050S

7
Struktur Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 69 PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG EKSISTING: PERATURAN DAN IMPLEMENTASINYA (050S) Wahyu Wuryanti 1 1 Puslitbang Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum, Jl. Panyaungan Cileunyi Wetan, Kab. Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung eksisting dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan awal melalui pemeriksaan visual dan pemeriksaan detil melalui serangkaian pengujian sebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan. Sampai pada tahap pengujian telah tersedia beberapa standar dan manual yang dapat digunakan sebagai acuan. Tetapi sampai saat kini belum ada acuan standar atau pedoman teknis untuk pemeriksaan dan penilaian keandalan struktur. Kekosongan peraturan ini selalu disikapi dengan penilaian deskriptif berdasarkan kebiasaan penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan. Konsekuensinya terjadi penilaian deskriptif tanpa referensi kuantitatif yang terukur dengan jelas. Ketidakjelasan acuan penilaian tentu menyulitkan pengambil keputusan dalam mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan bangunan. Tulisan ini mendiskusikan berbagai hal terkait dengan praktik pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung, termasuk permasalahan yang relevan. Pembahasan difokuskan untuk kasus praktik pemeriksaan gedung dengan sistem struktur beton bertulang. Kata kunci: keandalan, pemeriksaan gedung, struktur eksisting, standarisasi. 1. PENDAHULUAN Upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan tidak dibatasi pada pembangunan untuk masa mendatang. Tetapi kepedulian tehadap hasil pembangunan juga perlu dilakukan karena bangunan eksisting merupakan aset ekonomi yang berpengaruh terhadap kebutuhan biaya pemeliharaan. Salah satu pengetahuan rekayasa ilmu sipil yang sedang berkembang saat ini adalah pemeriksaan bangunan gedung eksisting. Pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung eksisting dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan awal dan pemeriksaan detil melalui serangkaian pengujian sebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan. Sampai pada tahap pengujian telah tersedia beberapa standar dan manual yang dapat digunakan sebagai acuan. Tetapi sampai saat kini belum ada pedoman teknis untuk pemeriksaan visual dan penilaian keandalan struktur. Di sisi lain kebutuhan pemeriksaan keandalan bangunan semakin meningkat. Tidak hanya diperlukan untuk bangunan pasca bencana atau mengalami deteriorisasi tetapi pada bangunan gedung yang “sehat”. Dari rekaman data pemeriksaan gedung eksisting Puslitbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum yang dikoordinasi oleh Bidang Standard dan Diseminasi sejak tahun 2008 sampai 2012 telah ditangani sebanyak 45 kasus (Wuryanti, 2012). Jumlah tersebut bertambah bila dijumlahkan dengan pemeriksaan yang dikordinasi langsung oleh Balai lain di dalam lingkungan Puslitbang Permukiman. Jumlah permohonan pemeriksaan bangunan gedung terus meningkat, seiiring dengan terbitnya ketentuan untuk melakukan sertifikasi laik fungsi bangunan gedung secara periodik. Dalam tulisan ini disampaikan berbagai hal terkait dengan acuan standar yang digunakan dalam proses penilaian keandalan dan praktik pemeriksaan bangunan gedung, khususnya yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman, Lingkup pemeriksaan gedung dibatasi pada gedung struktur beton bertulang. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap standar teknis terkait dengan praktik pemeriksaan bangunan gedung ekisisting di Indonesia. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metoda kualitatif melalui dua tahap. Tahap pertama adalah mengumpulkan data pemeriksaan bangunan gedung. Sumber dokumen digali dari kegiatan advis teknis yang

description

jhkjhjklj

Transcript of 050S

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 69

    PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG EKSISTING:PERATURAN DAN IMPLEMENTASINYA

    (050S)

    Wahyu Wuryanti1

    1Puslitbang Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum,Jl. Panyaungan Cileunyi Wetan, Kab. Bandung

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung eksisting dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitupemeriksaan awal melalui pemeriksaan visual dan pemeriksaan detil melalui serangkaian pengujiansebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan. Sampai pada tahap pengujian telah tersediabeberapa standar dan manual yang dapat digunakan sebagai acuan. Tetapi sampai saat kini belumada acuan standar atau pedoman teknis untuk pemeriksaan dan penilaian keandalan struktur.Kekosongan peraturan ini selalu disikapi dengan penilaian deskriptif berdasarkan kebiasaanpenyelenggaraan kegiatan pemeriksaan. Konsekuensinya terjadi penilaian deskriptif tanpa referensikuantitatif yang terukur dengan jelas. Ketidakjelasan acuan penilaian tentu menyulitkan pengambilkeputusan dalam mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan bangunan. Tulisan inimendiskusikan berbagai hal terkait dengan praktik pemeriksaan keandalan struktur bangunangedung, termasuk permasalahan yang relevan. Pembahasan difokuskan untuk kasus praktikpemeriksaan gedung dengan sistem struktur beton bertulang.

    Kata kunci: keandalan, pemeriksaan gedung, struktur eksisting, standarisasi.

    1. PENDAHULUAN

    Upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan tidak dibatasi pada pembangunan untuk masa mendatang. Tetapikepedulian tehadap hasil pembangunan juga perlu dilakukan karena bangunan eksisting merupakan aset ekonomiyang berpengaruh terhadap kebutuhan biaya pemeliharaan. Salah satu pengetahuan rekayasa ilmu sipil yang sedangberkembang saat ini adalah pemeriksaan bangunan gedung eksisting. Pemeriksaan keandalan struktur bangunangedung eksisting dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan awal dan pemeriksaan detil melaluiserangkaian pengujian sebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan. Sampai pada tahap pengujian telah tersediabeberapa standar dan manual yang dapat digunakan sebagai acuan. Tetapi sampai saat kini belum ada pedomanteknis untuk pemeriksaan visual dan penilaian keandalan struktur.

    Di sisi lain kebutuhan pemeriksaan keandalan bangunan semakin meningkat. Tidak hanya diperlukan untukbangunan pasca bencana atau mengalami deteriorisasi tetapi pada bangunan gedung yang sehat. Dari rekaman

    data pemeriksaan gedung eksisting Puslitbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum yang dikoordinasi olehBidang Standard dan Diseminasi sejak tahun 2008 sampai 2012 telah ditangani sebanyak 45 kasus (Wuryanti,2012). Jumlah tersebut bertambah bila dijumlahkan dengan pemeriksaan yang dikordinasi langsung oleh Balai laindi dalam lingkungan Puslitbang Permukiman. Jumlah permohonan pemeriksaan bangunan gedung terus meningkat,seiiring dengan terbitnya ketentuan untuk melakukan sertifikasi laik fungsi bangunan gedung secara periodik.

    Dalam tulisan ini disampaikan berbagai hal terkait dengan acuan standar yang digunakan dalam proses penilaiankeandalan dan praktik pemeriksaan bangunan gedung, khususnya yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman,Lingkup pemeriksaan gedung dibatasi pada gedung struktur beton bertulang.

    2. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap standar teknis terkait dengan praktik pemeriksaan bangunangedung ekisisting di Indonesia.

    3. METODOLOGI PENELITIAN

    Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metoda kualitatif melalui dua tahap. Tahap pertamaadalah mengumpulkan data pemeriksaan bangunan gedung. Sumber dokumen digali dari kegiatan advis teknis yang

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    S - 70 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    tersedia pada Puslitbang Permukiman. Kompilasi data sekunder ini bertujuan untuk memahami metoda dan proseduryang digunakan dalam praktik.

    Tahap kedua adalah mengkompilasi acuan standar atau pedoman yang digunakan pada setiap proses pemeriksaan.Hal ini dilakukan untuk mengetahui tolok ukur yang digunakan Tim Pemeriksa di dalam menentukan tingkatkeandalan.

    4. PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

    Dalam ranah struktur bangunan, keandalan (reliability) adalah kemampuan struktur atau elemen struktur dalammemenuhi persyaratan khusus dalam memikul beban kerja yang direncanakan sesuai dengan kondisi yangditentukan dalam kurun waktu tertentu (ISO 2394). Untuk melakukan penilaian keandalan perlu nilai acuan sebagaiskala perbandingan kondisi. Oleh sebab itu perlu ditetapkan terlebih dahulu nilai penerimaan (acceptable value)keandalan struktur bangunan (Presiser dan Vischer, 2005). Permasalahannya adalah bagaimana mengetahui berapabesar tingkat keandalan struktur yang dapat diterima. Menurut ISO 2394, suatu struktur mempunyai tingkatkeandalan yang tepat bila memenuhi persyaratan dan mencapai nilai target tertentu terhadap kondisi berikut: (i)Kondisi batas kemampulayanan (serviceability limit state); (ii) Kondisi batas ultimit (ultimate limit state); (iii)Integritas struktural (structural integrity).

    Nilai penerimaan ini dapat ditentukan dari tingkat keandalan target (target reliability level) yang direncanakan(Rucker, et al, 2006). Kemudian dilakukan perbandingan antara tahanan (resistance) dari komponen bangunaneksisting dengan tegangan (stress) yang terjadi akibat beban muatan eksiting atau rencana. Metoda untuk menilaikeandalan struktur bangunan dilakukan dengan metoda paling sederhana sampai yang rumit menggunakaninstrumen dan pemodelan atau simulasi.

    Metoda pemeriksaan gedung yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman, menggunakan prosedur seperti padaGambar 1. Pada jenis pemeriksaan detil selalu didahului dengan pemeriksaa awal. Tetapi setiap pemeriksaan awalbelum tentu ditindaklanjuti sampai pada pemeriksaan detil. Hal ini tergantung pada lingkup pemeriksaan yangdiharapkan oleh pihak Pemohon. Dapat juga suatu pemeriksaan detil tidak dilakukan karena Tim Pemeriksamenganggap bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan awal, sudah dapat mengetahui kondisi struktur eksisting.

    Gambar 1. Prosedur pemeriksaan bangunan gedung oleh Puslitbang PermukimanSumber: hasil analisis

    Setiap pemeriksaan bangunan gedung diperlukan untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan eksisting.Pada pemeriksaan sampai pada tahap pemeriksaan detil, tingkat keandalan ditentukan berdasarkan hasil evaluasistruktur. Penentuan tingkat keandalan diperoleh melalui tahap evaluasi struktur setelah mengetahui kualitas bahanbangunan eksisting. Kualitas bahan bangunan eksisting dilakukan melalui serangkaian pengujian baik destruktifmaupun non destruktif. Dari hasil pengujian dapat diketahui kualitas bahan beton baik mengenai kuat tekan beton,

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 71

    kualitas homogenitas beton, dan kualitas baja tulangan. Data kualitas bahan beton bertulang eksisting kemudiandiguanakan sebagai input dalam analisis struktur bangunan. Hasil akhir dari analisis struktur diperlukan untukmengetahui apakah setiap komponen struktural eksisting masih mampu memikul beban rencana.

    Pengguna akhir (end-user) dari hasil kegiatan pemeriksaan bangunan eksiting dapat dibedakan menjadi dua(Onsitemansonry, 2005), yaitu

    Pengguna-akhir antara (intermediate end user). Yang dimaksud pengguna pada kelompok ini adalah paratenaga teknik (teknik sipil atau arsitek) yang menggunakan hasil pemeriksaan untuk dieksploitasi lebih lanjut.Pengguna-akhir final (final end-user). Kelompok pengguna ini adalah para pemilik atau pengelola gedung.Hasil pemeriksaan digunakan untuk mendapatkan keputusan apakah bangunan gedung eksisting dapatdiperbaiki, diperkuat atau didemolisasi. Dengan mengatahui klasifikasi kerusakan dapat ditentukan teknikperbaikan yang tepat.

    Ditinjau dari pelayanan yang dilakukan pada setiap pemeriksaan gedung eksisting, terlihat jelas bahwa pemeriksaanoleh Puslitbang Permukiman digunakan utuk melayani pengguna-akhir antara. Akhir dari hasil evaluasi strukturdigunakan untuk menghasilkan rekomendasi umum yang menjelaskan secara deskriptif kondisi struktur bangunaneksisting. Dalam rekomendasi yang diberikan tidak menyatakan skala ukuran jelas tingkat keandalan strukturbangunan.

    5. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

    Pemeriksaan struktur beton bertulang bangunan gedung eksiting dilakukan karena beragam alasan. Praktikpemeriksaan yang telah dilakukan, acuan standar yang digunakan, dan penilaian keandalan dikaji dalam uraianberikut..

    Praktik pemeriksaan gedung eksisting

    Dari kompilasi data hasil pemeriksaan oleh Puslitbang Permukiman sejak tahun 1992 sampai 2012 telah menanganisebanyak 70 kasus pemeriksaan gedung. Alasan permintaan pemeriksaan sangat beragam yang dikelompokkanmenjadi 6 (enam ) alasan utama yaitu:

    1) Kinerja struktur diragukan. Hal ini biasa dilakukan pada pembangunan gedung bertahap. Pemilik/ pengelolagedung bermaksud memverifikasi kinerja bangunan eksiting pada tahap sebelumnya. Alasan ini juga dilakukanpada bangunan yang mengalami gempa. Sebelum bangunan dimanfaatkan kembali perlu dilakukan pemeriksaanuntuk mnejamin keandalan struktur eksisting mampu memikul beban yang terjadi.

    2) Pasca kebakaran. Pemeriksaan bangunan pasca kebakaran dengan tujuan mendapatkan kepastian apakah bagianbangunan yang tidak terbakar dapat dimanfaatkan kembali atau bangunan akan didemolisasi.

    3) Perubahan fungsi atau penambahan beban. Alasan ini dilakukan manakala bangunan akan manambah jumlahlantai atau mengalihfungsikan sebagian ruang atau seluruh bangunan.

    4) Rencana pemeliharaan. Alasan ini lebih disebabkan karena bangunan telah berumur dan perlu data teknis untukpengajuan biaya pemeliharaan gedung.

    5) Terjadi kerusakan. Pemeriksaan karena alasan ini dilakukan ketika pemilik/ pengelola gedung melihat sebagiankomponen atau sistem struktur menunjukkan penurunan kinerja, seperti balok melendut, pelat lantai bergetar,dan sebagainya. Kondisi ini telah mengganggu penguna gedung dapat beraktivitas sehingga pemilik beranggapperlu dilakukan pemeriksaan gedung secara menyeluruh.

    6) Pasca gempa. Alasan pemeriksaan bangunan pasca gempa dapat disebabkan karena kinerja bangunan diragukanatau karena sudah terlihat terjadi kerusakan. Pemeriksaan pasca gempa lebih banyak dilakukan dengan metodapenilaian cepat (rapid assessment) sehingga hanya dilakukan sampai pada tahap pemeriksaan visual saja.

    Dari 70 kasus pemeriksaan yang ditangani sebaran alasan pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 2. Kedalamansetiap pemeriksaan bangunan gedung eksisting akan tergantung pada tujuan pemeriksaan.

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    S - 72 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    Gambar 2. Alasan pemeriksaan gedungSumber: hasil analisis

    Gambar 3. Metoda pemeriksaan bangunan gedungSumber: hasil analisis

    Dari Gambar 2 dapat dilihat pemeriksaan gedung paling banyak dilakukan karena bangunan pasca gempa sebanyak26%. Kemudian disusul dengan alasan karena bangunan pasca kebakaran dan bangunan telah terjadi kerusakanmasing-masing sebanyak 20%. Untuk alasan pemeriksaan karena ada rencana pemeliharaan bangunan dilakukansebanyak 17% atau sekitar 12 kasus pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam pemeriksaan kelaikanfungsi bangunan yang secara periodik perlu dilakukan sebelum bangunan dimanfaatkan.

    Dari 70 kasus tersebut sebanyak 24 kasus atau 34% dilakukan sampai tahap pemeriksaan detil melalui analisispemodelan struktur gedung, seperti pada Gambar 3. Pada setiap kasus pemeriksaan selalu diawali dengan metodapemeriksaan visual.

    Pada tahap pemeriksaan detil, prosedur penting yang perlu dilakukan adalah mengetahui kualitas bahan bangunaneksisting. Oleh sebab itu perlu dilakukan beberapa pengujian di lapangan menggunakan pengujian non destruktifmaupun pengujian destruktif. Dari jenis pengujian untuk pemeriksaan struktur beton bertulang, terdapat 6 (enam)jenis pengujian yang digunakan oleh Puslitbang Permukiman. Ragam pengujian dan jumlah kasus yang ditanganisetiap jenis pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Frekuensi jenis pengujian dalam pemeriksaan gedungSumber: hasil analisis

    Pada Gambar 4 terlihat bahwa 3 (tiga) jenis pengujian yang mendominasi setiap kegiatan pemeriksaan bangunanyaitu pengujian dengan alat palu beton (hammer test) sebanyak 64%, dengan gelombang ultrasonic (ultrasonic pulsevelocity) 67%, dan pengujian beton dengan alat bor (core drill) 63%. Ketiga jenis pengujian tersebut digunakanuntuk mengetahui kualitas beton eksisting sebelum digunakan untuk analisis struktur bangunannya. Padakenyataannya kualitas bahan beton bertulang tidak hanya tergantung pada pengamatan kualitas kuat tekan betontetapi dipengaruhi pula oleh tebal selimut dan kuat tarik dari baja tulangan. Tetapi karena proses untuk memperolehdata kualitas baja tulangan tidak mudah dan alat yang digunakan tidak tersedia, seringkali baja tulangan ditentukandari analisis kualitatif. Data terukur untuk mengamatan kualitas baja tulangan hanya dengan memperkirakan posisitulangan, terutama jarak tulangan sengkang. Pengujian yang digunakan untuk mengidentifikasi baja tulangan adalahmenggunakan R-bar meter atau profometer. Pengujian ini dilakukan sebanyak 34% dari total pemeriksaan gedung.Jumlah ini hanya setengah dari pengujian kualitas beton. Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh dari hasilpengukuran R-bar hanya digunakan untuk analisis kualitatif dan tidak digunakan sebagai input data pada analisisstruktur.

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 73

    Standar acuan pemeriksaan struktur eksisting

    Standar merupakan common rules yang diperlukan sebagai sarana komunikasi untuk memberi kepastian dankeyakinan antara penyedia dan pengguna produk atau jasa terhadap suatu konteks kesepakatan. Mengapa standaritu diperlukan, hal ini dikaitkan dengan tujuan pembuatan dan pemberlakukan standar tersebut. Dengan demikianpenetapan standar bertujuan untuk meningkatkan efisiensi yang mestinya berdampak pada biaya yang lebih rendah.Untuk kepentingan pemeriksaan bangunan gedung suatu standar diperolehkan agar metoda pemeriksaan danpenetapan tingkat keandalan bangunan berdasarkan ketentuan seragam.

    Idealnya setiap tahap dalam proses pemeriksaan bangunan harus merefer pada pedoman teknis atau standar sebagaiacuan kerja Tim pemeriksa. Dari kompilasi standar yang digunakan sebagai acuan oleh Tim Pemeriksa PuslitbangPermukiman diuraikan seperti pada Tabel 1.

    Tabel 1. Acuan pemeriksaan struktur gedung eksisting oleh Puslitbang Permukiman

    Tahappemeriksaan

    Metoda Keluaran Standar acuan

    Pemeriksaanawal

    Kajiandokumenteknis

    Denah, dimensirencana/ terpasangkomponen strukturalgedung

    Tidak tersedia

    Pemeriksaanvisual

    Kondisi umum gedung,jenis dan polakerusakan struktural

    Pt-T-2000-C: Tata cara pemeriksaanbangunan pasca kebakaranPd T-11-2004-C: Pemeriksaan awalkerusakan bangunan beton bertulang akibatgempa

    Pemeriksaandetil

    Pengujianbahanbangunan

    Properti bahanbangunan eksiting

    SNI 07-2529-1991: Metoda pengujian kuattarik baja betonSNI 03-4430-1997: Metoda pengujian kuattekan elemen struktur beton dengan alat palubeton tipe N dan NRSNI 03-4802-1998: Metode kecepatan pulsamelalui betonSNI 03-2492-2002: Metoda pengambilan danpengujian beton intiSNI 03-6898-2002: Tata cara pelaksanaandan pengambilan dan pengujian kuat tekanbeton intiSNI 03-6760-2002: Metode pengujianpembebanan lantai beton bertulang padabangunan bertingkat dengan beban air

    Evaluasistruktur

    Komparasi kapasitastahanan(resistance)terhadap tegangan(stress) komponenstruktural (kolom,balok, pelat)

    SNI 03-1727-1989: Tata cara perencanaanpembebanan untuk rumah dan gedungSNI 03-2847-1992 (atau edisi revisinya): Tatacara perhitungan struktur beton untukbangunan gedungSNI 03-1726-2002 (atau edisi revisinya): Tatacara perencanaan ketahanan gempa untukbangunan dan gedung

    Rekomendasiumum

    Deskriptif Rekomendasi untukperkuatan ataudemolisasi

    Tidak tersedia

    Sumber: hasil analisis

    Pada Tabel 1 terlihat jelas pada standar yang relevan dengan pemeriksaan didominasi untuk proses pengujian bahanbangunan eksisting. Dengan tersedianya standar pengujian bahan bangunan menggunakan pengujian palu beton,gelombang ultrasonik, dan bor inti menjadikan pengujian menggunakan ketiga alat tersebut dominan digunakanpada setiap pemeriksaan. Sementara standar yang terkait untuk pemeriksaan visual hanya tersedia untukpemeriksaan pasca kebakaran dan penilian cepat (quick assessment) pasca gempa. Belum tersedia standar acuan

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    S - 74 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    yang menjelaskan penilaian kerusakan struktur secara visual. Demikian pula untuk standar pada tahap evaluasimasih banyak menggunakan standar perencanaan bangunan baru bukan pemeriksaan struktur eksisting. Meskidigunakan dalam analisis struktur, tetapi standar perencanaan bangunan baru tidak sepenuhnya cocok biladigunakan untuk keperluan analisis struktur bangunan eksisting. Seperti bagaimana mempertimbangkan umurbangunan eksisting dalam analisis struktur.

    Menggkaji dari kekosongan antara standar yang ada dan yang diperlukan, perlu disusun standar yang relevan denganpemeriksaan. Standar yang dapat digunakan sebagai rujukan antara lain:

    ISO 2394 (1998). General principles on reliability for structures. International Organization forStandardization

    ISO 13822 (2010) Bases for design of structure Assessment of existing structures. Second edition 2010-08-01.International Organization for Standardization

    Appraisal of existing structures, 3rd edition

    Penilaian keandalan struktur bangunan

    Tujaun akhir dari suatu pemeriksaan adalah menilai keandalan struktur bangunan atau menentukan tingkatkeandalan atau tingkat kerusakan bangunan. Ketentuan tingkat keandalan eksisting digunakan untuk menentukanmetoda perbaikan atau perkuatan yang diperlukan. Setiap praktik pemeriksaan struktur bangunan, keluaran hasilanalisis adalah menghitung apakah tegangan (stress) yang dihasilkan dari perhitungan struktur bangunan lebih kecildari tahanan (resistance) komponen struktural. Bila salah satu dari komponen strukrual tidak memenuhi persyaratanteknis, maka rekomendasi yang disampaikan merupakan deskripsi umum. Tujuan dari menganalisis ulang strukturbangunan berdasarkan asumsi bahwa struktur akan berfungsi sepanjang sisa umur layanan (residual service life).

    Penentuan tingkat keandalan dapat menggunakan metoda skala kondisi (condition rating method). Dari hasil studisebelumnya yang penulis lakukan, penilaian menggunakan metoda skala kondisi (wuryanti, 2012) berbasis padahasil inspeksi visual. Penilaian numerik ini dapat dilakukan berdasarkan skala tertentu yang menjelaskan kondisisangat buruk sampai sangkat baik. Kenyataannya meski telah dipandu menggunakan skala kondisi, pendekatantersebut masih dipengaruhi oleh penilaian subjektif. Oleh sebab itu satu struktur bangunan yang sama, biladilakukan pemeriksaan dan penilaian oleh Inspektur berbeda, akan menghasilkan tingkat keandalan berbeda.

    Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk penilaian keandalan adalah menggunakan indeks keandalan(reliability index). Dalam metoda ini dianalisis berdasarkan verifikasi tingkat keandalan berbeda. Contohnya padagambar 5, terdapat 4 level verifikasi keandalan; (1) bahan bangunan, (2) penampang elemen, (3) elemen struktur, (4)sistem struktur.

    Gambar 5. Level verifikasi keandalan struktur

    Dengan demikian ketika hasil evaluasi struktur eksisting diperoleh kualitas bahan tidak memenuhi persyaratanteknis, maka penilaian keandalan bangunan didasarkan pada verifikasi level 1. Penampang balok kurang dari yangdirencanakan, maka penilaian berdasarkan verifikasi level 2. Demikian seterusnya, untuk level 3 sampai level 4untuk sistem struktur seluruh bangunan.

  • Struktur

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 75

    6. KESIMPULAN

    Dari hasil studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Konsekuensi dari kekosongan acuan standar atau pedoman teknis di dalam pemeriksaan bangunan gedungeksisting mengarah pada penilaian subjektif. Penilaian deskriptif berpeluang untuk menimbulkan perbedaanpendapat dan hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

    2. Perlu disusun standar atau pedoman teknis yang berkaitan dengan pemeriksaan struktur bangunan eksisting.Standar dari negara lain dapat diadaptasi melalui adaptasi identik atau adaptasi modifikasi.

    3. Penilaian keandalan struktur bangunan eksisting dapat dikembangkan menggunakan pendekatan indekskeandalan berdasarkan level yang berbeda.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Studi ini sepenuhnya memanfaatkan data yang tersedia di Puslitbang Permukiman khususnya Bidang Standar danDiseminasi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan-rekan Puslitbang Permukiman yang telah berkenanmemberikan data laporan pemeriksaan gedung.

    DAFTAR PUSTAKA

    ---- (1999), Guideline For Structural Condition Assessment Of Existing Buildings. Structural Engineering InstituteAmerican Society of Civil Engineers (ASCE 11)

    ---- (1998) General principles on reliability for structures. International Organization for Standardization (ISO)2394.

    ---- (2005) On-site investigation techniques for the structural evaluation of historic masonry buildings.Onsitemasonry recommendation for end-user. 5th framework programme for Research, technologicaldevelopmen and Demonstration. Energy, Environment and Sustainable Development The city of Tomorrowand cultural heritae, Florence.

    Preiser W.F.E and Vischer, J.C. (2005) The Evolution Of Building Performance Evaluation: An Introduction inAssessing Building Performance, Elseiver Butterworth- Heinemann

    Rucker, W., Hille, R., Rohman, R. (2006), Guideline For The Assessment Of Existing Structure.Federal Institute OfMaterials Research And Testing (BAM) Berlin, Germany

    Wuryanti, W. (2010) kajian model pemeriksaan kondisi keandalan gedung beton bertulang. Prosiding SeminarNasional Teknik Sipil VI-2010 Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan EkonomiNasional, Institut Sebelas Nopember Surabaya

    Wuryanti, W. (2012) kajian Kajian tata cara evaluasi keandalan struktur bangunan gedung yang telah berdiri.Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi (PPIS) 2012. Badan Standar Nasional.