0721046_Chapter 3

73
41 Universitas Kristen Maranatha BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Struktur Studi kasus menggunakan gedung yang dimodelkan sebagai suatu sistem rangka dengan sistem struktur balok-kolom. Bangunan berfungsi sebagai Dealer Mobil, dimana bagian depan difungsikan untuk perkantoran dan bagian belakang difungsikan untuk bengkel. Gedung mempunyai jumlah lantai tiga. Tinggi lantai 13 adalah 4 meter. Jenis Struktur adalah Gedung Beton Bertulang. Jenis Bangunan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dengan Faktor reduksi gempa R = 5,5 dan Faktor keutamaan I = 1. Gambar 3.1 berikut adalah Model 3D gedung yang direncanakan. Gambar 3.1 Model 3D Jenis Atap lantai 3 yang digunakan untuk perkantoran menggunakan atap pelat beton bertulang dengan tebal pelat sama dengan tebal pelat yang digunakan

description

desain Chapter 3

Transcript of 0721046_Chapter 3

  • 41 Universitas Kristen Maranatha

    BAB III

    STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

    3.1 Data Struktur

    Studi kasus menggunakan gedung yang dimodelkan sebagai suatu sistem

    rangka dengan sistem struktur balok-kolom. Bangunan berfungsi sebagai Dealer

    Mobil, dimana bagian depan difungsikan untuk perkantoran dan bagian belakang

    difungsikan untuk bengkel. Gedung mempunyai jumlah lantai tiga. Tinggi lantai

    13 adalah 4 meter. Jenis Struktur adalah Gedung Beton Bertulang. Jenis

    Bangunan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dengan

    Faktor reduksi gempa R = 5,5 dan Faktor keutamaan I = 1. Gambar 3.1 berikut

    adalah Model 3D gedung yang direncanakan.

    Gambar 3.1 Model 3D

    Jenis Atap lantai 3 yang digunakan untuk perkantoran menggunakan atap

    pelat beton bertulang dengan tebal pelat sama dengan tebal pelat yang digunakan

  • 42 Universitas Kristen Maranatha

    pada lantai 1 dan lantai 2 sedangkan jenis atap yang digunakan untuk bengkel

    menggunakan rangka atap baja ringan.

    Gambar 3.2 berikut adalah denah struktur lantai 3.

    Gambar 3.2 Denah Stuktur Lantai 3

    Tabel 3.1 berikut ini adalah dimensi balok lantai 3.

    Tabel 3.1 Dimensi Balok Lantai 3

    Nama Balok L (mm) b (mm) h (mm)

    B13, B14, B15, B16, B9, B10, B11, B12, B17, B18, B19,

    B20 5000 250 500

    B1, B2, B3, B4, B5, B6,B7, B8 6000 300 500

    B21, B22, B23, B24 3000 250 400

    Semua kolom pada lantai 3 menggunakan ukuran 400 x 400 mm.

  • 43 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.3 berikut adalah denah struktur lantai 2.

    Gambar 3.3 Denah Stuktur Lantai 2

    Tabel 3.2 berikut ini adalah dimensi balok lantai 2.

    Tabel 3.2 Dimensi Balok Lantai 2

    Nama Balok L (mm) b (mm) h (mm)

    B13, B14, B15, B16, B9, B10, B11, B12, B17, B18,

    B19, B20, B25, B26, B27, B28 5000 250 500

    B1, B2, B3, B4, B5, B6,B7, B8 6000 300 500

    B21, B22, B23, B24 3000 250 400

    B29, B30, B31, B32, B33, B34, B35, B36, B37, B38,

    B39, B40

    4000 250 400

    Semua kolom pada lantai 2 menggunakan ukuran 400 x 600 mm.

  • 44 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.4 berikut adalah denah struktur lantai 1.

    Gambar 3.4 Denah Stuktur Lantai 1

    Tabel 3.3 berikut ini adalah dimensi balok lantai 1.

    Tabel 3.3 Dimensi Balok Lantai 1

    Nama Balok L (mm) b (mm) h (mm)

    B13, B14, B15, B16, B9, B10, B11, B12, B17, B18,

    B19, B20, B25, B26, B27, B28 5000 250 500

    B1, B2, B3, B4, B5, B6,B7, B8 6000 300 500

    B21, B22, B23, B24 3000 250 400

    B29, B30, B31, B32, B33, B34, B35, B36, B37, B38,

    B39, B40

    4000 250 400

    Semua kolom pada lantai 1 menggunakan ukuran 400 x 800 mm.

  • 45 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.5 Tampak Depan Stuktur

    Gambar 3.6 Tampak Belakang Stuktur

  • 46 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.7 Tampak Samping Stuktur

    3.1.1 Data Gedung

    Model gedung termasuk kedalam klasifikasi beraturan. Lokasi Gedung

    terletak di Bandung dengan Wilayah Gempa terletak di wilayah Gempa 4 sesuai

    peta gempa 2002.

    3.1.2 Data Material

    Mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut:

    fc = 25 Mpa

    beton = 2400 kg/m3 (Berat jenis beton)

    Ec = 4700* = 23500 Mpa (Modulus Elastisitas Beton)

    Es = 200000 Mpa (Modulus Elastisitas Baja)

    fy

    = 410 Mpa (Mutu baja tulangan lentur digunakan BJ 55)

    fys

    = 240 Mpa (Mutu baja tulangan geser digunakan BJ 37)

  • 47 Universitas Kristen Maranatha

    3.1.3 Diagram Alir Studi

    Dalam menyelesaikan permasalahan, Tugas Akhir ini mempunyai diagram

    alir studi seperti pada gambar 3.8 berikut:

    Mulai

    Studi

    Literatur

    Data Struktur Gedung

    Beton Bertulang

    Preliminary Desain

    Perhitungan Beban

    Gempa Berdasarkan

    SNI-1726-2002

    Perhitungan Beban

    Gempa Berdasarkan

    FEMA 440

    Input Beban Gempa

    Pada Gedung

    FEMA 440

    Input Beban Gempa

    Pada Gedung

    SNI-1726-2002

    Run analysis Run analysis

    Tidak okeTidak oke

    Pengecekan PM

    rasio

    Pengecekan PM

    rasio

    Desain Tulangan

    OK

    Desain Tulangan

    OK OK

    Pushover Analysis

    Desain Elemen Struktur

    Akibat Sendi Plastis

    Pembahasan

    Kesimpulan dan

    Saran

    Selesai

    Gambar 3.8 Diagram Alir Studi

  • 48 Universitas Kristen Maranatha

    3.2 Pemodelan Struktur

    Struktur gedung di analisis dengan menggunakan program ETABS v9.7.1.

    Reaksi perletakan pada struktur berupa jepit dengan beban-beban yang dipikulnya

    adalah beban atap, pelat, dinding, dan kolom. Preliminary balok, kolom, pelat,

    dan perencanaan rangka atap baja dalam Tugas Akhir ini dapat dilihat pada

    Lampiran 1 dan Lampiran 2. Langkah-langkah dalam melakukan pemodelan

    struktur adalah sebagai berikut:

    1. Input Grid Data

    Aktifkan program ETABS pilih menu File, New Model kemudian click No

    untuk membuat desain dari awal.

    Gambar 3.9 New Model Initialization

    Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut:

    Gambar 3.10 Building Plan Grid (satuan m)

  • 49 Universitas Kristen Maranatha

    2. Mendefinisikan Material

    Pilih menu Define, Materials Properties, Concrete, Modify/Show Material

    kemudian masukkan nilai fc, fy, fys, E, dan beton seperti terlihat pada gambar

    di bawah ini:

    Gambar 3.11 Input Data Material (satuan MPa)

    3. Mendefinisikan Jenis Penampang

    Pilih menu Define, Frame Sections, Add Rectangular kemudian masukkan

    dimensi penampang dari balok dan kolom dengan material berupa concrete

    dan reinforcement untuk balok (beam).

    Gambar 3.12 Input Balok (satuan mm)

  • 50 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.13 Input Kolom (satuan mm)

    Pilih menu Define, Wall/Slab/Deck Section, Add New Slab kemudian

    masukkan dimensi pelat yang telah dihitung.

    Gambar 3.14 Input Pelat (satuan mm)

  • 51 Universitas Kristen Maranatha

    4. Mendefinisikan Jenis Beban (load case)

    Pilih menu Define, Static Load Cases, kemudian masukkan beban-beban

    yang ada pada penampang. Dead dipakai untuk berat sendiri penampang

    dengan type Dead dan Self Weight Multiplier 1, QSDL, (Superimposed Dead

    Load), QWALL, QLL, QDL untuk beban mati tambahan dengan type Super

    Dead dan Self Weight Multiplier 0, LL dipakai untuk beban hidup dengan

    type Live dan Self Weight Multiplier 0.

