0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di...

68
0 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Transcript of 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di...

Page 1: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

0 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Page 2: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

1 | Bahan Soasialisasi APP 2016

KERANGKA DASAR GERAKAN APP NASIONAL 2016

TEMA: “HIDUP PANTANG MENYERAH”

Pengantar

“Mewujudkan Hidup Sejahtera” menjadi garapan tema

Gerakan APP tahun 2012 – 2016. Hidup sejahtera berarti hidup

dalam kebenaran, damai dan sukacita. Ketiga dimensi ini dilihat

sebagai nilai fundamental Kerajaan Allah yang bukan hanya

berkait dengan bidang spiritual, melainkan realitas yang harus

diimplementasikan dalam kegiatan hidup manusia seturut

dimensi sosial– ekonomi. Gerakan APP Tahun 2012 “Panggilan

Hidup dan Tanggung Jawab” sudah merefleksikan mengenai hal

itu. APP Tahun 2013 “Menghargai Kerja: Kerja Itu Suci”

menjadi pengungkapan panggilan hidup dan tanggung jawab

sebagai umat beriman untuk bekerja “mengusahakan dan

memelihara” (Kejadian 2,15) harta benda yang telah

dianugerahkan Allah bagi kesejahteraan dan keberlanjutan hidup

manusia. Kerja menjadi sarana yang efektif untuk melawan

kemiskinan dan menuju kesejahteraan hidup (bdk. Amsal 10,4),

serta mempraktekkan suatu solidaritas yang dapat diwujudkan

dengan berbagi hasil kerja dengan mereka yang berkekurangan

(bdk. Efesus 4,28).

Oleh karena itu, setiap umat beriman perlu menyadari

bahwa seluruh perjalanan hidupnya merupakan proses

pembelajaran untuk mencapai kepenuhan hidup, kesejahteraan

lahir dan batin (Gerakan APP Tahun 2014 “Belajar Sepanjang

Hidup”). Belajar sepanjang hidup untuk mencapai kepenuhan

kesejahteraan hidup dibangun dengan mengolah dan mengelola

Page 3: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

2 | Bahan Soasialisasi APP 2016

hidup sebagai karunia dan rahmat Allah, dan hal ini sudah

direfleksikan dalam gerakan APP Tahun 2015 “Pola Hidup

Sehat dan Berkecukupan”. Mengolah dan mengelola hidup akan

melahirkan daya hidup sebagai daya juang untuk hidup pantang

menyerah. Daya hidup yang dimaksud adalah ketekunan,

keuletan dan kesabaran yang akan mendasari dalam proses

mewujudkan kemandirian dan keberlanjutan kesejahteraan

hidup, dan hal ini akan menjadi olahan refleksi dalam gerakan

APP 2016“ Hidup Pantang Menyerah: Tekun, Ulet dan Sabar”.

Gerakan APP 2016 “Hidup Pantang Menyerah: Tekun,

Ulet dan Sabar” mempunyai sasaran dan tujuan untuk

membangun dan mewujudkan perubahan dan pembaharuan

iman umat dalam :

1. Menghargai dan menghormati hidup sebagai anugerah

yang berasal dan bersumber dari kasih Allah melalui

ketekunan, keuletan dan kesabaran dalam menghadapi

tantangan hidup.

2. Menggali dan menemukan daya kehidupan yang

bersumber dari kekuatan Allah untuk menjadi landasan

hidup dalam mencapai kesejahteraan hidup lahir dan

batin.

Daya Hidup: Tekun, Ulet, Sabar

Kemampuan manusia mempertahankan hidup dan

kehidupan yang dianugerahkan Allah sebagai yang bernilai dan

berharga akan melahirkan daya-daya hidup. Tegangan yang

terus menerus antara realitas hidup yang dijumpai dengan

harapan hidup menjadikan daya hidup tumbuh dan terasah

Page 4: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

3 | Bahan Soasialisasi APP 2016

dengan baik. Ketekunan, keuletan dan kesabaran menjadi nyata

dan hidup dalam diri manusia, serta menjadikanya sebagai daya

hidup yang membuat manusia mampu bertahan dalam jepitan

ketegangan antara realitas hidup dan harapan hidup. Di Atas

Kursi Roda, Sukardi Merengkuh Ganasnya Jalanan Ibu Kota,

sebuah narasi hidup yang bisa dipakai untuk memahami makna

daya hidup, yang membuat manusia mempunyai kemampuan

untuk bertahan hidup dan pantang menyerah dalam kondisi yang

serba sulit untuk mencapai kesejahteraan hidup yang dicita-

citakan (Kompas, Senin 2 Maret 2015).

Selalu ada jalan bagi mereka yang mau berusaha. Prinsip

itu dipegang Sukardi (69 tahun), pedagang miniatur kapal

keliling. Lumpuh pada kakinya akibat kecelakaan kerja pada

tahun 1976 tidak membuatnya kehilangan semangat untuk

hidup. Tangannya yang telah keriput seiring usia perlahan

mendorong dua roda dari kursi rodanya. Kursi roda yang telah

dipakainya hampir 40 tahun. Saat bertemu lobang, sigap ia

berbelok, menghindarkan roda-roda kursinya agar tidak terjebak

lubang di jalan. Beban Sukardi bukan hanya berhenti saat

mampu melewati rintangan-rintangan di jalan. Namun, setiap

hari, ia membawa 5–10 miniatur kapal pinisi, perahu tradisional

khas Sulawesi Selatan. Miniatur kapal yang dibawanya cukup

besar. Satu kapal kecil berukuran panjang sekitar 50 cm dengan

tinggi 30 cm. Adapun yang berukuran besar mencapai 70 cm.

Berjualan miniatur perahu telah dilakoni Sukardi sejak tahun

1980, empat tahun setelah kedua kakinya lumpuh.

Sukardi, di umur yang tidak lagi muda, masih menjadi

tumpuan bagi keluarganya. Selain untuk mencari biaya

Page 5: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

4 | Bahan Soasialisasi APP 2016

kontrakan rumahnya di daerah Rawa Buaya, ia juga bertugas

mencari lauk bagi delapan orang yang tinggal bersamanya. Satu

anak perempuan, lima cucu dan dua cicit adalah keluarga yang

ditanggungnya. Meskipun demikian, Sukardi tidak ingin

menyerah mengarungi belantara jalanan kota. Cita-citanya

sederhana, “Semoga bisa menabung untuk membeli kursi roda

baru. Supaya bisa agak cepat di jalanan”.

Hidup Pantang Menyerah: Memperjuangan Kesejahteraan

yang Tiada Berkesudahan

Dalam Kisah Penciptaan, “Allah membentuk manusia itu

dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam

hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang

hidup” (Kej 2,7). Hidup manusia berasal dan bersumber dari

Allah. Oleh karena itu, manusia mampu mengenal dan

mengasihi Allah pencipta-Nya dan oleh Allah manusia

ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini, untuk

menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah

(bdk. Gaudium et Spes art. 12). Rencana dan rancangan Allah

dalam mencipta alam semesta dan isinya diproyeksikan bagi

kebutuhan dan keberlangsungan hidup manusia, “Baiklah Kita

menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya

mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di

udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala

binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1, 26).

Manusia diberi tanggung jawab atas bumi dan segala

makhluk yang diciptakan oleh Allah (Bdk. Kej 1,26). Tanggung

jawab untuk mengolah dan mengelola segala sesuatu yang sudah

dianugerahkan oleh Allah dipergunakan untuk membangun

Page 6: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

5 | Bahan Soasialisasi APP 2016

kesejahteraan hidup. Hidup pantang menyerah untuk

mengusahakan kesejahteraan menjadi ungkapan perwujudan

tanggung jawab manusia kepada Allah atas hidup yang sudah

dianugerahkan-Nya. Hidup pantang menyerah merupakan sikap

hidup yang ditunjukkan dengan tidak mudah patah semangat

dalam menghadapi berbagai rintangan kehidupan, selalu bekerja

keras untuk mewujudkan tujuan hidup, dan menganggap bahwa

rintangan atau hambatan yang akan selalu ada dalam setiap

langkah untuk mencapai tujuan hidup itu harus dihadapi sebagai

pembelajaran hidup dari Allah.

Kesejahteraan hidup yang merupakan gambaran

keseluruhan kondisi-kondisi hidup yang memungkinkan

manusia secara lebih penuh dan lancar mencapai kesempurnaan

hidup, dan kesempurnaan hidup itu digambarkan dengan

kecukupan hidup lahir dan batin seturut dimensi sosial–ekonomi

(bdk. Gaudium et Spes art. 26). Oleh karena itu, manusia harus

memperjuangkannya dan mengusahakannya terus menerus

untuk mencapai kesejahteraan hidup yang dicita-citakan.

Bekerja dan mengusahakannya dengan pantang menyerah

menjadi ungkapan dan perwujudan tanggung jawab manusia atas

hidup yang sudah dianugerahkan oleh Allah. Kisah hidup

Sukardi, “Di Atas Kursi Roda, Sukardi Merengkuh Ganasnya

Jalanan Ibu Kota” jelas menggambarkan hidup pantang

menyerah: memperjuangkan kesejahteraan yang tiada

berkesudahan.

Keberlanjutan dan Kemandirian Kesejahteraan Hidup

Kesejahteraan hidup manusia tergambar dalam suasana

hidup sejahtera dan hidup damai. Makna hidup sejahtera yang

Page 7: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

6 | Bahan Soasialisasi APP 2016

sebenarnya ketika manusia mengalami perkembangan hidup

secara mental, spiritual, intelektual, sosial dan material. Atau

dengan kata lain, hidup sejahtera berarti manusia hidup dalam

keseimbangan hidup kognitif dan hidup afektif, serta

keseimbangan dalam hidup beriman; pengungkapan iman dan

perwujudan iman berjalan beriringan. Oleh karena itu, hidup

sejahtera akan beriringan dengan hidup damai. Hal ini menjadi

tujuan dari seluruh hidup manusia yang akan selalu

diperjuangkan terus menerus sepanjang hidup manusia.

Proses penciptaan keberlanjutan dalam mencapai

kesejahteraan hidup atas dasar hidup pantang menyerah (tekun,

ulet, sabar) akan mengarah pada pertumbuhan kemandirian. Di

dalam kemandirian, seorang pribadi akan mampu memilih dan

memutuskan apa yang baik bagi dirinya maupun kepentingan

pihak lain dan lingkungan lebih luas, mengingat ada keterkaitan

kepentingan bersama. Oleh karena itu, tahapan untuk pencapaian

keberlanjutan dan kemandirian kesejahteraan hidup dimulai

dengan penyadaraan mengenai panggilan hidup manusia dan

tanggung jawab atas hidup yang telah dianugerahkan oleh Allah

(Gerakan APP 2012). Manusia dipanggil untuk terlibat aktif

untuk bekerja bersama Allah dalam mengelola dan memelihara

seluruh ciptaan demi kesejahteraan hidup bersama dan

keberlanjutan hidup bagi seluruh ciptaan (Gerakan APP 2013).

Keberhasilan manusia dalam mencapai kepenuhan hidup

sejahtera (lahir dan batin) ditandai dengan proses pembelajaran

terus menerus (Gerakan APP 2014). Belajar untuk selalu

mengolah dan mengelola hidup sebagai karunia Allah yang

Page 8: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

7 | Bahan Soasialisasi APP 2016

sangat bernilai dan pantas untuk selalu diperjuangkan terus

menerus.

Pembelajaran hidup pantang menyerah: tekun, ulet dan

sabar harus sudah diajarkan sejak dini dalam keluarga.

Gambaran seorang bapak “Bapak Sukardi” yang menghidupi

nilai-nilai hidup yang terkandung dalam hidup pantang

menyerah dalam menghadapi tantangan dan hambatan hidup

bisa dijadikan inspirasi hidup bagi anak-anak untuk menghargai

hidup yang sudah dianugerahkan Allah. Menghargai hidup bisa

dimulai dengan mengisi kehidupan sehari-hari; dari waktu ke

waktu dengan penuh tanggung jawab. Ketekunan, keuletan dan

kesabaran dalam menghadapi hambatan dan menjalankan proses

belajar, baik di sekolah maupun di rumah yang dibuat dengan

penuh kesadaran dan tanggung jawab bisa menjadi awal yang

baik dalam membangun kemandirian hidup dan menjalani hidup

dengan pantang menyerah.

Penutup

Tantangan dan hambatan hidup yang terus menerus

dihadapi dalam mengusahakan dan memperjuangkan

kesejahteraan hidup akan membuat ketekunan, keuletan dan

kesabaran menjadi nyata dan hidup dalam diri manusia, dan

menjadikannya sebagai daya hidup yang membuat manusia

mampu bertahan dalam jepitan ketegangan antara realitas hidup

dan harapan hidup. Daya hidup inilah yang menumbuhkan

kemampuan manusia untuk mempunyai daya hidup pantang

menyerah dalam mewujudkan cita-cita hidup; kemandirian dan

kesejahteraan hidup lahir dan batin.

Page 9: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

8 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Kerangka Dasar Gerakan APP KAK 2016

TEMA: “KELUARGA KATOLIK DAN SEMANGAT

HIDUP PANTANG MENYERAH”

Pengantar

Ziarah iman Gereja Katolik Indonesia dalam lingkaran

Tahun Liturgi C, akan kembali memasuki masa puasa 2016.

Peziarahan bersama masa puasa ini dibingkai dalam berbagai

aksi nyata yang dikenal dengan Aksi Puasa Pembangunan

(APP), terarah pada pertobatan dan solidaritas. Gerakan APP

Nasional tahun 2016 mengambil tema: “Hidup Pantang

Menyerah”. Tema nasional ini dikonkritkan dalam konteks

hidup beriman di Keuskupan Agung Kupang dengan tema:

“Keluarga Katolik dan Semangat Hidup Pantang Menyerah”.

Tema ini mengalir dari isu utama yang diangkat dalam Sidang

Sinode Para Uskup di Vatikan (2015), Sidang Agung Gereja

Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 – 6 November

2015) serta Musyawarah Pastoral Keuskupan Agung Kupang (4-

7 Januari 2016), yang fokus berbicara tentang keluarga kristiani

dan aneka persoalan dalam bidang rohani, relasional dan sosial

ekonomi yang terus mengiringi perjalanan hidup bersama umat

manusia. Tema ini sesungguhnya terarah pada perubahan pola

hidup dan pola laku umat beriman kristiani di Keuskupan Agung

Kupang, yang menggambarkan wajah belaskasihan Allah yang

terus mengalir melingkupi semua orang. Karena itu, Tahun Suci

Kerahiman Ilahi yang digaungkan secara resmi pada tanggal 8

Desember 2015 oleh Paus Fransiskus di Vatikan, juga menjadi

Page 10: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

9 | Bahan Soasialisasi APP 2016

inspirasi dasar dalam gerakan APP 2016 di wilayah Kesukupan

Agung Kupang.

Fokus pastoral dari gerakan APP 2016 di Keuskupan

Agung Kupang, terarah pada upaya pembaharuan hidup iman

melalui olah tapa (mati raga), olah rohani (berkanjang dalam

doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud tobat

pribadi dan bersama. Dengan semangat hidup yang demikian,

kiranya dapat membantu keluarga-keluarga kristiani dalam

semangat hidup bersesama demi mewujudkan hidup sejahtera.

Hidup sejahtera berarti hidup dalam kebenaran, damai dan

sukacita. Ketiga dimensi ini dilihat sebagai nilai fundamental

Kerajaan Allah yang bukan hanya terkait dengan bidang

spiritual, melainkan realitas yang harus diimplementasikan

dalam kegiatan hidup manusia seturut dimensi sosial-ekonomi.

Gerakan APP 2016 Keuskupan Agung Kupang dengan

tema: “Keluarga Katolik dan Hidup Pantang Menyerah”,

mempunyai sasaran dan tujuan untuk membangun dan

mewujudkan perubahan dan pembaharuan iman umat,

khususnya keluarga-keluarga kristiani dalam :

1. Menghayati kehidupan keluarga sebagai bentuk persekutuan

hidup bersesama (ecclesia domestica) yang paling pertama

dan mendasar, dalam menghadirkan sukacita Injil dan

kerahiman Allah.

2. Menghadapi berbagai tantangan hidup sebagai anugerah

Allah yang memurnikan dan mendewasakan iman, bukan

sebagai malapetaka yang menghancurkan, dengan

Page 11: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

10 | Bahan Soasialisasi APP 2016

menumbuhkan semangat ketekunan, keuletan dan kesabaran

dalam diri setiap anggota keluarga.

3. Menumbuhkembangkan sikap murah hati dan solider yang

menampakkan wajah belas kasih Allah untuk saling

mengembangkan dan memberdayakan dalam persekutuan

hidup bersesama dan bersaudara.

4. Menggali dan menemukan daya kehidupan yang bersumber

dari kekuatan Allah sebagai landasan kokoh dalam

menciptakan kehidupan keluarga yang mandiri, sejahtera dan

berkelanjutan.

Keluarga sebagai Ecclesia Domestica

“Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda

kesuburan adikodrati Gereja serta memiliki ikatan mendalam,

sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah Tangga

(ecclesia domestica). Sebutan ini sudah pasti memperlihatkan

eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, tetapi juga

menegaskan fungsi keluarga sebagai bentuk terkecil dari Gereja.

Dengan caranya yang khas, keluarga ikut mengambil bagian

dalam tugas perutusan Gereja, yaitu karya keselamatan Allah”

(Pedoman Pastoral Keluarga KWI 2010, No. 6). Sebagai Gereja

Rumah Tangga, keluarga menjadi pusat iman, pewartaan iman,

pembinaan kebajikan dan kasih kristiani dengan mengikuti cara

hidup Gereja Perdana (Kis 2:41-47; 4:32-37). Gereja Rumah

Tangga mengambil bagian dalam tiga fungsi imamat umum

Yesus Kristus, yaitu guru untuk mengajar, imam untuk

menguduskan dan gembala untuk memimpin. Gereja Rumah

Tangga di Indonesia dibangun berdasarkan nilai-nilai kristiani

Page 12: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

11 | Bahan Soasialisasi APP 2016

yang diwujudkan dalam masyarakat yang majemuk (Hasil

SAGKI IV 2-6 November 2015, No.12).

Apa yang dirumuskan dalam Sidang Agung Gereja

Katolik Indonesia yang lalu, jelas menekankan tentang

kehadiran keluarga sebagai satu anugerah istimewa yang

melaluinya, Allah hadir dan berkarya. Keluarga menjadi tempat

di mana nilai-nilai luhur kehidupan diajarkan,

ditumbuhkembangkan dan dihayati. Di dalam keluarga, setiap

pribadi beriman dimatangkan secara spiritual dan sosial yang

menggemakan kemuliaan Allah. Keluarga sebagai “sel pertama

dan sangat penting bagi masyarakat” (Familiaris Consortio 42)

dan “sekolah kemanusiaan” (Gaudium et Spes 52) menjadi

tempat pertama seseorang belajar hidup bersama orang lain serta

menerima nilai-nilai luhur dan warisan iman. Keluarga Katolik

menjadi tempat utama, dimana doa diajarkan, perjumpaan

dengan Allah yang membawa sukacita dialami, iman

ditumbuhkan dan keutamaan-keutamaan ditanamkan.

Tantangan Hidup sebagai Anugerah

Peziarahan hidup manusia di muka bumi ini tidaklah

mudah. Ada berbagai tantangan dan hambatan yang terus

mengiringi gerak perkembangan hidup manusia menuju

kesejahteraan. Perkembangan dunia yang semakin tak terkendali

dalam berbagai aspek kehidupan telah menciptakan

kerenggangan, kesenjangan dan keterpecahan dalam kehidupan

masyarakat manusia, khususnya keluarga-keluarga. Terutama

semangat individualisme dan konsumerisme mengarahkan orang

untuk berjuang sendiri-sendiri tanpa peduli pada sesamanya.

Page 13: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

12 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Tantangan bagi sebagian orang merupakan sebuah

hambatan besar yang dapat menggagalkan berbagai daya upaya

untuk menggapai kesejahteraan. Tetapi, bagi orang-orang

beriman, tantangan sebenarnya merupakan peluang untuk terus

mengembangkan diri. Tantangan adalah anugerah di mana orang

semakin didewasakan dan dimurnikan dalam imannya. Emas

yang murni harus dimurnikan dalam tanur api (bdk. 1 Pet 1:7).

Di tengah hidup yang penuh tantangan ini, manusia dituntut

untuk menentukan sikap dan disposisi batin yang tepat dalam

sebuah pergumulan bersama demi mencapai kesejahteraan

hidup. St. Paulus memberikan sebuah gambaran yang jelas bagi

kita tentang sukacita mengatasi segala pengalaman penderitaan

duniawi: “sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita

karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang

kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu

jemaat” (Kol 1:24); “sebagai orang berdukacita tetapi

bersukacita” (2 Kor 6:10).

Pergumulan menghadapi aneka tantangan menjadikan

setiap orang sebagai pribadi pejuang yang sanggup berpikir

kreatif dan bertindak inovatif. Segala daya upaya akan

dikerahkan untuk mengatasi aneka tantangan demi

mempertahankan hidup yang dianugerahkan Allah. Ketekunan,

keuletan dan kesabaran dalam menghadapi aneka tantangan

merupakan daya hidup yang memampukan manusia untuk

bertahan dalam himpitan ketegangan antara realitas dan harapan

hidup. Karena itu, setiap tantangan harus selalu dilihat sebagai

anugerah yang mendorong setiap pribadi untuk terus

Page 14: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

13 | Bahan Soasialisasi APP 2016

mengembangkan diri, sebab selalu ada jalan bagi orang yang

mau berusaha.

Dalam pertemuan Keluarga Sedunia di Philadelpia pada

tanggal 4-25 Oktober 2015, Paus Fransiskus mengingatkan

keluarga-keluarga Katolik: “Tidak ada keluarga yang sempurna.

Kita juga tidak punya orangtua yang sempurna, kita sendiri tidak

sempurna, tidak menikah dengan orang yang sempurna dan kita

tidak punya anak-anak yang sempurna. Kita punya keluhan satu

sama lain. Kita kecewa satu sama lain. Oleh karena itu tidak ada

pernikahan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa

pengampunan”.

Hidup Pantang Menyerah

Hidup manusia berasal dan bersumber dari Allah. Oleh

karena itu, manusia mampu mengenal dan mengasihi Allah

pencipta-Nya dan oleh Allah, manusia ditetapkan sebagai tuan

atas semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan

menggunakannya sambil meluhurkan Allah (bdk. Gaudium et

Spes art. 12). Manusia diberi tanggung jawab atas bumi dan

segala makhluk yang diciptakan oleh Allah (Bdk. Kej 1,26).

Tanggung jawab untuk mengolah dan mengelola segala sesuatu

yang sudah dianugerahkan oleh Allah dipergunakan untuk

membangun kesejahteraan hidup.

Hidup pantang menyerah untuk mengusahakan

kesejahteraan menjadi ungkapan perwujudan tanggung jawab

manusia kepada Allah atas hidup yang sudah dianugerahkan-

Nya. Hidup pantang menyerah merupakan sikap hidup yang

ditunjukkan dengan tidak mudah patah semangat dalam

Page 15: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

14 | Bahan Soasialisasi APP 2016

menghadapi berbagai rintangan kehidupan, selalu bekerja keras

untuk mewujudkan tujuan hidup, dan menganggap bahwa

rintangan atau hambatan yang akan selalu ada dalam setiap

langkah untuk mencapai tujuan hidup itu harus dihadapi sebagai

pembelajaran hidup dari Allah.

Kesejahteraan hidup yang merupakan gambaran

keseluruhan kondisi-kondisi hidup yang memungkinkan

manusia secara lebih penuh dan lancar mencapai kesempurnaan

hidup, dan kesempurnaan hidup itu digambarkan dengan

kecukupan hidup lahir dan batin seturut dimensi sosial–ekonomi

(bdk. Gaudium et Spes art. 26). Oleh karena itu, manusia harus

memperjuangkannya dan mengusahakannya secara terus

menerus untuk mencapai kesejahteraan hidup yang dicita-

citakan. Bekerja dan mengusahakannya dengan pantang

menyerah menjadi ungkapan dan perwujudan tanggung jawab

manusia atas hidup yang sudah dianugerahkan oleh Allah.

Murah Hati dan Solider: Tanda Kerahiman Allah

Perjalanan bersama persekutuan gerejawi di Keuskupan

Agung Kupang telah melewati berbagai pengalaman istimewa

dalam menyampaikan kabar gembira sukacita injili. Pelbagai

tantangan dan kesulitan, tetapi juga kegembiraan dan harapan,

sudah menyertai dan meliputi perjalanan gerejawi kita dalam

upaya kerja sama dengan semua pihak yang berkehendak baik

(Roadmap Tahun Kerahiman Ilahi 2015-2016, hal. 4). Keluarga-

keluarga Katolik juga telah mengambil bagian dalam usaha

bersama meningkatkan mutu hidup bersesama dengan saling

memberdayakan dan mengembangkan, terutama dalam

semangat berbagi satu dengan yang lain. Akan tetapi, hidup

Page 16: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

15 | Bahan Soasialisasi APP 2016

sejahtera yang diimpikan semua orang belum teralami

sepenuhnya dalam realitas hidup masyarakat manusia,

khususnya keluarga-keluarga Katolik di Keuskupan Agung

Kupang.

Kenyataan ini mendorong setiap umat beriman untuk

berefleksi dan menemukan kendala mendasar dari setiap upaya

untuk saling meneguhkan sebagai saudara-saudari di hadapan

Allah, khususnya dalam aspek relasional, sosial-ekonomi dan

spiritual. Patut disadari bahwa penghayatan hidup akan

keutamaan-keutamaan kristiani belum menjiwai semangat hidup

semua orang beriman. Kemurahan hati dan solidaritas sebagai

tanda kerahiman Tuhan belum terhayati secara mendalam.

Perubahan sosial yang cepat dengan prasyarat-prasyarat yang

menyertainya tidak selalu terpahami dan mendapat tanggapan

yang efektif akibat kecenderungan materialistik dan

konsumeristik yang berkembang dalam hidup sosial (Mgr.

Petrus Turang – Refleksi: Catatan Pinggir tentang SAGKI 2015).

Hal ini jelas terlihat dari semangat berbagi yang

ditumbuhkembangkan dalam hidup kaum beriman. Orang mau

berbagai bila dia sudah berkelebihan. Artinya, orang akan

mengumpulkan lebih dahulu bagi dirinya dan bila sudah lebih

baru dibagi kepada sesamanya. Dengan demikian ada kesan

bahwa orang memberi yang sisa dari miliknya. Hal ini

berbanding terbalik dengan persembahan janda miskin yang

dikisahkan dalam injil (bdk. Luk 21:1-4; Mrk 12:41-44).

Ajakan Paus Fransiskus dalam sukacita Injil dilengkapi

pula oleh seruan agar Gereja menampakkan wajah ibu yang

berbelas kasih. Melalui Bulla Misericordiae Vultus (MV), 2015,

Page 17: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

16 | Bahan Soasialisasi APP 2016

ditegaskan bahwa tindakan pastoral Gereja terhadap umat

beriman harus diwarnai kelemahlembutan. Pewartaan dan

kesaksian iman jangan sampai kehilangan dimensi kerahiman

atau belas kasih Allah (bdk. MV 4, 10). Paus Fransiskus

sebenarnya menegaskan kembali apa yang pernah diserukan

Paus Yohanes XXIII dalam sambutannya pada pembukaan

Konsili Vatikan tanggal 11 Oktober 1962. “Gereja harus

bertindak dengan menggunakan obat belas kasih daripada

kekakuan … dan memperlihatkan diri sebagai ibu yang pengasih

bagi semua, sabar, penuh kasih dan kebaikan”.

Kehidupan yang Mandiri dan Sejahtera

Kesejahteraan hidup manusia tergambar dalam suasana

hidup sejahtera dan hidup damai. Makna hidup sejahtera yang

sebenarnya ketika manusia mengalami perkembangan hidup

secara mental, spiritual, intelektual, sosial dan material. Atau

dengan kata lain, hidup sejahtera berarti manusia hidup dalam

keseimbangan hidup kognitif dan hidup afektif, serta

keseimbangan dalam hidup beriman; pengungkapan iman dan

perwujudan iman berjalan beriringan. Oleh karena itu, hidup

sejahtera akan beriringan dengan hidup damai. Hal ini menjadi

tujuan dari seluruh hidup manusia yang akan selalu

diperjuangkan terus menerus sepanjang hidup manusia.

Proses penciptaan keberlanjutan dalam mencapai

kesejahteraan hidup atas dasar hidup pantang menyerah (tekun,

ulet, sabar) akan mengarah pada pertumbuhan kemandirian. Di

dalam kemandirian, seorang pribadi akan mampu memilih dan

memutuskan apa yang baik bagi dirinya maupun kepentingan

pihak lain dan lingkungan lebih luas, mengingat ada keterkaitan

Page 18: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

17 | Bahan Soasialisasi APP 2016

kepentingan bersama. Untuk sampai pada kehidupan yang

mandiri dan sejahtera, butuh kesadaran mendalam akan

panggilan dan tanggung jawab tiap pribadi atas hidup yang telah

dianugerahkan oleh Allah. Tanggung jawab besar manusia

adalah mengelola dan memelihara seluruh ciptaan demi

kesejahteraan hidup bersama dan keberlanjutan hidup bagi

seluruh ciptaan. Keberhasilan dalam mencapai kepenuhan hidup

sejahtera ditandai dengan proses pembelajaran dan perjuangan

terus menerus tanpa kenal lelah. Ketekunan, keuletan dan

kesabaran hendaknya menjadi nilai-nilai pokok yang dihayati

dan dihidupi dalam perjuangan untuk mewujudkan hidup

sejahtera lahir dan batin (sosial, ekonomi dan spiritual).

Sub Tema Gerakan APP 2016 KAK

Berdasarkan beberapa pokok pikiran di atas, maka tema

APP 2016 Keuskupan Agung Kupang “Keluarga Katolik dan

Hidup Pantang Menyerah”, dijabarkan ke dalam 4 (empat) sub

tema sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.

Sub Tema I: Keluarga Katolik, Sukacita Injil dan

Tantangan Hidup

Sukacita dialami oleh keluarga yang mewujudkan

rencana Allah atas perkawinan dan keluarganya. Sebagian

keluarga membutuhkan perjuangan lebih karena menghadapi

aneka tantangan dan kelemahan. Adanya kesulitan sosial

ekonomi juga kesulitan relasi personal dan spiritual, telah

menghadapkan keluarga-keluarga katolik di Keuskupan Agung

Kupang pada persoalan pelik kehidupan yang menggoncangkan

iman akan Yesus Kristus. Aneka persoalan ini menyebabkan

Page 19: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

18 | Bahan Soasialisasi APP 2016

perasaan terbeban, bingung, sedih, sepi, dan bahkan putus asa

bagi anggota keluarga. Tantangan dan kelemahan itu bisa

membawa keluarga pada krisis iman yang merintangi,

membatasi, dan bahkan menghalangi keluarga untuk setia

kepada iman Katolik dan untuk menghidupi nilai-nilai luhur

perkawinan.

Di tengah pergumulan memperjuangkan sukacita Injil,

keluarga mesti datang penuh kerendahan-hati untuk dikuduskan

oleh Allah yang berbelas-kasih yang melampaui kelemahan dan

kedosaan manusia. Pembelaan Allah yang begitu besar ini

merupakan sukacita yang patut disadari dan disyukuri.

Kekudusan keluarga merupakan rahmat sekaligus tugas bagi

keluarga untuk dipertahankan. Oleh karenanya, keluarga

diundang untuk bersikap dewasa, bertindak bijaksana, dan tetap

beriman dengan tidak menyalahkan situasi, tetapi setia mencari

kehendak Allah melalui doa dan Sabda Allah, mengutamakan

pengampunan dan peneguhan di antara anggota keluarga, serta

pergi menjumpai pribadi atau komunitas beriman yang mampu

membangkitkan harapan. Keluarga yang mengandalkan Allah

percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Selalu ada

jalan keluar. Tantangan adalah kesempatan untuk bertumbuh

dalam kepribadian serta iman, harapan, dan kasih. Tantangan

justru tak harus menyuramkan nilai-nilai perkawinan dan hidup

berkeluarga. Melalui tantangan itu, Allah mengerjakan karya

keselamatanNya di dalam dan melalui keluarga. (bdk. Hasil

SAGKI IV, No. 9-10).

Page 20: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

19 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Sub Tema II: Keluarga Katolik yang Tekun, Ulet dan Sabar

Kemampuan manusia mempertahankan hidup dan

kehidupan yang dianugerahkan Allah sebagai yang bernilai dan

berharga akan melahirkan daya-daya hidup. Tegangan yang

terus menerus antara realitas hidup yang dijumpai dengan

harapan hidup menjadikan daya hidup tumbuh dan terasah

dengan baik. Ketekunan, keuletan dan kesabaran menjadi nyata

dan hidup dalam diri manusia, serta menjadikanya sebagai daya

hidup yang membuat manusia mampu bertahan dalam jepitan

ketegangan antara realitas hidup dan harapan hidup.

Aneka tantangan dan kelemahan yang dialami dan

dihadapi keluarga-keluarga katolik, tentunya membangkitkan

suatu dorongan hidup untuk bisa menggapai kebahagiaan sejati.

Setiap keluarga pasti berusaha bersama dalam berpikir dan

bertindak kreatif dan inovatif, untuk bisa menghindarkan

keluarganya dari kehancuran. Keluarga katolik yang sungguh

berjalan bersama Allah selalu mencari solusi bagi keutuhan

rumah tangga. Selalu ada daya upaya untuk mempertahan

keluarga sebagai anugerah Allah. Untuk itu, sangat dibutuhkan

keluarga-keluarga katolik yang tekun, ulet dan sabar dalam

menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini bersama dengan

Allah. Aneka persoalaan jangan sampai memadamkan api iman,

melainkan hendaknya terus mengobarkan semangat iman untuk

terus mencari dan menemukan kehendak Tuhan yang

menyelamatkan. Segala daya upaya yang dikerahkan untuk

mengatasi aneka persoalan hidup merupakan sebuah tanggung

jawab untuk memelihara kelangsungan dan keberlanjutan hidup

yang telah dianugerahkan Allah.

Page 21: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

20 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Sub Tema III: Keluarga Katolik yang Murah Hati dan

Solider

Keluarga-keluarga katolik yang hidup seturut panggilan

imannya tentu sungguh menghayati nilai-nilai kristiani seperti

sikap murah hati dan solidaritas. Ada semangat berbagi satu

sama lain, saling peduli dan perhatian pada mereka yang

membutuhkan. Nyatanya, semangat egoisme/selfisme dan

individualisme, hedonisme dan konsumerisme justeru telah

mangaburkan keberadaan nilai-nilai iman kristiani.

Perkembangan zaman yang tidak terkontrol dengan prasyarat-

prasyarat yang ditetapkan, menjadikan sebagian orang lebih

fokus mengurus dirinya dari pada peduli pada orang lain dan

lingkungan sekitarnya. Segala daya upaya dikerahkan semata-

mata untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Keluarga-

keluarga katolik juga mendapat pengaruh yang kuat dari gaya

hidup modern ini. Akibatnya, tidak terjadi keseimbangan hidup.

Terjadi ketidakadilan. Ada keluarga-keluarga yang hidup serba

berkecukupan, tetapi ada keluarga-keluarga yang hidup serba

kekurangan. Terjadi kesenjangan hidup yang cukup lebar. Untuk

memerangi ini, dalam semangat belas kasih Allah yang

mahamurah dan maharahim, setiap pribadi katolik diajak untuk

kembali merenungkan perjalanan hidupnya bersama dengan

orang lain dalam membangun kembali sikap hati yang diresapi

oleh semangat hidup Yesus Kristus sendiri, yang adalah tanda

kemurahan hati dan solidaritas Allah Bapa terhadap manusia

berdosa. Rasul Paulus mengingatkan kita : “Siapa yang

melakukan tindakan-tindakan kemurahan hati, hendaknya ia

melakukannya dengan gembira” (bdk. Rom 12:8).

Page 22: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

21 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Sub Tema IV: Keluarga Katolik yang Hidup Mandiri dan

Sejahtera

Hidup mandiri dan sejahtera tentu menjadi dambaan

setiap orang. Semua keluarga katolik juga menginginkan hidup

mandiri dan sejahtera. Kesejahteraan itu menjadi tujuan dari

segala pergumulan hidup manusia di muka bumi ini. Nyatanya,

hidup mandiri dan sejahtera itu belum teralami secara utuh dan

penuh dalam perjalanan hidup keluarga-keluarga di Keuskupan

Agung Kupang. Masih ada banyak soal yang menghambat orang

untuk sampai pada kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Di

sini, keluarga-keluarga diajak untuk membangun semangat kerja

sama yang rela berbagi dan saling peduli supaya tercapai

kepenuhan hidup yang mandiri dan sejahtera. Ada sebuah pola

proses yang harus dilewati bersama di dalam keluarga dan

bersama keluarga-keluarga yang lain untuk menemukan hakekat

dari panggilan dan perutusan hidup manusia di muka bumi ini.

Perlu sebuah kesadaran baru akan panggilan dan tanggung jawab

atas hidup yang dianugerahkan Tuhan, melalui proses belajar

yang terus menerus. Bahwasannya, hidup yang dianugerahkan

Tuhan itu punya makna yang terarah pada kelangsungan dan

keberlanjutan hidup di segala zaman. Maka, tanggung jawab

besar dari setiap pribadi beriman adalah memelihara segala

tatanan ciptaan demi kelangsungan dan keberlanjutan hidup

semua makhluk ciptaan.

Page 23: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

22 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Penutup `

Keluarga dan aneka persoalan hidup yang dihadapinya

menjadi fokus permenungan bersama selama masa APP 2016 di

Keuskupan Agung Kupang. Lewat tema-tema permenungan

yang digumuli, kiranya lahir sebuah pemaknaan baru terhadap

keluarga dan aneka persoalan di dalamnya untuk sampai pada

kehidupan yang sejahtera lahir batin di dalam aspek

spiritual/rohani, relasional dan sosial ekonomi. Pergumulan

untuk sampai pada kepenuhan hidup tersebut membutuhkan

perjumpaan hati dan perjumpaan iman yang pantang menyerah

dan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Perlu ada

kesadaran bersama untuk membangun tata kelola hidup yang

berkelanjutan dalam memanfaatkan segala unsur ciptaan. Dan

dasar dari semua gerak pergumulan hidup manusia

sesungguhnya adalah melibatkan Tuhan yang mahamurah dan

maharahim, yang selalu peduli dan bersolider dengan manusia.

Kabar sukacita yang paling mendasar adalah bahwa

Tuhan menciptakan manusia menurut citra-Nya. Manusia adalah

pribadi yang mewartakan dan menghadirkan sukacita dan

kerahiman Allah. Perkawinan dan keluarga adalah tempat bagi

suami-istri dan anak-anak menghadirkan dan membagikan

kebaikan dan kerahiman. Berbagi kebaikan dan kerahiman

membuahkan sukacita.

Bercermin dari hidup Keluarga Kudus, keluarga Katolik

adalah ladang sukacita Injil yang paling subur, tempat Allah

menabur, menyemaikan dan mengembangkan benih-benih

sukacita Injil.

Page 24: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

23 | Bahan Soasialisasi APP 2016

PERWUJUDAN HIDUP SEJAHTERA

Sub-tema 2016: “Hidup Pantang Menyerah, Tekun, Ulet dan

Sabar”

“… kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya

dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak

berguna. Orang-orang demikian kami peringati dan nasehati

dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap[ tenang

melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan

makanannya sendiri” (2Tes 3:11-12).

1. Manusia mendapat anugerah hidup dari Tuhan. Hidup kita

bukanlah milik kita, tetapi anugerah yang perlu dijaga,

dipelihara dan dilindungi. Hidup kita bercorak pusparagam:

pribadi, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Semua segi

kehidupan ini memainkan peran dalam pertumbuhan dan

perkembangan kehidupan, baik pribadi maupun bersama-

sama. Hidup kita mampu bertahan karena coraknya yang

berhubungan. Tanpa hubungan dengan sesama atau

makhluk tercipta lain, hidup kita merana, terasing dan

seperti padang gurun. Oleh karena itu, orang bilang “a man

or a woman is not an island”. Dengan menyadari

keterhubungan, maka hidup kita tumbuh dan berkembang

dalam kelimpahan dengan sikap berbagi. Hidup kita tidak

terkurung dalam tembok-tembok pemisah, tetapi dalam

keadaan terbuka dengan corak saling melengkapi dan saling

membantu.

Page 25: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

24 | Bahan Soasialisasi APP 2016

2. Manusia hidup dan bergerak dalam suatu lingkungan

tertentu. Lingkungannya turut membentuk hidup setiap

orang, tanpa terkecuali. Pusparagamnya lingkungan hidup

membentuk corak hidup yang berbeda. Dalam perbedaan

itu, kita mengalami betapa pentingnya apa yang disebut

“hubungan”, “relasi” atau “jembatan”. Dalam

mengembangkan hidup, kita harus membangun hubungan

dengan sesama dan lingkungan alam sekitar. Nyatanya,

lingkungan kerja misalnya akan membentuk watak

seseorang atau kelompok orang. Manusia harus bertekun

mengintegrasikan diri dalam lingkungan, di mana dia

belajar menjadi sesama. Ketekunan dalam integrasi ini akan

mengembangkan hidup setiap orang. Pada gilirannya, kita

memberikan peran bagi terbentuknya lingkungan di mana

setiap orang dapat hidup secara manusiawi dan layak.

3. Setiap orang punya bakat. Dengan bakat manusia

membangun hidup bersama sesama. Bakat setiap orang

yang muncul dalam bentuk pekerjaan menjadi alat untuk

membangun hidup. Menekuni hidup berarti melakukan

pekerjaan yang mendulang kebaikan bersama. Manusia

bekerja untuk hidup. Olehnya, pertumbuhan hidup

memerlukan ketekunan dalam bekerja. Ketekunan dalam

bekerja akan membuahkan nilai bagi martabat seseorang.

Dengan menyelami pelbagai pekerjaan, manusia dengan

tangguh membangun hidup bersama sesama, agar keperluan

dasariah dapat terpenuhi dengan baik dan benar.

Page 26: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

25 | Bahan Soasialisasi APP 2016

4. Di dalam menjalani hidup ini, kita selalu berhadapan dengan

pelbagai tantangan dan bahkan kesulitan. Kita harus

menghadapinya dengan gigih, tegar dan ulet, agar hidup kita

dapat tumbuh dan berkembang dalam keseimbangan yang

memadai. Melalui pendidikan kita membangun sikap hidup

dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efektif.

Kemampuan dengan sikap yang baik akan membuka

peluang bagi upaya bekerjasama untuk mengalami

kesejahteraan. Ketekunan hidup seorang petani akan

mendatangkan hasil tani yang bermanfaat bagi hidupnya,

keluarganya dan sesama. Dalam menjelajahi pelbagai

tantangan hidup dan hubungan yang terjalin baik dengan

sesama, setiap orang mengupayakan ketekunan yang

menggerakkan pola hidup tertentu.

5. Ketekunan dalam hidup harus membuahkan kesejukan dan

kesegaran, agar hidup kita sejatinya menjadi tangguh dalam

membangun kesejahteraan yang berkelanjutan secara

manusiawi. Ketekunan hidup, misalnya melalui pekerjaan,

mendorong kita untuk mampu mewariskan lingkungan

hidup yang berkelimpahan bagi generasi mendatang, bagi

anak-anak kita yang sedang tumbuh menjadi besar.

Ketekunan dalam hidup tidak saja berhenti bagi hidup dan

penghidupan kita sekarang ini, tetapi menyodorkan sebuah

dunia yang layak huni bagi siapa saja, sekarang dan di masa

depan. Dengan kata lain, ketekunan hidup kita mudah-

mudahan menyumbang bagi perlindungan rumah kita

bersama, di mana setiap orang dapat membangun serta

menjalani hidupnya secara manusiawi dalam keadilan dan

Page 27: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

26 | Bahan Soasialisasi APP 2016

perdamaian. Itulah kesejahteraan hidup berbagi bersesama

secara unggul. Sebaliknya, kecenderungan untuk memacu

ketekunan hidup hanya untuk diri sendiri akan menjadi

malapetaka bagi diri sendiri dan sesama, juga bagi

lingkungan hidup alamiah sekitar kita.

6. Manakah corak ketekunan hidup yang berkelanjutan secara

ekologis manusiawi dan kristiani:

6.1. Aktif pantang menyerah dan melibatkan sesama:

Dalam menghadapi pelbagai tantangan dan kesulitan,

kita berupaya untuk berjuang bersama sesama demi

kemuliaan hidup yang dianugerahkan Tuhan. Hidup

berbagi yang aktif akan menghasilkan keseimbangan

hidup untuk menopang hidup sejahtera bersama.

Ketekunan yang aktif yang disertai oleh sikap sabar

akan membangun ketangguhan hidup kita. Dengan

menghadapi pelbagai perubahan ekologis yang

berdampak kekeringan atau kerawanan pangan, kita

bertekun untuk melindungi daya dukung alam, sumber

hidup kita. Dengan kerjasama dialogal yang jujur dan

terbuka, akal budi kita dapat memelihara daya dukung

hidup menuju kesejahteraan bersama yang

berlangsung terus menerus secara manusiawi.

6.2. Kreatif ulet berkelanjutan ekologis: Kita berusaha

untuk memanfaatkan lingkungan hidup tercipta

dengan penuh tanggungjawab, agar ketersediaannya

senantiasa memberikan manfaat bagi kebaikan

bersama. Kita turut serta memelihara dan merawat

lingkungan hidup tercipta secara bermartabat dan

Page 28: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

27 | Bahan Soasialisasi APP 2016

dengan demikian tata kelola hidup menjamin

keberlanjutan lingkungan hidup kita. Kehidupan kita

tidak saja tergantung pada kepentingan material

langsung, tetapi bagaimana kita bekerja untuk

merawat hidup tercipta dalam keseimbangan yang

berkelanjutan secara ekologis.

6.3. Sabar konstruktif manusiawi: Kesabaran dalam

membangun hidup menuntut hidup sederhana, agar

semua orang dapat merasakan suatu kehidupan yang

konstruktif secara manusiawi. Dengan sikap saling

menghormati dan saling menghargai, ketekunan

dalam hidup akan mendorong bangkitnya nilai-nilai

kemanusiaan yang adil dan beradab. Sikap suka

menerima dan memaafkan akan menjadi kekuatan

bersama untuk memberdayakan hidup di tengah

keterbatasan dan kerapuhan manusiawi.

6.4. Inspiratif alkitabiah: Tuhan Allah menciptakan

dunia dan segala isinya karena belaskasih-Nya. Tuhan

menciptakan keselarasan yang indah dan

menganugerahkan kepada manusia akal budi untuk

memelihara dan merawat dengan kerendahan hati.

Tuhan mau bahwa segala ciptaan-Nya berkembang

dan hidup dalam keselarasan satu sama lain, karena

semua yang tercipta berhubungan satu sama lain.

“Lakukanlah pekerjaanmu sebelum habis

waktunya, maka pada waktunya Tuhan akan

memberikan upahmu”(Sir 51:30).

6.5. Kontemplatif akan keindahan ciptaan: keindahan

ciptaan Tuhan mendorong kita untuk menemukan

Page 29: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

28 | Bahan Soasialisasi APP 2016

kehadiran Tuhan. Dengan memuji dan bersyukur

kepada Tuhan Pencipta, kita menyatakan diri sebagai

anak-anak-Nya yang sadar akan anugerah kehidupan

seluruh makhluk tercipta.

6.6. Askese yang mendunia dan memasyarakat: Kita

tekun membangun hidup spiritual yang tidak terasing

dari dunia sekitar kita. Hidup iman mendorong kita

untuk menyatukan diri dengan pemberdayaan tata

dunia menurut rencana Sang Pencipta. Kita

mengusahakan tata dunia dengan hati yang tulus dan

penuh syukur. Itulah spiritualitas keduniaan, di mana

barang-barang di dunia ini sejatinya diperuntukkan

bagi semua orang. Kita tekun membangun hidup yang

menemukan keilahian dalam matra duniawi yang

telah dipulihkan oleh wafat dan kebangkitan Kristus.

7. Ketekunan dalam membangun dan menjalani hidup

sejatinya memerlukan kegigihan, ketangguhan dan

kesabaran. Dengan demikian kita tidak mudah menyerah

kepada cara hidup gampang yang membuat hidup kita sesat,

seperti mencuri, berjudi, narkoba, perdagangan orang atau

pun korupsi. Ketekunan hidup yang benar mengisyaratkan

kehadiran wawasan spiritual, yang menyokong perjuangan

hidup secara batiniah. Wawasan spiritual ini mengingatkan

bahwa hidup kita adalah anugerah Tuhan. Kita umat

Kristiani harus berjuang untuk memelihara hidup kita

dengan bekerja dalam kebenaran dan keadilan, yang harus

dilaksanakan secara tekun menurut prinsip solidaritas

Kristiani sebagaimana diteladankan Yesus Kristus.

Page 30: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

29 | Bahan Soasialisasi APP 2016

8. Selama masa puasa, kita mendapat panggilan untuk

merenungkan keadaan hidup kita sebagai murid-murid

Kristus. Mudah-mudahan kita menemukan kembali jati diri

kita, khususnya dalam ketekunan untuk mengembangkan

hidup bersesama dan bermartabat anak-anak Allah. Dengan

merenungkan ketangguhan Yesus dalam menjalani hidup-

Nya sebagai manusia, kita belajar bagaimana kita menekuni

hidup yang dianugerahkan Bapa-Nya kepada kita. Seraya

membaca tanda-tanda perkembangan jaman, kita tetap setia

menemukan dalam diri Yesus Kristus teladan hidup yang

paling unggul dan paling mulia. Kita mohon kehadiran-Nya

dalam perjalanan hidup kita, agar kita semakin meneladani

pengajaran hidup-Nya demi kebaikan kita bersama.

Kesesakan serta kemendesakan dalam hidup ini mudah-

mudahan tidak melunturkan ketekunan serta kegigihan kita

untuk memberdayakan mutu hidup dalam peradaban kasih.

9. Hidup yang tangguh, tekun dan ulet adalah bagian utuh dari

karya penciptaan Tuhan. Hidup demikian mengambil

bagian dalam gerakan anugerah Tuhan yang menghendaki

bahwa setiap orang dan setiap makhluk ciptaan lain

mengusahakan hidup yang berdaya tahan dalam lingkungan

yang semakin tidak bersahabat akibat perbuatan manusiawi

sendiri. Kejadian-kejadian serta tindakan-tindakan yang

membuat hidup merana dan miskin, harus melakukan

perubahan, agar kesejahteraan hidup bersama dapat tumbuh

berkelanjutan secara manusiawi. Pelaksanaan masa puasa

yang efektif akan menyadarkan orang beriman untuk berani

memutar haluan dengan langkah-langkah yang bermutu

Page 31: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

30 | Bahan Soasialisasi APP 2016

bagi terjalinnya kembali hubungan-hubungan manusiawi

ekologis dalam bingkai kesejahteraan bersama. Salah satu

wujud nyata dari ketekunan hidup bersama adalah perbuatan

rela berbagi dengan sesama dalam bentuk derma APP. Kita

melakukannya dengan gembira dan rasa terima kasih.

10. Hidup itu mempunyai pusparagam corak yang terpadukan

dalam setiap pribadi manusia. Kenyataan ini hanya dapat

berkembang dengan baik, bilamana pribadi-pribadi manusia

membangun hubungan-hubungan dalam keselarasan yang

merukunkan. Kemajuan sejahtera hidup kita akan terjadi

jika semua orang berani membangun peran yang efektif bagi

integrasi sosial, karena hidup itu antara lain adalah:

10.1. Hidup adalah anugerah Tuhan : kita harus

menerimanya dengan rasa syukur dan

memeliharanya menurut kehendak Tuhan

10.2. Hidup itu adalah cintakasih: kita harus

menghayatinya dengan tekun dan sabar, agar riak

gelombangnya menjadi kegembiraan dan

pengharapan bersama

10.3. Hidup itu adalah panggilan: kita harus menjalaninya

dengan tepat sesuai dengan makna panggilan

kristiani, yaitu memajukan nilai-nilai manusiawi

10.4. Hidup itu adalah perutusan: kita harus

memahaminya dengan cermat, agar kita mampu

berlaku sebagai utusan yang menyaksikan

kegembiraan Injil

Page 32: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

31 | Bahan Soasialisasi APP 2016

10.5. Hidup itu adalah misteri: kita harus berupaya untuk

menyingkapkannya dalam kebenaran menurut

teladan Yesus Kristus

10.6. Hidup itu adalah kesempatan: kita harus

memanfaatkan kesempatan ini dengan berfaedah dan

berhasil demi kemajuan kesejahteraan bersama

dengan semangat berbagi

10.7. Hidup itu adalah sebuah janji: kita harus berusaha

untuk memenuhinya secara bertekun dalam suatu

dialog yang terbuka dan jujur

10.8. Hidup itu adalah perjuangan: kita harus membangun

daya yang senantiasa siaga untuk mampu melakukan

pergumulan yang sehat

10.9. Hidup itu adalah sebuah tantangan: kita harus

menghadapinya dengan ketangguhan serta

kesabaran yang berkelanjutan

10.10. Hidup itu adalah cita-cita dengan teka-teki : kita

harus meretas sebuah jalan untuk mencapai cita-cita

kehidupan dengan solusi yang cerdas

10.11. Hidup itu adalah sebuah tugas dan tanggungjawab:

kita harus melaksanakannya dengan sepenuh hati,

agar martabat kita sebagai manusia tumbuh dan

berkembang secara bermutu

10.12. Hidup itu adalah sebuah perjalanan: kita harus

mengayunkan langkah dengan penuh kepercayaan,

agar perjalanan itu terwujud secara berkelanjutan

dalam ketekunan yang merukunkan

10.13. Hidup itu adalah juga sejenis sandiwara: kita harus

melakoninya dengan baik, agar keselarasan hidup

Page 33: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

32 | Bahan Soasialisasi APP 2016

terjalin dengan indah dan setiap peran (pribadi)

berlaku seirama.

11. Hidup itu bagaikan air. Air itu mengalir. Kadang-kadang

tenang. Lain kali bergejolak dan bergelora, karena terhalang

oleh kendala seperti batu atau tumpukan pasir. Air itu

terpukul mundur. Lain kali air berputar-putar di tempat

seakan-akan kebingungan. Kadangkala air itu

bergelombang dengan riak-riak kecil. Pada kesempatan lain,

air itu terjun bebas dan terhempas ke bawah dengan

keindahan yang menakjubkan. Tetapi dalam keadaan

apapun atau di mana pun, air itu tetap bergerak, mengalir ke

tempat yang lebih rendah dan membentuk sebuah genangan

kecil atau pun terbagi menjadi sumber-sumber air. Kalau

terjadi banjir, air itu akan membawa pelbagai material

sekitarnya. Air itu dapat menjadi keruh atau bersih, atau

berlumpur sehingga warnanya menguning. Dengan

demikian air juga dapat mengancam keberadaan sekitarnya,

berbarengan dengan membawa endapan yang menyuburkan

tanah. Air itu mengalir, menghanyutkan, menantang, tidak

merasa lelah dan pantang mundur. Akhirnya, bagaimanapun

juga, air itu membersihkan, menyegarkan serta memuaskan

dahaga dan memberikan daya baru. Itulah tantangan,

ketekunan, kegigihan dan ketangguhan dari makhluk air.

Demikian jugalah perjuangan dan perjalanan menuju hidup

sejahtera.

12. Kecerdasan dalam mengelola hidup dalam kebersamaan,

khususnya dalam hal konsumsi, akan memajukan

Page 34: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

33 | Bahan Soasialisasi APP 2016

kesejahteraan bersama. Tanpa usaha yang tekun dan ulet

niscaya hidup kita akan tertinggal dalam kemiskinan yang

tidak mendukung martabat sejahtera sebagaimana

didambakan setiap orang. Keadaan demikian tidak

menghadirkan budaya kehidupan. Sebaliknya, itu

membangun suatu wujud keterbelakangan yang membebani

hidup kita. Hidup kita menjadi rusak, bahkan hancur karena

kemalasan dan kelalaian dalam menekuni pertumbuhan

hidup layaknya manusiawi. Di tengah keterpesatan

perkembangan jaman, hidup kita pasti akan tertinggal,

bilamana ketekunan dan ketangguhan dalam bekerja tidak

menjadi bagian dari perjalanan hidup kita. Tata kelola hidup

seharusnya memenuhi kebutuhan material dan spiritual

secara seimbang, agar kemampuan material yang diperoleh

memberdayakan kesediaan pribadi untuk menghayati hidup

bersesama secara kreatif dan efektif. Perlindungan atas

lingkungan hidup dan kehidupan tetap menjadi

tanggungjawab kita bersama guna memberdayakan hidup

secara berkelanjutan.

13. Dalam Kitab Suci, hidup selalu membangkitkan rasa syukur

sebagai anugerah Tuhan. Kehidupan yang dianugerahkan

perlu dipelihara dengan baik dalam konteks cintakasih,

karena hidup adalah anugerah kasih Tuhan. Dengan

menekuni hidup dalam sikap bersesama, kita mampu

mengalami kegembiraan dan pengharapan dalam perjalanan

bersama guna membangun hidup yang bermutu baik dalam

ranah material maupun spiritual. Persoalan sosial ekonomi

yang selalu mengemuka dalam perjalanan hidup ini selalu

Page 35: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

34 | Bahan Soasialisasi APP 2016

mendorong kita untuk menjadi tangguh, agar penghayatan

hidup semakin mampu berlaku dalam keseimbangan

komunikasi sosial ekonomi. Artinya, martabat manusiawi

menurut dimensi sosial ekonomi terungkap dalam keadilan

dan perdamaian, sehingga semua orang boleh mengalami

kelayakan hidup manusiawi menurut keadaan dan

tanggungjawab masing-masing. Ketekunan hidup dengan

sikap rela berbagi akan membangun suatu budaya

kehidupan, di mana kesejahteraan hidup berlaku bagi semua

dalam kerukunan yang berkelanjutan. Rasul Paulus bertitah:

“Semoga Allah yang adalah sumber ketekunan dan

penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu,

sesuai dengan kehendak Yesus Kristus, sehingga dengan

satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan

Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus”(Rom 15:5-6).

14. Dengan mendalami tema serta menghayati masa puasa

dengan hikmat dan penuh kegembiraan serta penuh syukur,

kita mengalami secara istemewa kerahiman ilahi dalam

hidup kita, khususnya dalam hidup keluarga. Kemurahan

Allah dalam Yesus Kristus mudah-mudahan menguatkan

kita untuk selalu bergiat dengan penuh ketekunan, agar

hidup kita menampakkan keindahan serta kesejahteraan

dalam perjalanan bersama yang penuh dengan kelimpahan

hidup. Dengan menjalani masa puasa bertetapatan dengan

Tahun Suci Kerahiman Ilahi, persekutuan gerejawi kita

menemukan kembali makna kemurahan hati dalam hidup

bersesama. Kita menyaksikan kegembiraan Injil dalam

perjalanan bersama dengan hidup berbagi untuk memelihara

dan melindungi karya ciptaan Allah, yang dianugerahkan

Page 36: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

35 | Bahan Soasialisasi APP 2016

demi kebaikan kita: “Kamu akan diperkaya dalam segala

macam kemurahan hati yang membangkitkan syukur

kepada Allah oleh karena kami. Sebab pelayanan kasih

yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan

keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga

melimpahkan ucapan syukur kepada Allah”.(2Kor 9:11-

12)

Kupang, Januari 2016

Mgr. Petrus Turang

Page 37: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

36 | Bahan Soasialisasi APP 2016

PENDASARAN BIBLIS UNTUK PERTEMUAN

KATEKESE APP 2016

Oleh: Rm. Sipri Senda, Pr

Sub Tema I:

Keluarga Katolik, Sukacita Injil dan Tantangan Hidup

• Bacaan: Ayub 1:6-22

• Kitab Ayub adalah salah satu dari kitab-kitab Sastra

Kebijaksanaan. Kitab ini berbicara tentang penderitaan

orang benar. Kebijaksanaan yang umum diterima adalah

“Orang benar mendapat berkat, orang fasik mendapat

hukuman/kutukan/penderitaan”. Itu berarti penderitaan

dipahami sebagai kutukan atau hukuman Tuhan atas dosa

yang dilakukan. Kitab ini merefleksikan mengapa orang

benar menderita, walaupun dia tidak berdosa.

• Ayub adalah seorang beriman yang saleh, yang benar di

hadapan Tuhan. Dia juga seorang hartawan yang kaya

raya, seorang bapak keluarga yang memperhatikan

keluarga terutama anak-anaknya. Keluarga Ayub adalah

keluarga terpandang dalam masyarakat.

• Sebagai orang beriman Ayub percaya pada Tuhan dan

taat pada perintahNya. Sebagai orang yang bijaksana

pada zamannya, ia tahu bahwa kekayaan dan

kesejahteraan hidupnya merupakan berkat Tuhan. Ia

hidup benar di hadapan Tuhan maka Tuhan

memberkatinya dengan kejayaan ini.

Page 38: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

37 | Bahan Soasialisasi APP 2016

• Namun kenyataan lain berbicara: Ayub menderita

kehilangan anak-anak dan harta kekayaan. Kehilangan

harta kekayaan adalah kehilangan masa lalu, usaha di

masa lalu. Tapi kehilangan anak adalah kehilangan masa

depan, generasi penerus. Dalam tantangan dan cobaan

berat ini, Ayub tetap percaya pada Tuhan. “Tuhan yang

memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama

Tuhan.” (ay 21).

• Keluarga Ayub menghadapi tantangan berat dalam

hidup. Meskipun demikian Ayub tetap sabar dan percaya

pada Tuhan. Iman akan Tuhan membuat Ayub mampu

bertahan. Dalam penderitaan bagian kedua (2:1-13),

Ayub juga tetap setia kepada Tuhan. Kegigihannya untuk

bertahan dalam penderitaan memberikan inspirasi bagi

keluarga kristiani untuk tetap bertahan dalam penderitaan

dan tantangan hidup, serta tetap setia mengandalkan

Tuhan. Kisah penderitaan Ayub berakhir dengan happy

ending pada bagian akhir kitab ini (42:7-17): nasib Ayub

dipulihkan oleh Tuhan. Hartanya kembali berlipat ganda.

Ia juga memperoleh generasi penerus dalam diri anak-

anak.

• Keluarga Ayub dipulihkan setelah menghadapi

tantangan berat dan tetap bertahan dalam iman akan

Tuhan. Sukacita sesudah penderitaan adalah berkat

istimewa yang Tuhan berikan kepada orang beriman.

Keluarga kritiani belajar dari Keluarga Ayub untuk

tekun, ulet dan sabar dalam tantangan hidup dengan tetap

mengandalkan Tuhan.

Page 39: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

38 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Sub Tema II:

Keluarga Katolik yang Tekun, Ulet dan Sabar

• Bacaan: Luk 1:5-25

• Teks ini berkisah tentang keluarga Zakaria dan Elisabeth.

Zakaria sebagai seorang imam menunaikan tugasnya di

Bait Allah. Saat itulah ia mendapat penglihatan dan

penyampaian pesan surgawi bahwa ia dan istrinya

Elsabeth akan mendapat keturunan.

• Keluarga Zakaria dan Elisabet adalah keluarga beriman

yang taat pada hukum Tuhan walaupun menghadapi

tantangan berat dalam hidup perkawinan mereka sampai

usia tua. Mereka tidak mempunyai anak. Ini tentu

menjadi aib dalam masyarakat (bdk ay 25). Tidak heran

kalau mereka menjadi bahan pergunjingan dari orang-

orang sekitar. Dalam tradisi Yahudi, keluarga yang tidak

punya anak dipandang sebagai terkutuk atau mendapat

hukuman Tuhan.

• Ketekunan Zakaria dan Elisabeth tampak dalam doa

yang berkanjang. Keduanya tekun berdoa memohon

keturunan agar aib mereka dihapuskan oleh Tuhan.

Sebagai keluarga yang taat beragama, keduanya setia

mengikuti hukum Taurat, setia melaksanakan segala

perintah Tuhan dan terutama berkanjang di dalam doa.

Ketekunan berdoa ini berbuah manis pada terkabulnya

doa mereka bahwa Tuhan menganugerahkan keturunan.

• Ketekunan dalam berdoa adalah nilai yang dapat

diangkat dari keluarga ini. Keluarga kristiani dapat

Page 40: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

39 | Bahan Soasialisasi APP 2016

belajar dari keluarga Zakaria dan Elisabeth untuk selalu

tekun berdoa di dalam perjuangan hidup, terutama ketika

menghadapi tantangan tertentu.

• Keuletan Zakaria dan Elisabeth tampak dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seperti biasa,

walaupun sedang menghadapi cobaan berat dalam hidup.

Zakaria sebagai imam tetap menjalankan tugasnya.

Imam tanpa anak adalah aib besar dan menjadi tantangan

tersendiri di hadapan rekan-rekan imam lain yang

memiliki keturunan. Jabatan imam diwariskan turun-

temurun. Jika tidak memiliki keturunan maka jabatan itu

pun terhenti pada dirinya. Di tengah cobaan ini, Zakaria

menunjukkan keuletannya dengan tuntas menunaikan

tugas imamat.

• Sedangkan Elisabeth tetap menunaikan tugas sebagai

istri dan ibu rumah tangga yang setia. Walau harus

menanggung aib di mata tetangga, namun Elisabeth tetap

ulet bekerja mengurus rumah tangganya. Keuletan

berbuah keberhasilan dalam tugas.

• Kesabaran Zakaria dan Elisabeth terlihat pada

ketenangan menghadapi pergunjingan tetangga tentang

kemandulan Elisabeth. Keduanya sabar dan tetap setia

satu sama lain dalam menghadapi tantangan ini. Mereka

tidak putus asa, tetapi tetap sabar di dalam kesesakan.

• Kesabaran itu berbuah manis pada anugerah Tuhan bagi

mereka yaitu kelahiran Yohanes yang mengubah hidup

mereka menjadi sukacita tak terkatakan. Nama Yohanes

Page 41: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

40 | Bahan Soasialisasi APP 2016

dari kata Yehohanan berarti Tuhan memberikan

anugerah.

• Keluarga Zakaria dan Elisabeth memberikan inspirasi

bagi keluarga kristiani untuk tekun, ulet dan sabar di

dalam menghadapi aneka tantangan kehidupan.

Ketekunan, keuletan dan kesabaran itu dibangun di atas

dasar iman yang kokoh akan kebaikan Tuhan.

Sub Tema III:

Keluarga Katolik yang Murah Hati dan Solider

• Bacaan: Tobit 1:16-22

• Kitab Tobit adalah salah satu kitab Deuterokanonika.

Kitab Deuterokanonika adalah kitab yang diterima oleh

Gereja katolik sebagai bagian dari Kitab Suci, tetapi

tidak diterima oleh Gereja Protestan. Tujuh Kitab

Deuterokanonika: Tobit, Yudit, Barukh, Kebijaksanaan

Salomo, Putra Sirakh, 1Makabe, 2Makabe.

• Kitab Tobit berkisah tentang keluarga Tobit yang saleh,

murah hati dan solider terhadap sesama. Tokoh utamanya

bernama Tobit, seorang Yahudi di perantauan, di kota

Niniwe.

• Keluarga Tobit adalah keluarga saleh di kota Niniwe.

Niniwe adalah ibu kota kerajaan Babel. Sesudah orang

Yahudi dipulangkan dari pembuangan kembali ke Israel,

ada sebagian orang Yahudi yang tetap tinggal di

perantauan. Tobit adalah salah satu dari keluarga-

keluarga Yahudi yang memilih tinggal di Niniwe.

Page 42: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

41 | Bahan Soasialisasi APP 2016

• Keluarga ini secara material tidak berkekurangan dan

secara spiritual merupakan keluarga beriman yang setia

menghayati hukum Taurat. Tobit sungguh peduli dan

solider dengan sesamanya terlebih yang menderita. Ia

selalu tanggap pada kekurangan sesama dan dengan

murah hati memberikan bantuan. Bahkan kepada orang

matipun ia rela dan berani berbuat baik dengan

menguburkan mereka secara pantas, walaupun dengan

risiko ditangkap penguasa (ay 16-19).

• Keluarga kristiani belajar dari keluarga Tobit untuk

bermurah hati dan solider. Kemurahan hati ditampakkan

dalam sikap berbagi dengan sesama yang menderita, rela

memberi, menjauhkan diri dari sikap serakah dan kikir.

Sikap solider diwujudkan dalam kepedulian pada sesama

yang susah, tanggap terhadap kebutuhan sesama, sigap

dalam bertindak membantu sesama yang membutuhkan

bantuan.

Sub Tema IV:

Keluarga Katolik yang Hidup Mandiri dan Sejahtera

• Bacaan: Luk 2:41-52

• Keluarga kudus Nazaret terdiri dari St. Yosef, St. Maria

dan Anak Yesus. Keluarga ini keluarga sederhana, saleh

dan beriman akan Allah. Bapak Yosef sebagai tukang

kayu bekerja untuk mencari nafkah. Bunda Maria

sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kehidupan

keluarga. Yesus sebagai anak Yahudi pada umumnya taat

pada orangtua, rajin bekerja dan rajin belajar. Selain

Page 43: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

42 | Bahan Soasialisasi APP 2016

belajar baca tulis di sinagoga, Dia juga belajar menjadi

tukang kayu seperti ayahnya.

• Teks ini berbicara tentang keluarga kudus yang

membawa Yesus ke Yerusalem untuk merayakan Paska.

Ada dua hal yang menjadi catatan: tiap tahun keluarga

kudus ke Yerusalem (ay 41) dan perkembangan Yesus

(ay 52).

• Ke Yerusalem tiap tahun mengandaikan persiapan

keluarga di bidang rohani dan juga jasmani. Kebutuhan

untuk berada selama beberapa hari di Yerusalem tentu

saja cukup besar. Untuk itu perlu uang yang cukup. Yosef

sebagai tukang kayu tentu bekerja dengan rajin dan

mengumpulkan uang untuk kesejahteraan keluarga

termasuk persiapan ke Yerusalem. Hal ini menunjukkan

kemandirian keluarga dalam mengelola keuangan untuk

kesejahteraan keluarga.

• Yesus bertumbuh dalam keluarga ini. Yesus diajar oleh

Yosef untuk bekerja sebagai tukang kayu. Keterampilan

ini diwariskan turun-temurun sebagai aset keluarga

dalam mencari nafkah untuk kehidupan keluarga. Dalam

hal ini Yesus diajar untuk menjadi pekerja yang mandiri

dan mampu mengelola keuangan untuk kesejahteraan

keluarga.

• Belajar dari Keluarga Kudus Nazaret yang mandiri dan

sejahtera. St. Yosef sebagai tukang kayu, Bunda Maria

sebagai ibu rumah tangga. Mereka mengelola keluarga

dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih. Setiap

Page 44: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

43 | Bahan Soasialisasi APP 2016

tahun mereka dapat menunaikan ibadah di Yerusalem

karena mereka mampu mengelola kesejahteraan keluarga

walaupun sederhana. Keluarga ini keluarga mandiri:

mempunyai usaha sendiri yaitu pertukangan kayu

sehingga dapat memperoleh nafkah untuk kesejahteraan

keluarga. Yesus bertumbuh dalam keadaan ini. Sebagai

anak Dia juga belajar tukang dari ayahNya. Keterampilan

tukang kayu menjadi modal usaha untuk kemandirian

dan kesejahteraan keluarga.

• Keluarga kristiani belajar dari keluarga kudus Nazaret

untuk menjadi keluarga yang mandiri dan sejahtera.

Punya pekerjaan dan mampu mengelola potensi keluarga

dengan baik untuk kesejahteraan.

Page 45: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

44 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Panduan Katekese Umat APP 2016

KATEKESE ORANG DEWASA

PERTEMUAN I

Tema: Keluarga Katolik, Sukacita Injil dan Tantangan

Hidup

Tujuan:

1. Menyadarkan peserta untuk menyadari kehadiran

Tuhan dalam keluarga khususnya ketika mengalami

tantangan dan kesulitan

2. Menyadarkan peserta untuk mengalami dan berbagi

sukacita dalam keluarga

Sumber: Ayub 1:6-22

Metode:

Waktu: 60 menit

Pemikiran Dasar

Sukacita dialami oleh keluarga yang mewujudkan rencana Allah

atas perkawinan dan keluarganya. Sebagian keluarga

membutuhkan perjuangan lebih karena menghadapi aneka

tantangan dan kelemahan. Adanya kesulitan sosial ekonomi juga

kesulitan relasi personal dan spiritual, telah menghadapkan

keluarga-keluarga katolik di Keuskupan Agung Kupang pada

persoalan pelik kehidupan yang menggoncangkan iman akan

Yesus Kristus. Aneka persoalan ini menyebabkan perasaan

terbeban, bingung, sedih, sepi, dan bahkan putus asa bagi

anggota keluarga. Tantangan dan kelemahan itu bisa membawa

keluarga pada krisis iman yang merintangi, membatasi, dan

Page 46: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

45 | Bahan Soasialisasi APP 2016

bahkan menghalangi keluarga untuk setia kepada iman Katolik

dan untuk menghidupi nilai-nilai luhur perkawinan.

Di tengah pergumulan memperjuangkan sukacita Injil, keluarga

mesti datang penuh kerendahan-hati untuk dikuduskan oleh

Allah yang berbelas-kasih yang melampaui kelemahan dan

kedosaan manusia. Pembelaan Allah yang begitu besar ini

merupakan sukacita yang patut disadari dan disyukuri.

Kekudusan keluarga merupakan rahmat sekaligus tugas bagi

keluarga untuk dipertahankan. Oleh karenanya, keluarga

diundang untuk bersikap dewasa, bertindak bijaksana, dan tetap

beriman dengan tidak menyalahkan situasi, tetapi setia mencari

kehendak Allah melalui doa dan Sabda Allah, mengutamakan

pengampunan dan peneguhan di antara anggota keluarga, serta

pergi menjumpai pribadi atau komunitas beriman yang mampu

membangkitkan harapan. Keluarga yang mengandalkan Allah

percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Selalu ada

jalan keluar. Tantangan adalah kesempatan untuk bertumbuh

dalam kepribadian serta iman, harapan, dan kasih. Tantangan

justru tak harus menyuramkan nilai-nilai perkawinan dan hidup

berkeluarga. Melalui tantangan itu, Allah mengerjakan karya

keselamatanNya di dalam dan melalui keluarga.

Langkah-langkah Pengembangan

1. Pembukaan

Doa Pembuka

Pengantar Singkat oleh Pendamping

2. Menghadirkan Kenyataan Hidup (Peduli Kita)

Page 47: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

46 | Bahan Soasialisasi APP 2016

3. Menghadirkan Pengalaman Kitab Suci (Sapaan

Sabda Tuhan)

Pendamping mengajak peserta untuk membuka Kitab

Suci dan membaca Kitab Ayub 1: 6-22

Pendamping mengajak peserta untuk mendalami Kitab

Suci dengan beberapa pertanyaan penuntun

Rangkuman dan Penegasan

Mari Kita Merenungkan

Mari Kita Ingat

4. Mencari Dampak bagi Hidup [Rencana Aksi Nyata]

Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan

bersama aksi nyata yang akan dilakukan bersama

sesudah proses katekese

5. Penutup

Evaluasi

Doa Penutup

Page 48: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

47 | Bahan Soasialisasi APP 2016

PERTEMUAN II

Tema: Keluarga Katolik yang Tekun, Ulet dan Sabar

Tujuan

1. Menyadarkan peserta tentang pentingnya nilai-nilai

ketekunan, keuletan dan kesabaran dalam

menghadapi tantangan hidup

2. Menyadarkan peserta untuk menumbuhkembangkan

sikap-sikap tersebut dalam keluarga

Sumber: Injil Lukas 1:5-25

Metode:

Waktu: 60 menit

Pemikiran Dasar

Kemampuan manusia mempertahankan hidup dan kehidupan

yang dianugerahkan Allah sebagai yang bernilai dan berharga

akan melahirkan daya-daya hidup. Tegangan yang terus menerus

antara realitas hidup yang dijumpai dengan harapan hidup

menjadikan daya hidup tumbuh dan terasah dengan baik.

Ketekunan, keuletan dan kesabaran menjadi nyata dan hidup

dalam diri manusia, serta menjadikanya sebagai daya hidup yang

membuat manusia mampu bertahan dalam jepitan ketegangan

antara realitas hidup dan harapan hidup.

Aneka tantangan dan kelemahan yang dialami dan dihadapi

keluarga-keluarga katolik, tentunya membangkitkan suatu

dorongan hidup untuk bisa menggapai kebahagiaan sejati. Setiap

keluarga pasti berusaha bersama dalam berpikir dan bertindak

kreatif dan inovatif, untuk bisa menghindarkan keluarganya dari

Page 49: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

48 | Bahan Soasialisasi APP 2016

kehancuran. Keluarga katolik yang sungguh berjalan bersama

Allah selalu mencari solusi bagi keutuhan rumah tangga. Selalu

ada daya upaya untuk mempertahan keluarga sebagai anugerah

Allah. Untuk itu, sangat dibutuhkan keluarga-keluarga katolik

yang tekun, ulet dan sabar dalam menjalani kehidupan yang

penuh tantangan ini bersama dengan Allah. Aneka persoalaan

jangan sampai memadamkan api iman, melainkan hendaknya

terus mengobarkan semangat iman untuk terus mencari dan

menemukan kehendak Tuhan yang menyelamatkan. Segala daya

upaya yang dikerahkan untuk mengatasi aneka persoalan hidup

merupakan sebuah tanggung jawab untuk memelihara

kelangsungan dan keberlanjutan hidup yang telah dianugerahkan

Allah.

Langkah-langkah Pengembangan

1. Pembukaan

Doa Pembuka

Pengantar Singkat oleh Pendamping

2. Menghadirkan Kenyataan Hidup (Peduli Kita)

3. Menghadirkan Pengalaman Kitab Suci (Sapaan

Sabda Tuhan)

Pendamping mengajak peserta untuk membuka Kitab

Suci dan membaca Injil Lukas 1:5-25

Pendamping mengajak peserta untuk mendalami Kitab

Suci dengan beberapa pertanyaan penuntun

Rangkuman dan Penegasan

Page 50: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

49 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Mari Kita Merenungkan

Mari Kita Ingat

4. Mencari Dampak bagi Hidup [Rencana Aksi Nyata]

Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan

bersama aksi nyata yang akan dilakukan bersama

sesudah proses katekese

5. Penutup

Evaluasi

Doa penutup

Pertemuan III

Tema: Keluarga Katolik yang Murah Hati dan Solider

Tujuan:

Menyadarkan peserta tentang semangat belaskasih Allah

kepada manusia sehingga mampu untuk bersikap murah

hati dan solider

Sumber: Kitab Tobit 1:16-22

Metode:

Waktu: 60 menit

Pemikiran Dasar

Keluarga-keluarga katolik yang hidup seturut panggilan

imannya tentu sungguh menghayati nilai-nilai kristiani seperti

sikap murah hati dan solidaritas. Ada semangat berbagi satu

sama lain, saling peduli dan perhatian pada mereka yang

Page 51: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

50 | Bahan Soasialisasi APP 2016

membutuhkan. Nyatanya, semangat egoisme/selfisme dan

individualisme, hedonisme dan konsumerisme justru telah

mengaburkan keberadaan nilai-nilai iman kristiani.

Perkembangan zaman yang tidak terkontrol dengan prasyarat-

prasyarat yang ditetapkan, menjadikan sebagian orang lebih

fokus mengurus dirinya dari pada peduli pada orang lain dan

lingkungan sekitarnya. Segala daya upaya dikerahkan semata-

mata untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Keluarga-

keluarga katolik juga mendapat pengaruh yang kuat dari gaya

hidup modern ini. Akibatnya, tidak terjadi keseimbangan hidup.

Terjadi ketidakadilan. Ada keluarga-keluarga yang hidup serba

berkecukupan, tetapi ada keluarga-keluarga yang hidup serba

kekurangan. Terjadi kesenjangan hidup yang cukup lebar. Untuk

memerangi ini, dalam semangat belas kasih Allah yang

mahamurah dan maharahim, setiap pribadi katolik diajak untuk

kembali merenungkan perjalanan hidupnya bersama dengan

orang lain dalam membangun kembali sikap hati yang diresapi

oleh semangat hidup Yesus Kristus sendiri, yang adalah tanda

kemurahan hati dan solidaritas Allah Bapa terhadap manusia

berdosa.

Langkah-langkah Pengembangan

1. Pembukaan

Doa Pembuka

Pengantar Singkat oleh Pendamping

2. Menghadirkan Kenyataan Hidup (Peduli Kita)

3. Menghadirkan Pengalaman Kitab Suci (Sapaan

Sabda Tuhan)

Page 52: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

51 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Pendamping mengajak peserta untuk membuka Kitab

Suci dan membaca Kitab Tobit 1: 16-22

Pendamping mengajak peserta untuk mendalami Kitab

Suci dengan beberapa pertanyaan penuntun

Rangkuman dan Penegasan

Mari Kita Merenungkan

Mari Kita Ingat

4. Mencari Dampak bagi Hidup [Rencana Aksi Nyata]

Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan

bersama aksi nyata yang akan dilakukan bersama

sesudah proses katekese

5. Penutup

Evaluasi

Doa Penutup

PERTEMUAN IV

Tema : Keluarga Katolik yang Hidup Mandiri dan Sejahtera

Tujuan

Menyadarkan peserta tentang pentingnya kemandirian

dan kesejahteraan hidup sebagai tugas dari anugerah

kehidupan dari Allah.

Sumber: Injil Lukas 2:41-52

Metode:

Page 53: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

52 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Waktu: 60 menit

Pemikiran Dasar

Hidup mandiri dan sejahtera tentu menjadi dambaan setiap

orang. Semua keluarga katolik juga menginginkan hidup mandiri

dan sejahtera. Kesejahteraan itu menjadi tujuan dari segala

pergumulan hidup manusia di muka bumi ini. Nyatanya, hidup

mandiri dan sejahtera itu belum teralami secara utuh dan penuh

dalam perjalanan hidup keluarga-keluarga di Keuskupan Agung

Kupang. Masih ada banyak soal yang menghambat orang untuk

sampai pada kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Di sini,

keluarga-keluarga diajak untuk membangun semangat kerja

sama yang rela berbagi dan saling peduli supaya tercapai

kepenuhan hidup yang mandiri dan sejahtera. Ada sebuah pola

proses yang harus dilewati bersama di dalam keluarga dan

bersama keluarga-keluarga yang lain untuk menemukan hakekat

dari panggilan dan perutusan hidup manusia di muka bumi ini.

Perlu sebuah kesadaran baru akan panggilan dan tanggung jawab

atas hidup yang dianugerahkan Tuhan, melalui proses belajar

yang terus menerus. Bahwasannya, hidup yang dianugerahkan

Tuhan itu punya makna yang terarah pada kelangsungan dan

keberlanjutan hidup di segala zaman. Maka, tanggung jawab

besar dari setiap pribadi beriman adalah memelihara segala

tatanan ciptaan demi kelangsungan dan keberlanjutan hidup

semua makhluk ciptaan.

Page 54: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

53 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Langkah-langkah Pengembangan

1. Pembukaan

Doa Pembuka

Pengantar Singkat oleh Pendamping

2. Menghadirkan Kenyataan Hidup (Peduli Kita)

3. Menghadirkan Pengalaman Kitab Suci (Sapaan

Sabda Tuhan)

Pendamping mengajak peserta untuk membuka Kitab

Suci dan membaca Injil Lukas 2:41-52

Pendamping mengajak peserta untuk mendalami Kitab

Suci dengan beberapa pertanyaan penuntun

Rangkuman dan Penegasan

Mari Kita Merenungkan

Mari Kita Ingat

4. Mencari Dampak bagi Hidup [Rencana Aksi Nyata]

Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan

bersama aksi nyata yang akan dilakukan bersama

sesudah proses katekese

5. Penutup

Evaluasi

Doa Penutup

Page 55: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

54 | Bahan Soasialisasi APP 2016

MODEL EVALUASI KATEKESE UMAT

1.Kesan Umum

a. Setiap peserta dibiarkan memberikan kesannya terhadap

praktek KU

b. Biarkan mereka berbicara sebebas-bebasnya.

2.Suasana pertemuan

a. Apakah seluruh suasana mendukung tukar menukar

pengalaman dalam kelompok ?

b. Apakah ada suasana persaudaraan ?

c. Keterbukaan ?

d. Komunikatif ?

e. Saling mendukung dan menghargai ?

3.Bahan atau materi

a. Aktual, relevan, menarik ?

b. Mendukung tujuan yang dicanangkan ?

c. Nilai-nilai yang ditanam cukup jelas ?

d. Segi perwujudan iman dapat ditangkap peserta ?

4. Jalannya pertemuan

a. Ada proses yang baik dan runtun ?

b. Langkah-langkah diikuti dengan setia ?

c. Langkah-langkah mendukung tujuan yang mau dicapai?

5. Keterlibatan peserta

a. Peserta aktif terlibat ?

b. Sikap mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap

sesama peserta yang berbicara ?

Page 56: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

55 | Bahan Soasialisasi APP 2016

c. Bebas dan terbuka berbicara ?

d. Nampak ada perubahan dalam diri peserta ?

6. Pemandu KU/Fasilitator

a. Kesan, pendapat tentang fasilitator

b. Sungguh-sungguh berperan sebagai pelancar, mengajak,

membimbing, memberikan kesempatan berbicara,

meneguhkan pembicaraan peserta ?

c. Arah seluruh pertemuan diperhatikan ?

d. Mengikuti langkah-langkah dengan setia ?

Page 57: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

56 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Pesan Sri Paus Fransiskus untuk Puasa 2016

“Saya ingin belaskasih, dan bukan persembahan”

(Mt 9:13).

Karya belaskasih pada jalan Yubileum

1. Maria, yang menerima Kabar Gembira adalah gambaran

sebuah Gereja yang mewartakan Injil

Dalam Bulla Penetapan akan Yubileum

Istimewa dari Kerahiman, saya meminta

bahwa “masa Puasa dalam Tahun

Yubbileum ini dihayati lebih mendalam

sebagai suatu saat istimewa untuk

merayakan dan mengalami kerahiman

Allah”(MV, 17). Dengan memanggil

suatu sikap mendengarkan dengan penuh perhatian akan sabda

Allah dan menyemangati prakarsa “24 Jam untuk Tuhan”, saya

berupaya untuk menekankan pengutamaan akan sikap

mendengarkan penuh doa akan sabda Allah, terutama sabda

kenabiannya. Kerahiman Allah adalah suatu pemakluman yang

diperuntukkan bagi dunia, suatu pemakluman yang memanggil

setiap orang Kristiani mengalaminya di tempat pertama. Oleh

karena itu, selama masa Puasa saya akan mengutus para

Misionaris Kerahiman sebagai tanda konkrit bagi setiap orang

akan kedekatan dan pengampunan Allah.

Sesudah menerima Kabar Gembira yang disampaikan

kepadanya oleh Malaekat Agung Gabriel, Maria, dalam

Magnificatnya, secara profetik menyanyikan kerahiman dengan

mana Allah memilih dia. Perawan dari Nazareth, yang

Page 58: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

57 | Bahan Soasialisasi APP 2016

bertunangan dengan Yosep, menjadi ikon sempurna dari Gereja

yang mewartakan Injil. Maria telah dan terus mendapat warta

Injil dari Roh Kudus, yang membuat rahim perawannya berbuah.

Dalam tradisi profetik, kerahiman secara tuntas terhubungkan –

juga dalam tingkat etimologis – dengan rahim keibuan

(rahamim) dan dengan suatu kebaikan(hesed) yang murah hati,

setia dan berbelaskasih yang terungkap dalam perkawinan dan

hubungan keluarga.

2. Perjanjian Allah dengan umat manusia: sebuah sejarah

kerahiman

Misteri dari kerahiman ilahi

diwahyukan dalam sejarah perjanjian

antara Allah dan umat-Nya Israel.

Allah menyatakan diri-Nya selalu

kaya dalam kerahiman, selalu siap

memperlakukan umat-Nya dengan

kelembutan dan belaskasihan yang mendalam, terutama pada

saat-saat tragis sewaktu ketidaksetiaan menghancurkan ikatan

perjanjian, yang kemudian perlu diperbaharui dengan lebih

teguh dalam keadilan dan kebenaran. Disinilah kisah cinta yang

sejati, di mana Allah berperan sebagai bapa dan suami yang

dikhianati, sedangkan Israel berperan sebagai anak dan isteri

yang tidak setia. Gambaran-gambaran kekeluargaan ini – seperti

kasus Hosea(cf. Hos 1-2) – memperlihatkan sejauh mana Allah

ingin mengikatkan diri-Nya dengan umat-Nya.

Kisah cinta ini berpuncak dalam penjelmaan Putra Allah. Di

dalam Kristus, Bapa mencurahkan kerahiman-Nya yang tanpa

batas, bahkan sampai membuat diri-Nya “kerahiman yang

Page 59: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

58 | Bahan Soasialisasi APP 2016

menjelma”(MV, 8). Sebagai seorang manusia, Yesus dari

Nazareth adalah seorang putra Israel sejati; Dia menjelmakan

sikap sempurna mendengarkanitu, yang dibutuhkan setiap orang

Yahudi dengan Shema, yang sekarang ini juga adalah hati dari

perjanjian Allah dengan Istrael: “Dengarkan, hai Israel: Tuhan

Allah kita adalah Tuhan yang esa; dan engkau harus mengasihi

Tuhan Allah-mu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu dan

segenap kekuatanmu” (Ul 6:4-5). Sebagai Putra Allah, Dia

adalah Mempelai laki-laki yang membuat segalanya untuk

memenangkan cinta dari mempelai-Nya, yang padanya Dia

terikat dengan suatu cinta tanpa syarat yang menjadi kelihatan

dalam pesta perkawinan kekal.

Inilah lubuk hati dari kerygma rasuli, di mana kerahiman ilahi

memegang suatu tempat sentral dan fundamental. Itulah

“kecantikan dari kasih menyelamatkan dari Allah yang menyata

dalam Yesus Kristus yang wafat dan bangkit dari kematian”

(EG, 36); bahwa pemakluman pertama yang “kita harus dengar

berulang kali dalam aneka cara, suatu perkara yang harus kita

beritakan dengan satu cara sepanjang proses katekese, pada

setiap tingkat dan saat” (ibid., 164). Kerahiman

“mengungkapkan cara Allah menjangkau orang berdosa, dengan

memberikan kepadanya suatu kesempatan baru untuk

menyelami dirinya, bertobat dan percaya” (MV, 21), yaitu

memulihkan hubungannya dengan Dia. Dalam Yesus tersalib,

Allah menunjukkan keinginan-Nya untuk dekat dengan kaum

berdosa, bagaimanapun jarak mereka tersesat daripada-Nya.

Dalam cara ini Dia berharap untuk melembutkan hati yang tegar

dari Mempelai-Nya.

Page 60: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

59 | Bahan Soasialisasi APP 2016

3. Karya-karya belaskasih

Kerahiman Allah mengubah hati

manusiawi; itu membuat kita

mampu, melalui pengalaman

akan suatu kasih setia, pada

gilirannya menjadi berbelaskasih.

Dalam suatu mukjizat yang selalu

baru, kerahiman ilahi bersinar

dalam hidup kita, dengan mengilhami masing-masing kita untuk

mengasihi sesama kita dan membaktikan diri kita kepada apa

yang tradisi Gereja sebut karya-karya spiritual dan lahiriah dari

kerahiman. Karya-karya ini mengingatkan kita bahwa iman

mendapat ungkapan dalam perbuatan-perbuatan harian konkrit

guna membantu sesama kita secara lahiriaha dan spiritual:

dengan memberi makan, mengunjungi, menghibur dan mengajar

mereka. Pada hal-hal ini kita akan diadili. Oleh karena itu, saya

mengungkapkan harapanku bahwa “umat Kristiani boleh

merenungkan karya-karya spiritual dan lahiriah dari kerahiman;

hal ini akan menjadi suatu cara untuk membangkitkan nurani

kita, yang terlalu sering menjadi dungu di hadapan kemiskinan,

dan masuk lebih dalam ke lubuk hati dari Injil di mana kaum

miskin mempunyai suatu pengalaman khusus akan kerahiman

Allah” (ibid.,15). Karena di dalam kaum miskin, tubuh Kristus

“menjadi kelihatan dalam tubuh yang disiksa, hancur, dilukai,

kurang gizi dan terbuang … diakui, dijamah, dan diperhatikan

oleh kita” (ibid.). Itulah misteri yang tak terduga dan

menghebohkan atas berlakunya dalam waktu penderitaan dari

Domba yang Tak Bersalah, semak terbakar dari kasih tanpa

Page 61: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

60 | Bahan Soasialisasi APP 2016

pamrih. Sebelum kasih ini, kita dapat, seperti Musa, mencopot

sandal kita (cf. Kel 3:5), terutama ketika kaum miskin menjadi

saudara-saudara dan saudari-saudari kita dalam Kristus yang

menderita karena iman mereka.

Dalam cahaya kasih ini, yang kuat seperti kematian (cf.Kid 8:6),

orang miskin yang riil terungkapkan seperti mereka yang

menolak untuk melihat dirinya apa adanya. Mereka memandang

dirinya kaya, tetapi mereka secara aktual yang termiskin dari

kaum miskin. Ini karena mereka adalah budak dosa, yang

menghantar mereka untuk memnggunakan kekayaan dan

kekuasaan tidak demi mengabdi Allah dan orang lain, tetapi

memicu dalam hatinya perasaan mendalam bahwa mereka juga

hanya pengemis-pengemis yang miskin. Semakin kaya dan

berkuasa, semakin kebutaan dan tipu diri dapat berkembang. Itu

malahan dapat mencapai titik menjadi buta kepada Lazarus yang

meminta di depan pintunya(cf. Lk 16:20-21). Lazarus, manusia

miskin, adalah si sosok dari Kristus, yang melalui orang miskin

meminta pertobatan kita. Dengan demikian, dia menghadirkan

kemungkinan pertobatan yang Allah persembahkan kepada kita

dan kita mungkin menjadi gagal melihatnya. Kebutaan demikian

sering menyertai ilusi yang angkuh akan adidaya kita, yang

terpantul dalam suatu cara godaan setan “engkau akan menjadi

seperti Allah” (Kej 3:5) yang adalah akar dari segala dosa. Ilusi

ini dapat mengambil bentuk sosial dan politik, sebagaimana

ditunjukkan oleh sistem totaliter dari abad ke-20, dan dalam

jaman kita, oleh ideologi-ideologi pemikiran dan ilmu teknologi

yang menguasai, yang membuat Allah menjadi tidak berarti dan

menjabarkan manusia menjadi bahan baku yang dilahap habis.

Page 62: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

61 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Ilusi ini juga dapat kelihatan dalam struktur-struktur dosa yang

terkait dengan suatu model pembangunan palsu yang berdasar

pada berhala akan uang, yang menghantar kepada kekurang-

pedulian akan nasib kaum miskin pada pihak individu-individu

dan masyarakar-masyarakat yang lebih kaya; mereka menutup

pintunya, dengan menolak melihat orang miskin.

Bagi kita semua, masa Puasa dalam Tahun Yubileum ini adalah

suatu waktu perkenan untuk mengatasi pengasingan eksistensial

kita dengan mendengarkan sabda Allah dan melakukan karya-

karya kerahiman. Dalam karya-karya lahiriah kerahiman kita

menjamah tubuh Kristus dalam saudara-saudara dan saudari-

saudari yang perlu makanan, pakaian, tempat tinggal,

kunjungan; dalam karya spiritual dari kerahiman – percakapan,

pengajaran, pengampunan, nasehat dan doa – kita menyentuh

dengan lebih langsung kedosaan kita sendiri. Karya-karya

spiritual dan lahiriah dari kerahiman tidak pernah terpisahkan.

Dengan menjamah tubuh dari Yesus tersalib dalam penderitaan,

para pendosa dapat menerima anugerah kesadaran bahwa

mereka juga miskin dan berkekurangan. Dengan mengambil

langkah ini, orang “sombong”, “berkuasa” dan “kaya” yang

dikisahkan dalam Magnificat dapat juga dirangkul dan secara

tanpa syarat dikasihi oleh Tuhan tersalib yang wafat dan bangkit

bagi mereka. Hanya kasih ini adalah jawaban kepada kerinduan

akan kebahagiaan tak terhingga dan kasih yang pemikiran kita

dapat terpuaskan dengan berhala-berhala dari pengetahuan,

kekuasaan dan kekayaan. Namun bahaya selalu masih ada bahwa

dengan suatu penolakan tetap untuk membuka pintu hati kepada

Kristus yang mengetuk mereka dalam diri orang miskin, orang

Page 63: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

62 | Bahan Soasialisasi APP 2016

yang sombong, kaya dan berkuasa akan berakhir menghukum

diri mereka sendiri dan terperangkap dalam jurang abadi

keterasingan yang adalah Neraka. Kata-kata terukir Abraham

teraplikasikan bagi mereka dan kita semua: “Mereka mempunyai

Musa dan nabi-nabi; baiklah mereka mendengarkan mereka”(Lk

16:29). Sikap mendengarkan yang peka demikian akan menjadi

persiapan terbaik kita untuk merayakan kemenangan akhir atas

dosa dan maut dari Mempelai, sekarang bangkit, yang ingin

memurnikan Tunangan-Nya dalam penantian akan kedatangan-

Nya.

Marilah kita tidak menyia-nyiakan masa Puasa ini, suatu waktu

yang demikian berkenan bagi pertobatan ! Kita meminta ini

melalui pengantaraan keibuan Perawan Maria, yang, dengan

berjumpa keagungan keraahiman Allah dan dengan bebas

menerimanya, menjadi yang pertama mengakui kerendahannya

(cf. Lk 1:48) dan menyebut dirinya hamba yang hina dari Tuhan

(cf. Lk 1:38).

Diberikan di Vatikan, 4 Oktober 2015

Pesta St. Fransiskus dari Assisi.

Fransiskus

*Terjemahan Uskup P. Turang

Page 64: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

63 | Bahan Soasialisasi APP 2016

SURAT GEMBALA PUASA 2016

USKUP AGUNG KUPANG

Umat-ku yang terkasih,

Masa puasa atau prapaskah hadir kembali

dalam perjalanan hidup iman kita. Kita

bersyukur kepada Tuhan atas waktu

istimewa yang dianugerahkan-Nya kepada

kita, para murid Kristus. Kita mendapat

dorongan baru untuk menghayati perutusan iman Kristiani,

khususnya dalam Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi ini. Dalam

upaya menggerakkan “hidup sejahtera”, Aksi Puasa

Pembangunan 2016 mengajak kita dengan tema ”Hidup Pantang

Menyerah”. Dalam lingkungan hidup kita yang penuh kemajuan

dan serentak penuh tantangan, bahkan kerawanan sosial

ekonomi, kita punya tanggungjawab untuk tetap berjuang bagi

kesejahteraan bersama yang berkelanjutan dengan hidup

bersesama.

Dalam masa prapaskah di tahun istimewa ini, pantaslah kita

menemukan kembali anugerah kerahiman Tuhan dalam

perjalanan bersama di atas bumi ini. Kerahiman atau kemurahan

hati Tuhan semestinya menjadi nyata dalam keseharian hidup

kita: menghayati dan merayakannya dengan rendah hati. Kita

menemukan kembali kerahiman Tuhan dan menghayatinya

dengan hidup bersesama, khususnya dalam keluarga kita

masing-masing. Kerukunan hidup yang penuh dengan

kemurahan hati akan menghadirkan lingkungan hidup dalam

damai sejahtera. Rasul Paulus berkata, “Tetapi dalam semuanya

Page 65: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

64 | Bahan Soasialisasi APP 2016

itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang

telah mengasihi kita … kasih Allah yang ada dalam Kristus

Yesus, Tuhan kita” (Rom 8: 37, 39).

Saudara-saudari terkasih,

Damai sejahtera berasal dari daya ilahi yang

menggerakkan hati kita untuk peduli akan

sesama, terutama mereka yang miskin dalam

hidup dengan serba berkekurangan. Kita

belajar bagaimana mengupayakan kerjasama

bersaudara, agar kerahiman ilahi menjadi

nyata dalam perjuangan hidup kita. Kita tidak

boleh menyerah kepada cara hidup yang menghalalkan jalan

pintas seperti korupsi, suap atau pemerasan. Kita mestinya

mengusahakan hidup dari ketekunan keringat kita sendiri.

Dengan demikian, kita menjadi orang yang bermartabat murid

Kristus, yaitu masuk dalam cahaya kebaikan Bapa di surga, yang

“kaya dengan kerahiman” (Ef 2:4). Kita memelihara kerukunan

hidup dengan sesama umat beragama dan dengan tata

kepemerintahan guna bergotongroyong dalam memelihara dan

melindungi proses pensejahteraan hidup bersama.

Dengan merenungkan kekayaan misteri iman kita selama masa

prapaskah di Tahun Suci ini, kita mohon kepada Allah yang

maharahim, agar kita mendapat kekuatan untuk menekuni hidup

kita dalam sikap rela berbagi tanpa pamrih. Dengan menerima

sakramen tobat di masa prapaskah ini, kita mendapat jamahan

dari keagungan kerahiman Allah dan menghayati sumber

kedamaian batiniah yang sejati. Kita “menghampiri takhta kasih

karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih

Page 66: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

65 | Bahan Soasialisasi APP 2016

karunia” (Ibr 4:16). Dengan karunia damai sejahtera ini, kita

bertekad untuk melanjutkan perjuangan hidup dengan

ketangguhan manusiawi yang bebas dari kekerasan, bebas dari

diskriminasi dan bebas dari korupsi. Ketekunan hidup kita

menjadi persembahan yang kudus dan tak bercela dalam

memberdayakan perilaku hidup bersesama, biarpun keterbatasan

dan kerapuhan manusiawi kita. Mudah-mudahan Sabda Allah

yang kita terima dalam masa prapaskah ini menjadi matang

dalam perjuangan hidup kita: “Yang jatuh di tanah yang baik itu

ialah orang, yang setelah mendengarkan firman itu,

menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah

dalam ketekunan” (Lk 8:15).

Saudara-saudari terkasih,

Pengembangan kesejahteraan hidup dengan

perjuangan yang tekun dalam sikap

bersesama, mudah-mudahan di Tahun Suci

ini, menemukan jati diri Kristiani yang

berkelanjutan secara manusiawi. Dengan hati

penuh syukur dan sukacita, marilah kita

menjalani masa prapaskah dalam iman kepercayaan kepada

Yesus Kristus yang dalam kematian dan kebangkitan-Nya

membawa keselamatan yang membenarkan kerahiman ilahi.

Dialah “imam besar yang penuh belas kasihan dan setia dalam

pelayanan Allah” (Ibr 2:17).

Selamat menunaikan bakti sembah masa prapaskah di Tahun

Yubileum Kerahiman Ilahi dan mudah-mudahan damai sejahtera

hadir dalam ketekunan perjuangan hidup keluarga kita. Kita

berseru: “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya

Page 67: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

66 | Bahan Soasialisasi APP 2016

Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala” (Mzm

25:6). Dengan memohon doa umat-ku sekalian, saya

menghaturkan salam berkat saya.

Diberikan di Kupang, 2 Pebruari 2016

Salam Hormat dan Berkat,

Uskup Petrus Turang.

Page 68: 0 | Bahan Soasialisasi APP 2016kak.or.id/sites/default/files/APP 2016.pdf · Katolik Indonesia di Via Renata-Cimacan (2 ... doa) dan olah harta (semangat rela berbagi), sebagai wujud

67 | Bahan Soasialisasi APP 2016