perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web...

16
1 FORMULASI SEDIAAN MASKER WAJAH DARI TEPUNG KOLANG-KALING (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) Mariani Sulastri 1) , Haryanto Susilo 2) , Ike Yulia Wiendarlina 3) 123) Program Studi Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula yang disukai melalui penerimaan respon panelis, dan kestabilan sediaan terhadap 2 suhu yang berbeda yaitu suhu kamar (28 0 C) dan suhu 45 0 C (stabilitas dipercepat) selama 6 minggu. Dibuat 3 Formula sediaan masker wajah dengan konsentrasi tepung kolang-kaling 0%, 5%, dan 10% (F0, F1, F2). Sediaan masker kemudian dilakukan pengujian organoleptik, hedonik, dan stabilita. Hasil penelitian pengujian sediaan masker terhadap ketiga formula menggunakan aroma lemon, dengan warna yang dihasilkan bening tak berwarna (F0), coklat (F1), coklat tua (F2). Uji organoleptik pada sediaan masker wajah berdasarkan parameter aroma terjadi penurunan pada F1 di minggu ke-5 dan 6 pada suhu dipercepat. Perubahan warna terjadi pada sediaan F0 dan F1 di minggu ke-3 serta F2 di minggu ke-4 pada suhu dipercepat. Pada F1 dan F2 terjadi persen kenaikan pH sebesar 0,17%-6,25% (suhu kamar), kecenderungan pH tetap memenuhi syarat sebagai sediaan untuk topikal (4,5–6,5). Persen penurunan viskositas sebesar 0,4%- 9,76% (suhu kamar) dan 0,79% - 9,54% (suhu 45 0 C). Waktu sediaan mengering yang dihasilkan lebih lambat dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran. Kestabilan pada suhu kamar lebih baik dan hasil uji panelis lebih menyukai sediaan masker formula 1 dengan penambahan tepung kolang-kaling sebesar 5%. Kata Kunci : Masker Wajah, Tepung Kolang-Kaling, Uji Stabilita ABSTRAC The aim this research was to know what was the most formula liked by looking to the respon of the panelis accepted and stability supply of the mask beetwen 2 temperatures, room temperature (28 0 C) and 45 0 C (accelerated

Transcript of perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web...

Page 1: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

1

FORMULASI SEDIAAN MASKER WAJAH DARI TEPUNGKOLANG-KALING (Arenga pinnata (Wurmb) Merr)

Mariani Sulastri1), Haryanto Susilo2), Ike Yulia Wiendarlina3)

123) Program Studi Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula yang disukai melalui

penerimaan respon panelis, dan kestabilan sediaan terhadap 2 suhu yang berbeda yaitu suhu kamar (280C) dan suhu 450C (stabilitas dipercepat) selama 6 minggu. Dibuat 3 Formula sediaan masker wajah dengan konsentrasi tepung kolang-kaling 0%, 5%, dan 10% (F0, F1, F2). Sediaan masker kemudian dilakukan pengujian organoleptik, hedonik, dan stabilita. Hasil penelitian pengujian sediaan masker terhadap ketiga formula menggunakan aroma lemon, dengan warna yang dihasilkan bening tak berwarna (F0), coklat (F1), coklat tua (F2). Uji organoleptik pada sediaan masker wajah berdasarkan parameter aroma terjadi penurunan pada F1 di minggu ke-5 dan 6 pada suhu dipercepat. Perubahan warna terjadi pada sediaan F0 dan F1 di minggu ke-3 serta F2 di minggu ke-4 pada suhu dipercepat. Pada F1 dan F2 terjadi persen kenaikan pH sebesar 0,17%-6,25% (suhu kamar), kecenderungan pH tetap memenuhi syarat sebagai sediaan untuk topikal (4,5–6,5). Persen penurunan viskositas sebesar 0,4%-9,76% (suhu kamar) dan 0,79% - 9,54% (suhu 450C). Waktu sediaan mengering yang dihasilkan lebih lambat dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran. Kestabilan pada suhu kamar lebih baik dan hasil uji panelis lebih menyukai sediaan masker formula 1 dengan penambahan tepung kolang-kaling sebesar 5%. Kata Kunci : Masker Wajah, Tepung Kolang-Kaling, Uji Stabilita

