1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bidang properti di Indonesia membawa konsekuensi timbulnya berbagai aktivitas bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis properti. Ada banyak jenis usaha properti yang membuka peluang usaha besar seperti proyek pembangunan hotel, villa, apartemen dan perumahan. Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik. Presiden Direktur PT American Standard Indonesia-LIXIL Corporation, Iwan Dwi Irwanto, mengatakan pasar properti Indonesia mengalami kenaikan sangat signifikan, sekitar 20 persen setiap tahun. Angka ini memiliki prospek yang potensial ke depan. 1 Pertumbuhan ekonomi di bidang properti ini tentu membutuhkan peranan hukum untuk melindungi dan menjadi legalitas dalam menjalankan perusahaan. Perjanjian merupakan jembatan aktivitas bisnis yang menghubungkan hak dan kewajiban dari masing-masing pelaku usaha sebagai upaya pembangunan kepastian hukum dalam mencapai sasaran bisnisnya. Pengertian tersebut menggambarkan betapa pemahaman terhadap perjanjian 1 Amri Mahbub, 2013, “Pasar Properti Indonesia Tumbuh 20 Persen”, Serial Online June , (Cited 2014 April 19 th 2014), available from: URL: http://www.tempo.co/read/news/2013/06/18/090489218/Pasar-Properti-Indonesia-Tumbuh-20- Persen .

Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi...

Page 1: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan bidang properti di Indonesia membawa konsekuensi

timbulnya berbagai aktivitas bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis

properti. Ada banyak jenis usaha properti yang membuka peluang usaha

besar seperti proyek pembangunan hotel, villa, apartemen dan perumahan.

Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia memiliki prospek yang sangat

baik. Presiden Direktur PT American Standard Indonesia-LIXIL

Corporation, Iwan Dwi Irwanto, mengatakan pasar properti Indonesia

mengalami kenaikan sangat signifikan, sekitar 20 persen setiap tahun.

Angka ini memiliki prospek yang potensial ke depan.1 Pertumbuhan

ekonomi di bidang properti ini tentu membutuhkan peranan hukum untuk

melindungi dan menjadi legalitas dalam menjalankan perusahaan.

Perjanjian merupakan jembatan aktivitas bisnis yang menghubungkan

hak dan kewajiban dari masing-masing pelaku usaha sebagai upaya

pembangunan kepastian hukum dalam mencapai sasaran bisnisnya.

Pengertian tersebut menggambarkan betapa pemahaman terhadap perjanjian

1 Amri Mahbub, 2013, “Pasar Properti Indonesia Tumbuh 20 Persen”, Serial Online June ,(Cited 2014 April 19th 2014), available from: URL:http://www.tempo.co/read/news/2013/06/18/090489218/Pasar-Properti-Indonesia-Tumbuh-20-Persen.

Page 2: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

2

menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap pelaku usaha disetiap

aktivitas bisnis yang digelutinya tanpa melihat besar kecilnya ukuran dari

aktivitas bisnis tersebut. Dewasa ini perjanjian yang dikenal adalah lisan

atau tulisan yang berhubungan dengan bidang sosial baik bidang bisnis atau

perdagangan.2 Dalam pemberian jasa konstruksi, juga dibutuhkan perjanjian

antara kontraktor dengan penerima jasa. Perjanjian ini dibutuhkan untuk

memperjelas hak dan kewajiban dari masing-masing pihak.

Dalam pembangunan rumah tinggal, seringkali dibutuhkan jasa

pembangunan dari perusahan kontraktor. Kontraktor menyiapkan

perencanaan pembangunan rumah tinggal sesuai dengan permintaan

konsumen baik dari desainnya hingga anggaran sesuai dengan spesifikasi

bahan yang diminta oleh konsumen. Semua kesepakatan tersebut dituangkan

dalam suatu perjanjian. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana pihak

yang satu berjanji kepada pihak yang lain untuk melaksanakan atau tidak

melaksanakan suatu hal sehingga pihak-pihak yang mengadakan perjanjian

tersebut terikat oleh isi perjanjian yang mereka buat. 3

Setiap perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku mengikat bagaikan

undang-undang.4 Dengan demikian, apa yang dituangkan dalam perjanjian

2 Nengah Juliana, 2004, Perjanjian Manajemen Hotel Jaringan Internasional (ManagementContract of International Chain Hotel), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, h.2

3 Zaeni Asyhadie, 2005, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 8.

4 Ibid.

Page 3: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

3

tersebut harus dipatuhi oleh kontraktor sebagai penyedia jasa dan konsumen

sebagai penerima jasa. Perjanjian tersebut membawa akibat hukum bagi

kedua belah pihak. Mengenai akibat hukum tersebut, Zulham dalam

bukunya yang berjudul “Hukum Perlindungan Konsumen” menyatakan:

Akibat hukum suatu kontrak pada dasarnya lahir dari adanya hubunganhukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban.Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentukdari akibat hukum suatu kontrak. Kemudian hak dan kewajiban ini tidaklain adalah hubungan timbal balik dari para pihak, maksudnya, kewajibandi pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu punsebaliknya, kewajiban di pihak kedua merupakan hak bagi pihakpertama, Jadi akibat hukum di sini tidak lain adalah pelaksanaan darisuatu kontrak itu sendiri.5

Pengaturan mengenai jasa konstruksi secara khusus diatur dalam

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi. Dalam

Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pengaturan hubungan kerja

berdasarkan hukum harus dituangkan da1am kontrak kerja konstruksi.

Dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Jasa Konstruksi disebutkan:

Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakupmengenai:a. para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;b. rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang

lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;c. masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang

jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjaditanggung jawab penyedia jasa;

d. tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dankualifikasi tenaga abli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;

5 Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta,h. 71.

Page 4: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

4

e. hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untukmemperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untukmemenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasauntuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannyamelaksanakan pekerjaan konstruksi.

f. cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajibanpengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaankonstruksi;

g. cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalan1hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadiperjanjikan;

h. penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata carapenyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;

i. pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentangpemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapatdipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

j. keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentangkejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak,yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.

k. kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajibanpenyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;

l. perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajibanpara pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sertajaminan sosial;

m. aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalampemenuhan ketentuan tentang lingkungan

Terkait dengan spesifikasi bahan yang digunakan, Pasal 22 ayat (5)

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

menentukan “Kontrak kerja konstruksi untuk kegiatan pelaksanaan dalam

pekerjaan konstruksi, dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa

serta pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan yang

harus memenuhi standar yang berlaku.

Dalam tahap pelaksanaan pembangunan, seringkali ditemukan dimana

konsumen penerima jasa konstruksi tidak mendapatkan haknya sebagai

penerima jasa. Spesifikasi bahan yang digunakan memiliki kualitas yang

Page 5: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

5

lebih rendah dari yang diperjanjikan. Sementara konsumen sendiri baru

mengetahui setelah bahan bangunan tersebut digunakan. Bahkan adapula

yang tidak mengetahui kecurangan tersebut karena pemahaman konsumen

dalam bidang ini tentu tidak sebaik pelaku usaha konstruksi, padahal

konsumen berhak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan

barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan.

Di sisi lain, sebuah kontraktor memiliki tanggung jawab profesional

atas pekerjaan konstruksi yang diperjanjikannya. Dalam Pasal 11 Undang-

undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi disebutkan:

(1) Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan orangperseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harusbertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di1andasiprinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan,dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengantetap mengutamakan kepentingan umum.

(3) Untuk mewujudkan terpenuhinya tanggung jawab sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat ditempuh melaluimekanisme pertanggungan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pelanggaran hak konsumen konstruksi disebabkan karena kontraktor

tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang tertuang dalam

perjanjian. Mengenai pelaksanaan kewajiban sesuai dengan perjanjian,

Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu menjelaskan:

Jika satu pihak tidak melaksanakan kewajiban, maka akan terdapatkompensasi bagi pihak lainnya sesuai dengan persyaratan khusus yangtercantum dalam kontrak. Pakar hukum dan ekonomi menekankan bahwa

Page 6: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

6

persyaratan ini menyediakan perlindungan bagi keuntungan pihak yangdirugikan dengan memberikan kemanfaatan. Hal lain yang memiliki nilaibagi penegakan kontrak berupa reputasi baik, yang secara nyatamenjadikan pihak-pihak untuk tunduk dan menaati kontrak.6

Kerugian yang disebabkan karena perbedaan spesifikasi bahan

bangunan dari apa yang diperjanjikan menimbulkan konsekuensi yuridis

berupa tuntutan ganti rugi. Tuntutan ganti rugi ini dapat dimintakan kepada

kontraktor sebagai penanggungjawab dan pihak dalam perjanjian

konstruksi. Adakalanya pula kontraktor merupakan korban dari pelaksana

lapangan yang dipekerjakan oleh perusahaan kontraktor itu sendiri yang

bertanggung jawab atas pembelian bahan bangunan. Pelaksana lapangan

inilah yang dengan itikad buruk mencoba untuk menggunakan bahan

bangunan dengan kualitas yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan

untuk mendapatkan keuntungan.

Penggunaan bahan bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi

yang diperjanjikan tentu merugikan konsumen sebagai konsumen pengguna

jasa jasa. Kondisi konsumen yang banyak dirugikan, memerlukan

peningkatan upaya untuk melindunginya sehingga hak-hak konsumen dapat

ditegakkan.7 Problematika normatif terjadi ketika pelaksana lapangan

menggunakan bahan bangunan di bawah standar yang diperjanjikan tanpa

sepengetahuan pengawas lapangan sebagai wakil dari perusahaan kontraktor

6 Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2003, Hukum Bisnis Dalam Persepsi ManusiaModern, Refika Aditama, Badung, h. 48.

7 Ahmadi Miru, 2013, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 4.

Page 7: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

7

di lapangan. Hal ini bukan hanya merugikan konsumen namun juga

merugikan perusahaan konstraktor. Namun hal tersebut tidak meniadakan

hak dari konsumen sebagai penerima jasa konstruksi untuk menuntut ganti

rugi kepada perusahaan kontraktor.

Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi yang dinyatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab adalah

Badan usaha. Hal ini menyebabkan kekaburan apakah hanya kontraktor saja

yang bertanggung jawab jika pelaksana lapangan dan pengawas lapangan

yang justru menyebakan kerugian konsumen. Dalam Pasal 26 Undang-

undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ditentukan jika

terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesa1ahan perencana

atau pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian

bagi pihak 1ain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib

bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.

Oleh sebab itu, sangat menarik untuk membahas penelitian yang berjudul

“TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR

DENGAN KONSUMEN.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Page 8: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

8

a. Apakah yang menjadi dasar tuntutan ganti rugi oleh konsumen terhadap

perbedaan spesifikasi bahan bangunan yang digunakan oleh kontraktor?

b. Bagaimanakah pertanggungjawaban kontraktor terhadap kerugian yang

dialami oleh konsumen akibat perbedaan spesifikasi bahan bangunan

tersebut?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian memberikan batasan penelitian yang akan

dibahas dalam skripsi ini. Lingkup penelitian menunjukkan secara pasti

faktor-faktor mana yang akan diteliti dan mana yang tidak, atau untuk

menentukan apakah semua faktor yang berkaitan dengan penelitian yang

akan diteliti ataukah akan dieliminasi sebagian.8

Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian mengenai dasar

tuntutan ganti rugi oleh konsumen terhadap perbedaan spesifikasi bahan

bangunan yang digunakan oleh kontraktor dan pertanggungjawaban

kontraktor terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen akibat perbedaan

spesifikasi bahan bangunan tersebut yang didasarkan atas ketentuan hukum

perjanjian dan perlindungan konsumen.

8 Bambang Sunggono, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, h.111.

Page 9: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

9

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian mengenai “Tanggung Jawab Kontraktor Dalam Perbedaan

Spesifikasi Penggunaan Bahan Bangunan dari yang Diperjanjikan”

merupakan penelitian yang belum pernah ditulis oleh peneliti lain. Adapun

beberapa penelitian yang terkait, yang pernah ditulis sebelumnya adalah

sebagai berikut:

1) Nur Hayati dalam tesis yang berjudul Wanprestasi Dalam Perjanjian

Pemborongan Kerja Milik Pemerintah Antara CV. Dina Utama Dengan

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara pada

tahun 2012. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1)

Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pekerjaan pemborongan milik

pemerintah antara CV. Dina Utama dengan Dinas Penataan Ruang Dan

Permukiman Provinsi Sumatera Utara? 2) Bagaimanakah wanprestasi

dalam pelaksanaan pemborongan pekerjaan milik Pemerintah yang

dilaksanakan oleh CV. Dina Utama? 3) Dan Bagaimanakah upaya

penyelesaian sengketa wanprestasi dalam perjanjian pemborongan

pekerjaan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara?9 Penelitian ini

berbeda dengan penelitian mengenai “Tanggung Jawab Kontraktor

Dalam Perbedaan Spesifikasi Penggunaan Bahan Bangunan dari yang

9 Nur Hayati, 2012, “Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Milik PemerintahAntara CV. Dina Utama Dengan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi SumateraUtara”, tesis, Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Medan.

Page 10: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

10

Diperjanjikan” yang mengkaji mengenai wanprestasi sebagai dasar

tuntutan ganti rugi oleh konsumen terhadap perbedaan spesifikasi bahan

bangunan yang digunakan oleh kontraktor.

2) Heriyanto Talchis, dalam tesis yang berjudul “Tinjauan Hukum

Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa di PT

Indonesia Power Semarang” pada tahun 2007. Dalam tesis ini dibahas

mengenai 1) Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pengadaan barang

dan jasa di PT Indonesia Power? 2) Bagaimanakah tanggung jawab

kontraktor dalam pengadaan barang dan jasa? dan 3) Apakah upaya-

upaya yang ditempuh oleh para pihak yang terkait apabila muncul

permasalahan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa?10

Penelitian ini mengkaji mengenai perjanjian pengadaan barang dan jasa

sedangkan penelitian “Tanggung Jawab Kontraktor Dalam Perbedaan

Spesifikasi Penggunaan Bahan Bangunan dari yang Diperjanjikan”

mengkaji pengenai perjanjian kerja konstruksi.

3) Berry Tampubolon, dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis

Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Penumpang Dalam Hal Terjadi

Keterlambatan Penerbangan (Flight Delayed) Pesawat Dalam

Pengangkutan Udara Niaga” yang dibuat pada tahun 2013. Dalam

skripsi tersebut dibahas mengenai implementasi Peraturan Menteri

10 Heriyanto Talchis, 2007, “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian PengadaanBarang dan Jasa di PT Indonesia Power Semarang”, tesis, Program Pascasarjana UniversitasDipponegoro, Semarang.

Page 11: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

11

Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 (PM 77) mengenai keterlambatan

penerbangan serta upaya hukum yang dapat dilakukan penumpang

apabila tidak mendapatkan ganti rugi dalam hal terjadi keterlambatan

penerbangan dilihat dari Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan PM 77.11 Dalam

penelitian ini dibahas tanggung jawab pengangkut sedangkan dalam

penelitian “Tanggung Jawab Kontraktor Dalam Perbedaan Spesifikasi

Penggunaan Bahan Bangunan dari yang Diperjanjikan” membahas

mengenai tanggung jawab kontraktor.

1.5 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis

tanggung jawab kontraktor dalam perbedaan spesifikasi penggunaan

bahan dari yang diperjanjikan.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

11 Berry Tampubolon, 2013, “Tinjauan Yuridis Tanggung Jawab Pengangkut TerhadapPenumpang Dalam Hal Terjadi Keterlambatan Penerbangan (Flight Delayed) Pesawat DalamPengangkutan Udara Niaga”, skripsi, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.

Page 12: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

12

1) Untuk menganalisis dasar tuntutan ganti rugi oleh konsumen

terhadap perbedaan spesifikasi bahan bangunan yang digunakan

oleh kontraktor

2) Untuk menganalisis pertanggungjawaban kontraktor terhadap

kerugian yang dialami oleh konsumen akibat perbedaan spesifikasi

bahan bangunan tersebut.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam dalam penelitian ini adalah untuk

mengembangkan hukum perjanjian, hukum perlindungan konsumen

dalam bidang konstruksi.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

1) Bagi kontraktor agar mencantumkan hak dan kewajiban bagi

pelaksana dan pengawas lapangan dalam perjanjian kerja.

Kontraktor agar menuangkan kesepakatan dengan konsumen pada

perjanjian tertulis.

2) Bagi pelaksana lapangan agar menggunakan bahan bangunan

sesuai dengan spesifikasi yang diperjanjikan.

Page 13: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

13

3) Bagi pengawas lapangan agar mengawasi setiap pembelian bahan

bangunan oleh pelaksana lapangan sesuai dengan perjanjian antara

kontraktor dengan konsumen.

4) Bagi konsumen jasa konstruksi agar memperhatikan kesesuaian

antara harga yang dibayar dengan bahan bangunan yang digunakan

sesuai dengan dengan perjanjian antara kontraktor dengan

konsumen.

1.7 Landasan Teoritis

Landasan teoritis yang digunakan adalah teori perjanjian dan

wanprestasi yang digunakan untuk membahas dasar gugatan ganti rugi dan

pertanggungjawaban atas kerugian sebagaimana yang diatur dalam

perjanjian.

Dalam sistem hukum Indonesia, dasar dari hukum Perjanjian terdapat

dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

merumuskan: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih ”.

Jadi dari definisi yang dirumuskan diatas, maka suatu perjanjian diartikan

sebagai suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih.12

12Munir Fuady, 2005, Pengantar Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 10(selanjutnya disebut dengan Munir Fuady I).

Page 14: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

14

Istilah Perjanjian atau persetujuan yang diatur dalam buku III Bab

kedua KUHPerdata Indonesia, sama saja dengan pengertian perjanjian.

Black’s Law mengartikan perjanjian adalah hubungan antara dua orang atau

lebih yang menciptakan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan

suatu tindakan tertentu (“An agreement between two or more persons which

creates an obligation to do or not to do a particular thing”). 13

R. Subekti mengatakan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada

seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.14 Menurut Yahya Harahap, perjanjian adalah suatu

hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih yang memberikan

kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

mewajibkan pada pihak lain untuk melaksanakan prestasi.15 Secara umum

perjanjian lahir pada saat tercapainya kesepakatan para pihak mengenai hal

yang pokok atau unsur esensial dari Perjanjian tersebut. Syarat sahnya

Perjanjian tertuang dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3) Suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal

13 Huala Adolf, 2006, Dasar-Dasar Hukum Perjanjian Internasional, Rafika Aditama,Bandung, h. 1.

14 R. Subekti, 1984, Aneka Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, h. 1.

15 Yahya Harahap, 1982, Segi-Segi Hukum Perikatan, PT. Alumni, Bandung, h. 3.

Page 15: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

15

Dalam menyusun suatu perjanjian, baik yang bersifat bilateral,

multilateral baik dalam lingkup regional, nasional maupun internasional

harus didasari pada prinsip dan asas-asas hukum perjanjian. Menurut Peter

Mahmud Marzuki, aturan-aturan hukum yang menguasai perjanjian

sebenarnya merupakan penjelmaan dari dasar-dasar filosofis yang terdapat

dalam asas-asas hukum secara umum.16 Banyak asas yang terdapat dalam

sebuah Perjanjian, antara lain :

1) Asas Kebebasan Berkontrak

2) Asas Konsensualisme

3) Asas Pacta Sund Servanda

4) Asas Itikad Baik

5) Asas Kepribadian (personalitas)

6) Asas Keseimbangan

Terkait dengan kegagalan perjanjian, dapat terjadi karena faktor

internal para pihak maupun faktor eksternal yang berpengaruh terhadap

eksistensi Perjanjian yang bersangkutan meliputi :

1) Wanprestasi

2) Overmacht

3) Keadaan sulit

Wanprestasi atau breach of contract merupakan salah satu sebab

sehingga berjalannya perjanjian menjadi terhenti. Pada situasi normal antara

16 Peter Mahmud Marzuki, 2013, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada MediaGrup, Jakarta, h. 196

Page 16: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

16

prestasi dan kontraprestasi akan saling bertukar, namun pada kondisi

tertentu pertukaran prestasi tidak berjalan sebagainmana mestinya sehingga

muncul peristiwa yang dinamakan wanprestasi. Jadi yang dimaksud dengan

wanprestasi adalah salah satu pihak atau lebih tidak melaksanakan

prestasinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.17

Wanprestasi (default atau non fulfilment ataupun yang disebut

dengan istilah breach of contract) adalah tidak dilaksanakannya prestasi

atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak

terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang

bersangkutan.18 Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena:

1. Kesengajaan.

2. Kelalaian.

3. Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian).

Tindakan wanprestasi ini dapat membawa konsekuensi terhadap

timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan

wanprestasi untuk memberikan ganti rugi. Tentang penggantian kerugian ini

di dalam KUH Perdata diatur pada Pasal 1243 sampai dengan Pasal 1252,

dan mengenai semua kerugian yang dituntut oleh seorang kreditur hanya

kerugian yang dapat dianggap sebagai akibat langsung dari adanya

wanprestasi (Pasal 1248 KUH Perdata) dan kerugian yang telah dapat

17 Munir Fuady, 2001, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT.CitraAditya Bakti, Bandung, h .87 (selanjutnya disebut dengan Munir Fuady II).

18 Ibid

Page 17: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

17

diperkirakan atau diduga pada waktu perjanjian itu dibuat, kecuali jika

terdapat kesengajaan yaitu kesengajaan dari debitur untuk mengadakan

wanprestasi (Pasal 1247 KUH Perdata).

Dalam pasal 1239 KUHPerdata menentukan bahwa ketika salah satu

pihak melakukan wanprestasi, maka pihak lainnya dapat menuntut

memberikan ganti rugi berupa biaya, rugi, dan bunga. Pada umumnya

wanpresti baru terjadi setelah ada pernyataan lalai dari pihak yang

dirugikan. Pada umumnya jenis-jenis wanprestasi antara lain :

1) Tidak memenuhi prestasi

2) Terlambat melakukan prestasi

3) Melakukan namun tidak sebagaimana mestinya

Menurut pasal 1365 KUH Perdata, wanprestasi adalah tiap perbuatan

melanggar hukum yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut. Wanprestasi seorang debitur dapat berupa:

1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi

2. Tidak tunai memenuhi prestasinya

3. Terlambat memenuhi prestasinya

4. Keliru memenuhi prestasinya19

19 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, h. 203-204(selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I).

Page 18: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

18

Dengan adanya wanprestasi tersebut, maka pihak yang dirugikan

dapat menempuh berbagai upaya, baik upaya litigasi maupun non litigasi.

Pihak yang dirugikan memiliki hak gugat dalam upaya menegakkan hak-hak

Perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1267 KUH Perdata yang

menyatakan bahwa ”Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi,

dapat memilih,memaksa pihak lain untuk memenuhi Perjanjian, jika hal itu

masih dapat dilakukan atau menuntut pembatalan persetujuan,dengan

penggantian biaya, kerugian dan bunga.”

1.8 Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis

normatif yang mengkaji permasalahan norma kabur mengenai tanggung

jawab kontraktor dalam penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diperjanjikan. Dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor

18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ditentukan:

(1) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karenakesa1ahan perencana atau pengawas konstruksi, dan hal tersebutterbukti menimbulkan kerugian bagi pihak 1ain, makaperencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawabsesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi .

(2) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karenakesalahan pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbuktimenimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pelaksanakonstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usahadan dikenakan ganti rugi

Page 19: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

19

Kekaburan norma itu terjadi apabila perbedaan spesifikasi

tersebut dilakukan oleh pelaksana lapangan yang bekerja pada

perusahaan bersangkutan tanpa sepengetahuan kontraktor. Dalam hal

ini, di satu sisi kontraktor menderita kerugian yang disebabkan oleh

pelaksana lapangan (pegawai kontraktor) yang menggunakan

spesifikasi bahan yang berbeda, namun di sisi lain pengguna jasa

kontruksi akan menuntut tanggung jawab dari kontraktor atas perbedaan

spesifikasi penggunaan bahan bangunan tersebut yang sebenarnya

disebabkan oleh pelaksana lapangan (pegawai kontraktor) tanpa

sepengetahuan kontraktor.

b. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah:

1) Pendekatan perundang-undangan (the statute approach) yakni

penelitian melalui kajian peraturan perundang-undangan terkait

dengan permasalahan yang dibahas yakni ketentuan dalam bidang

perlindungan konsumen dan KUH Perdata.

2) Pendekatan analisis konsep hukum (analysis and conceptual

approach) yakni analisis mengenai identifikasi norma yang terdiri

dari rangkaian konsep hukum dan konsep-konsep terkait lainnya

yang sesuai dengan variabel dalam penelitian. Konsep hukum yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsep perjanjian, konsep

wanprestasi dan perlindungan konsumen.

Page 20: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

20

c. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum primer

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim,

Adapun bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, Publikasi tentang

hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal

hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.20 Bahan

hukum primer yang digunakan adalah KUH Perdata, Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan ketentuan

hukum yang terkait lainnya. Bahan hukum sekunder yang digunakan

adalah publikasi hukum terkait dengan hukum konstruksi, perlindungan

konsumen dan perjanjian.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan

melalui sistem kartu dimana setiap penuangan bahan hukum sekunder

dan bahan hukum sekunder dituliskan dengan dilengkapi dengan

sumber referensinya. Sumber referensi dari bahan hukum primer

dituliskan dalam naskah dan daftar bacaan sedangkan bahan hukum

sekunder dicatatkan dalam catatan kaki dan daftar bacaan.

20 Peter Mahmud Marzuki, op.cit., h. 181.

Page 21: 1 BAB I PENDAHULUAN - Universitas Udayana · 2017. 4. 1. · pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa

21

e. Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah dikumpulkan dianalisis melalui teknik

analisis bahan hukum. Adapun teknik analisis bahan hukum yang

digunakan adalah: 21

1) Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat

dihindari penggunaannya. Deskripsi berarti uraian apa adanya

terhadap suatu kondisi atau posisi atau posisi atau proposisi-

proposisi hukum atau non hukum. Teknik deskriptif yaitu

dijabarkan dalam bentuk uraian-uraian yang nantinya dapat

menjawab permasalahan yang dibahas.

2) Teknik konstruksi berupa pembentukan konstruksi yuridis dengan

melakukan analogi dan pembalikan preposisi. Konstruksi yuridis

yang dibentuk terkait dengan pertanggungjawaban badan usaha.

3) Teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi

karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat

penalaran hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin

banyak argumen makin menunjukkan kedalaman penalaran hukum.

4) Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan

suatu konsep hukum atau preposisi hukum antara peraturan

perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak

sederajat.

21 Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi,Cet VIII, Alfabeta, Bandung, h. 10.