05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

7
CONTINUING MEDICAL EDUCATION PENDAHULUAN Organ paru dengan 300 juta alveoli yang luas permukaannya sekitar 80 – 100 m 2 merupakan organ yang paling luas bidang pajanannya dengan dunia luar. 2 Sebagai satu-satunya organ dalam tubuh yang ber- hubungan dengan dunia luar, 3 faktor ling- kungan berpengaruh besar terhadap pe- nyakit-penyakit pernapasan. Polusi udara merupakan bahan kajian penting karena manusia tidak dapat menghindar dari ba- han hirup yang ada di lingkungan seperti partikel debu, gas, atau uap. Pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan polusi udara termasuk penilaian tingkat polusi perlu dikuasai dengan baik agar dapat melakukan pembahasan mendalam tentang dampak polusi udara terhadap ke- sehatan paru. 1 Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam ruangan (PUDR), polusi udara luar ruang- an (PULR) dan polusi udara akibat dari lingkungan kerja. PUDR jauh lebih berba- haya dibandingkan dengan PULR; WHO menyatakan bahwa PUDR 1000 kali lebih dapat mencapai paru dibandingkan de- ngan PULR. 4 Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 3 juta kematian akibat polusi udara, 2,8 juta di antaranya akibat PUDR dan 0,2 juta lainnya akibat PULR. 4 Penelitian di Amerika dan Eropa menunjuk- kan sebagian besar waktu seseorang diha- biskan di dalam ruangan; untuk anak-anak, penderita penyakit dan masyarakat urban lebih lama dari 90% waktu mereka. 5 Polusi udara dalam ruangan bukan saja terjadi di pabrik-pabrik dan di rumah tangga perko- taan tetapi justru banyak terjadi di desa-de- sa yang masih mengandalkan pembakaran kayu, arang, sekam, dan minyak untuk me- masak. Di negara-negara berkembang, le- bih dari 1 miliar penduduk masih menggu- nakan pembakaran kayu atau bahan bakar biomassa lain tanpa cerobong asap yang memadai di rumahnya. 6 Sukar dkk. (1993) 8 mendapatkan lebih banyak kasus pneumo- nia di kalangan anak-anak yang oleh orang tuanya dibawa ke dapur. EPIDEMIOLOGI Di India sekitar 500.000 perempuan dan anak-anak tiap tahun meninggal akibat PUDR dan sekitar 80% rumah tangga memakai biomassa untuk memasak. Pen- duduk pedesaan berisiko terkena PUDR berkaitan dengan masalah penggunaan kayu bakar, arang dan sekam untuk me- masak. 9 Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 adalah 216.708.030 orang (BPS), 52% di antaranya tinggal di pedesaan. 10 Jika dia- sumsikan 80% memakai biomassa sebagai bahan bakar di dapur maka jumlah pen- duduk pedesaan yang berisiko terkena PUDR adalah 89.526.421 orang. 6 PRINSIP-PRINSIP INHALASI Partikel polutan dapat berbentuk padat maupun droplet. Deposisi partikel yang terinhalasi bergantung pada beberapa fak- tor termasuk ukuran partikel, anatomi sa- luran napas, dan pola napas. Partikel > 10 μm akan disaring secara efektif di hidung dan nasofaring, kemudian dibatukkan atau ditelan. Partikel < 10 μm akan berhenti di cabang – cabang trakeobronkial. Deposisi partikel berukuran antara 1 -2 μm di alveoli paru, sedangkan partikel < 0,5 μm akan sampai ke permukaan alveoli. Pembersi- han partikel dari saluran napas oleh mu- kosilier sangat efisien dalam beberapa jam sedangkan di alveoli sangat lambat. 12,13 Pe- nelitian di California membuktikan bahwa partikel debu yang sangat kecil di udara pernapasan akan masuk ke dalam sel dan menimbulkan reaksi inflamasi dalam mi- tokondria, menghasilkan interleukin dan enzim yang mengganggu metabolisme sel. Penelitian-penelitian lain menghubungkan polusi udara dengan angka absensi seko- lah, angka kejadian masuk rumah sakit, pe- mendekan rerata lama hidup, penurunan faal paru, penyakit jantung dan keganasan. 5 SUMBER DAN KLASIFIKASI PUDR Polusi udara dalam ruangan berasal dari banyak sumber termasuk material gedung, agen biologik, dan bahkan manusia yang menempati ruangan. Polusi dari luar juga dapat masuk ke dalam ruangan dan bisa berasal dari tanah sebagai gas. Sumber- sumber polusi tersebut di antaranya dari ha- sil pembakaran, penguapan, agen biologik, dan radon. Hasil pembakaran bersumber dari kompor masak, rokok, cerobong asap, kompor kayu, dan juga pemanas ruangan. Evaporasi senyawa organik yang mudah menguap berasal dari material bangunan dan produk timah sehingga mencemari lingkungan. Jenis agen biologik bisa be- rasal dari organisme pada binatang ternak maupun pada manusia. 7,12 Konsentrasi PUDR bergantung pada sum- ber PUDR dan ventilasi dengan udara luar. Ventilasi dipengaruhi konstruksi gedung, arah, dan lokasi gedung, jumlah dinding dan jendela, keberadaan tanah lapang yang men- gelilingi gedung, kecepatan angin, perbe- daan suhu di dalam dan di luar gedung, ser- ta sistem ventilasi. 12 Ventilasi udara gedung modern dilakukan oleh sistem pemanasan, ventilasi, dan air conditioning (AC) secara terpusat. Sistem ini bermacam-macam mes- kipun maksudnya sama yaitu membebaskan udara yang dihirup dari polusi. 5 Berbagai sumber PUDR dapat dilihat pada tabel 1. 7 Akreditasi IDI – 2 SKP Pengaruh Polusi Udara dalam Ruangan terhadap Paru Syaiful Hidayat, Faisal Yunus, Agus Dwi Susanto Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012 8

Transcript of 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Page 1: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

pEnDaHuluan

Organ paru dengan 300 juta alveoli yang luas permukaannya sekitar 80 – 100 m2 merupakan organ yang paling luas bidang pajanannya dengan dunia luar.2 Sebagai satu-satunya organ dalam tubuh yang ber-hubungan dengan dunia luar,3 faktor ling-kungan berpengaruh besar terhadap pe-nyakit-penyakit pernapasan. Polusi udara merupakan bahan kajian penting karena manusia tidak dapat menghindar dari ba-han hirup yang ada di lingkungan seperti partikel debu, gas, atau uap. Pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan polusi udara termasuk penilaian tingkat polusi perlu dikuasai dengan baik agar dapat melakukan pembahasan mendalam tentang dampak polusi udara terhadap ke-sehatan paru.1

Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam ruangan (PUDR), polusi udara luar ruang-an (PULR) dan polusi udara akibat dari lingkungan kerja. PUDR jauh lebih berba-haya dibandingkan dengan PULR; WHO menyatakan bahwa PUDR 1000 kali lebih dapat mencapai paru dibandingkan de-ngan PULR.4 Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 3 juta kematian akibat polusi udara, 2,8 juta di antaranya akibat PUDR dan 0,2 juta lainnya akibat PULR.4

Penelitian di Amerika dan Eropa menunjuk-kan sebagian besar waktu seseorang diha-biskan di dalam ruangan; untuk anak-anak, penderita penyakit dan masyarakat urban lebih lama dari 90% waktu mereka.5 Polusi udara dalam ruangan bukan saja terjadi di pabrik-pabrik dan di rumah tangga perko-taan tetapi justru banyak terjadi di desa-de-sa yang masih mengandalkan pembakaran kayu, arang, sekam, dan minyak untuk me-masak. Di negara-negara berkembang, le-bih dari 1 miliar penduduk masih menggu-

nakan pembakaran kayu atau bahan bakar biomassa lain tanpa cerobong asap yang memadai di rumahnya.6 Sukar dkk. (1993)8 mendapatkan lebih banyak kasus pneumo-nia di kalangan anak-anak yang oleh orang tuanya dibawa ke dapur.

EpiDEMioloGi Di India sekitar 500.000 perempuan dan anak-anak tiap tahun meninggal akibat PUDR dan sekitar 80% rumah tangga memakai biomassa untuk memasak. Pen-duduk pedesaan berisiko terkena PUDR berkaitan dengan masalah penggunaan kayu bakar, arang dan sekam untuk me-masak.9

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 adalah 216.708.030 orang (BPS), 52% di antaranya tinggal di pedesaan.10 Jika dia-sumsikan 80% memakai biomassa sebagai bahan bakar di dapur maka jumlah pen-duduk pedesaan yang berisiko terkena PUDR adalah 89.526.421 orang.6

pRinsip-pRinsip inHalasiPartikel polutan dapat berbentuk padat maupun droplet. Deposisi partikel yang terinhalasi bergantung pada beberapa fak-tor termasuk ukuran partikel, anatomi sa-luran napas, dan pola napas. Partikel > 10 μm akan disaring secara efektif di hidung dan nasofaring, kemudian dibatukkan atau ditelan. Partikel < 10 μm akan berhenti di cabang – cabang trakeobronkial. Deposisi partikel berukuran antara 1 -2 μm di alveoli paru, sedangkan partikel < 0,5 μm akan sampai ke permukaan alveoli. Pembersi-han partikel dari saluran napas oleh mu-kosilier sangat efisien dalam beberapa jam sedangkan di alveoli sangat lambat.12,13 Pe-nelitian di California membuktikan bahwa partikel debu yang sangat kecil di udara pernapasan akan masuk ke dalam sel dan menimbulkan reaksi inflamasi dalam mi-

tokondria, menghasilkan interleukin dan enzim yang mengganggu metabolisme sel.

Penelitian-penelitian lain menghubungkan polusi udara dengan angka absensi seko-lah, angka kejadian masuk rumah sakit, pe-mendekan rerata lama hidup, penurunan faal paru, penyakit jantung dan keganasan.5

suMBER Dan klasifikasi puDRPolusi udara dalam ruangan berasal dari banyak sumber termasuk material gedung, agen biologik, dan bahkan manusia yang menempati ruangan. Polusi dari luar juga dapat masuk ke dalam ruangan dan bisa berasal dari tanah sebagai gas. Sumber-sumber polusi tersebut di antaranya dari ha-sil pembakaran, penguapan, agen biologik, dan radon. Hasil pembakaran bersumber dari kompor masak, rokok, cerobong asap, kompor kayu, dan juga pemanas ruangan. Evaporasi senyawa organik yang mudah menguap berasal dari material bangunan dan produk timah sehingga mencemari lingkungan. Jenis agen biologik bisa be-rasal dari organisme pada binatang ternak maupun pada manusia.7,12

Konsentrasi PUDR bergantung pada sum-ber PUDR dan ventilasi dengan udara luar. Ventilasi dipengaruhi konstruksi gedung, arah, dan lokasi gedung, jumlah dinding dan jendela, keberadaan tanah lapang yang men-gelilingi gedung, kecepatan angin, perbe-daan suhu di dalam dan di luar gedung, ser-ta sistem ventilasi.12 Ventilasi udara gedung modern dilakukan oleh sistem pemanasan, ventilasi, dan air conditioning (AC) secara terpusat. Sistem ini bermacam-macam mes-kipun maksudnya sama yaitu membebaskan udara yang dihirup dari polusi.5

Berbagai sumber PUDR dapat dilihat pada tabel 1.7

akreditasi iDi – 2 skp

pengaruh polusi udara dalam Ruangan terhadap paru

syaiful Hidayat, faisal Yunus, agus Dwi susantoDepartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta

8 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 20128

Page 2: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

Tabel 1. Berbagai macam PUDR dan sumbernya7

Polutan Sumberproduk hasil pembakaranKarbon monoksida Gas, batubaraNitrogen dioksida Kompor kayu dan batubaraSulfur dioksida Gas, batubara, dan propaneSenyawa nitrogen Pemanas ruangan

Bahan bakar lilin

asap tembakauKarbon monoksida RokokNitrogen dioksida CerutuKarbon dioksidaHidrogen sianidaNitrosaminHidrokarbon aromatikBenzo[a]pirenPartikelBenzenaFormaldehidNikotin

Formaldehid Partikel papan, plywood, panilKarpetBeberapa bahan furniturBusa urea-formaldehidPengharum dan pembersih ruanganHasil pembakaran (gas, tembakau, kayu)Resin dan beberapa lemAsap tembakauKosmetikTekstil

agen biologikSpora jamur JamurBakteri Alat pelembabVirus Tanaman

Radon Dari tanah, batu dan air yang berdifusi melalui retakan dan lubang pada fondasi atau lantai sumur

Volatile organic compoundsAlkana Tripleks (plitur)Hidrokarbon aromatik Bahan untuk papanEster KarpetAlkohol CatAldehidKeton

RokokRokok mengandung tidak kurang dari 4.000 bahan organik, baik berupa gas mau-pun partikel yang telah diidentifikasi dari daun tembakau maupun asap rokok. Bahan-bahan tersebut umumnya bersifat toksik, karsinogenik dan beberapa bahan bersifat radioaktif dan adiktif.5,14

Pajanan asap rokok merupakan hal yang paling dikenal dan paling banyak diteliti sebagai sumber polusi. Orang yang mero-kok akan mengeluarkan asap rokok yang bukan saja terisap oleh perokok sendiri tapi juga oleh orang tidak merokok di dekatnya. Orang yang bukan perokok yang berada di lingkungan yang tercemar asap rokok dise-but perokok pasif.5

Asap rokok yang berada di sekitar perokok mengandung bahan toksik dan karsinogenik yang sama seperti yang diisap oleh perokok sehingga efek pada perokok pasif hampir sama dengan efek pada perokok aktif. Ab-sorpsi asap rokok oleh perokok pasif dipe-ngaruhi oleh jumlah produksi asap, dalam-nya isapan, ventilasi untuk penyebaran atau pergerakan asap, jarak dengan perokok dan lamanya pajanan.

Ada bukti kuat hubungan merokok dengan kanker paru; risiko relatif kanker paru pada perokok adalah 7 kali lebih tinggi diban-dingkan dengan yang tidak merokok.15 Asap rokok selain berefek karsinogenik, juga dapat menyebabkan iritasi saluran napas oleh sulfur dioksida, amonia dan formaldehid. Perokok pasif juga dihubungkan dengan fenomena alergi seperti peningkatan serum imunoglo-bulin E (IgE) sehingga asap rokok berpotensi menginduksi asma melalui mekanisme sensi-tisasi dan iritasi.12 Beberapa efek pajanan asap rokok dapat dilihat pada tabel 2.7

Perbaikan ventilasi bisa mengurangi bau rokok tetapi tidak menghilangkan efeknya terhadap kesehatan karena ventilasi tidak bisa meng-hilangkan komponen asap rokok dari ruang-an. Tindakan paling efektif adalah membuat ruangan khusus untuk perokok yang tidak berhubungan dengan ruangan lain. Sistem pembersih udara pada kondisi tertentu efek-tif membersihkan asap rokok dan partikelnya dari ruangan, tetapi sebagian besar pembersih udara apalagi yang portabel tidak bisa mem-bersihkan partikel rokok dari ruangan.5

9CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 3: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

pEManas RuanGanProduk pembakaran dan pemanas ruang-an berupa CO, NO2 dan SO2. Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau dan tidak berwarna yang menimbulkan efek asfiksi karena CO akan mengikat he-moglobin membentuk karboksi hemoglo-bin (COHb) yang mengganggu transpor oksigen di darah. Orang tua, anak-anak dan penderita penyakit jantung lebih sen-sitif terhadap kadar CO yang mening-kat. Methylene chloride dalam cat produk hiasan bisa mengalami metabolisme men-jadi CO.5

Gejala keracunan CO adalah lelah berle-bihan, nyeri kepala, vertigo, mual muntah, penurunan kognitif dan takikardi (Tabel 3). Perdarahan retina merupakan tanda pen-ting yang bisa diperiksa dengan fundusko-pi. Selang waktu antara kontaminasi CO dengan timbulnya keluhan pada penderita penyakit jantung koroner dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sangat cepat; gejalanya mirip influenza, oleh karena itu waspada pada influenza pada awal musim dingin (awal pemakaian pemanas ruangan) atau pada gejala flu yang tidak sembuh de-ngan terapi.5,7

nitrogen dioksida adalah gas berwarna coklat kemerahan dan pada suhu di bawah 21,2 0C akan berubah menjadi cairan ku-ning, kelarutan dalam air rendah namun larut dalam larutan alkali, karbon disulfida, dan kloroform. Bau NO2 khas dan dapat mengiritasi saluran napas pada 1-3 part per million (ppm).5,16 Pada pajanan NO2 yang tinggi misal pada kebakaran gedung akan terjadi edema paru dan diffuse lung injury. Pajanan NO2 jangka panjang akan meng-akibatkan bronkitis akut maupun kronik. Pajanan NO2 dosis rendah akan menam-bah hiperresponsif bronkus, memudah-kan infeksi terutama pada anak-anak dan menurunkan faal paru pada penderita PPOK.5,7,12

Pajanan NO2 5 ppm selama 10 menit me-nyebabkan peningkatan tahanan jalan napas.17 Penderita asma yang terpajan NO2 cenderung mengalami hiperreaktivi-tas bronkus terhadap alergen. Penelitian meta-analisis atas 20 studi penyandang asma dan 5 studi orang sehat menemukan peningkatan kecil hiperreaktivitas bronkus namun bermakna pada penyandang asma dengan rerata kenaikan 60% setelah pa-janan NO2.

Sumber terbesar SO2 adalah pembangkit tenaga listrik dan pembakaran bahan bakar minyak mengandung sulfur (terutama batu bara dan oli). Kelarutan SO2 di air sangat tinggi sehingga gejala utamanya adalah iri-tasi mukosa mata, hidung dan saluran napas bagian atas pada kadar > 6 ppm. Rangsang-an SO2 kadar rendah jangka panjang akan menurunkan faal paru; pemberian SO2 0,4 ppm pada penderita asma akan menimbul-kan penyempitan saluran napas (pening-katan hiperreaktivitas bronkus)5

aGEn BioloGiProses pemanasan, ventilasi dan AC mem-pengaruhi kelembaban dan kualitas udara dalam ruangan.5 Akumulasi uap pada kon-struksi gedung menghasilkan kelembaban dan pertumbuhan mikroba. Tanda yang dijumpai biasanya perubahan warna dan pengelupasan permukaan material, noda basah, perlekatan, dan bau jamur. Sumber kelembaban juga dapat berasal dari air hu-jan, air permukaan, air tanah, dan air lokal yang tidak terdrainase dengan baik, dan mengalami kondensasi.5,18

Tabel 2. Beberapa Efek Pajanan Asap Rokok terhadap Kesehatan 7

Efek pastiMeningkatkan infeksi saluran napas bawah pada anak-anakMeningkatkan gejala respirasi pada anak-anakMenurunkan pertumbuhan paru pada anak-anakMeningkatkan risiko kanker paru pada yang bukan perokokIritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan saluran napas bawah

Efek potensialMeningkatkan gejala respiratorik pada orang dewasaMenurunkan fungsi paru pada orang dewasaEksaserbasi asmaMeningkatkan kanker non-respirasiMenopouse usia mudaMeningkatkan risiko kematian bayi mendadakMenurunkan berat badan lahir

Tabel 3. Kadar COHb dan efeknya pada kesehatan5

CoHb darah (%) Efek 80 Kematian 60 Hilang kesadaran, kematian jika pajanan berlanjut40 Kebingungan, kolaps saat olahraga30 Sakit kepala, fatigue, sulit mengambil keputusan

7-20 Terdapat perbedaan bermakna pada penurunan konsumsi oksigen selama olahraga berat pada laki-laki sehat

5-17 Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspa-daan, persepsi visual, ketangkasan, kemampuan belajar atau tugas-tugas sensorimotorik kompleks (seperti menyetir)

5-5,5 Terdapat perbedaan bermakna menurunnya konsumsi oksigen maksimal selama olahraga berat pada laki-laki dewasa

<5 Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspa-daan setelah terpajan CO

2,9-4,5 Terdapat perbedaan bermakna penurunan kapasitas selama olah-raga misalnya pemendekan durasi olahraga sebelum onset nyeri pada pasien angina pektoris dan peningkatan durasi serangan jantung

2,3-4,3 Terdapat perbedaan bermakna penurunan waktu kerja (3-7%) pada olahragawan laki-laki

10 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 4: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

Bakteri dan jamur dapat ditemukan pada makanan dan dapat tumbuh subur pada saluran air, AC, pelembab, filter pembersih udara, karpet dan tempat yang ventilasinya buruk sehingga udara menjadi lembab se-perti di kamar mandi, dapur, kamar cuci, dan ruang bawah tanah. Virus dapat terbawa ke dalam ruangan oleh manusia, binatang piaraan, dan serangga. Tungau debu dan serangga lain dapat tumbuh subur di sofa, kursi, karpet, dan tempat tidur.5,7,19,20 Sumber biologik yang menimbulkan polusi udara dapat dilihat pada tabel 5.7

Beberapa dampak yang dapat timbul adalah :1. Reaksi alergiMerupakan problem kesehatan paling se-ring yang dihubungkan dengan rendahnya kualitas udara dalam ruangan. Keadaan ini sering dihubungkan dengan binatang pe-liharaan, seperti anjing dan kucing, tungau debu rumah, dan serbuk sari tanaman. Pe-ran tungau sebagai sumber alergen debu rumah telah diketahui sejak 20 tahun. Ting-kat risiko yang menyebabkan sensitisasi adalah 2 mg Der pI (Dhermatophagoides pteronyssinus allergen I) per gram debu (atau 100 tungau per gram debu). Tingkat risiko untuk asma alergi tungau adalah 10 mg Der pI per gram debu (atau 500 tungau per gram debu). Feld dI adalah alergen pa-ling signifikan yang diasosiasikan dengan kucing dan tingkat yang tinggi ditemukan pada bulu, saliva, dan urin. Rumah tangga yang memelihara kucing mengandung 2 - 130.000 mg Feld dI tiap gram debu se-dangkan yang tanpa kucing mengandung 2 - 7500 mg Feld dI tiap gram debu. Can fI

adalah alergen yang ditemukan pada bulu dan saliva anjing. Jumlahnya 10 – 10.000 mg per gram debu pada rumah tangga yang memelihara anjing sedangkan yang tanpa anjing jumlahnya 0,3 - 23 mg per gram debu.7

Reaksi alergi dapat ringan seperti mata be-rair, bersin-bersin dan ingusan, gatal, batuk, susah bernapas dan mengi, nyeri kepala, lesu sampai mengancam nyawa seperti asma akut berat.5 Risiko serangan asma di rumah meningkat pada level Der pI 10 mg/

gram tungau debu dan 25% pasien asma uji kulitnya positif terhadap ekstrak alergen dari kucing dan anjing. Identifikasi alergen spesifik dalam ruangan dilengkapi dengan uji kulit dan pengukuran antibodi. Gang-guan tungau debu dapat dikontrol dengan cara menjemur kasur, mencuci tempat tidur dengan air panas, dan mengibaskan karpet di luar rumah. Cara lain adalah dengan vacuum cleaning.5,7

Penyakit yang juga sering dihubungkan dengan reaksi alergi ini adalah peumonitis hipersensitif, juga disebut allergic alveolitis ; merupakan penyakit paru interstisial yang disebabkan oleh pajanan airborne antigens. Pajanan antigen yang terus-menerus akan mengarah ke endstage fibrosis paru. Pneu-monitis hipersensitif sering salah didiagno-sis sebagai infeksi. Prevalensi penyakit ini pada populasi umum tidak diketahui; da-pat terjadi di gedung-gedung perkantoran karena sistem AC dan pelembab terkon-taminasi bakteri dan jamur sedangkan di rumah sering karena kontaminasi antigen

burung misalnya pada peternak burung merpati sehingga penyakit ini disebut pi-geon breeder’s di sease. Periode sensitisasi sebelum terjadi reaksi bisa berbulan-bu-lan sampai bertahun-tahun. Gejala akut adalah batuk, sesak napas, panas dingin, mialgia, lesu dan demam tinggi dengan gambaran nodul dan infiltrat non-spesifik dapat ditemukan pada foto toraks. Hi-tung leukosit dan imunoglobulin G (IgG) meningkat.5,20,21

2. penyakit infeksiInfeksi bakteri dan virus seperti influenza, campak, cacar, dan tuberkulosis menyebar dalam ruangan; paling sering terjadi lewat orang per orang melalui kontak fisik dan diperparah pada kondisi ventilasi yang bu-ruk.20

a. TuberkulosisPenyakit infeksi lewat transmisi udara me-ningkat berhubungan dengan rendahnya kualitas udara ruangan. Kenaikan insidens tuberkulosis setidaknya dihubungkan de-ngan ramainya orang dalam ruangan dan ventilasi yang tidak adekuat.5,20

b. Penyakit LegionnaireTerutama menyerang orang di atas 50 ta-hun, khususnya yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, perokok, dan peminum alkohol. Agennya adalah Legionella pneu-mophila yang sering ditemukan pada AC, pelembab, kamar mandi, air ledeng, dan pada makanan serta sayuran.5,20

3. Reaksi toksikBeberapa jamur diketahui memproduksi substansi toksik sebagai produk metabolis-menya yang dapat menyebabkan dampak kesehatan. Jangka pendek dapat menye-babkan dermatitis, iritasi saluran napas, nyeri kepala, dan lesu, sedangkan jangka panjang dapat menyebabkan kanker, ke-rusakan sistem saraf pusat dan penekan-an sistem imun. Salah satu jamur toksik yang paling mendapat perhatian adalah Stachybotrys atra yang dihubungkan de-ngan perdarahan paru pada bayi. Jamur toksik lain adalah Aspergillus, Fusarium, dan Trichoderma.5,7,20

