1 BAB I PENDAHULUAN ) saat ini berkembang dengan sangat ...eprints.unisnu.ac.id/886/3/BAB I, II,...
Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN ) saat ini berkembang dengan sangat ...eprints.unisnu.ac.id/886/3/BAB I, II,...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri jasa (service industry) saat ini berkembang dengan sangat cepat.
Persaingan yang terjadi sangat kompetitif sekali dibidang ini. Pelayanan yang
diberikan antara satu penyedia jasa (service industry) dengan pemberi jasa
lainnya sangat bervariatif yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumennya. Karena industri jasa saat ini berkembang dengan pesatnya
sehingga tingkat kompetisinya juga menjadi sangat tinggi. Perkembangan
industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi
penerimaan devisa Negara, hampir 30% pada tahun 2003, pemasukan terhadap
devisa Negara berasal dari sektor jasa (dalam Arafah, 2004).
Kualitas jasa (service quality) digunakan sebagai salah satu indikator
dalam industri jasa, dimana hal ini berguna senjata untuk memenangkan
persaingan dengan pesaing lainnya, setiap pelaku industri jasa harus harus
meminimalkan kesalahan seminimal mungkin dalam memperbaiki pelayanan
kepada konsumen (Reicheld dan Sasser, dalam Arafah 2004). Tidak dapat
disangkal lagi pemerintah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan
penerimaan yang berasal dari sektor jasa, karena jasa tersebut memberikan
pemasukan yang cukup signifikan terhadap penerimaan Negara. Industri jasa
banyak macamnya yang ada di Indonesia, seperti industri pariwisata, jasa
angkutan, konsultan, pendidikan serta jasa layanan lainnya. Salah satu contoh
2
industri jasa yang berkembang dengan cepat di Indonesia adalah industri jasa
rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun milik swasta dan bahkan
juga rumah sakit milik investor asing.
Dalam industri rumah sakit ini, antara satu rumah sakit yang satu dengan
rumah sakit yang lainnya berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada konsumennya, tetapi kualitas pelayanan yang diberikan antara satu
rumah sakit dengan rumah sakit lainnya memiliki perbedaan dan karakteristik
masing-masing (Youseff, et.al dalam Arafah, 2004). Saat ini konsumen sangat
teliti dan sangat memperhatikan bentuk bentuk pelayanan dan jenis pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit tersebut kepada konsumennya, semakin lama
konsumen akan semakin selektif dalam memilih rumah sakit sehingga ini
merupakan sebuah tantangan dalam perkembangan industri rumah sakit di
Indonesia.
Kualitas digunakan sebagai senjata utama dalam menghadapi persaingan
di masa yang akan datang dan strategi peningkatan kualitas merupakan salah
satu cara efektif untuk masuk dan menguasai pasar. Pada prinsipnya, definisi
kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta ketepatannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Harapan pelanggan bisa berupa tiga macam tipe (Rust, et.al, dalamTjiptono,
et.al, 2004). Pertama, will expectation, yaitu tingkat kinerja yang diprediksi
atau diperkirakan konsumen akan diterimanya berdasarkan informasi yang
diketahuinya. Kedua, should expectation, yakni tingkat kinerja yang dianggap
sepantasnya diterima konsumen. Tipe ini merupakan tingkat harapan yang
3
paling sering dimaksudkan oleh konsumen sewaktu menilai kualitas jasa
tertentu. Biasanya tuntutan apa yang seharusnya terjadi jauh lebih tinggi
daripada yang diperkirakan. Ketiga, ideal expectation, yakni tingkat kinerja
optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima oleh konsumen.
Salah satu kualitas jasa yang paling populer dan hingga kini masih
dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERQUAL (Service
Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, et.al (dalam Tjiptono, et.al,
2004). Pengukuran kualitas jasa dalam model SERVQUAL didasarkan pada
skala multi-item yang dirancang untuk mengukur persepsi pelanggan terhadap
kualitas pelayanan jasa. Skala multi item tersebut dirangkum dalam lima
dimensi pokok (Five Dimensions of service Quality). Kelima dimensi tersebut
meliputi: (1) Kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akuran memuaskan, (2) Daya Tanggap, yaitu
keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan
dengan tanggap, (3) Jaminan, mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf serta bebas dari bahaya,
resiko maupun keragu-raguan, (4) Empati, meliputi kemudahan dalam
menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman
terhadap kebutuhan invidual pelanggan, dan (5) Bukti Langsung meliputi
fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan saran komunikasi. Kelima definisi
pelayanan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
jasa (Parasuraman, et al dalam Rangkuti, 2004).
4
Didalam mencapai tujuan yang berorientasi pada kepuasan pasien, di
samping aspek fasilitas rumah sakit, peranan dokter dan perawat baik medis
maupun non medis menjadi sangat penting karena kinerja merea akan
menentukan persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Persepsi pasien terhadap kualitas yang diberikan akan berlanjut pada proses
terbentuknya image terhadap rumah sakit. Dalam dunia pemasaran,
pembentukan image perusahaan yang positif akan sangat membantu
perusahaan dalam kegiatan pemasarannya, karena dalam kondisi persaingan
yang sangat ketat maka setiap perusahaan akan berusaha menempatkan dirinya
sebaik mungkin dimata konsumen agar dapat dipercaya untuk memenuhi
kebutuhannya. Salah satu strateginya adalah perlunya membentuk image yang
positif sebagai variabel yang bisa mempengaruhi konsumen dalam
mempercepat proses pengambilan keputusan sehingga rumah sakit tersebut
memiliki image positif di mata konsumennya. Dengan demikian judul
penelitian adalah “ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN
JASA TERHADAP IMAGE RSUD R.A KARTINI JEPARA”.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Agar peneliti terfokus pada sasaran, maka ruang lingkup peneliti ini ada
lima variabel independen elemen kualitas jasa dan variabel dependen image
yang diberikan oleh RSUD R.A Kartini Jepara , meliputi :
1. Bukti Langsung (Tangibility)
2. Kehandalan (Reliability)
5
3. Daya Tanggap (Rasponsiveness)
4. Jaminan (Assurance)
5. Empati (Emphaty)
Lokasi penelitian dilakukan di RSUD R.A Kartini Jepara dengan jumlah
sampel 135 responden. Obyek pasien dan keluarga atau teman pasien yang
mengunjungi RSUD R.A Kartini Jepara.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis kengajukan perumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah bukti langsung, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati,
baik secara parsial maupun secara simultan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap image RSUD R.A Kartini Jepara ?
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
dijelaskan dimuka, maka tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai
dalam penelitian adalah:
Untuk mengetahui apakah bukti langsung, kehandalan, daya tanggap,
jaminan, empati, baik secara parsial maupun secara simultan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap image RSUD R.A Kartini Jepara?
6
1.4.2 Kegunaan Penelitian
1) Secara teoritis hasil penelitian ini dapat berguna :
Untuk mengembangkan dan memberikan kontribusi terhadap
pengetahuan khususnya dalam bidang pemasaran.
2) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:
a. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris
mengenai manajemen pemasaran, terutama masalah yang
berhubungan dengan kualitas jasa (sevice quality)
b. Bagi kepentingan praktik
Membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan,
terutama dalam pengambilan keputusan tentang evaluasi kualitas
pelayanan jasa (service quality)
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan,
penelitian ini ditulis dengan sistematika berikut:
BAB I Pendahuluan
Merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
ruang lingkup masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan
kegunaan penelitian.
7
BAB II Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka berisi landasan teori, hasil penelitian terdahulu,
kerangka penelitian, dan perumusan hipotesis yang diajukan.
BAB III Metode Penelitian
Metode Penelitian, mendeskripsikan bagaimana peneliti akan
dilaksanakan secara operasional yang meliputi, variabel penelitian
dan definisi operasional, jenis dan sumber data, populasi dan
sampel, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan
metode analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang hasil yang diperoleh melalui survey
langsung maupun melalui data-data yang dapat mendukung dari
penelitian ini. Karena laporan penelitian ini membahas tentang
pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap image RSUD R.A.
Kartini Jepara, maka dalam bab ini akan dibahas.
BAB V Penutup
Mengungkapkan beberapa kesimpulan yang didapat dari hasil
penelitian, serta memberikan sumbangan saran yang mungkin
dapat digunakan dan bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi
masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jasa dan Karakteristik Pelayanan
Pembedaan secara tegas antara barang atau jasa seringkali sukar
dilakukan. Hal ini dikarenakan pembelian suatu barang seringkali disertai
dengan jasa-jasa tertentu (misalnya instalasi, pemberian garansi, perawatan
dan reparasi). Sebaliknya pembelian suatu jasa seringkali juga melibatkan
barang-barang yang melengkapinya (misalnya ; makanan direstoran, telepon
dalam jasa telekomunikasi).
Sejumlah ahli tentang jasa telah berupaya untuk merumuskan definisi jasa
yang konklusif, namun hingga sekarang belum ada satupun definisi yang
diterima secara bulat. Definisi jasa menurut Kotler (1997) adalah sebagai
berikut :
“Setiap tindakan atau kegiatannya yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik”.
Menurut Payne dalam Yazid (1999) pengertian jasa adalah sebagai berikut :
“Aktivitas ekonomi mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) intangible yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan perubahan dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa saja atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produksi fisik”.
9
Menurut Zithmal dan Bitner dalam Yazid (1999) pengertian jasa adalah
sebagai berikut :
“Mencakup semua aktivitas ekonomi yang otuputnya bukanlah produk atau kontruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, liburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip intangible bagi pembeli pertamanya”.
Meskipun terjadi beberapa perbedaan terhadap pengertian jasa dan secara
terus-menerus perbedaan tersebut akan mengganggu. Beberapa karakteristik
jasa pelayanan berikut ini akan memberikan jawaban yang lebih mantap
terhadap pengertian jasa. Karakteristik jasa tersebut adalah :
1. Tidak dapat diraba (intangibility)
Jasa adalah sesuatu yang seringkali tidak dapat disentuh atau tidak
dapat diraba. Jasa mungkin berhubungan dengan sesuatu secara fisik,
seperti pesawat udara, kursi, meja dan peralatan makan di restoran, tempat
tidur pasien di rumah sakit.
Bagaimanapun juga pada kenyataannya konsumen membeli dan
memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba. Hal ini banyak terdapat pada
biro perjalanan atau biro travel dan tidak terdapat pada pesawat terbang
maupun kursi, meja dan peralatan makan, bukan terletak pada tempat tidur
di rumah sakit, tetapi lebih pada nilai. Oleh karena itu, jasa dan pelayanan
yang terbaik menjadi penyebab khusus yang secara alami disediakan.
2. Tidak dapat disimpan (inability to inventory)
Salah satu ciri khusus dari jasa adalah tidak dapat disimpan. Misalnya,
ketika menginginkan jasa tukang potong rambut, maka apabila
10
pemotongan rambut telah dilakukan tidak dapat sebagiannya disimpan
untuk besok.
3. Produksi dan konsumsi secara bersama
Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama dengan produksi.
Misalnya, makan di restoran.
4. Memasukinya lebih mudah
Mendirikan usaha bidang jasa membutuhkan investasi yang lebih
sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia.
5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar.
Jasa sangat dipengaruhi faktor dari luar seperti : teknologi, peraturan
pemerintah dan kenaikan harga bahan bakar.
6. Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized
output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada
siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Dalam hal ini penyedia
jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:
a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik.
b. Melakukan standardisasi proses pelaksanaan jasa. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan menyiapkan suatu cetak biru (blue-print) jasa
yang dapat menggambarkan peristiwa dan proses jasa dalam suatu
diagram, alur, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut.
11
c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran, keluhan dan
survey pelanggan sehingga pelayanan yang kurang baik dapat
dideteksi dan dikoreksi (Fandy Tjiptono, 1997).
2.2 Pengertian Kualitas Jasa
Upaya mendefinisikan kualitas dalam organisasi jasa tertentu bukanlah
sesuatu yang mudah dilakukan. Meski demikian, dari berbagai literatur
dijumpai beberapa definisi kualitas yang banyak dikutip dan di adaptasi.
Definisi kualitas menurut Josep M. Juran (dalam Tjiptono, 1997) adalah:
“Strategi perbaikan kualitas Juran menekankan implementasi proyek-proyek dan rangkaian tahap terobosan. Ia juga menegaskan pentingnya indifikasi dan pemecahan eliminasi penyebab suatu masalah. Menurutnya, langkah ini sangat krusial, karena bila mencari jalan pintas dari gejala langsungdiberikan solusi, maka sumber persoalan sesungguhnya belum diatasi dan sewaktu-waktu bisa terulang lagi. Juran mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan untuk pemakaian (Fitness for Use). Definisi ini menekankan orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan”.
Definisi kualitas menurut Philip B. Crosby (dalam Tjiptono, 1997) adalah:
“Pendekatan Crosby menaruh perhatian besar pada transformasi budaya kualitas. Ia mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang dalam organisasi pada proses, yaitu dengan jalan menekankan kesesuaian individual terhadap persyaratan/tuntutan. Pendekatan Crosby merupakan top-down”.
Definisi kualitas menurut W. Edwards Deming (dalam Tjiptono,1997) adalah:
“Strategi Deming didasarkan pada alat-alat statistik. Srtategi ini cenderung bersifat bottom-up. Penekanan strategi ini adalah perbaikan dan pengukuran kualitas secara terus-menerus. Strategi Deming berfokus pada proses untuk mengeliminasi variasi, karena sebagian variasi (kurang lebih 92%) dapat dikendalikan manajemen. Deming sangat yakin bahwa bila karyawan diberdayakan untuk memecahkan masalah (dengan catatan manajemen menyediakan alat-alat yang cocok), maka kualitas dapat disempurnakan terus-menerus”.
12
Definisi kualitas menurut Taghuci (dalam Tjiptono, 1997) adalah:
“Filosofi Taghuci didasarkan pada premis bahwa biaya dapat diturunkan
dengan cara memperbaiki kualitas dan kualitas secara otomatis dapat
diperbaiki dengan cara mengurangi variasi dalam produk atau proses. Strategi
Taghuci difokuskan pada loss function, yang mendefinisikan setiap
penyimpangan dari target sebagian kerugian yang dibayar oleh konsumen.
Taghuci mendefinisikan kualitas sebagai kerugian yang ditimbulkan oleh
suatu produk bagi masyarakat setelah produk tersebut dikirim, selain
kerugian-kerugian yang disebabkan fungsi intrinsik produk”.
Pada prinsipnya, definisi kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatannya untuk mengimbangi
harapan pelanggan. Harapan pelanggan bisa berupa tiga (3) macam tipe (Rust,
et.al, 1996 dalam Tjiptono, et.al, 2004). Pertama, will expectation, yaitu
tingkat kinerja yang diprediksi atau diperkirakan konsumen akan diterimanya
berdasarkan informasi yang diketahuinya. Kedua, should expectation, yakni
tingkat kinerja yang dianggap sepantasnya diterima konsumen. Tipe ini
merupakan tingkat harapan yang paling sering dimaksudkan oleh konsumen
sewaktu menilai kualitas jasa tertentu. Biasanya tuntutan apa yang seharusnya
terjadi lebih tinggi daripada apa yang diperkirakan. Ketiga, ideal expectation,
yakni tingkat kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima
konsumen.
13
Menurut Wyckof (dalam Tjiptono, et.al, 2004) kualitas jasa merupakan
tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain, terdapat dua
faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang diharapkan
(expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service).
Implikasinya, baik buruknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan
penyedia jasa memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
Salah satu model kualitas jasa yang paling populer dan hingga ini masih
dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERQUAL (service
Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman. Zeithhaml dan Berry (dalam
Tjiptono, et.al, 2004). Pengukuran kualitas jasa dalam model SERQUAL
didasarkan pada skala multi-item yang dirancang untuk mengukur persepsi
pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa. Skala multi-item tersebut
dirangkum dalam lima dimensi pokok (Five Dimensions of Service Quality).
Kelima dimensi tersebut meliputi: (1) Kehandalan, yaitu kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan, (2) Daya Tanggap, yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan meberikan layanan dengan tanggap, (3) Jaminan,
mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf serta bebas dari bahaya, resiko maupun keragu-raguan,
(4) Empati, meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan pemahaman terhadap kebutuhan individual pelanggan,
dan (5) Bukti Langsung meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
14
sarana komunikasi. Kelima dimensi pelayanan tersebut mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas jasa (Parasuraman, et. al dalam Tjiptono,
et.al, 2004).
Menurut Gronroos (dalam Tjiptono, 1996) kualitas jasa terdiri dari 3
komponen utama, yaitu :
1. Technical Quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
jasa yang diterima konsumen.
2. Functional Quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
3. Corporate Image yaitu profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus
suatu perusahaan.
Berdasarkan komponen-komponen diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa output jasa dan cara penyampaiannya merupakan faktor-faktor yang
dipergunakan untuk menilai kualitas jasa. Oleh karena itu konsumen terlibat
dalam proses suatu jasa, maka seringkali penentuan kualitas jasa menjadi
sangat kompleks.
Kualitas harus dimulai dari kebutuhan konsumen yang berakhir pada
persepsi konsumen. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan
didasarkan dari sudut pandang atau persepsi konsumen. Konsumenlah yang
akan menggunakan atau menikmati jasa perusahaan, sehingga mereka akan
menentukan kualitas jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas jasa
merupakan penilaian atas keunggulan suatu jasa.
15
2.3 Image Perusahaan
Image terhadap perusahaan mempunyai beberapa makna, ada perusahaan
yang dinilai baik, biasa saja dan ada yang dinilai kurang bahkan tidak baik. Itu
semua merupakan hasil dari usaha perusahaan tersebut didalam memberikan
pelayanan yang mampu memuaskan pelanggannya. Brown (dalam Arafah,
2004) menunjukkan beberapa manfaat yang bisa diperoleh perusahaan yang
telah memuaskan pelanggannya melalui penyampaian pelayanan yang
berkualitas diantaranya ialah citra atau image suatu perusahaan bisa dibentuk
melalui penyampaian produk yang mampu memuaskan pelanggan. Image
positif ini bisa merupakan suatu kekuatan bagi perusahaan dalam kegiatan
pemasarannya. Konsumen yang telah memiliki penilaian positif terhadap
perusahaan akan cenderung mempunyai loyalitas.
Image ini dibentuk berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman
yang dialami seseorang terhadap objek yang pada akhirnya akan membentuk
sikap atau penilaian terhadap perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya
sikap atau penilaian tersebut dapat dipakai oleh konsumen yang bersangkutan
sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan pembelian selanjutnya.
Hal ini karena citra atau image dianggap bisa mewakili pengetahuan seseorang
terhadap suatu objek.
16
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan berdasarkan literatur dari penelitian-penelitian
terdahulu yang menunjukkan variabel-variabel yang ada. Adapun hasil dari
penelitian terdahulu yang dimaksud dapat disajikan sebagai mana pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Referensi Variabel Alat
Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Pengaruh Kemudahan dan Kecepatan Pelayanan terhadap Loyalitas Kepuasan Konsumen. (Noor Afni, 2003)
- Tangibility - Reliability -Responsivenes - Assurance - Emphaty
Analisis Regresi Berganda
Kemudahan dan kecepatan pelayanan mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan konsumen mengikuti program asuransi.
2. Analisis Sikap Pasien terhadap Rumah Sakit Sultan Agung Semarang. (Bambang P, 2002)
- Gedung RS - Kamar Pasien - Lokasi - Pelayanan - Fasilitas -Biaya Perawatan
Chi Square
Menurut karakteristiknya, segmen pasar potensinya dari pasien sultan agung adalah mereka yang berumur 20-39 th (43%), mayoritas berjenis laki-laki (63%), mempunyai latar belakang pendidikan SMU (55%), mempunyai potensi sebagai mahasiswa (25%), dan penghasilan antara Rp. 150.000 – Rp 250.000 (27%).
3. Analisis KualitasPelayanan Rumah Sakit Terhadap Image pada Rumah Sakit Pemerintah Jakarta Selatan (Arafah, 2004)
-Bukti Langsung -Kehandalan -Daya Tanggap -Jaminan -Empati -Akses
Analisis Regresi Berganda
Dari ke enam variabel baik secara parsial maupun simultan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap image rumah sakit. Hanya terdapat satu variabel yang secara persial tidak memiliki pengaruh signifikan, yaitu variabe empati.
Sumber : Noor Afni (2003), Bambang P. (2002), Arafah (2004).
