Pengembangan Taman Cerdas Sebagai Perwujudan Kota Layak Anak
eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...
Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah
yang tersebar diseluruh wilayah nusantara dengan beraneka ragam corak
kebudayaan daerah yang beraneka ragam yang diangkat menjadi suatu
kebudayaan nasional yang merupakan perwujudan dari cipta, rasa, dan karsa
bangsa Indonesia. Dalam upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa
Indonesia sebagai suatu bangsa yang besar, yang kedudukannya sejajar
dengan bangsa lain, maka kebudayaan nasional diharapkan dapat memberikan
wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam semua bidang
kehidupan.
Budaya Indonesia merupakan cermin dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang beraneka ragam. Bangunan rumah adat sebagai salah satu
warisan budaya yang harus dilestarikan, guna memperkuat kedudukan dan
kelestarian budaya bangsa Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan peran aktif
semua lapisan masyarakat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya
bangsa.
Dalam upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian
dan berkesadaran nasional, perlu dikembangkan kemampuan masyarakat
untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah. Ciri-ciri bangunan rumah
adat diberbagai daerah Indonesia perlu dilakukan pemberdayaan untuk
1
2
mengetahui potensi, memasuki kegiatan pembangunan sosial, ekonomi, dan
budaya indonesia saat ini.
Nilai budaya bangsa Indonesia dapat diukur dari hasil keseniannya
termasuk bangunan yang kaya akan ragamnya, Dari sekian banyak corak,
bentuk, serta keanekaragaman unsur budaya daerah, salah satunya adalah
ornamen serta elemen estetis pada bangunan merupakan ciri khas bangunan
rumah adat Bima di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Bima adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang terdapat di
nusantara ini, secara geografis terletak di pesisir laut dan dikelilingi oleh
pegunungan di bagian timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan penduduk
yang mayoritas beragama Islam dan sebagian besar masyarakatnya hidup dari
hasil bertani, melaut, dan perkebunan. Seperti daerah-daerah yang lain,
Bimapun memiliki satu bentuk bangunan dengan karakter yang khas, sangat
dicintai dan dibanggakan oleh masyarakatnya.
Bangunan rumah adat Bima memiliki elemen estetis khusus yang
merupakan ciri khas bangunan Bima yang membedakan dengan bangunan
rumah adat daerah lainnya. Bangunan rumah adat Bima merupakan bangunan
peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia puluhan tahun bahkan ratusan
tahun yang lalu. Demikian halnya di daerah Mbojo (Bima) mempunyai
kekhasan sendiri di dalam bangunan tersebut. Bangunan rumah adat Bima
merupakan warisan budaya dari generasi ke generasi. Sampai kini pun
bangunan telah dikembangkan dan dilestarikan bahkan banyak orang yang
menaruh perhatian pada bangunan rumah adat Bima tersebut.
3
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis berkeinginan untuk meneliti
bagaimana penerapan ornamen atau elemen estetis pada Bangunan rumah adat
Bima yang ada di daerah Bima di Nusa Tenggara Barat. Dengan maksud
untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang ornamen atau ragam hias
pada bangunan rumah adat Bima, agar dapat menjadi unsur budaya nasional
yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka ada beberapa
permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini. Adapun
permasalahannya antara lain:
1. Jenis ornamen atau ragam hias apa saja yang diterapkan pada
bangunan rumah adat Bima sebagai Elemen Estetis?
2. Bagian-bagian dimana saja yang diberi ornamen atau ragam hias?
3. Apa makna dan fungsi yang terkandung dalam ragam hias pada
bangunan rumah adat Bima tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam upaya
pelestarian budaya nasional pada umumnya, dan budaya daerah Kota Bima
pada khususnya. Dalam penelitian inipun diharapkan dapat memperkenalkan
kepada masyarakat luas tentang ornamen atau ragam hias pada bangunan
rumah adat Bima sebagai salah satu unsur budaya bangsa Indonesia, serta
untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang ornamen dan
4
elemen estetis bangunan rumah adat Bima. Adapun tujuan penelitian ini antara
lain:
1. Untuk mendeskripsikan dan mendeskripsikan jenis ornamen atau
ragam hias pada bangunan rumah adat Bima.
2. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen estetis pada
bangunan rumah adat Bima.
3. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan fungsi ornamen atau
ragam hias bangunan rumah adat Bima.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah yang
berkenaan dengan bentuk ornamen dan elemen estetis yang diterapkan pada
bangunan rumah adat Bima antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi pembangunan guna meningkatkan
kreativitas dan kualitas dalam membuat ornamen atau ragam hias
bangunan rumah adat Bima.
2. Dapat bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa program studi
Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Seni dan Desain Universitas
Negeri Makassar.
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ornamen atau
ragam hias bangunan rumah adat Bima.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang teori-teori berupa
definisi atau prinsip yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Pengertian Ornamen
Ornamen berasal dari kata “ORNARE” (bahasa Latin) yang berarti
menghias. Ornamen juga berarti “dekorasi” atau hiasan, sehingga
ornamen sering disebut sebagai desain dekoratif atau desain ragam hias
(Moelyono, dkk, 1990:42).
Ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau bergaya lain,
ornamen dibuat pada suatu bentuk dasar dari suatu hasil kerajinan tangan
(perabotan, pakaian dan sebagainya) termasuk arsitektur. Dari pengertian
tersebut jelas menempatkan ornamen sebagai karya seni yang dibuat
untuk diabdikan atau mendukung maksud tertentu dari suatu produk,
tepatnya untuk menambah nilai estetis dari suatu benda/produk yang
akhirnya pula akan menambah nilai finansial dari benda atau produk
tersebut. Dalam hal ini ada ornamen yang bersifat pasif dan aktif. Pasif
maksudnya ornamen tersebut hanya berfungsi menghias, tidak ada
kaitanya dengan hal lain seperti ikut mendukung konstruksi atau
kekuatan suatu benda. Sedangkan ornamen berfungsi aktif maksudnya
selain untuk menghias suatu benda juga mendukung hal lain pada benda
5
6
tersebut misalnya ikut menentukan kekuatanya (kaki kursi motif belalai
gajah/motif kaki elang) (Ensiklopedia 1999:1017 dalam M. Aulia
Rakhmat, 2011:6)
Pendapat lain menyebutkan bahwa : Ornamen adalah pola hias
yang dibuat dengan digambar, dipahat, dan dicetak, untuk mendukung
meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda atau karya seni.
Ornamen juga merupakan perihal yang akan menyertai bidang gambar
(lukisan atau jenis karya lainnya) sebagai bagian dari struktur yang ada di
dalam. (Suanto dalam M. Aulia rakhmat, 2011:6). Pendapat ini agak
luas, ornamen tidak hanya dimanfaatkan untuk menghias suatu
benda/produk fungsional tapi juga sebagai elemen penting dalam karya
seni (lukisan, patung, grafis), sedangkan teknik visualisasinya tidak hanya
digambar seperti yang kita kenal selama ini, tapi juga dipahat, dan
dicetak.
Dalam perkembangan selanjutnya, penciptaan karya seni ornamen
tidak hanya dimaksudkan untuk mendukung keindahan suatu benda, tapi
dengan semangat kreativitas seniman mulai membuat karya ornamen
sebagai karya seni yang berdiri sendiri, tanpa harus menumpang atau
mengabdi pada kepentingan lain. Karya semacam ini dikenal dengan
seni dekoratif (lukisan atau karya lain yang mengandalkan hiasan
sebagai unsur utama).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa:
ornamen adalah salah satu karya seni dekoratif yang biasanya
7
dimanfaatkan untuk menambah keindahan suatu benda atau produk, atau
merupakan suatu karya seni dekoratif (seni murni) yang berdiri sendiri,
tanpa terkait dengan benda/produk fungsional sebagai tempatnya.
2. Jenis Pola Ragam Hias pada Bangunan Rumah Adat
Seni ragam hias memiliki arti penting dalam hubungannya dengan
kerajinan dan seni dekorasi, untuk itu perlu dikaji dan dipahami tentang
nilai filosofi serta nilai seninya dan ragam hias merupakan simbol-
simbol yang mempunyai arti khusus tidak hanya sebagai hiasan tetapi
juga memiliki latar belakang seni yang berkaitan dengan kebutuhan
diantaranya menciptakan rasa cinta pada lingkungan. Apabila dilihat dari
sudut nilai dan fungsinya, maka setiap kreativitas menunjukkan adanya
sifat yaitu sebagai hiasan dan sebagai simbol atau lambang yang disebut
ragam hias (Sahriah, Rasidin, 1997:85).
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan mengenai ragam hias
sebagai berikut :
a. Ragam Hias Geometris.
Ragam hias geometris adalah bentuk geometris, ragam hias ini
lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti
garis-garis lengkung, lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, bentuk
meander, swastika, bentuk pilin dan lain-lain. Ragam hias ini pada
mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda
yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada
berbagai tempat dan berbagai teknik (digambar, dipahat, dicetak)
8
Gambar 01. Ragam hias geometris pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM
(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012)
b. Raga Hias Tumbuh-tumbuhan
Penggambaran ragam hias tumbuh-tumbuhan dalam seni
ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun
stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga
dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda
tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada
waktu tertentu) tempat ragam hias tersebut diciptakan. Ragam hias
tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang
dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang
digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya
9
Gambar 02. Ragam hias tumbuh-tumbuhan pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM
(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012)
c. Ragam Hias Stilisasi
Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar
merupakan hasil gubahan/stilisasi, jarang berupa binatang secara
natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan
jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang
terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya)
dan dikombinasikan dengan ragam hias lain. Jenis binatang yang
dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah
dll.
10
Gambar 03. Ragam hias stilisasi pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM
(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012).
d. Ragam Hias Manusia
Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan ragam hias
atau ornament mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah
seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk
dalam pewayangan.
11
Gambar 04. Raga hias manusia pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM
(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012).
Sedangkan yang dimaksud pola adalah suatu hasil susunan atau
pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi
tertentu pula. Contohnya pada pola hias batik, seperti pola hias
Majapahit, Jepara, Bali, Mataram dan lain-lain. Singkatnya pola
adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif.
Pola biasanya terdiri dari :
1) Motif pokok
2) Motif pendukung atau figuran
3) Isian atau pelengkap
Penyusunan pola dilakukan dengan jalan menebarkan motif
secara berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau
variasi satu motif dengan motif lainnya. Hal-hal yang terkait dengan
pembuatan pola adalah :
12
a. Simetris yaitu pola yang dibuat, antara bagian kanan dan
kiri atau atas dan bawah adalah sama.
b. Asimetris yaitu pola yang dibuat antara bagian-bagiannya
(kanan-kiri, atas-bawah) tidak sama.
c. Pengulangan yaitu pola yang dibuat dengan pengulangan
motif-motif.
d. Bebas atau kreasi yaitu pola yang dibuat secara bebas dan
bervariasi.
Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu
perwujudan bentuk artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar
tidak menyimpang dari bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga
hasil karya sesuai dengan ide yang diungkapkan.
3. Ragam Hias pada Bangunan Rumah Adat
Dorongan menghias ini timbul karena adanya keinginan untuk
melengkapi bagian-bagian yang kosong di sekeliling hidup mereka.
Orang belum akan merasa puas kalau pada tempat tinggal mereka atau
pada benda-benda yang dipergunakan tidak diberi hiasan, maka
keinginan menghias menjadi suatu panggilan. Ragam hias tidak ada
hubungannya dengan konstruksi, ia dapat berupa bentuk lukisan atau
ukiran dekoratif.” Fungsi ini terdapat sejak manusia memulai kegiatan
menghias pada benda-benda apa yang dipakainya maupun pada
bangunan tempat tinggal (Muh. Auli Rakhmat 2011:21).
13
Gambar : 05. Ragam hias pada dinding depan bangunan rumah adat Bugis Sulawesi Selatan
(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)
Bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat hanya untuk menghias saja
demi keindahan suatu bentuk (benda) atau bangunan, dimana ragam hias
tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada arsitektur, pada alat-
alat rumah tangga pada pakaian (batik, bordir, kerawang) pada alat
transportasi dan sebagainya.
Gambar : 06. Ragam hias pada dinding depan bangunan rumah adat Bantaeng Sulawesi Selatan
(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)
14
4. Unsur ornamen atau Ragam Hias
Unsur ragam hias adalah semua unsur yang mendukung
terwujudnya motif hias. Unsur itu dapat di pahami secara fisik yang di
pahami secara visual seperti garis, bidang, bentuk, tekstur, warna, dan
gelap terang dan bentuk psikhis berarti perasaan pandangan, pikiran atau
karakter yang terungkap dalam karya seni. Untuk yang bersifat psikhis
ini tidak bias dipahami secara visual melainkan hanya dapat dirasakan
saja. Hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:
1). Garis
Garis yaitu suatu abstraksi pada benda atau wujud yang di
gunakan untuk mengisaratkan suatu bentuk. Garis terbentuk dari
deretan titik-titik, bentuknya beraneka ragam seperti lurus, lengkung,
patah-patah, gelombang atau sig-sag. Garis ini disebut garis visual,
sedangkan garis khayal yaitu garis imajinatif, kehadiranya hanya
dapat dirasakan dan hadir dengan sendirinya sebagai pembatas bidang
atau bentuk (Wildan 2012:23).
Garis memiliki nilai di samping garis yang menyamakan bentuk
dapat juga menyamakan gerak begitu pula mewakili sifat dan karakter
seseorang berdasarkan coretan garis yang di hasilkan. Oleh karna itu
garis merupakan unsur utama dalam berkarya seni karena kita dapat
membuat bentuk, bidang, ruang sehingga merupakan suatu keadaan
yang banyak memberikan variasi pada karya itu sendiri secara
beraneka ragam. Kesan itu dapat berupa garis lurus memberi kesan
15
tegas, masif, garis lengkung member kesan lembut, garis patah-patah
memberi kesan semu, dan lain sebagainya.
2). Bentuk
Bentuk yaitu segala apa yang kita lihat, baik benda, titik, garis
maupun bidang, yang terukur besarnya, dapat di lihat warnanya dapat
di rasakan teksturnya. Dan bentuk dapat di klasifikasikan diantaranya:
menurut Azis Tahir (2001) di dalam (Wildan 2012:24) adalah:
(1). Bentuk naturalis ialah bentuk yang di buat dengan cara meniru
dari bentuk-bentuk alam baik corak maupun warnannya,(2).
Kemudian bentuk intuitif adalah bentuk yang di ciptakan didasari atas
insting saja atau naluri tanpa menggunakan suatu ilmu tertentu, (3).
Selanjutnya bentuk abstrak adalah bentuk yang tidak di kenal sama
sekali, atau bentuk yang melepaskan diri dari esensi obyek yang nyata
yaitu bentuk yang menyimpang jauh dari bentuk alami. Sedangkan
(4). Bentuk abstraktif adalah bentuk yang bersifat perubahan dari
bentuk alam (naturalis) kebentuk lain dengan teknis stilasi
(penyederhanaan bentuk) menjadi bentuk hiasan. Dalam praktiknya
terdapat perubahan bentuk yang bersifat deformasi (kelainan bentuk)
dan yang bersifat distorsi (kelainan proporsi). Disamping itu (5).
Bentuk arsitektonis ialah bentuk yang disusun secara intelektual dan
dapat dipertanggung jawabkan obyektifitasnya, lalu (6). Bentuk
simbolis ialah bentuk-bentuk pelambangan, Bentuk figuratif ialah
bentuk yang berasal dari bentuk alam yang perubahannya tergantung
16
pada konsepsi, pandangan hidup seseorang atau 1
bangsa, Contoh: Konsepsi bangsa mesir menghendaki kelengkapan,
konsepsi bangsa Yunani menghendaki Idealisme, konsepsi bangsa
timur menghendaki simbolisme, Bentuk filosofis yaitu suatu bentuk
yang diciptakan atas dasar falsafah atau filsafat suatu bangsa dan
merupakan hasil pemikiran yang sangat dalam.
3). Ruang
Rongga yang berbatas dengan bidang atau sela-sela dua deret
tiang atau dapat dikatakan bentuk atau gubahan dari dua atau tiga
dimensi yang telah di susun atau dibentuk (digubah). Begitu pula
merupakan pengikat, penghubung, penerus dan memunculkan kesan
batas (Wildan 2012:25).
4). Warna
Warna adalah kesan-kesan yang di timbulkan oleh cahaya,
kemudian warna dapat pula di definisikan sebagai kesan yang di
timbulkan oleh foton-foton cahaya yang dilemparkan kearah retina
mata. Dan dalam motif hias warna memiliki arti perlambangan yang
umum di implementasikan sebagai wujud penyampaian gagasan
(Wildan 2012:25).
5. Prinsip Ragam Hias
Prinsip ragam hias merupakan sesuatu yang bersifat fundamental
yang menjadi aturan pokok dalam berkarya ragam hias hal tersebut
terdiri atas:
17
1). Dominasi
Dominasi adalah unsur dominan atau penggambaran yang
paling kuat, yang di tonjolkan yang menjadikannya pusat
perhatian. Misalnya sebuah penggambaran yang lebih dominan
yang disesuaikan dengan tema, pengunaan cahaya yang memberi
ruang kontras antara bagian yang terang dengan bagian yang gelap,
pemusatan arah gerak maksudnya arah gerak itu akan menuntun
pengamat kearah pusat pandang, dan pemberian kesan gerak ke
atas yang menonjolkan kesan fertikal atau perspektif (Wildan
2012:27).
2). Uniti atau Kesatuan
Unity adalah penyatuan dari bagian-bagian karya seni,
merupakan hubungan dari bagian-bagian secara menyeluruh,
sehingga karya seni itu merupakan kesatuan yang utuh (Wildan
2012:27).
3). Balance atau Keseimbangan
Keseimbangan dalam seni adalah keserasian bobot dari unsur
nya, dan menurut wujud dan jumlahnya mungkin tidak sama atau
malah bertentangan, namun nilainya dapat seimbang.
Keseimbangan meliputi keseimbangan simetris, keseimbangan
asimetris, keseimbangan radial (Wildan 2012:27).
4). Ritme atau Irama
18
Ritme adalah perubahan-perubahan warna, bentuk atau gerak
tertentu secara teratur yang membawakan perasaan hanyut di
dalam perubahan-perubahan yang terjadi, bertautan dengan bagian
yang lain yang semuanya teruntun berkelanjutan (Wildan 2012:28).
5). Proporsi atau Ukuran Perbandingan
Proporsi adalah yang berhubungan dengan ukuran atau
dimensi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam
suatu hasil karya ragam hias yang meliputi proporsional mengenai
warna, daerah cahaya dan gelap terang atau jumlah elemen desain
yang dapat di ukur (Wildan 2012:28).
6. Makna Ragam Hias
Dalam kenyataan makna seni ragam hias digunakan dalam dua
aspek yaitu: 1) Seni ragam hias sebagai dekorasi yang muncul dalam
berbagai macam bentuk misalnya sebagai hiasan halaman buku
tertentu, hiasan barang yang dipakai dan sebagainya. 2) Seni ragam
hias sebagai lambang untuk keselamatan, kemakmuran,
tanda khusus, lambang kebesaran dan sebagainya. Seni ragam hias itu
sendiri mengandung arti : 1) Sesuatu yang cantik, indah, molek. 2)
Sesuatu yang menambah indah. 3) Sesuatu yang menjadikan lebih
menarik (Nia Hendrawati dalam Rasidin, 1990: 20).
7. Fungsi Ragam Hias
Ragam hias berfungsi sebagai penambah keindahan suatu
bidang atau bentuk suatu benda. Fungsi mengisaratkan dua hal pokok
19
yaitu fungsi secara fisiologis dan fungsi yang di lekatkan terkait tujuan
penciptaan. Konsep Penciptaan ragam hias dengan fungsi tertentu di
dalam (Muh. Aulia Rakhmat, 2011:19), dan memiliki peranannya
tersendiri dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebagai Ragam Hias Murni
Bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat hanya untuk menghias
saja demi keindahan suatu bentuk (benda) atau bangunan, dimana
ornamen tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada alat-
alat rumah tangga, arsitektur, pada pakaian (batik, bordir,
kerawang) pada alat transportasi dan sebagainya.
b. Sebagai Ragam Hias Simbolis
Karya ornamen yang dibuat selain mempunyai fungsi sebagai
penghias suatu benda juga memiliki nilai simbolis tertentu di
dalamnya. Menurut norma-norma tertentu (adat, agama, sistem
sosial lainnya). Bentuk motif dan penempatannya sangat
ditentukan oleh norma-norma tersebut terutama norma agama yang
harus ditaati untuk menghindari timbulnya salah pengertian akan
makna atau nilai simbolis yang terkandung di dalamnya. Oleh
sebab itu pengerjaan suatu ornamen simbolis hendaknya menepati
aturan-aturan yang ditentukan. Contoh ragam hias ini misalnya
motif kaligrafi, motif pohon hayat sebagai lambang kehidupan,
motif burung phonik sebagai lambang keabadian, swastika dan
sebagainya.
20
8. Arsitektur pada Bangunan Rumah Adat
Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan.
Sementara kebudayaan nusantara berakar pada kebudayaan
tradisionalnya, begitupun arsitektur tradisional juga merupakan akar
dari arsitektur nusantara. Kita kenal bahwa arsitektur tradisional sangat
beranekaragam di Indonesia, seiring dengan keanekaragaman suku
bangsanya. Sulit rasanya memilih arsitektur tradisional mana yang bisa
mewakili, karena riskan sekali rasanya bila memilih salah satu
arsitektur tradisional sebagai perwakilan satu arsitektur tradisional.
Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari
suku bangsa tertentu pasti akan menimbulkan kebanggaan tersendiri
bagi masyarakat suku bangsa tersebut. namun demikian, apakah suatu
suku bangsa tertentu akan merasa bangga dengan arsitektur tradisional
dari daerah lain? Kita ambil hematnya saja bahwa, biarlah suatu suku
bangsa memakai arsitektur tradisionalnya, begitupun yang lainnya,
asalkan ditempatkan dengan sesuai. Jadi, sebenarnya yang kita
perlukan adalah jiwa berarsitektur dari masyarakat tradisional tersebut.
Sehingga tidak perlu lagi kita menjiplak total pada arsitektur
tradisional tertentu, yang perlu kita ejawantahkan adalah pesan-
pesannya ataupun konsep dasarnya. Kemudian diinterpretasikan
dengan kreatifitas baru pada latar belakang kehidupan sosial-budaya
masyarakat yang terus ‘berkembang’ saat ini. Pada intinya arsitektur
tradisional mempunyai konsep dasar kesemestaan yang universal,
21
sehingga mampu mengiringi perjalanan hidup manusianya sepanjang
zaman.
Pada hakikatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang
sebagai wadah, dengan manusia sebagai isi yang menjiwai wadah itu
sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudan ruang
(meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk)
yang sangat ditentukan oleh keselarasan kehidupan daya dan potensi
dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya (meliputi
norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jati diri, dan kebudayaannya).
(http://www.arsiteka.com/2008/11/arsitektur-nusantara-adalah-arsitektur)
Contoh-contoh gambar bangunan rumah adat tradisional yang
ada di Nusantara.
Gambar : 07. Bangunan rumah adat Bantaeng Sulawesi selatan(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)
22
Gambar : 08. Bangunan rumah adat Pinrang Sulawesi selatan(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)
Gambar : 09. Bangunan rumah adat Bugis Sulawesi Selatan(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)
23
B. Kerangka Pikir
Dengan melihat beberapa konsep atau teori yang telah diuraikan pada
tinjauan pustaka, maka dapat dibuat kerangka berpikir, adapun kerangka
berpikir yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar : 10. Skema Kerangka Pikir
Dengan melihat skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan secara
singkat keterkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Jenis
ornamen atau ragam hias pada bangunan rumah adat Bima, dengan demikian
hasil yang ingin dicapai dapat terwujud hasil yang maksimal. Setelah
mengamati ornament atau ragam hias tersebut, baik secara langsung maupun
dengan menggunakan teknik-teknik yang lain mendukung penelitian ini
kemudian penulis mencoba meneliti kemungkinan adanya pengembangan
motifnya, dan selanjutnya ditarik kesimpulan akhir pada penelitian ini.
Nilai Budaya
Kebudayaan
Budaya Bima
Pelestarian Budaya
Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima di
NTB
Jenis ornament atau ragam hias
Bagian-bagian ornamen atau ragam hias yang diterapkan
Makna dan Fungsi ornamen atau ragam hias
-
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sasaran yang akan diteliti untuk memperoleh data
yang akurat tentang ornamen pada bangunan tradisional Bima.
a. Jenis ornamen atau ragam hias apa saja yang diterapkan pada
bangunan rumah adat Bima.
b. Bagian-bagian apa saja yang diberi ornamen atau ragam hias.
c. Makna dan fungsi ornamen atau ragam hias.
2. Desain Penelitian
Untuk mempermudah proses penelitian di lapangan, maka perlu
dibuatkan suatu desain penelitian, desain penelitian digunakan untuk
memudahkan proses penelitian agar terlaksana dengan baik dan dapat
mencapai hasil yang diinginkan. faktor penghambat dari penelitian
terkadang muncul kepermukaan, namun tidak tertutup kemungkinan ada
langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasinya.
Kerangka tindakan yang dibuat adalah sebuah alat atau tools
untuk melompat sebagai pijakan dalam lompatan berpikir, kemudian
sebagai peta penunjuk arah sebuah rujukan bergerak dari titik pacu
kearah titik tujuan, atau dari titik potensial menuju titik aktual yaitu
bentuk penelitian ilmiah dari latar belakang sehingga kita sampai pada
24
25
sebuah kesimpulan . Agar sasaran penelitian ini dapat berjalan dengan
baik dan mudah, maka desain penelitiannya sebagai berikut:
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk memeroleh gambaran yang jelas tentang variabel yang akan
diteliti, maka berikut ini akan dijelaskan definisi operasional variabel
sebagai berikut:
Jenis Ornamen atau Ragam hias
Alat pengumpulan data Observasi, Dokumentasi,
dan Wawancara
Bagian-bagian apa saja yang diberi ornamen
atau ragam hias
Makna dan Fungsi ornament atau Ragam Hias
Pengolahan dan Penyajian Data
Gambar : 11. Skema Desain Penelitian
Analisis Data
Kesimpulan
26
1. Jenis ornamen atau ragam hias yang dimaksudkan di sini ialah
variasi bentuk, struktur atau pola ragam hias.
2. Bagian yang diberi ornamen atau ragam hias yaitu pada bagian
yang memiliki karakteristik.
3. Makna dan fungsi ornamen atau ragam hias yang terkandung pada
bangunan rumah adat Bima pada umumnya berfungsi sebagai
simbol atau menyatakan gelar kebangsawanan penghuninya dan
hiasan untuk memperindah bangunan.
C. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Narasumber
Narasumber adalah orang yang sangat mengetahui tentang asal
mula rumah adat Bima. Narasumber atau penghuni atau pekerja yang
bekerja pada tempat bangunan rumah adat Bima tersebut.
b. Buku panduan sebagai referensi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan
terhadap objek penelitian yang mengamati tentang ornamen dan ragam
hias pada bangunan rumah adat Bima.
27
2. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data dengan
mengambil gambar ornamen dan ragam hias pada bangunan rumah adat
Bima, dan alat dokumentasinya berupa kamera digital.
3. Wawancara
Melakukan wawancara dengan informasi sebagai penguatan data.
Wawancara juga dilakukan dengan aparat pemerintah, tokoh adat,
seniman lokal ataupun pemuka agama setempat.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data, dalam
hal ini penulis menggunakan teknik analisis kualitatif atau non statistik, yaitu
dengan menguraikan secara lengkap data yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian. Karena data dari penelitian adalah data kualitatif sehingga teknik
analisis datanya menggunakan teknik kualitatif. Setelah semua data yang
dibutuhkan terkumpul, penulis mengolah data melalui teknik dan prosedur
sebagai berikut:
1. Mengadakan klasifikasi data (hasil observasi, wawancara,
dokumentasi, dan hasil pustaka).
2. Menyusun uraian/deskriptif data untuk keperluan analisis dan
penafsiran data.
3. Semua data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengkajian
kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data Hasil Penelitian
a. Letak dan Keadaan Geografis
Kerajaan bima dalam bahasa daerah dikenal dengan sebutan dana
Mbojo, kerajaan bima berbatasan dengan :
Di sebelah utara dengan laut Flores.
Di sebelah barat dengan kerajaan Dompu.
Di sebelah selatan dengan lautan Hindia.
Di sebelah timur dengan selat Sape.
Gambar: 1. Peta Kota BimaGambar : 12. Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-osdI_58dUoo/T4z12VwO_JI)
Dr. JJ. Holander menulis bahwa batas antara kerajaan Bima dengan
kerajaan Dompu adalah suatu garis khayal dengan garis lintang dari
118o37’ di pantai utara melalui gunung Wawosahe sampai 188o38’30’ ke
28
29
pantai selatan. Tetapi menurut pemerintah kerajaan Bima sebaliknya;
dengan menetapkan sebagai berikut : Dari Doro Dewa di atas 118o31’
sebelah pantai utara ke suatu sudut terletak di sebelah barat teluk Bima,
bagian barat gunung Wadu Lako menjurus ke selatan melalui puncak
gunung Doro Madompo ke kampung Bima bernama Pajo; dari sana
membelok ke selatan ke tumpukan batu Nteli Majaga; dari sana dengan
jurusan yang sama ketumpukan batu Wadu Lepi yang terus ke jurusan
barat ketumpukan batu Wadu Udu berdekatan dengan kampung Dompu
yang bernama Daha. Dari sana ke jurusan selatan-timur ketumpukan batu
Wadu Sugu dan akhirnya ke jurusan selatan di atas 118o14’. (Abdullah
Tahib, 1995).
Gambar : 13. Lokasi Bangunan Rumah Adat Bima(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-osdI_58dUoo/T4z12VwO_JI)
30
b. Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima
Asi Mpasa (Istana tua), didirikan oleh Sultan Ibrahim adalah
bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat peradilan,
pusat penyiaran, dan pengembangan agama dan budaya islam tempat
tinggal Raja atau Sultan bersama keluarga.
Bagi masyarakat Bima Asi (Istana) merupakan lambang kebesaran
dan kejayaan ”dou labo dana” (rakyat dan negara). Karena itu harus besar
dan luas, kokoh dan indah menurut nilai dan norma agama dan adat Bima.
Harus dibangun oleh para panggita yang memiliki ”loa ro tingi” yang
tinggi. Istana yang merupakan simbol kebesaran dan kejayaan dou labo
dana (rakyat dan negeri) harus anggun dan indah.
Berdasarkan hasil wawancara dari Syafruddin, BA, dan penelitian
yang dilakukan pada tanggal 1 s/d 28 februari 2013 di bangunan rumah
adat Bima di Nusa Tenggara Barat maka diperoleh data mengenai jenis-
jenis ragam hias yang terdapat pada bangunan tersebut.
Ragam hias yang dibuat pada bangunan rumah adat secara
keseluruhan tetap memiliki fungsi dan makna tersendiri. Untuk lebih
jelasnya berikut akan dipaparkan foto-foto dokumentasi hasil penelitian.
31
Gambar : 14. Bangunan rumah adat Bima (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
Pada gambar berikut ini pada bagian bubungan atap rumah
terdapat hiasan yang terdapat pada bagian muka dan belakang
bubungan rumah adat Bima.
Gambar : 15. Bangunan rumah bagian depan (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
32
Gambar : 16. Bangunan rumah tampak samping kiri belakang (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
Gambar 17, 18, 19, 20 dan 21 di bawah ini menunjukkan bagian
pintu, jendela, dinding dan serambi bangunan yang memiliki ragam hias
bentuk Bunga Samobo (bunga sekuntum), Bunga Satako (bunga
setangkai), Kakando (rebung), serta ragam hias pada geometris meliputi:
Gari (garis), Nggusu Upa atau pado upa (segi empat), Pado Waji
(jajaran genjang), Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga).
33
Gambar : 17. Elemen estetis pada pintu utama (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
34
Gambar : 18. Elemen estetis pada jendela (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
Gambar : 19. Elemen estetis pada serambi rumah (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
35
Gambar : 20. Elemen estetis pada bubungan (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
Gambar : 21. Elemen estetis pada dinding rumah (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
Gambar 22 di bawah ini menunjukkan bagian bangunan dari dalam
rumah yakni tiang yang memili ragam hias Nggusu Waru (delapan
susunan).
36
Gambar : 22. Elemen estetis pada tiang (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
Demikian penyajian data tentang bangunan rumah adat Bima yang
dapat penulis paparkan.
B. Pembahasan
1. Jenis Ornamen atau Ragam Hias
a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)
Ragam hias jenis Bunga Samobo (bunga sekuntum) dapat kita
lihat pada bagian dinding rumah yaitu bagian dinding depan dan
dinding samping rumah yang menghiasi bagian-bagian dinding.
Ragam hias jenis tersebut tebuat dari kayu. ( Lihat gambar 17 dan 21 ).
37
Gambar : 23. Ragam hias bunga samobo (bunga sekuntum)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
b. Bunga Satako (bunga setangkai)
Ragam hias jenis Bunga Satako (bunga setangkai) ini dapat
ditemukan pada bagian depan atas pintu rumah, serta bagian dinding
belakang bangunan rumah. Ragam hias jenis bunga satako (bunga
setangkai) tersebut tebuat dari kayu. ( Lihat gambar 17, 21 dan 22).
Gambar : 24. Ragam hias bunga satako (bunga setangkai)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
38
c. Bunga Aruna (bunga nenas)
Ragam hias Bunga Aruna (bunga nenas) adalah ragam hias yang
dapat kita lihat pada bagian kepala rumah yang berjumlah enam buah,
yaitu bagian depan dan belakang yang masing-masing diberi ornament
atau ragam hias. ( Lihat Gambar 15 dan 20 ).
Gambar : 25. Ragam hias bunga aruna (bunga nenas)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
d. Kakando (rebung)
Gambar : 26. Ragam hias kakando (rebung)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
39
e. Ragam Hias geometris
Ragam hias berupa motif geometris ialah ragam hias yang
terlihat pada setiap bagian-bagian bangunan rumah adat Bima tersebut
meliputi:
a. Gari (garis)
Gari (garis) tersebut adalah sebagai pelengkap dan biasanya
kita lihat pada setiap bidang rumah.
Gambar : 27. Gari (garis)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
b. Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga)
Ragam hias jenis Nggusu tolu atau pado tolu (segitiga) dalam
bentuk puncak kerucut yang lancip. (lihat gambar 15, 18 dan 20)
Gambar : 28. Ragam hias Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
c. Nggusu Upa atau pado upa (segi empat)
Ragam hias jenis Nggusu Upa atau Pado Upa (segi empat),
dapat kita lihat pada pintu dan jendela. (lihat gambar 17).
40
Gambar : 29. Ragam hias Nggusu Upa atau pado upa (segi empat)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
d. Pado Waji (jajaran genjang)
Ragam hias jenis Pado Waji (jajaran genjang) dapat kita
jumpai pada jendela dan dinding rumah tersebut. (Lihat gambar
18).
Gambar : 30. Ragam hias pado waji (jajaran genjang)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
41
e. Nggusu Waru (delapan susunan)
Ragam hias jenis Nggusu Waru (delapan susunan) bisa dilihat
pada setiap tiang bangunan rumah tersebut. (lihat gambar 22).
Gambar : 31. Ragam hias nggusu waru (delapan susunan)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)
2. Bagian-bagian yang diberi Ornamen atau Ragam Hias
a. Pintu Utama
Oranemen atau ragam hias Nggusu Upa atau Pado Upa (segi
empat) dan Gari (garis).
Gambar : 32. Ornament atau ragam hias pada pintu (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
42
b. Tiang
Oranemen atau ragam hias Nggusu Waru (delapan susunan).
Gambar : 33. Ornamen atau ragam hias pada tiang (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
c. Dinding
Oranemen atau ragam hias Bunga Samobo (bunga sekuntum),
Bunga Satako (bunga setangkai), serta ragam hias pada geometris
seprti Nggusu Upa atau pado upa (segi empat).
Gambar : 34. Ornamen atau ragam hias pada dinding(Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
43
d. Bubungan
Oranemen atau ragam hias Bunga Aruna (bunga nenas).
Gambar : 35. Ornamen atau ragam hias pada bubungan (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
e. Serambi
Oranemen atau ragam hias Kakando (rebung)
Gambar : 36. Ornamen atau ragam hias pada serambi (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
f. Jendela
Oranemen atau ragam hias Pado Waji (jajaran genjang).
44
Gambar : 37. Ornamen atau ragam hias pada jendela (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)
3. Makna dan Fungsi Oranamen atau Ragam Hias
a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)
Sebagai makluk sosial manusia selain bermanfaat bagi dirinya,
juga harus bermanfaat bagi orang lain, laksana sekuntum bunga yang
memberikan aroma harum bagi lingkungannya.
b. Bunga Satako (bunga setangkai)
Sebagai simbol kehidupan keluarga yang mampu mewujudkan
kebahagiaan bagi anggota keluarga dan bagi anggota masyarakat. Bagi
setangkai bunga yang selalu menebarkan keharuman bagi
lingkunagannya.
45
c. Bunga Aruna (bunga nenas)
Bunga nenas yang terdiri dari 99 sisik (helai) merupakan simbol
dari 99 sifat utama Allah (Asma Allah), yang wajib di pedomani dan
diteladani oleh manusia dalam menjalani kehidupan agar terwujud
kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
d. Kakando (rebung)
Pucung bambu yang masih muda dengan motif seperti sisik ikan
dan mengandung makna hidup yang penuh dinamika yang mesti
dijalani dengan penuh semangat. Artinya masyarakat Bima sangat
menghargai hidup yang dianugerahi oleh Allah SWT yang harus
disyukuri, dan tidak boleh mengeluh dengan berbagai macam ujian
yang diberikan.
e. Ragam Hias Geometris meliputi :
a) Gari (garis), manusia harus bersikap jujur dan tegas dalam
melaksanakan tugas, seperti lurusnya garis.
b) Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga), berbentuk kerucut, yang
mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan
Allah yang disimbolkan dalam bentuk puncak kerucut yang lancip.
c) Nggusu Upa atau pado upa (segi empat), merupakan simbol
kebersamaan dengan para tetangga dan kerabat yang ada di sekitar
kita.
d) Pado Waji (jajaran genjang), maknanya hampir sama dengan
makna simbol nggusu tolu, tetapi dalam simbol pado waji, selain
46
mengakui kekuasaan Allah, juga harus mengakui kekuasaan para
pemimpin yang dilukiskan dengan dua sudut tumpul bagian kiri
kanannya.
e) Nggusu Waru (delapan susunan), idealnya seorang pemimpin
haruslah memenuhi delapan persyaratan yaitu :
Beriman dan bertakwa
Loa ro tingi (cerdas dan terampil)
Taho nggahi ro eli (bertutur kata yang halus dan sopan)
Taho ruku ra rawi (bertingkah laku yang sopan)
Londo ro dou (berasal dari keturunan yang baik)
Hidi ra tahona (sehat jasmani dan rohani)
Mori ro woko (mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari).
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian serta pembahasan mengenai data yang diperoleh,
ornamen atau ragam hias pada bangunan rumah adat Bima di Nusa Tenggara
Barat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis ragam hias yang ditemukan pada bangunan rumah adat Bima di
Nusa Tenggara Barat antara lain jenis ragam hias Bunga Samobo
(bunga sekuntum), Bunga Satako (bunga setangkai), Bunga Aruna
(bunga nenas), Kakando (rebung) Motif geometris meliputi Gari,
Nggusu Tolu, Nggusu Upa, Pado Waji dan Nggusu Waru (garis,
segitiga, segi empat, jajaran genjang, delapan susunan).
2. Bangunan rumah adat Bima di kompleks Asi (istana) pada umumnya
sarat dengan ornamen atau ragam hias, yakni didominasi oleh ragam
hias tumbuhan sulur yang dikerjakan melalui teknik pahatan,
terutama diterapkan pada pintu, dinding, tiang, dan bubungan sayang
sekali kondisinya sudah banyak yang rusak karena usianya yang
sudah cukup lama di samping tidak terpelihara dengan baik karena
kurangnya kepedulian masyarakat.
3. Makna dan fungsi ragam hias yang terkandung pada banguna rumah
adat Bima di Nusa Tenggara Barat umumnya berfungsi sebagai
simbol atau menyatakan gelar kebangsawanan penghuninya dan
hiasan untuk memperindah bangunan tersebut.
47
48
B. Saran
Sebagai implementasi dari hasil penelitian ini diajukan saran-saran yakni
sebagai berikut:
1. Setelah meneliti tentang ornamen dan ragam hias pada bangunan
rumah adat bima, maka dianggap patut mendapatkan perhatian dari
mereka yang merasa perlu mengkaji lebih mendalam tentang
bangunan rumah adat Bima.
2. Kiranya pengunjung melalui jalur-jalur jalan yang telah disiapkan,
bantulah petugas pemeliharaan dengan menjaga kebersihan,
membuang sampah pada tempat yang sudah ditentukan, dan turut
serta menjaga kelestarian warisan ini.
3. Dengan mengamati keadaan kompleks Asi (istana), dimana rusaknya
beberapa bangunan serta runtuhnya, maka perlu adanya usaha ke
arah pelestarian kompleks istana yang ada, saran ini ditujukan
kepada Suaka Sejarah dan Purbakala Wilayah Bima di Nusa
Tenggara Barat.
49
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
Gani, 1982. Sekilas Lintas Mengenai Motif-Motif Ornamen dan Ragam Hias Daerah Sulawesi Selatan. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Garnadi, Yati Mariani. 2009. Pola Ragam Hias Untuk Lukis, Dian Rakyat.H. Abdullah Tahib, 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta : PT. Harapan
Masa (PGRI).M. Hillir Ismail, dkk, 2007. Seni budaya Mbojo, Seni Rupa & Seni Arsitektur.
Bogor : Penerbit Binasti.Moelyono, Anton M, dkk, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.M. Wildan, 2012. Penerapan Motif Hias Tumbuhan pada Kriya Logam Melalui
Teknik Ketok Timbul oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain UNM. Universitas Negeri Makassar. 2012.
Muh. Aulia Rakhmat, 2011. Ragam Hias Makam Kuno Raja-raja Tallo di Kecamatan Tallo Kota Makassar. Universitas Negeri Makassar. 2011.
Poerwardaminta, W.J.S, 1980. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sahriah, Rasidin. 1997. Seni Ragam Hias Sulawesi Selatan, Makassar: Ujung Pandang.
Soetanto, Hamid. Dkk, 1980. Pengetahuan Ornamen, Jakarta: DepdikbudTahir, Aziz, 2001, Himpunan Praktis Pembelajaran Seni dan Seni Rupa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber tidak tercetak
http://www.arsiteka.com/2008/11/arsitektur-nusantara-adalah-arsitektur.html
http://1.bp.blogspot.com/osdI_58dUoo/T4z12VwO_JI/AAAAAAAA34/Jneacy2i0cs/s1600/ASI+Mbojo+&+Lapangan+Merdeka.png
49
50
LAMPIRAN
50
51
FORMAT OBSERVASI
PENERAPAN ELEMEN ESTETIS PADA BANGUNAN RUMAH ADAT
BIMA DI NUSA TENGGARA BARAT
a. Jenis ornamen atau ragam hias yang diterapkan pada bangunan rumah adat
Bima sebagai elemen estetik.
a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)
b. Bunga Satako (bunga setangkai)
c. Bunga Aruna (bunga nenas)
d. Motif geometris meliputi : Gari, Nggusu Tolu, Nggusu Upa, Pado
Waji dan Nggusu Waru (garis, segitiga, segi empat, jajaran genjang,
delapan susunan).
b. Bagian-bagian bangunan yang diberi ornamen atau ragam hias
- Bubungan dan serambi
o Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga)
o Pado Waji (jajaran genjang)
o Kakando (rebung)
- Dinding rumah atau pagar rumah
o Bunga Samobo (bunga sekuntum)
o Bunga Aruna (bunga nenas)
- Pintu utama
o Nggusu Upa atau pado upa (segi empat)
- Tiang rumah
52
o Nggusu Waru (delapan susunan)
c. Makna dan fungsi ornamen atau ragam hias
a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)
Sebagai makluk sosial manusia selain bermanfaat bagi dirinya,
juga harus bermanfaat bagi orang lain, laksana sekuntum bunga yang
memberikan aroma harum bagi lingkungannya.
b. Bunga Satako (bunga setangkai)
Sebagai simbol kehidupan keluarga yang mampu mewujudkan
kebahagiaan bagi anggota keluarga dan bagi anggota masyarakat. Bagi
setangkai bunga yang selalu menebarkan keharuman bagi
lingkunagannya.
c. Bunga Aruna (bunga nenas)
Bunga nenas yang terdiri dari 99 sisik (helai) merupakan simbol
dari 99 sifat utama Allah (Asma Allah), yang wajib di pedomani dan
diteladani oleh manusia dalam menjalani kehidupan agar terwujud
kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
d. Kakando (rebung)
Pucung bambu yang masih muda dengan motif seperti sisik ikan
dan mengandung makna hidup yang penuh dinamika yang mesti
dijalani dengan penuh semangat. Artinya masyarakat Bima sangat
menghargai hidup yang dianugerahi oleh Allah SWT yang harus
disyukuri, dan tidak boleh mengeluh dengan berbagai macam ujian
yang diberikan.
53
e. Ragam Hias Geometris meliputi :
1. Gari (garis), manusia harus bersikap jujur dan tegas dalam
melaksanakan tugas, seperti lurusnya garis.
2. Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga), berbentuk kerucut, yang
mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan
Allah yang disimbolkan dalam bentuk puncak kerucut yang lancip.
3. Nggusu Upa atau pado upa (segi empat), merupakan simbol
kebersamaan dengan para tetangga dan kerabat yang ada di sekitar
kita.
4. Pado Waji (jajaran genjang), maknanya hampir sama dengan
makna simbol nggusu tolu, tetapi dalam simbol pado waji, selain
mengakui kekuasaan Allah, juga harus mengakui kekuasaan para
pemimpin yang dilukiskan dengan dua sudut tumpul bagian kiri
kanannya.
5. Nggusu Waru (delapan susunan), idealnya seorang pemimpin
haruslah memenuhi delapan persyaratan yaitu :
Beriman dan bertakwa
Loa ro tingi (cerdas dan terampil)
Taho nggahi ro eli (bertutur kata yang halus dan sopan)
Taho ruku ra rawi (bertingkah laku yang sopan)
Londo ro dou (berasal dari keturunan yang baik)
Hidi ra tahona (sehat jasmani dan rohani)
Mori ro woko (mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari).
54
PEDOMAN WAWANCARA STUDI DESKRIPTIF TENTANG
PENERAPAN ELEMEN ESTETIS PADA BANGUNAN RUMAH ADAT
BIMA DI NUSA TENGGARA BARAT
Pedoman wawancara ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai ragam hias pada bangunan rumah adat Bima. Untuk maksud tersebut
penulis membuat pedoman wawancara guna mendapatkan informasi yang akurat
mengenai Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima di NTB.
1. Bisakah bapak jelaskan keberadaan bangunan rumah adat Bima?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…..
2. Menurut bapak jenis ornamen atau ragam hias apa saja yang memiliki
elemen estetis pada bangunan tersebut?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
55
………………………………………………………………………………
…..
3. Apa makna dan fungsi ornamen atau ragam hias pada bangunan tersebut?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…..
Responden,
……………………….
56
DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN
Nama : Syafruddin, BA
Pekerjaan : Kepala Asi Mbojo (Istana Bima)
Usia : 47 tahun
FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN
57
58
59
60
61
SURAT IZIN PENELITIAN
62
63
64
65
66
67
RIWAYAT HIDUP
ADHAR. Lahir di Bre, 13 November 1989. Anak
bungsu dari 3 bersaudara pasangan Abubakar dan
Hadijah. Penulis mulai mengenal pendidikan formal
pada tahun 1996 Sekolah Dasar di SDN Inpres Bre
kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Tingkat
Pertama pada tahun 2002 di SMPN 3 Woha, dan tamat
pada tahun 2005. Tahun 2005 memasuki Sekolah Kejuruan di SMKN 2 Kota
Bima penulis aktif dalam mengikut lomba keterampilan tingkat Provinsi XVI
tahun 2007 sebagai juara II bidang lomba Joinery dan menyelesaikan studi pada
tahun 2008. Setelah tamat pada tahun yang sama penulis terdaftar menjadi
Mahasiswa Perguruan Tinggi di Universitas Negeri Makassar Fakultas Seni dan
Desain Program studi Pend. Seni Rupa. Berkat karunia Allah SWT dan iringan
doa dari kedua Orangtua penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima di Nusa Tenggara
Barat”.
66