03 EPISTEMOLOGI

23
EPISTEMOLOGI Zainul Maarif

description

a slide about the sources, the metodes and the parameters of knowledge.

Transcript of 03 EPISTEMOLOGI

Page 1: 03 EPISTEMOLOGI

EPISTEMOLOGI

Zainul Maarif

Page 2: 03 EPISTEMOLOGI

Definisi Epistemologi

• Epistemologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani: episteme (pengetahuan) dan logos (kajian, teori, atau logika).

• Epistemologi secara peristilahan adalah cabang filsafat yang mengkaji hal-hal terkait dengan pengetahuan manusia.

Page 3: 03 EPISTEMOLOGI

Tahu dan Tidak Tahu

• Mengetahui adalah mempunyai kepastian bahwa apa yang dinyatakan dalam pernyataan, sungguh-sungguh benar dan sunguh-sunguh merupakan halnya.

• Tidak tahu adalah (1) tidak mempunyai pengetahuan, dan (2) memiliki kesesatan.

Page 4: 03 EPISTEMOLOGI

Bagaimana cara memperoleh Pengetahuan?

• Sedikitnya ada lima jawaban yang menjawabnya:

1. Empirisme2. Rasionalisme3. Fenomenalisme4. Intuisionisme5. Metode Ilmiah

Page 5: 03 EPISTEMOLOGI

Empirisme

• Empirisme mengatakan: pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman inderawi.

• John Locke, bapak empirime Britania mengatakan, “pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku itu dicatat pengalaman-pengalaman inderawi…. Seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan dan refleksi yang pertama dan sederhana tersebut.

Page 6: 03 EPISTEMOLOGI

Rasionalisme

• Rasionalisme mengatakan: pengetahuan diperolah dari akal. Pengalaman inderawi hanyalah perangsang bagi pikiran. Kebenaran hanya terdapat di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Pengetahuan dengan demikiran diraih secara deduktif.

• Filsuf-filsuf rasionalis, seperti Descartes dan Spinoza, mencari kebenaran yang tak terbantahkan dari rasio lantas mendeduksikan yang lainnya dari kebenaran itu.

• Descartes mengatakan, aku meragukan segala sesuatu, kecuali bahwa aku meragu. Aku meragu karena aku berpikir. Dengan berpikir aku tahu bahwa aku ada. Cogito ergo sum.

Page 7: 03 EPISTEMOLOGI

Fenomenalisme• Menurut Immanuel Kant (filsuf Jerman), cara memperoleh pengetahuan

tergantung pada macam pengetahuan.• Pengetahuan, menurut Kant, ada empat macam: 1. Pengetahuan analitis a priori: diraih dengan menguraikan sesuatu

rasional. Contoh: semua yang nyata itu ada.2. Pengetahuan sintetis a priori: diraih dengan mempersatukan hal-hal yang

rasional. Misalnya: 7 + 3 = 103. Pengetahuan analitis a posteriori: diraih dengan menguraikan pengalaman

inderawi. 4. Sintetis a posteriori: diraih dengan menyatukan pengalaman-pengalaman

inderawi. • Menurut Kant, kita tidak pernah mengetahui sesuatu sebagai dirinya

(noumena/Das ding ansich). Yang kita ketahui hanya penampakan sesuatu itu pada kita (fenomena)

Page 8: 03 EPISTEMOLOGI

Intuisionisme

• Henry Bergson, filsuf Perancis modern, membedakan dua jenis pengetahuan:

1. Pengetahuan diskursif/pengetahuan mengenai/knowledge about: diperoleh melalui simbol-simbol yang mengatakan mengenai sesuatu yang bergantung pada sudut pandang. (tidak menyeluruh/nisbi/dapat dibicarakan/objektif)

2. Pengetahuan intuitif/pengetahuan tantang /knowledge of: diperoleh dengan mengenal sesuatu secara langsung dengan mengalaminya. (menyeluruh/mutlak/tidak dapat dibicarakan/subjektif).

Page 9: 03 EPISTEMOLOGI

Metode Ilmiah

• Metode Ilmiah menggabungkan pengalaman inderawi dengan akal.

• Metode ilmiah dimulai dengan adanya masalah yang coba diatasi dengan hipotesa yang didapat dari proses induksi, kemudian dikuatkan dengan bukti-bukti, antara lain dengan ekperimentasi, lalu ditetapkan suatu prediksi deduktif yang bersifat mungkin (probable) terhadap hal-hal lain yang sejenis dengan yang dipermasalahkan.

Page 10: 03 EPISTEMOLOGI

Apakah yang diungkapkan metode-metode tersebut?

Metode-metode tersebut mengungkapkan: 1. Skeptisisme2. Realisme Naif3. Monisme4. Dualisme5. Idealisme6. Pragmatisme

Page 11: 03 EPISTEMOLOGI

1. Skeptisisme

• Skeptisisme mengingkari adanya pengetahuan dengan dasar: (1) kenisbian penginderaan, (2) adanya kesepakatan mengenai sesuatu yang bukan merupakan sesuatu itu.

• Kritik: skeptisisme radikal pada akhirnya jatuh pada pengakuan adanya pengetahuan. Yang memungkinkan adalah skeptisisme ontologis, sebagai berikut:

• Descartes = dari skeptisisme metodologis menuju keyakinan rasional

• Kant = dari nomena menuju fenomena.

Page 12: 03 EPISTEMOLOGI

2. Realisme Naif

• Realisme menyatakan, pengetahuan dinyatakan diperoleh jika yang diketahui adalah objek yang nyata dicerap.

• Kritik: tentang tongkat yang terlihat bengkok di dalam gelas kaca, mana yang nyata? Tangkapan mana yang dapat dipercaya? Tak seharusnya hasil tangkapan indera dicampuradukkan dengan sesuatu yang ditangkap indera (objek tangkapan).

Page 13: 03 EPISTEMOLOGI

3. Monisme Epistemologis

• Monisme epistemologis memandang objek ontologis bereksistensi terlepas/tidak tergantung pada akal tertentu. Menurutnya objek epistemologis (data) menyatu dengan objek ontologis (benda yang dicerap).

• Kritik: pohon yang dilihat dari jarak yang berbeda, manakah yang dipandang sebagai pohon yang sebenarnya?

Page 14: 03 EPISTEMOLOGI

4. Dualisme Epistemologis

• Dualisme membedakan objek pengetahuan dan ide tentang objek itu.

• Ide mewakili objek tersebut. Paham dualisme dengan begitu disebut juga dengan representasionalisme.

• Kritik: jika alat inderawi mengalami gangguan, lantas gambaran yang didapat rusak, dan akal melakukan penafsiran yang salah.

Page 15: 03 EPISTEMOLOGI

5.Idealisme

• Berkeley, filsuf idealis, mengatakan tidak ada yang kita ketahui kecuali ide-ide kita. Ide-ide itulah yang nyata.

• Kritik: idealisme jatuh pada subjektivisme dan solipsisme.

Page 16: 03 EPISTEMOLOGI

6. Realisme Kritis

• Realisme kritik menolak gagasan representasionalisme (dualisme).

• Santayana, menyatakan, apa yang diketahui adalah segi dari sesatu yang dapat dipahami oleh akal, yaitu esensinya.

• Esensi adalah hakekat dari objek yang tidak tergantung pada subjek yang mengetahuinya.

• Esensi suatu objek bersifat objektif, bukan subjektif.

Page 17: 03 EPISTEMOLOGI

7. Pragmatisme

• Pragmatisme menyatakan, bahwa pengetahuan disebut sebagai pengetahuan sejauh ia dapat dijadikan sebagai sarana menyelesaikan masalah-masalah kita.

• Kritik: pragmatisme meninggalkan begitu saja bagaimana cara kita mengetahui sesuatu, karena ia hanya fokus pada hasil. Tanpa mengetahui proses tersebut, kebenaran dan kesesatan tak terbedakan.

Page 18: 03 EPISTEMOLOGI

Bagaimana kebenaran pengetahuan diukur?

• Mengetahui sesuatu tidak sama dengan membenarkannya. Membenarkan suatu pengetahuan memerlukan ukuran. Ukuran kebenaran tergantung pada metode pencapaian pengetahuan yang digunakan.

• Sedikitnya ada empat ukuran kebenaran pengetahuan: (1) paham koherensi, (2) paham korespondensi, (3) paham empiris, dan (4) paham pragmatis.

Page 19: 03 EPISTEMOLOGI

1. Paham Koherensi • Paham koherensi dianut oleh pendukung idealisme, seperti filsuf

Britania, F. H. Bradley.• Paham koherensi menyatakan “suatu proposisi (makna dari

pernyataan) dianggap benar jika proposisi tersebut saling berhubungan dengan proposisi lain yang benar, atau jika makan yang dikandungnya berhubungan dengan pengalaman kita.

• Hukum koherensi: (1) semua fakta diupayakan terangkum dalam suatu sistem, dan (2) fakta-fakta/ide-ide tersebut teratur secara selaras dan tidak saling bertentangan.

• Kebenaran/kenyataan adalah sistem yang teratur, logis, dan tidak ada kontradiksi di dalamnya.

• Contoh penggunaan koherensi: saksi-saksi di pengadilan.

Page 20: 03 EPISTEMOLOGI

2. Paham Korespondensi

• Paham korespondensi mengatakan kebenaran tercapai jika terjadi kesesuaian antara makna yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya, atau faktanya .

• Menurut K. Roger, penganut realisme Kritis, korespondensi adalah kesesuan antara esensi (di dalam objek) dengan esensi (di dalam makna pernyataan).

Page 21: 03 EPISTEMOLOGI

3. Paham empiris

• Paham empiris antara lain dianut oleh pengikut Operasionalisme dan pengikut Positivisme Logis.

• Positivisme logis mengatakan menekankan pengalaman inderawi sebagai ukuran kebenaran proposisi (makna pernyataan). Mereka disebut juga dengan reduksionisme.

• Operasionalisme memandang proposisi (makna pernyataan) bersifat prediktif/hipotetis, di mana kebenarannya diukur dengan terpenuhinya prediksi tersebut.

Page 22: 03 EPISTEMOLOGI

4. Paham Pragmatisme

• Menurut William James, kebenaran adalah gagasan yang yang berguna dan/atau dapat dilaksanakan dalam suatu situasi.

• Menurut John Dewey, kebenaran ialah pembenaran (verifikasi). Suatu proposisi dianggap benar jika membuat perubahan dan menyelesaikan masalah hidup. Kebenaran tampak jika prediksi hipotesis terbuktikan dalam tataran riil.

Page 23: 03 EPISTEMOLOGI

Referensi

• Kattsoff, L. O. (1953) Elements of Philosophy, New York: The Ronald Press Company, terj. Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004, cet. Ke-9, Bab 7-8