bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan...

103
B A B 15 PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Transcript of bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan...

Page 1: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

B A B 15

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Page 2: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu
Page 3: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

B A B 15 PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

A. PERHUBUNGAN

I. PENDAHULUAN

Apabila pada permulaan Repelita I keadaan jalan, angkutan, pos/giro dan komunikasi sangat parah, maka pada akhir Repelita I sudah dapat dirasakan perubahan dan manfaat dari hasil rehabalitasi di sektor perhubungan tersebut.

Keadaan perhubungan yang sudah lebih baik menyebabkan volume angkutan meningkat sebamyak 7-10% setahun bagi angkutan kereta api, perhubungan darat dan perhubungan laut. Bahkan pada angkutan udara tingkat pertumbuhannya telah melebihi 20% setahun.

Sungguhpun banyak yang sudah dicapai dalam bidang perhubungan, namun usaha perbaikan dan rehabilitasi masih perlu dilanjutkan dan diikuti dengan perluasan dan penambah-an jalan, jembatan, pelabuhan dan lain-lain serta peningkatan kapasitas angkutannya.

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara maka tujuan Repelita II adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat dan meletakkan landasan yang kuat bagi tahap pembangunan berikutnya. Dalam, pola umum ini maka peranan sektor perhubungan ada-lah meningkatkan produksi jasanya serta memperlancar arus barang dan manusia agar mampu menunjang usaha pening-katan pembangunan di sektor lain serta ikut membina kesatuan Bangsa dan Negara dalam rangka Wawasan Nusantara.

Dalam sektor perhubungan akan diusahakan agar kebutuh-an masyarakat dapat dilayani oleh angkutan yang paling

317

Page 4: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

sesuai dan ekonomis. Dengan demikian di samping kelancaran dalam pengangkutannya juga pernbagian angkutan barang dan manusia antara sarana-sarana angkutan tersebut dapat berlangsung dengan beban biaya yang layak bagi masyarakat.

Untuk itu diusahakan keserasian antara pelbagai sarana angkutan darat, laut dan udara dalam satu sistem yang ter-integrasi.

Rehabilitasi dan pembangunan jalan raya akan disesuaikan dengan program rehabilitasi lintas-lintas kereta api dengan memperhitungkan kemampuan angkutan masing-masing. Ke dua jenis angkutan ini akan dibina sedemikian rupa, supaya dapat saling isi-imengisi dan lengkap-melengkapi agar tidak menghambat perkembangannya sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat yang optimal.

Demikian pula rehabilitasi di bidang perhubungan laut akan dilakukan dengan memperhatikan perkembangan jaringan jalan dan angkutan kereta api yang menghubungkan pelabuh-an dengan daerah pedalaman. Program perhubungan udara juga akan dilaksanakan dengan mendasarkan pada perkemba-ngan jenis alat-alat angkutan yang lain.

Pembangunan perhubungan antara lain ditujukan agar ter-dapat pertumbuhan yang lebih serasi antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Demikian pula akan diberikan perhatian khusus kepada, daerah-daerah terpencil dengan mengusahakan angkutan perintis di darat, laut dan udara. Prioritas juga akan diberikan kepada jaringan jalan dan angkutan yang menghubungkan daerah pedesaan dengan pusat-pusat pemasaran. Demikian pula perhatian akan diberi-kan kepada angkutan umum di kota-kota besar. Pembangunan perhubungan akan lebih mengutamakan fasilitas bagi masya-rakat umum di atas yang diperlukan perorangan.

Selanjutnya diusahakan agar biaya pengembangan angkutan umum sejauh mungkin dipikul oleh pemakai jasa angkutan umum melalui kebijaksanaan tarif yang wajar.

Page 5: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

318

Kerjasama dibidang perhubungan dengan negara-negara lain akan ditingkatkan, terutama dengan negara-negara ASEAN. Dalam hubungan ini diusahakan pula pembagian pendapatan dibidang perhubungan yang lebih adil antara negara-negara yang sedang berkembang dan negara-negara industri.

II. PERHUBUNGAN DARAT

Di luar bidang perkeretaapian terdapat jenis angkutan se-bagai berikut: Jalan dan Angkutan Jalan Raya, Angkutan Da-lam Kota, serta Angkutan Sungai, Danau dan Ferry. Fungsi jenis-jenis alat angkutan darat ini saling isi-mengisi, karena itu pengembangannya perlu direncanakan secara integral.

1. Jalan dan Angkutan Jalan

Raya a. Keadaan dan masalahSelama Repelita I di bidang jalan dan jembatan telah dilak-

sanakan berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan pemeliha-raan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jalan baru diseluruh Indonesia.

Jalan-jalan yang ada mencapai sepanjang 85.000 km, yang terdiri atas jalan negara sekitar 9.900 km, jalan propinsi sekitar 21.800 km dan jalan kabupaten sekitar 53.000 km.

Hasil yang dicapai berkat kegiatan tersebut di atas telah memungkinkan berlangsungnya lalu lintas secara lebih wajar di lintas-lintas jalan yang mempunyai arti ekonomis penting.

Dalam Tabel 15-1 dapat dilihat bahwa selama Repelita I jalan negara dan sebagian jalan propinsi yang berhasil direhabilitasi adalah sepanjang 6.535 kilometer, yang ditingkatkan 3.785 kilometer dan pembangunan jalan baru 367 kilometer. Pemeliharaan jalan setiap tahun yang berhasil dilakukan mencapai rata-rata 22.330 kilometer. Di samping itu juga telah berhasil direhabilitasi dan ditingkatkan sejumlah jalan propinsi dan jalan kabupaten sebagai hasil proyek Inpres yang membuka lalu-lintas ke daerah-daerah pedesaan.

Page 6: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

319

TABEL 15 - 1.

HASIL REPELITA I JALAN DAN JEMBATAN

No. Jenis U r a i a n Hasil Pelita I

1.

2.

3.

Jalan

Jembatan

Lain-lain

1. Pemeliharaan2. Rehabilitasi3. Peningkatan4. Pembangunan baru5. Rehabilitasi6. Peningkatan/

pembangunan baru7. Bengkel8. Laboratorium

22.330 km * )6.535 km3.785 km

367 km19.800 m

14.703 m 34 buah 37 buah

*) Hasil rata-rata setiap tahun.

Sejalan dengan perbaikan dalam bidang jalan dan jembatan telah pula dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan peralatan- peralatan pengawasan lalu-lintas jalan raya yang perlu untuk mempertahankan kondisi jalan dan meningkatkan keselamatan muatan.

Pembangunan di bidang jalan dan jembatan menjadi amat penting karena diperkirakan bahwa tingkat pertumbuhan vo- lume angkutan jalan raya selama Repelita II adalah sekitar 8,5% setahun dan tingkat pertumbuhan lalu-lintas jalan raya sekitar 10% setahun.

b. Langkah dan Kebijaksanaan

Kebijaksanaan di bidang jalan dalam Repelita II ditujukan kepada pembinaan jalan yang dapat mengikuti pertumbuhan

Page 7: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

lalu-lintas dan angkutan.

320 Untuk mencapai hasil yang optimal, maka program di bidang jalan ditujukan bagi pemanfaatan jaringan jalan yang telah ada malalui usaha rehabilitasi dan peningkatan mutu jalan yang dapat melayani lalu-lintas jangka pendek dan menengah (2-5 tahun). Pembangunan di bidang jalan ini akan dilakukan secara bertahap, melalui empat program sebagai berikut :1) Program rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan

jalan kepada keadaan sebelum terjadinya kerusakan, antara lain meliputi pekerjaan perbaikan sebagian lapasan dasar (base) jalan dan lapisan penutup (surface) jalan.

2) Program peningkatan yang merupakan usaha meningkatkan kapasitas/mutu jalan yang disesuaikan dengan lalu-lintas yang sudah bertambah, meliputi pekerjaan memperkuat lapisan dasar jalan, menyempurnakan lapisan penutup jalan, memperlebar dan memperbaiki arah (allignment) jalan di mana perlu.

3) Program pembangunan baru merupakan pelaksanaan pem-bangunan jalan dan jembatan baru yang didahului oleh survey dan persiapan lainnya, termasuk pula penjajagan berbagai cara pembiayaan.

4) Program pemeliharaan adalah kegiatan rutin untuk mem-pertahankan keadaan jalan dan menghidarkan kerusakan jalan.

Program rehabilitasi, program peningkatan dan program pemeliharaan akan lebih ditingkatkan dalam Repelita II. Da- lam program rehabilitasi diberikan prioritas pada jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota dan daerah pedesaan yang mempunyai arti penting bagi pembangunan daerah. Program pembangunan baru akan diarahkan bagi melanjutkan proyek-proyek yang sudah dimulai pembangunannya pada akhir tahun Repelita I. Juga akan diteruskan persiapan proyek-proyek pembangunan jalan baru. Program pemeliharaan disesuaikan dengan hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program-

Page 8: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

program rehabilitasi dan peningkatan.321

410476 - (11).

Pendekatan atas dasar kebijaksanaan seperti yang diuraikan di atas diperkirakan akan dapat meningkatkan kondisi jalan raya sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel berikut ini :

TABEL 15 - 2.

PERKEMBANGAN KEADAAN JALAN NEGARA DANJALAN PROPINSI SELAMA REPELITA II

Pada akhir Repelita

I Pada akhir Repelita

IIU r a i a n Km % K

m%

1. Dalam keadaan baik

7.310 23 15.800 502. Dalam keadaan se

dang 11.321 36 13.200 413. Dalam keadaan ru

sak/rusak berat 13.107 41 2.818 9

J u m 1 a h : 31.738 100 31.818 100

Dalam melaksanakan pembangunan jalan diusahakan untuk menggunakan potensi dan tenaga kerja dalam negeri seoptimal mungkin, mencakup tenaga terdidik seperti tenaga perencana- an, pengawas maupun tenaga-tenaga pelaksana di lapangan. Juga partisipasi kontraktor-kontraktor nasional akan diting- katkan sesuai dengan kemampuan yang ada, baik dalam pekerjaan rehabilitasi, peningkatan maupun dalam pekerjaan pembangunan jalan baru.

Di bidang aspal akan lebih ditingkatkan pemakaian aspal produksi dalam negeri. Selama Repelita I pemakaian aspal se-kitar 330.000 ton, di mana 22% daripadanya adalah aspal butas. Pemakaian aspal dalam Repelita II diperkirakan akan

Page 9: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

meningkat menjadi 518.000 ton, dan sekitar 50% dari kebu-tuhan aspal tersebut akan dipenuhi dari produksi dalam negeri ,

322

Page 10: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

GRAFIK 15 – 2PERKEMBANGAN KEADAAN JALAN NEGARA DAN PROPINSI

SELAMA REPELITA II

323

Page 11: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

di mana sebagian besar adalah aspal butas. Karena itu eksplo-rasi dan peningkatan mutu aspal butas ini akan terus diusaha-kan dalam Repelita II.

Dalam Repelita II perkiraan fisik pembangunan di bidang jalan dan jembatan secara garis besarnya tergambar sebagai berikut :

TABEL 15 - 3.

PROGRAM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN1974/75 - 1978/79

No. UraianPerkiraan Fisik1974/75 (Km)

Perkiraan FisikRepelita II (Km)

I. Rehabilitasi 3.739 14.480,5

II. Peningkatan 593 7.997

III. Pembangunan baru 161 1.555

IV. Pemeliharaan 32.000 * ) 32.000 * )

* ) Perkiraan rata-rata tiap tahun.

Juga akan dilaksanakan rekonstruksi dan pembangunan jalan baru seperti : Si junjung - Lubuklinggau, Jakarta - Bogor - Ciawi (Jagorawi), Balikpapan - Samarinda, Amurang - Kotamobagu - Duloduo, Amurang - Kotamobagu, Teluk Betung - Bakauhuni, Padang - Medan, Surabaya - Malang, Jakarta - Merak, Denpasar - Gilimanuk, Pontianak - Sintang, dan lain-lainnya.

Untuk pemeliharaan jalan direncanakan tiap tahun sepan-jang 32.000 km yaitu jalan negara ± 10.000 km dan jalan propinsi ± 22.000 km.

Program jalan di tiap propinsi tergambar dalam Tabel 15-4 di dasarkan atas pertimbangan bahwa perbaikan jalan terse- but dapat merangsang pembangunan daerah. Proyek-proyek dari masing-masing program ini akan ditinjau secara berkala dan disesuaikan dengan perkembangan pembangunan.

324

Page 12: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

TABEL 15 - 4.

PROGRAM JALAN MENURUT PROPINSI

1974/75 - 1978/79

J a l a n (Kilometer)

P r o p i n s i Pemba- Pening- Rehabi- Peme-ngunan katan litasi liharaanbaru

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.

A c e hSumatera UtaraSumatera BaratR i a uJ a m b iSumatera SelatanBengkuluLampungDKI JayaJawa BaratJawa TengahYogyakartaJawa TimurKalimantan BaratKalimantan SelatanKalimantan TengahKalimantan TimurSulawesi UtaraSulawesi TengahSulawesi SelatanSulawesi TenggaraBaliNusatenggara BaratNusatenggara TimurMalukuIrian Jaya

-103225

6060

-._

150150270

45-

17550

--

100150

-

-17

--

-

700700460150500500126200186575600

48700130280100240240200500160302100200100

-

6501.268

840200500600400400

-1.250

900108

1.200500400100200250600

1.400 260 330 400

1.347 200 129

1.7092.9251.666

9621.2122.790

784672pm

2.6562.271

1863.0001.278

686394461897

1.1041.900

432765822

1.787329129

T o t a 1: 1.555 7.997 14.480 32.000 *)

*) Perkiraan Pemeliharaan Jalan sepanjang 183 kilometer akan di-sesuaikan hasil rehabilitasi dan peningkatan yang dicapai.

325

Page 13: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Untuk menunjang program ini diperlukan tenaga ahli dan terlatih yang dapat diperoleh dengan mengadakan pemupukan kader dari tenaga-tenaga sarjana dan akademisi melalui la- tihan yang terarah di bidang highway-engineering. Pembinaan tenaga-tenaga pelaksana di lapangan dilakukan melalui kursus.

Di samping itu akan disempurnakan kerangka hukum, beru- pa perbaikan berbagai peraturan, agar dapat diciptakan iklim yang baik bagi usaha pengembangan jalan dan jembatan.

Sejalan dengan hasil, pelaksanaan program rehabilitasi dan peningkatan jalan, akan diusahakan pula penambahan fasilitas pengaturan dan pengamanan jalan raya, seperti rambu-rambu jalan, jembatan timbang dan lain-lain. Di samping itu penertib- an dan pengawasan lalu-Iintas akan diatur lebih ketat, guna mencegah kemungkinan timbulnya kerusakan jalan sebagai akibat kelebihan muatan serta mencegah terjadinya kecelakaan karena dilampauinya batas kecepatan kendaraan. Selama Re- pelita II direncanakan penambahan alat-alat pengujian seba- nyak 37 unit, rambu-rambu jalan 95.300 buah, dam jembatan timbang 38 unit dan sejumlah lampu pengatur lalu-lintas.

Volume angkutan barang dan penumpang selama Repelita II akan lebih meningkat, karena itu diperlukan armada angkutan darat berupa truk, bis, kendaraan penumpang yang lebih ba- nyak pula. Kenaikan rata-rata muatan diperkirakan 8,5% se- tahun dan kebutuhan kendaraan akan naik 10% setahun. Jika armada angkutan darat yang tercatat pada tahun 1972 ber- jumlah 434.873 buah, maka jumlah kendaraan tersebut diper- kirakan akan menjadi 652.300 buah pada akhir Repelita II.

Pengembangan armada angkutan darat akan diprioritaskan pada kendaraan umum. Impor kendaraan bermotor akan lebih ditekankan dalam bentuk terurai (completely knocked down) antara lain untuk mengembangkan industri-industri dan mem- buka lapangan kerja yang lebih besar bagi masyarakat.

Pengembangan armada angkutan darat ini akan diarahkan kepada standardisasi tertentu sebagaimana telah dimulai bagi

326

Page 14: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

kendaraan Pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut secara bertahap akan pula ditingkatkan pembinaan industri penunjang angkutan darat yang perkembangannya disesuaikan dengan program pengembangan industri secara keseluruhan.

Kegiatan angkutan darat lebih banyak dilaksanakan oleh usaha swasta dan Pemerintah hanya mengutamakan pembina-annya. Dalam Repelita II diusahakan peningkatan dan penye-hatan perusahaan angkutan. Hal ini diatur melalui perizinan yang lebih selektif, penyesuaian struktur dan tingkat tarif yang wajar dan lain-lain.

Pelayanan angkutan darat tidak hanya dibatasi di daerah yang mempunyai kemampuan ekonomis saja, tetapi juga di da-erah-daerah terpencil. Pelayanan angkutan di daerah-daerah tersebut akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan milik Pemerintah yang berkewajiban mengembangkan angkutan di daerah tersebut yang dikenal sebagai lintas-lintas perintis.

Angkutan kendaraan tidak bermotor bersifat pelengkap ter-hadap angkutan kendaraan bermotor dan merupakan potensi angkutan yang cukup besar yang juga akan dibina dalam Re-pelita II.

Aparatur pembinaan angkutan darat akan disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan. Sejalan dengan itu perlu ditinjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang se-karang masih berlaku, seperti penyempurnaan Undang-undang no. 3 tahun 1965 dan peraturan lainnya.

Untuk memungkinkan dilaksanakannya pengawasan yang lebih baik, maka penambahan dan pendidikan kader bagi pe-tugas di bidang pembinaan 1a1u-lintas angkutan jalan raya akan diperluas dan diintensifkan, sehingga kemampuan untuk menciptakan tertib lalu-lintas, tertib angkutan, tertib usaha dapat ditingkatkan.

327

Page 15: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

2. Angkutan umum dalam kota

Salah satu gejala yang dihadapi dalam pertumbuhan kota pada waktu ini adalah meningkatnya urbanisasi terutama ke kota-kota besar, yang menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk kota dan makin sukarnya mendapat tempat tinggal di tengah kota. Hal ini menyebabkan banyak penduduk kota yang rendah pendapatannya terpaksa berdiam, ditempat-tem-pat yang jauh letaknya dari pusat kota. Apalaga kota-kota dibiarkan tumbuh sendiri akan timbul masalah yang lebih sulit dalam pembinaan angkutan kota. Fasilitas angkutan umum dalam kota yang sebenarnya harus diutamakan, ternyata ber-kembang relatif hampir sama dengan angkutan/kendaraan-kendaraan pribadi. Umpamanya perkembangan kendaraan di Jakarta, menunjukkan bahwa secara proporsionil jumlah ken-daraan pribadi meningkat antara tahun 1966 sampai 1971 de-ngan 44%, sedangkan bis meningkat dengan 56%, truk dengan 32% serta sepeda motor naik dengan 81%. Jika pertumbuhan ini dibiarkan maka lalu-lintas di ibu kota Jakarta akan meng-alami kesulitan yang cukup besar. Dalam hubungan ini dirasa-kan sekali kekurangan akan fasilitas angkutan umum.

Perencanaam angkutan umum di kota dapat membantu per-tumbuhan kota yang lebih baik dan lebih serasi. Lokasi kegi-atan ekonomi akan dapat diatur dan disesuaikan dengan lokasi perumahan melalui jalur angkutan kota yang tepat. Dalam Repelita I telah dilakukan penelaahan secara mendalam me-ngenai masalah angkutan umum di kota Jakarta. Penelitian akan dilanjutkan di kota-kota lain seperti Medan, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang.

Di samping itu mengingat mendesaknya masalah angkutan di kata Jakarta maka diambil langkah-langkah untuk mengem-bangkan sistim angkutan umum. Dalam hal ini diperhatikan segi keamanan penumpang bis kota serta pengembangan bis sekolah bagi anak-anak sekolah. Juga berbagai hal yang me-nyangkut segi organisasi sistem angkutan kota, masalah tarif angkutan umum dalam kota, pajak kendaraan dan lain-lain diperbaiki dalam rangka pembinaan angkutan umum tersebut

Page 16: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

328

3. Aagkutan Sungai, Dan Ferry a. Keadaan dan Masalah

Dalam Repelita I di bidang angkutan Sungai, Danau dan Ferry prioritas diberikan pada pelaksanaan penelitian dan per-siapan proyek. Sebanyak 15 buah, sungai-sungai di Sumatra dan Kalimantan telah dapat ditelaah dan memberi kemungkin- an pelaksanaannya dalam proyek-proyek Repelita II ini. Di samping itu dalaan Repelita I telah pula dibangun dan diper- baiki sebanyak 24 buah dermaga sungai, penambahan 24 buah kapal kerja, penambahan 789 buah rambu, kapal keruk dan lain-lain. Penambahan alat-alat dni telah turut membantu pe-ningkatan angkutan melalui sungai, danau dan ferry.

Berdasarkan penelaahan maka jumlah sungai besar di Su-matra, Kalimantan dan Irian Jaya adalah sebanyak 67 buah dengan panjang seluruhnya lebih kurang 22.000 km. Belum termasuk didalamnya, sungai kecil yang ratusan banyaknya dan dapat dilayari oleh kapal-kapal sungai.

Jumlah danau lebih kurang 30 buah dengan luas seluruhnya 4.900 km2. Terusan utama ada sebanyak 6 buah. Kesemuanya merupakan potensi prasarana perhubungan yang sebagian sudah diefektifkan untuk mengembangkan potensi ekonomi daerah.

Adanya pengolahan hutan kayu, yang meningkat menyebabkan permintaan akan angkutan melalui sungai semakin besar. Diperkirakan sekitar 90% kayu yang dihasilkan di Sumatra dan Kalimantan diangkut melalui sungai. Oleh sebab itu program pengembangannya akan lebih ditingkatkan dalam Repelita II yang meliputi usaha pengerukan dan pembersihan alur-alur sungai, pembangunan dermaga dan pemasangan rambu-rambu sungai untuk meningkatkan keselamatan dan kelancaran angkutan di sungai. Perkembangan permintaan angkutan sungai di Sumatra adalah sekitar 5% per tahun dan di Kalimantan sekitar 7% per tahun. Ha1 ini menunjukkan peranan angkutan sungai yang

Page 17: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

semakin penting dalam Repelita II.

329

b. Langkah dan Kebijaksanaan

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam Repelita I maka titik berat kebijaksanaan dalam Repelita II dibidang angkutan su-ngai, danau dan ferry ditekankan pada usaha pembinaan fasi-litas angkutan sungai, danau dan ferry sebagai kelanjutan atau bagian dari angkutan jalan raya. Juga fasilitas lainnya yang diperlukan bagi menunjang pembangunan daerah. Selain itu akan ditingkatkan usaha penyempurnaan institusionil dan administrasi angkutan sungai, danau dan ferry, agar dapat menunjang usaha mengembangkan sarana angkutan ini.

Dalam rangka kebijaksanaan ini maka dalam Repelita II usaha pembinaan angkutan ini ditekankan pada 15 sungai, yaitu sungai Mahakam (Kaltim), sungai Kayan (Kaltim), su- ngai Sesayap (Kaltim), sungai Sebuku (Kaltim), sungai Sem-bakung (Kaltim), sungai Barito (Kalsel), Sungai Kahayan (Kalteng), sungai Dayak (Kalteng), sungai Kapuas (Kalbar), sungai Indragiri (Riau), sungai Batanghari (Jambi), sungai Musi (Sumsel), sungai Lalang (Sumsel), sungai Siak (Riau) dan sungai Rawas (Sumsel). Pilihan atas sungai-sungai terse- but didasarkan pada peranannya dalam pembangunan dan persiapan yang sudah dilakukan di dalam program pembangunan. Diharapkan agar sungai ini dapat dilayari dengan aman, lancar dan teratur, terutama pada siang hari dan jika mungkin juga pada malam hari, sehingga merupakan jaringan angkutan yang dapat berfungsi. Dalam membina angkutan sungai sedapat mungkin ingin dirangsang swadaya dan prakarsa swasta, sehingga Pemerintah dapat membatasi diri pada pekerjaan pengaturan, pembinaan dan pemeliharaan prasarana. Hanya apabila belum tampak prakarsa swasta maka Pemerintah dapat ikut serta di bidang pengusahaan ini. Dalam prasarana, titik berat diletakkan pada perbaikan alur palayaran sungai dan lain-lain.

Dalam mengembangkan angkutan ferry maka perhatian

Page 18: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

akan diberikan pada lintas ferry Merak - Bakauhuni, Belawan - Penang, Loa Janan - Samarinda, Bajoe - Kolaka, Semuntai (Ka-lirmantan Barat), Lombok - Bali, Penajam - Balikpapan, Jawa-

330

Bali, Lombok - Sumbawa dan Poka - Galala (Ambon). Pembi- naan lintasan ferry ini akan diserasikan dengan pengembangan alat angkutan yang lain dan diusahakan agar kegiatan angkut-an tersebut saling isi-mengisi dan lengkap-melengkapi.

Sementara itu akan dnlanjutkan pula penelitian di sungai-sungai dan lintas ferry lainnya yang belum terselesaikan dalam Repelita I. Sejalan dengan usaha tersebut akan digarap pula peraturan pelaksanaaannya yang sampai sekarang umumnya masih bersifat tehnis nautis dan kurang mengindahkan keper-luan pembangunan.

III. ANGKUTAN KERETA API 1 Keadaan dan MasalahSasaran pokok dari program Peningkatan Angkutan Kereta

Api dalam Repelita I adalah untuk menghentikan proses keme-rosotan serta memperbaiki posisi finansiil PJKA melalui usaha rehabilitasi. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program rehabilitasi tersebut adalah sebagai berikut : (lihat Tabel 15-5).

Sebagai akibat perbaikan dalam peralaitan kereta api, maka perluasan perjalanan berhasil dilaksanakan dengan mutu pela-yanan yang lebih baik.

Hubungan kereta api baru yang berhasil dibuka dalam Re-pelita I di Sumatra adalah: Putri Bungsu (Langsa - Besitang) ; Putri Hijau (Medan - Tanjung Balai) ; Sriwijaya dan Raja Ba- sah (Kertapati - P'anjang) ; Bukit Sulap dan Sindang Marga (Kertapati - Lubuklinggau).

Bagi hubungan kereta api di Jawa waktu perjalanan telah dapat dipersingkat seperti : Parahyangan (Jakarta - Bandung) ; Tumapel (Surabaya - Malang) ; Pandanaran (Semarang - Solo) dan Cirebon Ekspres (Jakarta - Cirebon).

Page 19: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Perkembangan produksi dan penerimaan perkeretaapian selama Repelita I terlihat dalam Tabel berikut:

331

TABEL 15 - 5. HASIL REPELITA I PERKERETAAPIAN

No. Uraian Hasil Repelita I

1. Rehabilitasi Jalan Kereta Api 950 km2. Penggantian Jalan Kereta Api 575,5 km3. Pembelian Bantalan 1.305.195 batang4. Pembaharuan/penambahan bakal pelanting -5. Lokomotip

Penambahan 29 buahPenggantian 104 buah

6. Kereta PenumpangPenambahan 228 buah

7. GerbongPenambahan 185 buahPenggantian 937 buah

TABEL 15 -- 6.PRODUKSI DAN PENERIMAAN PERKERETAAPIAN

DI INDONESIA, 1968 -- 1973 (dalam jutaan)

Tahun

Penumpang B a r a n gJumlah

PenerlmaanRp. **),

pen g/an

kilometerPeneri-

maan Rp. Ton Ton/km Peneri-maan Rp.

1968 4.053 3.661 3.3 737 3.140 7.177

1969 3.370 4.665 3.9 843 4.595 9.839

Page 20: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

1970 3.549 4.908 4.0 855 4.742 10.3641971 3.601 5.436 4.2 949 4.941 11.4181972 3.352 5.892 4.6 1.038 5.851 13.219

1973,*) 2.878 7.877 4.7 1.051 6.463

* ) Perkiraan s/d Desember 1973. **) 'Termasuk penerimaan angkutan ferry.332

Penurunan angkutan penumpang disebabkan beralihnya pe-numpang jarak pendek kepada angkutan jalan raya sebagai akibat peningkatan kondisi jalan raya serta sarananya sejak pertengahan tahun enampuluhan. Hal ini telah memungkinkan perusahaan angkutan jalan raya milik swasta meningkatkan armadanya, seperti bis, opelet, truk, dan kendaraan lainnya.

Di pihak lain jumlah penumpang jarak jauh telah meningkat selama Repelita I dengan adanya kereta api cepat dan terbatas antara kota-kota besar di Jawa.

Dari segi angkutan barang maka jumlah ton kilometer telah meningkat kembali sejak tahun 1968. Dengan adanya pertam-bahan permintaan angkutan barang dan akan adanya program investasi PJKA, maka kenaikan tersebut dapat diharapkan ber-langsung terus.

Hasil yang telah dicapai selama Repelita I telah mulai nampak di bidang angkutan kereta api, sungguhpun kondisi prasarananya seperti : lintas, jembatan, sinyal, telekom dan bakal pelanting perlu lebih ditingkatkan.

Produktivitas PJKA sekarang ini masih rendah, baik di bidang peralatan maupun di bidang tenaga kerja. Peralatan-peralatan rel, bakal pelanting (lokomotif, gerbong), sinyal dan telekomu-nikasi banyak yang sudah tua, sehingga perlu diperbaiki dan diganti demi mempersingkat waktu perputaran (turn around time) dari bakal pelanting tersebut.

Keadaan peralatan-peralatan itu telah mengakibatkan biaya operasi makin lama makin tinggi, sedangkan tarip tidak dapat berubah dengan cepat. Di samping itu PJKA masih tetap mela-

Page 21: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

yani berbagai lintas cabang yang kurang menguntungkan se-hingga lebih memberatkan perusahaan. Hal ini telah menem-patkan PJKA dalam keadaan yang sulit. Pendapatan lebih rendah dari biaya operasi perusahaan sehingga kemampuan daya angkut PJKA makin lama makin berkurang.

Dalam beberapa tahun terakhir kelihatan ada kecenderungan berkurangnya jumlah penumpang-kilometer yang direalisir, walaupun angkutan barang masih terus meningkat.

333 Jumlah dan komposisi tenaga kerja tidak seluruhnya sesuai,

karena tenaga kerja yang terlalu banyak dan sebagian besar adalah tenaga tidak terdidik sehingga beban keuangan PJKA semakin berat. Sungguhpun demikian kemerosotan di bidang kereta api dapat dicegah dan .penerimaan PJKA berhasil diting-katkan hampir mencapai dua kali dalam Repelita I.

2. Langkah dan kebijaksanaan

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam Repelita I maka ke-bijaksanaan di bidang kereta api dalam Repelita II ditekankan pada usaha peningkatan rehabilitasi terutama di lintas-lintas utama. Diusahakan agar PJKA lebih mampu melayani permin-taan masyarakat serta turut mendorong kegiatan pembangunan. Di samping itu akan ditingkatkan penyempurnaan di bidang institusionil dan management perkeretaapian menuju terbinanya suatu perusahaan kereta api yang sehat.

Dalam rangka kebijaksanaan ini diusahakan agar pada akhir Repelita II PJKA mampu memberikan jasa angkutan yang lebih baik dan dapat menutupi biaya operasi serta sebagian biaya penyusutannya. Karena itu dibidang operasionil pelayanan akan lebih diarahkan bagi angkutan barang jarak jauh, penumpang jarak menengah dan jarak jauh. Hal ini adalah sejalan dengan usaha untuk dapat melakukan keseimbangan antara angkutan kereta api dan angkutan jalan raya agar tidak terjadi persaing-an yang tidak sehat.

Page 22: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Operasi di beberapa lintas cabang seperti di Madura, Jawa, Aceh, Sumatra Barat sedang ditelati. Misalnya, lintas kereta api Ombilin ditelaah dalam hubungannya dengan pengem-bangan tambang batu bara Ombilin.

Untuk mencapai keuangan perusahaan yang sehat diikhtiar-kan kebijaksanaan anggaran perusahaan yang wajar. Untuk itu PJKA berusaha menaikkan efisiensi operasi-aperasinya me-lalui pemanfaatan peralatan yang ada secara lebih baik dan melaksanakan program investasi yang sehat.

334

Di bidang personalia perbaikan-perbaikan juga akan dilakukan melalui usaha penyelarasan jumlah dan mutu tenaga yang diperlukan dengan rencana perbaikan peralatan, administrasi, management, dan operasionil. Latihan dan pendidikan tenagatenaga kerja akan diintensifkan sesuai dengan kebutuhan.

