1-14.pdf

22
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu, SDM kesehatan menurut PP No. 32/1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito (2007) adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan menurut SKN yang dikutip oleh Adisasmito (2007) adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sedangkan menurut PP No. 32/1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito (2007), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

Transcript of 1-14.pdf

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

    Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

    (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya

    perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung, guna

    menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

    Sementara itu, SDM kesehatan menurut PP No. 32/1996 yang juga dikutip oleh

    Adisasmito (2007) adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang

    kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang

    untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakan upaya

    kesehatan.

    Tenaga kesehatan menurut SKN yang dikutip oleh Adisasmito (2007) adalah

    semua orang yang bekerja secara aktif dan professional di bidang kesehatan, baik

    yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis

    tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sedangkan menurut PP No. 32/1996 yang

    juga dikutip oleh Adisasmito (2007), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

    mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

    keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis

    tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 15

    2.2 Manajemen Kesehatan

    Manajemen kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya

    administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi,

    pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaturan

    hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

    tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Adisasmito,

    2007).

    Manajemen kesehatan diselenggarakan melalui administrasi kesehatan, yaitu

    kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta

    pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Perencanaan

    diperlukan karena pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia.

    Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien

    dan efektif dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber

    daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada (Adisasmito, 2007).

    2.3 Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

    Berdasarkan penjelasan di atas tentang manajemen kesehatan, tahapan dalam

    manajemen kesehatan dimulai dari perencanaan. Semua orang menyadari bahwa

    perencanaan bagian terpenting dalam proses manajemen dan oleh karena itu

    menyita waktu banyak dalam proses manajemen. Untuk manajer sumber daya

    manusia, perencanaan berarti penentuan program karyawan (sumber daya manusia)

    dalam rangka membantu tercapainya sasaran atau tujuan organisasi itu. Dengan

    kata lain mengatur orang-orang yang akan menangani tugas-tugas yang dibebankan

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 16

    kepada masing-masing orang dalam rangka mencapai tugas organisasi

    (Notoatmodjo, 2003).

    Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap jumlah SDM

    berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan

    pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, kita meramalkan atau memperkirakan siapa

    mengerjakan apa, dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya

    (Ilyas, 2000). Dengan kata lain, kita meramalkan atau memperkirakan siapa

    mengerjakan apa, dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya.

    Melihat pada pengertian di atas, perencanaan SDM puskesmas seharusnya

    berdasarkan fungsi dan beban kerja pelayanan kesehatan yang akan dihadapi di

    masa depan. Hal ini dimaksudkan agar fungsi puskesmas dapat berjalan dengan

    baik, maka kompetensi SDM seharusnya sesuai dengan spesifikasi SDM yang

    dibutuhkan puskesmas (Ilyas, 2004).

    Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM kesehatan

    adalah:

    1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun

    keadaan sosiobudaya dan keadaan darurat/bencana.

    2. Pertumbuhan ekonomi

    3. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan (Depkes, 2004)

    Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan:

    1. Kebutuhan epidemiologi SDM kesehatan

    2. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan atau

    3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan

    4. Standar atau rasio terhadap nilai tertentu (Depkes, 2004)

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 17

    Dasar hukum perencanaan SDM kesehatan adalah sebagai berikut:

    1. Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004.

    2. Ketetapan MPR No. 4 Tahun 1999.

    3. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara

    tahun 1992 No. 100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495).

    4. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran

    Negara Tahun 1999 No. 60, Tambahan Lembaran Negara No. 3839).

    5. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

    (Lembaran Negara No. 3637).

    6. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

    Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000

    No. 54, Tambahan Lembaran Negara No. 3952).

    7. Peraturan Pemerintah No. 8 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

    8. Keputusan Menkes No. 850/MENKES/SK/V/2000 tentang Kebijakan

    Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2000-2010.

    9. Keputusan Menkes No. 1277/MENKES/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Departemen Kesehatan.

    10. Keputusan Menkes No. 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi

    Desentralisasi Bidang Kesehatan.

    11. Kepmenkes No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang SPM Bidang Kesehatan di

    Kabupaten/Kota (Depkes, 2004).

    Memperhatikan dasar-dasar hukum serta adanya kebijakan desentralisasi,

    termasuk di dalamnya desentralisasi di bidang kesehatan, maka fungsi perencanaan

    SDM kesehatan bagi daerah menjadi sangat penting dan menjadi tanggung jawab

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 18

    daerah itu sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya desentralisasi di bidang

    kesehatan, pejabat pengelola SDM di kabupaten/kota dan propinsi perlu memilki

    kemampuan atau kompetensi yang memadai dalam membuat perencanaan SDM

    kesehatan (Depkes, 2004).

    Secara garis besar, perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat

    dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut:

    1. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi

    Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan

    kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan

    kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-lain.

    2. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat wilayah

    Perencanaan di sini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan

    berdasarkan kebutuhan di tingkat wilayah (propinsi/kabupaten/kota) yang

    merupakan gabungan antara kebutuhan institusi dan organisasi.

    3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana

    Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM kesehatan saat

    prabencana, terjadi bencana dan post bencana, termasuk pengelolaan kesehatan

    pengungsi (Adisasmito, 2007).

    Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab pada

    ketiga kelompok di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis perhitungannya

    untuk masing-masing kelompok (Adisasmito, 2007). Dalam perencanaan SDM

    kesehatan perlu memperhatikan Strategi Perencanaan SDM Kesehatan:

    1. Rencana kebutuhan SDM kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan

    pembangunan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global.

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 19

    2. Pendayagunaan SDM kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,

    seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik di

    tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM kesehatan

    perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban perorangan

    dengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM kesehatan oleh

    pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang

    proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

    3. Penyusunan perencanaan berdasarkan pada sasaran nasional upaya kesehatan

    dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.

    4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan pada

    kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing

    (Depkes, 2004).

    Sistem perencanaan sumber daya manusia pada pokoknya meliputi perkiraan,

    permintaan dan suplai karyawan atau tenaga di suatu organisasi. Dari uraian itu,

    secara terinci dapat disimpulkan bahwa kegiatan perencanaan sumber daya

    manusia terdiri dari 4 kegiatan yang saling berkaitan, yakni:

    1. Inventarisasi persediaan sumber daya manusia

    Yaitu menelaah dan menilai sumber daya manusia yang ada atau tersedia saat

    ini (tentang jumlahnya, kemampuannya, keterampilannya dan potensi

    pengembangannya) serta menganalisis penggunaan sumber daya sekarang ini.

    2. Perkiraan (peramalan) sumber daya manusia

    Melakukan prediksi atau taksiran kebutuhan (permintaan) dan penawaran

    (suplai) sumber daya manusia di waktu yang akan datang, baik jumlah

    (kuantitas), maupun kualitasnya.

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 20

    3 Penyusunan rencana sumber daya manusia

    Memadukan kebutuhan (permintaan) dengan penawaran (suplai) sumber daya

    manusia, melalui rekruitmen (penarikan), seleksi, pelatihan, penempatan,

    pemindahan, promosi dan pengembangan.

    4. Monitoring dan evaluasi

    Untuk memberikan umpan balik terhadap pencapaian tujuan sasaran

    perencanaan sumber daya manusia, perlu disusun perencanaan sumber daya

    manusia, perlu disusun rencana monitoring dan evaluasi serta indikator

    menitoring dan evaluasi tersebut (Notoatmodjo, 2003).

    2.4 Metode Penyusunan Rencana Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan

    Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan di tingkat institusi bisa dihitung

    dengan menggunakan metode penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan Daftar

    Susunan Pegawai (DSP) atau authorized staffing list, metode penyusunan

    kebutuhan tenaga berdasarkan WISN (Workload Indikator Staf Need/Indikator

    Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja), metode penyusunan kebutuhan

    tenaga berdasarkan skenario/proyeksi dari WHO dan metode penyusunan

    kebutuhan tenaga untuk bencana (Depkes, 2004).

    Prosedur perhitungan SDM kesehatan dengan menggunakan metode WISN

    adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada

    beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada

    tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah

    dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif

    dan realistis (Depkes, 2004). Metode ini dapat digunakan di rumah sakit,

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 21

    puskesmas dan sarana kesehatan lainnya atau bahkan dapat digunakan untuk

    kebutuhan tenaga di kantor dinas kesehatan (Adisasmito, 2007).

    Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5

    langkah, yaitu:

    1. Menetapkan waktu kerja tersedia;

    2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;

    3. Menyusun standar beban kerja;

    4. Menyusun standar kelonggaran;

    5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja (Depkes, 2004).

    Pada dasarnya, metode WISN ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas

    dan sarana kesehatan lainnya atau bahkan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga

    di Kantor Dinas Kesehatan. Sebagai contoh di bawah ini disajikan penggunaan

    metode WISN di puskesmas (Depkes, 2004).

    1. Menetapkan waktu kerja tersedia

    Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu

    tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di puskesmas selama

    kurun waktu satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja

    tersedia adalah sebagai berikut:

    a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit atau Peraturan

    Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja dalam 1

    tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A)

    b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja

    setiap tahun. (B)

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 22

    c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit

    untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalime

    setiap kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti

    pelatihan/kursus/seminar/lokakarya dalam 6 hari kerja.

    d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri terkait

    tentang Hari Libur Nasional Tahun 2007 ditetapkan 20 hari. (D)

    e. Ketidakhadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidakhadiran kerja (selama

    kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa

    pemberitahuan/izin. (E)

    f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit atau Peraturan

    Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari

    kerja/minggu). (F)

    Berdasarkan data tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk

    menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut:

    Keterangan:

    A = Hari Kerja

    B = Cuti Tahunan

    C = Pendidikan dan Pelatihan

    D = Hari Libur Nasional

    E = Ketidakhadiran Kerja

    F = Waktu Kerja

    Waktu Kerja Tersedia = {A (B + C + D + E) X F)

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 23

    Apabila ditemukan adanya perbedaan rata-rata ketidakhadiran kerja atau

    puskesmas menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat

    mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama dibandingkan kategori SDM

    lainnya, maka perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan

    menurut kategori SDM.

    2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;

    Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya

    unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam

    menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien,

    keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar puskesmas.

    Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan

    kategori SDM adalah sebagai berikut:

    a. Bagan Struktur Organisasi puskesmas dan uraian tugas pokok dan fungsi

    masing-masing unit dan subunit kerja.

    b. Data Pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di

    puskesmas.

    c. PP 32 Tahun 1996 tentang SDM kesehatan.

    d. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM

    kesehatan.

    e. Standar profesi, standar pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP)

    pada tiap unit kerja puskesmas.

    3. Menyusun standar beban kerja;

    Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun

    per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 24

    berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan (rata-rata waktu) dan

    waktu yang tersedia per tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori

    tenaga.

    Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja puskesmas

    adalah meliputi:

    a. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.

    Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar

    pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menghasilkan

    pelayanan kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan dengan

    kompetensi tertentu.

    Langkah selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja

    masing-masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan pokok serta jenis

    kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan

    pelayanan kesehatan perorangan.

    b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok.

    Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

    suatu kegiatan pokok oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit

    kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi

    dan dipengaruhi standar pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SOP),

    sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM.

    Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman

    selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh dan rata-rata

    waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan

    berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelsaikan tiap kegiatan

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 25

    pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar

    pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja

    yang baik.

    c. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.

    Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun

    per kategori SDM.

    4. Menyusun standar kelonggaran;

    Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor

    kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu

    untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau

    dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

    Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan

    dan wawancara kepada tiap kategori tentang:

    a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada

    pasien, misalnya: rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun kebutuhan

    obat/bahan habis pakai.

    b. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.

    c. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

    Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja,

    sebaiknya mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan

    yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena

    tidak atau kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien untuk selanjutnya

    Standar Beban Kerja = Waktu Kerja Tersedia Waktu Rata-rata

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 26

    digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori

    SDM.

    Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah

    selanjutnya adalah menyusun standar kelonggaran dengan melakukan

    perhitungan berdasarkan rumus berikut ini:

    5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.

    Perhitungan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya jumlah dan

    jenis/kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 tahun.

    Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit

    kerja meliputi:

    a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:

    1) Waktu kerja tersedia

    2) Standar beban kerja dan

    3) Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM

    b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.

    Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan

    pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja puskesmas selama

    kurun waktu satu tahun.

    Standar Kelonggaran = Rata-rata Waktu Per Faktor Kelonggaran

    Waktu Kerja Tersedia

    Kebutuhan SDM = Kuantitas Kegiatan Pokok + Standar Kelonggaran Standar Beban Kerja

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 27

    2.5 Puskesmas

    2.5.1 Pengertian Puskesmas

    Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

    yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

    wilayah kerja.

    1. Unit pelaksana teknis

    Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota,

    puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis

    operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana

    tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

    2. Pembangunan kesehatan

    Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh

    bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

    kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

    masyarakat yang optimal.

    3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan

    Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

    kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan di wilayah

    kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk

    sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas

    kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

    4. Wilayah kerja

    Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

    Tetapi, apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 28

    tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas, dengan

    memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

    Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

    langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).

    2.5.2 Visi Puskesmas

    Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

    tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan

    Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai

    melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam

    lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk

    menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta

    memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat

    yang ingin dicapai mencapai 4 indikator utama yakni (1) lingkungan sehat, (2)

    perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta (4) derajat

    kesehatan penduduk kecamatan.

    Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

    pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan

    Sehat yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta

    wilayah kecamatan setempat (Depkes RI, 2004).

    2.5.3 Misi Puskesmas

    Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

    adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi

    tersebut adalah:

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 29

    1. Menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

    kerjanya

    Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang

    diselenggarakan di wilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan,

    yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

    lingkungan dan perilaku masyarakat.

    2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

    wilayah kerjanya

    Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang

    bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan

    melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian

    untuk hidup sehat.

    3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

    pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

    Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan

    yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan

    pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan

    dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

    4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

    masyarakat beserta lingkungannya

    Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,

    mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan

    perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat

    tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 30

    kemajuan ilmu di teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan

    dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek

    lingkungan dari yang bersangkutan (Depkes RI, 2004).

    2.5.4 Tujuan Puskesmas

    Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

    adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

    meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

    orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

    kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat

    2010 (Depkes RI, 2004).

    2.5.5 Fungsi Puskesmas

    1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

    Puskesmas selalu berupaya mengerakkan dan memantau penyelenggaraan

    pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

    wilayah kerjanya sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

    kesehatan. Di samping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan

    dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan

    kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan

    pemeliharaan kesehatan dari pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

    penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

    2. Pusat Pemberdayaan Kesehatan

    Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

    keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,

    kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 31

    hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

    termasuk sumber pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan

    dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,

    keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan

    kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

    3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

    Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

    tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

    Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab

    puskesmas meliputi:

    a. Pelyanan Kesehatan Perorangan

    Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

    (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

    pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

    kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut

    adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat

    inap.

    b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

    Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

    (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

    kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

    penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

    tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

    penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 32

    keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai

    program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).

    2.5.6 Kegiatan Pokok Puskesmas

    Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda,

    kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula.

    Namun demikian, kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan

    adalah sebagai berikut: kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana,

    peningkatan gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan

    penyakit khususnya melalui program imunisasi dan pengamatan penyakit,

    penyuluhan kesehatan, pengobatan termasuk penanggulangan kecelakaan,

    perawatan kesehatan, kesehatan kerja, kesehatan sekolah dan olahraga,

    kesehatan gigi dan mulut, mata dan jiwa, pemeriksaan laboratorium sederhana,

    kesehatan usia lanjut, pembinaan pengobatan tradisional dan pencatatan dan

    pelaporan dalam rangka informasi kesehatan (Ilyas, 2002).

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 33

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep pada penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang

    terdiri dari komponen input, proses dan output (Azwar, 1996). Komponen input

    adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat berfungsinya suatu sistem yang

    berisi: tim perencana, anggaran, alat dan bahan, metode serta mesin. Metode dalam

    input ini ada dua, yakni metode Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan metode WISN.

    Komponen proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

    yang berguna untuk mengubah input menjadi output. Komponen proses pada

    penelitian ini meliputi enam fungsi, yaitu perencanaan (planning), penganggaran

    (budgeting), pelaksanaan (actuating), pengendalian (controlling),

    pengkoordinasian (coordinating) dan evaluasi (evaluation). Komponen adalah

    kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam

    sistem. Outputnya adalah gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum

    dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 yang dilakukan oleh Dinas

    Kota Bekasi. Selain itu, Hasil dari perhitungan dengan metode WISN akan

    dijadikan rekomendasi untuk Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Kerangka konsep ini

    bisa dilihat melalui bagan berikut ini:

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 34

    3.2 Definisi Operasional

    No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Input 1. Tim Perencana Kelompok atau regu penyusun

    perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    2. Anggaran Biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    3. Alat dan Bahan Alat adalah sesuatu yang digunakan untuk membantu membantu tim perencana dalam merencanakan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi. Bahan adalah dasar yang dijadikan keterangan sebagai dasar kajian dan informasi untuk perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi berupa data-data.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    4. Metode a. Metode Dinas

    Kesehatan Kota Bekasi

    a. Suatu cara perhitungan yang digunakan oleh tim perencana dari Dinas Kesehatan untuk mendapatkan jumlah kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi.

    wawancara mendalam dan telaah dokumen

    pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

    Input

    1. Tim Perencana

    2. Anggaran

    3. Alat dan Bahan

    4. Metode

    5. Mesin

    Output

    1. Gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi.

    2. Analisis kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008.

    Proses 1. Perencanaan

    2. Penganggaran

    3. Pelaksanaan

    4. Pengendalian

    5. Pengkoordinasian

    6. Evaluasi

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008

  • 35

    No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur

    b. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)

    b. Suatu cara perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

    wawancara mendalam dan telaah dokumen

    pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

    5. Mesin Alat elektronik yang digunakan untuk kegiatan operasional perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi di puskesmas Kota Bekasi.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    Proses 1. Perencanaan Penentuan langkah-langkah yang

    memungkinkan Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencapai tujuannya.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    2. Penganggaran Kegiatan menentukan anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    3. Pelaksanaan Kegiatan melaksanakan perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    4. Pengendalian Suatu aktivitas menilai kinerja tim perencana kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi berdasarkan standar yang telah ditetapkan untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    5. Pengkoordinasian Memastikan kegiatan perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya.

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    6. Evaluasi Menilai seberapa jauh Dinas Kesehatan Kota Bekasi telah mencapai tujuan organisasi

    wawancara mendalam

    pedoman wawancara mendalam

    Output 1. Gambaran

    perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi.

    Jumlah tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang terangkum dalam Format Ketenagaan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi.

    wawancara mendalam dan telaah dokumen

    pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

    2. Analisis kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008.

    Mengkaji hasil perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi.

    wawancara mendalam dan telaah dokumen

    pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

    Gambaran perencanaan kebutuhan...,Siti Puji Lestaari, FKM UI, 2008