Pajanan agen biologik sering dihubungkan dengan gejala non-spesifik saluran napas atas dan bawah; beberapa episode dapat

Tabel 5. Agen biologik sebagai sumber polusi udara7

suMBER polusi uDaRa DaRi aGEn BioloGikAcarid Tungau debu dan laba-labaSerangga Kecoa, jangkrik, kumbang, kutu, lalat, dan nyamukHewan domestik Kucing, anjing, mamalia lainnya, dan burungPengerat Liar: tikus liar

Piaraan: mencit dan babiJamur Dalam ruangan (yang tumbuh pada permukaan interior atau pada sis-

tem AC): Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, dan CladosporiumLuar ruangan: Beberapa spesies yang masuk melalui udara

Benang sari Berasal dari tanaman di luar atau yang masuk ke dalamBakteri Legionella (masuk melalui sistem ventilasi menara pendingin dan stan-

ding water reservoir)

11CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 5: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

sebagai sick building syndrome.4 Sick building syndrome adalah suatu istilah untuk menggambarkan gejala kesehatan akut berupa iritasi kulit, membran mukosa, dan gejala lain yang dialami oleh pekerja/penghuni gedung modern tetapi bukan merupakan penyakit spesi-fik dan penyebabnya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Keluh-an ini dapat terjadi lokal di ruangan khusus suatu gedung atau dapat tersebar di seluruh lokasi gedung.22,23

Indikator sick bulding syndrome meliputi:24

Penghuni gedung mengeluh ketidaknyamanan akut berupa •nyeri kepala, iritasi mata, hidung, tenggorokan, batuk kering, kulit gatal dan kering, pusing dan mual, sulit konsentrasi, dan lesu;Penyebab gejala tidak diketahui;•Keluhan membaik setelah meninggalkan gedung.•

Beberapa metode untuk membantu menegakkan diagnosis sick bulding syndrome terlihat pada tabel 6.25

VOLATILE ORGANIC COMPOUNDS (VoCs)Benda-benda padat dan cairan memancarkan VOCs sebagai gas pada suhu ruangan. Volatile organic compounds terdiri atas ber-bagai macam senyawa kimia, seperti formaldehid, benzena, dan perkloroetilen yang mempunyai efek jangka pendek dan jangka panjang. Konsentrasi VOCs secara konsisten lebih tinggi di dalam ruangan5,7.

Volatile organic compounds dalam skala luas dipancarkan oleh produk-produk yang dipakai di rumah, kantor, sekolah dan aktivitas kesenian, termasuk:5

Cairan pembersih;•Produk-produk rumah tangga seperti permadani, karpet, •cat, plitur, dan pestisida;Material bangunan;•Perlengkapan kantor, seperti fotokopi dan percetakan;•Material yang berhubungan dengan fotografi dan lukisan;•Produk yang dilepaskan oleh penghuni gedung seperti kar-•bon dioksida, karbon monoksida, aseton, dan gas organik bau lainnya melalui pernapasan dan keringat.

Pajanan VOCs dengan konsentrasi 25 mg/m3 menyebabkan respons inflamasi dan iritasi saluran napas. Iritasi mukosa salur-an napas dan efek neurotoksik akan memberikan kontribusi tim-bulnya gejala kompleks yang dihubungkan dengan sick building syndrome. Konsentrasi tinggi 25 mg/m3 VOCs akan menurunkan VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama) secara signifikan se-telah pajanan.7

foRMalDEHiDFormaldehid dipakai untuk melapisi kayu pada lemari, papan dan perabot rumah lain.5,7 Gas formaldehid akan mengiritasi konjung-tiva, saluran napas atas dan bawah. Gejalanya bersifat sementara dan bergantung pada tingkat serta luasnya pajanan, mulai dari rasa terbakar di mata, hidung dan saluran napas, dada terasa berat dan mengi. Reaksi berat pada pajanan akut formaldehid diasosiasikan dengan hipersensitivitas saluran napas.5

pEstisiDaProduk yang sering dipakai adalah insektisida dan desinfektan;

Tabel 6. Penilaian efek pada investigasi sick building syndrome25

Efek MetodeGejala Wawancara dengan kuesioner

standarIritasi hidung, kemerahan Nasal lavageIritasi mata, kemerahan Tear-film stability testReaktivitas bronkus Uji metakolin, arus puncak ekspirasi,

spirometriReaksi alergi tipe 1 Skin prick testRespons imunologi Pengukuran IgE spesifik

Tabel 7. Beberapa senyawa organik dan sumbernya.7

senyawa kimia Measured Peak Non-occupationalExposure (µ/m3)

sumber pajanan Mayor

Benzena volatil 1.000 Rokok, autoexhaust, perokok pasif, pompa gas

Tetrakloretilen 1.000 Pemakaian atau penyimpanan pakaian dry cleaned

p-DiklorobenzenaKloroform

1.000250

Pengharum ruangan, moth cakes

Metilen klorida1,1,1-Trikloroetana

500.0001.000

Mencuci pakaian, piring, cat, penggunaan atau penyim-panan pakaian dry-cleaned, penyemprot aerosol

Trikloroetilen 100 Tidak diketahui (kosmetik, elektronik)

Karbon tetraklo-ridaHidrokarbon aromatik, toluena, xilena, etilben-zena, trimetilben-zena

100

1.000

Pembersih kuat industri cat, perekat, gasolin, sumber pembakaran.

Hidrokarbon alifatik,oktana, dekana, undekana

1.000 Cat, perekat, gasolin, sumber pembakaran

Terpena, limo-nena, a- piena

1.000 Bau pengharum, semir tenu-nan, pelembut pakaian, rokok

Senyawa kimia semivolatil, Klor-pirifosKlordan, hepta-klorDiazinon, poly-chlorinated biphe-nyls, hidrokarbon aromatik polisiklik

10

1

InsektisidaBara fluoresein, langit-langitHasil pembakaran (rokok, kayu bakar, pemanas kerosen)

12 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 6: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

75% rumah tangga di AS memakai produk pestisida. Di tahun 1990, 79.000 anak-anak mengalami keracunan pestisida.

Pajanan pestisida dapat terjadi melalui in-halasi uap semprot dan debu yang terkon-taminasi setelah pemakaian pestisida. Ge-jala yang ditimbulkan adalah nyeri kepala, kelemahan otot, mual dan iritasi pada mata, hidung serta saluran napas atas. Pajanan kronik dapat menimbulkan kerusakan hati, ginjal dan sistem saraf.26

kaRpEtKarpet yang masih baru dapat meman-carkan emisi kimia seperti produk rumah tangga lain. Karpet juga dapat menja-di tempat berkumpul agen biologik dan kimia seperti pestisida, tungau debu, dan jamur. Beberapa orang melaporkan ge-jala iritasi mata, hidung dan saluran na-pas atas, nyeri kepala, iritasi, lesu, batuk atau keluhan napas pendek. Jendela dan pintu rumah yang dibuka akan mening-katkan udara segar sehingga mengurangi pajanan kimia yang dilepaskan oleh pe-masangan karpet baru. Pemakaian kipas angin AC direkomendasikan untuk me-ngeluarkan bau ke luar ruangan. Sistem ventilasi sebaiknya berfungsi selama 48 jam sampai 72 jam setelah pemasangan karpet baru.5,19

RaDonRadon merupakan gas radioaktif yang sum-bernya berasal dari uranium di dalam tanah dan secara alami dapat masuk ke dalam rumah. Perbedaan tekanan yang terdapat dalam tanah akan mendorong gas terse-but ke dalam rumah melalui tempat yang terbuka seperti pompa sumur, tanah dan lantai yang retak serta berlubang.5,7 WHO menyebutkan bahwa 15% kanker paru di dunia disebabkan oleh Radon. Survei EPA menyebutkan sekitar 15.000 sampai 20.000 kematian karena tumor paru aki-bat pajanan radon di dalam ruangan. Studi epidemiologi lain menunjukkan keterkaitan peningkatan risiko tumor paru pada pekerja tambang di bawah tanah. Konsentrasi radon dapat diturunkan dengan cara menutup lubang dan tanah yang retak, tersedianya ventilasi di ruang bawah tanah serta peren-canaan konstruksi bangunan. WHO telah meluncurkan proyek internasional untuk menurunkan angka kejadian kanker paru

dengan memberi bantuan pengumpulan data dan mengangkat isu publik tentang risiko Radon.27,28

stRatEGi kontRolDampak kesehatan oleh polusi udara memerlukan strategi kontrol. Klinisi da-pat membuat rekomendasi praktis untuk menurunkan risiko penyakit dan eksaser-basi. Klinisi juga dapat menjadi konsultan melalui penyebarluasan informasi secara langsung atau tidak langsung kepada ma-syarakat.

1. Strategi berorientasi komunitasMasyarakat seharusnya menaruh perhatian terhadap efek polusi udara di lingkungan-nya, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kesadaran epidemiologi dan toksikologi memerlukan keterlibatan semua pihak, baik dokter lokal, kalangan kesehatan masyara-kat, pihak pemerintah, maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) bidang ling-kungan. Environmental Protection Agency pada tahun 1976 telah mengeluarkan per-ingatan publik tentang kualitas dan bebera-pa kriteria polutan melalui media massa dan agen-agen lokal.7

2. Strategi berorientasi pasienKerjasama penderita dan dokter sangat penting agar keadaan/keluhan penderita dapat tercatat dan ditangani dengan baik.

Daftar pertanyaan untuk mengetahui apak-ah keluhan tersebut akibat polusi udara da-lam ruangan dapat dilihat di bawah ini.5

Kapan keluhan atau gejala timbul ?•Apakah keluhan/gejala timbul tiap •saat atau hilang timbul? Apakah ber-

hubungan dengan jam, hari dalam minggu atau musim?(Apabila ya) Apakah Anda berada •pada suatu tempat yang sama pada saat timbul?Apakah gejala/keluhan akan hilang atau •berkurang dengan cepat/pelan saat Anda meninggalkan tempat tersebut? Apakah akan timbul lagi saat Anda kembali?Apakah pekerjaan Anda? Pernahkah •Anda pindah tugas atau tempat di tem-pat kerja Anda sekarang?(Apabila tidak) Apakah tempat Anda •bekerja sekarang tidak didekorasi ulang atau dicat baru atau anda bekerja de-ngan bahan yang baru misal pestisida, pembersih, atau lainnya?Bagaimana aturan merokok di tem-•pat kerja? Apakah Anda terpajan asap rokok di tempat kerja, sekolah, atau rumah?Gambarkan dengan jelas tempat kerja •Anda!Apakah Anda pernah pindah rumah? •Kapan?(Bila tidak) Apakah ada perubahan atau •tambahan pada rumah Anda?Apakah ada tambahan famili di rumah •Anda atau Anda mempunyai hobi/ke-giatan baru?Apakah Anda mempunyai binatang •piaraan baru?Apakah ada orang serumah yang mem-•punyai problem seperti Anda? Atau bagaimana dengan teman di tempat bekerja?

Beberapa kelompok yang rentan terhadap pajanan udara dapat dilihat pada tabel 8.7

Tabel 8. Kelompok yang rentan terhadap polusi udara dan efek yang ditimbulkan.7

populasi Mekanisme potensi akibatPenderita asma Peningkatan respons saluran

napasPeningkatan risiko eksaserbasi dan gejala respirasi

Perokok Kelemahan pertahanan dan pembersihan paru

Peningkatan kerusakan yang bersifat sinergi

Usia lanjut Kelemahan pertahanan respirasi, penurunan cadangan fungsional

Peningkatan risiko bermakna terhadap fungsi klinis

Bayi Mekanisme pertahanan paru yang imatur

Peningkatan infeksi respirasi

Penderita penyakit jantung koroner

Kelemahan oksigenasi miokardium

Peningkatan risiko iskemik miokardium

Penderita PPOK Penurunan fungsi paru Peningkatan risiko bermakna

13CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 7: 05_189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru

Continuing mediCal eduCation

siMpulan Sumber polusi udara dalam ruangan terdiri atas asap rokok, produk pembakaran atau pemanas ruangan, agen biologik, VOCs, dan radon.

Polusi udara dalam ruangan menimbulkan dampak kesehatan jauh lebih besar dari-pada polusi di luar ruangan.

Masalah PUDR terutama di pedesaan ka-rena masih banyak yang memasak memakai

kayu, arang, dan sekam.

Pengendalian polusi udara memerlukan perhatian semua pihak melalui strategi kontrol yang berorientasi pada komunitas dan pasien.

DaftaR pustaka

Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI&IDKI, 1999; p. 3-33.1. Weibel ER,Taylor CR. Functional design of the human lung for gas exchange. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi JA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and 2. Disorder, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Co. 1998; pp.32-40.Mangunnegoro H. Dari pulmonologi menuju kedokteran respirasi, tantangan dan harapan memasuki milenium ketiga. Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap 3. dalam bidang pulmonologi pada FKUI; 2000; p. 1-38.WHO. Indoor air pollutan and household energy. [cited 2005 Des 2006]. Available from: 4. http://www.who.int/heli/risks/indoor air/en/index.htmlU.S Enviromental protection agency. Indoor air pullutan: An introduction for health professionals. [cited 2005 Des 4]. Available from: 5. http://www.cpsc.gov/cpscpub/455.htmlDawud Y. Occupational & environmental lung disorder. J Respir Indon 2004; 24:126-33.6. Samet JM, Utell MJ. Indoor air pollutant. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and Disorders. New York: McGraw-Hill 7. Co. 1998; pp. 941-62.Sukar, Lubis A, Tugasati AT, Kasnodiharjo, Ibrahim IN. Pengaruh kualitas lingkungan dalam ruang (8. indoor) terhadap penyakit ISPA-pneumonia di Indramayu, Jawa Barat. Bul. Penelit Kes. 1996; 10.(1).Macan MM. Report: Hazardous air inside. [cited 2005 Oct 30]. Available from: 9. http://www,tierramedca.net/2001/0325/iartikulo/htmlDepkes. Profil kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 1998.10. Aditama TY, Prasetyo S, Eriado T. Meta-analisis: Pola merokok di 14 propinsi di Indonesia. Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Jakarta 1998.11. Balmes JR, Tager IB, Eisner MD. Air pollutant. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed. 12. Philadelphia:Elsevier Saunders, 2005; pp.1800-14.Cowie RL, Murray J, Becklade MR. Pneumoconiosis. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine. 13. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005.p.1748-72.Enviromental Health Center. Enviromental tobacco smoke. [cited 2006 Jan 24]. Available from: http://www.nsc.org/ehc/indoor/ets/html14. Jusuf A. Kontribusi pengembangan pelayanan, penelitian dan pendidikan di bidang ongkologi paru menghadapi tantangan kesehatan respirasi di masa depan. Pidato 15. pengukuhan sebagai guru besar tetap di bidang pulmonologi dan Ilmu kedokteran respirasi pada FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004; p.1-40.Permeggiani L. Nitrogen dioxide. In: Permeggiani L, ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. 3rd ed. Geneva : International Labour Office; 1983; p. 16. 1458.Hazuka MJ, Follisbee LJ, Seal E, Bromberg PA. Lung function response of health women after sequential exposures to NO17. 2 O3. Am J Respir Crit Care Med 1994; 150:642-7.

14 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012