0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan
-
Upload
syam-iskandar-wijaya -
Category
Documents
-
view
198 -
download
2
Transcript of 0petunjuk Teknis - Materi Pengukuran Dan Pemetaan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan
pengukuran dan pemetaan terdiri dari ;
a. Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik
b. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran
c. Pemetaan Indeks Grafis
d. Pengukuran Bidang dan Pembuatan Gambar Ukur
e. Pembuatan Peta Bidang
f. Pembuatan Peta Pendaftaran
g. Pembuatan Surat Ukur
h. Penyimpanan
Pengukuran bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak
batas satu atau beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang
haknya atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau
terpencar-pencar dalam satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah secara sporadik (pasal 1 butir 4). Setelah petugas
pengukuran menerima perintah pengukuran, segera dilakukan persiapan
sebagai berikut (pasal 79) :
a. Memeriksa tersedianya sarana peta seperti ; peta pendaftaran atau peta
dasar pendaftaran atau peta lainnya pada lokasi yang dimohon.
b. Merencanakan pengukuran di atas peta pendaftaran atau peta dasar
pendaftaran atau peta-peta lainnya yang memenuhi syarat, apabila tanah
yang dimohon belum mempunyai gambar situasi/surat ukur.
c. Dalam hal tidak terdapat peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran
atau peta lain yang memenuhi syarat, maka segera disiapkan perencanaan
pembuatan peta pendaftaran.
d. Memeriksa tersedianya titik dasar teknik disekitar bidang tanah yang
dimohon.
e. Dalam hal tidak terdapat titik dasar teknik di sekitar bidang tanah yang
akan diukur, meminta kepada pemohon untuk menyiapkan tugu titik dasar
teknik minimal 2 (dua) buah.
f. Apabila kegiatan pengukuran bidang tanah diperlukan, mengadakan
persiapan-persiapan seperti menyiapkan formulir pengukuran.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
g. Memberikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon mengenai waktu
penetapan batas dan pengukuran.
Pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah proses pemastian letak
batas bidang-bidang yang terletak dalam satu atau beberapa desa/kelurahan
atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah secara sistematik (pasal 1 butir 3). Setelah lokasi
pendaftaran tanah secara sistematik ditetapkan, segera dilakukan persiapan
sebagai berikut (pasal 47) :
a. Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran, berupa
peta dasar yang berbentuk berbentuk peta garis atau peta foto.
b. Peta dasar pendaftaran sebagaimana dimaksud di atas telah memuat
semua pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam
bentuk peta indeks grafis.
Dalam hal peta pendaftaran telah tersedia pada wilayah yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah sistematik, peta pendaftaran
tersebut dapat dianggap sebagai peta indeks grafis.
c. Apabila karena alasan teknis pembuatan peta indeks grafis tersebut
tidak dapat dilaksanakan sebelum dilakukan pendaftaran tanah secara
sistematik, pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar tersebut
dilakukan bersamaan dengan pemetaan bidang-bidang tanah hasil
pengukuran bidang tanah secara sistematik.
d. Dalam hal desa/kelurahan yang wilayah atau bagian wilayahnya ditetapkan
sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik belum tersedia peta
dasar pendaftaran, maka pembuatan peta dasar pendaftaran dapat
dilakukan bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang
bersangkutan.
Petunjuk Teknis Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah ini dibuat
sebagai bahan panduan kerja bagi pelaksana di lingkungan Badan Pertanahan
Nasional. Untuk penyeragaman, yang dimaksud dengan peraturan, pasal, ayat,
butir dan lampiran pada Petunjuk Teknis ini adalah pasal, ayat, butir dan
lampiran seperti dinyatakan pada PMNA / KBPN No.3/1997, kecuali
dinyatakan lain.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 2
PENGUKURAN DAN PEMETAAN TITIK DASAR TEKNIK
2.1 Pemasangan
Titik Dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang
diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem
tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol atau titik ikat untuk
keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas (pasal. 1 butir 13 PP
No.24/1997).
Pemasangan titik dasar teknik dilaksanakan berdasarkan kerapatan
dan dibedakan atas ; orde 0,1,2,3,4 serta titik dasar teknik
perapatan. Pemasangan titik dasar teknik orde 0 dan 1 dilaksanakan
oleh Bakosurtanal sedangkan orde 2,3,4 dan titik dasar teknik
perapatan dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Berdasarkan pemasangannya, titik dasar teknik dibedakan atas 2
(dua) bagian, yaitu ; sebagai perapatan dan sebagai pengikatan.
Pemasangan titik dasar teknik yang berfungsi sebagai pengikatan
berarti bahwa setiap bidang tanah dalam pendaftaran tanah
sistematik ataupun sporadik harus diikatkan kepada titik dasar
teknik tersebut, sedangkan yang berfungsi sebagai perapatan berarti
bahwa pemasangan titik dasar teknik tersebut adalah merapatkan
titik dasar teknik yang telah ada dan tersebar di suatu wilayah.
Mengingat fungsi-fungsi tersebut di atas, tahapan kegiatan
pemasangan titik dasar teknik adalah sebagai berikut :
a. Inventarisasi
b. Perencanaan
c. Survei Pendahuluan
d. Monumentasi
2.1.1 Inventarisasi
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan peta dasar teknik,
peta topografi / peta rupa bumi atau peta lain yang telah ada
dalam wilayah yang akan dipasang titik dasar teknik yang akan
dirapatkan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Data yang dikumpulkan dari peta dasar teknik yang telah ada,
adalah :
a. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik orde 0,1,2 yang telah
dipasang dalam satu propinsi bila yang akan dipasang adalah titik
dasar teknik orde 2 yang baru (dalam hal perapatan titik dasar
teknik).
b. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik yang telah disebutkan
pada butir a dan orde 3 yang telah dipasang dalam satu
kabupaten / kotamadya bila yang akan dipasang adalah titik
dasar teknik orde 3 yang baru (dalam hal perapatan titik dasar
teknik).
c. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik yang telah disebutkan
pada butir b dan orde 4 yang telah dipasang dalam satu desa /
kelurahan bila yang akan dipasang adalah titik dasar teknik orde
4 yang baru (dalam hal perapatan titik dasar teknik).
d. Jumlah dan distribusi titik dasar teknik orde 0,1,2,3,4 yang
berada dalam jarak kurang dari 2 km dari lokasi bidang tanah
yang akan diukur (dalam hal pengikatan bidang tanah).
Dalam hal perapatan titik dasar teknik, hasil inventarisasi di atas
dituangkan pada DI 106 (lampiran 39) untuk setiap Daerah Tingkat
II.
Data yang dikumpulkan dari peta topografi atau peta lain adalah :
a. Pengumpulan informasi kondisi geografis, sarana / prasarana
wilayah yang akan dipasang titik dasar teknik (dalam hal
perapatan titik dasar teknik).
b. Penetapan batas wilayah yang akan dipasang titik dasar teknik
(dalam hal perapatan titik dasar teknik).
c. Pengumpulan informasi tentang ketersediaan lembar peta dasar
pendaftaran, peta pendaftaran pada lokasi bidang tanah yang
akan diukur (dalam hal pengikatan bidang tanah).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
2.1.2 Perencanaan
Dalam hal pemasangan titik dasar teknik dilakukan untuk
perapatan, perencanaan penempatan lokasi titik dasar teknik
dilakukan dengan sistem grid, dengan panjang dan lebar grid
disesuaikan dengan kerapatan seperti yang dimaksud dalam pasal 2.
Kerapatan dimaksud adalah kerapatan maksimum yang
diperkenankan dan perencanaan penempatannya diusahakan
sedapat mungkin dekat dengan lokasi yang dapat dijangkau
(misalnya : pinggir jalan, pemukiman) sehingga memudahkan
mobilisasi dan pengukuran yang akan dilakukan.
Rencana pemasangan titik dasar teknik pada peta perencanaan
tersedia juga dicantumkan nomor titik dasar teknik yang akan
dipasang. Penomoran titik dasar teknik dilakukan dengan
berpedoman pada pasal 6 dan lampiran 2.
Contoh :
09002 – titik dasar teknik orde 2 terletak di Propinsi DKI
Jakarta dengan nomor urut 2.
0901002 – titik dasar teknik orde 3 terletak di Propinsi DKI
Jakarta , Kodya Jakarta Pusat dengan nomor urut 2.
2 – titik dasar teknik orde 4 pada suatu wilayah desa /
kelurahan dengan nomor urut 2 dengan sistem
koordinat nasional.
3 – titik dasar teknik orde 4 pada suatu wilayah desa /
kelurahan dengan nomor urut 3 dengan sistem
koordinat lokal.
- Titik dasar teknik perapatan bersifat sementara dan
berfungsi sebagai titik bantu selama pengukuran
bidang tanah berlangsung. Untuk memudahkan
penandaan titik dasar teknik perapatan pada formulir
data pengukuran dan perhitungan, petugas
pengukuran diberikan kebebasan untuk memberikan
nomor dengan catatan harus unik / tunggal pada
setiap titik dasar teknik perapatan selama
dilakukannya pengukuran bidang tanah.
Kode administrasi propinsi dan kabupaten / kotamadya sesuai
dengan lampiran 6 adalah nama propinsi dan kabupaten / kodya
yang tercatat pada saat pearaturan ini ditetapkan. Untuk wilayah-
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
wilayah administrasi baru yang muncul setelah ditetapkannya
peraturan ini, kode administrasi dibuat dengan melanjutkan kode
administrasi yang tercantum pada peraturan tersebut,
berdasarkan urutan waktu ditetapkannya daerah administrasi yang
bersangkutan, misalnya ; untuk Kodya Bekasi yang telah ditetapkan
setelah diterbitkannya peraturan ini akan mendapat kode 26 untuk
Daerah Tingkat II. Untuk keperluan koordinasi pemberian kode
Daerah Tingkat I, Direktorat Pengukuran dan Pemetaan akan
menetapkan kode Daerah Tingkat I dan Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional di tingkat Propinsi akan menetapkan kode
Daerah Tingkat II bila terjadi penambahan daerah-daerah
administrasi baru.
Penomoran titik dasar teknik yang akan dipasang dilakukan dengan
memperhatikan nomor urut titik dasar teknik yang terakhir sesuai
dengan ordenya pada wilayah propinsi / kabupaten / kotamadya
yang bersangkutan (berdasarkan hasil inventarisasi jumlah titik
dasar teknik yang telah terpasang). Contoh : nomor urut titik
dasar teknik orde 3 di Kodya Jakarta Pusat yang terakhir adalah
30, maka nomor urut titik dasar teknik yang baru akan dimulai
pada nomor 31 dan seterusnya.
Dalam hal pemasangan titik dasar teknik dilakukan untuk
pengikatan bidang tanah dan bidang tanah tersebut belum
mempunyai lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran,
pada lokasi yang akan dipasang titik dasar teknik diberi tanda di
Lebar Grid
grid
Panjang grid
Gambar 2-1 Perencanaan Perapatan Titik Dasar Teknik Orde 3
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
atas peta perencanaan yang telah dipersiapkan dengan kriteria
sebagai berikut :
Bila bidang tanah tersebut termasuk daerah pertanian, pemohon
pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua) buah titik dasar
teknik orde 4 dengan jarak pemasangan maksimum 1,5 km
(sesuai dengan format lembar peta pendaftaran skala 1:2.500
yang akan dibuat).
Bila bidang tanah tersebut termasuk daerah pemukiman,
pemohon pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua) buah
titik dasar teknik orde 4 dengan jarak pemasangan maksimum
500 m (sesuai dengan format lembar peta pendaftaran skala
1:1.000 yang akan dibuat).
Bila bidang tanah tersebut termasuk perkebunan besar,
pemohon pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua) buah
titik dasar teknik orde 4 dengan jarak pemasangan maksimum 6
km (sesuai dengan format lembar peta pendaftaran skala
1:10.000 yang akan dibuat).
Bila bidang tanah yang diukur terletak dengan jarak lebih dari 2
(dua) km terhadap 2 (dua) buah titik dasar teknik nasional atau
berjarak maksimum 2 (dua) km terhadap 1 (satu) titik dasar
teknik nasional, pemetaan titik dasar teknik yang akan dipakai
sebagai pengikatan harus dilakukan di atas peta perencanaan.
2.1.3 Survei Pendahuluan
Survei Pendahuluan adalah tahapan kegiatan yang dilakukan untuk
memastikan lokasi pemasangan titik dasar teknik sesuai dengan
perencanaan yang telah dilakukan dengan melihat kondisi nyata di
lapangan. Pada tahap ini setiap titik yang akan dipasang di lapangan
dan titik yang akan dipakai sebagai titik ikatan harus ditinjau
kondisi fisiknya di lapangan. Bila lokasi yang akan dipasang
termasuk di dalam daerah batas administrasi propinsi / kabupaten
/ kotamadya / kecamatan / desa / kelurahan , bila memungkinkan
perencanaan pemasangan titik dasar teknik dilakukan pada batas
administrasi tersebut dengan memperhatikan peta administrasi
wilayah tersebut. Apabila titik dasar teknik yang akan dipasang
adalah titik dasar teknik orde 4, tugu-tugu instansi lain yang
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
berada di sekitar lokasi harus diperiksa kondisi fisiknya. Hal ini
dilakukan sebagai dasar untuk menentukan apakah tugu instansi
lain tersebut dapat dijadikan sebagai titik dasar teknik orde 4
atau tidak.
Untuk setiap titik-titik yang akan dipasang (titik-titik baru),
apabila pengukurannya menggunakan metoda pengamatan satelit,
harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut ;
a. Lokasi yang mudah dicapai.
b. Ruang pandang bebas ke langit 15 dari horizon.
c. Jauh dari sumber interferensi elektris.
Titik-titik yang dipasang dan diukur dengan pengukuran terrestrial
harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut ;
a. Setiap titik pada jaringan kerangka titik dasar teknik harus
dapat terlihat dengan titik sebelum dan sesudahnya.
b. Sudut yang akan diukur harus tidak terlalu lancip (sudut tidak
kurang dari 30 ) dan tidak terlalu tumpul ( sudut tidak lebih
dari 330).
c. Tidak berada pada tanah dengan kemiringan yang curam serta
tidak berawa.
Mengingat fungsi titik dasar teknik sebagai pengikatan, diusahakan
sebaiknya lokasi titik dasar teknik berada pada tanah-tanah
negara dan kondisi tanahnya relatif stabil. Contoh ; berada di
kantor-kantor pemerintahan/swasta. Setelah mempertimbangkan
seluruh kriteria tersebut di atas, tandai lokasi titik dasar teknik
tersebut dengan patok kayu di lapangan dan pada peta rencana
serta diupayakan untuk mendapatkan izin pemasangan dari
pimpinan instansi setempat bila titik dasar teknik yang akan
dipasang berada pada kantor pemerintahan/swasta atau pemilik
tanah bila titik dasar teknik tersebut akan dipasang pada tanah-
tanah masyarakat. Demikian pula kepada instansi pemilik tugu bila
tugu instansi tersebut akan dipergunakan sebagai titik dasar
teknik orde 4. Bila tugu tersebut dipakai, cantumkan nomor titik
dasar teknik tersebut di peta rencana sesuai dengan lampiran 1.
Penomoran dilakukan sebagai berikut ; bila di lapangan ditemukan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
tugu Dinas Tata Kota dengan nomor tugu DTK-205, pada peta
rencana dicantumkan DTK-205/101, dimana 101 adalah nomor urut
titik dasar teknik orde 4 di desa/kelurahan tersebut.
2.1.4 Monumentasi
Monumentasi berupa pemasangan konstruksi fisik titik dasar teknik
sesuai dengan pasal 5 dan lampiran 1. Titik dasar teknik orde 2,3
dibuat dengan konstruksi beton dan titik dasar teknik orde 4 dibuat
sesuai dengan kondisi di lapangan dengan tetap memperhatikan
kondisi tanah di lokasi pemasangan, ketersediaan bahan dan
kemudahan untuk membawa ke lokasi serta keamanan fisik di
lapangan.
Konstruksi titik dasar teknik orde 4 dibedakan untuk daerah padat
dan terbuka.
Daerah padat adalah daerah dengan tingkat pembangunan yang
cukup tinggi, yang ditandai dengan cepatnya perubahan fisik di
daerah tersebut dan pola penggunaan tanah yang menjurus ke
arah pemukiman dan jasa. Mengingat perubahan tersebut,
pemasangan titik dasar teknik menggunakan 2 (dua) alternatf,
yaitu ;
Alternatif pertama berupa konstruksi beton dan ditempatkan
pada trotoar-trotoar jalan, bahu jalan dan sebagainya, yang
diperkirakan lokasi titik dasar teknik tersebut akan mengalami
perubahan fisik.
Alternatif kedua berupa bahan kuningan, misalnya ; pada lokasi
bidang tanah dimana pada bidang tanah tersebut telah berdiri
bangunan permanen dan diperkirakan bangunan tersebut tidak
akan dibongkar dalam waktu yang cukup lama.
Daerah terbuka adalah daerah dengan tingkat pembangunan yang
lambat, yang ditandai dengan pola umum penggunaan tanah yang
menjurus ke arah pertanian sederhana yang dilakukan oleh
penduduk sekitarnya. Konstruksi titik dasar teknik pada daerah
ini berupa konstruksi beton, dengan harapan bahwa titik dasar
teknik ini dapat dipakai dalam waktu yang cukup lama.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Selain kedua kontruksi tersebut, titik dasar teknik dapat juga
dibuat berdasarkan tugu-tugu instansi lain yang telah terpasang di
daerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk dapat menyatukan sistem
pemetaan yang telah dikembangkan Badan Pertanahan Nasional
dengan sistem pemetaan di instansi-instansi lainnya, dengan syarat
kondisi fisiknya baik (tidak pecah, retak), stabil (tidak goyang) dan
pada lokasi tugu tersebut dimungkinkan dilakukannya pengukuran
dengan alat pengukuran sudut dan jarak. Misalnya; tugu-tugu yang
dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Pajak Bumi
dan Bangunan, Bakosurtanal, Direktorat Tata Kota dll. Bila hal ini
dilaksanakan, tugu tersebut tidak perlu dirubah konstruksi fisiknya
dan tidak dilaksanakan pergantian nomor tugu di lapangan.
Titik dasar teknik perapatan dibuat dengan alasan tidak
dimungkinkannya dilakukan pengikatan langsung suatu bidang tanah
dari titik dasar teknik orde 2, 3 atau 4. Untuk itu diperlukan titik-
titik bantu yang merapatkan titik dasar teknik tersebut dan
bersifat sementara atau dengan kata lain hanya dipergunakan pada
saat pengukuran bidang tanah dilaksanakan. Dalam praktek di
lapangan, titik dasar teknik perapatan dibuat dengan bahan
sederhana yang tersedia di daerah setempat, misalnya ; patok kayu,
paku seng dimana bahan ini nantinya tidak digunakan untuk waktu
yang cukup lama karena pada dasarnya walaupun pengikatan suatu
bidang tanah dilakukan dari titik dasar teknik perapatan, pekerjaan
rekonstruksi batas tetap dilakukan dengan mengikatkan kepada titik
dasar teknik orde 2,3 atau 4.
Dalam pendaftaran tanah sporadik seperti diuraikan dalam pasal 79
butir e, pemohon pengukuran diwajibkan untuk memasang titik dasar
teknik orde 4 dengan catatan bahwa kedua titik dasar teknik
tersebut dapat dijadikan ikatan langsung pengukuran bidang tanah
yang dimohon. Selain itu, mengingat fungsi titik dasar teknik ini juga
dijadikan dasar pengikatan bidang tanah pada satu lembar peta
pendaftaran (pasal 29 ayat 3), lokasi kedua titik dasar teknik
tersebut diharapkan dapat menjangkau seluruh bidang-bidang tanah
yang terdapat pada lembar tersebut. Bila hal ini tidak
memungkinkan dilakukan, pemasangan titik dasar teknik orde 4
tetap dilakukan dan pengikatan bidang tanah dilakukan dari titik
dasar teknik perapatan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pemasangan titik dasar teknik dilakukan berdasarkan peta
perencanaan yang telah diperbaiki pada saat survey pendahuluan
dilaksanakan. Dengan demikian, kesinambungan kerja antara
pelaksana survey pendahuluan dengan pemasangan dapat berjalan
dengan baik dan pelaksana pemasangan tidak perlu menunggu sampai
pelaksana survey pendahuluan menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan. Pemasangan tugu dilakukan dengan cara mencabut
patok kayu yang berada di lapangan dan menggantinya dengan
konstruksi fisik yang telah ditetapkan dengan nomor titik dasar
teknik sesuai dengan peta perencanaan.
2.2. Pengukuran
Pengukuran titik dasar teknik dilaksanakan dengan menggunakan
metoda pengamatan satelit atau metoda lainnya (pasal 7). Titik Dasar
Teknik dipakai sebagai pengikatan bidang tanah dan pengikatan bagi
perapatan titik dasar teknik dengan ketelitian di bawahnya.
Berkaitan dengan pengukuran titik dasar teknik yang harus diikatkan
kepada titik dasar teknik yang lebih tinggi ordenya, titik dasar teknik
orde 2 harus lebih teliti dibandingkan dengan titik dasar teknik orde
3,4 dan titik dasar teknik orde 3 harus lebih teliti dibandingkan titik
dasar teknik orde 4. Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya
dan peralatan yang ada, Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan hanya
melaksanakan pengukuran titik dasar teknik orde 4 dan titik dasar
teknik perapatan serta Direktorat Pengukuran dan Pemetaan
melaksanakan pengukuran titik dasar teknik orde 2, 3, 4 dan titik
dasar teknik perapatan. Pengukuran titik dasar teknik orde 2 dan 3
dapat dilaksanakan oleh Kanwil Propinsi dan atau Kantor Pertanahan
setelah mendapat pelimpahan wewenang dari Direktur Pengukuran dan
Pemetaan setelah mempertimbangkan kesiapan sumber daya manusia
dan peralatannya. Metoda pengukuran yang dapat dipakai adalah ;
pengamatan satelit, pengukuran terrestrial dan pengukuran
fotogrametrik.
2.2.1 Pengamatan Satelit
Pengamatan satelit adalah model penentuan posisi titik-titik di
permukaan bumi dimana posisi titik dinyatakan dengan melakukan
pengukuran terhadap konstelasi satelit. GPS (Global Positioning
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
System) merupakan salah satu sistem dari model pengamatan
satelit yang ada.
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi
menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika
Serikat. GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung pada
waktu dan cuaca. Karena karakteristiknya ini, penggunaan GPS
dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas pelaksanaan
pengukuran dengan memperpendek waktu pelaksanaan dan menekan
biaya operasional.
Titik dasar teknik orde 2 Titik dasar teknik orde 3 Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Bidang tanah Pengikatan bidang tanah Jalur perapatan titik dasar teknik orde 3 Jalur perapatan titik dasar teknik orde 4 Jalur titik dasar teknik perapatan
Gambar 2-2
Pengukuran Titik Dasar Teknik dan Pengikatan Bidang Tanah
Keterangan :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi dan jumlah
satelit yang relatif banyak sehingga dapat meliput wilayah yang
cukup luas dan dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang
bersamaan.
Berdasarkan pengamatan satelit, titik dasar teknik diukur dengan
cara :
a. Static Positioning
Penentuan posisi secara static positioning adalah penentuan
posisi dari titik-titik yang statik (diam). Penentuan posisi
tersebut dapat dilakukan secara absolut maupun differensial,
dengan menggunakan data pseudorange dan atau fase. Karakteristik secara umum :
Memerlukan waktu pengamatan yang lama (dalam selang
waktu jam).
Perhitungan dilakukan baseline per baseline yang kemudian
diikuti perataan jaringan.
Perhitungan dapat dilakukan dengan ambiguity float (cycle ambiguity dianggap sebagai bilangan pecah) atau ambiguity
fixed (cycle ambiguity dijadikan bilangan bulat).
Ukuran lebih pada suatu epoch pengamatan biasanya banyak.
Ketelitian posisi yang diperoleh mm sampai cm.
Metoda pengamatan satelit ini dilakukan untuk pengukuran titik
dasar teknik orde 2 atau 3.
b. Rapid Static
Penentuan posisi secara rapid static pada dasarnya adalah survai
statik dengan waktu pengamatan yang lebih singkat. Metoda ini
bertumpu pada proses penentuan ambiguitas fase yang cepat .
Karakteristik secara umum :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Lama pengamatan bergantung pada panjang baseline, jumlah
satelit serta geometri satelit.
Berbasiskan differential positioning dengan menggunakan
data fase.
Persyaratan mendasar ; penentuan ambiguitas fase secara
cepat.
Memerlukan geometri satelit yang baik, tingkat bias dan
kesalahan data yang relatif rendah, serta lingkungan yang
relatif tidak menimbulkan multipath. Satu baseline umumnya diamati dalam dua sesi pengamatan.
Ketelitian posisi yang diperoleh cm.
Metoda pengamatan satelit ini dilakukan untuk pengukuran titik
dasar teknik orde 4.
c. Stop and Go
Pada metoda penentuan posisi ini, titik-titik yang akan
ditentukan posisinya tidak bergerak sedangkan receiver GPS
bergerak pada titik-titik dimana pada setiap titiknya receiver
yang bersangkutan diam beberapa saat di titik-titik tersebut.
Karakteristik secara umum :
Moving receiver bergerak dan stop (selama beberapa menit)
dari titik ke titik.
Ambiguitas fase pada titik awal harus ditentukan sebelum
receiver bergerak.
Selama pergerakan antara titik ke titik, receiver harus
selalu mengamati sinyal GPS (tidak boleh terputus).
Berbasiskan differential positioning dengan menggunakan
data fase.
Ketelitian posisi yang diperoleh cm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Metoda pengamatan satelit ini dilakukan untuk pengukuran titik
dasar teknik orde 4.
2.2.1.1 Spesifikasi Teknik
Rencana/desain jaringan harus dibuat di atas fotocopy peta
topografi yang meliputi; desain dan geometris jaringan.
Perencanaan ini harus memperhitungkan kekuatan jaringan
titik dasar teknik.
Jumlah baseline yang membentuk suatu loop paling banyak
adalah 4 (empat) buah baseline. Setiap stasiun dihubungkan
dengan minimal tiga buah baseline non trivial yang diperoleh
dari minimal 2 (dua) session pengamatan yang berbeda.
Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara merata di
seluruh jaringan yang ditunjukkan dengan jarak yang relatif
sama. Sekurang-kurangnya terdapat 10 (sepuluh) persen
common baseline sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
konsistensi pengukuran.
Pengamatan satelit GPS carrier phase dipergunakan dalam
model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen
baseline antara 2 (dua) titik.
Teknik pengamatan dilakukan secara Rapid Static ataupun
Static dengan lama pengamatan yang disesuaikan dengan
panjang baseline, dengan syarat ; tersedia 6 satelit, GDOP
yang lebih kecil dari 8 (delapan), kondisi atmosfer dan
ionosfer yang memadai dan interval antar epoch 15 detik.
Terdapat minimal satu titik sekutu yang menghubungkan dua
session pengamatan dan lebih diharapkan menggunakan
baseline sekutu.
Pengamatan satelit tidak dilakukan dengan elevasi dibawah
15.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Ketinggian dari antena harus diukur pada tiap titik sebelum
dan sesudah data dari satelit dicatat. Kedua data ketinggian
tersebut tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm.
2.2.1.2 Peralatan
Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS geodetic yang mampu mengamati codes dan carrier phase.
Receivers single frequency (L1) dapat digunakan tetapi
penggunaan dual frequency (L1 dan L2) lebih diharapkan. Jika omni-directional antena tidak dapat dipakai, antena-
antena pada titik-titik yang diamati bersamaan harus
diorientasi ke arah yang sama. Pada titik dimana pemantulan sinyal GPS mudah terjadi
(seperti pantai, danau, tebing, bangunan bertingkat), antena
harus dilengkapi dengan ground plane untuk mengurangi
pengaruh dari multi-path. Komponen dari sutu receiver harus dari merk dan jenis yang
sama, dan harus memakai centering optis. Minimal digunakan 3 (tiga) receiver GPS secara bersamaan
selama pengamatan.
2.2.1.3 Pengolahan Data
Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang sesuai dengan receiver yang
digunakan.
Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya
koreksi troposfer dan koreksi ionosfer untuk data
pengamatan.
Untuk setiap baseline di dalam jaringan titik dasar teknik orde
2, standard deviasi () hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN, dE, dH) yang dihasilkan oleh software reduksi
baseline harus memenuhi hubungan berikut :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
N M
E M
H 2 M, dimana :
M = [10 2 + (10d) 2 ] ½ / 1,96 mm, dimana d adalah panjang
baseline dalam kilometer.
Pada baseline yang diamati 2 (dua) kali, untuk baseline 10 km,
komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0,03 meter. Komponen tinggi tidak
boleh berbeda lebih besar dari 0,06 meter. Sedangkan untuk
baseline 10 km, komponen lintang dan bujur dari kedua
baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,05 meter.
Komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,10
meter.
Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus
dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat
terkecil yang telah dikenal.
Integritas pengamatan jaringan harus dinilai berdasarkan :
Analisis dari baseline yang diamati 2 kali.
Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas
Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat
dengan titik berorde lebih tinggi.
Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari
analisis elips kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan
jaring bebas untuk setiap baseline yang diamati.
Semi major axis dari elips kesalahan garis (1) harus lebih
kecil dari harga parameter r yang dihitung sebagai berikut ;
titik dasar teknik orde 2 : r = 15 (d + 0,2)
titik dasar teknik orde 3 : r = 30 (d + 0,2), dimana ;
r = panjang maksimum untuk semi major axis (mm).
d = jarak dalam Km
2.2.2 Pengukuran Terrestrial
Pengukuran terrestrial adalah penentuan posisi titik-titik di
permukaan bumi dimana pada setiap yang akan diketahui
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
koordinatnya dilakukan pengukuran jarak, sudut atau kombinasi
keduanya.
Berdasarkan metoda terrestrial, titik dasar teknik diukur dengan
cara :
a. Poligon
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horisontal
banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu
sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Metoda ini dilakukan
untuk pengukuran titik dasar teknik orde 4 dan titik dasar teknik
perapatan.
Pengukuran titik dasar teknik dilakukan dengan cara poligon
terikat (tidak membentuk suatu loop) yang terikat di titik awal
dan akhir.
Pengukuran titik dasar teknik dilakukan dengan cara poligon
terikat sempurna (tidak membentuk suatu loop) yang terikat
pada 2 (dua) titik yang saling terlihat pada awal jaringan dan 2
(dua) titik yang saling terlihat pada akhir jaringan.
0901124
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur
Sudut diukur
0901123
5 6
A
Keterangan :
Gambar 2-3 Poligon Terikat
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pengukuran dengan cara poligon tertutup (pengukuran titik
dasar teknik diawali dan diakhiri di satu titik yang telah
diketahui koordinatnya) hanya lakukan bila pada jaringan
poligon tersebut ditemui minimal 2 (dua) titik ikat yang telah
diketahui koordinatnya.
0901124
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur Sudut diukur
0901123
5 6
A
Keterangan :
Gambar 2-4 Poligon Terikat Sempurna
0901125
0901126
Gambar 2-5 Poligon Tertutup
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur Sudut diukur
0901124 0901123
5 6
A
Keterangan : :
B 7
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pengukuran titik dasar teknik dilakukan dengan cara poligon
tertutup yang membentuk lebih dari 1 (satu) loop dilakukan
dengan memperhitungkan jaringan dan luas areal pengukuran
titik dasar teknik.
b. Triangulasi
Metoda triangulasi adalah salah satu cara penentuan posisi
horisontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya
dihubungkan sehingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring
segitiga dimana pada setiap segitiga dilakukan hanya pengukuran
sudut. Metoda ini dilakukan untuk pengukuran titik dasar teknik
orde 4.
c. Trilaterasi
Metoda trilaterasi adalah salah satu cara penentuan posisi
horisontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya
dihubungkan sehingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring
segitiga dimana pada setiap segitiga dilakukan hanya pengukuran
jarak. Metoda ini dilakukan untuk pengukuran titik dasar teknik
orde 4.
0901124 0901123
5 6
A
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur Sudut diukur
Keterangan : :
Gambar 2-6 Poligon Tertutup Dengan 2 (dua) Loop Sempurna
B 7
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
d. Triangulaterasi
Konsep pembentukan jaringan segitiga seperti dilakukan pada
metode trilaterasi juga dilaksanakan pada penentuan posisi
dengan metode triangulaterasi, dimana pada setiap segitiga
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Sudut diukur
Keterangan :
Gambar 2-7 Triangulasi
0901124
44 0901123
5 6
A
0901125
0901126
0901124 0901123
5 6
A
0901125
0901126
Gambar 2-8 Trilaterasi
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Jarak diukur
Keterangan :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
dilakukan pengukuran jarak dan sudut. Metoda ini dilakukan untuk
pengukuran titik dasar teknik orde 4.
e. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi secara terrestrial yang dilakukan pada saat
pembuatan peta dasar pendaftaran (lihat Bab 3.1) akan
memetakan titik detail geografis atau buatan manusia pada
lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran. Apabila
detail tersebut dapat diidentifikasi di peta dan di lapangan, titik
tersebut dapat dianggap sebagai titik dasar teknik perapatan
(pasal 17 ayat 1 butir b).
2.2.2.1 Spesifikasi Teknik
Jaringan titik dasar teknik harus diikatkan terhadap minimal 2
(dua) titik dasar teknik yang lebih tinggi ordenya.
Metoda triangulasi, trilaterasi dan triangulaterasi hanya
digunakan bila diikatkan kepada 2 (dua) titik dasar teknik yang
saling terlihat pada awal dan akhir pengukuran.
Titik dasar teknik orde 3 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik orde 4 Titik dasar teknik perapatan Sudut diukur Jarak diukur
Keterangan :
Gambar 2-9 Triangulaterasi
0901124 0901123
5 6
A
0901125
0901126
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pengukuran sudut
Pengukuran sudut mendatar dilakukan dalam dua seri dengan
urutan bacaan biasa – biasa – luar biasa – luar biasa untuk
masing-masing seri. Selisih sudut antara seri pertama dengan
seri kedua 5 “.
Pengukuran sudut vertikal dilakukan dalam satu seri, yaitu
dengan urutan bacaan biasa – biasa dengan selisih sudut 1’.
Hasil pengukuran titik dasar teknik orde 4 harus memenuhi
ketelitian pengukuran sudut 10 n, dimana n adalah
jumlah titik .
Hasil pengukuran titik dasar teknik perapatan harus
memenuhi ketelitian pengukuran sudut 15 n, dimana n
adalah jumlah titik.
Pengukuran jarak
Pengukuran jarak dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Meter) harus dilakukan ke jurusan muka dan
belakang serta dilakukan 3 (tiga) kali untuk setiap jurusan
dengan perbedaan 1 cm.
Gambar 2 – 10 Pengukuran Situasi
Keterangan :
Titik dasar teknik orde 4 (diketahui koordinatnya) Titik dasar teknik perapatan (diketahui koordinatnya) Jarak dan azimuth diukur
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur dilakukan
dengan maksimal 2 kali bentangan dimana setiap bentangan
harus diarahkan ke titik yang akan diukur dengan bantuan
theodolit.
Pembacaan jarak dengan menggunakan pita ukur dilakukan
dengan 2 kali pembacaan.
Hasil pengukuran titik dasar teknik orde 4 mempunyai salah
penutup jarak 1:10.000.
Hasil pengukuran titik dasar teknik perapatan mempunyai
salah penutup jarak 1:5.000.
Ketelitian titik dasar teknik perapatan yang merupakan titik
detail pada pembuatan peta garis dengan pengukuran situasi
lebih besar atau sama dengan 0,3 mm pada skala peta (pasal
17 ayat 1).
Penentuan sudut jurusan awal
Pengamatan matahari atau pengukuran azimuth magnetis
dilakukan bila sistem koordinat titik ikat dinyatakan dalam
sistem koordinat lokal.
Pengamatan matahari dilakukan sekurang-kurangnya 4
(empat) seri untuk masing-masing kuadran pada saat pagi dan
sore hari.
Pengukuran azimuth magnetis dilakukan sekurang-kurangnya 2
(dua) kali, dengan selisih sudut 10”.
Hasil pengukuran jarak dan sudut dicantumkan pada DI 103
(lampiran 36).
Data ukuran poligon / detail (DI 103) terdiri dari 24 (dua puluh
empat) kolom, dan diisi dengan ketentuan ;
Kolom 1 diisi dengan nomor titik tempat berdiri alat dan
diletakkan di antara baris jurusan belakang dan baris jurusan
muka.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kolom 2 diisi dengan nomor titik target / detail.
Titik target adalah titik yang merupakan rangkaian jaringan
pengukuran poligon / triangulasi / trilaterasi / triangulaterasi
dan terdiri dari titik target jurusan belakang dan titik target
jurusan muka, dimana titik target jurusan belakang diletakkan
di atas titik target jurusan muka.
Titik detail adalah titik unsur geografis / buatan manusia
yang diukur untuk keperluan pengukuran situasi (lihat Bab 3.1)
dan diletakkan di bawah baris titik target jurusan muka.
Kolom 3 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar
dalam derajat () dari titik target / detail dan dituliskan
sejajar baris titik target / detail (kolom 2).
Kolom 4 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar
dalam menit (‘) dari titik target / detail dan dituliskan sejajar
baris titik target / detail (kolom 2).
Kolom 5 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar
dalam detik () dari titik target / detail dan dituliskan
sejajar baris titik target / detail (kolom 2).
Kolom 6 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran mendatar
dalam derajat () dari titik target / detail dan dituliskan
sejajar baris titik target / detail (kolom 2).
Kolom 7 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran mendatar
dalam menit (‘) dari titik target / detail dan dituliskan sejajar
baris titik target / detail (kolom 2).
Kolom 8 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran mendatar
dalam detik () dari titik target / detail dan dituliskan
sejajar baris titik target / detail (kolom 2).
Kolom 9 diisi dengan rata-rata sudut mendatar dalam derajat
().
Kolom 10 diisi dengan rata-rata sudut mendatar dalam menit
(‘).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kolom 11 diisi dengan rata-rata sudut mendatar dalam detik
().
Kolom 12 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran vertikal
(sudut zenith / sudut miring) dalam derajat () dari titik
target / detail dan dituliskan sejajar baris titik target /
detail (kolom 2).
Kolom 13 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran vertikal
(sudut zenith / sudut miring) dalam menit (‘) dari titik target
/ detail dan dituliskan sejajar pada titik target / detail
(kolom 2).
Kolom 14 diisi dengan bacaan biasa sudut ukuran vertikal
(sudut zenith / sudut miring) dalam detik () dari titik target
/ detail dan dituliskan sejajar baris titik target / detail
(kolom 2).
Kolom 15 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran vertikal
(sudut zenith / sudut miring) dalam derajat () dari titik
target / detail dan dituliskan sejajar baris titik target /
detail (kolom 2).
Kolom 16 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran vertikal
(sudut zenith / sudut miring) dalam menit (‘) dari titik target
/ detail dan dituliskan sejajar baris titik target / detail
(kolom 2).
Kolom 17 diisi dengan bacaan luar biasa sudut ukuran vertikal
(sudut zenith / sudut miring) dalam detik () dari titik target
/ detail dan dituliskan sejajar baris titik target / detail
(kolom 2).
Kolom 18 diisi dengan rata-rata sudut miring dalam derajat
() dari titik target / detail dan dituliskan sejajar baris titik
target / detail (kolom 2).
Kolom 19 diisi dengan rata-rata sudut miring dalam menit (‘)
dari titik target / detail dan dituliskan sejajar baris titik
target / detail (kolom 2).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kolom 20 diisi dengan rata-rata sudut miring dalam detik ()
dari titik target / detail dan dituliskan sejajar baris titik
target / detail (kolom 2).
Kolom 21 diisi dengan bacaan benang bawah (BB) rambu ukur
bila dilakukan pembacaan jarak secara optis dan dinyatakan
dalam satuan mm atau diisi dengan bacaan pertama bila
dilakukan pengukuran jarak dengan EDM dan dinyatakan
dalam satuan m atau diisi dengan ukuran pertama bila
dilakukan pengukuran jarak dengan pita ukur.
Kolom 22 diisi dengan bacaan benang tengah (BT) rambu ukur
bila dilakukan pembacaan jarak secara optis dan dinyatakan
dalam satuan mm atau diisi dengan bacaan kedua bila
dilakukan pengukuran jarak dengan EDM dan dinyatakan
dalam satuan m atau diisi dengan ukuran bila dilakukan
pengukuran jarak dengan pita ukur.
Kolom 23 diisi dengan bacaan benang atas (BA) rambu ukur
bila dilakukan pembacaan jarak secara optis dan dinyatakan
dalam satuan mm atau diisi dengan bacaan ketiga bila
dilakukan pengukuran jarak dengan EDM dan dinyatakan
dalam satuan m.
Kolom 24 diisi dengan jarak datar ukuran.
Selain kolom yang harus diisi seperti di uraikan di atas,
petugas ukur mencantumkan lokasi pengukuran, alat ukur dan
sketsa lokasi pengukuran di setiap halaman.
Kolom 1 s/d. 8, 12 s/d. 17 diisi pada saat pengukuran sedang
berlangsung di lapangan dengan tinta berwarna hitam dan
apabila terjadi kesalahan penulisan harus dicoret dan tidak
perlu dihapus.
Kolom 3 s/d.11, 18 s/d. 20 dan 24 diisi pada tahapan pra
pengolahan data dengan pensil.
Bila sistem pembacaan theodolit yang dipakai adalah sistem
grid (400 grade = 360 ), seluruh data bacaan sudut dalam
derajat () diganti dengan grade (g), menit (‘) diganti dengan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
centigrade (c) dan detik (“) diganti dengan centi centigrade
(cc).
Hasil pengukuran sudut jurusan suatu sisi dengan pengamatan
matahari dicantumkan pada DI 105 (lampiran 38) .
2.2.2.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran sudut harus
berupa theodolit yang memiliki ketelitian bacaan minimal 1”
(untuk titik dasar teknik orde 4) dan ketelitian bacaan
minimal 20” (untuk titik dasar teknik perapatan).
Pengukuran azimut magnetis dilakukan dengan theodolit yang
dilengkapi bacaan azimut magnetis.
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan EDM (untuk
titik dasar teknik orde 4, titik dasar teknik perapatan) atau
menggunakan pita ukur (untuk titik dasar teknik perapatan).
Pengukuran jarak secara optis hanya diperkenankan untuk
memeriksa kebenaran ukuran jarak dari EDM/pita ukur.
Pengamatan matahari dilakukan dengan memakai bantuan
prisma roeloef. Pengamatan waktu pengukuran pada saat pengamatan
matahari dilaksanakan dengan jam dijital yang dapat
menentukan waktu setempat. Theodolit yang dipakai harus memenuhi persyaratan ; sumbu
tegak harus tegak lurus sumbu mendatar, garis bidik harus
tegak lurus sumbu mendatar, garis jurusan nivo skala tegak
harus sejajar garis indek skala tegak dan garis jurusan nivo
skala mendatar harus tegak lurus sumbu mendatar.
2.2.2.3 Pengolahan Data
a. Pengolahan data sudut
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Data sudut yang dipakai pada pengolahan data adalah rata-
rata hasil pengukuran pada posisi biasa dan luar biasa.
Bila pembacaan sudut vertikal pada theodolit yang dipakai
adalah sudut zenith, kata-kata Sudut Miring pada judul
kolom dicoret dan berlaku pula sebaliknya untuk sudut
miring.
