06110206

126
PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK SKRIPSI Oleh Addin Arsyadana 06110206 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG April, 2010

Transcript of 06110206

Page 1: 06110206

PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR

NGANJUK

SKRIPSI

Oleh

Addin Arsyadana

06110206

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

April, 2010

Page 2: 06110206

PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR

NGANJUK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh

Addin Arsyadana

06110206

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

April, 2010

Page 3: 06110206

LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR

NGANJUK

SKRIPSI

Oleh :

Addin Arsyadana

06110206

Telah disetujui

Pada Tanggal 8 April 2010

Oleh :

Dosen Pembimbing

Hj. Rahmawati Baharudin, MA.

NIP. 1920715 200112 2001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.Ag.

NIP. 19651205 199403 1 003

Page 4: 06110206

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR

NGANJUK

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh

Addin Arsyadana (06110206)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

20 April 2010 dengan nilai .......

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

pada tanggal 20 April 2010

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

Dr. Sugeng Listyo Prabowo , M.Pd. :_____________________________

NIP.19690526 2000003 1 003

Pembimbing,

Hj. Rahmawati Baharudin, MA. :_____________________________

NIP. 1920715 200112 2001

Penguji Utama

Dr. Wahidmurni, M.Pd. :_____________________________

NIP. 19690303 200003 1 002

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA

NIP. 19620507 199503 1 001

Page 5: 06110206

MOTTO

ادع الى سبيل ربك بالحکمة والموعظة الحسنة

وجا د لهم بالتى هي احسن

“Ajarkanlah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan

mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara lebih baik”.

(Al-Qur’an Terjemah Q.S. An Nahl: 125)

Dengan Iman Hidup Terarah

Dengan Ilmu Hidup Menjadi Mudah

Dengan Cinta Hidup Bahagia

Dengan Seni Hidup Terasa Indah

Orang Selalu Menyalahkan Keadaan

Aku tak Percaya Akan Keadaan

Orang Yang Berhasil di Dunia

Adalah Orang Yang Bangkit

Dan Mencari Keadaan Yang Mereka Inginkan,

Dan Kalau Mereka Tak

Menemukannya,

Mereka Akan Menciptakannya

By. George Bernard Shaw

Page 6: 06110206

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk beliau- beliau yang telah memberilakn

ilmu kepada saya selama belajar dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi,

khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

Ayahanda tercinta (Zainul Arifin) dan ibunda tercinta (Nury Yuchana)

Yang telah mendidik dengan kasih sayang yang tak terhingga, dan yang

telah memberikan dukungan moril, materil dan juga spirituil mulai saya ada

dalam kandungan sampai menyelesaikan pendidikan di jenjang perguruan

tinggi. Dan juga tak lupa kakak tercinta Ahmad Faizal Arfi yang telah

mendorong dan memberi semamngat kepada penulis

Guru- Guruku yang mengajar mulai dari buaian sampai sekarang:

khususnya KH. Marzuki Mustamar sekeluarga, KH. Hadi Masyrury Lc.

MA. Yang dengan ikhlas mengajar kami dengan penuh kesabaran dan

memberikan teladan yang baik bagi kami. serta Dosen-Dosen UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang terutama Dosen pembimbing Hj. Rahmawati

Bahrudin, M.Ag. yang telah meluangkan waktunya di tengah-tengah

kesibukan beliau untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini

Sahabat- sahabatku dipesantren Sabilurrasyad Gasek, Malang yang selalu

memberikan semangat sampai skripsi ini dapat terselesaikan. Dan juga

sahabat- sahabatku sejurusan PAI

Sahabat- sahabatku IMAKA dan UNIOR UIN Malang kalian adalah

sahabat yang telah memberikan ilmu dan juga pengalaman baru bagi saya.

Semoga bermanfaat sampai kapanpun.

Bagi Seluruh pencari dan pecinta ilmu, yang tak pernah lelah dalam

belajar dan mengkaji. Semoga Allah mengangkat derajat kita dengan ilmu

yang kita miliki.

AMIN

Page 7: 06110206

Hj. Rahmawati Baharudin, MA.

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Addin Arsyadana Malang, 8 April 2010

Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Di

Malang

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa

maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di

bawah ini:

Nama : Addin Arsyadana

NIM : 06110206

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi : Penerapan Sistem Full Day School Sebagai

Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas

Pendidikan Di Mi Al-Qamar

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah

layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Hj. Rahmawati Baharudin, MA.

NIP. 1920715 200112 2001

Page 8: 06110206

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 8 April 2010

Addin Arsyadana

Page 9: 06110206

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir

akademik yang berjudul “ Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya

Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk”

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang telah

membawa petunjuk kebenaran kepada seluruh umat manusia, yaitu agama islam.

Semoga kita mendapat syafaat beliau diakhirat nanti.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan

karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan karya ilmiah ini

tidak lepas dari bantuan berbagi pihak yang telah membantu secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis inginmengucapkan terima kasih

yang tidak terhingga pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan karya

ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta yang telah banyak memberikan motivasi

baik berupa materi dan moril dengan penuh keikhlasan dan kasih

sayang. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ketulusan

beliau berdua. Dan juga kakak tercinta Ahmad Faizal Arfi yang telah

mendorong dan member semangat kepada penulis

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

Page 10: 06110206

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA. selaku dekan Fakultas Tarbiyah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

5. Hj. Rahmawati Baharudin, MA. selaku guru pembimbing yang

dengan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis

menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

6. Teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

disini, terima kasih atas bantuannya.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan nikmat-Nya pada kita

semua. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak sempurna dan

punya bayak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan

kritikan membangun dari semua pihak sehingga karya ilmiah ini dapat lebih

sempurna.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Malang, April 2010

Penulis

Page 11: 06110206

DAFTAR TABEL

Tabel I : Data Keadaan Guru dan Karyawan di MI Al-Qamar Bagor

Tabel 2 : Data Sarana dan Prasarana di MI Al-Qamar Bagor

Tabel 3 : Jadwal Pelajaran Semester II Madrasah Ibtidaiyah (MI ) Al –

Qamar Bagor Tahun Ajaran 2009/2010

Tabel 4 : Pendapat Siswa Tentang Pentingnya Full Day School Di

Terapkan Di MI Al-Qamar

Tabel 5 : Pendapat Siswa Tentang Tingkat Kebosanan Dalam Mengikuti

Full Day School Di MI Al-Qamar

Tabel 6 : Pendapat Siswa Tentang Sulit Tidaknya Siswa Dalam Menerima

Materi Pada Waktu Mengikuti Full Day School Di MI Al-Qamar

Tabel 7 : Pendapat Guru Tentang Tersampaikan Tidaknya Materi Pada

Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar

Tabel 8 : Jawaban Siswa Tentang Keaktifan Mengikuti Sholat Dzuhur Dan

Ashar Berjama‟ah Pada Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar

Tabel 9 : Pendapat Guru Tentang Penerapan Full Day School Di MI Al-

Qamar

Tabel 10 : Pendapat Siswa Tentang Ketepatan Guru Dalam Mengajar Pada

Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar

Tabel 11 : Pendapat Guru Tentang Penerapan Sistem Full Day School

Dapat Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di MI Al-Qamar

Tabel 12 : Daftar Perbandingan Nilai Kelas II Semester II Dan Kelas III

Semester I MI Al-Qamar

Page 12: 06110206

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………..………….…………i

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………..….…....……ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….……………...iii

MOTTO ………………………………………………………………...……..................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..…….................v

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING…………………………………………....vi

SURAT PERNYATAAN………………………………………………………………..vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...………...x

DAFTAR ISI………………………………………………………………..……………xi

ABSTRAK…………………………………………………………...…………………xiv

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….……..…………...1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….…..…………1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….…...............5

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….….…….......6

D. Manfaat Penelitian…………………………………………….……..............6

E. Telaah Pustaka………………………………………………….…………….7

F. Batasan Masalah/ istilah……………………………………………...……...8

G. Sistematika Pembahasan………………………………………….….............9

BAB II. KAJIAN TEORI……………………………………………………….……...11

A. Full Day School………………………..…………………………………..11

Page 13: 06110206

1. Pengertian Full Day School………….………………...……………….11

2. Tujuan Full Day School………………………………..……………….13

3. Pelaksanaan Full Day School…………………………………………...15

4. Full Day School Dalam Perspektif Islam….……………………………19

B. Kualitas Pendidikan…………………………...…………………………..30

1. Pengertian Kualitas Pendidikan…………………….. ………………....30

2. Tujuan Peningkatan Kualitas Pendidian…...……………………..…….33

3. Ciri-ciri Pendidikan Bermutu….…………………………………….….35

BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………..……….…47

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………………………….47

B. Kehadiran Peneliti………………………………………..….……………...48

C. Lokasi Penelitian………………………………………..…..………...........50

D. Sumber Data……………………………………………..….……………...50

E. Teknik Pengumpulan Data……………………………..…………………...52

F. Analisis Data…………………………………………..………..…………..56

G. Pengecekan Keabsahan Temuan……………………..………………..........58

H. Tahap-tahap Penelitian…………………………………………………….59

BAB IV. HASIL PENELITIAN………………....……………….…………..………..61

A. Latar Belakang Obyek Penelitian…..………………..…………………..61

1. Sejarah Berdirinya MI Al-Qamar.…………………….……………..61

2. Lokasi dan Letak Geografis MI Al-Qamar...……..……...…….…….63

3. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Qamar……………….….….….............64

4. Stuktur Organisasi MI Al-Qamar……………..………...…………...65

5. Keadaan Guru dan Karyawan………………….………...…………..66

6. Keadaan Siswa MI Al-Qamar………………………….…………....69

Page 14: 06110206

7. Sarana dan Prasarana MI Al-Qamar……………………....….............69

8. Kegiatan Ekstrakulikuler MI Al-Qamar…………………...……...…70

B. Penyajian dan Analisis Data..…………………….…….………….……..71

1. Penerapan Full Day School Di Madrasah Ibtidaiyah

MI Al-Qamar...............................................................................71

1. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat

Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar..................84

2. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Peningkatan

Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar.........................................92

BAB V. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN….………..…..……………..99

A. Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar……..…….…..99

B. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat

Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar …………......101

C. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk

Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar…………..….105

BAB VI. PENUTUP……………………………………………………….................107

D. Kesimpulan……………………………………………...….…...……….107

E. Saran…………………………………………………...……...............…108

Daftar Pustaka

Lampiran- Lampiran

Page 15: 06110206

ABSTRAK

Arsyadana, Addin. 2010. `` Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya

Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Mi Al-Qamar Nganjuk`` Skripsi

Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang. Dosen pembimbing Hj. Rahmawati Baharudin, MA.

Kata kunci: Full Day School, Kualitas Pendidikan

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar

mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan

pendidikan, Proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan

dengan penerapan kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk

model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

Sehubungan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan, penulis

memilih MI Al-Qamar Bagor sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan visi

misi yang mendasari sekolah ini sangat berharap siswanya menjadi generasi yang

berbudi pekerti yang luhur, dan menjadikan lembaganya menjadi lembaga yang

favorit. Oleh karena itu kepala sekolah ingin mewujudkan visi misi tersebut

dengan menerapkan sistem full day school dan bertujuan untuk meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan siswa sehingga nantinya lembaga tersebut bisa bersaing

dengan lembaga-lembaga yang lain untuk peningkatan kualitas pendidikan

Berdasar pada informasi dan persoalan di atas, maka dalam penulisan

skripsi ini penulis mengangkat judul Penerapan sistem full day school sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk. Tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan, faktor-faktor

penghambat dan pendukung pelaksanaan sistem full day school serta untuk

mengetahui apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan kualitas

pendidikan di MI Al-Qamar

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian

dengan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan data penulis

menggunakan metode observasi, wawancara, penyebaran angket dan

dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan

pengamatan ke tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis

berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara

menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mendukung

uraian dari keadaan yang sebenarnya ada dilapangan, disini penulis sertakan

dokumentasi sebagai pelengkap dan penguat data penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan bahwasannya

upaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan sistem full day school di MI Al-

Qamar sudah berjalan dengan baik, artinya apa yang direncanakan dan

Page 16: 06110206

pelaksanaanya sudah sesuai dan dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari

penggunaan kurikulum 2004 yang terdiri dari empat komponen, dalam proses

belajar mengajar guru dituntut untuk menerapkan strategi pembelajaran yang

bervariasi, seperti game, setting pembelajaran yang berbeda, moving class, dan

lain-lain, kemudian dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah memacu

terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana, pengaturan penggunaan

sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak

bersifat kaku.

Page 17: 06110206

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan dipandang sebagai industri yang dapat mencetak

jasa, yang dimaksud jasa disini adalah jasa pendidikan, yaitu suatu proses

pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan

manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin

baik (berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itu

pembangunan dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh

sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap

bisa maju berkembang dan dikemudian hari bisa mendapatkan pekerjaan

yang pantas.

Lewat pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat,

kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara

maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya.

Di dalam ajaran islam pendidikan sangatlah diutamakan, hal tersebut

dapat dilihat dengan ayat yang pertama kali turun dalam Al-Qur‟an adalah

memerintahkan untuk membaca, membaca dan membaca. Ini menunjukkan

bahwa belajar atau dalam arti lain pendidikan adalah hal yang pokok bagi

setiap pribadi muslim khususnya dan manusia pada umumnya.

Firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:

:( 9)الزمر

Page 18: 06110206

Artinya: "Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dan

orang orang yang tidak berilmu pengetahuan”(QS.Az-Zumar:9)1

Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

:(11)المجاد لة

Artinya: "Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari

golongan-mu semua dan orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan

hingga beberapa derajat” (QS.Al-Mujadalah:11).2

Dalam hadits Nabi yang berbunyi:

فضل العالم علي العابد كفضل القمر ليلة البدر علي سائر الكواكب

Artinya: "keutamaan orang yang berilmu diatas orang yang

beribadah itu seperti keutamaan bulan purnama diatas seluruh bintang-

bintang lainnya” (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa‟i dan Ibn Hibban).3

Dari keterangan ayat dan hadits diatas jelas bahwa orang yang

berilmu dan orang yang tidak berilmu itu berbeda, ada perbedaan derajat di

sisi Allah antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, bahkan

orang yang berilmu seperti bulan purnama diatas bintang-bintang yang

lainnya. Dan Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu

beberapa derajat.

1 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahan, Al-hidayah, Surabaya, hlm. 459

2 Ibid hlm. 543

3 Imam Al-Ghazali, Ihya „Ulumuddin,Diponegoro, Bandung, 1983,hlm:14-15.

Page 19: 06110206

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa pendidikan merupakan

salah satu pra-syarat (indikator) sebuah peradaban. Yang menunjukkan

sesuatu peradaban itu maju atau tidak bisa dilihat dari seberapakah kualitas

dari pendidikan yang terdapat di peradaban tersebut.

Namun menangani dunia pendidikan tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan, melainkan membutuhkan usaha keras dan sungguh-sungguh

dalam rangka memanusiakan manusia melalui berbagai strategi, kreatifitas

maupun inovasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Di dalam proses pendidikan ada sebuah tujuan mulia, yaitu

penanaman nilai yang di lakukan oleh pendidik terhadap peserta didik untuk

mencapai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu : sebagai mana termuat dalam

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa

” Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap,

kreatif dan mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung

jawab. "

Berdasarkan UU tersebut, salah satu ciri manusia yang berkualitas

ialah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia.

Dengan demikian, ciri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah

ketangguhan dalam iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, banyak sekali usaha-usaha yang

dilakukan lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta dengan menerapkan

Page 20: 06110206

system atau kurikulum yang dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Salah satu diantaranya adalah sistem full day school.

Banyak bermunculan sekolah – sekolah yang mengoptimalkan waktu

pembelajaran di sekolah, hal tersebut di karenakan

1. Kurang baiknya lingkungan masyarakat yang menuntut orang

tua harus selalu megawasi anak anaknya karena di kahawatiran

akan ikut dalam pergaulan yang kurang baik

2. Kurang adanya waktu yang disediakan orang tua untuk

menemani anaknya di karenakan adanya tuntutan pekerjaan,

sosial atau apapun yang menyibukkan orang tua.

3. Kecenderungan anak apabila di rumah, hanya bermain dan

malas untuk belajar.4

Maka untuk mengatasi hal tersebut, inisiatif yang dilkukan lembaga

pendidikan dengan menerapkan system full day school. Di mana dalam full

day school proses pembelajarannya tidak hanya bersifat formal, tetapi juga

banyak suasana yang bersifat informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa

dan membutuhkan kreativitas dan inovasi bagi guru

Dengan adanya sistem semacam ini, lamanya waktu pembelajaran

tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan

untuk waktu-waktu informal.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lembaga pendidikan yang

walaupun baru menerapkan sistem full day school tetapi terdapat inovasi-

4 Nurani, Untung Rugi Full Day School, edisi 221, 2005, hlm:22

Page 21: 06110206

inovasi yang menarik dalam sekolah tersebut. Pertama, sekolah tersebut

terdapat di pedesaan dengan menggunakan sistem full day school, Yang mana

pada umumnya penerapan full day school itu kebanyakan terdapat di daerah

perkotaan. Selain itu sekolahan tersebut juga mengoptimalkan penerapan

system full day school dengan mengkolaborasikan antara kurikulum Depag

dengan kurikulum buatan sendiri yaitu dengan menambah jadwal-jadwal

yang bersifat keagamaan, seperti mengaji, sholat berjama‟ah, latihan

berpidato dll.

Kedua, menurut peneliti berdasarkan pantauan dan hasil wawancara

dengan guru di MI (Madrasah Ibtidaiyah) tersebut setelah di diterapkannya

sistem full day school di sekolah tersebut dengan berbagai inovasi-inovasi

yang dilakukan, banyak warga masyarakat yang ingin mendaftar di sekolah

tersebut, hal itu dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang masuk dari tahun

ketahun, walaupun ada penurunan pada tahun-tahun tertentu. tahun

2005/2006 berjumlah 7 siswa, tahun 2006/2007 ada penurunan menjadi 6

siswa, tahun 2007/2008 berjumlah 18 siswa, tahun 2008/2009 berjumlah 14

siswa, tahun 2010/2011 berjumlah 24 siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong untuk

melakukan penelitian tentang “ PENERAPAN SISTEM FULL DAY

SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK”

B. Rumusan Masalah

Page 22: 06110206

Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana penerapan sistem full day school di Madrasah

Ibtidaiyah ( MI ) Al-Qamar ?

2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat

penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar ?

3) Apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan

kualitas pendidikan di MI Al-Qamar?

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian

ini diantaranya sebagai berikut:

1) Mengetahui bagaimana penerapan sistem full day school pada MI

Al-Qamar

2) Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar

3) Mengetahui apakah penerapan sistem full day school dapat

meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konstruktif

terhadap lembaga pendidikan terutama pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Qamar

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Adapun secara detail,

kegunaan tersebut diantaranya :

1. Bagi Peneliti

Page 23: 06110206

Penelitian ini paling tidak dapat menambah pengalaman serta khazanah

pemikiran baru berkaitan dengan sistem full day school

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap

pengembangan kurikulum khususnya di madrasah ibtidaiyah Al-Qamar

dan umumnya kepada marasah-madrasah yang lain. sehingga diharapkan

madrasah mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain (non-

madrasah) baik dari input, proses maupun out put pendidikan madrasah.

3. Bagi Kepala Madrasah

Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam implementasi ataupun model

pengembangan full day school di MI Al- Qamar

E. Telaah Pustaka

Dalam telaah pustaka ini, penulis menemukan literatur yang di ambil

dari skripsi terdahulu, yang dirasa penulis pembahasan skripsi tersebut ada

hubungannya dengan skripsi penulis, yaitu skripsi yang di tulis oleh saudari Ai

Nurhayati pada tahun 2005 dengan judul Penerapan full day school untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTsN Malang I.5

Berdasarkan telaah yang dilakukan penulis, yang melatar belakangi

penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini adalah kurang semangatnya

belajar siswa

Kalau dilihat dari latar belakang penulisan skripsi saudari Ai

Nurhayati ini sangatlah berbeda dengan apa yang akan penulis teliti saat ini.

5 Nurhayati, Ai, Penerapan full day school untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di MTsN

Malang 1, 2005

Page 24: 06110206

Kalau saudara Ai Nurhayati berangkat dari permasalahan upaya untuk

mengatasi siswa yang kurang semangat dalam belajar yang mana dalam

skripsi di atas dapat diatasi dengan penerapan system full day school,

sedangkan penulis berangkat dari latar belakang penyelidikan system full day

school itu sendiri, apakah system full day school dapat meningkatkat kualitas

pendidikan, ataukah sebaliknya.

Oleh sebab itu penelitian ini sangat bertolak belakang dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Dan penulis berniat agar

tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang penulis jelaskan dalam

pembahasan latar belakang di atas, maka penulis mencoba melakukan

penelitian dengan berorientasi pada tema sistem full day school sebagai suatu

tawaran bentuk kurikulum pendidikan yang layak di terapkan di lembaga-

lembaga pendidikan.

F. Batasan Masalah

Karena luasnya masalah yang dapat dijadikan bahan penelitan, maka

penulis membatasi masalah sebagai berukut:

1. Pengertian istilah.

Agar dapat dipahami dengan jelas judul skripsi ini yaitu Penerapan

Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas

Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk maka terlebih dahulu perlu dijelaskan

istilah yang terdapat dalam judul tersebut, antara lain:

Page 25: 06110206

a. Full Day School adalah Sekolah sepanjang hari, maksudnya adalah proses

sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan

dari pagi sampai sore hari.

b. Kualitas adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik dari pada

yang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah dari generasi

ke generasi serta bervariasi dengan aspek aktifitas manusia. Kalau di tarik

dalam konteks pendidikan, yang di maksud dengan kualitas di sini adalah

mengacu pada proses pendidikan dan hasil belajar

c. Lapangan (Scope) Penelitian

Penelitian ini obyeknya adalah sebuah lembaga pendidikan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor. Yang mana peneliti akan

mengobservasi tentang pelaksanaan sistem full day school yang di

terapkan disana, faktor-faktor penghambat dan pendung, serta apakah

dengan diterapkannya full day school di MI Al-Qamar tersebut dapat

meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menyusun secara sistematis,

disusun secara teratur, mudah dan jelas untuk itulah skripsi ini dibagi menjadi

enam bab yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan yang dibahas adalah latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika

pembahasan.

Bab II : Pada bab ini merupakan pembahasan tentang Full Day School

yang meliputi: Pengertian Full Day School, tujuan Full Day

Page 26: 06110206

School, Full Day School dalam prespektif Islam, Metode

yang digunakan dalam Full day school, Pelaksanaan full day

school, pengertian kualitas pendidikan, Macsam-macam

upaya dalam meninkatkan kualitas pendidikan, penerapan full

day school dalam meningkatkan kualitas pendidikan, faktor

pendukukng dan penghambat full day school dalam

meningkatkan kualitas pendidikan

Bab III : Pada bab ini merupakan Metode penelitian yang memuat

tentang desain penelitian, lokasi dan subyek penlitian,

instrument penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan

data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan data, tahap-

tahap penelitian.

Bab IV : Pada bab ini merupakan Laporan hasil penelitian atau

penyajian serta analisis data yang diambil dari realita-realita

objek berdasarkan penelitian yang dilakukan di MI Al-

Qamar. dari sini penulis dapat mengaplikasikan data-data

dalam rangka mengambil kesimpulan penyajian.

Bab V : Pada bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang

mana merupakan pencocokan antara hasil dari penelitian

dengan teori yang ada

Bab VI : Pada bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi atau

hasil akhir yang mencakup kesimpulan dan saran.

Page 27: 06110206

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Full Day School

1. Pengertian Full Day School

Full day School berasal dari bahasa inggris, full artinya penuh, day

artinya hari, sedangkan school artinya sekolah. Full day school berarti sekolah

sepanjang hari. 6

Full day school adalah proses sekolah sepanjang hari atau

proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi sampai sore hari.

Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah

lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot

pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya. Sedang waktunya

digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal,

tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan

inovasi dari guru. Dalam hal ini, Syukur berpatokan dalam hal penelitian yang

mengatakan bahwa waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga

sampai empat jam sehari ( dalam suasana formal ) dan tujuh sampai delapan

jam ( dalam suasana informal ) 7

Dalam full day school, pelajaran yang dianggap sulit diletakkan di

awal masuk sekolah dan pelajaran yang cukup mudah diletakkan pada sore

hari. Karena pada saat sore hari, siswa lebih segar dan bersemangat, dengan

demikian pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa akan mudah di cerna

6 Peter Salim, Advanced English-Indonesia Dictonary, Modern Englis Press, Jakarta. 1988, hal:

340. 7 Basuki, Syukur. Fullday School Harus Proporsional Sesuai Jenis Dan Jenjang Sekolah.

(http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id)

Page 28: 06110206

karena menerimanya dalam keadaan otak masih segar, namun jika dalam sore

hari, siswa akan merasa lemas dan tidak bersemangat karena sudah

beraktvitas seharian, hal itu akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis

siswa, karena itulah biasanya dalam penerapaan full day school di terapkan

dengan istirahat dua jam sekali.8

Dengan adanya sistem full day school ini lamanya waktu

pembelajaran tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya

digunakan untuk waktu-waktu informal. Dan pada sistem ini banyak pola dan

metode dalam proses belajar dan mengajarnya, sistem pembelajarannya tidak

top down atau monologis karena dengan metode seperti ini, maka yang terjadi

guru mengajar dan murid diajar, guru mengetahui segalanya dan murid tidak

mengetahui apa-apa, guru membacakan dan murid mendengarkan, atau

konsep seperti itu menurut Paulo Freire adalah banking concept education,

guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek belaka.9

Disisi lain dalam sistem full day school ini, menggunakan metode

pengajaran dialogis – emansipatoris yang mana konsep ini menawarkan

pengajaran yang memposisikan siswa sebagai subyek yang dominan dalam

proses belajar mengajar, guru sebagai fasilitator dan memberikan stimulus

bagi siswa terhadap mata pelajaran untuk dibahas dan diperdalam oleh siswa

8 Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Quantum Teaching (Mempraktekan

Quantum Teaching Di Ruang Kelas-Kelas), Kaifa, Bandung, 2004, hlm: 4. 9 Moch, Ikromi, Pengembangan Manajemen Sistem Pendidikan,. Tesis Universitas Islam Negeri

(UIN) Malang, 2005, halaman 54

Page 29: 06110206

dengan sendirinya akan menumbuhkan budaya diskusi dan dialog, sehingga

dengan lanmanya belajar siswa tidak menjadi jenuh.10

Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak

keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga

merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset

mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara

akademik dan sosial dengan adanya full day school.11

Cryan dan Others dalam

risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan

anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu

terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka

juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang

lebih positif, karena tidk ada waktu luang untuk melakukan penyipangan-

penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam

pengawasan guru.12

2. Tujuan Full Day School

Kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat

dilihat dari berbagai media masa dan koran-koran yang di dalamnya tak

jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang di lakukan oleh

kaum pelajar, seperti adanya seks bebas, minum-minuman keras, konsumsi

obat-obat terlarang dan sebagainya. Hal ini karena tidak adanya kontrol dari

guru terutama dari orang tua, dan hal ini di sebabkan karena banyaknya waktu

10

Ibid 11

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman

168 12

Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07

Page 30: 06110206

luang sepulang sekolah, dan waktu luang itu di gunakan untuk hal-hal yang

kurang bermanfaat. 13

Berikut ini, beberapa alasan mengapa sekolahan menerapkan sistem

full day school :

1. Meningkatnya jumlah single parent dan banyaknya aktivitas orang

tua (parent carier) yang kurang memvberikan perhatian pada

anaknya terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak-anak

sepulang dari sekolah.

2. Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat kita, dari

masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan

tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir masyarakat kita.

3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat, sehingga

apabila tidak di cermati, kita akan menjadi korbannya, terutama

dari teknologi komunikasi. Dengan banyaknya progran televisi

serta menjamurnya play stasion (ps) membuat anak-anak lebih

enjoi untuk duduk di depan televisi ataupun play stasion.14

Adanya perubahan – perubahan di atas merupakan suatu signal

penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya, dari kondisi seperti itu

akhirnya para praktisi pendidikan berfikir keras untuk merumuskan suatu

paradigma baru dalam pendidikan. dalam rangka memaksimalkan waktu

luang anak-anak agar lebih berguna, maka di terapkanlah sistem full day

school

13

Muhaimin, Op Cit, hlm. 168 14

Surtanti Tritonegoro, Anak Super Normal dan Pendidikannya, Bina Aksara, Jakarta, 1989,

hlm:23.

Page 31: 06110206

3. Pelaksanaan Full Day School

Semula pelaksanaan full day school dikhawatirkan sulit masuk dalam

masyarakat dalam artian masyarakat sulit menerima model tersebut terutama

siswa. Hal ini dapat di anggap memberatkan mereka karena berada dalam

lingkungan sekolah sehari penuh.

Konsep yang digunakan dalam pelaksanaan full day school adalah

untuk pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran yaitu mengembangkan

kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah, yaitu : kognitif,

psikomotorik dan afektif.

Full day school dilaksanakan di luar kelas dan juga ada permainan

tetapi masih tetap mengandung unsur belajar, permainan yang di berikan

dalam sistem full day school masih mengandung arti pendidikan, yang artinya

bermain sambil belajar. Sebisa mungkin diciptakan suasana yang rekreatif

dalam pembelajarannya, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani meski

seharian berada di dalam sekolah. Menurut Syukur dalam penerapan full day

school menghubungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di

sekolah selama lima hari perminggu.15

Selain itu penerapan sistem full day school harus memperhatikan juga

jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh

komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita

ketahui bahwa di Indonesia jenjang formal di bagi menjadi :

1. TK di peruntukan bagi anak usia 4-6 tahun

15

Syukur Basuki, loc. cit

Page 32: 06110206

2. SD/MI di peruntukan bagi anak usia 7-12 tahun

3. SMP/MTsN di peruntukan bagi anak usia 13-15 tahun

4. SMA/MAN di peruntukan bagi anak usia 15 – 18 tahun16

Kemudian jika dilihat dari pengelolaannya maka ada sekolah yang di

kelola oleh Depdiknas dan sekolah yang dikelola oleh Departemen Agama

seperti Salafiyah, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyyah, Madrasah

Aliyah. Sekolah – sekolah ini jelas mempunyai ciri – ciri yang berbeda

dengan sekolahan yang di kelola oleh Diknas, antara lain pada prosentase

muatan pendidikan agama serta kultur di sekolah.

Selain itu jika dilihat dari jenis sekolah maka dikenal ada sekolah

umum dan sekolah kejuruan (vocaional), seperti MAK (Madrasah Aliyah

Kejuruan) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), yang masing – masing

juga memiliki ciri khas, misi, tuntutan dan iklim yang berbeda satu sama lain.

Jika di lihat dari tingkatan life skill maka pada setiap jenjang dan jenis

sekolah tentu berbeda orientasinya. Pada jenjang usia dini sampai taman

kanak-kanak bertujuan membentuk pribadi anak untuk mengenal dirinya

(Who am I) yang selanjutnya di sebut personal skill, kemudian pada tingkatan

sekolah dasar dan menengah pertama bertujuan untuk memvbentuk pribadi

yang mampu mengenal potensi diri dan lingkungannya (Social Skill),

sedangkan pada sekolah menengah atas (SMA) adalah membentuk pribadi

yang mmiliki kecerdasan intelektual, pengetahuan dan lain sebagainya

16

Ibid

Page 33: 06110206

(Academic skill), serta un tuk sekolah menengah kejuruan (SMK) tuntutannya

adalah pada keterampilan kejuruan (vicasional skill)

Atas dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan diatas, maka sudah

seharusnya penerapan konsep full day school memperhatikan perbedaan-

perbedaan tersebut. Anak – anak usia SD dan SMP adalah usia – usia dimana

porsi bermain tentu lebih banyak daripada belajar. Maka “ bermain sambil

belajar ” akan sangat cocok bagi mereka. Jang sampai konsep full day school

merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa dimana mereka harus

belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang tua,

berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi dengan

lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Jangan sampai dengan penerapan

sistem full day school menjadikan mereka tidak mengenal anak-anak yang

sebaya dengannya di sekitar rumahnya. Akan sangat salah jika waktu di

sekolah dihabiskan penuh untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya

intrakulikuler, dimana anak harus belajar denagn menerima penjelasan-

penjelasan, mengerjakan tugas-tugas dari dang guru di dalam kelas, di dalam

laboratorium, di perpustakaan dan tempat lain di sekolah yang sebenarnya

sangat tidak kondusif untuk kegiatan anak bermain dan belajar.

Dalam penerapan full day school sebagian waktunya harus digunakan

untuk program – program pembelajaran yang suasananya informal, tidak

kaku, menyenagkan bagi siswa, yang tentunya ini memerlukan kreatifitas dan

inovasi dari seorang guru.

Page 34: 06110206

Penerapan konsep full day school tentunya berbeda lagi untuk jenjang

menengah atas (SMA) dan tentu akan sangat berbeda lagi untuk yang berjenis

sekolah kejuruan (SMK). Siswa SMA dituntut untuk memiliki academic skill,

maka full day school harus banyak digunakan untuk mengeksplorasi atau

membuktikan teori-teori yang telah mereka pelajari, sehingga mereka akan

memiliki tingkat pengetahuan akademik yang tinggidan siap untuk memasuki

jenjang pendidikan tinggi.17

Sesuai dengan apa yang dipaparkan di atas, jadi penerapan full day

school di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama lebih baiknya belajar

sambil bermain, karena dengan metode belajar sambil bermain siswa tidak

akan jenuh berada seharian penuh di sekolah, mereka akan meniknikmati

semua pelajaran yang diberikan guru.

Menurut teori belajar Natural unfoldmen/self actualization dari

Maslow, bahwa belajar itu berpusat pada kehendak, kesadaran dan aktifitas

peserta didik serta minat yang cukup darinya. Jadi menurut teori tersebut

belajar tidak lepas dari timbulnya situasi dari dalam diri peserta didik,

keinginan dan hasrat dari dalam merupakan pokok terjadinya apa yang

dinamakan belajar yang membawa keberhasilan. Masalah minat dan

keberhasilan peserta didik merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses

belajar mengajar.18

Siswa yang sekolah di full day school di harapkan mempunyai minat

yang besar untuk belajar lebih giat dan meningkatkan prestasinya. Karena itu

17

Ibid.. 18

Muhaimin dkk, Strategi Belajar Dan Mengajar, ( Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak

Bangsa, 1996 ), halaman 23

Page 35: 06110206

di butuhkan dorongan-dorongan dari dalam diri atau lingkungan siswa agar

memunculkan keinginan dan hasrat siswa untuk belajar.

4. Full Day School Dalam Prespektif Islam

Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tentang full day

school dalam pandangan Islam. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas

bahwa tujuan full day school adalah pembentukan akhlak dan akidah untuk

meningkatkan nilai-nilai yang positif dan memberikan dasar yang kuat untuk

mengembangkan dan meningkatkan inteligence quotient, emotional quotient

dan lain-lain. Akan tetapi untuk lebih difahami lagi tentang full day school

dalam pandangan Islam. Sebelumnya penulis akan memaparkan terlebih

dahulu tentang pengertian dan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.

Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.19

Muhammad Amin sependapat, bahwa

pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang

dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi

anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang

diberikan dengan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani

maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa.20

Selanjutnya definisi pendidikan Islam, menurut Muhaimin, pendidikan

islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-

19

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT . Al-Ma‟arif, Bandung, 1989,

hlm: 19. 20

ibid

Page 36: 06110206

nilai pada anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi

fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala

aspeknya. Kemudian menurut Miqdad yang dikutif oleh Ismail mengatakan

bahwa pendidikan Islam adalah sebagai proses seorang muslim secara

sempurna dalam semua aspek kepribadiannya pada semua fase

pertumbuhannya untuk menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat sesuai

dengan prinsip dan nilai-nilai Islam.21

Kemudian dalam seminar pendidikan islam se-dunia pada tahun 1980

di Islamabad merumuskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:

pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari

pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal,

pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indra. Oleh karena itu pendidikan

Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik

sepiritualnya, intelektualnya, imajinasinya (fantasi), jasmaniahnya,

keilmiahannya, maupun bahasanya, baik secara individual maupun kelompok,

serta mendorong aspek-aspek tersebut kearah kebaikan dan kearah pencapaian

kesempurnaan hidup.22

Selanjutnya menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy sebagaimana

yang dikutif oleh Ramayulis bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan

manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air,

tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya,

manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan tulisan.

21

Muhaimin dkk, Strategi Belajar Dan Mengajar, ( Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak

Bangsa, 1996 ), halaman 23 22

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1987, hlm: 2.

Page 37: 06110206

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam adalah merupakan salah satu proses pembentukkan dan menumbuh

kembangkan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia menuju

kesempurnaan hidup di dunia dan bekal untuk di akhirat.

