komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA...

54
KEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan lingkungan Hidup di Indonesia) OLEH: Komang Adi Kurniawan Saputra PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Transcript of komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA...

Page 1: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

KEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN

DI INDONESIA

(Kelembagaan lingkungan Hidup di Indonesia)

OLEH:

Komang Adi Kurniawan Saputra

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

Page 2: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

KEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

(Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia)

Abstraksi

Pemerintah terus mengupayakan adanya keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pembentukan kelembagaan. Kelembagaan ini sangat penting sebagai alat untuk mengatur dan mengendalikan para pelaku ekonomi di pasar. Efektivitas kelembagaan lingkungan hidup dapat dilihat dari kinerja instansi pemerintah dan LSM, perangkat hukum dan peraturan perundang-undangan, serta program yang dijalankan pemerintah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Saat ini, banyak kegiatan/usaha yang berhadapan dengan masalah lingkungan karena tuntutan dari masyarakat. Masalah lingkungan juga dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dalam berbagai aktivitas bisnisnya. Akuntansi dan Audit lingkungan merupakan bentuk dari kepedulian kegiatan/usaha dalam menghadapi permasalahan lingkungan. Akuntansi lingkungan merupakan biaya lingkungan yang dimasukkan kedalam praktik akuntansi perusahaan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Sedangkan Audit lingkungan merupakan alat teknis manajemen yang mencakup evaluasi secara sistematik, berkala dan obyektif dengan tujuan mengawasi pelaksanaan upaya penegendalian dampak lingkungan dan mengkaji penataan kebijakan perusahaan terhadap peraturan lingkungan. Dalam perkembangannya, pemerintah mewajibkan AMDAL pada setiap kegiatan/usaha sebelum mereka melakukan aktivitasnya. Tetapi dalam melakukan audit lingkungan masih belum ada suatu keharusan, sehingga sampai saat ini masih menjadi suatu perdebatan. Hal ini tentunya suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat karena dampak lingkungan tidak hanya dipikul oleh badan kegiatan/usaha, tetapi dirasakan bersama masyarakat.

Page 3: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

1. Pendahuluan

Pembangunan disamping dapat membawa kepada kehidupan yang lebih baik juga

mengandung resiko karena dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Untuk meminimalkan terjadinya pencemaran dan kerusakan tersebut perlu diupayakan

adanya keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup.

Peningkatan kegiatan ekonomi melalui sektor industrialisasi tidak boleh merusak sektor lain,

misalnya pembangunan pembangkit listrik tidak boleh merusak lahan pertanian. Konsep

Keselarasan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup sering disebut

pembangunan yang berwawasan lingkungan dan akhir-akhir ini lebih dikenal dengan

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara umum pembangunan

berkelanjutan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Tidak merusak lingkungan hidup yang dihuni manusia

- Dilaksanakan dengan kebijakan yang terpadu dan menyeluruh

- Memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang

Pemerintah Indonesia sudah mulai memperhatikan pengelolaan lingkungan hidup sejak

tahun 1972. Pada tahun tersebut Pemerintah Indonesia menyongsong Konfrensi Lingkungan

Hidup Sedunia I yang diselenggarakan di Stockholm, Swedia pada bulan Juni 1972. Tetapi

pada saat itu Pemerintah Indonesia belum mengenal lembaga khusus yang menangani

masalah lingkungan hidup.

Konferensi Stockholm mulai berupaya melibatkan seluruh pemerintah di dunia dalam

proses penilaian dan perencanaan lingkungan hidup, mempersatukan pendapat dan

kepedulian negara maju dan berkembang untuk menyelamatkan bumi, menggalakkan

partsispasi masyarakat serta mengembangkan pembangunan dengan memperhatikan

lingkungan hidup. Sebagai tindak lanjut dari konfrensi tersebut, berdasarkan Keputusan

Presiden (Keppres) No.16/1972 Pemerintah Indonesia membentuk panitia antar departemen

yang disebut dengan panitia Perumus dan Perencana Kerja Bagi Pemerintah di Bidang

Lingkungan Hidup. Program kebijakan lingkungan hidup tertuang dalam butir 10 GBHN

1973-1978 dan Bab 4 Repelita II. Keberdaaan lembaga yang khusus mengelola lingkungan

hidup dirasakan mendesak agar pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup baik di tingkat

pusat maupun di daerah lebih terjamin. Pada tahun 1975 dikeluarkan Keppres No.27/1975

yang merupakan dasar pembentukan Panitia Inventarisasi dan Evaluasi Kekayaan Alam

dengan tugas pokoknya adalah menelaah secara nasional pola-pola permintaan dan

penawaran, serta perkembangan teknologi, baik di masa kini maupun di masa mendatang

serta implikasi sosial, ekonomi, ekologi dan politis dari pola-pola tersebut.

Page 4: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Penyusunan Rancangan Undang Undang (RUU) Lingkungan Hidup dimulai pada tahun

1976 disertai persiapan pembentukan kelompok kerja hukum dan aparatur dalam pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kemudian menjadi Undang Undang (UU)

No.4/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan

adanya UU ini kesadaran masyarakat Indonesia akan arti penting untuk memelihara

lingkungan hidup mulai tumbuh. Untuk menindaklanjuti undang-undang tersebut kemudian

ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No.29/1986 tentang Analisis Dampak Lingkungan

(AMDAL) yang merupakan pedoman pelaksanaan suatu proyek pembangunan. Setiap proyek

yang diperkirakan memiliki dampak penting diharuskan melakukan studi AMDAL. Pada

tahun 1997 Pemerintah Indonesia telah memperbaharui UU No.4/1982 dengan UU

No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan Keppres No.23/1990 dibentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

(Bapedal) yang bertugas melaksanakan pemantauan dan pengendalian kegiatan-kegiatan

pembangunan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup. Kemudian sejalan dengan

perkembangan masalah pengelolaan lingkungan hidup, pembentukan Bapedal diperbaharui

dengan Keppres No.77/1994, dan kemudian diperbaharui lagi dengan Keppres No.196/1998

dan Keppres No.10/2000. Melalui Keppres No.2/2002 telah ditetapkan Perubahan Keppres

No.101/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Menteri Negara serta Keppres No.4/2002 telah ditetapkan Perubahan atas Keppres

No.108/2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara.

Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan

bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan

umum perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan terencana memadukan

sumber daya ke dalam proses pembangunan sehingga menjamin kemampuan, kesejahteraan

dan mutu hidup generasi kini dan mendatang. Pendayagunaan sumber daya alam serta

pengelolaan lingkungan yang efektif dapat dipantau dan ditinggkatkan manfaatnya bila suatu

usaha atau kegiatan memiliki sistem administrasi pembangunan yang mendokumentasikan

secara sistematis, berkala dan objektif dari setiap kegiatan yang dilakukannya. Instrumen

yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan mengukur ketaatan

pelaksanaan kegiatan pembangunan terhadap semua peraturan lingkungan yang berlaku di

Indonesia dicanangkan pada tahun 1994 oleh Pemerintah Indonesia melalui Audit

Lingkungan.

Page 5: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Di indonesia, audit lingkungan baru dikenalkan pada tahun 1990-an. Audit lingkungan

ini disarankan untuk dilaksanakan karena masih banyak perusahaan industri yang limbahnya

mencemari lingkungan walaupun perusahaan tersebut mempunyai dokumen Rencana

Pengelolaan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) sebagai bagian

dari dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan sebagai pedoman

melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan disekitar perusahaan tersebut.

Isu-isu lingkungan secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi performa

ekonomi suatu usaha/kegiatan maupun organisasi. Peningkatan kebijakan lingkungan usaha

dan informasi keuntungan bagi investor maupun pelaku bisnis berdasarkan perlindungan

lingkungan produk, merupakan salah satu contoh yang bisa diketengahkan saat ini. Dampak

finansial dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan,

seringkali salah dalam perhitungannya akibat adanya hidden cost maupun overhead cost

apabila menggunakan metode perhitungan konvensional.

Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak 1970-an di

Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga bukan pemerintah dan meningkatnya kesadaran

lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan

pengelolaan lingkungan, bukan hanya kegiatan bisnis saja.

Pada pertengahan tahun 1990-an the Internasional Accounting Standards Commitee

(IASC) mengembangkan konsep tentang prinsip-prinsip akuntansi internasional. Termasuk di

dalamnya mengembangkan akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia.

Kemudian standar industri semakin berkembang dan auditor/accreditor profesional seperti

the American Institute of Certified Public Auditors (AICPA) mengeluarkan prinsip-prinsip

universal tentang environmental audits.

Dalam pendekatan pengelolaan kualitas lingkungan, audit lingkungan hanya merupakan

salah satu alat pengelolaan lingkungan. Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri

Nigara Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Keputusan Nomor KEP-42/MENLH/11/1994

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.

Gaung audit lingkungan mulai menggema ketika WALHI (Wahana Lingkungan Hidup)

berpendapat bahwa sistem AMDAL yang ada sepatutnya dilengkapi dengan audit

lingkungan. Namun kenyataanya masih sangat sulit melihat terjadinya proses audit

lingkungan terhadap pelaku usaha. Hal ini dikarenakan tidak adanya kewajiban pelaku usaha

untuk melakukan audit lingkungan, yang ada hanyalah kesukarelaan.