Hitungan sudut ukuran mendatar dilakukan pada DI 103,
dengan ketentuan ;
Kolom 3,4,5 diisi dengan hasil hitungan sudut ukuran
mendatar pada posisi biasa dalam satuan derajat, menit
dan detik, dengan ketentuan :
1 = M1 – B1, dimana ;
1 = sudut ukuran mendatar posisi biasa
M1 = bacaan sudut mendatar pada jurusan muka posisi
biasa
B1 = bacaan sudut mendatar pada jurusan belakang posisi
biasa
Kolom 6,7,8 diisi dengan hasil hitungan sudut ukuran
mendatar pada posisi luar biasa dalam satuan derajat,
menit dan detik, dengan ketentuan :
2 = M2 – B2, dimana ;
2 = sudut ukuran mendatar posisi biasa
M2 = bacaan sudut mendatar pada jurusan muka posisi
biasa
B2 = bacaan sudut mendatar pada jurusan belakang
posisi biasa
Kolom 9,10,11 diisi dengan hasil hitungan rata-rata sudut
ukuran mendatar dalam satuan derajat, menit dan detik,
dengan ketentuan :
= ( 1 + 2 ) / 2, dimana ;
= sudut ukuran
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kolom 18,19,20 diisi dengan hasil hitungan sudut ukuran
vertikal dalam satuan derajat, menit dan detik dengan
ketentuan :
z = (z1 + z2) / 2, dimana ;
z = sudut vertikal
z1= sudut vertikal dalam posisi biasa
z2= sudut vertikal dalam posisi luar biasa
Bila pembacaan sudut vertikal pada theodolit yang
dipakai adalah sudut zenith, rata-rata sudut miring
(kolom 18,19 dan 20) dihitung dari ; m = 90 – z, dimana :
m = sudut miring dan z = sudut zenith.
b. Pengolahan data jarak
Hitungan jarak datar ukuran dilakukan pada DI 103.
Untuk perhitungan dalam sistem koordinat lokal, jarak yang
dipakai pada perhitungan jaringan titik dasar teknik adalah
jarak datar ukuran.
Untuk perhitungan dalam sistem koordinat nasional, jarak
yang dipakai pada perhitungan jaringan titik dasar teknik
adalah jarak pada bidang proyeksi.
Jarak pada ellipsoid referensi dihitung dengan
ketentuan ;
S = (F) Su, dimana
S = jarak pada bidang ellipsoid
(F) = Sea Level Factor (diambil dari Tabel 2-1)
Su = jarak datar ukuran.
Contoh :
Tinggi rata-rata 2 titik di atas permukaan air laut dimana
pada titik tersebut dilakukan pengukuran jarak adalah
700 m dan jarak ukuran datar adalah 150 m.
S = 150 x 0,99992 = 149,988 m.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Jarak pada bidang proyeksi dihitung dengan ketentuan ;
D = K S, dimana ;
D = jarak pada bidang proyeksi
K = faktor skala titik (untuk jarak maksimal 150 m)
atau faktor skala garis (untuk jarak maksimal 2
km)
Untuk jarak maksimal 150 m
K = 0,9999 + 1,237 (Xr.10-7)2, dimana ;
K = faktor skala titik
Xr = absis pendekatan (dalam sistem koordinat nasional)
rata-rata dari 2 titik ukuran
Contoh :
No.Titik Azimut Pendekatan Jarak X Y
0902115 45 0’ 0” 150 55.723,283 325.478,256
1 225 25’ 30” 135 55.829,349 325.584,322
2 55.733,184 325.489,573
Xr 0902115 – 1 = (X 0902115 + X 1) / 2 = 55.776,316
Xr 1 – 2 = (X 1 + X2) / 2 = 55.781,266
K0902115 – 1 = 0,9999
K1 – 2 = 0,9999
0902115
1 2
Gambar 2 –11 Penentuan Koordinat Rata- rata
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Untuk jarak maksimal 2 km
K = 0,9999 + 0,4124 ((X1.10-7)2+(X2.10-7)2 + (X1 10-7)
(X2 10-7))
c. Pengolahan data sudut jurusan
Penentuan arah Utara geografi dapat dihitung dari 2 (dua)
titik dasar teknik yang telah diketahui koordinatnya.
Bila dilakukan pengamatan matahari, Utara geografi
didapat dengan melakukan perhitungan azimut suatu sisi
berdasarkan tabel almanak matahari yang dikeluarkan oleh
Institut Teknologi Bandung atau Direktorat Topografi
TNI-AD.
Bila dilakukan pengukuran azimut magnetis, Utara geografi
diambil pendekatan sama dengan azimut magnetis.
d. Pengolahan data jaringan titik dasar teknik
Pengolahan data jaringan dilakukan secara manual atau
dijital.
Bila pengolahan data jaringan dilakukan dalam sistem
koordinat nasional dan cakupan lokasi pengukuran mencakup
2 (dua) zone TM-3, pengolahan data dilakukan untuk
setiap zone TM-3.
Pengolahan data poligon dilakukan dengan cara memberikan
koreksi sudut / jarak dari jaringan titik dasar teknik.
Pengolahan data triangulasi dilakukan dengan cara
memberikan koreksi sudut dari setiap segitiga.
Pengolahan data trilaterasi dilakukan dengan cara
memberikan koreksi jarak dalam setiap segitiga yang
didapat dari syarat geometris segitiga.
Bila pengukuran dilakukan dengan metode triangulasi,
trilaterasi atau triangulaterasi, setiap segitiga yang
dibentuk harus memenuhi kriteria ketelitian di atas.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pengolahan data poligon dilakukan dengan cara perataan
Bowditch atau perataan kuadrat terkecil dengan memakai
DI. 104 (lampiran 37).
Data hitungan koordinat (poligon) (DI 104) terdiri dari 17
(tujuh belas) kolom, dan diisi dengan ketentuan ;
Kolom 1 diisi dengan nomor titik yang dipakai sebagai
jaringan pengukuran.
Kolom 2 diisi dengan dengan rata-rata sudut mendatar
dalam derajat (), dan disalin dari kolom 9 DI 103 dan
dituliskan pada baris dimana dilakukannya pengukuran
sudut.
Kolom 3 diisi dengan dengan rata-rata sudut mendatar
dalam menit (‘), dan disalin dari kolom 10 DI 103 dan
dituliskan pada baris dimana dilakukannya pengukuran
sudut.
Kolom 4 diisi dengan dengan rata-rata sudut mendatar
dalam detik (), dan disalin dari kolom 11 DI 103 dan
dituliskan pada baris dimana dilakukannya pengukuran
sudut.
Kolom 5 diisi dengan nilai koreksi sudut mendatar dalam
satuan detik (“).
Kolom 6 diisi dengan nilai sudut jurusan dalam satuan
derajat ().
Kolom 7 diisi dengan nilai sudut jurusan dalam satuan
menit (‘).
Kolom 8 diisi dengan nilai sudut jurusan dalam satuan
detik (“).
Kolom 9 diisi dengan nilai jarak dalam satuan meter (m).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kolom 10 diisi dengan nilai perkalian jarak dengan sinus sudut jurusan.
Kolom 11 diisi dengan nilai koreksi absis dalam satuan
meter.
Kolom 12 diisi dengan nilai perkalian jarak dengan cosinus sudut jurusan.
Kolom 13 diisi dengan nilai koreksi ordinat dalam satuan
meter (m).
Kolom 14 diisi dengan nilai absis (X) dalam satuan meter
(m).
Kolom 15 diisi dengan nilai ordinat (Y) dalam satuan
meter (m).
Kolom 16 diisi dengan diisi dengan nomor titik yang
dipakai sebagai jaringan pengukuran.
Kolom 17 diisi dengan keterangan yang berhubungan
dengan titik.
Pengolahan data dilakukan sebagai berikut ;
Poligon terikat
Tetapkan sudut jurusan awal pendekatan 0901123 ke
3 diambil dari harga pendekatan, misalnya ;
o 0901123 – 5 = 134
Hitung sudut jurusan pendekatan untuk sisi lainnya
dengan mengambil sudut jurusan awal yang telah
diketahui, dengan ketentuan ;
jk = ij+ j- 180, dimana ;
jk = sudut jurusan jk j = sudut mendatar j
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Hitung koordinat pendekatan titik lainnya dengan
mengambil koordinat awal 0901123 yang telah
diketahui, dengan ketentuan ;
Xoj = X
oi + D ij sin ij
Yoj = Y
oi + D ij cos ij, dimana ;
Xoj = absis pendekatan pada titik j
Yoj = ordinat pendekatan pada titik j
D ij = jarak datar pada bidang proyeksi
ij= sudut jurusan ij Xo
i = absis pendekatan pada titik i Yo
i = ordinat pendekatan pada titik i
Didapat sudut jurusan dan koordinat pendekatan titik
kontrol, yaitu ;
X0901124 = 40.256,499 dan Y0901124 = 300.024,275
6-0901124= 29 0’ 0”
Contoh hitungan koordinat pendekatan untuk poligon
terikat dapat dilihat pada Tabel 2-2.
Hitung besarnya sudut jurusan pendekatan titik
kontrol (0901123 dan 0901124 pendekatan)
berdasarkan nilai koordinat pendekatan, dan didapat ;
o 0901123 – 0901124 = 84 35’ 37”,12
Hitung besarnya sudut jurusan titik kontrol (0901123
dan 0901124) berdasarkan nilai koordinat titik
kontrol, dan didapat ;
0901123 – 0901124 = 85 34’ 45”,41
Hitung besarnya sudut putar (rotasi) antara
koordinat pendekatan dan koordinat yang telah
diketahui, dengan ketentuan ;
= 0901123 – 0901124 - o 0901123 – 0901124
= 0o 59’ 8”,29
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Hitung besarnya sudut jurusan awal jaringan, dengan
ketentuan ;
0901123 – 5 = o 0901123 – 5 +
0901123 – 5 = 134 59’ 8”,29
Hitung sudut jurusan dan perbedaan absis / ordinat
antara 2 (dua) titik, dengan ketentuan ;
Dx ij = D ij sin ij
Dy ij = D ij cos ij, dimana :
Dx ij= perbedaan absis
Dy ij= perbedaan ordinat
Hitung jumlah jarak proyeksi dan jumlah perbedaan
absis / ordinat dan didapat ;
D = 399.9
Dx ij = 256,878
Dy ij = 19,859
Hitung beda absis dan ordinat titik kontrol, dan
didapat ;
X 0901123 – 0901124 = 256,954
Y 0901123 – 0901124 = 19,865
Hitung besarnya jumlah koreksi absis dan ordinat,
dengan ketentuan ;
Kx = Dx ij – X 0901123 – 0901124
Ky = Dy ij – Y 0901123 – 0901124
Hitung besarnya koreksi absis dan ordinat setap sisi,
dengan ketentuan ;
Kx ij = (D ij Kx ) / D
Ky ij = (D ij Ky ) / D
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Hitung absis dan ordinat, dengan ketentuan ;
Xj = Xi + Dx ij + Kx ij
Yj = Yi + Dy ij + Ky ij
Contoh hitungan koordinat untuk poligon terikat dapat
dilihat pada Tabel 2-3.
Poligon terikat sempurna
Hitung sudut jurusan awal 0901125 ke 0901123 dan
sudut jurusan akhir 0901124 ke 0901126 dan
didapat ;
0901125 – 0901123 = 225 0’ 0”
0901124 – 0901126 = 135 0’ 0”
Hitung jumlah jarak proyeksi dan sudut mendatar dan
didapat ; D = 399.9 dan = 810 0’ 1”
Hitung besarnya jumlah koreksi sudut, dengan
ketentuan ;
K() = 0901124–0901126 - 0901125–0901123- + n . 180,
Dimana n = jumlah titik sudut, dan didapat ;K() = 1”
Hitung sudut jurusan untuk sisi lainnya dengan
mengambil sudut jurusan awal yang telah diketahui,
dengan ketentuan ;
jk = ij+ j- K() /n - 180
Hitung perbedaan absis / ordinat setiap sisi.
Hitung beda absis dan ordinat titik kontrol, dan
didapat ;
X 0901123 – 0901124 = 256,954
Y 0901123 – 0901124 = 19,865
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Hitung jumlah perbedaan absis / ordinat, dan
didapat ;
Dx ij = 256,883
Dy ij = 19,794
Hitung besarnya koreksi absis dan ordinat setap sisi.
Hitung absis dan ordinat.
Contoh hitungan koordinat untuk poligon terikat
sempurna dapat dilihat pada Tabel 2-4.
Poligon tertutup
Hitung besarnya koreksi sudut dari syarat geometris
poligon tertutup.
Hitung besarnya sudut yang telah dikoreksi.
Pada hitungan poligon tertutup, putaran (loop) poligon
dibagi atas beberapa seksi ukuran dan masing-masing
seksi dimulai dan diakhiri pada titik kontrol (poligon
terikat). Pada jaringan poligon tertutup seperti
Gambar 2-5, hitungan dibagi 2 (dua) seksi yaitu dari
0901123 – 0901124 dan 0901124 – 0901123.
Tetapkan sudut jurusan awal pendekatan 0901123 ke
3 diambil dari harga pendekatan.
Hitung sudut jurusan pendekatan untuk sisi lainnya
dengan mengambil sudut jurusan awal yang telah
diketahui dan sudut ukuran yang telah dikoreksi pada
seksi 1 (0901123 – 0901124). Tata cara perhitungan
dilakukan sama seperti dengan perhitungan poligon
terikat. Hitung besarnya sudut jurusan titik kontrol
(0901123 dan 0901124) berdasarkan nilai koordinat
titik kontrol.
Hitung besarnya sudut putar (rotasi) antara koordinat
pendekatan dan koordinat yang telah diketahui.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Hitung besarnya sudut jurusan awal seksi 1;
Hitung besarnya kordinat seksi 1 setelah dirotasi.
Dengan memakai sudut jurusan awal 6-0901123, hitung
koordinat seksi 2 (0901124 – 0901123). Hitungan
koordinat untuk seksi 2 dilakukan sama dengan
perhitungan koordinat poligon terikat tetapi sudut
jurusan awal yang dipakai adalah sudut jurusan awal
yang tetap (bukan pendekatan). Poligon tertutup
dengan 2 (dua) loop.
Hitung besarnya koreksi sudut dari syarat geometris
poligon tertutup untuk setiap loop (1 loop besar dan 2
loop kecil).
Hitung besarnya koordinat untuk setiap titik yang
berada di loop besar dan dilakukan sama dengan
poligon tertutup.
Hitung besarnya koordinat titik lainnya dengan
memakai titik ikat yang berada di loop besar.
Triangulasi
Hitung besarnya koreksi horizon di titik A, dengan
ketentuan ;
A = 360o
Hitung besarnya koreksi sudut untuk setiap segitiga.
Hitung besarnya jarak datar untuk setiap segitiga,
dengan ketentuan ;
a2 = b2 + c2 - 2bc cos
b2 = a2 + c2 - 2ac cos
c2 = a2 + b2 - 2ab cos , dimana :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
a = panjang sisi AB
b = panjang sisi AC
c = panjang sisi BC
= sudut BAC
= sudut ABC
= sudut BCA
Hitung koordinat titik 5 dengan mengikatkan dari titik
0901123 dan 0901125.
Dengan mengambil titik 5 dan 0901125 sebagai titik
ikat, hitung koordinat titik A.
Hitung koordinat titik lainnya dengan mengambil titik
yang telah diketahui koordinatnya sebagai titik ikat.
Trilaterasi
Dengan data jarak datar ukuran, hitung besarnya
sudut di setiap segitiga.
Hitung besarnya koreksi horizon di titik A.
Hitung koordinat titik triangulasi dengan cara ikatan
per segitiga (sama dengan yang dilakukan pada
triangulasi).
Triangulaterasi
Hitungan koordinat dilakukan secara perataan kuadrat
terkecil (least square adjustment).
2.2.3 Pengukuran Fotogrametrik
Pengukuran fotogrametrik adalah penentuan posisi titik-titik di
permukaan bumi dengan cara tidak langsung melalui media foto
udara. Foto udara yang dipakai diperoleh melalui pemotretan udara
dan diikatkan kepada titik kontrol di lapangan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Selain untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran, metoda
pengukuran fotogrametrik menghasilkan titik dasar teknik orde 3, 4
dan titik dasar teknik perapatan.
Titik kontrol tanah sepanjang perimeter diukur dengan
pengamatan satelit (lihat Bab 2.2.1.1) dan dipasang dengan
interval tertentu pada batas areal pemetaan yang sejajar arah
jalur terbang dan pada batas areal pemetaan yang tegak lurus
arah jalur terbang. Titik-titik ini kan menghasilkan koordinat
yang mempunyai ketelitian sama dengan titik dasar teknik orde 3.
Konstruksi titik dasar teknik ini juga dinyatakan di lapangan
sesuai dengan lampiran 1.
Titik dasar teknik perapatan yang merupakan hasil pengukuran
fotogrametri adalah hasil proses orientasi absolut (setelah
pelaksanaan Triangulasi Udara) yang tidak dinyatakan keberadaan
fisiknya di lapangan. Pada pengukuran fotogrametri, seluruh
detail geografi yang terdapat pada peta dasar pendaftaran dapat
dinyatakan sebagai titik dasar teknik perapatan.
Titik-titik alam (natural point), titik buatan manusia (premark)
yang dinyatakan keberadaan fisiknya sesuai lampiran 1
dikelompokkan sebagai titik dasar teknik orde 4.
Dengan demikian, titik dasar teknik orde 3 hasil pengukuran
fotogrametrik dapat merupakan ikatan untuk titik dasar teknik
orde 4 yang lain dan seluruh detail yang ada pada peta dasar
pendaftaran, misalnya ; persimpangan jalan, jembatan, tikungan
sungai yang dapat diidentifikasi di lapangan dapat dijadikan
ikatan bagi pengukuran bidang tanah yang berfungsi sebagai titik
dasar teknik perapatan.
2.2.3.1 Spesifikasi Teknik
Hasil pemotretan udara adalah foto udara vertikal.
Pengukuran titik kontrol tanah dilakukan berdasarkan
spesifikasi teknik yang sama dengan hasil pengukuran titik
dasar teknik orde 3.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pengukuran sipat datar (levelling) memenuhi ketelitian :
Sp = 15 mm D dimana ;
Sp = kesalahan penutup
D = jarak dalam km.
Triangulasi udara (kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
koordinat titik-titik kontrol minor) dan Perataan Blok yang
merupakan proses kegiatan sebelum diadakannya orientasi absolut harus dilaksanakan di atas diapositif.
Titik kontrol minor yang dipilih pada proses triangulasi udara
harus berupa 3 (tiga) titik sekutu pada setiap area supralap,
yaitu dua titik sayap dan satu titik nadir dan letak titik sayap
harus di dalam area sidelap dan harus digunakan sebagai titik
ikat antar strip yang bersebelahan.
Akurasi relatif blok (kesalahan root mean square) koordinat
titik kontrol minor dari hasil proses Triangulasi Udara lebih
kecil dari 25 micron kali skala foto untuk koordinat X dan Y
dan tidak lebih besar dari 0,03 % dari tinggi terbang untuk
koordinat Z.
RMS residual koordinat titik-titik tanah tidak lebih besar dari
40 micron skala foto untuk koordinat X dan Y, sedangkan untuk
koordinat Z tidak lebih besar dari 0,03 % dari tinggi terbang.
2.2.3.2 Peralatan
Instrumen yang digunakan untuk Triangulasi Udara adalah ;
plotter analitik atau comparator atau instrumen plotting stereo presisi.
Instrumen pengamatan harus dihubungkan secara langsung ke
alat pencatat/registrasi koordinat.
Instrumen pemetaan adalah adalah stereo plotter presisi atau Analitical Plotter.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
2.2.3.3 Pengolahan Data
Perataan blok pada Triangulasi Udara menggunakan program
PAT-M atau PAT-MR.
2.3 Pemetaan
Setiap titik dasar teknik yang telah diukur dan dihitung harus
dipetakan pada Peta Dasar Teknik (pasal. 8). Peta dasar teknik dibuat
berdasarkan peta topografi atau peta lain.
2.3.1 Fungsi Peta Dasar Teknik
Peta dasar teknik dipakai sebagai gambaran penyebaran jaringan
titik dasar teknik dalam satu cakupan wilayah, penetapan titik
dasar teknik yang akan dipakai sebagai titik pengikatan,
perencanaan perapatan titik dasar teknik dan dipakai sebagai
media pembagian lembar peta dasar pendaftaran / peta
pendaftaran.
Dalam hal pendaftaran tanah sporadik, segera setelah petugas
pengukuran menerima perintah pengukuran (pasal 79 butir d),
petugas pengukuran diharuskan memeriksa keberadaan sarana
peta dan titik dasar teknik di sekitar bidang tanah tersebut
dengan cara melihat letak lokasi bidang tanah yang akan diukur
pada peta dasar teknik, peta dasar pendaftaran, peta
pendaftaran dengan titik dasar teknik yang tersedia di lapangan.
Untuk selanjutnya dilakukan evaluasi ;
Apakah pemohon pengukuran harus menyiapkan minimal 2 (dua)
titik dasar teknik.
Titik dasar teknik yang akan digunakan sebagai titik kontrol
dan titik ikat.
Penggunaan sistem koordinat nasional atau sistem koordinat
lokal.
Dalam hal pendaftaran tanah sistematik, segera setelah lokasi
pendaftaran tanah sistematik ditetapkan, satgas pengukuran dan
pemetaan merencanakan penempatan titik dasar teknik orde 4
yang akan diikatkan kepada 2 (dua) buah titik dasar teknik
nasional yang berada di sekitar lokasi pendaftaran tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
sistematik. Perencanaan penempatan titik dasar teknik dilakukan
dengan mendistribusikan titik dasar teknik orde 4 secara merata
di lokasi pendaftaran tanah sistematik dengan melihat jumlah
bidang tanah yang akan didaftar.
2.3.2 Pembuatan Peta Dasar Teknik
Titik dasar teknik dipetakan pada peta topografi atau peta lain.
Peta dasar teknik dibuat secara manual atau dijital.
Titik dasar teknik orde 0,1,2 dan 3 dipetakan pada peta
topografi / peta rupa bumi / peta lain skala 1:25.000 atau lebih
kecil.
Bila dipetakan pada peta topografi / peta rupa bumi, titik
dasar teknik dipetakan berdasarkan koordinat geografis.
Bila dipetakan pada peta lain, titik dasar teknik dipetakan
berdasarkan nilai koordinat nasional.
Titik dasar teknik orde 4 dan titik dasar teknik perapatan
dipetakan pada peta lain dengan skala 1:10.000 atau lebih besar
berdasarkan lokasi relatif titik dasar teknik tersebut terhadap
objek/detail yang ada.
Untuk keperluan dokumentasi dan pemeliharaan, selain harus
memetakan titik dasar teknik pada skala yang disebutkan di
atas, Kantor Pertanahan membuat peta dasar teknik dalam suatu
cakupan wilayah administrasi Kabupaten/Kodya pada skala
1:20.000 dalam sistem koordinat nasional yang memetakan titik
dasar teknik orde 0,1,2,3,4 dan titik dasar teknik perapatan
pada peta lain.
Dalam hal pendaftaran tanah sporadik, apabila cakupan peta
dasar teknik yang ada masih memungkinkan tidak perlu dibuat
dalam lembar yang baru, melainkan hanya memetakan titik
tersebut ke dalam lembar peta dasar teknik yang telah ada Bila
hal ini tidak mungkin dilakukan, lembar peta dasar teknik baru
perlu dipersiapkan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Dalam hal pendaftaran tanah sistematik, peta dasar teknik
dibuat dalam satu lembar baru yang mencantumkan seluruh titik
dasar teknik yang ada di lokasi pendaftaran tanah sistematik.
2.3.3 Format Lembar Peta Dasar Teknik
Bila titik dasar teknik dipetakan pada peta topografi / peta
rupa bumi, format lembar peta dasar teknik mengikuti format
peta topografi / peta rupa bumi dan tidak perlu membuat
format baru.
Bila titik dasar teknik dipetakan pada peta lain, lembar peta
dasar teknik dibuat dengan format baru.
2.3.3.1 Muka Peta / Bidang Gambar
Ukuran muka peta adalah 80 cm x 80 cm .
Bagian yang melingkupi muka peta dengan titik pusat sama
dengan titik pusat muka peta dan dibatasi garis penuh dengan
ukuran 80 cm x 80 cm.
Titik dasar teknik, nomor titik dasar teknik, detail geografis,
detail buatan manusia dan batas administrasi dipetakan pada
bidang gambar.
Manual ; Detail geografis, buatan manusia dan batas
administrasi disalin (bila skala peta lain sama dengan skala
peta dasar teknik) atau dikutip (bila skala peta lain berbeda
dengan skala peta dasar teknik) dan disalin dari peta lain.
Dijital ; Detail geografis, buatan manusia dan batas
admnistrasi didijitasi dari peta topografi / peta rupa bumi
atau peta lain.
Selain memetakan detail seperti yang disebutkan di atas, pada
bidang gambar ditampilkan batas lembar peta dasar
pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem
koordinat nasional dan bila diperlukan dapat dipetakan unsur-
unsur lain yang dibutuhkan, misalnya ; pada pemetaan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
fotogrametrik dibutuhkan data jalur terbang pemotretan
udara.
Batas lembar peta dasar teknik digambarkan sepanjang muka
peta dengan tebal garis 0,2 mm.
2.3.3.2 Informasi Tentang Peta
Bagian yang berisi judul, arah utara dan skala, petunjuk
pembagian lembar peta dan keterangan, legenda, instansi
pembuat, jumlah lembar, bagian pengesahan dan instansi
pelaksana dibuat dengan ukuran yaitu :
Kotak judul, arah utara dan skala dengan ukuran 15 cm x 14 cm.
Judul yaitu PETA DASAR TEKNIK ditulis dengan tinggi
huruf Cl.290 dan tebal 1.0 mm dan jarak dari garis tepi atas
ke bagian atas huruf adalah 1.5 cm.
Arah utara ; berupa panah dengan panjang kaki 6 cm, bagian
sayap 4.5 cm, dengan huruf U pada bagian atasnya dengan
ukuran tinggi Cl 120 tebal 0.3 mm, jarak huruf dengan ujung
panah 2 mm. Sayap bagian kiri di buat hitam (massif).
Skala numeris; berupa tulisan SKALA 1 : .... menggunakan
ukuran tinggi huruf Cl. 120 dan tebal 0.3 mm. Jarak huruf
bagian atas dengan kaki panah adalah 1.3.
Skala grafis; Skala grafis dibuat berupa tiga garis horizontal
paralel dengan panjang 8 cm, jarak masing-masing garis 1 mm.
Garis tersebut dibagi atas 5 kolom dimana kolom pertama
dengan ukuran lebar 1 cm dibagi atas 10 vertikal garis dengan
jarak 1 mm. Kolom kedua dengan lebar 2 cm bagian bawah
dibuat hitam (massif), kolom ke tiga dengan lebar 2 cm bagian
atas dibuat hitam (massif), kolom ke empat dengan jarak 2
cm bagian bawah di buat hitam (massif) dan kolom ke lima
berjarak 1 cm bagian atas dibuat (massif). Jarak dari skala
numeris ke bagian atas angka skala grafis adalah 1.3 cm. Pada
jarak 2 mm di atas garis skala ditulis besaran yang mewakili
panjang masing-masing kolom dengan tinggi angka Cl 60 dan
tebal 0,2 mm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kotak petunjuk pembagian lembar peta dan keterangan dengan
ukuran 15 cm x 28 cm.
Kotak Petunjuk Pembagian Lembar Peta
Tulisan PETUNJUK PEMBAGIAN LEMBAR PETA
dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan tebal 05 mm.
Jarak bagian atas huruf dengan garis kotak adalah 1 cm.
Diagram yang menunjukkan tata cara pembagian lembar
lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran skala
1:10.000, 1:2.500 dan 1:1.000 dalam sistem koordinat
nasional , terdiri dari ;
Skala 1:10.000
Terdiri dari 1 (satu) buah bujursangkar dengan ukuran
2 cm x 2 cm dan tebal garis 0,2 mm dan
mencantumkan nomor baris dan kolom cara pembagian
lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran
skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional. Nomor
baris dan kolom dicantumkan di sebelah kanan dan
bawah bujursangkar tersebut dan dinyatakan dengan
angka yang diambil dari salah satu nomor baris dan
kolom yang terdapat di luar bidang gambar. Di bawah
nomor kolom pembagian lembar peta dasar
pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam
sistem koordinat nasional, dicantumkan tata cara
pembacaan nomor lembar peta dasar pendaftaran /
peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem
koordinat nasional, sesuai dengan lampiran 7.
Skala 1:2.500
Terdiri dari 16 (enam belas) buah bujursangkar
dengan ukuran masing-masing 2 cm x 2 cm dan tebal
garis 0,2 mm. Di dalam setiap bujursangkar tersebut
dicantumkan nomor lembar peta dasar pendaftaran /
peta pendaftaran skala 1:2.500 dalam sistem
koordinat nasional. Nomor lembar tersebut sesuai
dengan lampiran 7.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Salah satu nomor bujursangkar diarsir dan di bawah
bujursangkar besar dicantumkan tata cara pembacaan
lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran
skala 1:2.500 dalam sistem koordinat nasional dan
harus menerangkan nomor lembar yang diarsir.
Skala 1:1.000
Terdiri dari 9 (sembilan) buah bujursangkar dengan
ukuran masing-masing 1,5 cm x 1,5 cm dan tebal garis
0,2 mm. Di dalam setiap bujursangkar tersebut
dicantumkan nomor lembar peta dasar pendaftaran /
peta pendaftaran skala 1:1.000 dalam sistem
koordinat nasional. Nomor lembar tersebut sesuai
dengan lampiran 7.
Salah satu nomor bujursangkar diarsir dan di bawah
bujursangkar besar dicantumkan tata cara pembacaan
lembar peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran
skala 1:1.000 dalam sistem koordinat nasional dan
harus menerangkan nomor lembar yang diarsir.
Keterangan; Keterangan dimaksudkan untuk menuliskan
informasi yang dianggap penting pada saat peta dasar
teknik dibuat.
Judul KETERANGAN dibuat dengan ukuran tinggi
huruf Cl. 100 dan tebal 0.2 mm dan jarak bagian atas
huruf dengan kotak diagram adalah 1 cm atau 1.5 cm.
Isi keterangan dibuat dengan jarak 8 mm dari judul
“keterangan” dan sebaiknya dibuat/ditulis dengan jarak
1 spasi dengan menggunakan tinggi huruf cl 80 dan
tebal 0.2 mm. Contoh :
Keterangan :
Detail geografis didijitasi dari peta topografi skala
1:25.000
Kotak legenda dengan ukuran 15 cm x 20 cm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA dengan
ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.5 mm.
Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengan garis
kotak legenda adalah 7 mm.
Ukuran simbol batas administrasi, batas bidang tanah,
bangunan, sungai, saluran, saluran air/parit, titik dan benda
tetap, rel kereta api/ lori dibuat dengan ketebalan 0.2 mm.
Jalan, jalan tanah, jembatan dibuat dengan ketebalan 0.3
mm.
Judul kelompok legenda seperti, BATAS ADMINISTRASI,
BATAS FISIK DAN BANGUNAN, JALAN, REL DAN
JEMBATAN, PERAIRAN, TITIK DAN BENDA TETAP
LAINNYA, ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl 80 dan
tebal 0.3 mm, sedangkan keterangan /teks nya ditulis
dengan tinggi huruf cl 80 dan tebal 0.2 mm.
Simbol kartografi mengikuti lampiran 4 dan lampiran 8,
walaupun skala peta dasar teknik berbeda dengan skala
peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran.
Kotak instansi pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm.
Pada kotak ini dicantumkan Logo BPN dan ditulis BADAN
PERTANAHAN NASIONAL dengan ukuran tinggi huruf Cl.
175 dan tebal 0.6 mm.
Bagian instansi pembuat ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl
100 dan tebal 0.3 mm yang dapat berupa nama proyek dan
tahun anggaran, nama seksi di lingkungan Badan Pertanahan
Nasional (bila pembuatan peta dasar teknik untuk keperluan
dokumentasi / pemeliharaan) atau Deputi / Kanwil / Kantor
Pertanahan. Contoh :
BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROYEK PEMETAAN FOTOGRAMETRI
TAHUN ANGGARAN 1997/1998
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kotak jumlah lembar adalah 15 cm x 5 cm.
Pada kotak ini dicantumkan masing-masing jumlah lembar
skala 1:10.000, 1:2.500 dan 1:2.500 sesuai dengan cakupan
wilayah yang terdapat pada lembar peta dasar teknik
tersebut, dan tanggal pembuatan serta pemeriksa pada
pembuatan lembar peta dasar teknik ini.
Kotak bagian pengesahan dengan ukuran 15 cm x 8 cm.
1 cm dibawah garis ditulis “Tempat, tanggal, bulan serta
tahun pembuatan” dengan ukuran tinggi huruf cl 100 dan
tebal 0.3 mm.
Baris berikutnya ditulis ;
Untuk Penggunaannya,
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya..……….
Nama
NIP.
Dengan ukuran tinggi huruf cl. 100 dan tebal 0.3 mm.
Kotak instansi pelaksana dengan ukuran 15 cm x 2 cm.
Kotak untuk menuliskan nama pelaksana di luar struktur
BPN tanpa mencantumkan logo dan ditulis sebagai berikut :
PELAKSANA dengan ukuran tinggi
huruf cl. 120 dan tebal
0.3 mm
Nama Pelaksana dengan ukuran tinggi
huruf cl. 140 dan tebal
0.5 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh :
PELAKSANA
PT ABADI MUJUR
Jarak antara bidang gambar dengan kotak keterangan
adalah 2 cm, jarak antara bidang gambar / kotak keterangan
terhadap garis tepi (batas tepi) peta adalah 3 cm.
2.3.3.3 Di Dalam Batas Lembar Peta
Pada pojok kiri atas ditulis Propinsi : ......, bagian tengah
ditulis Kabupaten : .......... atau Kotamadya : .............
sedang pada bagian kanan atas ditulis Nomor Zone : ..........
dengan tinggi dan tebal huruf Cl. 240 / 1.0 mm dan jarak garis
bidang gambar/ garis keterangan ke huruf tersebut diatas
adalah 0.5 cm.
Disebelah kanan dan bawah bidang gambar ditulis harga
koordinat batas lembar peta dasar pendaftaran / peta
pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional
yang berupa nilai ordinat (Y) dan absis (X).
Penulisan nilai absis dan ordinat (X dan Y) adalah sejajar
dengan sumbu X dengan jarak 2 mm terhadap garis bidang
gambar. Tinggi dan tebal angka yang digunakan adalah Cl. 80 /
0,2 mm.
Pada bagian kanan dan bawah antara penulisan angka ordinat
dan angka absis dibuat nomor kolom dan baris letak lembar
peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000
dalam sistem koordinat nasional. Letak nomor kolom di tengah-
tengah antara dua nilai absis (X) batas lembar peta dasar
pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem
koordinat nasional dan letak nomor baris di tengah-tengah
antara dua nilai ordinat (Y) batas lembar peta dasar
pendaftaran / peta pendaftaran skala 1:10.000 dalam sistem
koordinat nasional. Ukuran tinggi nomor kolom dan baris
tersebut adalah cl 175 dan tebal 0.6 mm.
Contoh format lembar Peta Dasar Teknik terdapar pada
Gambar 2- 11.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
2.4 Buku Tugu
Untuk keperluan dokumentasi dibuatkan buku tugu untuk setiap titik
dasar teknik orde 2,3 dan 4 (pasal 10).
2.4.1 Pembuatan Buku Tugu
Buku tugu terdiri dari deskripsi, sketsa lokasi, daftar koordinat
dan foto titik dasar teknik yang dibuat pada DI 100, 100A,
100B, 100C untuk titik dasar teknik orde 2, DI 101, 101A, 101B,
101C untuk titik dasar teknik orde 3 dan DI 102, 102A untuk
titik dasar teknik orde 4.
Buku Tugu dibuat dalam rangkap 3 (tiga) untuk titik dasar
teknik orde 2,3 dimana dan disimpan masing-masing 1 (satu)
rangkap oleh Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah dan
Kantor Pertanahan dan dibuat dalam rangkap 1 (satu) untuk titik
dasar teknik orde 4 serta disimpan oleh Kantor Pertanahan.
Untuk memudahkan pendokumentasian dan pencarian buku tugu,
buku tugu dikumpulkan setiap 50 (lima puluh) titik dasar teknik
dan dijilid dengan sistem lepas untuk setiap daerah administrasi
tingkat II dimana cover (halaman depan) lebih tebal dari
lembaran buku tugu dan pada halaman depan kumpulan buku tugu
ini dicantumkan rekapitulasi titik dasar teknik pada kumpulan
buku tersebut dalam bentuk tabel, yang memuat antara lain ;
nomor titik dasar teknik, Timur (X), Utara (Y), Lintang (L),
Bujur (B) dan zone TM-3.
Bila dikemudian hari, daerah administrasi (Propinsi atau
Kabupaten / Kodya) titik dasar teknik berubah (mengalami
pemekaran), buku tugu yang tersimpan di Kantor Wilayah dan
atau Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya daerah
administrasi lama diserahkan kepada Kantor Wilayah dan atau
Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya daerah administrasi
baru dengan suatu Berita Acara Serah Terima.
Dengan diserahkannya buku tugu tersebut, pemeliharaan dan
perawatan titik dasar teknik (pasal 11 ) menjadi tanggung
jawab Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya daerah
administrasi yang baru.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Segera setelah menerima penyerahan buku tugu, Kantor
Pertanahan dan atau Kantor Wilayah penerima diharuskan
memperbaharui data yang terdapat pada buku tugu, yaitu :
Propinsi, Kabupaten / Kodya, Kecamatan, Desa dan nomor
titik. Data tersebut cukup dicoret dengan tinta hitam dan
dituliskan data baru sesuai dengan kondisi setelah terjadi
perubahan daerah administrasi dan nomor titik dasar teknik
disesuaikan dengan kode administrasi dan nomor urut baru.
2.4.2 Format Buku Tugu
2.4.2.1 DI 100 dan DI 101
DI 100 (lampiran 26) dan DI 101 (lampiran 30) terdiri dari 11
(sebelas) uraian titik dasar teknik yang bersangkutan. DI 100 dan
DI 101 diisi dengan :
01. DESA/KEL
Kata DESA dicoret jika titik tersebut berada di wilayah
Kelurahan, dan kata KELURAHAN dicoret jika titik tersebut
berada di wilayah Desa. Penulisan nama Desa / Kelurahan dalam
huruf besar.
Contoh :
01. DESA/KEL : CEMPAKA BARU atau
01. DESA/KEL : TELAGA ASIH
02. KECAMATAN
Ditulis dengan nama Kecamatan dimana titik dasar teknik
tersebut berada dengan huruf besar.
Contoh :
02. KECAMATAN : KEMAYORAN
03. KAB/KOD
Kata KAB dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kodya, dan
kata KOD dicoret jika titik tersebut berada di wilayah
Kabupaten. Penulisan nama Kabupaten / Kodya dalam huruf besar.
Contoh :
03. KAB/KOD : JAKARTA PUSAT atau
03. KAB/KOD : BEKASI
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
04. PROPINSI
Ditulis dengan nama Propinsi dimana titik dasar teknik tersebut
berada dengan huruf besar.
Contoh :
04. PROPINSI : DKI JAKARTA
05. URAIAN LOKASI TITIK
Uraian mengenai keberadaan titik tersebut terhadap lokasi
sekitarnya sehingga akan memudahkan menemukan titik etrsebut.
Uraian ini merupakan penjelasan dari sketsa umum lokasi (butir
05) pada DI 100 A atau DI 101 A.
Contoh :
05. URAIAN LOKASI TITIK
1117151 ditanam dekat perempatan di Kampung Puntuk kurang
lebih 1,5 km dari Pasar Gemantar
06. KENAMPAKAN YANG MENONJOL
Menguraikan tentang objek yang ada di sekitar lokasi yang dapat
dijadikan penunjuk untuk mencapai lokasi titik dan merupakan
penjelasan sketsa detail lokasi titik (butir 06) pada DI 100 A
atau DI 101 A .
Contoh :
06. KENAMPAKAN YANG MENONJOL
- Perempatan
- Kuburan
07. JALAN MASUK KE LOKASI
Uraian ini juga merupakan penjelasan dari sketsa lokasi.
Contoh :
07. JALAN MASUK KE LOKASI
Dari Karanganyar menuju Jumantono kemudian ke arah Desa
Genegan dan setelah melewati Pasar Gemantar ke arah kurang
lebih 1,5 km ada perempatan di Kp. Puntuk.
08. TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
Ditulis dengan uraian yang menerangkan transportasi apa yang
dapat dicapai untuk mencapai lokasi titik dasar teknik tersebut.
Contoh :
08. TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
Kenderaan roda empat
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
09. DIBUAT OLEH
Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar
teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-
kata DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik
dasar teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup
dicantumkan kata-kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila
titik dasar teknik tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan,
cukup dicantumkan kata-kata KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN ......... atau KANTOR PERTANAHAN
KOTAMADYA .......... Bila titik dasar teknik tersebut dipasang
oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk badan hukum dan nama
badan hukumnya.
Contoh :
09. DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR
10. TGL. PEMASANGAN
Ditulis dengan tanggal pemasangan titik dasar teknik, dan
dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari tanggal, bulan dan
tahun. Contoh :
10. TGL. PEMASANGAN : 2-2-1997
11. DIPERIKSA OLEH
Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan
tentang keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan
merupakan pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
Contoh :
11. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman
12. TGL PEMERIKSAAN
Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang
dilakukan oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka,
yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
12. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997
2.4.2.2 DI 100A dan DI 101A
DI 100 A (lampiran 27) dan DI 101 A (lampiran 31) terdiri dari 9
(sembilan) uraian titik dasar teknik yang bersangkutan. DI 100A
dan DI 101 A diisi dengan :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
01. PETA ASAL
Ditulis dengan peta yang dipakai sebagai dasar pembuatan peta
dasar teknik.
Contoh :
01. PETA ASAL : TOPOGRAFI
02. SKALA
Ditulis dengan skala peta yang disebut pada butir 01.
Contoh :
02. SKALA : 1:50.000
03. NO.LEMBAR
Ditulis dengan nomor lembar peta yang disebut pada butir 01.
Contoh :
03. NO.LEMBAR : 49/XL II.B
04. TAHUN
Ditulis dengan tahun pembuatan peta yang disebut pada butir 01.
Contoh :
04. TAHUN : 1972
05. SKETSA UMUM LOKASI TITIK
Gambaran dari uraian lokasi (butir 05), kenampakan yang
menonjol (butir 06) dan jalan masuk ke lokasi (butir 07) pada DI
100 atau DI 101.
Contoh :
ke Surakarta ke Wonogiri Jumantoro
1117151
Desa Genegan
Pasar
Gemantar
1,5 km
ke Karangsari
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
06. SKETSA DETAIL LOKASI TITIK
Ditulis dengan peta detail (tidak dalam skala) lokasi titik dasar
teknik, arah Utara dan hubungannya dengan letak relatif titik
tersebut dengan objek-objek yang ada sekitarnya serta sesuai
dengan uraian kenampakan yang menonjol (butir 06) pada DI 100
atau DI 101.
Contoh :
07. DIBUAT OLEH
Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar
teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-
kata DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik
dasar teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup
dicantumkan kata-kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila
titik dasar teknik tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan,
cukup dicantumkan kata-kata KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN .......... atau KANTOR PERTANAHAN
KOTAMADYA .......... Bila titik dasar teknik tersebut dipasang
oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk badan hukum dan nama
badan hukumnya.
Contoh :
DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR
111751
ke Toro
Ke
Karangsari
Ke
Balesari
Ke
Jumantoro
U
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
08. DIPERIKSA OLEH
Ditulis nama pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional
yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang keberadaan titik
dasar teknik tersebut di lapangan.
Contoh :
08. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman
09. TGL PEMERIKSAAN
Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang
dilakukan oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka,
yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
09. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997
2.4.2.3 DI 100B dan DI 101B
DI 100 B (lampiran 28) dan DI 101 B (lampiran 32) terdiri dari 22
(dua puluh dua) uraian titik dasar teknik yang bersangkutan. DI
100 B dan DI 101 B diisi dengan :
01. ALAT YANG DIGUNAKAN
Ditulis dengan merk, type dan jenis alat yang dipakai pada saat
pengukuran titik dasar teknik.
Contoh :
01. ALAT YANG DIGUNAKAN : GPS - TRIMBLE
02. NOMOR SERI ALAT
Ditulis dengan nomor seri alat dipakai pada saat pengukuran titik
dasar teknik.
Contoh :
02. NOMOR SERI ALAT : 423119
03. METODE PENGAMATAN
Ditulis dengan metode yang dipakai pada saat pengukuran titik
dasar teknik.
Contoh :
03. METODE PENGAMATAN : DOUBLE DIFFERENCE
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
04. TGL PERHITUNGAN
Ditulis dengan tanggal selesainya dilakukan perhitungan koordinat
titik dasar teknik, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari
tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
04. TGL PERHITUNGAN : 24-2-1997
05. TIMUR (X)
Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat nasional. Bila nilai absis mencakup nilai desimal,
penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal
dan dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
05. TIMUR (X) : 34.822,290 meter
06. UTARA (Y)
Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat nasional. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal,
penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal
dan dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
06. UTARA (Y) : 650.460,132 meter
07. ZONE
Ditulis dengan nomor zone TM-3 dalam sistem koordinat nasional
sesuai dengan lampiran 5.
Contoh :
07. ZONE : 49.2
08. KONV.GRID
Ditulis dengan besarnya nilai konversi grid di titik dasar teknik
yang bersangkutan dalam sistem koordinat nasional dan
dinyatakan dalam derajat, menit dan detik dan apabila nilai ini
juga mencakup angka desimal, penulisan angka desimal cukup
dilakukan sebanyak 5 (lima) angka desimal.
Contoh :
08. KONV.GRID : 0 12’ 0,51430’’
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
09. FAKTOR SKALA
Ditulis dengan besarnya nilai faktor skala titik pada titik dasar
teknik yang bersangkutan dalam sistem koordinat nasional, dan
dinyatakan dalam 4 (empat) angka desimal. Contoh :
09. FAKTOR SKALA : 0,9999
10. SKALA 1:10.000
Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta
skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan
pasal 16 dan lampiran 6.
Contoh :
10. SKALA 1:10.000 : 49.2-01.062
11. SKALA 1:2.500
Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta
skala 1:2.500 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal
16 dan lampiran 6.
Contoh :
11. SKALA 1:2.500 : 49.02-01.062-02
12. SKALA 1:1.000
Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta
skala 1:1.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal
16 dan lampiran 6.
Contoh :
12. SKALA 1:1.000 : 49.2-01.062-02-7
13. LINTANG
Ditulis dengan nilai lintang (L) dari titik dasar teknik nasional
dalam satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf U
bila titik dasar teknik nasional tersebut terletak pada Lintang
Utara, atau ditambahkan huruf S bila titik dasar teknik nasional
tersebut terletak pada Lintang Selatan. Bila nilai lintang
mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan
5 (lima) angka desimal.
Contoh :
13. LINTANG : 7 40’ 50,33244’’ U
14. BUJUR
Ditulis dengan nilai bujur (B) dari titik dasar teknik nasional
dalam satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf T
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
bila titik dasar teknik nasional tersebut terletak pada Bujur
Timur. Bila nilai bujur mencakup nilai desimal, penulisan cukup
dilakukan sampai dengan 5 (lima) angka desimal.
Contoh :
14. BUJUR : 111 0’ 10,27871’’ T
15. TINGGI ELLIPSOID
Ditulis dengan ketinggian titik dasar teknik di atas permukaan
ellipsoid dan dinyatakan dalam satuan metrik dan bila ketinggian
titik dasar teknik diketahui di atas permukaan air laut rata-rata
(MSL), nilai ketinggian ini harus ditambahkan. Bila nilai tinggi
mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan
4 (empat) angka desimal.
Contoh :
15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter atau
15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter
TINGGI MSL : 324,4325 meter
16. TIMUR
Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat UTM. Bila nilai absis mencakup nilai desimal, penulisan
cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan
dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
16. TIMUR : 500.314,943 meter
17. UTARA
Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat UTM. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal,
penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal
dan dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
17. UTARA : 9.151.003,410 meter
18. ZONE
Ditulis dengan nomor zone UTM titik dasar teknik .
Contoh :
18. ZONE : 49
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
19. KONV.GRID
Ditulis dengan besarnya nilai konversi grid di titik dasar teknik
yang bersangkutan dalam sistem koordinat UTM dan dinyatakan
dalam derajat, menit dan detik dan apabila nilai nilai ini juga
mencakup angka desimal, penulisan angka desimal cukup dilakukan
sebanyak 5 (lima) angka desimal.
Contoh :
19. KONV.GRID : 0 0‘ 1,374044”
20. DIBUAT OLEH
Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar
teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-
kata DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik
dasar teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup
dicantumkan kata-kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila
titik dasar teknik tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan,
cukup dicantumkan kata-kata KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN .......... atau KANTOR PERTANAHAN
KOTAMADYA .......... Bila titik dasar teknik tersebut
dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk badan hukum dan
nama badan hukumnya.
Contoh :
DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR
21. DIPERIKSA OLEH
Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan
tentang keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan
merupakan pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
Contoh :
21. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman
22. TGL PEMERIKSAAN
Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang
dilakukan oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka,
yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
22. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997
2.4.2.4 DI 100 C dan DI 101 C
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
DI 100 C (lampiran 29) dan DI 101 C (lampiran 34) terdiri dari 3 (tiga)
uraian dan 4 (empat) foto dalam empat arah mata angin. DI 100 C dan
DI 101 C diisi dengan :
01. DIBUAT OLEH
Dilengkapi dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar
teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-kata
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik dasar
teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup dicantumkan kata-
kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila titik dasar teknik
tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan, cukup dicantumkan kata-
kata KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN .......... atau
KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA ......... Bila titik dasar
teknik tersebut dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk
badan hukum dan nama badan hukumnya.
Contoh :
01. DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR
02. DIPERIKSA OLEH
Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang
keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan merupakan
pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
Contoh :
02. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman
03. TGL PEMERIKSAAN
Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang dilakukan
oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri
dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
03. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997
Dalam DI 100 C dan DI 101 C juga dicantumkan foto titik dasar teknik
yang diambil dari empat arah mata angin, yaitu ; Arah Pandangan ke
Utara (foto diambil dari arah Selatan dengan latar belakang titik dasar
teknik), Arah Pandangan ke Selatan (foto diambil dari arah Utara
dengan latar belakang titik dasar teknik), Arah Pandangan ke Timur
(foto diambil dari arah Barat dengan latar belakang titik dasar teknik),
Arah Pandangan ke Barat (foto diambil dari arah Timur dengan latar
belakang titik dasar teknik).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
2.4.2.5 DI 102
DI 102 (lampiran 34) terdiri dari 10 (sepuluh) uraian. DI 102 diisi
dengan :
01. DESA/KEL
Kata DESA dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kelurahan,
dan kata KELURAHAN dicoret jika titik tersebut berada di wilayah
Desa. Penulisan nama Desa / Kelurahan dalam huruf besar.
Contoh :
01. DESA/KEL : CEMPAKA BARU atau
01. DESA/KEL : TELAGA ASIH
02. KECAMATAN
Ditulis dengan nama Kecamatan dimana titik dasar teknik tersebut
berada dengan huruf besar.
Contoh :
02. KECAMATAN : KEMAYORAN
03. KAB/KOD
Kata KAB dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kodya, dan
kata KOD dicoret jika titik tersebut berada di wilayah Kabupaten.
Penulisan nama Kabupaten / Kodya dalam huruf besar.
Contoh :
03. KAB/KOD : JAKARTA PUSAT atau
03. KAB/KOD : BEKASI
04. PROPINSI
Ditulis dengan nama Propinsi dimana titik dasar teknik tersebut
berada dengan huruf besar.
Contoh :
04. PROPINSI : DKI JAKARTA
05. SKETSA DETAIL LOKASI TITIK
Ditulis dengan peta detail (tidak dalam skala) lokasi titik dasar
teknik, arah Utara dan hubungannya dengan letak relatif titik
tersebut dengan objek-objek yang ada sekitarnya serta sesuai
dengan uraian kenampakan yang menonjol (butir 06) pada DI 100
atau DI 101.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
06. FOTO TITIK DASAR TEKNIK
Dilengkapi dengan foto keberadaan titik dasar teknik yang diambil
dari salah satu arah mata angin dengan latar belakang yang sedapat
mungkin dapat menggambarkan lokasi titik tersebut di lapangan.
07. DIBUAT OLEH
Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar
teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-kata
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik dasar
teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup dicantumkan kata-
kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila titik dasar teknik
tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan, cukup dicantumkan kata-
kata KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN .........atau
KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA .......... Bila titik dasar
teknik tersebut dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk
badan hukum dan nama badan hukumnya.
Contoh :
07. DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR
08. TGL. PEMASANGAN
Dilengkapi dengan tanggal pemasangan titik dasar teknik, dan
dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
08. TGL. PEMASANGAN : 2-2-1997
09. DIPERIKSA OLEH
Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang
keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan merupakan
pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
Contoh :
09. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman
10. TGL PEMERIKSAAN
Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang dilakukan
oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri
dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
10. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997
2.4.1.6 DI 102 A
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
DI 102 A (lampiran 35) terdiri dari 20 (dua puluh) uraian. DI 102 A
diisi dengan :
01. ALAT YANG DIGUNAKAN
Ditulis dengan merk, type dan jenis alat yang dipakai pada saat
pengukuran titik dasar teknik.
Contoh :
01. ALAT YANG DIGUNAKAN : WILD – T2
02. NOMOR SERI ALAT
Ditulis dengan nomor seri alat dipakai pada saat pengukuran titik
dasar teknik.
Contoh :
01. NOMOR SERI ALAT : 4119
03. METODE PENGAMATAN
Ditulis dengan metode yang dipakai pada saat pengukuran titik
dasar teknik.
Contoh :
03. METODE PENGAMATAN : POLIGON
04. TGL PERHITUNGAN
Ditulis dengan tanggal selesainya dilakukan perhitungan koordinat
titik dasar teknik, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri dari
tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
04. TGL PERHITUNGAN : 24-2-1997
05. TIMUR (X)
Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat nasional. Bila nilai absis mencakup nilai desimal, penulisan
cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan
dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
05. TIMUR (X) : 34.822,290 meter
06. UTARA (Y)
Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
koordinat nasional. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal,
penulisan cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan
dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
06. UTARA (Y) : 650.460,132 meter
07. ZONE
Ditulis dengan nomor zone TM-3 dalam sistem koordinat nasional
sesuai dengan Lampiran 5.
Contoh :
07. ZONE : 49.2
08. KONV.GRID
Ditulis dengan besarnya nilai konversi grid di titik dasar teknik yang
bersangkutan dalam sistem koordinat nasional dan dinyatakan dalam
derajat, menit dan detik dan apabila nilai nilai ini juga mencakup
angka desimal, penulisan angka desimal cukup dilakukan sebanyak 5
(lima) angka desimal dan bila nilai konversi grid tidak diketahui
cukup dicantumkan -----.
Contoh :
08. KONV.GRID : 0 12’ 0,51340’’ atau
08. KONV.GRID : ----
09. FAKTOR SKALA
Ditulis dengan besarnya nilai faktor skala titik pada titik dasar
teknik yang bersangkutan dalam sistem koordinat nasional, dan
dinyatakan dalam 4 (empat) angka desimal.
Contoh :
09. FAKTOR SKALA : 0.9999
10. SKALA 1:10.000
Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta
skala 1:10.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal
16 dan lampiran 6.
Contoh :
10. SKALA 1:10.000 : 49.2-01.062
11. SKALA 1:2.500
Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta
skala 1:2.500 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal
16 dan lampiran 6 .
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh :
11. SKALA 1:2.500 : 49.02-01.062-02
12. SKALA 1:1.000
Ditulis dengan nomor lembar posisi titik dasar teknik pada peta
skala 1:1.000 dalam sistem koordinat nasional sesuai dengan pasal 16
dan lampiran 6.
Contoh :
12. SKALA 1:1.000 : 49.2-01.062-02-7
13. LINTANG
Ditulis dengan nilai lintang (L) dari titik dasar teknik nasional dalam
satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf U bila titik
dasar teknik nasional tersebut terletak pada Lintang Utara, atau
ditambahkan huruf S bila titik dasar teknik nasional tersebut
terletak pada Lintang Selatan. Bila nilai lintang mencakup nilai
desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan 5 (lima) angka
desimal.
Contoh :
13. LINTANG : 7 40’ 50,44654’’ U
14. BUJUR
Ditulis dengan nilai bujur (B) dari titik dasar teknik nasional dalam
satuan derajat, menit dan detik dan ditambahkan huruf T bila titik
dasar teknik nasional tersebut terletak pada Bujur Timur. Bila nilai
bujur mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai
dengan 5 (lima) angka desimal.
Contoh :
14. BUJUR : 111 0’ 10,24547’’ T
15. TINGGI ELLIPSOID
Ditulis dengan ketinggian titik dasar teknik di atas permukaan
ellipsoid dan dinyatakan dalam satuan metrik. dan bila ketinggian
titik dasar teknik diketahui di atas permukaan air laut rata-rata
(MSL), nilai ketinggian ini harus ditambahkan. Bila nilai tinggi
mencakup nilai desimal, penulisan cukup dilakukan sampai dengan 4
(empat) angka desimal.
Contoh :
15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter atau
15. TINGGI ELLIPSOID : 351,5843 meter
TINGGI MSL : 324,4325 meter
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Uraian 5 s/d. 15 dilengkapi dengan ------ bila koordinat titik
dasar teknik tersebut dinyatakan dalam sistem koordinat lokal.
16. TIMUR (X)
Ditulis dengan nilai absis (X) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat lokal. Bila nilai absis mencakup nilai desimal, penulisan
cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan
dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
16. TIMUR : 500.314,943 meter
17. UTARA (Y)
Ditulis dengan nilai ordinat (Y) dari titik dasar teknik yang
bersangkutan setelah dilakukannya perhitungan dalam sistem
koordinat lokal. Bila nilai ordinat mencakup nilai desimal, penulisan
cukup dilakukan sampai dengan 3 (tiga) angka desimal dan
dicantumkan satuan metris yang dipakai.
Contoh :
17. UTARA : 9.151.003,410 meter
Uraian 16 s/d. 17 dilengkapi dengan “------“ bila koordinat titik
dasar teknik dinyatakan dalam sistem koordinat nasional.
18. DIBUAT OLEH
Ditulis dengan pelaksana yang melakukan pemasangan titik dasar
teknik tersebut. Bila titik dasar teknik tersebut dipasang oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan, cukup dicantumkan kata-kata
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN. Bila titik dasar
teknik tersebut dipasang oleh Kanwil BPN , cukup dicantumkan kata-
kata KANWIL BPN PROPINSI .......... Bila titik dasar teknik
tersebut dipasang oleh Kantor Pertanahan, cukup dicantumkan kata-
kata KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN .........atau
KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA .......... Bila titik dasar
teknik tersebut dipasang oleh pihak ketiga, dicantumkan bentuk
badan hukum dan nama badan hukumnya.
Contoh :
DIBUAT OLEH : PT.ABADI MUJUR
19. DIPERIKSA OLEH
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Ditulis dengan nama yang telah melaksanakan pemeriksaan tentang
keberadaan titik dasar teknik tersebut di lapangan dan merupakan
pegawai di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
Contoh :
21. DIPERIKSA OLEH : Ir.Asman
20. TGL PEMERIKSAAN
Ditulis dengan tanggal pemeriksaan titik dasar teknik yang dilakukan
oleh petugas pemeriksa, dan dinyatakan dengan angka, yang terdiri
dari tanggal, bulan dan tahun.
Contoh :
22. TGL PEMERIKSAAN : 12-3-1997
Pada kolom nomor titik yang terletak pada kanan atas DI 100, DI
101, DI 100 A, DI 101 A, DI 100 B, DI 101 B, D.I 100 C, DI 101 C, DI
102, D.I 102 A dicantumkan nomor titik, yang dituliskan secara utuh dan
bersifat unik/tunggal.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 3
PETA DASAR PENDAFTARAN
Untuk melengkapi peta dasar teknik dengan unsur-unsur geografi
dilakukan pengukuran situasi detail. Dengan adanya situasi detail pada
peta dasar pendaftaran, akan membantu identifikasi lapangan dalam
menentukan pemilikan bidang-bidang tanah.
3.1 Pengukuran Situasi
Maksud pengukuran situasi detail adalah memudahkan identifikasi
untuk pengikatan bidang-bidang tanah dalam rangka pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanahnya..
3.2 Detail Situasi
Detail-detail situasi terdiri unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan
manusia. Tidak semua detail dilakukan pengukuran tetapi hanya
dilakukan identifikasi lapangan dan memetakan pada peta, misalnya
areal hutan, ilalang dan sebagainya.
3.2.1 Batas administrasi.
Batas administrasi yaitu batas wilayah berdasarkan wilayah
penguasaan administrasi pemerintahan. Berdasarkan hirarkis
pemeritahan yang tertinggi dapat dibagi menjadi :
a. Batas Negara
b. Batas Dati I atau Batas Propinsi
c. Batas Dati II atau Batas Kotamadya atau Batas Kabupaten
d. Batas Kecamatan
e. Batas Desa atau Batas Kelurahan
Pengukuran batas administrasi harus berdasarkan peta batas
wilayah yang sudah disepakati (batas definitif) dan disetujui
antara kedua pemerintah yang berbatasan. Apabila peta batas
wilayah tidak/ belum ada, maka penentuan batas administrasi
dapat dilakukan langsung di lapangan dengan menghadirkan aparat
pemerintah yang mengetahui dari kedua pemerintah yang
berbatasan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.2.2 Unsur perairan
Unsur perairan adalah detail alam atau buatan manusia yang
mengandung unsur-unsur perairan beserta bangunan-bangunan
pendukung yang ada di atasnya.
Adapun unsur perairan terdiri dari :
a. Sungai
b. Saluran atau selokan
c. Lautan
d. Danau atau rawa
e. Empang
Sedangkan bangunan-bangunan pendukung yaitu :
a. Bangunan pembagi air
b. Jembatan
c. Bendungan
d. Bendungan dengan pintu air
3.2.3 Titik-titik Tetap
Titik-titik Tetap berupa tugu-tugu yang dipasang baik yang BPN/
Agraria maupun milik instansi lain, apabila dianggap perlu, adalah
detail-detail yang harus diukur sebagai kelengkapan pengukuran
situasi.
Tugu-tugu tersebut terdiri dari :
a. Tugu Kerangka Dasar
b. Tugu Titik Tinggi Geodesi (TTG)
c. Tugu Km
d. Tugu dari PBB, Dep. PU, Dep. Perhubungan dan lain-lain.
3.2.4 Jalan
Jalan sebagai sarana penghubung antar wilayah merupakan detail
situasi yang sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan.
Jalan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kondisi-nya, yaitu
jalan yang diperkeras dan jalan tanah.
Jalan diperkeras yaitu jalan yang dibangun dengan pondasi batu
dan dilapisi dengan aspal
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Jalan tanah yaitu jalan yag kondisinya berupa tanah belum
dibangun pondasi, berpondasi batu atau berpondasi pasir dan
dipasang conblock. Di lapangan kondisinya dapat berupa jalan
tanah biasa, jalan setapak, lorong atau gang.
3.2.5 Rel
Rel merupakan sarana transportasi untuk kereta api antar wilayah
atau untuk lori di wilayah perkebunan, misalnya di perkebunan
tebu.
3.2.6 Bangunan-bangunan Penting
Bangunan-bangunan penting adalah bangunan milik atau yang
digunakan untuk kegiatan pemerintahan, baik sipil maupun militer,
dan untuk keperluan kegiatan masyarakat umum. Untuk
memudahkan mengenali bangunan tersebut harus diberi nama
bangunan tersebut. Jika tidak ada nama formal-nya maka
digunakan nama yang digunakan oleh penduduk setempat.
Contoh bangunan-bangunan penting yaitu :
Kantor Gubernur, Bupati/ Walikota, Kecamatan, Desa/
Kelurahan
Kantor-kantor instansi pemerintah
Kantor Polsek, Koramil dll.
Tempat-tempat ibadah
Pasar, terminal, stasiun, bandara, lapangan olahraga, dll.
Sekolah
Jalur listrik tegangan tinggi, telepon, pipa hidran, minyak, gas
3.2.7 Pemukiman
Pengukuran situasi untuk daerah perkebunan besar adakalanya
dijumpai daerah-daerah yang harus dienclave. Untuk daerah
enclave yang merupakan pemukiman harus diukur sepanjang batas
enclave tersebut.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.2.8 Perkebunan, Tegalan dan Sawah
Perkebunan dalam rangka pengukuran situasi hanya dilakukan
identifikasi saja, Sedangkan daerah persawahan dan tegalan
apabila dilakukan pengukuran bidang, harus diukur sudut-sudut
pematang yang merupakan batas milik.
3.3 Metoda Pengukuran
Pengukuran situasi dapat dilaksanakan dengan dua metoda yaitu
terrestrial dan fotogrametriks.
3.3.1 Metoda Terrestrial
Peta dasar pendaftaran yang dilaksanakan secara pengukuran
terrestrial merupakan proses pemetaan dari pengukuran situasi.
Pada metoda ini, pengukuran situasi hanya digunakan untuk
kelengkapan detail pada pengukuran titik dasar teknik orde 4.
Dengan demikian pengukuran situasi-nya dilakukan secara
bersamaan.
Hal-hal yanga perlu diperhatikan dalam pengukuran situasi adalah :
Pengambilan data sudut dan jarak cukup dilakukan satu kali.
Pengukuran jarak dapat dilakukan secara optis.
Dalam hal detail situasi berupa tugu dari instansi lain yang
memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai titik dasar
teknik, pengambilan data ukuran lapangan sama dengan pada
pengukuran titik dasar teknik.
Poligon cabang untuk pengambilan detail diperbolehkan.
3.3.1.1 Perencanaan
Peta dasar teknik yang menggambarkan distribusi titik-titik
dasar teknik orde 2 atau orde 3 digunakan sebagai peta
perencanaan jalur-jalur pengukuran situasi detail. Semua jalur
poligon utama harus terikat pada titik-titik dasar teknik
tersebut. Buku tugu dan peta topografi digunakan untuk
membantu perencanaan jalur pengukuran.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.3.1.2 Metoda Pengukuran
Ada beberapa metoda pengukuran yang digunakan untuk
pengukuran situasi, yaitu :
1. Metoda Offset
2. Metoda Polar
3. Kombinasi dari kedua metoda
Secara rinci penjelasan masing-masing metoda dijelaskan pada
Bab 4 tentang Pengukuran Bidang dan Pembuatan Gambar Ukur.
3.3.1.3 Peralatan
Karena sifat pengukuran situasi hanya untuk kelengkapan
lapangan, maka pengukurannya cukup menggunakan alat ukur
dengan ketelitian bacaan sudut minimal 20” , misalnya T0, atau
sama dengan pengukuran pada titik dasar teknik perapatan.
Dalam praktek di lapangan, mengingat pengukuran titik dasar
teknik orde 4 dan pengukuran situasi dilakukan secara
bersama, maka untuk kepentingan praktis peralatan yang
digunakan biasanya sama, yaitu alat ukur dengan ketelitian
bacaan sudut minimal 5”, misalnya T1,
Untuk detail bangunan atau detail lain yang dapat digunakan
sebagai ikatan, pengambilan data ukuran jarak menggunakan
pita ukur atau EDM. Selain detail tersebut dapat menggunakan
jarak optis.
3.3.1.4 Pengukuran dan Pengolahan Data
Data ukuran pengukuran situasi dibuat bersamaan dengan
pengukuran titik dasar teknik dan untuk membedakan diberi
tanda-tanda tersendiri pada sketsa lapangan.
Semua data ukuran dicatat dalam DI 103. Cara pengisian
formulir dan sketsa jalur pengukuran dan situasi detail
digambar pada bagian bawah DI 103. Lihat bab 2. Apabila
menggunakan alat ukur dijital, penyimpanan data lapangan
disimpan dalam disket dan diberi label. Print out data ukuran
dibuat seperti pada format DI 103.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Secara skematis metoda terrestrial dapat digambarkan dalam
diagram berikut.
Diagram 3-1 Tahap Kegiatan Proses Pengukuran dan Pemetaan Metoda Terrestrial
PETA DASAR
PENDAFTARAN
PETA
PENDAFTARAN
PETA-PETA
PENGUKURAN SITUASI
dan
PENGUKURAN BIDANG
TANAH
PENGOLAHAN DATA
dan
PEMETAAN
PERENCANAAN :
Jalur Poligon
Peralatan & Tenaga
PETA TOPOGRAFI/ LAIN
PETA DASAR
TEKNIK
BUKU TUGU
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.3.2 Metoda Fotogrametrik
Pemetaan fotogrametrik adalah pemetaan dengan menggunakan
media foto udara. Adapun peta yang dihasilkan dapat berupa peta
foto atau peta garis. Pada peta garis semua detail dapat
dipetakan sesuai dengan tujuan pemetaan tersebut. Dengan
demikian pada metoda ini dapat dilaksanakan pembuatan untuk
peta titik dasar teknik, peta dasar pendaftaran dan peta
pendaftaran secara bersamaan.
3.3.2.1 Perencanaan
Perencanaan jalur terbang dan pemasangan titik kontrol tanah
dengan memperhatikan skala foto udara, besar sidelap dan overlap.
Terdapat dua kegiatan perencanaan yaitu :
1. Perencanaan jalur terbang untuk pemotretan udara yaitu
membuat desain jalur terbang pada peta topografi skala
1:50.000. Arah jalur terbang tergantung untuk daerah
datar yaitu utara-selatan atau timur-barat, sedangkan
untuk daerah bergunung disesuaikan dengan arah
topografinya.
2. Perencanaan untuk pemasangan tugu dan premark yaitu
merencanakan posisi tugu dan premark sepanjang perimeter
daerah pemotretan. Jarak pemasangan tugu disesuaikan
dengan skala pemotretan udara sesuai dengan skala foto
udara pada peta topografi di atas. .
Gambar 3-2 Rencana Jalur Terbang, Premark dan Titik Kontrol Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Keterangan :
Tugu perimeter dipasang premark dan dilakukan pengukuran titik kontrol
horisontal (orde 3) dan vertikal
Pengukuran titik kontrol vertikal
Jalur terbang
Areal pemotretan udara.
3.3.2.2 Pengukuran Titik Kontrol Tanah
Pemasangan titik kontrol tanah/premark yaitu memasang dan
mengukur titik-titik kontrol seseuai dengan rencana yang sudah
dibuat. Mengingat persyaratan perimeter adalah mutlak, maka
pemasangan premark tidak boleh bergeser terlalu jauh dari
yang sudah direncanakan dan ketelitannya sama dengan titik
dasar teknik orde 3. Pengukuran meliputi dua kegiatan yaitu
pengukuran titik kontrol horisontal (X,Y) dan pengukuran titik
kontrol vertikal (Z). Cara konvensional pengukuran kontrol
horisontal menggunakan alat ukur biasa dengan persyaratan
harus memenuhi ketelitian hasil sama dengan titik dasar teknik
orde 3. Adanya perkembangan teknologi alat pengukuran,
dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) dapat dilakukan pengukuran dengan bantuan satelit dan
diperoleh hasil ketelitian yang cukup memenuhi persyaratan
sama dengan titik dasar teknik orde 3. Sedangkan pengukuran
titik kontrol vertikal (Z) menggunakan waterpass teliti (lihat
bab 2.2.1.3)
3.3.2.3 Pemotretan Udara
Pemotretan udara dilaksanakan dengan kamera udara yang
diletakkan pada pesawat terbang yang sudah didesain untuk
itu. Jalur pemotretan harus sesuai dengan yang direncanakan.
Penyimpangan dari rencana jalur terbang harus diulang. Pada
cara konvensional peranan navigator sebagai pembaca peta
sangat besar sekali dalam usaha pesawat memasuki memasuki
jalur terbang. Adanya kemajuan teknologi GPS akan membantu
pilot untuk memasuki jalur terbang. Foto udara yang dihasilkan
adalah foto udara vertikal.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.3.2.4 Triangulasi Udara (Aerial Triangulation)
Yaitu proses pengadaan titik kontrol minor yang digunakan
untuk orientasi absolut pada pekerjaan ploting. Titik kontrol ini
akan di transformasikan menjadi titik kontrol tanah.
3.3.2.5 Identifikasi Lapangan
Identifikasi yaitu proses pemberian nama detail situasi penting
yang tampak (toponimi) di foto dengan cara pengecekan di
lapangan.
Apabila identifikasi lapangan juga merupakan identifikasi
batas-batas pemilikan tanah, maka peta yang dihasilkan juga
merupakan peta pendaftaran.
3.3.2.6 Ploting Peta Garis, Rektifikasi
Dari data hitungan proses triangulasi udara dan diapositip
dapat dilakukan pemetaan detail-detail situasi pada foto
dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut
stereoplotter. Hasil ploting ini disebut manuskrip. Pada
pembuatan peta foto kegiatan ini adalah proses rektifikasi/
ortofoto yang menggunakan peralatan khusus juga yaitu
rektifier. Untuk pemetaan secara dijital fotogrametrik hasil
rektifikasi berupa chekplot.
3.3.2.7 Kartografi dan Penggambaran Halus
Yaitu penggambaran halus peta manuskrip pada drafting film
dan memberi nama detail-detail yang di-cek sesuai dengan hasil
identifikasi lapangan.
Secara skematis metoda fotogrametrik dapat digambarkan
dalam diagram 3-3.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.3.3 Metoda Lain
Dengan kemajuan teknologi dalam dunia perpetaan dan teknologi
satelit, dimungkinkan pembuatan peta-peta skala besar dari citra
satelit. Sepanjang ketelitian dan hasil yang diperoleh memenuhi
ketentuan yang disyaratkan, penggunaan citra satelit akan
membantu dalam hal cakupan wilayah lebih luas dan biaya
pemetaan lebih murah.
FOTO UDARA
SIDELAP
OVERLAP
SKALA FOTO
PERENCANAAN :
Jalur Terbang Premark Jalur Titik Kontrol Tanah (Poligon/ GPS dan Waterpas)
PETA TOPOGRASI 1:50000
Alat Tenaga
PENGUKURAN TITIK KONTROL TANAH
PEMOTRETAN UDARA Koordinat
Tanah
TRIANGULASI UDARA
IDENTFIKASI LAPANGAN
TOPONIMI BIDANG MILIK
PLOTING/
REKTIFIKASI
KARTOGRAFI/
PENGGAMBARAN HALUS
P E M E T A A N
PETA DASAR
PENDAFTARAN
PETA
PENDAFTARAN
P E T A - P E T A
Gambar 3-3 Proses Pengukuran dan Pemetaan Metoda Fotogrametrik
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4 Pemetaan
Pemetaan detail situasi adalah tahap selanjutnya dari proses
pemetaan titik dasar teknik. Sedangkan peta dasar pendaftaran
merupakan gabungan dari titik dasar teknik dan peta situasi.
Tujuan peta dasar pendaftaran yaitu untuk sebagai media untuk
melaksanakan pemetaan pemilikan bidang tanah dalam rangka
pelaksanaan pendaftaran tanahnya. Walaupun demikian karena
pelaksanaan pengukuran dilaksanakan secara bersamaan, pembuatan
peta dasar teknik, peta situasi dan peta dasar pendaftaran dapat
juga dilakukan secara bersamaan. Dalam hal ini pemberian nama peta
tersebut adalah peta dasar pendaftaran. Apabila pengukuran bidang
(dalam pengukuran terrestrial) atau identifikasi bidang milik (dalam
pengukuran fotogrametrik) juga dilakukan bersama, maka nama peta
tersebut adalah peta pendaftaran. Lihat diagram 3-3.
3.4.1 Skala Peta
Skala peta situasi dan peta dasar pentaftaran dibuat sama, yaitu
daerah pemukiman dengan skala 1:1000 atau 1:500
daerah bukan pemukiman (misalnya pertanian) dengan skala
1:2.500
daerah perkebunan untuk permohonan HGU dibuat dengan
skala 1:10.000
3.4.2 Sistem Koordinat
Peta dasar pendaftaran mempunyai sistem koordinat nasional
(pasal 13). Untuk peta dasar pendaftaran yang masih dalam sistem
koordinat lokal harus ditransformasikan ke dalam sistem nasional.
Metoda untuk melaksanakan transformasi ini antara lain dengan
cara transformasi koordinat secara numeris atau grafis. Secara
numeris dapat dilakukan dengan software tertentu, misalnya untuk
peta-peta fotogrametrik yang masih menggunakan koordinat lokal.
Secara grafis dilakukan pada peta-peta terrestrial dengan cara
replacing grid atau secara dijital menggunakan software dengan
rumus-rumus transformasi koordinat yang ada.
Skema kegiatan transformasi koordinat dapat dilihat pada diagram
berikut.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Diagram 3-4 Skema Pelaksanaan Transformasi Sistem Koordinat
3.4.3 Pembagian Lembar Peta
Pembagian lembar peta dibedakan menjadi sistem nasional dan
lokal.
3.4.3.1 Sistem Nasional
Karena koordinat setiap nomor lembar peta sudah tertentu,
pembuatan lembar pembagian peta sudah dapat dibuat sebelum
ada pengukuran bidang di wilayah desa tersebut. Penomoran
lembar terdiri dari nomor zone dan nomor lembar peta.
3.4.2.1.1 Nomor Zone
Nomor zone yaitu penomoran peta yang mengacu pada sistem
proyeksi Transfer Mercator (TM) dengan lebar 3 dan
Peta dengan Koordinat Lokal
Pengukuran
dengan GPS
Pemilihan Titik Sekutu di Peta
Identifikasi Titik
Sekutu di
Lapangan
Parameter Transformasi
Proses Hitungan
Transformasi
Pembuatan Grid-grid Sistem Nasional
Data Ukuran
Sistem Lokal
Data Dijital Lokal
Rep
laci
ng G
rade
(lih
at G
amb
ar 7
-13
)
Peta Lama
dg. Koordinat
Nasional
tetapi Format Lama
Peta Baru secara Dijital Peta Baru secara Manual
P E T A S I S T E M N A S I O N A L
Manual Software Hitungan
Program
Hitungan Transformasi
F O R M A T L E M B A R N A S I O N A L
Dijitasi
Titik Sekutu Data Ukuran Data Dijital
Koordinat Sistem Nasional
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
disebut sebagai TM-3. Untuk kepentingan adanya hubungan
dengan sistem nasional (sistem UTM), maka central meridian kedua sistem tersebut diimpitkan. Penomorannya juga
berpedoman pada sistem nasional. Wilayah Indonesia dengan
sistem nasional yang terletak pada batas bujur antara 93BT
dan 141BT mempunyai 9 zone (lihat lampiran 5), yaitu zone
46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53 dan 54.
Dengan menggunakan sistem TM-3 nomor zone mengalami
perubahan, yaitu 1 zone menjadi 2 nomor zone. Dengan
demikian untuk penomoran perlu ditambahkan dengan angka 1
atau angka 2, kecuali karena posisi geografis negara
Indonesia, zone pertama (46) dan terakhir (54) hanya
menggunakan satu zone saja. Dengan sistem TM-3 jumlah
zone menjadi 16 zone, yaitu 46.2, 47.1, 47.2, 48.1, 48.2, 49.1,
49.2, 50.1, 50.2, 51.1, 51.2, 52.1, 52.2, 53.1, 53.2 dan 54.1.
3.4.2.1.2 Nomor Lembar Peta
Pemberian nomor lembar peta berdasarkan pada pembagian
satu zone TM-3 menjadi wilayah-wilayah yang tercakup pada
peta skala 1:10.000 dengan ukuran 60 cm x 60 cm (pasal 15
dan lampiran 6). Dengan demikian satu zone tersebut
mempunyai satu sistem koordinat tersendiri. Untuk
menghindari bilangan negatip pada angka koordinat pada
setiap zone maka ditetapkan bahwa false origin (titik nol
semu) yaitu perpotongan antara garis ekuator dengan
meridian tengah masing-masing zone terletak pada koordinat
timur (x) = 200.000 m dan utara (y) = 1.500.000 m (pasal 3).
Dari titik ini ditarik garis-garis sejajar lintang dan bujur
(dianggap garis lurus) selebar 6.000 meter (sehingga muka
peta peta pada skala 1:10.000 adalah 60 cm ke arah X (barat-
timur) dan Y (selatan-utara). Sehingga akan terbentuk 56
kolom (arah X) dan 314 baris (arah Y).
Penomoran masing-masing kotak di ambil dari nomor kolom
dan nomor baris dan dimulai dari ujung kiri-bawah (barat-
selatan). Untuk nomor kolom menuju arah kanan (timur)
dengan nomor 01 sampai nomor 56. Sedangkan untuk nomor
baris menuju arah atas (utara) dengan nomor 1 sampai
dengan nomor 314 (lihat lampiran 6).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Dengan melihat cakupan wilayah Indonesia seperti pada
lampiran 5 lembar peta antara satu zone dengan zone yang
lain mempunyai jumlah yang tidak sama.
Peta skala 1:10.000
Pemberian nomor lembar peta terdiri dari lima dijit yaitu
dua dijit pertama menunjukkan nomor kolom dan tiga dijit
selanjutnya adalah nomor baris.
Contoh : 48.2 – 55.314
Keterangan : 48.2 adalah nomor zone
55 adalah nomor kolom lembar peta
314 adalah nomor baris lembar peta
Contoh gambar lihat lampiran 7.
Dengan memperhatikan lampiran 6, apabila dihitung dari
false origin, peta dengan nomor lembar 48.2-01.001
mempunyai koordinat awal sebesar X= 32.000 m dan
Y=282.000 m. Lihat gambar 3-5.
Gambar 3-5 Harga Koordinat pada Peta skala 1:10.000 dengan Nomor 48.2-
01.001
Peta skala 1:2.500
Pemberian nomor lembar peta skala 1:2.500 dibuat dengan
cara membagi peta skala 1:10.000 menjadi 16(enam belas)
lembar dengan rincian 4(empat) lembar kearah kolom dan
32
.00
0
38
.00
0
01
282.000
001
288.000
02
002
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
4(empat) lembar ke arah baris, dengan format ukuran muka
peta 50 cm x 50cm.
Seperti halnya pada peta skala 1:10.000, penomoran dimulai
dari ujung kiri-bawah (barat-selatan) dengan nomor 01 dan
nomor urut ke kanan (timur) dan berakhir pada nomor 16.
Pemberian nomor lembar peta yaitu dengan menambahkan
2(dua) dijit pada lima dijit nomor lembar peta skala
1:10.000 sehingga menjadi 7 dijit.
Contoh : 48.2 – 55.314-05
Keterangan : 48.2 adalah nomor zone
55 adalah nomor kolom lembar peta skala 1:10.000
314 adalah nomor baris lembar peta skala 1:10.000
05 adalah nomor urut lembar peta skala 1:2.500
Gambar 3-6 Contoh Penomoran Peta skala 1:2.500
01 02 03 04
05 06 07 08
09 10 11 12
13 14 15 16
55
314
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Peta skala 1:1.000
Seperti halnya peta skala 1:2.500, pada peta skala 1:1.000
dibuat dengan cara membagi peta skala 1:2.500 menjadi 9
(sembilan lembar) peta dengan rincian 3(tiga) lembar
pembagian ke arah kolom dan 3(tiga) lembar ke arah baris.
Dengan demikian satu lembar peta mempunyai format
ukuran muka peta 50 cm x 50 cm.
Seperti halnya pada peta skala 1:2.500, penomoran dimulai
dari ujung kiri-bawah (barat-selatan) dengan nomor 01 dan
nomor urut selanjutnya ke kanan (timur) dan berakhir
pada nomor 09.
Pemberian nomor lembar peta yaitu dengan menambahkan
1(satu) dijit dari 7(tujuh) dijit nomor lembar peta skala
1:2.500 sehingga menjadi 8 dijit.
Contoh : 48.2 – 55.314-05-5
Keterangan : 48.2 adalah nomor zone
55 adalah nomor kolom lembar peta skala 1:10.000
314 adalah nomor baris lembar peta skala 1:10.000
05 adalah nomor urut lembar peta skala 1:2.500
05 adalah nomor urut lembar peta skala 1:1000
Gambar 3-7
Contoh Penomoran Peta skala 1:1.000
1 2 3
4 5 6
7 8 9
01 02
06 08
04
09 12 10
48.2-54.314 48.2-55.314
5
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Peta Skala 1:500 dan 1:250
Apabila diperlukan peta skala 1:500, maka satu lembar peta
skala 1:1.000 dibagi menjadi 4 (empat) lembar peta dengan
rincian 2(dua) lembar pembagian ke arah kolom dan 2(dua)
lembar pembagian ke arah baris. Satu lembar peta mempunyai
format ukuran muka peta 50 cm x 50 cm.
Seperti halnya pada peta skala 1:1.000, penomoran dimulai
dari ujung kiri-bawah (barat-selatan) dengan nomor 01 dan
nomor urut selanjutnya keluang ke kanan (timur) dan berakhir
pada nomor 04.
Pemberian nomor lembar peta yaitu dengan menambahkan
1(satu) dijit dari 8(delapan) dijit nomor lembar peta skala
1:1.000 sehingga menjadi 9 dijit.
Pada peta skala 1:250 dapat dilakukan hal yang sama seperti
pada peta skala 1:500, sehingga penomoran akan menambah
1(satu) dijit lagi dari pemberian nomor peta skala 1:500
sehingga akan menjadi 10 dijit.
Skala 1:500 Skala 1:250
Nomor peta 48.2-34.314-5-2 Nomor peta 48.2-34.314-5-2-4
Gambar 3-8 Contoh Penomoran Lembar Peta skala 1:500 dan skala 1:250
1 1 2
3 4
2
8
4 6
5 1 2
3 4
4
4
1 2
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.3.2 Sistem Lokal
Sistem koordinat lokal yaitu dalam cakupan daerah tertentu
menggunakan sistem koordinat sendiri. Dengan demikian akan
memungkinkan satu peta lokal dengan peta lokal yang lain
mempunyai koordinat dan sistem penomoran yang sama.
Berdasarkan pasal 79 butir e dan sudah diterangkan pada bab
2.1.2 pemasangan dan pengukuran dua titik dasar teknik orde 4
harus dilaksanakan pada setiap permohonan pengukuran,
apabila belum ada peta dasar teknik. Untuk selanjutnya
petugas ukur harus membuat pembagian lembar peta pada
wilayah desa tersebut. Pembagian lembar dibuat dengan
berpedoman pada batas wilayah administrasi desa.
Apabila tidak ada peta batas administrasi dibuat dengan batas
kira-kira. Kelengkapan detail situasi pada peta tersebut akan
sangat membantu dalam pembuatan lembar peta.
Secara prinsip penomoran peta tetap berpedoman pada nomor
zone dan nomor lembar peta.
3.4.3.2.1 Nomor Zone
Nomor zone hanya terdapat pada sistem koordinat nasional.
Sedangkan pada sistem koordinat lokal nomor zone dapat
digunakan kode desa/ kelurahan.
3.4.3.2.2 Nomor Lembar Peta
Pembagian lembar peta dibuat pada skala 1:2.500 saja
(dengan luas 1.500 x 1.500 m). Catatan: pembagian pada skala
1:10.000 tidak dibuat. Penomoran berpedoman pada nomor
kode desa/ kelurahan, nomor kolom dan baris. Pemberian
koordinat lokal dimulai dari nomor lembar di sebelah ujung
selatan-barat. Apabila sudah tersedia peta dengan koordinat
lokal, maka koordinat peta tersebut dipakai sebagai pedoman.
Penomoran lembar pada peta skala 1:1.000, skala 1:500 dan
skala 1:250, tahap kegiatannya sama dengan sistem nasional.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Keterangan :
Gambar 3-9 Contoh Pembagian Lembar Peta skala 1:2.500 dan skala 1:1.000 pada
Koordinat Lokal
Desa Cempaka
Baru
150
0
1500
4 5 6
7 8 9
1 2 3
30
00
45
00
60
00
3000
4500
6000
01
02
03 04
02
01
03
04 Skala 1:1.000
Skala 1:2.500
Desa Sanansari
Kel. Belimbing
0
Batas Desa/ Kel. Jalan
Batas lembar peta
skala 1:2.500 Titik Dasar Teknik Orde 4
Batas lembar peta skala
1:1.000
Contoh : 07-03.03
07 = kode desa
Cempaka Baru
03 = nomor kolom
03 = nomor baris
5
Batas lembar peta skala
1:1.000 dengan nomor 5,
ditulis 07-03.03-5
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Secara skematis pembuatan lembar peta dapat dilihat pada
diagram berikut.
Gambar 3-10 Diagram Pembuatan Pembagian Lembar Peta dengan Sistem Koordinat
Lokal
Dalam hal ini penentuan batas desa/ kelurahan belum
definitif sehingga penentuan batas dilakukan dengan
perkiraan saja, akan memungkinkan terjadinya kelebihan
lembar peta dari perencanaan yang sudah dibuat. Untuk itu
lembar tersebut ditiadakan dan tidak perlu dilakukan
perubahan nomor lembar peta.
Hasil pengukuran bidang tanah dipetakan pada lembar yang
sudah ada nomor dengan berpedoman pada detail situasi yang
ada.
Permohonan
Pengukuran
Pemasangan dan Pengukuran TDT Orde 4
Pembagian Lembar
Peta skala 1:2.500
Peta Administrasi
Desa/ Kelurahan
Definitip atau Perkiraan
Peta Pendaftaran
Peta dengan
Koordinat Lokal
CEK
TIDAK ADA
Peta Skala 1:1.000
Peta Skala
1:500
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.4 Proses Pemetaan
Apabila ditinjau dari proses pengukuran. data ukuran, pengolahan
data hitungan dan pemetaannya dapat dilakukan dengan cara
manual dan semi dijital dan dijital.
3.4.4.1 Secara Manual
Proses pemetaan secara manual baik metoda terrestrial
ataupun fotogrametrik apabila memenuhi kriteria-kriteia
berikut :
NO
PROSES
KEGIATAN
METODA
TERRESTRIAL FOTOGRAMETRIK
1 Peralatan
Pengukuran
Alat ukur sudut/ jarak,
misalnya T1, T0, Waterpas,
meteran.
Alat ukur sudut/ jarak/ GPS,
misalnya T0, T1, Trimble, Leica,
meteran, EDM
2 Data Ukuran Dicatat di DI 103 Konvensional :
Dicatat di DI 103
GPS Receiver :
Formulir Reconnaisance
Data Pengamatan
Formulir data waterpas
3 Pengolahan Data Manual dengan kalkulator
Dicatat di DI 104
Konvensional :
Manual dengan kalkulator
Dicatat di DI 104
GPS receiver :
Dicatat di DI 101, 101A,
101B, 101C
Formulir hitungan tinggi
Koordinat Hasil Triangulasi
Udara
4 Pemetaan Tracing manual/ kartir
Peta garis
Ploting stereoplotter
Tracing manual
Peta garis/ peta foto
Tabel 3-11 Proses dan Hasil Kegiatan Pemetaan Secara Manual
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.4.2 Secara Semi Dijital
Pada pemetaan semi dijital diperoleh data dijital, yaitu data
pengolahannya. Kriterianya seperti tabel berikut :
NO
PROSES
KEGIATAN
METODA
TERRESTRIAL FOTOGRAMETRIK
1 Peralatan
Pengukuran
Alat ukur sudut/ jarak,
misalnya T0, T1, waterpas,
meteran.
Alat ukur sudut/ jarak/ GPS,
misalnya T0, T1, Trimble, Leica,
waterpas, EDM
2 Data Ukuran Dicatat di DI 103 Konvensional :
Dicatat di DI 103
GPS Receiver :
Formulir Reconnaisance
Data Pengamatan
Formulir data waterpas
3 Pengolahan Data Dihitung menggunakan
software perataan
Data dijital dalam data storage.
Print out koordinat hasil
perataan
Konvensional :
Dihitung menggunakan
software perataan (XY dan
Y)
Print out koordinat hasil
perataan
GPS receiver :
Diproses dengan
softwware perataan
Dicatat di DI 101, 101A,
101B, 101C
Print out koordinat hasil
perataan tinggi
Koordinat Hasil Triangulasi
Udara
Data dijital dalam data storage
4 Pemetaan Tracing manual/ kartir
Plot menggunakan plotter
Peta garis
Ploting stereoplotter
Tracing manual/ plot plotter
Peta garis/ peta foto
Tabel 3-12 Proses dan Hasil Kegiatan Pemetaan Secara Semi Dijital
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.4.3 Secara Dijital
Sesuai dengan kebutuhan untuk updating data dan reproduksi
peta yang dibutuhkan, pemetaan dijital akan diperoleh data
ukuran dan data hasil pengolahan berupa data dijital, baik data
tekstual maupun data grafis (georaphical data).
Kriteria-kriteria pemetaan secara dijital adalah seperi berikut.
NO
PROSES
KEGIATAN
METODA
TERRESTRIAL FOTOGRAMETRIK
1 Peralatan
Pengukuran
Alat ukur sudut/ jarak
elektronik, misalnya Total
Station, EDM
Alat ukur sudut/ jarak/ GPS,
misalnya Total Station, EDM
2 Data Ukuran Data dijital disimpan
dalam bentuk disket
Print out data ukuran
GPS Receiver : Formulir Reconnaisance
Data Pengamatan
3 Pengolahan Data Dihitung menggunakan
software perataan
Data dijital dalam data storage.
Print out koordinat hasil
perataan
GPS Receiver :
Diproses dengan software
perataan
Dicatat di DI 101, 101A,
101B, 101C
Print out koordinat hasil
perataan tinggi
Koordinat Hasil Triangulasi
Udara
Data dijital dalam data storage
4 Pemetaan Plot menggunakan plotter
Peta garis
Ploting stereoplotter
Plot menggunakan plotter
Peta garis/ peta foto
Tabel 3-13 Proses dan Hasil Kegiatan Pemetaan Secara Dijital
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Data Editing, Data Updating dan Reproduksi Peta
Kelebihan pemetaan secara dijital adalah diperolehnya data
dijital sebagai hasil proses pemetaannya selain hardcopy
berupa diapositip, negatip film atau sefia. Data dijital ini
dapat digunakan untuk editing dan updating data (pembaruan data) dan reproduksi peta. Proses pemetaan
dan updating-nya menggunakan CAD software tertentu,
misalnya AutoCad, Microstation, ArcInfo dll.
Diagram 3 – 14 Pembaruan Peta dari Data Dijital
Untuk memudahkan editing dan updating data, masing-
masing data dikelompokkan dalam layer tersendiri. Layer
(lapisan data) disebut juga dengan tema peta, karena berisi
sekelompok geographical feature tertentu, misalnya jalan,
sungai, bangunan dan sebagainya.
Data Ukuran
Dijital
Data Storage
Data Tekstual Graphical Data
Editing/ Updating Data
Reproduksi
Peta
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Untuk keseragaman penggunaan layer supaya mengikuti
aturan sebagai berikut :
No Jenis Kelompok (Kode) No layer Warna
1 Batas Administrasi (ADM) 1 Coklat
2 Batas Bidang (PERSIL) 2 Putih
3 Perairan (AIR) 3 Biru
4 Jalan dan Rel (JLN) 4 Merah
5 Titik Tinggi dan Ketinggian (TOP) 5 Oranye
6 Tugu Titik Dasar Teknik (TDT) 6 Merah
7 Bangunan (BANG) 7 Oranye
8 Text (TEXT) 4 Putih
9 Pemukiman (KP) 8 Putih
10 Tanaman/ perkebunan (POHON) 9 Hijau
Tabel 3-15 Tabel Nomor Layer dan Jenis Kelompok
Gambar 3-16 Susunan Layer dalam Kumpulan Data
Backup Data
Data dijital dalam bentuk softcopy baik berupa data
tekstual maupun graphical data harus dibuat backup data-
nya. Bentuk softcopy dapat berupa disket, CD-Rom,
Magnetic Disk atau media penyimpanan lain (external data storage).
ADM
PERSIL
AIR
JLN
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Apabila ditinjau dari instansi pembuat, peta dasar pandaftaran
dibedakan menjadi peta dari BPN dan peta dari instansi lain.
Peta dari instansi lain yang masih bersistem lokal harus memenuhi
persyaratan dalam hal besar skala, ketelitian peta dan harus
diadakan pengecekan lapangan sesuai dengan pasal 17. Untuk
selanjutnya peta tersebut harus ditransformasikan dalam sistem
nasional.
3.4.5 Material dan Jumlah Pembuatan
Peta Dasar Pendaftaran dibuat pada bahan yang stabil, kuat dan
tahan misalnya drafting film, sepia. . Untuk penggandaanya dapat
dibuat pada drafting film 0.03 atau sepia atau dapat juga pada
kertas diazo/ blue print/ lightdrug. Jumlah penggandaan dibuat
sesuai kebutuhan.
3.4.6 Ukuran dan Format Lembar Peta
Ukuran lembar peta dasar pendaftaran adalah 93 cm x 76 cm
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, 103 cm x 86 cm
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 2.500 dan 83 cm x 66 cm
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000, yang dibatasi garis
penuh dengan ketebalan 0.3 mm dan di dalamnya terdiri atas :
3.4.6.1 Muka peta
Ukuran muka peta adalah 50 cm x 50 cm untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 1000, 60 cm x 60 cm untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000.
3.4.6.2 Bidang gambar
Bagian yang melingkupi muka peta dengan titik pusat sama
dengan titik pusat muka peta dan dibatasi garis penuh dengan
ukuran 70 cm x 70 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :
1000, 80 cm x 80 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :
2.500 dan 60 cm x 60 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1
: 10.000.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.6.3 Informasi tentang Peta
Kotak keterangan ; bagian yang berisi judul, arah utara dan
skala, lokasi, petunjuk lembar, keterangan, legenda, instansi
pembuat serta bagian pengesahan peta dasar pendaftaran
dengan ukuran 15 cm x 70 cm untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 1000, 15 cm x 80 untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 2.500 dan 15 cm x 60 cm untuk peta skala 1 :
10.000. Kotak keterangan dibagi menjadi 8 (delapan) kotak
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000 serta skala 1 :
2.500 dan dibagi menjadi 7 (tujuh) kotak untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 10.000. Jarak antara bidang gambar
dengan kotak keterangan adalah 2 cm, jarak antara bidang
gambar / kotak keterangan terhadap garis tepi (batas tepi)
peta adalah 3 cm. Secara rinci berurutan dari atas ke
bawah, ukuran dan keterangannya adalah sebagai berikut :
Kotak judul, arah utara dan skala dengan ukuran 15 cm x
14 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000 dan
skala 1 : 2.500, sedangkan ukuran 15 cm x 11 cm untuk
peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000. Sedangkan
keterangan yang tertera dalam kotak ini yaitu :
Judul yaitu PETA DASAR PENDAFTARAN ditulis
dengan tinggi huruf Cl.290 dan tebal 1.0 mm dan
jarak dari garis tepi atas ke bagian atas huruf adalah
1.5 cm.
Arah utara ; berupa panah dengan panjang kaki 6 cm,
bagian sayap 4.5 cm untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500 dan panjang kaki 4.5
cm, bagian sayap 3.5 cm untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 10.000, dengan huruf U pada
bagian atasnya dengan ukuran tinggi Cl 120 tebal 0.3
mm, jarak huruf dengan ujung panah 2 mm. Sayap
bagian kiri di buat hitam (massif).
Lebar anak panah dari kedua ujung bawahnya 1.5 cm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Gambar 3-17
Penggambaran Anak Panah Arah Utara dan Skala serta Ukurannya
Skala numeris; berupa tulisan SKALA 1 : 1.000
atau 1 : 2.500 atau 1 : 10.000 menggunakan
ukuran tinggi huruf Cl. 120 dan tebal 0.3 mm. Jarak
huruf bagian atas dengan kaki panah adalah 1.3 cm
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000/ 1 :
2.500 dan 5 mm untuk peta dasar pendaftaran skala
1 : 10.000.
Skala grafis; Skala grafis dibuat berupa tiga garis
horizontal paralel dengan panjang 8 cm, jarak
masing-masing garis 1 mm.
Garis tersebut dibagi atas 5 kolom dimana kolom
pertama dengan ukuran lebar 1 cm dibagi atas 10
vertikal garis dengan jarak 1 mm. Kolom kedua dengan
lebar 2 cm bagian bawah dibuat hitam (massif), kolom
ke tiga dengan lebar 2 cm bagian atas dibuat hitam
(massif), kolom ke empat dengan jarak 2 cm bagian
U
Skala 1:2.500
2mm
4.5 cm
1.5 cm
2mm
3.5 cm
1 cm
skala 1: 10.000 skala 1:1.000 dan 1:2.500
25 0 50 100 150 175 m
2 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
bawah di buat hitam (massif) dan kolom ke lima
berjarak 1 cm bagian atas dibuat (massif).
2 mm diatas garis skala ditulis besaran yang mewakili
panjang masing-masing kolom dengan tinggi angka cl
60 dan tebal 0.2 mm, berurutan sebagai berikut :
10, 0, 20, 40, 60, 70 meter ; untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 1000.
25, 0, 50, 100, 150, 175 meter; untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 2.500
100, 0, 200, 400, 600, 700 meter; untuk peta
dasar pendaftaran skala 1 : 10.000.
Jarak dari skala numeris ke bagian atas angka skala
grafis adalah 1.3 cm untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 1000/ 2.500 dan 1 cm untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 10.000, sedangkan jarak skala
grafis dengan garis batas kotak adalah 1.5 cm untuk
peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000/ 2.500 dan 1
cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000.
Kotak lokasi dengan ukuran 15 cm x 4 cm untuk peta
dasar pendaftaran skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500, skala 1
: 10.000. Keterangan yang ada pada kotak ini yaitu :
Kotak lokasi 15 x 4 cm dibagi atas 4 baris dan dua
kolom dengan lebar 1 cm dan lebar kolom pertama 5.5
cm.
Pada baris pertama dan ke tiga, kolom pertama ditulis
KECAMATAN dan pada kolom kedua ditulis nama
kecamatan nya.
Pada baris ke dua dan ke empat, kolom pertama
ditulis DESA/ KELURAHAN dan pada kolom kedua
ditulis nama desa/ kelurahan nya.
Ukuran garis yang digunakan adalah 0.3 mm dan
ukuran tinggi huruf Cl. 120 dengan tebal 0.3 mm.
Penulisan huruf rata kiri dan center vertikal.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kotak petunjuk lembar peta dan keterangan dengan
ukuran 15 cm x 12 cm untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 1000 skala 1 : 2.500 dan Skala 1 : 10.000.
Adapun keterangan yang ada pada kotak ini adalah :
Tulisan PETUNJUK LEMBAR dengan ukuran tinggi
huruf cl. 140 dan tebal 05 mm. Jarak bagian atas
huruf dengan garis kotak adalah 1 cm.
Diagram yang menunjukkan letak peta terhadap peta
disamping ditunjukan oleh 9 bujur sangkar yang
masing-masing berukuran 2 cm x 2 cm dan tebal garis
0.2 mm.
Bujur sangkar yang terletak di tengah menunjukkan
lembar peta dasar pendaftaran bersangkutan. Bujur
sangkar tersebut dibuat dengan garis lebih tebal
yaitu ukuran 0.5 mm.
Jarak antara kotak diagram dengan tulisan petunjuk
lembar peta adalah 8 mm.
Masing-masing bujur sangkar ditulis nomor lembar sesuai posisinya masing-masing, dimana untuk peta
dasar pendaftaran skala 1 : 1000 dan skala 1 : 2.500
terdiri atas dua baris :
Baris pertama ditulis nomor zone dan lembar
peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000 dengan ukuran tinggi huruf Cl. 80 dan tebal 0.2
mm.
Baris kedua ditulis nomor lembar skala 1 : 2.500 untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 2.500 atau nomor lembar peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000 untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 1000, dengan ukuran tinggi
huruf Cl. 140 dan tebal 0.4 mm.
Untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000
masing-masing bujur sangkar ditulis nomor lembar
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
peta skala 1 : 10.000 sesuai posisinya masing-
masing dengan menggunakan tinggi huruf cl 140
dan tebal 0.4 mm.
Keterangan; Keterangan dimaksudkan untuk
menuliskan informasi yang dianggap penting dalam
proses pembuatan peta dasar pendaftaran.
Judul KETERANGAN dibuat dengan ukuran tinggi
huruf Cl. 100 dan tebal 0.2 mm dan jarak bagian
atas huruf dengan kotak diagram adalah 1 cm atau
1.5 cm.
Isi keterangan dibuat dengan jarak 8 mm dari
judul keterangan dan sebaiknya dibuat/ditulis
dengan jarak 1 spasi dengan menggunakan tinggi
huruf cl 80 dan tebal 0.2 mm.
Kotak legenda dengan ukuran 15 cm x 21 cm untuk peta
dasar pendaftaran skala 1 : 1000, ukuran 15 cm x 31 cm
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 2.500 dan ukuran
15 cm x 16 cm untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :
10.000. Informasi yang muncul dalam kotak ini adalah :
Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA
dengan ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.5
mm.
Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengan garis
kotak legenda adalah 7 mm.
Simbol legenda harus bersifat universal dan mudah
dimengeti oleh pemakai peta.
Ukuran simbol batas administrasi, batas bidang
tanah, bangunan, sungai, saluran, saluran air/parit,
titik dan benda tetap, rel kereta api/ lori dibuat
dengan ketebalan 0.2 mm. Jalan, jalan tanah,
jembatan dibuat dengan ketebalan 0.3 mm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Judul kelompok legenda seperti, BATAS
ADMINISTRASI, BATAS FISIK DAN
BANGUNAN, JALAN, REL DAN JEMBATAN,
PERAIRAN, TITIK DAN BENDA TETAP
LAINNYA, ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl 80
dan tebal 0.3 mm, sedangkan keterangan /teks nya
ditulis dengan tinggi huruf cl 80 dan tebal 0.2 mm.
Simbol legenda untuk peta dasar pendaftaran skala 1
: 1000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000
dilampirkan dibagian akhir tatacara ini
Kotak instansi pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, skala 1 :
2.500 dan skala 1 : 10.000.
Pada kotak ini dicantumkan Logo BPN dan ditulis
BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan ukuran
tinggi huruf Cl. 175 dan tebal 0.6 mm.
Bagian organisasi pembuat ditulis dengan ukuran
tinggi huruf cl 100 dan tebal 0.3 mm yang terdiri dari
:
DEPUTI BIDANG PENGUKURAN DAN
PENDAFTARAN TANAH
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
atau :
KANTOR WILAYAH PROPINSI ………….
BIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN
TANAH
atau :
KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/ KOTAMADYA
…
SEKSI PENGUKURAN PENDAFTARAN TANAH
Kotak Proyek dan tahun anggaran pelaksanaannya dengan
ukuran 15 cm x 2 cm untuk peta dasar pendaftaran skala
1 : 1000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pada kotak ini ditulis “nama Proyek” dengan ukuran
tinggi huruf Cl. 175 dan tebal 0.6 mm, contoh :
PROYEK NASIONAL AGRARIA, atau ;
PROYEK ADMINISTRASI PERTANAHAN
DLL.
Tahun Anggaran Proyek dengan ukuran tinggi huruf Cl
140 dan tebal 0.4 mm, contoh :
TAHUN ANGGARAN 1997/1998
Kotak pengesahan dengan ukuran 15 cm x 12 cm untuk
peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500
dan ukuran 15 cm x 10 cm untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 10.000
1 cm dibawah garis ditulis “Tempat, tanggal, bulan
serta tahun pembuatan” dengan ukuran tinggi huruf
cl 100 dan tebal 0.3 mm.
Baris berikutnya ditulis ;
Tempat, tanggal tahun
Untuk Penggunaannya,
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya..……….
Nama……………………………….
NIP.
Dengan ukuran tinggi huruf cl. 100 dan tebal 0.3 mm.
Kotak Identifikasi Perusahaan pelaksana dengan
ukuran 15 cm x 2 cm untuk peta dasar pendaftaran
skala 1 : 1000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 10.000. Jika
dilaksanakan secara swakelola, tidak perlu diisi
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kotak untuk menuliskan nama perusahaan pelaksana
tanpa mencantumkan logo perusahaan ditulis. Apabila
pelaksanaan secara swakelola maka kotak ini
dikosongkan. Adapan penilisannya adalah sebagai
berikut :
PELAKSANA :
dengan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm
PT PETA DUNIA
dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan tebal 0.5 mm
Pembagian nama-nama pada bagian suatu lembar peta
adalah seperti gambar di bawah.
Gambar 3-18 Format dan Nama Bagian Peta
Contoh format Peta Dasar Pendaftaran dapat dilihat pada lampiran
Petunjuk Teknis ini.
Didalam Batas Lembar Peta
(diluar bidang gambar dan kotak keterangan) :
Pada pojok kiri atas ditulis Propinsi :, bagian tengah
ditulis Kabupaten : atau Kotamadya : sedang pada
bagian kanan atas ditulis Nomor Lembar : dengan tinggi
Kotak keterangan
Lembar peta
Bidang gambar
Muka peta
Ordinat
Absis
Propinsi Kab./Kodya No. Lembar…
Batas Imaginer (tidak digambar)
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
dan tebal huruf Cl. 240 / 1.0 mm dan jarak garis bidang
gambar/ garis keterangan ke huruf tersebut diatas
adalah 0.5 cm.
Disebelah kiri dan bawah bidang gambar ditulis harga
grid koordinat yang berupa nilai ordinat (Y) dan absis
(X). Penulisan nilai absis dan ordinat (X dan Y) adalah
sejajar dengan sumbu X dengan jarak 2mm terhadap
garis bidang gambar. Tinggi dan tebal angka yang
digunakan adalah Cl. 80 / 0,2 mm.
Nilai grid koordinat (absis dan ordinat) yang
dicantumkan hanya nilai grid koordinat pada muka peta;
sehingga pojok-pojok bidang gambar tidak perlu diberi
nilai grid.
Pada bagian kiri dan bagian bawah antara penulisan
angka ordinat dan angka absis dibuat petunjuk letak
bidang tanah (ruit/kotak). Pada bagian kiri dari bawah ke
atas ditulis berturut-turut angka 1 sampai dengan 7
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 1000, angka 1
sampai dengan 8 untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :
2.500, angka 1 sampai dengan 6 untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 10.000, sedangkan pada bagian
bawah dari kiri ke kanan berturut-turut ditulis huruf A
sampai dengan G untuk peta dasar pendaftaran skala 1 :
1000, huruf A sampai dengan H untuk peta dasar
pendaftaran skala 1 : 2.500 dan huruf A sampai dengan F
untuk peta dasar pendaftaran skala 1 : 10.000. Letak
angka di tengah-tengah antara dua garis dan dua angka
ordinat, sedangkan letak huruf di tengah-tengah antara
dua garis dan dua angka absis. Ukuran tinggi huruf dan
angka tersebut adalah cl 175 dan tebal 0.6 mm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Di dalam Bidang Gambar
Di tepi kiri dan kanan dibuatkan tanda grid setiap selang
10 cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal
0.2 mm dan panjang 4 mm.
Di tepi atas dan bawah dibuatkan tanda grid setiap
selang 10 cm berupa garis lurus dari atas ke bawah
dengan tebal 0.2 mm dan panjang 4 mm.
Cara pemberian grid dan ukurannya seperti terlihat pada
gambar di bawah.
Gambar 3-19 Bidang Gambar dan Muka Peta
4 mm
+ + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + +
10cm
110 cm
4 mm
2mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Di dalam Muka Peta
Setiap selang 10 cm dimulai dari tepi kiri ke kanan
dibuatkan tanda grid berupa garis lurus, titik dan garis
lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0.2 mm dan panjang
0,4 mm.
Setiap selang 10 cm dari tepi atas ke bawah dibuatkan
tanda grid berupa garis lurus dengan tebal 0.2 mm dan
panjang 4 mm.
Jarak antara titik dan garis adalah 1 mm.
Detail-detail (titik dasar teknik, sungai, jalan, jembatan,
batas administrasi, bangunan dan bidang tanah)
digambar pada muka peta
Bidang tanah digambar secara penuh (berbentuk poligon)
di dalam muka peta, untuk bidang tanah yang melebihi
batas muka tetap harus digambarkan penuh (berbentuk
poligon).
Dalam hal bidang tanah tetap tidak dapat tercakup
dalam bidang gambar, maka bidang tanah tersebut
digambar terputus (tidak berbentuk poligon) pada muka
peta dan harus diberi tanda khusus () sehingga
memberikan pengertian bidang tanah masih bersambung
dilembar berikutnya.
Jika terdapat bidang-bidang tanah yang detailnya terlalu
kecil untuk digambarkan dengan skala dimaksud, maka
bidang-bidang tanah tersebut harus digambarkan dengan
skala yang lebih besar. Pada bagian yang kosong (karena
di inset)tersebut diberi keterangan Lihat Peta dasar
pendaftaran Nomor ….. dengan ukuran huruf Cl. 100
dan tebal 0.3 mm
3.4.7 Kartografi dan Simbol
Penggambaran/ plotting peta dasar pendaftaran tergantung dari
detail-detail yang akan digambar. Metoda pembuatan peta dasar
pendaftaran dari proses pengukuran titik dasar teknis secara
terrestrial maka semua detail situasi dipetakan.
Adapun-detail yang dipetakan beserta cara penggambarannya
adalah sebagai berikut:
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.7.1 Batas Fisik Bidang
Batas fisik bidang yaitu segala macam pagar atau tidak
berpagar yang mengelilingi sebidang tanah dan dianggap
sebagai batas tetap tanah itu. Semua bidang tanah di plot/
digambar dengan garis penuh warna hitam dengan ketebalan
0.2 mm.
Bidang tanah di plot pada muka peta secara utuh (poligon).
Bidang tanah yang terletak ditepi muka peta, penggambarannya
dapat digambarkan secara utuh (poligon) pada bidang gambar,
selanjutnya tidak perlu digambarkan lagi pada lembar
berikutnya.
Kriteria pemilihan penggambaran (plotting) bidang tanah pada
bidang gambar adalah dari luas bidang tanahnya, jika lebih dari
50 % dapat digambarkan pada muka peta maka sisanya
dilanjutkan penggambarannya pada bidang gambar lembar
tersebut.
Jika luas bidang tanah yang akan digambarkan melebihi bidang
gambar (tetap tidak dapat digambarkan pada satu lembar
peta), maka bidang tanah tersebut digambar hanya pada muka
peta, dan sisanya digambar pada lembar berikutnya.
Penggambaran tidak membentuk poligon dan diberi tanda
khusus ( ) pada masing-masing lembar yang berarti bidang
tanah tersebut masih berlanjut pada lembar disebelahnya.
Batas fisik bidang tanah di lapangan biasanya berupa pagar
atau hanya patok (dari beton, kayu, besi atau pralon). Untuk
membedakan batas tersebut penggambarannya dibedakan
menjadi sebagai berikut:
Batas Persil
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pagar Tembok
PT
diberi tulisan PT singkatan
dari Pagar Tembok
Pagar Besi
diberi tulisan PBS singkatan
dari Pagar Besi
Pagar Kawat
diberi tulisan PK singkatan
dari Pagar Kawat
Pagar Bambu
diberi tulisan PB singkatan
dari Pagar Bambu
Pagar Hidup
diberi tulisan PH singkatan
dari Pagar Hidup
3.4.7.2 Bangunan
Bangunan, yaitu hasil fisik pembangunan buatan manusia yang
berfungsi sebagai hunian/ tempat tinggal dan kegiatan lainnya.
Bangunan ini bisa beratap dan tidak beratap. Penge-plot-an
dengan menggunakan garis penuh warna hitam dan ketebalan
0.2 atau 0.3 mm sesuai ukuran bangunannya.
PBS
PK
PB
PH
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Bangunan Beratap
diberi tulisan B
singkatan dari
Beratap
Bangunan Tidak Beratap
Bangunan Bertingkat
diberi tulisan BT
singkatan dari
Bangunan Bertingkat
3.4.7.3 Batas Administrasi
Batas administrasi, yaitu batas suatu wilayah berdasarkan
wilayah penguasaan administrasi pemerintahan. Berdasarkan
administrasi pemerintahan yang tertinggi dapat dibagi menjadi
batas negara, batas dati I/ propinsi, batas dati II/ kotamadya
atau kabupaten, batas kecamatan dan batas kelurahan/ desa.
Batas-batas tersebut digambar dengan warna hitam dan
dengan simbol dan ukuran sebagai berikut :
B
BT
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Batas Negara
garis vertikal pada tanda
tambah/plus 2 mm
garis horisontal pada tanda
tambah/plus 2 mm
jarak antara tanda tambah 2mm
nama Kabupaten/ Propinsi ditulis
dengan huruf besar tegak dengan
ukuran 120 CL/ 0.4
Batas Propinsi :
garis vertikal pada tanda
tambah/plus 2 mm
garis horisontal pada tanda
tambah/plus 2 mm
garis pada tanda kurang/ minus 2
mm
jarak antar tanda tambah 3mm
nama Propinsi ditulis dengan
huruf besar tegak dengan ukuran
120 CL/ 0.4
Batas Kabupaten/ Kotamadya :
garis pada tanda kurang/ minus
2mm
titik berdiameter 0.4 mm
jarak antar tanda kurang 3 mm
nama Kecamatan ditulis dengan
huruf besar tegak dengan ukuran
100 CL/ 0.3
2 mm 2mm
2mm
2mm
0.4 mm
2 mm 2 mm = 0.4 mm
3 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Batas Kecamatan :
garis pada tanda kurang/ minus 2
mm
titik berdiameter 0.4 mm
jarak antara dua titik 1 mm
jarak antara tanda kurang
disesuaikan
nama Kecamatan ditulis dengan
huruf besar tegak dengan ukuran
100 CL/ 0.3
Batas Desa/Kelurahan :
garis pada tanda kurang/ minus 2
mm
titik berdiameter 0.4 mm
jarak antar tanda kurang
disesuaikan
nama Desa/ Kelurahan ditulis
dengan huruf besar tegak dengan
ukuran 100 CL/ 0.3
3.4.7.4 Unsur-unsur Perairan
Air dan bangunanannya, yaitu berupa sungai, saluran, danau,
rawa, laut dan unsur perairan lainnya. Peenggambaran hanya
pada muka peta saja.
Sungai dengan lebar > 2.5 m.
digambar dengan garis penuh
warna hitam
dicantumkan arah aliran dengan
tanda panah. Besar dan panjang
anak panah disesuaikan dengan
lebar dan panjang sungai.
3mm 1mm
0.4 mm
2mm 1 mm
0.4 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
nama sungai, jika ada,
dicantumkan di antara kedua
baris sungai dengan ukuran
antara 50 cl s/d 100 cl
(tergantung lebar sungai), warna
hitam, posisi huruf miring 45,
dengan huruf besar pada kata
pertama dan selanjutnya huruf
kecil. Jika nama sungai tidak
cukup dapat ditulis di sebelah luar
sisi sungai.
Saluran, terusan dengan lebar > 2.5 m.
Saluran atau terusan adalah unsur perairan buatan manusia.
digambar dengan garis
penuh warna hitam.
anak panah, nama saluran
dan cara penggambaran
sama dengan sungai
Saluran, selokan dengan lebar < 2.5 m.
Saluran biasanya terdapat pada daerah persawahan atau
perkebunan.
digambar garis putus-putus
dengan warna hitam dan tebal
garis 0.1 mm
pada tempat-tempat tertentu
diberi arah aliran berupa anak
panah. Panjang anak panah 5 mm.
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
s
s
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
panjang garis 5mm jarak antar garis 2mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
daerah persawahan yang
berbatasan dengan bukan
persawahan, saluran menjadi garis
penuh dengan format ukuran yang
sama dengan di atas.
Selokan biasanya terdapat pada daerah pemukiman.
penggambaran
lihat
penggambaran
saluran
Garis pantai/ batas darat dan laut/ danau
penggambaran garis
penuh warna hitam
dengan ketebalan 0.3
mm
nama laut/ danau ditulis
miring / italic 45
dengan ukuran 120 cl
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
s
s
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
Garis putus-putus
Garis penuh
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
daratan di pantai
berupa pasir digambar
dengan titik-titik
Rawa
Rawa biasanya arealnya lebih sempit daripada rawa.
penggambaran garis penuh warna
hitam dengan tebal garis 0.2 mm
nama rawa, jika ada, ditulis miring
45 dengan ukuran antara 50 –
100 cl (disesuaikan).
penempatan simbol terwakili
untuk areal yang luas.
Tambak
Penggambaran tambak diberi tanda Tb dengan penulisan di
beberapa tempak yang mewakili seluruh areal pertambakan.
Tinggi huruf 60cl.
Galian
Suatu areal yang cukup luas yang digali/ diturunkan
permukaannya untuk suatu maksud tertentu. Biasanya tanah
galian ini mempunyai perbedaan tinggi yang ekstrim/ patah
dengan daerah sekitarnya.
Penggambaran garis penuh warna hitam
dengan ketebalan 0.2 mm
Beda tinggi ditulis dengan ukuran 60 cl
2.5
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.7.5 Bangunan-bangunan Penudukung pada Unsur Perairan.
Bangunan pembagi air/ Dam
Bangunan ini biasanya dijumpai pada saluran irigasi.
penggambaran garis penuh
warna hitam dengan tebal
garis 0.3 mm
tanda anak panah disesuaikan
Jembatan
Jembatan yang dibangun di atas sungai atau saluran yang
mempunyai lebar > 2.5 m, digambar sesuai dengan bentuk
bangunan.
jembatan batu/ beton
penggambaran garis penuh
warna hitam dengan
ketabalan garis 0.2 mm –
0.4 mm (disesuaikan satu
tingkat di atas garis jalan)
lebar jembatan antara 2 –
6mm disesuaikan dengan
panjang jembatan atau
lebar sungai/ saluran.
jembatan besi
penggambaran dan format
ukuran lihat pada jembatan
batu/ beton
3 mm
2 mm
2 mm
45
3 mm
6 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
jembatan kayu
penggambaran dan format
ukuran lihat pada jembatan
batu/ beton
3.4.7.6 Jalan
Jalan diperkeras (aspal, beton, batu)
Jalan diperkeras dengan lebar > 2.5 m
penggambaran garis penuh
warna hitam dengan
ketebalan 0.3 mm dan tinggi
huruf disesuaikan dengan
lebar jalan yaitu antara 60 cl
– 100cl
penulisan dengan nama
lengkap dan jelas dengan
huruf pertama huruf besar
dan selanjutnya huruf kecil
penulisan diatur spasinya dan
arah penulisan jangan
terbalik
Jalan diperkeras dan di kiri kanan terdapat selokan
dengan lebar selokan < 2.5 m
penggambaran sama
dengan di atas
selokan diberi tanah
panah aliran seperti pada
saluran di persawahan
2 mm
Jl. Kartini
Jl. Kartini
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Jalan diperkeras dan di kiri kanan terdapat trotoar dan
selokan yang lebar keduanya < 2.5 m
penggambaran sama
dengan di atas
penggambaran trotoar
dengan menyesuaikan
lebar jalan
Jalan layang
penggambaran garis
putus-putus warna hitam
ketebalan 0.3 mm
panjang satu strip 2mm
bagian dalam diberi warna
merah muda
Jalan bawah tanah/ terowongan
penggambaran garis
putus-putus dengan
ketebalan 0.3 mm warna
hitam
panjang strip 2 mm
bagian dalam diberi warna
merah coklat
Jalan tanah
Jalan tanah dengan lebar > 2.5 m
penggambaran garis putus-
putus warna hitam dengan
ketebalan 0.3 mm
panjang satu strip 2mm dan
jarak antar strip 1 mm.
Jalan setapak di pemukiman, gang atau lorong dengan
lebar <2.5 m
Jl. Kartini
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
penggambaran garis putus-
putus warna hitam dengan
ketebalan 0.2 mm
nama gang atau lorong, jika
ada, dicantumkan dengan
ketinggian huruf disesaikan
dengan lebar gang/ lorong (
60 cl)
Jalan setapak di sawah, ladang, perkebunan dengan lebar
< 2.5 m
penggambaran dengan garis
putus-putus warna hitam
dengan ketebalan 0.3 mm
format ukuran strip sama
dengan butir 5.5.2.1.
3.4.7.7 Rel
Rel kereta api
penggambaran garis penuh
dengan ketebalan 0.1 mm
warna hitam
dicantumkan arah lintasnya
dengan ketinggian huruf 60 cl. Untuk rel kereta api layang/ bawah
tanah diberi warna merah
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
s
s
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
s
P
E
T
A
D
A
S
A
R
P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
1.
Gang Rambutan
Lorong Badak
1mm 5 mm 5mm
ke Jakarta ke Tegal
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Rel lori/ kereta kebun
penggambaran garis penuh
dengan warna hitam dan
ketebalan 0.3 mm
Perbatasan dengan rel
Batas pagar
penggambaran garis penuh
dengan ukuran sama dengan
butir 5.6.1 (untuk rel) dan
butir 5.1 (untuk bidangnya).
Tidak berpagar
penggambaran garis putus-
putus dengan warna hitam
dengan ukuran rel sama
dengan butir 5.6.1.
panjang strip 10 mm dan
jarak antar strip 2 mm
Batas tanggul
penggambaran garis penuh
dengan warna hitam dengan
ukuran rel sama dengan butir
5.6.1.
S Ld
2 mm 1 mm 4 mm
5 mm 3 mm
1mm 5 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Diantara dua tebing
penggambaran garis penuh
dengan warna hitam dan
ukuran sama dengan butir
5.6.3.3.
3.4.7.8 Bangunan-bangunan Penting
Penggambaran bangunan dan batas bidang tanahnya sama
sengan di atas. Sedangkan penulisan nama-nama instansi/
kantor menggunakan huruf tegak semuanya dengan ketinggian
disesuaikan dengan luas bangunan yaitu antara 60 cl – 100 cl.
KANTOR PENERANGAN
3.4.7.9 Titik-titik Tetap
Tugu Titik Dasar Teknik
Cara penggambaran, ukuran dan format dapat dilihat pada
lampiran 3.
Tugu-tugu lain
penggambaran garis penuh
dengan warna hitam
penulisan identitas tugu
seperti contoh menggunakan
huruf dengan ketinggian 60 cl
jika ada nomor tugu supaya
ditulis lengkap.
PBB/ PU
3 mm 1 mm
Km 42 Sby –Mlg.
TTG
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.7.10 Perkebunan, Tegalan dan Persawahan
Sawah, hanya diberi tanda s (huruf kecil). Penulisannya pada
bidang-bidang mewakili seluruh areal persawahan. Tinggi
huruf 60 cl
Ladang/ Tegalan, sama dengan sawah diberi tanda Ld. Cara
penulisan sama dengan sawah .
Perkebunan, penggambaran dalam satu simbol terdiri dari 3
gambar. Dalam areal perkebunan cukup digambar pada
beberapa tempat yang mewakili seluruh areal perkebunan
Kelapa
jarak antar satu
gambar dengan
gambar yang lain
disesuikan.
Kelapa sawit
jarak antar satu
gambar dengan
gambar yang lain
disesuaikan.
45 2 mm 2 mm 1.5 mm
45 2 mm 4 mm 1.5 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Sagu
jarak antar satu
gambar dengan
gambar yang lain
disesuaikan.
Karet
jarak antar satu
gambar dengan
gambar yang lain
disesuaikan.
Tebu
jarak antar satu
gambar dengan
gambar yang lain
disesuaikan.
45, 2 mm 4 mm 1.5 mm
sama sisi = 3 mm 2 mm 1.5 mm
45 2 mm 4 mm 1.5 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Cengkeh
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
Kina
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
Kopi
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
45 = 4 mm
a
= 2mm
4 mm
2 mm 2 mm 1.5 mm
45 = 2 mm
sama sisi = 3 mm 2 mm 1.5 mm
45 = 2 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Coklat
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
Tembakau
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
Lada
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
= 1 mm 3 mm 1.5 mm
45 2 mm 4 mm 1.5 mm
= 1 mm 2 mm 1.5 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Teh
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
Jati
jarak antar satu
gambar dengan gambar
lain disesuaikan
Pinus
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
4 mm 1.5 mm
= 2mm
sama sisi = 3 mm 2 mm 1.5 mm
45 = 2 mm
= 2 mm 4 mm 1.5 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Alang-alang
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
Belukar
jarak antar satu
gambar dengan gambar
lain disesuaikan
Hutan
jarak antar satu
gambar dengan
gambar lain
disesuaikan
= 2 mm 2 mm 1.5 mm
= 2 mm 2 mm 1.5 mm
4 mm 45 2 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3.4.7.11 Bangunan Transmisi
Penggambaran dengan ketetebalan 0.2 mm warna hitam
Tiang listrik
jarak antar simbol 5
mm
Tiang telepon
jarak antar simbol 5
mm
Menara transmisi
Pipa
1 mm
1.5 mm TL
1 mm
5 mm
1.5 mm
1 mm
1.5 mm TT
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 4
PEMETAAN INDEKS GRAFIS
Pemetaan Indeks Grafis (GIM – Geographical Index Mapping) adalah
penyusunan informasi mengenai bidang-bidang tanah yang telah terdaftar
untuk memberikan sebagai data pendukung bagi kegiatan administrasi
pertanahan.
Informasi mengenai bidang tanah yang terdaftar akan dinyatakan dalam 2
(dua) produk yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu ; Daftar
Tanah dan Peta Indeks Grafis yang dituangkan dalam Peta Pendaftaran.
Daftar Tanah adalah daftar yang memuat informasi tentang bidang-bidang
tanah yang telah terdaftar di dalam suatu desa/kelurahan (Daftar Tanah)
atau kabupaten / kotamadya (Daftar Tanah Negara). Dalam daftar tanah
dibukukan semua bidang tanah, baik yang dikuasai oleh perorangan, badan
hukum maupun pemerintah dengan sesuatu hak maupun tanah negara yang
terletak di desa yang bersangkutan (pasal 146).
Daftar Tanah terdiri dari 2 (dua) buah yaitu ; DI 203 (lampiran 48) dan DI
203 A (lampiran 49).
DI 203 (lampiran 48) terdiri dari 11 (sebelas) kolom, dan diisi dengan
ketentuan sebagai berikut ;
a. Kolom 1 diisi dengan dengan Nomor Identifikasi Bidang (NIB). NIB
diberikan dengan melanjutkan nomor bidang terakhir yang terdaftar pada
desa atau kelurahan tersebut.
b. Kolom 2 diisi dengan luas bidang tanah yang bersangkutan dan dinyatakan
dalam meter persegi.
c. Kolom 3 diisi dengan nomor lembar peta pendaftaran dimana bidang tanah
tersebut berada.
d. Kolom 4 diisi dengan nomor kotak lembar peta pendaftaran dimana bidang
tanah tersebut berada.
e. Kolom 5 diisi dengan NIB bidang yang lama apabila bidang tanah tersebut
adalah bidang baru yang diakibatkan perubahan data fisik.
f. Kolom 6 diisi dengan jenis dan nomor hak dari bidang tanah yang
bersangkutan.
g. Kolom 7 diisi dengan status bidang tanah dan nomor haknya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
h. Kolom 8 diisi untuk mencatat bidang tanah dengan status tanah negara.
i. Kolom 9 diisi dengan tanggal penerbitan surat ukur dari bidang tanah yang
bersangkutan.
j. Kolom 10 diisi dengan nomor gambar ukur dari bidang tanah yang
bersangkutan.
k. Kolom 11 diisi dengan keterangan perubahan yang terjadi pada bidang
tanah yang bersangkutan, misalnya ; pemisahan, penggabungan, perubahan
status bidang tanah dan lain-lain.
DI 203A (lampiran 49) terdiri dari 11 (sebelas) kolom, dan diisi dengan
ketentuan sebagai berikut ;
a. Kolom 1 diisi dengan nomor urut.
b. Kolom 2 diisi dengan dengan Nomor Indentifikasi Bidang (NIB). NIB
diberikan dengan melanjutkan nomor bidang terakhir yang terdaftar pada
desa atau kelurahan tersebut.
c. Kolom 3 diisi dengan luas bidang tanah yang bersangkutan dan dinyatakan
dalam meter persegi.
d. Kolom 4 diisi dengan nomor lembar peta pendaftaran dimana bidang tanah
tersebut berada.
e. Kolom 5 diisi dengan nomor kotak lembar peta pendaftaran dimana bidang
tanah tersebut berada.
f. Kolom 6 diisi dengan letak desa/kelurahan dimana bidang tanah tersebut
berada.
g. Kolom 7 diisi dengan letak kecamatan dimana bidang tanah tersebut
berada.
h. Kolom 8 diisi dengan yang menguasai bidang tanah tersebut.
i. Kolom 9 diisi dengan P bila bidang tanah tersebut adalah bidang tanah
pertanian dan diisi dengan ---- bila bidang tanah tersebut adalah bidang
tanah non pertanian.
j. Kolom 10 diisi dengan NP bila bidang tanah tersebut adalah bidang tanah
non pertanian dan diisi dengan ---- bila bidang tanah tersebut adalah
bidang tanah pertanian.
l. Kolom 11 diisi dengan keterangan perubahan yang terjadi pada bidang
tanah yang bersangkutan, misalnya ; pemisahan, penggabungan, perubahan
status bidang tanah dan lain-lain.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Peta Indeks Grafis adalah peta yang memuat bidang-bidang tanah yang sudah
terdaftar haknya dan bidang-bidang tanah tersebut belum dipetakan pada
peta pendaftaran. Secara skematis, diagram alir pelaksanaan Pemetaan
Indeks Grafis dapat dilihat pada Gambar 4-1.
BPN Instansi
Lain
Data
Daftar Peta
Pengumpulan Data
Analisa
Pemetaan
Pemetaan
Daftar Peta
Pendaftaran
YA
TIDAK Identifikasi
Lapangan
Daftar
Gambar 4 –1 Pemetaan Indeks Grafis
YA
TIDAK
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan data fisik dari bidang-bidang tanah yang telah
terdaftar. Dokumen-dokumen yang diperlukan adalah ;
a. Dokumen yang tersedia di Kantor Pertanahan
Salinan Daftar Tanah / Daftar Tanah Negara (DI 203 atau DI
203 A).
Salinan Surat Ukur (DI 207), Gambar Situasi dan Gambar Ukur
(DI 107).
Salinan peta-peta yang memuat lokasi bidang tanah yang dimaksud
pada Daftar Tanah. Misalnya ; peta PP 10, peta kawasan
pengembangan (real estate) dan lain-lain.
Salinan peta dasar pendaftaran yang akan dijadikan dasar
pembuatan peta indeks grafis.
b. Dokumen yang tersedia pada instansi lain.
Salinan peta atau daftar yang dimiliki oleh PBB.
Salinan peta atau keterangan yang diperoleh dari Lurah atau Kepala
Desa.
4.2 Analisa Data
Setiap bidang tanah yang telah tercatat dalam Daftar Tanah diteliti
apakah dapat langsung dipetakan pada salinan lembar peta dasar
pendaftaran / peta pendaftaran yang telah tersedia.
a. Data yang tersedia di Kantor Pertanahan digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi bidang tanah di atas peta dasar pendaftaran
dengan menggunakan salah satu dari data yang tersedia, yaitu ;
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Peta-peta yang ada (peta PP 10, peta kawasan pengembangan dll.)
dimana bidang tanah tersebut mungkin telah dipetakan.
Lokasi dalam kaitannya dengan bidang tanah yang lain seperti
terlihat pada letak bidang tanah tersebut pada SU/GS dan GU.
Lokasi dalam kaitannya dengan bangunan atau benda-benda fisik
lainnya yang memperlihatkan letak bidang tanah tersebut pada
SU/GS/GU atau dengan cara menghubungkan hasil pengukuran
(bangunan atau benda fisik yang dapat diidentifikasi pada peta
dasar pendaftaran).
Lokasi dalam kaitannya dengan jalan besar atau jalan yang
bersebelahan, yang diperlihatkan dan diberi nama pada SU/GS/GU.
Lokasi bidang tanah lainnya yang dicatat pada SU/GS/GU yang
bersebelahan.
Peta foto, blow up atau foto udara (jika tersedia) dapat membantu
identifikasi lokasi bidang tanah karena banyaknya obyek atau detail
yang muncul pada media tersebut.
b. Data yang tersedia di instansi lain digunakan apabila data yang telah
tersedia di Kantor Pertanahan tidak dapat menentukan secara pasti
lokasi bidang tanah tersebut, dengan cara menganalisa data
tersebut ;
Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DKHP), yang memuat nama
wajib pajak, lokasi/alamat wajib pajak, luas objek pajak, rujukan
peta objek pajak.
Data yang didapat dari PBB digunakan untuk mengidentifikasi lokasi
bidang tanah dengan terlebih dahulu mencari nama pemilik yang
terdaftar dan alamat bidang tanah pada daftar wajib pajak. Dari
daftar tersebut, nomor persil PBB dapat ditemukan.
Peta-peta PBB (peta desa dan peta blok).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Peta PBB dibandingkan dengan peta dasar pendaftaran yang
tersedia. Dengan melihat lokasi bidang tanah pada peta PBB dapat
ditentukan lokasi bidang tanah lainnya yang berada di sekitarnya.
Untuk penggunaan data tersebut di atas perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut ;
a. Nama pembayar pajak yang dicatat dalam dokumen PBB dapat
berbeda dengan nama pemegang hak atas tanah yang terdaftar.
b. Objek pajak dapat berbeda dengan bidang tanah yang terdaftar di
Kantor Pertanahan.
c. Batas administrasi desa yang terdapat pada dokumen PBB mungkin
berbeda dengan batas administrasi desa yang tercantum dalam
dokumen di lingkungan Kantor Pertanahan.
d. Walaupun peta-peta PBB ketelitiannya rendah, hubungan antara
bidang tanah dan benda-benda lainnya seperti jalan raya, bangunan
dapat membantu menentukan lokasi bidang tanah yang dicari.
Hasil akhir dari analisa data adalah informasi tentang bidang-bidang
tanah yang dapat dipetakan pada peta dasar pendaftaran dan daftar
bidang tanah yang harus diidentifikasi di lapangan.
4.3 Identifikasi Lapangan
Tujuan identifikasi lapangan adalah untuk mengumpulkan informasi
tambahan di lapangan yang dapat membantu mengidentifikasi lokasi
bidang tanah atas peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran yang
telah tersedia.
Kegiatan identifikasi lapangan dilakukan sebagai berikut ;
Menemui Lurah / Kepala Desa untuk memberitahukan adanya
pekerjaan lapangan yang akan dilakukan.
Menemui Ketua RT/RW dan minta bantuan dalam mengidentifikasi
lokasi bidang tanah.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Menemui pemilik tanah di rumah mereka dan bilamana perlu melihat
dokumen-dokumen yang mereka miliki (sertipikat, SU/GS) dan
memeriksa keberadaan batas fisik di lapangan.
Mengidentifikasi lokasi batas bidang tanah di lapangan dan langsung
memindahkannya ke salinan peta dasar pendaftaran.
Jika dianggap perlu, lakukan pengukuran sederhana dengan untuk
menentukan lokasi bidang tanah terhadap detail situasi yang ada.
Jika hal tersebut di atas tidak memungkinkan untuk dapat menentukan
lokasi bidang tanah, hal ini harus dicatat dalam kolom 11 DI 203 atau
DI.203 A.
4.4 Pemetaan
Bidang tanah yang dapat diidentifikasi dipetakan dan diberi NIB pada
peta dasar pendaftaran (bila bidang tanah tersebut belum mempunyai
lembar peta pendaftaran) atau peta pendaftaran (bila bidang tanah
tersebut telah mempunyai lembar peta pendaftaran). Selain itu
pemberian NIB juga dilakukan pada Surat Ukur dan Buku Tanah dengan
cara menuliskan NIB di kolom a pada Surat Ukur dan halaman 2 ruang b
Buku Tanah.
Apabila bidang tanah telah ditentukan lokasinya berdasarkan dokumen-
dokumen yang ada atau berdasarkan hasil identifikasi lapangan, bidang
tanah tersebut dipetakan berdasarkan data ukuran yang terdapat pada
Gambar Ukur. Tatacara pemetaan bidang tanah pada peta dasar
pendaftaran / peta pendaftaran dilakukan sesuai dengan Bab 7.
4.5 Pemeliharaan
Pada dasarnya pembuatan Daftar Tanah dan Peta Pendaftaran yang
dihasilkan oleh Pemetaan Indeks Grafis dilakukan dalam rangka
penyelenggaraan tata usaha pendaftaran tanah.
Kantor Pertanahan berkewajiban untuk memelihara data tersebut dan
memperbaharui peta dan daftar bila terjadi perubahan data fisik
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
maupun data juridis dan pemberian NIB untuk bidang tanah lainnya akan
mengikuti nomor urut terakhir.
Bila pemetaan indeks grafis telah dilakukan untuk suatu desa/kelurahan,
pelaksanaan pendaftaran tanah sistematik akan berjalan lebih lancar
mengingat seluruh bidang yang telah terdaftar telah didata dengan baik
dan benar.
4.6 Hasil Kegiatan
Setelah lokasi pendaftaran tanah sistematik ditetapkan, Kepala Kantor
Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran yang telah memuat
pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam
bentuk peta indeks grafis (pasal 47).
Pembuatan peta indeks grafis pada pendaftaran tanah sistematik
umumnya akan mengalami kesulitan karena tidak lengkapnya informasi
lokasi yang menerangkan lokasi bidang tanah tersebut untuk
diidentifikasi pada peta dasar pendaftaran. Oleh karena itu, peta indeks
grafis dibuat dengan cara identifikasi batas bidang tanah yang dimaksud
pada DI 203 atau DI 203 A selama pengukuran dan pemetaan pada
pendaftaran tanah sistematik dilangsungkan. Bidang-bidang tanah
tersebut digabung dengan bidang-bidang tanah lainnya yang akan
didaftar pada pendaftaran tanah sistematik dan dipetakan pada peta
pendaftaran.
Pemetaan Indeks Grafis pada pendaftaran tanah sporadik hanya
dilakukan untuk bidang-bidang tanah yang telah terdaftar sebelum
diberlakukannya PP No.24/1997, tetapi belum dipetakan pada peta
pendaftaran. Untuk bidang tanah tersebut harus dipetakan pada peta
pendaftaran (pasal 43).
Dalam hal pendaftaran tanah sistematik, hasil kegiatan Pemetaan
Indeks Grafis adalah daftar tanah (DI 203, DI 203 A) sedangkan dalam
pendaftaran tanah sporadik adalah berupa ; peta pendaftaran, daftar
tanah, (DI 203, DI 203 A), daftar nama (DI 204), daftar Surat Ukur
(DI 311 B) dan daftar hak (DI 312, DI 312 A, DI 312 B, DI 312 C).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Mengingat besarnya jumlah bidang tanah yang belum dipetakan dan
terbatasnya sumber daya yang dimiliki, Kantor Pertanahan secara
bertahap melaksanakan Pemetaan Indeks Grafis pada desa / kelurahan
yang diprioritaskan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Desa / Kelurahan tersebut diprioritaskan untuk pelaksanaan
pendaftaran tanah sistematik.
b. Telah tersedia peta dasar pendaftaran / peta pendaftaran.
c. Jumlah transaksi tanah dan sertipikasi tanah yang cukup tinggi.
d. Pertumbuhan ekonomi tinggi.
e. Luas areal kehutanan seminimal mungkin.
f. Jumlah luas bidang tanah yang terdaftar besar.
Pemasukan data baru dalam daftar dan peta harus melanjutkan dan
mempergunakan data dan peta pendaftaran yang telah tersedia
melalui pemetaan indeks grafis. Pengisian daftar tanah dilakukan
secara berkesinambungan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 5
PENGUKURAN BIDANG TANAH
5.1 PENETAPAN BATAS BIDANG TANAH
Sebelum dilaksanakan pengukuran atas suatu bidang tanah, pemegang hak
atas tanah harus memasang tanda batas pada titik-titik sudut batas serta
harus ada penetapan batasnya terlebih dahulu.
Pengumpul Data Fisik adalah Satgas Pengukuran dan Pemetaan yang bekerja
atas nama Panitia Ajudikasi pada Pendaftaran Tanah Sistematik atau Petugas
Ukur yang bekerja atas nama Kepala Kantor Pertanahan pada Pendaftaran
Tanah Sporadik.
Pengumpul Data Fisik terdiri dari para pegawai BPN atau dapat juga terdiri
dari bukan pegawai BPN.
Penetapan batas tanah dibedakan atas Tanah Hak dan Tanah Negara.
5.1.1. Penetapan Batas Tanah Hak
a. Pengumpul Data Fisik terdiri dari pegawai BPN
1) Prinsip dasar penunjukan batas-batas bidang tanah dan pemasangan
tanda batasnya dilakukan oleh pemegang hak atas tanah atau
kuasanya, dan berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atas
tanah atau kuasanya dari bidang tanah yang berbatasan.
2) Berdasarkan penunjukan batas sebagaimana dijelaskan di atas,
Pengumpul Data Fisik menetapkan batas tersebut yang dituangkan
dalam d.i. 201.
3) Dalam hal pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir
dalam waktu yang ditentukan, Pengumpul Data Fisik berdasarkan
penunjukan pemegang hak atas tanah menetapkan batas sementara
dan dicatat dalam d.i. 201 ruang I.3. (ruang sketsa bidang tanah) dan
pada Gambar Ukurnya.
4) Dalam hal pemegang hak atas tanah dan pemegang hak atas tanah
yang berbatasan tidak bersedia menunjukkan batas atau tidak hadir
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
pada waktu yang telah ditentukan, penetapan batas sementara
dilakukan oleh Pengumpul Data Fisik berdasarkan batas fisik yang
kelihatan, misalnya pagar, pematang dan lain-lain serta penetapan
batas sementara tersebut dicatat pada d.i. 201 ruang I.3. (ruang
sketsa bidang tanah) serta Gambar Ukurnya.
5) Contoh catatan tersebut pada butir 3) dan 4) berbunyi :
“Batas yang ditetapkan sifatnya sementara, disebabkan karena
pemegang hak dan/atau pemegang hak yang berbatasan tidak berada
ditempat atau tidak bersedia menunjukan batas“.
b. Pengumpul Data Fisik Bukan Pegawai BPN.
Prosedur penunjukan dan penetapan batas sama dengan prosedur
sebagaimana diuraikan dalam butir a) di atas, yang berbeda adalah penetapan
batas tidak dilakukan oleh Pengumpul Data Fisik tetapi oleh Satgas
Pengumpul Data Yuridis atas nama Panitia Ajudikasi dan penetapan batas
yang dilakukan oleh Satgas Pengumpul Data Yuridis dituangkan dalam d.i. 201.
5.1.2. Penetapan Batas Tanah Negara
a. Pengumpul Data Fisik terdiri dari pegawai BPN
1) Apabila di lapangan ditemui bidang tanah dengan status hukum
merupakan tanah negara dan bidang tanah sekelilingnya juga tanah
negara, penetapan batasnya dilaksanakan sesuai butir 5.1.1. namun
dengan mempertimbangkan kepentingan umum dan kepentingan
pemerintah dengan memberikan catatan dalam daftar isian 201 ruang
I.3. (ruang sketsa bidang tanah).
Oleh Pengumpul Data Fisik tanpa keharusan penunjukan batas dari
yang menguasai bidang tanah dan yang mengusai bidang tanah yang
berbatasan, ini dicatat dalam daftar isian 201.
2) Dalam hal disekeliling bidang tanah negara yang akan ditetapkan
batasnya, adalah Tanah Hak, sebelum diadakan penetapan batas
diperlukan kesepakatan batas dengan pemegang hak atas tanah
berbatasan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Apabila dalam waktu yang telah ditentukan untuk menentukan batas,
para pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir,
Pengumpul Data Fisik dapat menetapkan batas sementara sesuai
petunjuk pada butir 5.1.1.
a. Pengumpul Data Fisik terdiri bukan pegawai BPN.
Prosedur penunjukan batas dan penetapan batas sama dengan prosedur
sebagaimana diuraikan dalam butir a) di atas, yang berbeda adalah
penetapan batas tidak dilakukan oleh Pengumpul Data Fisik tetapi oleh
“Pengumpul Data Yuridis”.
Hasil penetapan batas dituangkan dalam d.i. 201.
5.1.3. Tanda Batas.
Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila
dianggap perlu oleh petugas yang melaksanakan pengukuran juga pada titik-
titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.
Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh
benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok
atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas.
Bahan, bentuk, ukuran serta kontruksi tanda-tanda batas sesuai pasal 22.
5.1.4. Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB).
Dalam sistem pendaftaran tanah terdapat 2 jenis informasi, yaitu informasi
mengenai letak bidang tanah yang diuraikan dalam peta pendaftaran dan
informasi mengenai hal-hal yang melekat pada bidang tanah tersebut seperti
pemegang hak, penggunaan tanah, apakah ada sengketa di atas tanah
tersebut dan lain sebagainya.
Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan bidang
tanah lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang bersifat unik,
sehingga dengan mudah mencari dan membedakan bidang tanah yang
dimaksud dengan bidang tanah lainnya.
Selain untuk maksud-maksud tersebut diatas, NIB merupakan penghubung
antara Peta Pendaftaran dan daftar lainnya yang ada dalam proses
pendaftaran tanah.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Dalam sistem komputerisasi pendaftaran tanah NIB yang unik diperlukan
sebagai penghubung yang efisien antara data yang diperlukan dan sebagai
akses informasi atas suatu bidang tanah.
Tata Cara Pemberian NIB
Kegiatan pendaftaran tanah sebagian besar dilaksanakan oleh Kantor
Pertanahan. Begitu juga dengan penyimpanan dokumen-dokumen yang ada
kaitannya dengan proses pendaftaran tanah seperti peta pendaftaran tanah,
buku tanah, surat ukur, daftar tanah, dan daftar isian lainnya disimpan di
Kantor Pertanahan.
Oleh karena seluruh informasi yang berkenaan dengan bidang tanah berada di
Kantor Pertanahan maka NIB diberikan berdasarkan Wilayah Administari
Pemerintahan supaya unik dan mudah dalam pencarian.
NIB diberikan terhadap bidang tanah pada pendaftaran tanah Sistematik
maupun pendaftaran tanah Sporadik setelah batas-batas tanah tersebut
ditetapkan dan dicantumkan dalam daftar isian 201.
NIB dialokasikan dan diberikan kepada Petugas Penetapan Batas sebelum
berangkat ke lapangan
NIB terdiri dari 13 digit, cara penulisannya sebagai berikut :
* 2 digit pertama : 1-99 adalah kode Propinsi
* 2 digit kedua : 1-99 adalah kode Kabupaten/Kotamadya
* 2 digit ketiga : 1-99 adalah kode Kecamatan
* 2 digit keempat : 1-99 adalah kode Desa/Kelurahan
* 5 digit terakhir : 1-99999 adalah Nomor Bidang Tanah
Contoh :
Bidang tanah nomor 102 terletak di Kelurahan Duri Kelapa, NIBya sebagai
berikut :
09.03.05.02.00102
09 = kode Propinsi DKI Jakarta
03 = kode Kotamadya Jakarta Barat
05 = kode Kecamatan Kebon Jeruk
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
02 = kode Kelurahan Duri Kelapa
00102 = Nomor Bidang Tanah
Nomor Bidang Tanah adalah nomor yang berurutan per-Desa/Kelurahan
diberikan sesuai dengan urutan; penyelesaian penetapan batasnya pada
pendaftaran tanah sporadik atau dapat dialokasikan pada pendaftaran tanah
sistematik asalkan tidak ada NIB ganda atau NIB kosong.
5.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN BIDANG TANAH
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan ; letak geografis,
bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah untuk lampiran sertifikat,
pembuatan peta pendaftaran dan selain itu untuk mendapatkan data ukuran
bidang tanah sebagai unsur rekontruksi batas apabila karena sesuatu hal
batas-batas bidang tanah tersebut hilang, dapat direkontruksi kembali pada
posisi semula sesuai batas yang telah ditetapkan.
5.2.1 METODA PENGUKURAN
Pengukuran bidang tanah dapat dilaksanakan dengan cara terrestrial,
fotogrametrik, atau metoda lainnya.
5.2.1.1. Terrestrial.
Pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial untuk pendaftaran tanah
sistimatik maupun sporadik adalah pengukuran secara langsung dilapangan
dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan jarak.
Pada prinsipnya yang dimaksudkan disini adalah sudut dan jarak pada bidang
datar, jadi apabila ada hal-hal akibat dari keadaan lapangan yang akan
mempengaruhi pelaksanaan untuk mendapatkan ukuran dalam bidang datar,
dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilan data yang benar.
Alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran bidang tanah
cara terrestrial adalah :
- Untuk pengukuran sudut digunakan alat ukur dengan ketelitian bacaan
minimal 20” misal sejenis Theodolit WILD-T0.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
- Untuk pengukuran jarak digunakan : - EDM
- Pita ukur baja.
- Alat bantu untuk membuat garis siku-siku yaitu prisma.
- Alat bantu menunjukan tanda batas yaitu jalon.
- Formulir Gambar Ukur.
- Formulir pengukuran, alat tulis dan lain sebagainya.
Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial dapat
dilakukan dengan beberapa metoda pengukuran, tergantung dari metoda mana
yang paling praktis digunakan dikaitkan dengan keadaan lapangan yang
dihadapi dan juga keperluan data ukur yang harus diperoleh.
Metoda pengukuran terrestris terdiri dari :
* Metoda offset.
Alat utama yang digunakan pada metoda offset adalah pita/rantai ukur dan
alat bantu lain untuk membuat sudut siku-siku serta jalon.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk pengukuran titik-titik detail
dengan cara offset, yaitu :
** Metoda Siku-siku (Garis Tegak
Lurus)
Pada Metoda ini setiap titik detail
diproyeksikan siku-siku terhadap
garis ukur (yang menghubungkan dua
titik kerangka dasar), kemudian
diukur jarak-jaraknya. Garis-garis
aa’, bb’,cc’ dan dd’ adalah garis tegak
lurus pada garis ukur AB. Dengan
mengukur jarak-jarak Aa’, a’d’, d’b’,
b’c’, c’B, aa’, dd’, bb’dan cc’, posisi titik-titik a, b, c dan d secara relatif
dapat ditentukan/ digambarkan.
** Metoda Mengikat (Interpolasi)
Berbeda dengan cara siku-siku, pada metoda ini titik-titik detail diikat
dengan garis lurus pada garis ukur. Pengukuran dengan metoda ini dapat
dibagi atas dua cara yaitu dengan cara pengikatan pada sembarang titik
dan cara perpanjangan sisi.
A B
d
ca
b
a’ b’ c’d’
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
*** Cara Mengikat Pada Titik Sembarang.
Tentukan sembarang pada garis ukur AB titik-titik a’, a”, b’, b”, c’,
c” (usahakan agar segitiga-segitiga a’a”a, b’b”b, c’c”c merupakan
segitiga sama sisi atau sama kaki). Dengan mengukur jarak-jakak
Aa’, Aa”, Ab’, Ab”, Ac’, Ac”, Bc”, Bc’, Bb”,Bb’, Ba”, Ba’ dan a’a, a”a,
b’b, b”b, c’c, c”c; maka posisi titik-titik a, b, c dapat ditentukan/
digambarkan.
*** Cara Perpanjangan Sisi
Cara yang lebih sederhana bila dilakukan dengan menarik garis
lurus (perpanjangan) dari detail-detail sampai memotong garis
ukur AB.
- Garis da, ab, cb dan dc
diperpanjang sehingga
memo- tong garis AB
pada titik a’, b’, c’dan
d’.
- Ukur jarak-jarak : Aa’,
Ab’, Ac’, Ad’, Bd’, Bc’,
Bb’, Ba’ dan a’a, ad, b’b,
bc, c’b, ba, d’c, cd.
- Dari ukuran jarak-jarak tersebut diatas titik-titik a, b, c, dapat
ditentukan/ digambar.
A B
d
ca
b
a’ b’ c’ c”a” b”
A B
d
ca
b
a’ b’ c’ d’
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
*** Cara Trilaterasi Sederhana
Cara trilaterasi sederhana pada prinsipnya mengikatkan titik-titik
detail dari dua titik tetap sehingga bidang tanah dapat digambarkan
dengan baik dan benar.
Pada gambar dibawah ini,
jarak yang diukur adalah
jarak-jarak Aa, Ab, Ac, Ad;
Ba, Bb, Bc, Bd. Dengan
demikian titil a, b, c dan d
dapat digambarkan.
* Metoda Polar
Cara ini merupakan cara yang banyak digunakan dalam praktek, terutama
untuk pengukuran bidang/ detail-detail yang cukup luas dan tidak
beraturan bentuknya. Cara pengukuran ini dapat dilakukan dengan
menggunakan theodolit kompas atau theodolit repetisi/ reiterasi.
Sesuai dengan alat yang digunakan untuk menentukan letak titik-titik
dengan metoda polar dapat dilakukan dengan cara :
** Dengan unsur azimuth dan jarak
- Pengukuran azimuth titik-titik detail dilakukan dari titik dasar teknik
yang telah diketahui
koordinatnya.
- Pengukuran jarak mendatar
dilakukan dengan
A B
d
c
a
b
A B
d
c
a
b
U U
ef
g
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
menggunakan pita ukur atau EDM.
- Untuk mendapatkan ukuran lebih perlu diukur sisi-sisi ab, bc, cd, de,
ef, fg, ga dan diagonal af, ac, ce dan df.
** Dengan unsur sudut dan jarak
- Sama dengan cara pengukuran diatas, pengukuran sudut titik-titik
detail dilakukan dari titik dasar teknik yang telah diketahui
koordinatnya ke titik-titik detail a, b, c, d, e, f.
- Pengukuran jarak datar dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau
EDM dari titik tempat berdiri alat ke titik-titik detail.
- Pengukuran lebih dilakukan pada setiap sisi bidang tanah yaitu ; sisi
ab, bc, cd, de, ef dan fa, pengukuran tambahan untuk menggambarkan
bangunan dapat dikombinasikan dengan pengukuran metoda offset
(metoda siku-siku dan metoda mengikat). Pengukuran diagonal bd
digunakan sebagai kontrol terhadap posisi titik yang diperoleh dari
pengukuran sudut dan jarak.
Jalan gurami
Jala
n B
ande
ng
BPN 02
BPN 01
a
b
c
d
e
f
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
5.2.1.2. Fotogrametrik.
Pengukuran bidang tanah dengan metoda fotogrametrik untuk pendaftaran
tanah sistematik maupun sporadik biasanya dilaksanakan untuk daerah
terbuka (mudah untuk diidentifikasi).
Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk pengukuran bidang tanah yaitu :
- Peta foto skala 1 : 2500 atau skala 1 : 1000.
- Meteran/pita ukur, untuk mengukur sisi-sisi bidang tanah.
- Jarum prik, untuk menandai titik batas bidang tanah pada peta foto.
- Formulir Gambar Ukur
- Alat-alat tulis dan lain sebagainya.
Hasil pemetaan fotogrametrik yang biasanya digunakan dalam survey
lapangan untuk penentuan bidang tanah adalah :
a. Blow up foto udara.
Blow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto udara dengan skala
pendekatan. Blow up foto udara menggambarkan detail keadaan lapangan dari
image citra foto . Blow up foto udara bukan merupakan peta.
Blow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto udara dengan skala
pendekatan.
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan dengan cara terrestris atau plotting
digital sedangkan blow up hanya digunakan sebagai sket bidang tanah dan
untuk mencantumkan data ukuran-ukuran sebagai pelengkap Gambar Ukur.
Ciri-ciri blow up foto udara biasanya belum dilengkapi dengan format peta,
legenda serta simbol-simbol kartografi. Sedangkan yang ada hanya
keterangan tentang saat pemotretan yaitu pada bagian tepinya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh blow up foto udara :
b. Peta Foto
Peta foto adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dari citra foto
dengan skala tertentu. Peta foto sudah melalui proses pemetaan
fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada peta foto sudah benar,
dengan demikian detail-detail yang ada di peta foto dan dapat didentifikasi
dilapangan mempunyai posisi sudah benar di peta.
Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta foto adalah
dengan cara identifikasi batas bidang tanah dan mengukur sisi-sisi bidang
tanah dilapangan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh Peta Foto :
c. Peta Garis
Peta garis adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dengan garis-
garis dan symbol kartografi dengan skala tertentu. Peta garis sudah melalui
proses pemetaan fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada peta garis
sudah benar, maka detail-detail yang ada di peta garis yang dapat
didentifikasi dilapangan berarti posisinya sudah benar di peta.
Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis sebagai
peta dasar pendaftaran adalah dengan mengikatkan terhadap detail-detail
yang mudah diidentifikasi di lapangan dan di peta garis atau dengan cara
mengikatkan terhadap titik dasar teknik terdekat apabila sudah tersedia
sekitar bidang tanah yang diukur.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh peta garis analog :
Contoh peta garis digital :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
5.2.1.3. Metoda Lainnya.
Pengukuran bidang tanah untuk pendaftaran tanah sistimatik maupun
sporadik bisa juga dilaksanakan dengan metoda lainnya selain metoda
terrestrial maupun fotogrametrik, hal tersebut dimungkinkan apabila
teknologi pengukuran dan pemetaan metoda tersebut sudah mencapai
ketelitian pengukuran batas bidang tanah sesuai dengan ketelitian kedua
metoda diatas seperti misalnya; citra satelit, pengukuran GPS dan lain
sebagainya.
Dari ketiga metoda diatas prinsip dasar pengukuran bidang tanah dalam
rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah harus memenuhi kaidah-
kaidah teknis pengukuran dan pemetaan sehingga bidang tanah yang diukur
dapat dipetakan dan dapat diketahui letak dan batasnya di atas peta serta
dapat direkontruksi batas-batasnya di lapangan.
5.2.2. SISTEM KOORDINAT
Sesuai pasal 25 ayat 1 semua pengukuran bidang tanah pada prinsipnya harus
dilaksanakan dalam sistem Koordinat Nasional dengan cara pengikatan
terhadap titik dasar teknik Nasional terdekat sekitar bidang tanah tersebut.
Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila perapatan titik dasar teknik orde 3
atau orde 4 sudah tersedia di sekitar bidang tanah tersebut. Pekerjaan
perapatan titik dasar teknik secara Nasional sedang berlangsung
dilaksanakan, oleh karena itu untuk daerah yang titik-titik dasar tekniknya
belum tersedia maka pelaksanaan pengukuran bidang tanah pada pendaftaran
tanah sistematik maupun seporadik untuk sementara dapat dilaksanakan
dalam sistem koordinat lokal, dimana apabila perapatan titik-titik dasar
teknik pada daerah tersebut sudah tersedia harus ditransformasikan ke
dalam sistim Koordinat Nasional.
Yang harus diperhatikan dalam sistem koordinat adalah :
- Sistim koordinat yang digunakan dalam pengukuran harus sesuai dengan
pemetaannya.
- Keharusan untuk memetakan bidang tanah adalah kedalam peta dasar
pendaftaran yang ada terlebih dahulu walaupun masih dalam sistim
koordinat lokal.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
- Peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik dalam sistim koordinat
nasional adalah kondisi yang ideal pada pengukuran bidang tanah.
- Pertimbangan pemakaian sistem koordinat pada pengukuran bidang tanah
tergantung kepada
Data yang ada Dipakai
1. Tersedia peta dasar pendaftaran Nasional Sistem Koordinat Nasional
Tersedia titik dasar teknik Nasional
2. Tersedia peta dasar pendaftaran Lokal Sistem Koordinat Lokal
Tidak tersedia titik dasar teknik Nasional
3. Tersedia peta dasar pendaftaran Lokal Sistem Koordinat Nasional
Tersedia titik dasar teknik Nasional
4. Tidak tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat Nasional
Tersedia titik dasar teknik Nasional
5. Tidak tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat Lokal
Tidak tersedia titik dasar teknik Nasional
Untuk pemakaian sistem koordinat Nasional maupun Lokal, setiap bidang
tanah yang telah selesai diukur harus segera dipetakan pada peta
pendaftaran baik pada peta pendaftaran dengan lembar peta yang sudah
tersedia karena ada bidang tanah lain yang sudah dipetakan terlebih dahulu
atau lembar peta baru yang dibuat dengan hanya memuat satu bidang tanah
yang baru diukur tersebut.
5.2.3. PENGUKURAN TERRESTRIAL.
Berdasarkan metoda pengukuran terrestril yang telah diuraikan diatas,
pengambilan data ukuran bidang tanah secara terrestrial baik untuk
pendaftaran tanah sporadik maupun sistimatik adalah untuk memperoleh data
ukuran yang dapat membentuk bidang-bidang tanah secara utuh, artinya
setiap bidang tanah dapat dipetakan sesuai bentuk dan ukurannya dilapangan,
tidak diperkenankan memaksakan menggambar bidang tanah dengan suatu
jarak atau arah perkiraan, harus diambil data ukuran lebih sebagai kontrol
hitungan.
Beberapa cara mendapatkan data ukuran terestris untuk menggambarkan
bidang tanah dapat dilakukan sebagai berikut :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
- Dilakukan secara manual; yaitu pengukuran dilaksanakan dengan
menggunakan alat ukur theodolit atau pita ukur, perhitungan koordinat
menggunakan kalkulator secara manual dan penggambarannya menggunakan
mistar, pena, tachen scale dan mistar skala.
- Semi komputerisasi; yaitu pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat
ukur theodolit atau pita ukur, perhitungan koordinat dan penggambarannya
dilakukan dengan bantuan komputer dan sofware.
- Komputerisasi penuh; yaitu pengukuran (pengambiln data), perhitungan
dan penggambaran dilakukan secara otomasi menggunakana komputer (Total
Station).
Dari ketiga cara diatas, dalam pengukuran bidang tanah yang harus tetap
dilaksanakan adalah pembuatan gambar ukurnya dengan sket dan catatan
langsung di lapangan.
Data Recorder
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Tahapan pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran di lapangan.
2. Tentukan sistem koordinat yang akan dipakai sesuai dengan data yang
tersedia.
3. Cari titik dasar teknik terdekat dengan bidang tanah yang tersedia
dilapangan berdasarkan informasi dari peta dasar teknik dan buku tugu
pada daerah tersebut.
4. Tentukan bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya.
5. Cantumkan NIB pada d.i. 201nya.
6. Ukur bidang tanah dengan suatu atau kombinasi dari metoda pengukuran
trrestrial yang paling sesuai dengan peralatan dan keadaan lapangannya
(Misal ; pengukuran bidang tanah sporadik, pengukuran bidang tanah
sistematik, pengukuran HGU dan lain sebagainya)
7. Buatkan gambar ukurnya.
8. Tentukan luas bidang tanahnya.
Contoh pengambilan data yang benar (lihat pada contoh pengisian Gambar
Ukur).
5.2.4. PETA FOTO SEBAGAI PETA DASAR PENDAFTARAN
Pengukuran bidang tanah menggunakan peta foto sebagai peta dasar
pendaftaran dapat dilaksanakan dengan cara identifikasi titik-titik batas
bidang tanah yang sudah ditetapkan di lapangan.
Identifikasi adalah melihat detail dilapangan kemudian menandai detail yang
posisinya sama pada peta foto. Oleh karena itu sangat efektif untuk daerah
terbuka seperti; pesawahan, ladang terbuka dan lain sebagainya.
Semua titik batas bidang tanah yang ditunjukan oleh penunjuk batas ditandai
pada peta foto. Titik-titik batas tersebut dihubungkan dengan garis sehingga
membentuk bidang-bidang tanah yang sesuai dengan keadaan dilapangan.
Pada setiap bidang tanah kemudian diberi nomor bidang tanah sesuai dengan
nomor bidang tanah pada d.i. 201.
Sisi-sisi bidang tanah diukur dilapangan, kemudian angkanya dicantumkan
pada sisi-sisi yang sesuai di peta foto.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Tahapan pengukuran bidang tanah dengan peta foto sebagai peta dasar
pendaftaran dengan cara identifikasi lapangan :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk identifikasi lapangan.
2. Siapkan lembar peta foto yang memuat letak bidang-bidang tanah yang
akan diukur.
3. Tentukan bidang tanah yang akan diukur dan sudah ditetapkan tanda
batasnya dilapangan.
4. Tentukan letaknya di peta foto.
5. Identifikasi setiap tanda batas dilapangan, kemudian tandai dengan jarum
prik di peta foto pada posisi yang sama seteliti mungkin (bukan perkiraan).
6. Hubungkan tanda batas yang bersangkutan dengan tinta merah ukuran 0.1
mm sehingga membentuk bidang tanah sesuai bentuk bidang tanah
sebenarnya di lapangan.
7. Cantumkan Nomor Bidang Tanah (NIB) di peta foto pada tengah-tengah
bidang, sesuai NIB pada daftar isian 201nya.
8. Ukur sisi-sisi bidang tanah dengan meteran.
9. Cantumkan angka jaraknya di peta foto dengan tinta biru pada sisi-sisi
yang sesuai.
10. Isi formulir gambar ukurnya, sedangkan gambar bidang tanahnya adalah
copy peta foto ukuran A4 yang memuat bidang tanah dan atau bidang-
bidang tanah sekitarnya.
11. Demikian seterusnya untuk bidang-bidang tanah lainnya.
12. Tentukan luas bidang tanahnya
Contoh hasil identifikasi lapangan :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Apabila terdapat titik-titik batas yang tidak dapat diidentifikasi misalnya
terhalang atau tertutup pohon sehingga sulit untuk menentukan posisinya
pada peta foto, maka dilakukan pengukuran tambahan (suplesi) dengan cara
mengikatkan pada detail-detail terdekat yang kelihatan sehingga titik batas
tersebut dapat ditentukan di peta.
Contoh :
Titik A dan titik B adalah contoh yang tidak jelas di peta foto ( terhalang)
5.1.5. PETA GARIS SEBAGAI PETA DASAR PENDAFTARAN
Peta garis bisa berupa hasil dari pemetaan; terrestris, fotogrametris atau
metoda lainnya. Pada peta garis ada detail situasi yang dapat diidentifikasi
secara pasti dilapangan seperti; pojok tembok, tiang listrik, perempatan
pematang , pagar dan lain sebagainya.
Titik-titik yang dapat diidentifikasi tersebut dapat dipakai sebagai ikatan
untuk pengukuran bidang tanah dan peta garis dapat dipakai sebagai dasar
untuk pemetaan bidang tanah tersebut.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Apabila sudah tersedia titik dasar teknik nasional sekitar bidang tanah yang
diukur, maka pengukuran bidang tanah tersebut harus diikatkan terhadap
titik dasar teknik nasional.
Tahapan pengukuran bidang tanah dengan peta garis sebagai peta dasar :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.
2. Siapkan copy lembar peta garis yang memuat letak bidang tanah yang akan
diukur untuk dibawa ke lapangan.
3. Tentukan bidang tanah yang akan diukur dan telah ditetapkan tanda
batasnya dilapangan.
4. Tentukan letak perkiraan pada peta garis.
5. Buatkan gambar ukurnya.
6. Ukur bidang tanah tersebut secara terestris.
7. Untuk keperluan pemetaan bidang tanah yang telah diukur, perlu diikatkan
terhadap titik dasar teknik terdekat sekitar bidang tanah atau terhadap
beberapa titik detail yang jelas (minimal 3 titik), tergambar pada peta
garis dan mudah diidentifikasi di lapangan ( perempatan pematang sawah,
ujung trotoar, pojok jembatan dan lain sebagainya )
8. Cantumkan angka-angka ukurnya pada gambar ukur.
9. Gambarkan bidang tanah dan tandai titik-titik yang dipakai sebagai titik
ikat pada copy peta garis.
10. Cantumkan Nomor Bidang (NIB) pada tengah-tengah bidang tanah di peta.
11. Lembar copy peta garis yang dibawa ke lapangan tersebut dipakai sebagai
dasar untuk memetakan bidang tanah pada lembar asli drafting film.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh :
Tahapan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis digital
fotogrametris sebagai peta dasar pendaftaran pada daerah
pesawahan/tambak :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk identifikasi lapangan.
2. Siapkan lembar blow up foto udara yang memuat letak bidang-bidang tanah
yang akan diukur.
3. Tentukan bidang tanah yang akan diukur dan sudah ditetapkan tanda
batasnya dilapangan.
4. Tentukan letaknya pada blow up foto udara.
5. Identifikasi setiap tanda batas dilapangan, kemudian tandai dengan jarum
prik di blow up foto udara pada posisi yang sama seteliti mungkin (bukan
perkiraan).
6. Hubungkan tanda batas yang bersangkutan dengan tinta merah ukuran 0.1
mm sehingga membentuk bidang tanah sesuai bentuk bidang tanah
sebenarnya di lapangan.
7. Cantumkan Nomor Bidang Tanah (NIB) pada blow up foto udara di tengah-
tengah bidang, sesuai NIB pada daftar isian 201nya.
8. Ukur sisi-sisi bidang tanah dengan meteran.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
9. Cantumkan angka jaraknya di blow up foto udara dengan tinta biru pada
sisi-sisi yang sesuai.
10. Isi formulir gambar ukurnya, sedangkan gambar bidang tanahnya adalah
copy blow up foto udara ukuran A4 yang memuat bidang tanah atau bidang-
bidang tanah tersebut yang dilampirkan pada gambar ukur.
11. Demikian seterusnya untuk bidang-bidang tanah lainnya.
12. Pembentukan bidang tanah adalah dengan cara mengedit batas bidang
tanah hasil identifikasi lapangan kedalam peta garis dijital dengan
menghapus atau menambah garis batas bidang tanah.
Contoh peta dasar/peta garis hasil plotting digital :
Contoh hasil identifikasi lapangan pada blow up foto udara :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh pembentukan bidang tanah setelah diedit :
5.2.6. PENGUKURAN SPORADIK TANPA PETA DASAR PENDAFTARAN
Pengukuran bidang tanah secara sporadik kadang-kadang dihadapkan pada
kondisi peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik belum tersedia
dilapangan. Untuk daerah yang tidak tersedia peta dasar pendaftarannya
pelaksanaan pengukuran adalah sebagai berikut :
A. Pengukuran sporadik tanpa peta dasar tetapi terdapat titik dasar
teknik.
Pengukuran bidang tanah secara sporadik di daerah yang tidak tersedia peta
dasar pendaftaran namun terdapat titik dasar teknik nasional dengan jarak
kurang dari 2 (dua) kilometer dari bidang tanah tersebut, diikatkan ke titik
dasar teknik nasional.
Tahapan pelaksanaan :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.
2. Lihat pada peta dasar teknik, dua titik dasar teknik nasional sekitar
bidang tanah yang akan diukur.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
3. Catat nomor tugunya, siapkan buku tugunya untuk dibawa kelapangan.
4. Cari titik-titik dasar teknik tersebut dilapangan.
5. Tentukan jalur poligon dari kedua titik tersebut, sehingga melalui bidang
tanah yang akan diukur dan tentukan dua titik jalur poligon yang berada
sekitar bidang tanah untuk dipasang tugu orde 4 dan dipakai sebagai titik
ikat pengukuran bidang tanah yang termasuk pada lembar peta
bersangkutan, demikian seterusnya.
6. Tetapkan batas bidang tanah dan cantumkan NIBnya
7. Ukur bidang tanah dengan metoda pengukuran bidang tanah yang sesuai.
8. Buatkan gambar ukurnya.
9. Tentukan luas bidang tanahnya
Contoh :
Titik Dasar Teknik Orde 4
Titik Dasar Teknik Orde 3
Jalur Poligon
Garis Ukur
Bidang Tanah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
B. Pengukuran sporadik tanpa peta dasar dan tidak terdapat titik dasar
teknik.
Untuk pengukuran bidang tanah secara sporadik di daerah yang tidak
tersedia peta dasar pendaftaran dan tidak terdapat titik dasar teknik
nasional harus dibuat titik dasar teknik orde 4 lokal di sekitar bidang tanah
yang akan diukur sebanyak 2 (dua) buah atau lebih yang berfungsi sebagai
titik ikat pengukuran bidang tanah dalam sistem koordinat lokal.
Tahapan pelaksanaan :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.
2. Lihat pada peta dasar teknik, dua titik dasar teknik lokal sekitar bidang
tanah yang akan diukur atau dua titik dasar teknik lokal pada desa yang
bersangkutan. Apabila pada desa tersebut sama sekali belum terdapat
titik dasar teknik lokal, maka pada pengukuran bidang tanah sekalian
memasangnya sebagai titik awal koordinat lokal untuk wilayah desa
tersebut.
3. Catat nomor tugunya, siapkan buku tugunya untuk dibawa kelapangan.
4. Cari titik-titik dasar teknik tersebut dilapangan.
5. Ikatkan, apabila bidang tanah dan kedua titik tersebut masih terdapat
dalam lembar peta yang sama.
6. Tentukan jalur poligon apabila bidang tanah, diluar lembar peta yang
memuat titik dasar teknik tersebut. Jalur poligon harus melalui bidang
tanah yang akan diukur dan tentukan dua titik pada jalur poligon yang
berada sekitar bidang tanah untuk dipasang tugu orde 4 dan dipakai
sebagai titik ikat pengukuran bidang tanah yang termasuk pada lembar
peta bersangkutan, demikian seterusnya.
7. Tetapkan batas bidang tanah dan cantumkan NIBnya
8. Ukur bidang tanah dengan metoda pengukuran bidang tanah yang sesuai.
9. Buatkan gambar ukurnya.
10. Tentukan luas bidang tanahnya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh :
5.2.7. PENGEMBALIAN BATAS, PEMISAHAN DAN PENGGABUNGAN.
Pengembalian batas, pemisahan dan penggabungan adalah pengukuran yang
dilaksanakan ke dua atau beberapa kali terhadap bidang tanah tersebut,
olehkarena itu pengukurannya harus berdasarkan data pendaftaran tanah
pertama atau sebelumnya.
Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran tersebut yang terlebih dahulu
harus disiapkan adalah Gambar Ukur data pendaftaran sebelumnya dari
bidang tanah bersangkutan. Data dari Gambar Ukur dapat digunakan untuk
mencari titik-titik ikat yang digunakan pada saat pengukuran serta dengan
ukuran-ukuran yang dicatat pada gambar ukur titik-titik batas bidang tanah
dapat dikembalikan pada posisi sebenarnya dilapangan atau berdasarkan
titik-titik batas tadi dapat dilakukan penambahan ukuran-ukuran baru untuk
pemisahan atau penggabungan suatu bidang tanah.
Tahapan pelaksanaan pengukuran :
1. Siapkan Gambar Ukur data pendaftaran tanah sebelumnya.
2. Cari titik-titik yang dapat digunakan sebagai referensi untuk keperluan
pengukuran tersebut, titik-titik tersebut dilapangan dapat berupa :
Titik Dasar
Teknik Orde 4
Lokal
Jalur Poligon
Garis Ukur
Bidang Tanah
Baru
Bidang Tanah yang
Sudah Dipetakan
Kondisi 1 Kondisi 2
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
- Beberapa titik batas bidang tanah, kalau ada.
- Beberapa titik batas bidang tanah besebelahan yang masih tercatat pada
gambar ukur.
-Titik dasar teknik atau titik-titik lain yang digunakan sebagai titik ikat
pengukuran bidang tanah.
3. Rencanakan pekerjaanya pengukuran yaitu; pengembalian batas, pemisahan
atau penggabungan serta harus disesuaikan dengan titik referensi yang
tersedia.
*Pengembalian titik-titik batas semuanya dapat dilakukan dengan data
dari gambar ukur.
*Pengembalian titik-titik batas sebagian asli dari data gambar ukur,
sebagian dari hitungan sudut atau jarak berdasarkan koordinat yang
dibentuk oleh data ukuran .
*Pengembalian titik-titik batas seluruhnya dari data sudut dan jarak
hasil hitungan atau data koordinat.
4. Siapkan data ukuran-ukuran dari rencana sebagai unsur seting untuk
pengembalian/pengukuran dilapangan dan juga titik-titik referensi yang
digunakan.
5. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran
6. Ukur/kembalikan dimensi ukuran-ukuran pada rencana ke lapangan
7. Pasang tanda batas pada titik-titik batas yang diperlukan.
8. Cantumkan NIB pada d.i. 201
9. Buatkan gambar ukur barunya.
Contoh pengembalian batas dari data Gambar Ukur semuanya :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh pengembalian batas dari data Gambar Ukur dan data hasil hitungan :
Contoh pengembalian batas seluruhnya dari data hitungan :
a,b,c = Jarak-jarak yang didapat dari Gambar Ukur
= Sudut –sudut yang didapat dari Hitungan
= Titik-titik yang ditemukan di lapangan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
5.2.8. PENENTUAN LUAS BIDANG TANAH
Bidang-bidang tanah yang terdapat di permukaan bumi terletak pada daerah
yang bervariasi yaitu daerah datar, daerah miring atau daerah sangat miring.
Sedangkan luas bidang tanah yang dimaksud disini adalah luas bidang tanah
pada bidang proyeksi (bidang datar).
Cara penentuan luas bidang tanah biasanya digunakan cara yang disesuaikan
pada cara pengukurannya. Berdasarkan urutan ketelitian, cara penentuan luas
bidang tanah adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan angka-angka ukur
2. Menggunakan angka-angka koordinat
3. Semi Grafis
4. Grafis
5.2.8.1.Menggunakan Angka-angka Ukur
Ada beberapa kondisi bidang-bidang tanah yang diukur menggunakan pita
ukur diagonalnya dapat diukur secara lengkap sehingga bidang tanah terbagi
menjadi beberapa segi-tiga yang semua sisinya terukur, sehingga luas bidang
tanah adalah jumlah luas segi-tiga yang membentuk bidang tanah tersebut.
Angka jarak sisi-sisi yang digunakan untuk hitungan adalah jarak yang
didapat langsung dari lapangan, tidak diskalakan atau sudah terkoreksi
melalui proses hitungan.
Contoh : Segi empat ABCDE
Sisi AB = a
Sisi BC = b
Sisi AC = c
Sisi CD = d
Sisi AD = e
( a + b + c )
S = ----------------
2
Luas ABC = V s(s – a) (s – b) (s – c)
D
e d
c A
C
a b
B
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Luas ABCD adalah jumlah luas ABC dan ACD.
5.2.8.1.Menggunakan Angka-angka Koordinat
Cara ini digunakan untuk daerah yang dibatasi oleh garis-garis lurus. Angka
koordinat yang digunakan adalah angka koordinat titik-titik sudut batasnya.
Angka tersebut diperoleh dari hasil hitungan koordinat secara polar, poligon,
dan lain sebagainya.
Koordinat yang didapat biasanya sudah terkoreksi dalam proses hitungan.
Rumus umum untuk menentukan luas dari angka koordinat adalah :
L = ½ ( Xn Yn+1 – Xn+1 Yn )
Penjelasan :
L = Luas bidang tanah
N = nomor titik sudut
N+1 = nomor titik berikutnya ( harus tertutup)
5.2.8.3. Semi Grafis
Cara semi grafis adalah cara penentuan luas perpaduan antara angka jarak
langsung dari lapangan dan jarak grafis dari peta sebagai unsur perhitungan
luas.
5
1 4
Y5
3
2
Y1 Y2 Y3 Y4
X1 X5 X2 X3 X4
O
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Cara penentuan ini akan lebih teliti apabila pengukuran jarak-jarak grafisnya
dilakukan secara teliti, dan bisa dipergunakan dalam perhitungan luas bidang
tanah.
L = ½ a . t
Penjelasan :
Sisi yang diukur dilapangan (Contoh : a)
Sisi yang diukur di peta (Contoh : t)
5.2.8.4. Grafis
Cara penentuan ini adalah yang paling kasar, karena seluruh unsur angka
hitungan didapatkan dari hasil pengukuran di peta.
Beberapa cara penentuan luas secara grafis antara lain :
1. Digitasi peta bidang tanah, penentuan luas dengan digitasi prinsipnya
adalah menentukan koordinat titik-titik batas bidang tanah secara grafis
dengan bantuan alat digitizer, kemudian menghitung luasnya sesuai
perhitungan pada butir 5.1.8.2.
Biasanya perhitungan luas dilakukan oleh sofware secara otomasi.
2. Planimeter, penentuan luas dengan bantuan alat planimeter. Prinsip kerja
alat ini adalah menelusuri garis batas bidang tanah sampai tertutup
kemudian angka luas dapat dilihat pada tampilan luas pada alat planimeter.
3. Cara Transformasi yaitu dengan cara merubah bentuk bidang tanah ke
dalam bentuk yang sederhana sehingga luasnya dapat dihitung dengan
5
a
4
1 1 2 t
3
3
2
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
mudah (Contoh : segi-tiga = alas x tinggi, empat persegi = panjang x lebar,
dan lain sebagainya).
4. Dengan mengoverlaykan kertas transparan yang menggambarkan kotak-
kotak garis memanjang dan melintang terhadap peta bidang yang akan
dihitung luasnya. Prinsip perhitungan luasnya adalah menghitung jumlah
kotak yang dicakup oleh bidang tanah, kemudian mengalikan jumlah
tersebut terhadap luas per-kotak .
Catatan :
1. Dari cara pengukuran bidang tanah yang telah diuraikan, bahwa pada
pengukuran bidang tanah apabila tersedia peta dasar pendaftaran berupa
peta foto dapat dilaksanakan dengan cara identifikasi lapangan.
Hasil pengukuran bidang tanah dengan cara identifikasi lapangan adalah
mendapatkan bentuk bidang tanah di peta foto dan angka ukuran sisi-sisi
bidang tanah.
Perhitungan luas bidang tanah dapat dilakukan dengan cara semi grafis sesuai
pada butir 5.2.8.3 berdasarkan bentuk bidang tanah di peta foto, diusahakan
semua angka-angka ukuran sisi-sisi yang didapat langsung dari lapangan
digunakan sebagai unsur hitungan luas.
Atau perhitungan luas dapat dilakukan dengan cara digitasi, selanjutnya dari
bentuk bidang tanah hasil digitasi dikoreksikan panjang sisi-sisinya dengan
panjang sisi-sisi hasil pengukuran di lapangan baru dihitung luasnya.
Pekerjaan ini dilakukan per-bidang tanah khusus untuk perhitungan luas
tetapi bukan untuk pemetaan, karena pemetaan tetap menggunakan data hasil
identifikasi lapangan.
2. Pengukuran bidang tanah dari hasil plotting fotogametri secara digital,
perhitungan luas bidang tanah dapat dilakukan pada pembentukan bidang-
bidang tanah hasil pengukuran.
Dengan bantuan sofware data digital bidang-bidang tanah digital yang
terbentuk dapat dihitung luasnya satu per-satu bidang atau seluruh bidang
tanah dapat sekaligus dihitung luasnya secara otomasi.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
5.3. PEMBUATAN GAMBAR UKUR
5.3.1. Pendahuluan
Gambar ukur pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat data hasil
pengukuran bidang tanah yang berupa jarak, sudut, azimuth maupun gambar
bidang tanah dan situasi sekitarnya.
Selain data-data tersebut diatas juga dicantumkan keterangan-keterangan
lain yang mendukung untuk memudahkan dalam penatausahaan gambar ukur.
Catatan-catatan pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data
rekontruksi batas bidang tanah apabila karena sesuatu hal titik-titik batas
yang ada di lapangan hilang.
Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi
dapat sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu formulir gambar ukur.
Gambar ukur yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini digunakan untuk
keperluan pendaftaran tanah secara sistematik dan sporadik.
5.3.2. Bentuk/Format Gambar Ukur.
1. Gambar ukur menggunakan format kertas standar A4 dengan ketebalan
seperti kartun manila yang disebut d.i. 117B dan penggunaannya tidak
boleh disambung-sambung.
2. Gambar ukur terdiri dua halaman digunakan bolak-balik.
3. Halaman 1 menerangkan mengenai nomor gambar ukur , lokasi bidang
tanah, keterangan pengukuran dan keterangan pembatalan jika ada.
4. Halaman 2 digunakan untuk penggambaran bidang tanah dan simbol-simbol
yang digunakan.
5. Penggunaan foto udara atau peta foto yang merupakan bagian dari gambar
ukur, terdiri dari d.i. 117B, copy peta foto/blow up foto udara pada ukuran
A4.
5.3.3. Cara Pengisian Gambar Ukur.
1. Halaman 1
Gambar Ukur pendaftaran tanah sistematik ( DI 107 ) :
- Tahun , diisi tahun pembuatan gambar ukur
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
- Nomor gambar ukur :
* dicantumkan sama dengan Nomor Identifikasi Bidang
untuk gambar ukur yang memuat beberapa bidang tanah, semua NIB
bidang tanah tersebut ditulis sebagai nomor gambar ukur.
contoh : Nomor : 09.10.11.12.34567 Nomor : 09.10.11.12.3470
Nomor : 09.10.11.12.34568 Nomor : 09.10.11.12.3471
Nomor : 09.10.11.12.34569 Nomor : 09.10.11.12.3472
- LOKASI ( Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/Kotamadya )
diperlukan mengingat pembukuan gambar ukur dibuat untuk setiap desa.
Keterangan ini diisi sesuai dengan lokasi bidang tanah yang diukur berada.
- Nomor Peta Pendaftaran dimaksudkan untuk memudahkan pencarian bidang
tanah yang dimaksud pada gambar ukur dalam sistem koordinat nasional.
Diisi nomor lembar peta pendaftaran sesuai letak lokasi gambar ukur. Jika
bidang-bidang tanah pada gambar ukur menempati beberapa lembar peta
pendaftaran, maka masing-masing nomor lembar peta pendaftaran
dituliskan pada gambar ukur.
- Nomor Foto Udara diisi apabila yang digunakan untuk gambar ukur adalah
blow up foto udara.
- KETERANGAN PENGUKUR
* Nama Pengukur dituliskan untuk masing-masing bidang tanah. Dalam
hal pengukuran dilaksanakan oleh pengukur swasta perlu dicantumkan
badan hukumnya pada kolom nama pengukur. Diperbolehkan mengisi nama
pengukur yang berbeda untuk bidang tanah yang bersebelahan asalkan
masih dalam satu kegiatan/proyek pengukuran.
* Tanggal Pengukuran diisi dengan tanggal pada saat pengukuran.
Diperbolehkan mengisi tanggal yang berbeda untuk bidang tanah yang
bersebelahan asalkan masih dalam satu kegiatan/proyek pengukuran.
* Tanda tangan pengukur.
- KETERANGAN
Diisi untuk bidang tanah dengan NIB (misal; NIB:09.10.11.12.34568)
merupakan bidang tanah yang diukur kembali. Harus dilihat GU yang
lama/baru.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
- SKET LOKASI.
Digambarkan lokasi bidang tanah terhadap situasi yang lebih umum
dikenal disekitar lokasi seperti menggambarkan ; Jalan Utama, Mesjid,
Sungai, Jembatan, Pasar dan lain sebagainya.
Gambar Ukur pendaftaran tanah sporadik ( DI 107 A ) :
- Nomor gambar ukur :
* dicantumkan sama dengan Nomor Identifikasi Bidang
- Tahun , diisi tahun pembuatan gambar ukur
- LOKASI diisi sama seperti pengisian pada DI 107.
- KETERANGAN PEMOHON diisi data-data pemohon dan tanda tangan
pemohon.
- KETERANGAN PENGUKUR diisi sama seperti pengisian pada DI 107.
- PERSETUJUAN BATAS BIDANG TANAH
Pada kolom Nama Tetangga yang Berkepentingan diisi Nama pemilik bidang
tanah yang bersebelahan sesuai letak bidang tanahnya, sebelah ; utara,
selatan, barat atau timur.
Pada kolom Tanda Tangan Persetujuan Tetangga diisi tanda tangan sesuai
dengan kolom namanya.
- SKET LOKASI diisi sama seperti pengisian pada DI 107.
2. Halaman 2
* Halaman ini digunakan untuk penggambaran bidang tanah dan denah lokasi
bidang tanah.
* Pada masing-masing bidang tanah dicantumkan NIB.
* Situasi keliling bidang tanah seperti; jalan, sungai, bidang tanah yang
bersebelahan dan titik ikat (titik dasar teknik) yang digunakan harus
digambarkan.
* Tidak diperkenankan untuk menggambarkan dua atau beberapa bidang
tanah yang letaknya bejauhan (saling terpisah) dalam satu gambar ukur.
* Catatan ukuran lapangan dicantumkan pada gambar ukur seperti ; jarak sisi
bidang tanah, sudut ataupun azimuth.
* Tanda panah arah utara menjelaskan posisi gambar terhadap arah mata
angin dan ditempatkan pada ruang kosong pada bidang gambar.
* Ukuran / ketebalan penulisan angka, paling kecil adalah 1.5 mm / 0.2 mm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Legenda Gambar Ukur :
Penulisan sudut hasil ukuran dicantumkan pada sudut
antara dua arah dengan memberi tanda busur.
Penulisan azimuth suatu ukuran dicantumkan
sepanjang garis ukur tersebut.
Penulisan jarak suatu ukuran dicantumkan sepanjang
garis ukur tersebut.
Angka penutup garis ukur
Angka ke titik utama pada garis ukur
Titik-titik poligon (garis tengah 3 mm)
- - - - - - - Garis-garis poligon (warna merah)
- - - - - - - - - - Garis-garis lainnya (warna merah)
Tanda batas beton (garis tengah 2 mm)
Tanda batas kayu (garis tengah 2 mm)
Tanda batas besi/paralon (garis tengah 2 mm)
pb . Pagar bambu
pk . Pagar kawat
ph . Pagar hidup
pbs . Pagar besi
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
_______________ Galangan
gl
Batas di tengah, tembok milik bersama
Batas tembok satu lapis
Contoh tembuk kepunyaan sebelan utara
Sawah
Sawah kering
Kebun
Bangunan
5.3.4. Tata Cara Penggambaran Gambar Ukur.
- Gambar ukur merupakan catatan asli lapangan tidak dibuat di kantor.
- Gambar ukur dibuat sedemikian rupa sehingga gambar bidang tanah dan
catatannya terbaca dengan jelas pada satu formulir.
- Setiap formulir gambar ukur hanya menerangkan gambar bidang tanah
yang dimuat didalamnya, jadi tidak diperkenankan menyambung-nyambung
beberapa formulir gambar ukur untuk menggambarkan satu bidang tanah
atau beberapa bidang tanah.
- Data ukuran yang dicantumkan pada gambar ukur harus dapat dipakai
sebagai data untuk mengkartir bentuk bidang tanah. Data tersebut juga
harus termasuk beberapa data ukuran lebih yang digunakan sebagai
kontrol.
- Penggambaran bidang tanah dan pencatatan angka ukur harus menggunakan
tinta tidak boleh menggunakan pensil.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
5.3.5. Peta Foto/Blow Up Foto Udara Sebagai Bagian Gambar Ukur.
Pada daerah terbuka sehingga titik batas bidang tanah dapat dengan mudah
diidentifikasi pada peta foto/foto udara, pembuatan gambar ukur dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Gambar ukur terdiri dari 2 lembar (lihat lampiran ), yaitu :
- d.i. 117B sebagaimana dimaksud dalam butir b.
- copy peta foto/foto udara yang menggambarkan bidang tanah dan
data ukur.
2. Halaman 1 d.i. 117B diisi sesuai dengan butir c diatas, hanya pada Nomor
Foto Udara ; diisi nomor blow up foto udara apabila yang digunakan citra
foto udara. Nomor Foto Udara boleh lebih dari satu lembar.
3. Halaman 2 d.i. 117B gambar dikosongkan hanya sket lokasi yang
digambarkan, sedangkan bidang tanah digambarkan pada copy peta foto
seperti yang dimaksud angka 1.
4. Pada bagian atas copy peta foto seperti yang dimaksud angka 3. ditulis
Nomor Gambar Ukur.
5. Titik batas pada peta foto/blow up foto udara yang asli di prik (dibuat
lobang kecil dengan menggunakan jarum) dan merupakan hasil identifikasi
lapangan.
6. Jarak ukuran yang dicantumkan pada gambar ukur adalah jarak yang
diambil dari lapangan bukan dari peta.
5.3.6. Penjilidan Gambar Ukur.
- Gambar ukur yang dimaksud angka.1 butir e ; d.i.117B dan copy peta foto
/blow up foto udara dijilid menjadi satu kesatuan.
- Gambar ukur dijilid dengan sistem lepas antara 50 sampai 100 lembar
disimpan per-Desa/Kelurahan.
- Peta foto/blow up foto udara asli disimpan dilain tempat.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 6
PEMBUATAN PETA BIDANG
Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang tanah atau lebih
pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman
data fisik (pasal 1 ayat 6) .
Dari definisi diatas, jelas dimaksudkan bahwa setiap data hasil pengukuran
bidang tanah baik yang dilaksanakan secara sistematik maupun sporadik harus
dibuatkan peta bidang tanahnya.
Peta bidang tanah ini selain merupakan bagian (lampiran) DI 201 B pada
pendaftaran tanah sporadik dan DI 201C pada pendaftaran tanah sistematik,
yang digunakan sebagai salah satu data fisik pada pengumuman, juga dapat
digunakan untuk melengkapi peta pendaftaran yang telah tersedia.
Pembuatan peta bidang tanah adalah berdasarkan data gambar ukur baik itu
dilakukan dengan cara pengukuran terrestrial atau dengan cara identifikasi
pada peta foto.
Oleh karena itu pembuatan peta bidang sebenarnya adalah salinan/kutipan
dari manuskrip (kartiran) sehingga bentuk dan ukuran luasnya dianggap
relatif benar.
6.1 Metoda Pembuatan Peta Bidang Tanah
Format dan ukuran kertas hasil akhir (hard copy) dari peta bidang tanah
yaitu ukuran A3 pada kertas HVS 80 gram (pasal 31 ayat 3), dengan
demikian untuk blanko (bingkai) peta ini dapat disediakan/ dicetak
terlebih dahulu atau apabila pembuatannya secara dijital dapat dibuat
dengan file tersendiri.
Gambar 6-1 Bingkai peta (a) dibuat secara manual, (b) file dijital
(a) (b)
Bidang
gambar
Bidang
gambar
Kotak
Keterangan
Kotak
Keterangan Kertas HVS
(A3) 8o Gram
Keterangan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Sedangkan data yang di extract (digabungkan) dapat berupa batas
bidang-bidang tanah, jalan sungai atau benda benda lain yang dapat
dijadikan petunjuk untuk memudahkan mengenal lokasi bidang tanah
(pasal 31 ayat 5e,f).
6.1.1 Metoda Manual
Secara manual peta bidang tanah dibuat pada blanko (bingkai) peta
bidang tanah yang telah disiapkan terlebih dahulu, menggunakan skala
yang sama dengan peta asalnya. Cara manual hanya dapat dilakukan
dengan cara menyalin atau mengutip bidang-bidang tanah dan detail
situasi penting lainnya dengan cara menempatkan manuskrip pada meja
gambar (meja kaca dengan lampu penerang) dan diatasnya ditempatkan
bingkai peta bidang tanah sedemikian rupa sehingga bidang-bidang
tanah yang akan disalin menempati posisi yang cukup simetris .
Gambar 6-2 Penyalinan manuskrip menjadi peta bidang tanah
Manuskrip/ peta yang dapat digunakan untuk disalin menjadi peta
antara lain :
Manuskrip (kartiran gambar ukur) yang dikerjakan secara manual ;
Kartiran gambar ukur (GU) pada peta dasar pendaftaran, jika peta
dasar pendaftaran berupa peta garis (pasal 32 ayat 1).
Kartiran pada peta dasar pendaftaran berupa peta foto yang
merupakan hasil identifikasi batas pemilikan dan pengukuran sisi-sisi
bidang tanah (pasal 32 ayat 2).
Peta Bidang Tanah
Manuskrip
bingkai Peta
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
6.1.2 Metoda Dijital
Peta bidang tanah yang dibuat secara dijital merupakan extraction
(ektraksi) bidang-bidang tanah yang diambil dari :
Manuskrip/ kartiran gambar ukur yang dikerjakan secara dijital ;
Hasil dijitasi peta dasar pendaftaran dijital baik peta garis atau
peta foto yang telah melalui proses editing sesuai hasil penetapan
batas, identifikasi dan data ukuran sisi-sisinya ;
Gambar 6-3 Hasil extract peta dijital dan bingkai peta
6.2 Tata Cara Pembuatan Peta Bidang Tanah.
Pembuatan peta bidang tanah pada pendaftaran tanah sistematik harus
dibuat sedemikian rupa dengan batas wilayah yang jelas, misalnya
digambarkan satu blok atau satu RT. Jika tidak dapat digambarkan per
blok/ RT, maka dibuat secukupnya sesuai format yang ada, hanya perlu
ditambahkan dengan informasi nomor peta bidang tanah dan informasi
lembar bersebelahan untuk memudahkan sistim penyimpanan dan
pencariannya jika diperlukan . Informasi nomor lembar ini dapat
dicantumkan pada kolom/kotak keterangan.
Peta Dijital Bingkai Peta
extract
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Agar masyarakat dapat dengan mudah membaca hubungan antara obyek
pada peta bidang tanah dengan subyek pada daftar bidang tanah (DI
201B dan atau DI 201C) maka pada peta bidang tanah dicantumkan
masing-masing nomor bidangnya.
Nomor bidang adalah 5 (lima) digit terakhir dari NIB, tanpa angka 0 nya,
misal NIB bidang tanah tersebut ; 0904010600231, maka nomor bidang
tersebut adalah 231 (pasal 31 ayat 5 g) .
Detail situasi penting yang digambarkan antara lain jalan/ gang berikut
namanya, sungai serta arah aliran dan namanya, tempat ibadah, dan
detail lainnya yang dapat memperjelas informasi dan memudahkan untuk
dikenali oleh masyarakat, misalnya transmisi tegangan tinggi.
Pada pendaftaran tanah sporadik pembuatan peta bidang tanah harus
dilengkapi dengan informasi kepemilikan bidang berbatasan, dan jika
terdapat bidang tanah yang berbatasan tersebut telah terdaftar maka
perlu dicantumkan nomor bidangnya (bila telah tertata sesuai
PMNA/Ka.BPN No.3/1997) atau dicantumkan nomor hak dan nomor
GS/SU jika masih belum tertata sesuai PMNA/Ka.BPN No. 3/1997.
Sedangkan bidang tanah yang belum terdaftar dicantumkan nama
pemegang hak dan status tanahnya.
Dalam penggambaran perlu di perhatikan :
Penomoran nomor bidang harus jelas, jangan sampai terjadi
keraguan membaca, misalnya antara angka 0 dengan 6, 3 dengan 8, 2
dengan 5 dan 2 dengan 7.
Penggambaran bidang harus jelas, dengan ukuran tebal garis 0.2 mm
Penomoran bidang diatas harus sesuai dengan daftar lampirannya
(daftar bidang tanah).
Apabila terjadi sanggahan selama masa pengumuman, maka bidang tanah
tersebut harus dilaksanakan pengecekan ulang. Prosedur pengecekan
dimulai dari pembuatan peta bidang tanah, perhitungan luas sampai
dengan pembuatan gambar ukurnya. Apabila hasil dari pemeriksaan
tersebut tidak terdapat keraguan, maka perlu dilaksanakan pengukuran
ulang dengan memperhatikan batas-batas tanah yang telah ditetapkan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Diagram 6-4 Skema pengecekan ulang
Jika ternyata terjadi kesalahan dalam proses pembuatan peta bidang ini
maka harus dilakukan perubahan atau dibuat peta bidang baru. Peta
bidang lama dimusnahkan (pasal 33 ayat 1 dan pasal 35 ayat 2).
Pada kartiran (manuskrip) dilakukan perubahan sesuai dengan data yang
benar.
6.2.1 Peralatan, Bahan dan Ukuran Peta
Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara manual adalah :
Lettering Set, scriber dan rapido
Penggaris, penghapus, pinsil
Jangka tusuk (stick passer)
Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara dijital adalah :
1 (satu) set komputer 386 IBM/Compatible atau lebih tinggi
Software CAD (AutoCad, MicroStation, PC. Arc/Info, dll)
Plotter A3, Printer Grafik atau plotter jenis lain yang memenuhi
syarat pemetaan dijital.
Bahan Dan Ukuran Peta
Peta bidang tanah dibuat dengan menggunakan kertas HVS 80 gram
ukuran A3 double quarto (pasal 31 ayat 3).
6.2.2 Petugas Pelaksana
Petugas yang melaksanakan pembuatan peta bidang tanah adalah :
Penetapan batas
Pengukur
an batas Kartiran/
Manuskrip
Hitungan
Luas
Peta Bidang Tanah
Gambar
Ukur
Keterangan :
Alur kerja Alur pengecekan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Satgas pengukuran dan pemetaan, jika pengukuran dan pendaftaran
tanah sistematik ajudikasi dan pengesahannya oleh ketua ajudikasi.
Pihak ketiga, jika pengukuran dilaksanakan oleh pihak ketiga dan
pengesahannya oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau petugas yang
ditunjuk dan pengesahannya dilaksanakan oleh Kepala Kantor
Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk (Kepala Seksi Pengukuran dan
Pendaftaran Tanah).
6.2.3 Format Lembar Peta
Bingkai peta bidang tanah dibuat sebagai berikut :
a. ukuran bidang gambar adalah 30 cm x 25 cm .
b. ukuran kotak keterangan adalah 8 cm x 25 cm terdiri atas beberapa
kotak sebagai berikut (pasal 31 ayat 5) :
Kotak Judul Peta dan Arah Utara ;
Kotak judul peta dan arah utara berukuran 8 cm x 6 cm
judul peta PETA BIDANG TANAH dengan ukuran tinggi huruf cl
140 dan tebal 0.5 mm.
Arah Utara ;
Garis arah utara ukuran dengan ukuran kaki 3.5 cm dan lebar
sayap 4 mm, huruf U dengan ukuran tinggi huruf cl 140 tebal 0.5
mm
Skala numeris;
Skala numeris dibuat sesuai dengan skala peta pendaftaran
dengan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm
Kotak Lokasi Peta ; dengan ukuran 8 cm x 4 cm terdiri dari :
RT/RW :
DESA/ KELURAHAN :
KECAMATAN :
KABUPATEN/KODYA :
PROPINSI :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Ukuran tinggi huruf adalah cl 120 dan tebal 0.3 mm
Kotak Legenda ; dengan ukuran 8 cm x 10 cm
Judul LEGENDA ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan
tebal 0.5 mm
Legenda berisikan hal-hal khusus yang perlu dijelaskan atau
diinformasikan sehubungan dengan isi peta bidang tanah dan
dapat ditulis dengan ukuran tinggi huruf cl. 100 dan tebal 0.2 mm,
lihat lampiran DI.201b dan DI.201c.
Pada pendaftaran tanah sistematik diperlukan penataan nomor
peta bidang tanah, karena masing-masing lembar peta dibutuhkan
hubungan antara lembar satu dengan yang lainnya. Sistim
penomoran ini tidak mengacu pada sistim grid, hanya dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pencarian lembar
bersebelahan.
Perencanaan lembar tersebut dapat dilakukan sebelum atau
setelah peta bidang tanah dibuat, dan penulisannya cukup
menggunakan tulisan tangan yang rapi dan jelas. Jika dibuat
sebelum pembuatan peta bidang, berarti penomoran direncanakan
terlebih dahulu, dengan demikian keuntungannya adalah
penomoran akan lebih teratur. Sedangkan jika penomoran dibuat
setelah pembuatan peta bidang berarti tanpa perencanaan yang
khusus, pemberian nomor peta acak dengan increment 1 (pada
kotak bagian tengah) lembar peta dan dapat langsung dituliskan.
Pengisian kotak yang bersebelahan dilaksanakan jika pengeplotan
bidang-bidang tanahnya selesai seluruhnya (ditulis dengan tangan
rapi dan jelas).
Sebagai contoh, dimisalkan suatu gabungan peta bidang tanah
adalah sebagai berikut :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Gambar 6-5 Hubungan lembar peta bidang tanah
Gambar 6-6 Hubungan lembar No. 3 pada kotak petunjuk lembar
Kolom Pengesahan ;
Kolom pengesahan oleh pejabat yang berwenang adalah sebagai
berikut :
Tempat, tanggal dan tahun
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya
Nama
NIP
Atau :
3
2
-
6
1
5
14
7
4
1
2 7 8 9 10
11 12 6
3 14 13
17
15 5
4 16
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Tempat, tanggal dan tahun
Ketua Panitia Ajudikasi
Desa / Kelurahan
Nama
NIP
Dengan menggunakan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 7
PEMBUATAN PETA PENDAFTARAN
Peta Pendaftaran merupakan peta tematik, adalah peta yang
menginformasikan mengenai bentuk, batas, letak, nomor bidang dari setiap
bidang tanah dan digunakan untuk keperluan pembukuan bidang . Hal ini
sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 15 PP24/1997 dan pasal 141 PMNA/KBPN
No. 3/ 1997.
Peta pendaftaran dibuat dengan skala 1 : 1.000, 1 : 2.500, dan 1 : 10.000,
sesuai dengan fungsinya sebagai pembukuan bidang-bidang tanah dan
mencegah terjadinya pendaftaran ganda, maka peta pendaftaran harus
digunakan sebagai peta yang berkembang (tumbuh/ up-to date). Dengan
demikian setiap perubahan, penambahan bidang-bidang tanah yang
tercakup pada suatu lembar peta pendaftaran harus digambar pada peta
tersebut.
Unsur bangunan pada peta pendaftaran tidak merupakan keharusan untuk
dipetakan, kecuali unsur tersebut merupakan bagian data yang penting
atau dapat digunakan untuk rekonstruksi batas bidang tanah jika
diperlukan (pasal 141) .
Nomor bidang tanah atau nomor identifikasi bidang (NIB) digunakan
sebagai identifier untuk dapat berhubungan atau korelasi dengan data lain
yang menyangkut satu bidang atau bidang-bidang tanah (pasal 21
PP24/1997 dan pasal 142 ayat 3).
Peta pendaftaran yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari di Kantor
Pertanahan haruslah peta dalam satu sistim koordinat tertentu dan
format peta tertentu.
Sistim koordinat tertentu artinya untuk suatu peta pendaftaran hanya
menggunakan sistim koordinat lokal atau nasional. Semua bidang tanah
yang tercakup pada lembar peta harus dapat dipetakan sesuai keadaan
dilapangan. Sehingga pada suatu lokasi administrasi desa/ kelurahan tidak
perlu lagi menggunakan banyak peta dengan banyak sistim koordinat,
tetapi hanya ada satu sistim koordinat yaitu lokal/ nasional. Apabila
menggunakan sistim lokal, maka harus ditransformasi ke sistim nasional.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Diagram 7-1 Penyatuan sistim peta pendaftaran
Format peta tertentu artinya, peta pendaftaran masih diperbolehkan
menggunakan format lama, yaitu format peta selain yang ditentukan oleh
peraturan ini, format lama ini pada saat pembuatan lembar kedua (gambar
7-3) harus dibuat dalam format nasional.
Diagram 7-2
Perubahan format lembar peta pendaftaran
Untuk dapat menelusuri riwayat pemetaan bidang-bidang tanah, pada peta
pendaftaran yang dibuat secara manual atau digital, maka diatur agar
semua bidang tanah yang termasuk dalam pendaftaran pertama dan atau
kedua dibuat pada lembar pertama, jika terjadi pendaftaran ketiga dan
keempat digambarkan pada lembar kedua dan atau demikian seterusnya .
Disini mengakibatkan peta dengan nomor lembar yang sama akan terdiri
dari beberapa lapisan yang penomorannya mengikuti penomoran asalnya.
Lembar peta pendaftaran disebut lembar pertama dimana pada salinan
pertamanya disebut lembar kedua dengan nomor lembar ditambah huruf
a, salinan kedua disebut lembar ketiga ditambah huruf b dan seterusnya.
Lembar Peta
Pendaftaran
Lembar peta
sporadik
Di petakan
dalam satu
sistim
koordinat
Format
lama Sistem &
Format
Nasional
peta blok peta bidang
peta lain
Trans
forma
si
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Gambar 7-3 Penomoran lembar salinan/ layer peta pendaftaran
Lembar salinan seperti disebut diatas bukan dimaksudkan sebagai data
back-up, tetapi adalah lembar yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
dikantor pertanahan.
Jika lembar peta pendaftaran (lembar pertama) dan lembar kedua telah
penuh (terisi) sesuai cakupannya dan keadaan dilapangan, maka lembar
pertama berarti tidak digunakan lagi dan dapat disimpan sebagai dokumen
setelah disahkan.
Selanjutnya lembar-lembar peta pendaftaran yang aktif digunakan adalah
lembar kedua, ketiga seterusnya.
7.1 Pembuatan Peta Pendaftaran
7.1.1 Tersedia Peta Dasar Pendaftaran
Dasar pembuatan peta pendaftaran adalah peta dasar pendaftaran
(pasal 16 ayat 4 PP24/1997), dimana hasil pengukuran bidang-bidang
tanah dipetakan/ dikartir diatas peta dasar pendaftaran yang
berupa drafting film atau sepia .
Sebelum digunakan peta dasar pendaftaran harus terdiri atas 2
(dua) set peta, dimana :
1 (Satu) set peta dasar pendaftaran yang di sahkan
penggunaannya digunakan sebagai dokumen dan harus disimpan .
1 (satu) set lainnya di sahkan penggunaannya menjadi peta
pendaftaran dengan mencoret kata Dasar yang akan digunakan
untuk pembukuan bidang-bidang tanah terdaftar.
Peta Pendaftaran (lembar pertama)
Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5
Salinan ketiga (lembar keempat)
Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5 c
Salinan ke dua (lembar ketiga)
Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5 b
Salinan ke satu (lembar kedua)
Nomor Lembar : 48.2-55.314-06-5 a
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Material yang digunakan adalah bahan yang sangat stabil, kuat dan
tahan lama, misalnya drafting film, sepia atau bahan-bahan
transparan lainnya.
Diagram 7–4 Penggunaan peta dasar Pendaftaran
Kriteria peta dasar pendaftaran agar dapat digunakan sebagai peta
pendaftaran :
Berupa peta garis atau peta foto
Jika tersedia peta foto, untuk salinan (lembar kedua) di tracing/ disalin menjadi peta garis.
Kesalahan planimetris 0.3 mm x skala peta
Skala, sistim koordinat dan format peta harus memenuhi
persyaratan dan peraturan yang berlaku.
Apabila tersedia peta dasar pendaftaran dengan skala selain yang
ditetapkan, maka pada pembuatan lembar kedua harus dibuat
sesuai dengan peraturan.
Peta yang dihasilkan oleh BPN atau instansi lain, baik skala,
format dan sistim koordinatnya masih belum sesuai, maka pada
pembuatan lembar ke duanya harus dibuat sesuai peraturan.
Sistim koordinat nasional/ lokal
Sistim koordinat lokal harus di transformasi ke sistim koordinat
nasional, terutama pada pembuatan lembar ke duanya.
Format peta nasional atau sistim lokal.
Jika format peta masih sistim lokal, pada pembuatan salinan
lembar kedua harus dibuat dalam sistim nasional.
2 set
Peta Dasar
Pendaftaran
1 set
Dokumen
Peta Dasar
Pendaftaran
1 set
Peta Dasar
Pendaftaran
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Peta dasar pendaftaran yang memenuhi kriteria diatas akan
berubah fungsi menjadi peta pendaftaran setelah di sahkan dan
selanjutnya disebut peta pendaftaran.
Pemetaan bidang-bidang tanah pada peta pendaftaran dilakukan
dengan mengkartir atau memetakan data dari :
Gambar ukur sistematik
Gambar ukur sporadik
GIM, hasil pemetaan indeks grafis
Data tersebut dikartir atau disalin pada peta pendaftaran,
sebagaimana skema berikut :
Diagram 7-5
Alur kerja Pembuatan Peta Pendaftaran tersedia peta dasar
Dari diagram diatas :
Hasil pengukuran baik sporadik ataupun sistematik dikartir pada
peta pendaftaran.
GS/SU dari pelaksanaan GIM disalin pada peta pendaftaran.
Pengkartiran dan penyalinan data tersebut dapat dilaksanakan
secara manual ataupun digital, demikian juga sistim koordinatnya
mengikuti sistim koordinat yang ada (nasional/lokal).
Peta pendaftaran yang masih menggunakan sistim koordinat lokal
dan format lokal pada pembuatan lembar salinan (lembar kedua)
GIM
GU, Hasil
pengukuran
Sistematik
GU, Hasil
pengukuran
Sporadik
Salinan peta
pendaftaran
ke satu,
menggunakan
format dan
sistim
koordinat
nasional
Peta Dasar
pendaftaran
Nasional
Lokal
Trans
Dikartir
atau disalin
pada :
Peta
pendaftaran
(nasional)
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
ditransformasikan ke sistim nasional dan formatnya dirubah
menggunakan format nasional menjadi peta pendaftaran nasional.
7.1.2 Tidak Tersedia Peta Dasar Pendaftaran
Apabila sama sekali belum tersedia peta dasar pendaftaran ataupun
peta lain, maka pembuatan peta pendaftaran dilakukan bersamaan
dengan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah (pasal 20
ayat 3 PP24/1997). Bila dilaksanakan secara lokal, dalam arti tidak
tersedia titik dasar teknik orde 2 atau orde 3 maka pembuatan peta
dasar pendaftaran harus dimulai dengan pembuatan titik dasar
teknik dengan sistem koordinat lokal.
Dalam hal pendaftaran tanah secara sistematik harus mencakup
minimal wilayah yang ditunjuk sebagai wilayah pelaksanaan
pendaftaran tanah secara sistematik tersebut (pasal 18 ayat 3 dan
pasal 32 ayat 4) dan selanjutnya dilakukan perencanaan pembuatan
peta pendaftaran (pasal 79 butir c).
Perencanaan pembuatan peta pendaftaran dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut :
Tentukan batas koordinat minimum dan maksimum lokasi
pemetaan; hal ini akan memudahkan untuk mengetahui luasan dari
lokasi tersebut.
Tentukan skala peta pendaftaran yang akan dibuat; dengan
ditentukan skala, maka cakupan lokasi dilapangan akan dapat
diprediksikan dengan baik, misalkan untuk peta dengan skala
1:1.000, maka cakupan lokasi dilapangan 25 Ha.
Buat peta dasar teknik yang mencakup pembagian lembar peta
pendaftaran dalam skala yang lebih kecil.
Buat lembar-lembar bingkai peta pendaftaran sesuai format
nasional.
Lakukan pengkartiran data yang diperoleh dari lapangan, baik
koordinat titik dasar teknik, detail situasi pada lembar
manuskrip. Lembar manuskrip berfungsi sebagai peta dasar
pendaftaran.
Penyalinan yang merupakan penggabungan antara manuskrip dan
bingkai peta yang telah disediakan sesuai dengan cakupan
lokasinya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Buat salinannya sesuai kebutuhan, minimal 2 set yaitu untuk
dokumen dan sebagai peta untuk pembukuan bidang tanah di
Kantor Pertanahan.
Untuk bidang-bidang tanah yang telah terdaftar tapi belum
dipetakan, dilakukan pemetaan indeks grafik (GIM/Graphical Index Mapping) pada peta pendaftaran, sehingga bidang-bidang tanah
terdaftar yang belum dipetakan dapat dipetakan dengan baik (pasal
43).
Diagram 7-6 Alur Kerja Pembuatan Peta Pendaftaran tanpa peta dasar
Jika sistem koordinat peta pendaftaran yang digunakan masih lokal,
maka Kantor Pertanahan mempertimbangkan untuk pelaksanaan
transformasi peta tersebut kedalam sistim TM-3 (nasional) dan
kemudian disalin menggunakan bingkai peta pendaftaran sistim
nasional (pasal 18 ayat 4).
Dasar pertimbangan tersebut antara lain;
tersedianya titik kerangka dasar orde 2 atau 3 atau orde 4
nasional.
Tersedianya tenaga pelaksana.
Manuskrip/ kartiran
GIM
Peta
pendaftaran
Nasional
Pengukuran
Kerangka
Dasar, GU
Sistematik
Pengukuran
Kerangka
Dasar, GU
Sporadik
Nasional/Lokal
Peta
pendaftaran
Nasional
Lokal
Trans
f.
Bingkai Peta
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
7.2 Metoda Pembuatan Peta Pendaftaran
Karena dasar pembuatan peta pendaftaran adalah dari peta dasar
pendaftaran (baik berupa peta garis atau peta foto), serta
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menggunakan metoda manual
atau digital maka berikut ini diuraikan pelaksanaan dengan
menggunakan kedua metoda tersebut.
Jika peta dasar pendaftaran berupa peta foto, pemetaannya
dilaksanakan dengan menyalin batas bidang tanah dari peta dasar
(peta foto) yang batas-batasnya telah diidentifikasi dan ditetapkan
oleh panitia ajudikasi (sistematik) atau petugas ukur (sporadik) serta
sisi-sisinya telah diukur dilapangan (pasal 32 ayat 1).
Jika peta dasarnya berupa peta garis, hasil ukuran dilapangan
dikartir pada peta dasar pendaftaran (peta dasar pendaftaran yang
berubah fungsi menjadi peta pendaftaran) dengan terlebih dahulu
diidentifikasi minimal 2 (dua) titik sekutu yang akan digunakan. Garis
basis atau titik sekutu diatas adalah titik yang sama yang
diidentifikasi dan diukur baik dipeta dan dilapangan (pasal 32 ayat 2).
Jika sebagian/ sekelompok bidang tanah tidak dapat dipetakan dalam
skala yang sedang dikerjakan atau peta pendaftaran yang ada karena
alasan kartografi (pasal 32 ayat 3) maka kelompok bidang tersebut
dipetakan pada skala yang lebih besar dimana perubahan skala peta
mengacu pada aturan sebagai berikut :
Peta skala 1:10.000 peta skala 1:2.500
Peta skala 1:2.500 peta skala 1:1.000
Peta skala 1:1.000 peta skala 1:500
Peta skala 1:500 peta skala 1:250
Sebagai contoh sebagian dari lembar peta skala 1:1.000 akan
diperbesar menjadi skala 1:500, pada peta pendaftaran asalnya di
blok dengan tinta merah.
Peta asalnya adalah peta skala 1:1.000 dengan nomor lembar 46.2-
48.302-16-8
Peta turunannya adalah peta skala 1:500 dengan nomor lembar 46.2-
48.302-16-8-4
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Bagian yang diperbesar
Gambar 7-7 Perbesaran skala peta pendaftaran
Bidang-bidang tanah yang telah dipetakan pada peta skala 1:500
sebagaimana contoh diatas tidak dipetakan lagi pada peta skala
1:1.000, pada bagian yang kosong dituliskan Lihat Lembar : 46.2-
48.302-16-8-4.
Seandainya bidang tanah telah di plot pada skala 1:1.000, kemudian
dibuatkan peta skala 1:500, maka bidang-bidang tanah pada peta
skala 1:1.000 di blok dengan tinta merah dan diberi keterangan
seperti diatas.
Dengan demikian diharapkan tidak terjadi duplikasi bidang tanah
dan duplikasi nomor bidang.
7.2.1 Metoda Manual
Secara umum dengan metoda manual dilaksanakan penyalinan/
pengutipan gambar bidang-bidang tanah terdaftar berikut detail
situasi dari peta dasar pendaftaran kedalam bingkai (bidang
gambar) peta pendaftaran sesuai format yang ditentukan.
Penyalinan/ pengutipan tersebut dilakukan dengan memperhatikan
kaidah kartografi seperti penggunaan peralatan yang baik dan
benar, kemampuan pelaksana (kartografer) yang terlatih, rapi, dan
teliti, penggunaan simbol, dan seni dalam menggambar sehingga
dapat menghasilkan gambar yang baik dan benar.
Kartografer harus dapat memilah data yang mana saja yang perlu
disalin/ dikutip untuk menjadi peta pendaftaran dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang harus dimiliki oleh suatu
peta pendaftaran .
Nomor lembar ; 46.2-48.302-16-8 Nomor lembar ; 46.2-48.302-16-8-4
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Jika peta dasar pendaftaran menggunakan format sesuai dengan
PMNA-3/1997, berarti sesuai dengan format peta pendaftaran,
maka langkah yang dilaksanakan adalah :
Letakkan peta dasar pendaftaran diatas meja, dan lekatkan
selotip agar peta tidak dapat digeser atau berubah posisi.
Letakkan bingkai peta pendaftaran diatas peta dasar
pendaftaran sedemikian rupa sehingga bidang gambar peta
pendaftaran dan bidang gambar peta dasar pendaftaran berimpit.
Tempelkan dengan selotip agar tidak berubah.
Lakukan penyalinan/ pengutipan sesuai ketentuan berlaku.
Gambar 7-8 Penyalinan peta pendaftaran
Untuk peta dasar pendaftaran lokal dengan ukuran/ format yang
tidak sama dengan peta pendaftaran, perlu direncanakan pembagian
lembar peta pendaftaran pada peta dasar teknik.
Perencanaan lembar ini penting, karena mungkin saja dibutuhkan
beberapa lembar peta dasar pendaftaran untuk satu lembar peta
pendaftaran dengan format PMNA-3/1997.
Gambar 7-9
Cara penggabungan dan penyalinan peta
Peta dasar pendaftaran
Peta pendaftaran.
1
Bagian Peta yang
dikutip/salin
Peta pend.
Format PMNA-3
4 3
2
Keterangan :
1,2,3 dan 4 adalah peta dasar pendaftaran
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Dari pembagian lembar pada peta dasar teknik dapat diketahui
berapa lembar peta dasar pendaftaran yang perlu digabungkan
untuk menyalin/ mengutip bagiannya menjadi peta pendaftaran.
Karena koordinat peta dasar pendaftaran belum ditransformasi ke
sistim koordinat nasional, maka peta pendaftaran yang diperoleh
tetap peta pendaftaran dengan format lembar nasional dan sistim
koordinat lokal.
Jika peta dasar pendaftaran lokal telah ditransformasi dengan ke
sistim koordinat nasional, dengan pemasangan grid baru (replacing
Grid), maka akan terjadi pergeseran absis sebesar x, pergeseran
ordinat sebesar y dan rotasi sebesar . Karena pergeseran dan
rotasi ini maka grid nasional (baru) tidak akan sejajar dengan grid
lokal (lama).
Gambar 7-10 Penyalinan peta dari gabungan peta replacing grid
Pembuatan peta pendaftaran harus sama dan berimpit dengan salib
sumbu (grid) nasional pada peta dasar pendaftaran. Peta
pendaftaran yang dihasilkan adalah peta pendaftaran dengan
format dan sistim koordinat nasional.
Bagian Peta yang
dikutip/salin
Peta pend.
Format PMNA-3
Sumbu X
Nasional Sumbu Y Nasional
Keterangan :
1,2,3 dan 4 adalah peta dasar pendaftaran lokal
1 2
3
4
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
7.2.2 Metoda Digital
Berdasarkan tersedianya data yang ada pembuatan peta
pendaftaran dijital dibagi dalam kelompok berikut :
a. Tersedia Peta Dasar Digital Dengan Sistim Koordinat
Nasional.
Peta dasar dijital dengan sistim koordinat nasional dapat berupa :
Peta garis dijital
Peta foto dijital
Dengan tersedianya peta dijital tersebut diatas maka
pelaksanaan pemetaan pada peta dasar pendaftaran dapat
dilaksanakan dengan cara :
Penggabungan file (manuskrip) pada peta dijital
File digital dapat berupa peta bidang tanah, peta blok digital
dengan sistim koordinat sama dengan peta dijital.
Pengkartiran gambar ukur secara interaktif pada layar
monitor.
Data lapangan dikartir secara langsung pada peta dijital,
dilakukan editing sesuai dari data gambar ukur pada peta
tersebut, sehingga seluruh bidang pemilikan yang telah di
tetapkan batas-batasnya tergambar pada peta dasar, diberi
simbol yang sesuai dengan simbol peta pendaftaran, untuk
masing-masing bidang diberi nomor bidang, serta data lain
yang diperoleh selama pengukuran antara lain seperti batas
administrasi desa/ kelurahan .
Penambahan data pada peta dijital
Misal data dari pendaftaran tanah sistematik berupa data
peta pendaftaran digital maka dapat ditambahkan (append) ke
peta dijital
Karena peta dijitalnya dalam sistim koordinat nasional, maka
hasil pelaksanaan pemetaan diatas adalah peta dijital dalam
sistim koordinat nasional.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
b. Tersedia Peta Dasar Dijital Dengan Sistim Koordinat Lokal.
Peta dasar dijital dengan sistim koordinat lokal juga bisa terdiri
dari peta garis dijital dan peta foto dijital.
Pelaksanaan pemetaannya pada peta dasar pendaftaran karena
telah tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (a).
Karena sistim koordinatnya masih lokal, apabila tersedia titik
dasar teknik, harus ditransformasikan ke sistim nasional.
c. Peta Dasar Pendaftaran Sistim Nasional
Peta Peta dasar sistim koordinat nasional dapat terdiri dari peta
garis dan peta foto. pendaftaran ini harus didijit menjadi peta
dijital.
Pelaksanaan pemetaannya pada peta dasar pendaftaran karena
telah tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (a).
d. Peta Dasar Pendaftaran Sistim Lokal
Peta Peta dasar sistim koordinat lokal dapat terdiri dari peta
garis dan peta foto. Sama seperti butir (c) pendaftaran ini harus
didijit menjadi peta dijital.
Pelaksanaan pemetaannya pada peta dasar pendaftaran karena
telah tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (b),
sistim koordinat masih lokal, jika tersedia titik dasar teknik,
harus ditransformasikan ke sistim koordinat nasional.
e. Tidak Tersedia Peta Dijital atau Manual.
Jika tidak tersedia peta dasar digital ataupun peta non digital,
maka hasil pengukuran kerangka dasar, pengukuran bidang dan
situasi yang berbentuk data koordinat disusun menjadi susunan
data yang dapat di baca oleh software CAD, misalnya data dalam
format ASCII yang dapat di generate dengan menggunakan
software Arc/Info menjadi data spasial.
Dari data titik-titik koordinat tersebut dapat di generate
menjadi titik, garis dan poligon (feature geografik).
Feature titik merupakan lokasi obyek peta yang bentuknya terlalu
kecil seperti tugu batas, yang pada tampilannya dapat di ganti
dengan simbol lain.
Feature garis adalah kumpulan koordinat berurutan yang bila
dihubungkan akan menyajikan bentuk linier atau garis, misalnya
jalan, batas administrasi, dll.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Feature poligon atau area adalah gambar garis yang tertutup
seperti bidang tanah, danau, dll.
Pada saat melakukan pengukuran situasi ataupun pengukuran
bidang diperoleh data tambahan yang diukur dengan menggunakan
pita ukur, theodolite, atau kombinasi keduanya yang datanya
tercantum pada Gambar Ukur . Dengan bantuan (fasilitas) yang
ada pada software CAD data GU tersebut dapat di inputkan
menjadi data feature geografik dan dengan melakukan editing
dan dapat dibentuk jalan, bidang-bidang tanah, sungai, saluran,
teks dan lain sebagainya, sesuai data dan sketsa yang ada.
Pada pembuatan peta digital, masing-masing data dikelompokkan
dalam suatu layer tersendiri, untuk memudahkan dalam pelaksanaan
editing atau pembaharuan data.
Layer atau lapisan data juga disebut tema peta, karena berisi
sekelompok feature geografik tertentu saja, misalnya jalan saja,
walaupun akhirnya jalan juga masih harus dipisahkan dalam kelas,
misalnya jalan kelas utama, jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas
III dan lain sebagainya.
Klasifikasi ini dimaksud jika peta akan ditampilkan dalam skala besar
atau kecil maka akan terjadi generalisasi data sehingga untuk
penampilan / penge-plott-an peta skala 1:1.000 tentu semua kelas
jalan akan ditampilkan, sedangkan jika diperlukan peta 1:25.000
maka secara otomatis jalan yang ditampilkan hanya sampai kelas II,
agar peta tidak terlalu sarat dengan data .
Dengan pemisahan data dalam layer-layer, sangat berguna jika kita
perlu melakukan suatu editing peta, misalnya kita perlu melakukan
editing karena pemecahan atau penggabungan bidang tanah . Maka
dengan menggunakan layer persil dengan mudah dapat dilakukan
pekerjaan tersebut, tanpa harus terganggu dengan data lainnya.
Untuk lebih jelas tentang penggunaan layer ini dapat dilihat pada
Bab 3.4.3.3
Data digital harus merupakan data yang mutakhir dan selalu
berubah sesuai dengan perubahan data pemilikan dilapangan yang
didaftar di Kantor Pertanahan .
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
7.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara manual adalah :
Lettering Set, sriber dan rapido
Penggaris, penghapus, pinsil
Maal
Jangka tusuk (steakpasser)
Meja gambar kaca yang dengan penerangan, ukuran Ao
Drafting film
Peralatan yang digunakan jika dilaksanakan secara digital adalah :
1 (satu) set komputer 386 IBM / Compatible atau lebih tinggi
Software CAD (AutoCad, Microstation, PC. Arc/Info, dll)
Plotter Ao.
Drafting film
7.4 Petugas Pelaksana
Petugas yang melaksanakan pembuatan peta bidang tanah adalah :
a) Satgas Teknik (satgas pengukuran dan pemetaan) pada pengukuran
dan pendaftaran tanah sistematik.
b) Pihak Swasta, jika pengukuran dilaksanakan oleh pihak Swasta.
c) Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau petugas yang
ditunjuk.
7.5 Pembagian Lembar dan Penomoran Peta Pendaftaran
Pembagian lembar peta, penomoran lembar peta dan sistim koordinat
baik nasional atau lokal sama dengan pembuatan peta dasar
pendaftaran, dan dalat dilihat pada Bab 3.4.3
7.6 Ukuran dan Format Lembar Peta Pendaftaran
Ukuran dan format nasional lembar peta pendaftaran sama dengan
peta dasar pendaftaran dan dapat dilihat pada Bab 3.4.6
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
7.7 Simbol Peta Pendaftaran
Simbol adalah tanda-tanda menurut perjanjian yang menyatakan obyek
tertentu . Simbol digunakan untuk menggambarkan obyek-obyek yang
terlalu kecil jika digambarkan dengan menggunakan skala peta .
Untuk pembuatan peta pendaftaran simbol yang digunakan antara lain
adalah seperti yang ditampilkan pada lampiran lampiran X PMNA-
3/1997. Simbol tersebut masih dapat dikembangkan sesuai kebutuhan,
sebaiknya untuk simbol ini di kembangkan per wilayah kerja pusat,
propinsi, atau kabupaten, sehingga keperluan akan simbol ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan peta didaerah tersebut.
Perlu dipahami, bahwa simbol yang dicantumkan pada peta adalah
secara umum berlaku untuk wilayah tersebut, sehingga jangan sampai
diartikan per lembar peta hal ini perlu dilakukan agar pembuatan
frame (bingkai) peta dapat dilakukan untuk suatu wilayah tertentu
dan seragam. Namun perlu juga diperhatikan, sebagai contoh untuk
daerah Propinsi Irian Barat “simbol rel Kereta Api tidak perlu dipilih,
karena secara umum di propinsi tersebut memang tidak ada rel KA,
tapi hutan bambu, mungkin sangat diperlukan karena hutan tersebut
kadang kala merupakan milik adat penduduk setempat, sehingga simbol
ini perlu ditambahkan.
Untuk mendapatkan simbol tambahan yang belum diatur pada PMNA-
3/1997 ini dapat diambil dari simbol peta rupa bumi skala 1 : 25.000
atau peta topografi skala 1 : 50.000, atau dibuat secara khusus,
karena tidak ada bentuk yang paling sesuai dari sumber-sumber yang
ada.
Simbol dan legenda yang telah dilakukan penambahan tersebut diatas
perlu di sah kan penggunaannya oleh Kepala Kantor Wilayah propinsi
setempat, agar tidak ada keraguan dalam pelaksanaan pembuatan peta
yang sesuai dengan kebutuhan dan terdapat keseragaman .
7.8 Kartografi Dan Reproduksi Peta pendaftaran
a. Kartografi Peta Pendaftaran:
Kartografi peta pendaftaran sama dengan kartografi peta dasar
pendaftaran pada Bab 3.4.7
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Penggambaran unsur-unsur bidang tanah, jalan, sungai, saluran,
penulisan teks, serta yang lainnya, dilakukan sesuai dengan aturan
kartografi diatas.
Kartografi peta pendaftaran yang dilaksanakan dengan manual, tidak
menggunakan warna, sedangkan kartografi digital masing-masing
layer diberi warna warna sesuai dengan aturan kartografi diatas,
dan hasil pencetakan pada hard-copy (drafting film) sebaiknya
berwarna.
b. Reproduksi Peta Pendaftaran:
Setiap lembar peta pendaftaran dibuatkan salinan (duplikat) (pasal
40 ayat 1), sehingga untuk peta yang dibuat secara manual terdiri
atas :
1 (satu) set asli peta pendaftaran sebagai peta uptodate.
1 (satu) set copy peta pendaftaran sebagai dokumen.
Untuk keamanan peta dijital dibuat hard copy (peta) dalam format,
skala dan bahan sesuai peraturan.
Hard copy ini dibuat dengan pertimbangan :
Hasil pemetaan pertama kali (Pada Pendaftaran Sistematik)
Pada lembar tertentu yaitu, lembar peta yang hilang atau rusak.
Bila lembar pertama dan kedua telah penuh berisi sesuai
keadaan dilapangan, maka peta lembar pertama dibuat untuk
dijadikan dokumen.
Peta-peta digital juga perlu di back-up pada :
CD-Rom atau
Magnetic Tape atau
media penyimpanan lainnya (external data storage)
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Gambar 7-11 Media penyimpanan peta digital
Hard copy dan Back-up data digital tersebut diatas disimpan dan
dianggap sebagai dokumen peta.
Peta atau data yang ada dalam komputer (internal storage) adalah
peta yang selalu berubah mengikuti perkembangan kegiatan
pendaftaran tanah di kantor pertanahan.
7.9 Pemeliharaan Peta :
Pemeliharaan peta pendaftaran dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan.
Pemeliharaan tersebut meliputi pekerjaan revisi, penambahan data
dan pembaharuan peta pendaftaran.
Revisi Peta Pendaftaran
Revisi peta pendaftaran dilakukan terhadap bidang atau bidang-
bidang tanah sebagai berikut :
Terdapat kesalahan pada pemetaannya
Terjadi sanggahan dan perubahan data ukuran
Perubahan batas fisik karena pemecahan, pemisahan atau
penggabungan. Nomor bidang lama dicoret dengan tinta merah
serta diberi nomor bidang baru (jika pemecahan atau
penggabungan), sedangkan untuk pemisahan, bidang yang dipisah
diberi nomor bidang baru sedangkan bagian yang lama (sisa)
tetap nomor bidang lama (pasal 143).
Internal data storage
Peta (Hard-Copy)
external data
storage
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Gambar 7-12 Pemecahan dari satu bidang menjadi dua bidang tanah atau lebih
Gambar 7-13 Penggabungan; dari dua bidang atau lebih menjadi satu bidang tanah
Gambar 7-14 Pemisahan; satu bidang menjadi dua bidang dan sisa
Jika hasil penetapan batas pemilikan bidang tanah masih
bersifat sementara sesuai bunyi pasal 19 ayat 1 PP24 1997
maka pemetaan bidang tanah pada peta pendaftaran juga
bersifat sementara, jika telah diperoleh kesepakatan baik
melalui musyawarah atau keputusan pengadilan dan
kenyataannya batas-batasnya dilapangan berubah, maka pada
peta pendaftaran harus dilakukan revisi (perubahan) sesuai
keadaan dilapangan (pasal 19 ayat 5 PP24/1997) .
1255 128 127
255
Bidang tanah pendaftaran pertama
dan pendaftaran kedua dipetakan
pada lembar pertama
2505
2156
287 sisa
2506
Bidang tanah pendaftaran pertama
dan pendaftaran kedua dipetakan
pada lembar pertama
Bidang tanah pendaftaran pertama
dan pendaftaran kedua dipetakan
pada lembar pertama
255 adalah nomor bidang pendaf-
taran pertama.
2505 dan 2506 adalah nomor bidang
tanah pada pendaftaran kedua
127 dan 128 adalah nomor bidang
pendaftaran pertama.
1255 adalah nomor bidang tanah
pada pendaftaran kedua
287 adalah nomor bidang pendaf-
taran pertama.
287 sisa dan 2156 adalah nomor
bidang tanah pada pendaftaran
kedua
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Penambahan Data
Penambahan data atau pemetaan bidang-bidang tanah pada peta
pendaftaran yang telah tersedia dilaksanakan jika :
Terjadi penambahan bidang-bidang tanah akibat pelaksanaan
pendaftaran tanah secara sistematik; misalnya melanjutkan
proyek pendaftaran tanah sistematik tahun yang lalu.
Terjadi penambahan bidang tanah akibat pelaksanaan
pendaftaran tanah sporadik; misalnya adanya penambahan
atau pengukuran bidang tanah (termasuk HGU/HPL) pada
lokasi yang bersebelahan dan masih tercakup pada lembar
peta pendaftaran yang ada.
Pembaharuan Peta Pendaftaran
Kantor Pertanahan dapat mengadakan pembaharuan peta jika :
Peta pendaftaran rusak.
Perlu perubahan skala; dimana suatu bidang tanah tidak dapat
digambarkan pada peta pendaftaran karena alasan kartografi,
sehingga harus digambar pada skala yang lebih besar.
Pembaharuan peta hanya dilaksanakan pada lembar-lembar peta
yang dianggap perlu, bukan keseluruhan area/ blok/ desa/
kelurahan.
7.10 Pengesahan Peta Pendaftaran
Peta dasar pendaftaran yang ditentukan menjadi peta
pendaftaran (lembar pertama) untuk digunakan guna kegiatan
pembukuan bidang tanah di Kantor Pertanahan disahkan
penggunaannya oleh Kepala Kantor Pertanahan.
Peta pendaftaran yang dibuat pertama kali dari pelaksanaan
pendaftaran tanah sistematik swadaya atau pelaksanaan
pendaftaran tanah sporadik pengesahannya oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
Pada bagian pengesahan peta (pojok kiri bawah ditulis) :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Tempat, Tanggal dan tahun
Untuk Penggunaannya
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya ….
Nama
NIP
Apabila Peta yang dibuat adalah melalui proyek pendaftaran
tanah sistematik ajudikasi, maka pengesahannya oleh Ketua
Ajudikasi.
Pada bagian pengesahan peta (pojok kiri bawah ditulis) :
Tempat, Tanggal dan tahun
Untuk Penggunaannya
Ketua Ajudikasi
Desa/ Kelurahan …
Nama
NIP
Pembaharuan lembar peta pendaftaran, pembuatan lembar ke
dua, ketiga dan seterusnya serta lembar peta (hard copy),
disahkan oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah.
Soft-copy (peta dijital) dibuatkan berita acara.
Pada bagian pengesahan peta (pojok kiri bawah ditulis) :
Tempat, Tanggal dan tahun
Untuk Penggunaannya
Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah
Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya ….
Nama
NIP
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Untuk peta yang akan disimpan sebagai dokumen pada bagian yang
kosong diberi keterangan dengan tinta merah (dapat berupa
stempel) dan pengesahannya oleh Kepala Seksi Pengukuran dan
Pendaftaran Tanah.
Tempat, Tanggal dan tahun
Untuk Penggunaannya sebagai dokumen
Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah
Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya ….
Nama
NIP
7.11 Kutipan Peta Pendaftaran
Pada pemetaan bidang tanah yang luas, seperti pemetaan areal HGU
atau HPL suatu bidang tanah kadang kala tercakup pada beberapa
lembar peta pendaftaran, sedangkan untuk keperluan proses
permohonan hak, pengumuman, surat ukur dan lain-lain diperlukan
gambar bidang tanah tersebut dalam satu lembar yang utuh, untuk
keperluan tersebut dibuat kutipan peta pendaftaran dengan skala
yang lebih kecil (pasal 39 PMNA-3/1997) .
Peta pendaftaran tetap dibuat dalam skala yang sesuai dengan
aturan berlaku, peta pendaftaran untuk perkebunan besar atau
sejenisnya dapat dibuat dengan menggunakan skala 1:1.000 dan
skala 1:2.500 atau lebih besar untuk areal dengan luas 10 Ha,
skala 1:2.500 dan skala 1:10.000 untuk areal dengan luas 10 Ha,
berikutnya baru dibuatkan kutipannya. Adapun aturan pembuatan
kutipan peta pendaftaran tersebut adalah sebagaimana diuraikan
berikut ini.
7.11.1 Skala Kutipan Peta Pendaftaran
Kutipan peta pendaftaran dibuat khusus untuk suatu bidang tanah
dalam cakupan satu lembar peta, untuk itu maka skala peta yang
digunakan adalah bervariasi sesuai luas dan bentuknya. Agar
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
memudahkan penentuan skala tersebut, berikut ini dibuatkan tabel
skala dan cakupan luas (panjang x lebar) yang dapat digambarkan
pada bidang gambar dengan ukuran 80 x 80 cm :
1:1.000 800 x 800 64
1:2.500 2000 x 2000 400
1:5000 4000 x 4000 1600
1:10.000 8000 x 8000 6400
1:15000 12000 x 12000 14400
1:20000 16000 x 16000 25600
1:2.5000 20000 x 20000 40000
1:30000 24000 x 24000 57600
1:35000 28000 x 28000 78400
1:40000 32000 x 32000 102400
1:45000 36000 x 36000 129600
1:50000 40000 x 40000 160000
Tabel 7-15 Tabel Skala dan Cakupan Bidang Gambar
7.11.2 Ukuran dan Format Lembar Peta :
Ukuran lembar kutipan peta pendaftaran adalah 103 cm x 86 cm,
yang dibatasi garis penuh dengan ketebalan 0.3 mm dan di
dalamnya terdiri atas :
Muka peta ; Ukuran muka peta adalah 80 cm x 80 cm .
SKALA PETA
LUAS YANG TERCAKUP DALAM
BIDANG GAMBAR 80 cm x 80 cm KETERANGAN
( Meter ) ( Ha ).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Bidang gambar ; bagian yang melingkupi muka peta dengan
titik pusat sama dengan titik pusat muka peta dan dibatasi
garis penuh dengan ukuran 80 cm x 80 cm.
Kotak keterangan ; bagian yang berisi judul, arah utara dan
skala, lokasi, petunjuk lembar, keterangan, legenda, instansi
pembuat serta bagian pengesahan peta pendaftaran dengan
ukuran 15 cm x 80. Kotak keterangan dibagi menjadi 8
(delapan) kotak secara rinci berurutan dari atas ke bawah,
dibuat dengan ukuran yaitu :
Kotak judul, arah utara dan skala dengan ukuran 15 cm x 14
cm ;
Kotak lokasi dengan ukuran 15 cm x 4 cm;
Kotak petunjuk letak bidang dan keterangan dengan ukuran
15 cm x 12 cm.
Kotak legenda dengan ukuran 15 cm x 24 cm.
Kotak instansi pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm.
Kotak nama Proyek dan Pemohon dengan ukuran 15 cm x 2 cm
Kotak pelaksana pemetaan dengan ukuran 15 cm x 7 cm.
Kotak pengesahan dengan ukuran 15 cm x 12 cm.
Kotak identifikasi pelaksana pengukuran dengan ukuran 15
cm x 2 cm.
Jarak antara bidang gambar dengan kotak keterangan adalah 2 cm,
jarak antara bidang gambar / kotak keterangan terhadap garis tepi
(batas tepi) peta adalah 3 cm.
7.11.3 Isi Lembar Peta
7.11.3.1 Didalam Batas Lembar Peta
(diluar bidang gambar dan kotak keterangan) :
Pada pojok kiri atas ditulis Propinsi :, bagian tengah ditulis
Kabupaten : atau Kotamadya :, bagian kanan atas ditulis NIB
: dengan tinggi dan tebal huruf cl. 240 / 1.0 mm dan jarak
garis bidang gambar/ garis keterangan ke huruf tersebut
diatas adalah 0.5 cm.
Disebelah kiri dan bawah bidang gambar ditulis harga grid
koordinat yang berupa nilai ordinat (Y) dan absis (X).
Penulisan nilai absis dan ordinat (X dan Y) adalah sejajar
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
dengan sumbu X dengan jarak 2 mm terhadap garis bidang
gambar. Tinggi dan tebal angka yang digunakan adalah Cl. 80
/ 0,2 mm.
Nilai ordinat dicantumkan sesuai grid koordinat bidang
gambar; sehingga pojok kiri atas dan kiri bawah penulisan nilai
koordinat grid tersebut tidak melebihi perpanjangan garis
bidang gambar bagian atas atau bawah (garis khayal) sedang
penulisan nilai absis pada pojok kiri bawah dan kanan bawah
tidak melebihi perpanjangan garis kiri dan kanan bidang
gambar. Penulisan nilai absis dan ordinat lainnya simetris
terhadap gridnya.
Gambar 7-16 Contoh Pemberian Angka Koordinat
Pada bagian kiri dan bagian bawah antara penulisan angka
ordinat dan angka absis dibuat petunjuk letak bidang tanah
(ruit/kotak). Pada bagian kiri dari bawah ke atas ditulis
berturut-turut angka 1 sampai dengan 8, sedangkan pada
bagian bawah dari kiri ke kanan berturut-turut ditulis huruf
A sampai dengan H. Letak angka di tengah-tengah antara dua
garis dan dua angka ordinat, sedangkan letak huruf di tengah-
tengah antara dua garis dan dua angka absis .
Ukuran tinggi huruf dan angka tersebut adalah cl 240 dan
tebal 0.6 mm.
7.11.3.2 Di dalam Muka Peta/ Bidang Gambar
Di tepi kiri dan kanan dibuatkan tanda grid setiap selang 10
cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0.2 mm
dan panjang 4 mm.
2094000
2093750
Koordinat pada
Pojok kiri atas
2092250
2092000
316750 316500
Koordinat pada
pojok kiri bawah
31850
0
318250
Koordinat pada
pojok kanan bawah
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Di tepi atas dan bawah dibuatkan tanda grid setiap selang 10
cm berupa garis lurus dari atas ke bawah dengan tebal 0.2
mm dan panjang 4 mm.
Setiap selang 10 cm dimulai dari tepi kiri ke kanan dibuatkan
tanda grid berupa garis lurus, titik dan garis lurus dari kiri ke
kanan dengan tebal 0.2 mm dan panjang 0,4 mm.
Setiap selang 10 cm dari tepi atas ke bawah dibuatkan tanda
grid berupa garis lurus dengan tebal 0.2 mm dan panjang 4
mm.
Jarak antara titik dan garis adalah 1 mm.
Detail-detail (titik dasar teknik, sungai, jalan, jembatan,
batas administrasi, bangunan), dan bidang tanah digambar
sesuai dengan peta pendaftarannya.
Dalam hal bidang tanah tetap tidak dapat tercakup dalam
bidang gambar, (dalam satu lembar peta) maka skala peta
dapat disesuaikan pada skala yang lebih kecil, sehingga bidang
tanah tetap tergambar penuh pada kutipan peta pendaftaran
ini.
7.11.3.3 Di dalam Kotak Keterangan
a. Kotak judul dan skala;
Judul yaitu (misalnya) :
KUTIPAN PETA PENDAFTARAN
ditulis dengan tinggi huruf Cl.290 dan tebal 1.0 mm dan
jarak dari garis tepi atas ke bagian atas huruf adalah 1.5
cm.
Arah utara ; berupa panah dengan panjang kaki 6 cm,
bagian sayap 4.5 cm, dengan huruf U pada bagian atasnya
serta ukuran tinggi cl. 120 tebal 0.3 mm, jarak huruf
dengan ujung panah 2 mm. Sayap bagian kiri di buat hitam
(massif).
Skala numeris; berupa tulisan “ Skala 1 : ………. “ sesuai
dengan skala yang dibuat. Tulisan skala menggunakan
ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Skala grafis; Skala grafis dibuat berupa tiga garis
horizontal paralel dengan panjang 8 cm, jarak masing-
masing garis 1 mm.
Garis tersebut dibagi atas 5 kolom dimana kolom pertama
dengan ukuran lebar 1 cm dibagi atas 10 garis vertikal
dengan jarak 1 mm. Kolom kedua dengan lebar 2 cm bagian
bawah dibuat hitam (massif), kolom ke tiga dengan lebar 2
cm bagian atas dibuat hitam (massif), kolom ke empat
dengan jarak 2 cm bagian bawah di buat hitam (massif) dan
kolom ke lima berjarak 1 cm bagian atas dibuat (massif).
2 mm diatas garis skala ditulis besaran yang mewakili
panjang masing-masing kolom dengan tinggi angka cl 60 dan
tebal 0.2 mm, berurutan sebagai contoh untuk skala 1 :
25.000 adalah digambarkan sebagai berikut :
Gambar 7-17 Arah Utara, Skala Numeris dan Skala Grafis
Jarak dari skala numeris ke bagian atas angka skala grafis
adalah kurang lebih 1.3 cm, sedangkan jarak skala grafis
dengan garis batas kotak adalah 1.5 cm.
250 0 500 1.000 1500 1750 meter
Skala 1 : 25.000
U
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
b. Kotak Lokasi;
Kotak lokasi 15 x 4 cm dibagi atas 4 baris dan dua kolom
dengan lebar 1 cm dan lebar kolom pertama 5.5 cm.
Pada baris pertama dan ke tiga, kolom pertama ditulis
KECAMATAN dan pada kolom kedua ditulis nama
kecamatan nya.
Pada baris ke dua dan ke empat, kolom pertama ditulis
DESA/ KELURAHAN dan pada kolom kedua ditulis nama
desa/ kelurahan nya.
Ukuran garis yang digunakan adalah 0.3 mm dan ukuran
tinggi huruf Cl. 120 dengan tebal 0.3 mm. Penulisan huruf
rata kiri dan center vertikal.
c. Kotak Petunjuk Letak Bidang;
Petunjuk letak peta bidang tanah terhadap lembar peta
pendaftarannya, tulisan “PETUNJUK LETAK BIDANG
TANAH” dengan ukuran tinggi huruf cl. 140 dan tebal
05 mm. Jarak bagian atas huruf dengan garis kotak
adalah 1 cm.
Diagram yang menunjukkan letak kutipan peta
pendaftaran terhadap peta pendaftarannya ditunjukan
oleh minimal 9 bujur sangkar yang masing-masing
berukuran 2 cm x 2 cm atau lebih kecil dan tebal garis
0.2 mm.
Garis tebal (0.5 mm) menunjukkan batas pembagian
lembar skala 1 : 10.000, garis tebal (0.3) menunjukkan
batas pembagian lembar skala 1 : 2.500. Sketsa bidang
tanah yang dipetakan diletakkan sesuai dengan letak
bidang tersebut pada peta pendaftarannya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
PETUNJUK LETAK BIDANG TANAH
Gambar 7-18 Petunjuk Letak Bidang Tanah Pada Peta Pendaftaran Skala 1:10.000
Dari contoh diagram diatas dapat diketahui peta
pendaftaran asalnya adalah peta skala 1 : 10.000, dengan
nomor peta pendaftarannya :
- 46.2-48.301 - 46.2-49.301
- 46.2-50.301 - 46.2-48.302
- 46.2-49.302 - 46.2-50.302
- 46.2-47.303 - 46.2-48.303
- 46.2-49.303 - 46.2-47.304
- 46.2-48.304 - 46.2-49.304
Jarak antara kotak diagram dengan tulisan petunjuk
lembar peta adalah 5 mm.
Pada bagian kanan atas ditulis nomor zone dengan ukuran
huruf cl 120 tebal 0.3 mm, bagian bawah dan kanan
diagram ditulis nomor lembar peta skala 1 : 10.000 yang
berupa kolom baris.
Jika peta pendaftarannya skala 1 : 2.500 atau skala 1 :
1.000 maka pada didalam kotak lembarnya ditulis sebagai
berikut :
47 48 49 50
304
303
302
301
ZONE : 46.2
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
“Nomor lembar skala 1 : 2.500” dengan ukuran huruf cl
.140 dan tebal 0.3 mm untuk peta pendaftaran skala 1 :
2.500.
“Nomor lembar skala 1: 2.500 dan skala 1 : 1.000”
dengan ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.3 mm
untuk peta pendaftaran skala 1 : 1.000.
Karena penomoran dilakukan didalam kotak /bujur
sangkar, maka pengarsiran diagram bidang tanah harus
dibuat sedemikian rupa sehingga nomor-nomor lembar
tetap dapat dibaca dengan jelas.
Sebagai contoh berikut ini adalah diagram petunjuk letak
bidang tanah yang peta pendaftarannya adalah peta skala
1:2.500 dan 1:1.000.
PETUNJUK LETAK BIDANG TANAH
Gambar 7-19 Petunjuk Letak Bidang Tanah Pada Peta Pendaftaran Skala 1:2.500
47 48
303
302
ZONE : 46.2
15 16 13
03 04 01
07 08 05
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Untuk peta pendaftaran asalnya dengan skala 1:1.000 :
PETUNJUK LETAK BIDANG TANAH
Gambar 7-20 Petunjuk Letak Bidang Tanah Pada Peta Pendaftaran Skala 1:1.000
Keterangan; Keterangan dimaksudkan untuk menuliskan
informasi yang dianggap penting dalam proses pembuatan
peta pendaftaran.
Judul “KETERANGAN” dibuat dengan ukuran tinggi
huruf Cl. 100 dan tebal 0.2 mm dan jarak bagian atas
huruf dengan kotak diagram adalah 1 cm atau 1.5 cm.
Isi keterangan dibuat dengan jarak 8 mm dari judul
“keterangan” dan sebaiknya dibuat/ditulis dengan
jarak 1 spasi dengan menggunakan tinggi huruf cl 80
dan tebal 0.2 mm.
d. Kotak Legenda
Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA
dengan ukuran tinggi huruf Cl. 140 dan tebal 0.5 mm.
Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengan garis
kotak legenda adalah 7 mm.
303
302
ZONE : 46.2
16-8 16-9 13-8
04-2 04-3 01-1
04-5 04-6 01-4
47 48
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Simbol / legenda dibuat sesuai legenda peta pendaftaran,
dan dipilih sesuai skala peta kutipan yang dibuat. Jika
Peta Kutipan ini dibuat dengan skala 1:000 maka
legendanya mengikuti legenda peta pendaftaran skala
1:1.000, dan bila dibuat dengan skala 1:2.500 atau lebih
kecil maka legendanya mengikuti legenda peta
pendaftaran skala 1:2.500, sedangkan peta kutipan yang
dibuat pada skala 1:10.000 atau lebih kecil, maka
legendanya pengikuti legenda peta pendaftaran skala
1:10.000.
e. Kotak Instansi Pembuat
Pada kotak ini dicantumkan Logo BPN dan ditulis:
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
dengan ukuran tinggi huruf Cl. 175 dan tebal 0.6 mm.
Bagian organisasi pembuat ditulis dengan ukuran tinggi
huruf cl 100 dan tebal 0.3 mm yang terdiri dari :
DEPUTI BIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN
TANAH
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
atau :
KANTOR WILAYAH PROPINSI ………….
BIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN TANAH
atau :
KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/ KOTAMADYA …
SEKSI PENGUKURAN PENDAFTARAN TANAH
Gambar 7-21 Contoh kolom Instansi Pembuat
BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPUTI BIDANG PENGUKURAN DAN PEMETADAFTARAN TANAH
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
f. Kotak Nama Proyek dan Pemohon
Berisikan nama proyek dan pemohon/ badan hukum sbb :
Nama proyek dengan ukuran tinggi huruf Cl. 175 dan tebal
0.6 mm.
Pemohon/ Badan Hukum dengan menggunakan tinggi huruf
Cl 140 dan tebal 0.4 mm.
contoh :
PEMETAAN KELILING BATAS (HGU)
PT. XXXXXXXXXXXX
Gambar 7-22 Contoh Kotak Nama Proyek dan Pemohon
g. Kotak Pelaksana Pemetaan
Untuk kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh BPN
(Pusat), misalnya dibuat sebagai berikut :
Gambar 7-23 Contoh Kotak Pelaksanan Pemetaan
PEMETAAN Paraf/Tanggal
Digambar oleh
Koordinator
Diperiksa oleh
Nomor DI 302
Nomor DI 307
LUAS
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
h. Kotak Pengesahan
Untuk kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh BPN
(Pusat), dibuat sebagai berikut :
Tempat, tanggal dan tahun
Untuk Pembuatannya,
Kepala Subdit. Pengukuran Dan Pemetaan Terrestris
Nama
NIP
Mengetahui,
A.N Deputi Bidang Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah
Direktur Pengukuran Dan Pemetaan
Nama
NIP
Kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh Kantor Wilayah
BPN (Propinsi), adalah sebagai berikut :
Tempat, tanggal dan tahun
Untuk Pembuatannya,
Kepala Bidang Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah.
Nama
NIP
Mengetahui,
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Propinsi …
Nama
NIP
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Kutipan peta pendaftaran yang dibuat oleh Kantor
Pertanahan (Tk. II), adalah sebagai berikut :
Tempat, tanggal dan tahun
Untuk Pembuatannya,
Kepala Seksi Pengukuran Dan Pendaftaran tanah
Nama
NIP
Mengetahui,
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya …
Nama
NIP
Bagian pengesahan peta untuk penggunaannya yang
pengesahannya oleh Kepala Kantor Pertanahan ditulis
sebagai contoh berikut :
Tempat, tanggal dan tahun
Untuk Penggunaannya
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya …
Nama
NIP
Dengan ukuran tinggi huruf cl. 120 dan tebal 0.3 mm untuk
bagian yang dicetak tebal dan cl. 80 / 0.2 mm untuk teks
lainnya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
h. Kotak Identifikasi Perusahaan
Kotak untuk menuliskan nama perusahaan pelaksana (jika
dilaksanakan oleh pihak Swasta) tanpa mencantumkan logo
perusahaan ditulis sebagai berikut :
PELAKSANA
Nama Perusahaan
7.11.3.4 Metoda Pembuatan Kutipan Peta Pendaftaran
a. Metoda Manual;
Persiapkan lembar bingkai (frame) atau lembar kartografi
sesuai dengan format diatas.
Jika skalanya sama dengan skala peta pendaftarannya
maka disalin / dikutip dari peta pendaftaran tersebut
kepada lembar kartografi yang telah disiapkan.
Jika skalanya tidak sama dengan peta pendaftarannya
maka di proses dari data lapangan yang sama dan dikartir
terlebih dahulu di kartir pada kertas gloria yang disebut
manuskrip (peta kartiran) dengan skala tertentu sesuai
dengan peta yang akan dibuat (aturan diatas);
Pemilihan skala harus rencanakan dengan baik sehingga
keseluruhan areal akan tercakup dalam satu lembar
manuskrip .
Pemilihan simbol legenda dan penggambaran halus
(kartografi) sama dengan pembuatan peta pendaftaran
(perhatikan skala peta untuk pemilihan simbol).
Salin peta kartiran atau manuskrip yang telah diperiksa
kelengkapan dan kebenarannya pada lembar kortografi.
b. Metoda Digital
Jika tersedia data digital peta pendaftarannya maka
dilakukan editing (jika perlu, untuk penyesuaian simbol
dan skala) dan diplot pada bingkai peta yang sebelumnya
Cl 120 / 0.3 mm
Cl 140 / 05 mm
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
telah dipersiapkan sesuai skala yang ditentukan dan
format yang berlaku.
Jika tersedia data koordinat keliling batas (ASCII)
ditranfer ke data feature geografik (titik, garis dan
poligon) serta text. Dengan menggunakan software CAD
atau Arc/Info atau Micro Stations data tersebut
selanjutnya diolah atau dilakukan editing sesuai data
gambar ukurnya dan dilakukan pemeriksaan kartografi
dari hasil check-plot.
Karena pada peta digital hampir tidak mengenal skala,
dalam arti peta dapat di plot dengan skala sesuai
kehendak pengguna, maka masing-masing data
ditempatkan sesuai layer yang berlaku.
Pada pengeplotan dengan perbesaran atau pengecilan,
tidak semua layer yang harus diedit, mungkin hanya layer
jalan saja, atau layer text saja, hal ini sangat tergantung
dari cara pembentukan layernya sendiri, dan berapa kali
perbesaran atau pengecilan dilakukan.
Jika tersedia data lapangan dan gambar ukur berupa
sketsa, maka dengan menggunakan software CAD
dilakukan peng-kartiran persil bagian perbagian, serta
pengkartiran detail lainnya pada layar monitor sehingga
menghasilkan manuskrip. Dilakukan pemeriksaan hasil
check plot, editing jika perlu, selanjutnya di plot sesuai
skala dan format yang ditentukan.
Plotting diatas drafting film 0.03” dilaksanakan jika hasil
check-plot telah dianggap tidak ada lagi kesalahan atau
kekurangan.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
SIMBOL PETA PENDAFTARAN SKALA 1:1.000 DAN 1:2.500
Batas Desa
Batas Kecamatan
Batas Kab/Kodya/Kotip
Batas Propinsi
Batas Negara
... ...
. . .
BATAS ADMINISTRASI :
BATAS FISIK DAN BANGUNAN :
Batas Bidang Tanah
Bangunan
Bangunan Bertingkat
Nomor Bidang Tanah
250
T
JALAN, REL K.A DAN JEMBATAN
Jalan Aspal
Jalan Tanah
Rel Kereta Api
Rel Lori
Jembatan
Laut Tawar
Sungai / anak sungai
Saluran Irigasi Teknis
Saluran air / got
Danau
Rawa
PERAIRAN :
TL
TT
Titik Dasar Teknik Orde 0 dan 1
Titik Dasar Teknik Orde 2
Titik Dasar Teknik Orde 3
Titik Dasar Teknik Orde 4
Titik Dasar teknik Orde 4 Lokal
Tiang Listrik
Tiang Telepon
Titik Tinggi
TITIK DAN BENDA TETAP LAINNYA :
35.9
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
SIMBOL PETA PENDAFTARAN SKALA 1 : 10.000
Batas Desa
Batas Kecamatan
Batas Kab/Kodya/Kotip
Batas Propinsi
Batas Negara
... ...
. . .
BATAS ADMINISTRASI :
BATAS FISIK DAN BANGUNAN :
Batas Bidang Tanah
Bangunan
Bangunan Bertingkat
Nomor Bidang Tanah
250
T
JALAN, REL K.A DAN JEMBATAN
Jalan Aspal
Jalan Tanah
Rel Kereta Api
Rel Lori
Jembatan
TL
TT
Titik Dasar Teknik Orde 0 dan 1
Titik Dasar Teknik Orde 2
Titik Dasar Teknik Orde 3
Titik Dasar Teknik Orde 4
Titik Dasar teknik Orde 4 Lokal
Tiang Listrik
Tiang Telepon
Titik Tinggi
TITIK DAN BENDA TETAP LAINNYA :
35.9
Laut Tawar
Sungai / anak sungai
Saluran Irigasi Teknis
Saluran air / got
Danau
Rawa
Belukar, Hutan, Pinus
Jati, Karet, Kina
Coklat, Lada, Cengkeh
Kelapa, Sawit, Sagu
Tembakau, Tebu, The
Kopi, alang-alang, Bambu
PERAIRAN DAN VEGETASI :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 8
SURAT UKUR
Surat Ukur (d.i 207) merupakan kutipan gambar bidang tanah dari peta
pendaftaran yang dibuat 2 (dua) rangkap, satu disimpan pada Kantor
Pertanahan sebagai arsip dalam daftar surat ukur (d.i 311 B), dan yang lainnya
merupakan bagian sertipikat tanah untuk menginformasikan tanah tersebut
haknya telah terdaftar pada buku tanah.
Surat Ukur merupakan salah satu kegiatan pengukuran dan pemetaan, dimana
setiap bidang tanah yang telah dipetakan dalam peta pendaftaran dibuat surat
ukur guna keperluan pendaftaran haknya (pasal 14 ayat 2 dan pasal 22 ayat 1
PP24/1997).
Sedangkan untuk wilayah wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik
yang belum tersedia peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari hasil
pengukuran yang dipetakan pada peta dasar pendaftaran, atau jika peta dasar
pendaftaran juga tidak tersedia, maka surat ukur dibuat dari peta bidang
tanah (pasal 22 ayat 2 PP24/1997).
8.1 Tata Cara Pembuatan Surat Ukur
Secara umum surat ukur dibuat dengan mengutip gambar bidang tanah
yang dimaksud dari peta pendaftaran, atau peta bidang tanah yang
dibuat untuk keperluan pengumuman, secara lebih rinci dijelaskan sebagai
berikut :
8.1.1 Tersedia Peta pendaftaran
Bidang tanah dimaksud yang terdapat pada peta pendaftaran disalin
ke blanko daftar isian 207 pada halaman 2 atau halaman 2 dan 3.
Penyalinan tersebut dapat dilakukan langsung dengan skala yang sama
sesuai skala peta pendaftarannya atau di buat dalam skala yang lebih
besar, namun harus disesuaikan dengan ruang gambar yang tersedia
pada daftar isian 207 (pasal 157 ayat 4 PMNA 3/1997).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Cara penyalinan yang paling mudah dilakukan jika skalanya sama
dengan skala peta pendaftaran adalah dengan menggunakan meja
gambar kaca yang mempunyai lampu penerangan di dalamnya.
Letakkan peta pendaftaran pada meja kaca, kemudian letakkan
blanko daftar isian 207 diatasnya.
Penyalinan tidak hanya bidang tanah yang dimaksud, tetapi juga
bidang tanah yang bersebelahan serta situasi disekitar bidang tanah
dimaksud.
8.1.2 Tidak Tersedia Peta Pendaftaran
Jika tersedia peta dasar pendaftaran, maka hasil ukuran dilapangan
di kartir pada peta dasar pendaftaran. Hasil kartiran ini disalin atau
dikutip pada blanko daftar isian 207 sebagai mana cara diatas.
Jika tidak tersedia peta dasar pendaftaran maka hasil pengukuran
dikartir untuk pembuatan peta bidang tanah guna pengumuman. Surat
ukur dapat dibuat dengan menyalin atau mengutip peta bidang tanah
tersebut.
Dalam hal bidang tanah yang akan digambarkan sangat luas, sehingga
penggambaran pada daftar isian 207 yang tersedia akan
menghasilkan skala yang sangat kecil, maka salinan peta pendaftaran
dapat digunakan sebagai surat ukur (pasal 157 ayat 5 PMNA 3/1997).
8.1.3 Tersedia Peta/ Data Digital
Surat ukur dapat dibuat dengan mem plot bidang tanah dimaksud dan
bidang tanah serta situasi disekitar bidang tanah dimaksud (data
spasial dan tektual) pada blanko daftar isian 207 (pasal 157 ayat 3
PMNA 3/1997), dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistim sunting
gambar (cropping). Penge-plot-an dapat dilakukan dengan skala yang
dikehendaki, namun demikian disarankan menggunakan skala sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
8.1.4 Perubahan, Penghapusan Dan Pembuatan Surat Ukur Baru
Jika terjadi pengukuran ulang, yang menyebabkan perubahan bentuk
fisik dan luas, maka pada surat ukur harus di lakukan perubahan
sesuai data perubahan tersebut (pasal 41ayat 5 PMNA 3/1997).
Perubahan tersebut dapat dilakukan langsung pada surat ukurnya
atau dibuatkan surat ukur pengganti jika surat ukur lama tidak
memungkinkan untuk digunakan.
Jika terjadi pemecahan, untuk pendaftarannya masing-masing bidang
dibuatkan surat ukur baru, sebagai pengganti surat ukur lama (pasal
133 ayat 3 PMNA 3/1997.
Surat ukur semula dinyatakan tidak berlaku lagi dengan
mencantumkan catatan dengan kalimat sebagai berikut :
"Tidak berlaku lagi karena haknya sudah dibukukan sebagai hak atas
bidang-bidang tanah hasil pemecahan sempurna, yaitu Hak …….
Nomor … s/d ….. (lihat buku tanah nomor ... s/d .... )", yang dibubuhi
tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk
berikut cap dinas Kantor Pertanahan (pasal 133 ayat 5 PMNA
3/1997).
Bidang atau bidang-bidang tanah yang dipisahkan untuk
pendaftarannya dibuatkan surat ukur tersendiri pasal 134 ayat 3
PMNA 3/1997.
Dalam pendaftaran pemisahan bidang tanah surat ukur yang lama
tetap berlaku untuk bidang tanah semula setelah dikurangi bidang
tanah yang dipisahkan dan pada nomor surat ukur dan nomor haknya
ditambahkan kata "sisa" dengan tinta merah, sedangkan angka luas
tanahnya dikurangi dengan luas bidang tanah yang dipisahkan pasal
134 ayat 5 PMNA 3/1997 .
Bidang atau bidang bidang tanah hasil penggabungan untuk
pendaftarannya dibuatkan surat ukur baru (pasal 135 ayat 3 PMNA
3/1997).
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Pendaftaran penggabungan bidang-bidang tanah dilakukan dengan
menyatakan tidak berlaku lagi surat ukur atas bidang-bidang tanah
yang digabung dan membuatkan surat ukur baru untuk bidang tanah
hasil penggabungan (pasal 135 ayat 4 PMNA 3/1997).
Untuk melaksanakan hal sebagaimana dimaksud diatas pada masing-
masing surat ukur bidang-bidang tanah yang digabung dicantumkan
catatan dengan kalimat sebagai berikut :
"Tidak berlaku lagi karena haknya sudah dibukukan sebagai hak atas
bidang tanah hasil penggabungan dengan tanah Hak ….. Nomor …../……
, yaitu Hak ……. Nomor … s/d ….. (lihat surat ukur/buku tanah nomor
... .. )", yang dibubuhi tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan atau
pejabat yang ditunjuk berikut cap dinas Kantor Pertanahan (pasal
135 ayat 5 PMNA 3/1997).
Suatu bidang tanah yang telah hapus haknya karena suatu hal, maka
dalam surat ukurnya nomor hak yang telah hapus dicoret dengan tinta
hitam pasal 131 PMNA 3/1997.
8.2 Pelaksana dan Pengawasan Pembuatan Surat Ukur
Surat ukur dibuat oleh Satgas Pengukuran dan Pemetaan dalam
pendaftaran tanah sistematik dan petugas pengukuran atau yang
ditunjuk jika pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik. Dalam hal
pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilaksanakan oleh pihak
ketiga, maka pembuatan surat ukur dilaksanakan oleh pihak ketiga
tersebut.
Pengawasan pelaksanaan pembuatan surat ukur dilaksanakan oleh
Wakil Ketua I pada pendaftaran tanah sistematik, Kepala Seksi
Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau petugas yang ditunjuk jika
pendaftaran tanah sporadik.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
8.3 Pengesahan Surat Ukur
Pengesahan dilakukan oleh Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala
Seksi Pengukuran dan Pendaftaran tanah pada pendaftaran tanah
sistematik (pasal 53 ayat 1.g PMNA 3/1997), oleh Kepala Seksi
Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau pejabat yang ditunjuk untuk
pendaftaran tanah sporadik (pasal 156 ayat 4 PMNA 3/1997).
Pengesahan salinan untuk pembuatan sertipikat dilakukan oleh Ketua
Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan pada
pendaftaran tanah sistematik, atau oleh Kepala Kantor Pertanahan
untuk pendaftaran tanah sporadik (pasal 156 ayat 5 PMNA 3/1997).
8.4 Penata Usaha Surat Ukur
8.4.1 Penomoran Surat Ukur
Nomor Surat Ukur terdiri dari nomor menurut urutan waktu
dibuatnya, nama desa letak tanah, dan tahun pembuatannya, yang
dipisahkan dengan garis miring, dengan ketentuan bahwa sampai
dengan tanggal 31 Desember 1997 untuk pendaftaran tanah secara
sporadik dan sampai dengan tanggal 31 Maret 1998 untuk
pendaftaran tanah secara sistematik masih berlaku sistem
penomoran surat ukur yang sekarang berlaku (lama) (pasal 158 ayat 8
PMNA 3/1997) .
Untuk nama desa cukup dicantumkan kode desa/ kelurahan saja,
sebagai contoh untuk dkelurahan Pasar Minggu dengan kode
kelurahan (07), maka nomor surat ukur dapat ditulis sbb :
1033/07/1998
Pengurutan nomor surat ukur adalah dimulai dari angka 1 (satu) dan
selanjutnya untuk surat ukur berikutnya pada desa/ kelurahan yang
Nomor menurut urutan
waktu dibuatnya Kode desa/ kelurahan Tahun pembuatan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
sama adalah dengan penambahan 1 (satu) (increment 1) dari nomor
terakhir pada desa/ kelurahan tersebut, tanpa memperhatikan tahun
pelaksanaannya.
8.4.2 Penyimpanan
(Pasal 161 PMNA 3/1997)
Surat ukur disimpan dalam himpunan pertahun untuk setiap desa/
kelurahan secara berurutan sesuai urutan nomor surat ukur.
Himpunan per tahun tersebut diatas dapat dilakukan pada daerah
yang kegiatannya padat tapi sebaiknya dalam satu himpunan terdiri
dari 50 surat ukur tanpa membatasi tahun pembuatan surat ukurnya.
Himpunan surat ukur tersebut diatas dijilit hard cover dengan
format sampul depan adalah sebagai berikut :
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KANTOR PERTANAHAN
KOTAMADYA JAKARTA SELATAN JALAN TRUNOJOYO NO. 1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN
SURAT UKUR
NOMOR : 150 S/D NOMOR 200
KELURAHAN PASAR MINGGU (07)
KECAMATAN PASAR MINGGU (03)
TAHUN 1998
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Surat ukur dapat disimpan dalam bentuk digital grafis atau micro
film.
8.4.3 Daftar Surat Ukur
(Pasal 160 PMNA 3/1997)
Setiap surat ukur yang telah diterbitkan dicatat dalam daftar surat
ukur (daftar isian 311 B dan ditutup setiap akhir bulan.
Daftar isian 311 B dihimpun dalam 100 lembar dan dijilit dengan hard
cover.
8.5 Contoh Pengisian daftar isian 207
Surat Ukur terdiri dari 4 (empat) halaman :
8.5.1 Halaman pertama.
a. Pada kotak identifikasi secara berurutan ditulis kode :
Propinsi
Kabupaten / Kotamadya
Kecamatan
Desa / Kelurahan
Hak dan
Nomor bidang tanah
b. Pada nomor hak : tulis nomor hak tanah yang bersangkutan, misalnya
HGB 207.
c. NIB : diisi lengkap 13 digit, misalnya 09.02.05.07.01035
d. Pada Nomor : ….
ditulis nomor surat ukur. Nomor surat ukur terdiri dari nomor menurut
urutan waktu dibuatnya di dalam wilayah suatu desa/ kelurahan, kode
nomor desa/ kelurahan dan tahun pembuatannya (pasal 158 PMNA
3/1997)
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Contoh : untuk kelurahan Pasar Minggu (dengan kode kelurahan 07),
pelaksanaan tahun 1998 dan urutan pembuatannya untuk kelurahan
tersebut (diusahakan) sesuai dengan pemberian NIB bidang tanahnya
dimisalkan 1035, maka :
Nomor : 1035 / 07 / 1998.
e. Pada isian lokasi bidang tanah disi lengkap,misal sebagai berikut :
Propinsi : DKI Jakarta
Kabupaten / Kotamadya : Jakarta Selatan
Kecamatan : Pasar Minggu
Desa / Kelurahan : Pasar Minggu
f. Pada ruang Peta ditulis nama peta yang menjadi referensi pembuatan
Surat Ukur ini, bisa berupa peta pendaftaran sistim koordinat nasional
atau peta sistim koordinat lokal. Sebagai contoh untuk lokasi yang
telah memiliki peta pendaftaran (sistim koordinat nasional) atau lokal
maka ditulis sbb:
Peta : Peta Pendaftaran
atau
Peta : Peta pendaftaran DPPT DKI
g. Pada ruang Lembar dan Kotak diisi sesuai dengan letak bidang tanah
pada peta yang disebut pada (a6) diatas.
h. Pada ruang Nomor Pendaftaran ditulis nomor indentifikasi bidang
tanah (NIB).
i. Pada ruang Keadaan Tanah ditulis penggunaan tanah pada waktu
diadakan pengukuran batas bidang tanah.
j. Pada ruang Tanda Batas ditulis tanda batas yang ada, misalnya patok
kayu, tembok pagar, dlsb.
k. Pada ruang Luas ditulis luas bidang tanah dengan angka dan huruf yang
ditulis dalam tanda kurung.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
l. Pada ruang Penunjukan dan penetapan batas ditulis siapa yang
menunjukkan batas.
SURAT UKUR NIB : 09.01.03.07.01035
Nomor : 1035/07/1998
Sebidang tanah terletak dalam :
Propinsi : DKI Jakarta
Kabupaten/ Kotamadya : Jakarta Selatan
Kecamatan : Pasar Minggu
Desa / Kelurahan : Pasar Minggu
Peta : Peta Pendaftaran
Lembar : 48.2-20.205-02-9 Kotak :A3 Nomor pendaftaran : -
Keadaan tanah :
Tanda-tanda batas :
Luas :
Penunjuk dan penetapan batas :
DI. 207 0 9 . 0 1 . 0 3 . 0 7 . 1 . 0 1 0 3 5 Nomor Hak : HGB 210
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
8.5.2 Halaman kedua dan ketiga.
a. Halaman kedua dan jika perlu juga halaman ketiga dipergunakan
untuk menggambar bidang tanahnya dan bidang tanah disekelilingnya.
b. Peta bidang tanah sebagaimana disebut pada angka a) diatas
merupakan kutipan peta pendaftaran, skala peta dapat dibuat sama
dengan skala peta pendaftarannya atau dapat diperbesar untuk lebih
memperjelas letak bidang tanah dan disesuaikan dengan ukuran
surat ukur.
c. Batas bidang tanah yang terdaftar dibuat lebih tebal dibandingkan
dengan batas bidang tanah sekelilingnya.
d. Pada bidang tanah disekelilingnya dicantumkan nomor identifikasi
bidang tanahnya.
101
91
53
Tanah Milik
adat
GS 165/1976
HM. 203
Penjelasan : batas tanah ini
Perbandingan 1 : 1000
1035
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
8.5.3 Halaman Keempat.
a. Pada ruang lain-lain ditulis hal-hal yang dianggap perlu, misalnya :
tanggal dan nomor surat ukur yang lama jika surat ukur itu
merupakan pemisahan, penggantian atau penggabungan.
hak yang terdaftar terjadi diatas Hak Milik orang lain, contoh :
Hak Guna Bangunan didirikan diatas Hak Milik Nomor:…….
b. Pada ruang tanda tangan :
Untuk surat ukur yang menjadi arsip pada ruang tanda tangan diisi
dengan tanda tangan Ketua Panitia Ajudikasi dan tanggal penanda-
tanganan surat ukur.
Untuk surat ukur yang menjadi bagian sertipikat, ruang tanda
tangan bagian kanan tidak perlu ditandatangani oleh Ketua Panitia
Ajudukasi cukup ditulis “ttd”.
Tanggal yang ditulis sesuai dengan tanggal surat ukur yang
menjadi arsip. Sedangkan ruang tanda tangan disebelah kiri di
tandatangani oleh Ketua Panitia Ajudikasi dan diberi tanggal
sama dengan tanggal penerbitan sertipikat (ruang h pada
sertipikat).
c. Pada ruang daftar isian 302 dikosongkan.
d. Pada ruang daftar isian 307 diisi tanggal dan nomor urut d.i. 307
SIS.
Setelah pembuatan dan penandatanganan surat ukur selesai, surat
ukur yang merupakan arsip kantor dijilid per 100 lembar. Untuk
memudahkan pengambilan surat ukur jangan dijilid mati tetapi dijilid
lepas.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Hal Lain-lain :
Daftar isian 302 tgl . ………………………………………….. No. …………………….
Daftar isian 307 tgl . …………………………………………… No. ……………………
Lihat Surat Ukur Nomor : …………… /19 Nomor Hak : ……….
Sisanya diuraikan dalam Surat Ukur Nomor : ……………….. / 19.. Nomor Hak ……..
UNTUK SERTIPIKAT
………………..tgl. …………
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya
Jakarta Selatan
NNNNNNN
NIP
………………..tgl. …………
Kepala Sesi Pengukuran Dan
Pendaftaran Tanah
Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya
Jakarta Selatan
NNNNNNN
NIP
Pemisahan
Penggabungan
Pengganti
Luas Tanggal Nomor
Nomor
Hak
Dikeluarkan Surat Ukur Sisa Luas
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
BAB 9
PENYIMPANAN DATA PENGUKURAN DAN PEMETAAN
Maksud penyimpanan data-data dan hasil Pengukuran dan Pemetaan
adalah agar data dan hasil ukuran yang berfungsi Dokumen dapat terawat
dengan baik, sehingga dapat digunakan kembali apabila akan dipakai di
kemudian hari. Sedangkan tujuannya adalah membuat sistem pengarsipan
dokumen yang berhubungan dengan pengukuran dan pemetaan secara rapi
dan teratur dalam rangka tercapainya pelaksanaan Catur Tertib
Pertanahan.
Dokumen yang harus disimpan adalah data dan hasil dalam
pelaksanaan pembuatan :
- Titik Dasar Teknik
- Peta Dasar Pendaftaran
- Gambar Ukur
- Peta Bidang Tanah
- Peta Pendaftaran Tanah
- Surat Ukur
Dokumen dimaksud dapat berupa soft copy misalnya disdet atau CD
ROM dan berupa hard copy misalnya peta atau print out dan berupa buku
misalnya buku tugu dan data/hasil hitungan yang telah dijilid.
8.1. Titik Dasar Teknik
Hasil dari pembuatan titik dasar teknik ialah Buku tugu, Peta Dasar
Teknik, data dan hasil hitungan serta peta rencana.
8.1.1. Buku Tugu
Buku tugu yang telah dijilid untuk setiap 50 (lima puluh) titik dasar
teknik, disimpan dalam lemari buku. Letak dan susunannya disesuaikan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
dengan orde titik dasar teknik. Titik dasar teknik orde yang sama disatukan
dan disusun berdasarkan urutan nomor.
Untuk keperluan penataan administrasi, maka setiap titik dasar
teknik harus dicatat pada daftar koordinat. Daftar koordinat dimaksud
adalah DI.106 lampiran nomor 39. Pengisian kolom DI. 106 sebagai berikut:
a. Kolom 1. diisi dengan nomor urut pencatatan
b. Kolom 2. diisi dengan nomor titik dasar teknik
c. Kolom 3. diisi sesuai angka ordenya.
d. Kolom 4. diisi dengan kata “lokal” apabila sistem koordinat belum
diikatkan pada sistem Nasional .
e. Kolom 5. diisi dengan kata “Nasional” apabila titik dasar tekniknya
sudah dalam sistem nasional “ – “ apabila titik dasar teknik
belum dalam sistem nasional
f. Kolom 6. diisi dengan harga koordinat X (absis) dalam satuan meter dan
ditulis dengan 2 (dua ) desimal dibelakang koma, misalnya
38576,78
g. Kolom 7. diisi dengan harga koordinat Y (ordinat) dalam satuan meter
dan ditulis dengan dua dibelakng koma, misalnya 290645,87
h. Kolom 8. diisi dengan harga lintang titik lengkap dengan penulisan satuan
sudut yaitu derajat ( ), menit ( ‘ ) dan detik ( “ ) ditambah
penulisan U atau S sesuai dengan lintangnya. Harga satuan
sudut dalam detik tanpa menyertakan desimal dibelakang
koma, misalnya 4 12 ‘ 17 “ U.
i. Kolom 9. diisi dengan harga bujur titik lengkap dengan penulisan satuan
sudut yaitu derajat ( ), menit ( ‘ ), dan detik ( “ ) ditambah
dengan penulisan B atau T sesuai dengan harga bujur. Harga
satuan sudut dalam detik tanpa menyertakan desimal di
belakng koma, misalnya : 111 29 “ 10 ‘ T.
j. Kolom 10. diisi dengan nomor lembar peta dimana titik dasar teknik
bersangkutan berada, misalnya : 48/XIL. II.A
k. Kolom 11. diisi apabila ada atau hal lain yang dianggap perlu misalnya :
“ Dibuat tahun 1996 “.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
8.1.2. Peta Dasar Teknik
Peta dasar teknik disimpan dalam lemari peta. Jika peta dasar
teknik menggunakan peta topografi, maka penyimpanan disusun berdasarkan
urutan nomor titik dasar teknik yang ada pada tiap lembar. Jika peta dasar
teknik dibuat bukan pada peta tofografi, maka penyusunan dibuat
berdasarkan satuan wilayah.
Setiap adanya perubahan pada teknik dasar teknik harus
dicatatkan pada peta dasar teknik. Pencatatan dilakukan dengan cara
menggambarkan titik tersebut di peta dasar teknik sesuai dengan posisi
sebenarnya di lapangan, dan menuliskan nomor yang baru. Nomor titik yang
lama dihapus dengan cara mencoret
8.1.3. Data Ukuran
Data ukuran titik dasar teknik dapat berupa data dijital dan print
out atau dalam bentuk daftar isian. Data dalam bentuk dijital disimpan pada
CD ROM atau disket yang disimpan dalam dalam kotak disket dan harus
dibuatkan back upnya. Setiap data yang ada dalam disket diberi label
dengan mencantumkan orde titik dasar teknik, tahun pelaksanaan
pengukuran dan satuan wilayah. Data yang dalam bentuk print out atau
daftar isian dijilid dalam bentuk buku dan dilengkapi dengan pencatuman
orde titik dasar teknik, tahun pelaksanaan dan wilayah. Dalam
penyimpanan, disarankan agar data disusun menurut orde dan tahun
pelaksanaan serta satuan wilayah.
Tempat penyimpanan data dapat dilakukan di Badan Pertanahan
Nasional, Kantor wilayah atau Kantor Pertanahan. Jika pengukuran titik
dasar teknik dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional maka data
ukuran disimpan di Badan Pertanahan Nasional. Jika data dimaksud akan
disimpan di Kantor Wilayah/Kantor Pertanahan maka harus dibuatkan
berita acara penyerahan data ukuran. Jika pengukuran dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah maka data disimpan di Kantor Wilayah atau Kantor
Pertanahan dengan membuat berita acara penyerahan data ukuran.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
8.1.4. Peta Perencanaan
Selain ketiga hal yang telah dijelaskan di atas peta rencana
pemasangan tugu titik dasar teknik juga harus disimpan. Peta rencana ini
dapat digunakan apabila di kemudian hari ada penambahan titik dasar
teknik yang baru apakah itu berupa penambahan titik dasar teknik orde
yang sama atau penambahan titik dasar teknik untuk perapatan. Peta
rencana ini pada kantor yang melakukan pengukuran . Peta rencana titik
dasar teknik orde 2 dan 3 disimpan pada Badan Pertanahan Nasional dan
peta rencana titik dasar teknik orde 4 disimpan pada Kantor Pertanahan.
8.2. Peta Dasar Pendaftaran
8.2.1. Peta Dalam bentuk Drafting Film/Sepia atau Peta Foto
Peta dasar pendaftaran dalam bentuk drafting film/diazo/sepia atau
peta foto disimpan dalam lemari peta. Lembar peta disusun berdasarkan
nomor lembar peta. Karena peta dasar merupakan dokumen yang hanya
dipakai pada waktu tertentu saja , maka disarankan agar penyimpanannya
tidak disatukan dengan lembar peta yang lain dalam lemari yang sama.
Pengambilan lembar peta dasar pendaftaran hanya untuk keperluan yang
penting saja. Penyimpanan lembar peta dasar pendaftaran harus disertai
dengan peta indeks/peta pembagian lembar .
Dalam rangka penertiban administrasi peta dibuat daftar peta dasar
pendaftran. Daftar ini dibuat untuk mendaftarkan semua peta-peta dasar
pendaftaran yang ada di Kantor Pertanahan. Daftar peta dasar
pendaftaran memuat kolom data-data mengenai lembar, jenis dan skala
peta, cakupan desa/kelurahan, asal peta, tahun pembuatan dan keterangan.
Daftar peta dasar pendaftaran dibuat dengan menggunakan DI. 311, sesuai
passl. 179 ayat 1, 2 dan 3. Pengisian daftar peta pendaftaran adalah
seperi di bawah ini.
Bagian atas kanan lembar daftar peta dasar pendaftaran diisi dengan nama
kantor lengkap dengan kabupaten atau kotamadya, sedangkan pengisian
kolom-kolom adalah sebagai berikut :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor lembar peta yang ada di bagian
kanan atas lembar peta
b. Kolom 2. diisi sesaui dengan jenis petanya yaitu peta garis atau peta
foto
c. Kolom 3. diisi sesuai dengan skala yang tertulis pada lembar peta
d. Kolom 4. diisi dengan nama-nama desa/kelurahan yang termasuk dalam
lembar peta
e. Kolom 5. diisi sesuai dengan pembuatan petanya, apakah dibuat
dengan cara fotogrametrik atau terrestrial, atau nama
instansi yang mengeluarkan peta tersebut.
f. Kolom 6. diisi sesuai dengan tahun pengeluaran peta
g. Kolom 7. diisi dengan kata “ memenuhi ” apabila peta tersebut
memenuhi menjadi peta pendaftaran, dengan ( - ) apabila
tidak memenuhi menjadi peta pendaftaran
h. Kolom 8. diisi dengan kata “ tidak ” apabila peta tersebut tidak
memenuhi menjadi peta pendaftaran, dengan ( - ) apabila
peta tersebut memenuhi
i. Kolom 9. diisi dengan hal-hal yang dianggap perlu mengenai lembar peta
misalnya : “ sistem lokal “.
Jika peta dasar pendaftaran yang semula dalam sisten koordinat lokal
dilakukan Transformasi ke sistem koordinat nasional, dengan cara
transformasi koordinat, maka peta semula akan menjadi arsip dan disimpan
pada tempat khusus, dan peta hasil transformasi akan menjadi peta dasar
pendaftaran. Jika transformasi dilakukan dengan cara placing grade tanpa
merubah format lembar peta, maka peta dasar pendaftaran akan tetap
berlaku sebagai peta dasar pendaftaran. Dengan adanya transformasi peta
tersebut daftar peta dasar pendaftaran harus diperbaiki atau
diperbaharui.
8.2.2. Peta Dasar Dalam Bentuk Dijital
Peta dasar dalam bentuk dijital yang ada disket atau CD ROM
disimpan pada tempat yang memenuhi syarat. Setiap disket harus dibuatkan
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
back upnya. Untuk tidak terjadi kekeliruan mengenai isi disktet atau CD
ROM maka ditandai dengan label yang dibubuhi dengan penjelasan
mengenai isi disket. Penjelasan meliputi isi daripada disket, nama kota
yang mewakili wilayah pemetaan, tahun pembuatan dan sistem koordinat
petanya. Untuk membedakan dua disket yang isinya sama dituliskan kata asli
pada disket asli dan kata back up pada disket back up.
Jika peta dasar pendaftaran mengalami transformasi maka tulisan
mengenai sistem koordinat yang ada pada label disket atau CD Rom diganti
dengan sistem koordinat TM-3 . Disket yang berisi hasil transformasi
juga harus dibuat back upnya.
8.2.3. Data Ukuran
Data yang disimpan dalam rangka pembuatan peta dasar pendaftaran
bergantung pada proses pembuatan petanya. Dengan metoda fotogrametrik
data yang diasilkan adalah :
1. Film photo
2. Peta indeks jalur terbang
3. Diapostip foto udara
4. Paper print foto udara
5. Hasil aerial triangulasi (hard copy/print out dan soft copy
/disket)
6. Peta indeks aerial triangulasi
7. Data hasil ukuran titik kontrol (vertikal dan horizontal)
8. Peta garis dalam bentuk manuskrip
9. Peta Indeks/Pembagian lembar Peta
10. Blow up identifikasi
11. Mosaik (Asli, Paper print, Diapositip, Negatip dan Diazo)
12. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk drafting film dan sepia
13. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk digital
14. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk (Negatip, Paper,
Diapositip dan Diazo)
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Penyimpanan dan pengelolaan film-film negatif dan foto udara sebagai
dokumen negara hasil pemotretan uadara yang dilakukan dalam rangka
pengukuran dan pemetaan peta dasar pendaftaran secara fotogrametrikk
dilaksakan oleh Badan Pertanahan Nasional sesuai passl. 44 ayat 1.
Dokumen dimaksud adalah semua semua data dan material yang disebut di
atas kecuali Bolw up identifikasi, mosaik (paper dan diazo), peta
pendaftaran dalam bentuk drafting film dan satu set peta dasar
pendaftran dalam bentuk sepia serta peta dasar pendaftaran dalam bentuk
paper (peta foto). Penggunaan film mengenai negatif dan foto selain untuk
keperluan Badan Pertanahan Nasional, memerlukan izin tertulis dari
Menteri. Dalam operasional sehari-hari izin tertulis dapat dibuatkan oleh
Direktur pengukuran dan Pemetaan.
Data dari pembuatan peta dasar pendaftaran dengan cara pengukuran
terrestrial adalah :
1. Data ukuran (DI. 103)
2. Hasil hitungan (DI.104)
3. Peta Manuskrip/Kartiran
4. Peta Dasar Pendaftaran
Keempat data tersebut di atas disimpan di Kantor Pertanahan. Data ukuran
dan hasil hitungan yang sudah dijilid disimpan pada tempat yang aman yaitu
lemari buku. Setiap data dan hasil hitungan diberi nama, lokasi pemetaan,
sistem koordinat yang dipakai dan tahun pembuatan petanya.
8.2.3. Gambar Ukur
Gambar ukur yang disimpan perdesa setelah dijilid dengan sistem
lepas sebanyak 50 (lima puluh ) buah satu jilid, disimpan dalam lemari
buku. Setiap gambar ukur dibuatkan nomor gambar ukurnya dengan nomor
urut dalam DI. 302 (lihat lampiran 67 ) sesuai pasal. 31 ayat 5. Daftar
isian 302 adalah lembar yang memuat permohonan pekerjaan pengukuran
yang pengisiannya akan dijelaska seperti dibawah ini. Bagian kanan atas diisi
dengan nama Kantor pertanahan dan kolom-kolom diisi sebagai berikut :
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor yang ada pada lembar gambar ukur
b. Kolom 2. diisi sesuai dengan tanggal pembuatan gambar ukur
c. Kolom 3. diisi sesuai dengan nama dan alamat sipemohon yang tertulis
pada gambar ukur
d. Kolom 4. diisi sesuai dengan jenis hak yang dimohon yaitu hak milik, hak
guan usaha dan sebagainya
e. Kolom 5. diisi dengan status bidang tanah yang dimohon yaitu tanah
negara atau bukan tanah negara
diisi sesuai dengan nomor yang ada pada alas hak yaitu nomor
akte atau nomor lainnya jika ada
f. Kolom 6. diisi sesuai dengan nama kelurahan/desa dan kecamatan letak
tanah yang dimohon
g. Kolom 7. diisi sesuai dengan luas bidang tanah yang ada pad alas hak
h. Kolom 8. diisi sesuai dengan nomor pada DI 305
i. Kolom 9. diisi dengan nama petugas ukur yang melaksanakan pengukuran
bidang tanah
j. Kolom 10. diisi sesuai dengan penerbitan surat ukur
k. Kolom 11. diisi sesuai dengan nomor surat ukur
l. Kolom 12. diisi sesuai dengan luas yang ada pada surat ukur yang didapat
dari hasil pengukuran di lapangan
m. Kolom 13. diisi dengan NIB bidang tanah
n. Kolom 14. diisi sesuai dengan nomor urut pada DI 307
o. Kolom 15. diisi apabila ada hal-hal yang perlu misalnya hasil
penggabungan dari gambar ukur xxxxxxxxx atau pemisahan
dari xxxxxxxx ( tulis nomor gambar ukur asalnya),
Jika bidang tanah yang diukur cukup luas seperti Hak Guna Usaha
maka Gambar ukur yang dalam bentuk daftar isian, data, hasil hitungan dan
veld werg disatukan menjadi satu berkas.
Peta garis/foto, blow up atau citra lainnya yang digunakan sebagai
gambar ukur disimpan pada lemari peta yang digunakan khusus
penyimpanan arsip gambar ukur dan tidak disatukan dengan peta lain yang
berfungsi sebagai peta dasar atau peta pendaftaran.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Gambar ukur bidang tanah yang dibuat karena adanya perubahan data fisik
disatukan dalam jilitan yang telah ada atau yang baru dimana letaknya
disesuaikan dengan nomor gambar ukurnya. Gambar ukur yang lama tetap
berada pada posisi semula, tetapi pada bagian muka lembar gambar ukur
harus ditandai dengan cara mencoret silang serta dibubuhi catatan “
Diganti dengan nomor xxxxxx ( tulis nomor gambar ukur yang baru). Jika
gambar ukur berisi lebih dari satu bidang tanah maka yang dicoret adalah
nomor bidang yang mengalami perubahan dan pada kolom Keterangan ditulis
catatan “ Diganti dengan nomor xxxxxxx (tulis nomor gambar ukur yang
baru). Selain lembar gambar ukur DI 107 atau DI 107A, jika ada lembar
yang disatukan dengan lembar gambar ukur tersebut seperti salinan peta
garis/foto atau blow up juga harus ditandai. Selain gambar ukur, data-data
yang berhubungan dengan bidang dimaksud harus dicoret.
8.4. Peta Bidang Tanah
Peta bidang tanah yang ukurannya sama dengan kertas A3 HVS 80
gram disimpan bersama-sama dengan lembar-lembar risalah pengumuman
yaitu DI. 200, 201A, 201B, 202 yang merupakan warkah pendaftaran
tanah. Jika peta bidang tanah hanya berisi satu bidang saja (Pendaftaran
tanah sporadik ), maka satu risalah bidang tanah disertai dengan satu
lemabar peta bidang. Tetapi jika peta bidang berisi beberapa bidang
tanah( pendaftaran tanah sistematik ), maka risalah-risalah bidang tanah
yang termasuk dalam peta bidang dimaksud disatukan dan disertai dengan
satu lembar peta bidang.
8.5. Peta Pendaftaran Tanah
Setiap lembar peta pendaftaran tanah harus disimpan pada tempat
khusus (lemari peta) sesuai pasal 14 ayat 1, disusun berdasarkan nomor
lembar peta per satuan wilayah. Peta yang disimpan persatuan wilayah
disertai dengan peta indeksnya. Lembar peta pendaftran tanah yang
merupakan salinan dari lembar asli ataupun lembar salinan sebelumnya
disimpan bersama-sama dengan aslinya.
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
Untuk mengagendakan semua peta pendaftaran tanah yang ada di
Kantor Pertanahan dibuat Daftar Peta Pendaftaran Tanah dengan
menggunakan daftar isian 311A (lihat lampiran nomor 80 ) sesuai passl. 145
ayat 1. Pengisian kolom pada daftar peta pendaftaran tanah dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor urut peta pendaftaran tanah yang
telah dibuat
b. Kolom 2. diisi dengan nomor lembar peta
c. Kolom 3. diisi dengan skala peta
d. Kolom 4. diisi dengan nomor lembar peta pendaftaran tanah apabila
petanya belum dalam sistem nasional
e. Kolom 5. diisi dengan skala peta pendaftaran tanah apabila petanya
belum dalam sistem nasional
f. Kolom 6. diisi dengan mencatat semua nama desa/kelurahan yang
termasuk dalam lembar bersangkutan
g. Kolom 7. diisi dengan hal-hal yang dianggap perlu misalnya disalin dari
lembar nomor xxxxxxxxxx ( tulis nomor lembarnya tempat
penyalinannya)
Lembar peta pendafatan tanah yang merupakan turunan dari lembar asli
atau lembar turunan sebelumnya dicatat dengan nomor urut sesuai dengan
nomor urut yang telah dibuat.
8.6. Surat Ukur
Setiap surat ukur yang telah diterbitkan dicatat dalam daftar
surat ukur yang ditutup setiap akhir bulan. Daftar surat ukur yang memuat
data mengenai nomor surat ukur, tanggal penerbitan, luas bidang , NIB,
peta pendaftaran tanah, nomor gambar ukur dan keterangan. Daftar surat
ukur dimaksud sesuai dengan DI.311B. Pengisian daftar surat ukur adalah
sebagai berikut :
a. Kolom 1. diisi sesuai dengan nomor surat ukur bidang tanah
b. Kolom 2. diisi sesuai dengan tanggal diterbitkannya surat ukur
Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah
c. Kolom 3. diisi sesuai dengan luas bidang tanah yang tertulis pada surat
ukur
d. Kolom 4. diisi sesuai dengan NIB yang tertulis pada surat ukur
e. Kolom 5. diisi sesuai dengan nomor urut pencatatan pada DI.302
f. Kolom 6. diisi sesuai dengan nomor lembar peta dimana bidang tanah
digambarkan
g .Kolom 7. disi sesuai dengan nomor dan angka dimana bidang tanah
digambarkan
h. Kolom 8. diisi sesuai dengan nomor gambar ukur bidang tanah
i. Kolom 9. diisi dengan hal yang dianngap perlu misalnya hasil
penggabungan atau pemecahan atau pemisahan dari surat ukur
nomor xxxxxxxxx (tulis nomor asalnya )
Untuk penyimpanannya surat ukur dijild per 50 (lima puluh ) buah
surat ukur. Guna mempermudah pencarian apabila diperlukan dan ketertiban
administrasi, maka setiap jilidan surat ukur diberi daftar nomor surat
ukur yang ada di dalam jilidan tersebut. Jika terjadi penggatian surat ukur,
maka surat ukur yang baru disimpan dalam jilidan terakhir, dan surat ukur
yang baru tetap berada pada jilidannya tetapi nomor yang tertulis pada
daftar seperti dimaksud harus dicoret.