0HGLD) DU PDVL -...

16
Media Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Farmasi ISSN : 0216-2083 Vol. XII. No. 2, November 2016 Diterbitkan Oleh:

Transcript of 0HGLD) DU PDVL -...

Page 1: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

MediaFarmasi

Poltekkes Kemenkes MakassarJurusan Farmasi

ISSN : 0216-2083

Vol. XII. No. 2, November 2016

Diterbitkan Oleh:

Page 2: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

ii

MEDIA FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

Penasehat : Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar

Dewan Redaksi

Ketua : Drs. Jumain, M.Kes, Apt

Anggota : Muhammad Saud, SH, S.Farm, M.Kes

Drs. H. Tahir Ahmad, M.Kes, Apt

Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt

Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt

Mitra Bestari : DR. Suharjono, MS, Apt (Fak. Farmasi Univ. Airlangga)

DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt (Poltekkes Makassar)

DR. Sesilia Rante Pakadang, M.Si, Apt (Poltekkes Makassar)

DR. H. Asyhari Asyikin, S.Farm, M.Kes (Poltekkes Makassar)

Redaksi Pelaksana

Ketua : Santi Sinala, S.Si, M.Si, Apt

Wakil Ketua : Raimundus Chaliks, S.Si, M.Sc, Apt

Sekretaris : Rusdiaman, S.Si, M.Kes, Apt

Anggota : Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes

Dra. Hiany Salim, M.MKes, Apt

Djuniasti Karim, S.Si, M.Si, Apt

H. Sultan, S.Farm, M.MKes

Humas : Mispari, SH, S.Farm, M.Kes

Arisanty, S.Si, M.Si, Apt

Ratnasari Dewi, S.Si, M.Kes

Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt

Sirkulasi : St. Ratnah, S.Si, M.Kes

Hendra Stevani, S.Si, M.Kes, Apt

Alfrida Monica S, S.Si, M.Kes

Dwi Rachmawaty Daswi, S.Farm, M.Kes

Alamat Redaksi : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar

Jl. Baji Gau No.10 Makassar

Telp. 0411-854021, 830883 Fax. 0411-830883

e-mail : [email protected]

website : http//www.farmasi.poltekkes-mks.ac.id

Kode pos 90134

ISSN No. 0216-2083

Page 3: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

iii

EDITORIAL

Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan

Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan anugerahNya sehingga penerbitan Vol. XII No.2,

November 2016 MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR dapat

terlaksana dan telah mendapat legalitas sebagai media resmi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) dengan nomor penerbitan ISSN No. 0216-2083.

Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam

menampung aspirasi ilmiah sehingga dapat menggugah motivasi dan inovasi dari dosen di

lingkup Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar serta artikel dari simpatisan untuk

melakukan kajian ilmiah.

Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar diterbitkan 2 kali dalam setahun yaitu

pada bulan April dan November. Sebagai majalah ilmiah, Media Farmasi mengembangkan

misi dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan khususnya di bidang

farmasi

Akhirnya redaksi sangat berharap bahwa semua artikel yang disajikan dalam edisi ini

dapat memberi apresiasi keilmuan di bidang kesehatan bagi kita semua. Oleh karena itu

kritikan dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan edisi-edisi selanjutnya.

Selamat membaca

Makassar , November 2016

Redaksi

Page 4: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

iv

Studi Interaksi Obat Hipertensi pada Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan di

RSUD Labuang Baji Makassar

H. Asyhari Asyikin ............................................................................ 1

Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Jamblang (Eugenia cumini Merr.) terhadap

Pertumbuhan Streptococcs pyogenes dan Escherichia coli

Darwis, Sesilia R.Pakadang, Suherman B ............................................. 10

Pola Penggunaan Antibiotik pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu

Dan Anak Pertiwi (RSKDIA) Makassar

Rusli, Raimundus Chaliks, Nurul Putri Sakinah ...................................... 19

Perbandingan Daya Hambat Beberapa Sediaan Obat Kumur Terhadap

Pertumbuhan Mikroba dalam Rongga Mulut

Hiany Salim .................................................................................... 25

Uji Efek Rebusan Daun Ubi Jalar (Ipomea batatas L) sebagai Antidiare

Pada Mencit (Mus musculus)

H. Sultan, Alwardhatullatifah .............................................................. 31

Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Obat Kumur Ekstrak Daun Lenglengan

(Leucas lavandulifolia Smith) terhadap Streptococcus mutans

Jumain, Asmawati, Iin Idayati ............................................................. 36

Pengaruh Ektrak Daun Miana (Coleus scutellarioides (L) Benth)

Terhadap Peningkatan Berat Badan, Kwalitas Leukosit Dan Eritrosit Pada

Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Dwi Rachmawaty Daswi, Sesilia R. Pakadang, Hiany Salim ..................... 43

Penentuan Total Polifenol Dan Total Flavonoid Serta Uji Aktivitas Daya

Hambat Ekstrak Etanol Propolis Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes

Santi Sinala .................................................................................... 50

Evaluasi Terapi Sulih Antibiotik Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap

DAFTAR ISI

Page 5: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

v

Di RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar

Estherina Allo Pajung ........................................................................ 56

Uji Cemaran Escherichia coli Pada Beberapa Makanan Yang dijual Oleh

Penjual Makanan di Sekitar Kampus Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Makassar

St. Ratnah ...................................................................................... 66

Uji Kestabilan Fisik Sediaan Krim Perasan Buah Mentimun (Cucumis sativus L. )

Dwi Rachmawaty Daswi .................................................................... 72

Formulasi Masker Krim Wajah Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

(Garcinia mangostana L.)

