anditanaka23.files.wordpress.com · Web viewPERBANDINGAN HUKUM PASAR MODAL INDONESIA DAN...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of anditanaka23.files.wordpress.com · Web viewPERBANDINGAN HUKUM PASAR MODAL INDONESIA DAN...
PERBANDINGAN HUKUM PASAR MODAL INDONESIA DAN SINGAPURA
Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Hukum Pasar Modal
Pengajar:
M. Zairul Alam, SH, MH
Oleh:
NAMA NIM
Andi Tanaka NIM. 135010100111013
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2015
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal adalah salah satu satu sumber pembiayaan perusahaan jangka
panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber
pembiayaan saja, tetapi juga sebagai sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan
kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan.1 untuk itu maka
pengawasan dalam kegiatan pasar modal harus menjadi prioritas. Pengawasan di
bidang pasar modal telah diamanatkan oleh Undang-undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM) kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),
yang kemudian menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) pada awal tahun 2006.
Namun, pada tanggal 27 Oktober 2011 DPR RI mengesahkan Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya
disebut dengan UUOJK) yang mengambil alih fungsi pengawasan kegiatan di
pasar modal dari Bapepam-LK ke Otoritas Jasa Keuangan (disingkat OJK).2 OJK
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UUOJK adalah suatu lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
terhadap lembaga-lembaga Jasa Keuangan, yang mencakup: lembaga yang
melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Dengan
demikian, setelah berlakunya undang-undang ini maka kedudukan Bapepam-LK
yang memiliki fungsi dan tugas pengaturan serta wewenang pengawasan terhadap
kegiatan di bidang pasar modal berada pada masa transisi pengambilalihan oleh
OJK.
1 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana kerjasama dengan Kajian Pasar Modal & Keuangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2014, hlm. 27.2 Diana Wiyanti, dkk, Pemeriksaan Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal dalam Rangka Melaksanakan Fungsi Pengawasan Pasca Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora Vol. 4 No. 1 Tahun 2014, Unisba Bandung, 2014, hlm. 108
1
Lembaga pengawasan di bidang pasar modal tidak hanya terdapat di
Indonesia. Bahkan di beberapa negara lain di dunia menggunakan model yang
memisahkan badan pengawasan dalam bentuk lembaga independen tersebut
adalah United Kingdom atau Inggris yang memiliki The Financial Conduct
Authority (FCA), Singapura yang memiliki Monetery Authority of Singapore
(MAS), Amerika Serikat yang memiliki The Federal Reserve (The Fed), dan
Australia yang memiliki badan The Australia Prudential Regulatory Authority
(APRA)3.
Di Singapura, terdapat The Monetary Authority of Singapore (MAS)
sebagai lembaga pengawas keuangan independen yang mencakup dalam
pengawasan di sektor pasar modal. Dalam makalah ini akan membahas tentang
perbandingan lembaga pengawas yang mengawasi pasar modal yang berada di
Indonesia dan lembaga independen sebagai pengawas keuangan terutama di
bidang pasar modal, yaitu lembaga The Monetary Authority of Singapore (MAS)
di negara Singapura.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah terbentuknya lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan The
Monetary Authority of Singapore?
2. Apa sajakah jenis-jenis pelanggaran hukum sektor pasar modal di
Indonesia dan di Singapura?
3. Bagaimanakah penyelesaian hukum kasus pelanggaran di sektor pasar
modal di Indonesia dan Singapura?
BAB II
3 Rudy Hendra Pakpahan, 2012, Akibat Hukum DIbentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan di Indonesia, hlm. 3-4
2
PEMBAHASAN
2.1 Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan The Monetary
Authority of Singapore (MAS)
Terbentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilahirkan melalui
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sebelum
terbentunya OJK, pengawasan lembaga keuangan (bank, pasar modal dan
asuransi) dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda yaitu Bank Indonesia (BI) dan
Kementerian Keuangan melalui Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun
pada prakteknya BI dan Bapepam dalam melakukan pengawasan tersebut belum
optimal. Hal ini dikarenakan kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia begitu
banyak sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia,4 dimana Bank Indonesia memiliki kewenangan
membuat peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Selanjutnya, Bank Indonesia dalam kewenangannya di
bidang perizinan selain memberikan dan mencabut izin usaha suatu bank, juga
dapat memberikan izin pembukuan, penutupan dan pemindahan kantor,
memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan suatu bank, serta
memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha
tertentu.
Kemudian, Bapepam5 dalam melakukan pengawasan pasar modal dan
asuransi bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar
modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang lembaga keuangan. Bapepam juga menetapkan prinsip-prinsip keterbukaan
4 Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. 5 Lihat dalam Pasal 3-5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
3
perusahaan bagi emiten6 dan perusahaan publik, perumusan standar, norma,
pedoman kriteria dan prosedur di bidang lembaga keuangan, dan bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan.7
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
sebagai dasar hukum pembentukan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan pada
dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari
lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa
keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan,
cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria
lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta
ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang
menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral
tersendiri, yaitu Undang-undang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian,
Dana Pensiun, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor
jasa keuangan lainnya.
Adapun hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yaitu8:
1. Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan
fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam
perekonomian nasional merupakan salah satu komponen penting dalam
sistem perekonomian nasional.
2. Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya
kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah
menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling
terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun
kelembagaan.
6 Emiten adalah Pihak yang melakukan penawaran umum, Lihat dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.7 Andika Hendra Mustaqim, Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Solusi Sistem Ekonomi Nasional, Jurnal Perspektif, Vol. VIII No. 1 Maret 2010, hlm. 70.8 http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/05/03/sedikit-menilik-otoritas-jasa-keuangan-menurut-uu-no-21-tentang-otoritas-jasa-keuangan/, diakses tanggal 6 Januari 2016.
4
3. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di
berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah
kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam
sistem keuangan
4. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang
meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan
konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan.
Sedangkan, MAS memiliki tugas dalam menetapkan perizinan dan
pengawasan bank, lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi, serta perdagangan
valas.9 MAS didirikan pada tahun 1971 untuk mengawasi fungsi-fungsi keuangan
terkait dengan perbankan dan keuangan. Sebelum pembentukan, fungsi keuangan
dilakukan oleh lembaga dan departemen pemerintah.
Dalam menjalankan perannya sebagai otoritas moneter, MAS menjalankan
fungsi sebagai berikut:10
1. Bertindak sebagai Bank Sentral Singapura termasuk mengeluarkan
kebijakan moneter, mencetak mata uang, mengawasi system
pembayaran dan sebagai banker pemerintah;
2. Melakukan supervisi terhadap jasa keuangan dan kestabilan
keuangan;
3. Mengatur cadangan mata uang asing di singapura;
4. Mengembangkan singapura sebagai pusat keuangan internasional.
Sebagai negara berkembang Singapura, klaim dari perbankan semakin
kompleks dan lingkungan keuangan mengharuskan perampingan fungsi untuk
memudahkan pengembangan kebijakan yang lebih dinamis dan koheren tentang
hal-hal keuangan. Oleh karena itu pada tahun 1970, parlemen Singapura melewati
hukum Otoritas Moneter Singapura yang mengarah pada pembentukan MAS pada
1 Januari 1971. Pada April 1977, Pemerintah memutuskan untuk membawa
keseimbangan industri asuransi di bawah sayap MAS dan pada September 1984
fungsi regulasi bawah Securities Industry Act (1973) juga dipindahkan ke MAS.
9 http://www.mas.gov.sg/About-MAS.aspx diakses pada tanggal 6 Januari 2016. 10 Pasal 4 ayat (1) Monetary Authority of Singapore Act Chapter 186.
5
2.1 Jenis Pelanggaran Hukum Sektor Pasar Modal di Indonesia dan
Singapura
Dalam peraturan perundangan di Indonesia, telah diatur secara rinci
tentang perbuatan yang dianggap sebagai pelanggaran hukum di sektor pasar
modal. Pengaturan ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal. Dalam Undang-undang tentang OJK juga telah
dicantumkan tentang wewenang OJK dalam melakukan fungsi pengawasan dan
pengaturan.
Jenis-jenis perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan melanggar hukum
di bidang pasar modal sesuai dengan undang-undang tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Penipuan (pasal 90)
Pengaturan berkaitan dengan penipuan dapat dilihat pada Pasal 90 huruf c
UUPM. Dalam Pasal 378 KUHP disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan
untuk menguntungkan diri sendiri dan atau orang lain dengan cara Melawan
hukum; Memakai nama palsu atau martabat palsu; Tipu muslihat; Rangkaian
kebohongan; Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya
atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang. Penipuan sebagaimana
yang dimaksud oleh Pasal 90 sebenarnya dapat dianggap sama seperti penipuan
dalam tindak pidana umum, karena kejahatan mengenai efek ini telah diatur dalam
ketentuan-ketentuan KUHP (Ps. 378,380,391, dan 392). Akan tetapi karena
penipuan di pasar modal lebih mempunyai potensi untuk menimbulkan kekacauan
ekonomi secara luas dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadapa
perekonomian suatu negara maka UUPM memperlakukannya secara khusus
antara lain dengan ancaman hukum yang lebih tinggi terhadap jenis kejahatan ini.
Penipuan di pasar modal ini, sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan
UUPM, dapat meliputi penipuan yaag dilakukan melalui kegiatan perdagangan
efek di bursa, yakni meliputi efek yang tercatat di bursa maupun efek yang
diperdagangkan di luar bursa. Ketentuan terakhir ini tentunya dimaksudkan untuk
mengantisipasi perkembangan di masa depan di mana ada kemungkinan ada juga
efek yang diperdagangkan di luar bursa.
6
2. Gambaran Semu (pasal 91)
Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.
3. Manipulasi Pasar (pasal 92)
Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek.
Manipulasi pasar adalah The illegal buying or selling of security to create
the false impression that active trading exist in an effort to convince other people
to buy more share or sell the ones they own. Manipulation is done to influence
prices so the person doing manipulating can achieve a more advantage market11.
Dalam UUPM manipulasi pasar diatur dalam Ps. 91 UUPM12, yang mana
kegiatan ini dapat dilakukan oleh anggota bursa dengan cara melakukan transaksi
efek tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan pemilikan atas efek tersebut
(wash sales) atau melakukan penawaran (jual atau beli) efek pada harga tertentu,
dimana pembeli atau penjual ini juga telah bersekongkol dengan lawan (jual atau
belinya) tersebut untuk melakukan penawaran jual atau penawaran beli pada harga
yang kurang lebih sama. Tindakan memanipulasi harga dan manipulasi pasar
merupakan suatu tindakan yang dilarang13 karena, masyarakat pemodal sangat
memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan keadaan pasar, atau harga
efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran
beli efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam efek dan
bukan merupakan sesuatau yang dibuat-buat sehingga pasar dan harga yang
tercermin bukan merupakan keadan yang sebenarnya. Untuk itu, tindakan yang
11 M. Irsan Nasarudin, dkk. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 26312 Pasal 91 UUPM menyebutkan bahwa: ““setiap pihak yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau meyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek”.13 Lihat ketentuan Pasal 91 dan penjelasannya.
7
dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan
pasar atau harga efek dilarang dilakukan14.
Selanjutnya Ps. 92 UUPM15 juga melarang adanya manipulasi harga (price
manipulation) dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual
atau menahan efek. Tindakan memanipulasi harga ini biasanya dilakukan dengan
persetujuan bersama (persekongkolan) oleh beberapa anggota bursa (pialang
efek). Anggota bursa ini akan membeli pada harga yang lebih rendah dan
kemudian menjualnya pada harga yang lebih tinggi. Permintaan beli dan
penawaran jual yang terjadi tidaklah merupakan cerminan dari kekuatan pasar
yang sebenarnya pada saat itu. Hal mana terdapat pengecualian untuk hal tersebut,
yakni stabiilisasi. Untuk ini Ketua Bapepam dalam Keputusannya No.
Kep-88/PM/1996 tentang stabilitas harga menyatakan bahwa penjamin emisi efek
atau perantara pedagang efek yang berperan dalam penawatan umum,
diperkenankan selama masa penawaran umum untuk membeli atau menjual efek
dengan tujuan mempertahankan harga pasar efek yang bersangkutan pada bursa.
Stabilisasi ini dilakukan pada hari-hari pertama suatu efek pertama kali
diperdagangkan di bursa (setelah saham hasil penawaran umum tercatat di bursa) 16.
4. Informasi Menyesatkan (pasal 93)
Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan
atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek
apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan :
(a) Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara
material tidak benar atau menyesatkan atau
14 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998, Hlm. 15. 15 Pasal 92: “Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau menahan efek. “16 Ibid, hlm. 16.
8
(b) Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran material dari pernyataan atau
keterangan tersebut.
5. Perdagangan Orang Dalam (pasal 95-99)
Dari beberapa kejahatan yang dilakukan di bursa perdagangan oleh orang
dalam (insider trading) adalah yang paling terkenal. Hal ini mungkin karena
orang yang mengetahui informasi orang dalam dalam mempergunakannya dalam
perdagangan sering dianggap “jenius” dalam perdagangan (karena setiap transaksi
yang dilakukannya) membawa keuntungan besar). Perdagangan orang dalam juga
yang membedakan kejahatan yang dilakukan di bursa dan kejahatan (tindak
pidana) umum lainnya, karena kalau tindak pidana umum lainnya maka
perdagangan orang dalam hanyalah ada dan merupakan ciri khas pasar modal.
Larangan perdagangan oleh orang dalam sebagaimana dikatakan di atas,
pada dasarnya adalah agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai
kepada semua orang (pemodal) secara merata terlebih dahulu sehingga tidak ada
satu pihak pun yang diuntungkan, baik karena hubungan yang bersangkutan
dengan perusahaan maupun karena yang bersangkutan memperoleh secara
melawan hukum, dengen mengingat bahwa informasi di bursa merupakan
komoditi penting yang membuat orang memutuskan melakukan atau tidak
melakukan investasi. Sehingga itu orang-orang yang dianggap mempunyai
hubungan khusus dengan perusahaan (emiten) dilarang untuk melakukan transaksi
dengan mempergunakan informasi orang dalam. Dengan demikian tidak
seorangpun akan diuntungkan terutama apabila yang bersangkutan mempunyai
akses terhadap17 manajemen perusahaan.
Larangan pedagangan oleh orang dalam ini mulai diintrodusir dengan
diberlakukannya Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990
tentang Pasar Modal sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 284/KMK.010/1995, yang kemudian diperkuat dengan diberlakukannya
UUPM. Ketentuan mengenai perdagangan irang dalam ini ditentukan dalam Pasal
95-99 UUPM. Dengan ketentuan 95 b maka pihak tertentu di luar perusahaan
17 Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998, hlm 57.
9
publik atau emiten, misalnya rekanan dari perusahaan publik atau emitenpun
dikenakan larangan ini. Ketentuan ini memperluas ketentuan mengenai orang
dalam sehingga menetapkan juga orang yang sama sekali tidak pernah
mempunyai ikatan kepegawaian.18
Ketentuan selanjutnya dari UUPM ini (Pasal 96-98) memperluas
jangkauan dari Pasal 95 baik terhadap orang dalam yang
mendorong/mempengaruhi orang lain atau memberikan informasi orang dalam
kepada pihak lain (Ps. 96), atau “orang luar” yang berusaha untuk memperoleh
informasi orang dalam tersebut secara melawan hukum (Ps. 97) serta juga
terhadap perusahaa efek/anggota bursa (Ps. 98).
Ketentuan tentang manipulasi harga dan “insider trading” kelihatannya
juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya transaksi oleh perusahaan publik
terhadap efek sendiri19. Sebagaimana dinyatakan “Insider Trading “ merupakan
masalah yang berhubungan dengan kegiatan transaksi efek, maka tindak pidana
ini dilakukan dalam rangkan perdagangan efek dan dimulali ketika seseorang
mengetahui adanya informasi yang secara material penting dan mempengaruhi
harga efek. Dalam kenyataan sehari-hari praktek perdagangan orang dalam ini
dilakukan mulai dengan cara sederhana sampai pada cara yang sangat canggih,
dan informasi yang didapat melalui orang dalam ini umumnya juga dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana.
Hal yang sangat menarik mengenai “perdagangan orang dalam20” dalam
hukum kita adalah tidak dicantumkannya unsur “mendapatkan/meperoleh 18 Lihat Penjelasan pasal 95 huruf b UU 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sebagai contoh perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam rangka memperoleh informasi lihat penjelasa pasal 7 ayat (1) UU 8 tahun 1995. 19 Hamud M. Balfas, Op.,CIt, hal 58 20 Penjelasan pasal 95 UUPM, Yang dimaksud dengan “orang dalam” dalam Pasal ini adalah :
a. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;b. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;c. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau
d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c di atas.
Yang dimaksud dengan “kedudukan” dalam penjelasan huruf c ini adalah jabatan pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah. Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam penjelasan huruf c ini adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur. Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam” dalam penjelasan huruf c adalah
10
keuntungan” dari transaksi dengan mempergunakan informasi orang dalam.
Dengan demikian UUPM memang melarang sama sekali adanya unsur “informasi
orang dalam” ini dalam perdagangan efek di bursa kita tanpa melihat apakah
adanya informasi tersebut memberikan keuntungan atau tidak kepada si pengguna
informasi tersebut. Larangan perdagangan oleh orang dalam ini begitu pentingnya
bahkan punya pesan khusus kepada orang dalam dengan menyatakan bahwa
“orang dalam mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam menyebarkan
informasi agar informasi tidak disalahgunakan oleh pihak yang menerima
informasi tersebut untuk21 melakukan pembelian atau penjualan atas efek.
Menemukan adanya “insider trading” tidak mudah karena biasanya dengan modus
canggih dan kompleks22, namun indikasi awal dapat dilakukan dengan cara
memantau perkembangan transaksi di Bursa. Bilamana ditemukan kecenderungan
transaksi yang mencolok, seperti kenaikan atau penurunann harga yang luar biasa,
volume dan frekuensi perdagangan yang “istimewa” (karena sebelumnya saham
tersebut tidak aktif), termasuk aktivitas transaksi Anggota Bursa yang luar biasa,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian pertama yang dilakukan
adalah dengan melakukan pengecekan terhadap semua informasi resmi yang telah
dipublikasikan, kemudian emiten juga dihubungi untuk memberikan konfirmasi
apakah yang bersangkutan telah memberikan informasi tertentu melalui media
massa atau memang ada keadaan/ kejadian yang telah terjadi atau akan dilakukan
tetapi masih dirahasiakan23.
Sedangkan di Singapura, bentuk dan jenis tindak pidana pasar modal di
Singapura mencakup :Perdagangan palsu dan transaksi pasar yang curang,
pemalsuan pasar obligasi, pernyataan yang salah atau palsu, kegiatan manipulasi
dan penipuan, menyebarkan Informasi mengenai transaksi illegal, perdagangan
palsu, bucketing, pemalsuan harga kontrak dan pemonopolian,dan sebagainya.
Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk umum. Sebagai contoh penjelasan huruf d adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai sebagai orang dalam sampai dengna tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan. 21 Hamud M. Balfas, Op.,Cit, hlm. 6022 M. Irsan Nasarudin, dkk. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 27023 Ibid, hal 60
11
Sedangkan dalam peraturan perundangan di Singapura, secara normatif
yang termasuk sebagai perbuatan melanggar hukum dibidang pasar modal
tercantum dalam commercial law chapter 17 yang mengatur tentang Corporate
Finance And Securities Regulation.24 Pengaturan ini terdapat 8 section, yaitu:
Background, Regulatory Authorities, Corporate Fundrising, Securities Regulation,
Fraud, market manipulation and insider trading, Civil and Criminal Liability, and
Regulation Take-over Activity.
Berikut yang merupakan kejahatan pasar modal di Singapura adalah:
1. Perdagangan palsu dan transaksi pasar yang curang;
2. Pemalsuan pasar obligasi;
3. Pernyataan yang salah atau palsu;
4. Kegiatan manipulasi dan penipuan;
5. Menyebarkan Informasi mengenai transaksi illegal;
6. Perdagangan palsu;
7. bucketing;
8. Pemalsuan harga kontrak dan pemonopolian.
2.3 Penyelesaian Hukum Kasus Pelanggaran di Sektor Pasar Modal di
Indonesia dan Singapura
Di Indonesia, dalam penyelesaian pelanggaran yang terjadi di bidang pasar
modal, OJK menerapkan peraturan yang telah tercantum dalam UU Pasar Modal
yaitu dengan memberikan sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi
administratif diatur dalam pasal 102 UU Pasar Modal jo. Pasal 61 PP 45 Tahun
1995 yaitu mencakup:
1. Peringatan tertulis;
2. Denda, yaitu kewajiban untuk membayarkan sesuatu;
3. Pembatasan kegiatan usaha;
4. Pembekuan kegiatan usaha;
5. Pencabutan izin usaha;
6. Pembatalan persetujuan; dan
24 http://www.singaporelaw.sg/sglaw/laws-of-singapore/commercial-law/chapter-17 diakses pada tanggal 8 Januari 2016.
12
7. Pembatalan pendaftaran.
Sedangkan sanksi pidana diatur dalam masing-masing pasal yaitu
mencakup:
1. Pasal 103 ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
paling banyak Rp 5 Milyar
2. Pasal 104 dan pasal 106 ayat (1) dipidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp 15 Milyar
3. Pasal 106 ayat (2) dan pasal 107 ipidana penjara paling lama 3 tahun
dan denda paling banyak Rp 5 Milyar
MAS sendiri berdasarkan wewenang yang diberikan kewenangan untuk
memberikan sanksi yang berupa:
1. Warning notice (surat peringatan),
2. Fines (denda), dan
3. Enforcement in the civil and criminal courts (penegakan hukum
perdata dan pidana).
13
BAB III
PENUTUP
31. Kesimpulan
1. Terbentuknya lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilahirkan melalui
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sebelum
terbentunya OJK, pengawasan lembaga keuangan (bank, pasar modal dan
asuransi) dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda yaitu Bank Indonesia (BI) dan
Kementerian Keuangan melalui Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
Sedangkan MAS didirikan pada tahun 1971 untuk mengawasi fungsi-fungsi
keuangan terkait dengan perbankan dan keuangan. Sebelum pembentukan, fungsi
keuangan dilakukan oleh lembaga dan departemen pemerintah..
2. Jenis-jenis pelanggaran hukum sektor pasar modal di Indonesia adalah berupa
penipuan, gambaran semu, manipulasi pasar, informasi menyesatkan,
perdagangan orang dalam. Sedangkan di Soingapura berupa Perdagangan palsu
dan transaksi pasar yang curang; pemalsuan pasar obligasi; pernyataan yang salah
atau palsu, kegiatan manipulasi dan penipuan, menyebarkan Informasi mengenai
transaksi illegal, perdagangan palsu, bucketing, dan pemalsuan harga kontrak dan
pemonopolian.
3. Di Indonesia, dalam penyelesaian pelanggaran yang terjadi di bidang
pasar modal, OJK menerapkan peraturan yang telah tercantum dalam UU Pasar
Modal yaitu dengan memberikan sanksi administratif dan sanksi pidana. MAS
sendiri berdasarkan wewenang yang diberikan kewenangan untuk memberikan
sanksi yang berupa: Warning notice (surat peringatan), Fines (denda), dan
Enforcement in the civil and criminal courts (penegakan hukum perdata dan
pidana).
14
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dan Buku
Andika Hendra Mustaqim, Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Solusi Sistem
Ekonomi Nasional, Jurnal Perspektif, Vol. VIII No. 1 Maret 2010
Diana Wiyanti, dkk, Pemeriksaan Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal
dalam Rangka Melaksanakan Fungsi Pengawasan Pasca Lahirnya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM:
Sosial, Ekonomi, dan Humaniora Vol. 4 No. 1 Tahun 2014, Unisba
Bandung, 2014.
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan
di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998.
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan
di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Kencana kerjasama dengan Kajian Pasar Modal & Keuangan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2014.
M. Irsan Nasarudin, dkk. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Prenada
Media, Jakarta, 2004.
Rudy Hendra Pakpahan, 2012, Akibat Hukum DIbentuknya Lembaga Otoritas
Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan di
Indonesia
Internet
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/05/03/sedikit-menilik-otoritas-
jasa-keuangan-menurut-uu-no-21-tentang-otoritas-jasa-keuangan/, diakses
tanggal 6 Januari 2016.
http://www.mas.gov.sg/About-MAS.aspx diakses pada tanggal 6 Januari 2016.
15
http://www.singaporelaw.sg/sglaw/laws-of-singapore/commercial-law/chapter-17
diakses pada tanggal 8 Januari 2016.
Peraturan Perundangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.
16