syair79.files.wordpress.com file · Web viewMakalah ini membahas tentang pembelajaran yang efektif...
Transcript of syair79.files.wordpress.com file · Web viewMakalah ini membahas tentang pembelajaran yang efektif...
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIFDAN MENYENANGKAN
Oleh
ABDUL SYAIR085299863700
Catatan: Ucapan Terima kasih anda, kirimpkan pulsa 10, atau 5, sesuai kerelaan
Kalau tak punya pulsa kirimkan doa dilancarkan rezeki---------------- Terima kasih ----------------
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kendari, November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
A. Pendahuluan..................................................................................................... 1
B. Penerapan Pendekatan dan Metode Pembelajaran........................................... 2
C. Pengembangan Media Pembelajaran............................................................... 7
D. Pengembangan Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Belajar.......................... 12
E. Memperhatikan Pemetaan Kecerdasan Siswa................................................. 14
F. Menciptakan Suasana Pembelajaran Yang Efektif Dan
Menyenangkan Bagi Siswa.............................................................................. 16
G. Penutup............................................................................................................ 19
H. Sumber ............................................................................................................ 19
ii
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
A. Pendahuluan
Dalam pembelajaran siswa sering mengalami kejenuhan, guru hendaknya
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenanakan bagi
siswanya dengan menggunakan metode-metode yang bervariasi. Sekolah sebagai
tempat belajar bagi siswa juga harus dapat menciptakan suatu suasana yang baik
khususnya di dalam kelas.Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa.
Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar.
Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering
ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami siswa
tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari
luar siswa itu sendiri). Salah satu faktor internal adalah kejenuhan yang dialami
siswa saat belajar. Seorang guru hendaknya bisa menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didiknya agar tercapainya tujuan
pembelajaran.
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi
tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada
pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar
apabila siswa itu tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses
belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa
tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau
kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus,
rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk
itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi siswa agar
tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif.
Berdasarkan uraian di atas maka pembahasan makalah ini difokuskan pada
lima hal berikut; penerapan pendekatan dan metode pembelajaran, pengembangan
media pembelajaran, pengembangan lingkungan sosial sebagai sumber belajar,
memperhatikan pemetaan kecerdasan siswa, menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.
1
B. Penerapan Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode dan Pendekatan
Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan
metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang
direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut
digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran
lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih
dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika
proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan
lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi,
metode didkusi dan metode ceramah.
2. Beberapa Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
a. Pendekatan tujuan pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya
pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya,
karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua
pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.
b. Pendekatan konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa
dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di
dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep
yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami
konsep.
c. Pendekatan lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam
suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk
memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering
digunakan pendekatan lingkungan.
d. Pendekatan inkuiri
Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk
mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu
2
dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti (Dettrick, G.W.,
2001). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin dan inkuiri bebas
atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang
mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
e. Pendekatan penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar
siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang
fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar-
benar baru. Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru,
demikian pula situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan
melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan
ditemukan.
f. Pendekatan proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
g. Pendekatan interaktif (pendekatan pertanyaan anak)
Pendekatan ini memberi kesempata pada siswa uuntuk mengajukan
pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan
pertanyaan yang mereka ajukan (Faire & Cosgrove, 1988 dalam Herlen W, 1996).
Pertanyaan yang diiajukn siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu melakukan
llangkah-langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut
menjadi suatu kegiatan yng spesifik.
h. Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus
dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi.
Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara
mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang
mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan,
3
siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam
menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
i. Pendekatan sains teknologi dan masyarakat (STM)
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association (NSTA) (dalam
Poedjiadi, 2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini
guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama
diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini
tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada
masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan
langkah-langkah ilmiah
j. Pendekatan terpadu
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur
atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan
menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga
diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan
wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
Pendekatan terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran.
Di Indonesia, khususnya di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pemdekatan
terpadu yang sedang berkembang yaitu model keterhubungan, model jaring laba-
laba, model keterpaduan.
3. Metode Pembelajaran
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah :
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan.
Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan
alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran
yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa
hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi
penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat
4
mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima
informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan diri.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan
mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan
daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok-
pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada
berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah.
Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh
kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam
mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan
teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting
melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran
bersama.
d. Metode belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena
keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota
kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan
yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari
materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
e. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan
suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan
menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar,
perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang
5
paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi
proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan
objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain-lain peragaan
konsep serta fakta yang memungkinkan.
f. Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan
benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau
sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
g. Metode karyawisata/widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa
siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi
dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi.
Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan
perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
h. Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang
untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan
membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini
sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
i. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan
percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas
suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya
pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih
lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk
merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
j. Metode bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan
cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif
6
sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi
memerlukan waktu lama.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi
pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak
pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran,
dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan
digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan; metode lebih menekankan pada
pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada
lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
a. Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
b. Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
c. Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
d. Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
e. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
C. Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran merupakan hal sangat penting dilakukan
oleh para guru karena disamping anak-anak memulai belajarnya dari hal-hal yang
kongkrit, tersedianya media pendidikan tersebut memungkinkan dapat
ditumbuhkannya budaya belajar mandiri, budaya demokrasi, dasar pembiasaan untuk
kehidupan di kemudian hari, serta menciptakan komunikasi antara anak dengan
orang dewasa dan teman sebaya. Pengembangan media yang dimaksud dalam
makalah ini ada suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, desain, produksi,
evaluasi serta pemanfaatan media pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas
tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan
penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan
pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-
langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam)
langkah sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
7
2. Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan
khas
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
5. Menulis naskah media
6. Mengadakan tes dan revisi
Disamping itu, sampai saat ini masih banyak lembaga pendidikan yang
belum mampu mengadakan berbagai jenis media pendidikan yang lengkap dan
bervariasi karena keterbatasan dana, terutama yang ada di daerah-daerah pedesaan.
Dengan demikian alternatif yang paling memungkinkan untuk diterapkan secara
lebih meluas yaitu mengembangkan media pendidikan yang sifatnya sederhana
namun tetap relevan dengan pencapaian kemampuan-kemampuan yang diharapkan
dikuasai anak.
Pada dasarnya pemberian status media pendidikan sederhana ini sifatnya
relatif, yaitu tergantung kepada kondisi lembaga pendidikan itu sendiri. Pada satu
lembaga pendidikan ada media pendidikan yang dianggap sederhana, mungkin pada
lembaga lain yang sejenis media tersebut dianggap terlalu mahal dan rumit, atau
sebaliknya. Pembuatan media pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
memerlukan bekal kemampuan yang memadai. Bekal kemampuan yang
dimaksudkan adalah pengetahuan dan keterampilan bagaimana melakukannya sesuai
dengan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga media pembelajaran yang dibuat
betul-betul efektif dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.
Sebelum membuat media pembelajaran, guru harus memperhatikan dulu
beberapa persyaratan pembuatannya. Persyaratan tersebut meliputi syarat edukatif,
syarat teknis dan syarat estetika. Penjabaran mengenai syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Syarat edukatif
Syarat edukatif maksudnya bahwa pembuatan media pembelajaran harus
disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga pembuatannya akan
sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan yang terdapat di dalam program
8
pendidikan yang disusun. Secara lebih khusus lagi syarat edukatif ini maksudnya
bahwa:
a. Media pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program
kegiatan pendidikan (program pendidikan/ kurikulum yang berlaku).
b. Media pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan didaktik metodik artinya
dapat membantu keberhasilan kegiatan pendidikan, mendorong aktifitas dan
kreatifitas anak dan sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak)
2. Syarat teknis
Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam pembuatan media
pembelajaran berkaitan dengan hal-hal teknis seperti pemilihan bahan, kualitas
bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dalam suhu-suhu tertentu dan lain
sebagainya. Secara lebih rinci syarat-syarat teknis dalam pembuatan media
pembelajaran adalah:
a. Media pembelajaran dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak
menimbulkan kesalahan konsep) contoh dalam membuat balok bangunan,
ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya
tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.
b. Media pembelajaran hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan
tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan
yang lain.
c. Media pembelajaran dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di
lingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekas/sisa.
d. Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya tajam,
beracun dan lain-lain).
e. Media pembelajaran hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau
cahaya berubah).
f. Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan
bereksplorasi.
g. Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.
3. Syarat estetika
Persyaratan estetika ini menyangkut unsur keindahan media pembelajaran
yang dibuat. Unsur keindahan/ estetika ini sangat penting diperhatikan karena akan
9
memotivasi dan menarik perhatian anak untuk menggunakannya. Hal-hal yang lebih
rinci yang berkaitan dengan syarat estetis ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak).
b. Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil).
c. Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.
Jika guru telah memahami berbagai persyaratan pembuatan media
pembelajaran, selanjutnya guru harus memahami bagaimana prosedur
pengembangan media pembelajaran. Prosedur pembuatan media pembelajaran itu
sendiri dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru mengkaji dan memahami karakteristik anak . Jika guru akan membuat
media pembelajaran maka guru perlu terlebih dahulu memahami karakteristik
anak yang menjadi sasaran pembuatan media pembelajaran yang dilakukan guru.
Setiap anak pada hakekatnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka
guru perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya anak yang akan kita
layani dengan media pembelajaran tersebut.
b. Guru menelaaah program kegiatan dan tujuan belajar anak. Langkah selanjutnya
yang harus diperhatikan guru dalam pembuatan alat permainan adalah menelaah
program kegiatan dan tujuan belajar anak. Program kegiatan dan tujuan belajar
anak yang dimaksud adalah kurikulum yang digunakandi lembaga tersebut. Di
dalam kurikulum telah secara jelas dan gamblang disajikan mengenai rumusan
kemampuan atau kompetensi dan penjabarannya berupa indikator-indikator
kemampuan yang harus dicapai atau diperoleh oleh anak.
c. Rumuskan kompetensi dan indikator-indikator yang terdapat didalam kurikulum
harus ditelaah dan difahami oleh guru sehingga guru memperoleh pemahaman
yang utuh mengenai apa saja yang harus dicapai oleh anak melalui kegiatan
belajar/ bermainnya. Dengan pemahaman yang memadai mengenai isi program
kegiatan dan tujuan belajar anak akan memudahkan guru dalam membuat media
pembelajaran dan disisi lain media pembelajaran yang dibuat menjadi efektif
untuk mengembangkan kemampuan anak.
d. Memilih isi/ tema dan tujuan belajar dari tema tersebut. Langkah berikutnya yang
dilakukan guru dalam pembuatan media adalah memilih tema yang terdapat di
dalam kurikulum atau tema/ matri yang dirancang sendiri. Tema adalah alat yang
10
digunakan untuk mencapai berbagai aspek perkembangan anak. Sebenarnya
penentuan tema tersebut tidak harus selalu terpaku pada tema-tema yang terdapat
di dalam kurikulum, guru dapat membuat dan mengembangkan tema sendiri.
e. Menginventarisasi media yang sudah ada dan menelaah apakah media
pembelajaran tersebut telah sesuai dengan kurikulum atau belum. Proses ini
penting dilakukan guru sehingga guru dapat mengetahui media apa saja yang
sebenarnya sangat penting diadakan dan dibuat oleh guru. Seringkali guru
membuat media yang sudah ada dan sebenarnya tidak diperlukan lagi sementara
yang belum ada terabaikan
f. Menentukan jenis media yang akan dibuat dan dikembangkan. Setelah dilakukan
inventarisasi terhadap berbagai media yang telah ada, guru akan mengetahui
secara pasti apa saja media yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar anak. Dalam
kenyataannya berdasarkan daftar kebutuhan yang dibuat seringkali media yang
harus dibuat sangat banyak jumlahnya dan semuanya ingin kita buat. Hal tersebut
tentunya kurang realistis sehingga harus ditentukan prioritas pembuatan media
pembelajaran yang benar-benar penting atau krusial untuk dipenuhi.
g. Membuat rancangan untuk pembuatan media pembelajaran Jika media
pembelajaran yang akan dibuat telah ditentukan maka selanjutnya guru membuat
rancangan atau desain alat permainan tersebut untuk memudahkan dalam
pembuatannya. Dalam rancangan pembuatan media pembelajaran tersebut
biasanya dikemukakan aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan
melalui media pembelajaran tersebut, Alat dan bahan pembuatan yang
dibutuhkan, teknik pembuatan dan bagaimana cara menggunakannya.
h. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap berikutnya berdasarkan
rancangan yang telah ada, guru mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang
diperlukan sehingga pada saat proses pembuatan tidak mengahadapi kendala dan
dapat dilakukan sesuai rencana. Ketersediaan alat dan bahan ini akan sangat
menunjang pembuatan media pembelajaran yang dibutuhkan oleh lembaga dan
siswa.
i. Membuat media pembelajaran sesuai dengan rencana atau sesuai dengan kondisi
alat dan bahan yang ada. Pada tahap ini apa yang telah menjadi rencana
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur pembuatan yang telah ditentukan. Pada
11
tahap ini ide dan rencana dilaksanakan dengan memanfaatkan alat dan bahan
yang telah dipilih. Kejelian dan kreativitas guru akan sangat mendukung
dihasilkannya alat permainan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan siswa.
Memerika hasil pembuatan media pembelajaran, apakah sesuai atau benar
telah menghasilkan media pembelajaran. Setelah guru membuat media pembelajaran
tertentu, guru masih perlu mengecek apakah media pembelajaran yang dibuat telah
sesuai dengan media pembelajaran yang diharapkan dalam arti telah memenuhi
syarat edukatif, teknis dan estetis. Hal tersebut perlu diperhatikan sebab tidak jarang
guru yang membuat media pembelajaran, setelah ditelaah belum menghasilkan
media pembelajaran yang sesuai dengan persyaratan yang ada (standar).
D. Pengembangan Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan sosial diartikan sebagai suatu lingkungan dimana setiap individu
atau anggota melakukan hubungan atau interaksi sosial. Tidak hanya interaksi sosial
yang berlangsung, namun didalam suatu lingkungan sosial juga dapat berlangsung
kerjasama atau berbagai kegiatan bersama. Oleh sebab itu, lingkungan sosial menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok
dalam setiap tindakannya.
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi sosial
dengan kehidupan bermasyrakat seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata
pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur kepemerintahan dan
agama. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan social sebagai
sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat seperti
keluarga, tetangga, Rukun Tetangga dan sebagainya. Hal ini disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik.
1. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi merupakan tuntutan dan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kegiatan belajar mengajar. Begitu banyaknya
nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar. Namun
demikian diperlukan adanya kretivitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
12
Para guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu
memberikan kemudahan kepada siswa untuk memepelajari berbagai hal yang
terdapat dalam lingkungannya.
Belajar tidak hanya terjadi diruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas
dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan serta
intelektual.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep
tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahamisiswa di dalam
kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan siswa untuk melihat
konsep warna secara nyata yang ada dillingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan
lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan siswa. Namun guru juga harus
memiliki dalam mengembangkan pembelajaran siswa dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajarnya.
2. Prosedur Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Apabila kita menginginkan siswa memperoleh hasil belajar yang banyak dan
bermakna dari sumber belajar lingkungan, maka kita perlu membuat persiapan yang
matang. Tanpa persiapan belajar siswa tidak akan terkendali dengan baik sehingga
akan berpengaruh terhadap terjadinya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Perlu kita ketahui bahwa ada tiga langkah prosedur yang bisa ditempuh
dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu :
a. Langkah perencanaan
Perencanaan menempati bagian yang penting. Melalui perencanan yang
matang, yang disusun secara sistematis, dalam pola pemikiran yang menyeluruh akan
memberikan landasan yang kuat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan proses
pembelajaran. Guru selaku pengelola kegaiatn belajar harus mengetahui dan
memahami tentang apa-apa yang harus direncanakan.
b. Langkah pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara efektif dan
efesien agar hasilnya optimal sesuai dengan yang telah direncanakan. Pelaksanaan
kegiatan belajar harus dapat meningkatkan dan memotivasi aktivitas siswa sehingga
13
siswa dapat menikmati bahwa lingkungan sebagai sumber belajar benar-benar dapat
memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang dipelajari.
c. Langkah tindakan lanjut (follow up)
Langkah ini untuk menindak lanjuti hasil kegiatan pembelajaran. Sehingga
apabila ada siswa yang belum mengerti atau memahami lingkungan sebagai sumber
belajar dibimbing dan diarahkan sesuai dengan materi pembelajaran. Sedangkan bagi
siswa yang sudah memahami dapat melanjutkan kegiatannya lebih mendalam
sehingga lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak manfaatnya.
E. Memperhatikan Pemetaan Kecerdasan Siswa
Mengetahui indikator kecerdasan siswa dapat membantu guru dalam
merancang kegiatan stimulasi, tentunya disesuaikan dengan usia masing-masing
siswa agar hasilnya pun dapat maksimal. Indikator kecerdasan anak dibagi menjadi 4
jenis kecerdasan, yang meliputi kecerdasan intelegensi (Intellectual Quotient/IQ),
kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ), kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotient/SQ), dan kecerdasan menghadapi tantangan (Adversity Quetion/AQ).
Keempat jenis kecerdasan ini perlu diasah dan dikembamgkan sejak dini.
Keseimbangan antara empat kecerdasan tersebut kelak akan membentuk pribadi anak
siap menjalani hidupnya di masa depan nanti.
Kecerdasan anak tak hanya diukur melalui ukuran IQ (Intelligence Quotient).
Setiap anak memiliki kecerdasan yang majemuk, yakni kecerdasan intelektual (IQ)
maupun kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ). Menurut Howard Gardner
salah seorang profesor pendidik dan peneliti dari Harvard University Amerika
Serikat, ada 9 aspek kecerdasan seorang anak. Istilah yang sering kita dengar adalah
multiple intelligences.
1. Kecerdasan musikal
Kecerdasan ini ditunjukkan anak mudah sekali mengikuti dan mengingat lagu.
Cara melatihnya adalah dengan mendengarkan musik dan bernyanyi.
Mengajarkan anak menyanyikan lagu-lagu sederhana sesuai usia mereka.
Melakukan pekerjaan dengan bernyanyi, misalnya saat mandi dan bangun pagi.
2. Kecerdasan Intrapersonal, berkaitan dengan kemampuan daya tahan, untuk tidak
mudah down, gigih berusaha, tidak minder. misalnya ketika mengikuti
perlombaan, tampil depan umum. Cara melatihnya adalah mengajarkan anak
14
untuk terbiasa berada dalam sebuah kelompok dan berinteraksi dengan teman-
teman sebayanya.
3. Kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan
anak beradaptasi, bekerjasama, berelasi dengan lingkungan teman sebaya dan
orang di sekitarnya. Cara melatihnya adalah dengan memberi kesempatan si kecil
sering ditemani untuk bergaul bersama teman-teman sebaya, bermain dan
berkomunikasi pada anak- anak seusianya.
4. Kecerdasan visual spasial Adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan
memahami pandang ruang. Yakni anak mampu membedakan posisi dan letak
serta membayangkan ruang, Di kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang dan
samping. Cara melatihnya adalah setiap melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan posisi atau ruang hendaknya orang tua selalu sambil menyebutkan, misal :
Tolong dong, adik letakkan bukunya di atas meja, atau tolong kakak ambilkan
buku yang jatuh di bawah meja. Sebutkan lokasi ruang, ajarkan si kecil melipat,
menggunting, membalik dan menggambar.
5. Kecerdasan natural (alam) Anak diperkenalkan dengan lingkungan hidup selain
manusia, yaitu binatang, tumbuhan dan beraneka suasana alam, misalnya sesekali
ajak anak memberi makan pada ikan atau ke kebun binatang, mengunjungi taman
flora dan bermain di alam terbuka.
6. Kecerdasan kinestetik tubuh, anak memiliki kemampuan untuk melakukan
kegiatan yang melibatkan tubuh misalkan gerakan tubuh saat berdoa,
menggambar, melompat, berlari dan olahraga yang menggerakkan tubuh, menari,
senam dan sebagainya. Cara melatihnnya ajak anak untuk latihan mencoret dan
menggambar garis, lingkaran, melakukan gerakan senam dan menari.
7. Kecerdasan moral, yaitu kepekaan anak untuk meresap kepatuhan dalam
berperilaku yang baik, misalnya tahu mengucapkan terimakasih, maaf, permisi
dan membedakan perbuatan baik dan buruk, bisa menahan diri untuk tidak
melakukan pelanggaran terhadap tata cara kesopanan. Caranya adalah melatih
dalam kelompok bermain dan melakukan peraturan peraturan dalam permainan,
ajarkan anak patuh dan memahami aturan sederhana misalnya bermain petak
umpet.
15
8. Kecerdasan verbal linguistic, anak dapat berbicara dan menceritakan suatu
kejadian yang dilihatnya dengan mudah, terangkai dengan baik dan kronologis
kejadian tidak melompat lompat. Cara melatihnya adalah sejak dalam kandungan
dan setelah lahir anak sering diajak bercakap cakap, berbicara dengan orangtua,
teman sepermainan, menceritakan dongeng dan menyanyikan lagu anak-anak.
9. Kecerdasan logika matematika Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan
anak untuk memahami persoalan dan memecahkan teori sederhana yang
berkaitan dengan angka. Cara melatihnya adalah mengajarkan anak
mengelompokkan mainan yang dimiliki, menghitung buah buahan dan
membagikan makanan kecil dan menyebutkan jumlah yang diberikan,
mengelompokkan benda mainan seperti dadu berwarna, mainan berbentuk buah
dan bunga.
F. Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan Bagi
Siswa
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang
strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses
pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru
memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada
diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan
sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia,
umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain.
Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan
teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat
mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak
mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap.
Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah berikut ini:
1. Melibatkan Siswa secara Aktif
Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain:
a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen.
b. Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab.
16
c. Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan
pengarahan guru.
d. Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
e. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis.
Aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak
melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Cara meningkatkan
keterlibatan siswa adalah melalui mendorong partisifasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar.
2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat
seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat
menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang
diminati.
3. Membangkitkan Motivasi Siswa
Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas
guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar.
Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
a. Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya;
b. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam
mencapai tujuan tersebut.
c. Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
d. Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih
sukses dengan usahanya sendiri;
17
e. Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.
f. Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.
4. Memberikan pelayanan individu Siswa
Perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar
dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini
pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan
kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada
sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau
privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat atau
melalui lembaga-lembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan
yang bersifat individual.
5. Menyiapkan dan Menggunakan berbagai Media dalam Pembelejaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika
mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada
siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran yang
efektif harus mulai dengan pengalaman langsung yang yang dibantu dengan
sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga
tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
a. Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa
terhadap materi pelajaran yang diasjikan.
b. Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman
siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
c. Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.
Setelah tercipta kondisi pembelajaran seperti yang dipaparkan di atas, maka
guru dapat menciptakan suasana nyaman bagi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda
2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang diajukan oleh
siswa Anda.
18
3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa
4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai
6. Mengontrol siswa yang aktif dalam proses pembelajaran
G. Penutup
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan
suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu
melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk
menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya
factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam
mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru
dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus
memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan
agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran
prestasi dapat dicapai dengan maksimal. Jika pembelajaran tidak berjalan dengan
efektif dan tidak menyenangkan bagi peserta didik, peserta didik akan mengalami
kejenuhan dalam belajar, guru henadaknya menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didiknya.
Agar pesrta didik tidak mengalami kejenuhan dalam belajar agar tujuan
pembelajaran dapat berjalan seperti yang di harapkan.
H. Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional.2003 Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2003 Media Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Hamalik Oemar, 1999, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Haryono, Anung, 2009, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Henyat Soetomo. 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
19
Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Belajar yang Mempengaruhi. Jakarta. rineka cipta.
Sudjana Nana, 2005, Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Syah Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.
20