Rusmin .......................................................................................... 77

Analisis Logam Timbal (Pb) Pada Kopi Robusta Bubuk Yang Beredar Di

Kabupaten Toraja Utara secara Spektrofotometri Serapan Atom

Hj. Nurisyah .................................................................................... 85

Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L)

Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Propionibacterium acnes

Alfrida Monica Salasa ....................................................................... 91

Uji Efek Hemostatik Perasan Daun Andong Merah (Cordyline fruticosa L.)

terhadap Mencit (Mus musculus)

Agust Dwi Djajanti, Arief Azis, Akbar .................................................... 96

Formulasi Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Buah Sawo Manila (Achras zapota L)

Asal Maros

Arisanty, Muhammad Saud, Amelia Karmila .......................................... 100

Pembuatan Dan Uji Daya Desinfeksi Ekoenzim Hasil Pengolahan Sampah

Dapur Organik

Ida Adhayanti .................................................................................. 108

Identifikasi Kelengkapan Resep Narkotika Di Apotek Rawat Inap

RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa

Ratnasari Dewi ................................................................................ 115

Page 6: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

vi

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L)

Menggunakan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)

Syarifuddin KA, Yusriyani .................................................................. 121

Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Penggunaan Antibiotik Secara Swamedikasi

Pada Masyarakat Di Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

Raimundus Chaliks, Rusli, Syamsinar .................................................. 128

Pengaruh Kombinasi Perasan Buah Pare (Momordica charantia L.) Dan Buah

Labu Siam (Sechium edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit

Jantan (Mus musculus)

Sisilia Teresia Rosmala Dewi ............................................................. 133

Uji Daya Hambat Perasan Daun Pandan Wangi (Pandanus amrylliolius Roxb)

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Hendra Stevani, Irmawati, Adriani Kadir. ............................................... 141

MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN

Page 7: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

7

MAKASSAR

Sekretariat : Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi Jl. Baji Gau No. 10 Makassar Telp. (0411) 854021 Fax (0411) 830883

Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar menerima tulisan hasil penelitian, survey, kajian pustaka yang erat kaitannya dengan bidang kesehatan. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar terbit setiap dua kali setahun. Naskah dikirim ke alamat sekretariat redaksi.

PEDOMAN PENULISAN

1. Naskah ditulis dengan program pengolah kata

Microsoft Word, dengan jenis huruf Times New Roman , 10 pt, satu spasi. Untuk rumus struktur kimia dapat digunakan program chemdraw ultra. Untuk foto dan gambar dapat digunakan format jpg/jpeg dan untuk grafik dapat digunakan excel.

2. Naskah dikirim dalam bentuk file CD, disket atau e-mail dan satu exsampler hasil cetakan pada kertas putih ukuran kwarto (21,59 X 27,94 cm), dengan margin 2 cm kanan, 2.5 cm bawah, 3 cm atas, dan 4 cm kiri.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia disusun dengan urutan sebagai berikut : a. JUDUL ditulis dengan huruf kapital ( maksimum

12 kata) b. Nama penulis tanpa gelar, nama depan ditulis

dengan huruf kecil semua kecuali huruf pertama ditulis sedangkan nama akhir huruf besar, ditulis dengan huruf besar semua, ditulis di bawah judul, beserta nama lengkap instansi penulis. Jika para penulis berasal dari instansi yang berbeda, maka gunakan tanda *),**),***) dan seterusnya di belakang nama masing-masing penulis. Kontak person penulis yang menjadi alamat korespondensi dan alamat instansi harus tercantum dengan lengkap beserta alamat e-mail (jika ada).

c. ABSTRAK dalam bahasa Indonesia atau dan

bahasa Iggris, maksimal 200 kata. d. Key words; 1 – 4 kata e. PENDAHULUAN, Berisi latar belakang, tinjauan

pustaka/ teori yang mendasari penelitian, masalah, tempat, metode, tujuan dan manfaat penelitian.

f. METODE DAN BAHAN

Disain penelitian instrumen dan metodologi yang digunakan bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian.

g. HASIL DAN PEMBAHASAN h. UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada pihak-pihak yang berperan dalam penelitian tetapi tidak masuk sebagai penulis

i. DAFTAR PUSTAKA

(Lihat cara penulisan daftar pustaka) 4. Tabel dan keterangan tabel ditulis di bagian atas

tabel dengan nomor urut angka arab. 5. Gambar termasuk grafik serta keterangan ditulis di

bagian bawah dengan nomor urut angka arab. 6. Pustaka dalam naskah ditunjukkan dengan nama

akhir penulis diikuti tahun. Bila pustaka lebih dari satu penulis ditulis nama akhir penulis utama diikuti dengan et. al., (dkk.,), tahun. Contoh sebagai berikut : Chi-Hua Sun, Hui-Po Wang, 1998, Methods in

Preparation of Diphennylglycine-Containing Cefotaxime Double Esters, J. Food and Drug Analysis, School of

Pharmacy, National Taiwan University, Taiwan, 447 -484

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979,

Materia Medika Indonesia, Jilid III,

Jakarta, 6 – 8 ............. 1992, Farmakope Indonesia , Edisi IV,

Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 23 -29

Gennaro, A.R, 2000, Remington : The Science

and Practice of Pharmacy, 20th edition,

Mack Publishing Co, Easton, Pensylvania, U.S.A, 986 – 994.

