ahmadrofai.files.wordpress.com · Web viewPRAKTIKUM 1 LAPORAN MINGGUAN MINGGU KEENAM Nama Ahmad...

17
PRAKTIKUM 1 LAPORAN MINGGUAN MINGGU KEENAM Nama Ahmad Rofai NPM 1406618682 Nama Lembaga Yayasan Layanan Anak dan Keluarga Alamat Lembaga Jl. Kartini Raya/Citayam III Gang Texas No. 7 Rt 003/02, Pancoran Mas Depok, Indonesia Supervisor Sekolah Dra. Fitriyah, Msi Supervisor Lembaga Jeremias Wutun, S.Sos.

Transcript of ahmadrofai.files.wordpress.com · Web viewPRAKTIKUM 1 LAPORAN MINGGUAN MINGGU KEENAM Nama Ahmad...

PRAKTIKUM 1

LAPORAN MINGGUAN

MINGGU KEENAM

Nama Ahmad Rofai

NPM 1406618682

Nama Lembaga Yayasan Layanan Anak dan Keluarga

Alamat Lembaga Jl. Kartini Raya/Citayam III Gang Texas No. 7

Rt 003/02, Pancoran Mas Depok, Indonesia

Supervisor Sekolah Dra. Fitriyah, Msi

Supervisor Lembaga Jeremias Wutun, S.Sos.

Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial

FISIP UI

Depok, 2017

PENDAHULUAN

Praktikum yang dilaksanakan di minggu ke-6 ini, praktikan melakukannya dalam 3 hari kerja

mengikuti kegiatan Yayasan LAYAK, yang mana fokus kegiatan pada minggu ini adalah melakukan

pendekatan dan pengenalan program LOW VISION, yang merupakan salah satu dari 3 program utama

yayasan LAYAK, fokus terhadap pelayanan dan bantuan bagi keluarga dan anak yang mengalami

gangguan mata penglihatan mata. Adapun berbagai kegiatan yang dilakukan dalam tiga hari kerja tersebut

terangkum sebagai berikut:

Pada Senin, 10 April 2017 praktikan bersama rekan melakukan praktikum di Yayasan Low Vision

yang terletak di Jalan Nangka 1 No.1 Jagakarsa, Tanjung Barat. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah

1. Melakukan kunjungan dan wawancara kepada Ibu Luciana mengenai program Low Vision dan

mekanisme pemberian layananya

2. Perkenalan kepada pekerja Low Vision yakni Ibu Lisna selaku pekerja yang bertugas pada

pemeriksaan klinis (assessment klinis), kepada ibu Lia selaku koordinator program kerja Low

Vision LAYAK dan Ibu Tati selaku sekretaris lembaga yang bertugas sebagai penghubung klien

atau tamu kepada pekerja low vision terkait.

Pada Selasa, 11 April 2017 praktikan melakukan kegiatan praktikum ditempat yang sama, yakni

yayasan Low Vision di Jalan Nangka seperti pada kegiatan praktikum hari senin diatas, adapun kegiatan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Observasi Kegiatan Assesment klinis dan fungsional yang dilakukan pekerja Low Vision kepada

klien

Pada Rabu, 12 April 2017 praktikan melakukan kegiatan sebagai lapangan di sebuah kampung di

belakang Stasiun Jakarta Kota,

1. Bersama ibu Luciana dan Ibu Lia melakukan kunjungan rumah (home visit) kepada salah satu

klien rujukan RSCM di Jakarta Kota.

1

ISI

Praktikum pertemuan ke-9 : Senin, 10 April 2017

Hari ini merupakan pertama kali melakukan kegiatan praktikum di yayasan LAYAK Low Vision

sejak pertama memulai praktikum beberapa minggu silam. Sangat menyenangkan akhirnya mendapat

kesempatan untuk mengenal Low Vision lebih jauh dengan melakukan kunjungan dan wawancara. Kantor

Low Vision terletak relatif dekat dan terjangkau dari Depok, yakni di Jalan Nangka 1 no.1, Jagakarsa,

Tanjung Barat. Untuk mencapainya, praktikan hanya perlu memesan ojek online dengan harga yang

cukup murah (tentunya dengan berbagai promo yang ada saat ini). Selara keseluruhan, kantor ini terlihat

bersih dan nyaman dengan keseluruhan cat berwarna putih dan disetiap pintu diberikan angka besar

dalam kotak warna yang berbeda-beda, yang kemudian praktikan mengetahui fungsinya adalah untuk

membantu klien (terutama anak-anak) mengenali lingkungnya dengan baik ketika melihat pintu dengan

warna dan angka yang berbeda saat mereka berkunjung di Low Vision untuk melakukan assessment dan

pemberian bantuan.

Pertama melangkahkan kaki memasuki ruangan, praktikan merasa disambut sangat hangat oleh

pekerja, hal ini sebenarnya sangat kerasan ketika Ibu Luci berusaha memperkenalkan praktikan kepada

pekerja-pekerja yang ada. setiap pekerja yang diperkenalkan oleh bu Luci selalu berusaha menjawab

pertanyaan kami dengan ramah, hal ini membuat praktikan tidak merasa tertekan melainkan ingin terus

bertanya dan mendengarkan, adapun isi tentang apa-apa yang para pekerja jelaskan, akan praktikan

uraikan dalam paragraf-paragraf setelah ini.

“Seing Is Believing” merupakan program rehabilitasi Low Vision yang berdiri sejak tahun 2015

dibawah tanggung-jawab langsung oleh Yayasan Layanan Anak dan Keluarga (LAYAK) disponsori CBM

dan Standard Chartered. Program ini secara khusus menargetkan anak-anak sebagai fokus populasi target

layanan (meskipun tidak menutup kemungkinan terdapat orang dewasa yang perlu mendapatkan layanan

kesehatan mata low vision; tapi tetap, anak-anak adalah prioritas) hal ini dikarenakan bahwa anak-anak

dianggap memiliki kesempatan hidup yang jauh lebih panjang oleh karenanya perlu dipersiapkan

perkembanganya semaksimal mungkin untuk masa depan yang mereka miliki.

Low Vision merupakan suatu kondisi kehilangan sebagian penglihatan yang mana tidak dapat

dikoreksi melalui operasi, pengobatan ataupun kacamata. Orang dengan kondisi low vision ini memiliki

kemampuan yang terbatas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dan satu catatan penting adalah bahwa

low vision tidak sama dengan buta. Beberapa cara yang dapat diketahui untuk menilai apakah orang

tersebut mengalami low vision adalah dengan ditemukanya kondisi sebagai berikut (a) mata sering

2

berkedip, (b) juling, (c) anak kecil tidak respon terhadap wajah ibunya, (d) membaca/melihat dari jarak yang

sangat dekat, (e) tidak dapar membaca tulisan dipapan tulis (f) datang ke layanan low vision. Penyebab

terjadinya low vision biasanya terajdi karena adanya penyakit mata/gangguan kesehatan, cidera mata, dan

bawaan lahir.

Berdasarkan paparan tentang kondisi Low Vision diatas, LAYAK dalam memberikan pelayananya

terbagi dalam beberapa poin, yakni: (a) Tes fungsi penglihatan, (b) memberi saran menggunakan

penglihatan secara optimal (c) peresepan dan latihan menggunakan alat bantu penglihatan (optik dan non

optik) (d) mobilitas, bagaimana bergerak aman dilingkungan rumah, sekolah dsb, (e) bagaimana

melakukan aktivitas sehari-hari, (f) evaluasi fungsi penglihatan anak berkebutuhan khusus (g) follow up di

rumah dan di sekolah (h) konseling dan memberikan panduan untuk modifikasi lingkungan. Dengan

paparan ini, maka dapat dikategorikan secara runut dalam tahapan proses pemberian layanan sebagai

berikut:

Bagan 1 : Proses Pemberian Layanan LAYAK Low Vision

Dalam menerima klien, LAYAK mendapatkanya dengan tiga cara, yaitu melakukan kerjasama dan

menjalin jaringan kepada Rumah Sakit (sejauh ini banyak mendapatkan rujukan dari RSCM bagi anak

yang mengalami gangguan low vision); lalu melakukan sosialisasi dan edukasi ke Sekolah Luar Biasa

untuk menjaring klien serta menerima laporan dari klien yang berkunjung secara mandiri.

Setelah mendapatkan klien (yang target utamanya adalah anak-anak) LAYAK kemudian

melakukan tes bagi calon klien. tes ini dilakukan dalam 2 cara, yakni tes yang disebut clinical assessment merupakan tes ketajaman penglihatan bagi anak, dikatakan low vision jika anak memiliki ketajaman mata

3

kurang atau sama dengan 6/18 (6 meter 18 Matriks). Setelah anak mendapatkan tes ini, kemudian anak

akan melakukan functional assessment yang merupakan pengkajian fungsi penggunaan mata pada anak

dalam melakukan kegiatan keseharianya (makan, belajar dan lainya). Semua tes ini dilakukan dengan

menyertakan observasi dan wawancara baik pada anak (yang memiliki kemampuan komuniaksi baik)

atapun kepada orangtua.

Setelah melakukan ranngkaian tes diatas, anak sebagai klien akan mendapatkan proses

rehabilitasi dan penerimaan layanan meliputi: pelatihan cara penggunaan alat bantu penglihatan (baik optik

ataupun non-optik), pemberian alat optik dan non-optik, adapun peralatan optik meliputi kacamata, alat

pembesar dll, dan non optik meliputi buku bergaris, lampu dll, semua alat ini digunakan untuk membantu

anak dengan low-vision meningkatan fungsi penglihatan. LAYAK juga telah bekerja sama kepada RS

Cicendo (Bandung) untuk pelayanan operasi katarak bagi penderita katarak.

Kemudian, setelah pembrian layanan tersebut, LAYAK akan melakukan tindakan lanjutan dengan

berkunjung ke rumah dan sekolah untuk memberitauhukan orang tua dan guru agar memberikan perhatian

khusus bagi anak denga low vision (misalnya dengan mempersilakan anak untuk duduk lebih dekat

dengan papan tulis). Terminasi akan dilakukan ketika anak dianggap dapat mendiri baik dalam

memahamai penggunaan alat penglihatan maupun dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.

Sejak tahun 2015 hingga saat ini, LAYAK telah memberikan bantuan sebagai penerima manfaat

sebanyak 432 yang berasal dari rujukan dokter, sekolah luar biasa dan pengajuan mandiri. Populasi klien

ini merupakan anak-anak yang tinggal di Jabodetabek, rujukan dari rumah sakit Kalimantan, Tegal dan

Medan. Adapun mengenai biaya pemberian bantuan akan tergantng dengan kondisi ekonomi orang tua,

jika orang tua dianggap mampu, maka seluruh proses bantuan dikenakan biaya, jika keluarga diangap

kurang mampu maka layanan akan dberikan secara cuma-cuma (semua ini akan diidentifikasi melalui

penilaian pekerjaan dan pendapatan orang tua yang telah dibikin form).

LAYAK program Low Vision ini memiliki 8 pekerja yang terdiri dari 1 spesialis refleksionist yang

bertugas sebagai pemeriksa mata dan hal-hal berkaitan dengan clinical assessment di sini di perankan

oleh Ibu Lisna; 2 Pekerja Sosial yang bertugas dalam memberikan bimbingan dan konseling serta hal-hal

yang berkaitan dengan Functional Assesment diperankan oleh Ibu Luci dan Ibu Lia (sekaligus koordinator

program Low Vision ini) 4 bagian manajemen, 1 Administrasi yang bertugas dalam pencatatan dan

pengarsipan juga sekretaris lembaga, yakni ibu Tati, kemudai terdapat 1 driver.

Berdasarkan keterangan yang diberikan ibu Lia selaku kordinator program mengatakan bahwa

tugas dan tanggujawabnya adalah memastikan semua kegiatan dalam pelayanan Low Vision berjalan

4

dengan baik bekerja sama dengan seluruh pekerja yang ada. setiap bulanya, akan dibuatkan laporan dan

database klien termasuk evaluasi capaian dan hambatan yang dihadapi selama menjalankan pelayanan.

Catatan ini akan dilaporkan ke Sekretariat Yayasan LAYAK Pusat.

Adapun sebagai bentuk peningkatan kapasitas professional pekerja, setiap tahun akan diadakan

training juga disediakan konsultan untuk memberikan rekomendasi perbaikan pemberian layanan, contoh

perubahan akan adanya peningkatan ini adalah dengan adanya peleburan antara penilaian clinical dan

functional assessment sehingga lebih ringkas jelas dan padat. Tidak seperti sebelumnya yang

menggunakan form penilaian kedua assessment tersebut secara terpisah yang memerlukan banyak

lembar dan waktu; tidak hanya itu, terjadi juga variasi tes penglihatan yang lebih banyak, yang sebelumnya

masih sedikit.

5

Praktikum Hari ke-10 : Selasa, 11 April 2017

Dihari kedua ini, praktikan melalukan kegiatan secara umumnya adalah observasi dan membantu

berjalanya clinical dan functional assessment (tes) yang dilakukan yayasan kepada klien. semua klien yang

datang hari ini adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus diantar oleh orangtuanya. Dalam setiap

tesnya setiap anak memiliki dinamikanya sendiri, ada yang sangat lama bahkan Mba Lisna tidak mampu

untuk menilai ketajaman mata anak, sehingga akan dicoba langsung dengan mendatangi rumah anak

tersebut, ada juga yang anak yang cukup koopertif dengan cepat mau melakukan tes ketajaman mata

dengan menggunakan kacamata. Hari ini terdapat 4 anak yang melakukan proses assessment yang

secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut

1. Nabil, 10 Tahun

Nabil bersama ibunya datang ke kantor untuk melakukan tes pada pukul 09.40 WIB. Menurut

penuturanya ibunya (yang sempat praktikan ajak ngobrol ketika mba Lisna sednag mempersiapkan

sesi tes) Nabil mengalami masalah perkembangan pada intelektualitasnya. Sulit bagi siapaun untuk

dapat berkomunikasi dengan Nabil, saat diajak bicarapun dia hanya mengelurkan sedikit kata bahkan

tidak memberi respon. Namun baiknya, Nabil cukup aktif ketika diajak bermain.

Selama menjalani tes, Nabil cukup kooperatif dan menuruti semua yang diperintahkan mba Lisna,

seperti menggunakan kacamata, duduk serta instruksi untuk mencocokan gambar bentuk warna hitam

putih dengan jarak dan matriks yang berbeda-beda. Nabil hanya mampu mencocokan gambar yang

berajarak 30cm. selian itu Nabil juga di minta untuk mewarnai seekor anjing. Secara umum Nabil

mudah untuk diajak kerjasama meskipun sesekali Nabil kadangsulit menujukan konsentrasi.

2. Panji, 10 Tahun

Berbeda dengan Nabil, Panji selama menjalani proses tes penglihatan sangatsulit diiajak

menggunakan kacamata untuk dinilai ketajaman penglihatanya, terlihat Mba Lisna sangat kewalahan

(meskipun berbagai bujukan telah dilakukan oleh ibunya kala itu). Panji merupakan klien yang telah

datang untuk kedua kalinya, dan kedatangan kali ini dianggap perkembangan yang cukup besar

karena Panji sudah mulai bisa berjalan, meski masih belum terlalu lurus.

Panji anak yang sangat suka dengan doa dan azan, ketika azan berlangsung Panji segera

menyruh ibunya diam khusu’ mendengerkan azan. Panji datang ke yayasan ditemani oleh ibu dan

pamanya. Hingga 2 jam berlangsun, Panji masih saja menunjukan sikap penolakan untuk

menggunakan kacamata, hingga hari ini, Mba Lisna tidak dapat mengkaji ketajaman mata Panji. Untuk

6

itu, akan dillakukan tes ketajaman mata di rumah, yayasan memberikan satu kacamata tanpa lensa

untuk digunakan panji sebagai latihan dan pembiasaan. Dalam beberapa minggu kedepan, yayasan

akan melakukan tes ketajaman dan fungsional kepada Panji dirumah tempat tinggal Panji.

3. Cahya, 10 Tahun

Cahya datang bersama ibunya, anak ini berperawakan kurus agak tinggi pada anak diusianya.

Selama berjalanya tes, Cahya hanya melakukan keliling-keliling dan mempermainkan segala hal yang

dapat diliatnya seperti jendela, box mainan, pintu juag tindakan berbaring dari sofa hingga lantai. Tes

bagi Cahya hanya dilakukan wawancara ibunya oleh Mba Lia. Mungkin saja karena Cahya ini sudah

menggunakan kacamata atas pemeriksaan klinis sebelumnya. Secara umum, pratikan tidak secara

jelas melihat berjalanya wawancara; karena disaat yang bersamaa juga ada Vahleri yang sedang

melakukan tes klinis ketajaman mata. Tetapi praktikan melihat jelas bahwa Mba Lia sedang

memberikan saran untuk ibunya agar selalu mmebantu Cahya untuk kesehatan matanya juga

menjaga kebersihan lensa kacamata, untuk hal ini, Mba Lia juga mempraktikan bagaimana cara

membersihkan kacamata agar tidak tergores yang ditunjukan langsung kepada ibunya Cahya.

4. Vahleri, 2 Tahun

Vahleri anak yang manis dan snagat menggemaskan, diusinya yang baru menginjak 2 tahun dia

dapat mengajak main orang-orang sekitarnya, praktikan bahkan ditepuk sambil dia berkata “kaka…”

yang sangat membuat gemas. Vahleri memiliki keterbatasan penglihatan atas julingnya mata yang

dimiliki, syukurnya Vahleri telah beradaptasi dengan kacamata yang dimiliki, sehingga memudahkan

dia untuk melihat. Selama berjalanya tes penglihatan, Vahleri sangat sulit untuk mengikuti perintah

mba Lisna, mungkin saja karena masih sangat kecil untuk memahami perintah yang ada, sehingga

Vahleri hanya fokus melakukan hal-hal yang dia senangi sesuai keinginanya. Untuk itu, akan dilakukan

tes lagi dengan langsung melalukan kunjungan di rumahnya (sama seperti Panji diatas).

7

Praktikum Hari ke-11 : Rabu 12 April 2017

Hari ini merupakan praktikan melakukan kegiatan praktikum bersama Mba Lia dan Mba Luciana

untuk melakukan kunjungan rumah dan observasi di rumah klien. Rumah ini terletak di Jalan Lada Dalam

No.64 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Merupakan rumah yang ditinggali

Sophia bersama neneknya. Sophia sebelum mendapatkan penyakit yang sekarang dimiliki tinggal bersama

ayah-ibunya, namun sekarang, sejak Sophia didiagnosis mengalami masalah perkembangan oleh dokter

RSCM, dia tinggal dengan neneknya (begitupun ayahnya).

Sophia saat ini berumur sekitar 5 tahun, LAYAK mendapatkan Sophia atas rekomendasi yang

diberikan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sophia mengalami hari permasalahan gangguan

perkembangan yang saat ini aktif menjalankan terapi di RSCM. Hari ini merupakan kali ke2 (yang pertama

dua minggu lalu) dan selalu tidak mendapati Sophia dirumahnya. Tiap kali :LAYAK datang ke rumah

Sophia, dia selalu dikatakan sedang di RSCM untuk menjalani Terapi.

Rumah Nenek Sophia terlihat sangat sederhana dan kumuh, terbuat dari kayu dan nampak sedikit

ruang untuk bernafas, semua bagian depan rumah (teras) dipenuhi dengan jemuran dan handuk.

Sebenarnya tujuan LAYAK mengunjungi rumah Sophia hari ini adalah untuk melakukan functional assessment, tetapi dalam dua kunjugan ini, LAYAK selalu tidak mendapati Sophia. Ayah Sophia tidak

memiliki telepon genggam sehingga saat sulit menghubunginya untuk melakukan janji.

Oleh karena kondisi ini, LAYAK menitipkan kacamata yang harus diberikan Sophia (dengen lensa

yang telah mendapatkan ukuran hasil rekomendasi RSCM) kepada neneknya. LAYAK berharap nenek

dapat pula menyampaikan kepada ayah Sophia jika pulang nanti untuk datang secara langsung ke

LAYAK, seraya menyodorkan nomor telepon. Sophia dibebaskan dari pembayaran bantuan LAYAK

karena kondisi ekonomi keluarganya yang masih terbatas.

8

Gambar 1 : Wawancara kondisi Sophia bersama nenek Sophia Gambar 2 : Penandatanganan serah terima kacamata

KESIMPULAN

Secara umum, kegiatan praktikum yang dilakukan minggu ini cukup membuat praktikan

memahami lebih banyak tentang program yayasan LAYAK yang berfokus pada Low Vision. Tidak hanya

itu, praktikan juga merasa lebih dekat dan hangat dengan pekerja yang ada. pertemuan dengan klien anak-

anak di low vision cukup membuat pratktikan secara personal merasa empati dan ingin lebih jauh terlibat

dalam memberikan bantuan kepada mereka bersama yayasan LAYAK. Untuk rencana kegiata praktikum

minggu depan, praktikan akan melakukan wawancara kepada ibu Ribka menngenai beberapa poin penting

dan pertanyaan yang tercatat di catatan praktikum yang pernah didiskusikan bersma supervisor sekolah.

9