05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

30
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 1 Tahun 2009 Seri C PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu dan aksesibilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Tuban sebagai penjabaran visi misi pembangunan ke- sehatan Pemerintah Kabupaten Tuban perlu didukung sumberdaya kesehatan yang memadai serta fleksibilitas sistem pembiayaannya; b. bahwa dengan telah berkembangnya pelayanan kesehat- an di Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Umum Daerah maka retribusi pelayan- an kesehatan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat; 1

Transcript of 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

Page 1: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

Nomor 1 Tahun 2009 Seri C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TUBAN,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu dan aksesibilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Tuban sebagai penjabaran visi misi pembangunan ke-sehatan Pemerintah Kabupaten Tuban perlu didukung sumberdaya kesehatan yang memadai serta fleksibilitas sistem pembiayaannya;

b. bahwa dengan telah berkembangnya pelayanan kesehat-an di Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Umum Daerah maka retribusi pelayan-an kesehatan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat;

1

Page 2: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b diatas, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 8 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peratur-an Daerah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Retribusi Pe-layanan Kesehatan, dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan saat ini, sehingga dipandang perlu dilakukan penyempurnaan dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pem-bentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 41);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehat-an (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambah-an Lembaran Negara Nomor 3495);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuang-an Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Per-bendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

7. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme-rintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagai-mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembar- an Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

2

Page 3: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pem-bagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Peme-rintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabu-paten/Kota, (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 582/MEN KES/SK/VI/ 1997 tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 364/MENKES/SK/III/ 2003 tentang Laboratorium Kesehat-an;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Tuban;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tuban.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN TUBAN

dan

BUPATI TUBAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

3

Page 4: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Tuban;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Tuban;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kabupaten Tuban;

5. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban be-serta jaringannya, meliputi Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu, dan Pondok Bersalin Desa (Polindes);

6. Laboratorium Kesehatan adalah laboratorium kesehatan yang dikelola sebagai UPTD oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban yang mem-berikan pelayanan pemeriksaan dibidang mikrobiologi, fisika, kimia dan/atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat;

7. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah RSUD Dr. R. Koesma milik Pemerintah Kabupaten Tuban;

8. Kepala Rumah Sakit adalah Direktur RSUD Dr. R. Koesma Tuban;

9. Penjamin, adalah orang atau badan sebagai penanggung biaya pe-layanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan atau mendapat pelayanan di Rumah Sakit ;

10. Badan, adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Per-seroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, dengan nama dan bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, dana pensiun, persekutu-an perkumpulan, Yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk lainnya ;

11. Pelayanan Kesehatan, adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan jaringannya dan di RSUD yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

12. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di Puskesmas atau di Rumah Sakit;

4

Page 5: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

13. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kedaruratan medik yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau menanggulangi resiko kematian atau kecacatan;

14. Pelayanan Rawat Inap, adalah pelayanan pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan/atau pelayan-an kesehatan lainnya dengan menginap di Puskesmas dan Rumah Sakit;

15. Pelayanan Intermediate adalah pelayanan pada pasien observasi dan terapi khusus sampai kondisinya stabil kembali untuk dipindahkan ke ruang rawat inap atau ruang rawat intensif jika kondisinya memburuk dan membutuhkan observasi lebih intensif;

16. Perawatan Intensif adalah pelayanan rawat inap yang di-laksanakan secara observasi intensif terhadap pasien–pasien dengan kegawatan;

17. Tindakan Medik dan Terapi, adalah tindakan yang dilaksanakan oleh dokter untuk keperluan terapi/pengobatan, yang dilaksanakan diluar ruang operasi;

18. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan yang dilaksanakan oleh dokter untuk keperluan terapi dengan cara pembedahan/operasi dan atau per-tolongan persalinan, yang dilakukan di ruang operasi atau ruang ber-salin;

19. Tindakan Keperawatan, adalah tindakan mandiri dan/atau tindakan kolaboratif tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga perawat/bidan ter-hadap pasien dalam rangka diagnosa dan/atau terapi;

20. Asuhan keperawatan adalah pelayanan keperawatan untuk kebutuhan dasar pasien dalam rangka efektifitas proses penyembuhan pasien;

21. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik, adalah kegiatan pemeriksaan laboratorium klinik, radiodiagnostik, pathologi anatomi, dan elektromedik dalam rangka untuk menegakkan diagnosa;

22. Tindakan kegawatdaruratan (Emergency), adalah tindakan medik dan terapi yang harus dilakukan segera dan tidak dapat ditunda, untuk menyelamatkan jiwa pasien (life-saving);

23. Pelayanan kesehatan di luar jam kerja, adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas atau di RSUD yang dilaksanakan di luar jam kerja pe-layanan yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas atau Direktur RSUD dengan persetujuan dan/atau atas permintaan pasien atau keluarganya;

24. Pelayanan kesehatan lapangan adalah pelayanan kesehatan masal atau kelompok yang diselenggarakan di luar Puskesmas atau RSUD dalam rangka memenuhi permintaan organisasi kemasyarakatan atau badan tertentu;

25. Rehabilitasi Medik adalah pelayanan yang diberikan oleh unit rehab medik, dalam bentuk fisioterapi, elektromedik, terapi okupasional/kerja, dan bimbingan sosial medik;

5

Page 6: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

26. Pengujian Kesehatan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan oleh dokter umum ataupun oleh dokter spesialis untuk kepentingan tertentu dan/atau dalam rangka general check up;

27. Pelayanan general check up adalah pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan fisik diagnostik dan penunjang medik khusus untuk mem-peroleh gambaran status kesehatan seseorang;

28. Visite adalah kunjungan tenaga medik di ruang perawatan dalam rangka memberikan asuhan medik dan terapi baik atas indikasi medis maupun atas dasar permintaan konsultasi pasien dan/atau tenaga medis lain dalam rangka visite bersama;

29. Pelayanan Medico Legal, adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum antara lain dan tidak terbatas pada pe-layanan visum et repertum, atau resume medik;

30. Visum et Repertum, adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan oleh dokter umum atau dokter spesialis yang hasilnya digunakan untuk keperluan penegakan hukum;

31. Pemulasaraan Jenazah, adalah kegiatan merawat jenazah bagi pasien yang meninggal di rumah sakit;

32. Rekam Medik adalah dokumen rawat jalan, rawat darurat dan/atau rawat inap yang berisi data demografi dan data kesehatan pasien;

33. Retribusi selanjutnya disebut tarif retribusi adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik dan non medik se-bagai imbalan atas jasa pelayanan yang telah diberikan sebagai tarif retribusi layanan Puskesmas, layanan Laboratorium Kesehatan Masyarakat atau layanan RSUD;

34. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah tarif retribusi pelayanan kesehat an dan penunjang pelayanan yang dilaksanakan di Puskesmas dengan jaringannya, di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, atau di RSUD;

35. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pem-bayaran retribusi;

36. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan jaringannya, Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan RSUD berupa pelayanan kesehatan maupun non kesehatan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati orang pribadi atau badan;

37. Jasa Pelayanan, adalah imbalan jasa yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik, pemeriksaan laboratorium dan/atau pelayanan lainnya. Jasa pelayanan dikelompokkan dalam jasa pelayanan umum dan jasa pelayanan profesi;

6

Page 7: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

38. Jasa sarana, adalah imbalan yang diterima oleh Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, RSUD atas pemakaian sarana, fasilitas, obat-obatan dasar, bahan kimia dan alat kesehatan pakai habis dasar yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik, pemeriksaan laboratorium dan atau pelayanan lainnya;

39. Jasa Administrasi, adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pe-layanan atas jasa penyelenggaraan administrasi meliputi pelayanan rekam medik, billing system dan pelayanan umum lainnya;

40. Jasa medik adalah jasa pelayanan profesional oleh dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis berupa asuhan medik dan/atau berupa tindakan medik operatif maupun non operatif;

41. Jasa Dokter Spesialis Anestesi adalah jasa medik untuk tindakan anestesi dan reanimasi terhadap pasien yang menjalani tindakan medik operatif yang perhitungan jasanya berdasarkan tingkat kesulitan dan kondisi pasien yang diatur dalam Standar ASA (Anasthesiology Society Association);

42. Standar ASA adalah standar perhitungan penyetaraan jasa dokter anestesi dengan jasa dokter spesialis bedah operator, yang besarannya ditetapkan secara proporsi dalam 4 (empat) kategori;

43. Jasa Konsultasi, adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan (konsultan) atas saran atau konsul yang dilaksanakan baik di Rawat Jalan, Rawat Darurat, maupun Rawat Inap secara langsung (on site) dan/atau melalui telepon (on call) dan/atau tertulis;

44. Dokter spesialis tamu adalah dokter spesialis yang status ke-pegawaiannya di luar Puskesmas atau RSUD yang diberikan ijin khusus atas perjanjian kerjasama untuk melaksanakan pelayanan di Puskesmas atau RSUD;

45. Akomodasi, adalah penggunaan fasilitas ruang rawat inap dengan atau tanpa makan di Rumah Sakit;

46. Tarif retribusi makan, adalah pengganti biaya pelayanan makan pasien yang disediakan oleh Rumah Sakit sesuai kebutuhan diet dan nutrisi yang ditetapkan untuk menunjang proses penyembuhan pasien;

47. Kerja Sama Operasional (KSO) adalah bentuk perikatan kerja sama penyediaan sarana dan prasarana dalam menunjang pelayanan di rumah sakit;

48. Pelayanan incenerator adalah pelayanan pembakaran sampah medis, sampah rumah sakit dan/atau sejenisnya milik Institusi Pelayanan Ke-sehatan lain sesuai baku mutu lingkungan yang ditetapkan;

7

Page 8: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

49. Pelayanan Instalasi Pengolah Air Limbah selanjutnya disebut IPAL adalah pelayanan pengolahan limbah cair infeksius milik Institusi Pe-layanan Kesehatan lain sesuai baku mutu lingkungan yang ditetapkan;

50. Surat Keterangan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;

51. Surat Tagihan Retribusi (STR) adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi.

BAB II NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama retribusi pelayanan kesehatan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan jaringannya, pelayanan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, atau pelayanan ke-sehatan di RSUD.

Pasal 3

(1) Obyek retribusi meliputi pelayanan kesehatan dan pelayanan non ke-sehatan yang diberikan oleh Puskesmas dengan jaringannya, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dan pelayanan oleh RSUD.

(2) Tidak termasuk dalam obyek retribusi adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan/ atau pelayanan kesehatan yang dibebaskan oleh Pemerintah.

Pasal 4

Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan jaringannya atau pelayanan RSUD, atau pelayanan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium Ke-sehatan Masyarakat, .

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum berdasarkan kebijakan Daerah dengan mempertimbangkan biaya pe-nyediaan jasa pelayanan kesehatan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

8

Page 9: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB III CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

(1) Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan kelas perawatan, frekuensi, dan jenis-jenis pelayanan atau parameter pemeriksaan;

(2) Tingkat penggunaan pelayanan ambulan atau mobil jenazah dihitung berdasarkan jarak tempuh dan fasilitas serta kru (crew) yang menyertai.

(3) Tingkat penggunaan pelayanan incenerator atau IPAL dihitung ber-dasarkan volume dan karakteristik atau jenis-jenis sampah medis dan/atau limbah medis.

BAB IV

PRINSIP DALAM PENETAPAN BESARAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(1) Prinsip penetapan besaran retribusi pelayanan kesehatan dan pe-layanan pemeriksaan laboratorium kesehatan masyarakat adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan guna menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan serta tidak mengutamakan mencari keuntungan dengan tetap memperhatikan kemampuan ekonomi sosial masyarakat dan daya saing untuk pelayanan sejenis.

(2) Penetapan besaran retribusi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pe-layanan pemeriksaan laboratorium kesehatan masyarakat meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.

(3) Jasa sarana diperhitungkan berdasarkan biaya satuan (Unit Cost) meliputi bahan pakai habis, biaya operasional dan biaya pemeliharaan.

(4) Jasa pelayanan terdiri dari jasa pelayanan umum (JPU) dan jasa pe-layanan profesi (medik, keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya).

BAB V KEBIJAKAN RETRIBUSI

Pasal 8

(1) Retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya untuk jenis pelayanan tertentu bagi sasaran masyarakat tertentu dibebaskan dari retribusi.

9

Page 10: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(2) Bagi masyarakat miskin yang dijamin dan/atau ditanggung Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dibebaskan dari seluruh retribusi pe-layanan kesehatan sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang berlaku.

(3) Penggantian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibebankan pada APBD.

Pasal 9

(1) Retribusi pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk kelas III, Kelas II dan Kelas I diatur dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Untuk meningkatkan daya saing dengan rumah sakit swasta, retribusi pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk kelas utama ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(3) Pelayanan kesehatan masyarakat miskin adalah kelas III. Bagi masya-rakat miskin yang tidak termasuk kategori dibiayai Pemerintah Pusat melalui Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas) dan berdomisili di Kabupaten Tuban dibebaskan dari retribusi pelayanan kesehatan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan yang berlaku;

(4) Penggantian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibebankan pada APBD Kabupaten Tuban dalam bentuk subsidi bidang kesehatan.

Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan selain yang bersifat kegawatdaruratan yang di-laksanakan di luar jam kerja dikenakan retribusi golongan kelas utama;

(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan pasien dan/atau keluarganya.

Pasal 11

(1) Retribusi jasa medik diperhitungkan pada semua kelas perawatan;

(2) Pengklasifikasian jasa medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Jasa visite di rawat inap;

b. Jasa medik tindakan medik non operatif ;

c. jasa medik tindakan medik operatif.

(3) Jasa medik tindakan medik operatif, terdiri dari jasa medik operator dan jasa medik spesialis anestesi.

(4) Jasa medik operator diklasifikasi dalam :

10

Page 11: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

a. jasa medik operator dokter spesialis bedah sesuai bidang keahli-annya;

b. jasa medik operator konsultan atau dokter spesialis bedah tamu.

(5) Jasa medik spesialis anestesi diklasifikasi sebagai berikut :

a. Tindakan medik operatif kategori Standar ASA 1 atau Standar ASA 2, jasa medik spesialis anestesi ditetapkan maksimum 40% (empat puluh per seratus) dari jasa medik operator;

b. Tindakan medik operatif kategori Standar ASA 3 atau Standar ASA 4, jasa medik spesialis anestesi ditetapkan maksimum 50% (lima puluh per seratus) dari jasa medik operator.

(6) Jasa medik dokter spesialis konsultan tamu diatur sebagai berikut :

a. Besaran jasa medik ditetapkan atas dasar perjanjian dengan ke-putusan Direktur;

b. Untuk pelayanan tindakan medik operatif dimana dokter spesialis konsultan bukan sebagai operator utama, maka pengenaan tarif retribusi tindakan medik operatif sesuai dengan jenisnya ditambah jasa medik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a.

Pasal 12

(1) Dalam hal Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau Bencana yang di-nyatakan secara resmi oleh Pemerintah Daerah, maka masyarakat di-bebaskan seluruh retribusi pelayanan kesehatan sesuai dengan ke-tentuan yang berlaku.

(2) Kebutuhan alokasi anggaran pembebasan retribusi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) dibebankan pada APBD.

(3) Tatalaksana pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VI STRUKTUR DAN BESARAN RETRIBUSI PELAYANAN

Pasal 13

(1) Struktur retribusi digolongkan berdasarkan kelompok, jenis, klasifikasi, kategori dan komponen pelayanan kesehatan yang terdiri dari jasa sarana dan jasa pelayanan.

(2) Struktur dan besaran retribusi pelayanan di Puskesmas dengan jaringannya, di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, atau di RSUD ditetapkan sebagaimana tersebut dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

11

Page 12: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB VII KERJASAMA OPERASIONAL

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan fungsinya RSUD dapat mengadakan Kerja Sama Operasional (KSO) pelayanan kesehatan yang dituangkan dalam Per-janjian Kerja Sama.

(2) Retribusi pelayanan kelas III dan Kelas II untuk golongan masyarakat yang dijamin pembayarannya oleh pihak penjamin yang berbentuk Badan, ditetapkan atas dasar saling membantu.

(3) Retribusi pelayanan kelas I dan Kelas Utama untuk golongan masya-rakat yang dijamin pembayarannya oleh pihak penjamin yang berbentuk Badan, besaran tarif layanan sebagaimana pelayanan sejenis yang diselenggarakan Rumah Sakit Swasta ditetapkan dengan Ke-putusan Direktur dan dilaporkan kepada Bupati.

BAB VIII JENIS-JENIS PELAYANAN

YANG DIKENAKAN RETRIBUSI Bagian 1

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jarigannnya

Pasal 15

Pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan jaringannya yang dapat dikena-kan retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, sebagai berikut :

(1) Pelayanan Rawat Darurat :

a. Pelayanan administrasi dalam bentuk karcis, kartu berobat dan rekam medik. Untuk pasien lama hanya dikenakan karcis tanpa biaya rekam medik;

b. Pelayanan medik dan/atau keperawatan sesuai kondisi pasien;

c. Pelayanan observasi;

d. Pelayanan obat dan/atau alat kesehatan pakai habis.

(2) Pelayanan Rawat Jalan

a. Pelayanan administrasi dalam bentuk karcis, kartu berobat dan rekam medik. Untuk pasien lama hanya dikenakan karcis;

b. Pelayanan medik dan/atau keperawatan sesuai kondisi pasien;

c. Pelayanan obat dan/atau alat kesehatan pakai habis.

12

Page 13: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(3) Pelayanan Rawat Inap a. Setiap pasien rawat inap dikenakan biaya akomodasi termasuk

makan pasien; b. Retribusi tindakan medik sesuai dengan pelayanan yang diterima.

(4) Tindakan Medik di Puskesmas meliputi tindakan medik operatif dan non operatif.

(5) Pelayanan kebidanan dan persalinan. (6) Pemeriksaan Penunjang Medik. (7) Pelayanan ambulan dengan atau tanpa kruw (Crew) tenaga kesehatan.

Bagian 2 Pelayanan Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Pasal 16

(1) Pelayanan Laboratorium Kesehatan meliputi : a. pemeriksaan Fisika, Kimia dan/atau Mikrobiologi Air Minum; b. pemeriksaan: Fisika, Kimia dan/atau Mikrobiologi Air Bersih; c. Pemeriksaan Fisika, Kimia dan/atau Mikrobiologi Air Kolam Renang. d. Pemeriksaaan Fisika, Kimia dan/atau Mikrobiologi Air Pemandian

Umum. e. Pemeriksaan Fisika, Kimia dan/atau Mikrobiologi Air Badan Air (Gol.

B). f. Pemeriksaan Kimia dan/atau Mikrobiologi Makanan Minuman.

(2) Setiap pemeriksaan dikenakan retribusi pelayanan meliputi jasa sarana (bahan reagen, sarana dan alat) dan jasa pelayanan uji.

Bagian 3 Pelayanan Kesehatan di RSUD

Pasal 17

Pelayanan kesehatan di RSUD yang dapat dikenakan retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, sebagai berikut : (a) Berdasarkan kelompoknya :

1) Pelayanan Rawat Jalan ; 2) Pelayanan Rawat Darurat ; 3) Pelayanan Rawat Inap; 4) Pelayanan Rawat Sehari (one day care).

(b) Berdasarkan jenis pelayanan :

1) Pelayanan Medik dan Keperawatan; 2) Pelayanan Penunjang Medik; 3) Pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan; 4) Pelayanan Penunjang Non Medik;

13

Page 14: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

5) Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental; 6) Pelayanan Medik Gigi dan Mulut; 7) Pelayanan General Check up (Pengujian Kesehatan); 8) Pelayanan Medico Legal; 9) Pemulasaraan Jenazah; 10) Pelayanan transportasi Ambulan dan transportasi jenazah; 11) Pelayanan Kesehatan Lapangan; 12) Pelayanan Incenerator dan IPAL; 13) Pelayanan Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian.

BAB IX PELAYANAN RAWAT JALAN

Pasal 18

(1) Jenis Pelayanan rawat jalan terdiri dari : a. Umum; b. Spesialis.

(2) Setiap pemberian pelayanan rawat jalan dikenakan retribusi pelayanan kesehatan diwujudkan dalam bentuk karcis harian yang meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.

(3) Setiap pasien baru dikenakan biaya administrasi pasien baru meliputi biaya rekam medik dan kartu pasien.

(4) Setiap layanan tindakan medik, konsultasi, penunjang medik dan/atau pemeriksaan khusus di Instalasi Rawat Jalan dikenakan tarif retribusi sesuai layanan yang diterima.

BAB X

PELAYANAN RAWAT DARURAT

Pasal 19

(1) Setiap pemberian pelayanan rawat darurat dikenakan retribusi pelayanan kesehatan dalam bentuk karcis harian yang meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.

