08_01_2016 Opini Lingkungan - Pengadilan Tanpa Keadilan

download 08_01_2016 Opini Lingkungan - Pengadilan Tanpa Keadilan

of 1

Transcript of 08_01_2016 Opini Lingkungan - Pengadilan Tanpa Keadilan

  • 8/17/2019 08_01_2016 Opini Lingkungan - Pengadilan Tanpa Keadilan

    1/1

    PENGADILAN yang seha-

    rusnya memberikan

    rasa keadilan sekarang

    tidak mampu lagi memenuhi-

    nya. Akhir 2015 para pencarikeadilan dikagetkan dengan

    putusan pengadilan yang ham-

    pir memutuskan harapan para

    pejuang keadilan lingkungan

    hidup. Tiga putusan Hakim

    itu ialah putusan Pengadilan

    Tata Usaha Negara Jambi yang

    meng izinkan pembangunan

    pasar modern (mal) tanpa

    amdal dan izin lingkungan,

    putusan Pengadilan Negeri

    Palembang yang meloloskan

    pembakar hutan, dan ter-

    akhir ialah putusan Mahka-

    mah Agung kasus sumber air

    gemulo Kota Batu yang mem-

    bungkam perjuangan para

    pejuang lingkungan hidup.

    Penulis akan mengulas sing-

    kat bagaimana ketiga putusan

    tersebut berdampak besar

    terhadap perjuangan menun-

    tut keadilan, khususnya bagi

    kasus-kasus lingkungan hidup.

    Kasus pertama di Kota Jambi.

    Perusahaan drup besar di sek-

    tor pasar modern membangunplaza di Kota Jambi. Diketahui,

    pembangunan itu terjadi sebe-

    lum 2014. Organisasi nonpe-

    merintah di Jambi menemukan

    bukti bahwa pembangunan

    mal tersebut tanpa dokumen

    lingkungan maupun izin ling-

    kungan. Setelah melalui de-

    sakan yang kuat, akhirnya pe-

    merintah kota menghentikan

    pembangunan mal tersebut.

    Putusan Pemkot Jambi digugat

    di Pengadilan Tata usaha Ne-

    gara Jambi. Singkatnya gugatan

    oleh perusahaan dimenangi

    dan surat keputusan peng-

    hentian pembangunan tidak

    lagi berlaku.

    Kasus kedua yang santer

    dibahas di media nasional

    ialah tentang lolosnya PT BMH

    dari jeratan hukum gugatan

    perdata dengan ganti kerugian

    lingkungan terbesar sepanjang

    sejarah, yaitu Rp7,8 triliun.

    Pertimbangannya kurang lebih

    menyatakan kebakaran hutan

    tidak berakibat pada kerusak-

    an lingkungan karena lahan

    bekas kebakaran bisa ditanam

    kayu kembali.

    Kasus ketiga ialah yang su-

    dah berjalan sejak 2013 di

    Pengadilan Malang. Warga

    kota batu menolak pemba-

    ngunan hotel yang lokasinya

    di atas sumber mata air yang

    menghidupi ribuan orang dan

    ratusan persawahan kota ter-

    sebut. Upaya penolakan warga

    digugat ke pengadilan Negeri

    Malang dan putusan gugatan

    ditolak. Upaya penolakan war-

    ga bukanlah perbuatan mela-

    wan hukum. Kasus tersebut

    berlanjut ke Pengadilan Tinggi

    Surabaya. Dalam putusannya,

    Pengadilan Tinggi Surabaya

    menolak permohonan ban-

    ding dan menguatkan putusan

    Pengadilan Negeri Malang. Ke-

    putusan kedua tingkat penga-

    dilan tersebut ternyata ditolak

    oleh Mahkamah Agung yang

    dalam putusannya mengabul-

    kan gugatan perusahaan dan

    warga yang menolak pemba-

    ngunan hotel di atas mata air

    merupakan perbuatan mela-

    wan hukum.

    Ketiga putusan tersebut da-

    tang hampir bersamaan pada

    Desember saat masyarakat

    disibukkan dengan persiapan

    liburan panjang, perayaan Na-

    tal, dan tahun baru. Ada apa

    dengan Desember? Apakah

    benar gosip yang mengatakan

    bahwa ingin memutus perkara

    besar dan kontra produktif ha-

    rus pada Desember?

