1-2-3_BAB 4

download 1-2-3_BAB 4

of 45

description

mm

Transcript of 1-2-3_BAB 4

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-1

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Bab-4RUANG LINGKUP STUDI

    4.1. DAMPAK PENTING YANG DITELAAH

    Pada dasarnya dampak penting yang ditelaah dalam dokumen ANDAL ini adalah sama dengan

    dampak-dampak hasil pelingkungan dampak hipotetis dan prioritas dampak penting hipotetis

    pada dokumen KA-ANDAL. Dampak-dampak penting yang akan ditelaah dalam kajian ANDAL ini

    adalah dampak-dampak penting hipotetis dengan kronologis proses pelingkupan sepeti berikut

    ini. Hasil pelingkupan dari banyak dampak-dampak lingkungan potensial yang kemungkinan

    muncul dari rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok dilakukan dengan cara diskusi antar

    pakar penyusun dokumen ANDAL, survei literatur, survei lapangan, hasil konsultasi publik yang

    telah dilaksanakan saat akan menyusun dokumen ANDAL, serta dengan menggunakan

    proffessional judgement.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-2

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Di dalam K.A. ANDAL, hasil pelingkupan dampak-dampak potensial, dampak penting hipotetis

    dan prioritas dampak penting hipotetis masih menjadi satu pelingkupan untuk seluruh rencana

    kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok. Dalam dokumen ANDAL ini, pelingkupan dampak

    potensial, hipotetis dan prioritas dampak penting hipotetis dipisahkan antara kegiatan Proyek

    Pengembangan Gas Matindok bagian Hulu dan Proyek Pengembangan Gas Matindok bagian

    Hilir. Selain itu ada beberapa tambahan jenis dampak yang muncul dan ada pula beberapa

    dampak yang tidak relevan sebagai dampak penting hipotetis akhirnya hilang dengan

    pertimbangan tertentu, seperti diuraikan pada sub bab 4.1.1.

    4.1.1. Evaluasi Dampak Potensial

    Seperti telah dijelaskan pada Bab 2 tentang kewajiban Bagian Hulu dan Bagian Hilir, maka

    dampak masing-masing kegiatan yang masuk dalam tanggungjawab Bagian Hulu dan Bagian

    Hilir juga dipisahkan.

    Berikut ini diuraikan proses pelingkupan jenis-jenis dampak penting yang ditelaah dari kedua

    kegiatan tersebut.

    A. Evaluasi hasil pelingkupan dampak-dampak potensial yang diprakirakan akan

    menjadi dampak penting hipotetis bagian hulu

    Kegiatan utama pada Bagian Hulu dalam rangka pengembangan gas mencakup kegiatan-

    kegiatan utama seperti pemboran sumur, pembangunan fasilitas BS dan GPF, pemasangan

    pipa penyalur gas, operasi produksi di GPF dan penyaluran gas melalui pipa merupakan

    kegiatan yang potensial menimbulkan dampak penting. Namun untuk pelaksanaan

    pembangunan tersebut ada kegiatan-kegiatan lain yang terkait untuk kelengkapan

    pembangunan kegiatan utama tersebut yang juga potensial menimbulkan dampak penting.

    Kegiatan-kegiatan pendukung dalam proyek pengembangan gas di Bagian Hulu untuk setiap

    tahapannya adalah seperti diuraikan berikut ini.

    1. Tahap Pra Konstruksi

    a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh

    b. penerimaan tenaga kerja

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-3

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    2. Tahap Konstruksi

    a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan

    b. pembukaan dan pematangan lahan

    c. konstruksi BS dan GPF

    d. pemasangan pipa penyalur gas

    e. penglepasan tenaga kerja

    3. Tahap Operasi

    a. penerimaan tenaga kerja

    b. pemboran sumur pengembangan

    c. operasi produksi di GPF

    d. penyaluran gas melalui pipa

    e. pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat

    f. pemeliharaan fasilitas produksi

    4. Pasca Operasi

    a. penutupan sumur

    b. penghentian operasi produksi gas

    c. pembongkaran dan demobilisai peralatan

    d. revegetasi

    e. penglepasan tenaga kerja.

    Uraian berikut menjelaskan bagaimana mengevaluasi dampak-dampak potensial menjadi

    dampak penting hipotetis pembangunan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu.

    Dampak penting hipotetis diperoleh dengan mengevaluasi dampak-dampak potensial

    terhadap kemungkinan dampak tersebut relevan atau tidak relevan sebagai dampak

    hipotetis. Bagi dampak-dampak potensial yag tidak relevan kemudian dihilangkan dari daftar

    dampak potensial hasil pelingkupan awal.

    1. Perubahan Iklim Mikro

    Perubahan iklim mikro (pencahayaan dan suhu udara) diduga mempunyai intensitas

    yang kecil dari colok api karena gas yang dibakar jumlahnya kecil, sehingga penyebaran

    panas dan cahaya relatif pendek dan tidak mengganggu penduduk. Perubahan iklim

    mikro karena pembukaan lahan untuk lokasi pengembangan sumur gas, BS, GPF dan

    jalur pipa relatif sempit dibandingkan dengan lahan sekitarnya yang masih tertutup oleh

    vegetasi. Oleh karena itu perubahan iklim mikro, secara hipotetis, tidak akan menjadi

    dampak penting.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-4

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    2. Penurunan Kualitas Udara Ambien

    Debu dan gas yang muncul pada kegiatan tahap konstruksi yang dikeluarkan oleh

    peralatan, seperti genset, relatif kecil, sehingga secara hipotetis, tidak akan menjadi

    dampak penting. Akan tetapi pada tahap operasi jumlah gas dan debu yang dikeluarkan

    dari mesin-mesin dan emisi gas dari colok api untuk operasi produksi gas di BS dan GPF

    cukup signifikan sehingga secara hipotetis akan menjadi dampak negatif penting.

    Sebaliknya pada tahap pasca operasi, kualitas udara akan menjadi seperti areal

    sekitarnya.

    3. Terjadinya Kebisingan

    Kebisingan yang muncul pada kegiatan tahap konstruksi yang dikeluarkan oleh

    peralatan, seperti genset, relatif kecil dan penduduk di sekitarnya masih jarang,

    sehingga secara hipotetis, tidak akan menjadi dampak penting. Akan tetapi pada tahap

    operasi kebisingan yang dikeluarkan dari mesin-mesin, terutama mesin kompressor, di

    BS dan GPF cukup signifikan sehingga secara hipotetis akan menjadi dampak negatif

    penting. Sebaliknya pada tahap pasca operasi, tingkat kebisingannya akan menjadi

    seperti areal sekitarnya.

    4. Perubahan Sifat Tanah

    Sifat fisik-kimia tanah yang akan mengalami perubahan karena kegiatan pembukaan

    lahan cukup luas, namun bila dibandingkan luasan lahan tertutup vegetasi di sekitarnya

    menjadi relatif sempit yang akan menjadi areal terbuka. Selain itu, tanah terbuka akan

    segera dikelola atau segera mengalami suksesi alami cepat, sehingga sifat tanah tidak

    akan berpengaruh secara signifikan. Oleh karena itu, secara hipotetis, perubahan sifat

    tanah tidak akan menjadi dampak penting.

    5. Terjadinya Erosi Tanah

    Erosi tanah akan besar terutama pada pembukaan dan pematangan lahan pada lokasi

    sumur gas, BS, GPF dan lokasi pemasangan pipa penyalur gas (sepanjang total sekitar

    95 km), terutama pada lokasi yang tidak datar dan kondisi tanah yang peka erosi. Hasil

    erosi cukup besar (signifikan) terutama untuk selain lokasi sumur gas, BS dab GPF,

    terutama adalah pemasangan pipa alternatif-1 dan alternatif-2, sedangkan pemasangan

    pipa alternatif-3 tidak ada dampak erosi karena dipasang di dasar laut dekat pantai.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-5

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Material tanah hasil erosi di daratan akan menyebar ke lahan millik masyarakat di sisi

    bagian selatan (hilir) ke arah pantai, sehingga dapat mengganggu penduduk. Oleh

    karena itu dampak terhadap erosi tanah, secara hipotetis akan menjadi dampak

    penting.

    6. Gangguan Sistem Irigasi dan Drainase

    Sistem irigasi dan drainase, secara hipotetis akan menjadi dampak penting, karena

    saluran air pada areal persawahan akan terpotong, padahal pada calon lokasi kegiatan

    dijumpai banyak jaringan irigasi yang teknis dan semi teknik untuk mengairi

    persawahan.

    7. Perubahan kuantitas air permukaan (air sungai)

    Peningkatan aliran permukaan dimungkinkan akan mengalami peningkatan akibat

    pembukaan dan pematangan lahan, namun perubahan tersebut sangat kecil karena luas

    lahan yang dibuka bila dibandingkan areal sekitarnya yang masih tertutup rapat oleh

    vegetasi relatif kecil. Dengan demikian secara hipotetis, dampak perubahan kuantitas air

    permukaan terutama peningkatan debit aliran permukaan tidak menjadi dampak

    penting hipotetis.

    Pada kegiatan ini kuantitas air sungai diprakirakan akan mengalami penurunan akibat

    digunakannya air permukaan (debit air sungai) tersebut untuk test hidrostatis pada pipa

    yang akan digunakan untuk mengalirkan gas. Kebutuhan air permukaan untuk test

    hydrostatik cukup banyak, yakni diperhitungkan sekitar 20.000 m3. Pipa trunk line yang

    akan diuji adalah pipa-pipa (trunk line) dari Block Station (BS) baik dari Donggi sampi ke

    Junction I sepanjang 33 km yang kemudian bergabung dengan pipa milik JOB, dan pipa

    dari Block Station II Matindok sampai dengan junction sepanjang 3 km yang kemudian

    bergabung dengan pipa milik JOB. Tetapi dengan melihat data debit sungai-sungai yang

    ada di daerah penelitian rata-rata mencapai 25 m3/detik, maka kemungkinan besar tidak

    akan terpengaruh secara signifikan oleh kegiatan test hydrostatik yang sekalipun

    kebutuhan airnya besar, namun bila dibandingkan dengan ketersediaan air di sungai

    terdekat apalagi pada musim penghujan maka kecil sekali pengaruhnya terhadap

    penurunan debit air sungai; apalagi pelaksanaan uji hidrostatis hanya dilakukan sekali

    dan dalam waktu pendek. Oleh karena itu dampak pada perubahan kuantitas debit air

    sungai tidak merupakan dampak penting hipotetis.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-6

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    8. Penurunan Kualitas Air Permukaan

    Penurunan kualitas air permukaan akan terjadi pada tahap konstruksi dan adanya

    limbah cair dari operasi produksi. Kualitas air yang menurun akan berdampak pada

    komponen lain misalnya badan air yang sama di bagian hilirnya digunakan oleh

    masyarakat dan dapat pula mempengaruhi kehidupan biota air tawar. Secara hipotetis,

    jenis dampak pada kualitas air permukaan akan menjadi dampak negatif penting.

    Sebaliknya, setelah selesai operasi produksi, kualitas air permukaan akan menjadi sama

    dengan bagian hulu badan air yang sama.

    9. Penurunan Kualitas Air Laut

    Penurunan kualitas air laut akan terjadi tetapi sifatnya sementara terutama pada tahap

    konstruksi khususnya pemasangan pipa di lepas pantai. Kualitas air yang menurun akan

    berdampak pada komponen lain misalnya bila pada areal yang sama digunakan oleh

    masyarakat untuk penangkapan ikan dan dapat pula mempengaruhi kehidupan biota air

    laut. Secara hipotetis, jenis dampak pada kualitas air laut akan menjadi dampak negatif

    penting. Sebaliknya, setelah selesai operasi produksi, kualitas air laut akan menjadi

    sama dengan bagian laut sekitarnya.

    10. Penurunan Kuantitas Air Tanah Dangkal

    Kuantitas air tanah dangkal akan berpotensi menurun karena vegetasi penutup lahan

    hilang dan adanya pengelupasan tanah serta aliran permukaan yang lebih tinggi

    sehingga terjadi gangguan dalam penyerapan air. Hal itu terjadi pada kegiatan

    pembukaan lahan dan penyiapan lahan untuk pemboran sumur, pembangunan fasilitas

    produksi gas dan untuk jalur pipa. Akan tetapi luas permukaan yang akan terbuka relatif

    sedikit dibanding luasan lahan yang tertutup oleh vegetasi, maka dampak yang terjadi

    tidak signifikan sehingga bukan merupakan dampak penting hipotetis.

    11. Penurunan Kuantitas Air Tanah Dalam

    Berdasarkan data sekunder potensi air tanah dalam dari Bappeda Kabupaten Banggai

    (2006), potensi air tanah tahunan adalah sebesar 387 x 106 m3/tahun atau 1,035 x

    106/hari. Memperhatikan cadangan kuantitas (debit) air tanah tersebut, maka apabila

    digunakan untuk keperluan pemboran sumur (420 m3/ sumur), dengan jumlah sumur

    sekitar 17 buah sumur, kemudian kebutuhan untuk operasional BS (25 m3/hari), maka

    tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kuantitas air tanah

    dalam. Apalagi kalau air yang digunakan untuk proses pemboran sumur menggunakan

    air sungai, maka tidak terjadi penurunan kuantitas air tanah secara signifikan, sehingga

    penurunan kuantitas air tanah tidak menjadi dampak penting hipotetis.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-7

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    12. Gangguan Transportasi Jalan Darat

    Gangguan transportasi jalan darat mencakup 3 (tiga) macam gangguan yaitu gangguan

    terhadap kelancaran lalulintas, keselamatan berlalulintas, dan kerusakan jalan dan

    jembatan. Aksesibilitas jalan darat akan meningkat karena pembukaan jalur (ROW) pipa

    pada kegiatan pembukaan dan pematangan lahan. Jalur ROW yang terbuka pada tahap

    konstruksi akan dapat digunakan masyarakat pada tahap operasi dan pasca operasi,

    walaupun sebenarnya tidak diperkenankan karena ROW ini merupakan jalan inspeksi

    perusahaan untuk memeriksa sarana milik perusahaan, namun demikian kadang-kadang

    masyarakat memanfaatkan. Peningkatan aksesibilitas ini akan memudahkan masyarakat

    menuju ke areal pertanian atau pusat perekonomian lokal, sehingga aksesibilitas jalan

    darat pada kegiatan pembukaan dan pematangan lahan secara hipotetis akan menjadi

    dampak positif penting. Sebaliknya, aksesibilitas jalan darat di jalan raya poros Luwuk-

    Baturube akan menurun karena kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat/ bahan/

    personil, kegiatan konstruksi fasilitas produksi. Oleh karena jalan itu relatif sempit dan

    merupakan satu-satunya jalan raya di wilayah kegiatan yang digunakan untuk mobilisasi

    penduduk dan mobilisasi sumber ekonomi masyarakat banyak, maka dampak yang

    terjadi secara hipotetis akan menjadi dampak negatif penting. Pada tahap operasi,

    kegiatan pengangkutan kondensat dengan truk tangki menuju Bajo akan menyebabkan

    aksesibilitas jalan raya itu menurun. Sedangkan aksesibilitas pada ruas jalan di sekitar

    fasilitas produksi (BS) akan dapat meningkat karena dibangunnya jalan baru dan

    peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh pemrakarsa, namun sebaliknya aksesibilitas

    di jalan umum sekitar lokasi fasilitas produksi akan menurun karena lalu lalang

    kendaraan untuk keperluan operasi produksi. Selain aksesibilitas jalan yang menurun,

    resiko kerusakan jalan, jembatan, dan resiko kejadian kecelakan berlalulintas akan

    meningkat. Oleh karena itu, secara hipotetis, aksesibilitas jalan darat akan dapat

    menjadi dampak positif dan sekaligus dampak negatif penting pada tahap operasi.

    13. Gangguan Vegetasi

    Penutupan lahan oleh vegetasi akan menurun karena kegiatan pembukaan dan

    pematangan lahan. Pembukaan lahan ini terjadi di lokasi-lokasi sumur, fasilitas produksi

    gas, dan jalur pipa 295 ha. Sebagian besar areal bervegetasi yang akan dibuka

    merupakan areal budidaya (persawahan dan kebun) dan semak. Areal yang dibuka di

    dalam hutan relatif kecil, namun akses jalan yang dibangun untuk pemasangan pipa

    (ROW) di SM Bakiriang terutama dengan pemasangan pipa jalur alternatif-1 dan

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-8

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    alternatif-2 yaitu sejajar jalan Provinsi yang telah ada tetap dapat berpotensi untuk

    terjadinya illegal logging, sehingga vegetasi hutan di sekitar lokasi kegiatan akan

    mengalami resiko kerusakan. Secara hipotetis, dampak pada vegetasi ini akan menjadi

    dampak penting pada tahap konstruksi. Namun pemasangan pipa alternatif-3 yang

    dipasang di dasar laut dekat Pantai Bakiriang tidak berdampak penting terhadap

    vegetasi, karena tidak ada vegetasi pantai yang dibuka untuk kegiatan pemasangan

    pipa alternatif -3 ini.

    Penutupan lahan oleh vegetasi akan meningkat setelah dilakukan program revegetasi

    atau setelah kegiatan pembongkaran fasilitas produksi pada tahap pasca operasi, akan

    memberikan ruang dan waktu untuk proses suksesi yang dimulai dari tumbuhnya jenis-

    jenis pionir. Pada program revegetasi lahan-lahan terbuka akan ditanami dengan jenis

    tumbuhan lokal yang cepat tumbuh. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dampak

    terhadap penurunan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi masuk katagori dampak

    penting hipotetis.

    14. Gangguan Satwa

    Satwa, terutama yang hidup di SM Bakiriang, akan terganggu oleh kebisingan, getaran

    dan kehadiran para pekerja pada kegiatan mobilisasi, demobilisasi peralatan/

    material/pekerja, serta kegiatan pembukaan dan pematangan lahan. Pembukaan lahan

    untuk pemasangan jalur pipa alternatif-1 dan 2 yang dipasang sejajar jalan provinsi

    yang sudah ada di SM Bakiriang dan untuk sumur pengembangan di Sukamaju yang

    berbatasan dengan hutan SM Bakiriang juga akan menurunkan kualitas dan luasan

    habitat satwa.

    Pada tahap konstruksi satwa akan mengalami resiko gangguan. ROW rencana

    pemasangan jalur pipa alternatif-1 dan 2 yang dipasang sejajar jalan provinsi yang

    sudah ada di SM Bakiriang berpotensi akan lebih mempermudah untuk memasuki SM

    Bakiriang dan ROW yang terbuka berarti juga memperluas lahan terbuka. Dampak pada

    satwa merupakan dampak turunan dari pembukaan lahan bervegetasi yang menjadi

    habitatnya. Sebagian besar areal bervegetasi yang akan dibuka merupakan areal

    budidaya (persawahan dan kebun) dan semak, namun demikian lokasi sumur bor

    ternyata ada yang terletak di hutan. Secara hipotetis, dampak pada satwa ini akan

    menjadi dampak penting hipotetis. Demikian halnya pemasangan pipa alternatif-3, yang

    dilakukan melintasi pantai Bakiriang, walaupun kegiatan ini tidak membuka lahan pesisir

    pantai namun dapat mengganggu burung Maleo yang bertelur di pasir pantai. Kegiatan

    ini secara hipotetis juga berdampak penting terhadap satwa.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-9

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    15. Gangguan Biota Air Tawar

    Dampak pada biota air tawar merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air

    akibat kegiatan konstruksi dan operasi produksi. Perubahan kualitas air, seperti

    peningkatan TSS (total suspended solid), kekeruhan, dan film minyak akan

    mempengaruhi biota air khususnya plankton dan benthos yang selanjutnya akan

    mempengaruhi kehidupan ikan yang mungkin menjadi sumber ekonomi masyarakat.

    Secara hipotetis, dampak pada biota air tawar ini akan menjadi dampak penting.

    16. Gangguan Biota Air Laut

    Komunitas biota air laut, terutama plankton dan benthos serta terumbu karang akan

    mengalami penurunan. Kegiatan rencana pemasangan pipa jalur alternatif-3 di dasar

    laut dekat pantai SM Bakiriang akan berpotensi merusak terumbu karang yang ada.

    Selain itu biota air laut juga akan terganggu karena kualitas air yang menurun

    disebabkan oleh kekeruhan dan pengerukan pada kegiatan pemasangan pipa di

    perairan laut dangkal Pantai Bakiriang. Dengan demikian kegiatan tersebut akan

    berdampak penting negatif terhadap biota air laut.

    17. Peningkatan Keanekaragaman dan Kerapatan Vegetasi

    Pada masa pasca operasi, pada areal bekas lokasi fasilitas produksi akan dibersihkan

    dan dilakukan restorasi (pemulihan ke kondisi semula) atau revegetasi. Dengan

    demikian lahan-lahan yang semula terbuka akan menjadi tertutup oleh berbagai

    vegetasi sehingga terjadi peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi di area

    bekas lokasi proyek dan sekitarnya. Secara hipotetis dampak pada vegetasi menjadi

    penting.

    18. Peningkatan Keanekaragaman dan Kelimpahan Satwa

    Dengan adanya peningkatan luasan lahan yang semula tertutup oleh vegetasi pada

    kegiatan revegetasi menjadikan habitat satwa yang semula terpotong-potong pada saat

    konstruksi dan operasional fasilitas produksi, akan menjadi bersambungan lagi

    membentuk habitat yang luas. Hal ini akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan

    keanekaragaman dan kelimpahan satwa. Dengan demikian secara hipotetis kegiatan

    revegetasi akan berdampak penting terhadap satwa.

    19. Perubahan Kependudukan

    Kependudukan akan terpengaruh dengan adanya pekerja pendatang untuk kegiatan

    konstruksi dan operasi, namun karena jumlah pekerja konstruksi dari luar daerah relatif

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-10

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    kecil dan periode kegiatan relatif pendek serta sebagian besar dari pendatang tidak

    akan menetap, maka secara hipotetis, dampak pada kependudukan pada tahap

    konstruksi tidak akan menjadi dampak penting. Sementara itu pada tahap operasi yang

    membutuhkan banyak tenaga kerja dengan keahlian khusus, akan menyebabkan

    munculnya banyak pendatang sehingga secara hipotetis akan berdampak penting

    terhadap kependudukan.

    20. Perubahan Pola Kepemilikan Lahan

    Perubahan pemilikan lahan secara permanen akan terjadi setelah kegiatan pembebasan

    lahan dan tanan tumbuh selesai. Perubahan kepemilikan lahan ini akan menjadi

    dampak penting secara hipotetis, karena selama ini masyarakat di sekitar wilayah studi

    yang umumnya bermatapencaharian sebagai petani sangat tergantung pada lahan yang

    menjadi sumber penghasilannya. Oleh karena itu kegiatan pembebasan lahan, terlebih

    bila tanpa adanya musyawarah yang baik dan tidak mengikuti peraturan yang berlaku

    akan potensial menimbulkan konflik. Mendasarkan hal tersebut, maka perubahan pola

    kepemilikan lahan merupakan dampak negatif penting.

    21. Peningkatan Pendapatan Masyarakat

    Pendapatan masyarakat, terutama pekerja, yang direkrut proyek untuk konstruksi akan

    meningkat; pendapatan masyarakat lain yang menyediakan jasa dan untuk memenuhi

    kepentingan proyek atau kebutuhan para pekerja yang menjadi konsumen juga akan

    meningkat. Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah gerakan

    ekonomi lokal dan bagi masyarakat lain yang selama ini menganggur juga mendapat

    kesempatan usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

    Secara hipotetis, peningkatan pendapatan masyarakat pada tahap konstruksi akan

    menjadi dampak penting, termasuk pada pemasangan jalur pipa khususnya alternatif-

    1, dan 2. Pada tahap operasi, pendapatan masyarakat, terutama pekerja, yang direkrut

    proyek untuk operasi produksi akan meningkat; pendapatan masyarakat lain yang

    menyediakan jasa dan untuk memenuhi kepentingan proyek atau kebutuhan para

    pekerja juga akan meningkat. Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan

    menambah gerakan ekonomi lokal dan bagi masyarakat lain yang yang selama ini

    menganggur juga mendapat kesempatan usaha yang pada gilirannya akan

    meningkatkan pendapatan masyarakat. Secara hipotetis, peningkatan pendapatan

    masyarakat pada tahap operasi akan menjadi dampak penting.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-11

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    22. Adanya Kesempatan Berusaha

    Kesempatan berusaha, terutama bagi masyarakat lokal akan meningkat dan

    memunculkan pola sumber nafkah baru, karena munculnya konsumen yaitu para

    pekerja konstruksi dan kebutuhan barang dan jasa untuk kepentingan konstruksi

    fasilitas produksi. Oleh karena, melibatkan orang banyak dan juga banyaknya

    pengangguran, maka dampak kesempatan berusaha pada tahap konstruksi akan

    menjadi dampak positif penting. Kesempatan berusaha akan meningkat pada tahap

    operasi. Kesempatan berusaha seperti tumbuhnya warung makanan dan minuman serta

    jasa transportasi dan jasa pelayanan barang dan jasa lain untuk memenuhi kebutuhan

    karyawan produksi yang jumlahnya banyak dan waktu yang lama dan untuk memenuhi

    kebutuhan pendukung dan pemeliharaan operasi produksi akan tumbuh dan

    berkembang. Oleh karenanya dampak ini, secara hipotetis akan menjadi dampak positif

    penting.

    23. Penurunan Kesempatan Berusaha

    Penghentian operasi produksi gas di GPF akan menyebabkan hilangnya kesempatan

    kerja para karyawan atau tenaga kerja lainnya yang selama ini terlibat langsung

    maupun tidak langsung dalam proyek. Kondisi ini akan berdampak terhadap

    kesempatan usaha yang selama ini melayani berbagai kebutuhan barang dan jasa para

    tenaga kerja maupun proyek. Secara hipotetis kegiatan penghentian operasi produksi

    gas akan berdampak penting terhadap kesempatan berusaha.

    24. Gangguan Proses Sosial

    Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul bila tidak diperoleh kesepakatan nilai

    ganti rugi lahan dan tanaman pada kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh

    (Tahap Prakonstruksi). Walaupun sudah tercapai kesepakatan nilai ganti rugi lahan,

    tetapi bila terjadi kesalahpahaman dalam proses pembayaran juga berpotensi

    menimbulkan proses disosiatif. Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul bila

    terjadi gangguan lalu lintas, kerusakan jalan dan kecelakaan saat kegiatan mobilisasi

    dan demobilisasi alat/ bahan/personil. Disosiasi akan muncul karena kegiatan konstruksi

    lain melibatkan banyak pekerja yang berisiko timbulnya gesekan sosial, termasuk pada

    kegiatan pemasangan pipa penyalur gas khususnya alternatif-1 dan 2. Pada tahap

    operasi, proses produksi yang menghasilkan limbah cair, padat dan gas ditambah

    kemungkinan tidak terakomodasinya keinginan masyarakat lokal menjadi karyawan

    akan menimbulkan disosiasi. Padahal periode waktu operasi produksi lama dan

    mencakup luas wilayah yang luas. Oleh karena itu, proses sosial yang bersifat disosiatif

    secara hipotetis akan menjadi dampak negatif penting.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-12

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    25. Pelapisan Sosial

    Operasi produksi di GPF akan lebih banyak melibatkan tenaga kerja dari luar daerah

    dengan tingkat pendidikan tinggi dan keahlian atau ketrampilan khusus. Demikian

    pula dengan beroperasinya PPGM dalam kurun waktu relatif panjang, dipastikan wilayah

    studi akan berkembang menjadi daerah yang maju sehingga mengundang minat banyak

    pendatang lainnya untuk masuk ke wilayah tersebut. Dipastikan tingkat penghasilan

    para pendatang juga akan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal yang

    terutama bermatapencaharian di bidang pertanian dengan tingkat penghasilan relatif

    rendah. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya stratifikasi atau kelas-kelas sosial yang

    baru di wilayah studi, terlebih bila para pendatang tidak mau membaur dengan warga

    lokal dan menunjukkan adanya pola/gaya hidup yang jauh berbeda dengan penduduk

    lokal. Kenyataan ini pada akhirnya akan dapat mengganggu proses sosial dalam

    masyarakat dan memunculkan sikap serta persepsi negatif masyarakat, dan merupakan

    dampak penting negatif.

    26. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat

    Persepsi masyarakat terhadap perusahaan akan bersifat positif bila nilai ganti rugi dan

    proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh dirasa memuaskan, demikian sebaliknya.

    Jumlah masyarakat yang lahannya dibebaskan banyak dan daerah yang dibebaskan luas

    dan pengalihan hak itu berlangsung permanen. Persepsi masyarakat terhadap

    perusahaan akan bersifat positif bila rekrutmen tenaga (pada tahap prakonstruksi) yang

    bekerja untuk konstruksi melibatkan tenaga kerja lokal secara proporsional, demikian

    sebaliknya. Persepsi masyarakat akan bersifat negatif bila dalam proses konstruksi

    terjadi banyak dampak lingkungan seperti kebisingan, debu, pemotongan saluran irigasi,

    pemotongan jalan dan penurunan aksesibilitas jalan raya yang dirasa mengganggu

    kenyamanan dan keamanan masyarakat. Oleh karena jumlah manusia yang terkena

    dampat relatif banyak karena lokasi kegiatan berada di konsentrasi penduduk (walaupun

    tidak mengenai permukiman) atau lahan milik penduduk, meliputi wilayah yang

    panjangnya melebihi 75 km dan luasannya sekitar 295 ha, periode waktu kegiatan

    konstruksi seluruhnya lebih dari 1 tahun, maka secara hipotetis, dampak sikap dan

    persepsi masyarakat akan bersifat negatif penting. Persepsi positif muncul bila kegiatan

    rekrutmen tenaga kerja untuk operasi produksi melibatkan warga lokal secara

    proporsional. Namun sebaliknya persepsi negatif juga akan muncul karena kemungkinan

    masyarakat akan merasa terganggu dengan adanya limbah cair, padat dan gas yang

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-13

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    dihasilkan proses produksi, dan bila arus lalu lintas darat dan laut di sekitar lokasi

    kegiatan dirasakan mengganggu warga. Oleh karena jumlah manusia yang terkena

    dampat relatif banyak karena lokasi kegiatan berada di konsentrasi penduduk dan lama

    berlangsungnya dampak lebih dari 20 tahun, maka secara hipotetis, dampak sikap dan

    persepsi masyarakat akan bersifat negatif penting.

    27. Penurunan Sanitasi Lingkungan

    Sanitasi lingkungan akan memburuk bila pekerja konstruksi membuang limbah padat

    dan limbah domestik di sembarang tempat. Walaupun kemungkinan perusahaan

    menyediakan MCK portable dan pihak kontraktor mengawasi masalah sanitasi dengan

    baik, namun karena jumlah pekerja relatif banyak yang bekerja di area yang tertentu

    terutama di kegiatan pemasangan pipa baik melalui jalur alternatif-1 sejajar dengan

    jalan provinsi yang telah ada, maupun alternatif-2 dengan metode HDD ketika melalui

    SM Bakiriang, diprakirakan hal tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan

    sanitasi lingkungan yang signifikan, sehingga sanitasi lingkungan pada tahap konstruksi

    akan menjadi dampak penting secara hipotetis. Sementara itu jalur melalui laut yang

    merupakan alternatif-3 tidak berpengaruh terhadap sanitasi lingkungan. Pada tahap

    operasi, sanitasi lingkungan dapat memburuk bila perusahaan membuang limbah

    padatnya tidak mengikuti ketentuan yang berlaku atau membuang di tempat yang telah

    ditentukan dengan baik. Oleh karena berlangsungnya kegiatan lama, volume sampah

    padat besar, hal tersebut akan dapat memicu pertumbuhan populasi vektor penyakit

    seperti tikus dan kecoa dan kemungkinan dapat menyebar ke pemukiman. Penurunan

    kualitas sanitasi lingkungan diperkirakan akan terjadi pada lokasi sepanjang jalur pipa

    sejajar dengan jalan provinsi di Bakiriang (alternatif-1) dan dengan cara Horisontal

    Directional Driling (alternatif-2), bila lokasi pembuangan sampah padat kebetulan dekat

    dengan pemukiman penduduk, maka secara hipotetis, sanitasi lingkungan akan menjadi

    dampak negatif penting. Sedangkan pada jalur alternatif 3 yaitu digelar sepanjang

    dasar perairan laut tidak memberikan dampak yang berarti bagi sanitasi lingkungan

    karena relatif jauh dari permukiman penduduk.

    28. Penurunan Tingkat Kesehatan Masyarakat

    Gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas

    udara dan air yang merupakan dampak primer. Pada tahap konstruksi intensitas

    dampak primer tersebut relatif kecil sehingga dampak pada kesehatan masyarakat tidak

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-14

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    menjadi dampak penting secara hipotetis. Pada tahap operasi kesehatan masyarakat,

    khususnya masyarakat pekerja (karyawan), dimungkinkan akan terganggu sebagai

    akibat adanya berbagai fasilitas hiburan yang selama ini telah ada. Meningat masa

    operasional cukup lama yakni sekitar 20 tahun maka dimungkinkan berkembangnya

    praktek prostitusi yang dapat menyebabkan munculnya jenis-jenis penyakit yang terkait

    dengan penyakit menular seksual (PMS). Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya

    pencegahan/penanggulangan yang melibatkan berbagai pihak agar jenis-jenis penyakit

    ini tidak menyebar ke areal yang lebih luas.

    B. Evaluasi hasil pelingkupan dampak-dampak potensial yang diprakirakan akan

    menjadi dampak penting hipotetis bagian hilir

    Kegiatan utama yang akan dibangun pada Bagian Hilir adalah Pembangunan Kilang LNG

    dan Pelabuhan Khusus. Namun dalam pelaksanaan pembangunan tersebut, kegiatan-

    kegiatan pendukung lain yang terkait dengan pembangunan yang diperkirakan berpotensi

    menimbulkan dampak penting.

    Kegiatan-kegiatan tersebut dipilah kedalam tahapan-tahapan yaitu:

    1. Tahap Pra Konstruksi

    a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh

    b. penerimaan tenaga kerja

    2. Tahap Konstruksi

    a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan

    b. pembukaan dan pematangan lahan

    c. konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

    d. penglepasan tenaga kerja

    3. Tahap Operasi

    a. penerimaan tenaga kerja

    b. operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus, dan fasilitas pendukungnya

    c. pemeliharaan fasilitas produksi

    4. Tahap Pasca Operasi

    a. penghentian operasi kilang LNG

    b. pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan Khusus)

    c. revegetasi

    d. penglepasan tenaga kerja

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-15

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Berikut ini diuraikan penetapan dampak-dampak penting hipotesis akibat kegiatan-kegiatan

    dalam rangka pembangunan kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus. Dampak penting

    hipotetis diperoleh dengan mengevaluasi dampak-dampak potensial terhadap kemungkinan

    dampak tersebut relevan atau tidak relevan sebagai dampak hipotetis. Bagi dampak-dampak

    potensial yang tidak relevan kemudian dihilangkan dari daftar dampak potensial hasil

    pelingkupan awal.

    1. Perubahan Iklim Mikro

    Perubahan iklim mikro karena pembukaan lahan relatif sempit dibandingkan dengan

    lahan sekitarnya yang masih tertutup oleh vegetasi. Sementara itu sekitar kilang LNG

    akan relatif lebih panas karena operasi produksi LNG, namun karena lokasinya di pantai

    dengan angin yang kencang maka perubahan ini tidak akan signifikan. Oleh karena itu

    perubahan iklim mikro, secara hipotetis, tidak akan menjadi dampak penting.

    2. Penurunan Kualitas Udara Ambien

    Debu dan gas yang muncul pada kegiatan tahap konstruksi yang dikeluarkan oleh

    peralatan, seperti genset, relatif kecil, sehingga secara hipotetis, tidak akan menjadi

    dampak penting. Akan tetapi pada tahap operasi jumlah gas dan debu yang

    dikeluarkan dari mesin-mesin dan emisi gas dari colok api untuk operasi Kilang LNG

    cukup signifikan sehingga secara hipotetis akan menjadi dampak negatif penting.

    Sebaliknya pada tahap pasca operasi, kualitas udara akan menjadi seperti areal

    sekitarnya.

    3. Terjadinya Kebisingan

    Kebisingan yang muncul pada kegiatan tahap konstruksi yang dikeluarkan oleh

    peralatan, seperti genset, relatif kecil pada pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan

    Khusus, dan penduduk di sekitarnya masih jarang, sehingga secara hipotetis, tidak akan

    menjadi dampak penting. Akan tetapi pada tahap operasi kebisingan yang dikeluarkan

    dari mesin-mesin di Kilang LNG cukup signifikan sehingga secara hipotetis akan menjadi

    dampak negatif penting. Sebaliknya pada tahap pasca operasi, tingkat kebisingannya

    akan menjadi seperti areal sekitarnya.

    4. Perubahan Sifat Tanah

    Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus dibangun di wilayah daratan pantai baik di

    Uso maupun Padang, dimana pada kedua lokasi tanah belum berkembang dan masih

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-16

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    bahan material baku tanah (raw material). Sifat fisik-kimia tanah yang akan mengalami

    perubahan karena kegiatan pembukaan lahan cukup luas (300 Ha), namun bila

    dibandingkan luasan lahan tertutup vegetasi di sekitarnya menjadi relatif sempit yang

    akan menjadi areal terbuka. Selain itu, tanah terbuka akan segera dikelola atau segera

    mengalami suksesi alami cepat, sehingga sifat tanah tidak akan berpengaruh secara

    signifikan. Oleh karena itu, secara hipotetis, perubahan sifat tanah tidak akan menjadi

    dampak penting.

    5. Terjadinya Erosi Tanah

    Daerah rencana tapak proyek pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus akan

    dibangun pada dataran aluvial pantai dengan bahan induk pasir dan mempunyai

    topografi datar. Akibat pembukaan lahan dari vegetasi penutup, saat musim hujan tiba

    akan terjadi erosi percik, dimana partikel tanah dilepaskan dari agregat tanahnya,

    kemudian dihamburkan ke udara, dan akhirnya diendapkan kembali ke permukaan

    tanah. Dengan demikian tanah hilang akibat erosi mendekati nol (sangat kecil sekali)

    dan tidak akan menyebar ke lahan millik masyarakat di sekitarnya karena topografi

    datar. Oleh karena itu dampak terhadap erosi tanah, secara hipotetis bukan merupakan

    dampak penting.

    6. Penurunan debit air sungai

    Kegiatan pembangunan kilang LNG plant dan Pelabuhan Khusus serta operasional LNG

    akan membutuhkan air baik air sungai maupun air tanah. Kebutuhan air untuk

    operasional LNG diperkirakan sekitar 75 m3/hari dan itupun akan diambilkan dari air

    tanah. Air sungai/permukaan hanya digunakan untuk pembangunan bangunan-

    bangunan Kilang, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya yang jumlahnya sangat

    kecil bila dibanding dengan persediaan debit sungai Batui yang ada sebesar 94.043 m3/

    hari. Belum lagi sungai-sungai yang lain masih sangat besar cadangan debitnya. Jadi

    apabila dibandingkan dengan ketersediaan air di sungai terdekat apalagi pada musim

    penghujan, maka kecil sekali pengaruhnya terhadap penurunan debit air sungai. Oleh

    karena itu dampak pada perubahan debit air sungai bukan merupakan dampak penting

    hipotetis.

    7. Penurunan Kualitas Air Permukaan

    Penurunan kualitas air permukaan akan terjadi pada tahap konstruksi dan adanya

    limbah cair dari operasi produksi gas di Kilang LNG. Kualitas air yang menurun akan

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-17

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    berdampak pada komponen lain misalnya badan air yang sama di bagian hilirnya

    digunakan oleh masyarakat dan dapat pula mempengaruhi kehidupan biota air tawar.

    Secara hipotetis, jenis dampak pada kualitas air permukaan akan menjadi dampak

    negatif penting. Sebaliknya, setelah selesai operasi produksi, kualitas air permukaan

    akan kembali sama dengan bagian hulu badan air yang sama.

    8. Penurunan Kualitas Air Laut

    Penurunan kualitas air laut akan terjadi pada tahap konstruksi/pembangunan Pelabuhan

    Khusus dan Kilang LNG serta operasional kilang LNG. Kualitas air yang menurun akan

    berdampak pada komponen lain misalnya bila pada areal yang sama digunakan oleh

    masyarakat untuk penangkapan ikan dan dapat pula mempengaruhi kehidupan biota air

    laut. Secara hipotetis, jenis dampak pada kualitas air laut akan menjadi dampak negatif

    penting. Sebaliknya, setelah selesai operasi produksi, kualitas air laut akan kembali

    menjadi sama dengan bagian laut sekitarnya. Namun demikian kualitas air laut akan

    menurun bila terjadi malfungsi atau kerusakan dari instalasi pengolahan air (waste

    water treatment)/IPAL di fasilitas produksi gas dan LNG selama operasional.

    9. Penurunan Kuantitas Air Tanah Dangkal

    Kuantitas air tanah dangkal akan berpotensi menurun karena vegetasi penutup lahan

    hilang dan pengelupasan tanah serta aliran permukaan yang lebih tinggi sehingga

    terjadi gangguan dalam penyerapan air. Hal itu disebabkan oleh kegiatan pembukaan

    lahan dan penyiapan lahan untuk kilang LNG dan Pelabuhan Khusus. Akan tetapi luas

    permukaan yang akan terbuka relatif sedikit dibanding luasan lahan yang tertutup oleh

    vegetasi. Disamping itu lahan lokasi berdekatan dengan laut sehingga kemungkinan

    penurunan kuantitas air tanah dangkal sangat kecil dan tidak signifikan, sehingga bukan

    dampak penting hipotetis.

    10. Penurunan Kuantitas Air Tanah Dalam

    Seperti telah dijelaskan di depan bahwa kebutuhan operasional Kilang LNG dan fasilitas

    pendukung lainnya adalah sebesar 75 m3/hari. Berdasarkan data sekunder potensi air

    tanah dalam dari Bappeda Kabupaten Banggai (2006), potensi air tanah tahunan adalah

    sebesar 387 x 106 m3/tahun atau 1,035 x 106/hari. Dengan demikian tidak mempunyai

    pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kuantitas air tanah dalam, sehingga

    bukan merupakan dampak penting hipotetis.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-18

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    11. Gangguan Transportasi Jalan Darat

    Aksesibilitas jalan darat di jalan raya poros Luwuk-Baturube akan menurun karena

    kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat/ bahan/personil serta pada kegiatan konstruksi

    kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus. Hal ini terjadi karena jalan itu relatif

    sempit dan merupakan satu-satunya jala raya di wilayah kegiatan yang digunakan untuk

    mobilisasi penduduk dan mobilisasi sumber ekonomi masyarakat banyak, sehingga

    dampak yang terjadi secara hipotetis akan menjadi dampak negatif penting. Pada

    tahap operasi, kegiatan pengangkutan kondensat dengan truk tangki menuju Bajo akan

    menyebabkan aksesibilitas jalan raya itu menurun. Sedangkan aksesibilitas pada ruas

    jalan di sekitar fasilitas Kilang LNG akan dapat meningkat karena dibangunnya jalan

    baru dan peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh pemrakarsa, namun sebaliknya

    aksesibilitas di jalan umum sekitar lokasi fasilitas produksi akan menurun karena lalu

    lalang kendaraan untuk keperluan operasi produksi. Selain aksesibilitas jalan yang

    menurun, resiko kerusakan jalan dan resiko kejadian kecelakan akan meningkat. Oleh

    karena itu, secara hipotetis, aksesibilitas jalan darat akan dapat menjadi dampak positif

    dan sekaligus dampak negatif penting pada tahap operasi.

    12. Gangguan Keselamatan Pelayaran

    Aksesibilias jalur laut di sekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Khusus di kompleks

    kilang LNG terganggu, namun kegiatan tersebut berlangsung relatif singkat maka

    tingkat gangguan tidak signifikan. Laut di sekitarnya memang menjadi jalur lintas

    nelayan dan atau tempat pengambilan ikan, namun demikian kegiatan nelayan tidak

    terlalu sibuk dan frekuensi pelayarannya rendah. Dengan demikian secara hipotetis jenis

    dampak ini tidak akan menjadi dampak penting. Pada tahap operasi aksesibilitas jalur

    laut di sekitar kilang LNG akan menurun karena lalu lalang kapal pengangkut LNG di

    Pelabuhan Khusus di kompleks kilang LNG untuk dipasarkan. Jalur laut di sekitar

    Pelabuhan Khusus juga digunakan oleh masyarakat untuk lalu lintas kapal dan sebagai

    lokasi penangkapan ikan. Meskipun saat ini frekuensi pelayarannya rendah dan ralatif

    lengang, namun mengingat kegiatan ini akan berjalan dalam kurun waktu yang lama

    dan diprakirakan aktivitas pelayaran dari kegiatan lain akan berkembang, maka secara

    hipotetis jenis dampak ini akan menjadi dampak negatif penting.

    13. Gangguan Vegetasi

    Penutupan lahan oleh vegetasi akan menurun karena kegiatan pembukaan dan

    pematangan lahan. Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi di daerah ini akan

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-19

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    mengalami penurunan. Pembukaan lahan ini terjadi di lokasi fasilitas produksi LNG

    seluas 300 ha sebagian besar areal bervegetasi yang akan dibuka merupakan areal

    budidaya (ladang) dan semak. Secara hipotetis, dampak pada vegetasi ini akan menjadi

    dampak penting pada tahap konstruksi.

    Penutupan lahan oleh vegetasi akan meningkat setelah dilakukan program revegetasi

    pada tahap Pasca Operasi. Pada program revegetasi lahan-lahan terbuka akan ditanami

    dengan jenis tumbuhan lokal yang cepat tumbuh.

    14. Gangguan Satwa

    Adanya kegiatan pembukaan dan pematangan lahan pada tahap konstruksi,

    menyebabkan habitat satwa akan hilang. Kehidupan satwa di sekitar lokasi kegiatan

    menjadi terganggu. Secara hipotetis, dampak pada satwa ini akan menjadi dampak

    penting.

    15. Gangguan Biota Air Laut

    Komunitas biota air laut, terutama plankton dan benthos serta terumbu karang akan

    mengalami penurunan. Biota air laut akan terganggu karena kualitas air yang menurun

    disebabkan oleh kekeruhan dan pengerukan pada kegiatan konstruksi kilang LNG dan

    Pelabuhan Khusus di Uso (alternatif-1) dan Padang (alternatif 2).

    Dampak pada biota air laut juga terjadi akibat kegiatan operasi kilang LNG, Pelabuhan

    Khusus dan fasilitas lainnya di Uso (alternatif-1) dan Padang (alternatif-2). Dampak

    pada biota air laut merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air laut. Apabila

    terjadi kegagalan fungsi IPAL di BS dan LNG Plant maka terjadi resiko penurunan

    kualitas air laut, seperti peningkatan TSS, kekeruhan, dan film minyak akan

    mempengaruhi biota air laut.

    16. Peningkatan Keanekaragaman dan Kerapatan Vegetasi

    Pada masa pasca operasi, pada areal bekas lokasi fasilitas produksi akan dibersihkan

    dan dilakukan restorasi (pemulihan ke kondisi semula) atau revegetasi. Dengan

    demikian lahan-lahan yang semula terbuka akan menjadi tertutup oleh berbagai

    vegetasi sehingga terjadi peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi di area

    bekas lokasi proyek dan sekitarnya. Secara hipotetis dampak pada vegetasi menjadi

    penting.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-20

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    17. Peningkatan Keanekaragaman dan Kelimpahan Satwa

    Dengan adanya peningkatan luasan lahan yang semula tertutup oleh vegetasi pada

    kegiatan revegetasi menjadikan habitat satwa yang semula terpotong-potong pada saat

    konstruksi dan operasional fasilitas produksi, akan bersambung lagi membentuk habitat

    yang luas. Hal ini akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan keanekaragaman

    dan kelimpahan satwa. Dengan demikian secara hipotetis kegiatan revegetasi akan

    berdampak penting terhadap satwa.

    18. Perubahan Kependudukan

    Kependudukan akan terpengaruh dengan adanya pekerja pendatang untuk kegiatan

    konstruksi, namun karena jumlah pekerja luar tidak begitu banyak dan periode kegiatan

    relatif pendek serta sebagian besar dari pendatang tidak akan menetap, maka secara

    hipotetis, dampak pada kependudukan pada tahap konstruksi tidak akan menjadi

    dampak penting. Sementara itu pada saat tahap operasi, kebutuhan tenaga kerja lebih

    didominasi tenaga kerja dengan skill tertentu yang dipastikan akan dapat dipenuhi dari

    tenaga kerja luar daerah sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap perubahan

    kepadatan penduduk di wilayah studi. Secara hipotetis, dampak kependudukan pada

    tahap operasi akan menjadi dampak penting.

    19. Perubahan Pola Kepemilikan Lahan

    Perubahan pemilikan lahan secara permanen akan terjadi setelah kegiatan pembebasan

    lahan dan tanan tumbuh selesai. Perubahan kepemilikan lahan ini akan menjadi dampak

    penting secara hipotetis, karena selama ini masyarakat di sekitar wilayah studi yang

    umumnya bermatapencaharian sebagai petani sangat tergantung pada lahan yang

    menjadi sumber penghasilannya. Oleh karena itu kegiatan pembebasan lahan, terlebih

    bila tanpa adanya musyawarah yang baik dan tidak mengikuti peraturan yang berlaku

    akan potensial menimbulkan konflik. Mendasarkan hal tersebut, maka secara hipotetis

    perubahan pola kepemilikan lahan merupakan dampak negatif penting.

    20. Peningkatan Pendapatan Masyarakat

    Pendapatan masyarakat, terutama pekerja, yang direkrut proyek untuk konstruksi akan

    meningkat; pendapatan masyarakat lain yang menyediakan jasa dan untuk memenuhi

    kepentingan proyek atau kebutuhan para pekerja yang menjadi konsumen juga akan

    meningkat. Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah gerakan

    ekonomi lokal dan bagi masyarakat lain yang selama ini menganggur juga mendapat

    kesempatan usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

    Secara hipotetis, peningkatan pendapatan masyarakat pada tahap konstruksi akan

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-21

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    menjadi dampak penting. Pada tahap operasi, pendapatan masyarakat, terutama

    pekerja, yang direkrut proyek untuk operasi produksi akan meningkat; pendapatan

    masyarakat lain yang menyediakan jasa dan untuk memenuhi kepentingan proyek atau

    kebutuhan para pekerja dan keluarganya yang menjadi konsumen juga akan meningkat.

    Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah gerakan ekonomi lokal

    dan bagi masyarakat lain yang selama ini menganggur juga mendapat kesempatan

    usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakt. Secara

    hipotetis, peningkatan pendapatan masyarakat pada tahap operasi akan menjadi

    dampak penting.

    21. Adanya Kesempatan Berusaha

    Kesempatan berusaha, terutama bagi masyarakat lokal akan meningkat dan

    memunculkan pola sumber nafkah baru, karena munculnya konsumen yaitu para

    pekerja konstruksi dan kebutuhan barang dan jasa untuk kepentingan konstruksi

    fasilitas produksi. Oleh karena, melibatkan orang banyak dan juga banyaknya

    pengangguran, maka dampak kesempatan berusaha pada tahap konstruksi secara

    hipotetis akan menjadi dampak positif penting. Kesempatan berusaha akan meningkat

    pada tahap operasi. Kesempatan berusaha seperti tumbuhnya warung makanan dan

    minuman serta jasa transportasi dan jasa pelayanan barang dan jasa lain untuk

    memenuhi kebutuhan karyawan produksi yang jumlahnya banyak dan waktu yang lama

    dan untuk memenuhi kebutuhan pendukung dan pemeliharaan operasi produksi akan

    tumbuh dan berkembang. Oleh karenanya dampak ini, secara hipotetis akan menjadi

    dampak positif penting.

    22. Penurunan Kesempatan Berusaha

    Penghentian operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus akan menghentikan pula

    aktivitas para karyawan yang selama ini terlibat didalamnya. Kondisi ini akan berdampak

    pula terhadap permintaan barang dan jasa yang selama ini dipenuhi oleh penduduk

    yang membuka kesempatan usaha. Dengan demikian penghentian operasional kilang

    LNG dan Pelabuhan Khusus secara hipotetis akan berdampak penting terhadap

    kesempatan usaha.

