05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

download 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

of 33

Transcript of 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    1/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-1

    BBBBBBBB A  AA  A  A  AA  A BBBBBBBB 33333333 

    POTENSI WILAYAH STUDIPOTENSI WILAYAH STUDIPOTENSI WILAYAH STUDIPOTENSI WILAYAH STUDI

    3.1  ASPEK FISIK DASAR

    3.1.1 

    Letak Geografis

    Propinsi Sulawesi Selatan terletak antara 00 12’ – 8

    0 Lintang Selatan dan 116

    0 48’

    – 1220 36’ Bujur Timur.

    Provinsi Sulawesi Selatan memiliki batas-batas wilayah, yaitu:

    •  Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara

    •  Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah timur

    •  Selat Makassar di sebelah barat, dan

    •  Laut Flores di sebelah selatan

    Berdasarkan UU No.26 Tahun 2004, propinsi ini mengalami pemekaran menjadi

    Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makassar dan Propinsi Sulawesi Barat dengan

    ibu kota Mamuju. Secara geografis 90 % WS Sadang terletak di Propinsi

    Sulawesi Selatan dan 10 % terletak di Sulawesi Barat.

    3.1.2  Kondisi Topografi

    Wilayah Sungai Sadang dengan luas 12.048 Km2 membujur dari utara ke selatan.

    Topografi di bagian utara berupa pengunungan berlereng curam dengan puncak

    bukitnya berkisar dari 800 sampai 2500 m. Topografi karst terdapat di daerah

    Toraja. Di bagian selatan berupa perbukitan dengan ketinggain rata-rata 1000 m,

    sedangkan di bagian barat sepanjang WS Sadang berupa dataran pantai.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    2/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-2

    Gamar 3.1.1 Peta Administrasi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

    SULAWESI

    U

    S kala ( Km)

    0 60 120 180

    SUL AWESI SELATAN

    WS Sa dan g

    W S SADANG

    Jala n U ta ma

    B ant aeng M arros

    B arr u Pan gkajeneKep.

    B one P are pare

    Bul ukum ba P inrang

    E nr ekang P olewali Mamasa

    G owa S elayar

    Jenepont o S idenreng Rap.

    Lu wu S injai

    Luwu utar a Sop peng

    M aj ene Takal ar

    M akassar Ta na Tor aja

    Mamuju Wa jo

    Kabupaten / K ota

    SUL AW ESI TENGAH

    SULAWESI TE NGGARA

    Enr ek ang

    SULAWESI BARAT

    Pasang kayu

    KETERANGAN

    Batas Pro pinsi

    Batas Ka bup ate n

    Pantai

    J ala n

    Ibuko ta Kabup ate n

    Dana u

    J enepon to

    Buluk umbaT a k al ar

    MAKA SSAR

    SELAYA R

    BONE

    W A J O

    PO LEW AL I

    M A M A SA

    TANA TORAJALU W U

    L U WU U T ARA

    G O W A

    Par epa re

    Ba r ru

    S u n g g umi n asa

    Pangk a j ene

    M aros

    Bantaeng

    Sin j a i

    Wat ampone

    Sengkang

    Side nreng

    P i n rang

    P olew al i

    M ajene

    M a k a le

    Palopo

    M AMUJU

    Wat ang s openg

    Benteng

    M as am ba

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    3/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-3

    3.1.3 

    Kondisi Geologi dan Hidrogeologi

    1) Kondisi Geologi

    a) U m u m

    Studi geologi di Wilayah Sungai Sadang dimaksudkan untuk memperoleh data

    dan informasi kondisi geologi wilayah studi dimana data dan informasi geologi

    ini akan dipakai sebagai data penunjang dalam pekerjaan Penyusunan Pola

    Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Sadang. Selanjutnya pola pengelolaan SDA

    Sadang akan dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Induk (Master Plan)

    Pengelolaan SDA WS tersebut.

    Data penunjang studi geologi diambil dari data sekender dan data hasil

    peninjauan lapangan. Data ini kemudian dirangkum menjadi laporan geologi

    yang menjadi bagian dari Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan SDA

    Wilayah Sungai Sadang.

    Data sekender yang dipergunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut :

    1.  Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone, Sulawesi skala

    1 : 250.000 disusun oleh Rab Sukamto Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1982.

    2.  Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi

    skala 1 : 250.000 disusun oleh Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido

    Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun

    1998

    3.  Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi skala 1 : 250.000 disusun oleh N.

    Ratman dan S. Atmawinata, Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1993.

    4.  Peta Geologi Lembar Malili, Sulawesi skala 1 : 250.000 disusun oleh T.O.

    Simandjuntak, E. Rusmana, Surono dan J.B. Supandjono, Diterbitkan oleh

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1991

    b) Geomorfologi

    Pulau Sulawesi dengan luas 172.000 Km2 merupakan pulau terbesar ke-3 di

    Indonesia. Tata letak Pulau Sulawesi membentuk huruf K raksasa, secara

    fisiografi dapat dibagi menjadi 4 lengan yaitu lengan utara, lengan timur, lengan

    tenggara dan lengan selatan (Bemmelen, 1949). Wilayah Sungai Sadang termasuk

    dalam lengan selatan Sulawesi, dan secara tektonik termasuk dalam Mendala

    Geologi Sulawesi Barat.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    4/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-4

    Wilayah Sungai Sadang dengan luas 12.048 Km2 membujur dari utara ke selatan.

    Bentang alam Wilayah Sungai Sadang dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan

    morfologi yaitu satuan morfologi pegunungan, satuan morfologi perbukitan

    bergelombang dan satuan morfologi dataran rendah.

    •  Satuan Morfologi Pegunungan

    Satuan morfologi pegunungan terletak di bagian utara, menempati kurang lebih

    40 % dari seluruh Wilayah Sungai Sadang. Lereng bukit umumnya terjal

    membentuk ngarai. Satuan ini disusun oleh berbagai macam formasi batuan

    berumur Pliosen sampai Eosen. Di daerah pegunungan terdapat sedikit topografi

    kars dan dataran aluvium sempit disepanjang Sungai Sadang.

    •  Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang

    Satuan morfologi perbukitan bergelombang terletak di bagian selatan, menempati

    kurang lebih 30 % dari seluruh Wilayah Sungai Sadang. Tinggi perbukitarberkisar dari 300 sampai 600 m di atas` muka laut. Satuan ini disusun oleh

    formasi batuan Tersier dan pra-Tersier serta batuan terobosan menengah sampai

    ultra basa.

    •  Satuan Morfologi Dataran Rendah

    Satuan morfologi dataran rendah menempati di bagian tengah dan sepanjang

    pantai barat Wilayah Sungai Sadang. Luas satuan ini kurang lebih 20 % dari

    seluruh Wilayah Sungai Sadang, disusun oleh batuan lepas dan belum begitu

    kompak hasil pelapukan batuan yang lebih tua.

    c) Stratigrafi

    Wilayah Sungai Sadang terbentuk oleh beberapa macam batuan seperti batuan

    sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan batuan malihan. Umurnya

    berkisar dari Mesozoikum. Pemerian satuan peta adalah sebagai berikut :

    Endapan Aluvium (Qc/Qac) : terdiri dari lempung, lanau, kerikil, tersebar di

    sepanjang sungai besar, pantai dan dataran rendah.

    Endapan Undak (Qpt) : kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran rendah

    bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Terutama berasal dari batuan

    pra-Tersier di sebelah timur Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara

    morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    5/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-5

    Formasi Walanae (Tpw) : Konglomerat, sedikit batupasir glaukonit dan serpih,

    mengandung kokuina, moluska dan forminifera yang menunjukkan umur Pliosen,

    diendapkan dalam lingkungan darat hingga laut dangkal. Ke arah selatan

    batupasir semakin dominan dan berselingan dengan batulanau, tuf, napal,

    konglomerat dan batugamping. Tebal formasi lebih dari 1700 m.

    Anggota Batugamping Formasi Walanae (Tpl) : Batugamping terumbu, tebalnya

    kurang dari 100 m, dijumpai menumpangi atau sebagai lensa pada bagian atas

    Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv), umurnya sekitar Mio-Pliosen dengan

    lingkungan pengendapan laut dangkal. Batuan serupa dan seumur di Lembar

    Pangkajene dan Barat Watampone disebut Anggota Tacipi Formasi Walanae.

    Batuan Gunungapi Parepare (Tppv) : Breksi gunungapi berkomponen trakit dan

    andesit, batuapung, batupasir tufaan, konglomerat dan breksi tufaan, diterobos

    oleh retas-retas traki-andesit. Umur satuan adalah Pliosen berdasarkan

    pentarikhan radiometri pada trakit dan tuf di Parepare.

    Batuan Terobosan (Tmpi): Umumnya batuan beku bersusunan asam sampai

    menengah seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit,

    setempat dijumpai gabro di Gunung Pangi. Umurnya diduga Pliosen karena

    menerobos batuan gunungapi Walimbong yang berumur Mio-Pliosen, serta

    berdasarkan kesebandingan dengan granit di lembar Pasangkayu.

    Formasi Loka (Tml) : Batuan epiklastik gunungapi terdiri dari batupasir andesitan,

    batulanau, konglomerat dan breksi. Berlapis hingga masif, terutama sebagai

    endapan darat hingga delta dan laut dangkal. Fosil foraminifera menunjukkanumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Tebal formasi mencapai ratusan meter.

    Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv) : Lava bersusunan basal sampai andesit,

    sebagian lava bantal, breksi andesit piroksen, breksi andesit trakit, mengandung

    feldspatoid di beberapa tempat. Diendapkan dilingkungan laut, diduga berumur

    Mio-Pliosen karena menjemari dengan Formasi Sekala yang berumur Miosen

    Tengah –Pliosen. Tebalnya ratusan meter.

    Formasi Sekala (Tmps) : Batupasir, konglomerat, serpih, tuf sisipan lava

    andesitan – basalan, mengandung foraminifera berumur Miosen Tengah – Pliosen

    dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Tebal formasi sekitar 500 m.

    Formasi Cambra (Tmc) : Batuan sedimen laut berselingan dengan batuan

    gunungapi; batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan

    batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping, konglomerat dan breksi

    gunungapi, dan setempat dengan batubara. Tebal formasi sekitar 500 m.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    6/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-6

    Anggota Batuan Gunungapi (Tmcv) : Merupakan anggota dari Formasi Cambra,

    terdiri dari batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi,

    lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan

    batupasir tufaan, batupasir gamping, batulempung mengandung sisa tumbuhan,

    batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, sebagian

    terkersikan, amigdaloidal dan berlubang-lubang.

    Anggota Batugamping (Tmcl) : Merupakan anggota dari Formasi Cambra, terdiri

    dari batugamping, batugamping tufaan, batugamping pasiran, setempat dengan

    sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir halus sampai kasar,

    mengadung fosil foraminifera dan sedikit moluska.

    Formasi Makale (Tomm) : Batugamping terumbu terbentuk di laut dangkal,

    umurnya diduga Miosen Awal – Miosen Tengah.

    Formasi Date (Tomd) : Napal dengan selingan batulanau gampingan dan

    batupasir gampingan, tebal 500 – 1000 m, kandungan foraminifera menunjukkan

    umur Oligosen Tengah – Miosen Tengah dengan linmgkungan pengedapan laut

    dangkal.

    Formasi Tonasa (Temt) : Batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan,

    berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit,

    berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis baik,

    berselingan dengan napal globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung

    batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan

    batugamping pasiran.

    Formasi Toraja (Tets) : Serpih coklat kemerahan, serpih napalan kelabu,

    batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, dan setempat batubara. Tebal

    formasi diduga tidak kurang ari 1000 m. Fosil foraminifera pada batugamping

    menunjukkan umur Eosen – Miosen. Lingkungan pengendapan laut dangkal.

    Formasi Latimojong (Kls) : Secara umum formasi ini mengalami malihan

    lemah – sedang, terdiri dari serpih, filit, rijang, marmer, kuarsit dan breksi

    terkersikkan. Diterobos oleh batuan beku menengah sampai basa. Tebal formasi

    lebih dari 1000 m.

    Formasi Kalangbaru (Kb) : Sedimen tipe flysch; batupasir berselingan dengan

    batulanau, batulempung dan serpih; bersisipan konglomerat, batupasir

    konglomeratan, tufa dan lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa,

    sebagian tufaan dan gampingan.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    7/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-7

    Batuan Malihan (S) : Sebagian besar sekis dan sedikit genes. Umumnya berfoliasi

    miring ke arah timur laut, sebagian terbreksikan, dan tersesarkan naik ke arah

    barat daya. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 m dan bersentuhan sesar

    dengan satuan batuan di sekitarnya.

    Komplek Melange (m) : Batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake,

    breksi, konglomerat, batupasir terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang

    radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal diorit dan lempung.

    Himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timur laut dan

    tersesarkan naik ke arah barat daya. Tebal satuan ini tidak kurang dari 1750 m,

    bersentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.

    Batuan Ultrabasa (Ub) : Peridotit sebagian besar terserpentinkan, berwarna hijau

    tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesar

    naik kle arah barat daya. Tebal tidak kurang dari 2500 m, dan bersentuhan sesar

    dengan satuan batuan di sekitarnya.

    Diorit – Granodiorit (d) : Terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok

    dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda

    sampai kelabu.

    Trakit (t) : Terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar

    dengan fenokris sanidin ampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai

    kelabu muda.

    d) Tektonika dan Struktur Geologi 

    Tektonik daerah Sulawesi menurut Rab Sukamto (1975) dapat dibagi menjadi 3

    mendala geologi yaitu :

    1.  Mendala Geologi Sulawesi Barat

    2.  Mendala Geologi Sulawes Timur

    3.  Mendala Geologi Banggai-Sula

    Wilayah Sungai Sadang termasuk dalam Mendala Geologi Sulawesi Barat.

    Mendala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen

    yang kemudian berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya

    gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan beumur

    Miosen – Pliosen juga mencirikan mendala ini.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    8/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-8

    Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai jaman Kapur, yaitu saat mendala

    geologi Sulawesi Timur bergerak ke barat mengikuti tunjaman landai ke barat di

    bagian timur Mendala Geologi Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsung

    hingga Miosen Tengah, saat kedua mendala tersebut bersatu. Pada akhir Miosen

    Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molasa secara tak selaras di

    atas seluruh mendala geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan

    di Mendala Geologi Sulawesi Barat.

    Pada Plio-Plistosen seluruh daerah Sulawesi mengalami deformasi yang

    mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan sumbu berarah barat laut – tenggara,

    serta sesar naik dengan bidang sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah

    Sulawesi terangkat dan membentuk bentang alam seperti sekarang ini.

    Struktur geologi yang berkembang di Wilayah Sungai Sadang terutama lipatan

    dan sesar. Struktur lipatan dengan sumbu berarah barat laut – tenggara

    membentuk antiklin dan sinklin, sedangkan struktur sesar yang dominan adalah

    sesar naik dengan arah barat laut – tenggara dan utara – selatan, bidang sesar

    miring ke timur. Posisi struktur sesar ini dapat dilihat pada peta geologi WS

    Sadang.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    9/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-9

    Gambar 3.1.2 Peta Tektonik Sulawesi (Warren Hamilton, 1978)

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    10/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-10

    2) 

    Hidrogeologi

    a) 

    U m u m

    Air tanah menurut UU No 7 tahun 2004 adalah air yang terdapat dalam lapisan

    tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sedangkan cekungan air tanah

    diartikan sebagai wilayah yang dibatasai oleh batas hidrogeologis, tempat semua

    kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air

    tanah berlangsung. Dengan demikian, setiap cekungan airtanah memiliki cirri-ciri

    hidrogeologi tersendiri yang secara hidraulik dapat berhubungan dengan

    cekungan airtanah lainnya atau bahkan tidak sama sekali.

    Pemanfaatan sumberdaya airtanah untuk menunjang kegiatan pembangunan di

    daerah Sulawesi bagian selatan menunjukkan kecenderungan yang semakin

    meningkat, seiring dengan pesatnya laju perkembangan penduduk dan kemajuan

    pembangunan. Sumberdaya airtanah telah telah menjadi komoditi ekonomi yang

    memiliki peran penting dalam menunjang kehidupan masyarakat dan segala

    aktivitas yang dilakukannya, terutama sebagai sumber pasokan air bersih untuk

    keperluan sehari-hari penduduk, proses industri, dan irigasi, bahkan di berbagai

    daerah peranan air tanah tersebut dapat digolongkan strategis.

    Konsekuensi dari semakin pentingnya peranan airtanah sebagai sumber pasokan

    untuk berbagai keperluan tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam pengelolaan

    sumberdaya airtanah yang berwawasan lingkungan, yakni segala upaya yang

    mencakup inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perizinan, pembinaan, dan

    pengendalian serta pengawasan dalam rangka konservasi air bawah tanah yangdilakukan secara bijaksana dengan bertumpu kepada azas fungsi sosial dan nilai

    ekonomi, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keseimbangan,

    kelestarian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas publik.

    Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam

    Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

    2000, daerah memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya airtanah yang

    tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara lingkungan, artinya

    pelaksanaan kewenangan pengelolaan sumberdaya airtanah tetap berlandaskan

    azas dan paradigma pengelolaan serta visi kelestarian yang muaranya adalah

    pemanfaatan yang berkelanjutan. Disisi lain, pemerintah mempunyai kewajiban

    dalam pengaturan kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian

    pembangunan nasional secara makro, pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya

    manusia, pendayagunaan sumberdaya alam, teknologi tinggi dan strategis,

    konservasi, serta standarisasi nasional. Di bidang airtanah, pemerintah telah

    menetapkan kebijakan melalui Keputusan menteri Energi dan Sumberdaya

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    11/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-11

    Mineral No. 1451K/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas

    Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Airtanah, bahwa pengelolaan airtanah

    didasari satuan wilayah cekungan airtanah (groundwater basin).

    b) Terdapatnya Airtanah

    Sebagian besar air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk dalam

    tanah yang merupakan bagian dari suatu proses peredaran atau dikenal dengan

    siklus hidrologi. Air tanah seperti ini disebut air meteorik. Selain itu ada pula dari

    yang disebut air juvenil dan air fosil (air “connate”). Air juvenile merupakan air

    baru, berasal dari proses magmatik yang sangat dalam (air plutonik) atau yang

    yang relative dangkal (air volkanik). Sedangkan air connate merupakan kantong

    air yang terjadi karena air tersebut terperangkap pada endapan sewaktu proses

    pengendapan. Air magmatik baik air plutonik maupun volkanik biasanya panas

    dan banyak mengandung belerang sedang air fosil biasanya asin.

    Banyaknya kandungan air tanah di suatu daerah tergantung pada iklim/musim

    atau banyaknya curah hujan, banyak sedikitnya tumbuh-tumbuhan, topografi

    (lereng, datar) dan derajad kesarangan/derajad celah batuan. Berdasarkan sifat

    fisik dan tekstur batuan, lapisan batuan pembawa air dapat dibedakan menjadi 4

     jenis yaitu :

    1) Akuifer atau lapisan pembawa air yaitu batuan yang mempunyai susunan

    sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berarti di bawah

    kondisi lapangan.

    2) Akuiklud atau lapisan kedap air yaitu batuan yang dapat menyimpan air

    tetapi tidak dapat mengalirkannya dalam jumlah yang berarti.

    3) Akuifug atau lapisan kebal air taitu batuan yang tidak dapat menyimpan dan

    mengalirkan air.

    4) Akuitar yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga

    dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah

    terbatas. Akuitar terletak diantara akuifer dan akuiklud.

    Berdasarkan litologi dan letaknya, akuifer akuifer dapat dibedakan menjadi 4

    macam yaitu :

    1) Akuifer bebas, akuifer tak tertekan, yaitu akuifer dimana muka air tanah

    merupakan bidanga batas sebelah atas dari pada zona jenuh air. Akifer ini

    disebut juga sebagai phreatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    12/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-12

    2) Akuifer tertekan, akuifer terkekang yaitu akuifer dimana air tanah terletak di

    bawah lapisan kedap air (impermeabel) dan mempunai tekanan lebih besar

    dari pada tekanan atmosfir. Akuifer ini disebut juga pressure aquifer atau

    artesian aquifer.

    3) Akifer bocor, leakage aquifer yaitu akuifer dimana air tanah terletak di bawahlapisan yang setengah kedap air. Akuifer disini terletak antara akuifer bebas

    dan akifer tertekan.

    4) Akuifer menggantung, akuifer tumpang, perched aquifer yaitu akuifer dimana

    masa air tanahnya terpisah dari air tanah induk oleh suatu lapisan yang relatif

    kedap air yang tidak begitu luas dan terletak di atas zoba jenuh air.

    c) Potensi Airtanah di Daerah WS Sadang

    Kajian potensi air tanah dilakukan dengan melakukan inventarisasi cekungan

    airtanah yang ada serta mempelajari potensi hidrogeologi pada wilayah sungai

    Sadang berdasarkan data yang ada.

    Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP)

    pada tahun 2001 telah melakukan studi inventarisasi potensi cekungan airtanah

    Pulau Sulawesi bagian selatan (Sulawesi II). Berdasarkan kondisi geologi,

    morfologi dan hidrogeologinya, serta mengacu pada tipe-tipe batas suatu

    cekungan airtanah di daerah WS Sadang dapat diidentifikasi adanya 4 cekungan

    airtanah. :

    •  Cekungan Air Tanah Kolosi

    Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Enrekang dengan luas cekungan 86 Km2.

    Akifer utamanya terdiri dari batugamping dengan kelulusan sedang sampai tinggi.

    Kuantitas airtanah bebas terhitung sekitar 58 juta m3 /tahun.

    •  Cekungan Air Tanah Pinrang

    Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Pinrang, Kab. Sidenreng, Kab Wajo dan

    Kab. Sopeng dengan luas cekungan 2270 Km2. Akifer utamanya terdiri dari

    aluvium endapan pantai, danau dan sungai berupa lempung, lumpur, lanau, pasir,dan kerikil dengan kelulusan sedang. Endapan undak berupa kerikil, pasir, dan

    lempung dengan kelulusan sedang. Kuantitas airtanah bebas terhitung sekitar

    1345 juta m3 /tahun dan airtanah tertekan sekitar 5 juta m

    3 /tahun.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    13/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-13

    •  Cekungan Air Tanah Barru

    Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Barru dengan luas cekungan 134 Km2.

    Akifer utamanya terdiri dari aluvium endapan pantai berupa lempung, lanau, pasir,

    dan kerikil dengan kelulusan sedang sampai tinggi. Kuantitas airtanah bebas

    terhitung sekitar 74 juta m3

     /tahun dan airtanah tertekan sekitar 2 juta m3

     /tahun.

    •  Cekungan Air Tanah Pengkajene

    Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Pangkajene dan Kab. Maros dengan luas

    cekungan 2230 Km2. Akifer utamanya terdiri dari aluvium endapan pantai dan

    sungai berupa lempung, lumpur, lanau, pasir, dan kerikil dengan kelulusan sedang.

    Endapan undak berupa kerikil, pasir, dan lempung dengan kelulusan sedang.

    Batugamping terumbu dengan kelulusan sedang.Kuantitas airtanah bebas

    terhitung sekitar 929 juta m3 /tahun dan airtanah tertekan sekitar 5 juta m

    3 /tahun.

    Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia lembar Majene dan Lembar

    Pangkajene, akuifer di WS Sadang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

    1)  Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir

    2)  Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan aliran

    3)  Akuifer (bercelah atau sarang) produktif kecil dan daerah airtanah langka

    Dengan mempertimbangkan tatanan geologi, topografi dan curah hujan, Wilayah

    Sungai Sadang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua mendala air tanah

    yaitu dataran rendah dan pegunungan. Pada mendala air tanah dataran rendah,

    akuifer mempunyai produktivitas sedang dengan penyebaran luas. Mendala air

    tanah pegunungan merupakan akuifer dengan produktivitas kecil, air tanah

    dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan batuan padu

    dan zona sesar. Sedangkan daerah batuan terobosan merupakan daerah air tanah

    langka.

    d) Pemanfaatan Airtanah

    Kebutuhan akan air bersih penduduk kota dalam WS Sadang umumnya sudah

    terpenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang sudah memiliki

     jaringan distribusi cukup luas, sedangkan penduduk yang menempati daerah

    pinggiran kota hingga pelosok pedesaan umumnya memenuhi kebutuhan air dari

    budidaya sendiri yakni dari sumur gali, mataair maupun air permukaan.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    14/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-14

    Mengingat bahwa airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang

    keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang

    luas serta pemulihannya sulit dilakukan maka pengelolaan dan perlindungan

    airtanah yang berbasis cekungan airtanah merupakan hal yang sangat penting

    agar pemanfaatannya dapat terus berlanjut baik untuk generasi sekarang maupun

    generasi mendatang. Untuk hal ini perlu adanya kerjasama antar daerah yang

    tercakup dalam satu cekungan airtanah tersebut.

    N O C E K U N GA N A I R T A N A H

    1. Sampaga

    2 . Po lewal i

    3 . P i n r a n g

    4 . K o l o s i

    5. Siwa

    6 . P adang Sapa

    7 . B o n e B o n e

    8 . W a s o p o t e

    9 . B a t u le m p e

    1 0 . B a n k e

    1 1 . M o b a l a b a

    12 . Le lewowo

    13 . B u lupu te

    14 . B u lu ta ipa

    1 5 . P i n d o l o

    1 6 . T o m o r i

    1 7 . K o l a k a

    1 8 . T a n g k e t a d a

    1 9 . W e p u t a n g

    2 0 . T i n a n g ge a

    2 1 . A m b e s i a

    2 2 . M o t a n o

    2 3 . E w o l a n g k a

    2 4 . R a r o m e e t o

    2 5 . L a l o n g ga s o m a l e

    N O C E K U N GA N A I R T A N A H

    2 6 . K o l o n o

    27 . R awua

    2 8 . T a n o a

    2 9 . M a h o l o n a

    3 0 . B e n t e n g

    3 1 . M u n a

    3 2 . L a b uh a n T a b el o

    3 3 . E r e k e

    3 4 . L a m b a l e

    35 . B au B au

    36 . Ka l iwin to

    37 . Las i l imu

    3 8 . K o n d e

    3 9 . L e b o

    4 0 . B a n g b o n g

    4 1 . P a n g k a j e n e

    4 2 . B a r r u

    4 3 . P o m p a n u a

    4 4 . M a k a s s a r

    45 . S in ja i

    4 6 . B e n t a e n g

    4 7 . G o w a

    48 . B i ra

    4 9 . B u n g k u

    WS SADANG

    Gambar 3.1.3 Peta Sebaran Cekungan Airtanah Wilayah Sulawesi II

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    15/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-15

    3.1.4 

    Penggunaan Lahan

    Pemanfaatan lahan di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat didominasi

    oleh kawasan hutan dengan luas 3,2 juta Ha atau 55,51 % dari total luas wilayah

    Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Luas kawasan hutan di Propinsi

    Sulawesi Selatan berdasarkan peta paduserasi, masing-masing deperuntukkanuntuk hutan lindung seluas 1,8 juta Ha, Hutan produksi terbatas seluas 810,16

    ribu Ha, Hutan produksi biasa  192,64 ribu Ha, Hutan suaka alam dan wisata

    (Hutan SAW) 243 ribu Ha, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 102,1

    ribu Ha. Dari luas kawasan tersebut, terlihat bahwa kabupaten yang paling luas

    penggunaan tanah/lahannya adalah Kabupaten Mamuju dengan luas 1,1 juta Ha,

    dan penggunaan tanah tersebut didominasi oleh hutan seluas 946,5 ribu atau

    85,7 % dari keseluruhan penggunaan tanahnya dan merupakan penghasil hutan

    yang terluas di Propinsi Sulawesi Selatan.

    Tabel 3.1.1 Luas Penggunaan Lahan untuk Kawasan Hutan

    di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Ha)

    Penggunaan Lahan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat

    Hutan Lindung 1,207,301.90 669,358.00

    Hutan Produksi Terbatas 488,551.00 321,607.00

    Hutan Produksi Biasa 131,041.00 61,600.00

    Hutan Suaka Alam dan Wisata 242,110.00 900.00

    Hutan untuk Areal Penggunaan

    Lain 603,200.00 Tidak ada data

    Hutan Produksi yang dapat

    dikonversi

    23,630.00 78,443.00

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka 2001 & 2004

    Bentuk-bentuk kawasan konservasi yang ditetapkan dan dikelola secara utuh

    mencakup kawasan suaka alam (KSA) yang terdiri dari cagar alam & suaka

    marga satwa, dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri dari Taman

    Nasional, Tahura, Taman Wisata dan Taman Buru. Di Sulawesi Selatan sekitar

    214.519,25 Ha kawasan konservasi darat, terdiri dari suaka margasatwa 4 lokasi,

    cagar alam 6 lokasi, taman wisata 10 lokasi dan taman buru 1 lokasi. Sedangkan

    kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan meliputi 2 lokasi yaitu Taman

    Nasional Wisata Alam Laut Kapoposang dan Taman Nasional Takabonerate

    dengan luas 580,8 ribu Ha.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    16/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-16

    Kawasan konservasi yang terdapat di unit KSDA Sulsel I antara lain Taman

    Wisata Alam Cani Sirenreng yang terletak di kecamatan Ulaweng, Palakka, Ponre

    dan Lappariaja Kabupaten Bone dengan luas kurang lebih 3,1 ribu Ha. Ciri khas

    berupa air terjun bertingkat dengan pemandangan alamnya yang indah dan udara

    yang sejuk ditambah dengan keanekaragaman jenis flora dan faunanya. TWA

    Kepulauan Kapoposang terletak di Kecamatan Tuppabiring Kabupaten

    Pangkajene Kepulauan kurang lebih 50.000 Ha. Daya tarik pemandangan bawah

    laut yang indah dengan keanekaragaman flora faunanya ditunjang dengan pasir

    putih yang terhampar sepanjang pantai.

    Unit KSDA II Sulsel bertanggung jawab terhadap kawasan konservasi antara lain

    TWA Sidrap,TWA Danau Matano, Danau Mahalona dan Danau Towuti, TWA

    Nanggala III luwu dan TN Laut Taka Bonerate sebagai salah satu kawasan

    pelestarian alam di Indonesia. Kawasan ini merupakan karang atol terbesar ketiga

    dunia dengan luas kurang lebih 220 ribu Ha.

    3.1.5 

    Kehutanan dan Sumber Daya Hutan

    Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi,

    ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai

    paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus

    dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat.

    Hutan di wilayah studi yang membentang hijau mulai dari Utara sampai ke

    Selatan berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir ataupun

    sebagai hidrologi terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi. Sektor

    kehutanan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan menjadi hutan wisata

    sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.

    Menurut klasifikasi fungsi hutan, maka di wilayah hulu sungai Sadang, utamanya

    di Kabupaten Tana Toraja terdapat beberapa kawasan hutan yang sangat

    memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan wisata, yaitu:

    Kawasan Hutan wisata Nanggala dibagian Utara/Timur, Kawasan Hutan Wisata

    Mapongka di selatan, Kawasan Hutan Wisata Messila di Barat serta Kawasan

    Hutan Rakyat yang tersebar diseantero kabupaten Tana Tnraja yang belum

    digunakan secara maksimal hingga saat ini.

    Prospek hutan ini sangat menjanjikan untuk dijadikan kawasan wisata alam,

    seperti Trekking, kemping (bumi perkemahan), maupun ekowisata, sehingga

    dalam pengembangannya tidak perlu merusak lingkungan/ekosistem yang ada

    bahkan bisa ditingkatkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    17/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-17

    Di Kabupaten Tana Toraja sendiri memiliki luas hutan sejumlah 135.938 ha,

    dengan kondisi yang cukup baik. Di kabupaten ini sektor kehutanan terdiri dari:

    •  Hutan Lindung, Pinus tersedia 14.000 ha

    •  Hutan produksi terbatas 9.172 ha

      Bahan baku getah pinus 25.000 ton/th dari lahan hutan pinus 9.172 ha.Untuk industri pengolahan kayu untuk bahan korek api dan mebel sebagai

    berikut :

    •  Hutan rakyat : 14.000 ha

    •  Hutan produksi terbatas : 910.200 ha

    •  Jatah tebang/tahun 340 ha

    •  Potensi kayu pinus : 1.234.000 ton/tahun

    Secara total kondisi hutan di Sulawesi Selatan pada tahun 2004 seluas 3.264.713

    ha yang antara lain terdiri dari 1.207.301,90 ha hutan lindung, 488.551,00 ha

    hutan produksi terbatas, dan 131.041,10 ha hutan produksi biasa.

    Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotan dan dammar).

    Produksi hutan Sul-Sel pada tahun 2004 yang berupa kayu sebesar 147.739,24

    kubik. Hasil lainnya yakni rotan 6.478,67 pon dan getah pinus 180.126,000

    Gambar 3.1.4 Peta Penutupan Lahan pada Areal Hutan Lindung dan Kawasan

    Konservasi Propinsi Sulawesi Selatan

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    18/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-18

    Tabel 3.1.2. Daftar Kawasan Hutan Lindung di Propinsi Sulawesi Selatan

    NO KABUPATENHUTAN

    LINDUNG

    LUAS

    AREA

    (Ha)

    NO KABUPATENHUTAN

    LINDUNG

    LUAS

    AREA

    (Ha)

    1

    KABUPATEN

    SINJAI B. Pesapa 20.940,00

    Aparang 1.38 B. Tellu Banua 31.305,00

    Balang Jatie 789,00 11

    KABUPATEN

    MAROS

    Balang Pesoang 616,00 B. Bualo 125,00

    2

    KABUPATEN

    PARE-PARE Bulusaraung 15.000,00

    Bacukiki 3216,00 G. Rumbua 575,00

    3

    KABUPATEN

    JENEPONTO Lompobattang 10.738,00

    Bangkala 5.189,00 Pangkalaeng 1.277,00

    S. Tanrang 392,00 12

    KABUPATEN

    PANGKEP

    Lompobattang 2.360,00 Bulusaraung 18.625,00

    4

    KABUPATEN

    BARRU 13

    KABUPATEN

    BONE

    Barru 29.534,00 Bakau Baru 3.831,00

    B. Tonga Rambu 914,00 Madu 570,00

    Komp. Pani-pani 3.877,00 Ponre 5.231

    Lasitae 6.225,00 Tellu Lumpoe 5.802,00

    Komp.

    Wala-wala 8.058,00 Walanae 4.766,00

    5

    KABUPATEN

    ENREKANG 14

    KABUPATEN

    WAJO

    Batumula 5.264,00 H. Bakau Wajo 4.300,00

    B. Bulo-bulo 694,00 Latumojong 4.407,00

    Ampuno 816,00 15

    KABUPATEN

    MAJENE

    S. Bungin 24.439,00 H. Majene 46.700,00

    Siambo 10.478,00 16

    KABUPATEN

    SELAYAR

    Latimojong 41.534,00 Jampeaa 8.750,00

    6

    KABUPATEN

    GOWA 17

    KABUPATEN

    LUWU

    Batununggulu 487,00 Kambuno Kalaena 37.850,00

    Bontomaya 5.922,00 Komp. H. Bakau 48.136,00

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    19/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-19

    NO KABUPATENHUTAN

    LINDUNG

    LUAS

    AREA

    (Ha)

    NO KABUPATENHUTAN

    LINDUNG

    LUAS

    AREA

    (Ha)

    Bontoramba 2.091,00 Latumojong 145.985,00

    Lompobattang 3.743,00 Malili 3.642,00

    Pangkalaeng 1.035,00 Nanggala 3.700,00

    Pao Utara

    Tombolo 3.229,00 Padang Lawu 53.954,00

    7

    KABUPATEN

    MAROS Palopo Selatan 9.644,00

    B. Buallo 125,00 Pomasai Malili 87.970,00

    Bulusaraung 15.000,00 Pongkong Karana 10.424,00

    G. Rumbua 576,00

    Pongkong

    Rompoang 3.995,00

    Pangkalaeng 1.277,00 Sangbua 4.252,00

    Tetekang 9.615,00

    8

    KABUPATEN

    TATOR Walentang 4.529,00

    B. Gasing 6.950,00 18

    KABUPATEN

    MAMUJU

    B. Masilla 10.606,00 Komp. S. Anong 6.781,00

    B. Sadoko 16.110,00

    Komp. S. Bakau

    Mamuju 212.963,00

    Karua 65.975,00

    Komp. S.

    Budong-budong 22.277,00

    Latimojong 7.469,00 Komp. S. Lumu 230.569,00

    Nanggala 15.928,00 Komp. S. Mamuju 28.037,00

    Pongtora / Ka’do 27,00 19

    KABUPATEN

    SIDRAP

    Sadang 9.738,00 Latimojong 43.635,00

    S. Simbuang 36.100,00 20

    KABUPATEN

    POLMAS

    9

    KABUPATEN

    BULUKUMBA Mamasa 170.378,00

    Balang Pesoang 2.266,00 Polmas/Polewali 77.552,00

    Lompobattang 4.708,00 21

    KABUPATEN

    BANTAENG

    S. Bijawang 396,00 Lompobattang 4.000,00

    10

    KABUPATEN

    PINRANG 22

    KABUPATEN

    SOPPENG

    Batumila 2.755,00 Niniconang 28.267,00

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    20/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-20

    3.2 

    ASPEK SOSIAL EKONOMI

    3.2.1. 

    Batas Administrasi Wilayah Studi

    Areal Studi terletak dalam wilayah administrasi Kabupaten Tana Toraja,

    Enrekang, Pinrang, Polewasi Mandar, Mamasa, Pinrang, Kota Pare-Pare, Barru

    dan Pangkep. Sebagian besar termasuk dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan

    dan sebagian kecil wilayah Propinsi Sulawesi Barat. Total luas keseluruhan

    wilayah studi adalah 13.229,77 km2.

    Areal studi dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dari Kota Makassar

    dengan jarak paling jauh adalah Kabupaten Tana Toraja dan Mamasa, yang

    ditempuh dalam waktu kurang lebih 8 jam perjalanan kearah Utara. Kondisi jalan

    secara umum cukup baik dan hampir seluruhnya merupakan jalan aspal.

    Tabel. 3.2.1. Wilayah Administratif Kabupaten

    yang termasuk dalam WS Sadang

    No Propinsi Kabupaten Luas Kabupaten (Km2)

    1 Sulawesi Selatan Pangkep 1112.29

    Barru 1174.72

    Enrekang 1786.01

    Pinrang 1070.02

    Kota Pare-Pare 99.33

    Tana Toraja 3205.77

    Marros 1619.12

    Sidrap 1883.25

    2 Sulawesi Barat Polewali Mandar 2022.33

    Mamasa 2759.33

    TOTAL 16,732.17

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka 2004 

    3.2.2.  Kependudukan

    (1)  Jumlah Penduduk

    Diskripsi penduduk yang antara lain berupa jumlah penduduk (laki-laki dan

    perempuan), ratio laki-laki dan perempuan (sex ratio) dan jumlah rumah tangga

    yang terdapat di wilayah studi.

    Berdasarkan data yang diperoleh, maka jumlah penduduk Propinsi Sulawesi

    Selatan tahun 2004 adalah sebesar 7.379.370 orang dengan laju pertumbuhan

    penduduk 1,45 %, sex ratio adalah 96,19 dengan rata-rata jumlah rumah tangga

    sebesar 1.678.660 KK.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    21/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-21

    Sedangkan di wilayah studi jumlah penduduk yang meliputi 8 Kabupaten adalah

    sebesar 1.965.006 orang, sex ratio sebesar 96 dengan rata-rata jumlah rumah

    tangga sebesar 439.525 KK.

    Dilihat dari data sex ratio, maka jumlah penduduk perempuan lebih banyak

    daripada penduduk laki-laki hampir di semua Kabupaten, dengan ratio antara90 – 95 laki-laki per 100 perempuan, kecuali Kabupaten Enrekang dan Tana

    Toraja yang menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada

    perempuan.

    Tabel 3.2.2. Jumlah Penduduk, Ratio Jenis Kelamin

    dan Jumlah Rumah Tangga Di Wilayah Studi

    PENDUDUK

    NO KABUPATEN

    LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

    SEXRATIO

    JUMLAHKK

    1 PANGKEP 131,594 145,629 277,223 90.36 61,008

    2 BARRU 76,334 81,346 157,680 93.84 39,008

    3 PINRANG 158,586 175,504 334,090 90.36 76,720

    4 ENREKANG 90,621 88,037 178,658 102.94 38,032

    5 TANA TORAJA 217,979 202,754 420,733 107.51 94,560

    6 PARE-PARE 56,237 58,696 114,933 95.81 25,072

    7 POLEWALI MANDAR 175,392 184,990 360,382 95 77,157

    8 MAMASA 62,510 58,797 121,307 92 27,968TOTAL 969,253 995,753 1,965,006 96 439,525

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan

    Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.

    (2)  Jumlah Angkatan Kerja

    Angkatan kerja merupakan salah satu indikator penting bagi perkembangan

    ekonomi di suatu wilayah. Berdasarkan data maka jumlah angkatan kerja di

    Propinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 3.059.053 orang dengan prosentase

    angkatan kerja adalah 98.84 %. Hal ini menunjukkan jumlah usia produktif di

    Propinsi ini cukup besar dan merupakan potensi Sumber Daya Manusia yangcukup besar.

    Sedangkan berdasarkan data olahan, maka jumlah angkatan kerja di wilayah studi

    adalah sebesar 758.550 orang atau sebesar 93 %. Data ini berarti di wilayah studi

    mempunyai jumlah angkatan kerja lebih rendah dari jumlah total Propinsi

    Sulawesi Selatan.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    22/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-22

    Tabel 3.2.3. Jumlah Angkatan Kerja di Wilayah Studi

    ANGKATAN KERJA

    NO KABUPATENBEKERJA

    MENCARI

    KERJA

    JUMLAH

    ANGKATAN

    KERJA

    PERSEN

    KERJA

    TERHADAPANGKATAN

    KERJA

    1 PANGKEP 90,736 11,743 108,479 89.17

    2 BARRU 62,046 5,000 67,046 92.54

    3 PINRANG 120,835 7,976 128,811 93.81

    4 ENREKANG 77,763 4,153 81,916 94.93

    5 TANA TORAJA 138,499 7,604 146,103 94.8

    6 PARE-PARE 40,119 7,108 47,227 84.95

    7 POLEWALI MANDAR 170,284 8,684 178,968 98.3

    8 MAMASA - - - -

    TOTAL 700,282 52,268 758,550 93

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan

    Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.

    (3)  Pertumbuhan Penduduk

    Pertumbuhan penduduk Propinsi Sulawesi Selatan rata-rata kecil yaitu sebesar

    1,45 % per tahun. Sedangkan berdasarkan data yang di olah, maka pertumbuhan

    penduduk di wilayah studi adalah sebesar 1.61 % yang berarti lebih tinggi dari

    total pertumbuhan penduduk Propinsi Sulawesi Selatan.

    Hal ini di sebabkan oleh adanya perubahan status administrasi wilayah Polewali

    Mamasa yang berkembang cukup significan pada periode tahun 2003 sampai

    2004 sebesar 2.79 %.

    Daftar presentase pertumbuhan penduduk di wilayah studi adalah sebagai berikut.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    23/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-23

    Tabel 3.2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk di wilayah studi.

    JUMLAH PENDUDUK

    NO KABUPATEN2000 2001 2002 2003 2004

    LAJU

    PERTAMBAHAN

    PENDUDUK

    1 PANGKEP 263,565 265,290 268,008 275,151 277,223 1.39

    2 BARRU 151,085 151,464 152,412 156,661 157,680 1.17

    3 PINRANG 310,833 312,124 313,801 331,592 334,090 1.99

    4 ENREKANG 166,307 168,337 169,812 175,962 178,658 1.97

    5 TANA TORAJA 392,726 395,744 398,796 416,610 420,733 1.89

    6 PARE-PARE 108,258 108,917 111,660 113,057 114,933 1.64

    7 POLEWALI MANDAR - - 387,543 358,265 360,382 2.79

    8 MAMASA - - - - 121,307 -

    9 MARROS 272,116 275,548 278,833 286,260 290,173 1.77

    10 SIDRAP 238,419 238,926 239,795 246,259 247,723 1.05

    TOTAL 2,364,367 2,392,471 1,965,262 2,003,780 2,026,603 1.74

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan

    Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.

    3.2.3.  Sarana Sosial

    (1) 

    Sarana Pendidikan

    Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

    bangsa. Pembangunan sumber daya manusia akan menentukan karakter dan

    pembangunan ekonomi dan social. Peningkatan partisipasi pendidikan untuk

    memperoleh pendidikan harus diikuti dengan berbagai peningkataan penyediaan

    sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai.

    Banyaknya sekolah di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu Sekolah Dasar (SD) adalah

    sebanyak 6.362 sekolah, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 854

    sekolah dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 351 sekolah.

    Sedangkan perbandingan jumlah tenaga pendidik (guru) untuk tingkat SD adalah

    47.896 orang dengan jumlah murid 990.099 orang, untuk tingkat SLTP tenaga

    guru sebanyak 18.934 orang dengan jumlah murid sebanyak 280.326 orang dan

    untuk tingkat SLTA jumlah guru sebanyak 10.142 orang dengan jumlah murid

    sebesar 144.250 orang.

    Sedangkan penyebaran jumlah fasilitas pendidikan di wilayah studi dapat dilihat

    pada tabel berikut ini.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    24/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-24

    Tabel 3.2.5. Banyaknya jumlah sekolah di wilayah studi

    Jumlah SekolahNo Propinsi Kabupaten

    SD SLTP SLTA

    1 Sulawesi Selatan Pangkep 308 30 8

    Barru 210 22 7Kota Pare-Pare 93 18 7

    Pinrang 315 35 12

    Enrekang 213 30 10

    Tana Toraja 376 80 23

    2 Sulawesi Barat Polewali Mandar 310 31 15

    Mamasa 261 18 9

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan

    Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.

    (2) 

    Sarana Kesehatan

    Bidang kesehatan merupakan unsur sosial yang sangat penting bagi

    perkembangan perkotaan. Berdasarkan data maka jumlah rumah sakit umum

    (RSU) sudah ada di hampir seluruh kabupaten, dengan jumlah RSU adalah

    sebesar 23 buah dan rumah sakit swasta sebanyak 13 buah yang umumnya hanya

    berada di Kota Makassar. Sedangkan untuk Puskesmas sebanyak 338 buah yang

    ada hampier di semua kecamatan, dan terdiri dari Puskesmas, Puskesmas

    Pembantu, Puskesmas keliling dan Posyandu.

    Sedangkan banyaknya tenaga kesehatan adalah sebanyak 1.114 orang terdiri daridokter umum, dokter gigi, dokter ahli, apoteker, sarjana kesehatan, bidan,

    paramedik dan tenaga kesehatan lainnya.

    Bedasarkan data tahun 2004, jumlah Rumah Sakit Umum, Puskesmas dan

    lembaga kesehatan di wilayah yang termasuk dalam wilayah studi dapat dilihat

    pada tabel berikut ini.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    25/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-25

    Tabel 3.2.6. Jumlah Sarana Kesehatan yang termasuk dalam wilayah studi

    Jumlah Sarana Kesehatan

    Propinsi KabupatenRSU Puskesmas

    Puskesmas

    Pembantu

    Puskesmas

    KelilingPosyandu

    Sulawesi Selatan Pangkep 1 18 48 18 13

    Barru 1 9 26 8 -Kota Pare-Pare 1 6 17 5 2

    Pinrang 1 12 49 11 -

    Enrekang 1 10 34 13 -

    Tana Toraja 1 22 58 10 5

    Sulawesi Barat Polewali Mandar 1 16 48 - 42

    Mamasa 1 11 20 - -

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan

    Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.

    (3) Agama

    Secara umum penduduk di Propinsi Sulawesi Selatan dan Barat menganut agama

    Islam. Namun demikian terdapat daerah yang dominan menganut agama Kristen

    Protestan antara lain Kabupaten Tana Toraja.

    Berdasarkan data maka sarana peribadatan yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan

    adalah sebagai berikut :

      Masjid : 11.771 buah

      Langgar : 1.325 buah

      Mushola : 14.264 buah

      Gereja Katholik : 387 buah

      Gereja Protestan : 1.960 buah

      Pura : 63 buah

      Vihara : 31 buah

    3.2.4. 

    Sektor Pertanian

    Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar untuk wilayah studi. Seperti

    diketahui bahwa wilayah Propinsi Sulawesi Selatan merupakan penghasil

    tanaman pangan terbesar di kawasan timur Indonesia.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    26/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-26

    (1) 

    Sub Sektor Tanaman Pangan

    Produksi padi di Sulawesi selatan tahun 2004 sebesar 3.229.912 ton yang dipanen

    dari areal seluas 704.775 ha atau rata-rata 4,58 ton per hektar. Namun demikian

    rata-rata produksi ini turun jika dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu sebesar

    4,72 ton per hektar.

    Sebagian besar produksi padi di wilayah ini dihasilkan dari padi jenis sawah,

    dengan menyumbang 99,65 % dari seluruh produksi padi dan sisanya terdiri dari

    padi ladang.

    Sedangkan produksi jagung pada tahun 2004 adalah 661.249 ton dengan luas

    panen 192.456 ha atau menghasilkan 3,44 ton/ha. Produksi jagung

    memperlihatkan kenaikan jika dibandingkan dengan produksi tahun 2003 yaitu

    sebesar 2,86 ton/ha.

    Tabel 3.2.7. Luas panen dan total produksi tanaman pangan wilayah studi

    NO JENIS KOMODITILUAS

    PANEN (Ha)

    PRODUKSI

    (Ton)

    1 Padi Sawah 700,711 3,218,651

    2 Padi Ladang 4,004 11,261

    3 Jagung 192,456 661,249

    4 Ubi Jalar 5,182 57,883

    5 Ubi Kayu 27,788 500,267

    6 Kacang Tanah 35,960 40,132

    7 Kedelai 17,393 25,939

    8 Kacang Hijau 20,717 25,874Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004

    (2) 

    Kondisi Perkebunan

    Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di wilayah studi adalah tanaman

    Kakao dan Kelapa Dalam yang masing-masing berproduksi sebesar 167.493 ton

    dan 92.119 ton. Sebagian besar hasil perkebunan tersebut dihasilkan oleh

    perkebunan rakyat.

    Data mengenai luas panen dan produksi sektor perkebunan dapat dilihat padatabel berikut ini.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    27/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-27

    Tabel 3.2.8. Luas panen dan total produksi perkebunan wilayah studi

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004

    (3) 

    Kondisi Kehutanan

    Kondisi kawasan hutan di wilayah studi pada tahun 2004 seluas 3.264.713 Ha

    yang antara lain terdiri dari 1.207.301,90 Ha hutan lindung, 488.551 Ha hutan

    produksi terbatas dan 131.041 Ha hutan produksi biasa.

    Produksi hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotn dan damar). Produksihutan Sulawesi Selatan tahun 2004 berupa kayu sebesar 147.739,24 kubik, rotan

    6.478,67 kubik dan getah pinus 180.126 ton.

    Tabel 3.2.9. Produksi Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu di wilayah studi

    NO KOMODITI SATUAN 2002 2003 2004

    1 Produksi Kayu M3 121,877.75 67,021.32 147,739.24

    2 Produksi Non Kayu

    - Rotan Ton 3,902.01 6,016.50 6,478.67

    - Damar/Kopal Ton 0.10 0.82 -

    - Getah Pinus Ton 311,020.00 197,090.00 180,126.00

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004

    NOJENIS

    KOMODITI

    LUAS

    PANEN

    (Ha)

    PRODUKSI

    (Ton)NO

    JENIS

    KOMODITI

    LUAS

    PANEN

    (Ha)

    PRODUKSI

    (Ton)

    1 Kelapa Dalam 97,569 92,119 13 Tebu Rakyat 2,068 26,181

    2 Kelapa Hibrida 18,524 19,705 14 Tembakau 2,580 1,7473 Kopi Robusta 29,999 16,739 15 Kapas 3,986 660

    4 Kopi Arabica 34,908 562 16 Kayu Manis 143 18

    5 Cengkeh 48,927 13,019 17 Sereh Wangi 52 27

    6 Kakao 208,450 167,493 18 Sagu 3,113 35,676

    7 Jambu Mete 68,132 24,689 19 Kelapa Sawit 4,390 35,333

    8 Lada 12,185 4,432 20 Siwalan 1,366 532

    9 Pala 3,270 882 21 Kenari 255 256

    10 Kemiri 34,045 21,828 22 Aren 4,308 2,034

    11 Kapuk 14,391 5,382 23 Kencur 4 127

    12 Panilli 6,683 9,680 24 Asam Jawa 60 54

    25 Temulawak 167 129

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    28/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-28

    (4) 

    Kondisi Perikanan

    Kondisi perikanan di wilayah studi dibedakan menjadi perikanan laut dan

    perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2004 mencapai 315.734 ton

    sedangkan untuk perikanan darat dibagi menjadi tambak air payau dengan

    produksi 391.745,4 ton, kolam sebesar 13.798,9 ton serta produksi sawah sebesar37.442 ton.

    3.2.5.  Sektor Pariwisata

    Sektor pariwisata di wilayah ini mempunyai potensi yang sangat besar, baik

    berupa wisata alam maupun wisata budaya. Arah kebijakan pengembangan

    Pariwisata di propinsi Sulawesi Selatan adalah :

    a.  Penataan dan pemanfaatan kelembagaan kepariwisataan serta peningkatan

    kualitas SDM pengelolaan kepariwisataan.

    b.  Pengkajian dan peningkatan daya tarik kepariwisataan.

    c.  Pelestarian nilai sejarah dan budaya serta menumbuh kembangkan budaya dan

    kesenian lokal sebagai nilai, tatanan dan pedoman dalam kehidupan

    bermasyarakat.

    Wilayah ini yang mempunyai 3 Dimensi yaitu Daerah laut, darat dan Daerah

    Pegunungan, mempunyai potensi wilayah yang dapat dikernbangkan yaitu wisata

    pantai/bahari, wisata alam dan wisata budaya/sejarah.

    (1) 

    Obyek Wisata Pantai/Bahari

    Obyek Wisata ini berada pada daerah-daerah pesisir pantai dan pulau-pulau di

    wilayah ini diantaranya memiliki taman-taman laut yang cukup indah disertai

    dengan pasir putih yang ada pada beberapa pulau yang dijadikan sebagai taman

    wisata, antara lain : Pantai tanjung butung dan Pulau putianging yang berada di

    Kabupaten Barru.

    (2)  Obyek Wisata Alam

    Wisata alam ini pada umumnya berada pada daerah pegunungan yang memiliki

    sumber air yang cukup banyak disertai panorama alam yang indah dihiasi dengan

    pepohonan yang rindang. Ada air terjun dan ada air panas yang dikelolah

    langsung oleh Dinas Pariwisata masing-masing Kabupaten.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    29/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-29

    Sebagai contoh wilayah alam Tana Toraja yang sangat indah, sehingga dijuluki

    objek wisata primadona, untuk di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian Timur.

    Julukan ini pantas karena Tana Toraja sejak tahun 1960 telah dikenal oleh para

    tourist di berbagai manca negara. Keindahan alam ini dilengkapi dengan :

    •  Tradisi budaya unik dan menarik

    •  Panorama yang indah dan udara yang sejuk

    •  Kesenian dan kerajinan home industry yang antik dan berarsitektur tinggi

    •  Keramahtamahan penduduk yang sudah populer, dan

    •  Keamanan yang terjamin

    (3) 

    Obyek Wisata Sejarah/Budaya

    Wisata sejarah adalah objek wisata dengan tujuan melihat sejarah atau

    peninggalan masa lampau. Di wilayah ini memiliki Obyek Wisata Sejarah yang

    cukup banyak. Antara lain obyek wisata Rumah adat Saoraja Lapinceng

    merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu, rumah ini di buat

    pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi Muhammad Saleh

    Dg.Parani yang digelar Petta Sulle.

    3.2.6. 

    Sektor Industri

    Sektor industri pengolahan (industri non migas) di Provinsi Sulawesi Selatan

    pada tahun 2004 memiliki nilai ekonomi Rp 4.9 triliun atau memberikan

    kontribusi yang signifikan sebesar 13,3 % menurut harga berlaku. Sektor ini

    bertumbuh 6,23 % pada tahun 2004 dan selama periode 2000 – 2004 bertumbuh

    rata-rata 5,3 %/tahun, sektor industri pengolahan ini tentu menggunakan

    sumberdaya air untuk proses produksi maupun konsumsi karyawan

    3.2.7. 

    Sektor Pertambangan

    Bagi Provinsi Sulawesi Selatan peranan sub sektor pertambangan dan

    penggalian mempunyai kontribusi yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari

    kontribusinya ke PDRB tahun 2004 sebesar Rp 3,4 trilliun atau sebesar 9,69 %

    dari PDRB tahun 2004. Bahkan sub sektor ini pertumbuhan ekonominya terus

    meningkat dari tahun 2001 – 2004 yaitu sebesar 9,12 %.

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    30/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-30

    Potensi Pertambangan yang ada di wilayah studi, dapat dilihat sebagaimana

    rincian data berikut ini. Jenis Tambang wilayah studi terdiri dari 18 (delapan

    belas) jenis yaitu :

    • 1 (satu) jenis bahan galian golongan “A” yaitu Batu Bara dengan jumlah

    cadangan 13.500.000 M3 berlokasi di Desa Tompobulu, Bantimala danBaring.

    • 2 (dua) jenis bahan galian golongan “B” terdiri atas Kromik dan Mineral

    radioaktif dengan luas sebaran 10.000.000 meter kubik berlokasi Bulu Erasa

    Desa Mangilu.

    • 15 (lima belas) bahan galian golongan “C” dengan produksi/sebaran sebagai

    berikut :

    i.  Marmer dengan produksi 79.092 meter kubik, luas sebaran 12.625.00 Ha.

    ii.  Pasir Silika/Pasir Kuarsa dengan produksi 109.632 meter kubik, luas

    sebaran 28.500.000 Ha berlokasi di Desa Baring, Tonbasa, Tabo-Tabo

    dan Lanne.

    iii.  Tanah Liat dengan produksi 72.863 meter kubik, luas sebaran

    121.500.000 Ha.

    iv.  Batu Gamping dengan produksi 1.432.341 M 3 , luas sebaran

    147.000.000 Ha.

    v.  Sirtu dengan produksi 18.000 meter kubik, luas sebaran 2.500.000 Ha.

    vi.  Kristal Kuarsa 600.000 meter kubikberlokasi di Tondong Kura

    vii.  Batu Gamping 140.000.000 meter kubik berlokasi di Bulu TempeDesaBowong Cindea, Bulu Mattampa

    viii.  Lempung dengan luas sebaran 121.500.000 Ha berlokasi diBiranne,

    Bantimala, Tonasa, Tabo-tabo,

    ix.  Trakit dengan luas sebaran 13.000.000 Ha belokasi di Tabo-Tabo,

    Mangilu dan Bantimala.

    x.  Profilit dengan luas sebaran 46.200.000 Ha berlokasi di Tondong Kura

    dan Biranne.

    xi.  Kaolin dengan luas sebaran 1.250.000 Ha berlokasi di Bulu Panettekang

    Kecamatan Tondong Tallasa.

    xii.  Biorit dengan jumlah cadangan 33.000.000 meter kubikberlokasi di Desa

    Biranne.

    xiii.  Basal dengan jumlah cadangan seluas 97.350.000 meter kubik berlokasi

    di Kecamatan Tondong Tallasa

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    31/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-31

    3.2.8. 

    Ekonomi Regional

    (1) 

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan

    kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai

    tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah

    tersebut.

    PDRB di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat atas dasar harga berlaku

    pada tahun 2004 adalah sekitar 48.765,95 milyar rupiah dengan kontribusi

    terbesar diberikan oleh sektor pertanian yaitu sebesar 33,36 persen, disusul oleh

    sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan sumbangan sebesar 14,89 persen.

    Sedangkan atas dasar harga konstan adalah sebesar 37.266, 96 milyar rupiah

    dengan kontribusi terbesar di berikan oleh sektor pertanian sebesar 33,04 %,

    disusul sektor perdagangan sebesar 14,54%.

    Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan yang dicapai pada tahun 2004 terlihat

    pada sektor keuangan, transportasi, konstruksi dan pertambangan. Sedangkan

    yang menjadi andalah adalah sektor pertanian.

    Data PDRB Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dapat disajikan dalam

    tabel berikut ini.

    Tabel 3.2.10. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Kerja

    Usaha Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2000 – 2004

    Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

    TAHUN

    NO LAPANGAN USAHA

    2000 2001 2002 2003 2004

    PRO

    SEN

    TASE

    (2004)

    1 Pertanian 11,661,151.62 11,785,184.15 12,328,037.73 12,432,541.10 12,313,064.99 33.04

    2

    Pertambangan dan

    Penggalian 2,837,102.22 3,002,793.57 2,886,813.57 3,205,949.52 3,498,308.03 9.39

    3 Industri Pengolahan 3,990,794.37 4,219,282.84 4,344,977.00 4,688,360.69 4,980,594.69 13.36

    4

    Listrik, Gas dan Air

    Minum 265,582.12 297,694.63 316,286.79 333,414.87 330,143.41 0.89

    5 Konstruksi 1,233,904.46 1,347,462.92 1,432,888.24 1,519,455.43 1,684,331.16 4.52

    6 Perdagangan 4,206,616.80 4,556,761.42 4,775,926.15 5,094,173.42 5,420,041.49 14.54

    7

    Angkutan dan

    Komunikasi 1,834,276.39 2,020,431.80 2,138,275.22 2,365,974.54 2,634,374.23 7.07

    a. Angkutan 1,460,364.46 1,624,403.97 1,714,844.83 1,918,557.80 2,141,175.53

    b. Komunikasi 373,911.93 396,027.83 423,430.39 447,416.74 493,198.70

    8

    Keuangan, Persewaan,

    dan Jasa Perusahaan 1,213,347.90 1,298,562.57 1,408,487.38 1,705,132.27 2,198,255.38 5.90

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    32/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers  3-32

    TAHUN

    NO LAPANGAN USAHA

    2000 2001 2002 2003 2004

    PRO

    SENTASE

    (2004)

    9 Jasa - Jasa 3,520,556.81 3,806,731.51 4,027,433.19 4,081,048.29 4,207,855.34 11.29

    a. Pemerintahan Umum 3,288,147.57 3,563,174.42 3,772,835.40 3,810,716.46 3,923,116.10

    b. Swasta 232,409.24 243,557.09 254,597.79 270,331.83 284,739.24Produk DomestikRegional Bruto

    (PDRB) 30,763,332.69 32,334,905.41 33,659,125.27 35,426,050.13 37,266,968.72 100.00

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004

    (2) 

    Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi ini akan dikaji menurut lapangan usaha atas dasar harga

    konstan 2000 pada tahun 2001 sampai 2004 di Propinsi Sulawesi Selatan dan

    Barat.

    Berdasarkan data yang ada, maka sektor pertanian yang merupakan sektor

    andalan di Propinsi ini pada tahun 2004 justru mengalami penurunan

    pertumbuhan sebesar – 0,96 sedangkan sektor yang mengalami peningkatan

    tajam adalah sektor keuangan dan persewaan yang meningkat 28,92.

    Melemahnya sektor pertanian ini disebabkan oleh tanaman pangan (Padi) yang

    produksinya turun, yang terjadi akibat musim kemarau yang cukup panjang.

    Tabel 3.2.11. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Propinsi

    Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2001 - 2004TAHUN

    NO LAPANGAN USAHA2000 2001 2002 2003 2004

    1 Pertanian - 1.06 4.61 0.85 -0.96

    2

    Pertambangan dan

    Penggalian - 5.84 -3.86 11.05 9.12

    3 Industri Pengolahan - 5.73 2.98 7.90 6.23

    4 Listrik, Gas dan Air Minum - 12.09 6.25 5.42 -0.98

    5 Konstruksi - 9.20 6.34 6.04 10.85

    6 Perdagangan - 8.32 4.81 6.66 6.40

    7 Angkutan dan Komunikasi - 10.15 5.83 10.65 11.34

    a. Angkutan 11.23 5.57 11.88 11.60

    b. Komunikasi 5.91 6.92 5.66 10.23

    8 Keuangan, Persewaan, danJasa Perusahaan - 7.02 8.47 21.06 28.92

    9 Jasa - Jasa - 8.13 5.80 1.33 3.11

    a. Pemerintahan Umum 8.36 5.88 1.00 2.95

    b. Swasta 4.80 4.53 6.18 5.33

    Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB) - 5.11 4.10 5.25 5.20

    Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004

  • 8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2

    33/33

    PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR

    WILAYAH SUNGAI SADANG

    (3) 

    Struktur Ekonomi

    Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menunjukkan perubahan

    struktur ekonomi dari tahun ke tahun atau peranan suatu sektor ekonomi terhadap

    seluruh sektor ekonomi.

    Sektoral

    Sektor pertanian selama periode 2000 – 2004 memperlihatkan peranan yang

    cenderung menurun, yakni dari 37.91 % menjadi 33.54 % pada tahun 2004.

    Sedangkan sektor industri pengolahan, perdagangan, listrik-air-gas, konstruksi

    dan angkutan-komunikasi serta keuangan perbankan memperlihatkan tren yang

    menaik. Sektor yang peranannya cenderung berfluktuasi adalah

    pertambangan-penggalian dan sektor jasa-jasa.

    Gambar 3.2.1. Grafik Sektoral Struktur Ekonomi daerah Studi

     Penggunaan 

    Peranan konsumsi rumah tangga dalam periode 2000 – 2004 dengan tren yang

    semakin menaik yakni dari 59.30 % menjadi 59.63 % pada tahun 2004.

    Komponen perdagangan ke luar propinsi juga mempunyai kecenderungansemakin meningkat, sedangkan perdagangan ke luar negeri cenderung menurun

    pada periode 2000-2003 dan meningkat kembali pada tahun 2004.

    Pada 2004 komponen konsumsi rumah tangga sebesar 59.63 %, nirlaba 0.59 %,

    pemerintah 15.58 %, pembentukan modal tetap bruto 17.80 %, ekspor 29.31 %,

    impor 23.71 % dan perubahan stok serta deskrevansi yang merupakan residual

    b 0 80 %

    0.00 

    2,000,000.00 

    4,000,000.00 

    6,000,000.00 

    8,000,000.00 

    10,000,000.00 

    12,000,000.00 

    14,000,000.00 

    Pertanian Pertambangan Industri  Listrik-Gas-Air Konstruksi Perdagangan Angkutan-Komunikasi Keuangan, persewaan  Jasa-Jasa 

    Th 2000 Th 2001 Th 2002 Th 2003 Th 2004