Page 6: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

2. Lingkungan Hidup

2.1. Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 mengenai pengelolaan

lingkungan hidup pasal 1 ayat 1, lingkungan hidup adalah kesatuan ruangan dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain.

Banyak pakar atau ahli lingkungan hidup tidak membedakan secara tegas antara

pengertian “lingkungan” dan “lingkungan hidup”, baik dalam pengertian sehari-hari maupun

dalam forum ilmiah. Namun yang secara umum digunakan adalah, bahwa istilah “lingkungan

(environment)” dianggap lebih luas daripada istilah “lingkungan hidup (life environment)”.

Hal-hal atau segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia sebagai pribadi atau di dalam

proses pergaulan hidup, biasanya disebut lingkungan (Soemartono, 1996). Pada dasarnya

lingkungan dibagi menjadi tiga kelompok dasar, yaitu:

1. Lingkungan Fisik (Physical Environment) yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang

berbentuk benda mati, seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, air dan lain-lain.

2. Lingkungan Biologis (Biological Environment) yaitu segala sesuatu yang berada di

sekitar manusia yang berupa organisme hidup selain dari manusianya sendiri, seperti

binatang-binatang dari yang besar sampai yang paling kecil dan tumbuh-tumbuhan dari

yang terbesar sampai terkecil.

3. Lingkungan Sosial (Social Environment) yaitu manusia-manusia lain yang ada

disekitarnya, seperti tetangga-tetangga, teman-teman, bahkan orang lain yang belum

dikenal.

Namun demikian, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial selalu

mengalami perubahan-perubahan; agar lingkungan tersebut dapat mempertahankan

kehidupannya secara serasi, maka manusia melakukan penyesuaian diri atau adaptasi

terhadap perubahan-perubahan itu. Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam

faktor, yaitu (Soemartono, 1996):

1. Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut.

2. Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup.

3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.

4. Faktor nonmaterial, yaitu keadaan, suhu, cahaya, energi, dan kebisingan.

Page 7: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain. Jadi lingkungan hidup harus diartikan luas, yaitu tidak hanya lingkungan fisik dan

biologi, tetapi juga lingkungan ekonomis, sosial dan budaya. Soemartono (1996)

mendefinisikan lingkungan hidup sebagai “ruang” di mana baik makhluk hidup maupun tak

hidup berada dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi baik secara fisik maupun nonfisik,

sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup tersebut, khususnya

manusia.

Dalam kaitannya dengan konsep lingkungan ini, maka penjelasan tentang mutu

lingkungan adalah relevan dan sangat penting, karena mutu lingkungan merupakan pedoman

untuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan. Pembahasan tentang lingkungan pada

dasarnya adalah pembahasan tentang mutu lingkungan. Mutu lingkungan dapat diartikan

sebagai kondisi lingkungan dalam kaitannya dengan mutu hidup. Makin tinggi derajat mutu

hidup dalam suatu lingkungan tertentu, makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut

dan sebaliknya. Karena mutu hidup tergantung pada derajat pemenuhan kebutuhan dasar,

mutu lingkungan dapat diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan dasar dalam kondisi

lingkungan tersebut. Makin tinggi kebutuhan dasar tersebut, makin tinggi pula mutu

lingkungan dan sebaliknya.

2.2 Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, pengelolaan

lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang

meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,

pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pendekatan pengelolaan lingkungan

dilakukan dengan menata sistem pengelolaannya. Sebab berbicara mengenai pengelolaan,

sangat berkaitan dengan pendekatan manajemen. Pendekatan manajemen bertumpu pada

kemampuan menata sistem yang berada dalam sistem tersebut. Pendekatan manajemen

lingkungan mengutamakan kemampuan manusia dalam mengelola lingkungannya, sehingga

pandangan tersebut harus diubah dengan melakukan sebuah pendekatan yang lazim disebut

dengan “ramah lingkungan”. Otto Soemarwoto mengatakan bahwa mengubah sikap dan

kelakuan terhadap lingkungan hidup bukanlah pekerjaan yang mudah. Pada dasarnya usaha

itu dapat dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut (Supriadi, 2005):

Page 8: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

a. Instrumen Pengaturan dan Pengawasan

Tujuannya adalah untuk mengurangi pilihan pelaku dalam usaha pemanfaatan lingkungan

hidup. Pemerintah membuat peraturan dan mengawasi kepatuhan pelaksanaannya.

Ketidakpatuhan dikenakan sanksi denda dan/atau kerugian. Sistem pengelolaan

lingkungan hidup ini disebut Command-And-Control (CAC). Pada dasarnya CAC berusaha

menekan egoisme dan mendorong orang untuk berkelakuan lebih ramah lingkungan

dengan ancaman sanksi tindakan hukum.

b. Instrumen Ekonomi

Tujuannya adalah untuk mengubah nilai untung relatif terhadap rugi bagi pelaku, dengan

memberikan insentif-disinsentif ekonomi. Insentif-disinsentif itu mencakup instrument

pasar. Instrument insentif-disinsentif itu menghasilkan untung-rugi berupa uang, jadi

bersifat tangible. Pertimbangan tangible merupakan dorongan yang kuat untuk melakukan

pro lingkungan hidup dan hambatan untuk anti lingkungan hidup. Dengan instrumen

ekonomi, sistem nilai pelaku terhadap lingkungan sebenarnya tidak berubah. Dia bersikap

dan berlaku lebih ramah lingkungan hidup karena dia mendapatkan keuntungan ekonomi,

bukan karena dia lebih mencintai lingkungan hidup.

c. Instrumen Persuasif

Dengan instrumen persuasif, yaitu mendorong masyarakat secara persuasif, bukan

paksaan. Tujuannya ialah mengubah persepsi hubungan manusia dengan lingkungan hidup

kea rah memperbesar untung relatif terhadap rugi. Dalam kondisi ini proses pengambilan

keputusan pelaku didorong untuk mengubah prioritas pilihan yang lebih menguntungkan

lingkungan hidup dan masyarakat. Persepsi untung rugi itu bersifat tangible maupun

intangible. Instrumen ini terdiri atas pendidikan, latihan, penyebaran informasi melalui

media cetak dan elektronik serta ceramah umum dan dakwah agama. Yang terakhir ini

bertujuan untuk membangkitkan rasa kewajiban moral dan etika dalam proses menentukan

pilihan. Tujuan jangka panjang instrumen persuasif ialah agar nilai-nilai yang diajarkan

dapat diinternalkan oleh para pelaku sehingga mengakibatkan perubahan permanen pada

kelakuan terhadap lingkungan hidup, kemudian kelakuan itu membudaya.

2.3 Strategi Pengelolaan Lingkungan

Menurut Sulistyowati, 2009, pada awalnya strategi pengelolaan lingkungan didasarkan

pada pendekatan “carrying capacity approach”, akibat terbatasnya dukungan lingkungan

alamiah untuk menetralisir pencemaran yang terus meningkat, makanya upaya untuk

Page 9: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

mengendalikan pencemaran berubah dari “end of pipe treatment” menjadi “pollution

prevention” dimana pelaku industri dituntut untuk melakukan peran aktif dalam pengelolaan

lingkungan, bahkan dengan meningkatnya kesadaran industri akan pentingnya pengelolaan

lingkungan, mereka bertindak proaktif didalam mengupayakan pengendalian pencemaran

untuk menghasilkan suatu produk yang aman dan ramah lingkungan, dimana salah satu

pendekatan tersebut adalah konsep “greening business”.

Greening Business Management adalah strategi pengelolaan lingkungan yang terpadu

yang meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem, dan budidaya dalam suatu

kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh peraturan tentang

pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan bahan baku, pengelolaan limbah, penggunaan

sumber daya alam yang efektif, penggunaan teknologi produksi yang menhasilkan limbah

minimal serta menerapkan komitmen kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam

organisasinya. Berdasarkan pengalaman dari beberapa industri, maka ada 4 alasan yang

menjadi penyebab industri harus meletakkan masalah lingkungan sebagai aspek yang penting

dalam usahanya, yaitu:

a. Lingkungan dan efisiensi

Dengan adanya kesadaran bahwa sumber daya alam (materi dan energi) sangat

terbatas, maka apapun juga harus dilakukan untuk mengurangi penggunaannya. Oleh

sebab itu industri harus mengupayakan daur ulang dan melakukan efisiensi dalam

penggunaan setiap material dan energi dalam proses produksinya, yang mana hal

tersebut mempunyai implikasi pada pengurangan biaya produksi.

b. Image lingkungan

Mempunyai sikap positif terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang baik untuk

dapat menumbuhkan image yang selanjutnya untuk memperbesar market share.

Memperluas pasar dengan greening image akan tercapai apabila konsumen telah

bernuansa hijau pula.

c. Lingkungan dan peluang pasar

Dengan adanya tuntutan pasar terhadap pelaku bisnis dan dunia usaha dalam hal

Sistem Manajemen Lingkungan (SML), yang selanjutnya dikembangkan menjadi

pemberian sertifikasi ISO 14001, maka hal ini memberikan dampak positif bagi dunia

usaha.