Program perkeretaapian dalam Repelita II disusun berdasar-kan perkiraan bahwa angkutan barang dan penumpang akan dapat meningkat dengan laju pertumbuhan yang relatif lebih rendah daripada sektor perhubungan lainnya. Hal ini disebab-kan pengalihan penumpang jarak pendek keangkutan jalan raya diramalkan akan terus berlangsung. Juga jenis angkutan tertentu, terutama minyak akan menurun karena pengirimannya di daerah-daerah tertentu akan dilakukan lewat pipa. Namun ka- rena beberapa industri besar sudah akan mulai beroperasi da- lam Repelita II yang produksinya diangkut melalui kereta api maka diperkirakan permintaan jasa angkutan kereta api masih akan meningkat. Tingkat pertumbuhan angkutan barang (dalam ton kilometer) diperkirakan akan mencapai 6% per tahun dan pertumbuhan angkutan penumpang diusahakan dapat menca-pai 3% per tahun. Sesuai dengan tingkat pertumbuhan tersebut, maka dalam tahun 1978 angkutan penumpang akan mencapai 3.350 juta penumpang kilometer dan angkutan barang 1.470 juta ton kilometer. Perincian angkutan setiap tahun untuk masing-

Page 23: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

masing angkutan diberikan dalam tabel berikut: (lihat Tabel 15-7).

Dengan demikan program investasi Repelita II meliputi pe- ngeluaran yang diperlukan guna memungkinkan PJKA menam-pung penumpang jarak jauh sambil menghasilkan jumlah penumpang kilometer yang diharapkan sedikit lebih besar dari tahun 1973, meningkatkan angkutan barang sebesar 6% seta-hun, serta meningkatkan efisiensi seluruh operasi PJKA selama Repelita II maupun sesudahnya.

Program investasi tersebut menetapkan prioritas utamanya pada rehabilitasi rel, jembatan, lok-lok, bakal pelanting dan se-gala peralatan yang kini tidak berfungsi, sekaligus mengadakan modernisasi dan perluasan bengkel dan dipo, sepanjang diperlu-

335

TABEL 18 -- 7.PERKIRAAN PRODUKSI PERKERETAAPIAN

TAHUN 1974 -- 1978(dalam jutaan)

Tahun Penumpang kilometer Ton Ton kilometer

1973 2.880 4,7 1.1001974 2.970 4,9 1.170

1975 3.060 5,2 1.240

1976 3.150 5,5 1.310

1977 3.250 5,8 1.390

1978 3.350 6,1 1.470

kan bagi peningkatan efisiensi dan keselamatan perjalanan kereta api.

Secara lebih terperinci, rencana perbaikan jalan lintas kereta api dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Tabel 15-

Page 24: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

8).

Di samping rehabilitasi lintas kereta api maka keselamatan penggunaannya ingin ditingkatkan dengan memperbaiki per-alatan sinyal dan telekomunikasi. Juga akan ditambah 65 buah lokomotip, 910 gerbong barang, 61 gerbong penumpang, di samping rehabilitasi 24 lokomotip dan 290 buah kereta penumpang.

Meningkatnya usaha rehabilitasi memerlukan peningkatan kapasitas Balai Yasa dan Dipo, sebagai unsur penunjang dari kegiatan perkeretaapian.

Dengan investasi serupa ini maka diharapkan muatan rata-rata dari kereta api akan meningkat dengan 60% dari keadaan sekarang. Juga diharapkan waktu perputaran bagi gerbong barang akan dipersingkat dari sepuluh menjadi delapan hari.

336

GRAFIK 15 -- 7

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKERETA APIANTAHUN 1974 – 1978

(dalam jutaan)

Page 25: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

337

Page 26: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

TABEL 15 -- 8.

RENCANA REHABILITASI JALAN DAN BANGUNAN

PERKERETA APIAN DI INDONESIA SELAMA REPELITA II

TAHUN 1974/1975 -- 1978/1979

U r a i a n 1974/75 1974/1975-1978/1979

1. LINTAS UTARA :Cirebon - Semarang - Surabaya- Jalan Kereta Api (Km) 110 179- Jembatan (Ton) 4.283

2. LINTAS-LINTAS LAIN

a. Cirebon - Yogyakarta - Surabaya 40 200

b. Bandung - Kroya 55 248

c. Jakarta - Merak 49 157d. Kalisat - Banyuwangi

- Jalan Kereta Api (Km)- 86

- Jembatan (Ton) - 450

e. Malang - Blitar - 73

f. Sumatra Selatan 40 110

g. Sumatra Utara 46 332

Dengan demikian tingkat efisiensi PJKA akan meningkat se-hingga pendapatannya bertambah lebih besar daripada penge-luarannya. Dengan demikian sebagian dari biaya investasi dapat dipenuhi oleh dana penyusutan PJKA sendiri.

Untuk mencapai maksud ini diperlukan peningkatan sistim management dan penyempurnaan dalam komposisi dan efisiensi tenaga kerja dilingkungan PJKA. Kenyataan dewasa ini adalah

Page 27: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

338

GRAFIK 15 - 8

Page 28: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

339

Page 29: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

bahwa komposisi personalia PJKA telalu berat ke bawah. Dari sebanyak 68.379 orang jumlah personil maka sebanyak 61.541

orang atau lebih kurang 90 % terdiri dari tenaga yang belum terdidik. Oleh karena itu program latihan dan pendidikan me-megang peranan penting untuk mengubah komposisi personil

ke jurusan yang lebih efisien.

IV. PERHUBUNGAN LAUT 1. Keadaan umum

Selama Repelita I telah dilaksanakan rehabilitasi 67 kapal nusantara dengan tonnage 100.034 Dwt milik 26 perusahaan pelayaran. Di samping itu sampai batas tertentu telah puladilaksanakan penggantian armada. Produktivitas Armada Nusantara dalam Repelita I telah dapat ditingkatkan dari prestasi atau faktor muatan dari rata-rata sebesar 3,7 ton/ Dwt/tahun dalam tahun 1969 menjadi rata-rata 11 ton/Dwt/ tahun dalam tahun 1973. Perhitungan faktor muatan dengan menggunakan satuan ton/Dwt/tahun dianggap dapat diguna-kan sebagai perhitungan prestasi angkutan secara umum dalam pelayaran di Indonesia.

Selama Repelita I pengembangan di bidang armada telah memberikan hasil dalam bentuk meningkatnya kapasitas ar-mada dan jumlah kapal-kapal yang efektif beroperasi. Pada Pelayaran Nusantara kapasitas armada adalah 376.000 Dwt. Kenyataan adalah bahwa banyak kapal nusantara sudah tua dan perlu diganti. Di Pelayaran Lokal tersedia kapasitas se- besar 95.000 Dwt; Pelayaran Rakyat 36.000 Dwt; Pelayaran Samudera 507.000 Dwt dan Pelayaran Khusus 1.42'2.000 Dwt.

Di bidang pelabuhan terdapat kemajuan dalam peningkatan pelayanan akibat rehabilitasi dan peningkatan fasilitas, namun masih belum mencukupi kebutuhan untuk menampung kegiatan ekonomi yang meningkat dengan cepat. Penambahan fasilitas pelabuhan terdiri dari penambahan dan rehabilitasi dermaga,

Page 30: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

340

Gudang, dam, listrik, instalasi air, dan peralatan pelabuhan lainnya.

Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) dan Tanjung Perak (Surabaya) mengalami rehabilitasi total, sementara itu per-luasan kedua pelabuhan ini berikut pelabuhan Belawan (Me-dan) dan Panjang (Tanjung Karang) sedang dipelajari. Pela-buhan baru juga telah dibangun di Krueng Raya (Aceh) dan pantai Meneng (Jawa Timur). Dalam bidang pengerukan telah dilaksanakan pengerukan lumpur sebanyak 14 juta m3 setiap tahun.

Di bidang keselamatan pelayaran telah ditambah pelbagai fasilitas seperti elektrifikasi menara suar, penambahan kapal bouy tender, rehabilitasi dan pembangunan stasiun radio dan lain-lain. Hasil penambahan fasilitas itu menyebabkan per-airan Indonesia mulai dapat diandalkan, sungguhpun premi asuransi dan kecelakaan kapal belum berkurang. Di bidang dok dan galangan kapal telah dilaksanakan perbaikan dok, peralatan dan prasarana galangan lainnya untuk meningkatkan kapasi- tas docking, kemampuan reparasi dan pembangunan kapal baru di perusahaan-perusahaan dok dan galangan-galangan dengan lokasi : Tanjung Priok, Pasar Ikan (Jakarta), Surabaya, Semarang, Cirebon, Ambon dan Palembang.

Di samping itu terjadi pula penambahan fasilitas dok dan galangan kapal yang berupa penyelesaian dan investasi baru dengan lokasi Ujung Pandang, Bitung, Palembang, Jakarta, Tegal, Dumai. Sehingga kapasitas docking terpasang berkem-bang dari ± 78.400 Dwt pada tahun 1969 menjadi ± 92.750 Dwt pada tahun 1974, produksi reparasi meningkat dari ± 300.000 Dwt (1969) menjadi ± 500.000 Dwt (1973) dan pro-duksi bangunan baru meningkat dari ± 5.000 Dwt (1969) menjadi ± 11.000 Dwt (1973).

Untuk mengamankan kolam-kolam pelabuhan dan alur-alur

Page 31: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

pelayaran telah dilaksanakan pengangkatan 60 kerangka kapal dengan jumlah total sekitar 15.000 ton.

341

Titik berat kebijaksanaan yang kedua di samping peningkat- an produktivitas armada adalah menghilangkan pelbagai ham-batan strukturil, fungsionil, dan operasionil. Dalam hubungan ini di beberapa pelabuhan penting selama Repelita I telah di-ambil langkah penertiban melalui Team Penertib Pelabuhan. Sungguhpun masih banyak persoalan yang masih perlu dise-lesaikan, namun secara bertahap telah tercapai beberapa per-baikan di beberapa pelabuhan penting terutama dalam usaha peningkatan daya guna gudang-gudang, penyelesaian dokumen dan lain-lain.

2. Masalah

Sebagian besar armada niaga masih terdiri dari kapal-kapal yang sudah tua. Pada tahun 1972 komposisi usia kapal-kapal dengan usia lebih dari 15 tahun adalah sebagai berikut: Armada Samudera 44%, Armada Nusantara 48%, Armada Lokal 23%, Armada Khusus 14%, sedangkan Armada Rakyat 60% sudah lebih dari 10 tahun.

Komposisi armada menurut ukuran dan tipe pada tahun 1972 adalah sebagai berikut: Pelayaran Samudera terdiri atas 84% kapal barang dan 16% kapal penumpang, dengan ukuran 43% di bawah 10.000 Dwt dan 56% di atas 10.000 Dwt. Pelayaran Nusantara terdiri atas 85% kapal barang dan 15% kapal barang/penumpang, dengan ukuran 63% sampai dengan 1.000 Dwt, 26% berukuran antara 1.000 Dwt - 2.500 Dwt dan 11% dengan ukuran lebih dari 2.500 Dwt. Pelayaran Lokal 20% di atas 175 Brt, 80 % di bawah 175 Brt, dan perahu layar de- ngan ukuran 30 Brt ke atas. Pelayaran Khusus terdiri dari 21% kapal tanker, 6% kapal angkatan kayu, 19% kapal tunda, 54% kapal khusus, 77% kapal di bawah 1.500 Dwt dan 23% kapal-kapal di atas 1.500 Dwt.

Dari usia dan komposisi armada niaga ini tampak bahwa

Page 32: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

kemampuan armada berada d bawah perkembangan muatan yang diperkirakan akan meningkat sebesar 8-10% setiap tahun seperti tampak dalam tabel di bawah ini.

342

TABEL 15 -- 9.

PERIiIRAAN MUATAN MENURUT JENIS PELAYARANSELAMA REPELITA II

(dalam ribuan ton)

J e n i s 1974/75 1978/79

I. MUATAN UMUM ANTAR PULAU :

1. Muatan minyak (tanker cargo) 12.966 16.7532. Muatan umum (dry cargo) 6.790 9.942

(1) Pelayaran Nusantara (2.784) (4.971)

(2) Pelayaran Lokal (1.765) (2.486)

(3) Pelayaran Rakyat (1.019) (1.491)

(4) Pelayaran Asing (1.222) ( 994)

Jumlah muatan antar pulau 19.756 26.695

1T. MUATAN UMUM SAMUDERA

(impor dan ekspor) :1. Jepang 1.562 2.125

2. Australia 334 450

3. Amerika 1.548 2.106

4. E r o p a 1.896 2.580

Jumlah muatan samudera : 5.340 7.261

Tingkat pertumbuhan muatan yang telah diperkirakan se- besar 5-10 % setiap tahun itu meningkat secara bertahap mulai dari 8% pada tahun 1974 sampai mencapai 10% men-

Page 33: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

jelang akhir Pelita II. Pada akhir Pelita II jumlah muatan antar pulau akan bertambah dari 19,7 juta ton menjadi 26,7 ton. Jumlah muatan samudera akan mencapai 7,3 juta ton pada akhir Pelita II, sedangkan pada tahun 1974 baru sebesar 5,3 juta ton.

343Perkembangan muatan bagi macam pelayaran ini menun-

jukkan keperluan untuk meningkatkan Pelayaran Nusantara agar mampu mengambil alih sebagian dari muatan yang tadi- nya diangkut dengan Pelayaran Asing. Ini harus disertai dengan usaha memantapkan keteraturan Pelayaran Nusan- tara.

Di samping itu perlu dikembangkan lebih lanjut agar Pela- yaran Lokal dapat pula menjalankan fungsinya sebagai pela- yaran cabang (feederline). Sedangkan dari sudut kelembagaan tampaklah bahwa terdapat terlalu banyak perusahaan pelayar- an yang masing-masing beroperasi dengan jumlah kapal yang terlalu sedikit sehingga kurang dapat dicapai tingkat efisiensi yang tinggi.

Dalam bidang dok dan galangan kapal masih belum terdapat keseimbangan antara permintaan dengan kemam:puan dok dan galangan kapal yang tersedia.

Di bidang bangunan baru dapat dikatakan bahwa fasilitas galangan kapal umumnya masih terbatas pada pembuatan ukuran kapal 1.000 Dwt ke bawah.

Dalam program pembangunan dok dan galangan kapal sangat dirasakan pula akan kekurangan tenaga terdidik, industri penunjang dan permodalan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan-perusahaan dok di dalam partisipasi terhadap re-habilitasi, docking, perbaikan, pemeliharaan dan pembangunan kapal-kapal.

Satuan-satuan usaha di bidang dak dan galangan kapal belum dapat mengembangkan usahanya secara optimal karena belum adanya sistim administrasi yang seragam dan belum terjalin- nya kerja sama yang sempurna antara perusahaan dok dan perusahaan pelayaran.

Page 34: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

3. Langkah dan kebijaksanaanBertolak dari hasil-hasil yang dicapai dalam Repelita I

maka dalam Repelita II titik berat kebijaksanaan perhubungan laut adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kapasitas armada nasional, dan meningkatkan usaha penyempurnaan344institusionil di bidang perusahaan pelayaran dan di bidang sa-rana penunjang pelayaran, seperti lembaga pembiayaan ar-mada, Iembaga pelabuhan, pengerukan dan lain-lain, supaya perhubungan laut dapat menjalankan fungsi selaku penunjang kegiatan pembangunan dan pembinaan Wawasan Nusantara.

Dalam rangka ini diusahakan rehabilitasi, penggantian dan penambahan armada nasional serta pengembangan galangan dan dok perkapalan.

Di samping itu diusahakan penyempurnaan kelembagaan perusahaan pelayaran, jaringan pelayaran utama dan pelayaran cabang angkutan laut.

Untuk meningkatkan faktor muatan pelayaran diperlukan pula perbaikan prasarana berupa rehabilitasi dan perluasan pelabuhan, perbaikan alur pelayaran, pengerukan, peningkatan fasilitas keselamatan pelayaran, dan lain-lain.

Semua ini memerlukan penambahan tenaga yang ahli dan trampil sehingga latihan dan pendidikan memperoleh perhatian pula. Begitu pula kerangka hukum dan peraturan secara berangsur perlu diserasikan dengan perobahan dan kemajuan zaman.

a. Pengembangan Armada Nasional

Dalam Repelita II diusahakan pengembangan armada nasio-nal yang mampu menampung perkembangan muatan disertai peningkatan efisiensi supaya faktor muatan naik dari 12 ton Dwt/tahun pada permulaan Repelita II menjadi 18 ton Dwt/ tahun pada akhir Repelita II.

Peningkatan kemampuan Armada Nusantara diusahakan dengan melakukan rehabilitasi sebesar 60.000 Dwt, di samping penggantian dan penambahan sebesar 138.000 Dwt. Dengan

Page 35: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

demikian kapasitas Armada Nusantara pada akhir Pelita II akan mencapai 262.000 Dwt. Dengan faktor muatan dan ka-pasitas ton kapal yang meningkat diharapkan agar pada akhir Pelita II lebih kurang 50% dari seluruh muatan antar pulau dapat ditampung.

345

TABEL 15 - 10.

RENCANA PENGEMBANGAN ARMADA SELAMA REPELITA II(dalam Dwt)

Tahun

Jenis Armada 1974/75 1978/79

I. PELAYARAN NUSANTARA1. Armada Niaga Nusantara 220.000 262.0002. Armada Lokal 103.500 118.9003. Armada Pelabuhan Rakyat 36.000 45.2004. Armada Khusus Nusantara 358.557 521.900

II. PELAYARAN SAMUDERA1. Armada Muatan Umum 278.276 541.409

2. Armada Samudera Khusus Kayu 142.000 414.0003. Armada Samudera Khusus Minyak Bumi 186.000 903.0004. Armada Samudera Khusus Muatan Curah (bulk cargo) - 141.000

Rencana pengembangan Armada Pelayaran Lokal didasarkan atas perkiraan pengangkutan sebesar 25% dari seluruh muatan antar pulau.

Penambahan kapasitas armada ini diusahakan melalui reha-bilitasi, penggantian dan penambahan kapal yang sudah tua sejumlah 44.600 Dwt, sehingga jumlah kapasitas seluruhnya menjadi 118.900 Dwt. Dengan daya angkut sebesar 20 ton Dwt/tahun pada akhir Repelita II maka diperkirakan bahwa

Page 36: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

muatan akan mencapai 2.486.000 ton.Sebagaimana peranan Armada Pelayaran Lokal maka

Armada Pelayaran Rakyat juga berfungsi sebagai penunjang Pelayaran Teratur (Regular Liner Service). Kemampuan Armada Pela-yaran Rakyat dalam Repelita II diperkirakan akan sama dengan Repelita I yaitu sebesar 15% dari seluruh muatan antar pulau,

346

GRAFIK 15 -- 10

Page 37: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

347

Page 38: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

dengan faktor muatan 30 ton/Dwt/tahun, sehingga muatan pada akhir tahun Repelita II diperkirakan sebesar 1.491.000 ton. Ini memerlukan kapasitas Armada sebesar 45.200 Dwt.

Apabila daya angkut Armada Pelayaran Khusus minyak bumi dalam negeri adalah sama dalam Repelita II dengan Repelita I yaitu 30 ton Dwt/tahun, maka Armada yang diperlukan dalam Repelita II berkembang dari 358.557 Dwt menjadi 521.900 Dwt pada akhir Repelita II.

Untuk menampung muatan dipasaran internasional dan turut menghasilkan devisa melalui penjualan jasa angkutan samudera, maka akan dikembangkan armada samudera yang meliputi Armada Samudera Muatan Umum (general cargo) dan Armada Samudera Muatan Khusus. Proyeksi kenaikan arus muatan umum ke Jepang, Australia, Amerika dan Eropa untuk impor dan ekspor adalah sekitar 8 - 10% setiap tahun, sehingga pada akhir Repelita II muatan diperkirakan mencapai 7.261.000 ton.

Untuk menampung kenaikan muatan tersebut diperlukan re-habilitasi serta penggantian/penambahan sekitar 603.691 Dwt untuk Armada Samudera Muatan Umum sehingga kapasitasnya menjadi 541.409 Dwt pada akhir Repelita II, dengan faktor muatan 5 ton Dwt/tahun.

Armada Nasional untuk muatan umum diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengangkut dari semula sebesar 30% dari jumlah muatan umum Samudera dalam Repelita I menjadi 50% pada akhir Repelita 11 dan untuk Armada Khusus diharapkan naik dari 11% pada akhir Repelita I menjiadi 35% pada akhir Repelita II.

Di samping itu juga akan dikembangkan armada perintis. Kapal-kapal ini selain membantu roda pemerintahan daerah, mempunyai tugas utama untuk membantu mengembangkan daerah yang lemah ekonominya, diantaranya daerah pantai barat Sumatera dari pulau Simelue sampai ke Enggano, gugus kepulauan Tujuh di laut Cina Selatan (Kepulauan Natuna dan Anambas da Riau Kepulauan), gugus kepulauan Sangihe dan Talaud di Sulawesi Utara, gugus kepulauan Maluku (Utara,348

Page 39: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Selatan dan Tenggara), pantai selatan Irian Jaya dan pulau-pulau di Nusa Tenggara (Barat dan Timur). Secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan akan diusahakan pengembangan armada perintis di daerah tersebut di atas. Untuk peningkatan ketrampilan tenaga dan penambahan tenaga teknik dilaksana-kan program pendidikan, penataran dan latihan ketrampilan di samping penerimaan tenaga terdidik yang baru. Kebutuhan akan tenaga terdidik dalam program armada niaga diperkira-kan 807 tenaga Mualim Pelayaran Besar 111; 969 Mualim Pelayaran Besar 11; 559 Mualim Pelayaran Besar I; 195 Ahli Mesin. Kapal VD; 386 Ahli Mesin Kapal A; 471 Ahdi Mesin Kapal B; 295 Ahli Mesin Kapal C.

Di samping itu perlu pula diperbaiki segi organisasi dan administrasi serta penyehatan keuangan. Demikian pula pengaturan kembali sistem trayek pelayaran, daerah operasi pelayaran, kondisi armada dan juga penyempurnaan organisasi perusahaan pelayaran.

Selanjutnya akan dibentuk suatu badan yang bertugas dalam bidang pembiayaan rehabilitasi dan pengembangan armada niaga. Pengaturan syarat-syarat perizinan, persyaratan-persyaratan tehnis perkapalan, penyempurnaan kerangka peraturan induk angkutan laut, keselamatan pelayaran dan langkah kebijaksanaan lain juga akan ditingkatkan sehingga menciptakan iklim yang merangsang bagi pengembangan armada niaga dan galangan-galangan kapal.

b. Pengembangan Galangan Kapal

Pengembangan armada nasional ini membuka kesempatan bagi pengembangan galangan kapal dan dok.

Perusahaan dok dan galangan kapal yang diprioritaskan un-tuk ditingkatkan kapasitasnya adalah yang menunjang Pela-yaran Teratur dengan lokasi di Jakarta, Surabaya, Ambon, dan lain-lain.

349

Page 40: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Diperkirakan bahwa kapasaitas perbaikan dan pembangunan baru galangan dan dok dalam negeri akan ditingkatkan, seperti kemampuan reparasi galangan dalam negeri dari 650.000 Dwt pada tahun 1974/75 menjadi 1.850.000 Dwt tahun 1978/79, untuk kapal-kapal yang berukuran sampai dengan 30.000 Dwt. Kemampuan bangunan baru galangan dalam negeri akan diting-katkan dari 15.750 Dwt tahun 1974/75 menjadi 45.000 Dwt.

Sungguhpun kemampuan galangan kapal meningkat, namun kemampuan reparasi galangan kapal dalam negeri pada akhir Repelita II diperkirakan baru 45% dari kebutuhan armada nasional, sedangkan kemampuan untuk bangunan baru sekitar 7% dari kebutuhan penggantian dan penambahan armada na-sional. Diharapkan dalam rangkaian Repelita kemampuan dapat terus ditingkatkan secara bertahap.

Kebutuhan akan tenaga di bidang sarana produksi armada (dok dan galangan kapal) diperkirakan 4.000 orang tenaga teknis-terdiri dari ± 3.100 orang tenaga trampil, 900 orang untuk golongan pengawas bidang teknik galangan, permesinan dan listrik.

c. Prasarana Perhubungan LautDi seluruh Indonesia terdapat sekitar 600 pelabuhan dengan

panjang dermaga 29.667 m, gudang laut 583.646 m2, tempat penimbunan 233.000 m2 yang dilengkapi dengan fasilatas-fasili-tas pelabuhan lainnya.

Dengan fasilitas yang tersedia dan komposisi tenaga kerja pelabuhan serta lembaga-lembaga pelabuhan yang ada, maka kemampuan bongkar muat mencapai antara 75 ton/gang/sehari sampai dengan 110 ton/gang/sehari. Letak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut.

Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu mendapat penge-rukan rutin baik kolam maupun alurnya. Selain daripada itu terdapat pula penumpukan lumpur di beberapa pelabuhan ter-350

Page 41: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

utama dialurnya antara lain alur pelabuhan Surabaya, Sungai Musi, Sungai Kapuas, Sampit, Ambang Barito, Belawan dan Jambi, berjumlah sekitar 28.400.000 m3 lumpur.

Armada keruk beserta alat-alat bantunya memerlukan pe-nambahan. Dewasa ini kapasitasnya adalah sekitar 7,5 juta - 8 juta m3 lumpur tiap tahun.

Di beberapa kolam pelabuhan dan alur-alur pelayaran masih terdapat kerangka kapal sisa perang Dunia ke II dan kapal-kapal yang tenggelam sesudahnya, sehingga mengganggu dan membahayakan pelayaran.

Keadaan fasilitas dan peralatan kepanduan seperti kapal tunda, motorboat pandu, motor kepil, station pandu dan per-alatannya memerlukan perbaikan. Bahkan yang telah adapun tidak semuanya dapat dioperasikan untuk memenuhi dan mengimbangi frekwensi kapal-kapal wajib pandu yang keluar ma- suk pelabuhan. Jumlah personil dewasa ini, terutama petugaspetugas pandu dan juru isyarat dalam kepanduan masih kurang.

Dalam Repelita II dilaksanakan perbaikan dan pengembangan pelabuhan sesuai dengan rencana induk pelabuhan-pelabuhan yang mencakup pelabuhan utama dan pelabuhan penunjang.

Pelabuhan-pelabuhan yang diprioritaskan untuk diperbaiki adalah antara lain : Krueng Raya, Meulaboh, Sinabang, Be-lawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Pulau Tello, Mentawai, Bagan Siapi-api, Pakanbaru, Tembilahan, Jambi, Bengkulu/Pulau Baai, Pangkalbalam, Rengat, Muntok, Pasar Ikan, Tanjung Priiok, Se-marang, Cirebon, Cilacap, Surabaya, Pantai Meneng, Pontianak, Ketapang, Pulangpisau, Sampit, Nunukan, Tarakan, Ampenan/ Lembar, Tenau, Waingapu, Ende, Waikelo, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Makasar, Pare-Pare, Pantaioan, Tali-Toli, Poso, Luwuk, Kendari, Benoa, Bitung, Menado, Gorontalo, Ambon, Ternate, Saumlaki, Dobo, Jayapura, Merauke, Sorong, Biak, Fakfak, Amapere, Manokwari, Kumai, Ulu Siau, Masohi, Jalang, Kajang, Kaimana, Nabire, Soreng, Batam, Teluk Bayur, Palembang, Panjang, dan lain-Iain. Empat pelabuhan yaitu

351

Page 42: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

pelabuhan Tanjung Priok, Surabaya, Belawan dan Panjang yang menunjukkan kenaikan lalu lintas muatan cukup besar, akan segera diperluas. Juga akan dilanjutkan penyelesaian pembangunan pelabuhan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Di samping itu diusahakan pembangunan pela- buhan-pelabuhan baru di antaranya di Pulau Batam. Pelabuhan Batam akan dibangun sejalan dengan rencana pengembangan industri-industri di daerah ini. Pelabuhan ini sangat baik le- taknya dilihat dari pola pelayaran sehingga akan menjadi suatu pelabuhan yang penting bagi memajukan perhubungan laut dan pembangunan di Indonesia.

Dalam usaha meratakan pembangunan di daerah-daerah, maka diusahakan pembangunan pelabuhan di daerah-daerah yang lemah ekonominya guna merangsang dan membantu per-kembangan perekonomian daerah tersebut.

Untuk membantu fungsi pelayaran pelabuhan tadi, akan di-perbaiki dan ditambah fasilitas pelabuhan seperti: dermaga, talud, gudang dan lapangan penumpukan, peralatan-peralatan pelabuhan, fasilitas air, tenaga listrik, jalan pelabuhan dan angkutan tongkang.

Dalam Repelita II diharapkan sudah dapat diselesaikan se- bagian besar usaha rehabilitasi di pelabuhan-pelabuhan utama sehingga kapasitas akumulasi dan distribusi dapat seimbang dengan kenaikan volume barang-barang angkutan.

Untuk mencapai keseimbangan pelayaran antara fasilitas pelabuhan dan bongkar muat, maka kapasitas arus bongkar muat akan ditingkatkan sampai. mendekati 800 - 900 ton/m/ tahun.

Hal ini dapat dicapai dengan mengadakan penambahan jum- lah tambatan dan dermaga sepanjang 2.533 m; penambahan jumlah gudang dan lapangan penumpukan dan penimbunan seluas 253.354 m2 ; penambahan jumlah peralatan sebanyak 772 buah terdiri dari forklift, mobile crane, kapal tunda, kapal

352

Page 43: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

pandu, kapal kepil, dan kapal cepat. Instalasi air minum perlu mencapai 100.000 ton/hari dan instalasi listrik dengan 15.000 KVA.

Untuk menampung yang diangkut dengan kapal-kapal khusus (bulk) perlu disediakan dermaga khusus, gudang dan silo, yang dilengkapi pula dengan alat-alat bongkar muat.

Bersamaan dengan peningkatan fasilitas-fasilitas pelabuhan, maka perlu diintensipkan kegiatan pengerukan rutin (main-tenance dredging), pengerukan pokok (capital dreging) dan pengerukan perbaikan (improvement dredging) sebagai penun-jang program pelayaran teratur. Untuk ini perlu ditingkatkan kapasitas armada kapal keruk beserta alat-alat bantunya.

Dalam memakai armada kapal keruk yang ada, akan diusa-hakan untuk memelihara kolam-kolam pelabuhan dan alur-alur pelayaran dengan kedalaman tertentu sesuai dengan keperluan.

Penelaahan akan dilakukan untuk menemukan daerah pe-ngerukan dan alur pelayaran yang baru. Kegiatan pengerukan diarahkan pada usaha mendapatkan kedalaman yang sesuai di tiap-tiap pelabuhan dan alur-alur pelayaran, agar dapat di-lalui oleh armada pelayaran secara teratur dan aman.

Dalam Repelita II pengerukan ditingkatkan menjadi 73,4 juta m3, terdiri atas 45 juta m3 pengerukan rutin, dan 28,4 juta m3 pengerukan pokok dan pengerukan perbaikan.

Untuk membersihkan alur-alur pelayaran dan kolam-kolam pelabuhan diusahakan pengangkatan kerangka kapal sekitar 90 buah seberat kira-kira 22.000 ton di tujuh perairan pelabuhan.

Kapasitas kepanduan akan ditingkatkan sehingga waktu masuk dan keluar dari pelabuhan Indonesia dapat dipercepat dan dapat berjalan lebih lancar.

Dalam rangka peningkatan fasilitas ini diutamakan 32 pela-buhan wajib pandu yang tersebar di seluruh daerah pelayaran. Perbaikan fasilitas mencakup penyempurnaan stasiun pandu

Page 44: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

353410476 - (12).

lengkap dengan peralatannya, motor boat pandu, kapal tunda, kapal kepil dan sebagainya.

Selanjutnya ditingkatkan pula ketrampilan dan kemampuan dari tenaga-tenaga di bidang pelabuhan, pengerukan dan ke-panduan.

d. Keselamatan Pelayaran

Unsur-unsur keselamatan pelayaran terdiri dari sarana bantu navigasi (menara suar, rambu suar, pangkalan sarana bantu navigasi, armada sarana bantu navigasi, sistem sarana bantu navigasi hyperbolik, fasilitas penunjang lainnya), telekomuni- kasi pelayaran (stasiun radio pantai), sistem rambu radio (radio, fasilitas penunjang lainnya), Kesyahbandaran, Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dan Kesatuan Penjagaan Laut danPantai (KPLP).

Dalam Repelita II akan dilaksanakan ekstensifikasi dan rehabilitasi rambu-rambu suar, peralatan-peralatan dan per-lengkapan-perlengkapan induk maupun perlengkapan pemban-tu dan rehabilitasi bengkel-bengkel armada. Peningkatan kapa-sitas prasarana dan sarana akan dilakukan dengan penglis-trikan menara-menara suar, propanisasi menara-menara dan rambu-rambu suar, serta aganisasi menara-menara dan rambu-rambu suar, yang diikuti dengan pembangunan beberapa menara suar, beberapa rambu suar, dan pengadaan serta penempatan pelampung-pelampung suar dan lampu-lampu pelabuhan. Kapal-kapal bantu perambuan akan diseimbangkan kapasitasnya dengan perkembangan sarana-sarana bantu navigasi.

Untuk melakukan koordinasi penyediaan sarana-sarana ban-tu navigasi yang tersebar di seluruh perairan Indonesia diper-lukan lima buah pangkalan dengan lokasi Dumai, Jakarta, Surabaya, Samarinda dan Sorong. Pada akhir Pelita I telah direhabilitasi tiga pangkalan dan tahun-tahun Repelita II akan

Page 45: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

diselesaikan sisanya.

354

Kegiatan hydrografi akan mencakup pembaruan peta laut sebagai penunjang proyek-proyek keselamatan pelayaran.

Dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran akan ditingkatkan penertiban persyaratan nautis teknis kapal-kapal dan peningkatan penerapan peraturan dalam bidang perkapalan dan pelayaran. Demikian pula fasilitas kesyahbandaran akan direhabilitasi dan perundang-undangan serta peraturan yang menyangkut bidang kesyahbandaran akan disempurnakan.

Biro Klasifikasi Indonesia bertugas sebagai pengawas teknis dan menjamin agar kapal-kapal yang direhabilitasi memenuhi standar klasifikasi untuk itu diusahakan peningkatan fasilitas-fasilitas. Untuk membantu berhasilnya tugas keselamatan pelayaran akan ditingkatkan pula fasilitas Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai berupa kapal-kapal patroli dan sebagainya. Perin- cian langkah-langkah yang akan diambil antara lain meliputi: penglistrikan, propanisasi dan rehabilitasi menara dan rambu suar sebanyak 88 buah, pembangunan sistim navigasi rambu radar/radio dan hyperbolic di 31 lokasi, penambahan armada besar, kecil, kapal putih, dan kapal bantu navigasi sekitar 140 buah, pengaturan kesyahbandaran, Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai dan Biro Klasifikasi Indonesia, penambahan menara rambu pelampung suar dan lampu pelabuhan sebanyak 126 buah, pembangunan buoy dan lighthouse tenders 3 buah, pembangunan pangkalan operasi navigasi pada tiga lokasi, rehabilitasi bengkel-bengkel armada pada tiga lokasi, rehabi- litasi peralatan dan perlengkapan induk Perambuan Pene-rangan Pantai (P 3) 500 unit, pemetaan laut pada 88 lokasi, pendidikan keahlian dan ketrampilan, dan sebagainya.

V. PERHUBUNGAN UDARA

1. Keadaan dan Masalah

Dalam Repelita I diusahakan peningkatan volume dan produktivitas angkutan udara dengan pengembangan armada,

Page 46: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

355

perbaikan prasarana, dan penambahan frekwensi serta perluasan jaringan penerbangan.

Sebagai hasil usaha langkah-langkah tersebut, amgkutan udara selama Repelita I memperlihatkan keunajuan -kemajuan sebagai berikut :

TABEL 15 - 11.

ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI1968 - 1973

U r a i a nT a h u n

1968 1969 1970 1971 1972 1973 *)

Km pesawat (rlbuan) 11.218 12.162 16.480 20.458 26.942 31.967

Penumpang diang-kut

382.28 499.125 770.377 992.792 1.235.11.546.48

Barang diangkut(ton) - 4.129 4.940 7.615 11.094 14.559

Jam terbang 40.636 45.315 54.424 60.979 74.037 82.520

Ton/Km tersedia(ribuan)

46.195 52.506 80.185 102.491 125.502 203.339

Ton/Km produksi(ribuan)

27.352 34.920 51.055 68.501 82.209 106.727

Faktor muatan 59% 66% 63,6% 68% 65,5% 52%.

*) Perkiraan.

Page 47: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Ton/km produksii pada akhiir tahun 1972 telah naik lebih kurang 200% bila dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1968, jam terbang naik lebih kurang 80% dan jumlah penum-

356

pang yang diangkut naik lebih kurang 300% dalam waktu lima tahun itu.

Di samping itu, terus dikembangkan hubungan penerbangan dengan luar negeri baik melalui armada sendiri maupun dengan armada asing. Jumlah penumpang internasional bertambah dari 169.000 orang pada tahun 1968 menjadi 524.000 orang pada tahun 1972 yang berarti ada peningkatan sebesar lebih kurang 240%.

Peningkatan tersebut dicapai berkat rehabilitasi dan penam-bahan sarana berupa pesawat udara dari 189 buah pesawat pada permulaan Repelita I menjad 269 pesawat yang aktif pada akhir Repelita I, dan yang terdiri dari 104 pesawat udara berukuran kecil (berat nnaksimum waktu take-off kurang dari 10.000 kg), 90 pesawat udara berukuran besar (berat maksi-mum waktu take-off lebih dari 10.000 kg), dan 75 pesawat helikopter.

Dari armada udara tersebut yang digunakan pada pener-bangan teratur (scheduled flights) adalah 85 pesawat, pener-bangan tidak teratur (non-scheduled flights) meliputi 79 pesawat dan penerbangan untuk katagori yang termasuk penerbangan umum (general aviation) sebanyak 105 pesawat. helikopter. Bertambahnya armada udara tersebut telah pula disertai dengan peningkatan kemampuan landasan di pelabuhan udara di seluruh Indonesia. Pada permulaan Repelita I terdapat 35 pelabuhan udara yang dapat didarati pesawat jenis DC-3 di antaranya 12 pelabuhan udara yang dapat didarat pesawat jenis Convair 340, 7 pelabuhan udara dapat didarati jenis pesawat Electra L-188 dan 3 pelabuhan udara mempunyai kemampuan untuk didarati jenis DC-8. Sebagai hasil pemba-ngunan itu pada akhirr Repelita I terdapat 49 pelabuhan udara yang semuanya dapat didarati jenis pesawat DC-3 di antaranya29 pelabuhan udara dapat didarati pesawat jenis F-27, 19

Page 48: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

357

pelabuhan udara dapat didarati pesawat jenis F-28, 8 pelabuh- an udara dapat didarati pesawat jenis DC-9, lima pelabuhan udara dapat didarati pesawat jenis DC-8 dan satu pelabuhan udara untuk jenis Jumbo Jet (B-747).

Di samping itu telah pula dilakukan peningkatan di bidang keselamatan penerbangan seperti telekomunikasi dan. navigasi penerbangan, penerangan landasan, meteorologi, peralatan pertolongan pada kecelakaan penerbangan dan fasilitas lain di pelabuhan udara yaitu listrik dan air, terminal, dan gedung- gedung operasionil.

Sungguhpun dalam Repelita I telah dicapai kemajuan-kema- juan yang pesat, tetapi masih banyak masalah yang dihadapi dalam Repelita II. Masalah utama adalah terus meningkatnya lalu-lintas udara. Diperkirakan bahwa permintaan akan jasa angkutan udara mencapai pertumbuhan 16% setahunnya. Di lain pihak produktivitas armada penerbangan umumnya masih rendah. Hal ini berhubungan dengan struktur dan sis- tim angkutan udara serta kondisi prasarana penerbangan. seperti keadaan landasan, fasilitas pendaratan, keadaan navi- gasi, telekomunikasi, dan lain-lain yang tidak memungkinkan pemakaian pesawat udara secara penuh dan efisien.

Bermacam ragam sumber pembiayaan pesawat udara dimasa lampau telah menghasilkan jenis pesawat udara yang beraneka ragam, sehingga menyulitkan rencana perawatan pesawat secara teratur dan menyulitkan pembinaan tenaga penerbang serta tenaga ahli dan trampil yang sudah terbatas. Di samping itu terdapat kekurangan tenaga ahli dan trampil untuk melayani berbagai fasilitas penerbangan.

Sementara itu beberapa daerah yang tidak mungkin atau

Page 49: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

amat sukar diayani oleh angkutan darat atau angkutan laut sangat mengharapkan pelayanan angkutan udara.

2. Langkah dan Kebijaksanaan

Bertolak dari hasil Repelita I maka dalam Repelita II titik berat kebijaksanaan perhubungan udara adalah :

358

(a) membina penerbangan nusantara, penerbangan lokal, penerbangan perintis, penerbangan umum dan penerbangan internasional dalam satu sistim penerbangan yang serasi agar mampu melayani permintaan masyarakat akan jasa angkutan udara dan sekaligus turut memberi sumbangan bagi terbinanya Wawasan Nusantara;

(b) membina sarana dan prasarana penunjang penerbangan, sesuai dengan kemampuan negara agar dapat menunjang perkembangan penerbangan;

(c) meningkatkan usaha penyempurnaan perusahaan penerbangan, lembaga penunjang penerbangan, serta industri dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan penerbangan, agar tercipta iklim yang sehat bagi pertumbuhan penerbangan.

Penerbangan teratur meliputi penerbangan nusantara, pener-bangan lokal, dan penerbangan perintis. Penerbangan tidak teratur dapat dibedakan pula menjadi penerbangan tidak teratur komersil meliputi charter flights, taksi udara, penerbangan survey udara, dan penerbangan tidak teratur tidak komersil yang dilakukan oleh penerbangan umum seperti penerbangan untuk keperluan industri, perusahaan-perusahaan, dan lain-lain.

Pengembangan penerbangan dalam negeri dititikberatkan pada pembinaan penerbangan teratur. Di samping itu juga akan terus dibina penerbangan tidak teratur. Penerbangan nu-santara akan diperluas ke seluruh wilayah tanah air agar kota-

Page 50: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

kota penting dapat dihubungi secara cepat, tepat dan teratur. Juga akan dikembangkan penerbangan lokal yang melayani jaringan lalu4intas udara untuk melengkapi dan menunjang penerbangan nusantara tersebut.

Karena sarana anngkutan darat dan laut di beberapa daerah seperti Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat belum dapat berkembang berhubung dengan

359

kondisi alam, keadaan daerah dan lain-lain, dirasa perlu pula untuk secara khusus memperhatikan sistim penerbangan pe- rintis. Pada hakekatmya penerbangan perintis sama dengan penerbangan lokal yang jaringam lalu-lintasnya terbatas dalam satu propinsi atau beberapa propinsi dan yang masih perlu di- pelopori dan ditumbuhkan ke jurusan yang dapat berkembang secara ekonomis.

Penerbangan peritntis tersebut diusahakan melalui peningkat- an pelabuhan pelabuhan udara seperti di Nusa Tenggara Timur (Roti, Sawu, Palibelo, Tambulaka, Ruteng, Ende), Sulawesi Utara (Naha/Sangir, Tahuna/Talaud), Sulawesi Tengah (Poso, Luwuk), Sulawesi Tenggara (Muna), Maluku (Amahai/Seram, Selaru, Mangole, Taliabu, Buru, Tual), Kalimantan Tengah (Sampit, Pangkalanbun, Muaratewe), Kalimiantan Timur (Long Bawan), dan Irian Jaya (Fak-Fak, Bokandini, Ilaga, Tanah Merah, Serui, Bimtuni). Karena sifat perintis maka kegiatan penerbangan ini dilaksanakan oleh perusahaan penerbangan milik pemerintah.

Di samping pembinaan sistim penerbangan dalam negeri diusahakan pula pembinaan penerbangan internasional dilakukan secara berangsur dan bertahap.

Sungguhpun penerbangan internasional, nusantara, lokal, perintis dan penerbangan umum memilaki ciri-ciri yang berbeda,

Page 51: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

namun pengembangannnya menjurus pada sistim penerbangan yang merupakan satu jaringan penerbangan yang berintegrasi.

3. Pengembangan Armada Penerbangan

Dalam merencanakan pengembangan armada penerbangan maka titik tolak adalah perkiraan pertumbuhan lalu-lintas udara dan kemampuan prasarana untuk menunjang pengembangan armada ini.

Dalam Repelita II diperkirakan bahwa laju pertumbuhan lalu-lintas udara bagi penumpang mencapai rata-rata 16%

360

setahun dan berdasarkan perkiraan proyeksi ini disusunlah perkiraan pengembangan armada udara sebagai tertera dalam Tabel 15-12.

TABEL 15 - 12.

PERKEMBANGAN ARMADA PENERBANGANSELAMA REPELITA II

Ukuran berat pesawat udaraTahun

1974/75 1978/79

1 . Pesawat udara berukuran kecii *) 104 150

2. Helikopter 75 108

3. Pesawat udara berukuran besar **) 90 110

* ) Berat maksimum pada waktu take-off kurang dari 10.000 kg. **) Berat maksimum pada waktu take-off lebih dari 10.000 kg.

Jenis pesawat udara berukuran kecii antara lain adalah Aero Commander, Beecheraft, Beagle, Cessna, Twin Otter, Piper, Skyvan dan lain-lain. Pesawat udara berukuran besar dimulai dari jenis pesawat DC-3 Dakota, F-27, HS-125, HS-748, YS-11, Viscount-806, F-28, DC-9, DC-8 dan lain-lain.

Pesawat udara berukuran kecil diperkirakan tumbuh dengan

Page 52: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

10% setahun, yaitu dari 104 bnlah (1974) 7nenjadi 150 buah (1978). Pesawat udara berukuran besar akan bertambah sebesar 5% setahun dari 90 pesawat (1974) menjadi 110 buah (1978). Golangan helikopter nnempunyaii tingkat pertumbuhan sebesar 10% pertahun dan meningkat dari 75 buah (1974) menjadi 108 buah (1978).

Program pengembangan armada udara ini akan ditinjau lagi secara berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.

361

GRAFIK 15 - 12

Page 53: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

362

GRAF

IK 1

5 – 1

2PE

RKIR

AAN

PERK

EMBA

NGAN

ARM

ADA

PENE

RBAN

GAN

Page 54: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Dalam Repelita I produksi angkutan udara naik lebih dari 20% setahun dengan faktor muatan sekitar 65 % yang dapat dianggap cukup baik. Apabila sesuai dengan proyeksi bahwa lalu-lintas udara selama Repelita II naik dengan rata-rata 16 % setahun maka diperkirakan pada akhir Repelita II jumlah pro-duksi angkutan udara menjadi dua kali lipat dari hasil akhir Repelita I.

Sejalan dengan pengembangan jumlah armada maka jumlah jam terbang juga akan meningkat. Adapun jumlah jam terbang yang dapat dicapai tiap tahun dengan memperhitungkan per-kembangan faktor prasarana dan permintaan lalu-lintas dan didasarkan pada rata-rata penggunaan pesawat setahun (air-craft annual utilization) adalah 1.000 jam untuk pesawat ber-mesin piston, 1.500 jam untuk pesawat bermesin turboprop, 1.500 jam untuk pesawat bermesin turbojet kecil, 2.000 jam untuk pesawat bermesin turbojet medium dan besar.

Perkembangan jumlah jam terbang tersebut dapat diperinci sebagai berikut : pesawat udara berukuran kecl termasuk heli-kopter diperkirakan tumbuh dengan 9% setahun yaitu dari 70.800 jam (1974) menjadi 103.200 jam (1978), jam terbang pesawat udara berukuran besar akan bertambah sebesar 4% setahun, yaitu dari 125.000 jam (1974) menjadi 151.978 jam (1978).

Apabila armada penerbangan semakin berkembang, maka terbuka kemungkinan untuk memberikan perhatian yang besar pada pembinaan perawatan pesawat udara, berikut komponen-komponen, dan peralatan-peralatannya.

Selain itu sebagai bagian dari usaha pembinaan keuangan perusahaan penerbangan yang sehat dirasa perlu untuk mengadakan penyesuaian tarif angkutan udara pada waktu-waktu tertentu.

4. Pengembangan Prasarana PenerbanganBertolak dari perkiraan tingkat pertumbuhan lalu-lintas di-

setiap pelabuhan udara disusun pula rencana pengembangan

363

Page 55: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

prasarana penerbangan. Rencana ini mengutamakan perbaikan dan pengembangan fasilitas dasar seperti landasan, alat-alat navigasi, dan telekomunikasi, supaya pesawat udara dapat men- darat dengan lancar dan aman tanpa pembatasan jam operasi pelabuhan udara, pengurangan daya angkut pesawat, dan lain- lain. Fasilitas lainnya, seperti terminal dan lain-lain akan di- bangun sesuai dengan kemampuan pembiayaan.

Dalam Repelita II diperkirakan bahwa arus lalu-lintas pener- bangan internasional juga akan meningkat. Namun proyeksi yang setepatnya belum dapat diramalkan mengingat bahwa keadaan ekonomi internasional, dengan pelbagai krisis minyak, krisis moneter, dan lain-lain menunjukkan keadaan yang masih tidak pasti.

Sementara itu pelabuhan udara internasional Halim Perdana kusumah diharapkan sudah dapat menampung arus lalu-lintas ini. Di samping itu dalam Repelita II diambil langkah-langkah untuk menyiapkan dan memulai pembangunan pelabuhan udara internasional Cengkareng di Jakarta.

Perbaikan prasarana pelabuhan udara akan meningkatkan ke-mampuan pelabuhan untuk menampung berat pesawat udara yang lebih besar. Perkembangan kemampuan pelabuhan udara menurut jenis pesawat udara yang direncanakan dalam Repe- lita II, di luar pelabuhan udara perintis, adalah sebagai berikut:

Jenis Pesawat Pelabuhan UdaraF-27 Wamena, Husein Sastranegara/Bandung, Fak-

Fak, Pinangsore/Sibolga, Kijang/Tanjung Pi- nang, Padang Kemiling/ Bengkulu, Maumere/ Flores, Jalaluddin/Gorontalo, Merauke, Dabo/ Sungkep, Japura/Rengat, Panarung/Palangkara- ya, P. Batam, Manokwari, Sumbawa Besar, Waingapu, Babullah/Ternate, Palibelo.

F-28 Bilangbintang/Banda Aceh, Achmad Yani/Se- marang, Supadio/Pontianak, Rembiga/Ampe- nan, Sepinggan/Balikpapan, Sentani/Jayapura,

364

Page 56: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Penfui/Kupang, Pangkal Pinang/Bangka, Pat- timura/Ambon, Branti/Tanjung Karang, Pal-merah/Jambi, Bulutumbang/Tanjung Pandan, Jefnar/Sorong, Woltermonginsidi/Kendari, Mu-tiara/Palu, Samarinda dan Tarakan.

DC-9 Talang Betutu/Palembang, Tabing/Padang, Adisucipto/Yogyakarta, Syamsuddin Noor/Ban-jarmasin, Sam Ratulangi/Menado, Pattimura/ Ambon dan Simpangtiga/Pakan Baru.

DC-8 Juanda/Surabaya, Polonia/Medan, Hasanuddin/ Ujung Pandang, Mokmer/Biak.

DC-10 Ngurah Rai/Bali.B-747 Halim Perdanakusuma/Jakarta.

Beberapa pelabuhan udara tersebut sebenarnya telah didarati jenis pesawat yang direncanakan seperti di atas, namun masih terdapat pembatasan dalam hal daya angkut pesawat, jam operasi pelabuhan udara, dan lain-lain. Sebagai contoh pelabuhan udara Halim Perdanakusuma dalam tahun 1974 telah dapat didarati jenis pesawat B-747, tetapi peningkatan masih akan dilakukan untuk dapat melayani permintaan tambahan. Begitu pula pelabuhan udara Ahmad Yani/Semarang telah dapat didarati pesawat udara jenis F-28 secara terbatas, tetapi masih akan terus ditingkatkan sehingga pada akhir Repelita II dapat dipergunakan dengan penuh.

Rencana peningkatan kemampuan semua pelabuhan udara ini masih dapat disesuaikan dengan perkembangan lalu-lintas angkutan udara dalam waktu mendatang.

Untuk meningkatkan mutu pemberian jasa prasarana udara perlu diperbaiki struktur dan tingkat tarif pelayanan jasa pra-sarana yang sedang berlaku, seperti "landing fees", "airport services charges", "user charges", konsessi, sewa tanah, regis-trasi, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan peningkatan pendapatan pelabuhan udara yang akan menjadi satuan ekonomi yang berswasembada di masa depan.

365

Page 57: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

5. Pengembangan Unsur Penunjang Penerbangan

Dalam penerbangan adalah penting tercapainya tingkat kese- lamatan penerbangan yang tinggi dan yang dipelihara terus- menerus. Dalam hubungan ini diutamakan sekali pembinaan kesehatan para tenaga penerbang dan perawatan pesawat udara.

Di samping itu rambu-rambu navigasi diperiksa secara ber- kala, sedang penelaahan dan pemetaan udara dilakukan untuk penyempurnaan peta-peta udara.

Lain daripada itu dikembangkan pula satuan-satuan Search and Resque (SAR) yang dilengkapi dengan alat-alat penyelamat di Kemayoran, Surabaya, Ujung Pandang, Biak, Medan, Ban- jarmasin, Denpasar, Ambon, Jayapura dan Menado, dan diba- ngun pusat koordinasi SAR di Biak dan Surabaya.

Unsur penunjang penerbangan lainnya adalah penyediaan te- naga ahli dan trampil. Dalam hubungan ini selama Repelita II diperkirakan bahwa perkembangan tenaga kerja menunjukkan gambaran seperti yang tertera pada Tabel 15-13.

TABEL 15 - 13.

PERKEMBANGAN TENAGA KERJA PERHUBUNGAN UDARA

SELAMA REPELITA II

Komposisi tenaga kerja Tahun 1974

Tahun 1978

Tenaga penerbang 863 980

Ahli perawatan pesawat udara 1276 1580

Tenaga operasionil pengamanan lalu-lintas udara 782 1660

Tenaga perawatan fasilitas penerbangan 309 720

Tenaga managemen 90 370

Page 58: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

366

Dalam tahun 1973/74 terdapat 863 penerbang yang terdiri dari 685 penerbang Indonesia ditambah 178 penerbang asing.

Dalam rangka program Indonesianisasi maka tenaga asing direncanakan untuk diganti secara bertahap. Oleh karena itu yang perlu dididik tidak saja penambahan tenaga penerbang (117 orang) tetapi juga penggantian tenaga penerbang asing (178 orang) sehingga keperluan tambahan tenaga adalah 295 tenaga penerbang.

Rencana pengembangan penerbangan juga memerlukan pembaharuan dalam bidang hukum yang mengatur penerbangan. Undang-undang nomor 83 tahun 1958 akan disempurnakan agar sesuai dengan kemajuan teknologi. Masalah penanggulangan pembajakan udara, pengaturan hak lalu-lintas udara dan pertukaran hak penerbangan dengan negara lain, serta ketentuan pelaksanaan dari pelbagai peraturan akan disiapkan dalam Repelita II sehingga membantu menciptakan iklim bagi pengembangan penerbangan.

VI. POS DAN TELEKOMUNIKASI A. Pos dan Giro

1. Keadaan dan masalah

Pembangunan di bidang Pos dan Giro dalam Repelita I dititikberatkan pada pembangunan kantor-kantor pos dan memberikan prioritas kepada pembangunan Kantor Pos Pembantu yang tersebar di ibu kota kecamatan. Hasil dari pembangunan di bidang Pos dan Giro selama Repelita I adalah sebagai berikut: pembangunan Kantor Pos Pembantu 116 buah, Kantor Pos Tambahan enam buah, Kantor Pos lainnya 19 buah dan Sentral Giro dua buah. Di samping itu juga telah berhasil ditambah kendaraan berupa sepeda motor dan kendaraan pos untuk keperluan pos keliling dan pos kilat sebanyak 136 buah.

Penambahan fasilitas tersebut di atas dan ditingkatkannya jumlah maupun penyebaran kantor pos ke daerah-daerah yang tadinya belum terlayani telah menyebabkan meningkatnya

Page 59: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

arus lalu-lintas pos dari tahun 1968 sampai tahun 1972.

367

TABEL 15 - 14.

PERKEMBANGAN ARUS LALU-LINTAS POS DAN GIRO 1968 - 1972

U r a i a n 1968 1969 1970 1971 1972 1973 *)

Surat Pos biasa/kilat khusus (ri-buan) 138.381 147.215 158.641 179.627 195.944 219.648

Wesel Pos (mil-yar Rp.) 9,50 14,91 20,81 24,98 31,21 42,01Peredaran Giro &Cek Pos (milyarRp.) 24,80 97,63 106,65 125,77 148,29 184,62Tabungan BankTabungan Negara(jutaan Rp.) 31,21 59,37 145,31 317,82 467,55 670,91

) Perkiraan.

Perkembangan wesel pos dan peredaran giro serta cek pos meningkat dengan pesat sekali. Pengiriman surat pos juga menunjukkan peningkatan, sungguhpun dalam keseluruhan jumlah pengiriman surat di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain.

2. Langkah dan kebijaksanaan

Dengan memperhatikan hasil yang dicapai selama Repelita I maka titik berat kebijaksanaan di bidang pos dan giro adalah sebagai berikut :(1) membina fasilitas pos dan giro agar dapat memperluas

jaringan pelayanan kepada masyarakat sehingga turut membantu memperlancar usaha pembangunan dan penciptaan kesatuan dalam Wawasan Nusantara.

(2) meningkatkan usaha penyempurnaan kelembagaan di bi-

Page 60: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

dang pos dan giro serta kaitannya dengan bidang angkut- an agar tercipta kondisi yang sehat bagi pengembangan lalu-lintas pos dan giro.

368

GRAFIK 15 - 14PERKEMBANGAN ARUS LALU LINTAS POS/GIRO

Page 61: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

369

Page 62: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Diperkirakan bahwa volume lalu-lintas surat pos akan me- ningkat sekitar 10 % setahun dalam Repelita II karena pening- katan aktivitas pembangunan dalam masyarakat dan mening- katnya jumlah penduduk yang sudah dapat membaca dan me- nulis.

TABEL 15 - 15.

PERKIRAAN PEMBANGUNAN POS DAN GIROSELAMA REPELITA II

U r a i a n 1974/75 1974/75 - 1978/79

Kantor Pos Pembantu 60 600

Kantor Pos Ibu Kota - 1

Kantor Pos Besar 3 9

Sentral Giro - 1

Kendaraan Pos ( Pos Kilat, Pos Keliling,Angkutan Pos dalam Kota)

41 280

Sepeda Motor Pos Desa Keliling 30 500

K e t e r a n g a n :

Kantor Pos Pembantu adalah unit terkecil kantor pos di ibu kota kecamatan.

Berhubung dengan itu maka selama Repelita II akan dibangun 600 buah Kantor Pos Pembantu di ibu kota kecamatan. Dalam hal ini akan diberi perhatian pada pembangunan kantor pos pembantu di daerah-daerah transmigasi, sehingga manfaat fasilitas pos dapat langsung membantu pembangunan transmi- grasi. Selanjutnya untuk membantu kelancaran lalu-lintas pos direncanakan pengadaan 280 kendaraan pos, 500 buah sepeda motor dan sarana-sarana lain. Secara bertahap akan diadakan pula peryesuaian tarif pos dan giro untuk membantu penye- hatan keuangan PN Pos dan Giro. Demikian pula untuk me- ningkatkan daya mampu PN Pos dan Giro memberi pelayanan

370

Page 63: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

371

GRAF

IK 1

5 – 1

5JE

NIS

PERK

IRAA

N PE

MBA

NGUN

AN P

OS D

AN G

IRO

DALA

M R

EPEL

ITA II

Page 64: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

kepada masyarakat maka pelbagai peraturan dan ketentuan pelaksanaan, antara lain wajib angkut pos seperti termaktub dalam Undang-undang No. 4/1959, akan lebih ditingkatkan.

B. Telekomunikasi

1. Keadaan dan masalah

Keadaan jaringan telekomunikasi yang dioperasikan oleh Perusahaan Umum Telekomunikasi pada saat-saat menjelang Repelita I di seluruh nusantara terdiri dari fasilitas sentral. telepon dengan kemampuan total 172.000 nomor (line unit) di. antaranya 23 buah Sentral Telepon Otomat, 33 Sentral Telepon Tangan (Manual-CB) dan 480 Sentral Telepon Baterai Lokal. Pelayanan Telegram pada saat itu dilakukan melalui 633 kan-tor telegram dengan alat-alat yang pada umumnya sangat se-derhana. Di samping itu juga terdapat 17 buah Sentral Telex.

Untuk hubungan jarak jauh dipergunakan saluran kawat: atau radio melalui petugas-petugas penyambung (operator). Hanya hubungan Bandung-Jakarta yang sudah mempunyai jaringan sambungan langsung jarak jauh (SLJJ).

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita I antara lain. ditekankan pada peningkatan dan pengembangan hubungan jarak jauh melalui sistim Microweve Nusantara. Di bidang transmisi jarak menengah dan jarak jauh, selain pembangunan hubungan tulang punggung (backbone system), secara terbatas. pada beberapa jaringan cabang juga dilakukan peningkatan dan penambahan fasilitas.

Peningkatan dan penambahan telepon terutama dilakukan dengan pengotomatan sentral telepon di kota besar dan pe nambahan kapasitas sentral sebanyak 85.500 nomor, yang ter-diri dari 83.160 nomor telepon otomat dan 2.340 nomor telepon tangan (CB). Pembangunan telepon otomat sampai pada akhir 1973/74 adalah sebanyak 43.760 nomor. Jumlah nomor telepon

372

Page 65: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

tangan dapat dikatakan tidak mengalami perubahan, meng-ingat pembangunannya bersifat penggantian peralatan yang sudah usang di berbagai tempat. Namun demikian di tempattempat itu terjadi peningkatan pelayanan jasa telepon, walaupun masih terbatas.

Perkembangan jumlah kapasitas telepon sejak tahun 1968 sampai akhir 1973 digambarkan dalam Tabel 15-16.

TABEL 15 - 16.PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON

1968 - 1973

TahunTelepon Otomat

(nomor)Telepon Manual

(nomor)Jumlah(nomor)

1968 74.000 104.000 178.300 1969 84.300 102.718 187.018

1970 90.300 102.167 192.467

1971 99.300 102.292 201.592

1972 110.860 102.860 213.720

1973 121.940 102.860 224.800

Pembangunan Microwave Jawa-Bali selesai pada bulan Ma- ret 1973 dan menghasilkan hubungan langsung antara Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, dan Denpasar. Ja-ringan lain yang amat penting adalah Microwave Trans-Suma-tera. Tahap Jakarta-Palembang dapat diselesaikan pada tahun 1974, sedang pembangunan stasion-stasion kejurusan Utara sampai dengan Medan maju dengan pesat. Microwave Indone-sia bagian Timur dan hubungan Surabaya-Banjarmasin dengan sistim troposcatter telah dimulai pembangunannya. Hubungan dengan transmisi radio gelombang pendek yang sudah dapat diselesaikan adalah hubungan-hubungan Jakarta;-Medan, Ja-

Page 66: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

373karta-Pontianak. Lain daripada itu sedang dikerjakan hubung-an-hubungan Ujung Pandang-Menado, Ujung Pandang-Kendari, Menado-Gorontalo, dan Ambon-Ternate. Yang dimulai dalam tahun 1973/74 adalah hubungan-hubungan di Maluku dan Kali-mantan.

Pada waktu ini Perum Telekomunikasi mempunyai hubungan (circuit) antarkota sekitar 1.900 hubungan radio. Disamping itu fasilitas telekomunikasi yang digunakan oleh badan-badan swasta maupun Pemerintah meliputi lebih kurang 3.000 hu-bungan radio, yang terdiri dari hubungan antarkota sekitar 1.500 hubungan radio dan selebihnya dipakai secara lokal. Pada akhir Repelita II jumlah hubungan antarkota diperkirakan akan bertambah masing-masing menjadi 4.000 hubungan radio milik Perum Telekomunikasi dan 2.500 hubungan di luar Perum Telekomunikasi. Dewasa ini kebutuhan jasa telekomunikasi be-lum sepenuhnya dapat terlayani oleh Perum Telekomunikasi.

2. Langkah dan kebijaksanaan

Bertolak dari hasil-hasil yang dicapai dalam Repelita I maka titik berat kebijaksanaan dalam pengembangan telekomunikasi adalah :

(1) membina fasilitas telekomunikasi berupa jaringan telepon, transmisi, telegrap/telex, dan lain lain dalam satu sistim telekomunikasi nasional yang menjamin penggunaan spectrum secara optimal dan efisien bagi keperluan usaha pembangunan dan pembinaan Wawasan Nusantara.

(2) meningkatkan usaha penyempurnaan kelembagaan di bi- dang telekomunikasi agar mampu menunjang pengembangan sistem telekomunikasi nasional tersebut.

Dalam rangka kebijaksanaan ini akan ditertibkan dan diku-rangi duplikasi jaringan telepon. Bersamaan dengan itu diusa-hakan pengembangan fasilitas telekomunikasi umum.

Page 67: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Pemba-

374ngunan transmisi microwave selain akan dipergunakan untuk hubungan telepon dan telegrap juga disediakan untuk penya-luran program televisi.

Jaringan microwave Sumatera akan diselesaikan dalam Re-pelita II dan disempurnakan dengan jaringan dari Medan ke Banda Aceh serta jaringan Padang-Pekanbaru-Tanjung Pi- nang. Selanjutnya akan bertambah jumlah kota dengan hu-bungan telepon otomat jarak jauh, yaitu Tanjung Karang, Falembang, Jambi, Padang, Bukittinggi, Medan, dan Pekan-baru. Dikota-kota yang dilalui jaringan microwave akan dia-dakan penambahan dan pembangunan satuan-satuan telepon. Jaringan-jaringan cabang akan dibangun untuk lebih meman-faatkan jaringan microwave, khususnya untuk kota-kota yang belum terhubungkan pada jaring tulang punggung microwave itu.

Di samping perluasan jaringan microwave pada waktu ini juga sedang diselenggarakan 1 pelitian dan penjajakan bagi penggunaan satelit untuk keperluan telekomunikasi. Diharap-kan penggunaan satelit akan lebih memperluas jaringan tele-komunikasi tersebut sehingga bermanfaat untuk melayani ke-perluan masyarakat umum. Di samping itu juga berguna bagi keperluan siaran radio, siaran TV, dan TV pendidikan.

Permintaan akan jasa-jasa telepon lokal diperkirakan se- besar 574.000 nomor pada akhir Repelita IL Jumlah telepon y ang akan d ibangun dalam Repelita II adalah minimal 403.760 nomor. Pembangunan telepon otomat akan dilaksanakan di 35 kota, antara lain Jakarta, Bogor, Surabaya, Medan, Pekan- baru, Pontianak, dan kota-kota lainnya.

Berhubung keperluan adalah lebih besar dari penyediaan telepon maka akan diusahakan agar sejauh mungkin tersedia

Page 68: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

telepon umum, yang kini sudah dimulai di kota-kota besar se-perti Jakarta dan Surabaya. Dalam Repelita II direncanakan dibangun minimum sebanyak 4.000 unit lagi.

375

TABEL 15 - 17.

PERKIRAAN KAPASITAS TELEPON

1974/75 - 1978/79

Kapasitas telepon 1974/75 1978/79

Telepon Otomat 163.060 329.960

Telepon Tangan (Manual) 90.320 73.800

TABEL 15 - 18.

PERKIRAAN TAMBAHAN TELEPON OTOMAT DI JAKARTA

DAN DI KOTA-KOTA LUAR JAKARTALokasi 1974/75 1974/75 - 1978/79

Jakarta 8.000 108.900

Kota-kota lain 27.600 93.600

Untuk melayani kebutuhan yang meningkat maka peranan telex dan dinas telegram dalam bentuk gentex akan dikembangkan dengan pembangunan dan penambahan pada sentral-sentral telex di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, Padang, Medan, Ujung Pandang, dan Bandung.

Oleh karena terbatasnya frekwensi dan banyaknya peng-

Page 69: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

gunaan maka akan lebih diintensifkan pencegahan pengguna-naan frekwensi, terutama HF, yang tidak sesuai dengan syarat-syarat. Selain itu juga diintensifkan pencegahan saling mengganggu antarhubungan, baik dalam negeri maupun internasional. Untuk ini akan diketatkan pemberian izin dan pengawasan pemakaian frekwensi dengan mendirikan stasiun monitoring dibeberapa tempat.

376

Page 70: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

377

Page 71: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

TABEL 15 - 19.

RENCANA PERKEMBANGAN KAPASITAS SENTRAL TELEXDAN GENTEX, 1974/75 - 1978/79

1. Telex : Penggantian - 180Penambahan - 1.400

Jumlah Kapasitas 1.340 2.5602. Gentex : Mesin Telegrap (Printer) 149 457

Terminal 30 139

Oleh karena kebanyakan alat-alat telekomunikasi berasal dari impor, sedang kebutuhannya cukup besar, maka diusahakan produksi dalam negeri yang sebanyak mungkin menggunakan bahan-bahan dalam negeri. Berhubung pembeli alat-alat telekomunikasi ini terbatas maka adalah penting untuk merencanakan pengembangan industri ini secara teliti guna mencegah kapasitas yang berlebihan.

Dalam Repelita II akan dirintis jalan ke arah standardisasi peralatan telekomunikasi untuk memudahkan perawatan dan penyediaan sparepartnya serta bagi keperluan pembinaan industri. Dalam rangka ini diusahakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat pula menguji peralatan-peralatan sehingga terjamin mutu barang-barang tersebut.

VII. METEOROLOGI DAN GEOFISIKA 1. Keadaan dan masalah

Selama Repelita I investasi dalam meteorologi dan geofisika telah memberi hasil berupa rehabilitasi 58 stasiun meteorologi. Di samping itu telah diselesaikan pula rehabilitasi stasiun meteorologi pertanian sejumlah empat stasiun ke-

378

Page 72: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

las I, dua stasiun kelas 11, 18 stasiun kelas III, 149 stasiun iklim, 2885 stasiun hujan termasuk 85 stasiun hujan pencatat dan stasiun geofisika, termasuk pula pembangunan empat stasiun geofisika baru yaitu Ujung Pandang, Kupang, Menado, dan Jayapura.

Selama Repelita I Lembaga Meteorologi dan Geofisika baru dapat memenuhi kebutuhan riil sekitar ± 30%, sedangkan perkembangan sektor-sektor yang memerlukan pelayanan Lembaga Meteorologi dan Geofisika makin meningkat. Seperti misalnya perkembangan lalu-lintas penerbangan dari 28 lapangan terbang yang dikategorikan ramai, selama lima tahun mendatang mengalami kenaikan rata-rata 16%. Untuk memenuhi fasilitas di luar penerbangan seperti pelayaran, pertanian, dan lain-lain, proyeksi ramalan cuaca yang akan dikeluarkan Lembaga Meteorologi dan Geofisika selama Re- pelita II akan meningkat sekitar 10% setiap tahunnya.

Di bidang geofisika pada dewasa ini baru dapat ditentukan lokasi kejadian gempa sejumlah 400 buah pertahun; dengan kekuatan minimal tertentu, sehingga masih terdapat keku-rangan terhadap kejadian gempa yang mampu dicatat oleh alat yang ada. Di bidang telekom, Lembaga Meteorologi dan Geofisika sampai akhir Repelita I baru dapat melayani 50% dari kebutuhan.

2. Langkah dan kebijaksanaan

Dengan semakin meningkatnya pembangunan dan semakin majunya teknologi perlu ditambah kemampuan prasarana dan sarana Lembaga Meteorologi dan Geofisika untuk meningkat-kan pelayanan pemberian data baik secara kwalitatif maupun secara kwantitatif, sebagai penunjang pembangunan di sektor-sektor pertanian, perhubungan, industri dan pengamanan-pengamanan dalam menghadapi bencana alam, serta pengaruhpengaruh meteorologis dan geofisik yang membahayakan kehidupan masyarakat luas.

379

Page 73: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Dengan bertambahnya kemampuan stasiun-stasiun meteorologi maka pada pelabuhan-pelabuhan udara dapat ditingkatkan keselamatan penerbangan di seluruh jaringan penerbangan, baik bagi operasi penerbangan dalam maupun luar negeri. Demikian pula halnya melalui peningkatan kemampuan penyediaan data dalam meteo pertanian akan dapat menunjang program pemerintah dalam bidang pangan, transmigrasi, dan lain-lain. Dalam meningkatkan penyediaan data meteo pertanian, akan diintensifkan penerimaan, penganalisaan dan penyelidikan data yang diterima melalui stasiun meteo pertanian biasa, stasiun meteo pertanian utama, dan meteo pertanian khusus. Sebagai penunjang masing-masing stasiun meteo pertanian perlu ada stasiun iklim, stasiun penguapan dan stasiun hujan yang terbesar di seluruh kepulauan Indonesia.

Untuk meningkatkan kemanfaatan data meteorologi dan geofisika dalam bidang lainnya dianggap perlu meningkatkan pengertian tentang kegunaan data meteorologi dan geofisika seperti pada bidang-bidang pertambangan, perindustrian, ba-ngunan sipil, penanggulangan bencana alam, dan sebagainya kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.

Sebagai langkah pelaksanaan dalam Repelita II akan dilan-,jutkan program rehabilitasi dan pembangunan stasiun yang merupakan "jaringan-dasar" di samping intensifikasi stasiun-stasiun lain yang ada hubungannya dengan kebutuhan nasional dan internasional.

Sejalan dengan program di atas akan dilanjutkan perbaikan-perbaikan dan penggantian peralatan yang sudah tua serta mengadakan peralatan baru.

Sebagai penunjang dari program-program di atas akan dilak-

sanakan program penataran pegawai-pegawai di samping penerimaan pegawai-pegawai baru melalui lembaga-lembaga pendidikan yang ada.

Page 74: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

380

TABEL 15 - 20.

PERKEMBANGAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA1974/75 - 1978/79

Jenis Kegiatan 1974/75 1974/75 - 1978/79

1. STASION METEOROLOGI :a. Rehabilitasi/Peningkatan 8 58

:Z. STASION KLIMATOLOGI :a. Rehabilitasi/Peningkatan 50 365

.3. STASION GEOFISIKA : a. Rehabilitasi/Peningkatan 2 10

b. Pembangunan baru 1 3

4. TELEKOMUNIKASI :

a. Rehabilitasi/Peningkatan 1 4.5. PENGEMBANGAN PENELITIAN : Pembangunan baru 1 3

B. PARIWISATA

1. KEADAAN DAN MASALAHPembangunan pariwisata Indonesia tidak bisa lepas dari pe-

ngaruh perkembangan kepariwisataan dunia yang berlangsung pesat sekali akhir-akhir ini, terutama sekitar Pasifik.

Kemajuan dalam teknologi perhubungan yang demikian cepat dan perkembangan keadaan sosial ekonomi yang telah memungkinkan waktu untuk berlibur yang lebih banyak telah menim-bulkan gerakan bepergian wisatawan dalam kelompok-kelompok yang makin meluas serta meliputi negara-negara tujuan wisata internasional yang lebih banyak.

Perkembangan wisata massa (mass tourism) semakin me-nonjol dan merupakan salah satu bagian utama dalam pertum-buhan kepariwisataan internasional. Juga Indonesia tak dapat

Page 75: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

381

terhindar dari pengaruh wisata massa tersebut, sehingga pe-ngembangan dan pembangunan pariwisata Indonesia perlu memperhitungkan arus wisata massa dengan memanfaatkan prasarana, sarana wisata, maupun industri pariwisata yang tersedia.

Dalam Repelita I pembangunan pariwisata tidak dilakukan secara menyeluruh diseluruh Indonesia, tetapi dipusatkan dibe-berapa daerah, terutama Bali. Kegiatan pariwisata ditingkatkan secara bertahap dengan memanfaatkan daya tarik pulau Bali untuk menjalar kedaerah lain.

Peranan Pemerintah dipusatkan pada pengembangan prasa-rana obyek pariwisata, dan pelayanan yang bersifat umum, selebihnya diserahkan pengusahaannya kepada sektor swasta. Atas dasar ini maka dalam Repelita I telah dilaksanakan pro-gram rehabilitasi obyek-obyek pariwisata di daerah konsentrasi usaha pariwisata. Di samping itu telah diselenggarakan pula penelaahan untuk daerah-daerah pariwisata berikutnya.

Berkat perbaikan jalan dan perhubungan serta pembinaan pariwisata selama ini maka arus wisatawan dari 1967 sampai 1972 meningkat besar sekali hampir 800%, dengan waktu kun-jungan rata-rata 5 hari di Indonesia dan pengeluaran rata-rata US $ 25 (untuk hotel, makanan, transpor, hiburan dan sebagai-nya) sehari per wisatawan.

Berdasarkan perhitungan ini maka dapat diperkirakan bahwa di tahun 1972 jumlah 221,2 ribu wisatawan ini dapat membelanjakan US $ 27,6 juta untuk keperluan pariwisata ini.

Arus wisatawan baik jumlah maupun tingkat pertumbuhan-nya lebih nampak terutama di daerah-daerah Jakarta, Bali, Su-matera Utara/Barat, Jawa Tengah/Yogyakarta, dan kemudian Jawa Timur dan Jawa Barat dan daerah-daerah lainnya.

Meningkatnya arus wisatawan selama Repelita I dimungkin-kan berkat pertambahan jumlah hotel yang dibangun. Jumlah kamar hotel yang dibangun dengan menggunakan fasilitas pe-

Page 76: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

nanaman modal dalam Repelita I adalah 17.079 kamar dengan jumlah investasi sebesar Rp. 115,6 mdlyar hingga Mei 1973.

382

TABEL 15 - 21. ARUS WISATAWAN ASING KE

INDONESIA 1967 – 1972(dalam ribuan)

Tahun Jumlahorang

Tingkatpertumbuhan

per tahun

Jumlahpengeluaran rata-rata

dalam US $

1967 26,4 3.3001968 52,4 ±100% 6.5001969 86,1 ± 64% 10.800197 129,3 ± 50% 16.100197 181,1 ± 40% 22.600

1972 221,2 ± 22% 27.600

Berkembangnya pariwisata antara lain disebabkan oleh baik-nya keadaan prasarana, adanya hotel yang memenuhi selera wisatawan, dan adanya obyek wisata yang menarik.

Pertumbuhan hotel yang pesat telah pula menimbulkan per-mintaan akan tenaga trampil dan ahli di bidang kepariwisataan. Dalam hubungan ini pelbagai pusat pendidikan pariwisata, seperti Pusat Pendidikan Pariwisata (Hotel and Training Insti- tute) di Bandung serta lain-lainnya yang diusahakan swasta ikut membantu mengatasi kekurangan tenaga ini. Sungguhpun demikian pertumbuhan hotel telah mendorong permintaan akan tenaga begitu pesat sehingga penyediaan tenaga ahli masih dirasakan kurang.

Dalam rangka pembangunan pariwisata maka pusat usaha diletakkan pada pulau Bali. Pulau Bali amat menarik perhatian para wisatawan karena ketinggian nilai budaya Bali yang ter-lihat jelas dalam bidang seni ukir, seni tari, dan didasarkan

Page 77: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

atas peri kehidupan Bali yang bersumber pada agama Hindu. Hingga dua tiga tahun yang lalu kunjungan para wisatawan ke Bali masih dilakukan secara spontan dan kurang teratur.

383

Dengan terus berkembangnya kepariwisataan, maka Pemerintah mengambil langkah-langkah guna mencegah hal-hal yang kurang seimbang dan dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat Bali. Pada tahun 1971 telah diselesaikan rencana induk pengembangan pariwisata dengan daerah Nusa Dua. sebagai pusat lokasi penginapan pariwisata. Dalam hubungan ini telah dibentuk Otorita Pengembangan Pariwisata Bali be serta Perseroan Terbatas Pengembangan Pariwisata Bali yang dimiliki negara untuk membina pengembangan Pariwisata di Bali. Inti pokok dari pengembangan pariwisata di Bali adalah:

(1) Konsentrasi tempat penginapan di daerah Nusa Dua, Sanur, dan Kuta.

(2) Pengembangan pusat pariwisata di daerah pedalaman sebagai sarana bagi pengembangan kebudayaan Bali. Pengem-bangan pusat pariwisata sekaligus juga dimasukkan untuk mengarahkan lalu lintas wisatawan agar tidak mengganggu pertumbuhan kebudayaan Bali.

(3) Pengembangan pariwisata di Bali perlu diarahkan pada partisipasi maksimal dari unsur penunjang pariwisata sehingga pembangunan pariwisata akan sejalan dengan pembangunan daerah Bali itu sendiri.

Dalam tahun 1972 yang lalu usaha promosi berhasil memas-tikan akan dilangsungkannya Konperensi Pasific Area Travel Association di Indonesia tahun 1974. Hal ini membuka kesem-patan yang sangat baik bagi promosi pariwisata Indonesia di dunia pariwisata Internasional umumnya dan daerah Pasific khususnya.

2. LANGKAH DAN KEBIJAKSANAAN Bertolak dari hal yang dicapai di bidang pariwisata dalam

Page 78: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Repelita I, maka dalam Repelita II titik berat kebijaksanaan pengembangan pariwisata ingin diletakkan pada:

(1) Pengembangan sarana dan prasarana obyek pariwisata, khususnya di Bali dan di beberapa daerah tujuan pariwisata lainnya.

384

(2) Pembinaan kelembagaan dan organisasi unsur-unsur penunjang pariwisata agar mampu menunjang pengembangan pariwisata, baik bagi wisatawan asing maupun wisatawan nasional dalam negeri.

Tujuan pengembangan pariwisata adalah untuk memperke- nalkan kebudayaan, keindahan alam dan kepribadian Indonesia kepada masyarakat wisatawan, dan sekaligus membantu me- ningkatkan pendapatan masyarakat. Lain daripada itu pengem- bangan pariwisata membuka kesempatan bagi wisatawan dalam negeri untuk mengenal tanah airnya sendiri.

Pengembangan pariwisata pada hakekatnya merupakan akti- fitas yang bergantung pada hasil pembangunan sektor-sektor lain. Pengembangan pariwisata tidak dapat berdiri sendiri, bahkan kesuburan pertumbuhan pariwisata sangat ditentukan oleh pertumbuhan pembangunan keseluruhannya.

Oleh karena itu maka pengembangan pariwisata di samping mengikuti pertumbuhan lain-lain sektor, akan berikhtiar pula agar pertumbuhan sektor lain ikut membantu penciptaan iklim bagi pengembangan pariwisata.

Dengan titik berat usaha Pemerintah pada pengembangan sarana dan prasarana pariwisata serta pembinaan kelembagaan, diharapkan agar prakarsa dan kegairahan swasta dapat dirang- sang untuk menumbuhkan pariwisata bagi keuntungan masya- rakat Indonesia sendiri.