    Perlu perjuangan panjang

    meraih keadilan. Jalan terjal

    seakan silih berganti datang

    bagi para pejuang lingkunganhidup. Mulai regulasi yang tidak

    berpihak pada lingkungan, pu-

    tusan pengadilan yang melolos-

    kan penjahat lingkungan, sam-

    pai pada ancaman dan proses

    pemidanaan yang dipaksakan.

    Belum lagi dominasi kekuatan

    korporasi yang hadir hampir

    di seluruh urat nadi birokrasi

    merupakan tantangan besar

    bagi korban dan para pejuang

    lingkungan hidup.

    Langkah hukumGerakan sosial lingkungan

    hidup gugatan hukum meru-

    pakan upaya terakhir ketika

    langkah yang lain tidak efektif

    lagi digunakan. Langkah hu-

    kum ketika masuk ke pengadil-

    an ialah ada optimisme yang

    besar pada masyarakat korban

    bahwa pengadilan mampu

    memberikan keadilan esensial

    atau keadilan substantif atas

    derita yang mereka rasakan.

    Saat ini fakta menunjukkansebaliknya. Pengadilan seba-

    gai rumah pencari keadilan

    tidak ramah lagi pada korban

    dan para pejuang lingkungan.

    Penegakan hukum lingkungan

    kembali ke jalan sunyi dan

    cenderung dimatisurikan, se-

    dangkan pemerintah masih

    saja setengah hati dan me-

    nyembunyikan para penjahat

    lingkungan.

    Keadilan akan terus dicari

    dengan berbagai cara oleh kor-

    ban dan para pejuang lingkung-

    an. Jika keadilan tidak mungkin

    lagi didapat di ruang-ruang

    pengadilan, mungkin rakyat

    akan memperoleh dengan

    caranya sendiri. Ini peringatan

    bagi lembaga peradilan yang

    seharusnya sensitif terhadap

    rasa adil itu sendiri.

    Pengadilan tanpa Keadilan

    K ASUS yang melanda

    beberapa parpol

    akibat friksi inter-

    nal yang berdam-

    pak pada terjadinya sengketa

    kepengurusan parpol sejatinya

    bukan sesuatu yang baru di ne-

    geri ini. Hal itu terjadi karena

    kegagalan parpol dalam mela-

    kukan konsolidasi demokrasi

    internal dan pendewasaan

    berpolitik bagi para fungsio-narisnya agar terbiasa untuk

    mematuhi konstitusi parpol,

    konstitusi negara, dan pera-

    turan perundang-undangan

    politik. Pada kisaran 2005, mi-

    salnya, MA pada 16 November

    2005 telah memutus perkara

    sengketa parpol antara Alwi

    Shihab melawan Muhaimin

    Iskandar di tingkat Kasasi.

    Majelis Hakim Kasasi MA me-

    nilai pemecatan Alwi Shihab

    dari keanggotaan PKB cacat

    hukum karena melanggar AD/

    ART PKB.

    Di era Orde Baru, PDI Per-

     juangan (pada waktu itu ber-

    nama PDI) juga pernah dilanda

    konflik internal antarelite par-

    pol yang dipengaruhi campur

    tangan rezim yang berkuasa

    saat itu yang berujung pada

    terjadinya peristiwa 27 Juli

    1996 yang diawali dengan pe-

    nyerbuan Kantor DPP PDI dan

    berdampak dengan kerusuhan

    sosial di sebagian wilayah Ja-

    karta. Konflik internal parpol

     juga dialami PBR, Demokrat,

    dan lain-lain.

     Jika berkaca pada pandang-

    an Carl J Fiederich, parpol

    dimaknai sebagai sekelompok

    manusia yang terorganisasi

    secara stabil dengan tujuan

    merebut atau mempertahan-

    kan penguasan terhadap pe-

    merintahan bagi pimpinan

    partainya. Penguasaan ini

    memberi anggota partai ke-

    manfaatan yang bersifat idiil

    maupun materiil. Roger Sol-

    tau berpendapat senada, par-

    pol ialah sekelompok warga

    negara yang sedikit banyakterorganisasi, yang bertindak

    sebagai suatu kesatuan politik

    dengan memanfaatkan kekua-

    saannya untuk memilih--bertu-

     juan menguasai pemerintahan

    dan melaksanakan kebijakan

    umum mereka.

    UU Parpol (UU No 2/2008 jo

    UU No 2/2011) mengambil jalan

    moderat dalam mendefinisi-

    kan makna parpol. Menurut

    Pasal 1 angka 1 UU No 2/2011,

    parpol diberi makna sebagai

    organisasi yang bersifat nasio-

    nal dan dibentuk sekelompok

    warga negara Indonesia secara

    sukarela atas dasar kesamaan

    kehendak dan cita-cita yang

    bertujuan memperjuangkan

    dan membela kepentingan

    politik anggota, masyarakat,

    bangsa, negara, serta memeli-

    hara keutuhan NKRI berdasar-

    kan Pancasila dan UUD NegaraRI Tahun 1945.

    Dengan melihat pada hakikat

    makna parpol itu, peran parpol

    dalam sistem demokrasi kon-

    stitusional sangat vital. Pasal-

    nya, melalui peranan parpol,

    warga negara bisa mendapat

    saluran untuk memasuki are-

    na kekuasaan negara secara

    demokratis. Parpol sebagai

    instrumen demokrasi. Sede-

    mikian pentingnya peranan

    parpol, bahkan UUD 1945 te-

    lah mengunci pintu masuk

    calon presiden dan calon wakil

    presiden dalam arena kon-

    testasi pemilu presiden melalui

     jalan tunggal parpol maupun

    gabungan parpol. Demikian

    pula pintu masuk ke arena

    institusi parlemen juga harus

    melalui jalan tunggal parpol.

    Dengan demikian, parpol tak

    bisa diletakkan hanya di wila-yah infrastruktur politik.

    Roy C Macridis berpendapat

    parpol merupakan keharus-

    an dalam kehidupan politik

    modern yang demokratis.

    Pengecualiannya hanya pada

    masyarakat tradisional yang

    bersistem politik otoritarian

    dengan pemerintahan yang

    bertumpu pada tentara atau

    polisi. Sebagai suatu orga-

    nisasi, parpol secara ideal

    bertujuan mengaktifkan dan

    memobilisasi rakyat, mewakili

    kepentingan tertentu, serta

    memberikan jalan kompromi

    bagi pendapat yang saling

    bersaing, menyediakan sarana

    suksesi kepemimpinan politik

    secara absah dan damai.

    Konflik yang melanda Partai

    Golkar baik sebelum maupun

    pascadicabutnya Keputusan

    Pengesahan Kepengurusanparpol oleh Menteri Hukum

    dan HAM sejatinya tak lepas

    dari belum melembaganya

    mekanisme resolusi konflik

    internal parpol meskipun UU

    Parpol telah menyediakan

    perangkat kelembagaaan Mah-

    kamah Parpol.

    Kemandirian parpol sejati-

    nya harus dapat direpresenta-

    sikan dari kapasitas dan efek-

    tivitas fungsi dari Mahkamah

    Parpol dalam menjalankan

    fungsi ajudikasi untuk me-

    nyelesaikan sengketa internal

    parpol secara terhormat dan

    independen.

    Namun, ternyata tujuan

    pembentukan Mahkamah Par-

    pol yang dinisbahkan sebagai

    perangkat ajudikasi internal

    untuk membangun kemandi-

    rian parpol belum mampu

    memberikan pengaruh signi-fikan guna meredam konflik

    internal parpol.

    Upaya membangun ke-

    mandirian parpol tersebut

    terlihat dari eksistensi Pasal

    32 Ayat 5 UU Parpol yang

    menegaskan putusan Mahka-

    mah parpol atau sebutan lain

    bersifat final dan mengikat

    secara internal dalam hal

    perselisihan yang berkenaan

    dengan kepengurusan. Na-

    mun, terlihat bahwa dalam

    kasus sengketa kepengurusan

    Partai Golkar maupun PPP

    semua sengketa kepengurusan

    tak mampu diselesaikan secara

    internal dan dibawa arena aju-

    dikasi yudisial di lingkungan

    peradilan.

    Pola semacam itu tak urung

    telah menempatkan terjadi-

    nya sengketa berkepanjangan

    di lingkungan parpol sendiri.Pasalnya, pada umumnya se-

    tiap rezim kepemimpinan di

    dalam tubuh parpol membawa

    ‘gerbong kepentingan’ yang

    panjang dan tak jarang hingga

    sampai ke cabang parpol di

    daerah-daerah. Akibatnya,

    bukanlah sebuah jalan yang

    mudah untuk membangun ke-

    mandirian parpol karena kom-

    pleksitas penyelesaian konflik

    internal parpol bisa bersumber

    dari aspek ideologis, pragma-

    tis, maupun pertalian antara

    aspek birokratis-kepentingan

    pragmatis.

    Afiliasi elite dalam menentu-

    kan sikap di saat pencalonan

    capres semasa pilpres yang

    lalu dapat menimbulkan kere-

    takan di dalam tubuh beberapa

    parpol karena sikap pro-kontra

    penentuan kebijakan parpol

    dalam membangun koalisi. Hal

    itu masih berkelindan denganwatak otoritarian sekelompok

    elite dalam mengendalikan

    kepemimpinan parpol secara

    narsistik. Parpol bahkan dijadi-

    kan sebagai ‘kuda tunggangan’

    oleh segerombolan elite un-

    tuk membajak demokrasi di

    internal parpol dengan me-

    lalaikan suara anggota dan

    konstituen.

    Elite yang enggan merefleksi

    sikap-sikap politiknya dan ge-

    mar memaksakan kehendak

    mengakibatkan parpol tak le-

    bih sebagai semacam korporasi

    politik. Berhitung profit politik

    dan pengaruh elite ditentu-

    kan dari saham politik yang

    ditanamkannya dalam pundi-

    pundi parpol. Akibat pola-pola

    penguasaan parpol semacam

    itu ialah beberapa parpol se-

    perti kehilangan jati diri dan

    lebih banyak mengurusi ri-

    valitas daripada menyuara-

    kan aspirasi anggota maupun

    konstituennya. Celakanya, hal

    itu berpengaruh dalam tubuh

    parlemen yang memang pintu

    masuknya harus mengguna-

    kan tiket dari elite parpol agar

    bisa menduduki singgasana

    wakil rakyat dengan berbagai

    fasilitasnya yang dibayar dari

    pundi-pundi pajak rakyat.

    Upaya memulai pengem-

    balian kemandirian parpol

    ditentukan kedewasaan ber-

    politik dan kapasitas resolusi

    konflik oleh para elite/fung-

    sionaris parpol itu sendiri.

     Jalan keluarnya ialah kemauan

    untuk kembali menginternal-

    isasikan semangat pendirian

    parpol yang tertuang dalamtiap-tiap AD maupun ART se-

    bagai konstitusi parpol. Bagai-

    mana akan memperjuangkan

    nasib rakyat/konstituen jika

    tiap-tiap elite di dalam tubuh

    parpol masih belum selesai

    dengan diri mereka sendiri?

    Mereka masih sibuk untuk

    memperjuangkan hak-hak

    politik dan finansial dengan

    melalaikan tanggung jawab

    sebuah parpol dalam sistem

    demokrasi konstitusional?

    Uji Nyali Kemandirian ParpolW Riawan Tjandra

    Pengajar pada FH Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Doktor Ilmu Hukum UGM

    Muhnur SatyahaprabuManajer Kebijakan dan Pembelaan Hukum Eksekutif Nasional Walhi

    Jika keadilan tidak mungkinlagi didapat di ruang-ruangpengadilan, mungkin rakyatakan memperoleh dengan

    caranya sendiri.

    JUMAT, JAN UARI OPINI6

    PARTISIPASI OPINIKirimkan ke email: [email protected] atau [email protected] atau fax: (021) 5812105, (Maksimal 5.500 karakter tanpa spasi. Sertakan nama, alamat lengkap, nomor telepon, foto kopi KTP, nomor rekening, dan NPWP).Setiap materi baik artikel, tulisan, maupun foto, yang telah ditampilkan di harian Media Indonesia dapat dimuat kembali baik dalam format digital maupun nondigital yang tetap merupakan bagian dari harian Media Indonesia.

    Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm)Direktur Utama: Lestari MoerdijatDirektur Pemberitaan/Penanggung Jawab: Usman Kan-songDeputi Direktur Pemberitaan: Gaudensius SuhardiDirektur Pengembangan Bisnis: Shanty NurpatriaDewan Redaksi Media Group: Bambang Eka Wijaya, DjadjatSudradjat, Elman Saragih, Gaudensius Suhardi, Laurens Tato,Lestari Moerdi jat, Najwa Shihab, Putra Nababan, Rahni LowhurSchad, Saur Hutabarat, Suryopratomo, Usman KansongRedaktur Senior: Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, LaurensTatoKepala Divisi Pemberitaan: Abdul KoharKepala Divisi Content Enrichment: Teguh NirwahyudiKepala Divisi Artistik & Foto: HariyantoAsisten Kepala Divisi Pemberitaan: Ade Alawi, Haryo Prase-

    tyo, Jaka Budisantosa, Ono Sarwono, Rosmery C. Sihombing,Tjahyo UtomoKepala Sekretariat Redaksi: Sadyo Kristiarto

    Redaktur:   Agus Mulyawan, Agus Triwibowo, Ahmad Punto,Anton Kustedja, Aries Wijaksena, Basuki Eka P, Cri Qanon RiaDewi, Denny Parsaulian Sinaga, Eko Rahmawanto, Eko Supri-hatno, Hapsoro Poetro, Henri Salomo, Ida Farida, Iis Zatnika, IranaShalindra, M. Soleh, Mathias S. Brahmana, Mirza Andreas, PatnaBudi Utami, Soelistijono, Sitria Hamid, Wendy Mehari Utami, Wi-

    5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Per-cetakan:  (021) 5812086, Harga Langganan: Rp79.000 perbulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Reke-ning Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri- Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab.Sudirman: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra MediaNusa Purnama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Ke-doya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon:  (021) 5812088 (Hunting), Fax:  (021) 5812105 (Redaksi) e-mail: [email protected], Percetakan:  Media Indo-nesia, Jakarta, ISSN:  0215-4935, Website:  www.mediaindo-nesia.com,

    DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WAR-TAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERSDAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU ME-MINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN

    dhoroso, Windy Dyah Indriantari

    Staf Redaksi: Abdillah M. Marzuqi, Adam Dwi Putra, Agung Wi-bowo, Ahmad Maulana, Akhmad Mustain, Anata Syah Fitri, AnsharDwi Wibowo, Arief Hulwan Muzayyin, Asni Harismi, Astri Novaria,Bintang Krisanti, Budi Ernanto, Cornelius Eko, Christian Dior Sim-bolon, Daniel Wesly Rudolf, Deri Dahuri, Dinny Mutiah, Donny An-dhika, Dwi Tupani Gunarwati, Dzulfikri, Emir Chairullah, Eni Kartinah,Fario Untung, Ghani Nurcahyadi, Gino F. Hadi, Golda Eksa, HaufanH. Salengke, Hera Khaerani, Heryadi, Hillarius U. Gani, Insan Ak-bar Krisnamurti, Iqbal Musyaffa, Irvan Sihombing, Iwan Kurniawan,Jajang Sumantri, Jonggi Pangihutan M, Maggie Nuansa Mahardika,Mohamad Irfan, Muhamad Fauzi, Nurtjahyadi, Nurulia Juwita, PancaSyurkani, Permana Pandega Jaya, Raja Suhud V.H.M, Ramdani,Retno Hemawati, Richaldo Yoelianus Hariandja, Rommy Pujianto,Rudy Polycarpus, Sabam Sinaga, Selamat Saragih, Sidik Pramono,Siswantini Suryandari, Siti Retno Wulandari, Sugeng Sumariyadi,Sulaiman Basri, Sumaryanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, TesaOktiana Surbakti, Thalatie Yani, Thomas Harming Suwarta, UsmanIskandar, Wibowo, Wisnu AS, Zubaedah HanumBiro Redaksi: Dede Susianti (Bogor); Eriez M. Rizal (Bandung);

    Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); SumantriHandoyo (Tangerang); Yusuf Riaman (NTB); Baharman (Palem-bang); Parulian Manulang (Padang); Haryanto (Semarang); Wi-djajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya)

    METROTVNEWS.COMPemimpin Redaksi: Putra NababanWakil Pemimpin Redaksi/Dept Head Multimedia: NurfajriBudi NugrohoRedaktur Pelaksana: Khudori, Luhur Hertanto, Fitra Iskandar