Page 10: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

d. Ketaatan terhadap peraturan lingkungan

Meskipun law enforcement pemerintah masih lemah, namun demikian apabila terjadi

pelanggaran dalam pengelolaan lingkungan ataupun adanya pengaduan masyarakat

akibat dampak dari suatu aktivitas industri, maka akan berdampak negatif terhadap

reputasi industri tersebut. Selain itu, organisasi lingkungan lokal dan internasioanal

akan bereaksi keras apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan lingkungan. Oleh

sebab itu, ketaatan terhadap setiap peraturan lingkungan secara proaktif sangat

dianjurkan agar peluang untuk memperluas pasar dan sasaran dari bidang usaha tidak

terganggu. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa bisnis hijau adalah trend saat

ini, yang mana untuk mencapai hal tersebut harus ada interaksi antar ekonomi dan

ekologi, hal ini disebabkan karena adanya dampak sumber daya alam dan sumber

daya manusia dari setiap aspek dari suatu aktivitas perusahaan industri. Untuk

mencapai tujuannya, maka suatu perusahaan harus menciptakan sistem input, proses,

dan output yang terintegrasi sehingga memungkinkan tercapainya suatu perusahaan

hijau secara komprehensif.

Adapun keuntungan dari bisnis hijau adalah sebagai berikut:

- Mengurangi biaya operasi dengan mengefisienkan eksploitasi sumber daya alam

- Menciptakan keunggulan bersaing dan dapat memepertahankan kesetiaan pelanggan

- Dapat menciptakan strategi lingkungan yang unik

- Membantu perusahaan melakukan ekspansi ke pasar global

- Meningkatkan image perusahaan dan hubungan baik dengan masyarakat

- Memperkecil resiko lingkungan jangka panjang yang berkaitan dengan kerusakan sumber

daya alam, koservasi energi dan penegendalian pencemaran serta pengelolaan limbah

- Memberikan keuntungan bagi ekosistem dan komunitas dimana perusahaan itu beroperasi

- Jika dipandang dari sudut etika merupakan sesuatu yang sangat diinginkan dan tidak dapat

dihindari

- Menjadikan perusahaan selangkah lebih maju dalam mentaati peraturan lingkungan.

3. Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia

Kelembagaan dapat dilihat dari instansi pemerintah dan LSM, perangkat hukum, dan

peraturan perundang-undangan, serta program-programyang dijalankan pemerintah dalam

rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan

berkelanjutan.

Page 11: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

3.1 Perangkat Hukum

Perangkat hukum yang berhubungan dengan lingkungan hidup mengacu pada UU

No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keppres No.2/2002 tentang pengalihan

tugas, fungsi dan kewenangan Bapedal ke Menteri Negara dan Lingkungan Hidup, serta

Keppres No.4/2002 tentang unit organisasi dan tugas eselon I Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Dalam melaksanakan tugasnya Menteri Negara Lingkungan Hidup dibantu oleh:

a. Sekretariat Menteri Negara

b. Deputi Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup

c. Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan

d. Deputi Bidang Pengembangan Peran Masyarakat

e. Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Institusi

f. Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Non Institusi

g. Deputi Bidang Kelestarian Lingkungan

h. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup

i. Staf Ahli Bidang Lingkungan Global

j. Staf Ahli Bidang Hukum Lingkungan

k. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Lingkungan

l. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya

Diasamping memuat wewenang Pemarintah dalam mengatur kebijakan untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup, UU No.23/1997 juga berisi persyaratan penaatan,

penyelesaian sengketa, penyidikan, dan ketentuan pidana. Persyaratan penaatan lingkungan

hidup dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

- Perijinan

Setiap kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup

wajib memiliki analisis dampak lingkungan untuk memperoleh ijin melakukan

kegiatan tersebut. Ijin diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

- Pengawasan

Menteri mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan atas ketentuan

yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan lingkungan hidup. Untuk

melakukan pengawasan tersebut Menteri dapat menetapkan pejabat yang berwenang.

Page 12: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

- Sanksi Administrasi

Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintah

terhadap penanggung jawab kegiatan yang melanggar perundang-undangan

lingkungan hidup. Wewenang ini dapat diserahkan kepada Bupati/Walikota Madya/

Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I.

- Audit Lingkungan

Pemerintah mendorong penanggung jawab kegiatan/usaha untuk melakukan audit

lingkungan hidup.

Isi dari UU Lingkungan Hidup yang penting lainnya adalah:

- Bila terjadi sengketa lingkungan hidup, maka dapat ditempuh melalui pengadilan atau

di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

- Untuk lebih meningkatkan penegakan hukum, selain penyidik Pejabat Polisi, Pejabat

Pegawai Sipil tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan

UU Hukum Acara Pidana yang berlaku.

- Bila terjadi tindak pidana yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup maka diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling

banyak lima ratus juta rupiah.

3.2 Lembaga

Berdasarkan UU No.23/1997 tidak secara eksplisit menyatakan struktur organisasi yang

menangani lingkungan hidup. Kementrian Negara Lingkungan Hidup bertugas merumuskan

dan melaksanakan kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup, juga mengkoordinasi

kegiatan seluruh instansi pemerintah yang berhubungan dengan pengelolaan lingkingna

hidup. Berdasarkan Keppres No.2 /2002 maka tugas dan wewenang Bapedal dialihkan ke

Kementrian Negara Lingkungn Hidup sehinnga struktur organisasinya mengalami perubahan

sesuai Keppres No.4/2002. Sedangkan Bapelda masih tetap dipertahankan bentuknya seperti

semula. Disamping instansi pemerintah masih ada LSM dan Pusat Studi Lingkungan (PSL)

yang ikut berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

3.2.1 Instansi Pemerintah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang ada saat ini semula bernama

Kementerian Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) yang

dibentuk tahun 1978. Fungsi kementerian seperti saat ini yaitu menyusun kebijaksanaan

Page 13: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

pelestarian lingkungan hidup dan mengkoordinasikan pelaksanaannya. Pada awal

kegiatannya digunakan pendekatan advocacy yaitu usaha difokuskan kepada peningkatan

kesadaran berlingkungan hidup dan pengembangan sarana-sarana dasar pelestarian

lingkungan hidup. Pada tahun 1988 mulai tahapan berikutnya yaitu accountability atau

pertanggung jawaban. Dalam kerangka accountability ini maka dibentuk Bapedal dan

mengembangkan kelembagaan serta meningkatkan penataan, baik melalui pendekatan hukum

maupun melalui instrumen kebijakan alternatif. Kelanjutan dari tahap ini adalah

mengembangkan berbagai produk hukum yang operasional, membentuk Bapedal Wilayah

dan kemudian mendororng dibentuknya Bapedal Daerah. Dimensi baru dalam pelestarian

lingkungan muncul pada tahun 1999 yaitu dimensi environmental ethics yaitu antara lain

keterbukaan dan peningkatan peran serta serta masyarakat dengan intensitas yang lebih

tinggi dalam mekanisme usaha pelestarian lingkungan hidup. Seperti telah disebutkan

sebelumnya, Pemerintah Daerah tetap mempertahankan Bapedalda agar memiliki

kemampuan koordinasi antar unit dalam Pemerintah Daerah.

3.2.2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan

sendiri dan berminat serta bergerak dalam bidang kemasyarakatan tertentu, misalnya

lingkungan hidup. Berdasarkan Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

(KPLH), LSM sebagai sarana untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin anggota

masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Dengan demikian, KPLH

memberikan arti yang besar terhadap peran LSM, baik sebagai pencetus gagasan, motivator,

pemantau penggerak dan pelaksana berbagai kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan

lingkungan hidup. LSM ini ada yang bergiat dalam lingkungan hidup yang spesifik, ada pula

yang menangani banyak bidang. Penyebaran LSM tersebut dapat dikatakan sudah merata ke

seluruh pelosok tanah air. Hal ini menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya

pengelolaan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan telah berkembang dan

semakin luas.

3.2.3 Pusat Studi Lapangan

Tahun 1979 dibentuk PSL yang tersebar di berbagai perguruan tinggi. PSL merupakan

alat perluasan kerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup di bidang penelitian, pelatihan

dan pengelolaan lingkungan di daerah. Berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas

permasalahan lingkungan dan peningkatan kebutuhan keahlian dalam lingkup yang luas,

Page 14: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

maka PSL diharapkan dapat sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan pelayanan,

baik untuk sektor privat maupun umum. Meskipun secara struktural tetap dibawah dan

bertanggung jawab pada perguruan tinggi masing-masing, PSL memiliki peran yang sangat

besar dalam pendidikan lingkungan hidup di daerah. Hampir semua pendidikan AMDAL

dilakukan PSL. Kursus-kursus AMDAL di PSL di berbagai perguruan tinggi di Indonesia

mulai diselenggarakan tahun 1982.

3.3 Program Pemerintah

3.3.1 AMDAL

Sejak diundangkannya UU No.4 tahun 1982, pelaku pembangunan dan masyarakat

tidak dapat lagi menghindar dari pertimbangan aspek lingkungan hidup dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan. Sebagai tindak lanjut UU tersebut dikeluarkan Peraturan Pemerintah

(PP) yang mengatur bahwa setiap usaha/kegiatan pembangunan yang diperkirakan

mempunyai dampak besar dan penting perlu dilakukan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL). Ketentuan tersebut dituangkan dalam PP No.29 Tahun 1993. Pada

tahun 1990 Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No.23 Tahun 1990 tentang

Pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL).

AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam

Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

disebutkan bagwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk

pengambilan keputusan suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan.

AMDAL sendiri merupakan suatu kajian menegenai dampak positif dan negatif dari

suatu rencana kegiatan/proyek yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu

kegiatan/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif

tersebut biasanya disusun dengan memepertimbangkan aspek fisisk, kimia, biologi, sosial-

ekonomi, sosial-budaya dan kesehatan masyarakat.

Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil

kajian AMDAL, dampak negatif yang ditimbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh

teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi

dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang ditimbulkan, maka

rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang

Page 15: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya. Bentuk hasil

kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima) dokumen, yaitu:

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KAANDAL)

2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

5. Dokumen Ringkasan Eksekutif

Tiga dokumen (ANDAL, RKL, dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh

Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah usaha/kegiatan

tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasi untuk diberi ijin

atau tidak.

3.3.1.1. Manfaat AMDAL

AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan agar

layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana usaha/kegiatan pembangunan

diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup,

dan mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan (sustainable). Selain itu, manfaat AMDAL lainnya adalah memberi masukan

untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha/kegiatan serta memberi masukan

untuk rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dan memberi informasi kepada

masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha/kegiatan.

3.3.1.2. Pihak-pihak yang terlibat dalam AMDAL

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses AMDAL adalah:

- Pemerintah

Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan layak

atau tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini dimaksudkan untuk

melindungi kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan kebijakan pembangunan yang

berkelanjutan.

- Pemrakarsa

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana

usaha dan atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban

melaksanakan kajian AMDAL.

Page 16: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

- Masyarakat yang berkepentingan

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh oleh segala

bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

kedekatan jarak tinggal dengan rencana kegiatan/usaha, faktor pengaruh ekonomi, faktor

pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan faktor pengaruh nilai-nilai

atau norma yang dipercaya.

3.3.2 Bumi Lestari

Kegiatan ini difokuskan pada upaya-upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi

masalah lingkungan global yang telah mengancam bumi sebagai sistem penopang kehidupan

(life support system). Masalah global yang dimaksud adalah penipisan ozon, gas, rumah kaca,

dan perairan internasional. Masalah tersebut ditangani dengan merumuskan, mengkoordinasi

dan memantau pelaksanaan kebijakan sektoral, keruangan dan daerah. Kegiatan-kegiatan

yang masuk dalam program ini sebagai contoh adalah: kebijakan Mekanisme Pembangunan

Bersih (clean development mechanism – CDM); penghapusan penggunaan unsur-unsur

penyebab penipisan ozon (ozone depleted substance); kebijakan perlindungan pencemaran

dan kerusakan perairan internasional.

Masalah lingkungan yang terkait dengan perubahan tataguna lahan, kerusakan

keanekaragaman hayati, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon dan emisi gas rumah kaca.

Masalah tersebut perlu ditangani secara lintas sektoral, bahkan lintas negara dan melibatkan

banyak pihak. Kelestarian bumi yang diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia akan

sangat ditentukan oleh penanganan masalah lingkungan domestik di setiap negara. Sehingga

kerjasama internasional dalam masalah lingkungan menjadi sangat penting. Berkaitan dengan

hal diatas, maka perlu suatu koordinasi dan fasilitas guna mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan selain meningkatkan kemitraan global. Untuk mendukung tercapainya

koordinasi, perlu suatu rumusan kebijakan dan perangkat kelembagaan yang efektif untuk

melaksanakan komitmen nasional dan internasional dalam kaitannya dengan perlindungan

atmosfer dan keanekaragaman hayati.

3.3.3 Sumber Daya Alam lestari

Kegiatan ini difokuskan pada upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan

memulihkan kerusakan sumber daya hutan, lahan, air dan keanekaragaman hayati, serta

upaya untuk siaga dan tanggap terhadap keadaan darurat karena kerusakan lingkungan skala

Page 17: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

luas (kebakaran hutan). Kegiatan ini yang termasuk dalam program ini sebagai contoh

adalah:

- Penataan/perbaikan kebijakan pengelolaan sumber daya alam untuk mencegah

percepatan kerusakan sumber daya alam.

- Pengembangan hukum agraria untuk pengakuan hak masyarakat adat dalam

penguasaan sumber daya alam.

- Penegakan hukum terhadap penyebab kerusakan sumber daya alam

- Perlindungan keselamatan hayati

- Penyebarluasan penerapan perangkat manajemen untuk pengelolaan lestari sumber

daya alam (misalnya: ekolabel dan analisis daur hidup)

- Pengembangan prosedur dan sarana siaga dan tanggap darurat terhadap kebakaran

hutan

3.3.4 Program Kali Bersih

Prokasih merupakan program kegiatan untuk meningkatkan kualitas air sungai sampai

memenuhi baku mutu air sesuai peruntukannya, yang dilakukan dengan cara dan kegiatan

mengurangi beban pencemaran limbah yang masuk ke badan sungai. Program ini dimulai

sejak tahun 1988 dan masih dilanjutkan hingga saat ini. Pada bulan april 1992, Prokasih

mendapat penghargaan dari America Society Of Environmental di bidang manajemen.

Manajemen Prokasih telah direkomendasikan oleh berbagai pihak di luar negeri untuk model

percontohan dalam kegiatan pengendalian pencemaran sungai. Program ini juga telah

menghasilkan baku mutu dan peruntukan air sungai dan baku mutu limbah cair dari kegiatan

industri.

3.3.5 Pantai Lestari

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai 81.000 km.

Pantai merupakan kekayaan alam yang memiliki fungsi penting bagi alam itu sendiri dan bagi

pembangunan untuk kesejahteraan manusia. Funsi pantai tersebut perlu dilestarikan agar

dapat menunjang pembangunan secara berkelanjutan. Program Pantai Lestari yang

berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.KEP-45/MENLH/11/1996 adalah

untuk melestarikan fungsi lingkungan pesisir guna menunjang pembangunan berkelanjutan

untuk kesejahteraan manusia. Selain itu program ini juga dimaksudkan agar dapat menjadi

contoh atau acuan yang nyata dalam pengelolaan lingkungan pesisir yang dapat dilakukan

masyarakat Indonesia. Program ini terdiri atas tiga paket program kerja yaitu:

Page 18: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

- Pantai Wisata Bersih (pada kawasan pariwisata)

- Bandar Indah (pada kawasan pelabuhan)

- Taman Lestari (pada kawasan terumbu karang dan mangrove)

3.3.6 Program Langit Biru

Program Langit Biru merupakan program untuk pengendalian pencemaran udara.

Program ini difokuskan kepada sumber pencemar dari industri dan kendaraan bermotor

karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam pencemaran udara. Kedua sumber

tersebut memiliki klasifikasi yang berbeda dalam sifat gerakan sumbernya, sehingga dalam

pelaksanaan pengendalian pencemaran udara menggunakan pendekatan yang berbeda pula.

Berdasarkan sifat gerakan sumber pencemar maka pelaksanaan program ini dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu:

- Pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber titik bergerak (industri), yaitu

dengan menyadarkan dunia industri untuk menyediakan prasarana dan sarana

pengendalian pencemaran udara serta menurunkan beban pencemar dalam jangka

waktu yang telah ditentukan.

- Pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak (kendaraan bermotor),

yaitu sedikit demi sedikit mengurangi produksi bensin yang mengandung timbal (Pb),

menetapkan baku mutu emisi gas buang dari kendaraan bermotor, dan melakukan

diversifikasi energi dengan menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dan Liquid

Petroleum Gas (LPG).

- Pengendalian pencemaran udara dari sumber-sumber gangguan (kebisingan, getaran,

kebauan).

3.3.7 Kalpataru

Kalpataru adalah penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup yang diberikan

oleh Pemerintah Indonesia. Penghargaan ini diberikan pada perorangan atau kelompok

masyarakat yang telah menunjukkan kepeloporannya dalam melestarikan fungsi lingkungan

dan memberikan sumbangsih bagi upaya-upaya pemeliharaan fungsi ekosistem. Penghargaan

diberikan setiap tahun bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia setiap tanggal 5 Juni

oleh Presiden. Penghargaan ini bertujuan untuk merangsang dan memotivasi peran aktif

masyarakat dalam melestarikan fungsi lingkungan dalam bentuk pengabdianya masing-

masing. Melalui pemberian penghargaan ini diharapkan bisa mengangkat kepeloporan dan

Page 19: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

keteladanan serta mensosialisasikannya kepada masyarakat luas. Penghargaan ini sudah

dimulai sejak tahun 1981 dengan empat kategori penghargaan, yaitu: Perintis Lingkungan,

Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan dan Pembina Lingkungan.

4. Akuntansi Lingkungan

4.1 Pengertian Akuntansi Lingkungan

Menurut Tony Djogo (2006), akuntansi lingkungan (Environmental Accounting) atau EA

adalah istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental Cost)

ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintahan. Biaya lingkungan adalah

dampak (impact) baik moneter maupun non moneter yang harus dipikul sebagai akibat dari

kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.