    23. Gangguan Proses Sosial

    Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul bila tidak diperoleh kesepakatan nilai

    ganti rugi lahan dan tanaman pada kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh

    (tahap prakonstruksi). Walaupun sudah tercapai kesepakatan nilai ganti rugi lahan,

    tetapi bila terjadi kesalahpahaman dalam proses pembayaran juga berpotensi

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-22

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    menimbulkan proses disosiatif. Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul bila

    terjadi gangguan lalu lintas, kerusakan jalan dan kecelakaan saat kegiatan mobilisasi

    dan demobilisasi alat/ bahan/personil. Disosiasi akan muncul karena kegiatan konstruksi

    lain melibatkan banyak pekerja yang berisiko timbulnya gesekan sosial. Pada tahap

    operasi, proses produksi yang menghasilkan limbah cair, padat dan gas ditambah

    kemungkinan tidak terakomodasinya keinginan masyarakat lokal menjadi karyawan

    akan menimbulkan disosiasi. Padahal periode waktu operasi produksi lama dan

    mencakup luas wilayah yang luas. Oleh karena itu, proses sosial yang bersifat disosiatif

    secara hipotetis akan menjadi dampak negatif penting.

    24. Munculnya Pelapisan Sosial

    Tenaga kerja dari luar daerah yang umumnya merupakan tenaga skill sudah dipastikan

    akan mempunyai tingkat pendidikan, ketrampilan dan pendapatan yang jauh lebih tinggi

    dibandingkan dengan penduduk lokal. Kenyataan ini dalam perkembangannya akan

    memunculkan strata atau kelas-kelas sosial di wilayah studi yang selama ini umumnya

    masyarakat bermatapencaharian di bidang pertanian dengan tingkat penghasilan yang

    relatif rendah. Kondisi ini akan memicu rasa iri/cemburu penduduk lokal bilamana para

    pendatang tidak mau membaur dengan kehidupan penduduk lokal dan merasa bahwa

    pendatang memang memiliki status sosial yang berbeda dengan penduduk lokal. Secara

    hipotetis pelapisan sosial merupakan dampak negatif penting khususnya pada tahap

    operasi.

    25. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat

    Persepsi masyarakat terhadap perusahaan akan bersifat positif bila nilai ganti rugi dan

    proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh dirasa memuaskan, demikian sebaliknya.

    Jumlah masyarakat yang lahannya dibebaskan cukup banyak, daerah yang dibebaskan

    luas dan pengalihan hak itu berlangsung permanen. Persepsi masyarakat terhadap

    perusahaan akan bersifat positif bila rekrutmen tenaga (pada tahap prakonstruksi) yang

    bekerja untuk konstruksi melibatkan tenaga kerja lokal secara proporsional, demikian

    sebaliknya. Persepsi masyarakat akan bersifat negatif bila dalam proses konstruksi

    terjadi banyak dampak lingkungan seperti kebisingan, debu, pemotongan saluran irigasi,

    pemotongan jalan dan penurunan aksesibilitas jalan raya yang dirasa mengganggu

    kenyamanan dan keamanan masyarakat. Oleh karena jumlah manusia yang terkena

    dampat relatif banyak karena lokasi kegiatan berada di konsentrasi penduduk (walaupun

    tidak mengenai permukiman) atau lahan milik penduduk, meliputi wilayah yang

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-23

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    luasannya 300 ha, periode waktu kegiatan konstruksi seluruhnya sekitar 3 tahun,

    maka secara hipotetis, dampak sikap dan persepsi masyarakat akan bersifat negatif

    penting. Persepsi positif muncul bila kegiatan rekrutmen tenaga kerja untuk operasi

    produksi melibatkan warga lokal secara proporsional. Namun sebaliknya negatif juga

    akan muncul karena kemungkinan masyarakat akan merasa terganggu dengan adanya

    limbah cair, padat dan gas yang dihasilkan proses produksi, dan bila arus lalu lintas

    darat dan laut di skitar lokasi kegiatan dirasakan mengganggu warga. Oleh karena

    jumlah manusia yang terkena dampak relatif banyak karena lokasi kegiatan berada di

    konsentrasi penduduk dan lama berlangsungnya dampak lebih dari 20 tahun, maka

    secara hipotetis, dampak sikap dan persepsi masyarakat akan bersifat negatif penting.

    26. Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

    Sanitasi lingkungan akan memburuk bila dari perusahaan atau para pekerja konstruksi

    membuang limbah padat maupun cair domestik di sembarang tempat. Walaupun

    kemungkinan perusahaan menyediakan MCK portable dan pihak kontraktor mengawasi

    masalah sanitasi dengan baik, namun karena jumlah pekerja relatif banyak yang bekerja

    di area tertentu, maka akan terjadi perubahan sanitasi lingkungan yang signifikan,

    sehingga sanitasi lingkungan pada tahap konstruksi akan menjadi dampak penting

    secara hipotetis. Pada tahap operasi, sanitasi lingkungan dapat memburuk bila

    perusahaan membuang limbah padatnya tidak mengikuti ketentuan yang berlaku atau

    ditempat yang telah ditentukan dengan baik. Oleh karena berlangsungnya kegiatan

    lama, volume sampah padat besar, jenis sampah padat campuran bahan organik dan

    non organik yang dapat memicu pertumbuhan populasi vektor penyakit seperti tikus dan

    kecoa dan kemungkinan dapat menyebar ke pemukiman, sehingga secara hipotetis,

    sanitasi lingkungan akan menjadi dampak negatif penting.

    Pada tahap operasi khususnya pada saat kegiatan pembongkaran fasilitas produksi dan

    demobilisasi peralatan, secara hipotetis akan menurunkan kondisi sanitasi lingkungan

    dikarenakan jangka waktu kegiatan ini cukup lama dan meliputi daerah yang cukup

    luas.

    27. Penurunan Tingkat Kesehatan Masyarakat

    Pada tahap konstruksi dampak pada kesehatan masyarakat terutama dari kegiatan

    konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus menjadi dampak penting secara hipotetis.

    Hal ini disebabkan pada saat kegiatan konstruksi diperlukan 3000 pekerja dengan

    tenggang waktu cukup lama (3-4 tahun).

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-24

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Mengingat di sekitar rencana lokasi kegiatan selama ini telah berlangsung adanya

    aktivitas hiburan khususnya pada malam hari, diprakirakan hal ini akan memicu

    munculnya/berkembangnya praktek prostitusi. Secara hipotetis hal ini akan dapat

    menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kesehatan masyarakat, baik selama masa

    konstruksi maupun operasi.

    Berbagai jenis penyakit yang mungkin muncul atau menular pada pekerja (karyawan)

    maupun penduduk yang bertempat tinggal di sekitar proyek khususnya adalah yang

    terkait dengan penyakit menular seksual (PMS). Oleh karena itu diperlukan berbagai

    upaya pencegahan/penanggulangan yang melibatkan berbagai pihak agar jenis-jenis

    penyakit ini tidak menyebar ke areal yang lebih luas. Dengan demikian menjadi dampak

    penting secara hipotetis.

    4.1.2. Klasifikasi dan Prioritas

    Klasifikasi dan prioritas dampak hipotetis didasarkan pada dampak-dampak penting hipotetis di

    masing-masing tahapan.

    Prioritas Dampak Penting Hipotetis Bagian Hulu:

    a. Prakonstruksi

    1. Perubahan pola kepemilikan lahan

    2. Gangguan proses sosial

    3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    b. Konstruksi

    1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)

    2. Terjadi kebisingan

    3. Terjadi erosi tanah

    4. Gangguan sistem irigasi dan drainase

    5. Gangguan kelancaran lalulintas

    6. Gangguan keselamatan berlalulintas

    7. Kerusakan jalan dan jembatan

    8. Penurunan kualitas air permukaan

    9. Penurunan kualitas air laut

    10. Gangguan vegetasi

    11. Gangguan satwa

    12. Gangguan biota air tawar

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-25

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    13. Gangguan biota air laut

    14. Peningkatan pendapatan masyarakat

    15. Adanya kesempatan berusaha

    16. Gangguan proses sosial

    17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    18. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

    c. Operasi:

    1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)

    2. Peningkatan kebisingan

    3. Penurunan kualitas air permukaan

    4. Penurunan kualitas air laut

    5. Gangguan keselamatan berlalulintas

    6. Kerusakan jalan dan jembatan

    7. Gangguan biota air tawar

    8. Perubahan kependudukan

    9. Peningkatan pendapatan masyarakat

    10. Adanya kesempatan berusaha

    11. Gangguan proses sosial

    12. Munculnya pelapisan sosial

    13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

    15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

    d. Pasca Operasi:

    1. Peningkatan kualitas udara ambien

    2. Penurunan kebisingan

    3. Peningkatan kualitas air permukaan

    4. Peningkatan kualitas air laut

    5. Gangguan keselamatan berlalulintas

    6. Kerusakan jalan dan jembatan

    7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

    8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

    9. Penurunan pendapatan masyarakat

    10. Penurunan kesempatan berusaha

    11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-26

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Prioritas Dampak Penting Hipotetis Bagian Hilir:

    a. Prakonstruksi:

    1. Perubahan pola kepemilikan lahan

    2. Gangguan proses sosial

    3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    b. Konstruksi:

    1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)

    2. Terjadi kebisingan

    3. Gangguan kelancaran lalulintas

    4. Gangguan keselamatan berlalulintas

    5. Kerusakan jalan dan jembatan

    6. Penurunan kualitas air permukaan

    7. Penurunan kualitas air laut

    8. Gangguan vegetasi

    9. Gangguan satwa

    10. Gangguan biota air laut

    11. Peningkatan pendapatan masyarakat

    12. Terbukanya kesempatan berusaha

    13. Gangguan proses sosial

    14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

    16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

    c. Operasi:

    1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)

    2. Peningkatan kebisingan

    3. Penurunan kualitas air laut

    4. Gangguan keselamatan pelayaran

    5. Gangguan biota air laut

    6. Perubahan kependudukan

    7. Peningkatan pendapatan masyarakat

    8. Adanya kesempatan berusaha

    9. Gangguan proses sosial

    10. Munculnya pelapisan sosial

    11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-27

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    d. Pasca Operasi:

    1. Peningkatan kualitas udara ambien

    2. Penurunan kebisingan

    3. Peningkatan kualitas air permukaan

    4. Peningkatan kualitas air laut

    5. Gangguan keselamatan berlalulintas

    6. Kerusakan jalan dan jembatan

    7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

    8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

    9. Penurunan pendapatan masyarakat

    10. Hilangnya kesempatan berusaha

    11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    12. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

    Proses pengurutan prioritas dan pengelompokan dampak-dampak penting hipotetis saling

    terkait satu dengan lainnya. Walaupun telah ditemukan dampak hipotetisnya tidak berarti bahwa

    dampak penting hipotetis lainnya tidak dikaji. Dampak penting hipotetis merupakan puncak-

    puncak permasalahan lingkungan yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya suatu rencana

    kegiatan, sehingga dalam rangka mempertahankan mutu lingkungan permasalahan tersebut

    harus dapat diatasi dengan baik.

    Gambar 4.1 menunjukkkan hasil evaluasi dalam proses pelingkupan dampak-dampak penting

    hipotetis dan dampak penting hipotetis prioritas rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas

    Matindok bagian Hulu, sedangkan Gambar 4.2. merupakan dampak-dampak penting hipotetis

    dan dampak penting hipotetis prioritas rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok

    Bagian Hilir.

    Guna mengetahui dampakdampak tertentu apakah dampak langsung (primer) atau dampak

    tidak langsung (sekunder, tersier dan seterusnya) maka dampak-dampak hipotetis tersebut

    dalam keterkaitannya dengan rencana kegiatan proyek pengembangan gas Matindok bagian

    hulu disajikan pada Gambar 4.3, sedangkan bagian hilir disajikan pada Gambar 4.4.

    Berdasarkan atas analisis keterkaitan antar dampak yang dilakukan oleh pemrakarsa dan para

    pakar secara brain storming, maka dapat dihasilkan dampak penting hipotetis dari rencana

    pelaksanaan kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai

    Sulawesi Tengah yang dapat diringkaskan seperti pada Tabel 4.1, sedangkan Bagian Hilir

    disajikan pada Tabel 4.2

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-28

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Gambar 4.1. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan GasMatindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

    PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETISPrakonstruksi:1. Perubahan pola kepemilikan lahan2. Gangguan proses sosial3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    Konstruksi:1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Terjadi kebisingan3. Terjadi erosi tanah4. Gangguan sistem irigasi dan drainase5. Gangguan kelancaran lalulintas6. Gangguan keselamatan berlalulintas7. Kerusakan jalan dan jembatan8. Penurunan kualitas air permukaan9. Penurunan kualitas air laut

    10. Gangguan vegetasi11. Gangguan satwa12. Gangguan biota air tawar13. Gangguan biota air laut14. Peningkatan pendapatan masyarakat15. Adanya kesempatan berusaha16. Gangguan proses sosial17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat18. Penurunan kualitas sanitasi lingkunganOperasi:1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Peningkatan kebisingan3. Penurunan kualitas air permukaan4. Penurunan kualitas air laut5. Gangguan keselamatan berlalulintas6. Kerusakan jalan dan jembatan7. Gangguan biota air tawar8. Perubahan kependudukan9. Peningkatan pendapatan masyarakat

    10. Adanya kesempatan berusaha11. Gangguan proses sosial12. Munculnya pelapisan sosial13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakatPasca Operasi:1. Peningkatan kualitas udara ambien2. Penurunan kebisingan3. Peningkatan kualitas air permukaan4. Peningkatan kualitas air laut5. Keselamatan berlalulintas6. Kerusakan jalan dan jembatan7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan

    vegetasi8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

    satwa9. Penurunan pendapatan masyarakat

    10. Penurunan kesempatan berusaha11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    DeskripsiRencana Kegiatan

    PrakonstruksiKonstruksiOperasiPasca Operasi

    Deskripsi RonaLingkungan Awal

    Komponen Geo-Fisik-KimiaKomponen BiologiKomponen SosialEkonomi BudayaKomponen KesehatanMasyarakat

    DAMPAK POTENSIAL

    A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan iklim mikroPenurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganPerubahan sifat tanahTerjadi erosi tanahGangguan sistem irigasi dan drainasePenurunan debit air sungaiPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautPenurunan kuantitas air tanahPenurunan kelancaran lalulintasPenurunan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatan

    B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air tawarGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

    vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

    satwa

    C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

    D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

    DAMPAK PENTING HIPOTETIS

    A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganTerjadi erosi tanahPenurunan kualitas air permukaanGangguan sistem irigasi dan drainasePenurunan kualitas air lautGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatan

    B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air tawarGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

    vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

    satwa

    C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaMunculnya pelapisan sosialGangguan proses sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

    D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

    KLASIFIKASI DANPRIORITAS

    EVALUASI DAMPAKPOTENSIAL

    IDENTIFIKASI DAMPAKPOTENSIAL

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-29

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Gambar 4.2. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan GasMatindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

    PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETISPrakonstruksi:

    1. Perubahan pola kepemilikan lahan2. Gangguan proses sosial3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

    Konstruksi:1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Terjadi kebisingan3. Gangguan kelancaran lalulintas4. Gangguan keselamatan berlalulintas5. Kerusakan jalan dan jembatan6. Penurunan kualitas air permukaan7. Penurunan kualitas air laut8. Gangguan vegetasi9. Gangguan satwa

    10. Gangguan biota air laut11. Adanya kesempatan berusaha12. Peningkatan pendapatan masyarakat13. Gangguan proses sosial14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

    Operasi:1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Peningkatan kebisingan3. Penurunan kualitas air laut4. Gangguan keselamatan pelayaran5. Gangguan biota air laut6 Perubahan kependudukan7. Peningkatan pendapatan masyarakat8. Adanya Kesempatan berusaha9. Gangguan proses sosial10. Munculnya pelapisan sosial11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

    Pasca Operasi:1. Peningkatan kualitas udara ambien2. Penurunan kebisingan3. Peningkatan kualitas air permukaan4. Peningkatan kualitas air laut5. Gangguan keselamatan berlalulintas6. Kerusakan jalan dan jembatan7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan

    vegetasi8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

    satwa9. Penurunan pendapatan masyarakat

    10. Penurunan kesempatan berusaha11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat12. Penurunan sanitasi lingkungan

    DeskripsiRencana Kegiatan

    Prakonstruks iKonstruksiOperasiPasca Operasi

    Deskripsi RonaLingkungan Awal

    Komponen Geo-Fisik-KimiaKomponen BiologiKomponen SosialEkonomi BudayaKomponen KesehatanMasyarakat

    DAMPAK POTENSIAL

    A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan iklim mikroPenurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganPerubahan sifat tanahTerjadi erosi tanahPenurunan debit air sungaiPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautPenurunan kuantitas air tanahGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatanGangguan keselamatan pelayaran

    B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

    vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

    satwa

    C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialMunculnya pelapisan sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

    D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

    DAMPAK PENTING HIPOTETIS

    A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatanGangguan keselamatan pelayaran

    B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

    vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

    satwa

    C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialMunculnya pelapisan sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

    D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

    KLASIFIKASI DANPRIORITAS

    EVALUASI DAMPAKPOTENSIAL

    IDENTIFIKASI DAMPAKPOTENSIAL

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-30

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Gambar 4.3. Bagan Alir Dampak Hipotetis Kegiatan Baian Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindokdi Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-31

    PT PERTAMINA EP - PPGM

    Gambar 4.4. Bagan Alir Dampak Hipotetis Kegiatan Baian Hilir Proyek Pengembangan Gas Matindokdi Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-32

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Tabel 4.1. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan ProyekPengembangan Gas Matindok Di Bagian Hulu

    No Komponen Lingkungan

    Komponen Rencana KegiatanPra-

    Konst.Konstruksi Operasi Pasca Operasi

    1 2 1 2 34

    5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5Alt1

    Alt2

    Alt3

    GEO-FISIK-KIMIA1 Kualitas udara ambien + +2 Kebisingan + +3 Erosi tanah 4 Sistem irigasi dan drainase5 Kualitas air permukaan 6 Kualitas air laut 7 Transportasi darat /+

    BIOLOGI1 Vegetasi +2 Satwa +3 Biota air tawar 4 Biota air laut

    SOS-EK-BUD1 Kependudukan 2 Pola kepemilikan lahan 3 Pendapatan masyarakat + + + + + + + 4 Kesempatan berusaha + + + + + + + + 5 Proses sosial 6 Pelapisan sosial 7 Sikap & persepsi masyarakat

    KESEHATAN MASY.1 Sanitasi lingkungan 2 Tingkat kesehatan masyarakat

    = dampak negatif+ = dampak positif

    A. Tahap Prakonstruksi1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh2. Penerimaan tenaga kerja

    C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Pemboran sumur pengembangan3. Operasi produksi di GPF4. Penyaluran gas melalui pipa5. Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat6. Pemeliharaan fasilitas produksi

    D. Tahap Pasca Operasi1. Penutupan sumur2. Penghentian operasi produksi gas3. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan4. Revegetasi5. Penglepasan tenaga kerja

    B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Konstruksi BS dan GPF4. Pemasangan pipa penyalur gas

    Alternatif -1, sejajar di sisi jalan raya Luwuk MorowaliAlternatif -2, secara Horizontal Directional Drilling (HDD)Alternatif -3, dipasang di dasar laut dekat pantai

    5. Penglepasan tenaga kerja

    Keterangan:

    Keterangan:

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Tabel 4.2. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan ProyekPengembangan Gas Matindok Di Bagian Hilir

    No Komponen Lingkungan

    Komponen Rencana KegiatanPra-

    Konst.1 2 1 2

    GEO-FISIK-KIMIA1 Kualitas udara ambien 2 Kebisingan3 Kualitas air permukaan4 Kualitas air laut5 Transportasi darat 6 Keselamatan pelayaran

    BIOLOGI1 Vegetasi 2 Satwa 4 Biota air laut

    SOS-EK-BUD1 Kependudukan2 Pola kepemilikan lahan 3 Pendapatan masyarakat +4 Kesempatan berusaha +5 Proses sosial 6 Pelapisan sosial7 Sikap & persepsi masyarakat

    KESEHATAN MASY.1 Sanitasi lingkungan2. Tingkat kesehatan masyarakat

    A. Tahap Prakonstruksi1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh2. Penerimaan tenaga kerja

    B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Konstruksi komplek Kilang LNG dan Pelabuhan

    KhususAlternatif -1, Desa Uso, Kecamatan BatuiAlternatif -2, Desa Padang, Kecamatan Kintom

    4. Penglepasan tenaga kerja

    Keterangan:

    = dampak negatif+ = dampak positif

    Keterangan: Konstruksi Operasi PascaOperasi

    3 4 1 2 3 1 2 3 4Alt-1 Alt-2IV-33

    ++

    + + + + +

    C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas

    pendukungnya3. Pemeliharaan fasilitas produksi

    D. Tahap Pasca Operasi1. Penghentian operasi Kilang LNG2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan

    Khusus)3. Revegetasi4. Penglepasan tenaga kerja

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-34

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    4.2. WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

    4.2.1. Batas Wilayah Studi

    A. Batas Kegiatan

    Batas tapak proyek adalah ruang atau lahan di mana suatu rencana usaha dan/atau

    kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.

    Penentuan batas kegiatan didasarkan pada rencana pengembangan gas Matindok di

    Lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleo Raja; pemasangan pipa dan

    pembangunan LNG Plant termasuk fasilitas pelabuhan khusus. Tapak lahan yang diperlukan

    untuk pembangunan fasilitas manifold station di tiga lokasi yaitu adalah lebih kurang 3 x

    masing-masing lokasi 1 ha (3 ha); untuk pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur

    pipa flowline di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35

    kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas

    pendukung seluas lebih kurang 300 ha (dengan alternatif lokasi di Uso atau di Padang);

    dan sistem pemipaan gas 20 meter lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi ini perlu

    dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan, yaitu dengan pembuatan

    jalan masuk lokasi (pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan

    panjang kumulatif dari semua sumur 15 km dengan lebar 6 8 m (sekitar 60 ha). Jadi

    luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan

    akan menggunakan lahan milik masyarakat atau lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan

    dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    B. Batas Ekologis

    Dalam studi ini batas ekologis meliputi lokasi-lokasi lapangan gas, jalur pipa (darat dan laut)

    dan fasilitas Kilang LNG serta wilayah di luarnya yang diperkirakan merupakan daerah

    sebaran dampak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari area lahan basah berupa persawahan,

    daerah perkebunan, hutan dan aliran air tawar dan air laut serta pemukiman penduduk.

    Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari kiri-kanan pipa dan lokasi kegiatan

    lainnya. Sebaran dampak melalui aliran air diperkirakan tidak akan lebih dari 1 km ke arah

    hilir dari saluran air termasuk sungai yang terpotong jalur pipa dan dari pipa pembuangan

    limbah cair dari fasilitas produksi gas dan LNG; dan penyebaran dampak melalui aliran air

    laut tidak akan lebih dari 2 km dari sekitar Pelabuhan Khusus fasilitas Kilang LNG.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-35

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Penyebaran kebisingan dan emisi gas dari proses produksi gas dan LNG dari fasilitas

    produksi gas (BS) di di Donggi dan Matindok serta Kilang LNG di Batui atau Kintom diduga

    tidak akan melebihi penyebaran debu dan aliran air. Sementara dampak terhadap satwa di

    SM Bakiriang tidak akan melebihi 3 km kanan kiri pipa yang melewati kawasan konservasi

    tersebut. Untuk batas ekologis di laut: umumnya digunakan kecepatan arus dalam 1 jam;

    sehingga jarak batas ekologis ke arah laut dari daratan adalah: 3600 x 0,9 = 3140 m (

    3,5 km).

    C. Batas Sosial

    Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan berlangsungnya

    berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan

    (struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat yang diprakirakan

    terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok. Justifikasi batas sosial adalah

    adanya interaksi masyarakat dengan adanya kegiatan pembebasan lahan untuk tapak MS,

    BS, pipa dan Kilang LNG; pemasangan jalur pipa, pembangunan BS dan pembangunan

    Kilang LNG serta mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/ personil. Desa yang menjadi batas

    sosial disajikan pada Tabel 4.3.

    D. Batas Administrasi

    Batas administrasi adalah wilayah desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung,

    seperti disajikan pada Tabel 4.4.

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-36

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Tabel 4.3. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Sosial KegiatanPengembangan Gas Matindok di Kabupaten BanggaiSulawesi Tengah

    Kecamatan Desa/Kelurahan Justifikasi Batas Sosial

    No Nama No Nama Jalurpipa

    Tapaksumur

    TapakBlock

    Station

    TapakMS

    TapakKilangLNG

    Mobilisasi dandemobilisasi peralatan,

    material dan tenagakerja

    1. Kintom123

    PadangTangkiangKalolos

    VVv

    V* VVv

    2. Batui 4 Uso V V** V5 Honbola V6 Lamo V V7 Balantang V V8 Bugis V V9 Batui V V

    10 Tolando V V11 Sisipan V V12 Ondo-ondolu I V V13 Nonong V V14 Kayowa V V15 Masing V V16 Batui IV V V17 Batui 21 V V18 Sukamaju I V V V V19 Bonebalantak V V20 Sinorang V V V V

    3. Toili 21 Mulyoharjo V V22 Argo Kencana V V V23 Minahaki V V v V24 Rusa Kencana V V V V25 Agro Estate V V26 Singkoyo V V27 Tolisu V V28 Bukit Jaya V V

    4. Toili Barat 29 Uwelolu V V30 Pandan Wangi V V V31 Dongin V V V32 Kamiwangi V V V33 Sendang Sari V V V34 Bukit Makarti V V35 Bukit Harapan V V36 Makapa V V V V37 Karya Makmur V V V

    Keterangan: *: Lokasi LNG alternatif 1**: Lokasi LNG alternatif 2

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-37

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Tabel 4.4. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Administrasi KegiatanPengembangan Gas Matindok di Kabupaten BanggaiSulawesi Tengah

    Kecamatan Desa/Kelurahan

    No. Nama No Nama

    1. Kintom 123

    PadangTangkiangKalalos

    2. Batui 4 Uso5 Honbola6 Lamo7 Balantang8 Bugis9 Batui10 Tolando11 Sisipan12 Ondo-ondolu I13 Nonong14 Kayowa15 Masing16 Batui IV17 Batui 2118 Sukamaju I19 Bonebalantak20 Sinorang

    3. Toili 21 Mulyoharjo22 Argo Kencana23 Minahaki24 Rusa Kencana25 Agro Estate26 Singkoyo27 Tolisu28 Bukit Jaya

    4. Toili Barat 29 Uwelolu30 Pandan Wangi31 Dongin32 Kamiwangi33 Sendang Sari34 Bukit Makarti35 Bukit Harapan36 Makapa37 Karya Makmur

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-38

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    4.2.2. Batas Waktu Kajian

    4.2.2.1. Batas waktu kajian Bagian hulu

    Batas waktu kajia berbeda-beda untuk setiap jenis dampak yang akan timbul. Sebagian jenis

    dampak ada yang berlangsung terus sampai waktu tak terbatas sesaat setelah kegiatan

    penyebab dampak berlangsung. Sebagian terbesar jenis dampak timbul berlangsung saat tahap

    prakonstruksi namun dampaknya dapat berlangsung sampai tahap konstruksi atau dari tahap

    konstruksi sampai operasional, misalnya untuk dampak pada aspek sosial-ekonomi dan budaya.

    Sebagian terbesar dampak pada aspek geo-fisik-kimia berlangsung selama kegiatan penyebab

    dampak sedang berlangsung, dan dampak berhenti sesaat setelah sumber penyebab dampak

    berhenti. Beberapa jenis dampak dapat berlangsung selamanya bila tidak ada upaya

    penanggulangan misalnya dampak kerusakan jalan. Namun ada pula jenis dampak yang setelah

    berlangsung kemudian bersifat relatif permanen, misalnya perubahan kependudukan. Berikut ini

    adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu

    di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

    Tabel 4.5. Batas Waktu KajianKegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu

    di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

    TAHAPKEGIATAN

    JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

    PRAKONSTRUKSI

    SOSIAL

    Perubahan pola kepemilikanlahan

    1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Selama tahap prakonstruksi

    Pendapatan masyarakat 1. Penerimaan tenaga kerja setempat Sampai tahap konstruksi

    Proses sosial1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampai

    tahap operasional2. Penerimaan tenaga kerja setempat

    Sikap dan persepsi masyarakat1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

    Sampai tahap konstruksi2. Penerimaan tenaga kerja setempat

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-39

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Tabel 4.5. Lanjutan

    TAHAPKEGIATAN

    JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

    KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA

    Kualitas udara ambien

    1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

    Sesaat

    2.Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

    3.Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

    4.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan berlangsung

    5.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung

    6.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Selama kegiatan berlangsung

    Kebisingan

    1.Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

    Sesaat

    2.Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

    3.Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

    4.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan berlangsung

    5.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung

    6.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Selama kegiatan berlangsung

    Erosi tanah 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

    Gangguan sistem drainasedan irigasi

    1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

    Kualitas air permukaan1.Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

    2.Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

    Kualitas air laut1.Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

    2.Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung

    Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas)

    1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja Selama kegiatan berlangsung

    2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

    Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

    1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

    Selama kegiatan berlangsung

    2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

    Kerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

    Sampai kerusakan jalandiperbaiki

    BIOLOGI

    Penurunan kelimpahan dankeanekaragaman vegetasi

    1. Pembukaan dan pematangan lahan Sampai tahap operasional

    Gangguan satwa

    1. Pembukaan dan pematangan lahan Sampai tahap operasional

    2. Konstruksi fasilitas produksi gas Sampai tahap operasional

    3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1) Sampai tahap operasional

    4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2) Sampai tahap operasional

    5. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Sampai tahap operasional

    Penurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air tawar

    1. Konstruksi Block Station (BS) Selama kegiatan berlangsung

    2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

    Penurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air laut

    1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung

  • ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-40

    PT PERTAMINA EP -PPGM

    Tabel 4.5. Lanjutan

    TAHAPKEGIATAN

    JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

    KONSTRUKSI

    SOSIAL

    Peningkatan pendapatanmasyarakat

    1. Pembukaan dan pematangan lahan

    Selama kegiatan konstruksi

    2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF

    3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

    4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

    5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

    Kesempatan berusaha

    1. Pembukaan dan pematangan lahan

    Selama kegiatan konstruksi

    2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF

    3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

    4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

    5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

    Gangguan proses sosial

    1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF

    Selama kegiatan konstruksi2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

    3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

    4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

    Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

    1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

    Selama kegiatan konstruksi

    2. Konstruksi BS dan GPF

    3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

    4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

    5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

    6. Penglepasan tenaga kerja

    KESEHATAN MASYARAKAT

    Selama kegiatan konstruksi1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF

    Penurunan sanitasi lingkungan 2. Pemasangan pipa penyalur gas Alt.1 dan 2

    3. Pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

    OPERASI GEOFISIK KIMIA

    Kualitas udara ambien (debudan gas)

    1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

    2.Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasional

    Kebisingan 1.Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasional

    Penurunan kualitas airpermukaan

    1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

    2. Operasional produksi di GPF Selama kegiatan operasional

    Penurunan kualitas air laut1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan operasional

    2. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

    Gangguan keselamatanberlalulintas

    1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengantransportasi da