0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

252
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah BAB 1 PENDAHULUAN Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan pengukuran dan pemetaan terdiri dari ; a. Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik b. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran c. Pemetaan Indeks Grafis d. Pengukuran Bidang dan Pembuatan Gambar Ukur e. Pembuatan Peta Bidang f. Pembuatan Peta Pendaftaran g. Pembuatan Surat Ukur h. Penyimpanan Pengukuran bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak batas satu atau beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau terpencar-pencar dalam satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sporadik (pasal 1 butir 4). Setelah petugas pengukuran menerima perintah pengukuran, segera dilakukan persiapan sebagai berikut (pasal 79) : a. Memeriksa tersedianya sarana peta seperti ; peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta lainnya pada lokasi yang dimohon. b. Merencanakan pengukuran di atas peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta-peta lainnya yang memenuhi syarat, apabila tanah yang dimohon belum mempunyai gambar situasi/surat ukur. c. Dalam hal tidak terdapat peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta lain yang memenuhi syarat, maka segera disiapkan perencanaan pembuatan peta pendaftaran. d. Memeriksa tersedianya titik dasar teknik disekitar bidang tanah yang dimohon. e. Dalam hal tidak terdapat titik dasar teknik di sekitar bidang tanah yang akan diukur, meminta kepada pemohon untuk menyiapkan tugu titik dasar teknik minimal 2 (dua) buah. f. Apabila kegiatan pengukuran bidang tanah diperlukan, mengadakan persiapan-persiapan seperti menyiapkan formulir pengukuran.

Transcript of 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Page 1: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 1

PENDAHULUAN

Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan

pengukuran dan pemetaan terdiri dari ;

a. Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik

b. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran

c. Pemetaan Indeks Grafis

d. Pengukuran Bidang dan Pembuatan Gambar Ukur

e. Pembuatan Peta Bidang

f. Pembuatan Peta Pendaftaran

g. Pembuatan Surat Ukur

h. Penyimpanan

Pengukuran bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak

batas satu atau beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang

haknya atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau

terpencar-pencar dalam satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan

pendaftaran tanah secara sporadik (pasal 1 butir 4). Setelah petugas

pengukuran menerima perintah pengukuran, segera dilakukan persiapan

sebagai berikut (pasal 79) :

a. Memeriksa tersedianya sarana peta seperti ; peta pendaftaran atau peta

dasar pendaftaran atau peta lainnya pada lokasi yang dimohon.

b. Merencanakan pengukuran di atas peta pendaftaran atau peta dasar

pendaftaran atau peta-peta lainnya yang memenuhi syarat, apabila tanah

yang dimohon belum mempunyai gambar situasi/surat ukur.

c. Dalam hal tidak terdapat peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran

atau peta lain yang memenuhi syarat, maka segera disiapkan perencanaan

pembuatan peta pendaftaran.

d. Memeriksa tersedianya titik dasar teknik disekitar bidang tanah yang

dimohon.

e. Dalam hal tidak terdapat titik dasar teknik di sekitar bidang tanah yang

akan diukur, meminta kepada pemohon untuk menyiapkan tugu titik dasar

teknik minimal 2 (dua) buah.

f. Apabila kegiatan pengukuran bidang tanah diperlukan, mengadakan

persiapan-persiapan seperti menyiapkan formulir pengukuran.

Page 2: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

g. Memberikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon mengenai waktu

penetapan batas dan pengukuran.

Pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah proses pemastian letak

batas bidang-bidang yang terletak dalam satu atau beberapa desa/kelurahan

atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih dalam rangka penyelenggaraan

pendaftaran tanah secara sistematik (pasal 1 butir 3). Setelah lokasi

pendaftaran tanah secara sistematik ditetapkan, segera dilakukan persiapan

sebagai berikut (pasal 47) :

a. Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran, berupa

peta dasar yang berbentuk berbentuk peta garis atau peta foto.

b. Peta dasar pendaftaran sebagaimana dimaksud di atas telah memuat

semua pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam

bentuk peta indeks grafis.

Dalam hal peta pendaftaran telah tersedia pada wilayah yang telah

ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah sistematik, peta pendaftaran

tersebut dapat dianggap sebagai peta indeks grafis.

c. Apabila karena alasan teknis pembuatan peta indeks grafis tersebut

tidak dapat dilaksanakan sebelum dilakukan pendaftaran tanah secara

sistematik, pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar tersebut

dilakukan bersamaan dengan pemetaan bidang-bidang tanah hasil

pengukuran bidang tanah secara sistematik.

d. Dalam hal desa/kelurahan yang wilayah atau bagian wilayahnya ditetapkan

sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik belum tersedia peta

dasar pendaftaran, maka pembuatan peta dasar pendaftaran dapat

dilakukan bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang

bersangkutan.

Petunjuk Teknis Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah ini dibuat

sebagai bahan panduan kerja bagi pelaksana di lingkungan Badan Pertanahan

Nasional. Untuk penyeragaman, yang dimaksud dengan peraturan, pasal, ayat,

butir dan lampiran pada Petunjuk Teknis ini adalah pasal, ayat, butir dan

lampiran seperti dinyatakan pada PMNA / KBPN No.3/1997, kecuali

dinyatakan lain.

Page 3: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 2

PENGUKURAN DAN PEMETAAN TITIK DASAR TEKNIK

2.1 Pemasangan

Titik Dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang

diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem

tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol atau titik ikat untuk

keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas (pasal. 1 butir 13 PP

No.24/1997).

Pemasangan titik dasar teknik dilaksanakan berdasarkan kerapatan

dan dibedakan atas ; orde 0,1,2,3,4 serta titik dasar teknik

perapatan. Pemasangan titik dasar teknik orde 0 dan 1 dilaksanakan

oleh Bakosurtanal sedangkan orde 2,3,4 dan titik dasar teknik

perapatan dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Berdasarkan pemasangannya, titik dasar teknik dibedakan atas 2

(dua) bagian, yaitu ; sebagai perapatan dan sebagai pengikatan.

Pemasangan titik dasar teknik yang berfungsi sebagai pengikatan

berarti bahwa setiap bidang tanah dalam pendaftaran tanah

sistematik ataupun sporadik harus diikatkan kepada titik dasar

teknik tersebut, sedangkan yang berfungsi sebagai perapatan berarti

bahwa pemasangan titik dasar teknik tersebut adalah merapatkan

titik dasar teknik yang telah ada dan tersebar di suatu wilayah.

Mengingat fungsi-fungsi tersebut di atas, tahapan kegiatan

pemasangan titik dasar teknik adalah sebagai berikut :

a. Inventarisasi

b. Perencanaan

c. Survei Pendahuluan

d. Monumentasi

2.1.1 Inventarisasi

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan peta dasar teknik,

peta topografi / peta rupa bumi atau peta lain yang telah ada

dalam wilayah yang akan dipasang titik dasar teknik yang akan

dirapatkan.

Page 4: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Data yang dikumpulkan dari peta dasar teknik yang telah ada,

adalah :

a. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik orde 0,1,2 yang telah

dipasang dalam satu propinsi bila yang akan dipasang adalah titik

dasar teknik orde 2 yang baru (dalam hal perapatan titik dasar

teknik).

b. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik yang telah disebutkan

pada butir a dan orde 3 yang telah dipasang dalam satu

kabupaten / kotamadya bila yang akan dipasang adalah titik

dasar teknik orde 3 yang baru (dalam hal perapatan titik dasar

teknik).

c. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik yang telah disebutkan

pada butir b dan orde 4 yang telah dipasang dalam satu desa /

kelurahan bila yang akan dipasang adalah titik dasar teknik orde

4 yang baru (dalam hal perapatan titik dasar teknik).

d. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik orde 0,1,2,3,4 yang

berada dalam jarak kurang dari 2 km dari lokasi bidang tanah

yang akan diukur (dalam hal pengikatan bidang tanah).

Dalam hal perapatan titik dasar teknik, hasil inventarisasi di atas

dituangkan pada DI 106 (lampiran 39) untuk setiap Daerah Tingkat

II.

Data yang dikumpulkan dari peta topografi atau peta lain adalah :

a. Pengumpulan informasi kondisi geografis, sarana / prasarana

wilayah yang akan dipasang titik dasar teknik (dalam hal

perapatan titik dasar teknik).

b. Penetapan batas wilayah yang akan dipasang titik dasar teknik

(dalam hal perapatan titik dasar teknik).

c. Pengumpulan informasi tentang ketersediaan lembar peta dasar

pendaftaran, peta pendaftaran pada lokasi bidang tanah yang

akan diukur (dalam hal pengikatan bidang tanah).

Page 5: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

2.1.2 Perencanaan

Dalam hal pemasangan titik dasar teknik dilakukan untuk

perapatan, perencanaan penempatan lokasi titik dasar teknik

dilakukan dengan sistem grid, dengan panjang dan lebar grid

disesuaikan dengan kerapatan seperti yang dimaksud dalam pasal 2.

Kerapatan dimaksud adalah kerapatan maksimum yang

diperkenankan dan perencanaan penempatannya diusahakan

sedapat mungkin dekat dengan lokasi yang dapat dijangkau

(misalnya : pinggir jalan, pemukiman) sehingga memudahkan

mobilisasi dan pengukuran yang akan dilakukan.

Rencana pemasangan titik dasar teknik pada peta perencanaan

tersedia juga dicantumkan nomor titik dasar teknik yang akan

dipasang. Penomoran titik dasar teknik dilakukan dengan

berpedoman pada pasal 6 dan lampiran 2.

Contoh :

09002 – titik dasar teknik orde 2 terletak di Propinsi DKI

Jakarta dengan nomor urut 2.

0901002 – titik dasar teknik orde 3 terletak di Propinsi DKI

Jakarta , Kodya Jakarta Pusat dengan nomor urut 2.

2 – titik dasar teknik orde 4 pada suatu wilayah desa /

kelurahan dengan nomor urut 2 dengan sistem

koordinat nasional.

3 – titik dasar teknik orde 4 pada suatu wilayah desa /

kelurahan dengan nomor urut 3 dengan sistem

koordinat lokal.

- Titik dasar teknik perapatan bersifat sementara dan

berfungsi sebagai titik bantu selama pengukuran

bidang tanah berlangsung. Untuk memudahkan

penandaan titik dasar teknik perapatan pada formulir

data pengukuran dan perhitungan, petugas

pengukuran diberikan kebebasan untuk memberikan

nomor dengan catatan harus unik / tunggal pada

setiap titik dasar teknik perapatan selama

dilakukannya pengukuran bidang tanah.

Kode administrasi propinsi dan kabupaten / kotamadya sesuai

dengan lampiran 6 adalah nama propinsi dan kabupaten / kodya

yang tercatat pada saat pearaturan ini ditetapkan. Untuk wilayah-

Page 6: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

wilayah administrasi baru yang muncul setelah ditetapkannya

peraturan ini, kode administrasi dibuat dengan melanjutkan kode

administrasi yang tercantum pada peraturan tersebut,

berdasarkan urutan waktu ditetapkannya daerah administrasi yang

bersangkutan, misalnya ; untuk Kodya Bekasi yang telah ditetapkan

setelah diterbitkannya peraturan ini akan mendapat kode 26 untuk

Daerah Tingkat II. Untuk keperluan koordinasi pemberian kode

Daerah Tingkat I, Direktorat Pengukuran dan Pemetaan akan

menetapkan kode Daerah Tingkat I dan Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional di tingkat Propinsi akan menetapkan kode

Daerah Tingkat II bila terjadi penambahan daerah-daerah

administrasi baru.

Penomoran titik dasar teknik yang akan dipasang dilakukan dengan

memperhatikan nomor urut titik dasar teknik yang terakhir sesuai

dengan ordenya pada wilayah propinsi / kabupaten / kotamadya

yang bersangkutan (berdasarkan hasil inventarisasi jumlah titik

dasar teknik yang telah terpasang). Contoh : nomor urut titik

dasar teknik orde 3 di Kodya Jakarta Pusat yang terakhir adalah

30, maka nomor urut titik dasar teknik yang baru akan dimulai

pada nomor 31 dan seterusnya.

Dalam hal pemasangan titik dasar teknik dilakukan untuk

pengikatan bidang tanah dan bidang tanah tersebut belum

mempunyai lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran,

pada lokasi yang akan dipasang titik dasar teknik diberi tanda di

Lebar Grid

grid

Panjang grid

Gambar 2-1 Perencanaan Perapatan Titik Dasar Teknik Orde 3

Page 7: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

atas peta perencanaan yang telah dipersiapkan dengan kriteria

sebagai berikut :

Bila bidang tanah tersebut termasuk daerah pertanian, pemohon

pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua) buah titik dasar

teknik orde 4 dengan jarak pemasangan maksimum 1,5 km

(sesuai dengan format lembar peta pendaftaran skala 1:2.500

yang akan dibuat).

Bila bidang tanah tersebut termasuk daerah pemukiman,

pemohon pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua) buah

titik dasar teknik orde 4 dengan jarak pemasangan maksimum

500 m (sesuai dengan format lembar peta pendaftaran skala

1:1.000 yang akan dibuat).

Bila bidang tanah tersebut termasuk perkebunan besar,

pemohon pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua) buah

titik dasar teknik orde 4 dengan jarak pemasangan maksimum 6

km (sesuai dengan format lembar peta pendaftaran skala

1:10.000 yang akan dibuat).

Bila bidang tanah yang diukur terletak dengan jarak lebih dari 2

(dua) km terhadap 2 (dua) buah titik dasar teknik nasional atau

berjarak maksimum 2 (dua) km terhadap 1 (satu) titik dasar

teknik nasional, pemetaan titik dasar teknik yang akan dipakai

sebagai pengikatan harus dilakukan di atas peta perencanaan.

2.1.3 Survei Pendahuluan

Survei Pendahuluan adalah tahapan kegiatan yang dilakukan untuk

memastikan lokasi pemasangan titik dasar teknik sesuai dengan

perencanaan yang telah dilakukan dengan melihat kondisi nyata di

lapangan. Pada tahap ini setiap titik yang akan dipasang di lapangan

dan titik yang akan dipakai sebagai titik ikatan harus ditinjau

kondisi fisiknya di lapangan. Bila lokasi yang akan dipasang

termasuk di dalam daerah batas administrasi propinsi / kabupaten

/ kotamadya / kecamatan / desa / kelurahan , bila memungkinkan

perencanaan pemasangan titik dasar teknik dilakukan pada batas

administrasi tersebut dengan memperhatikan peta administrasi

wilayah tersebut. Apabila titik dasar teknik yang akan dipasang

adalah titik dasar teknik orde 4, tugu-tugu instansi lain yang

Page 8: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

berada di sekitar lokasi harus diperiksa kondisi fisiknya. Hal ini

dilakukan sebagai dasar untuk menentukan apakah tugu instansi

lain tersebut dapat dijadikan sebagai titik dasar teknik orde 4

atau tidak.

Untuk setiap titik-titik yang akan dipasang (titik-titik baru),

apabila pengukurannya menggunakan metoda pengamatan satelit,

harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut ;

a. Lokasi yang mudah dicapai.

b. Ruang pandang bebas ke langit 15 dari horizon.

c. Jauh dari sumber interferensi elektris.

Titik-titik yang dipasang dan diukur dengan pengukuran terrestrial

harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut ;

a. Setiap titik pada jaringan kerangka titik dasar teknik harus

dapat terlihat dengan titik sebelum dan sesudahnya.

b. Sudut yang akan diukur harus tidak terlalu lancip (sudut tidak

kurang dari 30 ) dan tidak terlalu tumpul ( sudut tidak lebih

dari 330).

c. Tidak berada pada tanah dengan kemiringan yang curam serta

tidak berawa.

Mengingat fungsi titik dasar teknik sebagai pengikatan, diusahakan

sebaiknya lokasi titik dasar teknik berada pada tanah-tanah

negara dan kondisi tanahnya relatif stabil. Contoh ; berada di

kantor-kantor pemerintahan/swasta. Setelah mempertimbangkan

seluruh kriteria tersebut di atas, tandai lokasi titik dasar teknik

tersebut dengan patok kayu di lapangan dan pada peta rencana

serta diupayakan untuk mendapatkan izin pemasangan dari

pimpinan instansi setempat bila titik dasar teknik yang akan

dipasang berada pada kantor pemerintahan/swasta atau pemilik

tanah bila titik dasar teknik tersebut akan dipasang pada tanah-

tanah masyarakat. Demikian pula kepada instansi pemilik tugu bila

tugu instansi tersebut akan dipergunakan sebagai titik dasar

teknik orde 4. Bila tugu tersebut dipakai, cantumkan nomor titik

dasar teknik tersebut di peta rencana sesuai dengan lampiran 1.

Penomoran dilakukan sebagai berikut ; bila di lapangan ditemukan

Page 9: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

tugu Dinas Tata Kota dengan nomor tugu DTK-205, pada peta

rencana dicantumkan DTK-205/101, dimana 101 adalah nomor urut

titik dasar teknik orde 4 di desa/kelurahan tersebut.

2.1.4 Monumentasi

Monumentasi berupa pemasangan konstruksi fisik titik dasar teknik

sesuai dengan pasal 5 dan lampiran 1. Titik dasar teknik orde 2,3

dibuat dengan konstruksi beton dan titik dasar teknik orde 4 dibuat

sesuai dengan kondisi di lapangan dengan tetap memperhatikan

kondisi tanah di lokasi pemasangan, ketersediaan bahan dan

kemudahan untuk membawa ke lokasi serta keamanan fisik di

lapangan.

Konstruksi titik dasar teknik orde 4 dibedakan untuk daerah padat

dan terbuka.

Daerah padat adalah daerah dengan tingkat pembangunan yang

cukup tinggi, yang ditandai dengan cepatnya perubahan fisik di

daerah tersebut dan pola penggunaan tanah yang menjurus ke

arah pemukiman dan jasa. Mengingat perubahan tersebut,

pemasangan titik dasar teknik menggunakan 2 (dua) alternatf,

yaitu ;

Alternatif pertama berupa konstruksi beton dan ditempatkan

pada trotoar-trotoar jalan, bahu jalan dan sebagainya, yang

diperkirakan lokasi titik dasar teknik tersebut akan mengalami

perubahan fisik.

Alternatif kedua berupa bahan kuningan, misalnya ; pada lokasi

bidang tanah dimana pada bidang tanah tersebut telah berdiri

bangunan permanen dan diperkirakan bangunan tersebut tidak

akan dibongkar dalam waktu yang cukup lama.

Daerah terbuka adalah daerah dengan tingkat pembangunan yang

lambat, yang ditandai dengan pola umum penggunaan tanah yang

menjurus ke arah pertanian sederhana yang dilakukan oleh

penduduk sekitarnya. Konstruksi titik dasar teknik pada daerah

ini berupa konstruksi beton, dengan harapan bahwa titik dasar

teknik ini dapat dipakai dalam waktu yang cukup lama.

Page 10: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Selain kedua kontruksi tersebut, titik dasar teknik dapat juga

dibuat berdasarkan tugu-tugu instansi lain yang telah terpasang di

daerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk dapat menyatukan sistem

pemetaan yang telah dikembangkan Badan Pertanahan Nasional

dengan sistem pemetaan di instansi-instansi lainnya, dengan syarat

kondisi fisiknya baik (tidak pecah, retak), stabil (tidak goyang) dan

pada lokasi tugu tersebut dimungkinkan dilakukannya pengukuran

dengan alat pengukuran sudut dan jarak. Misalnya; tugu-tugu yang

dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Pajak Bumi

dan Bangunan, Bakosurtanal, Direktorat Tata Kota dll. Bila hal ini

dilaksanakan, tugu tersebut tidak perlu dirubah konstruksi fisiknya

dan tidak dilaksanakan pergantian nomor tugu di lapangan.

Titik dasar teknik perapatan dibuat dengan alasan tidak

dimungkinkannya dilakukan pengikatan langsung suatu bidang tanah

dari titik dasar teknik orde 2, 3 atau 4. Untuk itu diperlukan titik-

titik bantu yang merapatkan titik dasar teknik tersebut dan

bersifat sementara atau dengan kata lain hanya dipergunakan pada

saat pengukuran bidang tanah dilaksanakan. Dalam praktek di

lapangan, titik dasar teknik perapatan dibuat dengan bahan

sederhana yang tersedia di daerah setempat, misalnya ; patok kayu,

paku seng dimana bahan ini nantinya tidak digunakan untuk waktu

yang cukup lama karena pada dasarnya walaupun pengikatan suatu

bidang tanah dilakukan dari titik dasar teknik perapatan, pekerjaan

rekonstruksi batas tetap dilakukan dengan mengikatkan kepada titik

dasar teknik orde 2,3 atau 4.

Dalam pendaftaran tanah sporadik seperti diuraikan dalam pasal 79

butir e, pemohon pengukuran diwajibkan untuk memasang titik dasar

teknik orde 4 dengan catatan bahwa kedua titik dasar teknik

tersebut dapat dijadikan ikatan langsung pengukuran bidang tanah

yang dimohon. Selain itu, mengingat fungsi titik dasar teknik ini juga

dijadikan dasar pengikatan bidang tanah pada satu lembar peta

pendaftaran (pasal 29 ayat 3), lokasi kedua titik dasar teknik

tersebut diharapkan dapat menjangkau seluruh bidang-bidang tanah

yang terdapat pada lembar tersebut. Bila hal ini tidak

memungkinkan dilakukan, pemasangan titik dasar teknik orde 4

tetap dilakukan dan pengikatan bidang tanah dilakukan dari titik

dasar teknik perapatan.

Page 11: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pemasangan titik dasar teknik dilakukan berdasarkan peta

perencanaan yang telah diperbaiki pada saat survey pendahuluan

dilaksanakan. Dengan demikian, kesinambungan kerja antara

pelaksana survey pendahuluan dengan pemasangan dapat berjalan

dengan baik dan pelaksana pemasangan tidak perlu menunggu sampai

pelaksana survey pendahuluan menyelesaikan tugasnya secara

keseluruhan. Pemasangan tugu dilakukan dengan cara mencabut

patok kayu yang berada di lapangan dan menggantinya dengan

konstruksi fisik yang telah ditetapkan dengan nomor titik dasar

teknik sesuai dengan peta perencanaan.

2.2. Pengukuran

Pengukuran titik dasar teknik dilaksanakan dengan menggunakan

metoda pengamatan satelit atau metoda lainnya (pasal 7). Titik Dasar

Teknik dipakai sebagai pengikatan bidang tanah dan pengikatan bagi

perapatan titik dasar teknik dengan ketelitian di bawahnya.

Berkaitan dengan pengukuran titik dasar teknik yang harus diikatkan

kepada titik dasar teknik yang lebih tinggi ordenya, titik dasar teknik

orde 2 harus lebih teliti dibandingkan dengan titik dasar teknik orde

3,4 dan titik dasar teknik orde 3 harus lebih teliti dibandingkan titik

dasar teknik orde 4. Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya

dan peralatan yang ada, Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan hanya

melaksanakan pengukuran titik dasar teknik orde 4 dan titik dasar

teknik perapatan serta Direktorat Pengukuran dan Pemetaan

melaksanakan pengukuran titik dasar teknik orde 2, 3, 4 dan titik

dasar teknik perapatan. Pengukuran titik dasar teknik orde 2 dan 3

dapat dilaksanakan oleh Kanwil Propinsi dan atau Kantor Pertanahan

setelah mendapat pelimpahan wewenang dari Direktur Pengukuran dan

Pemetaan setelah mempertimbangkan kesiapan sumber daya manusia

dan peralatannya. Metoda pengukuran yang dapat dipakai adalah ;

pengamatan satelit, pengukuran terrestrial dan pengukuran

fotogrametrik.

2.2.1 Pengamatan Satelit

Pengamatan satelit adalah model penentuan posisi titik-titik di

permukaan bumi dimana posisi titik dinyatakan dengan melakukan

pengukuran terhadap konstelasi satelit. GPS (Global Positioning

Page 12: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

System) merupakan salah satu sistem dari model pengamatan

satelit yang ada.

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi

menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika

Serikat. GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung pada

waktu dan cuaca. Karena karakteristiknya ini, penggunaan GPS

dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas pelaksanaan

pengukuran dengan memperpendek waktu pelaksanaan dan menekan

biaya operasional.

Titik dasar teknik orde 2 Titik dasar teknik orde 3 Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Bidang tanah Pengikatan bidang tanah Jalur perapatan titik dasar teknik orde 3 Jalur perapatan titik dasar teknik orde 4 Jalur titik dasar teknik perapatan

Gambar 2-2

Pengukuran Titik Dasar Teknik dan Pengikatan Bidang Tanah

Keterangan :

Page 13: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi dan jumlah

satelit yang relatif banyak sehingga dapat meliput wilayah yang

cukup luas dan dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang

bersamaan.

Berdasarkan pengamatan satelit, titik dasar teknik diukur dengan

cara :

a. Static Positioning

Penentuan posisi secara static positioning adalah penentuan

posisi dari titik-titik yang statik (diam). Penentuan posisi

tersebut dapat dilakukan secara absolut maupun differensial,

dengan menggunakan data pseudorange dan atau fase. Karakteristik secara umum :

Memerlukan waktu pengamatan yang lama (dalam selang

waktu jam).

Perhitungan dilakukan baseline per baseline yang kemudian

diikuti perataan jaringan.

Perhitungan dapat dilakukan dengan ambiguity float (cycle ambiguity dianggap sebagai bilangan pecah) atau ambiguity

fixed (cycle ambiguity dijadikan bilangan bulat).

Ukuran lebih pada suatu epoch pengamatan biasanya banyak.

Ketelitian posisi yang diperoleh mm sampai cm.

Metoda pengamatan satelit ini dilakukan untuk pengukuran titik

dasar teknik orde 2 atau 3.

b. Rapid Static

Penentuan posisi secara rapid static pada dasarnya adalah survai

statik dengan waktu pengamatan yang lebih singkat. Metoda ini

bertumpu pada proses penentuan ambiguitas fase yang cepat .

Karakteristik secara umum :

Page 14: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Lama pengamatan bergantung pada panjang baseline, jumlah

satelit serta geometri satelit.

Berbasiskan differential positioning dengan menggunakan

data fase.

Persyaratan mendasar ; penentuan ambiguitas fase secara

cepat.

Memerlukan geometri satelit yang baik, tingkat bias dan

kesalahan data yang relatif rendah, serta lingkungan yang

relatif tidak menimbulkan multipath. Satu baseline umumnya diamati dalam dua sesi pengamatan.

Ketelitian posisi yang diperoleh cm.

Metoda pengamatan satelit ini dilakukan untuk pengukuran titik

dasar teknik orde 4.

c. Stop and Go

Pada metoda penentuan posisi ini, titik-titik yang akan

ditentukan posisinya tidak bergerak sedangkan receiver GPS

bergerak pada titik-titik dimana pada setiap titiknya receiver

yang bersangkutan diam beberapa saat di titik-titik tersebut.

Karakteristik secara umum :

Moving receiver bergerak dan stop (selama beberapa menit)

dari titik ke titik.

Ambiguitas fase pada titik awal harus ditentukan sebelum

receiver bergerak.

Selama pergerakan antara titik ke titik, receiver harus

selalu mengamati sinyal GPS (tidak boleh terputus).

Berbasiskan differential positioning dengan menggunakan

data fase.

Ketelitian posisi yang diperoleh cm.

Page 15: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Metoda pengamatan satelit ini dilakukan untuk pengukuran titik

dasar teknik orde 4.

2.2.1.1 Spesifikasi Teknik

Rencana/desain jaringan harus dibuat di atas fotocopy peta

topografi yang meliputi; desain dan geometris jaringan.

Perencanaan ini harus memperhitungkan kekuatan jaringan

titik dasar teknik.

Jumlah baseline yang membentuk suatu loop paling banyak

adalah 4 (empat) buah baseline. Setiap stasiun dihubungkan

dengan minimal tiga buah baseline non trivial yang diperoleh

dari minimal 2 (dua) session pengamatan yang berbeda.

Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara merata di

seluruh jaringan yang ditunjukkan dengan jarak yang relatif

sama. Sekurang-kurangnya terdapat 10 (sepuluh) persen

common baseline sehingga dapat dilakukan pemeriksaan

konsistensi pengukuran.

Pengamatan satelit GPS carrier phase dipergunakan dalam

model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen

baseline antara 2 (dua) titik.

Teknik pengamatan dilakukan secara Rapid Static ataupun

Static dengan lama pengamatan yang disesuaikan dengan

panjang baseline, dengan syarat ; tersedia 6 satelit, GDOP

yang lebih kecil dari 8 (delapan), kondisi atmosfer dan

ionosfer yang memadai dan interval antar epoch 15 detik.

Terdapat minimal satu titik sekutu yang menghubungkan dua

session pengamatan dan lebih diharapkan menggunakan

baseline sekutu.

Pengamatan satelit tidak dilakukan dengan elevasi dibawah

15.

Page 16: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Ketinggian dari antena harus diukur pada tiap titik sebelum

dan sesudah data dari satelit dicatat. Kedua data ketinggian

tersebut tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm.

2.2.1.2 Peralatan

Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS geodetic yang mampu mengamati codes dan carrier phase.

Receivers single frequency (L1) dapat digunakan tetapi

penggunaan dual frequency (L1 dan L2) lebih diharapkan. Jika omni-directional antena tidak dapat dipakai, antena-

antena pada titik-titik yang diamati bersamaan harus

diorientasi ke arah yang sama. Pada titik dimana pemantulan sinyal GPS mudah terjadi

(seperti pantai, danau, tebing, bangunan bertingkat), antena

harus dilengkapi dengan ground plane untuk mengurangi

pengaruh dari multi-path. Komponen dari sutu receiver harus dari merk dan jenis yang

sama, dan harus memakai centering optis. Minimal digunakan 3 (tiga) receiver GPS secara bersamaan

selama pengamatan.

2.2.1.3 Pengolahan Data

Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan

software processing GPS yang sesuai dengan receiver yang

digunakan.

Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya

koreksi troposfer dan koreksi ionosfer untuk data

pengamatan.

Untuk setiap baseline di dalam jaringan titik dasar teknik orde

2, standard deviasi () hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN, dE, dH) yang dihasilkan oleh software reduksi

baseline harus memenuhi hubungan berikut :

Page 17: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

N M

E M

H 2 M, dimana :

M = [10 2 + (10d) 2 ] ½ / 1,96 mm, dimana d adalah panjang

baseline dalam kilometer.

Pada baseline yang diamati 2 (dua) kali, untuk baseline 10 km,

komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh

berbeda lebih besar dari 0,03 meter. Komponen tinggi tidak

boleh berbeda lebih besar dari 0,06 meter. Sedangkan untuk

baseline 10 km, komponen lintang dan bujur dari kedua

baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,05 meter.

Komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,10

meter.

Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus

dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat

terkecil yang telah dikenal.

Integritas pengamatan jaringan harus dinilai berdasarkan :

Analisis dari baseline yang diamati 2 kali.

Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas

Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat

dengan titik berorde lebih tinggi.

Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari

analisis elips kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan

jaring bebas untuk setiap baseline yang diamati.

Semi major axis dari elips kesalahan garis (1) harus lebih

kecil dari harga parameter r yang dihitung sebagai berikut ;

titik dasar teknik orde 2 : r = 15 (d + 0,2)

titik dasar teknik orde 3 : r = 30 (d + 0,2), dimana ;

r = panjang maksimum untuk semi major axis (mm).

d = jarak dalam Km

2.2.2 Pengukuran Terrestrial

Pengukuran terrestrial adalah penentuan posisi titik-titik di

permukaan bumi dimana pada setiap yang akan diketahui

Page 18: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

koordinatnya dilakukan pengukuran jarak, sudut atau kombinasi

keduanya.

Berdasarkan metoda terrestrial, titik dasar teknik diukur dengan

cara :

a. Poligon

Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horisontal

banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu

sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga

membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Metoda ini dilakukan

untuk pengukuran titik dasar teknik orde 4 dan titik dasar teknik

perapatan.

Pengukuran titik dasar teknik dilakukan dengan cara poligon

terikat (tidak membentuk suatu loop) yang terikat di titik awal

dan akhir.

Pengukuran titik dasar teknik dilakukan dengan cara poligon

terikat sempurna (tidak membentuk suatu loop) yang terikat

pada 2 (dua) titik yang saling terlihat pada awal jaringan dan 2

(dua) titik yang saling terlihat pada akhir jaringan.

0901124

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur

Sudut diukur

0901123

5 6

A

Keterangan :

Gambar 2-3 Poligon Terikat

Page 19: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pengukuran dengan cara poligon tertutup (pengukuran titik

dasar teknik diawali dan diakhiri di satu titik yang telah

diketahui koordinatnya) hanya lakukan bila pada jaringan

poligon tersebut ditemui minimal 2 (dua) titik ikat yang telah

diketahui koordinatnya.

0901124

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur Sudut diukur

0901123

5 6

A

Keterangan :

Gambar 2-4 Poligon Terikat Sempurna

0901125

0901126

Gambar 2-5 Poligon Tertutup

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur Sudut diukur

0901124 0901123

5 6

A

Keterangan : :

B 7

Page 20: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pengukuran titik dasar teknik dilakukan dengan cara poligon

tertutup yang membentuk lebih dari 1 (satu) loop dilakukan

dengan memperhitungkan jaringan dan luas areal pengukuran

titik dasar teknik.

b. Triangulasi

Metoda triangulasi adalah salah satu cara penentuan posisi

horisontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya

dihubungkan sehingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring

segitiga dimana pada setiap segitiga dilakukan hanya pengukuran

sudut. Metoda ini dilakukan untuk pengukuran titik dasar teknik

orde 4.

c. Trilaterasi

Metoda trilaterasi adalah salah satu cara penentuan posisi

horisontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya

dihubungkan sehingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring

segitiga dimana pada setiap segitiga dilakukan hanya pengukuran

jarak. Metoda ini dilakukan untuk pengukuran titik dasar teknik

orde 4.

0901124 0901123

5 6

A

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur Sudut diukur

Keterangan : :

Gambar 2-6 Poligon Tertutup Dengan 2 (dua) Loop Sempurna

B 7

Page 21: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

d. Triangulaterasi

Konsep pembentukan jaringan segitiga seperti dilakukan pada

metode trilaterasi juga dilaksanakan pada penentuan posisi

dengan metode triangulaterasi, dimana pada setiap segitiga

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Sudut diukur

Keterangan :

Gambar 2-7 Triangulasi

0901124

44 0901123

5 6

A

0901125

0901126

0901124 0901123

5 6

A

0901125

0901126

Gambar 2-8 Trilaterasi

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur

Keterangan :

Page 22: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

dilakukan pengukuran jarak dan sudut. Metoda ini dilakukan untuk

pengukuran titik dasar teknik orde 4.

e. Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi secara terrestrial yang dilakukan pada saat

pembuatan peta dasar pendaftaran (lihat Bab 3.1) akan

memetakan titik detail geografis atau buatan manusia pada

lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran. Apabila

detail tersebut dapat diidentifikasi di peta dan di lapangan, titik

tersebut dapat dianggap sebagai titik dasar teknik perapatan

(pasal 17 ayat 1 butir b).

2.2.2.1 Spesifikasi Teknik

Jaringan titik dasar teknik harus diikatkan terhadap minimal 2

(dua) titik dasar teknik yang lebih tinggi ordenya.

Metoda triangulasi, trilaterasi dan triangulaterasi hanya

digunakan bila diikatkan kepada 2 (dua) titik dasar teknik yang

saling terlihat pada awal dan akhir pengukuran.

Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Sudut diukur Jarak diukur

Keterangan :

Gambar 2-9 Triangulaterasi

0901124 0901123

5 6

A

0901125

0901126

Page 23: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pengukuran sudut

Pengukuran sudut mendatar dilakukan dalam dua seri dengan

urutan bacaan biasa – biasa – luar biasa – luar biasa untuk

masing-masing seri. Selisih sudut antara seri pertama dengan

seri kedua 5 “.

Pengukuran sudut vertikal dilakukan dalam satu seri, yaitu

dengan urutan bacaan biasa – biasa dengan selisih sudut 1’.

Hasil pengukuran titik dasar teknik orde 4 harus memenuhi

ketelitian pengukuran sudut 10 n, dimana n adalah

jumlah titik .

Hasil pengukuran titik dasar teknik perapatan harus

memenuhi ketelitian pengukuran sudut 15 n, dimana n

adalah jumlah titik.

Pengukuran jarak

Pengukuran jarak dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Meter) harus dilakukan ke jurusan muka dan

belakang serta dilakukan 3 (tiga) kali untuk setiap jurusan

dengan perbedaan 1 cm.

Gambar 2 – 10 Pengukuran Situasi

Keterangan :

Titik dasar teknik orde 4 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik perapatan (diketahui koordinatnya) Jarak dan azimuth diukur

Page 24: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur dilakukan

dengan maksimal 2 kali bentangan dimana setiap bentangan

harus diarahkan ke titik yang akan diukur dengan bantuan

theodolit.

Pembacaan jarak dengan menggunakan pita ukur dilakukan

dengan 2 kali pembacaan.

Hasil pengukuran titik dasar teknik orde 4 mempunyai salah

penutup jarak 1:10.000.

Hasil pengukuran titik dasar teknik perapatan mempunyai

salah penutup jarak 1:5.000.

Ketelitian titik dasar teknik perapatan yang merupakan titik

detail pada pembuatan peta garis dengan pengukuran situasi

lebih besar atau sama dengan 0,3 mm pada skala peta (pasal

17 ayat 1).

Penentuan sudut jurusan awal

Pengamatan matahari atau pengukuran azimuth magnetis

dilakukan bila sistem koordinat titik ikat dinyatakan dalam

sistem koordinat lokal.

Pengamatan matahari dilakukan sekurang-kurangnya 4

(empat) seri untuk masing-masing kuadran pada saat pagi dan

sore hari.

Pengukuran azimuth magnetis dilakukan sekurang-kurangnya 2

(dua) kali, dengan selisih sudut 10”.

Hasil pengukuran jarak dan sudut dicantumkan pada DI 103

(lampiran 36).

Data ukuran poligon / detail (DI 103) terdiri dari 24 (dua puluh

empat) kolom, dan diisi dengan ketentuan ;

Kolom 1 diisi dengan nomor titik tempat berdiri alat dan

diletakkan di antara baris jurusan belakang dan baris jurusan

muka.

Page 25: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kolom 2 diisi dengan nomor titik target / detail.

Titik target adalah titik yang merupakan rangkaian jaringan

pengukuran poligon / triangulasi / trilaterasi / triangulaterasi

dan terdiri dari titik target jurusan belakang dan titik target

jurusan muka, dimana titik target jurusan belakang diletakkan

di atas titik target jurusan muka.

Titik detail adalah titik unsur geografis / buatan manusia

yang diukur untuk keperluan pengukuran situasi (lihat Bab 3.1)

dan diletakkan di bawah baris titik target jurusan muka.

Kolom 3 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar

dalam derajat () dari titik target / detail dan dituliskan

sejajar baris titik target / detail (kolom 2).

Kolom 4 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar

dalam menit (‘) dari titik target / detail dan dituliskan sejajar

baris titik target / detail (kolom 2).

Kolom 5 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar

dalam detik () dari titik target / detail dan dituliskan

sejajar baris titik target / detail (kolom 2).

Kolom 6 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran mendatar

dalam derajat () dari titik target / detail dan dituliskan

sejajar baris titik target / detail (kolom 2).

Kolom 7 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran mendatar

dalam menit (‘) dari titik target / detail dan dituliskan sejajar

baris titik target / detail (kolom 2).

Kolom 8 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar

dalam detik () dari titik target / detail dan dituliskan

sejajar baris titik target / detail (kolom 2).

Kolom 9 diisi dengan rata-rata sudut mendatar dalam derajat

().

Kolom 10 diisi dengan rata-rata sudut mendatar dalam menit

(‘).

Page 26: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kolom 11 diisi dengan rata-rata sudut mendatar dalam detik

().

Kolom 12 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran vertikal

(sudut zenith / sudut miring) dalam derajat () dari titik

target / detail dan dituliskan sejajar baris titik target /

detail (kolom 2).

Kolom 13 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran vertikal

(sudut zenith / sudut miring) dalam menit (‘) dari titik target

/ detail dan dituliskan sejajar pada titik target / detail

(kolom 2).

Kolom 14 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran vertikal

(sudut zenith / sudut miring) dalam detik () dari titik target

/ detail dan dituliskan sejajar baris titik target / detail

(kolom 2).

Kolom 15 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran vertikal

(sudut zenith / sudut miring) dalam derajat () dari titik

target / detail dan dituliskan sejajar baris titik target /

detail (kolom 2).

Kolom 16 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran vertikal

(sudut zenith / sudut miring) dalam menit (‘) dari titik target

/ detail dan dituliskan sejajar baris titik target / detail

(kolom 2).

Kolom 17 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran vertikal

(sudut zenith / sudut miring) dalam detik () dari titik target

/ detail dan dituliskan sejajar baris titik target / detail

(kolom 2).

Kolom 18 diisi dengan rata-rata sudut miring dalam derajat

() dari titik target / detail dan dituliskan sejajar baris titik

target / detail (kolom 2).

Kolom 19 diisi dengan rata-rata sudut miring dalam menit (‘)

dari titik target / detail dan dituliskan sejajar baris titik

target / detail (kolom 2).

Page 27: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kolom 20 diisi dengan rata-rata sudut miring dalam detik ()

dari titik target / detail dan dituliskan sejajar baris titik

target / detail (kolom 2).

Kolom 21 diisi dengan bacaan benang bawah (BB) rambu ukur

bila dilakukan pembacaan jarak secara optis dan dinyatakan

dalam satuan mm atau diisi dengan bacaan pertama bila

dilakukan pengukuran jarak dengan EDM dan dinyatakan

dalam satuan m atau diisi dengan ukuran pertama bila

dilakukan pengukuran jarak dengan pita ukur.

Kolom 22 diisi dengan bacaan benang tengah (BT) rambu ukur

bila dilakukan pembacaan jarak secara optis dan dinyatakan

dalam satuan mm atau diisi dengan bacaan kedua bila

dilakukan pengukuran jarak dengan EDM dan dinyatakan

dalam satuan m atau diisi dengan ukuran bila dilakukan

pengukuran jarak dengan pita ukur.

Kolom 23 diisi dengan bacaan benang atas (BA) rambu ukur

bila dilakukan pembacaan jarak secara optis dan dinyatakan

dalam satuan mm atau diisi dengan bacaan ketiga bila

dilakukan pengukuran jarak dengan EDM dan dinyatakan

dalam satuan m.

Kolom 24 diisi dengan jarak datar ukuran.

Selain kolom yang harus diisi seperti di uraikan di atas,

petugas ukur mencantumkan lokasi pengukuran, alat ukur dan

sketsa lokasi pengukuran di setiap halaman.

Kolom 1 s/d. 8, 12 s/d. 17 diisi pada saat pengukuran sedang

berlangsung di lapangan dengan tinta berwarna hitam dan

apabila terjadi kesalahan penulisan harus dicoret dan tidak

perlu dihapus.

Kolom 3 s/d.11, 18 s/d. 20 dan 24 diisi pada tahapan pra

pengolahan data dengan pensil.

Bila sistem pembacaan theodolit yang dipakai adalah sistem

grid (400 grade = 360 ), seluruh data bacaan sudut dalam

derajat () diganti dengan grade (g), menit (‘) diganti dengan

Page 28: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

centigrade (c) dan detik (“) diganti dengan centi centigrade

(cc).

Hasil pengukuran sudut jurusan suatu sisi dengan pengamatan

matahari dicantumkan pada DI 105 (lampiran 38) .

2.2.2.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran sudut harus

berupa theodolit yang memiliki ketelitian bacaan minimal 1”

(untuk titik dasar teknik orde 4) dan ketelitian bacaan

minimal 20” (untuk titik dasar teknik perapatan).

Pengukuran azimut magnetis dilakukan dengan theodolit yang

dilengkapi bacaan azimut magnetis.

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan EDM (untuk

titik dasar teknik orde 4, titik dasar teknik perapatan) atau

menggunakan pita ukur (untuk titik dasar teknik perapatan).

Pengukuran jarak secara optis hanya diperkenankan untuk

memeriksa kebenaran ukuran jarak dari EDM/pita ukur.

Pengamatan matahari dilakukan dengan memakai bantuan

prisma roeloef. Pengamatan waktu pengukuran pada saat pengamatan

matahari dilaksanakan dengan jam dijital yang dapat

menentukan waktu setempat. Theodolit yang dipakai harus memenuhi persyaratan ; sumbu

tegak harus tegak lurus sumbu mendatar, garis bidik harus

tegak lurus sumbu mendatar, garis jurusan nivo skala tegak

harus sejajar garis indek skala tegak dan garis jurusan nivo

skala mendatar harus tegak lurus sumbu mendatar.

2.2.2.3 Pengolahan Data

a. Pengolahan data sudut

Page 29: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Data sudut yang dipakai pada pengolahan data adalah rata-

rata hasil pengukuran pada posisi biasa dan luar biasa.

Bila pembacaan sudut vertikal pada theodolit yang dipakai

adalah sudut zenith, kata-kata Sudut Miring pada judul

kolom dicoret dan berlaku pula sebaliknya untuk sudut

miring.

Hitungan sudut ukuran mendatar dilakukan pada DI 103,

dengan ketentuan ;

Kolom 3,4,5 diisi dengan hasil hitungan sudut ukuran

mendatar pada posisi biasa dalam satuan derajat, menit

dan detik, dengan ketentuan :

1 = M1 – B1, dimana ;

1 = sudut ukuran mendatar posisi biasa

M1 = bacaan sudut mendatar pada jurusan muka posisi

biasa

B1 = bacaan sudut mendatar pada jurusan belakang posisi

biasa

Kolom 6,7,8 diisi dengan hasil hitungan sudut ukuran

mendatar pada posisi luar biasa dalam satuan derajat,

menit dan detik, dengan ketentuan :

2 = M2 – B2, dimana ;

2 = sudut ukuran mendatar posisi biasa

M2 = bacaan sudut mendatar pada jurusan muka posisi

biasa

B2 = bacaan sudut mendatar pada jurusan belakang

posisi biasa

Kolom 9,10,11 diisi dengan hasil hitungan rata-rata sudut

ukuran mendatar dalam satuan derajat, menit dan detik,

dengan ketentuan :

= ( 1 + 2 ) / 2, dimana ;

= sudut ukuran

Page 30: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kolom 18,19,20 diisi dengan hasil hitungan sudut ukuran

vertikal dalam satuan derajat, menit dan detik dengan

ketentuan :

z = (z1 + z2) / 2, dimana ;

z = sudut vertikal

z1= sudut vertikal dalam posisi biasa

z2= sudut vertikal dalam posisi luar biasa

Bila pembacaan sudut vertikal pada theodolit yang

dipakai adalah sudut zenith, rata-rata sudut miring

(kolom 18,19 dan 20) dihitung dari ; m = 90 – z, dimana :

m = sudut miring dan z = sudut zenith.

b. Pengolahan data jarak

Hitungan jarak datar ukuran dilakukan pada DI 103.

Untuk perhitungan dalam sistem koordinat lokal, jarak yang

dipakai pada perhitungan jaringan titik dasar teknik adalah

jarak datar ukuran.

Untuk perhitungan dalam sistem koordinat nasional, jarak

yang dipakai pada perhitungan jaringan titik dasar teknik

adalah jarak pada bidang proyeksi.

Jarak pada ellipsoid referensi dihitung dengan

ketentuan ;

S = (F) Su, dimana

S = jarak pada bidang ellipsoid

(F) = Sea Level Factor (diambil dari Tabel 2-1)

Su = jarak datar ukuran.

Contoh :

Tinggi rata-rata 2 titik di atas permukaan air laut dimana

pada titik tersebut dilakukan pengukuran jarak adalah

700 m dan jarak ukuran datar adalah 150 m.

S = 150 x 0,99992 = 149,988 m.

Page 31: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Page 32: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Jarak pada bidang proyeksi dihitung dengan ketentuan ;

D = K S, dimana ;

D = jarak pada bidang proyeksi

K = faktor skala titik (untuk jarak maksimal 150 m)

atau faktor skala garis (untuk jarak maksimal 2

km)

Untuk jarak maksimal 150 m

K = 0,9999 + 1,237 (Xr.10-7)2, dimana ;

K = faktor skala titik

Xr = absis pendekatan (dalam sistem koordinat nasional)

rata-rata dari 2 titik ukuran

Contoh :

No.Titik Azimut Pendekatan Jarak X Y

0902115 45 0’ 0” 150 55.723,283 325.478,256

1 225 25’ 30” 135 55.829,349 325.584,322

2 55.733,184 325.489,573

Xr 0902115 – 1 = (X 0902115 + X 1) / 2 = 55.776,316

Xr 1 – 2 = (X 1 + X2) / 2 = 55.781,266

K0902115 – 1 = 0,9999

K1 – 2 = 0,9999

0902115

1 2

Gambar 2 –11 Penentuan Koordinat Rata- rata

Page 33: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Untuk jarak maksimal 2 km

K = 0,9999 + 0,4124 ((X1.10-7)2+(X2.10-7)2 + (X1 10-7)

(X2 10-7))

c. Pengolahan data sudut jurusan

Penentuan arah Utara geografi dapat dihitung dari 2 (dua)

titik dasar teknik yang telah diketahui koordinatnya.

Bila dilakukan pengamatan matahari, Utara geografi

didapat dengan melakukan perhitungan azimut suatu sisi

berdasarkan tabel almanak matahari yang dikeluarkan oleh

Institut Teknologi Bandung atau Direktorat Topografi

TNI-AD.

Bila dilakukan pengukuran azimut magnetis, Utara geografi

diambil pendekatan sama dengan azimut magnetis.

d. Pengolahan data jaringan titik dasar teknik

Pengolahan data jaringan dilakukan secara manual atau

dijital.

Bila pengolahan data jaringan dilakukan dalam sistem

koordinat nasional dan cakupan lokasi pengukuran mencakup

2 (dua) zone TM-3, pengolahan data dilakukan untuk

setiap zone TM-3.

Pengolahan data poligon dilakukan dengan cara memberikan

koreksi sudut / jarak dari jaringan titik dasar teknik.

Pengolahan data triangulasi dilakukan dengan cara

memberikan koreksi sudut dari setiap segitiga.

Pengolahan data trilaterasi dilakukan dengan cara

memberikan koreksi jarak dalam setiap segitiga yang

didapat dari syarat geometris segitiga.

Bila pengukuran dilakukan dengan metode triangulasi,

trilaterasi atau triangulaterasi, setiap segitiga yang

dibentuk harus memenuhi kriteria ketelitian di atas.

Page 34: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pengolahan data poligon dilakukan dengan cara perataan

Bowditch atau perataan kuadrat terkecil dengan memakai

DI. 104 (lampiran 37).

Data hitungan koordinat (poligon) (DI 104) terdiri dari 17

(tujuh belas) kolom, dan diisi dengan ketentuan ;

Kolom 1 diisi dengan nomor titik yang dipakai sebagai

jaringan pengukuran.

Kolom 2 diisi dengan dengan rata-rata sudut mendatar

dalam derajat (), dan disalin dari kolom 9 DI 103 dan

dituliskan pada baris dimana dilakukannya pengukuran

sudut.

Kolom 3 diisi dengan dengan rata-rata sudut mendatar

dalam menit (‘), dan disalin dari kolom 10 DI 103 dan

dituliskan pada baris dimana dilakukannya pengukuran

sudut.

Kolom 4 diisi dengan dengan rata-rata sudut mendatar

dalam detik (), dan disalin dari kolom 11 DI 103 dan

dituliskan pada baris dimana dilakukannya pengukuran

sudut.

Kolom 5 diisi dengan nilai koreksi sudut mendatar dalam

satuan detik (“).

Kolom 6 diisi dengan nilai sudut jurusan dalam satuan

derajat ().

Kolom 7 diisi dengan nilai sudut jurusan dalam satuan

menit (‘).

Kolom 8 diisi dengan nilai sudut jurusan dalam satuan

detik (“).

Kolom 9 diisi dengan nilai jarak dalam satuan meter (m).

Page 35: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kolom 10 diisi dengan nilai perkalian jarak dengan sinus sudut jurusan.

Kolom 11 diisi dengan nilai koreksi absis dalam satuan

meter.

Kolom 12 diisi dengan nilai perkalian jarak dengan cosinus sudut jurusan.

Kolom 13 diisi dengan nilai koreksi ordinat dalam satuan

meter (m).

Kolom 14 diisi dengan nilai absis (X) dalam satuan meter

(m).

Kolom 15 diisi dengan nilai ordinat (Y) dalam satuan

meter (m).

Kolom 16 diisi dengan diisi dengan nomor titik yang

dipakai sebagai jaringan pengukuran.

Kolom 17 diisi dengan keterangan yang berhubungan

dengan titik.

Pengolahan data dilakukan sebagai berikut ;

Poligon terikat

Tetapkan sudut jurusan awal pendekatan 0901123 ke

3 diambil dari harga pendekatan, misalnya ;

o 0901123 – 5 = 134

Hitung sudut jurusan pendekatan untuk sisi lainnya

dengan mengambil sudut jurusan awal yang telah

diketahui, dengan ketentuan ;

jk = ij+ j- 180, dimana ;

jk = sudut jurusan jk j = sudut mendatar j

Page 36: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Hitung koordinat pendekatan titik lainnya dengan

mengambil koordinat awal 0901123 yang telah

diketahui, dengan ketentuan ;

Xoj = X

oi + D ij sin ij

Yoj = Y

oi + D ij cos ij, dimana ;

Xoj = absis pendekatan pada titik j

Yoj = ordinat pendekatan pada titik j

D ij = jarak datar pada bidang proyeksi

ij= sudut jurusan ij Xo

i = absis pendekatan pada titik i Yo

i = ordinat pendekatan pada titik i

Didapat sudut jurusan dan koordinat pendekatan titik

kontrol, yaitu ;

X0901124 = 40.256,499 dan Y0901124 = 300.024,275

6-0901124= 29 0’ 0”

Contoh hitungan koordinat pendekatan untuk poligon

terikat dapat dilihat pada Tabel 2-2.

Hitung besarnya sudut jurusan pendekatan titik

kontrol (0901123 dan 0901124 pendekatan)

berdasarkan nilai koordinat pendekatan, dan didapat ;

o 0901123 – 0901124 = 84 35’ 37”,12

Hitung besarnya sudut jurusan titik kontrol (0901123

dan 0901124) berdasarkan nilai koordinat titik

kontrol, dan didapat ;

0901123 – 0901124 = 85 34’ 45”,41

Hitung besarnya sudut putar (rotasi) antara

koordinat pendekatan dan koordinat yang telah

diketahui, dengan ketentuan ;

= 0901123 – 0901124 - o 0901123 – 0901124

= 0o 59’ 8”,29

Page 37: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Page 38: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Hitung besarnya sudut jurusan awal jaringan, dengan

ketentuan ;

0901123 – 5 = o 0901123 – 5 +

0901123 – 5 = 134 59’ 8”,29

Hitung sudut jurusan dan perbedaan absis / ordinat

antara 2 (dua) titik, dengan ketentuan ;

Dx ij = D ij sin ij

Dy ij = D ij cos ij, dimana :

Dx ij= perbedaan absis

Dy ij= perbedaan ordinat

Hitung jumlah jarak proyeksi dan jumlah perbedaan

absis / ordinat dan didapat ;

D = 399.9

Dx ij = 256,878

Dy ij = 19,859

Hitung beda absis dan ordinat titik kontrol, dan

didapat ;

X 0901123 – 0901124 = 256,954

Y 0901123 – 0901124 = 19,865

Hitung besarnya jumlah koreksi absis dan ordinat,

dengan ketentuan ;

Kx = Dx ij – X 0901123 – 0901124

Ky = Dy ij – Y 0901123 – 0901124

Hitung besarnya koreksi absis dan ordinat setap sisi,

dengan ketentuan ;

Kx ij = (D ij Kx ) / D

Ky ij = (D ij Ky ) / D

Page 39: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Hitung absis dan ordinat, dengan ketentuan ;

Xj = Xi + Dx ij + Kx ij

Yj = Yi + Dy ij + Ky ij

Contoh hitungan koordinat untuk poligon terikat dapat

dilihat pada Tabel 2-3.

Poligon terikat sempurna

Hitung sudut jurusan awal 0901125 ke 0901123 dan

sudut jurusan akhir 0901124 ke 0901126 dan

didapat ;

0901125 – 0901123 = 225 0’ 0”

0901124 – 0901126 = 135 0’ 0”

Hitung jumlah jarak proyeksi dan sudut mendatar dan

didapat ; D = 399.9 dan = 810 0’ 1”

Hitung besarnya jumlah koreksi sudut, dengan

ketentuan ;

K() = 0901124–0901126 - 0901125–0901123- + n . 180,

Dimana n = jumlah titik sudut, dan didapat ;K() = 1”

Hitung sudut jurusan untuk sisi lainnya dengan

mengambil sudut jurusan awal yang telah diketahui,

dengan ketentuan ;

jk = ij+ j- K() /n - 180

Hitung perbedaan absis / ordinat setiap sisi.

Hitung beda absis dan ordinat titik kontrol, dan

didapat ;

X 0901123 – 0901124 = 256,954

Y 0901123 – 0901124 = 19,865

Page 40: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Page 41: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Hitung jumlah perbedaan absis / ordinat, dan

didapat ;

Dx ij = 256,883

Dy ij = 19,794

Hitung besarnya koreksi absis dan ordinat setap sisi.

Hitung absis dan ordinat.

Contoh hitungan koordinat untuk poligon terikat

sempurna dapat dilihat pada Tabel 2-4.

Poligon tertutup

Hitung besarnya koreksi sudut dari syarat geometris

poligon tertutup.

Hitung besarnya sudut yang telah dikoreksi.

Pada hitungan poligon tertutup, putaran (loop) poligon

dibagi atas beberapa seksi ukuran dan masing-masing

seksi dimulai dan diakhiri pada titik kontrol (poligon

terikat). Pada jaringan poligon tertutup seperti

Gambar 2-5, hitungan dibagi 2 (dua) seksi yaitu dari

0901123 – 0901124 dan 0901124 – 0901123.

Tetapkan sudut jurusan awal pendekatan 0901123 ke

3 diambil dari harga pendekatan.

Hitung sudut jurusan pendekatan untuk sisi lainnya

dengan mengambil sudut jurusan awal yang telah

diketahui dan sudut ukuran yang telah dikoreksi pada

seksi 1 (0901123 – 0901124). Tata cara perhitungan

dilakukan sama seperti dengan perhitungan poligon

terikat. Hitung besarnya sudut jurusan titik kontrol

(0901123 dan 0901124) berdasarkan nilai koordinat

titik kontrol.

Hitung besarnya sudut putar (rotasi) antara koordinat

pendekatan dan koordinat yang telah diketahui.

Page 42: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Page 43: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Hitung besarnya sudut jurusan awal seksi 1;

Hitung besarnya kordinat seksi 1 setelah dirotasi.

Dengan memakai sudut jurusan awal 6-0901123, hitung

koordinat seksi 2 (0901124 – 0901123). Hitungan

koordinat untuk seksi 2 dilakukan sama dengan

perhitungan koordinat poligon terikat tetapi sudut

jurusan awal yang dipakai adalah sudut jurusan awal

yang tetap (bukan pendekatan). Poligon tertutup

dengan 2 (dua) loop.

Hitung besarnya koreksi sudut dari syarat geometris

poligon tertutup untuk setiap loop (1 loop besar dan 2

loop kecil).

Hitung besarnya koordinat untuk setiap titik yang

berada di loop besar dan dilakukan sama dengan

poligon tertutup.

Hitung besarnya koordinat titik lainnya dengan

memakai titik ikat yang berada di loop besar.

Triangulasi

Hitung besarnya koreksi horizon di titik A, dengan

ketentuan ;

A = 360o

Hitung besarnya koreksi sudut untuk setiap segitiga.

Hitung besarnya jarak datar untuk setiap segitiga,

dengan ketentuan ;

a2 = b2 + c2 - 2bc cos

b2 = a2 + c2 - 2ac cos

c2 = a2 + b2 - 2ab cos , dimana :

Page 44: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

a = panjang sisi AB

b = panjang sisi AC

c = panjang sisi BC

= sudut BAC

= sudut ABC

= sudut BCA

Hitung koordinat titik 5 dengan mengikatkan dari titik

0901123 dan 0901125.

Dengan mengambil titik 5 dan 0901125 sebagai titik

ikat, hitung koordinat titik A.

Hitung koordinat titik lainnya dengan mengambil titik

yang telah diketahui koordinatnya sebagai titik ikat.

Trilaterasi

Dengan data jarak datar ukuran, hitung besarnya

sudut di setiap segitiga.

Hitung besarnya koreksi horizon di titik A.

Hitung koordinat titik triangulasi dengan cara ikatan

per segitiga (sama dengan yang dilakukan pada

triangulasi).

Triangulaterasi

Hitungan koordinat dilakukan secara perataan kuadrat

terkecil (least square adjustment).

2.2.3 Pengukuran Fotogrametrik

Pengukuran fotogrametrik adalah penentuan posisi titik-titik di

permukaan bumi dengan cara tidak langsung melalui media foto

udara. Foto udara yang dipakai diperoleh melalui pemotretan udara

dan diikatkan kepada titik kontrol di lapangan.

Page 45: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Selain untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran, metoda

pengukuran fotogrametrik menghasilkan titik dasar teknik orde 3, 4

dan titik dasar teknik perapatan.

Titik kontrol tanah sepanjang perimeter diukur dengan

pengamatan satelit (lihat Bab 2.2.1.1) dan dipasang dengan

interval tertentu pada batas areal pemetaan yang sejajar arah

jalur terbang dan pada batas areal pemetaan yang tegak lurus

arah jalur terbang. Titik-titik ini kan menghasilkan koordinat

yang mempunyai ketelitian sama dengan titik dasar teknik orde 3.

Konstruksi titik dasar teknik ini juga dinyatakan di lapangan

sesuai dengan lampiran 1.

Titik dasar teknik perapatan yang merupakan hasil pengukuran

fotogrametri adalah hasil proses orientasi absolut (setelah

pelaksanaan Triangulasi Udara) yang tidak dinyatakan keberadaan

fisiknya di lapangan. Pada pengukuran fotogrametri, seluruh

detail geografi yang terdapat pada peta dasar pendaftaran dapat

dinyatakan sebagai titik dasar teknik perapatan.

Titik-titik alam (natural point), titik buatan manusia (premark)

yang dinyatakan keberadaan fisiknya sesuai lampiran 1

dikelompokkan sebagai titik dasar teknik orde 4.

Dengan demikian, titik dasar teknik orde 3 hasil pengukuran

fotogrametrik dapat merupakan ikatan untuk titik dasar teknik

orde 4 yang lain dan seluruh detail yang ada pada peta dasar

pendaftaran, misalnya ; persimpangan jalan, jembatan, tikungan

sungai yang dapat diidentifikasi di lapangan dapat dijadikan

ikatan bagi pengukuran bidang tanah yang berfungsi sebagai titik

dasar teknik perapatan.

2.2.3.1 Spesifikasi Teknik

Hasil pemotretan udara adalah foto udara vertikal.

Pengukuran titik kontrol tanah dilakukan berdasarkan

spesifikasi teknik yang sama dengan hasil pengukuran titik

dasar teknik orde 3.

Page 46: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pengukuran sipat datar (levelling) memenuhi ketelitian :

Sp = 15 mm D dimana ;

Sp = kesalahan penutup

D = jarak dalam km.

Triangulasi udara (kegiatan yang dilakukan untuk menentukan

koordinat titik-titik kontrol minor) dan Perataan Blok yang

merupakan proses kegiatan sebelum diadakannya orientasi absolut harus dilaksanakan di atas diapositif.

Titik kontrol minor yang dipilih pada proses triangulasi udara

harus berupa 3 (tiga) titik sekutu pada setiap area supralap,

yaitu dua titik sayap dan satu titik nadir dan letak titik sayap

harus di dalam area sidelap dan harus digunakan sebagai titik

ikat antar strip yang bersebelahan.

Akurasi relatif blok (kesalahan root mean square) koordinat

titik kontrol minor dari hasil proses Triangulasi Udara lebih

kecil dari 25 micron kali skala foto untuk koordinat X dan Y

dan tidak lebih besar dari 0,03 % dari tinggi terbang untuk

koordinat Z.

RMS residual koordinat titik-titik tanah tidak lebih besar dari

40 micron skala foto untuk koordinat X dan Y, sedangkan untuk

koordinat Z tidak lebih besar dari 0,03 % dari tinggi terbang.

2.2.3.2 Peralatan

Instrumen yang digunakan untuk Triangulasi Udara adalah ;

plotter analitik atau comparator atau instrumen plotting stereo presisi.

Instrumen pengamatan harus dihubungkan secara langsung ke

alat pencatat/registrasi koordinat.

Instrumen pemetaan adalah adalah stereo plotter presisi atau Analitical Plotter.

Page 47: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

2.2.3.3 Pengolahan Data

Perataan blok pada Triangulasi Udara menggunakan program

PAT-M atau PAT-MR.

2.3 Pemetaan

Setiap titik dasar teknik yang telah diukur dan dihitung harus

dipetakan pada Peta Dasar Teknik (pasal. 8). Peta dasar teknik dibuat

berdasarkan peta topografi atau peta lain.

2.3.1 Fungsi Peta Dasar Teknik

Peta dasar teknik dipakai sebagai gambaran penyebaran jaringan

titik dasar teknik dalam satu cakupan wilayah, penetapan titik

dasar teknik yang akan dipakai sebagai titik pengikatan,

perencanaan perapatan titik dasar teknik dan dipakai sebagai

media pembagian lembar peta dasar pendaftaran / peta

pendaftaran.

Dalam hal pendaftaran tanah sporadik, segera setelah petugas

pengukuran menerima perintah pengukuran (pasal 79 butir d),

petugas pengukuran diharuskan memeriksa keberadaan sarana

peta dan titik dasar teknik di sekitar bidang tanah tersebut

dengan cara melihat letak lokasi bidang tanah yang akan diukur

pada peta dasar teknik, peta dasar pendaftaran, peta

pendaftaran dengan titik dasar teknik yang tersedia di lapangan.

Untuk selanjutnya dilakukan evaluasi ;

Apakah pemohon pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua)

titik dasar teknik.

Titik dasar teknik yang akan digunakan sebagai titik kontrol

dan titik ikat.

Penggunaan sistem koordinat nasional atau sistem koordinat

lokal.

Dalam hal pendaftaran tanah sistematik, segera setelah lokasi

pendaftaran tanah sistematik ditetapkan, satgas pengukuran dan

pemetaan merencanakan penempatan titik dasar teknik orde 4

yang akan diikatkan kepada 2 (dua) buah titik dasar teknik

nasional yang berada di sekitar lokasi pendaftaran tanah

Page 48: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

sistematik. Perencanaan penempatan titik dasar teknik dilakukan

dengan mendistribusikan titik dasar teknik orde 4 secara merata

di lokasi pendaftaran tanah sistematik dengan melihat jumlah

bidang tanah yang akan didaftar.

2.3.2 Pembuatan Peta Dasar Teknik

Titik dasar teknik dipetakan pada peta topografi atau peta lain.

Peta dasar teknik dibuat secara manual atau dijital.

Titik dasar teknik orde 0,1,2 dan 3 dipetakan pada peta

topografi / peta rupa bumi / peta lain skala 1:25.000 atau lebih

kecil.

Bila dipetakan pada peta topografi / peta rupa bumi, titik

dasar teknik dipetakan berdasarkan koordinat geografis.

Bila dipetakan pada peta lain, titik dasar teknik dipetakan

berdasarkan nilai koordinat nasional.

Titik dasar teknik orde 4 dan titik dasar teknik perapatan

dipetakan pada peta lain dengan skala 1:10.000 atau lebih besar

berdasarkan lokasi relatif titik dasar teknik tersebut terhadap

objek/detail yang ada.

Untuk keperluan dokumentasi dan pemeliharaan, selain harus

memetakan titik dasar teknik pada skala yang disebutkan di

atas, Kantor Pertanahan membuat peta dasar teknik dalam suatu

cakupan wilayah administrasi Kabupaten/Kodya pada skala

1:20.000 dalam sistem koordinat nasional yang memetakan titik

dasar teknik orde 0,1,2,3,4 dan titik dasar teknik perapatan

pada peta lain.

Dalam hal pendaftaran tanah sporadik, apabila cakupan peta

dasar teknik yang ada masih memungkinkan tidak perlu dibuat

dalam lembar yang baru, melainkan hanya memetakan titik

tersebut ke dalam lembar peta dasar teknik yang telah ada Bila

hal ini tidak mungkin dilakukan, lembar peta dasar teknik baru

perlu dipersiapkan.

Page 49: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Dalam hal pendaftaran tanah sistematik, peta dasar teknik

dibuat dalam satu lembar baru yang mencantumkan seluruh titik

dasar teknik yang ada di lokasi pendaftaran tanah sistematik.

2.3.3 Format Lembar Peta Dasar Teknik

Bila titik dasar teknik dipetakan pada peta topografi / peta

rupa bumi, format lembar peta dasar teknik mengikuti format

peta topografi / peta rupa bumi dan tidak perlu membuat

format baru.

Bila titik dasar teknik dipetakan pada peta lain, lembar peta

dasar teknik dibuat dengan format baru.

2.3.3.1 Muka Peta / Bidang Gambar

Ukuran muka peta adalah 80 cm x 80 cm .

Bagian yang melingkupi muka peta dengan titik pusat sama

dengan titik pusat muka peta dan dibatasi garis penuh dengan

ukuran 80 cm x 80 cm.

Titik dasar teknik, nomor titik dasar teknik, detail geografis,

detail buatan manusia dan batas administrasi dipetakan pada

bidang gambar.

Manual ; Detail geografis, buatan manusia dan batas

administrasi disalin (bila skala peta lain sama dengan skala

peta dasar teknik) atau dikutip (bila skala peta lain berbeda

dengan skala peta dasar teknik) dan disalin dari peta lain.

Dijital ; Detail geografis, buatan manusia dan batas

admnistrasi didijitasi dari peta topografi / peta rupa bumi

atau peta lain.

Selain memetakan detail seperti yang disebutkan di atas, pada

bidang gambar ditampilkan batas lembar peta dasar

pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem

koordinat nasional dan bila diperlukan dapat dipetakan unsur-

unsur lain yang dibutuhkan, misalnya ; pada pemetaan

Page 50: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

fotogrametrik dibutuhkan data jalur terbang pemotretan

udara.

Batas lembar peta dasar teknik digambarkan sepanjang muka

peta dengan tebal garis 0,2 mm.

2.3.3.2 Informasi Tentang Peta

Bagian yang berisi judul, arah utara dan skala, petunjuk

pembagian lembar peta dan keterangan, legenda, instansi

pembuat, jumlah lembar, bagian pengesahan dan instansi

pelaksana dibuat dengan ukuran yaitu :

Kotak judul, arah utara dan skala dengan ukuran 15 cm x 14 cm.

Judul yaitu PETA DASAR TEKNIK ditulis dengan tinggi

huruf Cl.290 dan tebal 1.0 mm dan jarak dari garis tepi atas

ke bagian atas huruf adalah 1.5 cm.

Arah utara ; berupa panah dengan panjang kaki 6 cm, bagian

sayap 4.5 cm, dengan huruf U pada bagian atasnya dengan

ukuran tinggi Cl 120 tebal 0.3 mm, jarak huruf dengan ujung

panah 2 mm. Sayap bagian kiri di buat hitam (massif).

Skala numeris; berupa tulisan SKALA 1 : .... menggunakan

ukuran tinggi huruf Cl. 120 dan tebal 0.3 mm. Jarak huruf

bagian atas dengan kaki panah adalah 1.3.

Skala grafis; Skala grafis dibuat berupa tiga garis horizontal

paralel dengan panjang 8 cm, jarak masing-masing garis 1 mm.

Garis tersebut dibagi atas 5 kolom dimana kolom pertama

dengan ukuran lebar 1 cm dibagi atas 10 vertikal garis dengan

jarak 1 mm. Kolom kedua dengan lebar 2 cm bagian bawah

dibuat hitam (massif), kolom ke tiga dengan lebar 2 cm bagian

atas dibuat hitam (massif), kolom ke empat dengan jarak 2

cm bagian bawah di buat hitam (massif) dan kolom ke lima

berjarak 1 cm bagian atas dibuat (massif). Jarak dari skala

numeris ke bagian atas angka skala grafis adalah 1.3 cm. Pada

jarak 2 mm di atas garis skala ditulis besaran yang mewakili

panjang masing-masing kolom dengan tinggi angka Cl 60 dan

tebal 0,2 mm.

Page 51: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kotak petunjuk pembagian lembar peta dan keterangan dengan

ukuran 15 cm x 28 cm.

Kotak Petunjuk Pembagian Lembar Peta

Tulisan PETUNJUK PEMBAGIAN LEMBAR PETA

dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan tebal 05 mm.

Jarak bagian atas huruf dengan garis kotak adalah 1 cm.

Diagram yang menunjukkan tata cara pembagian lembar

lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran skala

1:10.000, 1:2.500 dan 1:1.000 dalam sistem koordinat

nasional , terdiri dari ;

Skala 1:10.000

Terdiri dari 1 (satu) buah bujursangkar dengan ukuran

2 cm x 2 cm dan tebal garis 0,2 mm dan

mencantumkan nomor baris dan kolom cara pembagian

lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran

skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional. Nomor

baris dan kolom dicantumkan di sebelah kanan dan

bawah bujursangkar tersebut dan dinyatakan dengan

angka yang diambil dari salah satu nomor baris dan

kolom yang terdapat di luar bidang gambar. Di bawah

nomor kolom pembagian lembar peta dasar

pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam

sistem koordinat nasional, dicantumkan tata cara

pembacaan nomor lembar peta dasar pendaftaran /

peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem

koordinat nasional, sesuai dengan lampiran 7.

Skala 1:2.500

Terdiri dari 16 (enam belas) buah bujursangkar

dengan ukuran masing-masing 2 cm x 2 cm dan tebal

garis 0,2 mm. Di dalam setiap bujursangkar tersebut

dicantumkan nomor lembar peta dasar pendaftaran /

peta pendaftaran skala 1:2.500 dalam sistem

koordinat nasional. Nomor lembar tersebut sesuai

dengan lampiran 7.

Page 52: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Salah satu nomor bujursangkar diarsir dan di bawah

bujursangkar besar dicantumkan tata cara pembacaan

lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran

skala 1:2.500 dalam sistem koordinat nasional dan

harus menerangkan nomor lembar yang diarsir.

Skala 1:1.000

Terdiri dari 9 (sembilan) buah bujursangkar dengan

ukuran masing-masing 1,5 cm x 1,5 cm dan tebal garis

0,2 mm. Di dalam setiap bujursangkar tersebut

dicantumkan nomor lembar peta dasar pendaftaran /

peta pendaftaran skala 1:1.000 dalam sistem

koordinat nasional. Nomor lembar tersebut sesuai

dengan lampiran 7.

Salah satu nomor bujursangkar diarsir dan di bawah

bujursangkar besar dicantumkan tata cara pembacaan

lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran

skala 1:1.000 dalam sistem koordinat nasional dan

harus menerangkan nomor lembar yang diarsir.

Keterangan; Keterangan dimaksudkan untuk menuliskan

informasi yang dianggap penting pada saat peta dasar

teknik dibuat.

Judul KETERANGAN dibuat dengan ukuran tinggi

huruf Cl. 100 dan tebal 0.2 mm dan jarak bagian atas

huruf dengan kotak diagram adalah 1 cm atau 1.5 cm.

Isi keterangan dibuat dengan jarak 8 mm dari judul

“keterangan” dan sebaiknya dibuat/ditulis dengan jarak

1 spasi dengan menggunakan tinggi huruf cl 80 dan

tebal 0.2 mm. Contoh :

Keterangan :

Detail geografis didijitasi dari peta topografi skala

1:25.000

Kotak legenda dengan ukuran 15 cm x 20 cm.

Page 53: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA dengan

ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.5 mm.

Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengan garis

kotak legenda adalah 7 mm.

Ukuran simbol batas administrasi, batas bidang tanah,

bangunan, sungai, saluran, saluran air/parit, titik dan benda

tetap, rel kereta api/ lori dibuat dengan ketebalan 0.2 mm.

Jalan, jalan tanah, jembatan dibuat dengan ketebalan 0.3

mm.

Judul kelompok legenda seperti, BATAS ADMINISTRASI,

BATAS FISIK DAN BANGUNAN, JALAN, REL DAN

JEMBATAN, PERAIRAN, TITIK DAN BENDA TETAP

LAINNYA, ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl 80 dan

tebal 0.3 mm, sedangkan keterangan /teks nya ditulis

dengan tinggi huruf cl 80 dan tebal 0.2 mm.

Simbol kartografi mengikuti lampiran 4 dan lampiran 8,

walaupun skala peta dasar teknik berbeda dengan skala

peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran.

Kotak instansi pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm.

Pada kotak ini dicantumkan Logo BPN dan ditulis BADAN

PERTANAHAN NASIONAL dengan ukuran tinggi huruf Cl.

175 dan tebal 0.6 mm.

Bagian instansi pembuat ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl

100 dan tebal 0.3 mm yang dapat berupa nama proyek dan

tahun anggaran, nama seksi di lingkungan Badan Pertanahan

Nasional (bila pembuatan peta dasar teknik untuk keperluan

dokumentasi / pemeliharaan) atau Deputi / Kanwil / Kantor

Pertanahan. Contoh :

BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROYEK PEMETAAN FOTOGRAMETRI

TAHUN ANGGARAN 1997/1998

Page 54: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kotak jumlah lembar adalah 15 cm x 5 cm.

Pada kotak ini dicantumkan masing-masing jumlah lembar

skala 1:10.000, 1:2.500 dan 1:2.500 sesuai dengan cakupan

wilayah yang terdapat pada lembar peta dasar teknik

tersebut, dan tanggal pembuatan serta pemeriksa pada

pembuatan lembar peta dasar teknik ini.

Kotak bagian pengesahan dengan ukuran 15 cm x 8 cm.

1 cm dibawah garis ditulis “Tempat, tanggal, bulan serta

tahun pembuatan” dengan ukuran tinggi huruf cl 100 dan

tebal 0.3 mm.

Baris berikutnya ditulis ;

Untuk Penggunaannya,

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya..……….

Nama

NIP.

Dengan ukuran tinggi huruf cl. 100 dan tebal 0.3 mm.

Kotak instansi pelaksana dengan ukuran 15 cm x 2 cm.

Kotak untuk menuliskan nama pelaksana di luar struktur

BPN tanpa mencantumkan logo dan ditulis sebagai berikut :

PELAKSANA dengan ukuran tinggi

huruf cl. 120 dan tebal

0.3 mm

Nama Pelaksana dengan ukuran tinggi

huruf cl. 140 dan tebal

0.5 mm

Page 55: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh :

PELAKSANA

PT ABADI MUJUR

Jarak antara bidang gambar dengan kotak keterangan

adalah 2 cm, jarak antara bidang gambar / kotak keterangan

terhadap garis tepi (batas tepi) peta adalah 3 cm.

2.3.3.3 Di Dalam Batas Lembar Peta

Pada pojok kiri atas ditulis Propinsi : ......, bagian tengah

ditulis Kabupaten : .......... atau Kotamadya : .............

sedang pada bagian kanan atas ditulis Nomor Zone : ..........

dengan tinggi dan tebal huruf Cl. 240 / 1.0 mm dan jarak garis

bidang gambar/ garis keterangan ke huruf tersebut diatas

adalah 0.5 cm.

Disebelah kanan dan bawah bidang gambar ditulis harga

koordinat batas lembar peta dasar pendaftaran / peta

pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional

yang berupa nilai ordinat (Y) dan absis (X).

Penulisan nilai absis dan ordinat (X dan Y) adalah sejajar

dengan sumbu X dengan jarak 2 mm terhadap garis bidang

gambar. Tinggi dan tebal angka yang digunakan adalah Cl. 80 /

0,2 mm.

Pada bagian kanan dan bawah antara penulisan angka ordinat

dan angka absis dibuat nomor kolom dan baris letak lembar

peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000

dalam sistem koordinat nasional. Letak nomor kolom di tengah-

tengah antara dua nilai absis (X) batas lembar peta dasar

pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem

koordinat nasional dan letak nomor baris di tengah-tengah

antara dua nilai ordinat (Y) batas lembar peta dasar

pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem

koordinat nasional. Ukuran tinggi nomor kolom dan baris

tersebut adalah cl 175 dan tebal 0.6 mm.

Contoh format lembar Peta Dasar Teknik terdapar pada

Gambar 2- 11.

Page 56: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Page 57: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

2.4 Buku Tugu

Untuk keperluan dokumentasi dibuatkan buku tugu untuk setiap titik

dasar teknik orde 2,3 dan 4 (pasal 10).

2.4.1 Pembuatan Buku Tugu

Buku tugu terdiri dari deskripsi, sketsa lokasi, daftar koordinat

dan foto titik dasar teknik yang dibuat pada DI 100, 100A,

100B, 100C untuk titik dasar teknik orde 2, DI 101, 101A, 101B,

101C untuk titik dasar teknik orde 3 dan DI 102, 102A untuk

titik dasar teknik orde 4.

Buku Tugu dibuat dalam rangkap 3 (tiga) untuk titik dasar

teknik orde 2,3 dimana dan disimpan masing-masing 1 (satu)

rangkap oleh Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah dan

Kantor Pertanahan dan dibuat dalam rangkap 1 (satu) untuk titik

dasar teknik orde 4 serta disimpan oleh Kantor Pertanahan.

Untuk memudahkan pendokumentasian dan pencarian buku tugu,

buku tugu dikumpulkan setiap 50 (lima puluh) titik dasar teknik

dan dijilid dengan sistem lepas untuk setiap daerah administrasi

tingkat II dimana cover (halaman depan) lebih tebal dari

lembaran buku tugu dan pada halaman depan kumpulan buku tugu

ini dicantumkan rekapitulasi titik dasar teknik pada kumpulan

buku tersebut dalam bentuk tabel, yang memuat antara lain ;

nomor titik dasar teknik, Timur (X), Utara (Y), Lintang (L),

Bujur (B) dan zone TM-3.

Bila dikemudian hari, daerah administrasi (Propinsi atau

Kabupaten / Kodya) titik dasar teknik berubah (mengalami

pemekaran), buku tugu yang tersimpan di Kantor Wilayah dan

atau Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya daerah

administrasi lama diserahkan kepada Kantor Wilayah dan atau

Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya daerah administrasi

baru dengan suatu Berita Acara Serah Terima.

Dengan diserahkannya buku tugu tersebut, pemeliharaan dan

perawatan titik dasar teknik (pasal 11 ) menjadi tanggung

jawab Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya daerah

administrasi yang baru.

Page 58: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Segera setelah menerima penyerahan buku tugu, Kantor

Pertanahan dan atau Kantor Wilayah penerima diharuskan

memperbaharui data yang terdapat pada buku tugu, yaitu :

Propinsi, Kabupaten / Kodya, Kecamatan, Desa dan nomor

titik. Data tersebut cukup dicoret dengan tinta hitam dan

dituliskan data baru sesuai dengan kondisi setelah terjadi

perubahan daerah administrasi dan nomor titik dasar teknik

disesuaikan dengan kode administrasi dan nomor urut baru.

2.4.2 Format Buku Tugu

2.4.2.1 DI 100 dan DI 101

DI 100 (lampiran 26) dan DI 101 (lampiran 30) terdiri dari 11

(sebelas) uraian titik dasar teknik yang bersangkutan. DI 100 dan

DI 101 diisi dengan :

01. DESA/KEL

Kata DESA dicoret jika titik tersebut berada di wilayah

Kelurahan, dan kata KELURAHAN dicoret jika titik tersebut

berada di wilayah Desa. Penulisan nama Desa / Kelurahan dalam

huruf besar.

Contoh :

01. DESA/KEL : CEMPAKA BARU atau

01. DESA/KEL : TELAGA ASIH

02. KECAMATAN

Ditulis dengan nama Kecamatan dimana titik dasar teknik

tersebut berada dengan huruf besar.

Contoh :

02. KECAMATAN : KEMAYORAN

03. KAB/KOD

Kata KAB dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kodya, dan

kata KOD dicoret jika titik tersebut berada di wilayah

Kabupaten. Penulisan nama Kabupaten / Kodya dalam huruf besar.

Contoh :

03. KAB/KOD : JAKARTA PUSAT atau

03. KAB/KOD : BEKASI

Page 59: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

04. PROPINSI

Ditulis dengan nama Propinsi dimana titik dasar teknik tersebut

berada dengan huruf besar.

Contoh :

04. PROPINSI : DKI JAKARTA

05. URAIAN LOKASI TITIK

Uraian mengenai keberadaan titik tersebut terhadap lokasi

sekitarnya sehingga akan memudahkan menemukan titik etrsebut.

Uraian ini merupakan penjelasan dari sketsa umum lokasi (butir

05) pada DI 100 A atau DI 101 A.

Contoh :

05. URAIAN LOKASI TITIK

1117151 ditanam dekat perempatan di Kampung Puntuk kurang

lebih 1,5 km dari Pasar Gemantar

06. KENAMPAKAN YANG MENONJOL

Menguraikan tentang objek yang ada di sekitar lokasi yang dapat

dijadikan penunjuk untuk mencapai lokasi titik dan merupakan

penjelasan sketsa detail lokasi titik (butir 06) pada DI 100 A

atau DI 101 A .

Contoh :

06. KENAMPAKAN YANG MENONJOL

- Perempatan

- Kuburan

07. JALAN MASUK KE LOKASI

Uraian ini juga merupakan penjelasan dari sketsa lokasi.

Contoh :

07. JALAN MASUK KE LOKASI

Dari Karanganyar menuju Jumantono kemudian ke arah Desa

Genegan dan setelah melewati Pasar Gemantar ke arah kurang

lebih 1,5 km ada perempatan di Kp. Puntuk.

08. TRANSPORTASI DAN AKOMODASI

Ditulis dengan uraian yang menerangkan transportasi apa yang

dapat dicapai untuk mencapai lokasi titik dasar teknik tersebut.

Contoh :

08. TRANSPORTASI DAN AKOMODASI

Kenderaan roda empat

Page 60: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

09. DIBUAT OLEH

Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar

teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-

kata DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik

dasar teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup

dicantumkan kata-kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila

titik dasar teknik tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan,

cukup dicantumkan kata-kata KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN ......... atau KANTOR PERTANAHAN

KOTAMADYA .......... Bila titik dasar teknik tersebut dipasang

oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk badan hukum dan nama

badan hukumnya.

Contoh :

09. DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR

10. TGL. PEMASANGAN

Ditulis dengan tanggal pemasangan titik dasar teknik, dan

dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari tanggal, bulan dan

tahun. Contoh :

10. TGL. PEMASANGAN : 2-2-1997

11. DIPERIKSA OLEH

Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan

tentang keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan

merupakan pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Contoh :

11. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman

12. TGL PEMERIKSAAN

Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang

dilakukan oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka,

yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

12. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997

2.4.2.2 DI 100A dan DI 101A

DI 100 A (lampiran 27) dan DI 101 A (lampiran 31) terdiri dari 9

(sembilan) uraian titik dasar teknik yang bersangkutan. DI 100A

dan DI 101 A diisi dengan :

Page 61: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

01. PETA ASAL

Ditulis dengan peta yang dipakai sebagai dasar pembuatan peta

dasar teknik.

Contoh :

01. PETA ASAL : TOPOGRAFI

02. SKALA

Ditulis dengan skala peta yang disebut pada butir 01.

Contoh :

02. SKALA : 1:50.000

03. NO.LEMBAR

Ditulis dengan nomor lembar peta yang disebut pada butir 01.

Contoh :

03. NO.LEMBAR : 49/XL II.B

04. TAHUN

Ditulis dengan tahun pembuatan peta yang disebut pada butir 01.

Contoh :

04. TAHUN : 1972

05. SKETSA UMUM LOKASI TITIK

Gambaran dari uraian lokasi (butir 05), kenampakan yang

menonjol (butir 06) dan jalan masuk ke lokasi (butir 07) pada DI

100 atau DI 101.

Contoh :

ke Surakarta ke Wonogiri Jumantoro

1117151

Desa Genegan

Pasar

Gemantar

1,5 km

ke Karangsari

Page 62: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

06. SKETSA DETAIL LOKASI TITIK

Ditulis dengan peta detail (tidak dalam skala) lokasi titik dasar

teknik, arah Utara dan hubungannya dengan letak relatif titik

tersebut dengan objek-objek yang ada sekitarnya serta sesuai

dengan uraian kenampakan yang menonjol (butir 06) pada DI 100

atau DI 101.

Contoh :

07. DIBUAT OLEH

Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar

teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-

kata DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik

dasar teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup

dicantumkan kata-kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila

titik dasar teknik tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan,

cukup dicantumkan kata-kata KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN .......... atau KANTOR PERTANAHAN

KOTAMADYA .......... Bila titik dasar teknik tersebut dipasang

oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk badan hukum dan nama

badan hukumnya.

Contoh :

DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR

111751

ke Toro

Ke

Karangsari

Ke

Balesari

Ke

Jumantoro

U

Page 63: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

08. DIPERIKSA OLEH

Ditulis nama pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional

yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang keberadaan titik

dasar teknik tersebut di lapangan.

Contoh :

08. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman

09. TGL PEMERIKSAAN

Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang

dilakukan oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka,

yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

09. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997

2.4.2.3 DI 100B dan DI 101B

DI 100 B (lampiran 28) dan DI 101 B (lampiran 32) terdiri dari 22

(dua puluh dua) uraian titik dasar teknik yang bersangkutan. DI

100 B dan DI 101 B diisi dengan :

01. ALAT YANG DIGUNAKAN

Ditulis dengan merk, type dan jenis alat yang dipakai pada saat

pengukuran titik dasar teknik.

Contoh :

01. ALAT YANG DIGUNAKAN : GPS - TRIMBLE

02. NOMOR SERI ALAT

Ditulis dengan nomor seri alat dipakai pada saat pengukuran titik

dasar teknik.

Contoh :

02. NOMOR SERI ALAT : 423119

03. METODE PENGAMATAN

Ditulis dengan metode yang dipakai pada saat pengukuran titik

dasar teknik.

Contoh :

03. METODE PENGAMATAN : DOUBLE DIFFERENCE

Page 64: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

04. TGL PERHITUNGAN

Ditulis dengan tanggal selesainya dilakukan perhitungan koordinat

titik dasar teknik, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari

tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

04. TGL PERHITUNGAN : 24-2-1997

05. TIMUR (X)

Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat nasional. Bila nilai absis mencakup nilai desimal,

penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal

dan dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

05. TIMUR (X) : 34.822,290 meter

06. UTARA (Y)

Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat nasional. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal,

penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal

dan dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

06. UTARA (Y) : 650.460,132 meter

07. ZONE

Ditulis dengan nomor zone TM-3 dalam sistem koordinat nasional

sesuai dengan lampiran 5.

Contoh :

07. ZONE : 49.2

08. KONV.GRID

Ditulis dengan besarnya nilai konversi grid di titik dasar teknik

yang bersangkutan dalam sistem koordinat nasional dan

dinyatakan dalam derajat, menit dan detik dan apabila nilai ini

juga mencakup angka desimal, penulisan angka desimal cukup

dilakukan sebanyak 5 (lima) angka desimal.

Contoh :

08. KONV.GRID : 0 12’ 0,51430’’

Page 65: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

09. FAKTOR SKALA

Ditulis dengan besarnya nilai faktor skala titik pada titik dasar

teknik yang bersangkutan dalam sistem koordinat nasional, dan

dinyatakan dalam 4 (empat) angka desimal. Contoh :

09. FAKTOR SKALA : 0,9999

10. SKALA 1:10.000

Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta

skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan

pasal 16 dan lampiran 6.

Contoh :

10. SKALA 1:10.000 : 49.2-01.062

11. SKALA 1:2.500

Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta

skala 1:2.500 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal

16 dan lampiran 6.

Contoh :

11. SKALA 1:2.500 : 49.02-01.062-02

12. SKALA 1:1.000

Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta

skala 1:1.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal

16 dan lampiran 6.

Contoh :

12. SKALA 1:1.000 : 49.2-01.062-02-7

13. LINTANG

Ditulis dengan nilai lintang (L) dari titik dasar teknik nasional

dalam satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf U

bila titik dasar teknik nasional tersebut terletak pada Lintang

Utara, atau ditambahkan huruf S bila titik dasar teknik nasional

tersebut terletak pada Lintang Selatan. Bila nilai lintang

mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan

5 (lima) angka desimal.

Contoh :

13. LINTANG : 7 40’ 50,33244’’ U

14. BUJUR

Ditulis dengan nilai bujur (B) dari titik dasar teknik nasional

dalam satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf T

Page 66: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

bila titik dasar teknik nasional tersebut terletak pada Bujur

Timur. Bila nilai bujur mencakup nilai desimal, penulisan cukup

dilakukan sampai dengan 5 (lima) angka desimal.

Contoh :

14. BUJUR : 111 0’ 10,27871’’ T

15. TINGGI ELLIPSOID

Ditulis dengan ketinggian titik dasar teknik di atas permukaan

ellipsoid dan dinyatakan dalam satuan metrik dan bila ketinggian

titik dasar teknik diketahui di atas permukaan air laut rata-rata

(MSL), nilai ketinggian ini harus ditambahkan. Bila nilai tinggi

mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan

4 (empat) angka desimal.

Contoh :

15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter atau

15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter

TINGGI MSL : 324,4325 meter

16. TIMUR

Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat UTM. Bila nilai absis mencakup nilai desimal, penulisan

cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan

dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

16. TIMUR : 500.314,943 meter

17. UTARA

Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat UTM. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal,

penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal

dan dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

17. UTARA : 9.151.003,410 meter

18. ZONE

Ditulis dengan nomor zone UTM titik dasar teknik .

Contoh :

18. ZONE : 49

Page 67: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

19. KONV.GRID

Ditulis dengan besarnya nilai konversi grid di titik dasar teknik

yang bersangkutan dalam sistem koordinat UTM dan dinyatakan

dalam derajat, menit dan detik dan apabila nilai nilai ini juga

mencakup angka desimal, penulisan angka desimal cukup dilakukan

sebanyak 5 (lima) angka desimal.

Contoh :

19. KONV.GRID : 0 0‘ 1,374044”

20. DIBUAT OLEH

Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar

teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-

kata DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik

dasar teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup

dicantumkan kata-kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila

titik dasar teknik tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan,

cukup dicantumkan kata-kata KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN .......... atau KANTOR PERTANAHAN

KOTAMADYA .......... Bila titik dasar teknik tersebut

dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk badan hukum dan

nama badan hukumnya.

Contoh :

DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR

21. DIPERIKSA OLEH

Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan

tentang keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan

merupakan pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Contoh :

21. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman

22. TGL PEMERIKSAAN

Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang

dilakukan oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka,

yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

22. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997

2.4.2.4 DI 100 C dan DI 101 C

Page 68: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

DI 100 C (lampiran 29) dan DI 101 C (lampiran 34) terdiri dari 3 (tiga)

uraian dan 4 (empat) foto dalam empat arah mata angin. DI 100 C dan

DI 101 C diisi dengan :

01. DIBUAT OLEH

Dilengkapi dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar

teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-kata

DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik dasar

teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup dicantumkan kata-

kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila titik dasar teknik

tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan, cukup dicantumkan kata-

kata KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN .......... atau

KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA ......... Bila titik dasar

teknik tersebut dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk

badan hukum dan nama badan hukumnya.

Contoh :

01. DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR

02. DIPERIKSA OLEH

Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang

keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan merupakan

pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Contoh :

02. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman

03. TGL PEMERIKSAAN

Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang dilakukan

oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri

dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

03. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997

Dalam DI 100 C dan DI 101 C juga dicantumkan foto titik dasar teknik

yang diambil dari empat arah mata angin, yaitu ; Arah Pandangan ke

Utara (foto diambil dari arah Selatan dengan latar belakang titik dasar

teknik), Arah Pandangan ke Selatan (foto diambil dari arah Utara

dengan latar belakang titik dasar teknik), Arah Pandangan ke Timur

(foto diambil dari arah Barat dengan latar belakang titik dasar teknik),

Arah Pandangan ke Barat (foto diambil dari arah Timur dengan latar

belakang titik dasar teknik).

Page 69: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

2.4.2.5 DI 102

DI 102 (lampiran 34) terdiri dari 10 (sepuluh) uraian. DI 102 diisi

dengan :

01. DESA/KEL

Kata DESA dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kelurahan,

dan kata KELURAHAN dicoret jika titik tersebut berada di wilayah

Desa. Penulisan nama Desa / Kelurahan dalam huruf besar.

Contoh :

01. DESA/KEL : CEMPAKA BARU atau

01. DESA/KEL : TELAGA ASIH

02. KECAMATAN

Ditulis dengan nama Kecamatan dimana titik dasar teknik tersebut

berada dengan huruf besar.

Contoh :

02. KECAMATAN : KEMAYORAN

03. KAB/KOD

Kata KAB dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kodya, dan

kata KOD dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kabupaten.

Penulisan nama Kabupaten / Kodya dalam huruf besar.

Contoh :

03. KAB/KOD : JAKARTA PUSAT atau

03. KAB/KOD : BEKASI

04. PROPINSI

Ditulis dengan nama Propinsi dimana titik dasar teknik tersebut

berada dengan huruf besar.

Contoh :

04. PROPINSI : DKI JAKARTA

05. SKETSA DETAIL LOKASI TITIK

Ditulis dengan peta detail (tidak dalam skala) lokasi titik dasar

teknik, arah Utara dan hubungannya dengan letak relatif titik

tersebut dengan objek-objek yang ada sekitarnya serta sesuai

dengan uraian kenampakan yang menonjol (butir 06) pada DI 100

atau DI 101.

Page 70: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

06. FOTO TITIK DASAR TEKNIK

Dilengkapi dengan foto keberadaan titik dasar teknik yang diambil

dari salah satu arah mata angin dengan latar belakang yang sedapat

mungkin dapat menggambarkan lokasi titik tersebut di lapangan.

07. DIBUAT OLEH

Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar

teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-kata

DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik dasar

teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup dicantumkan kata-

kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila titik dasar teknik

tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan, cukup dicantumkan kata-

kata KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN .........atau

KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA .......... Bila titik dasar

teknik tersebut dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk

badan hukum dan nama badan hukumnya.

Contoh :

07. DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR

08. TGL. PEMASANGAN

Dilengkapi dengan tanggal pemasangan titik dasar teknik, dan

dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

08. TGL. PEMASANGAN : 2-2-1997

09. DIPERIKSA OLEH

Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang

keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan merupakan

pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Contoh :

09. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman

10. TGL PEMERIKSAAN

Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang dilakukan

oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri

dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

10. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997

2.4.1.6 DI 102 A

Page 71: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

DI 102 A (lampiran 35) terdiri dari 20 (dua puluh) uraian. DI 102 A

diisi dengan :

01. ALAT YANG DIGUNAKAN

Ditulis dengan merk, type dan jenis alat yang dipakai pada saat

pengukuran titik dasar teknik.

Contoh :

01. ALAT YANG DIGUNAKAN : WILD – T2

02. NOMOR SERI ALAT

Ditulis dengan nomor seri alat dipakai pada saat pengukuran titik

dasar teknik.

Contoh :

01. NOMOR SERI ALAT : 4119

03. METODE PENGAMATAN

Ditulis dengan metode yang dipakai pada saat pengukuran titik

dasar teknik.

Contoh :

03. METODE PENGAMATAN : POLIGON

04. TGL PERHITUNGAN

Ditulis dengan tanggal selesainya dilakukan perhitungan koordinat

titik dasar teknik, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari

tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

04. TGL PERHITUNGAN : 24-2-1997

05. TIMUR (X)

Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat nasional. Bila nilai absis mencakup nilai desimal, penulisan

cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan

dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

05. TIMUR (X) : 34.822,290 meter

06. UTARA (Y)

Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

Page 72: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

koordinat nasional. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal,

penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan

dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

06. UTARA (Y) : 650.460,132 meter

07. ZONE

Ditulis dengan nomor zone TM-3 dalam sistem koordinat nasional

sesuai dengan Lampiran 5.

Contoh :

07. ZONE : 49.2

08. KONV.GRID

Ditulis dengan besarnya nilai konversi grid di titik dasar teknik yang

bersangkutan dalam sistem koordinat nasional dan dinyatakan dalam

derajat, menit dan detik dan apabila nilai nilai ini juga mencakup

angka desimal, penulisan angka desimal cukup dilakukan sebanyak 5

(lima) angka desimal dan bila nilai konversi grid tidak diketahui

cukup dicantumkan -----.

Contoh :

08. KONV.GRID : 0 12’ 0,51340’’ atau

08. KONV.GRID : ----

09. FAKTOR SKALA

Ditulis dengan besarnya nilai faktor skala titik pada titik dasar

teknik yang bersangkutan dalam sistem koordinat nasional, dan

dinyatakan dalam 4 (empat) angka desimal.

Contoh :

09. FAKTOR SKALA : 0.9999

10. SKALA 1:10.000

Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta

skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal

16 dan lampiran 6.

Contoh :

10. SKALA 1:10.000 : 49.2-01.062

11. SKALA 1:2.500

Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta

skala 1:2.500 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal

16 dan lampiran 6 .

Page 73: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh :

11. SKALA 1:2.500 : 49.02-01.062-02

12. SKALA 1:1.000

Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta

skala 1:1.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal 16

dan lampiran 6.

Contoh :

12. SKALA 1:1.000 : 49.2-01.062-02-7

13. LINTANG

Ditulis dengan nilai lintang (L) dari titik dasar teknik nasional dalam

satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf U bila titik

dasar teknik nasional tersebut terletak pada Lintang Utara, atau

ditambahkan huruf S bila titik dasar teknik nasional tersebut

terletak pada Lintang Selatan. Bila nilai lintang mencakup nilai

desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan 5 (lima) angka

desimal.

Contoh :

13. LINTANG : 7 40’ 50,44654’’ U

14. BUJUR

Ditulis dengan nilai bujur (B) dari titik dasar teknik nasional dalam

satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf T bila titik

dasar teknik nasional tersebut terletak pada Bujur Timur. Bila nilai

bujur mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai

dengan 5 (lima) angka desimal.

Contoh :

14. BUJUR : 111 0’ 10,24547’’ T

15. TINGGI ELLIPSOID

Ditulis dengan ketinggian titik dasar teknik di atas permukaan

ellipsoid dan dinyatakan dalam satuan metrik. dan bila ketinggian

titik dasar teknik diketahui di atas permukaan air laut rata-rata

(MSL), nilai ketinggian ini harus ditambahkan. Bila nilai tinggi

mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan 4

(empat) angka desimal.

Contoh :

15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter atau

15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter

TINGGI MSL : 324,4325 meter

Page 74: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Uraian 5 s/d. 15 dilengkapi dengan ------ bila koordinat titik

dasar teknik tersebut dinyatakan dalam sistem koordinat lokal.

16. TIMUR (X)

Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat lokal. Bila nilai absis mencakup nilai desimal, penulisan

cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan

dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

16. TIMUR : 500.314,943 meter

17. UTARA (Y)

Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang

bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem

koordinat lokal. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal, penulisan

cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan

dicantumkan satuan metris yang dipakai.

Contoh :

17. UTARA : 9.151.003,410 meter

Uraian 16 s/d. 17 dilengkapi dengan “------“ bila koordinat titik

dasar teknik dinyatakan dalam sistem koordinat nasional.

18. DIBUAT OLEH

Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar

teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-kata

DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik dasar

teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup dicantumkan kata-

kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila titik dasar teknik

tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan, cukup dicantumkan kata-

kata KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN .........atau

KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA .......... Bila titik dasar

teknik tersebut dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk

badan hukum dan nama badan hukumnya.

Contoh :

DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR

19. DIPERIKSA OLEH

Page 75: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang

keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan merupakan

pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Contoh :

21. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman

20. TGL PEMERIKSAAN

Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang dilakukan

oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri

dari tanggal, bulan dan tahun.

Contoh :

22. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997

Pada kolom nomor titik yang terletak pada kanan atas DI 100, DI

101, DI 100 A, DI 101 A, DI 100 B, DI 101 B, D.I 100 C, DI 101 C, DI

102, D.I 102 A dicantumkan nomor titik, yang dituliskan secara utuh dan

bersifat unik/tunggal.

Page 76: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Page 77: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 3

PETA DASAR PENDAFTARAN

Untuk melengkapi peta dasar teknik dengan unsur-unsur geografi

dilakukan pengukuran situasi detail. Dengan adanya situasi detail pada

peta dasar pendaftaran, akan membantu identifikasi lapangan dalam

menentukan pemilikan bidang-bidang tanah.

3.1 Pengukuran Situasi

Maksud pengukuran situasi detail adalah memudahkan identifikasi

untuk pengikatan bidang-bidang tanah dalam rangka pelaksanaan

pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanahnya..

3.2 Detail Situasi

Detail-detail situasi terdiri unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan

manusia. Tidak semua detail dilakukan pengukuran tetapi hanya

dilakukan identifikasi lapangan dan memetakan pada peta, misalnya

areal hutan, ilalang dan sebagainya.

3.2.1 Batas administrasi.

Batas administrasi yaitu batas wilayah berdasarkan wilayah

penguasaan administrasi pemerintahan. Berdasarkan hirarkis

pemeritahan yang tertinggi dapat dibagi menjadi :

a. Batas Negara

b. Batas Dati I atau Batas Propinsi

c. Batas Dati II atau Batas Kotamadya atau Batas Kabupaten

d. Batas Kecamatan

e. Batas Desa atau Batas Kelurahan

Pengukuran batas administrasi harus berdasarkan peta batas

wilayah yang sudah disepakati (batas definitif) dan disetujui

antara kedua pemerintah yang berbatasan. Apabila peta batas

wilayah tidak/ belum ada, maka penentuan batas administrasi

dapat dilakukan langsung di lapangan dengan menghadirkan aparat

pemerintah yang mengetahui dari kedua pemerintah yang

berbatasan.

Page 78: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.2.2 Unsur perairan

Unsur perairan adalah detail alam atau buatan manusia yang

mengandung unsur-unsur perairan beserta bangunan-bangunan

pendukung yang ada di atasnya.

Adapun unsur perairan terdiri dari :

a. Sungai

b. Saluran atau selokan

c. Lautan

d. Danau atau rawa

e. Empang

Sedangkan bangunan-bangunan pendukung yaitu :

a. Bangunan pembagi air

b. Jembatan

c. Bendungan

d. Bendungan dengan pintu air

3.2.3 Titik-titik Tetap

Titik-titik Tetap berupa tugu-tugu yang dipasang baik yang BPN/

Agraria maupun milik instansi lain, apabila dianggap perlu, adalah

detail-detail yang harus diukur sebagai kelengkapan pengukuran

situasi.

Tugu-tugu tersebut terdiri dari :

a. Tugu Kerangka Dasar

b. Tugu Titik Tinggi Geodesi (TTG)

c. Tugu Km

d. Tugu dari PBB, Dep. PU, Dep. Perhubungan dan lain-lain.

3.2.4 Jalan

Jalan sebagai sarana penghubung antar wilayah merupakan detail

situasi yang sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan

pengukuran dan pemetaan.

Jalan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kondisi-nya, yaitu

jalan yang diperkeras dan jalan tanah.

Jalan diperkeras yaitu jalan yang dibangun dengan pondasi batu

dan dilapisi dengan aspal

Page 79: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Jalan tanah yaitu jalan yag kondisinya berupa tanah belum

dibangun pondasi, berpondasi batu atau berpondasi pasir dan

dipasang conblock. Di lapangan kondisinya dapat berupa jalan

tanah biasa, jalan setapak, lorong atau gang.

3.2.5 Rel

Rel merupakan sarana transportasi untuk kereta api antar wilayah

atau untuk lori di wilayah perkebunan, misalnya di perkebunan

tebu.

3.2.6 Bangunan-bangunan Penting

Bangunan-bangunan penting adalah bangunan milik atau yang

digunakan untuk kegiatan pemerintahan, baik sipil maupun militer,

dan untuk keperluan kegiatan masyarakat umum. Untuk

memudahkan mengenali bangunan tersebut harus diberi nama

bangunan tersebut. Jika tidak ada nama formal-nya maka

digunakan nama yang digunakan oleh penduduk setempat.

Contoh bangunan-bangunan penting yaitu :

Kantor Gubernur, Bupati/ Walikota, Kecamatan, Desa/

Kelurahan

Kantor-kantor instansi pemerintah

Kantor Polsek, Koramil dll.

Tempat-tempat ibadah

Pasar, terminal, stasiun, bandara, lapangan olahraga, dll.

Sekolah

Jalur listrik tegangan tinggi, telepon, pipa hidran, minyak, gas

3.2.7 Pemukiman

Pengukuran situasi untuk daerah perkebunan besar adakalanya

dijumpai daerah-daerah yang harus dienclave. Untuk daerah

enclave yang merupakan pemukiman harus diukur sepanjang batas

enclave tersebut.

Page 80: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.2.8 Perkebunan, Tegalan dan Sawah

Perkebunan dalam rangka pengukuran situasi hanya dilakukan

identifikasi saja, Sedangkan daerah persawahan dan tegalan

apabila dilakukan pengukuran bidang, harus diukur sudut-sudut

pematang yang merupakan batas milik.

3.3 Metoda Pengukuran

Pengukuran situasi dapat dilaksanakan dengan dua metoda yaitu

terrestrial dan fotogrametriks.

3.3.1 Metoda Terrestrial

Peta dasar pendaftaran yang dilaksanakan secara pengukuran

terrestrial merupakan proses pemetaan dari pengukuran situasi.

Pada metoda ini, pengukuran situasi hanya digunakan untuk

kelengkapan detail pada pengukuran titik dasar teknik orde 4.

Dengan demikian pengukuran situasi-nya dilakukan secara

bersamaan.

Hal-hal yanga perlu diperhatikan dalam pengukuran situasi adalah :

Pengambilan data sudut dan jarak cukup dilakukan satu kali.

Pengukuran jarak dapat dilakukan secara optis.

Dalam hal detail situasi berupa tugu dari instansi lain yang

memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai titik dasar

teknik, pengambilan data ukuran lapangan sama dengan pada

pengukuran titik dasar teknik.

Poligon cabang untuk pengambilan detail diperbolehkan.

3.3.1.1 Perencanaan

Peta dasar teknik yang menggambarkan distribusi titik-titik

dasar teknik orde 2 atau orde 3 digunakan sebagai peta

perencanaan jalur-jalur pengukuran situasi detail. Semua jalur

poligon utama harus terikat pada titik-titik dasar teknik

tersebut. Buku tugu dan peta topografi digunakan untuk

membantu perencanaan jalur pengukuran.

Page 81: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.3.1.2 Metoda Pengukuran

Ada beberapa metoda pengukuran yang digunakan untuk

pengukuran situasi, yaitu :

1. Metoda Offset

2. Metoda Polar

3. Kombinasi dari kedua metoda

Secara rinci penjelasan masing-masing metoda dijelaskan pada

Bab 4 tentang Pengukuran Bidang dan Pembuatan Gambar Ukur.

3.3.1.3 Peralatan

Karena sifat pengukuran situasi hanya untuk kelengkapan

lapangan, maka pengukurannya cukup menggunakan alat ukur

dengan ketelitian bacaan sudut minimal 20” , misalnya T0, atau

sama dengan pengukuran pada titik dasar teknik perapatan.

Dalam praktek di lapangan, mengingat pengukuran titik dasar

teknik orde 4 dan pengukuran situasi dilakukan secara

bersama, maka untuk kepentingan praktis peralatan yang

digunakan biasanya sama, yaitu alat ukur dengan ketelitian

bacaan sudut minimal 5”, misalnya T1,

Untuk detail bangunan atau detail lain yang dapat digunakan

sebagai ikatan, pengambilan data ukuran jarak menggunakan

pita ukur atau EDM. Selain detail tersebut dapat menggunakan

jarak optis.

3.3.1.4 Pengukuran dan Pengolahan Data

Data ukuran pengukuran situasi dibuat bersamaan dengan

pengukuran titik dasar teknik dan untuk membedakan diberi

tanda-tanda tersendiri pada sketsa lapangan.

Semua data ukuran dicatat dalam DI 103. Cara pengisian

formulir dan sketsa jalur pengukuran dan situasi detail

digambar pada bagian bawah DI 103. Lihat bab 2. Apabila

menggunakan alat ukur dijital, penyimpanan data lapangan

disimpan dalam disket dan diberi label. Print out data ukuran

dibuat seperti pada format DI 103.

Page 82: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Secara skematis metoda terrestrial dapat digambarkan dalam

diagram berikut.

Diagram 3-1 Tahap Kegiatan Proses Pengukuran dan Pemetaan Metoda Terrestrial

PETA DASAR

PENDAFTARAN

PETA

PENDAFTARAN

PETA-PETA

PENGUKURAN SITUASI

dan

PENGUKURAN BIDANG

TANAH

PENGOLAHAN DATA

dan

PEMETAAN

PERENCANAAN :

Jalur Poligon

Peralatan & Tenaga

PETA TOPOGRAFI/ LAIN

PETA DASAR

TEKNIK

BUKU TUGU

Page 83: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.3.2 Metoda Fotogrametrik

Pemetaan fotogrametrik adalah pemetaan dengan menggunakan

media foto udara. Adapun peta yang dihasilkan dapat berupa peta

foto atau peta garis. Pada peta garis semua detail dapat

dipetakan sesuai dengan tujuan pemetaan tersebut. Dengan

demikian pada metoda ini dapat dilaksanakan pembuatan untuk

peta titik dasar teknik, peta dasar pendaftaran dan peta

pendaftaran secara bersamaan.

3.3.2.1 Perencanaan

Perencanaan jalur terbang dan pemasangan titik kontrol tanah

dengan memperhatikan skala foto udara, besar sidelap dan overlap.

Terdapat dua kegiatan perencanaan yaitu :

1. Perencanaan jalur terbang untuk pemotretan udara yaitu

membuat desain jalur terbang pada peta topografi skala

1:50.000. Arah jalur terbang tergantung untuk daerah

datar yaitu utara-selatan atau timur-barat, sedangkan

untuk daerah bergunung disesuaikan dengan arah

topografinya.

2. Perencanaan untuk pemasangan tugu dan premark yaitu

merencanakan posisi tugu dan premark sepanjang perimeter

daerah pemotretan. Jarak pemasangan tugu disesuaikan

dengan skala pemotretan udara sesuai dengan skala foto

udara pada peta topografi di atas. .

Gambar 3-2 Rencana Jalur Terbang, Premark dan Titik Kontrol Tanah

Page 84: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Keterangan :

Tugu perimeter dipasang premark dan dilakukan pengukuran titik kontrol

horisontal (orde 3) dan vertikal

Pengukuran titik kontrol vertikal

Jalur terbang

Areal pemotretan udara.

3.3.2.2 Pengukuran Titik Kontrol Tanah

Pemasangan titik kontrol tanah/premark yaitu memasang dan

mengukur titik-titik kontrol seseuai dengan rencana yang sudah

dibuat. Mengingat persyaratan perimeter adalah mutlak, maka

pemasangan premark tidak boleh bergeser terlalu jauh dari

yang sudah direncanakan dan ketelitannya sama dengan titik

dasar teknik orde 3. Pengukuran meliputi dua kegiatan yaitu

pengukuran titik kontrol horisontal (X,Y) dan pengukuran titik

kontrol vertikal (Z). Cara konvensional pengukuran kontrol

horisontal menggunakan alat ukur biasa dengan persyaratan

harus memenuhi ketelitian hasil sama dengan titik dasar teknik

orde 3. Adanya perkembangan teknologi alat pengukuran,

dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) dapat dilakukan pengukuran dengan bantuan satelit dan

diperoleh hasil ketelitian yang cukup memenuhi persyaratan

sama dengan titik dasar teknik orde 3. Sedangkan pengukuran

titik kontrol vertikal (Z) menggunakan waterpass teliti (lihat

bab 2.2.1.3)

3.3.2.3 Pemotretan Udara

Pemotretan udara dilaksanakan dengan kamera udara yang

diletakkan pada pesawat terbang yang sudah didesain untuk

itu. Jalur pemotretan harus sesuai dengan yang direncanakan.

Penyimpangan dari rencana jalur terbang harus diulang. Pada

cara konvensional peranan navigator sebagai pembaca peta

sangat besar sekali dalam usaha pesawat memasuki memasuki

jalur terbang. Adanya kemajuan teknologi GPS akan membantu

pilot untuk memasuki jalur terbang. Foto udara yang dihasilkan

adalah foto udara vertikal.

Page 85: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.3.2.4 Triangulasi Udara (Aerial Triangulation)

Yaitu proses pengadaan titik kontrol minor yang digunakan

untuk orientasi absolut pada pekerjaan ploting. Titik kontrol ini

akan di transformasikan menjadi titik kontrol tanah.

3.3.2.5 Identifikasi Lapangan

Identifikasi yaitu proses pemberian nama detail situasi penting

yang tampak (toponimi) di foto dengan cara pengecekan di

lapangan.

Apabila identifikasi lapangan juga merupakan identifikasi

batas-batas pemilikan tanah, maka peta yang dihasilkan juga

merupakan peta pendaftaran.

3.3.2.6 Ploting Peta Garis, Rektifikasi

Dari data hitungan proses triangulasi udara dan diapositip

dapat dilakukan pemetaan detail-detail situasi pada foto

dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut

stereoplotter. Hasil ploting ini disebut manuskrip. Pada

pembuatan peta foto kegiatan ini adalah proses rektifikasi/

ortofoto yang menggunakan peralatan khusus juga yaitu

rektifier. Untuk pemetaan secara dijital fotogrametrik hasil

rektifikasi berupa chekplot.

3.3.2.7 Kartografi dan Penggambaran Halus

Yaitu penggambaran halus peta manuskrip pada drafting film

dan memberi nama detail-detail yang di-cek sesuai dengan hasil

identifikasi lapangan.

Secara skematis metoda fotogrametrik dapat digambarkan

dalam diagram 3-3.

Page 86: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.3.3 Metoda Lain

Dengan kemajuan teknologi dalam dunia perpetaan dan teknologi

satelit, dimungkinkan pembuatan peta-peta skala besar dari citra

satelit. Sepanjang ketelitian dan hasil yang diperoleh memenuhi

ketentuan yang disyaratkan, penggunaan citra satelit akan

membantu dalam hal cakupan wilayah lebih luas dan biaya

pemetaan lebih murah.

FOTO UDARA

SIDELAP

OVERLAP

SKALA FOTO

PERENCANAAN :

Jalur Terbang Premark Jalur Titik Kontrol Tanah (Poligon/ GPS dan Waterpas)

PETA TOPOGRASI 1:50000

Alat Tenaga

PENGUKURAN TITIK KONTROL TANAH

PEMOTRETAN UDARA Koordinat

Tanah

TRIANGULASI UDARA

IDENTFIKASI LAPANGAN

TOPONIMI BIDANG MILIK

PLOTING/

REKTIFIKASI

KARTOGRAFI/

PENGGAMBARAN HALUS

P E M E T A A N

PETA DASAR

PENDAFTARAN

PETA

PENDAFTARAN

P E T A - P E T A

Gambar 3-3 Proses Pengukuran dan Pemetaan Metoda Fotogrametrik

Page 87: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4 Pemetaan

Pemetaan detail situasi adalah tahap selanjutnya dari proses

pemetaan titik dasar teknik. Sedangkan peta dasar pendaftaran

merupakan gabungan dari titik dasar teknik dan peta situasi.

Tujuan peta dasar pendaftaran yaitu untuk sebagai media untuk

melaksanakan pemetaan pemilikan bidang tanah dalam rangka

pelaksanaan pendaftaran tanahnya. Walaupun demikian karena

pelaksanaan pengukuran dilaksanakan secara bersamaan, pembuatan

peta dasar teknik, peta situasi dan peta dasar pendaftaran dapat

juga dilakukan secara bersamaan. Dalam hal ini pemberian nama peta

tersebut adalah peta dasar pendaftaran. Apabila pengukuran bidang

(dalam pengukuran terrestrial) atau identifikasi bidang milik (dalam

pengukuran fotogrametrik) juga dilakukan bersama, maka nama peta

tersebut adalah peta pendaftaran. Lihat diagram 3-3.

3.4.1 Skala Peta

Skala peta situasi dan peta dasar pentaftaran dibuat sama, yaitu

daerah pemukiman dengan skala 1:1000 atau 1:500

daerah bukan pemukiman (misalnya pertanian) dengan skala

1:2.500

daerah perkebunan untuk permohonan HGU dibuat dengan

skala 1:10.000

3.4.2 Sistem Koordinat

Peta dasar pendaftaran mempunyai sistem koordinat nasional

(pasal 13). Untuk peta dasar pendaftaran yang masih dalam sistem

koordinat lokal harus ditransformasikan ke dalam sistem nasional.

Metoda untuk melaksanakan transformasi ini antara lain dengan

cara transformasi koordinat secara numeris atau grafis. Secara

numeris dapat dilakukan dengan software tertentu, misalnya untuk

peta-peta fotogrametrik yang masih menggunakan koordinat lokal.

Secara grafis dilakukan pada peta-peta terrestrial dengan cara

replacing grid atau secara dijital menggunakan software dengan

rumus-rumus transformasi koordinat yang ada.

Skema kegiatan transformasi koordinat dapat dilihat pada diagram

berikut.

Page 88: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Diagram 3-4 Skema Pelaksanaan Transformasi Sistem Koordinat

3.4.3 Pembagian Lembar Peta

Pembagian lembar peta dibedakan menjadi sistem nasional dan

lokal.

3.4.3.1 Sistem Nasional

Karena koordinat setiap nomor lembar peta sudah tertentu,

pembuatan lembar pembagian peta sudah dapat dibuat sebelum

ada pengukuran bidang di wilayah desa tersebut. Penomoran

lembar terdiri dari nomor zone dan nomor lembar peta.

3.4.2.1.1 Nomor Zone

Nomor zone yaitu penomoran peta yang mengacu pada sistem

proyeksi Transfer Mercator (TM) dengan lebar 3 dan

Peta dengan Koordinat Lokal

Pengukuran

dengan GPS

Pemilihan Titik Sekutu di Peta

Identifikasi Titik

Sekutu di

Lapangan

Parameter Transformasi

Proses Hitungan

Transformasi

Pembuatan Grid-grid Sistem Nasional

Data Ukuran

Sistem Lokal

Data Dijital Lokal

Rep

laci

ng G

rade

(lih

at G

amb

ar 7

-13

)

Peta Lama

dg. Koordinat

Nasional

tetapi Format Lama

Peta Baru secara Dijital Peta Baru secara Manual

P E T A S I S T E M N A S I O N A L

Manual Software Hitungan

Program

Hitungan Transformasi

F O R M A T L E M B A R N A S I O N A L

Dijitasi

Titik Sekutu Data Ukuran Data Dijital

Koordinat Sistem Nasional

Page 89: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

disebut sebagai TM-3. Untuk kepentingan adanya hubungan

dengan sistem nasional (sistem UTM), maka central meridian kedua sistem tersebut diimpitkan. Penomorannya juga

berpedoman pada sistem nasional. Wilayah Indonesia dengan

sistem nasional yang terletak pada batas bujur antara 93BT

dan 141BT mempunyai 9 zone (lihat lampiran 5), yaitu zone

46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53 dan 54.

Dengan menggunakan sistem TM-3 nomor zone mengalami

perubahan, yaitu 1 zone menjadi 2 nomor zone. Dengan

demikian untuk penomoran perlu ditambahkan dengan angka 1

atau angka 2, kecuali karena posisi geografis negara

Indonesia, zone pertama (46) dan terakhir (54) hanya

menggunakan satu zone saja. Dengan sistem TM-3 jumlah

zone menjadi 16 zone, yaitu 46.2, 47.1, 47.2, 48.1, 48.2, 49.1,

49.2, 50.1, 50.2, 51.1, 51.2, 52.1, 52.2, 53.1, 53.2 dan 54.1.

3.4.2.1.2 Nomor Lembar Peta

Pemberian nomor lembar peta berdasarkan pada pembagian

satu zone TM-3 menjadi wilayah-wilayah yang tercakup pada

peta skala 1:10.000 dengan ukuran 60 cm x 60 cm (pasal 15

dan lampiran 6). Dengan demikian satu zone tersebut

mempunyai satu sistem koordinat tersendiri. Untuk

menghindari bilangan negatip pada angka koordinat pada

setiap zone maka ditetapkan bahwa false origin (titik nol

semu) yaitu perpotongan antara garis ekuator dengan

meridian tengah masing-masing zone terletak pada koordinat

timur (x) = 200.000 m dan utara (y) = 1.500.000 m (pasal 3).

Dari titik ini ditarik garis-garis sejajar lintang dan bujur

(dianggap garis lurus) selebar 6.000 meter (sehingga muka

peta peta pada skala 1:10.000 adalah 60 cm ke arah X (barat-

timur) dan Y (selatan-utara). Sehingga akan terbentuk 56

kolom (arah X) dan 314 baris (arah Y).

Penomoran masing-masing kotak di ambil dari nomor kolom

dan nomor baris dan dimulai dari ujung kiri-bawah (barat-

selatan). Untuk nomor kolom menuju arah kanan (timur)

dengan nomor 01 sampai nomor 56. Sedangkan untuk nomor

baris menuju arah atas (utara) dengan nomor 1 sampai

dengan nomor 314 (lihat lampiran 6).

Page 90: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Dengan melihat cakupan wilayah Indonesia seperti pada

lampiran 5 lembar peta antara satu zone dengan zone yang

lain mempunyai jumlah yang tidak sama.

Peta skala 1:10.000

Pemberian nomor lembar peta terdiri dari lima dijit yaitu

dua dijit pertama menunjukkan nomor kolom dan tiga dijit

selanjutnya adalah nomor baris.

Contoh : 48.2 – 55.314

Keterangan : 48.2 adalah nomor zone

55 adalah nomor kolom lembar peta

314 adalah nomor baris lembar peta

Contoh gambar lihat lampiran 7.

Dengan memperhatikan lampiran 6, apabila dihitung dari

false origin, peta dengan nomor lembar 48.2-01.001

mempunyai koordinat awal sebesar X= 32.000 m dan

Y=282.000 m. Lihat gambar 3-5.

Gambar 3-5 Harga Koordinat pada Peta skala 1:10.000 dengan Nomor 48.2-

01.001

Peta skala 1:2.500

Pemberian nomor lembar peta skala 1:2.500 dibuat dengan

cara membagi peta skala 1:10.000 menjadi 16(enam belas)

lembar dengan rincian 4(empat) lembar kearah kolom dan

32

.00

0

38

.00

0

01

282.000

001

288.000

02

002

Page 91: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

4(empat) lembar ke arah baris, dengan format ukuran muka

peta 50 cm x 50cm.

Seperti halnya pada peta skala 1:10.000, penomoran dimulai

dari ujung kiri-bawah (barat-selatan) dengan nomor 01 dan

nomor urut ke kanan (timur) dan berakhir pada nomor 16.

Pemberian nomor lembar peta yaitu dengan menambahkan

2(dua) dijit pada lima dijit nomor lembar peta skala

1:10.000 sehingga menjadi 7 dijit.

Contoh : 48.2 – 55.314-05

Keterangan : 48.2 adalah nomor zone

55 adalah nomor kolom lembar peta skala 1:10.000

314 adalah nomor baris lembar peta skala 1:10.000

05 adalah nomor urut lembar peta skala 1:2.500

Gambar 3-6 Contoh Penomoran Peta skala 1:2.500

01 02 03 04

05 06 07 08

09 10 11 12

13 14 15 16

55

314

Page 92: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peta skala 1:1.000

Seperti halnya peta skala 1:2.500, pada peta skala 1:1.000

dibuat dengan cara membagi peta skala 1:2.500 menjadi 9

(sembilan lembar) peta dengan rincian 3(tiga) lembar

pembagian ke arah kolom dan 3(tiga) lembar ke arah baris.

Dengan demikian satu lembar peta mempunyai format

ukuran muka peta 50 cm x 50 cm.

Seperti halnya pada peta skala 1:2.500, penomoran dimulai

dari ujung kiri-bawah (barat-selatan) dengan nomor 01 dan

nomor urut selanjutnya ke kanan (timur) dan berakhir

pada nomor 09.

Pemberian nomor lembar peta yaitu dengan menambahkan

1(satu) dijit dari 7(tujuh) dijit nomor lembar peta skala

1:2.500 sehingga menjadi 8 dijit.

Contoh : 48.2 – 55.314-05-5

Keterangan : 48.2 adalah nomor zone

55 adalah nomor kolom lembar peta skala 1:10.000

314 adalah nomor baris lembar peta skala 1:10.000

05 adalah nomor urut lembar peta skala 1:2.500

05 adalah nomor urut lembar peta skala 1:1000

Gambar 3-7

Contoh Penomoran Peta skala 1:1.000

1 2 3

4 5 6

7 8 9

01 02

06 08

04

09 12 10

48.2-54.314 48.2-55.314

5

Page 93: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peta Skala 1:500 dan 1:250

Apabila diperlukan peta skala 1:500, maka satu lembar peta

skala 1:1.000 dibagi menjadi 4 (empat) lembar peta dengan

rincian 2(dua) lembar pembagian ke arah kolom dan 2(dua)

lembar pembagian ke arah baris. Satu lembar peta mempunyai

format ukuran muka peta 50 cm x 50 cm.

Seperti halnya pada peta skala 1:1.000, penomoran dimulai

dari ujung kiri-bawah (barat-selatan) dengan nomor 01 dan

nomor urut selanjutnya keluang ke kanan (timur) dan berakhir

pada nomor 04.

Pemberian nomor lembar peta yaitu dengan menambahkan

1(satu) dijit dari 8(delapan) dijit nomor lembar peta skala

1:1.000 sehingga menjadi 9 dijit.

Pada peta skala 1:250 dapat dilakukan hal yang sama seperti

pada peta skala 1:500, sehingga penomoran akan menambah

1(satu) dijit lagi dari pemberian nomor peta skala 1:500

sehingga akan menjadi 10 dijit.

Skala 1:500 Skala 1:250

Nomor peta 48.2-34.314-5-2 Nomor peta 48.2-34.314-5-2-4

Gambar 3-8 Contoh Penomoran Lembar Peta skala 1:500 dan skala 1:250

1 1 2

3 4

2

8

4 6

5 1 2

3 4

4

4

1 2

Page 94: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.3.2 Sistem Lokal

Sistem koordinat lokal yaitu dalam cakupan daerah tertentu

menggunakan sistem koordinat sendiri. Dengan demikian akan

memungkinkan satu peta lokal dengan peta lokal yang lain

mempunyai koordinat dan sistem penomoran yang sama.

Berdasarkan pasal 79 butir e dan sudah diterangkan pada bab

2.1.2 pemasangan dan pengukuran dua titik dasar teknik orde 4

harus dilaksanakan pada setiap permohonan pengukuran,

apabila belum ada peta dasar teknik. Untuk selanjutnya

petugas ukur harus membuat pembagian lembar peta pada

wilayah desa tersebut. Pembagian lembar dibuat dengan

berpedoman pada batas wilayah administrasi desa.

Apabila tidak ada peta batas administrasi dibuat dengan batas

kira-kira. Kelengkapan detail situasi pada peta tersebut akan

sangat membantu dalam pembuatan lembar peta.

Secara prinsip penomoran peta tetap berpedoman pada nomor

zone dan nomor lembar peta.

3.4.3.2.1 Nomor Zone

Nomor zone hanya terdapat pada sistem koordinat nasional.

Sedangkan pada sistem koordinat lokal nomor zone dapat

digunakan kode desa/ kelurahan.

3.4.3.2.2 Nomor Lembar Peta

Pembagian lembar peta dibuat pada skala 1:2.500 saja

(dengan luas 1.500 x 1.500 m). Catatan: pembagian pada skala

1:10.000 tidak dibuat. Penomoran berpedoman pada nomor

kode desa/ kelurahan, nomor kolom dan baris. Pemberian

koordinat lokal dimulai dari nomor lembar di sebelah ujung

selatan-barat. Apabila sudah tersedia peta dengan koordinat

lokal, maka koordinat peta tersebut dipakai sebagai pedoman.

Penomoran lembar pada peta skala 1:1.000, skala 1:500 dan

skala 1:250, tahap kegiatannya sama dengan sistem nasional.

Page 95: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Keterangan :

Gambar 3-9 Contoh Pembagian Lembar Peta skala 1:2.500 dan skala 1:1.000 pada

Koordinat Lokal

Desa Cempaka

Baru

150

0

1500

4 5 6

7 8 9

1 2 3

30

00

45

00

60

00

3000

4500

6000

01

02

03 04

02

01

03

04 Skala 1:1.000

Skala 1:2.500

Desa Sanansari

Kel. Belimbing

0

Batas Desa/ Kel. Jalan

Batas lembar peta

skala 1:2.500 Titik Dasar Teknik Orde 4

Batas lembar peta skala

1:1.000

Contoh : 07-03.03

07 = kode desa

Cempaka Baru

03 = nomor kolom

03 = nomor baris

5

Batas lembar peta skala

1:1.000 dengan nomor 5,

ditulis 07-03.03-5

Page 96: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Secara skematis pembuatan lembar peta dapat dilihat pada

diagram berikut.

Gambar 3-10 Diagram Pembuatan Pembagian Lembar Peta dengan Sistem Koordinat

Lokal

Dalam hal ini penentuan batas desa/ kelurahan belum

definitif sehingga penentuan batas dilakukan dengan

perkiraan saja, akan memungkinkan terjadinya kelebihan

lembar peta dari perencanaan yang sudah dibuat. Untuk itu

lembar tersebut ditiadakan dan tidak perlu dilakukan

perubahan nomor lembar peta.

Hasil pengukuran bidang tanah dipetakan pada lembar yang

sudah ada nomor dengan berpedoman pada detail situasi yang

ada.

Permohonan

Pengukuran

Pemasangan dan Pengukuran TDT Orde 4

Pembagian Lembar

Peta skala 1:2.500

Peta Administrasi

Desa/ Kelurahan

Definitip atau Perkiraan

Peta Pendaftaran

Peta dengan

Koordinat Lokal

CEK

TIDAK ADA

Peta Skala 1:1.000

Peta Skala

1:500

Page 97: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.4 Proses Pemetaan

Apabila ditinjau dari proses pengukuran. data ukuran, pengolahan

data hitungan dan pemetaannya dapat dilakukan dengan cara

manual dan semi dijital dan dijital.

3.4.4.1 Secara Manual

Proses pemetaan secara manual baik metoda terrestrial

ataupun fotogrametrik apabila memenuhi kriteria-kriteia

berikut :

NO

PROSES

KEGIATAN

METODA

TERRESTRIAL FOTOGRAMETRIK

1 Peralatan

Pengukuran

Alat ukur sudut/ jarak,

misalnya T1, T0, Waterpas,

meteran.

Alat ukur sudut/ jarak/ GPS,

misalnya T0, T1, Trimble, Leica,

meteran, EDM

2 Data Ukuran Dicatat di DI 103 Konvensional :

Dicatat di DI 103

GPS Receiver :

Formulir Reconnaisance

Data Pengamatan

Formulir data waterpas

3 Pengolahan Data Manual dengan kalkulator

Dicatat di DI 104

Konvensional :

Manual dengan kalkulator

Dicatat di DI 104

GPS receiver :

Dicatat di DI 101, 101A,

101B, 101C

Formulir hitungan tinggi

Koordinat Hasil Triangulasi

Udara

4 Pemetaan Tracing manual/ kartir

Peta garis

Ploting stereoplotter

Tracing manual

Peta garis/ peta foto

Tabel 3-11 Proses dan Hasil Kegiatan Pemetaan Secara Manual

Page 98: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.4.2 Secara Semi Dijital

Pada pemetaan semi dijital diperoleh data dijital, yaitu data

pengolahannya. Kriterianya seperti tabel berikut :

NO

PROSES

KEGIATAN

METODA

TERRESTRIAL FOTOGRAMETRIK

1 Peralatan

Pengukuran

Alat ukur sudut/ jarak,

misalnya T0, T1, waterpas,

meteran.

Alat ukur sudut/ jarak/ GPS,

misalnya T0, T1, Trimble, Leica,

waterpas, EDM

2 Data Ukuran Dicatat di DI 103 Konvensional :

Dicatat di DI 103

GPS Receiver :

Formulir Reconnaisance

Data Pengamatan

Formulir data waterpas

3 Pengolahan Data Dihitung menggunakan

software perataan

Data dijital dalam data storage.

Print out koordinat hasil

perataan

Konvensional :

Dihitung menggunakan

software perataan (XY dan

Y)

Print out koordinat hasil

perataan

GPS receiver :

Diproses dengan

softwware perataan

Dicatat di DI 101, 101A,

101B, 101C

Print out koordinat hasil

perataan tinggi

Koordinat Hasil Triangulasi

Udara

Data dijital dalam data storage

4 Pemetaan Tracing manual/ kartir

Plot menggunakan plotter

Peta garis

Ploting stereoplotter

Tracing manual/ plot plotter

Peta garis/ peta foto

Tabel 3-12 Proses dan Hasil Kegiatan Pemetaan Secara Semi Dijital

Page 99: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.4.3 Secara Dijital

Sesuai dengan kebutuhan untuk updating data dan reproduksi

peta yang dibutuhkan, pemetaan dijital akan diperoleh data

ukuran dan data hasil pengolahan berupa data dijital, baik data

tekstual maupun data grafis (georaphical data).

Kriteria-kriteria pemetaan secara dijital adalah seperi berikut.

NO

PROSES

KEGIATAN

METODA

TERRESTRIAL FOTOGRAMETRIK

1 Peralatan

Pengukuran

Alat ukur sudut/ jarak

elektronik, misalnya Total

Station, EDM

Alat ukur sudut/ jarak/ GPS,

misalnya Total Station, EDM

2 Data Ukuran Data dijital disimpan

dalam bentuk disket

Print out data ukuran

GPS Receiver : Formulir Reconnaisance

Data Pengamatan

3 Pengolahan Data Dihitung menggunakan

software perataan

Data dijital dalam data storage.

Print out koordinat hasil

perataan

GPS Receiver :

Diproses dengan software

perataan

Dicatat di DI 101, 101A,

101B, 101C

Print out koordinat hasil

perataan tinggi

Koordinat Hasil Triangulasi

Udara

Data dijital dalam data storage

4 Pemetaan Plot menggunakan plotter

Peta garis

Ploting stereoplotter

Plot menggunakan plotter

Peta garis/ peta foto

Tabel 3-13 Proses dan Hasil Kegiatan Pemetaan Secara Dijital

Page 100: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Data Editing, Data Updating dan Reproduksi Peta

Kelebihan pemetaan secara dijital adalah diperolehnya data

dijital sebagai hasil proses pemetaannya selain hardcopy

berupa diapositip, negatip film atau sefia. Data dijital ini

dapat digunakan untuk editing dan updating data (pembaruan data) dan reproduksi peta. Proses pemetaan

dan updating-nya menggunakan CAD software tertentu,

misalnya AutoCad, Microstation, ArcInfo dll.

Diagram 3 – 14 Pembaruan Peta dari Data Dijital

Untuk memudahkan editing dan updating data, masing-

masing data dikelompokkan dalam layer tersendiri. Layer

(lapisan data) disebut juga dengan tema peta, karena berisi

sekelompok geographical feature tertentu, misalnya jalan,

sungai, bangunan dan sebagainya.

Data Ukuran

Dijital

Data Storage

Data Tekstual Graphical Data

Editing/ Updating Data

Reproduksi

Peta

Page 101: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Untuk keseragaman penggunaan layer supaya mengikuti

aturan sebagai berikut :

No Jenis Kelompok (Kode) No layer Warna

1 Batas Administrasi (ADM) 1 Coklat

2 Batas Bidang (PERSIL) 2 Putih

3 Perairan (AIR) 3 Biru

4 Jalan dan Rel (JLN) 4 Merah

5 Titik Tinggi dan Ketinggian (TOP) 5 Oranye

6 Tugu Titik Dasar Teknik (TDT) 6 Merah

7 Bangunan (BANG) 7 Oranye

8 Text (TEXT) 4 Putih

9 Pemukiman (KP) 8 Putih

10 Tanaman/ perkebunan (POHON) 9 Hijau

Tabel 3-15 Tabel Nomor Layer dan Jenis Kelompok

Gambar 3-16 Susunan Layer dalam Kumpulan Data

Backup Data

Data dijital dalam bentuk softcopy baik berupa data

tekstual maupun graphical data harus dibuat backup data-

nya. Bentuk softcopy dapat berupa disket, CD-Rom,

Magnetic Disk atau media penyimpanan lain (external data storage).

ADM

PERSIL

AIR

JLN

Page 102: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Apabila ditinjau dari instansi pembuat, peta dasar pandaftaran

dibedakan menjadi peta dari BPN dan peta dari instansi lain.

Peta dari instansi lain yang masih bersistem lokal harus memenuhi

persyaratan dalam hal besar skala, ketelitian peta dan harus

diadakan pengecekan lapangan sesuai dengan pasal 17. Untuk

selanjutnya peta tersebut harus ditransformasikan dalam sistem

nasional.

3.4.5 Material dan Jumlah Pembuatan

Peta Dasar Pendaftaran dibuat pada bahan yang stabil, kuat dan

tahan misalnya drafting film, sepia. . Untuk penggandaanya dapat

dibuat pada drafting film 0.03 atau sepia atau dapat juga pada

kertas diazo/ blue print/ lightdrug. Jumlah penggandaan dibuat

sesuai kebutuhan.

3.4.6 Ukuran dan Format Lembar Peta

Ukuran lembar peta dasar pendaftaran adalah 93 cm x 76 cm

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, 103 cm x 86 cm

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 2.500 dan 83 cm x 66 cm

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000, yang dibatasi garis

penuh dengan ketebalan 0.3 mm dan di dalamnya terdiri atas :

3.4.6.1 Muka peta

Ukuran muka peta adalah 50 cm x 50 cm untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 1000, 60 cm x 60 cm untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000.

3.4.6.2 Bidang gambar

Bagian yang melingkupi muka peta dengan titik pusat sama

dengan titik pusat muka peta dan dibatasi garis penuh dengan

ukuran 70 cm x 70 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :

1000, 80 cm x 80 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :

2.500 dan 60 cm x 60 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1

: 10.000.

Page 103: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.6.3 Informasi tentang Peta

Kotak keterangan ; bagian yang berisi judul, arah utara dan

skala, lokasi, petunjuk lembar, keterangan, legenda, instansi

pembuat serta bagian pengesahan peta dasar pendaftaran

dengan ukuran 15 cm x 70 cm untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 1000, 15 cm x 80 untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 2.500 dan 15 cm x 60 cm untuk peta skala 1 :

10.000. Kotak keterangan dibagi menjadi 8 (delapan) kotak

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000 serta skala 1 :

2.500 dan dibagi menjadi 7 (tujuh) kotak untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 10.000. Jarak antara bidang gambar

dengan kotak keterangan adalah 2 cm, jarak antara bidang

gambar / kotak keterangan terhadap garis tepi (batas tepi)

peta adalah 3 cm. Secara rinci berurutan dari atas ke

bawah, ukuran dan keterangannya adalah sebagai berikut :

Kotak judul, arah utara dan skala dengan ukuran 15 cm x

14 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000 dan

skala 1 : 2.500, sedangkan ukuran 15 cm x 11 cm untuk

peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000. Sedangkan

keterangan yang tertera dalam kotak ini yaitu :

Judul yaitu PETA DASAR PENDAFTARAN ditulis

dengan tinggi huruf Cl.290 dan tebal 1.0 mm dan

jarak dari garis tepi atas ke bagian atas huruf adalah

1.5 cm.

Arah utara ; berupa panah dengan panjang kaki 6 cm,

bagian sayap 4.5 cm untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500 dan panjang kaki 4.5

cm, bagian sayap 3.5 cm untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 10.000, dengan huruf U pada

bagian atasnya dengan ukuran tinggi Cl 120 tebal 0.3

mm, jarak huruf dengan ujung panah 2 mm. Sayap

bagian kiri di buat hitam (massif).

Lebar anak panah dari kedua ujung bawahnya 1.5 cm

Page 104: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Gambar 3-17

Penggambaran Anak Panah Arah Utara dan Skala serta Ukurannya

Skala numeris; berupa tulisan SKALA 1 : 1.000

atau 1 : 2.500 atau 1 : 10.000 menggunakan

ukuran tinggi huruf Cl. 120 dan tebal 0.3 mm. Jarak

huruf bagian atas dengan kaki panah adalah 1.3 cm

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000/ 1 :

2.500 dan 5 mm untuk peta dasar pendaftaran skala

1 : 10.000.

Skala grafis; Skala grafis dibuat berupa tiga garis

horizontal paralel dengan panjang 8 cm, jarak

masing-masing garis 1 mm.

Garis tersebut dibagi atas 5 kolom dimana kolom

pertama dengan ukuran lebar 1 cm dibagi atas 10

vertikal garis dengan jarak 1 mm. Kolom kedua dengan

lebar 2 cm bagian bawah dibuat hitam (massif), kolom

ke tiga dengan lebar 2 cm bagian atas dibuat hitam

(massif), kolom ke empat dengan jarak 2 cm bagian

U

Skala 1:2.500

2mm

4.5 cm

1.5 cm

2mm

3.5 cm

1 cm

skala 1: 10.000 skala 1:1.000 dan 1:2.500

25 0 50 100 150 175 m

2 mm

Page 105: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

bawah di buat hitam (massif) dan kolom ke lima

berjarak 1 cm bagian atas dibuat (massif).

2 mm diatas garis skala ditulis besaran yang mewakili

panjang masing-masing kolom dengan tinggi angka cl

60 dan tebal 0.2 mm, berurutan sebagai berikut :

10, 0, 20, 40, 60, 70 meter ; untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 1000.

25, 0, 50, 100, 150, 175 meter; untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 2.500

100, 0, 200, 400, 600, 700 meter; untuk peta

dasar pendaftaran skala 1 : 10.000.

Jarak dari skala numeris ke bagian atas angka skala

grafis adalah 1.3 cm untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 1000/ 2.500 dan 1 cm untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 10.000, sedangkan jarak skala

grafis dengan garis batas kotak adalah 1.5 cm untuk

peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000/ 2.500 dan 1

cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000.

Kotak lokasi dengan ukuran 15 cm x 4 cm untuk peta

dasar pendaftaran skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500, skala 1

: 10.000. Keterangan yang ada pada kotak ini yaitu :

Kotak lokasi 15 x 4 cm dibagi atas 4 baris dan dua

kolom dengan lebar 1 cm dan lebar kolom pertama 5.5

cm.

Pada baris pertama dan ke tiga, kolom pertama ditulis

KECAMATAN dan pada kolom kedua ditulis nama

kecamatan nya.

Pada baris ke dua dan ke empat, kolom pertama

ditulis DESA/ KELURAHAN dan pada kolom kedua

ditulis nama desa/ kelurahan nya.

Ukuran garis yang digunakan adalah 0.3 mm dan

ukuran tinggi huruf Cl. 120 dengan tebal 0.3 mm.

Penulisan huruf rata kiri dan center vertikal.

Page 106: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kotak petunjuk lembar peta dan keterangan dengan

ukuran 15 cm x 12 cm untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 1000 skala 1 : 2.500 dan Skala 1 : 10.000.

Adapun keterangan yang ada pada kotak ini adalah :

Tulisan PETUNJUK LEMBAR dengan ukuran tinggi

huruf cl. 140 dan tebal 05 mm. Jarak bagian atas

huruf dengan garis kotak adalah 1 cm.

Diagram yang menunjukkan letak peta terhadap peta

disamping ditunjukan oleh 9 bujur sangkar yang

masing-masing berukuran 2 cm x 2 cm dan tebal garis

0.2 mm.

Bujur sangkar yang terletak di tengah menunjukkan

lembar peta dasar pendaftaran bersangkutan. Bujur

sangkar tersebut dibuat dengan garis lebih tebal

yaitu ukuran 0.5 mm.

Jarak antara kotak diagram dengan tulisan petunjuk

lembar peta adalah 8 mm.

Masing-masing bujur sangkar ditulis nomor lembar sesuai posisinya masing-masing, dimana untuk peta

dasar pendaftaran skala 1 : 1000 dan skala 1 : 2.500

terdiri atas dua baris :

Baris pertama ditulis nomor zone dan lembar

peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000 dengan ukuran tinggi huruf Cl. 80 dan tebal 0.2

mm.

Baris kedua ditulis nomor lembar skala 1 : 2.500 untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 2.500 atau nomor lembar peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000 untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 1000, dengan ukuran tinggi

huruf Cl. 140 dan tebal 0.4 mm.

Untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000

masing-masing bujur sangkar ditulis nomor lembar

Page 107: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

peta skala 1 : 10.000 sesuai posisinya masing-

masing dengan menggunakan tinggi huruf cl 140

dan tebal 0.4 mm.

Keterangan; Keterangan dimaksudkan untuk

menuliskan informasi yang dianggap penting dalam

proses pembuatan peta dasar pendaftaran.

Judul KETERANGAN dibuat dengan ukuran tinggi

huruf Cl. 100 dan tebal 0.2 mm dan jarak bagian

atas huruf dengan kotak diagram adalah 1 cm atau

1.5 cm.

Isi keterangan dibuat dengan jarak 8 mm dari

judul keterangan dan sebaiknya dibuat/ditulis

dengan jarak 1 spasi dengan menggunakan tinggi

huruf cl 80 dan tebal 0.2 mm.

Kotak legenda dengan ukuran 15 cm x 21 cm untuk peta

dasar pendaftaran skala 1 : 1000, ukuran 15 cm x 31 cm

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 2.500 dan ukuran

15 cm x 16 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :

10.000. Informasi yang muncul dalam kotak ini adalah :

Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA

dengan ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.5

mm.

Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengan garis

kotak legenda adalah 7 mm.

Simbol legenda harus bersifat universal dan mudah

dimengeti oleh pemakai peta.

Ukuran simbol batas administrasi, batas bidang

tanah, bangunan, sungai, saluran, saluran air/parit,

titik dan benda tetap, rel kereta api/ lori dibuat

dengan ketebalan 0.2 mm. Jalan, jalan tanah,

jembatan dibuat dengan ketebalan 0.3 mm.

Page 108: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Judul kelompok legenda seperti, BATAS

ADMINISTRASI, BATAS FISIK DAN

BANGUNAN, JALAN, REL DAN JEMBATAN,

PERAIRAN, TITIK DAN BENDA TETAP

LAINNYA, ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl 80

dan tebal 0.3 mm, sedangkan keterangan /teks nya

ditulis dengan tinggi huruf cl 80 dan tebal 0.2 mm.

Simbol legenda untuk peta dasar pendaftaran skala 1

: 1000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000

dilampirkan dibagian akhir tatacara ini

Kotak instansi pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, skala 1 :

2.500 dan skala 1 : 10.000.

Pada kotak ini dicantumkan Logo BPN dan ditulis

BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan ukuran

tinggi huruf Cl. 175 dan tebal 0.6 mm.

Bagian organisasi pembuat ditulis dengan ukuran

tinggi huruf cl 100 dan tebal 0.3 mm yang terdiri dari

:

DEPUTI BIDANG PENGUKURAN DAN

PENDAFTARAN TANAH

DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN

atau :

KANTOR WILAYAH PROPINSI ………….

BIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN

TANAH

atau :

KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/ KOTAMADYA

SEKSI PENGUKURAN PENDAFTARAN TANAH

Kotak Proyek dan tahun anggaran pelaksanaannya dengan

ukuran 15 cm x 2 cm untuk peta dasar pendaftaran skala

1 : 1000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000.

Page 109: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pada kotak ini ditulis “nama Proyek” dengan ukuran

tinggi huruf Cl. 175 dan tebal 0.6 mm, contoh :

PROYEK NASIONAL AGRARIA, atau ;

PROYEK ADMINISTRASI PERTANAHAN

DLL.

Tahun Anggaran Proyek dengan ukuran tinggi huruf Cl

140 dan tebal 0.4 mm, contoh :

TAHUN ANGGARAN 1997/1998

Kotak pengesahan dengan ukuran 15 cm x 12 cm untuk

peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500

dan ukuran 15 cm x 10 cm untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 10.000

1 cm dibawah garis ditulis “Tempat, tanggal, bulan

serta tahun pembuatan” dengan ukuran tinggi huruf

cl 100 dan tebal 0.3 mm.

Baris berikutnya ditulis ;

Tempat, tanggal tahun

Untuk Penggunaannya,

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya..……….

Nama……………………………….

NIP.

Dengan ukuran tinggi huruf cl. 100 dan tebal 0.3 mm.

Kotak Identifikasi Perusahaan pelaksana dengan

ukuran 15 cm x 2 cm untuk peta dasar pendaftaran

skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000. Jika

dilaksanakan secara swakelola, tidak perlu diisi

Page 110: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kotak untuk menuliskan nama perusahaan pelaksana

tanpa mencantumkan logo perusahaan ditulis. Apabila

pelaksanaan secara swakelola maka kotak ini

dikosongkan. Adapan penilisannya adalah sebagai

berikut :

PELAKSANA :

dengan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm

PT PETA DUNIA

dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan tebal 0.5 mm

Pembagian nama-nama pada bagian suatu lembar peta

adalah seperti gambar di bawah.

Gambar 3-18 Format dan Nama Bagian Peta

Contoh format Peta Dasar Pendaftaran dapat dilihat pada lampiran

Petunjuk Teknis ini.

Didalam Batas Lembar Peta

(diluar bidang gambar dan kotak keterangan) :

Pada pojok kiri atas ditulis Propinsi :, bagian tengah

ditulis Kabupaten : atau Kotamadya : sedang pada

bagian kanan atas ditulis Nomor Lembar : dengan tinggi

Kotak keterangan

Lembar peta

Bidang gambar

Muka peta

Ordinat

Absis

Propinsi Kab./Kodya No. Lembar…

Batas Imaginer (tidak digambar)

Page 111: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

dan tebal huruf Cl. 240 / 1.0 mm dan jarak garis bidang

gambar/ garis keterangan ke huruf tersebut diatas

adalah 0.5 cm.

Disebelah kiri dan bawah bidang gambar ditulis harga

grid koordinat yang berupa nilai ordinat (Y) dan absis

(X). Penulisan nilai absis dan ordinat (X dan Y) adalah

sejajar dengan sumbu X dengan jarak 2mm terhadap

garis bidang gambar. Tinggi dan tebal angka yang

digunakan adalah Cl. 80 / 0,2 mm.

Nilai grid koordinat (absis dan ordinat) yang

dicantumkan hanya nilai grid koordinat pada muka peta;

sehingga pojok-pojok bidang gambar tidak perlu diberi

nilai grid.

Pada bagian kiri dan bagian bawah antara penulisan

angka ordinat dan angka absis dibuat petunjuk letak

bidang tanah (ruit/kotak). Pada bagian kiri dari bawah ke

atas ditulis berturut-turut angka 1 sampai dengan 7

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, angka 1

sampai dengan 8 untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :

2.500, angka 1 sampai dengan 6 untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 10.000, sedangkan pada bagian

bawah dari kiri ke kanan berturut-turut ditulis huruf A

sampai dengan G untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :

1000, huruf A sampai dengan H untuk peta dasar

pendaftaran skala 1 : 2.500 dan huruf A sampai dengan F

untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000. Letak

angka di tengah-tengah antara dua garis dan dua angka

ordinat, sedangkan letak huruf di tengah-tengah antara

dua garis dan dua angka absis. Ukuran tinggi huruf dan

angka tersebut adalah cl 175 dan tebal 0.6 mm.

Page 112: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Di dalam Bidang Gambar

Di tepi kiri dan kanan dibuatkan tanda grid setiap selang

10 cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal

0.2 mm dan panjang 4 mm.

Di tepi atas dan bawah dibuatkan tanda grid setiap

selang 10 cm berupa garis lurus dari atas ke bawah

dengan tebal 0.2 mm dan panjang 4 mm.

Cara pemberian grid dan ukurannya seperti terlihat pada

gambar di bawah.

Gambar 3-19 Bidang Gambar dan Muka Peta

4 mm

+ + + + + +

+ + + + + + +

+ + + + + + +

+ + + + + + +

+ + + + + + +

+ + + + + +

10cm

110 cm

4 mm

2mm

Page 113: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Di dalam Muka Peta

Setiap selang 10 cm dimulai dari tepi kiri ke kanan

dibuatkan tanda grid berupa garis lurus, titik dan garis

lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0.2 mm dan panjang

0,4 mm.

Setiap selang 10 cm dari tepi atas ke bawah dibuatkan

tanda grid berupa garis lurus dengan tebal 0.2 mm dan

panjang 4 mm.

Jarak antara titik dan garis adalah 1 mm.

Detail-detail (titik dasar teknik, sungai, jalan, jembatan,

batas administrasi, bangunan dan bidang tanah)

digambar pada muka peta

Bidang tanah digambar secara penuh (berbentuk poligon)

di dalam muka peta, untuk bidang tanah yang melebihi

batas muka tetap harus digambarkan penuh (berbentuk

poligon).

Dalam hal bidang tanah tetap tidak dapat tercakup

dalam bidang gambar, maka bidang tanah tersebut

digambar terputus (tidak berbentuk poligon) pada muka

peta dan harus diberi tanda khusus () sehingga

memberikan pengertian bidang tanah masih bersambung

dilembar berikutnya.

Jika terdapat bidang-bidang tanah yang detailnya terlalu

kecil untuk digambarkan dengan skala dimaksud, maka

bidang-bidang tanah tersebut harus digambarkan dengan

skala yang lebih besar. Pada bagian yang kosong (karena

di inset)tersebut diberi keterangan Lihat Peta dasar

pendaftaran Nomor ….. dengan ukuran huruf Cl. 100

dan tebal 0.3 mm

3.4.7 Kartografi dan Simbol

Penggambaran/ plotting peta dasar pendaftaran tergantung dari

detail-detail yang akan digambar. Metoda pembuatan peta dasar

pendaftaran dari proses pengukuran titik dasar teknis secara

terrestrial maka semua detail situasi dipetakan.

Adapun-detail yang dipetakan beserta cara penggambarannya

adalah sebagai berikut:

Page 114: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.7.1 Batas Fisik Bidang

Batas fisik bidang yaitu segala macam pagar atau tidak

berpagar yang mengelilingi sebidang tanah dan dianggap

sebagai batas tetap tanah itu. Semua bidang tanah di plot/

digambar dengan garis penuh warna hitam dengan ketebalan

0.2 mm.

Bidang tanah di plot pada muka peta secara utuh (poligon).

Bidang tanah yang terletak ditepi muka peta, penggambarannya

dapat digambarkan secara utuh (poligon) pada bidang gambar,

selanjutnya tidak perlu digambarkan lagi pada lembar

berikutnya.

Kriteria pemilihan penggambaran (plotting) bidang tanah pada

bidang gambar adalah dari luas bidang tanahnya, jika lebih dari

50 % dapat digambarkan pada muka peta maka sisanya

dilanjutkan penggambarannya pada bidang gambar lembar

tersebut.

Jika luas bidang tanah yang akan digambarkan melebihi bidang

gambar (tetap tidak dapat digambarkan pada satu lembar

peta), maka bidang tanah tersebut digambar hanya pada muka

peta, dan sisanya digambar pada lembar berikutnya.

Penggambaran tidak membentuk poligon dan diberi tanda

khusus ( ) pada masing-masing lembar yang berarti bidang

tanah tersebut masih berlanjut pada lembar disebelahnya.

Batas fisik bidang tanah di lapangan biasanya berupa pagar

atau hanya patok (dari beton, kayu, besi atau pralon). Untuk

membedakan batas tersebut penggambarannya dibedakan

menjadi sebagai berikut:

Batas Persil

Page 115: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pagar Tembok

PT

diberi tulisan PT singkatan

dari Pagar Tembok

Pagar Besi

diberi tulisan PBS singkatan

dari Pagar Besi

Pagar Kawat

diberi tulisan PK singkatan

dari Pagar Kawat

Pagar Bambu

diberi tulisan PB singkatan

dari Pagar Bambu

Pagar Hidup

diberi tulisan PH singkatan

dari Pagar Hidup

3.4.7.2 Bangunan

Bangunan, yaitu hasil fisik pembangunan buatan manusia yang

berfungsi sebagai hunian/ tempat tinggal dan kegiatan lainnya.

Bangunan ini bisa beratap dan tidak beratap. Penge-plot-an

dengan menggunakan garis penuh warna hitam dan ketebalan

0.2 atau 0.3 mm sesuai ukuran bangunannya.

PBS

PK

PB

PH

Page 116: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Bangunan Beratap

diberi tulisan B

singkatan dari

Beratap

Bangunan Tidak Beratap

Bangunan Bertingkat

diberi tulisan BT

singkatan dari

Bangunan Bertingkat

3.4.7.3 Batas Administrasi

Batas administrasi, yaitu batas suatu wilayah berdasarkan

wilayah penguasaan administrasi pemerintahan. Berdasarkan

administrasi pemerintahan yang tertinggi dapat dibagi menjadi

batas negara, batas dati I/ propinsi, batas dati II/ kotamadya

atau kabupaten, batas kecamatan dan batas kelurahan/ desa.

Batas-batas tersebut digambar dengan warna hitam dan

dengan simbol dan ukuran sebagai berikut :

B

BT

Page 117: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Batas Negara

garis vertikal pada tanda

tambah/plus 2 mm

garis horisontal pada tanda

tambah/plus 2 mm

jarak antara tanda tambah 2mm

nama Kabupaten/ Propinsi ditulis

dengan huruf besar tegak dengan

ukuran 120 CL/ 0.4

Batas Propinsi :

garis vertikal pada tanda

tambah/plus 2 mm

garis horisontal pada tanda

tambah/plus 2 mm

garis pada tanda kurang/ minus 2

mm

jarak antar tanda tambah 3mm

nama Propinsi ditulis dengan

huruf besar tegak dengan ukuran

120 CL/ 0.4

Batas Kabupaten/ Kotamadya :

garis pada tanda kurang/ minus

2mm

titik berdiameter 0.4 mm

jarak antar tanda kurang 3 mm

nama Kecamatan ditulis dengan

huruf besar tegak dengan ukuran

100 CL/ 0.3

2 mm 2mm

2mm

2mm

0.4 mm

2 mm 2 mm = 0.4 mm

3 mm

Page 118: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Batas Kecamatan :

garis pada tanda kurang/ minus 2

mm

titik berdiameter 0.4 mm

jarak antara dua titik 1 mm

jarak antara tanda kurang

disesuaikan

nama Kecamatan ditulis dengan

huruf besar tegak dengan ukuran

100 CL/ 0.3

Batas Desa/Kelurahan :

garis pada tanda kurang/ minus 2

mm

titik berdiameter 0.4 mm

jarak antar tanda kurang

disesuaikan

nama Desa/ Kelurahan ditulis

dengan huruf besar tegak dengan

ukuran 100 CL/ 0.3

3.4.7.4 Unsur-unsur Perairan

Air dan bangunanannya, yaitu berupa sungai, saluran, danau,

rawa, laut dan unsur perairan lainnya. Peenggambaran hanya

pada muka peta saja.

Sungai dengan lebar > 2.5 m.

digambar dengan garis penuh

warna hitam

dicantumkan arah aliran dengan

tanda panah. Besar dan panjang

anak panah disesuaikan dengan

lebar dan panjang sungai.

3mm 1mm

0.4 mm

2mm 1 mm

0.4 mm

Page 119: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

nama sungai, jika ada,

dicantumkan di antara kedua

baris sungai dengan ukuran

antara 50 cl s/d 100 cl

(tergantung lebar sungai), warna

hitam, posisi huruf miring 45,

dengan huruf besar pada kata

pertama dan selanjutnya huruf

kecil. Jika nama sungai tidak

cukup dapat ditulis di sebelah luar

sisi sungai.

Saluran, terusan dengan lebar > 2.5 m.

Saluran atau terusan adalah unsur perairan buatan manusia.

digambar dengan garis

penuh warna hitam.

anak panah, nama saluran

dan cara penggambaran

sama dengan sungai

Saluran, selokan dengan lebar < 2.5 m.

Saluran biasanya terdapat pada daerah persawahan atau

perkebunan.

digambar garis putus-putus

dengan warna hitam dan tebal

garis 0.1 mm

pada tempat-tempat tertentu

diberi arah aliran berupa anak

panah. Panjang anak panah 5 mm.

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

s

s

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

panjang garis 5mm jarak antar garis 2mm

Page 120: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

daerah persawahan yang

berbatasan dengan bukan

persawahan, saluran menjadi garis

penuh dengan format ukuran yang

sama dengan di atas.

Selokan biasanya terdapat pada daerah pemukiman.

penggambaran

lihat

penggambaran

saluran

Garis pantai/ batas darat dan laut/ danau

penggambaran garis

penuh warna hitam

dengan ketebalan 0.3

mm

nama laut/ danau ditulis

miring / italic 45

dengan ukuran 120 cl

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

s

s

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

Garis putus-putus

Garis penuh

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

Page 121: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

daratan di pantai

berupa pasir digambar

dengan titik-titik

Rawa

Rawa biasanya arealnya lebih sempit daripada rawa.

penggambaran garis penuh warna

hitam dengan tebal garis 0.2 mm

nama rawa, jika ada, ditulis miring

45 dengan ukuran antara 50 –

100 cl (disesuaikan).

penempatan simbol terwakili

untuk areal yang luas.

Tambak

Penggambaran tambak diberi tanda Tb dengan penulisan di

beberapa tempak yang mewakili seluruh areal pertambakan.

Tinggi huruf 60cl.

Galian

Suatu areal yang cukup luas yang digali/ diturunkan

permukaannya untuk suatu maksud tertentu. Biasanya tanah

galian ini mempunyai perbedaan tinggi yang ekstrim/ patah

dengan daerah sekitarnya.

Penggambaran garis penuh warna hitam

dengan ketebalan 0.2 mm

Beda tinggi ditulis dengan ukuran 60 cl

2.5

Page 122: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.7.5 Bangunan-bangunan Penudukung pada Unsur Perairan.

Bangunan pembagi air/ Dam

Bangunan ini biasanya dijumpai pada saluran irigasi.

penggambaran garis penuh

warna hitam dengan tebal

garis 0.3 mm

tanda anak panah disesuaikan

Jembatan

Jembatan yang dibangun di atas sungai atau saluran yang

mempunyai lebar > 2.5 m, digambar sesuai dengan bentuk

bangunan.

jembatan batu/ beton

penggambaran garis penuh

warna hitam dengan

ketabalan garis 0.2 mm –

0.4 mm (disesuaikan satu

tingkat di atas garis jalan)

lebar jembatan antara 2 –

6mm disesuaikan dengan

panjang jembatan atau

lebar sungai/ saluran.

jembatan besi

penggambaran dan format

ukuran lihat pada jembatan

batu/ beton

3 mm

2 mm

2 mm

45

3 mm

6 mm

Page 123: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

jembatan kayu

penggambaran dan format

ukuran lihat pada jembatan

batu/ beton

3.4.7.6 Jalan

Jalan diperkeras (aspal, beton, batu)

Jalan diperkeras dengan lebar > 2.5 m

penggambaran garis penuh

warna hitam dengan

ketebalan 0.3 mm dan tinggi

huruf disesuaikan dengan

lebar jalan yaitu antara 60 cl

– 100cl

penulisan dengan nama

lengkap dan jelas dengan

huruf pertama huruf besar

dan selanjutnya huruf kecil

penulisan diatur spasinya dan

arah penulisan jangan

terbalik

Jalan diperkeras dan di kiri kanan terdapat selokan

dengan lebar selokan < 2.5 m

penggambaran sama

dengan di atas

selokan diberi tanah

panah aliran seperti pada

saluran di persawahan

2 mm

Jl. Kartini

Jl. Kartini

Page 124: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Jalan diperkeras dan di kiri kanan terdapat trotoar dan

selokan yang lebar keduanya < 2.5 m

penggambaran sama

dengan di atas

penggambaran trotoar

dengan menyesuaikan

lebar jalan

Jalan layang

penggambaran garis

putus-putus warna hitam

ketebalan 0.3 mm

panjang satu strip 2mm

bagian dalam diberi warna

merah muda

Jalan bawah tanah/ terowongan

penggambaran garis

putus-putus dengan

ketebalan 0.3 mm warna

hitam

panjang strip 2 mm

bagian dalam diberi warna

merah coklat

Jalan tanah

Jalan tanah dengan lebar > 2.5 m

penggambaran garis putus-

putus warna hitam dengan

ketebalan 0.3 mm

panjang satu strip 2mm dan

jarak antar strip 1 mm.

Jalan setapak di pemukiman, gang atau lorong dengan

lebar <2.5 m

Jl. Kartini

Page 125: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

penggambaran garis putus-

putus warna hitam dengan

ketebalan 0.2 mm

nama gang atau lorong, jika

ada, dicantumkan dengan

ketinggian huruf disesaikan

dengan lebar gang/ lorong (

60 cl)

Jalan setapak di sawah, ladang, perkebunan dengan lebar

< 2.5 m

penggambaran dengan garis

putus-putus warna hitam

dengan ketebalan 0.3 mm

format ukuran strip sama

dengan butir 5.5.2.1.

3.4.7.7 Rel

Rel kereta api

penggambaran garis penuh

dengan ketebalan 0.1 mm

warna hitam

dicantumkan arah lintasnya

dengan ketinggian huruf 60 cl. Untuk rel kereta api layang/ bawah

tanah diberi warna merah

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

s

s

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

s

P

E

T

A

D

A

S

A

R

P

E

N

D

A

F

T

A

R

A

N

1.

Gang Rambutan

Lorong Badak

1mm 5 mm 5mm

ke Jakarta ke Tegal

Page 126: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Rel lori/ kereta kebun

penggambaran garis penuh

dengan warna hitam dan

ketebalan 0.3 mm

Perbatasan dengan rel

Batas pagar

penggambaran garis penuh

dengan ukuran sama dengan

butir 5.6.1 (untuk rel) dan

butir 5.1 (untuk bidangnya).

Tidak berpagar

penggambaran garis putus-

putus dengan warna hitam

dengan ukuran rel sama

dengan butir 5.6.1.

panjang strip 10 mm dan

jarak antar strip 2 mm

Batas tanggul

penggambaran garis penuh

dengan warna hitam dengan

ukuran rel sama dengan butir

5.6.1.

S Ld

2 mm 1 mm 4 mm

5 mm 3 mm

1mm 5 mm

Page 127: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Diantara dua tebing

penggambaran garis penuh

dengan warna hitam dan

ukuran sama dengan butir

5.6.3.3.

3.4.7.8 Bangunan-bangunan Penting

Penggambaran bangunan dan batas bidang tanahnya sama

sengan di atas. Sedangkan penulisan nama-nama instansi/

kantor menggunakan huruf tegak semuanya dengan ketinggian

disesuaikan dengan luas bangunan yaitu antara 60 cl – 100 cl.

KANTOR PENERANGAN

3.4.7.9 Titik-titik Tetap

Tugu Titik Dasar Teknik

Cara penggambaran, ukuran dan format dapat dilihat pada

lampiran 3.

Tugu-tugu lain

penggambaran garis penuh

dengan warna hitam

penulisan identitas tugu

seperti contoh menggunakan

huruf dengan ketinggian 60 cl

jika ada nomor tugu supaya

ditulis lengkap.

PBB/ PU

3 mm 1 mm

Km 42 Sby –Mlg.

TTG

Page 128: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.7.10 Perkebunan, Tegalan dan Persawahan

Sawah, hanya diberi tanda s (huruf kecil). Penulisannya pada

bidang-bidang mewakili seluruh areal persawahan. Tinggi

huruf 60 cl

Ladang/ Tegalan, sama dengan sawah diberi tanda Ld. Cara

penulisan sama dengan sawah .

Perkebunan, penggambaran dalam satu simbol terdiri dari 3

gambar. Dalam areal perkebunan cukup digambar pada

beberapa tempat yang mewakili seluruh areal perkebunan

Kelapa

jarak antar satu

gambar dengan

gambar yang lain

disesuikan.

Kelapa sawit

jarak antar satu

gambar dengan

gambar yang lain

disesuaikan.

45 2 mm 2 mm 1.5 mm

45 2 mm 4 mm 1.5 mm

Page 129: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Sagu

jarak antar satu

gambar dengan

gambar yang lain

disesuaikan.

Karet

jarak antar satu

gambar dengan

gambar yang lain

disesuaikan.

Tebu

jarak antar satu

gambar dengan

gambar yang lain

disesuaikan.

45, 2 mm 4 mm 1.5 mm

sama sisi = 3 mm 2 mm 1.5 mm

45 2 mm 4 mm 1.5 mm

Page 130: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Cengkeh

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

Kina

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

Kopi

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

45 = 4 mm

a

= 2mm

4 mm

2 mm 2 mm 1.5 mm

45 = 2 mm

sama sisi = 3 mm 2 mm 1.5 mm

45 = 2 mm

Page 131: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Coklat

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

Tembakau

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

Lada

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

= 1 mm 3 mm 1.5 mm

45 2 mm 4 mm 1.5 mm

= 1 mm 2 mm 1.5 mm

Page 132: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Teh

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

Jati

jarak antar satu

gambar dengan gambar

lain disesuaikan

Pinus

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

4 mm 1.5 mm

= 2mm

sama sisi = 3 mm 2 mm 1.5 mm

45 = 2 mm

= 2 mm 4 mm 1.5 mm

Page 133: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Alang-alang

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

Belukar

jarak antar satu

gambar dengan gambar

lain disesuaikan

Hutan

jarak antar satu

gambar dengan

gambar lain

disesuaikan

= 2 mm 2 mm 1.5 mm

= 2 mm 2 mm 1.5 mm

4 mm 45 2 mm

Page 134: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3.4.7.11 Bangunan Transmisi

Penggambaran dengan ketetebalan 0.2 mm warna hitam

Tiang listrik

jarak antar simbol 5

mm

Tiang telepon

jarak antar simbol 5

mm

Menara transmisi

Pipa

1 mm

1.5 mm TL

1 mm

5 mm

1.5 mm

1 mm

1.5 mm TT

Page 135: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 4

PEMETAAN INDEKS GRAFIS

Pemetaan Indeks Grafis (GIM – Geographical Index Mapping) adalah

penyusunan informasi mengenai bidang-bidang tanah yang telah terdaftar

untuk memberikan sebagai data pendukung bagi kegiatan administrasi

pertanahan.

Informasi mengenai bidang tanah yang terdaftar akan dinyatakan dalam 2

(dua) produk yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu ; Daftar

Tanah dan Peta Indeks Grafis yang dituangkan dalam Peta Pendaftaran.

Daftar Tanah adalah daftar yang memuat informasi tentang bidang-bidang

tanah yang telah terdaftar di dalam suatu desa/kelurahan (Daftar Tanah)

atau kabupaten / kotamadya (Daftar Tanah Negara). Dalam daftar tanah

dibukukan semua bidang tanah, baik yang dikuasai oleh perorangan, badan

hukum maupun pemerintah dengan sesuatu hak maupun tanah negara yang

terletak di desa yang bersangkutan (pasal 146).

Daftar Tanah terdiri dari 2 (dua) buah yaitu ; DI 203 (lampiran 48) dan DI

203 A (lampiran 49).

DI 203 (lampiran 48) terdiri dari 11 (sebelas) kolom, dan diisi dengan

ketentuan sebagai berikut ;

a. Kolom 1 diisi dengan dengan Nomor Identifikasi Bidang (NIB). NIB

diberikan dengan melanjutkan nomor bidang terakhir yang terdaftar pada

desa atau kelurahan tersebut.

b. Kolom 2 diisi dengan luas bidang tanah yang bersangkutan dan dinyatakan

dalam meter persegi.

c. Kolom 3 diisi dengan nomor lembar peta pendaftaran dimana bidang tanah

tersebut berada.

d. Kolom 4 diisi dengan nomor kotak lembar peta pendaftaran dimana bidang

tanah tersebut berada.

e. Kolom 5 diisi dengan NIB bidang yang lama apabila bidang tanah tersebut

adalah bidang baru yang diakibatkan perubahan data fisik.

f. Kolom 6 diisi dengan jenis dan nomor hak dari bidang tanah yang

bersangkutan.

g. Kolom 7 diisi dengan status bidang tanah dan nomor haknya.

Page 136: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

h. Kolom 8 diisi untuk mencatat bidang tanah dengan status tanah negara.

i. Kolom 9 diisi dengan tanggal penerbitan surat ukur dari bidang tanah yang

bersangkutan.

j. Kolom 10 diisi dengan nomor gambar ukur dari bidang tanah yang

bersangkutan.

k. Kolom 11 diisi dengan keterangan perubahan yang terjadi pada bidang

tanah yang bersangkutan, misalnya ; pemisahan, penggabungan, perubahan

status bidang tanah dan lain-lain.

DI 203A (lampiran 49) terdiri dari 11 (sebelas) kolom, dan diisi dengan

ketentuan sebagai berikut ;

a. Kolom 1 diisi dengan nomor urut.

b. Kolom 2 diisi dengan dengan Nomor Indentifikasi Bidang (NIB). NIB

diberikan dengan melanjutkan nomor bidang terakhir yang terdaftar pada

desa atau kelurahan tersebut.

c. Kolom 3 diisi dengan luas bidang tanah yang bersangkutan dan dinyatakan

dalam meter persegi.

d. Kolom 4 diisi dengan nomor lembar peta pendaftaran dimana bidang tanah

tersebut berada.

e. Kolom 5 diisi dengan nomor kotak lembar peta pendaftaran dimana bidang

tanah tersebut berada.

f. Kolom 6 diisi dengan letak desa/kelurahan dimana bidang tanah tersebut

berada.

g. Kolom 7 diisi dengan letak kecamatan dimana bidang tanah tersebut

berada.

h. Kolom 8 diisi dengan yang menguasai bidang tanah tersebut.

i. Kolom 9 diisi dengan P bila bidang tanah tersebut adalah bidang tanah

pertanian dan diisi dengan ---- bila bidang tanah tersebut adalah bidang

tanah non pertanian.

j. Kolom 10 diisi dengan NP bila bidang tanah tersebut adalah bidang tanah

non pertanian dan diisi dengan ---- bila bidang tanah tersebut adalah

bidang tanah pertanian.

l. Kolom 11 diisi dengan keterangan perubahan yang terjadi pada bidang

tanah yang bersangkutan, misalnya ; pemisahan, penggabungan, perubahan

status bidang tanah dan lain-lain.

Page 137: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peta Indeks Grafis adalah peta yang memuat bidang-bidang tanah yang sudah

terdaftar haknya dan bidang-bidang tanah tersebut belum dipetakan pada

peta pendaftaran. Secara skematis, diagram alir pelaksanaan Pemetaan

Indeks Grafis dapat dilihat pada Gambar 4-1.

BPN Instansi

Lain

Data

Daftar Peta

Pengumpulan Data

Analisa

Pemetaan

Pemetaan

Daftar Peta

Pendaftaran

YA

TIDAK Identifikasi

Lapangan

Daftar

Gambar 4 –1 Pemetaan Indeks Grafis

YA

TIDAK

Page 138: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan data fisik dari bidang-bidang tanah yang telah

terdaftar. Dokumen-dokumen yang diperlukan adalah ;

a. Dokumen yang tersedia di Kantor Pertanahan

Salinan Daftar Tanah / Daftar Tanah Negara (DI 203 atau DI

203 A).

Salinan Surat Ukur (DI 207), Gambar Situasi dan Gambar Ukur

(DI 107).

Salinan peta-peta yang memuat lokasi bidang tanah yang dimaksud

pada Daftar Tanah. Misalnya ; peta PP 10, peta kawasan

pengembangan (real estate) dan lain-lain.

Salinan peta dasar pendaftaran yang akan dijadikan dasar

pembuatan peta indeks grafis.

b. Dokumen yang tersedia pada instansi lain.

Salinan peta atau daftar yang dimiliki oleh PBB.

Salinan peta atau keterangan yang diperoleh dari Lurah atau Kepala

Desa.

4.2 Analisa Data

Setiap bidang tanah yang telah tercatat dalam Daftar Tanah diteliti

apakah dapat langsung dipetakan pada salinan lembar peta dasar

pendaftaran / peta pendaftaran yang telah tersedia.

a. Data yang tersedia di Kantor Pertanahan digunakan untuk

mengidentifikasi lokasi bidang tanah di atas peta dasar pendaftaran

dengan menggunakan salah satu dari data yang tersedia, yaitu ;

Page 139: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peta-peta yang ada (peta PP 10, peta kawasan pengembangan dll.)

dimana bidang tanah tersebut mungkin telah dipetakan.

Lokasi dalam kaitannya dengan bidang tanah yang lain seperti

terlihat pada letak bidang tanah tersebut pada SU/GS dan GU.

Lokasi dalam kaitannya dengan bangunan atau benda-benda fisik

lainnya yang memperlihatkan letak bidang tanah tersebut pada

SU/GS/GU atau dengan cara menghubungkan hasil pengukuran

(bangunan atau benda fisik yang dapat diidentifikasi pada peta

dasar pendaftaran).

Lokasi dalam kaitannya dengan jalan besar atau jalan yang

bersebelahan, yang diperlihatkan dan diberi nama pada SU/GS/GU.

Lokasi bidang tanah lainnya yang dicatat pada SU/GS/GU yang

bersebelahan.

Peta foto, blow up atau foto udara (jika tersedia) dapat membantu

identifikasi lokasi bidang tanah karena banyaknya obyek atau detail

yang muncul pada media tersebut.

b. Data yang tersedia di instansi lain digunakan apabila data yang telah

tersedia di Kantor Pertanahan tidak dapat menentukan secara pasti

lokasi bidang tanah tersebut, dengan cara menganalisa data

tersebut ;

Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DKHP), yang memuat nama

wajib pajak, lokasi/alamat wajib pajak, luas objek pajak, rujukan

peta objek pajak.

Data yang didapat dari PBB digunakan untuk mengidentifikasi lokasi

bidang tanah dengan terlebih dahulu mencari nama pemilik yang

terdaftar dan alamat bidang tanah pada daftar wajib pajak. Dari

daftar tersebut, nomor persil PBB dapat ditemukan.

Peta-peta PBB (peta desa dan peta blok).

Page 140: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peta PBB dibandingkan dengan peta dasar pendaftaran yang

tersedia. Dengan melihat lokasi bidang tanah pada peta PBB dapat

ditentukan lokasi bidang tanah lainnya yang berada di sekitarnya.

Untuk penggunaan data tersebut di atas perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut ;

a. Nama pembayar pajak yang dicatat dalam dokumen PBB dapat

berbeda dengan nama pemegang hak atas tanah yang terdaftar.

b. Objek pajak dapat berbeda dengan bidang tanah yang terdaftar di

Kantor Pertanahan.

c. Batas administrasi desa yang terdapat pada dokumen PBB mungkin

berbeda dengan batas administrasi desa yang tercantum dalam

dokumen di lingkungan Kantor Pertanahan.

d. Walaupun peta-peta PBB ketelitiannya rendah, hubungan antara

bidang tanah dan benda-benda lainnya seperti jalan raya, bangunan

dapat membantu menentukan lokasi bidang tanah yang dicari.

Hasil akhir dari analisa data adalah informasi tentang bidang-bidang

tanah yang dapat dipetakan pada peta dasar pendaftaran dan daftar

bidang tanah yang harus diidentifikasi di lapangan.

4.3 Identifikasi Lapangan

Tujuan identifikasi lapangan adalah untuk mengumpulkan informasi

tambahan di lapangan yang dapat membantu mengidentifikasi lokasi

bidang tanah atas peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran yang

telah tersedia.

Kegiatan identifikasi lapangan dilakukan sebagai berikut ;

Menemui Lurah / Kepala Desa untuk memberitahukan adanya

pekerjaan lapangan yang akan dilakukan.

Menemui Ketua RT/RW dan minta bantuan dalam mengidentifikasi

lokasi bidang tanah.

Page 141: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Menemui pemilik tanah di rumah mereka dan bilamana perlu melihat

dokumen-dokumen yang mereka miliki (sertipikat, SU/GS) dan

memeriksa keberadaan batas fisik di lapangan.

Mengidentifikasi lokasi batas bidang tanah di lapangan dan langsung

memindahkannya ke salinan peta dasar pendaftaran.

Jika dianggap perlu, lakukan pengukuran sederhana dengan untuk

menentukan lokasi bidang tanah terhadap detail situasi yang ada.

Jika hal tersebut di atas tidak memungkinkan untuk dapat menentukan

lokasi bidang tanah, hal ini harus dicatat dalam kolom 11 DI 203 atau

DI.203 A.

4.4 Pemetaan

Bidang tanah yang dapat diidentifikasi dipetakan dan diberi NIB pada

peta dasar pendaftaran (bila bidang tanah tersebut belum mempunyai

lembar peta pendaftaran) atau peta pendaftaran (bila bidang tanah

tersebut telah mempunyai lembar peta pendaftaran). Selain itu

pemberian NIB juga dilakukan pada Surat Ukur dan Buku Tanah dengan

cara menuliskan NIB di kolom a pada Surat Ukur dan halaman 2 ruang b

Buku Tanah.

Apabila bidang tanah telah ditentukan lokasinya berdasarkan dokumen-

dokumen yang ada atau berdasarkan hasil identifikasi lapangan, bidang

tanah tersebut dipetakan berdasarkan data ukuran yang terdapat pada

Gambar Ukur. Tatacara pemetaan bidang tanah pada peta dasar

pendaftaran / peta pendaftaran dilakukan sesuai dengan Bab 7.

4.5 Pemeliharaan

Pada dasarnya pembuatan Daftar Tanah dan Peta Pendaftaran yang

dihasilkan oleh Pemetaan Indeks Grafis dilakukan dalam rangka

penyelenggaraan tata usaha pendaftaran tanah.

Kantor Pertanahan berkewajiban untuk memelihara data tersebut dan

memperbaharui peta dan daftar bila terjadi perubahan data fisik

Page 142: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

maupun data juridis dan pemberian NIB untuk bidang tanah lainnya akan

mengikuti nomor urut terakhir.

Bila pemetaan indeks grafis telah dilakukan untuk suatu desa/kelurahan,

pelaksanaan pendaftaran tanah sistematik akan berjalan lebih lancar

mengingat seluruh bidang yang telah terdaftar telah didata dengan baik

dan benar.

4.6 Hasil Kegiatan

Setelah lokasi pendaftaran tanah sistematik ditetapkan, Kepala Kantor

Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran yang telah memuat

pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam

bentuk peta indeks grafis (pasal 47).

Pembuatan peta indeks grafis pada pendaftaran tanah sistematik

umumnya akan mengalami kesulitan karena tidak lengkapnya informasi

lokasi yang menerangkan lokasi bidang tanah tersebut untuk

diidentifikasi pada peta dasar pendaftaran. Oleh karena itu, peta indeks

grafis dibuat dengan cara identifikasi batas bidang tanah yang dimaksud

pada DI 203 atau DI 203 A selama pengukuran dan pemetaan pada

pendaftaran tanah sistematik dilangsungkan. Bidang-bidang tanah

tersebut digabung dengan bidang-bidang tanah lainnya yang akan

didaftar pada pendaftaran tanah sistematik dan dipetakan pada peta

pendaftaran.

Pemetaan Indeks Grafis pada pendaftaran tanah sporadik hanya

dilakukan untuk bidang-bidang tanah yang telah terdaftar sebelum

diberlakukannya PP No.24/1997, tetapi belum dipetakan pada peta

pendaftaran. Untuk bidang tanah tersebut harus dipetakan pada peta

pendaftaran (pasal 43).

Dalam hal pendaftaran tanah sistematik, hasil kegiatan Pemetaan

Indeks Grafis adalah daftar tanah (DI 203, DI 203 A) sedangkan dalam

pendaftaran tanah sporadik adalah berupa ; peta pendaftaran, daftar

tanah, (DI 203, DI 203 A), daftar nama (DI 204), daftar Surat Ukur

(DI 311 B) dan daftar hak (DI 312, DI 312 A, DI 312 B, DI 312 C).

Page 143: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Mengingat besarnya jumlah bidang tanah yang belum dipetakan dan

terbatasnya sumber daya yang dimiliki, Kantor Pertanahan secara

bertahap melaksanakan Pemetaan Indeks Grafis pada desa / kelurahan

yang diprioritaskan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Desa / Kelurahan tersebut diprioritaskan untuk pelaksanaan

pendaftaran tanah sistematik.

b. Telah tersedia peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran.

c. Jumlah transaksi tanah dan sertipikasi tanah yang cukup tinggi.

d. Pertumbuhan ekonomi tinggi.

e. Luas areal kehutanan seminimal mungkin.

f. Jumlah luas bidang tanah yang terdaftar besar.

Pemasukan data baru dalam daftar dan peta harus melanjutkan dan

mempergunakan data dan peta pendaftaran yang telah tersedia

melalui pemetaan indeks grafis. Pengisian daftar tanah dilakukan

secara berkesinambungan.

Page 144: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 5

PENGUKURAN BIDANG TANAH

5.1 PENETAPAN BATAS BIDANG TANAH

Sebelum dilaksanakan pengukuran atas suatu bidang tanah, pemegang hak

atas tanah harus memasang tanda batas pada titik-titik sudut batas serta

harus ada penetapan batasnya terlebih dahulu.

Pengumpul Data Fisik adalah Satgas Pengukuran dan Pemetaan yang bekerja

atas nama Panitia Ajudikasi pada Pendaftaran Tanah Sistematik atau Petugas

Ukur yang bekerja atas nama Kepala Kantor Pertanahan pada Pendaftaran

Tanah Sporadik.

Pengumpul Data Fisik terdiri dari para pegawai BPN atau dapat juga terdiri

dari bukan pegawai BPN.

Penetapan batas tanah dibedakan atas Tanah Hak dan Tanah Negara.

5.1.1. Penetapan Batas Tanah Hak

a. Pengumpul Data Fisik terdiri dari pegawai BPN

1) Prinsip dasar penunjukan batas-batas bidang tanah dan pemasangan

tanda batasnya dilakukan oleh pemegang hak atas tanah atau

kuasanya, dan berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atas

tanah atau kuasanya dari bidang tanah yang berbatasan.

2) Berdasarkan penunjukan batas sebagaimana dijelaskan di atas,

Pengumpul Data Fisik menetapkan batas tersebut yang dituangkan

dalam d.i. 201.

3) Dalam hal pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir

dalam waktu yang ditentukan, Pengumpul Data Fisik berdasarkan

penunjukan pemegang hak atas tanah menetapkan batas sementara

dan dicatat dalam d.i. 201 ruang I.3. (ruang sketsa bidang tanah) dan

pada Gambar Ukurnya.

4) Dalam hal pemegang hak atas tanah dan pemegang hak atas tanah

yang berbatasan tidak bersedia menunjukkan batas atau tidak hadir

Page 145: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

pada waktu yang telah ditentukan, penetapan batas sementara

dilakukan oleh Pengumpul Data Fisik berdasarkan batas fisik yang

kelihatan, misalnya pagar, pematang dan lain-lain serta penetapan

batas sementara tersebut dicatat pada d.i. 201 ruang I.3. (ruang

sketsa bidang tanah) serta Gambar Ukurnya.

5) Contoh catatan tersebut pada butir 3) dan 4) berbunyi :

“Batas yang ditetapkan sifatnya sementara, disebabkan karena

pemegang hak dan/atau pemegang hak yang berbatasan tidak berada

ditempat atau tidak bersedia menunjukan batas“.

b. Pengumpul Data Fisik Bukan Pegawai BPN.

Prosedur penunjukan dan penetapan batas sama dengan prosedur

sebagaimana diuraikan dalam butir a) di atas, yang berbeda adalah penetapan

batas tidak dilakukan oleh Pengumpul Data Fisik tetapi oleh Satgas

Pengumpul Data Yuridis atas nama Panitia Ajudikasi dan penetapan batas

yang dilakukan oleh Satgas Pengumpul Data Yuridis dituangkan dalam d.i. 201.

5.1.2. Penetapan Batas Tanah Negara

a. Pengumpul Data Fisik terdiri dari pegawai BPN

1) Apabila di lapangan ditemui bidang tanah dengan status hukum

merupakan tanah negara dan bidang tanah sekelilingnya juga tanah

negara, penetapan batasnya dilaksanakan sesuai butir 5.1.1. namun

dengan mempertimbangkan kepentingan umum dan kepentingan

pemerintah dengan memberikan catatan dalam daftar isian 201 ruang

I.3. (ruang sketsa bidang tanah).

Oleh Pengumpul Data Fisik tanpa keharusan penunjukan batas dari

yang menguasai bidang tanah dan yang mengusai bidang tanah yang

berbatasan, ini dicatat dalam daftar isian 201.

2) Dalam hal disekeliling bidang tanah negara yang akan ditetapkan

batasnya, adalah Tanah Hak, sebelum diadakan penetapan batas

diperlukan kesepakatan batas dengan pemegang hak atas tanah

berbatasan.

Page 146: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Apabila dalam waktu yang telah ditentukan untuk menentukan batas,

para pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir,

Pengumpul Data Fisik dapat menetapkan batas sementara sesuai

petunjuk pada butir 5.1.1.

a. Pengumpul Data Fisik terdiri bukan pegawai BPN.

Prosedur penunjukan batas dan penetapan batas sama dengan prosedur

sebagaimana diuraikan dalam butir a) di atas, yang berbeda adalah

penetapan batas tidak dilakukan oleh Pengumpul Data Fisik tetapi oleh

“Pengumpul Data Yuridis”.

Hasil penetapan batas dituangkan dalam d.i. 201.

5.1.3. Tanda Batas.

Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila

dianggap perlu oleh petugas yang melaksanakan pengukuran juga pada titik-

titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.

Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh

benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok

atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas.

Bahan, bentuk, ukuran serta kontruksi tanda-tanda batas sesuai pasal 22.

5.1.4. Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB).

Dalam sistem pendaftaran tanah terdapat 2 jenis informasi, yaitu informasi

mengenai letak bidang tanah yang diuraikan dalam peta pendaftaran dan

informasi mengenai hal-hal yang melekat pada bidang tanah tersebut seperti

pemegang hak, penggunaan tanah, apakah ada sengketa di atas tanah

tersebut dan lain sebagainya.

Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan bidang

tanah lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang bersifat unik,

sehingga dengan mudah mencari dan membedakan bidang tanah yang

dimaksud dengan bidang tanah lainnya.

Selain untuk maksud-maksud tersebut diatas, NIB merupakan penghubung

antara Peta Pendaftaran dan daftar lainnya yang ada dalam proses

pendaftaran tanah.

Page 147: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Dalam sistem komputerisasi pendaftaran tanah NIB yang unik diperlukan

sebagai penghubung yang efisien antara data yang diperlukan dan sebagai

akses informasi atas suatu bidang tanah.

Tata Cara Pemberian NIB

Kegiatan pendaftaran tanah sebagian besar dilaksanakan oleh Kantor

Pertanahan. Begitu juga dengan penyimpanan dokumen-dokumen yang ada

kaitannya dengan proses pendaftaran tanah seperti peta pendaftaran tanah,

buku tanah, surat ukur, daftar tanah, dan daftar isian lainnya disimpan di

Kantor Pertanahan.

Oleh karena seluruh informasi yang berkenaan dengan bidang tanah berada di

Kantor Pertanahan maka NIB diberikan berdasarkan Wilayah Administari

Pemerintahan supaya unik dan mudah dalam pencarian.

NIB diberikan terhadap bidang tanah pada pendaftaran tanah Sistematik

maupun pendaftaran tanah Sporadik setelah batas-batas tanah tersebut

ditetapkan dan dicantumkan dalam daftar isian 201.

NIB dialokasikan dan diberikan kepada Petugas Penetapan Batas sebelum

berangkat ke lapangan

NIB terdiri dari 13 digit, cara penulisannya sebagai berikut :

* 2 digit pertama : 1-99 adalah kode Propinsi

* 2 digit kedua : 1-99 adalah kode Kabupaten/Kotamadya

* 2 digit ketiga : 1-99 adalah kode Kecamatan

* 2 digit keempat : 1-99 adalah kode Desa/Kelurahan

* 5 digit terakhir : 1-99999 adalah Nomor Bidang Tanah

Contoh :

Bidang tanah nomor 102 terletak di Kelurahan Duri Kelapa, NIBya sebagai

berikut :

09.03.05.02.00102

09 = kode Propinsi DKI Jakarta

03 = kode Kotamadya Jakarta Barat

05 = kode Kecamatan Kebon Jeruk

Page 148: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

02 = kode Kelurahan Duri Kelapa

00102 = Nomor Bidang Tanah

Nomor Bidang Tanah adalah nomor yang berurutan per-Desa/Kelurahan

diberikan sesuai dengan urutan; penyelesaian penetapan batasnya pada

pendaftaran tanah sporadik atau dapat dialokasikan pada pendaftaran tanah

sistematik asalkan tidak ada NIB ganda atau NIB kosong.

5.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN BIDANG TANAH

Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan ; letak geografis,

bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah untuk lampiran sertifikat,

pembuatan peta pendaftaran dan selain itu untuk mendapatkan data ukuran

bidang tanah sebagai unsur rekontruksi batas apabila karena sesuatu hal

batas-batas bidang tanah tersebut hilang, dapat direkontruksi kembali pada

posisi semula sesuai batas yang telah ditetapkan.

5.2.1 METODA PENGUKURAN

Pengukuran bidang tanah dapat dilaksanakan dengan cara terrestrial,

fotogrametrik, atau metoda lainnya.

5.2.1.1. Terrestrial.

Pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial untuk pendaftaran tanah

sistimatik maupun sporadik adalah pengukuran secara langsung dilapangan

dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan jarak.

Pada prinsipnya yang dimaksudkan disini adalah sudut dan jarak pada bidang

datar, jadi apabila ada hal-hal akibat dari keadaan lapangan yang akan

mempengaruhi pelaksanaan untuk mendapatkan ukuran dalam bidang datar,

dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilan data yang benar.

Alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran bidang tanah

cara terrestrial adalah :

- Untuk pengukuran sudut digunakan alat ukur dengan ketelitian bacaan

minimal 20” misal sejenis Theodolit WILD-T0.

Page 149: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

- Untuk pengukuran jarak digunakan : - EDM

- Pita ukur baja.

- Alat bantu untuk membuat garis siku-siku yaitu prisma.

- Alat bantu menunjukan tanda batas yaitu jalon.

- Formulir Gambar Ukur.

- Formulir pengukuran, alat tulis dan lain sebagainya.

Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial dapat

dilakukan dengan beberapa metoda pengukuran, tergantung dari metoda mana

yang paling praktis digunakan dikaitkan dengan keadaan lapangan yang

dihadapi dan juga keperluan data ukur yang harus diperoleh.

Metoda pengukuran terrestris terdiri dari :

* Metoda offset.

Alat utama yang digunakan pada metoda offset adalah pita/rantai ukur dan

alat bantu lain untuk membuat sudut siku-siku serta jalon.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk pengukuran titik-titik detail

dengan cara offset, yaitu :

** Metoda Siku-siku (Garis Tegak

Lurus)

Pada Metoda ini setiap titik detail

diproyeksikan siku-siku terhadap

garis ukur (yang menghubungkan dua

titik kerangka dasar), kemudian

diukur jarak-jaraknya. Garis-garis

aa’, bb’,cc’ dan dd’ adalah garis tegak

lurus pada garis ukur AB. Dengan

mengukur jarak-jarak Aa’, a’d’, d’b’,

b’c’, c’B, aa’, dd’, bb’dan cc’, posisi titik-titik a, b, c dan d secara relatif

dapat ditentukan/ digambarkan.

** Metoda Mengikat (Interpolasi)

Berbeda dengan cara siku-siku, pada metoda ini titik-titik detail diikat

dengan garis lurus pada garis ukur. Pengukuran dengan metoda ini dapat

dibagi atas dua cara yaitu dengan cara pengikatan pada sembarang titik

dan cara perpanjangan sisi.

A B

d

ca

b

a’ b’ c’d’

Page 150: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

*** Cara Mengikat Pada Titik Sembarang.

Tentukan sembarang pada garis ukur AB titik-titik a’, a”, b’, b”, c’,

c” (usahakan agar segitiga-segitiga a’a”a, b’b”b, c’c”c merupakan

segitiga sama sisi atau sama kaki). Dengan mengukur jarak-jakak

Aa’, Aa”, Ab’, Ab”, Ac’, Ac”, Bc”, Bc’, Bb”,Bb’, Ba”, Ba’ dan a’a, a”a,

b’b, b”b, c’c, c”c; maka posisi titik-titik a, b, c dapat ditentukan/

digambarkan.

*** Cara Perpanjangan Sisi

Cara yang lebih sederhana bila dilakukan dengan menarik garis

lurus (perpanjangan) dari detail-detail sampai memotong garis

ukur AB.

- Garis da, ab, cb dan dc

diperpanjang sehingga

memo- tong garis AB

pada titik a’, b’, c’dan

d’.

- Ukur jarak-jarak : Aa’,

Ab’, Ac’, Ad’, Bd’, Bc’,

Bb’, Ba’ dan a’a, ad, b’b,

bc, c’b, ba, d’c, cd.

- Dari ukuran jarak-jarak tersebut diatas titik-titik a, b, c, dapat

ditentukan/ digambar.

A B

d

ca

b

a’ b’ c’ c”a” b”

A B

d

ca

b

a’ b’ c’ d’

Page 151: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

*** Cara Trilaterasi Sederhana

Cara trilaterasi sederhana pada prinsipnya mengikatkan titik-titik

detail dari dua titik tetap sehingga bidang tanah dapat digambarkan

dengan baik dan benar.

Pada gambar dibawah ini,

jarak yang diukur adalah

jarak-jarak Aa, Ab, Ac, Ad;

Ba, Bb, Bc, Bd. Dengan

demikian titil a, b, c dan d

dapat digambarkan.

* Metoda Polar

Cara ini merupakan cara yang banyak digunakan dalam praktek, terutama

untuk pengukuran bidang/ detail-detail yang cukup luas dan tidak

beraturan bentuknya. Cara pengukuran ini dapat dilakukan dengan

menggunakan theodolit kompas atau theodolit repetisi/ reiterasi.

Sesuai dengan alat yang digunakan untuk menentukan letak titik-titik

dengan metoda polar dapat dilakukan dengan cara :

** Dengan unsur azimuth dan jarak

- Pengukuran azimuth titik-titik detail dilakukan dari titik dasar teknik

yang telah diketahui

koordinatnya.

- Pengukuran jarak mendatar

dilakukan dengan

A B

d

c

a

b

A B

d

c

a

b

U U

ef

g

Page 152: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

menggunakan pita ukur atau EDM.

- Untuk mendapatkan ukuran lebih perlu diukur sisi-sisi ab, bc, cd, de,

ef, fg, ga dan diagonal af, ac, ce dan df.

** Dengan unsur sudut dan jarak

- Sama dengan cara pengukuran diatas, pengukuran sudut titik-titik

detail dilakukan dari titik dasar teknik yang telah diketahui

koordinatnya ke titik-titik detail a, b, c, d, e, f.

- Pengukuran jarak datar dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau

EDM dari titik tempat berdiri alat ke titik-titik detail.

- Pengukuran lebih dilakukan pada setiap sisi bidang tanah yaitu ; sisi

ab, bc, cd, de, ef dan fa, pengukuran tambahan untuk menggambarkan

bangunan dapat dikombinasikan dengan pengukuran metoda offset

(metoda siku-siku dan metoda mengikat). Pengukuran diagonal bd

digunakan sebagai kontrol terhadap posisi titik yang diperoleh dari

pengukuran sudut dan jarak.

Jalan gurami

Jala

n B

ande

ng

BPN 02

BPN 01

a

b

c

d

e

f

Page 153: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

5.2.1.2. Fotogrametrik.

Pengukuran bidang tanah dengan metoda fotogrametrik untuk pendaftaran

tanah sistematik maupun sporadik biasanya dilaksanakan untuk daerah

terbuka (mudah untuk diidentifikasi).

Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk pengukuran bidang tanah yaitu :

- Peta foto skala 1 : 2500 atau skala 1 : 1000.

- Meteran/pita ukur, untuk mengukur sisi-sisi bidang tanah.

- Jarum prik, untuk menandai titik batas bidang tanah pada peta foto.

- Formulir Gambar Ukur

- Alat-alat tulis dan lain sebagainya.

Hasil pemetaan fotogrametrik yang biasanya digunakan dalam survey

lapangan untuk penentuan bidang tanah adalah :

a. Blow up foto udara.

Blow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto udara dengan skala

pendekatan. Blow up foto udara menggambarkan detail keadaan lapangan dari

image citra foto . Blow up foto udara bukan merupakan peta.

Blow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto udara dengan skala

pendekatan.

Pengukuran bidang tanah dilaksanakan dengan cara terrestris atau plotting

digital sedangkan blow up hanya digunakan sebagai sket bidang tanah dan

untuk mencantumkan data ukuran-ukuran sebagai pelengkap Gambar Ukur.

Ciri-ciri blow up foto udara biasanya belum dilengkapi dengan format peta,

legenda serta simbol-simbol kartografi. Sedangkan yang ada hanya

keterangan tentang saat pemotretan yaitu pada bagian tepinya.

Page 154: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh blow up foto udara :

b. Peta Foto

Peta foto adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dari citra foto

dengan skala tertentu. Peta foto sudah melalui proses pemetaan

fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada peta foto sudah benar,

dengan demikian detail-detail yang ada di peta foto dan dapat didentifikasi

dilapangan mempunyai posisi sudah benar di peta.

Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta foto adalah

dengan cara identifikasi batas bidang tanah dan mengukur sisi-sisi bidang

tanah dilapangan.

Page 155: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh Peta Foto :

c. Peta Garis

Peta garis adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dengan garis-

garis dan symbol kartografi dengan skala tertentu. Peta garis sudah melalui

proses pemetaan fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada peta garis

sudah benar, maka detail-detail yang ada di peta garis yang dapat

didentifikasi dilapangan berarti posisinya sudah benar di peta.

Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis sebagai

peta dasar pendaftaran adalah dengan mengikatkan terhadap detail-detail

yang mudah diidentifikasi di lapangan dan di peta garis atau dengan cara

mengikatkan terhadap titik dasar teknik terdekat apabila sudah tersedia

sekitar bidang tanah yang diukur.

Page 156: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh peta garis analog :

Contoh peta garis digital :

Page 157: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

5.2.1.3. Metoda Lainnya.

Pengukuran bidang tanah untuk pendaftaran tanah sistimatik maupun

sporadik bisa juga dilaksanakan dengan metoda lainnya selain metoda

terrestrial maupun fotogrametrik, hal tersebut dimungkinkan apabila

teknologi pengukuran dan pemetaan metoda tersebut sudah mencapai

ketelitian pengukuran batas bidang tanah sesuai dengan ketelitian kedua

metoda diatas seperti misalnya; citra satelit, pengukuran GPS dan lain

sebagainya.

Dari ketiga metoda diatas prinsip dasar pengukuran bidang tanah dalam

rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah harus memenuhi kaidah-

kaidah teknis pengukuran dan pemetaan sehingga bidang tanah yang diukur

dapat dipetakan dan dapat diketahui letak dan batasnya di atas peta serta

dapat direkontruksi batas-batasnya di lapangan.

5.2.2. SISTEM KOORDINAT

Sesuai pasal 25 ayat 1 semua pengukuran bidang tanah pada prinsipnya harus

dilaksanakan dalam sistem Koordinat Nasional dengan cara pengikatan

terhadap titik dasar teknik Nasional terdekat sekitar bidang tanah tersebut.

Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila perapatan titik dasar teknik orde 3

atau orde 4 sudah tersedia di sekitar bidang tanah tersebut. Pekerjaan

perapatan titik dasar teknik secara Nasional sedang berlangsung

dilaksanakan, oleh karena itu untuk daerah yang titik-titik dasar tekniknya

belum tersedia maka pelaksanaan pengukuran bidang tanah pada pendaftaran

tanah sistematik maupun seporadik untuk sementara dapat dilaksanakan

dalam sistem koordinat lokal, dimana apabila perapatan titik-titik dasar

teknik pada daerah tersebut sudah tersedia harus ditransformasikan ke

dalam sistim Koordinat Nasional.

Yang harus diperhatikan dalam sistem koordinat adalah :

- Sistim koordinat yang digunakan dalam pengukuran harus sesuai dengan

pemetaannya.

- Keharusan untuk memetakan bidang tanah adalah kedalam peta dasar

pendaftaran yang ada terlebih dahulu walaupun masih dalam sistim

koordinat lokal.

Page 158: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

- Peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik dalam sistim koordinat

nasional adalah kondisi yang ideal pada pengukuran bidang tanah.

- Pertimbangan pemakaian sistem koordinat pada pengukuran bidang tanah

tergantung kepada

Data yang ada Dipakai

1. Tersedia peta dasar pendaftaran Nasional Sistem Koordinat Nasional

Tersedia titik dasar teknik Nasional

2. Tersedia peta dasar pendaftaran Lokal Sistem Koordinat Lokal

Tidak tersedia titik dasar teknik Nasional

3. Tersedia peta dasar pendaftaran Lokal Sistem Koordinat Nasional

Tersedia titik dasar teknik Nasional

4. Tidak tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat Nasional

Tersedia titik dasar teknik Nasional

5. Tidak tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat Lokal

Tidak tersedia titik dasar teknik Nasional

Untuk pemakaian sistem koordinat Nasional maupun Lokal, setiap bidang

tanah yang telah selesai diukur harus segera dipetakan pada peta

pendaftaran baik pada peta pendaftaran dengan lembar peta yang sudah

tersedia karena ada bidang tanah lain yang sudah dipetakan terlebih dahulu

atau lembar peta baru yang dibuat dengan hanya memuat satu bidang tanah

yang baru diukur tersebut.

5.2.3. PENGUKURAN TERRESTRIAL.

Berdasarkan metoda pengukuran terrestril yang telah diuraikan diatas,

pengambilan data ukuran bidang tanah secara terrestrial baik untuk

pendaftaran tanah sporadik maupun sistimatik adalah untuk memperoleh data

ukuran yang dapat membentuk bidang-bidang tanah secara utuh, artinya

setiap bidang tanah dapat dipetakan sesuai bentuk dan ukurannya dilapangan,

tidak diperkenankan memaksakan menggambar bidang tanah dengan suatu

jarak atau arah perkiraan, harus diambil data ukuran lebih sebagai kontrol

hitungan.

Beberapa cara mendapatkan data ukuran terestris untuk menggambarkan

bidang tanah dapat dilakukan sebagai berikut :

Page 159: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

- Dilakukan secara manual; yaitu pengukuran dilaksanakan dengan

menggunakan alat ukur theodolit atau pita ukur, perhitungan koordinat

menggunakan kalkulator secara manual dan penggambarannya menggunakan

mistar, pena, tachen scale dan mistar skala.

- Semi komputerisasi; yaitu pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat

ukur theodolit atau pita ukur, perhitungan koordinat dan penggambarannya

dilakukan dengan bantuan komputer dan sofware.

- Komputerisasi penuh; yaitu pengukuran (pengambiln data), perhitungan

dan penggambaran dilakukan secara otomasi menggunakana komputer (Total

Station).

Dari ketiga cara diatas, dalam pengukuran bidang tanah yang harus tetap

dilaksanakan adalah pembuatan gambar ukurnya dengan sket dan catatan

langsung di lapangan.

Data Recorder

Page 160: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Tahapan pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran di lapangan.

2. Tentukan sistem koordinat yang akan dipakai sesuai dengan data yang

tersedia.

3. Cari titik dasar teknik terdekat dengan bidang tanah yang tersedia

dilapangan berdasarkan informasi dari peta dasar teknik dan buku tugu

pada daerah tersebut.

4. Tentukan bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya.

5. Cantumkan NIB pada d.i. 201nya.

6. Ukur bidang tanah dengan suatu atau kombinasi dari metoda pengukuran

trrestrial yang paling sesuai dengan peralatan dan keadaan lapangannya

(Misal ; pengukuran bidang tanah sporadik, pengukuran bidang tanah

sistematik, pengukuran HGU dan lain sebagainya)

7. Buatkan gambar ukurnya.

8. Tentukan luas bidang tanahnya.

Contoh pengambilan data yang benar (lihat pada contoh pengisian Gambar

Ukur).

5.2.4. PETA FOTO SEBAGAI PETA DASAR PENDAFTARAN

Pengukuran bidang tanah menggunakan peta foto sebagai peta dasar

pendaftaran dapat dilaksanakan dengan cara identifikasi titik-titik batas

bidang tanah yang sudah ditetapkan di lapangan.

Identifikasi adalah melihat detail dilapangan kemudian menandai detail yang

posisinya sama pada peta foto. Oleh karena itu sangat efektif untuk daerah

terbuka seperti; pesawahan, ladang terbuka dan lain sebagainya.

Semua titik batas bidang tanah yang ditunjukan oleh penunjuk batas ditandai

pada peta foto. Titik-titik batas tersebut dihubungkan dengan garis sehingga

membentuk bidang-bidang tanah yang sesuai dengan keadaan dilapangan.

Pada setiap bidang tanah kemudian diberi nomor bidang tanah sesuai dengan

nomor bidang tanah pada d.i. 201.

Sisi-sisi bidang tanah diukur dilapangan, kemudian angkanya dicantumkan

pada sisi-sisi yang sesuai di peta foto.

Page 161: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Tahapan pengukuran bidang tanah dengan peta foto sebagai peta dasar

pendaftaran dengan cara identifikasi lapangan :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk identifikasi lapangan.

2. Siapkan lembar peta foto yang memuat letak bidang-bidang tanah yang

akan diukur.

3. Tentukan bidang tanah yang akan diukur dan sudah ditetapkan tanda

batasnya dilapangan.

4. Tentukan letaknya di peta foto.

5. Identifikasi setiap tanda batas dilapangan, kemudian tandai dengan jarum

prik di peta foto pada posisi yang sama seteliti mungkin (bukan perkiraan).

6. Hubungkan tanda batas yang bersangkutan dengan tinta merah ukuran 0.1

mm sehingga membentuk bidang tanah sesuai bentuk bidang tanah

sebenarnya di lapangan.

7. Cantumkan Nomor Bidang Tanah (NIB) di peta foto pada tengah-tengah

bidang, sesuai NIB pada daftar isian 201nya.

8. Ukur sisi-sisi bidang tanah dengan meteran.

9. Cantumkan angka jaraknya di peta foto dengan tinta biru pada sisi-sisi

yang sesuai.

10. Isi formulir gambar ukurnya, sedangkan gambar bidang tanahnya adalah

copy peta foto ukuran A4 yang memuat bidang tanah dan atau bidang-

bidang tanah sekitarnya.

11. Demikian seterusnya untuk bidang-bidang tanah lainnya.

12. Tentukan luas bidang tanahnya

Contoh hasil identifikasi lapangan :

Page 162: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Apabila terdapat titik-titik batas yang tidak dapat diidentifikasi misalnya

terhalang atau tertutup pohon sehingga sulit untuk menentukan posisinya

pada peta foto, maka dilakukan pengukuran tambahan (suplesi) dengan cara

mengikatkan pada detail-detail terdekat yang kelihatan sehingga titik batas

tersebut dapat ditentukan di peta.

Contoh :

Titik A dan titik B adalah contoh yang tidak jelas di peta foto ( terhalang)

5.1.5. PETA GARIS SEBAGAI PETA DASAR PENDAFTARAN

Peta garis bisa berupa hasil dari pemetaan; terrestris, fotogrametris atau

metoda lainnya. Pada peta garis ada detail situasi yang dapat diidentifikasi

secara pasti dilapangan seperti; pojok tembok, tiang listrik, perempatan

pematang , pagar dan lain sebagainya.

Titik-titik yang dapat diidentifikasi tersebut dapat dipakai sebagai ikatan

untuk pengukuran bidang tanah dan peta garis dapat dipakai sebagai dasar

untuk pemetaan bidang tanah tersebut.

Page 163: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Apabila sudah tersedia titik dasar teknik nasional sekitar bidang tanah yang

diukur, maka pengukuran bidang tanah tersebut harus diikatkan terhadap

titik dasar teknik nasional.

Tahapan pengukuran bidang tanah dengan peta garis sebagai peta dasar :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.

2. Siapkan copy lembar peta garis yang memuat letak bidang tanah yang akan

diukur untuk dibawa ke lapangan.

3. Tentukan bidang tanah yang akan diukur dan telah ditetapkan tanda

batasnya dilapangan.

4. Tentukan letak perkiraan pada peta garis.

5. Buatkan gambar ukurnya.

6. Ukur bidang tanah tersebut secara terestris.

7. Untuk keperluan pemetaan bidang tanah yang telah diukur, perlu diikatkan

terhadap titik dasar teknik terdekat sekitar bidang tanah atau terhadap

beberapa titik detail yang jelas (minimal 3 titik), tergambar pada peta

garis dan mudah diidentifikasi di lapangan ( perempatan pematang sawah,

ujung trotoar, pojok jembatan dan lain sebagainya )

8. Cantumkan angka-angka ukurnya pada gambar ukur.

9. Gambarkan bidang tanah dan tandai titik-titik yang dipakai sebagai titik

ikat pada copy peta garis.

10. Cantumkan Nomor Bidang (NIB) pada tengah-tengah bidang tanah di peta.

11. Lembar copy peta garis yang dibawa ke lapangan tersebut dipakai sebagai

dasar untuk memetakan bidang tanah pada lembar asli drafting film.

Page 164: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh :

Tahapan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis digital

fotogrametris sebagai peta dasar pendaftaran pada daerah

pesawahan/tambak :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk identifikasi lapangan.

2. Siapkan lembar blow up foto udara yang memuat letak bidang-bidang tanah

yang akan diukur.

3. Tentukan bidang tanah yang akan diukur dan sudah ditetapkan tanda

batasnya dilapangan.

4. Tentukan letaknya pada blow up foto udara.

5. Identifikasi setiap tanda batas dilapangan, kemudian tandai dengan jarum

prik di blow up foto udara pada posisi yang sama seteliti mungkin (bukan

perkiraan).

6. Hubungkan tanda batas yang bersangkutan dengan tinta merah ukuran 0.1

mm sehingga membentuk bidang tanah sesuai bentuk bidang tanah

sebenarnya di lapangan.

7. Cantumkan Nomor Bidang Tanah (NIB) pada blow up foto udara di tengah-

tengah bidang, sesuai NIB pada daftar isian 201nya.

8. Ukur sisi-sisi bidang tanah dengan meteran.

Page 165: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

9. Cantumkan angka jaraknya di blow up foto udara dengan tinta biru pada

sisi-sisi yang sesuai.

10. Isi formulir gambar ukurnya, sedangkan gambar bidang tanahnya adalah

copy blow up foto udara ukuran A4 yang memuat bidang tanah atau bidang-

bidang tanah tersebut yang dilampirkan pada gambar ukur.

11. Demikian seterusnya untuk bidang-bidang tanah lainnya.

12. Pembentukan bidang tanah adalah dengan cara mengedit batas bidang

tanah hasil identifikasi lapangan kedalam peta garis dijital dengan

menghapus atau menambah garis batas bidang tanah.

Contoh peta dasar/peta garis hasil plotting digital :

Contoh hasil identifikasi lapangan pada blow up foto udara :

Page 166: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh pembentukan bidang tanah setelah diedit :

5.2.6. PENGUKURAN SPORADIK TANPA PETA DASAR PENDAFTARAN

Pengukuran bidang tanah secara sporadik kadang-kadang dihadapkan pada

kondisi peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik belum tersedia

dilapangan. Untuk daerah yang tidak tersedia peta dasar pendaftarannya

pelaksanaan pengukuran adalah sebagai berikut :

A. Pengukuran sporadik tanpa peta dasar tetapi terdapat titik dasar

teknik.

Pengukuran bidang tanah secara sporadik di daerah yang tidak tersedia peta

dasar pendaftaran namun terdapat titik dasar teknik nasional dengan jarak

kurang dari 2 (dua) kilometer dari bidang tanah tersebut, diikatkan ke titik

dasar teknik nasional.

Tahapan pelaksanaan :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.

2. Lihat pada peta dasar teknik, dua titik dasar teknik nasional sekitar

bidang tanah yang akan diukur.

Page 167: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

3. Catat nomor tugunya, siapkan buku tugunya untuk dibawa kelapangan.

4. Cari titik-titik dasar teknik tersebut dilapangan.

5. Tentukan jalur poligon dari kedua titik tersebut, sehingga melalui bidang

tanah yang akan diukur dan tentukan dua titik jalur poligon yang berada

sekitar bidang tanah untuk dipasang tugu orde 4 dan dipakai sebagai titik

ikat pengukuran bidang tanah yang termasuk pada lembar peta

bersangkutan, demikian seterusnya.

6. Tetapkan batas bidang tanah dan cantumkan NIBnya

7. Ukur bidang tanah dengan metoda pengukuran bidang tanah yang sesuai.

8. Buatkan gambar ukurnya.

9. Tentukan luas bidang tanahnya

Contoh :

Titik Dasar Teknik Orde 4

Titik Dasar Teknik Orde 3

Jalur Poligon

Garis Ukur

Bidang Tanah

Page 168: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

B. Pengukuran sporadik tanpa peta dasar dan tidak terdapat titik dasar

teknik.

Untuk pengukuran bidang tanah secara sporadik di daerah yang tidak

tersedia peta dasar pendaftaran dan tidak terdapat titik dasar teknik

nasional harus dibuat titik dasar teknik orde 4 lokal di sekitar bidang tanah

yang akan diukur sebanyak 2 (dua) buah atau lebih yang berfungsi sebagai

titik ikat pengukuran bidang tanah dalam sistem koordinat lokal.

Tahapan pelaksanaan :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.

2. Lihat pada peta dasar teknik, dua titik dasar teknik lokal sekitar bidang

tanah yang akan diukur atau dua titik dasar teknik lokal pada desa yang

bersangkutan. Apabila pada desa tersebut sama sekali belum terdapat

titik dasar teknik lokal, maka pada pengukuran bidang tanah sekalian

memasangnya sebagai titik awal koordinat lokal untuk wilayah desa

tersebut.

3. Catat nomor tugunya, siapkan buku tugunya untuk dibawa kelapangan.

4. Cari titik-titik dasar teknik tersebut dilapangan.

5. Ikatkan, apabila bidang tanah dan kedua titik tersebut masih terdapat

dalam lembar peta yang sama.

6. Tentukan jalur poligon apabila bidang tanah, diluar lembar peta yang

memuat titik dasar teknik tersebut. Jalur poligon harus melalui bidang

tanah yang akan diukur dan tentukan dua titik pada jalur poligon yang

berada sekitar bidang tanah untuk dipasang tugu orde 4 dan dipakai

sebagai titik ikat pengukuran bidang tanah yang termasuk pada lembar

peta bersangkutan, demikian seterusnya.

7. Tetapkan batas bidang tanah dan cantumkan NIBnya

8. Ukur bidang tanah dengan metoda pengukuran bidang tanah yang sesuai.

9. Buatkan gambar ukurnya.

10. Tentukan luas bidang tanahnya.

Page 169: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh :

5.2.7. PENGEMBALIAN BATAS, PEMISAHAN DAN PENGGABUNGAN.

Pengembalian batas, pemisahan dan penggabungan adalah pengukuran yang

dilaksanakan ke dua atau beberapa kali terhadap bidang tanah tersebut,

olehkarena itu pengukurannya harus berdasarkan data pendaftaran tanah

pertama atau sebelumnya.

Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran tersebut yang terlebih dahulu

harus disiapkan adalah Gambar Ukur data pendaftaran sebelumnya dari

bidang tanah bersangkutan. Data dari Gambar Ukur dapat digunakan untuk

mencari titik-titik ikat yang digunakan pada saat pengukuran serta dengan

ukuran-ukuran yang dicatat pada gambar ukur titik-titik batas bidang tanah

dapat dikembalikan pada posisi sebenarnya dilapangan atau berdasarkan

titik-titik batas tadi dapat dilakukan penambahan ukuran-ukuran baru untuk

pemisahan atau penggabungan suatu bidang tanah.

Tahapan pelaksanaan pengukuran :

1. Siapkan Gambar Ukur data pendaftaran tanah sebelumnya.

2. Cari titik-titik yang dapat digunakan sebagai referensi untuk keperluan

pengukuran tersebut, titik-titik tersebut dilapangan dapat berupa :

Titik Dasar

Teknik Orde 4

Lokal

Jalur Poligon

Garis Ukur

Bidang Tanah

Baru

Bidang Tanah yang

Sudah Dipetakan

Kondisi 1 Kondisi 2

Page 170: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

- Beberapa titik batas bidang tanah, kalau ada.

- Beberapa titik batas bidang tanah besebelahan yang masih tercatat pada

gambar ukur.

-Titik dasar teknik atau titik-titik lain yang digunakan sebagai titik ikat

pengukuran bidang tanah.

3. Rencanakan pekerjaanya pengukuran yaitu; pengembalian batas, pemisahan

atau penggabungan serta harus disesuaikan dengan titik referensi yang

tersedia.

*Pengembalian titik-titik batas semuanya dapat dilakukan dengan data

dari gambar ukur.

*Pengembalian titik-titik batas sebagian asli dari data gambar ukur,

sebagian dari hitungan sudut atau jarak berdasarkan koordinat yang

dibentuk oleh data ukuran .

*Pengembalian titik-titik batas seluruhnya dari data sudut dan jarak

hasil hitungan atau data koordinat.

4. Siapkan data ukuran-ukuran dari rencana sebagai unsur seting untuk

pengembalian/pengukuran dilapangan dan juga titik-titik referensi yang

digunakan.

5. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran

6. Ukur/kembalikan dimensi ukuran-ukuran pada rencana ke lapangan

7. Pasang tanda batas pada titik-titik batas yang diperlukan.

8. Cantumkan NIB pada d.i. 201

9. Buatkan gambar ukur barunya.

Contoh pengembalian batas dari data Gambar Ukur semuanya :

Page 171: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh pengembalian batas dari data Gambar Ukur dan data hasil hitungan :

Contoh pengembalian batas seluruhnya dari data hitungan :

a,b,c = Jarak-jarak yang didapat dari Gambar Ukur

= Sudut –sudut yang didapat dari Hitungan

= Titik-titik yang ditemukan di lapangan

Page 172: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

5.2.8. PENENTUAN LUAS BIDANG TANAH

Bidang-bidang tanah yang terdapat di permukaan bumi terletak pada daerah

yang bervariasi yaitu daerah datar, daerah miring atau daerah sangat miring.

Sedangkan luas bidang tanah yang dimaksud disini adalah luas bidang tanah

pada bidang proyeksi (bidang datar).

Cara penentuan luas bidang tanah biasanya digunakan cara yang disesuaikan

pada cara pengukurannya. Berdasarkan urutan ketelitian, cara penentuan luas

bidang tanah adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan angka-angka ukur

2. Menggunakan angka-angka koordinat

3. Semi Grafis

4. Grafis

5.2.8.1.Menggunakan Angka-angka Ukur

Ada beberapa kondisi bidang-bidang tanah yang diukur menggunakan pita

ukur diagonalnya dapat diukur secara lengkap sehingga bidang tanah terbagi

menjadi beberapa segi-tiga yang semua sisinya terukur, sehingga luas bidang

tanah adalah jumlah luas segi-tiga yang membentuk bidang tanah tersebut.

Angka jarak sisi-sisi yang digunakan untuk hitungan adalah jarak yang

didapat langsung dari lapangan, tidak diskalakan atau sudah terkoreksi

melalui proses hitungan.

Contoh : Segi empat ABCDE

Sisi AB = a

Sisi BC = b

Sisi AC = c

Sisi CD = d

Sisi AD = e

( a + b + c )

S = ----------------

2

Luas ABC = V s(s – a) (s – b) (s – c)

D

e d

c A

C

a b

B

Page 173: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Luas ABCD adalah jumlah luas ABC dan ACD.

5.2.8.1.Menggunakan Angka-angka Koordinat

Cara ini digunakan untuk daerah yang dibatasi oleh garis-garis lurus. Angka

koordinat yang digunakan adalah angka koordinat titik-titik sudut batasnya.

Angka tersebut diperoleh dari hasil hitungan koordinat secara polar, poligon,

dan lain sebagainya.

Koordinat yang didapat biasanya sudah terkoreksi dalam proses hitungan.

Rumus umum untuk menentukan luas dari angka koordinat adalah :

L = ½ ( Xn Yn+1 – Xn+1 Yn )

Penjelasan :

L = Luas bidang tanah

N = nomor titik sudut

N+1 = nomor titik berikutnya ( harus tertutup)

5.2.8.3. Semi Grafis

Cara semi grafis adalah cara penentuan luas perpaduan antara angka jarak

langsung dari lapangan dan jarak grafis dari peta sebagai unsur perhitungan

luas.

5

1 4

Y5

3

2

Y1 Y2 Y3 Y4

X1 X5 X2 X3 X4

O

Page 174: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Cara penentuan ini akan lebih teliti apabila pengukuran jarak-jarak grafisnya

dilakukan secara teliti, dan bisa dipergunakan dalam perhitungan luas bidang

tanah.

L = ½ a . t

Penjelasan :

Sisi yang diukur dilapangan (Contoh : a)

Sisi yang diukur di peta (Contoh : t)

5.2.8.4. Grafis

Cara penentuan ini adalah yang paling kasar, karena seluruh unsur angka

hitungan didapatkan dari hasil pengukuran di peta.

Beberapa cara penentuan luas secara grafis antara lain :

1. Digitasi peta bidang tanah, penentuan luas dengan digitasi prinsipnya

adalah menentukan koordinat titik-titik batas bidang tanah secara grafis

dengan bantuan alat digitizer, kemudian menghitung luasnya sesuai

perhitungan pada butir 5.1.8.2.

Biasanya perhitungan luas dilakukan oleh sofware secara otomasi.

2. Planimeter, penentuan luas dengan bantuan alat planimeter. Prinsip kerja

alat ini adalah menelusuri garis batas bidang tanah sampai tertutup

kemudian angka luas dapat dilihat pada tampilan luas pada alat planimeter.

3. Cara Transformasi yaitu dengan cara merubah bentuk bidang tanah ke

dalam bentuk yang sederhana sehingga luasnya dapat dihitung dengan

5

a

4

1 1 2 t

3

3

2

Page 175: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

mudah (Contoh : segi-tiga = alas x tinggi, empat persegi = panjang x lebar,

dan lain sebagainya).

4. Dengan mengoverlaykan kertas transparan yang menggambarkan kotak-

kotak garis memanjang dan melintang terhadap peta bidang yang akan

dihitung luasnya. Prinsip perhitungan luasnya adalah menghitung jumlah

kotak yang dicakup oleh bidang tanah, kemudian mengalikan jumlah

tersebut terhadap luas per-kotak .

Catatan :

1. Dari cara pengukuran bidang tanah yang telah diuraikan, bahwa pada

pengukuran bidang tanah apabila tersedia peta dasar pendaftaran berupa

peta foto dapat dilaksanakan dengan cara identifikasi lapangan.

Hasil pengukuran bidang tanah dengan cara identifikasi lapangan adalah

mendapatkan bentuk bidang tanah di peta foto dan angka ukuran sisi-sisi

bidang tanah.

Perhitungan luas bidang tanah dapat dilakukan dengan cara semi grafis sesuai

pada butir 5.2.8.3 berdasarkan bentuk bidang tanah di peta foto, diusahakan

semua angka-angka ukuran sisi-sisi yang didapat langsung dari lapangan

digunakan sebagai unsur hitungan luas.

Atau perhitungan luas dapat dilakukan dengan cara digitasi, selanjutnya dari

bentuk bidang tanah hasil digitasi dikoreksikan panjang sisi-sisinya dengan

panjang sisi-sisi hasil pengukuran di lapangan baru dihitung luasnya.

Pekerjaan ini dilakukan per-bidang tanah khusus untuk perhitungan luas

tetapi bukan untuk pemetaan, karena pemetaan tetap menggunakan data hasil

identifikasi lapangan.

2. Pengukuran bidang tanah dari hasil plotting fotogametri secara digital,

perhitungan luas bidang tanah dapat dilakukan pada pembentukan bidang-

bidang tanah hasil pengukuran.

Dengan bantuan sofware data digital bidang-bidang tanah digital yang

terbentuk dapat dihitung luasnya satu per-satu bidang atau seluruh bidang

tanah dapat sekaligus dihitung luasnya secara otomasi.

Page 176: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

5.3. PEMBUATAN GAMBAR UKUR

5.3.1. Pendahuluan

Gambar ukur pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat data hasil

pengukuran bidang tanah yang berupa jarak, sudut, azimuth maupun gambar

bidang tanah dan situasi sekitarnya.

Selain data-data tersebut diatas juga dicantumkan keterangan-keterangan

lain yang mendukung untuk memudahkan dalam penatausahaan gambar ukur.

Catatan-catatan pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data

rekontruksi batas bidang tanah apabila karena sesuatu hal titik-titik batas

yang ada di lapangan hilang.

Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi

dapat sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu formulir gambar ukur.

Gambar ukur yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini digunakan untuk

keperluan pendaftaran tanah secara sistematik dan sporadik.

5.3.2. Bentuk/Format Gambar Ukur.

1. Gambar ukur menggunakan format kertas standar A4 dengan ketebalan

seperti kartun manila yang disebut d.i. 117B dan penggunaannya tidak

boleh disambung-sambung.

2. Gambar ukur terdiri dua halaman digunakan bolak-balik.

3. Halaman 1 menerangkan mengenai nomor gambar ukur , lokasi bidang

tanah, keterangan pengukuran dan keterangan pembatalan jika ada.

4. Halaman 2 digunakan untuk penggambaran bidang tanah dan simbol-simbol

yang digunakan.

5. Penggunaan foto udara atau peta foto yang merupakan bagian dari gambar

ukur, terdiri dari d.i. 117B, copy peta foto/blow up foto udara pada ukuran

A4.

5.3.3. Cara Pengisian Gambar Ukur.

1. Halaman 1

Gambar Ukur pendaftaran tanah sistematik ( DI 107 ) :

- Tahun , diisi tahun pembuatan gambar ukur

Page 177: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

- Nomor gambar ukur :

* dicantumkan sama dengan Nomor Identifikasi Bidang

untuk gambar ukur yang memuat beberapa bidang tanah, semua NIB

bidang tanah tersebut ditulis sebagai nomor gambar ukur.

contoh : Nomor : 09.10.11.12.34567 Nomor : 09.10.11.12.3470

Nomor : 09.10.11.12.34568 Nomor : 09.10.11.12.3471

Nomor : 09.10.11.12.34569 Nomor : 09.10.11.12.3472

- LOKASI ( Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/Kotamadya )

diperlukan mengingat pembukuan gambar ukur dibuat untuk setiap desa.

Keterangan ini diisi sesuai dengan lokasi bidang tanah yang diukur berada.

- Nomor Peta Pendaftaran dimaksudkan untuk memudahkan pencarian bidang

tanah yang dimaksud pada gambar ukur dalam sistem koordinat nasional.

Diisi nomor lembar peta pendaftaran sesuai letak lokasi gambar ukur. Jika

bidang-bidang tanah pada gambar ukur menempati beberapa lembar peta

pendaftaran, maka masing-masing nomor lembar peta pendaftaran

dituliskan pada gambar ukur.

- Nomor Foto Udara diisi apabila yang digunakan untuk gambar ukur adalah

blow up foto udara.

- KETERANGAN PENGUKUR

* Nama Pengukur dituliskan untuk masing-masing bidang tanah. Dalam

hal pengukuran dilaksanakan oleh pengukur swasta perlu dicantumkan

badan hukumnya pada kolom nama pengukur. Diperbolehkan mengisi nama

pengukur yang berbeda untuk bidang tanah yang bersebelahan asalkan

masih dalam satu kegiatan/proyek pengukuran.

* Tanggal Pengukuran diisi dengan tanggal pada saat pengukuran.

Diperbolehkan mengisi tanggal yang berbeda untuk bidang tanah yang

bersebelahan asalkan masih dalam satu kegiatan/proyek pengukuran.

* Tanda tangan pengukur.

- KETERANGAN

Diisi untuk bidang tanah dengan NIB (misal; NIB:09.10.11.12.34568)

merupakan bidang tanah yang diukur kembali. Harus dilihat GU yang

lama/baru.

Page 178: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

- SKET LOKASI.

Digambarkan lokasi bidang tanah terhadap situasi yang lebih umum

dikenal disekitar lokasi seperti menggambarkan ; Jalan Utama, Mesjid,

Sungai, Jembatan, Pasar dan lain sebagainya.

Gambar Ukur pendaftaran tanah sporadik ( DI 107 A ) :

- Nomor gambar ukur :

* dicantumkan sama dengan Nomor Identifikasi Bidang

- Tahun , diisi tahun pembuatan gambar ukur

- LOKASI diisi sama seperti pengisian pada DI 107.

- KETERANGAN PEMOHON diisi data-data pemohon dan tanda tangan

pemohon.

- KETERANGAN PENGUKUR diisi sama seperti pengisian pada DI 107.

- PERSETUJUAN BATAS BIDANG TANAH

Pada kolom Nama Tetangga yang Berkepentingan diisi Nama pemilik bidang

tanah yang bersebelahan sesuai letak bidang tanahnya, sebelah ; utara,

selatan, barat atau timur.

Pada kolom Tanda Tangan Persetujuan Tetangga diisi tanda tangan sesuai

dengan kolom namanya.

- SKET LOKASI diisi sama seperti pengisian pada DI 107.

2. Halaman 2

* Halaman ini digunakan untuk penggambaran bidang tanah dan denah lokasi

bidang tanah.

* Pada masing-masing bidang tanah dicantumkan NIB.

* Situasi keliling bidang tanah seperti; jalan, sungai, bidang tanah yang

bersebelahan dan titik ikat (titik dasar teknik) yang digunakan harus

digambarkan.

* Tidak diperkenankan untuk menggambarkan dua atau beberapa bidang

tanah yang letaknya bejauhan (saling terpisah) dalam satu gambar ukur.

* Catatan ukuran lapangan dicantumkan pada gambar ukur seperti ; jarak sisi

bidang tanah, sudut ataupun azimuth.

* Tanda panah arah utara menjelaskan posisi gambar terhadap arah mata

angin dan ditempatkan pada ruang kosong pada bidang gambar.

* Ukuran / ketebalan penulisan angka, paling kecil adalah 1.5 mm / 0.2 mm.

Page 179: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Legenda Gambar Ukur :

Penulisan sudut hasil ukuran dicantumkan pada sudut

antara dua arah dengan memberi tanda busur.

Penulisan azimuth suatu ukuran dicantumkan

sepanjang garis ukur tersebut.

Penulisan jarak suatu ukuran dicantumkan sepanjang

garis ukur tersebut.

Angka penutup garis ukur

Angka ke titik utama pada garis ukur

Titik-titik poligon (garis tengah 3 mm)

- - - - - - - Garis-garis poligon (warna merah)

- - - - - - - - - - Garis-garis lainnya (warna merah)

Tanda batas beton (garis tengah 2 mm)

Tanda batas kayu (garis tengah 2 mm)

Tanda batas besi/paralon (garis tengah 2 mm)

pb . Pagar bambu

pk . Pagar kawat

ph . Pagar hidup

pbs . Pagar besi

Page 180: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

_______________ Galangan

gl

Batas di tengah, tembok milik bersama

Batas tembok satu lapis

Contoh tembuk kepunyaan sebelan utara

Sawah

Sawah kering

Kebun

Bangunan

5.3.4. Tata Cara Penggambaran Gambar Ukur.

- Gambar ukur merupakan catatan asli lapangan tidak dibuat di kantor.

- Gambar ukur dibuat sedemikian rupa sehingga gambar bidang tanah dan

catatannya terbaca dengan jelas pada satu formulir.

- Setiap formulir gambar ukur hanya menerangkan gambar bidang tanah

yang dimuat didalamnya, jadi tidak diperkenankan menyambung-nyambung

beberapa formulir gambar ukur untuk menggambarkan satu bidang tanah

atau beberapa bidang tanah.

- Data ukuran yang dicantumkan pada gambar ukur harus dapat dipakai

sebagai data untuk mengkartir bentuk bidang tanah. Data tersebut juga

harus termasuk beberapa data ukuran lebih yang digunakan sebagai

kontrol.

- Penggambaran bidang tanah dan pencatatan angka ukur harus menggunakan

tinta tidak boleh menggunakan pensil.

Page 181: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

5.3.5. Peta Foto/Blow Up Foto Udara Sebagai Bagian Gambar Ukur.

Pada daerah terbuka sehingga titik batas bidang tanah dapat dengan mudah

diidentifikasi pada peta foto/foto udara, pembuatan gambar ukur dapat

dilaksanakan sebagai berikut :

1. Gambar ukur terdiri dari 2 lembar (lihat lampiran ), yaitu :

- d.i. 117B sebagaimana dimaksud dalam butir b.

- copy peta foto/foto udara yang menggambarkan bidang tanah dan

data ukur.

2. Halaman 1 d.i. 117B diisi sesuai dengan butir c diatas, hanya pada Nomor

Foto Udara ; diisi nomor blow up foto udara apabila yang digunakan citra

foto udara. Nomor Foto Udara boleh lebih dari satu lembar.

3. Halaman 2 d.i. 117B gambar dikosongkan hanya sket lokasi yang

digambarkan, sedangkan bidang tanah digambarkan pada copy peta foto

seperti yang dimaksud angka 1.

4. Pada bagian atas copy peta foto seperti yang dimaksud angka 3. ditulis

Nomor Gambar Ukur.

5. Titik batas pada peta foto/blow up foto udara yang asli di prik (dibuat

lobang kecil dengan menggunakan jarum) dan merupakan hasil identifikasi

lapangan.

6. Jarak ukuran yang dicantumkan pada gambar ukur adalah jarak yang

diambil dari lapangan bukan dari peta.

5.3.6. Penjilidan Gambar Ukur.

- Gambar ukur yang dimaksud angka.1 butir e ; d.i.117B dan copy peta foto

/blow up foto udara dijilid menjadi satu kesatuan.

- Gambar ukur dijilid dengan sistem lepas antara 50 sampai 100 lembar

disimpan per-Desa/Kelurahan.

- Peta foto/blow up foto udara asli disimpan dilain tempat.

Page 182: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 6

PEMBUATAN PETA BIDANG

Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang tanah atau lebih

pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman

data fisik (pasal 1 ayat 6) .

Dari definisi diatas, jelas dimaksudkan bahwa setiap data hasil pengukuran

bidang tanah baik yang dilaksanakan secara sistematik maupun sporadik harus

dibuatkan peta bidang tanahnya.

Peta bidang tanah ini selain merupakan bagian (lampiran) DI 201 B pada

pendaftaran tanah sporadik dan DI 201C pada pendaftaran tanah sistematik,

yang digunakan sebagai salah satu data fisik pada pengumuman, juga dapat

digunakan untuk melengkapi peta pendaftaran yang telah tersedia.

Pembuatan peta bidang tanah adalah berdasarkan data gambar ukur baik itu

dilakukan dengan cara pengukuran terrestrial atau dengan cara identifikasi

pada peta foto.

Oleh karena itu pembuatan peta bidang sebenarnya adalah salinan/kutipan

dari manuskrip (kartiran) sehingga bentuk dan ukuran luasnya dianggap

relatif benar.

6.1 Metoda Pembuatan Peta Bidang Tanah

Format dan ukuran kertas hasil akhir (hard copy) dari peta bidang tanah

yaitu ukuran A3 pada kertas HVS 80 gram (pasal 31 ayat 3), dengan

demikian untuk blanko (bingkai) peta ini dapat disediakan/ dicetak

terlebih dahulu atau apabila pembuatannya secara dijital dapat dibuat

dengan file tersendiri.

Gambar 6-1 Bingkai peta (a) dibuat secara manual, (b) file dijital

(a) (b)

Bidang

gambar

Bidang

gambar

Kotak

Keterangan

Kotak

Keterangan Kertas HVS

(A3) 8o Gram

Keterangan

Page 183: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Sedangkan data yang di extract (digabungkan) dapat berupa batas

bidang-bidang tanah, jalan sungai atau benda benda lain yang dapat

dijadikan petunjuk untuk memudahkan mengenal lokasi bidang tanah

(pasal 31 ayat 5e,f).

6.1.1 Metoda Manual

Secara manual peta bidang tanah dibuat pada blanko (bingkai) peta

bidang tanah yang telah disiapkan terlebih dahulu, menggunakan skala

yang sama dengan peta asalnya. Cara manual hanya dapat dilakukan

dengan cara menyalin atau mengutip bidang-bidang tanah dan detail

situasi penting lainnya dengan cara menempatkan manuskrip pada meja

gambar (meja kaca dengan lampu penerang) dan diatasnya ditempatkan

bingkai peta bidang tanah sedemikian rupa sehingga bidang-bidang

tanah yang akan disalin menempati posisi yang cukup simetris .

Gambar 6-2 Penyalinan manuskrip menjadi peta bidang tanah

Manuskrip/ peta yang dapat digunakan untuk disalin menjadi peta

antara lain :

Manuskrip (kartiran gambar ukur) yang dikerjakan secara manual ;

Kartiran gambar ukur (GU) pada peta dasar pendaftaran, jika peta

dasar pendaftaran berupa peta garis (pasal 32 ayat 1).

Kartiran pada peta dasar pendaftaran berupa peta foto yang

merupakan hasil identifikasi batas pemilikan dan pengukuran sisi-sisi

bidang tanah (pasal 32 ayat 2).

Peta Bidang Tanah

Manuskrip

bingkai Peta

Page 184: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

6.1.2 Metoda Dijital

Peta bidang tanah yang dibuat secara dijital merupakan extraction

(ektraksi) bidang-bidang tanah yang diambil dari :

Manuskrip/ kartiran gambar ukur yang dikerjakan secara dijital ;

Hasil dijitasi peta dasar pendaftaran dijital baik peta garis atau

peta foto yang telah melalui proses editing sesuai hasil penetapan

batas, identifikasi dan data ukuran sisi-sisinya ;

Gambar 6-3 Hasil extract peta dijital dan bingkai peta

6.2 Tata Cara Pembuatan Peta Bidang Tanah.

Pembuatan peta bidang tanah pada pendaftaran tanah sistematik harus

dibuat sedemikian rupa dengan batas wilayah yang jelas, misalnya

digambarkan satu blok atau satu RT. Jika tidak dapat digambarkan per

blok/ RT, maka dibuat secukupnya sesuai format yang ada, hanya perlu

ditambahkan dengan informasi nomor peta bidang tanah dan informasi

lembar bersebelahan untuk memudahkan sistim penyimpanan dan

pencariannya jika diperlukan . Informasi nomor lembar ini dapat

dicantumkan pada kolom/kotak keterangan.

Peta Dijital Bingkai Peta

extract

Page 185: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Agar masyarakat dapat dengan mudah membaca hubungan antara obyek

pada peta bidang tanah dengan subyek pada daftar bidang tanah (DI

201B dan atau DI 201C) maka pada peta bidang tanah dicantumkan

masing-masing nomor bidangnya.

Nomor bidang adalah 5 (lima) digit terakhir dari NIB, tanpa angka 0 nya,

misal NIB bidang tanah tersebut ; 0904010600231, maka nomor bidang

tersebut adalah 231 (pasal 31 ayat 5 g) .

Detail situasi penting yang digambarkan antara lain jalan/ gang berikut

namanya, sungai serta arah aliran dan namanya, tempat ibadah, dan

detail lainnya yang dapat memperjelas informasi dan memudahkan untuk

dikenali oleh masyarakat, misalnya transmisi tegangan tinggi.

Pada pendaftaran tanah sporadik pembuatan peta bidang tanah harus

dilengkapi dengan informasi kepemilikan bidang berbatasan, dan jika

terdapat bidang tanah yang berbatasan tersebut telah terdaftar maka

perlu dicantumkan nomor bidangnya (bila telah tertata sesuai

PMNA/Ka.BPN No.3/1997) atau dicantumkan nomor hak dan nomor

GS/SU jika masih belum tertata sesuai PMNA/Ka.BPN No. 3/1997.

Sedangkan bidang tanah yang belum terdaftar dicantumkan nama

pemegang hak dan status tanahnya.

Dalam penggambaran perlu di perhatikan :

Penomoran nomor bidang harus jelas, jangan sampai terjadi

keraguan membaca, misalnya antara angka 0 dengan 6, 3 dengan 8, 2

dengan 5 dan 2 dengan 7.

Penggambaran bidang harus jelas, dengan ukuran tebal garis 0.2 mm

Penomoran bidang diatas harus sesuai dengan daftar lampirannya

(daftar bidang tanah).

Apabila terjadi sanggahan selama masa pengumuman, maka bidang tanah

tersebut harus dilaksanakan pengecekan ulang. Prosedur pengecekan

dimulai dari pembuatan peta bidang tanah, perhitungan luas sampai

dengan pembuatan gambar ukurnya. Apabila hasil dari pemeriksaan

tersebut tidak terdapat keraguan, maka perlu dilaksanakan pengukuran

ulang dengan memperhatikan batas-batas tanah yang telah ditetapkan.

Page 186: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Diagram 6-4 Skema pengecekan ulang

Jika ternyata terjadi kesalahan dalam proses pembuatan peta bidang ini

maka harus dilakukan perubahan atau dibuat peta bidang baru. Peta

bidang lama dimusnahkan (pasal 33 ayat 1 dan pasal 35 ayat 2).

Pada kartiran (manuskrip) dilakukan perubahan sesuai dengan data yang

benar.

6.2.1 Peralatan, Bahan dan Ukuran Peta

Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara manual adalah :

Lettering Set, scriber dan rapido

Penggaris, penghapus, pinsil

Jangka tusuk (stick passer)

Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara dijital adalah :

1 (satu) set komputer 386 IBM/Compatible atau lebih tinggi

Software CAD (AutoCad, MicroStation, PC. Arc/Info, dll)

Plotter A3, Printer Grafik atau plotter jenis lain yang memenuhi

syarat pemetaan dijital.

Bahan Dan Ukuran Peta

Peta bidang tanah dibuat dengan menggunakan kertas HVS 80 gram

ukuran A3 double quarto (pasal 31 ayat 3).

6.2.2 Petugas Pelaksana

Petugas yang melaksanakan pembuatan peta bidang tanah adalah :

Penetapan batas

Pengukur

an batas Kartiran/

Manuskrip

Hitungan

Luas

Peta Bidang Tanah

Gambar

Ukur

Keterangan :

Alur kerja Alur pengecekan

Page 187: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Satgas pengukuran dan pemetaan, jika pengukuran dan pendaftaran

tanah sistematik ajudikasi dan pengesahannya oleh ketua ajudikasi.

Pihak ketiga, jika pengukuran dilaksanakan oleh pihak ketiga dan

pengesahannya oleh Kepala Kantor Pertanahan

Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau petugas yang

ditunjuk dan pengesahannya dilaksanakan oleh Kepala Kantor

Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk (Kepala Seksi Pengukuran dan

Pendaftaran Tanah).

6.2.3 Format Lembar Peta

Bingkai peta bidang tanah dibuat sebagai berikut :

a. ukuran bidang gambar adalah 30 cm x 25 cm .

b. ukuran kotak keterangan adalah 8 cm x 25 cm terdiri atas beberapa

kotak sebagai berikut (pasal 31 ayat 5) :

Kotak Judul Peta dan Arah Utara ;

Kotak judul peta dan arah utara berukuran 8 cm x 6 cm

judul peta PETA BIDANG TANAH dengan ukuran tinggi huruf cl

140 dan tebal 0.5 mm.

Arah Utara ;

Garis arah utara ukuran dengan ukuran kaki 3.5 cm dan lebar

sayap 4 mm, huruf U dengan ukuran tinggi huruf cl 140 tebal 0.5

mm

Skala numeris;

Skala numeris dibuat sesuai dengan skala peta pendaftaran

dengan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm

Kotak Lokasi Peta ; dengan ukuran 8 cm x 4 cm terdiri dari :

RT/RW :

DESA/ KELURAHAN :

KECAMATAN :

KABUPATEN/KODYA :

PROPINSI :

Page 188: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Ukuran tinggi huruf adalah cl 120 dan tebal 0.3 mm

Kotak Legenda ; dengan ukuran 8 cm x 10 cm

Judul LEGENDA ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan

tebal 0.5 mm

Legenda berisikan hal-hal khusus yang perlu dijelaskan atau

diinformasikan sehubungan dengan isi peta bidang tanah dan

dapat ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl. 100 dan tebal 0.2 mm,

lihat lampiran DI.201b dan DI.201c.

Pada pendaftaran tanah sistematik diperlukan penataan nomor

peta bidang tanah, karena masing-masing lembar peta dibutuhkan

hubungan antara lembar satu dengan yang lainnya. Sistim

penomoran ini tidak mengacu pada sistim grid, hanya dibuat

sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pencarian lembar

bersebelahan.

Perencanaan lembar tersebut dapat dilakukan sebelum atau

setelah peta bidang tanah dibuat, dan penulisannya cukup

menggunakan tulisan tangan yang rapi dan jelas. Jika dibuat

sebelum pembuatan peta bidang, berarti penomoran direncanakan

terlebih dahulu, dengan demikian keuntungannya adalah

penomoran akan lebih teratur. Sedangkan jika penomoran dibuat

setelah pembuatan peta bidang berarti tanpa perencanaan yang

khusus, pemberian nomor peta acak dengan increment 1 (pada

kotak bagian tengah) lembar peta dan dapat langsung dituliskan.

Pengisian kotak yang bersebelahan dilaksanakan jika pengeplotan

bidang-bidang tanahnya selesai seluruhnya (ditulis dengan tangan

rapi dan jelas).

Sebagai contoh, dimisalkan suatu gabungan peta bidang tanah

adalah sebagai berikut :

Page 189: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Gambar 6-5 Hubungan lembar peta bidang tanah

Gambar 6-6 Hubungan lembar No. 3 pada kotak petunjuk lembar

Kolom Pengesahan ;

Kolom pengesahan oleh pejabat yang berwenang adalah sebagai

berikut :

Tempat, tanggal dan tahun

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya

Nama

NIP

Atau :

3

2

-

6

1

5

14

7

4

1

2 7 8 9 10

11 12 6

3 14 13

17

15 5

4 16

Page 190: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Tempat, tanggal dan tahun

Ketua Panitia Ajudikasi

Desa / Kelurahan

Nama

NIP

Dengan menggunakan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm.

Page 191: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 7

PEMBUATAN PETA PENDAFTARAN

Peta Pendaftaran merupakan peta tematik, adalah peta yang

menginformasikan mengenai bentuk, batas, letak, nomor bidang dari setiap

bidang tanah dan digunakan untuk keperluan pembukuan bidang . Hal ini

sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 15 PP24/1997 dan pasal 141 PMNA/KBPN

No. 3/ 1997.

Peta pendaftaran dibuat dengan skala 1 : 1.000, 1 : 2.500, dan 1 : 10.000,

sesuai dengan fungsinya sebagai pembukuan bidang-bidang tanah dan

mencegah terjadinya pendaftaran ganda, maka peta pendaftaran harus

digunakan sebagai peta yang berkembang (tumbuh/ up-to date). Dengan

demikian setiap perubahan, penambahan bidang-bidang tanah yang

tercakup pada suatu lembar peta pendaftaran harus digambar pada peta

tersebut.

Unsur bangunan pada peta pendaftaran tidak merupakan keharusan untuk

dipetakan, kecuali unsur tersebut merupakan bagian data yang penting

atau dapat digunakan untuk rekonstruksi batas bidang tanah jika

diperlukan (pasal 141) .

Nomor bidang tanah atau nomor identifikasi bidang (NIB) digunakan

sebagai identifier untuk dapat berhubungan atau korelasi dengan data lain

yang menyangkut satu bidang atau bidang-bidang tanah (pasal 21

PP24/1997 dan pasal 142 ayat 3).

Peta pendaftaran yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari di Kantor

Pertanahan haruslah peta dalam satu sistim koordinat tertentu dan

format peta tertentu.

Sistim koordinat tertentu artinya untuk suatu peta pendaftaran hanya

menggunakan sistim koordinat lokal atau nasional. Semua bidang tanah

yang tercakup pada lembar peta harus dapat dipetakan sesuai keadaan

dilapangan. Sehingga pada suatu lokasi administrasi desa/ kelurahan tidak

perlu lagi menggunakan banyak peta dengan banyak sistim koordinat,

tetapi hanya ada satu sistim koordinat yaitu lokal/ nasional. Apabila

menggunakan sistim lokal, maka harus ditransformasi ke sistim nasional.

Page 192: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Diagram 7-1 Penyatuan sistim peta pendaftaran

Format peta tertentu artinya, peta pendaftaran masih diperbolehkan

menggunakan format lama, yaitu format peta selain yang ditentukan oleh

peraturan ini, format lama ini pada saat pembuatan lembar kedua (gambar

7-3) harus dibuat dalam format nasional.

Diagram 7-2

Perubahan format lembar peta pendaftaran

Untuk dapat menelusuri riwayat pemetaan bidang-bidang tanah, pada peta

pendaftaran yang dibuat secara manual atau digital, maka diatur agar

semua bidang tanah yang termasuk dalam pendaftaran pertama dan atau

kedua dibuat pada lembar pertama, jika terjadi pendaftaran ketiga dan

keempat digambarkan pada lembar kedua dan atau demikian seterusnya .

Disini mengakibatkan peta dengan nomor lembar yang sama akan terdiri

dari beberapa lapisan yang penomorannya mengikuti penomoran asalnya.

Lembar peta pendaftaran disebut lembar pertama dimana pada salinan

pertamanya disebut lembar kedua dengan nomor lembar ditambah huruf

a, salinan kedua disebut lembar ketiga ditambah huruf b dan seterusnya.

Lembar Peta

Pendaftaran

Lembar peta

sporadik

Di petakan

dalam satu

sistim

koordinat

Format

lama Sistem &

Format

Nasional

peta blok peta bidang

peta lain

Trans

forma

si

Page 193: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Gambar 7-3 Penomoran lembar salinan/ layer peta pendaftaran

Lembar salinan seperti disebut diatas bukan dimaksudkan sebagai data

back-up, tetapi adalah lembar yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan

dikantor pertanahan.

Jika lembar peta pendaftaran (lembar pertama) dan lembar kedua telah

penuh (terisi) sesuai cakupannya dan keadaan dilapangan, maka lembar

pertama berarti tidak digunakan lagi dan dapat disimpan sebagai dokumen

setelah disahkan.

Selanjutnya lembar-lembar peta pendaftaran yang aktif digunakan adalah

lembar kedua, ketiga seterusnya.

7.1 Pembuatan Peta Pendaftaran

7.1.1 Tersedia Peta Dasar Pendaftaran

Dasar pembuatan peta pendaftaran adalah peta dasar pendaftaran

(pasal 16 ayat 4 PP24/1997), dimana hasil pengukuran bidang-bidang

tanah dipetakan/ dikartir diatas peta dasar pendaftaran yang

berupa drafting film atau sepia .

Sebelum digunakan peta dasar pendaftaran harus terdiri atas 2

(dua) set peta, dimana :

1 (Satu) set peta dasar pendaftaran yang di sahkan

penggunaannya digunakan sebagai dokumen dan harus disimpan .

1 (satu) set lainnya di sahkan penggunaannya menjadi peta

pendaftaran dengan mencoret kata Dasar yang akan digunakan

untuk pembukuan bidang-bidang tanah terdaftar.

Peta Pendaftaran (lembar pertama)

Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5

Salinan ketiga (lembar keempat)

Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5 c

Salinan ke dua (lembar ketiga)

Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5 b

Salinan ke satu (lembar kedua)

Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5 a

Page 194: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Material yang digunakan adalah bahan yang sangat stabil, kuat dan

tahan lama, misalnya drafting film, sepia atau bahan-bahan

transparan lainnya.

Diagram 7–4 Penggunaan peta dasar Pendaftaran

Kriteria peta dasar pendaftaran agar dapat digunakan sebagai peta

pendaftaran :

Berupa peta garis atau peta foto

Jika tersedia peta foto, untuk salinan (lembar kedua) di tracing/ disalin menjadi peta garis.

Kesalahan planimetris 0.3 mm x skala peta

Skala, sistim koordinat dan format peta harus memenuhi

persyaratan dan peraturan yang berlaku.

Apabila tersedia peta dasar pendaftaran dengan skala selain yang

ditetapkan, maka pada pembuatan lembar kedua harus dibuat

sesuai dengan peraturan.

Peta yang dihasilkan oleh BPN atau instansi lain, baik skala,

format dan sistim koordinatnya masih belum sesuai, maka pada

pembuatan lembar ke duanya harus dibuat sesuai peraturan.

Sistim koordinat nasional/ lokal

Sistim koordinat lokal harus di transformasi ke sistim koordinat

nasional, terutama pada pembuatan lembar ke duanya.

Format peta nasional atau sistim lokal.

Jika format peta masih sistim lokal, pada pembuatan salinan

lembar kedua harus dibuat dalam sistim nasional.

2 set

Peta Dasar

Pendaftaran

1 set

Dokumen

Peta Dasar

Pendaftaran

1 set

Peta Dasar

Pendaftaran

Page 195: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peta dasar pendaftaran yang memenuhi kriteria diatas akan

berubah fungsi menjadi peta pendaftaran setelah di sahkan dan

selanjutnya disebut peta pendaftaran.

Pemetaan bidang-bidang tanah pada peta pendaftaran dilakukan

dengan mengkartir atau memetakan data dari :

Gambar ukur sistematik

Gambar ukur sporadik

GIM, hasil pemetaan indeks grafis

Data tersebut dikartir atau disalin pada peta pendaftaran,

sebagaimana skema berikut :

Diagram 7-5

Alur kerja Pembuatan Peta Pendaftaran tersedia peta dasar

Dari diagram diatas :

Hasil pengukuran baik sporadik ataupun sistematik dikartir pada

peta pendaftaran.

GS/SU dari pelaksanaan GIM disalin pada peta pendaftaran.

Pengkartiran dan penyalinan data tersebut dapat dilaksanakan

secara manual ataupun digital, demikian juga sistim koordinatnya

mengikuti sistim koordinat yang ada (nasional/lokal).

Peta pendaftaran yang masih menggunakan sistim koordinat lokal

dan format lokal pada pembuatan lembar salinan (lembar kedua)

GIM

GU, Hasil

pengukuran

Sistematik

GU, Hasil

pengukuran

Sporadik

Salinan peta

pendaftaran

ke satu,

menggunakan

format dan

sistim

koordinat

nasional

Peta Dasar

pendaftaran

Nasional

Lokal

Trans

Dikartir

atau disalin

pada :

Peta

pendaftaran

(nasional)

Page 196: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

ditransformasikan ke sistim nasional dan formatnya dirubah

menggunakan format nasional menjadi peta pendaftaran nasional.

7.1.2 Tidak Tersedia Peta Dasar Pendaftaran

Apabila sama sekali belum tersedia peta dasar pendaftaran ataupun

peta lain, maka pembuatan peta pendaftaran dilakukan bersamaan

dengan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah (pasal 20

ayat 3 PP24/1997). Bila dilaksanakan secara lokal, dalam arti tidak

tersedia titik dasar teknik orde 2 atau orde 3 maka pembuatan peta

dasar pendaftaran harus dimulai dengan pembuatan titik dasar

teknik dengan sistem koordinat lokal.

Dalam hal pendaftaran tanah secara sistematik harus mencakup

minimal wilayah yang ditunjuk sebagai wilayah pelaksanaan

pendaftaran tanah secara sistematik tersebut (pasal 18 ayat 3 dan

pasal 32 ayat 4) dan selanjutnya dilakukan perencanaan pembuatan

peta pendaftaran (pasal 79 butir c).

Perencanaan pembuatan peta pendaftaran dilaksanakan dengan

tahapan sebagai berikut :

Tentukan batas koordinat minimum dan maksimum lokasi

pemetaan; hal ini akan memudahkan untuk mengetahui luasan dari

lokasi tersebut.

Tentukan skala peta pendaftaran yang akan dibuat; dengan

ditentukan skala, maka cakupan lokasi dilapangan akan dapat

diprediksikan dengan baik, misalkan untuk peta dengan skala

1:1.000, maka cakupan lokasi dilapangan 25 Ha.

Buat peta dasar teknik yang mencakup pembagian lembar peta

pendaftaran dalam skala yang lebih kecil.

Buat lembar-lembar bingkai peta pendaftaran sesuai format

nasional.

Lakukan pengkartiran data yang diperoleh dari lapangan, baik

koordinat titik dasar teknik, detail situasi pada lembar

manuskrip. Lembar manuskrip berfungsi sebagai peta dasar

pendaftaran.

Penyalinan yang merupakan penggabungan antara manuskrip dan

bingkai peta yang telah disediakan sesuai dengan cakupan

lokasinya.

Page 197: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Buat salinannya sesuai kebutuhan, minimal 2 set yaitu untuk

dokumen dan sebagai peta untuk pembukuan bidang tanah di

Kantor Pertanahan.

Untuk bidang-bidang tanah yang telah terdaftar tapi belum

dipetakan, dilakukan pemetaan indeks grafik (GIM/Graphical Index Mapping) pada peta pendaftaran, sehingga bidang-bidang tanah

terdaftar yang belum dipetakan dapat dipetakan dengan baik (pasal

43).

Diagram 7-6 Alur Kerja Pembuatan Peta Pendaftaran tanpa peta dasar

Jika sistem koordinat peta pendaftaran yang digunakan masih lokal,

maka Kantor Pertanahan mempertimbangkan untuk pelaksanaan

transformasi peta tersebut kedalam sistim TM-3 (nasional) dan

kemudian disalin menggunakan bingkai peta pendaftaran sistim

nasional (pasal 18 ayat 4).

Dasar pertimbangan tersebut antara lain;

tersedianya titik kerangka dasar orde 2 atau 3 atau orde 4

nasional.

Tersedianya tenaga pelaksana.

Manuskrip/ kartiran

GIM

Peta

pendaftaran

Nasional

Pengukuran

Kerangka

Dasar, GU

Sistematik

Pengukuran

Kerangka

Dasar, GU

Sporadik

Nasional/Lokal

Peta

pendaftaran

Nasional

Lokal

Trans

f.

Bingkai Peta

Page 198: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

7.2 Metoda Pembuatan Peta Pendaftaran

Karena dasar pembuatan peta pendaftaran adalah dari peta dasar

pendaftaran (baik berupa peta garis atau peta foto), serta

pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menggunakan metoda manual

atau digital maka berikut ini diuraikan pelaksanaan dengan

menggunakan kedua metoda tersebut.

Jika peta dasar pendaftaran berupa peta foto, pemetaannya

dilaksanakan dengan menyalin batas bidang tanah dari peta dasar

(peta foto) yang batas-batasnya telah diidentifikasi dan ditetapkan

oleh panitia ajudikasi (sistematik) atau petugas ukur (sporadik) serta

sisi-sisinya telah diukur dilapangan (pasal 32 ayat 1).

Jika peta dasarnya berupa peta garis, hasil ukuran dilapangan

dikartir pada peta dasar pendaftaran (peta dasar pendaftaran yang

berubah fungsi menjadi peta pendaftaran) dengan terlebih dahulu

diidentifikasi minimal 2 (dua) titik sekutu yang akan digunakan. Garis

basis atau titik sekutu diatas adalah titik yang sama yang

diidentifikasi dan diukur baik dipeta dan dilapangan (pasal 32 ayat 2).

Jika sebagian/ sekelompok bidang tanah tidak dapat dipetakan dalam

skala yang sedang dikerjakan atau peta pendaftaran yang ada karena

alasan kartografi (pasal 32 ayat 3) maka kelompok bidang tersebut

dipetakan pada skala yang lebih besar dimana perubahan skala peta

mengacu pada aturan sebagai berikut :

Peta skala 1:10.000 peta skala 1:2.500

Peta skala 1:2.500 peta skala 1:1.000

Peta skala 1:1.000 peta skala 1:500

Peta skala 1:500 peta skala 1:250

Sebagai contoh sebagian dari lembar peta skala 1:1.000 akan

diperbesar menjadi skala 1:500, pada peta pendaftaran asalnya di

blok dengan tinta merah.

Peta asalnya adalah peta skala 1:1.000 dengan nomor lembar 46.2-

48.302-16-8

Peta turunannya adalah peta skala 1:500 dengan nomor lembar 46.2-

48.302-16-8-4

Page 199: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Bagian yang diperbesar

Gambar 7-7 Perbesaran skala peta pendaftaran

Bidang-bidang tanah yang telah dipetakan pada peta skala 1:500

sebagaimana contoh diatas tidak dipetakan lagi pada peta skala

1:1.000, pada bagian yang kosong dituliskan Lihat Lembar : 46.2-

48.302-16-8-4.

Seandainya bidang tanah telah di plot pada skala 1:1.000, kemudian

dibuatkan peta skala 1:500, maka bidang-bidang tanah pada peta

skala 1:1.000 di blok dengan tinta merah dan diberi keterangan

seperti diatas.

Dengan demikian diharapkan tidak terjadi duplikasi bidang tanah

dan duplikasi nomor bidang.

7.2.1 Metoda Manual

Secara umum dengan metoda manual dilaksanakan penyalinan/

pengutipan gambar bidang-bidang tanah terdaftar berikut detail

situasi dari peta dasar pendaftaran kedalam bingkai (bidang

gambar) peta pendaftaran sesuai format yang ditentukan.

Penyalinan/ pengutipan tersebut dilakukan dengan memperhatikan

kaidah kartografi seperti penggunaan peralatan yang baik dan

benar, kemampuan pelaksana (kartografer) yang terlatih, rapi, dan

teliti, penggunaan simbol, dan seni dalam menggambar sehingga

dapat menghasilkan gambar yang baik dan benar.

Kartografer harus dapat memilah data yang mana saja yang perlu

disalin/ dikutip untuk menjadi peta pendaftaran dengan

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang harus dimiliki oleh suatu

peta pendaftaran .

Nomor lembar ; 46.2-48.302-16-8 Nomor lembar ; 46.2-48.302-16-8-4

Page 200: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Jika peta dasar pendaftaran menggunakan format sesuai dengan

PMNA-3/1997, berarti sesuai dengan format peta pendaftaran,

maka langkah yang dilaksanakan adalah :

Letakkan peta dasar pendaftaran diatas meja, dan lekatkan

selotip agar peta tidak dapat digeser atau berubah posisi.

Letakkan bingkai peta pendaftaran diatas peta dasar

pendaftaran sedemikian rupa sehingga bidang gambar peta

pendaftaran dan bidang gambar peta dasar pendaftaran berimpit.

Tempelkan dengan selotip agar tidak berubah.

Lakukan penyalinan/ pengutipan sesuai ketentuan berlaku.

Gambar 7-8 Penyalinan peta pendaftaran

Untuk peta dasar pendaftaran lokal dengan ukuran/ format yang

tidak sama dengan peta pendaftaran, perlu direncanakan pembagian

lembar peta pendaftaran pada peta dasar teknik.

Perencanaan lembar ini penting, karena mungkin saja dibutuhkan

beberapa lembar peta dasar pendaftaran untuk satu lembar peta

pendaftaran dengan format PMNA-3/1997.

Gambar 7-9

Cara penggabungan dan penyalinan peta

Peta dasar pendaftaran

Peta pendaftaran.

1

Bagian Peta yang

dikutip/salin

Peta pend.

Format PMNA-3

4 3

2

Keterangan :

1,2,3 dan 4 adalah peta dasar pendaftaran

Page 201: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Dari pembagian lembar pada peta dasar teknik dapat diketahui

berapa lembar peta dasar pendaftaran yang perlu digabungkan

untuk menyalin/ mengutip bagiannya menjadi peta pendaftaran.

Karena koordinat peta dasar pendaftaran belum ditransformasi ke

sistim koordinat nasional, maka peta pendaftaran yang diperoleh

tetap peta pendaftaran dengan format lembar nasional dan sistim

koordinat lokal.

Jika peta dasar pendaftaran lokal telah ditransformasi dengan ke

sistim koordinat nasional, dengan pemasangan grid baru (replacing

Grid), maka akan terjadi pergeseran absis sebesar x, pergeseran

ordinat sebesar y dan rotasi sebesar . Karena pergeseran dan

rotasi ini maka grid nasional (baru) tidak akan sejajar dengan grid

lokal (lama).

Gambar 7-10 Penyalinan peta dari gabungan peta replacing grid

Pembuatan peta pendaftaran harus sama dan berimpit dengan salib

sumbu (grid) nasional pada peta dasar pendaftaran. Peta

pendaftaran yang dihasilkan adalah peta pendaftaran dengan

format dan sistim koordinat nasional.

Bagian Peta yang

dikutip/salin

Peta pend.

Format PMNA-3

Sumbu X

Nasional Sumbu Y Nasional

Keterangan :

1,2,3 dan 4 adalah peta dasar pendaftaran lokal

1 2

3

4

Page 202: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

7.2.2 Metoda Digital

Berdasarkan tersedianya data yang ada pembuatan peta

pendaftaran dijital dibagi dalam kelompok berikut :

a. Tersedia Peta Dasar Digital Dengan Sistim Koordinat

Nasional.

Peta dasar dijital dengan sistim koordinat nasional dapat berupa :

Peta garis dijital

Peta foto dijital

Dengan tersedianya peta dijital tersebut diatas maka

pelaksanaan pemetaan pada peta dasar pendaftaran dapat

dilaksanakan dengan cara :

Penggabungan file (manuskrip) pada peta dijital

File digital dapat berupa peta bidang tanah, peta blok digital

dengan sistim koordinat sama dengan peta dijital.

Pengkartiran gambar ukur secara interaktif pada layar

monitor.

Data lapangan dikartir secara langsung pada peta dijital,

dilakukan editing sesuai dari data gambar ukur pada peta

tersebut, sehingga seluruh bidang pemilikan yang telah di

tetapkan batas-batasnya tergambar pada peta dasar, diberi

simbol yang sesuai dengan simbol peta pendaftaran, untuk

masing-masing bidang diberi nomor bidang, serta data lain

yang diperoleh selama pengukuran antara lain seperti batas

administrasi desa/ kelurahan .

Penambahan data pada peta dijital

Misal data dari pendaftaran tanah sistematik berupa data

peta pendaftaran digital maka dapat ditambahkan (append) ke

peta dijital

Karena peta dijitalnya dalam sistim koordinat nasional, maka

hasil pelaksanaan pemetaan diatas adalah peta dijital dalam

sistim koordinat nasional.

Page 203: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

b. Tersedia Peta Dasar Dijital Dengan Sistim Koordinat Lokal.

Peta dasar dijital dengan sistim koordinat lokal juga bisa terdiri

dari peta garis dijital dan peta foto dijital.

Pelaksanaan pemetaannya pada peta dasar pendaftaran karena

telah tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (a).

Karena sistim koordinatnya masih lokal, apabila tersedia titik

dasar teknik, harus ditransformasikan ke sistim nasional.

c. Peta Dasar Pendaftaran Sistim Nasional

Peta Peta dasar sistim koordinat nasional dapat terdiri dari peta

garis dan peta foto. pendaftaran ini harus didijit menjadi peta

dijital.

Pelaksanaan pemetaannya pada peta dasar pendaftaran karena

telah tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (a).

d. Peta Dasar Pendaftaran Sistim Lokal

Peta Peta dasar sistim koordinat lokal dapat terdiri dari peta

garis dan peta foto. Sama seperti butir (c) pendaftaran ini harus

didijit menjadi peta dijital.

Pelaksanaan pemetaannya pada peta dasar pendaftaran karena

telah tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (b),

sistim koordinat masih lokal, jika tersedia titik dasar teknik,

harus ditransformasikan ke sistim koordinat nasional.

e. Tidak Tersedia Peta Dijital atau Manual.

Jika tidak tersedia peta dasar digital ataupun peta non digital,

maka hasil pengukuran kerangka dasar, pengukuran bidang dan

situasi yang berbentuk data koordinat disusun menjadi susunan

data yang dapat di baca oleh software CAD, misalnya data dalam

format ASCII yang dapat di generate dengan menggunakan

software Arc/Info menjadi data spasial.

Dari data titik-titik koordinat tersebut dapat di generate

menjadi titik, garis dan poligon (feature geografik).

Feature titik merupakan lokasi obyek peta yang bentuknya terlalu

kecil seperti tugu batas, yang pada tampilannya dapat di ganti

dengan simbol lain.

Feature garis adalah kumpulan koordinat berurutan yang bila

dihubungkan akan menyajikan bentuk linier atau garis, misalnya

jalan, batas administrasi, dll.

Page 204: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Feature poligon atau area adalah gambar garis yang tertutup

seperti bidang tanah, danau, dll.

Pada saat melakukan pengukuran situasi ataupun pengukuran

bidang diperoleh data tambahan yang diukur dengan menggunakan

pita ukur, theodolite, atau kombinasi keduanya yang datanya

tercantum pada Gambar Ukur . Dengan bantuan (fasilitas) yang

ada pada software CAD data GU tersebut dapat di inputkan

menjadi data feature geografik dan dengan melakukan editing

dan dapat dibentuk jalan, bidang-bidang tanah, sungai, saluran,

teks dan lain sebagainya, sesuai data dan sketsa yang ada.

Pada pembuatan peta digital, masing-masing data dikelompokkan

dalam suatu layer tersendiri, untuk memudahkan dalam pelaksanaan

editing atau pembaharuan data.

Layer atau lapisan data juga disebut tema peta, karena berisi

sekelompok feature geografik tertentu saja, misalnya jalan saja,

walaupun akhirnya jalan juga masih harus dipisahkan dalam kelas,

misalnya jalan kelas utama, jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas

III dan lain sebagainya.

Klasifikasi ini dimaksud jika peta akan ditampilkan dalam skala besar

atau kecil maka akan terjadi generalisasi data sehingga untuk

penampilan / penge-plott-an peta skala 1:1.000 tentu semua kelas

jalan akan ditampilkan, sedangkan jika diperlukan peta 1:25.000

maka secara otomatis jalan yang ditampilkan hanya sampai kelas II,

agar peta tidak terlalu sarat dengan data .

Dengan pemisahan data dalam layer-layer, sangat berguna jika kita

perlu melakukan suatu editing peta, misalnya kita perlu melakukan

editing karena pemecahan atau penggabungan bidang tanah . Maka

dengan menggunakan layer persil dengan mudah dapat dilakukan

pekerjaan tersebut, tanpa harus terganggu dengan data lainnya.

Untuk lebih jelas tentang penggunaan layer ini dapat dilihat pada

Bab 3.4.3.3

Data digital harus merupakan data yang mutakhir dan selalu

berubah sesuai dengan perubahan data pemilikan dilapangan yang

didaftar di Kantor Pertanahan .

Page 205: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

7.3 Peralatan dan Bahan

Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara manual adalah :

Lettering Set, sriber dan rapido

Penggaris, penghapus, pinsil

Maal

Jangka tusuk (steakpasser)

Meja gambar kaca yang dengan penerangan, ukuran Ao

Drafting film

Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara digital adalah :

1 (satu) set komputer 386 IBM / Compatible atau lebih tinggi

Software CAD (AutoCad, Microstation, PC. Arc/Info, dll)

Plotter Ao.

Drafting film

7.4 Petugas Pelaksana

Petugas yang melaksanakan pembuatan peta bidang tanah adalah :

a) Satgas Teknik (satgas pengukuran dan pemetaan) pada pengukuran

dan pendaftaran tanah sistematik.

b) Pihak Swasta, jika pengukuran dilaksanakan oleh pihak Swasta.

c) Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau petugas yang

ditunjuk.

7.5 Pembagian Lembar dan Penomoran Peta Pendaftaran

Pembagian lembar peta, penomoran lembar peta dan sistim koordinat

baik nasional atau lokal sama dengan pembuatan peta dasar

pendaftaran, dan dalat dilihat pada Bab 3.4.3

7.6 Ukuran dan Format Lembar Peta Pendaftaran

Ukuran dan format nasional lembar peta pendaftaran sama dengan

peta dasar pendaftaran dan dapat dilihat pada Bab 3.4.6

Page 206: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

7.7 Simbol Peta Pendaftaran

Simbol adalah tanda-tanda menurut perjanjian yang menyatakan obyek

tertentu . Simbol digunakan untuk menggambarkan obyek-obyek yang

terlalu kecil jika digambarkan dengan menggunakan skala peta .

Untuk pembuatan peta pendaftaran simbol yang digunakan antara lain

adalah seperti yang ditampilkan pada lampiran lampiran X PMNA-

3/1997. Simbol tersebut masih dapat dikembangkan sesuai kebutuhan,

sebaiknya untuk simbol ini di kembangkan per wilayah kerja pusat,

propinsi, atau kabupaten, sehingga keperluan akan simbol ini dapat

disesuaikan dengan kebutuhan peta didaerah tersebut.

Perlu dipahami, bahwa simbol yang dicantumkan pada peta adalah

secara umum berlaku untuk wilayah tersebut, sehingga jangan sampai

diartikan per lembar peta hal ini perlu dilakukan agar pembuatan

frame (bingkai) peta dapat dilakukan untuk suatu wilayah tertentu

dan seragam. Namun perlu juga diperhatikan, sebagai contoh untuk

daerah Propinsi Irian Barat “simbol rel Kereta Api tidak perlu dipilih,

karena secara umum di propinsi tersebut memang tidak ada rel KA,

tapi hutan bambu, mungkin sangat diperlukan karena hutan tersebut

kadang kala merupakan milik adat penduduk setempat, sehingga simbol

ini perlu ditambahkan.

Untuk mendapatkan simbol tambahan yang belum diatur pada PMNA-

3/1997 ini dapat diambil dari simbol peta rupa bumi skala 1 : 25.000

atau peta topografi skala 1 : 50.000, atau dibuat secara khusus,

karena tidak ada bentuk yang paling sesuai dari sumber-sumber yang

ada.

Simbol dan legenda yang telah dilakukan penambahan tersebut diatas

perlu di sah kan penggunaannya oleh Kepala Kantor Wilayah propinsi

setempat, agar tidak ada keraguan dalam pelaksanaan pembuatan peta

yang sesuai dengan kebutuhan dan terdapat keseragaman .

7.8 Kartografi Dan Reproduksi Peta pendaftaran

a. Kartografi Peta Pendaftaran:

Kartografi peta pendaftaran sama dengan kartografi peta dasar

pendaftaran pada Bab 3.4.7

Page 207: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Penggambaran unsur-unsur bidang tanah, jalan, sungai, saluran,

penulisan teks, serta yang lainnya, dilakukan sesuai dengan aturan

kartografi diatas.

Kartografi peta pendaftaran yang dilaksanakan dengan manual, tidak

menggunakan warna, sedangkan kartografi digital masing-masing

layer diberi warna warna sesuai dengan aturan kartografi diatas,

dan hasil pencetakan pada hard-copy (drafting film) sebaiknya

berwarna.

b. Reproduksi Peta Pendaftaran:

Setiap lembar peta pendaftaran dibuatkan salinan (duplikat) (pasal

40 ayat 1), sehingga untuk peta yang dibuat secara manual terdiri

atas :

1 (satu) set asli peta pendaftaran sebagai peta uptodate.

1 (satu) set copy peta pendaftaran sebagai dokumen.

Untuk keamanan peta dijital dibuat hard copy (peta) dalam format,

skala dan bahan sesuai peraturan.

Hard copy ini dibuat dengan pertimbangan :

Hasil pemetaan pertama kali (Pada Pendaftaran Sistematik)

Pada lembar tertentu yaitu, lembar peta yang hilang atau rusak.

Bila lembar pertama dan kedua telah penuh berisi sesuai

keadaan dilapangan, maka peta lembar pertama dibuat untuk

dijadikan dokumen.

Peta-peta digital juga perlu di back-up pada :

CD-Rom atau

Magnetic Tape atau

media penyimpanan lainnya (external data storage)

Page 208: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Gambar 7-11 Media penyimpanan peta digital

Hard copy dan Back-up data digital tersebut diatas disimpan dan

dianggap sebagai dokumen peta.

Peta atau data yang ada dalam komputer (internal storage) adalah

peta yang selalu berubah mengikuti perkembangan kegiatan

pendaftaran tanah di kantor pertanahan.

7.9 Pemeliharaan Peta :

Pemeliharaan peta pendaftaran dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan.

Pemeliharaan tersebut meliputi pekerjaan revisi, penambahan data

dan pembaharuan peta pendaftaran.

Revisi Peta Pendaftaran

Revisi peta pendaftaran dilakukan terhadap bidang atau bidang-

bidang tanah sebagai berikut :

Terdapat kesalahan pada pemetaannya

Terjadi sanggahan dan perubahan data ukuran

Perubahan batas fisik karena pemecahan, pemisahan atau

penggabungan. Nomor bidang lama dicoret dengan tinta merah

serta diberi nomor bidang baru (jika pemecahan atau

penggabungan), sedangkan untuk pemisahan, bidang yang dipisah

diberi nomor bidang baru sedangkan bagian yang lama (sisa)

tetap nomor bidang lama (pasal 143).

Internal data storage

Peta (Hard-Copy)

external data

storage

Page 209: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Gambar 7-12 Pemecahan dari satu bidang menjadi dua bidang tanah atau lebih

Gambar 7-13 Penggabungan; dari dua bidang atau lebih menjadi satu bidang tanah

Gambar 7-14 Pemisahan; satu bidang menjadi dua bidang dan sisa

Jika hasil penetapan batas pemilikan bidang tanah masih

bersifat sementara sesuai bunyi pasal 19 ayat 1 PP24 1997

maka pemetaan bidang tanah pada peta pendaftaran juga

bersifat sementara, jika telah diperoleh kesepakatan baik

melalui musyawarah atau keputusan pengadilan dan

kenyataannya batas-batasnya dilapangan berubah, maka pada

peta pendaftaran harus dilakukan revisi (perubahan) sesuai

keadaan dilapangan (pasal 19 ayat 5 PP24/1997) .

1255 128 127

255

Bidang tanah pendaftaran pertama

dan pendaftaran kedua dipetakan

pada lembar pertama

2505

2156

287 sisa

2506

Bidang tanah pendaftaran pertama

dan pendaftaran kedua dipetakan

pada lembar pertama

Bidang tanah pendaftaran pertama

dan pendaftaran kedua dipetakan

pada lembar pertama

255 adalah nomor bidang pendaf-

taran pertama.

2505 dan 2506 adalah nomor bidang

tanah pada pendaftaran kedua

127 dan 128 adalah nomor bidang

pendaftaran pertama.

1255 adalah nomor bidang tanah

pada pendaftaran kedua

287 adalah nomor bidang pendaf-

taran pertama.

287 sisa dan 2156 adalah nomor

bidang tanah pada pendaftaran

kedua

Page 210: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Penambahan Data

Penambahan data atau pemetaan bidang-bidang tanah pada peta

pendaftaran yang telah tersedia dilaksanakan jika :

Terjadi penambahan bidang-bidang tanah akibat pelaksanaan

pendaftaran tanah secara sistematik; misalnya melanjutkan

proyek pendaftaran tanah sistematik tahun yang lalu.

Terjadi penambahan bidang tanah akibat pelaksanaan

pendaftaran tanah sporadik; misalnya adanya penambahan

atau pengukuran bidang tanah (termasuk HGU/HPL) pada

lokasi yang bersebelahan dan masih tercakup pada lembar

peta pendaftaran yang ada.

Pembaharuan Peta Pendaftaran

Kantor Pertanahan dapat mengadakan pembaharuan peta jika :

Peta pendaftaran rusak.

Perlu perubahan skala; dimana suatu bidang tanah tidak dapat

digambarkan pada peta pendaftaran karena alasan kartografi,

sehingga harus digambar pada skala yang lebih besar.

Pembaharuan peta hanya dilaksanakan pada lembar-lembar peta

yang dianggap perlu, bukan keseluruhan area/ blok/ desa/

kelurahan.

7.10 Pengesahan Peta Pendaftaran

Peta dasar pendaftaran yang ditentukan menjadi peta

pendaftaran (lembar pertama) untuk digunakan guna kegiatan

pembukuan bidang tanah di Kantor Pertanahan disahkan

penggunaannya oleh Kepala Kantor Pertanahan.

Peta pendaftaran yang dibuat pertama kali dari pelaksanaan

pendaftaran tanah sistematik swadaya atau pelaksanaan

pendaftaran tanah sporadik pengesahannya oleh Kepala Kantor

Pertanahan.

Pada bagian pengesahan peta (pojok kiri bawah ditulis) :

Page 211: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Tempat, Tanggal dan tahun

Untuk Penggunaannya

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya ….

Nama

NIP

Apabila Peta yang dibuat adalah melalui proyek pendaftaran

tanah sistematik ajudikasi, maka pengesahannya oleh Ketua

Ajudikasi.

Pada bagian pengesahan peta (pojok kiri bawah ditulis) :

Tempat, Tanggal dan tahun

Untuk Penggunaannya

Ketua Ajudikasi

Desa/ Kelurahan …

Nama

NIP

Pembaharuan lembar peta pendaftaran, pembuatan lembar ke

dua, ketiga dan seterusnya serta lembar peta (hard copy),

disahkan oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah.

Soft-copy (peta dijital) dibuatkan berita acara.

Pada bagian pengesahan peta (pojok kiri bawah ditulis) :

Tempat, Tanggal dan tahun

Untuk Penggunaannya

Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah

Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya ….

Nama

NIP

Page 212: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Untuk peta yang akan disimpan sebagai dokumen pada bagian yang

kosong diberi keterangan dengan tinta merah (dapat berupa

stempel) dan pengesahannya oleh Kepala Seksi Pengukuran dan

Pendaftaran Tanah.

Tempat, Tanggal dan tahun

Untuk Penggunaannya sebagai dokumen

Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah

Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya ….

Nama

NIP

7.11 Kutipan Peta Pendaftaran

Pada pemetaan bidang tanah yang luas, seperti pemetaan areal HGU

atau HPL suatu bidang tanah kadang kala tercakup pada beberapa

lembar peta pendaftaran, sedangkan untuk keperluan proses

permohonan hak, pengumuman, surat ukur dan lain-lain diperlukan

gambar bidang tanah tersebut dalam satu lembar yang utuh, untuk

keperluan tersebut dibuat kutipan peta pendaftaran dengan skala

yang lebih kecil (pasal 39 PMNA-3/1997) .

Peta pendaftaran tetap dibuat dalam skala yang sesuai dengan

aturan berlaku, peta pendaftaran untuk perkebunan besar atau

sejenisnya dapat dibuat dengan menggunakan skala 1:1.000 dan

skala 1:2.500 atau lebih besar untuk areal dengan luas 10 Ha,

skala 1:2.500 dan skala 1:10.000 untuk areal dengan luas 10 Ha,

berikutnya baru dibuatkan kutipannya. Adapun aturan pembuatan

kutipan peta pendaftaran tersebut adalah sebagaimana diuraikan

berikut ini.

7.11.1 Skala Kutipan Peta Pendaftaran

Kutipan peta pendaftaran dibuat khusus untuk suatu bidang tanah

dalam cakupan satu lembar peta, untuk itu maka skala peta yang

digunakan adalah bervariasi sesuai luas dan bentuknya. Agar

Page 213: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

memudahkan penentuan skala tersebut, berikut ini dibuatkan tabel

skala dan cakupan luas (panjang x lebar) yang dapat digambarkan

pada bidang gambar dengan ukuran 80 x 80 cm :

1:1.000 800 x 800 64

1:2.500 2000 x 2000 400

1:5000 4000 x 4000 1600

1:10.000 8000 x 8000 6400

1:15000 12000 x 12000 14400

1:20000 16000 x 16000 25600

1:2.5000 20000 x 20000 40000

1:30000 24000 x 24000 57600

1:35000 28000 x 28000 78400

1:40000 32000 x 32000 102400

1:45000 36000 x 36000 129600

1:50000 40000 x 40000 160000

Tabel 7-15 Tabel Skala dan Cakupan Bidang Gambar

7.11.2 Ukuran dan Format Lembar Peta :

Ukuran lembar kutipan peta pendaftaran adalah 103 cm x 86 cm,

yang dibatasi garis penuh dengan ketebalan 0.3 mm dan di

dalamnya terdiri atas :

Muka peta ; Ukuran muka peta adalah 80 cm x 80 cm .

SKALA PETA

LUAS YANG TERCAKUP DALAM

BIDANG GAMBAR 80 cm x 80 cm KETERANGAN

( Meter ) ( Ha ).

Page 214: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Bidang gambar ; bagian yang melingkupi muka peta dengan

titik pusat sama dengan titik pusat muka peta dan dibatasi

garis penuh dengan ukuran 80 cm x 80 cm.

Kotak keterangan ; bagian yang berisi judul, arah utara dan

skala, lokasi, petunjuk lembar, keterangan, legenda, instansi

pembuat serta bagian pengesahan peta pendaftaran dengan

ukuran 15 cm x 80. Kotak keterangan dibagi menjadi 8

(delapan) kotak secara rinci berurutan dari atas ke bawah,

dibuat dengan ukuran yaitu :

Kotak judul, arah utara dan skala dengan ukuran 15 cm x 14

cm ;

Kotak lokasi dengan ukuran 15 cm x 4 cm;

Kotak petunjuk letak bidang dan keterangan dengan ukuran

15 cm x 12 cm.

Kotak legenda dengan ukuran 15 cm x 24 cm.

Kotak instansi pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm.

Kotak nama Proyek dan Pemohon dengan ukuran 15 cm x 2 cm

Kotak pelaksana pemetaan dengan ukuran 15 cm x 7 cm.

Kotak pengesahan dengan ukuran 15 cm x 12 cm.

Kotak identifikasi pelaksana pengukuran dengan ukuran 15

cm x 2 cm.

Jarak antara bidang gambar dengan kotak keterangan adalah 2 cm,

jarak antara bidang gambar / kotak keterangan terhadap garis tepi

(batas tepi) peta adalah 3 cm.

7.11.3 Isi Lembar Peta

7.11.3.1 Didalam Batas Lembar Peta

(diluar bidang gambar dan kotak keterangan) :

Pada pojok kiri atas ditulis Propinsi :, bagian tengah ditulis

Kabupaten : atau Kotamadya :, bagian kanan atas ditulis NIB

: dengan tinggi dan tebal huruf cl. 240 / 1.0 mm dan jarak

garis bidang gambar/ garis keterangan ke huruf tersebut

diatas adalah 0.5 cm.

Disebelah kiri dan bawah bidang gambar ditulis harga grid

koordinat yang berupa nilai ordinat (Y) dan absis (X).

Penulisan nilai absis dan ordinat (X dan Y) adalah sejajar

Page 215: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

dengan sumbu X dengan jarak 2 mm terhadap garis bidang

gambar. Tinggi dan tebal angka yang digunakan adalah Cl. 80

/ 0,2 mm.

Nilai ordinat dicantumkan sesuai grid koordinat bidang

gambar; sehingga pojok kiri atas dan kiri bawah penulisan nilai

koordinat grid tersebut tidak melebihi perpanjangan garis

bidang gambar bagian atas atau bawah (garis khayal) sedang

penulisan nilai absis pada pojok kiri bawah dan kanan bawah

tidak melebihi perpanjangan garis kiri dan kanan bidang

gambar. Penulisan nilai absis dan ordinat lainnya simetris

terhadap gridnya.

Gambar 7-16 Contoh Pemberian Angka Koordinat

Pada bagian kiri dan bagian bawah antara penulisan angka

ordinat dan angka absis dibuat petunjuk letak bidang tanah

(ruit/kotak). Pada bagian kiri dari bawah ke atas ditulis

berturut-turut angka 1 sampai dengan 8, sedangkan pada

bagian bawah dari kiri ke kanan berturut-turut ditulis huruf

A sampai dengan H. Letak angka di tengah-tengah antara dua

garis dan dua angka ordinat, sedangkan letak huruf di tengah-

tengah antara dua garis dan dua angka absis .

Ukuran tinggi huruf dan angka tersebut adalah cl 240 dan

tebal 0.6 mm.

7.11.3.2 Di dalam Muka Peta/ Bidang Gambar

Di tepi kiri dan kanan dibuatkan tanda grid setiap selang 10

cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0.2 mm

dan panjang 4 mm.

2094000

2093750

Koordinat pada

Pojok kiri atas

2092250

2092000

316750 316500

Koordinat pada

pojok kiri bawah

31850

0

318250

Koordinat pada

pojok kanan bawah

Page 216: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Di tepi atas dan bawah dibuatkan tanda grid setiap selang 10

cm berupa garis lurus dari atas ke bawah dengan tebal 0.2

mm dan panjang 4 mm.

Setiap selang 10 cm dimulai dari tepi kiri ke kanan dibuatkan

tanda grid berupa garis lurus, titik dan garis lurus dari kiri ke

kanan dengan tebal 0.2 mm dan panjang 0,4 mm.

Setiap selang 10 cm dari tepi atas ke bawah dibuatkan tanda

grid berupa garis lurus dengan tebal 0.2 mm dan panjang 4

mm.

Jarak antara titik dan garis adalah 1 mm.

Detail-detail (titik dasar teknik, sungai, jalan, jembatan,

batas administrasi, bangunan), dan bidang tanah digambar

sesuai dengan peta pendaftarannya.

Dalam hal bidang tanah tetap tidak dapat tercakup dalam

bidang gambar, (dalam satu lembar peta) maka skala peta

dapat disesuaikan pada skala yang lebih kecil, sehingga bidang

tanah tetap tergambar penuh pada kutipan peta pendaftaran

ini.

7.11.3.3 Di dalam Kotak Keterangan

a. Kotak judul dan skala;

Judul yaitu (misalnya) :

KUTIPAN PETA PENDAFTARAN

ditulis dengan tinggi huruf Cl.290 dan tebal 1.0 mm dan

jarak dari garis tepi atas ke bagian atas huruf adalah 1.5

cm.

Arah utara ; berupa panah dengan panjang kaki 6 cm,

bagian sayap 4.5 cm, dengan huruf U pada bagian atasnya

serta ukuran tinggi cl. 120 tebal 0.3 mm, jarak huruf

dengan ujung panah 2 mm. Sayap bagian kiri di buat hitam

(massif).

Skala numeris; berupa tulisan “ Skala 1 : ………. “ sesuai

dengan skala yang dibuat. Tulisan skala menggunakan

ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm.

Page 217: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Skala grafis; Skala grafis dibuat berupa tiga garis

horizontal paralel dengan panjang 8 cm, jarak masing-

masing garis 1 mm.

Garis tersebut dibagi atas 5 kolom dimana kolom pertama

dengan ukuran lebar 1 cm dibagi atas 10 garis vertikal

dengan jarak 1 mm. Kolom kedua dengan lebar 2 cm bagian

bawah dibuat hitam (massif), kolom ke tiga dengan lebar 2

cm bagian atas dibuat hitam (massif), kolom ke empat

dengan jarak 2 cm bagian bawah di buat hitam (massif) dan

kolom ke lima berjarak 1 cm bagian atas dibuat (massif).

2 mm diatas garis skala ditulis besaran yang mewakili

panjang masing-masing kolom dengan tinggi angka cl 60 dan

tebal 0.2 mm, berurutan sebagai contoh untuk skala 1 :

25.000 adalah digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7-17 Arah Utara, Skala Numeris dan Skala Grafis

Jarak dari skala numeris ke bagian atas angka skala grafis

adalah kurang lebih 1.3 cm, sedangkan jarak skala grafis

dengan garis batas kotak adalah 1.5 cm.

250 0 500 1.000 1500 1750 meter

Skala 1 : 25.000

U

Page 218: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

b. Kotak Lokasi;

Kotak lokasi 15 x 4 cm dibagi atas 4 baris dan dua kolom

dengan lebar 1 cm dan lebar kolom pertama 5.5 cm.

Pada baris pertama dan ke tiga, kolom pertama ditulis

KECAMATAN dan pada kolom kedua ditulis nama

kecamatan nya.

Pada baris ke dua dan ke empat, kolom pertama ditulis

DESA/ KELURAHAN dan pada kolom kedua ditulis nama

desa/ kelurahan nya.

Ukuran garis yang digunakan adalah 0.3 mm dan ukuran

tinggi huruf Cl. 120 dengan tebal 0.3 mm. Penulisan huruf

rata kiri dan center vertikal.

c. Kotak Petunjuk Letak Bidang;

Petunjuk letak peta bidang tanah terhadap lembar peta

pendaftarannya, tulisan “PETUNJUK LETAK BIDANG

TANAH” dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan tebal

05 mm. Jarak bagian atas huruf dengan garis kotak

adalah 1 cm.

Diagram yang menunjukkan letak kutipan peta

pendaftaran terhadap peta pendaftarannya ditunjukan

oleh minimal 9 bujur sangkar yang masing-masing

berukuran 2 cm x 2 cm atau lebih kecil dan tebal garis

0.2 mm.

Garis tebal (0.5 mm) menunjukkan batas pembagian

lembar skala 1 : 10.000, garis tebal (0.3) menunjukkan

batas pembagian lembar skala 1 : 2.500. Sketsa bidang

tanah yang dipetakan diletakkan sesuai dengan letak

bidang tersebut pada peta pendaftarannya.

Page 219: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

PETUNJUK LETAK BIDANG TANAH

Gambar 7-18 Petunjuk Letak Bidang Tanah Pada Peta Pendaftaran Skala 1:10.000

Dari contoh diagram diatas dapat diketahui peta

pendaftaran asalnya adalah peta skala 1 : 10.000, dengan

nomor peta pendaftarannya :

- 46.2-48.301 - 46.2-49.301

- 46.2-50.301 - 46.2-48.302

- 46.2-49.302 - 46.2-50.302

- 46.2-47.303 - 46.2-48.303

- 46.2-49.303 - 46.2-47.304

- 46.2-48.304 - 46.2-49.304

Jarak antara kotak diagram dengan tulisan petunjuk

lembar peta adalah 5 mm.

Pada bagian kanan atas ditulis nomor zone dengan ukuran

huruf cl 120 tebal 0.3 mm, bagian bawah dan kanan

diagram ditulis nomor lembar peta skala 1 : 10.000 yang

berupa kolom baris.

Jika peta pendaftarannya skala 1 : 2.500 atau skala 1 :

1.000 maka pada didalam kotak lembarnya ditulis sebagai

berikut :

47 48 49 50

304

303

302

301

ZONE : 46.2

Page 220: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

“Nomor lembar skala 1 : 2.500” dengan ukuran huruf cl

.140 dan tebal 0.3 mm untuk peta pendaftaran skala 1 :

2.500.

“Nomor lembar skala 1: 2.500 dan skala 1 : 1.000”

dengan ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.3 mm

untuk peta pendaftaran skala 1 : 1.000.

Karena penomoran dilakukan didalam kotak /bujur

sangkar, maka pengarsiran diagram bidang tanah harus

dibuat sedemikian rupa sehingga nomor-nomor lembar

tetap dapat dibaca dengan jelas.

Sebagai contoh berikut ini adalah diagram petunjuk letak

bidang tanah yang peta pendaftarannya adalah peta skala

1:2.500 dan 1:1.000.

PETUNJUK LETAK BIDANG TANAH

Gambar 7-19 Petunjuk Letak Bidang Tanah Pada Peta Pendaftaran Skala 1:2.500

47 48

303

302

ZONE : 46.2

15 16 13

03 04 01

07 08 05

Page 221: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Untuk peta pendaftaran asalnya dengan skala 1:1.000 :

PETUNJUK LETAK BIDANG TANAH

Gambar 7-20 Petunjuk Letak Bidang Tanah Pada Peta Pendaftaran Skala 1:1.000

Keterangan; Keterangan dimaksudkan untuk menuliskan

informasi yang dianggap penting dalam proses pembuatan

peta pendaftaran.

Judul “KETERANGAN” dibuat dengan ukuran tinggi

huruf Cl. 100 dan tebal 0.2 mm dan jarak bagian atas

huruf dengan kotak diagram adalah 1 cm atau 1.5 cm.

Isi keterangan dibuat dengan jarak 8 mm dari judul

“keterangan” dan sebaiknya dibuat/ditulis dengan

jarak 1 spasi dengan menggunakan tinggi huruf cl 80

dan tebal 0.2 mm.

d. Kotak Legenda

Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA

dengan ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.5 mm.

Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengan garis

kotak legenda adalah 7 mm.

303

302

ZONE : 46.2

16-8 16-9 13-8

04-2 04-3 01-1

04-5 04-6 01-4

47 48

Page 222: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Simbol / legenda dibuat sesuai legenda peta pendaftaran,

dan dipilih sesuai skala peta kutipan yang dibuat. Jika

Peta Kutipan ini dibuat dengan skala 1:000 maka

legendanya mengikuti legenda peta pendaftaran skala

1:1.000, dan bila dibuat dengan skala 1:2.500 atau lebih

kecil maka legendanya mengikuti legenda peta

pendaftaran skala 1:2.500, sedangkan peta kutipan yang

dibuat pada skala 1:10.000 atau lebih kecil, maka

legendanya pengikuti legenda peta pendaftaran skala

1:10.000.

e. Kotak Instansi Pembuat

Pada kotak ini dicantumkan Logo BPN dan ditulis:

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

dengan ukuran tinggi huruf Cl. 175 dan tebal 0.6 mm.

Bagian organisasi pembuat ditulis dengan ukuran tinggi

huruf cl 100 dan tebal 0.3 mm yang terdiri dari :

DEPUTI BIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN

TANAH

DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN

atau :

KANTOR WILAYAH PROPINSI ………….

BIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN TANAH

atau :

KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/ KOTAMADYA …

SEKSI PENGUKURAN PENDAFTARAN TANAH

Gambar 7-21 Contoh kolom Instansi Pembuat

BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPUTI BIDANG PENGUKURAN DAN PEMETADAFTARAN TANAH

DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Page 223: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

f. Kotak Nama Proyek dan Pemohon

Berisikan nama proyek dan pemohon/ badan hukum sbb :

Nama proyek dengan ukuran tinggi huruf Cl. 175 dan tebal

0.6 mm.

Pemohon/ Badan Hukum dengan menggunakan tinggi huruf

Cl 140 dan tebal 0.4 mm.

contoh :

PEMETAAN KELILING BATAS (HGU)

PT. XXXXXXXXXXXX

Gambar 7-22 Contoh Kotak Nama Proyek dan Pemohon

g. Kotak Pelaksana Pemetaan

Untuk kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh BPN

(Pusat), misalnya dibuat sebagai berikut :

Gambar 7-23 Contoh Kotak Pelaksanan Pemetaan

PEMETAAN Paraf/Tanggal

Digambar oleh

Koordinator

Diperiksa oleh

Nomor DI 302

Nomor DI 307

LUAS

Page 224: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

h. Kotak Pengesahan

Untuk kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh BPN

(Pusat), dibuat sebagai berikut :

Tempat, tanggal dan tahun

Untuk Pembuatannya,

Kepala Subdit. Pengukuran Dan Pemetaan Terrestris

Nama

NIP

Mengetahui,

A.N Deputi Bidang Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah

Direktur Pengukuran Dan Pemetaan

Nama

NIP

Kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh Kantor Wilayah

BPN (Propinsi), adalah sebagai berikut :

Tempat, tanggal dan tahun

Untuk Pembuatannya,

Kepala Bidang Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah.

Nama

NIP

Mengetahui,

Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Propinsi …

Nama

NIP

Page 225: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh Kantor

Pertanahan (Tk. II), adalah sebagai berikut :

Tempat, tanggal dan tahun

Untuk Pembuatannya,

Kepala Seksi Pengukuran Dan Pendaftaran tanah

Nama

NIP

Mengetahui,

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya …

Nama

NIP

Bagian pengesahan peta untuk penggunaannya yang

pengesahannya oleh Kepala Kantor Pertanahan ditulis

sebagai contoh berikut :

Tempat, tanggal dan tahun

Untuk Penggunaannya

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya …

Nama

NIP

Dengan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm untuk

bagian yang dicetak tebal dan cl. 80 / 0.2 mm untuk teks

lainnya.

Page 226: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

h. Kotak Identifikasi Perusahaan

Kotak untuk menuliskan nama perusahaan pelaksana (jika

dilaksanakan oleh pihak Swasta) tanpa mencantumkan logo

perusahaan ditulis sebagai berikut :

PELAKSANA

Nama Perusahaan

7.11.3.4 Metoda Pembuatan Kutipan Peta Pendaftaran

a. Metoda Manual;

Persiapkan lembar bingkai (frame) atau lembar kartografi

sesuai dengan format diatas.

Jika skalanya sama dengan skala peta pendaftarannya

maka disalin / dikutip dari peta pendaftaran tersebut

kepada lembar kartografi yang telah disiapkan.

Jika skalanya tidak sama dengan peta pendaftarannya

maka di proses dari data lapangan yang sama dan dikartir

terlebih dahulu di kartir pada kertas gloria yang disebut

manuskrip (peta kartiran) dengan skala tertentu sesuai

dengan peta yang akan dibuat (aturan diatas);

Pemilihan skala harus rencanakan dengan baik sehingga

keseluruhan areal akan tercakup dalam satu lembar

manuskrip .

Pemilihan simbol legenda dan penggambaran halus

(kartografi) sama dengan pembuatan peta pendaftaran

(perhatikan skala peta untuk pemilihan simbol).

Salin peta kartiran atau manuskrip yang telah diperiksa

kelengkapan dan kebenarannya pada lembar kortografi.

b. Metoda Digital

Jika tersedia data digital peta pendaftarannya maka

dilakukan editing (jika perlu, untuk penyesuaian simbol

dan skala) dan diplot pada bingkai peta yang sebelumnya

Cl 120 / 0.3 mm

Cl 140 / 05 mm

Page 227: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

telah dipersiapkan sesuai skala yang ditentukan dan

format yang berlaku.

Jika tersedia data koordinat keliling batas (ASCII)

ditranfer ke data feature geografik (titik, garis dan

poligon) serta text. Dengan menggunakan software CAD

atau Arc/Info atau Micro Stations data tersebut

selanjutnya diolah atau dilakukan editing sesuai data

gambar ukurnya dan dilakukan pemeriksaan kartografi

dari hasil check-plot.

Karena pada peta digital hampir tidak mengenal skala,

dalam arti peta dapat di plot dengan skala sesuai

kehendak pengguna, maka masing-masing data

ditempatkan sesuai layer yang berlaku.

Pada pengeplotan dengan perbesaran atau pengecilan,

tidak semua layer yang harus diedit, mungkin hanya layer

jalan saja, atau layer text saja, hal ini sangat tergantung

dari cara pembentukan layernya sendiri, dan berapa kali

perbesaran atau pengecilan dilakukan.

Jika tersedia data lapangan dan gambar ukur berupa

sketsa, maka dengan menggunakan software CAD

dilakukan peng-kartiran persil bagian perbagian, serta

pengkartiran detail lainnya pada layar monitor sehingga

menghasilkan manuskrip. Dilakukan pemeriksaan hasil

check plot, editing jika perlu, selanjutnya di plot sesuai

skala dan format yang ditentukan.

Plotting diatas drafting film 0.03” dilaksanakan jika hasil

check-plot telah dianggap tidak ada lagi kesalahan atau

kekurangan.

Page 228: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

SIMBOL PETA PENDAFTARAN SKALA 1:1.000 DAN 1:2.500

Batas Desa

Batas Kecamatan

Batas Kab/Kodya/Kotip

Batas Propinsi

Batas Negara

... ...

. . .

BATAS ADMINISTRASI :

BATAS FISIK DAN BANGUNAN :

Batas Bidang Tanah

Bangunan

Bangunan Bertingkat

Nomor Bidang Tanah

250

T

JALAN, REL K.A DAN JEMBATAN

Jalan Aspal

Jalan Tanah

Rel Kereta Api

Rel Lori

Jembatan

Laut Tawar

Sungai / anak sungai

Saluran Irigasi Teknis

Saluran air / got

Danau

Rawa

PERAIRAN :

TL

TT

Titik Dasar Teknik Orde 0 dan 1

Titik Dasar Teknik Orde 2

Titik Dasar Teknik Orde 3

Titik Dasar Teknik Orde 4

Titik Dasar teknik Orde 4 Lokal

Tiang Listrik

Tiang Telepon

Titik Tinggi

TITIK DAN BENDA TETAP LAINNYA :

35.9

Page 229: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

SIMBOL PETA PENDAFTARAN SKALA 1 : 10.000

Batas Desa

Batas Kecamatan

Batas Kab/Kodya/Kotip

Batas Propinsi

Batas Negara

... ...

. . .

BATAS ADMINISTRASI :

BATAS FISIK DAN BANGUNAN :

Batas Bidang Tanah

Bangunan

Bangunan Bertingkat

Nomor Bidang Tanah

250

T

JALAN, REL K.A DAN JEMBATAN

Jalan Aspal

Jalan Tanah

Rel Kereta Api

Rel Lori

Jembatan

TL

TT

Titik Dasar Teknik Orde 0 dan 1

Titik Dasar Teknik Orde 2

Titik Dasar Teknik Orde 3

Titik Dasar Teknik Orde 4

Titik Dasar teknik Orde 4 Lokal

Tiang Listrik

Tiang Telepon

Titik Tinggi

TITIK DAN BENDA TETAP LAINNYA :

35.9

Laut Tawar

Sungai / anak sungai

Saluran Irigasi Teknis

Saluran air / got

Danau

Rawa

Belukar, Hutan, Pinus

Jati, Karet, Kina

Coklat, Lada, Cengkeh

Kelapa, Sawit, Sagu

Tembakau, Tebu, The

Kopi, alang-alang, Bambu

PERAIRAN DAN VEGETASI :

Page 230: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 8

SURAT UKUR

Surat Ukur (d.i 207) merupakan kutipan gambar bidang tanah dari peta

pendaftaran yang dibuat 2 (dua) rangkap, satu disimpan pada Kantor

Pertanahan sebagai arsip dalam daftar surat ukur (d.i 311 B), dan yang lainnya

merupakan bagian sertipikat tanah untuk menginformasikan tanah tersebut

haknya telah terdaftar pada buku tanah.

Surat Ukur merupakan salah satu kegiatan pengukuran dan pemetaan, dimana

setiap bidang tanah yang telah dipetakan dalam peta pendaftaran dibuat surat

ukur guna keperluan pendaftaran haknya (pasal 14 ayat 2 dan pasal 22 ayat 1

PP24/1997).

Sedangkan untuk wilayah wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik

yang belum tersedia peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari hasil

pengukuran yang dipetakan pada peta dasar pendaftaran, atau jika peta dasar

pendaftaran juga tidak tersedia, maka surat ukur dibuat dari peta bidang

tanah (pasal 22 ayat 2 PP24/1997).

8.1 Tata Cara Pembuatan Surat Ukur

Secara umum surat ukur dibuat dengan mengutip gambar bidang tanah

yang dimaksud dari peta pendaftaran, atau peta bidang tanah yang

dibuat untuk keperluan pengumuman, secara lebih rinci dijelaskan sebagai

berikut :

8.1.1 Tersedia Peta pendaftaran

Bidang tanah dimaksud yang terdapat pada peta pendaftaran disalin

ke blanko daftar isian 207 pada halaman 2 atau halaman 2 dan 3.

Penyalinan tersebut dapat dilakukan langsung dengan skala yang sama

sesuai skala peta pendaftarannya atau di buat dalam skala yang lebih

besar, namun harus disesuaikan dengan ruang gambar yang tersedia

pada daftar isian 207 (pasal 157 ayat 4 PMNA 3/1997).

Page 231: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Cara penyalinan yang paling mudah dilakukan jika skalanya sama

dengan skala peta pendaftaran adalah dengan menggunakan meja

gambar kaca yang mempunyai lampu penerangan di dalamnya.

Letakkan peta pendaftaran pada meja kaca, kemudian letakkan

blanko daftar isian 207 diatasnya.

Penyalinan tidak hanya bidang tanah yang dimaksud, tetapi juga

bidang tanah yang bersebelahan serta situasi disekitar bidang tanah

dimaksud.

8.1.2 Tidak Tersedia Peta Pendaftaran

Jika tersedia peta dasar pendaftaran, maka hasil ukuran dilapangan

di kartir pada peta dasar pendaftaran. Hasil kartiran ini disalin atau

dikutip pada blanko daftar isian 207 sebagai mana cara diatas.

Jika tidak tersedia peta dasar pendaftaran maka hasil pengukuran

dikartir untuk pembuatan peta bidang tanah guna pengumuman. Surat

ukur dapat dibuat dengan menyalin atau mengutip peta bidang tanah

tersebut.

Dalam hal bidang tanah yang akan digambarkan sangat luas, sehingga

penggambaran pada daftar isian 207 yang tersedia akan

menghasilkan skala yang sangat kecil, maka salinan peta pendaftaran

dapat digunakan sebagai surat ukur (pasal 157 ayat 5 PMNA 3/1997).

8.1.3 Tersedia Peta/ Data Digital

Surat ukur dapat dibuat dengan mem plot bidang tanah dimaksud dan

bidang tanah serta situasi disekitar bidang tanah dimaksud (data

spasial dan tektual) pada blanko daftar isian 207 (pasal 157 ayat 3

PMNA 3/1997), dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistim sunting

gambar (cropping). Penge-plot-an dapat dilakukan dengan skala yang

dikehendaki, namun demikian disarankan menggunakan skala sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Page 232: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

8.1.4 Perubahan, Penghapusan Dan Pembuatan Surat Ukur Baru

Jika terjadi pengukuran ulang, yang menyebabkan perubahan bentuk

fisik dan luas, maka pada surat ukur harus di lakukan perubahan

sesuai data perubahan tersebut (pasal 41ayat 5 PMNA 3/1997).

Perubahan tersebut dapat dilakukan langsung pada surat ukurnya

atau dibuatkan surat ukur pengganti jika surat ukur lama tidak

memungkinkan untuk digunakan.

Jika terjadi pemecahan, untuk pendaftarannya masing-masing bidang

dibuatkan surat ukur baru, sebagai pengganti surat ukur lama (pasal

133 ayat 3 PMNA 3/1997.

Surat ukur semula dinyatakan tidak berlaku lagi dengan

mencantumkan catatan dengan kalimat sebagai berikut :

"Tidak berlaku lagi karena haknya sudah dibukukan sebagai hak atas

bidang-bidang tanah hasil pemecahan sempurna, yaitu Hak …….

Nomor … s/d ….. (lihat buku tanah nomor ... s/d .... )", yang dibubuhi

tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk

berikut cap dinas Kantor Pertanahan (pasal 133 ayat 5 PMNA

3/1997).

Bidang atau bidang-bidang tanah yang dipisahkan untuk

pendaftarannya dibuatkan surat ukur tersendiri pasal 134 ayat 3

PMNA 3/1997.

Dalam pendaftaran pemisahan bidang tanah surat ukur yang lama

tetap berlaku untuk bidang tanah semula setelah dikurangi bidang

tanah yang dipisahkan dan pada nomor surat ukur dan nomor haknya

ditambahkan kata "sisa" dengan tinta merah, sedangkan angka luas

tanahnya dikurangi dengan luas bidang tanah yang dipisahkan pasal

134 ayat 5 PMNA 3/1997 .

Bidang atau bidang bidang tanah hasil penggabungan untuk

pendaftarannya dibuatkan surat ukur baru (pasal 135 ayat 3 PMNA

3/1997).

Page 233: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Pendaftaran penggabungan bidang-bidang tanah dilakukan dengan

menyatakan tidak berlaku lagi surat ukur atas bidang-bidang tanah

yang digabung dan membuatkan surat ukur baru untuk bidang tanah

hasil penggabungan (pasal 135 ayat 4 PMNA 3/1997).

Untuk melaksanakan hal sebagaimana dimaksud diatas pada masing-

masing surat ukur bidang-bidang tanah yang digabung dicantumkan

catatan dengan kalimat sebagai berikut :

"Tidak berlaku lagi karena haknya sudah dibukukan sebagai hak atas

bidang tanah hasil penggabungan dengan tanah Hak ….. Nomor …../……

, yaitu Hak ……. Nomor … s/d ….. (lihat surat ukur/buku tanah nomor

... .. )", yang dibubuhi tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan atau

pejabat yang ditunjuk berikut cap dinas Kantor Pertanahan (pasal

135 ayat 5 PMNA 3/1997).

Suatu bidang tanah yang telah hapus haknya karena suatu hal, maka

dalam surat ukurnya nomor hak yang telah hapus dicoret dengan tinta

hitam pasal 131 PMNA 3/1997.

8.2 Pelaksana dan Pengawasan Pembuatan Surat Ukur

Surat ukur dibuat oleh Satgas Pengukuran dan Pemetaan dalam

pendaftaran tanah sistematik dan petugas pengukuran atau yang

ditunjuk jika pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik. Dalam hal

pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilaksanakan oleh pihak

ketiga, maka pembuatan surat ukur dilaksanakan oleh pihak ketiga

tersebut.

Pengawasan pelaksanaan pembuatan surat ukur dilaksanakan oleh

Wakil Ketua I pada pendaftaran tanah sistematik, Kepala Seksi

Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau petugas yang ditunjuk jika

pendaftaran tanah sporadik.

Page 234: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

8.3 Pengesahan Surat Ukur

Pengesahan dilakukan oleh Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala

Seksi Pengukuran dan Pendaftaran tanah pada pendaftaran tanah

sistematik (pasal 53 ayat 1.g PMNA 3/1997), oleh Kepala Seksi

Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau pejabat yang ditunjuk untuk

pendaftaran tanah sporadik (pasal 156 ayat 4 PMNA 3/1997).

Pengesahan salinan untuk pembuatan sertipikat dilakukan oleh Ketua

Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan pada

pendaftaran tanah sistematik, atau oleh Kepala Kantor Pertanahan

untuk pendaftaran tanah sporadik (pasal 156 ayat 5 PMNA 3/1997).

8.4 Penata Usaha Surat Ukur

8.4.1 Penomoran Surat Ukur

Nomor Surat Ukur terdiri dari nomor menurut urutan waktu

dibuatnya, nama desa letak tanah, dan tahun pembuatannya, yang

dipisahkan dengan garis miring, dengan ketentuan bahwa sampai

dengan tanggal 31 Desember 1997 untuk pendaftaran tanah secara

sporadik dan sampai dengan tanggal 31 Maret 1998 untuk

pendaftaran tanah secara sistematik masih berlaku sistem

penomoran surat ukur yang sekarang berlaku (lama) (pasal 158 ayat 8

PMNA 3/1997) .

Untuk nama desa cukup dicantumkan kode desa/ kelurahan saja,

sebagai contoh untuk dkelurahan Pasar Minggu dengan kode

kelurahan (07), maka nomor surat ukur dapat ditulis sbb :

1033/07/1998

Pengurutan nomor surat ukur adalah dimulai dari angka 1 (satu) dan

selanjutnya untuk surat ukur berikutnya pada desa/ kelurahan yang

Nomor menurut urutan

waktu dibuatnya Kode desa/ kelurahan Tahun pembuatan

Page 235: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

sama adalah dengan penambahan 1 (satu) (increment 1) dari nomor

terakhir pada desa/ kelurahan tersebut, tanpa memperhatikan tahun

pelaksanaannya.

8.4.2 Penyimpanan

(Pasal 161 PMNA 3/1997)

Surat ukur disimpan dalam himpunan pertahun untuk setiap desa/

kelurahan secara berurutan sesuai urutan nomor surat ukur.

Himpunan per tahun tersebut diatas dapat dilakukan pada daerah

yang kegiatannya padat tapi sebaiknya dalam satu himpunan terdiri

dari 50 surat ukur tanpa membatasi tahun pembuatan surat ukurnya.

Himpunan surat ukur tersebut diatas dijilit hard cover dengan

format sampul depan adalah sebagai berikut :

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KANTOR PERTANAHAN

KOTAMADYA JAKARTA SELATAN JALAN TRUNOJOYO NO. 1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN

SURAT UKUR

NOMOR : 150 S/D NOMOR 200

KELURAHAN PASAR MINGGU (07)

KECAMATAN PASAR MINGGU (03)

TAHUN 1998

Page 236: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Surat ukur dapat disimpan dalam bentuk digital grafis atau micro

film.

8.4.3 Daftar Surat Ukur

(Pasal 160 PMNA 3/1997)

Setiap surat ukur yang telah diterbitkan dicatat dalam daftar surat

ukur (daftar isian 311 B dan ditutup setiap akhir bulan.

Daftar isian 311 B dihimpun dalam 100 lembar dan dijilit dengan hard

cover.

8.5 Contoh Pengisian daftar isian 207

Surat Ukur terdiri dari 4 (empat) halaman :

8.5.1 Halaman pertama.

a. Pada kotak identifikasi secara berurutan ditulis kode :

Propinsi

Kabupaten / Kotamadya

Kecamatan

Desa / Kelurahan

Hak dan

Nomor bidang tanah

b. Pada nomor hak : tulis nomor hak tanah yang bersangkutan, misalnya

HGB 207.

c. NIB : diisi lengkap 13 digit, misalnya 09.02.05.07.01035

d. Pada Nomor : ….

ditulis nomor surat ukur. Nomor surat ukur terdiri dari nomor menurut

urutan waktu dibuatnya di dalam wilayah suatu desa/ kelurahan, kode

nomor desa/ kelurahan dan tahun pembuatannya (pasal 158 PMNA

3/1997)

Page 237: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Contoh : untuk kelurahan Pasar Minggu (dengan kode kelurahan 07),

pelaksanaan tahun 1998 dan urutan pembuatannya untuk kelurahan

tersebut (diusahakan) sesuai dengan pemberian NIB bidang tanahnya

dimisalkan 1035, maka :

Nomor : 1035 / 07 / 1998.

e. Pada isian lokasi bidang tanah disi lengkap,misal sebagai berikut :

Propinsi : DKI Jakarta

Kabupaten / Kotamadya : Jakarta Selatan

Kecamatan : Pasar Minggu

Desa / Kelurahan : Pasar Minggu

f. Pada ruang Peta ditulis nama peta yang menjadi referensi pembuatan

Surat Ukur ini, bisa berupa peta pendaftaran sistim koordinat nasional

atau peta sistim koordinat lokal. Sebagai contoh untuk lokasi yang

telah memiliki peta pendaftaran (sistim koordinat nasional) atau lokal

maka ditulis sbb:

Peta : Peta Pendaftaran

atau

Peta : Peta pendaftaran DPPT DKI

g. Pada ruang Lembar dan Kotak diisi sesuai dengan letak bidang tanah

pada peta yang disebut pada (a6) diatas.

h. Pada ruang Nomor Pendaftaran ditulis nomor indentifikasi bidang

tanah (NIB).

i. Pada ruang Keadaan Tanah ditulis penggunaan tanah pada waktu

diadakan pengukuran batas bidang tanah.

j. Pada ruang Tanda Batas ditulis tanda batas yang ada, misalnya patok

kayu, tembok pagar, dlsb.

k. Pada ruang Luas ditulis luas bidang tanah dengan angka dan huruf yang

ditulis dalam tanda kurung.

Page 238: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

l. Pada ruang Penunjukan dan penetapan batas ditulis siapa yang

menunjukkan batas.

SURAT UKUR NIB : 09.01.03.07.01035

Nomor : 1035/07/1998

Sebidang tanah terletak dalam :

Propinsi : DKI Jakarta

Kabupaten/ Kotamadya : Jakarta Selatan

Kecamatan : Pasar Minggu

Desa / Kelurahan : Pasar Minggu

Peta : Peta Pendaftaran

Lembar : 48.2-20.205-02-9 Kotak :A3 Nomor pendaftaran : -

Keadaan tanah :

Tanda-tanda batas :

Luas :

Penunjuk dan penetapan batas :

DI. 207 0 9 . 0 1 . 0 3 . 0 7 . 1 . 0 1 0 3 5 Nomor Hak : HGB 210

Page 239: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

8.5.2 Halaman kedua dan ketiga.

a. Halaman kedua dan jika perlu juga halaman ketiga dipergunakan

untuk menggambar bidang tanahnya dan bidang tanah disekelilingnya.

b. Peta bidang tanah sebagaimana disebut pada angka a) diatas

merupakan kutipan peta pendaftaran, skala peta dapat dibuat sama

dengan skala peta pendaftarannya atau dapat diperbesar untuk lebih

memperjelas letak bidang tanah dan disesuaikan dengan ukuran

surat ukur.

c. Batas bidang tanah yang terdaftar dibuat lebih tebal dibandingkan

dengan batas bidang tanah sekelilingnya.

d. Pada bidang tanah disekelilingnya dicantumkan nomor identifikasi

bidang tanahnya.

101

91

53

Tanah Milik

adat

GS 165/1976

HM. 203

Penjelasan : batas tanah ini

Perbandingan 1 : 1000

1035

Page 240: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

8.5.3 Halaman Keempat.

a. Pada ruang lain-lain ditulis hal-hal yang dianggap perlu, misalnya :

tanggal dan nomor surat ukur yang lama jika surat ukur itu

merupakan pemisahan, penggantian atau penggabungan.

hak yang terdaftar terjadi diatas Hak Milik orang lain, contoh :

Hak Guna Bangunan didirikan diatas Hak Milik Nomor:…….

b. Pada ruang tanda tangan :

Untuk surat ukur yang menjadi arsip pada ruang tanda tangan diisi

dengan tanda tangan Ketua Panitia Ajudikasi dan tanggal penanda-

tanganan surat ukur.

Untuk surat ukur yang menjadi bagian sertipikat, ruang tanda

tangan bagian kanan tidak perlu ditandatangani oleh Ketua Panitia

Ajudukasi cukup ditulis “ttd”.

Tanggal yang ditulis sesuai dengan tanggal surat ukur yang

menjadi arsip. Sedangkan ruang tanda tangan disebelah kiri di

tandatangani oleh Ketua Panitia Ajudikasi dan diberi tanggal

sama dengan tanggal penerbitan sertipikat (ruang h pada

sertipikat).

c. Pada ruang daftar isian 302 dikosongkan.

d. Pada ruang daftar isian 307 diisi tanggal dan nomor urut d.i. 307

SIS.

Setelah pembuatan dan penandatanganan surat ukur selesai, surat

ukur yang merupakan arsip kantor dijilid per 100 lembar. Untuk

memudahkan pengambilan surat ukur jangan dijilid mati tetapi dijilid

lepas.

Page 241: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Hal Lain-lain :

Daftar isian 302 tgl . ………………………………………….. No. …………………….

Daftar isian 307 tgl . …………………………………………… No. ……………………

Lihat Surat Ukur Nomor : …………… /19 Nomor Hak : ……….

Sisanya diuraikan dalam Surat Ukur Nomor : ……………….. / 19.. Nomor Hak ……..

UNTUK SERTIPIKAT

………………..tgl. …………

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya

Jakarta Selatan

NNNNNNN

NIP

………………..tgl. …………

Kepala Sesi Pengukuran Dan

Pendaftaran Tanah

Kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kotamadya

Jakarta Selatan

NNNNNNN

NIP

Pemisahan

Penggabungan

Pengganti

Luas Tanggal Nomor

Nomor

Hak

Dikeluarkan Surat Ukur Sisa Luas

Page 242: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

BAB 9

PENYIMPANAN DATA PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Maksud penyimpanan data-data dan hasil Pengukuran dan Pemetaan

adalah agar data dan hasil ukuran yang berfungsi Dokumen dapat terawat

dengan baik, sehingga dapat digunakan kembali apabila akan dipakai di

kemudian hari. Sedangkan tujuannya adalah membuat sistem pengarsipan

dokumen yang berhubungan dengan pengukuran dan pemetaan secara rapi

dan teratur dalam rangka tercapainya pelaksanaan Catur Tertib

Pertanahan.

Dokumen yang harus disimpan adalah data dan hasil dalam

pelaksanaan pembuatan :

- Titik Dasar Teknik

- Peta Dasar Pendaftaran

- Gambar Ukur

- Peta Bidang Tanah

- Peta Pendaftaran Tanah

- Surat Ukur

Dokumen dimaksud dapat berupa soft copy misalnya disdet atau CD

ROM dan berupa hard copy misalnya peta atau print out dan berupa buku

misalnya buku tugu dan data/hasil hitungan yang telah dijilid.

8.1. Titik Dasar Teknik

Hasil dari pembuatan titik dasar teknik ialah Buku tugu, Peta Dasar

Teknik, data dan hasil hitungan serta peta rencana.

8.1.1. Buku Tugu

Buku tugu yang telah dijilid untuk setiap 50 (lima puluh) titik dasar

teknik, disimpan dalam lemari buku. Letak dan susunannya disesuaikan

Page 243: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

dengan orde titik dasar teknik. Titik dasar teknik orde yang sama disatukan

dan disusun berdasarkan urutan nomor.

Untuk keperluan penataan administrasi, maka setiap titik dasar

teknik harus dicatat pada daftar koordinat. Daftar koordinat dimaksud

adalah DI.106 lampiran nomor 39. Pengisian kolom DI. 106 sebagai berikut:

a. Kolom 1. diisi dengan nomor urut pencatatan

b. Kolom 2. diisi dengan nomor titik dasar teknik

c. Kolom 3. diisi sesuai angka ordenya.

d. Kolom 4. diisi dengan kata “lokal” apabila sistem koordinat belum

diikatkan pada sistem Nasional .

e. Kolom 5. diisi dengan kata “Nasional” apabila titik dasar tekniknya

sudah dalam sistem nasional “ – “ apabila titik dasar teknik

belum dalam sistem nasional

f. Kolom 6. diisi dengan harga koordinat X (absis) dalam satuan meter dan

ditulis dengan 2 (dua ) desimal dibelakang koma, misalnya

38576,78

g. Kolom 7. diisi dengan harga koordinat Y (ordinat) dalam satuan meter

dan ditulis dengan dua dibelakng koma, misalnya 290645,87

h. Kolom 8. diisi dengan harga lintang titik lengkap dengan penulisan satuan

sudut yaitu derajat ( ), menit ( ‘ ) dan detik ( “ ) ditambah

penulisan U atau S sesuai dengan lintangnya. Harga satuan

sudut dalam detik tanpa menyertakan desimal dibelakang

koma, misalnya 4 12 ‘ 17 “ U.

i. Kolom 9. diisi dengan harga bujur titik lengkap dengan penulisan satuan

sudut yaitu derajat ( ), menit ( ‘ ), dan detik ( “ ) ditambah

dengan penulisan B atau T sesuai dengan harga bujur. Harga

satuan sudut dalam detik tanpa menyertakan desimal di

belakng koma, misalnya : 111 29 “ 10 ‘ T.

j. Kolom 10. diisi dengan nomor lembar peta dimana titik dasar teknik

bersangkutan berada, misalnya : 48/XIL. II.A

k. Kolom 11. diisi apabila ada atau hal lain yang dianggap perlu misalnya :

“ Dibuat tahun 1996 “.

Page 244: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

8.1.2. Peta Dasar Teknik

Peta dasar teknik disimpan dalam lemari peta. Jika peta dasar

teknik menggunakan peta topografi, maka penyimpanan disusun berdasarkan

urutan nomor titik dasar teknik yang ada pada tiap lembar. Jika peta dasar

teknik dibuat bukan pada peta tofografi, maka penyusunan dibuat

berdasarkan satuan wilayah.

Setiap adanya perubahan pada teknik dasar teknik harus

dicatatkan pada peta dasar teknik. Pencatatan dilakukan dengan cara

menggambarkan titik tersebut di peta dasar teknik sesuai dengan posisi

sebenarnya di lapangan, dan menuliskan nomor yang baru. Nomor titik yang

lama dihapus dengan cara mencoret

8.1.3. Data Ukuran

Data ukuran titik dasar teknik dapat berupa data dijital dan print

out atau dalam bentuk daftar isian. Data dalam bentuk dijital disimpan pada

CD ROM atau disket yang disimpan dalam dalam kotak disket dan harus

dibuatkan back upnya. Setiap data yang ada dalam disket diberi label

dengan mencantumkan orde titik dasar teknik, tahun pelaksanaan

pengukuran dan satuan wilayah. Data yang dalam bentuk print out atau

daftar isian dijilid dalam bentuk buku dan dilengkapi dengan pencatuman

orde titik dasar teknik, tahun pelaksanaan dan wilayah. Dalam

penyimpanan, disarankan agar data disusun menurut orde dan tahun

pelaksanaan serta satuan wilayah.

Tempat penyimpanan data dapat dilakukan di Badan Pertanahan

Nasional, Kantor wilayah atau Kantor Pertanahan. Jika pengukuran titik

dasar teknik dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional maka data

ukuran disimpan di Badan Pertanahan Nasional. Jika data dimaksud akan

disimpan di Kantor Wilayah/Kantor Pertanahan maka harus dibuatkan

berita acara penyerahan data ukuran. Jika pengukuran dilaksanakan oleh

Kantor Wilayah maka data disimpan di Kantor Wilayah atau Kantor

Pertanahan dengan membuat berita acara penyerahan data ukuran.

Page 245: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

8.1.4. Peta Perencanaan

Selain ketiga hal yang telah dijelaskan di atas peta rencana

pemasangan tugu titik dasar teknik juga harus disimpan. Peta rencana ini

dapat digunakan apabila di kemudian hari ada penambahan titik dasar

teknik yang baru apakah itu berupa penambahan titik dasar teknik orde

yang sama atau penambahan titik dasar teknik untuk perapatan. Peta

rencana ini pada kantor yang melakukan pengukuran . Peta rencana titik

dasar teknik orde 2 dan 3 disimpan pada Badan Pertanahan Nasional dan

peta rencana titik dasar teknik orde 4 disimpan pada Kantor Pertanahan.

8.2. Peta Dasar Pendaftaran

8.2.1. Peta Dalam bentuk Drafting Film/Sepia atau Peta Foto

Peta dasar pendaftaran dalam bentuk drafting film/diazo/sepia atau

peta foto disimpan dalam lemari peta. Lembar peta disusun berdasarkan

nomor lembar peta. Karena peta dasar merupakan dokumen yang hanya

dipakai pada waktu tertentu saja , maka disarankan agar penyimpanannya

tidak disatukan dengan lembar peta yang lain dalam lemari yang sama.

Pengambilan lembar peta dasar pendaftaran hanya untuk keperluan yang

penting saja. Penyimpanan lembar peta dasar pendaftaran harus disertai

dengan peta indeks/peta pembagian lembar .

Dalam rangka penertiban administrasi peta dibuat daftar peta dasar

pendaftran. Daftar ini dibuat untuk mendaftarkan semua peta-peta dasar

pendaftaran yang ada di Kantor Pertanahan. Daftar peta dasar

pendaftaran memuat kolom data-data mengenai lembar, jenis dan skala

peta, cakupan desa/kelurahan, asal peta, tahun pembuatan dan keterangan.

Daftar peta dasar pendaftaran dibuat dengan menggunakan DI. 311, sesuai

passl. 179 ayat 1, 2 dan 3. Pengisian daftar peta pendaftaran adalah

seperi di bawah ini.

Bagian atas kanan lembar daftar peta dasar pendaftaran diisi dengan nama

kantor lengkap dengan kabupaten atau kotamadya, sedangkan pengisian

kolom-kolom adalah sebagai berikut :

Page 246: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor lembar peta yang ada di bagian

kanan atas lembar peta

b. Kolom 2. diisi sesaui dengan jenis petanya yaitu peta garis atau peta

foto

c. Kolom 3. diisi sesuai dengan skala yang tertulis pada lembar peta

d. Kolom 4. diisi dengan nama-nama desa/kelurahan yang termasuk dalam

lembar peta

e. Kolom 5. diisi sesuai dengan pembuatan petanya, apakah dibuat

dengan cara fotogrametrik atau terrestrial, atau nama

instansi yang mengeluarkan peta tersebut.

f. Kolom 6. diisi sesuai dengan tahun pengeluaran peta

g. Kolom 7. diisi dengan kata “ memenuhi ” apabila peta tersebut

memenuhi menjadi peta pendaftaran, dengan ( - ) apabila

tidak memenuhi menjadi peta pendaftaran

h. Kolom 8. diisi dengan kata “ tidak ” apabila peta tersebut tidak

memenuhi menjadi peta pendaftaran, dengan ( - ) apabila

peta tersebut memenuhi

i. Kolom 9. diisi dengan hal-hal yang dianggap perlu mengenai lembar peta

misalnya : “ sistem lokal “.

Jika peta dasar pendaftaran yang semula dalam sisten koordinat lokal

dilakukan Transformasi ke sistem koordinat nasional, dengan cara

transformasi koordinat, maka peta semula akan menjadi arsip dan disimpan

pada tempat khusus, dan peta hasil transformasi akan menjadi peta dasar

pendaftaran. Jika transformasi dilakukan dengan cara placing grade tanpa

merubah format lembar peta, maka peta dasar pendaftaran akan tetap

berlaku sebagai peta dasar pendaftaran. Dengan adanya transformasi peta

tersebut daftar peta dasar pendaftaran harus diperbaiki atau

diperbaharui.

8.2.2. Peta Dasar Dalam Bentuk Dijital

Peta dasar dalam bentuk dijital yang ada disket atau CD ROM

disimpan pada tempat yang memenuhi syarat. Setiap disket harus dibuatkan

Page 247: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

back upnya. Untuk tidak terjadi kekeliruan mengenai isi disktet atau CD

ROM maka ditandai dengan label yang dibubuhi dengan penjelasan

mengenai isi disket. Penjelasan meliputi isi daripada disket, nama kota

yang mewakili wilayah pemetaan, tahun pembuatan dan sistem koordinat

petanya. Untuk membedakan dua disket yang isinya sama dituliskan kata asli

pada disket asli dan kata back up pada disket back up.

Jika peta dasar pendaftaran mengalami transformasi maka tulisan

mengenai sistem koordinat yang ada pada label disket atau CD Rom diganti

dengan sistem koordinat TM-3 . Disket yang berisi hasil transformasi

juga harus dibuat back upnya.

8.2.3. Data Ukuran

Data yang disimpan dalam rangka pembuatan peta dasar pendaftaran

bergantung pada proses pembuatan petanya. Dengan metoda fotogrametrik

data yang diasilkan adalah :

1. Film photo

2. Peta indeks jalur terbang

3. Diapostip foto udara

4. Paper print foto udara

5. Hasil aerial triangulasi (hard copy/print out dan soft copy

/disket)

6. Peta indeks aerial triangulasi

7. Data hasil ukuran titik kontrol (vertikal dan horizontal)

8. Peta garis dalam bentuk manuskrip

9. Peta Indeks/Pembagian lembar Peta

10. Blow up identifikasi

11. Mosaik (Asli, Paper print, Diapositip, Negatip dan Diazo)

12. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk drafting film dan sepia

13. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk digital

14. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk (Negatip, Paper,

Diapositip dan Diazo)

Page 248: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Penyimpanan dan pengelolaan film-film negatif dan foto udara sebagai

dokumen negara hasil pemotretan uadara yang dilakukan dalam rangka

pengukuran dan pemetaan peta dasar pendaftaran secara fotogrametrikk

dilaksakan oleh Badan Pertanahan Nasional sesuai passl. 44 ayat 1.

Dokumen dimaksud adalah semua semua data dan material yang disebut di

atas kecuali Bolw up identifikasi, mosaik (paper dan diazo), peta

pendaftaran dalam bentuk drafting film dan satu set peta dasar

pendaftran dalam bentuk sepia serta peta dasar pendaftaran dalam bentuk

paper (peta foto). Penggunaan film mengenai negatif dan foto selain untuk

keperluan Badan Pertanahan Nasional, memerlukan izin tertulis dari

Menteri. Dalam operasional sehari-hari izin tertulis dapat dibuatkan oleh

Direktur pengukuran dan Pemetaan.

Data dari pembuatan peta dasar pendaftaran dengan cara pengukuran

terrestrial adalah :

1. Data ukuran (DI. 103)

2. Hasil hitungan (DI.104)

3. Peta Manuskrip/Kartiran

4. Peta Dasar Pendaftaran

Keempat data tersebut di atas disimpan di Kantor Pertanahan. Data ukuran

dan hasil hitungan yang sudah dijilid disimpan pada tempat yang aman yaitu

lemari buku. Setiap data dan hasil hitungan diberi nama, lokasi pemetaan,

sistem koordinat yang dipakai dan tahun pembuatan petanya.

8.2.3. Gambar Ukur

Gambar ukur yang disimpan perdesa setelah dijilid dengan sistem

lepas sebanyak 50 (lima puluh ) buah satu jilid, disimpan dalam lemari

buku. Setiap gambar ukur dibuatkan nomor gambar ukurnya dengan nomor

urut dalam DI. 302 (lihat lampiran 67 ) sesuai pasal. 31 ayat 5. Daftar

isian 302 adalah lembar yang memuat permohonan pekerjaan pengukuran

yang pengisiannya akan dijelaska seperti dibawah ini. Bagian kanan atas diisi

dengan nama Kantor pertanahan dan kolom-kolom diisi sebagai berikut :

Page 249: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor yang ada pada lembar gambar ukur

b. Kolom 2. diisi sesuai dengan tanggal pembuatan gambar ukur

c. Kolom 3. diisi sesuai dengan nama dan alamat sipemohon yang tertulis

pada gambar ukur

d. Kolom 4. diisi sesuai dengan jenis hak yang dimohon yaitu hak milik, hak

guan usaha dan sebagainya

e. Kolom 5. diisi dengan status bidang tanah yang dimohon yaitu tanah

negara atau bukan tanah negara

diisi sesuai dengan nomor yang ada pada alas hak yaitu nomor

akte atau nomor lainnya jika ada

f. Kolom 6. diisi sesuai dengan nama kelurahan/desa dan kecamatan letak

tanah yang dimohon

g. Kolom 7. diisi sesuai dengan luas bidang tanah yang ada pad alas hak

h. Kolom 8. diisi sesuai dengan nomor pada DI 305

i. Kolom 9. diisi dengan nama petugas ukur yang melaksanakan pengukuran

bidang tanah

j. Kolom 10. diisi sesuai dengan penerbitan surat ukur

k. Kolom 11. diisi sesuai dengan nomor surat ukur

l. Kolom 12. diisi sesuai dengan luas yang ada pada surat ukur yang didapat

dari hasil pengukuran di lapangan

m. Kolom 13. diisi dengan NIB bidang tanah

n. Kolom 14. diisi sesuai dengan nomor urut pada DI 307

o. Kolom 15. diisi apabila ada hal-hal yang perlu misalnya hasil

penggabungan dari gambar ukur xxxxxxxxx atau pemisahan

dari xxxxxxxx ( tulis nomor gambar ukur asalnya),

Jika bidang tanah yang diukur cukup luas seperti Hak Guna Usaha

maka Gambar ukur yang dalam bentuk daftar isian, data, hasil hitungan dan

veld werg disatukan menjadi satu berkas.

Peta garis/foto, blow up atau citra lainnya yang digunakan sebagai

gambar ukur disimpan pada lemari peta yang digunakan khusus

penyimpanan arsip gambar ukur dan tidak disatukan dengan peta lain yang

berfungsi sebagai peta dasar atau peta pendaftaran.

Page 250: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Gambar ukur bidang tanah yang dibuat karena adanya perubahan data fisik

disatukan dalam jilitan yang telah ada atau yang baru dimana letaknya

disesuaikan dengan nomor gambar ukurnya. Gambar ukur yang lama tetap

berada pada posisi semula, tetapi pada bagian muka lembar gambar ukur

harus ditandai dengan cara mencoret silang serta dibubuhi catatan “

Diganti dengan nomor xxxxxx ( tulis nomor gambar ukur yang baru). Jika

gambar ukur berisi lebih dari satu bidang tanah maka yang dicoret adalah

nomor bidang yang mengalami perubahan dan pada kolom Keterangan ditulis

catatan “ Diganti dengan nomor xxxxxxx (tulis nomor gambar ukur yang

baru). Selain lembar gambar ukur DI 107 atau DI 107A, jika ada lembar

yang disatukan dengan lembar gambar ukur tersebut seperti salinan peta

garis/foto atau blow up juga harus ditandai. Selain gambar ukur, data-data

yang berhubungan dengan bidang dimaksud harus dicoret.

8.4. Peta Bidang Tanah

Peta bidang tanah yang ukurannya sama dengan kertas A3 HVS 80

gram disimpan bersama-sama dengan lembar-lembar risalah pengumuman

yaitu DI. 200, 201A, 201B, 202 yang merupakan warkah pendaftaran

tanah. Jika peta bidang tanah hanya berisi satu bidang saja (Pendaftaran

tanah sporadik ), maka satu risalah bidang tanah disertai dengan satu

lemabar peta bidang. Tetapi jika peta bidang berisi beberapa bidang

tanah( pendaftaran tanah sistematik ), maka risalah-risalah bidang tanah

yang termasuk dalam peta bidang dimaksud disatukan dan disertai dengan

satu lembar peta bidang.

8.5. Peta Pendaftaran Tanah

Setiap lembar peta pendaftaran tanah harus disimpan pada tempat

khusus (lemari peta) sesuai pasal 14 ayat 1, disusun berdasarkan nomor

lembar peta per satuan wilayah. Peta yang disimpan persatuan wilayah

disertai dengan peta indeksnya. Lembar peta pendaftran tanah yang

merupakan salinan dari lembar asli ataupun lembar salinan sebelumnya

disimpan bersama-sama dengan aslinya.

Page 251: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Untuk mengagendakan semua peta pendaftaran tanah yang ada di

Kantor Pertanahan dibuat Daftar Peta Pendaftaran Tanah dengan

menggunakan daftar isian 311A (lihat lampiran nomor 80 ) sesuai passl. 145

ayat 1. Pengisian kolom pada daftar peta pendaftaran tanah dijelaskan

sebagai berikut :

a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor urut peta pendaftaran tanah yang

telah dibuat

b. Kolom 2. diisi dengan nomor lembar peta

c. Kolom 3. diisi dengan skala peta

d. Kolom 4. diisi dengan nomor lembar peta pendaftaran tanah apabila

petanya belum dalam sistem nasional

e. Kolom 5. diisi dengan skala peta pendaftaran tanah apabila petanya

belum dalam sistem nasional

f. Kolom 6. diisi dengan mencatat semua nama desa/kelurahan yang

termasuk dalam lembar bersangkutan

g. Kolom 7. diisi dengan hal-hal yang dianggap perlu misalnya disalin dari

lembar nomor xxxxxxxxxx ( tulis nomor lembarnya tempat

penyalinannya)

Lembar peta pendafatan tanah yang merupakan turunan dari lembar asli

atau lembar turunan sebelumnya dicatat dengan nomor urut sesuai dengan

nomor urut yang telah dibuat.

8.6. Surat Ukur

Setiap surat ukur yang telah diterbitkan dicatat dalam daftar

surat ukur yang ditutup setiap akhir bulan. Daftar surat ukur yang memuat

data mengenai nomor surat ukur, tanggal penerbitan, luas bidang , NIB,

peta pendaftaran tanah, nomor gambar ukur dan keterangan. Daftar surat

ukur dimaksud sesuai dengan DI.311B. Pengisian daftar surat ukur adalah

sebagai berikut :

a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor surat ukur bidang tanah

b. Kolom 2. diisi sesuai dengan tanggal diterbitkannya surat ukur

Page 252: 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

c. Kolom 3. diisi sesuai dengan luas bidang tanah yang tertulis pada surat

ukur

d. Kolom 4. diisi sesuai dengan NIB yang tertulis pada surat ukur

e. Kolom 5. diisi sesuai dengan nomor urut pencatatan pada DI.302

f. Kolom 6. diisi sesuai dengan nomor lembar peta dimana bidang tanah

digambarkan

g .Kolom 7. disi sesuai dengan nomor dan angka dimana bidang tanah

digambarkan

h. Kolom 8. diisi sesuai dengan nomor gambar ukur bidang tanah

i. Kolom 9. diisi dengan hal yang dianngap perlu misalnya hasil

penggabungan atau pemecahan atau pemisahan dari surat ukur

nomor xxxxxxxxx (tulis nomor asalnya )

Untuk penyimpanannya surat ukur dijild per 50 (lima puluh ) buah

surat ukur. Guna mempermudah pencarian apabila diperlukan dan ketertiban

administrasi, maka setiap jilidan surat ukur diberi daftar nomor surat

ukur yang ada di dalam jilidan tersebut. Jika terjadi penggatian surat ukur,

maka surat ukur yang baru disimpan dalam jilidan terakhir, dan surat ukur

yang baru tetap berada pada jilidannya tetapi nomor yang tertulis pada

daftar seperti dimaksud harus dicoret.