01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

54
PT - PLA A1 - 2008 TAHUN 2008 2008

description

-

Transcript of 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Page 1: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

PT - PLA A1 - 2008

TAHUN 2008

2008

Page 2: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

KATA PENGANTAR

Upaya penambahan baku lahan tanaman pangan melalui perluasan sawah sangat penting untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan, mengingat kebutuhan produksi tanaman pangan terus meningkat sedangkan alih fungsi lahan sawah setiap tahun terjadi pada areal persawahan yang cukup luas. Kegiatan perluasan sawah secara teknis harus dilaksanakan berurutan mulai dari identifikasi dan penetapan lokasi, survei/investigasi, desain, konstruksi sampai dengan pemanfaatan sawah baru. Mengingat perluasan sawah sesuai sifatnya merupakan investasi publik maka pembiayaannya terutama menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, yang diupayakan dari dana APBN, APBD I dan APBD II. Dilain pihak pelaksanaan perluasan sawah akan melibatkan berbagai instansi terkait di pusat maupun di daerah, oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi secara baik dengan instansi terkait tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka disusun Pedoman Teknis Perluasan Sawah sebagai acuan bagi petugas di pusat dan daerah dalam melaksanakan perluasan sawah yang dibiayai dari dana Tugas Perbantuan, agar dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Untuk menjabarkan Pedoman Teknis ini lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, maka perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan oleh Kepala

i

Page 3: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi dan Petunjuk Teknis oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/ Kota. Semoga Pedoman Teknis ini bermanfaat dan terima kasih atas kerjasama semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan perluasan sawah.

Jakarta, Januari 2008 Direktur Perluasan Areal,

DR.Ir. Agus Sofyan, MS NIP.080.063.222

ii

Page 4: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ....……………………………………………... DAFTAR ISI ....……………………………………………………..... DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... I. PENDAHULUAN …….………………...……………………..... A. Latar Belakang.................................................................. B. Tujuan............................................................................... C. Sasaran........................................................................... II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN............

A. Pengertian...................................................................... B. Ruang Lingkup Kegiatan................................................

III. KETENTUAN DALAM PERLUASAN SAWAH……….……... A. Perluasan Sawah Lahan Irigasi………………….…….... B. Perluasan Sawah lahan Rawa……………………..….... C. Perluasan Sawah Lahan Tadah Hujan…………….…... D. Pola Pelaksanaan.......................................................... E. Jadwal Pelaksanaan......................................................

IV. PELAKSANAAN PERLUASAN SAWAH.............................. A. Identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) serta

Penetapan Lokasi........................................................... B. Survei dan Investigasi……………………………………...

i iii v 1 1 2 2 3 3 4 7 7 8 9

10 11 12

12 12

iii

Page 5: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

C. Desain……………………………………………………..... D. Konstruksi Perluasan Sawah…………………………… E. Pengawasan dan Penyerahan Hasil Pekerjaan........... F. Pemanfaatan Sawah Baru……………………………… G. Pendampingan Cetak Sawah …………………………. H. Pelaporan......................................................................

V. INDIKATOR KINERJA PERLUASAN SAWAH................... A. Indikator Masukan (Input)……………………………….. B. Indikator Keluaran (Output)…………………………….. C. Indikator Hasil (Out Come)……………………………… D. Indikator Manfaat (Benefit)……………………………... E. Indikator Dampak (Impact)……………………………...

VI. PENUTUP……………………………………………...………

15 21 34 37 38 39 41 41 41 42 42 42 43

iv

Page 6: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang pesat terutama industri dan pemukiman sangat berpengaruh terhadap pengembangan sektor pertanian, karena menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah menjadi non pertanian atau non sawah.

Upaya untuk memperluas baku lahan pertanian masih terhambat antara lain oleh keterbatasan lahan, ketersediaan air, infrastruktur pertanian, tenaga kerja terampil dan sosial ekonomi masyarakat. Melihat pentingnya peranan ketersediaan sumberdaya lahan dan air dalam pembangunan pertanian, maka pemerintah melalui Perpres No. 10 tahun 2005 dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/ 2005, telah menetapkan pembentukan institusi yang menangani pengelolaan sumber daya lahan dan air yaitu Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan perluasan areal tanaman pangan.

Mengingat potensi lahan yang tersedia cukup luas, maka sangat dimungkinkan perluasan areal tanaman pangan dengan menambah baku lahan, melalui perluasan sawah. Kegiatan perluasan sawah yang dilaksanakan dimulai dari identifikasi dan penetapan lokasi, Survei/Investigasi dan Desain (SID) sampai dengan pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya serta pendampingan dalam rangka penguatan kelembagaan dan pemberdayaan petani. Untuk itu diperlukan

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 1

Page 7: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pedoman Teknis Perluasan Sawah, sehingga dalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya dapat diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan.

Pedoman ini diterbitkan sebagai acuan umum dalam pelaksanaan perluasan sawah, yang selanjutnya akan di jabarkan lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi dan Petunjuk Teknis oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/Kota.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Teknis ini adalah: 1. Memberikan arahan dan batasan tentang norma, standar

teknis,kriteria dan prosedur perluasan sawah. 2. Memberikan acuan dalam pelaksanaan SID, konstruksi dan

pemanfaatan sawah baru.

C. Sasaran Sasaran areal perluasan sawah tahun 2005 – 2009 sesuai

dengan Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air sebesar 50.000 Ha per tahun, sedangkan sasaran areal perluasan sawah yang dapat dibiayai dari APBN per tahun tergantung pada dana yang tersedia.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 2

Page 8: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN A. Pengertian

1. Perluasan sawah Perluasan sawah adalah suatu usaha penambahan baku lahan sawah pada berbagai tipologi lahan yang belum diusahakan untuk pertanian dengan sistim sawah seperti lahan irigasi, pasang surut dan tadah hujan.

2. Sawah Sawah adalah lahan usahatani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, sehingga dapat ditanami padi dengan sistim genangan dan palawija / tanaman pangan lainnya.

3. Sawah Irigasi Sawah Irigasi adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari air irigasi.

4. Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber air utamanya

berasal dari air hujan. 5. Sawah lahan Rawa

Sawah lahan rawa adalah yang sumber air utamanya berasal dari air rawa.

6. Survei/investigasi calon lokasi adalah kegiatan penelitian calon lokasi perluasan sawah pada daerah irigasi, rawa/pasang surut dan tadah hujan yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi perluasan sawah yang layak.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 3

Page 9: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

7. Desain perluasan sawah adalah rancangan pada sebidang tanah yang akan dipergunakan sebagai pegangan atau patokan teknis dalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah.

8. Semak/alang-alang merupakan tanah yang tertutup oleh tumbuhan semak belukar dan rumput alang-alang.

9. Hutan ringan ialah sebidang tanah diluar kawasan hutan yang didominasi oleh pohon-pohon sebanyak kurang dari 600 batang per ha, diantaranya 70% berdiameter kurang dari 30 cm.

10. Hutan berat merupakan tanah diluar kawasan hutan dengan jumlah pohon lebih dari 600 batang/ha, 70% berdiameter lebih dari 30 cm baik lahan kering maupun rawa.

11. Hutan ringan dan hutan berat dapat dikategorikan berdasarkan kemiringan : < 5% (datar), 5%-10% (berombak), > 10%-15% (bergelombang) dan > 15% (berbukit).

12. Saprotan adalah sarana produksi pertanian yang terdiri dari pupuk, pestisida, benih, alat mesin pertanian, dll.

13. Petugas pendampingan adalah petugas lapang/ pendamping dalam upaya penguatan kelembagaan dan pemberdayaan petani.

B. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan perluasan areal meliputi : 1. Identifikasi dan penetapan calon petani dan calon lokasi

(CPCL) yang akan menjadi perluasan sawah.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 4

Page 10: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/Kota, sedangkan penetapan lokasi oleh Bupati/Walikota.

2. Survei/ Investigasi dan Desain (SID). 3. Konstruksi perluasan sawah. Kegiatan konstruksi perluasan sawah terdiri dari :

a. Pembukaan / pembersihan lahan ( Land Clearing ). b. Perataan Lahan ( Land Leveling ). c. Pembuatan galengan / petakan sawah. d. Pembuatan jalan usahatani (JUT) dalam hamparan

perluasan sawah. e. Pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT)/

saluran drainase dalam hamparan perluasan sawah. f. Pekerjaan lain (talang, gorong-gorong) yang diperlukan. g. Pengolahan tanah sampai siap tanam.

4. Pemanfaatan lahan sawah setelah dicetak meliputi : a. Penanaman. b. Pemeliharaan tanaman. c. Panen. d. Pemeliharaan prasarana. Kegiatan pemanfaatan lahan sawah baru dilakukan oleh petani.

5. Pendampingan Cetak Sawah Kegiatan pendampingan cetak sawah meliputi : a. Perencanaan partisipatif dalam pengembangan usahatani

yang berbasis pada usahatani lahan sawah,

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 5

Page 11: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

b. Penguatan kelembagaan tani, c. Pemberdayaan petani. Kegiatan pendampingan cetak sawah dilakukan oleh petugas yang khusus ditugaskan sebagai tenaga pendamping.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 6

Page 12: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

III. KETENTUAN DALAM PERLUASAN SAWAH

Kegiatan perluasan sawah di daerah diarahkan pada lahan irigasi, rawa dan tadah hujan dengan mengikuti norma, kriteria, standar teknis dan prosedur sebagai berikut:

A. Perluasan Sawah Lahan Irigasi

1. Norma Perluasan sawah pada lahan irigasi merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi yang sudah mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat tersier atau akan dibangun yang selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan dalam satu hamparan yang mengelompok sehingga dapat terairi seluruhnya.

2. Standar Teknis Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan irigasi adalah: a. Mempunyai kemiringan hamparan < 5%. b. Luas satu hamparan > 10 hektar. c. Dekat dari pemukiman.

3. Kriteria Kriteria perluasan sawah pada lahan irigasi adalah : a. Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup. b. Lahan relatif subur. c. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. d. Petaninya pemilik penggarap atau penggarap

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 7

Page 13: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

e. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maximum 2 Ha/ KK.

f. Petugas lapangan sudah ada. g. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

4. Prosedur Prosedur perluasan sawah pada lahan irigasi adalah : a. Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) serta

penetapan lokasi. b. Survei/Investigasi dan Desain. c. Konstruksi ( Land Clearing dan Land Leveling). d. Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

B. Perluasan Sawah Lahan Rawa 1. Norma

Perluasan Sawah pada lahan rawa merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan di daerah rawa yang sudah mempunyai jaringan drainase sampai pada tingkat tersier yang berfungsi dengan baik.

2. Standar Teknis Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan rawa adalah : a. Luas satu hamparan ≥ 10 hektar. b. Ketebalan gambut maksimal 1 meter c. Tanah tidak mengandung pirit. d. Dekat dengan pemukiman.

3. Kriteria Kriteria perluasan sawah pada lahan rawa adalah :

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 8

Page 14: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

a. Lahan relatif subur. b. Sudah ada petani dan dalam suatu wadah kelompok. c. Petaninya pemilik penggarap atau penggarap d. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maximum

2 Ha/ KK. e. Petugas lapangan sudah ada. f. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

4. Prosedur Prosedur perluasan sawah pada lahan rawa adalah : a. Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) serta

penetapan lokasi. b. Survei/Investigasi dan Desain. c. Konstruksi ( Land Clearing dan Land Leveling). d. Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

C. Perluasan Sawah Lahan Tadah Hujan

1. Norma Perluasan Sawah pada lahan tadah hujan merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan di daerah tadah hujan yang belum di manfaatkan.

2. Standar Teknis Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah: a. Mempunyai kemiringan hamparan < 5 %. b. Luas satu hamparan ≥ 10 hektar. c. Dekat dari pemukiman.

3. Kriteria Kriteria perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah :

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 9

Page 15: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

a. Mempunyai bulan basah > 3 bulan, terutama yang tersedia air untuk 2 kali tanam setahun.

b. Lahan relatif subur. c. Sudah ada petani dan dalam suatu wadah kelompok. d. Petaninya pemilik penggarap atau penggarap e. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maximum

2 Ha/ KK. f. Petugas lapangan sudah ada. g. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

4. Prosedur Prosedur perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah: a. Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) serta

penetapan lokasi. b. Survei/Investigasi dan Desain. c. Konstruksi ( Land Clearing dan Land Leveling). d. Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

D. Pola Pelaksanaan

Kegiatan perluasan sawah yang dibiayai dari dana Tugas Pembantuan (TP) tahun 2008 berada di Mata Anggaran Kegiatan (MAK) Bantuan Sosial-Kategori Belanja Sosial lainnya. MAK bantuan sosial sesuai dengan ketentuan dapat dilaksanakan melalui pola transfer uang (ditransfer ke rekening kelompok sasaran) atau melalui pola transfer barang (pengadaannya melalui pola kontraktual oleh KPA/PPK). Keputusan apakah menggunakan pola transfer uang atau transfer barang adalah merupakan kebijakan Eselon I selaku

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 10

Page 16: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Penanggungjawab Program, dimana dalam kaitan kegiatan perluasan sawah dilimpahkan kepada Dinas Kabupaten/Kota selaku pelaksana di lapangan. Dalam pelaksanaan bantuan sosial untuk kegiatan perluasan sawah, agar mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Tahun 2008 yang akan dikeluarkan oleh Diektorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.

E. Jadwal Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan perluasan sawah perlu disusun jadwal pelaksanaan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Perluasan sawah yang dilaksanakan dengan pola transfer

barang (kontraktual), maka proses lelang diselesaikan paling lambat bulan Mei 2008.

2. Konstruksi perluasan sawah diselesaikan paling lambat bulan Oktober 2008 untuk menghindari hambatan karena musim hujan dan bantuan saprotan dapat segera dimanfaatkan pada musim tanam 2008/2009.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 11

Page 17: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

IV. PELAKSANAAN PERLUASAN SAWAH Tahap pelaksanaan perluasan sawah sebagai berikut: A. Identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) serta

Penetapan Lokasi 1. Identifikasi dilakukan berdasarkan data, informasi dan

pengamatan lapangan yang bertujuan untuk menentukan lokasi perluasan sawah yang secara umum peruntukannya sesuai dengan RUTRW, standar teknis dan kriteria yang telah ditetapkan. Pemilihan lokasi diutamakan yang mempunyai tingkat kesulitan terkecil. Identifikasi di lakukan oleh petugas Dinas Pertanian daerah dengan dibantu oleh masyarakat/ aparat setempat.

2. Penetapan calon petani dilakukan oleh aparat setempat (Kepala Desa/ Camat) bersama dengan petugas Dinas Pertanian Kabupaten, berdasarkan calon lokasi yang telah di identifikasi akan menjadi lokasi perluasan sawah.

3. Penetapan lokasi perluasan sawah oleh Bupati/Walikota bertujuan untuk memperoleh jaminan bahwa sawah yang baru dicetak tidak dialihkan untuk peruntukan lainnya, sehingga investasi yang cukup besar untuk perluasan sawah dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

B. Survei dan Investigasi 1. Survei dan investigasi

a. Survei/investigasi calon lokasi ialah kegiatan penelitian calon lokasi perluasan sawah pada Daerah Irigasi, rawa

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 12

Page 18: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

dan tadah hujan yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi perluasan sawah yang layak.

b. Calon lokasi yang dapat dinyatakan layak untuk perluasan sawah ialah calon lokasi yang memenuhi 8 (delapan) syarat pokok yaitu : 1) Jaringan irigasi/drainase sudah dibangun atau akan

dibangun yang selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak kecuali untuk lahan tadah hujan.

2) Air yang tersedia cukup untuk menjamin pertumbuhan padi sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

3) Kondisi tanahnya sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi.

4) Status tanahnya jelas, misalnya : tanah milik atau tanah rakyat (marga) atau tanah negara yang diijinkan untuk di garap oleh petani.

5) Status/batas pemilikan tanahnya jelas (tidak sengketa).

6) Arealnya tidak tumpang tindih dengan program/ proyek lain.

7) Petaninya ada, berdomisili di desa calon lokasi atau daerah kecamatan dari calon lokasi dan berkeinginan untuk bersawah.

8) Keadaan prasarana penunjang dan kelengkapannya telah tersedia.

2. Tahapan Survei/Investigasi sebagai berikut:

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 13

Page 19: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

a. Persiapan berupa penggandaan peta situasi, peta rancangan jaringan irigasi permukaan dan irigasi rawa, bahan, peralatan, pembuatan daftar pertanyaan dan tabel-tabel untuk pelaksanaan maupun pengolahan data. Selain itu dipersiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dilapangan.

b. Pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa debit air, sifat fisik tanah, kedalaman gambut, nilai ekonomis vegetasi, kesediaan petani, daftar nama petani dan luas lahan, pengukuran dan pemetaan lokasi. Data sekunder berupa pola usahatani, analisis usahatani, penyediaan saprotan, pemasaran hasil, luasan lahan padi sawah di lokasi.

c. Tabulasi dan pengolahan data hasil survei. Data hasil survei ditabulasi dan diolah untuk pembuatan laporan hasil survei yang bertujuan untuk menentukan kelayakan calon lokasi dan pembuatan desain.

d. Pembuatan laporan kegiatan survei sebagai dasar penetapan lahan sawah yang akan dikonstruksi. Hasil survei calon lokasi perluasan sawah nantinya berupa buku laporan dan daftar lokasi petak tersier yang dinyatakan layak untuk didesain yang selanjutnya dicetak menjadi sawah dan daftar lokasi per petak tersier yang tidak layak untuk didesain. Setiap daerah irigasi (DI) dibuat satu buku laporan yang bertujuan untuk menyusun dan mengumpulkan hasil

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 14

Page 20: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

kegiatan yang mudah dibaca dan diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tersebut.

C. Desain 1. Desain perluasan sawah dilakukan satu tahun sebelum

konstruksi (T - 1), tetapi untuk tahun 2007 masa transisi sehingga di beberapa daerah masih terdapat pekerjaan desain dan konstruksi yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Kepala Dinas yang mendapat alokasi anggaran desain dan konstruksi dalam satu tahun anggaran harus membuat surat pernyataan kesanggupan pelaksanaannya.

2. Desain hanya dilakukan pada calon lokasi yang berdasarkan hasil survey investigasi telah dinyatakan layak untuk perluasan sawah.

3. Desain adalah rancangan petak sawah yang dibuat untuk dipergunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah.

4. Sebelum dilaksanakan pembuatan desain terlebih dahulu dilakukan penyuluhan dan para petani pemilik lahan diminta untuk memasang patok-patok pemilikan lahan.

5. Jenis – jenis kegiatan dalam pekerjaan desain yaitu: a. Pembuatan peta situasi lokasi Peta situasi lokasi perluasan sawah dibuat diatas peta

present land use (peta tata guna tanah), dengan skala 1 : 1000. Sedangkan isi dalam pemetaan situasi adalah : 1) Peruntukan lahan, misalnya persawahan, hutan

lindung dan sebagainya.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 15

Page 21: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

2) Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian, dll.

3) Batas pemerintah, kampung, desa, kecamatan, dll. 4) Batas tataguna lahan/vegetasi lahan. 5) Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak, dll. 6) Seluruh alur sungai, tata letak saluran, bangunan

irigasi, drainase dan bangunan lainnya. 7) Batas petak tersier, lokasi perluasan sawah dan

lahan yang tidak dapat dicetak menjadi sawah. 8) Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum

dirancang yang direncanakan menjadi petak-petak sawah.

b. Pekerjaan Pengukuran dan Pembuatan Peta Dasar Teknis Dalam pekerjaaan pengukuran harus berdasarkan pada : 1) Titik ikat dasar yang dipakai sebagai titik ikat dalam

pengukuran polygon utama dan bantuan 2) Pengukuran polygon utama dilakukan dengan cara

polygon tertutup. 3) Pengukuran rincikan dimulai dari titik polygon utama

atau polygon bantuan dan berakhir pada titik polygon utama atau polygon bantuan lainya.

Sedangkan dalam pembuatan peta dasar teknis dibuat dalam bentuk skala 1 : 1000 dengan ketentuan–ketentuan sebagai berikut : 1) Penyimpangan yang diijinkan dalam pengukuran

polygon utama dengan pemakaian alat Theodolite To,

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 16

Page 22: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

20 √ D mm

15 √ N detik

T1 dan T2 atau instrumen optik lainnya yang setara adalah sebagai berikut : a) Koreksi vertikal (Vi) = D = Jumlah panjang garis ukur dalam Km. b) Koreksi horisontal (Si) = N = Jumlah titik polygon utama.

2) Peta setiap titik hasil pengukuran, supaya dicantumkan ketinggian/ elevasinya.

3) Batas petak tersier dan kuarter dari hasil pengukuran harus jelas

c. Pembuatan peta topografi per hamparan lahan ≥ 10 Ha. Peta topografi pada daerah irigasi atau tadah hujan dibuat per blok hamparan yang di dasarkan pada kemiringan lahan (slope). Peta topografi pada daerah rawa dibuat per blok hamparan yang didasarkan pada blok tersier daerah yang bersangkutan. Dalam pembuatan peta topografi harus memuat data sebagai berikut : 1) Garis kontur dibuat dengan interval 0.25 m, 0.50 m,

0.75 m dan 1.00 m 2) Batas-batas alam : desa, sawah yang ada, areal yang

dapat dikembangkan dan areal yang tidak dapat dikembangkan beserta vegetasi lahan.

3) Jalan usahatani dan jaringan irigasi yang sudah ada dan yang masih dalam rencana.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 17

Page 23: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

4) Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum dirancang menjadi petak-petak sawah, nomor urut petani pemilik dan luas pemilikannya.

5) Jaring-jaring ukur (polygon) utama serta titik-titik hasil pengukuran yang dilengkapi dengan elevasinya.

d. Pembuatan peta rancangan (Desain) skala 1 : 1000. Pembuatan peta rancangan (desain) pada daerah irigasi dan tadah hujan harus memuat data sebagai berikut : 1) Tata letak petak-petak sawah yang akan dirancang

sedapat mungkin sejajar dengan garis kontur. 2) Rancangan (desain) petak-petak sawah dibuat

maksimal 50 x 100 m pada daerah yang datar. 3) Tata letak jaringan irigasi dalam hamparan perluasan

sawah dengan memperhatikan sistem tata air di lokasi tersebut (jika ada atau direncanakan untuk daerah irigasi), sebagai titik ikat dapat digunakan muka air pada saluran tersier atau sekunder.

4) Tata letak jalan usahatani dalam hamparan perluasan sawah.

5) Nomor petak tersier, nomor urut petani pemilik sawah, nomor petakan sawah per petani dan luas petakan sawah sesudah didesain.

6) Elevasi setiap sudut petak-petak sawah yang sudah dirancang.

7) Batas jenis vegetasi lahan antara tanah darat, semak dll.

8) Potongan melintang rencana land leveling.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 18

Page 24: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pembuatan peta rancangan (desain) pada daerah rawa harus memuat data sebagai berikut : 1) Tata letak (lay out) petak-petak sawah yang

dirancang sesuai dengan batas pemilikan tanah dengan memperhatikan keinginan petani, serta diusahakan sejajar dengan kontur dan dengan memperhatikan tinggi muka air pasang variasi rata-rata harian dan pasang tertinggi pada bulan purnama, sehingga dapat diperkirakan lokasi tersebut dapat diairi tetapi tidak tergenang.

2) Tata letak (lay out) jaringan drainase tersier dan kuarter lengkap dengan saluran drainasenya, di dalam hamparan perluasan sawah. Jika tata letak jaringan tersier dan kuarter belum ada, maka harus dibuat rancangan tata letaknya lengkap dengan saluran drainase dan pintu–pintu bagi maupun gorong–gorong.

3) Tata letak (lay out) jalan usahatani di dalam hamparan perluasan sawah dengan ketentuan jalan usahatani dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya berfungsi sebagai jalan, tetapi juga berfungsi sebagai tanggul pengaman air pasang. Untuk itu lebar jalan minimal 3 m dengan kemampuan daya dukung atas beban lebih kurang 1 ton.

e. Pembuatan daftar petani pemilik penggarap/ penggarap berdasarkan jenis vegetasi (semak

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 19

Page 25: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

belukar, hutan ringan, hutan berat) dan kemiringan lahan dengan luas per hamparan > 10 Ha. Daftar nama petani pemilik dibuat pada setiap petak sawah, yang memuat : 1) Nomor urut petani per petak tersier sesuai dengan

yang tercantum dalam peta topografi dan peta rancangan petak-petak sawah.

2) Luas pemilikan lahan setiap petani sebelum didesain. 3) Jumlah dan luas petak–petak sawah yang dirancang

setiap petani. 4) Rincian jenis vegetasi per pemilikan lahan.

f. Spesifikasi teknis perluasan sawah. Pembuatan spesifikasi teknis bertujuan untuk memudahkan pembuatan rencana biaya, pembacaan gambar di lapangan dan penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) lelang konstruksi.

g. Perhitungan biaya konstruksi perluasan sawah. Hal–hal yang harus diperhitungkan dalam rencana biaya konstruksi yaitu: 1) Biaya land clearing yang disesuaikan dengan jenis

vegetasi lahan. 2) Biaya land leveling, antara lain terdiri dari biaya

penyisihan dan pengembalian top soil, pemadatan dan perataan tanah yang disesuaikan dengan topografi lahan.

3) Pembuatan Galengan.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 20

Page 26: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

4) Pembuatan jalan usaha tani di dalam hamparan perluasan sawah.

5) Pembuatan jaringan irigasi/ saluran air/ tata air mikro di dalam hamparan perluasan sawah.

6) Biaya pembuatan pematang batas pemilikan. 7) Biaya untuk pekerjaan penunjang lainnya.

D. Konstruksi Perluasan Sawah

Dalam pelaksanaan konstruksi diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan Petani

Persiapan petani diperlukan dalam rangka memperlancar pelaksanaan konstruksi pembukaan lahan. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha sebagai berikut : a. Sosialisasi kepada Petani.

Sosialisasi kepada petani peserta perluasan sawah dilakukan untuk memberikan pengertian terhadap kegiatan perluasan sawah serta tata cara dan pentahapan pelaksanaan konstruksinya yang akan dilaksanakan, maupun pemanfaatan lahan sawah baru yang nantinya akan dilaksanakan oleh petani sendiri. Dengan demikian petani diharapkan dapat lebih berpartisipasi didalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya. Sosialisasi kepada petani ini dapat dilaksanakan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten atau PPL.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 21

Page 27: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

b. Pendaftaran Ulang Petani. Mengingat adanya tenggang waktu antara pelaksanaan desain dengan pelaksanaan konstruksi yang memungkinkan adanya perubahan-perubahan terhadap status pemilikan tanah dan vegetasi lahan pada lokasi perluasan sawah, maka masih diperlukan pendaftaran ulang petani peserta. Dengan pendaftaran ulang ini akan diperoleh kepastian nama-nama petani dan status pemilikan tanah serta jenis vegetasinya. Pendaftaran ulang petani ini dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten dan dibantu oleh PPL.

c. Pengajuan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan Petani. Petani secara berkelompok mengajukan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani kegiatan perluasan sawah. Petani yang diperkenankan mengajukan surat Permohonan hanyalah petani pemilik penggarap/ penggarap yang berdomisili di dalam desa atau daerah Kecamatan dari lokasi dan mata pencaharian utamanya dari usahatani.

2. Persiapan Administrasi Kegiatan konstruksi perluasan sawah yang dilakukan

secara kontraktual dilaksanakan dengan berpedoman pada Keppres No. 80 tahun 2003 dan No 61 tahun 2004 serta ketentuan lain yang berlaku.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 22

Page 28: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

3. Persiapan Lapangan a. Penyediaan direksi kit.

Tujuan pembuatan direksi kit atau tempat lainnya yang sejenis dilokasi adalah untuk tempat persiapan dan penyimpanan peralatan dalam menunjang kelancaran kegiatan di lapangan.

b. Pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh pelaksana bersama–sama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten, Camat, Kepala Desa dan Petani Pemilik Penggarap/ Penggarap tanah dengan berpedoman pada Rencana Kerja dan Syarat – Syarat dan desain perluasan sawah guna mencocokkan desain dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan lokasi antara lain: 1) Batas – batas areal lokasi yang akan dikerjakan. 2) Batas – batas dan luas pemilikan lahan yang akan

dikerjakan. 3) Nama – nama petani dan keadaan vegetasi.

c. Pemasangan patok – patok batas pemilikan. Dalam pemasangan patok-patok dilakukan oleh : 1) Pelaksana disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian

Kabupaten, Camat dan Petani Pemilik Penggarap/ Penggarap serta Kepala Desa. Apabila patok–patok batas pemilikan lahan hilang, maka harus dipasang patok–patok baru batas pemilikan lahan tersebut.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 23

Page 29: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

2) Setelah pekerjaan konstruksi selesai, maka patok–patok tersebut dipasang kembali disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten, Camat dan Petani.

d. Pembuatan Dokumentasi (Photo dan Video). Pihak pelaksana harus membuat photo dan video yang menggambarkan : 1) Lokasi sebelum pekerjaan konstruksi perluasan

sawah dilaksanakan. 2) Pada saat tahap pekerjaan konstruksi perluasan

sawah di laksanakan. 3) Pada saat pekerjaan konstruksi perluasan sawah

baru selesai di laksanakan. e. Pembuatan rencana kerja.

Pelaksana harus membuat rencana kerja mingguan dan bulanan yang disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) .

4. Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah a. Pekerjaan kontruksi perluasan sawah pada daerah

irigasi dan tadah hujan. Ketentuan–ketentuan pekerjaan konstruksi perluasan

sawah sebagai berikut : 1) Konstruksi perluasan sawah terdiri dari land clearing

dan land leveling, pembuatan pematang batas pemilikan, pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani, pembuatan pintu – pintu bagi tersier dan

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 24

Page 30: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

pembuatan jalan usahatani serta prasarana lain yang bersifat pelayanan umum yang sangat mendesak diluar kemampuan petani.

2) Pelaksanaan konstruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang sudah ada misalnya, jalan desa, sungai, areal pompa air, saluran yang sudah ada dan lain sebagainya. Bila terjadi kerusakan sebagai akibat pelaksanaan konstruksi atau pekerjaaan konstruksi/ prasarana lain, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab pelaksana.

3) Pekerjaan konstruksi perluasan sawah harus dilaksanakan dalam hamparan yang mengelompok, sehingga memudahkan dalam usahataninya.

4) Pembangunan prasarana lain yang menunjang kegiatan perluasan sawah dapat dilaksanakan apabila kegiatan tersebut bersifat mendesak (betul– betul diperlukan) menyangkut kepentingan umum petani dan petani betul-betul tidak mampu melaksanakan secara swadaya. Contoh yang termasuk konstruksi/ prasarana lain misalnya pembuatan talang, gorong – gorong dan lain-lain.

5) Pelaksanaan pekerjaan perluasan sawah melibatkan petani peserta sebagai tenaga kerja.

6) Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut : a) Pembabatan semak belukar.

Tujuan dilakukannya pembabatan semak belukar termasuk pohon – pohon kecil yang berdiameter

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 25

Page 31: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

lebih kecil dari 10 cm dan tumbuhan strata bawah berketinggian 1 m, untuk membuka area serta membuat ruang pandang pada pekerjaan berikutnya.

b) Penebangan pohon – pohonan. Penebangan dilakukan terhadap pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 10 cm dengan masih menyisakan tunggul. Sedangkan pohon – pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm dengan ketinggian ± 1 m dapat dilakukan dengan penumbangan atau perobohan.

c) Pemotongan/ perencekan dan pengumpulan batang, cabang dan ranting. Untuk memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan pemotongan/ perencekan pohon, cabang dan ranting– rantingnya. Sisa-sisa pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya dapat dimanfaatkan baik bagi pelaksana atau masyarakat sekitarnya.

d) Pencabutan tunggul dan akar – akarnya Tunggul pohon yang masih tersisa hasil penebangan harus dibongkar/ dicabut sampai keakar-akarnya supaya nanti tidak merusak/ mengganggu pelaksanaan konstruksi dan pengolahan sawah yang dicetak nantinya. Sedangkan untuk tunggul pohon yang

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 26

Page 32: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

berdiameter > 30 cm dan kedalaman akar lebih dari satu meter dapat dibiarkan lapuk tanpa harus dicabut karena bila tunggulnya dicabut dapat merusak kesuburan tanah.

e) Pembersihan lahan. Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar dan sampah – sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari lokasi yang akan dicetak.

7) Kegiatan land leveling dapat dirinci sebagai berikut: a) Penyisihan top soil.

Untuk menghindari kehilangan kesuburan tanah atas/ zat hara, maka terlebih dahulu dilakukan pengikisan top soil dan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya akan dimanfaatkan kembali sebagai lapisan atas tanah. Lapisan atas tanah (top soil) merupakan bagian paling subur dari lapisan tanah, karena kaya akan unsur hara dan mikroorganisme yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

b) Penggalian dan penimbunan tanah. Dalam upaya mendapatkan lahan/ kontur yang datar untuk memudahkan konstruksi perluasan sawah, maka lahan-lahan yang mengalami kemiringan harus dilakukan perataan dengan melakukan penggalian pada daerah yang lebih

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 27

Page 33: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

tinggi dan penimbunan pada daerah yang lebih rendah.

c) Perataan tanah. Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan penimbunan dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada bagian timbunan. Perataan tanah dilakukan sesuai dengan kemiringan yang diperbolehkan dan lahan tersebut sudah siap untuk dicetak

d) Pemadatan lereng talud teras. Untuk mencegah terjadinya erosi tanah pada lahan yang telah dicetak, maka pada lereng talud teras dilakukan pemadatan.

e) Pengembalian top soil. Untuk memperoleh kesuburan tanah lapisan atas, maka top soil yang disisihkan sebelumnya yang diletakkan pada satu tempat dikembalikan lagi ke lahan yang telah dicetak sebagai lapisan paling atas untuk sawah tersebut. Karena lapisan top soil tersebut merupakan lapisan tanah yang subur bagi media tumbuh tanaman.

f) Pembuatan jalan usahatani (JUT). Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk memudahkan pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panen dari atau ke lokasi perluasan sawah.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 28

Page 34: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

g) Pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT).

Pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani dan pintu-pintu bagi tersier pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk menyalurkan air dari atau ke lokasi perluasan sawah untuk memenuhi kebutuhan air dalam pengelolaan sawah.

h) Pembuatan pematang batas pemilikan. Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan antar petani, dibuat suatu pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah dicetak. Hal ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

i) Penyiapan tanah siap tanam. Penyiapan tanah melalui pengolahan tanah

dimaksudkan memudahkan petani untuk dapat menanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar sawah tidak menyemak kembali.

b. Pekerjaan kontruksi perluasan sawah pada daerah rawa. Ketentuan-ketentuan pekerjaan kontruksi perluasan sawah : 1) Kontruksi perluasan sawah pada daerah rawa terdiri

dari Land Clearing, Land Leveling, pembuatan saluran pembuang, pembuatan tata air mikro

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 29

Page 35: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

(diusahakan perluasan sawah pada lokasi yang sudah ada tata air mikronya), pembuatan pintu air klep sederhana, tanggul pengamanan dan pematang batas pemilikan lahan.

2) Kontruksi perluasan sawah di daerah rawa dapat berupa sistem surjan atau sistem lain tergantung pada kebutuhan/kemauan petani.

3) Pelaksanaan kontruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang sudah ada misalnya, jalan desa, saluran pembuang dan lain sebagainya. Bila terjadi kerusakan sebagai akibat pelaksanaan kontruksi perluasan sawah, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab pelaksana.

4) Pekerjaan konstruksi Perluasan Sawah harus dilaksanakan dalam hamparan yang mengelompok, sehingga memudahkan dalam usahataninya.

5) Pelaksanaan pekerjaan Perluasan Sawah yang dilakukan oleh pelaksana melibatkan petani peserta sebagai tenaga kerja.

6) Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut : a) Pembabatan semak belukar.

Tujuan dilakukannya pembabatan semak belukar termasuk pohon – pohon kecil yang berdiameter lebih kecil dari 10 cm dan tumbuhan strata bawah berketinggian 1 m, untuk membuka area serta

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 30

Page 36: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

membuat ruang pandang pada pekerjaan berikutnya.

b) Penebangan pohon – pohonan. Penebangan dilakukan terhadap pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 10 cm dengan masih menyisakan tunggul. Sedangkan pohon – pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm dengan ketinggian ± 1 m dapat dilakukan dengan penumbangan atau perobohan.

c) Pemotongan/perencekan dan pengumpulan batang, cabang dan ranting. Untuk memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan pemotongan/ perencekan pohon, cabang dan ranting– rantingnya. Sisa-sisa pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya dapat dimanfaatkan baik bagi pelaksana atau masyarakat sekitarnya.

d) Pencabutan tunggul dan akar – akarnya. Tunggul pohon yang masih tersisa hasil penebangan harus dibongkar/ dicabut sampai keakar-akarnya supaya nanti tidak merusak/ mengganggu pelaksanaan konstruksi dan pengolahan sawah yang dicetak nantinya. Sedangkan untuk tunggul pohon yang berdiameter > 30 cm dan kedalaman akar lebih dari satu meter dapat dibiarkan lapuk tanpa harus

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 31

Page 37: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

dicabut karena bila tunggulnya dicabut dapat merusak kesuburan tanah.

e) Pembersihan lahan. Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar dan sampah – sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari lokasi yang akan dicetak.

7) Kegiatan Land Leveling dapat dirinci sebagai berikut : a) Penggalian dan penimbunan tanah untuk sawah

sistem surjan. Untuk memudahkan konstruksi terutama pada galian dan timbunan pada lahan rawa, maka dibuat konstruksi sawah sistem surjan.

b) Pemadatan dan perataan tanah. Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan penimbunan dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada bagian timbunan. Perataan tanah dilakukan sesuai dengan kemiringan yang diperbolehkan dan lahan tersebut sudah siap untuk dicetak

c) Pembuatan tata air mikro Pembuatan tata air mikro pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk mengatur air dari atau ke lokasi perluasan sawah dalam memenuhi kebutuhan air untuk sawah.

d) Pembuatan gorong-gorong.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 32

Page 38: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pembuatan gorong-gorong bertujuan untuk menyalurkan air dari atau ke lokasi perluasan sawah dalam memenuhi kebutuhan air untuk sawah.

e) Pembuatan pintu klep. Pembuatan pintu klep bertujuan untuk mengatur debit air dan tinggi muka air di dalam sistem tata air mikro sesuai dengan yang diinginkan.

f) Pembuatan tanggul pengaman. Pembuatan tanggul pengaman bertujuan sebagai penahan air banjir atau pasang tinggi dan penahan air asin dari luar agar tidak masuk dalam lokasi perluasan sawah.

g) Pembuatan jalan usahatani (JUT). Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk memudahkan pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panen dari atau ke lokasi perluasan sawah.

h) Pembuatan pematang batas pemilikan. Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan antar petani, dibuat suatu pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah dicetak. Hal ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

i) Penyiapan tanah siap tanam.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 33

Page 39: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Penyiapan tanah melalui pengolahan tanah dimaksudkan memudahkan petani untuk dapat menanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar sawah tidak menyemak kembali.

E. Pengawasan dan Penyerahan Hasil Pekerjaan

Pengawasan dan penyerahan hasil pekerjaan konstruksi perluasan lahan sawah yang dilaksanakan secara kontraktual sebagai berikut: 1. Pengawasan/ Supervisi Pekerjaan Konstruksi Perluasan

Sawah a. Pengawasan pekerjaan konstruksi pembukaan lahan

dilakukan oleh pihak ketiga/ konsultan supervisi, sesuai dengan ketentuan berpedoman pada Keppres Nomor 80 tahun 2003 dan 61 tahun 2004 serta ketentuan lain yang berlaku.

b. Ruang lingkup dan pelaksanaan pekerjaan konsultan supervisi meliputi: 1) Memeriksa patok–patok batas areal yang akan

dikonstruksi, patok–patok batas pemilikan lahan dan luasnya. Hal ini dilakukan bersama–sama dengan pihak kontraktor,Dinas Pertanian Propinsi dan petani disaksikan oleh Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan dan Camat.

2) Melakukan penyesuaian/ perbaikan desain pembukaan lahan, apabila dijumpai ketidak sesuaian antara keadaan di lapangan dengan desain

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 34

Page 40: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

pembukaan lahan. Penyesuaian desain ini digambarkan langsung pada peta desain yang ada dan ditanda tangani oleh konsultan supervisi, kontraktor dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.

3) Memeriksa hasil pekerjaan kontraktor yang didasarkan atas Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS) dan kontrak kerja pekerjaan konstruksi pembukaan lahan.

4) Memberikan petunjuk tertulis kepada kontraktor pelaksana konstruksi pembukaan lahan baru dan tembusannya disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani pengembangan lahan.

5) Membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan yang berisi tentang : (1) Luas lahan yang selesai di konstruksi, (2) Nama–nama petani yang lahannya sudah selesai di konstruksi dan (3) Kemajuan pekerjaan yang tergambar di dalam desain pembukaan lahan yang menunjukkan bahwa areal tersebut sudah selesai dikonstruksi maupun yang sedang dalam pelaksanaan. Berita Acara tersebut ditanda tangani oleh Kontraktor dan Perusahaan Konsultan Jasa Supervisi.

2. Hasil Pekerjaan Konsultan Jasa Supervisi a. Hasil pengawasan pekerjaan dibuat dalam suatu Berita

Acara.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 35

Page 41: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

b. Berita Acara supervisi pekerjaan tersebut dibuat sesuai dengan prestasi pekerjaan yang dicapai oleh kontraktor.

3. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Konsultan Jasa Supervisi Oleh Tim Pemeriksa. a. Pemeriksaan hasil pekerjaan konsultan supervisi

dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pekerjaan. b. Tim Pemeriksa di bentuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) yang menangani kegiatan pengembangan lahan. 4. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konsultan Jasa Supervisi

Pembayaran pekerjaan konsultan jasa supervisi dilakukan secara bertahap, didasarkan pada persentase luas lahan yang 100% selesai di konstruksi yang diperiksa oleh Tim Pemeriksaan dengan dibuktikan dalam suatu Berita Acara Serah Terima Hasil Pengawasan Pekerjaan.

5. Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

Setelah Berita Acara Pengawasan Pekerjaan ditanda tangani, selanjutnya diajukan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani pengembangan lahan untuk dipergunakan sebagai dasar dalam pembuatan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah baru ditanda tangani oleh kontraktor dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani pengembangan lahan.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 36

Page 42: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

6. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah Pembayaran hasil pekerjaan untuk pelaksanaan konstruksi perluasan sawah mengikuti ketentuan sebagai berikut : a. Persekot dapat diberikan kepada pelaksana dengan

mengikuti ketentuan dan persyaratan dalam Keppres Nomor 80 tahun 2003 dan Nomor 61 tahun 2004 serta ketentuan lain yang berlaku.

b. Pembayaran hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan prestasi pekerjaan yang dicapai (luas areal yang 100% selesai dikonstruksi bukan per tahap kegiatan), yang dinyatakan dengan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

F. Pemanfaatan Sawah Baru

1. Lahan sawah baru yang telah selesai dicetak harus segera dimanfaatkan/ditanami oleh petani dengan tanaman padi. Untuk itu disediakan sarana produksi pertanian (Saprotan) antara lain benih, pupuk, pestisida dan juga dapat berupa alat mesin pertanian. Bantuan saprotan akan lebih baik jika diberikan untuk 2 (dua) musim tanam, karena penanaman pertama pada sawah baru seringkali produktivitasnya rendah dan tidak menguntungkan.

2. Bantuan saprotan berdasarkan kesepakatan petani dapat digunakan untuk penguatan kelembagaan dan pemberdayaan petani.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 37

Page 43: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

3. Kegiatan pemanfaatan lahan sawah baru meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pemeliharaan prasarana.

4. Dalam melaksanakan pemeliharaan prasarana tersebut dibuat rencana pemeliharaan mulai dari pemeliharaan saluran irigasi, batas, galengan, batas pemilikan dan bangunan pelengkap. Selain itu dibuat jadwal pemeliharaan mulai dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan ringan, pemeliharaan berat, perbaikan jika terjadi bencana dan pemeliharaan tanaman.

G. Pendampingan Cetak Sawah

1. Tujuan pendampingan petani ialah memberikan bimbingan dalam penguatan kelembagaan & pemberdayaan petani, agar dapat memanfaatkan sawah baru secara optimal dan berkelanjutan.

2. Sebagai pendamping adalah petugas/ lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan pendampingan (penguatan kelembagaan) yang ditugaskan secara khusus oleh kuasa penguna anggaran (KPA) dan berada di lokasi untuk melaksanakan pendampingan perluasan sawah.

3. Ruang lingkup tugas pendampingan antara lain : a. Memfasilitasi pembentukan/ penguatan kelembagaan

petani b. Melakukan bimbingan dan penyuluhan seperti :

1). Pengorganisasian kelompok 2). Bimbingan pembagian dan pemanfaatan saprotan

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 38

Page 44: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

3). Bimbingan pemanfaatan dan pengolahan lahan 4). Bimbingan kesadaran/ motivasi kelompok dalam

pembuatan papan kelompok,pembuatan saluran irigasi desa, pembuatan pematang/ batas kepemilikan, iuran kelompok, pemeliharaan prasarana dasar dan sumber air, keberlanjutan fungsi lahan, dan sebagainya.

5). Bimbingan pengembangan ekonomi rumah tangga. 6). Bimbingan pengembangan potensi usaha agribisnis.

c. Membuat pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan

4. Penempatan pendamping pada lokasi yang telah selesai SID dan akan segera di konstruksi cetak sawahnya.

5. Penggunaan anggaran pendampingan disesuaikan dengan kebutuhan setempat, seperti untuk pengadaan alat kerja, ATK, Operasional pendamping (biaya transportasi dalam rangka pelatihan, pertemuan, konsultasi, dll), insentif, penguatan kelembagaan (biaya pertemuan, pelatihan, rapat – rapat, dll) dan kegiatan penunjang lainnya.

6. Wilayah kerja pendamping adalah Kelompok Tani Perluasan Sawah (KTPS) yang ada dalam satu atau beberapa desa disesuaikan dengan kebutuhan dan dana yang tersedia.

H. Pelaporan

1. Pihak pelaksana secara berkala (1 bulan sekali) menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kepada Kuasa

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 39

Page 45: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pengguna Anggaran /Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.

2. Mekanisme pelaporan SIMONEV, SAI dan FORM DA dari Diperta Kabupaten, Propinsi sampai dengan ke pusat mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan oleh Sekditjen PLA .

3. Laporan bulanan perkembangan pelaksanaan fisik konstruksi perluasan sawah setiap bulan dari Diperta Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 disampaikan kepada Diperta Propinsi sedangkan dari dari Diperta Propinsi paling lambat tanggal 10 disampaikan ke Direktorat Perluasan Areal sebagaimana pada blanko Lampiran-1.

4. Laporan akhir pelaksanaan perluasan sawah 2008 dari Diperta Propinsi paling lambat tanggal 10 Januari 2009 disampaikan ke Direktorat Perluasan Areal sebagaimana blanko Lampiran 2 dan 3.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 40

Page 46: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

V. INDIKATOR KINERJA PERLUASAN SAWAH

Dalam rangka menunjang peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, dukungan sarana perluasan sawah diharapkan dapat memberikan hasil dan dampak bagi penerima manfaat. Secara kualitatif indikator kinerja kegiatan pembukaan lahan / sawah baru adalah sebagai berikut : A. Indikator Masukan (Input) Dalam pelaksanaan perluasan sawah beberapa hal pokok yang

merupakan masukan / input meliputi antara lain : 1. Penyedian anggaran baik yang berasal dari pemerintah

(APBN,.APBD), bantuan luar negeri, swasta maupun masyarakat sendiri.

2. Data potensi lahan sawah pada berbagai tipologi lahan. 3. Hasil monitoring dan pelaporan pada berbagai wilayah. 4. Hasil koordinasi dengan instansi terkait.

B. Indikator Keluaran (Output) Indikator keluaran yang diharapkan dari perluasan sawah antara

lain sebagai berikut : 1. Tersedianya data dan informasi hasil survei/investigasi dan

desain. 2. Terwujudnya sawah–sawah baru dalam upaya mendukung

peningkatan produksi tanaman pangan. 3. Bertambahnya luas baku lahan sawah seluas 41.486 Ha.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 41

Page 47: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

C. Indikator Hasil (Out Come) Indikator hasil yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain : 1. Meningkatnya pemahaman stake holder ( pemerintah daerah,

swasta, BUMN, koperasi dan masyarakat petani ) terhadap pentingnya pembukaan lahan / sawah baru.

2. Bertambahnya areal tanam khususnya padi seluas 58.080 Ha pada wilayah – wilayah bukaan baru.

D. Indikator Manfaat (Benefit)

Indikator manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain : 1. Terciptanya dukungan pemerintah daerah, swasta dan

masyarakat petani dalam perluasan sawah. 2. Terwujudnya peningkatan produksi tanaman pangan

khususnya padi pada wilayah bukaan baru sebesar 232.320 ton/ th.

E. Indikator Dampak (Impact)

Indikator dampak yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain : 1. Terwujudnya dukungan dalam penyediaan kecukupan pangan

nasional. 2. Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan petani secara

total sebesar Rp. 696.960.000.000,-/ tahun.

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 42

Page 48: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

VI. PENUTUP

Upaya penambahan buku lahan tanaman pangan melalui perluasan sawah sangat penting untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan, mengingat kebutuhan produksi tanaman pangan terus meningkat sedangkan alih fungsi lahan sawah setiap tahun terjadi pada areal yang cukup luas.

Pemanfaatan lahan sawah yang baru dicetak merupakan kegiatan yang sangat perlu diperhatikan, mengingat pada lahan tersebut sangat mudah menyemak kembali. Oleh karena itu petani perlu dibina secara intensif dan difasilitasi dengan bantuan sarana produksi, pertanian agar petani dapat segera mengusahakan lahan sawah tersebut secara berkelanjutan.

-----------------------------

Pedoman Teknis Perluasan Sawah Tahun 2008 43

Page 49: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Laporan Bulanan Realisasi Pelaksanaan Cetak Sawah dan Pendampingan.......................................................................... A. Perkembangan Pelaksanaan Konstruksi Cetak Sawah.....

B. Perkembangan Pelaksanaan Pengadaan Saprotan.......... C. Perkembangan Pendampingan Cetak Sawah................... 2. Laporan Akhir Perluasan Sawah 2008...................................... 3. a. Dampak Kontribusi Perluasan Sawah Tahun 2006 Terhadap Produksi Padi dan Palawija Tahun 2008............... b. Dampak Kontribusi Perluasan Sawah Tahun 2007 Terhadap Produksi Padi dan Palawija Tahun 2008............... c. Dampak Kontribusi Perluasan Sawah Tahun 2008 Terhadap Produksi Padi dan Palawija Tahun 2008...............

44 44 45 46 47

48

49

50

v

Page 50: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pedoman Teknis Perluasan sawah Tahun 2008 44

LAPORAN BULANAN REALISASI PELAKSANAAN CETAK SAWAH DAN PENDAMPINGAN

Propinsi : ........................... Kabupaten : ........................... Posisi Bulan : ........................... A. Perkembangan Pelaksanaan Konstruksi Cetak Sawah Lampiran 1.a Keterangan :

Untuk kolom 4 sampai dengan 11 jawabannya sudah atau belum Untuk kolom 12 total Konstruksi yang dilaksanakan dalam Ha

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1

2

3

4

Pelaksana an Land Leveling

Pembua tan Pema tang

Pemba ngunan

JUT

Pembangu nan Salu ran Air

Penyerahan Hasil Pekerjaan

(HA) Keterangan

Konstruksi Cetak SawahFISIK

Ident. Lokasi Proses Kontrak/ Pelelangan

Penetapan Pemenang / Pelaksana

Pelaksa naan Land Clearing

2

Cetak Sawah

HaNo Lokasi

Page 51: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pedoman Teknis Perluasan sawah Tahun 2008 45

B. Perkembangan Pelaksanaan Pengadaan Saprotan

Keterangan : Untuk kolom 4 sampai dengan 6 jawabannya sudah atau belum Untuk kolom 7 total pengadaan saprotan untuk .... Ha

1 3 4 5 6 7 8

1

2

3

4

No Lokasi

Pengadaan SaprotanFISIK

Proses Kontrak/ Pelelangan

Penetapan Pemenang/ Pelaksana

Pengadaan Saprotan

Penyerahan Hasil Pekerjaan

(Ha)

2

Cetak Sawah Ha

Keterangan

Page 52: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Pedoman Teknis Perluasan sawah Tahun 2008 46

C. Perkembangan Pendampingan Cetak Sawah Lampiran 1.b

Keterangan : Untuk kolom 4 sampai dengan 10 jawabannya sudah atau belum Untuk kolom 11 kegiatan yang dilaksanakan selain dari kolom 4 s/d 10

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

2

3

4

Pengembangan Kegiatan Keterangan

Pendampingan Cetak Sawah

No Lokasi

2

Pendampingan Cetak Sawah

(Pkt)

FISIK

Sosialisasi Ke Petani

Mengikuti Pelatihan

Pelatihan Petani Koordi nasi Bimbingan Evaluasi

Kegiatan Lain - lain

Page 53: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Propinsi :Kabupaten :Posisi Bulan : Lampiran 2

Kecamatan Desa Jenis Tanaman Umur

47

TOTAL

LAPORAN AKHIRREALISASI PERLUASAN SAWAH TAHUN 2008

No. Lokasi Kondisi Saat ini KeteranganTarget (Ha)

Realisasi (Ha)

Page 54: 01_pedoman Teknis Perluasan Sawah Cetak Sawah 2008

Propinasi :Kabupaten :Posisi bulan : Lampiran 3.c

IP. Padi Luas Produksi KeteranganNo. Kec. Desa Luas (%) Tanam 2008 2008

(Ha) MT. I MT. II Jml (Ha) (ton)

50

Palawija (Komoditi ...)

DAMPAK KONTRIBUSI PERLUASAN SAWAH TAHUN 2008TERHADAP PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA TAHUN 2008

Produksi GKP 2008(ton)

PadiLokasi

Total