rizkafs.web.unej.ac.idrizkafs.web.unej.ac.id/.../2015/04/Laporan-5-Konsentrasi … · Web...
-
Upload
trinhkhanh -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of rizkafs.web.unej.ac.idrizkafs.web.unej.ac.id/.../2015/04/Laporan-5-Konsentrasi … · Web...
KONSENTRASI KRITIS MISEL
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIK
Nama : Rizka Fithriani Safira Sukma
NIM : 131810301049
Kelompok : 5
Asisten : Cinde Puspita
LABORATORIUM KIMIA FISIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan globalisasi dunia, Indonesia yang merupakan Negara
berkembang juga merasa perlu untuk ikut serta dalam perkembangan dunia. Salah satu sektor
di Indonesia yang dirasa perlu untuk dimajukan selain pendidikan dan teknologi adalah
industri. Ilmu kimia juga berperan atas kemajuan industri, melalui senyawa-senyawa atau zat
baru yang ditemukan dalam kimia diharapkan dapat membantu perindustrian menjadi lebih
mudah dan efisien.
Salah satu bahan kimia yang digunakan dalam industry adalah bahan aktif permukaan
atau biasa dikenal dengan Surfaktan (Surface Active Agent). Surfaktan biasa digunakan pada
industri minyak motor, obat-obatan, detergen, makanan, cat, tinta dan sebagainya. Surfaktan
yang begitu penting dalam sebuah industry kemudian diteliti lebih lanjut. Fenomena-
fenomena yang diteliti adalah fenomena yang timbul dari larutan surfaktan. Salah satunya
adalah konsentrasi kritis misel yang biasa disebut kkm atau cmc (Criticals Micelles
Concentration).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada
pelarut air dan menentukan harga entalpinya.
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)1. Akuades
Akuades atau air mempunyai rumus kimia H2O. air tidak bersifat korosif, iritasi,
permeator atupun sensitif untuk mata, kulit atau menelan. Akuades juga tidak berbahaya jika
terhirup. Akuades tidak memiliki efek karsinogenik dan mutagenic. Bahan ini tidak mudah
terbakar ataupun meledak. Akuades merupakan senyawa netral yang memiliki pH 7, tidak
berbau dan tidak berwarna serta tidak berasa. Air mempunyai titik didih 100oC dan
merupakan senyawa yang stabil (Anonim, 2013).
2. Sodium Dodesil Sulfat
Sodium dodesil sulfat adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi, kemerahan
dan sakit jika terkena mata secara langsung. Kontak kulit dapat menyebabkan iritasi kulit atau
alergi. Bahan ini jika tertelan akan menyebabkan muntah-muntah dan gangguan pencernaan,
sedangkan jika terhirup akan menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Pertolongan pertama
jika terkena mata dibasuh dengan air selama kurang lebih 15 menit sama halnya dengan pada
kulit. Pertolongan jika tertelan segera dimuntahkan dan jika terhirup sebaiknya bawa korban
ke luar ruangan. Bahan ini termasuk stabil dan higroskopis. Penyimpanan di tempat yang
kering dan sejuk di dalam wadah (Anonim, 2015).
1.3.2 Dasar TeoriSurfaktan adalah produk industri kimia yang mempunyai kegunaan yang luas, antara
lain dalam minyak, obat-obatan, detergen, drieling muds yang digunakan untuk melindungi
petroleum, flotasi dan sebagainya. Akhir-akhir ini surfaktan telah menjadi subjek penelitian
yang intensif bagi para peneliti dalam bidang-bidang kinetika kimia dan Biokimia, karena dari
sifat dan bentuk polimernya yang menarik. Bahan aktif permukaan atau surfaktan, adalah
bahan yang pada konsentrasi rendah dalam suatu sistim mempunyai sifat terserap di atas
permukaan (surface) atau antar permukaan (interface) dan mengubah energy bebas
permukaan atau antar permukaan hingga suatu tingkat yang teramati. Energy bebas di atas
permukaan adalah jumlah usaha atau kerja minimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan
suatu luas area dari interface tersebut. Energy bebas antar permukaan per satuan luas area
merupakan besaran yang diukur ketika menentukan tegangan antar permukaan diantara dua
fasa (Rosen M, 1978).
Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal dalam larutan
encer. Surfaktan dalam larutan dengan konsentrasi tinggi/larutan pekat, akan terjadi
perubahan mendadak pada beberapa sifat fisik seperti: tekanan osmosis, turbiditas, daya
hantar listrik dan tegangan muka. Zat aktif permukaan merupakan zat yang aktif pada
antarmuka antara dua fase, seperti antarmuka antara fase hidrofil dan hidrofob. Surfaktan
berakumulasi pada antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atkins,1997).
Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah pengemulsi,
penstabil/pemantap emulsi, pengental dan pembasah.
1. Pengemulsi
Pengemulsi adalah suatu bahan yang dapat mengurangi tegangan muka pada permukaan
antara dua fasa yang dalam keadaan normal tidak saling melarutkan menjadi dapat bercampur
dan membentuk emulsi.
2. Pemantap emulsi
Banyak jenis polimer yang berfungsi meningkatkan kekentalan dalam larutan dengan pelarut
air dan menyebabkan pembentukan gel pada suatu keadaan, kecuali masing-masing polimer
tersebut mempunyai sifat-sifat khas mengenai ketahanan terhadap perubahan-perubahan yang
tajam, misalnya pada pengaruh pemanasan dan perlakuan pembekuan serta pelelehan.
3. Pengental
Sifat lain yang penting selain kelarutan dalam air adalah dapat menghasilkan larutan yang
kental dengan disperse dalam air. Kekntalan yang tinggi diperoleh dengan teknik pembuatan
emulsi. Partikel-partikel terdispersi ditambahkan sehingga lebih banyak dari partikel fasa
pendispersi.
(Shaw, 1980).
Surfaktan (sabun) merupakan salah satu contoh koloid asosiasi. Sabun merupakan
molekul organic yang terdiri dari dua kelompok gugus. Gugus pertama, dinamakan liofolik
(hidrofob bila medium pendespersinya adalah air) yang berarti benci air dan gugus
kedua,dinamakan liofilik (hidrofilik bila medium pendespirsinya air) yang mempunyai arti
suka air. Gugus hidrofilik pada sabun memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap medium air,
sedangkan gugus hidrofob bergabung dengan gugus hidrofob dari molekul sabun lain
membentuk agregat yang dinamakan misel. Misel-misel ini dapat terdiri dari 100 molekul.
Gugus-gugus hidrofob akan berkumpul dibagian dalam misel, sedangkan gugus hidrofilik
akan berada diluar (Bird, 1993).
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan lemak.
Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul, dan kepala
hidrofilnya memberikan perlindungan. Dan misel merupakan penggabungan (agregasi dari
ion – ion surfaktan), dimana rantai hidrokarbon yang lipofil akan menuju ke bagian dalam
misel, meninggalkan gugus hidrofil yang berkontak dengan medium air. Misel hanya
terbentuk diatas konsentrasi misel kritis (CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997).
Teori misel telah lama berkembang tetapi masih banyak pertentangan antara para ahli
mengenai bentuk dari misel. Hartley mengemukakan bentuk bola. Menurut Hartley, misel
adalah tetesan cairan yang berada dalam dimensi koloid dimana gugus yang bermuatan
terletak pada permukaan. Mc Bain dan Harkins juga mengungkapkan kemungkinan bahwa
terdapat misel silindris juga (Shaw, 1980).
Teori misel laminar memperkirakan bahwa molekul surfaktan terkumpul dalam bentuk
double layer dengan bagian kepala menghadap keluar. Teori misel laminar didukung dengan
kenyataan bila berkas sinar x yang monokromatis dilewatkan melalui lapisan tipis dari larutan
sabun akan terjadi difraksi. Interpretasi melalui persamaan Bragg menghasilkan bentuk
laminar sesuai dengan yang diharapkan. Umumnya misel bentuk laminar terjadi pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi kritis misel. Misel-misel tidak dapat dianggap
sebagai partikel padat. Harkin menganggap bentuk silindris juga mungkin ada. Berikut adalah
bentuk dari misel (Shaw, 1980).