    Gambar 3.15 Input Beban

    5. Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (load combination)

    Pilih menu Define, Load Combinations, Add New Combo. Kemudian

    memasukkan kombinasi pembebanannya.

    Gambar 3.16 Input Kombinasi Pembebanan

  • 52 Universitas Kristen Maranatha

    6. Memberikan Beban Pada model

    Untuk kolom hanya ada beban mati (berat sendiri penampang DEAD) yang

    dihitung oleh program ETABS dan beban mati tambahan SDL yang

    merupakan reaksi perletakan dari rangka atap baja untuk kolom yang berada

    dibagian bengkel (QLL; VA = VB = 1988,06 kg dan QDL; VA= 1960,50 kg,

    VB= 2091,14 kg). Pada balok ada beban mati (berat sendiri penampang

    DEAD) yang dihitung oleh program ETABS dan beban mati tambahan SDL

    (berat dinding =250 kg/m dan SDL = 145 kg/m).

    Gambar 3.17 Input Beban SDL (satuan kg/m)

    Gambar 3.18 Input Beban Hidup (satuan kg/m2)

    Gambar 3.19 Input Beban Dinding (satuan kg/m)

  • 53 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.20 Input Reaksi perletakan rangka atap baja QLL;

    VA = VB (satuan kg)

    Gambar 3.21 Input Reaksi perletakan rangka atap baja QDL;

    VA (satuan kg)

    Gambar 3.22 Input Reaksi perletakan rangka atap baja QDL;

    VB (satuan kg)

    7. Memberikan Perletakan

    Pilih menu Assign, Joint/Point, Restraints (Supports), pilih perletakan jepit.

  • 54 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.23 Input Perletakan

    8. Pusat Massa

    Pelat lantai pada tiap lantai dan atap diubah menjadi rigid diaphragm agar

    beban lateral yang diterima dapat diterima langsung di pusat massa tiap

    lantai. Select model perlantai kemudian pilih menu Assign, Shell/Area,

    Diaphragms, Add New Diaphragm, Rigid seperti terlihat pada gambar di

    bawah ini.

    Gambar 3.24 Rigid Diaphragm Pelat Lantai dan Atap

    Gambar 3.25 Rigid Diaphragm Tiap Lantai

  • 55 Universitas Kristen Maranatha

    9. Melakukan Analisis (run model)

    Pilih menu Analyze, Set Analysis Options, pilih Full 3D, Dynamic Analysis,

    Run Analysis.

    Gambar 3.26 Run Analysis

    3.3 Analisis Struktur

    Dalam tugas akhir ini struktur gedung di analisis menggunakan peraturan

    gempa FEMA 440 dan peraturan gempa SNI-1726-2002 sebagai pembanding.

    3.4 Analasis Struktur Berdasarkan FEMA 440

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh waktu getar alami fundamental

    struktur Tx = 0,4426 dan Ty = 0,4304. Oleh karena gedung direncanakan di

    Bandung wilayah gempa 4 maka waktu getar alami fundamental struktur dibatasi

    oleh peraturan gempa SNI-1726-2002. Dengan demikian Tx dan Ty harus

    memenuhi :

    T1 < n

    T1 = 0,4426 < 0,17 . 3 = 0,51 . Memenuhi

    Untuk menampilkan waktu getar alami fundamental struktur dari hasil analisis

    ETABS pilih menu display, show mode shape, kemudian akan muncul tampilan

    sebagai berikut :

  • 56 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.27 T Mode1 Arah X = 0,4426 detik

    Gambar 3.28 T Mode2 Arah Y = 0,4304 detik

    Gaya geser dasar nominal arah X dihitung sesuai persamaan berikut:

    Vx = C1. C2. C3. Cm. Sa. W

    Oleh karena Tx < 1 detik maka nilai C1 pada C1 = dan

    Tx < 0,7 detik maka nilai C2 pada C2 =

  • 57 Universitas Kristen Maranatha

    dengan demikian:

    C1 = = 1,2552

    C2 = = 1,1292

    C3 = 1

    Cm = 0,9

    Sa = untuk T > Ts

    dimana Ts = 0,4 detik untuk lokasi kelas B menggunakan Ts periode

    karakteristik sama dengan 0,4 detik (FEMA 440)

    Sx1 = Ar = 0,30

    B1 = 1

    maka:

    Sa =

    Untuk memperoleh nilai berat total struktur Wt dengan menggunakan

    persamaan : W = massa . gravitasi, pilih menu display show table

    assemble point mass.

    Gambar 3.29 Massa Bangunan

  • 58 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.4 Berat Struktur dan Fi Arah X

    Story mi

    g

    (m/det2) Wi (kg)

    Zi

    (m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)

    3 13960,4290

    9,81

    136951,8083 12 1643421,6993

    469815,0477

    192476,3186

    2 18920,7638 185612,6928 8 1484901,5424 173910,5565

    1 22505,1321 220775,3458 4 883101,3831 103428,1726

    543339,8469

    4011424,6248

    Tabel 3.5 Berat Struktur dan Fi Arah Y

    Story mi

    g

    (m/det2) Wi (kg)

    Zi

    (m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)

    3 13960,4290

    9,81

    136951,8083 12 1643421,6993

    491996,3043

    201563,6533

    2 18920,7638 185612,6928 8 1484901,5424 182121,3508

    1 22505,1321 220775,3458 4 883101,3831 108311,3002

    543339,8469 4011424,6248

    Dengan demikian:

    Vx = 1,2552. 1,1292. 1. 0,9. . 543339,8469 = 469815,0477 kg.

    dengan cara yang sama diperoleh gaya geser dasar (V) nominal arah Y:

    C1 = = 1,2699

    C2 = = 1,1366

    Vy = 1,2699. 1,1366. 1. 0,9. 0,6970. 4011424,6248 = 491996,3043 kg.

    Parameter untuk menentukan target perpindahan t sesuai persamaan:

    t = C0. C1.C2.C3.Sa . . G

    Menghitung target perpindahan arah X :

    = 90 (Site kategori C)

    C0 = 1,2

    C1 = 1,2552

    C2 = 1,1292

    C3 = 1

  • 59 Universitas Kristen Maranatha

    Sa =

    g = 9,81 m/det2

    dengan demikian:

    tx = 1,2. 1,2552. 1. . 9,81 = 0,0562 m.

    dengan cara yang sama diperoleh perpindahan arah Y:

    ty = 1,2. 1,2699. 1. . 9,81 = 0,0556 m.

    Untuk mencari beban geser nominal (Fi) yang akan di distribusikan pada

    tiap lantai sesuai persamaan:

    Fix = 469815,0477

    = 192476,3186 kg

    Hasil perhitungan nilai Fi tiap lantai seperti pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5.

    Gaya gempa yang telah dihitung kemudian di input secara manual ke

    ETABS dengan pilih menu Define Static load cases type (quake Modify

    Lateral Load ).

  • 60 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.30 Input Beban (Fx)

    Gambar 3.31 Input Beban (Fy)

    1. Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (load combination)

    Pilih menu Define, Load Combinations, Add New Combo. Kemudian

    masukkann kombinasi pembebanannya dari Combo1 sampai dengan

    Combo18.

  • 61 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.32 Input Kombinasi Pembebanan

    2. Melakukan Analisis (run model)

    Pilih menu Analyze, Set Analysis Options, pilih Full 3D, Dynamic

    Analysis, Run Analysis.

    Gambar 3.33 Run Analysis

    3. Menentukan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah

    Pilih Select All, Design, Concrete Frame Design, View/Revise

    Overwrites. Gambar 3.34 menjelaskan pilihan untuk mendesain jenis

    bangunanan.

    Sway Special = pilihan untuk jenis bangunan SRPMK

    Sway Intermediate = pilihan untuk jenis bangunan SRPMM

    Sway Ordinary = pilihan untuk jenis bangunan SRPMB

  • 62 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.34 Concrete Frame Design

    4. Melakukan Desain Struktur

    Pilih Design, Concrete Frame Design, Start Design/Check of Structure.

    Gambar 3.35 Start Design/Check of Structure

    3.4.1 Syarat Analisis

    a. Waktu Getar

    Waktu getar alami fundamental struktur dalam arah masing-masing sumbu

    utama tidak boleh melebihi 1,2 T1. Dengan demikian T1 dapat ditentukan sesuai

    persamaan:

  • 63 Universitas Kristen Maranatha

    dimana :

    Wi = berat struktur (Tabel 3.4, 3.5)

    di = simpangan horizontal lantai

    Fi = gaya geser dasar horizontal (Tabel 3.4, 3.5)

    g = 9,81 m/det

    Nilai Wi, Fi diperoleh dari perhitungan sebelumnya, sedangkan untuk nilai

    di diperoleh dengan cara sebagai berikut :

    Pilih menu display show table table diapraghm CM displacement

    dengan select loadcase Fx dan Fx.

    Gambar 3.36 Table Diapraghm CM Displacement

    di diambil dari hasil yang tertera pada Gambar 3.36 dimana UX untuk arah X

    dan UY untuk arah Y.

    Sehingga T1 = = 0,4472 detik

    Tabel 3.6 T-rayleigh Arah X

    Story Wi (kg) Fi (kg) di

    (mm)

    Wi.di2 Fi.di T1

    (det) (kg.mm) (kg.mm)

    3 136951,8083 192476,3186 72,4104 718074763,8191 13937287,2175

    0,4472 2 185612,6928 173910,5565 45,2813 380579546,9375 7874896,0825

    1 220775,3458 103428,1726 18,0909 72255501,5001 1871108,7274

    543339,8469 1170909812,2566 23683292,0273

  • 64 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.7 T-rayleigh Arah Y

    Story Wi (kg) Fi (kg) di

    (mm)

    Wi.di2 Fi.di T1

    (det) (kg.mm) (kg.mm)

    3 136951,8083 201563,6533 76,6443 804502679,9781 15448705,1159

    0,4435 2 185612,6928 182121,3508 44,8987 374175376,6987 8177011,8913

    1 220775,3458 108311,3002 14,5899 46995384,1635 1580251,0391

    543339,8469 1225673440,8403 25205968,0463

    Perhitungan pada tabel 3.6 dan 3.7 menunjukkan waktu getar T-rayleigh

    dalam arah X dan Y. Dengan demikian 1,2.T1 dihitung sebagai berikut:

    Arah X :

    Tx ETABS = 0,4426 detik

    Tx Ray = 0,4472 detik

    1,2 Tx Ray = 0,5367 detik > Tx ETABS .. Memenuhi

    Arah Y :

    Ty ETABS = 0,4304 detik

    Ty Ray = 0,4435 detik

    1,2 Ty Ray = 0,5323 detik > Ty ETABS .. Memenuhi

    b. Batas Layan

    Untuk memenuhi syarat simpangan maksimum pada struktur, dimana

    simpangan maksimum struktur < 0,025 kali tinggi lantai dari taraf penjepitan

    lateral. Dilakukan peninjauan di lantai 3 point 7. Tinggi lantai 3 dari taraf

    penjepitan lateral = 12000 mm.

  • 65 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.37 Titik Simpangan Lantai yang ditinjau

    Untuk memperoleh besarnya nilai simpangan pada point 7 hasil analisis

    ETABS pilih Display show table point displacement select case Fx,Fy

    select combo Fx,Fy OK.

    Gambar 3.38 Table Point Displacement

    Dengan demikian simpangan dilantai 3 pada point 7 memenuhi persyaratan.

    79,4287 < 0,025 .12000 = 300 mm ..................memenuhi

    Untuk memenuhi kinerja batas layan struktur dengan memperhatikan

    simpangan antar tingkat (drift ratio) maka dilakukan peninjauan pada tiap

    tingkat dengan titik yang ditinjau seperti pada gambar :

    Tingkat yang ditinjau

  • 66 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.39 Titik Simpangan Antar Tingkat yang ditinjau

    Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

    Simpangan antar tingkat (s) < 0,03/R. tinggi tingkat yang bersangkutan.

    Tinggi tingkat tiap lantai = 4000 mm.

    Untuk memperoleh besarnya simpangan antar tingkat dari hasil analisis

    ETABS, pihih Display show table point drit select case Fx,Fy select

    combo Fx,Fy OK.

    Gambar 3.40 Table Point drift

    Tingkat yang ditinjau

  • 67 Universitas Kristen Maranatha

    Dengan demikian simpangan antar tingkat (s) kinerja batas layan dihitung

    sesuai persamaan:

    0,005989 < . 4000 = 21,8182 mm memenuhi

    Tabel 3.8 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah X

    Story Point Load hi (mm) s etabs

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Syarat

    Drift s

    (mm)

    Keterangan

    3 7 FX 4000 64,9 0,005989 21,8182 OK

    2 7 FX 4000 40,9 0,006109 21,8182 OK

    1 7 FX 4000 16,5 0,004115 21,8182 OK

    Tabel 3.9 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah Y

    Story Point Load hi (mm) s etabs

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Syarat

    Drift s

    (mm)

    Keterangan

    3 7 FY 4000 79,429 0,008233 21,8182 OK

    2 7 FY 4000 46,495 0,007816 21,8182 OK

    1 7 FY 4000 15,232 0,003808 21,8182 OK

    Simpangan dan simpangan antar-tingkat harus dikali dengan suatu faktor

    pengali ( ). Karena gedung termasuk dalam kategori beraturan maka =

    0,7.R. Simpangan dan simpangan antar-tingkat dibatasi untuk kondisi ultimit

    (m) tidak boleh lebih besar dari 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

    Dengan demikian :

    m = 0,7 . R. s

    m = 0,7. 5,5. 0,005989 = 0,0231

    m = 0,0231 mm < 0.02 . 4000 = 80 mm memenuhi

  • 68 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.10 Simpangan Antar Tingkat (m) Arah X

    Story Point hi

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Dift m

    antar tingkat

    (mm)

    Syarat

    Drift m

    (mm)

    Keterangan

    3 7 4000 0,005989 0,0231 80 OK

    2 7 4000 0,006109 0,0235 80 OK

    1 7 4000 0,004115 0,0158 80 OK

    Tabel 3.11 Simpangan Antar Tingkat (m) Arah Y

    Story Point hi

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Dift m

    antar tingkat

    (mm)

    Syarat

    Drift m

    (mm)

    Keterangan

    3 7 4000 0,008233 0,0317 80 OK

    2 7 4000 0,007816 0,0301 80 OK

    1 7 4000 0,003808 0,0147 80 OK

    c. Kontrol Lendutan

    Lendutan maksimum pada komponen balok = L/240 [SNI 03-2847-2002].

    Panjang bentang balok B2 lantai 3 = 6000 mm, maka lendutan ijin dari balok

    tersebut = 6000/240 = 25 mm. Hasil analisis menunjukkan bahwa lendutan yang

    terjadi pada balok B2 sebesar 2,442 mm akibat kombinasi beban 6 memenuhi ijin.

    3.4.2 Perencanaan Tulangan

    Perencanaan tulangan balok dan kolom hasil analisis ETABS dilakukan

    pada balok B2 dan kolom C6 (lihat gambar 3.41). Perencanaan dilakukan pada

    balok B2 dan kolom C6 dengan alasan pada balok dan kolom tersebut terjadi gaya

    dalam terbesar yang disebabkan kombinasi pembebanan pada struktur. Balok B2

    berada di lantai 3, sumbu C-D as 3. Kolom C6 berada di lantai 3 sumbu C as 3.

    Perencanaan tulangan balok dan kolom yang lain hasil analisis ETABS

    selengkapanya dapat dilihat pada lampiran 3.

  • 69 Universitas Kristen Maranatha

    Perencanaan Tulangan Lentur Balok B2 dan Kolom C6

    Gambar 3.41 Balok dan Kolom yang direncanakan

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh luas tulangan lentur perlu untuk balok

    B2 dan kolom C6 seperti terlihat pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.13 berikut :

    Tabel 3.12 Tulangan Lentur Balok B2

    Balok Lokasi As perlu (mm) Tul.terpasang (D25)

    Atas Bawah Atas Bawah

    B2

    Tump.Kiri 1869 594 4 3

    Lapangan 444 733 2 2

    Tump.Kanan 1783 1162 4 3

    Gambar 3.42 Konfigurasi Penulangan Lentur Balok

    balok dan kolom

    yang ditinjau

  • 70 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.13 Tulangan Lentur Kolom C6

    Kolom As perlu (mm) Tul.terpasang

    (D32)

    C6 6546,974 12

    Gambar 3.43 Konfigurasi Penulangan Lentur Kolom

    Gambar 3.44 Luas Tulangan Lentur Perlu Balok B2 dan Kolom C6

    Hasil Analisis ETABS

    Perencanaan Tulangan Geser Balok B2

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban

    gempa Vu = 212,8 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:

    Kontribusi beton menahan geser dapat diambil sebagai :

    Vc =

  • 71 Universitas Kristen Maranatha

    Vs =

    Vsmaks =

    Vs = < Vsmaks = ,...OK

    Kebutuhan tulangan geser menahan gaya geser dihitung sebagai :

    Dipasang sengkang 2 kaki D10, maka Av = 157 mm

    s = 94,5 mm.

    Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali

    tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang yang pertama dipasang

    pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang

    dengan spasi terkecil diantara :

    Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil = 8.D25 = 8. 25 =

    200 mm

    24 kali diameter sengkang = 24. 10 = 240 mm

    300 mm

    Dengan demikian tulangan geser dipasang D10 80 mm didaerah sepanjang 2h =

    1000 mm dari muka kolom.

    Sengkang diluar daerah 2h harus dipasang sengkang dengan spasi:

    = 218,75 mm

    Dengan demikian untuk bentang diluar 2h, dipasang tulangan geser D10 150

    mm.

  • 72 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.45 Penulangan Geser Balok

    Perencanaan Tulangan Geser Kolom C6

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban

    gempa Vu = 296,2 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:

    Kontribusi beton dalam menahan geser :

    Vc =

    Cek apakah perlu Tulangan Geser :

    dan 0,5 Vc = 0,5. = 55,67 kN

    Oleh karena > 0,5 Vc, maka digunakan tulangan geser.

    Kolom diikat dengan tulangan sengkang pada rentang lo dari muka kolom.

    Panjang lo tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:

    1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 . (4000 500 250 ) = 875 mm

    Dimensi terbesar penampang kolom = 800 mm

    500 mm

    Panjang lo = 1000 mm dari join

    Sengkang didaerah lo dipasang dengan spasi maksimum so yang tidak boleh

    melebihi dari :

    8db tulangan longitudinal = 8.32 = 256 mm

    24db sengkang ikat = 24. 10 = 240 mm

    Setengah dimensi terkecil penampang struktur = 200 mm

    300 mm

    Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi so = 100 mm sepanjang bentang lo.

  • 73 Universitas Kristen Maranatha

    Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak lebih dari 0,5so = 50 mm.

    Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh melebihi

    2so = 2.100 = 200 mm.

    Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 150 mm diluar bentang lo.

    Gambar 3.46 Penulangan Geser Kolom

    3.5 Analisis Struktur Berdasarkan SNI-1726-2002

    Gedung terletak di Bandung dengan Wilayah Gempa terletak di wilayah

    Gempa 4 sesuai peta gempa 2002 dengan Faktor reduksi gempa R = 5,5 dan

    Faktor keutamaan I = 1. Jenis Bangunan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen

    Menengah (SRPMM).

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh waktu getar alami fundamental

    struktur Tx = 0,4426 dan Ty = 0,4304. Dalam hal pembatasan waktu getar alami

    fundamental maka Tx dan Ty harus memenuhi persamaan:

    T1 < n

    T1x = 0,4426 < 0,17 . 3 = 0,51 . Memenuhi

  • 74 Universitas Kristen Maranatha

    Langkah dalam melakukan Analisis Statik Ekivalen adalah sebagai

    berikut:

    1. Menentukan Faktor Respons Gempa berdasarkan Kurva Respons

    Spektrum:

    Gambar 3.47 Respons Spektrum Gempa Rencana

    Oleh karena Tx = 0,4426 detik < 0,5 detik, Ty = 0,4304 < 0,5 detik maka

    nilai C1x dan C1y pada 0,6.

    2. Menghitung Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) yang

    terjadi ditingkat dasar sesuai persamaan:

    Untuk memperoleh nilai berat total bangunan Wt dengan menggunakan

    persamaan : W = massa . gravitasi, pilih menu display show table

    assemble point mass.

  • 75 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.48 Massa Bangunan

    Tabel 3.14 Gaya Geser Dasar Nominal V Arah X

    Story mi

    g

    (m/det2) Wi(kg)

    T

    (det) C1 I R V (kg)

    3 13960,4290

    9,81

    136951,8083

    0,4426 0,6 1 5,5 59273,44 2 18920,7638 185612,6928

    1 22505,1321 220775,3458

    55386,3249 543339,8469

    Tabel 3.15 Gaya Geser Dasar Nominal V Arah Y

    Story mi

    g

    (m/det2) Wi (kg) T (det) C1 I R V (kg)

    3 13960,4290

    9,81

    136951,8083

    0,4304 0,6 1 5,5 59273,44 2 18920,7638 185612,6928

    1 22505,1321 220775,3458

    55386,3249 543339,8469

    sehingga diperoleh:

    Vx =

    = 59273,44 kg

    Vy = 543339,8469

  • 76 Universitas Kristen Maranatha

    = 59273,44 kg

    3. Menghitung beban geser (Fi) yang akan di distribusikan pada tiap lantai

    sesuai persamaan:

    Fix = 59273,4

    = 24283,4561 kg

    Tabel 3.16 Gaya Geser Fi Arah X

    Story Wi (kg) Zi (m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)

    3 136951,8083 12 1643421,699

    59273,4

    24283,4561

    2 185612,6928 8 1484901,542 21941,1375

    1 220775,3458 4 883101,3831 13048,8442

    543339,8469 4011424,6248

    Tabel 3.17 Gaya Geser Fi Arah Y

    Story Wi (kg) Zi (m) Wi.zi (kgm) V (kg) Fi (kg)

    3 136951,8083 12 1643421,699

    59273,4

    24283,4561

    2 185612,6928 8 1484901,542 21941,1375

    1 220775,3458 4 883101,3831 13048,8442

    543339,8469 4011424,6248

    Gaya gempa yang telah dihitung kemudian di input secara manual ke

    ETABS dengan pilih menu Define Static load cases type (quake Modify

    Lateral Load ).

  • 77 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.49 Input Beban (Fx)

    Gambar 3.50 Input Beban (Fy)

    Kemudian dengan cara yang sama Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan

    (load combination), Melakukan Analisis (run model), Menentukan Sistem

    Rangka Pemikul Momen Menengah dan Melakukan Desain Struktur.

  • 78 Universitas Kristen Maranatha

    3.5.1 Syarat Analisis

    a. Waktu Getar

    Waktu getar alami fundamental struktur dalam arah masing-masing sumbu

    utama tidak boleh melebihi 1,2 T1. Dengan demikian T1 dapat ditentukan sesuai

    persamaan:

    dimana :

    Wi = berat struktur (Tabel 3.16, 3.17)

    di = simpangan horisontal lantai

    Fi = gaya geser dasar horizontal (Tabel 3.16, 3.17)

    g = 9,81 m/det

    Nilai Wi, Fi diperoleh dari perhitungan sebelumnya, sedangkan untuk nilai

    di diperoleh dengan cara sebagai berikut :

    Pilih menu display show table table diapraghm CM displacement

    dengan select loadcase Fx dan Fx.

    Gambar 3.51 Table Diapraghm CM Displacement

    di diambil dari hasil yang tertera pada Gambar 3.50 dimana UX untuk arah X

    dan UY untuk arah Y.

    Sehingga T1 = = 0,4472 detik

  • 79 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.18 T-rayleigh Arah X

    Story Wi (kg) Fi (kg) di (mm) Wi.di

    2 Fi.di

    T1 (det) (kg.m) (kg.m)

    3 136951,8083 24283,4561 9,1355 11429636,4000 221841,5136

    0,4472 2 185612,6928 21941,1375 5,7128 6057671,4040 125345,3303

    1 220775,3458 13048,8442 2,2824 1150095,9946 29782,6820

    543339,8469 18637403,7986 376969,5259

    Tabel 3.19 T-rayleigh Arah Y

    Story Wi (kg) Fi (kg) di (mm) Wi.di

    2 Fi.di T1

    (det) (kg.m) (kg.m)

    3 136951,8083 24283,4561 9,2338 11676930,5802 224228,5773

    0,4413 2 185612,6928 21941,1375 5,4092 5430924,3094 118684,0010

    1 220775,3458 13048,8442 1,7577 682087,4818 22935,9534

    543339,8469 17789942,3714 365848,5317

    Perhitungan pada tabel 3.18 dan 3.19 menunjukkan waktu getar

    T-rayleigh dalam arah x dan y. Dengan demikian 1,2.T1 dihitung sebagai

    berikut:

    Arah X :

    Tx ETABS = 0,4426 detik

    Tx Ray = 0,4472 detik

    1,2 Tx Ray = 0,5366 detik > Tx ETABS .. Memenuhi

    Arah Y :

    Ty ETABS = 0,4304 detik

    Ty Ray = 0,4413 detik

    1,2 Ty Ray = 0,5296 detik > Ty ETABS .. Memenuhi

    b. Batas Layan

    Untuk memenuhi syarat simpangan maksimum pada struktur, dimana

    simpangan maksimum struktur < 0,025 kali tinggi lantai dari taraf penjepitan

    lateral. Dilakukan peninjauan di lantai 3 point 7. Tinggi lantai 3 dari taraf

    penjepitan lateral = 12000 mm.

  • 80 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.52 Titik Simpangan Lantai yang ditinjau

    Untuk memperoleh besarnya nilai simpangan pada point 7 hasil analisis

    ETABS pilih Display show table point displacement select case Fx,Fy

    select combo Fx,Fy OK.

