1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

128
P OKOK -P OKOK P ERATURAN P INJAMANDAN H IBAH L UAR N EGERI : P OKOK -P OKOK P ERATURAN P INJAMANDAN H IBAH L UAR N EGERI : SEBAGAI PANDUAN DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN PROYEK-PROYEK PHLN SEBAGAI PANDUAN DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN PROYEK-PROYEK PHLN Disusun Oleh : BAPPENAS DIREKTORAT PENDANAAN LUAR NEGERI BILATERAL Disusun Oleh : BAPPENAS DIREKTORAT PENDANAAN LUAR NEGERI BILATERAL

Transcript of 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Page 1: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

POKOK - POKOK PERATURAN

PINJAMAN DAN HIBAH

LUAR NEGERI :

POKOK - POKOK PERATURAN

PINJAMAN DAN HIBAH

LUAR NEGERI :SEBAGAI PANDUAN DALAM

PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN

PROYEK-PROYEK PHLN

SEBAGAI PANDUAN DALAM

PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN

PROYEK-PROYEK PHLN

Disusun Oleh :

BAPPENAS

DIREKTORAT PENDANAAN LUAR NEGERI BILATERAL

Disusun Oleh :

BAPPENAS

DIREKTORAT PENDANAAN LUAR NEGERI BILATERAL

Page 2: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 3: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

TIM PENYUSUN

TIM PERUMUS

Ceppie K. Sumadilaga (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

Ria Widati (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

Lusiana Murty (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

Kurniawan Ariadi (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

Indrajit Kartorejo (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

Deti Kusmalawati (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

M. Rifki Akbari (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)

KELOMPOK DISKUSI

R. M. Dewo Broto J. P. (Biro Hukum)

Sarah Sadiqa (Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik)

Ratna Sri Mawarti (Direktorat Perdagangan Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional)

Tuti Riati (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral)

Arief Christiono (Direktorat Hukum dan HAM)

Priyanto Rohmattulah (Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Pendanaan Pembangunan)

TENAGA AHLI

Hadiansyah Taufik

Firman Herzal

Page 4: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 5: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 6: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 7: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Pinjaman luar negeri sampai saat ini masih merupakan salah satu sumber

pembiayaan yang cukup penting dalam struktur Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Namun, dilain pihak, kemampuan Kementerian/

Lembaga maupun pemerintah daerah di tingkat pelaksanaan pinjaman luar

negeri dalam bentuk proyek masih belum optimal. Hal tersebut tercermin

dari masih rendahnya tingkat penyerapan (disbursement) dari berbagai proyek

pinjaman luar negeri.

Belum optimalnya pelaksanaan pinjaman luar negeri tersebut apabila

ditelusuri lebih lanjut akan bermuara pada tahap persiapan yang kurang

memadai. Tahap persiapan menjadi satu tahap yang penting dan kritis

mengingat di tahap tersebut sesungguhnya formulasi suatu proyek pinjaman

luar negeri dimulai, termasuk didalamnya adalah disain dan rencana

pelaksanaan dari proyek tersebut.

Kekurang-memadaian tersebut dapat dicermati sebagai kurangnya atau

minimnya informasi yang terkait dengan ‘rules of the game’ pinjaman luar

negeri yang dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan perundang-

undangan. Sampai Nopember 2006, peraturan perundang-undangan yang

pernah diterbitkan terkait dengan masalah pinjaman luar negeri sejumlah ±

42 buah, baik dalam bentuk Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah

(PP), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Presiden (Perpres) maupun

Peraturan Menteri. Sehingga pemahaman para pelaku mulai dari tingkat

perencana sampai dengan tingkat pelaksana menjadi kurang lengkap dan

kurang komprehensif.

Kajian yang dilakukan oleh Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral ini

dilakukan sebagai upaya untuk menghasilkan suatu pedoman yang dapat

i

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 8: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

KATA PENGANTAR

atau kurang terintegrasinya informasi yang terkait dengan masalah

penyusunan proyek pinjaman/hibah luar negeri. Selain itu, pedoman ini juga

dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung pelaksanaan Country

Borrowing Strategy yang saat ini masih dalam tahap finalisasi.

Pedoman yang disusun memuat berbagai ketentuan peraturan perundang-

undangan baik dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, maupun Keputusan Menteri, serta

bagaimana relevansi peraturan perundang-undangan tersebut di setiap

tahapan proyek.

Penulisan kajian ini dilakukan melalui studi pustaka serta serangkaian

diskusi dengan beberapa pihak yang memiliki pengetahuan dan kompetensi

yang terkait dengan masalah pinjaman/hibah luar negeri.

Dalam pelaksanaan kajian ini, masih banyak ditemukan permasalahan yang

berada di tingkat pengaturan, sehingga pada tahap pelaksanaannya

seringkali ditemukan berbagai kesulitan untuk menerapkan peraturan

perundang-undangan secara pasti dan jelas. Terlepas dari permasalahan

tersebut, kajian yang menghasilkan pedoman ini paling tidak dapat dijadikan

sebagai referensi bagi Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah

Daerah/BUMN dalam menyiapkan proyek pinjaman/hibah luar negeri.

Akhirnya, Tim Perumus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah turut serta dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan

kegiatan kajian ini. Tim perumus berharap hasil kajian ini dapat memberikan

sumbangan bagi upaya perbaikan kualitas perencanaan proyek

pinjaman/hibah luar negeri.

Jakarta, Desember 2006

Tim Perumus

ii

Page 9: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 10: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 11: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ i

Daftar Isi ....................................................................................................................iii

Daftar Gambar .........................................................................................................vii

Daftar Tabel............................................................................................................ viii

Daftar Box.................................................................................................................. ix

Daftar Singkatan.........................................................................................................x

Bab I Pendahuluan .............................................................................................I-1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................I-1

1.1.1 Peraturan yang berlaku mengenai Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri ......................................................................................I-2

1.1.2 Country Borrowing Strategy..............................................................I-3

Bab II Perencanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri................................. II-5

2.1 Arah Kebijakan...................................................................................... II-6

2.2 Penyusunan atau Perumusan Usulan Kegiatan/Proyek yang Akan

Dibiayai dengan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri................ II-8

2.2.1 Prioritas .......................................................................................... II-8

2.2.2 Pola Persyaratan .......................................................................... II-10

2.2.3 Bentuk dan Skema Pinjaman dan Hibah Luar Negeri............ II-13

2.2.4 Tata Cara Pengusulan ................................................................. II-16

2.2.4.1 Tahap Penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar

Negeri (RKPLN) .................................................................... II-17

DAFTAR ISI iii

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 12: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

DAFTAR ISIiv

2.2.4.2 Tahap Penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM)..... II-18

2.2.4.2.1 Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah

Kementrian Negara/Lembaga............................... II-21

2.2.4.2.2 Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah

Pemerintah Daerah................................................. II-24

2.2.4.2.3 Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah

Badan Usaha Milik Negara ................................... II-26

2.2.4.2.4 Penilaian Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek

dan Hibah................................................................ II-27

2.2.4.3 Tahap Penyusunan Daftar Rencana Prioritas Pinjaman

dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN)......................... II-29

2.2.4.3.1 Pengajuan Usulan Pinjaman Program................. II-31

2.2.4.3.2 Sinkronisasi Kegiatan Dengan Program Calon

PHLN dan Penyusunan Rencana Kegiatan

Rinci.......................................................................... II-31

2.2.4.3.3 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan

Pinjaman kepada Pemerintah Daerah ................. II-32

2.2.4.3.4 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerushibahan

Kepada Pemerintah Daerah .................................. II-33

2.2.4.3.5 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan

Pinjaman Kepada BUMN ..................................... II-35

2.2.4.3.6 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerushibahan

atau Penyertaan Modal Negara kepada BUMN II-36

2.2.4.3.7 Penilaian Kesiapan Kegiatan ................................ II-37

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 13: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.4 Ketentuan Khusus Pengajuan Usulan Pinjaman dan/

atau Hibah Luar Negeri dalam Tahap Penyusunan

Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri (DRPPHLN).................................................. II-39

2.2.4.4.1 Pengajuan Usulan Alokasi Fasilitas Kredit

Ekspor (FKE) dan/atau Pinjaman Komersial ...... II-39

2.2.4.4.2 Hibah Luar Negeri yang Bersifat Khusus ........... II-40

2.2.4.5 Tahap Penyusunan Daftar Kegiatan................................ II-41

2.3 Perundingan dan Penandatanganan Perjanjian Pinjaman dan

Hibah Luar Negeri.............................................................................. II-42

BAB III Pelaksanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri ..............................III-45

3.1 Penatausahaan....................................................................................III-47

3.2 Penarikan Pinjaman atau Hibah ......................................................III-52

3.2.1 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan

Pembukaan L/C...........................................................................III-52

3.2.2. Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara

Pembayaran Langsung ..............................................................III-54

3.2.3 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara

Pembiayaan Pendahuluan.........................................................III-55

3.2.4 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan

Rekening Khusus ........................................................................III-57

3.3 Pembayaran Pinjaman ......................................................................III-59

3.4 Penerusan Pinjaman dan Penerusan Hibah ...................................III-59

3.4.1 Penerusan Pinjaman kepada Daerah .......................................III-60

3.4.2 Penerusan Hibah kepada Daerah.............................................III-65

DAFTAR ISI v

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 14: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

3.4.3 Penerusan Pinjaman dan Penyertaan Modal Negara

Kepada BUMN............................................................................III-68

3.5 Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa ........................................III-69

3.6 Perpajakan ..........................................................................................III-73

BAB IV Pemantauan dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.......IV-77

4.1 Pemantauan........................................................................................IV-79

4.2 Evaluasi ...............................................................................................IV-83

4.3 Transparansi dan Akuntabilitas.......................................................IV-85

BAB IV Penutup.................................................................................................. V-89

Daftar Pustaka ..........................................................................................................91

Lampiran ...................................................................................................................95

DAFTAR ISIvi

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 15: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

DAFTAR GAMBAR

Gbr 1.1 Siklus Proyek........................................................................................... I-3

Gbr 2.1 Tahapan Penyusunan RKPLN.......................................................... II-18

Gbr 2.2 Tahapan Penyusunan DRPHLN-JM ................................................ II-21

Gbr 2.3 Tahapan Penyusunan DRPPHLN.................................................... II-30

Gbr 2.4 Tahapan Penyusunan NPPLN/NPHLN.......................................... II-44

Gbr 4.1 Tahapan Pemantauan dan Evaluasi PHLN ...................................IV-87

DAFTAR GAMBAR vii

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 16: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

DAFTAR TABEL

Tbl 4.1 Upaya Perbaikan Manajemen Pengelolaan PHLN ke Depan......IV-86

DAFTAR TABEL

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

viii

Page 17: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

DAFTAR BOX

Box 3.1 Masalah Rendahnya Daya Serap Pinjaman Luar Negeri .............III-50

Box 3.2 Kriteria Kesiapan Proyek..................................................................III-51

DAFTAR BOX ix

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 18: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

DAFTAR SINGKATAN

A

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APD Aplikasi Penarikan Dana

B

BUMD Badan Usaha Milik Daerah

BUMN Badan Usaha Milik Negara

BUN Bendahara Umum Negara

C

CBS Country Borrowing Strategy

D

DAU Dana Alokasi Umum

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DPA-SKPD Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat

Daerah

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DRPHLN-JM Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka

Menengah

DRPPHLN Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

DSCR Debt Service Coverage Ratio

E

EKUIN Ekonomi, Keuangan dan Industri

F

FGD Focus Group Discussion

FKE Fasilitas Kredit Ekspor

DAFTAR SINGKATANx

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 19: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

K

KPBJ Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

L

L/C Letter of Credit

N

NPH Naskah Perjanjian Hibah

NPHLN Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri

NPPH Naskah Perjanjian Penerusan Hibah

NPPLN Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri

NPPP Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman

O

ODA Official Development Assistance

OECD Organization for Economic Cooperation and Development

P

P3 Perjanjian Penerusan Pinjaman

PDB Produk Domestik Bruto

PHLN Pinjaman/Hibah Luar Negeri

PIU Project Implementation Unit

PMU Project Management Unit

PPA Pejabat Pembuat Anggaran

PPHLN Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri

PPLN/PHLN Pemberi Pinjaman Luar Negeri/ Pemberi Hibah Luar Negeri

PPN Pajak Pertambahan Nilai

PPn BM Pajak Penjualan atas Barang Mewah

DAFTAR SINGKATAN xi

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 20: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

R

RK Rekening Khusus

RKP Rencana Kerja Pemerintah

RKPLN Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPK-PHLN Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar

Negeri

S

SA-PSK Satuan Anggaran Per Satuan Kegiatan

SBI Suku Bunga Indonesia

SKP Surat Kuasa Pembebanan

SLA Subsidiary Loan Agreement

SP3 Surat Permintaan Pembiayaan Pendahuluan

SPA Sub Project Appraisal

SPM Surat Perintah Membayar

SPM-PP Surat Perintah Membayar-Pembiayaan Pendahuluan

SPM-RK Surat Perintah Membayar-Rekening Khusus

SPMP Surat Perintah Membayar Pengesahan

SPP-SKP Surat Permintaan Penerbitan Surat Kuasa Pembebanan

T

TP4DLN Tim Pendayagunaan Pelaksanaan Proyek-Proyek

Pembangunan dengan Dana Luar Negeri

TPRK Tim Perumus Rekomendasi Kebijakan

DAFTAR SINGKATANxii

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 21: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 22: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 23: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) yang diupayakan pemerintah

merupakan salah satu bentuk penerimaan dari luar negeri yang digunakan

untuk membiayai kegiatan pembangunan. PHLN diperlukan karena sumber-

sumber dalam negeri tidak mencukupi untuk membiayai seluruh investasi

pemerintah yang diperlukan.

Selanjutnya, sumber dana luar negeri adalah sebagai pelengkap dengan

syarat lunak, tidak memberatkan dan tanpa ikatan politik, digunakan untuk

pembiayaan kegiatan pembangunan yang produktif dan yang memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat, serta peranannya harus

dikurangi secara bertahap.

Sumber dana luar negeri saat ini masih diperlukan karena merupakan

sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan yang tidak

menarik bagi sektor swasta seperti pembangunan sumber daya manusia dan

pembangunan prasarana di lokasi yang kurang menarik dari perspektif

investasi swasta.

Pendayagunaan dan pengendalian dana bantuan luar negeri mutlak

diperlukan untuk menjaga stabilitas struktur pembiayaan pembangunan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bantuan luar negeri

tersebut meliputi: project design, pelaksanaan proyek hingga evaluasi hasil

pelaksanaan proyek. Disamping itu, perlu pula meningkatkan project

ownership sehingga proyek tersebut akan tepat sasaran dan tepat kebutuhan.

Dengan demikian, quality project at entry akan dapat tercapai.

I-1PENDAHULUAN

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 24: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

1.1.1 Peraturan yang Berlaku mengenai Pinjaman dan/atau Hibah Luar

Negeri

Dari identifikasi yang telah dilakukan, terdapat berbagai peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan masalah pinjaman/hibah luar

negeri dalam kurun waktu sebelum tahun 1966 hingga tahun 2006. Peraturan

perundang-undangan tersebut disusun dalam bentuk Undang-Undang,

Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.

Namun permasalahan yang cenderung dihadapi adalah pada tingkat

implementasi peraturan perundang-undangan tersebut. Bahkan yang

nampaknya juga agak terabaikan adalah masalah validitas dan konsistensi

substansi dari masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut.

Dalam kajian ini, Tim Perumus Rekomendasi Kebijakan (TPRK) dan Focus

Group Discussion (FGD) berusaha untuk melakukan tinjauan bagaimana

penerapan dari peraturan perundang-undangan yang masih berlaku dengan

menggunakan project cycle sebagai wahana untuk melakukan tinjauan

tersebut (lihat gambar 1.1).

I-2 PENDAHULUAN

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 25: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

I-3PENDAHULUAN

Gambar 1. 1 Siklus Proyek

1.1.2 Country Borrowing Strategy

Dalam kaitannya dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan

pinjaman/hibah luar negeri, serta untuk menjaga keseimbangan fiskal,

khususnya terhadap sumber pembiayaan luar negeri, Pemerintah dalam

waktu dekat ini akan menerbitkan Country Borrowing Strategy (CBS),

sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006

tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta

Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Peristilahan yang

digunakan dalam Peraturan Pemerintah tersebut adalah Rencana Kebutuhan

Pinjaman Luar Negeri (RKPLN) yang akan ditetapkan oleh Presiden. Selain

itu, dalam tatanan internasional adanya Paris Declaration on Aid Effectiveness;

EVALUASI

IMPLEMENTASI

BAB IIPERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

NEGOSIASI DAN

PERSETUJUAN

PERENCANAAN

SIKLUS PROYEK

PERSIAPAN

BAB IIIPELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

BAB IVPEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

1

2

3 4

5

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 26: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2005 dan Rome Declaration on Harmonization; 2003, perlu menjadi

pertimbangan dalam proses pengadaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

I-4 PENDAHULUAN

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 27: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 28: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 29: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

BAB II

PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LUAR NEGERI

Perencanaan pinjaman dan hibah luar negeri meliputi rangkaian kegiatan

atau proses yang diawali dari penetapan rencana kebutuhan pinjaman dan

hibah luar negeri secara makro, penyusunan atau perumusan usulan kegiatan

atau proyek yang akan dibiayai dengan pinjaman dan hibah luar negeri,

pengusulan kegiatan atau proyek kepada pihak pemberi pinjaman atau hibah

dan negosiasi naskah perjanjian pinjaman atau hibah luar negeri.

