asas yang

mendorong peran seluruh PKL dan Dunia Usaha secara

bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

Huruf c

Yang dimaksud dengan "efisiensi berkeadilan" adalah

asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan PKL

dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam

usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,

kondusif dan berdaya saing.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah asas yang

secara terencana mengupayakan berjalannya proses

pembangungan melalui pemberdayaan PKL yang

dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk

perekonomian yang tangguh dan mandiri.

Huruf e

Yang dimaksud dengan "berwawasan lingkungan" adalah

asas pemberdayaan PKL yang dilakukan dengan tetap

memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan

pemeliharaan lingkungan hidup.

Huruf f

Yang dimaksud dengan "kemandirian" adalah asas

pemberdayaan PKL yang dilakukan dengan tetap

menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan dan

kemandirian PKL.

Ayat 2

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

-5-

-24-

jdih.tubankab.go.id

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “pendapatan lain yang sah dan tidak

mengikat“ adalah sumber dana yang perolehannya tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan

sifat penggunaannya tidak dipersyaratkan dengan ketentuan

yang sifatnya membatasi/mengikat.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 99

-6-