JURNAL SKRIPSI Pengaruh Fluktuasi Kurs Valuta Asing dan Indeks ...
1 ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS VALUTA ASING...
Transcript of 1 ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS VALUTA ASING...
1
ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS VALUTA ASING (HARD CURRENY)
DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS LQ45
Samuel Hasiholan
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jakarta
Abstrak
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh variabel – variabel ekonomi makro
dari indeks LQ45 seperti Inflasi, Kurs Valuta Asing ($), dan Suku Bunga. Dengan
mengetahui faktor ekonomi makro mana saja yang mempengaruhi Indeks Harga
Sahanm LQ45 pada periode 2008-2011, maka hasil dari penelitian ini diharaapkan
menjadi referensi bagi investor yang ingin menginvestasikan pada pasar saham terutama
pada indeks Harga Saham LQ45. Teknik analisis yang di pakai dalam penelitian ini
menggunakan metode regresi linier berganda dengan mengunakan variabel independen
Inflasi, Kurs valuta Asing ($), dan Suku Bunga terhadap variabel independen Indeks
Harga Saham LQ45.Hasil dari penelitian yang dilakukan pada periode tahun 2008 –
2011 menunjukan bahwa variabel – variabel independent mempengaruhi Indeks Hara
Saham LQ45 secara signifikan. Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
indeks Harga Saham LQ45 sama seperti Kurs Valuta Asing ($) mempunyai pengaruh
yang negatif terhadap indeks Harga saham LQ45 sedangkan Suku Bunga mempunyai
pengaruh yang positif terhadap Indeks Harga saham LQ45.
Abstract
This study analyzes the influence of variables - macroeconomic variables index
LQ45. Like as the Inflation, Foreign Exchange Rates ($), and Interest Rate. By knowing
where the macroeconomic factors that influence Sahanm LQ45 Index in the period
2008-2011, the results of this study diharaapkan a reference for investors who want to
invest in the stock market, especially on LQ45 Stock Price Index. Analytical techniques
in use in this study using multiple linear regression using the independent variables
Inflation, Foreign Currency Exchange Rate ($), and the interest rate on the independent
variables LQ45.Hasil Stock Price Index from research conducted in the period 2008 to
2011 show that variables - the independent variables affect LQ45 Index Stock Hara
2
significantly. Inflation has a negative influence on stock price index LQ45 as Foreign
Exchange Rates ($) has a negative influence on the stock price index LQ45 while the
interest rate has a positive effect on stock price index LQ45.
Pendahuluan
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau
sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal
(investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Funsi yang kedua pasar modal
menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti
saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat
menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrument.
Bicara tentang pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang di sebut sebagai
indeks harga saham. Setiap hari, baik di media elektronik atau di media massa selalu
memberitakan tetang jumlah indeks harga saham gabungan (IHSG) terakhir yang
terjadi. Dalam indeks harga saham gabungan ada salah satu indeks harga saham yaitu
LQ45. Indeks harga saham LQ45 adalah indeks harga saham gabungan dari 45
perusahaan yang bertransaksi di bursa efek Indonesia (BEI). Indeks LQ 45 hanya terdiri
dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai criteria pemilihan, sehingga akan
terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi.
Instrument yang di perdagangkan di pasar modal yaitu saham, hak pemengang
saham terlebih dahulu (bukti right, opsi untuk jangka pendek), dan obligasi. Semua
yang di perdagangkan dalam bursa efek Indonesia sudah berbentuk scripless (tampa
warkat). Pada indeks harga saham adanya posisi dimana harga saham mengalami
kenaikan dan mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai faktor-faktor yang
terjadi di dalam ataupun luar negeri, contoh kerusuhan yang terjadi di bulan mei 1998
dimana saat itu nilai mata uang asing mengalami kenaikan yang sangat tinggi
sementara harga sahaam mengalami penurunan hal ini di sebabkan karena tidak
3
stabilnya keamanan politik di Indonesia pada saat itu sehingga para investor
menanamkan modalnya ke luar negeri.
Adanya krisis ekonomi global memiliki dampak yang signifikan terhadap
perkembangan pasar modal di Indonesia. Dampak krisis keuangan dunia ataau lebih di
kenal dengan krisis ekonomi global yang terjadi di amerika jelas sangat bepengaruh
terhadap indonesiaa. Karena sebagian besar ekspor Indonesia dilakuka di pasar
amerika dan tentu saja hal itu sangat mempengaruhi pasar Indonesia. Salah satu
dampak yang paling berpengaruh dari krisis amerika adalah nilai tukar rupiah yang
makin melemah terhadap dollar. Faktor yang mempengaruhi pasar modal karena
berkurangnya investor adalah inflasi, karena inflasi merupakan suatu fenomena yang
selalu mempengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara. Inflasi yang melebihi angka dua
digit, tidak hanya mendongkrak kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai
uang, tetapi juga meningkatkan jumlah angka pengangguran, serta dapat melunturkan
kepercayaan masyarakat internasional (investor luar negeri) terhadap kewibawaan
pemerintah suatu Negara. Para investor enggan menanamkan modalnya dan bahkan
bagi yang telah terlanjur akan merelokasikan industrinya ke Negara lain yang lebih
stabil dan kompetitif. Inflasi akan mendorong aparatur pemerintah bertindak korup dan
berkolusi untuk memperkaya diri tanpa memikirkan negaranya. Tingkat suku bunga
minimum yang diwakili suku bunga bank Indonesia (SBI) sebagai dasar untuk
menetapkan tingkat pengembalian investasi (return) seharusnya berkorelasi positif,
namun jika kenaikan tingkat suku bunga minimum (SBI) sedemikian tinggi, maka
harga saham akan bereaksi secara negatif yaitu harga saham menurun, karena suku
bunga merupakan instrument konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju
pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi nakan mendorong orang untuk
menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi
atau industri yang risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan
uangnya dibank terutama dalam bentuk deposito, oleh karena itu tingkat suku bunga
dapat mempengaruhi naik turunya harga saham. Berdasarkan latar belakang diatas dan
meningkatkan kurs valuta asing dan indeks harga saham LQ45 sama-sama mengalami
perubahan setiap harinya oleh karena penyebab dan dampak yang yang di timbukannya
hampir sama.
4
Metode Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel
lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas
(variabel independen). Dalam penelitian ini indeks LQ45 digunakan menjadi variabel
dependen yang di pengaruhi oleh variabel independen.
Variabel Independen
Dalam penelitian ini melibatkan lima variabel independen yaitu sebagai berikut:
1. Inflasi
suatu periode dimana kekuatan membeli kesatuan moneter turun. Inflasi dapat
timbul bila jumlah jumlah uang atau uang deposit ( deposit currency ) dalam
peredaran lebih banyak dibandingkan dengan barang- barang serta jasa yang
ditawarkan.
2. Kurs Valuta Asing
suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dlam negeri yang di perlukan
untuk mendapat suatu unit mata uang asing.
3. Suku Bunga
suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang
dipinjam pada periode waktu tertentu.
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah
diolah oleh pihak ketiga, secara berkala (time series) untuk melihat perkembangan objek
penelitian selama periode tertentu. Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak
dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia harus disesuaikan
dengan kebutuhan dalam suatu penelitian. Data-data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Indeks LQ45 periode 2008-2009
2. Inflasi periode 2008-2011
3. Kurs valuta asing periode2008-2011
5
4. Suku Bunga periode 2008-2011
Sumber Data
Sedangkan data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari beberapa sumber, yaitu dari publikasi instansi-instansi pemerintah seperti:
1. Badan Pusat Statistik (BPS)
2. Bank Indonesia (BI)
3. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu mengumpulkan
catatan-catatan/data-data yang diperlukan sesuai penelitian yang akan dilakukan dari
dinas/kantor/instansi atau lembaga terkait (Suharsimi Arikunto, 2002). Laporan-laporan
yang terkait dengan penelitian seperti laporan nilai harga saham pada bursa efrk
indinesia, dan laporan-laporan inflasi periode 2008-2011 yang diambil dari badan pusat
statistik, data-data pergerakan kurs valuta asing dan data-data suku bunga yang ada pada
bank Indonesia.
Metode Analisis
Alat Analisis
Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel bebas (independent
variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) maka penelitian ini
menggunakan model regresi linear berganda (Multiple Linier Regression Method)
dengan metode normal pada software SPSS 17.0. Metode ini diyakini mempunyai sifat-
sifat yang ideal dan dapat diunggulkan, yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam
perhitungan dan penarikan interpretasinya (Gujarati,1999). Persamaan Regresi
dinyatakan sebagai berikut :
LOGLQ45 =β0 +β1LOGINFLASI+β2LOGKURS +β3LOGSUKU BUNGA + e
Dimana:
β0 = Intersep/Konstanta
β1 = Koefisien Regresi Inflasi
β2 = Koefisien Regresi Kurs Valuta Asing
β3 = Koefisien Regresi Suku Bunga
e = Disturbance Error (Variabel Pengganggu)
6
LOG = Logaritma
Teknik Analisis
Teknik analisis adalah cara untuk menganalisis / mengolah suatu data dengan
menggunakan rumus, software dan atau alat analisis tertentu guna untuk menghasilkan
suatu hasil atau pernyataan yang valid dan benar. Dalam data skripsi ini digunakan
teknik analisis adalah sebagai berikut :
Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang dapat
menghasilkan estimator linear tidak bias. Dengan terpenuhinya asumsi tersebut, maka
hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan.
Asumsi – asumsi dasar itu dikenal sebagai asumsi klasik yaitu
1. Distribusi kesalahan adalah normal
2. Non autokorelasi, berarti tidak ada pengaruh dari variabel dalam modelnya
melalui selang waktu atau tidak terjadi korelasi diantara galat randomnya.
3. Homoskedastisitas, berarti varians dari variabel bebas adalah sama atau konstan
untuk setiap nilai tertentu dari variabel bebas lainnya atau variansi residu sama
untuk semua pengamatan.
4. Non multikolinearitas, berarti antara variabel bebas yang satu dengan yang lain
dalam model regresi tidak terjadi hubungan yang mendekati sempurna ataupun
hubungan yang sempurna.
Penyimpangan dari non multikolinearitas dikenal sebagai multikolinearitas,
penyimpangan dan non autokorelasi dikenal sebagai autokorelasi, dan penyimpangan
terhadap homoskedastisitas dikenal sebagai heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
terjadi atau tidak penyimpangan terhadap asumsi klasik dalam model regresi yang
dipergunakan, maka dilakukan beberapa cara pengujian terhadap gejala penyimpangan
asumsi klasik.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
7
Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak berlaku (Imam Ghozali,
2005).
Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual
antara lain dengan memperlihatkan penyebaran data pada normal P-P Plot of regression
standardized residual variabel independen, dimana jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota serangkaian observasi yang
diuraikan menurut waktu dan ruang (Damodar Gujarati 1997 : 201). Konsekuensi
adanya autokorelasi diantaranya adanya selang keyakinan menjadi lebar serta variasi
dan standar error terlalu rendah. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Imam Ghozali, 2005 : 95). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Salah satu uji formal untuk mendeteksi autokorelasi adalah menggunakan
Durbin–Watson. Jika nilai Durbin–Watson berkisar diantara nilai batas atas (dU) dan 4-
dU maka diperkirakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam
Ghozali, 2001). Heteroskedastisitas yaitu variabel pengganggu (e) memilki varian yang
berbeda dari satu observasi ke observasi lainya atau varian antar variabel independen
tidak sama. Hal ini melanggar asumsi heteroskedastisitas yaitu setiap variabel penjelas
memiliki varians yang sama (konstan). Heteroskedastisitas lebih sering muncul pada
data cross section dibandingkan data time series (Mudrajat Kuncoro, 2001). Untuk
menguji model regresi yang digunakan terdapat heteroskedastisitas atau tidak, dapat
dilakukan dengan menggunakan R square yang tersedia dalam program SPSS 17.0.
8
Apabila R Square > taraf nyata maka dapat ditarik kesimpulan kalau tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
4. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (independen) dari model
regresi (Damodar Gujarati. 1997:157). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal (Imam Ghozali.2005 : 91). Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Multikolinearitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan nilai
tolerance atau VIF. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 dan atau nilai VIF lebih
besar dari 10 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam model regresi tidak terdapat
multikolinearitas.
Uji Statistik
Analisis dilakukan melalui pendekatan analisis kuantitatif yaitu dengan model
regresi dengan metode kuadarat terkecil biasa (OLS). Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap
hipotesis yang diajukan pada penelitian ini.
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa
seluruh variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen, dengan hipotesis untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap
variabel tak bebas. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0 :β1 = β2 = β3 = 0, yaitu tidak ada pengaruh pajak reklame, pajak restoran,
retribusi jasa umum, jumlah penduduk, dan jumlah industri terhadap pendapatan asli
daerah Kota Depok.