ABSTRACThe aim this research was to know what was the most formula liked by looking to

the respon of the panelis accepted and stability supply of the mask beetwen 2 temperatures, room temperature (280C) and 450C (accelerated temperature) as long as 6th

week. The were organoleptic, hedonic, and stability. Lemon aroma was used to the formulas, for the result and the colour was colourless (F0), brown (F1), dark brown (F2). Organoleptic test mask supply was based on the aroma parameter had decreased for F1 in the 5th week and the 6th week for the accelerated temperature. The colour change happened to F0 and F1 on the 3rd week, and F2 in the 4th week for accelerated temperature, it has increased up to 0,17% - 6,25% (room temperature) for F1 and F2. pH tendency qualified as for topical supply (4,5 - 6,5). Viscocity presentage decreased about 0,4% - 9,76% (room temperature) and 0,79% - 9,54% (450C). The resulted time to dry was lower then the other product in market. Stability at the room temperature better than 450C and panelist test showed that preffered to formula 1 then others with added 5% of sugar palm flour.Keywords: Facial Mask, Sugar Palm Flour, Stability Test

PENDAHULUANKulit merupakan organ yang

menutupi seluruh tubuh manusia dan mempunyai daya proteksi terhadap pengaruh luar. Kulit sangat mendukung

penampilan seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga kesehatannya (Wirajayakusuma, 1998).

Kosmetik merupakan salah satu bagian terpenting dari penampilan

Page 2: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

2

seseorang, umumnya digunakan oleh para wanita sejak zaman dahulu, dengan berbagai sediaan diantaranya bedak, lipstik, eye shadow, pelembab, dan masker. Menurut Wasitaatmadja (1997) semua orang akan sependapat bahwa dasar kecantikan adalah kesehatan, sehat dalam arti luas adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial, sedangkan dalam arti sempit adalah sehat berarti tidak menderita suatu penyakit. Kosmetika yang digunakan untuk perawatan biasanya meliputi pembersih, pelembab, pelindung, penipisan, rias atau dekoratif, wangi-wangian, dan kosmetik medik (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai macam bentuk sediaan salah satunya yaitu masker. Masker yang ada dipasaran lebih banyak menjual produk dalam bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker dalam bentuk gel masih jarang ditemukan. Masker bentuk gel mempunyai keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, selain itu dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Harry, 1973).

Tepung kolang-kaling akan dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

masker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam kolang-kaling cukup rendah, namun pemanfaatan tepung buah ini dapat dimaksimalkan dengan adanya penambahan basis masker serta kandungan pektin yang terdapat pada kolang-kaling, sehingga dapat membantu untuk mengatasi kelembaban kulit, membantu proses peremajaan kulit dan dapat membantu proses pengelupasan atau pengangkatan sel kulit mati yang dibuat dalam sediaan masker peel off.

Pektin tumbuhan dalam dinding sel primer dan semen (perekat) antar sel. Pektin berupa campuran (dan sampai pada taraf tertentu merupakan kombinasi) araban, galaktan, dan ester metil galaktouronan dari satuan α (1→5) dan α (1→3) L- arabinofuranosa yang beberapa diantaranya terikat pada posisi bebas galaktan. Sifat pektin dan nama pektin sendiri disebabkan oleh komponen galaktouronan (Trevor, 1995). Adanya kandungan pektin didalam kolang-kaling diharapkan mampu menghaluskan kulit bagian wajah yang dibuat berupa sediaan masker.

BAHAN DAN METODEBahan Tumbuhan : Kolang-kaling (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) diperoleh dari Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.

Bahan Kimia : PVA (Polivinil Alkohol), PVP (Polivinilpirolidon), propilen glikol, metil paraben, propil paraben, etanol 96%, aquadest, pewangi, pereaksi Dragendorff, Mayer, dan Bouchardat, Magnesium, Asam Klorida (HCl) 2N, larutan gelatin 1%, Natrium Klorida (NaCl) 10%), asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat (H2SO4).

