repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya...

92
MEMPELAJARI POLA PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN KERING MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN DENGAN BAJAK ROTARI A R I E S M A N. M G. 621 07 017

Transcript of repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya...

Page 1: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

MEMPELAJARI POLA PENGOLAHAN TANAH PADA

LAHAN KERING MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN

DENGAN BAJAK ROTARI

A R I E S M A N. M

G. 621 07 017

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

Page 2: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

MEMPELAJARI POLA PENGOLAHAN TANAH PADA

LAHAN KERING MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN

DENGAN BAJAK ROTARI

OLEH :

A R I E S M A N. M

G. 621 07 017

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kateknikan Pertanian

padaJurusan Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

Page 3: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Mempelajari Pola Pengolahan Tanah pada Lahan

Kering Menggunakan Traktor Tangan dengan

Bajak Rotari

Nama : Ariesman. M

Stambuk : G. 621 07 017

Jurusan : Teknologi Pertanian

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Disetujui OlehDosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Daniel Useng, M.Eng.ScNIP. 19620201 199002 1 002

Dr. Iqbal Salim, STP, M.SiNIP. 19781225 200212 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian

       Ketua Panitia Ujian Sarjana

Prof. Dr. Ir. Mulyati M Tahir, MS NIP. 19570923 198312 2 001

Dr. Iqbal Salim, STP, M.SiNIP. 19781225 200212 1 001

Tanggal Pengesahan : Desember 2012

Page 4: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Ariesman. M (G.621 07 017) Mempelajari Pola Pengolahan Tanah pada Lahan Kering Menggunakan Traktor Tangan dengan Bajak Rotari. Di Bawah Bimbingan Daniel Useng dan Iqbal Salim.

ABSTRAK

Budidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan menggunakan tenaga manusia. Oleh karena itu penggunaan mesin-mesin pengolahan tanah merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan produksi. Penggunaan tenaga tarik traktor akan meningkatkan kapasitas kerja dan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan tenaga hewan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola pengolahan tanah yang terbaik dengan menggunakan traktor tangan bajak rotari pada lahan petani di kabupaten Takalar. Hasil Kapasitas lapang efektif pada pengolahan tanah pola tepi adalah 0.046 ha/jam sedangkan pada pengolahan pola tengah didapatkan hasil 0.057 ha/jam. Hasil kapasitas kerja pengolahan tanah pada pola tepi adalah 21 jam/ha sedangkan pada pengolahan tanah pada pola tengah adalah 17 jam/ha. Efisiensi pola tepi adalah 58% sedangkan efisiensi pada pola tengah adalah 72%. Pola pengolahan yang baik atau sesuai digunakan untuk pengolahan tanah pada lahan kering dengan bajak rotari adalah pengolahan pola tengah.

Kata Kunci: Traktor tangan, bajak rotari, pengolahan tanah, pola tepi, pola tengah.

Page 5: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

RIWAYAT HIDUP

Ariesman. M yang kerap disapa dengan

nama Aris, lahir di Pare-Pare pada tanggal

10 April 1989 merupakan anak

ke-1(satu) dari lima bersaudara, pasangan

bapak Makmur Nur dan ibu Siti Asma.

Jenjang Pendidikan formal yang pernah dilalui adalah :

1. Memulai pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Teratai Pare-Pare pada

tahun 1994 sampai tahun 1995.

2. Menempuh pendidikan dasar pada SD Negeri 35 Bacukiki Utama

Pare-pare pada tahun 1995 sampai tahun 2001.

3. Melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama pada

SMP Negeri 1 Bantaeng pada tahun 2001 sampai tahun 2004.

4. Untuk jenjang menengah atas, pendidikan di tempuh di SMA Negeri 1

Bantaeng pada tahun 2004 sampai tahun 2007.

5. Melanjutkan pendidikan pada Universitas Hasanuddin, Jurusan Teknologi

Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian, Makassar pada tahun

2007 sampai pada tahun 2012.

Selama menempuh pendidikan di dunia kampus, aktivitas yang dilakukan

adalah menjadi pengurus Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) periode

2010-2011, pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus

Mahasiswa Pencinta Mushallah Unhas (UKM LDK MPM UH) periode berlanjut

2008-2011, pengurus Lembaga Dakwah Fakultas Ulul Al Baab Fakultas Pertanian

Unhas (LDF Ulul Al Baab Faperta UH) periode berlanjut 2008-2010, pengurus

Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian (HIMATEPA) periode berlanjut

2008-2010, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Unhas

(BEM FAPERTA UH), periode 2009-2010. Koordinator Asisten mata kuliah Ilmu

Ukur Wilayah.

Page 6: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla atas

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Selama pelaksanan studi, penelitian maupun penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menghanturkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta Makmur Nur dan Siti Asma yang telah banyak

memberikan bantuan materil, dukungan dan doa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Daniel Useng, M.Eng. Sc dan Dr. Iqbal Salim, STP, M.Si sebagai

dosen pembimbing atas kesabaran, petunjuk dan segala arahan yang telah

diberikan dari penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan skripsi ini

selesai.

3. Staff Dinas Pertanian Kabupaten Takalar yang telah membantu dan

memberikan pengarahan selama berlangsungnya penelitian ini, khususnya

kepada Mr. Kimura (staf kontrak dari JICA) dan Bapak Adi, SP.

4. Ikhwa-ikhwa di MPM Unhas : Akh Akino, Ayid, Syamsir, Hariadi, Sumarlin,

Abdurrahman, K Samsul, K Akram, K Putra, K Abdul Kadir, K Subhan dan

lainnya yang telah banyak memberikan dukungan dan doa sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman seperjuangan Orator 2007 yang selama ini menjadi  saudara(i)ku dan

senantiasa membantuku dan memberikan banyak  pengalaman hidup, tetap

semangat untuk menjadi Sarjana Teknologi Pertanian.

6. Keluarga Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

baik senior maupun junior, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

mereka yang memerlukannya demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, Desember 2012

Page 7: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

RINGKASAN.................................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2....Tujuan …………………………………………………………….. 2

1.3 Manfaat............................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hortikultura...................................................................................... 3

2.1.1. Tanaman Pangan……………………………………............ 3

2.1.2. Tanaman Hias……………….…………………………….. 3

2.2 Pengolahan Tanah............................................................................ 4

2.3 Jenis Tanah dan Kadar Air............................................................... 7

2.4 Pola Pengolahan Tanah dengan Traktor Tangan............................. 8

2.4.1. Pola Tengah…………………………………………………. 10

2.4.2. Pola Tepi…………………..………………………………... 12

2.5 Bajak Rotari atau Pisau Berputar..................................................... 13

2.6 Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah.................................................. 18

2.7 Efisiensi Pengolahan Tanah............................................................. 26

2.8 Slip .................................................................................................. 27

Page 8: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat........................................................................... 29

3.2 Bahan dan Alat................................................................................. 29

3.3 Prosedur Penelitian........................................................................... 29

3.3.1. Persiapan................................................................................ 29

3.3.2. Pelaksanaan............................................................................ 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lebar, Kedalaman, dan Slip Pengolahan Tanah................................. 32

4.2 Kapasitas Lapang Efektif Pengolahan Tanah..................................... 34

4.3 Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah.................................................... 35

4.4 Efisiensi Pengolahan Tanah................................................................ 36

4.5 Penggunaan Konsumsi Bahan Bakar.................................................. 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 39

5.2 Saran………………………………………………………………… 39

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 40

LAMPIRAN

Page 9: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.Kecepatan putar rotari hubungannya dengan kondisi tanah......................... 16

2.Kecepatan Maju Traktor Tangan Bajak Rotari.............................................. 42

3.Rata-rata Kapastis Lapang Efektif Pola Tepi................................................ 43

4. Rata-rata Kapastis Lapang Efektif Pola Tengah………………………. 44

5. Perhitungan Slip Roda………………………………………………….. 45

6. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari………………………………. 47

Page 10: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1.Bajak Rotari................................................................................................... 8

2.Posisi Bajak ke Traktor.................................................................................. 9

3.Pengolahan Pola Tengah................................................................................ 11

4.Alur Balik...................................................................................................... 11

5.Alur tepi yang tidak tertimbun....................................................................... 11

6.Pola Pengolahan Tepi.................................................................................... 12

7.Traktor tangan bajak rotari............................................................................ 17

8.Skema Pengolahan Pola Tepi........................................................................ 31

9. Skema Pengolahan Pola Tengah………………………………………. 31

10. Lebar Pengolahan Tanah......................................................................... 32

11. Kedalaman Pengolahan Tanah................................................................ 33

12. Hasil Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif………………………….. 34

13. Hasil Perhitungan Kapasitas Kerja Pengolahan……………………….. 35

14. Hasil Perhitungan Efisiensi Pengolahan Tanah……………………….. 36

15.Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar............................................... 37

16.Jenis Tanah… 46

17. Foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan

a. Foto lahan sebelum diolah ............................................................. 49

b. Foto proses pengolahan lahan ........................................................ 49

c. Hasil pengolahan tanah................................................................... 50

Page 11: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1.Lebar Kerja Teoritis Instrumen dan Lebar Kerja Lapang......................... 42

2. Kedalaman Kerja................................................................................ 42

3. Kecepatan Maju.................................................................................. 42

4. Kapasitas Lapang Teoritis dan Kapasitas Lapang Efektif.................. 42

5. Konsumsi Bahan Bakar ..................................................................... 44

6. Menghitung Slip................................................................................. 45

7. Kadar Air Tanah................................................................................. 45

8. Jenis Tanah......................................................................................... 46

9. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari........................................... 47

10. Foto Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan.......................................... 49

Page 12: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan kering merupakan potensi yang besar untuk dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian di Indonesia. Areal lahan kering di Indonesia

mencapai 52.4 juta ha yang tersebar di pulau Jawa dan Bali (7.1 juta ha),

Sumatra (14.8 juta ha), Kalimantan (7.4 juta ha), Sulawesi (5.1 juta ha),

Maluku dan Nusa Tenggara (6.2 juta ha), serta Papua (11.8 juta ha). Untuk

memanfaatkan potensi yang ada, perlu dilakukan pengolahan tanah yang

merupakan awal dari kegiatan pada budidaya pertanian. Kegiatan pengolahan

tanah ini perlu diupayakan secara efektif dan efisien, karena akan

mempengaruhi kualitas pengolahan tanah, waktu kerja pengolahan tanah, dan

produksi hasil pertaniannya, sehingga diharapkan potensi lahan kering yang

besar dapat dimanfaatkan secara maksimal (Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat, 1998).

Lahan kering biasanya dimanfaatkan untuk tanaman hortikultura,

karena tanaman hortikultura tidak memerlukan air yang melimpah saat

pembudidayaannya. Pembudidayaan tanaman hortikultura seperti jagung,

sayuran dan tanaman hias sangat perlu dilakukan karena potensi lahan kering

yang melimpah, sebagai bahan makanan yang penting, dan sebagai tanaman

hias sehingga berpotensi sebagai komoditas ekspor (Haerani, 2001).

Di Indonesia, budidaya tanaman hortikultura masih banyak dilakukan

secara konvensional dengan menggunakan tenaga manusia (manual). Oleh

karena itu penggunaan mesin-mesin pengolahan tanah merupakan hal yang

sangat penting untuk peningkatan produksi, hal ini disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan para petani terhadap perkembangan teknologi

sehingga membuat lebih mengutamakan pengolahan tanah secara manual

(Haerani, 2001).

Pengolahan tanah biasanya digunakan alat dengan tenaga tarik hewan

atau menggunakan tenaga traktor. Penggunaan tenaga tarik traktor akan

Page 13: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

meningkatkan kapasitas kerja dan hasil yang didapatkan pada pengolahan

akan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan hewan (Haerani, 2001).

Menurut Daywin dkk, (1999) tujuan utama dari penggunaan mesin-

mesin dibidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja

petani dan mengubah pekerjaan berat menjadi lebih ringan. Kegiatan

pengolahan tanah pada lahan kering untuk tanaman hortikultura merupakan

kegiatan yang cukup berat, kegiatan ini memerlukan waktu dan tenaga serta

biaya yang cukup besar. Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan kualitas

hasil produksi (Haerani, 2001).

Beberapa masalah yang ada di atas perlu dilakukan pengujian traktor

tangan bajak rotari dengan beberapa pola pengolahan tanah untuk mengetahui

efisiensinya, sehingga diharapkan menghasilkan alternatif pola pengolahan

tanah yang terbaik untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi

para petani sehingga dapat meningkatkan produksi, pendapatan petani dan

mengurangi biaya produksi serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola pengolahan tanah yang

sesuai menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak rotari pada lahan

kering di kelurahan Salaka, kecamatan Pattalassang, kabupaten Takalar.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian adalah memberikan informasi dan alternatif dalam

pengolah tanah dengan menggunakan traktor tangan bajak rotari dengan

harapan dapat membantu petani dalam meningkatkan kualitas hasil produksi,

produktivitas tenaga kerja, dan pendapatan serta mengurangi biaya produksi.

Page 14: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hortikultura

Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun

dan colare yang berarti membudidayakan, kemudian hortikultura diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun

(Sumadi, 1997).

Menurut Haryadi (1989), berdasarkan kegunaannya tanaman

hortikultura dapat dibagi sebagai berikut :

2.1.1.Tanaman pangan berupa sayuran dan buah-buahan. Untuk sayuran ada

yang berupa tanaman ditanam di bagian atas tanah: kubis-kubisan

(kubis, kubis bunga, brokoli), kacang-kacangan (buncis, kapri, kacang

tanah), tanaman solonaceac berbuah (cabai, tomat, terung), ketimun

(ketimun, melon, semangka, labu), sayuran hijau (spinasi, bayam,

kangkung) jamur (agaricus). Tanaman yang ditanamn untuk bagian

bawah tanah: tanaman akar (bit, wortel, lobak, talas, ubi jalar, tanaman

ubi (kentang) tanaman umbi lapis (bawang merah, bawang putih,

bawang bombay)

Buah-buahan untuk iklim sedang buah kecil (beri, anggur, kiwi) pohon

buah (apel, apricot, pir) untuk iklim tropik dan sub tropik, taman ternal

(pisang, pepaya, jeruk)

2.1.2.Tanaman hias, tanaman bedengan bunga: corm, umbi, tanaman lanscap,

semak, pohon, padang rumput.

Berdasarkan siklus hidupnya, tanaman hortikultura dapat digolongkan

menjadi tanaman setahun atau semusim (annuals), dwi tahun (biennials), dan

tanaman tahunan (parennials). Tanaman setahun melengkapi seluruh

hidupnya dalam satu musim tumbuh contoh kedelai, kapri, dan buncis.

Tanaman dwibulanan adalah tanaman yang memerlukan dua musim untuk

melengkapi siklus hidupnya contoh wartel, bawang bombay, sedangkan

tanaman tahunan seperti terung dan cabai terus menerus tumbuh tidak

terbatas (Janick, 1986).

Page 15: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

2.2 Pengolahan Tanah

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan

utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan

penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar

air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah

dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang

meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang

keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat

mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang

bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah

perubahan tingkat kepadatan tanah (Yuswar, 2004).

Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum tanam

untuk membuat tanah dalam keadaan sebaik-baiknya guna pertumbuhan

perakaran sampai pada keadaan siap ditanami (Mundjono, 1989).

Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses

penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi

tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang

seminimum mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum

kegiatan lainnya dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan

efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu

pengolahan tanah (Mundjono, 1989).

Pengolahan tanah umumnya masih didominasi oleh penggunaan

cangkul (secara manual) oleh tenaga manusia dan alat bajak yang ditarik oleh

tenaga ternak. Dengan penggunaan tenaga manusia dan tenaga ternak akan

mengakibatkan produksi pertanian rendah dan waktu yang lama bila

dibandingkan dengan penggunaan tenaga mekanis seperti traktor terutama

sebagai sumber tenaga penarik bajak dan alat pertanian lainnya. Penggunaan

traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat

mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah,

kapasitas kerja menjadi lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah,

Page 16: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

sehingga dapat dilaksanakan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang

sempurna (Mundjono, 1989).

Kecepatan dalam pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kapasitas kerja efektif yang dapat dicapai dalam pengolahan

tanah. Kapasitas kerja efektif adalah faktor yang menentukan besarnya biaya

penggunaan alat persatuan luas (Mundjono, 1989).

Pengolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan

proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari

keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara

pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi

energinya (Mundjono, 1989).

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan

tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi

pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor

berhasilnya produksi tanaman dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik

diperlukan pengolahan tanah dengan alat dan mesin pertanian

(Mundjono, 1989).

Akhir-akhir ini masalah yang utama di dalam pembukaan dan

pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal.

Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang

seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan

tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah (Mundjono, 1989).

Kegiatan pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah

I (Primary tillage) dan pengolahan tanah II (Secondary tillage). Kegiatan

pengolahan tanah pertama secara sederhana bertujuan membongkar tanah

menjadi bongkahan-bongkahan agar mampu menangkap udara, air dan sinar

matahari, guna proses pelapukan sehingga tanah menjadi matang, bebas dari

tanaman gulma dan siap untuk masuk ke pengolahan tanah kedua yang

bertujuan menghancurkan dan mencampur bongkah tanah yang telah matang

secara mesra (proses penghancuran dan pembusukan) agar menjadi media

tumbuh tanaman yang baik (Kuipers dan Kowenhopn, 1983).

Page 17: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Kuipers dan Kowenhopn (1983) menyatakan bahwa tujuan pengolahan

tanah sebagai berikut :

1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau

tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai gembur, sehingga

mempercepat infiltrasi air, berkemampuan baik menahan hujan,

memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar

2. Meningkatkan kecepatan infitrasi tanah sehingga menurunkan run off dan

mengurangi bahaya erosi

3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu

4. Membenamkan tumbuh-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada di atas

permukaan tanah ke dalam tanah sehingga menambah kesuburan tanah

5. Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan

tempat tinggal dan terik matahari

6. Menyiapkan lahan sebagai media tumbuh tanaman yang baik

Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah (Kuipers dan

Kowenhopn, 1983) :

1. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia

2. Mengurangi kerusakan produksi pertanian

3. Menurunkan ongkos produksi

4. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi

5. Meningkatkan taraf hidup petani

6.Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan

keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming)

Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak dapat

diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses. Untuk alat ini, proses yang

terjadi terdiri dari proses intake, main flow dan output.

Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan tanah

dipisahkan dari bagian utamanya. Proses main flow adalah proses yang terjadi

selama tanah bergerak sepanjang bagian alat (plough-body). Proses output

mencakup perubahan yang terjadi setelah irisan tanah terlepas dari alat

(Kuipers dan Kowenhopn, 1983).

Page 18: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

2.3 Jenis Tanah dan Kadar Air

Tanah yang terdapat pada lahan kering di kabupaten Takalar yang

dijadikan sebagai tempat untuk pengolahan tanah adalah tanah jenis

inseptisol, data tersebut didapatkan dari peta Badan Perencanaan Pembagunan

Daerah (BAPPEDA) dengan tim revisi Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Takalar.

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi

lebih berkembang dari pada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata

Inceptum yang berarti permulaan. Tanah ini belum berkembang lanjut,

sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Inceptisol mempunyai

karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih

dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim –

musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi

bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan

dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi

lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan

Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa

(Darmawidjaja, 1961).

Pada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian,

yaitu melalui teras siring atau dengan budidaya tanaman tahunan yang lebih

kuat dalam mengikat tanah. Tanaman pertanian dapat disisipkan dalam sela-

sela tanaman tahunan. Potensi lain adalah dengan memanfaatkan lahan ini

untuk usaha penghijauan (Darmawidjaja, 1961).

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan basis kering

(dry basis). Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air

yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh

berat tanah kering yang tetap (Das, 1993).

Page 19: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Persentase berdasarkan berat, kadar air tanah dapat dihitung dengan

persamaan 1 rumus sebagai berikut :

KA=Wa−WkWa

x 100 %………….………………........................................(1)

dimana :

KA = Kadar air tanah (%)

Wa = Berat tanah sebelum dikeringkan (g)

Wk = Berat tanah setelah dikeringkan (g)

2.4 Pola Pengolahan Tanah (Pembajakan) Dengan Traktor Tangan

Mesin rotari dapat digolongkan sebagai alat pengolah tanah pertama

maupun kedua. Karena selain memotong, mengangkat dan membalik tanah,

mesin ini juga menghancurkan bongkahan tanah, sekaligus meratakan.

Bekerjanya mesin rotari tidak hanya ditarik oleh traktor tetapi terutama

karena diputarnya susunan pisau pada poros. Putaran pisau ini biasanya

searah dengan putaran roda ke depan. Pisau-pisau mesin rotari dibuat

melengkung. Apabila susunan pisau diatur ke arah dalam semua maka akan

diperoleh hasil pengolahan tanah yang berbentuk cembung. Apabila disusun

ke arah luar semua (kecuali pisau terluar) akan didapatkan hasil cekung.

Untuk mendapatkan arah yang datar, posisi pisau diatur seimbang. Bagian-

bagian bajak rotari dengan susunan pisau yang dibuat melengkung pada poros

disajikan pada Gambar 1 (Wijayanto, 1996).

Gambar 1. Bajak Rotari

Page 20: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Pemasangan bajak ke traktor tangan adalah sebagai berikut:

Pemasangan mesin rotari biasanya cukup menggunakan dua buah mur-baut,

namun ada juga yang menggunakan pena seperti bajak. Hal ini disebabkan

beban yang dibutuhkan untuk menarik rotari lebih kecil dibandingkan dengan

bajak. Di bagian atas mesin rotari kadang-kadang dilengkapi dengan pengait

untuk menahan beban mesin rotari dan membantu dalam pemasangan. Posisi

pemasangan mesin rotari dengan satu sumbu disajikan pada Gambar 2

(Wijayanto, 1996).

Gambar 2. Posisi Bajak ke Traktor

Kedudukan mesin rotari harus satu sumbu dengan traktor. Setelah

mesin rotari tepasang dengan mantap, baru dipasang rantai penerus daya.

Beberapa jenis mesin rotari, rantainya menyatu, sehingga pemasangannya

harus berbarengan dengan mesin rotari.

Berdasarkan cara penggandengan peralatannya traktor kecil

diklasifikasikan dalam tiga kelompok (Dahono, 1997):

1. Tipe unit (Integral Maunted Tractor) adalah traktor roda dua yang

peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi

transmisi.

2. Tipe Gusur (Trailing Type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan

pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari

traktor.

Page 21: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

3. Tipe Kombinasi (Combination Type), traktor yang dapat dipakai secara

tipe gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain)

sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar

(rotari tiller).

Pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari

pola pengolahan tanah ini adalah (Dahono, 1997) :

1. Lebih efisien, dengan menggunakan pola yang sesuai diharapkan :

a. Waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen

pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin

b. Lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan

pengolahan tanah bisa lebih efisien

2. Lebih efektif

Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata.

Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur

berikutnya, sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih

efektif.

Beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan

bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan. Beberapa pola pengolahan tanah,

antara lain :

2.4.1. Pola Tengah

Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan

kedua pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke

kanan dan membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama.

Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi

lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit.

Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan.

Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3

pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung

lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul) (Dahono, 1997).

Page 22: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Pengolahan tanah dengan pola tengah disajikan pada Gambar 3

(Dahono, 1997).

Gambar 3. Pengolahan Pola Tengah

Pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow) yaitu alur

bajakan yang saling berhadapan satu sama lain, sehingga akan terjadi

penumpukan lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan.

Pada pembajakan pengolahan tanah dihasilkan alur balik di sajikan pada

Gambar 4 (Dahono, 1997).

Gambar 4. Alur balik

Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan

hasil pembajakan disajikan pada Gambar 5 (Dahono, 1997).

Gambar 5. Alur tepi yang tidak tertimbun

Page 23: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

2.4.2. Pola Tepi

Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar

ke kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan

pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan

kesulitan dalam membelokkan traktor. Pengolahan tanah pola tepi

disajikan pada Gambar 6 (Dahono, 1997).

Gambar 6. Pola Pengolahan Tepi

Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan

tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal

lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4

pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara

manual (dengan cangkul) (Dahono, 1997).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pembajakan yaitu

(Dahono, 1997) :

1. Menjaga agar traktor berjalan lurus. Pada saat membajak, tanah hasil

bajakan akan terlempar ke arah sisi tepi (biasanya ke kanan), sehingga

bajak akan terdorong ke kiri, dan traktor akan terdorong dan akan

berbelok ke kanan. Operator harus menahan agar traktor tetap berjalan

lurus. Untuk mengontrol agar jalannya traktor lurus, sesaat sebelum

melakukan pembajakan, operator melihat satu titik lurus di depan. Pada

saat akan mengontrol, operator dapat melihat kembali titik tadi apakah

masih berada lurus di depan.

Page 24: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

2. Menjaga kedalaman pembajakan. Pada saat membajak, tanah akan

terangkat ke atas, sehingga bajak akan terdorong ke bawah, dan bagian

depan traktor akan terangkat. Operator harus menahan agar posisi traktor

stabil. Untuk implemen yang baik, biasanya dilengkapi dengan peralatan

yang dapat menahan bajak, sehingga kedalaman bisa dijaga, dan operator

tidak perlu menahan. Biasanya di bagian depan traktor juga dilengkapi

dengan pemberat untuk menyeimbangkan beban.

3. Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan yang

menimbulkan beban berat seperti : batu besar, tanah keras atau liat,

batang atau tanggul pohon besar dan sebagainya. Dengan mengangkat

implemen, beban traktor akan berkurang. Selain itu juga dapat menjaga

agar implemen tidak rusak.

2.5 Bajak Rotari / Pisau Berputar

Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.

Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka

bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada

suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini

banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan

tanaman hortikultura (Smith dan Wilkes, 1990).

Menggunakan bajak putar saat pengolahan tanah dapat dilakukan sekali

tempuh. Bajak putar atau bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan

tanah kering ataupun tanah sawah (Smith dan Wilkes, 1990).

Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau

pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka

bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4, 5, 6 inchi dan

memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).

Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul.

Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah.

Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan

ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman

Page 25: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

padi lebih kurang 18 cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam

lagi sekitar 20 cm (Smith dan Wilkes, 1990).

Salah satu masalah dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam

tanah terdapat benda-benda keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan

(dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).

Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan

pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi

dua, yaitu (Sakai dkk. 1998) :

1. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari

tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).

2. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus

traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).

Prinsip kerja bajak putar pisau-pisau dipasang pada rotor secara

melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah

secara bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan

memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan

tergantung pada kedalaman dan kecepatan maju (Sakai dkk. 1998).

Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari

motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor

tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang

digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem hubungan

roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan

dengan traktor besar, biasanya menggunakan universal joint

(Sakai dkk. 1998).

Bagian-bagian bajak putar adalah (Sakai dkk. 1998).

1. Pisau, berfungsi untuk mencacah saat bajak putar beroprasi. Pisau ini juga

cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat

menutupnya dengan tanah secara baik seperti jika menggunakan bajak

singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan

dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam

hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah.

Page 26: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.

3. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar.

4. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran tanah.

5.Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman

pengolahan tanah.

Sistem pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit akan

memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan pisau

dapat masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur

dengan tanah. Juga dapat mengurangi kemungkinan macetnya alat pada waktu

kerja di tanah yang basah dan lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh

bongkah yang lebih besar (Sakai dkk. 1998).

Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi

kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh

pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil

pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan

penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang

besar akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian

pisau. Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana

ikatan partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus

(Sakai dkk. 1998).

Merancang bangun pengolah tanah rotari harus dipenuhi persyaratan,

yaitu (Suastawa dkk, 2000) :

a) Alat Mesin mempunyai manuverabilitas tinggi sesuai dengan kondisi kerja

yang lembab atau basah.

b) Alat Mesin mampu mengolah tanah dengan kedalaman yang cukup untuk

membenamkan sisa tanaman dan mencampur lapisan tanah atas secara

vertikal.

c) Disain rotari dilengkapi pengatur guna mengatasi tanah basah dan sisa

tanaman.

d) Permukaan tanah hasil kerja rata, tanpa terbentuknya alur-alur atau

gundukan tanah.

Page 27: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

e) Alat Mesin mempunyai ketahanan kerja, kekuatan konstruksi dan

pelindung bagian-bagian penting terhadap benturan benda keras.

Pengolahan tanah dengan rotari menghasilkan kualitas penghancuran

dan campuran yang sempurna antara cacahan gulma/sisa tanaman dengan

tanah. Gulma sisa tanaman yang terbenam dalam tanah tersebut akan

membusuk dan menjadi pupuk organik. Pengolahan tanah dengan rotari juga

dinilai sebagai cara terbaik dalam menghasilkan pelumpuran sehingga

menjadi media tumbuh yang optimum dan menekan pertumbuhan gulma

(Sakai dkk, 1998).

Bilah pisau tipe C sesuai untuk lahan kering maupun sawah, karena

dapat memotong sisa-sisa tanaman. Desain bilah pisau melibatkan tahapan

yang rumit, meliputi penempaan, pembentukan bilah sesuai kurva sudut

rasional agar sisa-sisa tanaman tidak mengkait. Ketebalan pisau C berkisar

9.0 - 10 mm bagian leher dan 4.5 – 5.0 mm (bagian tengah dan ujung) dengan

sisi ketajaman tunggal (Sakai dkk, 1998).

Pengolah tanah rotari dengan lebar kerja 60 cm, akan memakai 12 - 15

bilah pisau dengan urutan kerja membentuk sudut 45°. Kedalaman olah

bervariasi antara 10 - 20 cm, dan pengalaman di lapangan berkisar 10 - 15 cm

terutama pada lahan dengan ketersediaan air irigasi cukup (Sakai dkk, 1998).

Kualitas pencampuran pada pengolahan tanah menggunakan rotari tidak

hanya tergantung pada sifat tanah, juga kecepatan putar rotari, bentuk dan

posisi dari pelindung rotari kaitannya dengan lemparan pertikel tanah.

Kecepatan putar rotari untuk pengolahan tanah 150 - 400 rpm tergantung

pada sifat tanah disajikan pada Tabel 1 (Sakai dkk, 1998).

rpm Kondisi tanah Kecepatan Maju (m/s)

150-200

200-300

300-400

Tanah pasir gembur basah

Tanah biasa Tanah lengket

Tanah sangat lengket

Tanah kering dan keras

0.5-0.7

0.3-0,5

0.2-0.3

kecepatan maju diperkecil dan

putaran rotari ditingkatkan

Page 28: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Traktor tangan bajak rotari yang digunakan dalam penelitian ini

disajikan pada Gambar 7 (Anonim I, 2012).

Gambar 7. Traktor tangan bajak rotari

Pengolahan tanah kedua atau sekunder diartikan sebagai pengadukan

tanah sampai kedalaman yang komparatif tidak terlalu dalam. Alat – alat yang

biasa digunakan dalam pengolahan tanah sekunder adalah garu, penggembur

dan pemberaan. Salah satu garu yang paling sering digunakan adalah garu

rotary (Smith dan wilkes, 1990).

Daywin dkk (1999) menyatakan bahwa garu rotari merupakan garu

yang berupa pisau-pisau yang dipasang pada suat poros yang berputar karena

digerakkan oleh suatu motor, kedalaman garu rotari berkisar antara 10-25 cm

dan mempumyai kelebihan dapat membajak dan menggaru pada waktu yang

bersamaan (koga, 1988). Rotari merupakan mesin yang efisien karena dapat

melakukan pengolahan tanah, pemecahan tanah, dan perataan tanah dalam

satu proses. Sumber tenaga putar rotari didapatkana dari putaran PTO traktor.

Power Take Off (tempat pengambilan daya) merupakan keluaran daya dari

mesin traktor yang berupa putaran yang bisa digunakan untuk menggerakkan

peralatan lain. Poros PTO dihubungkan secara langsung dengan poros setelah

kopling, kemudian PTO sendiri menggunakan versneling tersendiri untuk

mengatur kecepatan putar PTO agar sesuai dengan kebutuhan.

Keuntungan dari penggunaan garu rotari (Daywin dkk, 1999) adalah

a) Pengolahan dan penghancuran bongkahan dilakukan secara berurutan

b) Tanah tidak dapat berpindah

Page 29: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

c) Pencampuran pupuk bisa lebih seragam dengan tanah

d) Biaya pengolahan menjadi lebih murah

e) Tidak memerlukan banyak penyetelan alat

Roda traktor berguling akan mengalami gaya traksi, tahanan gelinding,

gaya kemudi, gaya dukung tanah dan gaya akibat berat traktor. Traksi adalah

gaya dorong yang dihasilkan oleh roda traktor atau alat traksi lainnaya. Arah

traksi adalah searah dengan arah gerak traktor dan berlawanan arah dengan

tahanan gelinding. Tahanan gelinding akibat reaksi tanah saat roda bergerak

(Liljedahl dkk, 1979).

Menurut Mandang dan Nishimura (1991) traksi dapat diperoleh sebagai

reaksi dari roda penggerak melawan tanah, yang sangat tergantung pada

keadaan kualitas tanah. Traksi bersih adalah gaya searah maju traktor yang

dihasilkan oleh gaya traksi dipindahkan ke kendaraan (Sakai dkk, 1998). Pada

kondisi tanah dan keadaan permukaan tanah tertentu maka faktor yang

memengaruhi traksi dapat dilihat dari segi alat traksi adalah jenis dan keadaan

alat traksi serta beban yang diterima (Gill dan Vanden Berg, 1968).

Besarnya tenaga maksimum yang dapat dikerahkan roda ke permukaan

tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah terhadap roda sehingga memungkinkan

roda menghasilkan tenaga tarik lebih besar. Hal ini tergantung pada

ketahanan tanah terhadapat keretakan, kohesi tanah (pada tanah liat) dan

sudut gesekan dalam tanah (Gill dan Vanden Berg, 1968).

2.6 Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah

Kapasitas kerja suatu alat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kerja

suatu alat atau mesin memberikan hasil (hektar, kilogram, liter) per satuan

waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar

kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu, sehingga

satuannya adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar per jam per

HP traktor (Suastawa dkk, 2000).

Page 30: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu (Darun dan Sumono, 1983) :

1. Ukuran dan bentuk petakan

Ukuran dan atau bentuk petakan sangat mempengaruhi efisiensi

kerja dari pengolahan tanah yang dilakukan dengan tenaga tarik hewan

ataupun dengan traktor, namun pada pencangkulan pengaruhnya tidak

begitu besar. Ukuran petakan yang sempit akan mempersulit beloknya

hewan penarik atau traktor, sehingga efisiensi kerja dan kapasitas kerjanya

rendah.

2. Topografi wilayah

Keadaan topografi wilayah meliputi keadaan permukaan tanah dalam

wilayah secara keseluruhan, misalnya keadaan permukaan wilayah

tersebut datar atau berbukit atau bergelombang. Keadaan ini diukur dengan

tingkat kemiringan dari permukaan tanah yang dinyatakan dalam (%).

Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga hewan dan traktor dalam

pengolahan tanah adalah sampai 3% (relatif datar). Kemirngan tanah yang

lebih dari 3% yang masih bisa dikerjakan traktor adalah 3 sampai 8%

dimana pengolahan tanahnya dilakukan dangan mengikuti garis ketinggian

(contour farming system). Bagi daerah yang berbukit-bukit dimana bentuk

petakan yang tidak teratur dan luasnya yang kecil, maka cangkul sangat

cocok untuk daerah ini. Pola terakhir ini disebut dengan sistem penterasan,

dimana sawah-sawah berbentuk teras-teras yang mengikuti garis

ketinggian. Bentuk petakan teratur akan memudahkan pekerjaan

pengolahan tanah sehingga efisiensinya akan lebih tinggi dibandingkan

dengan yang tidak teratur.

3. Keadaan traktor

Keadaan traktor juga akan dipengaruhi kapasitas kerja pengolahan

tanah. Keadaan traktor disini berarti apakah traktor masih baru atau sudah

lama. Jadi menyangkut umur ekonomi traktor itu sendiri. Traktor yang

sudah lama dipakai berarti umur ekonominya sudah habis atau malah

sudah terlewatkan, sehingga sudah banyak bagian traktor yang sudah aus

Page 31: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

sehingga sering timbul kerusakan. Kerusakan–kerusakan akan menyangkut

masalah waktu, tenaga serta biaya, sehingga pekerjaan tidak akan

efisien lagi.

4. Keadaan vegetasi

Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah juga dapat

mempengaruhi efektivitas kerja dari bajak atau garu yang digunakan.

Tumbuhan semak atau alang-alang memungkinkan kemacetan akibat

penggumpalan pada alat karena tertarik atau tidak terpotong. Pengolahan

tanah pada alang-alang atau bersemak akan lebih efektif bila digunakan

bajak piringan atau garu piring, karena bajak atau garu ini memiliki

konstruksi yang berupa piringan dan dapat berputar sehingga kecil

kemungkinan untuk macet.

5. Keadaan tanah

Keadaan tanah meliputi sifat-sifat fisik tanah, yaitu keadaan basah

(sawah), kering, berlempung, liat atau keras. Keadaan ini menentukan

jenis alat dan tenaga penarik yang digunakan. Di samping itu juga

mempengaruhi kapasitas kerja dari pengolahan tanah. Tanah yang basah

memberikan tahanan tanah terhadap tenaga penarik relatif lebih rendah

dibanding dengan tanah kering, akan tetapi pada tanah basah (sawah)

memungkinkan terjadi slip yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah

kering.

Penggunaan traktor pada tanah sawah dan tanah kering biasanya

digunakan roda besi tambahan pada kedua rodanya agar dapat

memperkecil slip roda yang terjadi. Akhir-akhir ini IRRI Filipina

(International Rice Research Institute) telah mengembangkan traktor

dengan kedua rodanya terbuat dari besi yang terdiri dari lempeng-lempeng

besi yang khusus dirancang untuk pengolahan tanah sawah. Demikian juga

traktor 4 roda, bila digunakan pada tanah sawah kedua roda belakangnya

dipasang roda besi tambahan guna memperkecil slip rodanya. Bajak piring

atau garu piring lebih efektif bekerja pada tanah kering dibanding pada

Page 32: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

tanah basah, sedangkan bajak singkal lebih efektif bila digunakan pada

tanah yang basah, agak liat dibanding pada tanah kering.

6. Tingkat keterampilan operator

Operator yang berpengalaman dan terampil akan memberikan hasil

kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibanding operator yang belum

terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan

traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu memberikan latihan

terampil kepada operator yang menjalankannya. Usaha ini untuk

memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih efektif

7. Pola pengolahan tanah

Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang

karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih

dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat,

karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus

diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi dilapangan.

Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efisiensi

kerjanya. Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan

adalah pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola spiral yang

paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus

tampa pengangkatan alat.

Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas

lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika

berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100% dan alat tersebut bekerja dalam

lebar maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja

dari alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas

lahan yang diolah dengan waktu kerja total (Darun dan Sumono, 1983).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas lapang yaitu

(Darun dan Sumono , 1983):

1. Kinerja Lapang Alat Mesin Pertanian

Dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan suatu lapang

dengan sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan

Page 33: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

menghitung biaya pengerjaan dan efisiensi dalam pengolahan lahan.

Dalam hal ini ada beberapa istilah yang digunakan yaitu:

a. Kapasitas lapang teoritis sebuah alat, merupakan kecepatan

penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut

melakukan kerjanya memanfaatkan 100% waktunya, pada kecepatan

maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100% lebar kerja teoritisnya.

b. Waktu per hektar teoritis, merupakan waktu yang dibutuhkan pada

kapasitas lapang teoritis tersebut.

c. Waktu kerja efektif, merupakan waktu sepanjang mana mesin secara

aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan

lebih besar disbanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja

terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.

d. Kapasitas lapang efektif, suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja

teoritis mesin, presentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai,

kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama

pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,

pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin

untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih.

Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi

dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator.

e. Efisiensi lapang, merupakan perbandingan antara kapasitas lapang

efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen.

Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan

ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.

f. Efisiensi kinerja, merupakan suatu ukuran efektifitas fungsional suatu

mesin, misalnya presentase perolehan produk bermanfaat dari

penggunaan sebuah mesin pemanen.

2. Waktu Hilang untuk Belok

Belok di ujung suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu

yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek.

Jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar

Page 34: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu

lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya,

jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama. Menggarap secara

pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180o per putaran, sedang kedua

cara lainnya mencakup empat belokan 90o per putaran.

Waktu yang diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik,

juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok

di headland, kekasaran daerah belok dan lebar alat. Waktu per belokan

pada head-land halus rata-rata hampir 5% lebih besar pada pemanen atau

penyiang 4 larik dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20 - 25% pada

head-land kasar. Alat yang lebih lebar, mendapatkan bahwa waktu per

belokan rerata 40 - 50% lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik

dibanding 4 larik.

Pengoprasian traktor saat melintasi ujung-ujung suatu lapang

biasanya menghasilkan kehilangan waktu yang sering tak terhindarkan

jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam lapang-lapang yang pendek.

3. Waktu Hilang yang Sebanding dengan Luas

Saat pengolahan tanah dengan traktor ada beberapa waktu yang

hilang, karena saat istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat,

biasanya cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan

waktu lapang total) jika kecepatan kerja atau lebar alat ditambah.

Pengoprasian tidak bekerja saat melintasi ujung lapang cenderung

sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja normal

dipertahankan saat melintasi ujung.

Kehilangan waktu yang lain, disebabkan oleh halangan,

penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan pengisian tabung

semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas dari pada

dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada

pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma

sedikit) jika kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya

dikurangi saat belok, kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang

Page 35: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan pengosongan hasil panen

cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping sebanding dengan

luasnya.

Waktu hilang yang cenderung sebanding dengan luas menjadi makin

penting bila lebar atau kecepatan alat dinaikkan, karena waktu hilang

tersebut akan terhitung dengan presentase yang lebih besar dengan

berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian, mengganti

penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat

menaikkan keluaran cuma 30% bukannya 50%.

4. Waktu Hilang Berkenaan dengan Kehandalan Mesin

Peluang kerusakan alat, yang akan berakibat hilangnya waktu di

lapang, adalah berbanding terbalik dengan kehandalan mesin. Kehandalan

keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berfungsinya

suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu sepanjang periode

waktu tertentu.

Kehandalan pemakaian waktu pada mesin individual menjadi makin

penting jika beberapa mesin atau beberapa bagian mesin digunakan secara

gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang sebesar 5 atau 10%

karena kerusakan, penyetelan, pembetulan, penyumbatan/penggumpalan,

atau berhenti yang lain berkaitan dengan mesin, umumnya tidak dianggap

serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing dengan

kehandalan pemakaian waktu 98%, digunakan secara berurutan,

kehandalan pemakaian waktu keseluruhan gabungan waktu berurutan

tersebut akan terkurangi sampai menjadi 66%. Kehandalan pemakaian

waktu. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih atau

pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah

mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang

gabungan tersebut.

Dikarenakan adanya pengurangan kehandalan pada mesin gabungan,

pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih penting dibanding jika hanya

dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu gabungan hendaklah

Page 36: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan dan kapasitas

berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.

Kapasitas kerja dapat dibedakan menjadi kapasitas efektif dan kapasitas

teoritis. Kapasitas efektif merupakan waktu nyata yang diperlukan di

lapangan dalam menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu. Kapasitas

teoritis adalah hasil kerja yang akan dicapai alat dan mesin bila seluruh waktu

digunakan pada spesifikasi operasinya (Suastawa dkk, 2000).

Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja

teoritis mesin, persentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan

jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Kapasitas

lapang teoritis (KLT) dapat dihitung dengan persamaan 2 berikut

(Suastawa dkk, 2000).

KLT = 0.36 (v x lP)…………………………..……………………….(2)

Keterangan : KLT = Kapasitas lapang teoritis (ha/jam)

v = Kecepatan rata-rata (m/s)

lP = Lebar pembajakan rata-rata (m)

0.36 = Faktor konversi (1 m2/s = 0.36 ha/jam)

Untuk menghitung kapasitas lapang pengolahan efektif (KLE)

diperlukan data waktu kerja keseluruhan dari mulai bekerja hingga selesai

(WK) dan luas tanah hasil pengolahan keseluruhan (L).

Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung KLE adalah dengan

rumus sebagai berikut (Suastawa dkk. 2000).

KLE= LWK …………………………………………………………….

(3)

Keterangan : KLE = Kapasitas lapang efektif (ha/jam)

L = Luas lahan hasil pengolahan (ha)

WK = Waktu kerja (jam)

Kecepatan maju merupakan salah satu metode untuk meningkatkan

kapasitas kerja alat pertanian yaitu dengan menambah kecepatan maju berarti

meningkatkan kapasitas kerja alat pengolah tanah tanpa harus menambah

Page 37: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

berat dan jumlah unit tenaga penggerak yang membebani tanah

(Yuswar, 2004).

Menurut Djoyowasito (2002) mengatakan bahwa semakin dalam

kedalaman olah tanah kecepatan kerjanya semakin rendah. Fenomena ini

terjadi karena slip roda sangat tinggi pada waktu alat bekerja dan juga

banyaknya gulma yang terpotong serta bongkahan tanah yang terolah besar,

sehingga waktu untuk menempuh jarak yang ditentukan menjadi lama.

2.7 Efisiensi Pengolahan Tanah

Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan

kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara

kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan

dalam bentuk (%). Rumus yang digunakan untuk mengetahui efisiensi

pengolahan tanah adalah sesuai persamaan 4 berikut (Yuswar, 2004).

Efisiensi=KLEKLT

x 100 %.....................................................................(4)

dimana :

KLE = kapasitas lapang efektif

KLT = kapasitas lapang teoritis

Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka

akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam

waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut,

atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu.

Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat

maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai

efisiensi tanah yang tinggi (Yuswar, 2004).

Dalam pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk ditanami

mengalami beberapa proses. Tergantung jenis lahan yang mau diolah. Ada

dua jenis lahan yang dapat diolah menggunakan traktor roda dua yaitu lahan

basah atau sawah dan lahan kering atau lahan yang biasa ditanami sayur-

sayuran. Pada lahan sawah memerlukan tiga tahapan proses perlakuan dengan

menggunakan implemen traktor roda dua hingga lahan siap untuk ditanami.

Page 38: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Tahapan itu adalah pembajakan, pengglebekan, dan penggaruan. Sementara

pada lahan kering hanya memerlukan dua tahapan yaitu pembajakan dan

penggaruan atau pengglebekan tergantung jenis tanah pada lahan kering

tersebut dan kebiasaan masyarakat sekitar (Yuswar, 2004).

2.8 Slip (Slippage)

Intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena

beban operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi

traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi

dengan beban dibandingkan dengan kecepatan teoritis. Slip roda traktor

merupakan salah satu faktor pembatas bagi pengoperasian traktor-traktor

pertanian. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik pada saat menarik beban

maupun saat tidak menarik beban (Liljedahl dkk, 1989).

Slip terjadi bila roda meneruskan gaya-gaya pada permukaan alas,

pengukuran slip agak rumit akibat pengecilan jari-jari ban efektif statis

maupun dinamis. Meningkatkan slip roda dapat menambah kemampuan

traksi, gaya tarik traktor masih dapat ditambah dengan menaikkan slip hingga

30%, tetapi slip yang optimum pada operasi traktor adalah 10 -17%

(Wanders, 1978).

Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat

dikenai beban dengan jarak tempuh traktor tanpa beban pada putaran roda

penggerak yang sama (Wanders, 1978).

Untuk menghitung slip roda traksi pada pada persamaan 5 berikut

(Suastawa dkk, 2000).

St=So−SbSo

x100 %..............................................................................(5)

dimana :

St = Slip roda traksi (%)

Sb = Jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 5 putaran

roda (m)

So = Jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)

Page 39: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Besarnya slip dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut

(Sembiring dkk, 1990) :

a) Beban pada roda traksi

b) Jenis, ukuran, dan kondisi roda traksi

c) Jenis dan kondisi tanah/landasan traksi

Slip pada roda dapat diperkecil dengan memperhatikan fakror-faktor

sebagai berikut : (1) diameter roda (2) lebar roda (3) bentuk lempengan tapak,

(4) sudut lempengan tapak terhadapat garis singgung roda dan sumbu roda (5)

jarak antara lempengan (Anonim II, 1980).

Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan

menaikkan tenaga tarik taktor. Perbedaan kecepatan dan transmisi yang

digunakan juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Efisiensi tenaga tarik

yang tertinggi dalam mengolahan tanah adalah pada tingkat slip antara

15-25%. Pada tanah liat yang basah, tenaga terbesar untuk menarik mungkin

dicapai pada slip sekitar 35% (Sembiring dkk, 1990).

Tanah basah atau becek slip dapat terjadi sampai 60% dan hanya

menghasilkan tanah sekitar 10-20%. Hal ini berarti banyak tenaga yang

hilang untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda serta hasil yang

didapat berupa proses pelumpuran oleh roda. Dalam penggunaan traktor pada

tanah liat basah atau lumpur, harus diperhatikan luas kotak permukaan roda

dengan tanah untuk menaikkan tarikan. Makin luas permukaan, maka tarikan

akan makin baik (Sembiring dkk, 1990).

Kelengketan tanah pada sirip dari roda besi adalah salah satu hal yang

dapat menyebabkan tingginya slip. Jika kelengketan tanah pada sirip sangat

banyak akan menimbulkan roda besi ini ditutupi tanah, sehingga gaya angkat

yang akan dihasilakan akan kecil dan menyebabkan tingginya slip roda

(Sembiring dkk, 1990).

Page 40: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus tahun 2012 di

lahan petani kelurahan Salaka, kecamatan Pattalassang, kabupaten Takalar.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan olahan dengan

luas 10 x 10 meter, bahan bakar minyak (bensin).

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor tangan

bajak rotari, meteran, penggaris, stop watch, labu ukur, patok, timbangan dan

alat tuis.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan

Kegiatan meliputi observasi lahan yang akan diolah, penyediaan dan

pengecekan alat dan bahan, penyusunan matriks kerja, konsultasi teknis dan

pengarahan terhadap metode pengoprasian traktor tangan. Selain itu, untuk

menambah informasi dalam pelaksanaannya dilaksanakan studi pustaka,

penelusuran internet maupun konsultasi dengan nara sumber.

3.3.2. Pelaksanaan

Uji kinerja traktor tangan bajak rotari dilakukan di lahan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan dan mengolah tanah dengan implemen traktor tangan

bajak rotari

b. Melakukan pengamatan indikator yang akan diukur

Lebar Kerja (cm)

Page 41: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Untuk mengetahui lebar kerja dilakukan pengukuran

pada implemen panjang rotari dan lebar olahan tanah setelah

diolah dengan traktor tangan bajak rotari.

Kedalaman kerja (cm)

Untuk mengetahui kedalaman kerja maka dilakukan

pengukuran pada lahan yang telah diolah dengan

membenamkan alat ukur ke dalam tanah dengan melihat nilai

kedalamannya pada penggaris.

Kecepatan maju (km/jam)

Untuk mengetahui kecepatan maju traktor diketahui dari

berapa waktu yang ditempuh oleh traktor dalam jarak tempuh

10 meter dengan tiga kali ulangan.

Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dinyatakan dalam basis kering dan basis

basah. Presentase berdasarkan berat, kadar air tanah dapat

dihutung dengan persamaan 1 (Das, 1993).

Kapasitas kerja (jam/ha)

Kapasitas lapang teoritis (KLT) dapat dihitung

menggunakan persamaan 2 (Suastawa dkk, 2000).

Untuk mengetahui perhitungan Kapasitas lapang efektif

(KLE) digunakan persamaan 3 (Suastawa dkk, 2000). Untuk

mengetahui efisiensi pengolahan tanah dapat gunakan

persamaan 4 (Suastawa dkk, 2000).

Slip roda traksi

Untuk menghitung slip roda traksi digunakan persamaan

5 (Suastawa dkk, 2000).

Konsumsi Bahan Bakar

Pengukuran bahan bakar dilakukan dengan cara mengisi

penuh tangki bahan bakar pada traktor sebelum digunakan

Page 42: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

untuk setiap pengolahan tanah. Kemudian setalah selesai

pengolahan tanah tangki bahan bakar di isi kembali sampai

penuh seperti awal, yang mana jumlah bahan bakar yang

ditambahkan tersebut ditakar dalam gelas ukur, dengan cara

tersebut akan diketahui jumlah bahan bakar yang diperlukan

pada setiap olahan.

c. Melakukan analisis dan pengolahan data hasil uji kinerja pengolahan

tanah.

d. Skema petak uji traktor tangan bajak rotari dengan pola pengolahan tepi

pada lahan petani, dengan melakukan tiga kali ulangan dapat

digambarkan sebagai berikut (Dahono, 1997) :

Gambar 8. Skema Pengolahan Pola Keliling Tepi

Skema petak uji traktor tangan bajak rotari dengan pola pengolahan

tengah pada lahan petani, dengan melakukan tiga kali ulangan dapat

digambarkan sebagai berikut (Dahono, 1997) :

1 2 3

10 m

10 m

1 2 3

10 m

10 m

10 m

10 m

Page 43: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Gambar 9. Skema Pengolahan Pola Tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lebar, Kedalaman, dan Slip pada Pengolahan Tanah

Berdasaran hasil pengujian traktor tangan menggunakan bajak rotari

pada lahan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar, maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

Lebar instrumen pada traktor adalah 109 cm sedangkan lebar

pengolahan rata-rata setelah pengoprasian adalah 106 cm, hal ini disajikan

pada Gambar 10.

Gambar 10. Lebar Pengolahan Tanah

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantara yaitu

keterampilan operator saat menjalankan traktor tangan agar tetap berjalan

lurus, pengaruh putaran rotari yang menimbulkan getaran dan goncangan

serta saat pengangkatan implemen, apabila traktor menabrak halangan seperti

batu, tanah keras, batang maka akan menimbulkan gesekan atau getaran, hal

ini sesuai dengan pernyataan (Dahono, 1997) pada saat membajak, tanah hasil

lebar bajak rotari lebar rata-rata104.5

105105.5

106106.5

107107.5

108108.5

109109.5

Lebar Pengolahan Tanah

Leba

r (Cm

)

Page 44: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

bajakan akan terlempar ke arah sisi tepi (biasanya ke kanan), sehingga bajak

akan terdorong ke kiri, dan traktor akan terdorong dan akan berbelok ke

kanan. Operator harus menahan agar traktor tetap berjalan lurus. Untuk

mengontrol agar jalannya traktor lurus, sesaat sebelum melakukan

pembajakan, operator melihat satu titik lurus di depan. Pada saat akan

mengontrol, operator dapat melihat kembali titik tadi apakah masih berada

lurus di depan. Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan

yang menimbulkan beban berat seperti : batu besar, tanah keras atau liat,

batang atau tanggul pohon besar dan sebagainya

Pengolahan tanah yang telah dilakukan maka selanjutnya dihitung

kedalaman olahan sehingga diperoleh kedalaman rara-rata 15 cm, hal ini

disajikan pada Gambar 11.

kedalaman Pisau Rotari Kedalaman rata-rata14

14.5

15

15.5

16

16.5

17

17.5

Kedalaman Pengolahan Tanah

Keda

lam

an (C

m)

Gambar 11. Kedalaman Pengolahan Tanah

Hal tersebut dikarenakan ketika implemen menabrak halangan seperti :

batu besar, tanah keras atau liat, batang atau tanggul pohon besar yang

meyebabkan pengangkatan alat dan menimbulkan getaran, dan tekanan

operator saat pengolahan, hal ini sesuai dengan pernyataan

(Daywin dkk, 1993) bahwa garu rotari merupakan garu yang berupa pisau-

pisau yang dipasang pada suat poros yang berputar karena digerakkan oleh

suatu motor, kedalaman garu rotari berkisar antara 10-25 cm.

Page 45: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Slip roda traksi pada saat pengujian adalah berkisar 26% - 27%,

dikarenakan keadaan tanah yaitu kadar air yang terkandung dalam tanah

adalah 20%, sedangkan jenis tanah pada lahan tersebut adalah jenis inceptisol

yang mengakibatkan kelengketan tanah pada sirip roda besi yang ditutupi

tanah, sehingga gaya angkat yang akan dihasilkan akan kecil dan

menyebabkan slip. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan

(Sembiring dkk, 1990) menyatakan kelengketan tanah pada sirip dari roda

besi adalah salah satu hal yang dapat menyebabkan tingginya slip. Jika

kelengketan tanah pada sirip sangat banyak akan menimbulkan roda besi ini

ditutupi tanah, sehingga gaya angkat yang akan dihasilkan akan kecil dan

menyebabkan tingginya slip roda. Selain itu dipengaruhi oleh keadaan

vegetasi yang dapat menghambat atau terjadi kemacetan laju traktor akibat

sirip rotari ditutupi oleh semak atau alang-alang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Suastawa dkk, 2000) yang menjelaskan tentang beberapa hal

yang mempengaruhi kapasitas kerja diantaranya keadaan vegetasi.

4.2 Kapasitas Lapang Efektif Pengolahan Tanah

Kapasitas lapang efektif pada pengolahan pola tepi diperolah hasil

0.046 ha/jam sedangkan pada pengolahan pola tengah didapatkan hasil 0.057

ha/jam disajikan pada Gambar 12. Hasil analisis dapat diketahui bahwa

pengolahan pola tengah memiliki kapasitas lapang yang lebih besar dari pada

pengolaha pola tepi artinya luasan tanah yang dapat diolah dengan

pengolahan pola tengah dalam satuan jam lebih luas atau lebih banyak

dibandingkan dengan pengolahan pola tepi.

Page 46: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Tepi Tengah0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

KLE (ha/jam)

Pola Pengolahan Tanah

KLE

(ha/

jam

)

Gambar 12. Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif Pengolahan Tanah

Hal ini dikarenakan tingkat keterampilan operator dan pola

pengolahannya yang berbeda sehingga erat hubungannya dengan waktu yang

hilang karena belokan selama pengolahan, jumlah belokan pada pengolahan

tepi adalah 18 belokan sedangkan belokan pengolahan tengah adalah 16

belokan. Selain itu dipengaruhi oleh pengangkatan alat, akibatnya

mempengaruhi kecepatan dan waktu pengolahan, tentunya hal ini

mempengaruhi pengolahan luasan dalam satuan waktu. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Suastawa dkk, 2000) pola pengolahan tanah erat hubungannya

dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola

pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak

mungkin pengangkatan alat, karena pada waktu diangkat alat itu tidak

bekerja, makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah

efisiensi kerjanya.

4.3 Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah

Hasil nilai pengolahan tanah dengan mengamati kapasitas kerja

pengolahan tanah pada pola tepi adalah 21 jam/ha sedangkan hasil kapasitas

kerja pengolahan tanah pada pola tengah adalah 17 jam/ha disajikan pada

Gambar 13.

Page 47: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Tepi Tengah0

5

10

15

20

25

Kapasitas Kerja (jam/ha)

Pola Pengolahan Tanah

jam

/ ha

Gambar 13. Hasil Perhitungan Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah

Hasil kapasitas kerja pengolahan pola tengah lebih kecil dibandingakan

dengan pengolahan pola tepi artinya waktu untuk menyelesaikan pengolahan

lahan dengan pola tengah satuan ha lebih cepat dibandingkan pengolahan

pola tepi pada satuan luasan yang sama.

Hal ini dikarenakan tingkat keterampilan operator, operator yang

berpengalaman dan trampil akan memberikan hasil kerja dan efisiensi yang

lebih baik. Selain itu, dipengaruhi oleh pola pengolahannya yang berbeda,

jumlah belokan pada pengolahan tepi adalah 18 belokan sedangkan belokan

pengolahan tengah adalah 16 belokan, sehingga erat hubungannya dengan

waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan. Selain itu dipengaruhi

oleh pengangkatan alat saat terjadi benturan dan belokan, akibatnya

mempengaruhi kecepatan dan waktu pengolahan, tentunya hal ini

mempengaruhi waktu penyelesainnya dalam sataun luas. Hal ini sesuai

dengan pernyataan (Suastawa dkk, 2000) pola pengolahan tanah erat

hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan

tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil

sebanyak mungkin pengangkatan alat, karena pada waktu diangkat alat itu

tidak bekerja, makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin

rendah efisiensi kerjanya.

Page 48: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

4.4 Efesiensi Pengolahan Tanah

Efisiensi pola tepi adalah 58% sedangkan hasil efisiensi diperoleh pada

pola tengah adalah 72% disajikan pada Gambar 14 .

Tepi Tengah0

20

40

60

80

5872

Efisensi (%)

Efisensi (%)

Gambar 14. Hasil Perhitungan Efisiensi Pengolahan Tanah

Hasil perhitungan perbandingan efisiensi pengolahan tengah lebih besar

dibandingkan dengan pengolahan tepi artinya efisiensi pola tengah lebih baik

dibandingakan pengolahan tepi sebagai mana pendapat (Yuswar, 2004)

semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat

maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai

efisiensi tanah yang tinggi. Efisiensi tergantung dari kapasitas lapang teoritis

dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara

kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis.

4.5 Konsumsi Bahan Bakar Pengolahan Tanah

Hasil konsumsi bahan bakar dengan luas lahan 300 m2 pada pengolahan

tepi adalah sebesar 880 ml sedangkan konsumsi bahan bakar pada pengolahan

tengah adalah 720 ml disajikan Gambar 15.

Page 49: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Tepi Tengah0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Konsumsi Bahan Bakar (ml)

Pola Pengolahan Tanah

Baha

n Ba

kar M

inya

k (m

l/m

2)

Gambar 15. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Pengolahan Tanah

Hal ini dikarenakan oleh pola pengolahan tanah yang berbeda sehingga

mempengaruhi waktu yang hilang karena jumlah belokan yang berbeda

diantara kedua pola tersebut, akibatnya lama waktu pengoprasian pengolahan

lahan dengan pola tengah lebih cepat dibanding pola tepi dalam

menyelesaikan satuan luas. Tentunya hal ini akan mempengaruhi konsumsi

bahan bakar (bensin) karena jumlah bahan bakar yang masuk kedalam tabung

selinder untuk menggerakan rotari yang memiliki waktu pengoprasian atau

mesin beroprasi lebih lama, tentunya akan menggunakan bahan bakar

(bensin) lebih banyak.

Rangkuman data perhitungan rata-rata, dan hasil pola pengolahan tanah

disajikan pada lembar lampiran.

Page 50: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pola pengolahan yang baik atau sesuai digunakan untuk pengolahan tanah

dengan bajak rotari pada lahan petani di kelurahan Salaka, kecamatan

Pattalassang kabupaten Takalar adalah pengolahan Pola tengah

2. Pengolahan tanah pola tengah memiliki kapasitas lapang efektif atau

kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan pengolahan pola tepi

3. Pengolahan tanah pola tengah memiliki kapasitas kerja atau kemampuan

traktor dalam menyelesaikan pengolahan tanah pada satuan ha lebih

cepat/baik di banding pengolahan pola tepi.

Page 51: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

4. Pengolahan tanah pola tengah memiliki efisiensi yang tinggi atau dapat

penyelesaian pengolahan tanah pada waktu yang singkat dibanding

pengolahan pola tepi.

5. Pola pengolahan tepi menggunakan bahan bakar minyak (bensin) lebih

banyak dibandingkan pengolahan pola tengah.

5.2 Saran

Saran yang dapat direkomendasikan adalah dengan menambah model

pola pengolahan tanah yang baik dan diharapkan diperoleh pola pengolahan

tanah yang terbaik dari beberapa pola yang ada.

Untuk melakukan pengolahan lahan sekunder sebaiknya dilakukan dulu

pembersihan lahan dari gulma, hal ini untuk memudahkan dalam pembajakan

dengan rotari dan penggaruan serta proses selanjutnya, karena akan

mempengaruhi waktu kerja pada proses pengolahan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim I, 2012. www.google.com. hand traktor yanmar model te 550-n.htm . diakses tanggal 17 Juli 2012

Anonim II, 1980. Pembinaan industri pembuatan alat dan mesin pertanian, kertas kerja pada pameran dan pertemuan alat dan mesin pertanian rancangan IRRI. Jakarta.

Dahono. 1997. Pengolahan Tanah Dengan Traktor Tangan, Bagian Proyek Pendidikan Kejuruan Teknik IV, Jakarta.

Darmawidjaja, I. (1961). Sekedar Sumbangan fikiran mengenai pengawetan tanah di Indonesia. Konggres Nasional Ilmu Tanah I, Seksi IV, No. 10. BPLT, Bogor.

Darun, S., Matondang, Sumono. 1983. Pengantar Alat dan Mesin-Mesin Perkebunan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Page 52: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Das. B.M.1993. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Penerbit : Erlangga. Jakarta.

Daywin , F.J dan R.G Sitompul dan Imam Hidayat. 1999. Mesin-mesin budidaya pertanian lahan kering. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Djoyowasito, G. 2002. Pengaruh Kecepatan Maju Bajak Terhadap Beberapa Sifat Dinamik Tanah Dalam Pengolahan Tanah. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gill, W.R and G.E. Vanden Berg . 1968. Soil Dynamics in Tillage and Tractor. Agricultural Research Service United Stated Departement of Agricultural.

Haerani, A. 2001. Kajian Awal Perancangan Alat dan Mesin untuk Budidaya Sayuran, Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, IPB. Bogor.

Haryadi, S.S.1989. Dasar-dasar Hortilkultura.Jurusan Budidaya Pertanian.IPM, Bogor.

Janick, J.1986. Horticultural Science, W.H Freem and Compony. Ney York, USA.

Koga,Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Farm Machanization Course, Farm Machinery Design Course, Tsukuba International Agricultural Training Centre. Japan International Cooperation Agency. Tsukuba, Japan.

Kuipers, H . dan L. Kowenhopn. 1983. Pengolahan Tanah ; Aplikasi Pengukuran Lapangan. Agricultural University Wageningen – Brawijaya University, Malang.

Lijedahl. J.B., Turnquist, P.K,. Smith, D.W., Holi, M.1989. Tractor and Their Power Units. Fourth Edition.AVI Book, Van Nostrand Rienhold, New York.

Mandang, T dan Nishimura. 1991. Hubungan tanah dan Alat Pertanian.IPB. Bogor.

Mundjono.1989. Pengolahan tanah cara gejlokan sebagai alternatif menanggulangi terbatasnya penyediaan bibit tebu. Prosiding Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering . Pasuruan , 23-25 November 1988.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1998. Statistik Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.Bogor.

Sakai,J. R.G. Sitompul., E.N. Sembiring, Radite P.A.S.,I.N. Suastawa dam Tineke Mandang. 1998. Traktor 2 Roda. Buku Pegangan Insiyur Teknik Pertanian

Page 53: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Teknik Pertanian FATETA-IPB. Bogor.

Sembiring, E.N.,I.N. Suastawa, dan Desrial. 1990. Sumber tenaga tarik di Bidang Budidaya Pertanian. JICA-DGHE/IPB Project/ADEAT : JTA-9a (132). Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi . Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Smith Harris Pearson A E, Lambert Henry Wilkes M.S. 1976. Farm Machinery and Equipment, McGraw Hill, Inc. I Tri Purwadi, Gembong.

Suastawa, I. N., W. Hermawan, dan E. N. Sembiring. 2000. Konstruksi dan Pengukuran Kinerja Traktor Pertanian. Teknik Pertanian. Fateta.IPB. Bogor.

Sumadi, W. 1997. Mengenal Hortikultura ; Tanaman Hias-Buah-Sayuran. CV Aneka.Solo.

Yuswar, Yunus. 2004. Perubahan Beberapa Sifat FIsik Tanah dan Kapasitas Kerja Traktor Akibat Lintasan Bajak Singkal pada Berbagai Kadar Air Tanah. Tesis. Program Pascasarjana UNSYIAH. Banda Aceh.

Wanders, A.A. 1978. Pengukuran Energi. Didalam Strategi Mekanisasi Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian-Fatema-IPB. Bogor.

Wijayanto,M.S. 1996. Memilih, Menggunakan, dan Merawat Traktor Tangan. PT

Penebar Swada.

LAMPIRAN

1. Lebar Kerja Teoritis Instrumen dan Lebar Kerja Lapang

Pengujian traktor tangan bajak rotari dilakukan pengukuran lebar

pada instrumen bajak rotari yang dipasangkan pada traktor yaitu 109 cm

dan jumlah bilah pisau rotari adalah 24 buah. Hasil setelah pengolahan

tanah diperoleh lebar pengolahan rata-rata 107 cm + 106 cm + 105 cm =

106 cm

2. Kedalaman Kerja

Pengolahan tanah yang telah dilakukan maka selanjutnya dilakukan

pengukuran kedalaman tanah dengan mengambil sampel tiga titik secara

acak di daerah olahan tanah, sehingga diperoleh hasil rata-rata 15 cm +

14 cm + 16 cm = 15 cm

Page 54: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

3. Kecepatan maju

Pengujian kecepatan maju traktor, disajikan pada Tabel 2 berikut ini :

No Jarak (meter) Kcepatan Maksimal (hp/rpm)

Waktu (detik)

Kecepatan Maju (m/s)

1 10 m 5.0 / 2000 47 : 97 detik 0.212 10 m 5.0 / 2000 53 : 35 detik 0.193 10 m 5.0 / 2000 45 : 60 detik 0.22

Rata-rata 48 : 64 detik 0.214. Kapasitas Lapang Teoritis dan Kapasitas Lapang Efektif

a. Kapasitas Lapang Teoritis, diketahui kecepatan rata-rata traktor tangan

bajak rotari adalah 0.21 m/s, lebar pembajakan rata -rata adalah

1.06 m dan 0.36 = Faktor konversi (1 m2/s = 0.36 ha/jam), sehingga

diperoleh :

*KLT = (v x lP)

= (0.21 m/s x 1.06 m)

= 0.22 m2/s (Konversi ke ha/jam)

1 m2

s=0,36 h a

jam

0,22 m2

s=x ha

jam0,079 ha . m2

jam . s=1x ha. m2

jam. s

x=0,079 ha .m2

jam . s

1 ha .m2

jam. s

=0,079

0,22 m2

s=0,079 ha

jam

Jadi Kapasitas Lapang Teoritisnya adalah 0.079 hajam

b. Kapasitas Lapang Efektif

Page 55: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

1) Pola pengolahan tepi, rata-rata kapasitas lapang efektif disajikan

pada Tabel 3 berikut ini :

No Luas Lahan (m2)

Konversi (ha) Waktu operasional Konversi

(jam)KLE

(ha/jam)1 100 m2 0.01 11 menit : 37 detik 0.18 0.0562 100 m2 0.01 12 menit : 17 detik 0.20 0.0503 100 m2 0.01 15 menit : 33 detik 0.25 0.040

Luas total 300 m2 rata-rata 13 menit : 29 detik rata-rata 0.049

Total waktu 39 menit : 27 detik

Jadi total KLE ketiga lahan, total luas lahan 300 m2 = 0.03 ha, lama

waktu pengolahan 39 menit : 27 detik = 0.65 jam sehingga diperoleh :

*KLE = L / WK

= 0.03 ha / 0.65 jam

= 0.046 ha/jam

Kapasitas kerja = WK / L

= 0.65 jam / 0.03 ha

= 21 jam/ha

Efisiensi = KLE / KLT × 100%

= 0.046 ha/jam / 0,079 ha/jam x 100%

= 58%

2) Pola pengolahan Tengah, rata-rata kapasitas lapang efektif

disajikan pada Tabel 4 berikut ini :

No Luas Lahan (m2)

Konversi (ha) Waktu operasional Konversi

(jam)KLE

(ha/jam)1 100 m2 0.01 11 menit : 12 detik 0.18 0.0562 100 m2 0.01 9 menit : 54 detik 0.15 0.0673 100 m2 0.01 10 menit : 1 detik 0.17 0.059

Luas total 300 m2 rata-rata 10 menit : 22 detik rata-rata 0.061

Total waktu 31 menit : 7 detik

Jadi total KLE ketiga lahan, total luas lahan 300 m2 = 0.03 ha, lama

waktu pengolahan 31 menit : 7 detik = 0.52 jam sehingga diperoleh :

Page 56: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

*KLE = L / WK

= 0.03 ha / 0.52 jam

= 0.057 ha/jam

Kapasitas kerja = WK / L

= 0.52 jam / 0,03 ha

= 17 jam/ha

Efisiensi = KLE / KLT × 100%

= 0.057 ha/jam / 0.079 ha/jam x 100%

= 72%

5. Komsumsi Bahan Bakar

a) Pada pengolahan lahan dengan pola tepi, seluas

300 m2 = 0.03 ha dibutuhkan waktu selama 39 menit : 27 detik untuk

menyelesaikan pengolahan tanah, sehingga diketahui jumlah

komsumsi bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan sebanyak

880 ml.

b) Pada pengolahan lahan dengan pola tengah, seluas

300 m2 = 0.03 ha dibutuhkan waktu selama 31 menit : 7 detik untuk

menyelesaikan pengolahan tanah, sehingga diketahui jumlah

komsumsi bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan sebanyak

720 ml.

6. Menghitung slip

Pada pengukuran slip roda traktor dilakukan dua kali ulangan

pengoprasian pada tempat yang berbeda, pengoprasian pertama dilakukan

pada landasan semen dan pengoprasian kedua dilakukan pada landasan

tanah, sehingga diperoleh hasil perhitungan slip roda disajikan pada

Tabel 5 berikut ini :

No Jarak(m)

Landasan semen 5 Putaran Roda (so)

Landasan tanah 5 Putaran Roda(sb)

Detik Jarak detik Jarak1 1 - 6 3 : 43 1.55 m 21 : 86 1.12 m2 6 - 12 4 : 11 1.50 m 23 : 13 1.08 m

Page 57: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

St = ( so – sb) / so x 100%

= (1.55- 1.12) / 1.55 X 100%

= 0.43 / 1.55 X 100%

= 0.27 x 100%

= 27%

St = ( so – sb) / so x 100%

= (1.48- 1.10) /1.48 X 100%

= 0.38 / 1.48 x 100%

= 0.26 x 100%

= 26%

7. Kadar air tanah

Diketahui sampel tanah yang diambil pada lahan adalah 500 g,

kemudian dihitung berat tanah tersebut setelah di oven didapatkan berat

tanah adalah 400 g, sehingga diperoleh :

KA = (Wa-Wk) / Wa x 100%

= (500 g – 400 g) / 500 g x 100%

= 100 g / 500 g x 100%

= 0,2 x 100%

= 20%

Jadi kandungan air yang terkandung pada tanah pada lahan yang diolah

tersebut adalah 20%

8. Jenis Tanah

Page 58: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Pada lokasi penelitian jenis tanahnya adalah inceptisol, data ini

diambil dari peta Badan Perencanaan Pembagunan Daerah (BAPPEDA).

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih

berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum

yang berarti permulaan. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga

kebanyakan dari tanah ini cukup subur.

Gambar 16. Jenis Tanah

Page 59: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

9. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari

Model Te 550 n

Uraian SatuanPosisi Stang kemudi

Atas Tengah BawahDimensi

dengan roda karet

Panjang keseluruhan mm 1504 1472 1418Lebar keseluruahan mm 495Tinggi keseluruhan mm 922 1003 1105

Berat kosong

Berat rangka dengan roda karet Kg 61

Merk / model Robin / EY 20 BVolume selinder Cc 183

Motor penggerak

Tenaga maksimum Hp / rpm 5.0 / 2000

Tenaga rata-rata Hp/rpm 3.8/1800Sistem pendingin Udara

Berat kosong Kg 16

Penerusan daya

Kopling utama Puli penengang tali sabuk

Ukuran tali sabuk COGGED V-BELT REC H-P II SB35

Kecepatan jalan (roda

karet )

MajuKe-1 (F - 1) Km/jam 2.37Ke-2 (F - 2) Km/jam 3.89Ke-3 (F - 3) Km/jam 5.69Ke-4 (F - 4) Km/jam 9.32

MundurKe-1 (R - 1) Km/jam 2.50Ke-2 (R - 2) Km/jam 4.10

Stand kemudi Penyetelan 3 posisiRoda karet 4.00- 8

` Axle rotary Rotari R +L Lebar mm 640

Page 60: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

Berat Kg 11Jumlah pisau Buah 24

Bar resistence "A" Berat Kg 1.2

Hexagon rotorRotari R +L

Lebar mm 700Berat Kg 11.4

Jumlah pisau Buah 18

Bar resistence "H" Berat Kg 1.2

Rear rotary

Rotary set

Lebar mm 350Berat Kg 25

Jumlah pisau

putaran maju

Buah 12

Jumlah pisau

putaran mundur

Buah 12

Iron wheel R/LDiameter mm 360

Berat Kg 3.5Skid Berat Kg 1.2

RidgerLebar mm 400Berat Kg 7.0

Tabel 6. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari

10 Foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan

Page 61: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

a) Foto lahan sebelum diolah

b) Foto proses pengolahan lahan

Uji coba traktor tangan bajak rotari

Sudah nampak perbedaan lahan yang diolah dengan sebelum diolah

Page 62: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/2952/Skripsi.docx · Web viewBudidaya tanaman hortikultura di Indonesia, masih banyak dilakukan secara konvensional dengan

c) Hasil pengolahan tanah