ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang...

48
ANALISIS RISIKO BENCANA DI DESA KEMIRI KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER MAKALAH (disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko) Oleh: Winda Yulia S (NIM 122110101012) Atika Nurul Hidayah (NIM 122110101135) Akbarrio (NIM 122110101147) Kelompok 10

Transcript of ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang...

Page 1: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

ANALISIS RISIKO BENCANA DI DESA KEMIRI KECAMATAN PANTI

KABUPATEN JEMBER

MAKALAH

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko)

Oleh:

Winda Yulia S (NIM 122110101012)

Atika Nurul Hidayah (NIM 122110101135)

Akbarrio (NIM 122110101147)

Kelompok 10

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Risiko yang berjudul

“Analisis Risiko Bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang tegak di atas agama-

Nya hingga akhir zaman.

Makalah Manajemen Risiko ini membahas tentang pengertian, identifikasi,

pengukuran, pemantauan, pengendalian atas risiko bencana, beserta studi kasus

terkait risiko bencana

Penulisan Makalah Manajemen Risiko ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Jember;

2. Dr. Isa Ma’rufi, M.Kes selaku dosen mata kuliah Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) yakni Manajemen Risiko;

3. Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan

dukungannya kepada kami, baik moril maupun materiil;

4. Teman-teman FKM angkatan 2012 yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu, atas segala bentuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya

dengan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga penulis dapat

mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat

memberikan sumbang pikir yang positif bagi pengembangan dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Jember, 3 Mei 2015

Penulis

Page 3: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................3

1.4 Manfaat......................................................................................................3

1.4.1 Manfaat Teorttis.................................................................................3

1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5

2.1 Definisi Bencana Banjir............................................................................5

2.2 Definisi Risiko Bencana............................................................................5

2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana.........................................................5

2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana..........................................................6

2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana.......................................................7

2.5.1 Pra bencana........................................................................................7

2.5.2 Saat Bencana......................................................................................8

2.5.3 Pasca Bencana..................................................................................10

2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana..............................................10

2.6.1 Identifikasi Bencana.........................................................................13

2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana...........................................14

2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana..........................................................14

2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana..........................................................15

2.8 Komunikasi.............................................................................................15

2.9 Investigasi dan Pelaporan........................................................................16

2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana................................................16

BAB 3. PEMBAHASAN.......................................................................................17

Page 4: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

iii

3.1 Profil Desa Kemiri...................................................................................17

3.1.1 Gambaran Umum Desa Kemiri........................................................17

3.1.2 Kondisi Topografi............................................................................17

3.1.3 Struktur Kependudukan...................................................................17

3.1.4 Sarana dan Prasarana.......................................................................19

3.2 Identifikasi Risiko Bencana.....................................................................20

3.3. Pengendalian risiko.................................................................................25

3.4. Upaya yang Harus Dilakukan..................................................................25

BAB 4. PENUTUP................................................................................................27

4.1 Kesimpulan..............................................................................................27

4.2 Saran........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

Page 5: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang

rentan terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1

Januari 2006, hujan yang berintensitas tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan

gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang. Tepat pada 2 Januari

2006 Kabupaten Jember banjir bandang melanda kecamatan Panti. Banjir bandang

yang terjadi di malam hari tersebut membawa serta lumpur, bebatuan-bebatuan

besar serta membawa kayu dari atas gunung Argopuro. Longsoran tersebut

menghanyutkan dan mengubur rumah-rumah penduduk khususnya di sekitar

bantaran Kali Dinoyo dan Kali Putih. Lima desa yang dilaluinya hancur diterjang

lumpur, kayu dan bebatuan, yaitu Desa Kemiri, Suci, Pakis, Gelagahwero dan

Desa Panti sendiri.

Desa Kemiri dan Suci merupakan areal terparah yang terlanda banjir.

Dari data BPS Kabupaten Jember bencana banjir bandang yang terjadi 2 Januari

2006 mengakibatkan 76 orang meninggal dunia, 15 orang hilang, 1.900 orang

mengungsi dan 36 rumah hanyut, 2.400 rumah rusak, 6 jembatan putus serta 140

ha sawah rusak terendam lumpur.

Banjir yang terjadi di awal tahun 2006 tersebut banyak menyebabkan

korban jiwa, 57 orang meninggal, 15 orang hilang, puluhan orang luka-luka, dan

sekitar 300 orang masih terisolasi (Indofirstaid,2006). Pada awal tahun 2009,

banjir kembali terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Jember salah satunya

wilayah Panti dan Rambipuji (Surya Online, 2009). Di awal tahun 2011, sekitar

awal bulan maret banjir kembali terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember.

Banjir yang terjadi pada tahun 2011 ini menyebabkan 4 orang luka, ratusan rumah

rusak, dan satu rumah hancur total (Kompas.com, 2011). Hal ini membuktikan

kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir.

Topografi daerah Panti kabupaten Jember bervariasi mulai dari ketinggian

50 hingga 1.340 m dari permukaan laut dengan keadaan kemiringan adalah

semakin ke arah selatan kondisi relief permukaannya semakin landai. Sebagian

Page 6: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

2

besar sebaran pemukiman penduduk berada di dataran rendah dengan ketinggian

50 m hingga 140 m dari permukaan laut dan sebagian kecil lainnya berada pada

ketinggian di atas 140 m dari permukaan laut dengan kondisi kemiringan lereng

yang relatif curam. Berdasarkan kondisi topografi tersebut kecamatan Panti

menjadi sangat rawan akan bencana (Nurul Priyantari, dkk)

Pemukiman penduduk di Desa Kemiri berada di lereng gunung dan

berkelok di sepanjang tebing sungai. Selain sungai-sungai kecil, dua sungai besar

mengapit Desa Kemiri, sungai Dinoyo dan Kali Putih, membuat masyarakat tidak

terlalu banyak pilihan untuk tempat berlindung. Pemukiman penduduk yang

cukup padat meningkatkan tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana,

khususnya bencana longsor dan banjir bandang terutama saat musim penghujan

tiba.

Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri,

diperlukan upaya manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah

upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana

secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban dan kerugian yang

ditimmbulkannya (Ramli, 2011). Dalam upaya penanganan risiko bencana harus

disesuaikan dengan kondisi desa setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan

pertimbangan-pertimbangan dasar yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut

manajemen risiko yang terdiri dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa

hasil pengukuran, mitigasi dan pengendalian risiko, monitoring dan reporting

risiko.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti

Kabupaten Jember?

Page 7: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti

Kabupaten Jember?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi risiko bencana di DesaKemiri Kecamatan Panti

KabupatenJember ?

2. Mengukur risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti

Kabupaten Jember

3. Merumuskan pengendalian terhadap risiko bencana di Desa Kemiri

Kecamatan Panti Kabupaten Jember

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teorttis

Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan Kesehatan Masyarakat khususnya bidang kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) terkait studi manajemen risiko bencana.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi/Desa

Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki sistem

manajemen bencana agar mengurangi risiko bencana di Desa Kemiri

Kecamatan Panti Kabupaten Jember

2. Bagi Masyarakat Desa

Diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan agar masyarakat

dapat lebih tanggap terhadap terjadinya bencana di Desa Kemiri

Kecamatan Panti Kabupaten Jember

3. Bagi Ilmu Kesehatan

Diharapkan dapat menambah data dan referensi tentang manajemen risiko

bencana utamanya di bidang Keselamatandan Kesehatan Kerja

4. Bagi Penulis

Diharapkan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam

merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil makalah, serta

Page 8: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

4

menambah dan memperdalam pengetahuan tentang manajemen risiko

bencana.

Page 9: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Banjir

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat

disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang

melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial

dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila

meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir

adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi

kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).

2.2 Definisi Risiko Bencana

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam hidup, status

kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi pada suatu komunitas tertentu

ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu (UNISDR, 2009). Risiko bencana adalah

potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu

tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil dari hadirnya

risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari berbagai jenis potensi kerugian yang

sering sulit untuk diukur.Namun demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola

populasi, dan pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan,

setidaknya dalam arti luas.

2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana

Suatu risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang

tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukkan

adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya

risiko. Dan jika dikaji lebih lanjut “kondisi yang tidak pasti” itu timbul karena berbagai

Page 10: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

6

sebab, antara lain; jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan,

keterbatasan pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya.

a. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko

didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua

kejadian yang menimbulkan kerugian.

b. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga

merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,

mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.

c. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai

suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Manajemen risiko bencana adalah proses sistematis menggunakan arahan administrasi,

organisasi, dan keterampilan operasional dan kapasitas untuk mengimplementasikan strategi,

kebijakan dan peningkatan kapasitas penanggulangan untuk mengurangi dampak merugikan

dari bahaya dan kemungkinan terjadinya bencana (UNISDR, 2009). Menurut Agus Rahmat

(2006:12) Manajemen Risiko Bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek

perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana

yang dikenal sebagai siklus Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan antara lain:

a. Mencegah kehilangan jiwa seseorang

b. Mengurangi penderitaan manusia.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat dan juga kepada pihak yang berwenang

mengenai risiko.

d. Mengurangi kerusakan insfrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber

ekonomis lainnya.

Manajemen risiko bencana dibagi 2, yaitu:

1. Manajemen risiko bencana korektif, merupakan aktivitas pengelolaan yanga mengatasi

dan berupaya untuk mengoreksi atau mengurangi risko bencana yang sudah ada

2. Manajemen risiko bencana prospektif, merupakan aktivitas-aktivitas pengelolaan yang

menangani dan berupaya menghindarkan berkembangnya risiko bencana baru atau

meningkatnya risiko bencana.

2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana

Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola bencana dengan baik.

Saah satu faktor adalah karena bencana belum pasti tejadinya dan tidak diketahui kapan akan

Page 11: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

7

terjadi. Sebagai akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah

pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.

Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan untuk:

a. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan.

b. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana atau

kejadian.

c. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau organisasai tentang

bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana

d. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan

penderitaan yang dialami dapat dikurangi.

2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana

Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk

mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

2.5.1 Pra bencana

Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana

meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.

1. Kesiapsiagaan

Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan

anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.

2. Peringatan dini

Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka

yang potensi terkena bencana akan kemungkinan datangnya suatu bencana di

daerahnya masing-masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah

yang dimiliki diolah atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan

datangnya suatu bencana.

3. Mitigasi

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah

serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Page 12: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

8

Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan

akibat suatu bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif

melalui berbagai upaya dan pendekatan antara lain:

1. Pendekatan teknis

Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu

bencana misalnya membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat

rancanagan pengaman, misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.

2. Pendekatan manusia

Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar

mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat

diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang

dihadapinya.

3. Pendekatan admisnistratif

Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif

dalam manajemen bencana, khususnya di tahap mitigasi sebagai contoh:

1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan

aspek risiko bencana

2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan

pembangunan industry berisiko tinggi.

3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap

darurat di setiap organisasi baik pemerintahan maupun industry berisiko

tinggi.

4. Pendekatan kultural

Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai

bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaikan dengan

kearifan masyarakat lokal yang telah mebudaya sejak lama.

2.5.2 Saat Bencana

Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana

sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa

peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti

tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah

korban atau kerugian dapat diminimalkan.

a. Tanggap darurat

Page 13: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

9

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,

yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan

sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang

dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.

Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalm kondisi tanggap

darurat antara lain:

1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya,

sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang

terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya.

2) Penentuan status keadaan darurat bencana.

3) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat

pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana terlalu besar dan

berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana

nasional.

4) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkenA bencana.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban

bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:

a) Pemenuhan kebutuhan dasar

b) Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang dengan

keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang dikategorikan lemah)

c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.

b. Penanggulangan bencana

Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi

bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana

memerlukan keahlian dan pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian.

Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana.

Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat

menangani berbagai jenis bencana.

Page 14: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

10

2.5.3 Pasca Bencana

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah

berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

a. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau

masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran

utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan

kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

b. Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan

pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat

dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social,

dan budaya, tegaknya hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat

dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana

2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana

Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah identifikasi dan penilaian

risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak diperlukan sebelum mengembangkan sistem

manajemen bencana.

Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang

ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa

kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau

kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan masyarakat.

Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut antara

lain sebagai berikut:

a. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari

suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.

b. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala BNPB dengan

melibatkan instansi/lembaga terkait.

c. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan analisis

mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan tindakan

pencegahan dan mitigasi bencana.

Page 15: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

11

d. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan

bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.

e. Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan persyaratan

analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau

kegiatan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana.

f. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh

pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

g. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan dan

evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.

Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan yang

mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana (ARISCANA).

ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai

potensi bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau

tingkat risiko atau keparahannya.

Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat keparahan

bencana yang mungkin terjadi.

Risiko = f (bahaya x kerentanan/kemampuan)

Sumber : Peraturan Kepala BNPB No. 04 Tahun 2008

Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah

tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau

penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi

tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan

menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang

dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.

Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman

di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di

perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Nilai Probabilitas Keterangan

5 Pasti hampir dipastikan 80 - 99%

4 Kemungkinan Besar 60-80% terjadi tahun depan, atau sekali

Page 16: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

12

dalam 10 tahun mendatang

3 Kemungkinan terjadi 40-60% terjadi tahun depan, atau sekali

dalam 100 tahun

2 Kemungkinan kecil 20-40% terjadi dalam 100 tahun

1 Kemungkinan sangat kecil Hingga 20%

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu

memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:

a. jumlah korban;

b. kerugian harta benda;

c. kerusakan prasarana dan sarana;

d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan

e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

Nilai Dampak Keterangan

5 Sangat parah 80 - 90% wilayah hancur dan lumpuh

total

4 Parah 60-80% wilayah hancur

3 Sedang 40-60% wilayah rusak

2 Ringan 20-40% wilayah rusak

1 Sangat Ringan < 20% wilayah rusak

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak

1 Gempa Bumi diikuti tsunami 1 4

2 Tanah Longsor 4 2

3 Banjir 4 3

4 Kekeringan 3 1

5 Angin Puting beliung 2 2

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Page 17: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

13

Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model lain

dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan prioritas

seperti berikut:

Probabilitas Dampak

1 2 3 4 5

5

4 Tanah

longsor

Banjir

3 kekeringan

2 Puting

beliung

1 Gempa

bumi dan

tsunami

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang

perlu ditangani.

Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)

a. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)

b. Bahaya/ancaman sedang nilai 2

c. Bahaya/ancaman rendah nilai 1

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah

sebagai berikut:

a. Identifikasi bencana

b. Penilaian dan evaluasi risiko bencana

c. Menentukan pengendalian bencana

2.6.1 Identifikasi Bencana

Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu

daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam,

aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi

menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman bencana

sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.

Page 18: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

14

2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan skala

dampak yang mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan demikian dapat

diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.

a. Penilaian Risiko Bencana

Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui

penilaian Risiko Bencana. Banyak Metoda yang dapat dilakukan untuk menilai tingkat

risiko bencana. Misalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di

atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan

risiko.

b. Evaluasi Risiko

Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan peringkat

risiko yang mungkin timbul denganmempertimbangkan kerentanan dan kemampuan

menahan atau menanggung risiko. Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang

ditetapkan, misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.

2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah

selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai. Pengendalian risiko

bencana menurut konsep manajemen risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai

berikut:

a. Mengurangi kemungkinan

Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana.

Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk bencana alam terdapat

pengecualian.

b. Mengurangi dampak atau keparahan

Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka

langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang

ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan

langkah pengendalaian tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci

dan mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja penerapannya.

Page 19: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

15

2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana

Penanganan bencana memerlukan sumberdaya yang memadai sesuai dengan tingkat

dan jenis bencana yang akan dihadapi. Oleh karena itu, manajemen atau pimpinan tertinggi

harus menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk mengelola bencana di lingkungan

masing-masing.

Berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk menangani suatu bencana anta lain:

a. Sumberdaya manusia

Penanganan bencana memerlukan sumberdaya manusia yang memadai baik

dari segi jumlah mapun kompetensi dan kemampuannya. Oelh karena itu sebelum

menyusun sistem manajemen bencana yang baik, terlebih dahulu harus

diidentifikasi kebutuhan sumberdaya manusia yang diperlukan, misalnya untuk Tim

penanggulangan bencana, Tim medis, logistic, Tim teknis, dan lain-lain.

b. Prasarana dan Material

Bencana tidak dapat ditanggulangi secara efektif dan cepat tanpa didukung

oleh prasarana dan logistic yang memadai. Prasarana dan material merupakan unsur

penting dalam mendukung keberhasilan penanggulangan bencana. Banyak kejadian,

dimana korban tidak berhasil ditolong karena tidak tersedianya prasarana atau

peralatan yang memadai sehingga jumlah korban meningkat.

Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan

dalam suatu bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat

dihindarkan. Jenis sarana yang diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat

bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi sesuai hasil identifikasi.

c. Sumberdaya finansial.

Kegiatan manajemen tanggap darurat jelas membutuhkan biaya, baik

sebelum maupun saat dan setelah bencana. Oleh karena itu komitmen manajemen

atau pimpinan tertinggi sangat diperlukan.

2.8 Komunikasi Selama keadaan darurat berlangsung, diperlukan komunikasi yang baik guna menjamin

kelancaran upaya penanggulangan. Komunikasi diperlukan dalam sistem manajemen bencana

mulai tahap perencanaaan, mitigasi, tanggap darurat, sampai ke rehabilitasi.

Komunikasi dalam manejemn bencana dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Komunikasi organisasi tanggap darurat

b. Komunikasi kepada masyarakat

Page 20: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

16

c. Komunikasi dengan pihak eksternal baik nasional maupun internasional.

2.9 Investigasi dan Pelaporan

Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah harus diinvestigasi dan

dilaporkan kepada instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya BNPB atau BPBD

kabupaten/kota.

Investigasi atau penyelidikan bencana sangat diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya bencana

b. Mengetahui kelemahan atau kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan penanganan

bencana yang dilakukan

c. Mengetahui efektivitas organisasi penanganan bencana yang ada

d. Menentukan langkah perbaikan atau pencegahan terulangnya suatu bencana

e. Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan atau penyempurnaan sistem manajemen

bencana dan dalam menentukan kebijakan pembangunan.

2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana

Elemen terakhir dalam sistem manajemen bencana adalah inspeksi dan audit

manajemen bencana. Salah satu upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan manajemen bencana

adalah dengan melakukan audit.

Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa kesiapan

penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus diperiksa dan diuji

kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.

Audit adalah salah satu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen bencana

dalam suatu organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi persyaratan atau tolak ukur

yang ditetapkan.

Page 21: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

17

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Profil Desa Kemiri

3.1.1 Gambaran Umum Desa Kemiri

Desa Kemiri terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Desa ini

memiliki luas wilayah 1.578.584 Ha. Desa Kemiri membawahi lima dusun

yaitu, Dusun Delima, Dusun Kantong, Dusun Krajan, Dusun Krajan, Dusun

Sodong, Dusun Danci, dan Dusun Tenggiling. Sebelah utara desa berbatasan

dengan Pegungan Argopuro, sebelah timur desa berbatasan dengan Desa

Sukorambi, sebelah selatan desa berbatasan berbatasan dengan Desa Serut dan

Desa Suci, dan sebelah barat desa berbatasan dengan Desa Suci (Profil Desa

Kemiri, 2009).

3.1.2 Kondisi Topografi

Topografi Desa Kemiri berupa 20% dataran rendah dengan luas 303 Ha

dan 80 % perbukitan atau pegunungan dengan luas 1.275 Ha. Sebagian besar

lahan di Desa Kemiri digunakan sebagai lahan perkebunan. Perkebunan

tersebut terdiri atas perkebunan daerah (700.000 Ha) dan perkebunan swasta

(350.000 Ha). Lahan yang digunakan untuk sawah pertanian seluas 290.584

Ha. Sedangkan lahan untuk pemukiman dan pekarangan memiliki luas 142.500

Ha. Sisanya untuk Tegalan dengan luas 94.000 Ha dan kuburan dengan luas

1.500 Ha) (Profil Desa Kemiri, 2009).

3.1.3 Struktur Kependudukan

1. Jumlah penduduk menurut kepala keluarga

No DUSUNJUMLAH

PENDUDUKJML K.K.

1 Delima 2,006 Jiwa 530 KK2 Kantong 1,204 Jiwa 305 KK3 Krajan 1,242 Jiwa 277 KK4 Sodong 1,441 Jiwa 596 KK5 Danci 1,539 Jiwa 376 KK

Page 22: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

18

6 Tenggiling 1,375 Jiwa 356 KK  Jumlah 8,807 Jiwa 2,440 KK

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur

NOKELOMPOK UMUR

(TH)LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 0 s/d 4 Th 373 Jiwa 402 Jiwa2 5 s/d 9 Th 538 Jiwa 581 Jiwa3 10 s/d 15 Th 558 Jiwa 603 Jiwa4 16 s/d 20 Th 579 Jiwa 626 Jiwa5 21 s/d 25 Th 704 Jiwa 760 Jiwa6 26 s/d 55 Th 952 Jiwa 1,027 Jiwa7 56 s/d lebih   435 Jiwa 469 Jiwa  Jumlah 4,139 Jiwa 4,468 Jiwa

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 Petani 108 Orang2 Buruh Tani 543 Orang3 Peternak Sapi/Kambing 257 Orang4 Buruh Perkebunan 881 Orang5 Pegawai Negeri/TNI/POLRI 21 Orang6 Potong Rambut, Salon 23 Orang7 Service Radio,Tape,Televisi 6 Orang8 Penjahit 24 Orang9 Pengemudi Taksi/Jasa Angkutan 86 Orang10 Tukang Ojek 12 Orang11 Tukang Batu 56 Orang12 Tukang Kayu/Mebeler 27 Orang13 Toko/Peracangan 65 Orang14 Warung Nasi/Rujak/Bakso dll 17 Orang15 Pembuat Makanan/Kue-kue 6 Orang16 Lainnya   Orang  Jumlah 2,132 Orang

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

4. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Page 23: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

19

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH1 SD / MI 2,741 Orang2 SMP / MTs 2,005 Orang3 SLTA / MA 744 Orang4 DIPLOMA 55 Orang5 SARJANA S,1 39 Orang6 SARJANA S,II - Orang7 Pondok Pesantren 681 Orang8 Buta Huruf 1,567 Orang  JUMLAH 7,832 Orang

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3.1.4 Sarana dan Prasarana

1. Sarana dan prasarana transportasi

NO JENIS PRASARANA VOLUME KONDISI1 Jalan Negara - -  2 Jalan Propinsi - -  3 Jalan Kabupaten 3 Km Baik 4 Jalan Desa - -    a. Aspal 4.5 Km Sedang   b. Berbatu 4 Km    c. Tanah 6 Km  5 Jumlah Kendaraan Taksi Roda 4 80 Unit  6 Jumlah Kendaraan Pribadi Roda 4 14 Unit  7 Jumlah Kendaraan Roda 3 - -  8 Jumlah Kendaraan Sepeda Motor 283 Unit  9 Jumlah Kendaraan Roda 6 atau lebih 6 Unit  

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

2. Sarana dan prasarana telekomunikasi dan informasi

NO JENIS PRASARANA DAN SARANA JUMLAH1 Prasarana Kantor Pos -  2 Prasarana Pemancar Radio -  3 Prasarana Pos Surat 1 Unit 4 Prasarana Stasiun Rely Televisi -  5 Prasarana Orari 6 Unit 6 Sarana Terpon Pribadi 25 Unit 7 Sarana Telpon Umum -  8 Sarana Wartel 2 Unit

Page 24: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

20

9 Sarana TV Umum 1 Unit 10 Sarana TV Pribadi 1,321 Unit 11 Sarana Radio 1,222 Unit 12 Sarana Pelanggan majalah/Koran 17 Org

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3. Prasarana pendidikan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH1 TK 4 Unit 2 SD / MI 6 Unit 3 SLTP / MTs 2 Unit 4 SLTA / MA 2 Unit 5 UNIVERSITAS/PERGURUAN TINGGI -  6 PONDOK PESANTREN 3 Unit

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

4. Prasarana Kesehatan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH1 Puskesmas -2 Puskesmas pembantu -3 Polindes 1 unit4 Posyandu 12 unit

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3.2 Identifikasi Risiko Bencana

a. Identifikasi risiko

Langkah awal dalam perspektif manajemen risiko adalah melakukan

identifikasi risiko. Keberhasilan suatu proses manajemen risiko bencana

sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menentukan atau

mengidentifikasi semua risiko dan penyebab bencana. Salah satu aspek

penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko sebanyak

mungkin. Dalam manajemen risiko bencana, identifikasi risiko dapat

dimulai dari mendaftar jenis risiko, factor bahaya, factor kerentanan dan

kapasitas.

Berikut risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Page 25: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

21

Risiko Faktor Bahaya Faktor Kerentanan Faktor Kapasitas

Banjir 1. Kondisi topografi

80 % berupa

pegunungan /

perbukitan

2. Terdapat dua

sungai besar yang

mengapit Desa

Kemiri yaitu

sungai Dinoyo

dan Kali Putih

3. Derasnya aliran

sungai Kali Putih

4. Debit air sungai

mencapai 2 meter

saat musim hujan

5. Pola pemukiman

penduduk berada

di lereng gunung

dan berkelok di

sepanjang tebing

sungai.

6. Pada dataran

tinggi digunakan

untuk area

perkebunan

7. Kondisi tanah

mudah

terkikis/longsor

Sosial:

1. Jumlah balita

sebesar 775

orang

2. Jumlah buta

huruf 1.567

orang

3. Jumlah

penduduk

yang padat

mencapai

8.807 orang

Fisik

4. Keadaan jalan

desa berada

pada kondisi

sedang.

Ekonomi

5. Luas

perkebunan

mencapi 75 %

dari luas

lahan.

6. Mayoritas

penduduk

bekerja

sebagai buruh

perkebunan

dan buruh tani

1. Kurangnya

minat

masyarakat

terhadap

pelatihan

tanggap

bencana

2. Pelatihan

tanggap

darurat hanya

dilakukan

selama 1

tahun pasca

banjir

bandang.

Page 26: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

22

b. Penilaian risiko

c. Probabilitas Dampak

1 2 3 4 5

5

4 BANJIR

3

2

1

Keterangan :

Untuk probabilitas memiliki nilai 4, yakni kemungkinan Besar terjadi (60-

80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang)

Untuk dampak memiliki nilai 3, yakni masuk ketegori sedang (40-60%

wilayah rusak).

Page 27: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

23

Berikut tabel kajian risiko bencana

No Wilayah Jenis

ancaman

Tingkat

risiko

Ancaman Kerentanan Kapasitas

Keterpaparan

jiwa

Harta

benda

lingkungan

1 Desa Kemiri

Kecamatan Panti

Kabupaten

Jember

Banjir Sedang

(zona

kuning/nilai

2)

Kemungkinan

besar terjadi

dan memiliki

dampak

kerusakan

wilayah sekitar

40-60%

Jumlah

penduduk

yang padat

mencapai

8.807

orang

- Luas

wilayah

yang

terancam

banjir

sekitar

1.578.584

Ha

1. Kurangnya

minat

masyarakat

terhadap

pelatihan

tanggap

bencana

Pelatihan

tanggap

bencana

hanya

dilakukan

selama 1

Page 28: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

24

tahun pasca

banjir

bandang.

Page 29: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

25

3.3. Pengendalian risiko a. Mengurangi kemungkinan

Sangat sulit untuk mengurangi kemungkinan banjir di desa kemiri, karena banjir

sangat dipengaruhi siklus hujan.

b. Mengurangi dampak

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak adalah sebagai berikut:

1) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan

2) Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai

yang sering menimbulkan banjir

3) Tidak membuang sampah ke sungai, mengadakan program pengerukan

sungai.

4) Program penghijauan daerah hulu sungai

c. Menurunkan tingkat kerentanan

Upaya untuk menurunkan tingkat kerentanan sulit dilakukan, karena ini

menyangkut dengan karakteristik geografi wilayah, jumlah penduduk dan lain

sebagainya.

d. Meningkatkan kapasitas

1) Mengadakan simulasi bencana melibatkan masyarakat

2) Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat tentang banjir

3) Meningkat pengetahuan masyarakat tentang banjir

3.4. Upaya yang Harus Dilakukana. Sebelum banjir

a. Tingkat warga

a) Bersama aparat terkait, dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan

lingkungan sekitar, terutama saluran air dari timbunan sampah

b) Membentuk tim penanggulangan banjir dan menentukan posko

c) Koordinasi untuk pengadaan alat evakuasi

d) Komunikasi

b. Tingkat keluarga

a) Simak informasi atau peringatan dini dari tim warga mengenai curah hujan

Page 30: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

26

b) Amankan dokumen-dokumen penting dan persiapkan obat-obatan dan

makanan siap saji.

b. Saat banjir

a) Matikan aliran listrik

b) Mengungsi ke daerah yang aman

c. Setelah banjir

a) Sesegera mungkin membersihkan rumah untuk menghindari terjangkitnya

penyakit diare

b) Waspada akan banjir susulan

Page 31: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

27

BAB 4. PENUTUP

4.1 KesimpulanNo Identifikasi Penilaian Pengendalian

Wilayah Jenis risiko Risiko Faktor Bahaya

/Kerentanan/ Kapasitas

Kemungkinan

Dampak Skor Peringkat Kriteria

1. Desa

Kemiri

Kecamatan

Panti

Kabupaten

Jember

Risiko alam Banjir - Jumlah

penduduk

yang

padat

mencapai

8.807

orang.

- Luas

wilayah

yang

terancam

banjir

sekitar

1.578.584

Ha

4 3 12 5-12 Risiko sedang

5) Penataan

fungsi lahan

secara tepat

6) Program

penghijauan

daerah hulu

sungai

7) Mengadakan

simulasi

bencana tang

melibatkan

masyarakat

8) Meningkatka

n

kesiapsiagaan

Page 32: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

28

masyarakat

tentang banjir

9) Meningkatka

n

pengetahuan

masyarakat

tentang banjir

4.2 Sarana. Secara umum, System manajemen bencana di desa kemiri sudah baik namun ada beberapa hal yang masih perlu di intensifkan lagi,

seperti program pemantauan, inspeksi dan audit.

Page 33: ikafkmuj12.files.wordpress.com · Web viewMisalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan

29

DAFTAR PUSTAKA

Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat

Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Risiko. Jakarta: Dian Rakyat

http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf [diakses tanggal 2 Mei 2015]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf [diakses tanggal

2 Mei 2015]

http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib-26700-11.-bab--

n.pdf [diakses tanggal 3 Mei 2015]