biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6...

25
KAJIAN TEKNIS DAN KEBIJAKAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN TPA REGIONAL * Oleh : SYAFRUDIN *Dipresentasikan dalam rangka FGD TPA Regional pada tanggal 27 Agustus 2018 Biro ISDA Propinsi Jawa Tengah di Semarang LATAR BELAKANG Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam rangka Penanganan Sampah Rumah Tangga pada Pasal 1 ayat 1 dan 2, Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada Pasal 1 ayat 5, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistimatis, menyeluruh, dan berkesinambungan, yang meliputi pengurangan dan penanganan 1

Transcript of biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6...

Page 1: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

KAJIAN TEKNIS DAN KEBIJAKAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN TPA REGIONAL *

Oleh :

SYAFRUDIN

*Dipresentasikan dalam rangka FGD TPA Regional pada tanggal 27 Agustus 2018 Biro ISDA Propinsi Jawa Tengah di Semarang

LATAR BELAKANG

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam rangka Penanganan Sampah Rumah Tangga pada Pasal 1 ayat 1 dan 2, Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada Pasal 1 ayat 5, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistimatis, menyeluruh, dan berkesinambungan, yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah; pendauran ulang sampah; dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut, pengelolaan sampah dibagi dalam dua kegiatan pokok, yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 20 menguraikan tiga aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, yaitu pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,

1

Page 2: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

dan pemanfaatan kembali sampah. Ketiga kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari prinsip pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan yang disebut 3R (reduce, reuse, recycle). Dalam Pasal 22 diuraikan lima aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan,pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.Menurut Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (2015), Tingkat Pelayanan Pengelolaan Persampahan Nasional pengelolaan sampah sebesar 86,73% dengan pelayanan pada tingkat pedesaan sebesar 82,00% dan perkotaan sebesar 91,43 %. Secara Nasional target 2015-2019 pengembangan sistem pengelolaan persampahan dengan akses pelayanan 100% baik di perkotaan maupun di pedesaan dengan strategi pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan kepedulian dan komitmen pemerintah daerah, peningkatan kelembagaan dan kompetensi SDM , pengembangan teknologi, peningkatan kerjasama lintas sektor dan kemitraan serta peningkatan implementasi produk pengaturan. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Menurut teori manajemen, pengelolaan akan berhasil dengan baik apabila terjadi hubungan yang utuh dan berkesinambungan terkait antar aspek pengelolaannya seperti aspek kelembagaan, aspek teknis operasional, aspek peraturan, aspek finansial dan aspek peran serta masyarakat. Oleh karena itu kinerja keberhasilan pengelolaan sampah juga dipengaruhi oleh dukungan harmonisasi hubungan antar aspek tersebut. Kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut bermakna agar pada saatnya nanti seluruh lapisan masyarakat dapat terlayani dan seluruh sampah yang timbul dapat dipilah,dikumpulkan, diangkut, diolah, dan diproses pada tempat pemrosesan akhir.

2

Page 3: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

Pada tahapan pemrosesan akhir sampah, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA ) pada awalnya sebagian besar didesain dengan sistem sanitary landfill namun dalam operasionalnya hampir semua TPA di operasionalkan dengan Open Dumping. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 ada keharusan bagi pemerintah kabupaten/kota untuk menerapkan konsep sanitary landfill pada TPAnya. Pemerintah Daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan konsep open dumping paling lama 1 tahun dan diharuskan menutup TPA yang operasionalnya dengan sistem open dumping paling lama 5 tahun sejak berlakunya undang-undang ini.

Disisi lain, banyak pemerintah daerah yang memiliki TPA pada saat ini hampir habis masa operasionalnya dan membutuhkan lokasi TPA baru. Hambatan lain, hampir sebagian besar pemerintah daerah memiliki kendala terbatasnya lokasi TPA yang memenuhi syarat baik pada pada kelayakan teknis, ekonomis maupun lingkungan. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut , salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengupayakan pengelolaan sampah regional terpadu dan terintegrasi antar Pemerintah Daerah. Strategi ini, selaras dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan dimana salah satu sasaran adalah peningkatan kualitas TPA menjadi sanitary landfill untuk kota besar dan kota metro, serta controlled landfill untuk kota sedang dan kota kecil. Hal ini didasari kenyataan bahwa kota-kota pada umumnya mengalami masalah lokasi TPA yang semakin terbatas . Oleh karena itu melalui kerjasama pengelolaan TPA antar kabupaten/kota akan sangat membantu menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah di kabupaten/kota terkait.

