· Web viewKeberhasilan pembangunan ekonomi di Kota Cirebon tentunya tidak lepas dari usaha...

34
Pemerintah Kota Cirebon Bab III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Keberhasilan pembangunan ekonomi di Kota Cirebon tentunya tidak lepas dari usaha Pemerintah Kota Cirebon dalam mewujudkan Visi Walikota dan Wakil Walikota, sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yaitu “Terwujudnya Kota Cirebon sebagai Kota yang Religius, Aman, Maju, Aspiraif dan Hijau (RAMAH) pada Tahun 2018“. Salah satu Misinya adalah Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Kota Cirebon dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat. Khusus untuk Bidang Ekonomi pembangunan lebih ditingkatkan secara bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya pemerataan pendapatan, dengan harapan akan meningkatkan daya beli secara merata dalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat. 3.1.1. Kondisi Ekonomi Kota Cirebon Tahun 2012 Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 1

Transcript of  · Web viewKeberhasilan pembangunan ekonomi di Kota Cirebon tentunya tidak lepas dari usaha...

Pemerintah Kota Cirebon

Bab IIIRANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi

Keberhasilan pembangunan ekonomi di Kota Cirebon tentunya tidak lepas dari usaha Pemerintah Kota Cirebon dalam mewujudkan Visi Walikota dan Wakil Walikota, sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yaitu “Terwujudnya Kota Cirebon sebagai Kota yang Religius, Aman, Maju, Aspiraif dan Hijau (RAMAH) pada Tahun 2018“.

Salah satu Misinya adalah Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Kota Cirebon dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat.

Khusus untuk Bidang Ekonomi pembangunan lebih ditingkatkan secara bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya pemerataan pendapatan, dengan harapan akan meningkatkan daya beli secara merata dalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat.

3.1.1. Kondisi Ekonomi Kota Cirebon Tahun 2012

Kondisi perekonomian Kota Cirebon pada tahun 2012 secara umum mengalami pertumbuhan yang positif, kecuali sektor pertanian. Bila pada tahun 2010 PDRB Kota Cirebon tumbuh 3,81 persen, pada tahun 2011 tumbuh 5,93 persen, tetapi pada tahun 2012 pertumbuhannya

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 1

Pemerintah Kota Cirebon

sebesar 5,57 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon pada tahun 2012 banyak dipengaruhi oleh sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor industri pengolahan yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 6,18 persen dan 5,92 persen.

Selama periode tahun 2012, PDRB Kota Cirebon yang dihitung atas dasar Harga Berlaku mencapai angka Rp 13,216 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 9,08 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 12,117 trilyun. Sedangkan untuk mengetahui PDRB secara riil harus dilihat dari PDRB yang didasarkan atas dasar Harga Konstan dengan harga yang digunakan adalah harga-harga ditahun 2000. Dengan harga konstan tahun 2000 tersebut PDRB Kota Cirebon tahun 2012 mencapai angka Rp 5,867 trilyun sementara pada tahun 2011 mencapai angka Rp 5,557 trilyun. Dengan membandingkan angka kedua tahun tersebut terlihat bahwa PDRB atas dasar harga konstan tahun 2012 telah tumbuh sebesar 5,57 persen sebagai indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).

Angka LPE ini ternyata menunjukan pertumbuhan yang lebih kecil dari LPE tahun sebelumnya yang mencapai 5,93 persen, penurunan angka ini sebesar 0,36 poin dari LPE tahun sebelumnya menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 ini mengalami sedikit perlambatan.

Secara umum kegiatan ekonomi di Kota Cirebon dikelompokan menjadi tiga (3) sektor ekonomi, yaitu Sektor Primer, Sektor Sekunder dan Sektor Tersier. Dari pengelompokan tersebut tampak bahwa kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah. Total

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 2

Pemerintah Kota Cirebon

Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier tahun 2012 mencapai Rp 9.130.404,- milyar atau meningkat 9,17 persen dibanding tahun sebelumnya (2011).

Kelompok sekunder mengalami peningkatan sebesar 10,49 persen yaitu dari Rp 3.711,48 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 4.045,64 milyar di tahun 2012, sedangkan untuk kelompok primer mengalami penurunan sekitar 3,26 persen atau dari Rp 42,23 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 40,85 milyar di tahun 2012.

Berdasarkan harga konstan 2000, sektor sekunder dan tersier selama tahun 2012 menunjukan kinerja yang meningkat dengan pertumbuhannya yang positif. Sementara itu sektor primer mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, kondisi ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya dimana semua sektor mengalami peningkatan kinerja yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang positif.

PDRB kelompok sektor tersier yang merupakan sektor-sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi pada tahun 2011 sebesar Rp 3.526,80 milyar naik menjadi Rp 3.720,78 milyar pada tahun 2012. Sementara kelompok sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian pada tahun 2012 sebesar Rp 19,78 milyar atau mengalami penurunan sebesar 4,73 persen, sedangkan kelompok sektor sekunder yang terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas, air bersih dan bangunan pada tahun 2012 mencapai Rp 2.126,68 milyar sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp 2.010,38 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 5,78 persen.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 3

Pemerintah Kota Cirebon

Tabel 3.1.Produk Domistik Regional Bruto Kota Cirebon

Tahun 2009 – 2012 (atas dasar harga konstan th 2000)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012

1 2 3 4 51. Primer

1. Pertanian2. Pertambangan

18,9018,90

-

20,4320,43

-

20,7720,77

-

19,7819,78

-

2. Sekunder3. Industri4. Listrik Gas dan Air5. Bangunan

2.055,621.689,25

114,77251,60

1.921,121.516,44

128,49276,19

2.010,381.568,91

131,91309,57

2.126,681.661,73

140,07324,89

3. Tersier6. Perdagangan7. Pengangkutan8. Lembaga Keuangan9. Jasa-jasa

2.979,751.532,11

623,66392,65431,33

3.305,311.649,62

732,04459,03464,62

3.526,801.716,22

822,64496,67491,28

3.720,781.816,99

863,37524,43515,99

PDRB 5.054,26 5.246,86 5.557,95 5.867,25

Sumber : PDRB Kota Cirebon 2009-2012 (BPS)

Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan, semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi. Distribusi persentase juga dapat memperlihatkan konstribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan), semakin besar

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 4

Pemerintah Kota Cirebon

peranan suatu sektor dalam perekonomian dapat dikatakan bahwa sektor tersebut sebagai engine growth atau mesin pertumbuhan ekonomi daerah.

Pada Grafik 2, diperlihatkan struktur ekonomi Kota Cirebon pada tahun 2009 – 2012, menurut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Dalam kurun waktu tersebut nampak sekali bahwa kelompok sektor primer dan sekunder mengalami penurunan kontribusi yang cukup signifikan, hal ini disebabkan kinerja sektor pertanian dan industri yang semakin tertinggal perkembangannya dari sektor-sektor lainnya. Pada kelompok sektor primer konstribusinya yaitu dari 0,34 persen di tahun 2009 menjadi 0,31 persen pada tahun 2012, konstribusi kelompok sekunder dari 34,83 persen di tahun 2009 menjadi 30,61 persen di tahun 2012.

Grafik 3.1. Struktur Ekonomi Kota Cirebon Tahun 2008 – 2011

2009

2010

2011

2012

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0.340000000000001

0.36

0.35

0.310000000000001

34.83

30.73

30.63

30.61

64.83

68.91

69.02

69.08

primer

sekunder

tersier

Sementara itu kelompok sektor tersier terlihat semakin memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota Cirebon, kontribusinya meningkat dari

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 5

Pemerintah Kota Cirebon

64,83 persen di tahun 2009 menjadi 69,08 persen pada tahun 2012, kelompok sektor tersier ini sangat didukung oleh sektor perdagangan.

Di Kota Cirebon peranan sektor pertanian merupakan sektor yang memberi kontribusi paling kecil dibandingkan dengan sektor lainnya, pada tahun 2012 distribusi sektor pertanian atas dasar harga berlaku sebesar 0,31 persen mengalami sedikit penurunan dibanding dengan tahun 2011 yang sebesar 0,35 persen.

Kelompok sektor sekunder yang didukung oleh sektor industri, sektor listrik, gas dan air (LGA) serta sektor bangunan konstribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Cirebon dari tahun ketahun mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena menurunnya konstribusi sektor industri terhadap PDRB. Sedangkan besaran konstribusi dari masing-masing sektor adalah sebagai berikut; sektor industri sebesar 21,91 persen, sektor LGA sebesar 2,24 persen dan sektor bangunan sebesar 6,46 persen.

Kelompok sektor tersier selalu memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan kelompok sektor yang lainnya dan senantiasa mengalami peningkatan. Jika pada Tahun 2011 konstribusi sektor tersier sebesar 69,02 persen maka pada tahun 2012 sebesar 69,08 persen. Kelompok sektor tersier ini didukung oleh sektor perdagangan sebesar 35,21 persen yang memberikan konstribusi tertinggi bagi PDRB Kota Cirebon, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan konstribusi sebesar 15,29 persen, sektor lembaga keuangan dengan konstribusi sebesar 10,57 persen dan sektor jasa konstribusinya sebesar 8,01 persen.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 6

Pemerintah Kota Cirebon

Dari uraian konstribusi di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian di Kota Cirebon sejak beberapa tahun kebelakang sangat didukung oleh sektor perdagangan dan sektor industri dengan konstribusi masing-masing merupakan penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Kota Cirebon.

Pada sektor industri kegiatan usaha didominasi pada dua jenis usaha besar yaitu industri makanan ternak dan jaring dimana sebagian besar produknya dipasarkan di luar Kota Cirebon.

Sedangkan sektor perdagangan kegiatan usahanya cukup beragam yaitu mulai dari pedagang kecil sampai ke pedagang besar, tingginya konstribusi di sektor ini dapat dimengerti karena Kota Cirebon merupakan Kota Niaga.

Tingginya konstribusi sektor sekunder dan sektor tersier berarti pula bahwa roda ekonomi Kota Cirebon separuhnya masih digerakan oleh usaha bidang perdagangan dan jasa serta industri sebagai penggerak utama perputaran ekonomi di Kota Cirebon.

Secara fisik kegiatan ekonomi di sektor perdagangan dan jasa dapat dilihat hampir di setiap wilayah Kota Cirebon, besarnya rentang PDRB sektor primer dan tersier merupakan gambaran yang cukup kuat bahwa basis kegiatan ekonomi Kota Cirebon tidak bersumber dari kekayaan alam yang terdapat di Kota Cirebon.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 7

Pemerintah Kota Cirebon

Grafik 3.2. : Distribusi PDRB Kota Cirebon 2012Atas Dasar Harga Berlaku

Pertanian; 0.310000000000001

Industri; 21.91 Listrik, Gas dan Air; 1.93

Bangunan; 6.46

Perdagangan; 35.21

Pengangkutan; 15.29

Lembaga Keuangan;

10.57

Jasa-jasa; 8.01

Pertanian Industri Listrik, Gas dan AirBangunan Perdagangan PengangkutanLembaga Keuangan Jasa-jasa

Sedangkan sektor-sektor yang memberikan konstribusi terendah bagi pembentukan PDRB selama kurun waktu 2012 adalah sektor pertanian dan sektor LGA masing-masing memberikan konstribusinya sebesar 0,31 persen dan 2,24 persen.

Secara umum perekonomian Kota Cirebon mengalami pertumbuhan yang positif di tahun 2012 yaitu sebesar 5,57 persen, Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya mencapai angka 6,18 persen, selanjutnya diikuti oleh sektor industri pengolahan, bangunan, serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 8

Pemerintah Kota Cirebon

masing-masing sebesar 5,92 persen,5,87 persen dan 5,59 persen.

Apabila Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon dipakai sebagai dasar (Base Line), maka kinerja sektoral dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah sektor yang mencapai pertumbuhan di atasrata-rata (5,57 peren), Kelompok Kedua adalah sektor yang berhasilmencapai pertumbuhan positif walaupun masih dibawah LPE rata-rata, Kelompok Ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif.

Tabel 4.2.Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Cirebon

ADH Konstan 2000 Tahun 2009 – 2012 (%)

SEKTOR 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 1,88 8,14 1,62 -4,732. Pertambangan - - - -3. Industri 0,09 -10,23 3,46 5,924. Listrik, Gas dan Air Bersih 9,46 11,95 2,66 6,185. Bangunan 7,90 9,78 12,08 4,956. Perdagangan 9,12 7,67 4,04 5,877. Pengangkutan 3,91 17,38 12,38 4,958. Keuangan 5,22 16,91 8,20 5,599. J a s a 10,80 7,72 5,74 5,03

T o t a l 5,05 3,81 5,93 5,57 Sumber : PDRB Kota Cirebon Th 2009-2012 (BPS)

Dari tabel 2 terlihat bahwa pertumbuhan sektor yang termasuk pada kelompok pertama yaitu sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 9

Pemerintah Kota Cirebon

perusahaan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih.

Sektor listrik, gas dan air bersih mampu tumbuh sebesar 6,18 persen, pertumbuhan sektor ini sangat didukung oleh subsektor listrik dan gas kota yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 6,77 persen dan 6,74 persen. Peningkatan jumlah pelanggan dikedua subsektor ini akibat maraknya tempat hunian baru serta tempat-tempat belanja selama tahun 2012.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan yang mencapai 5,92 persen pada tahun ini, nampaknya geliat sektor industri perlahan mulai meningkat setelah mengalami penurunan kinerja pada tahun 2010 dan mengalami perlambatan di tahun 2011.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perlambatan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 5,87 persen, pertumbuhan sektor ini sangat didukung oleh subsektor hotel yang tumbuh sebesar 6,71 persen, sektor ini merupakan salah satu penggerak ekonomi di Kota Cirebon. Meningkatnya kegiatan usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan Kota Cirebon merupakan basis kegiatan ekonomi di Wilayah III Cirebon, dengan didukung jumlah Hotel bintang dan non bintang yang cukup banyak serta letak yang strategis, Kota Cirebon menjadi pilihan bagi para pelaku ekonomi untuk memilih sarana akomodasi, begitupula untuk kegiatan usaha restoran, Kota Cirebon banyak makanan khasnya seperti

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 10

Pemerintah Kota Cirebon

Nasi Jamblang, Empal Gentong dan Seafood serta makanan khas lain menjadikan usaha di bidang restoran dapat berkembang dengan pesat.

Sementara itu dengan banyaknya usaha-usaha baru yang tumbuh di Kota Cirebon telah mendorong peningkatan nilai tambah pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan sektor ini sangat didukung oleh sub sektor Bank yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,89 persen di tahun 2012.

Yang termasuk kelompok kedua adalah kelompok sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada kelompok ini.

Pertumbuhan sektor bangunan sebesar 4,95 persen, pertumbuhan yang terjadi di tahun 2012 masih lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun masih dapat dilihat adanya pembangunan baik perumahan maupun pusat perbelanjaan.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 4,95 persen, pertumbuhan sektor ini sangat didukung oleh sub sektor komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,10 perse. Kemajuan di bidang komunikaso diwarnai oleh makin beragamnya teknologi informasi, pada saat ini alat komunikasi lebih kompetitif dengan berbagai fasilitas yang tersedia serta harga yang bersaing. Dengan kondisi yang demikian jumlah pengguna alat komunikasi makin bertambah dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan sektor jasa-jasa mencapai 5,03 persen, pada tahun ini sub sektor jasa swasta yang terdiri dari jasa

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 11

Pemerintah Kota Cirebon

sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga tumbuh sebesar 5,55 persen, sub sektor pemerintahan umum tumbuh sebesar 5,57 persen, sub sektor ini merupakan salah satu lapangan kegiatan ekonomi masyarakat yang cukup dominan.

Yang termasuk kelompok ketiga adalah sektor pertanian, kinerja sektor pertanian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 4,73 persen dibandingkan dengan tahun 2011, hal ini terjadi karena adanya penurunan luas tanam dan pergeseran masa panen akibat kemarau panjang selama tahun 2012. Penyumbang terbesar pertumbuhan di sektor ini adalah sub sektor tanaman perkebunan sebesar 2,99 persen, sedangkan sub sektor perikanan justru mengalami penurunan sebesar 6,79 persen.

PDRB per kapita yang menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3.PDRB Perkapita Kota Cirebon dan Laju Pertumbuhannya

Tahun 2009-2012

Tahun ADH Berlaku(Rp)

Pertumbuhan(%)

ADH Konstan 2000 (Rp)

Pertumbuhan(%)

1 2 3 4 5

2009 33.518.374,87 9,76 17.151.699,69 4,30

2010 36.882.035,73 10,04 17.702.623,97 3,21

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 12

Pemerintah Kota Cirebon

2011 40.161.130,99 8,89 18.421.422,23 4,06

2012 43.652.976,57 8,69 19.378.441,81 5,20

PDRB Kota Cirebon tahun 2009-2012 (BPS)

Tabel diatas memperlihatkan bahwa PDRB perkapita atau percapita income Kota Cirebon terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi selama periode 2009 - 2012. Pada tahun 2009 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku di Kota Cirebon mencapai Rp. 33.518.374,23 mengalami peningkatan menjadi Rp. 43.652.976,57 pada tahun 2012. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2011) PDRB per kapita mengalami pertumbuhan sebesar sebesar 8,69 persen.

Kendati demikian peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Kota Cirebon secara umum, hal ini disebabkan pada PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.

Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Dari tabel 3 dapat terlihat bahwa PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan pada Tahun 2009 adalah sebesar Rp.17.151.699,69 mengalami pertumbuhan menjadi Rp. 19.378.441,81 pada tahun 2012. Secara riil daya beli masyarakat tumbuh sebesar 5,20 persen dibandingkan tahun 2011.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 13

Pemerintah Kota Cirebon

Walaupun PDRB per kapita di Kota Cirebon relatif tinggi sebenarnya angka tersebut bukan merupakan cerminan rata-rata pendapatan absolut yang diterima oleh penduduk, karena komponen PDRB yang dimaksud terdiri dari surplus usaha, pembentukan modal, penyusutan dan upah gaji, sehingga tidak semua komponen PDRB tersebut dinikmati oleh penduduk.

Faktor lain yang juga menyebabkan PDRB per kapita Kota Cirebon cukup besar adalah jumlah penduduk Kota Cirebon relatif kecil sehingga bisa dimengerti mengingat Kota Cirebon mempunyai karakteristik seperti kota metropolitan yaitu jumlah penduduk struktural lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk secara fungsional.

3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Laju pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi, indikator ini biasanya digunakan untuk menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu.

Secara teori dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukan pertumbuhan produksi barang dan jasa disuatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu.

Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai PDB di tingkat nasional, sedangkan ditingkat daerah dikenal

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 14

Pemerintah Kota Cirebon

sebagai PDRB. Semakin baik pertumbuhan produksi barang dan jasa yang dihasilkan sektor-sektor ekonomi, maka akan semakin baik pula pertumbuhan ekonominya, yang berarti secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.

Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan ekonomi di tingkat regional dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan yang positif menunjukan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya. Untuk melihat fluktuasi perekonomian secara riil perlu disajikan PDRB secara berkala.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon pada tahun 2012 sebesar 5,57 persen, sedikit mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya (2011) yang mencapai 5,93, tetapi jika dilahat dari laju pertumbuhan ekonomi dua tahun sebelumnya di Kota Cirebon mengalami peningkatan.

Selama tiga tahun antara tahun 2008 sampai tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon mengalami kelesuan, pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2008 (5,64 %).

Pada tahun 2013 produktifitas perekonomian di Kota Cirebon dirasakan relatif sangat baik dibanding tahun-tahun sebelumnya dan sesudahnya.

Namun dengan kondisi yang mulai relatif stabil pada produksi barang dan jasa yang dihasilkan sektor-sektor ekonomi pada tahun 2012, misalnya peningkatan produksi pada kegiatan pelabuhan dan industri, diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 15

Pemerintah Kota Cirebon

mengalami perbaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 5,57 persen.

3.3 I n f l a s i

Angka inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hiup masyarakat, perubahan nilai asset dan kewajiban serta nilai kontrak/transaksi bisnis.

Angka inflasi dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan, baik tingkat mikro maupun makro, fiskal maupun moneter.

Pada tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap, pada tingkat korporat angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak bisnis.

Pada Desember 2011 terjadi inflasi sebesar 3,20 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 134,34 pada bulan Desember 2011 menjadi 138,86 pada bulan Desember 2012, sedangkan inflasi pada Desember 2012 sebesar 0,24 persen.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 16

Pemerintah Kota Cirebon

Tabel 3.4.Inflasi Kota Cirebon Tahun 2009 – 2012

Bulan I H K Inflasi Bulanan2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

Januari 116,93 123,03

130,34

135,17

-0,21 0,84 0,12 0,62

Pebruari 118,13 123,11

130,11

134,84

0,81 0,91 -0,05 -0,24

Maret 118,25 122,44

129,77

134,43

0,91 0,36 -0,31 -0,30

April 118,10 122,53

129,77

134,37

0,79 0,43 -0,80 -0,04

Mei 118,15 122,80

129,48

134,51

0,83 0,66 -0,54 0,10

Juni 118,30 123,97

129,86

135,11

0,96 1,61 -0,25 0,45

Juli 118,39 125,42

130,83

137,55

1,03 2,80 0,50 1,81

Agustus 119,88 127,09

132,21

138,27

2,30 4,17 1,56 0,52

September

121,25 128,33

132,57

138,24

3,47 5,19 1,84 -0,02

Oktober 121,39 128,51

132,78

138,36

3,59 5,34 2,00 0,09

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 17

Pemerintah Kota Cirebon

Nopember 121,40 129,53

133,45

138,53

3,60 6,17 2,51 0,12

Desember 122,00 130,18

134,34

138,86

4,11 6,70 3,20 0,24

Perkembangan inflasi tahunan Kota Cirebon berada dibawah inflasi Nasional dan hampir sama dengan inflasi Jawa Barat. Inflasi tahunan Kota Cirebon tercatat turun dari semula 4,75 % menjadi 3,20 % pada triwulan III Tahun 2011. Sementara itu, level inflasi Nasional adalah sebesar 4,61 % dan inflasi Jawa Barat adalah sebesar 3,29 %.

Secara triwulanan, inflasi Kota Cirebon sebesar 2,09 % (qtq) merupakan peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dua triwulan awal 2011.

Dibandingkan dengan laju inflasi Nasional dan Jawa barat, inflasi Kota Cirebon pada triwulan III Tahun 2011 memang lebih tinggi, inflasi Nasional sebesar 1,89 % sedangkan inflasi triwulanan Jawa Barat sebesar 0,89 %. Inflasi triwulan III Tahun 2011 disumbang oleh semua kelompok barang dan jasa, terutama pada kelompok pendidikan, kelompok sandang dan kelompok bahan makanan. Berdasarkan disagregasinya, inflasi tertinggi terdapat pada kelompok inti, yaitu 1,52 % (qtq). Komoditas yang mendorong tingginya inflasi pada kelompok inti terutama kenaikan harga emas selama tiga bulan berturut-turut dan kenaikan biaya pendidikan SLTA,SLTP dan SD pada Bulan Agustus 2011. Kenaikan harga emas di Kota Cirebon didorong oleh kenaikan harga emas internasional serta permintaan yang tinggi juga

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 18

Pemerintah Kota Cirebon

memberikan tekanan pada harga emas perhiasan. Komoditas strategis lain yang mengalami inflasi pada kelompok inti adalah semen, susu, gula pasir, batu bata dan sepeda motor. Di sisi lain, kelompok volatile food (pangan) yang semula deflasi 0,16% (qtq) mencatatkan inflasi sebesar 0,35 % (qtq). Komoditas yang memberikan andil diantaranya adalah beras, daging-dagingan,dan cabe. Pada kelompok administered price (harga yang ditetapkan pemerintah), inflasi masih disebabkan oleh kenaikan cukai rokok, khususnya pada jenis rokok kretek. Komoditas lain yang turut menyumbang inflasi adalah kenaikan tarif kereta api pada bulan Agustus 2011 sejalan dengan faktor seasonal (puasa dan Idul Fitri).

Dalam pelaksanaan pembangunan tahun terakhir pelaksanaan RPJMD Tahun 2008-2013, diharapkan dapat memberikan kemajuan khususnya pembangunan di bidang ekonomi.

3.3.1. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Tahun 2012 – 2013.

Gambaran ekonomi Kota Cirebon tahun 2012-2013 akan dipengaruhi perkembangan lingkungan eksternal sebagai berikut :

Pertama, perkembangan globalisasi yang semakin meningkatkan integrasi perekonomian regional seperti menyatunya pasar Asia Tenggara yang terintegrasi dalam Asean Free Trade Area (AFTA). Keadaan ini disatu pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi perekonomian

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 19

Pemerintah Kota Cirebon

daerah, tetapi dilain pihak juga menuntut daya saing perekonomian yang lebih tinggi. Dorongan eksternal bagi perekonomian Kota Cirebon , antara lain berasal dari : perekonomian nasional terutama dari koridor ekonomi Jawa Bagian Utara – Bali, perekonomian kawasan regional Jawa Barat khususnya di Wilayah Cirebon yang telah diagendakan pembangunan infrastruktur strategis di wilayah hinterland. Dorongan eksternal selain menciptakan peluang dan menjadi pesaing dalam perekonomian namun juga sangat mempengaruhi perekonomian Kota Cirebon dari sisi permintaan antara lain untuk konsumsi rumah tangga seperti kebutuhan pokok bahan makanan selain dipengaruhi oleh pengaruh iklim global juga dipengaruhi oleh pasar komoditas pangan global, nasional maupun regional, hal ini disebabkan karena sebagian besar kebutuhan pokok khususnya pangan bagi masyarakat Kota Cirebon dipasok dari luar daerah termasuk dari daerah hinterland, sehingga aspek distribusi dan pasokan mempengaruhi indeks harga konsumen (IHK) di Kota Cirebon yang selalu tinggi.

Kedua, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka perekonomian daerah sangat tergantung pada perekonomian nasional, meskipun potensi timbulnya krisis ekonomi nasional menurun, namun potensi ketidakpastian eksternal tetap tinggi yang antara

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 20

Pemerintah Kota Cirebon

lain berasal dari kemungkinan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara industri paling maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, tingginya harga minyak bumi yang menyebabkan meningkatnya subsidi, menurunnya arus penanaman modal dan terpusatnya arus modal pada beberapa daerah maju.

Ketiga, penetapan standar produk dan regulasi dari negara maju yang cenderung tidak dapat dipenuhi oleh daerah-daerah yang baru berkembang.

Adapun lingkungan internal yang diperkirakan berpengaruh positif terhadap perekonomian Kota Cirebon dalam tiga tahun mendatang adalah sebagai berikut : - Kota Cirebon letaknya sangat strategis

menjadi counter magnet bagi daerah hinterland dan daerah perbatasan provinsi;

- sebagai simpul pergerakan orang maupun barang antar provinsi dan antar kabupaten;

- memiliki sarana dan prasarana pendukung perekonomian yang lengkap dan merupakan kota dagang yang telah maju sejak abad ke XIV.

Berbagai langkah kebijakan untuk meningkatkan investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara bertahap, dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diprediksi masih didorong konsumsi rumah tangga dan investasi. Pertumbuhan konsumsi

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 21

Pemerintah Kota Cirebon

masyarakat diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga permintaan konsumsi masyarakat diperkirakan terus meningkat.

Sedangkan investasi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan ditetapkannya Perda RTRW Kota Cirebon Tahun 2011-2031. Dari sisi penawaran, seiring dengan pertumbuhan di sisi permintaan kinerja sektoral diperkirakan tumbuh positif. Pertumbuhan sektoral diperkirakan terutama ditopang oleh pertumbuhan sektor sekunder dan tertier khususnya sub sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa.

Inflasi Kota Cirebon Tahun 2011 secara triwulanan berada pada rentang 1,25 % - 1,41 % sedangkan inflasi tahunan berada pada rentang 3,12 % - 3,37 %. Tekanan harga terutama diperkirakan berasal dari kelompok bahan makanan, mundurnya musim tanam diduga akan menyebabkan tekanan harga yang cukup tinggi pada komoditas beras.

Selain itu, curah hujan yang semakin tinggi diperkirakan akan mempengaruhi kualitas dan jumlah pasokan komoditas-komoditas yang terpengaruh oleh cuaca, seperti cabe merah, sayuran dan buah-buahan. Komoditas lain yang diperkirakan akan memberikan tekanan harga pada kelompok bahan makanan adalah telur ayam ras, daging ayam ras dan minyak goreng. Kelompok lain yang di perkirakan akan memberikan tekanan pada inflasi Kota Cirebon adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar. Komoditas yang diperkirakan akan menyumbang inflasi pada

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 22

Pemerintah Kota Cirebon

kelompok ini adalah komoditas bahan-bahan bangunan, seperti batu-bata dan semen. Berdasarkan digradasinya, tekanan inflasi Kota Cirebon pada triwulan I-2013 didominasi oleh kenaikan harga pada kelompok volatile food dan harga cabe dan bawang yang sangat melambung.

Sementara itu, sumber tekanan harga pada kelompok inti diperkirakan hanya dari bahan bangunan dan emas perhiasan meskipun tidak setinggi pada triwulan sebelumnya. Sedangkan tekanan harga pada kelompok administered price diperkirakan hanya bersumber dari adanya rencana kenaikan tarif tol dan fluktuasi harga BBM non-subsidi. (Sumber : Kajian Ekonomi Regional Wilayah Cirebon TW III tahun 2011).

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran, terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Disebutkan juga bahwa pendapatan daerah menurut UU No.33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 11 merupakan hak pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Sebagaimana ketentuan perundang-

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 23

Pemerintah Kota Cirebon

undangan, pendanaan penyelenggaraan pemerintahan telah diatur sesuai kewenangan yang diserahkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat dibiayai dari APBN, baik kewenangan pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama.

Berdasarkan pada hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah yang terdiri dari kebijakan pendapatan, belanja dan pendapatan. Kebijakan-kebijakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2015.Perencanaan pendapatan daerah pada tahun 2015 dihitung dengan asumsi :1) Pendapatan asli daerah dihitung dengan

memperhatikan realisasi perkembangan pendapatan, serta prakiraan masing-masing potensi jenis pendapatan asli daerah;

2) Dana perimbangan berupa bagi hasil pajak/bukan pajak dihitung dengan memperhatikan potensi masing-masing jenis pajak. DAU diasumsikan naik sebesar 6% dari tahun 2014, sementara DAK diasumsikan naik sebesar 5%;

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 24

Pemerintah Kota Cirebon

3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah sementara diperhitungkan pada sumber-sumber pendapatan yang dapat dipastikan.

Berdasarkan data tahun 2012-2014, secara keseluruhan pendapatan daerah mengalami peningkatan dengan persentase kenaikan fluktuatif. Secara persentase dan nominal hanya kelompok komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang secara konsisten mengalami kenaikan, sedangkan kelompok dana perimbangan menunjukkan kecenderungan penurunan baik secara nominal dan kontribusi terhadap pendapatan daerah.

Komposisi Pendapatan tahun 2014 naik sebesar 1,32% dari tahun sebelumnya (2013), sementara Dana Perimbangan pada tahun 2014 turun sebesar 7,46% dari tahun sebelumnya (2013). Komposisi lain-lain pendapatan daerah yang sah tahun 2014 turun sebesar 30% dari tahun sebelumnya (2013). Penurunan ini karena data yang digunakan pada Tabel 3.3. dikomposisi lain-lain pendapatan daerah yang sah tahun 2014 belum termasuk bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya (Dana provinsi).

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 25

Pemerintah Kota Cirebon

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 60

Pemerintah Kota Cirebon

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Cirebon Tahun Anggaran 2015 III- 60