0721046_Chapter 3
-
Upload
subandi-sihotang -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of 0721046_Chapter 3
-
41 Universitas Kristen Maranatha
BAB III
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Struktur
Studi kasus menggunakan gedung yang dimodelkan sebagai suatu sistem
rangka dengan sistem struktur balok-kolom. Bangunan berfungsi sebagai Dealer
Mobil, dimana bagian depan difungsikan untuk perkantoran dan bagian belakang
difungsikan untuk bengkel. Gedung mempunyai jumlah lantai tiga. Tinggi lantai
13 adalah 4 meter. Jenis Struktur adalah Gedung Beton Bertulang. Jenis
Bangunan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dengan
Faktor reduksi gempa R = 5,5 dan Faktor keutamaan I = 1. Gambar 3.1 berikut
adalah Model 3D gedung yang direncanakan.
Gambar 3.1 Model 3D
Jenis Atap lantai 3 yang digunakan untuk perkantoran menggunakan atap
pelat beton bertulang dengan tebal pelat sama dengan tebal pelat yang digunakan
-
42 Universitas Kristen Maranatha
pada lantai 1 dan lantai 2 sedangkan jenis atap yang digunakan untuk bengkel
menggunakan rangka atap baja ringan.
Gambar 3.2 berikut adalah denah struktur lantai 3.
Gambar 3.2 Denah Stuktur Lantai 3
Tabel 3.1 berikut ini adalah dimensi balok lantai 3.
Tabel 3.1 Dimensi Balok Lantai 3
Nama Balok L (mm) b (mm) h (mm)
B13, B14, B15, B16, B9, B10, B11, B12, B17, B18, B19,
B20 5000 250 500
B1, B2, B3, B4, B5, B6,B7, B8 6000 300 500
B21, B22, B23, B24 3000 250 400
Semua kolom pada lantai 3 menggunakan ukuran 400 x 400 mm.
-
43 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.3 berikut adalah denah struktur lantai 2.
Gambar 3.3 Denah Stuktur Lantai 2
Tabel 3.2 berikut ini adalah dimensi balok lantai 2.
Tabel 3.2 Dimensi Balok Lantai 2
Nama Balok L (mm) b (mm) h (mm)
B13, B14, B15, B16, B9, B10, B11, B12, B17, B18,
B19, B20, B25, B26, B27, B28 5000 250 500
B1, B2, B3, B4, B5, B6,B7, B8 6000 300 500
B21, B22, B23, B24 3000 250 400
B29, B30, B31, B32, B33, B34, B35, B36, B37, B38,
B39, B40
4000 250 400
Semua kolom pada lantai 2 menggunakan ukuran 400 x 600 mm.
-
44 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.4 berikut adalah denah struktur lantai 1.
Gambar 3.4 Denah Stuktur Lantai 1
Tabel 3.3 berikut ini adalah dimensi balok lantai 1.
Tabel 3.3 Dimensi Balok Lantai 1
Nama Balok L (mm) b (mm) h (mm)
B13, B14, B15, B16, B9, B10, B11, B12, B17, B18,
B19, B20, B25, B26, B27, B28 5000 250 500
B1, B2, B3, B4, B5, B6,B7, B8 6000 300 500
B21, B22, B23, B24 3000 250 400
B29, B30, B31, B32, B33, B34, B35, B36, B37, B38,
B39, B40
4000 250 400
Semua kolom pada lantai 1 menggunakan ukuran 400 x 800 mm.
-
45 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.5 Tampak Depan Stuktur
Gambar 3.6 Tampak Belakang Stuktur
-
46 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.7 Tampak Samping Stuktur
3.1.1 Data Gedung
Model gedung termasuk kedalam klasifikasi beraturan. Lokasi Gedung
terletak di Bandung dengan Wilayah Gempa terletak di wilayah Gempa 4 sesuai
peta gempa 2002.
3.1.2 Data Material
Mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut:
fc = 25 Mpa
beton = 2400 kg/m3 (Berat jenis beton)
Ec = 4700* = 23500 Mpa (Modulus Elastisitas Beton)
Es = 200000 Mpa (Modulus Elastisitas Baja)
fy
= 410 Mpa (Mutu baja tulangan lentur digunakan BJ 55)
fys
= 240 Mpa (Mutu baja tulangan geser digunakan BJ 37)
-
47 Universitas Kristen Maranatha
3.1.3 Diagram Alir Studi
Dalam menyelesaikan permasalahan, Tugas Akhir ini mempunyai diagram
alir studi seperti pada gambar 3.8 berikut:
Mulai
Studi
Literatur
Data Struktur Gedung
Beton Bertulang
Preliminary Desain
Perhitungan Beban
Gempa Berdasarkan
SNI-1726-2002
Perhitungan Beban
Gempa Berdasarkan
FEMA 440
Input Beban Gempa
Pada Gedung
FEMA 440
Input Beban Gempa
Pada Gedung
SNI-1726-2002
Run analysis Run analysis
Tidak okeTidak oke
Pengecekan PM
rasio
Pengecekan PM
rasio
Desain Tulangan
OK
Desain Tulangan
OK OK
Pushover Analysis
Desain Elemen Struktur
Akibat Sendi Plastis
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Gambar 3.8 Diagram Alir Studi
-
48 Universitas Kristen Maranatha
3.2 Pemodelan Struktur
Struktur gedung di analisis dengan menggunakan program ETABS v9.7.1.
Reaksi perletakan pada struktur berupa jepit dengan beban-beban yang dipikulnya
adalah beban atap, pelat, dinding, dan kolom. Preliminary balok, kolom, pelat,
dan perencanaan rangka atap baja dalam Tugas Akhir ini dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan Lampiran 2. Langkah-langkah dalam melakukan pemodelan
struktur adalah sebagai berikut:
1. Input Grid Data
Aktifkan program ETABS pilih menu File, New Model kemudian click No
untuk membuat desain dari awal.
Gambar 3.9 New Model Initialization
Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut:
Gambar 3.10 Building Plan Grid (satuan m)
-
49 Universitas Kristen Maranatha
2. Mendefinisikan Material
Pilih menu Define, Materials Properties, Concrete, Modify/Show Material
kemudian masukkan nilai fc, fy, fys, E, dan beton seperti terlihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 3.11 Input Data Material (satuan MPa)
3. Mendefinisikan Jenis Penampang
Pilih menu Define, Frame Sections, Add Rectangular kemudian masukkan
dimensi penampang dari balok dan kolom dengan material berupa concrete
dan reinforcement untuk balok (beam).
Gambar 3.12 Input Balok (satuan mm)
-
50 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.13 Input Kolom (satuan mm)
Pilih menu Define, Wall/Slab/Deck Section, Add New Slab kemudian
masukkan dimensi pelat yang telah dihitung.
Gambar 3.14 Input Pelat (satuan mm)
-
51 Universitas Kristen Maranatha
4. Mendefinisikan Jenis Beban (load case)
Pilih menu Define, Static Load Cases, kemudian masukkan beban-beban
yang ada pada penampang. Dead dipakai untuk berat sendiri penampang
dengan type Dead dan Self Weight Multiplier 1, QSDL, (Superimposed Dead
Load), QWALL, QLL, QDL untuk beban mati tambahan dengan type Super
Dead dan Self Weight Multiplier 0, LL dipakai untuk beban hidup dengan
type Live dan Self Weight Multiplier 0.
Gambar 3.15 Input Beban
5. Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (load combination)
Pilih menu Define, Load Combinations, Add New Combo. Kemudian
memasukkan kombinasi pembebanannya.
Gambar 3.16 Input Kombinasi Pembebanan
-
52 Universitas Kristen Maranatha
6. Memberikan Beban Pada model
Untuk kolom hanya ada beban mati (berat sendiri penampang DEAD) yang
dihitung oleh program ETABS dan beban mati tambahan SDL yang
merupakan reaksi perletakan dari rangka atap baja untuk kolom yang berada
dibagian bengkel (QLL; VA = VB = 1988,06 kg dan QDL; VA= 1960,50 kg,
VB= 2091,14 kg). Pada balok ada beban mati (berat sendiri penampang
DEAD) yang dihitung oleh program ETABS dan beban mati tambahan SDL
(berat dinding =250 kg/m dan SDL = 145 kg/m).
Gambar 3.17 Input Beban SDL (satuan kg/m)
Gambar 3.18 Input Beban Hidup (satuan kg/m2)
Gambar 3.19 Input Beban Dinding (satuan kg/m)
-
53 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.20 Input Reaksi perletakan rangka atap baja QLL;
VA = VB (satuan kg)
Gambar 3.21 Input Reaksi perletakan rangka atap baja QDL;
VA (satuan kg)
Gambar 3.22 Input Reaksi perletakan rangka atap baja QDL;
VB (satuan kg)
7. Memberikan Perletakan
Pilih menu Assign, Joint/Point, Restraints (Supports), pilih perletakan jepit.
-
54 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.23 Input Perletakan
8. Pusat Massa
Pelat lantai pada tiap lantai dan atap diubah menjadi rigid diaphragm agar
beban lateral yang diterima dapat diterima langsung di pusat massa tiap
lantai. Select model perlantai kemudian pilih menu Assign, Shell/Area,
Diaphragms, Add New Diaphragm, Rigid seperti terlihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 3.24 Rigid Diaphragm Pelat Lantai dan Atap
Gambar 3.25 Rigid Diaphragm Tiap Lantai
-
55 Universitas Kristen Maranatha
9. Melakukan Analisis (run model)
Pilih menu Analyze, Set Analysis Options, pilih Full 3D, Dynamic Analysis,
Run Analysis.
Gambar 3.26 Run Analysis
3.3 Analisis Struktur
Dalam tugas akhir ini struktur gedung di analisis menggunakan peraturan
gempa FEMA 440 dan peraturan gempa SNI-1726-2002 sebagai pembanding.
3.4 Analasis Struktur Berdasarkan FEMA 440
Dari hasil analisis ETABS diperoleh waktu getar alami fundamental
struktur Tx = 0,4426 dan Ty = 0,4304. Oleh karena gedung direncanakan di
Bandung wilayah gempa 4 maka waktu getar alami fundamental struktur dibatasi
oleh peraturan gempa SNI-1726-2002. Dengan demikian Tx dan Ty harus
memenuhi :
T1 < n
T1 = 0,4426 < 0,17 . 3 = 0,51 . Memenuhi
Untuk menampilkan waktu getar alami fundamental struktur dari hasil analisis
ETABS pilih menu display, show mode shape, kemudian akan muncul tampilan
sebagai berikut :
-
56 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.27 T Mode1 Arah X = 0,4426 detik
Gambar 3.28 T Mode2 Arah Y = 0,4304 detik
Gaya geser dasar nominal arah X dihitung sesuai persamaan berikut:
Vx = C1. C2. C3. Cm. Sa. W
Oleh karena Tx < 1 detik maka nilai C1 pada C1 = dan
Tx < 0,7 detik maka nilai C2 pada C2 =
-
57 Universitas Kristen Maranatha
dengan demikian:
C1 = = 1,2552
C2 = = 1,1292
C3 = 1
Cm = 0,9
Sa = untuk T > Ts
dimana Ts = 0,4 detik untuk lokasi kelas B menggunakan Ts periode
karakteristik sama dengan 0,4 detik (FEMA 440)
Sx1 = Ar = 0,30
B1 = 1
maka:
Sa =
Untuk memperoleh nilai berat total struktur Wt dengan menggunakan
persamaan : W = massa . gravitasi, pilih menu display show table
assemble point mass.
Gambar 3.29 Massa Bangunan
-
58 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.4 Berat Struktur dan Fi Arah X
Story mi
g
(m/det2) Wi (kg)
Zi
(m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)
3 13960,4290
9,81
136951,8083 12 1643421,6993
469815,0477
192476,3186
2 18920,7638 185612,6928 8 1484901,5424 173910,5565
1 22505,1321 220775,3458 4 883101,3831 103428,1726
543339,8469
4011424,6248
Tabel 3.5 Berat Struktur dan Fi Arah Y
Story mi
g
(m/det2) Wi (kg)
Zi
(m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)
3 13960,4290
9,81
136951,8083 12 1643421,6993
491996,3043
201563,6533
2 18920,7638 185612,6928 8 1484901,5424 182121,3508
1 22505,1321 220775,3458 4 883101,3831 108311,3002
543339,8469 4011424,6248
Dengan demikian:
Vx = 1,2552. 1,1292. 1. 0,9. . 543339,8469 = 469815,0477 kg.
dengan cara yang sama diperoleh gaya geser dasar (V) nominal arah Y:
C1 = = 1,2699
C2 = = 1,1366
Vy = 1,2699. 1,1366. 1. 0,9. 0,6970. 4011424,6248 = 491996,3043 kg.
Parameter untuk menentukan target perpindahan t sesuai persamaan:
t = C0. C1.C2.C3.Sa . . G
Menghitung target perpindahan arah X :
= 90 (Site kategori C)
C0 = 1,2
C1 = 1,2552
C2 = 1,1292
C3 = 1
-
59 Universitas Kristen Maranatha
Sa =
g = 9,81 m/det2
dengan demikian:
tx = 1,2. 1,2552. 1. . 9,81 = 0,0562 m.
dengan cara yang sama diperoleh perpindahan arah Y:
ty = 1,2. 1,2699. 1. . 9,81 = 0,0556 m.
Untuk mencari beban geser nominal (Fi) yang akan di distribusikan pada
tiap lantai sesuai persamaan:
Fix = 469815,0477
= 192476,3186 kg
Hasil perhitungan nilai Fi tiap lantai seperti pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5.
Gaya gempa yang telah dihitung kemudian di input secara manual ke
ETABS dengan pilih menu Define Static load cases type (quake Modify
Lateral Load ).
-
60 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.30 Input Beban (Fx)
Gambar 3.31 Input Beban (Fy)
1. Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (load combination)
Pilih menu Define, Load Combinations, Add New Combo. Kemudian
masukkann kombinasi pembebanannya dari Combo1 sampai dengan
Combo18.
-
61 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.32 Input Kombinasi Pembebanan
2. Melakukan Analisis (run model)
Pilih menu Analyze, Set Analysis Options, pilih Full 3D, Dynamic
Analysis, Run Analysis.
Gambar 3.33 Run Analysis
3. Menentukan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
Pilih Select All, Design, Concrete Frame Design, View/Revise
Overwrites. Gambar 3.34 menjelaskan pilihan untuk mendesain jenis
bangunanan.
Sway Special = pilihan untuk jenis bangunan SRPMK
Sway Intermediate = pilihan untuk jenis bangunan SRPMM
Sway Ordinary = pilihan untuk jenis bangunan SRPMB
-
62 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.34 Concrete Frame Design
4. Melakukan Desain Struktur
Pilih Design, Concrete Frame Design, Start Design/Check of Structure.
Gambar 3.35 Start Design/Check of Structure
3.4.1 Syarat Analisis
a. Waktu Getar
Waktu getar alami fundamental struktur dalam arah masing-masing sumbu
utama tidak boleh melebihi 1,2 T1. Dengan demikian T1 dapat ditentukan sesuai
persamaan:
-
63 Universitas Kristen Maranatha
dimana :
Wi = berat struktur (Tabel 3.4, 3.5)
di = simpangan horizontal lantai
Fi = gaya geser dasar horizontal (Tabel 3.4, 3.5)
g = 9,81 m/det
Nilai Wi, Fi diperoleh dari perhitungan sebelumnya, sedangkan untuk nilai
di diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Pilih menu display show table table diapraghm CM displacement
dengan select loadcase Fx dan Fx.
Gambar 3.36 Table Diapraghm CM Displacement
di diambil dari hasil yang tertera pada Gambar 3.36 dimana UX untuk arah X
dan UY untuk arah Y.
