1 9 Kewajiban Berdakwah

11
BAB I PENDAHULUAN Kondisi umat Islam pada saat ini, memang jauh berbeda dengan kondisi mereka pada masa Rasulullah dan para Shahabat. Saat ini, umat Islam tengah mengalami cobaan yang cukup berat, yakni berada pada kondisi yang sangat rendah, yang belum pernah terjadi pada masa sebelumnya. Kemunduran umat menimpa hampir seluruh aspek kehidupan; mulai dari aspek yang besar seperti politik, pemerintahan, ekonomi, peradaban, pertahanan-keamanan, sampai pada aspek kecil/pribadi seperti akhlak, ibadah praktis, peraturan kekeluargaan, waris, dan tata cara pergaulan di masyarakat. Dalam perkembangan terakhir, ternyata kemunduran itupun belum menunjukkan tanda- tanda akan berakhir. Tetapi, bila diamati dengan jeli, sebenarnya permasalahan mendasarnya kembali kepada ‘kemunduran tingkat berpikir umat yang sangat parah’. Rendahnya taraf berpikir Islami inilah yang kemudian berdampak pada sikap mereka terhadap Islam itu sendiri. Umat tidak berupaya dengan serius untuk mendalami Islam dan mengetahui tatacara penyelesaian masalah dengan metode yang Islami, tetapi umat berupaya menyelesaikan permasalahannya dengan nilai dan pola berpikir non-Islam. Misalnya dengan memakai aturan Kapitalis untuk menyelesaikan problem kemasyarakatan. Atau digunakannya tatacara nenek moyang terdahulu untuk meninggikan rasa keagamaan umat, yang akhirnya menimbulkan bid’ah dan khurafat. Sebagian umat Islam saat ini masih berpikir bahwa Islam memang tidak akan mampu mengimbangi perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga dibutuhkan aturan dari luar Islam yang mampu memenuhi keperluan umat. Maka mulailah mereka mengadopsi beberapa peraturan dan perundangan Barat, yang saat itu Baratpun tengah menjadi penjajah. Sebagian lagi berpendapat bahwa rasa nasionalisme yang ada sekarang adalah kenyataan sejarah yang sah-sah saja menurut pandangan Islam. Mereka terpecah belah menjadi umat-umat yang kecil, dengan perbatasan sendiri, dengan bendera, bahasa, dan lambang 1

description

berdakwah

Transcript of 1 9 Kewajiban Berdakwah

Page 1: 1 9 Kewajiban Berdakwah

BAB IPENDAHULUAN

Kondisi umat Islam pada saat ini, memang jauh berbeda dengan kondisi mereka pada masa Rasulullah dan para Shahabat. Saat ini, umat Islam tengah mengalami cobaan yang cukup berat, yakni berada pada kondisi yang sangat rendah, yang belum pernah terjadi pada masa sebelumnya. Kemunduran umat menimpa hampir seluruh aspek kehidupan; mulai dari aspek yang besar seperti politik, pemerintahan, ekonomi, peradaban, pertahanan-keamanan, sampai pada aspek kecil/pribadi seperti akhlak, ibadah praktis, peraturan kekeluargaan, waris, dan tata cara pergaulan di masyarakat. Dalam perkembangan terakhir, ternyata kemunduran itupun belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Tetapi, bila diamati dengan jeli, sebenarnya permasalahan mendasarnya kembali kepada ‘kemunduran tingkat berpikir umat yang sangat parah’. Rendahnya taraf berpikir Islami inilah yang kemudian berdampak pada sikap mereka terhadap Islam itu sendiri. Umat tidak berupaya dengan serius untuk mendalami Islam dan mengetahui tatacara penyelesaian masalah dengan metode yang Islami, tetapi umat berupaya menyelesaikan permasalahannya dengan nilai dan pola berpikir non-Islam. Misalnya dengan memakai aturan Kapitalis untuk menyelesaikan problem kemasyarakatan. Atau digunakannya tatacara nenek moyang terdahulu untuk meninggikan rasa keagamaan umat, yang akhirnya menimbulkan bid’ah dan khurafat.

Sebagian umat Islam saat ini masih berpikir bahwa Islam memang tidak akan mampu mengimbangi perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga dibutuhkan aturan dari luar Islam yang mampu memenuhi keperluan umat. Maka mulailah mereka mengadopsi beberapa peraturan dan perundangan Barat, yang saat itu Baratpun tengah menjadi penjajah. Sebagian lagi berpendapat bahwa rasa nasionalisme yang ada sekarang adalah kenyataan sejarah yang sah-sah saja menurut pandangan Islam. Mereka terpecah belah menjadi umat-umat yang kecil, dengan perbatasan sendiri, dengan bendera, bahasa, dan lambang negara masing-masing. Tak disadari bahwa hal tersebut, selain diharamkan Islam, juga telah menyebabkan mereka tidak memiliki kekuatan yang berarti untuk menghadapi musuh-musuh mereka.

Pada kondisi seperti inilah terasa sekali kebutuhan umat kepada orang-orang mau dan mampu membawa kembali umat menuju kemulyaan dan ketinggiannya sebagaimana masa terdahulu. Dan, lebih daripada itu, sebenarnya umat Islam telah didaulat Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta untuk menjadi umat terbaik yang sekaligus menjadi pemimpin dan penuntun umat lainnya. Posisi umat terbaik (khairu ummah) ini, ternyata melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

�م� �نت �ر� ك ي م ة� خ�� �خ�ر�ج�ت� أ اس� أ �لن ون� ل م�ر�

� �أ وف� ت �م�ع�ر� �ال �ه�و�ن� ب �ن �ر� ع�ن� و�ت �م�نك �ون� ال �ؤ�م�ن 'ه� و�ت �الل ... ب“Kalian adalah umat terbaik yang sengaja Allah turunkan di kalangan manusia; Kalian menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar dan kalian beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imran: 110)

Karenanya syarat yang disebut tadi menjadi kunci penentu bagi terwujudnya khairu ummah. Bila umat telah menyepelekan atau bahkan menjauhkan diri dari langkah amar

1

Page 2: 1 9 Kewajiban Berdakwah

ma’ruf nahi mungkar (berda’wah), maka jangan berharap predikat khairu ummah akan tercapai.

Walhasil, hanya ada satu jalan untuk mengakhiri permasalahan umat Islam yang cukup kompleks ini, yakni melakukan aktivitas da’wah, beramar ma’ruf nahi mungkar; yang mana hal tersebut sama artinya dengan meningkatkan taraf berpikir umat dengan pemikiran Islami. Setelah taraf berpikir Islami ini makin tinggi, umat akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan suatu ‘rumah’ sebagai tempat berlindung yang permanen, kokoh dan nyaman, sekaligus memiliki kemampuan untuk menahan segala ancaman pihak luar yang akan menghancurkannya untuk kedua kali. Da’wah, selain sebagai jawaban, ia sekaligus suatu kewajiban. Yang perlu kita pahami adalah da’wah seperti apa yang harus diikuti dan diteladani untuk para pengemban da’wah.

2

Page 3: 1 9 Kewajiban Berdakwah

BAB IIPEMBAHASAN

Secara etimologi, kata da’wah merupakan bentuk nomina atau masdhar dari kata kerja da’aa- yad’uu yang memiliki arti mengajak dan menyeru manusia dari satu keadaan kepada keadaan yang lain (perhatikan QS.2:221, 31:21). Kata da’wah berarti juga berdo’a, yaitu mengharapkan adanya perubahan dan perubahan dari keadaan sebelumnya. Adapun secara terminologi, kata da’wah sudah menjadi istilah khusus bagi umat Islam baik kata itu berdiri sendiri atau dirangkaikan dengan kata Islam dengan demikian ia memiliki makna yang positif, yaitu menyeru manusia kepada Al-Islam (perhatikan QS. 3:104).

Berkaitan dengan da’wah ini pula DR. Rauf Syalabiy menyatakan bahwa da’wah Islamiyyah merupakan sebuah gerakan (aktivitas) yang bertujuan untuk menghidupkan sistem ilahi atau peraturan Allah SWT yang diturunkan kepada khatamun nabiyyun Muhammad SAW. Hanya saja saat ini sering kali terjadi pengertian da’wah diciutkan menjadi hanya sekedar ceramah atau tabligh. Kesalahan pengertian ini telah disadari oleh banyak orang, akan tetapi pelaksanaannya masih tetap pada hal-hal yang ritual dan keruhanian belaka. Istilah da’wah pembangunan, da’i pembangunan merupakan gambaran bahwa seolah-olah terdapat da’i dan da’wah yang tidak membangun. Demikian pula da’wah bil hal yang seolah-olah da’wah bil lisan sudah tidak efektif lagi. Kekeliruan ini semua terletak pada pemahaman dan pelaksanaan da’wah bukan pada kata da’wah itu sendiri.

DR. Muhammat Natsir dalam bukunya Fiqhu Al-Da’wah menguraikan bahwa da’wah artinya mengajak manusia kepada Allah (Islam) dengan hikmah wal mau’idzhatil hasanah (hikmah dan pelajaran yang baik) sehingga ingkar terhadap thagut dan beriman kepada Allah dan keluar dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam.

Dengan memperhatikan ayat-ayat Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW, serta berbagai pengertian yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa da’wah Islamiyyah adalah sebuah aktivitas yang bersifat totalitas berupaya untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap, dan bertindak agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam rangka terwujudnya suatu masyarakat Islam yang kaljasadil wahid (ibarat satu tubuh) sebagai landasan idealnya dan suatu masyarakat Islam yang kalbunyani yasyudhdhu ba’dhuaa ba’dhan (ibarat bangunan yang saling menguatkan satu dan yang lain) sebagai landasan operasionalnya.

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang memiliki fikrah wahidah, masya’ir wahidah, nizamunwahidun (kesatuan konsepsi, perasaan, dan sistem) yang diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga seluruh aspek kegiatan kehidupannya benar-benar berlandaskan ajaran Islam semata.

Da’wah merupakan kewajiban yang sangat mendapat perhatian besar dalam Islam, karena ada tidaknya da’wah sangat mempengaruhi lestari atau tidaknya kehidupan Islam. Posisi Da’wah dalam Islam laksana darah dalam tubuh manusia. Ia yang menyebabkan hidup dan terus tumbuh dan berkembang.

Secara syar’i pun kewajiban da’wah memiliki perintah dan qorinah yang sangat tegas betapa penting dan bernilai tingginya da’wah ditengah-tengah kehidupan umat manusia, diantaranya :

3

Page 4: 1 9 Kewajiban Berdakwah

�ل�ى اد�ع� �يل� إ ب 1ك� س� ب �م�ة� ر� �ح�ك �ال �م�و�ع�ظ�ة� ب �ة� و�ال ن �ح�س� �ه�م ال اد�ل ت�ي و�ج� �ال ن� ه�ي� ب �ح�س� أ“Serulah manusia kejalan Rabmu dengan jalan hikmah (hujah yang benar dan Kuat) dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan baik.” (QS. An Nahl: 125)

ن� و�م�ن� �ح�س� �ل�ى د�ع�ا م1م ن ق�و�ال9 أ ه� إ ا و�ع�م�ل� الل �ح9 ن�ي و�ق�ال� ص�ال �ن �م�ين� م�ن� إ ل �م�س� ال“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”(QS Al Fushilat : 33)

� وا �ر� �ذ� و�اذ�ك �م� إ �نت �يل@ أ �ض�ع�ف�ون� ق�ل ت ر�ض� ف�ي مCس�� اف�ون� األ �خ� �ن ت �م� أ �خ�ط ف�ك �ت اس� ي �م� الن �م ف�آو�اك د�ك �ي و�أ

�ص�ر�ه� �ن ق�ك�م ب ز� �ات� م1ن� و�ر� 1ب �م� الط ي ك �ع�ل ون� ل �ر� ك �ش� ت“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (QS Al Anfal : 26)

Kewajiban da’wah ini diperkuat dengan hadits Rasulullah SAW, diantaranya :

“Sesungguhnya manusia bila melihat kemungkaran, sedangkan mereka tidak berusaha mencegahnya maka tunggulah saat nya Allah menurunkan Azabnya secara menyeluruh.” (H.R. Abu Dawud)

"Kalian harus mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Bila tidak demikian, tentulah Allah SWT akan menjadikan orang-orang jahat diantaramu menguasai kalian dan bila ada orang baik yang berdo’a (untuk keselamatan) maka do’a mereka tidak akan dikabulkan."(H.R Al Bazzar dan Tabrani)

Dan banyak ayat-ayat dan hadits yang lainnya yang mengharuskan kaum muslimin melakukan da’wah.

