09E02632(1)
-
Upload
muhammad-salim -
Category
Documents
-
view
104 -
download
1
description
Transcript of 09E02632(1)
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
STRATEGI ADAPTASI PETANI RAKYAT DALAM MENSIASATI
FLUKTUASI HARGA KELAPA SAWIT
(Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec.
Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan).
D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
EDI IWAN SIREGAR (04 09 05 002)
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama : Edi Iwan Siregar
Nim : 040905002
Departemen : Antropologi
Judul : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Menyiasati Fluaktuasi
Harga Kelapa Sawit (Studi kasus: petani Kelapa Sawit di desa
Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu
Selatan)
Medan, Juli 2009
Pembimbing Skripsi Ketua Departemen
(Drs. Lister Brutu, MA) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)
NIP. 131 676 488 NIP. 131 882 278
Dekan FISIP USU
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)
NIP. 131 757 010
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi ini adalah Strategi Adaptasi Petani
Rakyat Dalam Menyiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA selaku Ketua Departemen Antropologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Yance, MSi selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
banyak memberi masukan dan nasehat kepada penulis.
4. Bapak Drs. Lister Brutu, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis
yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan banyak
pengetahuan baru yang sangat berguna bagi penulis.
5. Bapak Drs. Ermansyah, M, Hum selaku Dosen Ketua Penguji penulis yang
telah banyak memberi masukan guna menyempurnakan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Dosen Penguji yang juga telah
memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis guna
penyempurnaan skripsi ini.
7. Kepada seluruh Dosen Antropologi dan Dosen yang ada di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu
penulis selama proses perkuliahan di Departemen Antropologi.
8. Kepada seluruh pegawai Antropologi dan pegawai yang ada di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi selama
proses perkuliahan di Departemen Antropologi. Ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada orang tua tercinta Ayahanda Mahmuddin
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
9. Siregar dan Ibunda Masruro Dalimunte yang telah mengasuh, mendidik
dan mendoakan ananda dengan penuh kasih sayang dan penuh perjuangan
agar ananda dapat menjadi orang yang berilmu dan menjadi orang yang
sukses. Inilah persembahan sementara yang dapat ananda berikan sebagai
tanda bakti ananda.
10. Kakanda tersayang Nurasiah Siregar, Ahmad Rizal Siregar, Sri Rahayani
Siregar, Rohaya Masnah Siregar, dan khusus buat Almarhum kakanda
Syahrul Azhar Siregar yang selama hidupnya memberikan saya dorongan
dan inpirasi tentang arti kehidupan ini yang sesungguhnya di dunia.
Terima Kasih atas doa dan perjuangan kalian selama ini. Ananda sayang
kalian semua.
11. Keluarga besar ayah dan ibu, terima kasih atas dukungan dan doanya.
12. Sahabat-sahabat yang penulis sayangi, Abadi putra (sahabat terbaik ku),
Akp. Prilmon Aritonang, Pak Ibnu, Ustaz. Iqbal, Windrahardi, Pak Zul,
dan teman-teman wanitaku Pipit, S. Sos, Jeng Mimin, S. Sos, Rika, S. Sos,
Rumaini, S.Sos, Juriah (The Spesial One), Adek, Widya, Eka, Azmah, Ika,
Vika, Mepa. Terima Kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan
selama ini. Tetap semangat ya!!!!!!!!!
13. Khusus buat sahabat-sahabat di Rumah Keluarga Cerdas , Mas Jefri
(sahabat sejati yang penuh perdebatan tapi seru), Incek Pati, Poslab, Ilham,
Adik Edo, Duo Dedi, Eng (Avatar), Bang Iyal, Bang Andy, Azmal,
Marko, Khairil, Icing, Awang, Ipur, Rizky, Boby, Franz. Terima kasih
untuk semua persahabatan yang telah kalian berikan. Saya tidak akan
mendapatkan pengalaman hidup yang begitu indah tanpa khadiran kalian
selama ini. Mari sama-sama kita buktikan lima tahun ke depan ini, kita
harus menjadi orang yang sukses!!!!!!!!
14. Terima kasih kepada kerabat Antopologi Khususnya Stambuk 2004.
Medan, Juli 2009
(Edi Iwan Siregar)
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
ABSTRAK
Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Menyiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit
(Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan)
Kehidupan ekonomi Petani Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat berada pada posisi yang tidak menentu karena pendapatan mereka harus ditentukan oleh keadaan harga pasar global. Fluktuasi harga buah Kelapa Sawit menyebabkan Petani Kelapa Sawit di Desa Tanjung Medan berada dalam kondisi dilematis untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Terkadang harga kelapa sawit mengalami kenaikan harga dan dalam saat tertentu pula bisa mengalami penurunan. Seperti yang terjadi pada tahun 2008 dimana harga komoditas buah Kelapa Sawit mengalami penurunan secara signifikan yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial-ekonomis para petani Kelapa Sawit Rakyat, khususnya di desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan. Dengan pendapatan yang semakin menurun bagaimana mereka dapat mampu mengimbangi tingginya kebutuhan ekonomi-sosial keluarga yang harus dipenuhi. Situasi ini menyebabkan mereka melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka untuk dapat bertahan hidup dari tekanan ekonomi yang mereka hadapi. Kegiatan-kegiatan ekonomis yang mereka lakukan ternyata merupakan suatu bentuk strategi bagi mereka untuk dapat beradaptasi di tengah-tengah tekanan ekonomi yang mereka hadapi. Penelitian ini sendiri akan memaparkan bagaimana sebenarnya kehidupan sosial-ekonomi Petani Kelapa Sawit Rakyat di desa Tanjung Medan dengan hanya memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian Kelapa Sawit dan juga hasil panen yang tidak luput dari intervensi iklim, mampu beradaptasi terhadap tuntutan kebutuhan-kebutuhan sosial-ekonomis keluarganya pasca menurunnya harga komoditas buah Kelapa Sawit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebagai suatu bentuk strategi adaptasi dalam menyiasati tekanan ekonomi global yaitu turunnya harga buah Kelapa Sawit yang berdampak pada kondisi sosial-ekonomis keluarga mereka. Upaya yang mereka lakukan adalah meliputi strategi aktif yaitu pemanfaatan sumber daya tenaga keluarga, strategi pasif yaitu penekanan pola subsistensi dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran, beternak ayam dan bebek, serta strategi jaringan dengan memanfaatkan relasi sosial seperti kerabat, tetangga, rentenir, dan bank. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif untuk memperoleh informasi tentang usaha-usaha lain yang dijadikan strategi dalam menyiasati fluktuasi harga Kelapa Sawit. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci seperti tokoh adat atau tokoh masyarakat dikalangan petani Kelapa Sawit Rakyat, untuk memperoleh informasi tentang persoalan mendasar yang menyebabkan terjadinya kemiskinan Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan dan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
kondisi perekonomian petani sebelum melakukan strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan serta program-program yang diberikan oleh Pemerintah dalam membantu pengembangan desa ini. Peneliti melakukan wawancara serta observasi partisipasi kadangkala yang dilakukan untuk mengamati aktifitas dan cara-cara yang ditempuh keluarga petani Kelapa Sawit Rakyat dalam menyiasati fluktuasi harga Kelapa Sawit. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa strategi yang dilakukan Petani Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat meliputi pembagian kerja keluarga, mencari kerja sampingan, memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam sayuran pangan, beternak bebek sebagai langkah strategi untuk menekan pengeluaran terhadap pola subsistensi, dan meminjam uang ke bank sebagai strategi jaringan dalam memenuhi kebutuhan mendesak keluarga Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan. Adanya strategi tersebut membuat mereka lebih giat lagi dalam bekerja untuk dapat bertahan hidup atau mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi. Akhirnya, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya strategi yang dilakukan Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan benar-benar membuat mereka dapat bertahan hidup dan sekaligus dapat menyelesaikan masalah ekonomi yang dihadapi dengan memiliki mata pencaharian tambahan, ditambah dengan adanya lahan pendukung dan relasi sosial yang memanfaatkan modal sosial tradisional. Kata-kata Kunci: Petani Kelapa Sawit Rakyat, Strategi bertahan hidup, Fluktuasi
harga Kelapa Sawit, Strategi aktif, Strategi pasif, Strategi jaringan, Adaptasi
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar ...................................................................................... i
Abstraksi ................................................................................................ iii
Daftar Isi ............................................................................................... v
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 10
1.3 Lokasi Penelitian ................................................................ 11
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 11
1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
1.6 Metode Penelitian .............................................................. 23
1.6.1 Tipe Penelitian ............................................................. 23
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data............................................ 23
1.6.3 Analisa Data ................................................................. 26
BAB II : Gambaran Umum Masyarakat di Desa Tanjung Medan
2.1. Sejarah Singkat Desa Tanjung Medan ............................ 28
2.2. Letak dan Luas Desa Tanjung Medan ............................. 33
2.3. Komposisi Penduduk ...................................................... 34
2.4. Sistem Mata Pencaharian ................................................ 39
2.5. Sarana dan Prasarana ...................................................... 42
BAB III : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani di Desa Tanjung Medan..... 47
3.1. Sistem Kekerabatan Masyarakat Desa Tanjung Medan ..... 52
3.2. Hubungan Sosial Masyarakat Desa Tanjung Medan ......... 55
3.3. Pertanian Kelapa Sawit Sebagai Sistem Mata Pencaharian 57
3.3.1 Sistem Pemilikan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit ..... 62
3.3.2 Sistem Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Rakyat ........ 64
3.3.2.1 Peralatan yang digunakan ..................................... 65
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
3.3.2.2 Perawatan Kelapa Sawit yang dilakukan ............... 66
3.3.2.3 Panen dan Sistem Pemasarannya........................... 77
3.3.2.4 Jam Kerja ............................................................. 80
3.3.2.5 Kebutuhan Keluarga Petani Kelapa Sawit ............. 81
3.3.3 Bentuk Hubungan Sosial yang Terjalin ....................... 87
3.3.3.1 Hubungan Patron-Klien ....................................... 87
3.3.3.2 Hubungan Antara Sesama Petani Kelapa Sawit ..... 89
3.4 Dampak Turunnya Harga Kelapa Sawit ............................ 90
3.5 Pendapatan dan Pengeluaran petani Sebelum dan
Sesudah Penurunan Kelapa Sawit ..................................... 94
3.5.1 Pendapatan dan pengeluaran petani Sebelum Turunnya
Harga Kelapa Sawit .................................................... 94
3.5.2 Pendapatan dan Pengeluaran petani Setelah
Turunnya harga Kelapa Sawit ...................................... 99
BAB IV : Strategi Adaptasi Petani Kelapa Sawit dalam Menyesiasati
Fluktuasi Harga` .................................................................... 101
4.1 Strategi Aktif (Optimalisasi Sumber Daya Manusia) ....... 102
4.1.1 Pekerjaan Sampingan .................................................. 102
4.1.1.1 Mengumpul barang-barang bekas ......................... 102
4.1.1.2 Mengumpul berondolan ........................................ 107
4.1.1.3 Menangkap ikan .................................................. 110
4.1.1.4 Mencari kayu bakar .............................................. 112
4.2 Strategi Pasif (Penekanan Pola Subsistensi) ...................... 113
4.2.1 Pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman sayur. 115
4.2.2 Pemanfaatan pekarangan rumah untuk ternak unggas . 117
4.3 Strategi Jaringan ............................................................... 122
4.3.1 Meminjam uang kepada kerabat atau tetangga ............ 123
4.3.2 Meminjam uang kepada Tauke .................................. 127
4.3.3 Meminjam uang kepada rentenir atau koperasi ............ 128
4.3.4 Meminjam uang kepada bank ...................................... 130
4.4 Penghasilan dari strategi aktif, strategi pasif, dan strategi
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
jaringan; peningkatan atau hanya mencukupi kebutuhan
sehari-hari......................................................................... 131
4.5 Strategi dalam memenuhi Kebutuhan Sosial Budaya.......... 144
4.5.1 Pemanfaatan Budaya Lokal dan Modal Sosial Budaya . 146
4.5.1.1 Sistem Ekonomi Tradisional ..................................... 147
4.5.1.2 Pemanfaatan Modal Sosial Budaya ........................... 148
BAB V : Penutup
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 158
5.2 Saran ................................................................................. 163
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini permasalahan globalisasi menjadi wacana dan perhatian
khusus dari hampir seluruh lapisan masyarakat, baik di tingkat global, nasional
maupun lokal. Kondisi bangsa-bangsa yang ada di seluruh dunia saat ini sedang
berada di multi krisis, khususnya bangsa Indonesia yang dihadapkan dengan
berbagai permasalahan global, seperti masalah ekonomi, politik, budaya, sosial,
agama, pertahanan dan keamanan. Namun dalam hal ini yang patut untuk
mendapat sorotan penting adalah masalah ekonomi.
Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat sulit bagi setiap
manusia, karena masalah ekonomi menyangkut pada hajat hidup orang banyak.
Krisis ekonomi global tahun 2008 hingga 2009 saat ini dimulai dari krisis
finansial yang terjadi pada negara Amerika yang mempengaruhi negara-negara
lain yang banyak menggunakan mata uang tersebut dalam berbagai kegiatannya
termasuk kegiatan ekspor-impor internasional. Salah satu dari negara itu adalah
negara Indonesia1
Negara Indonesia adalah negara pertanian yang berarti bahwa 75 persen
dari penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan mayoritas menggantungkan
hidupnya dalam sektor pertanian. Dapat dikatakan bahwa sektor pertanian
memegang peranan penting dalam sistem perekonomian masyarakat Indonesia.
Mengingat pentingnya peranan pertanian dalam sistem prekonomian negara, maka
.
1 Sumber Elektronik, 24 Maret 2009 Jurus Sby menghadapi krisis global keuangan dunia http://www.yauhui, net/10
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
pemerintah berusaha melakukan upaya untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian dengan berbagai kebijakan yang berorientasi pada pembangunan
pertanian. Penerapan paradigma modernisasi yang mengutamakan prinsip
efisiensi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian menimbulkan perubahan
struktur sosial masyarakat petani di pedesaan. Berbagai proses pelaksanaan
pembangunan, terutama industrialisasi, dalam jangka menengah dan panjang
menyebabkan terjadinya perubahan struktur pemilikan lahan pertanian, pola
hubungan kerja, struktur kesempatan kerja, dan struktur pendapatan petani di
pedesaan2
Terkait dengan struktur pemilikan lahan, perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya: (1) Petani lapisan atas (petani modern atau farmer);
merupakan petani yang akses pada sumber daya lahan, kapital, mampu merespon
teknologi dan pasar dengan baik, serta memiliki peluang berproduksi yang
berorientasi keuntungan; dan (2) Petani lapisan bawah (petani tradisional); sebagai
golongan mayoritas di pedesaan yang merupakan petani yang relatif miskin (dari
segi lahan dan kapital), mereka hanya memiliki faktor produksi tenaga kerja.
Untuk memenuhi kebutuhan berproduksi, kedua lapisan masyarakat petani
tersebut terlibat dalam hubungan kerja yang kurang seimbang. Keadaan ini
merupakan respon dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat petani
itu sendiri terhadap perkembangan sarana dan prasarana infrastruktur yang
mendukung makin terbukanya akses petani terhadap teknologi pertanian dan
kebutuhan pasar modern. Akses petani di pedesaan juga sudah terbuka melalui
.
2 Sumber elektronik, 10 November 2008 kearifan lokal menghadapi kemungkinan http://sawali.info/2008/10/11
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi yang sudah mencapai
pelosok pedesaan.
Dalam hal ini kegiatan pengelolaan pertanian akan bergantung pada
keadaan pasar global. Jika keadaan pasar tidak stabil maka akan terjadi fluktuasi3
Perkebunan Kelapa Sawit adalah salah satu kegiatan pertanian yang
berorientasi ekspor-impor. Kelapa Sawit merupakan jenis tanaman perkebunan
yang sangat dibutuhkan masyarakat sebagai salah satu kebutuhan pokok yang
menghasilkan produksi seperti minyak goreng, sabun dan sebagainya. Karena
yang berdampak terhadap pendapatan, dan tingkat kesejahteraan petani. Tulisan
ini sangat menarik untuk dikaji karena ketergantungan terhadap sistem pasar
global yang demikian telah menimbulkan berbagai permasalahan pada masyarakat
petani seperti masalah ekonomi, sosial, dan budaya, terlebih lagi bagi mereka
masyarakat petani lokal yang masih bersifat tradisional.
Saat ini tekanan ekonomi global dirasakan oleh petani perkebunan di
Indonesia, terutama karena memang produk perkebunan cenderung berorientasi
ekspor dan harganya tergantung pada pasar internasional. Fluktuasi harga yang
cenderung menurun pada beberapa jenis komoditi pertanian seperti produk Kelapa
Sawit, Karet, Coklat, Rotan dan lainnya merupakan permasalahan ekonomis yang
mengancam keberlangsungan hidup masyarakat petani. Di sisi lainnya peranan
modernisasi peralatan teknologi produksi pertanian, sistem upah pekerja dan biaya
perawatan pertanian yang telah menyatu dalam kehidupan para petani turut
menjadi beban ekonomis masyarakat petani lainnya.
3 Fluktuasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan harga pasar pada itik penjualan tidak diketahui pada saat keputusan ditetapkan. Keadaan harga dapat naik dan dapat juga menurun. Lht.Sutanto dalam Peasent Ekonomic 2003.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
sifatnya yang penting bagi kebutuhan pokok, maka masyarakat memerlukan
produksi Kelapa Sawit dalam jumlah yang besar agar kebutuhan mereka terhadap
manfaat Kelapa Sawit dapat tercukupi. Perkebunan Kelapa Sawit dapat
memberikan jumlah pendapatan yang mencukupi bahkan lebih tinggi bagi
masyarakat petani Kelapa Sawit tergantung luas perkebunan sawitnya. Keadaan
ini menyebabkan sebagian masyarakat banyak mengalihkan penggelolaan
pertaniannya untuk menanam Kelapa Sawit.
Pada saat ini perkebunan Kelapa Sawit yang juga merupakan jenis
tanaman ekspor turut merasakan dampak dari krisis global. Dampak langsung
terhadap petani sawit atas krisis ekonomi global ini mengakibatkan permintaan
minyak sawit dunia menurun, sehingga industri minyak Kelapa Sawit di Indonesia
harus dikurangi untuk mengimbangi suplay atas permintaan minyak Kelapa Sawit
yang menurun. Penurunan atas permintaan minyak Kelapa Sawit mengakibatkan
harga minyak Kelapa Sawit turun karena daya beli dan permintaan cenderung
semankin berkurang, artinya perusahaan tidak mau membeli TBS ( Tandan Buah
Segar) dari petani Kelapa Sawit. Untuk menjaga suplay, mereka cenderung lebih
mengutamakan TBS yang berasal dari kebun inti perusahaan mereka. Hal ini
mengakibatkan harga TBS di tingkat petani mengalami penurunan yang sangat
signifikan4
Korban yang paling dirugikan dalam hal ini tentunya adalah petani sawit
itu sendiri, padahal sebelumnya mereka bisa sedikit menikmati manisnya harga
minyak sawit. Berdasarkan laporan data harga eksport dari kantor pemasaran
.
4 Sumber Elektronik, 16 Oktober 2008 dampak dan antisipasi daerah dalam menghadapi krisis ekonomi global http://www.hariansumutpos.com.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
bersama (joint market office) PT. Perkebunan Nusantara, harga komoditas eksport
sawit yang diupdate pada tgl 20 oktober 2008 menunjukkan harga sawit pada titik
terendah mencapai Rp.80/kg. Data ini di dapat dari laporan harga sawit yang ada
di beberapa daerah di Indonesia seperti; Provinsi Jambi, Kalimatan Timur dan
Kalimantan Barat. Dalam kondisi ini mereka tetap harus menanggung biaya beban
hidup yang terus meningkat. Sementara untuk memenuhi kebutuhan pangan tidak
ada lagi tanah untuk menghasilkan akibat telah dikonversi menjadi sawit sehingga
harus membeli. Akibatnya, di Jambi dilaporkan ada petani Kelapa Sawit yang
bunuh diri karena tidak mampu menahan beban hidup, dilaporkan juga di
Kabupaten Merangin banyak yang masuk rumah sakit jiwa akibat stres dan
kebanyakan berasal dari petani sawit5
Kasus serupa terjadi juga pada daerah Sumatera Utara, seperti dilaporkan
oleh surat kabar Medan Bisnis, kamis 16 Oktober 2008, bahwa harga Kelapa
Sawit di provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan yang sangat drastis.
Seperti di daerah Kisaran, di Kec. Meranti, akibat anjloknya harga TBS (Tandan
Buah Segar) sawit belakangan ini, para petani sawit menjadi frustasi. Bahkan,
banyak diantara petani sawit ini yang akhirnya memilih menelantarkan kebunnya.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia
(APKASINDO), Asmar Arsyad, petani memang paling rentan terimbas penurunan
harga sebab petani berada di posisi paling bawah pada mata rantai industri sawit.
Kondisi seperti ini jelas sangat merugikan masyarakat petani dan juga para
eksportis Indonesia. Sementara sebuah kajian dari Laila Nagib, peneliti LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), menyampaikan bahwa kesejahteraan
.
5 Sumber Elektronik, 18 Desember 2008 anjloknya harga sawit http://www.litbang.deptan.go.id.special/komoditas sawit
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
dari petani Kelapa Sawit dipengaruhi oleh luas lahan, hasil produksi dan harga
Kelapa Sawit. Keterbatasan lahan yang dimiliki, pengelolaan kebun yang tidak
optimal, dan penentuan harga sepihak yang tidak menguntungkan petani,
merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kesejahteraan petani. Akibatnya
petani tetap hidup miskin, terjerat hutang atau terjebak dalam permainan modal.
Sehingga keadaan ini mempengaruhi perekonomian petani Kelapa Sawit6
Sedangkan untuk daerah Kabupaten Labuhan Batu yang merupakan
daerah penghasil Kelapa Sawit terbesar untuk provinsi Sumatera Utara, harga
Tandan Buah Segar (TBS) mencapai level Rp.150 per kilo gram (kg). Padahal
harga sebelum terkena dampak krisis global berada pada kisaran Rp.2.000 per kg.
Sebelumya, para petani sawit sudah mengalami kecemasan karena tingginya biaya
perawatan produksi pertanian, seperti sulitnya memperoleh pupuk untuk tanaman
Kelapa Sawit dan biaya produksi pasca panen
.
7
Masyarakat petani di desa Tanjung Medan umumnya memiliki luas
perkebunan per kepala rumah tangga (KK) rata-rata satu sampai dua hektar, dan
.
Tekanan ekonomi yang sama juga dirasakan oleh warga desa Tanjung
Medan Kec. Kampung Rakyat salah satu Kecamatan di daerah Labuhan Batu.
Saat ini kondisi pasar di desa Tanjung Medan sendiri mengalami perubahan harga
TBS pada CPO (Cerude Palm Oil) yang ada di desa Tanjung Medan yaitu
berkisar Rp.200 per kg (saat ini sudah sekitar Rp.900 per kg), jauh mengalami
penurunan pada masa sebelumya yang harganya sempat mencapai Rp.1.900 per
kg.
6 Sumber Elektronik, 18 Oktober 2008 harga TBS dan CPO semankin menurun http://www. kabarsawit wordpress.com 7 Sumber Elektronik, 16 Oktober 2008 dampak krisis global pada tanaman kelapa sawit http://www. spi.or.id/sawit
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
lebih dikenal sebagai Petani Rakyat8
Sebelum terkena krisis global kehidupan para petani Kelapa Sawit juga
telah diintervensi oleh berbagai hal seperti sulitnya mendapatkan pupuk, jika pun
ada harganya tergolong mahal, biaya perawatan kebun sawit yang dibutuhkan
cukup besar serta serangan hama seperti, babi, tikus, dan sebagainya. Di samping
itu, keadaan iklim yang tidak menentu juga sangat mempengaruhi keadaan
tanaman Kelapa Sawit misalnya ketidakpastian terhadap proses pematangan buah
tandan Kelapa Sawit. Keadaan seperti ini sering membuat para petani melakukan
.. Produksi Kelapa Sawit yang di hasilkan
dari luas kebun sawitnya dapat mencapai satu satu dua ton dengan harga yang
tidak stabil atau berfluktuasi. Pada tahun sebelumnya, sekitar periode 2005 sampai
2007 harga Kelapa Sawit berkisar pada harga Rp.1.800, apabila di kalkulasikan
dengan hasil panen yang mencapai 2 ton maka rata-rata pendapatan petani bisa
mencapai Rp.3.600.000,00/panennya. Sedangkan untuk waktu panen dapat
dilakukan dua minggu atau lebih. Dengan penghasilan yang demikian sangat
memungkinkan bagi para petani sawit untuk dapat memenuhi berbagai keperluan
hidupnya. Akan tetapi, semenjak harga sawit turun pada level Rp.200/kg,
masyarakat petani Kelapa Sawit mengalami goncangan ekonomis, karena
pendapatan mereka telah berkurang dari Rp.3.600.000,00 per bulannya menjadi
Rp.400.000,00 per bulan. Sementara mereka harus menghidupi kebutuhan
keluarga maupun biaya lainnya seperti pendidikan bagi anak-anak mereka, tempat
tinggal, biaya sosial dan sebagainya (data hasil dari interview pada informan
petani Tanjung Medan tanggal 23 september 2008).
8 Petani Kelapa Sawit Rakyat adalah petani yang memiliki kebun sendiri dengan luas bervariasi,dan dikelola dengan cara-cara yang masih bersifat lokal meskipun sangat bergantung pada perkembangan teknologi.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
panen lebih awal. Bagaimana mereka bisa bertahan di tengah tekanan ekonomi
yang sangat tinggi?
Dahulu (sekitar tahun 90-an) meskipun diintervensi oleh keadaan tersebut,
kehidupan ekonomi keluarga para petani Kelapa Sawit di desa Tanjung Medan
masih dapat dikatakan serba berkecukupan. Menurut Pak Rosyib, salah satu petani
sawit di desa Tanjung Medan yang dimintai keterangannya mengenai tekanan
ekonomi global saat ini mengatakan bahwa sebelum terjadi penurunan harga
Kelapa Sawit para petani sawit masih mampu membutuhi kehidupan keluarga,
bahkan masih bisa membeli kendaraan bermotor, dan memenuhi keperluan
pendidikan sekolah anak sampai jenjang Universitas. Hal tersebut disebabkan
harga Kelapa Sawit yang cukup tinggi sehingga masih mampu mengimbangi
biaya pengeluaran di dalam pengelolaan kebun Kelapa Sawitnya. Namun, ketika
harga sawit mengalami penurunan, mereka sangat kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ekonomisnya (hasil wawancara tanggal 23 september
2008).
Dalam hal ini mengacu pada kasus di atas, bahwa perkebunan sawit
merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting oleh masyarakat Tanjung
Medan. Perkebunan sawit dijadikan satu kegiatan pertanian untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Mata pencaharian sebagai petani sawit lebih banyak
tergantung kepada perkembangan teknologi, kecuali pada Petani Rakyat yang
tradisional, mereka masih tergantung pada alat-alat produksi yang sangat
sederhana seperti berbagai macam alat dalam memetik tandan buah Kelapa Sawit
(dodos, dan egrek), parang panjang (babat), cangkul dan gerobak sorong serta
pemanfaatan tenaga kerja secara maksimum.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Di samping membutuhkan pengetahuan tentang alat-alat di dalam
pengelolaan perkebunan tersebut, para petani juga memiliki pengetahuan
mengenai ciri-ciri dan cara hidup dari berbagai macam jenis tanaman Kelapa
Sawit, serta mempunyai suatu pengetahuan yang lebih teliti mengenai sifat-sifat
tanah dan kondisi tanah, serta pemanfaatan pupuk lokal. Meskipun pada
umumnya menggunakan pupuk-pupuk yang non-organik seperti pupuk NPK,
UREA, TSP, dan sebagainya yang harganya cukup mahal. Biaya produksi untuk
perawatan kebun Kelapa Sawit mereka tersebut masih dapat diimbangi oleh
pendapatan yang dihasilkan dari panen kebun sawitnya. Akan tetapi, ketika terjadi
fluktuasi harga buah Kelapa Sawit yang menurun semua kebutuhan-kebutuhan
menyangkut perawatan kebun dan kebutuhan keluarga sangat sulit untuk
direalisasikan.
Dalam hal ini peneliti melihat bahwa fluktuasi harga yang telah terjadi
terhadap harga buah Kelapa Sawit telah mempengaruhi kehidupan masyarakat
petani sawit di desa Tanjung Medan. Hal ini hampir persis seperti apa yang
dikatakan oleh Scoot meskipun penghasilan minimum memiliki dimensi-dimensi
fisiologis yang kukuh, akan tetapi juga berimplikasi terhadap kegiatan sosial dan
kebudayaan masyarakat. Agar dapat menjadi anggota yang berfungsi penuh dalam
masyarakat desa, suatu rumah tangga memerlukan sumber penghasilan pada
tingkat tertentu agar dapat memenuhi kewajiban-kewajiban seremonial dan
sosialnya di samping menyediakan makanan yang memadai untuk dirinya sendiri
dan meneruskan pekerjaannya bercocok tanam. Jatuh ke bawah tingkat itu berarti
bukan hanya menghadapi resiko kelaparan, akan tetapi juga kehilangan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
kedudukan sama sekali dalam komunitas dan mungkin jatuh ke satu situasi
ketergantungan untuk selama-lamanya9
a. Bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat Petani Kelapa Sawit desa
Tanjung Medan?
.
Oleh karena itu, tulisan ini akan memberikan suatu gambaran mengenai
strategi bertahan hidup masyarakat petani Kelapa Sawit Rakyat dalam mensiasati
fluktuasi harga Kelapa Sawit. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian
adalah pada masyarakat petani rakyat, karena dengan jumlah lahan yang sedikit
mereka harus mampu keluar dari tekanan ekonomi yang mengancam
keberlangsungan hidup keluarganya. Tulisan ini juga berusaha mengungkapkan
kehidupan ekonomi Petani Rakyat yang sesungguhnya dan upaya-upaya yang
dilakukan dalam mengatasi atau mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
permasalahan yang diajukan adalah bagaimana strategi bertahan hidup para Petani
Rakyat dalam mensiasati tekanan ekonomi sehingga dapat tetap eksis dalam
kehidupan keluarganya. Permasalahan ini diuraikan ke dalam (dua) pertanyaan
penelitian yaitu:
b. Apa dan bagaimana Petani Rakyat melakukan berbagai bentuk strategi
dalam mensiasati fluktuasi harga Kelapa Sawit ?
9 Lht.Scoot (1981:14) dalam ekonomi moral petani yang meneliti para petani di asia tenggara.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
1.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Medan, kecamatan Kampung
Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini
adalah didasarkan pertimbangan sebagai berikut :
a. Desa Tanjung Medan merupakan suatu daerah yang penduduknya bermata
pencaharian utama sebagai petani Kelapa Sawit.
b. Desa Tanjung Medan termasuk salah satu desa penghasil Kelapa Sawit
untuk daerah kabupaten Labuhan Batu Selatan.
c. Fluktuasi ekonomi sangat mempengaruhi kehidupan sosial, prilaku
ekonomi, dan keberlangsungan hidup para petani sawit di desa Tanjung
Medan.
Dengan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada hal yang
berkenaan dengan bagaimana kondisi sosial ekonomi para petani sawit tersebut,
aktivitas-aktivitas sehari-hari mereka dalam mengelola perkebunan, serta strategi-
strategi yang mereka lakukan dalam mensiasati fluktuasi harga Kelapa Sawit yang
tadak stabil atau bergantung pada keadaan pasar.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk strategi
adaptasi Petani Kelapa Sawit Rakyat di desa Tanjung Medan dalam mensiasati
fluktuasi harga Kelapa Sawit. Di dalam ini juga tercakup tentang sistem
pengetahuan, aktivitas, dan strategi-strategi yang dilakukan para petani Kelpa
Sawit Rakyat untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan
pokok, sosial, dan kebutuhan lainnya.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan
khususnya Antropologi, dalam memahami kehidupan petani Kelapa Sawit dan
strategi yang dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Dengan demikian diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para akademis dalam
melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat petani.
Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan yaitu
pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan tentang petani Kelapa Sawit
sebagai suatu bentuk pembangunan kehidupan petani. Diharapkan kebijakan-
kebijakan tersebut lebih memperhatikan tingkat kesejahteraan para petani Kelapa
Sawit di Indonesia.
1.5. Tinjauan Pustaka
Petani adalah istilah bagi orang yang sehari-harinya bekerja mengolah
lahan pertanian dengan bercocok tanam. Kegiatan bercocok tanam yang dilakukan
adalah menanam berbagai jenis tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehari-hari. Dalam mengelolah lahan pertanian mereka menggunakan
peralatan-peralatan yang sederhana hingga peralatan yang modern.
Menurut Firth, petani adalah kelompok sosial yang berbasis pada
pertanian. Mata pencaharian mereka diperoleh dengan cara mengolah tanah dan
bercocok tanam. Petani yang demikian pada umumnya telah memiliki komunitas
yang tetap dan biasanya hidup dalam sebuah komunitas yang dikenal dengan
masyarakat desa. Sebagai masyarakat mayoritas yang hidup di pedesaan, petani
merupakan masyarakat yang tidak primitif, dan tidak pula modern. Masyarakat
petani berada di pertengahan jalan antara suku-bangsa primitive (tribe) dan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
masyarakat industri. Mereka terbentuk sebagai pola-pola dari suatu infrastuktur
masyarakat yang tidak bisa dihapus (Wolf, 1985: 46-48).
Sementara, Radfield (1982 : 6-25) mengganggap petani itu adalah rakyat
pedesaan yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama, tetapi merasakan diri
sebagai bagian bawah dari suatu kebudayaan yang besar, dengan suatu bagian
kebudayaan atas yang dianggap lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota.
Selanjutnya Scoot dalam buku Heddy (2003 : 74) mengatakan bahwa
kehidupan ekonomi masyarakat petani berada sedikit di atas garis subsistensi.
Artinya kebanyakan rumah tangga petani hidup begitu dekat dengan batas-batas
subsistensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan-tuntutan
dari pihak luar, maka mereka meletakkan landasan etika subsistensi atas dasar
pertimbangan prinsip Safety Frist (dahulukan selamat). Menurut Scoot keamanan
merupakan suatu hal yang penting, sebab petani selalu dekat dengan garis bahaya.
Prinsip dahulukan selamat mendasari pengaturan teknis, sosial, dan moral
dalam masyarakat petani.
Sejarah pertanian telah mencatat bahwa pola pertanian masyarakat petani
awal adalah pertanian subsisten. Mereka menanam berbagai jenis tanaman pangan
sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Perkembangan kultur
pertanian berikutnya adalah terbentuknya komunitas-komunitas kecil yang
menyerupai desa dalam bentuk dan struktur yang sederhana. Bentuk pertaniannya
masih berupa sistem berladang, masyarakatnya tidak bersifat menetap karena
berpindah-pindah mengikuti ladang yang baru. Perubahan yang cukup penting
adalah berlangsung ketika pergeseran kebutuhan keluarga petani. Satu bentuk
interaksi sosial-ekonomi yang lebih berkembang terjalin dengan lahirnya uang.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Kelebihan hasil pertanian mulai dijual kepada orang yang membutuhkan.
Pertanian pun bergeser dari corak subsisten ke pembentukan petani yang mulai
mengenal sistem pasar akan tetapi sebagian masih menjalankan sistem
pengelolaan lahan yang bersifat tradisional.
Manusia mengawali dan mempertahankan hidupnya dengan cara berburu
dan meramu. Sejak lahirnya, kira-kira satu juta tahun yang lalu, manusia
memburu binatang sekaligus mengumpulkan tumbuh-tumbuhan atau akar-akaran
sebagai kemungkinan untuk melanjutkan hidup mereka. Pergeseren mata
pencaharian hidup manusia hingga pada aktivitas bercocok tanam yang terjadi
kira-kira sepuluh ribu tahun yang lalu menjadi satu tahap revolusi kebudayaan
yang pesat dalam sejarah hidup manusia (Soetomo,1997:21-22)
Di samping sebagai seorang pekerja perlu diketahui bahwa petani juga
merupakan pelaku ekonomi (economic agent) dan kepala rumah tangga; dimana
tanahnya merupakan satu unit ekonomi dan rumah tangga. Mereka juga harus
memenuhi berbagai kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, pendidikan,
pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, untuk dapat
menjadi anggota yang berfungsi penuh dalam masyarakat desa, suatu rumah
tangga memerlukan sumber penghasilan pada tingkat tertentu agar dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban seremonial dan sosialnya di samping
menyediakan makanan yang memadai untuk dirinya sendiri dan meneruskan
pekerjaannya bercocok tanam. Jatuh ke bawah tingkat itu berarti bukan hanya
menghadapi resiko kelaparan, akan tetapi juga kehilangan kedudukan sama sekali
dalam komunitas dan mungkin jatuh ke satu situasi ketergantungan untuk selama-
lamanya (Scoot, 1981:14).
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Secara sederhana Malinowski (dalam Sjairin, 2002:1-2) menyatakan
bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat di bagi pada tiga kategori besar yaitu:
a. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam
hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh
lainnya).
b. Kebutuhan kejiwaaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang
jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).
c. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat
melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar
mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari
serangan musuh dan lain-lain).
Untuk mewujudkan kebutuhan manusia tersebut, maka manusia
membutuhkan kegiatan-kegiatan yang menyangkut atas pemenuhan kebutuhan
hidup. Kegiatan ini dinamakan juga sebagai sebuah kegiatan ekonomi. Sehingga
dalam hidup manusia tidak pernah terlepas dari apa yang namanya kegiatan
ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan oleh ahli antropologi ekonomi yang
dikemukakan oleh Karl Polanyi bahwa ekonomi sebagai upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya
(Polanyi dalam Sairin, 2002: 16-17).
Hubungan manusia dengan lingkungannya selalu dijembatani oleh pola-
pola kehidupan. Manusia di dalam kelompok ataupun masyarakat selalu
mempunyai kebudayaan. Dengan kebudayaan yang dimilikinya, mereka tidak
hanya mampu beradaptasi dengan lingkungannya, tetapi juga mampu mengubah
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
alam lingkungan menjadi sesuatu yang berarti dengan kehidupan sehari-hari.
Kebudayaan itu sendiri dapat berupa keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (Koentjraningrat,1980:193-194).
Sementara itu Tylor (dalam Fedyani, 2005:82) mengartikan kebudayaan
sebagai penjumlahan total apa yang dicapai oleh individu dari masyarakatnya
berupa keyakinan-keyakinan, adat-istiadat, norma-norma artistik sebagai warisan
dari masa lampau. Artinya, kebudayaan itu mencakup totalitas dari pengalaman
manusia.
Namun, landasan operasional yang digunakan dalam mengintrepetasikan
penelitian ini adalah mengacu pada defenisi kebudayaan secara dinamis atau
sebagai proses yang dikemukakan oleh ahli antropologi seperti Marvin Harris,
Julian Steward, dan Vayda. Menurut Marvin Harris yang mengatakan bahwa
kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup masyarakat. Kebudayaan
merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dan digunakan untuk
menginterpretasikan pengalaman dan pola tingkah laku sosial10
Sedangkan Steward menjelaskan kajiannya mengenai hubungan timbal
balik atau hubungan resiprokal antara kebudayaan dan lingkungan. Steward
percaya bahwa beberapa unsur dari kebudayaan lebih berkaitan erat dengan
lingkungan dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang lain. Analisis ekologi
bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan lintas budaya yang sama yang
.
10 Harris melihat kebudayaan itu sebagai repleksi dari sistem sosial budaya yang dibaginya atas tiga kategori yaitu infrasruktur yang meliputi gagasan, agama, subsistensi,tabu,dll. Struktur yang meliputi kekerabatan, ideologi politik ,agama, nasional, dll. Dan suprastruktur yang meliputi simbol, mite, estetika, standar,dll, dimana infrastruktur yang menjadi basis. lihat Fedyani dalam bukunya Antropologi kontemporer.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
disebut kebudayaan inti (core culture). Kebudayaan inti ini terdiri dari sektor
ekonomi masyarakat yang mempengaruhi segala aktivitas masyarakat sebagai
hasil dari:
1. Hubungan timbal balik antara lingkungan dan eksploitasi produksi
ekonomi
2. Hubungan antara pola prilaku dan eksploitasi teknologi
3. Pola prilaku yang mempengaruhi sektor kebudayaan lain
Maksud dari analisis Steward tersebut adalah bahwa ketika lingkungan
mengalami perubahan, maka unsur kebudayan yang paling mudah berubah adalah
sektor ekonomi dan teknologi karena berkaitan erat dengan lingkungan (Hardesty,
1977).
Pandangan ini di pertegas oleh Ralp Linton (dalam Koentjaraningrat,
1990) yang membagi unsur kebudayaan yang mudah berubah dan sukar berubah
ke dalam dua istilah yaitu; covert culture (bagian inti kebudayaan atau
kebudayaan yang sukar berubah) dan overt culture (bagian kulit kebudayaan atau
kebudayaan yang mudah berubah). Adapun yang masuk ke dalam covert culture
adalah: sistem nilai budaya, keyakinan keagamaan yang dianggap keramat,
beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu
warga masyarakat. Sedangkan yang termasuk dalam overt culture adalah
kebudayaan fisik, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, tata cara, gaya
hidup, serta alat-alat atau benda-benda yang berguna. Hal ini di perkuat oleh
Vayda yang melihat kebudayaan secara dinamis sesuai dengan konteks dan setting
dari pemilik dan pelaku. Lebih lanjut Abdullah (1999) menyatakan bahwa
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
perubahan kebudayaan sangat dipengaruhi oleh masuknya pasar, terintegrasinya
pasar dan ekspansi pasar pada hampir semua etnis di dunia11
Selanjutnya Hardestry menambahkan, ada 2 macam perilaku yang adaptif,
yaitu perilaku yang bersifat idiosyncratic (cara-cara unik individu dalam
mengatasi permasalahan lingkungan) dan adaptasi budaya yang bersifat
dipolakan, dibagi rata sesama anggota kelompok, dan tradisi. Adaptasi dilihat
sebagai suatu proses pengambilan ruang perubahan, dimana perubahan tersebut
ada di dalam perilaku kultural yang bersifat teknologikal (technological),
organisasional, dan ideological. Sifat-sifat kultural mempunyai koefisiensi seleksi
seperti layaknya seleksi alam, sejak tedapat unsur variasi, perbedaan tingkat
.
Sementara itu, Hardestry melihat bahwa manusia selalu berupaya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya yang bersifat dinamik
tersebut, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses penyesuaian
yang disebut dengan sistem adaptasi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya
yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan
lingkungan. Adaptasi juga merupakan suatu proses yang dinamik karena baik
organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap.
Daya tahan hidup populasi tidak bekerja secara pasif dalam menghadapi kondisi
lingkungan tertentu, melainkan memberikan ruang bagi individu dan populasi
untuk bekerja secara aktif memodifikasi perilaku mereka dalam rangka
memelihara kondisi tertentu, menanggulangi resiko tertentu pada suatu kondisi
yang baru, atau mengimprovisiasi kondisi yang ada (Hardestry, 1977: 45-46).
11. Dikutip dari Lister Brutu dalam aspek-aspek kultural masyarakat pakpak. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bagaimana kebudayan pakpak yang bersifat dinamis. Buku tersebut sangat relevan dengan penelitian ini yang memandang kebudayaan tersebut dengan bentuk yang dinamik.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
kematian dan kelahiran, dan sifat kultural yang bekerja melalui sistem biologi.
Proses adaptif yang aktual sedapat mungkin merupakan kombinasi dari beberapa
mekanisme biologis dan modifikasi budaya tersebut diatas. Sehingga adaptasi
dapatlah disebut sebagai sebuah strategi aktif manusia. Adaptasi dapat dilihat
sebagai usaha untuk memelihara kondisi kehidupan dalam menghadapi
perubahan. Definisi adaptasi tersebut kemudian berkaitan erat dengan tingkat
pengukuran yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilannya agar dapat
bertahan hidup. Adaptasi seharusnya dilihat sebagai respon kultural atau proses
yang terbuka pada proses modifikasi dimana penanggulangan dengan kondisi
untuk kehidupan oleh reproduksi selektif dan memperluasnya (Hardestry 1977:
243).
Dinamika adaptif mengacu pada perilaku yang didesain pada pencapaian
tujuan dan kepuasan kebutuhan dan keinginan dan konsekuensi dari perilaku
untuk individu, masyarakat, dan lingkungan. Ada 2 mode analitik utama pada
perilaku ini: yaitu tindakan individu yang didesain untuk meningkatkan
produkstifitasnya, dan mode yang diperbuat oleh perilaku interaktif individu
dengan individu lain dalam group, yang biasanya dibangun oleh aturan yang
bersifat resiprositas. Perilaku interakstif tersebut didesain juga untuk mengatur
dan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya12
Dalam rangka mewujudkan proses pemanfaatan sumber daya, maka yang
dibutuhkan adalah kemampuan untuk melakukan identifikasi sumber daya,
kemudian memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik. Dengan demikian,
.
12 Sumber Elektronik, 8 Mei 2009Adaptasi dalam Antropologi http:// prasetijo.wordpress.com/2008/01/28
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
berdasarkan pandangan tersebut, identifikasi sumber daya merupakan salah satu
langkah yang strategis dalam proses pembangunan masyarakat. Oleh sebab itu,
identifikasi sumber daya juga dapat berfungsi untuk mengangkat sumber daya
yang masih terpendam ke atas permukaan realitas sosial, sehingga dapat segera
dimanfaatkan dalam rangka peningkatan taraf hidup (Soetomo, 2006:20).
Kemampuan dalam melakukan identifikasi sumber daya yang tersedia
adalah salah satu bentuk dari strategi untuk dapat bertahan dari goncangan
ekonomi yang terjadi. Tindakan semacam ini merupakan suatu proses untuk
bertahan hidup. Strategi bertahan hidup adalah salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan. Maka cara-cara pemenuhan kebutuhan tersebut akan diatur oleh sistem
sosial budaya yang ada dan sekaligus sebagai suatu proses strategi adaptasi.
Sebagai suatu proses adaptasi sebagai aspek sosial budaya sistem ekonomi dan
teknologi juga merupakan aspek yang penting dalam usaha mempertahankan
hidup. Pengetahuan, aturan-aturan, rencana, cara-cara memperoleh sumber daya,
sarana serta membuat dan menggunakan peralatan dalam usaha mengolah sumber
tersebut akan menentukan sikap bertahan hidup manusia13
Edi Suharno seorang pengamat masalah kemiskinan dari Institut pertanian
Bogor (Suharto, 2003 : 1), menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan
hidup (coping strategies) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan
seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penangan masalah ini
pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam
.
13 lht. Amri Marzali dalam petani peisan cikalong. Dan lht juga Komaruddin dalam strategi pembangunan sumber daya berbasis pendidikan kebudayaan.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
mengelola segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas
keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress).
Berdasarkan konsepsi ini, Moser (dalam Suharno, 2002:13) membuat
kerangka analisis yang disebut The Aset Vulnerability Framework. Kerangka
ini meliputi berbagai penggelolaan aset yang dapat digunakan untuk melakukan
penyesuaian atau pengembagan strategi tertentu dalam mempertahankan
kelangsungan hidup seperti :
a. Aset tenaga kerja (labour aset), misalnya meningkatkan keterlibatan
wanita dan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi
rumah tangga
b. Aset modal manusia (human capital aset), misalnya memanfaatkan status
kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau
keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil
kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya
c. Aset produktif (productive aset), misalnya menggunakan rumah, sawah,
ternak, tanman untuk keperluan hidupnya
d. Aset relasi rumah tangga atau keluarga (Household relation asets),
misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga
besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme uang
kiriman (remittances)
e. Aset modal sosial (sosial capital aset), misalnya memanfaatkan
lembaga-lembaga sosial lokal, arisan dan pemberi kredit dalam proses
dan sistem perekonomian keluarga
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Selanjutnya Edi Suharno (2003) menyatakan strategi bertahan hidup
(coping strategies) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat
dilakukan dengan berbgai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori yaitu :
a. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi
keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri,
memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di
lingkungan sekitar dan sebagainya
b. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya
pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya)
c. Strategi jaringan, misalanya menjalin relasi, baik formal maupun
informal dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan
(misalnya : meminjam uang tetangga, mengutang di warung,
memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau
bank, dan sebagainya.
Hal tersebut telah terjadi pada masyarakat Petani Rakyat yang terdapat di
desa Tanjung Medan, yang melakukan berbagai cara maupun strategi untuk
mengatasi fluktuasi harga Kelapa Sawit yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan
ekonomis keluarga, sosial dan budaya mereka. Untuk itu, perlulah kiranya untuk
mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya bentuk strategi yang mereka
lakukan dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan dan menjaga kelangsungan
hidupnya, akan diintrepetasikan dalam penelitian ini.
Dalam mendeskripsikan permasalahan ini, Studi Antropologi Sosial
Budaya, sangat berperan penting dalam mengintrepetasikan penelitian ini, karena
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
kedua bidang ilmu pengetahuan ini berusaha melihat permasalahan manusia
dalam hubungannya dengan aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Tipe penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif14
a. Kondisi rumah tangga, contohnya peralatan-peralatan rumah tangga yang
ada.
yang bertujuan untuk mencari data-data dan informasi tentang kata-
kata dan tindakan masyarakat yang berkenaan dengan fokus penelitian yaitu
tentang strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani Kelapa Sawit Rakyat dalam
mensiasati tekanan ekonomi keluarga di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung
Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Data dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan, sedangkan
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, studi kepustakaan
dll. Data primer di peroleh melalui observasi dan wawancara mendalam.
a. Observasi
Selama penelitian berlangsung pengumpulan data juga dilakukan dengan
teknik pengamatan pada berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat serta
berbagai kondisi-kondisi seperti misalnya :
14 Konsep pendekatan kualitatif di ambil dari pemikiran Moelong yang mengatakan bahwa metode kualitatif adalah metode yang bertujuan mencari data-data dan informasi tentang kata-kata dan tindakan masyarakat (Moelong, 1991: 112).
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
b. Kondisi perkebunan Kelapa Sawit, misalnya luas perkebunan Kelapa
Sawit, peralatan yang digunakan dalam mengelola kebun sawit, kondisi
fisik perkebunan sawit, dll.
c. Aktifitas yang dilakukan oleh para petani Kelapa Sawit Rakyat dalam
rutinitas kehidupannya sehari-hari di kebun sawit miliknya misalnya
bagaimana kegiatan mengelola kebun sawitnya, bagaimana proses
pemasaran Kelapa Sawitnya yang meliputi dari proses pemanenan buah
Kelapa Sawit sampai pada transaksi jual-beli antara petani dengan pihak
agen/tauke, dan juga bagaimana hubungan sosial mereka dengan
masyarakat disekitarnya seperti hubungan kekerabatan dalam hal-hal yang
berkaitan dengan acara-acara adat dan seremonial seperti upacara
perkawinan, kelahiran, keorganisasian, dan hubungan antara keluarga inti,
dan hubungan dengan tetangga mereka, dll.
Adakalanya pengamatan dilakukan terlibat secara kadang kala dalam
berbagai aktivitas penduduk, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan dalam pengelolaan kebun Kelapa Sawit, misalnya
pergi bersama-sama ke lokasi kebun untuk melihat langsung aktivitas penduduk
dan terlibat langsung dengan aktivitas mereka. Dengan teknik ini peneliti dapat
menjalin hubungan baik secara lebih cepat serta dapat menggambarkan keadaan
langsung kehidupan masyarakat lokal yang sebenarnya. Dengan teknik ini peneliti
juga dapat mengetahui norma dan nilai-nilai yang sebenarnya. Data yang
diperoleh melalui pengamatan juga sekaligus berguna untuk konfirmasi data yang
akan diperoleh nantinya melalui wawancara. Untuk membantu pengamatan
peneliti juga menggunakan kamera untuk merekam keadaan-keadaan tertentu atau
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
untuk mendokumentasikan hal-hal yang tidak terobservasi di lapangan. Di
samping itu, hasil photo yang dilakukan dapat dijadikan sebagai penegasan data
yang diperoleh di lapangan. Jadi, jenis observasi yang seperti peneliti lakukan
nantinya merupakan salah satu jenis dari metode observasi kadang kala15
Wawancara mendalam yang dilakukan dipandu pedoman wawancara.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan pangkal, informan kunci dan
informan biasa. Informan pangkal merupakan informan awal yang dijumpai yang
dianggap dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian
ini yang menjadi informan pangkal adalah Kepala desa Tanjung Medan dan tokoh
masyarakat petani. Informan kunci merupakan informan yang memiliki
pengetahuan yang luas tentang masalah yang sedang di teliti yaitu petani Kelapa
Sawit Rakyat. Petani Kelapa Sawit Rakyat yang dimaksud adalah petani sawit
yang hanya memiliki luas lahan rata-rata 2 ha, dan merupakan sumber mata
pencaharian utama mereka, serta merasakan dampak dari penurunan harga buah
Kelapa Sawit. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah masyarakat desa
Tanjung Medan yang memiliki mata pencaharian lain selain sebagai petani Kelapa
Sawit Rakyat yaitu para wiraswasta, pekerja di lembaga pemerintah/PNS dan
petani holtikultura. Jumlah informan kunci sebanyak 5 keluarga yaitu keluarga
Mahmuddin Siregar, keluarga Muslim, Keluarga Salman, Keluarga Syahbudin
Pasaribu dan keluarga Rizal. Keseluruhan informan kunci tersebut diwawancarai
secara mendalam dengan menyertakan life history, sedangkan informan biasa
.
b. Wawancara
15 Metode observasi kadang kala adalah metode pengamatan dimana peneliti atau pengamat tidak berbartisipasi sepenuhnya dilapangan, hanya pada situasi-situasi tertentu saja (lht.Koentjaraningrat dalam metode penelitian sosial).
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
ditentukan sesuai dengan kebutuhan data yang akan diperoleh. Dalam hal ini
informan biasa berjumlah 7 keluarga.
Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal untuk
memperoleh data mengenai latar belakang sejarah desa, dan data-data penduduk.
Wawancara mendalam yang di tujukan kepada petani Kelapa Sawit Rakyat untuk
memperoleh informasi tentang :
a. Persoalan mendasar tentang kehidupan petani sawit tradisional.
b. Besarnya pendapatan dan pengeluaran sebagai Petani Kelapa Sawit
Rakyat.
c. Kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh para petani dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Pengerahan, aktivitas, dan tindakan yang dilakukan para petani sawit
sebagai bentuk strategi dalam mensiasati tekanan ekonomi keluarga.
e. Strategi yang mereka lakukan untuk meningkatkan atau mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan wawancara mendalam yang dilakukan pada informan biasa
dilakukan untuk review informasi dari informan kunci juga untuk memperoleh
informasi tentang bagaimana tanggapan mereka atas perubahan tersebut.
1.6.3. Analisa Data
Analisa data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup
prilaku objek, atau pengetahuan yang teridentifikasi. Beberapa hal yang dilakukan
dalam analisa data yaitu: pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.
Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diteliti kembali, hal ini untuk melihat
kelengkapan hasil dari wawancara dan observasi apakah sudah sesuai dengan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
interview guide yang disusun sebelumnya serta juga kesesuaian pada jawaban
yang satu dengan yang lainnya. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi
dan wawancara tersebut akan diolah secara sistematis dan dianalisis pada tiap
data-data yang dikumpulkan. Kemudian menguraikan pada bagian-bagian
permasalahan dengan membuat sub-sub judul pada bab-bab dalam penulisan
penelitian. Pengaturan data-data sedemikian disebut metode klasifikasi yang
pernah digunakan oleh Antropolog GP.Murdock dalam mengklasifikasikan daerah
kebudayaan pada berbagai suku bangsa di Indian Amerika. Metode klasifikasi ini
juga pernah dilakukan oleh Clark Wissler dalam mengklasifikasikan daerah
kebudayaan di Amerika Utara yang dibaginya menjadi sembilan bagian.
Analisis ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari
strategi adaptasi petani Kelapa Sawit Rakyat dalam mensiasati tekanan ekonomi
keluarga di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu
Selatan.
Analisa data yang dilakuan sesuai dengan kajian Antropologis dengan
melihat permasalahan yang ada. Dalam hal ini kajian Antropologi Ekonomi, dan
Antropologi Budaya adalah dasar-dasar intrepetasi dalam pengenalan utama
permasalahan yang akan dianalisis. Analisa data dilakukan mulai pada saat
meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung hingga penulisan
laporan penelitian selesai.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DI DESA TANJUNG MEDAN 2.1. Sejarah Singkat Desa Tanjung Medan Menurut cerita dari pemuka adat setempat bapak Ramlan Lubis, H. Malik
Siregar, dan Mahmuddin Siregar, Desa Tanjung Medan merupakan salah satu
desa yang dahulu berbentuk sebuah Kerajaan. Kampung Rakyat adalah
Kecamatan dari desa Tanjung Medan yang merupakan induk dari kerajaan desa
Tanjung Medan. Kecamatan Kampung Rakyat itu sendiri sebenarnya berasal dari
kata Kampung Raja, yang artinya tempat para Raja-raja. Di daerah Kampung
Rakyat dulunya banyak berdiri kerajaan-kerajaan dari suku bangsa Melayu,
diantaranya adalah Kerajaan Panai di desa Teluk Panji, Kerajaan Tanjung Medan,
dan Kerajaan Tanjung Mulia (Kerajaan Barumun).
Kerajaan Tanjung Medan sendiri dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Sultan Nong Hamzah (1939-1945). Sultan Nong Hamzah adalah putera dari Raja
Barumun bernama Sultan Bahluddin yang pada saat itu menguasai Kampung
Rakyat, dan daerah kekuasaannya meliputi Sungai Barumun, Sungai Balida,
sampai ke daerah pinggiran Sungai Barombang. Masyarakat yang mendiami
daerah ini adalah dari suku bangsa Melayu yaitu Melayu Deli, dan Melayu Panai
dan masih ada hubungannya dengan suku bangsa Melayu dari Kerajaan Malaysia.
Daerah Barumun dahulu memiliki nama Rotan Nagara yang artinya
hasil hutan yaitu rotan adalah milik negara atau kerajaan. Kerajaan-kerajaan
yang terdapat di daerah Kampung Rakyat pada saat itu adalah suatu kerajaan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
kecil, dimana raja-raja yang berkuasa pada daerah masing-masing harus
menyerahkan upetinya kepada negara. Sementara itu, kerajaan yang paling besar
untuk daerah Kabupaten Labuhan Batu Selatan adalah Kerajaan Kota Pinang yang
daerah kekuasaannya sampai ke daerah Labuhan Batu. Kerajaan Kota Pinang
dahulu dipimpin oleh seorang raja bernama Tongku Mustafa (1916-an) yang
terkenal kejam dan pembangkang. Pada saat itu Raja Tongku Mustafa tidak ingin
membayar upeti kepada negara. Bahkan, ia sangat dibenci oleh rakyatnya karena
sangat kejam dalam kepemimpinannya.
Pada tahun 1939-1943 negara Jepang memasuki daerah Kampung Rakyat
dan melukukan penjajahan terhadap masyarakatnya, termasuk desa Tanjung
Medan. Akan tetapi kekuasaan bangsa Jepang di tanah Kampung Rakyat tidak
bertahan lama kerena tanpa ada sepengetahuan yang pasti secara tiba-tiba penjajah
Jepang menarik pasukannya dari daerah Kampung Rakyat.
Setelah kepergian tentara Jepang, pada tahun 1947 bertepatan dengan
terjadinya Agresi Militer Kedua, Kolonial Belanda datang dan menjajah daerah
Kampung Rakyat. Pada waktu itu Kolonial Belanda masuk melalui desa
Perlabian, kemudian menjajah kerajaan desa Tanjung Medan yang pada saat itu
dalam kepemimpinan Raja Nong Hamzah. Mereka menembaki warga setempat
sehingga membuat rakyat desa Tanjung Medan menjadi ketakutan. Karena merasa
ketakutan terhadap penjajah Belanda, maka banyak diantara masyarakat desa
Tanjung Medan yang lari ke daerah Barumun untuk mendapatkan perlindungan
dari Raja Barumun.
Keberhasilan Penjajah Belanda menguasai desa Tanjung Medan ternyata
telah membuka kehidupan yang baru bagi masyarakatnya. Dalam sistem
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
perekonomian, mulai dikembangkan jenis tanaman produksi dengan
memanfaatkan aset produksi tenaga masyarakat desa Tanjung Medan. Hal
tersebut semakin jelas seelah pihak Belanda berhasil memantapkan kekuasaannya
di daerah Kampung Rakyat. Pihak Kerajaan di seluruh daerah yang ada di
Kecamatan Kampung Rakyat telah berhasil dikuasai, dan berada dalam tekanan
Penjajah Belanda. Raja-raja di daerah Kampung Rakyat pun dengan seketika
berubah menjadi berpihak terhadap kebijakan Kolonial Belanda.
Banyak perubahan-perubahan yang telah terjadi selama kekuasaan
Kolonial Belanda. Dalam hal sistem mata pencaharian atau pekerjaan, telah terjadi
pengalihan jenis tanaman produksi. Dahulu penduduk Tanjung Medan masih
mengandalkan jenis tanaman karet atau rambung. Sejarah penanaman tumbuhan
karet ini dulunya berawal dari salah satu utusan dari pihak kerajaan desa Tanjung
Medan yang dikirim ke negeri jiran Malaysia sebagai bentuk hubungan baik
kedua belah pihak kerajaan. Akan tetapi, setelah utusan kerajaan kembali ke
Tanjung Medan, ia memberikan pernyataan kepada Raja Nong Hamzah bahwa ia
telah membawa tambang emas yaitu tumbuhan karet atau pohon rambung. Setelah
mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai manfaat dari tumbuhan karet itu,
maka pihak kerajaan pun menyerukan kepada masyarakatnya untuk menanam
pohon karet sebagai tanaman produksi.
Pada tahun 1958 penjualan hasil karet di lakukan ke negeri jiran Malaysia
yang dilakukan secara seludupan. Sampai akhirnya seiring perkembangan zaman
dikenalkan karet planting (karet kawinan) yang kemudian dilanjutkan dengan
peremajaan tanaman karet itu sendiri. Akan tetapi, kedatangan bangsa Belanda ke
Kampung Rakyat telah mengubah jenis tanaman produksi di desa Tanjung Medan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
yang semulanya adalah jenis tanaman karet. Penjajah Belanda mengenalkan jenis
tanaman produksi yang baru yaitu tanaman Kelapa Sawit. Dengan kekuasaannya
pihak Belanda memaksa rakyat untuk menanam pohon Kelapa Sawit dalam
jumlah besar yang sekarang terkenal dengan sebutan Perkebunan Kelapa Sawit.
Sehingga hanya dalam beberapa tahun saja lamanya Penjajah Belanda telah
berhasil memperluas perkebunan Kelapa Sawit dan mendirikan sebuah pabrik
pengelolan Kelapa Sawit yaitu PT. Perlabian State yang merupakan pabrik Kelapa
Sawit pertama di desa Perlabian Kecamatan Kampung Rakyat.
Berpuluh-puluh tahun lamanya Penjajah Belanda memeras keringat
masyarakat Kampung Rakyat untuk menjadi buruh di pabriknya. Keinginan
masyarakat Kampung Rakyat pada saat itu khususnya Desa Tanjung Medan untuk
mengelola tanaman Kelapa Sawit secara pribadi terkekang oleh politik Belanda.
Penjajah Belanda mengatakan bahwa tanaman Kelapa Sawit hanya dapat di kelola
oleh perkebunan dengan skala besar sehingga mempengaruhi rakyat untuk tidak
menanam tanaman Kelapa Sawit secara perorangan. Di samping itu, mereka juga
membuat aturan terhadap masyarakat desa Tanjung Medan bahwa siapa saja dari
masyarakat yang ketahuan menanam pohon Kelapa Sawit akan di tembak.
Namun, kekuasaan pihak Belanda yang diperoleh dengan cara
mengeksploitasi dan memonopoli sumber daya alam masyarakat desa Tanjung
Medan berakhir juga dengan sendirinya setelah Indonesia memperoleh
kemerdekaan yang sesungguhnya dan berdiri menjadi Negara yang berdaulat.
Masyarakat di desa Tanjung Medan sekarang mulai membuka lahan sendiri untuk
ditanami Kelapa Sawit, walaupun masih dalam intervensi pihak-pihak perusahaan
swasta dan Negara yang berkuasa.
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Dalam kurun waktu yang tidak begitu lama para perantau dari berbagai
etnis suku bangsa mulai berdatangan ke daerah Kampung Rakyat dan yang paling
dominan adalah Orang Hulu atau Tapanuli Selatan. Untuk dusun Labuhan yang
merupakan salah satu dusun di Desa Tanjung Medan, mula-mula dibuka oleh
seorang etnis dari Tapanuli Selatan yang bernama Tukkot Lombang, dan untuk
dusun Gunung Maria di buka oleh seseorang yang bernama Jabalanga. Nama
kedua tokoh tersebut sudah terkenal di daerahnya masing-masing, karena telah
diabadikan sebagai nama tempat pemandian di kedua daerah tersebut, yaitu
Pemandian Tukkot Lombang untuk daerah pemandian di dusun Labuhan dan
Pamandian Jabalanga untuk daerah pemandian di dusun Gunung Maria.
Desa Tanjung Medan sendiri memiliki tujuh dusun yaitu, Kampung Jawa,
Labuhan, Gunung Maria, Sukajadi, Padang Bulan, Pekan Tanjung Medan dan
Aek Gapuk. Sistem pemerintahannya di pimpin oleh seorang Lurah dan selama
periodenya telah empat kali melakukan pergantian lurah yang diantaranya adalah :
1. Ahmad Soleh Harahap (1960-seumur hidup), merupakan lurah yang
pertama dan menurut masyarakat setempat sangat baik di masa
kepemimpinannya.
2. Dahlan Harahap, merupakan anak dari ahmad soleh harahap yang
bertugas melanjutkan kepemimpinan ayahnya.
3. Mudo, merupakan lurah yang ketiga menjabat sebagai kepala lurah.
4. Ir. Ripdan Harahap (2009, sekarang ini).
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
2.1. Letak dan Luas Desa Tanjung Medan
Letak Astronomi Desa Tanjung Medan terletak pada koordinat 7 50 LU
9 21 LU dan 97 18 BT-98 42 BT. Secara geografis jarak Desa Tanjung
Medan ke Ibukota Kecamatan 0,00 Km.
Tabel I Luas Wilayah Kecamatan Kampung Rakyat
No Kelurahan/Desa Tanah Sawah Tanah Kering
Bangunan/ Perkarangan Lainnya Jumlah
1 Kamp. Perlabian 0 6.621 18 61 6.700 2 Perk.Perlabian 0 10.170 108 266 10.544 3 Pekan Tolan 0 1.517 56 987 2.560 4 Tolan I/II 0 1.781 42 173 1.996 5 Air Merah 150 10.034 365 0 10.549
6 Perk. Batang Saponggol 0 3.762 27 16 0.805
7 Perk. Teluk Panji 0 7.392 308 84 7.784 8 Teluk Panji I 0 789 200 56 1.045 9 Teluk Panji II 0 827 172 22 1.021
10 Teluk Panji III 0 571 202 21 794 11 Teluk Panji IV 0 838 216 25 1.079 12 Kamp.Teluk Panji 100 749 57 0 1.206 13 Tanjung Medan 0 7.979 275 288 8.542 14 Tanjung Selamat 0 1.862 630 333 2.825 15 Tanjung Mulia 0 9.022 222 1.221 10.465 Jumlah 250 63.914 3.198 3.553 70.915
Sumber : Data diolah dari Kec.Tanjung Medan Tahun 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Kampung Rakyat
menempati area seluas 709, 15 Km yang terdiri dari 15 desa. Dengan batas-batas
wilayah yakni :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Panai Tengah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota Pinang, dan
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hulu
Dari 15 desa yang terdapat di Kecamatan Kampung Rakyat, yang memiliki
wilayah terluas adalah Desa Air Merah dengan luas 105,49 Km, dan yang terkecil
adalah Desa Teluk Panji III dengan luas 7,94 Km. Sementara itu, Desa Tanjung
Medan itu sendiri memiliki luas wilayah 85,42 Km. Dengan demikian, Desa
Tanjung Medan merupakan desa ke empat terluas yang terdapat di Kecamatan
Kampung Rakyat.
2.3. Komposisi Penduduk
- Menurut Jumlah Rumah Tangga
Berdasarkan data komposisi penduduk menurut jumlah rumah tangga
menunjukkan bahwa sebagian besar dari jumlah penduduk Desa Tanjung Medan
telah berkeluarga. Hal ini dapat dilihat pada tabel :
Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Jumlah Rumah Tangga
No Desa/Kelurahan Jumlah
Penduduk Rumah Tangga
Rata-Rata/RT
1 Kamp. Perlabian 7.777 1.33 6 2 Perk. Perlabian 6.290 1.043 6 3 Pekan Tolan 4.343 943 5 4 Tolan I/II 971 288 3 5 Air Merah 2.796 532 5
6 Perk.Batang Saponggol 908 157 6
7 Perk. Teluk Panji 6.483 1.173 6 8 Teluk Panji I 2.164 349 6 9 Teluk Panji II 2.061 385 5
10 Teluk Panji III 1.758 386 5 11 Teluk Panji IV 2.712 447 6 12 Kamp. Teluk Panji 2.907 805 6 13 Tanjung Medan 5.645 2.181 3 14 Tanjung Selamat 2.262 851 3 15 Tanjung Mulia 2.906 517 6
Jumlah 51.983 11.109 5 Sumber : Data diolah dari Kec.Tanjung Medan Tahun 2007
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Tanjung Medan
yang telah berumah tangga berjumlah 2.181 jiwa, merupakan jumlah terbesar dari
keseluruhan desa yang terdapat di Kecamatan Kampung Rakyat. Sedangkan untuk
jumlah rumah tangga yang paling sedikit terdapat di kelurahan Perkebunan
Batang Saponggol dengan jumlah rumah tangga 908 jiwa.
- Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat
perbandingan antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan pada Desa Tanjung Medan. Jumlahnya tidak jauh berbeda dan hanya
terpaut 15 orang lebih banyak jumlah perempuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Kamp. Parlabian 3.922 3.855 7.777 2 Perk. Perlabian 3.215 3.075 6.290 3 Pekan Tolan 2.194 2.149 4.343 4 Tolan I/II 490 481 971 5 Air Merah 1.452 1.344 2.796
6 Perk. Batang Saponggol 449 459 908
7 Perk. Teluk Panji 3.329 3.154 6.483 8 Teluk Panji I 1.095 1.069 2.164 9 Teluk Panji II 1.044 1.017 2.061
10 Teluk Panji III 885 873 1.758 11 Teluk Panji IV 1.357 1.355 2.712
12 Kamp. Teluk Panji 2.248 2.222 4.470
13 Tanjung Medan 2.815 2.830 5.645 14 Tanjung Selamat 1.168 1.094 2.262 15 Tanjung Mulia 1.506 1.400 2.906
Jumlah 27.169 26. 377 53. 546
Sumber : Data diolah dari Kec.Tanjung Medan Tahun 2007
-
Edi Iwan Siregar : Strategi Adaptasi Petani Rakyat Dalam Mensiasati Fluktuasi Harga Kelapa Sawit (Studi Kasus: Petani Kelapa Sawit Rakyat di Desa Tanjung Medan Kec. Kampung Rakyat Kab. Labuhan Batu Selatan), 2009.
Jumlah penduduk Desa Tanjung Medan dengan jenis kelamin laki-laki
adalah 2.815 jiwa, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin wanita berjumlah
2.830 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah wanita telah mengungguli jumlah
laki-laki.
- Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Sebagian besar penduduk di Desa Tanjung Medan bekerja sebagai petani,
dan sebagian lagi bekerja di bidang wiraswasta. Pada tabel terlihat sebagai berikut
Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Desa/Kelurahan Petani Industri PNS/ABRI Lainnya Jumlah 1 Kamp. Perlabian 1. 752 142 49 204 2.147 2 Perk. Perlabian 2. 192 240 35 80 2.547 3 Pekan Tolan 757 107 25 98 987 4 Tolan I/II 129 18 9 24 180 5 Air Merah 708 80 10 24 822
6 Perk. Batang Saponggol 466 33 6 0 505
7 Perk. Teluk Panji 942 144 25 44 1.155
8 Teluk Panji I 18 40 10 286 354 9 Teluk Panji II 318 45 11 17 391
10 Teluk Panji III 464 76 13 17 570 11 Teluk Panji IV 293 58 9 9 369
12 Kamp. Teluk Panji 899 118 10 66 1.093
13 Tanjung Medan 1935 156 60 567 2718 14 Tanjung Selamat 575 76 25 29 705 15 Tanjung Mulia 615 82 12 45 754
Sumber : Data diolah dari Kec.Tanjung Medan Tahun 2007
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Tanjung
Medan