Sehingga T1 = = 0,4472 detik
Tabel 3.6 T-rayleigh Arah X
Story Wi (kg) Fi (kg) di
(mm)
Wi.di2 Fi.di T1
(det) (kg.mm) (kg.mm)
3 136951,8083 192476,3186 72,4104 718074763,8191 13937287,2175
0,4472 2 185612,6928 173910,5565 45,2813 380579546,9375 7874896,0825
1 220775,3458 103428,1726 18,0909 72255501,5001 1871108,7274
543339,8469 1170909812,2566 23683292,0273
-
64 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.7 T-rayleigh Arah Y
Story Wi (kg) Fi (kg) di
(mm)
Wi.di2 Fi.di T1
(det) (kg.mm) (kg.mm)
3 136951,8083 201563,6533 76,6443 804502679,9781 15448705,1159
0,4435 2 185612,6928 182121,3508 44,8987 374175376,6987 8177011,8913
1 220775,3458 108311,3002 14,5899 46995384,1635 1580251,0391
543339,8469 1225673440,8403 25205968,0463
Perhitungan pada tabel 3.6 dan 3.7 menunjukkan waktu getar T-rayleigh
dalam arah X dan Y. Dengan demikian 1,2.T1 dihitung sebagai berikut:
Arah X :
Tx ETABS = 0,4426 detik
Tx Ray = 0,4472 detik
1,2 Tx Ray = 0,5367 detik > Tx ETABS .. Memenuhi
Arah Y :
Ty ETABS = 0,4304 detik
Ty Ray = 0,4435 detik
1,2 Ty Ray = 0,5323 detik > Ty ETABS .. Memenuhi
b. Batas Layan
Untuk memenuhi syarat simpangan maksimum pada struktur, dimana
simpangan maksimum struktur < 0,025 kali tinggi lantai dari taraf penjepitan
lateral. Dilakukan peninjauan di lantai 3 point 7. Tinggi lantai 3 dari taraf
penjepitan lateral = 12000 mm.
-
65 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.37 Titik Simpangan Lantai yang ditinjau
Untuk memperoleh besarnya nilai simpangan pada point 7 hasil analisis
ETABS pilih Display show table point displacement select case Fx,Fy
select combo Fx,Fy OK.
Gambar 3.38 Table Point Displacement
Dengan demikian simpangan dilantai 3 pada point 7 memenuhi persyaratan.
79,4287 < 0,025 .12000 = 300 mm ..................memenuhi
Untuk memenuhi kinerja batas layan struktur dengan memperhatikan
simpangan antar tingkat (drift ratio) maka dilakukan peninjauan pada tiap
tingkat dengan titik yang ditinjau seperti pada gambar :
Tingkat yang ditinjau
-
66 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.39 Titik Simpangan Antar Tingkat yang ditinjau
Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
Simpangan antar tingkat (s) < 0,03/R. tinggi tingkat yang bersangkutan.
Tinggi tingkat tiap lantai = 4000 mm.
Untuk memperoleh besarnya simpangan antar tingkat dari hasil analisis
ETABS, pihih Display show table point drit select case Fx,Fy select
combo Fx,Fy OK.
Gambar 3.40 Table Point drift
Tingkat yang ditinjau
-
67 Universitas Kristen Maranatha
Dengan demikian simpangan antar tingkat (s) kinerja batas layan dihitung
sesuai persamaan:
0,005989 < . 4000 = 21,8182 mm memenuhi
Tabel 3.8 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah X
Story Point Load hi (mm) s etabs
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Syarat
Drift s
(mm)
Keterangan
3 7 FX 4000 64,9 0,005989 21,8182 OK
2 7 FX 4000 40,9 0,006109 21,8182 OK
1 7 FX 4000 16,5 0,004115 21,8182 OK
Tabel 3.9 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah Y
Story Point Load hi (mm) s etabs
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Syarat
Drift s
(mm)
Keterangan
3 7 FY 4000 79,429 0,008233 21,8182 OK
2 7 FY 4000 46,495 0,007816 21,8182 OK
1 7 FY 4000 15,232 0,003808 21,8182 OK
Simpangan dan simpangan antar-tingkat harus dikali dengan suatu faktor
pengali ( ). Karena gedung termasuk dalam kategori beraturan maka =
0,7.R. Simpangan dan simpangan antar-tingkat dibatasi untuk kondisi ultimit
(m) tidak boleh lebih besar dari 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
Dengan demikian :
m = 0,7 . R. s
m = 0,7. 5,5. 0,005989 = 0,0231
m = 0,0231 mm < 0.02 . 4000 = 80 mm memenuhi
-
68 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.10 Simpangan Antar Tingkat (m) Arah X
Story Point hi
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Dift m
antar tingkat
(mm)
Syarat
Drift m
(mm)
Keterangan
3 7 4000 0,005989 0,0231 80 OK
2 7 4000 0,006109 0,0235 80 OK
1 7 4000 0,004115 0,0158 80 OK
Tabel 3.11 Simpangan Antar Tingkat (m) Arah Y
Story Point hi
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Dift m
antar tingkat
(mm)
Syarat
Drift m
(mm)
Keterangan
3 7 4000 0,008233 0,0317 80 OK
2 7 4000 0,007816 0,0301 80 OK
1 7 4000 0,003808 0,0147 80 OK
c. Kontrol Lendutan
Lendutan maksimum pada komponen balok = L/240 [SNI 03-2847-2002].
Panjang bentang balok B2 lantai 3 = 6000 mm, maka lendutan ijin dari balok
tersebut = 6000/240 = 25 mm. Hasil analisis menunjukkan bahwa lendutan yang
terjadi pada balok B2 sebesar 2,442 mm akibat kombinasi beban 6 memenuhi ijin.
3.4.2 Perencanaan Tulangan
Perencanaan tulangan balok dan kolom hasil analisis ETABS dilakukan
pada balok B2 dan kolom C6 (lihat gambar 3.41). Perencanaan dilakukan pada
balok B2 dan kolom C6 dengan alasan pada balok dan kolom tersebut terjadi gaya
dalam terbesar yang disebabkan kombinasi pembebanan pada struktur. Balok B2
berada di lantai 3, sumbu C-D as 3. Kolom C6 berada di lantai 3 sumbu C as 3.
Perencanaan tulangan balok dan kolom yang lain hasil analisis ETABS
selengkapanya dapat dilihat pada lampiran 3.
-
69 Universitas Kristen Maranatha
Perencanaan Tulangan Lentur Balok B2 dan Kolom C6
Gambar 3.41 Balok dan Kolom yang direncanakan
Dari hasil analisis ETABS diperoleh luas tulangan lentur perlu untuk balok
B2 dan kolom C6 seperti terlihat pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.13 berikut :
Tabel 3.12 Tulangan Lentur Balok B2
Balok Lokasi As perlu (mm) Tul.terpasang (D25)
Atas Bawah Atas Bawah
B2
Tump.Kiri 1869 594 4 3
Lapangan 444 733 2 2
Tump.Kanan 1783 1162 4 3
Gambar 3.42 Konfigurasi Penulangan Lentur Balok
balok dan kolom
yang ditinjau
-
70 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.13 Tulangan Lentur Kolom C6
Kolom As perlu (mm) Tul.terpasang
(D32)
C6 6546,974 12
Gambar 3.43 Konfigurasi Penulangan Lentur Kolom
Gambar 3.44 Luas Tulangan Lentur Perlu Balok B2 dan Kolom C6
Hasil Analisis ETABS
Perencanaan Tulangan Geser Balok B2
Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban
gempa Vu = 212,8 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:
Kontribusi beton menahan geser dapat diambil sebagai :
Vc =
-
71 Universitas Kristen Maranatha
Vs =
Vsmaks =
Vs = < Vsmaks = ,...OK
Kebutuhan tulangan geser menahan gaya geser dihitung sebagai :
Dipasang sengkang 2 kaki D10, maka Av = 157 mm
s = 94,5 mm.
Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali
tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang
dengan spasi terkecil diantara :
Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil = 8.D25 = 8. 25 =
200 mm
24 kali diameter sengkang = 24. 10 = 240 mm
300 mm
Dengan demikian tulangan geser dipasang D10 80 mm didaerah sepanjang 2h =
1000 mm dari muka kolom.
Sengkang diluar daerah 2h harus dipasang sengkang dengan spasi:
= 218,75 mm
Dengan demikian untuk bentang diluar 2h, dipasang tulangan geser D10 150
mm.
-
72 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.45 Penulangan Geser Balok
Perencanaan Tulangan Geser Kolom C6
Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban
gempa Vu = 296,2 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:
Kontribusi beton dalam menahan geser :
Vc =
Cek apakah perlu Tulangan Geser :
dan 0,5 Vc = 0,5. = 55,67 kN
Oleh karena > 0,5 Vc, maka digunakan tulangan geser.
Kolom diikat dengan tulangan sengkang pada rentang lo dari muka kolom.
Panjang lo tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:
1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 . (4000 500 250 ) = 875 mm
Dimensi terbesar penampang kolom = 800 mm
500 mm
Panjang lo = 1000 mm dari join
Sengkang didaerah lo dipasang dengan spasi maksimum so yang tidak boleh
melebihi dari :
8db tulangan longitudinal = 8.32 = 256 mm
24db sengkang ikat = 24. 10 = 240 mm
Setengah dimensi terkecil penampang struktur = 200 mm
300 mm
Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi so = 100 mm sepanjang bentang lo.
-
73 Universitas Kristen Maranatha
Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak lebih dari 0,5so = 50 mm.
Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh melebihi
2so = 2.100 = 200 mm.
Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 150 mm diluar bentang lo.
Gambar 3.46 Penulangan Geser Kolom
3.5 Analisis Struktur Berdasarkan SNI-1726-2002
Gedung terletak di Bandung dengan Wilayah Gempa terletak di wilayah
Gempa 4 sesuai peta gempa 2002 dengan Faktor reduksi gempa R = 5,5 dan
Faktor keutamaan I = 1. Jenis Bangunan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SRPMM).
Dari hasil analisis ETABS diperoleh waktu getar alami fundamental
struktur Tx = 0,4426 dan Ty = 0,4304. Dalam hal pembatasan waktu getar alami
fundamental maka Tx dan Ty harus memenuhi persamaan:
T1 < n
T1x = 0,4426 < 0,17 . 3 = 0,51 . Memenuhi
-
74 Universitas Kristen Maranatha
Langkah dalam melakukan Analisis Statik Ekivalen adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan Faktor Respons Gempa berdasarkan Kurva Respons
Spektrum:
Gambar 3.47 Respons Spektrum Gempa Rencana
Oleh karena Tx = 0,4426 detik < 0,5 detik, Ty = 0,4304 < 0,5 detik maka
nilai C1x dan C1y pada 0,6.
2. Menghitung Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) yang
terjadi ditingkat dasar sesuai persamaan:
Untuk memperoleh nilai berat total bangunan Wt dengan menggunakan
persamaan : W = massa . gravitasi, pilih menu display show table
assemble point mass.
-
75 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.48 Massa Bangunan
Tabel 3.14 Gaya Geser Dasar Nominal V Arah X
Story mi
g
(m/det2) Wi(kg)
T
(det) C1 I R V (kg)
3 13960,4290
9,81
136951,8083
0,4426 0,6 1 5,5 59273,44 2 18920,7638 185612,6928
1 22505,1321 220775,3458
55386,3249 543339,8469
Tabel 3.15 Gaya Geser Dasar Nominal V Arah Y
Story mi
g
(m/det2) Wi (kg) T (det) C1 I R V (kg)
3 13960,4290
9,81
136951,8083
0,4304 0,6 1 5,5 59273,44 2 18920,7638 185612,6928
1 22505,1321 220775,3458
55386,3249 543339,8469
sehingga diperoleh:
Vx =
= 59273,44 kg
Vy = 543339,8469
-
76 Universitas Kristen Maranatha
= 59273,44 kg
3. Menghitung beban geser (Fi) yang akan di distribusikan pada tiap lantai
sesuai persamaan:
Fix = 59273,4
= 24283,4561 kg
Tabel 3.16 Gaya Geser Fi Arah X
Story Wi (kg) Zi (m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)
3 136951,8083 12 1643421,699
59273,4
24283,4561
2 185612,6928 8 1484901,542 21941,1375
1 220775,3458 4 883101,3831 13048,8442
543339,8469 4011424,6248
Tabel 3.17 Gaya Geser Fi Arah Y
Story Wi (kg) Zi (m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)
3 136951,8083 12 1643421,699
59273,4
24283,4561
2 185612,6928 8 1484901,542 21941,1375
1 220775,3458 4 883101,3831 13048,8442
543339,8469 4011424,6248
Gaya gempa yang telah dihitung kemudian di input secara manual ke
ETABS dengan pilih menu Define Static load cases type (quake Modify
Lateral Load ).
-
77 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.49 Input Beban (Fx)
Gambar 3.50 Input Beban (Fy)
Kemudian dengan cara yang sama Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan
(load combination), Melakukan Analisis (run model), Menentukan Sistem
Rangka Pemikul Momen Menengah dan Melakukan Desain Struktur.
-
78 Universitas Kristen Maranatha
3.5.1 Syarat Analisis
a. Waktu Getar
Waktu getar alami fundamental struktur dalam arah masing-masing sumbu
utama tidak boleh melebihi 1,2 T1. Dengan demikian T1 dapat ditentukan sesuai
persamaan:
dimana :
Wi = berat struktur (Tabel 3.16, 3.17)
di = simpangan horisontal lantai
Fi = gaya geser dasar horizontal (Tabel 3.16, 3.17)
g = 9,81 m/det
Nilai Wi, Fi diperoleh dari perhitungan sebelumnya, sedangkan untuk nilai
di diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Pilih menu display show table table diapraghm CM displacement
dengan select loadcase Fx dan Fx.
Gambar 3.51 Table Diapraghm CM Displacement
di diambil dari hasil yang tertera pada Gambar 3.50 dimana UX untuk arah X
dan UY untuk arah Y.
Sehingga T1 = = 0,4472 detik
-
79 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.18 T-rayleigh Arah X
Story Wi (kg) Fi (kg) di (mm) Wi.di
2 Fi.di
T1 (det) (kg.m) (kg.m)
3 136951,8083 24283,4561 9,1355 11429636,4000 221841,5136
0,4472 2 185612,6928 21941,1375 5,7128 6057671,4040 125345,3303
1 220775,3458 13048,8442 2,2824 1150095,9946 29782,6820
543339,8469 18637403,7986 376969,5259
Tabel 3.19 T-rayleigh Arah Y
Story Wi (kg) Fi (kg) di (mm) Wi.di
2 Fi.di T1
(det) (kg.m) (kg.m)
3 136951,8083 24283,4561 9,2338 11676930,5802 224228,5773
0,4413 2 185612,6928 21941,1375 5,4092 5430924,3094 118684,0010
1 220775,3458 13048,8442 1,7577 682087,4818 22935,9534
543339,8469 17789942,3714 365848,5317
Perhitungan pada tabel 3.18 dan 3.19 menunjukkan waktu getar
T-rayleigh dalam arah x dan y. Dengan demikian 1,2.T1 dihitung sebagai
berikut:
Arah X :
Tx ETABS = 0,4426 detik
Tx Ray = 0,4472 detik
1,2 Tx Ray = 0,5366 detik > Tx ETABS .. Memenuhi
Arah Y :
Ty ETABS = 0,4304 detik
Ty Ray = 0,4413 detik
1,2 Ty Ray = 0,5296 detik > Ty ETABS .. Memenuhi
b. Batas Layan
Untuk memenuhi syarat simpangan maksimum pada struktur, dimana
simpangan maksimum struktur < 0,025 kali tinggi lantai dari taraf penjepitan
lateral. Dilakukan peninjauan di lantai 3 point 7. Tinggi lantai 3 dari taraf
penjepitan lateral = 12000 mm.
-
80 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.52 Titik Simpangan Lantai yang ditinjau
Untuk memperoleh besarnya nilai simpangan pada point 7 hasil analisis
ETABS pilih Display show table point displacement select case Fx,Fy
select combo Fx,Fy OK.
Gambar 3.53 Table Point Displacement
Dengan demikian simpangan dilantai 3 pada point 7 memenuhi persyaratan.
9,5692 < 0,025 .12000 = 300 mm ..................memenuhi
Untuk memenuhi kinerja batas layan struktur dengan memperhatikan
simpangan antar tingkat (drift ratio) maka dilakukan peninjauan pada tiap
tingkat dengan titik yang ditinjau seperti pada gambar :
Tingkat yang ditinjau
-
81 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.54 Titik simpangan Antar Tingkat yang ditinjau
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
Simpangan antar tingkat (s) < 0,03/R. tinggi tingkat yang bersangkutan.
Tinggi tingkat tiap lantai = 4000 mm.
Untuk memperoleh besarnya simpangan antar tingkat dari hasil analisis
ETABS, pihih Display show table point drit select case Fx,Fy select
combo Fx,Fy OK.
Gambar 3.55 Table Point drift
Tingkat yang ditinjau
-
82 Universitas Kristen Maranatha
Dengan demikian simpangan antar tingkat (s) kinerja batas layan dihitung
sesuai persamaan:
0,000756 < . 4000 = 21,8182 mm memenuhi
Tabel 3.20 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah X
Story Point Load hi
(mm)
s etabs
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Syarat
Drift s
(mm)
Keterangan
3 7 FX 4000 8,2 0,000756 21,8182 OK
2 7 FX 4000 5,2 0,000771 21,8182 OK
1 7 FX 4000 2,1 0,000519 21,8182 OK
Tabel 3.21 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah Y
Story Point Load hi
(mm)
s etabs
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Syarat
Drift s
(mm)
Keterangan
3 7 FY 4000 9,5692 0,000992 21,8182 OK
2 7 FY 4000 5,6015 0,000942 21,8182 OK
1 7 FY 4000 1,8351 0,000459 21,8182 OK
Simpangan dan simpangan antar-tingkat harus dikali dengan suatu faktor
pengali ( ). Karena gedung termasuk dalam kategori beraturan maka =
0,7.R. Simpangan dan simpangan antar-tingkat dibatasi untuk kondisi ultimit
(m) tidak boleh lebih besar dari 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
Dengan demikian:
m = 0,7 . R. s
m = 0,7. 5,5. 0,000756 = 0,0029
m = 0,0029 mm < 0.02 . 4000 = 80 mm memenuhi
-
83 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.22 Simpangan Antar Tingkat (m) Arah X
Story Point hi
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Dift m
antar tingkat
(mm)
Syarat
Drift m
(mm)
Keterangan
3 7 4000 0,000756 0,0029 80 OK
2 7 4000 0,000771 0,0030 80 OK
1 7 4000 0,000519 0,0020 80 OK
Tabel 3.23 Simpangan Antar Tingkat (m) arah Y
Story Point hi
(mm)
Dift s antar
tingkat (mm)
Dift m
antar tingkat
(mm)
Syarat
Drift m
(mm)
Keterangan
3 7 4000 0,000992 0,0038 80 OK
2 7 4000 0,000942 0,0036 80 OK
1 7 4000 0,000459 0,0018 80 OK
c. Kontrol Lendutan
Lendutan maksimum pada komponen balok = L/240 [SNI 03-2847-2002].
Panjang bentang balok B2 lantai 3 = 6000 mm, maka lendutan ijin dari balok
tersebut = 6000/240 = 25 mm. Hasil analisis menunjukkan bahwa lendutan yang
terjadi pada balok B2 sebesar 1,320 mm akibat kombinasi beban 6 memenuhi ijin.
3.5.2 Perencanaan Tulangan
Perencanaan tulangan balok dan kolom hasil analisis ETABS dilakukan
pada balok B2 dan kolom C6 (lihat gambar 3.55). Perencanaan dilakukan pada
balok B2 dan kolom C6 dengan alasan pada balok dan kolom tersebut terjadi gaya
dalam terbesar yang disebabkan kombinasi pembebanan pada struktur. Balok B2
berada di lantai 3, sumbu C-D as 3. Kolom C6 berada di lantai 3 sumbu C as 3.
Perencanaan tulangan untuk balok dan kolom yang lain hasil analisis ETABS
selengkapanya dapat dilihat pada lampiran.
-
84 Universitas Kristen Maranatha
Perencanaan Tulangan Lentur Balok B2 dan Kolom C6
Gambar 3.56 Balok dan Kolom yang direncanakan
Dari hasil analisis ETABS diperoleh luas tulangan lentur perlu untuk balok
B2 dan kolom C6 seperti terlihat pada tabel 3.24 dan tabel 3.25 berikut :
Tabel 3.24 Tulangan Lentur Balok B2
Balok Lokasi As perlu (mm) Tul.terpasang (D25)
Atas Bawah Atas Bawah
B2
Tump.Kiri 886 377 2 2
Lapangan 224 733 2 2
Tump.Kanan 474 206 2 2
Gambar 3.57 Konfigurasi Penulangan Lentur Balok
balok dan kolom
yang ditinjau
-
85 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.25 Tulangan Lentur Kolom C6
Kolom As perlu (mm) Tul.terpasang
(D32)
C6 1600 4
Gambar 3.58 Konfigurasi Penulangan Lentur Kolom
Gambar 3.59 Luas Tulangan Lentur Perlu Balok B2 dan Kolom C6
Hasil Analisis ETABS
Perencanaan Tulangan Geser Balok B2
Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban
gempa Vu = 107,01 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:
-
86 Universitas Kristen Maranatha
Kontribusi beton menahan geser dapat diambil sebagai :
Vc =
Vs =
Vsmaks =
Vs = < Vsmaks = ,...OK
Kebutuhan tulangan geser menahan gaya geser dihitung sebagai :
Dipasang sengkang 2 kaki D10, maka Av = 157 mm
s = 494,97 mm.
Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali
tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang
dengan spasi terkecil diantara :
Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil = 8.D25 = 8. 25 =
200 mm
24 kali diameter sengkang = 24. 10 = 240 mm
300 mm
Dengan demikian tulangan geser dipasang D10 100 mm didaerah sepanjang 2h
= 1000 mm dari muka kolom.
Sengkang diluar daerah 2h harus dipasang sengkang dengan spasi:
= 218,75 mm
Dengan demikian untuk bentang diluar 2h, dipasang tulangan geser D10 200
mm.
-
87 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.60 Penulangan Geser Balok
Perencanaan Tulangan Geser Kolom C6
Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban
gempa Vu = 37,6 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:
Kontribusi beton dalam menahan geser :
Vc =
Cek apakah perlu Tulangan Geser :
dan 0,5 Vc = 0,5. = 55,67 kN
Oleh karena < 0,5 Vc, maka digunakan tulangan geser minimum.
Kolom diikat dengan tulangan sengkang pada rentang lo dari muka kolom.
Panjang lo tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:
1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 . (4000 500 250 ) = 875 mm
Dimensi terbesar penampang kolom = 800 mm
500 mm
Panjang lo = 1000 mm dari join
Sengkang didaerah lo dipasang dengan spasi maksimum so yang tidak boleh
melebihi dari :
8db tulangan longitudinal = 8.32 = 256 mm
24db sengkang ikat = 24. 10 = 240 mm
Setengah dimensi terkecil penampang struktur = 200 mm
300 mm
-
88 Universitas Kristen Maranatha
Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi so = 150 mm sepanjang bentang lo.
Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak lebih dari 0,5so = 75 mm.
Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh melebihi
2so = 2.150 = 300 mm.
Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 250 mm diluar bentang lo.
Gambar 3.61 Penulangan Geser Kolom
3.6 Analisis Berbasis Perpindahan
Model struktur yang telah di analisis pada Sub Bab 3.4.2 diolah kembali
dengan memasukkan jumlah tulangan terpasang untuk masing-masing tipe balok
dan kolom. Secara umum, untuk beban gravitasi diperhitungkan pengaruh beban
mati dan berat sendiri struktur (DL) dan beban hidup pada pelat lantai dan pelat
atap (LL), dengan reduksi beban hidup sebesar 30%. Karena model struktur
termasuk dalam kategori gedung beraturan, maka dalam Tugas Akhir ini
digunakan asumsi arah beban dua arah, yaitu pola beban sesuai arah-X dan arah-Y
sebagai pola beban lateral.