(2) Setiap pasien baru dikenakan biaya administrasi pasien baru meliputi biaya rekam medik dan kartu pasien.

(3) Setiap layanan tindakan medik (operatif atau non operatif), konsultasi, observasi intensif, penunjang medik dan/atau pemeriksaan khusus di Instalasi Rawat Darurat dikenakan tarif retribusi sesuai layanan yang diterima.

(4) Setiap pemberian pelayanan rawat darurat dikenakan retribusi pelayan-an kesehatan yang meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.

14

Page 15: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(5) Setiap pasien yang memerlukan pelayanan konsultasi dokter spesialis melalui telepon (on call) harus sepengetahuan atau mendapat per-setujuan dari keluarga atau pasien yang bersangkutan.

BAB XI PELAYANAN RAWAT INAP

Pasal 20

Jenis Pelayanan Rawat Inap di RSUD terdiri atas :

(1) Kelas Perawatan dengan klasifikasi sebagai berikut :

a. Kelas III ; b. Kelas II ; c. Kelas I ; d. Kelas Utama, meliputi Kelas Utama II, Kelas Utama I.

(2) Rawat Sehari (One Day Care).

(3) Rawat Intermediate (High Care).

(4) Ruang Intensif (Intensive Care).

Pasal 21

(1) Setiap pemberian pelayanan rawat inap dikenakan retribusi pelayanan kesehatan yang meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.

(2) Retribusi jasa sarana kelas perawatan adalah biaya akomodasi tidak termasuk makan atau diet pasien.

(3) Setiap pasien rawat inap dikenakan biaya administrasi sekali selama dirawat, biaya akomodasi, dan biaya makan.

(4) Setiap pasien yang memerlukan asuhan gizi (diet) dikenakan retribusi per pelayanan diet (asuhan gizi) meliputi jasa sarana dan jasa pelayan-an.

(5) Setiap pasien yang memerlukan pelayanan konsultasi dokter spesialis melalui telepon (on call) harus sepengetahuan atau mendapat per-setujuan dari keluarga atau pasien yang berangkutan.

(6) Setiap pasien rawat inap yang memperoleh pelayanan visite, konsultasi. tindakan medik operatif, tindakan medik non operatif, rehabilitasi medik, penunjang diagnostik dan/atau pelayanan lainnya dikenakan tarif retribusi sesuai dengan pelayanan yang diterimanya.

(7) Biaya makan atau diet pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut oleh Direktur RSUD.

15

Page 16: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB XII PELAYANAN MEDIK

Pasal 22

(1) Jenis Pelayanan Medik terdiri dari :

a) Tindakan Medik Operatif;

b) Tindakan Medik Non Operatif.

(2) Setiap tindakan medik operatif dan/atau tindakan medik non operatif di-kenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan jasa pelayanan.

(3) Klasifikasi tindakan medik operatif meliputi :

a. Operasi Kecil (sederhana);

b. Operasi Sedang;

c. Operasi Besar;

d. Operasi Khusus;

e. Operasi Canggih.

(4) Tindakan medik operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, huruf d dan huruf e apabila didampingi operator bidang spesialisasi berbeda (joint operation) dan/atau didamping non operator bidang spesialisasi lain, dikenakan tambahan jasa medik operator atau jasa medik spesialis non operator.

(5) Tindakan operatif yang dilaksanakan oleh dokter spesialis konsultan tamu, jasa medik operatornya disesuaikan dengan perjanjian sedangkan jasa sarana sesuai tarif retribusi jenis operasi yang dilaksanakan.

(6) Jasa medik dokter spesialis anestesi ditetapkan sesuai dengan yang diatur dalam pasal 11 ayat (5).

BAB XIII PELAYANAN PENUNJANG MEDIK

Pasal 23

(1) Pelayanan Penunjang Medik terdiri dari :

a. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik;

b. Pelayanan Radio Diagnostik (Kontras, non kontras dan imaging);

c. Pelayanan Diagnostik Khusus Elektromedik;

d. Pelayanan Khusus Transfusi Darah;

e. Pelayanan penunjang medik lain(Gas Medik).

16

Page 17: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(2) Setiap pelayanan penunjang medik dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa pelayanan dan jasa sarana.

(3) Pelayanan Penunjang Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum termasuk Biaya Bahan dan Alat (BBA) antara lain: reagen, spuit, film, kontras, darah, oksigen dan lain lain.

Pasal 24

(1) Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik meliputi :

a. Pemeriksaan sederhana;

b. Pemeriksaan sedang;

c. Pemeriksaan canggih;

d. Pemeriksaan khusus.

(2) Masing-masing klasifikasi digolongkan dalam kelompok jenis pe-meriksaan menurut metode dan peralatan yang digunakan.

Pasal 25

(1) Pelayanan Radiodiagnostik meliputi :

a. Pemeriksaan sederhana;

b. Pemeriksaan sedang;

c. Pemeriksaan canggih;

d. Pemeriksaan khusus.

(2) Masing-masing klasifikasi digolongkan dalam kelompok jenis pe-meriksaan menurut metode dan peralatan yang digunakan.

Pasal 26

(1) Pelayanan Elektromedik meliputi :

a. Pemeriksaan sederhana; b. Pemeriksaan sedang; c. Pemeriksaan canggih; d. Pemeriksaan khusus.

(2) Masing-masing klasifikasi digolongkan dalam kelompok jenis pe-meriksaan menurut metode dan peralatan yang digunakan.

Pasal 27

Biaya bahan (darah) Pelayanan transfusi darah disesuaikan dengan tarif bahan tersebut di PMI.

17

Page 18: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB XIV PELAYANAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Pasal 28

(1) Pelayanan Kebidanan dan penyakit Kandungan, terdiri dari :

a) Pelayanan Kebidanan :

1) Persalinan normal;

2) Persalinan dengan tindakan, berupa :

a. Pervaginam;

b. Operatif.

b) Pelayanan Penyakit Kandungan.

(2) Retribusi pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan terdiri dari persalinan normal persalinan dengan penyulit atau dengan tindakan.

(3) Retribusi kelas perawatan bayi baru lahir dengan rawat gabung ditetap-kan sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari retribusi kelas perawatan Ibu.

(4) Retribusi kelas perawatan bayi baru lahir dengan tidak rawat gabung ditetapkan sesuai dengan retribusi kelas perawatan yang ditempati.

(5) Retribusi pemeriksaan dan tindakan perawatan bayi baru lahir disesuai-kan dengan kelas perawatan yang ditempati.

(6) Setiap tindakan kebidanan dan penyakit kandungan dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan jasa pelayanan.

(7) Setiap tindakan persalinan operatif dikenakan jasa operator (dokter spesialis Obsgyn), jasa anestesi dan/atau jasa dokter spesialis anak. Besaran jasa dokter anestesi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 ayat (5), sedangkan dokter spesialis anak maksimal 20% (dua puluh per seratus) dari jasa operator.

BAB XV PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIK

Pasal 29

(1) Jenis Pelayanan Penunjang Non Medik terdiri dari :

a. Pelayanan Gizi ;

b. Pelayanan Farmasi.

(2) Setiap Pelayanan Penunjang Non Medik dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan /atau jasa pelayanan.

18

Page 19: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(3) Pelayanan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa konsultasi gizi dan asuhan gizi.

(4) Pelayanan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :

a. Pelayanan konsultasi obat;

b. Pelayanan obat (pemberian obat sesuai dengan resep dan pem-buatan puyer), implan dan/atau alat kesehatan.

(3) Harga obat belum termasuk jasa sarana dan jasa pelayanan

BAB XVI PELAYANAN REHABILITASI MEDIK

DAN REHABILITASI MENTAL

Pasal 30

(1) Jenis Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi Mental terdiri dari :

a. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental, meliputi :

1. Pelayanan Fisioterapi;

2. Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi;

3. Pelayanan Terapi kerja;

4. Pelayanan Terapi wicara;

5. Pelayanan Rehabilitasi Mental dan Psikologi.

b. Pelayanan Ortotik dan /atau Prostetik;

(2) Setiap Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi Mental dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan jasa pelayanan.

BAB XVII PELAYANAN MEDIK GIGI DAN MULUT

Pasal 31

(1) Pelayanan Medik Gigi dan Mulut terdiri dari :

a. Pelayanan Medik Dasar;

b. Pelayanan Medik Spesialistik;

(2) Jenis Pelayanan Medik Gigi dan Mulut :

a. Pemeriksaan dan/atau tindakan Medik Gigi dan Mulut;

b. Pemeriksaan dan/atau tindakan Bedah Mulut.;

(3) Setiap Pelayanan Rehabilitasi Medik Gigi dan Mulut dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan jasa pelayanan.

19

Page 20: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB XVIII PELAYANAN GENERAL CHECK UP

Pasal 32

(1) Pelayanan general check up atau pengujian kesehatan merupakan paket pelayanan, meliputi :

a. Pelayanan medical check up;

b. Pelayanan Pemeriksanaan Kesehatan Haji;

c. Pengujian Kesehatan untuk pegawai, untuk pendidikan atau untuk keperluan tertentu.

(2) Tarif Retribusi pelayanan medical check up sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikategorikan retribusi kelas I dan Kelas Utama.

(3) Tarif retribusi pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dan huruf c meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.

BAB XIX PELAYANAN MEDICO - LEGAL

Pasal 33 (1) Pelayanan medico-legal merupakan pelayanan yang diberikan pada

institusi Badan atau perorangan untuk memperoleh informasi medik bagi kepentingan hukum, terdiri dari :

a. Pelayanan visum et repertum, meliputi :

1. Visum et repertum mati;

2. Visum et repertum hidup dengan pemeriksaan luar dan/atau dengan pemeriksaan dalam.

b. Pelayanan Resume Medik;

c. Pelayanan keterangan medik untuk asuransi.

(2) Setiap pelayanan medico-legal dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan jasa pelayanan.

BAB XX PEMULASARAAN ATAU PERAWATAN JENAZAH

Pasal 34

(1) Jenis Pemulasaraan atau Perawatan Jenazah, terdiri dari :

a. Perawatan Jenazah;

b. Penyimpanan Jenazah ;

c. Bedah Jenazah (Otopsi).

20

Page 21: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(2) Setiap jenis pemulasaraan atau perawatan jenazah dikenakan retribusi pelayanan yang meliputi biaya jasa sarana dan jasa pelayanan.

(3) Retribusi Bedah Mayat dan keterangan sebab kematian dipe-hitungkan tersendiri, tidak termasuk biaya pemeriksaan laboratorium dan pelayan-an lainnya.

(4) Retribusi Pemulasaraan jenazah atau perawatan jenazah berlaku pro-porsional untuk semua jenazah dalam rangka pemakaman atau perabu-an.

BAB XXI PELAYANAN TRANSPORTASI AMBULAN

DAN TRANSPORTASI JENAZAH

Pasal 35

(1) Pelayanan transportasi ambulan diklasifikasikan dalam :

a. ambulan disertai kru (crew) tenaga medis dan/atau kepe-rawatan;

b. ambulan tanpa disertai kru (crew).

(2) Komponen Retribusi pelayanan transportasi ambulan terdiri dari :

a. Jasa sarana yang diperhitungkan berdasarkan biaya satuan untuk biaya pemeliharaan kendaraan, suku cadang, asuransi kendaraan, depresiasi (penyusutan) dan operasi-onal (pajak kendaraan, dan lain-lain);

b. Jasa pelayanan , meliputi :

1) jasa pelayanan untuk sopir (pengemudi);

2) jasa medik jika disertai kru tenaga medik dan/atau jasa keperawat an jika diserta kru keperawatan sesuai dengan jumlah kru yang menyertai.

(3) Untuk penghantaran luar kabupaten dan diperlukan menginap, maka diperhitungkan biaya menginap sesuai biaya penginapan yang berlaku di kota yang dituju;

(4) Biaya penyeberangan dengan kapal feri diperhitungkan pulang-pergi termasuk sejumlah kru pendamping jika disertai kru.

(5) Retribusi ambulan pada kondisi seperti yang tersebut pada ayat (2) huruf c angka 3 dan ayat (2) huruf c angka 4 serta ambulan yang dilengkapi dengan emergency kit dan obat-obatan emergensi.

Pasal 36

(1) Pelayanan transportasi Jenazah dilaksanakan oleh sopir (pengemudi) dan 1 (satu) petugas pendamping.

21

Page 22: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(2) Komponen Retribusi pelayanan transportasi jenazah terdiri dari :

a. Biaya pengganti bahan bakar (BBM) diperhitungkan pergi-pulang sesuai dengan jarak tempuh ke lokasi penghantaran. Setiap jarak tempuh 10 kilometer diperhitungkan setara dengan 1 (satu) liter BBM. Harga BBM berlaku sesuai dengan harga yang berlaku saat itu sesuai standar Pertamina;

b. Jasa sarana yang diperhitungkan berdasarkan biaya satuan untuk biaya pemeliharaan kendaraan, suku cadang, asuransi kendaraan, depresiasi (penyusutan) dan operasional.

c. Jasa pelayanan, meliputi :

1) jasa pelayanan untuk sopir (pengemudi);

2) jasa pelayanan untuk petugas pendamping.

(3) Untuk penghantaran luar kabupaten dan diperlukan menginap, maka diperhitungkan biaya menginap sesuai biaya penginapan yang berlaku di kota yang dituju.

(4) Biaya penyeberangan dengan kapal feri diperhitungkan pulang-pergi termasuk petugas pendamping.

BAB XXII PELAYANAN KESEHATAN LAPANGAN

Pasal 37

(1) Pelayanan Kesehatan Lapangan diberikan dalam bentuk paket layanan.

(2) Retribusi paket layanan kesehatan lapangan ditetapkan berdasarkan lokasi pelayanan, jumlah anggota tim kesehatan yang terlibat dan per-alatan medis (emergency kit) dan kendaraan transportasi yang diper-gunakan untuk mendukung kegiatan tim serta lama penugasan.

(3) Besaran retribusi pelayanan sesuai dengan jenis pelayanan yang di-minta pengguna berdasarkan tabel tarif retribusi sebagaimana yang ter-cantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

(4) Jika jenis pelayanan tidak termasuk dalam lampiran tabel tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) besaran retribusi pelayanan di-tetapkan oleh Direktur atas kesepakatan bersama.

(5) Untuk kegiatan pelayanan kesehatan dalam bentuk masal (pemeriksaan kesehatan, khitanan masal, dan lain-lain) berlaku ketentuan sebagai-mana diatur pada ayat (3) ditambah biaya transportasi pulang-pergi dan jasa layanan khusus.

22

Page 23: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

BAB XXIII PELAYANAN INCENERATOR DAN IPAL

Pasal 38

(1) Pelayanan Incenerator, dikelompokkan dalam :

a. Pembakaran sampah medis mudah terbakar;

b. Pembakaran sampah medis sulit terbakar.

(2) Retribusi pelayanan incenerator meliputi jasa sarana, dan jasa pelayan-an sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini, sedangkan penggunaan bahan bakar solar diperhitungkan tersendiri.

(3) Setiap 1 (satu) liter bahan bakar solar setara dengan 3 kilogram sampah medis.

(4) Biaya penggantian bahan bakar sesuai dengan harga standar Pertamina (SPBU) yang berlaku saat itu .

Pasal 39

(1) Pelayanan IPAL dikelompokkan dalam :

a. Limbah cair sangat infeksius;

b. Limbah cair semi infeksius.

(2) Retribusi pelayanan incenerator meliputi jasa sarana, dan jasa pelayan-an sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini, sedangkan penggunaan bahan bakar kimia penerasi limbah diper-hitungkan tersendiri sesuai jenis limbahnya.

BAB XXIV PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN

Pasal 40

(1) Pelayanan pendidikan dan pelatihan dikelompokkan dalam :

a. Pendidikan praktek tenaga medis;

b. Pendidikan paraktek tenaga keperawatan;

c. Pendidikan praktek tenaga kesehatan lainnya;

d. Studi Banding (benchmarking).

(2) Retribusi pelayanan pendidikan dan pelatihan meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini.

(3) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk honorarium pembimbing klinik.

23

Page 24: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 41

(1) Pelayanan penelitian, meliputi :

a. Pelayanan data penelitian;

b. Pelayanan pembimbingan penelitian.

(2) Retribusi pelayanan penelitian meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan yang dikelompokkan berdasarkan jenjang (strata) peneliti.

BAB XXV TATA KELOLA KEUANGAN DAN PELAPORAN

Pasal 42

(1) Semua penerimaan dari retribusi wajib disetor bruto ke Kas Daerah.

(2) Setiap pendapatan retribusi wajib dibukukan secara tertib dan cermat secara bruto (acrual bases).

BAB XXVI TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 43

(1) Pembayaran tunai retribusi pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dibayarkan melalui kasir dan/atau Bank yang ditunjuk.

(2) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus atau dengan cara lain yang disepakati bersama.

(3) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XXVII TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 44

(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

24

Page 25: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 45

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran; b. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung

maupun tak langsung.

BAB XXVIII PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 46

(1) Direktur dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi kepada pasien umum atas dasar pertimbangan obyektif, ke-manusiaan dan/atau kebijakan Pemerintah Kabupaten.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain dan tidak terbatas meliputi diskon, atau mengangsur.

(3) Ketentuan lebih lanjut pemberian pengurangan, keringan dan pem-bebasan retribusi diatur dalam Peraturan Direktur RSUD.

BAB XXIX PENGHAPUSAN PIUTANG

Pasal 47

Pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi yang sudah ditagih lebih dari 3 tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, maka bisa dilakukan peng-hapusan oleh Direktur setelah mendapat persetujuan dari Bupati.

BAB XXX SANKSI

Pasal 48

(1) Setiap penyimpangan atas pelaksanaan peraturan Daerah ini, akan di-kenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

(2) Sanksi denda dapat dikenakan pada perorangan dan/atau badan penjamin apabila tidak memenuhi ketentuan pelunasan sesuai dengan yang ditetapkan.

25

Page 26: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maksimum sebesar 10% (sepuluh per seratus) setiap bulan keterlambatan.

BAB XXXI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 50

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2002 tentang tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 51

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan peng-

undangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Ditetapkan di Tuban.

pada tanggal 6 Maret 2009. BUPATI TUBAN

ttd.

Dra. Hj. HAENY RELAWATI RINI WIDYASTUTI, M.Si Diundangkan di Tuban. pada tanggal 31 Maret 2009. SEKRETARIS DAERAH

ttd.

Ir. PARASTUTI Pembina Utama Muda

NIP. 010 145 058

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2009 SERI C NOMOR 01.

26

Page 27: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

I. PENJELASAN UMUM.

Peraturan Daerah ini pada hakekatnya mengatur masalah pe-ningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Tuban, maka guna meningkatkan mutu pelayanan pada Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma, maka perlu mengatur Retribusi Pelayanan Kesehatan dalam suatu Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Ketentuan Pasal ini sebagai penegasan istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini dengan maksud untuk menyamakan pengertian.

Pasal 2 Cukup Jelas

Pasal 3 Cukup Jelas

Pasal 4 Cukup Jelas

Pasal 5 Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7 Cukup Jelas

Pasal 8 Cukup Jelas

Pasal 9 Cukup Jelas

27

Page 28: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 10 Cukup Jelas

Pasal 11 Cukup Jelas

Pasal 12 Cukup Jelas

Pasal 13 Cukup Jelas

Pasal 14 Cukup Jelas

Pasal 15 Cukup Jelas

Pasal 16 Cukup Jelas

Pasal 17 Cukup Jelas

Pasal 18 Cukup Jelas

Pasal 19 Cukup Jelas

Pasal 20 Cukup Jelas

Pasal 21 Cukup Jelas

Pasal 22 Cukup Jelas

Pasal 23 Cukup Jelas

Pasal 24 Cukup Jelas

Pasal 25 Cukup Jelas

Pasal 26 Cukup Jelas

Pasal 27 Cukup Jelas

28

Page 29: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 28 Cukup Jelas

Pasal 29 Cukup Jelas

Pasal 30 Cukup Jelas

Pasal 31 Cukup Jelas

Pasal 32 Cukup Jelas

Pasal 33 Cukup Jelas

Pasal 34 Cukup Jelas

Pasal 35 Cukup Jelas

Pasal 36 Cukup Jelas

Pasal 37 Cukup Jelas

Pasal 38 Cukup Jelas

Pasal 39 Cukup Jelas

Pasal 40 Cukup Jelas

Pasal 41 Cukup Jelas

Pasal 42 Cukup Jelas

Pasal 43 Cukup Jelas

Pasal 44 Cukup Jelas

29

Page 30: 05 RET. PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 45 Cukup Jelas

Pasal 46 Cukup Jelas

Pasal 47 Cukup Jelas

Pasal 48 Cukup Jelas

Pasal 49 Cukup Jelas

Pasal 50 Cukup Jelas

Pasal 51 Cukup Jelas

30