    Gambar 3.53 Table Point Displacement

    Dengan demikian simpangan dilantai 3 pada point 7 memenuhi persyaratan.

    9,5692 < 0,025 .12000 = 300 mm ..................memenuhi

    Untuk memenuhi kinerja batas layan struktur dengan memperhatikan

    simpangan antar tingkat (drift ratio) maka dilakukan peninjauan pada tiap

    tingkat dengan titik yang ditinjau seperti pada gambar :

    Tingkat yang ditinjau

  • 81 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.54 Titik simpangan Antar Tingkat yang ditinjau

    Syarat yang harus dipenuhi adalah :

    Simpangan antar tingkat (s) < 0,03/R. tinggi tingkat yang bersangkutan.

    Tinggi tingkat tiap lantai = 4000 mm.

    Untuk memperoleh besarnya simpangan antar tingkat dari hasil analisis

    ETABS, pihih Display show table point drit select case Fx,Fy select

    combo Fx,Fy OK.

    Gambar 3.55 Table Point drift

    Tingkat yang ditinjau

  • 82 Universitas Kristen Maranatha

    Dengan demikian simpangan antar tingkat (s) kinerja batas layan dihitung

    sesuai persamaan:

    0,000756 < . 4000 = 21,8182 mm memenuhi

    Tabel 3.20 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah X

    Story Point Load hi

    (mm)

    s etabs

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Syarat

    Drift s

    (mm)

    Keterangan

    3 7 FX 4000 8,2 0,000756 21,8182 OK

    2 7 FX 4000 5,2 0,000771 21,8182 OK

    1 7 FX 4000 2,1 0,000519 21,8182 OK

    Tabel 3.21 Simpangan Antar Tingkat (s) Arah Y

    Story Point Load hi

    (mm)

    s etabs

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Syarat

    Drift s

    (mm)

    Keterangan

    3 7 FY 4000 9,5692 0,000992 21,8182 OK

    2 7 FY 4000 5,6015 0,000942 21,8182 OK

    1 7 FY 4000 1,8351 0,000459 21,8182 OK

    Simpangan dan simpangan antar-tingkat harus dikali dengan suatu faktor

    pengali ( ). Karena gedung termasuk dalam kategori beraturan maka =

    0,7.R. Simpangan dan simpangan antar-tingkat dibatasi untuk kondisi ultimit

    (m) tidak boleh lebih besar dari 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

    Dengan demikian:

    m = 0,7 . R. s

    m = 0,7. 5,5. 0,000756 = 0,0029

    m = 0,0029 mm < 0.02 . 4000 = 80 mm memenuhi

  • 83 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.22 Simpangan Antar Tingkat (m) Arah X

    Story Point hi

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Dift m

    antar tingkat

    (mm)

    Syarat

    Drift m

    (mm)

    Keterangan

    3 7 4000 0,000756 0,0029 80 OK

    2 7 4000 0,000771 0,0030 80 OK

    1 7 4000 0,000519 0,0020 80 OK

    Tabel 3.23 Simpangan Antar Tingkat (m) arah Y

    Story Point hi

    (mm)

    Dift s antar

    tingkat (mm)

    Dift m

    antar tingkat

    (mm)

    Syarat

    Drift m

    (mm)

    Keterangan

    3 7 4000 0,000992 0,0038 80 OK

    2 7 4000 0,000942 0,0036 80 OK

    1 7 4000 0,000459 0,0018 80 OK

    c. Kontrol Lendutan

    Lendutan maksimum pada komponen balok = L/240 [SNI 03-2847-2002].

    Panjang bentang balok B2 lantai 3 = 6000 mm, maka lendutan ijin dari balok

    tersebut = 6000/240 = 25 mm. Hasil analisis menunjukkan bahwa lendutan yang

    terjadi pada balok B2 sebesar 1,320 mm akibat kombinasi beban 6 memenuhi ijin.

    3.5.2 Perencanaan Tulangan

    Perencanaan tulangan balok dan kolom hasil analisis ETABS dilakukan

    pada balok B2 dan kolom C6 (lihat gambar 3.55). Perencanaan dilakukan pada

    balok B2 dan kolom C6 dengan alasan pada balok dan kolom tersebut terjadi gaya

    dalam terbesar yang disebabkan kombinasi pembebanan pada struktur. Balok B2

    berada di lantai 3, sumbu C-D as 3. Kolom C6 berada di lantai 3 sumbu C as 3.

    Perencanaan tulangan untuk balok dan kolom yang lain hasil analisis ETABS

    selengkapanya dapat dilihat pada lampiran.

  • 84 Universitas Kristen Maranatha

    Perencanaan Tulangan Lentur Balok B2 dan Kolom C6

    Gambar 3.56 Balok dan Kolom yang direncanakan

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh luas tulangan lentur perlu untuk balok

    B2 dan kolom C6 seperti terlihat pada tabel 3.24 dan tabel 3.25 berikut :

    Tabel 3.24 Tulangan Lentur Balok B2

    Balok Lokasi As perlu (mm) Tul.terpasang (D25)

    Atas Bawah Atas Bawah

    B2

    Tump.Kiri 886 377 2 2

    Lapangan 224 733 2 2

    Tump.Kanan 474 206 2 2

    Gambar 3.57 Konfigurasi Penulangan Lentur Balok

    balok dan kolom

    yang ditinjau

  • 85 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.25 Tulangan Lentur Kolom C6

    Kolom As perlu (mm) Tul.terpasang

    (D32)

    C6 1600 4

    Gambar 3.58 Konfigurasi Penulangan Lentur Kolom

    Gambar 3.59 Luas Tulangan Lentur Perlu Balok B2 dan Kolom C6

    Hasil Analisis ETABS

    Perencanaan Tulangan Geser Balok B2

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban

    gempa Vu = 107,01 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:

  • 86 Universitas Kristen Maranatha

    Kontribusi beton menahan geser dapat diambil sebagai :

    Vc =

    Vs =

    Vsmaks =

    Vs = < Vsmaks = ,...OK

    Kebutuhan tulangan geser menahan gaya geser dihitung sebagai :

    Dipasang sengkang 2 kaki D10, maka Av = 157 mm

    s = 494,97 mm.

    Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali

    tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang yang pertama dipasang

    pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang

    dengan spasi terkecil diantara :

    Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil = 8.D25 = 8. 25 =

    200 mm

    24 kali diameter sengkang = 24. 10 = 240 mm

    300 mm

    Dengan demikian tulangan geser dipasang D10 100 mm didaerah sepanjang 2h

    = 1000 mm dari muka kolom.

    Sengkang diluar daerah 2h harus dipasang sengkang dengan spasi:

    = 218,75 mm

    Dengan demikian untuk bentang diluar 2h, dipasang tulangan geser D10 200

    mm.

  • 87 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.60 Penulangan Geser Balok

    Perencanaan Tulangan Geser Kolom C6

    Dari hasil analisis ETABS diperoleh gaya geser akibat dua kali beban

    gempa Vu = 37,6 kN. Dengan demikian desain tulangan geser sebagai berikut:

    Kontribusi beton dalam menahan geser :

    Vc =

    Cek apakah perlu Tulangan Geser :

    dan 0,5 Vc = 0,5. = 55,67 kN

    Oleh karena < 0,5 Vc, maka digunakan tulangan geser minimum.

    Kolom diikat dengan tulangan sengkang pada rentang lo dari muka kolom.

    Panjang lo tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:

    1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 . (4000 500 250 ) = 875 mm

    Dimensi terbesar penampang kolom = 800 mm

    500 mm

    Panjang lo = 1000 mm dari join

    Sengkang didaerah lo dipasang dengan spasi maksimum so yang tidak boleh

    melebihi dari :

    8db tulangan longitudinal = 8.32 = 256 mm

    24db sengkang ikat = 24. 10 = 240 mm

    Setengah dimensi terkecil penampang struktur = 200 mm

    300 mm

  • 88 Universitas Kristen Maranatha

    Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi so = 150 mm sepanjang bentang lo.

    Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak lebih dari 0,5so = 75 mm.

    Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh melebihi

    2so = 2.150 = 300 mm.

    Dipasang sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 250 mm diluar bentang lo.

    Gambar 3.61 Penulangan Geser Kolom

    3.6 Analisis Berbasis Perpindahan

    Model struktur yang telah di analisis pada Sub Bab 3.4.2 diolah kembali

    dengan memasukkan jumlah tulangan terpasang untuk masing-masing tipe balok

    dan kolom. Secara umum, untuk beban gravitasi diperhitungkan pengaruh beban

    mati dan berat sendiri struktur (DL) dan beban hidup pada pelat lantai dan pelat

    atap (LL), dengan reduksi beban hidup sebesar 30%. Karena model struktur

    termasuk dalam kategori gedung beraturan, maka dalam Tugas Akhir ini

    digunakan asumsi arah beban dua arah, yaitu pola beban sesuai arah-X dan arah-Y

    sebagai pola beban lateral.

  • 89 Universitas Kristen Maranatha

    Langkah dalam melakukan analisis pushover adalah sebagai berikut:

    1. Penerapan Sendi Plastis

    Pilih Semua Balok, Kemudian Assign, Frame/Line, Frame Nonlinear

    Hinges.

    Gambar 3.62 Penerapan Sendi Plastis Balok

    Pilih Semua Kolom, Kemudian Assign, Frame/Line, Frame Nonlinear

    Hinges.

    Gambar 3.63 Penerapan Sendi Plastis Kolom

    2. Melakukan Pemodelan Pushover

    Pilih Difine, Static Nonlinear/Pushovercases.

  • 90 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.64 Pemodelan Pola Beban Gravitasi PUSH1

    Gambar 3.65 Pemodelan Pola Beban Lateral PUSH2

  • 91 Universitas Kristen Maranatha

    3. Melakukan Analisis Pushover

    Pilih Analyze, Run Static Nonlinear Analysis

    Gambar 3.66 Run Analisis Pushover

    4. Melihat Hasil Analisis

    Pilih Display, Show Static Pushover Curve.

    Gambar 3.67 Kurva Kapasitas Hasil Analisis ETABS

    Gambar 3.67 menunjukkan kurva hubungan Gaya Geser (Base Reaction) dan

    Peralihan (Displacement). Tanda negatif memperlihatkan arah gaya gempa

    yang terjadi berlawanan dengan asumsi pemisalan arah semula.

    5. Mengolah Data Hasil Analisis

    Pilih menu Display, Show Static Pushover Curve, kemudian pilih file, display

    table.

  • 92 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.26 adalah nilai peralihan dan gaya geser.

    Tabel 3.26 Nilai Peralihan dan Gaya Geser

    step Peralihan (mm) Gaya Geser (kg)

    0 0,0 0,0

    1 95,8 583336,7

    2 121,6 700830,6

    3 134,6 733157,9

    4 170,6 775754,1

    5 258,3 837913,7

    6 258,4 667278,1

    7 260,3 673598,3

    8 260,3 611831,5

    9 264,4 624870,8

    10 264,5 532963,6

    11 270,4 552576,1

    12 270,4 483103,6

    13 286,9 521219,7

    14 307,1 544916,4

    15 332,1 559636,4

    16 280,2 356293,2

  • 93 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.68 Kurva Kapasitas

    Gambar 3.68 menunjukkan bahwa pada step 0 s/d step 1 kurva masih

    elastik, selanjutnya pada step 2 s/d step 15 kurva memperlihatkan kondisi pasca-

    elastik dan berhenti pada step ke-16.

    Program ETABS telah menyediakan fasilitas untuk mendapatkan titik

    kinerja struktur yang direncanakan dengan Metode Capacity Spectrum (ATC-40).

    Untuk memperoleh hasil analisis Metode Capacity Spectrum (ATC-40)

    pilih Display, Show Static Pushover Curve, Push2, Capacity Spectrum, Dengan

    nilai Seismic Coefficient Ca = A0, Cv = Ar , Structural Behavior Type dengan Tipe

    A. Nilai A0 dan Ar diperoleh dari SNI-1726-2002 Pasal 4.7.2 dan Pasal 4.7.6.

    Dimana A0 adalah percepatan puncak muka tanah dan Ar adalah pembilang dalam

    persamaan hiperbola Faktor Respons Gempa C pada Spektrum Respons Gempa

    Rencana.

  • 94 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.69 Analisis Metode Capacity Spectrum (ATC-40)

    Gambar 3.69 menunjukkan titik kinerja struktur Metode Capacity

    Spectrum (ATC-40) dengan nilai D () = 40,967 mm menunjukkan besarnya

    peralihan pada atap dan V = 249463,05 kg menunjukkan besarnya gaya geser

    pada titik kinerja Metode Capacity Spectrum (ATC-40).

    Nilai gaya geser dasar (V) dan target peralihan () yang diperoleh dari

    peraturan FEMA 440 dan Analisis Metode Capacity Spectrum (ATC-40)

    diplotkan kedalam kurva kapasitas (lihat Gambar 3.70). Dari hasil plot ini

    diperoleh nilai gaya geser dasar aktual (Vaktual) dan perpindahan aktual (aktual).

    Kurva kapasitas pada gambar Gambar 3.70 menunjukkan simpangan

    struktur pada saat terjadi pelehan pertama (y) = 95,8 mm dan simpangan

    maksimum pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan (m) = 258,3 mm.

  • 95 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.70 Ploting Pada Kurva Kapasitas

    Dari kurva kapasitas pada Gambar 3.70 diperoleh nilai dari :

    Vfema 440 = 491996,3043 kg , = 80 mm

    fema 440 = 80 mm, V = 365000 kg

    VATC-40 = 249463,05 kg, ATC - 440 = 40,967 mm

    Gambar 3.70 menunjukkan gaya geser dasar (V) maksimum dan peralihan

    maksimum () dihasilkan oleh peraturaan FEMA 440 dengan nilai

    Vfema 440 = 491996,3043 kg dan aktual = 80 mm. Target kinerja struktur pada

    gambar 3.70 dengan Vfema 440 = 491996,3043 kg dan aktual = 80 mm menunjukkan

    bahwa gedung berada pada level Immediate Occupancy ketika terjadi gempa

    rencana.

    Untuk mengetahui Nilai daktilitas peralihan aktual struktur () dan faktor

    reduksi gempa aktual (R) pada struktur dihitung sebagai berikut:

    =

    =

    = 2,696

  • 96 Universitas Kristen Maranatha

    Nilai = 2,696 menunjukkan daktilitas peralihan aktual stuktur ().

    R = . f1 Rm

    = 2,696. 1,6

    = 4,314

    Nilai R = 4,314 menunjukkan faktor reduksi gempa aktual (R).

    3.6.1 Desain Elemen Struktur Akibat Sendi Plastis

    Desain elemen balok dan kolom setelah pushover, dilakukan pada balok

    B2 dan kolom C6 (lihat gambar 3.71). Balok B2 berada di lantai 3 sumbu C-D as

    3. Kolom C6 berada di lantai 3 sumbu C as 3. Desain dilakukan pada balok B2

    dan kolom C6 dengan alasan pada balok dan kolom tersebut diperoleh gaya dalam

    terbesar akibat kombinasi pembebanan pada struktur.

    Gambar 3.71 Balok dan Kolom yang ditinjau

    Oleh karena pada penjelasan sebelumnya pada balok B2 dan kolom C6

    lantai 3 terdapat gaya dalam terbesar dan setelah dilakukan pushover pada balok

    B2 dan kolom C6 terjadi sendi plastis maka dilakukan analisis terhadap balok dan

    kolom tersebut.

    Gambar berikut ini adalah step-step simulasi terjadinya sendi plastis pada

    balok dan kolom setelah dilakukan pushover.

    balok dan kolom

    yang ditinjau

  • 97 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.72 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 1

    Gambar 3.73 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 2

    Gambar 3.74 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 3

  • 98 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.75 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 4

    Gambar 3.76 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 5

    Gambar 3.77 Sendi Plastis pada Balok dan Kolom di Step 6

  • 99 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.72 s/d 3.77 menjelaskan bahwa sendi plastis pada kolom

    terbentuk setelah semua balok mengalami sendi plastis.

    Dalam analisis digunakan gaya dalam yang terjadi akibat PUSH 2 oleh

    karena PUSH 2 meliputi beban gravitasi dan beban gempa. Kemudian digunakan

    gaya dalam pada step 1 oleh karena gaya geser dasar (V) FEMA 440 (lihat

    Gambar 3.70) berada diantara step 0 dan step 1 maka digunakan step 1 untuk

    melakukan analisis pada balok dan kolom yang ditinjau.

    Perencanaan Tulangan Lentur Balok B2 Akibat analisis Pushover (PUSH 2 -

    step 1)

    Balok harus memenuhi syarat definisi komponen struktur lentur SRPMM,

    yaitu :

    1. Gaya aksial tekan terfaktor tidak melebihi :

    0,1 Ag fc = 0,1. 300. 500. 25 = 375000 N = 375 kN

    Berdasarkan analisis struktur ETABS gaya aksial tekan terfaktor pada

    balok L3-B6I(B2) akibat Pushover analisis pada step 1 Pu = 0.

    0 kN < 375 kN, Ok

    2. Bentang bersih komponen struktur tidak kurang dari 4 kali tinggi

    efektifnya.

    de = 600 mm 40 mm 10 mm 0,5.25 mm = 437,5 mm

    4de = 4. 437,5 mm = 1750 mm.

    6000 mm > 1750 mm, OK

    3. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak kurang dari 0,3.

    b/ h = 300/ 500 = 0,6 > 0,3, OK

    4. Lebar balok tidak kurang dari 250 mm, OK

    Untuk desain elemen struktur SRPMM, ketentuan 2,3 dan 4 pada

    dasarnya tidak harus dipenuhi. Namun pemenuhan akan ketentuan 2,3

    dan 4 akan menghasilkan komponen struktur lentur SRPMM yang

    memiliki perilaku yang lebih baik [Iswandi & Fajar].

  • 100 Universitas Kristen Maranatha

    Hasil analisis ETABS analisis pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh

    nilai Momen (Mu) sebagai berikut:

    Tabel 3.27 Gaya Momen Balok B2

    Kondisi Lokasi Mu (Knm)

    1 Ujung/Tumpuan -283,21

    2 Ujung/Tumpuan 228,04

    3 Tengah/Lapangan -112,59

    4 Tengah/Lapangan 161,29

    Data perencanaan:

    Balok direncanakan dengan tulangan ganda.

    Dimensi balok : 300 x 500 mm.

    fc = 25 MPa

    fy = 410 MPa

    fys = 240 MPa

    (lentur) = 0,8

    v (geser) = 0,75

    1 = 0,85, untuk fc < 30 MPa

    j = 0,85

    Selimut beton = 40 mm

    Spasi antar tulangan = 30 mm

    Tulangan Lentur menggunakan = D25

    Diameter Tulangan Sengkang = D10

    Kondisi 1, Momen negatif ditumpuan

    Mu = -283,21 kNm.

    Cek momen nominal :

    Asumsi dua lapis tulangan, maka :

    d = 600 mm 40 mm 10 mm 30 mm -25/2 mm = 410 mm

    As = mm

    Dipakai 6D25 dengan As pakai = 2943,75 mm

  • 101 Universitas Kristen Maranatha

    a = mm

    Mn = As fy 2943,75. 410. 365,4

    kNm

    365,4 kNm > 283,21 kNm,...OK

    Cek As minimum :

    As min = 410 = 375 mm.

    Tetapi tidak boleh kurang dari :

    mm.

    OK,...syarat tulangan minimum terpenuhi.

    Cek rasio tulangan :

    =

    b = 1.

    0,75 b = 0,75. = 0,0196

    < 0,75 b

    OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.

    Reinforcement :

    Digunakan 6 D25 dipasang 2 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30

    mm 25 mm.

    OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.

    Kondisi 2, Momen positif ditumpuan

    Mu = 228,04 kNm.

    Kuat lentur positif di muka kolom tidak boleh lebih kecil dari 1/3 kuat lentur

    negatif pada muka koom tersebut: Mu = 283,21 kNm. (1/3) = 94,4 kNm.

    Ok,...memenuhi syarat.

  • 102 Universitas Kristen Maranatha

    Cek momen nominal :

    Asumsi satu lapis tulangan, maka :

    d = 600 mm 40 mm 10 mm 25/2 mm = 437,5 mm

    As = mm

    Dipakai 4D25 dengan As pakai = 1962,5 mm

    a = mm

    Mn = As fy 1962,5. 410. 261,3

    kNm

    261,3 kNm > 228,04 kNm,..OK

    Cek As minimum :

    As min = 437,5 = 400 mm.

    Tetapi tidak boleh kurang dari :

    mm.

    Ok,...syarat tulangan minimum terpenuhi.

    Cek rasio tulangan :

    =

    b = 1.

    0,75 b = 0,75. = 0,0196

    < 0,75 b

    OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.

    Reinforcement :

    Digunakan 4 D25 dipasang 1 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30

    mm > 25 mm

    OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.

  • 103 Universitas Kristen Maranatha

    Kondisi 3, Momen negatif dilapangan

    Mu = -112,59 kNm.

    Cek momen nominal :

    Asumsi satu lapis tulangan, maka :

    d = 600 mm 40 mm 10 mm 25/2 mm = 437,5 mm

    As = mm

    Dipakai 2D25 dengan As pakai = 981,25 mm

    a = mm

    Mn = As fy . 410.

    135,7 kNm > 112,59 kNm,...OK

    Cek As minimum :

    As min = 437,5 = 400 mm.

    Tetapi tidak boleh kurang dari :

    mm.

    Ok,...syarat tulangan minimum terpenuhi.

    Cek rasio tulangan :

    =

    b = 1.

    0,75 b = 0,75. = 0,0196

    < 0,75 b

    OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.

    Reinforcement :

    Digunakan 2 D25 dipasang 2 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30

    mm > 25 mm.

    OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.

  • 104 Universitas Kristen Maranatha

    Kondisi 4, Momen positif dilapangan

    Mu = 161,29 kNm.

    Cek momen nominal :

    Asumsi satu lapis tulangan, maka :

    d = 600 mm 40 mm 10 mm 25/2 mm = 437,5 mm

    As = mm

    Dipakai 3D25 dengan As pakai = 1471,875 mm

    a = mm

    Mn = As fy . 410.

    203,6 kNm > 161,29 kNm,...OK

    Cek As minimum :

    As min = 437,5 = 400 mm.

    Tetapi tidak boleh kurang dari :

    mm.

    Ok,...syarat tulangan minimum terpenuhi.

    Cek rasio tulangan :

    =

    b = 1.

    0,75 b = 0,75. = 0,0196

    < 0,75 b

    OK,...syarat tulangan maksimum memenuhi.

    Reinforcement :

    Digunakan 3 D25 dipasang 2 lapis dengan spasi bersih antara lapis 30

    mm > 25 mm.

    OK,...syarat spasi bersih minimum antar tulangan terpenuhi.

  • 105 Universitas Kristen Maranatha

    Kapasitas momen negatif dan positif pada setiap irisan penampang

    disepanjang bentang tidak boleh kurang dari 1/5 kali kapasitas momen maksimum

    yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.

    Kuat momen negatif-positif terbesar pada bentang = 283,21 kNm

    1/5 Kuat momen negatif-positif terbesar = 56,642 kNm

    Kuat momen negatif-positif minimum pada bentang = 112,59 kNm

    112,59 kNm > 56,642 kNm.

    Ok,...Kapasitas momen terkecil memenuhi syarat.

    Gambar 3.78 Konfigurasi Penulangan Lentur Balok

    Perencanaan Tulangan Geser Balok

    Dari hasil analisis Pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh nilai Gaya

    Geser Vu = 175,59 kN.

    Dari pembahasan sebelumnya pada sub bab 3.4.2 mengenai Perencanaan

    Tulangan Geser Balok B2, diperoleh gaya geser akibat dua kali beban gempa

    Vu = 212,8 kN. Dengan demikian tulangan geser balok B2 dipasang seperti pada

    sub bab tersebut.

  • 106 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.79 Penulangan Geser Balok

    Perencanaan Tulangan Lentur Kolom

    Dari hasil analisis Pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh gaya dalam

    berupa :

    beban aksialPu = -262,8 kN

    Momen Mu = -378,89 kNm

    Untuk mengecek hubungan momen, gaya aksial dan tulangan yang

    dipakai, digunakan program pcaColumn. Dengan menggunakan gaya aksial dan

    momen, diagram interaksi yang dihasilkan pcaColumn pada Gambar 3.81

    menunjukkan bahwa kolom C6 lantai 3 dengan dimensi kolom 400 mm x 400 mm

    cukup dipakai tulangan 12 D32 (9612 mm).

    Gambar 3.80 Konfigurasi Penulangan Lentur Kolom

  • 107 Universitas Kristen Maranatha

    Gambar 3.81 Diagram Interaksi Kolom

  • 108 Universitas Kristen Maranatha

    Persyaratan yang harus dipenuhi oleh kolom yang didesain :

    Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada komponen strktur

    tidak kurang dari :

    Gaya aksial terfaktor dari hasil analisis ETABS diperoleh Pu = 412,17

    kN

    Pu = 412,17 kN > 400 kN,..OK.

    Cek konfigurasi penulangan :

    g dibatasi tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari 0,06 sehingga,

    g =

    0,01 < < 0,06,...OK

    Perencanaan Tulangan Geser Kolom

    Dari hasil analisis Pushover (PUSH 2) pada step1 diperoleh Gaya Geser

    Vu = -206,14 kN. Dari pembahasan sebelumnya pada sub bab 3.4.2 mengenai

    Perencanaan Tulangan Geser Kolom C6 diperoleh gaya geser akibat dua kali

    beban gempa Vu = 296,2 kN. Dengan demikian tulangan geser kolom C6

    dipasang seperti pada sub bab tersebut.

    Gambar 3.82 Penulangan Geser Kolom

  • 109 Universitas Kristen Maranatha

    3.7 Pembahasan

    a. Hasil Analisis Berbasis Perpindahan

    Dari hasil analisis berbasis perpindahan setelah dilakukan pushover pada

    gedung FEMA 440 diperoleh nilai simpangan struktur pada saat terjadi pelehan

    pertama (y) = 95,8 mm dan simpangan maksimum struktur pada saat mencapai

    kondisi diambang keruntuhan (m) = 258,3 mm.

    Dari hasil analisis berbasis perpindahan setelah dilakukan pushover pada

    gedung FEMA 440 diperoleh nilai daktilitas peralihan aktual struktur () =

    2,696 dan faktor reduksi gempa aktual (R) = 4,314.

    b. Desain Elemen Struktur Akibat Sendi Plastis

    Dari hasil analisis berbasis perpindahan setelah dilakukan pushover pada

    gedung FEMA 440 diperoleh persen beda jumlah tulangan lentur yang digunakan

    dan jarak tulangan geser akibat kombinasi pembebanan dan akibat sendi plastis

    pada balok B2 dan kolom C6 seperti pada tabel-tabel berikut ini:

    Tabel 3.28 Persen Beda Tulangan Lentur Balok Akibat Kombinasi

    Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis

    Balok Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis

    Persen beda (%)

    B2

    Tul. pakai

    (D25)

    Tul. pakai

    (D25)

    Tul. pakai

    (D25)

    Tul. pakai

    (D25)

    Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah

    Tump.Kiri 4 3 6 4 33,3 25,0

    Lapangan 2 2 2 3 0,0 33,3

    Tump.Kanan 4 3 6 4 33,3 25,0

    Jumlah tulangan lentur balok yang digunakan pada tumpuan kiri atas

    Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis memberi perbedaan sebesar 33,3%

    sedangkan untuk tumpuan bawah memberi perbedaan sebesar 25,0%. Untuk

    tulangan lapangan atas memberi perbedaan sebesar 0% dan Untuk tulangan

    lapangan bawah memberi perbedaan sebesar 33,3% . Untuk tumpuan kanan atas

    jumlah tulangan lentur balok yang digunakan memberi perbedaan sebesar 33,3%

    sedangkan untuk tumpuan bawah memberi perbedaan sebesar 33,3%.

  • 110 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.29 Persen Beda Tulangan Lentur Kolom Akibat Kombinasi

    Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis

    Kolom Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis Persen

    beda (%) Tul. pakai Tul. pakai (D32)

    C6 12 12 0,0

    Jumlah tulangan lentur kolom yang digunakan Akibat Kombinasi dan Akibat

    Sendi Plastis memberi perbedaan sebesar 0,0%.

    Dari hasil analisis pushover diperoleh persen beda jarak tulangan geser

    yang digunakan Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis. Persen beda dijelaskan

    seperti pada tabel-tabel berikut ini:

    Tabel 3.30 Persen Beda Jarak Tulangan Geser Balok Akibat

    Kombinasi Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis

    Balok Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis Persen

    beda (%) B2 Jarak tul.geser Jarak tul.geser

    Tumpuan D10-80 mm D10-80 mm 0,0

    Lapangan D10-150 mm D10-150 mm 0,0

    Jarak tulangan geser Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis ditumpuan

    dan lapangan pada balok memberi perbedaan sebesar 0,0%.

    Tabel 3.31 Persen Beda Jarak Tulangan Geser Kolom Akibat

    Kombinasi Pembebanan dan Akibat Sendi Plastis

    Kolom Akibat Kombinasi Akibat Sendi Plastis Persen

    beda (%) C6 Jarak tul.geser Jarak tul.geser

    Tumpuan D10-100 mm D10-100 mm 0,0

    Lapangan D10-150 mm D10-150 mm 0,0

    Jarak tulangan geser Akibat Kombinasi dan Akibat Sendi Plastis ditumpuan

    dan lapangan pada kolom memberi perbedaan sebesar 0,0%.

  • 111 Universitas Kristen Maranatha

    c. Persen Peningkatan

    Dari hasil analisis pushover diperoleh kinerja gedung FEMA 440

    berdasarkan Klasifikasi Tingkat Keamanan [ATC, 1996] dan Ploting Pada Kurva

    Kapasitas (Gambar 3.70) berada pada level Immediate Occupancy. Gedung SNI-

    1726-2002 yang digunakan sebagai pembanding dalam hal untuk mencapai

    kinerja struktur pada level Immediate Occupancy membutuhkan peningkatan gaya

    geser, peningkatan jumlah tulangan lentur dan pengurangan jarak tulangan geser

    seperti dijelaskan pada tabel-tabel berikut ini:

    Dari hasil analisis diperoleh persen peningkatan gaya geser dasar gedung

    SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level Immediate Occupancy

    seperti pada tabel 3.32 berikut:

    Tabel 3.32 Persen Peningkatan Gaya Geser Dasar Gedung SNI-1726-2002

    Arah SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen beda (%)

    Vx (kg) 59273,44 469815,0477 87,4

    Vy(kg) 59273,44 491996,3043 88,0

    Nilai gaya geser dasar nominal Vx untuk gedung SNI-1726-2002 dan

    gedung FEMA 440 memberi peningkatan sebesar 87,4% sedangkan untuk Vy

    memberi peningkatan sebesar 88,0%.

    Dari hasil analisis diperoleh persen peningkatan jumlah tulangan lentur

    balok B2 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level

    Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.33 berikut:

  • 112 Universitas Kristen Maranatha

    Tabel 3.33 Persen Peningkatan Jumlah Tulangan Lentur Balok

    Gedung SNI-1726-2002

    Balok SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen

    Peningkatan

    (%) B2

    Tul. pakai

    (D25)

    Tul. pakai

    (D25)

    Tul. pakai

    (D25)

    Tul. pakai

    (D25)

    Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah

    Tump.Kiri 2 2 4 3 50 33,3

    Lapangan 2 2 2 2 0,0 0,0

    Tump.Kanan 2 2 4 3 50 33,3

    Jumlah tulangan lentur balok yang digunakan pada tumpuan kiri atas SNI-

    1726-2002 dan FEMA 440 memberi peningkatan sebesar 50% sedangkan untuk

    tumpuan bawah memberi peningkatan sebesar 33,3% dan di lapangan (atas dan

    bawah) memberi peningkatan sebesar 0%. Untuk tumpuan kanan atas jumlah

    tulangan lentur balok yang digunakan memberi peningkatan sebesar 50%

    sedangkan untuk tumpuan bawah memberi peningkatan sebesar 33,3%.

    Dari hasil analisis diperoleh persen peningkatan jumlah tulangan lentur

    kolom C6 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level

    Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.34 berikut:

    Tabel 3.34 Persen Peningkatan Jumlah Tulangan Lentur Kolom

    Gedung SNI-1726-2002

    Kolom

    SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen Peningkatan

    (%) Tul. pakai Tul. pakai (D32)

    C6 4 12 66,7

    Jumlah tulangan lentur kolom yang digunakan SNI-1726-2002 dan FEMA

    440 memberi peningkatan sebesar 66,7%.

  • 113 Universitas Kristen Maranatha

    Dari hasil analisis diperoleh persen pengurangan jarak tulangan geser

    balok B2 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level

    Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.35 berikut:

    Tabel 3.35 Persen Pengurangan Jarak Tulangan Geser Balok

    Gedung SNI-1726-2002

    Balok SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen Pengurangan

    (%) B2 Jarak tul.geser Jarak tul.geser

    Tumpuan D10-100 mm D10-80 mm 20

    Lapangan D10-200 mm D10-150 mm 25

    Jarak tulangan geser balok gedung SNI-1726-2002 dan FEMA 440

    ditumpuan memberi pengurangan sebesar 20% sedangkan dilapangan memberi

    pengurangan sebesar 25%.

    Dari hasil analisis diperoleh persen pengurangan jarak tulangan geser

    kolom C6 gedung SNI-1726-2002 untuk mencapai kinerja struktur pada level

    Immediate Occupancy seperti pada tabel 3.36 berikut:

    Tabel 3.36 Persen Pengurangan Jarak Tulangan Geser Kolom

    Gedung SNI-1726-2002

    Kolom SNI-1726-2002 FEMA 440 Persen Pengurangan

    (%) C6 Jarak tul.geser Jarak tul.geser

    Tumpuan D10-150 mm D10-100 mm 33,3

    Lapangan D10-250 mm D10-150 mm 40

    Jarak tulangan geser kolom gedung SNI-1726-2002 dan FEMA 440

    ditumpuan memberi pengurangan sebesar 33,3% sedangkan dilapangan memberi

    pengurangan sebesar 40%.