karyatulisilmiah.com · Web viewSurat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham,...

23
MAKALAH PERANTARA DAGANG DAN SURAT BERHARGA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AHDE Oleh : 1.Ferry Anggriawan ( 071110020 / IIA ) 2. Fitria Dwi Nurindah ( 071110021 / IIA ) 3.Fitrotul Maghfiro ( 071110023 / IIA ) 4.Hayatin Nisa ( 071110024 / IIA ) 5.Hesti Tri Novarida ( 071110025 / IIA ) 6.Ifta Nur Rochimah ( 071110026 / IIA ) 7.Ikhya’ Ulumuddin ( 071110027 / IIA ) 8.Imam Sapanudin ( 071110028 / IIA ) 9. Imro’atus Sholikhah ( 071110029 / IIA ) PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN 1

Transcript of karyatulisilmiah.com · Web viewSurat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham,...

MAKALAH

PERANTARA DAGANG DAN

SURAT BERHARGADisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AHDE

Oleh :

1. Ferry Anggriawan ( 071110020 / IIA )

2. Fitria Dwi Nurindah ( 071110021 / IIA )

3. Fitrotul Maghfiro ( 071110023 / IIA )

4. Hayatin Nisa ( 071110024 / IIA )

5. Hesti Tri Novarida ( 071110025 / IIA )

6. Ifta Nur Rochimah ( 071110026 / IIA )

7. Ikhya’ Ulumuddin ( 071110027 / IIA )

8. Imam Sapanudin ( 071110028 / IIA )

9. Imro’atus Sholikhah ( 071110029 / IIA )

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

FAKULTAS EKONOMI – AKUNTANSI

Jl. Veteran No. 53 A Lamongan Telp. 0322 – 324706

1

2

TAHUN PEMBELAJARAN 2011 / 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perantara Dagang dan Surat

Berharga” untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi (AHDE).

Dalam suatu perdagangan, dibutuhkan yang namanya perantara. Perantara ini bukan

hanya terdapat dalam perdagangan di bursa, melainkan dalam perdangan umum juga ada.

Namanya pun bermacam-macam. Sedangkan yang dimaksud surat berharga adalah surat

yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi

yang berupa pembayaran sejumlah uang.

Kami berusaha menjelaskan tentang hal-hal tersebut secara sederhana dalam

makalah ini, agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.

.Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Joejoen Tjahjani, S.H. M.H., selaku dosen

mata kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi (AHDE) yang telah membantu dalam

penyelesaiaan makalah ini. Kami sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini sangat jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran untuk

perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Lamongan, 21 Juni 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

3

JUDUL MAKALAH .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2 Ruang Lingkup Masalah ............................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................... 2

1.4 Permasalahan .............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perantara Dagang ...................................................................... 3

2.2 Pengertian Surat Berharga .......................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Penyelesaian

3.1.1 Macam-macam Perantara Dagang ..................................................... 4

3.1.2 Hak, kewajiban, syarat Perantara Dagang .......................................... 6

3.1.3 Fungsi dan Bentuk Surat Berharga ..................................................... 10

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................14

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli

barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat

lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.

Pada zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan antara

produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang

memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.

Ada beberapa macam pemberian perantaraan kepada produsen dan

konsumen, seperti; pekerjaan orang-orang perantara sebagai makelar,

komisioner, pedagang keliling dan sebagainya; pembentukan badan-badan usaha

(asosiasi), seperti perseroan terbatas, perseroan firma, perseroan komanditer,

dsb., yang tujuannya guna memajukan perdagangan; pengangkutan untuk

kepentingan lalu lintas niaga baik didarat, laut maupun udara; pertanggungan

(asuransi) yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya si pedagang dapat

menutup resiko pengangkutan dengan asuransi; perantaraan bankir untuk

membelanjakan perdagangan; mempergunakan surat perniagaan (Wesel/ Cek)

untuk melakukan pembayaran dengan cara yang mudah dan untuk memperoleh

kredit.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Dalam makalah ini, ruang lingkup permasalahan seputar pengertian,

kewajiban, dan komisioner dalam perantara perdagangan, serta pengertian dan

bentuk-bentuk surat berharga.

5

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Selain untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi

(AHDE), makalah ini kami susun untuk memberikan pengetahuan kepada

mahasiswa, tenaga pengajar, maupun masyarakat mengenai pengertian,

kewajiban, dan komisioner dalam perantara perdagangan, serta pengertian dan

bentuk-bentuk surat berharga.

1.4 Permasalahan

Setelah melihat latar belakang dan ruang lingkup masalah diatas, kami dapat

mengemukakan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini.

Antara lain :

1. Apa hak, kewajiban, dan syarat Perantara Dagang ?

2. Apa saja macam-macam Perantara Dagang ?

3. Apa sajakah bentuk Surat Berharga ?

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perantara Dagang

Perantara ini tidak hanya terdapat dalam perdagangan di bursa, melainkan

juga pada perdagangan umum. Namanya bermacam-macam, misalnya agen,

agen-tunggal (sole agent), penjual (verkoper), penjual keliling (rondreizende

verkoper). Hubungan mereka dengan pedagang atau perusahaan yang

bersangkutan diatur dalam Pasal 1601 KUH Perdata.

6

2.2 Pengertian Surat Berharga

Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi,

sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain

atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan

dalam pasar modal maupun pasar uang. (UU No. 7/1992 tentang Perbankan).

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Penyelesaian

3.1.1 MACAM-MACAM PERANTARA DAGANG

Dalam KUHD disebutkan juga perantara, seperti:

Makelar : Berdasarkan Pasal 62 KUHD, makelar itu adalah seorang

perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang pembesar yang

ditunjuk oleh Presiden, dalam hal ini Kepala Pemerintah Daerah (L.N 1906

No. 479). Sebelum melakukan pekerjaannya seorang makelar diambil

sumpahnya di hadapan Pengadilan Negeri yang bersangkutan, dan dalam

menyelenggarakan perusahannya ia akan mendapat upah tertentu.

Makelar adalah seorang perantara yang bertindak untuk kepentingan

pihak kommitent-nya (yang menyuruh), dan melakukan segala tindakan

hukum, misalnya jual-beli dalam segala bidang perdagangan. Dalam

melaksanakan kegiatannya ini seorang makelar memiliki hubungan dengan

commitent-nya didasarkan atas pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam

Pasal 63 KUHD. Akan tetapi oleh karena seorang makelar diangkat oleh

Pemerintah, ia mempunyai kedudukan setengah resmi, yang berakibat bahwa

terhadapnya dapat diambil tindakan oleh pihak resmi. Dalam Pasal 65 KUHD

ditentukan bahwa seorang makelar dilarang untuk berkepentingan secara

7

langsung dalam jenis atau jenis-jenis mata perusahaan dalam mana ia

diangkat sebagai makelar. Larangan ini berarti bahwa seorang makelar yang

diangkat dalam hal jual-beli efek misalnya, tidak diperkenankan turut ambil

bagian dalam transaksi yang bersangkutan, apabila ini dilanggar maka

menurut Pasal 71 KUHD ia dapat dibebas tugaskan dari jabatannya, dan

berdasarkan Pasal 73 KUHD ia tidak dapat diangkat kembali. Seorang

makelar harus bertanggung jawab atas kerugian akibat kesalahannya.

Komisioner  : Berbeda dengan makelar, seorang komisioner bertindak

atas nama sendiri, ia bertindak atas perintah dan tanggungan orang lain dan

untuk tindakannya itu ia menerima upah atau provisi (Pasal 76 KUHD).

Berhubung dengan tindakan atas namanya sendiri komisioner tidak

diwajibkan menerangkan nama orang yang menyuruhnya (principaal) dan ia

dapat berbuat seolah-olah ia sendiri yang berkepentingan, sehingga dengan

demikian ia secara langsung terikat pada pihak lawannya (Pasal 77 KUHD).

Ketentuan ini diperkuat oleh ketentuan dalam Pasal 78 KUHD, baik

principaal maupun pihak yang lain tidak berhak untuk saling menuntut, akan

tetapi apabila komisioner bertindak atas namanya principaal, hak dan

kewajibannya diatur berdasarkan pemberian kuasa dan ia tidak diutamakan

(Pasal 79 KUHD).

Ekspeditur : adalah barang siapa yang menyuruh menyelenggarakan

pengangkutan barang dagangan, melalui daratan atau perairan (Pasal 86

KUHD). Kewajibannya diatur dalam Pasal 87, 88, dan 89 KUHD, oleh

karena seorang ekspeditur menyeruh menyelenggarakan pengangkutan

kepada orang lain, maka ia bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan

orang lain itu. Biasanya orang lain itu adalah pengangkut dan mengenai

pengangkutan ini terdapat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 466 KUHD dan

seterusnya. Ekspeditur bertanggung jawab terhadap pengiriman dari saat

penerimaan barang-barang hingga penyerahannya pada yang berhak

8

menerimanya. Pengangkut bertanggung jawab juga dari saat penerimaan

barang-barang hingga penyerahannya terhadap ekspeditur.

Agency : Jenis ini sama dengan Makelar dan Komisioner, namun

pengaturannya tidak ada dalam KUHD maupun KUH Perdata, akan tetapi

agency saat ini sangat banyak berdiri dan diakui oleh masyarakat. Sehingga

dalam prakteknya memakai aturan dalam Pasal 1338 KUH Perdata,

Pemberian kuasa (Pasal 1792 – 1819 KUH Perdata), Pasal 62 – 64 KUHD,

dan Kebiasaan Dagang, serta Keputusan Menteri Perdagangan tentang Agen

Tunggal.

3.1.2 HAK DAN KEWAJIBAN SERTA SYARAT MENJADI PERANTARA

Hak perantara

Agen perdagangan, komisioner, maupun makelar mempunyai hak

sama yaitu hak retensi, yang diatur dalam pasal 1812 KUH Perdata, yang

menyatakan bahwa pemegang/penerima kuasa mempunyai hak untuk

menahan segala apa yang menjadi kepunyaan pemberi kuasa yang berada

dalam komisioner, hak retensi diatur dalam Pasal 85 KUH Dagang. Hak

retensi (hak menahan) yang dipunyai komisioner adalah hak yang diberikan

kepada pemegang saham (last hebber) sebagaimana yang telah diatur dalam

pasal 1812. Hak ini dapat dipandang sebagai alat kuat bagi pemegang kuasa

untuk dapat menuntut sesuatu berdasarkan perjanjian. Hak lain yang dimiliki

komisioner adalah hak yang didahulukan (privilege) terhadap barang-barang 

yang berada ditangannya untuk perhitungan piutangnya karena upah, biaya

lain dari principalnya atau committentnya (pasal 80 dan 81 KUH dagang).

Kewajiban Perantara

Karena hubungan antara perantara dengan principalnya atau

komitennya merupakan hubungan antara pemberi kuasa, maka kewajiban

9

seorang perantara sama dengan kewajiban yang menerima kuasa seperti yang

diatur dalam KHU perdata tentang pemberian kuasa.

Kewajiban perantara dagang secara umum menurut KUH PERDATA :

a) Penerima kuasa (perantara) selama belum dibebaskan dari tugasnya

sebagai kuasa ,kerugian, dan bungan yang mungkin timbul karena tidak

melaksanakan tugasnya.

b) Harus melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Apabila tidak maka ia

akan melalaikan kewajibannya dan dapat dituntut untuk membayar ganti

rugi yang timbul karena kelalaiannya.

c) Berkewajiban member laporan tentang segala aktifitas tentang

pertanggung jawaban keuangan kepada pemberi kuasa.

Kewajiban perantara lainnya :

a) Tiap-tipa perjanjian melalui perantara harus di catat dan di salinannya

harus secepat mungkin disampaikan kepada masing-masing pihak.

salinan itu berisi syarat-syarat yang telah di tetapkan dalam perjanjian.

(pasal 66 dan 67 KUHD)

b) Kalau hakim memerintahkannya , makelar harus menunjukan catatannya

dengan maksud agar hakim dapat membandingkannya dengan surat-surat

perjanjian yang diserahkan padanya.mengenai hal ini hakim berwenang

meminta keterangan dari makelar yang bersangkutan.

c) Makelar berkewajiban menyimpan barang dalam hal jual beli.

d) Makelar sebagai penerima kuasa diwajibkanmelakukan perintah dari

pemberi kuasa sebaik mungkin.

Persyaratan Menjadi Perantara

Sudah dewasa dan cakap wenang menurut hukum, artinya tidak   dalam

sakit ingatan, sakit jiwa, atau dibawah pengampunan untuk melakukan

perjanjian–perjanjian.

10

3.1.3 FUNGSI DAN BENTUK SURAT BERHARGA

Fungsi surat berharga :

1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang).

2. Sebagai alat untuk memindahkan hal tagih (diperjual belikan dengan

mudah dan sederhana).

3. Sebagai surat bukti hak tagih.

Jenis-Jenis Surat Berharga :

A. Surat berharga dalam KUHD

Ketentuan-ketentuan megenai surat berharga diatur dalam Buku I titel 6

dan titel 7 KUHD yang berisi tentang :

1. Wesel

2. Surat sanggup

3. Cek

4. Kwitansi-kwitansi dan promes atas tunjuk

Surat wessel adalah surat berharga yang memuat kata wessel

didalamnya, diberikan tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dalam

mana si penerbit memberi perintah tanpa syarat kepada tersangkut untuk pada

hari bayarmembayar sejumlah uang kepada orang (penerima) yang ditunjuk

oleh penerbit atau penggantinya disuatu tempat tertentu.

Syarat-syarat formil bagi suatu wessel diatur dalam pasal 100 KUHD

bahwa suatu surat wessel harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :

a. Kata "wesel", disebut dalam teksnya sendiri dan di istilahkan dalam

bahasa surat itu.

b. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

c. Nama si pembayar/tertarik.

d. Penetapan hari bayar.

e. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

11

f. Nama Orang/pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya

pembayaran harus dilakukan.

g. Tanggal dan tempat ditariknya surat wesel.

h. Tanda tangan pihak yang mengeluarkan (penarik).

Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau

Promes dalam mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang

kepada orang yang disebut dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau

pembawanya pada hari bayar. Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat

sanggup kepada pengganti dan surat sanggup kepada pembawa. Agar jangan

tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggub

kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja, sedangkan surat sanggup

kepada pembawa disebutnya "surat promes".

Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan

adanya berapa syarat yang harus terdapat dalam surat sanggup supaya dapat

disebutkan surat seperti yang diatur dalam pasal 174 KUH Dagang yaitu :

• Baik clausula : “sanggup”, maupun nama “surat sanggup” atau promes

atas pengganti yang dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan

dalam bahasa dengan mana surat itu disebutkan .

• Janji yang tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.

• Penunjukan hari gugur.

• Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.

• Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu

harus dilakukan.

• Penyebutan hari penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu

ditanda tangani.

• Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.

Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana

penerbitannya memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar

12

sejumlah uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek, penggantinya,

pembawanya pada saat ditunjukkan. Dalam pasal 178 KUHD ditentukan

syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek dan kalau salah satu syarat

dalam pasal, tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak dapat diperlakukan

sebagai cek.

Syarat-syarat cek tersebut adalah :

a. Pada setiap cek harus terdapat kata cek dan dinyatakan dalam bahasa cek

itu ditulis.

b. Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.

c. Nama orang (bankir) yang harus membayar.

d. Penunjukkan tempat dimana pembayaran harus terjadi.

e. Penyebutan tanggal serta 'tempat dimana cek ditertibkan.

f. Tanda tangan dari orang yang menerbitkan cek.

Kwitansi-kwitansi dan promes atas tunjuk

Kwitansi atas tunjuk yang dikemukakan oleh Mr. Chr Zevenbergen yang

dikutip oleh Emy Pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan

oleh penanda tangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran

sejumlah uang yang ditentukan didalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk)

pada waktu diperlihatkan.

* Dalam kwitansi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya

klausula atas tunjuk.

B. Surat Berharga Diluar KUHD

Surat-surat berharga di luar KUHD itu antara lain :

1. Bilyet Giro

2. Travels Cheque

3. Credit Card

13

4. MCO

Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah

dibakukan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan

sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima

yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya

(Purwosutjipto).

Dengan demikian pembayaran dana Bilyet Giro tidak dapat dilakukan dengan

uang tunai dan tidak dapat di pindah tangan kan melalui endosemen (SK

Direksi Bank Indonesia No.4/670, Sub 1).

Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek adalah

alat pembayaran tunai sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran

yang bersifat giral, dengan cara memindah bukukan sejumlah dana dari si

penerbit.

Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No. 4/670

UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972 yang berisikan tentang :

a. Pengertian dari Bilyet Giro

b. Bentuk Bilyet Giro

c. Tenggang waktu berlakunya bilyet giro

d. Pengisian bilyet giro

e. Kewajiban menyediakan dana dan sanksi bilyet giro kosong

f. Pembatalan bilyet giro.

g. Tata cara perhitungan bilyet giro antar bank setempat

h. Penyimpangan bentuk/masa peralihan.

Travels cheque atau cek perjalanan adalah surat yang berharga dikeluarkan

oleh sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bark penerbit sanggub

membayar sejumlah uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda

tangannya tertera ada cek perjalanan itu.

Apabila diteliti fungsi dan peranan cek perjalanan adalah sebagai berikut:

14

a. Bahwa seorang yang melakukan perjalanan tidak perlu lagi membawa

uang tunai dalam jumlah yang banyak.

b. Orang tersebut akan merasa dari resiko perampokan dan kehilangan uang.

Syarat-syarat formal yang biasanya terdapat didalam suatu cek perjalanan,

adalah sebagai berikut :

• Nama Travels Cheque secara Tersendiri.

• Nilai nominal dari travels cheque.

• Nama bank yang mengeluarkan.

• Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan.

• Tanda tangan orang yang berpergian pada waktu pembelian TC tanda tangan

pada waktu penguangan cek perjalanan.

• Perintah membayar tanpa syarat.

• Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah.

• Tanda tangan dari bank penerbit.

Credit card atau kartu kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh

issuer yaitu bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah

sebagai pengganti uang tunai.

Miscellaneous charges order disingkat MCO adalah satu dokumen yang

dikeluarkan oleh masing-masing maskapai penerbangan yang beroperasi

secara Internasional, sebagai alat perintah membayar, untuk mengisi kembali

ticket, balance pembayaran dan lain-lain.

Tujuan mengeluarkan MCO tersebut adalah untuk penukaran, pemberian

service kepada orang yang memanfaatkan pesawat udara dan merupakan

pengamanan keuangan orang perorangan/group yang menggunakan fasilitas

angkatan udara itu.

BAB IV

PENUTUP

15

4.1 Simpulan

Perantara ini tidak hanya terdapat dalam perdagangan di bursa, melainkan

juga pada perdagangan umum. Namanya bermacam-macam, misalnya agen,

agen-tunggal (sole agent), penjual (verkoper), penjual keliling (rondreizende

verkoper). Dalam KUHD disebutkan juga perantara, seperti Makelar,

Komisioner, Ekspeditur, dan Agency.

Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan

sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran

sejumlah uang. Tetapi pembayaran ini tidak dilakukan dengan menggunakan

mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu

berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ke tiga,

atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang untukpemegang surat

itu.

DAFTAR PUSTAKA

16

http://kuliahonline.unikom.ac.id/?listmateri/&detail=3044&file=/Perantara-

Dagang.html

Purwosutjipto, 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Pengetahuan

dasar hukum dagang), penerbit djambatan, jakarta, cetakan ke – 11.

Purwosutjipto, 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (bentuk-bentuk

perusahaan), penerbit djambatan, jakarta, cetakan ke – 8.

C.S.T. Kansil, S.H dan Christine S.T. Kansil, S.H., M.H, 2002, Pokok- Pokok

Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, penerbit Sinar Grafika, jakarta, cetakan 1.

miftasmk3pontianak.blogspot.com/

pujiirahayuu.blogspot.com/2011/.../pengertian-surat-berharga-surat.