Menurut Mathew dan Parrerra (1996), akuntansi lingkungan sebagai informasi sosial

digunakan untuk memberikan gambaran bentuk komprehensif akuntansi yang memasukkan

extrenalities ke dalam rekening perusahaan seperti informasi tenaga kerja, produk, dan

pencemaran lingkungan. Dalam hal ini, pencemaran dan limbah produksi merupakan salah

satu contoh dampak negatif dari operasional perusahaan yang memerlukan sistem akuntansi

lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan sebab pengelolaan limbah

yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan pengidentifikasian, pengukuran, penyajian,

pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional

perusahaan.

Akuntansi (accounting) dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang menyediakan

informasi yang biasanya bersifat kuantitatif dan disajikan dalam suatu keuangan, untuk

pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian sumberdaya, operasi, menilai prestasi

lembaga atau perusahaan dan pelaporan keuangan pada investor, kreditor dan instansi yang

berwenang dalam melakukan pengawasanatau pemeriksaan keuangan dan memberikan

laporan kepada masyarakat. Akuntansi merupakan kegiatan yang profesional, karena itu para

profesional akuntan biasanya dibayar untuk melakukan auditing (pemeriksaan oleh akuntan).

4.2 Hubungan Akuntansi dengan Lingkungan

Akuntansi lingkungan hidup adalah metodologi untuk menilai biaya dan manfaat dari

sebuah kegiatan lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan. Hasil dari akuntansi ini

Page 20: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

digunakan oleh para pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan

perbaikan lingkungan.

Pada pertengahan tahun 1990-an ketika istilah environmental accounting belum banyak

dikenal hanya beberapa perusahaan saja yang menerapkannya, mula-mula dengan

mengungkapkan masalah lingkungan. Hal ini berkaitan dengan keterbukaan perusahaan

untuk mengungkapkan informasi lingkungan sebagai dampak dari aktivitas industri atau

bisnis mereka. Namun kemudian jumlah perusahaan yang menerapkan environmental

accounting meningkat. Hal ini berkaitan dengan dikeluarkannya the environmental

accounting guideline yang diterbitkan oleh the Environmental Agency yang berubah menjadi

Ministry of Environmental (MOE) pada mei 2000. Kemudian draft ini diperbaiki lagi pada

maret tahun 2002 sebagai Petunjuk Pelaksanaan Akuntansi Lingkungan edisi 2002

(Environmental Accounting Guidelines, 2002 edition).

Banyak perusahaan industri dan jasa di dunia yang kini menerapkan akuntansi

lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan

melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental cost) dan

manfaat atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai

perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek perlindungan

lingkungan (environmental protection).

4.3 Tujuan Penerapan Akuntansi lingkungan

Ada beberapa tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan : (1) Akuntansi lingkungan

merupakan sebuah alat manajemen lingkungan, (2) Akuntansi lingkungan sebagai alat

komunikasi masyarakat.

Sebagai alat manajemen lingkungan, akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai

keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi

lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menentukan biaya fasilitas

pengelolaan lingkungan, biaya konservasi lingkungan keseluruhan dan juga investasi yang

diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan. Selain itu, akuntansi lingkungan juga

digunakan untuk menilai tingkat keluaran dan capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan

kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus menerus.

Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk

menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya

Page 21: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari para pihak,

pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk merubah pendekatan

perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan.

Bannet dan James (1998) memberikan beberapa cakupan area dalam memahami

akuntansi lingkungan, yaitu:

1. Mengintegrasikan lingkungan ke dalam kepentingan pengeluaran modal

2. Memahami dan mengelola biaya lingkungan

3. Membuat skema minimisasi limbah

4. Memahami dan mengelola life cycle costs

5. Mengukur performa lingkungan

6. Melibatkan akuntan manajemen dalam formulasi strategi lingkungan berkaitan

dengan akuntansi manajemen dan evaluasi kinerja

4.4 Akuntansi Lingkungan di Indonesia

Tidak banyak informasi atau diskusi yang berkaitan dengan akuntansi lingkungan

sebagai salah satu istilah atau sistem penilaian lingkungan khusus. Suatu langkah yang dirilis

oleh Kementrian Lingkungan Hidup dengan Bank Indonesia yang tercantum dalam nota

kesepahaman (MoU) antara KLH dan BI yang ditandatangani pada tahun 2005. Kesepakatan

ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tentang

penetapan peringkat kualitas aktiva bagi bank umum. Peraturan tersebut mengatur tentang

aktiva produktif untuk kredit termasuk pada kualitas kredit. Aspek lingkungan hidup menjadi

salah satu faktor di dalam penilaian kredit itu. BI sepakat menggunakan proper (perangkat

penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) KLH dalam

menilai kelayakan kredit (Tempo Interaktif, 8 April 2005).

Penilaian tingkat kinerja perusahaan (Proper) terkait dengan lingkungan hidup yang

menjadi program tahunan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk penilaian tanggung

jawab perusahaan terhadap lingkungan, dampak lingkungan, yang dapat berpengaruh pada

penentuan kualitas kredit perusahaan, kelayakan perusahaan dan sebagainya. Hasil penelitian

ini disampaikan ke Bank atau kreditor lainnya. Proper diatur dalam Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 27/MenLH/2002. Misalnya Bank sebagai debitur dapat menurunkan

kredit bagi perusahaan berperingkat buruk. Jika tidak layak dari sudut lingkungan hidup

karena kinerja buruk maka perusahaan bisa saja tidak diijinkan untuk mendapatkan kredit.

Page 22: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Ada juga dengan pemberian sistem ISO. Dengan sistem ISO perusahaan yang punya

komitmen untuk kemudian memperbaiki kinerja terhadap lingkungan yang baik dapat

diberikan sertifikat ISO sedangkan perusahaan yang buruk tidak akan mendapatkan ISO

tersebut. Perusahaan masih terus bisa melakukan operasi bisnisnya namun dengan proper

perusahaan bisa tidak tidak bisa diberi ijin operasi atau tidak mendapatkan kredit dari bank.

5. Audit Lingkungan

5.1 Pengertian Audit Lingkungan

United States Environmental Protection Agency (U.S EPA) mendefinisikan audit

lingkungan sebagai suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi, periodik dan objektif

berdasarkan aturan yang ada terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan

pentaatan kebutuhan lingkungan (Anon, 1996).

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 1994, audit

lingkungan adalah suatu alat pengolahan yang meliputi evaluasi secara sistematik,

terdokumentasikan, periodik dan objektif tentang kinerja organisasi, sistem pengelolaan dan

peralatan dengan tujuan memfasilitasi pengendalian dampak lingkungandan pengkajian

pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap Peraturan Perundang-undangan tentang

pengelolaan lingkungan hidup (BAPEDAL, 1995)

Audit lingkungan merupakan bagian kecil dari sistem pengelolaan lingkungan secara

keseluruhan. Pengawasan yang dikelola dapat berupa audit terhadap sistem pengelolaan itu

sendiri. Dari audit lingkungan dapat diketahui apakah semua langkah yang diperlukan dalam

melaksanakan sistem pengelolaan lingkungan telah dijalankan dengan baik atau tidak,

sehingga dapat diberikan rekomendasi yang diperlukan berdasarkan temuan yang ada untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem pengelolaan lingkungan (Tardan, dkk, 1998)

5.2 Fungsi Audit Lingkungan

Fungsi audit lingkungan adalah (BAPEDAL, 1995):

- Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha/kegiatan terhadap peraturan perundang-

undangan lingkungan, misalnya: standar emisi udara, limbah cair, dan standar operasi

lainnya.

- Dokumen suatu usaha/kegiatan tentang pelaksanaan Standar Operasi Prosedur (SOP)

pengelolaan dan pemantauan lingkungan termasuk rencana tanggap darurat, pemantauan

dan pelaporan serta rencana perubahan pada proses dan peraturan.

Page 23: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

- Jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan kerusakan laingkungan.

- Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam

dokumen AMDAL, yang berguna dalam penyempurnaan proses AMDAL.

- Upaya perbaikan penggunaan sumber daya melalui penghematan penggunaan bahan,

minimisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang.

- Upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu

dilaksanakan oleh suatu usaha/kegiatan untuk memenuhi kepentingan lingkungan,

misalnya pembangunan yang berkelanjuatan, proses daur ulang dan efisiensi penggunaan

sumber daya.

5.3 Manfaat Audit Lingkungan

Berikut ini merupakan beberapa manfaat perusahaan/organisasi dalam menjalankan audit

lingkungan (BAPEDAL, 1995; Hadiwiardjo, 1997):

- Mengidentifikasi risiko lingkungan

- Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya

penyempurnaan rencana yang ada.

- Menghindari kerugian finansial seperti penutupan/pemberhentian suatu usaha atau

kegiatan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang tidak baik.

- Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap

pimpinanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam proses

peradilan

- Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu badan

usaha/kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung jawab

lingkungan.

- Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konservasi energi, dan

pengurangan pemakaian ulang dan daur ulang limbah.

- Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan yang

bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan, pemerintah dan

media masa.

- Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha/kegiatan asuransi,

lembaga keuangan, dan pemegang saham.

Page 24: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Keberhasilan pelaksanaan audit lingkungan sangat ditentukan oleh komitmen dan

dukungan pemilik atau pimpinan perusahaan dengan memberikan kebebasan bagi pelaksana

audit untuk mengkaji hal yang dianggap berpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan

(BAPEDAL, 1995)

5.4 Tujuan Audit Lingkungan

Sama halnya dengan audit keuangan yang diperlukan untuk mengidentifikasi ada

tidaknya kebocoran dalam pengelolaan keuangan suatu perusahaan, audit lingkungan

diperlukan untuk memberikan data bagi pihak eksekutif dalam mengevaluasi afektifitas

sistem pengelolaan lingkungan yang diterapkan oleh perusahaan. Tujuan utamanya adalah

untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan memastikan agar kegiatan

operasional perusahaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum lingkunan yang berlaku.

5.5 Ruang Lingkup Audit Lingkungan

Ruang lingkup audit lingkungan menjelaskan tentang tujuan dan batas audit dalam

faktor-faktor seperti lokasi fisik dan kegiatan organisasi sesuai dengan laporan. Ruang

lingkup audit ditentukan oleh klien dan pimpinan auditor. Pihak yang diaudit harus juga ikut

berkonsultasi dalam menentukan ruang lingkup audit.

Beberapa perubahan yang memungkinkan dalam cakupan audit memerlukan persetujuan

klien dan pimpinan auditor. Sumber yang berkenaan dengan audit harus sesuai dengan

cakupan yang diinginkan (Anon, 1996).

Aspek yang dikaji dalam audit lingkungan adalah:

a. Aspek teknologi, sebagai upaya untuk mengidentifikasi resiko dan meminimalisasi

dampak kegiatan terhadap lingkungan, pengembangan pendekatan preventif dan

penyelesaian masalah pada sumber dampak

b. Aspek manajemen dan organisasi pelaksanaan kegiatan sebagai uapaya peningkatan

efektifitas dan kinerja manajemen dalam mengatasi masalah lingkungan, kesehatan dan

keselamatan kerja.

c. Aspek administrasi sebagai upaya untuk peningkatan dan pemanfaatan informasi yang

dapat dipercaya serta penyempurnaan pengawasan internal terhadap informasi yang

berkaitan dengan aspek lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 25: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

5.6 Peranan Audit Lingkungan Dalam Pembangunan

Adapun beberapa peranan audit lingkungan dalam pembangunan adalah:

1. Audit lingkungan merupakan perangkat manajemen dalam pengelolaan lingkungan

2. Audit lingkungan merupakan upaya peningkatan ketaatan suatu usaha atau kegiatan

terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan

3. Audit lingkungan dapat dijadikan bukti keabsahan rekomendasi AMDAL dan alat

penyempurnaan dokumen AMDAL

4. Audit lingkungan merupakan upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilakukan

atau yang perlu dilaksanakan oleh usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan

lingkungan.

5.7 Perbedaan Audit Lingkungan dengan AMDAL

Satu-satunya instrumen lingkungan yang bisa dijadikan sebagai alat kajian untuk

kegiatan yang sudah berjalan adalah audit lingkungan yang ditetapkan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1994. Audit lingkungan merupakan suatu alat manajemen

yang meliputi evaluasi secara sistematik, periodik, terdokumentasi dengan tujuan untuk

memfasilitasi kontrol manajemen terhadap upaya pengendalian dampak lingkungan. Berbeda

dengan AMDAL yang bersifat wajib dan dilakukan pada tahap perencanaan, audit

lingkungan adalah bersifat suka rela (voluntary) dan diterapkan pada saat kegiatan/proyek

telah berjalan. Spirit audit lingkungan adalah menumbuhkan kesadaran para pemrakarsa

kegiatan/proyek bahwa pengelolaan lingkungan itu merupakan suatu kebutuhan dan bukan

semata-mata memetuhi peraturan.

Perbedaan antara audit lingkungan dan AMDAL dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

AMDAL Audit Lingkungan

- Kegiatan belum ada - Kegiatan sudah berjalan

- Dibuat hanya satu kali- Potensi dampak lingkungan secara

luas (cakupan luas, waktu jangka panjang)

- Dasar hukum PP No.27/1999- Bersifat wajib (mandatory)- Bersifat terbuka (dipresentasikan di

komisi AMDAL)

- Dibuat berkali-kali (1-4 tahun)- Masalah (dampak) sedang dihadapi

(cakupan terbatas pada masalah yang dihadapi)

- Dasar hukum Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.42/MENLH/1994

- Bersifat suka rela- Bersifat rahasia (internal perusahaan)

Page 26: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

5.8 Audit Lingkungan di Indonesia

Audit lingkungan merupakan hal baru di indonesia. Hal ini terjadi karena langkanya

tenaga auditor lingkungan. Audit lingkungan di Indonesia ditangani oleh BAPEDAL (Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan).

Dalam perkembangan lebih lanjut, BAPEDAL sangat berminat untuk mengembangkan

audit lingkungan sebagai salah satu alat pengelolaan lingkungan di Indonesia. Sepanjang

tahun 1994 ide tentang audit lingkungan terus dimatangkan dengan mengundang pihak

terkait. Sayangnya perdebatan tentang audit lingkungan masih berpijak pada audit lingkungan

yang biasa diterapkan di negara barat, yaitu sebagai alat manajemen yang lemah segi

penegakannya. Berbeda dengan visi WALHI bahwa audit lingkungan adalah alat pendukung

agar RKL dan RPL dapat dilaksanakan. Sehingga dapat dipahami para praktisi dan pembuat

studi AMDAL banyak yang pesimis akan kegunaan audit lingkungan. Masalah utamanya

adalah bagaimana rekomendasi – rekomendasi AMDAL dapat diterapkan sehingga yang

diperlukan adalah pengawasan dan penegakan agar hasil studi AMDAL dapat dilaksanakan

oleh pemrakarsa. Jika masalah penegakan tidak dapat diselesaikan, maka audit lingkungan

dipandang hanya sebagai tambahan pekerjaan dan biaya tanpa kejelasan makna perlindungan

lingkungan.

Keluarnya SK. Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep-42/Menlh/11/94 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan telah menegaskan sikap pemerintah dan

mengakhiri perdebatan apakah audit lingkungan bersifat sukerela atau kewajiban. Serat

keputusan tersebut menyebutkan bahwa audit lingkungan dalah sukarela dan dengan ruang

lingkup yang fleksibel. Jelas hal ini sangat memerlukan niat baik dari pemrakarsa audit

lingkungan.

6 Kasus-kasus Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup masih dinilai sebagai isu yang kurang penting, karena sering

kali setelah ada pengambilan keputusan justru tidak ada tindak lanjutnya atau ditinggalkan.

Pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam cenderung diarahkan kepada

kepentingan investasi dan selalu dipahami sebagai economic sense dan tidak dapat dipahami

sebagai ecological and sustainable sense. Dengan paradigma tersebut maka dapat dipahami

bahwa kualitas lingkungan hidup akan terus menurun dari waktu ke waktu.

Masih banyak masalah lingkungan hidup yang belum terselesaikan sampai saat ini.

Banyak perusahaan yang sudah secara umum melakukan pencemaran atau merusakkan

lingkungan tetapi belum mendapat tindakan yang nyata. Hal ini dapat disebabkan diantaranya

Page 27: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

oleh: perangkat hukum yang masih lemah, kewibawaan aparat penegak hukum yang kurang,

dan terjadinya konflik antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan sosial dan

lingkungan hidup. Beberapa contoh dari kasus perusakan lingkungan hidup di Indonesia

adalah:

1. Kasus pencemaran lingkungan oleh PT Galuh Cempaka

September 2008 kejahatan lingkungan yang telah di lakukan oleh PT Galuh Cempaka

yang merupakan sebuah perusahaan tambang patungan antara PT ANTAM 20 % dan

Perusahaan asing BDI Mining Corp. 80 % sudah nampak jelas. Dalam beberapa tahun

belakangan ini pencemaran maupun dampak pertambangan Galuh Cempaka telah merusak

dan mengganggu aktivitas pertanian masyarakat di Desa Palam, Guntung Manggis dan

Cempaka. Material pasir pun sebagai sisa dari aktivitas pertambangan intan dijual dengan

ketidakjelasan hasilnya.

Terkait dengan PT Galuh Cempaka yang ada di Kalsel, menurut organisasi

nonpemerintah yang fokus pada persoalan lingkungan ini, perusahaan tersebut telah

melakukan kejahatan lingkungan, yaitu sengaja melakukan pembuangan limbah atau zat ke

aliran sungai yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan orang banyak.

"Perbaikan sistem pengolahan air limbah (Sispal) yang dilakukan oleh PT Galuh Cempaka

adalah suatu keharusan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, dan itu memang sudah

termasuk dalam dokumen AMDAL yang telah mereka buat sendiri, dan itu tidak

menghilangkan kasus kejahatan lingkungan yang telah dilakukan PT Galuh Cempaka

Menurut Walhi Kalsel, salah satu alat bukti terjadinya kejahatan lingkungannya adalah

hasil penelitian tim gabungan Pemerintah Kota Banjarbaru dan Pemerintah Provinsi Kalsel,

melalui Bappedalda, yang mengakibatkan tingkat keasaman air sungai (ph) mencapai 2,97,

sedangkan Peraturan Gubernur (Pergub) Kalsel mencantumkan ph normal senilai 6 hingga 9.

Selain itu, PT Galuh juga membuang limbah timbal mencapai 0,84, padahal sesuai Pergub

Kalsel hanya dibolehkan 0,1. "Ini tentu saja bertentangan dengan UU Lingkungan Hidup No

23 Tahun 1997 Bab VI tentang Persyaratan Penataan Lingkungan Hidup Pasal 20 ayat 1

"Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media

lingkungan hidup," ujar Hegar menjelaskan. Juga dengan KUHP Pasal 202 ayat (1) Barang

siapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam

perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh atau bersama-sama dengan

orang lain, padahal diketahuinya bahwa karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa

atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun

(matabuana.com).

Page 28: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

2. Kasus pencemaran lingkungan oleh PT Adaro Indonesia

Pada Bulan oktober 2009 Pencemaran sungai Balangan terjadi justru tidak lama setelah

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI memberikan penghargaan peringkat HIJAU

kepada PT. ADARO Indonesia dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPPER) Tahun 2009.

Sungai Balangan, merupakan sungai besar yang membelah kabupaten Balangan dimana

bagian hilirnya sampai wilayah Amuntai (Hulu Sungai Utara), Negara (Hulu Sungai

Selatan), Margasari (Tapin) hingga ke Muara Sungai Barito – Banjarmasin. Sungai

yang menjadi urat nadi masyarakat, khususnya kabupaten Balangan dan Amuntai ini sejak

Sabtu (24/10) secara fisik telah berubah warna menjadi coklat kehitaman. Ini membuktikan

bahwa sungai tersebut telah tercemar sebagai dampak dari aktivitas pertambangan batubara

PT ADARO Indonesia. Hal ini juga secara langsung diakui oleh pihak perusahaan melalui

Manager External Relationnya Yunizar Andriansyah.

Berdasarkan informasi dan pantauan WALHI Kalsel di lapangan, beberapa dampak

langsung yang telah dirasakan masyarakat antara lain;

- Ribuan warga di 4 Kecamatan Kabupaten Balangan yakni Kecamatan Paringin, Juai,

Paringin Utara dan Kecamatan Lampihong saat ini tidak bisa mengakses langsung air

sungai Balangan untuk keperluan sehari-hari. Demikian juga yang dialami masyarakat

di 4 Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Kecamatan Amuntai Tengah, Babirik,

Sei Pandan dan Banjang).

- Terancamnya sumber ekonomi para petambak ikan di sepanjang sungai Balangan

yang sebagian besar menggunakan jala apung. Bahkan menurut laporan ikan-ikan

yang mereka budidayakan sudah ada yang mulai mati.

- Terganggunya operasional PDAM di Balangan dan Amuntai hingga terhentinya

layanan distribusi air bersih ke warga selama 3 hari. Keruhnya sungai Balangan ini

juga menyebabkan biaya tinggi bagi PDAM dalam memproduksi air bersihnya.

- Warga yang terpaksa memanfaatkan sungai Balangan untuk keperluan sehari-hari

sudah ada yang mengalami gatalgatal. Belum ada laporan dari warga yang menderita

penyakit seperti diare dll, namun apabila ini terus berlangsung tentunya sangat

berbahaya buat masyarakat khususnya pada balita yang rentan akan penyakit.

Tercemarnya sungai Balangan ini juga telah menuai protes dari sejumlah masyarakat.

Pada hari Senin (26/10) dimana masyarakat Paringin – Kabupaten Balangan

melakukan aksi di depan DPRD Balangan. Kemudian pada hari rabunya giliran masyarakat

Amuntai – Kabupaten Hulu Sungai Utara berbondong-bondong mendatangi kantor

PT ADARO Indonesia di Dahai – Paringin. WALHI Kalsel juga mendapat info

bahwa gabungan masyarakat Amuntai dan Balangan akan melakukan aksi besar-besaran

apabila pemerintah dan instansi terkait lamban menangani kasus ini.

Page 29: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

WALHI Kalsel sangat prihatin dan menyayangkan pencemaran sungai Balangan ini

justru terjadi tidak lama setelah Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI memberikan

penghargaan kepada PT. ADARO Indonesia dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan HIdup (PROPPER) Tahun 2009 dengan

peringkat HIJAU. Artinya ADARO dalam hal ini telah 2 kali mendapat predikat terbaik

dalam pengelolaan lingkungan hidup seluruh perusahaan di Indonesia dari KLH setelah

tahun 2008 yang lalu memperoleh penghargaan yang sama.

Sebagai bentuk tanggung jawab atas terjadinya pencemaran di Sungai Balangan ini, maka

dengan ini WALHI Kalsel meminta kepada KLH untuk;

1. Mencabut predikat HIJAU yang selama ini diberikan kepada PT ADARO Indonesia

dan selanjutnya KLH harus meninjau kembali proyek PROPPER yang selama ini

hanya lebih banyak digunakan sebagai green wash perusahaan dan cenderung abai

terhadap ancaman penderitaan rakyat. PROPPER juga sarat dengan kepentingan dan

membuka peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang (korupsi) oleh pejabat KLH.

2. Mendesak KAPOLDA Kalsel agar segera melakukan penyelidikan atas kejahatan

lingkungan yang telah dilakukan PT ADARO Indonesia.

3. Meninjau ulang AMDAL PT. ADARO Indonesia, karena WALHI Kalsel menganggap

AMDAL tersebut telah gagal dalam menjawab problem pengelolaan lingkungan hidup

perusahaan. Selanjutnya memberi sanksi kepada pembuat AMDAL beserta Komisi

AMDALnya.

4. Menuntut kepada PT ADARO Indonesia secepatnya merehabilitasi sungai Balangan

yang telah tercemar dan harus bertanggung jawab kepada masyarakat serta pihak-

pihak selama ini telah dirugikan.

3. Kasus pencemaran lingkungan oleh PT Asl Shipyard Batam

Pada tanggal 23 Pebruari 2010 Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepri, Suryani

mengatakan, perairan laut di Provinsi Kepri saat ini semakin terancam kehidupan biotanya

karena wilayah hidup mereka telah dicemari oleh limbah industri dan limbah buangan atau

sampah yang banyak dilakukan kapal asing. “Banyaknya perusahaan yang telah mencemari

lingkungan di laut kepri menandakan pengawasan yang dilakukan Bapedalda Batam sangat

lemah sehingga Walikota mesti memeriksa pejabat terkait,” katanya, Selasa (23/2).

Salah satu perusahaan yang diduga telah melakukan pencemaran lingkungan adalah

perusahaan galangan kapal PT Asl Shipyard Batam yang berlokasi di Tanjung Uncang.

Perusahaan itu telah melakukan pencemaran di perairan sekitar tanjung uncang akibat

kegiatan produksi dan pembuangan limbah oli bekas ke laut dari hasil perbaikan kapal yang

dilakukan perusahaan itu.

Page 30: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Limbah oli itu, sangat jelas terlihat di dasar laut berupa sludge oil yang telah mencemari

laut di Tanjung Uncang, Akibatnya, nelayan di sekitar daerah itu sudah lama tidak melaut

lagi karena hasil tangkapannya terus menyusut akhirnya mereka berganti profesi menjadi

pencari besi di dasar laut.

Menurut Suryani, berdasarkan undang Undang Lingkungan, perusahaan tersebut bisa

dikenakan sangsi dan dijerat hukum karena telah melakukan pencemaran lingkungan. Oleh

karena itu, Suryani mendesak pemerintah daerah melalui instansi berwenang melakukan

penyelidikan terhadap kasus tersebut.

Suryani menilai kinerja aparat pemerintah khususnya Bapedalda di Kota Batam sangat

lemah itu terlihat dari banyaknya kasus pencemaran lingkungan. Hal itu menunjukan

pengawasan yang dilakukan sangat lemah. Oleh karena itu, dia minta Walikota Batam segera

memeriksa kinerja Bapedalda Kota Batam. Sementara itu, Kepala Bapedalda Kota Batam

Dendi Purnomo mengatakan, pihaknya mengakui memang pengawasan yang dilakukan

masih lemah karena minimnya personil dan anggaran. Saat ini saja, jumlah pengawasan

lingkungan sekitar 12 orang untuk mengawasi sekitar 747 perusahaan di seluruh Batam,

sehingga sulit terjangkau seluruhnya.

Terkait dengan aktivitas PT Asl Shipyard Batam yang telah mencemari lingkungan

menurut Dendi pihaknya akan melakukan penyelaman di dasar laut sekitar tanjung uncang

untuk membuktikan adanya limbah sludge oil di laut tersebut, bila ternyata terbukti maka

perusahaan itu bisa kena sangsi. Sangsi yang paling ekstrem kata dia adalah ditutupnya

perusahaan tersebut.

Menurut Dendi, pencemaran lingkungan tidak bisa dihindari karena aktivitas industri

yang semakin marak di Batam, meski demikian pihaknya juga tidak mentolelir bila limbah

yang dihasilkan dari aktivitas itu mencemari lingkungan, untuk itu pihaknya telah

mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk mengolah terlebih dahulu limbahnya sebelum

dibuang ke laut (AgusSalim.com).

4. Kasus pencemaran lingkungan oleh PT. Maligi Permata Industrial Estate

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup didayagunakan berbagai ketentuan hukum baik hukum

administrasi, hukum perdata maupun hukum pidana. Penegakan hukum pidana lingkungan

selain dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia juga dilakukan oleh

Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup yang kewenangannya diatur

dalam Pasal 94 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Page 31: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

Pada tanggal 22 Maret dan 29 Maret 2010 tim Kementerian Negara Lingkungan Hidup

melakukan pengumpulan bahan keterangan terhadap PT. Maligi Permata Industrial Estate.

Dari hasil pulbaket diketahui bahwa perusahaan telah melakukan pembuangan/dumping

limbah B3 dari proses IPAL sebanyak ± 2500 m3  yang ditempatkan pada 22 bak

penampungan di lokasi sekitar IPAL perusahaan. Pembuangan/dumping limbah sludge IPAL

yang dilakukan oleh PT. Maligi Permata Industri Estate diduga telah dilakukan sejak tahun

1996 hingga saat ini.

PT. Maligi Permata Industri Estate adalah perusahaan yang melakukan pengelolaan

Kawasan International Industry City (KIIC) – Karawang sejak tahun 1996, mengelola ± 74%

perusahaan yang terdiri dari berbagai jenis kegiatan antara lain chemicals, textile knitting,

elctrocnic components hingga car spare part (AgusSalim.com).

Kasus-kasus pencemaran lingkungan yang terjadi, semuanya berkaitan dengan

masalah etika. Masalah moral dan perilaku manusia. Terutama berkaitan dengan kerakusan

dan kelicikan manusia, perusahaan (korporasi) maupun negara dalam mengeksploitasi alam.

Keraf (2002) mengatakan bahwa krisis lingkungan global bersumber pada kesalahan

fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang mengenai dirinya, alam, dan

tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan cara pandang ini bersumber dari

etika antroposentrisme yang memandang manusia sebagai alam semesta. Manusia, dalam

pandangan etika yang bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf Barat modern, dianggap

berada di luar dan terpisah dengan alam. Alam sekadar alat pemuas manusia. Cara pandang

seperti ini melahirkan sikap dan perilaku kapitalistik yang eksploitatif tanpa kepedulian sama

sekali terhadap alam. Perilaku manusia yang ekspolitatif terhadap alam dapat dilihat dari

beberapa fakta berikut (Muhammadun,2008):

1. Kepentingan politik dan kekuasaan masih lebih mendominasi proses peradilan.

Bencana lumpur panas Lapindo bisa menjadi salah satu contoh. Hingga setahun lebih

kasus yang menyengsarakan masyarakat Porong, Sidoarjo ini, proses peradilannya

belum jelas.

2. Mafia peradilan dan tekanan pemodal. Keraf (2002) mengatakan bahwa perusahaan-

perusahaan asing multinasional banyak sekali menerapkan standar ganda sekaligus

menggunakan superioritas ekonomi dan politik untuk melindungi kepentingan

bisnisnya di negara-negara sedang berkembang.

3. Konflik kepentingan berbagai sektor akibat kerakusan dan kelicikan. Diijinkannya 13

perusahaan pertambangan beroperasi di kawasan lindung melalui PP 2/2008, dengan

Page 32: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

model pertambangan terbuka bisa menjadi contoh. Pihak pertambangan hanya

berpedoman PP 2/2008, Perpu Nomor 1 Tahun 2004 dan Keppres Nomor 41 Tahun

2004, tanpa memperhatikan prinsip-prinsip konservasi seperti dalam UU Nomor 5/1990

tentang Konservasi Sumberdaya alam dan Ekosistemnya, juga UU Nomor 23/1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Menyadari berbagai permasalahan lingkungan di atas, beberapa alternatif solusi yang

dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut (Muhammadun,2008):

1. Perubahan cara pandang terhadap alam secara filosofis dan radikal. Disadari bahwa etika

antroposentrisme dan kapitalisme telah menjadikan alam hanya sekedar alat pemuas,

hanya sekedar obyek eksploitasi manusia. Dan ternyata hal ini menimbulkan kerusakan.

Oleh karena itu dalam buku Etika Lingkungan, Keraf (2002) menuntut adanya perubahan

radikal dalam masyarakat modern. Etika Antroposentrisme harus diubah menjadi etika

biosentrisme dan bahkan etika ekosentrisme. Namun etika baru ini tidak bisa

direalisasikan manusia modern yang masih ‘’tercemari’’ paradigma lama yang

antroposentris. Sehingga perlu perubahan mendasar dan diaktualisasikan dalam wujud

gerakan bersama membangun kultur baru yang ecosophy.

2. Politik lingkungan yang dilandasi etika lingkungan. Komitmen politik global yang telah

disepakati dalam KTT Bumi tahun 1992 di Rio de Janeiro berupa paradigma

pembangunan berkelanjutan semestinya juga ditindaklanjuti dengan paradigma

keberlanjutan ekologi. Karena jika hanya terfokus pada paradigma pembangunan

berkelanjutan, dikhawatirkan dunia akan kembali terjebak pada etika developmentalisme

yang terbukti sangat eksploitatif dengan alasan pembangunan.

3. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).

4. Penegakan hukum lingkungan. Penegakan Hukum Lingkungan merupakan aspek penting

yang perlu dibahas tersendiri. Undang-undang Sumberdaya Air, Undang-undang

Penanaman Modal Asing, PP 2/2008 dan lain sebagainya, semestinya ditinjau kembali

untuk kepentingan penyelamatan sumberdaya alam dan lingkungan. Karena bila substansi

peraturan perundangan tidak menjamin kepentingan lingkungan hidup dan tidak pro

rakyat, maka akan terjadi pembangkangan rakyat (civil disobedience) dalam mematuhi

peraturan perundang-undangan tersebut.

Konsep etika lingkungan yang dilandasi aspek spiritualitas sebagai koreksi

fundamental kesalahan kapitalisme dan developmentalisme harus diaktualisasi secara

komprehensip baik pada tataran individu, publik maupun negara. Diharapkan langkah ini

akan memberi secercah harapan bagi upaya penyelamatan sumberdaya alam dan lingkungan.

Page 33: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

KESIMPULAN

Kelembagaan Lingkungan Hidup saat ini sudah cukup berkembang dan kesadaran

berlingkungan juga meningkat dan meluas namun masih bersifat pasif karena hanya

berkembang di daerah-daerah tertentu. Penataan hukum juga masih tetap lemah, sedangkan

instrumen alternatif untuk menjerat perusahaan yang merusak lingkungan hidup juga belum

dapat dilaksanakan. Kepentingan-kepentingan lingkungan hidup hanya diperjuangkan oleh

kelompok kecil kelas menengah dengan hampir tanpa ada kekuatan politik. Oleh karena itu,

perlu pembenahan kelembagaan sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat mempunyai

kekuatan politik serta dapat tercipta mekanisme yang lebih menyuarakan aspirasi masyarakat.

Kementrian Lingkungan Hidup mendorong agar industri secara suka rela melakukan

audit lingkungan, untuk itu perlu diberikan suatu insentif dan keuntungan tertentu yang

berkaitan dengan tindakan penegakan hukum. Karena terbatasnya wewenang Bapedal, dan

fakta bahwa tindakan penegakan hukum berkaitan dengan instansi lain (kepolisian dan

kejaksaan), maka jelas bahwa peraturan hukum yang mengatur soal pelaksanaan audit

lingkungan tidak bisa diwujudkan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

atau Kepala Bapedal, kecuali jika yang hendak diatur hanyalah persoalan teknis yang

berkaitan dengan pelaksanaan audit lingkungan. Untuk melindungi kepentingan masyarakat

luas, harus diatur pula hak masyarakat untuk memiliki akses terhadap laporan hasil audit. Hal

ini perlu dilakukan agar terdapat keseimbangan dan pengawasan dari masyarakat terhadap

kebijaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah. Jika setelah

mempertimbangkan jenis dan tingkat pelanggaran serta itikad pelanggar, masyarakat merasa

tidak puas dengan kebijaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah, maka

masyarakat dapat melakukan tindakan penegakan hukum sendiri lewat gugatan perdata.

Page 34: komang4d1.files.wordpress.com file · Web viewKEBIJAKAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia) Abstraksi. Pemerintah terus mengupayakan adanya

REFERENSI

Anon. 1996. Guiddelines for Environmental Auditing Generale Principles. ISO, Geneve Switzerland.

Bapedal. 1995. Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak Lingkungan Seri IV KEPMEN LH No.Kep-42/MEN LH/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. Bapedal, Jakarta.

Hadiwiardjo, Bambang H. ISO 14001-Panduan Penerpaan Sistem Manajemen Lingkungan. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

International Standards Organisation (ISO) 14000. 2005. Sistem Manajemen Lingkungan -Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan

Rusmana, Oman. 2003. Sikap dan Niat Akuntan terhadap Internalisasi Informasi Lingkungan dalam Sistem Akuntansi Perusahaan. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI di Surabaya, 16-17 Oktober 2003.

Soemarno. 2004. Pendekatan Ekologi-Ekonomi Dalam Pengembangan Sumberdaya Hutan.

Suparmoko, M. 1989. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Suatu Pendekatan Teoritis, BPFE-Yogyakarta.

Supriadi. 2005. Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Syahrudin. 2004. Perlakuan Akuntansi Biaya Pelestarian Lingkungan sebagai Biaya Sosial dan Pelaporannya dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UMM. 2004

Tardan, M. Agus M, dkk. Audit Lingkungan. Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Tony Djogo. 2006. Akuntansi Lingkungan. Makalah 7 Pebruari 2006.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Soemartono, Gatot P. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika