02_1

12
1 STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS DAN USAHA DI JAWA BARAT Abdul Wachyan 1 Abstrak Jawa Barat dituntut melakukan reorientasi pembangunan dengan mengutamakan kekuatan inti (core business) perekonomian yang mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu core business pembangunan ekonomi di Jawa Barat adalah agribisnis. Upaya pengembangan agribisnis melalui pembangunan sektor pertanian di Jawa Barat merupakan tuntutan yang perlu segera dilaksanakan, sehingga diperlukan pengkajian kekuatan sektor pertanian dalam pembangunan regional makro. Selama ini sektor pertanian hanya dipandang dari peranan terhadap pembangunan ekonomi. Kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan lebih banyak sebatas retorika dan kurang ditindak- lanjuti melalui regulasi dan pendanaannya. Provinsi Jawa Barat dengan kekayaan sumberdaya domestik yang meliputi sumberdaya lahan serta potensi sumberdaya manusia, merupakan potensi yang besar untuk pengembangan agribisnis dalam skala usaha kecil maupun menengah/besar. Selain potensi tersebut, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh sistem agribisnis di Jawa Barat antara lain: 1) Keterbatasan benih, mahalnya harga pupuk dan pestisida; 2) Penguasaan teknologi masih rendah, skala usaha kecil, terpencar, tidak berkelompok dan tidak mampu menghasilkan produk secara kontinyu sesuai kebutuhan pasar; 3) Penanganan pasca panen dan pemasaran belum optimal serta 4) Keterkaitan antar sub sistem dan sub sektor masih belum optimal. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Jawa Barat mengambil beberapa langkah strategis antara lain: a) penerapan kawasan sentra produksi (KSP), dimana masing-masing KSP memiliki komoditas unggulan, b) penguasaan sistem agribisnis yang meliputi enam aspek, yaitu penguatan sumberdaya manusia (SDM), penguatan usaha, penguatan sarana dan prasarana, penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis, penguatan koordinasi kelembagaan, dan penguatan kondisi lingkungan. Kata kunci: strategi pengembangan; sistem agribisnis; pembangunan daerah. 1 Kepala Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan perekonomian regional Jawa Barat sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Provinsi dituntut untuk melakukan reorientasi pembangunan dengan mengutamakan kekuatan inti (core business) perekonomian yang mempunyai prospek, tidak hanya dalam skala regional saja namun harus mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Visi Jawa Barat yaitu:“Jawa Barat dengan iman dan taqwa sebagai Provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan ibukota negara tahun 2010 “. Upaya pengembangan agribisnis melalui pembangunan sektor pertanian di Jawa Barat merupakan tuntutan yang harus dan segera dilaksanakan, sehingga diperlukan pengkajian kekuatan sektor pertanian terhadap pembangunan regional makro. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat pada masa lalu, sektor pertanian hanya dilihat dari peranan terhadap pembangunan ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan lebih banyak sebatas retorika dan kurang ditindaklanjuti melalui regulasi dan pendanaannya. Dengan menurunnya peranan (konstribusi) sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi makro, maka banyak pengaruh negatif terhadap kelangsungan pertanian. Sebagaimana yang terjadi saat ini, dimana banyak kebijaksanaan makro lebih berorientasi kepada sektor non pertanian yang mempunyai daya tumbuh lebih cepat. Hal ini secara teknis berdampak terhadap pelaku usaha pertanian yang sering mengalami

description

apapun

Transcript of 02_1

Page 1: 02_1

1

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS DAN USAHA DI JAWA BARAT

Abdul Wachyan 1

Abstrak Jawa Barat dituntut melakukan reorientasi pembangunan dengan mengutamakan kekuatan inti (core business) perekonomian yang mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu core business pembangunan ekonomi di Jawa Barat adalah agribisnis. Upaya pengembangan agribisnis melalui pembangunan sektor pertanian di Jawa Barat merupakan tuntutan yang perlu segera dilaksanakan, sehingga diperlukan pengkajian kekuatan sektor pertanian dalam pembangunan regional makro. Selama ini sektor pertanian hanya dipandang dari peranan terhadap pembangunan ekonomi. Kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan lebih banyak sebatas retorika dan kurang ditindak- lanjuti melalui regulasi dan pendanaannya. Provinsi Jawa Barat dengan kekayaan sumberdaya domestik yang meliputi sumberdaya lahan serta potensi sumberdaya manusia, merupakan potensi yang besar untuk pengembangan agribisnis dalam skala usaha kecil maupun menengah/besar. Selain potensi tersebut, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh sistem agribisnis di Jawa Barat antara lain: 1) Keterbatasan benih, mahalnya harga pupuk dan pestisida; 2) Penguasaan teknologi masih rendah, skala usaha kecil, terpencar, tidak berkelompok dan tidak mampu menghasilkan produk secara kontinyu sesuai kebutuhan pasar; 3) Penanganan pasca panen dan pemasaran belum optimal serta 4) Keterkaitan antar sub sistem dan sub sektor masih belum optimal. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Jawa Barat mengambil beberapa langkah strategis antara lain: a) penerapan kawasan sentra produksi (KSP), dimana masing-masing KSP memiliki komoditas unggulan, b) penguasaan sistem agribisnis yang meliputi enam aspek, yaitu penguatan sumberdaya manusia (SDM), penguatan usaha, penguatan sarana dan prasarana, penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis, penguatan koordinasi kelembagaan, dan penguatan kondisi lingkungan. Kata kunci: strategi pengembangan; sistem agribisnis; pembangunan daerah.

1 Kepala Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan perekonomian regional Jawa Barat sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Provinsi dituntut untuk melakukan reorientasi pembangunan dengan mengutamakan kekuatan inti (core business) perekonomian yang mempunyai prospek, tidak hanya dalam skala regional saja namun harus mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Visi Jawa Barat yaitu:“Jawa Barat dengan iman dan taqwa sebagai Provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan ibukota negara tahun 2010 “.

Upaya pengembangan agribisnis melalui pembangunan sektor pertanian di Jawa Barat merupakan tuntutan yang harus

dan segera dilaksanakan, sehingga diperlukan pengkajian kekuatan sektor pertanian terhadap pembangunan regional makro. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat pada masa lalu, sektor pertanian hanya dilihat dari peranan terhadap pembangunan ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan lebih banyak sebatas retorika dan kurang ditindaklanjuti melalui regulasi dan pendanaannya. Dengan menurunnya peranan (konstribusi) sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi makro, maka banyak pengaruh negatif terhadap kelangsungan pertanian. Sebagaimana yang terjadi saat ini, dimana banyak kebijaksanaan makro lebih berorientasi kepada sektor non pertanian yang mempunyai daya tumbuh lebih cepat. Hal ini secara teknis berdampak terhadap pelaku usaha pertanian yang sering mengalami

Page 2: 02_1

2

kerugian dan tidak berdaya menghadapi perkembangan perekonomian, dimana harga sarana produksi yang tinggi tidak sebanding dengan harga jual hasil pertanian, sehingga menyebabkan nilai tukar pertanian menjadi rendah.

Memperhatikan kondisi tersebut diatas, peranan pemerintah sangatlah penting artinya dalam upaya membangun kembali sektor pertanian yang diorientasikan tidak hanya kepada aspek ekonomi, namun lebih memposisikan sektor pertanian sebagai sektor yang setidaknya mempunyai empat fungsi. Pertama fungsi ekonomi, kedua fungsi ketahanan pangan, ketiga fungsi stabilitas sosial ekonomi, dan keempat fungsi kelestarian lingkungan. Sehingga untuk membangun kembali sektor pertanian perlu memposisikan pada kedudukan yang lebih strategis dalam konstelasi pembangunan regional makro.

Peranan pertanian dalam mendukung perekonomian dan dalam menjaga stabilitas regional maupun nasional terbukti sangat besar, yang terbukti pada saat terjadi kondisi kekeringan dan krisis multi dimensi. Dari pengalaman diatas sangat penting untuk menempatkan sektor pertanian sebagai sektor penggerak perekonomian regional maupun nasional bukan hanya sekedar penunjang seperti masa lalu.

Provinsi Jawa Barat dengan kekayaan sumberdaya domestik yang meliputi sumberdaya lahan (ketersediaan dan kualitas lahan) serta potensi sumberdaya manusia (sekitar sepertiga dari jumlah tenaga kerja merupakan tenaga kerja pada sektor pertanian) mempunyai potensi besar untuk mengembangkan agribisnis, baik dalam skala usaha kecil maupun menengah/besar.

Permasalahan dalam Sistem Agribisnis di Jawa Barat

Berdasarkan hasil analisis SWOT dimana seluruh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada sistem agribisnis di masing-masing sub sektor (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan) dianalisis secara rinci, maka inti permasalahan yang dihadapi oleh sistem agribisnis Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Pada sub sistem sarana produksi antara lain keterbatasan benih dan bibit yang berkualitas unggul, terbatas dan

mahalnya harga sarana produksi, antara lain pupuk, obat-obatan dan modal usaha;

2. Pada sub sistem produksi, penguasaan teknologi dan pengendalian hama penyakit masih rendah, skala usaha kecil, kurang efisien, terpencar, sendiri-sendiri (tidak berkelompok) dan tidak mampu menghasilkan produk secara kontinyu sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu pada dasarnya produktivitas usaha saat ini masih rendah, daya saing rendah dan kurang berorientasi bisnis;

3. Pada subsistem pasca panen dan pengolahan yang dirasakan adalah fasilitas penanganan, pengolahan dan penggudangan yang terbatas, diversifikasi produk dan penguasaan teknologi serta kewirausahaan yang rendah;

4. Pada sub sistem pemasaran yang menjadi kendala terbatasnya daya saing terhadap hasil produksi agribisnis adalah lemahnya standarisasi mutu, daya saing mutu dan tampilan produk yang rendah, segmentasi pasar dan informasi harga yang masih terbatas. Selain itu adanya indikasi penguasaan pasar pada kelompok tertentu serta fasilitas pemasaran yang terbatas;

5. Pada keterkaitan antar sub sistem terlihat kurangnya pengawasan dan koordinasi dalam hal mutu sarana produksi, konsistensi dan komitmen penentu kebijakan masih rendah, koordinasi antar subsistem dan subsektor yang masih lemah, kemitraan yang belum optimal;

6. Pada sistem penunjang banyak yang masih sangat lemah dalam perannya mendorong kelancaran sistem agribisnis diantaranya: a) belum baiknya kelembagaan tani dan kelembagaan usaha antara lain perkoperasian yang masih memprihatinkan, b) terbatasnya pelayanan informasi agribisnis, c) ketersediaan modal serta jasa dan penyaluran kredit terbatas, d) kebijakan impor yang menekan produk lokal, e) pedoman baku teknik lokal spesifik belum ada, f) belum optimalnya manajemen kawasan sentra produksi, g) keamanan berusaha yang belum terjamin, h) kurang berperannya lembaga penelitian dan pengembangan, serta i) sarana dan prasarana yang masih kurang menunjang.

Page 3: 02_1

3

KEBIJAKAN DAN KONSEPSI PEMBANGUNAN AGRIBISNIS

Visi dan Misi

a. Sesuai dengan tuntutan dan tantangan yang terjadi serta kedudukan Jawa Barat sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Visi Jawa Barat yaitu “ Jawa Barat dengan iman dan taqwa sebagai Provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan ibu kota negara 2010“;

b. Penetapan visi tersebut dimaksudkan untuk mencapai cita-cita bangsa dan seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat, terutama penyelenggara negara, para elit polItik, para cendekiawan dan pemuka masyarakat, harus bersatu dan bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat;

c. Untuk mencapai visi tersebut, maka misi yang harus dilakukan yaitu:

1. Menciptakan situasi kondusif melalui terselenggaranya reformasi polItik sehat;

2. Mendorong berkembangnya masyarakat madani yang dilandasi nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya daerah (silih asih, silih asah, silih asuh, pikeun ngawujudkeun masyarakat anu cageur, bageur, bener, pinter, tur singer);

3. Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat melalui terselenggaranya pemerintahan yang bersih dan terbuka;

4. Memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

5. Menjadikan Jawa Barat sebagai kawasan yang menarik untuk penanaman modal;

6. Memberdayakan potensi lembaga keuangan untuk mendorong usaha ekonomi masyarakat;

7. Memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan IPTEK yang bersumber dari perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan.

Agribisnis Sebagai Core Bisnis Jawa Barat

1. Jawa Barat telah menetapkan enam kegiatan utama (6 core business) yaitu agribisnis, bisnis kelautan, industri manufaktur, pariwisata dan jasa serta pengembangan sumber daya manusia dalam upaya mempercepat pengembangan sektor ekonomi;

2. Salah satu upaya untuk lebih mengoptimalkan dan mensinergiskan pengembangan agribisnis telah disusun strategi pengembangannya dalam bentuk Rencana Strategis penguatan sistem agribisnis dan penetapan kawasan sentra produksi;

3. Dalam rencana strategis pengembangan agribisnis lebih menitik beratkan pada penguatan sistem agribisnis, yang merupakan masalah penting yang harus segera ditangani secara komprehensif dan sinergis, termasuk masalah penanganan Kawasan Sentra Produksi yang diharapkan mampu menghasilkan produksi yang memenuhi standar permintaan pasar (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan delivery), berdaya saing tinggi dan bernilai ekonomi tinggi;

4. Dengan demikian dari masing-masing subsistem agribisnis, masalah kelembagaan merupakan kunci dalam menggerakkan dan mendorong dinamika produksi dan distribusi serta pengolahan pasca panen, selain infrastruktur informasi dan pemasaran;

5. Diperlukan pengembangan dan penumbuhan komoditas unggulan yang mempunyai daya tarik dan daya saing yang tinggi, dengan prinsip dasar pembangunan ekonomi kerakyatan, berdaya saing, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pendekatan Konseptual Pembangunan Ekonomi Agribisnis

Karena pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis yang disebut dengan “Pembangunan Agribisnis” berkaitan erat dengan pertumbuhan perekonomian regional dan wilayah di Jawa Barat, maka Pemerintah Daerah telah menetapkan agribisnis sebagai salah satu dari enam core business andalan Jawa Barat. Dengan demikian, pembangunan

Page 4: 02_1

4

agribisnis merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan perekonomian regional di Jawa Barat.

Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis di Jawa Barat tersebut, yaitu dengan menetapkan fokus komoditi yang akan dikembangkan sebagai komoditi unggulan. Selain itu menetapkan kawasan sentra produksinya berdasarkan keunggulan komparatif dan tingkat kompetitif yang dimiliki oleh setiap komoditi di Jawa Barat. Pengembangan komoditi unggulan tersebut berbasiskan sumberdaya domestik, berkerakyatan dan berkelanjutan, sehingga berbagai produk unggulan komoditi pertanian mempunyai daya saing yang kuat dan diusahakan secara berkelanjutan.

Berdasarkan pendekatan tersebut diharapkan agribisnis dimasa yang akan datang berdampak terhadap pergeseran struktur ekonomi di pedesaan yang dapat mendorong pemerataan dan peningkatan pendapatan, khususnya pendapatan petani, pelaku agribisnis dan masyarakat pedesaan.

Pergeseran struktur ekonomi di pedesaan melalui pembangunan agribisnis akan mendorong dan memacu perekonomian regional dan wilayah melalui:

1. Peningkatan produktifitas, efisiensi, dan nilai tambah;

2. Tumbuh berkembangnya agribisnis dan agroindustri di pedesaan;

3. Perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan;

4. Usaha dan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

Mengingat bahwa sistem agribisnis merupakan suatu kesatuan rangkaian aktivitas yang saling berkaitan, maka keberhasilan pembangunan sistem agribisnis tersebut akan sangat ditentukan oleh tingkat kemajuan dan keserasian berkembangnya setiap simpul yang menjadi sub sistemnya yang didukung oleh kebijakan pemerintah, iklim usaha dan keamanan yang kondusif, serta didukung oleh semua pelaku agribisnis.

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI JAWA BARAT

Penetapan Kawasan Sentra Produksi (KSP) Komoditas Unggulan

Kawasan Sentra Produksi (KSP) merupakan suatu satuan wilayah pengembangan komoditi pertanian yang diusahakan oleh masyarakat, baik komoditi yang memiliki nilai strategis atau keunggulan untuk bersaing dalam bisnis pertanian. Pengembangan komoditi pertanian (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan) yang memiliki daya saing kuat dalam pemasaran, dikenal dengan sebutan “komoditi unggulan”. Keunggulan komoditi dapat berskala lokal, regional dan nasional.

Komoditi unggulan merupakan komoditi yang diusahakan oleh masyarakat dilahan-lahan pertanian (kawasan budidaya pertanian) dengan luasan skala ekonomi tertentu, sesuai tingkat perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah, termasuk dukungan sarana dan prasarana pendukungnya. Dengan kata lain, komoditi unggulan ialah komoditi yang terjamin ketersediaannya dan dapat memberikan nilai hasil yang lebih baik/tinggi serta memiliki daya saing yang kuat, dibandingkan komoditi lain yang biasa diusahakan di suatu daerah.

Ragam komoditi pertanian di Jawa Barat cukup banyak dan lokasinya menyebar di seluruh wilayah kabupaten/ kota. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya biofisik tersebar cukup merata dengan tingkat kesuburan yang relatif sama. Namun karena komoditi yang diusahakan cukup banyak, maka dalam penentuan komoditi unggulan membutuhkan seleksi yang cukup komprehensif.

Kawasan sentra produksi tidak hanya menyangkut pengembangan sentra produksi di kabupaten yang menekankan pada komoditi primer, tetapi juga mencakup wilayah kota yang mempunyai prospek dalam pengembangan komoditas unggulan yang bersifat “fancy” yang mengandalkan keindahan dan produksi hasil olahan serta pemasaran. Penentuan Kawasan Sentra Produksi untuk berbagai komoditas (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan) hasil analisis berdasarkan dua pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif dengan memperhatikan keunikan dari komoditi pada suatu wilayah tertentu.

Page 5: 02_1

5

Komoditi unggulan Jawa Barat yang dapat dikelompokan dalam Kawasan Sentra Produksi (KSP), disajikan pada Tabel 1-5.

Strategi Penguatan Sistem Agribisnis Jawa Barat

Penyusunan strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat didasarkan pada kondisi permasalahan faktual pada sistem agribisnis Jawa Barat. Selain itu, adanya peluang dan tantangan yang muncul sebagai akibat adanya perubahan lingkungan yang diharapkan dapat menghantarkan pada kondisi ideal sebagai core business yang mampu mewujudkan masyarakat sejahtera Jawa Barat 2010 yang ramah lingkungan.

Strategi yang disusun meliputi enam aspek penguatan antara lain: a) aspek

penguatan sumberdaya manusia, b) aspek penguatan usaha, c) aspek penguatan kondisi lingkungan, d) aspek penguatan sarana dan prasarana, e) aspek penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis, dan f) aspek penguatan koordinasi kelembagaan. Aspek-aspek penguatan secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Strategi aspek penguatan sumber daya manusia

Sumber daya manusia pelaku agribisnis yang perlu segera mendapat perhatian lebih utama adalah dengan memperkuat dan meningkatkaan kemampuannya dengan strategi yang harus ditempuh melalui optimalisasi dan peningkatan kualitas SDM pertanian (baik aparat, swasta dan petaninya).

Tabel 1. Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura menurut Kabupaten di Jawa Barat

Komoditi Terpilih Kabupaten

Pangan Sayuran Buah-buahan Tanaman Hias Tanaman Obat

Bekasi Padi Sawah Mentimun, Terung Nangka Antheurium, Mawar, Palem

Kencur, Kunyit, Laos

Karawang Padi Sawah Kacang Panjang, Mentimun

Belimbing, Nangka

Melati, Palem, Helecconia

Lempuyang, Laos

Purwakarta Jagung, Kedelai, Kacang Tanah

Buncis, Terung, Kacang Panjang, Mentimun

Jambu Air, Manggis, Pisang, Rambutan

Sedap Malam Kejibeling, Kunyit

Subang Padi Sawah Kacang Panjang, Mentimun, Terung

Nenas Melati, Mawar Helecconia, Antheurium, Sedap Malam

Dringo, Kejibeling, Temuireng

Bogor - Buncis, Wortel Pepaya, Rambutan, Durian, Duku

Anggrek, Palem, Melati, Krisan

Laos, Lempuyang, Kencur

Sukabumi Kacang Tanah Sawi, Bawang Daun Sirsak, Pepaya, Nangka

Krisan, Helecconia, Kenanga

Jahe

Cianjur Kedelai, Kacang Tanah

Bawang Daun, Wortel, Buncis

Sirsak, Pisang Anyelir, Sedap Malam, Krisan, Kenanga

Jahe

Bandung Jagung Kubis, Tomat, Kentang, Bawang Putih

Alpukat, Jambu Biji, Nangka

Gladiol, Mawar Laos, Kencur

Sumedang Kedelai, Jagung, Kacang Hijau, Kacang Tanah

Bawang Putih, Tomat, Kacang Merah

Pisang, Jeruk, Nangka, Sawo

Anyelir, Melati Laos, Kunyit, Jahe

Garut Jagung, Kedelai Cabe, Tomat, Kentang, Kubis, Kacang Merah

Jeruk, Alpukat, Manggis

Gerbera, Melati Jahe, Laos

Tasikmalaya Ubi Kayu, Jagung Bawang Putih, Labu Siam, Mentimun

Salak, Manggis Sedap Malam, Antheurium, Palem

Temulawak, Kunyit

Ciamis Kedelai Kacang Panjang Jeruk, Sawo, Manggis

Melati, Heleconia Lempuyang, Temuireng, Kejibeling

Majalengka Kedelai, Jagung Bawang Merah Mangga, Nangka Antheurium, Mawar, Melati

Jahe, Dringo

Indramayu Padi Sawah, Jagung, Kedelai

Bawang Merah, Cabe Mangga Melati, Palem, Kenanga

Temulawak, Kejibeling, Temuireng, Kencur

Cirebon Padi Sawah, Kacang Hijau

Bawang Merah, Bawang Putih

Mangga, Pepaya, Jambu Biji, Sawo

Melati, Antheurium, Anggrek, Mawar

Kejibeling, Temuireng, Lempuyang, Kunyit

Kuningan Kacang Hijau, Ubi Jalar, Jagung

Bawang Merah Mangga, Rambutan, Sukun, Jeruk

Gerbera Temuireng, Kejibeling, Laos

Page 6: 02_1

6

Tabel 2. Kawasan Sentra Produksi Tanaman Perkebunan di Setiap Kabupaten, Jawa Barat

Kabupaten Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Swasta PTPN/ BUMN

Bekasi Kelapa dan Kopi - -

Karawang Cengkeh, Kopi dan Kelapa - -

Purwakarta Teh, Cengkeh, Karet, Kelapa, Kopi Teh, Karet, dan Kakao Karet dan Kakao

Subang Cengkeh, Karet, Kelapa, Kopi, Tebu, dan Teh.

- Teh, Kakao, Tebu, Karet, dan Kina

Bogor Kelapa, Teh, Karet, Cengkeh, dan Kopi Teh, Karet, Cengkeh, Kopi, dan Kakao

Teh, Karet, dan Kakao

Sukabumi Cengkeh, Kakao, Kopi, Teh, Karet, dan Kelapa

Cengkeh, Kakao, Teh, dan Karet

Kakao, Teh, Karet, dan Kina

Cianjur Kelapa, Teh, Karet, Kopi, Cengkeh, Kakao, dan Kina.

Karet, Teh, Kelapa, Cengkeh, Kakao, dan Kina

Karet, Teh, Kelapa, Kakao, dan Kina

Bandung Karet, Teh, Cengkeh, Kelapa, Kopi, Tembakau, dan Kakao

Karet, Teh, Cengkeh, dan Kakao

Karet, Teh, Kakao, dan Kina

Sumedang Cengkeh, Kakao, Karet, Kelapa, Kopi, Tembakau, Tebu, dan Teh.

Teh dan Kelapa -

Garut Akarwangi, Cengkeh, Kopi, Kakao, Teh, Kelapa, Kina, dan Tembakau.

Kakao, Teh, Karet, dan Kina Kakao, Karet, dan Teh

Tasikmalaya Cengkeh, Kakao, Karet, Kelapa, Kopi, dan Teh.

Karet, Kelapa, Cengkeh, dan Teh

Kakao, Karet, dan Kelapa

Ciamis Cengkeh, Karet, Kelapa, Kopi, Kakao, dan Teh.

Karet, Kelapa, Cengkeh dan Kakao

Karet dan Kakao

Cirebon Cengkeh, Tebu, dan Kelapa - Tebu

Kuningan Cengkeh, Kelapa, Kopi, Teh, Tebu dan Tembakau.

Karet dan Kopi -

Majalengka Cengkeh, Tembakau, Tebu, Kelapa, Kopi, dan Teh.

- Tebu

Indramayu Kelapa, Cengkeh, dan Kopi - -

Tabel 3. Kawasan Sentra Produksi Perikanan di Setiap Kabupaten, Jawa Barat

Komoditi Terpilih Kabupaten

Kolam Kolam Air

Deras Sawah Karamba Sungai Danau Rawa Waduk

Ciamis Nila, Lele Gurame, Mas

- Mas - - - Lele -

Tasikmalaya Nila, Mas Gurame,

- - - Mas - - -

Garut Nila, Mas - Mas - - - - -

Cianjur Nila, Mas - Mas Mas - - - Mas

Sukabumi Nila, Mas Lele

Mas Mas - Mas Mas - -

Bogor Nila, lele Gurame,

Mas Mas Mas - - - -

Bandung Nila, Mas Mas Mas - Mas - - Mas Sumedang Nila, Mas Mas Mas - - - - -

Majalengka - - Nila, Gurame

- - Mas - -

Indra mayu Gurame, Lele

- - - - - - -

Cirebon Gurame, Lele

- - - - - - -

Purwakarta - - - - - Mas, Lele

- Mas

Karawang - - - - - - Lele -

Subang - Mas - - Mas - Mas -

Bekasi - - - - - - - -

Kota Bandung

- - Lele - - - - -

Kota Depok - - - - Ikan hias

- - -

Page 7: 02_1

7

Tabel 4. Kawasan Sentra Produksi Peternakan di Setiap Kabupaten, Jawa Barat

Komoditi Terpilih Kabupaten

Ternak Besar Ternak Kecil

Unggas

Ciamis Sapi Potong Domba Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging, Ayam Buras, dan Itik.

Tasikmalaya Sapi Perah, Sapi Potong

Domba Ayam Petelur, Ayam Pedaging, Ayam Buras, dan Itik

Garut Sapi Perah, Sapi Potong

Domba Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging, dan Ayam Buras

Cianjur Sapi Perah Domba Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging, dan Ayam Buras

Sukabumi Sapi Perah, Sapi Potong

Domba Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging dan Ayam Buras

Bogor Sapi Perah - Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging dan Ayam Buras

Bandung Sapi Perah Domba Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging Ayam Buras, dan Itik

Sumedang Sapi Perah, Sapi Potong

Domba Ayam Ras Petelur dan Ayam Ras Pedaging

Majalengka Sapi Perah, Sapi Potong

Domba -

Indramayu - - Ayam Buras dan Itik

Cirebon - - Ayam Buras dan Itik

Kuningan Sapi Perah Domba -

Purwakarta Sapi Potong - Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging, dan Ayam Buras

Karawang - - Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging, Ayam Buras, dan Itik

Subang Sapi Potong - Ayam Ras Pedaging, Ayam Buras, dan Itik

Bekasi - - -

Kota Bandung

- - -

Tabel 5. Komoditi dan Kegiatan Agribisnis di Perkotaan, Jawa Barat

K o t a Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan

Bandung Melati - Ikan hias Perkutut dan hasil olahan

Bogor Tanaman hias, mengkudu - Ikan hias Hasil olahan

Depok - - Ikan hias -

Bandung Bunga potong - Ikan hias Hewan kesayangan dan hasil olahan ternak

Cimahi Sayuran dan tanaman hias - - -

Sukabumi Tanaman hias - - Burung dara

Tasikmalaya Pengolahan hasil pertanian - - -

Cirebon Melati dan pengolahan hasil pertanian

- Hasil olahan ikan

-

2. Strategi aspek penguatan usaha

(produksi) agribisnis

Agribisnis di Jawa Barat masih memerlukan penguatan dan perbaikan pada berbagai aspek usahanya melalui peningkatan dan optimalisasi kelembagaan agribisnis serta minat investasi untuk mengembangkan usaha agribisnis di Jawa Barat.

3. Strategi aspek penguatan kondisi lingkungan

Penguatan aspek lingkungan perlu dilakukan melalui peningkatan usaha, konservasi tanah dan air serta perlindungan dan pelestarian plasma nuftah.

Page 8: 02_1

8

4. Strategi aspek penguatan sarana dan prasarana

Strategi penguatan aspek sarana dan prasarana dilaksanakan melalui peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, terutama di Kawasan Sentra Produksi Unggulan.

5. Strategi aspek penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis

Pada aspek penelitian dan pengembangan, yang terlihat sangat strategis posisinya saat ini adalah dilakukannya pengembangan dan pemurnian benih/bibit unggul yang lokal spesifik.

6. Strategi aspek penguatan koordinasi kelembagaan

Strategi penguatan koordinasi kelembagaan dilaksanakan melalui pengembangan sistem koordinasi agribisnis dengan cara penataan fungsi dan tugas instansi terkait, masyarakat dan swasta.

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGUATAN SISTEM AGRIBISNIS JAWA BARAT

Dalam tahapan implementasi, strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat memerlukan berbagai perangkat kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang mendukung pencapaian visi dan misinya melalui aktivitas agribisnis sebagai salah satu core business. Masing-masing kebijakan tersebut harus pula didukung oleh rincian program, sasaran dan rincian dari tugas berbagai kelembagaan yang terlibat sehingga bisa menjadi jaminan keberhasilan pelaksanaannya.

Rancangan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Provinsi tersebut tidak dimaksudkan untuk mencampuri (intervensi) pelaksanaan agribisnis, apalagi di tingkat pengusahaan (mikro), tetapi bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya agribisnis di Jawa Barat secara lebih terarah dan terkoordinasi. Oleh karena itu, kebijakan yang dirancang pada bagian ini terkait langsung dengan permasalahan-permasalahan pokok (crucial point) dalam pengembangan agribisnis, baik sektor pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, pada setiap subsistem agribisnis. Selain itu, kebijakan yang dibuat juga diharapkan akan mampu memfasilitasi terciptanya koordinasi vertikal yang baik diantara para pelaku agribisnis (participant system), dimana para pembuat

dan pelaksana kebijakan mampu berperan sesuai dengan posisinya dalam pengembangan sistem agribisnis, yaitu sebagai sub-sistem penunjang (supporting sub-system).

Pada bab ini akan dibahas kebijakan-kebijakan dan program yang khusus dirancang untuk mensukseskan strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat yang dikelompokkan sesuai dengan strategi penguatan pada enam aspek yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil kajian sebelumnya telah menunjukan bahwa pengembangan agribisnis di Jawa Barat memiliki beberapa kelemahan mendasar pada berbagai aspek, diantaranya yaitu: aspek sumberdaya manusia, tingkat pengusahaannya (produksi), kondisi lingkungan, sarana dan prasarana penunjang, dukungan dari hasil penelitian dan pengembangan, serta koordinasi kelembagaan untuk terciptanya koordinasi vertikal (vertical coordination) dari berbagai sub sistem agribisnis yang ada.

1. Aspek Penguatan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia pelaku agribisnis di Jawa Barat masih perlu diperkuat kemampuannya, baik dalam teknis budidaya, tingkat penguasaan teknologi, pemahaman tentang lingkungan pendukung, serta dalam hal pemahaman tentang standarisasi produk. Untuk itu, Pemda Provinsi Jawa Barat bersama-sama dengan pemda kabupaten akan memprioritaskan program peningkatan SDM agribisnis melalui alokasi anggaran khusus dan kegiatan program peningkatan ketrampilan dalam penguasaan teknik dan teknologi pertanian (Tabel 6). Selain penguatan pada sumberdaya manusia pelaku agribisnis, perlu juga dibuat strategi khusus untuk menanamkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap agribisnis, terutama generasi muda agar tidak terjadi brain drain, yaitu kondisi dimana sumber daya manusia potensial yang ada di Jawa Barat tidak mau lagi menggeluti usaha pertanian dan lebih cenderung untuk terjun ke sektor industri, jasa, dan teknologi tinggi.

2. Penguatan Usaha (Produksi) Agribisnis

Agribisnis di Jawa Barat masih memerlukan perbaikan pada berbagai aspek teknis pengusahanya, antara lain karena keterbatasan benih/bibit bermutu, fasilitas dan kapasitas balai-balai benih dan

Page 9: 02_1

9

pembibitan, keadaan usaha yang terpencar, rendahnya mutu dan kontinuitas hasil produksi, serta rendahnya tingkat penanganan pasca panen dan pengolahan hasil. Kelemahan yang terjadi pada ketersediaan bibit/benih unggul merupakan pangkal pokok permasalahan yang telah disebutkan di atas. Rendahnya kualitas benih/bibit yang tersedia dan digunakan para pelaku agribisnis mengakibatkan produktivitas dan kualitas hasil budidaya menjadi rendah. Hal tersebut berbuntut pada lemahnya daya saing produk agribisnis Jawa Barat untuk bersaing di pasaran domestik dan global. Karenanya, kebijakan peningkatan kualitas dan penyediaan benih/bibit berkualitas unggul merupakan prioritas pertama pada strategi penguatan produksi yang didukung oleh program-program operasional yang diharapkan menunjang kebijakan tersebut (Tabel 7).

Selain itu, masalah kuantitas dan kontinuitas produksi menjadi faktor penyebab hasil produksi Jawa Barat kurang diterima oleh pasar. Para pelaku pemasaran membutuhkan kepastian jumlah dan rutinitas pasokan setiap waktunya. Hal tersebut didorong oleh kebutuhan konsumen, baik konsumen industri maupun konsumen individual (end user).

Tabel 6. Kebijakan dan Program untuk Mendukung Strategi Penguatan SDM Agribisnis di Jawa Barat

Kebijakan Program Pelaku

Peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan agribisnis

� Peningkatan mutu dan orientasi pendidikan dan pelatihan agribisnis;

� Pengembangan dan penguatan kelembagaan Diklat agribisnis;

� Pengembangan kemampuan aparatur Diklat agribisnis;

� Peningkatan kualitas dan kuantitas Diklat.

Balit komoditas, BPTP, Balitbangda, balai pengkajian/Litbang, perguruan tinggi, petani/pelaku agribisnis.

Tabel 7. Kebijakan dan Program untuk Strategi Penguatan Pengembangan Agribisnis di Jawa Barat

Kebijakan Program Pelaku

Meningkatkan ketersediaan benih unggul, terutama benih unggul spesifik lokasi berorientasi pasar

� Pengembangan kelembagaan perbenihan;

� Pengendalian hama dan penyakit terpadu.

Dinas terkait, penangkar benih, kelompok tani, balai benih, swasta

Pengembangan kawasan sentra Produksi

� Optimalisasi pengembangan kawasan sentra;

� Produksi;

� Pengembangan sistem pemasaran hasil.

Pemerintah Prov, Kab/Kota, perguruan tinggi, swasta/asosiasi, investor, masyarakat, lembaga keuangan

Regulasi/ kemudahan usaha

� Peningkatan fasilitasi usaha agribisnis.

Pemerintah Prov, Kab/Kota, Kadin, organisasi profesi, swasta/ asosiasi, investor, masyarakat, lembaga keuangan

Menciptakan iklim usaha yang kondusif

� Perlindungan dan keamanan berusaha.

Dinas terkait, swasta/investor, masyarakat, Kadin, BPPMD, organisasi profesi, lembaga Keuangan

Menyediakan kredit usaha

� Pengembangan investasi;

� Pengembangan kredit usaha kecil.

Dinas terkait, swasta/investor, masyarakat, Kadin, BPPMD, organisasi profesi, lembaga keuangan

Ketidakmampuan menjaga kontinuitas hasil produksi disebabkan oleh ketidakmampuan pelaku agribisnis pada sub-sistem budidaya dalam manajemen budidaya dan kurang berperannya sistem informasi pemasaran sebagai interface para pelaku agribisnis. Strategi dan jaringan pemasaran produk agribisnis yang ada kurang mampu meningkatkan posisi saing di pasar domestik dan global. Hal tersebut diakibatkan oleh terbatasnya kemampuan manajamen bisnis untuk melakukan segmentasi dan penentuan target pasar, serta terbatasnya informasi pasar sebagai bahan decision supporting sistem bisnisnya. Kebijakan penetapan sentra produksi dan pusat pengembangan

Page 10: 02_1

10

komoditas, pengembangan sistem distribusi Saprodi, dan promosi diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut yang didukung oleh program-program operasional seperti terlihat pada Tabel 7.

Kondisi agroindustri di Jawa Barat masih sangat memprihatinkan, padahal subsistem tersebut merupakan mesin pemberi nilai tambah (value added) yang utama dalam agribisnis. Selain dikarenakan kurang serta tidak terjaminnya kontinuitas dan pasokan, penyebab lain kurang berkembangnya agroindustri di Jawa Barat ini ialah produk yang dihasilkannya belum mengikuti preferensi pasar serta kurangnya pengembangan produk turunan. Kebijakan khusus yang akan mendorong tumbuhnya agroindustri perlu dilakukan dengan segera. Hal ini karena pada akhirnya peningkatan produksi tanpa perluasan dan peningkatan daya serap pasar akan menjadi bumerang serta akan membuat jera para petani, yang selanjutnya akan memfasilitasi menjadi contoh buruk sebagai wujud ketidak mampuan pemerintah dalam kegiatan agribisnis.

Untuk menunjang aspek pendanaan yang umumnya lemah dan terbatas ketersediaannya bagi usaha agribisnis dan lemahnya posisi tawar petani, perlu dikembangkan sistem keuangan dan pembiayaan pedesaan serta pengembangan alternatif sistem penjualan. Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai pengembangan manajemen resiko agribisnis dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif. Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam menunjang para pelaku agribisnis melalui intervensi pembangunan dalam bentuk program-program yang tidak hanya menjadi lip service dan konsumsi polItik belaka. Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan sistem pembiayaan, pengalihan resiko, sistem penjualan, dan jaminan kepastian usaha seperti terlihat pada Tabel 7 sangat menuntut pemikiran dan usaha yang sangat serius karena kompleksitas dan rumitnya permasalahan.

3. Penguatan Kondisi Lingkungan

Untuk terciptanya proses pengembangan agribisnis yang berkelanjutan, kebijakan pengembangan agribisnis harus juga ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan daya dukung lingkungan. Upaya tersebut dilakukan untuk mengantisipasi bencana alam karena kerusakan lingkungan dari berbagai isu lingkungan yang menjadi persyaratan dalam persaingan global. Penguatan aspek lingkungan perlu dilakukan melalui pemasyarakatan penggunaan teknologi ramah lingkungan, penyusunan pedoman perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati, perlindungan plasma nutfah (hayati), kepastian peruntukan lahan usaha/budidaya. Strategi ini diterjemahkan ke dalam kebijakan umum usaha konservasi tanah dan air serta perlindungan plasma nuftah yang didukung oleh program aksi seperti terlihat pada Tabel 8.

4. Penguatan Sarana dan Prasarana

Kebijakan dan program dalam aspek penguatan ini ditujukan untuk meningkatkan berbagai sarana fisik penunjang di kawasan sentra produksi agribisnis. Strategi penguatan aspek sarana dan prasarana dilaksanakan melalui program perbaikan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi dari dan ke sentra produksi, serta peningkatan ketersediaan sumber-sumber energi dan kelistrikan di sentra produksi. Selain itu, pada daerah usaha juga masih perlu di kembangkan sistem irigasi dan sistem penggudangan untuk penyimpanan hasil seperti terlihat pada Tabel 9. Dengan demikian proses produksi dan operasi yang dilakukan para pelaku agribisnis pada suatu kawasan sentra produksi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

5. Penguatan Litbang Agribisnis

Penelitian dan pengembangan agribisnis merupakan faktor yang masih sangat lemah kondisinya di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Padahal aspek ini termasuk ujung tombak dalam pengembangan agribisnis Jawa Barat karena melalui penelitian dan pengembangan akan dihasilkan berbagai inovasi yang akan mangangkat keunggulan daya bersaing Jawa Barat di tingkat nasional dan internasional. Hasil penelitian Litbang yang ada saat ini cenderung tidak berorientasi pasar sehingga banyak hasil Litbang yang

Page 11: 02_1

11

tidak dapat dimanfaatkan oleh para pelaku agribisnis.

Dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing Jawa Barat melalui penciptaan berbagai inovasi agribisnis, strategi penguatan litbang Jawa Barat harus didukung oleh berbagai perangkat kebijakan. Kebijakan yang mendasar dalam strategi penguatan Litbang adalah kebijakan pengembangan komoditas unggulan lokal spesifik yang berorientasi pasar. Dengan demikian Jawa Barat akan memiliki suatu komoditas unggulan unik yang tidak dimiliki oleh daerah lain dan sesuai dengan preferensi konsumen.

Seluruh kelembagaan Litbang yang ada di Jawa Barat, seperti halnya pelaku agribinis harus mampu meningkatkan keterkaitan antar kelembagaan Litbang ataupun dengan para pelaku agribisnis sehingga terwujud koordinasi vertikal yang baik. Keempat kebijakan Litbang tersebut harus dijabarkan dalam bentuk program operasional dengan sasaran yang tepat dan pelaksana kelembangaan yang handal. Secara rinci program, sasaran dan kelembagaan yang terlibat dapat dilihat pada Tabel 10.

6. Penguatan Koordinasi Kelembagaan

Kondisi koordinasi antar pelaku agribinis dan stakeholders agribisnis termasuk pemerintah daerah di Jawa Barat masih lemah, sehingga berbagai strategi pengembangan agribisnis Jawa Barat yang telah ada belum mampu menghasilkan kondisi agribisnis yang ideal, bahkan cenderung tidak terarah. Oleh karena itu koordinasi vertikal dan horizontal antar kelembagaan baik di tingkat pelaku, kelembagaan penunjang ataupun stakeholders yang lain harus ditingkatkan. Hal tersebut harus dimulai dengan pembangunan persepsi yang sama mengenai pengembangan agribisnis Jawa Barat yang tidak dapat dilakukan tanpa adanya kerjasama, atau masing-masing kelembagaan dengan ego sektoralnya. Oleh karena kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan agribisnis, dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam agribisnis (Tabel 11). Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi yang baik antar para pengambil dan

pelaksana kebijakan pengembangan agribisnis.

Kebijakan tersebut harus didukung pula dengan kebijakan pengembangan sistem koordinasi agribisnis, hal ini diakibatkan karena agribisnis memerlukan perhatian lintas fungsional, lintas administrasi, lintas disiplin dengan melalui berbagai forum dan pengembangan sistem informasi sebagai interface antar pelaku dan kelembagaan penunjang dan bahan pengambilan keputusan. Kebijakan yang lain adalah adanya penerapan standar impor produk agribinis serta kebijakan pengembangan sistem advokasi agribisnis Jawa Barat untuk melindungi konsumen dan persaingan yang tidak sehat terhadap para pelaku agribisnis Jawa Barat .

Kebijakan terakhir yang sangat penting dalam strategi penguatan koordinasi kelembagaan adalah peningkatan aksesibilitas pelaku agribinis terhadap berbagai sumber permodalan. Hal tersebut memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah selaku pembuat kebijakan dengan lembaga keuangan dan perbankan untuk bersama-sama mengembangakan agribisnis di Jawa Barat agar memiliki daya saing di era-perdagangan bebas.

Tabel 8. Kebijakan dan Program Strategi Penguatan Kondisi Lingkungan dalam Pengembangan Agribisnis di Jawa Barat

Kebijakan Program Pelaku

Meningkatan kualitas SDA dan lingkungan hidup

Peningkatan efisiensi, konservasi, rehabilitasi serta pemanfaatan SDA dan LH.

Dinas terkait, BPTP/Litbang, Balitbangda, Bapedalda, perguruan tinggi, Kadin, organisasi profesi/asosiasi, LSM

Page 12: 02_1

12

Tabel 9. Kebijakan dan Program Strategi Penguatan Sarana dan Prasarana Pengembangan Agribisnis di Jawa Barat

Kebijakan Program Pelaku

Perbaikan dan perluasan sarana dan prasarana infrastruktur agribisnis

� Pengembangan infrastuktur agribisnis;

� Pengembangan infrastuktur pemasaran (Terminal Agribisnis/TA, Sub Terminal Agribisnis/ STA dan Balai Lelang);

� Penyediaan sarana produksi pertanian;

� Pengembangan jasa alat dan mesin pertanian.

Dinas Bina Marga, Dinas PSDA, Dinas Indag, PLN, Kimpraswil, Telkom, Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Perikanan, Bapeda, organisasi profesi, swasta/investor, asosiasi, Kadin

Tabel 10. Kebijakan dan Program Strategi Penguatan Litbang Agribisnis di Jawa Barat

Kebijakan Program Pelaku

Pengembangan penelitian komoditas unggul

� Penyelenggaraan riset komoditas unggulan;

� Pengembangan sistem informasi dan inovasi teknologi.

Balai komoditas, BPTP/ Litbang, perguruan tinggi, swasta/ investor, masyarakat/ pelaku agribisnis

Tabel 11. Kebijakan dan Program Strategi Penguatan Koordinasi Kelembagaan dalam Pengembangan Agribisnis di Jawa Barat

Kebijakan Program Pelaku

Penataan fungsi tugas instansi terkait masyarakat dan swasta

� Pengembangan dan inisiasi bentuk-bentuk kelembagaan advokasi agribisnis;

� Mengembangkan dan mengoptimalkan fungsi kelembagaan agribisnis.

Dinas, instansi, lembaga dan balai terkait, Perguruan Tinggi, Kadin organisasi profesi, swasta, masyarakat