eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh wilayah nusantara dengan beraneka ragam corak kebudayaan daerah yang beraneka ragam yang diangkat menjadi suatu kebudayaan nasional yang merupakan perwujudan dari cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia. Dalam upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang besar, yang kedudukannya sejajar dengan bangsa lain, maka kebudayaan nasional diharapkan dapat memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam semua bidang kehidupan. Budaya Indonesia merupakan cermin dari nilai- nilai luhur bangsa Indonesia yang beraneka ragam. Bangunan rumah adat sebagai salah satu warisan

Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah

yang tersebar diseluruh wilayah nusantara dengan beraneka ragam corak

kebudayaan daerah yang beraneka ragam yang diangkat menjadi suatu

kebudayaan nasional yang merupakan perwujudan dari cipta, rasa, dan karsa

bangsa Indonesia. Dalam upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa

Indonesia sebagai suatu bangsa yang besar, yang kedudukannya sejajar

dengan bangsa lain, maka kebudayaan nasional diharapkan dapat memberikan

wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam semua bidang

kehidupan.

Budaya Indonesia merupakan cermin dari nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia yang beraneka ragam. Bangunan rumah adat sebagai salah satu

warisan budaya yang harus dilestarikan, guna memperkuat kedudukan dan

kelestarian budaya bangsa Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan peran aktif

semua lapisan masyarakat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya

bangsa.

Dalam upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian

dan berkesadaran nasional, perlu dikembangkan kemampuan masyarakat

untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah. Ciri-ciri bangunan rumah

adat diberbagai daerah Indonesia perlu dilakukan pemberdayaan untuk

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

2

mengetahui potensi, memasuki kegiatan pembangunan sosial, ekonomi, dan

budaya indonesia saat ini.

Nilai budaya bangsa Indonesia dapat diukur dari hasil keseniannya

termasuk bangunan yang kaya akan ragamnya, Dari sekian banyak corak,

bentuk, serta keanekaragaman unsur budaya daerah, salah satunya adalah

ornamen serta elemen estetis pada bangunan merupakan ciri khas bangunan

rumah adat Bima di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bima adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang terdapat di

nusantara ini, secara geografis terletak di pesisir laut dan dikelilingi oleh

pegunungan di bagian timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan penduduk

yang mayoritas beragama Islam dan sebagian besar masyarakatnya hidup dari

hasil bertani, melaut, dan perkebunan. Seperti daerah-daerah yang lain,

Bimapun memiliki satu bentuk bangunan dengan karakter yang khas, sangat

dicintai dan dibanggakan oleh masyarakatnya.

Bangunan rumah adat Bima memiliki elemen estetis khusus yang

merupakan ciri khas bangunan Bima yang membedakan dengan bangunan

rumah adat daerah lainnya. Bangunan rumah adat Bima merupakan bangunan

peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia puluhan tahun bahkan ratusan

tahun yang lalu. Demikian halnya di daerah Mbojo (Bima) mempunyai

kekhasan sendiri di dalam bangunan tersebut. Bangunan rumah adat Bima

merupakan warisan budaya dari generasi ke generasi. Sampai kini pun

bangunan telah dikembangkan dan dilestarikan bahkan banyak orang yang

menaruh perhatian pada bangunan rumah adat Bima tersebut.

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

3

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis berkeinginan untuk meneliti

bagaimana penerapan ornamen atau elemen estetis pada Bangunan rumah adat

Bima yang ada di daerah Bima di Nusa Tenggara Barat. Dengan maksud

untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang ornamen atau ragam hias

pada bangunan rumah adat Bima, agar dapat menjadi unsur budaya nasional

yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka ada beberapa

permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini. Adapun

permasalahannya antara lain:

1. Jenis ornamen atau ragam hias apa saja yang diterapkan pada

bangunan rumah adat Bima sebagai Elemen Estetis?

2. Bagian-bagian dimana saja yang diberi ornamen atau ragam hias?

3. Apa makna dan fungsi yang terkandung dalam ragam hias pada

bangunan rumah adat Bima tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam upaya

pelestarian budaya nasional pada umumnya, dan budaya daerah Kota Bima

pada khususnya. Dalam penelitian inipun diharapkan dapat memperkenalkan

kepada masyarakat luas tentang ornamen atau ragam hias pada bangunan

rumah adat Bima sebagai salah satu unsur budaya bangsa Indonesia, serta

untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang ornamen dan

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

4

elemen estetis bangunan rumah adat Bima. Adapun tujuan penelitian ini antara

lain:

1. Untuk mendeskripsikan dan mendeskripsikan jenis ornamen atau

ragam hias pada bangunan rumah adat Bima.

2. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen estetis pada

bangunan rumah adat Bima.

3. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan fungsi ornamen atau

ragam hias bangunan rumah adat Bima.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah yang

berkenaan dengan bentuk ornamen dan elemen estetis yang diterapkan pada

bangunan rumah adat Bima antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pembangunan guna meningkatkan

kreativitas dan kualitas dalam membuat ornamen atau ragam hias

bangunan rumah adat Bima.

2. Dapat bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa program studi

Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Seni dan Desain Universitas

Negeri Makassar.

3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ornamen atau

ragam hias bangunan rumah adat Bima.

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang teori-teori berupa

definisi atau prinsip yang berhubungan dengan penelitian ini.

1. Pengertian Ornamen

Ornamen berasal dari kata “ORNARE” (bahasa Latin) yang berarti

menghias. Ornamen juga berarti “dekorasi” atau hiasan, sehingga

ornamen sering disebut sebagai desain dekoratif atau desain ragam hias

(Moelyono, dkk, 1990:42).

Ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau bergaya lain,

ornamen dibuat pada suatu bentuk dasar dari suatu hasil kerajinan tangan

(perabotan, pakaian dan sebagainya) termasuk arsitektur. Dari pengertian

tersebut jelas menempatkan ornamen sebagai karya seni yang dibuat

untuk diabdikan atau mendukung maksud tertentu dari suatu produk,

tepatnya untuk menambah nilai estetis dari suatu benda/produk yang

akhirnya pula akan menambah nilai finansial dari benda atau produk

tersebut. Dalam hal ini ada ornamen yang bersifat pasif dan aktif. Pasif

maksudnya ornamen tersebut hanya berfungsi menghias, tidak ada

kaitanya dengan hal lain seperti ikut mendukung konstruksi atau

kekuatan suatu benda. Sedangkan ornamen berfungsi aktif maksudnya

selain untuk menghias suatu benda juga mendukung hal lain pada benda

5

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

6

tersebut misalnya ikut menentukan kekuatanya (kaki kursi motif belalai

gajah/motif kaki elang) (Ensiklopedia 1999:1017 dalam M. Aulia

Rakhmat, 2011:6)

Pendapat lain menyebutkan bahwa : Ornamen adalah pola hias

yang dibuat dengan digambar, dipahat, dan dicetak, untuk mendukung

meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda atau karya seni.

Ornamen juga merupakan perihal yang akan menyertai bidang gambar

(lukisan atau jenis karya lainnya) sebagai bagian dari struktur yang ada di

dalam. (Suanto dalam M. Aulia rakhmat, 2011:6). Pendapat ini agak

luas, ornamen tidak hanya dimanfaatkan untuk menghias suatu

benda/produk fungsional tapi juga sebagai elemen penting dalam karya

seni (lukisan, patung, grafis), sedangkan teknik visualisasinya tidak hanya

digambar seperti yang kita kenal selama ini, tapi juga dipahat, dan

dicetak.

Dalam perkembangan selanjutnya, penciptaan karya seni ornamen

tidak hanya dimaksudkan untuk mendukung keindahan suatu benda, tapi

dengan semangat kreativitas seniman mulai membuat karya ornamen

sebagai karya seni yang berdiri sendiri, tanpa harus menumpang atau

mengabdi pada kepentingan lain. Karya semacam ini dikenal dengan

seni dekoratif (lukisan atau karya lain yang mengandalkan hiasan

sebagai unsur utama).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa:

ornamen adalah salah satu karya seni dekoratif yang biasanya

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

7

dimanfaatkan untuk menambah keindahan suatu benda atau produk, atau

merupakan suatu karya seni dekoratif (seni murni) yang berdiri sendiri,

tanpa terkait dengan benda/produk fungsional sebagai tempatnya.

2. Jenis Pola Ragam Hias pada Bangunan Rumah Adat

Seni ragam hias memiliki arti penting dalam hubungannya dengan

kerajinan dan seni dekorasi, untuk itu perlu dikaji dan dipahami tentang

nilai filosofi serta nilai seninya dan ragam hias merupakan simbol-

simbol yang mempunyai arti khusus tidak hanya sebagai hiasan tetapi

juga memiliki latar belakang seni yang berkaitan dengan kebutuhan

diantaranya menciptakan rasa cinta pada lingkungan. Apabila dilihat dari

sudut nilai dan fungsinya, maka setiap kreativitas menunjukkan adanya

sifat yaitu sebagai hiasan dan sebagai simbol atau lambang yang disebut

ragam hias (Sahriah, Rasidin, 1997:85).

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan mengenai ragam hias

sebagai berikut :

a. Ragam Hias Geometris.

Ragam hias geometris adalah bentuk geometris, ragam hias ini

lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti

garis-garis lengkung, lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, bentuk

meander, swastika, bentuk pilin dan lain-lain. Ragam hias ini pada

mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda

yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada

berbagai tempat dan berbagai teknik (digambar, dipahat, dicetak)

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

8

Gambar 01. Ragam hias geometris pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM

(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012)

b. Raga Hias Tumbuh-tumbuhan

Penggambaran ragam hias tumbuh-tumbuhan dalam seni

ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun

stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga

dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda

tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada

waktu tertentu) tempat ragam hias tersebut diciptakan. Ragam hias

tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang

dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang

digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

9

Gambar 02. Ragam hias tumbuh-tumbuhan pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM

(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012)

c. Ragam Hias Stilisasi

Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar

merupakan hasil gubahan/stilisasi, jarang berupa binatang secara

natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan

jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang

terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya)

dan dikombinasikan dengan ragam hias lain. Jenis binatang yang

dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah

dll.

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

10

Gambar 03. Ragam hias stilisasi pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM

(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012).

d. Ragam Hias Manusia

Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan ragam hias

atau ornament mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah

seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk

dalam pewayangan.

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

11

Gambar 04. Raga hias manusia pada kriya kayu karya Mahasiswa Seni Rupa FSD UNM

(Dokumentasi : Adhar, 08 November 2012).

Sedangkan yang dimaksud pola adalah suatu hasil susunan atau

pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi

tertentu pula. Contohnya pada pola hias batik, seperti pola hias

Majapahit, Jepara, Bali, Mataram dan lain-lain. Singkatnya pola

adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif.

Pola biasanya terdiri dari :

1) Motif pokok

2) Motif pendukung atau figuran

3) Isian atau pelengkap

Penyusunan pola dilakukan dengan jalan menebarkan motif

secara berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau

variasi satu motif dengan motif lainnya. Hal-hal yang terkait dengan

pembuatan pola adalah :

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

12

a. Simetris yaitu pola yang dibuat, antara bagian kanan dan

kiri atau atas dan bawah adalah sama.

b. Asimetris yaitu pola yang dibuat antara bagian-bagiannya

(kanan-kiri, atas-bawah) tidak sama.

c. Pengulangan yaitu pola yang dibuat dengan pengulangan

motif-motif.

d. Bebas atau kreasi yaitu pola yang dibuat secara bebas dan

bervariasi.

Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu

perwujudan bentuk artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar

tidak menyimpang dari bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga

hasil karya sesuai dengan ide yang diungkapkan.

3. Ragam Hias pada Bangunan Rumah Adat

Dorongan menghias ini timbul karena adanya keinginan untuk

melengkapi bagian-bagian yang kosong di sekeliling hidup mereka.

Orang belum akan merasa puas kalau pada tempat tinggal mereka atau

pada benda-benda yang dipergunakan tidak diberi hiasan, maka

keinginan menghias menjadi suatu panggilan. Ragam hias tidak ada

hubungannya dengan konstruksi, ia dapat berupa bentuk lukisan atau

ukiran dekoratif.” Fungsi ini terdapat sejak manusia memulai kegiatan

menghias pada benda-benda apa yang dipakainya maupun pada

bangunan tempat tinggal (Muh. Auli Rakhmat 2011:21).

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

13

Gambar : 05. Ragam hias pada dinding depan bangunan rumah adat Bugis Sulawesi Selatan

(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)

Bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat hanya untuk menghias saja

demi keindahan suatu bentuk (benda) atau bangunan, dimana ragam hias

tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada arsitektur, pada alat-

alat rumah tangga pada pakaian (batik, bordir, kerawang) pada alat

transportasi dan sebagainya.

Gambar : 06. Ragam hias pada dinding depan bangunan rumah adat Bantaeng Sulawesi Selatan

(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

14

4. Unsur ornamen atau Ragam Hias

Unsur ragam hias adalah semua unsur yang mendukung

terwujudnya motif hias. Unsur itu dapat di pahami secara fisik yang di

pahami secara visual seperti garis, bidang, bentuk, tekstur, warna, dan

gelap terang dan bentuk psikhis berarti perasaan pandangan, pikiran atau

karakter yang terungkap dalam karya seni. Untuk yang bersifat psikhis

ini tidak bias dipahami secara visual melainkan hanya dapat dirasakan

saja. Hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1). Garis

Garis yaitu suatu abstraksi pada benda atau wujud yang di

gunakan untuk mengisaratkan suatu bentuk. Garis terbentuk dari

deretan titik-titik, bentuknya beraneka ragam seperti lurus, lengkung,

patah-patah, gelombang atau sig-sag. Garis ini disebut garis visual,

sedangkan garis khayal yaitu garis imajinatif, kehadiranya hanya

dapat dirasakan dan hadir dengan sendirinya sebagai pembatas bidang

atau bentuk (Wildan 2012:23).

Garis memiliki nilai di samping garis yang menyamakan bentuk

dapat juga menyamakan gerak begitu pula mewakili sifat dan karakter

seseorang berdasarkan coretan garis yang di hasilkan. Oleh karna itu

garis merupakan unsur utama dalam berkarya seni karena kita dapat

membuat bentuk, bidang, ruang sehingga merupakan suatu keadaan

yang banyak memberikan variasi pada karya itu sendiri secara

beraneka ragam. Kesan itu dapat berupa garis lurus memberi kesan

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

15

tegas, masif, garis lengkung member kesan lembut, garis patah-patah

memberi kesan semu, dan lain sebagainya.

2). Bentuk

Bentuk yaitu segala apa yang kita lihat, baik benda, titik, garis

maupun bidang, yang terukur besarnya, dapat di lihat warnanya dapat

di rasakan teksturnya. Dan bentuk dapat di klasifikasikan diantaranya:

menurut Azis Tahir (2001) di dalam (Wildan 2012:24) adalah:

(1). Bentuk naturalis ialah bentuk yang di buat dengan cara meniru

dari bentuk-bentuk alam baik corak maupun warnannya,(2).

Kemudian bentuk intuitif adalah bentuk yang di ciptakan didasari atas

insting saja atau naluri tanpa menggunakan suatu ilmu tertentu, (3).

Selanjutnya bentuk abstrak adalah bentuk yang tidak di kenal sama

sekali, atau bentuk yang melepaskan diri dari esensi obyek yang nyata

yaitu bentuk yang menyimpang jauh dari bentuk alami. Sedangkan

(4). Bentuk abstraktif adalah bentuk yang bersifat perubahan dari

bentuk alam (naturalis) kebentuk lain dengan teknis stilasi

(penyederhanaan bentuk) menjadi bentuk hiasan. Dalam praktiknya

terdapat perubahan bentuk yang bersifat deformasi (kelainan bentuk)

dan yang bersifat distorsi (kelainan proporsi). Disamping itu (5).

Bentuk arsitektonis ialah bentuk yang disusun secara intelektual dan

dapat dipertanggung jawabkan obyektifitasnya, lalu (6). Bentuk

simbolis ialah bentuk-bentuk pelambangan, Bentuk figuratif ialah

bentuk yang berasal dari bentuk alam yang perubahannya tergantung

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

16

pada konsepsi, pandangan hidup seseorang atau 1

bangsa, Contoh: Konsepsi bangsa mesir menghendaki kelengkapan,

konsepsi bangsa Yunani menghendaki Idealisme, konsepsi bangsa

timur menghendaki simbolisme, Bentuk filosofis yaitu suatu bentuk

yang diciptakan atas dasar falsafah atau filsafat suatu bangsa dan

merupakan hasil pemikiran yang sangat dalam.

3). Ruang

Rongga yang berbatas dengan bidang atau sela-sela dua deret

tiang atau dapat dikatakan bentuk atau gubahan dari dua atau tiga

dimensi yang telah di susun atau dibentuk (digubah). Begitu pula

merupakan pengikat, penghubung, penerus dan memunculkan kesan

batas (Wildan 2012:25).

4). Warna

Warna adalah kesan-kesan yang di timbulkan oleh cahaya,

kemudian warna dapat pula di definisikan sebagai kesan yang di

timbulkan oleh foton-foton cahaya yang dilemparkan kearah retina

mata. Dan dalam motif hias warna memiliki arti perlambangan yang

umum di implementasikan sebagai wujud penyampaian gagasan

(Wildan 2012:25).

5. Prinsip Ragam Hias

Prinsip ragam hias merupakan sesuatu yang bersifat fundamental

yang menjadi aturan pokok dalam berkarya ragam hias hal tersebut

terdiri atas:

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

17

1). Dominasi

Dominasi adalah unsur dominan atau penggambaran yang

paling kuat, yang di tonjolkan yang menjadikannya pusat

perhatian. Misalnya sebuah penggambaran yang lebih dominan

yang disesuaikan dengan tema, pengunaan cahaya yang memberi

ruang kontras antara bagian yang terang dengan bagian yang gelap,

pemusatan arah gerak maksudnya arah gerak itu akan menuntun

pengamat kearah pusat pandang, dan pemberian kesan gerak ke

atas yang menonjolkan kesan fertikal atau perspektif (Wildan

2012:27).

2). Uniti atau Kesatuan

Unity adalah penyatuan dari bagian-bagian karya seni,

merupakan hubungan dari bagian-bagian secara menyeluruh,

sehingga karya seni itu merupakan kesatuan yang utuh (Wildan

2012:27).

3). Balance atau Keseimbangan

Keseimbangan dalam seni adalah keserasian bobot dari unsur

nya, dan menurut wujud dan jumlahnya mungkin tidak sama atau

malah bertentangan, namun nilainya dapat seimbang.

Keseimbangan meliputi keseimbangan simetris, keseimbangan

asimetris, keseimbangan radial (Wildan 2012:27).

4). Ritme atau Irama

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

18

Ritme adalah perubahan-perubahan warna, bentuk atau gerak

tertentu secara teratur yang membawakan perasaan hanyut di

dalam perubahan-perubahan yang terjadi, bertautan dengan bagian

yang lain yang semuanya teruntun berkelanjutan (Wildan 2012:28).

5). Proporsi atau Ukuran Perbandingan

Proporsi adalah yang berhubungan dengan ukuran atau

dimensi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam

suatu hasil karya ragam hias yang meliputi proporsional mengenai

warna, daerah cahaya dan gelap terang atau jumlah elemen desain

yang dapat di ukur (Wildan 2012:28).

6. Makna Ragam Hias

Dalam kenyataan makna seni ragam hias digunakan dalam dua

aspek yaitu: 1) Seni ragam hias sebagai dekorasi yang muncul dalam

berbagai macam bentuk misalnya sebagai hiasan halaman buku

tertentu, hiasan barang yang dipakai dan sebagainya. 2) Seni ragam

hias sebagai lambang untuk keselamatan, kemakmuran,

tanda khusus, lambang kebesaran dan sebagainya. Seni ragam hias itu

sendiri mengandung arti : 1) Sesuatu yang cantik, indah, molek. 2)

Sesuatu yang menambah indah. 3) Sesuatu yang menjadikan lebih

menarik (Nia Hendrawati dalam Rasidin, 1990: 20).

7. Fungsi Ragam Hias

Ragam hias berfungsi sebagai penambah keindahan suatu

bidang atau bentuk suatu benda. Fungsi mengisaratkan dua hal pokok

Page 19: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

19

yaitu fungsi secara fisiologis dan fungsi yang di lekatkan terkait tujuan

penciptaan. Konsep Penciptaan ragam hias dengan fungsi tertentu di

dalam (Muh. Aulia Rakhmat, 2011:19), dan memiliki peranannya

tersendiri dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sebagai Ragam Hias Murni

Bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat hanya untuk menghias

saja demi keindahan suatu bentuk (benda) atau bangunan, dimana

ornamen tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada alat-

alat rumah tangga, arsitektur, pada pakaian (batik, bordir,

kerawang) pada alat transportasi dan sebagainya.

b. Sebagai Ragam Hias Simbolis

Karya ornamen yang dibuat selain mempunyai fungsi sebagai

penghias suatu benda juga memiliki nilai simbolis tertentu di

dalamnya. Menurut norma-norma tertentu (adat, agama, sistem

sosial lainnya). Bentuk motif dan penempatannya sangat

ditentukan oleh norma-norma tersebut terutama norma agama yang

harus ditaati untuk menghindari timbulnya salah pengertian akan

makna atau nilai simbolis yang terkandung di dalamnya. Oleh

sebab itu pengerjaan suatu ornamen simbolis hendaknya menepati

aturan-aturan yang ditentukan. Contoh ragam hias ini misalnya

motif kaligrafi, motif pohon hayat sebagai lambang kehidupan,

motif burung phonik sebagai lambang keabadian, swastika dan

sebagainya.

Page 20: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

20

8. Arsitektur pada Bangunan Rumah Adat

Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan.

Sementara kebudayaan nusantara berakar pada kebudayaan

tradisionalnya, begitupun arsitektur tradisional juga merupakan akar

dari arsitektur nusantara. Kita kenal bahwa arsitektur tradisional sangat

beranekaragam di Indonesia, seiring dengan keanekaragaman suku

bangsanya. Sulit rasanya memilih arsitektur tradisional mana yang bisa

mewakili, karena riskan sekali rasanya bila memilih salah satu

arsitektur tradisional sebagai perwakilan satu arsitektur tradisional.

Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari

suku bangsa tertentu pasti akan menimbulkan kebanggaan tersendiri

bagi masyarakat suku bangsa tersebut. namun demikian, apakah suatu

suku bangsa tertentu akan merasa bangga dengan arsitektur tradisional

dari daerah lain? Kita ambil hematnya saja bahwa, biarlah suatu suku

bangsa memakai arsitektur tradisionalnya, begitupun yang lainnya,

asalkan ditempatkan dengan sesuai. Jadi, sebenarnya yang kita

perlukan adalah jiwa berarsitektur dari masyarakat tradisional tersebut.

Sehingga tidak perlu lagi kita menjiplak total pada arsitektur

tradisional tertentu, yang perlu kita ejawantahkan adalah pesan-

pesannya ataupun konsep dasarnya. Kemudian diinterpretasikan

dengan kreatifitas baru pada latar belakang kehidupan sosial-budaya

masyarakat yang terus ‘berkembang’ saat ini. Pada intinya arsitektur

tradisional mempunyai konsep dasar kesemestaan yang universal,

Page 21: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

21

sehingga mampu mengiringi perjalanan hidup manusianya sepanjang

zaman.

Pada hakikatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang

sebagai wadah, dengan manusia sebagai isi yang menjiwai wadah itu

sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudan ruang

(meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk)

yang sangat ditentukan oleh keselarasan kehidupan daya dan potensi

dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya (meliputi

norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jati diri, dan kebudayaannya).

(http://www.arsiteka.com/2008/11/arsitektur-nusantara-adalah-arsitektur)

Contoh-contoh gambar bangunan rumah adat tradisional yang

ada di Nusantara.

Gambar : 07. Bangunan rumah adat Bantaeng Sulawesi selatan(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)

Page 22: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

22

Gambar : 08. Bangunan rumah adat Pinrang Sulawesi selatan(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)

Gambar : 09. Bangunan rumah adat Bugis Sulawesi Selatan(Dokumentasi : Adhar, 22 September 2012)

Page 23: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

23

B. Kerangka Pikir

Dengan melihat beberapa konsep atau teori yang telah diuraikan pada

tinjauan pustaka, maka dapat dibuat kerangka berpikir, adapun kerangka

berpikir yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar : 10. Skema Kerangka Pikir

Dengan melihat skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan secara

singkat keterkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Jenis

ornamen atau ragam hias pada bangunan rumah adat Bima, dengan demikian

hasil yang ingin dicapai dapat terwujud hasil yang maksimal. Setelah

mengamati ornament atau ragam hias tersebut, baik secara langsung maupun

dengan menggunakan teknik-teknik yang lain mendukung penelitian ini

kemudian penulis mencoba meneliti kemungkinan adanya pengembangan

motifnya, dan selanjutnya ditarik kesimpulan akhir pada penelitian ini.

Nilai Budaya

Kebudayaan

Budaya Bima

Pelestarian Budaya

Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima di

NTB

Jenis ornament atau ragam hias

Bagian-bagian ornamen atau ragam hias yang diterapkan

Makna dan Fungsi ornamen atau ragam hias

-

Page 24: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sasaran yang akan diteliti untuk memperoleh data

yang akurat tentang ornamen pada bangunan tradisional Bima.

a. Jenis ornamen atau ragam hias apa saja yang diterapkan pada

bangunan rumah adat Bima.

b. Bagian-bagian apa saja yang diberi ornamen atau ragam hias.

c. Makna dan fungsi ornamen atau ragam hias.

2. Desain Penelitian

Untuk mempermudah proses penelitian di lapangan, maka perlu

dibuatkan suatu desain penelitian, desain penelitian digunakan untuk

memudahkan proses penelitian agar terlaksana dengan baik dan dapat

mencapai hasil yang diinginkan. faktor penghambat dari penelitian

terkadang muncul kepermukaan, namun tidak tertutup kemungkinan ada

langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasinya.

Kerangka tindakan yang dibuat adalah sebuah alat atau tools

untuk melompat sebagai pijakan dalam lompatan berpikir, kemudian

sebagai peta penunjuk arah sebuah rujukan bergerak dari titik pacu

kearah titik tujuan, atau dari titik potensial menuju titik aktual yaitu

bentuk penelitian ilmiah dari latar belakang sehingga kita sampai pada

24

Page 25: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

25

sebuah kesimpulan . Agar sasaran penelitian ini dapat berjalan dengan

baik dan mudah, maka desain penelitiannya sebagai berikut:

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk memeroleh gambaran yang jelas tentang variabel yang akan

diteliti, maka berikut ini akan dijelaskan definisi operasional variabel

sebagai berikut:

Jenis Ornamen atau Ragam hias

Alat pengumpulan data Observasi, Dokumentasi,

dan Wawancara

Bagian-bagian apa saja yang diberi ornamen

atau ragam hias

Makna dan Fungsi ornament atau Ragam Hias

Pengolahan dan Penyajian Data

Gambar : 11. Skema Desain Penelitian

Analisis Data

Kesimpulan

Page 26: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

26

1. Jenis ornamen atau ragam hias yang dimaksudkan di sini ialah

variasi bentuk, struktur atau pola ragam hias.

2. Bagian yang diberi ornamen atau ragam hias yaitu pada bagian

yang memiliki karakteristik.

3. Makna dan fungsi ornamen atau ragam hias yang terkandung pada

bangunan rumah adat Bima pada umumnya berfungsi sebagai

simbol atau menyatakan gelar kebangsawanan penghuninya dan

hiasan untuk memperindah bangunan.

C. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Narasumber

Narasumber adalah orang yang sangat mengetahui tentang asal

mula rumah adat Bima. Narasumber atau penghuni atau pekerja yang

bekerja pada tempat bangunan rumah adat Bima tersebut.

b. Buku panduan sebagai referensi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Teknik Observasi

Teknik observasi ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan

terhadap objek penelitian yang mengamati tentang ornamen dan ragam

hias pada bangunan rumah adat Bima.

Page 27: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

27

2. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data dengan

mengambil gambar ornamen dan ragam hias pada bangunan rumah adat

Bima, dan alat dokumentasinya berupa kamera digital.

3. Wawancara

Melakukan wawancara dengan informasi sebagai penguatan data.

Wawancara juga dilakukan dengan aparat pemerintah, tokoh adat,

seniman lokal ataupun pemuka agama setempat.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data, dalam

hal ini penulis menggunakan teknik analisis kualitatif atau non statistik, yaitu

dengan menguraikan secara lengkap data yang diperoleh berdasarkan hasil

penelitian. Karena data dari penelitian adalah data kualitatif sehingga teknik

analisis datanya menggunakan teknik kualitatif. Setelah semua data yang

dibutuhkan terkumpul, penulis mengolah data melalui teknik dan prosedur

sebagai berikut:

1. Mengadakan klasifikasi data (hasil observasi, wawancara,

dokumentasi, dan hasil pustaka).

2. Menyusun uraian/deskriptif data untuk keperluan analisis dan

penafsiran data.

3. Semua data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengkajian

kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif.

Page 28: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Hasil Penelitian

a. Letak dan Keadaan Geografis

Kerajaan bima dalam bahasa daerah dikenal dengan sebutan dana

Mbojo, kerajaan bima berbatasan dengan :

Di sebelah utara dengan laut Flores.

Di sebelah barat dengan kerajaan Dompu.

Di sebelah selatan dengan lautan Hindia.

Di sebelah timur dengan selat Sape.

Gambar: 1. Peta Kota BimaGambar : 12. Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-osdI_58dUoo/T4z12VwO_JI)

Dr. JJ. Holander menulis bahwa batas antara kerajaan Bima dengan

kerajaan Dompu adalah suatu garis khayal dengan garis lintang dari

118o37’ di pantai utara melalui gunung Wawosahe sampai 188o38’30’ ke

28

Page 29: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

29

pantai selatan. Tetapi menurut pemerintah kerajaan Bima sebaliknya;

dengan menetapkan sebagai berikut : Dari Doro Dewa di atas 118o31’

sebelah pantai utara ke suatu sudut terletak di sebelah barat teluk Bima,

bagian barat gunung Wadu Lako menjurus ke selatan melalui puncak

gunung Doro Madompo ke kampung Bima bernama Pajo; dari sana

membelok ke selatan ke tumpukan batu Nteli Majaga; dari sana dengan

jurusan yang sama ketumpukan batu Wadu Lepi yang terus ke jurusan

barat ketumpukan batu Wadu Udu berdekatan dengan kampung Dompu

yang bernama Daha. Dari sana ke jurusan selatan-timur ketumpukan batu

Wadu Sugu dan akhirnya ke jurusan selatan di atas 118o14’. (Abdullah

Tahib, 1995).

Gambar : 13. Lokasi Bangunan Rumah Adat Bima(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-osdI_58dUoo/T4z12VwO_JI)

Page 30: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

30

b. Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima

Asi Mpasa (Istana tua), didirikan oleh Sultan Ibrahim adalah

bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat peradilan,

pusat penyiaran, dan pengembangan agama dan budaya islam tempat

tinggal Raja atau Sultan bersama keluarga.

Bagi masyarakat Bima Asi (Istana) merupakan lambang kebesaran

dan kejayaan ”dou labo dana” (rakyat dan negara). Karena itu harus besar

dan luas, kokoh dan indah menurut nilai dan norma agama dan adat Bima.

Harus dibangun oleh para panggita yang memiliki ”loa ro tingi” yang

tinggi. Istana yang merupakan simbol kebesaran dan kejayaan dou labo

dana (rakyat dan negeri) harus anggun dan indah.

Berdasarkan hasil wawancara dari Syafruddin, BA, dan penelitian

yang dilakukan pada tanggal 1 s/d 28 februari 2013 di bangunan rumah

adat Bima di Nusa Tenggara Barat maka diperoleh data mengenai jenis-

jenis ragam hias yang terdapat pada bangunan tersebut.

Ragam hias yang dibuat pada bangunan rumah adat secara

keseluruhan tetap memiliki fungsi dan makna tersendiri. Untuk lebih

jelasnya berikut akan dipaparkan foto-foto dokumentasi hasil penelitian.

Page 31: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

31

Gambar : 14. Bangunan rumah adat Bima (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Pada gambar berikut ini pada bagian bubungan atap rumah

terdapat hiasan yang terdapat pada bagian muka dan belakang

bubungan rumah adat Bima.

Gambar : 15. Bangunan rumah bagian depan (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Page 32: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

32

Gambar : 16. Bangunan rumah tampak samping kiri belakang (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Gambar 17, 18, 19, 20 dan 21 di bawah ini menunjukkan bagian

pintu, jendela, dinding dan serambi bangunan yang memiliki ragam hias

bentuk Bunga Samobo (bunga sekuntum), Bunga Satako (bunga

setangkai), Kakando (rebung), serta ragam hias pada geometris meliputi:

Gari (garis), Nggusu Upa atau pado upa (segi empat), Pado Waji

(jajaran genjang), Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga).

Page 33: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

33

Gambar : 17. Elemen estetis pada pintu utama (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Page 34: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

34

Gambar : 18. Elemen estetis pada jendela (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Gambar : 19. Elemen estetis pada serambi rumah (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Page 35: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

35

Gambar : 20. Elemen estetis pada bubungan (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Gambar : 21. Elemen estetis pada dinding rumah (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Gambar 22 di bawah ini menunjukkan bagian bangunan dari dalam

rumah yakni tiang yang memili ragam hias Nggusu Waru (delapan

susunan).

Page 36: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

36

Gambar : 22. Elemen estetis pada tiang (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Demikian penyajian data tentang bangunan rumah adat Bima yang

dapat penulis paparkan.

B. Pembahasan

1. Jenis Ornamen atau Ragam Hias

a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)

Ragam hias jenis Bunga Samobo (bunga sekuntum) dapat kita

lihat pada bagian dinding rumah yaitu bagian dinding depan dan

dinding samping rumah yang menghiasi bagian-bagian dinding.

Ragam hias jenis tersebut tebuat dari kayu. ( Lihat gambar 17 dan 21 ).

Page 37: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

37

Gambar : 23. Ragam hias bunga samobo (bunga sekuntum)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

b. Bunga Satako (bunga setangkai)

Ragam hias jenis Bunga Satako (bunga setangkai) ini dapat

ditemukan pada bagian depan atas pintu rumah, serta bagian dinding

belakang bangunan rumah. Ragam hias jenis bunga satako (bunga

setangkai) tersebut tebuat dari kayu. ( Lihat gambar 17, 21 dan 22).

Gambar : 24. Ragam hias bunga satako (bunga setangkai)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

Page 38: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

38

c. Bunga Aruna (bunga nenas)

Ragam hias Bunga Aruna (bunga nenas) adalah ragam hias yang

dapat kita lihat pada bagian kepala rumah yang berjumlah enam buah,

yaitu bagian depan dan belakang yang masing-masing diberi ornament

atau ragam hias. ( Lihat Gambar 15 dan 20 ).

Gambar : 25. Ragam hias bunga aruna (bunga nenas)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

d. Kakando (rebung)

Gambar : 26. Ragam hias kakando (rebung)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

Page 39: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

39

e. Ragam Hias geometris

Ragam hias berupa motif geometris ialah ragam hias yang

terlihat pada setiap bagian-bagian bangunan rumah adat Bima tersebut

meliputi:

a. Gari (garis)

Gari (garis) tersebut adalah sebagai pelengkap dan biasanya

kita lihat pada setiap bidang rumah.

Gambar : 27. Gari (garis)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

b. Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga)

Ragam hias jenis Nggusu tolu atau pado tolu (segitiga) dalam

bentuk puncak kerucut yang lancip. (lihat gambar 15, 18 dan 20)

Gambar : 28. Ragam hias Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

c. Nggusu Upa atau pado upa (segi empat)

Ragam hias jenis Nggusu Upa atau Pado Upa (segi empat),

dapat kita lihat pada pintu dan jendela. (lihat gambar 17).

Page 40: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

40

Gambar : 29. Ragam hias Nggusu Upa atau pado upa (segi empat)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

d. Pado Waji (jajaran genjang)

Ragam hias jenis Pado Waji (jajaran genjang) dapat kita

jumpai pada jendela dan dinding rumah tersebut. (Lihat gambar

18).

Gambar : 30. Ragam hias pado waji (jajaran genjang)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

Page 41: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

41

e. Nggusu Waru (delapan susunan)

Ragam hias jenis Nggusu Waru (delapan susunan) bisa dilihat

pada setiap tiang bangunan rumah tersebut. (lihat gambar 22).

Gambar : 31. Ragam hias nggusu waru (delapan susunan)(Ilustrasi. Adhar 25 April 2013)

2. Bagian-bagian yang diberi Ornamen atau Ragam Hias

a. Pintu Utama

Oranemen atau ragam hias Nggusu Upa atau Pado Upa (segi

empat) dan Gari (garis).

Gambar : 32. Ornament atau ragam hias pada pintu (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Page 42: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

42

b. Tiang

Oranemen atau ragam hias Nggusu Waru (delapan susunan).

Gambar : 33. Ornamen atau ragam hias pada tiang (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

c. Dinding

Oranemen atau ragam hias Bunga Samobo (bunga sekuntum),

Bunga Satako (bunga setangkai), serta ragam hias pada geometris

seprti Nggusu Upa atau pado upa (segi empat).

Gambar : 34. Ornamen atau ragam hias pada dinding(Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

Page 43: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

43

d. Bubungan

Oranemen atau ragam hias Bunga Aruna (bunga nenas).

Gambar : 35. Ornamen atau ragam hias pada bubungan (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

e. Serambi

Oranemen atau ragam hias Kakando (rebung)

Gambar : 36. Ornamen atau ragam hias pada serambi (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

f. Jendela

Oranemen atau ragam hias Pado Waji (jajaran genjang).

Page 44: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

44

Gambar : 37. Ornamen atau ragam hias pada jendela (Dokumentasi. Adhar 13 Januari 2013)

3. Makna dan Fungsi Oranamen atau Ragam Hias

a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)

Sebagai makluk sosial manusia selain bermanfaat bagi dirinya,

juga harus bermanfaat bagi orang lain, laksana sekuntum bunga yang

memberikan aroma harum bagi lingkungannya.

b. Bunga Satako (bunga setangkai)

Sebagai simbol kehidupan keluarga yang mampu mewujudkan

kebahagiaan bagi anggota keluarga dan bagi anggota masyarakat. Bagi

setangkai bunga yang selalu menebarkan keharuman bagi

lingkunagannya.

Page 45: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

45

c. Bunga Aruna (bunga nenas)

Bunga nenas yang terdiri dari 99 sisik (helai) merupakan simbol

dari 99 sifat utama Allah (Asma Allah), yang wajib di pedomani dan

diteladani oleh manusia dalam menjalani kehidupan agar terwujud

kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.

d. Kakando (rebung)

Pucung bambu yang masih muda dengan motif seperti sisik ikan

dan mengandung makna hidup yang penuh dinamika yang mesti

dijalani dengan penuh semangat. Artinya masyarakat Bima sangat

menghargai hidup yang dianugerahi oleh Allah SWT yang harus

disyukuri, dan tidak boleh mengeluh dengan berbagai macam ujian

yang diberikan.

e. Ragam Hias Geometris meliputi :

a) Gari (garis), manusia harus bersikap jujur dan tegas dalam

melaksanakan tugas, seperti lurusnya garis.

b) Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga), berbentuk kerucut, yang

mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan

Allah yang disimbolkan dalam bentuk puncak kerucut yang lancip.

c) Nggusu Upa atau pado upa (segi empat), merupakan simbol

kebersamaan dengan para tetangga dan kerabat yang ada di sekitar

kita.

d) Pado Waji (jajaran genjang), maknanya hampir sama dengan

makna simbol nggusu tolu, tetapi dalam simbol pado waji, selain

Page 46: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

46

mengakui kekuasaan Allah, juga harus mengakui kekuasaan para

pemimpin yang dilukiskan dengan dua sudut tumpul bagian kiri

kanannya.

e) Nggusu Waru (delapan susunan), idealnya seorang pemimpin

haruslah memenuhi delapan persyaratan yaitu :

Beriman dan bertakwa

Loa ro tingi (cerdas dan terampil)

Taho nggahi ro eli (bertutur kata yang halus dan sopan)

Taho ruku ra rawi (bertingkah laku yang sopan)

Londo ro dou (berasal dari keturunan yang baik)

Hidi ra tahona (sehat jasmani dan rohani)

Mori ro woko (mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari).

Page 47: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian serta pembahasan mengenai data yang diperoleh,

ornamen atau ragam hias pada bangunan rumah adat Bima di Nusa Tenggara

Barat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis ragam hias yang ditemukan pada bangunan rumah adat Bima di

Nusa Tenggara Barat antara lain jenis ragam hias Bunga Samobo

(bunga sekuntum), Bunga Satako (bunga setangkai), Bunga Aruna

(bunga nenas), Kakando (rebung) Motif geometris meliputi Gari,

Nggusu Tolu, Nggusu Upa, Pado Waji dan Nggusu Waru (garis,

segitiga, segi empat, jajaran genjang, delapan susunan).

2. Bangunan rumah adat Bima di kompleks Asi (istana) pada umumnya

sarat dengan ornamen atau ragam hias, yakni didominasi oleh ragam

hias tumbuhan sulur yang dikerjakan melalui teknik pahatan,

terutama diterapkan pada pintu, dinding, tiang, dan bubungan sayang

sekali kondisinya sudah banyak yang rusak karena usianya yang

sudah cukup lama di samping tidak terpelihara dengan baik karena

kurangnya kepedulian masyarakat.

3. Makna dan fungsi ragam hias yang terkandung pada banguna rumah

adat Bima di Nusa Tenggara Barat umumnya berfungsi sebagai

simbol atau menyatakan gelar kebangsawanan penghuninya dan

hiasan untuk memperindah bangunan tersebut.

47

Page 48: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

48

B. Saran

Sebagai implementasi dari hasil penelitian ini diajukan saran-saran yakni

sebagai berikut:

1. Setelah meneliti tentang ornamen dan ragam hias pada bangunan

rumah adat bima, maka dianggap patut mendapatkan perhatian dari

mereka yang merasa perlu mengkaji lebih mendalam tentang

bangunan rumah adat Bima.

2. Kiranya pengunjung melalui jalur-jalur jalan yang telah disiapkan,

bantulah petugas pemeliharaan dengan menjaga kebersihan,

membuang sampah pada tempat yang sudah ditentukan, dan turut

serta menjaga kelestarian warisan ini.

3. Dengan mengamati keadaan kompleks Asi (istana), dimana rusaknya

beberapa bangunan serta runtuhnya, maka perlu adanya usaha ke

arah pelestarian kompleks istana yang ada, saran ini ditujukan

kepada Suaka Sejarah dan Purbakala Wilayah Bima di Nusa

Tenggara Barat.

Page 49: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

49

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.

Gani, 1982. Sekilas Lintas Mengenai Motif-Motif Ornamen dan Ragam Hias Daerah Sulawesi Selatan. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.

Garnadi, Yati Mariani. 2009. Pola Ragam Hias Untuk Lukis, Dian Rakyat.H. Abdullah Tahib, 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta : PT. Harapan

Masa (PGRI).M. Hillir Ismail, dkk, 2007. Seni budaya Mbojo, Seni Rupa & Seni Arsitektur.

Bogor : Penerbit Binasti.Moelyono, Anton M, dkk, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.M. Wildan, 2012. Penerapan Motif Hias Tumbuhan pada Kriya Logam Melalui

Teknik Ketok Timbul oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain UNM. Universitas Negeri Makassar. 2012.

Muh. Aulia Rakhmat, 2011. Ragam Hias Makam Kuno Raja-raja Tallo di Kecamatan Tallo Kota Makassar. Universitas Negeri Makassar. 2011.

Poerwardaminta, W.J.S, 1980. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sahriah, Rasidin. 1997. Seni Ragam Hias Sulawesi Selatan, Makassar: Ujung Pandang.

Soetanto, Hamid. Dkk, 1980. Pengetahuan Ornamen, Jakarta: DepdikbudTahir, Aziz, 2001, Himpunan Praktis Pembelajaran Seni dan Seni Rupa,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber tidak tercetak

http://www.arsiteka.com/2008/11/arsitektur-nusantara-adalah-arsitektur.html

http://1.bp.blogspot.com/osdI_58dUoo/T4z12VwO_JI/AAAAAAAA34/Jneacy2i0cs/s1600/ASI+Mbojo+&+Lapangan+Merdeka.png

49

Page 50: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

50

LAMPIRAN

50

Page 51: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

51

FORMAT OBSERVASI

PENERAPAN ELEMEN ESTETIS PADA BANGUNAN RUMAH ADAT

BIMA DI NUSA TENGGARA BARAT

a. Jenis ornamen atau ragam hias yang diterapkan pada bangunan rumah adat

Bima sebagai elemen estetik.

a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)

b. Bunga Satako (bunga setangkai)

c. Bunga Aruna (bunga nenas)

d. Motif geometris meliputi : Gari, Nggusu Tolu, Nggusu Upa, Pado

Waji dan Nggusu Waru (garis, segitiga, segi empat, jajaran genjang,

delapan susunan).

b. Bagian-bagian bangunan yang diberi ornamen atau ragam hias

- Bubungan dan serambi

o Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga)

o Pado Waji (jajaran genjang)

o Kakando (rebung)

- Dinding rumah atau pagar rumah

o Bunga Samobo (bunga sekuntum)

o Bunga Aruna (bunga nenas)

- Pintu utama

o Nggusu Upa atau pado upa (segi empat)

- Tiang rumah

Page 52: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

52

o Nggusu Waru (delapan susunan)

c. Makna dan fungsi ornamen atau ragam hias

a. Bunga Samobo (bunga sekuntum)

Sebagai makluk sosial manusia selain bermanfaat bagi dirinya,

juga harus bermanfaat bagi orang lain, laksana sekuntum bunga yang

memberikan aroma harum bagi lingkungannya.

b. Bunga Satako (bunga setangkai)

Sebagai simbol kehidupan keluarga yang mampu mewujudkan

kebahagiaan bagi anggota keluarga dan bagi anggota masyarakat. Bagi

setangkai bunga yang selalu menebarkan keharuman bagi

lingkunagannya.

c. Bunga Aruna (bunga nenas)

Bunga nenas yang terdiri dari 99 sisik (helai) merupakan simbol

dari 99 sifat utama Allah (Asma Allah), yang wajib di pedomani dan

diteladani oleh manusia dalam menjalani kehidupan agar terwujud

kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.

d. Kakando (rebung)

Pucung bambu yang masih muda dengan motif seperti sisik ikan

dan mengandung makna hidup yang penuh dinamika yang mesti

dijalani dengan penuh semangat. Artinya masyarakat Bima sangat

menghargai hidup yang dianugerahi oleh Allah SWT yang harus

disyukuri, dan tidak boleh mengeluh dengan berbagai macam ujian

yang diberikan.

Page 53: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

53

e. Ragam Hias Geometris meliputi :

1. Gari (garis), manusia harus bersikap jujur dan tegas dalam

melaksanakan tugas, seperti lurusnya garis.

2. Nggusu Tolu atau pado tolu (segitiga), berbentuk kerucut, yang

mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan

Allah yang disimbolkan dalam bentuk puncak kerucut yang lancip.

3. Nggusu Upa atau pado upa (segi empat), merupakan simbol

kebersamaan dengan para tetangga dan kerabat yang ada di sekitar

kita.

4. Pado Waji (jajaran genjang), maknanya hampir sama dengan

makna simbol nggusu tolu, tetapi dalam simbol pado waji, selain

mengakui kekuasaan Allah, juga harus mengakui kekuasaan para

pemimpin yang dilukiskan dengan dua sudut tumpul bagian kiri

kanannya.

5. Nggusu Waru (delapan susunan), idealnya seorang pemimpin

haruslah memenuhi delapan persyaratan yaitu :

Beriman dan bertakwa

Loa ro tingi (cerdas dan terampil)

Taho nggahi ro eli (bertutur kata yang halus dan sopan)

Taho ruku ra rawi (bertingkah laku yang sopan)

Londo ro dou (berasal dari keturunan yang baik)

Hidi ra tahona (sehat jasmani dan rohani)

Mori ro woko (mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari).

Page 54: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

54

PEDOMAN WAWANCARA STUDI DESKRIPTIF TENTANG

PENERAPAN ELEMEN ESTETIS PADA BANGUNAN RUMAH ADAT

BIMA DI NUSA TENGGARA BARAT

Pedoman wawancara ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas

mengenai ragam hias pada bangunan rumah adat Bima. Untuk maksud tersebut

penulis membuat pedoman wawancara guna mendapatkan informasi yang akurat

mengenai Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima di NTB.

1. Bisakah bapak jelaskan keberadaan bangunan rumah adat Bima?

Jawab:

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

…..

2. Menurut bapak jenis ornamen atau ragam hias apa saja yang memiliki

elemen estetis pada bangunan tersebut?

Jawab:

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

Page 55: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

55

………………………………………………………………………………

…..

3. Apa makna dan fungsi ornamen atau ragam hias pada bangunan tersebut?

Jawab:

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

…..

Responden,

……………………….

Page 56: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

56

DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN

Nama : Syafruddin, BA

Pekerjaan : Kepala Asi Mbojo (Istana Bima)

Usia : 47 tahun

FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN

Page 57: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

57

Page 58: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

58

Page 59: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

59

Page 60: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

60

Page 61: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

61

SURAT IZIN PENELITIAN

Page 62: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

62

Page 63: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

63

Page 64: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

64

Page 65: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

65

Page 66: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

66

Page 67: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/8897/1/SKRIPSIQ.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan nasional merupakan perwujudan dari kebudayaan daerah yang tersebar diseluruh

67

RIWAYAT HIDUP

ADHAR. Lahir di Bre, 13 November 1989. Anak

bungsu dari 3 bersaudara pasangan Abubakar dan

Hadijah. Penulis mulai mengenal pendidikan formal

pada tahun 1996 Sekolah Dasar di SDN Inpres Bre

kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Tingkat

Pertama pada tahun 2002 di SMPN 3 Woha, dan tamat

pada tahun 2005. Tahun 2005 memasuki Sekolah Kejuruan di SMKN 2 Kota

Bima penulis aktif dalam mengikut lomba keterampilan tingkat Provinsi XVI

tahun 2007 sebagai juara II bidang lomba Joinery dan menyelesaikan studi pada

tahun 2008. Setelah tamat pada tahun yang sama penulis terdaftar menjadi

Mahasiswa Perguruan Tinggi di Universitas Negeri Makassar Fakultas Seni dan

Desain Program studi Pend. Seni Rupa. Berkat karunia Allah SWT dan iringan

doa dari kedua Orangtua penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Penerapan Elemen Estetis pada Bangunan Rumah Adat Bima di Nusa Tenggara

Barat”.

66