LANDASAN YURIDIS

1. Undang-undang no.32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan

2. Undang-undang no.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

3

Page 4: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

3. Undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah4. Undang-undang no. 38 tahun 2007 tentang Kewenangan5. Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan6. Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi

Nasional Pengelolaan Sampah; 7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 tahun 2012 tentang Jenis

Kegiatan yang Wajib Amdal 8. Peraturan Presiden No.148 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat

atas Perpres No. 71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Lahan untuk Kepentingan Umum

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P10/MENLHK /SETJEN/PLB.0/4/2018

10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 3 tahun 2014 tentang Pengelolaan Persampahan di Jawa Tengah

11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.6 tahun 2010 tentang Tata Ruang Wilayah Jawa Tengah

TAHAPAN PERENCANAAN TPA REGIONAL

Dengan kata lain TPA Regional merupakan salah satu langkah strategis untuk mengatasi permasalahan sampah lintas kabupaten/kota. Pada dasarnya untuk mewujudkan TPA Regional, ada beberapa tahapan didalam mewujudkan TPA Regional yang terkait permasalahan ketika proses perwujudannya .

1. TAHAPAN KELAYAKAN LOKASITahapan awal yang dilakukan terkait kelayakan lokasi adalah

tahapan Pemilihan Lokasi TPA (Site Selection Landfill Study ). Lokasi TPA terpilih harus dapat dipastikan lokasi TPA bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, dan daerah rawan longsor), juga bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kedalaman air tanah kurang 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air, bukan

4

Page 5: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20 %), dan bukan daerah/kawasan yang dilindungi. Selanjutnya dari aspek demografi harus dipastikan bahwa kepadatan penduduk lebih rendah, tingkat kebisingan dan bau sehingga diperlukan semakin banyak zona penyangga.

Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah :

a. Jarak dari perumahan terdekat 500 mb. Jarak dari badan air 100 mc. Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m

(pesawat jet)d. Muka air tanah > 3 me. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det f. Merupakan tanah tidak produktifg. Bebas banjir minimal periode 25 tahun

Mengingat sulitnya mendapatkan lahan yang memadai didalam kota baik luasnya maupun kesesuaian dengan SNI No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA , maka disarankan untuk memilih lokasi TPA yang dapat digunakan secara regional dan sesuai dengan Tata Ruang. Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25 km) dapat menggunakan sistem transfer station.

2. KELAYAKAN TEKNIS (DETAIL ENGINEERING DESAIN).

Pemilihan lokasi TPA diatas adalah sebagai langkah awal dalam peningkatan metode pemrosesan akhir sampah. Untuk itu perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi yang komprehensif baik studi kelayakan teknis, ekonomis maupun dan studi kelayakan

5

Page 6: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

lingkungannya. Studi kelayakan adalah suatu penelitian untuk menilai suatu proyek layak atau tidak untu diwujudkan. Dengan terpilihnya lokasi TPA diatas maka perlu dibahas lebih lanjut kelayakannya terkait manajemen pengelolaan sampah pada umumnya , terutama keterkaitan dengan aspek teknis (pengumpulan dan pengangkutan serta pemrosesan akhir ). Studi kelayakan teknis mengacu pada ketentuan SNI 19-2454-2002 tentang .....

Kelayakan teknis TPA adalah berupa Detail Engineering Design (DED) Lokasi TPA, harus dapat mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian maka DED Lokasi TPA harus meliputi :

Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan

jalan operasi, saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (tanggul, lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi, ventilasi gas, barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan fasilitas pendukung (air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain)

Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah untuk membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal TPA tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.

Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar teknis, spesifikasi teknis dan desain note, Rencana Anggaran Biaya Pembangunan TPA, Rancangan Kelembagaan yang akan mengelola TPA, dokumen tender, spesifikasi teknis, disain note dan Standar Prosedur Operasional.

3. KELAYAKAN EKONOMIS

Kelayakan Ekonomis TPA adalah berupa perhitungan biaya investasi pembangunan Lokasi TPA, harus dapat memberikan kelayakan finansial yang mampu menunjukkan nilai investasi yang murah dan memenuhi standar kelengkapan sarana prasarana yang harus ada untuk menerapkan sistem sanitary landfill sebagai amanah Undang-undang

6

Page 7: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

No.18 tahun 2008. Dengan demikian maka Kelayakan Finansial Lokasi TPA harus meliputi :

a. Biaya Investasi Biaya pembangunan sarana dan prasarana yang harus ada untuk TPA dengan sistem sanitary landfill meliputi : Biaya pembangunan konstruksi kedap air lokasi dasar lahan urug

(landfill) Biaya pembangunan fasilitas TPA (jalan masuk, tempat penimbangan,

kantor, pintu masauk dan penjagaan, pagar, saluran drainase, ventilasi gas, pengolahan lindi, Listrik, air dan lain-lain )

Biaya penyediaan alat berat seperti wheel loader, track dozer, dump truck, yang dilengkapi fasilitas bengkel dan workshopnya;

Biaya pembangunan buffer zona dan zona penyangga;

b.Biaya Operasional dan Pemeliharaan TPA.Biaya operasional dan pemeliharaan TPA meliputi : Biaya personil (petugas TPA dan operator alat berat) Biaya bahan bakar alat berat Biaya perawatan alat berat seperti pelurasan, pergantian suku.

cadang, dan lain-lain Biaya penutupan tanah (tanah penutup) Biaya penyemprotan insektisida Biaya reklamasi lahan dan penghijauan di bekas TPA Biaya perawatan dan perbaikan fasilitas TPA (jalan masuk, kantor,

saluran drainase, ventilasi gas, pengolahan lindi dan lain-lain) Listrik, air dan lain-lain

Selanjutnya perlu ditentukan pula mekanisme pendanaan, apakah dana pembangunan semua diperoleh dari APBN, atau APBD Propinsi, atau bisa juga dilakukan dengan kontribusi dari APBD kabupaten/kota terkait yang ditentukan berdasarkan kesepakatan terkait besar kontribusinya. Selanjutnya berapa besar kabupaten/kota akan mendapatkan tipping fee,

7

Page 8: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

apakah terus menerus di subsidi dari pemerintah, atau dalam jangka waktu tertentu sudah bisa mandiri untuk menghidupi TPA Regional itu sendiri mengingat keterkaitannya kabupaten/kota dimana lokasi TPA Regional berada. Untuk itu harus ada persyaratan atau kompensasi yang jelas dari Pusat, Propinsi, dan dari Kabupaten/kota lainnya. Tentu saja untuk kompensasi ini harus benar-benar disepakati oleh semua pihak dan dituangkan ke dalam Berita Acara Kesepakatan mengikat. Dengan adanya dukungan dana dari APBN TPA Regional akan mampu mengelola sampah dengan baik. Tanpa dukungan dana yang kuat, maka kabupaten/kota yang mendapatkan status sebagai lokasi TPA Regional hanya akan mendapatkan kondisi resiko pencemaran kembali apabila pengelolaan sampah tidak terkelola sesuai perencanaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 3/PRT/M/2013, biaya operasional dan pemeliharaan operasional TPA minimal sebesar Rp. 60.000,- per ton, tentu saja sangat berat dipenuhi. Oleh karena itu perlu direncanakan untuk mengoptimalkan lokasi TPA regional dengan sebagai sumber energi terbarukan yang mampu memberikan nilai tambah balik keberadaan TPA. Pemanfaatan energi dari lokasi ini dapat memberikan pengurangan biaya operasional dan pemeliharaan yang cenderung mahal bila sanitary landfill harus diterapkan.

4. KELAYAKAN LINGKUNGAN Kelayakan lingkungan diwujudkan dalam bentuk dikeluarkannya

Izin Lingkungan setelah dokumen AMDAL nya disetujui oleh komisi penilai AMDAL Propinsi. Disamping kesesuaian rencana usaha pembangunan TPA Regional dengan tata ruang misal TPA Regional di Jawa Tengah maka perlu kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 dan Rencana Tata Ruang Wilayah dimana lokasi TPA secara administasi berada. Berkaitan dengan kelayakan lingkungan, sesuai kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib

8

Page 9: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

dilengkapi dengan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomer 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada pasal 2 dan lampiran I dinyatakan bahwa kapasitas total TPA > 100.000 wajib dilengkapi Studi AMDAL. Untuk menyusun dokumen AMDAL mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomer 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Sedangkan penilaian dokumen ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 terkait Kewenangan Penilaian Dokumen Rencana Pembangunan TPA Regional oleh Komisi Penilai AMDAL Tingkat Provinsi.

Dokumen AMDAL Rencana Pembangunan TPA Regional terdiri dari Dokumen Kerangka Acuan, Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan.

Sesuai tahapan rencana pembangunan TPA Regional terbagi atas tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi/operasional. Kegiatan prakontruksi yang diperkirakan akan memberikan dampak adalah Pengadaan Lahan, Pemilihan lokasi, Perencanaan Teknis, dan Sosialisasi. Sedangkan kegiatan yang dapat memberikan dampak pada lingkungan pada tahap konstruksi adalah Pematangan Lahan (Landclearing dan Landstripping), Mobilisasi dan rekrutmen tenaga kerja, Mobilisasi Peralatan dan Material, Pembangunan Fasilitas Umum dan Base Camp, dan Pembangunan Sarana Prasarana TPA ( Kantor, Workshop, Jembatan Timbang, Pos jaga, Lahan Urug dan Kendali Cemarannya, IPA Lindi dan kolam Kontrol, Penangkap Gas, Tempat Komposting, Ruang Pilah, jalan Kerja, Parkir , Kamar mandi dan WC, Tempat Lokasi Tanah Penutup, Buffer Area, Drainase, dan Pagar Lokasi). Untuk tahap Pasca Operasi kegiatan yang diperkirakan nakan memberikan dampak adalah Remediasi Lahan, Pemantauan gas dan lindi.

Dokumen ANDAL berisi catatan terkait diskripsi kegiatan latar belakang berikut tujuan dan manfaat dibutuhkan rencana ini, justifikasi

9

Page 10: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

kegiatan terhadap tata ruang, diskripsi rencana pembangunan TPA berikut metode pelaksanaannya, rona lingkungan awal tapak kegiatan, identifikasi dampak dan prediksi dampak, serta arahan dampak yang harus dikelola nanti akibat Pembangunan TPA Regional.

