01 Alfiyah Proposal Isi

50
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan bagi manusia merupakan sistim untuk meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang, sehingga dalam sepanjang sejarah hidup manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan meningkatkan kualitasnya. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan darinya, pendidikan sifatnya mutlak, baik dalam hidup seseorang, masyarakat maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa dan negara, banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu. Pendidikan pada hakekatnya merupakan kebutuhan dan tuntutan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan negara sangat bergantung kepada kualitas sumber daya manusia. Dan kualitas yang dikehendaki itu sangat tergantung dari keberhasilan penyelenggaraan dari sistim pendidikannya. 1

Transcript of 01 Alfiyah Proposal Isi

Page 1: 01 Alfiyah Proposal Isi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan bagi manusia merupakan sistim untuk meningkatkan

kualitas hidup dalam segala bidang, sehingga dalam sepanjang sejarah hidup

manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak

menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan meningkatkan

kualitasnya. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak

dapat dipisahkan darinya, pendidikan sifatnya mutlak, baik dalam hidup

seseorang, masyarakat maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu

bangsa dan negara, banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan

bangsa itu.

Pendidikan pada hakekatnya merupakan kebutuhan dan tuntutan

yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan

kehidupan suatu bangsa dan negara sangat bergantung kepada kualitas sumber

daya manusia. Dan kualitas yang dikehendaki itu sangat tergantung dari

keberhasilan penyelenggaraan dari sistim pendidikannya.

Peranan pendidikan sangat penting dan dominan dalam peningkatan

kualitas sumber daya manusia, dalam arti walaupun populasi sumber daya

manusia kita yang besar merupakan modal dasar pembangunan. Tetapi apabila

tidak didukung dengan kualitas yang memadai, maka sumber daya manusia

yang besar itu akan menjadi beban nasional.

Seiring dengan perkembangan zaman, masalah pendidikan juga

merupakan masalah yang dinamik. Untuk itu pendidikan diharapkan dapat

memberikan nilai tambah dalam rangka mencapai kesejahteraan lahir dan

1

Page 2: 01 Alfiyah Proposal Isi

batin. Disamping itu tuntutan untuk mampu mengembangkan perilaku kreatif,

produktif, efisien dan dinamis serta mengembangkan sikap yang mampu

memahami makna kehidupan dan menyadari dirinya di tengah-tengah

kehidupan bersama dalam membangun masyarakatnya.

Untuk menjawab tantangan itu pendidikan secara potensial sangat

strategis. Dan untuk itu Kegiatan Belajar Mengajar seharusnya selalu

mengacu pada prinsip :

1. Dinamis, tanggap terhadap sosio – kultural dan tuntutan – tuntutan yang

menyertainya.

2. Bermutu, dalam pelayanan program-program yang diaplikasikan.

3. Relevan, dengan kebutuhan masyarakat dan nilai idealisme yang

diembannya.

Hal ini seiring dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan :

Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab.1

1 Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Penjelasan), www.indonesia.go,id, Jakarta, 2005, 3

2

Page 3: 01 Alfiyah Proposal Isi

Dalam menjalani proses pembelajaran, baik di sekolah maupun

di kampus, tentu siapapun menginginkan prestasi yang optimal. Penting

untuk disadari bahwa guna mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal

tentu faktor yang paling menentukan adalah pada proses belajar itu

sendiri.

Banyak individu beranggapan bahwa proses belajar merupakan

proses yang sederhana. Hanya dengan membaca materi pengajaran

(buku/diktat/modul/kebetan), memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan di kelas maka prestasi optimal pasti diraih. Sayangnya pada

kenyataannya tidak demikian. Jika demikian kenyataannya maka tentunya

akan banyak sekali individu yang berhasil dalam belajar. Jika demikian

maka tidak akan ada bimbingan belajar yang mengedepankan hanya cara-

cara ringkas dalam menyelesaikan soal. Dan memang kenyataannya tidak

demikian. Banyak siswa/mahasiswa yang telah melakukan hal serupa

namun prestasinya tetap kurang memuaskan. Strategi belajar pasif tidak

akan pernah memberikan hasil pembelajaran yang diharapkan.

Guna meraih hasil optimal, perlu melibatkan seluruh pemikiran

aktif saat melakukan pembelajaran. Sayangnya banyak institusi

pendidikan (baik sekolah, kampus apalagi bimbingan belajar) yang tidak

mengembangkan hal ini. Bagi mereka belajar dalam proses dimana guru

mengajar dan siswa menerima. Itu dan hanya itu saja. Wajar saja

kemudian sekiranya kualitas pendidikan bangsa ini sedikit kurang

dibandingkan negara lain di kawasan.

3

Page 4: 01 Alfiyah Proposal Isi

Belajar dan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Kita dapat membayangkan bagaimana proses pembelajaran

yang tidak disertai dengan proses berpikir. Sayangnya masih banyak

individu yang belajar seperti zombie. Dari luar sepertinya mereka belajar

namun sebenarnya mereka tidak belajar. Proses belajar dapat

dianalogikan sebagai keseluruhan perjalanan mencapai satu tujuan.

Sementara berpikir merupakan proses perjalanan itu sendiri, kaki mana

yang harus dilangkahkan dan ke arah mana perlu melangkahkannya.

Selama proses perjalanan perlu memastikan bahwa setiap langkah

koheren satu sama lain guna mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Karena untuk mencapai hasil optimal dalam pembelajaran

dibutuhkan pemikiran aktif, dan berpikir secara aktif sama artinya dengan

berpikir secara kritis, maka artinya proses pembelajaran optimal

membutuhkan pemikiran kritis dari si pembelajar.

Di MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang

guru dalam dituntut mempunyai kemampuan dalam mengembangkan

pemikiran kritis pada kegiatan belajar mengajar hal ini diterapkan dengan

harapan siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi atau paling tidak

memenuhi ketuntasan minimal penguasaan materi pembelajaran yang

telah ditetapkan. Namun tolok ukur keberhasilan guru dalam kemampuan

dalam mengembangkan pemikiran kritis pada kegiatan belajar mengajar

belum pernah diketahui secara nyata baik prosentase maupun

keberhasilan secara empiris.

4

Page 5: 01 Alfiyah Proposal Isi

Tertarik dengan fenomena diatas, penulis mencoba meneliti

dengan menulisnya dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Pemenuhan

Rasa Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII

MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang”

B. IDENTIFIKASI DAN BATASAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang penulis uraikan diatas,

penulis dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah yang akan

dibahas dalam penulisan skripsi ini. Adapun secara spesifik sesuai dengan

penelitian yang akan menjadi fokus penulis selanjutnya, maka penulis

dapat menentukan identifikasi masalah sebagai berikut :

a. Secara teoritis Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua mempunyai

peran yang signifikan dalam peningkatan Prestasi Belajar siswa secara

maksimal, berkenaan dengan hal ini penulis ingin mengetahui

Bagaimana Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

b. Karena Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua diharapkan

mendukung peningkatan Prestasi Belajar siswa, maka penulis ingin

mengetahui Bagaimana Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

c. Dari dua alasan diatas, penulis tertarik untuk membahas permasalahan

yang ada sehingga tersirat judul dalam penulisan skripsi : Hubungan

5

Page 6: 01 Alfiyah Proposal Isi

Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa

di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung

Jombang.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian

ini penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Waktu penelitian hanya dilaksanakan kurang lebih satu bulan sehingga

penelitian tentang Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua terhadap

peningkatan Prestasi Belajar siswa kurang maksimal.

b. Keterbatasan penulis dalam menganalisis permasalahan serta

keterbatasan referensi penulis menjadikan penelitian ini juga jauh dari

taraf kesempurnaan.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang ?

2. Bagaimana Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs Babussalam

Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang ?

3. Adakah Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan

Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang ?

6

Page 7: 01 Alfiyah Proposal Isi

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua di

Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

2. Untuk Mengetahui bagaimana Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

3. Untuk mengetahui adakah Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang

Tua Dengan Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs Babussalam

Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Adapun hipotesis yang diajukan oleh penulis disini adalah sebagai

berikut :

1. Hipotesis Kerja ( Ha ) : Ada Hubungan Positif yang signifikan

Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan

Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung

Jombang.

2. Hipotesis Nihil ( Ho ) : Tidak Ada Hubungan Positif yang signifikan

Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan

Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung

7

Page 8: 01 Alfiyah Proposal Isi

Jombang.

F. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang diajukan penulis adalah :

Variabel Bebas

(Variabel X)

: Pemenuhan Rasa Aman dari Orang

Tua di Kelas VIII MTs Babussalam

Kalibening Tegalrejo Mojoagung

Jombang

Variabel Terikat

(Variabel Y)

: Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII

MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang

2. definisi operasional

1. Mengembangkan Pemikiran Kritis

a. Mengembangkan : membuka lebar-lebar; membentangkan.2

b. Pemikiran Kritis, Pemikiran : cara atau hasil berpikir .3 Kritis : kritis

bersifat tidak dapat lekas percaya; bersifat selalu berusaha menemukan

kesalahan atau kekeliruan; tajam penganalisisan.4

2. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses pembentukan

pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan

2 Dendy Sugono dkk,, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008),6563 Ibid, 8924 Ibid, 738

8

Page 9: 01 Alfiyah Proposal Isi

dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan. Tingkah laku yang baru misal dari tidak tahu menjadi tahu,

timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-

kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan

sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah.”5

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar : Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari

dua kata, yaitu prestasi dan belajar. : Prestasi adalah : Hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun

kelompok.6 : Sedangkan belajar adalah : Suatu aktifitas yang dilakukan

secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang

dipelajari.7 : Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam skripsi ini

adalah hasil studi yang telah dicapai oleh siswa dalam upaya mewujudkan

kemampuan intelektualnya.

G. KEGUNAAN HASIL PENELITIAN

a. Bagi Penulis

[1]. Penulis dapat mengetahui Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua

di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung

Jombang.

5 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar., (Bandung, Tarsito, 1990), 216 Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya, Usaha Nasional, 1994), 197 Ibid, 21

9

Page 10: 01 Alfiyah Proposal Isi

[2]. Penulis dapat mengetahui Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII

MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

[3]. Penulis dapat mengetahui adakah Hubungan Pemenuhan Rasa

Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa di Kelas

VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang

b. Bagi MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai parameter

keberhasilan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua siswa yang

diukur dengan Prestasi Belajar siswa sebagaimana tujuan yang

diinginkan.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat melengkapi khazanah ilmu

pengetahuan khususnya mengenai Hubungan Pemenuhan Rasa Aman

dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa.

H. KERANGKA TEORITIK

1. Guru dan Pemikiran Kritis

Guru merupakan salah satu tonggak lingkungan, nara sumber,

pemberi masukan, model identifikasi sasaran, dan pemberi balikan. Dalam

hal ini guru sebagai pemimpin dan sekaligus pemegang Administrasi

kesiswaan, oleh karena itu kepemimpinan guru perlu ditingkatkan agar

transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehendaki oleh tujuan

10

Page 11: 01 Alfiyah Proposal Isi

pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung secara efektif dan

efisien.

Adapun kepemimpinan guru berkenaan dengan administrasi

kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan

siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa,

pembinaan selama siswa berada di sekolah hingga identifikasi gaya

belajar, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui

penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar-

mengajar yang efektif.

Secara etimologi pengertian guru adalah : “orang yg pekerjaannya

(mata pencahariannya, profesinya) mengajar,” 8 Sementara pengertian guru

secara terminologi sebagaimana dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen adalah :”Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah”.9

Belajar dan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Dapatkah anda membayangkan bagaimana proses

pembelajaran yang tidak disertai dengan proses berpikir. Sayangnya

masih banyak individu yang belajar seperti zombie. Dari luar

sepertinya mereka belajar namun sebenarnya mereka tidak belajar.

8Dendy Sugono dkk,, Op Cit, 4979Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen, www.ri.go.id, Jakarta, 2007, hal. 2

11

Page 12: 01 Alfiyah Proposal Isi

Proses belajar dapat dianalogikan sebagai keseluruhan perjalanan

mencapai satu tujuan. Sementara berpikir merupakan proses

perjalanan itu sendiri, kaki mana yang harus dilangkahkan dan ke arah

mana anda perlu melangkahkannya. Selama proses perjalanan anda

perlu memastikan bahwa setiap langkah koheren satu sama lain guna

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Karena untuk

mencapai hasil optimal dalam pembelajaran dibutuhkan pemikiran

aktif, dan berpikir secara aktif sama artinya dengan berpikir secara

kritis, maka artinya proses pembelajaran optimal membutuhkan

pemikiran kritis dari si pembelajar.

Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan, makna dan

hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi

dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya, guru masih

memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan transfer informasi (baca:

penuangan ‘air’ informasi) dari guru ke siswa.

“Untuk keperluan implementasi KBM yang bernuansa KBK, guru

perlu melakukan pembalikan makna dan hakikat belajar. Pada pandangan

dan paradigma ini, makna dan hakikat Belajar diartikan sebagai proses

membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau

pengalaman.10 “. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan

persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar

10 Departemen Pendidikan Nasional, Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif, - (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2004), 7

12

Page 13: 01 Alfiyah Proposal Isi

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.

Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal

mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang

sama.

Mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam

membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud

sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan

situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga

siswa ‘terdorong’ untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat

belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman,

maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa

dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru

harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah

tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa

bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu

dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru

memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya,

“Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?” Guru yang baik akan

mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada

seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, “Saya

sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?”

SEJARAH pemikiran adalah sejarah para pemikir, sejarah

kaum elit yang dengan kepandaiannya, mampu mengabstraksikan

13

Page 14: 01 Alfiyah Proposal Isi

fenomena sosial dan gejala lainnya ke dalam bahasa intelektual dan

ilmiah. Para pemikir atau kaum cendekia dianggap elit karena

keterasingan mereka dari dunia umum. Istilah "pemikir" itu sendiri

agak kabur, bisa diterapkan kepada siapa saja yang memiliki

spesialisasi tertentu. Ia bisa diterapkan sebagai panggilan lain untuk

"intelektual" dan scholar (sarjana), atau pada konteks yang lebih keren

kepada filsuf. Dalam bahasa Inggris, kata-kata seperti philosopher,

thinker, scholar dan intellectual merujuk kepada figur terpelajar

(learned man) yang sebenarnya tidak mempunyai batasan yang jelas

satu dengan yang lainnya. Hanya agaknya disepakati bahwa

philosopher --karena faktor sejarahnya-- adalah istilah yang paling

signifikan untuk mengekspresikan tingkat kejeniusan seseorang.

Karenanya, filsuf adalah orang yang paling elit di antara deretan kaum

terpelajar tersebut. Untuk seorang filsuf seperti Ibn Sina misalnya,

derajat keelitan seorang filsuf dapat dillhat pada cara mempersepsikan

kebenaran. Menurut filsuf Muslim asal Parsi ini, kebenaran yang

dicapai oleh para filsuf berbeda dengan kebenaran yang dicapai oleh

orang awam atau orang biasa, karena cara dan metode pemahaman

yang dipakai oleh kedua kelompok tersebut berbeda. Inilah dikotomi

yang paling jelas antara kelompok elit dengan massa.

Pemikiran (thinking) telah mula dikaji sejak zaman Plato dan

Aristotle. Sebagaimana Aristotle mengatakan bahawa manusia

mempunyai banyak persamaan dengan hewan. Ciri yang membedakan

manusia daripada hewan lain ialah rasionalitas, yaitu berfikir. Pada

14

Page 15: 01 Alfiyah Proposal Isi

abad ke sembilan belas, pemikiran difinisikan sebagai satu rangkaian

idea yang berasosiasi. Difinisi ini dapat menerangkan beberapa jenis

pemikiran, tapi tidak semua. Dewey, 1921, mengemukakan tesis

bahawa aktiviti berfikir ialah daya usaha reorganisasi pengalaman dan

tingkah laku yang dilaksanakan secara sengaja.

Menurut Mayer pula, pemikiran melibatkan pengelolaan

operasi-operasi mental tertentu yang berlaku dalam minda atau sistem

kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesai masalah. Fraenkel

pula berkata, pemikiran adalah pembentukan ide-ide, pembentukan

semula pengalaman dan penyusunan maklumat-maklumat dalam

bentuk tertentu. Menurut Chaffee pula, pemikiran merupakan proses

luar biasa yang digunakan dalam membuat keputusan dan menyelesai

maalah. Pemikiran manusia telah berkembang sebagai alat untuk

mengawal dan menguasai persekitaran yang sukar. Konsep beliau itu

menyebabkan pakar-pakar psikologi memberi tekanan yang berlebihan

kepada pemikiran adaptif dan praktikal. Eksperimen-eksperimen yang

mereka buat sentiasa melibatkan para subjek yang berfikir dengan

berhempas pulas.

Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat

mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata

lain, membangun pemahaman akan lebih mudah melalui interaksi dengan

lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan

terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling

15

Page 16: 01 Alfiyah Proposal Isi

menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok.

Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam,

memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh

tanggapan dari siswa lain atau guru. KBM perlu mendorong siswa untuk

mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa

lain, guru atau pihak-pihak lain.

Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi

dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan, prestasi) dan

berlatih untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk

mengembangkan empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian

dengan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya.

Adapun langkah pengembangan berfikir kritis adalah :

a. Tentukan hal yang ingin anda pelajari

b. Kumpulkan semua sumber informasi

c. Tanyakan asumsi dasar penulis

d. Buat pola sederhana atas materi yang dipelajari.

e. Tanya ???

f. Kemukakan !!!

Untuk dapat melibatkan pemikiran kritis saat belajar,

sebelumnya kita perlu benar-benar mengetahui apa yang akan atau

ingin kita pelajari. Hal ini sama seperti mengetahui tujuan pergi

sebelum kita melangkahkan kaki ke luar rumah. Kita dapat melakukan

hal ini dengan memberikan pernyataan seputar materi tersebut. Jika

16

Page 17: 01 Alfiyah Proposal Isi

kita mudah lupa, kita siapkan selembar kertas dan tuliskan berbagai

penyataan tujuan kita mempelajari materi tersebut. Kita dapat

memberikan berbagai pernyataan sederhana seperti, Saya penasaran

cara kerja pikiran saat seseorang berada pada kondisi hypnosis? atau

Saya penasaran apa hubungan antara hypnosis dengan peningkatan

daya ingat seseorang?. Intinya semua pertanyaan yang kita tuliskan

adalah pernyataan tujuan yang singkat dan sederhana.

Daftarkan semua sumber informasi berkenaan dengan materi

yang ingin kita kuasai, setelahnya mari kita kumpulkan. Kita perlu

membuka diri seluas-luasnya pada berbagai sumber informasi, mulai

dari buku, makalah, artikel, berbagai sumber di internet, kliping,

jurnal, koran, majalah, siaran radio, TV, penjelasan guru/dosen,

wangsit, wasiat, wasir dan yang lainnya. Hilangkan semua praduga

mengenai materi yang ingin kita pelajari, karena praduga anda hanya

akan membatasi proses pencarian berkenaan seputar materi tersebut.

Semakin banyak sumber informasi yang anda dapatkan semakin baik.

Setelahnya kita perlu mencari pula berbagai contoh aplikasi

dari hal yang kita telah pelajari. Tahapan ini sering kali dilewatkan

oleh banyak individu. Akibatnya proses pembelajaran mereka kurang

optimal karena membuat mereka seolah terpisah dengan materi yang

sedang dipelajari. Mereka memahami materinya, namun mereka tidak

mengetahui aplikasinya.

17

Page 18: 01 Alfiyah Proposal Isi

Berbagai contoh aplikasi yang kita temui di lapangan juga

dapat membantu memfilter informasi mana yang perlu diterima dan

informasi mana yang perlu ditolak. Ketika terdapat ketidaksesuaian

antara aplikasi di lapangan dan teori yang anda pelajari hal ini

merupakan sinyal bagi untuk mulai bertanya ke dalam diri, Haruskan

saya terima informasi ini atau saya perlu membuangnya?. Melakukan

hal ini akan semakin memperkuat pemahaman anda akan materi yang

kita pelajari.

Setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda atas

suatu kondisi. Dan seperti ulasan sebelumnya, tidak ada satu pun dari

pemahaman tersebut yang 100% akurat dengan kondisi yang

sesungguhnya terjadi. Salah satu kondisi yang merupakan keharusan

dalam berpikir kritis adalah kita perlu memiliki pendekatan seobjektif

mungkin atas hal yang anda pelajari dan minimalkan terseret oleh

subjektifitas satu pihak, katakanlah si penulis.

Dalam belajar kaitannya dengan pembelajaran. Sangat penting

bagi siswa untuk membuat pola di pikiran mengenai hal yang telah di

pelajari. Kita perlu membuat hal yang siswa pelajari menjadi

sederhana namun tidak menyederhanakan. Maksudnya adalah dalam

proses belajar kita perlu membentuk pola namun tidak terlalu

mereduksi berbagai informasi yang penting. Jika kita melakukan hal

ini maka kualitas pemahaman kita yang dikorbankan. Salah satu cara

untuk membentuk pola atas hal yang dipelajari adalah dengan

18

Page 19: 01 Alfiyah Proposal Isi

menggunakan peta pikiran (mind map). Dengan menggunakan mind

map maka anda tidak hanya membentuk pola dengan melihat seluruh

gambaran besar dari informasi yang anda pelajari, namun anda juga

mengetahui hubungan antara masing-masing informasi tersebut.

Sebagai tambahan, hal ini juga mempermudah kita dalam

mengkomunikasikan hal yang kita pelajari kepada siswa.

Setelah mendapatkan pola dari materi yang di pelajari maka

tahapan selanjutnya adalah menanyakan kembali berbagai informasi

yang telah dipelajari. Hal ini salah satunya ditujukan untuk

mengaktifkan pikiran siswa dan terus mengembangkan berbagai hal

yang telah di pelajari. Dengan bertanya siswa dapat mengindentifikasi

berbagai hal yang mungkin belum dikuasai mengenai materi yang

diajarkan. Tanyakan berbagai pertanyaan yang memancing untuk

memperbesar medan pemahaman siswa misalnya, Bagaimana kalau

begini/begitu?

Setelah mengajarkan sesuatu tentunya guru ingin mengetahui

seberapa baiknya penguasaan siswa. Siswa diasumsikan belajar untuk

memahami suatu materi dan bukan untuk orientasi yang lain, seperti

sebatas menaikan nilai misalnya. Nilai merupakan konsekuensi logis

atas pemahaman siswa. Dengan demikian wajar sekiranya kita merasa

aneh ketika mendengar atau melihat iklan berbagai institusi

pendidikan yang berbunyi menaikan nilai ujian dengan rata-rata

sekian atau semua lulusan kami langsung kerja. Tidakkah hal itu

19

Page 20: 01 Alfiyah Proposal Isi

terdengar seperti pemrograman manusia. Mungkin memang benar

sekarang jaman edan, semuanya serba terbalik.

Untuk mengetahui seberapa baiknya pemahaman, kita perlu

menyatakan kembali berbagai hal yang telah dipelajari sebelumnya.

Dengan melakukan hal ini anda mengetahui sejauh mana dan sebaik

apa penguasaan siswa atas materi tersebut. Disini perlu dijelaskan

bahwa tujuan kita adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa atas

materi tersebut dan bukan untuk mempertontonkan kecerdasan.

2. Prestasi Belajar Siswa

Istilah prestasi pada umumnya dihubungkan dengan hasil yang

telah dicapai oleh seseorang, baik bidang pekerjaan maupun bidang

pendidikan. Seorang dikatakan berprestasi atau prestasinya baik apabila

hasil usaha yang dicapai mendekati apa yang diharapkan.

Sebaliknya usaha dikatakan menurun apabila prestasi tersebut

diatandai dengan hasil yang telah atau lebih buruk daripada sebelumnya,

Sedangkan istilah belajar merupakan suatu proses perubahan dalam

tingkahj laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar adalah proses usaha yang dilaksanakan untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan

tingkah laku tersebut adalah sebagai dari hasil pengalaman individu itu

20

Page 21: 01 Alfiyah Proposal Isi

sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan yang terjadi

merupakan pokok dalam belajar.

Adapun ciri-ciri perubaha tingkah laku dalam belajar / pengertian

belajar adalah sebagai berikut :

a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

b. Perubahan tersebut bersifat kontinyu, dan berfungsi sebagai hasil

belajar.

c. Perubahan tersebut selalu dalam bentuk yang positif

I. PENELITIAN TERDAHULU

Dengan keterbatasan referensi penulis, penulis belum pernah

menjumpai penelitian yang sejenis oleh karena itu penulis dalam

melaksanakan penelitian ini khususnya di MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang adalah cenderung penelitian baru yang

belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

J. PROSEDUR PENELITIAN

1. Rancangan / Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperans sebagai pedoman atau

penuntun penelitian pada seluruh proses penelitian.11

11 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta. Salemba Medika, 2008.

21

Page 22: 01 Alfiyah Proposal Isi

Desain penelitian merupakan suatu yang penting bagi peneliti,

karena pertama kali peneliti menentukan apakah akan melakukan

intervensi dalam peneliti tersebut (melakukan studi

intervensional / eksperimental) ataukah ahanya melakukan

pengamatan saja atau observasional.12

Dan pengertian diatas jelas terlihat segala yang diteliti bertitik

tolak dan satuan - satuan, sehingga sejak dan pengambilan contoh

(sampel) sampai pada pengujian Hipotesis banyak menggunakan

perhitungan - perhitungan statistik yang merupakan ciri utama dan

bentuk penelitian kuantitatif.

Penelitian ini Berdasarkan bidangnya : penelitian ini termasuk

penelitian pendidikan (education Research). Berdasarkan tempatnya

(Lokasi): Penelitian ini termasuk penelitian kancah (field researh)

Berdasarkan tujuan umumnya : Penelitian ini termasuk Penelitian

Eksplorasi (eksploratif reseach).13

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data secara

sistematik berdasarkan kebutuhan penelitian ini dalam mencari

konklusi beberapa aspek perilaku yang diamati yang berhubungan

dengan penelitian ini.

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang diberi Iebih dan satu nilai untuk di

kaitkan dengan teori - teori yang ada14. Sedangkan dalam penelitian mi

ada dua Variabel yaitu Variabel Pengaruh (Independent Variabel) dan

12 Ibid13 Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA, Metodologie Research Jilid I, Andi Offset, Jogyakarta, Ed. I, Cet. XXX, 2000, hal.314 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, "Metode Penelitian Survey", LP3ES, Jakarta. 1989 hal 48,

22

Page 23: 01 Alfiyah Proposal Isi

Variabel terpengaruh (Dependent Variable) atau dalam istilah lain yaitu

variabel bebas dan variabel terikat.

Dalam penelitian ini Indikator Variabelnya meliputi :

No Variabel Status Pengukuran

1 Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua

Variabel bebas Angket

2 Prestasi Belajar siswa Variabel Terikat Angket

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan daerah / lokasi penelitian atau dengan

kata lain bahwa populasi adalah keseluruhan sasaran yang hendak

diteliti, dan pada populasi lain itulah kelak hasil penelitian

diberlakukan. Populasi bisa berupa manusia atau bukan manusia

(Lembaga, Kelompok, Dokumentasi dan badan) dan apa saja yang

dijadikan sasaran penelitian.

Sedangkan Prof. Dr. Sutrisno Hadi MA menyatakan

Bahwa populasi adalah: Sebagian individu yang diselidiki disebut

sampel, sedangkan kenyataan yang diperoleh dari sampel itu

hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe.15

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan seluruh

siswa yang belajar di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang sebagai populasinya yaitu

sejumlah 95 siswa.

15Ibid, hal.70

23

Page 24: 01 Alfiyah Proposal Isi

b. Sampel

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, bahwa yang

dimaksud dengan sampel adalah : Sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. 16

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi adalah : Semua

individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari

sampel itu hendak di Generalisasikan.17

Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Suharsimi

Arikunto yang mengetengahkan prosentase ancer-ancer tentang

penggunaan jumlah sampel yaitu : Untuk sekedar Ancer-ancer

maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi selanjutnya

jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau

20 – 25 % atau lebih.18

Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 100 % dari

jumlah populasi 95 siswa yang secara proporsional dianggap mewakili

dalam proses penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data / Instrumen Penelitian

Diantara berbagai macam teknik yang penulis gunakan dalam

pengumpulan data antara lain :

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, Ed. Revisi, v Cet. 12, 2002), 11717Sutrisno Hadi, Metode Research I, (Yogyakarta, Andi Offset, Cet. XXX, 2000) 7018 Ibid, 120

24

Page 25: 01 Alfiyah Proposal Isi

a. Metode Dokumentasi

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, mengemukakan bahwa :

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

Prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya.19

Dari uraian diatas maka metode dokumentasi adalah metode

pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat

erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan digunakan metode

ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit melalui catatan

atau arsip yang ada. Hal ini digunakan karena metode dokumentasi

adalah metode pokok yang akan digunakan untuk memperoleh data

yang pokok pula.

Sedangkan data yang ingin diperoleh dengan menggunakan

metode dokumentasi ini adalah :

a. Data tentang kondisi Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang.

b. Daftar perlengkapan administrasi Kelas VIII MTs Babussalam

Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang termasuk administrasi

guru dalam upaya Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari

Orang Tua

c. Kebijakan kepala Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang mengenai upaya meningkatkan

19 Ibid, 234

25

Page 26: 01 Alfiyah Proposal Isi

Prestasi Belajar Siswa di Kelas VIII MTs Babussalam

Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

b. Metode Angket.

Dr. Kartini Kartono mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan metode angket adalah : “Mengedarkan suatu daftar pertanyaan

berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek

untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan atau respon tertulis

seperlunya.”20

Dari pendapat diatas maka jelaslah bahwa metode angket

adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan

secara tertulis dan harus dijawab secara tertulis pula oleh orang yang

diteliti. dengan metode angket ini penulis mengharapkan dapat

memperoleh keterangan mengenai variabel-variabel yang diinginkan

oleh penulis dalam melengkapi penelitian yang kemudian penulis

menjadikan sebagai acuan dasar untuk selanjutnya mengelola data

hasil angket tersebut dan menjadikannya sebagai kesimpulan dari

tujuan penulisan skripsi ini. Dengan metode Angket ini data yang ingin

penulis peroleh adalah :

a) Variabel X : Variabel tentang Hubungan Pemenuhan Rasa Aman

dari Orang Tua di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang.

20 Kartini Kartono, Pengantar Metode Research Sosial, (Bandung, CV Mandar Maju, 1990). 247.

26

Page 27: 01 Alfiyah Proposal Isi

b) Variabel Y : Variabel tentang Prestasi Belajar Siswa di Kelas VIII

MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

c. Metode Observasi.

I.Jumhur dan Drs. M. Surya mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan metode observasi adalah : “Merupakan tehnis untuk

mengamati secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang

berlangsung”. 21

Tujuan penggunaan metode ini untuk memperoleh data secara

obyektif melalui pengamatan secara langsung di lokasi penelitian

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan

penelitian.

Adapun data-data yang ingin penulis peroleh dengan metode

observasi ini adalah :

- Mengenai keadaan Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening

Tegalrejo Mojoagung Jombang.

- Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Siswa di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

- Hubungan langsung atau interaksi antara siswa dengan guru

maupun siswa dalam pembelajaran di kelas.

d. Metode Interview atau wawancara

21 I. Jumhur, Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung, Penerbit CV. Ilmu, 1975). 51.

27

Page 28: 01 Alfiyah Proposal Isi

Metode Interview merupakan suatu tehnik penggunaan data

dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.

Dr. Kartini Kartono mengemukakan bahwa Interview adalah :

Interview atau wawancara itu adalah suatu percakapan, tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih dan duduk berhadapan

secara fisik dan diarahkan secara tertentu (Interview atau

berbincang-bincang tanya jawab; asal kata intrevue =

perjumpaan sesuai dengan perjanjian sebelumnya), Dari kata

entre, inter dan vo er = vidre melihat. Interview = tanya jawab

lisan untuk dipubliksaikan.22

Alasan penulis menggunakan metode Interview ini untuk

memperoleh data secara jelas dan konkrit dari kepala Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang dan para guru

yang mengajar di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo

Mojoagung Jombang, mengenai :

- Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi

Belajar Siswa di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo

Mojoagung Jombang.

- Kemajuan / prestasi serta kompetensi yang dicapai di Kelas VIII MTs

Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.

5. Analisis Data

22 Kartini Kartono, O p – C i t , 187

28

Page 29: 01 Alfiyah Proposal Isi

Untuk mengetahui sejauh mana suatu kuesioner yang diajukan

dapat menggali data yang diperlukan penulis melakukan Uji Validitas

(kesahihan). Sebagaimana yang dinyatakan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto

tentang uji Validitas adalah sebagai berikut : Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, sebuah instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul terhadap menyimpang dari gambaran tentang

variabel yang dimaksud.23

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan secara berurutan

penulis menggunakan tehnik dengan rumusan sebagai berikut :

1) Dalam Menghitung Mean variabel X menggunakan rumus :

XMx = ---------- N

2) Dalam Menghitung Mean variabel Y dengan rumus :

YMy = ---------- N

3) Menghitung Deviasi skor X terhadap Mx menggunakan rumus :

x = X – Mx.

4) Menghitung Deviasi skor Y terhadap My menggunakan rumus :

y = Y – My.

5) Dalam menghitung besarnya Deviasi Standard ( SD ) dari variabel X,

menggunakan rumus :

23Suharsimi Arikunto, Op Cit, 40

29

Page 30: 01 Alfiyah Proposal Isi

SDx = x ² --------

N

6) Dalam Menghitung besarnya Deviasi Standard ( SD ) dari variabel y,

menggunakan rumus :

SDy = y ² --------

N

7) Dalam menganalisa data analisa untuk mencari koefisien korelasi yang

menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara variabel x dengan

variabel y, menggunakan rumus :

xy

r xy = -----------------------

N . SDx . Sdy

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y

xy = Jumlah produc dari Variabel X dan Variabel Y

N = Jumlah sampel yang diteliti ( Number of Cases )

SDx = Standard dari Deviasi x

SDy = Standard dari Deviasi y24

Jika rTabel Product Moment < / > robservasi artinya pernyataan-pernyataan

kuesioner tersebut mempunyai validitas (kesahihan) atau pernyataan dapat

melakukan fungsi ukurannya. Hipotesis Kerja diterima dan Hipotesis Nihil

ditolak dan sebaliknya.

24 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, CV Rajawali Pers, 2000), 183

30

Page 31: 01 Alfiyah Proposal Isi

Sedangkan untuk mengetahui pada hubungan fungsional ataupun

kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen dalam

penelitian ini, penulis menggunakan penghitungan Regresi linier

sederhana dengan rumus :

dimana:

Y = variabel dependen yang diprediksikan

a = konstanta

b = koefisien regresi X terhadap Y

X = variabel independen yang mempunyai nilai tertentu25

Koefisien regresi (b) akan bernilai positip apabila nilai X

berbanding lurus terhadap nilay Y, sebaliknya b akan bernilai negatip

apabila nilai X berbanding terbalik terhadap nilai Y. Nilai a dan b dapat

dicari dengan persamaan berikut:

K. WAKTU PENELITIAN

Adapun waktu penelitian direncanakan pada awal bulan

Nopember 2009 sampai dengan bulan Agustus 2010 sebagaimana tabel

dibawah ini :

25 Suharsimi Arikunto, Op Cit, 42

31

Page 32: 01 Alfiyah Proposal Isi

NO KEGIATANBULAN

Nop-09

Des-09

Jan-10

Feb-10

Mar-10

Apr-10

Mei-10

Jun-10

Jul-10

Agust-10

                 1 Pengajuan Judul √                  2 Pengesahan Judul √                  3 Pengajuan Proposal   √                4 Seminar Proposal   √                5 Konsultasi Bab I     √              6 Konsultasi Bab II       √            7 Konsultasi Bab III         √          8 Konsultasi Bab IV           √        9 Konsultasi Bab V             √ √    10 Munaqosah                 √  11 Pengesahan Skripsi                   √

L. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, Ed. Revisi, v Cet. 12, 2002), 117

Djamarah, Syaiful Bakri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya, Usaha Nasional, 1994), 19

Hadi, Sutrisno, Metode Research I, (Yogyakarta, Andi Offset, Cet. XXX, 2000) 70

Hamalik, Oemar, Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar., (Bandung, Tarsito, 1990), 21

Jumhur, I. Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung, Penerbit CV. Ilmu, 1975). 51.

Kartono, Kartini, Pengantar Metode Research Sosial, (Bandung, CV Mandar Maju, 1990). 247.

Poerwodarminta, Wjs. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pn. Balai Pustaka, 2006), 620

Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Penjelasan), www.indonesia.go,id, Jakarta, 2005, 3

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, CV Rajawali Pers, 2000), 183

32