Dalam hubungan ini maka penggalangan unsur-unsur pari- wisata dalam kesatuan arah dan tujuan akan sangat memban- tu usaha pengembangan pariwisata.

Untuk menampung tujuan dan maksud ini maka perlu diambil langkah-langkah dalam Repelita II sebagai berikut :

Page 79: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

(1) Menyusun pola pengembangan pariwisata induk pada daerah-daerah tujuan wisatawan:a. Jakarta Raya, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Lampung; b. Sumatera Utara, Sumtera Barat, Riau Daratan; c. Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur; d. Bali, Sulawesi dan Nusatenggara.

385

Dalam pada itu obyek-obyek pariwisata yang khas di daerahdaerah lainnya yang mengandung potensi yang riil dapat dipertimbangkan dalam perencanaan yang tersendiri.

(2) Menyerasikan pola pengembangan pariwisata dari semua daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia menjadi satu rencana induk pembangunan pariwisata nasional.

(3) Melanjutkan peningkatan prasarana dan sarana kepa-riwisataan yang telah dimulai dalam Repelita I serta memulai perencanaan prasarana dan sarana baru di bidang pariwisata.

(4) Mengadakan konsolidasi dan peningkatan pembinaan tenaga kerja berikut fasilitasnya untuk menampung pelayanan wisata massa yang memenuhi persyaratan kepariwisataan internasional.

(5) Memantapkan kedudukan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata internasional.

(6) Menyusun langkah-langkah pengembangan pariwisata dalam negeri.

(7) Peningkatan jumlah wisatawan terutama ditujukan pada segi peningkatan kwalitas, sehingga penerimaan yang akan diperoleh negara menjadi lebih besar.

Dalam merencanakan pengembangan pariwisata diperkirakan bahwa arus wisatawan asing akan meningkat dari sebanyak 256,6 ribu orang pada akhir Repelita I menjadi 538,9 ribu orang pada akhir Repelita II dengan waktu menetap selama 5 hari dan nilai pengeluaran yang diperkirakan US $

Page 80: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

175,- per orang, sehingga dapat diharapkan pemasukan devisa sekitar US.$ 94,3 juta.

Pariwisata akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan nasional. yang wajar dan didasarkan atas kemampuan menam-pung tingkat pertumbuhan arus wisatawan sebesar rata-rata 16% setahun. Atas dasar ini maka jumlah dan tingkat-tingkat pertumbuhan arus wisatawan setiap tahun adalah aebagai berikut:

386

TABEL 15 - 22.ARUS WISATAWAN ASING KE INDONESIA

1973 - 1978(dalam ribuan)

J u m 1 a h Jumlah orang(ribu)

Jumlahpengeluaran rata-rata

(juta US $)

1973 256,6 32,01974 297,6 52,01975 345,3 60,41976 400,5 70,01977 464,6 81,31978 538,9 94,3

K e t e r a n g a n :

Rata-rata jumlah pengeluaran pada tahun 1973 == US $ 125/5 hari dan tahun 1974 -- 1979 = US $ 175/5 hari.

Tingkat pertumbuhan ini tidak perlu tercapai secara merata setiap tahunnya, dan mungkin masih terlalu rendah dibanding- kan dengan gejala perkembangan pariwisata asing di. Kawasan Pasifik ini.

Dalam perencanaan dipandang bijaksana untuk bersikap kon-

Page 81: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

servatif sambil membuka kesempatan bagi hotel-hotel untuk mencapai tingkat penempatan (occupancy rate) yang tinggi di atas 60%, apabila arus wisatawan melebihi perkiraan ini.

Bertolak dari perkiraan laju pertumbuhan arus wisatawan, maka disusunlah rencana pengembangan pariwisata di beberapa daerah yang diperkirakan dapat menjadi daerah tujuan pari- wisata. Sementara itu di beberapa daerah lainnya diambil lang- kah persiapan berupa penelaahan untuk dikembangkan lebih lanjut.

387

GRAFIK 15-22ARUS WISATAWAN ASING KE INDONESIA

1973 - 1978

Page 82: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

388

Page 83: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

Tahap pelaksanaan rencana pengembangan pariwisata yang sudah matang untuk dikerjakan dalam Repelita II mencapai daerah Sumatera, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali.

Pengembangan pariwisata di Sumatera telah dimulai dalam Repelita I dengan dilakukan penelaahan terhadap kemungkinan pengembangan daerah-daerah di Sumatera sebagai daerah tujuan wisata. Kegiatan dalam Repelita II merupakan lanjutan dari persiapan tersebut, dan mencakup penambahan jumlah kamar hotel hingga mencapai 2.000 kamar yang bertaraf internasional. Hotel baru akan dibangun melalui penanaman modal swasta di samping perbaikan hotel yang telah ada.

Salah satu obyek wisata yang mempersonakan, di Prapat (danau Toba), direncanakan pengembangan prasarana sekun-der, terdiri dari sewage system, treatment plant, landscaping, pembuatan jalan-jalan lingkungan, dan lain-lain. Juga perlu dilakukan rehabilitasi obyek wisata, seperti perkampungan Lingga, Simanindo, serta rumah adat Pematang Purba, dan perkembangan Bawomataluwo di Pulau Nias, yang diharapkan dapat diselenggarakan bersama dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Di samping itu lapangan terbang Polo- nia akan ditingkatkan agar dapat didarati oleh pesawat berukuran besar, seperti pesawat terbang type DC-8.

Tidak kalah pentingnya juga perlu diperbaiki kwalitas sara- na penunjang (angkutan, travel tour, gwides, restoran) serta sarana pelengkap, misalnya souvenirshop.

Dalam Repelita I, pengembangan pariwisata di Jakarta juga telah dimulai dan akan diselesaikan dalam masa Repelita II yang meliputi usaha rehabilitasi tempat bersejarah di Pasar Ikan, Betawi lama, dan Taman Fatahilah.

Pembangunan hotel melalui pengikutsertaan modal swasta diharapkan dapat terwujudkan selama Repelita II ini.

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pe-ninggalan kuno menarik perhatian para wisatawan asing. Ka-rena itu usaha pemugaran candi, kraton, archeological parks

Page 84: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

38

9

di Borobudur dan Prambanan serta wilayah pariwisata (tourist ressort) di Dieng Plateau perlu diusahakan.

Diperkirakan bahwa pihak swasta pun akan bergairah mem-bangun hotel bagi akomodasi para wisatawan. Sementara itu perlu diusahakan rehabilitasi jalan-jalan yang menuju ke arah candi Borobudur dan Prambanan.

Seperti telah dijelaskan di atas, pengembangan pariwisata di Bali berpusat di Nusa Dua. Proyek ini mencakupi usaha pem-buatan prasarana setempat, site tinfrcestruetures, londscaping, jalan masuk, perbaikan pantai, prasarana lain seperti jalan lintas Den Pasar, Air Minum, listrik, sistim telekomunikasi, dan rencana latihan tenaga. Rencana latihan akan termasuk misalnya sekolah untuk pendidikan perhotelan, peternakan ayam, penanaman sayur-sayuran, dan lain-lain.

Untuk menampung peningkatan aktifitas pariwisata ini perlu disertai dengan program pendidikan dan latihan bagi para te-naga ahli dan trampil untuk industri pariwisata. Program pen-didikan dan latihan diarahkan untuk mendidik tenaga-tenaga di bidang perhotelan serta oatering business dan di bidang biro perjalanan, guide, dan lain-lain. Pengikutsertaan tenaga kerja wanita dalam bidang kepariwisataan akan tetap diarahkan ke-pada pekerjaan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat wanita.

Bertolak dari perkiraan arus wisatawan asing yang mengun-jungi Indonesia hingga akhir Repelita I, maka diperkirakan bahwa kebutuhan tenaga kerja di bidang kepariwisataan, misalnya tenaga perhotelan, biro perjalanan, catering, dan lain-lain dalam Repelita II akan terus meningkat. Dalam memenuhi keperluan tenaga kerja tersebut, sejauh mungkin diusahakan agar diperoleh dari daerah-daerah tujuan wisata yang dperkirakan memahami seluk-beluk adat-istiadat, dan kebudayaan masyarakat daerah.

Maka dalam rangka penciptaan tenaga ahli dan trampil

Page 85: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

ini diusahakan:

390

(1) Peningkatan isi pendidikan sesuai dengan kebutuhan pembangunan pariwisata nasional. (2) Peningkatan kwantitas dan kwalitas lulusan lembaga-lem-baga pendidikan kejuruan pariwisata baik pemerintah mau- pun swasta, sehingga memiliki ketrampilan dan kemampu- an yang diperlukan. (3) Peningkatan kemampuan para tenaga pimpinan kepariwisataan pemerintah maupun swasta.

Jika mungkin maka pengembangan pariwisata akan pula di-manfaatkan sebagai kegiatan yang mendorong aktifitas ma-syarakat lainnya. Dalam hubungan ini keperluan hotel serta wilayah pariwisata akan makanan, minuman, alat-alat bangun-an serta perlengkapan hotel dapat merangsang tumbuhnya in-dustri bangunan, industri kerajinan rakyat, industri penunjang keperluan hotel, peternakan, pertanian dan lain-Iain.

Dalam rangka inilah maka pengembangan pariwisata akan disertai dengan ikhtiar penggiatan usaha lain yang menunjang pariwisata. Maksud ini akan pula tercermin dalam kebijaksa-naan penanaman modal di bidang pariwisata yang semakin banyak akan mernperhatikan unsur dalam negeri (local con- tent) dalam aktivitas investasinya.

Di samping itu dirasa perlu untuk membina unsur penunjang pariwisata seperti perusahaan penerbangan nasional, biro per-jalanan, perusahaan hotel, perusahaan angkutan, dan lain-lain, agar lebih terarah pada kegiatan untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari wisatawan asing bagi kepentingan nasio- nal.

Diusahakan agar pengembangan pariwisata menghasilkan efek berganda bagi kegiatan pembangunan umumnya, sehing- ga di beberapa daerah tertentu dapat menjelma menjadi pusat pendorong pembangunan (growth centres) yang utama.

Dalam rangka ini maka pengembangan pariwisata tidak ber-jalan sendiri bagaikan pulau yang terpencil, tetapi ia merupa-

Page 86: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

kan bagian dari dinamika proses pembangunan dan juga meru-

391

pakan bagian dari kegiatan masyarakat daerah itu sendiri, se-hingga daerah yang tadinya merupakan obyek wisatawan, da- pat merasakan kegiatan pariwisata sebagai hal yang berman-faat.

Untuk menciptakan iklim yang menarik bagi pertumbuhan pariwisata serupa ini dirasa perlu untuk membina pula kerang-ka hukum berupa undang-undang, peraturan-peraturan peme-rintah, dan lain-lain, sehingga tersusunlah tata tertib bagi pe-ngembangan pariwisata.

Sementara itu untuk membangkitkan minat masyarakat wi-satawan asing kepada Indonesia diperlukan kegiatan prasa- rana dan promosi, yang akan dijajaki untuk diselenggarakan secara bersama baik dengan satuan-satuan lembaga pemerin-tah lainnya, seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal, Lem-baga Pengembangan Ekspor Nasional, dan lain-lain, maupun dengan satuan lembaga usaha swasta lainnya, seperti perusa-haan penerbangan, biro perjalanan, perusahaan hotel, dan lain-lain.

Pemerintah juga akan terus membina usaha penyuluhan ke-pada masyarakat dalam rangka meningkatkan ketahanan men-tal dalam menghadapi pengaruh kebudayan luar yang tidak se-suai dengan kepribadian bangsa.

Dengan rencana pengembangan yang jelas arah tujuannya, diharapkan bahwa pada akhir Repelita II sektor pariwisata turut memberi dorongan pada pembangunan dan sumbangan pada peningkatan pendapatan masyarakat banyak.

PEMBIAYAANPembiayaan dari Anggaran Pembangunan Negara untuk

pembangunan Perhubungan dan Pariwisata dalam tahun 1974/ 75 berjumlah Rp. 111,4 milyar, sedang dalam jangka waktu lima tahun dalam Repelita II diperkirakan berjumlah Rp. 831,7

Page 87: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

milyar.

392

Di samping itu ada pula kegiatan untuk pembangunan Per-hubungan dan Pariwisata yang pembiayaannya diperhitungkan di sektor-sektor lain, yakni untuk pendidikan yang digolongkan dalam sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional dan Pembina- an Generasi Muda sebesar Rp. 778,0 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan berjumlah Rp. 9.777,0 juta dalam jangka waktu lima tahun selama Repelita II.

Untuk Penelitian yang digolongkan dalam sektor Pengemba-ngan Ilmu dan Teknologi, Penelitian dan Statistik sebesar Rp. 511,0 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan berjum-lah Rp. 11.047,0 juta selama lima tahun dalam Repelita II.

Sedang untuk pembangunan prasarana fisik Pemerintahan dan/atau untuk Peningkatan Efisiensi Aparatur Pemerintahan yang digolongkan dalam Sektor Aparatur Negara sebesar Rp. 804,7 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan ber-jumlah Rp. 5.531,0 juta selama lima tahun dalam Repelita II.

Dalam seluruh jumlah-jumlah tersebut di atas sudah terma-suk nilai lawan pelaksanaan bantuan proyek.

Page 88: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

393TABEL 15 - 25.

PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGtUNAN LIMA TAHUN1974/75 - 1978/79

(dalam jutaan rupiah)

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

1974/75 1974/75 - 1978/79 No. Sektor/Sub Sektor/ (Anggaran (Anggaran Kode Program Pembangunan) Pembangunan)

1 2 3 4

4. SEHTOR PERSUBIING}ANDAN PARIWISATA 111.438,3 831.700,0

4.1. Sub Sektor Perhubungan 109.502,9 817.500,0

4.1.1. Program Pemeliharaan Jalandan Jembatan 1.962,89 32.300,0

4.1.2. Program Rehabilitasi Jalandan Jembatan 8.711,6 64.900,0

4.1.3. Program Peningkatan Jalandan Jembatan 17.440,6 143.000,0

4.1.4. Program Pembangunan Jalandan Jembatan 11.136,1 62.000,0

4.1.5. Program Peningkatan Ang-kutan Jalan Raya 2.386,4 18.600,0

4.1.6. Program Peningkatan Ang-kutan Kereta Api 12.257,8 62.600,0

4.1.7. Program Peningkatan Ang-kutan Sungai, Danau danFerry 1.758,2 16.300,0

4.1.8. Program Peningkatan Fasilintas Pelabuhan 9.493,5 63.200,0

Page 89: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

4.1.9. Program Pengerukan Pela-buhan dan Alur-alur Pela-yaran 5.747,4 35.700,0

4.1.10. Program Peningkatan kesela- matan Pelayaran 3.017,3 34.800,0

4.1.11. Program Pembinaan Armada Pelayaran 5.308,3 87.900,0

1 2 3 4

4.1.12. Program Pembinaan Jasa Maritim 1.484,9 17.400,0

4.1.13. Program Peningkatan Perhu- bungan Udara 12.339,2 72.300,0

4.1.14. Program Peningkatan Jasa Pos & Giro 7.614,0 13.600,0

4.1.15. Program Peningkatan Jasa Telekom 8.000,0 85.000,0

4.1.16. Program Peningkatan Jasa Meteorologi dan Geofisika 844.5 7.900,0

4.2. Sub Sektor Pariwisata 1.935,4 14.200,04.2.1. Program Pengembangan Pari-

Wisata 1.935,4 14.200,0Kegiatan-kegiatan Perhubu- ngan danPariwisata lainnyayang pemblayaannya diperhi-tungkan di sektor-sektor lain:

9 Sektor Pendidikan, Kebuda- yaan Nasional dan Pembina an Generasi Muda

9.2. SubSektorPendidikan dan LatihanInstitusionil/Kedinas- - an

9.2.3. Program Pendidikan Perhu- bungan dan Pariwisata 778,0 9.777,0

15. SektorPengembangan Ilmu dan Teknologi, Penelitian dan Statistik

15.3. Sub Sektor Penelitian Insti- tusionil

15.3.3. Program Penelitian Perhu- bungan dan Pariwisata 511,0 11.047,0

16. Sektor Aparatur Negara

Page 90: bappenas.go.id · Web viewLetak beberapa pelabuhan sekarang ini ada yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknodogi perhubungan laut. Kira-kira 22 pelabuhan di Indonesia perlu

16.2. Sub Sektor Aparatur Peme- rintahan

16.2.1. Program Penyempurnaan Efi- siensi Aparatur Pemerintahan 124,7 857,0

16.2.2. Program Penyempurnaan Pra- sarana Fisik Pemerintahan 680,0 4.674,0