1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata saat ...

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata saat ini merupakan salah satu sektor unggulan yang dikembangkan oleh banyak negara dalam rangka meningkatkan pendapatan nasionalnya. Ini disebabkan karena disamping dapat meningkatkan pendapatan nasional, sektor ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dalam perekonomian dunia, pariwisata saat ini dipandang sebagai sektor yang paling terkemuka, karena mempunyai pengaruh secara strategis pada perekonomian di banyak negara. Fenomena globalisasi dunia yang terjadi saat ini yang didukung oleh perkembangan sistem komunikasi dan informasi dunia yang demikian pesat, semakin memperkuat dan mempercepat lajunya sektor pariwisata ini. Kuantitas perjalanan wisata di banyak negara semakin lama semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya negara yang terlibat di dalamnya baik sebagai produsen, broker maupun konsumen dari produk wisata (Pusat Studi Jepang UGM, 1995). John Naisbitt dalam Global Paradox, mengatakan bahwa dalam era globalisasi, pariwisata merupakan industri terbesar di dunia. Pariwisata adalah penghasil uang terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi gobal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, pariwisata mempekerjakan 240 juta

Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata saat ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pariwisata saat ini merupakan salah satu sektor unggulan

yang dikembangkan oleh banyak negara dalam rangka meningkatkan

pendapatan nasionalnya. Ini disebabkan karena disamping dapat

meningkatkan pendapatan nasional, sektor ini mempunyai dampak yang

sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dalam

perekonomian dunia, pariwisata saat ini dipandang sebagai sektor yang

paling terkemuka, karena mempunyai pengaruh secara strategis pada

perekonomian di banyak negara.

Fenomena globalisasi dunia yang terjadi saat ini yang didukung

oleh perkembangan sistem komunikasi dan informasi dunia yang

demikian pesat, semakin memperkuat dan mempercepat lajunya sektor

pariwisata ini. Kuantitas perjalanan wisata di banyak negara semakin lama

semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya negara yang

terlibat di dalamnya baik sebagai produsen, broker maupun konsumen dari

produk wisata (Pusat Studi Jepang UGM, 1995).

John Naisbitt dalam Global Paradox, mengatakan bahwa dalam

era globalisasi, pariwisata merupakan industri terbesar di dunia. Pariwisata

adalah penghasil uang terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi

gobal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, pariwisata mempekerjakan 240 juta

2

orang di seluruh dunia, atau satu dari setiap sembilan pekerja, atau 10,6%

dari angkatan kerja global.

Pariwisata sebagai sumber pendapatan global adalah penyumbang

ekonomi terkemuka di dunia yang menghasilkan 10,2% produk nasional

bruto. Pariwisata adalah produsen terkemuka untuk mendapatkan pajak

sebesar $655 miliar. Pariwisata adalah industri terbesar dalam hal keluaran

bruto, yaitu mendekati $3,4 triliun. Pariwisata adalah 10,9% dari semua

belanja konsumen, 10,7% dari semua investasi modal, dan 6,9% dari

semua belanja pemerintah (Gelgel, 2006:24-25).

Sebagai salah satu negara yang kaya akan potensi wisata, maka

sektor pariwisata saat ini juga menjadi andalan pemerintah. Berbagai

kebijakan dikeluarkan untuk mendukung dan meningkatkan laju

kepariwisataan di Indonesia. Bahkan pariwisata ditetapkan sebagai sektor

andalan pembangunan nasional (Gelgel, 2006:73).

Dikembangkannya konsep tahun kunjungan wisata Indonesia,

mulai di tingkat nasional hingga provinsi menjadi salah satu indikator

bagaimana pemerintah Republik Indonesia berupaya meningkatkan dan

membangun sektor kepariwisataan. Hal ini disebabkan karena sektor

pariwisata memiliki andil yang sangat signifikan dalam pembangunan

perekonomian baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun

Nasional.

Menurut I Gde Pitana dan Cecep Rukendi (2009) dalam tulisannya

yang berjudul Kebijakan Pariwisata Berbasis Alam di Indonesia, juga

3

diungkap bahwa pada tahun 2008 sektor pariwisata berada pada peringkat

ketiga penyumbang devisa terbesar dengan menghasilkan 7,37 dolar AS

yang diperoleh dari kedatangan 6,4 juta wisatawan mancanegara (Pitana

dan Cecep, dalam Yondri, 2011).

Dari tahun ke tahun sektor pariwisata mempunyai konstribusi yang

terus meningkat terhadap pendapatan nasional. Pada tahun 2008

kepariwisataan Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) sebesar Rp. 153,25 trilyun atau 3,09% dari total PDB Indonesia

(BPS dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011). Pada

tahun 2009, kontribusinya meningkat menjadi 3,25%. Pertumbuhan PDB

pariwisata pun sejak tahun 2001 selalu menunjukkan angka pertumbuhan

yang lebih tinggi dibandingkan PDB nasional. Walaupun masih

menunjukkan angka sementara, pada tahun 2009 pertumbuhan PDB

pariwisata mencapai 8,18%, sedangkan PDB nasional hanya 4,37%. Pada

tahun yang sama, devisa dari pariwisata merupakan kontributor terbesar

ketiga devisa negara, setelah minyak dan gas bumi serta minyak kelapa

sawit. Peringkat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat

sejak tahun 2006 yang hanya menempati peringkat ke-6 dari 11 komoditi

sumber devisa negara (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

2011).

Sehubungan dengan hal itu, maka sangatlah beralasan jika di era

otonomi daerah ini, berbagai daerah melalui kebijakan pemerintah daerah

setempat berusaha menggali dan mengembangkan berbagai potensi yang

4

dapat memacu peningkatan bidang kepariwisataan. Bahkan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-

2025, arah pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2005-2025

dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal, serta memberian perluasan kesempatan kerja (Pitana dan Cecep,

dalam Yondri, 2011).

Di berbagai daerah, pembangunan pariwisata terus dikembangkan

dan ditingkatkan untuk berbagai hal antara lain yaitu untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD), memperluas dan meratakan kesempatan

kerja, mendorong pembangunan daerah khususnya dalam hal pengelolaan

pajak dan usaha, serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat. Hal ini ditunjang dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999, yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang nomor 32

tahun 2004 tentang otonomi daerah, yang pada dasarnya menegaskan

perlunya pemerintah daerah mengoptimalkan pendapatan asli daerah dari

berbagai sumber-sumber yang dimilikinya, termasuk dalam hal ini dari

sektor kepariwisataan.

Sebagai negara sedang berkembang, Pemerintah RI telah

melakukan berbagai upaya peningkatan bidang kepariwisataan.

Pemerintah menyadari bahwa potensi-potensi wisata di Indonesia yang

beraneka ragam bisa menjadi aset berharga untuk menjaring calon

wisatawan atau calon investor guna mengembangkan usaha di sektor

5

kepariwisataan. Salah satu kekayaan wisata di Indonesia yang terletak di

pulau Jawa ada di daerah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Di kedua propinsi ini terdapat banyak sekali obyek wisata

terkenal, mulai dari candi yang terkenal yaitu Candi Borobudur, Candi

Prambanan, Candi Mendut hingga candi-candi kecil disekitarnya. Di kedua

wilayah ini juga terdapat wisata alam pantai mulai dari Pantai Parangtritis,

Samas, Baron, Kukup dan sebagainya. Juga terdapat hutan wisata, seperti

Kaliurang, Tawangmangu dan sebagainya. Ada pusat kebudayaan seperti

Kraton Yogyakarta dan Surakarta disamping juga terdapat obyek wisata

ekonomi dan buatan yang lain. Pendek kata di wilayah Propinsi Jawa

Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak

potensi wisata, mulai dari wisata alam, peninggalan purbakala,

peninggalan sejarah, keanekagaraman flora dan fauna serta

keanekagaraman seni dan budaya maupun obyek wisata buatan.

Kesemuanya itu adalah sumber daya yang besar artinya jika

dikembangkan secara profesional, sehingga mampu meningkatkan

pendapatan asli daerah masing-masing. Untuk itu maka di kedua Propinsi

ini juga dikeluarkan berbagai kebijakan untuk menunjang laju

pertumbuhan bidang kepariwisataannya. Mulai dari pengembangan sarana

dan prasarana pendukung, pengembangan kelompok sadar wisata

(pokdarwis) hingga pengembangan pusat obyek wisatanya. Berbagai

penataan telah dilakukan untuk mempercantik dan menarik minat

masyarakat wisata, baik bagi para wisatawan itu sendiri maupun

6

pengusaha di bidang kepariwisatannya. Hal ini disebabkan karena sebagus

apapun obyek wisata akan tidak banyak manfaatnya jika tidak didukung

oleh sarana dan prasarana yang memadai mulai dari akses jalan,

pemenuhan sarana dan prasarana yang lain, kesadaran masyarakat hingga

kebutuhan komunikasi dan sebagainya.

Disamping itu salah satu hal yang sangat penting dalam rangka

pembangunan kepariwisataan adalah bagaimana menyebarluaskan

informasi wisata tersebut ke pasar wisata melalui promosi dan pemasaran

yang dilakukannya. Tanpa pemasaran dan promosi yang memadai maka

informasi keberadaan obyek wisata tidak akan pernah sampai pada para

peminat wisata.

Banyak cara dan strategi diterapkan dalam rangka untuk menarik

konsumen untuk berbagai pilihan di pasar yang sangat kompetitif.

Berbagai cara pemasaran dan promosi serta alat-alat manajemen yang

dapat dipertimbangkan untuk diterapkan. Kesemuanya itu dilakukan

untuk menjembatani kepentingan produsen dengan masyarakat selaku

konsumen. Salah satu hal yang paling penting dalam cara-cara ini adalah

penerapan public relations secara benar dan efektif. Hal ini disebabkan

karena public relations memainkan peran dalam membangun pencitraan

dari sebuah objek, kegiatan dan identitas (Morgan dan Pritchard, dalam

Ceylan, 2007:1). Dalam pembangunan bidang kepariwisataan maka

dengan Public relations yang baik maka kepentingan para penyedia obyek

7

wisata terhadap masyarakat akan dapat terjembatani dengan baik,

sehingga pembangunan di sektor ini bisa berjalan efektif dan efisien.

Begitu banyaknya potensi wisata yang ada di Jawa Tengah dan

Daerah Istimewa Yogyakarta, maka berbagai kebijakan telah dibuat oleh

masing-masing daerah. Namun demikian karena pembangunan sektor

kepariwisataan tidak mengenal batas administrasi, sehingga diperlukan

sinergisitas antar daerah maka berbagai daerah melakukan kerjasama

untuk memajukan sektor ini di wilayah mereka. Kesadaran atas kenyataan

bahwa masing-masing daerah tak dapat berdiri sendiri dalam

pembangunan bidang kepariwisataan ini disadari oleh beberapa kabupaten

di wilayah Jawa Tengah dan DIY.

Salah satu bentuk kerjasama pengembangan sektor kepariwisataan

yang dilakukan antar daerah di Propinsi Jawa Tengah bagian Selatan dan

DIY adalah Java Promo, yang merupakan forum kerjasama bidang

pariwisata yang mewadahi kepentingan promosi dan pemasaran pariwisata

di wilayah Jawa Tengah bagian Selatan dan DIY. Anggota Java Promo

terdiri atas 15 kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian selatan

dan DIY. Ke-15 daerah tersebut berada diwilayah sekitar candi Borobudur,

yang merupakan icon dari badan/ forum kerjasama promosi Java Promo

untuk membuat kluster pariwisata. Salah satu fungsi Java Promo adalah

sebagai wadah untuk memberikan pelayanan informasi sebanyak mungkin

mengenai berbagai tujuan wisata di 15 kabupaten/ kota dan untuk

mempromosikan dan mendukung industri pariwisata di 15 kabupaten/ kota

8

di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Disamping itu Java Promo dibentuk

dalam rangka mempromosikan pariwisata secara bersama sama dalam satu

wilayah destinasi wisata serta mengembangkan produk paket wisata yang

potensial. Java Promo ini dibentuk pada tanggal 26 juni 2002 di Hotel

Hyatt Regency, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Pada awalnya hanya

diikuti 13 kabupaten/ kota tetapi kemudian bertambah menjadi 15

kabupaten / kota di Jateng dan DIY.

Selaku pelaksana kerjasama pengembangan pariwisata di 15

kabupaten/ kota maka untuk dapat melaksanakan visi dan misinya Sekber

Java Promo harus mampu melakukan fungsi Public relations dengan baik.

Disamping itu dalam melaksanakan fungsinya selaku public relations,

Sekber Java Promo harus mempunyai strategi yang tepat agar visi dan

misi yang diembannya dapat diwujudkan sesuai harapan para anggotanya.

Tujuan utama dari forum kerjasama ini adalah untuk

mempromosikan daerah masing-masing dengan cara kemitraan, juga untuk

menyamakan visi dan misi dalam pengembangan dan peningkatan potensi

pariwisata daerah. Dari kesatuan visi dan misi ini diharapkan akan terjalin

kerjasama antar sesama pemerintah daerah dalam rangka pengembangan

pariwisata daerah yang pada akhirnya akan mendorong terciptanya

kesepakatan kerjasama bidang pariwisata antar daerah dalam satu wilayah

destinasi wisata Jawa.

Mengingat bahwa rencana pengembangan pariwisata tidak bisa

dikotak-kotakkan, maka perlu adanya kerjasama antar kabupaten.

9

Kemudian tanggal 22 Juni 2002 di Sleman dengan penggagas awal adalah

Kabupaten Sleman mengundang 13 Kabupaten / Kota untuk kerjasama

untuk promosi pariwisata, inti tujuan utamanya adalah untuk promosi

pariwisata secara bersama-sama. Terlepas apakah masing-masing

anggotanya telah mempromosikan secara individual namun promosi secara

bersama-sama dapat memberikan khazanah kepada calon wisatawan

tentang tujuan wisata yang sejenis yang berada di daerah lain anggota Java

Promo

Strategi Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai

public relations dimaksudkan sebagai media promosi untuk

mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke tempat-

tempat yang telah dipilih. Targetnya yaitu untuk membentuk persepsi

konsumen tentang citra tempat wisata dan menjaring konsumen baru.

Dengan penerapan strategi yang tepat dalam hal pelaksanaan fungsi public

relations yang dilakukannya, diharapkan Java Promo menjadi media yang

sangat efektif untuk dijadikan alternatif pemasukan bagi wilayah-wilayah

yang menjadi memiliki objek wisata yang masuk dalam program

pengembangan Java Promo.

Dalam kedepannya peran Java Promo sebagai public relations

bidang pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Tengah

dan Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan mampu untuk tidak hanya

menarik pengunjung tetapi juga untuk membuat mereka senang setelah

mereka tiba (Wilcox, et.al. dalam Ceylan, 2007:1). Hal ini sangat penting

10

untuk menciptakan persepsi positif pengunjung dan perasaan tentang

tujuan wisata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melihat

strategi yang diterapkan oleh Sekber Java Promo dalam melaksanakan

fungsinya sebagai Public Relations. Dengan demikian maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi yang dilakukan

oleh Sekber Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai Public

Relations bidang pariwisata di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah

Istimewa Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi

Sekber Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai public

relations bidang pariwisata di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Disamping itu juga dalam rangka menambah kajian bidang

ilmu komunikasi khususnya tentang peran public relations dalam sebuah

organisasi.

11

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, diharapkan penelitian ini bermanfaat

antara lain:

1. Secara Teoritis

Memperkaya khazanah pengembangan ilmu pengetahuan

komunikasi khususnya berkaitan dengan studi tentang public relations

dalam sebuah organisasi.

2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini sebagai media untuk menerapkan teori-teori yang

diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi institusi

Hasil penelitian ini sebagai masukan dan atau koreksi atas program

pengembangan Java Promo, sehingga institusi ini bisa memainkan

peran yang maksimal dalam melaksanakan vsi dan misinya.

c. Bagi masyarakat umum

Hasil penelitian ini sebagai informasi mengenai program Java

Promo, sehingga bisa dijadikan referensi untuk pengembangan

wisata di tempat lain.

12

E. Kerangka Pemikiran

1. Strategi Pengembangan Industri Pariwisata Melalui Kerjasama

Antar Daerah

Strategi merupakan terminologi yang digunakan luas oleh organisasi

laba (profit oriented) yang kemudian dalam perkembangannya digunakan

pula oleh organisasi nirlaba atau organisasi publik lainnya baik di sektor

organisasi birokrasi pemerintahan maupun oleh kalangan volunter (NGO-

Non govermental Organization) atau yang lebih dikenal dengan Lembaga

Swadaya Masayarakat (Tangkilisan, 2005:2). Pada prinsipnya sebuah

strategi dibutuhkan karena adanya perkembangan masyarakat, kemajuan

tehnologi dan tuntutan pasar secara keseluruhan. Menurut Hofer and

Scendels (1978) dalam Tangkilisan, (2005:253) strategi adalah

fundamental pattern of present and planned resources deployments and

enviromental interactions that indicates how the organization will achieve

its objects.

Dengan demikian dalam rumusan strategi terdapat upaya untuk

menyesuaikan dengan lingkungan melalui penggunaan dan pengelolaan

sumber daya organisasi dan masalah interaksi organisasi dengan

lingkungan eksternalnya. Dalam kehidupan organisasi, strategi sangatlah

diperlukan dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungannya.

Strategi juga diperlukan dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi

tersebut. Termasuk didalamnya strategi yang diterapkan oleh organisasi

yang bergerak dibidang kepariwisataan.

13

Saat ini pertumbuhan pariwisata dunia telah berkembang dengan

begitu pesatnya. Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan berbagai

upaya peningkatan industri pariwisata. Salah satu diantaranya adalah

pencanangan program Visit Indonesian Year yang dimulai tahun 2008 dan

berjalan sampai sekarang. Program ini dilatar belakangi oleh kenyataan

bahwa angka kunjungan wisatawan selama tahun 2007-2008 telah

mengalami peningkatan yakni 5,5 juta di tahun 2007 menjadi 6,5 juta di

tahun 2008 (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011). Kondisi

yang demikian tentu akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan

nasional. Untuk itu maka perlu dipikirkan upaya guna lebih

meningkatkannya.

Industri pariwisata pada hakekatnya adalah keseluruhan usaha

yang menyediakan berbagai pelayanan yang secara langsung dapat

memuaskan kebutuhan wisatawan dan melakukan kontak dengan

wisatawan di setiap aktivitas mereka. Dengan demikian industri ini akan

melibatkan banyak kelompok masyarakat, mulai dari wisatawan, penyedia

obyek wisata, pengusaha hingga masyarakat sekitar obyek wisata. Industri

pariwisata menyediakan layanan secara eksklusif, dominasi ataupun

hanya bersifat musiman untuk wisatawan.

Dalam era otonomi daerah maka pengembangan industri pariwisata

banyak dilakukan melalui kerjasama antar daerah. Hal ini mengingat

bahwa pariwisata tidak bisa dibatasi oleh wilayah administrasi. Kerjasama

antar daerah secara normatif merupakan kerjasama yang dilakukan antar

14

pemerintah daerah baik tingkat propinsi, kota dan kabupaten dalam suatu

wilayah atau antar wilayah. Kerjasama antar daerah penting untuk

dilakukan dalam rangka mencapai efektivitas pengelolaan sumber daya,

memperbaiki pelayanan publik serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Pratikno dalam Laporan Pelaksanaan Java Promo tahun

2011). Salah satu forum kerjasama pengembangan pariwisata antar daerah

adalah Java Promo, yaitu forum pengembangan kerjasama antar daerah di

Propinsi Jawa Tengah bagian selatan dan DIY, khususnya yang berada di

sekitar obyek wisata Candi borobudur.

Visi Java promo adalah terwujudnya promosi terpadu menuju

Pariwisata Unggulan di Jawa. Untuk itu guna mewujudkannya maka

diperlukan langkah strategis guna merealisasikan program-program yang

disusunnya. Untuk bisa merealisasikan itu semua maka satu hal yang

sangat penting adalah mengoptimalkan peran public relations dari forum

tersebut sehingga mampu menjadi jembatan penghubung dan memberikan

informasi sekaligus promosi guna pengembangan pariwisata di Jateng dan

DIY.

2. Fungsi dan peranan Public Relations dalam suatu organisasi

Dalam sebuah organisasi, Public relations akan terlibat secara

intensif dan terintegrasi dengan struktur manajemen organisasi. Hal ini

berarti bahwa fungsi dan peranan Public Relations tidaklah semata-mata

hanya berkaitan dengan persoalan teknis akan tetapi terintegrasi dalam

15

struktur organisasi. Dengan demikian fungsi public relations tidaklah

semata-mata sebagai fungsi komunikasi semata, akan tetapi juga fungsi

manajemen.

Namun demikian menilai peranan Public relations tidaklah hanya

semata-mata dari segi tanggung jawab yang diembannya akan tetapi juga

dari tugas atau tindakan yang dilakukannya. Public Relations yang efektif

akan melibatkan apa yang harus dilakukan dan dikatakan oleh organisasi.

Dengan demikin praktisi Public Relations harus memiliki kepekaan

terhadap kebutuhan serta situasi lingkungannya, sehingga setiap tindakan

dan perkataan yang diambil akan berdampak positif terhadap organisasi.

Hal ini disebabkan karena pada dasarnya public relations

mengimplikasikan adanya usaha untuk membangun hubungan yang

harmonis antara organisasi dengan publik-publiknya (Putra, 1999:2).

Wilcox, Ault dan Agee (dalam Putra, 1999:3-4) menyatakan bahwa

dalam konsep Public Relations meliputi beberapa hal yaitu : (1). deliberate

(kegiatan yang sengaja dilakukan untuk mempengaruhi, meningkatkan

pemahaman, menyediakan informasi dan memperoleh umpan balik). (2)

planned (kegiatan yang terorganisir rapi dan direncanakan melalui analisis

yang cermat). (3). Performance (Public relations harus didasarkan pada

kebijakan Public Relations dan penampilan yang sesungguhnya) (4).

Public interest (kegiatan adalah untuk memenuhi kepentingan publik,

tidak semata-mata untuk membantu organisasi memperoleh keuntungan

sebesar-besarnya) (5).Two way communication (kegiatan Public Relations

16

harus mengarah pada pertukaran informasi (6). Management function

(Public Relations merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan

dalam manajemen organisasi).

Fungsi dasar Public Relations bukanlah untuk menampilkan

pandangan organisasi atau seni untuk sikap publik, tetapi untuk melakukan

rekonsiliasi atau penyesuaian terhadap kepentingan publik, setiap aspek

pribadi organisasi maupun perilaku perusahaan yang punya signifikansi

sosial (L.Childs dalam Cutlip, Center dan Broom, 2007:4). Untuk itu ada

dua fungsi penting dalam public relations yaitu fungsi manajemen dan

fungsi komunikasi.

Dalam kapasitas fungsi manajemen, Public Relations merupakan

bagian dari manajemen yang ikut menentukan kebijakan organisasi atau

perusahaan, sehingga Public relations ada dalam struktur organisasi.

Sementara dalam kapasitas sebagai fungsi komunikasi, Public relations

merupakan jembatan bagi organisasi untuk melakukan komunikasi dengan

publik. Untuk itu maka Public relations harus melakukan berbagai

kegiatan nyata untuk melakukan fungsinya, yaitu berkomunikasi dengan

publik tersebut. Kegiatan tersebut dapat berbentuk event, kampanye

maupun program (Hunt dan Grunig dalam Putra, 1999:13).

Dalam melaksanakan fungsinya tersebut beberapa peran dapat

dimainkan oleh public relations. Diantara peran yang dapat dimainkan

oleh public relations antara lain adalah:

17

1. Espert Prescriber yaitu peran sebagai partner manajemen untuk

mengatasi masalah yang timbul yang berkaitan dengan persoalan

kehumasan (Putra, 1999:14).

2. Communication facilitator yaitu berperan membantu manajemen

dengan menciptakan kesempatan untuk “mendengar” apa “kata publik”

dan menciptakan peluang agar publik mau mendengar (Dozier dan

Broom dalam Putra, 1999:14).

3. Problem solving process facilitator, dimana peran yang dimainkan

adalah membantu manajemen melalui kerjasama dengan bagian lain

dalam organisasi untuk memecahkan masalah yang memuaskan

khususnya berkaitan dengan persoalan kehumasan (Putra, 1999:14).

4. Communication technician, hanya sebagai journalist in residence yang

hanya menyediakan layanan tehnik berkomunikasi bagi organisasi

(Putra, 1999:14)

3. Hubungan antara Public relations dan Industri Pariwisata

Menurut Yoeti (1996:103) Pariwisata adalah perjalanan yang

dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara

waktu yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, meninggalkan

tempatnya semula dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan

untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-

mata untuk menikmati kegiatan bertamasya dan rekreasi dan untuk

18

memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Saat ini pariwisata sudah

berkembang sangat pesat menjadi sebuah industri yang menjanjikan dan

mempunyai dampak yang menyebar ke semua sektor.

Industri pariwisata pada dasarnya merupakan rangkuman dari

berbagai macam bidang usaha yang bersama-sama menghasilkan produk-

produk maupun jasa, layanan atau services yang nantinya baik secara

langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama

perjalanan (Yoeti, 1996:153). Kegiatan Pariwisata merupakan bidang yang

multi tasking, memiliki komunikasi kultural dan perpaduan kultural hingga

mempunyai dampak baik secara sosial, ekonomi maupun politik. Untuk

itu maka demi mencapai keberhasilan dalam melakukan aktivitas

pariwisata ini, peranan public relations sangatlah dibutuhkan.

Public relations mempunyai tujuan untuk merancang dan

membangun citra produk dan layanan pariwisata (Gaulke dalam Sutisna,

2003:335), Public relations juga bertujuan untuk membenahi citra yang

negatif menjadi positif dan melindungi citra organisasi (Jefkins, 1994:5).

Pencitraan dibangun dan diciptakan oleh public relations melalui media

cetak, dari mulut ke mulut, dan sikap pemirsa yang ditargetkan. Jika

dilakukan dengan benar, calon wisatawan akan tahu bagaimana mereka

akan mendapatkan keuntungan, belajar dan tumbuh dari mengunjungi

objek tertentu atau pertunjukan-pertunjukan (Krapfl dalam Ceylan,

2007:5).

19

Dalam perspektif fungsi komunikasi, public relations adalah

kegiatan yang dilakukan dalam bentuk komunikasi untuk memberikan

informasi yang akurat. Untuk itu praktisi Public relations harus

mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Komunikasi pada dasarnya

merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan

dengan suatu tujuan tertentu. Dalam konteks pariwisata, informasi itu tentu

akan berhubungan dengan persoalan pariwisata. Salah satu informasi yang

penting dalam pengembangan pariwisata adalah informasi yang bertujuan

untuk keperluan promosi dan pemasaran wisata. Dengan demikian fungsi

public relations dalam industri pariwisata, salah satu diantaranya adalah

fungsi komunikasi untuk keperluan pemasaran dan promosi wisata.

Berkaitan dengan hal ini maka Public Relations dalam

melaksanakan fungsinya harus mempunyai strategi yang tepat, baik dalam

fungsinya sebagai alat manajemen maupun dalam fungsi komunikasi yang

dilakukannya dengan publik. Dalam perannya sebagai alat manajemen

maka Public Relations harus mampu uuntuk merekomendasikan pada

pihak manajemen bagaimana mengefektifkan penawaran dan promosi

wisata yang dilakukan. Sementara dalam peran sebagai fungsi komunikasi

maka Public Relations harus mampu menyediakan, menyampaikan

informasi, dan memberi pemahaman kepada calon wisatawan yang

potensial agar melakukan kunjungan wisata. Disamping itu juga harus

memiliki ketrampilan dan teknik-teknik tententu sehingga bisa menarik

20

minat wisatawan untuk datang dan menikmati obyek wisata yang

dipromosikan.

Untuk keperluan ini bisa dilakukan dengan melibatkan media, baik

media cetak maupun media elektronik. Disamping itu juga bisa melalui

pesan dari mulut ke mulut. Media merupakan sumber informasi yang

paling penting dalam strategi pemasaran dan promosi wisata pada

khususnya, karena media menciptakan gambaran tentang objek tujuan

wisata kepada calon-calon wisatawan yang belum pernah mendengar atau

melihat gambaran tentang objek dari siapapun. Hal ini mengingat

kesediaan wisatawan mendatangi daerah tujuan wisata sangat tergantung

pada informasi-informasi yang disampaikan oleh media dan ketika

pembaca tidak memiliki pengalaman tujuan, pentingnya media

representasi meningkat (Jenkins dalam Ceylan, 2007:6).

F. Kerangka Konsep

Saat ini industri pariwisata menjadi pilihan yang menarik dalam

rangka meningkatkan pendapatan nasional. Oleh kareana itu di era

otonomi daerah sekarang ini, maka beberapa daerah berusaha sekuat

tenaga untuk meningkatkan pendapatan di sektor ini. Persaingan dalam

pengembangan industri pariwisata yang saat ini berkembang pesat perlu

disikapi dengan cara yang bijak. Kerjasama antar daerah perlu

dikembangkan dalam rangka ini. Java Promo merupakan salah satu

21

bentuk forum kerjasama antar daerah dalam pengembangan pariwisata

khususnya di Jawa Tengah bagian selatan dan DIY.

Dalam rangka lebih mengefektifkan kinerja dan program Java

Promo maka dibentuklah Sekretariat bersama (sekber) Java Promo.

Dengan kata lain Sekber Java Promo merupakan tulang punggung untuk

pengembangan wisata di daerah yang menjadi anggotanya, khususnya

dalam pemasaran dan promosi wisata. Dalam rangka melaksanakan fungsi

ini maka sebagai sebuah forum atau bentuk organisasi, maka Sekber Java

promo harus mampu melakukan perannya dengan baik. Salah satu yang

peran yang sangat penting yang harus dilakukan oleh Sekber Java Promo

adalah sebagai public relations yang baik untuk dapat mewujudkan visi

dan misinya. Ini disebabkan karena Public relations tidaklah hanya sebatas

sebagai jembatan komunikasi dengan publik tetapi juga bisa berfungsi

sebagai alat manajemen.

Pengembangan Java Promo melalui aktivitas di Sekbernya

diharapkan mampu menjadi salah satu bagian paling penting dari fungsi

pemasaran dan promosi pariwisata. Dalam hal ini mencakup definisi

"untuk mempromosikan peningkatan pemahaman antara operator dan

publik mereka" (Roberts dalam Ceylan, 2007:2).

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan pengembangan fungsi

public relations yang dijalankan oleh Java Promo yang dimaksudkan

sebagai media promosi untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah

kunjungan wisata ke tempat-tempat yang telah dipilih. Targetnya yaitu

22

untuk membentuk persepsi konsumen tentang citra tempat wisata dan

menjaring konsumen baru. Dengan strategi public relations yang tepat

diharapkan Java Promo menjadi media yang sangat efektif untuk dijadikan

alternatif pemasukan bagi wilayah-wilayah yang memiliki objek wisata

yang masuk dalam program pengembangan Java Promo.

G. Metode Penelitian

Penelitian tentang Sekber Java Promo dalam melaksanakan

perannya sebagai public relations merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang didasarkan pada

fenomena yang terjadi secara empirik, menggambarkan dan memahami

fenomena yang terjadi yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi

secara dinamis dalam suatu sistem yang menyeluruh berkenaan dengan

masalah yang diteliti. Penelitian akan dilakukan di beberapa lokasi anggota

Java Promo, dan dipusatkan di sekretariat Sekber Java Promo di

Kabupaten Sleman propinsi DIY.

Bognan dan Taylor (dalam Moleong, 2011:4) mendefinisikan

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

23

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya (Moleong, 2011:11).

Dalam penelitian kualitatif metode pengumpulan data yang

biasanya dilakukan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan

dokumen (Moleong, 2011:5). Untuk itu maka dalam menjaring data

penelitian ini maka peneliti menggunakan sejumlah tehnik yaitu

wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yang

ditunjuk untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam

melaksanakan wawancara mendalam ini digunakan pedoman wawancara,

dimana pertanyaan yang diajukan bisa berkembang di lokasi penelitian

sesuai dengan jawaban informan dan keingintahuan peneliti. Observasi

dilakukan untuk memahami secara mendalam tentang hasil wawancara

dengan informan. Ini juga dilakukan untuk mendeskripsikan setting yang

terjadi di lapangan serta aktivitas yang ada didalamnya. Sedangkan

dokumentasi dilakukan untuk menemukan data-data sekunder yang

diperlukan, seperti catatan, laporan kegiatan dan sebagainya.

Beberapa informan yang akan diwawancarai adalah :

1. Pengurus Harian Sekber Java Promo

2. Kepala Dinas Pariwisata yang bisa dihubungi

3. Salah Satu Penyusun RPJM Java Promo

Untuk menguji validitas datanya maka dalam penelitian ini

digunakan tehnik triangulasi data, yaitu suatu tehnik mengontrol data

24

melalui pengajuan pertanyaan yang sama pada beberapa sumber yang

berbeda guna dicari tingkat validitasnya.

Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.

Analisis induktif digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses

induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang

terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat

hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan

akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara

penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya

pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat

menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.

Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara

eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik (Moleong, 2011:10).

Penalaran induktif dalam penelitian ini dimulai dari kajian khusus

ke umum, yaitu mengambil kajian khusus dari data kegiatan yang

dilakukan oleh Sekber Java Promo di bidang pariwisata. Kajian dimulai

dengan mengidentifikasi kegiatan yang telah dilakukan dari tahun 2003 s/d

2011 di Sekber Java Promo, selanjutnya melakukan identifikasi kegiatan-

kegiatan public relations yang telah dan akan dilakukan.

Untuk mencapai tujuan tersebut diambil tahap-tahap dalam proses

penelitian :

1. Tahap Pengumpulan Data dan Deskripsi

25

Tahapan ini meliputi pendeskripsian data / kegiatan Sekber Java

Promo dari tahun 2003 s/d 2011. Disamping itu juga mendasarkan

pada wawancara mendalam yang dilakukan pada sejumlah informan

yang dipilih.

2. Tahap Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan data primer dari

observasi di lapangan kemudian dikaji dengan data sekunder.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahapan terhadap evaluasi Strategi kegiatan

public relations Sekber Java Promo yang telah dilaksanakan kemudian

dilakukan evaluasi sehingga akan diperoleh kegiatan public relations

yang akan dilaksanakan di tahun-tahun mendatang yang secara

professional.

4. Kesimpulan / Rekomendasi

Tahap kesimpulan/rekomendasi merupakan tahapan akhir dalam

penelitian ini yang akan berisi tentang kesimpulan dari hasil

penelitian kegiatan Sekber Java Promo dalam memainkan perannya

sebagai Public Relations dari 15 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dismaping itu juga tentang apa yang dilakukan Java Promo dalam

upaya mempromosikan, memasarkan objek-objek wisata untuk

menggaet wisatawan agar bersedia berkunjung ke daerah tujuan

wisata di wilayah anggota Java Promo. Adapun rekomendasi yang

26

dihasilkan dari penelitian ini adalah beberapa masukan kepada Sekber

Java Promo atau pada pihak lain yang berkeinginan membaca dan

mempelajari berdasar konsep akademisi dengan harapan Sekber Java

Promo bisa menjadi lebih professional dalam memainkan perannya di

bidang public relations untuk pengembangan industri pariwisata..