04 Pengelolaan Sumber Daya Air

download 04 Pengelolaan Sumber Daya Air

of 44

Transcript of 04 Pengelolaan Sumber Daya Air

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. TEORI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

    Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh mahluk

    hidup, baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Air merupakan sumberdaya

    alam yang unik dibandingkan dengan sumberdaya alam lainnya. Air bersifat

    sumberdaya alam yang terbarukan dan dinamis. Artinya, sumber utama air yang

    berupa hujan akan datang sesuai dengan waktu dan musimnya sepanjang tahun.

    Air secara alami akan mengalir dari hulu menuju hilir, dari tempat yang tinggi ke

    tempat yang rendah, baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Air juga

    dapat berubah wujud, cair, padat dan gas. Perubahan ini tergantung pada lokasi

    dan kondisi alam. Pada suhu yang panas, air akan berubah menjadi uap, yang

    kemudian pada suhu tertentu akan berubah kembali menjadi air. Sedangkan pada

    suhu yang dingin (di bawah 0C), air akan berubah menjadi padat yang dikenal dengan es. Air juga dapat berupa air tawar maupun air asin (air laut) yang

    jumlahnya merupakan bagian terbesar di bumi (70% luas bumi).

    Hujan yang jatuh ke bumi baik secara langsung maupun tidak langsung akan

    mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah yang pada akhirnya ke

    laut. Akibat pemanasan matahari, air di permukaan bumi akan berubah wujud

    menjadi uap melalui proses evaporasi atau evapotranspirasi (bila melalui

    tanaman). Uap air bergerak di udara berubah wujud akibat perbedaan suhu di

    udara dari panas menjadi dingin, terjadilah kondensasi. Bila temperatur di bawah

    titik beku, kristal es terbentuk. Tetesan air tumbuh akibat kondensasi dan benturan

    dengan kristal es lainnya dan terbawa oleh gerakan udara turbulen sampai pada

    kondisi menjadi butir-butir air. Apabila Butir air tersebut sudah cukup banyak dan

    akibat berat, air itu sendiri akan turun ke bumi sebagai hujan. Bila temperatur

    udara turun sampai di bawah 0C maka butiran air akan berubah menjadi salju.

  • 13

    Hujan yang turun di lokasi seperti cekungan, danau, embung, waduk, dll, maka

    lokasi tersebut dapat disebut sebagai retensi, artinya tempat penyimpanan air

    sementara. Pada lokasi retensi ini air akan disimpan beberapa lama sebelum air

    mengalir menuju ke laut. Sedangkan, hujan yang turun di hutan, permukaan tanah,

    meresap ke dalam tanah secara infiltrasi, perlokasi, kapiler. Air mengalir menuju

    laut dapat melalui permukaan tanah maupun di dalam tanah. Aliran air tanah dapat

    dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah dalam, aliran tanah antara,

    dan aliran dasar. Aliran dasar adalah aliran yang mengisi sistem jaringan sungai.

    Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau, pada saat hujan tidak turun beberapa

    waktu tetapi suatu sistem sungai tetap mengalir secara tetap dan kontinyu.

    Kejadian tersebut membentuk suatu pergerakan yang membentuk suatu siklus

    yang dikenal dengan siklus hirdologi. Siklus ini merupakan konsep dasar tentang

    keseimbangan air secara global di bumi. Siklus ini juga menunjukan semua hal

    yang berhubungan dengan air. Bila dalam keseluruhan sistem jumlah air tetap dan

    seimbang, maka sistem tersebut disebut sebagai siklus hidrologi tertutup (closed

    system diagram of global hydrological cycle). Siklus hidrologi tertutup

    dikendalikan oleh radiasi matahari.

    Gambar II.1. Siklus Hidrologi Tertutup (Kodoatie, 2005)

  • 14

    Gambar II.2. Siklus Hidrologi (disederhanakan)

    Dalam jumlah tertentu air dapat mengakibatkan bencana. Jumlah air yang

    berlebihan dalam satu lokasi mempunyai kekuatan yang sangat besar dan bersifat

    destruktif yang dikenal dengan bencana banjir. Kondisi ini dapat menimbulkan

    kerugiann yang besar bagi mahluk hidup. Di lain pihak, jumlah air yang sangat

    sedikit di satu lokasi menimbulkan bencana yang dikenal dengan bencana

    kekeringan.

    Air merupakan bagian dari sumberdaya alam dan juga merupakan bagian dari

    ekosistem secara keseluruhan. Jumlah air di bumi secara umum adalah tetap,

    namun komposisinya dapat berubah. Artinya, jumlah air yang berada di

    permukaan tanah, di dalam tanah, maupun di udara dapat bertambah maupun

    berkurang. Bila jumlah air di daratan bertambah dan jumlah air di udara tetap,

    maka jumlah air di lautan akan berkurang, demikian pula sebaliknya. Dengan

    demikian, air harus dikelola secara bijak dengan pendekatan terpadu. Terpadu

    artinya memerlukan keterikatan dengan berbagai aspek, berbagai pihak, dan

  • 15

    berbagai disiplin ilmu. Menyeluruh artinya mencerminkan cakupan yang luas,

    lintas batas antar sumberdaya, antar lokasi, mulai hulu sampai dengan hilir, dan

    sebagainya. Secara umum, pendekatan pengelolaan sumber daya air harus bersifat

    holistik dan berwawasan lingkungan. Semua aspek seperti sosial, ekonomi,

    budaya, teknik, lingkungan, hukum bahkan politik ikut terlibat dan diperhitungkan

    baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Eksploitasi besar-besaran terhadap sumberdaya alam pada masa lampau yang

    tidak berwawasan lingkungan berakibat pada rusaknya ekosistem lingkungan

    yang berpengaruh pada siklus hidrologi. Perubahan lahan hutan atau lingkungan

    konservasi akibat pembabatan/eksploitasi hutan menjadikan areal konservasi

    menjadi gundul, dan ini menyebabkan kawasan tersebut tidak lagi dapat menyerap

    air. Hujan yang jatuh di lokasi tersebut tidak lagi diserap ke dalam tanah tetapi

    langsung menuju ke hilir. Jumlah air yang seharusnya dapat ditahan lebih lama di

    areal hutan langsung meluncur menuju hilir, dan dengan jumlah air yang cukup

    besar menghasilkan aliran air yang besar yang sering dikenal dengan banjir

    bandang. Apabila banjir bandang ini melewati kawasan permukiman, maka akan

    terjadilah bencana banjir, longsor, dan sebagainya. Di lain waktu, misalnya pada

    musim kemarau, areal hutan yang seharusnya pada musim hujan menyimpan air,

    sudah tidak dapat berfungsi lagi sehingga ketersediaan air tanah pada musim

    kemarau menjadi jauh berkurang, yang pada akhirnya menimbulkan bencana

    kekurangan air atau dikenal dengan bencana kekeringan.

    II.1.1 PERMASALAHAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

    Faktor utama krisis air adalah perilaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup,

    yaitu perubahan akan tata guna lahan untuk keperluan mencari nafkah dan tempat

    tinggal. Kerusakan lingkungan yang secara implisit menambah lajunya krisis air

    dipercepat dengan pertambahan penduduk yang tinggi, baik secara alami maupun

    migrasi. Degradasi lingkungan dapat dilihat dari banyaknya kejadian bencana

    banjir, kekeringan, dan longsor.

  • 16

    Pengelolaan sumber daya air juga memerlukan koordinasi pengelolaan sumber

    daya air yang baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun, fenomena otonomi

    daerah yang berlebihan menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antara

    pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang

    menyebabkan terjadinya kurang koordinasi khususnya dalam pelaksanaan

    koordinasi pengelolaan sumber daya air.

    Kurangnya koordinasi juga dipicu dengan banyaknya instansi yang ikut terlibat

    dalam mengelola sumber daya air seperti Departemen Pekerjaan Umum,

    Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kehutanan,

    Departemen Pertanian, Dinas teknis Provinsi/Kabupaten/Kota (PU, Pertanian,

    dll). Masing-masing melakukan pengelolaan menurut kebutuhan dan

    kepentingannya tanpa melakukan koordinasi terpadu dan terintegrasi antar

    instansi, atau bila melakukan koordinasi masih sebatas koordinasi di atas kertas.

    Gambar II.3. Pemanfaatan sumber daya air oleh

    stakeholder untuk berbagai keperluan (Kodoatie, 2005)

    Krisis ekonomi pada tahun 1998 juga menyebabkan berkurangnya dana

    pengelolaan sumber daya air yang mengakibatkan terkendalanya kegiatan

  • 17

    pemeliharaan infrastruktur sumber daya air, penurunan kapasitas infrastruktur

    sumber daya air baik secara kualitas maupun kuantitas, dan peningkatan biaya

    pemeliharaan infrastruktur sumber daya air.

    Keinginan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan APBD secara cepat juga

    menyebabkan terjadinya perubahan lahan konservasi sumber daya air menjadi

    lahan perekonomian. Penggundulan hutan seluas 71.000 ha yang terjadi di Jawa

    Tengah pada tahun 200011, misalnya, merupakan salah satu cara meningkatkan

    APBD secara cepat. Bank Dunia mencatat, luas lahan hutan Indonesia pada awal

    orde baru terdapat 142 juta ha, dan dalam kurun waktu 25 tahun tercatat tinggal 96

    juta ha.

    Pada hakikatnya, air tidak dibatasi oleh batas administratif tetapi lebih pada

    daerah aliran sungai. Hal ini menyebabkan banyak DAS yang bersifat lintas

    wilayah baik lintas kabupaten/kota, lintas provinsi, bahkan lintas negara. Dalam

    era otonomi daerah saat ini dan dengan kondisi koordinasi yang lemah antar

    pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, maka pengelolaan sumber daya air

    menjadi lebih sulit. Apalagi ditambah dengan keterbatasan dana pengelolaan

    sumber daya air yang ada.

    Gambar II.4. DAS dan Batas Wilayah

    11 Kahumas Perum Perhutani Unit I Jateng, Kompas, 24 Nov 2000

  • 18

    II.1.2 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

    Lingkup pengelolaan sumber daya air meliputi upaya perencanaan, pelaksanaan,

    pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan konservasi sumber daya air,

    pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air, yang bertujuan

    untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi

    sumber daya air, pemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan dengan

    mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat, serta

    mencegah, menanggulangi, dan memulihkan infrastruktur sumber daya air akibat

    kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.

    Gambar II.5. Lingkup Pengelolaan Sumber Daya Air12

    Pemerintah dan para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melakukan

    pengelolaan sumber daya air wajib melakukan proses manajemen secara

    menyeluruh baik dari aspek teknis, finansial/ekonomi maupun sosial bahkan

    politis. Secara aspek teknis harus dapat dijamin bahwa pengelolaan sumber daya

    12 Dijabarkan dari UU No. 7 Tahun 2004 tentang SDA

  • 19

    air yang dilakukan akan memberikan manfaat yang berkelanjutan dan berwawasan

    lingkungan dan bahwa pembangunan infrastruktur sumber daya air tidak akan

    merusak lingkungan. Apabila diperkirakan akan terjadi kerusakan lingkungan,

    maka harus dicarikan alternatif dan upaya pencegahan atau apabila terpaksa

    kegiatan tersebut dapat ditunda atau dibatalkan. Dari aspek finansial/ekonomi

    telah dikaji manfaat apa yang akan diperoleh dengan pengelolaan sumber daya air

    tersebut, bahkan bila memungkinkan pendapatan yang diperoleh akan dapat

    meningkatan pendapatan daerah. Ada kalanya secara finansial, pengelolaan

    sumber daya air kurang memberikan pendapatan tetapi apabila pengelolaan

    sumber daya air tersebut dapat mengurangi kerugian masyarakat maka hal

    tersebut dapat diprioritaskan untuk dilaksanakan. Kekurangan akan dana untuk

    mengimplementasikan kegiatan tersebut dapat pula diupayakan melalui jalur

    sosial ataupun politis.

    Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang

    didasarkan pada analisis dari berbagai aspek antara lain seperti teknis dan

    finansial dengan hasil yang seoptimal mungkin. Tahapan yang dilakukan

    umumnya terdiri dari 4 tahapan yaitu tahapan studi, perancangan, implementasi,

    dan operasi dan pemeliharaan (O dan M).

    Gambar II.6. Alur proses pembangunan (Kodoatie, 2005)

  • 20

    Pengelolaan sumber daya air terpadu bertujuan mengoptimalkan resultan

    ekonomis dan kesejahteraan sosial dalam perilaku yang cocok tanpa mengganggu

    kestabilan dari ekosistem. Pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan melalui

    cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air

    alam dan buatan.

    Gambar II.7. Proses pembangunan (Kodoatie, 2005)

    Kerangka konseptual pengelolaan sumber daya air setidaknya memperhatikan

    bahwa:

    a. Masalah sumber daya air adalah bersifat kompleks.

    b. Wilayah sumber daya air dapat berupa bagian dari pengembangan

    wilayah, dapat pula berupa bagian administratif.

    c. Adanya relasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan

    master plan sumber daya air.

    d. Adanya batas teknis hidrologi, DAS, daerah aliran air tanah (groundwater

    basin) yang pada kondisi wilayah tertentu dapat berbeda dengan DAS.

    e. Pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan secara natural/alami atau

    man-made (campur tangan manusia).

  • 21

    f. Pengelolaan sumber daya air harus dipandang sebagai sesuatu yang

    terpadu (integrated), meliputi banyak hal dan menyeluruh

    (comprehensive) dan saling ketergantungan (interdependency).

    Prinsip pengelolaan sumber daya air secara umum harus memenuhi kriteria

    sebagai berikut:

    a. pada dasarnya berupa pemanfaatan, perlindungan, dan pengendalian;

    b. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan, dan berwawasan

    lingkungan;

    c. dalam satu sungai hanya berlaku satu rencana induk pengelolaan;

    d. lingkup pengelolaan sumber air mencakup: pengelolaan daerah tangkapan

    hujan, pengelolaan kuantitas air, pengelolaan kualitas air, pengendalian

    banjir, dan pengelolaan lingkungan sungai;

    e. pengelolaan terhadap infrastruktur keairan yang meliputi: sistem

    penyediaan air (waduk, penampungan air, jaringan transmisi dan

    distribusi, fasilitas pengolahan air); sistem pengelolaan air limbah

    (termasuk fasilitas infrastruktur pendukungnya seperti fasilitas pengumpul,

    pengolahan, pembuangan, sistem daur ulang); fasilitas pengelolaan

    limbah; fasilitas pengendaian banjir, drainase dan irigasi; fasilitas lintas air

    dan navigasi; serta fasilitas sistem kelistrikan (PLTA).

    II.2. TEORI ORGANISASI

    II.2.1 ORGANISASI SEBAGAI SEBUAH SISTEM

    Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang terikat

    secara formal untuk mencapai tujuan bersama dengan membagi tugas dan

    dikerjakan secara bersama, terdapat suatu kelompok atau seseorang yang menjadi

    pimpinan dan sekelompok orang menjadi pengikut.13

    13 Dr.K. Suhendra, SH.MSi. Manajemen dan Organisasi : Dalam Realita Kehidupan, 2008

  • 22

    Dengan pengertian ini, dalam organisasi terdapat beberapa unsur, yaitu manusia

    (dua orang atau lebih), ada ikatan formal, ada tujuan bersama, ada pembagian

    tugas, serta ada orang atau kelompok yang menjadi atasan dan ada kelompok yang

    menjadi bawahan.

    Barnard merupakan seorang ahli organisasi yang pertama kali mempunyai

    pengaruh atas pemikiran pengorganisasian modern. Dalam bukunya, The

    Functions of the Executive, organisasi formal didefinisikan sebagai suatu sistem

    kegiatan yang secara sadar dikoordinasikan oleh dua atau lebih orang. Dengan

    definisi ini, Barnard menekankan kata sistem dan orang-orang. Orang-orang,

    bukan kotak-kotak suatu bagan organisasi, yang membentuk organisasi formal.

    Arti dasar pendapat Barnard dan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan tentang

    definisi organisasi menurut teori modern yaitu organisasi sebagai proses yang

    tersusun dalam suatu sistem dengan orang-orang didalamnya saling berinteraksi

    untuk mencapai tujuan.

    Kajian tentang teori organisasi modern bersifat multidisiplin yang dikembangkan

    dari konsep-konsep dan teknik-teknik multi disiplin ilmu, seperti manajemen,

    sosiologi, teori administrasi publik, ekonomi, psikologi, politik, dan bidang-

    bidang disiplin ilmu lainnya. Teori modern berusaha untuk memberikan analisis

    dan sintesis yang komprehensif terhadap bagian-bagian yang berhubungan dengan

    semua studi tersebut untuk mengembangkan suatu teori organisasi yang generalis.

    Hal ini sering disebut analisis sistem pada organisasi.

    Atas dasar uraian di atas, faktor-faktor yang membedakan kualitas teori organisasi

    modern dengan teori-teori organisasi lainnya adalah dasar konsepsional\-

    analitiknya, ketergantungannya pada data riset empirik, dan di atas semuanya,

    sifat pemaduan dan pengintegrasiannya. Kualitas-kualitas ini merupakan kerangka

    filosofi yang diterima sebagai suatu cara untuk mempelajari organisasi sebagai

    suatu sistem. Sesuai dengan teori sistem dapat dipahami bahwa setiap sistem

    terdiri dari sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu

  • 23

    sama lain. Sistem organisasi juga diibaratkan sebagai organisme hidup yang terus

    tumbuh dan berkembang, tetapi bisa juga mati.

    Bagian dasar pertama sistem adalah individu dan struktur kepribadiannya yang

    diberikan kepada organisasi. Unsur utama kepribadian individu adalah motif dan

    sikap yang dipengaruhi oleh harapannya untuk memperoleh kepuasan melalui

    partisipasinya dalam organisasi.

    Bagian kedua sistem adalah penentuan fungsi-fungsi formal yang biasa disebut

    organisasi formal. Organisasi formal merupakan pola hubungan antar pekerjaan-

    pekerjaan yang membangun struktur pada suatu sistem. Di sini penting dijalin

    keselarasan interaksi antara permintaan organisasi dan individu.

    Bagian ketiga dalam sistem organisasi adalah organisasi informal. Individu

    mempunyai harapan untuk memuaskan kebutuhan melalui kontaknya dengan

    orang lain dalam pekerjaannnya. Ini menimbulkan pola interaksi antara individu

    dan kelompok informal.

    Bagian keempat adalah struktur status peranan. Harus ada peleburan pola perilaku

    timbal balik peranan yang dimainkan oleh organisasi formal dan organisasi

    informal serta persepsi individu yang khas akan peranan atau proses peleburan

    (fusion process) dapat pula dikatakan sebagai suatu kekuatan yang memainkan

    peranan untuk menyatukan elemen-elemen yang berbeda secara bersama-sama

    dalam memelihara integritas organisasi.

    Bagian kelima adalah lingkungan fisik pelaksanaan pekerjaan. Walaupun hal ini

    implisit pada organisasi formal dan fungsi-fungsinya tetapi penting untuk

    dipisahkan.

    Teori organisasi modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal

    yang selalu muncul pada sistem manusia dalam perilakunya berorganisasi. Ketiga

  • 24

    proses tersebut adalah komunikasi, berusaha untuk mencapai keseimbangan, dan

    pengambilan keputusan.

    1) Komunikasi sering disebut juga dalam teori neoklasik, tetapi tekanannya

    pada deskripsi bentuk kegiatan komunikasi, yaitu formal-informal,

    vertikal-horizontal dan lini-staf. Komunikasi, sebagai mekanisme yang

    menghubungkan bagian-bagian sistem secara bersamaan, seharusnya

    dipandang dengan lebih menekankan analisisnya. Dalam struktur

    organisasi, arus komunikasi kemudian diterjemahkan sebagai alur

    perintah, kewenangan dan pertanggungjawaban.

    Salah satu aspek teori organisasi modern adalah mempelajari jaringan

    komunikasi dalam sistem. Komunikasi dipandang sebagai cara yang

    kegiatannya ditimbulkan oleh bagian-bagian sistem. Komunikasi bukan

    hanya sebagai rangsangan atau stimulan yang menimbulkan kegiatan

    tetapi juga pengendali dan pengkoordinasi mekanisme hubungan-

    hubungan dalam sistem untuk satu pola hubungan yang sinkron.

    2) Konsep keseimbangan adalah mengenai penyeimbangan mekanisme yang

    dicapai dengan jalan menjaga hubungan struktural yang harmonis antar

    bagian-bagian dalam sistem. Hal ini dicapai dengan stabilisasi atau

    mekanisme adaptasi. Kedua bentuk keseimbangan ini yaitu quasi

    automatic dan inovatif, berusaha memelihara integritas sistem dalam

    menghadapi perubahan lingkungan, baik internal maupun eksternal, yang

    mempengaruhi sistem. Quasiautomatic dimaksudkan sebagai dinamika

    yang menjaga agar keadaan dalam sistem tetap stabil atau sering disebut

    sebagai homeostatis (keadaan yang stabil yang dicapai dengan dinamika

    bukan statis).

    Peranan inovatif sebagai usaha-usaha keseimbangan yang kreatif sangat

    dibutuhkan bila organisasi perlu menyesuaikan diri dengan perubahan

    lingkungan eksternal untuk menjaga sistem tetap dalam keadaan seimbang.

    Program-program baru harus dikembangkan untuk memelihat sistem tetap

  • 25

    harmonis di dalamnya. Hubungan saling bergantung antara organisasi dan

    lingkungan secara sederhana tergambar dibawah ini.

    Gambar II.8. Hubungan Organisasi dengan Lingkungannya

    Dua hal di atas, yaitu komunikasi dan konsep keseimbangan, memberikan

    pemikiran tentang sebuah model sibernetik (cybernetics model), suatu

    model yang membahas tentang pengendalian dan komunikasi pada

    manusia dan mesin. Sibernetik melakukan pengendalian dan memberikan

    umpan balik dalam semua jenis sistem. Ini dimaksudkan untuk menjaga

    stabilitas sistem dalam menghadapi perubahan. Sibernetik tidak dapat

    dipelajari tanpa memperhatikan jaringan komunikasi, aliran informasi, dan

    beberapa proses keseimbangan lainnya yang ditujukan untuk memelihara

    integritas sistem.

    3) Proses pengambilan keputusan adalah variabel internal dalam suatu

    organisasi yang tergantung pada pekerjaan-pekerjaan, harapan-harapan

    individu, motivasi, dan struktur organisasi. Keputusan ini meliputi dua hal

    pokok, yaitu keputusan untuk berproduksi dan keputusan untuk

    berpartisipasi dalam sistem. Keputusan untuk berproduksi merupakan hasil

    interaksi antara sikap individu dan permintaan organisasi. Sedang

    keputusan untuk partisipasi menyangkut hubungan imbalan yang

    diberikan organisasi dengan permintaan organisasi. Hal ini juga

    Organisasi

    Keluaran Lingkungan adalah masukan bagi suatu organisasi

    Lingkungan

    Keluaran suatu organisasi adalah masukan bagi lingkungannya

  • 26

    berhubungan dengan alasan mengapa orang tetap tinggal atau

    meninggalkan organisasi.

    Organisasi mempunyai tiga tujuan utama yang saling berhubungan, seperti dalam

    kasus berbagai sistem kompleks, atau hasil akhirnya saling tergantung. Tujuan-

    tujuan ini adalah pertumbuhan, stabilitas, dan interaksi. Tujuan akhirnya berarti

    bahwa sistem berfungsi sebagai perantara bagi asosiasi para anggota untuk

    memperoleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Ketiga tujuan tersebut akan

    membedakan bentuk organisasi dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda.

    Persamaan dalam tujuan-tujuan tersebut juga telah diteliti oleh para ahli sejalan

    dengan pengembangan teori sistem umum.

    Dalam menyusun suatu organisasi perlu diperhatikan prinsip sebagai berikut:

    1. Prinsip Kejelasan Visi, Misi, dan Tujuan

    Setiap organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

    yang dirumuskan dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Visi, Misi, dan

    Tujuan merupakan pengikat bagi para anggota maupun pengurus dalam

    menjalankan organisasi. Demikian pula organisasi pemerintahan yang

    dibentuk untuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Negara dalam

    mewujudkan tujuan negara.

    2. Prinsip Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

    Dalam organisasi pemerintahan, prinsip ini menekankan adanya peran

    aparatur Negara, mitra, dan masyarakat dalam mewujudkan tujuan Negara.

    Prinsip ini menekankan peran serta keterlibatan seluruh stakeholder yaitu

    pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, mitra, dan

    masyarakat dengan cara memberikan peran dan peluang kepada

    stakeholder untuk ikut serta dalam mewujudkan tujuan Negara.

    3. Prinsip Pembagian Tugas

    Dalam prinsip ini, seluruh tugas pemerintahan dibagai dalam tugas

    organisasi atau satuan organisasi di bawahnya sehingga tidak ada tugas

    yang tidak ditangani oleh organisasi atau satuan organisasi di bawahnya.

    Tugas tersebut dijabarkan dalam fungsi-fungsi yang bertujuan untuk

  • 27

    mewujudkan tujuan Negara. Prinsip ini juga ditujukan untuk menghindari

    terjadinya tumpang tindih (overlapping) pelaksanaan tugas dan fungsi.

    Pembagian tugas diperlukan dalam upaya sinergi untuk mencapai tujuan.

    Dengan kejelasan tugas dan fungsi, peranan dan kontribusi yang harus

    diberikan setiap orang kepada organisasi dan kompensasi yang akan

    diperolehnya akan menjadi jelas.

    4. Prinsip Koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi

    Prinsip ini menekankan keharusan akan adanya saling hubungan antarunit

    organisasi, lembaga, pusat dan daerah, serta stakeholder sehingga

    diperoleh satu kesatuan arah dan keserasian kebijakan dan tindakan untuk

    mewujudkan tujuan. Prinsip ini juga dimaksudkan untuk menghindari

    terjadinya tumpang tindih dan kevakuman dalam pelaksanaan tugas, serta

    dapat menggerakkan seluruh potensi secara efisien untuk mencapai tujuan.

    5. Prinsip Keberlangsungan Tugas/Berkesinambungan

    Pelaksanaan kegiatan seringkali merupakan sasaran antara untuk mencapai

    tujuan yang lebih besar atau jauh, jangka menengah, bahkan jangka

    panjang. Setiap kegiatan merupakan rangkaian kegiatan selanjutnya yang

    kemudian akan dilanjutkan dengan kegiatan lainnya. Dalam

    pengorganisasian perlu dipertimbangkan pula adanya kepastian bahwa

    tugas-tugas yang dilaksanakan akan terus berlangsung dalam kurun waktu

    yang lama.

    6. Prinsip Proporsionalitas

    Prinsip ini menekankan bahwa dalam menyusun organisasi perlu

    mempertimbangkan keserasian hubungan dan wewenang, baik internal,

    beban tugas, kemampuan, dan sumber daya yang ada.

    7. Prinsip Keluwesan

    Prinsip ini menekankan bahwa desain tugas suatu organisasi perlu

    disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan strategis

    sehingga organisasi dapat berkembang atau menciut sesuai dengan

    tuntutan perkembangan lingkungan, tugas, dan beban kerjanya. Organisasi

    perlu dirancang untuk dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi secara

    cepat.

  • 28

    8. Prinsip Pendelegasian Wewenang

    Prinisp ini menekankan pada tugas-tugas yang perlu dan harus

    didelegasikan kepada unit organisasi di bawahnya atau unit organisasi

    daerah dan tugas-tugas apa yang harus dilaksanakan sendiri. Hal ini juga

    perlu mempertimbangkan adanya beban tugas yang secara organisasi dan

    kewenangannya dapat didelegasikan kepada unit organisasi di bawahnya.

    9. Prinsip Rentang Kendali

    Prinsip ini menekankan pada jumlah satuan kerja atau orang yang

    dibawahi oleh seorang pimpinan diperhitungkan secara rasional. Hal ini

    disebabkan keterbatasan kemampuan seorang pimpinan dalam melakukan

    pengawasan terhadap bawahannya.

    10. Prinsip Jalur dan Staf

    Prinsip ini merupakan derivasi dari prinsip pembagian tugas dan

    menekankan pada pembedaan unit kerja yang melaksanakan tugas utama

    organisasi maupun tugas penunjang organisasi untuk nmencapai tujuan

    organisasi secara keseluruhan.

    11. Prinsip Kejelasan dalam Pembagian Tugas

    Prinsip ini menekankan bahwa dalam menyusun organisasi dibuat bagan

    yang menggambarkan secara jelas mengenai kedudukan, susunan jabatan,

    pembagian tugas dan fungsi serta hubungan kerja antar satuan unit

    organisasi.

    12. Prinsip Legalitas

    Prinsip ini menekankan bahwa setiap pembentukan organisasi harus

    dilandasi dengan ketentuan hukum atau peraturan yang berlaku sehingga

    memberikan perlindungan bagi setiap anggota organisasi dalam

    melaksanakan tugasnya secara jelas untuk mencapai tujuan organisasi.

    Prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya dapat memberikan beberapa keuntungan

    dan manfaat sehingga dapat memicu terbentuknya organisasi yang baik yang

    dapat memberikan dampak positif bagi kinerja organisasi. Beberapa keuntungan

    dari prinsip prinsip pengorganisasian dapat dilihat dalam tabel berikut.

  • 29

    Table II.1. Prinsip Pengorganisasian dan Manfaat yang diperoleh

    PRINSIP PENGORGANISASIAN

    MANFAAT YANG DIPEROLEH

    Prinsip kejelasan Visi dan Misi 1. 2. 3.

    Memberikan arah organisasi Memberikan kesamaan komitmen untuk pencapaiannya Membantu para pelaksana pada setiap tingkat merancang kegiatan untuk mencapai tujuan

    Prinsip Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

    1. 2. 3. 4.

    Dapat mengetahui kebutuhan stakeholder Dapat membantu memperingan pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sistem outsourcing Dapat lebih responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Dapat menerapkan konsep organisasi minimalis

    Prinsip Pembagian Tugas 1. 2. 3. 4.

    Semua tugas dapat diakomodasikan dengan baik Kejelasan akan siapa mengerjakan apa Kejelasan akan pertanggungjawaban Memperkecil terjadinya tumpang tindih

    Prinsip Koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi

    1. 2.

    Memberikan arah kerjasama yang jelas Keserasian pelaksanaan tugas

    Prinsip Keberlangsungan Tugas/Berkesinambungan

    1. 2.

    Memberikan jaminan terhadap kesinambungan tugas Memberikan kepastian pelaksanaan tugas

    Prinsip Proporsionalitas 1. 2.

    Menjamin bahwa organisasi yang disusun efektif dan efisien Menghindari mekanisme pelayanan yang birokrasi

    Prinsip Keluwesan 1. 2.

    Dapat mengantisipasi perubahan dengan cepat Dapat dilakukan pengambilan keputusan secara cepat

    Prinsip Pendelegasian dan Penyerahan Wewenang

    1. 2. 3.

    Memperjelas kewenangan unit organisasi Menjamin terlaksananya kewenangan organisasi Terdistribusinya semua urusan organisasi

    Prinsip Rentang Kendali 1. 2.

    Menjadi pengawasan pelaksanaan kegiatan Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap pimpinan unit organisasi

    Prinsip Jalur dan Staf 1. 2.

    Memperjelas tugas utama dan tugas pendukung Memperjelas mekanisme koordinasi antarunit organisasi

    Prinsip Kejelasan dalam Pembagian Tugas

    1. 2. 3.

    Menjamin pelaksanaan sistem akuntabilitas unit organisasi Menjamin mekanisme kerja yang jelas Memperjelas tugas dan fungsi unit organisasi

    Prinsip Legalitas 1. 2.

    Memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan tugas Menjadi dasar kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas

  • 30

    Fungsi lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan suatu

    organisasi14 adalah:

    1. The strategic apex, fungsi ini dilaksanakan oleh pimpinan tingkat puncak

    dalam suatu organisasi yang diberi tanggung jawab terhadap organisasi

    tersebut. Dalam organisasi pemerintahan pusat (eksekutif), fungsi strategic

    apex berada pada Presiden dan untuk tingkat departemen berada pada

    Menteri.

    2. The Operating Core, fungsi ini ditujukan kepada pelaksana langsung tugas

    organisasi. Dalam organisasi pemerintahan pusat, hal ini dilaksanakan oleh

    Departemen, sedangkan di tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dinas

    Provinsi. Untuk tingkat Departemen, fungsi ini dilakukan oleh Direktorat

    Jenderal teknis.

    3. The Middle Line, fungsi ini merupakan fungsi penghubung antara strategic

    apex dengan operating core. Dalam organisasi pemerintahan pusat, fungsi

    ini dilakukan oleh Kementerian Koordinator, sedangkan di tingkat

    departemen dilakukan oleh Staf Ahli Menteri.

    4. The Support Staff, fungsi ini memberikan dukungan kepada unit organisasi

    lainnya dalam rangka mencapai tujuan. Dalam organisasi pemerintahan

    pusat, fungsi ini dilakukan antara lain dilaksanakan oleh Sekretariat

    Negara dan Sekretariat Kabinet, sedangkan di tingkat departemen, fungsi

    ini dilakukan oleh Sekretariat Jenderal.

    5. The Technostructure, fungsi ini merupakan fungsi perumusan, penyusunan

    standar atau kebijakan tertentu yang harus dilaksanakan dalam rangka

    pelaksanaan tugas organisasi. Dalam organisasi pemerintahan pusat, fungsi

    ini dilakukan antara lain oleh BPPT, LIPI, dll, sedangkan di tingkat

    departemen, fungsi ini dilakukan oleh Badan Litbang, Badan Pembinaan

    Konstruksi dan Sumber Daya Manusia.

    14 Diadopsi dari Mintzberg (1993:12-18)

  • 31

    6. The Controlling, fungsi ini merupakan fungsi pengawasan dalam

    pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan. Dalam organisasi pemerintahan

    pusat (eksekutif), fungsi ini dilakukan antara lain oleh BPK, MA, dll,

    sedangkan di tingkat departemen, fungsi ini dilakukan oleh Inspektorat

    Jendral.

    Fungsi-fungsi tersebut bisa terdapat dalam hampir setiap organisasi, baik itu

    organisasi pemerintah maupun organisasi nonpemerintahan. Demikian pula dalam

    unit organisasi di bawahnya, seperti di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber

    Daya Air. Di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, fungsi strategic apex

    dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air, fungsi operating core

    dilaksanakan oleh direktorat teknis yaitu Direktorat Rawa, Direktorat Irigasi, dan

    Direktorat Sungai Danau dan Waduk. Untuk fungsi support staf dilaksanakan oleh

    Sekretariat Direktorat Jenderal dan untuk fungsi technostructure dilaksanakan

    oleh Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air dan Direktorat Bina Program.

    Untuk fungsi controlling secara organisasi tidak dilakukan tetapi secara internal

    dilakukan oleh masing-masing pimpinan direktorat atau sekretariat ditjen.

    Sedangkan fungsi middle line secara organisasi dilaksanakan oleh para pejabat

    fungsional yang memiliki keahlian tertentu untuk setiap bidang.

    Tabel II.2. Fungsi organisasi di lingkungan Departemen PU dan Ditjen Sumber Daya Air

    FUNGSI ORGANISASI

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

    DITJEN SDA

    Strategic Apex Menteri Dirjen SDA Supporting Staff Sekretariat Jenderal Setditjen SDA Middle Line *) Staf Ahli Menteri

    Staf Khusus -

    Operating core Direktorat Jenderal (SDA, BM, CK, PR)

    Direktorat Pelaksana (Rawa, Irigasi, Sungai Danau dan Waduk)

    Technostructure Badan Litbang Badan PKSDM

    Bina Program Bina Pengelolaan SDA

    Controlling Inspektorat Jenderal - Catatan : *) Fungsi Middle Line, dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan, secara umum tidak perlu dibentuk unit khusus tetapi dalam pelaksanaan tugas seringkali dilaksanakan oleh para pejabat fungsional.

  • 32

    II.2.2 PENGORGANISASIAN DAN DESAIN ORGANISASI

    Memahami tugas dan fungsi organisasi akan lebih lengkap jika dimulai dengan

    pemahaman tentang pengorganisasian dan desain organisasi karena penjabaran

    tugas dan fungsi merupakan bagian dari aktivitas pengorganisasian dan desain

    organisasi. Pengorganisasian15 adalah fungsi dari pengumpulan sumberdaya,

    alokasi sumberdaya, dan struktur pekerjaan untuk mengisi rencana-rencana yang

    terorganisasikan. Dengan demikian, pengorganisasian merupakan penetapan oleh

    pimpinan tentang tugas-tugas yang perlu dilaksanakan, siapa yang melaksanakan,

    dan siapa saja yang berhak mengambil keputusan dalam pelaksanaan tugas

    tersebut. Dalam dunia nyata, pengorganisasian muncul sebagai konsekuensi logis

    dari adanya pembagian kerja dan sistem koordinasi serta pengendalian.

    Pengorganisasian merupakan upaya untuk menyinergikan sumberdaya individu-

    individu yang apabila tidak dilakukan secara sinergi tidak mampu mencapai hasil

    yang lebih optimal. Melalui sinergi maka akan terjadi pengintegrasian tugas-tugas

    yang terspesialisasi pada masing-masig individu. Dengan demikian, dapat

    dimaknai bahwa pengorganisasian adalah upaya untuk menciptakan efisiensi dan

    efektivitas penggunaan sumberdaya dan upaya menyinergikan tugas-tugas yang

    terspesialisasi dalam rangka mencapai tujuan.

    Melalui pengorganisasian, maka akan diperoleh manfaat bagi semua pihak yang

    terlibat di dalamnya berupa:

    a. Kejelasan tentang harapan-harapan kinerja individu dan jenis tugas-tugas

    yang terspesialiasi.

    b. Pembagian kerja, menghindari timbulnya duplikasi, konflik, dan

    penyalahgunaan sumberdaya material maupun sumberdaya nonmaterial.

    c. Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logis yang dapat

    dilaksanakan dengan baik oleh individu-individu atau kelompok.

    d. Saluran-saluran komunikasi yang mapan yang dapat membantu

    pengambilan keputusan dan pengawasan.

    15 Holt (1993:264)

  • 33

    e. Mekanisme-mekanisme yang terorganisasi memungkinkan tercapainya

    harmoni antara para anggota organisasi yang terlibat dalam beraneka

    ragam kegiatan.

    f. Upaya-upaya yang difokuskan pada sasaran-sasaran secara logis dan

    efisien.

    g. Struktur otoritas yang tepat memungkinkan kelancaran pelaksanaan dan

    pengawasan pada seluruh organisasi yang bersangkutan.

    Langkah-langkah16 dalam proses pengorganisasi dilakukan sebagai berikut :

    a. Melaksanakan refleksi tentang rencana dan sasaran/tujuan secara cermat.

    b. Menetapkan tugas-tugas pokok.

    c. Membagi tugas pokok menjadi tugas-tugas bagian (sub-tugas).

    d. Mengalokasi sumber daya dan petunjuk-petunjuk/SOP untuk tugas

    tersebut.

    e. Mengevaluasi hasil dari strategi pengorganisasian yang telah

    diimplementasikan.

    Adapun proses pengorganisasian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

    Gambar II.9. Langkah-Langkah Proses Pengorganisasian

    16 Certo, (1994:215)

  • 34

    Hal lain yang menjadi fokus dalam pengorganisasian adalah penyusunan desain

    organisasi. Desain organisasi adalah keputusan dari pimpinan yang menghasilkan

    struktur organisasi. Mendesain organisasi merupakan tindakan untuk

    mengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian dan menentukan alur

    pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan tersebut.

    Proses menetapkan desain organisasi dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut:

    a. Pimpinan memutuskan bagaimana cara membagi tugas menyeluruh

    menjadi tugas-tugas yang lebih kecil secara berurutan. Pimpinan membagi

    seluruh aktivitas tadi menjadi rangkaian aktivitas yang lebih kecil yang

    saling berhubungan. Hasil dari keputusan ini adalah mendefinisikan

    pekerjaan menjadi aktivitas dan tanggung jawab khusus yang bercirikan

    adanya spesialisasi.

    b. Pemimpin membagikan wewenang untuk menjalankan pekerjaan.

    Wewenang adalah hak untuk mengambil keputusan tanpa meminta

    persetujuan pimpinan tingkat atas dan hak untuk menuntut ketaatan orang-

    orang yang telah diangkat dan berada dibawah pengendaliannya.

    c. Pimpinan menentukan dasar dalam pengelompokan pekerjaan individu

    yang menghasilkan kelompok-kelompok pekerjaan yang sejenis

    (homogeneous) dan kelompok pekerjaan yang beragam (heterogenous).

    d. Para pimpinan menentukan besaran ukuran yang pantas bagi kelompok

    yang bertanggung jawab pada atasannya masing-masing. Penentuan

    besaran kelompok ini didasarkan kepada rentang kendali.

    Dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan dalam menentukan

    desain organisasi sangat ditentukan oleh pilihan pimpinan terhadap keempat

    aktivitas di atas. Penentuan struktur organisasi seperti sebuah pendulum yang

    bergerak dari satu titik yang ekstrim di sebelah kiri ke titik yang ekstrim di

    sebelah kanan. Pilihan pimpinan dapat ditetapkan di antara kedua titik pendulum

    tersebut. Hal-hal yang membentuk variasi keputusan adalah pembagian kerja,

    pendelegasian wewenang, departementasi, dan rentang kendali.

  • 35

    Dengan demikian, bentuk dan besaran struktur organisasi dapat dilihat sebagai

    kontinum pilihan yang bergerak seperti gambar II.10 berikut ini.

    Gambar II.10. Alternatif Pendulum Struktur Organisasi.

    II.2.3 PEMBAGIAN KERJA, DEPARTEMENTASI, DAN RENTANG

    KENDALI

    Pembagian pekerjaan menyangkut kadar spesialisasi pekerjaan dalam membagi

    tugas organisasi menjadi berbagai pekerjaan khusus yang memiliki aktivitas

    tertentu. Pembagian kerja ini menguraikan apa yang harus dikerjakan dan

    diselesaikan oleh orang yang mendapat pekerjaan tertentu. Pembagian kerja ini

    dapat ditentukan berdasarkan metode kerja atau berdasarkan proses kerja atau

    berdasarkan kriteria pengelompokan lainnya.

    Pembagian kerja

    Wewenang

    Departementasi

    Rentang kendali

    Tinggi

    Tinggi

    Rendah

    spesialisasi

    rendah

    Delegasi

    sejenis Beragam

    Dasar/Basis

    Jumlah

    sedikit Banyak

  • 36

    Pendelegasian wewenang menyangkut seberapa besar wewenang yang

    didelegasikan kepada setiap pekerjaan dan pelaksananya. Tinggi rendahnya

    tingkat pendelegasian wewenang yang diputuskan oleh pimpinan tergantung pada

    kebutuhan akan pengambilan keputusan, karakteristik pekerjaan, dan kebutuhan

    akan pengendalian17 Pekerjaan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang

    cepat, karekteristik pekerjaan yang mengandalkan kepada keahlian, dan pekerjaan

    yang tidak memerlukan pengawasan yang terus menerus, akan lebih tepat

    diberikan pendelegasian wewenang yang besar. Sedangkan pekerjaan yang tidak

    memerlukan pengambilan keputusan yang cepat, karakteristik pekerjaan yang

    memerlukan pertimbangan yang kompleks dan tidak terspesialisasi dengan baik

    dan memerlukan pengendalian yang ketat karena adanya resiko yang besar apabila

    terjadi kesalahan, maka akan lebih tepat jika pendelegasian wewenangnya rendah.

    Meskipun ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan dalam pendelegasian

    wewenang tadi tetapi tetap harus diperhatikan keuntungan yang diperoleh dengan

    adanya pendelegasian wewenang sebagai berikut:

    a. Pendelegasian yang tinggi mendorong pengembangan manajer yang

    profesional. Dengan pendelegasian wewenang dalam pengambilan

    keputusan penting, organisasi akan memberikan tantangan kepada para

    pimpinan untuk meningkatkan keahlian dalam melaksanakan tugas.

    b. Pendelegasian wewenang yang tinggi akan mendorong terjadinya

    persaingan yang sehat dalam organisasi. Dengan adanya kewenangan

    dalam pengambilan keputusan akan mendorong pimpinan yang mendapat

    pendelegasian wewenang untuk menghasilkan keputusan yang terbaik bagi

    organisasi.

    c. Pendelegasian wewenang yang besar akan menimbulkan kepuasan bagi

    pejabat dalam organisasi sehingga mendorong terciptanya motivasi kerja,

    suasana kerja, dan iklim kerja yang kondusif yang pada gilirannya

    meningkatkan produktivitas organisasi.

    17 Gibson dkk, 1994:12

  • 37

    Departementasi adalah proses menguraikan pekerjaan serta kekuasaan dalam

    pekerjaan itu dan bersifat analisis. Artinya seluruh tugas organisasi diuraikan

    secara berurutan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil (pembagian kerja).

    Kemudian tugas-tugas tadi digabungkan kedalam kelompok-kelompok

    (departemen) tugas yang saling berhubungan. Alasan pentingnya pengelompokan

    adalah adanya keperluan untuk melakukan koordinasi dan pengendalian karena

    dengan semakin banyak pembagian kerja dan spesialisasi, maka semakin sulit

    dilakukan koordinasi oleh seorang pimpinan. Untuk itu, perlu dibentuk kelompok

    yang dikoordinasikan oleh pimpinan kelompok dan selanjutnya kelompok tadi

    perlu dikoordinasikan dengan kelompok lain sehingga memerlukan pembentukan

    kelompok yang lebih besar yang merupakan gabungan dari sub-sub kelompok tadi

    dan pada akhirnya membentuk struktur organisasi. Dalam penentuan kelompok

    diperlukan dasar penentuan kelempok yang biasa disebut dengan departementasi.

    Adapun beberapa dasar dalam penentuan kelompok (departementasi) yang biasa

    digunakan adalah:

    a. Departementasi Fungsional

    Departementasi fungsional adalah pengelompokan pekerjaan yang

    dilakukan berdasarkan fungsi. Setiap organisasi harus menjalankan

    aktivitas tertentu untuk melaksanakan pekerjaannya. Aktivitas tersebut

    merupakan fungsi organisasi. Fungsi suatu organisasi berbeda-beda

    menurut pekerjaan/wewenang yang dimilikinya. Sebuah rumah sakit,

    misalnya, mempunyai fungsi pemberian layanan jasa dan pemberian

    layanan adminstrasi, sedangkan organisasi tentara mempunyai fungsi yang

    berbeda seperti penyiapan logistik, fungsi pelatihan, fungsi pertahanan

    darat, fungsi pertahanan udara, fungsi pertahanan laut dan fungsi-fungsi

    lain sesuai dengan tugas dan kewenangan organisasi.

    b. Departementasi Teritorial

    Metode ini lazimnya untuk departementasi kelompok-kelompok atas dasar

    wilayah. Argumentasi rasional penggunaan metode teritorial adalah bahwa

    semua aktivitas dalam sebuah wilayah tertentu harus diserahkan kepada

  • 38

    satu orang pimpinan. Pimpinan itulah yang harus bertanggung jawab atas

    segala aktivitas dalam wilayahnya. Misalnya Kantor Wilayah.

    c. Departementasi Produk

    Metode departementasi produk menentukan bahwa pembagian kelompok

    didasarkan pada jenis produk. Metode ini memberikan kewenangan

    kepada seorang manajer untuk mengelola satu produk mulai dari bahan

    baku, proses pengolahan, dan pemasaran.

    d. Departementasi Pelanggan

    Departementasi pelanggan menentukan bahwa keputusan penentuan

    kelompok didasarkan pada karakteristik dan jenis pelanggan. Kelompok

    pelanggan dibagi berdasarkan aktivitas, jenis kelamin, jasa yang

    dibutuhkan, atau karakteristik lainnya. Perguruan tinggi misalnya dapat

    membentuk kelompok departemen berdasarkan klasifikasi bidang studi

    mahasiswanya, misalnya fakultas teknik, fakultas ekonomi, dan lainnya.

    Beberapa perusahaan swasta membagi kelompok organisasinya menurut

    jenis penyakit; seperti rumah sakit bersalin, dan rumah sakit jantung.

    e. Departementasi Gabungan

    Departementasi dalam banyak organisasi besar tidak dapat dilakukan

    dengan satu metode departementasi saja. Mengingat kompleksnya

    pekerjaan dan spesialisasi, maka metode departementasi yang digunakan

    merupakan gabungan dari beberapa metode. Namun yang perlu diingat

    adalah bahwa pada prinsipnya metode departementasi yang digunakan

    tidak boleh menimbulkan duplikasi dan ketidakjelasan pekerjaan tiap

    kelompok atau departemen.

    Untuk menentukan departemen/kelompok yang sejajar seharusnya digunakan

    metode yang sama tetapi untuk kelompok di bawahnya dapat digunakan metode

    yang berbeda dengan metode departementasi kelompok di atasnya. Sebagai

    contoh, penentuan departemen di Angkatan Bersenjata pada tingkat nasional

    ditentukan berdasarkan fungsi. Sedangkan kelompok yang berada dibawah

    masing-masing fungsi tersebut dibentuk berdasarkan teritorial.

  • 39

    Namun, harus dihindari penggunaan metode departementasi yang berbeda pada

    level yang sama. Misalnya di tingkat nasional penentuan departemen/kelompok

    ada yang berdasarkan fungsi dan ada yang berdasarkan teritorial sehigga akan

    terjadi duplikasi antarkelompok/departemen dalam melaksanakan kegiatan.

    Faktor lain yang perlu mendapat perhatian dan mempengaruhi keputusan

    mendesain organisasi adalah rentang kendali. Rentang kendali adalah menyangkut

    kemampuan seorang pemimpin dalam melakukan hubungan dengan orang-orang

    yang bekerja di bawah kelompok/departemennya. Semakin besar kemampuan

    manajer dalam melakukan hubungan dengan orang-orang di bawahnya maka

    semakin luas rentang kendali dan sebaliknya semakin kecil kemampuan manajer

    dalam melakukan hubungan dengan bawahannya maka semakin kecil pula rentang

    kendali.

    Penentuan rentang kendali dipengaruhi oleh beberapa faktor yang amat penting

    sebagai berikut:

    a. Hubungan wajib

    Dalam melakukan hubungan komunikasi antara pimpinan dan bawahan

    tidak semua pekerjaan menuntut komunikasi yang tinggi. Ada beberapa

    jenis pekerjaan yang tidak memerlukan hubungan komunikasi yang tinggi

    antara pemimpin dan anak buahnya. Seorang pimpinan tim peneliti

    memerlukan komunikasi yang tinggi dengan timnya.

    b. Tingkat spesialisasi

    Pekerjaan yang terspesialisasi tinggi dan cenderung rutin membuat

    pegawai mempunyai keahlian dalam melaksanakannnya. Pekerjaan seperti

    ini membutuhkan hubungan komunikasi yang tidak begitu tinggi karena

    bawahan telah mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik karena sudah

    terbiasa dan sudah ahli sedangkan pekerjaan yang mempunyai

    kompleksitas yang tinggi memerlukan hubungan komunikasi yang lebih

    tinggi antara pimpinan dengan bawahannya sehingga jumlah bawahan

    yang menjadi tanggung jawabnya akan lebih sedikit.

  • 40

    c. Kemampuan berkomunikasi

    Rentang kendali pada dasarnya adalah hubungan komunikasi antara

    pimpinan dengan bawahan. Semakin tinggi kemampuan komunikasi

    seorang pimpinan, maka semakin banyak hubungan komunikasi yang

    mampu dilakukannnya sehingga pimpinan yang mempunyai kemampuan

    komunikasi tinggi mampu membawahi bawahan lebih banyak.

    Rentang kendali yang terlalu kecil mengakibatkan munculnya banyak kelompok

    dan akan memperpanjang rentang struktur organisasi dari unitkerja yang paling

    bawah sampai pada puncak manajemen. Organisasi yang mempunyai struktur

    yang terlalu banyak akan memperlambat dan menghambat laju arus komunikasi

    dari atas ke bawah maupun sebaliknya karena setiap arus informasi harus

    mengikuti setiap jenjang dalam struktur organisasi. Hal tersebut akan

    mengakibatkan organisasi akan lambat menghadapi perubahan dan tidak responsi

    terhadap tuntutan karyawan maupun perubahan perilaku pelanggan.

    II.2.4 PEMBAGIAN KEWENANGAN PUSAT DAN DAERAH

    Tidak ada satupun konsep pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat

    dengan Pemerintah Daerah yang memberikan batasan dengan tegas. Begitu juga

    dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan di dunia mempunyai batasan

    kewenangan yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya dalam

    membagi urusan antara pemerintah pusat dengan daerah. Ada dua bentuk18

    hubungan pemerintahan antara pusat dan daerah, yaitu bentuk negara federal dan

    negara kesatuan.

    Di negara federal, urusan yang menjadi kewenangan pemerintah federal adalah

    urusan yang diserahkan oleh negara-negara bagian pada saat pembentukan negara

    federasi yang dituangkan dalam konstitusi yang disusun melalui referendum.

    Umumnya, kewenangan pemerintah federal adalah urusan yang menyangkut

    18 C.F Strong, Modern Political Constitution (1984)

  • 41

    kedaulatan ke luar yaitu kekuasaan negara dalam berhubungan dengan negara

    lain.

    Adapun urusan yang berkaitan dengan kedaulatan ke luar, meliputi hubungan

    diplomasi dengan negara lain dan badan-badan dunia, mata uang (moneter),

    pertahanan dan keamanan, menjadi kewenangan pemerintah federal, sedangkan

    urusan yang menyangkut kedaulatan ke dalam yaitu supremasi pemerintah dalam

    menciptakan tertib sosial dan pembangunan dalam negeri menjadi kewenangan

    negara bagian.

    Sedang di negara kesatuan, semua urusan baik yang menyangkut kedaulatan ke

    luar maupun kedaulatan ke dalam menjadi kewenangan pemerintah pusat

    sehingga tidak ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah

    yang diatur secara tegas dalam konstitusi negara kesatuan. Urusan yang menjadi

    kewenangan pemerintah daerah hanyalah urusan yang diserahkan oleh pemerintah

    pusat kepada daerah.

    Teknik pembagian urusan antara pemerintah pusat dan daerah dilakukan dengan

    dua cara, yaitu ada negara yang membagi dengan rinci kewenangan pemerintah

    federal/pusat, sedangkan sisanya (reserve of power) menjadi kewenangan negara

    bagian/daerah. Atau sebaliknya, ada negara yang menguraikan dengan rinci

    kewenangan negara bagian/daerah sedangkan sisanya menjadi kewenangan

    pemerintah federal/pusat.

    Semakin besar sisa kewenangan yang diberikan kepada daerah/negara bagian,

    maka negera tersebut semakin mendekati bentuk negara federal dan sebaliknya

    semakin besar kewenangan yang diberikan kepada pemerintah pusat, maka negara

    tersebut mendekati bentuk negara kesatuan.

    Di negara federal, kewenangan antara pemerintah federal dengan pemerintah

    negara bagian telah diatur secara jelas dan rinci dalam konstitusi. Namun, di

    negara kesatuan, pembagian kewenangan tersebut tidak memiliki batasan yang

  • 42

    jelas dan sangat tergantung kepada kemauan politik (political will) dari

    pemerintah pusat. Pembagian kewenangan di negara kesatuan ini dikenal dengan

    desentralisasi.

    Selain melalui desentralisasi, pemerintah pusat dapat mendelegasikan pelaksanaan

    tugasnya kepada pejabat atau badan pemerintah pusat yang ada di daerah atau

    pemerintah daerah melalui dekonsentrasi. Namun, dekonsentrasi tidak dapat

    dianggap sebagai pembagian kewenangan antara pusat dan daerah karena dengan

    azas dekonsentrasi, kewenangan dan tanggung jawab tetap berada di tangan

    pemerintah pusat, sedangkan pejabat atau organ pemerintah pusat di daerah

    ataupun pemerintah daerah hanyalah pelaksana yang wajib mempertanggung-

    jawabkan tugasnya kepada pemberi tugas.

    Selain itu, pendelegasian wewenang juga dapat dilaksanakan melalui tugas

    pembantuan. Tugas pembantuan diartikan sebagai penyerahan tugas oleh

    pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah yang bukan

    merupakan organ/badan yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada

    pemerintah pusat yang memberikan tugas. Tugas pembantuan tidak dapat

    dikategorikan sebagai pembagian kewenangan karena pada dasarnya kewenangan

    masih tetap dimiliki oleh pemerintah yang memberikan tugas yang sifatnya hanya

    sementara (temporary). Penerima tugas hanya bertindak selaku pelaksana.

    Pembagian kewenangan yang bersifat relatif tetap (permanent) antara pemerintah

    pusat dan daerah dalam negara kesatuan adalah melalui desentralisasi. Melalui

    desentralisasi, pusat dan daerah berbagi kewenangan dan masing-masing

    mempunyai hak untuk mengatur sendiri urusan yang menjadi kewenangannya.

    Beberapa kelebihan19 pembagian kewenangan melalui desentralisasi antara lain:

    a. Menyediakan kesempatan yang lebih besar kepada anggota masyarakat

    untuk memilih dan dipilih.

    19 Riswandha Imawan (2003)

  • 43

    b. Sebagai media pelatihan dan kaderisasi kepemimpinan bagi kader lokal

    untuk menuju ke tingkat nasional.

    c. Pendidikan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan rasa tanggung

    jawab.

    d. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mempengaruhi

    kebijakan lokal.

    e. Meningkatkan tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dengan

    terbukanya akses masyarakat dalam proses politik.

    f. Meningkatkan kemampuan pemerintah untuk melayani masyarakat.

    Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam memberikan variasi terhadap

    desentralisasi yaitu prinsip desentralisasi terbatas dan desentralisasi yang seluas-

    luasnya. Penerapan prinsip ini membawa konsekuensi terhadap luasnya

    kewenangan yang diberikan kepada daerah. Dalam desentralisasi terbatas, urusan

    yang diserahkan kepada daerah dibatasi, baik pada jenis urusan yang menjadi

    kewenangan maupun tingkat ke dalam/kebebasan daerah dalam melaksanakan

    urusan tersebut, sedangkan dalam prinsip desentralisasi yang seluas-luasnya atau

    sering juga disebut otonomi seluas-luasnya, daerah diberikan jenis kewenangan

    yang sangat luas dan diberikan kebebasan penuh dalam menjalankan urusan

    tersebut mulai dari penetapan kebijakan, implementasi, evaluasi, sampai pada

    tindak lanjutnya.

    Meskipun pada kedua prinsip tersebut ada arah tentang pembagian kewenangan,

    tetapi tetap masih terdapat kesulitan dalam menentukan kriteria yang terukur dan

    rinci dalam pembagian urusan antara pemerintah pusat dan daerah.

    Dalam penyusunan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, digunakan teori

    residu (reserve of power) dalam membagi kewenangan antara pemerintah pusat

    dan daerah, yang dalam Undang-Undang tersebut hanya diuraikan urusan yang

    menjadi kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, sedangkan

    sisanya (residu) menjadi kewenangan kabupaten/kota.

  • 44

    Namun dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah,

    penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi ke dalam dua macam urusan yaitu

    urusan yang sepenuhnya menjadi urusan pemerintah pusat yaitu urusan luar

    negeri, keuangan/moneter, peradilan, politik luar negeri, pertahanan keamanan

    dan agama sedangkan urusan lainnya menjadi urusan konkuren (urusan bersama)

    yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah.

    Untuk membagi urusan konkuren tersebut ditetapkan indikator/kriteria untuk

    menentukan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah

    provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Indikator/kriteria tersebut adalah

    efisiensi, eksternalitas dan akuntabilitas. Berdasarkan kriteria tersebut pembagian

    urusan antara pemerintah pusat dengan daerah telah dituangkan dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara

    pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah

    kabupaten/kota.

    Konsekuensi logis dari desentralisasi dan pembagian urusan tersebut adalah

    adanya perubahan terhadap volume tugas, baik bagi pemerintah pusat maupun

    pemerintah daerah, yang menuntut adanya penyesuaian terhadap struktur birokrasi

    dan jumlah sumber daya manusia pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah

    daerah.

    Penyesuaian akan beban tugas bagi pemerintah pusat inilah yang menyebabkan

    perlu adanya perubahan paradigma pemerintah pusat. Perubahan paradigma

    pemerintahan bertitik tolak dari pemahaman dan pergeseran peran fungsi dasar

    pemerintahan yang menyangkut peran dan fungsi instansi pemerintah meliputi:

    1. peran dan fungsi yang harus dilakukan,

    2. peran dan fungsi yang tidak harus dilakukan.

  • 45

    Perubahan paradigma ini juga tidak terlepas dari 4 fase evolusi pemerintah20 yaitu:

    a. Fase Pertama, adalah pemerintah yang eksis pada negara tradisional masa

    lampau yang berbentuk monarki mutlak. Pada masa ini, pemerintah

    memiliki makna sepenuhnya sebagai gouvernance (royal officer) yang

    merupakan aparat yang harus loyal menjalankan perintah kekuasaan

    monarkhi raja atau kaisar.

    b. Fase Kedua, adalah pemerintah yang eksis pada masa konsolidasi

    demokrasi. Pemerintahan pada fase ini memiliki orientasi untuk

    mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan peran yang dominan

    melaksanakan pembangunan. Pada fase ini, pemerintah adalah aktor

    tunggal yang dipandang sebagai satu-satunya kendaraan yang tepat,

    legitimate, dan tidak terbantahkan untuk melakukan perubahan sosial,

    mendorong pemerataan (equality), dan melaksanakan pembangunan

    ekonomi (economic development).

    c. Fase Ketiga, adalah masa marketisasi peranan pemerintah. Pada masa ini

    terjadi pengurangan peranan pemerintah (terutama dalam bidang ekonomi)

    digantikan oleh peranan sektor swasta dalam menjalankan peran-peran

    tradisional yang lama dipegang oleh pemerintah. Oleh karenanya

    intervensi dan peranan negara (terhadap kegiatan ekonomi) dibatasi.

    d. Fase Keempat dan terakhir adalah pemerintah yang melakukan adopsi

    terhadap nilai-nilai entrepreneurship. Pada masa ini, proses repositioning

    pemerintah tidak hanya dilakukan dalam konteks mengurangi peranan

    ekonomi, melainkan juga dalam konteks reformasi manajerial. Manajemen

    negara yang semula mengadopsi model pemerintahan birokrasi tradisional

    kemudian direformasi melalui pendekatan new public management yang

    mengadopsikan nilai-nilai swasta (entrepreneurship) pada institusi-

    institusi pemerintahan. Peran pemerintah berubah sepenuhnya dari

    pengatur menjadi pengarah atau fasilitator masyarakat.

    20 Pierre & Peters, (2000, h. 2-3)

  • 46

    Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi/kabupaten/kota,

    pada dasarnya memiliki kekuasaan yang memaksa. Pemerintah adalah suatu

    lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita masyarakat suatu bangsa serta

    membuat dan melaksanakan keputusan bersama untuk mencapai cita-cita itu.

    Pemerintah mendapatkan mandat yang otoritatif untuk mendayagunakan sumber-

    sumber daya yang ada pada masyarakat untuk melaksanakan tugas itu. Pemerintah

    memiliki legitimasi kekuasaan yang bersifat memaksa. Kekuasaan yang

    memaksa itu timbul karena adanya legitimasi undang-undang yang dimiliki

    pemerintah untuk bertindak atas nama Negara/Wilayah dalam konteks menjaga

    dan menjamin kepentingan sosial dalam proses pencapaian tujuan.

    II.2.5 ARAH PENATAAN ORGANISASI

    a. Organisasi Disusun Berdasarkan Visi dan Misi

    Visi dan misi yang jelas merupakan prasyarat utama dalam penyusunan

    organisasi pemerintahan. Proses penyusunan dan penataan organisasi

    pemerintahan harus mampu menyeimbangkan antara kemampuan sumber

    daya organisasi dengan kebutuhan masyarakat. Demikian pula dengan

    strategi yang jelas dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Pimpinan

    Pemerintahan dapat menentukan desain organisasi yang tepat untuk

    menjamin efektivitas dan efisiensi organisasi. Keberlanjutan organisasi

    dapat dilakukan dengan menempatkan sumber daya manusia yang tepat

    pada struktur organisasi yang telah dirancang dengan baik. Organisasi

    pemerintahan yang digerakkan oleh visi, misi, strategi yang jelas

    diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan melayani

    masyarakat maupun stakeholder lainnya.

    Jika digambarkan dalam sebuah piramida, dalam organisasi pemerintahan

    yang berlandaskan visi dan misi yang jelas, pada puncaknya adalah visi

    tentang kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan

    oleh setiap organisasi pemerintahan. Penopang puncak piramida adalah

    para pemimpin organisasi pemerintah yang mempunyai visi tentang

  • 47

    strategi untuk mengimplementasikan visi kepuasan masyarakat terhadap

    pelayanan publik. Sementara pada bagian bawah piramida adalah

    peraturan-peraturan dan para staf atau aparatur yang berdedikasi sebagai

    pelaksana kebijakan pimpinan dalam mewujudkan pelayanan publik yang

    baik.

    b. Organisasi Bersifat Datar (Flat)

    Organisasi Pemerintahan dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi.

    Upaya yang dapat dilakukan untuk hal tersebut adalah memberikan

    pelayanan yang lebih baik dengan menerapkan prosedur birokrasi yang

    tidak berbelit, rumit atau panjang, dengan kata lain membentuk organisasi

    yang bersifat datar. Pada organisasi yang bersifat datar struktur

    organisasinya tidak terdiri dari banyak tingkatan atau hirarki sehingga

    proses pengambilan keputusan dan pemberian pelayanan akan berjalan

    lebih cepat dan efektif.

    c. Organisasi Bersifat Ramping

    Perampingan organisasi pemerintahan dimaksudkan agar pembidangan

    secara horizontal dapat ditekan seminimal mungkin. Struktur organisasi

    lebih mengakomodasi bidang-bidang yang sesuai dengan visi, misi, dan

    strategi yang sesuai dengan beban dan sifat tugasnya. Dengan organisasi

    yang bersifat ramping, kontrol kendali organisasi akan berada pada posisi

    yang ideal.

    Pembengkakan organisasi pemerintahan akan berdampak pula terhadap

    melebarnya rentang kendali yang akan menimbulkan inkoherensi

    kelembagaan. Kondisi ini dapat terjadi karena fungsi yang seharusnya

    ditangani dalam satu kesatuan unit harus diderivasi ke beberapa unit

    organisasi. Dalam kondisi demikian, kegiatan organisasi akan mengarah

    pada proliferasi birokrasi sehingga berpotensi menimbulkan disharmoni

    atau bahkan friksi antarunit organisasi sebagai akibat dari tarik-menarik

    kewenangan.

  • 48

    d. Organisasi Bersifat Jejaring (Networking)

    Pada sistem pemerintahan yang bersifat desentralistik diperlukan suatu

    prakarsa dan kreativitas yang berkesinambungan dalam upaya

    meningkatkan kemampuan dan kapasitas pemerintahan. Pemerintah

    bukan lagi satu-satunya stakeholder yang menggerakkan kegiatan

    pembangunan. Pemerintah harus bekerja sama dengan stakeholder lainnya

    dalam menggerakkan pembangunan. Stakeholder lainnya antara lain

    adalah masyarakat, pelaku usaha (swasta), Lembaga Swadaya Masyarakat

    (LSM), Perguruan Tinggi, maupun pemerintah daerah lain, baik

    pemerintah provinsi/kabupaten/kota.

    Perubahan peran pemerintah yang luas dalam kegiatan pembangunan,

    memungkinkan terjadinya suatu proses perubahan dari steering menjadi

    rowing dan providing menjadi enabling. Dengan perubahan peran

    tersebut, Pemerintah lebih banyak memfasilitasi, mengoordinasikan,

    mengarahkan, dan mengontrol. Perubahan peran ini mendorong

    pemerintah atau organisasi publik menjadi lebih efektif dan efesien dalam

    menyelenggarakan kegiatan pemerintahan pada umumnya.

    Berkaitan dengan penyusunan organisasi pemerintahan, memanfaatkan

    hubungan jejaring (networking) dengan stakeholder lainnya akan sangat

    penting dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif. Sarana

    jejaring tersebut sangat bermanfaat sebagai sarana untuk saling berbagi

    pengalaman, berbagi keuntungan dari kerjasama, maupun berbagi dalam

    memikul tanggung jawab pembiayaan secara proporsional. Organisasi

    jejaring dapat memperkuat eksistensinya dan dapat bertahan secara

    berkelanjutan dalam iklim yang kompetitif. Secara tidak langsung, dengan

    berorientasi pada struktur organisasi jejaring akan mendorong terciptanya

    organisasi yang kecil tetapi memiliki jejaring yang luas (small

    organization but large networking).

  • 49

    Gambar II.11. Peran Pemerintah dalam Pembangunan21

    e. Organisasi Bersifat Fleksibel dan Adaptif

    Dinamika perubahan dalam berbagai kehidupan di luar organisasi akan

    berpengaruh terhadap organisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi

    seperti perubahan teknologi, pengetahuan, informasi, sosial, dan politik

    menjadi masukan yang berguna bagi kelangsungan organisasi

    pemerintahan. Oleh karena itu, agar organisasi pemerintahan mampu

    mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi, struktur organisasi

    pemerintahan harus bersifat fleksibel dan adaptif.

    Upaya membentuk organisasi yang adaptif adalah suatu kegiatan yang

    berorientasi pada perbaikan dalam di bidang struktur organisasi,

    prosedural organisasi, dan struktur kultur organisasi. Kegiatan tersebut

    dapat dilakukan melalui pembinaan organisasi. Dalam perspektif individu,

    21 Bahan Sosialisasi UPT, Ditjen SDA, 2006

  • 50

    pembinaan organisasi dapat membantu individu untuk bekerja dan

    menjalankan tugas-tugasnya secara lebih efektif dan efisien. Dalam

    perspektif organisasi, pembinaan organisasi dapat membantu dan

    mendorong organisasi menjadi tetap sehat dan lebih mencapai efisiensi

    kerja dalam kondisi dan situasi yang dinamis, serta mampu berpartisipasi

    dalam perkembangan teknologi, sosial, politik, dan ekonomi serta dapat

    bertahan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam

    lingkungannya.

    f. Organisasi Banyak Diisi Jabatan Fungsional

    Sejalan dengan bentuk organisasi yang bersifat datar, organisasi

    pemerintahan sebaiknya diisi oleh pejabat-pejabat fungsional yang lebih

    mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam pelaksanaan

    tugasnya. Jabatan struktural sebaiknya dibentuk terbatas dalam rangka

    mewadahi tugasnya yang bersifat manajerial saja sehingga perlu

    disederhanakan hanya untuk tingkatan pimpinan tertentu saja.

    Bentuk organisasi yang lebih banyak mengedepankan jabatan fungsional

    memungkinkan peningkatan produktivitas kerja dan melancarkan

    pekerjaan dalam organisasi pemerintahan. Tugas-tugas dari pejabatnya

    akan lebih terbatas sehingga setiap pejabat akan menjadi mahir dan

    spesialis di bidangnya.

    g. Organisasi Bervariasi

    Dalam menyusun organisasi pemerintahan memungkinkan terjadi

    perbedaan antara satu departemen dengan departemen yang lain, antara

    unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lainnya. Setiap departemen

    dapat menyusun organisasi sesuai dengan strategi yang didasarkan pada

    kondisi, karakteristik, dan kemampuannya, khususnya disesuaikan dengan

    kemampuan sumberdaya yang dimiliki.

  • 51

    h. Tata kerja, Tatalaksana, dan Standar Operasi dan Prosedur (SOP)

    Tata kerja merupakan proses pembagian kerja ke dalam spesialisasi-

    spesialisasi khusus dan pengelompokan kerja dalam kelompok-kelompok

    tertentu yang di dalamnya berisikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan

    dan berisikan kewenangan yang merupakan hak untuk mengambil

    keputusan dan meminta kepatuhan kepada orang yang ada di bawahnya

    serta berisi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan

    pekerjaan. Tata kerja organisasi biasanya digambarkan dalam struktur

    organisasi di mana pembagian pekerjaan, arus pekerjaan, dan

    pengelompokan pekerjaan digambarkan dalam bagan dan dideskripsikan

    dalam uraian tugas pokok dan fungsi pada tiap unit organisasi.

    Kelompok pekerjaan dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kelompok

    yang pekerjaan yang langsung melaksanakan pekerjaan untuk

    memproduksi barang/jasa menjadi inti kegiatan organisasi, yang biasa

    dikenal dengan jalur lini, dan kelompok kedua yang merupakan kelompok

    yang mendukung organisasi dalam melaksanakan misinya yang biasa

    disebut jalur staf.

    Penentuan tata kerja berupa struktur organisasi dan deskripsinya dilakukan

    melalui aktivitas desain struktur organisasi. Berbagai masalah dapat terjadi

    dalam aktivitas mendesain organisasi yang pada akhirnya dapat

    mengganggu efektivitas dan efisiensi organisasi. Beberapa masalah yang

    mungkin akan timbul adalah:

    a. Perumusan sasaran dan tujuan tidak jelas sehingga pekerjaan

    secara keseluruhan tidak bisa digambarkan dengan jelas;

    b. Tidak seluruh pekerjaan dibagi habis ke dalam unit-unit organisasi

    sehingga ada pekerjaan sisa yang tidak menjadi kewenangan salah

    satu unit organisasi atau sebaliknya terjadi duplikasi dalam

    pembagian pekerjaan antarunit kerja sehingga terjadi konflik

    antarunit organisasi;

  • 52

    c. Uraian pekerjaan tidak didefinisikan dengan jelas sehingga dalam

    pelaksanaannya terjadi penyimpangan atau kesalahan;

    d. Alur perintah dan pertanggungjawaban tidak dirumuskan dengan

    jelas sehingga terdapat kesulitan dalam koordinasi dan komunikasi.

    Tatalaksana adalah aktivitas pengaturan mekanisme dan prosedur

    pelaksanaan pekerjaan. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan pekerjaan

    dituangkan dalam standar operasi dan prosedur (SOP). Standar operasi

    merupakan norma, kuantitas, dan kualitas pekerjaan yang wajib dipenuhi

    oleh organisasi, sedangkan prosedur merupakan rangkaian proses dan

    urutan aktivitas yang wajib dijalankan oleh organisasi.

    Untuk mengukur dan mengevaluasi proses pelaksanaan pekerjaan, maka

    SOP merupakan acuan untuk menilai apakah suatu pekerjaan telah

    dilaksanakan sesuai dengan norma, kualitas, kuantitas dan mekanisme

    yang telah ditetapkan. Standar norma termasuk standar perilaku, standar

    waktu, standar kualitas, dan standar lainnya yang ditetapkan. Dalam SOP

    juga mengatur siapa mengerjakan apa dan bagaimana cara

    mengerjakannya.

    II.3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    Untuk dapat memberikan alternatif bentuk kelembagaan institusi pengelolaan

    sumber daya air perlu dilakukan kajian terhadap fenomena organisasi Ditjen

    Sumber Daya Air yang telah ada sebelumnya baik pada masa orde baru sampai

    dengan saat ini. Dari pengamatan sesaat diperoleh informasi bahwa jumlah

    jabatan struktural Ditjen Sumber Daya Air makin lama makin bertambah besar

    sehingga terjadi pelaksanaan kegiatan yang saling tumpang tindih, terutama pada

    saat terbentuknya unit pelaksana teknis. Untuk meningkatkan kinerja organisasi

    perlu dilakukan evaluasi tentang tugas dan fungsi kelembagaan pengelolaan

    sumber daya air berdasarkan tugas, fungsi, wewenang, paradigma dan

  • 53

    departementasi, sehingga dapat dianalisis apakah kelembagaan yang ada saat ini

    sudah sesuai atau perlu melakukan penyesuaian (right sizing).

    Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam diagram pola pikir pemecahan masalah

    sebagai berikut :

    Gambar II.12. Pola Pikir Pemecahan Masalah

    Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya air melalui peningkatan fungsi

    organisasi perlu diutamakan sehingga target untuk mewujudkan organisasi yang

    ramping struktur dan kaya fungsi dapat tercapai. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

    kajian departementasi yang sesuai dan pembagian tugas dan wewenang yang

    seimbang dengan memperhatikan prinsip pengelolaan sumber daya air yang

    berkelanjutan. Dari hasil analisis tersebut akan dapat ditentukan alternatif

    kelembagaan pengelolaan sumber daya air yang sesuai dengan amanat Undang

    Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

  • 54

    Secara umum, transformasi kelembagaan bidang sumber daya air dapat dilihat

    pada gambar berikut:

    Gambar II.13. Transformasi kelembagaan sumber daya air

    Dalam kajian ini, hanya akan dilakukan pembahasan mengenai struktur

    kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air dengan melibatkan stakeholder terkait,

    yaitu pelaksana pengelolaan sumber daya air dari internal Ditjen Sumber Daya

    Air, UPT Ditjen Sumber Daya Air, dan Dinas Provinsi yang menangani

    pengelolaan sumber daya air mengingat fokus penelitian berada pada kewenangan

    pengelolaan sumber daya air yang berada pada pemerintah pusat yang

    dilaksanakan oleh Ditjen Sumber Daya Air, baik yang dilaksanakan sendiri

    maupun dilaksanakan oleh UPT Ditjen Sumber Daya Air.

    Penelitian dilakukan melalui studi pustaka dan pengamatan pada institusi Ditjen

    Sumber Daya Air. Pengumpulan kuesioner terbatas dari beberapa narasumber di

    lingkungan direktorat teknis, unit pelaksana teknis, dan dinas provinsi yang

    menangani sumber daya air. Informasi yang dikumpulkan mencakup informasi

    kewenangan pemerintah pusat terhadap pengelolaan sumber daya air baik di pusat

  • 55

    maupun di daerah, manfaat keberadaan unit pelaksana teknis di daerah,

    pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat di daerah oleh unit pelaksana teknis

    maupun pemerintah daerah (baik secara dekonsentrasi maupun tugas

    pembantuan), hambatan pelaksanaan kewenangan pusat di daerah, dan bentuk

    kelembagaan pengelolaan sumber daya air yang ada di daerah.

    Kuesioner disusun dengan sistem semi terbuka, artinya narasumber diberikan

    kesempatan untuk mengisi jawaban apabila tidak tersedia jawaban yang sesuai,

    juga narasumber diijinkan untuk memilih beberapa jawaban yang dianggap tepat.

    Pengumpulan data dilakukan melalui pengiriman kuesioner ke narasumber,

    kemudian dilakukan analisis terhadap jawaban. Hasil jawaban tersebut akan

    memperkaya analisis kelembagaan pengelolaan sumber daya air yang diusulkan.

    PL&1B|zA;#