H1 :β1,β2,β3≠0 , yaitu terdapat pengaruh pajak reklame, pajak restoran, retribusi
jasa umum, jumlah penduduk, dan jumlah industri terhadap pendapatan asli daerah Kota
Depok.
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F
tabel, dimana nilai F hitung dapat dipenuhi dengan formula sebagaiberikut :
9
F hitung = / (k-1)
(1- ) / (n-k)
dimana :
: koefisien determinasi
k : jumlah variabel independen termasuk konstanta
n : jumlah sampel
Apabila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1. Artinya ada
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Sebaliknya apabila, F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak
ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Imam Ghozali, 2005). Atau menggunakan tingkat signifikan dari uji F, yaitu apabila
signifikan F statistik lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, sedangkan apabila signifikan
F statistik lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima.
2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi F tabel
dengan F hitung variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut.
(1) H0 :β1 ≤0, yaitu pajak reklame tidak berpengaruh terhadap LQ45
H1 :β1 > 0, yaitu pajak reklame berpengaruh terhadap LQ45.
(2) H0 :β2 ≤0, yaitu pajak restoran tidak berpengaruh terhadap LQ45.
H1 :β2 > 0, yaitu pajak restoran berpengaruh terhadap LQ45.
(3) H0 :β3 ≤0, yaitu retribusi jasa umum tidak berpengaruh terhadap LQ45.
H1 :β3 > 0, yaitu retribusi jasa umum berpengaruh terhadap LQ45.
(4) H0 :β1 ≤0, yaitu jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap LQ45.
H1 :β1 > 0, yaitu jumlah penduduk berpengaruh terhadap LQ45.
(5) H0 :β1 ≤0, yaitu jumlah industri tidak berpengaruh terhadap LQ45.
H1 :β1 > 0, yaitu jumlah industri berpengaruh terhadap LQ45.
10
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan software SPSS 17.0 dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel, maka hipotesis
alternatif diterima yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka variabel
independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Atau dengan
menggunakan tingkat signifikan pada Uji-t yaitu jika nilai signifikan lebih kecil dari
0,05 maka H0 ditolak, begitu pula sebaliknya apabila nilai signifikan lebih besar dari
0,05 maka H0 diterima.
3. Uji Koefisien Determinan ( )
R² bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel independen dapat
menerangkan dengan baik variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu
model (goodness of fit) dengan digunakan koefisien determinasi ( ). Koefisien
determinasi ( ) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi
total dalam variabel tak bebas (Y) yang di jelaskan oleh variabel bebas (X) (Gujarati.
2003).
Nilai yang sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variasi dependen
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen yang dimasukkan dalam model.
Dimana 0 < < 1 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah:
Nilai yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan variasi variabel tidak bebas sangat terbatas.
Nilai mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam
menjelaskan hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi
variasi variabel tidak bebas.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
11
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normal data
ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot.
Setelah data dimasukan dan diolah dalam program spss, diperoleh hasil
uji normal probability plot seperti gambar di bawah ini.
Gambar 4.5
normal probability plot
Sumber : data sekunder yang diolah
Dari grafik di atas terlihat sebaran data pada chart tersebar di sekeliling
garis lurus (tidak berpencar jauh dari garis lurus), maka dapat dikatakan
bahwa persyaratan normalitas terpenuhi.
Hasil pengujian normalitas dapat di ukur juga dengan uji kolmogorov
smirnov pada table 4.1 berikut:
Tabel 4.1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 48
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 42.66800724
12
Sumber : data yang diolah dengan spss 17
Dari hasil pengujian uji kolmogorov smirnov, terlihat bahwa nilai
signifikan uji tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa data
yang digunakan dalam regresi distribusi tersebut normal.
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolnieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Untuk
mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dalam model regresi
adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas adalah
nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Imam Ghozali, 2001).
Nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing
– masing variabel pada penelitian ini seperti terlihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas
Most Extreme
Differences
Absolute .070
Positive .070
Negative -.060
Kolmogorov-Smirnov Z .483
Asymp. Sig. (2-tailed) .974
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
13
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Inflasi
Kurs
Suku bunga
.176 5.670
.666 1.501
.215 4.649
a. Dependent Variable: indeks LQ45
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Suatu model regresi dinyatakan model bebas dari multikolinearitas
adalah jika mempunyai nilai VIF dibawah 10. Dari tabel tersebut diperoleh
bahwa semua variabel bebas memiliki nilai VIF yang rendah berada di bawah
angka 10. Dengan demikian hasil yang diperoleh tidak adanya masalah
multikolinieritas dalam model regresi.
4.2.3 Ujia Heterokedastisitas
Pengujian Heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi Heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya Heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual ( Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut (Imam Ghozali, 2001) :
14
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dapat dilihat
pada gambar 4.2
Gambar 4.6
Uji Heterokedatisitas
Dari gambar tersebut diperoleh bahwa scatter plot membentuk titik-titik
yang menyebar secara acak dengan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini
menunjukkan tidak ada masalah heteroskedastisitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode (t) dengan
kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Uji autokorelsai dilakukan untuk
mengidentifikasi apakah terdapat autokorelasi antara error yang terjadi antar
periode yang diujikan dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi harus dilihat nilai uji Durbin-Watson pada tabel 4.3.
15
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
ModelR R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .951a .904 .897 44.09862 1.259
a. Predictors: (Constant), suku bunga, kurs, inflasi
b. Dependent Variable: indeks LQ45
Sumber : data yang diolah dengan spss 17
Dari hasil pengujian di atas tampak bahwa nilai Durbin Watson
menunjukkan nilai sebesar 1.259. nilai tersebut diantara -2 < DW-value < +2, berarti
dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Dari tabel 4.3 di atas dapat juga
diketahui koefisien determinasi (R2) sebesar 0,904. Dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 0,904, maka dapat diartikan bahwa 90,4% Indeks saham LQ45
di pengaruhi oleh 3 variabel bebas yang terdiri dari ( Inflasi, Kurs valuta asing dan
Suku bunga). Sedangkan sisanya 9,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji
hipotesis, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang di gunakan
variabel beabasnya adalah Inflasi, Kurs Valuta Asing ($), Suku Bunga terhadap
variabel terikat yaitu Indeks LQ45.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS
16. Hasil yang diperoleh selanjutnya akan diuji kemaknaan model tersebut
secara simultan dan secara parsial. Koefisien regresi dilihat dari nilai
unstandardized coefficient karena semua variabel independen maupun dependen
16
memiliki skala pengukuran yang sama yaitu rasio. Hasil dari regresi dapat dilihat
pada table 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Regresi Berganda
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Hasil pengujian persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Y = 11133.907 – 7950.270 – 2537.108 + 1065.955
Keterangan : Y = Indeks LQ45
= Inflasi
= Kurs Valuta Asing ($)
= Suku Bunga
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 11133.907 775.766 14.352 .000
inflasi -7950.270 1660.259 -.534 -4.789 .000
kurs -2537.108 207.640 -.701 -12.219 .000
suku bunga 1065.955 485.267 .222 2.197 .033
a. Dependent Variable: indeks LQ45
17
Dari hasil analisis indeks LQ 45 sebagai konstanta adalah 11133.907, jadi
regresi menunjukkan bahwa variabel inflasi dan kurs mempunyai pengaruh negatif
terhadap indeks LQ45, sedangkan variabel perubahan suku bunga memiliki
pengaruh yang positif terhadap variable perubahan indeks LQ45.
Inflasi mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar
– 7950.270 Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, hal ini berarti
setiap kenaikan inflasi sebesar 1 satuan maka indeks LQ45 akan mengalami
penurunan sebesar – 7950.270 satuan.
Kurs Valuta Asing mempunyai koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar – 2537.108 Jika diasumsikan variabel independen lain konstan,
hal ini berarti setiap kenaikan kurs valuta asing sebesar 1 satuan maka indeks
LQ45 akan mengalami penurunan sebesar – 2537.108 satuan.
Suku bunga mempunyai koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 1065.955 Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, hal ini
berarti setiap kenaikan suku bunga sebesar 1 satuan maka indeks LQ45 akan
mengalami kenaikan sebesar 1065.955 satuan.
4.3.2 Pengujian Hipotesis
4.3.2.1 Hasil Secara Simultan ( Uji F )
Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Apabila > ,
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan apabila
probabilitas (signifikansi) lebih besar dari α (0,05) maka variabel independen
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio,
tetapi jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α (0,05) maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel debt to equity
ratio.
Pengujian hipotesis uji F ini digunakan untuk melihat apakah secara
keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
variabel terikat. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut :
18
Tabel 4.5
Uji F
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Data tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa model persamaan ini memiliki
nilai sebesar 137,105 dan 2,07 karena memiliki signifikansi lebih
kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,000 dengan demikian ditolak diterima ,
menunjukkan bahwa variabel independent (X) rasio – rasio seperti Inflasi, Kurs
Valuta Asing ($), dan Suku Bunga memiliki pengaruh secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen yaitu Indeks LQ45. Variabel – variabel itu
mempengaruhi indeks harga saham LQ45 secara besama – sama, karena inflasi, kurs
valuta asing, dan suku bunga sangat mempengaruhi keadaan perekonomian Negara.
Sepeerti inflasi yang membuat pengaruh negatif terhadap harga saham, karena
naiknya inflasi akan menurunkan indeks harga saham LQ45 dan menurunkan
keinginan masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk saham. Sedangkan kurs
mempunyai pengaruh terhadap indeks harga saham LQ45 kerena kenaikan dari nilai
tukar mata uang asing mengakibatkan penurunan terhadap indeks LQ45. Pengaruh
dari kenaikan suku bunga juga mempunyai pengaru yang negatif terhadapa indeks
harga saham, karena masyarakat lebih ingin menyimpankan uang mereka kepada
bank di bandingkan menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham.
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regressio
n801137.139 3
267045.71
3137.321 .000b
Residual 85566.266 44 1944.688
Total 886703.405 47
a. Dependent Variable: indeks LQ45
b. Predictors: (Constant), suku bunga, kurs, inflasi
19
4.3.2.2 Hasil Uji Secara Parsial (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji statistik t digunakan untuk menguji hipotesis pertama sampai
dengan hipotesis keempat. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana
pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :
Inflasi
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa inflasi memiliki
sebesar - 4,789 dan 2,678 sehingga < dengan probabilitas
signifikan untuk variabel inflasi .000 lebih kecil dari pada taraf signifikan 0.05
menunjukan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap indeks LQ45.
Variabel inflasi juga berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham LQ45.
Bahwa setiap terjadinya kenaikan pada inflasi dapat berpengaruh turunya
indeks harga saham LQ45. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian Dedy
Pratikno (2006) , Heru Nugroho (2008) dan Redityo Tri Adiatmo (2009)
bahwa inflasi mempunyai hubungan yang negative dan berpengaruh secara
signifikan terhadap indeks harga saham LQ45. Dan penelitian ini juga
konsisten dengan teori yang di jelaskan oleh Case (2001:425), yaitu Tingkat
inflasi yang tinggi menyebabkan pembatasan moneter yang mengarah pada
suku bunga yang tinggi sehingga menyebabkan harga obligasi jangka panjang
dan saham menjadi lebih rendah.
Kurs Valuta Asing ($)
Diketahui bahwa Kurs Valuta Asing ($) memiliki sebesar –
12,219 dan 2,678 sehingga < dengan probabilitas
signifikan untuk variabel inflasi .000 lebih kecil dari pada taraf signifikan 0.05
menunjukan bahwa Kurs Valuta Asing ($) berpengaruh signifikan terhadap
indeks LQ45. Variabel Kurs Valuta Asing ($) juga berpengaruh negatif
terhadap indeks harga saham LQ45. Bahwa setiap terjadinya kenaikan pada
kurs valuta asing dapat berpengaruh turunya indeks harga saham LQ45.
20
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Theresia Puji Rahayu (2002) mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga
terhadap indek harga saham gabungan (IHSG) dan Heru Nugroho (2008)
mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap indeks harga saham
LQ45, dimana hasil dari masing –masing penelitian menyatakan bahwa kurs
valuta asing mempunyai hubungan yang negative dan pengaruh yang
signifikan terhadap indeks harga saham LQ45 dan IHSG. Namun hasil
penelitian ini tidak konsisten terhadap penelitian Dede Rosmawati (2004) yang
dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar
tidak mempengaruh indeks harga saham. Dalam hal kebijakan pasar uang luar
negeri, Indonesia termasuk salah satu Negara yang menganut sistem kurs
devisa yang mengambang.
Artinya kurs rupiah terhadap mata uang asing dibiarkan naik turun
sesuai dengan tarik menarik kekuatan permintaan dan penawaran di pasar
devisa. Bila permintaan mata uang dollar meningkat melebihi penawarannya
maka kurs dollar akan meningkat atau berarti kurs rupiah melemah. Hubungan
negatif antara nilai kurs terhadap indeks harga saham LQ45 disebabkan oleh
melemahnya kurs rupiah ( harga nilai tukar Rupiah terhadap dolar meningkat )
sampai batas tertentu akan cenderung memberikan daya tarik kepada investor
untuk berinvestasi di pasar uang.
Suku Bunga
Diketahui bahwa Suku Bunga memiliki sebesar 2,197 dan
2,678 sehingga < dengan probabilitas signifikan untuk variabel
inflasi .033 lebih kecil dari pada taraf signifikan 0.05 menunjukan bahwa Suku
Bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks LQ45. Variabel Suku Bunga
juga berpengaruh positif terhadap indeks harga saham LQ45. Bahwa setiap
terjadinya kenaikan pada suku bunga dapat berpengaruh naiknya indeks harga
saham LQ45. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian Heru Nugroho
(2008) mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap indeks harga
saham LQ45. Namun pengaruh suku bunga secara positif tidak sejalan
terhadap peneliti – peneliti lain seperti Puji Rahayu (2002) dan Dede
21
Rosmawati (2004) yang menyatakan bahwa Suku Bunga memiliki hubungan
yang negatif dengan Indeks Harga Saham LQ45, dan tidak konsisten dengan
teori yang menyatakan bahwa suku bunga mempengaruhi indeks LQ45 secara
negatif yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga akan membuat ketertarikan
investor untuk menanamkan modalnya dalam pasar uang yang mengakibatkan
harga saham melemah.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
Model regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini cukup layak,
karena telah memenuhi seluruh pengujian asumsi klasik, dan Berdasarkan hasil
pengujian analisis regresi berganda dari variabel independen, yaitu inflasi, kurs
valuta asing, dan suku bunga mempengaruhi variabel dependen indeks LQ45, serta
semua variabel independen yang dipergunakan juga mempegaruhi secara
signifikan terhadap variabel dependen karena tingkat signifikan semua variabel
independen < 0.05 yang dapat di lihat pada uji t masing - masing mempunyai
pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap variabel indeks harga saham LQ45
sebagai variabel dependen.
Saran
Dalam penelitian ini mempunyai keterbatasan rentang waktu yang di
pergunakan. Rentang waktu yang diteliti adalah 4 Tahun dari Januari 2008 –
Desember 2011 di jadikan periode perbulan sehingga disarankan dapat menambah
rentang waktu penelitian. Keterbatasan lain adalah mengenai jumlah variabel
independen yang mempengaruhi variabel dependen. Saran untuk penelitian
lanjutan diharapkan dapat menambah jumlah variabel independen dan rentang
waktu yang di gunakan untuk penelitian.
Daftar Pustaka
Barata, Danu, 2007, “Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Gabungan
(IHSG) Dibursa Efek Jakrta (BEJ)”, Skripsi Fakultas Universitas
Gunadarma, Jakarta.
22
Bank Indonesia, 2008 - 20011, Indonesia Financial Statistik, BI, Jakarta
Biro Pusat Statistik, 2002-20011, Tabel input-output Indonesia BPS, Jakarta
Budi Hartono Kusuma, 2008, “ Analisis Penagaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs
Tengah BI, Tingkat Inflasi, Dan Indeks Saham Dow Jones Di
New York Stock Excange Dalam Memprediksi Indeks Harga
Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal
Ekonomi/Tahun XIII, No 3, November 2008: 305-318.
Candra Ganda M., Lawrance, 2007, “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Per Sektor Periode
Januari 2002 Sampai Dengan Desember 2006”, Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta.
Diacogians and Tsiritakis, 2001 ,”Macroeconomic Faktors and Stock Returns In
a Changing Economic Framework : The Case of The Athens
Exchange”, Journal Economic Library, p 23-41.
Heli Charisma Berlianta, 2005, “ Mengenal Valuta Asing”, Gajah Mada,
Yogyakarta
http://mitrainves.blogspot.com/2009/09/pengertian-indeks-harga-saham.html
http://forum.vibizportal.com/showthread.php?t=17635
http://www.investium.net/invlog1n/saham/?p=483
Oksiana Jatiningsih, Musdholifa, 2007, “Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta”,
Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 5, Nomor 1, April 2007.
Singgih Santoso, 2009, “Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS
17”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.