-
89 Universitas Kristen Maranatha
Langkah dalam melakukan analisis pushover adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Sendi Plastis
Pilih Semua Balok, Kemudian Assign, Frame/Line, Frame Nonlinear
Hinges.
Gambar 3.62 Penerapan Sendi Plastis Balok
Pilih Semua Kolom, Kemudian Assign, Frame/Line, Frame Nonlinear
Hinges.
Gambar 3.63 Penerapan Sendi Plastis Kolom
2. Melakukan Pemodelan Pushover
Pilih Difine, Static Nonlinear/Pushovercases.
-
90 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.64 Pemodelan Pola Beban Gravitasi PUSH1
Gambar 3.65 Pemodelan Pola Beban Lateral PUSH2
-
91 Universitas Kristen Maranatha
3. Melakukan Analisis Pushover
Pilih Analyze, Run Static Nonlinear Analysis
Gambar 3.66 Run Analisis Pushover
4. Melihat Hasil Analisis
Pilih Display, Show Static Pushover Curve.
Gambar 3.67 Kurva Kapasitas Hasil Analisis ETABS
Gambar 3.67 menunjukkan kurva hubungan Gaya Geser (Base Reaction) dan
Peralihan (Displacement). Tanda negatif memperlihatkan arah gaya gempa
yang terjadi berlawanan dengan asumsi pemisalan arah semula.
5. Mengolah Data Hasil Analisis
Pilih menu Display, Show Static Pushover Curve, kemudian pilih file, display
table.
-
92 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.26 adalah nilai peralihan dan gaya geser.
Tabel 3.26 Nilai Peralihan dan Gaya Geser
step Peralihan (mm) Gaya Geser (kg)
0 0,0 0,0
1 95,8 583336,7
2 121,6 700830,6
3 134,6 733157,9
4 170,6 775754,1
5 258,3 837913,7
6 258,4 667278,1
7 260,3 673598,3
8 260,3 611831,5
9 264,4 624870,8
10 264,5 532963,6
11 270,4 552576,1
12 270,4 483103,6
13 286,9 521219,7
14 307,1 544916,4
15 332,1 559636,4
16 280,2 356293,2
-
93 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.68 Kurva Kapasitas
Gambar 3.68 menunjukkan bahwa pada step 0 s/d step 1 kurva masih
elastik, selanjutnya pada step 2 s/d step 15 kurva memperlihatkan kondisi pasca-
elastik dan berhenti pada step ke-16.
Program ETABS telah menyediakan fasilitas untuk mendapatkan titik
kinerja struktur yang direncanakan dengan Metode Capacity Spectrum (ATC-40).
Untuk memperoleh hasil analisis Metode Capacity Spectrum (ATC-40)
pilih Display, Show Static Pushover Curve, Push2, Capacity Spectrum, Dengan
nilai Seismic Coefficient Ca = A0, Cv = Ar , Structural Behavior Type dengan Tipe
A. Nilai A0 dan Ar diperoleh dari SNI-1726-2002 Pasal 4.7.2 dan Pasal 4.7.6.
Dimana A0 adalah percepatan puncak muka tanah dan Ar adalah pembilang dalam
persamaan hiperbola Faktor Respons Gempa C pada Spektrum Respons Gempa
Rencana.
-
94 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.69 Analisis Metode Capacity Spectrum (ATC-40)
Gambar 3.69 menunjukkan titik kinerja struktur Metode Capacity
Spectrum (ATC-40) dengan nilai D () = 40,967 mm menunjukkan besarnya
peralihan pada atap dan V = 249463,05 kg menunjukkan besarnya gaya geser
pada titik kinerja Metode Capacity Spectrum (ATC-40).
Nilai gaya geser dasar (V) dan target peralihan () yang diperoleh dari
peraturan FEMA 440 dan Analisis Metode Capacity Spectrum (ATC-40)
diplotkan kedalam kurva kapasitas (lihat Gambar 3.70). Dari hasil plot ini
diperoleh nilai gaya geser dasar aktual (Vaktual) dan perpindahan aktual (aktual).
Kurva kapasitas pada gambar Gambar 3.70 menunjukkan simpangan
struktur pada saat terjadi pelehan pertama (y) = 95,8 mm dan simpangan
maksimum pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan (m) = 258,3 mm.
-
95 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.70 Ploting Pada Kurva Kapasitas
Dari kurva kapasitas pada Gambar 3.70 diperoleh nilai dari :
Vfema 440 = 491996,3043 kg , = 80 mm
fema 440 = 80 mm, V = 365000 kg
VATC-40 = 249463,05 kg, ATC - 440 = 40,967 mm
Gambar 3.70 menunjukkan gaya geser dasar (V) maksimum dan peralihan
maksimum () dihasilkan oleh peraturaan FEMA 440 dengan nilai
Vfema 440 = 491996,3043 kg dan aktual = 80 mm. Target kinerja struktur pada
gambar 3.70 dengan Vfema 440 = 491996,3043 kg dan aktual = 80 mm menunjukkan
bahwa gedung berada pada level Immediate Occupancy ketika terjadi gempa
rencana.
Untuk mengetahui Nilai daktilitas peralihan aktual struktur () dan faktor
reduksi gempa aktual (R) pada struktur dihitung sebagai berikut:
=
=
= 2,696
-
96 Universitas Kristen Maranatha
Nilai = 2,696 menunjukkan daktilitas peralihan aktual stuktur ().
R = . f1 Rm
= 2,696. 1,6
= 4,314
Nilai R = 4,314 menunjukkan faktor reduksi gempa aktual (R).
3.6.1 Desain Elemen Struktur Akibat Sendi Plastis
Desain elemen balok dan kolom setelah pushover, dilakukan pada balok
B2 dan kolom C6 (lihat gambar 3.71). Balok B2 berada di lantai 3 sumbu C-D as
3. Kolom C6 berada di lantai 3 sumbu C as 3. Desain dilakukan pada balok B2
dan kolom C6 dengan alasan pada balok dan kolom tersebut diperoleh gaya dalam
terbesar akibat kombinasi pembebanan pada struktur.
Gambar 3.71 Balok dan Kolom yang ditinjau
Oleh karena pada penjelasan sebelumnya pada balok B2 dan kolom C6
lantai 3 terdapat gaya dalam terbesar dan setelah dilakukan pushover pada balok
B2 dan kolom C6 terjadi sendi plastis maka dilakukan analisis terhadap balok dan
kolom tersebut.
Gambar berikut ini adalah step-step simulasi terjadinya sendi plastis pada
balok dan kolom setelah dilakukan pushover.
balok dan kolom
yang ditinjau
-
97 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.72 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 1
Gambar 3.73 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 2
Gambar 3.74 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 3
-
98 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.75 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 4
Gambar 3.76 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 5
Gambar 3.77 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 6
-
99 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.72 s/d 3.77 menjelaskan bahwa sendi plastis pada kolom
terbentuk setelah semua balok mengalami sendi plastis.
Dalam analisis digunakan gaya dalam yang terjadi akibat PUSH 2 oleh
karena PUSH 2 meliputi beban gravitasi dan beban gempa. Kemudian digunakan
gaya dalam pada step 1 oleh karena gaya geser dasar (V) FEMA 440 (lihat
Gambar 3.70) berada diantara step 0 dan step 1 maka digunakan step 1 untuk
melakukan analisis pada balok dan kolom yang ditinjau.
Perencanaan Tulangan Lentur Balok B2 Akibat analisis Pushover (PUSH 2 -
step 1)
Balok harus memenuhi syarat definisi komponen struktur lentur SRPMM,
yaitu :
1. Gaya aksial tekan terfaktor tidak melebihi :
0,1 Ag fc = 0,1. 300. 500. 25 = 375000 N = 375 kN
Berdasarkan analisis struktur ETABS gaya aksial tekan terfaktor pada
balok L3-B6I(B2) akibat Pushover analisis pada step 1 Pu = 0.
