07130100-siswanti
-
Upload
ahsanun-naseh-khudori -
Category
Documents
-
view
222 -
download
2
description
Transcript of 07130100-siswanti
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1. Definisi Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu
indikator makro yang digunakan untuk mengukur keberhasilan proses
pembangunan. Sebelum pembahasan tentang PDRB, terlebih dahulu
dijelaskan tentang produk domestik dan produk regional.
Produk domestik adalah semua barang dan jasa sebagai hasil dari
kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa
memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh
penduduk daerah tersebut, merupakan “Produk Domestik” daerah
bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan
produksi tersebut merupakan “Pendapatan Domestik”.1
Produk Regional adalah Produk Domestik ditambah dengan
pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan
pendapatan yang dibayarkan keluar daerah/negeri tersebut. Akan tetapi
untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang mengalir
keluar dan masuk ke suatu daerah (yang secara nasional dapat diperoleh
dari neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sulit saat ini, hingga
Produk Regional ini belum dapat dihitung. Untuk sementara dalam
1 BPS, Matrikulasi PDRB . (http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2, diakses
01 Februari 2011)
16
perhitungan ini Produk Regional dianggap sama dengan “Produk
Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor”.2
Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah
(termasuk juga dari dan ke luar negeri) yang pada umumnya berupa
upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara
Produk Domestik dan Produk Regional. Bila Pendapatan Regional ini
dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di region tersebut, maka
dihasilkan Pendapatan Per Kapita.3
Menurut Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto (PDRB)
merupakan penjumlahan nilai output bersih (barang dan jasa akhir) yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu
(Propinsi dan Kabupaten/Kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu
(satu tahun kalender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan
pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa.
PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui peranan
dan potensi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu.
PDRB merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai
tambah yang tercipta akibat proses produksi baik barang ataupun jasa di
suatu wilayah/region pada satu periode tertentu, biasanya setahun atau
triwulan tanpa memperhatikan asal/domisili pelaku produksinya PDRB
merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan
2 Ibid.
3 Ibid.
17
untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian di suatu
daerah.4
Berikut digambarkan tingkat perkembangan PDRB Propinsi Jawa
Timur tahun 2005-2009:
Gambar 2.1 Diagram Batang Total PDRB
Jawa Timur Tahun 2005-2009
Sumber: BPS Jatim 2009
2. Konsep Penghitungan PDRB
Untuk mempermudah penghitungan pendapatan nasional terdapat
tiga pendekatan (approanch) yang dapat digunakan, pendekatan tersebut
adalah:
1. Pendekatan Produksi/Supply
2. Pendekatan Pendapatan/ Ekspenditure
3. Pendekatan Pengeluaran/Income5
4 Bps. Produk Domestik Regional Bruto. 2008
0
50000000
100000000
150000000
200000000
250000000
300000000
350000000
1 2 3 4 5
18
Adapun pendekatan-pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Produksi/Supply
Dalam menghitung/mengatur pendapatan dengan menggunakan
pendekatan produksi harus berdasarkan atas jumlah nilai dan hasil
produksi yang berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat atau Negara pada periode waktu tertentu.6
Rumusnya adalah:
PDRB = NTB sektor 1 + NTB Sektor 2 +…… + NTB Sektor 9.
2. Pendekatan Pendapatan/Income
Dalam penghitungan pendapatan dengan menggunakan pendekatan
pendapatan adalah dengan cara menjumlahkan semua pendapatan
yang diperoleh dari semua pelaku ekonomi dalam suatu Negara
pada periode waktu tertentu. Pendapatan tersebut berupa
pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan sebagainya.7
Rumusnya adalah:
PDRB = Sewa tanah + Bunga &/Deviden + Upah/Gaji +
Keuntungan.
3. Pendekatan Pengeluaran/Expenditure.
Dalam penghitungan pendapatan dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran tersebut, yaitu dengan menjumlahkan seluruh sektor
5 Dwi Eko Waluyo. Ekonomika Makro. (Malang. UMM Press.2006), hlm. 18
6 Ibid hlm. 18
7 Ibid hlm. 19
19
rumah tangga, sektor perusahaan (swasta), sektor pemerintah dan
sektor luar negeri dalam periode tertentu.8
Rumusnya adalah:
PDRB = C (Private + Gov) + Investment (FC) + ∆ Inv + Ex-Im
Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam
dua bentuk, yaitu :
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran
atau pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara
menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada
tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga konsumen. Dari
perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya
melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya. Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan ini digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.9
2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul
dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud
nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang
dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi
8 Ibid hlm. 20
9 Ibid
20
sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas
jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku ini
digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan
peranan sektor ekonomi. 10
3. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi (Peningkatan PDRB) dan
Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
kemiskinan mengikuti hipotesis Kuznet yang mengatakan bahwa pada
awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat,
dan pada saat akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur
berkurang.11
Kuznet adalah seorang ekonom Amerika Rusia di Wharton School
dari University of Pennsylvania yang memenangkan Nobel Memorial
Prize 1971 dalam Ilmu Ekonomi untuk interpretasi empiris pertumbuhan
ekonomi yang telah menyebabkan yang baru dan memperdalam wawasan
ke dalam struktur ekonomi dan sosial serta proses pembangunan.
Hasan dan Quibria (2002) melakukan studi untuk menguji secara
empiris dampak dari pertumbuhan output menurut sektor terhadap
penurunan kemiskinan dengan menggunakan data panel dari 45 negara di
Asia Timur dan Selatan, Amerika Latin, dan Karibia, serta Afrika Sub-
10
Ibid 11
Tulus Tambunan op cit h. 89
21
Sahara. Untuk mengukur relasi antara kemiskinan dan pertumbuhan
sektoral adalah sebagai berikut:12
LnP = a + Ln + Ln + Ln + u + R
Dimana:
P = kemiskinan (garis kemiskinan)
Y = tingkat output per kapita
u dan R = term kesalahan
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa antara
pendapatan dan data persentase jumlah penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan memberi kesan yang kuat bahwa ada korelasi negatif
antara tingkat pendapatan dengan kemiskinan, semakin tinggi tingkat
pendapatan, semakin rendah kemiskinan.13
4. Pendapatan Nasional/Daerah Dalam Islam
Dalam persepektif Islam tentang pendapatan nasional yang
membedakan dengan ekonomi konvensional adalah konsep falah. Falah
adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya,
dimana komponen-komponen ruhaniah masuk kedalam pengertian falah
ini.
Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi atau ( Midhom
Al-Iqtishad) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantarkan umat
manusia kepada real welfare/falah, kesejahteraan yang sebenarnya namun
lebih sering kesejahteraan itu diwujudkan pada peningkatan GNP/PDB
12 Ibid. h. 91
13 Ibid
22
yang tinggi yang jika dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan
pendapatan per kapita yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya maka
kapitalisme modern akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi
pendapatan per kapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok
yang menyusun kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition
(syarat perlu) dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficien condition
(syarat cukup).
Pendapatan memang hal yang penting tetapi bagaimana
distribusinya apakah hanya dinikmati segelintir orang atau masyarakat
secara merata, artinya menekankan konsep keadilan dalam proses
distribusinya. Dengan komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap
persaudaraan umat manusia dan keadilan ekonomi sosial, maka
ketidakadilan dalam hal pendapatan dan kekayaan tentu saja bertentangan
dengan semangat Islam. Ketidakadilan seperti itu hanya akan merusak
rasa persaudaraan yang hendak diciptakan Islam. Sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 7:
Artinya:” Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk Kota-Kota
Maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
23
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr-7).
Karena itu, keadilan distributif dalam masyarakat Islam adalah
memberi jaminan tingkat hidup yang manusiawi kepada seluruh warganya
melalui pelembagaan zakat, Islam mengijinkan perbedaan pendapatan
yang sesuai dengan perbedaan nilai kontribusi atau pelayanan yang
diberikan, masing-masing orang menerima pendapatan yang sepadan
dengan nilai sosial dari pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat.
B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
1. Konsep Pembangunan Manusia
Menurut UNDP (United Nation Development Programme)
pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-
pilihan bagi manusia ("a process of enlarging people's choices"). Konsep
atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup
dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari
definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan
ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya
dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari
pertumbuhan ekonominya, sejumlah premis penting dalam pembangunan
manusia diantaranya adalah :
24
a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat
perhatian.
b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. oleh
karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada
penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi
saja.
c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya
meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada
upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara
optimal.
d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu :
produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan
pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk
mencapainya.
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau dikenal dengan Human
Development Indeks (HDI) adalah indikator yang digunakan untuk
mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari
hasil pembangunan ekonomi yakni derajat perkembangan manusia.14
14
Tulus TH Tambunan., Op.cit hlm, 167
25
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu terobosan
dalam menilai pembangunan manusia. Sistem perhitungan ini
diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi bernama Amartya Sen dan
dibantu oleh Mahbub Ul Hag, sehingga sering indeks ini disebut sebagai
Indeks Sen.
Amartya Sen menegaskan bahwa, pembangunan ekonomi
seharusnya diterjemahkan sebagai suatu proses ekspansi dari kebebasan
positif yang dinikmati oleh masyarakat. Ia mengamati bahwa masalah rill
disuatu Negara dan menurunya kualitas kehidupan lebih penting daripada
rendahnya pendapatan. Sen mengintrepretasikan pembangunan sebagai
proses yang memperluas entillement dan kapabilitas untuk hidup sesuai
dengan yang dinginkan.
Entillement adalah sejumlah komoditi yang dapat diperoleh
seseorang dalam masyarakat dengan menggunakan seluruh hak dan
peluang yang di miliki. Kapabilitas diartikan sebagai mencakup apa yang
dapat maupun tidak dapat dilakukan, misalanya bebas dari kelaparan, dari
kekurangan gizi, partisipasi dalam masyarakat, bepergian menengok
teman, memperoleh tempat tinggal yang memadai, dan sebagainya.
IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang
pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup
(longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent
living). Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini menetapkan peringkat kinerja
26
pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai
berikut :
- Tinggi : IPM lebih dari 80,0
- Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9
- Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9
- Rendah : IPM kurang dari 50,0
3. Konsep penghitungan IPM
Konsep penghitungan IPM didasarkan pada tiga bidang
pembangunan manusia yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Usia Hidup (longefity)
Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar
penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat.
Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara
global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life
expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian
bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu
dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti
halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat
pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo
dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua
27
macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-
rata anak yang masih hidup.
2. Pengetahuan (knowledge)
Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai
unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan
ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu
angka melek huruf (literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean
years school).
3. Standar Hidup Layak (decent living)
Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan
manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak
indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini.
Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional
UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted
real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan
indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup
layak diakui sebagai indikator input bukan indikator dampak, sehingga
sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM.
Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena
indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu,
dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa
selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang
pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya,
28
memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan
indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka
GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator
input IPM lainnya.
Indeks tiga komponen IPM dapat dihitung dengan
membandingkan perbedaan antara nilai indikator dan penentu nilai
minimumnya dengan perbedaan antara penentu indikator maksimum
dan minimum, atau secara singkat dapat ditulis dengan:
Indeks { }
Dimana:
= indikator ke-i (1,2,3)
= nilai minimum
= nilai maksimum
Berdasarkan prosedur diatas, IPM dapat di hitung dengan persamaan
sebagai berikut:15
IPM = ⁄
Di mana:
= indeks harapan hidup
= indeks pendidikan
= indeks standar hidup layak
15
Mudrajat Kuncoro Op.cit , hlm. 30
29
Kisaran antara nilai minimum dan maksimum untuk indikator
yang tercakup sebagai komponen IPM menurut standar UNDP adalah:
Harapan hidup : 25-85
Pendidikan diperoleh dari tingkat melek huruf 0-100 dan
rata-rata lama sekolah 0-15
Konsumsi perkapita yang disesuaikan : 300.000-732.720
IPM menegaskan adanya hubungan yang sangat kuat yang
langsung antara pendidikan dan kesehatan di satu pihak dan pertumbuhan
ekonomi di pihak lain. Sebab masalah yang dihadapi bukan semata-mata
pada besaran (sekian persen) tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan,
melainkan lebih pada kualitas pertumbuhan itu sendiri. Sehingga
lemahnya kondisi sumber daya manusia itulah yang menjadi akar dari
berbagai masalah yang dihadapi suatu daerah.
Indikator pendidikan dan kesehatan yang baik akan memperbaiki
kemampuan masyarakat untuk membentuk kehidupan mereka,
memperkuat fungsinya, dan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan
mereka secara langsung. Maka dari itu, melakukan investasi modal
manusia merupakan hal yang krusial bagi pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kemiskinan, dan perlindungan lingkungan.
Tanpa mengabaikan masalah-masalah struktural lainnya,
pendidikan adalah masalah yang besar dan fundamental. Penentu suatu
Negara maju dan sejahtera adalah sikap hidup orang yang ada di tiap
Negara. Sikap hidup itu berlatar kebudayaan, namun pada intinya
30
terbentuk oleh proses pendidikan selama bertahun-tahun. Dalam kalimat
lain, pendidikanlah yang menjadi penentu paling mendasar apakah suatu
bangsa makmur atau tidak. Ukuran keberhasilan itu bukan semata-mata
pada jumlah insinyur atau dokter, juga pada berapa medali emas yang
diraih dalam olimpiade matematika internasional, melainkan pada
terbentuknya sikap hidup positif.
Pendidikan dalam Islam juga mempunyai arti penting karena
merupakan ruh dari awal turunnya wahyu Allah, perintah pertama dalam
Islam adalah untuk membaca, membaca dalam arti lebih luas, termasuk di
dalamnya adalah meneliti, mengkaji, memahami, melakukan observasi,
melakukan proses pembelajaran dan proses pendidikan, dengan demikian
pendidikan merupakan tonggak awal dari kewahyuan, hal ini dapat
dicermati dari firman Allah surat Al-Alaq 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
(1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3).Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam[1589] (4). Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya(5).”(QS. Al-Alaq 1-5)
Pendidikan merupakah hal penting bagi manusia, dikatakan
penting karena pendidikan berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama
dalam mencari nilai itu sendiri. Dengan pendidikan manusia akan
mempunyai banyak keterampilan dan kepribadian. Keterampilan dan
31
kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami manusia
untuk menjadi makhluk yang berkualitas baik fisik maupun mental.
4. Hubungan Antara IPM Dan Kemiskinan
Todaro mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan
tujuan pembangunan itu sendiri. Yang mana pembangunan manusia
memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara
dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan
kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan.
Indeks Pembangunan Manusia mempunyai pengaruh dalam
penurunan jumlah penduduk miskin. Indeks Pembangunan Manusia
memiliki indikator komposit dalam penghitungannya antara lain angka
harapan hidup, angka melek huruf, dan konsumsi per kapita. Peningkatan
pada sektor kesehatan dan pendidikan serta pendapatan per kapita
memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga semakin
tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi jumlah
penduduk miskin di daerah.
C. Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan
penduduk yang bersangkutan untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan
hidup minimum tertentu. BPS pusat mendefinisikan kemiskinan sebagai
32
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan.
Para ahli mempunyai pendapat yang beragam tentang kemiskinan.
Beberapa mengartikan kemiskinan dalam lingkup yang luas dengan
memasukkan dimensi-dimensi sosial dan moral. Kemudian ada pula yang
mendefinisikan kemiskinan secara lebih spesifik pada kondisi
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan.
Menurut Edwin ada tiga pandangan mengenai kemiskinan yaitu: 16
1. Kemiskinan berarti tidak cukupnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan yang paling mendasar untuk menjaga keberlangsungan
kehidupan (standar of living), standar hidup ini tentunya perlu
ditetapkan secara objektif.
2. Rendahnya pendapatan harus diukur secara subjektif, yakni relatif
rendah terhadap pendapatan orang lain di dalam masyarakat.
3. Kemiskinan dihubungkan dengan usaha seseorang untuk
menghasilkan pendapatan yang memadai.
Namun yang lebih umum, kemiskinan dibagi dalam dua jenis yakni
kemiskinan mutlak/absolut (absolute poverty) dan kemiskinan relatif
(relative poverty). Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang
dihubungkan dengan garis kemiskinan poverty line, jadi seseorang
16
Jusmaliani . Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. ( Yogyakarta; Kreasi Wacana. 2005), hlm.
124.
33
dikatakan miskin secara absolut jika pendapatan atau pengeluarannya
berada tepat atau di bawah garis kemiskinan tertentu. Tingginya garis
kemiskinan tersebut ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kondisi
objektif yang ada.
Sedangkan kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang
dihubungkan dengan tingkat pendapatan atau pengeluaran orang lain. Jadi
seseorang atau sekelompok orang dikatakan relatif miskin jika
pengeluaran atau pendapatannya lebih rendah dibanding dengan
pendapatan atau pengeluaran kelompok lain, dengan kata lain kemiskinan
relatif erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan.17
2. Indikator Kemiskinan
Standar untuk menyatakan seseorang termasuk kelompok miskin
bermacam-macam dan juga sering diperdebatkan. Kemiskinan merupakan
masalah yang multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor
ekonomi, tetapi juga sosial, budaya, dan politik. Oleh Karena itu tidaklah
mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena kemiskinan
di objektifkan dalam bentuk angka.18
Beberapa indikator atau garis kemiskinan yang sering digunakan
adalah:
1. Garis kemiskinan ukuran Bank Dunia
Bank dunia menetapkan ukuran garis kemiskinan di Indonesia
berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per
17
Mudrajad Kuncoro. op. cit. hlm. 111. 18
Jusmaliani .op.cit, hlm.126.
34
kapita kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan per kapita nasional
termasuk dalam kategori miskin. Secara umum bank dunia
menetapkan garis kemiskinan sebesar US$ 1 per hari bagi Negara-
negara berkembang dan US$ 2 bagi negara-negara maju.19
2. Garis kemiskinan BPS pusat tahun 2009
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari
besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk
memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Untuk
kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per
hari. Sedang pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan
meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang
dan jasa. 20
Garis kemiskinan Jawa Timur pada bulan Maret 2009 sebesar
Rp. 188.317,- per kapita per bulan. Peran komoditas makanan
terhadap garis kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan
komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan), yaitu Rp . 138.442,- berbanding Rp . 49.874,-.21
Dengan kata lain, BPS pusat menggunakan dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)
dan pendekatan head count index. Pendekatan yang pertama
merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode BPS,
kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk
19
Ibid, hlm. 127-128 20
Mudrajad Kuncoro. op.cit. hlm. 115. 21
BPS Jawa Timur. Kemiskinan Jawa Timur 2009.
35
memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan head count index merupakan
ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut.
Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada
di suatu batas yang disebut batas garis kemiskinan, yang merupakan
nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non-makanan.
Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu
garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non-
makanan (non-food line).
3. Garis kemiskinan menurut UNDP
Tidak puas dengan ukuran pendapatan dalam dolar per hari
yang di gunakan Bank Dunia, UNDP berusaha mengganti ukuran
kemiskinan “pendapatan” Bank Dunia dengan ukuran kemiskinan
“manusia”. Lembaga ini selanjutnya membentuk apa yang dinamakan
Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index-HPI).22
Dengan keyakinan bahwa kemiskinan manusia harus diukur
dalam satuan hilangnya tiga hal utama, yaitu kehidupan (lebih dari
30% penduduk negara-negara kurang berkembang tidak mungkin
hidup lebih dari 40 tahun), pendidikan dasar (penduduk yang buta
huruf), serta keseluruhan ketetapan ekonomi (penduduk yang tidak
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan, air bersih di tambah
persentase anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kekurangan berat
badan.
22
Todoro, Michael. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, ( Jakarta: Erlangga, 2000), hlm.
36
4. Garis kemiskinan menurut Sayogyo
Garis kemiskinan lain yang dikenal adalah garis kemiskinan
Profesor Sayogyo, yang dalam studinya selama bertahun-tahun
menggunakan suatu garis kemiskinan yang di dasarkan atas harga
beras.23
Sayogyo memberikan batas garis kemiskinan untuk masyarakat
pedesaan setara dengan 20 kg beras per kapita per bulan, dan bagi
masyarakat perkotaan sama dengan 30 kg beras per kapita per bulan.
Sebelum menetapkan ukuran beras per kapita per bulan sebagaimana
disebutkan diatas, ukuran yang digunakan untuk kategori penduduk
miskin adalah pengeluaran per kapita per tahun kurang dari 320 kg
beras untuk penduduk pedesaan dan 480 kg beras untuk penduduk
perkotaan. Sedangkan pengeluaran setara atau kurang dari 180 kg
beras bagi penduduk pedesaan dan 270 kg beras untuk penduduk
perkotaan dijadikan batas bagi kelompok penduduk paling miskin.24
5. Garis kemiskinan menurut Sam F Poli
Sam F Poli seorang ahli ekonomi menyatakan bahwa batas
garis kemiskinan di Indonesia bagi masyarakat pedesaan sama dengan
27 kg ekuivalen beras per kapita per bulan dan untuk masyarakat
perkotaan sama dengan 40 kg beras per kapita per bulan. Ukuran ini
lebih tinggi dari ukuran yang diusulkan Sayogyo.25
3. Penyebab Kemiskinan
23
Mudrajad Kuncoro. op cit .hlm. 118. 24
Jusmaliani Op.cit. hlm.126. 25
Ibid. hlm. 127.
37
Ada banyak penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan.
Kemiskinan masal yang terjadi di banyak negara yang baru saja merdeka
setelah perang dunia II memfokuskan pada keterbelakangan dari
perekonomian Negara tersebut sebagai akar masalahnya. Penduduk
Negara tersebut miskin karena menggantungkan diri pada sektor pertanian
yang subsisten, metode produksi yang tradisional, yang sering kali
dibarengi sikap apatis terhadap lingkungan.
Sharp seorang ahli ekonomi mencoba mengidentifikasi penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro,
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang
rendah berarti produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya
rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya
pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses
dalam modal. 26
Ketiga kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran kemiskinan
(vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan
pasar, dan rendahnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas,
26
Mudrajad Kuncoro. op.cit. hlm. 120.
38
rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
mereka terima, rendahnya pendapatan berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada
keterbelakangan dan seterusnya.
Dari data-data empiris dapat diambil kesimpulan bahwa sebab-
sebab kemiskinan dapat dibagi menjadi 2 golongan. Yang pertama,
kemiskinan yang ditimbulkan oleh faktor alamiah, yaitu kondisi
lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya
bencana alam dan lain-lain. Yang kedua, kemiskinan yang disebabkan
karena faktor non alamiah, yaitu adanya kesalahan kebijakan ekonomi,
korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber
daya alam dan lain-lain.
4. Kebijakan Mengatasi Kemiskinan
Salah satu tugas penting pemerintah dalam bidang perekonomian
adalah membebaskan masyarakat dari jerat kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara adil. Penanggulangan masalah
kemiskinan bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang sejahtera.
Indikator kesejahteraan tersebut adalah terbebas dari kekufuran,
kemusyrikan, kelaparan, dan rasa takut. Sasaran yang ingin dicapai
tersebut mempunyai dimensi yang cukup luas. Dalam Islam
mengamanahkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk berupaya secara
aktif dalam mengatasi kemiskinan.27
27
Jusmaliani . op.cit. hlm. 129.
39
Sedangkan menurut Lipsey (1978), secara tradisional pengentasan
kemiskinan dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut:
1. Menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang mampu
bekerja.
2. Memberikan asuransi sosial bagi pengangguran, baik yang bersifat
sementara maupun pengangguran permanen.
3. Memberikan bantuan keuangan kepada orang-orang yang temasuk
miskin, tidak mampu bekerja dan lanjut usia.
Kebijakan-kebijakan utama yang umum diambil dalam mengurangi
atau mengatasi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan adalah sebagai
berikut:
a. Mengubah distribusi pendapatan fungsional melalui kebijakan yang
ditujukan khusus untuk mengubah harga-harga faktor produksi.
b. Perbaikan distribusi pendapatan melalui redistribusi progresif
kepemilikan aset-aset.
c. Pengalihan sebagian pendapatan golongan atas ke golongan bawah
melalui pajak pendapatan dan kekayaan yang progresif.
d. Peningkatan ukuran distribusi kelompok penduduk termiskin melalui
pembayaran transfer secara langsung dan penyediaan barang dan
jasa konsumsi atas tanggungan pemerintah.
Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan adanya berbagai
model mobilisasi perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan.
Yaitu: pertama, mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih
40
belum didayagunakan dalam rumah tangga petani gurem, agar terjadi
pembentukan modal di pedesaan. Ide bahwa tenaga kerja yang masih
belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem
merupakan sumber daya yang tersembunyi dan merupakan potensi
tabungan. 28
Model yang kedua, menitikberatkan pada transfer sumber daya dari
pertanian ke industri melalui mekanisme pasar. Ide bahwa suplai tenaga
kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat
meningkatkan tabungan dan formasi modal lewat proses pasar, mulanya
tidak berkaitan sama sekali dengan mobilisasi ekonomi pedesaan.
Ketersediaan tenaga kerja semacam itu dikemukakan hanya untuk
menjelaskan bagaimana pangsa relatif upah dan laba pada sector kapitalis
(apakah disektor pertanian atau industri, di perekonomian pedesaan atau
perkotaan) dapat saja dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja di sector
subsisten, yang pada giliranya dapat mempengaruhi tabungan dan
investasi dalam perekonomian umum. Dalam konteks ini, ditekankan
bagaimana para kapitalis, seperti pemilik perkebunan di Afrika, memiliki
kepentingan langsung dalam menjaga rendahnya produktivitas para
pekerja subsisten dan menggunakan kekuasaan politiknya untuk menekan
kemajuan teknologi pada pertanian kecil.29
28
Mudrajad Kuncoro, op cit. h. 121 29 Ibid. h. 122
41
Model ketiga, menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam
sector pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan
kemungkinan sector pertanian menjadi sector yang memimpin. Model ini
dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis teknologi atau Rural-
Led Development. Beberapa permasalahan dalam strategi pembangunan
dalam sector pemimpin pertanian didasarkan atas kemungkinan
dibukanya pertanian oleh teknologi modern. Sektor pertanian tidak hanya
sebagai sumber pasokan sumber daya (baik pangan, bahan baku, tenaga
kerja, atau tabungan), namun sebagai sektor yang mampu meningkatkan
permintaan atas produk pertanian dan nonpertanian, dan oleh karena itu
mendukung proses pertumbuhan seimbang. Proses ini akan berhasil
apabila dua syarat berikut terpenuhi, yaitu: 1. Kemampuan mencapai
tingkat output pertanian yang tinggi. 2. Proses ini juga menciptakan pola
permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan. Pada gilirannya ini
tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari sektor itu sendiri, dan melalui
investasi yang didorong.30
Pemerintah Indonesia diantaranya mengeluarkan kebijakan-
kebijakan yang tujuannya adalah meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan penduduk pedesaan, misalkan :
1. Ketentuan mengenai Kredit Usaha Tani (KUT), untuk memudahkan
petani mendapatkan modal untuk mengolah tanah.
30 Ibid. h. 122-123
42
2. Ketentuan mengenai kredit perbankan (KIK atau kredit candak
kulak) tujuannya adalah memberikan kemudahan rakyat untuk
mendapatkan modal untuk usaha diluar sektor pertanian.
3. Pembebasan pajak untuk hasil pertanian.
4. Subsidi atas pupuk dan obat obatan pertanian.
5. Penetapan harga dasar gabah, untuk menjamin nilai tukar petani
(padi) tidak turun, bahkan meningkat terhadap hasil produk industri
lainnya.
6. Pola KKPA untuk sistem transmigrasi terpadu, tujuannya adalah
menjamin para transmigran mendapatkan penghasilan yang tetap
dan alat produksi.
7. dan lain lain.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan
intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun
penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan.
Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.
Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi
sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan
kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang
bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Setidaknya ada tiga program yang telah diluncurkan
pemerintah pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
mengentaskan kemiskinan, antara lain program Bantuan Langsung Tunai
43
(BLT), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
5. Kemiskinan Dalam Islam
Dalam pandangan Islam , para ahli fikih dan tafsir juga berbeda
pendapat tentang definisi kemiskinan. Islam biasanya menyandingkan
miskin dan fakir. Secara umum dikatakan bahwa dua kelompok tersebut
memiliki arti yang sama, yaitu orang yang hidup melarat dan
membutuhkan bantuan.
Sebagian ulama mendefinisikan fakir sebagai orang yang tidak
mempunyai apa-apa atau harta yang dimilikinya tidak mencapai separuh
dari kebutuhan diri dan keluarganya. Sedangkan orang miskin adalah
orang yang bisa memenuhi separuh atau lebih kebutuhannya, tetapi tidak
mampu memenuhi secara penuh.31
Kata faqru (kemiskinan) menurut bahasa maknanya adalah ihtiya’
(membutuhkan). Bisa dinyatakan dengan faqara wa iftaqara lawan kara
dari istighna (tidak membutuhkan atau kaya), iftaqara ilaihi maknanya
adalah ihtaja (membutuhkan). Ia adalah faqiir (orang yang membutuhkan)
yang bentuk jamaknya adalah fuqara’.32
Sedangkan kata faqiir menurut pengertian syara’ maknaya adalah
orang yang membutuhkan dan lemah keadaannya, Mujahid mengatakan
faqiir adalah orang yang tidak bisa di mintai apa-apa. Jabir bin Zaid juga
31
Ibid. hlm 127. 32
Taqyuddin An -Nabhani. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Persepektif Islam.
(Surabaya, 2002), hlm. 228
44
mengatakan demikian. Sedangkan Ikrimah mengatakan bahwa faqiir
adalah orang yang lemah.33
Allah SWT berfirman:
Artinya: Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong)
keduanya, ke- mudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya
Tuhanku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan[1118]
yang Engkau turunkan kepadaku".(QS.Al-Qashash: 24).
Dalam sistem ekonomi kapitalis, kemiskinan tersebut dianggap
sebagai sesuatu yang relatif (nisbi), dan bukannya sebutan untuk kondisi
tertentu yang bersifat tetap dan tidak berubah-ubah. Oleh Karena itu,
mereka menganggap bahwa kemiskinan adalah adanya ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Karena kebutuhan-
kebutuhan tersebut berkembang dan terus berkembang ketika materi
sebagai alat pemuasnya mengalami perkembangan maka pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut akan mengalami perbedaan, disebabkan
berbedanya masing-masing individu dan umat.34
Sementara Islam menganggap masalah kemiskinan manusia
dengan standar yang sama, di Negara manapun serta kapanpun. Oleh
Karena itu, menurut pandangan Islam, masalah kemiskinan adalah
masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara
menyeluruh. Dan syara’ telah menetapkan kebutuhan primer tersebut
berupa tiga hal yaitu sandang, papan dan pangan.
33
Ibid. hlm. 228 34
Ibid. hlm. 228-229