Dengan demikian pendidikan Islam telah memberikan gambaran yang

jelas akan tujuan yang ingin di capai atau sesuatu yang diharapkan oleh

pendidikan Islam sebagai usaha yang disengaja dan sistematis yakni

terbentuknya kepribadian yang utama yang dilaksanakan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani maupun rohani anak didik sehingga

dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya di muka bumi sebagai khalifah

fil ardhi.

Secara umum tujuan pendidikan Islam terbagi kedalam 4 (empat) hal

diantaranya: pertama, tujuan umum, tujuan umum adalah tujuan yang akan

dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran maupun

dengan cara lain. Kedua, tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan

yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu

yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Ketiga, tujuan akhir. Tujuan

akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusi yang

sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya, keempat, tujuan

oprasional. Tujuan oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

Page 38: 06110206

Untuk dapat lebih dipahami tentang tujuan-tujuan tersebut, maka para

ulama muslim akan menjelaskan lebih mendalam, menurut persinya masing-

masing. Diantara ulama-ulama muslim tersebut diantaranya yaitu:

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah untuk membentuk kepribadian sebagai khallifah Allah SWT atau

sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan

akhir. Kemudian tujuan pendidikan Islam menurutnya dibagi kedalam tiga

kelompok sifat manusia yaitu: Tubuh, ruh, dan akal yang masing-masing

harus dijaga. Berdasarkan hal tersebut tujuan pendidikan Islam dapat

dikelasifikasikan kepada empat hal diantaranya:

a. Tujuan Pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyah)

Sebagaimana dalam sabda Nabi SAW yang berbunyi:

القوي خير واحب الى هللا من المؤ من الضعيف )الحدت(ل صلى هللا عليه وسلم :المؤ من فقد قا

Artinya: ”orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah

ketimbang orang mukmin yang lemah” (HR. Imam Muslim).23

Kemudian Imam Nawawi menafsirkan hadis di atas sebagai kekuatan

iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian

pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan

kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya

ke perkasaan tubuh yang sehat. Jadi pendidikan Islam dalam hal ini harus

mengacu kepada fakta-fakta yang relevan bagi para pelajar mengenai

pendidikan jasmani.

23

Al-Basyuni, Syarah Hadits, Trigenda Karya, Bandung, 1994, hlm:326.

Page 39: 06110206

b. Tujuan Pendidikan Rohani (al-ahdaf al-ruhaniyyah)

Menurut Said Hawa, asal usul ruh pada dasarnya mengakui adanya

Allah SWT dan menerima kesaksian dan pengabdian kepada-Nya. Namun

faktor-faktor lingkungan dapat mengubah sifat yang asli tersebut. Ini berarti

ada kemungkinan ruh bisa menyimpang dari kebenaran. Dengan demikian

tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh

tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka pendidikan Islam menurut

Muhammad Qutb ialah meletakkan dasar-dasar yang harus memberi petunjuk

agar manusia memelihara kontaknya yang terus menerus dengan Allah SWT.

c. Tujuan Pendidikan Akal (al-ahdaf al-aqliyah)

Tujuan ini mengarah kepada perkembangan inteligensi yang

mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan

kebenaran yang sebenar-benarnya. Untuk itu pendidikan yang dapat

membantu tercapainya tujuan akal harus didukung dengan bukti-bukti yang

memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Dengan demikian

tujuan pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi daya dorong

menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi

kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada

dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan

saja, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan. Akan

tetapi pendidikan Islam menitik beratkan kepada proses intelektualitas dan

pemahaman serta pengaplikasian terhadap ilmu yang telah diperolehnya juga.

Page 40: 06110206

d. Tujuan Sosial (al-ahdaf al-ijtima‟iyah)

Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitik

beratkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar

manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-

sama dengan cita-cita yang ada padanya. Dengan demikian keharmonisan

menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan

Islam. Dengan demikian tujuan akhir pendidikan Islam versi Abdurrahman

adalah mewujudkan manusia ideal sebagai „abid Allah atau ibad Allah, yang

tunduk secara total kepada Allah SWT.

Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana yang dikutif oleh Fatiyah Hasan

Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan

kedalam dua hal diantaranya:

a. Membentuk insan sempurna yang pada akhirnya dapat

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b. Membentuk insan sempurna untuk memperoleh kebahagiaan hidup,

baik di dunia maupun di akhirat.

Dari kedua tujuan tersebut dapat difahami bahwa tujuan pendidikan

versi al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah

SWT) sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat

duniawi. Karena itu al-Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam sistem

pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Namun dunia hanya

dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat yang

lebih utama dan kekal. Adapun kutipan pemikiran al-Ghazali tentang dunia ini

Page 41: 06110206

yaitu: ”Dunia adalah alat perkembangan untuk kehidupan akhirat, sebagai alat

untuk mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentunya bagi yang

menganggap sebagai alat dan tempat tinggal sementara, bukan bagi orang

yang menganggap sebagai tempat untuk selamanya”.

Dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang menyatakan agar manusia tidak

terlena dengan kehidupan dunia, sementara akhirat adalah tempat kembali

yang kekal. Firman Allah SWT yang berbunyi:

Artinya: ”…Tetapi kamu (orang–orang kafir) memilih kehidupan duniawi.

Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal…” (QS. Al-

A‟la:16-17) 24

Namun demikian akhirat oriented juga bukanlah sikap yang sejalan

dengan ajaran Al-Qur‟an. Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah

sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu al-Ghazali

menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan

kebahagiaan anak didik baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana yang

tercantum dalam firman Allah SW yang berbunyi:

Artinya: ”Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

24

Departemen Agama, Op Cit, hlm: 1052.

Page 42: 06110206

kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah

kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash: 77) 25

Kemudian dari ayat di atas Ibn Khaldun terinspiransi untuk

merumuskan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana yang dikutip oleh

Muhammad „Athiyah al-Abrasyi, kedalam dua hal diantaranya yaitu:

a. Tujuan yang berorientasi akhirat, yaitu membentuk hamba-hamba

Allah yang dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada

Allah.

b. Tujuan yang berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia-manusia

yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak

dan bermanfaat bagi orang lain.

Menurut M. Djunaidi Ghany tujuan pendidikan Islam sebagaimana

yang dikutip oleh Zainuddin dkk adalah sebagai berikut:

a. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna. Diantaranya:

1. Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan

badan serta pikiran anak didik.

2. Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan

kemampuannya semaksimal mungkin.

3. Sebagai anggota masyarakat, anak harus dapat memiliki

tanggung jawab sebagai warga Negara.

25

Ibid, hlm: 623.

Page 43: 06110206

4. Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif serta

cinta akan kerja.

b. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa

kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.

c. Mengembangkan inteligensi anak secara efektif agar mereka siap

untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang.

Menutur Hasan Langgulung menjelaskan bahwa tujuan pendidikan

harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan

pendidikan adalah untuk menjawab persoalan “untuk apa kita hidup?”

Dalam hal ini Islam telah memberikan jawaban yang tegas, seperti dalam

firman Allah SWT yang berbunyi:

Artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku” (QS. Az-Zariyat: 56) 26

Dalam hal ini Hasan Langgulung mengutif dari pendapat Al-Attas.

Beliau menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim sama artinya

dengan do‟a yang selalu dibaca dalam sholat yang berbunyi:

Artinya : ”(Wahai Tuhanku), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan

matiku semuanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam”

(QS. Al-An‟am: 162) 27

26

Ibid, hlm: 862. 27

Ibid, hlm: 216

Page 44: 06110206

Jadi tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan

Islam sepanjang sejarah; semenjak zaman Nabi SAW, hingga akhir zaman.28

Ahmad Tafsir mengklasifikasikan tujuan pendidikan Islam kedalam

tiga kategori diantaranya: pertama, tujuan yang berkaitan dengan individu,

mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani, dan

rohani serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di

dunia dan akhirat. kedua, tujuan yang berkaitan dengan masyarakat

mencangkup tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan

masyarakat dan pengkayaan pengalaman masyarakat. ketiga, tujuan

professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,

seni, profesi dan aktivitas diantara aktivitas-aktivitas masyarakat.29

Sebagaimana yang telah dijelaskankan di atas tentang tujuan

pendidikan Islam, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan

Islam tersebut terfokus kepada dua hal yaitu: pertama, terbentuknya

kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang

diwajibkan menyembah kepada-Nya. Melalui kesadaran inilah pada akhirnya

ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat

tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga ia hidup dalam

keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman. Kedua,

terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di

muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-

28

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Ciputat Peres, Jakarta, 2002, hlm:18-

26. 29

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001,

hlm: 49.

Page 45: 06110206

hari. Melalui kesadaran inilah seseorang akan termotivasi untuk

mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia,

mengelola lingkungannya dengan baik dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya

ia akan mampu memimpin diri dan keluarganya

Dari keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa full day

school sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Karena tujuan full day

school sendiri, tidak jauh beda dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri, yaitu

untuk pendidikan akhlak dan akidah peserta didik, agar mereka dapat

merealisasikan ilmu yang mereka dapatkan dari bangku sekolahnya kedalam

kehidupan sehari-hari.

Adapun contoh pendidikan Islam yang menggunakan sistem full day

school yaitu pondok pesantren. Salah satunya adalah pondok pesantren

Amanatul Ummah yang berlokasi di Siwalankerto Wonocolo Surabaya.

Dipondok ini seluru siswanya ditempatkan diasrama, dengan maksud agar

seluruh Aktivitas yang dilakukan oleh siswa/anak didik dapat terpantau

dengan seksama. Aktivitas di Pondok pesantren ini dimulai pada pukul 03.00-

21.30 WIB. Pada pukul 03.00. peserta didik melakukan shalat tahajud dan

shalat hajat, diteruskan dengan shalat subuh. Kemudian tahfizul Qur‟an

efektif, pelajaran kitab-kitab muadalah diteruskan dengan sarapan dan

persiapan sekolah. Selanjutnya Pada pukul 07.15-12.45 WIB aktivitas belajar

mengajar berlangsung, akan tetapi sebelumnya mereka mengadakan upacara,

olah raga dan lain-lain. Pada pukul 13.45-15.30 WIB, peserta didik istirahat,

begitu masuk waktu shalat ashar tiba mereka diwajibkan untuk melaksanakan

Page 46: 06110206

sholat ashar berjamaah, setelah itu mereka kembali melakukan aktivitas

belajar mengajar. Dilanjutkan dengan shalat maghrib sampai shalat isya,

setelah shalat isya selesai, santri makan malam dilanjutkan dengan belajar

bersama untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para asatidz.

Tepat pukul 21.30. santri diwajibkan istirahat sampai pukul 03.00.30

B. Kualitas Pendidikan

1. Pengertian Kualitas Pendidikan

Dalam kerangka umum kualitas mengandung makna derajat

(tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa

barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam

konteks pendidikan, pengertian kualitas dalam hal ini mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan.

Kualitas adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik

dari pada yang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah

dari generasi ke generasi serta berfariasi dengan aspek aktifitas manusia. 31

Dalam proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input,

seperti bahan ajar (kognitif, afektif, psikomotorik), metodologi

(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan

suasana yang kondusif.

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan

30

Nurani, Baity Jannati Duni Santri, edisi 245, 2005, hlm: 23. 31

James, Stoner, Edward Freman, Daniel R Gilbert. Manajemen Jilid I, Jakarta: PT.

Prenhallindo, 1996, hal. 210

Page 47: 06110206

berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam

interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana

pendukung dikelas maupun diluar kelas, baik konteks kurikuler mapun

ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun

yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses

pembelajaran.

Kualitas dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada hasil

atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu

(apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10

tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement)

dapat berupa hasil test kemampuan akademis misalnya ulangan umum,

Ebta atau Ebtanas. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti prestasi

disuatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu

misalnya: komputer, beragam jenis tekhnik, jasa. Bahkan prestasi

sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible)

seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan lain

sebagainya. 32

Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga dengan sekolah

yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah

yang efektif dan sekolah unggul.

Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem

32

Umaedi. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan Menengah

dan Umum, April 1999, hal. 4

Page 48: 06110206

pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi

proses pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan

nilai tumbuh dan faktor-faktor input agar menghasilkan output yang

setinggi-tingginya.

Jadi pendidikan yang berkuali tas i tu adalah pendidikan

yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar

untuk belajar sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor

dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-

sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan

kondusif.

Sekolah yang unggul dan berkualitas itu adalah sekolah yang mampu

menghantarkan siswa-siswinya yang berkemampuan biasa bahkan

rendah menjadi siswa yang mampu bersaing dengan siswa sekolah lain.

Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik

dan kuat.33

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu

menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi

sekarang dan masa yang akan datang.

Kemampuan lembaga pendidikan dalam membudayakan sumber-

sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal

mungkin, sehingga output-nya memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan adalah

33

Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No 142 / Juli 1998,

hal.39

Page 49: 06110206

kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam

memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan

kualitas lulusannya sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui

proses pendidikan yang efektif.

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat

menghasilkan lulusan yang bermutu yaitu lulusan yang memiliki

prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor

pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab, berbagai

tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik dimasa sekarang

ataupun dimasa yang akan datang

2. Tujuan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Apa yang disebut dengan pendidikan yang berkualitas?”

pertanyaan yang cukup sederhana tetapi sulit untuk dijawab: Suatu

pendidikan berkualitas tergantung pada tujuan yang akan dilakukan dengan

pendidikan. Misalnya sebuah pendidikan berkualitas akan berbeda

tergantung pada apakah kita ingin mendapatkan posisi manajemen dalam

bisnis kecil atau gelar Ph.D. dalam filosofi.

Menetapkan tujuan pendidikan bermutu tergantung pada kepentingan

yang anda miliki dalam institusi yang memberikan pendidikan, di samping

itu definisi untuk pendidikan berkualitas harus mengakui bahwa pendidikan

apapun termasuk dalam suatu sistem. Mutu dalam beberapa bagian dari

sistem mungkin baik, tetapi mutu lebih jelek yang ada dibagian lain dari

sistem mungkin masih menyebabkan kurangnya kualitas pendidikan secara

Page 50: 06110206

keseluruhan dari pendidikan.34

Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis

dengan tujuan:

1. Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.

2 . M e m p e r o l e h m a s u k a n a g a r k o n s e p m a n a j e m e n

i n i d a p a t diimplementasikan dengan mudah dan sesuai

dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memilki

keragaman cultural, sosio-ekonomi masyarakat dan

kompelksitas geografisnya.

3. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya

masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap

pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.

4. Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berfikir

mengenai peningkatan mutu pendidikan atau pada sekolah

masing-masing.

5. Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta

secara aktif dan dinamis dalam inensukseskan mutu pendidikan

6. Memotifasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam

mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan

masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam

34

James Stoner, Edward Frernan, Daniel R. Gilbert, Manajemen Jilid I, Jakarta: PT.

Prenhallindo, 1996, hal. 209

Page 51: 06110206

proses pembangunan tersebut.

7. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan

merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat,

dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus

menerus) pada tataran sekolah.

8. Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap

sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu

yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun dst, sehingga tercapai

misi sekolah kedepan.35

Peningkatan mutu atau kuaitas bertujuan untuk mendirikan

atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan

dan sumber daya untuk meningkatkan mutu pendidikan atau sekolah.36

3. Ciri-Ciri Pendidikan Bermutu

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan

alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada

kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori

effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses

pendidikan. Beberapa indikator yang menunjuk karakter dari konsep

manalemen ini adalah

1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib

35

Umaedi, Perkembangan Sekolah, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan, April

1999, hal. 3 36

Umaedi, Manajemen Peniingkatan Mutu Pendidikan , Malang: Jurnal

Administrasi Pendidikan, FKIP UM 2000

Page 52: 06110206

2. Sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai.

3. Sekolah memilki kepemimpinan yang kuat

4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala seklah,

guru dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi

5. Adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai

tuntutan IPTEK

6. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap

berbagai aspek akadmik dan adminis trat ive , dan

pemanfaatan hasi lnya untuk penyempurnaan / perbaikan

mutu.

7. A d an ya k o m u n i k as i d an d u k u n gan i n t en s i f d a r i

o r an g t u a murid/masyarakat.37

Pengembangan konsep manajemen in i d i desain untuk

meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam

mngelola perubahan pendidikan kaitanya dengan tujuan

keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif

k u r i k u l u m y a n g t e l a h d i t e n t u k a n o l e h p e m e r i n t a h d a n

o t o r i t a s pendidikan. pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan

tingkah laku seluruh komponen sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga/staf

administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang,

memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan

monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan system informasi yang presentif

37

Ibid. hal 3

Page 53: 06110206

dan valid. Akhir dari sernua itu ditujukan kepada keberhasi lan

sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas/bermutu

bagi masyarakat.

Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah memi liki

tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan

permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah

di dalam kerangka arah kebajikan yang telah dirumuskan oleh pemerintah.

Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus membuat

keputusan, mengatur Skala prioritas disamping harus m en yed i ak an

l i n gk un gan k er j a y an g l eb ih p ro f es s i on a l b ag i gu ru , d an

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat

tentang sekolah/pendidikan

Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang

yang mewakili berbagai kelompok yang bebeda di dalam masyarakat sekolah

dan secara professional harus terl ibat dalam setiap proses

perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip

pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan

penghargaan disekolah itu sendiri maupun sekolah lain.

Ada empat hal yang terkait dengan prin sip-prinsip pengelolaan

kualitas total yaitu:

1. Perhatian harus ditekankan kepada proses dengan

terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu.

2. Kualitas atau mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah

Page 54: 06110206

3. Prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukan

dengan pemaksaan aturan

4. Sekolah harus menghasilkan siswa yang memilki ilmu

Pengetahuan, keterampilan sikap arief bijaksana, karakter

dan memiliki kematangan emosional.38

Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk terus

meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motifasi

dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah, khususnya

siswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua sumber daya termasuk

sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan,

secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat

bagi peningkatan mutu pada khususnya. Sementara itu, kebijakan makro

yang dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya

masih diperlukan dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat

nasional dan akuntabilitas yang berlingkup nasional.

4. Kerangka Kerja Dalam Manajemen Peningkatan Mutu

Dalam manajemen peningkatan mutu ini diharapkan sekolah dapat

bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain sebagai berikut:

1. Sumber Daya; Sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam

mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain

pembiayaan operasional atau administrasi, pengelolaan keuangan harus

daujukan untuk:

38

Ibid. hal 5

Page 55: 06110206

a. Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalokasikan

dana sesuai dengan Skala prioritas yang telah ditetapkan

untuk proses peningkatan mutu.

b. Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses

pengadaannya.

c. Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.

2. Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut

untuk memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun

pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitmen terhadap

standart keberhasilan dan harapan atau tuntutan orang tua atau

masyarakat.

Pertanggung jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan

bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah

ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika

mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan.

Tanggung jawab dalam Islam bersifat perseorangan dan sosial.

Tanggung jawab berlaku atas pribadi, seorang guru, golongan, lembaga-

lembaga pendidikan dan pemerintah.

Semua perbuatan manusia tidak akan luput dari pengawasan Allah.

Dan semua perbuatan manusia dimuka bumi akan mendapatkan balasan

sesuai dengan pekerjaannya selama didunia.

Pengawasan terhadap tindakan ini mengharuskan pertanggung

jawaban. Yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang jelek akan

Page 56: 06110206

dibalas dengan hukuman dan siksaan yang sangat menyakitkan.

3. Kurikulum; berdasarkan kurikulum standart yang telah

ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk

mengembangkan kurikulum baik dari standart materi (content) dan proses

penyampainnya.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum yaitu:

a. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan

siswa

b. Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk

menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin

secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya

yang ada.

c. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengtur

perubahan sebagai fenomena alamiah disekolah.

4. Personil Sekolah; Sekolah bertanggung jawab dan terlibat

dalam, proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang

diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil

kepala sekolah guru dan staf lainnya) sementara itu pembinaan professional

dalam rangka pembinaan kapasitas atau kemampuan kepala sekolah dan

pembinaan keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum

termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan inisiatif terns menerus atas

inisiatif sekolah. 39

39

Umaedi, Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan

Page 57: 06110206

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Mutu Pendidikan

a. Faktor Pendukung

1. Faktor Anak Didik

Anak didik atau siswa merupakan obyek dari pendidikan, sehingga

kualitas pendidikan yang akan dicapai tidak akan lepas dari

ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah laku dan minat serta bakat

dari anak didik, pendapat Ibnu Kholdun sejalan dengan filosol-filosof

pendidkan modern yang menyerukan supaya: "Pembawaan anak

diperhatikan dan dijadikan sebagai dasar dalam mengajar, dan mereka

menyatakan bahwa suksesnya seorang anak dalam suatu pekerjaan akan

membantu dalam pekerjaan lain”. 40

Dari pendapat tersebut menegaskan bahwa dalam proses

penerimaan bahan ajar materi pendidikan perlu memperhatikan kesanggupan

anak didik untuk menerima dan memahami bahan yang diajarkan,

dengan demikian proses pendidikan akan dapat berjalan secara efektif dan

efisien.

2. Faktor Pendidik (Guru)

Guru sebagi pendidik dalam pendidikan formal sekolah, yang

secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk

memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dari

lembaga pendidikan formal sekolah.

Mutu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, April 1999, hal, 7 40

M.Athiyah AI-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1970, hal. 190

Page 58: 06110206

Dan guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan

kepribadian yang tinggi, kualitas guru sedemikian itu hanya akan diperoleh

jika guru disiapkan dengan matang agar ia mampu dalam pelaksanaan

pembelajaran .41

Menurut para ahli, ada 5 faktor yang sangat mempengaruhi

kualitas perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya:

1. Jenis kewenangan (authority) yang benar-benar diserahkan kepada

guru

2. Kualitas atasan yang mengawasi dan mengontrol perilaku guru

3. Kebebasan yang diberikan kepada guru, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas

4. Hubungan guru dengan murid-muridnya

5. Pengetahuan guru tentang dirinya sendiri dan kepercayaan

terhadap diri sendiri.42

Pengalaman guru dalam bidang pengajaran memiliki andil yang cukup

besar di dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Dengan modal

pengalaman belajar seorang pendidik akan semakin banyak memiliki

pengetahuan baik dalam bentuk teknik maupun strategi mengajarnya.

Melalui belajar dan latihan yang diperoleh guru akan mempengaruhi

kemampuan dirinya dalam menjalankan tugas sebagai tenaga professional.

41

Sugiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, IKIP

PGRI Bojonegoro 1993, hal. 15-17 42

Muchtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan,

Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1994, hal 36

Page 59: 06110206

3. Faktor Lingkungan

Adapun faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar adalah:

a. Lingkungan keluarga

Unsur l ingkungan keluarga merupakan salah satu faktor

yang ikut mempengaruhi kualitas peserta didik yang dilakukan oleh

pendidik, l ingkungan keluarga yang mampu berperan dalam

mengembangkan pendidikan maka anak didik akan dapat meraih

kualitas pendidikan yang memadai.

b. Lingkungan Bergaul

Yang dimaksud l ingkungan bergaul adalah lingkungan

dimana anak melakukan aktifitas bermain dengan teman-temannya

dan disitu terdapat beberapa macam latar belakang anak yang berbeda

disitulah pergaulan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak didiknya.

4. Sarana dan Prasarana

Faktor fasilitas (penyediaan bahan ajar) merupakan salah satu

unsur yang sangat menentukan tercapainya mutu pendidikan,

apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian akan mengakibatkan

merosotnya mutu pendidikan. Khususnya sarana dan prasarana

yang berupa alat Bantu pembelajaran. Diperlukan keahlian

mengggunakan pembinaan alat-alat dalam proses belajar mengajar

bertujuan mempertinggi prestasi belajar pada umumnya.

Jenis peralatan dan perlengakapan yang disediakan disekolah dan cara

Page 60: 06110206

administrasi mempunyai pengaruh besar terhadap program belajar mengajar.

Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat proses

belajar mengajar. Demikian pula administrasi yang jelek akan

mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun

peralatan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa.43

Titik berat dalam hal ini adalah belajar yang dikaitkan dengan

masalah-masalah dan kebutuhan serta kegunaan hasil belajar nanti.

Karena penyediaan sarana pendidikan disuatu sekolah haruslah

disesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya dimasa

yang akan datang.

b. Faktor Penghambat

1. Strategi Pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented.

Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa

bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan

buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana

pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara

otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan

yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi output-

input yang dikenalkan oleh teori education production function tidak

berfungsi sepenuhnya dilembaga pendidikan (sekolah) melainkan hanya

terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.

43

Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional,

1982, hal. 96-98

Page 61: 06110206

2. Pengelolaan Pendidikan selama ini bersifat macro-oriented,

diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat.

Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro

(pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimaana mestinya ditingkat

mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa

kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat

terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat .44

Disamping itu mengingat sekolah sebagi unit pelaksana pendidikan

formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang

memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang

berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif

dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas

atau mutu pendidikan

3. Partisipasi Masyarakat

Tidaklah dapat dipungkiri bahwa peradaban semakin maju tetapi

kehidupan semakin rumit tuntutan ekonomi semakin tinggi, maka bertambah

pula keresahan individu karena tidak mampu menncukupi tuntutan tersebut.

Disamping itu peradaban dimasyarakat yang kurang baik, situasi

sosial, moral kehidupan beragam juga akan berpengruh terhadap proses

pendidikan yang sedang berjalan, padahal bantuan masyarakat

mendukung pendidikan dalam upaya pengembangan pendidikan tanpa

44 Umaedi, Manajemen Peningkalan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan

Menengah Umum, April 1999, hal. 2

Page 62: 06110206

partisipasi masyarakat yang sangat sulit untuk kelangsungan pendidikan yang

akan berjalan terus.

Page 63: 06110206

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah penerapan full

day school dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar. untuk

mencapai tujuan tersebut dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dengan penelitian semacam ini

diharapkan peneliti memperoleh deskripsi yang mendalam mengenai subjek

penelitian, memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan

mencoba memperoleh pemahaman yang mendalam serta memahami makna

dari perilaku subjek penelitian .

Mengenai penelitian kualitatif Bogdan dan Taylor, mendefinisikan

metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan pelaku

yang dapat diamati.45

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia

baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.46

Sedang menurut Denzin dan Lincoln mengatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

45

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2004,hlm:24 46

Ibid:

Page 64: 06110206

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada.47

Dari definisi-definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan dengan suatu konteks yang

khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.48

Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif

ini sebagaimana yang di jelaskan di atas, bahwa metode ini menafsirkan

fenomena- fenomena yang terjadi baik perilaku, tindakan, persepsi, motivasi

dan lain-lain, peneliti ingin mengetahui fenomena-fenomena secara

menyeluruh baik dari hasil pengamatan, wawancara atau sumber apapun

mengenai penerapan system full day school apakah dapat meningkatkan

kualitas pendidikan di MI Al-Qamar

B. Kehadiran Peneliti

Salah satu ciri atau karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti

bertindak sebagai instrument utama dalam penelitiannya. Hal tersebut

dikarenakan:

1. Peneliti memeiliki daya respon yang tinggi, yaitu mampu

merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada

gejala yang dihadapi

47

Ibid, hlm:5. 48

Ibid, hlm:6.

Page 65: 06110206

2. Peneliti memiliki sifat adaptasi, yaitu mampu menyesuaikan

diri, mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan

yang dihadapi

3. Peneliti memiliki kemampuan untuk memandang objek

penelitiannya secara holistic, mengaitkan gejala dengan

konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu, dan dengan kondisi

lain yang relevan

4. Peneliti sanggup terus-menerus menambah pengetahuan untuk

bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala yang muncul

5. Peneliti memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi agar

dengan cepat menginterpretasikan. Selanjutnya peneliti juga

diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan

mengarah pada perolehan hasil.

6. Peneliti memiliki kemampuan untuk mengeksplor dan

merumuskan informasi sehingga menjadi bahan masukan bagi

pengayaan konsep ilmu.49

Jadi, dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai

instrument sekaligus bertidak sebagai pengumpul data. Hal ini sesuai dengan

apa yang dikatakan oleh Lexi J. Moeleong, bahwa hanya manusialah yang

dapat berhubungan dengan responden atau objek lain dan mampu memahami

kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.”50

49

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka Cipta,

JAKARTA, 1997, HLM: 15-16. 50

Lexi J Moleong, Op Cit, hlm:4-5.

Page 66: 06110206

Selain itu dalam penelitian ini, status peneliti di ketahui oleh obyek

atau informan, sehingga diharapkan dalam proses penelitian dapat berjalan

dengan baik tanpa ada hambatan-hambatan karena adanya keterbukaan antara

peneliti dengan obyek atau informan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini obyeknya adalah sebuah lembaga pendidikan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar. merupakan suatu lembagapendidikan yang berada

dibawah naungan Depag, lokasi di JL. Kediri No. 03 Desa Petak, Kec. Bagor,

Kab. Nganjuk, Jawa Timur

Lokasi ini dirasa sangat strategis karena terletak di tengah-tengah

pusat kecamatan selain itu juga hanya beberapa meter dari sekolahan tersebut

terdapat jalur utama jalan raya provinsi yang menghubungkan kota madiun

dengan Surabaya

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut

responden, yaitu orang yang merespon atau mejawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan

tehnik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses

sesuatu. Dan apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka sumber

datanya berupa dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data.51

51

Suharsini Arikunto Op Cit, hlm:107.

Page 67: 06110206

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama yang dicatat melalui sumber data tertulis atau

melalui rekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Pencatatan

sumber data melalui wawancara atau pengamatan berperan serta dalam

mendapatkan hasil merupakan usaha gabungan dari kegiatan melihat,

mendengar dan bertanya. Manakah diantara kegiatan yang dominan, jelas

akan bervariasi dari waktu yang lain dari satu situasi yang lainnya.

Selanjutnya adalah sumber data tambahan yaitu sebuah data yang berupa

buku-buku, majalah, arsip-arsip, dokumen-dokumen baik pribadi maupun

resmi yang sangat mendukung validitas data utama. 52

Peneliti dalam melakukan penelitian ini ingin menggali sumber data

baik melalui observasi, wawancara, dokumentasi, penyebaran angket ataupun

dari sumber data tambahan yang tentunya menunjang peneliti dalam

menemukan permasalahan-permasalahan yang sedang peneliti kaji. Terutama

melalui wawancara yang rencananya akan peneliti lakukan kepada kepala

sekolah, waka-waka terutama waka kurikulum, para dewan guru mengenai

materi yang berkaitan dengan sistem penerapan full day school

Selain itu peneliti juga ingin mewawancarai murid dan orang tua

murid yang bertidak sebagai pelanggan, tentang bagaimana asumsi mengenai

system penerapan full day school yang telah di jalankan di Madrasah

Ibtidaiyah tersebut.

52

Op Cit, hlm: 157.

Page 68: 06110206

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha mengumpulkan data, peneliti berusaha mencari

informasi-informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian

ini, baik berupa pendapat, fakta-fakta maupun dokumentasi. Adapun metode

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ada tiga metode, yaitu

observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati

aktivitas individu lain. Alat utama peneliti adalah pancaindera,

sedangkan kesengajaan dan sistematis merupakan sifat-sifat tindakan

yang secara eksplisit dicantumkan di sini. Faktor kesengajaan itu

bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah yang melakukan

obeservasi, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah.53

Peneliti dalam hal ini berencana mengamati terhadap seluruh

aktifitas yang dilakukan di sekolahan tersebut, mulai dari kegiatan

belajar mengajarnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa

maupun guru pada waktu jam-jam efektif maupun pada waktu

istirahat serta keunikan-keunikan apa yang ada di dalam sekolah

tersebut dan hal-hal lain yang menunjang peneliti dalam

melaksanakan penelitian ini, sehingga diharapkan dengan observasi

yang menyeluruh dapat mendapatkan data-data yang valid dan

reliable yang tentunya mempengaruhi hasil dari penelitian ini

53

Sumadi Suryabarata, Pembimbing Ke Psikodiagnostik, Raksa Sersain, Yogyakarta, 1990, hlm:7.

Page 69: 06110206

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah suatu metode yang mendasarkan diri pada

laporan verbal (verbal reports) di mana terdapat hubungan langsung

antara peneliti dengan subyek yang diteliti. 54

Jadi dalam metode ini

ada “face to face relation” antara peneliti dan subyek yang diteliti.

Dalam penelitian metode wawancara yang digunakan adalah

metode tak berstruktur atau bebas. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan kepastian apakah data yang dihasilkan dengan cara

observasi yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai atau tidak dengan

keadaan subyek penelitian. Selain itu, metode ini juga digunakan

peneliti untuk mengetahui apakah penerapan sistem full day school

benar-benar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah tersebut.

Dalam pengumpulan data berupa wawancara ini, penulis ingin

menggali informasi yang terkait dengan pelaksanaan full day school

yang diterapkan di MI Al-Qamar, faktor-faktor penghambat dan

pendukung full day school dan juga penulis ingin mengetahui apakah

sistem full day school yang di terapkan di MI AL-Qamar bisa

meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut dengan cara

melakukan wawancara yang rencananya akan peneliti lakukan kepada

kepala sekolah, waka-waka terutama waka kurikulum, para dewan

guru

54

ibid, hal. 18

Page 70: 06110206

Selain itu peneliti juga mewawancarai murid dan orang tua

murid yang bertidak sebagai pelanggan, tentang bagaimana asumsi

mengenai system penerapan full day school yang telah di jalankan di

Madrasah Ibtidaiyah tersebut.

3. Dokumentasi

Metode ini tidak kalah pentingnya dengan metode yang lain,

selain itu dalam melaksanakan metode ini pun tidak terlalu sulit.

Artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum

berubah. Dalam metode dokumentasi yang diamati adalah benda mati

bukan benda hidup.

Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.55

Sedangkan Guba dan Lincoln mengatakan bahwa dokumentasi

adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan

karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi ini

sangat perlu sekali bagi peneliti untuk menguatkan data-data yang

telah diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara.

Dengan metode ini, keadaan data yang diperoleh dengan cara

observasi dan wawancara akan semakin kuat keadaannya. 56

55

Suharsini Arikunto, Op cit. hal.. 236 56

Lexy J. Moleong, Op cit, hal. 161

Page 71: 06110206

Dalam pendokumentasian ini, penulis ingin mengtahui tentang

dokumen-dokumen apa saja yang ada hubungannya dengan yang

dikaji oleh peneliti, mulai dari jadwal pelajaran, baik jadwal pelajaran

pokok maupun tambahan, daftar jumlah guru dan siswa, hasil belajar

siswa (raport), dan lain sebagainya yang mendukung terhadap

terselesaikannya skripsi penulis

3. Angket

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket langsung

bersifat tertutup. Adapun yang dimaksud dengan angket langsung

adalah jika menjawab atau mengisi angket itu adalah subyek yang

diselidiki dan bukan orang lain.

Dalam hal ini peneliti membagi angket menjadi dua yaitu,

angket untuk guru dan angket untuk murid, angket untuk murid

bersifat tertutup sedangkan angket untuk guru bersifat campuran

(tertutup dan terbuka)

Untuk murid peneliti memberikan angket kepada 29 anak yang

kesemuanya adalah obyek yang dalam artian siswa-siswi yang

mengikuti kegiatan full day school. Sedangkan angket untuk guru

diberikan kepada 15 guru

F. Analisis Data

Page 72: 06110206

Analisis data adalah sebuah proses yang dilakukan melalui pencatatan,

penyusunan, pengolahan dan penafsiran serta menghubungkan makna data

yang ada dalam kaitannya dengan masalah penelitian.57

Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka data yang

muncul berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah

dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari

dokumentasi, dan pita rekaman) dan yang biasnya diproses kira-kira sebelum

digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis),

tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun

dalam teks yang diperluas.58

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses analisis sebagaimana

yang digunakan oleh Meles dan Huberman, yaitu: reduksi data, penyajian dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi.59

Jadi dalam penelitian ini tahap analisa

data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian, roda penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan tertulis dilapangan.60

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia

merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian

57

Nana Sudjana & Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, PT Sinar Baru

Algensindo, Bandung, 2000, hal. 89 58

Mathews B. Milles & A. Micael Huberman, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta,

1992, hlm:15-16 59

Ibid, hlm: 17. 60

Ibid, hlm:16.

Page 73: 06110206

dari mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang

meringkas sejumlah bagian yang tersebar. Cerita-cerita apa yang

berkembang, semua itu merupakan pilihan analisis yang

menunjukkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tak

perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan dan

diverfikasi.

b. Penyajian Data.

Alur penting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian

data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.61

Penyajian yang paling penting sering digunakan pada data

kualitatif dimasa lalu adalah bentuk teks normative. Teks normative

dalam hal ini bisa melebihi beban kemampuan manusia dalam

memproses informasi dan menggerogoti kecenderungan-

kecenderungan mereka untuk menemukan pola-pola yang sederhana.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi.

Peneliti mencoba dan berusaha mencari makna data yang

tergali atau terkumpul kemudian membentuk pola, tema, hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Dari data

yang diproleh, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan

61

Ibid, hlm: 15.

Page 74: 06110206

yang diperoleh dituangkan menjadi laporan penlitian yang tercakup

dalam riwayat kasus (dokumen terkait), hasil wawancara dan

observasi.

G. Pegecekan Keabsahan Temuan

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tehnik

pemeriksaan. Pelaksanaaan tehnik pemerikasaan di dasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu:

a. Kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas). kriteria ini berfungsi:

pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat

kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua,

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan

dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda

yang sedang diteliti.

b. Kriteria keteralihan (transferibilitas), yaitu kriteria untuk

mengetahui apakah ada kesama antara konteks pengiriman dan

penerima.

c. Kriteria kebergantungan (dependebilitas), yaitu kriteria yang

digunakan untuk menilai apakah tehnik penelitian ini bermutu

dari segi prosesnya.

d. Kriteria kepastian (konfirmabilitas), yaitu kriteria ini berasal

dari objektivitas non kualitatif. Di sini pemastian bahwa sesuatu

itu objektif atau tidak tergantung pada pandangan, pendapat, dan

Page 75: 06110206

penemuan seseorang. Menurut Scriven (1971), objektif itu berarti

dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.62

Dalam hal ini peneliti berusaha secara obyektif dalam

membandingkan data-data yang di temukan oleh peneliti, jadi peneliti akan

membandingkan data yang diperoleh dengan cara mendalami dan

menganalisis hasil temuan yang satu dengan yang lain, penulis akan terus

melakukan observasi untuk mendapatkan data yang akurat yang dapat

dipertanggung jawabkan

Selain itu peneliti akan memadukan temuan-temuan dengan teman

sejawat yang tentunya yang berkompeten di bidangnya, yang diharapkan

peneliti mendapatkan masukan-masukan yang membangun dalam diri peneliti

H. Tahap-tahap Penelitian

Menurut Bogdan (1972). Ada tiga tahapan dalam penelitian, yaitu: (i)

Pra lapangan, (2) Kegiatan Lapangan, (3) Analisis intensif.

1. Tahap Pra Lapangan.

a. Menyusun rancangan atau desain penelitian. Seperti yang

telah dijelaskan di depan.

b. Memilih lapangan penelitian. Penelitian ini berlokasi di

Madrasah Ibidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor, Nganuk

c. Mengurus perizinan. Peneliti menghubungi dan meminta izin

siapa saja yang berwenang memberikan izin. Selain itu

peneliti harus menyiapkan : (1) Surat tugas, (2) surat izin

intansi di atasnya, (3) identitas diri seperti KTP, foto dan

lain-lain, (4) perlengkapan penelitian seperti foto, tape

recorder, video recorder dan lain sebagainya, (5) peneliti

62

Lexi J. Moleong, Op Cit, hlm: 324-326.

Page 76: 06110206

memaparkan tujuan penelitian terhadap orang yang

berwenang diwilayah penelitian.

d. Menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti sedah mempunyai

orentasi terhadap lapangan penelitian.

e. Memilih dan memanfaatkan informasi. Informai adalah orang

yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar dan subyek penelitian.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Seperti yang telah

dijelaskan di atas.

2. Tahap pekerjaan lapangan.

a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri;

b) Memasuki lapangan. Dalam hal ini, hubungan peneliti

dengan subyek penelitian harus benar-benar akrab sehingga

tidak ada lagi dinding pemisah di antara keduanya;

c) Berperanserta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap analisa data.

Tentang tahap ini sudah dijelaskan sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Page 77: 06110206

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MI AL-Qamar

MI Al-Qamar merupakan suatu lembaga pendidikan yang

berada di bawah naungan YPIS Al-Qamar yang mana YPIS Al-Qamar

selain memiliki MI juga memiliki dua lemnaga lain, yaitu TK Al-

Qamar dan Playgroup

TK Al-Qamar berdiri pada tahun 1999 sedangkan Playgroup

berdiri pada tahun 2005, khusus untuk MI, jauh sebelum MI pagi

berdiri sudah di awali dengan adanya MI sore. MI masuk sore berdiri

kurang lebih tahun 1980, pada umumnya murid MI sore itu juga

belajar pada waktu pagi hari di Sekolah Dasar (SD). Sehingga

kegiatan belajar mengajar tidak bisa optimal, bahkan belajar di SD

inilah yang menjadi prioritas murid sedangkan MI sore hanya sebagai

sampingan, oleh karena itu perkembangan MI mengalami pasang

surut sesuai dengan situasi dan kodisi yang ada di masyarakat,

begitupun kondisi pengajar juga mengalami pasang surut sesuai

dengan situasi dan kondisi juga karena tidak diuatkan SK dari DEPAG

mengajar hanya dorongan niat dan keikhlasan para guru.

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1990 kepala MI

mendirikan Taman Pendidikan AL-Quran (TPQ) sehingga pada waktu

itu kelas 1, 2 dan tiga (umur 7 s/d 10) kesemuanya di alihkan ke TPQ

dengan menunakan system Iqra‟ (system AMM dari Jogja)

Page 78: 06110206

Sedangkan kelas 4, 5 dan 6 (umur 10 s/d 13) diberi tambahan

mata pelajaran fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Aqidah

Akhlak dan Al-Qur‟an Hadits. Hal ini berjalan dengan baik dan cukup

lama, kurang lebih selama 17 tahun (sampai tahun 2007)

Pada tahun 1999 pendiri mendirikan RA (Raudhatul Atfal)

yang dibantu oleh Sdr Dra. Binti Isnaniah dan Doso Sunarto, S.Pd.

yang mana proses kegiatan belajar mengajarnya berada di gedung

TPA (pagi untuk RA dan sore untuk TPQ) dengan sertifikat pendirian

dari Depag No. 114575652000 tahun 2000. TK in berjlan dengan

baik, terbukti 3 tahun sudah mempunyai 70 murid dan TK berjalan 5

tahun mempunya 88 murid, disamping itu TK Al-Qamar menjadi

salah satu TK faforit di Kecamatan Bagor.

Tahun 2005 pendiri telah mendirikan MI pagi, hal ini di

dorong oleh :

1. Keinginan untuk menjadikan anak bisa membaca AL-

Qur‟an dan sholat dengan baik

2. Keinginan mendirikan lembaga yang lebih baik dan lebih

formal

3. Keinginan mendidik anak lebih mendalam tentang agama

di tingkat dasar

4. Masih langkanya Madrasah Ibtidaiyah yang masuk pagi

5. Adanya lahan yang luas yang berada di tengah-tengah kota

kecamatan

Page 79: 06110206

6. Selain itu juga untukmenampung murid-murid TK sendiri

Maka tepatnya pda tanggal 1 Juli 2005 berjalanlah proses

kegiatan belajar mengajar MI AL-Qamar dengan tujuh murid dan di

ajar oleh dua orang guru dan seorang kepala sekolah. Dua guru

tersebut adalah :

1. Sdr. Supiatun SE.

2. Abdul Wakhid, A. Ma.

Dan kepala sekolah tersebut adalah pendiri sendiri yaitu Sdr.

Drs. H. Zainul Arifin, M. Ag. Sedangakan tujuh murid MI tersebut

adalah Elna Kurnia C, Iskarohma B.N, Yolita Arga M, Retina Zian M,

Anif Ismiatin, Eka Nurul L, Sinta Andiya G.

Tahun kedua yaitu tahun 2006 baru di daftarkan di Depag

dan memperoleh SK Nomor 111235180006 mengizinkan untuk

menyelenggarakan proses belajar mengajar (MI swasta)63

2. Lokasi dan Letak Geografis MI AL-Qamar

Lokasi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar ini terletak di

Desa Petak, Kec. Bagor Kab. Nganjuk sekitar 7km ke barat dari

jantung kota nganjuk, lokasi ini terbilang strategis, di karenakan selain

dekat dengan institusi-institusi Negara semisal Polsek, Kantor

Kecamatan, Puskesmas, Bank dll. Juga terletak di sebelah jalur

propinsi, yaitu jalur utama yang menghubungkan kota Madiun dengan

63

Dokumen MI Al-Qamar, Sejarah Berdirinya MI AL-Qamar.

Page 80: 06110206

kota Surabaya (jalan Madiun-Surabaya) sehingga memudahkan bagi

lembaga dan pengguna lembaga ini dalam mengakses lokasi ini 64

3. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Qamar

Visi :

“Terdepan Dalam Prestasi, Teladan Dalam Akhlaqu al-Kariimah”

Misi :

1. Menumbuhkan semangat kehidupan yang Islamy di sekolah,

di rumah dan dilingkungan masyarakat, (sekolah laksana

labolatorium kehidupan beragama).

2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,

sehingga seluruh siswa dapat berkembang secara optimal,

sesuai dengan bakat dan potensinya.

3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dan

menumbuhkan potensi dirinya sejak dini, sehingga dapat

dikembangkan secara optimal .

4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan

seluruh warga sekolah dan komite sekolah serta stake holders

TUJUAN

Tujuan penyelenggaraan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar

Bagor adalah untuk meningkatkan keprofesionalan lembaga

64

Dokumen MI Al-Qamar, Lokasi dan Letak Geografis MI AL-Qamar, 2006

Page 81: 06110206

pendidikan sebagai tempat pembudayaan ilmu pengetahuan,

keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar

nasional dan internasional sehingga menjadi sekolah yang mampu

menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional

sekaligus yaitu “Meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut”65

4. Struktur Organisasi MI Al-Qamar

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi

suatu lembaga, baik formal maupun non formal. Dengan adanya

struktur organisasi sekolah dapat membagi tugas diantara pengelola

sekolah agar tidak terjadi perselisihan diantara pengurus. Struktur

organisasi yang baik dapat memperlancar tugas-tugas suatu lembaga

menuju visi, misi dan tujuan sekolah tersebut.

Adapun kita ketahui bahwa lembaga pendidian Madrasah

Ibtidaiyyah (MI) ini adalah suatu lembaga pendidikan yang berada

dalam naungan sebuah yayasan, yaitu Yayasan Pendidikan Islam dan

Sosial (YPIS) Al-Qamar yang yang tidak hanya memiliki MI saja

tetapi juga memiliki lembaga-lembaga pendidikan lain seperti TK

(taman kanak-kanak) dan Play group

65

Dokumen MI Al-Qamar, Visi, Misi, Tujuan MI AL-Qamar, 2006

Page 82: 06110206

Adapun struktur yang ada di MI Al-Qamar Bagor dapat dilihat

dibawah ini

STRUKTUR ORGANISASI

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

5. Keadaan Guru dan Karyawan MI AL-Qamar

Dengan semakin berkembangnya Madrasah Ibtidaiyyah (MI)

AL-Qamar ini, maka lembaga pendidikan ini terus berbenah diri, salah

satunya dengan melalui penggunaan tenaga pendidik sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki oleh pendidik tersebut. Karena guru atau

pendidik sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan yang

bertujuan agar dapat mencapai sasaran dari tujuan pendidikan itu

sendiri. Sedangkan tenaga kependidikan yang lain (karyawan) punya

peranan penting untuk menopang tercapainya tujuan tersebut. Adapun

secara rinci profil Guru MI Al-Qamar Bagor sebagai berikut:

YPIS Al-Qamar

TK AL-Qamar Playgroup

Komite Madrasah KepalaMI AL-

Qamar

WAKABIDU

M

Ka. Tata Usaha

Waka

Kesiswaan

Waka Litbang

Waka Humas

Waka

Kurikulim

Manajer Usaha Koor.

Sarpras

Koor BK

Siswa

Wali

Kelas

Page 83: 06110206

1) Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan

muslim di mana saja ia berada

2) Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta

profesionalisme dan dedikasi yang tinggi

3) Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan

keilmuan

4) Bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan

dapat menjadi contoh civitas akademika yang lain.

5) Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik guru

6) Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir

ilmiah yang tinggi

7) Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang

didasari oleh niat beribadah dan selalu berupaya

meningkatkan kualitas pribadi

8) Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan

menyelesaikan masalah

9) Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap

proaktif.

Untuk menuju pada lembaga yang berkualitas maka seluruh

SDM yang ada harus berkualitas pula. Untuk itu harus diantisipasi

sejak dini (sejak menerima calon tenaga kependidikan baik guru

maupun karyawan) dengan menentukan cara perekrutan yang

profesional. Sesuai dengan jumlah yang ada keadaan pegawai di MI

Al-Qamar sudah lebih dari cukup, karena dengan hanya 5 rombongan

Page 84: 06110206

belajar tetapi sudah mempunyai 13 guru yang hampir sesuai dengan

bidangnya masing-masing

Dalam perekrutan tenaga dan untuk memperoleh tenaga yang

berkualitas tahap-tahap yang dilalui adalah sebagai berikut:

1. Sepanjang tahun surat lamaran bisa masuk ke Madrasah

2. Lamaran yang masuk di seleksi

3. Bagi yang lolos seleksi akan dilanjutkan test. Test yang

dimaksud adalah

a. TPA

b. TPK

c. Test Psikologi

d. Wawancara

TABEL I

Data Keadaan Guru dan Karyawan di MI Al-Qamar Bagor

No Nama Lengkap L/P Status Ijasah

terakhir Jurusan

1 Zainul Arifin. Drs, M Ag L GTY S2 PAI

2 Supiatun, SE P GTY S1 Manajemen

Ekonomi

3 Abdul Wakhid, A.Ma L GTY DII PAI

4 Sriatun, S.PdI P GTY S1 PAI

5 Binti Isnaniyah, Dra, S.PdI P GTY S1 PAI

6 Tri Kusumawati, S.Pd P GTY S1 Bhs. Inggris

7 Hartanto, S.Pd L PNS S1 Pendidikan

Olahraga

8 Nury Yuchana, A.Md P GTY S1 PMP

9 Siti Maghfuroh P PTY D1 Perhotelan

10 Yuli Erkhamni L PTY MTs -

11 Mochammad Romadzon,

A.Ma, SE L GTY D2 PAI

12 Muhammad Muhsin Anshori,

SEI L GTY S1 Ekonomi Islam

13 Suyitno L GTY SMA IPS

14 Muslikah, S.Pd P GTY S1 Matematika

15 Musriatun S.Pd P GTY S1 BIN

16 Mamik Hariyani, A.Ma P GTY D2 PGSD

17 Manis Tyas Hananti

A. Ma p GTY D2 PGSD

Page 85: 06110206

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

5. Keadaan Siswa MI Al-Qamar

Keberadaan MI Al-Qamar kini semakin terkenal dan semakin

diakui keberadaannya oleh masyarakat luas. Hal ini dapat kita llihat

dari data perkembangan siswa dari tahun ke tahun. Diantaranya: mulai

tahun 2005/2006 berjumlah 7 siswa, tahun 2006/2007 ada penurunan

menjadi 6 siswa, tahun 2007/2008 berjumlah 18 siswa, tahun

2008/2009 berjumlah 14 siswa, tahun 2010/2011 berjumlah 24

siswa.66

6. Sarana dan Prasarana MI Al-Qamar

Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, tentunya

tidak lepas dari beberapa faktor pendukung yang berupa sarana dan

prasarana yang memadai. Upaya untuk pencapaian target tersebut baik

sarana dan prasarana secara fisik, lingkungan sekolah maupun

personil yang terkait haruslah bisa memberdayakan secara efektif dan

efisien. Terkait dengan sarana dan prasarana tentunya tidak bisa

dilupakan pula perekrutan personil-personil yang ahli dalam bidang

penggunaan sarana prasarana tersebut. Sarana prasarana yang ada di

MI AL-Qamar sebagaimana yang terdapat daftar tabel di bawah ini:

TABEL II

Data Sarana dan Prasarana di MI Al-Qamar Bagor

66

Dokumen MI Al-Qamar, Keadaan Siswa MI AL-Qamar.

NO Nama Ruang Jumlah Ruang

1.

2.

Belajar Guru

6

1

Page 86: 06110206

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

7. Kegiatan Ekstra kulikuler

Selain mendapatkan pelajaran berupa pendidikan formal dalam

kelas, siswa juga mendapatkan kegiatan ekstrakulikuler yang

bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik diri kearah terwujudnya siswa yang

berprilaku Islami, cerdas, kreatif, mandiri dan berkepekaan sosial.

Kegiatan ekstrakulikuler di MI AL-Qamar meliputi :

1. Ekstra Pramuka

2. Renang

3. Tari

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

Kinerja Guru

UKS

Kebun Percobaan

Tabsi

Kepala Sekolah

Tata Usaha Aula Kantin

Masjid

Gudang

Toilet

Dapur

Percetakan

Kamar Penjaga

Tempat Wudhu

Tempat Parkir

Halaman

Kebun Jati

Lapangan

Tempat makan

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

4

1

1

1

2

1

2

1

1

1

Page 87: 06110206

4. Sempoa

5. Hadrah

6. Hafalan

B. Penyajian dan Analisis Data

Penyajian data dalam bab ini adalah penyajian dan sekaligus

analisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi

dan penyebaran angket. Sebagaimana rumusan masalah yang sudah

disebutkan dalam bab I, maka peneliti menyajikan data sesuai dengan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Penerapan Sistem Full Day School di Madrasah Ibtidaiyah ( MI )

Al-Qamar

Posisi madrasah dalam konteks desentralisasi pendidikan sampai

saat ini masih tetap merupakan derivasi dari kebijakan otonomi daerah.

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa

agama merupakan bidang pemerintah yang tidak diotonomikan, karena di

dalam Departemen Agama terdapat sekolah-sekolah keagamaan yang

dalam hal ini MI, MTs, MA. Maka secara legal-formal pengelolaan

madrasah tidak menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.

Sebagaimana lembaga pendidikan keagamaan, maka MI Al-Qamar

Bagor tentu harus memperhatikan hal tersebut di atas, akan tetapi tentu

saja tetap mengupayakan agar tidak menjadi lembaga pendidikan yang

termarjinalkan, oleh karena itu harus proaktif untuk mencari informasi

Page 88: 06110206

tentang perkembangan paradigma baru pendidikan, sepanjang itu tidak

bertentangan dengan kebijakan pusat. Hal itu ternyata sesuai pula dengan

surat Menteri Agama yang dilayangkan kepada Menteri Dalam Negeri dan

Otoda, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan seluruh

gubernur di segenap Wilayah RI yang isinya:

a. Kewenangan penyelenggaraan pendidikan agama pada sekolah umum

dan penyelenggaraan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan

Madrasah Aliyah diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota yang

meliputi aspek-aspek, oprasional penyelenggaraan, penjabaran

kurikulum, penyediaan tenaga kependidikan, penyediaan sarana dan

prasarana, penyediaan anggaran.

b. Kewenangan lain di bidang pendidikan sebagaimana dimaksudkan

dalam PP. No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi Bab II Pasal 2 ayat (3)

angka 11 sepanjang yang menyangkut pendidikan agama dan

keagamaan masih tetap menjadi wewenang pemerintah pusat

(Departemen Agama).

Ide dasar desentralisasi pendidikan di era otonomi daerah adalah

pengembangan pendidikan berbasis masyarakat hendaknya menjadi

harapan baru bagi masyarakat madrasah. Otonomi pendidikan dengan

pendekatan berbasis masyarakat sungguh merupakan perpaduan sinergik

antara sistem sentralistik dan desentralistik.

Page 89: 06110206

Berdasarkan uraian di atas, maka MI Al-Qamar Bagor

melaksanakan MPMBS yang dalam hal ini untuk mengarahkan pada

peningkatan kualitas. Kemudian pada UU Nomer 25 Tahun 2000 tentang

Program Pengembangan Nasional dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Dari kedua Undang-undang tersebut telah

mengamanatkan agar pengelolaan satuan pendidikan dilakukan dengan

prinsip Manajemen Berbasis Sekolah. Karena itulah MI AL-Qamar Bagor

yang merupakan satuan pendidikan madrasah di bawah Departemen

Agama, segera pro aktif untuk melaksanakan UU tersebut. sesuai dengan

buku panduan pengembangan Sekolah Setandar Nasional (SSN), bahwa

melalui MBS ada 6 yang di dorong untuk dikembangkan di sekolah,

diantaranya: Kemandirian, Kerjasama, Keterbukaan, Fleksibilitas,

Akuntabilitas, dan Sustanbilitas.

Adapun kurikulim yang digunakan di MI Al-Qamar Bagor ini yaitu

kurikulum 2006 yang terdiri dari empat komponen. Dimana dari keempat

komponen tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Keempat komponen itu diantaranya: kurikulum dan hasil belajar,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kegiatan belajar mengajar dan

penilaian berbasis kelas. Dengan berbagai keragaman potensi anak didik,

maka memerlukan layanan pendidikan yang beragam. Untuk itu, sekolah

harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan peranannya dalam

mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan.

Page 90: 06110206

Hal ini dapat dilaksanakan jika sekolah diberikan kebebasan untuk

mengatur dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak

didiknya. Pengaturan diri ini terkait dengan aspek manajemen berbasis

sekolah.

Adapun sistem pembelajaran yang mendukung pelaksanaan

manajemen berbasis sekolah salah satunya adalah penerapan sistem full

day school. Sistem full day school adalah sekolah sepanjang hari atau

proses belajar mengajar yang dimulai pukul 07.00-15.00 WIB. Adapun

tujuan diberlakukannya sistem full day school ini adalah salah satu

alternative untuk mengatasi masalah yang ada, seperti kenakalan siswa,

siswa yang cenderung bermain-main saja tanpa di imbangi dengan belajar.

Hal tersebut akibat kurang pengawasan baik dari orangtua siswa maupun

dari pihak sekolah yang cenderung kurang memperhatikan siswanya ketika

berada diluar sekolah. Dengan begitu, setelah jam pelajaran selesai

kebanyakan siswa tidak langsung pulang kerumah, melainkan mereka

berjalan-jalan atau main bersama teman-temannya yang mereka anggap

lebih menyenangkan ditimbang pulang kerumah.

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala MI

Al-Qamar Bagor pada waktu interview bersama peneliti. Beliau

mengatakan bahwa:

“ ….. Karena anak-anak sukanya tidak segera pulang, memilih

bermain dulu disini (di sekolah). Maka dari pada main tidak ada yang

membina, lebih baik diadakan pembinaan full day atau belajar sehari

penuh. Akan tetapi sehari penuhnya Cuma sampai ashar. Awalnya

pembinaan ini di fokuskan kepada pembinaan agama, belajar mengaji

tetapi pada prakteknya tidak mengena. Kemudian ditambahlah dengan

Page 91: 06110206

pembinaan-pembinaan mata pelajaran yang lain yang dibutuhkan oleh

siswa. Untuk kelas lima pembinaannya di fokuskan pada persiapan UAN.

Kemudian untuk kelas tiga dan empat pembinaannya difokuskan pada

pelajaran-pelajaran yang dibutuhkan oleh mereka, seperti pembinaan mata

pelajaran matematika dan lain-lain, dari hasil pembinaan tersebut banyak

anak yang mendapatkan nilai yang baik dalam ujiannya…..”.

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010)

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh waka

kurikulum, Pada waktu interview dengan peneliti. Beliau mengatakan

bahwa:

“…. Dengan full day school sudah jelas jam pelajaran bertambah.

Pelajaran yang diajarkan dalam full day school adalah siswa diberi

bimbingan tentang pelajaran-pelajaran yang di ajarkan pada waktu pagi.

Untuk pembinaan bahasa inggris, siswa diajarkan cara pengucapannya,

sedangkan pelajaran-pelajaran umum siswa di kasih soal-soal untuk

memperdalam materi. Jadi tugas guru adalah untuk mengajarkan baca tulis

alqur‟an, seperti ngaji dan lain-lain. Di dalam ngaji para guru

menggunakan metode tartil”.

(Wawancara dengan waka kurikulum MI Al-Qamar pada tanggal 13

Maret 2010)

Dari petikan hasil interview diatas, maka dapat diinterpretasikan

bahwa suatu lembaga pendidikan atau seorang guru harus pintar-pintar

dalam menggunakan waktu dan dapat menyiasati aktivitas siswanya agar

aktivitasnya bermanfaat dan tetap menyenangkan. Dengan demikian MI

AL-Qamar Bagor menerapkan sistem full day school untuk menggunakan

waktu dengan sebaik-baiknya dan menyiasati aktivitas siswanya agar

bermanfaat bagi siswa itu sendiri.

Selanjutnya dari hasil interview dengan para guru yang mengabdi di

Madrasah tersebut mengatakan bahwa:

Page 92: 06110206

“Penerapan full day school di MI AL-Qamar ini sudah cukup baik,

karena materi atau aktivitasnya sangat efektif dan anak-anak sudah cukup

terbiasa sehingga mereka menikmati pelaksanaan full day school dengan

hati yang riang gembira, bahkan ada sebagian anak yang mengajak

menginab.

(Wawancara dengan para guru yang mengajar di MI Al-Qamar pada

tanggal 13-April 2006).

Selanjutnya Kepala Madrasah mengatakan pada peneliti bahwa:

Pelaksanaan full day school disini hanya untuk kelas tiga keatas,

untuk kelas satu pulang pukul 11.40 sedangkan kelas dua pulang pukul

12.15 baru kelas tiga keatas pulang pukul 15.00

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010)

Adapun jadwal pelajaran semester II tahun ajaran 2009/2010 yang

ada di MI AL-Qamar adalah sebagaimana terdapat dalam tabel berikut :

TABEL III

JADWAL PELAJARAN SEMESTER II

MADRASAH IBTIDAIYAH AL – QAMAR BAGOR

TAHUN AJARAN 2009/2010

Jln. Kediri No.1 Petak, Bagor, Nganjuk Telp (0358) 326212

Kelas I

Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu

07.00-07.35 Upacara Al-Qur‟an

Hadits (4)

MTK

(12)

Fiqih

(4) MTK

(12)

Sempoa

(14) 07.35-08.10 BTA

(4) 08.10-08.45

BIN

(12)

Penjaskes

(6)

Ibadah (4) IPA

(12) 08.45-09.20 Akidah

Akhlak

(4)

IPS (2) B. Jawa (13) 09.20-09.55 Ex. Tari SBK

(7) 09.55-10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

10.30-11.05

Hafalan

(4)

BTA

(4)

BIN

(12)

PKN

(12)

Pramuka

(12)

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

Kelas II

Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu

07.00-07.35 Upacara Penjaskes

(6)

IPS

(2)

BIN

(5)

BIG

(5)

Ibadah

(3) 07.35-08.10 B. Jawa

Page 93: 06110206

08.10-08.45 (13) Al Qur‟an

Hadits (4)

BIN

(5)

Fiqih

(9)

Ex. Hadroh

/ MTQ (14) 08.45-09.20 IPA

(6)

Akidah

Akhlak (3) 09.20-09.55 B. Arab (8) Ex. Tari

(15) SBK

(7) Istirahat

09.55-10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

10.30-11.05 BTA (3) MTK

(10)

B. Arab (8) Hafalan

(3)

Sempoa

(14) Pramuka

(12) 11.05-11.40 PKN

(2)

MTK

(10)

11.40-12.15 BTA (3)

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

Kelas III

Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu

07.00-07.35 Upacara Akidah

Akhlak (3)

Penjaskes

(6) MTK

(10)

B. Arab (1) Pramuka

(8 & 12) 07.35-08.10 BIN

(8) 08.10-08.45 MTK

(10)

BIN

(8)

SKI

(7)

Ex.Kompt.

(9) 08.45-09.20 SBK

(7) 09.20-09.55 B.

Jawa(13) IPA (6) Al Qur‟an(4) Fiqih (9)

Ex. Hadroh

(14)

09.55-10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

10.30-11.05 B.

Jawa(13) IPA (6) Hadits(4) IPS

(2)

Fiqih (9)

Ex. Renang

(6) 11.05-11.40 Hafalan (3)

PKN

(2)

BIG

(5)

Ibadah (9)

11.40-12.15 BTA (3) Ex.sempoa(14

) Sholat

Jum’at &

Ishoma 12.15-12.50 Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

12.50-13.25

13.25-14.00 IPS

(9)

IPA

(13)

BIG

(5)

MTK

(12)

BIN

(4) 14.00-14.35

14.35-15.00

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

Kelas IV

Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum‟at Sabtu

07.00-07.35 Upacara BIG

(5)

Al-Qur‟an

Hadits (4)

Hafalan (3) B. Jawa

(13)

Pramuka

(8 & 12) 07.35-08.10 Akidah

Akhlak (3)

SBK

(7) 08.10-08.45 Penjaskes

(6) MTK

(10) BIN

(5)

Ex. Hadroh

(8) 08.45-09.20 PKN

(2)

BIN

(5) 09.20-09.55 IPS (2) BTA (3) Ex.komputer

(9) 09.55-10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

10.30-11.05 Fiqih

(9)

IPS (2) IPA

(13)

MTK

(10)

SKI

(7) Ex. Renang

(6) 11.05-11.40 B. Arab

(8) 11.40-12.15 Ibadah (9) Sholat

Jum’at

& Ishoma 12.15-12.50 Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

12.50-13.25

13.25-14.00

BIN

(11)

IPS

(3)

MTK

(12)

IPA

(13)

BIG

(8)

14.00-14.35

14.35-15.00

Page 94: 06110206

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

Kelas V

Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum‟at Sabtu

07.00-07.35 Upacara MTK

(10)

B. Arab

(8)

IPA

(13)

SBK

(7)

Pramuka

(8 & 12) 07.35-08.10 BIG

(5) 08.10-08.45 Penjaskes

(6)

IPA

(13)

IPS

(2)

PKN

(2)

Ex.Hadroh

(8) 08.45-09.20 Akidah

Akhlak (3) 09.20-09.55 BIG (5) MTK (10)

B.

Jawa(13) IPS (2) Ex.komputer

(9) 09.55-10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

10.30-11.05

BIN

(8)

BIG (5) MTK (10) B.

Jawa(13) IPS (2)

Ex. Renang

(6) 11.05-11.40 Fiqih

(9)

BIN

(8)

SKI

(7)

Al-Qur‟an

Hadits (4) 11.40-12.15

12.15-12.50 Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Ishoma&

mengaji

Sholat

Jum’at

& Ishoma

12.50-13.25

13.25-14.00 BIN

(11)

MTK

(12)

IPA

(6)

MTK

(10)

IPA

(2) 14.00-14.35

14.35-15.00

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

Dari jadwal pelajaran tersebut dapat kita ketahui bahwa penerapan

full day school hanya untuk kelas tiga keatas yaitu pada hari senin sampai

jum‟at pulang pukul 15.00 sedangkan untuk hari sabtu pulang pukul 11.40.

untuk kelas satu hari senin sampai dengan sabtu pulang pukul 11.05 kecuali

hari jum‟at pulang pukul 09.55. sedangkan untuk kelas dua pulang pukul

12.15 kecuali hari jum‟at pulang pukul 11.05

Selanjutnya untuk mengetahui keadaan siswa dalam proses

mengikuti kegiatan full day school, peneliti membagikan angket berupa

pertanyan – pertanyaan yang di rasa peneliti perlu mengetahui hasil jawaban

dari pertanyaan – pertanyaan tersebut.

Page 95: 06110206

Adapun untuk mengetahui apakah anak mengetahui akan penting

tidaknya penerapan full day school, peneliti memberikan angket kepada 29

siswa yang terdiri dari kelas tiga keatas

TABEL IV

PENDAPAT SISWA TENTANG PENTINGNYA FULL DAY SCHOOL

DI TERAPKAN DI MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

1

a. Penting sekali

b. Kurang penting

c. Tidak penting

29 28

1

-

96,5%

3,45%

-

Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat kita ketahui bahwa

anak yang menjawab full day school penting sekali di terapkan di MI Al-

Qamar sebanyak 28 anak atau 96,5 % sedangkan yang menjawab kurang

penting sebanyak satu anak atau 3,45 %. Dari hal tersebut berarti dapat kita

ketahui bahwa ada kesadaran anak untuk mengikuti kegiatan full day school

yang di terapkan di MI Al-Qamar

Selanjutnya penulis juga ingin mengetahui bagaimana kondisi

keadaan mental siswa ketika mengikuti kegiatan full day school, oleh sebab

itu sama seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu dengan

membagikan angket mengenai bosan tidaknya siswa ketika mengikti kegiatan

full day school

TABEL V

PENDAPAT SISWA TENTANG TINGKAT KEBOSANAN DALAM

MENGIKUTI FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR

Page 96: 06110206

No Alternatif jawaban N F P

2

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

29 5

17

7

17,24%

58,62%

24,14%

Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat peneliti ketahui bahwa siswa dalam

mengikuti kegiatan full day school mayoritas tidak mengalami kebosanan,

yaitu yang menjawab tidak bosan sebanyak 58,62 % atau 17 siswa, sedangkan

yang menjawab bosan sebanyak 5 siswa atau 17,24 % dan yang kadang-

kadang sebanyak 7 siswa atau 24,14 %

Jadi dapat ketahui bahwa penerapan full day school di MI Al-Qamar

tidaklah memberatkan siswa, siswa mayoritas mengikuti kegiatan full day

school dengan hati gembira hal tersebut sangat cocok sekali dengan yang di

sampaikan dari guru yang mengabdi di MI Al-Qamar sebagaimana kutipan di

atas, bahwa siswa sangat senang menikuti kegiatan full day school, bahkan

sampai-sampai mengajak menginab di sekolahan.

Untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa dalam menerima pelajaran

yang di berikan pada waktu full day school, dapat kita ketahui pada tabel

berikut :

TABEL VI

Page 97: 06110206

PENDAPAT SISWA TENTANG SULIT TIDAKNYA SISWA DALAM

MENERIMA MATERI PADA WAKTU MENGIKUTI FULL DAY

SCHOOL DI MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

3

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

29 3

20

6

10,34%

68,96%

20,68%

Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata anak

mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, hal tersebut

sangatlah menunjang terhadap keberhasilan siswa, karena dengan

tersampaikannya materi yang diberikan oleh guru kepada siswa menjadikan

berhasilnya kegiatan belajar mengajar yang mana hal tersebut merupakan

sesuatu yang diharapkan baik oleh guru maupun orang tua hal tersebut dapat

kita ketahui bahwa sebanyak 20 siswa atau 68,96 menjawab tidak mengalami

kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan

hanya tiga anak atau 10,34% yang menjawab ya, atau mengalami kesulitan

dalam menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan 6 siswa atau

20,68% menjawab kadang-kadang atau dalam arian kadang-kadang sulit

menerima dan kadang-kadang bisa menerima materi yang disampaikan oleh

guru.

Hal tersebut di korscekkan oleh peneliti melalui hasil angket yang

diberikan kepada 15 guru yang mengajar di MI AL-Qamar Bagor tentang

apakah materi yang diberikan kepada siswa pada waktu full day school dapat

Page 98: 06110206

tersampaikan. Berikut tabel hasil jawaban dari Bapak dan Ibu guru di MI Al-

Qamar Bagor.

TABEL VII

PENDAPAT GURU TENTANG TERSAMPAIKAN TIDAKNYA

MATERI PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

3

a. Tersampaikan

b. Kurang tersampaikan

c. Tidak tersampaikan

15 13

2

-

86,66%

13,33%

-

Jumlah 15 15 100%

Berdasarkan hasil tabel di atas peneliti merasa lebih yakin bahwa

siswa dapat menerima materi yang diberikan oleh Bapak atau Ibu guru pada

waktu full day school di karenakan hampir semua guru atau sebanyak 13

guru/86,66% memilih tersampaikan materi yang telah diberikan kepada siswa

dan hanya dua guru ataiu 13,33 guru yang memilih kurang tersampaikan

tentang materi yang telah di berikan

Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan full day

school di MI AL-Qamar, penulis mengambil salah satu kegiatan yang selalu

di lakukan di MI-Al-Qamar pada waktu full day school yaitu kegiatan sholat

dzuhur dan ashar.

Berdasarkan angket yang di berikan kepada 39 siswa dapat kita

ketahui keaktifan murid dalam mengikuti kegiatan full day school melalui

salah satu kegiatan yang ada di sana, yaitu sholat dzuhur dan sholat asar

Page 99: 06110206

berjama‟ah. Berikut adalah tabel tentang keaktifan siswa dalam mengikuti

kegiatan sholat szuhur dan ashar berjama‟ah

TABEL VIII

JAWABAN SISWA TENTANG KEAKTIFAN MENGIKUTI SHOLAT

DZUHUR DAN ASHAR BERJAMA’AH PADA WAKTU FULL DAY

SCHOOL DI MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

4

a. Selalu

b. Jarang

c. Tidak pernah

29 28

1

-

96,5%

3,45%

-

Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat diketahui bahwa

kegiatan full day school yang di terapkan di MI Al-Qamar berjalan dengan

baik, terbukti dengan hampir semua siswa mengikuti kegiatan full day school

di MI Al-Qamar yaitu 28 siswa yang selalu mengikuti kegiatan sholat

berjama‟ah dzuhur dan ashar atau 96,5% sedangkan hanya satu anak yang

jarang mengikuti sholat dzuhur dan ashar berjama‟ah atau 3,45%

2. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat

Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar

a. Faktor Pendukung

Dalam melaksanakan sebuah sistem sangat diperlukan faktor

pendukung, karena tanpa faktor pendukung maka sistem tersebut tidak akan

berjalan dengan lancar. Adapun faktor pendukung dalam penerapan full day

school untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI AL-Qamar bagor

Page 100: 06110206

menurut hasil wawancara, observasi dan penyebaran angket peneliti terhadap

kepala sekolah waka kurikulum dan guru-guru di MI Al-Qamar diantaranya:

1) Sarana dan prasarana

Berbicara tentang sarana dan prasarana, maka hal ini tidak hanya

menyangkut gedung saja. Akan tetapi, termasuk juga beberapa komponen

yang terdapat di dalamnya. Dengan adanya sarana dan prasarana yang

memadai, maka hal tersebut dapat menunjang berjalannya proses belajar

mengajar, sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.

Sebagaimana dari hasil observasi peneliti, bahwa sarana dan prasarana

untuk ukuran MI di MI Al-Qamar Bagor sudah cukup lengkap, baik di dalam

kelas maupun di luar kelas. Seperti adanya ruang belajar/kelas, ruang belajar

yang sangat luas, tempat bermain, Aula dan masjid, ruang kebun percobaan,

sebagaimana yang terdapat dalam tabel II. Dengan terpenuhinya sarana

prasasa di luar kelas maupun di dalam kelas, maka proses belajar mengajar

akan berjalan dengan lancar sehingga mampu meningkatkan kualitas

pendidikan.

Hal tersebut sesuai dengan yang di ungkapkan oleh kepala sekolah MI

Al-Qamar Bagor :

“… MI sekarang sudah memiliki satu lokal gedung yang terdiri dari

enam kelas, yang di pakai untuk kegiatan belajar mengajar, selain itu di luar

kelaspun siswa-siswa bisa bermain dengan leluasa, karena halaman di sini

sangat luas dan ada wahana-wahana bermain untuk anak, sehingga anak tidak

terlalu bosan mengikuti pelajar….”

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Page 101: 06110206

Dari hasil observasi di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa sarana

dan fasilitas sangat mempengaruhi dan mendukung dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Karena Siswa tentu dapat belajar dengan baik dan

senang berada di sekolah bila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan

belajarnya. Maka masalah yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar tentu

relatif kecil dan hasil belajarnya tentu akan lebih baik.

2) Adanya dukungan dari orangtua siswa atau masyarakat.

Hubungan keluarga dengan sekolah merupakan suatu dasar bagi

penyelenggaraan sekolah yang baik. Sebagaus apapun sebuah program atau

sistem bila tidak mendapatkan dukungan dari orang tua siswa, maka program

atau sistem tersebut akan sia-sia.

Bukti adanya dukungan atau keikutsertaan masyarakat atau orang tua

siswa di MI Al-Qamar Bagor adalah dengan adanya pelaksanaan paren‟s day

dan dzikir bersama orang tua siswa atau masyarakat. Kegiatan paren‟s day ini

dilakukan oleh orang tua siswa yang memiliki potensi-potensi tertentu atau

memiliki life-skill, orang tua siswa diberikan kesempatan untuk bertukar

pengalaman, diskusi, dialog secara langsung dengan siswa. Murid

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dan bukan sekedar teori.

Misalnya wali murid yang berprofesi sebagai tukang meuble kayu, maka ia

akan bertutur tentang bidangnya secara langsung dengan siswa. Wali murid

yang berprofesi sebagai pengrajin batu bata, beliau dapat membagi ilmunya

kepada murid-murid bagaimana proses dan seluk beluk batu bata dan lain-

lain. Semisal lagi kalu ada orang tua murid rang berprofesi sebagai petani

Page 102: 06110206

atau penjual tempe atau tahu, maka orang tua wali tersebut akan menerangkan

kepada pesaerta didik sesuai dengan bidang yang di gelitu masing-masing

orang tua murid.

Berikut hasil petikan wawancara dengan kepala sekolah MI Al-Qamar

“…. Disini tiap satu dua bulan sekali mengadakan dzikir dan istighosah

bersama para wali murid selain untuk menjalin tali silaturrahmi antara guru

dan wali murid juga untuk mendiskusikan tentang keadaan siswa selama

belajar di sisi (MI Al-Qamar Bagor),.. selain itu di sini juga ada kegiatan

paren‟s day yang pelaksanannya kadang satu bulan sekali kadang dua bulan

sekali, tidak mesti, karena tergantung kesibukan dari orang tua murid ,…

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Hal tersebut juga senada degan yang di ungkapkan oleh salah seorang

guru yang mengabdi di MI Al-Qamar tersebut

“ …. Disini juga ada kegiatan paren‟s day, dimana sekolah

memanfaatkan keahlian para wali murid untuk menularkan keahlian yang di

miliki masing-masing wali murid. Sebagai mana contohnya di sini ada orang

tua murid yang berprofesi sebagai pembuat batu bata, maka orang tua wali

tersebut menjelaskan kepada para murid mulai dari alat-alat pencetak batu

bata, bentunya, cara membuatnya sampai kepada proses finishingnya,… “

(Wawancara dengan guru yang mengabdi di MI Al-Qamar pada

tanggal 12 Maret 2010)

Peneliti ingin melakukan pengkorscekkan dengan wali murid yang

kebetulan pada waktu peneliti mengobservasi beliau sedang menunggui

anaknya di sekolah tersebut, berikut petikan wawancara peneliti dengan salah

satu orang tua murid

“… Di MI sini tiap satu atau dua bulan kami (orang tua murid ) di

undang untuk beristighosah dan juga kadang dari orang tua murid ada yang di

suruh menyampaikan materi sesuai dengan bidang kami masing-masing …”

(Wawancara dengan wali murid MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Page 103: 06110206

Dari petikan hasil interview di atas, maka dapat diinterpretasikan

bahwa adanya dukungan dari orang tua siswa atau masyarakat itu hal yang

sangat penting dan sangat mendukung berjalannya kegiatan yang

diprogramkan oleh madrasah, karena melakukan pendidikan adalah usaha

bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Antara ketiga lembaga

tersebut berjalan secara terpadu, seiring dan sejalan untuk menuju satu tujuan

yang bersifat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dengan

demikian, maka akan tercapailah kualitas pendidikan sesuai dengan yang

diharapkan bersama.

3) Guru atau tenaga pengajar

Guru atau tenaga pengajar adalah ujung tombak dalam pelaksanaan

pendidikan yang bertujuan agar mencapai tujuan pendidikan dengan

maksimal. Dengan demikian guru sangat dibutuhkan di dalam proses belajar

mengajar. Karena tanpa adanya guru atau tenaga pengajar maka proses

belajar mengajar tidak akan terjadi.

Dari hasil observasi peneliti mengetahui bahwa guru atau tenaga

pengajar di MI Al-Qamar Bagor sangat memadai dan sangat mendukung

diterapkannya full day school. Dengan demikian, hal tersebut sangat

mendukung terhadap penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Karena kegiatan belajar mengajar di madrasah, tergantung pada

ketersediaannya para guru dalam melakukan proses belajar mengajar.

Berikut adalah hasil angket yang di berikan oleh peneliti kepada 15

guru yang mengajar di MI AL-Qamar, untuk mengetahui apakah guru-guru

Page 104: 06110206

yang mengajar di MI Al-Qamar mendukung tentang di terapkannya full day

school di MI tersebut

TABEL X

PENDAPAT GURU TENTANG PENERAPAN FULL DAY SCHOOL DI

MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

4

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

15 15

-

-

100%

-

-

Jumlah 15 15 100%

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat kita ketahui bahwa semua guru

yang mengajar di MI AL-Qamar 100% setuju tentang diterapkannya sistem

full day school di MI Al Qamar. Hal ytersebut sangatlah menunjang tentang

pelaksanaan full day school di MI AL-Qamar Bagor

Hal senada juga disampaikan oleh kepala Madrasah ibtidaiyah (MI)

Bagor

Guru di sini sangat antusias dalam melaksanakan tugas, mereka terlihat

bersemangat dalam mengajar, terlihat dari ketepatan waktu dalam mengajar

di kelas

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Hal tersebut sangatlah cocok dengan angket yang peneliti berikan

kepada 29 siswa yang mengikuti full day school di MI AL-Qamar yang

terkait dengan pendapat mereka tentang ketepatan guru dalam mengajar pada

waktu full day school

TABEL XI

Page 105: 06110206

PENDAPAT SISWA TENTANG KETEPATAN GURU DALAM

MENGAJAR PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

4

a. Tepat waktu

b. Kurang tepat waktu

c. Tidak tepat waktu

29 23

6

-

79,31%

20,69%

-

Jumlah 29 29 100%

Dari hasil observasi di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa

keberadaan guru sangat di butuhkan di dalam sebuah lembaga pendidikan,

karena guru dalam proses belajar mengajar tidak terbatas pada penyampaian

pengetahuan saja. Akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan

keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan

proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk

belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan dapat

mencapai tujuan pendidikan.

Dengan demikian, keberadaan dan kesiapan guru dalam melakukan

proses belajar mengajar di madrasah sangat mendukung berjalannya proses

belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri

b. Faktor Penghambat

Di dalam menjalankan sebuah sistem tidak akan berjalan dengan begitu

saja, pasti ada kendala atau penghambat yang dihadapinya. Adapun faktor

penghambat dalam penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di MI Al-Qamar bagor berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil

wawancara adalah terletak pada siswa/peserta didik

Page 106: 06110206

Siswa merupakan subjek pendidikan yang meneruskan cita-cita Bangsa

dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Yang menjadi permasalahan

dari setiap individu adalah perbedaan karakteristik yang berbeda-beda antara

yang satu dengan yang lainnya berdasarkan watak masing-masing, maka

dalam mendidiknyapun harus berbeda-bedapula, ada anak didik yang rajin,

ada juga anak didik yang malas selain itu kemampuan siswa dalam menerima

materi pelajaranpun sangat berbeda-beda. Sehingga hal tersebut sangat

mempengaruhi kualitas lulusan yang di hasilkan oleh lembaga. Dengan

demikian, seorang guru harus benar-benar jeli di dalam menyikapinya dan

guru dituntut bagaimana caranya agar siswa dapat menerima materi pelajaran

dengan baik. Maka tugas guru adalah memberikan motivasi kepada siswa

untuk selalu belajar dan bersemangat.

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh kepala

madrasah pada waktu interview dengan peneliti beliau mengatakan bahwa

“ …. Kendala yang ada pada waktu full day school di MI Al-Qamar

Bagor adalah banyak anak yang malas. Akan tetapi untuk menyikapi anak

didik yang malas saya (Kepala Madrasah) mengadakan koordinasi dengan

para guru dan waka-waka yang ada untuk mencari solusi tentang hal tersebut

di atas ….. “

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Hal senada juga di ungkapkan oleh guru yang mengabdi di MI AL-

Qamar tersebut. Beliau mengatakan

“…. Anak anak disini kalau siang setelah sholat, makan siang, mengaji

lalu ada istirahat sebentar baru pelajaran. Kebanyakan pada waktu itu anak

masih ingin bermain dulu, sehingga guru harus pintar-pintar menguasi

keadaan sehingga anak menjadi berkonsentrasi mengikuti pelajaran ….. “

(Wawancara dengan guru yang mengabdi di MI Al-Qamar pada

tanggal 12 Maret 2010)

Page 107: 06110206

Dari petikan wawancara bersama kepala madrasah dapat peneliti

ketahui bahwa kendala dalam penerapan full day school yang di terapkan di

MI AL-Qamar terletak pada peserta didik itu sendiri, kebanyakan anak

cenderung ingin bermain sehingga kegiatan proses belajar mengajar agak

sedikit terganggu

3. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas

Pendidikan di Mi Al-Qamar

a. Peningkatan Sarana Dan Prasarana

Dengan diterapkannya full day school untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, yang berimplikasi pada rentan waktu belajar yang lama, maka

mengacu guru untuk berusaha berkreasi menerapkan metode atau strategi

pembelajaran yang bervareasi, seperti menggunakan game dalam

pembelajaran atau setting pembelajaran yang berbeda, yang semula di dalam

kelas menjadi di luar kelas dan bisa juga menggunakan moving class seperti

yang dilakukan di MI Al-Qamar Bagor. Hal tersebut bertujuan agar siswa

tidak merasa bosan atau jenuh pada waktu proses belajar mengajar

berlangsung.

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh waka

kurikulum, beliau mengatakan bahwa:

“Guru mempunyai otoritas untuk melaksanakan pembelajaran, silahkan

mau belajar dimanapun tidak harus diruangan, bahkan yang harus dibawa

kemusiumpun diperbolehkan, yang penting persiapannya sudah jelas dan

seperti apa yang akan dilakukan disana. Karena guru bukan satu-satunya

sumber belajar. Dengan demikian, guru harus kreatif dalam menggunakan

media pembelajaran. Adapun kondisi guru pada waktu mengajar yang

dilakukan di MI Al-Qamar Bagor yaitu guru mengembangkan pendekatan

emosional terhadap peserta didik, karena guru itu seperti teman dalam belajar,

Page 108: 06110206

maksudnya untuk membangkitkan keberanian anak. Akan tetapi biasanya

anak tidak berani mengeritik guru. Itu merupakan hal yang biasa yang sering

dilakukan siswa/anak pada waktu proses belajar mengajar berlangsung”.

(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010).

Dari petikan hasil interview di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa

seorang guru harus kreatif dan inovatif serta banyak memiliki ide di dalam

menjalankan proses belajar mengajar. Hal tersebut Bertujuan agar siswa tidak

merasa jenuh dan bosan di dalam mengikuti mata pelajaran yang di ajarkan

oleh guru yang bersangkutan.

Kemudian untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar

Bagor memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana,

pengaturan penggunaan sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan

belajar intensif namun tidak bersifat kaku, peningkatan jumlah guru yang

berkualitas dan keefektifan dalam hal melakukan kegiatan belajar mengajar

Hal tersebut sesuai dengan apa yang di katakana oleh bapak kepala

sekolah MI Al-Qamar. Beliau mengatakan :

“ …. Setelah diterapkannya full day school di sekolah ini, maka sekolah

berusaha dengan segala upaya untuk menjadikan sekolah ini menjadi sekolah

yang teladan, harus ada semangat guru untuk mengajar walaupun harus

pulang sore dan juga dari sekolah menyediakan fasilitas-fasilitas seperti

tempat belajar di halaman dengan mendirikan bangku taman, sehingga siswa

tidak merasa bosan belajar di dalam ruangan saja ,…

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah tersebut dapat peneliti

ketahui bahwa setelah di terapkannya program full day school di sana, maka

ada upaya-upaya yang di lakukan oleh sekolah untuk menambah fasilitas-

fasilitas yang menunjang berjalannya program full day school tersebut,

terbukti setelah di terapkan full day school di sekolah tersebut, untuk

Page 109: 06110206

mengantisipasi agar siswa tidak merasakan kebosanan dalam melakukan

proses belajar mengajar, karena kita ketahui setalah penerapan full day school

maka siswa menjadi pulang sore maka di bangunlah bangku taman yang

berada di bawah pohon yang rindang, sehingga siswa bisa belajar di sana.

Lebih lanjut lagi waka kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar

menuturkan :

“ ….. Setelah di terapkan pulang sore (full day school) di sini banyak

perubahan yang terjadi, di dirikannya kursi taman untuk area bermain dan

belajar, di bangunkannya ruangan untuk makan, karena setelah de

terapkannya pulang sore di MI ini, maka siswa-siswa makan siang di sekolah,

selain itu untuk menunjang kegiatan full day school sekolah menambahkan

buku-buku bacaan, karena setelah sholat dzuhur, makan anak ada yang capek

dan biasanya membaca-baca buku-buku cerita ……”

(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8-April 2006).

Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa dengan di

terapkannya system full day school di sana fasilitas- fasilitas yang ada

menjadi bertambah, seperti di bangunkannya gedung buat makan, di

buatkannya kursi taman untuk area belajar, bertambahnya buku-buku bacaan

untuk menunjang waktu luang siswa.

Hal tersebut sangat cocok dengan hasil angket yang diberikan peneliti

kepada bapak ibu guru

TABEL XII

PENDAPAT GURU TENTANG PENERAPAN SISTEM FULL DAY

SCHOOL DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI

MI AL-QAMAR

No Alternatif jawaban N F P

1

a. Bisa

b. Tidak bisa

15 14

1

96,5%

3,45%

Jumlah 15 15 100%

Page 110: 06110206

Berdasarkan tebel yang ada di atas dapat di ketahui bahwa hampir

semua guru atau 96,5% guru memilih bahwa dengan diterapkannya system

full day school di sana bisa meningkatkan kualitas pendidikan, sedangkan

yang menjawab tidak bisa hanya satu orang guru atau 3,45% saja.

b. Peningkatan Kualitas Guru

Selain peniningkatan sarana dan prasarana setelah diterapkan system

full day school sekolahan MI Al-Qamar juga menambah dua orang guru

untuk mengajar di MI, hal tersebut dikarenakan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di MI AL-Qamar. Hal tersebut senada dengan yang di ungapkan

oleh kepala sekolah MI Al-Qamar berdasarkan hasil wawancara dengan

peneliti

“ …. Setelah menerapkan full day school, pulangnya menjadi sore. Jadi

sekolahan ini menambah guru di karenakan untuk mengurangi beban guru

yang sudah dulu mengajar disini …. “

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Hal tersebut senada dengan keterangan yang diberikan oleh waka

kurikulum MI Al-Qamar Bagor

“ …. Guru di sini hampir semua sudah sarjana (S1), dan jumlah guru di sini

sudah lebih dari cukup, karena jumlah rombongan belajar ada lima,

sedangkan jumlah guru yang mengajar ada lima belas. Hal tersebut juga

dikarenakan diterapkannya full day scholl yang mana di tuntut untuk

mempunyai jumlah guru yang banyak …. “

(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010).

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah MI dan waka kurikulum

di atas dapat penulis ketahui bahwa dengan diterapkannya system full day

school di MI AL-Qamar maka berimbas kepada penambahan jumlah guru,

Page 111: 06110206

dalam artian system full day school setelah di terapkan di sana bisa

meningkatkan kualitas pengajar atau guru

c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Kualitas dalam konteks hasil pendidikan menurut Umaedi, dalam

bukunya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah mengacu pada

hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah atau hasil pendidikan

(student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis

misalnya ulangan umum, Ebta atau nilai raport.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala

madrasah, waka kurikulum serta guru yang mengabdi di MI AL-

Qamar Bagor, berikut adalah petikan wawancara dengan kepala

sekolah MI Al-Qamar Bagor terkait masalah prestasi belajar siswa

sebelum dan setelah di terapkannya system full day school di MI

Al-Qamar Bagor

“ ….. Hasil rapot anak-anak setelah menerapkan system full

day school dengan sebelum menerapkan system full day school

menjadi meningkat, hal tersebut di karenakan ada penguatan-

penguatan materi pelajaran yang yang telah di sampaikan pagi hari

di telaah lagi sore harinya (pada waktu full day school) …. “

(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret

2010)

Hal tersebut senada dengan yang di ungkapkan oleh waka kurikulum MI Al-

Qamar Bagor

“ …. Setelah ada full day school di sini hasil nilai anak-anak menjadi lebih

bagus mereka menjadi terasa lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal yang

diberikan, hal tersebut di karenakan pelajaran pagi di kasih penguatan pada

waktu sore harinya sehingga materi-materi yang di sampaikan dapat di ingat

kembali oleh murid dan materi-materi yang disampaikan tersebut menjadi

lebih melekat kepada murid …. “

(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010).

Page 112: 06110206

Hal tersebut sesuai dengan nilai raport yang dapat peneliti dapatkan dari

petugas piket, dalam hal ini penulis membandingkan rata-rata nilai raport

anak kelas tiga semester I di bandingkan dengan nilai mereka pada waktu

kelas dua semester II yaitu ketika belum menerpakan sistem full day school,

berikut hasil perbandingan dari data yang peneliti peroleh :

TABEL XIII

DAFTAR PERBANDINGAN NILAI KELAS II SEMESTER II DAN

KELAS III SEMESTER I MI AL-QAMAR

Dari data tabel di atas dapat kita ketahui memang benar bahwa setelah

menerapkan sistem full day school di MI Al-qamar nilai raport siswa menjadi

lebih bagus. Dari delapan belas siswa yang sekarang duduk di kelas tiga

tersebut hanya tiga anak yang mengalami penurunan nilai yaitu A. Hisyam

AF. Yang rata-rata nilai raport pada kelas dua semester duanya adalah 80,05

pada kelas tiga semester satu atau sekarang turun menjadi 79,21. M Fiqi

NO Nama

KELAS II

SEMESTER II

KELAS III

SEMESTER I

Total Nilai Rata-rata Total Nilai Rata-rata

1. A. Hisyam.A.F 3122 80,05 2932 79,21

2. Agustina . S 3163 81,10 3191 86,24

3. Amalya Yoga. S 2879 73,82 3203 86,6

4. Galuh Pramesty 2694 72,8 2910 78,64

5. Hanifah Arum. P 3148 80,72 3203 86,6

6. Lutfi Nur. A 3168 81,23 3248 87,8

7. M. Farrel Elno. D 3120 80 3212 86,8

8. M. Fiqi Hendy. K 2913 74,69 2711 73,27

9. M.M. Romadona 2640 67,69 2666 72

10. M.M Romadani 2617 67.10 2684 72,5

11. Riyasun. A.H 2894 74,21 3001 81

12. Rofi‟atul. F 2787 71,46 2889 78,1

13. Sandyka R.M 2816 72,20 2593 70,08

14. Sulaiman. M 2586 66,31 2593 70,1

15. Vinka Nur. I 2887 74,02 2957 79,91

16. Zainul Arifin 3020 77,44 3058 82,6

17. M. Z. Amirul. H 2673 68,53 2869 77,54

18. Krisna 2919 74,84 3020 81,62

Page 113: 06110206

Hendy K. kelas dua semester dua rata-rata nilainya 74,69 turun menjadi 73,27

dan yang terakhir adalah Sandyka R.M. kelas dua semester dua nilai rata-rata

raportnya 72,20 sekarang turun menjadi 70,08 sedangkan selain tiga siswa

tersebut rata-rata raportnya naik semua yaitu sejumlah 15 anak

Page 114: 06110206

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar

Sebagaimana pemaparan dalam bab empat dapat kita ketahui bahwa

penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar di mulai pukul 07.00 s/d

15.00 dalam artian dalam sehari siswa belajar selama delapan jam dan

istirahat selama 35 menit.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru-guru di MI Al-

Qamar tidak hanya di dalam kelas saja tetapi juga berada di luar kelas, hal

tersebut dikarenakan agar anak tidak merasa bosan dan juga kalau mengajar di

luar kelas suasananya menjadi tidak begitu formal sehingga anak bisa lebih

dekat dengan guru yang pada akhirnya siswa tidak malu bertanya kepada guru

apabila mengalami kesulitan dalam belajar.

Hal ini sesuai dengan yang di tuturkan Syukur Basuki dalam artikel

beliau yang berjudul full day School Harus Proporsional sesuai jenis dan

jenjang sekolah. Yang peneliti ambil dari situs internet

(http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id) Dalam artikel syukur basuki di katakan

bahwa

“ Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah

lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot

pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya. Sedang waktunya

digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal,

tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan

inovasi dari guru. Dalam hal ini, berpatokan pada penelitian yang mengatakan

bahwa waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam

sehari (dalam suasana formal) dan tujuh sampai delapan jam (dalam suasana

informal) “

Page 115: 06110206

Dari sini dapat kita ketahui bahwa teori tentang full day school yang

ada sudah di terapkan di MI AL-Qamar walaupun masih harus ditingkatkan

lagi demi meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar, seperti

bagaimana strategi guru dalam mengajar ketika siswa dalam kondisi

kecapekan, bagaimana sekolah menciptakan susasana yang menyenangkan

baik di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga murid merasa tidak

terbebani tetapi ilmu yang telah di sampaikan dapat masuk ke dalam hati

mereka dan juga upaya-upaya lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

MI Al-Qamar

Pelaksanaan full day school yang ada di MI Al-Qamar menurut

peneliti sudahlah baik dalam hal penyampaian materi yang di berikan oleh

pada waktu full day school berdasarkan angket yang diberikan peneliti kepada

29 siswa yang mengikuti full day school di MI Al-Qamar dapat kita ketahui

bahwa sebanyak 20 siswa atau 68,96 menjawab tidak mengalami kesulitan

dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan hanya tiga

anak atau 10,34% yang menjawab ya, atau mengalami kesulitan dalam

menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan 6 siswa atau 20,68%

menjawab kadang-kadang atau dalam artian kadang-kadang sulit menerima

dan kadang-kadang bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Sebagaimana sudah digambarkan dalam bab empat yang telah di

korscekkan oleh peneliti melalui hasil angket yang diberikan kepada 15 guru

yang mengajar di MI AL-Qamar Bagor tentang apakah materi yang diberikan

kepada siswa pada waktu full day school dapat tersampaikan Berdasarkan dari

Page 116: 06110206

data di atas (Tabel VII) peneliti merasa lebih yakin bahwa siswa dapat

menerima materi yang diberikan oleh Bapak atau Ibu guru pada waktu full

day school di karenakan hampir semua guru atau sebanyak 13 guru/86,66%

memilih tersampaikan materi yang telah diberikan kepada siswa dan hanya

dua guru atau 13,33 guru yang memilih kurang tersampaikan tentang materi

yang telah di berikan

Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak

keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga

merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset

mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara

akademik dan sosial dengan adanya full day school.67

Cryan dan Others dalam

risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan

anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu

terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka

juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang

lebih positif, karena tidak ada waktu luang untuk melakukan penyipangan-

penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam

pengawasan guru.68

B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat Penerapan

Sistem Full Day School di MI Al-Qamar

67

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman

168 68

Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07

Page 117: 06110206

1. Faktor Penghambat

Dalam melakukan sebuah perencanaan tentunya pasti ada hambatan-

hambatan yang di alami, akan tetapi kalau hambatan-hambatan tersebut dapat

diatasi dengan cepat dan tepat maka hambatan-hambatan tersebut menjadi

tidaklah berarti

Dalam penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar terdapat

beberapa faktor yang menjadi kendala, faktor yang paling mencolok adalah

faktor peserta didik. Siswa merupakan subjek pendidikan yang meneruskan

cita-cita Bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Yang

menjadi permasalahan dari setiap individu adalah perbedaan karakteristik

yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan watak

masing-masing, maka dalam mendidiknyapun harus berbeda-beda pula, ada

anak didik yang rajin, ada juga anak didik yang malas selain itu kemampuan

siswa dalam menerima materi pelajaranpun sangat berbeda-beda. Sehingga

hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas lulusan yang di hasilkan

Menurut Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul psikologi

belajar dan mengajar di kaatakan bahwa

Pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individu adalah-perbedaan-

perbedaan dalam kesiapan belajar. Anak-anak yang masuk sekolah masing-

masing memiliki tingkat kecerdasan, perhatian, pengetahuan yang berbeda-

beda dengan kesiapan belajar yan berbeda-beda. Mereka berbeda dalam

potensi bahkan dalam karakternya. Masalahnya adalah pendidikan yang

bagaimana yang patut diberikan kepada mereka agar tercapai perkembangan

Page 118: 06110206

secara optimal bagi tiap individu sesuai dengan kapasitas dana

kecenderungan-kecenderungan mental mereka 69

Dalam pelaksanaan full day school di MI Al-Qamar, guru-guru

pengajar mengupayakan dengan berbagai cara agar pelaksanaan kegiatn

belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, terutama pada jam-jam siang

yan mana pada jam-jam tersebut siswa sudah merasa lelah yaitu dengan cara

mengadakan kegiatan pembelajaran di luar sehingga siswa tidak merasa jenuh

hanya di dalam kelas saja

2. Faktor Pendukung

Sekolah yang unggul dan berkualitas itu adalah sekolah yang mampu

menghantarkan siswa-siswinya yang berkemampuan biasa bahkan

rendah menjadi siswa yang mampu bersaing dengan siswa sekolah lain.

Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik

dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu

menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi

sekarang dan masa yang akan datang.

Kemampuan lembaga pendidikan dalam membudayakan sumber-

sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal

mungkin, sehingga output-nya memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan.

Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya perencanaan-perencanaan

yang sudah di canangkan harus di jalankan dengan baik dan juga memerlukan

adanya dukungan-dukungan baik dari dalam lembaga sendiri ataupun

dukungan dari luar lembaga.

69

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2004

hal. 17

Page 119: 06110206

Adapun faktor-faktor yang mendukung sistem full day school yang

ada di MI Al-Qamar adalah sarana prasarana yang memadai adanya dukungan

dari orang tua, masyarakat dan tenaga pendidik.

Di katakan oleh Sugianto dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar

kependidikan mengatakn bahwa

Guru sebagi pendidik dalam pendidikan formal sekolah, yang

secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk

memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dari

lembaga pendidikan formal sekolah. Dan guru harus memiliki

pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang tinggi, kualitas guru

sedemikian itu hanya akan diperoleh jika guru disiapkan dengan matang agar

ia mampu dalam pelaksanaan pembelajaran .70

Pengalaman guru dalam bidang pengajaran memiliki andil yang cukup

besar di dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Dengan modal

pengalaman belajar seorang pendidik akan semakin banyak memiliki

pengetahuan baik dalam bentuk teknik maupun strategi mengajarnya.

Selain itu sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas pendidikan peneliti melihat pengaturan

penggunaan alat-alat di MI Al-Qamar cukuplah baik, semisal

penggunaan type recorder yang digunakan oleh guru bahasa inggris dan

arab juga terjadwal dengan baik.

Ali Saifullah mengatakan dalam bukunya yang berjudul

pendidikan pengajaran dan kebudayaan mengatakan bahwa

Jenis peralatan dan perlengakapan yang disediakan disekolah

dan cara administrasi mempunyai pengaruh besar terhadap program belajar

mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan

70

Sugiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, IKIP

PGRI Bojonegoro 1993, hal. 15-17

Page 120: 06110206

menghambat proses belajar mengajar. Demikian pula administrasi yang

jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut,

sekalipun peralatan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa.71

Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa faktor fasilitas

merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam tercapainya

mutu pendidikan, apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian

akan mengakibatkan merosotnya mutu pendidikan. Khususnya

sarana dan prasarana yang berupa alat Bantu pembelajaran.

Diperlukan keahlian mengggunakan pembinaan alat -alat dalam proses

belajar mengajar bertujuan mempertinggi prestasi belajar pada umumnya.

C. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan

Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak

sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses

pelaksanaan pendidikan, Proses disini termasuk model kurikulum yang

diterapkan. Berkenaan dengan penerapam kurikulum, sistem full day school

merupakan salah satu bentuk kurikulum yang dirasa mendukung untuk

meningkatkan kualitas pendidikan.

Dapat kita ketahui bersama bahwa pelaksanaan sistem full day school

di MI Al-Qamar telah berjalan selama tiga tahun, dalam jangka waktu tiga

tahun tersebut setelah menerapkan system full day school banyak perubahan –

perubahan yang terjadi pada lembaga pendidikan ini di antaranya peningkatan

71

Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional,

1982, hal. 96-98

Page 121: 06110206

sarana dan prasarana, bertambahnya jumlah guru serta peningkatan hasil

belajar siswa. Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak

keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga

merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak.

Ada sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak

keuntungan secara akademik dan sosial dengan adanya full day school.72

Cryan dan Others dalam risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day

school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain,

karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas

anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga

menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidk ada waktu luang untuk

melakukan penyipangan-penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas

dan berada dalam pengawasan guru.73

Dari pemaparan data tersebut dapak kita ketahui bahwa pelaksanaan

system full day school banyak manfaatnya. Selain bertambahnya jam

pelajaran yang diajarkan juga guru dapat mengontrol keadaan siswa.

72

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman

168 73

Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07

Page 122: 06110206

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitaan di Mi Al-Qamar Bagor penulis menyimpulkan

beberapa hal dari hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, diantaranya yaitu:

1. Penerapan full day school di MI Al-Qamar Bagor sudah cukup

baik. Dilihat dari penggunaan kurikulum 2004 yang terdiri dari

empat komponen, dalam proses belajar mengajar guru dituntut

untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bervareasi, seperti

game, setting pembelajaran yang berbeda, muving class, dan lain-

lain, kemudian dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah

memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana,

pengaturan penggunaan sarana prasaraan, pemantauan serta

pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku.

2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan full day school di

MI Al-Qamar Bagor

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam penerapan full day school untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa diantaranya: Sarana dan

prasarana yang memadai; Adanya dukungan dari orang tua siswa

atau masyarakat; adanya guru atau tenaga pengajar.

Page 123: 06110206

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam penerapan full day school di MI

Al-Qamar terletak kepada siswa atau peserta didik. Hal tersebut

dikarenakan siswa pada waktu proses kegiatan belajar mengajar

tidak dapat berkonsentrasi dalam menerima pelajaran

3. Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti bahwa Penerapan full day

school terbukti dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-

Qamar Bagor, hal tersebut dapat diketahui dengan peningkatan

jumlah guru, sarana dan prasarana, dan juga hasil prestasi siswa.

B. Saran

1. Bagi seluruh civitas akademika MI Al-Qamar (Kepala Madrasah, tenaga

pendidik dan pegawai) diharapkan terus berupaya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan yang telah di bangun, baik meningkatkan prestasi

belajar siswa maupun kualitas atau mutu madrasah itu sendiri dengan

semaksimal mungkin.

2. Bagi peneliti lanjutan, diharapkan hasil penelitian ini adapat di jadikan

tambahan referensi dan di harapkan pada penelitian lanjutan dapat

melakukan penelitian yang lebih sempurna tentang penerapan full day

school untuk meningkatkan kualitas pendidikan

Page 124: 06110206

DAFTAR PUSTAKA

AI-Abrasyi. M.Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,

Jakarta: PT Bulan Bintang.

Al-Basyuni. 1994. Syarah Hadits, Bandung: Trigenda Karya

Al-Ghazali. Imam. 1983. Ihya „Ulumuddin, Bandung: Diponegoro.

Arif. Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta:

Prima

Arifin. Muzayyin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Ciputat Peres

Arikunto. Suharsini. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan

Praktek), JAKARTA: Rineka Cipta.

Basuki, Syukur. Fullday School Harus Proporsional sesuai jenis dan

jenjang sekolah. (http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id)

B. Milles. Mathews, A. Micael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif,

Jakarta : UI Press.

Buchori. Muchtar. 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam

Renungan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Chafidz. Abdul., 1998. Sekolah Unggul konsepsi dan Problematikanya,

MPA No 142.

Departemen Agama RI. 1999. Al-qur‟an dan Terjemahan, Surabaya: Al-

hidayah.

Departer. Bobbi, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, 2003. Quantum

Teaching (Mempraktekan Quantum teaching di ruang kelas-kelas), Bandung:

Kaifa.

Page 125: 06110206

D Marimba. Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,

Bandung: PT . Al-Ma‟arif.

Ikromi. Moch. 2005. Pengembangan Manajemen Sistem Pendidikan,.

Malang : Tesis Universitas Islam Negeri (UIN)

J. Moleong. Lexi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT/ Remaja

Rosda Karya

Muhaimin dkk. 1996. strategi belajar dan mengajar, Surabaya: CV. Catur

Media Karya Anak Bangsa.

Nurani, 2005. Baity Jannati Duni Santri, edisi 245.

Nurani. 2005. Untung Rugi Full Day School, Surabaya: edisi 221,

Saifullah. Ali. 1982. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan,

Surabaya: Usaha Nasional.

Salim. Peter. 1988. Advanced English-Indonesia Dictonary, Jakarta:

Modern English Press.

Stoner. James, Edward Freman, Daniel R Gilbert. 1996. Manajemen Jilid

I, Jakarta: PT. Prenhallindo.

Sudjana. Nana. Awal Kusumah. 2000. Proposal Penelitian di Perguruan

Tinggi, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Suryabarata. Sumadi. 1990. Pembimbing Ke Psikodiagnostik, Yogyakarta:

Raksa Sersain.

Page 126: 06110206

Tafsir. Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Tritonegoro. Surtanti. 1989. Anak Super Normal dan Pendidikannya,

Jakarta: Bina Aksara.

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,

Malang: Direktur Pendidikan Menengah dan Umum,

Umaedi. 1999. Perkembangan Sekolah, Departernen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Umaedi. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan,

Malang: Jurnal Administrasi Pendidikan, FKIP UM

Umaedi. 1999. Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan

Sekolah Untuk Peningkatan Mutu, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan,