· Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun...

167
KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

Transcript of  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun...

Page 1:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

KEUANGAN NEGARA,PERKEMBANGAN MONETER DANLEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

Page 2:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat
Page 3:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

BAB II

KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETERDAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

A. PENDAHULUAN

Dalam amanat konstitusi yang tercantum pada pasal 23 UUD 1945, disebutkan bahwa sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan lembaga perwakilan rakyat, dan pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lembaga perwakilan rakyat pula. Penjelasan pasal ini menyebutkan betapa caranya rakyat, sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya belanja hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan memiliki hak anggaran (begrooting) Dewan Perwakilan Rakyat mengawasi (mengontrol) Pemerintah. Hak DPR tersebut mencerminkan hakikat kedaulatan rakyat dalam pengelolaan kekayaan dan keuangan negara.

II/3

Page 4:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Pasal 23 UUD 1945 mengamanatkan pula bahwasanya macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Penjelasan pasal ini menyebutkan pentingnya penetapan macam dan harga mata uang dengan undang-undang karena kedudukan uang itu besar pengaruhnya atas masyarakat. Uang terutama adalah alat penukar dan pengukur harga. Sebagai alat penukar untuk memudahkan pertukaran jual beli dalam masyarakat. Berhubung dengan itu perlu ada macam dan rupa uang yang diperlukan oleh rakyat sebagai pengukur harga untuk dasar menetapkan harga masing-masing barang yang dipertukarkan. Barang yang menjadi pengukur harga itu, mestilah tetap harganya, jangan naik turun karena keadaan uang yang tidak teratur. Berkaitan dengan upaya penerbitan dan pengedaran uang, dijelaskan kedudukan Bank Indonesia yang mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.

Demikianlah ketentuan-ketentuan di dalam UUD 1945 yang menjadi landasan penyelenggaraan keuangan negara dan moneter. Penyelenggaraan keuangan negara dan moneter telah mengalami pasang-surut yang berkembang sesuai dengan perkembangan perekonomian Indonesia pada khususnya dan perjalanan bangsa secara keseluruhan pada umumnya.

Keadaan perekonomian pada masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan memang tidak banyak kemajuan karena tidak cukup kesempatan untuk menanganinya dengan baik. Sebagian besar alat-alat produksi dan prasarana berada dalam keadaan rusak, defisit neraca perdagangan dan anggaran pemerintah sangat besar, dan inflasi sangat tinggi. Namun upaya telah mulai dilakukan untuk menata perekonomian nasional. Bank pemerintah yang pertama didirikan pada bulan Juli 1946 yang diikuti dengan diedarkannya Oeang Repoeblik Indones ia (ORI) pada bulan Oktober 1946. Pendi r ian bank

II/4

Page 5:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

pemerintah dan pengedaran ORI merupakan langkah awal kebijaksanaan moneter dan sekaligus sarana perjuangan dalam masa mempertahankan kemerdekaan.

Perang mempertahankan kemerdekaan serta perkembangan politik yang kurang stabil mengakibatkan perekonomian Indonesia dalam keadaan te rbengkala i . Berbagai indikator ekonomi menunjukkan keadaan itu. Setelah pengakuan kedaulatan, dalam usaha menciptakan stabilitas ekonomi telah dilakukan kebijaksanaan pengguntingan uang atau sanering pada bulan Maret 1950. Berdasarkan peraturan tersebut uang kertas Rp5,- ke atas dinyatakan hanya bernilai setengahnya. Sementara itu di bidang lembaga keuangan, dalam tahun 1950-an dilakukan nasionalisasi perbankan dari perbankan kolonial menjadi bank pemerintah di antaranya adalah Bank Indonesia yang secara resmi berfungsi sebagai otoritas moneter pada bulan Juli 1953.

Di bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat sedikit. Situasi ekonomi yang belum berkembang dalam tahun 1950-an berpengaruh pada kegiatan bursa efek, yang kemudian ditutup pada tahun 1958.

Upaya untuk membentuk sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah dimulai sejak awal tahun 1950-an. Bentuk APBN pada saat itu hanya merupakan suatu perhitungan sementara yang dimaksudkan untuk memberi patokan saja sebagai dasar pembuatan APBN yang sehat di tahun-tahun berikutnya. Meskipun demikian, proses pengesahan rencana APBN menjadi UU APBN di DPR memerlukan pembahasan yang panjang. APBN tahun 1952 dan tahun 1953 dijalankan tanpa persetujuan DPR dan baru dapat disahkan pada bulan Nopember 1954. Bahkan APBN 1950 dan

II/5

Page 6:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

1951, yang pertamakali disusun dan yang diajukan bersamaan pada bulan Pebruari 1951, tidak berhasil untuk disahkan menjadi Undang-undang.

Volume APBN juga masih sangat terbatas karena kondisi perekonomian sangat lemah yang menyebabkan potensi penerimaan negara juga sangat rendah. Pada masa itu, sekitar 40 persen penerimaan negara bersumber dari hasil pungutan pajak tidak lang-sung dari kegiatan perdagangan luar negeri. Peran pajak langsung baru sekitar 20 persen dari penerimaan negara, karena keterbatasan kemampuan administrasi dan basis pajak.

Dengan kemampuan yang terbatas tersebut timbul dorongan untuk melakukan pembiayaan defisit yang dibiayai oleh pencetakan uang. Sistem anggaran defisit yang demikian telah mendorong inflasi yang tinggi. Untuk mengatasinya, pada bulan Agustus 1959 ditetapkan perubahan denominasi nilai uang kertas. Pecahan bernilai 500 dan 1.000 rupiah menjadi 10 persen saja dari nilai semula. Sedangkan pecahan bernilai di bawahnya tetap berlaku dengan nilai semula. Meskipun telah diambil tindakan yang demikian drastis, laju inflasi tetap tidak terkendali.

Sampai dengan tahun 1960 sistem APBN belum memisahkan antara penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Pada saat itu pendapatan negara dibedakan atas penerimaan pajak, saldo-saldo perusahaan negara dan berbagai penerimaan lainnya. Memasuki anggaran tahun 1961 barulah diadakan pemisahan antara anggaran pendapatan rutin, yang terdiri dari pajak dan berbagai penerimaan lainnya, dan anggaran pendapatan pembangunan yang antara lain bersumber dari laba perusahaan negara, obligasi dan kredit luar negeri. Dalam pada itu, pengeluaran negara yang dibedakan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan pada

II/6

Page 7:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

dasarnya sama dengan tahun-tahun sebelumnya, tetapi dengan lebih mengarahkan pengeluaran pembangunan pada pencapaian rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana yang dicanangkan sejak tahun tersebut.

Keadaan perekonomian tetap tidak membaik di bawah sistem ekonomi terpimpin. Berbagai usaha perbaikan ekonomi telah dilakukan, termasuk penyusunan rencana pembangunan. Namun situasi politik yang tidak stabil amat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan upaya pembangunan, sehingga tidak menunjukkan banyak kemajuan. Dalam situasi yang demikian pecah pemberontakan G-30-S/PKI. Menghadapi keadaan ekonomi yang makin buruk setelah peristiwa G-30-S/PKI, pada bulan Desember 1965 Pemerintah melakukan sanering yang kedua. Melalui langkah ini uang yang sebelumnya bernilai Rp 1.000,- diturunkan menjadi Rp 1,-. Langkah ini ternyata tidak berhasil memperbaiki keadaan ekonomi, bahkan inflasi meningkat lebih tinggi lagi menjadi sekitar 635 persen pada tahun 1966. Menjelang akhir masa Orde Lama, perekonomian praktis lumpuh dan rakyat tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya secara memadai. Kepercayaan masyarakat terhadap nilai Rupiah merosot drastis. Anggaran negara yang seharusnya dapat berperan sebagai penggerak perekonomian menjadi kurang berfungsi. APBN belum sepenuhnya mampu menjalankan fungsi redistribusi, alokasi dan stabilisasi yang dinamis.

Dalam situasi yang demikian lahirlah Orde Baru. Sejak Oktober 1966, melalui Program Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi Pemerintah Orde Baru melakukan penataan kembali sistem perekonomian yang dilanda krisis tersebut. Program ini dilaksanakan dengan skala prioritas : (1) pengendalian inflasi, (2) pencukupan kebutuhan pangan, (3) rehabilitasi prasarana ekonomi, (4) peningkatan ekspor, dan (5) pencukupan kebutuhan sandang.

II /7

Page 8:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Di bidang keuangan negara, sebagai bagian dari pengendalian inflasi, sistem anggaran dirombak dari anggaran defisit menjadi anggaran berimbang yang dinamis. Dalam prinsip anggaran ini pengeluaran rutin dibiayai sepenuhnya dari penerimaan dalam negeri. Sementara itu, pengeluaran pembangunan dibiayai oleh tabungan pemerintah, yang merupakan kelebihan penerimaan dalam negeri atas pengeluaran rutin, dan penerimaan pembangunan. Sebagai pelengkap dana pembangunan, dimungkinkan adanya pinjaman luar negeri, baik dalam bentuk bantuan proyek maupun bantuan program sejauh tidak mempunyai ikatan politik, bersyarat lunak dan dalam batas-batas kemampuan untuk melunasi hutang tersebut. Pembiayaan defisit melalui pencetakan uang, yang bersifat mendorong laju inflasi, tidak dipraktekkan lagi.

Di bidang moneter dilaksanakan program alokasi kredit secara selektif, yaitu diarahkan untuk mengatasi keterbatasan produksi, terutama untuk mendukung upaya rehabilitasi fasilitas produksi yang pada saat itu terbengkalai.

Kebijaksanaan ekonomi dialihkan dari ekonomi terpimpin ke arah ekonomi yang lebih berorientasi pada mekanisme pasar. Berbagai harga produk dibebaskan dari kendali Pemerintah sehingga lebih mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran produk-produk tersebut. Sistem pengaturan devisa yang rumit disederhanakan guna memperlancar arus lalu lintas devisa. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk memacu produksi, terutama agar mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan juga untuk meningkatkan ekspor.

Dalam pelaksanaan program stabilisasi dan rehabilitasi, prinsip anggaran berimbang yang dinamis dipadukan secara serasi dengan

II/8

Page 9:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

kebijaksanaan moneter dan neraca pembayaran untuk menciptakan dan memelihara stabilitas ekonomi yang mantap serta mengembangkan iklim yang menunjang kegiatan usaha dan kegiatan pembangunan lainnya. Selanjutnya setelah memasuki PJP I, pengerahan sumber-sumber penerimaan negara dan pengalokasian belanja negara pada seluruh sektor pembangunan dijalankan dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Kebijaksanaan keuangan negara yang didasarkan atas prinsip anggaran berimbang yang dinamis tersebut telah meningkatkan baik penerimaan maupun pengeluaran negara. Sejak tahun 1969/70 pemerintah telah mampu menghimpun tabungan pemerintah sehingga pengeluaran pembangunan sebagian sudah mulai bersumber dari kemampuan bangsa sendiri.

Di bidang moneter dan lembaga keuangan sejak Repelita I kebijaksanaannya diarahkan pada usaha mobilisasi dana masyarakat melalui perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta menata kembali sistem keuangan. Pada awal Repelita I nilai tukar rupiah disesuaikan untuk menunjang kebijaksanaan stabilisasi ekonomi. Di samping itu dilaksanakan pula program penyediaan kredit jangka menengah untuk mendorong kegiatan usaha. Langkah ini ikut berperan dalam menekan tingkat inflasi dan meningkatnya penghimpunan dana masyarakat.

Peningkatan penghimpunan dana masyarakat dan penyalurannya kepada kegiatan-kegiatan produktif tidak hanya diupayakan melalui perbankan saja tetapi juga melalui lembaga-lembaga keuangan lain seperti lembaga keuangan bukan bank (LKBB), lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun dan pasar modal. Lembaga keuangan bukan

II/9

Page 10:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

bank sejak didirikannya pada tahun 1972 telah memainkan peran penting dalam mendorong perkembangan dunia usaha.

Upaya di bidang moneter dan lembaga keuangan makin ditingkatkan dalam Repelita II, antara lain melalui upaya penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan dan deposito berjangka. Kebijaksanaan penyesuaian nilai tukar diarahkan untuk memantapkan nilai tukar rupiah sekaligus untuk mendorong ekspor. Kebijaksanaan perkreditan diarahkan untuk menunjang sektor-sektor produktif yang menjadi prioritas. Dalam rangka membantu pengusaha usaha kecil, disediakan fasilitas kredit investasi kecil, kredit modal kerja permanen dan berbagai jenis kredit lainnya. Kebijaksanaan moneter berperan dalam mengendalikan jumlah uang beredar, antara lain melalui penetapan pagu kredit, sehingga laju inflasi berangsur menurun dan makin terkendali.

Dalam Repelita III kebijaksanaan moneter mulai bergeser dari pengendalian langsung menjadi tidak langsung. Pagu kredit sebagai alat pengendalian moneter secara langsung dihapuskan. Kebebasan diberikan kepada bank-bank untuk menetapkan tingkat suku bunga dan syarat-syarat pemberian kredit. Dengan adanya kebebasan bagi per-bankan untuk menentukan tingkat suku bunga, perbankan menjadi semakin bergairah dalam menggalang dana masyarakat dan meningkatkan pemberian kredit. Sementara itu menurunnya harga ekspor minyak, telah mengganggu stabilitas perekonomian dan upaya pembangunan. Dalam menghadapi keadaan tersebut, pada tahun 1983 dikeluarkan kebijaksanaan penurunan nilai tukar Rupiah yang antara lain ditujukan pula untuk meningkatkan daya saing ekspor nasional.

Pada akhir Repelita III, telah dilancarkan serangkaian upaya pembaruan sistem perpajakan. Sejak 1 Januari 1984 melalui Undang-Undang Nomor 6, 7, 8 Tahun 1983 diberlakukan Undang-Undang

II/10

Page 11:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan serta Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Selanjutnya sejak 1 Januari 1986 diberlakukan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai. Berbagai upaya ini diarahkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dari sistem perpajakan melalui peningkatan keahlian dan keterampilan aparatur perpajakan termasuk komputerisasi administrasi-nya, pemberian kepastian hukum, perluasan basis pajak, peningkatan kesadaran membayar pajak dan penyederhanaan sistem perpajakan, mengurangi ketergantungan penerimaan negara dari sektor migas, dan meningkatkan unsur keadilan dalam sistem perpajakan.

Salah satu petunjuk semakin mantapnya peranan pajak sebagai sumber pembiayaan adalah meningkatnya penerimaan pajak penghasil-an (PPh). Dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 1983, dasar pengenaan pajak menjadi semakin luas sehingga potensi pajak menjadi semakin besar. Melalui UU tersebut, tarif pajak penghasilan perseorangan telah disederhanakan dari tujuhbelas menjadi tiga lapisan tarif masing-masing sebesar 15 persen, 25 persen dan 35 persen. Ketiga lapisan tarif ini berlaku pula bagi pajak penghasilan badan, yang berarti suatu penurunan dari tarif semula sebesar 20 persen, 30 persen dan 45 persen. Ketentuan lain yang mendasar pula adalah perubahan sistem pengenaan pajak menjadi sistem menghitung sendiri dengan tatacara pembayaran yang sangat disederhanakan. Selanjutnya pada tahun 1991 dasar pengenaan pajak diperluas lagi melalui pengenaan pajak atas bunga deposito berjangka, sertifikat deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan tabungan yang diperoleh oleh wajib pajak badan (perusahaan) yang dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan tarif PPh yang berlaku; sedangkan untuk wajib pajak perseorangan dikenakan tarif 15 persen dan bersifat final.

II/11

Page 12:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Sumber penerimaan pajak lainnya yang penting pula adalah pajak pertambahan nilai (PPN). Penerimaan PPN terus meningkat terutama sejak diberlakukannya secara efektif Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Barang Mewah pada tahun 1985. Melalui UU tersebut, tarif PPN ditentukan sebesar 10 persen untuk barang-barang yang diperdagang-kan di dalam negeri, dan 0 persen untuk barang-barang yang diekspor, sedangkan untuk tarif pajak penjualan barang mewah ditetapkan antara 10 persen sampai 35 persen. Perubahan yang mendasar dari penerapan PPN tersebut adalah dihilangkannya sifat pajak berganda dari UU sebelumnya, karena pajak dikenakan pada nilai tambah dan bukan pada nilai jual barang dan Jasa.

Selanjutnya, melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan diberlakukan tarif tunggal terhadap objek pajak sebesar 0,5 persen dari nilai jual kena pajak (NJKP). Secara periodik terus dilakukan penyesuaian nilai jual objek pajak (NJOP), pengembangan sistem tempat pembayaran (Sistep), pengembangan sistem manajemen informasi objek pajak (Sismiop), serta peningkatan kegiatan penagihan terhadap PBB yang terutang .

Kebijaksanaan bea masuk diarahkan untuk mengatur arus dan pola impor barang agar mampu mendorong peningkatan efisiensi industri dalam negeri, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja. Sejak Repelita IV, telah dikeluarkan berbagai paket kebijaksanaan deregulasi yang mencakup bidang investasi dan perdagangan, di samping bidang keuangan dan moneter termasuk kebijaksanaan tarif bea masuk dalam rangka meningkatkan ekspor dan mengembangkan industri dalam negeri.

II/12

Page 13:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Pada tahun 1989 dilakukan perubahan atas Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) dengan menganut Harmonized System (HS) menggantikan Customs Cooperation Council Nomenclature (CCCN). Selanjutnya melalui paket Mei 1990, paket Juni dan Oktober 1993, dilakukan penyempurnaan tarif bea masuk untuk mening-katkan efisiensi dan daya saing produk ekspor di pasaran internasional, serta memperluas kesempatan kerja.

Penerimaan cukai, telah meningkat dengan adanya penyempurna-an struktur tarif cukai tembakau yang didasarkan pada skala produksi yang dihasilkan. Cukai lainnya yang terdiri dari cukai gula, bir dan alkohol sulingan juga mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan hasil produksi, penyesuaian harga dasar, dan penyesuaian tarif cukai. Tarif cukai gula, bir, dan alkohol sulingan saat ini masing -masing sebesar 4 persen, 50 persen dan 70 persen dari harga dasarnya. Selanjutnya dalam rangka pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang sama dan merata untuk seluruh wilayah negara Republik Indonesia, dan dalam rangka memperluas sumber pendapatan negara, maka melalui Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 1993, Ordonansi Cukai Alkohol Sulingan Stbl. 1898 Nomor 90 telah diperluas wilayah berlakunya hingga meliputi pula daerah di luar Jawa dan Madura.

Tidak seperti penerimaan nonmigas yang terus meningkat, penerimaan dari migas mengalami pasang surut. Pada awal PJP I penerimaan migas baru mencapai Rp65,8 miliar atau sekitar 27 persen dari penerimaan dalam negeri. Sejalan dengan meningkatnya harga minyak dunia sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1981, penerimaan migas terus meningkat secara berarti. Pada bulan Januari 1981, harga minyak mencapai US$35,0 per barel sehingga penerimaan migas tahun 1981/82 menyumbang sekitar 70 persen pada penerimaan dalam negeri. Namun, antara tahun 1981 sampai dengan

II/13

Page 14:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

tahun 1986 harga minyak menurun tajam dan mencapai titik terendah pada bulan Agustus 1986 yaitu sebesar US$9,8 per barel, sehingga pada tahun 1986/87 peranan penerimaan migas turun menjadi 39 persen dari penerimaan dalam negeri. Selanjutnya melalui langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan oleh OPEC, harga minyak dunia secara berangsur naik lagi meskipun tidak mencapai setinggi harga yang pernah dicapai pada awal tahun 1980-an.

Meskipun peranannya menurun, sumber penerimaan migas tetap penting. Produksi minyak bumi diupayakan untuk terus meningkat, antara lain dengan pemberian berbagai insentif dalam sistem bagi hasil (production sharing). Pada akhir PJP I produksi minyak bumi dan kondensat mencapai sekitar 560 juta barel dengan penerimaan migas sebesar Rp12.507,7 miliar, atau 23,9 persen dari penerimaan dalam negeri. Sementara itu gas berperan makin penting, baik untuk ekspor terutama dalam bentuk LNG maupun untuk kepentingan dalam negeri.

Pada akhir Repelita IV telah dikeluarkan kebijaksanaan deregulasi sektor keuangan, moneter dan perbankan 27 Oktober 1988. Kebijaksanaan ini, bersama-sama dengan kebijaksanaan di sektor sektor lain, ditujukan untuk meningkatkan pengerahan dana masyarakat, efisiensi lembaga keuangan, dan kemampuan pengendalian kebijaksanaan moneter. Kegiatan pasar modal, yang diaktifkan kembali pada tahun 1977, telah menunjukkan perkembang - an yang cukup menggembirakan meskipun masih dalam tahap konsolidasi dan adanya pembatasan pada pergerakan indeks harga saham gabungan. Dengan dikeluarkannya deregulasi pasar modal pada bulan Desember 1988, pasar modal menunjukkan perkembangan yang lebih menggembirakan lagi. Pengerahan dan penyaluran dana masyarakat melalui perbankan dan pasar modal meningkat dengan pesat, dan merupakan faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya perkembangan di sektor industri.

II/14

Page 15:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dengan paket deregulasi Desember 1988 di bidang lembaga keuangan lainnya, perusahaan pembiayaan seperti sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, kartu kredit, dan pembiayaan konsumen, berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan perusahaan pembiayaan ini telah ikut mendorong peningkatan investasi khususnya di sektor swasta. Paket kebijaksanaan tersebut juga telah memperluas kesempatan dan pengembangan usaha asuransi.

Dalam Repelita V kebijaksanaan moneter dan lembaga keuangan dilanjutkan untuk memelihara keseimbangan ekonomi makro yang merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang ber-kesinambungan. Dalam kurun waktu tersebut telah diambil serangkaian kebijaksanaan yang meliputi pengembangan kelembagaan, pengerahan dana masyarakat, pengembangan sistem perkreditan serta pembinaan dan pengawasan bank. Pada tahun 1992 Undang-undang Perbankan disempurnakan. Berbagai kebijaksanaan tersebut telah mendorong pesatnya kegiatan ekonomi dalam Repelita V, terutama perkembangan di sektor industri dan ekspor nonmigas. Dalam rangka mendukung upaya pemerataan, paket kebijaksanaan perkreditan Januari 1990 telah mendorong bank untuk menyalurkan kredit usaha kecil, minimum 20 persen dari kredit yang disalurkan. Sampai dengan akhir 1993, telah disalurkan kredit usaha kecil (KUK) sebesar Rp27,8 triliun atau sebesar 26,2 persen dari seluruh kredit perbankan kepada lebih dari 5,3 juta usaha kecil.

Kemampuan lembaga keuangan lainnya dalam menghimpun dan menyalurkan dana pembangunan semakin meningkat dalam Repelita V. Peranan asuransi dan dana pensiun dalam menghimpun dan memobilisasi dana masyarakat untuk kegiatan jangka panjang menjadi semakin berkembang dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan Undang-Undang No. 11

II/15

Page 16:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Selain itu, untuk menunjang pengembangan pasar modal, menjelang akhir Repelita V telah diberikan izin kepada para investor asing untuk memiliki saham perusahaan yang sudah go public dan kesempatan kepada pihak swasta untuk mengelola bursa paralel.

Kebijaksanaan keuangan negara, moneter dan lembaga-lembaga keuangan yang dilaksanakan selama PJP I ini telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.

Di bidang keuangan negara, kemampuan untuk membiayai sendiri kegiatan pembangunan semakin meningkat. Pada tahun 1968, tabungan pemerintah semasekali belum mampu dihimpun sehingga seluruh pengeluaran pembangunan masih dibiayai dari bantuan luar negeri. Pada awal Repelita V, tabungan pemerintah sudah mencapai Rp4.408,7 miliar. Tabungan tersebut pada akhir Repelita V tercatat sebesar Rp13.480,5 miliar atau 3 kali lipat awal Repelita V. Dengan demikian, dalam kurun waktu yang sama, peranan tabungan pemerintah dalam pengeluaran pembangunan meningkat dari 31,9 persen menjadi 52,5 persen. Peningkatan tabungan pemerintah ini diperoleh dari sumber penerimaan dalam negeri yang semakin mantap, yaitu dengan meningkatnya peranan penerimaan di luar migas di dalam penerimaan dalam negeri dari 60,8 persen menjadi 76,1 persen.

Dalam pada itu, sebagai upaya untuk menjaga momentum pembangunan, sejak tahun kedua Repelita V diperkenalkan sistem Cadangan Anggaran Pembangunan (CAP). CAP dihimpun pada saat penerimaan negara lebih besar dari rencana semula dan digunakan bilamana realisasi penerimaan negara lebih rendah dari kebutuhan pembiayaan pembangunan. Pada tahun 1990/91 dan 1991/92 telah terhimpun dana CAP sebesar Rp3.500,0 miliar yang digunakan

II/16

Page 17:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

sebesar Rpl.808,7 miliar pada tahun 1993/94 karena penerimaan dalam negeri pada waktu itu lebih rendah dari perkiraan awal sebagai akibat jatuhnya harga minyak di pasaran internasional.

Di bidang moneter, pengendalian moneter telah berhasil menurunkan laju pertumbuhan uang beredar (Ml) dan likuiditas perekonomian (M2). Pertumbuhan rata-rata Ml pada Repelita I sebesar 43,1 persen per tahun, melambat dalam Repelita-repelita selanjutnya dan menjadi 20,7 persen per tahun dalam Repelita V. Sedangkan pertumbuhan rata-rata M2 dalam Repelita I sebesar 50,0 persen per tahun, melambat dan menjadi 27,6 persen per tahun dalam Repelita V.

Dengan semakin mantapnya keadaaan moneter dan ekonomi makro pada umumnya dalam PJP I, kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana baik melalui perbankan maupun lembaga keuangan lainnya meningkat dengan pesat. Pada akhir PJP I dana masyarakat yang dihimpun melalui perbankan yang terdiri atas giro, deposito berjangka dan tabungan telah meningkat dengan cepat, dari Rp134,0 miliar pada awal PJP I menjadi Rp143,8 triliun pada akhir PJP I. Pada awal Repelita I jumlah kredit perbankan Baru mencapai Rp126,0 miliar, kemudian meningkat pesat sehingga menjadi Rp154,9 triliun pada akhir PJP I.

Perkembangan pasar modal selama PJP I cukup menggembira-kan. Pada akhir PJP I jumlah perusahaan yang go public telah menjadi 235 perusahaan yang terdiri dari 192 perusahaan yang memasarkan saham dan 43 perusahaan yang memasarkan obligasi. Nilai kapitalisasi saham pada tahun 1993/94 telah mencapai Rp67,7 triliun, sedangkan nilai obligasi yang tercatat di bursa telah mencapai Rp6,0 triliun. Selain itu, kegiatan penghimpunan dan penanaman dana melalui lembaga keuangan lainnya sepert i dana pensiun dan

II/17

Page 18:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

perusahaan asuransi juga meningkat dengan cepat. Iuran dana pensiun PNS yang dihimpun melalui PT Taspen sampai dengan akhir PIP I mencapai Rp5,9 triliun. Sementara itu, jumlah premi bruto yang dihimpun melalui perusahaan asuransi mencapai Rp4,6 triliun, sedangkan dana investasi yang ditanamkan telah mencapai Rp8,8 triliun pada akhir Repelita V.

Berbagai upaya pembangunan di bidang keuangan negara, moneter dan lembaga-lembaga keuangan selama PIP I telah berhasil meletakkan landasan yang kukuh bagi tahap pembangunan berikutnya.

B. KEUANGAN NEGARA

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan keuangan dalam PJP II adalah meningkat-nya tabungan nasional yang meliputi tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah meningkat dalam kerangka kebijaksanaan fiskal yang tetap didasarkan pada prinsip anggaran berimbang yang dinamis untuk menjamin pemerataan pembangunan yang semakin meluas, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis.

Sehubungan dengan itu, sasaran keuangan negara selama Repelita VI adalah meningkatnya tabungan pemerintah (bruto) dari Rp95,1 triliun selama Repelita V menjadi Rp169,4 triliun selama Repelita VI.

Untuk mencapai sasaran tersebut, ditempuh berbagai kebijaksana-an untuk meningkatkan penerimaan pajak dan bukan pajak, mengoptimalkan pengeluaran rutin, serta meningkatkan efektivitas pengeluaran pembangunan.

II/18

Page 19:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Di bidang penerimaan negara, kebijaksanaan keuangan negara diarahkan untuk menggali penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam khususnya penerimaan pajak dengan tanpa mengabaikan peluang-peluang yang terbuka untuk meningkatkan penerimaan migas. Bantuan luar negeri dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang produktif sesuai dengan prioritas dan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Kebijaksanaan pengeluaran rutin selama Repelita VI diarahkan untuk mendukung kelancaran roda pemerintahan pada tingkat yang mampu meningkatkan peranan tabungan pemerintah dalam pem- biayaan pembangunan. Di samping itu, kebijaksanaan pengeluaran rutin juga diarahkan untuk memelihara aset negara dan hasil-hasil pembangunan sebelumnya agar tetap berfungsi secara maksimal. Selanjutnya, kebijaksanaan pengeluaran rutin juga diarahkan untuk mendorong peningkatan produksi dalam negeri dan memperluas lapangan kerja.

Pengeluaran pembangunan selama Repelita VI diarahkan untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran pembangunan secara efisien dan efektif, serta untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang memang tidak dapat dilaksanakan dan dibiayai sendiri oleh masyarakat dan dunia usaha.

Sebagai upaya untuk menunjang berbagai kebijaksanaan guna mewujudkan sasaran-sasaran di bidang keuangan negara, dilaksanakan dua program pembangunan, yaitu program peningkatan penerimaan negara dan program pembinaan kekayaan negara.

Program peningkatan penerimaan negara terutama diarahkan pada upaya pengembangan perangkat keuangan negara , dan

II/19

Page 20:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

peningkatan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dalam rangka penggalian potensi penerimaan negara baik antarsektor, antarregional maupun kerja sama dengan negara-negara lain seperti dalam hal perpajakan dan berbagai bentuk pendapatan negara lainnya. Sistem dan prosedur perpajakan untuk meningkatkan pendapatan negara terus disempurnakan dan disederhanakan melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat serta penyempurnaan sistem administrasi. Kegiatan lain yang juga perlu dilakukan ialah meningkatkan pengawasan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat membayar pajak secara jujur dan bertanggung jawab misalnya melalui peningkatan penyidikan terhadap wajib pajak, penerangan, penyuluhan dan pendidikan.

Dalam program ini juga akan dilakukan kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang serasi, antara lain melalui pengkajian efektivitas dan efisiensi bantuan pembiayaan daerah dan penggalian sumber dana asli daerah.

Program pembinaan kekayaan negara bertolak dari kebijaksana-an sektor keuangan bahwa penganggaran negara yang meliputi pendapatan dan belanja negara perlu ditata dalam suatu sistem anggaran yang mampu meningkatkan penyelenggaraan negara, baik tugas umum pemerintahan maupun tugas pembangunan. Penganggaran rutin dan pembangunan perlu lebih diserasikan serta dimantapkan menurut perencanaan penganggaran yang berlanjut, bertahap, dan makin meningkat dengan orientasi pada hasil guna yang maksimal. Oleh karena itu, dalam program ini dilaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan, seperti reklasifikasi anggaran pendapatan dan belanja negara, penyusunan perhitungan anggaran, penatausahaan pinjaman sektor pemerintah, perencanaan dan pemantauan proyek-proyek, serta penyempurnaan administrasi pinjaman luar negeri.

II/20

Page 21:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Program ini berorientasi pada pengawasan dan peningkatan daya guna aset negara yang semakin andal. Program ini juga berorientasi pada upaya peningkatan daya guna dan produktivitas BUMN, sebagai salah satu kekayaan negara. Investasi BUMN dan sumber pembiayaannya perlu dituangkan dalam suatu rencana menyeluruh yang dirumuskan Secara cermat dan diserasikan dengan kebijaksanaan keuangan negara dan moneter sehingga pengelolaan keseimbangan ekonomi makro makin efektif. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanaan berorientasi antara lain pada penyempurnaan dan pengembangan BUMN, penatausahaan pinjaman BUMN, dan penyempurnaan sistem keuangan BUMN.

2. Pelaksanaan dan Hasil-hasil Pembangunan dalam Tahun Pertama Repelita VI

Kemampuan APBN secara umum terus meningkat sehingga tersedia kemampuan pembiayaan sektor pemerintah yang makin besar. Pada tahun 1994/95 yang merupakan awal Repelita VI dan sekaligus awal PJP II, penerimaan dalam negeri meningkat menjadi Rp61.369,9 miliar atau naik sekitar 17,4 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini lebih tinggi dari peningkatan penerimaan selama kurun waktu 1989/90 - 1993/94 yang naik rata-rata sebesar 16,1 persen per tahun. Apabila dibandingkan dengan tahun 1968, maka penerimaan dalam negeri dalam tahun 1994/95 meningkat lebih dari 400 kali lipat.

Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan jasa pelayanan pemerintah kepada masyarakat, pengeluaran rutin juga mengalami peningkatan namun tetap terkendali, yaitu dari Rp38.799,3 miliar dalam tahun 1993/94 menjadi Rp43.179,5 miliar dalam tahun 1994/95 atau meningkat 11,3 persen. Kenaikan tersebut sedikit lebih

II/21

Page 22:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

rendah dari kenaikan rata-rata antara tahun 1989/90 - 1993/94 yang sebesar 12,4 persen per tahun.

Kenaikan penerimaan dalam negeri yang lebih tinggi dari pengeluaran rutin tersebut mendorong tersedianya tabungan pemerintah yang makin meningkat. Dalam Repelita V tabungan pemerintah meningkat dari Rp4.408,7 miliar dalam tahun 1989/90 menjadi Rp13.480,5 miliar dalam tahun 1993/94 atau naik rata-rata sebesar 32,2 persen per tahun. Pada awal Repelita VI, tabungan pemerintah mencapai Rp18.190,4 miliar atau meningkat sekitar 35,0 persen dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kemampuan dan kemandirian pembiayaan pembangunan pada awal PJP II telah meningkat jauh lebih baik dibandingkan tahun 1968 di mana penerimaan dalam negeri hanya mampu membiayai pengeluaran rutin sehingga seluruh anggaran pembangunan harus dibiayai dari bantuan luar negeri. Perkembangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara, tahun 1968, Repelita V dan tahun pertama Repelita VI dapat dilihat pada Tabel II-1.

a. Penerimaan Dalam Negeri

1) Penerimaan minyak bumi dan gas alam

Pada tahun terakhir Repelita V perkembangan harga minyak di pasar dunia cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam bulan Desember 1993, harga minyak mentah Indonesia hanya mencapai US$ 14,14 per barel. Penurunan harga yang cukup tajam tersebut terutama didorong oleh meningkatnya penawaran minyak di pasar dunia. Dalam tahun 1994/95 harga minyak di pasar internasional membaik karena meningkatnya permintaan minyak bumi di pasar dunia, terutama di negara-negara industri. Harga minyak Indonesia, yang dihitung atas dasar Inter-

II/22

Page 23:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

national Crude Petroleum (ICP), mencapai rata-rata US$ 16,53 per barel. Dengan demikian dalam tahun 1994/95 penerimaan migas meningkat menjadi Rp13.399,2 miliar atau naik 7,1 persen dari tahun sebelumnya. Perkembangan penerimaan minyak bumi dan gas alam dapat dilihat dalam Tabel II-2.

2) Penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam

Dalam tahun pertama Repelita VI penerimaan di luar migas meningkat menjadi Rp47.970,7 miliar atau naik 20,6 persen dari tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan tahun 1968, penerimaan di luar migas dalam tahun 1994/95 meningkat lebih dari 410 kali lipat. Peningkatan penerimaan di luar migas diupayakan dengan menggali sumber-sumber penerimaan dalam negeri terutama yang bersumber dari pajak.

Pada tahun 1994, ketentuan-ketentuan perpajakan disempurnakan agar lebih mencerminkan keadilan, memberikan kepastian hukum, meningkatkan efisiensi, serta mampu mendorong penciptaan iklim usaha yang makin menarik. Sehubungan dengan itu, sejak 1 Januari 1995 diberlakukan undang-undang perpajakan yang disempurnakan yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983, Undang-Undang 10 Tahun 1994 tentang Perubahan UU Pajak Penghasilan Nomor 7 Tahun 1983, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan UU Nomor 8 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Tahun 1983, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

II/23

Page 24:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Di samping itu, sebagai bagian dari pelaksanaan program peningkatan penerimaan keuangan negara, dilaksanakan penyempurna-an sistem administrasi perpajakan melalui kerjasama dengan negara lain. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan program pembinaan kekayaan negara, Badan Akuntansi Keuangan Negara melaksanakan proyek penyusunan perhitungan anggaran dan inventarisasi kekayaan negara. Proyek ini meliputi dua kegiatan yaitu penyusunan perhitungan anggaran dan nota perhitungan anggaran negara 1992/93 dan 1993/94; dan penyusunan pedoman inventarisasi dan laporan inventaris kekayaan negara per 1 April 1993. Di samping itu, dilaksanakan pula kegiatan penyempurnaan sistem dan pengembangan akuntansi. Kegiatan ini meliputi penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang dilaksanakan pada tahun 1993/94. Pada tahun 1994/95 dilaksanakan pada 5 bagian anggaran di 27 propinsi Kegiatan lain yang berkaitan dengan proyek ini adalah pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri, dan penataran mengenai penerapan SAP yang baru.

Salah satu unsur penting penerimaan dalam negeri di luar migas adalah PPh. Sebagai hasil pembaruan undang-undang perpajakan tahun 1983 dan peyempurnaan peraturan pelaksanaannya di tahun-tahun berikutnya, penerimaan PPh tahun 1994/95 mencapai Rp18.350,1 miliar atau naik 20,1 persen dari tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan penerimaan PPh pada tahun 1968 sebesar Rp25,3 miliar, maka penerimaan PPh telah meningkat lebih dari 725 kali lipat.

Sementara itu, sebagai langkah untuk mendorong kegiatan usaha masyarakat yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi pajak yang makin besar dalam jangka panjang diadakan pembaruan atas UU PPh. Dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 yang diber-

II/24

Page 25:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

lakukan sejak 1 Januari 1995 lapisan tarif pajak (LTP) diturunkan masing-masing menjadi 10 persen, 15 persen dan 30 persen dari sebelumnya sebesar 15 persen, 25 persen dan 35 persen. Batas lapisan penghasilan kena pajak (LPKP) untuk masing-masing LTP juga disesuaikan dari sampai dengan RplO juta; di atas RplO,- juta sampai Rp50,- juta; dan di atas Rp50,- juta, menjadi sampai Rp25,- juta; di atas Rp25,- juta sampai Rp50,- juta; dan di atas Rp50,- juta.

Realisasi penerimaan PPN pada tahun 1994/95 mencapai Rp14.086,8 miliar, atau meningkat sebesar 14,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan penerimaan PPN pada tahun 1968 sebesar Rp15,2 miliar, maka penerimaan PPN telah meningkat lebih dari 925 kali lipat.

Dalam rangka meningkatkan asas keadilan dalam kegiatan usaha dan menyederhanakan sistem administrasi, maka sejak 1 Januari 1995 telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM). Perubahan yang mendasar adalah dalam hal tarif maksimal PPn BM, yaitu meningkat dari 35 persen menjadi 50 persen, sedangkan tarif minimalnya tetap sama sebesar 10 persen. Untuk PPN, ketentuan tarif tidak berubah yaitu sebesar 10 persen dengan kemungkinan perubahannya menjadi 5 persen atau 15 persen melalui suatu peraturan pemerintah.

Sumber penerimaan pajak lain yang peranannya terus meningkat adalah pajak bumi dan bangunan (PBB). Pengenaan PBB di samping untuk menghimpun penerimaan negara, juga dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanah dan bangunan, serta menghilangkan beban ganda yang ditanggung masyarakat atas kekayaan yang dimilikinya. Melalui pembaruan perundang-undangan PBB di tahun

II/25

Page 26:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

1985 yang disertai dengan penyempurnaan peraturan pelaksanaan pada tahun-tahun berikutnya, penerimaan PBB terus meningkat. Dalam tahun 1994/95 realisasi penerimaan PBB mencapai Rpl.632,1 miliar atau meningkat 6,4 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rpl.534,3 miliar. Di tahun tersebut, melalui program peningkatan penerimaan negara, telah dilaksanakan peninjauan kembali nilai jual objek pajak PBB. Reklasifikasi objek pajak tersebut dilaksanakan melalui pengumpulan data tanah pertanian di beberapa wilayah irigasi di propinsi DI Aceh, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Irian Jaya.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan asas keadilan dan kepastian hukum, sejak 1 Januari 1995 diberlakukan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam UU yang baru tersebut nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOP-TKP) tidak hanya mencakup nilai jual bangunan seperti UU yang lama tetapi juga nilai jual tanah. NJOP-TKP dalam UU 1994 ini ditetapkan sebesar Rp8,- juta sedangkan batas nilai jual bangunan tidak kena pajak dalam UU 1985 ditetapkan Rp2,- ju ta , dan disesuaikan terakhir kali melalui SK Menkeu Nomor 1291 Tahun 1991 menjadi Rp7;- juta.

Penerimaan di luar migas yang lain diperoleh dari penerimaan bea masuk. Melalui berbagai langkah deregulasi, kebijaksanaan bea masuk makin diarahkan sebagai pengatur arus dan pola impor barang dalam rangka mendorong ekspor, mengembangkan industri dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja. Meskipun demikian peranannya sebagai sumber penerimaan negara tetap penting. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan efisiensi dalam pemungutannya penerimaan bea masuk pada tahun 1994/95

II/26

Page 27:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

meningkat menjadi Rp3.218,0 miliar atau naik 11,4 persen dari tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan penerimaan pada tahun 1968 yang sebesar Rp37,3 miliar, terdapat peningkatan lebih dari 85 kali lipat.

Pada bulan Juni 1994, Pemerintah kembali mengeluarkan paket kebijaksanaan di bidang tarif bea masuk yang kemudian dilanjutkan dengan Paket Mei 1995 yang diarahkan untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi perekonomian Indonesia dalam menyongsong liberalisasi perdagangan dengan mengacu kepada kesepakatan WTO, AFTA, dan deklarasi APEC di Bogor.

Sumber penerimaan di luar migas berikutnya adalah penerimaan cukai. Penerimaan cukai terdiri dari cukai tembakau, cukai gula, cukai bir dan cukai alkohol sulingan. Pada tahun 1994/95 penerimaan cukai mencapai Rp 3.000,9 miliar atau naik 17,2 persen dari tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan awal PJP I, penerimaan cukai pada tahun 1994/95 tersebut meningkat lebih dari 180 kali lipat.

Penerimaan cukai terutama bersumber dari cukai tembakau yang pada periode Repelita V rata-rata memberikan sumbangan sekitar 94 persen dari keseluruhan penerimaan cukai. Faktor-faktor yang mendorong peningkatan penerimaan cukai tembakau tersebut antara lain adalah meningkatnya produksi hasil-hasil tembakau, serta disem-purnakannya struktur tarif cukai yang didasarkan pada skala produksi dan produk yang dihasilkan.

Penerimaan pajak ekspor pada tahun 1994/95 mencapai Rp 120,1 miliar atau meningkat sekitar 8 kali lipat dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang tinggi ini berkaitan dengan pengenaan pungutan atas ekspor kayu gergajian dan kayu olahan (KGKO), serta Crude Palm Oil (CPO). Pengenaan pajak ekspor CPO ini terutama ditujukan untuk melindungi konsumsi dalam negeri.

II/27

Page 28:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Penerimaan pajak lainnya yang terdiri atas bea meterai dan bea lelang, sangat ditentukan oleh banyaknya transaksi ekonomi dan kegiatan pelelangan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai, penerimaan pajak lainnya ini cenderung terus mengalami peningkatan. Apabila dalam tahun 1968 penerimaan pajak lainnya baru mencapai Rp3,4 miliar, maka pada tahun 1994/95 telah mencapai Rp302,5 miliar atau mengalami peningkatan lebih dari 88 kali lipat.

Penerimaan negara bukan pajak antara lain terdiri dari penerimaan negara dari departemen/lembaga pemerintah nondepartemen yang diperoleh dari pelayanan jasa yang diberikan kepada masyarakat, dan penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah pada BUMN dan penerimaan laba bersih minyak jika nilai jual BBM dalam negeri melampaui biaya penyediaannya.

Upaya peningkatan penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari departemen/lembaga pemerintah nondepartemen antara lain dilakukan melalui penyempurnaan administrasi pengelolaan, yang meliputi tata cara penyetoran dan intensifikasi pemungutan, serta pengawasan dalam pelaksanaan berbagai penerimaan yang diterima oleh departemen/lembaga pemerintah nondepartemen tersebut. Sedangkan upaya peningkatan penerimaan yang bersumber dari bagian pemerintah atas laba BUMN, antara lain dilakukan dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN melalui langkah-langkah restrukturisasi BUMN meliputi perubahan status hukum, kerjasama operasi dan kontrak manajemen, konsolidasi, merjer, pemecahan badan usaha ke arah yang lebih mantap, penjualan saham, baik secara langsung maupun melalui pasar modal, serta pembentukan perusahaan patungan.

II/28

Page 29:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Sementara itu, melalui program pembinaan kekayaan negara, dilaksanakan upaya peningkatan efisiensi BUMN di bidang keuangan, manajemen dan sumber daya manusia. Untuk itu, dilakukan penataran sebanyak tiga kali yang diikuti sekitar 120 orang dari anggota komisaris beberapa BUMN. Kegiatan ini direncanakan merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang dimulai tahun 1994/95 hingga akhir Repelita VI dalam rangka meningkatkan pemahamam para anggota komisaris BUMN akan tugas dan kewajibannya untuk membantu dewan direksi BUMN dalam mengembangkan BUMN menjadi BUMN yang efisien sehingga mampu tumbuh dan berkembang untuk bersaing dipasar internasional.

Melalui upaya-upaya tersebut, pada tahun 1994/95 penerimaan negara bukan pajak meningkat menjadi Rp7.260,2 miliar atau naik 47,1 persen dari tahun sebelumnya. Sebagian dari penerimaan ini yaitu sebesar Rpl.263,0 miliar merupakan laba bersih minyak. Secara keseluruhan, perkembangan penerimaan di luar migas dapat dilihat pada Tabel II-3.

b. Pengeluaran Rutin

Kebijaksanaan anggaran rutin diarahkan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan roda pemerintahan dan sekaligus mendukung upaya peningkatan tabungan pemerintah. Untuk itu pelaksanaan anggaran belanja rutin senantiasa diserasikan dengan penerimaan dalam negeri dengan tetap mengupayakan peningkatan efisiensi, efektivitas dan mutu pelayanan kepada masyarakat. Hal itu diupayakan melalui peningkatan kemampuan aparatur negara, pemanfaatan secara optimal dari belanja barang, serta penghapusan subsidi yang dipandang tidak diperlukan lagi.

II/29

Page 30:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dengan dasar kebijaksanaan tersebut, pengeluaran rutin dikendalikan sehingga tersedia ruang bagi peningkatan tabungan pemerintah. Meskipun demikian pengeluaran rutin tetap meningkat. Pengeluaran rutin pada tahun 1994/95 mencapai Rp43.179,5 miliar atau naik 11,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan pengeluaran rutin terutama dibelanjakan untuk mendukung peningkatan kelancaran roda pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, serta memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri yang sudah jatuh tempo. Perkembangan pengeluaran rutin dapat dilihat pada Tabel II-4.

Anggaran belanja rutin digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, pembayaran bunga dan cicilan hutang, dan belanja rutin lainnya. Salah satu unsur terbesar dalam pengeluaran rutin adalah belanja pegawai bagi pegawai negeri sipil (PNS), anggota ABRI dan pensiunan. Sejak tahun 1968 belanja pegawai meningkat 167 kali lipat, yaitu dari Rp78,3 miliar pada tahun 1968 menjadi Rp13.069,1 miliar pada tahun 1994/95. Selama lima tahun terakhir, belanja pegawai meningkat rata-rata sebesar 16,1 persen per tahun. Peningkatan belanja pegawai ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui peningkatan tunjangan perbaikan penghasilan (TPP) bagi PNS, anggota ABRI dan pensiunan serta melalui kenaikan gaji berkala, pemberian tunjangan beras dan uang makan/lauk-pauk. Selain itu kenaikan ini juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat melalui pemberi-an tunjangan jabatan struktural dan fungsional, serta melalui penambahan pegawai baru.

Selanjutnya, terhitung sejak Januari 1995 bagi PNS golongan I, dan II, dan para penerima pensiun diberikan TPP sebesar 10 persen. Sedangkan bagi PNS golongan III dan IV diberikan sejak April 1995. Selama Repelita V, TPP diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada

II/30

Page 31:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

bulan April 1989, Januari 1990, dan Juli 1991, serta kenaikan gaji pokok yang merupakan integrasi TPP tahun-tahun sebelumnya pada bulan April 1992. Sementara itu, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan PNS, anggota ABRI, dan penerima pensiun, selama Repelita V telah dilakukan dua kali perubahan struktur penggajian, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1993 yang berlaku sejak bulan Januari 1993. Di samping itu, peningkatan belanja pegawai juga menampung tambahan tunjangan beras dan uang makan/lauk-pauk mengikuti penyesuaian harga beras dan penambahan pegawai baru.

Selain pada pos belanja pegawai, pengeluaran untuk keperluan belanja pegawai juga ditampung dalam pos subsidi daerah otonom. Belanja pegawai daerah ini meningkat dari Rp3.338,1 miliar pada tahun 1989/90 menjadi Rp6.755,9 miliar pada tahun 1994/95 atau naik rata-rata sebesar 15,1 persen per tahun. Apabila dibandingkan dengan pengeluaran tahun 1993/94, maka pengeluaran belanja pegawai yang masuk dalam pos subsidi daerah otonom ini hanya meningkat sebesar 5,3 persen. Perkembangan pengeluaran belanja pegawai dapat dilihat pada Tabel II-5.

Dalam pengeluaran rutin tercakup pula pengeluaran belanja barang yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai sarana kerja bagi kegiatan pemerintahan, serta guna meningkatkan dan memperluas mutu pelayanan kepada masyarakat. Sejak tahun 1968, belanja barang terus meningkat dari Rp29,1 miliar menjadi Rp4.296,6 miliar pada tahun 1994/95 atau naik 148 kali lipat. Apabila dibandingkan tahun sebelumnya, belanja barang tersebut meningkat sebesar 41,2 persen. Kenaikan yang cukup tinggi ini, di samping disebabkan semakin luasnya cakupan pelaksanaan kegiatan operasional dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan, juga disebabkan adanya kenaikan tarif listrik dan telepon. Pemanfaatan

II/31

Page 32:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

belanja barang tetap diprioritaskan untuk memanfaatkan produksi dalam negeri dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada pengusaha kecil.

Salah satu pos pengeluaran rutin yang terus meningkat adalah pembayaran bunga dan cicilan atas pokok pinjaman luar negeri yang telah diterima untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Pada tahun 1993/94 jumlah pembayaran bunga dan cicilan hutang adalah sebesar Rp17.287,8 miliar. Pembayaran bunga dan cicilan hutang tersebut meningkat menjadi Rp18.421,9 miliar tahun 1994/95 atau naik 6,6 persen. Kenaikan ini selain disebabkan oleh meningkatnya bunga dan cicilan hutang yang sudah jatuh tempo, juga didorong oleh adanya apresiasi berbagai mata uang kuat dunia terhadap dolar Amerika dan rupiah.

Sementara itu, lain-lain pengeluaran rutin digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Sejak tahun 1968, pengeluaran ini berfluktuasi karena mencakup subsidi BBM, di samping biaya pemilihan umum (pemilu), giro pos, bebas porto dan lain-lain. Dalam dua tahun terakhir tidak diperlukan pengeluaran untuk subsidi BBM dan bahkan diperoleh tambahan penerimaan bukan pajak berupa laba bersih minyak. Lain-lain pengeluaran rutin pada tahun 1994/95 tercatat sebesar Rp204,0 miliar.

c. Dana Pembangunan dan Pengeluaran Pembangunan

Dana pembangunan terdiri dari tabungan pemerintah dan nilai lawan rupiah bantuan luar negeri yang merupakan penerimaan pembangunan, yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan. Peranan tabungan pemerintah senantiasa diupayakan untuk terus meningkat.

II/32

Page 33:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dalam tahun 1994/95, tabungan pemerintah mencapai Rp18.190,4 miliar atau meningkat 34,9 persen dari tahun sebelumnya atau naik lebih dari 4 kali lipat dari tahun awal Repelita V. Dengan peningkatan ini, peranan tabungan pemerintah dalam dana pembangunan meningkat dari 31,9 persen pada tahun 1989/90 menjadi 62,4 persen pada tahun 1994/95.

Bersama-sama dengan penerimaan pembangunan sebesar Rp10.983,2 miliar, dana pembangunan yang dapat dihimpun dalam tahun 1994/95 mencapai Rp29.173,6 miliar atau meningkat sebesar 22,3 persen dari tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan tahun 1968 dana pembangunan yang berhasil dihimpun pada tahun 1994/95 ini telah meningkat lebih dari 500 kali lipat. Rincian pengeluaran pembangunan atas dasar sektor dan subsektor dapat dilihat pada Tabel II-6.

Sesuai dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan dalam Repelita VI pengeluaran pembangunan diarahkan untuk penyediaan prasarana dan sarana yang menunjang kegiatan ekonomi, penyediaan pelayanan dasar yang makin meluas bagi masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan penyediaan dana operasi dan pemeliharaan bagi proyek-proyek pembangunan yang telah dibangun.

1) Pengeluaran Pembangunan Berdasarkan Sektor

Dalam pelaksanaannya pengeluaran pembangunan diklasifikasi-kan menurut sektor, subsektor dan program yang terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan pembangunan. Pada awal PJP I yaitu pada Repelita I terdiri dari 12 sektor, Repelita II terdiri dari 15 sektor, Repelita III sampai dengan Repelita V terdiri dari 18 sektor, dan pada Repelita VI telah berkembang menjadi 20 sektor.

II/33

Page 34:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dari tahun ke tahun realisasi pengeluaran pembangunan selalu meningkat. Pada 1994/95 pengeluaran pembangunan telah meningkat sebesar 13,6 persen dari tahun sebelumnya sehingga menjadi sebesar Rp29.163,3 miliar. Sedangkan apabila dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan tahun 1968 yang baru mencapai Rp57,9 miliar, maka pengeluaran pembangunan tahun 1994/95 tersebut telah mengalami kenaikan lebih dari 500 kali lipat.

Dari jumlah tersebut, realisasi pengeluaran pembangunan di sektor pembangunan daerah dan transmigrasi tercatat sebesar Rp5.676,5 miliar atau meningkat sebesar 31,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Pengeluaran di sektor ini termasuk untuk membiayai program-program bantuan pembangunan daerah (Inpres) yang terdiri dari Inpres Desa; Inpres Dati II dan Inpres Dati I, dan yang baru mulai dilaksanakan dalam Repelita VI Inpres Desa Tertinggal. Rincian pengeluaran pembangunan atas dasar sektor dan subsektor dapat dilihat pada Tabel II-7. Sedangkan mengenai pelaksanaan pembangunan dan hasilnya dalam masing-masing sektor dapat dilihat pada uraian dari masing-masing Bab yang bersangkutan.

2) Pengeluaran Pembangunan menurut Jenis Pembiayaan

Selain alokasi menurut sektor dan subsektor, pengeluaran pembangunan juga dapat diklasifikasikan menurut jenis pembiayaan-nya, yaitu pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek.

Pada tahun 1968 realisasi pengeluaran pembangunan dalam bentuk rupiah berjumlah Rp35,5 miliar, dan dari tahun ke tahun terus meningkat jumlahnya sehingga mencapai Rp18.180,1 miliar pada tahun pertama Repelita VI atau meningkat lebih dari 510 kali lipat.

II/34

Page 35:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Perkembangan realisasi pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek dapat dilihat pada Tabel II-8.

Dana pembangunan dalam bentuk rupiah yang dialokasikan melalui Departemen/Lembaga adalah untuk membiayai proyek-proyek pembangunan sektoral yang menjadi tanggung jawab Departemen/-Lembaga yang bersangkutan. Realisasi pengeluaran pembangunan melalui Departemen/Lembaga dalam tahun 1994/95 mencapai Rp9.477,8 miliar atau meningkat sebesar 10,7 persen dibanding tahun sebelumnya.

Selain pengeluaran melalui Departemen/Lembaga, pengeluaran pembangunan juga mendukung berbagai program bantuan pembangunan daerah yang tercakup dalam Inpres dan pembangunan daerah yang dibiayai dengan dana PBB. Penggunaan bantuan pembangunan daerah tersebut diupayakan langsung menjangkau golongan masyarakat berpendapatan rendah, sesuai dengan kebutuhan daerah dan sejauh mungkin melibatkan pengusaha dan masyarakat setempat.

Program bantuan pembangunan daerah terus disempurnakan dan ditingkatkan baik jenis, struktur maupun nilainya, untuk lebih meningkatkan efisiensi dan peran pemerintah daerah dalam mengelola dana pembangunan, serta meningkatkan otonomi daerah secara nyata. Dalam tahun 1994/95 upaya penyempurnaan tersebut meliputi pemindahan alokasi dana bantuan pembangunan prasarana pasar, peningkatan jalan Dati II, bantuan penghijauan, serta untuk rehabilitasi Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah ke dalam bantuan pembangunan Dati II. Selain itu, bantuan pembangunan jalan Dati I dan bantuan reboisasi dialihkan kedalam bantuan pembangunan Dati I. Untuk mempercepat pengentasan kemiskinan, pada tahun pertama Repelita VI, telah dikembangkan program bantuan untuk masyarakat

II/35

Page 36:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

miskin desa-desa tertinggal melalui Bantuan Pembangunan Desa Tertinggal atau IDT.

Dengan demikian program bantuan pembangunan daerah dalam tahun 1994/95 terdiri dari bantuan pembangunan desa, bantuan pembangunan Dati II, bantuan pembangunan Dati I, bantuan pembangunan Sekolah Dasar, bantuan pembangunan sarana kesehatan, bantuan pembangunan desa tertinggal, serta program pembangunan daerah yang dibiayai dengan dana dari bagi hasil PBB. Realisasi bantuan pembangunan daerah pada tahun 1994/95 mencapai Rp7.135,4 miliar yang berarti naik 19,4 persen dari tahun sebelumnya.

Anggaran belanja pembangunan rupiah mencakup pula pembiayaan pembangunan lainnya. Dalam tahun 1994/95 anggaran pembangunan lainnya sebesar Rpl.566,9 miliar digunakan untuk subsidi pupuk sebesar Rp457,4 miliar, penyertaan modal pemerintah (PMP) sebesar Rp204,8 miliar, dan pembiayaan lain-lain pem-bangunan (LLP) sebesar Rp904,7 miliar.

Kebijaksanaan pemberian subsidi pupuk bertujuan untuk mempertahankan kestabilan harga pupuk dan pestisida, sehingga terjangkau oleh daya beli petani. Namun, sejalan dengan makin meningkatnya pendapatan petani sebagai akibat kenaikan harga gabah, dan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan pupuk oleh petani, secara bertahap besarnya subsidi pupuk dikurangi. Pengeluaran pembangunan sebagai penyertaan modal pemerintah (PMP), selain dialokasikan secara selektif kepada badan usaha milik negara (BUMN); juga digunakan untuk pembiayaan proyek penye-diaan perumahan rakyat (KPR-BTN), pembinaan dan pengembangan industri s trategis, serta iuran pemerintah kepada organisasi internasional. Sedangkan pembiayaan lain-lain pembangunan (LLP)

II/36

Page 37:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

adalah untuk menampung program pemerintah yang tidak tercakup pembiayaannya dalam anggaran Departemen/Lembaga maupun daerah, antara lain untuk membiayai subsidi benih, pengadaan air bersih perkotaan, penyehatan lingkungan permukiman dan sebagainya.

Di samping pembiayaan rupiah, pengeluaran pembangunan juga dibiayai dengan dana yang berasal dari bantuan luar negeri, baik yang berupa hibah maupun pinjaman. Sumber dana ini digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek yang memiliki dampak pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, yang tepat untuk dibiayai dengan dana bantuan luar negeri. Dalam tahun 1994/95 realisasi pengeluaran pembangunan dengan bantuan proyek berjumlah Rp10.983,2 miliar. Porsi realisasi bantuan proyek ini dari tahun ke tahun terus menurun. Perkembangan pengeluaran pembangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel II-9 dan Tabel II-10.

C. MONETER DAN LEMBAGA - LEMBAGA KEUANGAN 1.

Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam Repelita VI diupayakan dengan makin mengandalkan dana pembiayaan pembangunan yang bersumber pada kemampuan sendiri. Sehubungan dengan itu, sasaran pembangunan moneter dalam Repelita VI adalah meningkatnya tabungan masyarakat dari Rp246,4 triliun pada Repelita V menjadi Rp454,1 triliun selama Repelita VI.

Untuk mencapai sasaran tabungan masyarakat tersebut, ditempuh berbagai kebijaksanaan yang dapat meningkatkan efisiensi lembaga keuangan dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Di

II/37

Page 38:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

samping itu kebijaksanaan moneter diarahkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, memelihara stabilitas ekonomi melalui upaya pengendalian moneter, dan menunjang pemerataan.

Untuk mendukung kebijaksanaan dan pencapaian sasaran di bidang moneter, dilaksanakan Program Pembinaan Lembaga Keuangan. Program ini ditujukan untuk meningkatkan fungsi dan peranan bank ataupun lembaga keuangan lainnya seperti lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun dan pasar uang, agar mampu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Lembaga keuangan harus makin mampu berperan sebagai penggerak dan sarana mobilisasi dana masyarakat yang efektif dan sebagai penyalur yang cermat.

Kegiatan yang akan dilaksanakan terutama berupa pembinaan dan pengembangan lembaga keuangan. Untuk mendorong pengelolaan perbankan yang makin efisien dikembangkan sistem informasi antarbank. Bantuan teknis bagi bank perkreditan rakyat. (BPR) juga diprioritaskan agar jangkauan pelayanan perbankan makin luas dan dapat diandalkan.

Untuk membentuk industri asuransi dan dana pensiun yang andal dan sehat, maka akan ditingkatkan kegiatan pembinaan dan pengawasan misalnya melalui pengembangan sistem informasi manajemen dan penerapan prinsip underwriting yang benar. Di samping itu, pengembangan tenaga profesional di bidang asuransi dan dana pensiun akan ditingkatkan jumlah dan kualitasnya.

Kegiatan yang mendukung pemberian kredit bagi pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan koperasi juga diprioritaskan dalam rangka memeratakan kesempatan usaha dan memperluas lapangan kerja.

II/38

Page 39:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II — 1RINGKASAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Awal Repelita V Repelita VI

No. U r a i a n PJP—I(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Penerimaan Dalam Negeri 149,7 28.739,8 39.546,4 41.584,8 47.452,5 52.279,8 61.369,9

2. Pengeluaran Rutin 149,7 24.331,1 29.997,7 30.227,6 34.031,2 38.799,3 43.179,5

3. Tabungan Pemerintah 0,0 4.408,7 9.548,7 11.357,2 13.421,3 13.480,5 18.190,4

4. Dana Bantuan Luar Negeri 57,9 9.429,3 9.904,6 10.409,1 10.715,7 10371,9 10.983,2

a. Bantuan Program (35,5) (1.007,2) (1.396,8) (1.563,4) (511,7) (440,8)b. Bantuan Proyek (22,4) (8.422,1) (8507,8) (8.845,7) (10.204,0) (9.931,1) (10.983,2)

5. Dana Pembangunan 57,9 13.838,0 19.453,3 21.766,3 24.137,0 23.852,4 29.173,6

6. Pengeluaran Pembangunan 57,9 13.834,3 19.452,0 21.764,2 24.134,8 25.661,1 29.163,3

7. Surplus + /Defisit () + 0,0 + 3,7 + 1,3 + 2,1 + 2.2 (1.808,7) +10,3

II/39

Page 40:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

GRAFIK II - 1RINGKASAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

II/40

Page 41:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II—2PENERIMAAN DALAM NEGERI1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Awal Repelita V Repelita VI

No. Jenis Penerimaan PJP—I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Penerimaan minyak bumi danGas alam 33,3 11.252,1 17.711,9 15.039,1 15.330,4 12.507,7 13.399,2

a. Minyak bumi (33,3) (9.502,0) (14.577,5) (12.481,3) (12.095,0) (9.471,7) (9.880,4)

b. Gas Alam (— ) (1.750,1) (3.134,4) (2.557,8) (3.235,4) (3.036,0) (3518,8)

2. Penerimaan di luarminyak bumi dan gas alam 116,4 17.487,7 21.834,5 26.545,7 32.122,1 39.772,1 47.970,7

Jumlah 149,7 28.739,8 39.546,4 41.584,8 47.452,5 52.279,8 61.369,9

II/41

II/41

Page 42:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

GRAFIK II -- 2PENERIMAAN DALAM NEGERI1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

II/42

Page 43:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II — 3PENERIMAAN DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Awal Repelita V Repelita VINo. Jenis Penerimaan PJP—I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Pajak Penghasilan 25,3¹) 5.487,7 6.755,3 9.580,4 11.912,6 15.273,1 18350.1

2. Pajak Pertambahan Nilai 15,2 ²) 5.836,7 7.462,7 8.926,1 10.714,4 12.282,3 14.086,8

3. Bea Masuk 37,3 1.587,0 2.485,7 2.133,1 2.652,2 2.888,1 3.218,0

4. Cukai 16,6 1.476,8 1.917,3 2.222,8 2.380,8 2.559,6 3.000,9

5. Pajak Ekspor 13,9 171,5 44,2 18,8 8,5 13,5 120,1

6. Pajak Lainnya 3,43)

275,5 243,5 302,6 359,9 285,2 302,5

7. Pajak Bumi dan Bangunan — 4) 590,4 811,0 874,6 1100,6 1.534,3 1.632,1

8. Penerimaan Bukan Pajak 4,7 2.062,1 2.114,8 2.487,3 2.993,1 4.936,05)

7.260,26)

Jumlah 116,4 17.487,7 21.834,5 26.545,7 32.122,1 39.772,1 47.970,7

1) Sebelum Repelita IV terdiri dari Pajak Pendapatan, Menghitung Pajak Orang (MPO)2) Sebelum tahun 1985/86 terdiri dari Pajak Penjualan dan Pajak Penjualan Impor3) Sebelum 1 Januari 1986 termasuk Pajak Kekayaan4) Sebelum 1 Januari 1986 hanya merupakan penerimaan Ipeda. Sejak pelaksanaan UU tentang PBB (1 Januari 1986),

jumlah penerimaan ini menggantikan Ipeda dan Pajak Kekayaan.5) Termasuk laba bersih minyak sebesar Rp 1.040,7 miliar 6) Termasuk laba bersih minyak sebesar Rp 1.263,0 miliar.

II/43

Page 44:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

II/43

Page 45:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

GRAFIK II - 3PENERIMAAN DI LUAR MINYAK BUMI

DAN GAS ALAM1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

II/44

Page 46:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 4PENGELUARAN RUTIN

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah).

1) Sampai dengan akhir Repelita III terdiri dari subsidi untuk Irian Jaya danSubsidi untuk daerah lainnya

2) Termasuk subsidi pangan

II/45

Page 47:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

GRAFIK II – 4PENGELUARAN RUTIN

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

II/46

Page 48:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 5BELANJA PEGAWAI1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

(miliar rupiah)

No. Jenis Pengeluaran

AwalPJP-I

Repelita V Repelita VI

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Tunjangan beras 36,2 588,4 639,8 922,4 887,9 905,2 1.038,0

2. Gaji pegawai/pensiun 25,8 4.826,0 5.570,5 6.299,3 7532,8 9.166,5 10.490,2

3. Uang makan/lauk pauk 9,4 373,1 381,7 393,2 473,4 497,8 800,8

4. Lain-lain belanjapegawai dalam negeri 4,4 242,6 263,6 278,5 313,1 342,2 396,4

5. Belanja pegawailuar negeri 2,5 171,4 197,9 209,1 258,5 302,0 343,7

Jumlah 78,3 6.201,5 7.053,5 8.102,5 9.465,7 11.213,7 13.069,1

II/47

Page 49:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 6PERKEMBANGAN DANA PEMBANGUNAN, TABUNGAN PEMERINTAH

DAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI1968,1989/90 — 1993/94, 1994/95

(miliar rupiah)

No.

Awal-Uraian PJP—I

(1968)

Repelita V Repelita VI

1994/951989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94

1. Tabungan Pemerintah 0,0 4.408,7 9548,7 11.357,1 13.421,3 13.4&),5 18.190,4

Persentase ¹) 0,0% 31,9% 49,1% 52,2% 55,6% 56,5% 62,4%

2. Dana Bantuan Luar Negeri 57,9 9.429,3 9.904,6 10.409,1 10.715,7 10371,9 10.983,2

Persentase 1) 100,0% 68,1% 50,9% 47,8% 44,4% 43,5% 37,6%

3. Jumlah Dana Pembangunan 57,9 13.838,0 19.453,3 21.766,3 24.137,0 23.852,4 29.173,6

Persentase 1) 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

1)

Terhadap Jumlah Dana Pembangunan

II/48

Page 50:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

GRAFIK II - 5PERKEMBANGAN DANA PEMBANGUNAN, TABUNGAN PEMERINTAH

DAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

Page 51:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

II/49

Page 52:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 7REALISASI PENGELUARAN PEMBANGUNAN MENURUT SEKTOR DAN SUB SEKTOR

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Awal Repelita V Repelita VINo. PJP-I

(1968) 1) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. SEKTOR PERINDUSTRIAN - 399,8 547,1 544,5 570,2 355,3 474,9Sub Sektor Industri ( - ) (399,8) (547,1), (544,5) (570,2) (355,3) (474,9)

2. SEKTOR PERTANIANDAN KEHUTANAN

- 1.544,9 1.534,6 1.757,3 2,144,0 1.796,5 1.066,6

Sub Sektor Pertanian (- ) (1.544,9) (1.534,6) (1.757,3) (2.144,0) (1.796,5) (1.034,0)Sub Sektor Kehutanan 2) (- ) (..) (..) (..) (..) (..) (32,6)

3. SEKTOR PENGAIRAN - 504,5 773,3 955,8 1.096,2 1.180,4. 1.746,0Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air (- ) (..) (..) (..) (..) (..) (803,3)Sub Sektor Irigasi 3) (-) (504,5) (773,3) (955,8) (1.096,2) (1.180,4) (942,7)

4. SEKTOR TENAGA KERJA - 75,5 67,1 86,2 134,7 146,0 135,3Sub Sektor Tenaga Kerja (-) (75,5) (67,1) (86,2) (134,7) (146,0) (135,3)

5. SEKTOR PERDAGANGAN,PENGEMBANGAN USAHA NASIONAL,KEUANGAN DAN KOPERASI

- 1.039,4 533,7 989,6 747,3 1.083,3 1.409,7

Sub Sektor Perdagangan Dalam Negeri 4) (-) (291,2) (42,1) (413,1) (105,4) (573,7) (14,6)Sub Sektor Perdagangan Luar Negeri 4) (-)

(..) (•.) (..) (..) (•.)

(783,3)Sub Sektor Pengembangan Usaha Nasional 5) (-) (624,9) (334,7) (410,5) (408,9) (363,9) (354,2)Sub Sektor Keuangan. (-) (..) (..) (..) (..) (..) (131,9)Sub Sektor Koperasi dan Pengusaha Kecil (-) (123,3) (156,9) (166,0) (233,0) (145,7) (125,7)

6. SEKTOR TRANSPORTASI, -

METEOROLOGI DAN GEOFISIKA 2.774,1 3.614,5 3.717,6 4.259,6 5.009,2 5.616,9Sub Sektor Prasarana Jalan (-) (1.359,5) (2.316,4) (2.494,8) (2.816,3) (3.184,2) (3.843,2)Sub Sektor Transportasi Darat (-) (561,9) (587,1) (397,0) (467,9) (679,6) (623,0)Sub Sektor Transportasi Laut (-) (295,4) (276,1) (381,0) (435,9) (686,6) (482,0)Sub Sektor Transportasi UdaraSub Sektor Meteorologi, Geofisika,

(-) (557,3) (434,9) (444,8) (539,5) (458,8) (634,9)

Pencarian dan Penyelamatan (-) ( . . .) ( . . ) ( . . ) ( . . ) ( . . ) (33,8)

7. SEKTOR PERTAMBANGANDAN ENERGI

- 1.417,3 1.874,3 2.463,3 3.332,9 3.449,9 3.871,1

Sub Sektor Pertambangan (- ) (20,6) (167,0) (177,2) (290,5) (219,5) (65,3)Sub Sektor Energi (- ) (1.396,7) (1.707,3) (2.286,1) (3.042,4) (3.230,4) (3.805,8)

8. SEKTOR PARIWISATA, POSDAN TELEKOMUNIKASI

- 231,9 128,8 192,8. 277,6 182,4 774,9

Sub Sektor Pariwisata (-) (8,1) (14,1) (21,5) (56,6) (49,3)

(42,7)Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi (-) (223,8) (114,7) (171,3) (221,0) (133,1) (732,2)

9. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAHDAN TRANSMIGRASI

- 1.575,1 2.450,3 3.110,3 3.682,7 4.323,0 5.676,5

Sub Sektor Pembangunan Daerah 6) (-) (1.369,4) (1.937,7) (2.478,1) (2.920,1) (3.632,5) (4.804,8)Sub Sektor Transmigrasi dan PemukimanPerambah Hutan

(-) (205,7) (512,6) (632,2) (762,6) (690,5) (871,7)

II/50

Page 53:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

(Lanjutan Tabel II - 7)Awal Repelita V Repelita VI

No. PIP-1(1968) 1) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

10. SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP - 473,6 540,0 438,5 390,8 545,1 456,9DAN TATA RUANG

Sub Sektor Lingkungan Hidup 7)(-)

(473,6) (540,0) (438,5) (390,8) (545,1) (372,1)Sub Sektor 'I'ata Ruang (-) (..) (..) (..) (..) (..) (84,8)

ll.SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAANNASIONAL, KEPERCAYAAN THDTUHAN YANG MAHA ESA,

-

1.506,6 2.051,7 2.416,9 3.146,7 3.263,9 3.067,6PEMUDA DAN OLAH RAGASub Sektor Pendidikan 8)

( -)(1.342,4) (1.793,6) (2.119,9) (2.865,0) (2.852,2) (2.807,7)

Sub Sektor Pendidikan Luar Sekolah ( - ) (155,4) (243,1) (267,9) (243,6) (366,9) (184,1)dan Kedinasan

Sub Sektor Kebudayaan Nasional danKepercayaan Terhadap T'uhan ( - ) (8,8) (15,0) (29,1) (38,1) (44,8) (46,8)Yang Maha Esa

Sub Sektor Pemuda dan Olah Raga( - )

(..) (..) (..) (..) (..) (29,0)

12. SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN - 136,0 168,7 195,9 235,7 285,9 273,3KELUARGA SEJAHTERASub Sektor Kependudukan dan ( - ) (136,0) (168,7) (195,9) (235,7) (285,9) (273,3)

13.

Keluarga Berencana

SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL,KESEHATAN, PERANAN WANITA, - 333,9 554,2 694,8 721,5 860,0 1.060,3ANAK DAN REMAJASub Sektor Kesejahteraan Sosial 9)

( - )(20,2) (38,0) (51,6) (65,7) (68,9) (71,0)

Sub Sektor Kesehatan ( - ) (313,7) (516,2) (643,2) (655,8) (791,1) (982,1)Sub Sektor Peranan Wanita, Anak dan Remaja ( - ) (;.) (..) (..) (..) (..) (7,2)

14. SEKTOR PERUMAHAN DAN 494,6 677,2 801,7 1.053,1 860,7 929,0PERMUKIMANSub Sektor Perumahan dan Permukiman

-(-) (494,6) (677,2) (801,7) (1.053,1) (860,7) (881,5)

Sub Sektor Penataan Kola dan Bangunan (-) (..) (..) (..) . (..) (..)

(47,5)15. SEKTOR AGAMA. 10) - 24,9 42,1 46,7 69,3 82,2 131,4Sub Sektor Pelayanan Kehidupan Beragama (-) (-) (-) (-) (-) (-) (31,0)Sub Sektor Pembinaan Pendidikan Agama (-) (-) (-) (-) (-) (-) (100,4)

16. SEKTOR ILMU PENGETAHUAN 333,5 553,7 430,6 585,8 521,6 501,8DAN TEKNOLOGISub Sektor Teknik Produksi dan Teknologi

(-)(205,4) (223,5) (214,1) (334,0) (179,6) (139,4)

Sub Sektor Ilmu Pengetahuan Terapan (-) (128,1) (330,2) (216,5) (251,8) (342,0) (63,6)dan Dasar 11)

Sub Sektor Kelembagaan Prasarana danSarana ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(-)

(-) (-) (-) (-) (-) (101,2)Sub Sektor Kelautan (-) (-) (-) (-) (-) (-) (88,7)Sub Sektor Kedirgantaraan (-) (-) (-) (-) (-) (-)

(26,7)Sub Sektor Sistem Informasi dan Statistik (-) (-) (-) (-) (-) (-) (82,2)

17. SEKTOR HUKUM 12) - 25,1 35,2 52,1 74,9 80,0. 105,9Sub Sektor Pembinaan Hukum Nasional (-) (-) (-) (-) (-) ( - ) (13,4)Sub Sektor Pembinaan Aparatur Negara (-) ( -) ( -) (-) (-) (-) (26,2)

Sub Sektor Sarana dan Prasarana Hukum (-) (-) (-) (-) (-) (-) (66,3)

II/51

Page 54:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

(Lanjutan Tabel II – 7)Awal Repelita V Repelita VI

No. PJP-I(1968) 1) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

18. SEKTOR APARATUR NEGARA DAN 163,8 215,5 269,4 326,2 368,3, 550,9PENGAWASANSub Sektor Aparatur Negara (-) (163,8) (215,5) (269,4) (326,2) (368,3) (515,6)Sub Sektor Pendayagunaan Sistem dan (-) (-) (-) (-) (-) (-) (35,3)

19.

Pelaksanaan Pengawasan

SEKTOR POLITIK, HUBUNGANLUAR NEGERI, PENERANGAN, . - 59,7 93,8 77,0 81,9 120,6 159,7KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSASub Sektor Politik ( - )

(-) (-) (-) (-) (-) (2,5)

Sub Sektor Hubungan Luar Negeri (- ) (-) (-) (-) (-) (-) (3,4)Sub Sektor Penerangan, Komunikasi (- ) (59,7) (93,8) (77,0) (81,9) (120,6) (153,8)

20.

dan Media Massa

SEKTOR PERTAHANAN - 720,1 996,2 1.023,2 1.203,7 1.147,0 1.154,6DAN KEAMANAN 13)Sub Sektor Rakyat Terlatih dan (- ) (-) (-) (-) (-) (-) (2,3)

Perlindungan MasyarakatSub Sektor ABRI (- ) (-) (-) (-) (-) (-) (1.100,3)Sub Sektor Pendukung (- ) (-) (-) (-) (-) (-) (52,0)

CADANGAN ANGGARAN _ 2.000,0 1.500,0 - - _

PEMBANGUNAN

Sum lah 57,9 13.834,3 19.452,0 21.764,2 24.134,8 45.661,2 29.163,3

1). Data tidak tersedia, kecuali jumlah keseluruhan2) Pada Repelita V adalah program produksi kehutanan, Sub Sektor Pertanian3) Angka pada Repelita V termasuk program perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan dan pada Repelita VI masuk ke dalam

Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air4) Pada Repelita V merupakan program dalam Sub Sektor Perdagangan5) Angka pada Repelita V termasuk Otorita Batam dan Perbankan dan pada Repelita VI masuk ke dalam Sub Sektor Pembangunan

Daerah dan Sub Sektor Keuangan6) Angka pada Repelita V termasuk program penataan ruang daerah dan penataan pertanahan dan dalam Repelita VI masuk ke

dalam Sub Sektor Tata Ruang7) Angka pada Repelita V termasuk program pengembangan meteorologi dan geofisika, dan pengairan yang pada Repelita VI

dimasukkan ke dalam Sub Sektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan Penyelamatan (SAR) dan Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air .

8) Angka pada Repelita V termasuk program pembinaan pendidikan masyarakat dan program pembinaan generasi muda dan Keolahragaan yang dalam Repelita VI dimasukan ke dalam Sub Sektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan, dan Sub Sektor Pemuda dan Olah Raga

9) Angka pada Repelita V termasuk program peranan wanita dan pada Repelita VI masuk ke dalam Sub Sektor Peranan Wanita, Anak dan Remaja

10) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Agama11) Angka pada Repelita V termasuk program penyempurnaan dan pengembangan statistik yang pada Repelita VI masuk ke dalam Sub

Sektor Sistem Informasi dan Statistik12) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Hukum13) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Penahanan dan Keamanan Nasional

.. = Data tidak tersedia

II/52

Page 55:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 8REALISASI PENGELUARAN PEMBANGUNAN

TIDAK TERMASUK BANTUAN PROYEK 1968, 1989/90 -1993/94,1994/95 (miliar rupiah)

Page 56:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

1) Data t idak tersedia, kecuali jumlah keseluruhan

II/53

Page 57:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 9REALISASI PENGELUARAN PEMBANGUNAN TIDAKTERMASUK BANTUAN PROYEK

MENURUT SEKTOR DAN SUB SEKTOR1968, 1989/90 - 1993194, 1994/95

(miliar rupiah)

Awal Repelita V Repelita VINo. PJP-I

(1968) 1) 1989/90 1990/91 1991/92 1992193 1993/94 1994/95

1. SEKTOR PERINDUSTRIAN 175,9 291,7 244,1 121,6 29,8 138,5Sub Sektor Industri (-) (175,9) (291,7) (244,1) (121,6) (29,8) (138,5)

SEKTOR PERTANIAN - 536,3 537,9 617,3 580,2 700,5 707,6DAN KEHUTANANSub Sektor Pertanian . ( - ) (536,3) (537,9) (617,3) (580,2) (700,5) (702,5)Sub Sektor Kehutanan 2)

( - ) (..)

(••) (•.) (.•) (.•) (5,1)

3. SEKTOR PENGAIRAN - 168,5 257,1 332,8 491,1 475,2 783,3Sub Sektor Pengembangan Sumba.. Daya Air ( - ) (..) (••) (•.) (.•) (••) (365,0)Sub Sektor Irigasi 8)

( - )(168,5) (257,1) (332,8) (491,1) (475,2) (418,3)

4. SEKTOR TENAGA KERJA 29,3 48,2 80,2 103,7 99,3 108,2Sub Sektor Tenaga Kerja (-) (29,3) (48,2) (80,2) (103,7) (99,3) ((0,0))

5. SEKTOR PERDAGANGAN,PENGEMBANGAN USAHA NASIONAL, 486,9 285,2 725,4 262,7 786,3 791,3KEUANGAN DAN KOPERASISub Sektor Perdagangan Dalam Negeri 4)

(-)

(267,6) (30,8) (401,8) (50,1) (567,3) (14,6)Sub Sektor Perdagangan Luar Negeri 4)

(-)

(..) (..) (. .) (. .) (. .) (541,7)Sub Sektor Pengembangan Usaha Nasional 5) ( - ) (205,8) (234,4) (294,4) (173,5) (183,7) (176,6)Sub Sektor Keuangan ( -) (..) (. .) (. .) (. .) (. .) (4,7)Sub Sektor Koperasi dan Pengusaha Kecil (-) (13,5) (20,0) (29,2) (39,1) (35,3) (53,7)

SEKTOR TRANSPORTASI,METEOROLOGI DAN GEOFISIKA -

817,6 1.737,2. 2.360,9 3.091,4 3.341,8 3.807,9Sub Sektor Prasarana Jalan (-) (602,0) (1.407,5) (1.941,1) (2.543,1) (2.783,1) (3.196,6)Sub Sektor Transportasi Darat (-) (70,0) (107,1) (144,0) (186,8) (198,4) (234,2)Sub Sektor Transportasi Laut ( - ) (34,6) (94,1) (131,0). (155,8) (173,0) (195,6)Sub Sektor Transportasi Udara ( - )' (111,0) (128,5) (144,8) (205,7) (187,3) (166,5)Sub Sektor Meteorologi, Geofisika,

Pencarian dan Penyelamatan ( - ) () (..) (,.) (..) (..) (15,0)

7. SEKTOR PERTAMBANGAN - 132,7 406,4 479,5 671,7 708,9 757,8DAN ENERGISub Sektor Pertambangan ( - ) (5,0) (13,3) (23,4) "(29,7) (28,6) (33,5)Sub Sektor Energi ( - ) (127,7) (393,1) (456,1) (642,0) (680,3) (724,3)

SEKTOR PARIWISATA, POS - 14,9 30,3 42,8 58,0 63,8 59,3DAN TELEKOMUNIKASISub Sektor Pariwisata ( - ) (8,1) (14,1) (21,5) (29,9) (33,4) (32,0)Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi (- ) (6,8) (16,2) (21,3) (28,1) (30,4) (27,3)

9. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH '1.418,3 2.223,7 2.793,2 3.639,8 4.196,3 5.254,4DAN TRANSMIGRASISub Sektor Pembangunan Daerah 8) (-) (1.248,9) _ (1.782,7) (2.238,1) (2.897,9) (3.510,8) (4.513,3)Sub Sektor Transmigrasi dan Pemukiman (-) (169,4) (441,0) (555,1) (741,9) (685,5) (741,1)Perambah Hutan

II/54

Page 58:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

(lanjutan Tabel II – 9)

II/55

Page 59:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

(Lanjutan Tabel II - 9)

Awal Repelita V Repelita VINo. PJP-1

(1968) 1) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

18. SEKTOR APARATUR NEGARA DAN - 101,6 148,0 232,4 325,4 340,9 462,6PENGAWASAN .Sub Sektor Aparatur Negara (- ) (101,6) (148,0) (232,4) (325,4) (340,9) (427,3)Sub Sektor Pendayagunaan Sistem dan (- ) (-) (-) (-) (-) (-) (35,3)

19.

Pelaksanaan Pengawasan

SEKTOR POLITIK, HUBUNGANLUAR NEGERI, PENERANGAN, - 22,6 35,7 46,6 62,7 63,7. 73,5KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSASub Sektor Politik ( - ) (-) (-) (-) (-) (-) (2,5)Sub Sektor Hubungan Luar Negeri (- ) (-) (-) (-). (-) (-) (3,4)Sub Sektor Penerangan,Komunikasi ( - ) (22,6) (35,7) (46,6) (62,7) (63,7) (67,6)

20.

dan Media Massa

SEKTOR PERTAHANAN 216,2 593,2 493,2 477,3 545,7 589,3DAN KEAMANAN 13)Sub Sektor Rakyat Terlatih dan (-) (-) ( - ) ( -) (-) (-) (2,3)

Perlindungan MasyarakatSub Sektor ABRI (-) (-) (-) (-) (-) (-) (535,0)Sub Sektor Pendukung (-) (-) ( - ) ( -) (-) (-) (52,0)

CADANGAN ANGGARAN 2.000,0 1.500,0 - - _

PEMBANGUNAN

Jumlah. 35,5 5.412, 2 10.944, 2 12.918, 5 13.930, 8

15.730,1 18.180,1

1) Data tidak tersedia, kecuali jumlah keseluruhan2) Pada Repelita V adalah program produksi kehutanan, Sub Sektor Pertanian3) Angka pada Repelita V termasuk program perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan dan pada-Repelita VI masuk ke dalam Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air4) Pada Repelita V merupakan program dalam Sub Sektor Perdagangan5) Angka pada Repelita V termasuk Otorita Batam dan Perbankan dan pada Repelita VI masuk ke dalam Sub Sektor Pembangunan Daerah dan Sub Sektor Keuangan6) Angka pada Repelita V termasuk program penataan ruang daerah dan penataan pertanahan dan dalam Repelita VI masuk ke dalam Sub Sektor Tata Ruang7) Angka pada Repelita V termasuk program pengembangan meteorologi dan geofisika, dap pengairan yang pada Repelita VI

dimasukkan ke dalam Sub Sektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan Penyelamatan(SAR) dan Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air

8) Angka pada Repelita V termasuk program pembinaan pendidikan masyarakat dan program pembinaan generasi muda dan Keolahragaan yang dalam Repelita VI dimasukan ke datum Sub Sektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan. dan Sub Sektor Pemuda dan Olah Raga

9) Angka pada Repelita V termasuk program peranan wanita dan pada Repelita VI masuk ke datum Sub Sektor Peranan Wanita, Anak dan Remaja

10) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Agama11) Angka pada Repelita V termasuk program penyempurnaan dan pengembangan statistik yang pada Repelita VI masuk ke dalam Sub

Sektor Sistem Inrormasi dan Statistik12) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Hukum13) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional

= Data tidak tersedia

II/56

Page 60:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABLE II - 10REALISASI BANTUAN PROYEK MENURUT SEKTOR DAN SUB SEKTOR

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

II/57

Page 61:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

(Lanjutan Tabel II - 10)

II/58

Page 62:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Lanjutan Tabel II - 10)

1) Data tidak tersedia, kecuali jumlah keseluruhan2) Pada Repelita V adalah program produksi kehutanan, Sub Sektor Pertanian3) Angka pada Repelita V termasuk program perbaikan dun pemeliharaan jaringan pengairan dan pada Repelita V I masuk ke

dalam Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air4) Pada Repelita V merupakan program dalam Sub Sektor Perdagangan5) Angka pada Repelita V termasuk Otorita Batam dan Perbankan dan pada Repelita V I masuk ke dalam Sub Sektor

Pembangunan Daerah dan Sub Sektor Keuangan6) Angka pada Repelita V termasuk program penataan ruang daerah dan penataan pertanahan dan dalam Repelita V I

masuk ke dalam Sub Sektor Ta t a Ruang7) Angka pada Repelita V termasuk program pengembangan meteorologi dan geofisika, dan pengairan yang pada Repelita

V I dimasukkan ke dalam Sub Sektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan Penyelamatan (SAR) dan Sub Sektor Pengembangan Sumber Daya Air

8) Angka pada Repelita V termasuk program pembinaan pendidikan masyarakat dan program pembinaan generasi muda dan Keolahragaan yang dalam Repelita VI dimasukan ke dalam Sub Sektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan, dan Sub Sektor Pemuda dun Olah Raga

9) Angka pada Repelita V termasuk program penman wanita dan pada Repelita VI masuk ke dalam Sub Sektor Peranan Wanita, Anak dan Remaja

10) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Agama11) Angka pada Repelita V termasuk program penyempurnaan dan pengembangan statistik yang pada Repelita VI masuk ke

dalam Sub Sektor Sistem Informasi dan Statistic12) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Hukum13) Pada Repelita V adalah Sub Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional... = Data tidak tersedia

II/59

Page 63:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Program Pembinaan Lembaga Keuangan ini terdiri atas Sub Program Pembinaan Lembaga Pasar Uang dan Sub Program Pembinaan Lembaga Pasar Modal.

Sub Program Pembinaan Lembaga Pasar Uang ditujukan untuk meningkatkan fungsi dan peranan bank ataupun lembaga keuangan lainnya seperti lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun dan pasar uang sehingga makin mampu berperan sebagai penggerak dan sarana mobilisasi dana masyarakat dan sebagai penyalur dana yang cermat dan efektif.

Sedangkan Sub Program Pembinaan Pasar Modal ditujukan untuk lebih meningkatkan fungsi pasar modal agar mampu berperan sebagai penggerak dan sarana mobilitas dana masyarakat yang effektif melalui pemilikan saham perusahaan yang go public.

2. Pelaksanaan dan Hasil-hasil Pembangunan dalam Tahun Pertama Repelita VI.

a. Moneter

Dalam tahun pertama Repelita VI, kebijaksanaan moneter ditujukan untuk lebih mengendalikan permintaan dalam negeri melalui pengaturan jumlah uang beredar dan sumber-sumber pertumbuhannya, khususnya kredit perbankan. Kebijaksanaan tersebut ditempuh secara berhati-hati dan ditunjang oleh penyempur-naan mekanisme operasi pasar terbuka (OPT), imbauan (moral suasion), peningkatan fleksibilitas penentuan nilai tukar Rupiah serta penyempurnaan ketentuan mengenai posisi devisa neto (PDN).

II/60

Page 64:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dalam rangka memelihara stabilitas ekonomi pada tahun 1994/95 upaya pengendalian uang beredar dilakukan antara lain dengan menaikkan tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara bertahap hingga mencapai sekitar lima angka persentase. Misalnya tingkat diskonto SBI berjangka waktu 7 hari dinaikkan dari 6,7 persen per tahun pada tahun 1993/94 menjadi 12,3 persen per tahun pada tahun 1994/95. Selanjutnya dalam upaya meningkatkan efektivitas pengendalian uang beredar melalui operasi pasar, Bank Indonesia telah memperkenankan transaksi SBI secara repo (repurchasing agreement). Penyesuaian suku bunga SBI dilakukan dengan mengacu pada perkembangan suku bunga luar negeri, seperti Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR), agar perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri berada pada tingkat yang wajar.

Untuk mengendalikan laju pertumbuhan kredit yang pada tahap sebelumnya bergerak relatif cepat, dalam tahun 1994/95 diupayakan dengan mempengaruhi perkembangan suku bunga, juga disertai dengan imbauan kepada bank untuk tidak melakukan ekspansi kredit secara berlebihan. Imbauan dilakukan terutama untuk mengendalikan pertumbuhan kredit yang terlalu cepat di bidang-bidang usaha tertentu seperti pada sektor bangunan dan perumahan (real estate). Upaya ini juga ditunjang oleh kebijaksanaan fiskal, yaitu kenaikan pajak atas transaksi pembelian tanah dan perumahan dari 3 persen menjadi 5 persen dan penetapan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar 10 persen atas transaksi pembelian rumah mewah, kondominium, dan sejenisnya.

Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengendalian uang beredar dan meredam dampak negatif gejolak di pasar valuta asing, sejak September 1994 selisih kurs jual beli dolar Amerika Serikat terhadap rupiah diperlebar dari Rp20,- menjadi Rp30,-. Untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada bank dalam

II/61

Page 65:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

melakukan transaksi valuta asing serta membantu bank dalam pengelolaan dana, telah dilakukan penyempurnaan atas ketentuan mengenai posisi devisa neto (PDN) dengan memperlonggar batas PDN. Dengan berkembangnya pasar valuta asing, para pelaku pasar dapat mengurangi penggunaan fasilitas transaksi valuta asing yang disediakan oleh Pemerintah sehingga otoritas moneter mempunyai ruang gerak yang lebih luas dalam melakukan pengendalian moneter.

Sebagai hasilnya, pertumbuhan uang beredar(M1) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral melambat dari 25,7 persen pada tahun 1993/94 menjadi 17,4 persen pada tahun 1994/95. Di lain pihak, pertumbuhan uang kuasi masih cukup tinggi, sehubungan dengan kembali meningkatnya suku bunga simpanan, sehingga pada akhir tahun 1994/95 likuiditas perekonomian (M2) mengalami pertumbuhan yang sedikit meningkat meskipun tetap dalam batas-batas terkendali, yaitu 21,5 persen. Perkembangan jumlah uang beredar (M2 dan Ml) inY dapat dilihat pada Tabel II-11.

Melambatnya pertumbuhan Ml terjadi, terutama, pada uang giral sedangkan pertumbuhan uang kartal masih relatif tinggi. Masih relatif tingginya pertumbuhan uang kartal selain disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat juga dipengaruhi oleh berkembangnya fasilitas pelayanan perbankan, seperti automatic teller machine (ATM), dan peningkatan kegiatan perdagangan besar yang sebagian besar transaksinya menggunakan uang tunai. Selain itu, besarnya transaksi di sektor perumahan yang sebagian besar dilakukan secara tunai telah ikut pula mendorong tingginya pertumbuhan uang kartal.

Kebijaksanaan pengendalian uang beredar dalam tahun 1994/95 diarahkan untuk tetap memelihara kestabilan makro, seraya mendukung proses pemulihan kembali kegiatan perekonomian. Prinsip

II/62

Page 66:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

hati-hatian tetap menjadi landasan penting dalam kebijakan moneter dan fiskal.. Upaya-upaya pendinginan suhu perekonomian melalui kebijaksanaan moneter bersama-sama dengan berbagai kebijaksanaan di sektor-sektor lain telah berhasil menahan laju inflasi pada tingkat yang terkendali. Laju inflasi turun dari 10,0 persen pada tahun 1992/93 menjadi 7,0 persen dan 8,6 persen pada tahun 1993/94 dan 1994/95. Perbandingan antara tingkat kenaikan harga dengan tingkat pertambahan jumlah uang beredar dapat dilihat pada Tabel II-12.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan uang beredar, selama tahun 1994/95 sektor pemerintah, sektor luar negeri, dan aktiva bersih lainnya memberikan pengaruh mengurang (kontraksi) yang cukup besar terhadap M2. Sementara itu, tagihan pada sektor dunia usaha masih memberikan pengaruh menambah (ekspansi).

Sektor pemerintah bersih (netto), baik dalam rupiah maupun valuta asing, telah memberikan pengaruh mengurang yang cukup besar terhadap jumlah uang beredar, yaitu Rp2,6 triliun. Besarnya pengaruh mengurang sektor keuangan pemerintah tersebut disebabkan oleh meningkatnya penerimaan di luar migas, baik dari pajak maupun bukan pajak, yang berkaitan erat dengan hasil usaha intensifikasi dan ekstensifikasi di bidang perpajakan. Kontraksi yang terjadi di sektor pemerintah tersebut merupakan faktor pendukung kebijaksanaan moneter dalam pengendalian likuiditas perekonomian selama tahun 1994/95.

Sektor luar negeri secara keseluruhan telah memberikan pengaruh mengurang yang cukup besar terhadap uang beredar, yaitu sebesar Rp3,7 tr i l iun. Pengaruh mengurang tersebut selain diakibatkan oleh besarnya pembayaran utang luar negeri, juga oleh besarnya aliran modal ke luar negeri. Besarnya pembayaran utang

II/63

Page 67:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

luar negeri, antara lain, berkaitan dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah yang dipercepat. Sementara itu, aliran modal ke luar negeri yang terjadi pada awal dan akhir tahun 1994/95 dipengaruhi oleh tindakan spekulasi valuta asing oleh pengelola dana (fund manager) dan sebagian masyarakat. Faktor lainnya yang memberikan pengaruh mengurang yang cukup besar terhadap M2 ialah aktiva bersih lainnya. Aktiva bersih lainnya memberikan pengaruh mengurang sebesar Rp3,3 triliun yang, antara lain, berkaitan dengan membaiknya kegiatan usaha dan struktur permodalan bank.

Tagihan pada sektor usaha, yang terdiri dari tagihan kepada lembaga/perusahaan pemerintah dan tagihan kepada perusahaan swasta dan perorangan, memberikan pengaruh menambah sebesar Rp41,7 triliun. Relatif besarnya pengaruh menambah tersebut berkaitan dengan masih cukup tingginya pertumbuhan kredit, yakni di sektor perindustrian, perdagangan, dan jasa-jasa. Meskipun demikian, tagihan pada sektor usaha sebagai sumber utama ekspansi uang beredar sudah menunjukkan kecenderungan yang menurun. Rincian tentang sebab-sebab perubahan jumlah uang beredar dapat dilihat pada Tabel II-13.

Dalam tahun 1994/95 upaya otoritas moneter untuk mengendalikan permintaan dalam negeri telah diikuti oleh meningkatnya suku bunga dan volume transaksi pasar uang antarbank. Peningkatan suku bunga tersebut diperkuat oleh kenaikan suku bunga luar negeri. Kenaikan suku bunga tersebut masih berada dalam batas-batas yang wajar sebagaimana tercermin, antara lain, pada masih tingginya minat investasi.

Sejalan dengan upaya untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah uang beredar, sejak triwulan III 1994/95 tingkat diskonto SBI dan

II/64

Page 68:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

surat berharga pasar uang (SBPU) menunjukkan kenaikan secara bertahap. Tingkat diskonto SBI berjangka waktu 7 hari yang pernah mencapai titik terendah pada awal tahun 1994/95, yaitu 6,7 persen, pada bulan-bulan berikutnya mengalami peningkatan hingga mencapai 12,3 persen pada akhir Maret 1995. Sementara itu, tingkat diskonto SBPU berjangka waktu 7 hari juga meningkat, yaitu dari 11,0 persen pada akhir Maret 1994 menjadi 15,3 persen pada akhir Maret 1995.

Suku bunga deposito rupiah berjangka 3 bulan telah mengalami peningkatan, yaitu dari 13,4 persen pada akhir September 1994 menjadi 15,9 persen pada akhir Maret 1995. Dengan perkembangan tersebut, perbedaan antara suku bunga dalam dan luar negeri mengalami peningkatan. Secara riil, tingkat suku bunga tersebut masih cukup tinggi sehingga masih menarik bagi para penabung.

Sejalan dengan kenaikan suku bunga deposito, suku bunga kredit, baik modal kerja maupun investasi, juga mengalami peningkatan walaupun dengan kenaikan yang lebih rendah. Suku bunga kredit modal kerja naik dari 16,9 persen pada bulan September 1994 menjadi 17,6 persen pada akhir Maret 1995. Sementara itu, pada periode yang sama suku bunga kredit investasi meningkat dari 14,8 persen menjadi 15,4 persen. Relatif lebih lambatnya kenaikan suku bunga kredit dibandingkan dengan suku bunga simpanan telah mengakibatkan selisih antara suku bunga kredit modal kerja dan de-posito 3 bulan semakin mengecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank-bank cukup berhati-hati dalam menaikkan suku bunga kreditnya, antara lain, sehubungan dengan semakin tajamnya persaingan. Perkembangan suku bunga perbankan dan tingkat diskon-to alat-alat moneter tersebut dapat dilihat pada Tabel II-14.

II/65

Page 69:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

b. Lembaga-lembaga Keuangan

1) Perbankan

Kebijaksanaan perbankan dalam tahun 1994/95 banyak dicurahkan pada upaya yang berkaitan dengan penyelesaian bank bermasalah dari kredit bermasalah serta memantapkan . sistem dan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan bank. Dalam rangka itu diupayakan untuk menerapkan sistem self-regulation guna mendorong terciptanya ketaatan yang lebih tinggi dari para pengelola bank terhadap ketentuan intern masing-masing bank.

Upaya penanggulangan bank bermasalah dan kredit bermasalah dilanjutkan dan ditingkatkan melalui langkah-langkah terpadu dan terarah, mencakup penyelesaian kredit bermasalah yang telah ada, pencegahan timbulnya kredit bermasalah yang baru, dan pembinaan bank-bank bermasalah dengan mengefektifkan penggunaan sarana hukum, bekerja sama dengan instansi terkait. Dalam rangka ini Tim Supervisi Kredit Bank Pemerintah (TSKBP) di bank-bank persero dan Satuan Tugas Khusus (STK) di bank-bank swasta terus dimantapkan fungsinya.

Untuk mencegah timbulnya kredit bermasalah yang baru dilakukan upaya melengkapi dan menyempurnakan ketentuan-ketentuan perbankan yang berkaitan dengan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan perkreditan. Pembinaan bank-bank bermasalah ditempuh sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Dalam tahun 1994/95 terdapat beberapa bank bermasalah yang menunjukkan kondisi yang terus memburuk dan para pemilik serta pengurus bank yang bersangkutan tidak mampu lagi menyelesaikan

II/66

Page 70:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

sendiri kesulitan yang dihadapi. Untuk mengatasinya, Pemerintah bersama bank-bank lain yang berprestasi baik telah melakukan upaya-upaya penyelamatan untuk menjaga sistem perbankan yang sehat, khususnya guna menghindari timbulnya risiko sistemik (systemic risk) yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat usaha serta dunia internasional terhadap sistem perbankan Indonesia.

Dalam rangka mendorong pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan untuk mengarahkan bank dalam menerapkan sistem self- regulation, telah disempurnakan ketentuan tentang penyampaian rencana kerja bank dan laporan pelaksanaannya, yang mewajibkan bank-bank untuk senantiasa bekerja berdasarkan rencana yang matang, termasuk mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan moneter. Selain itu, guna mewujudkan asas-asas perkreditan yang sehat, Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan bagi bank umum. Dalam ketentuan tersebut ditetapkan Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB) yang berfungsi sebagai panduan mengenai hal-hal yang wajib diatur dalam Kebijaksanaan Perkreditan Bank (KPB), antara lain, kewajiban bank untuk mencantumkan prinsip kehati-hatian, organisasi dan manajemen, dokumentasi dan administrasi kredit, serta pengawasan kredit. Selanjutnya, untuk meningkatkan fungsi audit intern pada semua tingkatan manajemen dalam mengamankan kegiatan operasional bank, telah dikeluarkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk menerapkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB).

Guna meningkatkan efisiensi dan pelayanan bank kepada masyarakat melalui sarana elektronis, telah dilakukan penyempurnaan atas ketentuan mengenai penggunaan teknologi sistem informasi bagi perbankan. Bank dapat menggunakan teknologi sistem informasi

II/67

Page 71:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

dalam pengolahan data keuangan dan pemberian jasa pelayanan, baik diselenggarakan sendiri maupun diserahkan kepada pihak lain, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pengawasan dan pengamanan yang memadai, termasuk menjaga kerahasiaan bank.

Untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi perbankan dalam kegiatan pengelolaan valuta asing, telah disempurnakan ketentuan mengenai Posisi Devisa Neto (PDN). Dalam ketentuan baru tersebut, PDN bank, baik yang tercatat pada pos neraca maupun pada rekening administratif, yang semula secara harian dibatasi setinggi-tingginya 20 persen dari modal bank, diubah menjadi setinggi-tingginya 25 persen dari modal bank. Sedangkan, PDN untuk setiap jenis valuta asing yang semula ditetapkankan setinggi-tingginya 25 persen dari modal bank selanjutnya diserahkan kepada bank untuk mengaturnya sendiri.

Sementara itu, dalam tahun 1994/95 Pemerintah mengadakan pengkajian atas laporan keuangan bank umum dalam rangka analisis perkembangan usaha bank. Pengkajian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi serta menganalisis perubahan-perubahan posisi keuangan bank-bank umum. Analisis dari data keuangan bank umum diharapkan dapat mendeteksi potensi permasalahan dan pengambilan langkah kebijaksanaan.

Untuk membantu pengusaha kecil di perdesaan dikembangkan proyek Pengembangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK). Proyek PHBK bertujuan untuk meningkatkan pelayanan jasa perbankan kepada kelompok informal utamanya di perdesaan dengan menghubungkan kelompok tersebut dengan bank. Selain itu, bekerjasama dengan Asian Development Bank diupayakan pula pengembangan proyek kredit mikro untuk usaha informal.

II/68

Page 72:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Kegiatan ekonomi yang meningkat pesat, serta berbagai kebijaksanaan deregulasi di bidang perbankan telah mendorong perkembangan perbankan di Indonesia. Pada awal Repelita I tercatat 181 bank umum dengan jumlah kantor cabang sebanyak 996 buah. Pada akhir Repelita V jumlah bank umum telah menjadi 236 bank dengan kantor cabang bank berjumlah 5.932 kantor. Pada tahun 1994/95 jumlah ini meningkat-lagi menjadi 240 bank dan 6.242 kantor. Jumlah bank perkreditan rakyat (BPR) pada awal Repelita I adalah 8.266 buah, meningkat menjadi 8.757 buah pada akhir Repelita V dan meningkat lagi menjadi 9.535 . buah pada tahun 1994/95.

Berkaitan dengan perkembangan jumlah bank dan piranti perbankan, dana perbankan mengalami peningkatan yang pesat pula terutama setelah dikeluarkannya deregulasi perbankan Juni 1983 dan Oktober 1988. Jumlah dana perbankan yang dihimpun pada awal Repelita I baru mencapai Rp134 miliar, meningkat pesat menjadi Rp39,5 triliun pada akhir Repelita IV dan meningkat lagi menjadi Rp143,8 triliun pada akhir Repelita V, atau meningkat 1.072 kali lipat. Pada tahun 1994/95 dana perbankan meningkat lagi menjadi Rp172,1 triliun, atau tumbuh dengan 19,7 persen. Perkembangan dana perbankan tersebut dapat dilihat pada Tabel II-15.

Deposito berjangka, baik rupiah maupun valuta asing, yang merupakan komponen terbesar dari dana perbankan yaitu sebesar 55,7 persen pada tahun 1994/95, secara keseluruhan masih menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 28,9 persen, dibandingkan dengan 15,8 persen pada tahun sebelumnya. Perkembangan deposito berjangka dan sertifikat deposito secara terinci dapat dilihat pada Tabel II-16 dan Tabel II-18.

II/69

Page 73:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dana perbankan yang berupa tabungan selama tahun 1994/95 mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu sebesar 8,8 persen dibandingkan dengan 32,7 persen pada tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan tabungan tersebut antara lain berkaitan dengan relatif lebih tingginya tingkat bunga deposito berjangka. Perkembangan tabungan perbankan ini dapat dilihat pada Tabel II-17.

Selama tahun 1994/95 dana perbankan dalam bentuk giro, baik dalam rupiah maupun valuta asing, secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,0 persen, lebih lambat dibandingkan dengan 26,7 persen pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang melambat tersebut, terutama dipengaruhi oleh menurunnya giro valuta asing. Perkembangan tersebut berkaitan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah, di samping besarnya kebutuhan rupiah untuk keperluan transaksi.

Sementara itu, dalam rangka pengembangan sumber daya manusia pada bank perkreditan rakyat (BPR), telah diupayakan penyelenggaran pendidikan bagi pimpinan, pembina dan pelaksana BPR. Sejak awal pelaksanaannya, pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1994/95, sebanyak 5.528 orang telah mengikuti pendidikan pengelolaan BPR.

Selanjutnya, untuk lebih mendorong bank dalam menyalurkan kredit usaha kecil (KUK), bank-bank yang belum memenuhi ketentuan KUK minimum 20 persen telah diminta untuk membuat rencana dan program pemberian KUK. Rencana tersebut meliputi penentuan sasaran/segmen pasar; pengembangan organisasi internal yang mencakup unit-unit khusus untuk pengembangan usaha kecil; dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan KUK. Selain itu, untuk lebih memeratakan persebaran KUK, bank-bank terus didorong untuk memberikan KUK kepada usaha mikro di daerah perdesaan.

II/70

Page 74:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dalam upaya mendorong usaha koperasi dan anggotanya serta meningkatkan pendapatan petani dan pengadaan pangan nasional, telah diupayakan untuk menyempurnakan pelaksanaan kredit program yang masih didukung dengan kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI), terutama Kredit Usaha Tani (KUT), kredit kepada KUD (KKUD), dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Skim KUT disempurnakan dengan memperbaiki sistem dan mekanisme penyalurannya, agar masalah dalam penyerapan dan tunggakan kredit dapat dikurangi. Skim KKPA lebih diutamakan untuk mendukung pola kemitraan antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar dan sekaligus mendorong perkembangan koperasi dan transmigrasi.

Untuk meningkatkan kemampuan perbankan dalam menanggung risiko terhadap penanaman dananya, bank wajib membentuk cadangan penghapusan aktiva produktif. Mulai Desember 1994, bank-bank wajib menyisihkan penghapusan aktiva produktif sebesar 0,5 persen dari aktiva produktif lancar, ditambah dengan 3 persen dari aktiva produktif kurang lancar, 50 persen dari aktiva produktif diragukan, dan 100 persen dari aktiva produktif macet setelah masing-masing dikurangi dengan nilai agunan. Keharusan untuk menyisihkan penghapusan aktiva produktif berlaku bagi penanaman dana dalam bentuk kredit yang diberikan, surat berharga, penanaman antarbank, dan penyertaan. Dalam pelaksanaannya, apabila jumlah cadangan yang ada lebih kecil daripada jumlah yang seharusnya dicadangkan maka kekurangan tersebut akan diperhitungkan sebagai pengurang modal bank mulai akhir Desember 1996. Selanjutnya ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) telah disempurnakan pula melalui penurunan persentase BMPK kepada kelompok peminjam dan peminjam yang terkait dengan bank secara bertahap masing-masing dari 50 persen dan 20 persen dari modal menjadi 20 persen dan 10 persen pada akhir Maret 1997.

II/71

Page 75:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Secara keseluruhan perkembangan kredit perbankan selama PJP I menunjukkan peningkatan yang sangat pesat. Pada awal Repelita I, jumlah kredit perbankan baru mencapai Rp126 miliar, kemudian meningkat menjadi Rp46,5 triliun pada akhir Repelita IV dan meningkat lagi menjadi Rp154,9 triliun pada akhir Repelita V, atau meningkat dengan 1.228 kali lipat. Pada tahun 1994/95 jumlah kredit perbankan meningkat lagi menjadi Rp195,8 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 26,4 persen. Relatif cepatnya pertumbuhan kredit tersebut, yang kurang diikuti oleh pertumbuhan dana, telah mengakibatkan kesenjangan antara dana dan kredit menjadi semakin besar.

Berdasarkan kelompok bank pemberi kredit, pertumbuhan kredit dalam tahun 1994/95 terutama didukung oleh pertumbuhan kredit bank umum swasta nasional (BUSN), yaitu sebesar 43,0 persen, sementara kredit bank persero (pemerintah) hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10,7 persen. Relatif cepatnya pertumbuhan pemberian kredit oleh kelompok BUSN mencerminkan semakin banyaknya bank swasta yang berhasil menyelesaikan proses kansolidasi. Dengan perkembangan tersebut, pangsa pemberian kredit oleh kelompok BUSN meningkat dari 44,0 persen pada tahun 1993/94 menjadi 49,8 persen pada akhir 1994/95. Perkembangan kredit menurut sektor perbankan secara terinci disajikan pada Tabel II-19.

Dilihat dari sektor ekonomi, sektor industri tetap mempunyai peranan terbesar dalam penyaluran kredit perbankan, yaitu sebesar 30,9 persen. Dalam tahun 1994/95 pemberian kredit pada sektor industri mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17,4 persen sehingga menjadi Rp60,5 triliun. Pemberian kredit terutama meningkat untuk kegiatan pengolahan bahan makanan,

II/72

Page 76:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

kertas, dan semen. Sektor jasa - jasa masih mengalami pertumbuhan tinggi, yakni sebesar 40,9 persen terutama untuk kredit konstruksi khususnya di bidang perumahan.

Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi terjadi pula pada sektor perdagangan. Dalam tahun 1994/95 kredit untuk sektor perdagangan meningkat 17,6 persen, terutama untuk kegiatan perdagangan eceran dan distribusi serta pengumpulan barang-barang dagangan dalam negeri. Perkembangan kredit menurut sektor ekonomi tersebut dirinci lebih lanjut dalam Tabel II-20.

Kredit investasi dalam tahun 1994/95 meningkat dengan 18,4 persen. Demikian pula kredit modal kerja mengalami peningkatan. Perkembangan realisasi kredit investasi menurut sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel II-21.

Penyaluran kredit perbankan kepada pengusaha kecil terus meningkat, tercermin antara lain pada meningkatnya pemberian KUK bank-bank umum yang sampai dengan akhir tahun 1994/95 telah mencapai Rp35,3 triliun. Dengan peningkatan tersebut, nisbah KUK bank-bank umum secara nasional mencapai 25,1 persen, telah melampaui ketentuan KUK minimum sebesar 20 persen. Berdasarkan penyebaran, sekitar 70 persen dari total KUK dimiliki oleh nasabah dengan besaran pagu kredit di bawah RplOO juta.

Sampai dengan tahun 1994/95 realisasi KUT, kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) dan kredit kepada KUD (KKUD) meningkat 7,6 persen sehingga menjadi Rp15,5 triliun. Jumlah bank yang menyalurkan kredit koperasi dengan pola KKPA telah meningkat dari 22 bank menjadi 32 bank pada akhir 1994/95.

II/73

Page 77:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dalam tahun 1994/95 semakin banyak bank yang telah memenuhi ketentuan kehati-hatian. Dari sisi bank pemerintah, upaya untuk memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) dilakukan antara lain dengan memanfaatkan dana luar negeri melalui Proyek Pengembangan Lembaga Keuangan (Financial Sector Development Project).

Pada akhir tahun 1994/95 kualitas kredit perbankan telah membaik sebagaimana tercermin pada meningkatnya jumlah kredit yang tergolong lancar serta menurunnya kredit yang tergolong kurang lancar dan diragukan. Meskipun demikian kredit macet masih mengalami sedikit peningkatan. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa upaya perbankan dalam meningkatkan kualitas kreditnya sudah mulai ada hasilnya walaupun belum sepenuhnya berhasil.

Selain itu, sampai dengan akhir Desember 1994 sebagian besar bank telah memenuhi ketentuan nisbah pinjaman terhadap simpanan (NPTS). NPTS merupakan perbandingan pinjaman dengan sumber dana dan batas NPTS yang dianggap sehat adalah 110 persen. Apabila dilihat secara rata-rata, NPTS seluruh perbankan pada akhir Desember. 1994 masih tergolong sehat.

Sementara itu, jumlah bank yang telah memenuhi ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) semakin besar. Pada akhir Desember 1994 sebagian besar bank telah memenuhi ketentuan BMPK dan posisi devisa neto (PDN).

2) Lembaga Keuangan Lainnya

Dalam tahun pertama Repelita VI telah dikeluarkan beberapa kebijaksanaan yang berkaitan dengan pengembangan lembaga-

II/74

Page 78:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

lembaga keuangan di luar perbankan. Antara lain, telah dikeluarkan peraturan yang mewajibkan pengurus dana pensiun untuk menyampaikan laporan keuangan dan portofolio investasinya yang masing-masing telah diaudit oleh akuntan publik.

Untuk lebih memberikan jaminan terpeliharanya kesinambungan penghasilan peserta dan untuk menjaga kelangsungan penyelenggaraan program Pensiun Manfaat Pasti oleh dana pensiun pemberi kerja, dalam tahun pertama Repelita VI ditetapkan ketentuan mengenai pendanaan dan solvabilitas dana pensiun pemberi kerja. Ketentuan tersebut antara lain mengatur tanggung jawab pendiri terhadap pendanaan dana pensiun, pendanaan dan solvabilitas program Pensiun Manfaat Pasti, pendanaan program Pensiun Iuran Pasti, dan tanggung jawab pendiri terhadap penyetoran iuran ke dana pensiun.

Dalam pada itu, agar pengelolaan investasi kekayaan dana pensiun dapat dilakukan secara sehat dan optimal, dalam tahun 1994/95 dikeluarkan peraturan mengenai investasi kekayaan dana pensiun. Berdasarkan ketentuan tersebut, pendiri dana pensiun diwajibkan untuk membuat arahan investasi yang antara lain memuat sasaran hasil investasi, batas maksimum kekayaan dana pensiun yang dapat ditempatkan, batas maksimum kekayaan dana pensiun yang dapat ditempatkan pada satu pihak, serta sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi. Berkaitan dengan penempatan dana, ditetapkan bahwa investasi pada saham dan surat pengakuan utang berjangka waktu lebih dari satu tahun tidak boleh melebihi 20 persen dari jumlah investasi, sedangkan penempatan dana dalam bentuk tanah dan bangunan maksimum 15 persen dari jumlah investasi. Sementara itu, investasi pada satu pihak ditetapkan maksimum 10 persen dari jumlah investasi. Khusus bagi dana pensiun yang berkedudukan di daerah yang tidak memungkinkan dilakukannya penempatan dalam bentuk deposito berjangka dan

II/75

Page 79:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

sertifikat deposito sesuai batas maksimum tersebut, dapat menempatkan dananya pada satu bank lebih dari 10 persen dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip penyebaran risiko.

Jenis lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai ciri "khusus" dalam membantu masyarakat berpenghasilan rendah adalah Perum Pegadaian, yang di samping melayani jasa pinjaman juga memberikan jasa taksiran dan penitipan barang. Dewasa ini di beberapa kantor cabang Perum Pegadaian mulai dirintis usaha pen-jualan emas (gold counter) perhiasan dan emas batangan. Selain itu, Perum Pegadaian juga memperkenalkan unit pelayanan keliling (UPK) di Jakarta, Medan, dan Denpasar guna melayani masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari kantor Pegadaian. Perum Pegadaian juga telah menaikkan pagu pinjaman dari Rp2,5 juta menjadi Rp20 juta.

Pada tahun pertama Repelita VI, jumlah kantor Perum Pegadaian telah bertambah dari 558 kantor menjadi 566 unit yang tersebar diseluruh Indonesia. Sementara itu, kegiatan usaha pegadaian meningkat dengan makin besarnya jumlah pinjaman yang diberikan. Kemampuan para nasabah untuk menebus kembali barang yang digadaikan juga semakin baik. Di samping itu, pinjaman yang disalurkan kepada masyarakat telah mencapai Rp1.036 miliar yang disalurkan kepada 4.199 ribu nasabah. Sebagian besar dari pinjaman yang disalurkan tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan produktif, terutama untuk membantu permodalan nasabah yang berusaha dalam bidang pertanian.

Perkembangan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat telah mendorong meningkatnya permintaan terhadap jasa lembaga-lembaga keuangan di luar perbankan yang dilayani oleh perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan pegadaian. Berbagai kecenderungan menunjukkan bahwa kebutuhan akan alternatif pembiayaan makin beragam dan terus meningkat.

II/76

Page 80:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Dalam tahun pertama Repelita VI, jumlah perusahaan pembiayaan bertambah 51 buah sehingga menjadi 228 perusahaan, terdiri dari 49 perusahaan sewa guna usaha, 23 modal ventura, 3 anjak piutang, 6 pembiayaan konsumen, 2 kartu kredit, dan 145 perusahaan yang melakukan lebih dari satu jenis kegiatan pembiayaan.

Sejalan dengan perkembangan jumlah perusahaan pembiayaan, jumlah kekayaan perusahaan pembiayaan juga mengalami kenaikan. Dalam tahun 1994 jumlah kekayaan perusahaan pembiayaan meningkat sekitar 55 persen dari tahun sebelumnya sehingga menjadi Rp18.333 miliar. Di antara lima jenis usaha perusahaan pembiayaan, sewa guna usaha merupakan jenis usaha dengan volume usaha yang paling besar. Nilai kontrak sewa guna usaha telah mencapai Rp5.800 miliar atau naik sekitar 27 persen dari tahun sebelumnya. Nilai pembiayaan anjak piutang dalam tahun 1994 meningkat sekitar 52 persen. Dalam periode yang sama nilai pembiayaan konsumen dan kartu kredit masing-masing meningkat 65 persen dan 397 persen. Pesatnya peningkatan ini berkaitan antara lain dengan perubahan pola konsumsi masyarakat yang mendorong kenaikan permintaan dana untuk pembelian barang-barang kebutuhan rumah tangga, serta sema-kin meluasnya penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran. Di lain pihak usaha modal ventura sebagai salah satu bentuk pembiayaan yang relatif baru masih belum menunjukkan pertumbuhan yang berarti.

Perkembangan perusahaan asuransi dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dalam tahun 1994/95 cukup menggembirakan. Jumlah perusahaan asuransi yang pada tahun 1988 baru 113 perusahaan meningkat menjadi 145 perusahaan pada tahun 1993, kemudian pada tahun 1994 bertambah lagi menjadi 151 perusahaan yang terdiri dari 49 perusahaan asuransi jiwa, 93 asuransi kerugian, 4

II/77

Page 81:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

reasuransi, dan 5 asuransi sosial. Selain itu terdapat 110 perusahaan penunjang asuransi yang terdiri dari 71 pialang asuransi, 21 adjuster, dan 18 perusahaan aktuaria.

Sementara itu, dalam tahun 1994/95 Pemerintah melakukan evaluasi pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang dilaksanakan oleh perusahaan asuransi. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menganalisis antisipasi pelaku kegiatan perasuransian terhadap undang-undang tersebut seperti persiapan baik sarana maupun prasarana untuk mengikuti aturan perundang-undangan.

Perkembangan usaha dana pensiun terlihat antara lain pada peningkatan jumlah permohonan untuk menjadi usaha dana pensiun. Sampai dengan akhir 1994 jumlah perusahaan yang mengajukan permohonan untuk menjadi dana pensiun berdasarkan UU No. 11 Tahun 1992 tercatat 521 perusahaan terdiri dari 508 Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), dan 13 Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Sementara itu, dari sisi kepemilikan, 104 dana pensiun merupakan badan usaha milik negara (BUMN), dan 417 dimiliki perusahaan swasta.

3) Pasar Modal

Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan di bidang penanaman modal asing (PMA) dalam tahun 1994/95, bahwa pengalihan sebagian saham perusahaan yang berstatus PMA kepada investor lokal dapat dilakukan melalui pasar modal, tanpa harus mengubah status perusaha-an dari PMA menjadi penanaman modal dalam negeri (PMDN), telah mendorong makin banyak perusahaan PMA yang masuk bursa (go public). Di samping itu, mulai 1 Januari 1995 setiap transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut pajak penghasilan yang bersifat final dengan tarif yang cukup rendah yaitu sebesar 0,1 persen.

II/78

Page 82:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

Untuk memberikan kesempatan kepada perusahaan kecil dan menengah untuk memperoleh pembiayaan melalui pasar modal, telah diberikan kemudahan berupa keringanan persyaratan bagi perusahaan kecil dan menengah. Perusahaan kecil dan menengah yang akan menjual sahamnya tidak diwajibkan untuk menggunakan perusahaan penjamin emisi serta mempublikasi prospektusnya sebagaimana yang diwajibkan kepada perusahaan besar.

Untuk mendorong perkembangan pasar modal lebih lanjut, serta dengan memperkuat struktur pasar modal telah dikeluarkan ketentuan mengenai lembaga pemeringkat efek. Dengan telah beroperasinya perusahaan pemeringkat efek, para investor dapat memperoleh informasi yang lebih obyektif mengenai kualitas efek-efek yang diperdagangkan. Dalam pada itu, untuk memberikan kepastian hukum dan memperlancar transaksi di bursa paralel, PT Bursa Paralel Indonesia (BPI) ditetapkan sebagai penyelenggara perdagangan efek di luar bursa.

Keadaan pasar modal dalam tahun 1994/95 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Sampai dengan tahun 1994/95 jumlah perusahaan yang go public telah meningkat dari 235 perusahaan pada tahun 1993/94 menjadi 279 perusahaan terdiri atas 233 perusahaan yang memasarkan saham dan 46 perusahaan yang memasarkan obligasi.

Kegiatan transaksi saham dan obligasi pasar modal di Indonesia sebagian besar dilakukan di bursa efek Jakarta (BEJ), sehingga perkembangan kegiatan di bursa tersebut merupakan cerminan perkembangan pasar modal di dalam negeri. Jumlah saham dan nilai transaksi di BEJ terus menunjukkan peningkatan. Jumlah saham yang diperdagangkan telah meningkat dari 4,5 miliar lembar dengan nilai transaksi Rp23,3 triliun pada tahun 1993/94 menjadi 6,1 miliar

II/79

Page 83:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

lembar dengan nilai transaksi Rp24,2 triliun pada tahun 1994/95. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ cenderung menurun setelah mencapai nilai. indeks tertinggi, 592, pada akhir Januari 1994. Perkembangan ini dipengaruhi antara lain oleh kenaikan suku bunga luar negeri yang diikuti dengan peningkatan suku bunga dalam negeri.

Berkaitan dengan peningkatan jumlah perusahaan yang go public, nilai kapitali sasi saham di BEJ pada akhir 1994/95 meningkat dari Rp67,7 triliun pada akhir 1993/94 menjadi Rp98,8 triliun. Sedangkan nilai obligasi yang tercatat di BEJ, BES dan BPI meningkat dari Rp6,0 triliun menjadi Rp7,3 triliun. Perkembangan ini menunjukkan semakin pentingnya peranan pasar modal sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan.

Sementara itu, pada tahun 1994/95 dalam upaya pengembangan pasar modal (financial market) di dapat bantuan hibah dari Amerika Serikat (USAID). Dana tersebut dipergunakan untuk pelaksanaan peningkatan kemampuan sumber daya manusia berupa pelatihan kepada pihak-pihak yang terkait di pasar modal.

Di samping itu, dalam tahun 1994/95 Pemerintah melalui Bapepam melakukan beberapa penelitian dalam rangka meningkatkan efisiensi pasar modal. Pengkajian ini mencakup penelitian mengenai tingkat keuntungan (margin trading) di pasar modal Indonesia, penelitian tentang diversifikasi instrumen pasar modal, penelitian tentang penyusunan standar industri perusahaan go public, pengkajian tentang pengembangan reksadana, manajer investasi dan penasehat investasi serta pengkajian mengenai perubahan tanggung jawab dan pola manajemen perusahaan go public.

II/80

Page 84:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 11PERKEMBANGAN JUMLAH UANG BEREDAR

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Awal Repelita V Repelita VI

Uraian PJP - I

(1968) 1989/90 1990/91 1991192 1992/93 1993/94 1994/95

Likuiditas Perekonomian (M2). 121 64367 81.124 100.796 123.161 149311 181382

Pertumbuhan (%)1) 124,4 45,7 26,0 24,2 22,2 21,2 21,5

Jumlah Uang Beredar (Ml) 114 22.155 23370 27319 30392 38.452 45.134

Pertumbuhan (%)1) 121,2 47,6 6,4 15,9 12,0 25,7 17,4

(Uang Kartal) (75) (7.780) (9.026) (11.025) (12324) (15.652) (18.905)Pangsa (%) 66,0 35,1 38,3 40,4 40,3 40,7 41,9

(Uang Giral) (39) (14375) (14.544) (16.293) (18.268) (22.800) (26.229)Pangsa (%) 34,0 64,9 61,7 59,6 59,7 59,3 58,1

Uang Kuasi 7 42212 57.554 73.478 92.569 110.859 136.248

Pertumbuhan(%)1) 187,0 44,8 36,3 27,7 26,0 19,8 22,9

1) Terhadap tahun sebelumnya.

II/81

Page 85:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

T A B E L I I - 1 2PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KENAIKAN HARGA

DENGAN TINGKAT PERTAMBAHAN JUMIAH UANG BEREDAR1968, 1989/90 — 1993/94,1994/95

1. Terhadap tahun sebelumnya

II/82

Page 86:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 13

SEBAB-SEBAB PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

(miliar rupiah)Awal Repelita V Repelita VI

No Uraian P J P - I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Sektor Aktiva Luar Negeri 13 -712 2.277 3.462 9.715 -2.175 -3.707

2. Sektor Pemerintah 3 -85 -4.818 -2.407 - 6 2 - 1 3 6 7 -2.618

3. Sektor Kegiatan Perusahaan 63 29.667 29.747 21.159 13.260 35.490 41.707- Tagihan pada Lembaga /

Perusahaan Pemerintah (41) (1.109) (-1.503) (1512) (53) (613) (805)- Tagihan pada Perusahaan,

Swasta dan Perorangan (21) (28558) (31.250) (19.647) (13.207) (34.877) (40.902)

4. Aktiva Lainnya (Bersih) - 5 -8.671 -10.449 -2.542 -545 -5.598 -3311

5. Likuiditas Perekonomian (M2) 73 20.199 16.757 19.672 22365 26.150 32.071

Mullah Uang Beredar ( M 1 ) 63 7.146 1.415 3.748 3.274 7.860 6.682- (Uang Kartal) (41) (1.221) (1.246) (1.999) (1.299) (3328) (3.253)- (Uang Giral) (22) (5.925) (169) (1.749) (1.975) (4.532) (3.429)

Uang Kuasi 10 13.054 15.342 15.924 19.091 18.290 25.389

Page 87:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

II/83

Page 88:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II - 14PERKEMBANGAN SUKU BUNGA 1)

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95Awal Repelita VI Repelita VI

No Uraian PJP - I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Suku bunga Deposito Berjangka (% / tahun) 2)

3 bulan 48 16,2 24,2 21,3 15,7 11,5 15,96 bulan 60 16,9 23,5 22,0 16,3 11,9 14,612 bulan 72 17,8 20,0 22,5 17,7 13,4 13,9

24 bulan - 18,6 20,4 20,7 19,3 15,2 14,5

2. Suku bunga Kredit (% / tahun) 3)

Kredit Modal Kerja _ 4) 20,2 26,7 24,8 21,7 17,3 17,6

Kredit Investasi - 16,8 23,2 19,2 18,3 .15,3 15,4

3. Tingkat Diskonto SBI (% / tahun) -

10,2 20,2 17,0 11,5 6,7 12,37 Hari1 bulan - 13,1 23,6 18,0 12,5 7,8 13,83 bulan - 13,9 24,7 19,0 12,8 9,2 14,0

4. Tingkat Diskonto SBPU (% / tahun) -12,7 24,6 18,5 12,5 11,0 15,37 Hari

1 bulan - 14,0 - 19,5 13,5 12,0 -3 bulan - 14,3 - 20,5 14,0 12,0 -

1) Suku bunga tingkat diskonto akhir periode2) Rata-rata tertimbang3) Rata--rata tertimbang untuk Kredit Non-prioritas4) Data tidak tersedia

II/84

Page 89:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II — 15PERKEMBANGAN DANA

PERBANKAN DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING1)

1969/70,1989/90 — 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Awal Repelita VI Repelita VI

No. Uraian PJP — I

(1969170) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994195.

1. Giro 2) 98 15.978 17.949 21.428 25.077 31.775 35.332

2. Deposito 3) 35 36.350 49.840 56.812 64.216 74385 95.890

3. Tabungan 4) 1 6.864 9.722 17.471 28.343 37.610 40.915

Jumlah 134 59.192 77.511 95.711 117.636 143.770 172.137

Kenaikkan 5)

()

19.689 18.319 18.200 21.925 26.134 28.367

(%) (..) 49,8 30,9 23,5 22,9 22,2 19,7

1) Terdiri atas dana bank—bank umum, bank pembangunan dan bank—bank tabungan serta termasuk dana milk Pemerintah Pusat dan bukan Penduduk.

2) Termasuk giro valuta asing.3) Terdiri atas deposito berjangka rupiah dan valuta asing , serta termasuk sertifikat deposito. 4) Terdiri atas Tabanas/ Taska dan tabungan lainnya seperti setoran Ongkos Nark Haji(ONH). 5) Terhadap tahun sebelumnya.

= Data tidak tersedia

II/85

Page 90:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II — 16PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA

RUPIAH PERBANKAN MENURUT JANGKA WAKTU 1)

1968, 1989/90 —1993/94,1994/95(miliar rupiah)

1)Termasuk dana milk Pemerintah Pusat dan bukan penduduk serta sertifikat deposito. 2)Termasuk deposito yang sudah jatuh waktu.3)Terhadap tahun sebelumnya. = Data tidak tersedia

II/86

AwalNo. Uraian PJP —

I (1968)1. 1 Bulan 2) 0,6

2. 3 Bulan 1,1

3. 6 Bulan 1,0

4. 12 Bulan 1,7

5. 24 Bulan 6,8

6. Lainnya 0,8

Repelita V

1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

1993/944.575 9.569 9.600 8.664 8.968

5.116 7.052 8.931 9.605 10.220

5.381 5.821 8.605 10.682 14.372

10.290 8.177 9.217 11.380 12.702

2.177 814 910 501 617

490 2.317 1.627 1.622 1.537

Repelita

VI

1994/95

18.17

9

14.60

2

16.90

2 Jumlah

12,0Perubahan Jumlah 3)

28.029 33.750 38.890 42.454 48.4167.045 5.721 5.140 3.563 5.963

33,6 20,4 15,2 9,2 14,0

65.06116.645

34,4

Page 91:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II — 17PERKEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT DI PERBANKAN

1969/70, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

Awal Repelita V Repelita VI

Uraian Satuan PIP I(1969/70) 1989/90 .1990/91 1991/92 1992193 1993/94 1994/95

Jumlah Tabunganribu (.. ) 27.206 30.637 34570 38.843 40.618 44.720Penabung

Pertumbuhan (%) (.. ) 20 12,6 12,8 12,4 4,6 10,1

Posisi miliar Rp. 1 6.864 9.722 17.471 28343 37.610 40.915

Pertumbuhan (%) (..) 176,2 41,6 79,7 62,2 32,7 8,8

= Data tidak tersedia

II/87

Page 92:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II – 18PERKEMBANGAN SERTIFIKAT DEPOSITO BANK 1)

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

1) Termasuk sertifikat deposito antar - bank

II/88

Page 93:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II — 19PERKEMBANGAN KREDIT MENURUT SEKTOR PERBANKAN 1)

1968, 1989/99 — 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)Awal Repelita V j Repelita VI

No Uraian PJP — I

(1968) 1989190 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Bank Indonesia 61 691 724 820 755 950 1.061

2. Bank Pemerintah 2) 56 42.589 54.699 61.751 69.066 73.665 81.532

3. Bank Swasta Nasional 3) 8 24.498 38.153 44.928 45.406 68.140 97.446

4. Bank Asing Campuran 1 3.786 6.837 9.060 9.695 12.124 15.728

Jumlah 126 71.564 100.413 116.559 124.922 154.879 195.767

Perubahan jumlah 4) (..) 25.038 28.849 16.146 8363 29.957 40.888

(%) (..) 53,8 40,3 16,1 7,2 24,0 26,4

1) Kredit dalam rupiah maupun valuta asing, termasuk Kredit Investasi , KIK dan KMKP, tetapi tidak termasuk kredit antar—bank serta kredit kepada Pemerintah Pusat, bukan penduduk dan nilai lawan bantuan proyek.

2) Sejak Mei 1989 termasuk BTN.3) Termasuk Bank Pembangunan Daerah.4) Terhadap tahun sebelumnya...= Data tidak tersedia

II/89

Page 94:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II—20PERKEMBANGAN KREDIT MENURUT SEKTOR EKONOMI 1)

1968,1989/90 - 1993/94, 1995(miliar rupiah)Awal Repelita V Repelita VI

No Uraian PJP — I(1968) 5) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Produksi 2) 34 28.950 39587 45.040 54324 64.626 75.677

2. Perdagangan 9 22.814 29590 31.907 32.534 38.018 4,4.695

3. Lain—lain 3) 83 19.800 31.236 39.612 38.064 52.235 75395

Jumlah 126 71.564 100.413 116559 124.922 154.879 195.767Perubahan Jumlah 4)

( . . )

25.038 28.849 16.146 8.363 29.957 40.888

(%) (..) 54 40 16 7 24 26

1) Kredit dalam rupiah maupun valuta asing, termasuk Kredit Investasi , KIK dan KMKP, tetapi tidak termasuk kredit antar—bank serta kredit kepada Pemerintah Pusat, bukan penduduk dan nilai lawan bantuan proyek.

2) Termasuk sektor pertanian , pertambangan, dan perindustrian.3) Termasuk sektor jasa dan lain—lain.4) Terhadap tahun sebelumnya.5) Angka diperbaiki.

.. = Data tidak tersedia

II/90

II/90

Page 95:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat

TABEL II-21PERKEMBANGAN REALISASI

KREDIT INVESTASI MENURUT SEKTOR EKONOMI 1)

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)Awal Repelita V Repelita VI

No Uraian PJP - I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. Pertanian 6 3.629 4.726 5.864 7.169 8.942 10.242

2. Perindustrian 5 6.639 9.208

'

11.784 16.489 17208 19.526

3. Pertambangan 1 321 391 443 436 169 196

4. Pertambangan - 1.117 2.193 2.911 4.185 6.767 6351

5. Jasa-jasa 5 3.767 5.267 6.197 7.946 9.694 14.352

6. Lain-lain - 200 503 1.011 1.213 13 7

Jumlah 17 15.673 22.288 28.210 37.438 42.793 50.674

Perubahan Jumlah²) (..) 3.863 6.615 5.922 9.228 5355 7.881

(%) (:.) 32,7 42,2 26,6 32,7 14,3 18,4

1) Kredit termasuk KIK,KI kepada Pemerintah Pusat dan nilai lawan valuta asing pinjaman investasi dalam

rangka bantuan proyek.2) Terhadap tahun sebelumnya.

.. = Data tidak tersedia

II/91

Page 96:  · Web viewDi bidang pasar modal, bursa efek di Jakarta dibuka pada bulan Juni 1952, meskipun tidak berkembang seperti yang diharapkan. Penerbitan saham dan obligasi masih sangat