0 kN < 375 kN, Ok
2. Bentang bersih komponen struktur tidak kurang dari 4 kali tinggi
efektifnya.
de = 600 mm 40 mm 10 mm 0,5.25 mm = 437,5 mm
4de = 4. 437,5 mm = 1750 mm.
6000 mm > 1750 mm, OK
3. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak kurang dari 0,3.
b/ h = 300/ 500 = 0,6 > 0,3, OK
4. Lebar balok tidak kurang dari 250 mm, OK
Untuk desain elemen struktur SRPMM, ketentuan 2,3 dan 4 pada
dasarnya tidak harus dipenuhi. Namun pemenuhan akan ketentuan 2,3
dan 4 akan menghasilkan komponen struktur lentur SRPMM yang
memiliki perilaku yang lebih baik [Iswandi & Fajar].
-
100 Universitas Kristen Maranatha
Hasil analisis ETABS analisis pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh
nilai Momen (Mu) sebagai berikut:
Tabel 3.27 Gaya Momen Balok B2
Kondisi Lokasi Mu (Knm)
1 Ujung/Tumpuan -283,21
2 Ujung/Tumpuan 228,04
3 Tengah/Lapangan -112,59
4 Tengah/Lapangan 161,29
Data perencanaan:
Balok direncanakan dengan tulangan ganda.
Dimensi balok : 300 x 500 mm.
fc = 25 MPa
fy = 410 MPa
fys = 240 MPa
(lentur) = 0,8
v (geser) = 0,75
1 = 0,85, untuk fc < 30 MPa
j = 0,85
Selimut beton = 40 mm
Spasi antar tulangan = 30 mm
Tulangan Lentur menggunakan = D25
Diameter Tulangan Sengkang = D10
Kondisi 1, Momen negatif ditumpuan
Mu = -283,21 kNm.
Cek momen nominal :
Asumsi dua lapis tulangan, maka :
d = 600 mm 40 mm 10 mm 30 mm -25/2 mm = 410 mm
As = mm
Dipakai 6D25 dengan As pakai = 2943,75 mm
-
101 Universitas Kristen Maranatha
a = mm
Mn = As fy 2943,75. 410. 365,4
kNm
365,4 kNm > 283,21 kNm,...OK
Cek As minimum :
As min = 410 = 375 mm.
Tetapi tidak boleh kurang dari :
mm.
OK,...syarat tulangan minimum terpenuhi.
Cek rasio tulangan :
=
b = 1.
0,75 b = 0,75. = 0,0196
< 0,75 b
OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.
Reinforcement :
Digunakan 6 D25 dipasang 2 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30
mm 25 mm.
OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.
Kondisi 2, Momen positif ditumpuan
Mu = 228,04 kNm.
Kuat lentur positif di muka kolom tidak boleh lebih kecil dari 1/3 kuat lentur
negatif pada muka koom tersebut: Mu = 283,21 kNm. (1/3) = 94,4 kNm.
Ok,...memenuhi syarat.
-
102 Universitas Kristen Maranatha
Cek momen nominal :
Asumsi satu lapis tulangan, maka :
d = 600 mm 40 mm 10 mm 25/2 mm = 437,5 mm
As = mm
Dipakai 4D25 dengan As pakai = 1962,5 mm
a = mm
Mn = As fy 1962,5. 410. 261,3
kNm
261,3 kNm > 228,04 kNm,..OK
Cek As minimum :
As min = 437,5 = 400 mm.
Tetapi tidak boleh kurang dari :
mm.
Ok,...syarat tulangan minimum terpenuhi.
Cek rasio tulangan :
=
b = 1.
0,75 b = 0,75. = 0,0196
< 0,75 b
OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.
Reinforcement :
Digunakan 4 D25 dipasang 1 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30
mm > 25 mm
OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.
-
103 Universitas Kristen Maranatha
Kondisi 3, Momen negatif dilapangan
Mu = -112,59 kNm.
Cek momen nominal :
Asumsi satu lapis tulangan, maka :
d = 600 mm 40 mm 10 mm 25/2 mm = 437,5 mm
As = mm
Dipakai 2D25 dengan As pakai = 981,25 mm
a = mm
Mn = As fy . 410.
135,7 kNm > 112,59 kNm,...OK
Cek As minimum :
As min = 437,5 = 400 mm.
Tetapi tidak boleh kurang dari :
mm.
Ok,...syarat tulangan minimum terpenuhi.
Cek rasio tulangan :
=
b = 1.
0,75 b = 0,75. = 0,0196
< 0,75 b
OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.
Reinforcement :
Digunakan 2 D25 dipasang 2 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30
mm > 25 mm.
OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.
-
104 Universitas Kristen Maranatha
Kondisi 4, Momen positif dilapangan
Mu = 161,29 kNm.
Cek momen nominal :
Asumsi satu lapis tulangan, maka :
d = 600 mm 40 mm 10 mm 25/2 mm = 437,5 mm
As = mm
Dipakai 3D25 dengan As pakai = 1471,875 mm
a = mm
Mn = As fy . 410.
203,6 kNm > 161,29 kNm,...OK
Cek As minimum :
As min = 437,5 = 400 mm.
Tetapi tidak boleh kurang dari :
mm.
Ok,...syarat tulangan minimum terpenuhi.
Cek rasio tulangan :
=
b = 1.
0,75 b = 0,75. = 0,0196
< 0,75 b
OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.
Reinforcement :
Digunakan 3 D25 dipasang 2 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30
mm > 25 mm.
OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.
-
105 Universitas Kristen Maranatha
Kapasitas momen negatif dan positif pada setiap irisan penampang
disepanjang bentang tidak boleh kurang dari 1/5 kali kapasitas momen maksimum
yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.
Kuat momen negatif-positif terbesar pada bentang = 283,21 kNm
1/5 Kuat momen negatif-positif terbesar = 56,642 kNm
Kuat momen negatif-positif minimum pada bentang = 112,59 kNm
112,59 kNm > 56,642 kNm.
Ok,...Kapasitas momen terkecil memenuhi syarat.
Gambar 3.78 Konfigurasi Penulangan Lentur Balok
Perencanaan Tulangan Geser Balok
Dari hasil analisis Pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh nilai Gaya
Geser Vu = 175,59 kN.
Dari pembahasan sebelumnya pada sub bab 3.4.2 mengenai Perencanaan
Tulangan Geser Balok B2, diperoleh gaya geser akibat dua kali beban gempa
Vu = 212,8 kN. Dengan demikian tulangan geser balok B2 dipasang seperti pada
sub bab tersebut.
-
106 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.79 Penulangan Geser Balok
Perencanaan Tulangan Lentur Kolom
Dari hasil analisis Pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh gaya dalam
berupa :
beban aksialPu = -262,8 kN
Momen Mu = -378,89 kNm
Untuk mengecek hubungan momen, gaya aksial dan tulangan yang
dipakai, digunakan program pcaColumn. Dengan menggunakan gaya aksial dan
momen, diagram interaksi yang dihasilkan pcaColumn pada Gambar 3.81
menunjukkan bahwa kolom C6 lantai 3 dengan dimensi kolom 400 mm x 400 mm
cukup dipakai tulangan 12 D32 (9612 mm).
Gambar 3.80 Konfigurasi Penulangan Lentur Kolom
-
107 Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.81 Diagram Interaksi Kolom
-
108 Universitas Kristen Maranatha
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh kolom yang didesain :
Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada komponen strktur
tidak kurang dari :
Gaya aksial terfaktor dari hasil analisis ETABS diperoleh Pu = 412,17
kN
Pu = 412,17 kN > 400 kN,..OK.
Cek konfigurasi penulangan :
g dibatasi tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari 0,06 sehingga,
g =
0,01 < < 0,06,...OK
Perencanaan Tulangan Geser Kolom
Dari hasil analisis Pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh Gaya Geser
Vu = -206,14 kN. Dari pembahasan sebelumnya pada sub bab 3.4.2 mengenai
Perencanaan Tulangan Geser Kolom C6 diperoleh gaya geser akibat dua kali
beban gempa Vu = 296,2 kN. Dengan demikian tulangan geser kolom C6
dipasang seperti pada sub bab tersebut.
Gambar 3.82 Penulangan Geser Kolom
-
109 Universitas Kristen Maranatha
3.7 Pembahasan
a. Hasil Analisis Berbasis Perpindahan
Dari hasil analisis berbasis perpindahan setelah dilakukan pushover pada
gedung FEMA 440 diperoleh nilai simpangan struktur pada saat terjadi pelehan
pertama (y) = 95,8 mm dan simpangan maksimum struktur pada saat mencapai
kondisi diambang keruntuhan (m) = 258,3 mm.
Dari hasil analisis berbasis perpindahan setelah dilakukan pushover pada
gedung FEMA 440 diperoleh nilai daktilitas peralihan aktual struktur () =
2,696 dan faktor reduksi gempa aktual (R) = 4,314.
b. Desain Elemen Struktur Akibat Sendi Plastis
Dari hasil analisis berbasis perpindahan setelah dilakukan pushover pada
gedung FEMA 440 diperoleh persen beda jumlah tulangan lentur yang digunakan
dan jarak tulangan geser akibat kombinasi pembebanan dan akibat sendi plastis
pada balok B2 dan kolom C6 seperti pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.28 Persen Beda Tulangan Lentur Balok Akibat Kombinasi
Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis
Balok Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis
Persen beda (%)
B2
Tul. pakai
(D25)
Tul. pakai
(D25)
Tul. pakai
(D25)
Tul. pakai
(D25)
Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah
Tump.Kiri 4 3 6 4 33,3 25,0
Lapangan 2 2 2 3 0,0 33,3
Tump.Kanan 4 3 6 4 33,3 25,0
Jumlah tulangan lentur balok yang digunakan pada tumpuan kiri atas
Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis memberi perbedaan sebesar 33,3%
sedangkan untuk tumpuan bawah memberi perbedaan sebesar 25,0%. Untuk
tulangan lapangan atas memberi perbedaan sebesar 0% dan Untuk tulangan
lapangan bawah memberi perbedaan sebesar 33,3% . Untuk tumpuan kanan atas
jumlah tulangan lentur balok yang digunakan memberi perbedaan sebesar 33,3%
sedangkan untuk tumpuan bawah memberi perbedaan sebesar 33,3%.
-
110 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.29 Persen Beda Tulangan Lentur Kolom Akibat Kombinasi
Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis
Kolom Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis Persen
beda (%) Tul. pakai Tul. pakai (D32)
C6 12 12 0,0
Jumlah tulangan lentur kolom yang digunakan Akibat Kombinasi dan Akibat
Sendi Plastis memberi perbedaan sebesar 0,0%.
Dari hasil analisis pushover diperoleh persen beda jarak tulangan geser
yang digunakan Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis. Persen beda dijelaskan
seperti pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.30 Persen Beda Jarak Tulangan Geser Balok Akibat
Kombinasi Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis
Balok Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis Persen
beda (%) B2 Jarak tul.geser Jarak tul.geser
Tumpuan D10-80 mm D10-80 mm 0,0
Lapangan D10-150 mm D10-150 mm 0,0
Jarak tulangan geser Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis ditumpuan
dan lapangan pada balok memberi perbedaan sebesar 0,0%.
Tabel 3.31 Persen Beda Jarak Tulangan Geser Kolom Akibat
Kombinasi Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis
Kolom Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis Persen
beda (%) C6 Jarak tul.geser Jarak tul.geser
Tumpuan D10-100 mm D10-100 mm 0,0
Lapangan D10-150 mm D10-150 mm 0,0
Jarak tulangan geser Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis ditumpuan
dan lapangan pada kolom memberi perbedaan sebesar 0,0%.
-
111 Universitas Kristen Maranatha
c. Persen Peningkatan
Dari hasil analisis pushover diperoleh kinerja gedung FEMA 440
berdasarkan Klasifikasi Tingkat Keamanan [ATC, 1996] dan Ploting Pada Kurva
Kapasitas (Gambar 3.70) berada pada level Immediate Occupancy. Gedung SNI-
1726-2002 yang digunakan sebagai pembanding dalam hal untuk mencapai
kinerja struktur pada level Immediate Occupancy membutuhkan peningkatan gaya
geser, peningkatan jumlah tulangan lentur dan pengurangan jarak tulangan geser
seperti dijelaskan pada tabel-tabel berikut ini:
Dari hasil analisis diperoleh persen peningkatan gaya geser dasar gedung
SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level Immediate Occupancy
seperti pada tabel 3.32 berikut:
Tabel 3.32 Persen Peningkatan Gaya Geser Dasar Gedung SNI-1726-2002
Arah SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen beda (%)
Vx (kg) 59273,44 469815,0477 87,4
Vy(kg) 59273,44 491996,3043 88,0
Nilai gaya geser dasar nominal Vx untuk gedung SNI-1726-2002 dan
gedung FEMA 440 memberi peningkatan sebesar 87,4% sedangkan untuk Vy
memberi peningkatan sebesar 88,0%.
Dari hasil analisis diperoleh persen peningkatan jumlah tulangan lentur
balok B2 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level
Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.33 berikut:
-
112 Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.33 Persen Peningkatan Jumlah Tulangan Lentur Balok
Gedung SNI-1726-2002
Balok SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen
Peningkatan
(%) B2
Tul. pakai
(D25)
Tul. pakai
(D25)
Tul. pakai
(D25)
Tul. pakai
(D25)
Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah
Tump.Kiri 2 2 4 3 50 33,3
Lapangan 2 2 2 2 0,0 0,0
Tump.Kanan 2 2 4 3 50 33,3
Jumlah tulangan lentur balok yang digunakan pada tumpuan kiri atas SNI-
1726-2002 dan FEMA 440 memberi peningkatan sebesar 50% sedangkan untuk
tumpuan bawah memberi peningkatan sebesar 33,3% dan di lapangan (atas dan
bawah) memberi peningkatan sebesar 0%. Untuk tumpuan kanan atas jumlah
tulangan lentur balok yang digunakan memberi peningkatan sebesar 50%
sedangkan untuk tumpuan bawah memberi peningkatan sebesar 33,3%.
Dari hasil analisis diperoleh persen peningkatan jumlah tulangan lentur
kolom C6 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level
Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.34 berikut:
Tabel 3.34 Persen Peningkatan Jumlah Tulangan Lentur Kolom
Gedung SNI-1726-2002
Kolom
SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen Peningkatan
(%) Tul. pakai Tul. pakai (D32)
C6 4 12 66,7
Jumlah tulangan lentur kolom yang digunakan SNI-1726-2002 dan FEMA
440 memberi peningkatan sebesar 66,7%.
-
113 Universitas Kristen Maranatha
Dari hasil analisis diperoleh persen pengurangan jarak tulangan geser
balok B2 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level
Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.35 berikut:
Tabel 3.35 Persen Pengurangan Jarak Tulangan Geser Balok
Gedung SNI-1726-2002
Balok SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen Pengurangan
(%) B2 Jarak tul.geser Jarak tul.geser
Tumpuan D10-100 mm D10-80 mm 20
Lapangan D10-200 mm D10-150 mm 25
Jarak tulangan geser balok gedung SNI-1726-2002 dan FEMA 440
ditumpuan memberi pengurangan sebesar 20% sedangkan dilapangan memberi
pengurangan sebesar 25%.
Dari hasil analisis diperoleh persen pengurangan jarak tulangan geser
kolom C6 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level
Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.36 berikut:
Tabel 3.36 Persen Pengurangan Jarak Tulangan Geser Kolom
Gedung SNI-1726-2002
Kolom SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen Pengurangan
(%) C6 Jarak tul.geser Jarak tul.geser
Tumpuan D10-150 mm D10-100 mm 33,3
Lapangan D10-250 mm D10-150 mm 40
Jarak tulangan geser kolom gedung SNI-1726-2002 dan FEMA 440
ditumpuan memberi pengurangan sebesar 33,3% sedangkan dilapangan memberi
pengurangan sebesar 40%.