Katzung, B.G., 1989, Farmakologi Dasar dan

Klinik, edisi ketiga, Ahli bahasa Binawati

Kotualubun dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 47 – 484.

Morey,S.S, 2000, Guidelines on Migraine: Part 3.

Recommendations for Individual Drug,- http://www.aafp.org/clinical/migraine

Tjay H.T, Rahardja, K, 2002, Obat-obat Penting,

Khasiat Penggunaan dan Efek-efak Sampingnya, Edisi Kelima, Elex Media

Komputindo, Jakarta, 231 -244.

Page 8: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 1

STUDI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN USIA LANJUT RAWAT JALAN

DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

H. Asyhari Asyikin *)

*) Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai Studi interaksi obat antihipertensi pada pasien usia lanjut

rawat jalan di RSUD Labuang Baji Makassar pada bulan Agustus 2016. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahu pola mekanisme interaksi obat yang terjadi pada pasien usia lanjut rawat jalan.

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan melihat catatan rekam medik dari pasien

rawat jalan yang menderita hipertensi periode Januari-Maret 2016. Selanjutnya dilakukan

deskripsi mengenai penggunaan antihipertensi. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 25 pasien

yang telah memenuhi kriteia inklusi. Instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi

interaksi obat yaitu Drug Interaction Fact book 4th edition. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dari 25 pasien hipertensi, terdapat 13 kasus interaksi obat dengan penyakit penyerta

lainnya. Dari 13 pasien usia lanjut rawat jalan ditemukan 7 kejadian interaksi secara

farmakodinamik dan 6 kejadian interaksi farmakokinetik.Ditemukan 5 jenis obat yang saling

berinteraksi yaitu Antasida dengan captopril, Furosemid dengan paracetamol, furosemid dengan

captopril, captopril dengan aspilet, dan Captopril dengan Glibenclamid. Penggunaan antihipertensi

yang terbanyak adalah golongan Lantagonis Kalsium yaitu sebanyak 13 (41,93%), kemudian ACE

Inhibitor sebesar 10 (32,25%), dan Loop Diuretiksebesar 8 (2425,80%).

Kata kunci : Interaksi Obat, Antihipertensi, Usia Lanjut

PENDAHULUAN

Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, gawat darurat serta pelayanan

kefarmasian. Pelayanan kefarmasian

merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah

sakit yang berorientasi kepada pelayanan

pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk harga obat yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat. (Susyanti dan

Muktinigsih, 2009).

Tuntutan pasien dan masyarakat akan

mutu pelayanan farmasi, mengharuskan

adanya perubahan pelayanan dari paradigma

lama (drug oriented) ke paradigma baru

(drug and patient oriented) dengan filosofi

pharmaceutical care (pelayanan

kefarmasian). Pemilihan obat merupakan

salah satu masalah yang paling vital di

rumah sakit. Obat yang beredar di rumah

sakit sangat banyak walaupun sudah dibatasi

dengan adanya formularium rumah

sakit.Semakin banyak obat yang beredar

tentu saja memerlukan perhatian khusus

untuk dapat menggunakannya dengan benar.

Salah satu penyakit degeneratif yang

mempunyai tingkat morbiditas dan

mortalitas tinggi adalah hipertensi.

Hipertensi menjadi penyakit penyebab

kematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberculosis di Indonesia (Swandari, 2012).

Pria maupun wanita yang berusia

diatas 60 tahun, 50% dari mereka akan

menderita hipertensi. Hipertensi pada lanjut

usia menjadi lebih penting lagi mengingat

bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan

penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama

dengan hipertensi pada usia dewasa. Pada

umumnya tekanan darah akan bertambah

tinggi dengan bertambahnya usia pasien,

dimana tekanan darah diastolik akan sedikit

menurun sedangkan tekanan sistolik akan

terus meningkat (Kemenkes, 2013)

Pasien lanjut usia dengan hipertensi

memiliki resiko terjadi komplikasi lebih

besar dibandingkan usia lain, sehingga

Page 9: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 2

pemberian terapi untuk mengontrol tekanan

darah perlu dilakukan. Adanya perubahan

fisiologis, farmakokinetika,

farmakodinamika, serta kecenderungan

komplikasi penyakit dan berkembangnya

polifarmasi pada usia lanjut menyebabkan

populasi ini rentan mengalami masalah

terkait penggunaan obat (drug related

problems/DRPs) yang dapat memperberat

efek samping dan menurunkan efektifitas

pengobatan (Setiawati, 2007).

Beberapa penelitian tentang tingkat

penggunaan obat telah dilakukan baik di

negara-negara Barat maupun di Asia

termasuk Indonesia. Menurut Desi, (2011)

tentang perilaku lansia dalam upaya

mencegah dan mengobati hipertensi di

RSUD Prof. Dr.W.Z.Yohannes Kupang

menunjukkan bahwa pengetahuan lansia

dalam upaya mencegah dan mengobati

hipertensi tergolong kurang baik (49,3%),

RSUD Labuang Baji Makassar

adalah salah satu rumah sakit umum tipe B

yang juga merupakan rumah sakit

pendidikan, serta pusat rujukan dimana hasil

observasi awal yang dilakukan,

menunjukkan bahwa penyakit hipertensi

merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian yang cukup tinggi, Sesuai

standar yang diharapkan penyakit hipertensi

pada lansia memegang peranan besar

sebagai faktor risiko baik untuk jantung

maupun otak yang berakibat pada

munculnya stroke dan penyakit jantung

koroner. Maka dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang studi interaksi

obat antihipertensi pada pasien usia lanjut

rawat jalan di RSUD Labuang Baji

Makassar.

Berdasarkan uraian latar belakang di

atas, maka ditetapkan rumusan masalahnya

yaitu: Bagaimana pola mekanisme interaksi

obat yang terjadi pada pasien usia lanjut

rawat jalan di RSUD Labuang Baji

Makassar ?. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pola mekanisme interaksi

obat yang terjadi pada pasien usia lanjut

rawat jalan di RSUD Labuang Baji

Makassar dan manfaat dari penelitian ini

adalah memberikan gambaran tentang

interaksi obat antihipertensi pada pasien usia

lanjut rawat jalan di RSUD Labuang Baji

Makassar.

METODE DAN BAHAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah analitik

observasional. Pengumpulan data dilakukan

secara retrospektif pada pasien usia lanjut

penyakit hipertensi rawat jalan di RSUD

Labuang Baji Makassar.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Agustus 2016 di RSUD Labuang Baji

Makassar.

Populasi

1. Populasi yang digunakan yaitu semua

data rekam medik pasien usia lanjut di

RSUD LabuangBajiMakassar pada

bulan Januari hingga Maret 2016.

2. Sampel yang digunakan yaitu semua

data rekam medik pasien usia lanjut

yang menderita penyakit hipertensi pada

bulan Januari hingga Maret 2016.

Sampel

Sampel yang menjadi responden

harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi :Pasien dengan penyakit

hipertensi yang tercatat dalam rekam

medic,Umur pasien ≥ 46 tahun, Pasien

dengan terapi obat ≥ 2 macam,

Merupakan pasien rawat jalan

2. Kriteria eksklusi :Pasien yang memiliki

pencatatan riwayat pengobatan yang

tidak lengkap pada dokumen rekam

mediknya, Pasien rawat inap.

Tekhnik Pengumpulan Data

Data yang diambil berupa data

sekunder dengan cara mengumpulkan hasil

pencatatan profil pengobatan pasien yang

diperoleh dari rekam medik pasien usia

lanjut dengan penyakit hipertensi di RSUD

Labuang Baji Makassar periode Januari-

Maret 2016. Pengambilan data dilakukan

melalui pencatatan rekam medik di RSUD

Labuang Baji Makassar meliputi data

kualitatif dan kuantitatif serta kelengkapan

data pasien (seperti usia, jenis kelamin, jenis

obat dan jumlah obat yang diberikan).

Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yaitu

data yang diperoleh dari rekam medik yang

dianalisis berdasarkan teori dan dikelolah

dalam lembar pengumpulan data . Analisis

Page 10: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 3

data dilakukan dengan cara melihat hasil

rekam medik berupa riwayat pengobatan,

kemudian dianalisis apakah ada obat yang

dapat berinteraksi sesuai dengan literatur

Drug Interaction Fact Book 4th edition

dengan melihat interval pemberian obat.

Defenisi Operasional

1. Pasien usia lanjut yang dimaksud adalah

pasien yang berumur ≥ 46 tahun yang

mendapatkan resep dengan obat

antihipertensi

2. Pasien hipertensi yang dimaksud adalah

pasien dengan penyakit hipertensi yang

tercatat terdiagnosa dalam rekam medik

yang menjalani rawat jalan di RSUD

Labuang Baji Makassar.

3. Studi Interaksi Obat adalah interaksi obat

pada kasus hipertensi dengan studi

literatur yang mengacu pada rekam

medik dan resep di RSUD Labuang Baji

Makassar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian studi interaksi obat

antihipertensi pada pasien usia lanjut rawat

jalan di RSUD Labaung Baji Makassar pada

bulan April 2015 menggunakan 34 sampel

yang telah memenuhi kriteria pada rekam

medik yang didalamnya memuat obat-obat

antihipertensi. Dari 25 catatan rekam medik

yang telah didata, didapatkan distribusi

survei jumlah pasien seperti tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi Jumlah Pasien Hipertensi Usia Lanjut Rawat Jalan Berdasarkan Jenis

Kelamin di RSUD Labuang Baji Makassar

No Jenis kelamin N Persentase (%)

1 Laki-laki 14 56

2 perempuan 11 44

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Setelah data dianalisis jumlah

pasien berdasarkan jenis kelamin yang

ditemukan pada RSUD Labuang Baji

Makassar yaitu jenis kelamin laki-laki

sebanyak 14 pasien (56 %), sedangkan jenis

kelamin perempuan sebanyak 11 pasien (44

%).

Tabel 2. Distribusi Jumlah Pasien Hipertensi Usia Lanjut Rawat Jalan Berdasarkan Usia di

RSUD Labuang Baji Makassar

No Umur N Persentase (%)

1 46-55 19 76

2 56-65 6 34

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Setelah dianalisis jumlah pasien

berdasarkan usia, dapat diketahui bahwa

memasuki usia lanjut awal yaitu 46-55

tahun, pasien mulai banyak mengidap

penyakit hipertensi sebesar 76%

Page 11: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 4

Tabel 3. Distribusi Jumlah Pasien Hipertensi Usia Lanjut Rawat Jalan Berdasarkan

Komorbid di RSUD Labuang Baji Makassar

No Komorbid N Persentase (%)

1 Tanpa komorbid 10 40

2 1 14 54

3 2 1 4

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Setelah dianalisis berdasarkan

komorbid/penyakit penyerta, menunjukkan

bahwa jumlah komorbid yang paling banyak

terjadi yaitu 1 komorbid yaitu sebesar 14

pasien ( 54%).

Tabel 4. Distribusi Penyakit Penyerta Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di RSUD Labuang

Baji Makassar Periode Januari-Maret 2016

No Penyakit Penyerta N

1 Diabetes Melitus 2

2 Dispepsia 6

3 Dislipidemia 2

4 CKD 2

Sumber : Data primer Tahun 2016

Setelah dianalisis berdasarkan

penyakit penyerta, menunjukkan bahwa

penyakit penyerta yang paling sering terjadi

adalah Dispepsia, yaitu sebanyak 6 kasus

kemudian diikuti oleh diabetes, CKD, dan

dislipidemia masing-masing 2 kasus.

Tabel 5. Distribusi Jumlah Pasien Hipertensi Usia Lanjut Rawat Jalan Berdasarkan

Jumlah Obat Yang Digunakan di RSUD Labuang Baji Makassar

No Jumlah obat yang digunakan N Persentase (%)

1 2 4 16

2 3-4 16 64

3 ≥5 5 20

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Setelah dianalisis pasien yang paling

banyak mendapatkan 3-4 macam obat

sebanyak 16 pasien (64%), 2 macam obat

sebanyak 4 pasien (16%), dan yang

mendapatkan pengobatan ≥5 macam obat

sebanyak 5 pasien (20%)

Tabel 6. Distribusi Kejadian Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien

Usia Lanjut Rawat Jalan Di RSUD Labuang Baji Makassar

No Kejadian interaksi N Persentase (%)

1 Berinteraksi 13 44

2 Tidak berinteraksi 12 56

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Page 12: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 5

Setelah dianalisis kejadian interaksi

obat, ditemukan 13(56%) kasus interaksi

obat, dan yang tidak berinteraksi sebanyak

12 (44%).

Tabel 7. Distribusi Obat yang berinteraksi Pada Pasien Usia Lanjut Rawat

Jalan Di RSUD Labuang Baji Makassar

No Obat Yang Berinteraksi N Persentase (%)

1 Antasida - Captopril 4 33,33

2 Furosemid - Paracetamol 2 16,66

3 Furosemid - Captopril 3 25

4 Captopril - Aspilet 2 16,66

5 Captopril - Glibenclamide 1 8,33

Jumlah 12 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Setelah dianalisis didapatkan 5

macam obat yang saling berinteraksi,

dimana yang paling sering ditemukan

berinteraksi adalah Antasida dan Captopril.

Tabel 8. Distribusi Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Usia Lanjut Rawat

Jalan Di RSUD Labuang Baji Makassar Menurut Jenis Interaksinya

Berdasarkan Jumlah Pasien

No Jenis interaksi N Persentase (%)

1 Farmakodinamik 6 50

2 Farmakokinetik 6 50

Jumlah 12 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 9. Distribusi Tingkat Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien

Usia Lanjut Rawat Jalan Di RSUD Labuang Baji Makassar

No Golongan Obat

Antihipertensi

Jenis obat N Persentase (%)

1 Loop Diuretik Furosemide 8 25,80

2 ACE Inhibitor Captopril 10 32,25

3 Antagonis Kalsium Amlodipine 13 41,93

Jumlah 34 100

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Setelah dianalisis tingkat penggunaan obat,

tingkat penggunaan obat tertinggi adalah

obatgolongan antagonis kalsium atau

Amlodipine sebesar 13 (32,25%), ACE

Inhibitor atau captopril sebesar 10 (32,25%).

Loop diuretik atau furosemide yaitu sebesar

8 (25,80%)

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui adanya interaksi obat yang

terjadi pada pasien usia lanjut hipertensi dan

mekanisme interaksi obat yang terjadi di

instalasi rawat jalan RSUD Labuang Baji

Makassar. Adapun salah satu penyebabnya

adalah adanya penggunaan obat lebih dari

Page 13: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 6

satu atau dalam sekali pengobatan sekaligus

terhadap pasien. Kejadian interaksi obat ini

sendiri dapat berdampak buruk dan

berbahaya bagi pasien. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan

karakteristik pasien, dimana berdasarkan

jenis kelamin pada tabel 1, penderita

hipertensi terbanyak adalah laki-laki

sebanyak 14 (56%), sedangkan perempuan

sebanyak 11 (44%), hal ini sesuai dengan

penelitian Ekawati di RSUD Wahidin

Sudirohusodon (2013) yaitu penderita

hipertensi terbanyak yaitu laki-laki, hal ini

disebabkan oleh obesitas atau kegemukan,

aktivitas yang berlebihan, kebiasaan

merokok, pikiran atau stress. Adapun sebab

hipertensi secara umum diantaranya faktor

usia, riwayat keluarga, stress/ketenangan jia,

dan alkohol. Hasil selanjutnya dapat dilihat

pada tabel 2 berdasarkan karakteristik umur.

Dari 25 pasien yang menjalani rawat jalan,

pasien yang berumur 46-55 tahun mulai

menunjukkan banyaknya kejadian hipertensi

yaitu sebesar 19 pasien karena hal ini

berkaitan dengan meningkatnya usia,

jantung dan pembuluh darah mengalami

perubahan baik struktural maupun

fungsional. Secara umum, perubahan yang

disebabkan oleh penuaan berlangsung

lambat dan dengan awitan yang tidak

disadari. Penurunan yang terjadi secara

berangsur – angsur ini sering terjadi ditandai

dengan penurunan tingkat aktivitas, yang

mengakibatkan penurunan kebutuhan darah

yang teroksigenasi.

Berdasarkan distribusi jumlah pasien

hipertensi berdasarkan komorbid/penyakit

penyerta pada tabel 3 menunjukkan bahwa

jumlah penyakit penyerta yang paling

banyak terjadi yaitu 1 penyakit penyerta

yaitu sebanyak 14 pasien ( 54%). Pada tabel

4, penderita hipertensi yang disertai dengan

penyakit penyerta di RSUD Labuang Baji

Makassar meliputi, Dispepsia, CKD,

Dislipidemia, dan Diabetes Melitus.

Pemilihan antihipertensi pada pasien ini

harus dipertimbangkan karakteristik

antihipertensi yang digunakan apakah

antihipertensi tersebut kontraindikasi dengan

patofisiologi pasien. Hubungan antara

hipertensi dengan diabetes mellitus sangat

kuat karena beberapa kriteria yang sering

ada pada pasien hipertensi yaitu peningkatan

tekanan darah, obesitas, dislipidemia dan

peningkatan glukosa darah (Saseen and

Carter, 2005). Pada orang dengan diabetes

mellitus, hipertensi berhubungan dengan

resistensi insulin dan abnormalitas pada

sistem renin-angiotensin dan konsekuensi

metabolik yang meningkatkan morbiditas.

Abnormalitas metabolik berhubungan

dengan peningkatan diabetes mellitus pada

kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial.

Sel endotelial mensintesis beberapa

substansi bioaktif kuat yang mengatur

struktur fungsi pembuluh darah. Hipertensi

merupakan salah satu faktor sekunder yang

berperan pada progresi penurunan fungsi

ginjal pada penyakit ginjal kronik. Faktor

lain seperti hiperglikemia, hiperlipidemia,

hiperfosfatemia, asupan protein yang

berlebih, dan asidosis metabolik juga

berpengaruh pada progresi penyakit ginjal

kronik. Berbagai studi eksperimental dan

studi klinik menunjukkan bahwa hipertensi

berperan mempercepat terjadinya kerusakan

glomerular pada penyakit ginjal kronik.

Dalam upaya menghambat progresi gagal

ginjal akibat hipertensi pada penyakit ginjal

kronik, tersedianya berbagai obat anti-

hipertensi merupakan modal penting.

Hipertensi tergantung pada kecepatan

denyut jantung, volume sekuncup dan Total

Peripheral Resistence (TPR). Peningkatan

kecepatan denyut jantung dapat terjadi

akibat rangsangan abnormal saraf atau

hormon pada nodus SA. Dislipidemia sering

dikaitkan dengan hipertensi yang akan

mempengaruhi kerja jantung. Hipertensi dan

dislipidemia dapat menimbulkan masalah

fisiologis, emosional, sosial dan psikologi.

Dampak fisiologis yang ditimbulkan adalah

meningkatnya resiko berbagai penyakit.

Pengaturan diet khusus yaitu diet energi

rendah tinggi serat dan diet garam rendah.

Garam mempunyai sifat menahan air

Page 14: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 7

sehingga mengkonsumsi garam lebih atau

makanan yang diasingkan dengan sendirinya

akan menaikkan tekanan darah

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa

pasien lebih banyak menggunakan 3-4 jenis

obat (64%). Hal ini berkaitan dengan

komorbid pasien. Kejadian interaksi obat

berdasarkan jumlah pasien sebagaimana

terlihat pada tabel 6, pasien mengalami

interaksi obat lebih banyak dibanding yang

tidak berinteraksi, hampir sama dengan hasil

penelitian yang dilakukan di RSU PKU

Muhammadiyah Yogyakarta dan RSU

Pemerintah Semarang. Hal ini menunjukkan

pasien usia lanjut rawat jalan mengalami

interaksi obat masih tinggi.

Dilihat pada tabel 7 ditemukan 5

macam obat yang saling berinteraksi yaitu

Antasida dengan Captopril, Furosemid

dengan Paracetamol, Furosemide dengan

Captopril, Captopril dengan Aspilet, dan

Captopril dengan Glibenclamid. Diketahui

bahwa antasida dapat, mengurangi

absorbsi/penyerapan captopril hingga 45%

sehingga jika diminum secara bersamaan

efek antihipertensi captopril menurun. Pada

pemakaian furosemid bersamaan dengan

paracetamol akan mengakibatkan efek

diuretik akan menurun. Paracetamol bersifat

basa sedangkan furosemid bersifat asam,

dimana jika ada obat yang bersifat basa

masuk dengan obat yang bersifat asam maka

zat yang bersifat asam akan berinteraksi

dengan zat yang bersifat basa, sehinmgga

obat akan lebih cenderung dalam bentuk ion

bukan molekulnya, sementara yang kita tahu

bahwa obat dalam bentuk ion tidak dapat

diabsorbsi oleh usus. Pemberian furosemid

dan captopril akan berefek penghambatan

produksi angiotensi II sehingga

meningkatkan efek hipotensi. Secara teoritis,

captopril merupakan obat antibipertensi

yang menghambat angiotensin converting

enzyme (ACE) dan furosemid merupakan

obat antihipertensi yang bekerja dengan cara

mengurangi retensi air dan garam sehingga

mengurangi volume ekstraseluler (Nafrialdi,

2007). Selain itu penggunaan bersamaan

keduanya juga dapat memperburuk fungsi

ginjal pasien (Baxter, 2008)

Pemberian secara bersamaan

Captopril dan aspilet akan mengakibatkan

khasiat captopril akan menurun. Aspilet

menghambat pembentukan prostacyclin

yang berperan di pembuluh darah, berperan

sebagai vasodilatasi jalur yang paling

dipengaruhi oleh prostacyclin, salah satunya

jalur darah ke ginjal. Artinya jika

prostacyclin dihambat maka laju darah

keginjal akan berkurang karena terjadi

vasokontriksi. Captopril sebagai ACE

Inhibitor menyebabkan vasodilatsi dan juga

menjadi pemicu efek samping pada ginjal

jika dalam glumerolus terjadi vasodilatasi

maka akan menyebabkab turunnya tekanan

darah pada pasien. Pemberian bersamaan

Captopril dengan glibenclamid akan berefek

terjadinya peningkatan sensitivitas insulin

oleh ACE Inhibitor, sehingga resiko

hipoglikemia meningkat. Beberapa alternatif

penatalaksanaan interaksi obat adalah

menghindari kombinasi obat dengan

memilih obat pengganti yang tidak

berinteraksi, penyesuaian dosis obat,

pemantauan pasien atau meneruskan

pengobatan seperti sebelumnya jika

kombinasi obat yang berinteraksi tersebut

merupakan pengobatan yang optimal atau

bila interaksi tersebut tidak bermakna secara

klinis (Fradgley, 2003).

Setekah dianalisis menggunakan drug

interaction fact 4th, didapatkan hasil yang

sama kejadian interaksi berdasarkan jenis

interaksi obat yaitu 50%. Berdasarkan

mekanisme kerja obat secara

farmakodinamik, efek obat umumnya timbul

kaena interaksi obat dengan reseptor pada

sel suatu organisme. Interaksi obat dengan

reseptornya ini mencetuskan perubahan

biokimiawi dan fisiologi yang merupakan

respon khas untuk obat tersebut. Sedangkan

Farmakokinetik, obat yang masuk kedalam

tubuh melalui berbagai cara pemberian

umumnya mengalami absorbsi, disribusi,

dan pengikatan untuk sampai ditempat kerja

dan menimbulkan efek. Kemudian dengan

atau tanpa biotranformasi, obat diekskresi

dari dalam tubuh.

Pada tabel 8, dapat dilihat bahwa

pemakaian obat tertinggi pada pengobatan

antihipertensi pada pasien usia lanjut yaitu

amlodipin (41,93%). Amlodipin merupakan

obat antihipertensi golongan penghambat

kalsium (CCB). Amlodipin memiliki

mekanisme kerja di dinding pembuluh

darah. Amlodipin akan mereleksasikan

dinding otot pembuluh darah sehingga

Page 15: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 8

tekanan perifer berkurang. Dengan

berkurangnya tahanan perifer, darah akan

lebih mudah mengalir sehingga jantung

tidak perlu memompa lebih keras maka

otomatis tekanan darah juga akan berkurang.

Amlodipin sering digunakan bagi mereka

yang menderita hipertensi yang memiliki

gangguan jantung akibat vasospasme

pembuluh darah koroner. Vasospasme akan

megakibatkan pasien mengeluh sakit dada

hebat disertai dengan jantung berdebar, dan

keringat dingin. Penggunaan amlodipin

secara teratur dapat mencegah terjadinya

vasospasme pada dinding pembuluh darah.

Interaksi yang sering terjadi adalah

interaksi pada penggunaan obat captopril

dan antasida, hal ini dapat dilihat pada tabel

9. Hal tersebut dikarenakan kaptopril adalah

obat antihipertensi first line untuk gagal

ginjal karena kaptopril terdialisis oleh proses

hemodialisis sehingga monitoring perlu pada

penggunaan captopril pertama kali pada

dosis inisial. Penggunaan captopril dan

antasida akan menyebabkan efektivitas

antihipertensi captopril akan menurun, untuk

itu direkomendasikan perlu pertimbangan

dalam pemberian dosis kaptopril agar

dipisahkan dan pemberian antasida, 1 atau

sampai 2 jam sebelum makan karena

antasida akan mengurangi absorbsi captopril

hingga 45%. Pada penggunaan furosemid

dan paracetamol mengakibatkan efek

diuretik akan berkurang, maka penggunaan

ini harus hati-hati.

Pengetahuan jenis obat yang sering

berinteraksi dapat mempermudah dalam

mengidentifikasi adanya interaksi obat pada

pengobatan pasien. Mengetahui adanya

mekanisme interaksi dan level

signifikasinya, farmasis dapat berperan aktif

dalam mencegah terjadinya interaksi obat

pada pasien usia lanjut rawat jalan. Farmasis

dapat berdiskusi dengan dokter/klinisi untuk

mencegah terjadinya interaksi obat dan

dapat menentukan pengatasannya apabila

telah terjadi pada pasien. Beberapa alternatif

penatalaksanaan interaksi obat adalah

menghindari kombinasi obat dengan

memilih obat pengganti yang tidak

berinteraksi, penyesuaian dosis obat,

pemberian informasi yang tepat bedasarkan

waktu pemberian obat. Dengan adanya

pemberian informasi obat kepada pasien,

dan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan

perawat, farmasis diharapkan mampu

memegang peranan penting dalam mencegah

terjadinya interaksi obat.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan :

1. Dari 25 pasien usia lanjut rawat jalan

yang mendrita hipertensi, ditemukan 12

pasien yang mengalami interaksi obat.

2. Dari 12 pasien juga terjadi 12 kejadian

interaksi obat, dengan mekanisme

interaksi farmakokinetik dan

farmakodinamik masing-masing 6 kasus

(50%).

3. Dari 12 pasien ditemukan 5 macam obat

yang saling berinteraksi yaituAntasida-

Captopril, Furosemid-Paracetamol,

Furosemide-Captopril, Captopril-

Aspilet, dan Captopril-Glibenclamid.

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya

dilakukan kajian mengenai relevansi

atau signifikasi klinis dari interaksi obat

untuk menentukan tingkat keparahan

dari interaksi yang terjadi.

2. Perlu ditingkatkan komunikasi antara

farmasis dan dokter dalam menentukan

terapi untuk mencegah terjadinya

interaksi.

3. Sebaiknya dalam penulisan data di

rekam medik dilakukan selengkap

mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Defenisi Rumah Sakit, http

://pendidikankesehatanku.blogspot.

com /2013/05/ pengertian-definisi-

rumah-sakit.html(diakses pada

tanggal 10 Maret 2016)

Page 16: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/1.pdfiii EDITORIAL Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 9

Ardilla, nike, 2014, Studi Interaksi Obat

Pada Pasien Gagal Jantung

Kongestif Di Instalasi Rawat Inap

RSUD Haji Makassar, Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan,

2014

Desi, 2012, Analisis Perilaku Lansia Dalam

Upaya Mencegah Dan Mengobati

Hipertensi Di RSUD Prof. DR.W.Z.

Yohannes Kupang, Skripsi,

Fakultas Farmasi, Universitas

Indonesia Timur.

Departemen kesehatan, 2006,

Pharmaceutical Care Untuk Penyakit

Hipertensi,

Direktorat Bina Farmasi Komunitas

Dan Klinik Ditjen Bina

Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.

Fitriani, N., 2010, Hipertensi Pada Lansia,

www.hipertensi.pada.lansia.blogspo

t.com Diakses pada 10 Maret 2016

Ilma,d.l., 2014, Evaluasi Penggunaan

Obat Antihipertensi Pada Pasien

Hipertensi Rawat Inap Di Rumah

Sakit Pku Muhammadiyah

Yogyakarta Periode Januari-

Desember 2013,Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Irmawati,S.H., 2013, Analisis Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Kejadian

Interaksi Obat Pada Pasien

Geriatric Penyakit Kardiovaskuler

Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji

Makassar, Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan, 2013

KatzungBetram.G , 1994,

FarmakologiDasardanKlinik,

Jakarta : Kedokteran ECG

KementrianKesehatan RI, 2013, Hipertensi,

Pusat data

dan informasi Kementrian

Kesehatan RI, Jakarta

Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi,

Jakarta : PT.ISFI

Putri, R.F., 2011, Penggunaan Obat

Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik Di RSUP Prof. Dr. M. Jamil

Padang, Universitas Andalas

Kedjajaan, Padang

Rahmiati, Siti,dkk, 2010, Kajian Interaksi

Obat Antihipertensi Pada Pasien

Hemodialisis Di Bangsal Rawat

Inap RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Periode Tahun 2010,

Fakultas Farmasi, Universita

Ahmad Dahlan, 2012

Quinn D.I and Day R.O., 1997, Clinically

Important Drug Interactions, In

Avery’s Drug Treatment, 4 Th

Edition, Adis International

Limited, Aucland New Zealand,

p. 301.

Setiawan, Tonny, 2011, Studi Retrospktif

Interaksi Obat Pada Pasien

Jamkesmas Di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna BengkuluSelatan,

Fakultas Farmasi-Universitas

Sumatera Utara, Sumatera Utara

Setiawati A, 1995, Interaksi obat, dalam

Farmakologi dan Terapi

(Ganiswara SG, Ed), Edisi 4,

Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran-Universitas

Indonesia, Jakarta

.............., 2007, Interaksi Obat, Dalam

Farmakologi Dan Terapi, Edisi 5.

Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta,

Setyani, Wahyuning,dkk 2006, Evaluasi

Drug Related Problems (DRPs)

Pada Pasien Hipertensi Rawat

Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Pemerintah Kota

Semarang Peroide Maret-Oktober

2006, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

“Yayasan Pharmasi” Semarang,

UGM, Yogyakarta 2008

Stockley IH, 2008, Drug Interaction, 8 th

edition, The pharmaceutical Press,

London , UK

Suprapti B et.al , 2014.Permasalahan

Terkait Obat Antihipertensi Pada

Pasien Usia Lanjut DiPoli Geriatri

RSUD Dr.Soetomo, Jurnal Farmasi

dan Ilmu Kefarmasian Indonesia,

Vol.1 No.2, Surabaya

Tatro DS, 1996, Drug Interaction Fact, 5th

ed., Facts and Comparisons A

WoltersKluwer Company