Alat-alat : Beaker glass 250ml (Pyrex®), beaker glass 100ml (Pyrex®) gelas ukur 10ml dan 50ml (Pyrex®), grinder (QJH-Z200®), oven, loyang aluminium, mortar dan penumbuk, kertas perkamen,

pipet tetes, timbangan analitik (GR-120®), ayakan mesh 100, wadah plastik (Lion Star®), spatula, sudip, pH meter, botol bening, batang pengaduk, thermometer, viskometer Brookfield (DV-I Prime®), mistar plastik, moisture balance (AND MX-50®), homogenizer (IKA RW 20 digital®), tanur dan krus.

METODEPembuatan Tepung Kolang-Kaling

Kolang-kaling direndam dalam air terlebih dahulu, ditiriskan dalam ayakan bambu. Dicuci dengan air dingin pada air mengalir sampai bersih dan kesat, lalu ditiriskan. Kolang-kaling utuh dikeringkan dalam oven selama 2 sampai 3 hari dengan suhu 60o - 70oC, setelah kering kemudian dihaluskan dengan grinder dan diayak dengan ayakan mesh 100. Tepung kolang-kaling disimpan

Page 3: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

3

dalam wadah tertutup dan diberi silica gel agar kualitas tepung tetap baik.

Skrining Fitokimia Tepung Kolang-Kaling

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang berasal dari bahan alam. Uji skrining fitokimia meliputi uji kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan triterpeniod.

Formulasi Sediaan Masker Wajah dari Tepung Kolang-Kaling

Keterangan : F0 : Tanpa Tepung Kolang-kaling (0%) F1 : Penambahan Tepung Kolang-Kaling 5% F2 : Penambahan Tepung Kolang –Kaling 10%

Pembuatan sediaan masker wajah peel off dimulai dengan cara dikembangkannya PVA (bahan A) dalam wadah dengan aquadest hangat (800C) hingga mengembang sempurna kemudian diaduk dengan kecepatan konstan menggunakan alat homogenizer 500 rpm, selanjutnya dalam tempat yang lain PVP (bahan B) dikembangkan dalam aquadest dingin hingga mengembang. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan ke dalam propilen glikol (bahan C) , aduk sampai larut. Bahan B dan C secara berturut-turut dimasukkan kedalam bahan A lalu diaduk hingga homogen dengan kecepatan konstan. Tepung kolang-kaling ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran bahan A, B dan C sambil terus diaduk, kemudian ditambahkan etanol 96% dan pewangi sedikit demi sedikit, diaduk kembali,

ditambahkan sisa aquadest yang digunakan hingga mencapai bobot sediaan masker mencapai 100 gram dan aduk kembali dengan kecepatan konstan sampai homogen dengan menggunakan alat homogenizer.

Pengujian Sifat Fisik Sediaan MaskerPengujian sifat fisik masker yang

telah dibuat meliputi pengamatan secara organoleptis, pengukuran pH dan viskositas serta waktu sediaan mengering selama 6 minggu penyimpanan pada suhu yang berbeda yaitu suhu 280-300C (suhu kamar) dan 450C.

Pengamatan OrganoleptisDilakukan dengan cara mengamati

perubahan warna, aroma dan tekstur dari sediaan masker yang telah dibuat.

Pengujian ViskositasPengujian viskositas pada sediaan

dilakukan dengan cara sebanyak ± 100 mL sediaan masker dimasukan kedalam beaker glass 100 mL lalu diukur menggunakan alat Viskometer Brookfield, kemudian diatur spindle dan kecepatan yang akan digunakan, viskositas dari masker peel off akan terbaca.

Pengujian pHUji pH dilakukan dengan

menggunakan alat pH meter. Nilai pH yg muncul dilayar dicatat. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang. Uji ini untuk mengukur derajat keasaman sediaan dengan cara pH meter di netralkan terlebih dahulu menggunakan larutan buffer, sampai alat siap untuk digunakan. Sebanyak 30 mL sediaan pada beaker glass disiapkan dan diukur dengan menggunakan alat pH meter sampai terdapat angka yang konstan pada layar.

Pengujian Waktu Sediaan MengeringPengujian waktu sediaan

mengering dilakukan dengan cara mengoleskan masker gel dari tepung kolang-kaling ± 1 g berbagai konsentrasi ke punggung tangan dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk

Page 4: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

4

mengering, dari saat mulai dioleskannya masker gel hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering. Waktu tersebut dibandingkan dengan waktu kering masker produk inovator yang beredar dipasaran yaitu sekitar 10-30 menit. Pengujian dilakukan pada awal pembuatan dan terakhir waktu penyimpanan (Vieira, 2009).

Pengujian IritasiUji iritasi dilakukan terhadap 20

orang panelis dengan teknik patch test yaitu tempel terbuka yang dilakukan dengan mengoleskan sediaan (F1 dan F2) seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan kanan sukarelawan dan punggung tangan kiri untuk basis (F0) sebagai pembanding. Gejala yang timbul diamati, umumnya iritasi akan segera ditunjukkan dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan pada kulit.

Uji Hedonik atau Uji KesukaanPanelis diharapkan untuk mengisi

kertas kuisioner yang telah disediakan, parameter yang dinilai dapat dilihat pada lampiran 3. Selang waktu untuk menggunakan sediaan masker dari formula 1 dan 2 kurang lebih 3 menit. Parameter uji hedonik yang diuji meliputi tekstur, warna, aroma serta sediaan mengering yang masing-masing akan mendapat penilaian 1: sangat tidak suka, 2 : tidak suka, 3 : cukup suka, 4 : suka, 5 : sangat suka. Penilaian panelis terhadap iritasi ditandai dengan poin 6 : terjadi irtasi (terasa panas, gatal dan kulit kemerahan) dan 7: tidak terjadi iritasi.

HASIL DAN PEMBAHASANTepung Kolang-Kaling

Kolang-kaling basah yang digunakan sebanyak 12850 gram, menghasilkan tepung kolang-kaling seberat 470 gram. Rendemen tepung yang diperoleh adalah 3,6%. Karakteristik dari tepung kolang-kaling yaitu memiliki warna krem kecoklatan, baunya khas. Kadar air yang dihasilkan yaitu 11,75% dan kadar abu yang dihasilkan yaitu 1,6710%.

Skrining Fitokimia Tepung Kolang-Kaling

Uji skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya metabolit sekunder pada tanaman yang digunakan. Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang negatif pada semua pengujian karena tepung kolang-kaling termasuk kedalam golongan metabolit primer.

Uji fitokimia tepung kolang-kaling ini dilakukan secara kualitatif dan menunjukan hasil yang negatif bahwa kolang-kaling tidak mengandung flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, dan triterpenoid, hal ini dikarenakan tepung kolang-kaling termasuk kedalam golongan karbohidrat, serat dan protein yang termasuk kedalam metabolit primer. Uji fitokimia terhadap flavonoid menunjukkan reaksi negatif, menurut Sangi dkk (2012) bahwa serbuk Mg yang ditambahkan saat pengujian tidak memberikan reaksi reduksi senyawa terhadap flavonoid sehingga larutan uji tidak memberikan perubahan warna.

Hasil uji terhadap saponin tidak menghasilkan busa karena senyawa yang memiliki gugus polar dan non-polar bersifat aktif, sehingga saat dikocok dapat menghasilkan busa (Sangi, dkk. 2012), namun pada sampel yang di uji menghasilkan larutan kental karena sifatnya yang dapat mengembang jika terkena air. Pengujian pada alkaloid, triterpenoid, dan tanin juga menghasilkan hasil yang negatif, karena tidak terjadinya perubahan warna ataupun endapan yang terbentuk pada sampel uji. Uji skrining fitokimia secara keseluruhan menunjukan hasil negatif, dapat disebabkan karena kandungan mineral yang terdapat kolang-kaling ini merupakan golongan metabolit primer, sehingga tidak terdeteksi oleh pengujian metabolit sekunder .Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel 2.

Page 5: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

5

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia

Formulasi Sediaan Masker Wajah Dari Tepung Kolang-Kaling

Formula masker dibuat dalam berbagai konsentrasi penambahan tepung kolang-kaling. F0 merupakan basis masker tanpa adanya penambahan tepung kolang-kaling, sedangkan pada F1 dan F2 terdapat penambahan tepung sebanyak 5% dan 10%. Hasil formulasi sediaan masker dapat dilihat pada gambar 1. Dan hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 3.

Gambar 1. Hasil Formulasi Masker Wajah Tepung Kolang-Kaling

Tabel 3. Hasil Pengamatan Masker Tepung Kolang-Kaling

Pengujian Sifat Fisik Masker Selama PenyimpananPengamatan Organoleptis

Formula sediaan pada suhu kamar tidak mengalami perubahan namun pada uji stablilitas suhu dipercepat terjadi perubahan warna dan aroma pada formula 1 selama 6 minggu penyimpanan.

Pengukuran ViskositasPemberian tepung kolang-kaling

dengan konsentrasi yang lebih tinggi memberikan nilai viskositas yang lebih tinggi, karena tepung kolang-kaling yang bercampur dengan fasa air mengakibatkan terbentuknya fasa mucilago atau mengembang.Uji viskositas formula masker wajah tepung kolang-kaling dilakukan dengan menggunakan Viskometer Brookfield dengan spindel nomor 7 dan RPM 100.

Pengujian pHUji pH dilakukan dengan

menggunakan alat pH meter. Nilai pH yg muncul dilayar dicatat. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang.

Pengujian Waktu Sediaan MengeringPengujian waktu sediaan

mengering dilakukan dengan cara mengoleskan masker gel dari tepung buah kolang-kaling ± 1 g berbagai konsentrasi ke punggung tangan dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, dari saat mulai dioleskannya masker gel hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

Page 6: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

6

Hasil Uji HedonikPengujian organoleptik melalui uji

hedonik ini bertujuan untuk mencari sediaan terbaik dengan variasi tepung kolang-kaling pada ketiga sediaan masker wajah yang paling disukai oleh panelis. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17 menggunakan metode analisis Friedman test.

Hasil analisis parameter warna, tekstur dan secara penampilan yang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedman test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang berbeda pada ketiga formula. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig kurang dari 0,05. Nilai sig diperoleh sebesar 0,000 pada warna, tekstur, dan secara keseluruhan maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai sig yang diperoleh pada parameter aroma sebesar 0,010 sehingga dapat dinyatakan sig < 0,05 memberikan pengaruh berbeda pada masing-masing formula sediaan. Maka H0 ditolak dan H1 diterima karena daya terima panelis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing formula sediaan. Sediaan masker wajah tepung kolang-kaling secara penampilan formula yang disukai oleh panelis adalah F1.

Evaluasi Sediaan Masker Peel Off Tepung Kolang-Kaling (Arenga pinnata (Wurmb) Merr)

Uji StabilitasUji stabilitas ini dilakukan dengan

menyimpan masker pada pot gelas yang tertutup rapat. Pengujian dilakukan selama 6 minggu dan dilakukan pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu kamar (28-30oC) dan pada suhu dipercepat (45oC). Parameter pengujian ini meliputi pH, viskositas, waktu sediaan mengering dan sifat organoleptik mulai dari minggu ke-0 sampai minggu ke-6.

Sediaan kosmetik yang stabil merupakan suatu sediaan yang masih

berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan awal pembuatan. Sediaan kosmetika tidak dapat diterima lagi jika terdapat perubahan fisika, kimia atau kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan tersebut. Ketidakstabilan fisik dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau munculnya warna baru, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi atau caking seta faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kimia dari emulgator, suspending agent, antioksidan, pengawet dan bahan aktif (Djajadisastra, 2004).

Uji pH Pengujian pH dalam suatu sediaan

analisis produk kosmetik penting dilakukan, karena pH dari kosmetik yang dipakai dapat mempengaruhi daya absorpsi kulit.Pengukuran pH pada semua formula tetap memenuhi syarat pada penyimpanan suhu kamar dan penyimpanan suhu 45oC.

0 1 2 3 4 5 65.5

5.555.6

5.655.7

5.755.8

5.855.9

5.956

Suhu Kamar

F0

F1

F2

Minggu Ke-

Nila

i pH

0 1 2 3 4 5 65.45

5.5

5.55

5.6

5.65

5.7

5.75

5.8

5.85

Suhu Dipercepat

F0F1F2

Minggu Ke -

Nila

i pH

Page 7: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

7

Uji pH pada suhu dipercepat terjadi kenaikan dan penurunan nilai pH pada sediaan masker semua formula tersebut, sehingga tidak stabilnya pH pada suhu 450C. Semua formula sediaan cenderung mengalami penurunan nilai pH pada suhu dipercepat (450C), hal ini dapat diakibatkan dari pengaruh udara atau lingkungan pada saat pengecekan pH.

Septiani, dkk (2012) menyatakan bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka semakin lama pula sediaan dapat terpengaruh oleh lingkungan terhadap pH sediaan yang dihasilkan. Nilai pH pada suhu dipercepat mengalami penurunan selama penyimpanan dapat disebabkan dari pengaruh CO2, karena CO2 bereaksi dengan fasa air sehingga menjadi asam dan dapat dipengaruhi dari tepung kolang-kaling yang ditambahkan pada sediaan F1 dan F2, sehingga semakin lama penyimpanan maka sediaan cenderung bersifat asam.

Uji ViskositasSetiap formula memiliki nilai

viskositas yang berbeda-beda karena faktor penambahan tepung kolang-kaling yang digunakan berbeda. Hasil pengujian viskositas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.Tabel 4. Pengukuran Viskositas Sediaan

Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui hasil sediaan dengan parameter kekentalan pada sediaan masker yang dibuat. Kekentalan dari suatu sediaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu adanya penambahan zat aktif berupa tepung kolang-kaling pada sediaan tersebut yang dapat menambah viskositas terhadap masker yang dibuat. Hasil pengukuran viskositas selama pengujian

stabilita 6 minggu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengukuran Viskositas Selama Stabilita

Nilai viskositas yang didapat semakin menurun, dapat disebabkan oleh pengaruh suhu yang digunakan terutama pada suhu dipercepat yaitu berkisar 45oC, menurut Djajadisastra (2004) faktor temperatur dapat mempengaruhi dari kestabilan sediaan, sehingga mengakibatkan lebih mudah mencair dan membentuk suatu lapisan yang tidak homogen seperti pada F1 yang mengakibatkan tepung kolang-kaling pada sediaan mengendap serta terjadinya perubahan warna pada pada F0 yang berubah menjadi warna agak kekuningan, pada F2 terjadi penurunan viskositas karena semakin lama penyimpanan, sediaan lebih mudah mengalir dibandingkan saat awal pembuatan yang cenderung lebih padat.

0 3 60

500010000150002000025000300003500040000

Viskositas Suhu Kamar

F0

F1

F2

Minggu Ke-

Nila

i vis

kosi

tas

0 3 626000

28000

30000

32000

34000Viskositas Suhu 450C

F0

F1

F2

Minggu Ke-

Nila

i Vis

kosi

tas

Page 8: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

8

Hasil viskositas dimasukkan ke dalam data statistika untuk melihat pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viskositas dapat dilihat dari nilai sig yang diperoleh. Nilai sig sebesar 0,042 pada suhu kamar dan 0,029 pada suhu dipercepat lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Suhu dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai viskositas.

Djajadisastra (2004) menyebutkan bahwa kenaikan viskositas dapat meningkatkan kestabilan sediaan karena semakin tinggi viskositas maka ukuran globul semakin kecil dan semakin besar volume yang dihasilkan. Nilai viskositas pada suhu kamar mengalami penurunan terhadap semua formula, dan tidak mengalami perubahan warna pada F1 dan F2 sedangkan pada F0 mengalami perubahan warna pada saat awal pembuatan yaitu berubahnya warna dari putih menjadi bening tak berwarna pada penyimpanan minggu ke-2, sehingga viskositas yang didapat menurun.

Setelah beberapa minggu selama penyimpanan diberbagai suhu dapat dilihat penyimpanan pada suhu kamar lebih baik dari pada suhu dipercepat, karena hasil viskositas yang tidak terlalu cepat menurun. Hasil viskositas sediaan pada F1 dan F2 dapat dipengaruhi oleh kandungan pektin yang terdapat didalam tepung kolang-kaling tersebut, karena sifat pektin dapat mengikat atau menyerap air secara alami yang berasal dari tumbuhan.

Uji Waktu Sediaan MengeringPengujian waktu sediaan

mengering dilakukan untuk mengetahui waktu kering sampai benar-benar mengering yang dibandingkan dengan produk inovator atau produk yang ada dipasaran. Pengujian ini perlu dilakukan terhadap sediaan masker, karena untuk melihat daya rekat yang terjadi. Hasil pengujian waktu sediaan menegring dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Waktu sediaan Mengering Sediaan Masker

Hasil uji waktu sediaan mengering dapat dilihat dari penyimpanan berdasarkan suhu simpan, pada suhu kamar lebih baik karena dapat mengering dengan cepat sehingga saat pemakaian tidak membutuhkan waktu yang lama.

Uji OrganoleptikHasil Pengamatan Tekstur

Pengamatan nilai uji organoleptik berdasarkan bentuk sediaan pada suhu kamar dan suhu 45oC dari minggu ke-1 sampai minggu ke-6 mempunyai hasil yang cukup stabil. Hasil pengamatan tekstur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Parameter Tekstur

Dilihat dari pengamatan tekstur pada tabel 7 hasil sediaan masker wajah cukup baik pada F0 maupun F1. Formula 0 memiliki tekstur yang halus karena tanpa adanya tepung kolang-kaling sehingga lebih mudah saat digunakan terhadap kulit, pada F1 memiliki tekstur yang halus dikarenakan adanya penambahan tepung kolang-kaling sebanyak 5% pada formula tersebut. Hasil pada F2 memiliki tekstur cukup halus namun lebih kental dan padat sehingga saat pengaplikasian terhadap kulit agak sulit saat pengolesan,

Page 9: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

9

hal ini dapat disebabkan dari penambahan tepung kolang-kaling lebih banyak yaitu sebesar 10%

Hasil Pengamatan AromaHasil uji organoleptik berdasarkan

aroma sediaan dilihat pada suhu kamar dan suhu dipercepat dari minggu ke-0 sampai minggu ke-6 terjadi penurunan pada minggu ke-5 dan ke-6 . Hasil dari uji organoleptik berdasarkan parameter aroma dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Parameter Aroma

Hasil tabel diatas menunjukan terjadinya penurunan terhadap aroma pada minggu ke- 5 dan ke-6 terhadap sediaan masker F1 pada suhu dipercepat, aroma yang ditimbulkan yaitu sedikit tajam dan menyengat hal ini dapat disebabkan oleh tercampurnya pewangi dengan bau etanol 96% dan aroma khas dari tepung kolang-kaling yang sedikit masam. Pada sediaan F0 dan F2 aroma yang ditimbulkan masih sama seperti saat awal pembuatan pada penyimpanan kedua suhu selama 6 minggu.

Hasil Pengamatan WarnaHasil pengamatan organoleptik

berdasarkan warna sediaan pada suhu kamar (28o-30oC) dan suhu dipercepat (45oC) dari minggu ke-0 sampai minggu ke-6 mengalami perubahan warna, menunjukkan warna yang tidak stabil. Hasil tabel menunjukkan bahwa sediaan F1 pada suhu kamar cukup stabil, karena tidak terjadinya perubahan warna pada sediaan tersebut, sedangkan pada suhu dipercepat baik pada seluruh formula mengalami perubahan warna.

Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya oksidasi pada F0 dengan

berubahnya warna dari bening tak berwarna menjadi bening agak kekuningan dibandingkan hasil F0 pada suhu kamar yang tetap bening tak berwarna. Hasil F1 pada suhu kamar lebih baik dibandingkan pada suhu dipercepat, dilihat dari sediaan pada suhu dipercepat yang membentuk 2 lapisan pada minggu ketiga penyimpanan. Pada sediaan formula 2 terjadi perubahan warna dari warna coklat menjadi coklat tua pada penyimpanan minggu ke-4, terjadinya perubahan warna pada setiap formula menandakan ketidak stabilan sediaan secara fisika karena timbulnya warna baru atau terdapat lapisan yang membentuk pada sediaan yang diujikan tersebut.Hasil pengamatan warna terhadap sediaan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Parameter Warna

Uji IritasiUji iritasi dilakukan dengan cara

menganalisa pendapat panelis terhadap efek yang terjadi (iritasi) sesaat sediaan diaplikasikan terhadap kulit dengan berbagai konsentrasi. Skala yang digunakan ada 2 parameter yaitu terjadi iritasi dan tidak terjadi iritasi yaitu dimana penilaian diberikan melalui formulir kesukaan yang diberikan terhadap panelis.

Rata-rata uji iritasi yang dilakukan pada saat awal pembuatan tidak terjadinya iritasi terhadap responden, sedangkan pada saat akhir penyimpanan terdapat iritasi pada beberapa orang saja yaitu saat sediaan masker dilekatkan

Page 10: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal 066111034.docx · Web viewmasker ini, karena terdapat kandungan pektin dan protein. Kandungan protein dalam

10

pada kulit punggung tangan terjadi reaksi terasa sedikit panas dan sedikit gatal dikulit.Uji iritasi ini perlu dilakukan untuk mengetahui keamanan sediaan karena penggunaan secara topikal. Hasil uji iritasi dimasukkan kedalam data statistika untuk melihat pengaruh uji iritasi tersebut. Nilai sig diperoleh sebesar 0,687 dan lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, dengan demikian iritasi terhadap lamanya waktu penyimpanan tidak memberikan pengaruh yang nyata.

KESIMPULAN1. Penambahan tepung kolang-kaling

dapat digunakan sebagai produk kosmetik berupa sediaan masker wajah.

2. Hasil uji hedonik terhadap 20 orang panelis dengan menggunakan pengolahan data SPSS 17, menunjukkan bahwa F1 yang lebih disukai dengan konsentrasi tepung kolang-kaling sebanyak 5%.

3. Penurunan viskositas sebesar 0,4% - 9,76% (suhu kamar), 0,79% - 8,98% (suhu dipercepat). Penurunan pH terjadi kenaikan sebesar 0,17% - 0,95% (suhu kamar) .

4. Kestabilan pada suhu kamar lebih baik dibandingkan suhu dipercepat.

SARAN1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut

untuk pengembangan formula sediaan dari tepung kolang-kaling untuk memperbaiki viskositas dan dibuat dalam bentuk sediaan lain.

2. Perlu penambahan pewangi yang sesuai untunk mengurangi aroma khas tepung kolang-kaling.

DAFTAR PUSTAKA

Djajadisastra, D.M.S. 2004. Cosmetic Stability. Departemen Farmasi FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta.

Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmeticology. Edisi Keenam. New York. Chemical Publishing Co., Inc. Hal: 103-109.

Sangi, M.S., L.I. Momuat dan M. Kumaunang. Uji Toksisitas Dan Krining Fitokimia Tepung Gabah Pelepah Aren (Arenga pinnata). 2012. Program Studi Kimia FMIPA. Universitas Sam Ratulangi. Manado

Septiani, S., N.Wathoni., dan S.R. Mita. Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum Gnemon Linn.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Bandung

Trevor, R. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi Penerjemah Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.

Vieira, R.P. 2009. Physical and Physicochemical Stability Evaluation of Cosmetic Formulation Containing Soybean Extract Fermented by Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 45(3): 515-525.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit UI Press. Jakarta. Hal. 28 - 188.

Wirajayakusuma, H. 1998. Hidup Sehat Cara Hembing. Cetakan ke-1. Edisi ke-15. PT.Elex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta.