01 Cover - 40 OR oke .indd

3
P agi hari pada pertengahan Oktober lalu, Angela Jelita Richardson, 31 tahun, menyusu- ri tanaman hias di sepanjang pinggiran Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta. Dengan bersemangat, Angela dan beberapa rekannya sesama ekspatriat memeriksa setiap bagian tengah tanaman hias yang terlihat cantik. “Siapa yang menemukan botol air mineral berisi air di tengah tanaman?” teriak Angela. Tak lama kemudian, seorang temannya, yang mengira botol semacam itu bisa didaur ulang, berteriak girang: “Saya mene- mukannya!” “Hati-hati, itu isinya air ken- cing,” kata Angela. Botol sema- cam itu adalah salah satu jenis sampah yang banyak ditemui di sekitar kawasan bisnis Sudirman. Padahal selama ini daerah itu terkenal sebagai daerah yang bersih dan teratur. “Mungkin karena tidak ter- sedia toilet umum yang mudah diakses, banyak orang yang buang air kecil di dalam botol air mineral, lalu dibuang dengan cara disimpan di tengah tana- man,” ujar Angela saat ditemui Tempo di galeri Hadiprana, Kemang, Jakarta, Rabu pekan lalu. Angela adalah penggagas Clean Up Day Jakarta, kegiatan bersih-bersih sampah di Jakarta. Ada banyak komunitas relawan semacam ini, seperti Komunitas Ciliwung, yang memusatkan perhatian untuk membersihkan Kali Ciliwung; Aksi Jakarta Bersih; Jakarta Osoji Club, per- kumpulan pencinta kebersihan Jepang-Indonesia; juga Bersih Nyok, gabungan berbagai komunitas yang bekerja sama dengan lembaga pemerintah ataupun nonpemerintah untuk mewujudkan kota yang bersih. Alasan mereka turun ta- ngan membersihkan kota ini umumnya sama. Jakarta sudah menghasilkan 3,4 liter sampah per orang per hari atau total sekitar 7.000 ton sampah per hari. Sebagian sampah masih dapat diangkut oleh truk-truk sampah milik Dinas Kebersihan, tapi sebagian lagi masih terserak di jalanan, lahan kosong, dan Sungai Ciliwung. Para relawan ini tak mau berpangku tangan saja. Mereka bertindak nyata dengan turun ke jalan. Clean Up Day Jakarta dila- kukan secara serentak di 27 titik di wilayah Ibu Kota pada MINGGU 21 DESEMBER 2014 5 Topik WWW.CLEANUPJAKARTADAY.ORG Para relawan membersihkan Jakarta dengan cara masing-masing, dari mengangkut sampah hingga membuat tong sampah jadi menarik. Dimulai dari diri sendiri. Clean Up Day Jakarta yang juga diikuti anak-anak. AYO BERSIHKAN JAKARTA Angela Jelita Richardson, penggagas Clean Up Day Jakarta, bersama personel Slank di Senayan. Cheta Nilawaty [email protected] CLEAN UP JAKARTA DAY

Transcript of 01 Cover - 40 OR oke .indd

Page 1: 01 Cover - 40 OR oke .indd

Pagi hari pada p e r t e n g a h a n Oktober lalu, Angela Jelita Richardson, 31 tahun, menyusu-ri tanaman hias

di sepanjang pinggiran Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta. Dengan bersemangat, Angela dan beberapa rekannya sesama ekspatriat memeriksa setiap bagian tengah tanaman hias yang terlihat cantik.

“Siapa yang menemukan botol air mineral berisi air di tengah tanaman?” teriak Angela. Tak lama kemudian, seorang temannya, yang mengira botol semacam itu bisa didaur ulang, berteriak girang: “Saya mene-mukannya!”

“Hati-hati, itu isinya air ken-cing,” kata Angela. Botol sema-cam itu adalah salah satu jenis sampah yang banyak ditemui di sekitar kawasan bisnis Sudirman. Padahal selama ini daerah itu terkenal sebagai daerah yang bersih dan teratur.

“Mungkin karena tidak ter-sedia toilet umum yang mudah diakses, banyak orang yang buang air kecil di dalam botol air mineral, lalu dibuang dengan cara disimpan di tengah tana-

man,” ujar Angela saat ditemui Tempo di galeri Hadiprana, Kemang, Jakarta, Rabu pekan lalu.

Angela adalah penggagas Clean Up Day Jakarta, kegiatan bersih-bersih sampah di Jakarta. Ada banyak komunitas relawan semacam ini, seperti Komunitas Ciliwung, yang memusatkan perhatian untuk membersihkan Kali Ciliwung; Aksi Jakarta Bersih; Jakarta Osoji Club, per-kumpulan pencinta kebersihan Jepang-Indonesia; juga Bersih Nyok, gabungan berbagai komunitas yang bekerja sama dengan lembaga pemerintah ataupun nonpemerintah untuk

mewujudkan kota yang bersih.Alasan mereka turun ta -

ngan membersihkan kota ini umumnya sama. Jakarta sudah menghasilkan 3,4 liter sampah per orang per hari atau total sekitar 7.000 ton sampah per hari. Sebagian sampah masih dapat diangkut oleh truk-truk sampah milik Dinas Kebersihan, tapi sebagian lagi masih terserak di jalanan, lahan kosong, dan Sungai Ciliwung. Para relawan ini tak mau berpangku tangan saja. Mereka bertindak nyata dengan turun ke jalan.

Clean Up Day Jakarta dila-kukan secara serentak di 27 titik di wilayah Ibu Kota pada

MINGGU 21 DESEMBER 2014 5TopikWWW.CLEANUPJAKARTADAY.ORG

Para relawan membersihkan Jakarta dengan cara masing-masing, dari mengangkut sampah hingga membuat tong sampah jadi menarik. Dimulai dari diri sendiri.

Clean Up Day Jakarta yang juga diikuti anak-anak.

AYO BERSIHKAN JAKARTA

Angela Jelita Richardson, penggagas Clean Up Day Jakarta, bersama personel Slank di Senayan.

Cheta Nilawaty

[email protected]

CLEAN UP JAKARTA DAY

Page 2: 01 Cover - 40 OR oke .indd

pertengahan Oktober lalu. Kegiatan itu dilakukan secara sukarela oleh sekitar 5.000 warga Indonesia dan ekspatriat yang merasa penat akibat masalah sam-pah di Jakarta.

Mereka mulai memunguti sampah sejak pukul 7 hingga pukul 10 pagi. Mereka turut bertanggung jawab atas kebersihan kota ini karena merasa selama ini ikut menyumbang sampah selama tinggal di sini.

Kegiatan membersihkan Jakarta ini tidak cuma diikuti oleh orang dewasa. Anak-anak, terutama yang bersekolah di sekolah internasional, juga ikut serta memungut sampah yang ada di sekitar lokasi sekolah mereka.

Menurut Angela, wilayah yang dibersihkan dipilih berdasarkan kemauan relawan. Biasanya seorang anggota komunitas akan mengusulkan agar suatu wilayah dibersihkan. Usul itu dia ajukan ke situs Clean Up Day Jakarta, yang dikelola organisasi Indonesia Expat. Setelah disetujui anggota lain, si pengusul menjadi pemimpin tim pembersihan.

“Biasanya tempat-tempat itu tidak jauh dari tempat tinggal pemimpin tim, karena nanti si pemimpin yang diminta bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan,” kata Angela.

Karena berdasarkan kemauan relawan, jangkauan wilayah yang dibersihkan dalam acara Clean Up Day Jakarta ini cukup luas, dari kawasan bisnis Sudirman, Kemang, Bumi Serpong Damai, hingga Bekasi. Tidak ada kriteria khusus yang dipilih untuk wilayah yang akan dibersihkan. Tapi, menurut Angela, faktor keselamatan bagi relawan adalah keharusan. Misalnya, bila ingin membersihkan jalan raya, haruslah jalan raya yang memiliki jalur pedestrian dan tidak terlalu ramai.

Sebelum melakukan kegiatan kebe -rsihan, relawan diberi pengarahan terlebih dulu untuk memisahkan mana sampah yang dapat didaur ulang dan mana yang tidak. Tujuannya agar sampah dapat diangkut oleh Jakarta Green Project, kegiatan daur ulang sampah yang dilakukan organisasi nonprofit Kampus Diakonia Modern

(KDM). Sedangkan sampah yang tidak dapat didaur ulang akan diangkut oleh Dinas Kebersihan Jakarta untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.

Sebelum menyingkirkan sampah, relawan dilengkapi dengan berbagai alat, seperti sarung tangan, wadah untuk menyimpan sampah, dan topi untuk melindungi kepala dari panas matahari. Untuk memenuhi perlengkapan pelindung itu, mereka mendapat bantuan dari perusahaan jasa pengangkutan barang Santa Fe Relocation Service. Setelah perlengkapan dipenuhi, relawan mulai serempak bekerja. Tanggal 19 Oktober dipilih karena bertepatan dengan hari Minggu. “Jadi orang tua bisa mengajak anak-anaknya dan memberikan contoh kepada mereka tentang bagaimana cara memperlakukan sampah dengan benar,” kata Angela.

Clean Up Day Jakarta sebenarnya sudah dilakukan Angela bersama seorang rekannya sejak 2001. Inspirasinya diambil dari kegiatan Clean Up Day Australia, yang sudah dilakukan sejak 1990-an. Awalnya kegiatan bersih-bersih ini cuma membuka kepedulian terhadap sampah yang ada di sekitar mereka saja. Kemudian konsep ini meningkat ke wilayah yang lebih luas seiring dengan banyaknya jumlah relawan yang mendaftar.

Dalam kegiatan Clean Up Day Jakarta pertama, jumlah peserta langsung mencapai 2.000 orang. Mereka secara serempak membersihkan 16 titik wilayah di Jakarta. Para relawan, menurut Angela, memiliki cara pandang yang sama soal keruwetan sampah di Jakarta. “Sehingga mengumpulkan mereka tidak terlalu sulit. Ketika informasi sudah menyebar secara viral melalui media sosial, banyak yang langsung mendaftar ke situs Clean Up Day Jakarta,” ujarnya.

Adapun Komunitas Ciliwung memu -satkan perhatian pada Kali Ciliwung. Abdul Kodir, 46 tahun, warga Condet, adalah salah satu anggotanya. Petani salak ini berusaha mengajarkan kepada masyarakat cara mengembalikan fungsi Ciliwung sebagai pusat ekosistem sungai yang sehat di Jakarta. Ia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam Komunitas Ciliwung ber usaha merawat bantaran Ciliwung yang melintang di sepanjang Jalan Raya Condet-T.B. Simatupang dengan cara mengelola dan menjaga peruntukan lahan di bantaran sungai.

“Sebab utama yang paling merusak

MINGGU 21 DESEMBER 20146

WWW.CLEANUPJAKARTADAY.ORG

M IQBAL ICHSAN/ TEMPO

Pendiri Komunitas Ciliwung, Abdul Qodir (kiri), memberikan penjelasan tentang kali kepada anak-anak di Kali Ciliwung di Condet, dan anggota komunitas saat melakukan bersih sungai di Jakarta.

Clean Up Day Jakarta, yang dikelola organisasi Indonesia Expat.

TEMPO/EKO SISWONO TOYUDHO

Page 3: 01 Cover - 40 OR oke .indd

Sungai Ciliwung adalah alih fungsi lahan di sepanjang bantaran sungai. Sampai saat ini tidak ada aturan tegas yang mengatur soal peruntukan lahan di bantaran sungai,” ujar Abdul saat diwawancarai di Sekretariat Komunitas Ciliwung, di Jalan Munggang Nomor 6, Condet, Jakarta Timur.

Abdul dan asistennya, Anwar, berusaha menormalkan ekosistem Sungai Ciliwung dengan merawat, menjadikannya sebagai obyek wisata, serta mengimbau warga sekitar Condet agar tidak membuang sampah secara langsung ke sungai.

Kegiatan merawat ekosistem sungai di sekitar wilayah Condet sudah dilaku-kan Abdul sejak 1997 atau saat banjir besar melanda Jakarta dan menghancur-kan kebun milik petani salak di Condet. Setelah kejadian itu, para petani salak mulai sadar bahwa air bah yang meru-sak perkebunan mereka terjadi karena kelalaian warga dalam membuang sam-pah ke sungai. Satu-satunya cara untuk mengembalikan ekosistem itu adalah dengan menjaga fungsi lahan di sekitar bantaran Ciliwung dengan menyingkir-kan sampah dan membiarkan tanaman besar di sekitar bantaran berdiri tegak.

Tapi sampai saat ini relawan Komunitas Ciliwung tidak menggunakan alat besar untuk menyingkirkan sampah. Akibatnya, sampah bawaan dari hulu yang sudah tergulung lumpur mengendap di depan lahan konservasi mereka. Sebagian bahkan menyebabkan pendangkalan sungai. “Kami harus bagaimana lagi? Menyampaikan aspirasi kepada pemerintah sudah, akhir-nya sampah-sampah itu cuma bisa kami kumpulkan sedikit-sedikit dengan tangan, lalu kami pindahkan,” ujar Abdul.

Lain lagi cerita Aggy Agustrialdy, 23 tahun. Penggagas komunitas Good Life ini membuat kegiatan rutin “Bersihkan Jalan, Sehatkan Badan”. Setiap akhir bulan atau minggu keempat, Aggy dan sekitar 50 relawan yang tergabung dalam Good Life menyisir jalan sepanjang jalur car-free day untuk mengangkuti sampah. Mereka memulai kegiatan pada pukul 7 pagi di depan pusat belanja FX Sudirman, dan mengakhirinya pada pukul 10.00 di Bundaran Hotel Indonesia. Tapi, di perte-ngahan jalur, atau tepatnya depan Hotel Le Meridien, mereka melakukan senam pagi sebentar sambil beristirahat.

“Kami ingin membangun kesadaran, minimal diri sendiri, untuk membuang sampah yang ada di sekitar dulu,” kata

Aggy melalui sambungan telepon pada Jumat lalu. Kegiatan komunitas ini, menurut dia, tidak hanya bermanfaat bagi komunitas Good Life, tapi juga bagi masyarakat Jakarta. Setidaknya kontribu-si Aggy dan rekan-rekannya bisa mengu-rangi sampah di sekitar jalur car-free day sampai 25 kilogram setiap kali diber-sihkan. “Sampah-sampah ini kemudian kami serahkan kepada petugas kebersih-an atau diangkut oleh teman-teman dari komunitas Aksi Jakarta Bersih.”

Selain Good Life, ada pula program Bersih Nyok, yang digagas oleh Vikra, 23 tahun. Program ini mendorong orang agar tidak membuang sampah sembarangan melalui media digital. Mereka banyak membuat poster elektronik untuk kam-panye tentang kebersihan di media sosial, termasuk untuk acara Clean Up Day Jakarta. Mereka juga berkampanye secara kreatif untuk acara kebersihan, seperti lomba desain tong sampah yang paling unik. “Hadiahnya, selain uang tunai, ya, kecil-kecilan, tapi juga makan siang ber-sama dengan beberapa tokoh publik,” ujar Vikra. ●

7Topik

Veronica Tan, istri Gubernur DKI Jakarta (ketiga dari kiri), bersama Titik Puspa mengumpulkan sampah dalam rangkaian acara pencanangan Gerakan Pungut Sampah di Taman Menteng, Jakarta Pusat, 22 November lalu.

Tempat sampah yang sudah disiapkan di Taman Kota

Waduk Pluit, Jakarta Utara.

Petugas dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta membersihkan sampah di Sungai Ciliwung, Jakarta.

TEMPO/STR/DHEMAS REVIYANTO ATMODJO

TEMPO/DENNY SUGIHARTO

TEMPO/STR/DASRIL ROSZANDI