01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

65
MANFAAT MASSAGING NAPE (PEMIJATAN TENGKUK) TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI RSUD CILACAP KARYA TULIS ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Akhir Program Diploma III Oleh: NURCHAYATI NPM: D200901001 AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP JULI 2012

Transcript of 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Page 1: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

MANFAAT MASSAGING NAPE (PEMIJATAN TENGKUK)

TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS

DI RSUD CILACAP

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Akhir

Program Diploma III

Oleh:

NURCHAYATI

NPM: D200901001

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP

JULI 2012

Page 2: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r
Page 3: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

ii  

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Manfaat Massaging Nape

(Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD

Cilacap” telah disusun oleh penulis sesuai dengan penulisan Karya Tulis

Ilmiah dan telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan panitia Sidang

Karya Tulis Ilmiah bagi Mahasiswa Akademi Kebidanan Graha Mandiri

Cilacap.

Cilacap, 4 Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Wiwit Desi Intarti, M. Keb Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes NPP. 19821208 2010 005 02 NPP. 19530512 2010 002 02

Page 4: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

iii  

PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manfaat Massaging Nape

(Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD

Cilacap telah dipertahankan dihadapan panitia Sidang Karya Tulis Ilmiah

di Akbid Graha Mandiri Cilacap, pada hari Jumat tanggal 6 Juli 2012.

Cilacap, 6 Juli 2012

Penguji I Penguji II

Naomi Pramila H, M. Keb Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes NPP. 19790209 2010 003 02 NPP. 19530512 2010 002 02

Mengetahui,

Direktur Akbid Graha Mandiri Cilacap

Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes NPP. 19530512 2010 002 02

Page 5: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

iv  

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap

Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap” benar-benar hasil

karya sendiri, bukan merupakan jiplakan dari karya tulis orang lain.

Cilacap, 4 Juli 2012

Penulis

Nurchayati

NPM. D200901001

Page 6: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

v  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Alloh SWT karena

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah yang berjudu “Manfaat Massaging Nape (Pemijatan

Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan. Maka dari itu, pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hartono S. ST. Ft. M. Pd selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan

Graha Mandiri Cilacap

2. Uti Lestari, S.SiT. MH. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

Graha Mandiri Cilacap dan selaku pembimbing dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah

3. Wiwit Desi Intarti, M. Keb selaku pembimbing dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini

4. Dosen Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian

5. Segenap Staf dan karyawan Akademi Kebidanan Graha Mandiri

Cilacap

6. Ibu dan ayah tercinta yang tidak pernah henti memberikan do’a,

dukungan dan semangat

Page 7: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

vi  

7. Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi tempat berbagi ilmu

dan pengalaman.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis sangat

mengaharapkan partisipasi dari berbagai pihak khususnya pembaca dalam

bentuk kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan

menyempurnakan penelitian selanjutnya. Akhirnya harapan penulis

semoga penelitian ini sesuai dengan tugas yang diberikan.

Atas perhatian dari pembaca, penulis ucapkan terima kasih.

Cilacap, 4 Juli 2012

Penulis

Nurchayati

D200901001

Page 8: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

vii  

SARI

Nurchayati, 2012. Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap. Program D III Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap. Pembimbing Wiwit Desi Intarti, M. Keb dan Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes.

Kata Kunci : Produksi ASI, Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)

Latar Belakang Masalah : Salah satu faktor pendukung dalam kesuksesan Millenium Development Goals (MDGs) adalah pemberian ASI. ASI mengandung berbagai nutrisi yang sangat bermanfaat bagi kekebalan tubuh bayi. Anak balita merupakan usia paling rentan terkena gangguan kesehatan. Banyak ibu menyusui yang kesulitan dalam memperbanyak produksi air susunya bahkan mereka mengalami dilema karena air susunya tidak keluar Karena itulah sebuah alternatife diupayakan untuk meningkatkan jumlah produksi ASI yakni dengan Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk).

Rumusan masalah : Bagaimana Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap?

Tujuan penelitian : Ingin mengetahui Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap.

Kerangka teori : (1) ASI ; (2) Massaging Nape (pemijatan tengkuk); (3) Hubungan massaging nape (pemijatan tengkuk) dengan pengeluaran ASI; (4) Kerangka berpikir; (5) Hipotesis

Metode penelitian : penelitian ini menggunakan desain cross sectional

Teknik analisa data: menggunakan korelasi product moment dalam program SPSS untuk mengetahui manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) yang dilihat dari perbedaan jumlah produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan massaging nape (pemijatan tengkuk) pada ibu nifas di RSUD Cilacap.

Pembahasan hasil penelitian : Berdasarkan analisis data dari uji hipotesis didapatkan r hitung = 0,6726. Jika N = 30 dan α (5 %) maka harga r tabel = 0,361. Ternyata r hitung > r tabel (0,6726 > 0,361), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan positif dan nilai koefisiensi korelasi antara massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI.

Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI ibu nifas.

Saran : (1) Masyarakat khususnya ibu nifas; Melakukan massaging nape (pemijatan tengkuk) mulai dari awal menyusui supaya tidak terjadi bendungan ASI dan mendapatkan ASI yang berkualitas. (2) Pendidikan; Menggunakan massaging nape (pemijatan tengkuk) dalam asuhan masa nifas sebagai alternatif materi pendidikan. (3) Profesi Bidan; Melakukan massaging nape (pemijatan tengkuk) pada ibu nifas sedini mungkin pada proses laktasi, agar ASI keluar lancar, tidak terjadi bendungan dan ibu merasa senang saat menyusui.

Page 9: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

viii  

ABSTRACT

Nurchayati, 2012. Benefits of Massaging Nape Expenditures Against Ruling on Breastfeeding Mathernal Childbirth in Hospital Cilacap. D III Academy of Midwifery Graha Mandiri Cilacap. Adviser Wiwit Desi Intarti, M. Keb and Uti Lestari, S.Si. T. MH. Kes.

Key words: Milk Production, massaging nape

Problem Background: One of the factors supporting the success of the Millennium Development Goals (MDGs) is breastfeeding. Breast milk contains many nutrients that are beneficial to the baby’s immune. Toddlers are most susceptible to health problems. Many nursing mothers who struggle to increase milk production in fact they have a dilemma because the milk does not come out is why a number of alternatives attempet to raise milk production is by massaging nape.

Formulation of the problem : How to Benefit Massaging Nape Expenditures Against Ruling on Breastfeeding Mathernal Childbirth in Hospital Cilacap?

The purpose of the study : Knowing the benefit of massaging nape expenditures against tuling on breastfeeding mathernal childbirth in hospital cilacap.

Theoretical framework: (1) Breastfeeding; (2) massaging nape; (3) correlated of massaging nape with milk expenditures; (4) operational definition; (5) hypothesis

Methods of research: this study uses cross sectional design

Data analysis techniques: using product moment correlations in SPSS program to find out the benefits of massaging nape is seen from the difference in the amount of milk production before and after massaging nape on the maternal childbirth in hospital cilacap.

Result of research: based on analysis of data obtained from testing the hypothesis count r = 0.6762. if N = 30 and α (5%) then the price of table r = 0.361. it turned out that r count> r table (0,6762> 0,361), so that Ho refused and Ha is received. This means between massaging nape on milk expenditures.

Concluding the study: based on the result of research and discussion, it can be concluded that there are benefit of massaging nape on milk expenditures of mother childbirth

Suggestion: (1) people, especially women postpartum; doing massaging nape starting from the beginning of breastfeeding so that no dam and get milk quality. (2) education; using massaging nape in care during childbirth as an alternative educational materials. (3) professional midwives; Doing massaging nape in the mother as early as possible in the process of puerperal lactation, in order to smooth out the mother’s milk, is not the case of dam and lactating mothers have a great time.

Page 10: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

ix  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………. iii

HALAMAN PERNYATAAN..……………………………………….. iv

KATA PENGANTAR..……………………………………………….. v

SARI……………………………………………………………………. vii

ABSTRACT……………………………………………………………. viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xiii

DAFTAR BAGAN…………………………………………………….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah…………………………………… 1

B. Identifikasi masalah………………………………………. 3

Page 11: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

x  

C. Rumusan masalah……………………………………… 3

D. Tujuan penelitian………………………………………. 4

E. Manfaat penelitian……………………………………... 4

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kerangka teori……….………………………………… 6

B. Kerangka berpikir……………..………………………... 26

C. Kerangka konsep penelitian……………..……………... 27

D. Hipotesis………………………………………………… 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Tempat dan waktu penelitian…………………………… 28

B. Metode penelitian………………………………………. 28

C. Teknik analisa data…………………………….……….. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data penelitian….……………………………………… 31

B. Analisa data……………….…………………………… 36

C. Uji hipotesis……………………………………………. 37

D. Pembahasan hasil penelitian…………………………… 38

E. Keterbatasan penelitian………………………………… 40

BAB V PENUTUP

A. Simpulan………………………………………………. 41

B. Saran…………………………………………………… 41

Page 12: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

xi  

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

Page 13: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

xii  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Paritas………………… 34

Tabel 4.2 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Umur Ibu…………….. 34

Tabel 4.3 Data Penelitian Produksi ASI………………………………….. 35

Tabel 4.4 Produksi ASI…………………………………………………… 36

Page 14: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

xiii  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Payudara……………………………………………. 8

Gambar 2.2 Refleks Prolaktin…………………………………………….. 14

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk Putting Susu………………………………… 18

Gambar 2.4 Otot Semispinalis……………………………………………. 20

Page 15: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

xiv  

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Interaksi Hormonal Selama Kehamilan………………………… 12

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir………..……………………………………. 26

Bagan 2.3 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………… 27

Page 16: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

xv  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Cheklis Massaging Nape (pemijatan tengkuk)

Lampiran 4 Data Produksi ASI

Lampiran 5 Produksi ASI

Page 17: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai Kep. Menkes RI No.900/MENKES/VII/2002 pasal 24 yang

berbunyi bidan dalam menjalankan praktiknya harus menjalankan program

pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Di Indonesia

meskipun Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKaBa)

telah mengalami penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian untuk

mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan

komitmen dan usaha keras terus-menerus dari berbagai bidang kesehatan

khususnya dalam pelayanan obstetrik.

United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF)

berdasarkan berbagai penelitian, sebanyak 10 juta kematian anak balita di

dunia. Sedangkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,

Angka Kematian Balita di Indonesia adalah 46 per 10.000 kelahiran hidup

setiap tahunnya. Program kesehatan Jawa Tengah 2010 mendapatkan hasil

yang memuaskan. Dari hasil survei, Angka Kematian Bayi di Jawa Tengah

2009 adalah 9,7 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Balita

2009 adalah 10,12 per 1.000 kelahiran hidup (Bappeda Jateng, 2010).

Page 18: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

2  

Keberhasilan program kesehatan Jawa Tengah tidak terlepas dari

pencapaian program kesehatan Cilacap. Berdasarkan data laporan, Cilacap

mendapatkan pencapaian yang cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat

dari indikator Angka Kematian Bayi di Cilacap mencapai 9,3 per 1.000

kelahiran hidup dari target 10 dan Angka Kematian Balita 10,02 per 1.000

kelahiran hidup dari target 11,03 (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2010).

Penyebab dari kematian pada periode ini adalah diare, sepsis (infeksi

sistemik), kelainan bawaan dan infeksi saluran pernafasan (Riset Kesehatan

Dasar Dep. Kes, 2007). Sedangkan diare merupakan penyebab utama

kesakitan dan kematian bayi dan balita di Indonesia, menurut laporan Dep.

Kes RI di Indonesia setiap anak mengalami episode diare 1,6 – 2 kali dalam

satu tahun (Dwipoerwantoro, 2003).

Salah satu faktor pendukung dalam kesuksesan Millenium

Development Goals (MDGs) adalah pemberian ASI. ASI sebagai suatu zat

yang diyakini dalam setiap penelitian mengandung berbagai nutrisi yang

sangat bermanfaat bagi kekebalan tubuh si kecil. Anak balita merupakan usia

yang beresiko paling rentan terkena gangguan kesehatan yang bisa

menyebabkan angka kesakitan dan kematian balita meningkat. Dari hasil

penelitian Roesli (2000) dan Purwanti (2004) menunjukkan bahwa bayi yang

tidak diberi ASI eksklusif mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering

terkena diare dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.  

Page 19: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

3  

Pilihan untuk memberikan ASI eksklusif perlu disepakati bersama,

terutama dengan suami. Dukungan keluarga, terlebih suami memberikan

motivasi yang akan menumbuhkan emosi positif bagi istri. Roesli (2011)

mengungkapkan produksi ASI ditentukan oleh pikiran istri. Di sinilah ayah

memainkan perannya sebagai ayah ASI atau breastfeeding father. Dukungan

mental sangat penting bagi ibu yang sedang menyusui, karena seorang ibu

menyusui harus dalam keadaan nyaman sehingga tidak terjadi hambatan

dalam proses pengeluaran ASI.

Namun dalam kenyataannya banyak ibu menyusui yang kesulitan

dalam memperbanyak produksi air susunya selain itu tidak ada peran keluarga

terutama suami yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada proses

emas menyusui, sehingga tidak jarang dari mereka mengalami dilema karena

air susunya tidak keluar padahal mereka sadar bayinya sangat membutuhkan

air susu yang mereka produksi.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap

Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap”

Page 20: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

4  

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pengamatan di RSUD

Cilacap, maka penulis mengidentifikasi masalah antara lain, ketidaktahuan ibu

tentang manfaat ASI bagi bayinya, kurangnya peran suami atau keluarga

dalam pemberian ASI pada masa nifas, ketidaktahuan ibu tentang cara untuk

memperbanyak ASI.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana Manfaat

Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu

Nifas di RSUD Cilacap?

D. Tujuan

Ingin mengetahui Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)

Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya tentang

manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI

pada ibu nifas.

Page 21: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

5  

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat penelitian ini ditujukan kepada :

a. Pendidikan

Penelitian ini bermanfaat untuk menunjang ilmu pengetahuan yang

terbaru. Terutama bagi mahasiswa kebidanan, semakin menambah

tingkat pengetahuan pada ilmu - ilmu yang terbaru sehingga ilmu ini

dapat dipelajari dan dikembangkan dalam masyarakat.

b. Masyarakat

Penelitian ini menjawab setiap kecemasan yang terjadi pada masa

menyusui, dimulai dari permasalahan ASI yang tidak keluar, volume

ASI yang keluar sedikit hingga keikutsertaan anggota keluarga

terutama suami dalam upaya memperbanyak produksi ASI.

c. Profesi bidan

Penelitian ini membantu bidan dalam melakukan asuhan dan

pelayanannya, dan semakin meningkatkan tingkat pengetahuan ilmu

kebidanan yang terbaru dalam asuhan masa nifas dan asuhan bayi

baru lahir.

Page 22: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

  

6  

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Air Susu Ibu (ASI)

a. Anatomi payudara

Payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi

antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia

superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan

dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara

berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari

jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (cauda axillaris spence)

(Verralls, 2003).

Secara vertikal payudara di antara kosta II dan VI, secara

horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan

subkutan superficial dan profundus yang menutupi muskulus pektoralis

mayor, sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna

(Soetjiningsih, 2009).

Verralls (2003) menjelaskan payudara (Gambar 2.1) tersusun atas

jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan

ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18

Page 23: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

7  

  

lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-

lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional

yang berisi dan tersusun atas bagian seperti berikut (Verralls, 2003) :

1) Alveoli yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap

alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu yang disebut

acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting

untuk pembentukan air susu. Disekeliling setiap alveolus terdapat

sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang atau sel

laba-laba. Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan

berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer

2) Tubulus laktifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan

alveoli

3) Duktus laktifer adalah saluran sentral yang merupakan muara

beberapa tubulus laktifer

4) Ampulla adalah bagian dari duktus laktifer yang melebar, yang

merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah

areola kemudian meluas sampai muara papilla mammae (Verralls,

2003).

Kemudian di dalam badan payudara terdapat bangunan yang

disebut alveolus, yang merupakan tempat air susu diproduksi. Dari

alveolus ini ASI dialirkan ke dalam saluran kecil (duktulus) dan

beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar

(duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran

Page 24: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

 

ya

m

ya

at

re

di

G

b. Fi

di

su

m

pl

pe

ang disebut

memusat ke d

Di dala

ang bila ber

tau puting da

efleks menyu

iperlukan da

Gambar 2.1 :

isiologi peng

Dalam f

isekresi oleh

usu ibu, tetap

meningkat sel

lasenta. Den

ersalinan, m

sinus laktife

dalam puting

am dinding

rkontraksi da

an areola ter

usui. Bila p

lam proses m

Anatomi Pa

geluaran AS

fisiologi lak

h glandula p

pi walaupun

lama keham

ngan lepasny

maka kadar

ferus. Akhirn

g dan bermua

alveolus ma

apat memom

rdapat saraf

puting dihis

menyusui (S

ayudara Saat

SI

ktasi, prolakt

pituitaria an

n kadar horm

milan, kerja h

ya atau kelu

estrogen d

nya semua s

ara ke luar.

aupun salura

mpa air susu

f peraba yang

ap terjadilah

iswosudarm

t Laktasi (Ve

tin merupak

nterior, penti

mon ini di da

hormon ini d

uarnya plase

dan progeste

saluran yang

an terdapat

u keluar. Pa

g sangat pen

h refleks ya

mo dan Emili

eralls, 2003)

an suatu hor

ing untuk pr

alam sirkulas

dihambat ol

enta pada ak

eron berang

8

g besar ini

otot polos

ada papilla

nting untuk

ang sangat

a, 2010).

)

rmon yang

roduksi air

si maternal

eh hormon

khir proses

gsur-angsur

Page 25: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

9  

  

turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.

Terjadi suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat diekstraksi

bahan penting untuk pembentukan air susu.

Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel

sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke

tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi

dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu

perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya

benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam

hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada

malam hari (Veralls, 2003).

Manuaba (1998) segera setelah terjadi kehamilan maka korpus

luteum berkembang terus dan mengeluarkan estrogen dan progesteron,

untuk mempersiapkan payudara saat menyusui. Estrogen akan

mempersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam bentuk proliferasi,

deposit lemak, air dan elektrolit, kemudian jaringan ikat makin banyak

dan mioepitel disekitar kelenjar mamae semakin membesar. Sedangkan

progesteron semakin meningkatkan kematangan kelenjar mamae

bersama dengan hormon lainnya.

Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan

menjadi 3 bagian, yaitu :

Page 26: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

10  

  

1) Pembentukan kelenjar payudara

Menurut Soetjiningsih (2009) ada beberapa tahapan dalam

pembentukan kelenjar payudara, yaitu sebagai berikut :

(a) Sebelum pubertas

Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa

fetus. Mendekati pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari

sistem duktus terutama di bawah pengaruh hormon estrogen

sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron.

Hormon yang juga ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar

payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar

adenohipofise (hipofise anterior).

(b) Masa pubertas

Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-

percabangan sistem duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-

unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-ujung distal

duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan

membentuk septum interlobular (Soetjiningsih, 2009).

(c) Masa siklus menstruasi

Perubahan kelenjar payudara pada wanita dewasa sangat

dipengaruhi dengan perubahan-perubahan hormonal yang

mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progesteron yang

dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormon ini meningkat

maka akan terjadi edema lobules, penebalan dari basal membran

Page 27: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

11  

  

epitel dan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan

dirasakan payudara berat dan penuh.

Setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan progesteron

berkurang yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi

dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami

proliferasi, edema berkurang sehingga besarnya payudara

berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal

ini yang menyebabkan payudara bertambah besar tiap siklus

ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi hingga umur 30

tahun (Soetjiningsih, 2009).

(d) Masa kehamilan

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas

dari duktulus yang baru, percabangan-percabangan dan lobules,

yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus

luteum. Interaksi hormonal selama kehamilan ini dapat dilihat

pada Bagan 2.1 (Soetjiningsih, 2009).

(e) Pada 3 bulan kehamilan

Prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai

merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan kolostrum.

Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh

estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin meningkat

hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum ditekan.

Page 28: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

12  

  

(f) Pada trimester kedua kehamilan

Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan

kolostrum (Soetjiningsih, 1998).

Bagan 2.1 Interaksi Hormonal Selama Kehamilan (Lawrence RA, 1980)

Manuaba (1998) menjelaskan bersamaan dengan

membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk

memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, putting

susu semakin menonjol, pembuluh darah makin tampak dan

areola mamae makin menghitam.

Hormon-hormon yang membantu metabolism

• Insulin, kortisol, tiroid, paratiroid,

Payudara

• Pertumbuhan • Duktulus lobules, alveoli • Mempersiapkan sel

aepitel alveoli • Aktifitas sekresi dari

prolaktin dihambat oleh seks steroid

Hipotalamus

• Menghambat sekresi growth hormon, FSH, LH

• Menekan faktor penghambat prolaktin (PIF)

Adenohipofise

• Prolaktin

Plasenta

Korpus luteum

o Estrogen o Progesterone

o Estrogen o Progesterone o Laktogen plasenta

o Estrogen o Progesterone o Laktogen plasenta

PIF prolaktin

Page 29: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

13  

  

2) Pembentukan air susu

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-

masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu

yaitu refleks prolaktin dan refleks let down (Lawrence RA, 1995).

(a) Refleks prolaktin

Menjelang akhir kehamilan prolaktin memegang peranan

membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena

aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang

kadarnya memang tinggi. Setelah lepasnya plasenta dan kurang

berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesteron

sangat berkurang, ditambah isapan bayi yang merangsang putting

susu dan kalang payudara. Rangsangan dilanjutkan ke

hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon.

Hipotalamus menekan pengeluaran yang memacu sekresi

prolaktin (Soetjiningsih, 2009)

Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan

merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar

prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi

untuk membuat air susu. Pada ibu yang menyusui kadar

prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :

(1) Stress atau pengaruh psikis

(2) Anastesi

(3) Operasi

Page 30: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

 

(4) Ran

(5) Hub

(6) Oba

klor

Gambar

Sed

prolakt

(1) Giz

(2) Oba

(b) Reflex l

B

adenoh

yang d

kemudi

diangku

uterus

yang sa

ngsangan pu

bungan kela

at-obatan

rpromazin, f

r 2.2 : Reflek

dangkan kea

tin adalah :

zi ibu jelek

at-obatan sep

let down (mi

Bersamaan

hipofise, ran

dilanjutkan

ian dikeluark

ut menuju

sehingga te

ampai pada a

utting susu

amin

tranqulizer

fenotiazid (S

ks Prolaktin

adaan-keadaa

perti ergot, I

ilk ejection r

dengan

ngsangan ya

ke neuro h

kan oksitosin

uterus yan

erjadi involu

alveoli akan

hipotalamu

Soetjiningsih

(Jellife DB,

an yang men

I-dopa (Soetj

reflex)

pembentuka

ang berasal

hipofise (hip

n. Melalui al

ng dapat m

usi dari org

mempengar

us seperti

h, 2009)

1978)

nghambat p

tjiningsih, 20

an prolak

dari isapan

pofise poste

liran darah, h

menimbulkan

gan tersebut.

ruhi sel mioe

14

reserpin,

engeluaran

009)

ktin oleh

n bayi ada

rior) yang

hormon ini

n kontraksi

. Oksitosin

epitelium.

Page 31: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

15  

  

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat

keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk

selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut

bayi (Soetjiningsih, 2009).

Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah :

(1) Melihat bayi

(2) Mendengarkan suara bayi

(3) Mencium bayi

(4) Memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat reflex let down adalah :

(1) Keadaan bingung atau pikiran kacau

(2) Takut

(3) Cemas (Soetjiningsih, 2009)

Bila ada stress dari ibu yang menyusui maka akan terjadi

blockade dari reflex let down. Ini disebabkan oleh karena adanya

pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan

vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin

kurang mencapai target organ mioepitelium.

Akibat dari tidak sempurnanya reflex let down maka akan

terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli. Karena reflex let

down tidak sempurna bayi yang haus menjadi tidak puas.

Ketidakpuasan ini akan menjadi tambahan stress bagi ibu. Bayi

yang tidak puas ini akan menambah isapan untuk mendapatkan

Page 32: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

16  

  

jumlah air susu yang lebih sehingga bisa menyebabkan lecet

pada putting susu. Putting susu yang lecet atau luka ini akan

dirasa sakit oleh ibunya sehingga bisa menambah stress yang

dirasakan (Soetjiningsih, 2009).

3) Pemeliharaan pengeluaran air susu

Menurut Soetjiningsih (2009) hubungan antara hipotalamus dan

hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah.

Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan

pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses

menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari

alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan

mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang

menyebabkan terlambatnya proses menyusui.

Pengeluaran oksitosin ternyata di samping dipengaruhi oleh

isapan bayi juga dipengaruhi oleh suatu reseptor yang terletak pada

sistem duktus. Bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara

reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk

memeras keluar air susu dari alveoli. Jadi peranan prolaktin dan

oksitosin mutlak perlu selama proses menyusui.

c. Mekanisme Menyusui

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik yang diperlukan

untuk keberhasilan menyusui seperti :

Page 33: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

17  

  

1) Refleks mencari (rooting reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling

mulut bayi merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks

mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju

putting susu yang menempel dan diikuti dengan membuka mulut

kemudian putting susu ditarik masuk ke dalam mulut (Soetjiningsih,

2009).

2) Refleks menghisap (sucking reflex)

Teknik menyusui yang baik apabila kalang payudara sedapat

mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak

mungkin dilakukan oleh ibu dengan kalang payudara yang besar.

Jika tidak mampu mencakup semua, tanda lain yang menandakan

bayi menghisap dengan benar yaitu bila rahang bayi sudah menekan

sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara. Hal yang

salah ditunjukan apabila rahang bayi menekan putting susu saja,

karena bayi hanya akan menghisap sedikit bagian putting dan dapat

menyebabkan putting susu ibu lecet (Soetjiningsih, 2009).

3) Refleks menelan (swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari putting susu bayi akan melakukan

gerakan menghisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot

pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan

dengan mekanisme menelan masuk ke lambung (Soetjiningsih,

2009).

Page 34: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

 

G

t

Gambar

2. Mass

a. Pe

ya

ge

tit

ya

ya

m

ge

Ada em

Gambar 2.3

terbenam

2.3 : Bentuk

saging Nape

engertian M

Menurut

ang bertujua

enjotan-genj

tik sentrarefl

Sedangka

ang terstrukt

ang lain se

melakukan m

erakan meng

mpat macam

yaitu bentu

k-bentuk put

e (Pemijatan

Massage

Tairas (2000

an untuk mem

otan atau pi

leks.

an menurut

tur dari teka

eperti lengan

manipulasi di

gurut, mengg

m bentuk put

uk normal/um

ting susu (Si

n Tengkuk)

0), massage

mperlancar k

ijatan-pijatan

Mumford (

anan atau se

n bawah d

i atas kulit, t

gosok, memu

ting seperti

mum, pende

iswosudarmo

)

adalah suat

kambali alira

n kembali a

2001), mass

entuhan. Tan

dan siku da

terutama pa

ukul dan me

yang dijelas

ek/ datar, pa

o dan Emilia

tu metode re

an darah, yak

aliran darah

sage adalah

ngan dan ba

apat diguna

ada bagian o

nekan.

18

skan dalam

anjang dan

a 2010)

efleksiologi

kni dengan

pada titik-

rangkaian

agian tubuh

akan untuk

otot dengan

Page 35: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

19  

  

Menurut Katsusuke (1996), massage atau pijat didasarkan pada ide

bahwa jantung adalah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara

pengobatannya mengikuti sistem peredaran darah, terutama nadi-nadi

arteri dan bergerak masuk ke dalam dari ujung tubuh menuju jantung.

b. Anatomi Tengkuk

Sloane (2003) secara anatomis di dalam tengkuk terdapat otot

semispinalis bagian kepala, leher dan dada (Gambar 2.4). Bagian ini

merupakan gabungan otot yang terletak di sepanjang punggung dari

regia toraks sampai kepala. Tempat insersi otot ini berada pada tulang

oksipital (kapitus) dan prosesus spinosa C1 – C7 (serviks) dan T1 – T4

(toraks). Peran otot ini menimbulkan kontraksi simultan di kedua sisi

akan memanjang ke bagian kepala dan kolumna vertebra, sedangkan

kotraksi di salah satu sisi akan merotasi kepala ke arah bawah.

Gambar 2.4 Otot Semispinalis (Sloane, 2003)

Dina (2004) menuturkan, Leher bagian belakang dalam bahasa

Indonesia dikenal dengan istilah “tengkuk” atau “kuduk”. Leher terdiri

atas ruas-ruas tulang belakang yang berakhir didasar tengkorak.

Page 36: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

20  

  

Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendi atau

ligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang

menjadi stabil. Di daerah leher juga terdapat otot-otot untuk

mendukung atau menyokong beban leher untuk gerakan leher.

Tengkuk merupakan bagian tubuh yang paling rumit dan unik

karena terdiri dari beberapa sendi yang kompleks dilalui oleh saraf dan

pembuluh darah, otot-otot, tendo dan ligamennya yang memungkinkan

tengkuk bergerak secara kompleks. Di samping itu tengkuk juga daerah

yang paling banyak mendapatkan ketegangan atau stress (Suharto,

2011).

Pemijatan tengkuk sangat erat kaitannya dengan keberadaan

hipofisis dan hipotalamus. Letak tengkuk yang dekat dengan kepala dan

dada dengan aksi dari otot semispinalis yang menimbulkan kontraksi

simultan akan mempercepat suplai darah yang mengangkut oksitosin

dan prolaktin. Supai darah ke neurohipofisis terjadi melalui dua arteri

hipofisis inferior yang merupakan cabang arteri karotis internal,

kemudian memasuki neurohipofisis dan membentuk jaring-jaring

kapiler.

Aliran vena mengalir melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural.

Suplai darah ke hipofisis tidak langsung yakni melalui arteri hipofisis

superior (cabang arteri karotis interna) kemudian memasuki bagian

tengah tonjolan hipotalamus dan batang infundibulum sehingga

mementuk jaring-jaring kapiler pertama. Melalui sistem ini hormon

Page 37: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

21  

  

yang diproduksi di hipotalamus langsung dibawa ke adenohipofisis

tanpa memasuki sirkulasi darah besar. Neurohipotalamus mensekresi

dua neurohormon yaitu oksitosin dan hormon antidiuretik (ADH) yang

dibawa langsung di sepanjang akson dan disimpan dalan neurohipofisis.

Hipofisis tidak memiliki hubungan saraf langsung dengan hipotalamus.

Hormon hipofisis anterior juga dilepas berdasarkan sinyal dari

hipotalamus, tetapi melalui hubungan vascular (Sloane, 2003).

Peran hipofisi mengeluarkan endorfin (endegenous opiates) yang

berasal dari tubuh dan efeknya menyerupai heroin dan morfin. Zat ini

berkaitan dengan penghilang nyeri alamiah (analgesik). Peran

selanjutnya mengeluarkan prolaktin yang akan memicu dan

mempertahankan sekresi air susu dari kelenjar mammae. Sedangkan

peran hipotalamus mengeluarkan oksitosin yang berguna untuk

menstimulus sel-sel otot polos uterus dan menyebabkan keluarnya air

susu dari kelenjar mammae pada ibu menyusui dengan menstimulasi

sel-sel mioepitel (kontraktil) di sekitar alveoli kelenjar mammae.

Oksitosin akan keluar apabila ada hisapan payudara, suara bayi atau

stimulasi putting atau areola pada ibu yang menyusui yang akan

menstimulasi saraf pada hipotalamus (Sloane, 2003).Sekresi air susu

akan terhambat apabila ibu merasakan nyeri saat menyusui atau stres

emosional. Inilah peranan pijat tengkuk yang mengurangi nyeri ibu

menyusui dan membantu meredam stres emosional, dengan pijatan

tengkuk merangsang keluarnya endorfin yang menenangkan sehingga

Page 38: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

22  

  

reflek oksitosin dan prolaktin menjadi lancar. Selain itu prosedur

pemijatan tengkuk juga melibatkan suami sehingga akan meningkatkan

jalinan kasih sayang anak, ibu dan ayah (Roesli, 2011).

Nyeri tengkuk yang terjadi pada ibu nifas ini memang

menyebabkan ketidaknyamanan yang bisa berpengaruh dalam proses

menyusui. Pemijatan tengkuk memberikan kontribusi dalam

penyeimbangan hormon. Sedangkan hubungan yang utuh antara

hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin

dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran

permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui.

Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu

dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan

mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang

menyebabkan terlambatnya proses meyusui. Berkurangnya rangsangan

menyusui oleh bayi berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang,

sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar

prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu

mulai sejak minggu pertama kelahiran (Dyna, 2004).

3. Keterkaitan Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) dengan

Pengeluaran ASI

Masa nifas merupakan masa peralihan seorang ibu memerankan

perannya. Banyak hal yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran masa

nifas. Di mulai dari gizi ibu, pola istirahat hingga dukungan keluarga yang

Page 39: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

23  

  

membuat ibu merasa nyaman menikmati perannya. Begitu juga dengan

pemberian ASI yang tidak hanya sekedar proses berdua antara ibu dengan

bayi, akan tetapi dengan keberadaan seorang ayah akan sangat membantu

proses jalinan kasih sayang ibu dengan anak.

Pengeluaran ASI sangat erat kaitannya dengan tenik menyusui dan

frekuensi menyusui bayi. Karena ASI akan keluar apabila ada rangsangan

hisapan bayi yang akan diteruskan ke hipofisis untuk mengeluarkan

prolaktin. Hisapan bayi juga akan merangsang hipotalamus untuk

mengeluarkan oksitosin yang akan membantu pengeluaran ASI dan

mempercepat involusio uteri (Sloane, 2003).

Peranan massaging nape (pemijatan tengkuk) mampu memperlancar

pengeluaran ASI yang mungkin pada awal pengeluarannya sedikit

sehingga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Proses awal

pemijatan pada otot semispinalis memperlancar aliran darah menuju

hipofisis melalui arteri hipofisis inferior dan superior. Setelah rangsangan

diterima hipofisis akan mengeluarkan hormon endorfin yang akan

membuat ibu nyaman saat menyusui. Pada perasaan yang nyaman inilah

proses pengeluarkan prolaktin oleh hipofisis akan berlangsung (dibantu

dengan hisapan bayi).

Sifat otot semispinalis mampu menimbulkan kontraksi simultan.

Dengan kontraksi simultan inilah sinyal dari hipofisis akan dengan cepat

diterima hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin yang berguna pada

Page 40: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

24  

  

proses involusio uteri dan membatu menekan duktus untuk mengeluarkan

ASI (Sloane, 2003).

Pemijatan ini dilakukan saat ibu menyusui dalam posisi duduk. Dari

belakang ibu sang ayah memijat bagian tengkuk sisi kanan dan sisi kiri

bagian yang menonjol dengan melakukan gerakan memutar kecil dan

lembut. Gunakan kedua bagian ibu jari, gerakan memutar ke arah kanan

dan ke arah kiri kemudian lanjutkan ke arah bawah sampai dengan bahu.

Ulangi hingga 10 kali sekitar 15 – 20 menit.

Oksitosin adalah hormon yang diproduksi di hipotalamus dan

diangkut lewat aliran aksoplasmed ke hipofisis posterior yang jika

mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah.

Peranan fisiologi lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan

pengeluaran ASI dari kelenjar mammae. Impuls neural dari pemijatan

tengkuk yang terbentuk dari rangsang papilla mammae merupakan

stimulus primer bagi pelepasan oksitosin (Roesli, 2011).

4. Penelitian Dahulu yang Relevan

Rastia Denny Widayanti meneliti manfaat Breast Care Ibu Nifas di

RB Mboga Sukoharjo pada tahun 2008. Breast care (perawatan payudara)

merupaka salah satu cara untuk memperbanyak produksi ASI. Breast care

bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya

saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI, untuk itu perlu

diberikan pendidikan kesehatan tentang berast care kepada ibu nifas,

sehingga dapat menambah pengetahuan pada ibu nifas.

Page 41: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

25  

  

Dari jumlah sampel 18 orang kelompok eksperimen dan 18 orang

kelompok kontrol hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa

terdapat manfaat breast care pada ibu nifas di RB mboga Sukoharjo.

Page 42: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

26  

  

B. Kerangka Berpikir

Bagan 2.2 : Kerangka Berpikir

Nifas

Gizi ibu nifas Dukungan suami atau keluarga

Pola istirahat

Massaging nape (pemijatan tengkuk)

Pijatan pada otot semispinalis

Duktus mendorong ASI

Produksi ASI

Hisapan bayi

Prolaktin Oksitosin

Hipofisis

alveoli

Duktulus

Page 43: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

27  

  

C. Kerangka Konsep Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable) dalam

penelitian ini adalah produksi ASI.

2. Variabel Independen

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah

massaging nape (pemijatan tengkuk).

3. Desain penelitian

Bagan 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat manfaat massaging nape

(pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di RSUD

Cilacap.

Massaging Nape (pemijatan tengkuk)

Produksi ASI sebelum Produksi ASI sesudah

Page 44: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

  

28  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Mawar (Nifas) RSUD

Cilacap, Jalan Gatot Subroto No. 28 Cilacap.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2011

sampai dengan bulan Desember 2011.

B. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik dengan

desain cross sectional. Dalam penelitian cross sectional, peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

Kata satu saat bukan berarti semua obyek diamati tepat pada saat yang

sama, tetapi artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja dan

pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan

tersebut. Jadi pada studi cross sectional peneliti tidak melakukan

tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan (Sastroasmoro dan

Sofyan, 2006 : 28).

Page 45: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

29  

  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat massaging

nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di

RSUD Cilacap.

2. Identifikasi Variabel

a. Variabel Dependen

Variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable) dalam

penelitian ini adalah produksi ASI.

b. Variabel Independen

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah

massaging nape (pemijatan tengkuk).

c. Definisi Operasional

Pengeluaran air susu ibu merupakan jumlah air susu ibu yang

dihasilkan oleh duktus laktiferous pada ibu nifas yang ditampung

dalam wadah atau gelas kemudian diukur menggunakan spuit 3 cc

sebelum dan sesudah dilakukan massaging nape (pemijatan tengkuk)

di RSUD Cilacap pada bulan Nopember sampai dengan Desember

2011.

Massaging nape (pemijatan tengkuk) merupakan teknik

perangsangan relaksing melalui pemijatan otot semispinalis sehingga

muncul endorfin yang selanjutnya mampu mempercepat pengeluaran

oksitosin dan prolaktin yang berfungsi membantu pengeluaran ASI.

Dalam prosesnya massaging nape (pemijatan tengkuk)

Page 46: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

30  

  

membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan 10 kali pijatan

atau sampai ASI dirasakan sudah keluar banyak.

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Kriteria pengambilan sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 80). Jumlah populasi adalah

semua ibu yang menyusui di RSUD Cilacap yaitu sebanyak 40 ibu

nifas.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (Sugiyono, 2009: 81). Jumlah sampel yang diambil

adalah 30 ibu nifas.

Page 47: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

31  

  

c. Kriteria inklusi dan eksklusi

Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan

sampel ditetapkan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kriteria ini berupa kriteria inklusi dan eksklusi (Saryono, 2008:63).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Ibu yang bersalin di RSUD Cilacap

b) Ibu menyusui dengan suami atau anggota keluarga yang

bersedia menjadi responden

c) Ibu yang bayinya sehat dan bisa menyusu

d) Ibu menyusui yang tidak terkena penyakit infeksi dan

penyakit menular

e) Ibu menyusui yang memiliki suami atau anggota keluarga

yang mendukung

2) Kriteria eksklusi

a) Ibu yang tidak bersalin di RSUD Cilacap

b) Ibu menyusui yang tidak bersedia menjadi responden

2. Instrument penelitian

a. Variabel Penelitian

1) Variabel Dependen

Variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable) dalam

penelitian ini adalah produksi ASI.

Page 48: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

32  

  

2) Variabel Independen

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini

adalah massaging nape (pemijatan tengkuk).

b. Prosedur pengukuran

Prosedur massage nape (pemijatan tengkuk) adalah sebagai berikut :

1) Menyambut pasien

2) Mempersilakan pasien untuk duduk

3) Mempersiapkan alat

4) Mencuci tangan

5) Menjaga privasi pasien

6) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin

7) Mendekatkan alat

8) Mempersilakan ibu untuk melepas pakaian

9) Membersihkan bagian payudara ibu dengan handuk yang

dibasahi dengan air hangat kemudian mengeringkan dengan

handuk kering

10) Meminta ibu untuk memegang wadah (gelas atau botol) apabila

ASI ditampung

11) Memijat bagian tengkuk (bagian yang menonjol pada tengkuk),

memijat dari sisi kanan dan sisi kiri pada bagian yang menonjol

tersebut dengan gerakan memutar kecil dan lembut. Gunakan

kedua ibu jari dengan arah gerakan, ibu jari kanan ke arah kanan

Page 49: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

33  

  

dan ibu jari kiri ke arah kiri, kemudian lanjutkan ke arah bawah

sampai dengan bahu.

12) Melakukan pemijatan selama 10 kali 15 - 20 menit atau sampai

pengeluaran ASI meningkat

13) Mengukur ASI yang tertampung dalam wadah (gelas atau botol)

menggunakan spuit 3 cc

14) Mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dijelaskan

15) Membereskan alat

16) Mencuci tangan

17) Mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan

3. Teknik analisa data

Teknik analisa data pada uji hipotesis yang digunakan

untuk menganalisa rumusan masalah dan hipotesis dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi product

moment dalam program SPSS untuk mengetahui manfaat

massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI

pada ibu nifas di RSUD Cilacap (Sugiyono, 2010). Rumus yang

digunakan adalah :

∑∑

Page 50: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

34  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas di RSUD Cilacap

pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2011. Distribusi

karakteristik dari responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik responden

Tabel 4.1 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Paritas Paritas Jumlah Prosentase (%)

Primipara 11 36, 6 Multipara 19 63. 3 Jumlah 30 100

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011

Dari Tabel 4.1 menunjukan bahwa sampel terdiri dari 30 ibu nifas

dengan kelompok primipara sejumlah 11 ibu (63, 3%) dan kelompok

multipara 19 ibu (36, 6 %).

Tabel 4.2 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Umur Ibu Umur Ibu (Tahun) Jumlah Prosentase (%)

<20 - 0 20 – 35 24 80

>35 6 20 Jumlah 30 100

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer Di RSUD Cilacap Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa sampel terdiri dari tiga

kelompok umur. Kelompok umur <20 tahun tidak ada (0%), 20-25

tahun sejumlah 24 ibu (80%) dan >35 tahun sejumlah 6 ibu (20%).

Page 51: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

35  

  

2. Data Penelitian

Deskripsi hasil distribusi data di RSUD Cilacap diperoleh data

produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan massaging nape

(pemijatan tengkuk) pada ibu nifas selama 15 – 20 menit atau selama

waktu menyusui adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Penelitian Produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)

No Nama Umur (tahun) PA Pengeluaran ASI (cc) Sebelum Sesudah

1 Ny. Nr 22 1 0 2 5 2 Ny. Sm 21 1 0 1 5 3 Ny. Pi 25 1 0 3 6 4 Ny. Sy 26 1 0 2 5 5 Ny. Mn 29 1 0 3 7 6 Ny. Hr 28 1 0 1 3 7 Ny. Pt 23 1 0 4 5 8 Ny. Su 22 1 0 2 7 9 Ny. Sh 22 1 0 1 5 10 Ny. Sa 27 1 0 4 7 11 Ny. Sp 27 1 0 2 6 12 Ny. Pr 34 2 0 3 8 13 Ny. Ns 27 2 0 3 6 14 Ny. Sr 27 2 0 3 4 15 Ny.Ms 35 2 0 5 6 16 Ny. Ri 28 2 0 2 6 17 Ny. In 21 2 0 1 4 18 Ny. As 32 2 0 1 7 19 Ny. Sw 24 2 2 2 4 20 Ny. If 28 3 0 3 6 21 Ny. Kr 39 3 0 2 8 22 Ny. Ma 34 3 0 4 6 23 Ny. Wu 30 3 0 2 7 24 Ny. Ss 29 3 1 3 6 25 Ny. Ti 38 3 1 1 6 26 Ny. Pp 38 3 1 3 7 27 Ny. Sq 40 3 1 2 4 28 Ny. Tl 34 4 0 3 7 29 Ny. Wt 36 4 1 1 4 30 Ny. Wq 43 5 0 2 5

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011

Page 52: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

36  

  

B. Analisa Data

Analisa data digunakan untuk menganalisa rumusan masalah dan

hipotesis, dilakukan penghitungan dengan menggunakan korelasi product

moment untuk mengetahui perbedaan produksi ASI sebelum dan sesudah

dilakukan massaging nape (pemijatan tengkuk).

Tabel 4.4 Produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)

No X у X

y

χ . у

1 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25 2 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95 3 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19 4 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25 5 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83 6 1 3 -1,36 -2,7 1,84 7,29 3,67 7 4 5 1,64 -0,7 2,68 0,49 1,14 8 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46 9 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95 10 4 7 1,64 1,3 2,68 1,69 2,13 11 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10 12 3 8 0,64 2,3 0,40 5,29 1,47 13 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19 14 3 4 0,64 -1,7 0,40 2,89 1,08 15 5 6 2,64 0,3 6,96 0,09 0,79 16 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10 17 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31 18 1 7 -1,36 1,3 1,84 1,69 1,76 19 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61 20 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19 21 2 8 -0,36 2,3 0,12 5,29 0,82 22 4 6 1,64 0,3 2,68 0,09 0,49 23 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46 24 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19 25 1 6 -1,36 0,3 1,84 0,09 0,40 26 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83 27 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61 28 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83 29 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31 30 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25 ∑ 71 171 0,2 1 32,68 47,9 26,61

2,36 5,7 Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011

Page 53: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

37  

  

26,61√32,68 47,9

26,611565,372

0,6726

C. Uji Hipotesis

Pembuktian hipotesis dengan korelasi product moment.

Berdasarkan analisis data dari uji hipotesis didapatkan r hitung = 0,6726.

Jika N = 30 dan α (5 %) maka harga r tabel = 0,361. Ternyata r hitung > r

tabel (0,6726 > 0,361), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka

terdapat hubungan positif dan nilai koefisiensi korelasi antara massaging

nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI.

Artinya massaging nape (pemijatan tengkuk) memiliki manfaat

apabila dilakukan secara berkelanjutan sehingga produksi ASI semakin

meningkat yang bisa mencegah terjadinya bendungan ASI dan semakin

meningkatkan jalinan kasih sayang, ibu, anak dan suami.

Daerah Penolakan Ho Daerah

Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

-0,361

r = 0,6726

00,361

Page 54: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

38  

  

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data dari uji hipotesis tersebut didapatkan

hasil bahwa terdapat manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk)

terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas apabila dilakukan secara

bekelanjutan.

Massaging nape (pemijatan tengkuk) memberikan rasa relaksasi

pada ibu nifas saat menyusui. Impuls neural dari pemijatan tengkuk yang

terbentuk dari rangsang papilla mammae merupakan stimulus primer bagi

pelepasan oksitosin. Seperti yang kita ketahui oksitosin sangat berperan

dalam proses menyusui yaitu meningkatkan pengeluaran ASI dari kelenjar

mammae (Roesli, 2011).

Massaging nape (pemijatan tengkuk) memberikan kontribusi yang

besar bagi ibu nifas yang sedang menyusui. Rasa nyaman yang ibu rasakan

akan membantu dalam pengeluaran ASI sehingga ibu tidak akan

merasakan nyeri baik dari hisapan bayi pada payudara maupun kontraksi

uterus karena pada massagig nape (pemijatan tengkuk) mampu

mengeluarkan endorfin merupakan senyawa yang menenangkan. Dalam

keadaan tenang seperti inilah ibu nifas yang sedang menyusui mampu

mempertahankan produksi ASI yang mencukupi bagi bayinya.

Hal ini seperti teori Sloane (2003), Peranan hipofisis adalah

mengeluarkan endorfin (endegenous opiates) yang berasal dari dalam

tubuh dan efeknya menyerupai heroin dan morfin. Zat ini berkaitan dengan

penghilang nyeri alamiah (analgesik). Peranan selanjutnya mengeluarkan

Page 55: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

39  

  

prolaktin yang akan memicu dan mempertahankan sekresi air susu dari

kelenjar mammae. Sedangkan peranan hipotalamus akan mengeluarkan

oksitosin yang berguna untuk menstimulus sel-sel otot polos uterus dan

menyebabkan keluarnya air susu dari kelenjar mammae pada ibu menyusui

dengan menstimulasi sel-sel mioepitel (kontraktil) di sekitar alveoli

kelenjar mammae.

Oksitosin akan keluar apabila ada hisapan payudara, suara bayi

atau stimulasi putting atau areola pada ibu yang menyusui yang akan

menstimulasi saraf pada hipotalamus. Sekresi air susu akan terhambat

apabila ibu merasakan nyeri saat menyusui atau stres emosional. Inilah

peranan pijat tengkuk yang mengurangi nyeri ibu menyusui dan membantu

meredam stres emosional, dengan pijatan tengkuk merangsang keluarnya

endorfin yang menenangkan sehingga reflek oksitosin dan prolaktin

menjadi lancar.

Massaging nape (pemijatan tengkuk) juga mengikutsertakan peran

ayah maupun anggota keluarga lain seperti mertua misalnya. Karena pada

dasarnya proses menyusui merupakan interaksi emosional bersama,

sehingga rasa percaya diri, afektif dan interaksi sosial lebih terjadi dengan

baik. Hal ini dikarenakan massaging nape (pemijatan tengkuk)

membutuhkan bantuan orang lain, tetapi hal inilah yang membuat ibu

menyusui merasa nyaman, yakin dan percaya diri bahwa kehadiran

bayinya memang diharapkan semua pihak.

Page 56: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

40  

  

Seperti pendapat Roesli (2011) pemberian ASI tidak hanya sekedar

proses berdua antara ibu dengan bayi, akan tetapi keberadaan seorang ayah

akan sangat membantu. Peran ayah dalam membantu ibu menyusui dengan

melakukan pijat tengkuk atau punggung untuk merangsang hormon

sehingga bisa memproduksi ASI lebih banyak. Pemijatan ini dilakukan

saat ibu menyusui dalam posisi duduk. Dari belakang ibu sang ayah

memijat bagian tengkuk sisi kanan dan sisi kiri bagian yang menonjol

dengan melakukan gerakan memutar kecil dan lembut

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan pada penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada

salah satu payudara atau tidak diteliti pengeluaran ASI dari kedua

payudara

2. Pada penelitian ini tidak menghubungkan massaging nape

(pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas

dengan faktor paritas

Page 57: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

41  

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan

bahwa terdapat manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap

pengeluaran ASI pada ibu nifas di RSUD Cilacap pada bulan Nopember

sampai dengan Desember 2011. Dengan r hitung > r tabel (0,6726 >

0,361), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan

positif dan nilai koefisiensi korelasi antara massaging nape (pemijatan

tengkuk) terhadap pengeluaran ASI.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyampaikan

saran kepada :

1. Masyarakat

Sebagai seorang ayah disarankan ikut memberikan dukungan kepada

ibu menyusui, karena keberhasilan menyusui tidak hanya pada keadaan

fisik ibu, tetapi psikisnya. Dengan massaging nape (pemijatan tengkuk)

seorang ayah akan lebih bisa menciptakan perannya dalam menunjang

keberhasilan menyusui.

Page 58: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

42  

  

2. Pendidikan

Menggunakan massaging nape (pemijatan tengkuk) dalam asuhan masa

nifas sebagai alternatif materi pendidikan.

3. Profesi Bidan

a. Melakukan KIE terlebih dahulu sebelum melakukan massaging

nape (pemijatan tengkuk) pada suami atau anggota keluarga

b. Melakukan KIE bahwa massaging nape (pemijatan tengkuk)

membutuhkan peran orang lain, misalnya anggota keluarga atau

suami.

c. Mengajari anggota keluarga terutama suami untuk melakukan

massaging nape (pemijatan tengkuk) agar bisa melakukan mandiri

saat di rumah

4. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya

untuk meneliti lebih lanjut keterkaitan massaging nape (pemijatan

tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas dengan faktor

paritas.

Page 59: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

KEPUSTAKAAN

Andini, 2011. Pengertian Pijat atau Massage. Diakses melalui http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2239760-pengertian-pijat-atau-massage/#ixzz1zOMEd2Ib

Bambang, 2011. Remedial Massage: Panduan Pijat bagi Fisioterapi, Praktisi dan Instruktur. Yogyakarta : Nuha Medika

Chazizah. 2008. Pijatan Lembut Ayah di Tengkuk Ibu Bisa Lancarkan ASI. Diakses melalui http://news.detik.com/read/2008/08/03/112624/982010/10/pijatan-lembut-ayah-di-tengkuk-ibu-bisa-lancarkan-asi

Dirjen Bina Gizi dan KIA. Cilacap 2012. 170 Ribu Lebih Bayi Meninggal di Tahun 2010. Diakses melalui http://www.cilacapkab.go.id/v2/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=2792

Elaine. 2009. Pijat Postpartum. Diakses melalui http://www.massagetherapycanada.com/content/view/1296/38/

Hanafi, 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Muhyasir. 2011. Survey AKI dan AKB di Indonesia. Diakses melalui http://muhyasir.wordpress.com/2011/11/18/angka-kematian-ibu-bayi-dan-balita-indonesia-2011/

Nurvita, 2011. Dukung ASI, Ayah Juga Pelu Cuti Melahirkan. Diakses melalui http://kondios.multiply.com/journal/item/50/Dukung_ASI_Ayah_Juga_Perlu_Cuti_Melahirkan

Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Soetjiningsih. 2009. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA

Page 60: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Suharto, 2011. Mc Kenzie Pada Nyeri Tengkuk. Diakses melalui. http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/07/mc-kenzie-pada-nyeri-tengkukmc-kenzie.html

Verralls Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC

Page 61: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Lampiran 1

PERMOHONAN CALON RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nurchayati (D200901001)

Judul Penelitian : Manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap

pengeluaran ASI pada ibu nifas

Adalah Mahasiswa D III Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap yang

sedang melakukan penelitian di RSUD Cilacap pada bulan Nopember sampai

dengan Desember 2011.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.

Semua informasi yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan

sebagai kepentingan penelitian.

Atas kerja sama dan kesediaan bapak/ibu sebagai responden, saya

mengucapkan terima kasih.

Hormat saya

Nurchayati

NPM. D200901001

Page 62: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Lampiran 2

PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk

berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Program Studi D III Kebidanan Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap

dengan judul “Manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap

pengeluaran ASI pada ibu nifas”. Tanda tangan di bawah ini menunjukan

bahwa saya telah diberikan informasi tentang penelitian ini dan saya memahami

bahwa penelitian ini dan saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan

berakibat negatif terhadap diri saya, oelh karena itu saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Cilacap, Nopember 2011

Responden

…………….

Page 63: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Lampiran 3

CHEKLIS MASSAGING NAPE (PEMIJATAN TENGKUK) PADA IBU

NIFAS

Nama Ibu / Suami : Umur Ibu / Suami :

Alamat : GPA :

No Prosedur Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)

1 Menyambut pasien 2 Memperkenalkan diri dan komunikasikan tindakan 3 Mempersilahkan pasien untuk duduk 4 Mempersiapkan alat 5 Mencuci tangan 6 Menjaga privasi pasien 7 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin 8 Mendekatkan alat 9 Mempersilahkan ibu untuk melepas pakaian bagian atas 10 Membersihkan dan mengkompres payudara dengan handuk yang sudah dibasahi dengan

air hangat, kemudian membersihkan dengan handuk kering 11 Meminta ibu untuk memegang wadah (gelas atau botol) apabila ASI akan ditampung 12 Memijat bagian tengkuk (bagian yang menonjol pada bagian tengkuk) memijat sisi

kanan dan sisi kiri pada bagian yang menonjol tersebut dengan gerakan memutar kecil dan lembut. Gunakan kedua ibu jari dengan arah gerakan ibu jari kanan ke arah kanan dan ibu jari kiri ke arah kiri kemudian ke arah bawah sampai dengan bahu

13 Melakukan pemijatan selama 10 – 15 menit atau sampai pengeluaran ASI dirasa sudah meningkat

14 Mengukur ASI yang tertampung dalam wadah dengan spuit 3 cc 15 Membantu ibu memakai pakaina 16 Mengevaluasi tindakan yang sudah dijelaskan 17 Membereskan alat 18 Mencuci tangan 19 Mendokumentasikan tindakan

Cilacap, ….……

Responden

…………….

Page 64: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Lampiran 4

Data Penelitian Produksi ASI Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Massaging

Nape (Pemijatan Tengkuk)

No Nama Umur (tahun) PA Pengeluaran ASI (cc)

Sebelum Sesudah

1 Ny. Nr 22 1 0 2 5

2 Ny. Sm 21 1 0 1 5 3 Ny. Pi 25 1 0 3 6 4 Ny. Sy 26 1 0 2 5

5 Ny. Mn 29 1 0 3 7 6 Ny. Hr 28 1 0 1 3 7 Ny. Pt 23 1 0 4 5 8 Ny. Su 22 1 0 2 7 9 Ny. Sh 22 1 0 1 5 10 Ny. Sa 27 1 0 4 7 11 Ny. Sp 27 1 0 2 6 12 Ny. Pr 34 2 0 3 8 13 Ny. Ns 27 2 0 3 6

14 Ny. Sr 27 2 0 3 4 15 Ny.Ms 35 2 0 5 6 16 Ny. Ri 28 2 0 2 6

17 Ny. In 21 2 0 1 4 18 Ny. As 32 2 0 1 7 19 Ny. Sw 24 2 2 2 4

20 Ny. If 28 3 0 3 6 21 Ny. Kr 39 3 0 2 8 22 Ny. Ma 34 3 0 4 6 23 Ny. Wu 30 3 0 2 7 24 Ny. Ss 29 3 1 3 6 25 Ny. Ti 38 3 1 1 6 26 Ny. Pp 38 3 1 3 7 27 Ny. Sq 40 3 1 2 4 28 Ny. Tl 34 4 0 3 7 29 Ny. Wt 36 4 1 1 4 30 Ny. Wq 43 5 0 2 5

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011

Page 65: 01 Nurchayati 9 1 Nuriboo r

Lampiran 5

Produksi ASI Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Massaging Nape (Pemijatan

Tengkuk)

No X у X

Y

χ . у

1 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25 2 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95

3 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19 4 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25

5 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83

6 1 3 -1,36 -2,7 1,84 7,29 3,67 7 4 5 1,64 -0,7 2,68 0,49 1,14

8 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46 9 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95

10 4 7 1,64 1,3 2,68 1,69 2,13 11 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10

12 3 8 0,64 2,3 0,40 5,29 1,47 13 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19

14 3 4 0,64 -1,7 0,40 2,89 1,08 15 5 6 2,64 0,3 6,96 0,09 0,79

16 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10 17 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31

18 1 7 -1,36 1,3 1,84 1,69 1,76 19 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61

20 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19

21 2 8 -0,36 2,3 0,12 5,29 0,82 22 4 6 1,64 0,3 2,68 0,09 0,49

23 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46 24 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19

25 1 6 -1,36 0,3 1,84 0,09 0,40 26 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83

27 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61 28 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83

29 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31 30 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25

∑ 71 171 0,2 1 32,68 47,9 26,61

2,36 5,7

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011