martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang...

29
Bab IV. Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola atau pihak manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga menghasilkan return (imbal hasil) sesuai yang diharapkan, itulah sebabnya tugas yang utama dari pengelola atau pihak manajemen perusahaan adalah merencanakan masa depan perusahaan agar semua peluang atau kemungkinan yang diprediksi dapat diambil dan direalisasikan. Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan merupakan perencanaan jangka panjang, itulah sebabnya dibutuhkan sebuah koordinasi yang padu tentang perencanaan jangka panjang dari berbagai fungsi dalam perusahaan. Dalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya menjadi 4 (empat) unsur yakni : 1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru : Unsur ini akan timbul dari peluang-peluang investasi yang dipilih untuk dilaksanakan perusahaan dan merupakan hasil dari keputusan penganggaran modal perusahaan. 48

Transcript of martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang...

Page 1: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Bab IV. Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan

Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola

atau pihak manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga

menghasilkan return (imbal hasil) sesuai yang diharapkan, itulah sebabnya tugas yang

utama dari pengelola atau pihak manajemen perusahaan adalah merencanakan masa

depan perusahaan agar semua peluang atau kemungkinan yang diprediksi dapat diambil

dan direalisasikan.

Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan merupakan perencanaan

jangka panjang, itulah sebabnya dibutuhkan sebuah koordinasi yang padu tentang

perencanaan jangka panjang dari berbagai fungsi dalam perusahaan. Dalam hal

perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari

kebijakan keuangan perusahaan, membaginya menjadi 4 (empat) unsur yakni :

1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru : Unsur ini akan timbul

dari peluang-peluang investasi yang dipilih untuk dilaksanakan perusahaan dan

merupakan hasil dari keputusan penganggaran modal perusahaan.

2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih untuk dipergunakan : Hal ini akan

menentukan jumlah pinjaman yang akan digunakan oleh perusahaan untuk

mendanai investasinya pada asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur modal

perusahaan.

3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan

kepada pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan.

4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi

sehari-hari: Ini adalah keputusan modal kerja bersih perusahaan.

48

Page 2: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

49 Manajemen Keuangan

Jadi keputusan tentang perencanaan keuangan perusahaan tentang masa depan

perusahaan tersebut akan mencakup ke-empat area ini yang pada gilirannya akan

mencakup peluang pertumbuhan perusahaan yang berimbas pada pemenuhan

kebutuhan pendanaan baik melalui internal maupun eksternal yang akan menentukan

profitabilitas perusahaan tersebut.

Adapun proses perencanaan keuangan adalah merupakan kegiatan perencanaan

keuangan yang memperkirakan posisi dan kondisi keuangan di masa depan, sehingga

dalam menyusun rencana keuangan tersebut dipergunakan serangkaian skenario yang

merupakan asumsi terhadap kemungkinan terjadinya kondisi di masa depan. Adapun

serangkaian skenario masa depan tersebut biasanya dibagi dalam 3 (tiga) kondisi:

1. Kondisi Terburuk ( Worst Condition) : Kondisi ini merupakan kondisi yang

diperkirakan terjadi ketika situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada

dalam situasi yang sulit sehingga angka-angka yang dipakai dalam perencanaan

adalah angka-angka yang pesimistis.

2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana

dianggap situasi perusahaan dan perekonomian yang biasa terjadi dan berjalan

seperti sebelumnya.

3. Kondisi Terbaik ( Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi

perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sehingga

angka –angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka –angka yang

optimistik.

4.1. Model Perencanaan Keuangan

Ketika sebuah perencanaan keuangan dibuat maka rencana tersebut juga akan

memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan laba-rugi sebagai bagian dari

perencanaan yang dibuat, adapun laporan keuangan ini disebut juga laporan keuangan

Page 3: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 50

pro forma ( “dalam bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan

memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi di masa depan,

sehingga laporan keuangan pro forma merupakan output dari model perencanaan

keuangan.

Andaikan seseorang memberikan data proyeksi penjualan yang sudah

diperkirakan maka model perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan

berupa neraca dan laba rugi yang dihasilkan berdasarkan data proyeksi penjualan

tersebut. Disini, data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan tersebut menjadi

“penggerak (driver)” yang artinya data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih

dahulu, lalu data proyeksi laporan keuanganitu akan dihitung berdasarkan atas data

tersebut.

Bisa saja, angka proyeksi penjualan akan diberikan dalam bentuk tingkat

pertumbuhan dalam penjualan, hal ini tidaklah menjadi persoalan karena perhitungan

proyeksi penjualan akan diketahui setelah diketahui tingkat pertumbuhannya. Sesudah

dilakukan serangkaian skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi

penjualan harus tepat tetapi bagaimana hubungan atau keterkaitan antara investasi dan

kebutuhan pendanaan pada berbagai kemungkinan tingkat penjualan dapat diketahui

untuk dipelajari agar dapat dilakukan keputusan-keputusan strategis dan berdampak

jangka panjang.

Dalam hal investasi, disini akan diperkirakan proyeksi belanja modal, dan akan

terlihat juga disini proyeksi neraca melalui perubahan dalam total asset tetap dan

modal kerja bersih, sedangkan dalam hal keuangan (financing) akan bagaimana

mencari dana yang dibutuhkan terhadap dana investasi yang dibutuhkan, akan ada

persoalan tentang kebijakan deviden dan kebijakan utang agar perusahaan

mendapatkan dana yang “siap” untuk dipakai belanja modal.

Setelah data proyeksi penjualan dan perkiraan belanja modal yang dibutuhkan

diketahui maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam neraca, hal ini dikarenakan

proyeksi total asset pasti lebih besar dari proyeksi sisi total pasiva. Karena itu

Page 4: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

51 Manajemen Keuangan

dibutuhkan pendanaan baru untuk menutupi seluruh proyeksi belanja modal, variable

penyeimbang inilah yang disebut “Plug” yang harus dipilih, Penyeimbang ini adalah

sumber dari pendanaan eksternal khusus yang dibutuhkan untuk mengatasi kekuranagn

(kelebihan) dalam pendanaan sehingga dana dapat menjadi seimbang lagi seperti

sebelumnya.

Tentu saja, yang terakhir dan juga sangat penting adalah dalam perencanaan

tersebut haruslah secara jelas menyatakan kondisi perekonomian suatu negara atau

wilayah kekuasaan politik dimana perusahaan tersebut berada, hal ini dikenal sebagai

kondisi makro-ekonomi suatu negara. Kondisi makro- ekonomian tersebut antara lain

tentang inflasi, tingkat suku bunga dan tarif pajak perusahaan.

4.2 Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan

Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana sebagai berikut :

PT. CampurLaporan Keuangan

Laporan Rugi Laba NeracaPenjualan   Rp.1000 Aset Rp. 500 Hutang Rp.250

Biaya   800    Modal Sendiri Rp.250

Laba bersih Rp.200 Total Rp.500 Total Rp.500

Perencanaan keuangan PT.Campur berasumsi bahwa semua variabel terikat pada

penjualan dan hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya semua item akan

berkembang dengan persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan

meningkat 20 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan

bahwa terdapat peningkatan biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800 menjadi

Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma akan menjadi:

Page 5: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 52

Pro FormaLaporan Laba Rugi

Penjualan Rp. 1200Biaya 960

Laba bersih Rp. 240

Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20 persen, membuat kita juga dapat

membuat neraca pro forma.

Pro Forma Neraca

Aset Rp.600(+100)   Hutang Rp. 300(+50)

     Modal Sendiri 300(+50)

Total Rp.600(+100)   Total Rp.600 (+100)

Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya dapatkah Laba bersih

sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya adalah

bahwa PT.Campur harus membayar perbedaan sebesar Rp.240-

Rp.50=Rp.190,kemungkinan sebagai dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug

variable.

Misalkan PT.Campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke

Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.Campur akan bertambah

menjadi Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), dan

hutang harus dilunasi untuk menjaga jumlah asset tetap Rp.600.

Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600-

Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.Campur harus

melunasi hutang sebesar Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan

menjadi:

Page 6: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

53 Manajemen Keuangan

Pro Forma Neraca

Aset $600(+100)   Hutang $ 110(-140)

     Modal Sendiri 490(+240)

Total $600(+100)   Total $600 (+100)

Dalam kasus ini, Hutang adalah plug variable yang digunakan untuk menyeimbangkan

proyeksi total aset dan Kewajiban. Contoh ini menunjukkan interaksi diantara

pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika penjualan meningkat, total aset

juga meningkat. Hal ini terjadi karena perusahaan harus berinvestasi pada modal kerja

bersih (net working capital) dan Aset tetap (fixed asset) untuk mendukung tingkat

penjualan yang lebih tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri dan

Kewajiban (Hutang) juga akan berkembang.

Hal yang harus kita perhatikan dari contoh di atas adalah cara Kewajiban (Hutang) dan

Modal Sendiri berubah berubah bergantung pada pada kebijakan pendanaan dan

kebijakan dividen perusahaan. Pertumbuhan asset ditentukan bagaimana perusahaan

mendanai pertumbuhan tersebut.

Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)

Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah model perencanaan

yang simple dimana persentase semua pos meningkat secara bersamaan dengan

persentase penjualan.Ini mungkin asumsi yang logis bagi beberapa pos atau akun dalam

laporan keuangan. Tetapi untuk pinjaman jangka panjang mungkin tidak akan sesuai.

Jumlah dari pinjaman jangka panjang itu ditentukan oleh pihak manajemen, dan tidak

ada kaitannya dengan tingkat penjualan.

Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau perluasan dari model sederhana

yang sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan Laporan Rugi-Laba dan

Neraca menjadi 2 grup, dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yang satunya

Page 7: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 54

tidak langsung terkait. Jika suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat

mengitung berapa banyak dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menopang prediksi

tingkat penjualan.

Laporan Laba Rugi (The Income Statement)

Dimulai membahas dengan menggunakan laporan Laba -Rugi milik PT.HaLe,

seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.1. Disini masih menyederhanakan hal – hal

berikut seperti : biaya, penyusutan, dan bunga dalam satu bentuk pos atau akun : biaya.

PT.HaLe telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan untuk tahun

yang akan datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250.

Untuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya

akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini,

pro forma laoran Rugi Laba PT.HaLe ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari

mengasumsikan bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan

adalah profit margin itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya

Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma milik PT.HaLe, profit marginnya Rp.165/1250 =

13.2%, jadi itu tidak berubah.

Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya

tergantung pihak manajemen PT.HaLe. Kita akan mengasumsikan PT.HaLe memiliki

kebijakan untuk membayar dividen secara tunai.

TABLE 4.1

PT.HaLeLaporan Laba Rugi

Penjualan Rp. 1,000 Biaya-biaya Rp. 800 Laba kena pajak Rp. 200 Pajak (34%) Rp. 68 Laba bersih Rp. 132

Dividend Rp. 44  

Tambahan Laba ditahan   Rp.  

Page 8: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

55 Manajemen Keuangan

88

TABLE 4.2

PT.HaLeLaporan Laba Rugi Pro Forma

Penjualan(proyeksi) Rp. 1,250 Costs (80% dari penjualan) Rp. 1,000 Laba kena pajak Rp. 250 Pajak (34%) Rp. 85 Laba bersih     Rp. 165

Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah :

Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income

= Rp.44/132 = 33 1/3%

Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :

Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%

Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama

dengan 1 dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan

menjadi laba yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini

adalah proyeksi dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:

Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3= Rp. 55

Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110

Rp.165

Page 9: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 56

Neraca ( The Neraca)

Untuk menghasilkan pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru.

Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mempengaruhi

penjualan dan juga ada yang tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan

dengan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja telah

selesai.Ketika sebuah pos tersebut tidak mempengaruhi penjualan secara langsung,

dituliskan “n/a” (not applicable).

Tabel 4.3

Rp Persentase Rp Persentase (juta) terhadap (juta) terhadap

Penjualan Penjualan

Aset lancar Kewajiban lancar

Kas 160 16 Utang dagang 300 30% Piutang dagang 440 44 Wesel bayar 100 n/a

Persediaan 600 60 Total 400 n/a

Total 1200 120 Utang jangka panjang 800

Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 1800 180 Saham biasa dan modal disetor 800 n/a

Saldo laba ditahan 1000 n/a Total 1800 n/a

Total Aset 3000 300% Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3000 n/a

PT. HaLeNeraca

Aset Kewajiban dan Ekuitas

Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari

Penjualan(Rp.600/1000) untuk akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan

untuk tahun yang akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan,

persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio dari total assets kepada penjualan untuk

akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.

Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity

ratio.Itu memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan

Rp.1 pada penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity

dalam suatu perusahaan.

Page 10: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

57 Manajemen Keuangan

Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.HaLe. Lakukan dengan

menggunakan persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang

diproyeksikan. Perlu diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung

mengikuti penjualan, sumsi awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo

aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa

pendanaan tambahan, kewajiban dan ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami

kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut

kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed)

Tabel 4.4

Tahun ini Perubahan Tahun ini PerubahanRp dari Tahun Rp dari Tahun

(Juta) lalu (JutaRp) (juta) lalu ( Juta Rp)

Aset lancar Kewajiban lancar Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 100 0

Persediaan 750 150 Total 475 75

Total 1500 300 Utang jangka panjang 800 0

Aset tetap Ekuitas pemegang saham

Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0

Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110

Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3185 185

Kebutuhan pendanaan eksternal 565 565

PT. HaLeNeraca Pro Forma Parsial

Aset Kewajiban dan Ekuitas

SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)

Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus

danberita buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan

kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali

PT.HaLe entah dengan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.

Selain itu, hal ini merupakan contoh yang bagus bagaimana proses perencanaan

dapat menyelesaikan masalah dan potensi konflik. Mengapa ? kalau kita lihat pada

Page 11: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 58

PT.HaLe, misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk

dana tambahan dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak

bisa dilakukan. Bila kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka

PT.HaLe mempunyai 3 sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek,

Pinjaman jangka panjang, dan Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan

manajemen.

Misalnya PT.HaLe memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam

kasus ini perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka

panjang dan sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current

asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah

Rp.75. PT.HaLe juga dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka

pendek. Dengan Rp.565 yang dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa

didapatkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel 4.5 menunjukan pro forma neraca

PT.HaLe.

Table 4.5

Tahun ini Perubahan Tahun ini PerubahanRp dari Tahun Rp dari Tahun

(juta) lalu ( Juta Rp) (Juta) lalu ( JutaRp)

Aset lancar Kewajiban lancar Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 325 225

Persediaan 750 150 Total 700 300

Total 1500 300 Utang jangka panjang 1140 340

Aset tetap Ekuitas pemegang saham

Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0

Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110

Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3750 750

Aset Kewajiban dan Ekuitas

PT. HaLeNeraca Pro Forma

SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO )Asumsi bahwa asset merupakan presentase tetap dari penjualan adalah benar, tapi

mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika

mengasumsikan PT.HaLe menggunakan 100 persen kapasitas karena setiap

Page 12: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

59 Manajemen Keuangan

peningkatan pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian

bisnis, mungkin akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, dan produksi

mungkin bisa bertambah dengan menjalankan shift tambahan.

.

Jika kita mengasumsikan bahwa PT.HaLe beroperasi pada 70% dari keseluruhan

kapasitas, maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70

persen dari kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan saat ini 70 persen dari

keseluruhan kapasitas

Penjualan saat ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh

Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429

Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen dari Rp.1000 menjadi

Rp.1429 sebelum sedikitpun aset tetap dibutuhkan.

Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450

sangat dibutuhkan. Sedangkan di skenario yang sekarang, tidak ada aset tetap yang

dibutuhkan karena penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana

kurang dari Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, estimasi awal sebesar

Rp.565 pada dana eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada

aset tetap baru dibutuhkan. Padahal tidak ada penggunaan dari aset baru tetap

dibutuhkan. Sehingga bila beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya

memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450) pada dana eksternal.

Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth)

Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat

pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang

dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan

eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar

kebijakan finansial dan kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan

pertumbuhannya.

Page 13: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 60

EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan

Growth. Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan

neraca dari PT,HaLe pada table 4.6

tabel 4.6

PT,HaLeLaporan Rugi Laba

Penjualan Rp. 500 Biaya Rp. 400 Laba kena pajak Rp. 100 Pajak (34%) Rp. 34 Laba bersih Rp. 66

Deviden Rp. 22 Tambahan Laba ditahan Rp. 44

PT.HaLeNeraca

Asset Kewajiban

Rp. Percentage of Sales Rp. Percentage

of SalesAset lancar 200 40% Total Hutang 250 n/aAktiva Tetap bersih 300 60% Modal Sendiri 250 n/a

Total Asset 500 100%Total Kewajiban and Modal

Sendiri 500 n/a

PT.HaLe memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat

Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel

4.7 mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.HaLe membutuhkan

penambahan Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan

pada laba yang ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2

Page 14: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

61 Manajemen Keuangan

tabel 4.7

PT.HaLe

Pro-Forma Income Statement

Penjualan(projected) Rp. 600.0

Biaya (80% of Sales) Rp. 480.0

Laba kena pajak Rp. 120.0

Pajak(34%) Rp. 40.8

Laba bersih Rp. 79.2

Devidend Rp. 26.4

Tambahan Laba yang ditahan Rp. 52.8

Neraca PT HaLeAset Liabilities

Rp. Persentase Penjualan

Rp. Percentage Penjualan

Aset Lancar 240 40% Total Hutang 250 n/aAktiva tetap bersih 360 60% Modal Sendiri 302.8 n/a

Total Asset 600 100%

Total hutang and Modal

Sendiri 552.8 n/aEFN (Kebutuhan pendanaan dari luar) 47.2 n/a

Page 15: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 62

Proyeksi Pertumbuhan penjualan(%)

Kebutuhan Peningkatan Aset(Rp.)

Tambahan Laba ditahan (Rp.) EFN

Proyeksi Rasio Utang-Ekuitas

0 0 44 -44 0,75 25 46,2 -21,2 0,77

10 50 48,4 1,6 0,8415 75 50,6 24,4 0,9120 100 52,8 47,2 0,9825 125 55 70 1,05

Tabel di atas menunjukkan EFN dari tingkat pertumbuhan yang berbeda. Proyeksi

tambahan ke Laba yang ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk

setiap scenario juga terdapat di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal

Sendiri, diasumsikan bahwa dana yang dibutuhkan adalah pinjaman, dan juga

berasumsi bahwa dana surplus digunakan untuk melunasi hutang. Lalu untuk

pertumbuhan nol, utang berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250 menjadi Rp.206..

Pertambahan asset yang dibutuhkan sama dengan aset asli sebanyak Rp.500 dikalikan

dengan tingkat pertumbuhan. Tambahan ke retained earning sama dengan Rp.44

ditambah dengan Rp.44 dikali tingkat pertumbuhan.

Untuk tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, PT.HaLe akan menjalankan surplus

dan rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Tetapi tingkat pertumbuhan

meningkat sampai 10 persen, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika

tingkat pertumbuhan melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan

melewati nilai 1,0.

Kebijakan keuangan dan pertumbuhan

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan

langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat

pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.

Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan

maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut

Page 16: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

63 Manajemen Keuangan

tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat

mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1,

tingkat pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik

ini. peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama

dengan penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan

external ( external financing needed) adalah nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan

angka ini sedikit kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka

dapat didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t =

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b

di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio

yang melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.

Untuk perusahaan PT.HaLelaba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya

adalah Rp.500, Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar

Rp.66, Rp.44 adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi

plowback ratio adalah Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat

Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate):

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b

0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %

Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas atau ekspansi di

tingkat maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan

PT.HaLe berharap untuk berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka

pembiayaan eksternal harus diatur atau diadakan. Pembahasan tentang Tingkat

Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan

Page 17: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 64

maksimal oleh sebuah perusahaan dengan tidak ada pembiayaan dari ekuitas (Modal

Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio utang-ekuitas tersebut sama.

Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate )

perushaan PT.HaLe adalah kira-kira 20 persen karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0

pada tingkat pertumbuhan tersebut.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE

x b

Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas

yang digunakan adalah ROE bukan ROA.l

Untuk perusahaan PT.HaLe, Laba bersihnya adalah Rp.66 dan totl ekuitasnya

Rp.250, dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback

rationnya adalah, b, tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable

Growth Rate) sebagai berikut :

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb

0.264x (2/3)/ 0.264x (2/3) : 21,36%

Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas usahanya atau ekspansi

pada tingkat maximal sebesar 21.36 persen pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari

pihak eksternal.

Determinan dari Pertumbuhan (Determinants of Growth)

Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) bisa disusun dari berbagai komponen

menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam menentukan

tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan

ROE juga penting menentukan pertumbuhan

Page 18: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

65 Manajemen Keuangan

ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier

Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat

pertumbuhan yang berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin besar dan

penyebut semakin kecil. Meningkatkan plowback ratio juga akan menimbulkan efek

yang sama. Jikalau semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan

menopang pertumbuhan berdasarkan 4 faktor berikut ini :

1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan meningkatkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan dana secara internal serta meningkatkan

pertumbuhan yang sustain atau dipertahankan.

2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yang dibayarkan untuk

deviden akan meningkatkan retention ratio. Hal ini akan menghasilkan ekuitas

secara internal dan meningkatkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan.

3. Financial Policy : Peningkatan pada Hutang-Modal Sendiri ratio akan

meningkatkan leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang

tambahan hutang, maka tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain juga akan

meningkat.

4. Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan

meningkatkan penjualan dihasilkan untuk setiap rupiah aset. Ini akan

mengurangi kebutuhan perusahaan akan aset baru sehingga ada pertumbuhan

penjualan dan bagaimanapun akan meningkatkan tingkat pertumbuhan yang

sustain. Ingat, bahwa peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi

intensitas modal

BAB 4.

1. Lihat laporan keuangan sederhana di bawah ini untuk PT. Sanully (diasumsikan

tidak ada pajak penghasilan) :

Laporan Laba Rugi Neraca

Page 19: martinyunianto.files.wordpress.com · Web viewDalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya

Manajemen Keuangan 66

Penjualan PAB 32.000

Aset PAB 17.800

Utang PAB 10.200

Biaya-biaya 25.000

Ekuitas 7.600

Laba bersih PAB 7.000

Total PAB 17.800

Total PAB 17.800

PT. Sanully telah meramalkan kenaikan penjualan sebesar 10 persen.

Perusahaan telah meramalkan bahwa setiap pos pada neraca akan naik sebesar

10 persen juga. Buatlah laporan pro forma dan lakukanlah rekonsiliasi.

Berapakah variabel penyeimbangnya?

2. Di pertanyaan sebelumnya, PT Sanully membayarkan setengah dari laba

bersihnya dalam bentuk dividen tunai. Biaya-biaya dan asset akan mengikuti

penjualan, namun utang dan ekuitas tidak. Buatlah laporan pro forma dan

tentukan jumlah pendanaan eksternal yang dibjutuhkan.

3. Dengan asumsi rasio-rasio berikut ini konstan, berapakah tingkat pertumbuhan

yang dapat dipertahankan ?

Perputaran total asset = 1,60

Margin laba = 7,6%

Multiplier ekuitas = 1,50

Rasio pembayaran = 40%

4. Sebuah perusahaan ingin mempertahankan rasio pertumbuhan sebesar 11 persen

dan rasio pembayaran dividen sebesar 60 persen. Rasio total asset terhadap

penjualan adalah konstan sebesar 0,9 dan margin laba adalah 9,5 persen. Jika

perusahaan juga ingin untuk mempertahankan rasio utang-ekuitas yang konstan,

berapakah nilainya?