pedoman pembimbingan dan penulisan skripsi fakultas ilmu ...
karyatulisilmiah.com · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kurikulum adalah merupakan proses...
Transcript of karyatulisilmiah.com · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kurikulum adalah merupakan proses...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah merupakan proses pengalaman pembelajaran yang
dirancang/direncanakan yang telah melalui pembimbingan serta hasil
pembelajaran yang diinginkan yang telah dibentuk secara sistematik melalui
pembinaan semua materi yang ada dan pengalaman disekolah, sehingga guru
dapat dituntut tanggung jawabnya terhadap kurikulum yang telah ada.
Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat
berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan
sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk
disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk
mengajar dan siswa untuk belajar.
Memasuki tahun 2011 ini, sejak Indonesia merdeka, kita telah mengenal
berbagai kurikulum, ada kurikulum 1947, kurikulum tahun 1950-an, kurikulum
tahun 1964, kurikulum tahun 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan
kurikulum 1994. Mengapa kurikulum yang satu diganti dengan kurikulum yang
lainnya. Sampai dengan kurikulum 1984, perubahan kurikulum banyak yang
dipengaruhi oleh perubahan politik. Kurikulum 1964 disusun untuk meniadakan
MANIPOL-USDEK, kurikulum 1975 digunakan untuk memasukkan Pendidikan
Moral Pancasila, dan kurikulum 1984 digunakan untuk memasukkan mata
pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Kurikulum 1994,
disamping meniadakan mata pelajaran PSPB juga diperkenalkannya system
kurikulum SMU yang dimaksudkan untuk menjadikan pendidikan umum
benarbenar sebagai pendidikan persiapan ke perguruan tinggi.
Dari serangkaian perubahan kurikulum, yang didasarkan atas hasil
1
penilaian nasional pendidikan (national assessment) hanyalah kurikulum 1975 dan
kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1974–1981).
Menurut Deci dan Ryan " The Penentuan Nasib Teori (SDT) berfokus
pada sejauh mana individu perilaku adalah motivasi diri dan self-ditentukan.
"Oleh karena itu, ketika siswa diberi kesempatan untuk mengukur atau dia belajar
itu, belajar menjadi insentif. Karena kurikulum dapat dilihat sebagai bentuk
pertumbuhan pribadi, siswa didorong untuk memanfaatkan praktek swa-regulasi
untuk merenungkan karyanya. Untuk itu, belajar juga bisa konstruktif dalam arti
bahwa siswa berada dalam kontrol penuh dari belajar nya. Selama beberapa
dekade terakhir, pergeseran paradigma dalam kurikulum telah terjadi di mana
guru bertindak sebagai fasilitator dalam ruang kelas yang berpusat pada murid.
Pembinaan kurikulum adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk
melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah
ada, guna memperoleh hasil yang maksimal. Pelaksanaan kurikulum sendiri
diwujudkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip dan
tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi pendidikan/sekolah
tertentu.
Dengan demikian, pembinaan kurikulum di sekolah dilakukan, setelah
melalui tahap pengembangan kurikulum, atau setelah terbentuknya kurikulum
baru. Pengembangan kurikulum sebagai tahap lanjutan dari pembinaan, yakni
kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu kurikulum baru. Dalam
kegiatan tersebut meliputi penyususnan-penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan
penyempurnaan. Melalui tahap-tahap tersebut akan menghasilkan kurikulum baru.
Dan dengan terbentuknya kurikulum baru, maka tugas pengembangan telah
selesai.
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses siklus yang tidak pernah
ada titik awal dan akhirnya. sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu
proses yang bertumpu pada unsure-unsur dalam kurikulum, yang didalamnya
meliputi tujuan, metode, material, penilaian dan balikan (feed back).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum yang Berpusat pada Mata Pelajaran (SubjectCentered)
Organisasi kurikulum yang berpusatpada mata pelajaran berisi materi
pembelajaran yang diambil dari mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi isi.
Organisasi kunikulum meliputi:
a. Kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah
(Separated Subject Curriculum).
b. Kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang dihubung-
hubungkan (Correlated Curriculum).
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan (fusi) mata pelajaran-mata pelajaran
sejenis (Broad Field).
Bentuk separated subject terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran yang
terpisah sate dengan yang lain. Bentuk ini termasuk paling tua dalam sejarah
kurikulum. Sejak jaman dahulu orangYunani maupun orang Romawi sudah
menggunakan bentukkunikulum semacam ini. Orang Yunani mengajarkan di
sekolah mata pelajaran-mata pelajaran seperti kesusasteraan, matematika, filsafat,
dan ilmu pengetahuan. Sedangkan orang Romawi mengajarkan gramatika,
retorika dan logika yang dinamakan sebagai trivium, serta aritmatika, geometri,
astronomi dan musik yang dinamakan dengan quadrivium. Ketujuh mata pelajaran
dalam tivium dan quadrivium itu kemudian dikenal dengan The Seven Liberal
Arts.
Mata pelajaran-mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa secara logis
dan sistematis, sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan baik. Akibat dari
penggunaan bentuk kurikulum semacam ini adalah jika muncul suatu cabang bare
dalam ilmu pengetahuan, maka mata pelajaran-mata pelajaran menjadi berubah.
Essensi dari organisasi kurikulum semacam ini adalah bahwa ia mengikuti disiplin
yang balk dari logis. Dengan demikian baik materi pembelajaran maupun
3
pengalaman belajar yang diperoleh bersifat terpisah-pisah. Adapun isi dari setiap
mata pelajaran ditentukan oleh ahli-ahli mata pelajaran masing-masing. Guru
dalam hal ini berfungsi untuk mencari cara bagaimana agar siswa dapat
menguasai mata pelajaram dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, metode
pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan adalah metode exposisi -
penyampaian materi pembelajaran. Untuk itu sumber utama yang patut dan paling
penting dalam belajar adalah buku teks siswa.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang diajarkan di sekolah digolongkan ke
dalam mata pelajaran yang diutamakan dan tidak diutamakan. Hal ini dibuat
berdasarkan pada nilai suatu mata pelajaran yang berfungsi untuk mendisiplin
mental. Dengan demikian mata pelajaran-mata pelajaran yang termasuk kategori
sulit, seperti Matematika sangat diutamakan dibandingkan dengan yang lain.
Meskipun bagi individu tertentu n-iata pelajaran ini mempunyai arti atau nilai
tersendiri.
Keunggulan dari bentuk organisasi separated subject yang paling menonjol
adalah karena materi pembelajaran disusun secara logis dari sistematis. Sehingga
metode untuk mernpelajarinya dapat efektif, demikian juga metode untuk
mengorganisasi pengetahuan. Dengan demikian siswa dapat menghimpun
sebanyak mungkin ilmu pengetahuan secara efektif dan ekonomis. Pada saat
dibutuhkan ia dapat menggunakan pengetahuan itu.
Di samping itu, dengan mempelajari mata pelajaran seseorang dapat
mengikuti suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu, juga terlatih untuk
menggunakan sistem berfikir tertentu. Dengan demikian kekuatan intelektualnya
berkembang.
Manfaat praktis lain adalah karena bentuk kurikulum ini sudah lama
digunakan, maka pada umumnya banyakpeiguruan tinggi menetapkan syarat
masuk berdasarkan kemampuan dalam mata pelajaran. Juga pada umumnya guru
sudah terbiasa dan terdidik dalam mata pelajaran-mata pelajaran terpisah-pisah.
Dengan demikian separated subject dipandang lebih mudah dilaksanakan.
Di samping mempunyai berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai
kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah, oleh karena kurikulum
4
terdiri dari mata pelajaran terpisah-pisah, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berfikir aktif dan terpadu. Materi/isi kurikulum merupakan warisan
kebudayaan masa lampau, bukan masalah¬masalah yang dihadapi pada situasi
sekarang. Ini menyebabkan tidak diperhatikannya prinsip psikologis yaitu
minatdan motivasi. Sehinggamateri pembelajaran yang dipelajari sering kali
mudah dilupakan, juga tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan dibutuhkan
siswa.
Baik kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field sebenarnya
mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject. Karena ketiganya masih
mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran. Sehingga organisasi materi
pembelajaran terpusat pada mata pelajaran-mata pelajaran. Perbedaan terletak
pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi materi pembelajaran itudalam
matapelajaran. Pada separated subject materi pembelajaran dikelompokan pada
mata pelajaran yang sempit, sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi
sempit ruang lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan
broadfzeld mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang
lain, sehingga ruang lingkupnya menjadi lebih luas. Bahkan pada broad field, oleh
karena mata pelajaran-mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu mata pelajaran,
akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih memperhuas lagi ruang
lingkup tiap mata pelajaran.
Correlated curriculum merupakan bentuk organisasi yang menghubungkan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Hubungan itu dapat
dilakukan, baik secara sewaktu-waktu atau pun secara diupayakan. Pada cara yang
pertama, hubungan antara mata pelajaran-mata pelajaran terjadi secara kebetulan.
Jika suatu materi pembelajaran kebetulan mempunyai pertalian dengan pelajaran
lain. Sebagai contoh dalam pelajaran sejarah, kalau kebetulan materi pembelajaran
yang diajarkan mempunyai hubungan dengan geografi, dilakukan korelasi.
Demikian pula sebaliknya. Cara kedua, hubungan di lakukan dengan cara
membahas satu pokok permasalahan dengan dipelajari dalam berbagai mata
pelajaran.
5
Broadfield merupakan bentuk organisasi kurikulum yang dibuat dengan
melebur mata pelajaran-mata pelajaran sejenis ke dalam satu mata pelajaran.
Batas-batas antara mata pelajaran yang dilebur itu menjadi kabur. Bahkan jenis
matapelajaran peleburan mempunyai namayang lain dari nama mata pelajaran
asalnya. Kita mengenal lima macam broad field dalam kurikulum, yaitu:
1) Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies), peleburan dari mata
pelajaran-mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, hukum dan
kewarganegaraan, ekonomi, dan sejenis.
2) Bahasa (Language Arts), peleburan dari mata pelajaran-mata pelajaran
membaca, tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, pengetahuan
bahasa.
3) Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan dari ilmu alam,
ilmu hayat/ ilmu bumi, ilmu kimia, ilmu kesehatan.
4) Matematika, peleburan dad berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut, bidang
dan ruang, serta statistika.
5) Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat,
dan seni drama.
Kedua bentuk organisasi kurikulum ini mempunyai berbagai keuntungan,
yaitu:
a) Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada siswa. Mereka mendapat
informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam
berbagai mata pelajaran dalam waktu yang berbeda-beda, akan tetapi
dalam satu mata pelajaran di mana pokok itu disoroti dad berbagai disiplin
mata pelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan mereka tidak
lepas-lepas, melainkan berpautan dan berpadu.
b) Minat siswa bertambah apabila ia melihat hubungan antara mata pelajaran-
mata pelajaran.
6
c) Pengetahuan siswa tentang sesuatu hal lebih mendalam, jika didapat
penjelasan dad berbagai mata pelajaran.
d) Korelasi memberikan pengertian lebih luas karena diperoleh pandangan
dari berbagai sudut dan tidak hanya dari satu mata pelajaran.
e) Korelasi memungkinkan siswa menggunakan pengetahuannya lebih
fungsional.
Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai
mata pelajaran guna memecahkan masalah.
f) Korelasi antara mata pelajaran lebih mengutamakan pengertian dan
prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan fakta-fakta.
Di samping berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai kelemahan dari
organisasi semacam mi. Kelemahan itu terutama sekali oleh karena tidak
memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam mengenai berbagai mata
pelajaran, akibat luasnya ruang lingkup dari mata pelajaran itu. Juga dalam
pelaksanaan banyak guru yang masih mempunyai orientasi pada mata pelajaran
atau disiplin ilmu. Mengingat latar belakang pendidikan mereka pada umumnya
masih terkotak-kotak pada disiplin, sehingga merasa kesulitan menggunakan
pendekatan interdisipliner.
Kelemahan lain adalah, oleh karena masih ada mata pelajaran meskipun
dibenikan dalam bentuk korelasi atau fusi, hal ini cenderung menyebabkan
kurangnya minat. Karena mata pelajaran-matapelajaran itu tidak disesuaikan
dengan kebutuhan dan masalah kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
B. Kurikulum yang Berpusat pada Siswa
1. Pengertian Kurikulum yang berpusat pada siswa
Kurikulum yang berpusat pada siswa (atau siswa yang berpusat pada
siswa, juga disebut kurikulum yang berpusat pada anak) adalah sebuah
pendekatan untuk pendidikan yang berfokus pada kebutuhan siswa , bukan orang
lain yang terlibat dalam pendidikan proses, seperti guru dan administrator.
7
Pendekatan ini memiliki banyak implikasi untuk desain kurikulum, isi kursus, dan
interaktifitas kursus.
Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan
berisi materi-materi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan siswa
sehari-hari. Kurikulum semacam ini dikenal juga dengan life curriculum.
Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi siswa sesuai
dengan apa yang dibutuhkan sehari-hari dalam kehidupan. Jadi lebih menekankan
pada proses sosial, fungsi sosial, serta masalah-masalah kehidupan.
Ide life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer
(1860) tentang lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan
pendidikan, yaitu:
a. Self preservation (pemeliharaan-keselamatan diri)
b. Securing necessities of life (mengamankan kepentingan kehidupan)
c. Rearing and discriplining of offspring (memelihara keturunan)
d. Maintenance of proper social and political relations (memelihara
hubungan sosial dan politik)
e. Miscelaneous activities which wake up the leasure part of life, devoted
to the gratification of the tastes and feeling (pemanfaatan waktu
senggang untuk kesenangan)
Atas dasar ide itu, kurikulum sepatutnya tidak dimaksudkan untuk semata-
mata membentuk intelek seperti dalam subject curriculum. Tapi diarahkan agar
siswa dapat mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan fungsi kehidupan.
Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat dari life curriculum adalah:
1) Life curriculum mengambil materi pembelajaran sekitar masalah dan
proses sosial atau segi-segi kehidupan. Dengan membuat klasifikasi
terhadap proses sosial atau segi kehidupan itu, organisasi materi
pembelajaran dapat lebih berarti. Karena menyiapkan unit-unit
pengamalan yang lebih luas.
8
2) Memungkinkan digunakan latar belakang pengalarnan siswa yang dapat
menunjang belajar. Karena materi pembelajarannya diorganisasi sekitar
kehidupan siswa. Jadi pendekatan yang digunakan adalah semacam
laboratorium kehidupan sosial.
3) Data tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan
kebudayaan, analisis kehidupan sosial dengan menggunakan berbagai
disiplin serta berbagai tujuan dan metode studi sosial memungkinkan
dapat digunakan dan diterapkan.
4) Oleh karena siswa dapat mempelajari berbagai kehidupan sosial dari
berbagai waktu, tempat dan budaya, memungkinkan dapat diperoleh
pengalaman yang luas.
5) Dengan bentuk kurikulurn ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses
sosial sebagaimana diinginkan (social engineering).
Contoh bentuk life curriculum yang diorganisasi sekitar proses kehidupan
sebagaimana dirancang oleh Virginia State Board of Education 1934. Program
kurikulum yang dirancang adalah:
a) Protecting l fe and health
b) Getting a living
c) Making a home
d) Expressing religious impulses
e) Satisfying the desire for beauty
f) Securing education
g) Cooperating in social and civic action
h) Engaging ini reaction
i) Improving material condition. (Taba, 1962:198)
Banyak bentuk rancangan kurikulum yang bersumber dari kehidupan yang
sudah dibuat. Stratemeyer, Forkner dan Mc. Kim merumuskan ruang lingkup dan
urutan materi secara lebih terpeninci lagi. Rumusan yang dibuat
mengkombinasikan konsep-konsep kegiatan umum, kebutuhan dan situasi
9
kehidupan dengan kesadaran siswa sebagai faktor dalam desain kurik~ulum.
Urutan kegiatan didasarkan pada lingkungan geografis, mulai dari lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Juga dibuat urutan berdasarkan jenjang
pengertian, dari pengertian tentang pengalaman yang segera sampai kepada
pengertian luas. Dengan demikian semua topik dan sub topik disusun mengacu
kepada dasar tersebut.
Kesulitan yang dihadapi dalam mengembangkan kurikulum ini terutama
pada hal¬hal sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan, menemukan hubungan antara materi kurikulum
dengan fungsi kehidupan yang dikehendaki hanya sedikit dapat
tercapai.
b. Menyusun kurikulum dengan skema didasarican dari kehidupan lebih
sulit dibandingkan dengan mengorganisasi materi pembelajaran
berpusat pada mata pelajaran.
c. Sering kali terjadi kegagalan dalam mengintegrasikan pengalaman-
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan utama dari bentuk life
curriculum.
Misalnya, program yang berpusat pada siswa mungkin memenuhi
kebutuhan audiens yang mahasiswa tertentu untuk mempelajari bagaimana untuk
memecahkan beberapa masalah yang berhubungan dengan kerja dengan
menggunakan beberapa aspek matematika . Sebaliknya, kursus yang terfokus pada
kurikulum matematika mungkin memilih bidang matematika untuk menutupi dan
metode mengajar yang akan dianggap tidak relevan oleh siswa.
Siswa belajar berpusat, yaitu, menempatkan siswa pertama, adalah kontras
pendirian yang ada / mengajar berpusat pada guru dan karierisme. Siswa belajar
berpusat difokuskan pada kebutuhan siswa, kemampuan, minat, dan gaya belajar
dengan guru sebagai fasilitator kurikulum. Metode pengajaran di kelas mengakui
suara mahasiswa sebagai pusat pengalaman belajar bagi setiap pelajar. Guru
kurikulum yang terpusat memiliki guru di pusat dalam peran aktif dan mahasiswa
10
dalam peran, reseptif pasif. Siswa belajar berpusat menuntut siswa untuk aktif,
peserta bertanggung jawab dalam kurikulum mereka sendiri.
Penekanan pada kurikulum tersebut telah memungkinkan siswa untuk
mengambil alternatif mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dalam berpusat
guru kelas, guru adalah sumber utama untuk pengetahuan. Oleh karena itu, fokus
belajar adalah untuk mendapatkan informasi seperti yang proctored kepada siswa.
Juga, belajar hafalan atau menghafal catatan guru atau kuliah adalah norma
beberapa dekade lalu. Di sisi lain, berpusat pada siswa kelas sekarang menjadi
norma di mana kurikulum aktif sangat didorong. Siswa sekarang meneliti bahan
penting berkaitan dengan keberhasilan akademis mereka dan produksi
pengetahuan dipandang sebagai standar. Agar seorang guru untuk membelok
menuju kelas yang berpusat pada siswa, ia harus menjadi sadar akan latar
belakang beragam peserta didik nya. Untuk itu, penggabungan beberapa praktik
pendidikan seperti Bloom Taksonomi dan Howard Gardner Teori kecerdasan
Multiple bisa sangat bermanfaat bagi siswa-berpusat kelas karena
mempromosikan berbagai modus gaya belajar yang beragam. Berikut ini
menyediakan beberapa contoh mengapa belajar siswa yang berpusat harus
diintegrasikan ke dalam kurikulum:
Memperkuat motivasi siswa
Meningkatkan komunikasi peer
Mengurangi perilaku mengganggu
Membangun hubungan murid-guru
Mendorong penemuan / aktif belajar
Tanggung jawab untuk seseorang belajar sendiri
Perubahan ini berdampak pendidik tentang metode mengajar dan cara
siswa belajar. Pada dasarnya, bisa dikatakan bahwa kita mengajar dan belajar
11
dalam paradigma konstruktivis-learning. Hal ini penting bagi guru untuk
mengakui peningkatan peran dan fungsi dari praktek pendidikan nya. Sebagai
perubahan pendidikan kita praktik, begitu pula pendekatan kami untuk mengajar
dan belajar berubah. Oleh karena itu, pola pikir tentang mengajar dan belajar terus
berkembang menjadi cara-cara baru dan inovatif untuk mencapai peserta didik
yang beragam. Ketika seorang guru memungkinkan siswa untuk membuat
pertanyaan atau bahkan mengatur panggung untuk keberhasilan akademis nya,
belajar lebih produktif.
Dengan keterbukaan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa,
produksi pengetahuan sangat penting ketika memberikan siswa kesempatan untuk
menjelajahi gaya kurikulum mereka sendiri. Dalam hal ini, kurikulum yang
berhasil juga terjadi ketika peserta didik terlibat penuh dalam proses kurikulum
aktif. Perbedaan lebih lanjut dari ruang kelas berpusat pada guru dengan sebuah
kelas yang berpusat pada siswa adalah ketika guru bertindak sebagai fasilitator.
Pada intinya, tujuan guru dalam proses kurikulum adalah untuk membimbing
siswa untuk membuat interpretasi baru dari materi kurikulum.
Dalam hal praktik kurikulum, mahasiswa memiliki pilihan dalam apa yang
mereka ingin belajar dan bagaimana mereka akan menerapkan pengetahuan yang
baru mereka temukan. Menurut Ernie Stringer, "Mahasiswa proses belajar yang
sangat ditingkatkan ketika mereka berpartisipasi dalam menentukan bagaimana
mereka dapat mendemonstrasikan kompetensi mereka dalam tubuh pengetahuan
atau kinerja ketrampilan." Implikasi pedagogis memungkinkan siswa untuk
menetapkan tujuan yang unik nya belajar.
Aspek kurikulum memegang pelajar bertanggung jawab atas produksi
pengetahuan bahwa ia mampu menghasilkan. Pada tahap kurikulum, guru
mengevaluasi peserta didik dengan memberikan umpan balik yang jujur dan tepat
waktu mengenai kemajuan individu. Membangun hubungan dengan siswa
merupakan strategi penting yang pendidik bisa memanfaatkan untuk mengukur
pertumbuhan siswa di kelas yang berpusat pada murid.
12
Melalui keterampilan komunikasi yang efektif, guru mampu memenuhi
kebutuhan siswa, minat, dan keterlibatan secara keseluruhan dalam materi
kurikulum. Menurut James Henderson , ada tiga prinsip dasar kehidupan
demokratis, yang katanya belum didirikan di masyarakat kita dalam hal
pendidikan. Tiga prinsip dasar, yang dia sebut 3S tentang pengajaran untuk hidup
demokratis, adalah:
(Subjek Learning) - Siswa belajar terbaik dari subjek berpikir disajikan.
(Self-Learning) - Orang harus terlibat diri dalam proses generatif.
(Sosial Learning) - Empati adalah kekayaan dalam hal ini, interaksi
sosial dengan orang lain beragam target untuk kemurahan hati.
Melalui interaksi peer-to-peer, berpikir kolaboratif dapat menyebabkan
berlimpahnya pengetahuan. Menurut Lev Vygotsky teori, Zona Proximal
Development (ZPD) , siswa biasanya belajar vicariously melalui satu sama lain.
Melalui budaya perspektif sosial pada belajar, perancah adalah penting dalam
mengembangkan kemampuan berpikir independen. Vygotsky menyatakan,
"Belajar yang berorientasi pada tingkat perkembangan yang telah dicapai adalah
tidak efektif dari sudut pandang secara keseluruhan perkembangan anak. Ini tidak
bertujuan untuk tahap baru dari proses pembangunan tetapi lebih tertinggal dari
proses ini. " Pada dasarnya, instruksi dirancang untuk mengakses tingkat
perkembangan yang terukur ke panggung saat ini mahasiswa dalam
pembangunan.
Dalam instruksi guru diarahkan:
Siswa bekerja untuk mencapai tujuan kurikulum untuk menjadi pemikir
kritis
siswa lengkap yang dirancang oleh guru untuk mencapai keberhasilan
akademis
13
Siswa menanggapi ekspektasi positif ditetapkan oleh guru sebagai mereka
maju melalui kegiatan
Siswa diberikan motivator ekstrinsik seperti nilai dan manfaat yang
memotivasi anak untuk menginternalisasi informasi dan obyektif
menunjukkan pemahaman tentang konsep
Siswa bekerja dievaluasi oleh guru
Pendekatan guru-diarahkan untuk belajar mengakui bahwa anak-anak
membutuhkan harapan dapat dicapai dan bahwa siswa harus memiliki dasar yang
kuat sebelum belajar konsep baru. Sebagai contoh, untuk belajar perkalian dengan
benar, seorang mahasiswa harus memahami ulang dan pengelompokan tambahan.
Proses ini tidak dapat ditemukan oleh sebagian besar siswa tanpa arah guru.
2. Pertimbangan Implementasi
Untuk menerapkan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, perhatian
harus diberikan kepada aspek kurikulum:
Apa yang anak ingin lakukan
Bagaimana guru mampu mengakomodasi keinginan anak
Apa yang membuat anak bahagia
Mahasiswa interaksi
Karena sebagian besar kekuasaan tinggal dengan siswa, guru harus
menyadari bahwa mereka patuh dalam proses kurikulum. Ini adalah peran guru
harus nyaman dengan jika mereka menerapkan lingkungan belajar yang berpusat
pada murid. Untuk dipertimbangkan sebagai lingkungan belajar yang berpusat
pada siswa akan terbuka, dinamis, percaya, hormat, dan mempromosikan
keunggulan subjektivitas anak-anak atas belajar objektif. Siswa akan
berkolaborasi dalam tangan-on masalah dengan sedikit atau tidak ada instruksi
14
guru dan membuat kesimpulan mereka sendiri. Ini pengalaman belajar melibatkan
seluruh pribadi - perasaan, pikiran, keinginan, keterampilan sosial, dan intuisi.
Hasilnya adalah orang yang diberi kuasa terhadap norma-norma sosial
konvensional, seorang mahasiswa yang riang dan tidak menghakimi orang lain.
3. Penilaian kurikulum yang berpusat pada siswa
Salah satu perbedaan paling penting antara kurikulum yang berpusat pada
murid dan kurikulum yang terpusat pada guru dalam penilaian. Dalam belajar
siswa yang berpusat pada siswa berpartisipasi dalam evaluasi kurikulum mereka.
Ini berarti bahwa siswa yang terlibat dalam memutuskan cara untuk menunjukkan
kurikulum mereka. Mengembangkan penilaian yang mendukung kurikulum dan
motivasi sangat penting bagi keberhasilan pendekatan yang berpusat pada murid.
Salah satu alasan utama menolak guru kurikulum siswa yang berpusat adalah
pandangan penilaian bermasalah dalam praktek. Sejak nilai guru yang ditugaskan
begitu erat terjalin ke dalam kain sekolah, diharapkan oleh mahasiswa, orang tua
dan administrator sama, memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam
penilaian agak diperdebatkan.
4. Aplikasi untuk Pendidikan Tinggi
Lingkungan belajar yang berpusat pada siswa telah terbukti efektif dalam
pendidikan tinggi. Sebuah universitas tertentu yang berupaya untuk
mempromosikan kurikulum yang berpusat pada siswa di seluruh universitas
dengan menggunakan metode berikut:
Analisis praktek yang baik oleh guru-guru pemenang penghargaan, di
semua fakultas, untuk menunjukkan bahwa, mereka memanfaatkan bentuk
aktif belajar siswa.
Setelah menggunakan analisis yang lebih luas untuk mempromosikan
penggunaan praktik yang baik
Sebuah kursus pelatihan guru wajib untuk guru SMP baru, yang
mendorong kurikulum yang berpusat pada murid.
15
Proyek yang didanai melalui pengajaran bantuan pembangunan, yang 16
adalah berkaitan dengan pengenalan pengalaman belajar aktif.
Sebuah kualitas program-tingkat inisiatif perangkat tambahan yang
digunakan survei siswa untuk mengidentifikasi kekuatan dan potensi
daerah untuk perbaikan.
Pengembangan model pengajaran berbasis luas dan lingkungan belajar
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan generik, untuk
memberikan bukti tentang perlunya lingkungan belajar interaktif
Pengenalan review program sebagai ukuran jaminan kualitas (Kember,
2009).
Setelah dua tahun, peringkat berarti menunjukkan persepsi mahasiswa
terhadap kualitas mengajar dan lingkungan belajar di universitas semua naik
secara signifikan (Kember, 2009).
Keberhasilan inisiatif di universitas dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan mengadaptasi pendekatan yang lebih berorientasi siswa untuk
pendidikan, siswa akan menikmati pengalaman belajar yang lebih positif yang
kemungkinan akan membantu mereka mengembangkan semangat yang lebih
besar untuk belajar dan menyebabkan lebih sukses dalam mereka belajar usaha.
5. Subject Centered Curriculum (Berpusat pada Siswa)
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
dimensi vertikal dan horizontal. Dimeni horizontal berkenaan dengan penyusunan
dari lingkup isi kurikulum (proses belajar mengajarnya). Dimensi vertikal
menyangkut penyususnan sekuen bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran
(penyusunannya dari mudah kesulit).
Kelebihan Subject Centered Curriculum (berpusat pada siswa) diantaranya
:
Mudah disusun, dilaksanakan , di evaluasi dan disempurnakan
16
Para pengajaranay tidak perlu persiapan khusus, , asal menguasai ilmu
atau bahan yang diajarkan sering dipandang sudah dapat
menyampaikannya.
Kekurangan Subject Centered Curriculum (berpusat pada siswa) diantaranya :
Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentagan
dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan merupakan satu
kesatuan
Karena mengutamakan siswa maka peran serta didik sangat pasif.
Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu,
dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas dan kurang praktis.
Bentuk perbaikan kurikulum Subject Centered Curriculum berpusat pada siswa:
1. The subject design
Materi pel disajikan secara terpisah
Pengetahuan siswa tidak terintegrasi, tapi terpisah-pisah
Kurang memperhatikan minat siswa
Penguasaan materi secara hapalan
2. The disciplines design
Pengembangan dari subject design
Isi kurikulum berdasarkan disiplin ilmu
Siswa didorong utk memahami logika /struktur dasar suatu disiplin,
memahami konsep,ide, dan prinsip penting
Meggunakan pendekatan inkuiri dan diskoveri
3. The broad fields desaign
17
Memperbaiki kelemahan dari yg sebelumnya
Menyatukan beberapa pelajaran yg berhubungan
Pemahaman siswa diupayakan komprehensif
Kemampuan guru terbatas (utk SMP/SMA)
6. Learner Centered Design (Berpusat pada Peranan Siswa)
Penyusunan pengembangan kurikulum berdasarkan pada peserta didik dan
bukan berdasarkan isi, kurikulum tidak diorganissikan sebelumnya tetapi
dikembangkan bersama guru dengan siwa dalam penyelesaian tugas guru-guru
dan siswa, minat, kebutuhan, dan tujuan.
Kelebihan Learner Centered Design (berpusat pada peranan siswa) diantaranya :
Motivasi instrinsik pada siswa
Pembelajaran memperhatikan perbedaan individu
Kegiatan pemecahan masalah memberikan kemampuan dlm menghadapi
kehidupan di luar sekolah
Kekurangan Learner Centered Design (berpusat pada peranan siswa) diantaranya :
Kenyataan, siswa belum tentu tahu persis kebutuhan dan minatnya
Kurikulum tidak mempunyai pola dalam penyusunan strukturnya.
Sangat lemah dlm kontinuitas dan se kuens bahan
Menuntut guru yg ahli dalam banyak hal
C. Kurikulum yang Berpusat pada Kegiatan atau Pengalaman
Kurikulum yang Berpusat pada Kegiatan atau Pengalaman
Kurikulum berpusat pada kegiatan (activity curriculum) dikenal juga dengan
experience curriculum (kurikulum berpusat pada pengalaman). Jenis kurikulum
ini berupaya mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat pada subject
18
curriculum. Pada subject curriculum kegiatan siswa lebih banyak menerima
pelajaran (passive). Oleh karena itu dianj urkan untuk mengikuti prinsip belajar
yang menekankan pada aktivitas siswa. Disamping itu, pada subject curriculum isi
atau materi pembelajaran merupakan has] l pengalaman di masa lampau. Tidak
memperhatikan pengalaman yang nyata dihadapi siswa. Oleh karena itu untuk
mengurangi kelemahan ini dianjurkan agar kurikulum disusun berdasarkan
pengalaman siswa atau experience curriculum Rasional penggunaan bentuk
kurikulum ini adalah:
a. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Hanya belajar yang
berhubungan dengan kegiatan dan pengalaman dapat menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Siswa dapat belajar dengan balk jika
dia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan
kebutuhan real atau minatnya.
b. Belajar merupakan transaksi aktif. Untuk belajar berfikir logis, seseorang
tidak hanya menggunakan argumentasi logis, atau menguasai suatu mated
pembelaJaran yang disusun secara logis. Melainkan perlu melakukan
kegiatan yang bersifat aktif.
c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga
dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga
mencapai pemecahan atau tujuan.
e. Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya
motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang
bertujuan
Salah satu ciri essensial dari activity curriculum adalah siswa didorong
untuk berani menggunakan metode pemecahan masalah, dan menyusun sendiri
tugas-tugasnya. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan
kebutuhan. Semua mata pelajaran digunakan sesuai dengan keperluan pada
penyelesaian tugas. Oleh karena itu secara teoritis kurikulum ini berpusat pada
minat siswa; menerobos batas mata pelajaran¬mata pelajaran, menyediakan
19
dinamika belajar dan mempertemukan tujuan belajar dengan penerapannya dalam
kenyataan kehidupan.
Pelaksanaan kurikulum dilakukan dengan menggunakan metode proyek.
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk merencanakan dan melakukan atau
melaksanakan proyek kegiatan, sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Seperti
proyek pertukangan kayu, pekerjaan tangan, memahat dan sebagainya. Killpatrick
(1918) membagi proyek¬proyek yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a. proyek permainan seperti menari atau drama.
b. proyek ekskursi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun
biologi, atau sejenisnya.
c. proyek cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita.
d. proyek pekerjaan tangan seperti membuat prakarya.
Menurut Hilda Taba, kurikulum semacam ini cocok terutama untuk
dilaksanakan di tingkat Sekolah Dasar. Bahkan berdasarkan kenyataan, ternyata
bentuk ini tidak pernah mendapat popularitas.
Dalam perkembangan kurikulum ini selanjutnyapengalaman langsung dan
minat spontan lebih-lebih digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar. Bukan
sebagai pokok untuk menyusun unit. Minat siswa lebih banyak ditentukan
berdasarkan studi, pengalaman atau penelitian.
D. Kurikulum Inti atau Core Curriculum
Bentuk kurikulum ini bertujuan mengembangkan integrasi, melayani
kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar serta hubungan antara
kehidupan dan belajar. Istilah "core" atau intl itu sendiri digunakan dalam konteks
yang berbeda-beda. Harold Alberty (1953) dalam Designing Programmes to Meet
Common need of Youth, menggambarkna enam macam desain program sebagai
core, yaitu:
20
a. Core yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang masing-masing dapat
diajarkan secara bebas. Diajarkan tanpa sistematika tertentu untuk
mempertunjukkan hubungan antara masing-maaing pelajaran itu.
b. Core yang terdiri dari sejumlah pelajaran yang dihubungkan antara satu
dengan yang lain.
c. Core yang terdiri dari masalah luas, unit kerja, atau tema-tema yang
disatukan yang dipilih oleh karena menghasilkan arti mengajar secara
efektif rentang isi pelajaran tertentu. Pelajaran itu masih mempunyai ciri,
tetapi isinya dipilih dan diajarkan mengacu kepada unit, masalah atau
tema. Contoh tema: Hidup di dalam masyarakat, diajarkan dalam mata
pelajaran-mata pelajaran IPS, IPA, dan sebagainya.
d. Core yang terdiri dari sejumlah matapelajaran yang difusikan (dilebur)
e. Core yang terdiri dari masalah luas yang dapat memberi memenuhi
kebutuhan psikologis dan sosial, masalah dan minat siswa.
f. Core yang terdiri dari unit kerja atau unit kegiatan yang luas yang
direncanakan guru dan siswa bersama-sama sesuai dengan kebutuhan
kelompok. Dalam hal ini tidak ada struktur kurikulum yang mendasar.
Dan contoh yang dikemukakan Alberty, ternyata nomor a s.d. c
menunjukkan kepada arti core dalam bentuk pendidikan umum. Sedangkan nomor
d s.d. f menggambarkan arti core yang mirip dengan kurikulum yang terintegrasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa core curriculum pada dasarnya bukan
semacatii organisasi kurikulum, melainkan suatu cara dalam melaksanakan
kurikulum.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat saya simpulkan dari pembahasan pada sub bab-bab di
atas adalah sebagai berikut :
1) Pola-pola kurikulum itu dapat mengarahkan pendidikan dan dapat
memajukan pengetahuan siswa yang lebih luas.
2) Pola-pola kurikulum dapat menjadikan pengorganisasian sekolah dan
kurikulum yang lebih baik karena dia bersifat memajukan,
3) Pola-pola kurikulum itu memperbaiki tingkat kemampuan siswa dalam
belajar dan dapat memperbaiki tingkat kurikulum di sekolah dan
organisasi sekolah-sekolah dan lembaga lainnya.
4) Kurikulum yang terdiri dari peleburan (fusi) mata pelajaran-mata pelajaran
sejenis di sebut Broad Field.
5) Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada siswa
B. Saran
Adapun yang dapat disarankan dipenutup ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Pemimpin dan pengatur pola-pola organisasi kurikulum itu sebaiknya
di pokuskan pada peningkatan mutu pendidikan dan lebih mengarah pada
mendidik.
2) Dengan adanya pola-pola organisasi kurikulum semoga dapat menambag
minat bagi peserta didik dan pengembag kurikulum baik disekolah
maupun diluar sekolah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Yasin, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dari Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta, Balai Pustaka, 1987.
Beeby, C.E, Pendidikan Di Indonesia, Penilaian Dan Pedoman Perencanaan, Jakarta, LP3ES,
Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional.
Nana Saodiah Sukmadinata, Pengembangan Kurkulum Teory Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1997.
Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana S. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
http://hazliyulizar.blogspot.com/2009/04/pengorganisasian-kurikulum.html
http://blog.unila.ac.id/sugiyanto/2010/11/04/dasar-pengb-kurikulum-bab-iii-v/
http://www.slideshare.net/20080210041/maya-kurikulum-3592243
http://www.scribd.com/doc/40200989/Pengertian-kurikulum
23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................................................................................................................3
A. Kurikulum yang Berpusat pada Mata Pelajaran (SubjectCentered).............
....................................................................................................................3
B. Kurikulum yang Berpusat pada Siswa.........................................................
....................................................................................................................7
1. Pengertian Kurikulum yang berpusat pada siswa...................................
..............................................................................................................7
2. Pertimbangan Implementasi...................................................................
...........................................................................................................14
3. Penilaian kurikulum yang berpusat pada siswa .....................................
............................................................................................................15
4. Aplikasi untuk Pendidikan Tinggi .........................................................
............................................................................................................15
5. Subject Centered Curriculum (Berpusat pada Siswa)............................
............................................................................................................16
6. Learner Centered Design (Berpusat pada Peranan Siswa) .................
............................................................................................................18
C. Kurikulum yang Berpusat pada Kegiatan atau Pengalaman........................
..................................................................................................................18
24
D. Kurikulum Inti atau Core Curriculum..........................................................
20
BAB III PENUTUP................................................................................................
..............................................................................................................................22
A. Kesimpulan...................................................................................................
..................................................................................................................22
B. Saran.............................................................................................................
..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
..............................................................................................................................23
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang sederhana ini yang
mengenai “Pola-Pola Pengorganisasian Kurikulum”.
Kami menyadari bahwa makalah yang saya buat ini, masih memiliki
kesalahan, dan kekurangan-kekurangan, oleh karena itu say memerlukan kritik
yang membangun dan saran yang dapat say jadikan perbaikan di masa-masa
mendatang.
25
ii
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah yang sederhana
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien..
Darussalam, 20 Desember 2010
Penyusun
SAFRIZAL
26
i