01 Alfiyah Proposal Isi
Transcript of 01 Alfiyah Proposal Isi
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan bagi manusia merupakan sistim untuk meningkatkan
kualitas hidup dalam segala bidang, sehingga dalam sepanjang sejarah hidup
manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak
menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan meningkatkan
kualitasnya. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak
dapat dipisahkan darinya, pendidikan sifatnya mutlak, baik dalam hidup
seseorang, masyarakat maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu
bangsa dan negara, banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan
bangsa itu.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan kebutuhan dan tuntutan
yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan suatu bangsa dan negara sangat bergantung kepada kualitas sumber
daya manusia. Dan kualitas yang dikehendaki itu sangat tergantung dari
keberhasilan penyelenggaraan dari sistim pendidikannya.
Peranan pendidikan sangat penting dan dominan dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia, dalam arti walaupun populasi sumber daya
manusia kita yang besar merupakan modal dasar pembangunan. Tetapi apabila
tidak didukung dengan kualitas yang memadai, maka sumber daya manusia
yang besar itu akan menjadi beban nasional.
Seiring dengan perkembangan zaman, masalah pendidikan juga
merupakan masalah yang dinamik. Untuk itu pendidikan diharapkan dapat
memberikan nilai tambah dalam rangka mencapai kesejahteraan lahir dan
1
batin. Disamping itu tuntutan untuk mampu mengembangkan perilaku kreatif,
produktif, efisien dan dinamis serta mengembangkan sikap yang mampu
memahami makna kehidupan dan menyadari dirinya di tengah-tengah
kehidupan bersama dalam membangun masyarakatnya.
Untuk menjawab tantangan itu pendidikan secara potensial sangat
strategis. Dan untuk itu Kegiatan Belajar Mengajar seharusnya selalu
mengacu pada prinsip :
1. Dinamis, tanggap terhadap sosio – kultural dan tuntutan – tuntutan yang
menyertainya.
2. Bermutu, dalam pelayanan program-program yang diaplikasikan.
3. Relevan, dengan kebutuhan masyarakat dan nilai idealisme yang
diembannya.
Hal ini seiring dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan :
Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.1
1 Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Penjelasan), www.indonesia.go,id, Jakarta, 2005, 3
2
Dalam menjalani proses pembelajaran, baik di sekolah maupun
di kampus, tentu siapapun menginginkan prestasi yang optimal. Penting
untuk disadari bahwa guna mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal
tentu faktor yang paling menentukan adalah pada proses belajar itu
sendiri.
Banyak individu beranggapan bahwa proses belajar merupakan
proses yang sederhana. Hanya dengan membaca materi pengajaran
(buku/diktat/modul/kebetan), memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan di kelas maka prestasi optimal pasti diraih. Sayangnya pada
kenyataannya tidak demikian. Jika demikian kenyataannya maka tentunya
akan banyak sekali individu yang berhasil dalam belajar. Jika demikian
maka tidak akan ada bimbingan belajar yang mengedepankan hanya cara-
cara ringkas dalam menyelesaikan soal. Dan memang kenyataannya tidak
demikian. Banyak siswa/mahasiswa yang telah melakukan hal serupa
namun prestasinya tetap kurang memuaskan. Strategi belajar pasif tidak
akan pernah memberikan hasil pembelajaran yang diharapkan.
Guna meraih hasil optimal, perlu melibatkan seluruh pemikiran
aktif saat melakukan pembelajaran. Sayangnya banyak institusi
pendidikan (baik sekolah, kampus apalagi bimbingan belajar) yang tidak
mengembangkan hal ini. Bagi mereka belajar dalam proses dimana guru
mengajar dan siswa menerima. Itu dan hanya itu saja. Wajar saja
kemudian sekiranya kualitas pendidikan bangsa ini sedikit kurang
dibandingkan negara lain di kawasan.
3
Belajar dan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Kita dapat membayangkan bagaimana proses pembelajaran
yang tidak disertai dengan proses berpikir. Sayangnya masih banyak
individu yang belajar seperti zombie. Dari luar sepertinya mereka belajar
namun sebenarnya mereka tidak belajar. Proses belajar dapat
dianalogikan sebagai keseluruhan perjalanan mencapai satu tujuan.
Sementara berpikir merupakan proses perjalanan itu sendiri, kaki mana
yang harus dilangkahkan dan ke arah mana perlu melangkahkannya.
Selama proses perjalanan perlu memastikan bahwa setiap langkah
koheren satu sama lain guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Karena untuk mencapai hasil optimal dalam pembelajaran
dibutuhkan pemikiran aktif, dan berpikir secara aktif sama artinya dengan
berpikir secara kritis, maka artinya proses pembelajaran optimal
membutuhkan pemikiran kritis dari si pembelajar.
Di MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang
guru dalam dituntut mempunyai kemampuan dalam mengembangkan
pemikiran kritis pada kegiatan belajar mengajar hal ini diterapkan dengan
harapan siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi atau paling tidak
memenuhi ketuntasan minimal penguasaan materi pembelajaran yang
telah ditetapkan. Namun tolok ukur keberhasilan guru dalam kemampuan
dalam mengembangkan pemikiran kritis pada kegiatan belajar mengajar
belum pernah diketahui secara nyata baik prosentase maupun
keberhasilan secara empiris.
4
Tertarik dengan fenomena diatas, penulis mencoba meneliti
dengan menulisnya dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Pemenuhan
Rasa Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII
MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang”
B. IDENTIFIKASI DAN BATASAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang penulis uraikan diatas,
penulis dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi ini. Adapun secara spesifik sesuai dengan
penelitian yang akan menjadi fokus penulis selanjutnya, maka penulis
dapat menentukan identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Secara teoritis Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua mempunyai
peran yang signifikan dalam peningkatan Prestasi Belajar siswa secara
maksimal, berkenaan dengan hal ini penulis ingin mengetahui
Bagaimana Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
b. Karena Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua diharapkan
mendukung peningkatan Prestasi Belajar siswa, maka penulis ingin
mengetahui Bagaimana Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
c. Dari dua alasan diatas, penulis tertarik untuk membahas permasalahan
yang ada sehingga tersirat judul dalam penulisan skripsi : Hubungan
5
Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa
di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung
Jombang.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian
ini penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
a. Waktu penelitian hanya dilaksanakan kurang lebih satu bulan sehingga
penelitian tentang Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua terhadap
peningkatan Prestasi Belajar siswa kurang maksimal.
b. Keterbatasan penulis dalam menganalisis permasalahan serta
keterbatasan referensi penulis menjadikan penelitian ini juga jauh dari
taraf kesempurnaan.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang ?
2. Bagaimana Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs Babussalam
Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang ?
3. Adakah Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan
Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang ?
6
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua di
Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
2. Untuk Mengetahui bagaimana Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
3. Untuk mengetahui adakah Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang
Tua Dengan Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs Babussalam
Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun hipotesis yang diajukan oleh penulis disini adalah sebagai
berikut :
1. Hipotesis Kerja ( Ha ) : Ada Hubungan Positif yang signifikan
Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan
Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung
Jombang.
2. Hipotesis Nihil ( Ho ) : Tidak Ada Hubungan Positif yang signifikan
Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan
Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung
7
Jombang.
F. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diajukan penulis adalah :
Variabel Bebas
(Variabel X)
: Pemenuhan Rasa Aman dari Orang
Tua di Kelas VIII MTs Babussalam
Kalibening Tegalrejo Mojoagung
Jombang
Variabel Terikat
(Variabel Y)
: Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII
MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang
2. definisi operasional
1. Mengembangkan Pemikiran Kritis
a. Mengembangkan : membuka lebar-lebar; membentangkan.2
b. Pemikiran Kritis, Pemikiran : cara atau hasil berpikir .3 Kritis : kritis
bersifat tidak dapat lekas percaya; bersifat selalu berusaha menemukan
kesalahan atau kekeliruan; tajam penganalisisan.4
2. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses pembentukan
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
2 Dendy Sugono dkk,, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008),6563 Ibid, 8924 Ibid, 738
8
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Tingkah laku yang baru misal dari tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-
kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan
sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah.”5
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar : Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari
dua kata, yaitu prestasi dan belajar. : Prestasi adalah : Hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun
kelompok.6 : Sedangkan belajar adalah : Suatu aktifitas yang dilakukan
secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang
dipelajari.7 : Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam skripsi ini
adalah hasil studi yang telah dicapai oleh siswa dalam upaya mewujudkan
kemampuan intelektualnya.
G. KEGUNAAN HASIL PENELITIAN
a. Bagi Penulis
[1]. Penulis dapat mengetahui Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua
di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung
Jombang.
5 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar., (Bandung, Tarsito, 1990), 216 Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya, Usaha Nasional, 1994), 197 Ibid, 21
9
[2]. Penulis dapat mengetahui Prestasi Belajar siswa di Kelas VIII
MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
[3]. Penulis dapat mengetahui adakah Hubungan Pemenuhan Rasa
Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa di Kelas
VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang
b. Bagi MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai parameter
keberhasilan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua siswa yang
diukur dengan Prestasi Belajar siswa sebagaimana tujuan yang
diinginkan.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat melengkapi khazanah ilmu
pengetahuan khususnya mengenai Hubungan Pemenuhan Rasa Aman
dari Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa.
H. KERANGKA TEORITIK
1. Guru dan Pemikiran Kritis
Guru merupakan salah satu tonggak lingkungan, nara sumber,
pemberi masukan, model identifikasi sasaran, dan pemberi balikan. Dalam
hal ini guru sebagai pemimpin dan sekaligus pemegang Administrasi
kesiswaan, oleh karena itu kepemimpinan guru perlu ditingkatkan agar
transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehendaki oleh tujuan
10
pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.
Adapun kepemimpinan guru berkenaan dengan administrasi
kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa,
pembinaan selama siswa berada di sekolah hingga identifikasi gaya
belajar, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui
penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar-
mengajar yang efektif.
Secara etimologi pengertian guru adalah : “orang yg pekerjaannya
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar,” 8 Sementara pengertian guru
secara terminologi sebagaimana dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen adalah :”Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.9
Belajar dan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Dapatkah anda membayangkan bagaimana proses
pembelajaran yang tidak disertai dengan proses berpikir. Sayangnya
masih banyak individu yang belajar seperti zombie. Dari luar
sepertinya mereka belajar namun sebenarnya mereka tidak belajar.
8Dendy Sugono dkk,, Op Cit, 4979Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen, www.ri.go.id, Jakarta, 2007, hal. 2
11
Proses belajar dapat dianalogikan sebagai keseluruhan perjalanan
mencapai satu tujuan. Sementara berpikir merupakan proses
perjalanan itu sendiri, kaki mana yang harus dilangkahkan dan ke arah
mana anda perlu melangkahkannya. Selama proses perjalanan anda
perlu memastikan bahwa setiap langkah koheren satu sama lain guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Karena untuk
mencapai hasil optimal dalam pembelajaran dibutuhkan pemikiran
aktif, dan berpikir secara aktif sama artinya dengan berpikir secara
kritis, maka artinya proses pembelajaran optimal membutuhkan
pemikiran kritis dari si pembelajar.
Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan, makna dan
hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi
dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya, guru masih
memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan transfer informasi (baca:
penuangan ‘air’ informasi) dari guru ke siswa.
“Untuk keperluan implementasi KBM yang bernuansa KBK, guru
perlu melakukan pembalikan makna dan hakikat belajar. Pada pandangan
dan paradigma ini, makna dan hakikat Belajar diartikan sebagai proses
membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau
pengalaman.10 “. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar
10 Departemen Pendidikan Nasional, Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif, - (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2004), 7
12
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.
Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal
mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang
sama.
Mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam
membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud
sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan
situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga
siswa ‘terdorong’ untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat
belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman,
maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa
dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru
harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah
tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa
bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu
dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru
memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya,
“Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?” Guru yang baik akan
mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada
seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, “Saya
sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?”
SEJARAH pemikiran adalah sejarah para pemikir, sejarah
kaum elit yang dengan kepandaiannya, mampu mengabstraksikan
13
fenomena sosial dan gejala lainnya ke dalam bahasa intelektual dan
ilmiah. Para pemikir atau kaum cendekia dianggap elit karena
keterasingan mereka dari dunia umum. Istilah "pemikir" itu sendiri
agak kabur, bisa diterapkan kepada siapa saja yang memiliki
spesialisasi tertentu. Ia bisa diterapkan sebagai panggilan lain untuk
"intelektual" dan scholar (sarjana), atau pada konteks yang lebih keren
kepada filsuf. Dalam bahasa Inggris, kata-kata seperti philosopher,
thinker, scholar dan intellectual merujuk kepada figur terpelajar
(learned man) yang sebenarnya tidak mempunyai batasan yang jelas
satu dengan yang lainnya. Hanya agaknya disepakati bahwa
philosopher --karena faktor sejarahnya-- adalah istilah yang paling
signifikan untuk mengekspresikan tingkat kejeniusan seseorang.
Karenanya, filsuf adalah orang yang paling elit di antara deretan kaum
terpelajar tersebut. Untuk seorang filsuf seperti Ibn Sina misalnya,
derajat keelitan seorang filsuf dapat dillhat pada cara mempersepsikan
kebenaran. Menurut filsuf Muslim asal Parsi ini, kebenaran yang
dicapai oleh para filsuf berbeda dengan kebenaran yang dicapai oleh
orang awam atau orang biasa, karena cara dan metode pemahaman
yang dipakai oleh kedua kelompok tersebut berbeda. Inilah dikotomi
yang paling jelas antara kelompok elit dengan massa.
Pemikiran (thinking) telah mula dikaji sejak zaman Plato dan
Aristotle. Sebagaimana Aristotle mengatakan bahawa manusia
mempunyai banyak persamaan dengan hewan. Ciri yang membedakan
manusia daripada hewan lain ialah rasionalitas, yaitu berfikir. Pada
14
abad ke sembilan belas, pemikiran difinisikan sebagai satu rangkaian
idea yang berasosiasi. Difinisi ini dapat menerangkan beberapa jenis
pemikiran, tapi tidak semua. Dewey, 1921, mengemukakan tesis
bahawa aktiviti berfikir ialah daya usaha reorganisasi pengalaman dan
tingkah laku yang dilaksanakan secara sengaja.
Menurut Mayer pula, pemikiran melibatkan pengelolaan
operasi-operasi mental tertentu yang berlaku dalam minda atau sistem
kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesai masalah. Fraenkel
pula berkata, pemikiran adalah pembentukan ide-ide, pembentukan
semula pengalaman dan penyusunan maklumat-maklumat dalam
bentuk tertentu. Menurut Chaffee pula, pemikiran merupakan proses
luar biasa yang digunakan dalam membuat keputusan dan menyelesai
maalah. Pemikiran manusia telah berkembang sebagai alat untuk
mengawal dan menguasai persekitaran yang sukar. Konsep beliau itu
menyebabkan pakar-pakar psikologi memberi tekanan yang berlebihan
kepada pemikiran adaptif dan praktikal. Eksperimen-eksperimen yang
mereka buat sentiasa melibatkan para subjek yang berfikir dengan
berhempas pulas.
Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat
mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata
lain, membangun pemahaman akan lebih mudah melalui interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan
terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling
15
menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok.
Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam,
memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh
tanggapan dari siswa lain atau guru. KBM perlu mendorong siswa untuk
mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa
lain, guru atau pihak-pihak lain.
Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi
dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan, prestasi) dan
berlatih untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk
mengembangkan empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian
dengan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya.
Adapun langkah pengembangan berfikir kritis adalah :
a. Tentukan hal yang ingin anda pelajari
b. Kumpulkan semua sumber informasi
c. Tanyakan asumsi dasar penulis
d. Buat pola sederhana atas materi yang dipelajari.
e. Tanya ???
f. Kemukakan !!!
Untuk dapat melibatkan pemikiran kritis saat belajar,
sebelumnya kita perlu benar-benar mengetahui apa yang akan atau
ingin kita pelajari. Hal ini sama seperti mengetahui tujuan pergi
sebelum kita melangkahkan kaki ke luar rumah. Kita dapat melakukan
hal ini dengan memberikan pernyataan seputar materi tersebut. Jika
16
kita mudah lupa, kita siapkan selembar kertas dan tuliskan berbagai
penyataan tujuan kita mempelajari materi tersebut. Kita dapat
memberikan berbagai pernyataan sederhana seperti, Saya penasaran
cara kerja pikiran saat seseorang berada pada kondisi hypnosis? atau
Saya penasaran apa hubungan antara hypnosis dengan peningkatan
daya ingat seseorang?. Intinya semua pertanyaan yang kita tuliskan
adalah pernyataan tujuan yang singkat dan sederhana.
Daftarkan semua sumber informasi berkenaan dengan materi
yang ingin kita kuasai, setelahnya mari kita kumpulkan. Kita perlu
membuka diri seluas-luasnya pada berbagai sumber informasi, mulai
dari buku, makalah, artikel, berbagai sumber di internet, kliping,
jurnal, koran, majalah, siaran radio, TV, penjelasan guru/dosen,
wangsit, wasiat, wasir dan yang lainnya. Hilangkan semua praduga
mengenai materi yang ingin kita pelajari, karena praduga anda hanya
akan membatasi proses pencarian berkenaan seputar materi tersebut.
Semakin banyak sumber informasi yang anda dapatkan semakin baik.
Setelahnya kita perlu mencari pula berbagai contoh aplikasi
dari hal yang kita telah pelajari. Tahapan ini sering kali dilewatkan
oleh banyak individu. Akibatnya proses pembelajaran mereka kurang
optimal karena membuat mereka seolah terpisah dengan materi yang
sedang dipelajari. Mereka memahami materinya, namun mereka tidak
mengetahui aplikasinya.
17
Berbagai contoh aplikasi yang kita temui di lapangan juga
dapat membantu memfilter informasi mana yang perlu diterima dan
informasi mana yang perlu ditolak. Ketika terdapat ketidaksesuaian
antara aplikasi di lapangan dan teori yang anda pelajari hal ini
merupakan sinyal bagi untuk mulai bertanya ke dalam diri, Haruskan
saya terima informasi ini atau saya perlu membuangnya?. Melakukan
hal ini akan semakin memperkuat pemahaman anda akan materi yang
kita pelajari.
Setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda atas
suatu kondisi. Dan seperti ulasan sebelumnya, tidak ada satu pun dari
pemahaman tersebut yang 100% akurat dengan kondisi yang
sesungguhnya terjadi. Salah satu kondisi yang merupakan keharusan
dalam berpikir kritis adalah kita perlu memiliki pendekatan seobjektif
mungkin atas hal yang anda pelajari dan minimalkan terseret oleh
subjektifitas satu pihak, katakanlah si penulis.
Dalam belajar kaitannya dengan pembelajaran. Sangat penting
bagi siswa untuk membuat pola di pikiran mengenai hal yang telah di
pelajari. Kita perlu membuat hal yang siswa pelajari menjadi
sederhana namun tidak menyederhanakan. Maksudnya adalah dalam
proses belajar kita perlu membentuk pola namun tidak terlalu
mereduksi berbagai informasi yang penting. Jika kita melakukan hal
ini maka kualitas pemahaman kita yang dikorbankan. Salah satu cara
untuk membentuk pola atas hal yang dipelajari adalah dengan
18
menggunakan peta pikiran (mind map). Dengan menggunakan mind
map maka anda tidak hanya membentuk pola dengan melihat seluruh
gambaran besar dari informasi yang anda pelajari, namun anda juga
mengetahui hubungan antara masing-masing informasi tersebut.
Sebagai tambahan, hal ini juga mempermudah kita dalam
mengkomunikasikan hal yang kita pelajari kepada siswa.
Setelah mendapatkan pola dari materi yang di pelajari maka
tahapan selanjutnya adalah menanyakan kembali berbagai informasi
yang telah dipelajari. Hal ini salah satunya ditujukan untuk
mengaktifkan pikiran siswa dan terus mengembangkan berbagai hal
yang telah di pelajari. Dengan bertanya siswa dapat mengindentifikasi
berbagai hal yang mungkin belum dikuasai mengenai materi yang
diajarkan. Tanyakan berbagai pertanyaan yang memancing untuk
memperbesar medan pemahaman siswa misalnya, Bagaimana kalau
begini/begitu?
Setelah mengajarkan sesuatu tentunya guru ingin mengetahui
seberapa baiknya penguasaan siswa. Siswa diasumsikan belajar untuk
memahami suatu materi dan bukan untuk orientasi yang lain, seperti
sebatas menaikan nilai misalnya. Nilai merupakan konsekuensi logis
atas pemahaman siswa. Dengan demikian wajar sekiranya kita merasa
aneh ketika mendengar atau melihat iklan berbagai institusi
pendidikan yang berbunyi menaikan nilai ujian dengan rata-rata
sekian atau semua lulusan kami langsung kerja. Tidakkah hal itu
19
terdengar seperti pemrograman manusia. Mungkin memang benar
sekarang jaman edan, semuanya serba terbalik.
Untuk mengetahui seberapa baiknya pemahaman, kita perlu
menyatakan kembali berbagai hal yang telah dipelajari sebelumnya.
Dengan melakukan hal ini anda mengetahui sejauh mana dan sebaik
apa penguasaan siswa atas materi tersebut. Disini perlu dijelaskan
bahwa tujuan kita adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa atas
materi tersebut dan bukan untuk mempertontonkan kecerdasan.
2. Prestasi Belajar Siswa
Istilah prestasi pada umumnya dihubungkan dengan hasil yang
telah dicapai oleh seseorang, baik bidang pekerjaan maupun bidang
pendidikan. Seorang dikatakan berprestasi atau prestasinya baik apabila
hasil usaha yang dicapai mendekati apa yang diharapkan.
Sebaliknya usaha dikatakan menurun apabila prestasi tersebut
diatandai dengan hasil yang telah atau lebih buruk daripada sebelumnya,
Sedangkan istilah belajar merupakan suatu proses perubahan dalam
tingkahj laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar adalah proses usaha yang dilaksanakan untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan
tingkah laku tersebut adalah sebagai dari hasil pengalaman individu itu
20
sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan yang terjadi
merupakan pokok dalam belajar.
Adapun ciri-ciri perubaha tingkah laku dalam belajar / pengertian
belajar adalah sebagai berikut :
a. Perubahan yang terjadi secara sadar.
b. Perubahan tersebut bersifat kontinyu, dan berfungsi sebagai hasil
belajar.
c. Perubahan tersebut selalu dalam bentuk yang positif
I. PENELITIAN TERDAHULU
Dengan keterbatasan referensi penulis, penulis belum pernah
menjumpai penelitian yang sejenis oleh karena itu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini khususnya di MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang adalah cenderung penelitian baru yang
belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.
J. PROSEDUR PENELITIAN
1. Rancangan / Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperans sebagai pedoman atau
penuntun penelitian pada seluruh proses penelitian.11
11 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta. Salemba Medika, 2008.
21
Desain penelitian merupakan suatu yang penting bagi peneliti,
karena pertama kali peneliti menentukan apakah akan melakukan
intervensi dalam peneliti tersebut (melakukan studi
intervensional / eksperimental) ataukah ahanya melakukan
pengamatan saja atau observasional.12
Dan pengertian diatas jelas terlihat segala yang diteliti bertitik
tolak dan satuan - satuan, sehingga sejak dan pengambilan contoh
(sampel) sampai pada pengujian Hipotesis banyak menggunakan
perhitungan - perhitungan statistik yang merupakan ciri utama dan
bentuk penelitian kuantitatif.
Penelitian ini Berdasarkan bidangnya : penelitian ini termasuk
penelitian pendidikan (education Research). Berdasarkan tempatnya
(Lokasi): Penelitian ini termasuk penelitian kancah (field researh)
Berdasarkan tujuan umumnya : Penelitian ini termasuk Penelitian
Eksplorasi (eksploratif reseach).13
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data secara
sistematik berdasarkan kebutuhan penelitian ini dalam mencari
konklusi beberapa aspek perilaku yang diamati yang berhubungan
dengan penelitian ini.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang diberi Iebih dan satu nilai untuk di
kaitkan dengan teori - teori yang ada14. Sedangkan dalam penelitian mi
ada dua Variabel yaitu Variabel Pengaruh (Independent Variabel) dan
12 Ibid13 Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA, Metodologie Research Jilid I, Andi Offset, Jogyakarta, Ed. I, Cet. XXX, 2000, hal.314 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, "Metode Penelitian Survey", LP3ES, Jakarta. 1989 hal 48,
22
Variabel terpengaruh (Dependent Variable) atau dalam istilah lain yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini Indikator Variabelnya meliputi :
No Variabel Status Pengukuran
1 Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua
Variabel bebas Angket
2 Prestasi Belajar siswa Variabel Terikat Angket
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan daerah / lokasi penelitian atau dengan
kata lain bahwa populasi adalah keseluruhan sasaran yang hendak
diteliti, dan pada populasi lain itulah kelak hasil penelitian
diberlakukan. Populasi bisa berupa manusia atau bukan manusia
(Lembaga, Kelompok, Dokumentasi dan badan) dan apa saja yang
dijadikan sasaran penelitian.
Sedangkan Prof. Dr. Sutrisno Hadi MA menyatakan
Bahwa populasi adalah: Sebagian individu yang diselidiki disebut
sampel, sedangkan kenyataan yang diperoleh dari sampel itu
hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe.15
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan seluruh
siswa yang belajar di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang sebagai populasinya yaitu
sejumlah 95 siswa.
15Ibid, hal.70
23
b. Sampel
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, bahwa yang
dimaksud dengan sampel adalah : Sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. 16
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi adalah : Semua
individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari
sampel itu hendak di Generalisasikan.17
Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Suharsimi
Arikunto yang mengetengahkan prosentase ancer-ancer tentang
penggunaan jumlah sampel yaitu : Untuk sekedar Ancer-ancer
maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi selanjutnya
jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau
20 – 25 % atau lebih.18
Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 100 % dari
jumlah populasi 95 siswa yang secara proporsional dianggap mewakili
dalam proses penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data / Instrumen Penelitian
Diantara berbagai macam teknik yang penulis gunakan dalam
pengumpulan data antara lain :
16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, Ed. Revisi, v Cet. 12, 2002), 11717Sutrisno Hadi, Metode Research I, (Yogyakarta, Andi Offset, Cet. XXX, 2000) 7018 Ibid, 120
24
a. Metode Dokumentasi
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, mengemukakan bahwa :
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
Prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya.19
Dari uraian diatas maka metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat
erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan digunakan metode
ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit melalui catatan
atau arsip yang ada. Hal ini digunakan karena metode dokumentasi
adalah metode pokok yang akan digunakan untuk memperoleh data
yang pokok pula.
Sedangkan data yang ingin diperoleh dengan menggunakan
metode dokumentasi ini adalah :
a. Data tentang kondisi Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang.
b. Daftar perlengkapan administrasi Kelas VIII MTs Babussalam
Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang termasuk administrasi
guru dalam upaya Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari
Orang Tua
c. Kebijakan kepala Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang mengenai upaya meningkatkan
19 Ibid, 234
25
Prestasi Belajar Siswa di Kelas VIII MTs Babussalam
Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
b. Metode Angket.
Dr. Kartini Kartono mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan metode angket adalah : “Mengedarkan suatu daftar pertanyaan
berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek
untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan atau respon tertulis
seperlunya.”20
Dari pendapat diatas maka jelaslah bahwa metode angket
adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan
secara tertulis dan harus dijawab secara tertulis pula oleh orang yang
diteliti. dengan metode angket ini penulis mengharapkan dapat
memperoleh keterangan mengenai variabel-variabel yang diinginkan
oleh penulis dalam melengkapi penelitian yang kemudian penulis
menjadikan sebagai acuan dasar untuk selanjutnya mengelola data
hasil angket tersebut dan menjadikannya sebagai kesimpulan dari
tujuan penulisan skripsi ini. Dengan metode Angket ini data yang ingin
penulis peroleh adalah :
a) Variabel X : Variabel tentang Hubungan Pemenuhan Rasa Aman
dari Orang Tua di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang.
20 Kartini Kartono, Pengantar Metode Research Sosial, (Bandung, CV Mandar Maju, 1990). 247.
26
b) Variabel Y : Variabel tentang Prestasi Belajar Siswa di Kelas VIII
MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
c. Metode Observasi.
I.Jumhur dan Drs. M. Surya mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan metode observasi adalah : “Merupakan tehnis untuk
mengamati secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung”. 21
Tujuan penggunaan metode ini untuk memperoleh data secara
obyektif melalui pengamatan secara langsung di lokasi penelitian
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan
penelitian.
Adapun data-data yang ingin penulis peroleh dengan metode
observasi ini adalah :
- Mengenai keadaan Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening
Tegalrejo Mojoagung Jombang.
- Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Siswa di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
- Hubungan langsung atau interaksi antara siswa dengan guru
maupun siswa dalam pembelajaran di kelas.
d. Metode Interview atau wawancara
21 I. Jumhur, Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung, Penerbit CV. Ilmu, 1975). 51.
27
Metode Interview merupakan suatu tehnik penggunaan data
dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Dr. Kartini Kartono mengemukakan bahwa Interview adalah :
Interview atau wawancara itu adalah suatu percakapan, tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih dan duduk berhadapan
secara fisik dan diarahkan secara tertentu (Interview atau
berbincang-bincang tanya jawab; asal kata intrevue =
perjumpaan sesuai dengan perjanjian sebelumnya), Dari kata
entre, inter dan vo er = vidre melihat. Interview = tanya jawab
lisan untuk dipubliksaikan.22
Alasan penulis menggunakan metode Interview ini untuk
memperoleh data secara jelas dan konkrit dari kepala Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang dan para guru
yang mengajar di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo
Mojoagung Jombang, mengenai :
- Hubungan Pemenuhan Rasa Aman dari Orang Tua Dengan Prestasi
Belajar Siswa di Kelas VIII MTs Babussalam Kalibening Tegalrejo
Mojoagung Jombang.
- Kemajuan / prestasi serta kompetensi yang dicapai di Kelas VIII MTs
Babussalam Kalibening Tegalrejo Mojoagung Jombang.
5. Analisis Data
22 Kartini Kartono, O p – C i t , 187
28
Untuk mengetahui sejauh mana suatu kuesioner yang diajukan
dapat menggali data yang diperlukan penulis melakukan Uji Validitas
(kesahihan). Sebagaimana yang dinyatakan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
tentang uji Validitas adalah sebagai berikut : Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul terhadap menyimpang dari gambaran tentang
variabel yang dimaksud.23
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan secara berurutan
penulis menggunakan tehnik dengan rumusan sebagai berikut :
1) Dalam Menghitung Mean variabel X menggunakan rumus :
XMx = ---------- N
2) Dalam Menghitung Mean variabel Y dengan rumus :
YMy = ---------- N
3) Menghitung Deviasi skor X terhadap Mx menggunakan rumus :
x = X – Mx.
4) Menghitung Deviasi skor Y terhadap My menggunakan rumus :
y = Y – My.
5) Dalam menghitung besarnya Deviasi Standard ( SD ) dari variabel X,
menggunakan rumus :
23Suharsimi Arikunto, Op Cit, 40
29
SDx = x ² --------
N
6) Dalam Menghitung besarnya Deviasi Standard ( SD ) dari variabel y,
menggunakan rumus :
SDy = y ² --------
N
7) Dalam menganalisa data analisa untuk mencari koefisien korelasi yang
menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara variabel x dengan
variabel y, menggunakan rumus :
xy
r xy = -----------------------
N . SDx . Sdy
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y
xy = Jumlah produc dari Variabel X dan Variabel Y
N = Jumlah sampel yang diteliti ( Number of Cases )
SDx = Standard dari Deviasi x
SDy = Standard dari Deviasi y24
Jika rTabel Product Moment < / > robservasi artinya pernyataan-pernyataan
kuesioner tersebut mempunyai validitas (kesahihan) atau pernyataan dapat
melakukan fungsi ukurannya. Hipotesis Kerja diterima dan Hipotesis Nihil
ditolak dan sebaliknya.
24 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, CV Rajawali Pers, 2000), 183
30
Sedangkan untuk mengetahui pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen dalam
penelitian ini, penulis menggunakan penghitungan Regresi linier
sederhana dengan rumus :
dimana:
Y = variabel dependen yang diprediksikan
a = konstanta
b = koefisien regresi X terhadap Y
X = variabel independen yang mempunyai nilai tertentu25
Koefisien regresi (b) akan bernilai positip apabila nilai X
berbanding lurus terhadap nilay Y, sebaliknya b akan bernilai negatip
apabila nilai X berbanding terbalik terhadap nilai Y. Nilai a dan b dapat
dicari dengan persamaan berikut:
K. WAKTU PENELITIAN
Adapun waktu penelitian direncanakan pada awal bulan
Nopember 2009 sampai dengan bulan Agustus 2010 sebagaimana tabel
dibawah ini :
25 Suharsimi Arikunto, Op Cit, 42
31
NO KEGIATANBULAN
Nop-09
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
Mei-10
Jun-10
Jul-10
Agust-10
1 Pengajuan Judul √ 2 Pengesahan Judul √ 3 Pengajuan Proposal √ 4 Seminar Proposal √ 5 Konsultasi Bab I √ 6 Konsultasi Bab II √ 7 Konsultasi Bab III √ 8 Konsultasi Bab IV √ 9 Konsultasi Bab V √ √ 10 Munaqosah √ 11 Pengesahan Skripsi √
L. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, Ed. Revisi, v Cet. 12, 2002), 117
Djamarah, Syaiful Bakri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya, Usaha Nasional, 1994), 19
Hadi, Sutrisno, Metode Research I, (Yogyakarta, Andi Offset, Cet. XXX, 2000) 70
Hamalik, Oemar, Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar., (Bandung, Tarsito, 1990), 21
Jumhur, I. Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung, Penerbit CV. Ilmu, 1975). 51.
Kartono, Kartini, Pengantar Metode Research Sosial, (Bandung, CV Mandar Maju, 1990). 247.
Poerwodarminta, Wjs. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pn. Balai Pustaka, 2006), 620
Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Penjelasan), www.indonesia.go,id, Jakarta, 2005, 3
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, CV Rajawali Pers, 2000), 183
32