07130100-siswanti

30
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1. Definisi Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator makro yang digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembangunan. Sebelum pembahasan tentang PDRB, terlebih dahulu dijelaskan tentang produk domestik dan produk regional. Produk domestik adalah semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, merupakan Produk Domestikdaerah bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan “Pendapatan Domestik”. 1 Produk Regional adalah Produk Domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan keluar daerah/negeri tersebut. Akan tetapi untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang mengalir keluar dan masuk ke suatu daerah (yang secara nasional dapat diperoleh dari neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sulit saat ini, hingga Produk Regional ini belum dapat dihitung. Untuk sementara dalam 1 BPS, Matrikulasi PDRB . (http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2, diakses 01 Februari 2011)

description

Skripsi S1 Teknik Informatik

Transcript of 07130100-siswanti

Page 1: 07130100-siswanti

 

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Definisi Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu

indikator makro yang digunakan untuk mengukur keberhasilan proses

pembangunan. Sebelum pembahasan tentang PDRB, terlebih dahulu

dijelaskan tentang produk domestik dan produk regional.

Produk domestik adalah semua barang dan jasa sebagai hasil dari

kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa

memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh

penduduk daerah tersebut, merupakan “Produk Domestik” daerah

bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan

produksi tersebut merupakan “Pendapatan Domestik”.1

Produk Regional adalah Produk Domestik ditambah dengan

pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan

pendapatan yang dibayarkan keluar daerah/negeri tersebut. Akan tetapi

untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang mengalir

keluar dan masuk ke suatu daerah (yang secara nasional dapat diperoleh

dari neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sulit saat ini, hingga

Produk Regional ini belum dapat dihitung. Untuk sementara dalam

1 BPS, Matrikulasi PDRB . (http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2, diakses

01 Februari 2011)

Page 2: 07130100-siswanti

 

16

perhitungan ini Produk Regional dianggap sama dengan “Produk

Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor”.2

Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah

(termasuk juga dari dan ke luar negeri) yang pada umumnya berupa

upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara

Produk Domestik dan Produk Regional. Bila Pendapatan Regional ini

dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di region tersebut, maka

dihasilkan Pendapatan Per Kapita.3

Menurut Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto (PDRB)

merupakan penjumlahan nilai output bersih (barang dan jasa akhir) yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu

(Propinsi dan Kabupaten/Kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu

(satu tahun kalender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan

pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa.

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui peranan

dan potensi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu.

PDRB merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai

tambah yang tercipta akibat proses produksi baik barang ataupun jasa di

suatu wilayah/region pada satu periode tertentu, biasanya setahun atau

triwulan tanpa memperhatikan asal/domisili pelaku produksinya PDRB

merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan

2 Ibid.

3 Ibid.

Page 3: 07130100-siswanti

 

17

untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian di suatu

daerah.4

Berikut digambarkan tingkat perkembangan PDRB Propinsi Jawa

Timur tahun 2005-2009:

Gambar 2.1 Diagram Batang Total PDRB

Jawa Timur Tahun 2005-2009

Sumber: BPS Jatim 2009

2. Konsep Penghitungan PDRB

Untuk mempermudah penghitungan pendapatan nasional terdapat

tiga pendekatan (approanch) yang dapat digunakan, pendekatan tersebut

adalah:

1. Pendekatan Produksi/Supply

2. Pendekatan Pendapatan/ Ekspenditure

3. Pendekatan Pengeluaran/Income5

4 Bps. Produk Domestik Regional Bruto. 2008

0

50000000

100000000

150000000

200000000

250000000

300000000

350000000

1 2 3 4 5

Page 4: 07130100-siswanti

 

18

Adapun pendekatan-pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendekatan Produksi/Supply

Dalam menghitung/mengatur pendapatan dengan menggunakan

pendekatan produksi harus berdasarkan atas jumlah nilai dan hasil

produksi yang berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

masyarakat atau Negara pada periode waktu tertentu.6

Rumusnya adalah:

PDRB = NTB sektor 1 + NTB Sektor 2 +…… + NTB Sektor 9.