Rujukan peraturan-peraturan yang digunakan pada bab ini:

- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

- Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah

Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah Kumulatif Pinjaman

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri;

- Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan Kredit Ekspor

Luar Negeri;

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006

tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta penilaian

Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

II-5PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 30: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.1 Arah Kebijakan

Rujukan1: - Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003; pasal 12 ayat 3

beserta penjelasannya.

- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004; pasal 38 ayat 1,2

dan 4.

- Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003; pasal 4

beserta penjelasannya.

- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 6 ayat

1 dan 2.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 5 ayat 2,

pasal 33.

Rencana kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan suatu rencana yang

memuat kebutuhan dan rencana pemanfaatan pinjaman luar negeri. Hal ini

meliputi rencana besaran pinjaman tahunan dan prioritas bidang

pembangunan yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Dalam penetapan

rencana ini diperhatikan beberapa arahan kebijakan mengenai besaran

pinjaman luar negeri pemerintah, pengelolaan dan defisit APBN serta

mengenai pengadaan pinjaman luar negeri.

Arahan kebijakan mengenai besaran pinjaman luar negeri pemerintah, defisit

APBN, dan pengadaan pinjaman luar negeri tertuang dalam peraturan

perundangan di bawah ini:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian

Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah Kumulatif

Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

1. Lihat lampiran 1 nomor 2, 3, 6, 11, 41 dan 58.

II-6 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 31: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

a. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan

Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;

b. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor

PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan

Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran dibatasi maksimal 3%

dari produk domestik bruto (PDB) dan pinjaman dibatasi maksimal 60% dari

PDB. Pinjaman yang dimaksud dalam kedua peraturan perundang-undangan

tersebut meliputi pinjaman pemerintah yang bersumber dari luar negeri

maupun dalam negeri.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Menteri

Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri

Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang

berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN. Kemudian utang/hibah

tersebut dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD.

Tata cara untuk pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang

berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang

atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur

dengan peraturan pemerintah.

Sementara itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006,

Presiden menetapkan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN)

selama lima tahun yang disusun sesuai dengan prioritas bidang

pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri berdasarkan

usulan Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

II-7PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 32: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Penyusunan RKPLN dan prioritas bidang pembangunan tersebut dilakukan

berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan

Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006,

dalam perencanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri

terdapat beberapa dokumen yang perlu disusun/diadakan. Dokumen-

dokumen tersebut adalah:

1) Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN).

2) Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka

Menengah (DRPHLN-JM).

3) Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

(DRPPHLN).

4) Daftar Kegiatan.

5) Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

(RPK-PHLN)1.

2.2 Penyusunan atau Perumusan Usulan Kegiatan/Proyek yang Akan

Dibiayai Dengan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

2.2.1 Prioritas

Rujukan: - Country Borrowing Strategy2.

Kebijakan mengenai prioritas bidang pembangunan yang dibiayai dengan

pinjaman luar negeri tertuang dalam Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar

2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

dilaksanakan setelah ditandatanganinya Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar

Negeri. Uraian mengenai dokumen ini disampaikan pada bagian Perundingan dan

Penandatanganan Perjanjian Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.

3. Sampai saat laporan ini selesai dibuat, peraturan CBS masih dalam tahap finalisasi.

II-8 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 33: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Negeri Pemerintah yang juga merupakan Strategi Pinjaman Luar Negeri

Pemerintah (Country Borrowing Strategy).

Bidang-bidang yang menjadi prioritas untuk dibiayai pinjaman luar negeri

adalah:

a. Penanggulangan kemiskinan;

b. Peningkatan kualitas dan akses pada pendidikan dan pelayanan

kesehatan;

c. Percepatan pembangunan infrastruktur;

d. Revitalisasi pertanian;

e. Peningkatan kapasitas pertahanan dan keamanan.

Bidang-bidang prioritas tersebut disusun berdasarkan prioritas Pemerintah

Indonesia yang merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM). Dalam pelaksanaannya, prioritas-prioritas tersebut perlu

dipertemukan dengan prioritas dan kebijakan pemberi pinjaman/hibah luar

negeri. Tidak semua pemberi pinjaman/hibah luar negeri mempunyai

kesamaan prioritas dengan Pemerintah Indonesia dalam pembiayaan

pinjaman/hibah. Ketidaksamaan prioritas tersebut mempengaruhi ruang

gerak Pemerintah Indonesia dalam upaya mencari sumber-sumber

pembiayaan luar negeri1.

Kriteria kegiatan yang dapat dibiayai oleh pinjaman luar negeri diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006.

4. Sebagian besar pemberi pinjaman/hibah luar negeri mempunyai strategi khusus

dalam pemberian pinjaman/hibah luar negeri kepada Indonesia. Strategi tersebut

disusun bersama dengan Pemerintah Indonesia berdasarkan kebijakan pemberi

pinjaman/hibah luar negeri dan kebijakan Pemerintah Indonesia. Strategi tersebut

antara lain memuat bidang-bidang prioritas yang akan atau dapat dibiayai

pinjaman/hibah luar negeri dari pemberi pinjaman/hibah luar negeri yang

bersangkutan. .

II-9PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 34: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.2 Pola Persyaratan

Rujukan1: - Lampiran Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984;

angka 5.

Persyaratan atau terms and conditions pinjaman merupakan komponen yang

sangat penting dalam perencanaan pinjaman luar negeri karena persyaratan

pinjaman dan besarnya jumlah pinjaman yang menentukan seberapa besar

beban pinjaman luar negeri.

Ketentuan mengenai pola persyaratan pinjaman terdapat pada Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan

Kredit Ekspor Luar Negeri. Dalam Instruksi Presiden ini aturan mengenai

terms and conditions pinjaman lunak dan perencanaan kredit ekspor luar

negeri adalah:

� Bila terdapat penawaran dana untuk proyek pembangunan dalam

bentuk kredit ekspor luar negeri atau campuran antara dana lunak dan

kredit ekspor luar negeri, maka:

a. Apabila proyek pembangunan tersebut termasuk dalam Daftar

Proyek-proyek pembangunan yang akan dibiayai dengan Kredit

Ekspor yang telah ditetapkan pemerintah setiap tahun anggaran

maka yang bersangkutan dipersilahkan mengikuti tender

internasional.

b. Apabila proyek pembangunan tersebut tidak termasuk dalam

Daftar Proyek-proyek pembangunan yang akan dibiayai dengan

kredit ekspor, maka:

i. Tawaran proyek tersebut ditolak untuk mendapatkan

pembiayaan dalam bentuk kredit ekspor luar negeri atau

campuran kredit ekspor luar negeri dan dana lunak.

5. Lihat Lampiran 1 nomor 29.

II-10 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 35: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

i. Proyek pembangunan tersebut dapat dibiayai bila negara donor

menyediakan dana lunak sepenuhnya bagi proyek

pembangunan tersebut dan Pemerintah Indonesia memang

mengusahakan dana lunak untuk proyek pembangunan

tersebut, sepanjang memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:

a) Jangka waktu pengembalian

termasuk tenggang waktu : 25 tahun atau lebih;

b) Tenggang waktu : 7 tahun atau lebih;

c) Bunga Pinjaman : 3,5 % atau kurang.

Beberapa bagian dalam Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 khususnya

yang mengatur mengenai tata cara perencanaan dan pengusulan proyek-

proyek yang dibiayai kredit ekspor menjadi tidak berlaku lagi dengan

diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 berikut peraturan-

peraturan pelaksanaannya. Akan tetapi ketentuan mengenai persyaratan

pinjaman dan proses pengadaan yang terkait dengan persyaratan pinjaman

tersebut tetap berlaku karena belum adanya peraturan lain yang mengatur

mengenai persyaratan pinjaman1.

Dalam praktiknya, tidak semua pinjaman lunak yang diterima Pemerintah

Indonesia persyaratannya sama atau lebih lunak daripada ketentuan Instruksi

Presiden Nomor 8/1984 tersebut di atas2. Pada tahun 1999 Pemerintah

Indonesia menerima pinjaman dari Denmark yang persyaratannya berbeda

dengan ketentuan Instruksi Presiden Nomor 8/1984. Hal tersebut berdasarkan

persetujuan Presiden yang disampaikan melalui surat Menteri Sekretaris

Negara nomor B-14/M.Sesneg/1/1999 tanggal 6 Januari 1999 kepada Menteri

6. Ketentuan mengenai mekanisme pengadaan proyek-proyek yang dibiayai

dana/pinjaman lunak dan kredit ekspor diatur juga dalam Keputusan Presiden

Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

7. Yang dimaksud dengan lebih lunak adalah bunga pinjaman lebih rendah, tenggang

waktu dan jangka waktu pengembalian pinjaman lebih lama atau panjang.

II-11PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 36: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Negara Koordinator Bidang EKUIN, Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan.

Surat Menteri Sekretaris Negara tersebut merupakan tanggapan atas surat

Menteri Keuangan Nomor S-568/MK.03/1998 tanggal 9 November 1998

kepada Presiden RI. Melalui surat tersebut Menteri Keuangan melaporkan

bahwa berdasarkan kenyataan selama ini Pemerintah Indonesia memperoleh

sejumlah penawaran pinjaman dari negara lain yang terms and conditions-nya

sedikit berbeda dengan ketentuan Instruksi Presiden No 8 Tahun 1984

sebagai misal dari Pemerintah Denmark, yaitu:

a. Jangka waktu pengembalian termasuk tenggang waktu: 17 tahun;

b. Tenggang waktu : 7 tahun;

c. Bunga pinjaman : 2,25% per tahun;

d. Kandungan grant element : 42,3%.;

e. Biaya manajemen : 0,375%;

f. Biaya komitmen : 0,25%.

Menteri Sekretaris Negara melalui surat nomor B-14/M.Sesneg/1/1999 tanggal

6 Januari 1999 menyampaikan bahwa sesuai dengan petunjuk Presiden,

pinjaman lunak diluar ketentuan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984

dapat dimanfaatkan tawarannya dengan catatan penggunaannya terbatas

bagi proyek-proyek yang layak untuk dibiayai. Kebijakan ini dapat dipahami

bahwa Pemerintah secara tidak langsung menggunakan indikator grant

element untuk menilai atau mengategorikan terms and conditions suatu

pinjaman termasuk pinjaman lunak atau tidak. Sejak diterimanya pinjaman

Denmark ini, pemerintah mulai menerima pinjaman luar negeri yang

persyaratannya tidak sama dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984

sepanjang kandungan grant element-nya termasuk kategori pinjaman lunak

II-12 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 37: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

menurut ketentuan OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development)1.

2.2.3 Bentuk dan Skema Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

Rujukan2: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 1

nomor 4, 7, 14 sampai dengan 21, pasal 4 dan pasal 5.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 1 nomor

11 sampai dengan nomor 18, dan pasal 2 sampai dengan

pasal 4.

Bentuk dan skema pinjaman dan hibah luar negeri diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Nomor PER.005/M.PPN/06/2006. Bentuk dan skema pinjaman dan hibah luar

negeri sangat penting untuk dipahami karena hal tersebut menjadi salah satu

faktor berpengaruh pada saat perencanaan atau penyiapan usulan kegiatan.

Bentuk dan skema tersebut juga mencerminkan persyaratan atau terms and

conditions pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan Peraturan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006, yang

dimaksud dengan:

a. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam

bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam

bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari Pemberi Pinjaman Luar

Negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

8. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Arrangement on

Officially Supported Export Credits, TD/PG(2004)12/REV.

9. Lihat lampiran 1 nomor 9, 10, 39 dan 40.

II-13PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 38: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

b. Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk

devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk

barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang

tidak perlu dibayar kembali.

Bentuk dan skema untuk pinjaman dan hibah luar negeri adalah:

a. Pinjaman dan hibah luar negeri yang dapat diterima adalah yang

bersumber dari Negara asing; Lembaga Multilateral; Lembaga keuangan

dan Lembaga non keuangan asing; dan Lembaga Keuangan non asing

yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara

Republik Indonesia.

b. Pinjaman Luar Negeri dapat berbentuk Pinjaman Program dan/atau

Pinjaman Proyek.

c. Pinjaman Luar Negeri terdiri atas Pinjaman lunak, Fasilitas Kredit

Ekspor, Pinjaman Komersial dan Pinjaman Campuran.

d. Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari

pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga keuangan dan/atau

lembaga non keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang

bersangkutan untuk melaksanakan pemberian pinjaman.

e. Pinjaman Multilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari

lembaga multilateral

f. Pinjaman Program adalah pinjaman luar negeri dalam valuta asing yang

dapat dirupiahkan dan digunakan untuk pembiayaan APBN.

g. Pinjaman Proyek adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk

membiayai kegiatan pembangunan tertentu.

h. Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official

Development Assistance (ODA) Loan atau Concessional Loan, yang berasal

dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk

pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial

II-14 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 39: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

i. bagi negara penerima dan memiliki komponen hibah (grant element)

sekurang-kurangnya 35% (tigapuluh lima per seratus).

j. Fasilitas Kredit Ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh

lembaga keuangan atau lembaga non-keuangan di negara pengekspor

yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor.

k. Pinjaman Komersial adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang

diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya

penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor.

l. Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang

terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman

komersial.

m. Hibah Luar Negeri terdiri atas Bantuan teknik, Bantuan proyek,

Kerjasama teknik, dan Kerjasama Keuangan.

n. Hibah Luar Negeri dapat digunakan untuk:

i. Menunjang peningkatan fungsi pemerintahan;

ii. Menunjang penyediaan layanan dasar umum;

iii. Menunjang peningkatan kemampuan sumber daya manusia;

iv. Membantu penyiapan rancangan kegiatan pembangunan;

v. Mendukung pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup, dan

budaya;

vi. Mendukung pengembangan riset dan teknologi;

vii. Bantuan kemanusiaan.

II-15PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 40: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4 Tata Cara Pengusulan

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 5.

Selain hal-hal yang menyangkut substansi pinjaman dan kegiatan, hal lain

yang terkait dengan penyusunan atau perumusan usulan kegiatan atau proyek

adalah prosedur atau tata cara perencanaannya. Ketentuan mengenai tata cara

perencanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman dan/atau hibah luar negeri

diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor

PER.005/M.PPN/06/2006.

Proses pengusulan tersebut pada pokoknya terdiri atas 2 (dua) tahapan. Yang

pertama adalah pengusulan internal Pemerintah Indonesia, dan yang kedua

adalah pengusulan kegiatan dari Pemerintah Indonesia kepada pihak pemberi

pinjaman/hibah luar negeri. Dalam penyiapan usulan kegiatan penting pula

diperhatikan adanya kriteria umum dan kriteria khusus selain itu juga perlu

diperhatikan lembaga yang mengusulkan atau yang akan menjadi pelaksana

kegiatan serta bentuk atau skema pinjaman/hibah yang diusulkan untuk

pembiayaan kegiatan tersebut.

Penyusunan untuk pengusulan pinjaman dan hibah luar negeri ini dapat

dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain:

a. Tahap penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN);

b. Tahap penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

Jangka Menengah (DRPHLN-JM);

10.Lihat lampiran 1 nomor 41.

II-16 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 41: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

II-17PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

2.2.4.1 Tahap Penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri

(RKPLN)

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 6

beserta penjelasan.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 6 dan

pasal 7.

Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN) adalah dokumen

perencanaan yang memuat kebutuhan dan rencana pemanfaatan pinjaman

luar negeri meliputi rencana besaran pinjaman tahunan dan prioritas bidang

pembangunan yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri.

Ketentuan-ketentuan pokok dalam tahapan penyusunan RKPLN, adalah

sebagai berikut:

a. RKPLN disusun paling lambat 3 bulan setelah Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) ditetapkan.

b. RKPLN berlaku sesuai dengan periode RPJM dan dapat disempurnakan

setiap tahun sesuai dengan perkembangan perekonomian nasional.

c. Rancangan RKPLN disusun oleh Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan dengan mengacu pada

kerangka ekonomi makro sebagaimana tercantum dalam RPJM dan

kapasitas penyerapan pinjaman luar negeri.

d. Rancangan RKPLN disampaikan kepada Presiden untuk mendapat

penetapan.

e. Dalam penyusunan RKPLN, Presiden dapat meminta pertimbangan

Gubernur Bank Indonesia. Gubernur Bank Indonesia dapat memberikan

11. Lihat lampiran 1 nomor 11 dan 42

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 42: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Gambar 2. 1 Tahapan Penyusunan RKPLN

Dalam penyusunan RKPLN, Menteri Keuangan harus memperhatikan

pokok-pokok manajemen pinjaman yang baik, seperti penargetan pinjaman

(debt targeting), kemampuan membayar kembali (repayment capacity),

pengurangan risiko (risk mitigation), dan kesinambungan fiskal (fiscal

sustainability), serta memperhatikan ketentuan mengenai pembatasan jumlah

kumulatif pinjaman dan jumlah kumulatif defisit APBN.

2.2.4.2 Tahap Penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM)

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 7 dan

pasal 10.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 8,

pasal 12, pasal 13 dan pasal 17 ayat 1.

Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka Menengah

(DRPHLN-JM), adalah daftar rencana kegiatan pembangunan Kementerian

Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN yang layak dibiayai dari

pinjaman dan/atau hibah luar negeri untuk periode 5 (lima) tahun.

12. Lihat lampiran 1 nomor 12 dan 43

II-18 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

RK

PL

Nd

isu

su

np

alin

gla

mb

at

3b

ula

n

se

tela

hR

PJM

PresidenMenteri Perencanaan

Pembangunan NasionalMenteri Keuangan

RENCANA KEBUTUHAN

PINJAMAN LUAR NEGERI

(RKPLN)

Rancangan Rencana Kebutuhan

Pinjaman Luar Negeri (RKPLN)

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA MENENGAH (RPJM)

Penetapan

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 43: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Ketentuan-ketentuan pokok dalam tahap penyusunan DRPHLN-JM adalah

sebagai berikut:

a. DRPHLN-JM disusun oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

dengan berpedoman pada RKPLN dan RPJM.

b. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan DRPHLN-JM

paling lambat 6 (enam) bulan setelah RPJM ditetapkan.

c. Masa berlaku DRPHLN-JM sesuai dengan masa berlaku RPJM.

d. DRPHLN-JM dapat diperbaharui dan disempurnakan setiap tahun

sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan perekonomian

nasional.

Berdasarkan rencana penyusunan DRPHLN-JM yang disampaikan oleh

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri pada Kementerian

Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN mengajukan

usulan kegiatan untuk dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri

Kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh Kementerian Negara/Lembaga,

Pemerintah Daerah dan BUMN dalam mengajukan usulan kegiatan Pinjaman

Proyek dan Hibah luar negeri1, adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan sesuai dengan arahan dan sasaran RPJM;

13. Khusus untuk pinjaman luar negeri, sesuai dengan borrowing strategy, dalam

rangka optimalisasi manfaat dari pinjaman luar negeri, maka kegiatan yang akan

diusulkan untuk dibiayai dengan pinjaman luar negeri mengacu pada kriteria

kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan untuk menyediakan fasilitas publik yang menjadi tugas dan tanggung

jawab pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

kementerian/lembaga badan usaha milik negara/daerah, dan badan hukum

milik negara;

b. Pemerintah tidak mempunyai kapasitas yang memadai baik kapasitas

penyediaan pembiayaan maupun kapasitas teknis untuk melaksanakan

kegiatan tersebut;

c. Kegiatan tersebut masih memiliki ketergantungan barang dan jasa serta

teknologi yang belum dihasilkan oleh industri dalam negeri atau belum cukup

tersedia di dalam negeri;

d. Kegiatan yang mempunyai kemudahan dalam penyerapan pinjaman dan secara

teknis mudah untuk dilaksanakan;

e. Kegiatan yang mempunyai rentang manfaat yang luas dan dapat menjadi

model atau rujukan untuk replikasi dan pengembangan.

II-19PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 44: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

b. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang merupakan

prioritas pembangunan nasional;

c. Kegiatan harus mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan;

d. Kegiatan yang secara teknis dan pembiayaan lebih efisien untuk dibiayai

dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan

e. Hasil kegiatan dapat dioperasikan oleh sumberdaya dalam negeri dan

dapat diperluas untuk kegiatan lainnya.

Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh Kementerian negara/lembaga,

Pemerintah Daerah dan BUMN dalam mengajukan usulan kegiatan yang

dibiayai oleh pinjaman proyek dan hibah luar negeri, adalah sebagai berikut:

a. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan;

b. Kerangka Acuan Kerja; dan

c. Dokumen Studi Kelayakan Kegiatan.

Usulan kegiatan yang akan diajukan ditandatangani oleh:

a. Menteri untuk usulan yang berasal dari Kementerian Negara;

b. Pimpinan lembaga untuk usulan yang berasal dari lembaga;

c. Gubernur/Bupati/Walikota untuk usulan yang berasal dari Pemerintah

Daerah; dan

d. Direksi untuk usulan yang berasal dari BUMN.

Usulan kegiatan setelah ditandatangani disampaikan kepada Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Untuk kriteria dan persyaratan khusus masing-masing instansi dibahas di

subbab berikut.

II-20 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 45: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Gambar 2. 1 Tahapan Penyusunan DRPHLN-JM

2.2.4.2.1 Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah Kementerian

Negara/Lembaga

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006, pasal 8

ayat 1 dan pasal 10.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 14 dan

pasal 17 ayat 2 dan 5.

Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Kementerian Negara/Lembaga,

adalah sebagai berikut:

a. Usulan kegiatan yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga berupa

kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Negara/Lembaga tersebut.

14. Lihat lampiran 1 nomor 12, 13, 44 dan 45.

II-21PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

DRPHLN-JM

Persetujuan

Men. BUMN

DR

PH

LN

-JM

dis

usu

np

alin

gla

mb

at

6

bu

lan

se

tela

hR

PJM

Presiden K/L Pemda BUMNMenteri PPN Menkeu

RKPLN

Usulan

Pemda

Usulan

BUMN

RPJM

PersetujuanDPRD

PersetujuanDPRD&PemDa

PersetujuanMen. BUMN&

BUMN

Penilaian Usulan

Kegiatan

Usulan K/L

Kegiatan K/L

Kegiatan

Pemda

Kegiatan

BUMN

Rancangan

DRPHLN-JM

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 46: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran tugas pokok dan

fungsi Kementerian Negara/Lembaga

b. Kementerian Negara/Lembaga dapat mengusulkan kegiatan untuk

Pemerintah Daerah, berupa usulan kegiatan yang sebagian atau

seluruhnya akan diterushibahkan.

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah, dengan

prioritas untuk Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas

fiskal rendah;

ii. Kegiatan memberi manfaat langsung bagi masyarakat suatu

Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat pada Pemerintah

Daerah lain;

iii. Untuk kegiatan yang hanya memberikan manfaat langsung

bagi masyarakat di daerah penerima penerushibahan,

Pemerintah Daerah harus ikut menanggung sebagian biaya

pelaksanaan kegiatan;

iv. Kegiatan pendukung merupakan kewajiban Pemerintah

Daerah; dan

v. Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga

pengusul.

� Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Surat persetujuan Pemerintah Daerah calon penerima

penerushibahan.

II-22 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 47: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan digunakan untuk memperluas dan meningkatkan

pelayanan yang disediakan BUMN;

ii. BUMN tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk

mencapai sasaran program, yang dinilai berdasarkan laporan

keuangan BUMN;

iii. Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga

pengusul.

� Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Surat persetujuan Direksi BUMN dan surat persetujuan

Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan BUMN.

b. Kementerian Negara/Lembaga dapat menginisiasi kegiatan untuk

Pemerintah Daerah, berupa usulan kegiatan yang sebagian atau

seluruhnya akan diteruspinjamkan, yang selanjutnya akan diusulkan

oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang

menghasilkan penerimaan pada APBD Pemerintah Daerah

yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana

dan/atau sarana tersebut;

ii. Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah;

iii. Kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan

masyarakat daerah setempat;

iv. Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan fiskal untuk

memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman;

v. Kegiatan dilaksanakan oleh lebih dari satu pemerintah daerah;

dan

II-23PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 48: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

vi. Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga

pengusul.

2.2.4.2.2 Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah Pemerintah

Daerah

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 8

ayat 2 dan pasal 10.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 15 dan

pasal 17 ayat 3 dan 5.

Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah, adalah sebagai

berikut:

a. Usulan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri untuk

penerusan pinjaman.

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

vi. Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang

menghasilkan penerimaan pada APBD yang diperoleh dari

pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut;

vii. Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah;

viii. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang

merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah dan sejalan dengan program RPJM;

ix. Kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan

masyarakat daerah setempat; dan

x. Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan fiskal untuk

memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman.

15. Lihat lampiran 1 nomor 12,14 dan 46.

II-24 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 49: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

� Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Surat persetujuan DPRD yang bersangkutan.

a. Usulan kegiatan yang dibiayai dari penerusan pinjaman dan diinisiasi

oleh Kementerian Negara /Lembaga.

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang

menghasilkan penerimaan pada APBD yang diperoleh dari

pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut;

ii. Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah;

iii. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang

merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah dan sejalan dengan program RPJM;

iv. Kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan

masyarakat daerah setempat; dan

v. Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan fiskal untuk

memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman.

� Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Surat persetujuan DPRD yang bersangkutan.

b. Usulan kegiatan yang dibiayai dari hibah luar negeri untuk

penerushibahan.

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan;

ii. Kegiatan untuk memberikan layanan dasar umum; dan

iii. Kegiatan untuk pemberdayaan aparatur Pemerintah Daerah.

II-25PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 50: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.2.3 Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah Badan Usaha

Milik Negara

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 8

ayat 3 dan pasal 10.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 16 dan

pasal 17 ayat 4 dan 5.

Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Badan Usaha Milik Negara, adalah

sebagai berikut:

a. Usulan kegiatan yang berasal dari BUMN hanya merupakan usulan

kegiatan yang dibiayai dari penerusan pinjaman luar negeri melalui

Pemerintah.

� Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Kegiatan investasi untuk memperluas dan meningkatkan

pelayanan serta meningkatkan penerimaan BUMN;

ii. BUMN mempunyai proyeksi kemampuan keuangan untuk

memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman, yang

dinilai berdasarkan laporan keuangan BUMN.

� Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:

i. Surat persetujuan Menteri yang bertanggungjawab di bidang

pembinaan BUMN.

16. Lihat lampiran 1 nomor 12, 15 dan 47.

II-26 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 51: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.2.4 Penilaian Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 9

ayat 1 dan 2 dan pasal 10.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 18

sampai dengan pasal 22.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian atas

usulan kegiatan yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah

Daerah/BUMN. Penilaian usulan kegiatan ini meliputi, sebagai berikut:

a. Penilaian administrasi

Penilaian administrasi dilakukan atas dasar kelengkapan dokumen

administrasi.

b. Penilaian teknis

Penilaian teknis dilakukan setelah usulan kegiatan memenuhi syarat

kelengkapan dokumen administrasi. Dalam melakukan penilaian teknis,

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dapat berkoordinasi

dengan instansi pengusul dan instansi lain yang terkait dengan kegiatan

tersebut.

Penilaian teknis atas usulan kegiatan mencakup aspek-aspek:

i. Kesesuaian usulan kegiatan dengan sasaran program RPJM;

ii. Kelayakan Teknis;

iii. Kelayakan Ekonomi;

iv. Kelayakan Finansial untuk:

a) Usulan kegiatan yang diusulkan Kementerian Negara/Lembaga

untuk BUMN.

17. Lihat lampiran 1 nomor 12, 16 dan 48

II-27PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 52: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

b) Usulan kegiatan yang diusulkan Pemerintah Daerah yang

dibiayai pinjaman luar negeri atau penerusan pinjaman luar

negeri dan iniasi oleh Kementerian negara/lembaga.

c) Usulan kegiatan yang diusulkan oleh BUMN.

ii. Kemampuan pelaksanaan instansi pelaksana.

a. Penilaian pendanaan.

Penilaian pendanaan dilakukan setelah usulan kegiatan memenuhi

syarat kelengkapan dokumen administrasi dan penilaian teknis. Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian pendanaan

melalui sinkronisasi pendanaan yang dapat dilakukan bersama

Kementerian Keuangan dan instansi lain yang terkait dengan kegiatan

tersebut.

Sinkronisasi pendanaan untuk penilaian pendanaan ini, meliputi aspek:

i. Keselarasan dengan RKPLN;

ii. Ketersebaran kegiatan antar wilayah yang dibiayai dari pinjaman

dan/atau hibah luar negeri;

iii. Keterkaitan dengan kegiatan lain dari instansi pengusul;

iv. Keselarasan dengan kegiatan yang terkait secara langsung dari

instansi lain;

v. Kinerja atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman

dan/atau hibah luar negeri yang sedang berjalan pada instansi

pengusul; dan

vi. Kemampuan penyediaan dana pendamping.

Berdasarkan hasil penilaian ini, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

mencantumkan kegiatan dalam DRPHLN-JM. Setelah itu, Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan DRPHLN-JM kepada

Menteri Keuangan dan Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

II-28 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 53: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN yang usulan kegiatannya tercantum

dalam DRPHLN-JM dan calon PPLN/PHLN. DPRHLN-JM juga

diinformasikan kepada masyarakat.

2.2.4.3 Tahap Penyusunan Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri (DRPPHLN)

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 9

ayat 3 dan pasal 10.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 9, pasal

11, pasal 31 ayat 1 dan 4, dan pasal 32 ayat 1,3 dan 5.

Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN),

adalah daftar rencana kegiatan pembangunan prioritas yang layak dibiayai

dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri. Daftar ini berisi rencana kegiatan

Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN yang layak

dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang tercantum dalam

DRPHLN-JM dan telah memiliki indikasi sumber pendanaan pinjaman

dan/atau hibah luar negeri.

Ketentuan-ketentuan pokok dalam penyusunan DRPPHLN, adalah sebagai

berikut:

a. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyusun DRPPHLN

dengan berpedoman pada RKPLN dan DRPHLN-JM.

b. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan DRPPHLN

paling lambat bulan Nopember setiap tahun.

c. Kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN selama 2 (dua) tahun

berturut-turut dan tidak mendapat komitmen pendanaan dari calon

PPLN/PHLN, tidak dicantumkan dalam DRPPHLN tahun berikutnya.

18. Lihat lampiran 1 nomor 12, 17 dan 49.

II-29PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 54: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Dalam tahap ini yang dapat masuk ke DRPPHLN setelah melalui penilaian

adalah:

a. Usulan kebijakan pemerintah di bidang tertentu yang akan didukung

dengan pinjaman program.

b. Usulan Kegiatan yang tercantum dalam DRPHLN-JM yang telah

disepakati sesuai dengan program calon PPLN/PHLN dan telah

ditingkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatannya oleh instansi

pengusul.

c. Usulan kegiatan oleh Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan

lembaga untuk alokasi Fasilitas Kredit Ekspor dan/atau Pinjaman

Komersial.

d. Usulan kegiatan oleh Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan

Lembaga yang dibiayai dari Hibah Luar Negeri yang bersifat Khusus.

Gambar 2. 1 Tahapan Penyusunan DRPPHLN

II-30 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Calon

PPHLNK/L Pemda BUMNMenteri PPN Menkeu

Koordinasi

Lending

Program

Kegiatan

Pemda/

BUMN

Kegiatan K/L

Usulan

FKE/PK

Kebutuhan Pinjaman

Program

Kesepakatan

PermintaanInformasiKeuanganPemda/BUMN

Informasi kemampuan

Keuangan Pemda/

BUMN

Penilaian Usulan

Kegiatan

Penilaian Kesiapan

Pertemuan berkala

Sinkronisasi

DRPHLN-JM

Kegiat

an

BUMN

Kegiat

an K/L

UsulanFKE/PK

DRPPHLN

Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci

Rencana Kebijakan Pemerintah yang akan didukung Pinjaman Program

Koordinasi

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 55: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.3.1 Pengajuan Usulan Pinjaman Program

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 13.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 11.

Berdasarkan kebutuhan Pinjaman Program yang disusun oleh Menteri

Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan

koordinasi dengan Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan

Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN untuk mengusulkan kebijakan

pemerintah di bidang tertentu yang akan didukung dengan Pinjaman

Program.

Setelah disepakati bersama Rencana kebijakan Pemerintah yang akan

didukung dengan Pinjaman Program dapat dicantumkan dalam DRPPHLN.

2.2.4.3.2 Sinkronisasi Kegiatan Dengan Program Calon PPLN/PHLN dan

Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci

Rujukan2: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 23 dan

pasal 24

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melaksanakan pertemuan

berkala dengan calon PPLN/PHLN dengan melibatkan Menteri Keuangan,

Menteri Luar Negeri, dan instansi terkait lainnya, dengan maksud untuk

melakukan sinkronisasi dan menghasilkan kesepakatan mengenai kegiatan

dalam DRPHLN-JM yang sesuai dengan program calon PPLN/PHLN.

Berdasarkan hasil kesepakatan ini, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional melakukan koordinasi dengan instansi pengusul untuk

meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan.

19. Lihat lampiran 1 nomor 18 dan 49.

20. Lihat lampiran 1 nomor 50.

II-31PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 56: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan,

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional mengkoordinasikan

penyusunan rencana kegiatan rinci dengan instansi pengusul dan/atau

pelaksana kegiatan. Penyusunan rencana kegiatan rinci ini dilakukan oleh

instansi pengusul dan/atau pelaksana kegiatan dan disampaikan kepada

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

Penyusunan rencana kegiatan rinci dimaksudkan untuk melakukan

persiapan rancangan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan.

Rencana kegiatan rinci tersebut meliputi jenis kegiatan, lokasi, rencana

alokasi anggaran, satuan kerja, organisasi pelaksanaan, dan jadwal

pelaksanaan, serta mekanisme pengadaan barang dan jasa, termasuk

penyempurnaan studi kelayakan.

2.2.4.3.3 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan Pinjaman kepada

Pemerintah Daerah

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 25.

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang

akan diteruspinjamkan dari pinjaman luar negeri yang diinisiasi oleh

Kementerian Negara/Lembaga, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

melakukan, sebagai berikut:

a. Meminta informasi kepada Menteri Keuangan tentang indikasi

kemampuan keuangan Pemerintah Daerah.

b. Melakukan penilaian penerusan pinjaman kepada Pemerintah Daerah,

yang meliputi:

i. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan investasi

prasarana dan/atau sarana yang menghasilkan penerimaan pada

21. Lihat lampiran 1 nomor 51.

II-32 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 57: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

II-33PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

APBD Pemerintah Daerah penerima penerusan pinjaman yang

diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau

sarana tersebut;

ii. Untuk kegiatan yang dibiayai dari penerusan pinjaman dan

diinisiasi oleh Kementerian Negara/Lembaga, penerusan pinjaman

dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas

pembangunan nasional dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai

kemampuan yang memadai untuk mencapai target sasaran program

tersebut;

iii. Adanya persetujuan dari Kepala Daerah dan DPRD pada

Pemerintah Daerah calon penerima penerusan pinjaman;

iv. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan;

v. Kemampuan Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping;

dan

vi. Kelayakan rencana keuangan pinjaman yang diusulkan.

Atas dasar indikasi dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan rinci atas

kegiatan penerusan pinjaman kepada Pemerintah Daerah.

2.2.4.3.4 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerushibahan kepada

Pemerintah Daerah

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 26.

Dalam rangka meningkatkan kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan

yang diusulkan oleh Kementerian negara/lembaga untuk Pemerintah Daerah

22. Lihat lampiran 1 nomor 52.

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 58: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

yang akan diterushibahkan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

melakukan, sebagai berikut:

a. Melakukan konfirmasi dengan Pemerintah Daerah, yang meliputi

kesiapan menjadi pelaksana kegiatan dan kesediaan memenuhi

persyaratan pelaksanaan kegiatan.

b. Meminta informasi indikasi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah

kepada Menteri Keuangan.

c. Melakukan penilaian penerushibahan kepada Pemerintah Daerah, yang

meliputi :

i. Penerushibahan digunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah

Daerah dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan

prioritas pembangunan nasional;

ii. Pemerintah Daerah penerima penerushibahan merupakan daerah

sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional;

iii. Pemerintah Daerah tidak mempunyai kemampuan keuangan yang

memadai untuk mencapai target sasaran program yang merupakan

prioritas pembangunan nasional, berdasarkan penilaian atas

indikasi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah;

iv. Adanya persetujuan dari Kepala Daerah;

v. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan;

dan

vi. Adanya pernyataan kesediaan Pemerintah Daerah untuk

menyediakan sebagian biaya pelaksanaan kegiatan, yang ditentukan

berdasarkan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan indikasi, konfirmasi, dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan

rinci atas kegiatan penerushibahan dengan Pemerintah Daerah.

II-34 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 59: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.3.5 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan Pinjaman kepada

BUMN

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 27.

Dalam rangka meningkatkan kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk usulan

kegiatan dari BUMN yang akan diteruspinjamkan, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional melakukan, sebagai berikut:

a. Meminta informasi kepada Menteri Keuangan mengenai indikasi

kemampuan keuangan BUMN untuk mengembalikan kewajiban

penerusan pinjaman.

b. Melakukan penilaian penerusan pinjaman kepada BUMN, yang

meliputi:

i. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan dalam

rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas

pembangunan nasional;

ii. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan yang

akan memperluas dan meningkatkan pelayanan serta meningkatkan

penerimaan BUMN;

iii. BUMN penerima penerusan pinjaman mempunyai kemampuan

untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman; dan

iv. Adanya persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang

pembinaan BUMN.

Berdasarkan indikasi dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan

rinci atas kegiatan penerusan pinjaman kepada BUMN.

23. Lihat lampiran 1 nomor 53.

18-35PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 60: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.3.6 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerushibahan atau

Penyertaan Modal Negara kepada BUMN

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 28.

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan untuk

kegiatan yang diusulkan oleh Kementerian Negara/Lembaga untuk BUMN

yang akan menjadi penerushibahan atau penyertaan modal negara, Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan, sebagai berikut:

a. Melakukan konfirmasi dengan BUMN meliputi kesiapan menjadi

pelaksana kegiatan dan kesediaan memenuhi persyaratan pelaksanaan

kegiatan.

b. Meminta informasi indikasi kemampuan keuangan BUMN kepada

Menteri Keuangan.

c. Melakukan penilaian penerushibahan atau penyertaan modal negara

kepada BUMN, yang meliputi:

i. Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk

membiayai kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program yang

merupakan prioritas pembangunan nasional;

ii. Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk

memperluas dan meningkatkan pelayanan dan sumber daya

BUMN;

iii. BUMN penerima penerushibahan atau penyertaan modal negara

tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk melaksanakan

kegiatan dalam pencapaian sasaran program yang merupakan

prioritas pembangunan nasional; dan

24. Lihat lampiran 1 nomor 54.

II-36 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 61: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

iv. Adanya persetujuan dari Direksi BUMN dan Menteri yang

bertanggung jawab dibidang pembinaan BUMN.

Berdasarkan konfirmasi, indikasi, dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan

rinci atas kegiatan penerushibahan atau penyertaan modal negara dengan

BUMN.

2.2.4.3.7 Penilaian Kesiapan Kegiatan

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 29 dan

pasal 30.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian kesiapan

atas rencana pelaksanaan kegiatan. Kriteria penilaian kesiapan pelaksanaan

kegiatan meliputi:

a. Telah disusun rencana kegiatan rinci;

b. Telah disusun indikator kinerja pelaksanaan kegiatan untuk keperluan

monitoring dan evaluasi;

c. Telah ada pernyataan kesediaan dari Pemerintah Daerah/BUMN untuk

menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajiban

Pemerintah Daerah/BUMN yang bersangkutan, termasuk dana

pendamping, sesuai dengan rencana jadwal pelaksanaan;

d. Telah dialokasikan dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan

kegiatan yang disiapkan dalam Rencana Kerja Kementerian

Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN;

e. Telah ada rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali,

termasuk ketersediaan dana yang diperlukan dalam Rencana Kerja

Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN;

25. Lihat lampiran 1 nomor 55.

II-37PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 62: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

f. Telah disusun rancangan pembentukan Unit Manajemen Proyek dan

Unit Pelaksana Proyek; dan

g. Telah disusun rencana pengelolaan kegiatan.

Berdasarkan penilaian di atas dan penilaian atas kinerja kegiatan yang

dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang sedang berjalan pada

instansi pengusul dan/atau pelaksana, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional mencantumkan kegiatan yang telah memenuhi kriteria kesiapan ke

dalam DRPPHLN.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan DRPPHLN

kepada Menteri Keuangan; Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan

Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN yang usulan kegiatannya tercantum

dalam DRPPHLN; dan calon PPHLN.

Berdasarkan kegiatan yang tercantum dalam DRPPHLN, Kementerian

Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah/BUMN, melakukan penyempurnaan

persiapan pelaksanaan kegiatan.

Pemerintah Daerah/BUMN yang mempunyai rencana kegiatan yang

tercantum dalam DRPPHLN harus melakukan koordinasi dengan Menteri

Keuangan untuk penyusunan rancangan Naskah Perjanjian Penerusan

Pinjaman Luar Negeri (NPPP) dan/atau Naskah Perjanjian Penerushibahan

Luar Negeri (NPPH) untuk kegiatan tersebut.

Setelah difinalisasi, DRPPHLN diinformasikan kepada masyarakat.

II-38 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 63: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

2.2.4.4 Ketentuan Khusus Pengajuan Usulan Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri dalam Tahap Penyusunan Daftar Rencana Prioritas

Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN)

2.2.4.4.1 Pengajuan Usulan Alokasi Fasilitas Kredit Ekspor (FKE)

dan/atau Pinjaman Komersial

Rujukan1: - Lampiran Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984;

angka 6.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 31.

Berdasarkan kegiatan yang tercantum dalam DRPHLN-JM, Menteri pada

Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga dapat mengajukan usulan alokasi

FKE dan/atau Pinjaman Komersial kepada Menteri untuk:

a. Kegiatan yang menjadi tugas pokok Kementerian Negara/Lembaga;

Syarat untuk Kementerian Negara/Lembaga dalam mengajukan usulan

ini, adalah:

� FKE dan/atau Pinjaman Komersial yang digunakan oleh

Kementerian Negara/Lembaga, hanya dapat digunakan untuk

membiayai kegiatan yang menurut sifatnya kegiatan tersebut tidak

dapat dibiayai melalui Pinjaman Lunak maupun Hibah.

b. Kegiatan BUMN yang pembinaannya dalam bidang tugas Kementerian

Negara/Lembaga pengusul dengan persetujuan Direksi BUMN dan

Menteri yang bertanggung jawab di bidang pembinaan BUMN.

Syarat untuk BUMN dalam mengajukan usulan ini, adalah:

� FKE dan/atau Pinjaman Komersial yang digunakan oleh BUMN

hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi yang

26. Lihat lampiran 1 nomor 30 dan 56.

II-39PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 64: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

dapat menghasilkan penerimaan secara langsung kepada BUMN

yang bersangkutan dan/atau kegiatan tersebut tidak dapat dibiayai

melalui Pinjaman Lunak maupun Hibah serta mendukung

keberhasilan program prioritas pembangunan nasional.

Berdasarkan usulan Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga tentang alokasi

FKE dan/atau Pinjaman Komersial ini, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional melakukan penilaian kesiapan kegiatan untuk dimasukkan dalam

DRPPHLN.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan Daftar

Kegiatan yang akan dibiayai dari FKE dan/atau Pinjaman Komersial, kepada

Menteri Keuangan untuk mendapat penetapan alokasi FKE dan/atau alokasi

Pinjaman Komersial.

Langkah-langkah untuk membiayai proyek pembangunan dengan Kredit

Ekspor Luar Negeri ini hanya dapat dimulai oleh Kementerian

Negara/Lembaga/BUMN setelah memperoleh penetapan alokasi kredit

ekspor/pinjaman komersial1.

2.2.4.4.2 Hibah Luar Negeri yang Bersifat Khusus

Rujukan2: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 32.

Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga dapat mengajukan

usulan kegiatan yang dibiayai dari hibah luar negeri yang bersifat khusus

27. Sampai saat buku ini dicetak, ketentuan rinci yang mengatur mengenai

pelaksanaan fasilitas kredit ekspor masih disusun. Karenanya rujukan peraturan

penggunaan Fasilitas Kredit Ekspor masih menggunakan Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1984.

28. Lihat lampiran 1 nomor 57

II-40 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 65: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. Pengertian hibah luar

negeri yang bersifat khusus ini, adalah :

a. Bersifat mendesak untuk segera dilakukan perjanjian hibahnya;

b. Waktu pelaksanaan kegiatan kurang dari 6 (enam) bulan; dan

c. Kegiatan yang diusulkan masih dimungkinkan untuk dicantumkan

dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga pengusul dan/atau pelaksana.

Berdasarkan usulan kegiatan Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga yang

akan dibiayai dari hibah luar negeri yang bersifat khusus ini, Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian kesiapan

pelaksanaan kegiatan dan kesiapan pendanaan, yang dikoordinasikan

dengan Menteri Keuangan. Berdasarkan hasil ini Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional menetapkan tambahan kegiatan pada DRPPHLN.

Tambahan kegiatan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

DRPPHLN.

2.2.4.5 Tahap Penyusunan Daftar Kegiatan

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 33.

Daftar Kegiatan adalah daftar rencana kegiatan yang telah memiliki indikasi

komitmen pendanaan dari calon PPLN/PHLN, yang mencakup jenis

kegiatan, instansi pengusul, instansi pelaksana, rencana alokasi

pinjaman/hibah, jadwal pelaksanaan, rencana sumber pendanaan luar negeri

dan jenis penerusan pinjaman dan/atau penerushibahan luar negeri

Berdasarkan DRPPHLN, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

melakukan koordinasi dengan calon PPLN/PHLN untuk mendapatkan

indikasi komitmen pendanaan. Setelah indikasi komitmen pendanaan ini,

29. Lihat lampiran 1 nomor 58.

II-41PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 66: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan Daftar

Kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar

Negeri kepada Menteri Keuangan dan calon PPLN/PHLN.

Berdasarkan Daftar Kegiatan ini, Menteri Keuangan melakukan negosiasi

dengan calon PPLN/PHLN dalam rangka penandatanganan

NPPLN/NPHLN.

2.3 Perundingan dan Penandatanganan Perjanjian Pinjaman dan

Hibah Luar Negeri

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 14

sampai dengan pasal 16 beserta penjelasannya.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 33

ayat 5.

Proses berikutnya setelah pengusulan dari Pemerintah Indonesia kepada

(calon) pemberi pinjaman/hibah luar negeri adalah negosiasi atau

perundingan dengan (calon) pemberi pinjaman/hibah luar negeri

(PPLN/PHLN). Perundingan tersebut baru dapat dilakukan setelah kriteria

kesiapan kegiatan dipenuhi.

Yang termasuk kriteria kesiapan kegiatan yang harus dipenuhi sebelum

dilaksanakannya perundingan dengan calon PPLN/PPHLN mencakup:

a. Indikator kinerja pemantauan dan evaluasi, seperti data dasar, harus

telah siap;

b. Dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan kegiatan telah

dialokasikan;

c. Rencana pengadaan tanah dan/atau resettlement telah ada, termasuk

ketersediaan dana yang diperlukan;

30. Lihat lampiran 1 nomor 19, 20 dan 58.

II-42 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 67: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

d. Unit Manajemen Proyek (Project Management Unit/PMU) dan Unit

Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit/PIU) telah dibentuk dan

telah ada personalianya;

e. Draft final pengelolaan proyek/petunjuk pengelolaan/administrasi

proyek/ memorandum (yang berisi cakupan organisasi dan kerangka

acuan kerjanya, dan pengaturan tentang pengadaan, anggaran,

disbursement, laporan, dan auditing) telah siap; dan

f. Pernyataan dari Pemerintah Daerah (bila diperlukan) yang menyatakan

komitmen mereka untuk berpartisipasi dalam penyediaan dana

pendamping.

Perundingan dengan Calon PPLN/PHLN setidaknya harus mencakup aspek

keuangan dan aspek hukum. Aspek-aspek keuangan yang tercakup didalam

perundingan, antara lain:

a. Pengefektifan pinjaman;

b. Tingkat suku bunga;

c. Periode pembayaran bunga;

d. Cara penghitungan bunga;

e. Denda bunga;

f. Biaya-biaya lain;

g. Pembayaran sebelum jatuh tempo;

h. Metode penarikan pinjaman;

i. Lama pinjaman;

j. Tenggang waktu; dan

k. Periode pembayaran pokok pinjaman.

Sedangkan aspek hukum yang tercakup, di antaranya:

a. Kesepakatan;

b. Janji dan jaminan;

c. Kepatuhan terhadap hukum;

d. Penyampaian dokumen peradilan;

e. Pelepasan hak kekebalan;

II-43PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 68: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

f. Hukum yang mengatur.

Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar Negeri (NPPLN/NPHLN)

ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa oleh

Menteri Keuangan. NPPLN/NPHLN sekurang-kurangnya memuat jumlah,

peruntukan dan persyaratan pinjaman dan/atau hibah. Salinan

NPPLN/NPHLN yang telah ditandatangani kemudian disampaikan oleh

Departemen Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi

terkait lainnya.

NPPLN/NPHLN/perjanjian internasional di bidang keuangan lainnya yang

dibuat oleh Menteri Keuangan berlaku sejak ditandatangani, kecuali

ditentukan lain dalam naskah/dokumen yang bersangkutan.

Sebagai bagian dari proses perencanaan, setelah dilakukannya

penandatanganan NPPLN/NPPHLN sesuai dengan ketentuan Peraturan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006 perlu

disusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar

Negeri.

Gambar 2. 4 Tahapan Penyusunan NPPLN/NPHLN

II-44 PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Calon

PPHLNK/L Pemda BUMNMenteri PPN Menkeu

Negosiasi

PenetapanAlokasi

Penanda-

tanganan

oleh

PPLN

Rancangan NPPLN/

NPHLN

Daftar kegiatan yang

diusulkan dibiayai oleh PHLN

NPPLN/

NPHLN

Koordinasi

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 69: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 70: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 71: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

BAB III

PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LUAR NEGERI

Pinjaman luar negeri pada dasarnya merupakan salah satu alternatif sumber

pendanaan pembangunan. Mengingat pinjaman luar negeri mempunyai

konsekuensi beban ekonomi di masa yang akan datang, pelaksanaan proyek-

proyek dari pinjaman luar negeri harus dilakukan secara optimal dalam

rangka mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan sehingga dapat

meningkatkan produktifitas sumber daya manusia, memperluas kesempatan

kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebagai salah satu sumber pendanaan, pinjaman luar negeri diharapkan

dapat mendukung pembiayaan bidang prioritas dalam Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) yang merupakan penjabaran Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Penyusunan strategi pinjaman luar negeri pemerintah (country borrowing

strategy) diharapkan dapat memperbaiki kelemahan dalam sistim manajemen

pengelolaan utang luar negeri Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Nomor PER. 005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara

Perencanaan dan Pengajuan Usulan Serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai

dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri pasal 2 (dua) disebutkan bahwa

rencana pelaksanaan kegiatan sekurang-kurangnya terdiri atas rincian jenis

kegiatan, lokasi, alokasi anggaran, satuan kerja pelaksana kegiatan, jadwal

pelaksanaan, kebutuhan dana pendamping, dan mekanisme pengadaan

barang dan jasa.

III-45PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 72: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Hal-hal mendasar yang perlu dilaksanakan dalam pelaksanaan PHLN yaitu:

a. Penatausahaan.

b. Pembayaran Pinjaman.

c. Penerusan pinjaman dan penerusan hibah.

d. Mekanisme pengadaan barang dan jasa.

e. Perpajakan.

Rujukan peraturan-peraturan yang digunakan pada bab ini:

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

- Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1955 tentang Peraturan Pembebasan

dari Bea Masuk dan Bea Keluar Umum untuk Keperluan Golongan-

Golongan Pejabat dan Ahli Bangsa Asing yang Tertentu;

- Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas

Peraturan Pemerintah 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk

Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah

dan Pajak Penghasilan dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerintah yang

dibiayai dengan hibah dan atau Dana Pinjaman Luar Negeri;

- Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;

- Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah;

- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman dan/atau Penerimaan hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri;

- Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara;

- Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

- Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan Kredit Ekspor

Luar Negeri;

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara

Pemberian Hibah Kepada Daerah;

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2006 tentang Tata Cara

Pemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang Dananya Bersumber dari

Pinjaman Luar Negeri;

III-46 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 73: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006

tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta penilaian

Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;

- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 259/KMK.017/1993 tentang Penerusan

Pinjaman, Tingkat Bunga dan Jasa Penatausahaan Penerusan Pinjaman

dalam Rangka Bantuan Luar Negeri;

- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK.04/2000 tentang Organisasi

Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi yang tidak termasuk

sebagai subyek pajak penghasilan;

3.1 Penatausahaan

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 17

beserta penjelasannya dan pasal 18 ayat 1.

- Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, pasal 45

sampai dengan pasal 47

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 29

ayat 2(e).

Penatausahaan atas pinjaman dan/atau hibah luar negeri (PHLN)

dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan-ketentuan dalam

penatausahaan ini adalah sebagai berikut:

a. Cakupan kegiatan penatausahaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri

adalah sebagai berikut:

i. Administrasi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan

ii. Akuntansi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

b. Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri

yang dimuat dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN)

dituangkan dalam dokumen satuan anggaran, untuk selanjutnya

dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.

31. Lihat lampiran 1 nomor 21, 32 dan 55.

III-47PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 74: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

c. Rencana penarikan pinjaman/hibah luar negeri dalam tahun anggaran

yang bersangkutan dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran,

dokumen satuan anggaran, dan dokumen pelaksanaan anggaran

Kementerian Negara/Lembaga.

d. Apabila APBN telah ditetapkan, jumlah atau bagian dari jumlah

pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang dimuat dalam NPPLN

ditampung dalam APBN perubahan.

e. Penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri harus selalu tercatat

dalam realisasi APBN, pencatatan ini mengikuti standar akuntansi

negara.

f. Kementerian Negara/Lembaga wajib memprioritaskan penyediaan dana

pendamping/ porsi rupiah lainnya yang dipersyaratkan NPPLN/NPHLN

pada dokumen satuan anggaran dan dokumen pelaksanaan anggaran

dalam tahun anggaran berkenaan.

g. Dalam pengalokasian dana pembangunan agar diutamakan penyediaan

dana pendamping bagi proyek yang sebagian dananya bersumber dari

pinjaman/hibah luar negeri.

h. Dana pinjaman/hibah luar negeri dan dana pendamping termasuk uang

muka harus dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.

i. Proyek yang dibiayai dengan dana kredit ekspor dapat dilaksanakan

setelah tersedia uang muka bagi proyek dimaksud.

j. Naskah perjanjian luar negeri untuk kredit ekspor baru dapat

ditandatangani apabila uang muka yang dibutuhkan telah tersedia.

k. Dana pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang belum selesai digunakan

ditampung dalam dokumen anggaran tahun berikutnya.

l. Sisa pekerjaan berdasarkan surat perjanjian/kontrak yang belum dibayar

sampai dengan akhir tahun anggaran, ditampung dalam dokumen

III-48 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 75: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

anggaran tahun anggaran berikutnya atas beban bagian anggaran

Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. Sedangkan untuk sisa

pekerjaan yang sumber pembiayaannya berasal dari pinjaman dan/atau

hibah luar negeri, dibiayai dari sisa dana pinjaman dan/atau hibah luar

negeri yang bersangkutan.

m. Dalam hal target/sasaran proyek telah tercapai, sisa alokasi dana proyek

yang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri tidak dapat

dipergunakan lagi.

III-49PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 76: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Box 3.1 Masalah Rendahnya Daya Serap Pinjaman Luar Negeri

Dalam beberapa tahun terakhir ini, daya serap (absorption capacity) menjadi masalah

besar dalam pengelolaan utang. Rendahnya daya serap, secara ekonomi sangat

merugikan karena:

a. Menyebabkan kenaikan dalam “commitment fee” yang harus dibayar

berdasarkan presentase atas pinjaman yang belum dicairkan.

b. Meningkatkan biaya penyelenggaraan proyek secara keseluruhan.

c. Penundaan proyek dapat mengakibatkan rendahnya kualitas pekerjaan dan

bahkan proyek tersebut kemungkinan gagal diselesaikan.

d. Kemungkinan manfaat sosial dari proyek menjadi berkurang atau bahkan

hilang sama sekali.

Masalah rendahnya realisasi pencairan pinjaman proyek dapat disebabkan oleh

berbagai faktor mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai komplikasi dalam

administrasi. Masalah yang sering dihadapi adalah sebagai berikut:

a. Pada tahap persiapan seringkali eksekusi pinjaman terjadi pada saat proyek

belum dipersiapkan secara matang (low quality of entry), terutama menyangkut:

i. Kelengkapan dokumen proyek.

ii. Terhambatnya pembebasan tanah.

iii. Pengadaan barang dan jasa pada tahun pertama pelaksanaan proyek sering

terhambat.

iv. Pembentukan pengelola proyek belum dilakukan secara matang.

v. Dana pendamping Rupiah sering tidak tersedia.

vi. Lemahnya koordinasi antara pusat dan daerah dan antar sektor/departemen

yang terlibat.

b. Pada tahap pelaksanaan sering terhambat terutama oleh masalah berikut ini:

i. Karena rumitnya administrasi anggaran, masa efektif pengerjaan proyek

hanya sekitar 7-8 bulan saja dan bukan 12 bulan dalam setahun.

ii. Tidak ada jaminan yang penuh bahwa dana pendamping Rupiah akan cair.

iii. Lambannya penunjukkan pimpinan dan panitia proyek.

iv. Terjadinya back-log akibat kesulitan pencairan.

v. Terjadinya mis-procurement.

vi. Kekurangpahaman pengelola proyek terhadap persyaratan yang ditetapkan

oleh kreditur.

vii. Administrasi dan prosedur pencairan berbeda-beda antar kreditur (tidak

standar)1.

32. Dikutip dari Tim Kajian Lintas Direktorat Kedeputian Pendanaan Pembangunan

Bappenas, Kajian Strategi Pendanaan Luar Negeri, 2004, hal 48 sampai dengan 50.

III-50 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 77: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Box 3.2 Kriteria Kesiapan Proyek

Untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas proyek-proyek yang dibiayai

pinjaman luar negeri serta untuk menghindari berbagai permasalahan yang kerap

muncul dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut, terdapat kriteria yang perlu

dipenuhi sebelum suatu proyek pinjaman luar negeri dilaksanakan. Kriteria

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Telah disusun rencana kegiatan rinci.

b. Telah disusun rencana pengelolaan kegiatan.

c. Telah disusun rencana pendanaan rinci.

d. Telah dialokasikan dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan

kegiatan yang disiapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/ Lembaga/

Pemerintah Daerah/BUMN.

e. Telah ada rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali, termasuk

ketersediaan dana yang diperlukan dalam Rencana Kerja Kementerian

Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN.

f. Telah ada ijin penggunaan lahan dan ijin konstruksi.

g. Telah disusun indikator kinerja pelaksanaan.

h. Telah disusun rancangan pembentukan Unit Manajemen dan Pelaksana

Proyek.

i. Telah disusun rencana pengadaan untuk tahun pertama pelaksanaan.

j. Telah dilakukan pembahasan dan dicapai kesepakatan dengan pemangku

kepentingan (stakeholder) terkait.

k. Khusus untuk proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui

mekanisme penerusan pinjaman, ditambah dengan telah ada pernyataan

kesediaan dari Pemda untuk menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang

menjadi kewajiban Pemda yang bersangkutan, termasuk dana pendamping

sesuai dengan jadwal pelaksanaan.

l. Khusus untuk proyek yang dilaksanakan oleh BUMN melalui mekanisme

penerusan pinjaman, ditambah dengan:

i. Telah ada pernyataan kesediaan dari BUMN untuk menyiapkan dana

pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajiban BUMN yang bersangkutan,

termasuk dana pendamping sesuai dengan jadwal pelaksanaan.

ii. Telah ada persetujuan prinsip dari Dewan Komisaris dan RUPS mengenai

penerimaan penerusan pinjaman.

III-51PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 78: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

3.2 Penarikan Pinjaman atau Hibah

Rujukan1: - Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua

Bappenas Nomor : 185 /KMK.03 /1995 dan Nomor:

KEP.031 /KET/5/1995; Pasal 11

Penarikan pinjaman/hibah luar negeri, dapat dilaksanakan melalui tata cara

sebagai berikut:

a. Pembukaan Letter of Credit (L/C) oleh Bank Indonesia

b. Pembayaran langsung (Direct Payment) oleh PPHLN kepada rekanan

c. Penggantian Pembiayaan Pendahuluan (Reimbursement)

d. Rekening Khusus (Special Account) di Bank Indonesia atau bank

pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

3.2.1 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Pembukaan L/C

Rujukan2: - Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua

Bappenas Nomor : 459/KMK.03/1999 dan Nomor:

KEP.264/KET/09/1999; Pasal 1

Tata cara untuk penarikan pinjaman/hibah luar negeri dengan pembukaan

Letter of Credit (L/C) adalah sebagai berikut:

a. Pejabat Pengguna Anggaran (PPA) atau Pejabat yang berwenang

mengajukan Surat Permintaan Penerbitan Surat Kuasa Pembebanan

(SPP-SKP) sebesar bagian nilai Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

33. Lihat lampiran 1 no 34, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi

dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.

34. Lihat lampiran 1 no 38, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi

dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.

III-52 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 79: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

b. Berdasarkan SPP-SKP, Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal

Perbendaharaan menerbitkan Surat Kuasa Pembebanan (SKP) dan

mengirimkan kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktur

Jenderal Bea dan Cukai, Pejabat Eselon I yang bersangkutan dan PPA

atau Pejabat yang berwenang.

c. Berdasarkan SKP, PPA atau Pejabat yang berwenang memberitahukan

kepada rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan untuk

membuka L/C. Selanjutnya rekanan atau importir sebagai kuasa dari

rekanan yang ditunjuk, mengajukan permintaan pembukaan L/C kepada

Bank Indonesia dengan melampirkan daftar barang yang akan diimpor

(master list) yang dibuat dan atau disetujui PPA serta KPBJ.

d. Atas dasar SKP dan pemintaan pembukaan L/C dari rekanan atau

importir tersebut, Bank Indonesia mengajukan permintaan kepada

Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN) untuk menerbitkan

pernyataan kesediaan melakukan pembayaran (Letter of Commitment).

e. Bank Indonesia membuka L/C kepada Bank Koresponden dan tembusan

dokumen pembukaan L/C disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

f. Berdasarkan pembukaan L/C dari Bank Indonesia, Letter of Commitment

atau dokumen yang disamakan dari PPHLN, dan dokumen realisasi L/C,

Bank Koresponden melakukan penagihan kepada PPHLN untuk

dibayarkan kepada rekanan atau pemasok.

g. PPHLN melaksanakan pembayaran kepada Bank Koresponden dan

mengirimkan debet advice kepada Bank Indonesia. Selanjutnya, Bank

Indonesia mengirimkan rekaman debet advice kepada Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

h. Berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari Bank

Koresponden serta SKP dari Menteri Keuangan, Bank Indonesia

membuat Nota Disposisi L/C dan Nota Perhitungan serta membukukan:

III-53PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 80: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Kredit : Rekening BUN

Dalam Nota Perhitungan dicantumkan nomor dan tanggal L/C serta

nomor dan tanggal SKP.

i. Nota Perhitungan dan Nota Disposisi L/C, disampaikan kepada Direktur

Jenderal Perbendaharaan dan PPA.

j. Atas dasar Nota Perhitungan, Direktur Jenderal Perbendaharaan

menerbitkan Surat Perintah Membayar Pengesahan (SPMP).

3.2.2 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara Pembayaran

Langsung

Rujukan1: - Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua

Bappenas Nomor : 459/KMK.03/1999 dan Nomor:

KEP.264/KET/09/1999; Pasal 1

Tata cara untuk penarikan pinjaman/hibah luar negeri dengan cara

pembayaran langsung (Direct Payment) adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan KPBJ, PPA atau Pejabat yang berwenang menyampaikan

Aplikasi Penarikan Dana (APD) kepada PPHLN melalui Direktur

Jenderal Perbendaharaan dengan tembusan kepada Bank Indonesia dan

melampirkan KPBJ. Berdasarkan APD ini, PPHLN melakukan

pembayaran langsung kepada rekening rekanan, serta mengirimkan asli

debet advice kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Perbendaharaan dan tembusannya kepada Bank Indonesia.

b. Atas dasar debet advice, Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan

Surat Perintah Membayar (SPM) sebagai dasar pengeluaran dan

penerimaan APBN sebesar nilai ekivalen rupiah kepada Bank Indonesia.

35. Lihat lampiran 1 no 38, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi

dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.

III-54 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 81: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Debet : Rekening BUN

Kredit : Rekening BUN

Dalam Nota Perhitungan dicantumkan nomor dan tanggal SPM.

e. Nota Perhitungan, disampaikan kepada Direktur Jenderal

Perbendaharaan, PPA atau Pejabat yang berwenang.

3.2.3 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara Penggantian

Pembiayaan Pendahuluan

Rujukan1: - Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua

Bappenas Nomor : 185 /KMK.03 /1995 dan Nomor:

KEP.031 /KET/5/1995; Pasal 14 dan Pasal 15

Tatacara penarikan pinjaman dengan cara pembiayaan pendahuluan dari

dana Rekening Bendahara Umum Negara (BUN) adalah sebagai berikut:

a. PPA/Pejabat yang berwenang mengajukan Surat Permintaan

Pembiayaan Pendahuluan (SP3), disertai KPBJ dan DIPA dan dokumen

pendukung lainnya sebagai dasar dilakukannya pembayaran, kepada

Direktur Jenderal Perbendaharaan.

b. Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan Surat Perintah

Membayar-Pembiayaan Pendahuluan (SPM-PP) dan dikirimkan kepada

Bank Indonesia sebagai dasar pemindahbukuan dari Rekening BUN ke

rekening rekanan atau rekening bendaharawan proyek.

c. Direktur Jenderal Perbendaharaan mengajukan Aplikasi Penarikan Dana

(APD) kepada PPHLN dilampiri dengan SPM-PP dan dokumen

pendukung sebagaimana yang disyaratkan oleh masing-masing PPHLN,

dengan tembusan kepada Bank Indonesia.

36. Lihat lampiran 1 no 35 dan 36, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur

organisasi dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku

ini.

III-55PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 82: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

d. Berdasarkan APD tersebut, PPHLN melakukan penggantian

(reimbursement) untuk untung Rekening BUN pada Bank Indonesia, serta

mengirimkan asli debet advice kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur

Jenderal Perbendaharaan, dengan tembusan kepada Bank Indonesia.

e. Berdasarkan debet advice, Direktur Perbendaharaan menerbitkan SPM

dan disampaikan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia berdasarkan

SPM ini, membuat Nota Perhitungan dan membukukan:

Debet : Rekening Bank Koresponden

Kredit : Rekening BUN

Dalam Nota Perhitungan dicantumkan Nomor dan Tanggal SPM. Nota

Perhitungan ini kemudian disampaikan segera kepada Direktur Jenderal

Perbendaharaan dan PPA.

Untuk dana Penerima Penerusan Pinjaman, tata cara Penarikan

pinjaman/hibah luar negeri dengan cara penggantian pembiayaan

pendahuluan adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan NPPPP dan dokumen anggaran yang berlaku, PPP

mengajukan bukti-bukti pengeluaran pembayaran pendahuluan, Rincian

Rencana Penggunaan Uang kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Atas dasar bukti pengeluaran tersebut dan dokumen pendukung

sebagaimana disyaratkan oleh masing-masing PPHLN, Direktur Jenderal

Perbendaharaan mengajukan APD kepada PPHLN.

b. Berdasarkan APD, PPHLN melakukan penggantian (reimbursement)

untuk untung Rekening PPP, serta mengirimkan asli debet advice kepada

Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan

tembusan kepada Bank Indonesia. Atas dasar debet advice ini, Direktur

Jenderal Perbendaharaan menerbitkan SPM dan disampaikan kepada

Bank Indonesia.

c. Bank Indonesia berdasarkan SPM tersebut membuat Nota Perhitungan

dan membukukan:

Debet : Rekening BUN

III-56 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 83: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

III-57PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Kredit : Rekening BUN

Dalam Nota Perhitungan dicantumkan Nomor dan Tanggal SPM. Nota

Perhitungan ini kemudian disampaikan segera kepada Direktur Jenderal

Perbendaharaan dan PPA.

3.2.4 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Rekening Khusus

Rujukan1: - Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua

Bappenas Nomor : 185 /KMK.03 /1995 dan Nomor:

KEP.031 /KET/5/1995; Pasal 16

Tata cara Penarikan Pinjaman/Hibah Dengan Rekening Khusus (Spesial

Account) adalah sebagai berikut:

a. Direktur Jenderal Perbendaharaan membuka Rekening Khusus (RK)

pada Bank Indonesia atau bank pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh

Menteri Keuangan untuk selanjutnya mengajukan permintaan penarikan

pertama pinjaman (initial deposit), kepada PPHLN untuk kebutuhan

pembiayaan proyek selama periode tertentu atau sejumlah yang sudah

ditentukan dalam NPPHLN untuk dibukukan ke dalam RK.

b. Pemimpin Proyek/pejabat yang berwenang mengajukan Surat

Permintaan Pembayaran (SPP) dengan dilampiri dokumen

pendukungnya kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. Berdasarkan

SPP ini, Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan SPM rekening

Khusus (SPM-RK) dan disampaikan kepada Bank Indonesia atau bank

pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

c. Atas dasar SPM-RK tersebut, Bank Indonesia atau bank pemerintah

lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan membebani RK untuk

dipindahbukukan ke Rekening Rekanan/Rekening Bendaharawan

Proyek. Berdasarkan SPM-RK dan Nota Debet, Direktur Jenderal

37. Lihat lampiran 1 no 37, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi

dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 84: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Perbendaharaan membukukan seluruh realisasi SPM-RK sebagai

pengeluaran dan sekaligus penerimaan pinjaman/hibah luar negeri

d. Direktur Jenderal Perbendaharaan mengajukan permintaan pengisian

kembali RK (replenishment), kepada PPHLN dilampiri dengan dokumen

pendukung sebagaimana yang disyaratkan masing-masing PPHLN.

e. Berdasarkan debet advice atas transfer Initial Deposit dan Replenishment yang

diterima dari PPHLN :

i. Bank Indonesia membuat :

a) Nota pemindahbukuan uang:

Debet : Rekening Bank Koresponden

Kredit : Rekening Khusus

b) Berdasarkan Surat Kuasa Pembebanan Menteri Keuangan, Bank

Indonesia membukukan Nota Perhitungan PHLN:

Debet : Rekening BUN

Kredit : Rekening BUN

Dalam nota perhitungan dicantumkan nomor dan tanggal APD.

Atau

ii. Bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan membuat :

a) Nota pemindahbukuan uang :

Debet : Rekening Bank Koresponden

Kredit : Rekening Khusus

b) Laporan Nota Perhitungan PHLN disampaikan segera kepada

Direktur Jenderal Perbendaharaan. Kemudian Direktur Jenderal

Perbendaharaan menyampaikan Laporan Nota Perhitungan

kepada Bank Indonesia untuk dibukukan:

Debet : Rekening BUN

Kredit : Rekening BUN

III-58 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 85: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

f. Bank Indonesia menyampaikan Nota Perhitungan kepada Direktur

Jenderal Perbendaharaan dan PPA.

3.3 Pembayaran Pinjaman

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 26.

Pembayaran pokok, bunga dan biaya lainnya dari pinjaman luar negeri

Pemerintah dilaksanakan Menteri Keuangan pada saat jatuh tempo sesuai

dengan ketentuan dalam NPPLN. Pembayaran ini dilaksanakan oleh Bank

Indonesia berdasarkan permintaan Menteri Keuangan.

Dana yang dipergunakan untuk membayar pinjaman luar negeri Pemerintah

Indonesia disediakan dalam APBN setiap tahun sampai dengan berakhirnya

kewajiban pembayaran kepada PPLN.

Apabila pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya dari pinjaman luar

negeri melebihi perkiraan dana yang disediakan dalam APBN, Departemen

Keuangan melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran

dimaksud kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan perubahan

APBN tahun yang bersangkutan.

3.4 Penerusan Pinjaman dan Penerusan Hibah

Rujukan2: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 20

ayat 1 dan 2, pasal 21 ayat 1,2 dan ayat 4 sampai

dengan ayat 6, dan pasal 22.

Menteri Keuangan menetapkan pinjaman dan/atau hibah luar negeri

Pemerintah yang akan diteruspinjamkan atau diterushibahkan kepada

Pemerintah Daerah dan BUMN sebelum dilakukan negosiasi dengan

PPLN/PHLN.

38. Lihat lampiran 1 no 26.

39. Lihat lampiran 1 no 22.

III-59PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 86: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang akan diteruspinjamkan

dituangkan dalam Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP) sedangkan

Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang diterushibahkan

kepada Pemerintah Daerah dituangkan dalam Naskah Perjanjian Hibah

(NPH). NPPP dan NPH kemudian ditandatangani oleh Menteri Keuangan

dengan Kepala Daerah/Pimpinan BUMN. NPPP dan NPH ditandatangani

selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah NPPLN/NPHLN ditandatangani.

Salinan NPPP dan NPH yang telah ditandatangani disampaikan oleh

Departemen Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi

terkait lainnya.

Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang

dimuat dalam NPPP dan NPH dituangkan dalam dokumen pelaksanaan

anggaran Pemerintah Daerah atau BUMN.

Pemerintah Daerah atau BUMN wajib melakukan pembayaran kembali atas

penerusan pinjaman seuai dengan ketentuan yang diatur dalam NPPP.

3.4.1 Penerusan Pinjaman kepada Daerah

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005; pasal 12

huruf b beserta penjelasannya, pasal 13 ayat 5 dan 6,

dan pasal 14.

- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 20

ayat 3 dan 4 beserta penjelasannya.

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2006;

pasal 11 sampai dengan pasal 19.

Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya berasal dari luar negeri

dilakukan melalui Perjanjian Penerusan Pinjaman.

Dalam menentukan penerusan pinjaman kepada daerah dalam bentuk

pinjaman atau hibah, Menteri Keuangan memperhatikan kemampuan

40. Lihat lampiran 1 nomor 7, 23, 68, 69 dan 70.

III-60 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 87: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

membayar kembali daerah dan kapasitas fiskal daerah serta pertimbangan

dari Menteri Dalam Negeri. Ukuran kemampuan membayar daerah, antara

lain Debt Service Coverage Ration (DSCR)1, posisi outstanding pinjaman, dan

tunggakan pembayaran kewajiban pinjaman. Setelah memperhatikan hal-hal

tersebut Menteri Keuangan menetapkan peta kapasitas fiskal daerah.

Ketentuan-ketentuan mengenai penerusan pinjaman kepada daerah ini

adalah:

a. Perjanjian Penerusan Pinjaman dilakukan antara Menteri Keuangan dan

Kepala Daerah.

b. Menteri Keuangan menetapkan persyaratan penerusan pinjaman.

c. Persyaratan pinjaman dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri

(NPPLN) menjadi acuan dalam menetapkan persyaratan pinjaman

dalam Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP).

d. NPPP sekurang-kurangnya memuat ketentuan mengenai:

i. sumber dan jumlah dana;

ii. peruntukan;

iii. persyaratan pinjaman;

iv. penarikan dana;

v. penggunaan dana;

vi. pembayaran kembali;

vii. monitoring dan evaluasi;

viii. pelaporan perkembangan fisik dan keuangan; dan

ix. sanksi.

41. Rumus DSCR:

� �� �5,2�

��

����

LainBiayaBungaWajibPokokAngsuran

WajibBelanjaDAUDBHDRDBHPADDSCR

DSCR = Debt Service Coverage Ratio; PAD = Pendapatan Asli Daerah; DAU = Dana

Alokasi Umum;

DBH = Dana Bagi Hasil; dan DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi.

III-61PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 88: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

e. Mata uang Pinjaman dalam NPPP dapat dinyatakan dalam mata uang

Rupiah atau mata uang asing.

f. Dalam hal NPPP menetapkan bahwa mata uang yang digunakan dalam

pengembalian Pinjaman adalah mata uang Rupiah, Pemerintah c.q.

Menteri Keuangan menanggung risiko atas terjadinya perubahan nilai

tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing yang digunakan

dalam NPPLN.

g. Dalam hal NPPP menetapkan bahwa mata uang yang digunakan dalam

pengembalian pinjaman adalah mata uang Rupiah, tingkat bunga dalam

NPPP ditetapkan sesuai dengan tingkat bunga dalam NPPLN ditambah

dengan tambahan tingkat bunga Pinjaman yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan berdasarkan usulan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Tambahan nilai tingkat bunga Pinjaman ini dapat ditinjau secara berkala

oleh Menteri Keuangan dengan memperhatikan perkembangan nilai

tukar mata uang Rupiah.

h. Dalam hal NPPP menetapkan bahwa mata uang yang digunakan dalam

pengembalian Pinjaman adalah mata uang asing, tingkat bunga dalam

NPPP ditetapkan sesuai tingkat suku bunga dalam NPPLN ditambah

sebesar 0,50% (setengah perseratus) per tahun atau ditetapkan lain oleh

Menteri Keuangan.

NPPP ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa

oleh Menteri Keuangan dengan Pemerintah Daerah penerima pinjaman.

Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan

menyampaikan salinan NPPP yang telah ditandatangani kepada Kepala

Badan Pemeriksa Keuangan, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Gubernur Bank

Indonesia dan instansi terkait lainnya. NPPLN merupakan satuan kesatuan

dokumen yang tidak dapat dipisahkan dari NPPP.

III-62 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 89: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

III-63PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Tata cara untuk penarikan, penyaluran dan pengembalian pinjaman adalah

sebagai berikut:

a. Berdasarkan NPPP, Pemerintah Daerah penerima Pinjaman mengajukan

permintaan persetujuan penetapan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja

(SA-PSK) Pinjaman kepada Direktur Jenderal Anggaran.

b. Atas dasar penetapan SA-PSK, Pemerintah Daerah menerbitkan Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA ini kemudian diajukan

kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk mendapatkan

pengesahan. DIPA yang telah disahkan digunakan sebagai dasar

pencairan dan/atau penyaluran Pinjaman.

c. Penarikan Pinjaman dapat dilakukan melalui tata cara sebagai berikut:

i. Pembayaran Langsung (Direct Payment);

ii. Pembiayaan Pendahuluan (Pre-Financing);

iii. Rekening Khusus (Special Account); dan/atau

iv. Pembukaan Letter of Credit (L/C).

d. Berdasarkan NPPP Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Bank

Penatausaha menyampaikan surat tagihan pembayaran kembali

Pinjaman kepada Pemerintah Daerah. Atas dasar surat tagihan

pembayaran kembali Pinjaman ini, Pemerintah Daerah melakukan

pembayaran melalui Bank Penatausaha.

e. Bank Penatausaha meneruskan pembayaran kembali Pinjaman ke

Rekening Pembangunan Daerah di Bank Indonesia.

f. Pemerintah Daerah menyampaikan bukti setor pembayaran kembali

pinjaman kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur

Pengelolaan Penerusan Pinjaman.

g. Dalam hal Pemerintah Daerah tidak melaksanakan kewajiban

pembayaran kembali pinjaman sebagaimana diatur dalam NPPP,

Direktur Jenderal Perbendaharaan setelah berkoordinasi dengan

Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 90: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Keuangan akan melakukan pemotongan terhadap Dana Alokasi Umum

(DAU) dan/atau Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara yang menjadi

hak Daerah bersangkutan.

Ketentuan-ketentuan tentang keinginan Pemerintah Daerah perihal

perubahan terhadap NPPP tentang realokasi, pembatalan dan/atau

perpanjangan tanggal penarikan terakhir, adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah Daerah mengajukan usul perubahan NPPP kepada Menteri

Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas, dilengkapi dengan dokumen yang

disyaratkan dan alasan perubahan.

b. Berdasarkan usul perubahan tersebut, Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas memberi pertimbangan

kepada Menteri Keuangan.

c. Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk, setelah memperoleh

pertimbangan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas, mengusulkan perubahan NPPLN kepada

PPLN, sepanjang dipersyaratkan adanya persetujuan oleh PPLN

dan/atau diperlukan perubahan NPPLN.

d. Apabila usulan perubahan NPPLN tersebut disetujui oleh PPLN,

Menteri Keuangan akan menerbitkan persetujuan perubahan NPPP.

e. Dalam hal tidak dipersyaratkan adanya persetujuan oleh PPLN dan/atau

diperlukan perubahan NPPLN, Menteri Keuangan dapat melakukan

perubahan NPPP.

III-64 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 91: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

3.4.2 Penerusan Hibah kepada Daerah

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005; pasal 2

ayat 1 dan 3, pasal 4, pasal 5 ayat 2, dan pasal 6.

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006;

pasal 18 ayat 1,3 dan 4, pasal 19, pasal 20, dan pasal 22

sampai dengan pasal 27.

Menteri Keuangan menetapkan persetujuan pemberian hibah untuk

pendanaan kepada Daerah. Berdasarkan persetujuan pendanaan untuk hibah

yang bersumber dari pinjaman luar negeri dan hibah luar negeri dituangkan

dalam Naskah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH).

NPPH memuat ketentuan antara lain mengenai:

a. Tujuan hibah;

b. Jumlah hibah;

c. Sumber hibah;

d. Penerima hibah;

e. Persyaratan hibah;

f. Tata cara pencairan/penyaluran hibah;

g. Tata cara penggunaan hibah;

h. Tata cara pelaporan dan pemantauan hibah;

i. Hak dan kewajiban pemberi dan penerima hibah; dan

j. Sanksi.

Penandatanganan NPPH dilakukan antara Menteri Keuangan c.q. Direktur

Jenderal Anggaran dengan Daerah penerima Hibah. Salinan NPPH yang

telah ditandatangani disampaikan Direktur Jenderal Anggaran kepada Badan

Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,

Kementerian Negara/Lembaga terkait serta PPLN dan/atau PHLN. NPPH

merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari NPHLN atau NPPLN dan

berlaku efektif setelah persyaratan dalam NPHLN atau NPPLN dipenuhi.

42. Lihat lampiran 1 nomor 8, 65, 66 dan 67

III-65PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 92: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Tata cara untuk penarikan, penyaluran dan pengembalian pinjaman adalah

sebagai berikut:

a. Berdasarkan NPPH, Daerah penerima Hibah mengajukan alokasi dana

kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Anggaran.

Berdasarkan pengajuan alokasi dana tersebut, Menteri Keuangan

menetapkan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SA-PSK) penerusan

Hibah kepada Direktur Jenderal Anggaran.

b. Atas dasar penetapan SA-PSK, Daerah menerbitkan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA ini kemudian diajukan kepada

Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk mendapatkan pengesahan.

c. DIPA yang telah disahkan digunakan sebagai dasar pencairan dan/atau

penyaluran Hibah.

d. Penarikan Hibah dapat dilakukan melalui tata cara sebagai berikut:

i. Pembayaran Langsung (Direct Payment);

ii. Rekening Khusus (Special Account); dan/atau

iii. Pembukuan Letter of Credit (L/C)

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan Hibah diatur

dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

f. Penerimaan Hibah oleh Daerah dikelola dan dilaksanakan secara

transparan dan akuntabel.

g. Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawab Daerah dalam

pelaksanaan hibah, Daerah penerima Hibah wajib menyediakan dana

pendamping yang dipersyaratkan.

h. Kegiatan yang didanai dengan Hibah dan dana pendamping

dianggarkan dalam APBD. Apabila Daerah tidak menganggarkan dana

ini maka pencairan Hibah tidak dapat dilakukan. Dana pendamping ini

dicantumkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja

Perangkat Daerah (DPA-SKPD).

III-66 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 93: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

i. Dalam hal Hibah berupa barang, pengiriman barang harus dilengkapi

dengan dokumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

j. Dalam hal Hibah berupa jasa konsultan dan jasa lainnya, Daerah

menyediakan fasilitas penunjang untuk kelancaran pekerjaan.

k. Penerimaan Hibah oleh Daerah dicatat sebagai pendapatan Hibah dalam

kelompok Lain-lain Pendapatan yang Sah pada APBD. Penerimaan

Hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa dicatat berdasarkan harga

perolehan atau taksiran nilai wajar barang dan/atau jasa tersebut.

Penerimaan Hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa selain dicatat

sebagai pendapatan hibah dalam kelompok Lain-lain Pendapatan yang

Sah pada saat yang sama dicatat sebagai belanja dengan nilai yang sama.

l. Barang yang diterima dari Hibah diakui dan dicatat sebagai barang milik

daerah pada saat diterima.

m. Penerimaan Hibah dalam bentuk uang disajikan dalam Laporan

Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.

n. Penerimaan Hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa dilaporkan dalam

Laporan Realisasi Anggaran.

o. Transaksi penerimaan Hibah dan penerusannya ke Daerah

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

p. Dalam hal Hibah tidak termasuk dalam perencanaan Hibah pada tahun

anggaran berjalan, Hibah harus dilaporkan dalam Laporan

Pertanggungjawaban Keuangan.

q. Tata cara akuntansi dan pelaporan keuangan yang terkait dengan Hibah

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku tentang sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah.

Ketentuan-ketentuan usulan perubahan lingkup pekerjaan dan alokasi biaya

sebagaimana telah ditetapkan NPPH, adalah sebagai berikut:

III-67PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 94: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

a. Daerah dapat mengajukan perubahan NPPH disertai alasan perubahan

kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan.

Usulan perubahan hanya dapat disetujui apabila tidak menambah

jumlah Hibah dan tujuan penggunaan Hibah.

b. Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan persetujuan perubahan setelah

berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/Bappenas dan Kementerian Negara/Lembaga terkait serta

PHLN atau PPLN.

3.4.3 Penerusan Pinjaman dan Penyertaan Modal Negara Kepada BUMN

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 22

ayat 1.

- Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 259/KMK.017/1993;pasal 2 dan 3.

Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri yang diteruskan kepada BUMN dan

harus dibayar kembali kepada Pemerintah ditetapkan sebagai berikut:

a. Dalam hal PHLN diteruskan sebagai pinjaman dalam valuta asing,

pokok pinjaman dihitung dan dibayar dalam valuta asing sesuai dengan

jumlah valuta asing yang telah ditarik sebagaimana tercantum dalam

Perjanjian Penerusan Pinjaman; atau

b. Dalam hal PHLN diteruskan sebagai pinjaman dalam Rupiah, pokok

pinjaman dihitung dan dibayar dalam rupiah yang jumlah

keseluruhannya sama besar dengan jumlah nilai lawan rupiah dari

PHLN yang ditarik dan diperhitungkan dengan kurs jual Bank Indonesia

dan atau realisasi rupiah pada setiap tanggal penarikan.

Untuk tingkat bunga penerusan pinjaman luar negeri yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan didasarkan atas penggolongan sebagai berikut:

43. Lihat lampiran 1 nomor 22 dan 62.

III-68 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 95: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

a. Apabila penerusan pinjaman kepada penerima pinjaman dalam valuta

asing maka tingkat bunga yang harus dibayar sesuai dengan tingkat

bunga pinjaman pemerintah kepada PPHLN ditambah 0,50% (persen)

per tahun atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

b. Apabila penerusan pinjaman kepada penerima pinjaman dalam rupiah,

maka tingkat bunga yang ditetapkan sebagai berikut:

i. Untuk BUMN yang termasuk kategori sehat/sehat sekali, tingkat

bunga penerusan pinjaman sama dengan tingkat bunga SBI

ditambah 1% (persen) per tahun;

ii. Untuk BUMN perbankan tingkat bunga penerusan pinjaman sama

dengan tingkat SBI atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan

iii. Untuk penerima pinjaman yang tidak termasuk kategori i dan ii di

atas, akan ditetapkan kasus per kasus sesuai dengan kelayakan

proyek.

Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang dijadikan penyertaan

modal negara pada BUMN dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

3.5 Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa

Rujukan1: - Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, pasal 16.

- Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, pasal 7 ayat

1b,pasal 41, pasal 43 ayat 2.

- Lampiran Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984;

angka 4.

Mekanisme pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan proyek pinjaman

dan/atau hibah luar negeri telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80

Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

44. Lihat lampiran 1 nomor 28, 31 dan 33.

III-69PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 96: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Ketentuan-ketentuan pokok tentang pengadaan barang/jasa yang dibiayai

dengan dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri adalah sebagai berikut:

a. Pengadaan barang/jasa pada umumnya dilakukan setelah

NPPLN/NPHLN disepakati pemerintah RI dan pemberi pinjaman/hibah

kecuali untuk beberapa pinjaman bilateral.

b. Pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari

pinjaman/hibah luar negeri dan dilakukan setelah penandatangan

NPPLN/NPHLN, pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan-ketentuan

(guidelines) dari pemberi pinjaman dan atau ketentuan lain yang

disepakati oleh Pemerintah RI dengan pemberi Pinjaman/Hibah Luar

Negeri dalam NPPLN/NPHLN beserta dokumen persiapan maupun

dokumen-dokumen proyek dalam rangka pelaksanaan proyek terkait.

c. Ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tetap

berlaku sepanjang sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan (guidelines) dari pemberi pinjaman dan atau ketentuan lain

yang disepakati oleh Pemerintah RI dengan pemberi Pinjaman/Hibah

Luar Negeri dalam NPPLN/NPHLN beserta dokumen persiapan

maupun dokumen-dokumen proyek dalam rangka pelaksanaan proyek

terkait.

d. Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan

pinjaman/hibah luar negeri untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun

anggaran tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan.

e. Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian maupun seluruhnya dengan

pinjaman/hibah luar negeri untuk masa pelaksanaan pekerjaan melebihi

1 (satu) tahun anggaran, maka di dalam perjanjian/kontrak tersebut

harus mencantumkan tahun anggaran pembebanan dana.

f. Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapat diubah dalam

bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam bentuk rupiah tidak dapat

diubah dalam bentuk valuta asing, Perjanjian/kontrak dalam bentuk

valuta asing tidak dapat membebani dana rupiah murni dan

III-70 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 97: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang dan jasa di dalam negeri

tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing. Pengecualian untuk

ketentuan ini harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q.

Direktur Jenderal Anggaran.

g. Perjanjian/kontrak dengan dana kredit ekspor yang sudah

ditandatangani tidak dapat dilaksanakan apabila naskah perjanjian

pinjaman luar negeri (NPPLN) belum ditandatangani.

h. Apabila pengadaan barang/jasa hanya dapat dilakukan di negara

pemberi pinjaman, agar diusahakan semaksimal mungkin penggunaan

barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan mengikutsertakan penyedia

barang/jasa nasional.

i. Pengadaan barang/jasa yang akan dibiayai dengan kredit ekspor harus

dilakukan melalui cara pelelangan internasional.

j. Pengadaan barang/jasa yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dari

kredit ekspor harus merupakan proyek prioritas yang tercantum dalam

DRPPHLN yang diterbitkan Kementerian Negara Perencanaan

Pembangunan/Bappenas dan baru dapat dilaksanakan setelah alokasi

pembiayaan kredit ekspor disetujui.

k. Pembiayaan yang diperlukan untuk pembelanjaan lokal (local

expenditure) yang tidak dibiayai kredit ekspor harus dijamin ketersediaan

dana pendampingnya oleh instansi pelaksana proyek dari bagian

anggarannya.

l. Pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan pinjaman kredit ekspor

atau kredit lainnya dilakukan dengan persaingan sehat dengan

persyaratan yang paling menguntungkan negara dan mengupayakan

penggunaan komponen dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional.

m. Pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan pinjaman kredit ekspor

atau kredit lainnya harus dilakukan di dalam negeri.

III-71PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 98: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

n. Pengadaan barang/jasa melalui pelelangan internasional agar

mengikutsertakan penyedia barang/jasa internasional.

o. Peserta pelelangan internasional memasukan penawaran administratif,

teknis, harga dan penawaran sumber pendanaannya yang

persyaratannya sesuai dengan ketentuan Organization for Economic

Cooperation and Development (OECD) menyangkut antara lain: jenis

proyek yang memenuhi syarat untuk memperoleh pendanaan dari kredit

ekspor maupun trade-related aid, jangka waktu pengembalian maksimum

yang dapat diberikan; besarnya insurance premium, interest rate dan

sebagainya.

p. Penawaran:

i. Tahap-tahap penyiapan pelelangan sepenuhnya mengacu kepada

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003;

ii. Penawaran disampaikan dalam dua tahap, yaitu persyaratan

administrasi dan teknis disampaikan pada tahap pertama,

sedangkan harga penawaran dan penawaran sumber pendanaanya

(kondisi dan syarat pinjaman) disampaikan pada tahap kedua

setelah ditetapkan penawar yang memenuhi syarat teknis.

q. Tender internasional dapat ditiadakan, apabila:

i. Proyek yang bersangkutan hanya dapat diperoleh dari penyedia

tertentu dan tidak ada alternatif lainnya.

ii. Pengadaan ulang (repeat order), dengan ketentuan bahwa syarat-

syarat teknis, harga dan syarat-syarat pinjaman sama atau lebih baik

daripada pengadaan semula.

r. Sebelum kontrak ditandatangani oleh pemenang lelang yang telah

ditetapkan, penawaran pembiayaan dievaluasi kembali dan kalau perlu

dinegosiasikan kembali oleh Departemen Keuangan untuk meneliti

komponen-komponen maturity, grace period, repayment period, interest rate,

commitment fee dan management fee dikaitkan kemampuan membayar

III-72 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 99: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

kembali dan proyeksi keuangan negara, khususnya berkaitan dengan

besarnya cicilan dan jatuh tempo pinjaman.

s. Untuk pengadaan barang/jasa internasional yang dibiayai dengan

pinjaman luar negeri, besarnya rujukan harga untuk barang produksi

dalam negeri setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) di atas harga

penawaran barang impor, tidak termasuk bea masuk.

3.6 Perpajakan

Rujukan1: - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 pasal 3

- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955; pasal 1(I)

dan pasal 5.

- Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001; pasal 1.

- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/ KMK.04/

2000; pasal 2 ayat 1 dan 2.

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 yang tidak termasuk sebagai

subyek pajak adalah sebagai berikut:

a. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lain

dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan

syarat bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesia tidak melakukan

pekerjaan lain atau kegiatan usaha, serta negara yang bersangkutan

memberikan perlakuan timbal balik;

b. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh

Menteri Keuangan;

c. Perusahaan Jawatan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

Organisasi-organisasi Internasional tertentu yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan bukan merupakan subyek pajak adalah apabila

45. Lihat lampiran 1 nomor 1, 4, 5 dan 63

III-73PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 100: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada

Pemerintah yang dananya berasal dari iuran anggota

Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik dan atau

kebudayaan bukan merupakan subyek pajak penghasilan apabila memenuhi

syarat sebagai berikut:

a. Kerjasama tersebut memberi manfaat pada Negara/Pemerintah

Indonesia, dan

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas

Peraturan Pemerintah 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk

Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

dan Pajak Penghasilan dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerintah yang

dibiayai dengan hibah dan atau Dana Pinjaman Luar Negeri, antara lain

mengatur:

a. Bea masuk dan bea masuk tambahan yang terutang sejak 1 April 1995

atas impor dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai

dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, dibebaskan;

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang

terutang sejak 1 April 1995 atas impor serta penyerahan barang dan jasa

dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan

hibah atau dana pinjaman luar negeri, tidak dipungut;

c. Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh kontraktor, konsultan dan pemasok (supplier) utama dari

pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek

III-74 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 101: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Pemerintah yang dibiayai dengan hibah dan atau dana pinjaman luar

negeri, ditanggung Pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955 tentang Pengaturan

Pembebasan Bea Masuk dan Bea Masuk Umum untuk Pegawai dan Tenaga

Ahli Asing Tertentu disebutkan, sebagai berikut:

a. Pembebasan bea masuk untuk barang-barang yang didatangkan dan

ditujukan untuk tenaga ahli, pejabat, pegawai luar negeri yang bekerja

pada badan-badan internasional, dan/atau perwakilan negara/

Pemerintah asing, dan/atau yang bekerja pada proyek-proyek

Pemerintah kerjasama dengan negara/lembaga/organisasi internasional;

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga/badan asing/internasional

tersebut diatur oleh Menteri Keuangan.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, apabila suatu organisasi

internasional ingin mengajukan status sebagai bukan subyek pajak

penghasilan, harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dengan

mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan.

Fasilitas PPN dan PPn BM tidak dipungut atas impor dan penyerahan barang

dan jasa dalam rangka pelaksanaan proyek bantuan luar negeri, dapat

diberikan apabila proyek tersebut berstatus proyek Pemerintah dan

tercantum dalam DIPA atau dokumen yang dipersamakan dengan DIPA

termasuk proyek yang dibiayai dengan Perjanjian Penerusan Pinjaman (P3)

atau Subsidiary Loan Agreement (SLA).

III-75PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 102: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

III-76 PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 103: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 104: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 105: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

BAB IV

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Pemantauan dan evaluasi pinjaman luar negeri adalah merupakan proses

terakhir dari siklus suatu proyek. Untuk mengantisipasi timbulnya

permasalahan dalam pelaksanaan suatu proyek, fungsi pemantauan dan

evaluasi menjadi sangat penting.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang

dimaksud dengan Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan

pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi

permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil

tindakan. Sedangkan yang dimaksud dengan Evaluasi adalah rangkaian

kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan

hasil (outcome) terhadap rencana dan standar1.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: PER.

005/M.PPN/06/2006, Pemantauan adalah suatu pengamatan dan/atau

pencermatan yang dilakukan secara terus menerus atau berkala untuk

menyediakan informasi tentang status perkembangan suatu

program/kegiatan, serta mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan

merumuskan tindak lanjut yang dibutuhkan. Sedangkan yang dimaksud

dengan Evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang secara sistematis

46. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Bab I Ketenteuan Umum Pasal 1

angka 2 dan angka 3.

IV-77PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 106: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai

pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja kegiatan1.

Dalam praktiknya, selama ini baru fungsi Pemantauan yang sudah dilakukan

secara aktif yang ditunjang oleh keluarnya beberapa peraturan maupun

Undang-Undang mengenai kegiatan pemantauan. Sementara fungsi evaluasi

sampai saat ini hampir belum banyak dilakukan terhadap suatu proyek

dalam rangka memberi masukan bagi proses perencanaan selanjutnya,

walaupun dalam sedikit peraturan mengenai pengelolaan pinjaman dan

hibah luar negeri kegiatan evaluasi ini juga disinggung.

Rujukan peraturan-peraturan yang digunakan pada bab ini:

- Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri;

- Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1986 tentang Tim Pendayagunaan

Pelaksanaan Proyek-proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri

- Keputusan Presiden Nomor 74 tahun 1993 tentang perubahan Keputusan

Presiden Nomor 32 tahun 1986 tentang Tim Pendayagunaan Pelaksanaan

Proyek-proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas Nomor PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan

dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman

dan/atau Hibah Luar Negeri.

47. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: PER. 005/M.PPN/06/2006; Pasal 1

nomor 36 dan 37.

IV-78 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 107: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

4.1 Pemantauan

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 23

sampai dengan pasal 25.

- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 37

sampai dengan pasal 41.

Proses pemantauan dimulai sejak ditandatanganinya Naskah Perjanjian

Pinjaman Luar Negeri/Loan Agreement (NPPLN) suatu proyek. Dalam proses

pemantauan, pelaksana proyek diminta untuk memberikan laporan

mengenai perkembangan penyelesaian kontrak pengadaan barang dan jasa,

realisasi fisik, penyerapan dana, serta permasalahan-permasalahan yang

dihadapi.

Laporan mengenai pelaksanaan proyek tidak hanya dilaksanakan oleh

pelaksana proyek namun juga oleh Departemen Keuangan, Bappenas, dan

Bank Indonesia yang saling berkoordinasi satu sama lain. Realisasi

penyerapan pinjaman luar negeri dikoordinasikan antara Bappenas dan

Departemen Keuangan, sementara Bank Indonesia melaporkan secara

periodik mengenai realisasi penarikan dana valuta asing dalam rangka

pinjaman luar negeri serta kewajiban pembayaran pemerintah kepada

pemberi pinjaman.

Dalam praktiknya, selama beberapa tahun Tim P4DLN cukup efektif dalam

melakukan tugasnya untuk mendorong kelancaran pelaksanaan suatu proyek.

Akan tetapi, banyaknya perkembangan serta terjadinya perubahan/

pergeseran peran Bappenas dalam pemerintahan dan pengelolaan anggaran

pemerintahan, kegiatan Tim P4DLN juga semakin surut. Kegiatan

pemantauan saat ini lebih banyak dilakukan oleh Bappenas sebagai institusi

dan bukan merupakan kegiatan dalam kerangka Tim P4DLN yang melibatkan

semua anggota tim. Hal ini berkaitan dengan Keputusan Menteri Negara

48. Lihat lampiran 1 nomor 25, 59 dan 60.

IV-79PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 108: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Nomor KEP-

132/KET/7/1996 tentang Kelompok Kerja dan Sekretariat Tim Pendayagunaan

Pelaksanaan Proyek-Proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri telah

dibentuk Kelompok Kerja TP4DLN dengan Ketua Deputi Bidang Kerjasama

Luar Negeri Bappenas dan Ketua Sekretariat adalah Kepala Biro Pemantauan

Pelaksanaan Kerjasama Ekonomi Luar Negeri Bappenas.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 mengatur masalah pemantauan dan

evaluasi yang tercakup dalam Bab VII mengenai Pelaporan, Monitoring,

Evaluasi, dan Pengawasan, yaitu sebagai berikut:

a. Kementerian Negara/Lembaga pelaksana kegiatan menyampaikan laporan

kepada Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional secara triwulan mengenai proses pengadaan barang/jasa,

realisasi penyerapan pinjaman, dan kemajuan fisik kegiatan.

b. Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga pelaksana kegiatan

melakukan monitoring dan evaluasi triwulan.

c. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional mengeluarkan Laporan

Kinerja Pelaksanaan Kegiatan yang dibiayai pinjaman dan/atau hibah luar

negeri secara triwulan yang memuat perkembangan pelaksanaan kegiatan

dan langkah tindak lanjut yang diperlukan untuk penyelesaian masalah

yang dihadapi.

d. Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Gubernur Bank

Indonesia mengeluarkan Laporan Realisasi Penyerapan pinjaman dan/atau

hibah luar negeri secara triwulan atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai

dari pinjaman/hibah luar negeri.

e. Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

mengambil langkah penyelesaian pelaksanaan kegiatan yang lambat atau

penyerapan pinjaman.penyerapan pinjaman yang rendah, termasuk

melakukan pembatalan pinjaman.

IV-80 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 109: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

f. Instansi pengawas internal dan eksternal melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan/penggunaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hasil pengawasan ini

kemudian dilaporkan kepada instansi terkait sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Disebutkan dalam paragraf sebelum ini bahwa proses pemantauan dimulai

setelah NPPLN ditandatangani. Walaupun demikian, dalam upaya perbaikan

kinerja suatu kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri,

sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006,

Bappenas menerbitkan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas Nomor PER.005/M.PPN/06/2006 yang didalamnya

kegiatan pemantauan sudah dimulai sejak tahap perencanaan sampai dengan

berakhirnya suatu kegiatan. Hal-hal yang diatur pada dasarnya sama dengan

peraturan-peraturan sebelumnya dengan beberapa penyempurnaan yaitu:

a. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan koordinasi

pemantauan atas kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah

luar negeri yang meliputi pemantauan perencanaan serta pemantauan

dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

b. Pemantauan perencanaan kegiatan yang meliputi pemantauan

perkembangan atas proses perencanaan kegiatan ini dilakukan untuk

menjaga konsistensi sasaran kegiatan yang direncakan dengan sasaran

kegiatan yang tercantum dalam NPPLN/NPHLN.

c. Pemantauan perkembangan atas proses perencanaan kegiatan meliputi

penyusunan DRPHLN-JM, sinkronisasi DRPHLN-JM dengan program

calon PPLN/PHLN, peningkatan kesiapan Rencana Pelaksanaan

Kegiatan, penyusunan DRPPHLN, penyusunan Daftar Kegiatan,

pelaksanaan Negosiasi, penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan, dan

penyusunan dokumen RPK-PHLN.

d. Pemantauan perencanaan kegiatan dilakukan melalui koordinasi dengan

Menteri Keuangan, instansi pengusul dan calon PPLN/PHLN.

IV-81PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 110: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan mencakup

perkembangan realisasi penyerapan dana, perkembangan pencapaian

pelaksanaan fisik, perkembangan proses pengadaan barang dan jasa,

permasalahan/kendala yang dihadapi dan langkah tindak lanjut yang

diperlukan dengan mengacu pada dokumen RPK-PHLN.

f. Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam

Laporan Pelaksanaan Kegiatan.

g. Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/

Direksi BUMN menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan

secara triwulanan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah

triwulan yang bersangkutan berakhir.

h. Periode akhir triwulan satu adalah 31 Maret, akhir triwulan dua adalah

30 Juni, akhir triwulan tiga adalah 30 September, dan akhir triwulan

empat adalah 31 Desember.

i. Petunjuk pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dan petunjuk

pengisiannya ditentukan lebih lanjut oleh Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

j. Pelaksanaan pemantauan dapat dilakukan melalui rapat berkala,

pelaporan pelaksanaan kegiatan dan kunjungan lapangan.

k. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyelenggarakan rapat

pemantauan pada setiap berakhirnya triwulan yang bersangkutan

dengan pejabat penanggung jawab pelaksana kegiatan, Kementerian

Keuangan dan instansi terkait lainnya.

l. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan evaluasi atas

hasil pelaksanaan pemantauan dan berdasarkan hasil evaluasi ini

dikeluarkan Laporan Kinerja Pelaksanaan Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri secara triwulan.

IV-82 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 111: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

m. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dapat melakukan langkah-

langkah percepatan pelaksanaan untuk kegiatan yang lambat

pelaksanaannya dan/atau rendah penyerapan dananya.

n. Untuk kegiatan yang lambat pelaksanaannya atau rendah penyerapan

dananya sehingga diperkirakan akan mengakibatkan penyimpangan

dari rencana pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam

NPPLN/NPHLN, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional meminta

kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN

penanggung jawab kegiatan untuk mengusulkan langkah-langkah

penyelesaian. Langkah-langkah penyelesaian ini kemudian disampaikan

kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan.

o. Berdasarkan hasil penilaian atas usulan langkah-langkah penyelesaian

dan/atau hasil penilaian atas kegiatan yang lambat penyelesaiannya atau

rendah penyerapan dananya, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional mengusulkan kepada Menteri Keuangan langkah yang berupa:

i. perubahan sasaran kegiatan dari sasaran yang tercantum dalam

NPPLN/NPHLN;

ii. pengurangan alokasi dana pinjaman/hibah dari alokasi dana yang

tercantum dalam NPPLN/NPHLN; dan

iii. pembatalan sebagian atau seluruh kegiatan yang tercantum dalam

NPPLN/NPHLN.

4.2 Evaluasi

Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 42

sampai dengan pasal 44.

Sebagaimana disebutkan di atas, fungsi evaluasi sampai saat ini hampir

belum banyak dilakukan terhadap suatu proyek dalam rangka memberi

49. Lihat lampiran 1 nomor 61.

IV-83PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 112: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

masukan bagi proses perencanaan selanjutnya, walaupun dalam sedikit

peraturan mengenai pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri kegiatan

evaluasi ini disinggung, namun belum ada pasal-pasal yang secara jelas

menguraikan kegiatan evaluasi ini.

Peraturan yang menguraikan mengenai kegiatan evaluasi dalam Bab

tersendiri baru terdapat pada Peraturan Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor PER.005/M.PPN/06/2006.

Dalam Bab yang berjudul Evaluasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan itu diuraikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala

Daerah/Direksi BUMN penanggung jawab kegiatan, melakukan evaluasi

akhir atas pencapaian sasaran kegiatan yang telah ditetapkan. Hasil

evaluasi akhir ini disampaikan kepada Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional paling lambat 6 (enam) bulan setelah

NPPLN/NPHLN berakhir.

b. Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala

Daerah/Direksi BUMN penanggung jawab kegiatan melakukan evaluasi

atas dampak pelaksanaan kegiatan. Hasil evaluasi ini kemudian

disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

paling lambat 1 (satu) tahun setelah NPPLN/NPHLN berakhir.

c. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyusun evaluasi

pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman luar negeri berdasarkan

hasil evaluasi Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan

Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN. Hasil evaluasi ini kemudian

dipergunakan sebagai bahan untuk perencanaan tahap selanjutnya.

IV-84 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 113: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

4.3 Transparansi dan Akuntabilitas

Rujukan1: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 27.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 terdapat peraturan

mengenai Transparansi dan Akuntabilitas dalam suatu proses pengadaan

pinjaman/hibah luar negeri. Ketentuan ini mengatur bahwa Menteri

Keuangan menyelenggarakan publikasi informasi mengenai pinjaman

dan/atau hibah luar negeri. Publikasi informasi ini antara lain meliputi:

a. Kebijakan pinjaman dan/atau hibah luar negeri;

b. Jumlah hibah luar negeri, posisi pinjaman luar negeri, termasuk jenis

valuta, struktur jatuh tempo, dan komposisi suku bunga;

c. Sumber pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan

d. Jenis pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

50. Lihat lampiran 1 nomor 27.

IV-85PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 114: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Tabel 4. 1 Upaya Perbaikan Manajemen Pengelolaan PHLN ke Depan

PERMASALAHAN LANGKAH PERBAIKAN

Belum adanya peraturan setingkat Undang-Undang

(UU) yang mengatur secara khusus pengelolaan

Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).

Percepatan penyusunan UU yang mengatur secara

khusus pengelolaan PHLN.

Belum adanya sinkronisasi antara sistem

perencanaan PHLN dengan sistem

penganggarannya. Banyak ditemukan pengalokasian

anggaran PHLN dalam DIPA tidak sesuai dengan

kebutuhan yang sebenarnya.

Penyusunan buku implementation plan (brown book)

dan perbaikan mekanisme atau koordinasi untuk

memperkuat keterkaitan perencanaan dan

penganggaran.

Belum adanya aturan pemerintah yang khusus

mengatur transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan PHLN.

Menetapkan ketetntuan Keterbukaan Informasi

dalam kebijakan mengenai pengelolaan PHLN.

Belum adanya kebijakan mengenai reward and

punishment terhadap pelaksanaan proyek-proyek

PHLN.

Menyusun kebijakan mengenai reward and punishment

terhadap pelaksanaan proyek-proyek PHLN.

1.K

EB

IJA

KA

N

Belum seragam dan belum konsistennya penerapan

Readiness Criteria terhadap seluruh proyek PHLN.

Menetapkan ketentuan Readiness Criteria sehingga

dapat secara seragam dan konsisten diterapkan ke

seluruh proyek proyek PHLN.

Lemahnya koordinasi antar instansi terkait

pengelolaan PHLN yang berpengaruh terhadap

aspek lainnya.

Memperkuat fungsi front office, back office, dan middle

office pengelolaan pinjaman luar negeri pada berbagai

instansi terkait.

Inkonsistensi proses pengusulan proyek akibat tidak

adanya one gate policy (baik lembaga penentu

pinjaman maupun lembaga pengusul) pada tahap

pengusulan proyek.

Mempertegas konsep one gate policy pada aspek

pengusulan proyek.

2.K

EL

EM

BA

GA

AN

Lemahnya kapasitas lembaga dalam pengelolaan

risiko.

Memperkuat kemampuan unit lembaga yang

melakukan pengelolaan risiko.

Kurangnya kapasitas SDM dalam hal kemampuan

berbahasa asing (terutama SDM di daerah),

kemampuan administrasi, keahlian diplomasi,

perencanaan subtansi/desain proyek, pemahaman

aspek legal maupun kemampuan monitoring dan

evaluasi

Peningkatan kemampuan SDM melalui program-

program training yang sistematis dan terarah.

Lemahnya dukungan ahli hukum/lawyer untuk

bernegosiasi dengan pihak lender.

Penyediaan ahli hukum/lawyer yang mempunyai

kemampuan dalam bidang hukum internasional dan

mengerti aspek manajemen proyek.

3.S

UM

BE

RD

AY

AM

AN

US

IA

Seringnya rotasi atau pergantian penugasan pejabat

pelaksana proyek pinjaman luar negeri (setingkat

pimpro).

Adanya surat penugasan secara resmi yang menjamin

bahwa staff yang bersangkutan akan bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan proyek hingga akhir

proyek.

Belum adanya sistem database yang terintegrasi

untuk membantu proses perencanaan proyek,

pelaksanaan proyek (meliputi monitoring) dan

evaluasi proyek.

Membangun sistem database yang terintegrasi dan

selalu updated sesuai fungsi yang terkait pada tahap

perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi.

Belum adanya petunjuk pelaksanaan, petunjuk

teknis ataupun pedoman rinci lainnya yang dapat

dijadikan acuan bersama baik pada tahap

perencanaan, pelaksanaan maupun tahap evaluasi

proyek pada tingkat operasional.

Menyusun peraturan dan pedoman yang cukup rinci

baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun

evaluasi meliputi petunjuk pelaksanaan, petunjuk

teknis, standar sistematika dan format dokumen-

dokumen yang diperlukan.

4.S

AR

AN

AP

EN

DU

KU

NG

Belum tersedianya alokasi dana dari pemerintah

untuk menyiapkan detil suatu usulan proyek.

Menyediakan secara bertahap pendanaan dari APBN

untuk detil penyiapan proyek yang akan dibiayai

IV-86 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 115: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

IV-87PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Gambar 4. 1 Tahapan Pemantauan dan Evaluasi PHLN

CalonPPHLN

K/L Pemda BUMNMenteri PPN Menkeu

NPPLN/NPHLN

Rencana PelaksanaanKegiatan

RPK-PHLN

LaporanPelaksanaanKegiatan

Pemantauan

Pemantauan

Perencanaan

Koordi-

nasiKoordinasi Koordinasi

Laporan Pelaksanaan KegiatanEvaluasi

Pemantauan

dan Evaluasi

Laporan Kinerja

Pelaksanaan

PHLN

Rencana Pelaksanaan Kegiatan

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 116: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

IV-88 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 117: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 118: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 119: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

BAB V

PENUTUP

Merencanakan suatu proyek pinjaman/hibah luar negeri tidak cukup hanya

dengan memahami bagaimana proyek tersebut diformulasikan dan

dituangkan dalam suatu proposal. Lebih dari itu, pemahaman yang

komprehensif terhadap keseluruhan proses pinjaman/hibah luar negeri itu

menjadi suatu hal yang penting untuk dipahami pula. Sehingga,

pertimbangan bagi kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah/BUMN

tidak hanya terfokus pada aspek teknis dari proyek yang diusulkan semata,

tetapi juga perlu memahami bagaimana meletakkan proyek tersebut dalam

konteks perencanaan instansi yang bersangkutan secara menyeluruh. Hal ini

penting, mengingat proyek pinjaman/hibah luar negeri tidak dapat

dilepaskan dari pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan

rencana pembangunan nasional yang saat ini dituangkan dalam Peraturan

Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN).

Disamping itu, pemahaman bagaimana pemrosesan proyek pinjaman/hibah

luar negeri dilakukan juga tidak dapat dikesampingkan. Saat ini terdapat

berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait baik secara langsung

atau tidak langsung dengan pinjaman/hibah luar negeri. Demikian pula

dengan muatan atau substansi dari peraturan perundang-undangan tersebut,

mencakup berbagai aspek baik yang memuat aspek kebijakan maupun yang

bersifat mekanisme dan prosedural. Sehingga, apabila digambarkan dalam

suatu siklus proyek dengan model – perencanaan persiapan

pelaksanaan pemantauan akan tampak bagaimana penerapan peraturan

perundang-undangan tersebut di masing-masing tahapan.

V-89PENUTUP

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 120: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

Dari pengalaman selama ini, pemahaman yang bersifat parsial tehadap siklus

tersebut serta terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

bagaimana relevansi dari peraturan tersebut dalam konteks siklus diatas

seringkali bermuara pada munculnya berbagai persoalan di tahapan siklus

proyek.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap proses

penyusunan proyek pinjaman/hibah luar negeri, Direktorat Pendanaan Luar

Negeri Bilateral menyusun suatu panduan yang dapat digunakan sebagai

referensi bagi berbagai instansi pemerintah di pusat dan di daerah serta

BUMN/BUMD dalam menyusun proyek pinjaman/hibah luar negeri.

Panduan ini memuat berbagai peraturan perundang-undangan dan

penerapannya di masing-masing tahapan sesuai siklus yang selama ini

dijadikan sebagai model. Hal yang perlu dicermati selanjutnya adalah proses

pinjaman/hibah luar negeri membutuhkan waktu yang relatif lama untuk

mencapai tahap pelaksanaan. Secara umum, waktu yang diperlukan antara 1-

2 tahun dari persiapan hingga pelaksanaan.

Diharapkan panduan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih bagi

pihak yang akan melakukan pinjaman/hibah luar negeri, yang pada akhirnya

akan menghasilkan suatu proyek pinjaman/hibah luar negeri yang

berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

IV-90 PENUTUP

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Page 121: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 122: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 123: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

91DAFTAR PUSTAKA

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

-, Kumpulan Peraturan Keuangan Keuangan Daerah, APK Production.

Rifa Surya, Rukijo, Joko Tri Haryanto, Kompilasi Undang-Undang Bidang

Keuangan, Perencanaan Pembangunan Dan Pemerintahan Daerah, Jakarta,

PT. Mandhakakya Indonesia Muda.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1955 tentang Peraturan

Pembebasan dari Bea Masuk dan Bea Keluar Umum untuk Keperluan

Golongan-Golongan Pejabat dan Ahli Bangsa Asing yang Tertentu,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 40,

Tambahan Lembaran Negara Repulbik Indonesia Nomor 821.

Page 124: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

92 DAFTAR PUSTAKA

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001 tentang perubahan

ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk,

Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam rangka Pelaksanaan Proyek

Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah dan atau Dana Pinjaman Luar

Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4092.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2003 tentang

Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah

Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman

Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah

kepada Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4577.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan hibah serta Penerusan Pinjaman

dan/atau Hibah Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4597.

Page 125: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

93DAFTAR PUSTAKA

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663.

Republik Indonesia, Instruksi Presiden No. 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan

Kredit Ekspor Luar Negeri.

Republik Indonesia, Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4212.

Republik Indonesia, Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No.

PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan

Usulan serta penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

259/KMK.017/1993 tentang Penerusan Pinjaman, Tingkat Bunga dan Jasa

Penatausahaan Penerusan Pinjaman dalam Rangka Bantuan Luar Negeri.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan No. 574/KMK.04/2000 tentang

Organisasi-Organisasi Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi

Internasional yang tidak Termasuk sebagai Subjek Pajak Penghasilan.

Page 126: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...

94 DAFTAR PUSTAKA

POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 52/PMK.010/2006 tentang

Tata Cara Pemberian Hibah kepada Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 53/PMK.010/2006 tentang

Tata Cara Pemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang Dananya

Bersumber dari Pinjaman Luar Negeri.

Page 127: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...
Page 128: 1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan Hibah Luar ...