    DIVISI TABLOID, MAJALAH, DAN BUKU (PUBLISHING)Kepala Divisi: Budiana IndrastutiAsisten Kepala Divisi: Mochamad Anwar Surahman, Victor JPNababanRedaktur: Agus Wahyu Kristianto, Sri Purwandhari

    CONTENT ENRICHMENTPeriset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S, Gurit Adi Suryo,Dhika Kusuma WinataBahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Adang Iskandar, HenryBachtiar, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto

    ARTISTIK Asisten Kepala Divisi: Rio Okto WaasRedaktur: Annette Natalia, Budi Setyo Widodo, Donatus Ola Pere-da, Gatot Purnomo, Gugun Permana, Marjuki, Ruddy Pata AreadiStaf Artistik:  Ali Firdaus, Ami Luhur, Ananto Prabowo, BayuWicaksono, Briyan Bodo Hendro, Catherine Siahaan, Dedy, DharmaSoleh, Endang Mawardi, Fauzi Zulkarnaen, Hari Syahriar, Haris ImronArmani, Haryadi, Immaduddin Rizal, Marionsandez G, M. Rusli, Mu-hamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Sutisna, Novi Hernando, Novin

    Herdian, Nurkania Ismono, Rengga Herman Saputra, Reza Fitarza Z,Rio Thaba Pratama Burhan, Riri Puspa Destianty, Rugadi Tjahjono,Seno Aditya, Tampan Destawan, Tutik Sunarsih, Yayan AprianiOlah Foto: Andi Nursandi, Sutarman

    PENGEMBANGAN BISNISKepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful BachriKepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard RAsisten Kepala Divisi Iklan: Wendy RizantoPerwakilan Bandung: Sulaeman Gojali (022) 4210500; Suraba-

    ya: (031) 5667359; Yogyakarta: Andi Yudhanto (0274) 523167.

    KORESPONDENJawa Barat:  Nurul Hidayah (Cirebon), Reza Sunarya (Purwa-karta), Setyabudi Kansil (Cianjur), Jawa Tengah: Akhmad Safuan(Pekalongan), Djoko Sardjono (Klaten), Ferdinand (Solo), LiliekDharmawan (Purwokerto), Tosiani S (Temanggung), Supardji Ras-ban (Brebes), Yogyakarta: Agus Utantoro, Ardi Teristi Hardi, FurqonUlya Himawan, Jawa Timur: Abdus Syukur (Pasuruan), Bagus SuryoNugroho (Malang), Edy Saputra (Blitar), Heri Susetyo (Sidoarjo), Mu-hammad Ahmad Yakub (Bojonegoro), Muhammad Ghozi (Madura),Sunarwoto (Madiun) Aceh:  Amiruddin Abdullah (Pidie), HendraSaputra (Banda Aceh), Sumatra Utara: Januari Hutabarat (Taput),Yennizar (Medan), Sumatra Barat:  Hendra Makmur, Yose Hendra(Padang), Riau: Bagus Himawan, Rudy Kurniawansyah (Pekanbaru),Kepri: Hendry Kremer (Batam), Bangka Belitung: Rendy Ferdian-syah (Pangkalpinang), Bengkulu: Marliansyah,Jambi: Solmi, Lam-pung:  Ahmad Novriwan (Bandarlampung). Kalimantan Barat: ArisMunandar (Sungai Raya), Kalimantan Tengah: Surya Suryanti(Palangkaraya), Kalimantan Selatan:  Denny Susanto (Banjarma-sin), Kalimantan Timur: Syahrul Karim (Balikpapan), Sulawesi

    Utara: Voucke Lontaan (Manado), Sulawesi Tengah: Subandi Arya(Poso), Sulawesi Barat: Farhanuddin (Mejene), Sulawesi Tengg-ara:  Abdul Halim Ahmad (Kendari), Sulawesi Selatan: Lina Herlina(Makassar), Bali: Arnoldus Dhae (Denpasar), Gede Ruta Suryana(Kuta), NTT:  Alexander Paulus Taum (Lembata), Palce Amalo (Ku-pang), Maluku Utara:  Burhanuddin Arsyad (Ternate), Maluku: Hamdi Jempot (Ambon), Papua: Marcelinus Kelen (Jayapura)

    Telepon/Fax Layanan Pembaca:  (021) 5821303, Telepon/Fax Iklan:  (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirkulasi: (021)

    Member of

    PA