Apabila kita kembali kepada Al-Quran dan sunnah terutama sejarah kehidupan Rasulullah SAW, maka jelaslah bahwa untuk mengemban da’wah Islamiyah dibutuhkan adanya keterusterangan (tidak menyembunyikan atau menutup-nutupi kebenaran), keberanian, daya usaha, dan kekuatan pemikiran. Keterusterangan itu tampak dari sikap Rasulullah SAW. Dalam setiap kata yang diucapkan dan kejelasan setiap pemikirannya, ketika beliau mengajak kepada manusia serta menyerukan agar berkumpul dihadapannya. Hal itu nampak dalam ucapan beliau di hadapan kaumnya dan penduduk Makkah:“Sesungguhnya seorang pemimpin tidak akan mendustakan kaumnya. Demi Allah, bahkan andaikan aku berdusta kepada segenap manusia, seluruhnya, maka tidak akan berdusta kepada kalian. Juga andaikan aku menipu manusia seluruhnya, maka tidak mungkin aku menipu kalian. Demi Allah yang tidak mungkin aku menipu kalian. Demi Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian khususnya dan

4

Page 5: 1 9 Kewajiban Berdakwah

kepada manusia seluruhnya. Demi Allah kamu akan mati sebagaimana kamu tidur dan kamu bangun dari tidur dan dihisab atas segala apa yang kamu kerjakan sehingga kamu akan dibalas dengan kebaikan atas amal baikmu dan dengan keburukan atas amal buruknya. Adapun balasan itu berupa surga yang kekal atau neraka yang langgeng.” (Sirah Al-Halabiyah)

Adapun kebenaran Rasulullah SAW. Yang paling menonjol dalam menyampaikan da’wah secara terang-terangan, tampak sekali, antara lain pada saat beliau masih seorang diri, tidak ada penolong (kecuali Allah SWT). Pendukung atau pembelanya dan tidak ada harta dan senjata, melainkan hanya keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Juga bekal beliau lainnya adalah keyakinan yang bulat terhadap adanya pertolongan Allah SWT.

Pernah suatu ketika Abu Jahal datang melarang beliau shalat di dekat Ka’bah, tetapi beliau tidak memperdulikannya, bahkan kembali mengulang shalatnya. Saat itu Abu Jahal mengancam hendak menginjak leher beliau, ketika beliau sedang sujud. Namun tidak ada seorang pun diantara mereka, baik Abu Jahal maupun pemimpin-pemimpin Makkah lainnya, yang dapat menghentikan perbuatan Rasulullah SAW. Untuk shalat di Ka’bah, walaupun mereka semua mengancam dengan maksud untuk mencegah beliau shalat dan ini mereka lakukan kapan saja mereka kehendaki. Namun, Rasulullah SAW tetap melakukan shalat di Ka’bah.

Demikianlah, dengan keberanian yang tinggi seperti ini, Rasulullah SAW menghadapi makar para pemimpin Quraisy yang paling terpandang sekalipun. Beliau menghadapi mereka di berbagai kesempatan, sampai-sampai pada suatu hari beliau pernah berkata ketika mereka berusaha mengancam, menghalangi, dan menyakiti beliau, ketika Rasulullah SAW yang melaksanakan thawaf :

“Apakah kalian mau mendengarkan apa yang akan kusampaikan, wahai kaum Quraisy? Demi nyawaku yang berada di tangan Allah, aku ingatkan kalian bahwa suatu ketika nanti aku akan membunuh kalian.” (Sirah Ibnu Hisyam)

5

Page 6: 1 9 Kewajiban Berdakwah

BAB IIIPENUTUP

Itulah fakta sejarah, dan sekaligus harus menjadi uswah serta menunjukan betapa Rasulullah SAW tidak menerima keyakinan seseorang melainkan dengan aqidahnya yang utuh sempurna, dibarengi dengan tuntutan pelaksanaan yang konsisten dan konsekuen. Dalam kasus di atas, hanya masalah wasilah (perantara) serta teknik pelaksanaannya yang terlihat seolah-olah beliau menerima usulan kabilah tersebut dalam bentuk ‘sinkritisme’ (kesatuan keyakinan) tetapi ternyata tetap saja dalam masalah keyakinan dituntut utuh. Oleh karena itu da’wah Islamiyah haruslah dalam bentuk usaha mempertahankan aqidahnya maupun fikrah Islam, serta mempertahankan aqidah maupun fikrah Islam, serta mempertahankan pula pelaksanaannya dengan sempurna, tanpa kompromi, tanpa adanya proses adaptasi, dan tidak membiarkan terjadinya kelalaian dalam melaksanakan Islam. Dalam hal ini, seseorang boleh saja mempergunakan teknik dan sarana apapun, sepanjang hal tersebut ada kaitannya antara ide dengan hukum Islam.

Pengemban da’wah Islamiyah dituntut agar setiap amal atau perbuatannya mengarah kepada tujuan tertentu. Ini merupakan hal yang teramat penting. Selain itu, ia dituntut pula agar selalu mencamkan tujuan tersebut ke dalam benaknya tanpa kenal istirahat untuk mencapai tujuan tersebut. Sebab, tentu ia tidak akan rela sekedar menerima ide (Islam) tanpa berusaha mengamalkannya, menganggap bahwa semua itu hanya sebuah khayalan belaka.

Ia juga tidak rela terhadap pemikiran dan usaha yang tidak mengarah kepada suatu tujuan karena hal tersebut seperti gerakan putaran ‘gasing’ yang hanya bergerak di tempat, sehingga usaha yang seperti itu akan berakhir pada kejumudan dan keputusasaan. Bahkan, ia tidak akan henti-hentinya berusaha mengaitkan pemikiran dan amal perbuatan, menjadi pemikiran dan perbuatan yang mengarah pada tujuan yang dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.

Rasulullah SAW mengemban qiyadah fikriyah (memimpin ummatnya atas dasar ide-ide Islam) sejak beliau berada di Makkah. Saat itu Rasulullah SAW mengajak ummat manusia untuk memeluk Islam, yaitu ‘Laa Ilaha Illalah Muhammad Rasulullah’. Beliau mengarahkan pemikiran mereka menjadi aqidah Islam sebagai landasan berfikir. Beliau juga berusaha untuk mendaulatkan Islam sebagai satu-satunya sistem yang ditetapkan dalam masyarakat.

Rasulullah SAW mulai mendidik orang-orang yang telah beriman yang kemudian menjadi shahabat-shahabatnya agar mereka memadukan antara pemikiran dengan perbuatan. Beliau juga mengajarkan kepada mereka 10 ayat Al Qur’an, dan tidak mengajarkan yang lain, sampai mereka memahami maknanya dan mengamalkan isinya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud dan para shahabat lainnya. (Muqaddimah Ibnu Taimiyah, dalam Kitab Ushulut-Tafsir: 44)

Rasulullah SAW menggambarkan kepada mereka bahwa Allah SWT akan memenangkan agama-Nya di seluruh penjuru Jazirah Arab sehingga seorang yang berjalan dan memakai kendaraan dari Shan’an (Yaman Utara) sampai Hadral Maut (Yaman Selatan) tidak akan merasa takut, kecuali hanya kepada Allah SWT. Ia aman. (Shahih Bukhari)

Untuk tujuan itu, Rasulullah SAW telah memulai da’wahnya dari Makkah. Setelah terjadi pergolakan yang lama serta perjuangan yang penuh dengan kesengsaraan, beliau lalu menetapkan bahwa masyarakat Makkah tidak dapat dijadikan titik acuan (sentral) untuk

6

Page 7: 1 9 Kewajiban Berdakwah

menerapkan sistem Islam. Oleh karena itu beliau berusaha mempersiapkan masyarakat Madinah sampai beliau berhasil mendirikan masyarakat Islam, menerapkan sistem Islam, mengembang risalah-Nya, serta mempersiapkan ummatnya untuk mengembangkan risalah tersebut sesudahnya, sejalan dengan metode yang telah digariskan. Selain itu, beliau juga menjelaskan kepada kaum muslimin bagaimana caranya mengatur jalannya pemerintahan, membentuk strukturnya, dan usaha menghimpun sumber pendapatan dan belanja, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem dan mekanisme pemerintahan. Beliau memerintahkan kaum muslimin sesudahnya untuk tidak melewatkan satu kurun waktupun tanpa adanya Khalifah (Tartib Musnad Imam Ahmad); dan tidak membiarkan waktu terluang tanpa adanya jihad dan futuhat daerah baru (Sunan Abu Daud; Sunan Ad-Dailami, Firdaus Al-Akhbar)

7

Page 8: 1 9 Kewajiban Berdakwah

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=tentang+kewajiban+berdakwah.doc&ie=utf-8&oe=utf-8

8