04 Konsep Tata Ruang Wilayah Dan Kota 4_Prov, Kab, Kota Dan Bagian Wilayah Dan Kota

43
KONSEP TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA 4: Provinsi, Kabupaten dan Kota Petrus Natalivan Penjenjangan Fungsional Perencana Tingkat I

description

.

Transcript of 04 Konsep Tata Ruang Wilayah Dan Kota 4_Prov, Kab, Kota Dan Bagian Wilayah Dan Kota

KONSEP TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA 4: Provinsi, Kabupaten dan Kota

Petrus Natalivan

Penjenjangan Fungsional Perencana Tingkat I

Pusat-pusat kegiatan pada wilayah provinsi merupakan pusat pertumbuhan wilayah provinsi, yang dapat terdiri atas: a. PKN yang berada di wilayah provinsi; b. PKW yang berada di wilayah provinsi; c. PKSN yang berada di wilayah provinsi; dan d. PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.

PUSAT KEGIATAN PROVINSI

1. PENGANTAR

Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas: a. PKN yang berada di wilayah kabupaten; b. PKW yang berada di wilayah kabupaten; c. PKL yang berada di wilayah kabupaten; d. PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan 2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

PUSAT KEGIATAN KABUPATEN

PUSAT KEGIATAN KOTA

Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi: a. pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau

regional b. subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota c. pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

PUSAT LAYANANPusat Kegiatan Nasional (PKN) :• kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke

kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya serta sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa propinsi dan nasional, dengan kriteria penentuan : – kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan

internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya,

– pusat-pusat jasa pelayanan keuangan/bank yang cakupan pelayanannya berskala nasional/beberapa propinsi,

– pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional/beberapa propinsi,

– simpul transportasi secara nasional/beberapa propinsi, – jasa pemerintahan untuk nasional/beberapa propinsi,– jasa publik yang lain untuk nasional/beberapa propinsi.

6

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW):• kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul

transportasi yang melayani beberapa kabupaten, dengan kriteria penentuan:– pusat jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani beberapa

kabupaten, – pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani kabupaten, – simpul transportasi untuk beberapa kabupaten, – pusat pelayanan jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten, – pusat pelayanan jasa yang lain untuk beberapa kabupaten.

7

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) :• kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul

transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan kriteria penentuan : – pusat jasa keuangan/bank yang melayani satu kabupaten atau

beberapa kecamatan, – pusat pengolahan/pengumpul barang untuk beberapa kecamatan, – jasa pemerintahan untuk beberapa kecamatan, – bersifat khusus dalam arti mendorong perkembangan sektor strategis

8

• Pusat Layanan Kota (standar PU 2003):– Pusat Kota, melayani 1.000.000 pdd, atau seluruh wilayah

kota– Pusat BWK (=subpusat kota), melayani 480.000 pdd– Pusat Kecamatan, melayani 120.000 pdd– Pusat Kelurahan, melayani 30.000 pdd– Pusat RW melayani 2.500 pdd– Pusat RT melayani 250 pdd

9

Unsur Struktur pada Wilayah Pesisir dan Laut

• Kegiatan Fungsional:– Hankam/militer, pariwisata, tambang, perikanan tangkap, perikanan budidaya,

tambang migas, tambang lainnya• Pusat Layanan:

– Pusat Ruang Kelautan Primer (PKN, PKW dengan pelabuhan utama primer dan sekunder)

– Pusat Ruang Kelautan Sekunder (PKN, PKW dengan pelabuhan utama tersier)– Pusat Ruang Kelautan Tersier (PKW dengan pelabuhan pengumpan)– Pusat Ruang Kelautan Lokal (PKL dengan pelabuhan pengumpan)– Pusat kota, pusat BWK, pusat kecamatan, pusat kelurahan, RW, RT

• Transportasi: – Bandara– pelabuhan Utama: primer, sekunder, tersier– Pelabuhan Pengumpan: regional, lokal– Alur pelayanan

10

3. PENDEKATAN PERENCANAAN FASILITAS UMUM

A. PERENCANAAN PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH/KOTA (STRUKTUR RUANG)

B. NEIGHBORHOOD UNIT

11

A. PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBAGAN WILAYAH/KOTA (STRUKTUR RUANG)

Struktur ruang pada dasarnya terdiri dari 3 unsur pokok, yaitu:

– Alokasi kegiatan fungsional utama: • fungsi-fungsi primer (regional) • Fungsi-fungsi sekunder (lokal)

– Sistem jaringan jalan dan prasarana yang berjenjang, • mengacu pada UU No. 38/2004 tentang Jalan dan PP No. 34/2006

tentang Jalan, • jaringan prasarana utama lainnya

– Rumusan jenjang, fasilitas, dan alokasi pusat-pusat layanan dan delineasi wilayah-wilayah yang dilayaninya

– Kawasan strategis: nasional, provinsi, kabupaten/kota

12

Unsur-unsur Struktur RuangSTRUKTUR

RUANG

KEGIATAN FUNGSIONAL

Fungsi Primer

• FP I• FP II• FP III

Fungsi Sekunder

• FS I• FS II• FS III

JARINGANTRANSPORTA

SI

Peran Jalan

• Jalan Primer• Jalan

Sekunder

Fungsi Jalan

• Arteri• Kolektor• Lokal• Lingkungan

Jalan Tol

Jaringan Prasarana Lain

PUSATLAYANAN

Pusat LayananPrimer

• PKN• PKW• PKL

Pusat LayananSekunder

• Pusat Kota• Pusat BWK• Pusat Kecamatan• Pusat Kelurahan• Pusat Lingkungan

UU No. 26/2007 menambahkan Kawasan Strategis dlm struktur ruang:- KS Nasional- KS Provinsi- KS Kabupaten/Kota

13

KEGIATAN FUNGSIONAL

• Bersifat node/simpul• Terdiri dari Fungsi Primer (FP) dan Fungsi Sekunder

(FS) yang bergantung pada delineasi wilayah/daerah.• Fungsi Primer =

– fungsi yang melayani wilayah lebih luas dari wilayahnya sendiri, atau batas administratif daerah (basic economy)

• Fungsi Sekunder = – fungsi yang melayani wilayahnya sendiri, atau dalam batas

administratif daerah (non-basic economy)

14

Klasifikasi Kegiatan FungsionalFungsi

Primer Sekunder

Pertama (I)• Pelabuhan Utama Primer• Bandara primer• Terminal tipe A• Industri nasional

• Kegiatan Skala Kota (pusat perdagangan, pemerintahan, dll)

• Terminal tipe C

Kedua (II)

• Pelabuhan Utama Sekunder• Bandar Sekunder• Terminal tipe B• Industri wilayah• Perdagangan grosir/Ps. Induk

• Kegiatan Skala BWK (perdagangan pada subpusat kota, dll)

Ketiga (III)

• Pelabuhan Utama Tersier, pengumpan regional & lokal

• Bandara tersier, bandara bukan pusat penyebaran

• Terminal tipe C• Industri lokal

• Kegiatan < skala BWK (skala kecamatan, kelurahan,dll)

15

Klasifikasi Pelabuhan Laut

Pelabuhan laut utama• Pelabuhan utama primer :

– Pelabuhan yang melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan sangat luas serta berfungsi sebagai simpul jaringan transportasi laut internasional.

• Pelabuhan utama sekunder :– Pelabuhan yang melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut

nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan sangat luas serta berfungsi sebagai simpul jaringan transportasi laut nasional.

• Pelabuhan utama tersier :– Pelabuhan yang melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut

nasional dan internasional dalam jumlah menengah dan jangkauan pelayanan menengah.

16

Pelabuhan laut pengumpan• Pelabuhan pengumpan regional :

– Pelabuhan yang melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut dalam jumlah kecil dan jangkauan pelayanan dekat serta berfungsi sebagai pengumpan pelabuhan utama.

• Pelabuhan pengumpan lokal :– Pelabuhan yang melayani kegiatan alih muat angkutan laut dalam

jumlah kecil dan jangkauan dekat serta berfungsi sebagai pengumpan pelabuhan utama dan pengumpan pelabuhan regional.

17

Klasifikasi Bandara

• Pusat penyebaran primer :– Bandara yang melayani penumpang dalam jumlah besar dengan

lingkup pelayanan nasional atau beberapa propinsi dan berfungsi sebagai pintu utama untuk keluar negeri.

• Pusat penyebaran sekunder :– Bandara yang melayani penumang dalam jumlah sedang dengan

lngkup pelayanan dalam satu propinsi dan terhubungkan dengan pusat penyebaran primer.

• Pusat penyebaran tersier :– Bandara yang melayani penumpang dalam jumlah rendah dengan

lingkup pelayanan pada beberapa kabupaten dan terhubungkan dengan pusat penyebaran primer dan pusat penyebaran sekunder.

• Bandar udara bukan pusat penyebaran:– Bandara yang melayani penumpang dengan jumlah kecil dan tidak

mempunyai daerah cakupan atau pelayanan.

18

Klasifikasi Terminal

• Terminal Tipe A– Terminal yang melayani kendaraan umum untuk angkutan

antarkota antarpropinsi, angkutan kota dan angkutan perdesaan

• Terminal Tipe B– Terminal yang melayani kendaraan umum untuk angkutan

antarkota dalam Propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan perdesaan

• Terminal Tipe C– Terminal yang melayani kendaraan umum untuk angkutan

perdesaan

19

Persyaratan lokasi terminal Tipe A:• Terletak di ibukota Propinsi, Kota, atau Kabupaten dalam

jaringan trayek angkutan antarkota antarpropinsi dan/atau angkutan lintas batas negara

• Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya IIIA

• Jarak antar dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km di P. Jawa, 30 km di P. Sumatera, dan 50 km di pulau lainnya

• Luas lahan sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal di P. Jawa, dan 3 Ha di pulau lainnya

• Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sekurang-kurangnya berjarak 100 m di P. Jawa dan 50 m di pulau lainnya

20

Persyaratan lokasi terminal Tipe B:• Terletak di Kota atau Kabupaten dalam jaringan trayek

angkutan antarkota dalam propinsi • Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan

sekurang-kurangnya IIIB• Jarak antar dua terminal penumpang tipe B atau dengan

terminal tipe A sekurang-kurangnya 15 km di P. Jawa, 30 km di pulau lainnya

• Luas lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di P. Jawa, dan 2 Ha di pulau lainnya

• Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sekurang-kurangnya berjarak 50 m di P. Jawa dan 30 m di pulau lainnya

21

Persyaratan lokasi terminal Tipe C:• Terletak di dalam wilayah Kabupaten dan dalam jaringan

trayek angkutan perdesaan• Terletak di jalan Kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling

tinggi kelas IIIA• Luas lahan sesuai dengan permintaan angkutan• Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari

terminal sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu-lintas di sekitar terminal

22

JARINGAN TRANSPORTASI

• Sistem Jaringan Jalan – Sistem Jaringan Jalan Primer:

• sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota

– Sekunder:• sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa

distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

23

• Fungsi Jaringan Jalan– Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak

jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdayaguna.

– Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang,dan jumlah jalan masuk dibatasi.

– Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

– Lingkungan: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

• Jalan Tol– Jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol. Tol

adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol• Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI):

– ALKI I: Sel. Karimata – L. Jawa – Sel. Sunda– ALKI II: Sel. Makassar – Sel. Lombok– ALKI III: L. Maluku – L. Seram – L. Banda – Sel. Ombai

24

Klasifikasi Peran Jalan

Fungsi Jalan

Sistem Jalan

Primer Sekunder

Arteri Arteri Primer Arteri Sekunder

Kolektor Kolektor Primer Kolektor Sekunder

Lokal Lokal Primer Lokal Sekunder

Lingkungan Lingkungan

25

Ketentuan Jalan Primer (catatan: ketentuan jalan masih berdasarkan PP No. 26/1985, jadi harus disesuaikan dengan PP No. 34/2006)

Arteri Primer:• Kecepatan rencana minimal 60 km/jam.• Lebar badan jalan minimal 8 m.• Kapasitas lebih besar daripada volume lalu-lintas rata-rata.• Lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas

ulang-alik, lalu-lintas dan kegiatan lokal.• Jalan masuk dibatasi secara efisien.• Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak

mengurangi kecepatan rencana dengan kapasitas jalan.• Tidak terputus walaupun memasuki kota.

26

Kolektor Primer:• Kecepatan rencana minimal 40 km/jam.• Lebar badan jalan minimal 7m.• Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada volume

lalu-lintas rata-rata.• Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.• Tidak terputus walaupun masuk kota.

Lokal Primer:• Kecepatan rencana minimal 20 km/jam.• Lebar minimal 6 meter.• Tidak terputus walaupun melalui desa

27

Ketentuan Jalan Sekunder

Arteri Sekunder:• Kecepatan rencana minimal 40 km/jam.• Lebar badan jalan minimal 8 m.• Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada volume

lalu-lintas rata-rata.• Lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas lambat.• Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak

mengurangi kecepatan rencana dengan kapasitas jalan.

28

Kolektor Sekunder:• Kecepatan rencana minimal 20 km/jam.• Lebar badan jalan minimal 7 m.

Lokal Sekunder:• Kecepatan rencana minimal 10 km/jam.• Lebar badan jalan minimal 5 m.• Persyaratan teknis diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga

atau lebih.• Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda

tiga atau lebih, minimal 3.5 m

29

PKNFP-I

PKNFP-I

PKWFP-II

PKWFP-II

PKLFP-III

PKLFP-III

Arteri Primer

Arteri Primer

Kolektor Primer

Kolektor Primer

Lokal Primer

FS-I FS-I

FS-IIFS-II

FS-III FS-III

Arteri Sekunder

Arteri Sekunder

Kolektor Sekunder

Kolektor Sekunder

Lokal Sekunder

Persil Persil

Lokal Primer

Lokal Sekunder

30

B. NEIGHBORHOOD UNITA. NEIGHBORHOOD UNITDefinisi :• “the area within which residents may all share the common services,

social activities and a facilities required in the vicinity of the dwelling” (Golany)

Tidak hanya teritori (fisik) tapi juga identitas sosial penghuni:• “the people collectively who live in the vicinity ... the condition of

standing in the relation of a neighbor ... a district considered with reference to a given characteristic”.

• “local areas that have physical boundaries, social networks, concentrated use of facilities and special emotional & symbolic connotations for their inhabitants ...”

• “has definite social contacts and a recognizable physical unity” (Gibberd 1959)

31

Sejarah perkembangan Unit Lingkungan Perumahan:

• telah berkembang sejak zaman Mesopotamia masih nomaden, dalam bentuk pengelompokan tenda

• didasarkan pada communal sharing dan blood relationship• kota-kota yang mula-mula menerapkan di Yunani

32

Ciri-ciri Neighborhood Unit:

1. Social integrity distinct, kebersamaan, rasa tempat, identity, unity, sense of belonging.

2. Sharing system dasar dari kesatuan (unity):a) Tempat tinggal bersama (common residences)b) Penggunaan pelayanan bersamac) Perhatian terhadap kejadian di lingkungan dan mau membela

kepentingan bersamad) Pelayanan lingkungan yang dioperasikan sendiri (self operated

neighborhood services), misalnya sampah, siskamling, dllCatatan: (NU untuk desentralisasi pelayanan + pengurangan transport)

3. Bertetangga berkembang dalam waktu yang lama melalui tukar, pinjam, bantu, gosip, tukar info, persahabatan.

4. Pemerintahan RT/RW.5. Swasembada (self-containment) minimum pelayanan sehari-hari

dalam jarak dekat.

33

3. PRINCIPLES OF NEIGHBORHOOD PLANNING (de Chiara & Callender 1980)

1. SIZE• cukup untuk penghuni yang didukung oleh 1 SD• tergantung kepadatan penduduk

2. BOUNDARIES• dibatasi jalan arteri yang cukup lebar agar tidak masuk ke NU

3. OPEN SPACES• disediakan taman kecil/rekreasi sesuai kebutuhan

4. INSTITUTION SITE• dikelompokkan di pusat + rekreasi

5. LOCAL SHOPPING CENTER• ditempatkan di tepi jalan utama, berdekatan dengan PBL dari NU sebelah

6. INTERNAL STREET SYSTEM• hirarkhi disesuaikan dengan beban lalu lintas• dirancang untuk melayani pergerakan internal dengan akses yang baik ke

jalan utama dan mencegah arus menerus

34

1. KONSEP PENYEDIAAN FASILITAS UMUM(Rubenstein, 1980)

1. Ukuran Lingkungan (Neigborhood size)– telah dipelajari sejak konsep Kota Taman (Ebenezer Howard,

1898)– Neighborhood = ukuran/luasan yang diperlukan untuk

menunjang 1 SD untuk sekitar 1200 - 1500 keluarga.– 2 N diperlukan untuk mendukung 1 SMP– 4 N diperlukan untuk mendukung 1 SLTA

Contoh:• Columbia, Maryland 8 N membentuk satu kelurahan, terdiri dari 3.000 – 5.000

keluarga (12.000 – 20.000 penduduk)

35

36

Page 37

Contoh Neighborhood Unit

37

Neighborhood concept

38

3939

Delineation of a neighborhood unit

40

Neighborhood concept

41

Neighborhood form

42

TERIMA KASIH14 Oktober 2011

Petrus Natalivan, ST., MT., [email protected]

Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan KotaSekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

KebijakanInstitut Teknologi Bandung