Gambar 1: Misel Sferik dan Laminer (Shaw, 1980)
Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina termasuk
micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic. Kenaikan temperature,
menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak terjadi lagi micelles. Adanya elektrolit,
merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan dengan
cara light scattering dan berharga 10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik,
dan non ionic merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa
merupakan stabilizer zat organic dalam air (Sukardjo, 1989).
Keunikan sifat-sifat fisik surfaktan karena terbentuknya misel dapat diterangkan oleh
teori arus. Teori arus menggunakan hukum aksi massa pada kesetimbangan antara molekul
atau ion yang tidak terasosiasi dalam misel. Jika c adalah konsentrasi stoikiometri dari larutan,
x adalah fraksi dari suatu monomer yang beragresi dan m adalah jumlah satuan monomer tiap
misel, maka :
mX (X)m
c(1-x) cx/m
Hukum aksi massa dirumuskan :
K = cx /m
[c (1−x )]m
Misel dapat terbentuk pada konsentrasi di atas KKM. Harga KKM dapat diketahui
secara tepat dengan menggunakan tabel entalpi yang sangat erat kaitannya dengan KKM (Tim
Kimia Fisik, 2014).
BAB. 2 METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan2.1.1 Alat
- Gelas Beaker- Pipet - Pemanas - Labu ukur- Konduktometer - Termometer- Neraca / timbangan
2.1.2 Bahan - Akuades- Surfaktan (Sodium Diodesil Sulfat)
2.2 Prosedur Kerja
- Diambil dari larutan surfaktan 0.1 M tersebut sebanyak 5 , 6, 7, 8, dan 9 mL
kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda
batas.
- Diambil masing-masing larutan sebanyak 20 mL.
- Diukur daya hantar masing-masing larutan pada suhu kamar.
- Diulangi pengukuran daya hantar semua larutan pada temperature yang lain
yaitu 35, 40, 45 dan 50oC.
Sodium dodesil sulfat
Hasil
BAB. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Suhu 270 C
Konsentrasi (M) I (A)
V (Volt
)R (Ohm) 1/R
(Ohm-1) kkm ln kkm 1/T (0C-1)
0,005 0,542 2 3,690 0,271
0,026 -3,65 0,00330,006 0,630 2 3,175 0,3150,007 0,722 2 2,770 0,3610,008 0,762 2 2,624 0,3810,009 0,848 2 2,358 0,424
Suhu 350 C
Konsentrasi (M) I (A)
V (Volt
)R (Ohm) 1/R
(Ohm-1) kkm ln kkm 1/T (0C-1)
0,005 0,596 2 3,35 0,298
0,016 -4,13 0,00320,006 0,886 2 2,257 0,4430,007 0,955 2 2,094 0,4470,008 1,012 2 1,976 0,5060,009 1,068 2 1,872 0,534
Suhu 400 C
Konsentrasi (M) I (A)
V (Volt
)R (Ohm) 1/R
(Ohm-1) kkm ln kkm 1/T (0C-1)
0,005 0,830 2 2,41 0,415
0,014 -4,27 0,00320,006 0,827 2 2,42 0,4130,007 1,023 2 1,955 0,5110,008 1,042 2 1,919 0,5210,009 1,134 2 1,763 0,657
Suhu 450 C
Konsentrasi (M) I (A)
V (Volt
)R (Ohm) 1/R
(Ohm-1) kkm ln kkm 1/T (0C-1)
0,005 0,866 2 2,31 0,433
0,027 -3,61 0,00310,006 0,916 2 2,183 0,4580,007 1,004 2 1,992 0,5020,008 1,045 2 1,913 0,5220,009 1,155 2 1,731 0,577
Suhu 500 C
Konsentrasi (M) I (A)
V (Volt
)R (Ohm) 1/R
(Ohm-1) kkm ln kkm 1/T (0C-1)
0,005 0,898 2 2,23 0,4480,028 -3,58 0,00310,006 0,930 2 2,150 0,465
0,007 1,019 2 1,962 0,509
0,008 1,066 2 1,876 0,5330,009 1,168 2 1,712 0,584
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan, di mana
dalam hal ini surfaktan yang digunakan adalah Sodium Dodecil Sulfat atau SDS yang
memiliki rumus molekul C12H25OSO3Na. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan SDS
0.1 M. Dari SDS 0.1 M diambil 5, 6, 7, 8, dan 9 mL untuk kemudian diencerkan sampai
konsentrasi 0.005, 0.006, 0.007, 0.008, dan 0.009 M. Masing-masing larutan SDS yang sudah
diencerkan tadi diambil sebanyak 20 mL untuk diukur konduktivitasnya menggunakan
konduktometer. Sebelum digunakan, konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan
KCl, kemudian dibilas dengan akuades. Setiap pengukuran pada konsentrasi yang berbeda,
konduktometer dibilas dan dikalibrasi.