2. Pendekatan Pendapatan/Income

Dalam penghitungan pendapatan dengan menggunakan pendekatan

pendapatan adalah dengan cara menjumlahkan semua pendapatan

yang diperoleh dari semua pelaku ekonomi dalam suatu Negara

pada periode waktu tertentu. Pendapatan tersebut berupa

pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan sebagainya.7

Rumusnya adalah:

PDRB = Sewa tanah + Bunga &/Deviden + Upah/Gaji +

Keuntungan.

3. Pendekatan Pengeluaran/Expenditure.

Dalam penghitungan pendapatan dengan menggunakan pendekatan

pengeluaran tersebut, yaitu dengan menjumlahkan seluruh sektor

5 Dwi Eko Waluyo. Ekonomika Makro. (Malang. UMM Press.2006), hlm. 18

6 Ibid hlm. 18

7 Ibid hlm. 19

Page 5: 07130100-siswanti

 

19

rumah tangga, sektor perusahaan (swasta), sektor pemerintah dan

sektor luar negeri dalam periode tertentu.8

Rumusnya adalah:

PDRB = C (Private + Gov) + Investment (FC) + ∆ Inv + Ex-Im

Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam

dua bentuk, yaitu :

1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran

atau pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara

menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada

tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga konsumen. Dari

perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya

melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya. Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan ini digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.9

2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul

dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud

nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang

dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi

8 Ibid hlm. 20

9 Ibid

Page 6: 07130100-siswanti

 

20

sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas

jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku ini

digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan

peranan sektor ekonomi. 10

3. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi (Peningkatan PDRB) dan

Kemiskinan

Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan

kemiskinan mengikuti hipotesis Kuznet yang mengatakan bahwa pada

awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat,

dan pada saat akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur

berkurang.11

Kuznet adalah seorang ekonom Amerika Rusia di Wharton School

dari University of Pennsylvania yang memenangkan Nobel Memorial

Prize 1971 dalam Ilmu Ekonomi untuk interpretasi empiris pertumbuhan

ekonomi yang telah menyebabkan yang baru dan memperdalam wawasan

ke dalam struktur ekonomi dan sosial serta proses pembangunan.

Hasan dan Quibria (2002) melakukan studi untuk menguji secara

empiris dampak dari pertumbuhan output menurut sektor terhadap

penurunan kemiskinan dengan menggunakan data panel dari 45 negara di

Asia Timur dan Selatan, Amerika Latin, dan Karibia, serta Afrika Sub-

10

Ibid 11

Tulus Tambunan op cit h. 89

Page 7: 07130100-siswanti

 

21

Sahara. Untuk mengukur relasi antara kemiskinan dan pertumbuhan

sektoral adalah sebagai berikut:12

LnP = a + Ln + Ln + Ln + u + R

Dimana:

P = kemiskinan (garis kemiskinan)

Y = tingkat output per kapita

u dan R = term kesalahan

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa antara

pendapatan dan data persentase jumlah penduduk yang hidup dibawah

garis kemiskinan memberi kesan yang kuat bahwa ada korelasi negatif

antara tingkat pendapatan dengan kemiskinan, semakin tinggi tingkat

pendapatan, semakin rendah kemiskinan.13

4. Pendapatan Nasional/Daerah Dalam Islam

Dalam persepektif Islam tentang pendapatan nasional yang

membedakan dengan ekonomi konvensional adalah konsep falah. Falah

adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya,

dimana komponen-komponen ruhaniah masuk kedalam pengertian falah

ini.

Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi atau ( Midhom

Al-Iqtishad) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantarkan umat

manusia kepada real welfare/falah, kesejahteraan yang sebenarnya namun

lebih sering kesejahteraan itu diwujudkan pada peningkatan GNP/PDB

12 Ibid. h. 91

13 Ibid

Page 8: 07130100-siswanti

 

22

yang tinggi yang jika dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan

pendapatan per kapita yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya maka

kapitalisme modern akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi

pendapatan per kapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok

yang menyusun kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition

(syarat perlu) dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficien condition

(syarat cukup).

Pendapatan memang hal yang penting tetapi bagaimana

distribusinya apakah hanya dinikmati segelintir orang atau masyarakat

secara merata, artinya menekankan konsep keadilan dalam proses

distribusinya. Dengan komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap

persaudaraan umat manusia dan keadilan ekonomi sosial, maka

ketidakadilan dalam hal pendapatan dan kekayaan tentu saja bertentangan

dengan semangat Islam. Ketidakadilan seperti itu hanya akan merusak

rasa persaudaraan yang hendak diciptakan Islam. Sesuai dengan firman

Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 7:

Artinya:” Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada

RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk Kota-Kota

Maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,

Page 9: 07130100-siswanti

 

23

orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya

harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara

kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa

yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr-7).

Karena itu, keadilan distributif dalam masyarakat Islam adalah

memberi jaminan tingkat hidup yang manusiawi kepada seluruh warganya

melalui pelembagaan zakat, Islam mengijinkan perbedaan pendapatan

yang sesuai dengan perbedaan nilai kontribusi atau pelayanan yang

diberikan, masing-masing orang menerima pendapatan yang sepadan

dengan nilai sosial dari pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat.

B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

1. Konsep Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (United Nation Development Programme)

pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-

pilihan bagi manusia ("a process of enlarging people's choices"). Konsep

atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup

dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari

definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan

ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya

dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari

pertumbuhan ekonominya, sejumlah premis penting dalam pembangunan

manusia diantaranya adalah :

Page 10: 07130100-siswanti

 

24

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat

perhatian.

b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. oleh

karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada

penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi

saja.

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada

upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara

optimal.

d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu :

produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk

mencapainya.

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau dikenal dengan Human

Development Indeks (HDI) adalah indikator yang digunakan untuk

mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari

hasil pembangunan ekonomi yakni derajat perkembangan manusia.14

14

Tulus TH Tambunan., Op.cit hlm, 167

Page 11: 07130100-siswanti

 

25

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu terobosan

dalam menilai pembangunan manusia. Sistem perhitungan ini

diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi bernama Amartya Sen dan

dibantu oleh Mahbub Ul Hag, sehingga sering indeks ini disebut sebagai

Indeks Sen.

Amartya Sen menegaskan bahwa, pembangunan ekonomi

seharusnya diterjemahkan sebagai suatu proses ekspansi dari kebebasan

positif yang dinikmati oleh masyarakat. Ia mengamati bahwa masalah rill

disuatu Negara dan menurunya kualitas kehidupan lebih penting daripada

rendahnya pendapatan. Sen mengintrepretasikan pembangunan sebagai

proses yang memperluas entillement dan kapabilitas untuk hidup sesuai

dengan yang dinginkan.

Entillement adalah sejumlah komoditi yang dapat diperoleh

seseorang dalam masyarakat dengan menggunakan seluruh hak dan

peluang yang di miliki. Kapabilitas diartikan sebagai mencakup apa yang

dapat maupun tidak dapat dilakukan, misalanya bebas dari kelaparan, dari

kekurangan gizi, partisipasi dalam masyarakat, bepergian menengok

teman, memperoleh tempat tinggal yang memadai, dan sebagainya.

IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang

pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup

(longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent

living). Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini menetapkan peringkat kinerja

Page 12: 07130100-siswanti

 

26

pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai

berikut :

- Tinggi : IPM lebih dari 80,0

- Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9

- Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9

- Rendah : IPM kurang dari 50,0

3. Konsep penghitungan IPM

Konsep penghitungan IPM didasarkan pada tiga bidang

pembangunan manusia yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Usia Hidup (longefity)

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar

penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat.

Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara

global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life

expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian

bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu

dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti

halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat

pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo

dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua

Page 13: 07130100-siswanti

 

27

macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-

rata anak yang masih hidup.

2. Pengetahuan (knowledge)

Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai

unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan

ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu

angka melek huruf (literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean

years school).

3. Standar Hidup Layak (decent living)

Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan

manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak

indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini.

Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional

UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted

real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan

indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup

layak diakui sebagai indikator input bukan indikator dampak, sehingga

sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM.

Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena

indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu,

dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa

selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang

pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya,

Page 14: 07130100-siswanti

 

28

memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan

indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka

GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator

input IPM lainnya.

Indeks tiga komponen IPM dapat dihitung dengan

membandingkan perbedaan antara nilai indikator dan penentu nilai

minimumnya dengan perbedaan antara penentu indikator maksimum

dan minimum, atau secara singkat dapat ditulis dengan:

Indeks { }

Dimana:

= indikator ke-i (1,2,3)

= nilai minimum

= nilai maksimum

Berdasarkan prosedur diatas, IPM dapat di hitung dengan persamaan

sebagai berikut:15

IPM = ⁄

Di mana:

= indeks harapan hidup

= indeks pendidikan

= indeks standar hidup layak

15

Mudrajat Kuncoro Op.cit , hlm. 30

Page 15: 07130100-siswanti

 

29

Kisaran antara nilai minimum dan maksimum untuk indikator

yang tercakup sebagai komponen IPM menurut standar UNDP adalah:

Harapan hidup : 25-85

Pendidikan diperoleh dari tingkat melek huruf 0-100 dan

rata-rata lama sekolah 0-15

Konsumsi perkapita yang disesuaikan : 300.000-732.720

IPM menegaskan adanya hubungan yang sangat kuat yang

langsung antara pendidikan dan kesehatan di satu pihak dan pertumbuhan

ekonomi di pihak lain. Sebab masalah yang dihadapi bukan semata-mata

pada besaran (sekian persen) tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan,

melainkan lebih pada kualitas pertumbuhan itu sendiri. Sehingga

lemahnya kondisi sumber daya manusia itulah yang menjadi akar dari

berbagai masalah yang dihadapi suatu daerah.

Indikator pendidikan dan kesehatan yang baik akan memperbaiki

kemampuan masyarakat untuk membentuk kehidupan mereka,

memperkuat fungsinya, dan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan

mereka secara langsung. Maka dari itu, melakukan investasi modal

manusia merupakan hal yang krusial bagi pertumbuhan ekonomi,

mengurangi kemiskinan, dan perlindungan lingkungan.

Tanpa mengabaikan masalah-masalah struktural lainnya,

pendidikan adalah masalah yang besar dan fundamental. Penentu suatu

Negara maju dan sejahtera adalah sikap hidup orang yang ada di tiap

Negara. Sikap hidup itu berlatar kebudayaan, namun pada intinya

Page 16: 07130100-siswanti

 

30

terbentuk oleh proses pendidikan selama bertahun-tahun. Dalam kalimat

lain, pendidikanlah yang menjadi penentu paling mendasar apakah suatu

bangsa makmur atau tidak. Ukuran keberhasilan itu bukan semata-mata

pada jumlah insinyur atau dokter, juga pada berapa medali emas yang

diraih dalam olimpiade matematika internasional, melainkan pada

terbentuknya sikap hidup positif.

Pendidikan dalam Islam juga mempunyai arti penting karena

merupakan ruh dari awal turunnya wahyu Allah, perintah pertama dalam

Islam adalah untuk membaca, membaca dalam arti lebih luas, termasuk di

dalamnya adalah meneliti, mengkaji, memahami, melakukan observasi,

melakukan proses pembelajaran dan proses pendidikan, dengan demikian

pendidikan merupakan tonggak awal dari kewahyuan, hal ini dapat

dicermati dari firman Allah surat Al-Alaq 1-5 yang berbunyi:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan

(1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah,

dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3).Yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam[1589] (4). Dia mengajar kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya(5).”(QS. Al-Alaq 1-5)

Pendidikan merupakah hal penting bagi manusia, dikatakan

penting karena pendidikan berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama

dalam mencari nilai itu sendiri. Dengan pendidikan manusia akan

mempunyai banyak keterampilan dan kepribadian. Keterampilan dan

Page 17: 07130100-siswanti

 

31

kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami manusia

untuk menjadi makhluk yang berkualitas baik fisik maupun mental.

4. Hubungan Antara IPM Dan Kemiskinan

Todaro mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan

tujuan pembangunan itu sendiri. Yang mana pembangunan manusia

memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara

dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan

kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang

berkelanjutan.

Indeks Pembangunan Manusia mempunyai pengaruh dalam

penurunan jumlah penduduk miskin. Indeks Pembangunan Manusia

memiliki indikator komposit dalam penghitungannya antara lain angka

harapan hidup, angka melek huruf, dan konsumsi per kapita. Peningkatan

pada sektor kesehatan dan pendidikan serta pendapatan per kapita

memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga semakin

tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi jumlah

penduduk miskin di daerah.

C. Kemiskinan

1. Definisi Kemiskinan

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan

penduduk yang bersangkutan untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan

hidup minimum tertentu. BPS pusat mendefinisikan kemiskinan sebagai

Page 18: 07130100-siswanti

 

32

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan.

Para ahli mempunyai pendapat yang beragam tentang kemiskinan.

Beberapa mengartikan kemiskinan dalam lingkup yang luas dengan

memasukkan dimensi-dimensi sosial dan moral. Kemudian ada pula yang

mendefinisikan kemiskinan secara lebih spesifik pada kondisi

ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan.

Menurut Edwin ada tiga pandangan mengenai kemiskinan yaitu: 16

1. Kemiskinan berarti tidak cukupnya pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan yang paling mendasar untuk menjaga keberlangsungan

kehidupan (standar of living), standar hidup ini tentunya perlu

ditetapkan secara objektif.

2. Rendahnya pendapatan harus diukur secara subjektif, yakni relatif

rendah terhadap pendapatan orang lain di dalam masyarakat.

3. Kemiskinan dihubungkan dengan usaha seseorang untuk

menghasilkan pendapatan yang memadai.

Namun yang lebih umum, kemiskinan dibagi dalam dua jenis yakni

kemiskinan mutlak/absolut (absolute poverty) dan kemiskinan relatif

(relative poverty). Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang

dihubungkan dengan garis kemiskinan poverty line, jadi seseorang

16

Jusmaliani . Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. ( Yogyakarta; Kreasi Wacana. 2005), hlm.

124.

Page 19: 07130100-siswanti

 

33

dikatakan miskin secara absolut jika pendapatan atau pengeluarannya

berada tepat atau di bawah garis kemiskinan tertentu. Tingginya garis

kemiskinan tersebut ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kondisi

objektif yang ada.

Sedangkan kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang

dihubungkan dengan tingkat pendapatan atau pengeluaran orang lain. Jadi

seseorang atau sekelompok orang dikatakan relatif miskin jika

pengeluaran atau pendapatannya lebih rendah dibanding dengan

pendapatan atau pengeluaran kelompok lain, dengan kata lain kemiskinan

relatif erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan.17

2. Indikator Kemiskinan

Standar untuk menyatakan seseorang termasuk kelompok miskin

bermacam-macam dan juga sering diperdebatkan. Kemiskinan merupakan

masalah yang multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor

ekonomi, tetapi juga sosial, budaya, dan politik. Oleh Karena itu tidaklah

mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena kemiskinan

di objektifkan dalam bentuk angka.18

Beberapa indikator atau garis kemiskinan yang sering digunakan

adalah:

1. Garis kemiskinan ukuran Bank Dunia

Bank dunia menetapkan ukuran garis kemiskinan di Indonesia

berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per

17

Mudrajad Kuncoro. op. cit. hlm. 111. 18

Jusmaliani .op.cit, hlm.126.

Page 20: 07130100-siswanti

 

34

kapita kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan per kapita nasional

termasuk dalam kategori miskin. Secara umum bank dunia

menetapkan garis kemiskinan sebesar US$ 1 per hari bagi Negara-

negara berkembang dan US$ 2 bagi negara-negara maju.19

2. Garis kemiskinan BPS pusat tahun 2009

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari

besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk

memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Untuk

kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per

hari. Sedang pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan

meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang

dan jasa. 20

Garis kemiskinan Jawa Timur pada bulan Maret 2009 sebesar

Rp. 188.317,- per kapita per bulan. Peran komoditas makanan

terhadap garis kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan

komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan

kesehatan), yaitu Rp . 138.442,- berbanding Rp . 49.874,-.21

Dengan kata lain, BPS pusat menggunakan dua macam

pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)

dan pendekatan head count index. Pendekatan yang pertama

merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode BPS,

kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk

19

Ibid, hlm. 127-128 20

Mudrajad Kuncoro. op.cit. hlm. 115. 21

BPS Jawa Timur. Kemiskinan Jawa Timur 2009.

Page 21: 07130100-siswanti

 

35

memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan head count index merupakan

ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut.

Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada

di suatu batas yang disebut batas garis kemiskinan, yang merupakan

nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non-makanan.

Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu

garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non-

makanan (non-food line).

3. Garis kemiskinan menurut UNDP

Tidak puas dengan ukuran pendapatan dalam dolar per hari

yang di gunakan Bank Dunia, UNDP berusaha mengganti ukuran

kemiskinan “pendapatan” Bank Dunia dengan ukuran kemiskinan

“manusia”. Lembaga ini selanjutnya membentuk apa yang dinamakan

Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index-HPI).22

Dengan keyakinan bahwa kemiskinan manusia harus diukur

dalam satuan hilangnya tiga hal utama, yaitu kehidupan (lebih dari

30% penduduk negara-negara kurang berkembang tidak mungkin

hidup lebih dari 40 tahun), pendidikan dasar (penduduk yang buta

huruf), serta keseluruhan ketetapan ekonomi (penduduk yang tidak

memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan, air bersih di tambah

persentase anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kekurangan berat

badan.

22

Todoro, Michael. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, ( Jakarta: Erlangga, 2000), hlm.

Page 22: 07130100-siswanti

 

36

4. Garis kemiskinan menurut Sayogyo

Garis kemiskinan lain yang dikenal adalah garis kemiskinan

Profesor Sayogyo, yang dalam studinya selama bertahun-tahun

menggunakan suatu garis kemiskinan yang di dasarkan atas harga

beras.23

Sayogyo memberikan batas garis kemiskinan untuk masyarakat

pedesaan setara dengan 20 kg beras per kapita per bulan, dan bagi

masyarakat perkotaan sama dengan 30 kg beras per kapita per bulan.

Sebelum menetapkan ukuran beras per kapita per bulan sebagaimana

disebutkan diatas, ukuran yang digunakan untuk kategori penduduk

miskin adalah pengeluaran per kapita per tahun kurang dari 320 kg

beras untuk penduduk pedesaan dan 480 kg beras untuk penduduk

perkotaan. Sedangkan pengeluaran setara atau kurang dari 180 kg

beras bagi penduduk pedesaan dan 270 kg beras untuk penduduk

perkotaan dijadikan batas bagi kelompok penduduk paling miskin.24

5. Garis kemiskinan menurut Sam F Poli

Sam F Poli seorang ahli ekonomi menyatakan bahwa batas

garis kemiskinan di Indonesia bagi masyarakat pedesaan sama dengan

27 kg ekuivalen beras per kapita per bulan dan untuk masyarakat

perkotaan sama dengan 40 kg beras per kapita per bulan. Ukuran ini

lebih tinggi dari ukuran yang diusulkan Sayogyo.25

3. Penyebab Kemiskinan

23

Mudrajad Kuncoro. op cit .hlm. 118. 24

Jusmaliani Op.cit. hlm.126. 25

Ibid. hlm. 127.

Page 23: 07130100-siswanti

 

37

Ada banyak penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan.

Kemiskinan masal yang terjadi di banyak negara yang baru saja merdeka

setelah perang dunia II memfokuskan pada keterbelakangan dari

perekonomian Negara tersebut sebagai akar masalahnya. Penduduk

Negara tersebut miskin karena menggantungkan diri pada sektor pertanian

yang subsisten, metode produksi yang tradisional, yang sering kali

dibarengi sikap apatis terhadap lingkungan.

Sharp seorang ahli ekonomi mencoba mengidentifikasi penyebab

kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro,

kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.

Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan

kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam

kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang

rendah berarti produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya

rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya

pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau

karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses

dalam modal. 26

Ketiga kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran kemiskinan

(vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan

pasar, dan rendahnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas,

26

Mudrajad Kuncoro. op.cit. hlm. 120.

Page 24: 07130100-siswanti

 

38

rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang

mereka terima, rendahnya pendapatan berimplikasi pada rendahnya

tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada

keterbelakangan dan seterusnya.

Dari data-data empiris dapat diambil kesimpulan bahwa sebab-

sebab kemiskinan dapat dibagi menjadi 2 golongan. Yang pertama,

kemiskinan yang ditimbulkan oleh faktor alamiah, yaitu kondisi

lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya

bencana alam dan lain-lain. Yang kedua, kemiskinan yang disebabkan

karena faktor non alamiah, yaitu adanya kesalahan kebijakan ekonomi,

korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber

daya alam dan lain-lain.

4. Kebijakan Mengatasi Kemiskinan

Salah satu tugas penting pemerintah dalam bidang perekonomian

adalah membebaskan masyarakat dari jerat kemiskinan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara adil. Penanggulangan masalah

kemiskinan bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang sejahtera.

Indikator kesejahteraan tersebut adalah terbebas dari kekufuran,

kemusyrikan, kelaparan, dan rasa takut. Sasaran yang ingin dicapai

tersebut mempunyai dimensi yang cukup luas. Dalam Islam

mengamanahkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk berupaya secara

aktif dalam mengatasi kemiskinan.27

27

Jusmaliani . op.cit. hlm. 129.

Page 25: 07130100-siswanti

 

39

Sedangkan menurut Lipsey (1978), secara tradisional pengentasan

kemiskinan dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut:

1. Menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang mampu

bekerja.

2. Memberikan asuransi sosial bagi pengangguran, baik yang bersifat

sementara maupun pengangguran permanen.

3. Memberikan bantuan keuangan kepada orang-orang yang temasuk

miskin, tidak mampu bekerja dan lanjut usia.

Kebijakan-kebijakan utama yang umum diambil dalam mengurangi

atau mengatasi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan adalah sebagai

berikut:

a. Mengubah distribusi pendapatan fungsional melalui kebijakan yang

ditujukan khusus untuk mengubah harga-harga faktor produksi.

b. Perbaikan distribusi pendapatan melalui redistribusi progresif

kepemilikan aset-aset.

c. Pengalihan sebagian pendapatan golongan atas ke golongan bawah

melalui pajak pendapatan dan kekayaan yang progresif.

d. Peningkatan ukuran distribusi kelompok penduduk termiskin melalui

pembayaran transfer secara langsung dan penyediaan barang dan

jasa konsumsi atas tanggungan pemerintah.

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan adanya berbagai

model mobilisasi perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan.

Yaitu: pertama, mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih

Page 26: 07130100-siswanti

 

40

belum didayagunakan dalam rumah tangga petani gurem, agar terjadi

pembentukan modal di pedesaan. Ide bahwa tenaga kerja yang masih

belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem

merupakan sumber daya yang tersembunyi dan merupakan potensi

tabungan. 28

Model yang kedua, menitikberatkan pada transfer sumber daya dari

pertanian ke industri melalui mekanisme pasar. Ide bahwa suplai tenaga

kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat

meningkatkan tabungan dan formasi modal lewat proses pasar, mulanya

tidak berkaitan sama sekali dengan mobilisasi ekonomi pedesaan.

Ketersediaan tenaga kerja semacam itu dikemukakan hanya untuk

menjelaskan bagaimana pangsa relatif upah dan laba pada sector kapitalis

(apakah disektor pertanian atau industri, di perekonomian pedesaan atau

perkotaan) dapat saja dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja di sector

subsisten, yang pada giliranya dapat mempengaruhi tabungan dan

investasi dalam perekonomian umum. Dalam konteks ini, ditekankan

bagaimana para kapitalis, seperti pemilik perkebunan di Afrika, memiliki

kepentingan langsung dalam menjaga rendahnya produktivitas para

pekerja subsisten dan menggunakan kekuasaan politiknya untuk menekan

kemajuan teknologi pada pertanian kecil.29

28

Mudrajad Kuncoro, op cit. h. 121 29 Ibid. h. 122

Page 27: 07130100-siswanti

 

41

Model ketiga, menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam

sector pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan

kemungkinan sector pertanian menjadi sector yang memimpin. Model ini

dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis teknologi atau Rural-

Led Development. Beberapa permasalahan dalam strategi pembangunan

dalam sector pemimpin pertanian didasarkan atas kemungkinan

dibukanya pertanian oleh teknologi modern. Sektor pertanian tidak hanya

sebagai sumber pasokan sumber daya (baik pangan, bahan baku, tenaga

kerja, atau tabungan), namun sebagai sektor yang mampu meningkatkan

permintaan atas produk pertanian dan nonpertanian, dan oleh karena itu

mendukung proses pertumbuhan seimbang. Proses ini akan berhasil

apabila dua syarat berikut terpenuhi, yaitu: 1. Kemampuan mencapai

tingkat output pertanian yang tinggi. 2. Proses ini juga menciptakan pola

permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan. Pada gilirannya ini

tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari sektor itu sendiri, dan melalui

investasi yang didorong.30

Pemerintah Indonesia diantaranya mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang tujuannya adalah meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan penduduk pedesaan, misalkan :

1. Ketentuan mengenai Kredit Usaha Tani (KUT), untuk memudahkan

petani mendapatkan modal untuk mengolah tanah.

30 Ibid. h. 122-123

Page 28: 07130100-siswanti

 

42

2. Ketentuan mengenai kredit perbankan (KIK atau kredit candak

kulak) tujuannya adalah memberikan kemudahan rakyat untuk

mendapatkan modal untuk usaha diluar sektor pertanian.

3. Pembebasan pajak untuk hasil pertanian.

4. Subsidi atas pupuk dan obat obatan pertanian.

5. Penetapan harga dasar gabah, untuk menjamin nilai tukar petani

(padi) tidak turun, bahkan meningkat terhadap hasil produk industri

lainnya.

6. Pola KKPA untuk sistem transmigrasi terpadu, tujuannya adalah

menjamin para transmigran mendapatkan penghasilan yang tetap

dan alat produksi.

7. dan lain lain.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun

penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan.

Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi

sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan

kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang

bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Setidaknya ada tiga program yang telah diluncurkan

pemerintah pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk

mengentaskan kemiskinan, antara lain program Bantuan Langsung Tunai

Page 29: 07130100-siswanti

 

43

(BLT), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

5. Kemiskinan Dalam Islam

Dalam pandangan Islam , para ahli fikih dan tafsir juga berbeda

pendapat tentang definisi kemiskinan. Islam biasanya menyandingkan

miskin dan fakir. Secara umum dikatakan bahwa dua kelompok tersebut

memiliki arti yang sama, yaitu orang yang hidup melarat dan

membutuhkan bantuan.

Sebagian ulama mendefinisikan fakir sebagai orang yang tidak

mempunyai apa-apa atau harta yang dimilikinya tidak mencapai separuh

dari kebutuhan diri dan keluarganya. Sedangkan orang miskin adalah

orang yang bisa memenuhi separuh atau lebih kebutuhannya, tetapi tidak

mampu memenuhi secara penuh.31

Kata faqru (kemiskinan) menurut bahasa maknanya adalah ihtiya’

(membutuhkan). Bisa dinyatakan dengan faqara wa iftaqara lawan kara

dari istighna (tidak membutuhkan atau kaya), iftaqara ilaihi maknanya

adalah ihtaja (membutuhkan). Ia adalah faqiir (orang yang membutuhkan)

yang bentuk jamaknya adalah fuqara’.32

Sedangkan kata faqiir menurut pengertian syara’ maknaya adalah

orang yang membutuhkan dan lemah keadaannya, Mujahid mengatakan

faqiir adalah orang yang tidak bisa di mintai apa-apa. Jabir bin Zaid juga

31

Ibid. hlm 127. 32

Taqyuddin An -Nabhani. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Persepektif Islam.

(Surabaya, 2002), hlm. 228

Page 30: 07130100-siswanti

 

44

mengatakan demikian. Sedangkan Ikrimah mengatakan bahwa faqiir

adalah orang yang lemah.33

Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong)

keduanya, ke- mudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya

Tuhanku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan[1118]

yang Engkau turunkan kepadaku".(QS.Al-Qashash: 24).

Dalam sistem ekonomi kapitalis, kemiskinan tersebut dianggap

sebagai sesuatu yang relatif (nisbi), dan bukannya sebutan untuk kondisi

tertentu yang bersifat tetap dan tidak berubah-ubah. Oleh Karena itu,

mereka menganggap bahwa kemiskinan adalah adanya ketidakmampuan

untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Karena kebutuhan-

kebutuhan tersebut berkembang dan terus berkembang ketika materi

sebagai alat pemuasnya mengalami perkembangan maka pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan tersebut akan mengalami perbedaan, disebabkan

berbedanya masing-masing individu dan umat.34

Sementara Islam menganggap masalah kemiskinan manusia

dengan standar yang sama, di Negara manapun serta kapanpun. Oleh

Karena itu, menurut pandangan Islam, masalah kemiskinan adalah

masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara

menyeluruh. Dan syara’ telah menetapkan kebutuhan primer tersebut

berupa tiga hal yaitu sandang, papan dan pangan.

33

Ibid. hlm. 228 34

Ibid. hlm. 228-229