Dampak lingkungan yang diperkirakan akan muncul berupa dampak fisik kimia, dampak biologi, dampak sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat. Dampak Fisik Kimia akan mengena pada komponen lingkungan penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, peningkatan kebauan, penurunan kualitas air permukaan dan air tanah, peningkatan air larian, peningkatan lalu lintas harian, kualitas tanah, pertumbuhan air lindi penumpukan sampah. Dampak terhadap komponen biologi adalah hilangnya flora dan fauna yang langka dan hilangnya biota air. Dampak komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya adalah timbulnya kesempatan bekerja dan berusaha, persepsi masyarakat dan keresahan masyarakat sekitar. Sedangkan dampak terhadap kesehatan masyarakat adalah meningkatnya pola penyakit masyarakat sekitar. Semua dampak ini harus dikelola dan dipantau oleh badan pengelola TPA yang diwujudkan pada Dokumen RKL-RPL yang merupakan dokumen operasional dan telah disepakati oleh pihak terkait sebagai tindak lanjut disetujuinya dokumen lingkungan. agar tidak memberikan persepsi buruk terkait keberadaan TPA Regional nantinya.

PERENCANAAN TPA REGIONAL DI JAWA TENGAH

Pengelolaan sampah yang diselenggarakan selama ini masih difokuskan hanya pada pola penanganan konvensional mulai pewadahan, pengumpulan di lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS), pemindahan di lokasi Transfer Depo (TD) dan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tanpa melalui pengolahan tertentu. Padahal TPA sangat rentan terhadap permasalahan lingkungan hidup, misalnya dasar lahan urug di TPA yang tidak dilapisi oleh lapisan kedap air seperti geotextile, tidak dilengkapinya sistem pengolahan air lindi, dan masih menggunakan pengelolaan dengan metode lahan urug

10

Page 11: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

terbuka (open dumping). Sistem pengelolaan TPA yang seperti ini dapat menyebabkan permasalahan lingkungan seperti pencemaran air tanah akibat lindi tidak terolah, pencemaran bau dan pencemaran udara. Pelaksanaan teknis operasional pengelolaan sampah sebagaimana amanah undang-undang adalah dengan memasukkan tindakan pengurangan (Reduce), penggunaan ulang (Reuse), penggunaan tindakan daur ulang materi (Recycle), penggunaan tindakan penangkapan energi (Recovery), dan bila masih terdapat residu maka perlu tindakan pemrosesan akhir seperti pemanfaatan material dan gas untuk energi serta penimbunan kedalam lahan urug dengan sistem sanitary landfill di TPA.

Beberapa persoalan pada aspek teknis operasional khususnya terkait keberadaan lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) Kabupaten /kota di Propinsi Jawa Tengah adalah :a. Pengoperasian TPA cenderung dioperasikan secara open dumping

(90%) dan 60% TPA kondisinya sudah tidak memenuhi persyaratan teknis (umur TPA sudah habis).

b. Banyak Kota/Kabupaten di Jawa Tengah kesulitan mencari lahan baru untuk TPA terutama untuk Pemerintah Kota.

c. Sesuai amanat dalam Undang-undang No. 18 tahun 2008, peningkatan kualitas TPA Controlled Landfill untuk kota sedang dan kecil dan Sanitary Landfill untuk kota metro dan besar.

d. Mendukung pengurangan kuantitas sampah dengan Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Rekomendasi strategi yang ditawarkan untuk meningkatkan Pengelolaan Persampahan di Propinsi Jawa Tengah antara lain:1. Bahwa pengelolaan sampah harus benar benar dilaksanakan secara

profesional dan terukur dan sistimatis.2. Biaya untuk pengelolasaan merupakan tanggung jawab bersama

antara pemerintah , masyarakat dan swasta mengingat pengelolaan membutuhkan biaya yang besar.

11

Page 12: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

3. TPA harus dikelola secara teknis, ekonomis dan ramah lingkungan

karena jika tidak dikemudian hari akan masalah yang besar bagi

perkotaan;

4. Pengurangan sampah dari sumbernya sudah sangat mendesak harus

dilaksanakan ;.

5. Peningkatan kerjasama dan koordinasi dalam pengelolaan sampah dan

mendorong pengelolaan TPA regional

Oleh karena itu salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah adalah melalui TPA Regional. Untuk itu pengelolaan sampah lintas Kabupaten/Kota perlu ditangani dengan pola pengelolaan yang terkoordinasi dan terintegrasi, khususnya untuk mengantisipasi timbunan sampah dan keterbatasan sarana prasarana pengelolaan sampah. Dengan kata lain TPA Regional merupakan salah satu langkah strategis untuk mengatasi permasalahan sampah lintas kabupaten/kota.Penyelenggaraan pengelolaan sampah regional di provinsi Jawa Tengah berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah. Pasal 7 Perda Jateng Nomor 3 tahun 2014, Pemerintah Daerah mempunyai tugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah regional yang baik dan berwawasan lingkungan, meliputi :a. Menumbuh-kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam pengelolaan sampah;b. melakukan penelitian serta pengembangan teknologi pengurangan

dan penanganan sampah;c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya

pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan

prasarana dan sarana pengelolaan sampah regional;e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil

pengolahan sampah;

12

Page 13: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat di Daerah untuk mengurangi dan menangani sampah;

g. melakukan koordinasi antar lembaga Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah; dan

h. menyediakan unit pelayanan pengaduan masyarakat.

Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 5 klaster rencana pengelolaan sampah regional meliputi :a. TPA Regional Magelang melayani Kabupaten Magelang dan Kota

Magelang.b. TPA Regional Bregasmalang melayani Kabupaten Brebes, Kota Tegal,

Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalangc. TPA Regional Pekalongan melayani Kota Pekalongan dan Kabupaten

Pekalongand. TPA Regional Surakarta meliputi Kot Surakarta, Kabupaten Sukoharjo

dan Kabupaten Karanganyare. TPA Regional Semarang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Kendal

dan Kabupaten Demak.Gambaran Kemajuan Perencanaan TPA Regional di Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

LOKASI : MAGELANG

NO. KEGIATAN

(1) (2)1 - - - - -

-

- Luas lahan 29 Ha - -

- -ANDAL, RKL dan RPL TPA Regional Magelang tahun 2016 oleh Dinas Cipkataru Jateng

Pengusulan rencana pembebasan lahan pada usulan kegiatan 2018

PROGRES TPA REGIONAL JAWA TENGAH

PROGRES YANG TELAH DICAPAIRENCANA LOKASI

TPA Regional Magelang

PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

(5) (5) (7)

KETERANGAN

Telah dilakukan kembali pembahasan KSB namun untuk realisasi penandatangan oleh Pihak Pusat diperlukan kepastian mengenai pembebasan lahan.

(3) (4)

KSB telah habis masa berlakunya dan sedang dalam proses tandatangan para PIHAK

Pembebasan lahan belum terealisasi

FS TPA Regional Magelang tahun 2014 dilaksanakan oleh Dinas Cipkataru Jateng

Penandatangan KSB oleh Pihak Pusat menunggu kepastian mengenai pembebasan lahan

Surat Walkot Magelang kpd Gubernur Jateng No.660.2/ 227/293 yang menyatakan darurat sampah dan perlu segera mewujudkan TPA Regional Magelang.

Ds.Tanggulrejo dan Ds. Girirejo Kec. Tempuran Kab. Magelang

Kesepakatan Bersama (KSB) ditandatangani tanggal 1 Agustus 2013 masa laku sampai 1 Agustus 2014

Studi AMDAL TPA Regional Magelang (sampai KA ANDAL) tahun 2014 oleh Dinas Cipkataru Jateng

13

Page 14: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

KAB/KOTA

TPA REGIONAL MAGELANG

A. Aspek Hukuma. O X X

b. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama O X X

B. Aspek Teknisa. Proses Site selection TPA X X O Layak

b. Revisi Tata Ruang O O XMasuk Prolegda

Kab. Magelang 2017

c. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan O X Od. Penetapan Lokasi TPA Regional O X Oe. Penilaian/Appraisal Lahan Calon TPA Regional O X Of. Studi Manajemen TPA Regional O X Og. Pembebasan Tanah O X Oh. DED X O Oi. Pembangunan fisik X O Oj. SOP X X X

C. Aspek Keuangana. Perhitungn Pembiayaan Operasional O X Xb. Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee O X X

D. Aspek Kelembagaana Proses Penyusunan Pembentukan Institusi O X Xb. O X O

Keterangan : X = Tanggung jawab penuh, O = Mendukung / Fasilitator

Penetapan (PERDA) tentang Institusi Pengelola TPARegional

URAIANWAKTU PELAKSANAAN PENANGGUNG JAWAB

KET2013 2014 2015 2016

JADWAL PELAKSANAAN TPA REGIONAL MAGELANG

2019 PUSAT PROVINSI

KSB Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

Proses penandatanganan

menunggu kepastian lahan

2017 2018

LOKASI : PEKALONGANNO. KEGIATAN(1) (2)1 - - - - -

-

-

-

PROGRES TPA REGIONAL JAWA TENGAH

TPA Regional Pekalongan

Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kab. Pekalongan

Kesepakatan Bersama (KSB) ditandatangani tanggal 20 April 2012

Ada ketidaksesuain hasil FS dengan RT RW Kab. Pekalongan

Pembahasan mengenai TPA Regional Pekalongan ditunda sampai Revisi RTRW Kab. Pekalongan selesai

Perjanjian Kerjasama telah ditandatangani tanggal 6 Agustus 2012

FS dilaksanakan Pemerintah Pusat melalui dana Loan KFW tahun 2012AMDAL TPA Regional Pekalongan tahun 2013, menyatakan tidak layak dengan pertimbangan sebagian lokasi hasil FS belum sesuai RTRW Kab. Pekalongan

(7)

Revisi RT RW Kab. Pekalongan

RENCANA LOKASI PROGRES YANG TELAH DICAPAI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT KETERANGAN(3) (4) (5) (5)

KAB/KOTA

TPA REGIONAL PEKALONGANA. Aspek Hukum

a. O X X

b. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama O X XB. Aspek Teknis

a. Proses Site selection TPA X X Ob. Revisi Tata Ruang O O Xd. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan O X Oc. Penetapan Lokasi TPA Regional O X Oe. Penilaian/Appraisal Lahan Calon TPA Regional O X Of. Studi Manajemen TPA Regional O X Og. Pembebasan Tanah O X Oh. DED X O Oi. Pembangunan fisik X O Oj. SOP X X X

C. Aspek Keuangana. Perhitungn Pembiayaan Operasional O X Xb. Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee O X X

D. Aspek Kelembagaana Proses Penyusunan Pembentukan Institusi O X Xb. O X O

Keterangan : X = Tanggung jawab penuh, O = Mendukung / Fasilitator

KSB Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

20142012 2013

Penetapan (PERDA) tentang Institusi Pengelola TPA Regional

2018 2019 2020 PROVINSI

KSB dan PKS perlu diperbarui dan

diusulkan tahun 2018

AMDAL tahun 2013 dinyatakan tidak layak perlu diadakan review tata ruang

2017 2021 2022

JADWAL PELAKSANAAN TPA REGIONAL PEKALONGAN

PUSATURAIAN

WAKTU PELAKSANAAN PENANGGUNG JAWABKET

2015 2016

14

Page 15: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

LOKASI : BREGASMALANGNO. KEGIATAN(1) (2)

1 - - - - -

- Luas lahan 29 Ha

PROGRES TPA REGIONAL JAWA TENGAH

RENCANA LOKASI PROGRES YANG TELAH DICAPAI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

TPA Regional Bregasmalang

Desa Kedungbanteng Kec. Kedungbanteng Kabupaten Tegal

FS Perencanaan TPA Regional Bregas Pemalang �Tahun 2015 oleh Dincipkataru Jateng

Belum ada (belum ditandatangani) Kesepakatan Bersama (KSB)

Tindak lanjut akan dilaksanakan setelah muncul Kesepakatan Bersama

KETERANGAN(3) (4) (5) (5) (7)

Pembahasan mengani TPA Regional Bregasmalang ditunda.

KAB/KOTA

TPA REGIONAL BREGASMALANGA. Aspek Hukum

a. O X X

b. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama O X XB. Aspek Teknis

a. Proses Site selection TPA X X Ob. Revisi Tata Ruang O O Xc. Penetapan Lokasi TPA Regional O X Od. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan O X Oe. Penilaian/Appraisal Lahan Calon TPA Regional O X Of. Studi Manajemen TPA Regional O X Og. Pembebasan Tanah O X Oh. DED X O Oi. Pembangunan fisik X O Oj. SOP X X X

C. Aspek Keuangana. Perhitungn Pembiayaan Operasional O X Xb. Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee O X X

D. Aspek Kelembagaana Proses Penyusunan Pembentukan Institusi O X Xb. O X O

Keterangan :

URAIANWAKTU PELAKSANAAN

2017 2018 2019 2020 2021 2022 PUSAT PROVINSI

KSB Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

Belum ada KSB dan PKS, akan diusulkan

tahun 2018

Penetapan (PERDA) tentang Institusi Pengelola TPARegional

JADWAL PELAKSANAAN TPA REGIONAL BREGASMALANGPENANGGUNG JAWAB

KET2015 2016

LOKASI : SURAKARTANO. KEGIATAN(1) (2)

1 - - - - -

-

-

Ds. Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar

Worskshop TPA Regional Surakarta tanggal 17-18 Desember 2015 kesepakatan mendukung kerjasama regional

Worskshop TPA Regional Surakarta tanggal 26 Oktober 2016 dengan kesepakatan lokasi TPA Regional dengan Sanitary Landfill

Kota Surakarta sedang merintis kerjasama pengelolaan sampah dengan Swasta

PROGRES TPA REGIONAL JAWA TENGAH

RENCANA LOKASI PROGRES YANG TELAH DICAPAI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

Terbitnya Perpres 18 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Di Prov. DKI Jakarta , Kota Tanggerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota Makassar.

Karena penanganan sampah dengan PLTSA, menjadi ranah ESDM untuk menindaklanjuti

Pembatalan Perpres 18/2016 oleh MA, maka pembahasan TPA Regional Surakarta dengan Sanitary Landfill pada prinsipnya dapat dilanjutkan, dengan catatan setelah adanya kesepakatan bersama antar Kabupaten/Kota.

KETERANGAN

TPA Regional Surakarta

(3) (4) (5) (5) (7)

KAB/KOTA

TPA REGIONAL SURAKARTA

A. Aspek Hukuma.

b. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama O X XB. Aspek Teknis

a. Proses Site selection TPA X X O Layakb. Revisi Tata Ruang O O Xd. Penetapan Lokasi TPA Regional O X Oc. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan O X Oe. Penilaian/Appraisal Lahan Calon TPA Regional O X Of. Studi Manajemen TPA Regional O X Og. Pembebasan Tanah O X Oh. DED X O Oi. Pembangunan fisik X O Oj. SOP X X X

C. Aspek Keuangana. Perhitungn Pembiayaan Operasional O X Xb. Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee O X X

D. Aspek Kelembagaana. Proses Penyusunan Pembentukan Institusi O X Xb.

Keterangan :

URAIAN

KSB Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

JADWAL PELAKSANAAN TPA REGIONAL SURAKARTA

2021

PENANGGUNG JAWABKET

2016 2017 2018 2019 2020 PUSAT PROVINSI

WAKTU PELAKSANAAN

O X X Dalam proses penandatanganan

Penetapan (PERDA) tentang Institusi Pengelola TPARegional

O X O

15

Page 16: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

LOKASI : SEMARANGNO. KEGIATAN(1) (2)1 - - Feasibility Study dan DED dilaksanakan oleh KFW

Jerman tahun 2012 - - -Karena penanganan

sampah dengan PLTSA, menjadi ranah ESDM untuk menindaklanjuti

(3) (4) (5) (5) (7)

Pembatalan Perpres 18/2016 oleh MA, maka pembahasan TPA Regional Semarang dengan Sanitary Landfill pada prinsipnya dapat dilanjutkan, dengan catatan setelah adanya kesepakatan bersama antar Kabupaten/Kota.

PROGRES TPA REGIONAL JAWA TENGAH

RENCANA LOKASI PROGRES YANG TELAH DICAPAI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT KETERANGAN

TPA Regional Semarang

Kelurahan Gondoriyo, Kec. Ngalian, Kota Semarang.

Terbitnya Perpres 18 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Di Prov. DKI Jakarta , Kota Tanggerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota Makassar.

KAB/KOTA

TPA REGIONAL SEMARANGA. Aspek Hukum

a. O X X

b. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama O X X

B. Aspek Teknisa. Proses Site selection TPA X X Ob. Revisi Tata Ruang O O Xd. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan O X Oc. Penetapan Lokasi TPA Regional O X Oe. Penilaian/Appraisal Lahan Calon TPA Regional O X Of. Studi Manajemen TPA Regional O X Og. Pembebasan Tanah O X Oh. DED X O Oi. Pembangunan fisik X O Oj. SOP X X X

C. Aspek Keuangana. Perhitungn Pembiayaan Operasional O X Xb. Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee O X X

D Aspek Kelembagaana. Proses Penyusunan Pembentukan Institusi O X Xb.

Keterangan : X = Tanggung jawab penuh, O = Mendukung / Fasilitator

JADWAL PELAKSANAAN TPA REGIONAL SEMARANGWAKTU PELAKSANAAN

2022

O X

URAIANPENANGGUNG JAWAB

KET2016 2017

O

PUSAT PROVINSI

KSB Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

KSB dan PKS belum ada, akan diusulkan

pada tahun 2018

Penetapan (PERDA) tentang Institusi Pengelola TPARegional

2018 2019 2020 2021

PEMBAHASAN /KAJIAN

Pasal 5 Undang–undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Pada pasal 8 memberikan kewenangan pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan sampah dan pasal 9 memberikan kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan sampah di wilayahnya. Disisi lain, menurut pasal 26 ayat 1 undang-undang yang sama, pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah termasuk pengelolaan TPA regional yang digunakan untuk melayani pengelolaan sampah antar daerah.

16

Page 17: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

Oleh karena itu, menurut pasal 44 ayat 1, pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya udang- undang ini. Disamping itu, pada ayat 2 menyatakan pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya undang-undang ini.Untuk itu perencanaan TPA Regional seyoganya masuk dalam perencanaan manajemen sarana prasarana kabupaten/kota agar dapat meningkatkan kinerja pengelolaan sampah mengingat TPA Regional sebagai salah satu solusi persoalan pengelolaan sampah.

Langkah penyiapan TPA Regional harus dilakukan secara sistemik dan terencana dengan baik didukung oleh keabsahan legal aspeknya disamping aspek teknis. Oleh karena itu dibutuhkan langkah langkah sebagai berikut :a. MOU Kerjasama oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan kabupaten/Kota

meliputi penyiapan kelembagaan Provinsi ;b. MOU terkait tahapan pembebasan lahan calon lokasi TPA oleh

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota ;c. Kelayakan Teknis berupa Detail Engineering Desain dengan dana dari

bantuan Pemerintah Pusat melalui Satker Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian PUPERA di daerah;

d. Pembangunan TPA Sampah Regional dibantu pendanaan Pemerintah Pusat melalui Satker PLP Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian PUPERA di daerah, Provinsi dan Kabupaten/Kota ;

e. Pelaksanaan Operasional dan Pemeliharaan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kkota ;

f. Penutupan TPA sampah regional oleh Pemerintah Pusat melalui Satker PLP Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian PUPERA di daerah;

17

Page 18: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

g. Langkah persiapan TPA Regional sebagai salah satu langkah persiapan penyelenggaraan pengelolaan sampah Rregional Jawa Tengah harus sesuai seluruh NSPK yang berlaku serta melibatkan pihak terkait (stakeholders) seperti pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dalam bentuk dokumen KSB dan PKS.

h. Sesuai Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012, pengelolaan operasional TPA dengan harus dengan Sanitary Landfill. Berdasarkan uraian sebelumnya dari tahun 2013 sampai dengan sekarang belum dapat terlaksana dengan baik. Pada hal pada Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Jawa Tengah, metode pemrosesan sampah akhir tidak hanya sanitary landfill, melainkan juga control landfill dan teknologi ramah lingkungan. Selain itu, perintah Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah untuk menutup TPA open dumping, perlu dievaluasi sejauh mana ketentuan tersebut dijalankan. Hal ini berdasarkan informasi masih banyak TPA yang operasionalnya masih menggunakan sistem open dumping di Jawa Tengah .

i. Terkait perencanaan TPA Regional di Jawa Tengah sebagaimana terurai diatas, terdapat 5 lokasi rencana dimana salah satu permasalahan dalam pembangunannya adalah lokasi TPA Sampah Regional terpilih memiliki jarak terhadap pemukiman terdekat kurang dari 1 km. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012.

REKOMENDASI

Sesuai konsep akademik manajemen pengelolaan sampah terdiri atas aspek peraturan/legal, aspek kelembagaan, aspek teknis operasional, aspek finansial dan aspek peran serta masyarakat. Usulan rekomendasi terkait TPA Regional di Jawa Tengah :Aspek Peraturan/legal : 1. Perlu sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang

Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah terkait target

18

Page 19: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

pengurangan dan penanganan sampah untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota;

2. Perlu Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga khususnya terkait jarak lokasi TPA terhadap pemukiman terdekat;

3. Perlu Revisi Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 03 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Ttengah terkait Jarak TPA terhadap pemukiman terdekat;

4. Jika poin (2) belum dilakukan, diusahakan diskresi terkait Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 03 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah untuk jarak TPA terhadap pemukiman terdekat;

5. Penyempurnaan Keputusan Menteri PUPR Nomor 03 tahun 2013 agar lebih akomodatif untuk TPA regional mengingat untuk Pulau Jawa lokasi TPA sangat terbatas.

Aspek Kelembagaan :

1. TPA Regional hendaknya dikelola secara profesional oleh lembaga yang memenuhi perundang-undangan dan kerjasama antar daerah dengan kualifikasi SDM sesuai baik kualitas maupun kuantitas serta dilengkapi sarana prasarana yang ada;

2. Penyiapan kelembagaan pengelola TPA Regional harus disepakati oleh Kabupaten/Kota dan Propinsi terkait .

Aspek Teknis Operasional :

1. Penyiapan TPA Regional harus melalui tahapan perencanaan secara matang terkait aspek teknis operasional TPA sanitary landfill sesuai konsep kaidah survei, identification, desain, contruction operation and maintenance (SIDCOM) agar berwawaskan lingkungan ;

2. Tahapan konstruksi dan operasional serta pemeliharaan TPA Regional perlu mengakomodasi rekomendasi usulan kajian kelayakan lingkungan/ AMDAL terkait Dokumen Operasional RKL-RPL yang telah disepakati pihak pihak terkait;

19

Page 20: biroinfrasda.jatengprov.go.id · Web viewJenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Mengingat

3. Tahapan konstruksi dan operasional perlu penekanan agar dilaksanakannya secara konsekwensi dan kontinyu serta sistematis sistem sanitary landfill yang dilengkapi dengan SOP yang berlaku disamping mengakomodasi layanan sesuai MOU;

Aspek Kerjasama dan Pembiayaan :

1. Provinsi, Kabupaten dan Kota harus terlibat secara konsekwen dalam pengelolaan TPA Regional sebagai tindak lanjut MOU;

2. Pemerintah Provinsi hendaknya berperan sebagai koordinator dalam negosiasi dan pembentukan forum kerjasama pengelolaan TPA Regional;

3. Pemerintah Provinsi diharuskan membuat rencana manajemen sampah regional serta kerjasama regional terkait aspek kelembagaan, teknis, finansial, legal dan peran serta Kabupaten/Kota;

4. Komitmen kerjasama regional dibentuk berdasarkan legal agrement dan role sharing yang dapat memastikan kabupaten kota terlibat bertanggung jawab;

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Kumpulan Peraturan dan Perundang-undangan Pengelolaan Sampah, Direktorat Jendral Cipta Karya , Kementerian PUPERA, Jakarta, 2015.

2. Direktorat Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat Jendral Cipta Karya , Kementerian PUPERA, Buku Diseminasi Bidang Persampahan, Jakarta, 2013.

3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta;

20