01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

10
JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL) IMAJI Vol.1 No.1 Januari 2012 | 1 JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL) Oleh : Gustav Anandhita, Hendro Trilistyo, Septana Bagus Pribadi Fenomena bersepeda saat ini telah menjadi gaya hidup masyarakat kota. Yogyakarta adalah kota dengan sejarah sepeda yang panjang, sehingga perkembangan fenomena bersepeda tersebut disambut hangat dengan munculnya banyak komunitas bersepeda di yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta pun tidak tinggal diam dengan menggalakkan program ‘segosegawe’, yaitu kependekan dari ‘sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe’ serta dibarengi dengan pembuatan marka dan rambu khusus untuk sepeda di jalan-jalan Kota Yogyakarta. Di samping itu, Indonesia direncanakan akan menjadi tuan rumah pada Sea Games 2019 dengan salah satu cabang yang akan dilombakan adalah balap sepeda. Sementara, Indonesia belum memiliki velodrome dengan skala internasional. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang Sepeda, pengertian dan standar-standar mengenai Velodrome, tinjauan mengenai area komersial, serta studi banding beberapa velodrome yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Yogyakarta, perkembangan sepeda di kota tersebut, serta program-program pemerintah yang mendukungnya. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep biomorphic oleh arsitek Santiago Calatrava. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual. Pemilihan tapak dilakukan pada 3 alternatif lokasi dengan menggunakan matriks pembobotan. Sebagai kesimpulan, luaran program ruang yang diperlukan, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain. Kata Kunci : Sepeda, Velodrome, Area Komersial, Yogyakarta, Biomorphic 1. LATAR BELAKANG Bersepeda sekarang tidak hanya menjadi hobi, tapi sudah merupakan gaya hidup bagi sebagian masyarakat kota. Tingkat polusi, pemanasan global dan kemacetan yang semakin tinggi membuat masyarakat kota mencari berbagai alternatif transportasi, salah satunya adalah sepeda. Sepeda tidak menghasilkan gas karbon monoksida maupun karbon dioksida, tidak mencemari udara maupun lingkungan serta tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Karena sepeda dioperasikan oleh otot tubuh manusia, maka tidak diperlukan konsumsi bahan bakar berupa bensin ataupun solar. Menyikapi fenomena yang terjadi, beberapa kota besar termasuk kota Jogjakarta mulai menggalakkan kegiatan bersepeda. Salah satunya adalah SEGO SEGAWE sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe”, yang artinya sepeda untuk sekolah dan berkerja. hakekatnya dalam jangka pendek, program ini merupakan gerakan untuk menggugah kembali semua komponen masyarakat Kota Yogyakarta untuk menggunakan sepeda sebagai salah satu alternatif moda transportasi khususnya jarak dekat (3km s/d 5km). Dalam jangka panjang diharapkan gerakan ini akan berimplikasi pada penurunan penggunaan kendaraan bermotor sehingga mengurangi polusi, efisiensi energi, menuju kota yang lebih humanis, meningkatkan derajat kesehatan manusia maupun lingkungan dan sebagainya. 2. RUMUSAN MASALAH Perlu tempat yang mewadahi komunitas pesepeda di Jogja Diperlukan fasilitas one stop service bagi para pesepeda. Diperlukan velodrome untuk persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2019 Diperlukan area komersial untuk kegiatan perdagangan yang berhubungan dengan sepeda untuk memenuhi kebutuhan dan permintaaan sepeda yang meningkat

Transcript of 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

Page 1: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL)

I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2 | 1

JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL)

Oleh : Gustav Anandhita, Hendro Trilistyo, Septana Bagus Pribadi

Fenomena bersepeda saat ini telah menjadi gaya hidup masyarakat kota. Yogyakarta adalah kota dengan sejarah sepeda yang panjang, sehingga perkembangan fenomena bersepeda tersebut disambut hangat dengan munculnya banyak komunitas bersepeda di yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta pun tidak tinggal diam dengan menggalakkan program ‘segosegawe’, yaitu kependekan dari ‘sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe’ serta dibarengi dengan pembuatan marka dan rambu khusus untuk sepeda di jalan-jalan Kota Yogyakarta. Di samping itu, Indonesia direncanakan akan menjadi tuan rumah pada Sea Games 2019 dengan salah satu cabang yang akan dilombakan adalah balap sepeda. Sementara, Indonesia belum memiliki velodrome dengan skala internasional.

Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang Sepeda, pengertian dan standar-standar mengenai Velodrome, tinjauan mengenai area komersial, serta studi banding beberapa velodrome yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Yogyakarta, perkembangan sepeda di kota tersebut, serta program-program pemerintah yang mendukungnya. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep biomorphic oleh arsitek Santiago Calatrava. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual. Pemilihan tapak dilakukan pada 3 alternatif lokasi dengan menggunakan matriks pembobotan.

Sebagai kesimpulan, luaran program ruang yang diperlukan, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain.

Kata Kunci : Sepeda, Velodrome, Area Komersial, Yogyakarta, Biomorphic

1. LATAR BELAKANG

Bersepeda sekarang tidak hanya menjadi hobi, tapi sudah merupakan gaya hidup bagi sebagian masyarakat kota. Tingkat polusi, pemanasan global dan kemacetan yang semakin tinggi membuat masyarakat kota mencari berbagai alternatif transportasi, salah satunya adalah sepeda. Sepeda tidak menghasilkan gas karbon monoksida maupun karbon dioksida, tidak mencemari udara maupun lingkungan serta tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Karena sepeda dioperasikan oleh otot tubuh manusia, maka tidak diperlukan konsumsi bahan bakar berupa bensin ataupun solar.

Menyikapi fenomena yang terjadi, beberapa kota besar termasuk kota Jogjakarta mulai menggalakkan kegiatan bersepeda. Salah satunya adalah SEGO SEGAWE ”sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe”, yang artinya sepeda untuk sekolah dan berkerja. hakekatnya dalam jangka pendek, program ini merupakan gerakan untuk menggugah kembali semua komponen masyarakat Kota

Yogyakarta untuk menggunakan sepeda sebagai salah satu alternatif moda transportasi khususnya jarak dekat (3km s/d 5km). Dalam jangka panjang diharapkan gerakan ini akan berimplikasi pada penurunan penggunaan kendaraan bermotor sehingga mengurangi polusi, efisiensi energi, menuju kota yang lebih humanis, meningkatkan derajat kesehatan manusia maupun lingkungan dan sebagainya. 2. RUMUSAN MASALAH

Perlu tempat yang mewadahi komunitas

pesepeda di Jogja Diperlukan fasilitas one stop service bagi

para pesepeda. Diperlukan velodrome untuk persiapan

Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2019

Diperlukan area komersial untuk kegiatan perdagangan yang berhubungan dengan sepeda untuk memenuhi kebutuhan dan permintaaan sepeda yang meningkat

Page 2: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

2 | I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2

3. METODOLOGI

Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang Sepeda, pengertian dan standar-standar mengenai Velodrome, tinjauan mengenai area komersial, serta studi banding beberapa velodrome yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Yogyakarta, perkembangan sepeda di kota tersebut, serta program-program pemerintah yang mendukungnya. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep biomorphic oleh arsitek Santiago Calatrava. Pemilihan tapak dilakukan pada 3 alternatif lokasi dengan menggunakan matriks pembobotan.

4. KAJIAN PUSTAKA 4.1. Tinjauan Sepeda

Sepeda adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yg digerakkan kaki untuk menjalankannya. Asal usul sepeda diperkirakan berasal dari Perancis yang sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede.

Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan mekanisme khusus untuk sepeda berupa pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal dan dihubungkan dengan tongkat kemudi. Penemuan lain yang membantu pengembangan sepeda adalah Ernest Michaux (1855), dengan membuat pemberat engkol, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (velg), John Dunlop (1888) menemukan teknologi ban angin. Pabrik sepeda pertama didirikan di Coventry, Inggris pada 1885 (wikipedia.org).

Jenis-jenis sepeda antara lain : Road bike / sepeda balap. Untuk medan

jalan aspal. Jenis road bike adalah competitive road, endurance road, time trial, single speed, commute.

Mountain Bike / sepeda gunung. Jenis MTB antara lain Competitve XC, XC Trail, All Mountain, FreeRide/DownHill, Progresive HT, Recreational XC.

4.2. Tinjauan Velodrome

4.2.1. Pengertian Velodrome Velodrome adalah sebuah tempat dengan kelengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga balap sepeda trek yang terpisah dari area olahraga utama.

Velodrom terbagi ke dalam tiga kategori :

Kategori I. Velodrom untuk kepentingan regional daerah. Kapasitas 500-1000 tempat duduk.

Kategori II Velodrom untuk kepentingan nasional. Kapasitas 2500 tempat duduk.

Kategori III Velodrom untuk kepentingan Internasional. Kapasitas 5000 tempat duduk.

4.2.2. Trek /Lintasan

Trek terdiri dari :

Trek / lintasan balap. Lebar minimal 7m. Blue band. Peralihan antara lintasan datar

dan lintasan miring, 1/10 dari lebar trek. Pagar Pengaman. Terletak di garis terluar

Pembatas antara area balap dengan penonton. Tinggi minimum 900mm, terdiri dari 650mm dinding halus tanpa tonjolan dan 250mm balustrade besi

Zona aman / safety zone. Terletak di antara blue band dan infield. Terdiri dari material yang lembut, supaya pembalap tidak terluka bila terjadi kecelakaan. Lebar minimal 2,5m di lintasan lurus dan 3,5m di tikungan.

Material Trek adalah beton, kayu, aspal, baja, atau material sintetis.

Gambar 1 : Potongan Trek

Sumber : englandsport.org, 2011

Page 3: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL)

I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2 | 3

Ciri Utama Neighborhood Center Community Center Regional Center

Fungsi Utama

Menjual barang kebutuhan sehari-hari

Beberapa fungsi dari neighborhood center ditambah penjualan barang-barang

Beberapa fungsi dari community center ditambah penjualan barang-barang umum

Pertokoan Utama

Supermarket dan toko obat

Berbagai macam toko dan departemen store kecil

Satu atau lebih departemen store utama

Lokasi Persilangan jalan kolektor atau jalan sekunder

Persilangan jalan-jalan utama atau jalan jalur cepat

Persilangan jalan jalur cepat atau jalan tol

Radius area pelayanan

0,5 mil 2 mil 4 mil

penduduk 4000 jiwa 35.000 jiwa 400.000 jiwa

Luas lahan 1,62-3,2 ha 4,05-12,1 ha 16,2-40,46 ha

Luas lantai 2700-6900 m2 6900-23000 m2 23000-36800 m2

Jumlah toko 5-20 15-40 40-80

parkir Rasio area parkir 4:1 (luas area parkir 4 kali luas lantai keseluruhan)

4.2.3. Tribun

Desain untuk tribun sangat kompleks. Bentuknya harus mengikuti dan merespons groundplan dan elevasi kurva dari lintasan untuk mengoptimalisasi pandangan penonton. Kapasitas penonton akan tergantung dari standar velodrom yang digunakan.

4.3. Kajian Trek BMX

Kompleks yang direncanakan akan dilengkapi juga dengan trek untuk BMX. Sepeda ini dikhususkan untuk aksi free-style di medan yang bergelombang. Ada beberapa model trek BMX yang dapat dikombinasikan menjadi satu jalur balap dan atraksi.

4.4. Tinjauan Kawasan Komersial

Rinorthen menyebutkan bahwa Pertokoan merupakan a pedestriannised shopping street (jalur pertokoan pejalan kaki) yang dibuat untuk menciptakan kesan ruang yang luas, berkualitas. (Hornbeck, 1962)

Jenis-jenis kawasan komersial dalam matriks perbandingan adalah : 5. Studi Banding 5.1. Velodrome Tenggarong Luas Lahan : 18.500,00 m² Luas Bangunan : 15.000,00 m² Kapasitas Penonton : 1.800,00 org Panjang Track : 250,00 m Konstruksi Track : Beton BertulangL Luas Arena Tengah : 3.320,00 m² Sertifikat dari UCI (Union Cycling International) dan ISSI

Gambar 2 : Skema Tribun. Sumber : U.C.I. (1988)

Gambar 3 : Model Rintangan pada Trek BMX

Sumber : Englandsport.org (2011)

Gambar 4 : Interior Velodrome Tenggarong

Sumber : KONI (2000)

Tabel 1 : Matriks Perbandingan Beberapa Jenis Pusat Perbelanjaan

Sumber : de Chiara (1973)

Page 4: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

4 | I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2

5.2. London 2012 Velodrome Kapasitas : 6.000 kursi Panjang Trek : 250 m, standard UCI Konstruksi Atap : Struktur kabel ganda (30kg/m2) Cladding eksterior : kayu western red cedar. Konstruksi trek : papan kayu pinus Dipersiapkan untuk Olympiade 2012 di London untuk cabang balap sepeda. 5.3. Dunc Gray Velodrome

Velodrome ini dipergunakan untuk Olympiade Sydney 2000. Luas Bangunan : 11.000m2 Kapasitas 3100 kursi + 72 kursi untuk handicaped Konstruksi atap : thin metal deck + skylight 5.4. Pusat Perbelanjaan Sepeda Barito

Semarang

Komplek pertokoan yang berada di Jalan Barito merupakan pusat perbelanjaan sepeda terbesar di Semarang. Terdapat banyak toko kecil yang berukuran 4x5m yang menjual sepeda baru / bekas, serta melayani perbengkelan dan pemasangan sparepart. Selain itu, terdapat pula beberapa toko sepeda besar yang berukuran hampir 100 meter persegi lebih. Toko tersebut menjual sepeda cukup lengkap dengan beberapa merk yang cukup terkenal di Indonesia, seperti wimcycle, polygon, united dll

Gambar 5 : Eksterior dan Interior London 2012 Velodrome

Sumber : deezen.com (2011)

Gambar 6 : Eksterior Dunc Gray Velodrome

Sumber : duncgrayvelodrome.com (2011)

Gambar 7 : Interior Dunc Gray Velodrome

Sumber : duncgrayvelodrome.com (2011)

Gambar 8 : Suasana di Pusat Perbelanjaan Sepeda

Barito, Semarang

Sumber : dokumentasi pribadi (2011)

Page 5: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL)

I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2 | 5

5.5. Bike Store Joan Sandoval, Bacelona

Luas bangunan 700m2. Penataan display

sepeda dalam box-box tersendiri dan

bercahaya. Toko ini juga dilengkapi

perpustakaan dan kafe untuk membaca

maupun menyaksikan acara balap sepeda di

TV. Selain menjual sepeda (BMX, road bike

dan folding bike), toko ini juga menyediakan

aksesoris bagi pengguna sepeda, seperti helm

sepeda dan sepatu. Terdapat pula bengkel

dan toko sparepart .

6. KAJIAN LOKASI

6.1. Tinjauan Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta, atau biasa

disingkat DIY adalah daerah setingkat propinsi

di Indonesia seluas 3.185,8 km2, yang terdiri

dari 1 kotamadya, yaitu Kota Yogyakarta, dan

4 kabupaten, yaitu Sleman, Bantul,

Kulonprogo, dan Gunungkidul. Disebut daerah

Istimewa, karena pembentukannya memiliki

akar sejarah yang kuat berkaitan dengan

sejarah kemerdekaan Indonesia. Setelah

ditandatanganinya perjanjian Giyanti pada

tanggal 13 Februari 1755, yang membagi

kerajaan Mataram menjadi 2 bagian, Sultan

Hamengkubuwana I membuat ibukota

kerajaan yang baru dengan membuka daerah

baru (jawa: babat alas) di Hutan

Paberingan yang terletak antara aliran Sungai

Winongo dan Sungai Code. Ibukota berikut

istananya tersebut tersebut

dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Kasultanan Yogyakarta mempunyai simbol

kerajaan yang disebut sebagai Praja Cihna,

yang memiliki makna sebagai berikut

(Jogja.go.id, 2011):

Lar atau Sayap “ LAR utawa swiwine peksi garuda kang megar, minangka gegambaran agung lan wibawane praja sarta sang nata. Swiwi garuda megar, sanggite keagungan sarta kawibawane karaton –dalem sarta salira –dalem.Kanthi madhep, manteb, teteg, sawiji, greged, sengguh ora mingkuh anggone ngasata pusering nagari-dalem, cihnane panentrem, pangayem, pangayom.”

Sayap burung Garuda yang mengepak lebar menggambarkan keagungan dan kewibawaan keraton yang tegas, mantap, kuat, total , dinamis, optimis dan pantang menyerah, dalam membawa kesejahteraan Negara-rakyat, sebuah sifat wajib seorang pemimpin, dan penentram, pelindung. Aksara jawa Ha-Ba. “Aksara jawa mengku werdi hangadeg jejeg kanthi adeg-adeg kabudayan asli jati diri kapribaden bangsa sarta nagari pribadi. Tembung Ha-ba minangka cekakan asma-dalem Hamengku Buwana, kang werdine lenggah jumeneng-dalem kuwi pindhane priyagung kang mangku, mengku, lan mengkoni jagad saisine.”

Aksara Jawa yang tertulis tegak menjadi simbol kebudayaan asli bangsa juga jati diri kepribadian bangsa dan Negara. Kata Ha – Ba merupakan singkatan dari nama Hamengku

Gambar 9 : Bike Store Joan Sandoval, Barcelona

Sumber : deezen.com (2011)

Page 6: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

6 | I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2

Buwono, yang bertahta dengan agung memangku, memimpin dan memelihara dunia beserta isinya. Kembang Padma “Kembang padma utawa kembang Terate kang awujud wit sarta gagang lan kembange urip rumambat kemambang ana sadhuwure banyu. Lire pinter nglenggahake laras karo papan sarta wektu jumenenge .”

Bunga Padma ( Teratai ) berwujud tumbuhan dengan tangkai dan bunganya, hidup merambat, mengapung di atas air. Mempunyai arti memiliki kecerdasan / kebijakan dalam memposisikan diri pada tempat dan waktu dengan benar.

Sulur “Sulur sanggite tetuwuhan kang uripe mrambat. Kang werdine kuncara lan adiluhunge kabudayan bangsa nusantara kang tansah lestari maju lan ngrembaka migunani tumrap bangsa lan manungsane kang arupa-rupa.”

Tumbuhan Sulur yang hidup merambat, melambangkan kejayaan dan kemuliaan kebudayaan bangsa nusantara yang lestari berkembang dan bermanfaat bagi bangsa dan rakyat yang beraneka ragam

6.2. Perkembangan Sepeda di Yogyakarta

Menurut survei ITDP ( Institute for Transportation and Development Policy), jumlah pengguna sepeda di Kota Yogyakarta adalah : Tahun 2003 : 42.987 unit

Tahun 2005 : 27.569 unit

Tahun 2006 : 31.018 unit

Terdapat belasan klub penggemar sepeda di

Yogyakarta (Segosegawe.jogja.go.id, 2011),

dengan jumlah anggota antara 50-100 orang,

antara lain :

PiTIK (Pit Teknologi Informasi dan Komunikasi ) UGM

BENGONG (Bergodho Ngonthel Ngeblak) Ezphero Bicycle Community ( EBC ) GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR

bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta)

Othorejo Bicycle Club ( OBC ) AJISOKO (A. M. Sangaji Sepeda Ontel

Kanggo Olah raga) BANG JOPIT (Bank Jogja Pit)

6.3. Program Sego Segawe Kota Yogyakarta

Program Sego Segawe kependekan dari

Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe

telah dilaunching Senin, 13 Oktober 2008 pagi

di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Fasilitas yang

sudah tersedia untuk pengguna sepeda di

Kota Yogyakarta, antara lain :

Ruang tunggu sepeda di traffic light

Parkir Sepeda

Petunjuk arah Jalur Alternatif Sepeda

7. PENDEKATAN ARSITEKTURAL

Pendekatan aspek arsitektural adalah pendekatan biomorfik dan ekspose struktur dari Arsitek Santiago Calatrava. Calatrava sering menganalogikan mahluk hidup dalam karyanya. Ia berusaha menunjukan bahwa setiap bentuk dan lekukan mahluk hidup

Gambar 10 : Lambang Kasultanan Yogyakarta

Sumber : Jogja.go.id (2011) Gambar 11 : Ruang tunggu sepeda

Sumber : dokumentasi pribadi (2011)

Page 7: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL)

I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2 | 7

JENIS RUANG JML LUAS RUANG (dibulatkan)

Track Balap dan infield area. 1 5025 m2

Ruang Akomodasi Team 2 320 m²

Ruang Pelatif dan Official 2 96 m²

R. Juri 2 24 m²

R. Briefing 1 60 m²

R. Kesehatan 2 40m²

R. Latihan Beban 1 108 m²

Parkir khusus pemain 1 286 m²

Trek BMX 1 765 m²

Jumlah Total 6.704 m²

JENIS RUANG JML LUAS RUANG (dibulatkan)

Main Hall 1 60 m2

Tribun Utama 1 1584 m²

Tribun VIP 1 225 m²

Tribun Diffable 1 180 m²

R. P3K 1 15 m²

Lavatory Umum 27 78 m²

Lavatory VIP 8 42 m²

Lavatory Diffable 2 8,8 m²

Jumlah Total 2586 m²

JENIS RUANG JML LUAS RUANG (dibulatkan)

R. Kepala pengelola 1 25 m²

R. Sekertaris 8 m²

R. Kepala Divisi 2 30 m²

R.Kerja Staff 1 40 m²

R.Rapat 1 40 m²

R.Tamu 1 10 m²

Lavatory 2 4,5 m² Pantry 1 9,6 m² Gudang 1 6 m² Sirkulasi 52,8 m²

Jumlah Total 236 m²

JENIS RUANG JML LUAS RUANG (dibulatkan)

Foodcourt 1 1428 m²

Retail 65 2704 m²

Mini market 2 312 m²

ATM 1 10,8 m²

Jumlah Total 4454 m²

JENIS RUANG JML LUAS RUANG (dibulatkan)

Ruang MDP 1 8 m²

Ruang Genset 20 15 m²

Ruang trafo 1 18 m²

R. pompa dan reservoir 1 15 m²

Ruang kontrol sound system 1 12 m²

Ruang PABX 1 9 m²

Mushola 1 30 m²

Tempat wudhu 1 16 m²

Gudang olahraga 1 50 m²

Gudang alat kebersihan 20 m²

Dapur 30,00 m²

sirkulasi

Jumlah Total 315 m²

JENIS RUANG JML LUAS RUANG (dibulatkan)

Parkir mobil 75 2.600 m²

Parkir motor 300 1.310 m²

Parkir sepeda 600 1.320 m²

Jumlah Total 5.230 m²

No Jenis kelompok ruang Luas

1. Kelompok Kegiatan Pelaku Utama Pertandingan 6704 m²

2. Kelompok Kegiatan Utama Penonton 2586 m²

3. Kelompok Kegiatan Area Komersial 4454 m²

4. Kelompok Kegiatan Pengelola 236 m²

5. Kelompok Kegiatan Servis 315 m²

7. Kelompok Kegiatan Parkir 5230 m²

Jumlah 19525 m²

Total Kebutuhan Ruang (±2Ha)

memiliki sisi arsitektur yang mampu merespon alam. Ia dapat mendesain bangunan dengan memahami proporsi tubuh manusia, ukuran, tinggi badan, pergerakan serta perilakunya. Misalnya, metafora sebuah sayap burung yang hendak terbang juga ia tampilkan dalam karyanya di groundzero Amerika Serikat untuk menunjukan semangat kebangkitan pasca serangan 9/11 di WTC.

8. KESIMPULAN PERANCANGAN

8.1. Program Ruang

Gambar 12 : Sketsa Ide Calatrava

Sumber : Goldsmith (2000)

Tabel 2 : Kegiatan Pelaku Utama Pertandingan ( analisis)

Tabel 3 : Kegiatan Pelaku Penonton (Sumber : analisis)

Tabel 4 : Program Ruang Kegiatan Pelaku Pengelola

Sumber : analisis

Tabel 5 : Program Ruang Kegiatan Area Komersial

Sumber : analisis

Tabel 6 : Program Ruang Kegiatan Area Service

Sumber : analisis

Tabel 7 : Program Ruang Kegiatan Area Parkir

Sumber : analisis

Tabel 8 : Rekapitulasi Program Ruang

Sumber : analisis

Page 8: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

8 | I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2

Gembira Loka dan sangat mudah dijangkau dari wilayah Kotamadya.

Jogja Expo Center

Tapak Terpilih

8.2. Tapak Terpilih

Lokasi perancangan adalah sebuah area

persawahan yang berada di Jalan Raya Janti

Yogyakarta, berada di dekat bandara Adi

Sucipto dan JEC (Jogja Expo Center) dengan

luas lahan ±3,125 Ha.

Batas-batas tapak: Batas utara : Jogja Expo Center Batas timur : area persawahan Batas selatan : sawah dan pemukiman Batas barat : jalan lingkungan

Tata guna lahan : kawasan perdagangan dan jasa.

KDB : 60% KLB : 1,8 Ketinggian bangunan : maksimal 3 lantai GSB : 6,5 meter

Luas lantai dasar bangunan = 60% x total luas lantai bangunan indoor = 0,6 x 31250 m² = 18750 m² Maka luas tapak yang dibutuhkan : = (100/60) x luas lantai dasar bangunan = (100/60) x 18750 m² = 31.250 m²

Ruang luar = luas tapak – luas lantai dasar bangunan = 31.250 m² – 18.750 m² = 12.500 m² Ketinggian bangunan = Luas lantai bangunan (:) Luas lantai dasar = 31.250 m² (:) 18.750 m2

= 1,7 = 2 lantai KLB ( 1.8 ) = luas yang boleh terbangun (:) luas total = 18.750 (:) 31.250 = 0,6 (<1,8 sesuai)

9. DAFTAR PUSTAKA & REFERENSI

9.1. Pustaka

De Chiarra, Joseph and John Callender. 1973.

Time Saver Standards for Building Types. New

York: Mc. Grow Hill Inc.

Goldsmith, Selwyn.2000. Universal Design.

Architectural Press, New York.

Hornbeck, James S, Stores and Shopping

Centers, 1962.

KONI. Buku Panduan Teknis Balap Sepeda

PON XVII Kalimantan Timur. 2008

U.C.I and IAKS. Project Guide VELODROMES. Germany; Darpe, KG, D- 4410 Warendrof. 1st edition. 1988

9.2. Referensi

Deezen.com, 2011

Duncgrayvelodrome.com, 2011

Englandsport.org, 2011

Googleearth.com, 2011

Jogja.go.id, 2011

Wikipedia.org, 2011

Gambar 13 : Keterangan Tapak Terpilih

Sumber : Googlearth.2011, Analisis

Page 9: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

JOGJA CYCLING CENTER (VELODROME DAN AREA KOMERSIAL)

I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2 | 9

APPENDIX : ILUSTRASI PERANCANGAN

Site Plan Ground Plan

Potongan velodrome Potongan velodrome

Tampak velodrome Tampak velodrome

Denah kawasan komersial Denah Velodrome

Page 10: 01 Jogja Cycling Center (Velodrome Dan Area Komersial - Gustav a, Indriastjario Septana Bagus p

10 | I M A J I V o l . 1 N o . 1 J a n u a r i 2 0 1 2