04 Makalah Filsafat Ilmu

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang

Transcript of 04 Makalah Filsafat Ilmu

Page 1: 04 Makalah Filsafat Ilmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek

material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran

penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.

Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga

memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala

yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak

tampak.

Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam

empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun

objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan

rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang

terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga

menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses

terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka seiring dengan

berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.

Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung

pertengahan kedua abad ke-20, memungkinkan arus informasi menjadi serba

cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagat raya) -

menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa membedakan siapa

Page 2: 04 Makalah Filsafat Ilmu

2

dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas

ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.

Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi

adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran

semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri

sebagai individu serta komunitas.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung

meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang merasa

asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan

kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan

memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan

tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup

begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi

konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk

mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari

segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga

penghargaan manusia terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa

sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya

masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi alienasi diri. Ini

merupakan pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak,

norma, moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai perkembangan ilmu

menjadikan manusia sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model

kehidupan yang menyimpang.

Page 3: 04 Makalah Filsafat Ilmu

3

Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang

ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-

aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan

inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk

sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada

masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan

Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap,

atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin

berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses

artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi,

bahkan dalam teknologi. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa

memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang

ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber,

hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi

masyarakat.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas Mata Kuliah

Filsafat Ilmu. Yang juga sekaligus sebagai bahan diskusi bersama dalam proses

pembelajaran. Adapun judul yang diangkat dalam makalah ini yaitu “Tantangan

Dan Masa Depan Ilmu”.

Tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk membantu para

mahasiswa kedepan agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan

Page 4: 04 Makalah Filsafat Ilmu

4

tentang bagaimana, apa pengertian, serta konteks yang berhubungan dengan

tantangan dan masa depan ilmu.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membatasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan ?

2. Apa Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia ?

Dalam Makalah ini akan membahas :

1. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

2. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

Page 5: 04 Makalah Filsafat Ilmu

5

BAB II

TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

A. KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS KEMANUSIAAN

1. Pengertian Ilmu

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari

bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. Sinonim yang paling akurat dalam

bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara terminology ilmu atau

science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan

syarat-syarat tertentu. Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah “Ilmu

pengetahuan yaitu suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing

mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu, yang disusun sedemikian rupa

menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu system dari pelbagai

pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang

dilakukan secara teliti dengan memakai metode tertentu.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip

oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya  adalah : Pengertian kata “ilmu” secara

bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem

menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan

gejala-gejala tertentu di bidang itu.

- Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur

tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama

Page 6: 04 Makalah Filsafat Ilmu

6

tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut

bangunannya dari dalam.

- Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,

rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

- Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang

komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang

sederhana.

- Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang

disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan

untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

- Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang

disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap

seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu,

dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih

lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan

kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika

…. maka “.

- Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan

pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-

hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman

praktis.

Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:

Page 7: 04 Makalah Filsafat Ilmu

7

1) Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis,

dapat diukur dan dibuktikan.

2) Koherensi sistematik ilmu.

3) Tidak memerlukan kepastian lengkap.

4) Bersifat objektif.

5) Adanya metodologi.

6) Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya

2. Pengertian Krisis kemanusiaan

Krisis adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan

lama menuju keadaan baru yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah

ditinggalkan, tetapi metode baru belum sepenuhnya dapat digunakan, sehingga

yang terjadi adalah kebingungan, karena belum adanya metodologi baru yang

memadai.

Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa

ancaman kritis terhadap kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi

suatu komunitas atau suatu kelompok besar dalam suatu wilayah luas.

Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah maju

ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang

dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang

memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-

kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya kondisi dan

hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia

dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa

Page 8: 04 Makalah Filsafat Ilmu

8

kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-

kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat,

kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih

menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada

sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan

moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia

ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf

yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan

kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling

menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran filsafat ilmu

berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi

bomerang bagi kehidupan umat manusia.

Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan

dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan

mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang

menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya

pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia

sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada

sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.

Page 9: 04 Makalah Filsafat Ilmu

9

Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan

ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat

khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan

filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-

masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan

tidak mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan

pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang

prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya

mempunyai ciri-ciri yang sama.

Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan ontologis

ilmu; obyek apa yang ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya

tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan

ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan

dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya flsafat ilmu

mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu

perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal,

menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang

termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan

yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif

mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita

ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang

Page 10: 04 Makalah Filsafat Ilmu

10

ada. Tiang penyangga yang  kedua adalah Epistimologi ilmu  atau teori

pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan

lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta

pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu

pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan

kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam

kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para

ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.

Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan

apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun

makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin

meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi

buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan

cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan

menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari

yang pertama, namun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.

Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan

paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang

lomba persenjataan, kemajuan dalam memakai serta menghabiskan banyak

kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam bidang

kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup manusia

dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan

Page 11: 04 Makalah Filsafat Ilmu

11

miskin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan

langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya

berkaitan dengan jutaan manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai

macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang menyolok di tengah

keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

menghapus penderitaan manusia.

Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi lingkaran

setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan ancaman

lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam banyak lingkungan ilmuwan

yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan persenjataan yang

membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk itulah

maka epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses

pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu?

Bagaimana prosedur dan mekanismenya?

Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu

adalah sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua

keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih

mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban

manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia

seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah

kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa

merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,

Page 12: 04 Makalah Filsafat Ilmu

12

komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk

membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan

penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu

pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya

pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun

kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan

malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara

proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika

ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan

malapetaka.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian

akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah

teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak

terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-

kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada

persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab

seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung

jawab akademis, dan tanggung jawab moral.

Page 13: 04 Makalah Filsafat Ilmu

13

B. AGAMA, ILMU DAN MASA DEPAN MANUSIA

1. Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau

prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau

nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian

dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama

yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah

religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare

yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berReligi, seseorang

mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).

Untuk memberikan batasan tentang makna agama memang agak sulit dan

sangat subyektif. Karena pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada

yang memandangnya sebagai suatu institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada

orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan

yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil

pemikiran manusia, dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari

pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai

hasil lamunan, fantasi, ilustrasi (Syafa’at,1965).

Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya

kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia

dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni sesuatu yang dianggap

mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia.

Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar

Page 14: 04 Makalah Filsafat Ilmu

14

sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki

kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara

berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai

Tuhan.

Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah

manusia yang tumbuh dan bekembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya

mendapat pemupukan dari lingkungan alam sekitarnya. Ada yang menganggap

bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu

kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-

agama yang bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam

masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah (Thalhas, 2006). Di samping

itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau

ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja.

Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat

memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun

kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk

membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika

manusia telah mati.

Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat

dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur

dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah bahwa ajaran agama itu dapat

dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma

untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded,

Page 15: 04 Makalah Filsafat Ilmu

15

agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama

itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman

yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam

waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat

dan member pedoman untuk mengatur kehidupannya.

2. Pengertian Masa Depan

- Menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau kondisi yang

berada di depan manusia, akan tetapi kondisi tersebut biasanya digunakan

untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak terbatas dan kadang-kadang

masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya digunakan

istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan.

- Menurut berbagai contoh yang banyak kami temukan pada masyarakat

tertentu, istilah masa depan ini banyak dipergunakn pada kondisi tertentu.

Misalnya orang tua yang menyarankan anaknya untuk memperhatikan masa

depannya, masa depan di sini berorientasi kepada  persiapan diri untuk

memasuki kehidupan rumah tangga agar supaya mereka tidak mengalami

kesulitan. Pengertian masa depan ini bergeser kembali ketika diletakkan atau

digunakan pada orang-orang yang sudah berkeluarga. Masa depan diartikan

kepada masa tua, sehingga anjuran tersebut menyarankan agar

mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua yang cukup menyulitkan

bagi manusia, sehingga tidak sedikit manusia yang melakukan pendidikan

terhadap anak-anaknya agar supaya kelak dapat dijadikan tempat bergantung

Page 16: 04 Makalah Filsafat Ilmu

16

dan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi dirinya. Dipersiapkan rumah

tangga, tempat tinggal yang cocok ,dan kondisi ketuaan, demikian seterusnya.

- Pengertian masa depan ini bergeser lagi ketika digunakan kepada para orang

yang sudah memasuki masa tua, orientasinya sekarang kepada masa

kehidupan setelah kematian, sehingga mereka lebih mengkonsentrasikan diri

pada aktifitas ibadah sebagai bekal akhirat.

- Menurut pendapat penulis, masa depan ialah masa yang paling depan, setelah

itu sudah tidak ada masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan

dengan masa rumah tangga bagi generasi muda atau masa tua bagi orang

yang sudah memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa

depan karena di depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan

masa depan, di mana harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat

penulis, masa tersebut sangat rawan sekali, yang banyak memungkinkan

bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak memiliki

persiapan dengan baik.

Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah

tangga, atau masa tua, maka persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara

penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia mungkin akan berhasil pada masa

itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki kepada masa depan

yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah

sana.

Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para

orang tua dan generasi muda yang memandang kehidupan  di dunia ini dipandang

Page 17: 04 Makalah Filsafat Ilmu

17

sebagai masa depannya, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka mengacu

pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka tidak

segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia. dan

kami rasa banyak sekali contoh-contoh sosial yang menggambarkan kejadian-

kejadian di atas. mari kita renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita

lakukan untuk menyongsong kehidupan lebih baik di masa mendatang , dimana

era globalisasi  dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini:)

a. Pentingnya Agama bagi Manusia

Tidak mudah memahami pengertian agama apabila hanya satu atau dua

definisi saja. Setiap agama dan kepercayaan mempunyai pengertiannya masing-

masing. Setiap manusia harus menghargai berbagai perbedaan pengertian dalam

setiap agama dan kepercayaan tersebut. Agama dapat dilihat sebagai kepercayaan

dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-masalah

penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan

teknologi maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. Pengertian agama

yang lain yaitu agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi

melalui mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan tujuan

untuk mencapai atau menghindari terjadunya perubahan keadaan pada manusia

atau alam semesta (Sare, 2007).

Agama memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi

psikologis. Secara psikologis, agama dapat mengurangi kegelisahan manusia

dengan memberikan penerangan tentang hal-hal yang tidak diketahui dan tidak

dimengerti olehnya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah

Page 18: 04 Makalah Filsafat Ilmu

18

dimengerti, misalnya tentang kematian. Selain itu, agama juga memberi

ketenangan pada manusia karena dapat memberikan sebuah harapan bahwa ada

sebuah kekuatan supranatural yang dapat menolong manusia pada saat

menghadapi bahaya atau tertimpa suatu musibah. Ditinjau secara sosial, agama

mempunyai sanksi bagi seluruh perilaku manusia yang beraneka ragam. Agama

juga menanamkan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan dengan memberikan

semacam pedoman tentang perilaku hidup dan berinteraksi. Dalam hal ini, agama

dapat dikatakan sebagai pemelihara ketertiban sosial. Selain itu, agama juga

sebagai alat yang efektif untuk meneruskan tradisi lisan dalam sebuah masyarakat

(Sare, 2007).

Dilihat dari pengertian pentingnya agama bagi manusia, terdapat dua

konsep mendasar agama bagi kehidupan manusia, yaitu agama dalam arti what

religion does dan what is religion. Pengertian pertama menunjuk pada apa

kegunaan agama bagi kehidupan manusia, sedangkan pengertian yang kedua

menunjuk pada apa makna agama bagi manusia, yaitu sebagai pedoman untuk

bertindak di dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya (Moesa, 2007)

b. Pentingnya Peran Manusia Terhadap Agama

Selama ini kita banyak membicarakan tentang peran agama dalam setiap

lini kehidupan manusia. Namun apakah pernah terpikirkan , seberapa pentingkah

peran manusia bagi agama itu sendiri?

Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran

utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut

dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga

Page 19: 04 Makalah Filsafat Ilmu

19

sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri

dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak

ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa

otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia

tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang

dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi agama

mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka

memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik

manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh

komunitas hewani dan bukanlah individu.

Menurut Feuerbach, yang disebut Allah adalah kesadaran manusia itu

sendiri. Menurut pemikiran itu maka Feuerbach menyimpulkan bahwa agama

adalah kesadaran Nan tak terbatas. Maka agama berakar pada jati diri manusia,

yang bersifat memiliki kesadaran nan tak terbatas. Agama adalah hubungan

manusia dengan jati dirinya nan tak terbatas. Agama palsu terjadi apabila manusia

memproyeksikan Nan tak terbatas tersebut keluar dan dalam oposisi terhadap

dirinya. Dengan demikian, manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri,

sehingga dapat dikatakan bahwa manusia jugalah yang menciptakan agama.

Manusia adalah awal, pusat , dan akhir agama. Menurut Feuerbach, ini bukanlah

ateisme, melainkan humanisme (Jacobs, 2002).

Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan produk dan alienasi

dari manusia. Manusia tidak menciptakan agama, dan agama tidak menciptakan

Page 20: 04 Makalah Filsafat Ilmu

20

manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan perasaan diri manusia (Leahy,

2008).

c. Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia

Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding

lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk

teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara

sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia

mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan

teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja

yang berlebihan, penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan

kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan,

peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Keraf dan Dua, 2001).

Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga

dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Puncaknya,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Perkembangan ilmu

pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam

keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta

Page 21: 04 Makalah Filsafat Ilmu

21

inteligensimanusia.Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil

mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia (Mas’ud dan Paryono, 1998).

d. Peran Manusia Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding

lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu manusia

dalam mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa peradaban

manusia sangat bergantung kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam

bidang ini, pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan

lebih mudah (Jujun, 2003). Secara lebih spesifik, Eugene Staley menegaskan

bahwa teknologi adalah sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan

insani (Siti, 2001).

Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang

berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia

secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya penghapusan

kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan

untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu

upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan

sebagainya (Sonny dkk., 2001).

Page 22: 04 Makalah Filsafat Ilmu

22

Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga

dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Misalnya dalam

perencanaan dan programing pembangunan, organisasi pemerintah dan

administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik

pembangunan dalam sektor pertanian, industri, dan kesehatan.

Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan saja

membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh,

ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi

manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci, kompor gas, kulkas, OHP, slide, TV,

tape recorder, telephon, komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan produk-

produk teknologi yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan

hidupnya, tetapi membuat hidup manusia semakin mudah (Ibnu, 1998).

Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula menjadi tujuan manusia

mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai dari

teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan alat-alat

sederhana lainnya. Sampai teknologi modern saat ini, yang perkembangannya

jauh lebih pesat dari perkembangan teknologi sebelumnya. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah bagi umat manusia

berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan

dalam benak manusia.

e. Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi

memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia.

Page 23: 04 Makalah Filsafat Ilmu

23

Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti

amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena

merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.

Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting

untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita

memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak

negatifnya semiminal mungkin. Pola hubungan pertama adalah pola hubungan

yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak

benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,

pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran

agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan

kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari

pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan

kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan

kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima

kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah

kebenaran yang berbeda.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini,

kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan

tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan

dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali.

Page 24: 04 Makalah Filsafat Ilmu

24

Mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung

pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan

demikian pula sebaliknya. Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan

yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya

pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan

masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam

tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan

iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek.

f. Posisi Agama Dalam Pengembangan Ilmu

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada

sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan

moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia

ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang

menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih

sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling

menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama sangatlah

penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam

perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki

penduduk (muslim) terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di

Indonesia sangat penting.

Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah

Page 25: 04 Makalah Filsafat Ilmu

25

dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.

Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan

tersetruktur kadang kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu

kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sistem

nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Disinilah perlu

rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar

ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan

kemanusiaan serta lingkungan. Ilmu di dalam mengembangkan ilmu dan

teknologi seharusnya bermanfaat mencari keredhaan Allah.  Ini hanya boleh

dicapai melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka langkah awal

ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu

dan teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh

faktor bahwa agama itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi.

Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan.  Tujuan beragama

adalah untuk menjamin / mendapatkan kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan

di dunia. Setiap amalan yang dilakukan di dunia harus berada di atas landasan

yang diridhai oleh Allah. Telah dinyatakan dengan jelas dalam Alquran bahwa

manusia adalah khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk memelihara dan

mengatur alam ini.  Justru setiap urusan manusia harus memelihara keharmonisan

dan keseimbangan alam.  Jika perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan

Page 26: 04 Makalah Filsafat Ilmu

26

ini, maka sudah tentu perkembangan ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi

karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi dirancang dengan teliti.

Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat meminimalkan

dampak negatif yang timbul karena  perkembangan ilmu dan teknologi tersebut,

pastinya dilakukan secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam.

Page 27: 04 Makalah Filsafat Ilmu

27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun

dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang

diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya

pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji

secara empiris, riset dan eksperimen.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang

ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-

aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan

inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk

sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada

masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks.

Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal

(organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi,

ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya,

dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai

jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.

Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi

kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara

menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari

ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.

Page 28: 04 Makalah Filsafat Ilmu

28

Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh

namun ilmu tanpa agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa

manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah

berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya.

Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari

fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna

atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa

kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu

masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal

(sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.

Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi

kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam

setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup

manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu

upaya bahwa dalam mempelajari  ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi

setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu

pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia

tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu yang ada tidak

menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama

yang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu

itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi kehidupan dalam segala bidang.

Page 29: 04 Makalah Filsafat Ilmu

29

B. Saran

Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran

yang sangat membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat

memahami mengenai tantangan dari perkembangan ilmu dan masa depan kita

menyangkut perkembangan ilmu tersebut . Kemudian untuk lebih maksimalnya

dalam memahami tentang pembahasan ini diharapkan kepada mahasiswa lainnya

untuk mencari bahan-bahan bacaan lain yang berkenaan dengan hal ini, Sehingga

diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupan.

Page 30: 04 Makalah Filsafat Ilmu

30

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius

Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Mangunwijaya YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei TentangKebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius

http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36

http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu

Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009.

Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius

Anonim. Cultural Relativism.

http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/

Cultural_Relativism.shtml

Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism.

http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf

Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002

Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8

Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan

Modern oleh Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Page 31: 04 Makalah Filsafat Ilmu

31

Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh 22/11/09.

Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996

Page 32: 04 Makalah Filsafat Ilmu

32

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta.

Kanisius

Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Mangunwijaya YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang

Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius

http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36

http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-

ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu

Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan.

http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009.

Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius

Anonim. Cultural Relativism.

http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/Cultural_Relativism.shtml

Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism.

http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf

Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002

Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat.

Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8

Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern

oleh Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com.

Diunduh 22/11/09.

Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996