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Menurut literatur faktor-faktor
yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika
semakin besar suhunya maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan apabila semakin
kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu
dengan sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan
konsentrasi dapat mempengaruhi daya hantar. Seperti yang terlihat pada tabel hasil di atas,
dapat ketahui pada suhu kamar semakin besar konsentrasi dari surfaktan, maka semakin besar
pula konduktivitasnya.
Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan sebagai berikut : di bawah
konsentrasi CMC amfifil yang mengalami adsorpsi pada antar muka udara atau air meningkat
pada waktu konsentrasi amfifil dinaikkan. Akhirnya dapat dicapai suatu titik dimana antar
muka dan fase bulk keduanya menjadi jenuh dengan monomer. Kondisi ini adalah konsentrasi
kritis misel atau CMC. Tiap penambahan amfifil selanjutnya melebihi konsentrasi akan
mengagregasi membentuk misel dan energi bebas sistem dikurangi dengan cara ini. Di atas
CMC, tegangan permukaan pada pokoknya tetap konstan, yang menunjukkan permukaan
antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel.
Fenomena misel terhadap perbedaan konsentrasi adalah terjadinya daya hantar yang
berbeda-beda antar konsentrasi. Semakin besar konsentrasi atau larutan semakin pekat maka
daya hantar listrik larutan tersebut akan semakin besar sebagaimana dapat dilihat dari tabel di
atas. Fenomena misel terhadap suhu juga berbanding lurus dengan konsentrasi. Semakin suhu
meningkat, maka semakin besar pula daya hantar listrik. Misal pada konsentrasi 0.005 M, saat
diukur pada suhu kamar menghasilkan daya hantar sebesar 0,271, pada saat suhu dinaikkan
menjadi 35oC maka daya hantar juga naik menjadi 0,298, daya hantar terus bertambah seiring
dengan penambahan suhu. Hal tersebut juga terjadi pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Berikut ini terdapat grafik hasil pengamatan dari data yang telah diperoleh. Grafik dibawah
menunjukkan konduktivitas dari berbagai konsentrasi pada saat suhu 27oC.
0.26 0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4 0.42 0.440
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
f(x) = 0.0265274687660449 x − 0.00229522505562212R² = 0.986821838096868
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 27oC
konsentLinear (konsent)
Gambar 1. Grafik Konduktifitas SDS pada Temperatur 270CPada grafik di atas dapat dilihat semakin besar konsentrasi, maka daya hantarnya semakin besar. Seiring dengan kenaikan konsentrasi, konduktivitas semakin naik. Hal yang sama juga terjadi pada suhu selanjutnya, yaitu 35oC.
Gambar 2. Grafik Konduktifitas SDS pada Temperatur 350C
dari grafik di atas dapat dilihat perbedaan yang besar daya hantar pada konsentrasi 0.005 M dengan 0.006 M. Grafik selanjutnya adalah grafik pada saat suhu 40oC.
0.2 0.3 0.4 0.5 0.60
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
f(x) = 0.0160867421189998 x − 0.000168252288226288R² = 0.86064070336649
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 35oC
konsentLinear (konsent)
0.4 0.5 0.6 0.70
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
f(x) = 0.0148195618216045 x − 0.000460167420995684R² = 0.877318059838985
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 40oC
konsentrasiLinear (konsentrasi)Linear (konsentrasi)
Gambar 3. Grafik Konduktifitas SDS pada Temperatur 400C
Pada suhu ini terjadi sedikit penyimpangan dibandingkan dengan yang lainnya. Grafik yang lain kebanyakan naik secara linear, namun pada grafik di suhu 40oC ini, kenaikan yang terjadi tidak menentu. Terkadang naik dengan jarak yang banyak namun juga naik dengan selisih yang cukup sedikit.
0.4 0.5 0.60
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
f(x) = 0.0278102581929651 x − 0.00686063268337381R² = 0.978921088392376
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 45oC
konsentrasiLinear (konsentrasi)
Gambar 4. Grafik Konduktifitas SDS pada Temperatur 450C
0.4 0.5 0.60
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
f(x) = 0.028690046241604 x − 0.0075688054814865R² = 0.975461572214534
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 50oC
konsentrasiLinear (konsentrasi)
Gambar 5. Grafik Konduktifitas SDS pada Temperatur 500 C
Pada suhu 45oC dan 50oC sesuai dengan yang lain mengalami kenaikan daya hantar seiring dengan kenaikan konsentrasi. Namun jika dilihat dari 1 konsentrasi, misalnya pada konsentrasi 0.006 M, pada awalnya daya hantar naik seiring kenaikan suhu, namun sampai pada suhu 40oC, daya hantar menjadi turun. Begitupula yang terjadi pada konsentrasi 0.007 M yang menurun pada suhu 45 dan 50oC. Penyimpangan ini kemungkinan disebabkan karena konduktometer yang tidak stabil pada saat pembacaan. Konduktometer yang digunakan memerlukan waktu lama untuk dapat angka yang stabil pada pengukuran. Kesalahan mungkin terjadi karena hal tersebut. Kesalahan pengukuran juga mungkin terjadi karena suhu pada saat diukur menggunakan konduktometer sudah mulai menurun, karena pada saat pemanasan, sebagian menggunakan waterbath pada awal pemanasan dan sebagian lain menggunakan Bunsen untuk menghemat waktu.
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-4.4
-4.2
-4
-3.8
-3.6
-3.4
-3.2
f(x) = − 1100 x − 0.349999999999989R² = 0.0796651617757718
Grafik Hubungan ln kkm dengan 1/T
ln kkmLinear (ln kkm)
Gambar 6. Grafik Ln kkm vs 1/T untuk Entalpi Miselisasi ∆ H
Dengan menggunakan grafik di atas dapat diketahui ∆H dengan mengalikan ln kkm
dengan R dan T. Berdasarkan hasil percobaan ini nilai entalpi miselisasi (∆ H ) sodium
dodesil sulfat adalah -9145,4 J/mol.K atau -9,145 kJ/mol.K. Tanda negatif (-) menunjukkan
bahwa reaksi yang terjadi adalah eksotermik, yaitu sistem melepas panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan
konsentrasi. Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka semakin besar nilai
daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan
semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena
saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka partikel
tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi
kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi ( gerakan molekul semakin cepat).
Sehingga semakin sering suatu konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah pembentukan misel dari
surfaktan terjadi pada saat konsentrasi berada dibawah titik kkm. Daya hantar suatu surfaktan
berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi dan kenaikan suhu. Semakin besar konsentrasi,
maka semakin besar, semakin tinggi suhu maka akan semakin tinggi pula daya hantarnya. ∆H
dapat diketahui dengan mengalikan ln kkm dengan R dan T rata-rata.
4.2 Saran
Praktikum penentuan konsentrasi kritis misel ini menggunakan pemanasan pada suhu
yang berbeda. Pemanasan sebaiknya menggunakan waterbath untuk hasil yang lebih baik
dengan waktu yang memungkinkan. Sedangkan apabila menggunakan Bunsen, akan lebih
cepat namun panas yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. MSDS Akuades. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924923. Diakses tanggal 19 April 2013.
Anonim, 2013. MSDS Sodium Dodesil Sulfat. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924956. Diakses tanggal 19 April 2013.
Atkins. 1997. Kimia Fisik Jilid 1 Edisi IV. Jakarta : Erlangga.
Bird. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas Cetakan ke-2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Rosen, M. 1978. Surfactant and Interfacial Phenomena. New York : John Willy and Son.
Shaw, Duncan. 1980. Introduction to Colloid & Surface Chemistry 3rd Edition. London : Butterworth.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Tim Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Jember : Universitas Jember.
Lampiran Percobaan
Volume SDS untuk pengenceran
V 1× M 1=V 2× M 2
V1 .0,1 M = 100 ml . 0,005 M
V1 = 5 ml
V 1× M 1=V 2× M 2
V1 .0,1 M = 100 ml . 0,006 M
V1 = 6 ml
V 1× M 1=V 2× M 2
V1 .0,1 M = 100 ml . 0,007 M
V1 = 7 ml
V 1× M 1=V 2× M 2
V1 .0,1 M = 100 ml . 0,008 M
V1 = 8 ml
V 1× M 1=V 2× M 2
V1 .0,1 M = 100 ml . 0,009 M
V1 = 9 ml
a. Larutan 0,005 M
1. Suhu kamar 270C
V = 2 V
I = 0,542 A
R = VI =
2 v0,542 = 3,69 Ω
DHL = 1R =
13,69 = 0,271 Ω-1
2. Suhu 350C
V = 2 V
I = 0,596 A
R = VI =
2v0,596 = 3,35 Ω
DHL = 1R =
13,35 = 0,298 Ω-1
3. Suhu 400C
V = 2 V
I = 0,830 A
R = VI =
2v0,830 = 2,41 Ω
DHL = 1R =
12,41 = 0,415 Ω-1
4. Suhu 450C
V = 2 V
I = 0,866 A
R = VI =
2 v0,866 = 2,31 Ω
DHL = 1R =
12,31 = 0,433 Ω-1
5. Suhu 50oC
V = 2 V
I = 0,898 A
R = VI =
2v0,898 = 2,23 Ω
DHL = 1R =
12,23 = 0,448 Ω-1
b. Larutan 0,006 M
1. Suhu kamar (270C)
V = 2 V
I = 0,630 A
R = VI =
2 v0,630 = 3,175 Ω
DHL = 1R =
13,175 = 0,315 Ω-1
2. Suhu 350C
V = 2 V
I = 0,886 A
R = VI =
2 v0,886 = 2,257 Ω
DHL = 1R =
12,257 = 0,443 Ω-1
3. Suhu 400C
V = 2 V
I = 0,827 A
R = VI =
2v0,827 = 2,42 Ω
DHL = 1R =
12,42 = 0,413 Ω-1
4. Suhu 450C
V = 2 V
I = 0,916 A
R = VI =
2v0,916 = 2,183 Ω
DHL = 1R =
12,183 = 0,458 Ω-1
5. Suhu 50oC
V = 2 V
I = 0,930 A
R = VI =
2v0,930 = 2,150 Ω
DHL = 1R =
12,150 = 0,465 Ω-1
c. Larutan 0,007 M
1. Suhu kamar (270C)
V = 2 V
I = 0,722 A
R = VI =
2 v0,722 = 2,770 Ω
DHL = 1R =
12,770 = 0,361 Ω-1
2. Suhu 350C
V = 2 V
I = 0,955 A
R = VI =
2 v0,955 = 2,094 Ω
DHL = 1R =
12,094 = 0,477 Ω-1
3. Suhu 400C
V = 2 V
I = 1,023 A
R = VI =
2 v1,023 = 1,955 Ω
DHL = 1R =
11,955 = 0,511 Ω-1
4. Suhu 450C
V = 2 V
I = 1,004 A
R = VI =
2v1,004 = 1,992 Ω
DHL = 1R =
11,992 = 0,502 Ω-1
5. Suhu 50oC
V = 2 V
I = 1,019 A
R = VI =
2 v1,019 = 1,962 Ω
DHL = 1R =
11,962 = 0,509 Ω-1
d. Larutan 0,008 M
1. Suhu kamar (270C)
V = 2 V
I = 0,762 A
R = VI =
2 v0,762 = 2,624 Ω
DHL = 1R =
12,624 = 0,381 Ω-1
2. Suhu 350C
V = 2 V
I = 1,012 A
R = VI =
2 v1,012 = 1,976 Ω
DHL = 1R =
11,976 = 0,506 Ω-1
3. Suhu 400C
V = 2 V
I = 1,042 A
R = VI =
2 v1,042 = 1,919 Ω
DHL = 1R =
11,919 = 0,521 Ω-1
4. Suhu 450C
V = 2 V
I = 1,045A
R = VI =
2 v1,045 = 1,913 Ω
DHL = 1R =
11,913 = 0,522 Ω-1
5. Suhu 50oC
V = 2 V
I = 1,066 A
R = VI =
2 v1,066 = 1,876 Ω
DHL = 1R =
11,876 = 0,533 Ω-1
e. Larutan 0,009 M
1. Suhu kamar (270C)
V = 2 V
I = 0,848 A
R = VI =
2 v0,848 = 2,358 Ω
DHL = 1R =
12,358 = 0,424 Ω-1
2. Suhu 350C
V = 2 V
I = 1,068 A
R = VI =
2 v1,068 = 1,872 Ω
DHL = 1R =
11,872 = 0,534 Ω-1
3. Suhu 400C
V = 2 V
I = 1,134 A
R = VI =
2v1,134 = 1,763 Ω
DHL = 1R =
11,763 = 0,657 Ω-1
4. Suhu 450C
V = 2 V
I = 1,155 A
R = VI =
2 v1,155 = 1,731 Ω
DHL = 1R =
11,731 = 0,577 Ω-1
5. Suhu 50oC
V = 2 V
I = 1,168 A
R = VI =
2 v1,168 = 1,712 Ω
DHL = 1R =
11,712 = 0,584
Perhitungan ΔH
ln kkm = ΔH/RT + C
y = mx + C
y = -1100x - 0.35
m = -1100
ΔH = m. R
= -1100 x 8,314 J/mol.K
= -9145,4 J/mol.K
= -9,145 kJ/mol.K
Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Suhu
0.26 0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4 0.42 0.440
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.009
0.01
f(x) = 0.0265274687660449 x − 0.00229522505562212R² = 0.986821838096868
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 27oC
konsentLinear (konsent)
konduk konsent0.271 0.0050.315 0.0060.361 0.0070.381 0.0080.424 0.009
0.2 0.3 0.4 0.5 0.60
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.009
0.01
f(x) = 0.0160867421189998 x − 0.000168252288226314R² = 0.86064070336649
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 35oC
konsentLinear (konsent)
konduktivitas
konsent
0.298 0.0050.443 0.0060.447 0.0070.506 0.0080.534 0.009
0.4 0.5 0.6 0.70
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.009
0.01
f(x) = 0.0148195618216045 x − 0.000460167420995712R² = 0.877318059838986
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 40oC
konsentrasiLinear (konsentrasi)Linear (konsentrasi)
konduktifitas
konsentrasi
0.415 0.0050.413 0.0060.511 0.0070.521 0.0080.657 0.009
0.4 0.5 0.60
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.009
0.01
f(x) = 0.0278102581929653 x − 0.0068606326833739R² = 0.978921088392377
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 45oC
konsentrasiLinear (konsentrasi)
konduktifitas
konsentrasi
0.433 0.0050.458 0.0060.502 0.0070.522 0.0080.577 0.009
0.4 0.5 0.60
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.009
0.01
f(x) = 0.028690046241604 x − 0.0075688054814865R² = 0.975461572214534
Hubungan Konduktivitas dengan Suhu 50oC
konsentrasiLinear (konsentrasi)
konduktifitas
konsentrasi
0.448 0.0050.465 0.0060.509 0.0070.533 0.0080.584 0.009
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-4.4
-4.2
-4
-3.8
-3.6
-3.4
-3.2
f(x) = − 1100 x − 0.349999999999989R² = 0.0796651617757718
Grafik Hubungan ln kkm dengan 1/T
ln kkmLinear (ln kkm)
1/t ln kkm0.0033 -3.650.0032 -4.130.0032 -4.270.0031 -3.610.0031 -3.58
Lembar Data Hasil Percobaan