17
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa bukti langsung,
kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati terhadap kualitas pelayanan jasa
rumah sakit agar dapat menciptakan image yang baik pada konsumen. Bukti
langsung adalah bukti fisik dari jasa yang meliputi fasilitas fisik, perkakas,
dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan jasa. Kehandalan yang
mampu menyelenggarakan jasa dengan dapat diandalkan, akurat, dan
konsisten. Daya tanggap yang memberikan pelayanan dengan segera. Jaminan
dengan pengetahuan dan kesopanan serta kemampuan untuk menjaga
kepercayaan. Empati adalah kemampuan untuk memperhatikan secara
induvidual. Dengan demikian kualitas pelayanan perlu dibina, faktor bukti
yang langsung, kehandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati merupakan
variabel penting dalam kualitas pelayanan. Gambaran mengenai kerangka
pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Error!
Image RSUD R.A Kartini Jepara (Y)
Bukti Langsung (Tangibility) X1
Kehandalan (Reliability) X2
Daya Tanggap (Responsiveness) X3
Jaminan (Assurance) X4
Empati (Empathy) X5
H1
H2
H3
H4
H5
H6
18
2.6 Perumusan Hipotesis
Dari penjelasan tersebut peneliti mengajukan rumusan hipatesis sebagai
berikut:
H1 : Variabel bukti langsung berpengaruh terhadap image.
H2 : Variabel kehandalan berpengaruh terhadap image.
H3 : Variabel daya tanggap berpengaruh terhadap image.
H4 : Variabel jaminan berpengaruh terhadap image.
H5 : Variabel empati berpengaruh terhadap image.
H6 : Secara bersama-sama variabel bukti langsung, kehandalan, daya
tanggap, jaminan dan empati berpengaruh terhadap image.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian dapat dikategorikan
menjadi dua, pertama variabel independen, yaitu bukti langsung, kehandalan,
daya tanggap, jaminan, empati dan kedua variabel dependen, yaitu Image.
Definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut:
a. Varibel Bukti Langsung
Bukti langsung (Tangibility) adalah bukti fisik dari jasa yang meliputi
fasilitas fisik, perkakas, dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan
jasa (Lamb, et.al, 2001). Pertanyaan tentang bukti langsung terdiri dari 5
butir pertanyaan, yang indikatornya meliputi fasilitas, lingkungan,
profesionalisme, informasi, dan jaminan ketenangan. Variabel ini diukur
dengan lima skala Likert yang mempunyai bobot dari 1 sampai 5, dengan
alternatif jawaban dari Sangat Tidak Puas (STP), Tidak Puas (TP), Ragu-
Ragu (RR), Puas (P), Sangat Puas (SP). Kuesioner ini diadopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2004).
b. Variabel Kehandalan
Kehandalan (Reliability) adalah kemampuan menyelenggarakan jasa
dengan dapat diandalkan, akurat dan konsisten (Lamb, et.al, 2001).
Pertanyaan tentang kehandalan terdiri dari 3 butir pertanyaan, yang
indikatornya meliputi pelayanan tepat waktu, kompetensi, dan konsisten
20
dalam pembayaran. Variabel ini diukur dengan lima skala Likert yang
mempunyai bobot dari 1 sampai 5, dengan alternatif jawaban dari Sangat
Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-Ragu (RR), Setuju (S), dan
Sangat Setuju (SS),. Kuesioner ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan
oleh Arafah (2004).
c. Varibel Daya Tanggap
Daya Tanggap (Responsiveness) adalah kemampuan untuk memberi
pelayanan dengan segera (Lamb, et.al, 2001). Pertanyaan daya tanggap
terdiri dari 4 butir, yang indikatornya meliputi pelayanan sesuai janji,
tanggung jawab dokter dan staff, sikap dokter dan staff, dan waktu tunggu.
Variabel ini diukur dengan skala Likert yang mempunyai bobot dari 1
sampai 5, dengan alternatif jawaban dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak
Setuju (TS), Ragu-Ragu (RR), Setuju (S), Sngat Setuju (SS). Kuesioner ini
diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2004).
d. Variabel Jaminan
Jaminan (Assurance) adalah pengetahuan dan kesopanan karyawan
serta kemampuan untuk menjaga kepercayaan (Lamb, et.al, 2001).
Pertanyaan jaminan terdiri dari 2 butir pertanyaan, yang indikatornya
meliputi persahabatan dan keunggulan dalam melayani. Variabel ini
diukur dengan lima skala Likert yang mempunyai bobot dari 1 sampai 5,
dengan alternatif jawaban dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Ragu-Ragu (RR), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Kuisioner ini
diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2004).
21
e. Variabel Empati
Empati (Emphaty) adalah kemampuan untuk memperhatikan
konsumen secara individual (Lamb, et.al, 2001). Pertanyaan empati terdiri
dari 3 butir pertanyaan, yang indikatornya meliputi menerima feed back
dari pasien, jasa pelayanan, dan mengetahui keinginan pasien. Variabel ini
diukur dengan lima skala Likert yang mempunyai bobot 1 sampai 5,
dengan alternatif jawaban dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Ragu-Ragu (RR), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Kuesioner ini
diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2004).
f. Variabel Image
Image adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya
(Kotler, 1997). Pertanyaan tentang image terdiri dari 2 butir pertanyaan,
yang indikatornya meliputi penilaian dan pembandingan. Variabel ini
diukur dengan menggunakan lima skala Likert yang mempunyai bobot
dari 1 sampai 5, dengan alternatif jawaban dari Sangat Tidak Setuju (STS),
Tidak Setuju (TS), Ragu-Ragu (RR), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).
Kuesioner ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2004).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien, keluarga dan teman
pasien yang mengunjungi RSUD R.A Kartini Jepara. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah non probabilistic sampling, yaitu setiap elemen
dalam populasi tidak memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi sampel
22
(Cooper dan Emory, 1998). Teknik penentuan sampel secara non probabilitas
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dimana sampel yang akan diambil disesuaikan dulu kriterianya.
Kriteria pengambilan sampelnya adalah 1) minimal berusia 18 tahun dengan
tujuan responden benar-benar mengetahui pertanyaan dalam kuesioner, 2)
responden merupakan pasien, keluarga atau teman pasien yang mengunjungi
RSUD R,A Kartini Jepara dan 3) bersedia secara sukarela mengisi kuesioner
penelitian. Rencana pengambilan sampel adalah 135 orang pengunjung RSUD
R.A. Kartini Jepara. Alasannya, total populasi tidak diketahui dengan pasti,
penggunaan probability tidak operasional dilapangan karena cenderung akan
bias, analisis antar seksi tidak dipergunakan dalam penelitian.
Karena jumlah populasi tidak terbatas, maka dalam penentuan jumlah
sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
04,961,0
5,096,1.22
22
=
=
= x
E
aZn
α
Dimana :
n = Ukuran Sampel
2aZ = Nilai Standar dari daftar luas normal standar dengan tingkat
kepercayaan (α ) 95%
E = Tingkat ketepatan yang diinginkan dengan mengemukakan
besarnya error maksimum 10%
Berdasarkan data jumlah pengunjung RSUD Jepara, jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 135 pengunjung.
23
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan
menggunakan metode kuesioner yaitu mengumpulkan pertanyaan secara
tertulis yang dibagikan kepada responden, yaitu meliputi : nama, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, dan gaji responden serta tanggapan responden
terhadap variabel-variabel penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah :
1. Metode Kuesioner
Metode untuk memperoleh data dengan cara memberikan daftar
pertanyaan kepada responden dan selanjutnya responden diharapkan untuk
mengisi daftar pertanyaan tersebut.
2. Metode Interview
Cara untuk pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara
langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang
diperlukan.
24
Metode Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang persepsi kualitas pelayanan jasa rumah sakit dan persepsi image.
Selain itu juga untuk mengidentifikasi karakteristik masing-masing
individu dalam bentuk frekuensi dan prosentase.
Analisis Statistik Inferensial
Analisis inferensial bertujuan untuk menguji signifikan pengaruh
atau kontribusi antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Alat
analisis yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas dan analisis
regresi berganda.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur itu mengukur apa yang diukur atau dengan kata lain
apakah alat ukur tersebut telah tepat untuk mengukur objek yang
diteliti. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Korelasi
Product Moment yang sudah terkoreksi dengan korelasi bagian
totalnya (cored item total correlation).
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%. Dasar
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika pqr hitung positif serta > r tabel, maka butir tersebut valid
Jika pqr hitung negatif serta < r tabel, maka butir tersebut tidak valid
25
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila alat ukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama hasil yang diperoleh
konsisten, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan reliabel. Untuk
menghitung reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien
Cronbach Alpha.
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%. Dasar
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut (Rangkuti,
2002:77):
Jika koefisien Cronbach Alpha positif serta > 0,6, maka variabel
tersebut reliabel.
Jika koefisien Cronbach Alpha negatif serta < 0,6, maka variabel
tersebut tidak reliabel.
c. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi Ketidaksamaan varian dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas
muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati
tidak memiliki varian yang konstan dari satu observasi ke
observasi lainnya.
26
Kriteria pengambilan keputusan adalah (Imam Ghozali,
2001) :
a. Jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka
telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel bebas
(Imam Ghozali, 2001). Untuk mendeteksi ada atau tidak
multikolinearitas dalam regresi salah satunya dilihat dari
Variance Inflation Factor (VIF). Apabila terdapat nilai toleransi
(mendekati 1) dan VIF (mendekati angka 1), maka dapat
disimpulkan tidak ada gangguan multikolinearitas antar variabel
bebas dalam model regresi.
3. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi;
variabel bebas dan variabel terikat, keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak (Santoso, 2001). Model regresi yang
baik mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.
27
Dasar pengambilan keputusan (Santoso, 2001) adalah sebagai
berikut :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
normalitas
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi normalitas.
d. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan dalam penelitian ini karena
pengamatan terdiri dari beberapa variabel bebas (independent
variable).
Bentuk umum dari persamaan regresi berganda untuk
membuktikan hipotesis kedua adalah sebagai berikut:
∧Y = eXbXbXbXbXba ++++++ 5544332211
Keterangan:
Y : Image
1X : Bukti Langsung (Tangible)
2X : Kehandalan (Reliability)
3X : Daya Tanggap (Responsivensee)
4X : Jaminan (Assurance)
5X : Empati (Empathy)
28
a : Konstanta
51 bb − : Koefisien Regresi Variabel Independen
e : error
1. Analisis Signifikan Pengaruhn Secara Persial (t Test)
Tujuan diadakannya pengujian ini (t Test) adalah untuk
mengetahui derajat signifikan pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian
masing-masing variabel didasarkan pada prosedur pengujian
sebagai berikut (Alfigari, 1997, hal.160)
a. Menentukan formulasi hipotesis
- Ho : bi = 0 artinya variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen
- Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen
b. Menentukan nilai kritis
Nilai kritis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien
regresi dapat ditentukan menggunakan tabel distribusi normal
(t tabel) dengan memperhatikan tingkat signifikan dan
banyaknya sampel yang digunakan.
c. Mencari nilai t hitung
Nilai t hitung masing-masing koefisien regresi dapat dicari
dengan menggunakan formula perhitungan sebagai berikut:
29
bS
bt
β−=
Keterangan:
b : Koefisien Regresi
bS : Kesalahan standar koefisien regresi
d. Melakukan pengambilan kesimpulan
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
- Jika t hitung > t tabel dan probabilitas signifikan < 0,05
maka Ho ditolak artinya variabel independen secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen
- Jika t hitung < t tabel dan probabilitas signifikan > 0,05
maka Ho diterima artinya variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
2. Analisis Signifikan Hubungan Secara Simultan (F Test)
Sedangkan untuk menguji apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen digunakan uji F (F Test). Adapun langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut (Algifari, 1997, hal. 163):
a. Menentukan formulasi hipotesis
- Ho : b1, b2, b3, b4, b5 = 0 artinya secara bersama-sama
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen
30
- Ha : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0 artinya secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen
b. Menentukan nilai kritis
Nilai kritis dalam distribusi F ditentukan dengan melihat
tingkat signifikan yang digunakan, jumlah sampel dan
banyaknya variabel independen. Dalam penelitian ini tingkat
signifikan yang digunakan adalah 5%.
c. Mencari nilai F hitung
Nilai F hitung dapat diketahui dengan menggunakan formula
perhitungan sebagai berikut:
( )( ) ( )KnR
KRFhitung −−−
−=2
2
1
1/
Keterangan:
n : Jumlah pengamatan atau observasi
K : Jumlah variabel independen
2R : Jumlah kuadrat (R Square)
d. Melakukan pengambilan keputusan
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
- Jika F hitung > F tabel dan probabilitas signifikan < 0,05
maka Ho ditolak artinya secara bersama-sama variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen
31
- Jika F hitung < F tabel dan probabilitas signifikan > 0,05
maka Ho ditolak artinya secara bersama-sama variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen