makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH...

112
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Jeneponto memerlukan perencanaan pembangunan jangka menengah sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, mengamanatkan suatu rencana

Transcript of makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH...

Page 1: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

NOMOR 02 TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHKABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2008-2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI JENEPONTO,

Menimbang : a. bahwa Kabupaten Jeneponto memerlukan perencanaan pembangunan

jangka menengah sebagai arah dan prioritas pembangunan secara

menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,

mengamanatkan suatu rencana pembangunan jangka menengah daerah

yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun

2008-2013.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1822);

Page 2: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4700);

2

Page 3: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi

dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4815);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Jeneponto Tahun 2006 – 2026 (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto

Tahun 2006 Nomor 150);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 1 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan

Daerah Kabupaten Jeneponto (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto

Tahun 2008 Nomor 187);

3

Page 4: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

dan

BUPATI JENEPONTO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2008-2013

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksudkan dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Jeneponto.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Jeneponto dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Perangkat Daerah adalah Organisasi/Lembaga pada Pemerintah Daerah yang

bertanggung-jawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam penyelenggaraan

Pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Tekhnis

Daerah, Kecamatan dan Desa/Kelurahan sesuai dengan kebutuhan Daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,

melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

6. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,

lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun

peningkatan indeks pembangunan manusia.

7. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan

kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna

pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang ada dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

4

Page 5: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2006-2026 yang selanjutnya

disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Jeneponto

untuk periode 20 (duapuluh) tahun terhitung sejak tahun 2006 sampai dengan tahun

2026.

9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang selanjutnya disingkat RPJM

Nasional adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung

mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJM

Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Jeneponto untuk

periode Tahun 2008-2013, yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan program

Bupati dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM Nasional.

11. Visi Daerah adalah rumusan umum tentang arah yang akan dituju melalui upaya yang

akan dilaksanakan pada akhir periode perencanaan pada tahun 2013.

12. Misi Daerah adalah rumusan kebijakan umum sebagai upaya yang akan dilaksanakan

untuk mendukung terwujudnya visi daerah.

13. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat Musrenbang

adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun perencanaan pembangunan daerah.

14. Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten yang bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di daerah.

15. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah SKPD lingkup

Pemerintah Kabupaten Jeneponto.

BAB II

PRINSIP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Pasal 2

(1) Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional.

(2) Perencanaan Pembangunan Daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku

kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.

(3) Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana

pembangunan daerah.

(4) Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang

dimiliki masing-masing daerah sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.

5

Page 6: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Pasal 3

Perencanaan pembangunan Daerah dirumuskan secara transparan responsif, efisien, efektif,

akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

BAB III

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 4

(1) Penyusunan RPJM Daerah, dimaksudkan :

a. menyediakan kebijakan dan program pembangunan dalam skala prioritas yang lebih

tajam dan merupakan indikator perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

pembangunan;

b. tersedianya rumusan program pembangunan yang akan dilaksanakan di Kabupaten

Jeneponto;

c. pedoman bagi SKPD dalam penyusunan Renstra SKPD;

d. mewujudkan komitmen bersama antara eksekutif, legislatif, swasta dan masyarakat

terhadap program-program pembangunan daerah yang akan dibiayai oleh APBD

Kabupaten Jeneponto;

e. Menjadi bahan dalam penyusunan RKPD.

(2) RPJM Daerah disusun dengan tujuan untuk merumuskan kebijakan dan program

pembangunan yang mengakomodir berbagai kepentingan dan aspirasi segenap lapisan

masyarakat, terutama untuk lebih memantapkan pencapaian visi Kabupaten Jeneponto.

BAB IV

RPJM DAERAH

Pasal 5

(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 memuat visi,

misi, strategi dan arah pembangunan serta program prioritas daerah berpedoman pada

RPJP Daerah, serta memperhatikan RPJPM Nasional.

(2) Sistematika RPJM Daerah Tahun 2008-2013 sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah

BAB III : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Nilai Dasar

BAB IV : Strategi dan Arah Kebijakan

6

Page 7: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB V : Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah

BAB VI : Arah Kebijakan Keuangan Daerah

BAB VII : Penutup

(3) Rincian dari rencana pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah

ini.

BAB V

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN

RPJM DAERAH

Pasal 6

(1) Bappeda menyusun rancangan awal RPJM Daerah dengan meminta masukan dari

SKPD dan pemangku kepentingan.

(2) Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan

penyepakatan rancangan awal RPJM Daerah .

(3) Rancangan akhir RPJM Daerah dirumuskan berdasarkan hasil Musrenbang.

(4) Rancangan akhir RPJM Daerah dirumuskan paling lama 1 (satu) tahun sebelum

berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang sedang berjalan.

Pasal 7

(1) Dalam proses penetapan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah, DPRD melakukan

konsultasi dengan masyarakat, Departemen Dalam Negeri maupun pihak-pihak yang

berkepentingan.

(2) Bupati menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah paling lama 1 (satu) bulan

setelah ditetapkan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.

(3) Bupati menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah kepada masyarakat.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto

Nomor 4 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

7

Page 8: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Kabupaten Jeneponto Tahun 2006-2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2006

Nomor 151) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto.

Ditetapkan di : JenepontoPada tanggal : 28 Juli 2009

BUPATI JENEPONTO,

ttd

H. RADJAMILO

Diundangkan di : Jeneponto Pada tanggal : 29 Juli 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JENEPONTO,

ttd

H. IKSAN ISKANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2009 NOMOR 195

8

Page 9: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan 11.1. Latar Belakang 11.2. Maksud dan Tujuan 31.3. Landasan Hukum 31.4. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Lainnya 61.5. Pendekatan dan Sistematika Penulisan 8

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 102.1. Kondisi Geomorfologis 102.2. Perekonomian Daerah 122.3. Infrastruktur dan Prasarana Wilayah 172.4. Potensi Sumber Daya Sektoral 212.5. Sosial Budaya Daerah 242.6. Politik, Hukum dan Kamtibmas 302.7. Pemerintahan Umum 312.6. Isu-Isu Strategis Daerah 32

Bab III Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Nilai Dasar 363.1. Visi 363.2. Misi 373.3. Tujuan dan Sasaran 373.4. Nilai Dasar 38

Bab IV Strategi dan Arah Kebijakan 40

Bab V Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah 445.1. Kebijakan Pembangunan Daerah 445.2. Program Pembangunan Daerah 455.3. Kerangka Kerja Pendanaan 55

Bab VI Arah Kebijakan Keuangan Daerah 566.1. Asumsi-Asumsi Keuangan Daerah 566.2. Arah Pengelolaan Keuangan Daerah 616.3. Kebijakan Umum Anggaran 64

Bab VII Penutup 677.1. Program Transisi 677.2. Kaidah Pelaksanaan 67

Lampiran - Lampiran

9

Page 10: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IP E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karena itu, pembangunan daerah harus dirancang sedemikian rupa untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan nasional serta diarahkan untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan dan mendistribusikannya secara adil dan merata, dengan tetap memperhatikan secara berkelanjutan potensi, sumberdaya, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan pembangunan di daerah.

Salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah perlunya mengoptimalkan koordinasi dan keterpaduan perencanaan pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah, antar sektor, sektor dan daerah, antar provinsi, antara provinsi dan kabupaten/kota, serta antar kabupaten/kota. Dalam kaitan itu, pemerintah daerah perlu mendesain perencanaan pembangunan daerahnya secara komprehensif dengan mengintegrasikan kepentingan nasional, wilayah, daerah dan sektor pembangunan.

Seiring dengan hal tersebut diatas, implementasi dari desentralisasi dan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membutuhkan sejumlah regulasi dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya negara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Sebagai daerah otonom, pemerintah daerah memiliki kewenangan dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam upaya mengelola sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya daerah, mutlak dibutuhkan suatu perencanaan pembangunan yang terpadu, terukur dan berkesinambungan. Oleh karena itu salah satu perangkat regulasi yang harus disusun oleh daerah untuk mewujudkan hal tersebut diatas adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Secara konseptual, penyusunan RPJMD mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Di dalam berbagai peraturan perundangan tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa RPJMD memuat visi dan misi pembangunan daerah, arah kebijakan keuangan daerah, strategi, kebijakan umum, dan program-program pembangunan daerah untuk jangka waktu lima tahun ke depan.

10

Page 11: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Secara substansial, RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 merupakan penjabaran Visi, Misi, dan Program Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto Periode 2008-2013, yang dalam penyusunannya mempertimbangkan keintegrasian, keselarasan, dan sinergitas dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya, seperti RPJPD Kabupaten Jeneponto tahun 2006-2026, RPJM Nasional Tahun 2004-2009, dan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2013.

RPJMD tidak hanya berorientasi pada program pembangunan sektoral yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah tetapi juga berorientasi pada program-program kemasyarakatan dan kewilayahan yang akan dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan dalam proses pembangunan di Kabupaten Jeneponto. RPJMD ini menjadi pedoman utama mencapai masyarakat Jeneponto yang sejahtera dan bermartabat sehingga mampu sejajar dengan daerah-daerah maju lainnya. Masyarakat yang sejahtera dan bermartabat merupakan trend kemajuan pembangunan yang senantiasa harus dijaga agar tetap konsisten pada jalur program pembangunan masyarakat dan daerah Jeneponto yang dalam berbagai indikator pembangunan masih relatif berada di bawah daerah lainnya di Propinsi Sulawesi Selatan. RPJMD ini juga merupakan perwujudan komitmen pemerintah, swasta, dan masyarakat di Kabupaten Jeneponto dalam upaya pembangunan yang akan dilaksanakan secara bersama dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa Bupati/Wakil Bupati yang dipilih melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, berkewajiban menyusun RPJMD, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah dilantik yang merupakan penjabaran Visi, Misi, dan Program Bupati/Wakil Bupati terpilih selama 5 (lima) tahun, ditempuh melalui strategi pokok yang dijabarkan dalam agenda pembangunan daerah yang memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan, dan program-program pembangunan daerah.

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 merupakan RPJMD periode kedua dari RPJPD Kabupaten Jeneponto Tahun 2006-2026. Dengan demikian, RPJMD ini merupakan kesinambungan dari RPJMD sebelumnya, sehingga program-program yang belum tertuntaskan akan dilanjutkan pada periode pembangunan lima tahunan ke depan. Sebagai sebuah proses pembangunan yang berkelanjutan, RPJMD 2008-2013 masih diarahkan pada upaya memperbaiki posisi relatif Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatkan mobilitas penduduk serta barang dan jasa, meningkatkan produktivitas komoditas unggulan, memperbaiki kinerja usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, memperkuat kelembagaan pemerintah, mengurangi tingkat pengangguran, dan memperbaiki kualitas hidup penduduk miskin.1.2. Maksud dan Tujuan

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan daerah dalam menyusun kerangka perencanaan dan implementasi pembangunan

11

Page 12: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

berdasarkan Visi dan Misi serta sebagai tolok ukur pertanggung-jawaban Bupati/Wakil Bupati pada akhir masa jabatannya dengan memanfaatkan dan mengelola sumberdaya (resources) secara lebih terarah dan berkelanjutan (suistanable) sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat.

Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013, adalah:

a. Menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Selanjutnya RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Jeneponto setiap tahun.

b. Menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) di Kabupaten Jeneponto setiap tahun.

c. Memberikan informasi secara menyeluruh kepada segenap pelaku pembangunan mengenai program-program strategis yang akan dikembangkan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu lima tahun kedepan.

1.3. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1822);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

12

Page 13: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4815);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

13

Page 14: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 11);

17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 02 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2006 Nomor 150);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 03 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Jeneponto Tahun 2006–2026 (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2006 Nomor 151);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jeneponto (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 Nomor 188);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jeneponto (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 Nomor 189);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Jeneponto (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 Nomor 190);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Jeneponto (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 Nomor 191).

1.4. Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Perencanaan pembangunan daerah merupakan sistem yang memerlukan keterpaduan dan sinkronisasi segala instrumen dan sumber daya termasuk regulasi dan dokumen perencanaan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah. Oleh karena itu untuk menjamin sinkronisasi dan keterpaduan dokumen perencanaan, maka harus mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 yang mengamanatkan bahwa RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Jeneponto yang merupakan penjabaran visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati Jeneponto yang terpilih melalui proses politik yang selanjutnya

14

Page 15: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

diikuti dengan proses teknokratis dan proses partisipatif yang melahirkan dokumen perencanaan RPJMD Kabupaten Jeneponto.

RPJMD merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan dijabarkan secara operasional dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Renstra SKPD disusun guna menjabarkan tugas pokok dan fungsi SKPD untuk berkontribusi pada pencapaian visi-misi Bupati dan Wakil Bupati selama periode lima tahun ke depan. RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD yang diserasikan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang) dan memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

15

Page 16: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

1.5. Pendekatan dan Sistematika Penulisan1.5. Pendekatan dan Sistimatika Penulisan

Penyusunan RPJMD Kabupaten Jeneponto 2008-2013 sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

16

Gambar 1 : Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah

RPJM Nasional

Page 17: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Pembangunan Nasional, disusun dengan 4 (empat) pendekatan yaitu: (1) Pendekatan Politik, yaitu bahwa terpilihnya Bupati/Wakil Bupati melalui melalui proses politik berupa pemilihan kepala daerah secara langsung, karena berhasil menawarkan visi-misi dan program pembangunan daerah yang dipersepsi oleh masyarakat pemilih mampu membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik dalam lima tahun ke depan; (2) Pendekatan Teknokratis, yaitu bahwa proses penyusunannya melibatkan tenaga perencana pembangunan daerah Kabupaten Jeneponto yang mampu menjabarkan visi, misi, dan program pembangunan daerah Bupati/Wakil Bupati terpilih ke dalam dokumen RPJMD; (3) Pendekatan Top-down, yaitu bahwa selama proses penyusunan RPJMD memperhatikan RPJM Nasional dan RPJM Provinsi Sulawesi Selatan dan selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan berbagai dokumen perencanaan daerah Kabupaten Jeneponto; dan (4) Pendekatan Partisipatif, yaitu bahwa proses penyusunan RPJMD melibatkan seluruh stakeholder pembangunan daerah Kabupaten Jeneponto, yang salah satu proses penjaringan aspirasi dilakukan melalui Musrenbang RPJMD.

RPJMD Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013 terdiri atas tujuh bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, memberikan ulasan tentang urgensi dan kedudukan RPJMD, maksud dan tujuan penyusunan, landasan hokum, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, serta pendekatan dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, memberikan ulasan mengenai kondisi geomorfologis; perekonomian daerah; sosial dan budaya; politik, hukum dan kamtibmas; infrastuktur daerah, pemerintahan daerah serta ulasan mengenai isu-isu pembangunan daerah yang dipandang strategis untuk lima tahun ke depan.

BAB III : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN NILAI DASAR, mengulas tentang visi dan misi, nilai dasar serta tujuan dan sasaran pembangunan daerah untuk periode lima tahun ke depan.

BAB IV : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH, mengulas tentang strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah untuk periode lima tahun ke depan.

BAB V : KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH, mengulas tentang kerangka kebijakan dan program prioritas pembangunan daerah yang akan dicapai serta kerangka pendanaan.

BAB VI : ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH, mengulas tentang asumsi-asumsi dasar keuangan daerah yang meliputi kondisi ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, pengelolaan keuangan daerah

17

Page 18: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

yang meliputi pendapatan, belanja daerah dan pembiayaan, serta kebijakan umum anggaran.

BAB VII : PENUTUP, membahas arahan satu tahun setelah berakhirnya RPJMD (program transisi) dan kaidah pelaksanaan.

18

Page 19: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IIGAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Kondisi Geomorfologis

2.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Secara geografis, Kabupaten Jeneponto berada pada posisi strategis, terletak di tengah-tengah dan menjadi jalur transportasi utama jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan. Dilihat bentang alamnya secara makro, Kabupaten Jeneponto terdiri dari daerah dataran dan perbukitan yang terletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Bontosunggu, sebagai ibukota kabupaten berjarak sekitar 91 km dari Kota Makassar. Terletak antara 5o16’13”–5o39’35” LS dan antara 12o40’19”–12o7’31” BT. Secara administratif, Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah utara, Laut Flores di sebelah selatan, Kabupaten Takalar di sebelah barat, serta dengan Kabupaten Bantaeng di sebelah timur.

Luas wilayah mencapai 74.979 ha atau 749,79 km2 atau 1,65 persen dari total luas Propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut secara administratif terbagi dalam 11 kecamatan, yakni Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea, Batang, Arungkeke, Rumbia dan Kelara serta Kecamatan Tarowang.

Secara ekonomis berdasarkan letak geografis berada pada titik tengah jalur mobilitas barang dan manusia di bagian selatan dan luas wilayah yang mencapai 1,65 persen dari Propinsi Sulawesi Selatan ini merupakan lokasi yang strategis dan luas wilayah yang memadai dalam mengembangkan berbagai aktivitas ekonomi masyarakat. Disamping sektor primer dan sekunder, letak geografis dan luas wilayah yang dimiliki merupakan potensi dasar dalam pengembangan sektor tersier, khususnya yang terkait dengan sektor jasa-jasa angkutan dan transportasi, perdagangan dan perhotelan serta aktivitas jasa perusahaan dan perorangan lainnya.

2.1.2. Keadaan Iklim

Kabupaten Jeneponto memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara Bulan November sampai Bulan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober.

Kabupaten Jeneponto beriklim tropis dengan type iklim D3, E4 dan C2. Dengan rincian sebagai berikut: (1) Tipe iklim D3 dan E4 meliputi seluruh wilayah kecamatan, kecuali wilayah kecamatan Kelara bagian utara. Tipe iklim ini mempunyai bulan kering secara keseluruhan 5-6 bulan sedang bulan basah berkisar 1-3 bulan. (2) Tipe iklim C2, yaitu tipe iklim yang memiliki bulan basah 5-6 bulan dan bulan lembab 2-4

19

Page 20: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

bulan. Tipe iklim ini dijumpai dengan ketingggian 700-1727 meter dpl yaitu pada wilayah Kecamatan Kelara dan Rumbia.

Jumlah rata – rata curah hujan pertahun di Kabupaten Jeneponto selama 5 (lima) tahun terakhir mencapai 1.535 mm dengan rata – rata hari hujan 92 hari. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari dan Februari sedang curah hujan terendah yakni pada bulan Juli, Agustus, dan September.

2.1.3 Keadaan Topografi

Kondisi topografi tanah wilayah Kabupaten Jeneponto pada umunya memiliki permukaan yang sifatnya bervariasi ini terlihat pada bagian utara yang terdiri dari dari dataran tinggi dan bukit yang membentang dari barat ke timur dengan ketinggian antara 500-1400 m dpl. Pada bagian selatan meliputi wilayah-wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0-150 m dpl. Berdasarkan kemiringan, maka luas lahan (sawah) dilihat dari kemiringannya, maka luas lahan dapat dibagi atas: a) Kemiringan 0-2 º seluas 30.817 Ha (14,10 %), b) Kemiringan 3-15 º seluas 19.739 Ha (26,32 %), c) Kemiringan 16-40 º seluas 14.178 Ha (18,92 %), d) Kemiringan > 40 º seluas 10.245 Ha (13,86 %).

Wilayah dataran tinggi pada bagian utara merupakan potensi untuk pengembangan tanaman hortikultura, sedangkan wilayah dataran rendah pada bagian selatan merupakan potensi pengembangan ekosistem pantai serta sumberdaya alam kelautan dan perikanan, serta wilayah dengan ketinggian sedang pada bagian tengah merupakan potensi untuk pengembangan perkebunan dan tanaman jangka menengah/pendek.

2.1.3 Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan

A. Jenis Tanah

Wilayah Kabupaten Jeneponto memiliki jenis tanah yang dikategorikan dalam enam golongan, yaitu: (i) Tanah Alluvial, sebesar 4,6 % atau luasnya 3.499 Ha dari luas wilayah ini dijumpai di wilayah dari luas wilayah Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Binamu dan Tamalatea (ii) Tanah Grumosol, tanah Gromosal Kelabu terdapat di Kecamatan Bangkala dan Bangkala Barat dan Tamalatea, sedangkan jenis Gromosal Hitam terdapat di Kecamatan Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea dan Batang; (iii) Tanah Meditrane, terdapat di Kecamatan Bangkala, Batang, Rumbia dan Kelara, sedangkan Meditrane Coklat Kemerah-merahan terdapat di Kecamatan Bangkala, Tamalatea, Bontoramba, Binamu dan Kelara; (iv) Tanah Latasol, di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea dan Kelara terdapat jenis Latasol Coklat Kekuning-kuningan, sedang jenis Latasol Kemerah-merahan terdapat di Kecamatan Kelara dan Rumbia; (v) Tanah Regosol hampir terdapat pada semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Jeneponto.

20

Page 21: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Semua jenis tanah tersebut, masing-masing memiliki potensi sumberdaya dan kesesuaian untuk pengembangan tertentu. Hamparan wilayah Jeneponto, yang memiliki jenis tanah di atas tidak selamanya diperuntukkan untuk pengembangan komoditas pertanian, tetapi dapat juga berupa potensi untuk pengembangan usaha pertambangan dan galian, bahan baku industri dan lain sebagainya walau hingga kini belum tersentuh oleh riset dan pengembangan.

B. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) yang seluas 74.979 ha sedapat mungkin ditujukan untuk kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Data terakhir tahun 2007, menunjukkan pengunaan lahan untuk tegalan/kebun merupakan pemanfaatan lahan terluas yaitu mencapai 34.154,14 ha atau 45,56 persen dan pemanfaatan lahan untuk kolam/empang merupakan penggunaan lahan tersempit yaitu hanya mencapai 748 ha atau hanya 0,99 persen dari total luas wilayah Kebupaten Jeneponto.

Pemanfaatan lahan berdasarkan kecamatan, cenderung bervariasi berdasarkan jenis lahan, topografi, klimatologi dan karakteristik masing-masing kecamatan. Kecamatan Bangkala didominasi jenis penggunaan lahan tegalan/kebun, seluas 6.654 ha, disusul Bangkala Barat seluas 5.754 ha, Tamalatea seluas 3.278 ha, Bontoramba seluas 4.980 ha, Binamu seluas 2.812 ha, Turatea seluas 2.057 ha, Kelara seluas 3.287 ha, Rumbia seluas 3.574 ha, dan Tarowang seluas 2.998 ha. Sedangkan Kecamatan Batang dan Arungkeke didominasi jenis penggunaan lahan persawahan yang biasanya hanya untuk satu kali panen dalam setahun, masing-masing seluas 1.219,92 ha dan 1.255 ha.

2.2 Perekonomian Daerah

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per Kapita

Pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Jeneponto dapat dilihat dari besarnya PDRB pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB pada tahun sebelumnya atas dasar harga konstan. Capaian Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) selama kurun waktu lima tahun (2003-2007) mengalami peningkatan yang signifikan dengan capaian rata-rata pertahun sebesar 3,012 %. Hal ini tercermin pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi yang dicapai sebesar 4,06 % meningkat dibanding kurun waktu 4 (empat) tahun sebelumnya (2003-2006) sebesar 2,75 %. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang dicapai di daerah ini masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, namun kedepan peluang untuk memacu pertumbuhan ekonomi didaerah ini sangat besar.

2.2.2 Struktur Ekonomi DaerahTingkat pertumbuhan ekonomi masih dalam kondisi stabil, tetapi tuntutan perhatian yang serius karena struktur perekomian daerah masih sangat tergantung pada sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian hingga tahun 2007 masih mencapai 54,39 persen

21

Page 22: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

mengalami penurunan dari 59,91 persen pada tahun 2003 hal ini disebabkan bencana kekeringan dan serangan Hama penyakit pada tanaman pangan (padi dan palawija) pada tahun 2004 dan 2005. Sektor pertanian terbesar masih didominasi oleh sub-sektor tanaman pangan dari tahun 2006 hingga 2007 dan kembali mencapai kenaikan sebesar 38,53 persen dari tahun sebelumnya.

Peran sektor primer yang diperankan oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan dan galian masih tetap dominan selama kurun waktu 2003-2007 ini. Selain sektor pertanian yang berperan dalam sektor primer dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat adalah sektor pertambangan dan galian yang secara konsisten mengalami peningkatan dari 1,44 persen pada tahun 2003 menjadi 1,53 persen pada tahun 2007.

Sementara itu, peran tiga sektor kelompok sekunder, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan, cenderung konstan atau mengalami fluktuasi yang tidak signifikan selama kurun waktu 2003-2007. Sektor bangunan menunjukkan peran yang terbesar, berfluktuasi antara 4,47 hingga 5,28 persen setiap tahunnya. Sektor industri pengolahan mengalami fluktuasi peran antara 2,11 hingga 2,29 persen setiap tahunnya. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih, hingga tahun 2007 masih tetap berperan di bawah satu persen. Jadi, kontribusi sektor sekunder terhadap perekonomian daerah mengalami peningkatan dari 7,36 persen pada tahun 2003 menjadi 7,67 persen pada tahun 2007.

Sebaliknya, peran sektor tersier yang diperankan oleh empat sektor, yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa menunjukkan kinerja yang terbaik, yakni mengalami peningkatan dari 15,37 persen pada 2003 menjadi 20,05 persen pada tahun 2007. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan peningkatan peran dan cenderung berfluktuasi, sektor ini berperan cukup signifikan dalam perekonomian daerah, mencapai 6,84 hingga 7,38 persen selama kurun waktu 2003-2007. Hal yang sama ditunjukkan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, selama periode tersebut berkontribusi terhadap perekonomin daerah antara 5,93 hingga 6,34 persen setiap tahunnya. Kontribusi terkecil dari sektor tersier ditunjukkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang hanya mencapai kisaran 3,15 hingga 3,49 persen selama kurun waktu 2003-2007. Jadi secara keseluruhan, peran sektor tersier mengalami peningkatan dari 31,29 persen pada tahun 2003 menjadi 36,40 persen pada tahun 2007.

2.2.3 Tingkat Inflasi dan Daya Beli

Selama kurun waktu 2004-2007, tingkat inflasi tertinggi di Kabupaten Jeneponto terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 15,21 persen dan tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 5,22 persen. Kontribusi rendahnya tingkat inflasi pada tahun 2007, ditunjukkan oleh kelompok sandang (0,55 persen); kelompok

22

Page 23: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

bahan makanan (2,49 persen); kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,32 persen); kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,80 persen); kelompok kesehatan (0,11 persen), kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,78 persen); dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, (0,17 persen).

Tingkat inflasi yang relatif terkendali pada tahun 2007 tersebut, mendorong peningkatan daya beli masyarakat Kabupaten Jeneponto dari sekitar Rp 621.000,- pada 2006 menjadi Rp 623.250,- pada tahun 2007, atau naik 0,3 % dari tahun sebelumnya.

2.2.4 Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran

Perkembangan angkatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan ekonomi secara makro, karena proses penciptaan lapangan kerja mengacu pada kecenderungan pergerakan ekonomi. Jumlah angkatan kerja hingga tahun 2007 di Kabupaten Jeneponto telah mencapai 177,649 orang dan jumlah pencari kerja mencapai 4.048 orang yang dikategorikan sebagai pengangguran, hal ini berarti terdapat 97,72% angkatan kerja yang bekerja dan 2,28% sebagai pengangguran terbuka. Jumlah angkatan kerja berdasarkan jenis pekerjaan yaitu sektor pertanian 66,14%, sektor Jasa angkutan sebesar 9,74%, perdagangan 8,55%, Jasa Buruh sebesar 6,95%, industri sebesar 2,34%, dan lainnya sebesar 6,28%. Kemampuan daya serap angkatan kerja dalam rangka menekan tingkat pengangguran di Kabupaten Jeneponto ini merupakan yang terbaik kelima dari 23 kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan.

Fakta ini menunjukkan bahwa terdapat potensi sumberdaya manusia dalam lingkungan masyarakat Kabupaten Jeneponto yang sangat besar dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Semangat untuk memanfaatkan waktu luang, harus mampu diimbangi dengan peningkatan keterampilan (skill) mereka agar mampu terserap pada lapangan pekerjaan yang memiliki tingkat produktivitas dan nilai tambah ekonomi yang tinggi.

2.2.5 PerkoperasianPerkoperasian di Kabupaten Jeneponto mengalami perkembangan dimana pada tahun 2004 jumlah koperasi 184 dan pada tahun 2007 menjadi 212 atau meningkat sebesar 20,65%, sedangkan jumlah anggota koperasi pada tahun 2004 sebesar 50.996 dan 2007 sebesar 52.047 atau mengalami perkembangan sebesar 2.06%. Jumlah modal usaha pada tahun 2004 adalah Rp. 5.089.804.627 dan tahun 2007 sebesar Rp. 9.112.409.383 atau meningkat sebesar 79,03%, dari segi volume usaha pada tahun 2004 sebesar Rp. 43.459.134.000 dan tahun 2007 sebesar Rp. 78.691.000.000 atau mengalami peningkatan sebesar 81,06% dan sisa hasil usaha (SHU) pada tahun 2004 sebesar Rp.1.162.396.988 dan tahun 2007 sebesar Rp.2.138.201.706 atau mengalami peningkatan sebesar 83,94%. Fakta ini menunjukkan bahwa perkembangan perkoperasian di Kabupaten Jeneponto cukup baik.

2.2.6 Keuangan Daerah

23

Page 24: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Secara umum kebijakan keuangan daerah Kabupaten Jeneponto yang dituangkan dalam APBD dalam lima tahun terakhir, lebih difokuskan untuk mengoptimalkan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya pembangunan daerah, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan keuangan daerah ini mencakup kebijaksanaan pendapatan, belanja dan kebijaksanaan pembiayaan daerah.

A. Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan daerah dalam APBD Kabupaten Jeneponto mengalami peningkatan secara signifikan selama kurun waktu 2003-2007. Pendapatan daerah yang mampu diperoleh pemerintah daerah pada tahun 2003 masih sekitar Rp 202,3 milyar meningkat hingga mencapai Rp 308,6 milyar untuk empat tahun berikutnya, atau mampu bertumbuh sebesar 52,54 persen dalam empat tahun kemudian. Kontribusi utama pertumbuhan pendapatan daerah tersebut lebih banyak diperankan oleh sumber-sumber pendapatan yang berasal dari dana perimbangan berupa DAU dan DAK yang berkontribusi sebesar 88,89 persen pada tahun 2006 .

Pendapatan daerah Kabupaten Jeneponto hingga tahun 2007 masih banyak bersumber melalui dana perimbangan, yang bahkan selama kurun waktu 2003-2007 memperlihatkan trend ketergantungan yang semakin meningkat, dari 83,39 persen pada tahun 2003 menjadi 95,06 persen pada tahun 2006 dan sedikit menurun menjadi 90,88 persen pada tahun 2007. Pada saat yang sama kemampuan sumber pendapatan dari PAD mengalami penurunan, dari 6,23 persen pada tahun 2003 menjadi hanya berkontribusi terhadap pendapatan daerah sebesar 3,04 persen pada tahun 2006 dan sedikit mengalami peningkatan pada target 2007 menjadi 3,58 persen. Selebihnya, bersumber dari lain-lain pendapatan yang sah yang cenderung berfluktuasi antara 1,90 hingga 10,38 persen selama kurun waktu 2003-2007 dan mencapai 5,54 persen pada tahun 2007.

B. Belanja Daerah

Seiring dengan peningkatan pendapatan daerah, realisasi belanja daerah juga mengalami peningkatan secara signifikan, dari Rp 183,1 milyar pada tahun 2003 menjadi Rp 316 milyar pada tahun 2006, atau meningkat sebesar 72,62 persen selama empat tahun anggaran. Peningkatan realisasi belanja yang hampir dua kali lipat ini, mengindikasikan upaya serius pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.Alokasi belanja pegawai, meskipun menunjukkan trend yang menurun, hingga tahun 2007 masih tetap mendominasi kebutuhan belanja daerah. Alokasi belanja pegawai pada tahun 2003 mencapai Rp 106,1 milyar atau mencapai 57,95 persen dari total Rp 183,1 milyar belanja daerah Kabupaten Jeneponto. Empat tahun kemudian alokasi belanja pegawai tersebut meningkat hingga mencapai Rp 146,7 milyar, tetapi

24

Page 25: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

kontribusinya terhadap total belanja daerah mengalami penurunan menjadi 46,41 persen.

Sebaliknya, alokasi belanja modal bukan hanya mengalami peningkatan belanja secara absolut, tetapi kontribusinya terhadap total belanja juga mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2003, alokasi belanja modal baru mencapai Rp 35,2 milyar atau hanya sebesar 19,23 persen dari total belanja daerah. Alokasi belanja modal tersebut meningkat mencapai Rp 115,6 milyar atau mencapai 36,59 persen dari total belanja daerah pada tahun 2006, bahkan untuk tahun 2007 dicapai Rp 142,0 milyar.

Alokasi belanja barang dan jasa juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, dari hanya senilai Rp 11,8 milyar pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 35,3 milyar pada tahun 2006 dan mencapai Rp 81,8 milyar pada tahun 2007. Nilai belanja barang dan jasa tersebut berkontribusi terhadap total kebutuhan belanja daerah meningkat dari 6,45 persen pada tahun 2003 menjadi 11,17 persen pada tahun 2006, dan meningkat sebesar 13,76 persen pada tahun 2007. Alokasi belanja lainnya berupa belanja perjalanan dinas, pemeliharaan, bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tidak terduga, hanya mencapai 16,38 persen pada tahun 2003 dan menurun menjadi 5,83 persen pada tahun 2007.

Kondisi tentang perkembangan dan distribusi alokasi belanja ini memberikan indikasi kuat pada langkah-langkah strategis pemerintah daerah untuk mendorong alokasi belanja modal sebagai upaya mendorong investasi sektor publik dalam rangka menggairahkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini penting, mengingat alokasi belanja modal disyaratkan berupa belanja tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta belanja asset tetap lainnya merupakan alokasi belanja yang bernilai investasi karena mampu mendorong peningkatan kapasitas produksi perekonomian daerah. Upaya untuk meningkatkan pelayanan publik juga terus ditingkatkan melalui peningkatan belanja barang dan jasa dan belanja pegawai dalam kategori belanja langsung, selain peningkatan belanja bantuan keuangan dan bantuan sosial lainnya.

C. Pembiayaan Daerah

Seiring dengan peningkatan secara signifikan pada belanja daerah yang tidak mampu diikuti oleh kemampuan peningkatan pendapatan daerah, menghasilkan pembiayaan daerah yang defisit yang besarannya berfluktuasi selama kurun waktu 2004-2007. Sedangkan untuk tahun 2003, pembiayaan daerah mengalami surplus sebesar Rp 19,2 milyar dengan alokasi pengeluaran daerah mencapai Rp 40,2 milyar dan perolehan penerimaan daerah yang mencapai Rp 21,0 milyar.Pada tahun 2004, pembiayaan defisit mencapai Rp 16,3 milyar atau 1,73 persen dari PDRB Kabupaten Jeneponto pada tahun yang sama. Defisit tersebut sedikit mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi Rp 15,9 milyar atau 1,56 persen dari PDRB tahun yang sama. Defisit kembali mengalami penurunan pada tahun berikutnya hingga hanya mencapai Rp 7,4 milyar atau hanya mencapai 0,65 persen dari total PDRB pada tahun

25

Page 26: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

2006. Terakhir pada tahun 2007, defisit anggaran kembali meningkat mencapai Rp 10,9 milyar atau meningkat menjadi 0,84 persen dari nilai PDRB harga konstan pada tahun yang sama. Rasio besarnya pembiayaan defisit terhadap nilai PDRB yang berkisar antara 0,65 hingga 1,73 persen ini masih jauh berada di bawah ketentuan UU No. 33/2004 yang membatasi defisit maksimal 3,0 persen dari nilai PDRB tahun bersangkutan. Artinya, untuk mendorong peningkatan belanja daerah yang ditujukan pembangunan daerah, khususnya pada pembangunan manusia di Kabupaten Jeneponto, daerah ini masih memiliki peluang untuk menerapkan kebijakan pembiayaan daerah yang lebih ekspansif.

2.3 Infrastruktur dan Prasarana Wilayah

Infrastuktur dan Prasarana Wilayah Kabupaten Jeneponto menunjukkan kemajuan dalam lima tahun periode pemerintahan terakhir, khususnya yang berkaitan dengan public service obligation/PSO, yang meliputi transportasi, air bersih, ketenagalistrikan, telekomunikasi, dan irigasi.

2.3.1 Transportasi

Infrastruktur transportasi disesuaikan berdasarkan dengan kondisi dan karakteristik daerah, mencakup transportasi jalan, jembatan, pelabuhan, terminal, dan sarana angkutan. Pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman dengan harga terjangkau.

Panjang ruas jalan di Kabupaten Jeneponto berdasarkan SK Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 4254/12/tahun 2007 yaitu 786,84 km dan dalam kurun waktu 2004-2008 telah selesai ditingkatkan dengan pekerjaan hotmix yaitu 528.346 km. Selama kurun waktu 2004-2008 Pemerintah Daerah telah menetapkan kebijakan pembangunan jalan rata-rata 10 km per kecamatan per tahun, sehingga pembangunan infrastruktur jalan mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas. Ditinjau dari kondisi jalan, maka kategori baik 494.705 km, rusak ringan 38,50 km, rusak sedang 13,02 km, rusak berat 0 km dari total panjang yang telah selesai dilaksanakan selama periode 2004-2008. Secara umum terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut diakibatkan oleh pembebanan kendaraan dan muatan berlebihan (excercive over loading) sehingga pemerintah Kabupaten Jeneponto telah mengeluarkan surat edaran larangan melintas muatan kendaraan berlebihan diatas 12 ton kepada para camat dan kelurahan/desa sekabupaten Jeneponto.

Pada saat yang sama, kondisi pelayanan dan penyediaan infrastruktur jembatan telah membuka akses kegiataan ekonomi masyarakat. Rehabilitasi dan pembangunan kembali berbagai infrastruktur jembatan yang rusak, serta peningkatan kapasitas dan fasilitas baru masih terkendala oleh ketersediaan pendanaan pemerintah daerah. Dalam kurun waktu 2004-2008 telah dibangun jembatan dengan kategori jembatan besar sebanyak 13 buah yang tersebar diseluruh kecamatan.

26

Page 27: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Untuk infrastruktur pelabuhan, mencakup pelabuhan perikanan (pendaratan ikan) dan pelabuhan rakyat. Pelabuhan perikanan Biringkassi sebagai zona kawasan strategis masih menjadi prasarana dan sarana penting dalam mendukung upaya pengembangan kawasan industri pariwisata dan perikanan terpadu (KIPPT) di Kabupaten Jeneponto. Pelabuhan rakyat Bungeng berfungsi sebagai pelabuhan antar pulau berskala nasional termasuk dalam zona kawasan strategis dengan tipe Kelas V berperan penting meningkatkan aksessibilitas dan memperlancar arus bongkar muat barang. Aktivitas bongkar muat barang mengalami peningkatan, dari jumlah kunjungan kapal sebanyak 519 unit (2003) meningkat menjadi 1.195 unit (2007). Bongkar muat barang di pelabuhan telah mencapai 90 ton, dari 6.319 ton meningkat menjadi 12.548 ton kayu dan 17.752 ekor hewan (2007) yang dibongkar di pelabuhan, sementara pemuatan barang mencapai 3.543 ton (2006).

Selain itu, terminal menjadi salah satu prasarana perhubungan yang sangat mendukung kelancaran sistem transportasi darat. Sebagai titik simpul peralihan moda dan tujuan. Saat ini, terdapat Terminal Karisa sebagai satu-satunya terminal kabupaten yang melayani sekitar 300 kendaraan roda empat berbagai jenis setiap harinya, keberadaannya sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam mendukung perekenomian.

Pengembangan prasarana dan sarana transportasi antarmoda sangat terkait dengan ketersediaan sarana angkutan dalam upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi perhubungan darat. Jumlah sarana angkutan modern mengalami peningkatan, tercermin dari bertambahnya jumlah kendaraan, meliputi mobil Bus, Truk, angkutan umum, Pick Up, dan Tangki dari 663 buah pada tahun 2003 meningkat menjadi 1.477 buah pada tahun 2007. Jenis sarana angkutan terbanyak, yaitu ‘pete-pete’ mencapai 408 buah (2003) dan 689 buah (2007), dan terendah, yaitu Tangki sebanyak 4 buah (2003) dan 8 buah (2007). 2.3.2 Sumber Daya Irigasi dan Air Bersih

Sumber air bersih di Kabupaten Jeneponto terdiri dari air kemasan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), pompa, sumur, mata air, air hujan dan kategori lainya. Aksessibilitas dan peningkatan pelayanan masyarakat atas air bersih, semakin membaik ditunjukkan dengan kapasitas terpasang sebesar 749.935 m3 pada tahun 2007 meningkat dari 694.850 m3 di tahun 2003, dengan kategori pelanggan tertinggi ditempati rumah tempat tinggal sebesar 676.695 m3 dan terendah ditempati perusahaan (pertokaan, industri, dan sebagainya) sebesar 2.271 m3 di tahun 2007. Peningkatan kuantitas pada ketersediaan air bersih dari PDAM semakin membaik ditunjukkan dengan besarnya jumlah rumah tangga pelanggan tertinggi ditempati oleh kategori rumah tempat tinggal sebanyak 5.181 orang atau naik sekitar 0,80 persen dari tahun 2006 dengan rata-rata kenaikan sekitar 4,32 persen tiap tahunnya. Kategori pelanggan terendah ditempati sarana umum sebanyak 9 orang dari total pelanggan 5.440 orang di tahun 2007. Dilihat dari kualitas, kondisi penyediaan air bersih masih perlu ditingkatkan dengan menanggulangi sidementasi air sungai terutama tingkat kekeruhan sehingga sangat mempengaruhi kualitas air bersih dari PDAM.

27

Page 28: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Pemanfaatan sumberdaya air yang menjadi andalan untuk mendukung infrastruktur irigasi adalah air permukaan sungai yang juga menjadi sumber utama dalam perencanaan pembangunan Waduk Kelara-Kareloe. Jika waduk ini terealisasi, maka akan berfungsi sebagai waduk multiguna (multipurpose dam), diantaranya dapat berfungsi sebagai sarana irigasi, pembangkit tenaga listrik, penyediaan air baku untuk air bersih dan pariwisata serta perikanan.

Jaringan irigasi terluas yang mencakup Satuan Wilayah Sungai (SWS) yaitu daerah irigasi Kelara dengan panjang saluran air primer 11.395 km, sekunder 38.661 km, dan mengairi 6.990 ha luas baku sawah irigasi. Jaringan irigasi terkecil yaitu daerah irigasi Topa dengan panjang saluran air primer 895 km, sekunder 1.880 km, dan mengairi 400 ha luas baku sawah irigasi.

Kondisi jaringan irigasi yang ada ada saat ini untuk mendukung pengairan khususnya pertanian lahan basah dan pertambakan yang terdiri dari irigasi teknis, semi teknis, sederhana, perdesaan, rawa dan tadah hujan. Sebagai konsekuensi pertambahan luas jaringan irigasi tersebut menuntut pemeliharaan dan partisipasi masyarakat serta dukungan tenaga-tenaga profesional dalam pelayanan terhadap masyarakat.

Pembangunan sarana dan prasarana irigasi memiliki beberapa tujuan yaitu antara lain peningkatan produktivitas pertanian, penyediaan air baku, dan perlindungan terhadap areal produksi pertanian dan permukiman dari bahaya banjir. Salah satu prasarana pengairan yang dikembangkan adalah bendungan yang tersebar di beberapa daerah Kabupaten. Prasarana pengairana tersebut diarahkan untuk menunjang pengembangan pertanian lahan basah (irigasi) yang meliputi beberapa wilayah kecamatan, seperti Bendungan Kelara, Tino dan Pokobulo yang sudah dimanfaatkan untuk mengairi sawah yang sumber airnya berasal dari sungai yang dibendung. Selain itu, masih terdapat sungai yang dianggap potensial, tetapi masih memerlukan studi mendalam mengenai kelayakannya, seperti Sungai Tamanroya, Sungai Allu, Sungai Kelara dan Sungai Marayoka di Kecamatan Bangkala.

2.3.3 Sumber Energi Kelistrikan

Sumber energi kelistrikan di Kabupaten Jeneponto sepenuhnya bertumpu pada energi listrik yang dipasok (energy supply) oleh pembangkit listrik yang berbasis tenaga minyak (PLTD) dan air (PLTA).

Pada sisi kapasitas terpasang, jumlah daya tersambung PLN periode 2003-2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata sekitar 6,37 persen per tahun. Daya tersambung tertinggi terjadi di tahun 2007 sebesar 22.076.650 KW, dan terendah di tahun 2003 sebesar 18.344.255 KW. Sementara itu, jumlah pelanggan PLN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan jumlah pelanggan terbesar ditempati PLN Ranting Jeneponto mencapai 9.421 orang, dan terendah ditempati Listrik Desa

28

Page 29: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Bangkala Loe sebanyak 1.500 orang dari total pelanggan kabupaten 33.050 orang di tahun 2007.

Di sisi pasokan (supply side), upaya pembangunan tenaga listrik berbasis tenaga angin telah dicanangkan tahap awal di Kabupaten Jeneponto, membutuhkan investasi besar, dengan didukung PT. Bosowa Energi membangun PLTU dengan kapasitas 2 x 100 MW di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala. Pemerintah Daerah pun akan terus berupaya agar JICA dapat membangun Bendungan Kelara-Kareloe dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pada tahun 2006 daya terpasang sebesar 619 MW, daya mampu 533,5 MW, dengan beban puncak 448 MW. Kondisi ini menyebabkan kurang tersedianya cadangan operasi dan cadangan pemeliharaan sehingga bila ada pembangkit yang tidak berfungsi akan mengganggu aliran listrik di daerah ini.

Pembangkit listrik utama letaknya tersebar, di samping itu terdapat PLTD di yang terkoneksi melalui jaringan tegangan menengah 20 KV yang beroperasi pada beban puncak. Pada saat ini, jaringan distribusi listrik telah menjangkau daerah-daerah terpencil melalui jaringan terkoneksi 20 KV. Dengan terbatasnya cadangan energi fosil yang ada saat ini, perlu dimulai pemanfaatan energi alternatif secara bertahap dan berorientasi pasar menuju pola bauran energi (energy mix) yang terpadu, optimal dan bijaksana. Upaya pemanfaatan energi alternatif dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang semakin mahal dan ketersediaannya semakin menipis.

Masalah lainnya adalah belum efisiennya pemanfaatan energi oleh konsumen rumah tangga, industri dan transportasi. Hal ini tercermin dari perilaku pemilihan jenis energi untuk berbagai sektor yang belum efektif dan konsumsi energi yang lebih konsumtif serta rendahnya tingkat efisiensi peralatan. Tenaga listrik sebagai salah satu bentuk energi final memegang peranan yang sangat penting untuk mendorong berbagai aktivitas ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain, pembangunan sarana dan prasarana tenaga listrik memerlukan investasi yang sangat tinggi, mengingat investasi pada bidang ini bersifat padat modal, teknologi dengan resiko investasi tinggi serta memerlukan persiapan dan konstruksi yang lama.

2.4 Potensi Sumber Daya Sektoral

2.4.1 Sumber Daya Pertanian dan Pertambangan

Berdasarkan gambaran kondisi geomorfologis Kabupaten Jeneponto, nampak bahwa daerah ini tetap akan banyak bertumpu pada potensi sumberdaya sektor primernya dengan memanfaatkan faktor alam (endowment) yang berpotensi nilai tambah ekonomi yang tinggi. Sumber daya yang tergolong strategis tersebut, antara lain potensi tanaman pangan, peternakan dan perikanan, serta pertambangan dan galian.

29

Page 30: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

A. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Potensi komoditas pertanian yang tetap menjadi andalan bagi pengembangan tanaman pangan dan horticultura kurun waktu 2003-2007, diidentifikasi antara lain, sebagai berikut:

Padi, dengan rata-rata produksi padi sawah sebesar 81.028,13 ton dan luas panen 16.548,4 ha, sehingga produktivitasnya sebesar 48,96 kw/ha

Jagung, dengan rata-rata produksi sebesar 172.604 ton dan luas panen 40.251 ha serta rata-rata produksi sebesar 4,29 kw/ha;

Ubi kayu, dengan rata-rata produksi mencapai 141.191 ton dan luas panen 6.505 ha, serta rata-rata produksi mencapai 21,70 kw/ha;

Cabe, dengan rata-rata produksi sebesar 13.036,6 ton dan luas produksi 1.004 ha;

Sayuran dan Buah-buahan, berupa bawang merah dengan dengan rata-rata produksi 1.875,45 ton dan luas panen mencapai 196,75 ha.

Khusus untuk pengembangan tanaman sayuran dan buah-buahan tersebut, sentra pengembangannya berada di Kecamatan Kelara dan Rumbia Sedangkan untuk komoditi bawang merah berada di Kecamatan Tamalatea, Bangkala, Binamu, Batang, Kelara dan Bontoramba. Selain itu, sentra pengembangan tanaman cabe berada di Kecamatan Tamalatea, Binamu, Bangkala dan Kelara. Sedangkan pengembangan buah-buahan, seperti mangga dan serikaya, sentra pengembangannya di Kecamatan Binamu, Bangkala dan Batang serta di Kecamatan Tamalatea, Batang dan Bangkala.

B. Peternakan dan Perikanan

Kondisi subsektor peternakan di Kabupaten Jeneponto dilihat dari jenis ternak, berupa ternak besar yang menjadi andalan selama lima tahun terakhir meliputi kuda, sapi dan kerbau. Sedangkan untuk ternak kecil meliputi domba dan kambing. Ternak unggas meliputi ayam ras, ayam buras, dan itik-manila.

Sumberdaya perikanan digolongkan atas dua, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap didukung oleh karakteristik wilayah Kabupaten Jeneponto yang sebagian wilayahnya berada di daerah pesisir, di mana tujuh di antara sebelas kecamatan berada di daerah pesisir, yaitu Bangkala Barat, Bangkala, Tamalatea, Binamu, Arungkeke, Batang dan Tarowang, dengan panjang pantai berkisar 114 km. Perikanan budidaya mencakup budidaya laut (rumput laut, keramba jaring apung), budidaya air payau (tambak), budidaya perairan umum (sungai) dan budidaya air tawar (danau, sawah, irigáis). Selama kurun waktu 2003-2007, perkembangan produksi perikanan tangkap mengalami pertumbuhan sebesar 1,98 persen dan perikanan budidaya meningkat lebih besar hingga mencapai 19,71 persen.

30

Page 31: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

C. Pertambangan dan Galian

Hasil survei untuk pemetaan dan penataan potensi tambang di Kabupaten Jeneponto, mengidentifikasi sejumlah potensi bahan tambang dan galian yang dapat dikelola, antara lain pasir besi, bentonit, batu gamping, oker, mika, andesit, basal, breksi, dan kaldeson. Sedangkan jenis zeolit masih memerlukan studi lanjutan untuk menentukan kelayakan eksplorasi. Jenis tufa dan sirtu (tambang galian golongan c) hingga saat ini telah dikelola, tetapi masih secara tradisional.

Potensi jenis bahan galian, meliputi (i) Pasir Besi (3.204.928 ton) di Kecamatan Binamu dan Arungkeke; (ii) Bentonit (45.600.000 m3) di Kecamatan Bangkala; (iii) Lempung (27.000.0000 m3) di Kecamatan Binamu, Bangkala, dan Tamalatea; (iv) Batu Gamping (1.500.000.000 m3) di Kecamatan Bangkala Barat, Bangkala, dan Tamalatea; (v) Batu Gamping Dolomitan (57.800.000 ton) di Kecamatan Tamalatea; (vi) Oker (500.000 m3) di Kecamatan Rumbia; (vi) Mika (70.000 m2) di Kecamatan Bangkala Barat; (vii) Andesit (1.5000.000 m3) di Kecamatan Batang; (viii) Basal (13.400.000.000 m3) di Kecamatan Bangkala, Tamalatea, Rumbia, dan Bontoramba; (ix) Breksi (2.800.000.000 m3) di Kecamatan Bangkala Barat, Kelara, Turatea, dan Batang; (x) Tufa (1.800.000.000 m3) di Kecamatan Bontoramba, dan Bangkala; (xi) Sirtu (23.000.000 m3) di Kecamatan Turatea, Binamu, Bontoramba, Tamalatea, dan Bangkala; (xii) Kaldeson (9.040.000 m3) di Kecamatan Tamalatea, dan Bangkala; dan (xiii) Zeolit (23.000.000 m3) di Kecamatan Turatea, Binamu, Bontoramba, Tamalatea, dan Bangkala.

2.4.2 Industri Pengolahan

Industri pengolahan yang menjadi andalan masih bertumpu pada industri yang mengandalkan bahan baku lokal dengan memanfaatkan faktor alam, industri garam rakyat, industri gula merah serta industri pengeringan dan pengolahan jagung kuning.

Predikat sebagai kabupaten penghasil garam terbesar di kawasan timur Indonesia, memiliki areal penggaraman seluas 556,63 ha dengan jumlah produksi rata-rata per tahun adalah 47.000 ton. Tenaga kerja yang mampu terserap pada aktivitas industri garam rakyat ini mencapai 2.152 orang pada tahun 2007. Selain itu, untuk industri gula merah, Kabupaten Jeneponto memiliki potensi pohon lontar (siwalan) yang sangat besar dan tersebar pada hampir semua kecamatan. Karakteristik wilayah yang sebagian lahannya tidak produktif, merupakan potensi besar untuk pengembangan lokasi industri pengolahan dan pergudangan untuk menopang aktivitas ekonomi perkotaan di Kota Makassar dan wilayah-wilayah yang bercirikan industri modern lainnya.

2.4.3 Pariwisata

Potensi pariwisata yang dapat diandalkan di Kabupaten Jeneponto saat ini dan kedepan berupa wisata budaya dan alam. Obyek wisata alam yang potensial untuk dikembangkan berupa obyek wisata pantai, wisata bahari, dan pegunungan atau wisata

31

Page 32: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

agro. Hingga saat ini, obyek wisata pantai yang terkenal dan dapat eksis adalah kawasan Birtaria Kassi dan kawasan Loka untuk wisata alam pegunungan/wisata agro. Sedangkan obyek wisata budaya yang terkenal adalah Kompleks Makam Raja-Raja Binamu.

Potensi pengembangan pariwisata daerah yang hingga saat ini belum dikelola dan memiliki prospek besar antara lain, Pulau Harapan, Air Terjun Boro, Tanjung Mallasoro, Makam I Maddi Dg. Rimakka, Masjid dan Rumah Adat Tertua Patealla, Balla Lompoa, Bungung Salapang, Je’ne Sappara dan Pacuan Kuda.

2.5 Sosial Budaya Daerah

Kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat mulai membaik, baik secara kuantitas maupun kualitas hidup masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada sejumlah aspek pokok meliputi kependudukan, pendidikan, kesehatan, keagamaan, budaya, dan pembangunan gender, politik, hukum, kamtibmas, dan kemiskinan serta akumulasinya pada kualitas hidup masyarakat yang dilihat melalui indeks pembangunan manusia Kabupaten Jeneponto.

2.5.1. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto hingga tahun 2007 mencapai 330.735 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 77.696. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jeneponto selama kurun waktu 2003-2007 relatif terkendali, secara rata-rata hanya mencapai 0,53 persen setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan negatif 0,85 persen. Pertumbuhan penduduk tertinggi selama periode tersebut terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 1,33 persen.

Secara umum, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2007 mencapai 441 jiwa/km2. Tingkat kepadatan tersebut tidak tersebar secara merata pada setiap wilayah kecamatan. Secara berturut-turut tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi yaitu Kecamatan Binamu (696 jiwa/km2) dan terendah adalah kecamatan Bangkala Barat (155 jiwa/km2).Struktur umur penduduk Kabupaten Jeneponto selama kurun waktu 2004-2007 menunjukkan perbandingan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) tertinggi pada tahun 2005 sebesar 63,93 persen dan pada tahun 2007 yang terendah, turun hanya 61,31 persen. Sebaliknya pada tahun 2007, jumlah penduduk usia 0-14 tahun mencapai 32,3 persen dan kelompok penduduk usia 65+ tahun hanya mencapai 6,8 persen.

Dari jumlah rumah tangga yaitu 77.696 KK terdapat rumah tangga miskin (RTM) di Kabupaten Jeneponto sebesar 30.336 KK di tahun 2007. Berkaitan hal ini, penanggulangan/pengentasan kemiskinan di Kabupaten Jeneponto dikenal berbagai kegiatan/program baik telah dan maupun sedang dilaksanakan, antara lain: (1) Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin); (2) Bantuan Langsung Tunai (BLT); (3) Asuransi Kesehatan Untuk Keluarga Miskin (Askeskin); (4) Gerakan Pengembangan

32

Page 33: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Pengentasan Kemiskinan (Gerbang Taskin); (5) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP); (6) Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (P2KP-PAKET); (7) Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP); (8) Water and Sanitation for Low Income Community (WSLIC); (9) Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal (P2KP-DT); (10) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-Mandiri Perdesaan); dan (11) Crash Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis).

2.5.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Jeneponto hingga tahun 2007 mengalami perbaikan, antara lain diukur dengan meningkatnya partisipasi pendidikan yang meliputi pendidikan usia dini, pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non formal.

A. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini, disingkat PAUD, merupakan pendidikan persiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan dasar yang sekarang ini ditetapkan sembilan tahun. Pemerataan dan perluasan akses diupayakan bersama-sama oleh pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah berkonsentrasi pada pendidikan formal TK/RA serta mendorong peran serta swasta dan masyarakat untuk melakukan perluasan PAUD non formal, seperti Kelompok Bermain (KB) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Pada tahun 2006/2007, Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/RA mencapai 13,44 persen dari usia 2-4 tahun.

Lembaga satuan PAUD di Kabupaten Jeneponto mencapai 87 unit yang meliputi TK/RA swasta sebanyak 84 unit dan TK/RA negeri sebanyak tiga unit. Jumlah lembaga TK/RA tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah anak usia sekolah TK/RA yang mencapai 48.896 orang, sehingga diperlukan tambahan unit TK/RA agar mampu menampung anak usia pendidikan dini tersebut.

B. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Jeneponto hingga tahun 2007 rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 5,86 tahun dan proporsi penduduk berusia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SMP/sederajat masih sekitar 12,66 persen; SMA/sederajat 7,72 persen; Perguruan Tinggi 2,35 persen. Sementara itu angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas masih mencapai 28.119 orang atau mencapai 8,5 persen.

Angka Partispasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), pada jenjang pendidikan SD/MI mengalami peningkatan yang sangat berarti sebesar 118,38 persen di tahun 2007/2008, naik 10 persen dari 108,09 persen di tahun 2006/2007. APM

33

Page 34: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

sebesar 99,98 persen di tahun 2007/2008, naik 3,0 persen dari 97,09 persen di tahun 2006/2007. Jenjang pendidikan SMP/MTs tahun pelajaran 2007/2008, APK sebesar 95,06 persen, meningkat 8,0 persen dari 86,75 persen di tahun 2006/2007. APM sebesar 73,33 persen di tahun 2007/2008, naik 12 persen dari 61,8 persen di tahun 2006/2007.

Pemerataan dan perluasan akses memperhatikan kuantitas satuan pendidikan dengan meningkatkan prasarana dan sarana di jenjang pendidikan dasar, meliputi SD: 262 unit, SMP Negeri: 42 unit, SMP Swasta: 6 unit, MTs: 27 unit, MA: 12 unit, dan MI: 13 unit. Keadaan Lembaga Satuan Pendidikan Dasar di Kabupaten Jeneponto periode 2005–2007. Jumlah lembaga pendidikan khususnya tingkat Sekolah Dasar Negeri dari tahun 2005 sampai tahun 2007 sekitar 6,8 persem. Jumlah lembaga pendidikan untuk tingkat sekolah dasar, sudah dianggap memadai, di mana perbandingan jumlah penduduk usia 7-12 dengan jumlah lembaga hanya rata-rata sebesar 143 per lembaga pendidikan atau rata-rata sebesar 24 siswa per rombel. Pada tahun 2008/2009, rasio lembaga satuan pendidikan dasar dan jumlah siswa yaitu 182,63 persen dengan jumlah siswa 53.877 orang dan jumlah sekolah yaitu 295 unit.

Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada tahun 2006/2007, rata-rata putus sekolah SD/MI 360 orang (0,75 persen) dari jumlah siswa 50.200; SMP/MTs: 180 orang (1,51 persen) dari jumlah 13.360 orang. Pada tahun 2007-2008, angka putus sekolah SMP/MTs di Kabupaten Jeneponto masih tergolong rendah, yaitu 167 orang siswa dari 16.064 total siswa SMP/MTs. Tetapi menurut tingkat angka putus sekolah tertinggi pada tingkat 1 (satu) yaitu 71 orang dari 5.864 siswa (1,21 persen). Jika dilihat per kecamatan siswa putus sekolah tertinggi di Kecamatan Rumbia (3,33 persen), Tamalatea (3,17 persen) dan Tarowang (2,42 persen).

Pada tahun 2006/2007, ruang kelas milik SD/MI mencapai 41,16 persen dalam kondisi rusak (rusak ringan 17persen dan rusak berat 23,85 persen), lebih tinggi pada tahun 2007/2008 sebesar 29,18 persen kondisi rusak (rusak ringan 15,16 persen dan rusak berat 14,02 persen). Fakta ini menunjukkan bahwa masih terdapat 233 (14.02 persen) ruang kelas SD/MI yang dalam kondisi rusak berat dan 252 (15.16 persen) ruang kelas sd/mi rusak ringan, hal ini menunjukkan bahwa masih perlunya perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat dalam pembenahan ruang kelas. Untuk MTs (di luar SMP), yaitu 30,18 persen dalam kondisi rusak rusak (rusak ringan 17,75 persen dan rusak berat 12,43 persen). Pada tahun 2007/2008, Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTS masih tergolong rendah yaitu 167 orang siswa dari 16.064 total siswa SMP/MTS, tetapi menurut tingkat angka putus sekolah tertinggi pada tingkat 1(satu), yaitu 71 orang dari 5.864 siswa (1,21 persen).

Peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik bidang pendidikan secara kualitatif, yaitu ditandai dengan menciutnya kapasitas dewan pendidikan (DP) dan komite sekolah (KS), serta komite PLS merupakan kegiatan yang akan terhambat dilakukan dalam rangka pemberdayaan partisipasi masyarakat untuk ikut bertanggungjawab mengelola Dikdas. Lemahnya fungsi kedua kelembagaan tersebut

34

Page 35: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

secara optimal akan memperkuat pelaksanaan prinsip dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.

C. Pendidikan Menengah

Program pendidikan menengah didorong untuk mengantisipasi meningkatnya lulusan sekolah menengah pertama sebagai dampak positif pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, serta penguatan pendidikan vokasional baik melalui sekolah/madrasah umum maupun sekolah/madrasah kejuruan dan pendidikan nonformal, guna mempersiapkan lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi untuk memasuki dunia kerja.

Pengembangan model layanan alternatif pendidikan akan dilakukan khusus untuk daerah/desa tertinggal sebagai fasilitas untuk menampung lulusan SMP di daerah tersebut. Perluasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Kabupaten Jeneponto yang dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bentuk SMK, yaitu SMK di kawasan pesisir, SMK kecil di daerah terpencil dan perdesaan tertinggal. Sampai saat ini jumlah SMA sebanyak 14 unit, dan SMK 9 unit. Keseluruhan sekolah sebanyak 23 unit yang diharapkan mendukung pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah.

Kondisi pendidikan ditinjau dari pemerataan dan perluasan akses, mencakup Angka Partispasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B di Kabupaten Jeneponto sebesar 52,45 persen (2006/2007), berarti belum mencapai target nasional, yaitu 95 persen dan bermutu tinggi. Angka Partisipasi Sekolah (APS) pendidikan sekolah menengah (SMA/SMK/MA/Paket C) pada tahun 2006/2007 mencapai angka 30. Pada periode tahun 2005-2007, peningkatan mutu dan relevansi yang meliputi jenjang pendidikan SMA/MA siswa yang putus sekolah juga cenderung sedikit. Hanya ada satu sekolah yang memiliki angka putus sekolah di atas empat persen, selebihnya atau sebanyak 29 sekolah (hanya memiliki di bawah 1 persen yang putus sekolah). Angka putus sekolah (APS) SMA/MA menurut jenis kelamin pada tingkatan sekolah SMA, laki-laki mencapai 0,62 persen, sedangkan wanita yang hanya berkisar 0,33 persen.

Berdasarkan jumlah putus sekolah tersebut, angka putus sekolah lebih banyak pada tingkat 1 yang mencapai 1.49 persen untuk laki-laki. Angka tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Jeneponto angka putus sekolah pada tingkatan SMA/MA lebih didominasi laki-laki, hal ini disebabkan karena anak laki-laki pada umur tersebut banyak yang ikut membantu keluarganya untuk mencari nafkah di luar daerah. Ruang kelas di tingkatan SMA/MA/SMK tahun 2006/2007, yaitu 15,91 dalam kondisi rusak (rusak ringan 10,23 persen dan rusak berat 5,68 persen). Pada tahun 2007/2008, kondisi ruang kelas yang rusak meningkat sebesar 27,37 persen (rusak ringan 20,53 persen dan rusak berat 6,8 persen). Jumlah ruang kelas yang dalam kondisi rusak meliputi 39 rusak ringan dan 13 rusak berat.

35

Page 36: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Hingga tahun 2006-2007, rasio siswa per satu guru menurut jenis pendidikan, sebagai berikut: Sekolah Dasar (26 murid); Madrasah Ibtidayah (25 murid); Sekolah Menengah Pertama (15 siswa); Madrasah Tsanawiah (15 siswa); Sekolah Menengah Atas (18 siswa); Madrasah Aliyah (11 siswa) serta Sekolah Menengah Kejuruan (14 siswa). Sedangkan rasio siswa per satu sekolah pada tahun yang sama, yaitu Sekolah Dasar (194 murid); Madrasah Ibtidayah (203 murid); Sekolah Menengah Pertama (330 siswa); Madrasah Tsanawiah (209 siswa); Sekolah Menengah Atas (398 siswa) Madrasah Aliyah (150 siswa) serta Sekolah Menengah Kejuruan (203 siswa). Di samping kondisi rusak ruang kelas, kondisi siswa dan guru di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah juga perlu menjadi bahan kebijakan dan perencanaaan bidang pendidikan ke depan, misalnya peningkatan jumlah pengadaan ruang kelas baru (RKB), unit sekolah baru (USB), kegiatan rehabilitasi gedung sekolah, dan lain sebagainya.

D. Pendidikan Tinggi

Kondisi pendidikan tinggi sampai tahun 2007 terdapat tujuh buah perguruan tinggi, satu perguruan tinggi dengan status negeri (STIA- LAN) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan enam perguruan tinggi lainnya berstatus swasta (STIE YAPTI, STKIP, Universitas Muhammadiyah, STAI DDI, STAI YAPNAS, dan STAI Al-Amanah). Pemerataan dan perluasan akses ketujuh pendidikan tinggi tersebut ditandai dengan jumlah mahasiswa semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah mahasiswa (tidak termasuk STIA-LAN), sebanyak 824 orang (2004/2005); 1.188 orang (2005/2006); 2.131 orang (2006/2007); dan 3.683 orang (2007/2008).

E. Pendidikan Non Formal

Selama kurun waktu 2003-2007, angka buta aksara mengalami penurunan dengan menuntaskan 7.470 jiwa yang mengalami buta aksara. Pada tahun 2005, dari total jumlah (Laki-laki dan Perempuan: 26.915 orang) kinerja yang relatif baik terjadi pada peningkatan keaksaraan penduduk perempuan usia 30-44 tahun dalam kurun waktu yang sama, yaitu 15.689 orang. Sementara itu tingkat keaksaraan penduduk laki-laki usia 30-44 tahun meningkat sebesar 11.226 orang. Menurunnya angka buta aksara yang sangat mencolok pada kelompok usia muda yaitu usia 30-44 tahun (11.840 orang, laki-Laki: 3.960 orang dan Perempuan: 7.880 orang), sehingga Pemerintah Kabupaten Jeneponto meraih penghargaan “Anugerah Aksara” dalam memperingati Hari Aksara Internasional pada tahun 2005.

2.5.3. Pelayanan Kesehatan Pembangunan daerah disektor kesehatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, peningkatan akses masyarakat terhadap sarana pelayanan dan pembangunan pelayanan kesehatan terus meningkat, hal ini terlihat dari capaian indicator derajat kesehatan masyarakat Jeneponto. Pada tahun 2004, Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat Jeneponto 62,3 tahun meningkat

36

Page 37: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

menjadi 67,4 tahun pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi (AKB) berada pada angka 3,28 per 1000 KH (kelahiran hidup) jauh lebih kecil dari angka nasional 26,9 per 1000 KH pada tahun 2007. Angka Kematian Ibu (AKI) berada pada 88,3 per 100.000 KH jauh dibawah angka nasional yang berada pada tingkat 228 per 100.000 KH tahun 2007. Hasil pemantauan status gizi yang dilaksanakan pada tahun 2007 menunjukkan 324 (5,5 persen) anak berstatus gizi buruk, 1.413 (21,7 persen) anak berstatus gizi kurang, 4.601 (70,6 persen) anak berstatus gizi baik, dan 178 (2,7 persen) anak berstatus gizi lebih, angka ini juga menunjukkan pencapaian yang lebih baik dari angka nasional.Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Jumlah penderita TB Paru di Kabupaten Jeneponto tahun 2007 yang diobati sebanyak 313 penderita, dan yang sembuh sebanyak 211 orang berarti angka kesembuhan penderita TB Paru mencapai 67 %, pencapaian ini akan terus ditingkatkan sampai mencapai angka tingkat kesembuhan 85%. Kasus demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 69 kasus dengan angka serangan (attack rate) berkisar 0,1 persen dan CFR 2,9 persen, angka ini tidak mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang lebih besar. Kasus DBD ini lebih banyak ditemukan pada kelompok umur 5-14 tahun dan paling sedikit pada kelompok umur > 45 tahun.

Penderita diare dari kelompok Balita tertangani telah mencapai 93,4 persen. Penyakit kusta di Kabupaten Jeneponto tahun 2007 tercatat 278 penderita dengan penderita selesai berobat sekitar 16,9 persen, angka ini cenderung mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Angka serangan (attack rate) kasus rabies berkisar 0,1 persen dengan CFR 5,3 persen. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada umumnya diderita Balita sebanyak 390 jiwa, dan tertangani sebesar 94 persen.

Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pemerintah daerah dan masyarakat terus meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, hingga tahun 2007 tercatat 1 Rumah Sakit Umum type C; 17 Puskesmas yang tersebar di 11 kecamatan (9 Ruang Rawat Inap/RRI, 8 Non RRI); 55 unit Puskesmas Pembantu (Pustu); 41 unit Poliklinik Desa (Polindes); Puskesmas Keliling/PUSLING sebanyak 16 unit; Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebanyak 408 unit (Pratama: 13,7 persen, Madya: 14,5 persen, Purnama: 71,3 persen, dan Mandiri: 0,5 persen). Rumah Bersalin 1 unit, Balai Pengabatan/Klinik 1 unit, Apotek 4 unit, Toko Obat 15 unit, dan Tempat Praktek Dokter Perorangan 15 unit.

2.6 Politik, Hukum dan Kamtibmas

Konsolidasi demokrasi akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh kelembagaan demokrasi yang kokoh. Sampai dengan saat ini, proses awal demokratisasi dalam kehidupan sosial dan politik dapat dikatakan telah berjalan pada jalur dan arah yang benar yang ditunjukkan antara lain dengan terlaksananya pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 secara langsung, terbentuknya kelembagaan DPR,

37

Page 38: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

DPD dan DPRD hasil pemilihan umum langsung dengan jumlah kontestan/partai politik sebanyak 24 partai.

Pada sisi internal, pelembagaan penyaluran aspirasi masyarakat yang dilakukan partai politik, diantaranya pengadaan unit pengaduan masyarakat, media center, kunjungan kerja anggota (Reses) ke masyarakat, dan sebagainya. Di sisi eksternal, penyaluran aspirasi masyarakat melalui kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berserikat sudah menunjukkan perbaikan.

Secara umum, kualitas sumber daya manusia di bidang hukum, dari mulai para peneliti hukum, perancang peraturan perundang-undangan sampai tingkat pelaksana dan penegak hukum masih perlu peningkatan, termasuk dalam hal memahami dan berperilaku responsif gender. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di bidang hukum juga tidak terlepas dari belum mantapnya sistem pendidikan hukum yang ada. Apalagi sistem, proses seleksi serta kebijakan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) di bidang hukum yang diterapkan ternyata tidak menghasilkan SDM yang berkualitas.

Kondisi kemanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) saat ini semakin membaik, ditandai dengan menurunnya angka kriminalitas. Dari Keseluruhan jumlah kriminalitas di Kabupaten Jeneponto tahun 2007, tercatat jumlah pelanggaran pidana tertinggi ditempati jenis perkara Penganiayaan sebanyak 33 perkara. Selanjutnya, kasus Pencuriaan/Perampokan sebanyak 26 perkara, dan terendah berupa kasus Pengrusakan, hanya 1 (satu) kali.

2.7 Pemerintahan Umum

Berdasarkan PP nomor 8 tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah maka ditetapkan Perangkat Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jeneponto dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jeneponto serta Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Jeneponto. Susunan Perangkat Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto terdiri dari Sekretariat Daerah, meliputi sekretaris Daerah, 3 asisten dan 10 bagian Sekretariat Dewan meliputi sekretaris, 3 Bagian dan 1 kelompok jabatan fungsional, Dinas Daerah terdiri dari 12 Dinas dan Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 3 Badan dan 6 Kantor. Kabupaten Jeneponto terdiri dari 11 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Binamu, kecamatan Turatea, Kecamatan Kelara, Kecamatan Rumbia, Kecamatan Batang, Kecamatan Arungkeke, Kecamatan Tarowang, Kecamatan Tamalatea, Kecamatan

38

Page 39: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Bontoramba, Kecamatan Bangkala Kecamatan Bangkala Barat dan terdiri dari 113 Desa/Kelurahan meliputi 29 Kelurahan dan 84 Desa.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga yang menjadi partner pemerintah dalam menjalankan sistem pemerintahan di daerah. Berhasil tidaknya pembangunan suatu daerah tergantung pada kerjasama antara lembaga legislatif dan eksekutif daerah dalam kerangka demokrasi dan otonomi daerah. Jumlah Legislatif Kabupaten Jeneponto hasil Pemilu 2004 adalah 35 orang berasal dari 12 partai politik.

2.8 Isu-Isu Strategis Daerah

Berdasarkan gambaran umum kondisi daerah yang meliputi kondisi geomorfologis, perekonomian daerah, infrasruktur dan prasarana wilayah, sosial budaya, politik, hukum, kamtibmas, dan pemerintahan umum sebagaimana dinarasikan sebelumnya, dan dengan memperhatikan perkembangan dan tantangan pembangunan ke depan, maka isu-isu strategis yang masih dihadapi oleh Kabupaten Jeneponto, khususnya dalam lima tahun ke depan digambarkan sebagai berikut:

A. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

Meskipun indeks mengalami peningkatan dari kurun waktu 2003-2007 namun posisi relatif masih berada pada peringkat 23 kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan. Dalam lima tahun periode kepemimpinan ke depan, peningkatan peringkat IPM ini merupakan isu strategis yang paling utama untuk mencapai visi pembangunan Kabupaten Jeneponto.

Untuk mencapai hal tersebut, Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang telah dicanangkan untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk, melalui peningkatan rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas. Program yang sejalan dengan itu, juga dicanangkan untuk menurunkan angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas. Pada bidang kesehatan, ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan masyarakat akan terus ditingkatkan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas layanan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, terutama meningkatkan Usia Harapan Hidup (UHH). Disamping itu pengembangan ekonomi daerah berbasis kerakyatan dan bernilai tambah tinggi untuk meningkatkan indeks komposit paritas daya beli (puschasing power parity) sebagai indikator standar hidup layak bagi masyarakat Kabupaten Jeneponto dalam lima tahun ke depan.

B. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran

Salah satu isu yang memerlukan perhatian pada pembangunan pada masa mendatang adalah Isu Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran. Isu penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran menjadi isu yang utama dan sangat penting karena pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin di Kabupaten

39

Page 40: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Jeneponto masih cukup banyak, demikian pula dengan jumlah pengangguran pada tahun 2007 masih cukup tinggi yakni sebanyak 4.048 jiwa (2,28%). Walaupun jumlah Rumah Tangga Miskin dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, namun perlu tetap dioptimalkan penanganannya dengan menetapkan target-target capaian yang signifikan.Pencapaian target tersebut dilakukan melalui upaya-upaya perlindungan dan keberpihakan terhadap rakyat miskin dengan meningkatkan produksi dan menekan konsumsi pada tingkat rumah tangga miskin, peningkatkan akses dan mutu pelayanan dan infrastruktur dasar, peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses-proses pembangunan, serta peningkatkan usaha rakyat dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat

C. Pengelolaan Sumberdaya Alam

Produktifitas sumberdaya alam (SDA) masih relatif rendah, antara lain karena adanya pengaruh dari dampak perubahan lingkungan global, optimalisasi pemanfaatan lahan yang belum optimal, keterbatasan sumber daya air dan pengelolaannya masih terbatas, sektor pertambangan belum dikelola secara optimal. Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB masih dominan (54,39 persen), sedangkan dukungan SDA pertanian semakin terbatas, sementara disisi lain kontribusi terbesar kedua (20,05) merupakan sektor jasa non-produktif. Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan belum optimal (telah dibangun KIPPT sebagai power drive dengan beberapa komponen utama yang telah dibangun: SMK Kelautan, Sarana Pariwisata/Hotel, PPI dan Mesin Pengolahan Rumput Laut). Sebagian besar hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan belum memberikan nilai tambah(pada umumnya masih merupakan produk primer).

D. Pengembangan Komoditas Unggulan

Kurangnya optimalisasi pengelolaan komoditas unggulan daerah mengakibatkan nilai tukar beberapa komoditas unggulan, khususnya pada usaha perikanan dan kelautan mengalami penurunan. Komoditas unggulan belum dikembangkan secara optimal, antara lain terdapat 5 (lima) komoditas unggulan daerah, yaitu Jagung, Rumput Laut, Ubi Kayu, Padi, Cabe. Pengembangan wilayah dan penentuan klaster yang bertumpu pada sektor pertanian menjadi tantangan pembangunan, berkaitan dengan kualitas, tingkat produktivitas, nilai unggulan komoditas unggulan masih belum membaik.

E. Akselerasi Pertumbuhan dan Produktivitas Kerja

Pertumbuhan ekonomi daerah dalam lima tahun terakhir, menunjukkan angka yang belum signifikan. Ketergantungan pada sektor pertanian, meskipun menunjukkan kecenderungan yang menurun, tetapi masih menunjukkan peran yang sangat dominan (di atas 50 persen) terhadap perekonomian daerah. Kondisi tersebut diakibatkan oleh rendahnya nilai tambah ekonomi yang mampu dihasilkan oleh sektor-sektor yang dominan di daerah ini. Karena itu diperlukan aktivitas ekonomi masyarakat yang mampu mendorong akselerasi pembangunan, salah satunya melalui peningkatan nilai

40

Page 41: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

tambah, peningkatan daya saing dan optimalisasi faktor produksi pada sektor-sektor ekonomi yang produktif.

Banyaknya pekerja yang bekerja di lapangan kerja yang kurang produktif, juga akan berakibat pada rendahnya pendapatan yang menyebabkan pekerja rawan terjatuh di bawah garis kemiskinan. Pekerja yang bekerja pada lapangan kerja yang kurang produktif dapat dilihat dari banyaknya jumlah pekerja setengah penganggur yaitu orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Kondisi ini harus dapat diatasi dengan melakukan akselerasi pertumbuhan dan produktivitas kerja melalui implementasi program-program pembangunan yang strategis, termasuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi daerah untuk lima tahun ke depan.

D. Pengembangan Kawasan Tertinggal

Salah satu tantangan utama dalam periode kepemimpinan lima tahun ke depan adalah penanganan secara khusus pada desa-desa yang tergolong tertinggal dan sangat tertinggal. Kondisi kehidupan masyarakat desa tertinggal dan sangat tertinggal merupakan gambaran kehidupan masyarakat perdesaan dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi, keterbelakangan tingkat pendidikan, di mana sebagaian besar penduduknya berpendidikan tidak mencapai wajib pendidikan dasar sembilan tahun dan produktivitas masyarakat yang rendah.

Selain itu, masih terdapat kawasan yang tergolong kumuh pada daerah pantai dan kawasan pesisir. Pada kawasan tersebut, mulai dari tingkat kepadatan penduduk, kepadatan rumah dan bangunan hingga jumlah penduduk miskin yang tergolong tinggi. Kegiatan usaha ekonomi masyarakat masih mengandalkan sektor informal; kondisi rumah dan bangunan yang tidak layak huni; ketidakteraturan tata letak rumah dan bangunan; tingkat kerawanan kondisi kesehatan dan lingkungan yang tinggi; dan tingkat kerawanan sosial serta angka kriminalitas yang disebabkan oleh tingginya kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.

E. Pembangunan Gender

Kualitas hidup dan peran perempuan yang belum optimal, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik. Keadilan dan kesetaraan gender belum sepenuhnya dapat diwujudkan karena masih kuatnya pengaruh dari nilai-nilai sosial budaya yang patriarki, yaitu menempatkan perempuan dan laki-laki pada kedudukan dan peran yang berbeda dan tidak setara, sehingga terjadi diskriminasi terhadap perempuan. Kurangnya perhatian terhadap pemberdayaan perempuan, khususnya untuk kesehatan perempuan menyebabkan tingginya angka kematian ibu, serta tidak terprogramnya keluarga berencana dan ketidakcukupan konsumsi nutrisi khususnya perempuan hamil dan menyusui.

41

Page 42: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Masalah keterwakilan suara dan kebutuhan perempuan dalam pengambilan keputusan kebijakan publik juga sangat penting, karena produk kebijakan yang bias gender hanya akan melanggengkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan terhadap perempuan yang berakibat pada pemiskinan kaum perempuan.

F. Penguatan Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat

Penyelenggaraan pemerintahan menghadapi tantangan yang kian kompleks, akuntabilitas, transparansi, efisiensi dan efektivitas layanan publik merupakan instrumen-instrumen yang harus ada untuk mencapai kinerja pemerintahan yang optimal untuk mengantarkan masyarakatnya mencapai tingkatan kesejahteraan yang diinginkan.

Salah satu yang harus berperan mengontrol dan meningkatkan pelayanan pemerintah adalah kelembagaan masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa penyebab utama kegagalan kebijakan dan program pembangunan dalam mengatasi berbagai masalah adalah lemahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, mulai dari proses perumusan perencanaan, implementasi program hingga pada pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan.

42

Page 43: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN NILAI DASAR

3.1. Visi

Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Dalam jangka panjang, Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Jeneponto sebagaimana termaktub di dalam RPJPD Kabupaten Jeneponto Tahun 2006-2026 adalah ”Jeneponto yang Maju, Tangguh dan Bermartabat dengan Bernafaskan Keagamaan”.

Dengan mengacu pada visi pembangunan jangka panjang tersebut dan mengakomodasi Visi dan Misi Bupati/Wakil Bupati terpilih serta mempertimbangkan kondisi obyektif, tahap perkembangan, hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, dan prospek pembangunan Kabupaten Jeneponto ke depan, maka Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Jeneponto dalam jangka menengah (2008-2013) adalah:

”Terwujudnya Masyarakat Jeneponto yang Sejahtera dan Bermartabat”

Secara substansial visi di atas memiliki makna bahwa Kabupaten Jeneponto berorientasi terhadap pencapaian masyarakat Jeneponto yang Sejahtera dan Bermartabat.

Pernyataan sejahtera dimaksudkan bahwa masyarakat Jeneponto menjadi sejahtera dari aspek ekonomi, sosial budaya, dan politik yang dicirikan oleh terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat (pendidikan, kesehatan, pangan, tempat tinggal, dan pekerjaan), meningkatnya usia harapan hidup, terwujudnya keamanan dan ketertiban yang ditandai oleh menurunnya angka kriminalitas, menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran, terbinanya kehidupan keagamaan yang baik serta terciptanya kehidupan politik yang kondusif dan dinamis.

Pernyataan bermartabat dimaksudkan sebagai tekad masyarakat Jeneponto untuk berdiri sejajar dengan daerah lain yang lebih maju, terutama di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, yang ditandai oleh meningkatnya dan membaiknya posisi relatif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi urutan 11 di Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Misi

Untuk mendukung pencapaian visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Jeneponto, maka dirumuskan misi sebagai berikut:

43

Page 44: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

1. Memperkuat kelembagaan pemerintah dan masyarakat; 2. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat; 3. Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah secara merata; dan 4. Memperkuat dan memberdayakan ekonomi kerakyatan.

3.3. Tujuan dan Sasaran

Dengan mengacu pada Visi dan Misi di atas, maka telah dirumuskan tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Jeneponto dalam lima tahun mendatang (2008-2013).

Terkait dengan misi memperkuat kelembagaan pemerintah dan masyarakat, maka tujuan pembangunan daerah diarahkan pada upaya: (i) meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparatur pemerintah untuk menuju kepada terciptanya good governance; dan (ii) meningkatkan keberdayaan masyarakat yang partisipatif dan responsif, dengan sasaran yang ingin dicapai: (i) meningkatnya kapasitas dan kompetensi aparatur pemerintah daerah dalam mewujudkan pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan minimal; (ii) terwujudnya kelembagaan pemerintah yang kuat dan profesional; dan (iii) terciptanya kelembagaan masyarakat yang berdaya, partisipatif dan responsif.

Terkait dengan misi mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, maka tujuan pembangunan daerah diarahkan pada upaya: (i) mengembangkan pola kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam hubungan yang setara, harmonis dan dinamis; (ii) menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan ekonomi daerah; dan (iii) meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dengan sasaran yang ingin dicapai: (i) terciptanya pola hubungan yang setara dan harmonis antara pemerintah, swasta dan masyarakat; (ii) meningkatnya peran dan partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan; (iii) terciptanya kemudahan akses masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan; (iv) tersedianya regulasi yang menjamin keamanan dan kemudahan investasi di daerah; (v) terwujudnya kekhasan yang merujuk pada potensi kewilayahan dan kearifan lokal daerah; dan (vi) meningkatnya kualitas pelayanan publik

Terkait dengan misi meningkatkan sarana dan prasarana wilayah secara merata, maka tujuan pembangunan daerah diarahkan pada upaya: (i) meningkatkan penataan dan pemanfaatan ruang; dan (ii) meningkatkan ketersediaan infrastruktur baik infrastruktur wilayah maupun infrastruktur dasar serta keirigasian, dengan sasaran yang ingin dicapai: (i) terpenuhinya kebutuhan infrastruktur dalam mendukung percepatan pembangunan ekonomi daerah khususnya pada wilayah-wilayah terisolasi; (ii) meningkatnya penataan ruang melalui proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; (iii) terpenuhinya kebutuhan infrastruktur dasar pendidikan dan kesehatan; dan (iv) meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang mendukung pengembangan komoditas unggulan.

44

Page 45: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Terkait dengan misi memperkuat dan memberdayakan ekonomi kerakyatan, maka tujuan pembangunan daerah diarahkan pada upaya: (i) meningkatkan kemampuan lembaga dan pelaku ekonomi kerakyatan serta dunia usaha; dan (ii) meningkatkan kemandirian bagi pelaku koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; dan (iii) mempermudah akses modal dan pemasaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin, dengan sasaran yang ingin dicapai: (i) meningkatnya kemampuan lembaga dan kemampuan pelaku ekonomi kerakyatan; (ii) tersedianya regulasi yang menjamin kemudahan akses permodalan bagi masyarakat miskin dan pelaku sektor ekonomi; (iii) terwujudnya profesionalisme pelaku koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; (iv) meningkatnya akses informasi bagi pelaku ekonomi kerakyatan terhadap mutu produksi dan pemasaran; dan (v) meningkatnya kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi.

3.4. Nilai Dasar

Nilai-nilai luhur yang digali dari ajaran agama dan kearifan lokal yang dibangun dan sekaligus dipedomani dalam proses pembangunan jangka menengah Kabupaten Jeneponto adalah siri’ na pace; sikamaseang; sipakatau; sipakalabbiri; sipakainga; sipakalalo; toddopuli; empo sipitangarri; iya kana iya rupa gau; kuntu tojeng, tatta’ tojeng; abbulo sibatang accera sitongka-tongka; yang bermakna perlunya menjalin kerjasama, teguh dan komitmen kuat dalam memegang prinsip dan kebenaran, kebersamaan dan kesetiakawanan sosial berdasarkan penghargaan kepada sesama manusia atau kelompok manusia, serta saling mengingatkan kepada kebaikan dan saling mencegah pada kejahatan. 

Prinsip dan nilai lain yang dilahirkan sekaligus anutan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Jeneponto adalah:

1. Kepentingan Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan masyarakat umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif dengan mengutamakan masyarakat sebagai penerima manfaat bukan objek pembangunan tetapi berperan serta dalam setiap program pembangunan.

2. Profesionalitas dan Kemandirian adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar mampu memberikan pelayanan secara prima kepada masyarakat sebagai wujud pengabdian yang tulus (akkusiang). Asas ini juga menghendaki perwujudan pemerintahan yang mampu mengembangkan sikap reward and punishment bagi warganya. Dalam arti bahwa penghargaan akan diberikan pada siapapun yang berprestasi, demikian pula dengan hukuman diberikan tanpa diskriminasi. Berbasis pada nilai kerja keras yang berbasis pada keyakinan bahwa pembangunan hanya dapat berhasil melalui kerja keras yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai semangat kerja, tekad untuk pantang mundur sebelum berhasil dalam falsafah takkalai nisombalang kualleangngangi tallangi natowaliya;

3. Transparansi adalah terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap semua informasi terkait seperti berbagai peraturan peraturan perundang-

45

Page 46: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

undangan serta kebijakan pemerintah baik ditingkat pusat maupun di daerah. Nilai ini telah mewujud dalam perilaku sosial leluhur yakni kebiasaan empo sipitangarri, bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah, dapat diakses/diketahui oleh masyarakat dan dapat diketahui secara jelas proses perumusan kebijakan publik dan pelaksanaannya.

4. Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pemerintah daerah harus dapat dipertanggung jawabkan atas keberhasilan maupun kegagalanya dalam melaksanakan misinya dan pencapaian tujuan serta sasaran yang ditetapkan secara periodik. Pernyataan ini termaktub dalam pesan leluhur iya kana iya rupa gau; bahwa apa yang telah dinyatakan/direncanakan maka itulah yang harus dilaksanakan. Setiap instansi pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pencapaian organisasinya dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya mulai dari tahap perencanaan, implementasi sampai pada pemantauan dan evaluasi kepada masyarakat.

5. Kepastian hukum adalah sistem kepemerintahan yang dapat menjamin kepastian hukum, rasa keadilan dan perlindungan hidup bagi masyarakat serta mendorong partisipasi masyarakat dalam penegakan dan ketaatan terhadap hukum. Kuntu tojeng; tatta tojeng sebagai nilai yang menjamin bahwa aturan atau kebenaran harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

6. Demokratis dapat dicermati melalui angngaru-mangngaru, sumpah kesetiaan dan kontrak sosial antara pemerintah dan masyarakat. Assamaturu; passamaturukang; abbulo sibatang; a’rappungang; Persatuan dan kesatuan dengan makna kebersamaan dalam kemufakatan sebagai kiat untuk mempertemukan berbagai aspirasi masyarakat menjadi basis harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara. Adat lebih menentukan dari penguasa, bahkan rakyat lebih menentukan dari adat. Kekuasaan di tangan rakyat, terungkap dalam amanah kearifan lokal parentai tauwa ri ero’na, siri’na tumabuttayya niaki ri pammarentana.

46

Page 47: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IVSTRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 14 menyebutkan bahwa RPJMD merupakan penjabaran Visi, Misi dan Program Kepala Daerah Terpilih. Secara substansial, Visi, Misi, dan Program Bupati/Wakil Bupati Terpilih memuat 1 (satu) visi, 4 (empat) misi dan 7 (tujuh) strategi dan arah kebijakan pokok yang kemudian dikenal dengan sebutan Agenda 1-4-7. Dalam falsafah hidup masyarakat Bugis-Makassar, “Satu-Empat-Tujuh” dapat diartikan sebagai “Se’re Pattuju”, yang mengandung makna sangat dalam yaitu “sebuah komitmen menuju satu tujuan bersama”.

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 memuat agenda yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat Jeneponto yang semakin sejahtera dan bermartabat. Visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan dalam bab sebelumnya, kemudian dijabarkan ke dalam strategi dan arah kebijakan serta program pembangunan daerah.

Dengan mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto periode tahun 2008–2013 serta dengan memperhatikan berbagai aspek keberhasilan yang telah diraih, beberapa masalah yang belum terselesaikan, dan beragam potensi dan peluang yang tersedia, maka telah dirumuskan strategi dan arah kebijakan pokok untuk lima tahun ke depan sebagai berikut:

Strategi 1: Perbaikan Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pembangunan manusia menjadi fokus kebijakan Pemerintah Kabupaten Jeneponto lima tahun ke depan, terutama untuk kepentingan kesejahteraan dan kemartabatan masyarakat Jeneponto. Untuk memperbaiki IPM lima tahun kedepan, telah ditetapkan arah kebijakan sebagai berikut: (i) pemberian subsidi dan bantuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar secara bertahap; (ii) peningkatan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan; (iii) memperbesar alokasi anggaran untuk bidang pendidikan dan kesehatan dasar; (iv) sosialisasi dan kampanye secara massif mengenai pentingnya pendidikan dan kesehatan; (v) peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat melalui peningkatan produktivitas perluasan lapangan kerja.

Strategi 2: Perbaikan Taraf Hidup Masyarakat

Untuk memperkuat upaya peningkatan kesejahteraan dan kemartabatan masyarakat Jeneponto, maka strategi lain yang dilakukan adalah melalui perbaikan taraf hidup masyarakat. Strategi ini akan dilakukan dengan 2 (dua) skema pencapaian hasil, yaitu (1) menurunkan atau memperkecil beban pengeluaran penduduk miskin; (2) peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk miskin. Arah kebijakannya adalah:

47

Page 48: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Terkait dengan skema pertama, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) pemberian subsidi atau bantuan pelayanan kesehatan dan pendidikan secara bertahap; (ii) memberikan bantuan dan subsidi kepada penduduk miskin terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan; dan (iii) peningkatan akses penduduk terhadap air bersih dan perbaikan sanitasi. Sedangkan terkait dengan skema kedua, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) membuka lapangan kerja seluas-luasnya, khususnya bagi penduduk miskin; (ii) memberikan bantuan modal usaha mikro kepada penduduk miskin untuk membuka usaha-usaha kecil (sektor informal) yang disertai dengan upaya pemantauan; (iii) melakukan pembinaan, pendidikan dan pelatihan secara terstruktur sesuai dengan bidang usaha yang digeluti; (iv) memberikan akses petani terhadap air untuk lahan pertanian, pupuk dan aneka varietas bibit unggul; dan (v) melanjutkan pembangunan fasilitas infrastruktur jalan diwilayah-wilayah terpencil guna lebih memperlancar mobilitas barang dan jasa.

Strategi 3: Peningkatan Pelayanan Publik

Peningkatan pelayanan publik di Kabupaten Jeneponto masih tetap menjadi perhatian utama dalam pembangunan Kabupaten Jeneponto dalam lima tahun mendatang. Untuk itu akan dilakukan perancangan sedemikian rupa dan mengalokasikan anggaran secara proposional untuk bidang pelayanan publik.

Berdasarkan strategi tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) peningkatan porsi alokasi belanja pemerintah terhadap pelayanan publik termasuk sarana dan prasarana sektor infrastruktur, sektor kesehatan dan pendidikan dengan tetap memperhatikan kualitas; (ii) peningkatan alokasi belanja pemerintah dalam pengembangan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia bidang kesehatan dan pendidikan; dan (iii) peningkatan kualitas sumber daya manusia pemerintah daerah yang terkait dengan perumusan program prioritas dan pengelolaan anggaran publik untuk peningkatan pelayanan publik.

Strategi 4: Pengembangan Komoditas Unggulan

Sebagai daerah yang memiliki basis ekonomi di sektor pertanian, pengembangan komoditas unggulan dan andalan merupakan sebuah keharusan. Melalui pengembangan komoditas unggulan dan andalan, taraf hidup masyarakat akan meningkat, kemiskinan akan berkurang, aktivitas ekonomi masyarakat akan bergerak, dan perekonomian daeraha akan berputar. Komoditas unggulan yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam lima tahun ke depan, yaitu Jagung, rumput laut, garam dan kambing, sedangkan komoditas andalan adalah padi, ubi kayu, cabe, udang, ikan bandeng dan ternak kuda. Berdasarkan strategi tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) peningkatan dukungan kebijakan pemerintah yang terkait dengan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta produktivitas melalui pemberian bantuan bibit unggul, kredit lunak, pengenalan teknologi dan perluasan jaringan transportasi; (ii) peningkatan dukungan kebijakan pemerintah yang terkait dengan penguatan kelembagaan local

48

Page 49: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

melalui pembinaan dan pelatihan petani-petani lokal; dan (iii) peningkatan dukungan pemerintah yang terkait dengan pengembangan jaringan kemitraan dan pemasaran dengan melibatkan berbagai stakeholder termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat.

Strategi 5: Penguatan dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Strategi pengembangan ekonomi kerakyatan akan diarahkan pada pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam daerah, dengan fokus pada 3 (tiga) kegiatan usaha ekonomi kerakyatan, yaitu: (1) pertanian, (2) industri kecil dan rumah tangga, (3) jasa buruh kasar.

Berdasarkan strategi tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) pemberikan subsidi dan bantuan khusus kepada petani berlahan sempit dan buruh tani; (ii) peningkatkan akses pelaku usaha industri kecil, industri rumah tangga dan sektor informal lainnya terhadap sumberdaya dan pasar; (iii) peningkatan kemampuan pelaku sector jasa dan tenaga buruh kasar, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan; dan (iv) pembebasan masyarakat dari pajak dan retribusi daerah yang bersifat distorsif.

Strategi 6: Penguatan Kelembagaan Pemerintah Daerah dan Masyarakat

Agar daerah ini bisa tetap menjadi yang terdepan di bidang kesiapan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada pelaku usaha, penguatan kelembagaan akan diarahkan dalam penguatan kelembagaan pemerintah dan penguatan kelembagaan masyarakat.

Berdasarkan strategi tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah; khususnya kapasitas dan kompetensi aparat pemerintah daerah yang secara fungsional bersentuhan langsung dengan masyarakat; (ii) peningkatan kualitas dan profesionalisme aparat pemerintah daerah; (iii) pengembangan rentang-kendali pemerintahan, sebagai upaya mendekatkan pemerintahan kepada rakyat; (iv) efektivitas koordinasi antar unit kerja guna mengoptimalkan fungsi pemerintahan; (v) pendelegasikan sebagian kewenangan ke tingkat pemerintah lebih rendah guna mengoptimalkan pelayanan publik; (vi) pengembangan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi; dan (vii) restrukturisasi organisasi serta reorientasi fungsi dan peran pemerintah daerah guna menciptakan pemerintahan yang solid dan efisien.

Penguatan kelembagaan masyarakat diperlukan untuk mendorong partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan daerah. Arah kebijakan yang dilakukan dalam upaya penguatan kelembagaan masyarakat, yaitu: (i) peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat agar mampu mengakses sumber daya; (ii) peningkatkan kualitas sumberdaya manusia; dan (iii) pemberian pembinaan, dukungan, fasilitas, bantuan, dan apresiasi kepada organisasi-organisasi kemasyarakatan.

49

Page 50: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Strategi 7: Pemantapan Kehidupan Keagamaan

Dalam perspektif pembangunan Jeneponto, nilai-nilai keagamaan harus mampu diwujudkan menjadi nilai-nilai dasar dan ditransformasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif pembangunan, nilai-nilai keagamaan harus mampu diaktualkan untuk memerangi 4 (empat) hal yang menjadi sasaran pembangunan nasional dan daerah dewasa ini, yakni: pertama, memerangi kebodohan (pendidikan); kedua, memerangi kemiskinan (ekonomi); ketiga, memerangi kesakitan (kesehatan); dan keempat, memerangi kebathilan (hukum). Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut, maka kebijakan akan diarahkan pada:

Berdasarkan strategi tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan pada: (i) penempatan nilai-nilai keagamaan sebagai spirit utama dalam memerangi kebodohan melalui kesadaran akan pentingnya pendidikan pada setiap tingkatan social masyarakat; (ii) penempatan nilai-nilai keagamaan dalam meningkatkan etos kerja agar mampu keluar dari belenggu kemiskinan, khususnya kemiskinan ekonomi; (iii) pengamalan ajaran keagamaan untuk senantiasa hidup sehat, antara lain dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan rumah tangga dan lingkungan kerjanya masing-masing; (iv) mendorong terciptanya masyarakat yang taat terhadap hukum, baik hukum formal apalagi hukum-hukum agama, agar masyarakat terhindar dari perilaku tidak terpuji.

50

Page 51: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB VKEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

5.1. Kebijakan Pembangunan Daerah

Program merupakan instrumen yang akan diintegrasikan ke dalam beberapa kegiatan operasional dalam upaya mewujudkan indikator sasaran dari strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah. Berdasarkan agenda pembangunan Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013 yang dijabarkan dalam 7 (tujuh) strategi dan arah kebijakan pokok pembangunan daerah, maka dirumuskan kebijakan dan program-program indikatif pembangunan daerah berdasarkan pendekatan urusan wajib dan urusan pilihan menurut sektor/bidang pembangunan sebagai berikut:

1. Perbaikan Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor yang mendukung strategi ini adalah Pendidikan, Kesehatan, Tenaga Kerja dan Sosial, Penanaman Modal, Kelautan dan Perikanan, Perkebunan, Perencanaan Pembangunan, Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera dan Perpustakaan.

2. Perbaikan Taraf Hidup Masyarakat, sektor yang mendukung strategi ini adalah

Kesehatan, Pekerjaan umum, Tenaga Kerja dan Sosial, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pertanian, Perdagangan, Industri dan Pertambangan, Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera.

3. Peningkatan Pelayanan Publik, sektor yang mendukung strategi ini adalah Perencanaan, Pekerjaan umum, Perhubungan, Tenaga Kerja dan Sosial, Penataan Ruang, Pariwisata, Pertanian, Kesehatan, Pendidikan, Ketahanan Pangan, Lingkungan Hidup, Kependudukan dan Catatan Sipil dan Perpustakaan.

4. Pengembangan Komoditas Unggulan, sektor yang mendukung strategi ini adalah Penataan Ruang, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Penanaman Modal, Pertanian, Pariwisata, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan dan Perdagangan, Industri dan Pertambangan.

5. Penguatan dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, sektor yang mendukung strategi ini adalah Perhubungan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pertanian, Kelautan dan Perikanan,

6. Penguatan Kelembagaan Pemerintah Daerah dan Masyarakat, sektor yang mendukung strategi ini adalah Pendidikan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Perencanaan Pembangunan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pertanian, Pariwisata dan Ketahanan Pangan.

7. Pemantapan Kehidupan Keagamaan sektor yang mendukung strategi ini adalah bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan, Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.

51

Page 52: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

5.2. Program Pembangunan Daerah

1. Pendidikan

Kebijakan sektor pendidikan meliputi: (1) pendidikan gratis; (2) pengentasan buta aksara; (3) meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan; (4) mengembangkan sekolah kejuruan berbasis sumber daya lokal; (5) mengembangkan sekolah berstandar internasional; dan (6) peningkatan life skill masyarakat,

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif sektor pendidikan adalah: (1) Program Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; (2) Program Peningkatan Pendidikan Menengah; (3) Program Pendidikan Non Formal; (4) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan; (5) Program Pembinaan dan Partisipasi Generasi Muda; (6) Program PAUD; (7) Program Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan; (8) Program Pembinaan Olahraga; (9) Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda; (10) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan; (11) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga; (12) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

2. Kesehatan

Kebijakan sektor kesehatan meliputi: (1) meningkatkan akses dan jangkauan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan terutama dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI), perbaikan status gizi balita, dan peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat; (2) mengembangkan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan terutama bagi penduduk miskin; (3) peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini; (4) peningkatan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar dan rujukan; (5) meningkatkan akses masyarakat terhadap kebutuhan sarana sanitasi dan air bersih; dan (6) mengembangkan lingkungan sehat, perilaku hidup bersih dan sehat dengan pendekatan kultur dan nilai-nilai agama.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif sektor kesehatan adalah: (1) Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat; (2) Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dan Perorangan (UKM/UKP); (3) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, (4) Program Perbaikan Gizi Masyarakat; (5)Program Pencegahan dan penanggulangan Penyakit (Menular dan Tidak Menular; (6) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita; (7) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia; (8) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak; (9) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin; (10) Obat dan Perbekalan Kesehatan; (11) Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi); (12) Program Pengembangan Lingkungan Sehat; (13) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan; (14) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Pustu dan Jaringannya; (15) Pengadaan, Peningkatan dan

52

Page 53: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Perbaikan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah Sakit Mata; (16) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah Sakit Mata; (17) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan; (18) Pengembangan Otonomi Daerah Bidang Kesehatan; (19) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; (20) Program Peningkatan Pengembangan Mutu SDM pelayanan kesehatan masyarakat; (21) Program Peningkatan Kebijakan, Manajemen dan Sistem Informasi Kesehatan; (22) Program Pengawasan Obat dan Makanan; (23) Pengembangan Manajemen Bidang Pelayanan Kesehatan; (24) Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan.

3. Pekerjaan Umum

Kebijakan sektor pekerjaan umum meliputi: (1) peningkatan pembangunan jalan dan jembatan di wilayah-wilayah terpencil dan sentra produksi guna lebih memperlancar mobilitas manusia, barang dan jasa; (2) peningkatan pengelolaan sumberdaya air meliputi penyediaan air bersih dan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi; (3) peningkatan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan serta sarana dan prasarana irigasi; dan (4) peningkatan sarana dan prasarana permukiman pada daerah perkotaan dan pedesaan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif sektor pekerjaan umum adalah: (1) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah; (2) Program Pembangunan Kawasan Kumuh; (3) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya; (4) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan; (5) Program Pembangunan Jalan Lingkungan, Jalan Setapak dan Jembatan; (6) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; (7) Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan; (8) Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong – Gorong/ Kanal Permukaan; (9) Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan; (10) Program Pembangunan Air Minum Perkotaan/Pedesan; (11) Program Pembangunan Air Limbah Perkotaan; (12) Program Pembangunan Sanitasi Perkotaan; dan (13) Program Jaringan Irigasi Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya.

4. Penataan Ruang

Kebijakan bidang penataan ruang meliputi: (1) mewujudkan keserasian, kelestarian dan optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan potensi dan daya dukung wilayah dengan mengembangkan struktur dan pola tata ruang yang efisien, efektif dan berkelanjutan; dan (2) peningkatan pelayanan IMB, kebersihan lingkungan yang sehat menuju masyarakat sehat dan sejahtera.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang penataan ruang adalah: (1) Program Pengembangan Perumahan; (2) Program Pemanfaatan Ruang; (3) Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang; (4) Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana

53

Page 54: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Alam/Sosial; (5) Program Lingkungan Sehat Perumahan; (6) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan; (7) Program Ruang Terbuka Hijau; (8) Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran; dan (9) Program Perencanaan Tata Ruang.

5. Perencanaan Pembangunan

Kebijakan bidang perencanaan pembangunan meliputi: (1) menciptakan sistem dan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang aplikatif, dinamis, terarah dan terpadu; (2) meningkatkan koordinasi sektoral untuk menciptakan sinergitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; (3) mengembangkan penelitian-penelitian strategis; dan (4) penciptaan tatanam lingkungan yang kondusif dan antraktif bagi tumbuhkembangnya kelembagaan masyarakat yang mandiri melalui regulasi termasuk dokumen perencanaan dan implementasi pendekatan-pendekatan pembangunan partisipatif.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang perencanaan pembangunan adalah: (1) Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi; (2) Program Sosial Budaya; (3) Program Perencanaan Prasarana dan Sarana Wilayah; (4) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah; (5) Program Perencanaan Pembangunan Daerah; (6) Program Pengembangan Data/Informasi; dan (7) Program Kerjasama Pembangunan.

6. Perhubungan

Kebijakan sektor perhubungan meliputi: (1) peningkatan pembangunan transportasi lokal yang handal untuk menunjang sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, peningkatan mobilitas manusia dan atau barang antar wilayah dalam kabupaten, antar kabupaten dalam provinsi, antar provinsi/pulau; (2) mewujudkan sistem dan pelayanan transportasi yang efisien dan efektif; dan (3) peningkatkan pembangunan sarana angkutan darat, prasarana dan sarana perhubungan laut dan telekomunikasi, informasi.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif sektor perhubungan adalah: (1) Program Sarana dan Prasarana Perhubungan; (2) Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor; (3) Program Pelayanan Informasi Publik (Radio dan Penerangan Keliling); (4) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan; (5) Program Peningkatan Ketertiban dan Pengaman Lalu Lintas; (6) Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan; (7) Program Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat; (8) Program Sarana dan Prasarana Perhubungan Laut; (9) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ; (10) Program Peningkatan Kualitas Materi dan Penyebaran Informasi; (11) Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi; (12) Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa; dan (13) Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan.

54

Page 55: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

7. Lingkungan Hidup

Kebijakan bidang lingkungan hidup meliputi: (1) peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; (2) mengkampanyekan gerakan kota sehat untuk kota adipura; (3) perlindungan konservasi sumber daya alam dan pengelolaan ruang tumbuh hijau; dan (4) pengembangan eko-wisata dan jasa lingkungan; (5) Pengembangan kawasan lindung dan kawasan andalan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang lingkungan hidup adalah: (1) Program Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup; (2) Program Pencegahan Pencemaran Air; (3) Program Pengembangan Kinerja Pengolahan Persampahan; (4) Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan Hidup; (5) Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam; (6) Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau; dan (7) Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Laut.

8. Kependudukan dan Catatan Sipil

Kebijakan bidang kependudukan dan catatan sipil adalah mengembangkan sistem informasi dan administrasi kependudukan, dan keserasian kebijakan kependudukan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif di bidang kependudukan dan catatan sipil adalah: (1) Program Penataan Administrasi Kependudukan; (2) Program Pelayanan Kependudukan dan Capil; (3) Program Temu Karya Lintas Sektor Akte Catatan Sipil; (4) Program Pemutakhiran dan Pengelohan Data Penduduk; (5) Program Pembangunan dan Pengoperasian SIAK; (6) Program Pembekalan Teknis Perangkat Keras dan Lunak Aplikasi SIAK dan Jaringan; (7) Program Koordinasi Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; (8) Program Pengaturan Teknis Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; (9) Program Pembinaan dan Sosialisasi Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; (10) Program Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Kependudukan; (11) Program Pengolahan dan Penyajian Data Kependudukan Berskala Kabupaten; (12) Program Koordinasi Pengawasan Atas Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; dan, (13) Program Pengembangan Otonomi Daerah Bidang Kependudukan.

9. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Kebijakan bidang keluarga berencana adalah meningkatkan kesertaan ber-KB, pembinaan peserta KB aktif, pendewasaan usia perkawinan dengan sasaran calon peserta KB aktif dan usia subur serta peningkatan pengarusutamaan gender.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang keluarga berencana adalah: (1) Program Pelayanan Kontrasespi; (2) Program Keluarga Berencana; (3) Program

55

Page 56: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Kesehatan Reproduksi Remaja; (4) Program Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Dalam Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UPPKS); (5) Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi Ibu dan Anak Melalui Kelompok Kegiatan Di Masyarakat; (6) Program Pembinaan Perena Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB/KR yang Mandiri; (7) Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR; (8) Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, PMS Termasuk HIV/AIDS; (9) Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga; (10) Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Jender Dalam Pembangunan; (11) Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender; (12) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan. 10. Tenaga Kerja dan Sosial

Kebijakan bidang tenaga kerja yang meliputi transmigrasi dan sosial adalah: (1) peningkatan keterampilan dan kualitas tenaga kerja dalam rangka perluasan kesempatan kerja di berbagai sektor; (2) penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta penguatan dan penyelarasan regulasi bidang ketenagakerjaan; (3) peningkatan kinerja aparat dan kualitas sdm instruktur dan tenaga kepelatihan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan kompetensi kerja; (4) peningkatan dan Pengembangan wilayah transmigrasi melalui pembangunan sarana dan prasarana transmigrasi; dan (5) peningkatan pelayanan dan rehabilitas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang tenaga kerja adalah: (1) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja; (2) Program Perluasan Kesempatan Kerja; (3) Program Peningkatan Kesempatan Kerja; (4) Program 3 in 1; (5) Program Pemanfaatan Dan Pengembangan Tenaga Kerja; (6) Program Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja; (7) Program Pembinaan Panti Asuhan; (8) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); (9) Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Transmigrasi Umum (10) Program Revitalisasi Sarana dan Prasarana LLK (eks BLK);dan (11) Program Transmigrasi Lokal (TL);

11. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Kebijakan bidang koperasi dan usaha mikro kecil menengah diarahkan pada Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pembinaan koperasi dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang diarahkan pada pengembangan kelembangaan, penguatan fasilitas permodalan, peningkatan SDM pengelola koperasi dan pelaku UMKM serta menfasilitasi kemitraan, informasi pasar, promosi serta peluang pasar komoditi unggulan daerah.

56

Page 57: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang koperasi dan usaha kecil menengah adalah: (1) Program Pengembangan Fasilitas dan Pembiayaan Penguatan Modal Kerja/Investasi bagi Koperasi & Pelaku UMKM; (2) Program Pengembangan Promosi, Kemitraan dan Jaringan Pasar Serta Peluang Usaha Produk Anggota Koperasi dan UMKM; (3) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Pengelola Koperasi dan Pelaku UMKM; (4) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi dan (5) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Usaha Koperasi dan UMKM

12. Penanaman Modal

Kebijakan bidang penanaman modal meliputi: (1) peningkatan investasi untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya, khususnya bagi penduduk miskin; dan (2) peningkatan dukungan kebijakan pemerintah yang terkait dengan penanaman modal dan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta produktivitas melalui kredit lunak dan pengenalan teknologi.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang penanaman modal adalah: (1) Program Peningkatan Promosi Dan Kerjasama Investasi; (2) Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi; (3) Program Peningkatan Investasi Untuk Perluasan Lapangan Kerja; dan (4) Peningkatan Koordinasi Antar Instansi Terkait Akurasi Data dan Potensi Komoditas Unggulan Daerah.

13. Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri

Kebijakan bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri adalah mendorong tumbuhkembangnya organisasi dan lembaga-lembaga masyarakat di termasuk bidang keagamaan sebagai entitas yang mandiri dalam menyelenggarakan misi keagamaan dan spritualitas.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri adalah: (1) Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan; (2) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan; (3) Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan; (4) Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (PEKAT) (5) Program Pendidikan Politik Masyarakat; (6) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam; dan (7) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.

14. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, dan Keuangan Daerah

Kebijakan bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, dan administrasi keuangan meliputi: (1) meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparat pemerintah daerah; (2) mengefektifkan koordinasi antar unit kerja guna mengoptimalkan fungsi pemerintahan; (3) mengembangkan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi; dan (4) menjadikan

57

Page 58: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

nilai-nilai keagamaan sebagai spirit utama dalam pelaksanaan program-program pembangunan daerah.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, dan administrasi keuangan adalah: (1) Program Penyempurnaan System dan Prosedur Perizinan; (2) Program Sosialisasi Perizinan; (3) Program Intensifikasi Indeks Kepuasan Masyarakat; (4) Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah; (5) Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; (6) Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah; (7) Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Daerah; (8) Program Peningkatan System Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah; (9) Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan; (10) Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan System dan Prosedur Pengawasan; (11) Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi; (12) Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat; (13) Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah; (14) Program Penataan Peraturan Perundang – undangan; (15) Program Pendidikan Kedinasan; (16) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur; (17) Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur; (18) Program Pembinaan Mental Spiritual Masyarakat; dan (19) Program Peningkatan Pendidikan Keagamaan Masyarakat.

15. Ketahanan Pangan

Kebijakan bidang ketahanan pangan meliputi upaya peningkatan kapasitas dan kualitas produksi, kemudahan distribusi hasil produksi, dan pengamanan ketersediaan pangan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang ketahanan pangan adalah: (1) Program Pengembangan Sumberdaya Manusia (Aparat dan Petani); (2) Program Pengembangan Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi; (3) Program Pengembangan Diversifikasi Pangan; (4) Program Pengembangan Aksebilitas Rumah Tangga Terhadap Pangan; (5) Program Pengembangan Keamanan Pangan Berbasis Masyarakat; (6) Program Penguatan Kapasitas Kelembagaan; dan (7) Program Penyelenggaraan Penyuluh Pertanian.

16. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kebijakan bidang pemberdayaan masyarakat desa meliputi: (1) memantapkan peran masyarakat dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya masyarakat; (2) terwujudnya asset kolektif yang produktif yang dikelolah dan dimanfaatkan secara bersama oleh masyarakat; dan (3) mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan yang demokratis dan partisipatif.

58

Page 59: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang pemberdayaan masyarakat desa adalah: (1) Program Peningkatan Pratisipasi Masyarakat; (2) Program Peningkatan Peran Perempuan Perdesaan; (3) Program Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan; (4) Program Pengembangan dan Pemanfaatan Tekonologi Tepat Guna; (5) Program Pengembangan dan Pembangunan Baruga Sayang; (6) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan; (7) Program Peningkatan Pemberdayaan Pemerintah Desa/Kelurahan; (8) Program Peningkatan Masyarakat Dalam Membangun Desa; (9) Program Peningkatan Aparatur Pemerintah Desa; dan (10) Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa.

17. Perpustakaan

Kebijakan bidang perpustakan meiputi pengembangan budaya baca dalam upaya peningkatan wawasan, pengetahuan dan informasi aparat dan masyarakat.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang perpustakaan adalah: (1) Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan; (2) Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan; (3) Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen Arsip Daerah; dan (4) Program Terpenuhinya Kualitas Pelayanan Informasi.

18. Pertanian

Kebijakan bidang pertanian meliputi: (1) peningkatan kemampuan dan profesionalisme para petani dan peternak; (2) pengembangan penerapan teknologi baru yang sesuai dengan kondisi Agroekologi dan Adaptif serta mengutamakan sunmberdaya lokal; (3) pengembangan produksi dan produktivitas komoditi pertanian; (4) pengembangan jenis komoditi pertanian yang mempunyai prospek untuk pembangunan industri dan ekspor; (5) meningkatkan peran kelembagaan pertanian sehingga mampu untuk mengembangkan usahatani yang lebih komersial.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program prioritas bidang pertanian adalah: (1) Program Pengembangan SDM Aparat Pertanian dan Petani; (2) Program Pengembangan Areal Tanam dan Pemberian Bibit Unggul; (3) Program Pengembangan Sarana dan Prasarana ; (4) Program Peningkatan Mutu Intensifikasi dan Mutu Hasil Ternak; (5) Program Pemberian Bantuan Penguatan Modal Usaha Petani/Kelompok Tani; dan (6) Program Peningkatan Kelembagaan Pertanian Petani dan Aparat.

19. Kehutanan dan Perkebunan

Kebijakan bidang kehutanan dan perkebunan meliputi: (1) peningkatan perlindungan hutan dan konservasi sumberdaya hutan melalui kegiatan RHL; (2) peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan melalui perencanaan yang terpadu; (3)

59

Page 60: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

mengkampanyekan gerakan Jeneponto Go-Green; (4) peningkatan ketahanan pangan perkebunan melalui penerapan teknologi perkebunan; dan (5) peningkatan pemasaran hasil produksi perkebunan melalui penyediaan sarana dan prasarana perkebunan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang kehutanan dan perkebunan adalah: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Perkebunan; (2) Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan; (3) Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan; (4) Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan; (5) Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan; (6) Program Pelayanan Dan Pengawasan Hasil Hutan; (7) Program Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Hutan; (8) Program Pelayanan Penatausahaan dan Iuran Hasil Hutan; (9) Program Pemantapan Pra Kondisi Pengelolaan Hutan; (10) Program Jeneponto Go Green; (11) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Perkebunan; (12) Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditas Perkebunan Unggulan; (13) Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan; (14) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Perkebunan; (15) Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Perkebunan; (16) Program Penyediaan Benih/Bibit Tanaman Kehutanan dan Perkebunan; (17) Program Inventarisasi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS); (18) Program Peningkatan SDM Petani Kehutanan dan Perkebunan; (19) Program Peningkatan SDM Aparat Kehutanan dan Perkebunan; dan (20) Program Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kehutanan dan Perkebunan.

20. Pariwisata

Kebijakan sektor pariwisata meliputi: (1) mempromosikan potensi pariwisata dan meningkatan pemanfaatan teknologi guna menunjang pelaksanaan promosi wisata; (2) meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar memiliki kompetensi dan kompetitif guna terwujudnya penguatan kelembagaan dan pelayanan prima pada bidang pariwisata dan budaya; dan (3) meningkatkan kerjasama yang partisipatif, inovatif, terpadu dan realistis dengan lembaga-lembaga, baik yang menekuni bidang pariwisata dan budaya maupun yang menunjangnya.Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif sektor pariwisata adalah: (1) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata; (2) Program Destinasi Pariwisata; (3) Program Pengelolaan Kekayaan Budaya; (4) Program Pengelolaan Keragaman Budaya; (5) Program Pengembangan Nilai Budaya; (6) Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Pariwisata; dan (7) Program Pengembangan Kemitraan.

21. Kelautan dan Perikanan

Kebijakan bidang kelautan dan perikanan meliputi: (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani dan nelayan dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelauatan dan perikanan; (2) penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta keterampilam para petani dan nelayan pada kelautan dan perikanan; (3) peningkatan produksi dan produktivitas komoditi yang mempunyai prospek untuk

60

Page 61: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

pembangunan industri dan ekspor dalam kelautan dan perikanan; dan (4) meningkatkan produktivitas pada komoditi unggulan dalam rangka pengembangan ekonomi kerakyatan yang diarahkan pada pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif bidang kelautan dan perikanan adalah: (1) Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan; (2) Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan; (3) Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan; (4) Program Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritin Kepada Masyarakat; (5) Program Pengembangan Budidaya Perikanan; (6) Program Sarana dan Prasarana Penunjang Kelautan dan Perikanan; (7) Program Pengembangan Perikanan Tangkap; (8) Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir; (9) Program Budidaya Laut, Payau dan Tawar; dan (10) Program Pembinaan dan Penegakan Hukum.

22. Perdagangan, Industri dan Pertambangan

Kebijakan sektor perdagangan meliputi: (1) peningkatan efisiensi perdagangan dan pengembangan ekspor untuk komoditi unggulan; (2) penyediaan lapangan kerja dan kesempatan untuk pengembangkan industri kecil dan sektor informal; dan (3) meningkatkan pembinaan pedagang kaki lima dan industri kecil dalam rangka pengembangan ekonomi kerakyatan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, program indikatif sektor perdagangan adalah: (1) Program Peningkatan Kapasitas Iptek System Produksi; (2) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah; (3) Program Fasilitasi Kerjasama Kemitraan IKM dengan Bank Swasta dan Bank Negara; (4) Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor; (5) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri; (6) Program Penataan Struktur Industry; (7) Program Pembinaan Perdagangan Kaki Lima dan Asongan; (8) Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan; (9) Program Pembinaan dan Pengembangan Ketenagalistikan/ Energy; dan (10) Program Pembinaan dan Pengawasan Sumber Daya Mineral.

5.3. Kerangka Kerja Pendanaan

Program pembangunan indikatif yang direncanakan harus di selaraskan dengan ketersedian dana dan rencana sumber-sumber pendanaan yang dapat diakses untuk membiayai program-program yang telah direncanakan. Berdasarka program-program indikatif, maka sumber pendanaan yang diharapkan adalah APBN, APBD Provinsi, Swasta dan masyarakat serta NGO.

Beberapa program indikatif yang direncanakan dalam RPJMD 2008-2013 dimana pendanaannya diharapkan dari apbn adalah program-program di bidang pembangunan pendidikan antara lain program pendidikan anak usia dini, program pengembangan sekolah unggulan. bidang kesehatan meliputi antara lain program sumberdaya

61

Page 62: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

kesehatan, program penyediaan obat dan pebekalan kesehatan masyarakat, program usaha kesehatan masyarakat, program lingkungan sehat dan perbaikan gizi masyarakat. bidang pekerjaan umum meliputi antara lain program peningkatan jalan dan jembatan, program sumberdaya air dan keirigasian, program pengembangan infrastruktur daerah tertinggal. Bidang pertanian meliputi program peningktan produktivitas pertanian, program sarana dan prasarana pengelolaan pertanian.

Program-program yang diharapkan sumber pendanaannya sebagian dari APBD provinsi antara lain program pendidikan gratis, program jamkesda, program usaha kesehatan perorangan, program pemberantasan penyakit menular, program peningkatan gizi, program Jeneponto Go Green.

Selain program-program yang pendanaanya sebagian diharapakan dari APBN dan APBD provinsi juga diharapkan dari swasta dan NGO diantaranya program peningkatan lingkungan hidup, program Jeneponto Go Green, program pemberdayaan masyarakat miskin dan perdesaan, program peningkatan infrastruktur permukiman, dan program pemberdayaan masyarakat pesisir.

Dalam kerangka pendanaan tersebut juga, maka terdapat program yang bersifat multiyear seperti program pendidikan anak usia dini, program Jamkesda, program Jeneponto Go Green, program peningkatan jalan dan jembatan, program upaya kesehatan masyarakat, program penyediaan obat dan perbekalan kesehatan masyarakat.

BAB VIARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

62

Page 63: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

6.1. Asumsi-Asumsi Keuangan Daerah

A. Indikator Makro Perekonomian Daerah

Dalam periode 2008-2013 perekonomian daerah diperkirakan akan tumbuh dengan kecenderungan lebih baik. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pengairan, pasar dan pelayanan pemerintahan yang telah relatif membaik. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat bermanfaat dalam meningkatkan dan mendekatkan produksi dengan pasar. Investasi publik yang besar untuk membangun semua fasilitas infrastruktur daerah menjadi nilai tersendiri dalam pembangunan perekonomian daerah. Demikian pula dengan berbagai upaya pemerintah daerah dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi masyarakat untuk menggiatkan kegiatan usaha juga akan memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jeneponto. Untuk mencapai tujuan tersebut, keamanan dan ketertiban daerah menjadi prasyarat utama untuk tumbuh dan berkembangnya perekonomian. Oleh karena itu, sinergitas antara pemerintah daerah, masyarakat dan aparat keamanan di daerah diupayakan akan terus terjaga agar Jeneponto menjadi surga bagi pengembangan produksi daerah dan investasi.

Penyusunan asumsi indikator makro ekonomi daerah akan memberikan gambaran dan arah kebijakan bagi pemerintah untuk menentukan besaran anggaran belanja daerah yang dibutuhkan, besaran pendapatan yang akan diperoleh dan besaran surplus atau defisit anggaran dalam setiap tahunnya. Beberapa indikator makro ekonomi daerah yang memegang peran penting dalam penyusunan keuangan daerah adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.

Dengan memperhatikan perkembangan perekonomian Kabupaten Jeneponto selama beberapa tahun terakhir, nampaknya Kabupaten Jeneponto digerakkan oleh perekonomian yang berbasis ekonomi pertanian (agraris). Seiring dengan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki, kondisi ini masih diperkirakan tetap tumbuh ditengah dampak dari krisis keuangan global yang dialami tahun 2008. Bahkan dengan krisis global yang diperkirakan akan berlanjut, struktur ekonomi berbasis produksi pertanian khususnya untuk konsumsi makanan pokok tidak akan terganggu baik dari segi penawaran maupun permintaan. Selain itu, kebijakan pemerintah daerah untuk mengurangi beban hidup masyarakat berupa pendidikan dan kesehatan gratis akan meningkatkan daya beli masyarakat dalam periode 2008-2013. Dengan demikian pada periode 2008-2013 diproyeksikan perekonomian di Kabupaten Jeneponto akan tumbuh rata-rata sebesar 9,74%. Tiga terakhir dalam periode tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi melonjak drastis dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Proyeksi tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan kisaran sebesar 11,05%. Tingginya perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tiga tahun terakhir (2011-2013) disebabkan oleh upaya kesinambungan pembangunan ekonomi dan upaya-upaya perbaikan infrastruktur yang mendukung sektor pertanian.

63

Page 64: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memberi dampak positif terhadap penurunan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja apabila diiringi dengan tingkat inflasi yang terkendali dan tidak terlalu tinggi. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jeneponto yang digambarkan pada tahun-tahun sebelumnya menunjukan trend yang baik dan dibarengi oleh inflasi yang terjangkau. Akan tetapi, tingkat inflasi akan diperkirakan cenderung lebih tinggi di masa yang akan datang terutama pada tahun 2009 yang diperkirakan sebesar 8,48%. Hal ini terutama disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait misalnya kenaikan harga-harga bahan makanan pokok yang juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan tarif dasar listrik (TDL) secara berkala dan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM). Seiring dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik tiga tahun terakhir dalam periode 2008-2013, tingkat inflasi juga diperkirakan akan tertekan hingga mencapai 6,5% pada tahun 2013. Dalam kurun waktu lima tahun kedepan (2008-2013), tingkat inflasi di Kabupaten Jeneponto diperkirakan rata-rata sebesar 7,5% per tahun.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tingkat inflasi yang relatif stabil akan membawa dampak positif terhadap penurunan tingkat pengangguran. Pada tahun 2009 tingkat pengangguran diperkirakan masih cukup besar yakni 10,07%. Namun, seiring dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang relatif membaik dan tingkat inflasi yang relatif stabil, maka tingkat pengangguranpun diperkirakan akan berhasil ditekan hingga hanya mencapai 5,01% pada tahun 2013. Dalam lima tahun ke depan periode 2008-2013, tingkat pengangguran diperkirakan rata-rata sebesar 6,46%. Angka perkiraan ini sangat optimis dapat dicapai melalui berbagai upaya pemerintah daerah yang dilakukan secara komprehensif. Perkiraan indikator makro ekonomi daerah dalam 2008-2013 dapat dilihat pada table 6.1.

Tabel 6.1Proyeksi Indikator Makro Perekonomian Daerah

Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 (Dalam %)

No. Indikator Makro Tahun Rata-rata2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertumbuhan Ekonomi

6,70 8,90 11,05 11,00 11,03 9,74

2. Tingkat Inflasi 8,48 8,00 7,50 7,00 6,50 7,493. Tingkat Pengangguran 10,07 7,07 5,09 5,05 5,01 6,46

64

Page 65: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

B. Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal daerah pada prinsipnya diarahkan untuk menjamin ketersediaan dana dan memanfaatkannya secara lebih efisien, ekonomis dan efektif untuk memperlancar roda pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Jeneponto. Dengan kata lain kebijakan fiskal adalah sekumpulan tindakan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan daerah.

Dalam mengusahakan pendapatan daerah, pemerintah Kabupaten Jeneponto selalu menyadari bahwa jumlah pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Untuk itu, penetapan target pendapatan dilakukan secara logis menurut potensi yang ada utamanya yang menyangkut pendapatan dari pajak daerah. Demikian pula dalam pengelolaan pendapatan daerah, faktor efisiensi perlu mendapat prioritas utama dalam pemungutan pendapatan walaupun dalam mencapai efesiensi ini, tiga faktor yang mengancam dan patut diperhatikan adalah penghindaran pajak oleh wajib pajak, kolusi antara wajib pajak dengan petugas pajak, dan penipuan (moral hazard) oleh petugas pajak. Tiga faktor dimaksud pemecahannya berkaitan dengan penegakan hukum (law enforcement). Untuk itu maka kebijakan fiskal perode 2008-2013 adalah sebagai berikut:

1. Sumber penerimaan pendapatan khususnya Pajak dan Retribusi Daerah diupayakan optimal dari segi hasil (yield) berdasarkan azas keadilan (equity), memperhatikan efisiensi ekonomi, kemampuan melaksanakan (ability to implement) dan kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local revenue source). lebih lanjut pengadministrasian penerimaan pendapatan daerah meliputi upaya pajak (tax effort) yaitu antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak (PDRB), hasil guna (efficiency) yaitu mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak,

2. Hasil guna menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak yaitu menentukan wajib pajak, menetapkan nilai kena pajak, memungut pajak, menegaskan sistem pajak, dan membukukan penerimaan. Dalam usaha mencapai efesiensi ini, tiga faktor yang mengancam yang patut diperhatikan adalah penghindaran pajak oleh wajib pajak, kolusi antara wajib pajak dengan petugas pajak, dan penipuan oleh petugas pajak. Daya guna mengukur bagian dari hasil pajak digunakan untuk menutup biaya memungut pajak yang bersangkutan.

3. Penyusunan kebijakan bidang pendapatan daerah antara lain memperhatikan faktor yang mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah yaitu kondisi awal daerah, peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan, perkembangan PDRB per kapita riil, pertumbuhan penduduk, tingkat inflasi, penyesuaian tarif, pembangunan fasilitas baru, sumber pendapatan baru, dan perubahan peraturan dan perundang-undangan.

65

Page 66: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

4. Rencana tindakan peningkatan pendapatan daerah adalah merupakan program terencana dan terpadu untuk: a). mencapai sasaran penerimaan daerah yang sesuai dengan potensi yang ada, dan b). mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi pada sumber-sumber penerimaan daerah. Dari kedua tujuan diatas, jelas bahwa rencana peningkatan daerah ini merupakan program yang bersifat self-corrected. Hal ini berarti, selain untuk mencapai sasaran penerimaan daerah yang sesuai dengan potensi yang ada (yang realistis), program terpadu ini juga ditujukan untuk merekomendasikan revisi pada Peraturan Daerah untuk mengantisipasi perubahan-perubahan.

5. Arah kebijakan yang perlu diambil dalam melaksanakan upaya-upaya peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat perlu disertai dengan tertib administrasi pungutan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula peningkatan kualitas pelayanan kepada publik dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah kualitas kinerja layanan lembaga serta penyederhanaan prosedur pengelolaan pendapatan daerah menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan publik.

Dalam upaya peningkatan pendapatan daerah yang berorientasi pada kepuasan pelayanan publik, maka strategi kebijakan di bidang pendapatan untuk periode 2008-2013 diarahkan pada upaya sebagai berikut:

1. Penggalian potensi pendapatan daerah;2. Peningkatan partisipasi publik dalam pendapatan daerah;3. Peningkatan kualitas aparatur pendapatan daerah;4. Optimalisasi sistem organisasi dan kelembagaan pendapatan daerah;5. Peningkatan keterlibatan seluruh stakeholder pendapatan daerah;6. Penegakan peraturan bidang pendapatan daerah;7. Peningkatan kualitas hubungan dan kerjasama dengan dinas dan instansi terkait.

Upaya peningkatan pendapatan daerah dilakukan secara kontinu dan memperhatikan kemampuan daerah, dengan demikian perlu tahapan prioritas sebagai berikut:

1. Penetapan dasar hukum Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain dan melakukan penyesuaian tarif untuk obyek pajak tertentu;

2. Penataan Adminsitrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain;

3. Perumusan kebijakan umum pendapatan daerah;4. Koordinasi konsultasi dan pembinaan pengelolaan pedapatan daerah;5. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;6. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam bidang pendapatan daerah;7. Peningkatan kompetensi aparatur pemungut pendapatan;8. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan;9. Penataan bidang perencanaan, pelaporan dan evaluasi pendapatan;

66

Page 67: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

10. Pengembangan sumber-sumber pendapatan;

Dalam mengatasi faktor-faktor restriksi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan pembangunan daerah, dilakukan beberapa strategi dalam meningkatkan pendapatan daerah yang diarahkan pada upaya terus menerus untuk: (a) Menyempurnakan Sistem dan Prosedur perpajakan dan retribusi daerah dengan

berpedoman pada misi yang terkandung dalam UU No. 18 Th. 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan perubahannya yaitu UU No. 34 Th. 2000, dengan tetap memperhatikan asas keadilan, pemerataan manfaat dan kemampuan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang tercermin dalam peningkatan disiplin kerja, kejujuran, tanggung jawab dan dedikasi serta melalui penyempurnaan sistem administrasi;

(b) Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi pembayaran baik pajak daerah maupun retribusi daerah dengan mengintensifkan penyuluhan dan tauladan yang langsung pada sasaran;

(c) Meningkatkan kualitas SDM pengelola keuangan daerah serta penyederhanaan sistem dan prosedur pelayanan (pelayanan cepat, tepat dan biaya ringan) guna lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

(d) Menghitung kembali sektor-sektor kekayaan daerah baik potensi maupun penetapan tarifnya; serta

(e) Meningkatkan pembinaan secara terpadu dengan instansi terkait dan aparat pengelola keuangan daerah.

Berdasarkan strategi tersebut, maka kebijakan pendapatan daerah periode tahun 2008-2013 diarahkan pada upaya-upaya berikut ini:

1. Mendorong meningkatnya pendapatan daerah dari komponen-komponen penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang masih memiliki peluang dan potensi intensifikasi dan ekstensifikasi dengan berpegang kepada prinsip keadilan dan tidak memberatkan masyarakat;

2. Mengupayakan tercapainya laju pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 10% per tahun dari pencapaian tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan yang terhitung sangat optimis ini didasarkan pada trend perolehan pendapatan asli yang cenderung naik, serta potensi sumber-sumber pendapatan yang belum tergarap secara optimal;

3. Dana Perimbangan diharapkan minimal sama besarnya dari realisasi tahun tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi masih terjadi fiscal gap antara pendapatan-belanja daerah, dengan mengupayakan ketepatan dan kelancaran dalm realisasinya.

67

Page 68: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Semua kebijakan tersebut, diharapkan membawa dampak positif dalam upaya memastikan ketersediaan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Jeneponto. Kebijakan-kebijakan tersebut diperkirakan akan menghasilkan jumlah pendapatan daerah dengan proyeksi sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 6.2Proyeksi Pendapatan Daerah

Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 (Dalam Rupiah)

No Uraian Tahun Penganggaran2009 2010 2011 2012 2013

1. Pendapatan Asli Daerah 13.034.719.760 14.431.280.897 15.977.471.872 17.689.324.270 19.584.587.327

2. Dana Perimbangan 407.990.867.756 430.239.854.630 453.745.158.036 478.580.970.265,38 504.826.103.649,69a. Bagi Hasil Pajak

& Bukan Pajak57.776.636.756 60.970.568.813 64.341.063.622 67.897.881.693 71.651.323.104

b. Dana Alokasi Umum

302.307.231.000 317.422.592.550 333.293.722.177,50 349.958.408.286,38 367.456.328.700,69

c. Dana Alokasi Khusus

47.907.000.000 51.846.693.267 56.110.372.237 60.724.680.286 65.718.451.845

3. Lain-Lain Pendapatan yang Sah 70.450.000.000 72..211.250.000 74.016.531.250 75.866.944.531 77.763.618.145

Pendapatan Daerah 491.475.587.516 516.882.385.527 543.739.161.158,50 572.137.239.066,38 602.174.309.121,69

6.2. Arah Pengelolaan Keuangan Daerah

6.2.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Arah pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Jeneponto periode 2008-2013 pada dasarnya tetap menekankan hal-hal sebagai berikut:

(a) Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

(b) Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.

(c) Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

(d) Dalam merencanakan target PAD pemerintah daerah mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu, potensi, dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi masing-masing jenis penerimaan daerah;

(e) Dalam upaya peningkatan PAD, pemerintah daerah tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Upaya tersebut ditempuh melalui

68

Page 69: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan PAD yang diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan.

(f) Dalam menganggarkan rencana pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, pemerintah daerah secara rasional memperhatikan perbandingan nilai kekayaan daerah yang disertakan, serta memperhatikan fungsi penyertaan modal tersebut. Selain itu, pemerintah daerah akan mendayagunakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan belum dimanfaatkan, untuk dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan PAD;

Upaya-upaya yang dilakukan untuk itu antara lain: (a) Perbaikan admistrasi dan pelayanan perpajakan, (b) Penerapan pelaksanaan UU perpajakan yang baru, (c) Ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan.

6.2.2. Arah Kebijakan dan Pengelolaan Belanja Daerah

Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Karena sifatnya mengurangi asset, maka kebijakan belanja daerah antara lain harus mampu meningkatkan nilai tambah (added value) dari setiap pembelanjaan yang dilakukan, sehingga dapat menjadi lebih berdaya guna dalam pencapaian Visi Daerah. Berdasarkan hal tersebut, belanja daerah pada periode 2008-2013 diarahkan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :

1. Belanja Pegawai (terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung digunakan untuk membiayai kegiatan aparatur di bidang pelayanan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, diarahkan agar lebih efisien, efektif, realistis, dan proporsional terhadap belanja langsung ( urusan wajib dan urusan pilihan);

2. Belanja Bantuan kepada Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD) yang besarannya mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam menutupi kesenjangan fiskal anggaran dan aspek keadilan serta pemerataan dengan menggunakan pendekatan potensi dan kebutuhan daerah, wilayah, jumlah dan penduduk masing-masing desa;

3. Belanja Tidak Terduga dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah diarahkan penggunaannya secara proporsional, tepat guna dan akuntabel;

69

Page 70: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

4. Belanja Langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dengan prioritas: a) Pelayanan pendidikan gratis; b) Pelayanan kesehatan gratis; c) Pengembangan kapasitas kelembagaan sosial dan ekonomi berbasis masyarakat; d) Restrukturisasi, refungsionalisasi dan revitalisasi lembaga-lembaga

pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan pembangunan ekonomi serta perkuatan ekonomi masyarakat;

e) Pengembangan ekonomi lokal berbasis pertanian dalam arti luas; f) Pengembangan kawasan. Implementasi belanja daerah pada prioritas daerah tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan sektor lainnya;

5. Meningkatkan disiplin anggaran dengan menghindarkan setiap bentuk pembelanjaan yang tidak dianggarkan pada tahun anggaran berjalan, kecuali belanja yang disebabkan keadaan darurat sesuai ketentuan perundang-undangan dan dicantumkan dalam perhitungan anggaran.

6. Disiplin dalam penjadwalan anggaran untuk mendukung efektivitas penganggaran pendapatan bagi hasil dan bantuan yang diberikan pada Kabupaten;

7. Disiplin pengalokasian anggaran berdasarkan karakteristik sumber penerimaan. Pendapatan yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk membiayai belanja pegawai pada belanja tidak langsung dan kegiatan yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana dasar.

8. Pendapatan yang bersumber dana perimbangan pos bagi hasil pajak/bukan pajak tidak diperkenankan untuk belanja bagi hasil pajak daerah kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Pemerintahan Desa.

6.2.3. Arah Kebijakan dan Pengelolaan Pembiayaan Daerah

Dalam periode 2008-2013, APBD Kabupaten Jeneponto diperkirakan akan mengalami defisit, untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam membiayai deficit anggaran setiap tahun. Alternatif dalam membiayai defisit APBD yang perlu dilakukan meliputi :

(a) Mengusahakan selalu memiliki SILPA tahun anggaran sebelumnya (b) Mengusahakan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan utamanya dari

penjualan asset yang telah melewati umur ekonomis.(c) Melakukan pinjaman yang diperuntukan bagi kegiatan kegiatan yang bersifat

“fund recovery”.

70

Page 71: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

6.3. Kebijakan Umum Anggaran

Pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mempunyai kebijakan otonomi yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Beberapa perubahan mendasar dalam sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek anggaran, aspek akuntansi, dan aspek pemeriksaan. Perubahan-perubahan ini mengarahkan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan konsep money follow functions yaitu pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel yang diimplementasikan dalam sistem anggaran berbasis kinerja. Konsep itu sendiri mengandung tiga elemen yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publiknya, yaitu: (1) secara ekonomis dapat meminimalisir input resources yang digunakan; (2) efisiensi mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal (output/input); dan (3) efektivitas mencapai terget yang ditetapkan (outcame/output).

Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan pemerintah daerah tidak hanya melakukan vertical reporting, tetapi lebih penting daripada itu melakukan horizontal reporting sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pemerintah daerah kepada masyarakat. Dengan akuntabilitas publik ini diharapkan masyarakat dapat memberikan respon konstruktif atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah. Bentuk pertanggungjawaban publik oleh pemerintah daerah meliputi beberapa hal mendasar, yaitu: akuntabilitas regulasi daerah, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas regulasi daerah terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber daya publik. Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik. Dalam pemerintah dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan murah.

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan feasible dan reliable, dan apakah pemerintah daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintahan terhadap kebijakan politik yang diambil oleh pemerintah dan lembaga legislatif.

Bertitik tolak dari norma dan prinsip anggaran tersebut, maka kebijakan anggaran baik dari sisi pendapatan, belanja dan pembiayaan memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Kesenjangan fiskal anggaran berupa defisit antara pendapatan dan belanja terjadi selama periode 2008-2013, besarannya bervariasi namun masih berada dibawah batas ambang yang diperkenankan peraturan dan perundang-undangan. Namun demikian, defisit anggaran memberikan kontribusi terhadap tingkat inflasi daerah.

71

Page 72: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

2. Alokasi anggaran daerah selama periode 2008-2013 berdasarkan komparasi antara belanja modal dengan non modal dan antara belanja langsung dengan tidak langsung merupakan indikator yang selalu dicermati dalam hal mengukur keberpihakan anggaran pemerintah daerah terhadap kepentingan pelayanan masyarakat. Dalam kenyataannya komposisi antara belanja modal dan non modal selalu tepat apabila dijadikan parameter yang menunjukkan keberpihakan dimaksud. Hal ini dikarenakan anggaran non modal yang besar dialokasikan pada kegiatan non fisik (human development capacity) dan kegiatan fisik (investment) yang diselenggarakan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mempercepat ketercapaian kemandirian dan aksesbilitas daerah yang semakin tangguh dalam proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan dalam kondisi kesenjangan antara permintaan masyarakat akan fasilitas pelayanan publik yang terus meningkat akibat adanya perkembangan jumlah penduduk, sedangkan disisi lain kemampuan daerah dalam penyediaannya sangat terbatas, diperlukan kebijakan strategis daerah yang diformulasikan dan diimplementasikan secara efektif.

Agar perekonomian daerah tidak sekedar tumbuh, tetapi dapat mengakomodasi masa depan sesuai dengan perubahan yang terjadi pada aspek lingkungan, maka strategi pemerintah Kabupaten Jeneponto periode 2008-2013 dalam mengatasi permasalahan penganggaran adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan penerimaan daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah .2. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pada sisi pengeluaran.3. Peningkatan kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta khususnya dalam

penyediaan infrastruktur.4. Pendirian dan pengembangan holding company (integrasi BUMD) sebagai

alternatif penguatan keuangan daerah.

Dengan strategi ini, kemampuan daerah dalam penyediaan fasilitas pelayanan umum dan infrastruktur lainnya diharapkan akan meningkat. Hasil akhirnya, pemerintah daerah akan dapat menarik investasi dan perusahaan-perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri yang berdampak terhadap peningkatan kemakmuran masyarakat dan daya saing daerah.

72

Page 73: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

BAB VII P E N U T U P

7.1. Program Transisi

Program transisi merupakan program yang akan dijalankan pada akhir periode RPJMD 2008-2013, untuk menjembatani kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah pada akhir jabatan Kepala Daerah.

Program-program transisi ini diarahkan pada pencapaian target-target yang belum tercapai dalam periode perencanaan sebelumnya berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan, selain itu juga diarahkan pada program-program yang sifatnya pragmatis atau tidak multiyear dimana manfaatnya dapat di evaluasi pada akhir tahun perencanaan.

7.2. Kaidah Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013, merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati Jeneponto yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (tiga) tahun ke depan. RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 disusun dan ditetapkan dengan maksud untuk memberikan pedoman (guidences) bagi para stakeholders Pembangunan dalam menyusun kerangka perencanaan dan implementasi pembangunan berdasarkan Visi dan Misi oleh karena itu ditetapkan dengan Peraturan daerah, dengan kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

a. Setiap SKPD dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jeneponto serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban melaksanakan program-program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013 dengan sebaik-baiknya.

b. Setiap SKPD dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jeneponto, berkewajiban menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan Pokok Pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, dengan berpedoman pada RPJMD Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013. Renstra SKPD ini kemudian yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) setiap SKPD.

c. Setiap SKPD dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jeneponto, berkewajiban menjamin konsistensi antara RPJMD Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013 dengan Rencana Strategi (Renstra) SKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD.

d. Dalam meningkatkan efektivitas RPJM Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jeneponto

73

Page 74: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

berkewajiban untuk melakukan pemantauan terhadap penjabaran RPJMD Kabupaten Jeneponto tahun 2008-2013 ke dalam Rencana Strategis (Renstra) setiap SKPD sebagai acuan dalam penyusunan Renja SKPD.

e. Untuk menjaga konsistensi penjabaran/transformasi RPJMD ke dalam Renstra SKPD, maka Tim Penyusun RPJMD berkewajiban memfasilitasi penyusunan Renstra SKPD.

f. Monitoring dan evaluasi RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 dilaksanakan sesuai jenjang struktural organisasi Pemerintah Kabupaten Jeneponto. Monitoring dan evaluasi RPJMD tidak terlepas kaitannya dengan pengukuran kinerja pada unit kerja lingkup Pemerintah Kabupaten Jeneponto yang menunjukkan sampai berapa jauh pencapaian tujuan dan sasaran serta indikator yang telah dirumuskan.

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2013 harus dijalankan secara konsekwen dan bertanggungjawab, yang dilandasi dengan moral dan dedikasi tinggi, dalam mendukung kinerja Pemerintah Kabupaten Jeneponto.

BUPATI JENEPONTO

ttd

H. RADJAMILO

74

Page 75: makassar.bpk.go.idmakassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Konsideran... · Web viewPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

75