07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

44
1 PANDUAN TEKNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR JAKARTA 2013 PERANAN ORANGTUA DAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Tim Penulis: 1. Prof. Dr. Udin S. Winata Putra, M.A 2. Dr. Dewi Utama Faizah 3. Drs. Agus Mulyadi. M.Pd

description

SD MARDI WALUYA

Transcript of 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

Page 1: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

1

PANDUAN TEKNIS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR

JAKARTA 2013

PERANAN ORANGTUA DAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PROSES

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Tim Penulis:

1. Prof. Dr. Udin S. Winata Putra, M.A

2. Dr. Dewi Utama Faizah

3. Drs. Agus Mulyadi. M.Pd

Page 2: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

2

Kata Pengantar

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum, bahwa Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap

mulai tahun 2013/2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalukan berbagai

upaya untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013. Dalam rangka mendukung

keberhasilan implementasi Kurikulum 2013, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

melaksanakan program pendampingan bagi sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013,

untuk itu Direktorat Pembinaan SD menyusun bahan-bahan pedampingan, yaitu:

1. Panduan Teknis Peran dan Fungsi Buku Teks Pelajaran dan Buku Guru dalam Pembelajaran.

2. Panduan Teknis Penyusunan RPP. 3. Panduan Teknis Penerapan RPP dalam Pembelajaran. 4. Panduan Teknis Penilaian di SD. 5. Panduan Teknis Program Remedial dan Pengayaan 6. Panduan Teknis Peranan Orang tua dan Masyarakat dalam Peningkatan Proses

Pembelajaran di sekolah Dasar.

Panduan-panduan tersebut disusun sebagai panduan teknis atau acuan bagi guru,

kepala sekolah, pengawas, dan pejabat dinas pendidikan serta orangtua dan masyarakat

dalam melaksanakan, mengawal, dan memfasilitasi implementasi Kurikulum 2013 di

Sekolah Dasar.

Sebagai langkah awal tentu panduan teknis ini masih perlu penyempurnaan secara

berkelanjutan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan naskah ini kami sampaikan

terima kasih. Demikian, semoga panduan-panduan tersebut dapat bermanfaat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar

Direktur Pembinaan SD

Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.

NIP. 19641228 198701 1 001

Page 3: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

3

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Tujuan Pedoman D. Pengguna Pedoman E. Cakupan Pedoman

BAB II. KEBUTUHAN KERJASAMA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH

A. Kebutuhan Orang Tua terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar

B. Kebutuhan Guru terhadap Orang Tua Peserta Didik

BAB III. BAGAIMANA WUJUD TANGGUNGJAWAB BERSAMA KELUARGA DAN MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR

A. Wujud Filosofis B. Wujud Terjalinnya Hubungan Sosial Kultural

BAB IV. BENTUK KERJASAMA ANTARA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH

A. Kerjasama dalam kegiatan Pembelajaran B. Kerjasama dalam Forum Orang Tua/Wali

BAB V. PERAN ORANG TUA DALAM PELAKSANA PENIDIDIKAN

A. Orang Tua sebagai Pengasuh B. Orang Tua sebagai Pekerja C. Orang Tua sebagai Anggota Masyarakat D. Orang Tua sebagai Pendidik

BAB VI. CONTOH-CONTOH PARTISIPASI KELUARGA DAN MASYARAKAT

A. Contoh Partisipasi Keluarga dalam Pembelajaran B. Contoh Partisipasi Masyarakat dalam Pembelajaran

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Page 4: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

4

“Untuk mendidik seorang anak seluruh kampung

turut terlibat”

Turkey Proverb

Page 5: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

5

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran Kurikulum 2013, yang di sekolah dasar dilaksanakan dengan proses

pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif dan penilaian otentik, menuntut

kerjasama yang harmonis antara orang tua dengan guru. Dalam hal ini kehadiran

orang tua sebagai ‘partner’ sekolah menjadi sebuah keharusan. Keterlibatan orang

tua, secara efektif dan proporsional, akan memberi dampak yang positif dalam

memperkuat proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar. Partisipasi

orang tua sebagai keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family)

sebagai ciri khas bangsa Indonesia akan mampu memainkan perannya dengan baik

serta turut bertanggung jawab terhadap keberadaan sekolah yang ada di

lingkungannya.

Untuk dapat berpartisipasi secara efektif, orang tua perlu memahami kebutuhan dan

program pembelajaran yang dilaksanakan sekolah. Termasuk prinsip-prinsip

pelaksanaan pembelajaran. Melalui pemahaman ini orang tua diharapkan mampu

menempatkan posisinya secara tepat dalam membantu pencapaian keberhasilan

pendidikan di sekolah. Orang tua juga diharapkan dapat memberikan informasi yang

benar berkenaan dengan kondisi anaknya, seperti minat, motivasi, sikap, dan

perilaku anak yang terjadi di lingkungan rumahnya. Informasi ini akan menjadi

masukan yang berharga bagi guru dalam mengokohkan fondasi belajar yang mereka

lakukan terhadap peserta didiknya. Pemahaman guru tentang keunikan masing-

masing peserta didik, akan sangat bermanfaat dalam merancang Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan mendukung tercapainya tujuan

pendidikan, serta tentu saja dalam pelaksanaan pembelajarannya itu sendiri.

Terjalinnya interaksi dan komunikasi antara orang tua dengan guru dalam

memperkuat proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya merupakan upaya

menyelaraskan nilai-nilai inti yang berlaku di rumah dan sekolah (value of genuine

home-school partnership). Melalui langkah ini diharapkan terbangun persepsi yang

sama antara

sekolah dan orangtua dalam mendukung proses pembelajaran yang akan diberikan.

Yang pada gilirannya kegiatan belajar anak di sekolah sesuai dengan harapannya

sebagai anak, harapan orangtua, dan harapan gurunya. Hubungan yang terjalin baik

antara orangtua dan sekolah, akan mengajak orangtua turut memahami lebih awal

Page 6: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

6

tentang kehidupan pendidikan anaknya bersekolah. Orangtua akan menemukan cara

bagaimana membantu sekolah sesuai dengan pemahaman mereka antar-orangtua

dan sekolah. Semua kemajuan-kemajuan dan kendala yang ada akan dapat

Jika kita memimpikan

pendidikan di sekolah dasar

yang berkualitas,

maka inilah saatnya.

Saat Anda sebagai Orang Tua,

Guru, dan Masyarakat

berhimpun untuk membantu

kemajuan di Sekolah Dasar

untuk terlibat secara aktif.

Page 7: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

7

dipecahkan bersama secara aktif dan efektif.

Untuk dapat membangun kerjasama yang harmonis antara orang tua dengan guru,

perlu disusun satu pedoman yang akan memberikan rambu-rambu pelaksanaan

kerjasama orang tua, masyarakat, dan sekolah dalam pelaksanaan pendidikan.

Pedoman ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam membangun kerjasama orang

tua, masyarakat, dengan sekolah, demi tercapainya tujuan pendidikan yang

sesungguhnya.

B. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Bab IV, Bagian Kedua, Pasal 7 ayat (1) Orang tua berhak

berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi

tentang perkembangan pendidikan anaknya, (2) Orang tua dari anak usia wajib

belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Amanat

yang tertuang dalam undang-undang ini menunjukkan bahwa penyelenggara

pendidikan, termasuk guru, berkewajiban untuk memberikan informasi kepada

orang tua tentang perkembangan yang telah dicapai anaknya. Hal ini juga

sekaligus, menunjukkan bahwa orang tua pun berkewajiban untuk memberikan

informasi berkenaan dengan kondisi anak kepada guru, agar guru dapat

merancang program pembelajaran yang tepat bagi perkembangan peserta

didiknya. Di samping itu, untuk memperkuat peran orang tua dalam mendidik

anak-anaknya, antar-orang tua dapat juga melakukan komunikasi, baik tentang

cara-cara efektif mendidik anak, maupun bagaimana berperanserta dalam

mendukung pendidikan anak di sekolahnya.

2. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan

Menengah,

khususnya berkenaan dengan prinsip pembelajaran, di mana (9) pembelajaran

yang digunakan pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10).

pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing

ngarso sung tulodo),

Page 8: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

8

membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11).

Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12).

pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa

Siapa yang

membantu

membuka pintu

sekolah, maka ia

telah menutup

sebuah penjara.

Page 9: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

9

saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, (13). Pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pembelajaran; dan (14). Pengakuan atas perbedaan individual dan latar

belakang budaya peserta didik. Merujuk pada kutipan terhadap prinsip

pembelajaran pada Standar Proses di atas, maka pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat serta

menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, akan sulit dilakukan tanpa

peran aktif orang tua. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan prinsip pembelajaran di

mana pembelajaran dapat berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat,

yang tentu saja menuntut partisipasi dan kontrol orang tua, karena orang tua

adalah guru pertama dan guru utama bagi anak-anaknya.

3. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, khususnya

berkenaan dengan Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian, dimana (1d) Hasil

penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan

kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan (feedback)

berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak

terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran, dan (1f). Laporan hasil

penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala sekolah/madrasah dan pihak

lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan orang

tua/wali) pada periode yang ditentukan. Berdasarkan Permendikbud di atas,

pemahaman orang tua tentang buku laporan pendidikan yang disampaikan guru,

yang memuat perkembangan yang telah dicapai anaknya sangat penting dan

strategis. Pemahaman yang benar yang dimiliki orang tua akan mendorong

orang tua untuk memberikan motivasi yang efektif kepada anaknya. Untuk dapat

memahami dengan baik, orang tua dituntut aktif membangun komunikasi dengan

guru khususnya untuk hal-hal yang tidak dipahaminya.

Page 10: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

10

4. Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum

Pembelajaran, khususnya pedoman “proses pembelajaran (1) berpusat pada

peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan

kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika,

logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam

melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang

menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Hal ini mengandung

makna bahwa upaya-upaya menciptakan kondisi yang menyenangkan dan

Satu-satunya cara untuk menyongsong seabad

kemerdekaan Indonesia adalah dengan menyiapkan

pendidikan di Sekolah Dasar secara Holistik.

Holistik secara etimologi berasal dari kata:

Holly = Suci

Healthy = Sehat

Kurikulum 2013 menyongsongnya dengan menyiapkan

Proses Pembelajaran yang holistik, memuat

Kompetensi Inti yang terkait dengan nilai-nilai

Spiritual, nilai-nilai Sosial, nilai-nilai Ketrampilan, dan

nilai-nilai Pengetahuan.

Kurikulum 2013 di SD menggunakan Tematik Terpadu

mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebuah cara belajar

yang Inovatif Konstruktif sesuai dengan tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak secara utuh.

Page 11: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

11

menantang, bermuatan nilai, etika,estetika, logika, dan kinestetika, serta

pengalaman belajar yang beragam, akan dapat dicapai jika orang tua aktif

berpartisipasi dalam aktvitas pembelajaran anaknya, khususnya di lingkungan

rumah.

C. Tujuan Pedoman

Secara umum Pedoman ini bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama orang tua

dengan sekolah dalam upaya mendukung pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Secara khusus, pedoman ini bertujuan untuk :

1. Membangun pemahaman pentingnya kerjasama antara orang tua dengan

sekolah.

2. Memberikan panduan tentang peran keluarga untuk mendukung kesuksesan

anak dalam pendidikan, baik di sekolah maupun di rumah sebagai bentuk

tanggung jawab bersama.

3. Memberikan panduan contoh partisipasi keluarga dan masyarakat dalam

mendukung keberhasilan anak dalam proses pembelajaran di sekolah

D. Pengguna Pedoman

Pengguna pedoman ini mencakup pihak-pihak sebagai berikut.

1. Guru secara individual atau kelompok guru (guru mata pelajaran, guru kelas, dan

guru pembina kegiatan ekstrakurikuler);

2. Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas);

3. Orang tua; dan

4. Tenaga kependidikan (pengawas, pustakawan sekolah, pembina pramuka).

Satu-satunya cara untuk meramalkan dan

meraih masa depan Indonesia nan Gemilang

itu adalah dengan Menciptakan Sekolah di

mana memberi anak peluang untuk

menentukan masa depan mereka sendiri.

Page 12: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

12

E. Cakupan Pedoman

Pedoman ini mencakup substansi sebagai berikut :

1. Kebutuhan kerjasama orang tua dengan sekolah

2. Wujud tanggungjawab bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat

3. Bentuk kerjasama antara orang tua dengan sekolah

4. Peran orang tua dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah

5. Pentingnya membangun semangat kebersamaan (we spirit)

6. Pemberdayaan potensi masyarakat sebagai sumber belajar

Page 13: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

13

50% kemampuan belajar aktif anak

berkembang di rumah tangga dalam periode

4 tahun pertama. Hal ini membuat orang tua

menjadi pendidik terpenting dan utama yang

akan membantu guru untuk pendidikan

anaknya di jenjang pendidikan formal di SD.

Page 14: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

14

II. KEBUTUHAN KERJASAMA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH

Kebutuhan kerjasama orang tua dengan guru, dapat dilihat dari masing-masing pihak.

Membongkar kembali persepsi inderawi

dalam poses pembelajaran adalah

sebuah wujud pemuliaan dari kehidupan

anak manusia.....

Model-model pribadi dalam dunia

pembelajaran baru bahwa

Seseorang anak belajar melalui.....

Apa yang ia lihat

Apa yang ia dengar

Apa yang ia kecap

Apa yang ia baui

Apa yang ia sentuh

Apa yang ia lakukan

Apa yang ia bayangkan

Apa yang ia intuisikan

Apa yang ia rasakan

Page 15: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

15

A. Kebutuhan orang tua terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah di

antaranya :

1. Mendapatkan informasi yang tepat tentang Kurikulum 2013 yang diterpakan di sekolah.

2. Mendapatkan informasi tentang program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, seperti agenda kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah selama 1 (satu) tahun pelajaran.

3. Mendapatkan informasi tentang kemampuan minimal yang harus dicapai anak untuk masing-masing tingkatan kelas.

4. Mendapatkan informasi tentang nama-nama guru dan petugas tenaga kependidikan lainnya yang bertugas di sekolah.

5. Mendapatkan informasi dan layanan konsultasi, pengayaan, atau kegiatan remedial bagi anak.

6. Mendapatkan informasi tentang kemajuan belajar yang dicapai anaknya. 7. Mendapatkan informasi tentang kewajiban pembiayaan dan administrasi yang

diperlukan. 8. Mendapatkan layanan pengembangan diri anak, baik dalam bentuk

konsultasi, kompetisi, maupun apresiasi, sesuai dengan minat dan bakatnya.

B. Kebutuhan guru terhadap orang tua peserta didik, diantaranya :

1. Mendapatkan informasi yang benar tentang perkembangan anak, termasuk sikap, keterampilan, minat, bakat, riwayat kesehatan, serta informasi lain yang relevan (seperti diasuh orang tua tunggal, nenek, lembaga sosial, dll).

2. Keterlibatan orang tua sesuai kebutuhan dan potensi yang dimiliki. 3. Melakukan pendampingan belajar di rumah dan melanjutkan nilai-nilai yang

diajarkan di sekolah untuk dibiasakan di rumah, atau sebaliknya. 4. Memaknai latar sosial kultural masing-masing peserta didik untuk

mengembangkan keragaman budaya Indonesia yang sangat kaya dalam melaksanakan diversifikasi pendidikan melalui pendidikan multikultural.

5. Mengembangkan proses pembelajaran yang mencirikan keragaman Indonesia dengan aneka budayanya yang unik dan menarik secara kontekstual.

Page 16: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

16

III. BAGAIMANA WUJUD TANGGUNGJAWAB BERSAMA KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT?

“Fungsi keluarga, sekolah, dan masyarakat bagaikan “tiga tungku sejarangan”, yang

Berbagai budaya yang dianut berbagai suku

yang ada di Indonesia sangat mendukung

pendidikan anak seutuhnya. Sebagai

warisan budaya nenek moyang tiada tara

yang diturun-temurunkan. Mari kita

hadirkan dan kembangkan kembali dalam

membantu mendukung program yang ada

di sekolah dasar. Sebagai latar sosial-

historis-kultural yang mencirikan kekayaan

budaya Indonesia yang tumpah ruah.

Page 17: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

17

merupakan tiga pilar budaya yang luluh dan padu menjadi satu untuk saling saling menguatkan”.

Peran serta aktif antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat membantu

perubahan perilaku anak dalam belajar untuk meraih berbagai kemajuan di sekolah.

Melibatkan orang tua, dan masyarakat secara aktif dalam berbagai kegiatan yang

ada di sekolah memiliki berbagai aspek filosofis, antara lain:

A. Wujud Filosofis

1. Saling belajar. Ilmu menjadi orang tua mesti selalu digali secara terus-menerus. Agar fungsi-fungsi dan manfaat ilmu menjadi orang tua (parenting) senantiasa dapat ditingkatkan dan dikuatkan. Dengan melibatkan peran serta aktif orang tua, sekolah, dan masyarakat maka akan terjadi proses pembelajaran antar orang tua di sekolah di mana anak-anak mereka berada. Orang tua akan semakin peduli dengan anak-anak mereka. Selalu ingin belajar bagaimana menjadi orang tua yang berpikiran terbuka, hangat, peduli, dan penuh persahabatan.

2. Memahami struktur pengetahuan yang efektif tentang ‘Parenting’. Pentingnya keberadaan orang tua dalam mendampingi proses pembelajaran di sekolah tidak diragukan lagi. Banyak kajian dan penelitian yang menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku orang tua akan terkait erat dengan reaksi-reaksi anak secara khusus dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jika anak mendapat perlakuan yang penuh perhatian dan kelembutan di rumah, maka sikap anak terhadap orang lain pun akan mencerminkan hal yang serupa. Demikian sebaliknya.

3. Pengetahuan orang tua semakin luas. Menjadi orang tua yang baik untuk mendampingi tumbuh kembang anaknya harus selalu disegarkan dalam forum pertemuan di sekolah. Berbagai hal yang dapat dibahas di forum orang tua bukan hanya terkait aktivitas anak. Namun juga aktivitas mereka sebagai orang tua agar menjadi orang tua yang memiliki nilai tambah dan panutan. Sehingga kontrol sosial dari orang tua terhadap kemajuan sekolah juga akan meningkat.

B. Wujud Terjalinnya Hubungan Sosial Kultural

Kebhinnekaan Indonesia dalam ragam ‘Sosial-Kultural’ sangat penting

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah melalui proses pembelajaran.

Oleh karena kontribusi sosial budaya dalam perkembangan mental individual

sangat mempengaruhi anak. Khususnya dalam perkembangan bahasa,

membaca, dan menulis. Proses pembelajaran yang mengakar pada sosial

kultural akan berdampak

Page 18: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

18

pada perkembangan kecakapan berpikir tinggi (Higher Order Thinking Skill-

HOTS) seperti yang diharapkan dalam perubahan kurikulum 2013.

Kehadiran orangtua, masyarakat, dan sekolah sebagai ‘Tiga Tungku Sejarangan’

akan memainkan perannya sebagai sarana -‘tools’- proses pembelajaran sosio,

historis, kultural yang akan berdampak pada persepsi, memori, dan berpikir anak.

Budaya Jawa yang kaya dengan

menerapkan nilai-nilai dengan

memberi keteladanan

(ing ngarso sung tulodo),

membangun kemauan

(ing madyo mangun karso),

dan mengembangkan

kreativitas anak dalam proses

pembelajaran ....

(tut wuri handayani)

Ki Hadjar Dewantoro

Page 19: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

19

Semua kekayaan warisan sosial kultural akan berhimpun di sekolah sebagai

kekuatan budaya yang sangat luar biasa. Aneka pengalaman anak yang datang

dari beragam rumah tangga akan bertemu di dalam kelas dan sekolah. Seperti

ajaran dan pandangan hidup yang diturunkan nenek moyang dengan pilar-pilar

kehidupan yang kaya dengan nilai-nilai spiritual, sosial, ketrampilan, dan

pengetahuan. Semua akan melebur dan berinteraksi dalam proses

pembelajaran. Keikutsertaan orang tua, masyarakat di sekolah akan mewujudkan

kerjasama yang kreatif inovatif dalam merancang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

IV. BENTUK KERJASAMA ANTARA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH

Kerjasama orang tua dengan sekolah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, di

antaranya :

A. Kerjasama dalam kegiatan Pembelajaran

1. Menjadi narasumber dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sesuai dengan spesialisasinya.

2. Terlibat dalam aktivitas bersama guru dan peserta didik sesuai kebutuhan dan keahliannya masing-masing.

3. Menghadiri undangan sekolah secara langsung bagi kepentingan anaknya. 4. Mengambil inisiatif menyelenggarakan kegiatan yang relevan dengan upaya-

upaya peningkatan kemampuan peserta didik, seperti mengadakan pameran, atau panggung kreativitas dan seni.

B. Kerjasama dalam Forum Orang tua/wali

1. Bersama orang tua lain menyelenggarakan pertemuan untuk menyegarkan pengetahuan menjadi orang tua efektif.

2. Memberikan dukungan terhadap program pendidikan di sekolah bersama orang tua peserta didik lain.

3. Menyelenggarakan kegiatan antarkeluarga (family gathering) 4. Memberi nilai tambah hubungan antarpribadi orang tua, baik berkenaan

dengan cara-cara mendidik dan membantu anak, maupun keterampilan orang tua dalam mengelola rumah tangga (memasak dengan menu sehat, perawatan kesehatan anak dan keluarga, hidup hemat, dll), sebagai cikal bakal lahirnya Komunitas Orang tua yang Berpendidikan (Mother of Universe).

Cupak Usali

(Minangkabau)

Gantang nan pepat Bungkal nan piawai

Teraju yang tak berpaling Berjenjang naik bertangga turun

Page 20: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

20

V. PERAN ORANG TUA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN

“Anak-anak harus selalu dekat dengan orang tuanya. Orang tua harus selalu dekat dengan sekolah anak-anaknya. Orang tua dan guru harus mampu berkerja sama dan bekerja erat demi kebaikan hidup anak-anak. Inilah kunci untuk membawa anak-anak Indonesia dapat berjalan mandiri menuju masa depannya”

A. Orang tua sebagai Pengasuh

Meski anak sudah memasuki pendidikan formal di SD, namun fungsi orang tua

yang bertanggung jawab dalam mendampingi aspek pisik dan emosi anak-

anaknya masih harus diutamakan. Aspek fisik terkait dengan tumbuh kembang

anak, dengan memperhatikan asupan gizi seimbang, kebersihan anak, dan

Page 21: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

21

kesehatannya. Sementara aspek emosi sosial terkait dengan tumbuh

kembangnya nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai sosial dalam menjalani

kebersamaan dengan teman, guru, dan orang lain. Dengan berkembangan

pengetahuan orang tua sebagai pengasuh dengan memperhatikan gizi,

kebersihan, kesehatan dan aspek sosial emosi anaknya, maka akan berdampak

baik pada perolehan pembelajaran di sekolah.

Seandainya saja... Saya bisa kembali membesarkan ulang anak saya!

Seandainya saja saya bisa kembali membesarkan ulang anak saya, Saya akan lebih banyak bermain dengan cat, dan mengurangi main perintah. Saya akan lebih sedikit mengoreksi, dan lebih banyak mengait-ngaitkan. Saya akan sedikit menghitung-hitung waktu, dan lebih banyak memperhatikannya. Saya akan mengurangi main selidik, dan lebih banyak memperhatikannya. Saya akan lebih sering berjalan-jalan, dan lebih sering bermain layang-layang. Saya akan mengurangi bersikap serius, dan lebih serius bermain-main dengannya. Saya akan lebih sering bermain-main di lapangan, dan lebih banyak mengamati bintang-bintang. Saya akan lebih banyak memeluk, dan lebih sedikit membentak. Saya akan tidak banyak melarang-larang, dan lebih banyak meng-iya-kan. Saya akan lebih banyak membangun harga dirinya, sebelum membangun rumah. Saya akan lebih sedikit mengajarkan cinta akan kekuatan, dan lebih banyak mengajarkan kekuatan cinta

(Full Esteem Ahead-Diane Loomans)

Setiap anak ada fatwanya.............

Nan buta penghembus lesung

Nan pekak pelepas bedil

Nan lumpuh penunggu rumah

Nan bingung untuk disuruh-suruh

Nan pendek penyeruduk

Nan tinggi jadi penggalah

Page 22: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

22

B. Orang tua sebagai Pekerja

Umumnya peserta didik sekarang berasal dari keluarga yang kedua orang tuanya

bekerja. Namun ada pula ibu berada di rumah dan hanya ayah saja yang

bekerja.

Dalam hal ini guru, maupun sekolah mesti pandai merancang mencari alternatif

cara melibatkan orang tua dalam pengalaman yang diperoleh anak dalam proses

pembelajaran di sekolah. Pihak sekolah juga memberi bantuan pemahaman

kepada orang tua yang merasa cemas, dan merasa bersalah jika terjadi sesuatu

pada anak-anaknya. Atau menginformasikan kepada orangtua yang sibuk

tersebut prinsip-prinsip pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

C. Orang tua sebagai Anggota Masyarakat

Orang tua sebagai anggota masyarakat dengan berbagai ciri latar sosial ekonomi

kultural mereka, misalnya kelompok orang tua yang muncul dari komunitas

Page 23: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

23

petani, komunitas nelayan, komunitas buruh, komunitas intelektual merupakan

modal sekolah untuk melaksanakan diversifikasi pendidikan. Sehingga

memperluas aspirasi pendidikan masyarakat. Misalnya orang tua murid dari

komunitas nelayan tentu selain memperluas wawasan kehidupan mereka

sebagai masyarakat pesisir, mereka juga membutuhkan materi pembelajaran

yang memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan fungsional anak-anak

mereka. Pembelajaran kontekstual bisa diperluas dengan pengetahuan di bidang

teknologi informasi lain terkait seperti kedirgantaraan, perkebunan, daan

sebagainya.

D. Orang tua sebagai Pendidik

Orang tua adalah pendidik utama dan pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Mereka bertangung jawab dunia akhirat terhadap nilai-nilai spiritual, nilai sosial,

ketrampilan, dan pengetahuan yang diwariskan kepada anak-anaknya.

Tegasnya, orang tua pun wajib mengetahui nilai-nilai yang diperoleh anak-

anaknya di sekolah terkait dengan nilai-nilai yang diajarkan di rumah tangga

mereka. Pengawasan orang tua untuk melakukan kontrol terhadap proses

pembelajaran yang diterima di sekolah merupakan cara terbaik dalam

memajukan pendidikan yang diperoleh secara bersama-sama. Keterikatan emosi

orang tua kepada anaknya akan berlanjut pada keterikatan emosi orang tua

kepada sekolah anaknya. Sehingga dengan mudah beban pendidikan secara

kognitif/akademik,sosial emosi, dan spiritual akan dihadapi dengan ringan dan

mudah.

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah Jika anak dibesaarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar belajar

Page 24: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

24

BAB VI. CONTOH-CONTOH PARTISIPASI KELUARGA DAN MASYARAKAT

Page 25: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

25

A. CONTOH PARTISIPASI KELUARGA DALAM PEMBELAJARAN

Keluarga dapat mendukung proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah

melalui berbagai aktivitas, antara lain;

1. Memfasilitasi menyiapkan alat peraga, media pendukung pembelajaran di kelas.

2. Mendampingi anaknya secara individu dalam melaksanakan aktifitas sekolah di rumah agar mereka disiplin, bertanggung jawab, dan ulet menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan secara tepat waktu.

3. Berpartisipasi langsung sebagai narasumber di kelas sesuai dengan profesi dan materi yang dibahas dalam proses pembelajaran. Misalnya sebagai ahli kebun, ahli masak, pendongeng, pelukis, ahli melipat kertas (origami), atau ketrampilan lain yang disukai oleh anak dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

4. Menjadi relawan (volunteers) dalam membacakan buku cerita kepada anak SD kelas 1, relawan mengurus perpustakaan, menjaga kebersihan kelas dan menghiasnya, serta bergotong royong bersama anak merindangkan sekolah dengan berbagai tanaman hijau.

5. Menjadi relawan membantu menyeberangkan anak di jalan raya bagi kehidupan sekolah di perkotaan. Bersama orang tua lainnya piket bergantian dan menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk menyebrangkan anak-anak, seperti alat stopan terbuat dari kayu. Alat stopan ini sangat bermanfaat, karena lalu lalang kendaraan di jalan raya yang sibuk. Kayu yang dibuat seperti tongkat masinis kereta api itu, di beri bertangkai panjang untuk memberi tanda kepada kendaraan untuk berhenti dan berjalan hati-hati di

Mama-Mama Pendidik yang dipimpin ibu bidan tengah berkumpul di sekolah. Mereka menerobos sekolah dengan program untuk meningkatkan proses pembelajaran. Mereka berkerjasama membantu membuat alat peraga IPA. Bukan hanya itu bersama kaum bapak mereka bersama-sama mendirikan TK-SD Satu Atap. Pendidikan terpadu erat dengan struktur sosial-kultural yang ada dari SD GMIT KIE Timor Tengah Selatan di provinsi NTT. Sebuah bentuk peran serta masyarakat yang sangat peduli akan masa depan generasi mudanya.

Page 26: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

26

lokasi penyeberangan anak sekolah.

Contoh Kerjasama Guru dan Orang tua membangun perikehidupan dalam bentuk Chart di

kelas 1 SD.

Keterampilan Anak Membersihkan Diri

Nama Anak: ..................................... Kelas : .............................................

No Kegiatan

Bulan

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

1. Anak dapat mencuci tangan dengan cara benar

2. Anak dapat melap tangan dengan handuk sampai kering

3.

Anak dapat pipis dengan cara duduk/jongkok di atas lubang wc dengan cara benar

4. Anak dapat cebok setelah pipis dengan tangan kirinya dengan cara benar

5.

Anak dapat buang air besar dengan duduk/jongkok di atas lubang wc dengan cara benar

Seorang anak dengan semangat belajar yang menyala-nyala.

Usai sekolah segera mengerjakan tugas-tugas menulis yang ia

suka..... (SD GMIT Alor).

Page 27: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

27

6. Anak dapat cebok setelah buang air besar dengan tangan kirinya dengan cara benar

7.

Anak dapat menyiram hajatnya dengan air hingga bersih

8.

Anak dapat menjaga kebersihan wc yang digunakannya untuk digunakan pengguna selanjutnya.

Depok, tanggal ................ Orangtua murid/wali Tanda tangan (Nama Jelas) Catatan: Chart ini sangat penting dilakukan antara rumah dan sekolah, dalam rangka membangun

lingkungan kesbersihan dan kesehatan sekolah.

Contoh penghargaan yang disiapkan guru kepada anak sebagai bentuk laporan kepada orang tua di rumah.

Dinyatakan sebagai

Page 28: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

28

Sumur dan sekolah bentuk kemewahan dari negeri yang miskin air. Anak-anak ke sekolah sambil membawa air di dalam dirijen plastik. Sebuah pemandangan yang sangat mengharukan. Alangkah baiknya jika orang tua bersama masyarakat turut memperhatikan sumber air untuk mudah diakses di sekolah. Seperti foto di atas. Dibuat bersama masyarakat. Karena anak adalah mata air hayat kita yang akan mengaliri bumi Indonesia.

Page 29: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

29

6. Menjadi relawan membukukan portfolio sehingga terdokumentasi dan menjadi menarik. 7. Menjadi fasilitator dalam berbagai kegiatan terkait dengan studi di luar kelas

(outing), seperti mengunjungi museum, panti asuhan, ke tempat-tempat yang terkait dengan kegiatan mini projek sesuai dengan tema yang ada.

8. Turut melakukan tinjauan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan memberi masukan untuk memperkayanya sesuai dengan potensi dan kapasitasnya.

9. Menggalang dukungan dalam berbagai perayaan hari besar dan berbagai kegiatan sekolah yang relevan.

B. CONTOH PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN

Masyarakat memiliki akses dalam membantu proses pembelajaran di sekolah

melalui berbagai aktifitas, antara lain:

1. Berbagai kantor, lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, bersedia didatangi anak-anak yang berkunjung ke lokasi tersebut sesuai dengan konteks tema yang sedang dilaksanakan di sekolah. Misalnya jika masyarakat perkotaan anak-anak dapat diajak ke tempat pemadam kebakaran, kantor pos, bank, kantor polisi, pabrik makanan, dan sebagainya. Jika masyarakat pesisir anak-anak dapat dibawa ke lokasi pelelangan ikan, pemukiman nelayan, dan naik ke kapal pencari ikan. Jika masyarakat perkebunan anak-anak dapat dibawa ke lokasi pengggilingan padi, kopi dan sebagainya. Jika masyarakat desa anak-anak dapat dibawa ke kantor kelurahan dan bertemu pak Lurah, atau diajak ke PUSKESMAS bertemu para dokter dan perawat kesehatan.

2. Memberdayakan fungsi Ibu PKK dan Posyandu dalam menguatkan peran ibu-ibu dalam membantu proses pembelajaran anaknya di rumah. Misalnya kampanye melarang menonton teve bagi anak-anak yang menayangkan sinetron orang dewasa. Mengajak Ibu PKK dan Posyandu memantau kebersihan dan kesehatan sekolah.

3. Mendekatkan komunitas tertentu yang berada di lingkungan sekolah agar

turut berpartispasi membantu berbagai kegiatan pembelajaran. Misalnya SD di Bali dengan sistem Banjar bisa membantu mengatasi proses pembelajaran di sekolah melalui bantuan kakak-kakak kelasnya sambil mereka melakukan kegiatan berkesnian dan menari. Juga sekolah yang berada di lokasi

Page 30: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

30

kompleks ABRI dapat menjalin kerjasama dengan melibatkan Pak tentara mengajarkan disiplin dalam baris berbaris. Atau jika sekolah berada di lokasi komunitas budayawan, maka dapat dijalin kerjasama dalam meningkatkan seni teater, musik tradisi seperti angklung, seruling, rebab, pencak silat, saluang sesuai dengan wilayah di mana mereka berada.

Sanggar yang ada di setiap Banjar di Bali bisa melakukan pendampingan belajar dari kakak kelas kepada adik-adiknya. Sambil belajar menari mereka juga bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah yang ada. Oleh

karena pikiran yang terbuka dan bahagia akan membangkitkan gairah belajar yang tinggi. Kemampuan memadukan pengetahuan dengan

ketrampilan berkesenian adalah kunci-kunci belajar yang menyenangkan. Oleh karena kesuksesan demi kesuksesan yang diperoleh anak selalu

melewati hati mereka yang bahagia.

Page 31: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

31

4. Masyarakat bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi untuk mengirim

mahasiswa melakukan kuliah kerja nyata di berbagai wilayah yang perlu mendapat bantuan pendampingan proses pembelajaran di SD.

****************************************** Berpasang-pasang mata menyeka air mata ketika bus yang membawa rombongan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata UGM di dua desa di Kabupaten Belu NTT itu perlahan-lahan beranjak meninggalkan kecamatan Tasifeto Barat menuju Kupang. Seorang Ibu guru bahkan berulang-ulang membujuk beberapa muridnya untuk segera kembali ke desa mereka seusai melepas kepergian ‘kaka guru’ mereka. Hari itu sekolah terpaksa diliburkan, karena bocah-bocah itu memaksa Ibu guru ‘lama’ mereka pergi ke desa Rinbesihat sekedar memupus galau orang yang akan ditinggalkan. Atau mengantarkan oleh-oleh sederhana yang mereka beli patungan dengan mengumpulkan uang jajan mereka yang tak seberapa. Mereka tak menghiraukan lelah berjalan kaki berkilo-kilo meter sebelum menumpang bus. Apalagi jika hanya sekedar hirau dengan sandal jepit atau sepatu bolong mereka yang berulang-ulang terantuk bebatuan di jalan panjang desa yang bergerigi. Terkadang menginjak kotoran sapi di padang savana setelah bersusah payah menyeberang sungai berair keruh itu. Bagi mereka pagi itu tiada agenda yang lebih penting selain bertemu ‘kaka guru’ tersayang seraya memeluknya dan mengucapkan selamat jalan. Anak-anak itu pun tak pernah tahu, kakak-kakak tercinta mereka betapa sulit memejamkan mata melepas kantuk, meski perjalanan Atambua-Kupang yang hampir 10 jam di jalanan berliku menyisir tebing dan gunung berlapis itu teramat melelahkan. Tak ada yang ingat lagi aneka ragam penyakit kulit, typhus, malaria, radang ini itu hingga ‘cantengan’ yang mereka derita selama 2 bulan hidup di pedalaman yang jauh dari fasilitas standar kesehatan. Gadis-gadis manja itu tak lagi mengeluhkan muka hitam dekil dan kuku-kuku yang terkelupas akibat berjalan kaki setiap hari berkilo-kilo meter menuju tempat-tempat pengabdian mereka. Lupa sudah perut kembung akibat teramat sering menahan buang air. Bahkan ada yang sampai hati menahan 10 hari pertama akibat tak mampu melawan rasa ‘horor’ memandang WC umum darurat ala desa tertinggal. Wajah-wajah bocah Atambua silih berganti menari-nari di pelupuk mata. Suara gaduh mereka berebut mainan, makanan dan perhatian, masih terdengar merdu di telinga. Dan wajah lugu berlumur rasa ingin tahu itu tak bisa lekang dari mata. Belum 24 jam meninggalkan

Merekam Jejak Cinta untuk Adik-Adik SD di Atambua Oleh Tatty Elmir

“Kakaaaa… kasih sa satu ‘ale-ale’ kaka..” “Aaa sa su tahu kaka bae” “Kaka kembali ke sini lagi tohh??” “Kakaaa, kalau kaka ke Jawa, sa belajar sama sapa lagi, sa tidak mau sekola, keluar saja” “Kakaaaa, apa masih mau datang lagi ke sini?” “Kakaaaa sa mau ikut kaka ke Jawa, eee bole dong kaka?”

Page 32: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

32

desa, mereka silih berganti menelepon sekedar ingin mendengar suara sang kakak. Entah telepon siapa yang mereka bajak. Satu persatu wajah itu hadir membawa awan sendu. Tak heran….bermacam ungkapan cinta dengan segenap kesentimentilannya mendadak sontak berhamburan di dunia maya. //”KKN memang melatih kita untuk berani melakukan banyak hal. Termasuk berani mencabut kuku yang bengkak karena cantengan”// Terimakasih banyak, Atambua. Terlalu banyak cerita yang bikin susah move on. Semoga bisa berjumpa lagi lain waktu ☺ //”Pagi-pagi di telpon anak-anak SDK Buitasik dari sekolah, katanya mau denger suara meskipun cuma sebentar. Aaaaaak!! :”) // “Parah. Bangun-bangun gue linglung setengah jam berusaha mencerna ini ada dimana :”// “Pngalaman KKN 2 bulan di Atambua ini akan jd slh 1 kisah pjlnan hidup yg paling berarti dan susah di move-on in. Hati saya msh ttinggal dsna// “Ak menulis ini dg air mata…. Erik!!! Henra!!! Paraaaahhhh kangennnn bgt”// ”meninggalkan sepotong hati dan jejak pengabdian”// “Desa Rinbesihat,hati saya masih tertinggal disana”// “isak tangis haru…. Mengiringi perjalan pulang kami…… Daaa rinbesi hat….. Daaa semuanya…. Sampai jumpa lagi “// “belom bs move on dr atambua, … Msh kebayang biasanya jam sgini siap2 ke sklh brg sm bocah2 desa”. Sama seperti mereka, kakak-kakak mahasiswa itu juga tak pernah tahu, bagaimana adik-adik sepeninggal mereka. Mungkin Lesu dan kawan-kawan di pagi pertama sepeninggal kakak-kakak tercinta, tak lagi hirau dengan ingus meleleh yang biasanya harus diseka dulu sebelum ketemu ee ‘kaka’. Mereka berhamburan ke balai desa begitu bangun tidur. Mereka berharap akan ada keajaiban, rombongan kakak-kakak tercinta masih ada di sana. Mereka membayangkan anak-anak muda berlimpah energi yang mereka kagumi itu masih saja tengah menjalankan ritual pagi nan heboh seperti biasa. Ada yang tengah piket bersih-bersih, memasak, mencuci piring, dan ada pula yang berebut berlarian ke kakus beratap langit di MCK umum desa. Tapi keajaiban itu rupanya tak pernah ada. Balai desa itu telah sunyi sepi tak berpenghuni. Yang ada hanya kicauan burung, desauan angin pagi yang memainkan gelayutan akar-akar beringin di halaman samping balai desa. Dan bertiup mengitari teras yang tak seberapa luas, tempat mereka biasa duduk-duduk bernyanyi, belajar dan bermain. Yang tertinggal hanya sumur batu becek yang dulu pernah mereka tebar deterjen untuk mengusili kakak-kakak mahasiswa.

Pohon beringin itu (Pic by Tatty Elmir)

Page 33: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

33

Sumur Batu di belakang balai desa Rinbesihat

(Pic by Tatty Elmir)

Tentulah kakak-kakak mahasiswa itu tak tahu, bagaimana senyap dan lesu… selesu-lesunya suasana sekolah SD-SMP sekitar Bakustulama dan Rinbesihat yang pernah mendapat perhatian mahasiswa KKN UGM tersebut. Pagi setelah keberangkatan banyak yang tak masuk sekolah tanpa kabar yang jelas. Alasan klasik tentulah sakit. Padahal tak ada badan yang sakit. Hanya malas sekolah karena kesedihan yang dalam ditinggalkan sang kakak. Kalaupun ada yang sekolah, guru-guru tak bisa mengajar, bersebab anak-anak itu masih saja pada menangis. Persis seperti yang dikabarkan kepala sekolah SDK Buitasik kepada Nabiyla Risfa Izzati, salah seorang mahasiswa yang mengabdikan diri di SDK Buitasik.

Saya ikut menyeka air mata membayangkan kepiluan hati anak-anak Atambua itu. Sudah dikira hal ini akan terjadi. Dan ini pula nasehat pertama saya kepada Dira putri saya salah

Sources : Twitter Nabiyla Risfa

Page 34: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

34

seorang di antara mahasiswa yang KKN di Atambua itu. Saya sudah menduga, duka akibat jejak cinta itu pasti akan terjadi, begitu melihat sekelompok anak-anak berwajah ceria bergelantungan ke badan Dira menyambut kami di gerbang desa di pinggir jalan raya Kefamenanu-Atambua. Suatu siang nan terik bulan puasa kemaren saya berkunjung ke sana. Menyaksikan sendiri kelekatan di antara mereka. Berulang-ulang saya menasehati. “Kalian harus mengantisipasi keadaan yang akan terjadi jika kalian pulang nanti. Janganlah pasca kehadiran kalian justru membuat mereka trauma. Karena setiap jejak cinta akan menorehkan luka”.

“Jadi kita ga boleh sayang sama mereka? Ga boleh menampakkan kepedulian? Ato mereka semua kita bawa aja ke Jakarta? atau kitanya yang ga pulang lagi? Tetap di sana biar tidak ada jejak orang yang pergi?”

“Bukan begitu sayaaang….cinta itu janganlah hilang. Jangan hanya meninggalkan jejak yang dapat tertiup debu sekilas dengan kepergian raga kalian kembali ke Jawa…. Tetaplah mengulur cinta di sana. Kan bisa lewat surat-surat yang diposkan. Atau lewat program-program sederhana yang masih bisa berjalan mendayagunakan teknologi canggih. Tetaplah bersenang-senang, mengobarkan semangat, dan mendidik mereka lewat aksara yang sarat makna. Hidupkan lagi kebiasaan korespondensi lewat pos. Selain tetap menjaga cinta, kalian sekaligus tanpa disadari juga mengajari mereka terampil menulis, sebagai modal dasar seorang calon intelektual”.

“Tapi kalau kita ada kesempatan, boleh balik ke situ lagi kan Ma?”

“Tentu boleh InsyaAllah. Tapi sebaiknya sebelum kembali ke sana pikirkan dulu, apa kira-kira yang bisa kita berikan yang paling mereka butuhkan”.

“Kapan?”

Naaaah…kapan ya? Tiba-tiba saya teringat dialog setiap mahasiswa yang akan pergi meninggalkan desa binaan. Rata-rata mereka minta didoakan kelak menjadi orang penting agar bisa berbuat banyak untuk warga desa. Padahal untuk berbuat sesuatu…tidak perlu menunggu waktu lama atau harus menjadi sesuatu, seperti menjadi presiden atau mentri ini itu dulu. Biasanya kita begitu kan?

Jika saja setiap mahasiswa yang Ber-KKN berkenan bahu membahu mengumpulkan daya untuk melakukan hal-hal yang paling penting dilakukan di desa KKN mereka. Jika cinta tak berlalu begitu saja. Jika kelekatan tidak hanya sekedar cerita pemanis citra di dunia maya, tentu mereka masih setia membangun desa walau sudah kembali ke kota. Tentang apa yang akan dibangun, tentulah mereka sudah paham betul kebutuhan masyarakat desa, setelah 2 bulan bergelimang suka dan duka di sana.

“Seberat apapun beban itu akan terasa ringan jika kita bergandeng tangan. Bukan begitu anak-anakku?”

Yuuuk kembali bersama-sama kita lakukan sesuatu, agar tak ada lagi jejak cinta yang menggores luka.

***

Page 35: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

35

Papan Sistim Siaga yang selama ini menjadi acuan bakti mahasiswa untuk membantu penyelamatan upaya meregenerasi warga desa. Pemandangan dinding yang pertama nampak ketika mahasiswa itu bangun tidur (pic by JetC Elmir).

Mahasiswa dan kepala desa bahu membahu mengupayakan lapangan bola voli/badminton.Dengan latar belakang perbukitan Belu dan savana sejauh-jauh mata memandang (Pic by Tatty Elmir)

Page 36: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

36

Kami di teras balai desa. Di teras ini pula anak-anak biasa belajar sepulang sekolah. Terkadang mereka duduk manis di lantai, tapi ada pula yang jongkok di bandul bahkan menggelantung bak ‘spiderman’ di tatakan tiang. Pemandangan yang takkan lekang dari ingatan. (Pic by JetC Elmir)

Dira, gitar dan anak-anak Atambua. Kata Dira; “Paling terharu kalo adik-adik Atambua ini nyanyi lagu-lagu nasional. Nasionalisme mereka bahkan bisa melebihi dari yang tidak tinggal di perbatasan loh :”) Pic: dok Mandira

Page 37: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

37

Belajar dengan cara bermain di alam terbentang luas dengan kurikulum ‘langit’

membuat anak-anak lebih merdeka dan kreatif

Berlatih bahasa Inggris eh bahasa Indonesia dengan “Scrabble”. Bagi bocah SD yang belum bisa berbahasa Inggris, mereka cukup menulis nama-nama

kakak mahasiswa Pic: by Tatty Elmir.

Page 38: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

38

Kehebohan 17 Agustusan, panjat pinang dan tarian massal Indang dari Sumatera Barat

(Pic by Mandira)

Page 39: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

39

Ini anak yang namanya “Lesu”.

Mascot Rinbesihat. Meski terkadang nakal, tapi Lesu tersayang mendapat tempat istimewa di hati kakak-kakak mahasiswa. Semua memberi cinta lebih kepadanya. Mungkin riwayat hidup bocah kurus dengan perut buncit inilah yang mendulang simpati. Catatan posyandu setempat menuturkan bahwa ia dulu adalah bagian dari kelompok balita dengan gizi buruk.

Lesu sekarang lebih rajin mandi, dan sikat gigi. Selama ini Lesu selalu lari ke pangkuan kakak-kakak mahasiswa kalau lagi ngambek habis dibully kawan-kawannya. Lesu yang sejak kecil ditinggal sang bunda merantau ke Kalimantan dan ayahnya yang pergi entah kemana, siang malam selalu bermain bersama kakak, bahkan kerap tertidur di pangkuan kakak-kakak mahasiswa yang kini telah menghilang. Semoga Ibu kecil yang kini mengasuh Lesu, siap mengantarkan Lesu kelak menjadi generasi yang berlimpah energi positif untuk NKRI esok yang lebih baik. Ayo Lesuuuuu kamu bisa !.

Page 40: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

40

Tulisan ini didedikasikan untuk segenap warga Rinbesihat, Bakustulama dan ananda yang kami banggakan, Mahasiswa-i UGM yang KKN di Atambua, kabupaten Belu NTT.

Terimakasih kepada para pimpinan UGM yang telah memberikan kesempatan kepada para pemimpin masa depan, untuk mengenali negerinya lebih dalam. Beruntunglah mahasiswa UGM yang hingga kini masih mempertahankan tradisi KKNnya di pedalaman. Paling tidak mereka akan lebih paham dan dapat merasakan derita masyarakat tertinggal, sehingga kelak mereka dapat menjadi pemimpin Bangsa yang lebih bijak dan sensitif. “Pastikan nak, bahwa kalian TIDAK AKAN SAMPAI HATI melakukan tindak korupsi dan segala laku pengkhianatan terhadap negeri ini”.

Masa KKN yang hanya 2 bulan ini, mudah-mudahan dapat membuat kalian lebih bersyukur, atas segala karunia Ilahi yang melimpah ruah selama ini, terutama akan keberadaan air sebagai sumber utama kehidupan. Jika kalian ikhlas, tentulah begitu banyak manfaat yang bisa dituai dan rasakan. Semua akan memperkaya pengalaman hidup dan menggenapkan hati. Tidak hanya beroleh muka hitam dekil, kaki korengan atau

kuku-kuku yang tercerabut itu

Tatty Elmir Jakarta, 1 September 2013

5. Menggalang kesepakatan bersama antarwarga masyarakat tentang jam

belajar masyarakat. Misalnya jam 6 sampai dengan jam 8 malam setiap

Kepada kalian yang setiap harinya berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk pergi ke sekolah. Selamat Hari Anak Nasional! Semoga nanti akan tiba saatnya kalian memiliki jaket tersebut sendiri (Foto dan teks dari FB Mandira di hari anak 23 Juli yang lalu) Mari kita Aamiinkan bersama-sama doa indah tersebut.

Page 41: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

41

orang tua menjaga anaknya usia SD berada di rumah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti mengaji, membaca buku, berdiskusi dengan orang tua, bermain dengan adik, mengerjakan tugas-tugas sekolah. Orang tua juga mematikan tayangan televisi yang tidak mendidik untuk ditonton oleh anak-anaknya. Terutama yang berbau sinetron remaja yang tidak pantas dikomsumsi oleh anak-anak usia SD. Kepedulian jam belajar ini pernah terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti di daerah istimewa Jogjakarta, Aceh, Padang, Manado, Bali, dan Kupang. Semua warga masyarakat yang sudah dewasa memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terpadu di desa/wilayah mereka. Jika di jam wajib belajar tersebut (seperti saat menjelang Magrib) masih terlihat ada anak yang berkeliaran bermain di luar rumah, maka warga masyarakat akan membawa mereka ke rumah orang tua anak tersebut untuk dikembalikan.

PENUTUP

“Masa depan bangsa Indonesia ditentukan rumah dan sekolah. Seorang anak akan menjadi apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tua, guru, dan

Page 42: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

42

masyarakatnya. Itu sebabnya kita harus melakukan interaksi kerjasama antara rumah dan sekolah serta masyarakat melalui cara memfungsikan peran orang tua dan peran masyarakat di dalam proses pembelajaran di sekolah melalui guru-gurunya”.

Sekolah merupakan miniatur masyarakat, harus mampu menjadi ajang kegiatan yang

mempertemukan anak dengan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena setiap peserta

didik datang dari rumah tangga dengan beragam latar sosial kultural yang unik dan khas.

Kebhinekaan Indonesia mestinya sangat disyukuri sebagai rahmat. Karena memunculkan

interaksi sosio-kultural yang memperkaya pendidikan yang dilakukan (berdiversifikasi).

Kandungan nilai-nilai kebajikan untuk membentuk individu peserta didik dengan beragam

latar sosial kultural itu akan mempercepat peserta didik dalam meraih perolehan belajar

yang memuat aspek nilai-nilai spiritual, nilai-nilai sosial, nilai-nilai ketrampilan yang

inovatif kreatif

dan nilai-nilai pengetahuan. Partisipasi dan kerjasama orang tua, masyarakat, dan

sekolah

sangat dibutuhkan dalam melepas dan mengendalikan energi anak dan bermanfaat

sebagai

modal mereka dalam proses pembelajaran itu. Sehingga masalah anak di sekolah tidak

menjadi beban masalah anak dan gurunya semata yang mesti mereka pikul sendiri,

melainkan dapat dipikul bersama dalam kerjasama yang erat antara orang tua, dan

masyarakat. Itulah esensi makna dari kerjasama orang tua, masyarakat, dan sekolah.

Dunia yang akan didiami anak-

anak kita akan berubah empat

kali lebih cepat daripada sekolah-

sekolah kita. Kita mesti

menggerakkan seluruh

komunitas sebagai lingkungan

belajarnya.

Page 43: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Kemdiknas: 2003.

Sayap Untuk Terbang

Mari kita renungi kehidupan manusia Apa yang mereka kerjakan

Dari mana saja mereka Berhentilah sejenak untuk bertanya

Bertanya mengapa Ada orang berjalan Yang lain terbang

Ada orang bergelimang harta benda

Menjalani hidup dengan jadwal hari-harinya Jalan tak menanjak, juga tak menurun Tapi mengajak mereka berputar-putar

Harapan tinggal harapan bagi yang setengah hati Dan bergerak maju bagi yang berkeras hati

Mengelak kematian

Namun kematian hadir juga Sekali lagi perlu kita bertanya

Bertanya mengapa Ada orang berjalan Yang lain terbang

Mari kita tumbuhkan sayap-sayap pembaharuan

Di semua sekolah dasar kita Agar anak-anak dibawa terbang pemikirannya

Tinggi melambung ke langit berlapis-lapis Tidak diam atau berjalan pelan kemudian diam Kuatkan sayapnya yang tumbuh di sekolah kita

Melalui kerjasama semua orang yang memiliki cinta

Inspirasi dari Steven E. Garner

Page 44: 07-Panduan Teknis Peranan Orangtua Dan Masyarakat

44

2. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun

2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, khususnya berkenaan dengan prinsip pembelajaran, Kemdikbud: 2013.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun

2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, khususnya berkenaan dengan Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian, Kemdikbud: 2013.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a

Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, Kemdikbud: 2013.

5. Gordon dryden, Jeannette Vos, The Learning Revolution: to Change the Way the

World Learns, New Zealand: The Learning Web, 1999.

6. Carolyn Warner, The Words of Extraordinary Women, New York: New Market Press, 2010.